proposal penelitian tinjauan motivasi siswa

of 22 /22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak runtuhnya Orde Baru telah meluluh lantakkan sendi-sendi kehidupan bangsa. Banyak sekali persoalan-persoalan yang muncul baik dalam hal politik, ekonomi, budaya dan yang paling menyedihkan adalah krisis keagamaan yang melanda pemuda dan pemudi Indonesia. Kita sudah sangat jarang melihat sekumpulan remaja yang berbondong-bondong ke masjid atau langgar saat petang hari. Kebanyakan pemuda saat sore hari berbondong ke lapanga futsal dan sejenisnya. Mereka lebih suka menghabiskan waktu sore di lapangan futsa dari pada mengaji ilmu agama di masjid, langgar atau tempat ilmu lainnya. Sedangkan para pemudi lebih suka bersolek dan memamerkan kecantikan mereka di depan rumah dan di jalan-jalan. Belum lagi saat malam minggu tiba, pemuda pemudi lebih suka berpacaran dan berduaan. Keadaan seperti itu diperparah dengan modernisasi yang lebih tepat bila disebut sebagai westernisasi. Pluralis dan liberalis seperti Daniel Lerner, Gabriel Almond, James Coleman, Karl Deutsh dan Mc T. Kahin dalam Prof. A. Qodri Aziz, Ph.D beranggapan bahwa modernisasi identik dengan westernisasi, sekularisasi, demokratisasi, dan Hal. 1 dari 22

Upload: twa

Post on 03-Feb-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak

runtuhnya Orde Baru telah meluluh lantakkan sendi-sendi

kehidupan bangsa. Banyak sekali persoalan-persoalan yang

muncul baik dalam hal politik, ekonomi, budaya dan yang

paling menyedihkan adalah krisis keagamaan yang melanda

pemuda dan pemudi Indonesia. Kita sudah sangat jarang

melihat sekumpulan remaja yang berbondong-bondong ke

masjid atau langgar saat petang hari. Kebanyakan pemuda

saat sore hari berbondong ke lapanga futsal dan

sejenisnya. Mereka lebih suka menghabiskan waktu sore di

lapangan futsa dari pada mengaji ilmu agama di masjid,

langgar atau tempat ilmu lainnya. Sedangkan para pemudi

lebih suka bersolek dan memamerkan kecantikan mereka di

depan rumah dan di jalan-jalan. Belum lagi saat malam

minggu tiba, pemuda pemudi lebih suka berpacaran dan

berduaan.

Keadaan seperti itu diperparah dengan modernisasi yang

lebih tepat bila disebut sebagai westernisasi. Pluralis

dan liberalis seperti Daniel Lerner, Gabriel Almond,

James Coleman, Karl Deutsh dan Mc T. Kahin dalam Prof. A.

Qodri Aziz, Ph.D beranggapan bahwa modernisasi identik

dengan westernisasi, sekularisasi, demokratisasi, dan

Hal. 1 dari 22

pada akhirnya liberalisasi1. Modernisasi yang seperti

inimenolak agama dalam kehidupan sosialnya, agama adalah

urusan pribadi. Lebih jauh Prof. A. Qodri Azizy,Ph.D

menyebutkan bahwa untuk mewujudkan modernisasi, agama

dalam masyarakat harus disingkirkan lebih dahulu2.

Modernisasi yang menimbulkan efek sekularisme telah

tampak sekali di barat. Sains dan teknologi dalam

pandangan masyarakat barat telah menigkat peringkatnya

menjadi agama baru dan mereka memper-Tuhan-kan rasio. Hal

ini telah disinggung di dalam Al Qur’an:

43. Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawanafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadipemelihara atasnya?3

Sekularitas barat membuat masyarakatnya bergaya hidup

berlandaskan hasil pemikiran Frederick Nietzsche yang

membuat trend “agama sains” yang memuncak pada filsafat

“God is dead” (Tuhan telah mati). Kemudian Thomas J.

Altizer pada tahun 1960-an menyempurnakan filsafat ini.

Dalam filsafat ini, agama ditertawakan dan tidak boleh

dicampurkan dengan kehidupan umum dan negara4.

Dalam era globalisasi dan informasi seperti saat ini,

modernisasi dengan capat menyebar ke seluruh dunia.

Indonesia pun tidak luput “terpapar” modernisasi.

Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim harus

1 Prof. A. Qodri Azizy, Ph.D, Melawan Globalisasi:Reinterpretasi Ajaran Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset, 2004).2Ibid, 10.3 Al – Quran, 25(Al – Furqaan,43).4 Prof. A. Qodri Azizy,Ph.D, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2004)8 -9.

Hal. 2 dari 22

berhadapan dengan pengaruh modernisasi. Oleh karena itu

konsep modernisasi di Indonesia tidak boleh diidentikkan

dengan westernisasi. Proses modernisasi harus didampingi

kegiatan keagamaan.

Globalisasi sebagai dampak dari modernisasi turut andil

dalam penyebaran budaya-budaya modern barat seperti

hedonisme, materialisme dan rasionalisme liar.

Globalisasi oleh Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan

(dalam A. Qodri Azizy, 2004) didefinisikan sebagai

perkembangan-perkembangan yang cepat di dalam teknologi

komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa

bagian-bagian dunia yang jauh [menjadi hal-hal] yang bisa

dijangkau dengan mudah.5Kemudahan dalam mengakses berbagai

informasi ini dapat menjadi jembatan berbagai nilai-nilai

budaya dan agama di dunia. Dengan adanya “jembatan

penghubung” itu, sangat mungkin terjadi berbagai gesekan,

kompetisi liar yang saling mempengaruhi, mengalahkan atau

dikalahkan, atau saling kerjasama yang akan menghasilkan

sintesa dan antitesa baru.6

Globalisasi seperti hal lain di dunia ini memiliki sisi

positif dan negatif. Globalisasi sebagai hasil ilmu

teknologi mempunyai beberapa makna, yaitu alat dan

ideologi. Sebagai alat, globalisasi sangat netral dan

mengandung hal-hal positif, ketika digunakan untuk tujuan

baik. Sebagai contoh, internet sebagai salah satu

perangkat globalisasi sangat bermanfaat bagi dunia

5 Ibid, 19.6Ibid, 20.

Hal. 3 dari 22

pendidikan. Dengan internet kita dapat mengunggah konten

materi pelajaran atau dakwah di internet yang dapat

diakses oleh siswa atau bahkan siapa saja yang ingin

mengambil manfaat dari konten tersebut. Contoh lainnya

adalah penemuan perangkat multimedia yang dapat digunakan

sebagai media pembelajaran sehingga siswa tidak hanya

disuguhi materi dengan hanya metodeklasik dan monoton.

Materi dapat diberikan dengan format multimedia seperti

video, audio, animasi, media interaktif, game dan

simulasi digital yang membuat peserta didik lebih

tertarik dalam penyampaian materi.

Namun demikian, teknologi informasi dapat menjadi

boomerang bagi dunia pendidikan. Sebut saja game, mulai

dari konsol sampai game online sangat mempengaruhi minat

belajar peserta didik. Kita dapat melihat tempat-tempat

persewaan game dan internet selalu ramai dipenuhi

pengunjung yang mayoritas masih anak-anak usia sekolah.

Ironisnya, pada jam pelajaran pun tempat-tempat seperti

ini masih banyak pengunjungnya. Belum lagi perangkat

komunikasi seperti handphone yang hampir semua siswa

memilkinya, seringkali siswa membawa handphone ke sekolah.

Di atas telah diuraikan tentang krisis keagamaan yang

melanda Indonesia dan modernitas serta globalisasi yang

menjadi penyebab krisis tersebut disamping dampak positif

yang ditimbulkan. Peneliti selanjutnya ingin menguraikan

hubungan krisis tersebut dengan dunia pendidikan.

Pendidikan adalah wadah untuk menggodok generasi muda

sebagai pewaris bangsa. Ketika dampak negatif globalisasiHal. 4 dari 22

dan modernitas berdampak pada dunia pendidikan, tentu

dapat mempengaruhi hasil masakan pendidikan, yaitu

pemimpin-pemimpin bangsa. Saat ini kita dapat melihat

dampak negatif hedonisme dan materialisme terhadap

“produk pendidikan” selama ini. Banyak pejabat yang

terlibat korupsi dan kejahatan lain, kebijakan pendidikan

yang hanya mementingkan kecerdasan intelektual dan

mengesampingkan perkembangan keberagaman peserta didik.

Pendidikan agama seakan tidak penting dan diberi porsi

yang sangat sedikit sehingga siswa merasa bangga jika

menjuarai olimpiade sains meski tidak mengenal Tuhan. Dan

banyak hal negatif lain akibat dari hedonisme dan

materialisme ini.

Tujuan umum pendidikan dan pendidikan agama Islam..

Tujuan umum pendidikan nasional adalah membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.7

Sebelum peneliti menguraikan tujuan pendidikan agama

Islam, alangkah baiknya penulis menjelaskan pengertian

pendidikan agama Islam terlebih dahulu. Di dalam GBPP PAI

di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam

7 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II, Pasal 3.

Hal. 5 dari 22

adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,

memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan

memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat

untuk mewujudkan persatuan nasional.8

Tujuan umum pendidikan agama Islam adalah “meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta

didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia

muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara”(GBPP PAI, 1994).9

Pendidikan agama Islam sebagai salah satu komponen dalam

sistem pendidikan nasional memegang peranan penting dalam

tujuan umum pendidikan nasional dan secara khusus menjadi

bagian vital guna mencetak generasi yang beriman,

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia.

Ilmu pengetahuan mengangkat derajat orang-orang yang

beriman lebih tinggi dari pada orang-orang yang beriman

tapi tidak berilmu. Iman dapat mengontrol orang-orang

yang berilmu agar tidak menggunakan pengetahuannya antuk

hal-hal yang negatif. Ilmu pengetahuan mempunyai nilai

yang bebas dan relatif tergantung kepada si empunya. Ilmu

dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia ketika

pemegangnya adalah orang yang beriman, sebaliknya akan

8 Drs. Muhaimin,M.A. et. al., Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet. 3, 75-76.9Ibid, 78.

Hal. 6 dari 22

berbahaya ketika ilmu pengetahuan dimanfaatkan oleh orang

yang tidak beriman atau jahat. Iman dan ilmu adalah dua

hal yang saling terkait. Dengan ilmu keimanan kita akan

semakin mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu

dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan

ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat

kerusakan10.Pendidikan Agama Islam memegang peranan

penting dalam membentuk peserta didik menjadi orang

berilmu yang beriman.Kita telah tahu bagaimana ilmu

pengetahuan yang berdasarkan rasionalitas telah

menghancurkan sisi kemanusiaan manusia dan menjajarkan

manusia dengan hewan lainnya. Sebut saja teori evolusi

yang menyebutkan bahwa “manusia adalah kera yang

berevolusi” telah “mendarah daging” dalam ilmu

pengetahuan alam (Science) di sekolah-sekolah dasar.

Oleh karena itu iman adalah hal yang wajib diajarkan

kepada peserta didik dalam rangka membentengi peserta

didik dari paham-paham keilmuan yang tidak sesuai dengan

Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi tujuan

umum pendidikan nasional searah dengan yang dijelaskan

dalam Al- Quranbahwa manusia yang paling mulia adalah

yang paling bertakwa11. Sedangkan dalam pencapaian

ketakwaan, dibutuhkan proses pendidikan dan pembelajaran

untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat menuntun manusia

kepada ketakwaan. Al- Quran menyebutkan bahwa orang

paling bertakwa kepada-Nya adalah orang-orang yang10Ilham Budianto,Iman, Ilmu, dan Amal,http://prezi.com/l5te-mpd5xxm/iman-ilmu-dan-amal/, diakses pada tanggal 21 Desember 2013, jam 9.51.11 Al-Quran, 49 (Al-Hujurat), 13.

Hal. 7 dari 22

berilmu12.Ketakwaan dan keimanan adalah dasar yang

membentuk manusia yang berakhlak mulia.

Akhlakmulia adalah akhlak yang dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa

Nabi Muhammad SAW diutus dalam rangka menyempurkanakhlak

mulia manusia13. Allah mengukuhkan bahwa Nabi Muhammad SAW

memiliki akhlak yang agung14 dan patut menjadi teladan

bagi manusia sebagaimana disebutkan dalam Al – Quran:

ر خ�� لأ� ٱ� وم� ي� ل� وٱ� هلل� وٱ ٱ� رج�� ان� ي�� من� ك� ة' ل�� سن� وة' ح� س� ٱ� هلل� ول ٱ� ي� رس� م ف� ك ان� ل� د ك� ق' ل��رٱ ي� ث< ك� هلل� ر ٱ� ك� .٢١وذ�

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.15

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggaris bawahi

bahwa Pendidikan Agama Islam lebih tepat digunakan dalam

pembentukan karakter peserta didik, hanya saja butuh

porsi yang lebih guna mengoptimalkan pendidikan agama

Islam. Sarana dan prasarana juga harus ditingkatkan demi

memudahkan penyampaian materi pendidikan agama Islam.

Tidak lupa metode penyampaian materi harus lebih

dikembangan untuk menarik minat dan memotivasi siswa

dalam mengikuti pelajaran PAI.

12 Al-Quran, 35 (Faathir), 28.13Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Hadits no. 8595.14Al – Quran, 68(Al – Qalam), 4.15Al – Quran, 33 (Al – Ahzaab), 21.

Hal. 8 dari 22

Terlebih lagi peneliti menekankan bahwa pendidikan agama

Islam tidak terlepas dari tiga mata rantai komponen utama

pendidikan, yakni guru sebagai pembimbing, materi

pelajaran agama Islam dan peserta didik.

Peserta didik adalah komponen terpenting, karena ia

menjadi “wadah” ditanamkannya nilai-nilai agama Islam.

Peserta didik-lah yang kelak menjadi ukuran berhasil atau

tidaknya proses pendidikan.

Mempersiapkan peserta didik dalam pengajaran agama Islam

adalah keharusan. Dalam ilmu pendidikan klasik

adapersiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh calon

peserta didik sebelum mengikuti pelajaran agama Islam.

Diantaranya seperti yang disebutkan dalam kitab “Ta’liimul

Muta’allim” bahwa dalam menuntut ilmu siswa harus memenuhi

enam perkara, yaitu 1)Dzuka’un, 2)Hirshun, 3)Ishthibaar,

4)Bulghoh, 5)Irsyaadu Ustadz, 6)Thuuluz Zaman.16

Dari keenam hal tersebut penulis menekankan pada aspek

kedua, yakni hirshun. Peneliti mengartikan hirshun sebagai

keinginan yang kuat dalam belajar. Dan dapat diartikan

hirshun adalah motivasi siswa dalam belajar. Hal ini sesuai

dengan judul penelitian yang dilakukan peneliti.

Motivasi belajar mutlak harus dimiliki oleh peserta

didik. Tantangan dan hambatan terhadap mata pelajaran

agama Islam sangat tinggi dalam era informasi globalisasi

seperti saat ini. Oleh karena itu peneliti menganggap

penting untuk mengadakan penelitian dalam hal motivasi

16Ta’limul Muta’allim,.Hal. 9 dari 22

siswa terhadap materi pelajaran agama Islam, khususnya

faktor-faktor yang dapat meningkatkannya maupun

penghambat.

Sekolah dasar negeri dalam hal ini peneliti anggap

sebagai sekolah umum yang lebih mementingkan pelajaran

umum dari pada pelajaran keagamaan. Hal itu dapat

dibuktikan dengan kurangnya jam pelajaran yang

diberikan,sarana pembelajaran keagamaan seperti mushola

dan buku-buku keagamaan selain buku teks wajib pun

sedikit sekali sekolah yang menyediakan.

Peneliti berkeyakinan bahwa sekolah umum menyelenggarakan

pendidikan Agama Islam sekedar memenuhi amanat undang-

undang saja dan kurang memotivasi siswanya untuk

berprestasi dalam bidang keagamaan.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana motivasi siswa kelas IV terhadap materi

PAI di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang?

b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa

kelas IV terhadap pengajaran PAI di SDN Kebonsari 04

Malang?

C. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan motivasi siswa kelas IV terhadap

materi PAI di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang.

b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi

motivasi siswa terhadap materi PAI di SDN Kebonsari

04 Sukun Malang.

Hal. 10 dari 22

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi:

a) SDN Kebonsari 04 Sukun Malang sebagai bahan

peningkatankualitas pendidikan agama Islam.

b) Peneliti, guna menambah wawasan dan cakrawala keilmuan

khususnya yang berkaitan dengan pendekatan

pembelajaran.

c) Peneliti selanjutnya, guna mempermudah penelitian

lanjutan yang mungkin lebih kompleks tentang motivasi

belajar siswa.

d) Pengembangan ilmu pengetahuan sebagai bahan informasi

tentang proses pembentukan motivasi siswa.

E. Batasan Istilah

Tinjauan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1.

Hasil meninjau; pandangan; pendapat(sesudah meneliti,

mempelajari, dsb).2. perbuatan meninjau.

Peneliti membatasi pengertiantinjauandalam penelitian ini

dengan mengartikan tinjauan sebagai hasil laporan

kegiatan dimana peneliti mengunjungi lokasi penelitian,

melakukan observasi, wawancara dan mendokumentasikan

hasil penelitian tentang motivasi siswa kelas IV terhadap

materi pendidikan agama Islam di SDN Kebonsari 04 Sukun

Malang.

Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti 1)

dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadarHal. 11 dari 22

atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan

tujuan tertentu; 2)Psikologi usaha yang dapat menyebabkan

seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan

sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya

atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Motivasi dalam penelitian ini adalah minat atau kecondongan

siswa kelas IV terhadap materi pendidikan agama Islam

yang disampaikan oleh guru di kelas.Motivasi siswa

dikatakan baik ketika indikator-indikator di bawah ini

tercapai, diantaranya:

Siswa yang hadir dikelas hampir semua memperhatikan

dengan antusias materi yang disampaikan guru.

Ketidak hadiran siswa rendah.

Siswa hadir tepat waktu menghadiri kelas

Siswa mengikuti pelajaran dengan gembira dan tidak

terpaksa

Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan

sungguh-sungguh

Siswa mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik

Motivasi dikatakan rendah atau buruk ketika:

Kebanyakan siswa tidak memperhatikan materi yang

disampaikan guru

Ketidak hadiran siswa tinggi

Siswa sering telat mengikuti pelajaran

Siswa mengikuti pelajaran sekedarnya

Hal. 12 dari 22

Banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang

diberikan

Banyak siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah

Materi pendidikan agama Islam di sekolah umum menurut

GBPP PAI tahun 1994 adalah:

“usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan denganmemperhatikantuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunanantarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujdkan persatuan

nasional.”17

Peneliti membatasi istilah “Pendidkan Agama Islam”

sebagai materi pelajaran agama Islam yang tercantum di

dalam buku teks pelajaran agama Islam kelas IV SD di

bawah kurikulum Diknas.

F. Sistematika Penulisan

I. BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang

penelitian tentang motivasi siswa terhadap materi PAI

di SDN Kebonsari 04 Sukun.

II. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka terdiri dari pengertian motivasi,

pengertian pendidikan agama Islam, motivasi siswa

terhadap pengajaran agama Islam, Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi motivasi siswa terhadap pengajaran

agama Islam.

17 Drs. Muhaimin,M.A. et. al., Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet.4, 75-76.

Hal. 13 dari 22

III. BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian yang

dilakukan peneliti, pendekatan penelitian, pemilihan

wilayah penelitian, pemilihan SDN Kebonsari 04 Sukun

Malang sebagai obyek penelitian, penentuan informan

atau responden penelitian, teknik pengambilan data dan

teknik analisis dan penyajian data.

IV. BAB IV Pembahasan

Pembahasan mendeskripsikan tentang hasil penelitian

tentang motivasi siswa kelas IV terhadap pengajaran

agama Islam di SDN Kebonsari 04 Sukun Malang dan

faktor-faktor pendorong dan penghambat motivasi siswa

kelas IV terhadap pengajaran agama Islam di SDN

Kebonsari 04 Sukun Malang.

V. Penutup

Penutup berisi kesimpulan dan saran terhadap hasil

penelitian yang dilakukan.

Daftar Pustaka

Berisi daftar referensi buku dan kajian teori yang

peneliti terapkan dalam penelitian.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Hal. 14 dari 22

A. Pengertian Motivasi.

Motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai “dorongan yang timbul pada diri seseorang secara

sadar atau tidak untuk melakukan satu tindakan dengan

tujuan tertentu.”18 Menurut bahasa Arab motivasi disebut

dengan ع دٱف�� �IIIIIIIٱل yang berasal dari akar kata ع yang berarti ذف��mendorong atau menolak.19

Sedangkan menurut istilah, motivasi didefinisikan oleh

Printich & Schunk (di dalam Wahyuni, 2009) sebagai proses

yang terjadi di dalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu

mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga.20 Motivasi dapat

juga dikatakan serangkaian usaha unruk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan

ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka

akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan

tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsangoleh

faktor dari luar tetapi motivasi tumbuh di dalam diri

seseorang. 21 Menurut Atkinson (dalam Esa Nur Wahyuni,

2009) “motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah

kepada adanya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan

satu atau lebih pengaruh-pengaruh.22

18 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia(Jakarta,2008)hal. 973.19 KH. Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif),hal. 409,20 Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran(Malang: UIN-MALANG PRESS, 2009)hal. 13.21 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT RAJAGRAFINDA PERSADA, 2011) hal.75.22 Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2009) hal. 12.

Hal. 15 dari 22

Dalam kegiatan belajar motivasi merupakan hal yang sangat

penting dan berperan dalam mendorong dan mengarahkan

kativitas belajar siswa. Motivasi terbangun dari berbagai

macam aspek dan faktor yang sangat kompleks. Aspek dan

faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam

bertindak, atau mendorong siswa untuk belajar giat saling

terkait satu sama lain. Ketidakadaan satu variabel saja

dapat mempengaruhi “kekuatan” motivasi dalam mendorong

sesseorang dalam bertindak.

Faktor-faktor seperti kebutuhan, orongan, minat, nilai-

nilai, kepercayaan adalah faktor-faktor internal yang ada

dalam diri seseorang dan mempengaruhi motivasi. Faktor-

faktor in disebut motivasi intrinsik. Sedangkan tekanan,

hadiah, hukuman, dan lain sebagainya dikategorikan sebgai

faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang

tetapi juga dapat mempengaruhi motivasi, disebut motivasi

ekstrinsik (Deci & Ryan, 1985, dalam Esa Nur Wahyuni, 2009).

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tubuh dari

dalam diri seseorang dan telah menjadi fenomena yang

penting dalam pendidikan. Karena motivasi intrinsik

berasal dari keinginan yang murni dari diri seseorang,

ia akan terus ada sampai tujuan atau keinginannya

tercapai.

Dalam pembelajaran, ketika siswa termotivasi secara

intrinsik, maka siswa tersebut belajarnya terarah

kepada kepuasan diri mencapai keinginannya daripada

Hal. 16 dari 22

sekedar menghindari tekanan, mendapat hadiah, atau

faktor-faktor eksternal lainnya. Brewster & Fager dalam

Esa Nur Wahyuni (2009)23 dalam penelitiannya menemukan

beberapa karakteristik siswa yang termotivasi secara

intrinsik, antara lain:

a. Siswa yang termotivasi secara intrinsik akan

menunjukkan skor tes berprestasi lebih tinggi dari

siswa yang termotivasi secara ekstrinsik (Dev,

1997, Skinner & Belmont, 1991),

b. Lebih mudah beradaptasi dengan situasi lingkungan

di sekolah (Skinner & Belmont, 1991),

c. Lebih banyak menggunakan strategi-strategi dalam

memproses dan memahami informasi (Lumsden, 1994),

d. Lebih memilki percaya diri akan kemampuannya pada

saat menerima atau mempelajari materi baru,

e. Lebih banyak menggunakan logika dan strategi dalam

mengumpulkan informasi, serta menggunakan

strategi-strategi dalam mengambil keputusan dari

pada siswa yang termotivasi secara eksintrik (dev,

1997),

f. Mengingat informasi dan konsep-konsep lebih lama,

sehingga tidak terlalu membutuhkan remedial atau

review (Dev, 1997),

g. Lebih memiliki semangat atau keinginan melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi (belajar sepanjang

23 Ibid. 28-38.Hal. 17 dari 22

hayat) dari pada siswa yang termotivasi secara

ekstrinsik dalam belajar (Khon, 1993).

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi eksintrik dibangun dari stimulus dari luar diri

seseorang. Oleh karena itu sifatnya temporer, selama

stimulus masih ada motivasi akan terus ada dalam diri

seseorang tersebut. Namun ketika stimulus itu hilang,

maka motivasi itu pun akan hilang meski tujuan dari

stimulus itu belum tercapai.

Menurut Deci & Ryan (2000) dalam Esa Nur Wahyuni (2009)

pada umumnya pendidikan di sekolah tidak dirancang untuk

menumbuhkan motivasi intrinsik, sehingga seringkali

muncul pertanyaan bagaimana memotivasi siswa untuk

melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan self regulate,

tanpa tekanan atau kontrol eksternal, dan menjadi bagian

ari tanggung jawab siswa sendiri.

B. Pengertian Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan agama Islam terdiri dari tiga kata, yaitu

pendidikan, agama dan Islam. Pendidikan berasal dari kata

didik yang berarti“memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”.24

C. Motivasi Siswa Terhadap Pengajaran Agama Islam

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Terhadap

Pengajaran Agama Islam Di Sekolah.

24

Hal. 18 dari 22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Deskripsi Latar Penelitian.

Dalam penelitian kali ini, peneliti memohon izin kepada

kepala sekolah SDN Kebonsari 04 Sukun untuk melakukan

penelitian di sekolah tersebut dan menyerahkan surat

pengantar dari Fakultas Agama Islam, Universitas

Muhammadiyah Malang sebagai bukti dalam penelitian yang

dilakukan.

Obyek penelitian ini merupakan sekolah dasar negeri yang

berada di bawah payung Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia. Secara sosio-geografis,

SDN Kebonsari 04 Sukun terletak di pinggiran kota Malang.

Suatu kawasan tempat bertemunya modernitas perkotaan yang

menonjolkan materialistik dan kearifan lokal pedesaan

yang religius dan gotong royong.

B. Popoulasi

Populasi merupakan sekumpulan unsur atau elemen yang

menjadi objek penelitian. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa IV SD Negeri

Kebonsari 04 Sukun yang berjumlah 40 siswa.

C. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan

kualitatif. Yaitu peneliti mengumpulkan data-data yang

tidak bersifat numerik, tetapi berasal dari naskah,

Hal. 19 dari 22

wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, memo dan

dokumen resmi seperti raport ataupun ledger.

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik

observasi, wawancara dan dokumen. Untuk mengetahui lebi

jelas, penulis akan menguraikan sebagai berikut:

a. Observasi

Peneliti mengadakan observasi terhadap kegiatan

belajar mengajar, keadaan sekolah, keadaan guru,

keadaan siswa, keadaan orang tua siswa dan sarana

yang dimiliki serta kegiatan pembelajaran agama

Islam untuk mendapatkan gambaran umum kondisi

obyektif sekolah.

b. Wawancara

Peneliti mengadakan wawancara dengan Kepala

Sekolah, para guru, siswa dan orang tua siswa guna

mendapatkan data tentang motivasi siswa kelas IV

terhadap pengajaran Agama Islam di SDN Kebonsari

04 Sukun.

c. Dokumen

Peneliti memerlukan berbagai dokumen, diantaranya

data guru Agama Islam, data siswa, absensi guru,

absensi siswa, buku ledger, akta sekolah dan lain-

lain.

D. Pemilihanwilayah.

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan

dilakukan, berserta jalan dan kotanya. Dalam penelitianHal. 20 dari 22

ini peneliti mengambil lokasi di SDN Kebonsari 04 Kacuk

Sukun Malang, Jawa Timur.

SDN Kebonsari 04 Kacuk Sukun merupakan sekolah dasar

negeri yang berada di pinggiran kota Malang. Pinggiran

kota merupakan tempat bertemunya budaya hedonis dan

materi perkotaan dengan budaya sosial religius

pedesaan.

E. Pemilihan SDN Kebonsari 04 Sukun

Peneliti mengadakan penelitian di SDN Kebonsari 04

dengan alasan bahwa SDN Kebonsari 04 Sukun merupakan

sekolah dasar umum negeri yang notabene lebih dengan

harapan dapat menemukan faktor-faktor yang dapat

meningkatkan maupun yang menjadi penghambat motivasi

siswa terhadap pengajaran agama Islam.

F. Penentuan informan / Responden penelitian

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa

catatan wawancara, rekaman dokumen, nilai pelajaran

agama Islam yang tertera dalam buku ledger dan

raport.Peneliti membuat instrumen wawancara guna

menemukan faktor-faktor baik yang dapat meningkatkan

maupun yang dapat menghambat motivasi siswa terhadap

materi pendidikan agama Islam. Dalam hal ini peneliti

menggali data dari orang tua tentang bagaimana sikap

belajar siswa di rumah, juga fasilitas yang disediakan

orang tua bagi siswa.

Peneliti juga mengambil data dari siswa guna mengetahui

tentang kecondongan siswa terhadap mata pelajaran agamaHal. 21 dari 22

Islam di sekolah, metode pengajaran guru serta sarana

pembelajaran agama Islam di sekolah.

Peneliti menentukan responden dari kelas IV karena

dinilai sebagai kelas pertengahan yang dapat diajak

berkomunikasi dengan baik juga tidak mengganggu

persiapan menghadapi ujian nasional ketika mengambil

dari siswa kelas VI.

Sumber data berikutnya adalah guru agama sebagai

pengampu materi pelajaran agama Islam. Peneliti

mengambil data berupa nilai ulangan dan raport siswa,

kurikulum serta metode pengajaran yang digunakan.

Peneliti melakukan observasi lapangan untuk menentukan

faktor eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi

belajar siswa terhadap pengajaran agama Islam di SDN

Kebonsari 04 Kacuk Sukun.

G. Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, peneliti menganalisa

dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif,

artinya data-data yang terkumpul dipilah-pilah dan

dikelompokkan. Sedangkan angka-angka yang ada

dijumlahkan, dibagi, diprosentase dan dikualitaskan.

H. Penyajian data & analisis data

Hal. 22 dari 22