proposal penelitian tinjauan motivasi siswa
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak
runtuhnya Orde Baru telah meluluh lantakkan sendi-sendi
kehidupan bangsa. Banyak sekali persoalan-persoalan yang
muncul baik dalam hal politik, ekonomi, budaya dan yang
paling menyedihkan adalah krisis keagamaan yang melanda
pemuda dan pemudi Indonesia. Kita sudah sangat jarang
melihat sekumpulan remaja yang berbondong-bondong ke
masjid atau langgar saat petang hari. Kebanyakan pemuda
saat sore hari berbondong ke lapanga futsal dan
sejenisnya. Mereka lebih suka menghabiskan waktu sore di
lapangan futsa dari pada mengaji ilmu agama di masjid,
langgar atau tempat ilmu lainnya. Sedangkan para pemudi
lebih suka bersolek dan memamerkan kecantikan mereka di
depan rumah dan di jalan-jalan. Belum lagi saat malam
minggu tiba, pemuda pemudi lebih suka berpacaran dan
berduaan.
Keadaan seperti itu diperparah dengan modernisasi yang
lebih tepat bila disebut sebagai westernisasi. Pluralis
dan liberalis seperti Daniel Lerner, Gabriel Almond,
James Coleman, Karl Deutsh dan Mc T. Kahin dalam Prof. A.
Qodri Aziz, Ph.D beranggapan bahwa modernisasi identik
dengan westernisasi, sekularisasi, demokratisasi, dan
Hal. 1 dari 22
pada akhirnya liberalisasi1. Modernisasi yang seperti
inimenolak agama dalam kehidupan sosialnya, agama adalah
urusan pribadi. Lebih jauh Prof. A. Qodri Azizy,Ph.D
menyebutkan bahwa untuk mewujudkan modernisasi, agama
dalam masyarakat harus disingkirkan lebih dahulu2.
Modernisasi yang menimbulkan efek sekularisme telah
tampak sekali di barat. Sains dan teknologi dalam
pandangan masyarakat barat telah menigkat peringkatnya
menjadi agama baru dan mereka memper-Tuhan-kan rasio. Hal
ini telah disinggung di dalam Al Qur’an:
43. Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawanafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadipemelihara atasnya?3
Sekularitas barat membuat masyarakatnya bergaya hidup
berlandaskan hasil pemikiran Frederick Nietzsche yang
membuat trend “agama sains” yang memuncak pada filsafat
“God is dead” (Tuhan telah mati). Kemudian Thomas J.
Altizer pada tahun 1960-an menyempurnakan filsafat ini.
Dalam filsafat ini, agama ditertawakan dan tidak boleh
dicampurkan dengan kehidupan umum dan negara4.
Dalam era globalisasi dan informasi seperti saat ini,
modernisasi dengan capat menyebar ke seluruh dunia.
Indonesia pun tidak luput “terpapar” modernisasi.
Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim harus
1 Prof. A. Qodri Azizy, Ph.D, Melawan Globalisasi:Reinterpretasi Ajaran Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset, 2004).2Ibid, 10.3 Al – Quran, 25(Al – Furqaan,43).4 Prof. A. Qodri Azizy,Ph.D, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2004)8 -9.
Hal. 2 dari 22
berhadapan dengan pengaruh modernisasi. Oleh karena itu
konsep modernisasi di Indonesia tidak boleh diidentikkan
dengan westernisasi. Proses modernisasi harus didampingi
kegiatan keagamaan.
Globalisasi sebagai dampak dari modernisasi turut andil
dalam penyebaran budaya-budaya modern barat seperti
hedonisme, materialisme dan rasionalisme liar.
Globalisasi oleh Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan
(dalam A. Qodri Azizy, 2004) didefinisikan sebagai
perkembangan-perkembangan yang cepat di dalam teknologi
komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa
bagian-bagian dunia yang jauh [menjadi hal-hal] yang bisa
dijangkau dengan mudah.5Kemudahan dalam mengakses berbagai
informasi ini dapat menjadi jembatan berbagai nilai-nilai
budaya dan agama di dunia. Dengan adanya “jembatan
penghubung” itu, sangat mungkin terjadi berbagai gesekan,
kompetisi liar yang saling mempengaruhi, mengalahkan atau
dikalahkan, atau saling kerjasama yang akan menghasilkan
sintesa dan antitesa baru.6
Globalisasi seperti hal lain di dunia ini memiliki sisi
positif dan negatif. Globalisasi sebagai hasil ilmu
teknologi mempunyai beberapa makna, yaitu alat dan
ideologi. Sebagai alat, globalisasi sangat netral dan
mengandung hal-hal positif, ketika digunakan untuk tujuan
baik. Sebagai contoh, internet sebagai salah satu
perangkat globalisasi sangat bermanfaat bagi dunia
5 Ibid, 19.6Ibid, 20.
Hal. 3 dari 22
pendidikan. Dengan internet kita dapat mengunggah konten
materi pelajaran atau dakwah di internet yang dapat
diakses oleh siswa atau bahkan siapa saja yang ingin
mengambil manfaat dari konten tersebut. Contoh lainnya
adalah penemuan perangkat multimedia yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran sehingga siswa tidak hanya
disuguhi materi dengan hanya metodeklasik dan monoton.
Materi dapat diberikan dengan format multimedia seperti
video, audio, animasi, media interaktif, game dan
simulasi digital yang membuat peserta didik lebih
tertarik dalam penyampaian materi.
Namun demikian, teknologi informasi dapat menjadi
boomerang bagi dunia pendidikan. Sebut saja game, mulai
dari konsol sampai game online sangat mempengaruhi minat
belajar peserta didik. Kita dapat melihat tempat-tempat
persewaan game dan internet selalu ramai dipenuhi
pengunjung yang mayoritas masih anak-anak usia sekolah.
Ironisnya, pada jam pelajaran pun tempat-tempat seperti
ini masih banyak pengunjungnya. Belum lagi perangkat
komunikasi seperti handphone yang hampir semua siswa
memilkinya, seringkali siswa membawa handphone ke sekolah.
Di atas telah diuraikan tentang krisis keagamaan yang
melanda Indonesia dan modernitas serta globalisasi yang
menjadi penyebab krisis tersebut disamping dampak positif
yang ditimbulkan. Peneliti selanjutnya ingin menguraikan
hubungan krisis tersebut dengan dunia pendidikan.
Pendidikan adalah wadah untuk menggodok generasi muda
sebagai pewaris bangsa. Ketika dampak negatif globalisasiHal. 4 dari 22
dan modernitas berdampak pada dunia pendidikan, tentu
dapat mempengaruhi hasil masakan pendidikan, yaitu
pemimpin-pemimpin bangsa. Saat ini kita dapat melihat
dampak negatif hedonisme dan materialisme terhadap
“produk pendidikan” selama ini. Banyak pejabat yang
terlibat korupsi dan kejahatan lain, kebijakan pendidikan
yang hanya mementingkan kecerdasan intelektual dan
mengesampingkan perkembangan keberagaman peserta didik.
Pendidikan agama seakan tidak penting dan diberi porsi
yang sangat sedikit sehingga siswa merasa bangga jika
menjuarai olimpiade sains meski tidak mengenal Tuhan. Dan
banyak hal negatif lain akibat dari hedonisme dan
materialisme ini.
Tujuan umum pendidikan dan pendidikan agama Islam..
Tujuan umum pendidikan nasional adalah membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.7
Sebelum peneliti menguraikan tujuan pendidikan agama
Islam, alangkah baiknya penulis menjelaskan pengertian
pendidikan agama Islam terlebih dahulu. Di dalam GBPP PAI
di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam
7 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II, Pasal 3.
Hal. 5 dari 22
adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan
memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan nasional.8
Tujuan umum pendidikan agama Islam adalah “meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta
didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara”(GBPP PAI, 1994).9
Pendidikan agama Islam sebagai salah satu komponen dalam
sistem pendidikan nasional memegang peranan penting dalam
tujuan umum pendidikan nasional dan secara khusus menjadi
bagian vital guna mencetak generasi yang beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia.
Ilmu pengetahuan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman lebih tinggi dari pada orang-orang yang beriman
tapi tidak berilmu. Iman dapat mengontrol orang-orang
yang berilmu agar tidak menggunakan pengetahuannya antuk
hal-hal yang negatif. Ilmu pengetahuan mempunyai nilai
yang bebas dan relatif tergantung kepada si empunya. Ilmu
dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia ketika
pemegangnya adalah orang yang beriman, sebaliknya akan
8 Drs. Muhaimin,M.A. et. al., Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet. 3, 75-76.9Ibid, 78.
Hal. 6 dari 22
berbahaya ketika ilmu pengetahuan dimanfaatkan oleh orang
yang tidak beriman atau jahat. Iman dan ilmu adalah dua
hal yang saling terkait. Dengan ilmu keimanan kita akan
semakin mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu
dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan
ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat
kerusakan10.Pendidikan Agama Islam memegang peranan
penting dalam membentuk peserta didik menjadi orang
berilmu yang beriman.Kita telah tahu bagaimana ilmu
pengetahuan yang berdasarkan rasionalitas telah
menghancurkan sisi kemanusiaan manusia dan menjajarkan
manusia dengan hewan lainnya. Sebut saja teori evolusi
yang menyebutkan bahwa “manusia adalah kera yang
berevolusi” telah “mendarah daging” dalam ilmu
pengetahuan alam (Science) di sekolah-sekolah dasar.
Oleh karena itu iman adalah hal yang wajib diajarkan
kepada peserta didik dalam rangka membentengi peserta
didik dari paham-paham keilmuan yang tidak sesuai dengan
Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi tujuan
umum pendidikan nasional searah dengan yang dijelaskan
dalam Al- Quranbahwa manusia yang paling mulia adalah
yang paling bertakwa11. Sedangkan dalam pencapaian
ketakwaan, dibutuhkan proses pendidikan dan pembelajaran
untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat menuntun manusia
kepada ketakwaan. Al- Quran menyebutkan bahwa orang
paling bertakwa kepada-Nya adalah orang-orang yang10Ilham Budianto,Iman, Ilmu, dan Amal,http://prezi.com/l5te-mpd5xxm/iman-ilmu-dan-amal/, diakses pada tanggal 21 Desember 2013, jam 9.51.11 Al-Quran, 49 (Al-Hujurat), 13.
Hal. 7 dari 22
berilmu12.Ketakwaan dan keimanan adalah dasar yang
membentuk manusia yang berakhlak mulia.
Akhlakmulia adalah akhlak yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa
Nabi Muhammad SAW diutus dalam rangka menyempurkanakhlak
mulia manusia13. Allah mengukuhkan bahwa Nabi Muhammad SAW
memiliki akhlak yang agung14 dan patut menjadi teladan
bagi manusia sebagaimana disebutkan dalam Al – Quran:
ر خ�� لأ� ٱ� وم� ي� ل� وٱ� هلل� وٱ ٱ� رج�� ان� ي�� من� ك� ة' ل�� سن� وة' ح� س� ٱ� هلل� ول ٱ� ي� رس� م ف� ك ان� ل� د ك� ق' ل��رٱ ي� ث< ك� هلل� ر ٱ� ك� .٢١وذ�
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.15
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggaris bawahi
bahwa Pendidikan Agama Islam lebih tepat digunakan dalam
pembentukan karakter peserta didik, hanya saja butuh
porsi yang lebih guna mengoptimalkan pendidikan agama
Islam. Sarana dan prasarana juga harus ditingkatkan demi
memudahkan penyampaian materi pendidikan agama Islam.
Tidak lupa metode penyampaian materi harus lebih
dikembangan untuk menarik minat dan memotivasi siswa
dalam mengikuti pelajaran PAI.
12 Al-Quran, 35 (Faathir), 28.13Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Hadits no. 8595.14Al – Quran, 68(Al – Qalam), 4.15Al – Quran, 33 (Al – Ahzaab), 21.
Hal. 8 dari 22
Terlebih lagi peneliti menekankan bahwa pendidikan agama
Islam tidak terlepas dari tiga mata rantai komponen utama
pendidikan, yakni guru sebagai pembimbing, materi
pelajaran agama Islam dan peserta didik.
Peserta didik adalah komponen terpenting, karena ia
menjadi “wadah” ditanamkannya nilai-nilai agama Islam.
Peserta didik-lah yang kelak menjadi ukuran berhasil atau
tidaknya proses pendidikan.
Mempersiapkan peserta didik dalam pengajaran agama Islam
adalah keharusan. Dalam ilmu pendidikan klasik
adapersiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh calon
peserta didik sebelum mengikuti pelajaran agama Islam.
Diantaranya seperti yang disebutkan dalam kitab “Ta’liimul
Muta’allim” bahwa dalam menuntut ilmu siswa harus memenuhi
enam perkara, yaitu 1)Dzuka’un, 2)Hirshun, 3)Ishthibaar,
4)Bulghoh, 5)Irsyaadu Ustadz, 6)Thuuluz Zaman.16
Dari keenam hal tersebut penulis menekankan pada aspek
kedua, yakni hirshun. Peneliti mengartikan hirshun sebagai
keinginan yang kuat dalam belajar. Dan dapat diartikan
hirshun adalah motivasi siswa dalam belajar. Hal ini sesuai
dengan judul penelitian yang dilakukan peneliti.
Motivasi belajar mutlak harus dimiliki oleh peserta
didik. Tantangan dan hambatan terhadap mata pelajaran
agama Islam sangat tinggi dalam era informasi globalisasi
seperti saat ini. Oleh karena itu peneliti menganggap
penting untuk mengadakan penelitian dalam hal motivasi
16Ta’limul Muta’allim,.Hal. 9 dari 22
siswa terhadap materi pelajaran agama Islam, khususnya
faktor-faktor yang dapat meningkatkannya maupun
penghambat.
Sekolah dasar negeri dalam hal ini peneliti anggap
sebagai sekolah umum yang lebih mementingkan pelajaran
umum dari pada pelajaran keagamaan. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kurangnya jam pelajaran yang
diberikan,sarana pembelajaran keagamaan seperti mushola
dan buku-buku keagamaan selain buku teks wajib pun
sedikit sekali sekolah yang menyediakan.
Peneliti berkeyakinan bahwa sekolah umum menyelenggarakan
pendidikan Agama Islam sekedar memenuhi amanat undang-
undang saja dan kurang memotivasi siswanya untuk
berprestasi dalam bidang keagamaan.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana motivasi siswa kelas IV terhadap materi
PAI di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang?
b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa
kelas IV terhadap pengajaran PAI di SDN Kebonsari 04
Malang?
C. Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan motivasi siswa kelas IV terhadap
materi PAI di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi
motivasi siswa terhadap materi PAI di SDN Kebonsari
04 Sukun Malang.
Hal. 10 dari 22
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi:
a) SDN Kebonsari 04 Sukun Malang sebagai bahan
peningkatankualitas pendidikan agama Islam.
b) Peneliti, guna menambah wawasan dan cakrawala keilmuan
khususnya yang berkaitan dengan pendekatan
pembelajaran.
c) Peneliti selanjutnya, guna mempermudah penelitian
lanjutan yang mungkin lebih kompleks tentang motivasi
belajar siswa.
d) Pengembangan ilmu pengetahuan sebagai bahan informasi
tentang proses pembentukan motivasi siswa.
E. Batasan Istilah
Tinjauan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1.
Hasil meninjau; pandangan; pendapat(sesudah meneliti,
mempelajari, dsb).2. perbuatan meninjau.
Peneliti membatasi pengertiantinjauandalam penelitian ini
dengan mengartikan tinjauan sebagai hasil laporan
kegiatan dimana peneliti mengunjungi lokasi penelitian,
melakukan observasi, wawancara dan mendokumentasikan
hasil penelitian tentang motivasi siswa kelas IV terhadap
materi pendidikan agama Islam di SDN Kebonsari 04 Sukun
Malang.
Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti 1)
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadarHal. 11 dari 22
atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu; 2)Psikologi usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya
atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Motivasi dalam penelitian ini adalah minat atau kecondongan
siswa kelas IV terhadap materi pendidikan agama Islam
yang disampaikan oleh guru di kelas.Motivasi siswa
dikatakan baik ketika indikator-indikator di bawah ini
tercapai, diantaranya:
Siswa yang hadir dikelas hampir semua memperhatikan
dengan antusias materi yang disampaikan guru.
Ketidak hadiran siswa rendah.
Siswa hadir tepat waktu menghadiri kelas
Siswa mengikuti pelajaran dengan gembira dan tidak
terpaksa
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan
sungguh-sungguh
Siswa mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik
Motivasi dikatakan rendah atau buruk ketika:
Kebanyakan siswa tidak memperhatikan materi yang
disampaikan guru
Ketidak hadiran siswa tinggi
Siswa sering telat mengikuti pelajaran
Siswa mengikuti pelajaran sekedarnya
Hal. 12 dari 22
Banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang
diberikan
Banyak siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah
Materi pendidikan agama Islam di sekolah umum menurut
GBPP PAI tahun 1994 adalah:
“usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan denganmemperhatikantuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunanantarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujdkan persatuan
nasional.”17
Peneliti membatasi istilah “Pendidkan Agama Islam”
sebagai materi pelajaran agama Islam yang tercantum di
dalam buku teks pelajaran agama Islam kelas IV SD di
bawah kurikulum Diknas.
F. Sistematika Penulisan
I. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang
penelitian tentang motivasi siswa terhadap materi PAI
di SDN Kebonsari 04 Sukun.
II. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka terdiri dari pengertian motivasi,
pengertian pendidikan agama Islam, motivasi siswa
terhadap pengajaran agama Islam, Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi motivasi siswa terhadap pengajaran
agama Islam.
17 Drs. Muhaimin,M.A. et. al., Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet.4, 75-76.
Hal. 13 dari 22
III. BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian yang
dilakukan peneliti, pendekatan penelitian, pemilihan
wilayah penelitian, pemilihan SDN Kebonsari 04 Sukun
Malang sebagai obyek penelitian, penentuan informan
atau responden penelitian, teknik pengambilan data dan
teknik analisis dan penyajian data.
IV. BAB IV Pembahasan
Pembahasan mendeskripsikan tentang hasil penelitian
tentang motivasi siswa kelas IV terhadap pengajaran
agama Islam di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang dan
faktor-faktor pendorong dan penghambat motivasi siswa
kelas IV terhadap pengajaran agama Islam di SDN
Kebonsari 04 Sukun Malang.
V. Penutup
Penutup berisi kesimpulan dan saran terhadap hasil
penelitian yang dilakukan.
Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi buku dan kajian teori yang
peneliti terapkan dalam penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Hal. 14 dari 22
A. Pengertian Motivasi.
Motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai “dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar atau tidak untuk melakukan satu tindakan dengan
tujuan tertentu.”18 Menurut bahasa Arab motivasi disebut
dengan ع دٱف�� �IIIIIIIٱل yang berasal dari akar kata ع yang berarti ذف��mendorong atau menolak.19
Sedangkan menurut istilah, motivasi didefinisikan oleh
Printich & Schunk (di dalam Wahyuni, 2009) sebagai proses
yang terjadi di dalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu
mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga.20 Motivasi dapat
juga dikatakan serangkaian usaha unruk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan
ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka
akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan
tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsangoleh
faktor dari luar tetapi motivasi tumbuh di dalam diri
seseorang. 21 Menurut Atkinson (dalam Esa Nur Wahyuni,
2009) “motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah
kepada adanya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan
satu atau lebih pengaruh-pengaruh.22
18 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia(Jakarta,2008)hal. 973.19 KH. Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif),hal. 409,20 Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran(Malang: UIN-MALANG PRESS, 2009)hal. 13.21 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT RAJAGRAFINDA PERSADA, 2011) hal.75.22 Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2009) hal. 12.
Hal. 15 dari 22
Dalam kegiatan belajar motivasi merupakan hal yang sangat
penting dan berperan dalam mendorong dan mengarahkan
kativitas belajar siswa. Motivasi terbangun dari berbagai
macam aspek dan faktor yang sangat kompleks. Aspek dan
faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam
bertindak, atau mendorong siswa untuk belajar giat saling
terkait satu sama lain. Ketidakadaan satu variabel saja
dapat mempengaruhi “kekuatan” motivasi dalam mendorong
sesseorang dalam bertindak.
Faktor-faktor seperti kebutuhan, orongan, minat, nilai-
nilai, kepercayaan adalah faktor-faktor internal yang ada
dalam diri seseorang dan mempengaruhi motivasi. Faktor-
faktor in disebut motivasi intrinsik. Sedangkan tekanan,
hadiah, hukuman, dan lain sebagainya dikategorikan sebgai
faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang
tetapi juga dapat mempengaruhi motivasi, disebut motivasi
ekstrinsik (Deci & Ryan, 1985, dalam Esa Nur Wahyuni, 2009).
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tubuh dari
dalam diri seseorang dan telah menjadi fenomena yang
penting dalam pendidikan. Karena motivasi intrinsik
berasal dari keinginan yang murni dari diri seseorang,
ia akan terus ada sampai tujuan atau keinginannya
tercapai.
Dalam pembelajaran, ketika siswa termotivasi secara
intrinsik, maka siswa tersebut belajarnya terarah
kepada kepuasan diri mencapai keinginannya daripada
Hal. 16 dari 22
sekedar menghindari tekanan, mendapat hadiah, atau
faktor-faktor eksternal lainnya. Brewster & Fager dalam
Esa Nur Wahyuni (2009)23 dalam penelitiannya menemukan
beberapa karakteristik siswa yang termotivasi secara
intrinsik, antara lain:
a. Siswa yang termotivasi secara intrinsik akan
menunjukkan skor tes berprestasi lebih tinggi dari
siswa yang termotivasi secara ekstrinsik (Dev,
1997, Skinner & Belmont, 1991),
b. Lebih mudah beradaptasi dengan situasi lingkungan
di sekolah (Skinner & Belmont, 1991),
c. Lebih banyak menggunakan strategi-strategi dalam
memproses dan memahami informasi (Lumsden, 1994),
d. Lebih memilki percaya diri akan kemampuannya pada
saat menerima atau mempelajari materi baru,
e. Lebih banyak menggunakan logika dan strategi dalam
mengumpulkan informasi, serta menggunakan
strategi-strategi dalam mengambil keputusan dari
pada siswa yang termotivasi secara eksintrik (dev,
1997),
f. Mengingat informasi dan konsep-konsep lebih lama,
sehingga tidak terlalu membutuhkan remedial atau
review (Dev, 1997),
g. Lebih memiliki semangat atau keinginan melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi (belajar sepanjang
23 Ibid. 28-38.Hal. 17 dari 22
hayat) dari pada siswa yang termotivasi secara
ekstrinsik dalam belajar (Khon, 1993).
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi eksintrik dibangun dari stimulus dari luar diri
seseorang. Oleh karena itu sifatnya temporer, selama
stimulus masih ada motivasi akan terus ada dalam diri
seseorang tersebut. Namun ketika stimulus itu hilang,
maka motivasi itu pun akan hilang meski tujuan dari
stimulus itu belum tercapai.
Menurut Deci & Ryan (2000) dalam Esa Nur Wahyuni (2009)
pada umumnya pendidikan di sekolah tidak dirancang untuk
menumbuhkan motivasi intrinsik, sehingga seringkali
muncul pertanyaan bagaimana memotivasi siswa untuk
melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan self regulate,
tanpa tekanan atau kontrol eksternal, dan menjadi bagian
ari tanggung jawab siswa sendiri.
B. Pengertian Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan agama Islam terdiri dari tiga kata, yaitu
pendidikan, agama dan Islam. Pendidikan berasal dari kata
didik yang berarti“memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”.24
C. Motivasi Siswa Terhadap Pengajaran Agama Islam
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Terhadap
Pengajaran Agama Islam Di Sekolah.
24
Hal. 18 dari 22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Deskripsi Latar Penelitian.
Dalam penelitian kali ini, peneliti memohon izin kepada
kepala sekolah SDN Kebonsari 04 Sukun untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut dan menyerahkan surat
pengantar dari Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Malang sebagai bukti dalam penelitian yang
dilakukan.
Obyek penelitian ini merupakan sekolah dasar negeri yang
berada di bawah payung Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Secara sosio-geografis,
SDN Kebonsari 04 Sukun terletak di pinggiran kota Malang.
Suatu kawasan tempat bertemunya modernitas perkotaan yang
menonjolkan materialistik dan kearifan lokal pedesaan
yang religius dan gotong royong.
B. Popoulasi
Populasi merupakan sekumpulan unsur atau elemen yang
menjadi objek penelitian. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa IV SD Negeri
Kebonsari 04 Sukun yang berjumlah 40 siswa.
C. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan
kualitatif. Yaitu peneliti mengumpulkan data-data yang
tidak bersifat numerik, tetapi berasal dari naskah,
Hal. 19 dari 22
wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, memo dan
dokumen resmi seperti raport ataupun ledger.
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik
observasi, wawancara dan dokumen. Untuk mengetahui lebi
jelas, penulis akan menguraikan sebagai berikut:
a. Observasi
Peneliti mengadakan observasi terhadap kegiatan
belajar mengajar, keadaan sekolah, keadaan guru,
keadaan siswa, keadaan orang tua siswa dan sarana
yang dimiliki serta kegiatan pembelajaran agama
Islam untuk mendapatkan gambaran umum kondisi
obyektif sekolah.
b. Wawancara
Peneliti mengadakan wawancara dengan Kepala
Sekolah, para guru, siswa dan orang tua siswa guna
mendapatkan data tentang motivasi siswa kelas IV
terhadap pengajaran Agama Islam di SDN Kebonsari
04 Sukun.
c. Dokumen
Peneliti memerlukan berbagai dokumen, diantaranya
data guru Agama Islam, data siswa, absensi guru,
absensi siswa, buku ledger, akta sekolah dan lain-
lain.
D. Pemilihanwilayah.
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan
dilakukan, berserta jalan dan kotanya. Dalam penelitianHal. 20 dari 22
ini peneliti mengambil lokasi di SDN Kebonsari 04 Kacuk
Sukun Malang, Jawa Timur.
SDN Kebonsari 04 Kacuk Sukun merupakan sekolah dasar
negeri yang berada di pinggiran kota Malang. Pinggiran
kota merupakan tempat bertemunya budaya hedonis dan
materi perkotaan dengan budaya sosial religius
pedesaan.
E. Pemilihan SDN Kebonsari 04 Sukun
Peneliti mengadakan penelitian di SDN Kebonsari 04
dengan alasan bahwa SDN Kebonsari 04 Sukun merupakan
sekolah dasar umum negeri yang notabene lebih dengan
harapan dapat menemukan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan maupun yang menjadi penghambat motivasi
siswa terhadap pengajaran agama Islam.
F. Penentuan informan / Responden penelitian
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa
catatan wawancara, rekaman dokumen, nilai pelajaran
agama Islam yang tertera dalam buku ledger dan
raport.Peneliti membuat instrumen wawancara guna
menemukan faktor-faktor baik yang dapat meningkatkan
maupun yang dapat menghambat motivasi siswa terhadap
materi pendidikan agama Islam. Dalam hal ini peneliti
menggali data dari orang tua tentang bagaimana sikap
belajar siswa di rumah, juga fasilitas yang disediakan
orang tua bagi siswa.
Peneliti juga mengambil data dari siswa guna mengetahui
tentang kecondongan siswa terhadap mata pelajaran agamaHal. 21 dari 22
Islam di sekolah, metode pengajaran guru serta sarana
pembelajaran agama Islam di sekolah.
Peneliti menentukan responden dari kelas IV karena
dinilai sebagai kelas pertengahan yang dapat diajak
berkomunikasi dengan baik juga tidak mengganggu
persiapan menghadapi ujian nasional ketika mengambil
dari siswa kelas VI.
Sumber data berikutnya adalah guru agama sebagai
pengampu materi pelajaran agama Islam. Peneliti
mengambil data berupa nilai ulangan dan raport siswa,
kurikulum serta metode pengajaran yang digunakan.
Peneliti melakukan observasi lapangan untuk menentukan
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa terhadap pengajaran agama Islam di SDN
Kebonsari 04 Kacuk Sukun.
G. Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, peneliti menganalisa
dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif,
artinya data-data yang terkumpul dipilah-pilah dan
dikelompokkan. Sedangkan angka-angka yang ada
dijumlahkan, dibagi, diprosentase dan dikualitaskan.
H. Penyajian data & analisis data
Hal. 22 dari 22