peran pengusaha indonesia dalam menghadapi aec 2015
TRANSCRIPT
PERANAN PENGUSAHA INDONESIA DALAM MENGHADAPI ASSOCIATION
OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS ECONOMIC COMMUNITY 2015
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
Ekonomi Pembangunan
yang dibina oleh Bapak Drs. H. Gatot Isnani, M. Si
oleh :
Anatasya Aulia Anisahadi
130413615009
No urut DPK : 4
081233639107
Jum’at, 7-9
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................... i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................... 1
1.2 Tujuan Pembahasan ....................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ASEAN Economy Community 2015.............. 6
.........................................2.1.1
Latar Belakang Terbentuknya ASEAN Economy
Community 2015....................... 6
2.1.2 Tujuan ASEAN Economy Community 2015. 7
2.1.3 Penerapan ASEAN Economy Community 2015 7
2.1.4 Implementasi ASEAN Economy Community
2015di
Indonesia............................12
2.2 Peran Pengusaha Indonesia dalam ASEAN Economy
Community 2015.............................13
2.2.1 Peluang Indonesia dalam ASEAN Economy
Community 2015.......................................................13
2.2.2....................................Tantan
gan Pengusaha Indonesia dalam ASEAN
Economy
i
Community 2015......................17
2.2.3 Langkah-langkah Pengusaha Indonesia dalam
Menghadapi ASEAN Economy Community 2015 18
2.2.4 Strategi Pengusaha Indonesia dalam
Menghadapi
ASEAN Economy Community 2015...........20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................. 22
3.2 Saran ................................... 22
DAFTAR RUJUKAN .................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara dengan
populasi penduduk terbanyak di kawasan ASEAN bahkan
di dunia. Tidak hanya sebagai negara berpenduduk
terbanyak, Indonesia merupakan negara yang
masyarakatnya adalah masyarakat heterogen dengan
berbagai jenis suku, bahasa, dan adat istiadat yang
terhampar dari Sabang sampai Merauke. Dengan
populasi yang banyak ini, Indonesia mampu memiliki
kekuatan ekonomi yang cukup bagus.
Sebagai negara yang sedang berkembang atau
disingkat NSB, perkembangan ekonomi Indonesia sedang
dalam masa pertumbuhan dan pembangunan yang
diharapkan dapat meningkat secara signifikan.
Menurut Djojohadikusumo dalam Isnani (2009:9)
menyatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah upaya
memperbesar pendapatan per kapita dengan jalan
menambah peralatan modal dan menambah skills. Berbagai
upaya pembangunan telah ditempuh oleh Indonesia demi
peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan
ekonomi. Namun pembangunan ekonomi di negara
berkembang tidak bisa lepas dari permasalahan-
1
permasalahan. Permasalahan pembangunan ekonomi
tersebut adalah tingkat hidup masyarakat yang
tertekan dan rendah (Isnani, 2009:43). Permasalahan
ini merupakan permasalahan kompleks yang
penanganannya membutuhkan waktu yang lama.
Menurut Isnani (2009:43-45) terdapat empat
penyebab masalah dari tingkat hidup yang tertekan
dan rendah yaitu:
a. Keganjilan perimbangan faktor-faktor produksi.
Faktor produksi dalam hubungan ini ditafsirkan
dalam arti luas, yaitu yang terdiri dari sumber
daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal,
dan keahlian (expertise) atau entrepreneur, termasuk di
dalamnya adalah teknologi. Yang menjadi pokok
persoalan dalam keganjilan perimbangan faktor-
faktor produksi adalah terbatasnya sumber daya
produksi bila dibandingkan dengan jumlah tenaga
kerja dan sumber daya alam yang belum maksimal.
Arah kebijakan untuk mengatasi masalah ini adalah
berbagai bentuk upaya pembentukan modal dan
pengembangan sumber daya manusia, termasuk di
dalamnya menumbuhkembangkan jiwa entrepreneur.
b. Kepincangan tingkat pertumbuhan sektor-sektor
produksi. Persoalan dalam hubungan ini adalah
terdapat sektor kegiatan ekonomi yang tumbuh
2
dengan pesat, namun di sisi lain ada pula sektor
kegiatan ekonomi yang tertinggal. Investasi modal
dan penggunaan teknologi pada masa lampau
diarahkan secara intensif pada sektor-sektor yang
terbatas, yaitu sektor perkebunan (pertanian yang
terbatas) dan sektor pertambangan (sektor
ekstraktif). Hal ini tentunya tidak dapat
dilepaskan dari kebijakan masa lampau, yaitu
sebagai kebijakan pemerintah kolonial yang
memiliki pengaruh hingga jangka panjang. Akibatnya
sebagian besar penduduk masih tergantung pada
sektor pertanian dan selanjutnya akan memunculkan
pengangguran tak kentara (disguised unemployment)
sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Arah
kebijakan untuk mengatasi permasalahan ini adalah
upaya untuk mengembangkan berbagai sektor kegiatan
ekonomi yang semakin meluas.
c. Kepincangan pembagian kekayaan dan pendapatan.
Persoalan dalam hubungan ini adalah hanya sebagian
kecil masyarakat yang menguasai kekayaan dan
menikmati sebagian besar pendapatan. Kepincangan
ini pun juga berlaku pada pembagian pendapatan di
daerah perkotaan dan pedesaan. Pada beberapa
daerah tertentu mengalami perkembangan pesat dan
masyarakatnya memperoleh pendapatan yang lebih
3
tinggi dibandingkan dengan daerah yang lain. Arah
kebijakan dalam hubungan ini adalah berbagai upaya
untuk menciptakan pembagian pendapatan yang
merata, antar golongan maupun antar daerah dalam
masyarakat.
d. Kelemahan kelembagaan dan sifat hidup
masyarakat. Persoalan dalam masalah ini adalah
masyarakat NSB berada dalam pergolakan transisi
yang sering tedapat adanya kelemahan pada
kelembagaan masyarakat dan pada sifat kebiasaan
hidup, bila diuji dengan pertimbangan modernisasi.
Aspek-aspek tersebut kurang memadai dari sudut
kelancaran pembangunan dan kemajuan masyarakat.
Modernisasi masyarakat memerlukan perubahan dan
penyesuaian, baik dalam sikap hidup maupun pada
kelembagaannya. Arah kebijakan dalam mengatasi
problema ini adalah berbagai upaya untuk
memberdayakan kelembagaan masyarakat serta upaya
untuk memperbaiki sifat-sifat hidup masyarakat
yang lebih kondusif.
Dalam perekonomian global saat ini, kita harus
menghadapi permasalahan bukan hanya mengenai
permasalahan pembangunan nasional seperti di atas,
namun juga permasalahan yang berasal dari eksternal
yang berdampak langsung terhadap pembangunan ekonomi
4
nasional, salah satunya yaitu permasalahan
persaingan pasar bebas. Pasar bebas merupakan konsep
yang telah cukup lama dikenal dalam perdagangan
internasional. Konsep pasar bebas yang menawarkan
kebebasan bagi pihak-pihak di dalamnya untuk
mengambil keputusan ekonomi, termasuk harga, barang,
dan jasa disusun sedemikian rupa dengan tidak saling
memaksa dan disetujui oleh penjual dan pembeli.
Dalam hal ini, campur tangan pemerintah dalam
regulasi harga diminimalisir bahkan ditiadakan.
Konsep ini sudah diterapkan di banyak negara,
beberapa di antaranya adalah Uni Eropa yang
melibatkan negara-negara di Eropa dan NAFTA yang
melibatkan negara-negara di Amerika Utara. Menyusul
kesuksesan Uni Eropa dan NAFTA, negara-negara di
Asia Tenggara menyepakati dibentuknya Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) atau yang biasa disebut ASEAN
Economic Community yang akan mulai diterapkan pada
akhir tahun 2015.
Ini akan menjadi modal yang penting untuk
mempersiapkan masyarakat Indonesia menuju AEC tahun
2015. Sebagai salah satu dari tiga pilar utama ASEAN
Community 2015, ASEAN Economic Community yang dibentuk
dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN menjadi
lebih baik serta mampu bersaing dengan negara-negara
5
yang perekonomiannya lebih maju dibandingkan negara-
negara berkembang di Asia Tenggara.
Selain itu juga dengan terwujudnya ASEAN
Community yang dimana di dalamnya terdapat AEC,
dapat menjadikan posisi ASEAN menjadi lebih
strategis di kancah Internasional. Selain itu,
dengan terwujudnya komunitas masyarakat ekonomi
ASEAN ini dapat membuka mata semua pihak, sehingga
terjadi suatu dialog antar sektor yang dimana
nantinya juga saling melengkapi diantara para
stakeholder sektor ekonomi di negara-negara ASEAN.
Dengan adanya pasar bebas yang berlaku,
Indonesia mulai mengembangkan usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) sebagai salah satu pilar ekonominya.
Dibukanya pasar bebas ASEAN Economic Community
memiliki pengaruh besar tidak hanya bagi perusahaan-
perusahaan besar, namun juga bagi UMKM-UMKM
tersebut. Bayang-bayang persaingan langsung dengan
produk impor menuntut pelaku UMKM untuk mencari
jalan keluar.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi IX ASEAN di
Bali tahun 2003 lalu merupakan sejarah baru bagi
solidaritas kawasan Asia Tenggara dengan tercapainya
kesepakatan Bali Concord II. Kesepakatan Bali Concord
II tidak hanya menyepakati pembentukan ASEAN Economic
6
Community, namun juga menyepakati pembentukan
komunitas ASEAN di bidang Keamanan Politik (ASEAN
Political-Security Community) dan Sosial Budaya (ASEAN
Socio- Culture Community) (Syukriah dan Hamdani,
2013:112)
Dalam pertemuan itu menghasilkan blue print AEC
yang intinya bahwa ASEAN sebagai pusat perdagangan
regional yang terintegrasi dan dapat disejajarkan
dengan Masyarakat Uni Eropa. Menurut Suatma (2012),
dalam blue print ASEAN Economic Community terdapat empat
prioritas dalam kerangka AEC yaitu:
1. Adanya arus barang dan jasa yang bebas (free flow
good services),
2. Ekonomi regional yang kompetitif (competitive
economic region),
3. Perkembangan ekuitas ekonomi (equitable economic
development),
4. Integrasi memasuki ekonomi global (full integration into
global economy).
Pada dasarnya Indonesia memiliki permasalahan
yang kompleks dalam menghadapi program ASEAN Economic
Community 2015. Dalam Peraturan Presiden nomor 2
tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019 buku 1 mengenai Agenda
Pembangunan Nasional halaman 27 menyebutkan bahwa
7
mulai diberlakukannya ASEAN Community pada tahun 2015
merupakan peningkatan integrasi yang di satu pihak
akan menciptakan peluang yang lebih besar bagi
perekonomian nasional, tetapi di lain pihak juga
menuntut daya saing perekonomian nasional yang lebih
tinggi. Bukan hanya karena produk barang dan jasa
Indonesia yang belum mampu bersaing dengan negara
lain, namun juga karena faktor sumber-sumber seperti
stakeholder, pendanaan modal, dan sumber produksi
lainnya yang belum mampu menghadapi persaingan dalam
pasar ASEAN. Sehingga perlu adanya strategi-strategi
yang dikembangkan sebelum maupun saat menghadapi
ASEAN Economic Community 2015.
1.2 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian dari ASEAN Economic
Community 2015.
b. Untuk mengetahui peranan pengusaha Indonesia
dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
Teknis penulisan makalah ini berpedoman pada
Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Negeri Malang (UM, 2010)
8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ASEAN Economic Community 2015
ASEAN Economic Community atau dalam bahasa
Indonesia disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN sebagai
salah satu pilar komunitas ASEAN merupakan hasil
dari post agreement negotiation negara-negara anggota
ASEAN dimana tujuan dari post agreement negotiation
tersebut adalah melanjutkan dialog untuk mendorong
kemajuan dan perkembangan dari implementasi
perjanjian yang telah disepakati, yang kemudian
proses negosiasi tersebut juga menjadi mekanisme
untuk menyelesaikan permasalahan dan perbedaan
kepentingan dalam implementasi perjanjian guna
menciptakan solusi dan mencapai kesepakatan yang
akan ditaati oleh semua pihak yang terlibat (Sholeh,
2013). AEC merupakan salah satu program masyarakat
ASEAN yang dicetuskan dalam kesepakatan Bali Concord II.
Dalam kesepakatan Bali Concord II tersebut AEC dicetuskan
9
sebagai bentuk integrasi ekonomi sebagai pasar
tunggal dan berbasis produksi tunggal.
2.1.1Latar Belakang Terbentuknya ASEAN Economic
Community 2015
Pada pertemuan informal para kepala negara
ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia tanggal 15
Desember 1997 telah menyepakati adanya ASEAN
Vision 2020 yang berisi tentang pewujudan kawasan
yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi
dengan pembangunan ekonomi yang merata yang
ditandai dengan penurunan tingkat kemiskinan
dan perbedaan sosial ekonomi. Pada tahun 2003,
decetuskanlah tiga pilar untuk mewujudkan ASEAN
Vision 2020 yaitu ASEAN Economic Community, ASEAN
Politcal-Security Community, dan ASEAN Socio-Cultural
Community (Kuntadi, 2014:15). Pada bulan Januari
2007, disepakati untuk mempercepat pencapaian
ASEAN Economic Community (AEC) yang semula tahun
2020 menjadi tahun 2015 dan pada tahun yang
sama ditandatangani pula pedoman bagi negara-
negara anggota ASEAN untuk mencapai ASEAN
Economic Community (AEC) 2015, yaitu AEC blue print.
Dimana setiap negara-negara anggota ASEAN
berkewajiban untuk komitmen dalam blue print
tersebut yang berisi rencana kerja strategis
10
dalam jangka pendek, menengah dan panjang
hingga tahun 2015 menuju terbentuknya integrasi
ekonomi ASEAN, yaitu menuju single market,
penciptaan kawasan regional ekonomi berdaya
saing tinggi, kawasan pembangunan ekonomi
merata, dan menuju integrasi penuh ekonomi
global.
2.1.2Tujuan ASEAN Economy Community 2015
Sekretariat Negara Republik Indonesia
(2014) menyatakan bahwa tujuan dari pembentukan
ASEAN Community adalah untuk lebih mempererat
integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan
konstelasi politik internasional. ASEAN
menyadari sepenuhnya bahwa ASEAN perlu
menyesuaikan cara pandangnya agar dapat lebih
terbuka dalam menghadapi permasalahan-
permasalahan internal dan eksternal. Sedangkan
Pemberlakuan AEC 2015 sendiri bertujuan untuk
menciptakan pasar tunggal dan basis produksi
yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi, dan
secara ekonomi terintegrasi dengan regulasi
efektif untuk perdagangan dan investasi, yang
di dalamnya terdapat arus bebas lalu lintas
barang, jasa, investasi, dan modal serta
11
difasilitasinya kebebasan pergerakan pelaku
usaha dan tenaga kerja.
2.1.3Penerapan ASEAN Economy Community 2015
ASEAN Economy Community dipilih oleh
negara-negara ASEAN untuk meningkatkan
kemakmuran ekonomi rakyatnya secara bersama-
sama, mengingat cara ini merupakan opsi yang
paling efisien dibandingkan bila upaya
peningkatan kemakmuran dilakukan secara
unilateral. AEC 2015 dalam upaya peningkatkan
kemakmuran ekonomi dilakukan melalui penguatan
daya saing untuk memenangkan kompetisi global,
melalui tahapan integrasi pasar domestik
sebagai pasar tunggal dan integrasi basis
produksi sehingga pada akhirnya mendorong
peningkatan daya saing dalam menembus pasar
global.
Dalam ASEAN Economic Community 2015 Blue Print
halaman 8-30, penerapan AEC dilakukan melalui
tiga tahapan strategis, meliputi :
a. Pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis
produksi. Aliran bebas barang merupakan
salah satu sarana utama dalam mewujudkan
pasar tunggal dan basis produksi. Pasar
tunggal untuk barang dan jasa juga akan
12
mempermudah pengembangan jaringan produksi
di kawasan dan meningkatkan kapasitas ASEAN
sebagai pusat produksi global atau sebagai
bagian dari mata rantai pasokan global.
Aliran bebas sektor jasa merupakan salah
elemen penting dalam mewujudkan komunitas
ekonomi ASEAN, yang di dalamnya tidak ada
hambatan bagi para pemasok jasa ASEAN dalam
penyediaan jasanya secara lintas-negara di
kawasan, sesuai dengan aturan domestik di
setiap negara anggota.
b. Kawasan ekonomi yang berdaya saing. Tujuan
utama kebijakan persaingan usaha adalah
memperkuat budaya persaingan yang sehat.
Institut dan perundang-undangan yang terkait
dengan kabijakan persaingan usaha baru-baru
ini telah terbentuk di beberapa negara
ASEAN.
c. Pertumbuhan ekonomi yang merata dan
terintegrasi dengan perekonomian global.
Mengingat adanya perbedaan tingkat
pembangunan di antara negara-negara ASEAN,
maka proses perluasan dan pendalaman
intergrasi ASEAN harus disertai dengan
kerjasama teknik dan pembangunan untuk
13
mengatasi kesenjangan dan mempercepat
intergrasi ekonomi dari negara-negara
anggota ASEAN yang masih tertinggal sehingga
bermanfaat dari intergrasi ASEAN tersebut
dapat dinikmati secara merata. Hal ini akan
mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk
maju secara bersama-sama. Untuk memungkinkan
para pelaku usaha ASEAN bersaing secara
internasional, menjadikan ASEAN sebagai
bagian yang lebih dinamis dan kuat dalam
mata rantai pasokan global serta menjadi
agar pasar ASEAN tetap menarik bagi
investasi asing, maka sangat penting bagi
ASEAN untuk melihat kawasan lain diluar
ASEAN Economic Community.
Instruksi Presiden nomor 11 tahun 2011
tentang Pemenuhan Komitmen Cetak Biru AEC Tahun
2015 menyatakan bahwa blue print AEC menggambarkan
sebuah kesiapan dan langkah yang harus dicapai
dan jadwal pembentukan AEC. Dalam blue print
tersebut disebutkan bahwa ASEAN memberikan
kesempatan kepada negara-negara yang belum siap
menghadapi perdagangan bebas ini. Setiap enam
bulan antara anggota ASEAN akan melakukan
pertemuan guna mengidentifikasi masalah yang
14
dihadapi dan akan membantu negara-negara yang
belum siap seperti Vietnam, Laos, Myanmar dan
Kamboja. Dalam blue print ini setidaknya terdapat
12 sektor yang menjadi prioritas integrasi
dalam AEC yaitu produk industri, jasa
penerbangan, otomotif, electronic-ASEAN,
elektronika, perikanan, peralatan kesehatan,
produk berbahan baku karet, tekstil dan garmen,
pariwisata, produk berbahan baku kayu, dan jasa
logistik.
Menurut Hidayat (2008:30) terdapat tujuh
poin penting yang dituangkan dalam ASEAN
Economic Community blue print untuk menjelaskan
mekanisme ASEAN Economic Community (AEC) 2015
dalam pembentukan pasar tunggal dan basis
produksi beserta jadwal strategis yang akan
dicapainya, yaitu:
a. Penghapusan Hambatan Tarif (Elimination of
Tariffs).
1. Menghapuskan bea masuk bagi semua barang
impor, kecuali barang yang tergolong dalam
sensitive list (SL) and highly sensitive list (HSL)
pada tahun 2010 untuk ASEAN 6 (Indonesia,
Thailand, Malaysia, Filipina, Brunei) dan
tahun 2015 bagi CLMV (Cambodia, Laos,
15
Myanmar, Vietnam) dengan kelonggaran
sampai tahun 2018 untuk beberapa sensitive
products.
2. Menghapuskan bea masuk untuk barang dalam
kelompok sektor prioritas pada tahun 2007
bagi ASEAN 6 dan 2012 bagi CLMV.
3. Memasukkan barang yang masih ada dalam
sensitive list (SL) ke dalam skema Common
Effective Preferential Tariff (CEPT) dengan
mengurangi tarif menjadi 0-5 persen.
4. Memasukkan barang dalam kelompok general
exeption list (GEL) sesuai dengan CEPT
agreement
b. Penghapusan Hambatan Non Tarif (Elimination of
Non Tariff Barriers). Dalam framework AFTA, ASEAN
telah mencapai kemajuan yang signifikan
dalam proses pengurangan tarif, maka
selanjutnya kerja sama dalam skema ASEAN
Economic Community (AEC) akan lebih difokuskan
pada penghapusan hambatan non-tarif.
Langkah-langkah strategis yang akan
diimplementasikan untuk program ini adalah:
1. Meningkatkan transparansi dengan mematuhi
protocol on notification procedure dan membuat
mekanisme pengawasan yang lebih efektif.
16
2. Mematuhi komitmen standstill (tidak lebih
mundur dari komitmen saat ini) dan roll-back
(lebih maju dari komitmen saat ini) dalam
hambatan non-tarif.
3. Menghapus semua hambatan non-tarif pada
tahun 2010 untuk ASEAN 5 (Indonesia,
Singapura, Thailand, Malaysia, Brunei),
tahun 2012 untuk Filipina, tahun 2015
untuk CLMV dengan kelonggaran sampai 2018.
4. Meningkatkan transparansi dalam
pengukuran-pengukuran non-tarif.
5. Bekerja sama menuju situasi di mana
regulasi regional ASEAN sesuai dengan yang
berlaku di dunia internasional.
c. Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin/RoO).
Dalam sistem produksi yang sudah
terintegrasi, penetapan RoO cukup kompleks.
Secara prinsip, setiap barang berasal dari
suatu negara, namun terkadang dalam proses
produksinya melibatkan beberapa negara
melalui pengiriman input atau tempat
produksi yang tersebar.
d. Fasilitas Perdagangan (Trade Facilitation).
Fasilitas perdagangan diarahkan untuk
terciptanya proses perdagangan dan
17
kepabeanan yang sederhana, terharmonisasi
dan terstandarisasi baik di tingkat regional
maupun internasional.
e. Penyatuan Kapabean (Custom Integration).
f. ASEAN Singel Window (ASW). Proses pembentukan
ASW didahului oleh keharusan bagi setiap
anggota ASEAN untuk membentuk National Singel
Window (NSW), yaitu suatu sistem tunggal
dalam pengumpulan, pemrosesan, dan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
data dan informasi custome clearance of cargo.
Dengan sistem ini, maka dalam kegiatan
perdagangan intra ASEAN diharapkan akan bisa
mengurangi waktu dari biaya-biaya transaksi
(transaction time and cost), sehingga mampu
meningkatkan efisiensi dan daya saing.
g. Harmonisasi standard dan pengaturan teknis
penghambat perdagangan. Harmonisasi standar
diarahkan untuk mencapai biaya produksi yang
efisien dan efektif di kawasan ASEAN.
2.1.4Implementasi ASEAN Economy Community 2015 di
Indonesia
18
Sebelum diberlakukannya ASEAN Economy
Community 2015 akhir tahun 2015 ini, Indonesia
telah mulai mempersiapkan datangnya pasar bebas
ASEAN ini. Walaupun dirasa belum sepenuhnya
maksimal, pemerintah dan lembaga-lembaga
terkait dengan AEC 2015 ini telah memproyeksi
segala hal berkaitan dengan peran Indonesia
dalam AEC 2015 seperti peluang, tantangan, dan
strategi dalam mengimplementasikan program
ASEAN Economy Community 2015.
Kuntadi (2014:8) telah merumuskan empat
hal terpenting mengenai Indonesia dalam
Masyarakat Ekonomi ASEAN, yaitu:
a. Implementasi AEC berpotensi menjadikan
Indonesia sekedar pemasok energi dan bahan
baku bagi industrilasasi di kawasan ASEAN,
sehingga manfaat yang diperoleh dari
kekayaan sumber daya alam mininal.
b. Melebarnya defisit perdagangan jasa seiring
peningkatan perdagangan barang.
c. Implementasi AEC juga akan membebaskan
aliran tenaga kerja sehingga harus
mengantisipasi dengan menyiapkan strategi
karena potensi membanjirnya tenaga kerja
asing (TKA) akan berdampak pada naiknya
19
remitansi TKA yang saat ini pertumbuhannya
lebih tinggi daripada remitansi TKI.
Akibatnya, ada beban tambahan yaitu dalam
menjaga neraca transaksi berjalan dan
mengatasi masalah pengangguran.
d. Implementasi AEC akan mendorong masuknya
investasi ke Indonesia dari dalam dan luar
ASEAN.
Pelaksanaan ASEAN Economic Community 2015
yang tinggal menunggu bulan telah dipersiapkan
dengan baik oleh Indonesia. Terlepas dari
segala keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
Indonesia, dimulai sejak kesepakatan dibuat di
era jaman pemerintahan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, pemerintah telah berupaya dengan
maksimal. peningkatan dan sosialisasi dalam
berbagai sektor telah diupayakan. Pemerintah
bersama masyarakat pun kini akan menapaki era
perekonomian baru dimana akan terjadi
persaingan bebas regional membutuhkan banyak
kemampuan dan peran banyak pihak.
2.2 Peran Pengusaha Indonesia dalam ASEAN Economy
Community 2015
20
Keterlibatan semua pihak di seluruh negara
anggota ASEAN mutlak diperlukan agar dapat
mewujudkan ASEAN sebagai kawasan yang kompetitif
bagi kegiatan investasi dan perdagangan bebas yang
pada gilirannya dapat memberikan manfaat bagi
seluruh negara ASEAN. Bagi Indonesia, dengan jumlah
populasi, luas, dan letak geografi serta nilai PDB
terbesar di ASEAN harus menjadi aset agar Indonesia
bisa mendapat keuntungan besar dalam AEC 2015.
Strategi dan persiapan yang selama ini telah
dilakukan oleh para stakeholder terutama pengusaha
yang ada di Indonesia dalam rangka menghadapi sistem
liberalisasi yang diterapkan oleh ASEAN, terutama
dalam kerangka integrasi ekonomi yang memang
dirasakan masih kurang optimal. Namun hal tersebut
memang dilandaskan isu-isu dalam negeri yang
membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Di
samping itu, seiring perkembangan waktu, Indonesia
dengan potensi sumber dayanya yang melimpah membawa
pergerakannya ke arah yang lebih maju lagi.
Para pengusaha di dalam negeri diharapkan
menyambut baik rencana pemberlakuan komunitas
ekonomi ASEAN pada 2015 mendatang. Langkah itu
dinilai sebagai peluang untuk memperluas pasar dan
meningkatkan produksi, mengingat pasar ASEAN yang
21
sangat besar. Diharapkan AEC 2015 ini menjadikan
Indonesia sebagai pemain besar dalam
penyelenggaraannya.
2.2.1Peluang Indonesia dalam ASEAN Economy Community
2015
Pembentukan AEC akan memberikan peluang
bagi negara-negara anggota ASEAN untuk
memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi,
meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi
investor dan wisatawan, mengurangi biaya
transaksi perdagangan, serta memperbaiki
fasilitas perdagangan dan bisnis. Di samping
itu, pembentukan AEC juga akan memberikan
kemudahan dan peningkatan akses pasar intra-
ASEAN serta meningkatkan transparansi dan
mempercepat penyesuaian peraturan-peraturan dan
standardisasi domestik.
Menurut Sekretariat Negara Republik
Indonesia (2014) terdapat beberapa potensi
Indonesia untuk merebut persaingan AEC 2015,
antara lain:
a. Indonesia merupakan pasar potensial yang
memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk
22
yang terbesar di kawasan (40% dari total
penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan
Indonesia sebagai negara ekonomi yang
produktif dan dinamis yang dapat memimpin
pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan
penguasaan pasar dan investasi.
b. Indonesia merupakan negara tujuan investor
ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN di
Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali
lebih tinggi dari rata-rata proporsi
investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang
hanya sebesar 15%.
c. Indonesia berpeluang menjadi negara
pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke
intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar
ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya,
Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan
ekspor ke intra-ASEAN masih harus
ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke
intra-ASEAN berimbang dengan laju
peningkatan impor dari intra-ASEAN.
d. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan
menjamin kelancaran arus barang untuk
pasokan bahan baku maupun bahan jadi di
kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non-
23
tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar
yang sudah bebas di kawasan dengan
sendirinya akan mendorong pihak produsen dan
pelaku usaha lainnya untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang yang berkualitas
secara efisien sehingga mampu bersaing
dengan produk-produk dari negara lain. Di
sisi lain, para konsumen juga mempunyai
alternatif pilihan yang beragam yang dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan, dari yang paling murah sampai
yang paling mahal. Indonesia sebagai salah
satu negara besar yang juga memiliki tingkat
integrasi tinggi di sektor elektronik dan
keunggulan komparatif pada sektor berbasis
sumber daya alam, berpeluang besar untuk
mengembangkan industri di sektor-sektor
tersebut di dalam negeri.
e. Indonesia sebagai negara dengan jumlah
populasi terbesar akan memperoleh keunggulan
tersendiri, yang disebut dengan bonus
demografi. Perbandingan jumlah penduduk
produktif Indonesia dengan negara-negara
ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa
24
setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga
negara Indonesia.
Melihat dari segala kemampuan dan sumber
daya yang dimiliki oleh Indonesia, bukanlah
tidak mungkin Indonesia berpotensi dalam ASEAN
Economic Community ini. Kemampuan dan sumber
daya potensial tersebut adalah sumber daya
manusia, Indonesia merupakan negara dengan
penduduk terbanyak di Asia tenggara. Indonesia
seharusnya bisa memanfaatkan integrasi ekonomi
jika sebelum penyelenggaraan AEC Indonesia bisa
melakukan peningkatan sumber daya manusia baik
hard skill maupun soft skill dengan baik.
Selain sebagai memiliki penduduk terbanyak
se-Asia Tenggara, Indonesia juga menjadi negara
dengan tingkat konsumsi yang cukup tinggi. Hal
ini dikarenakan tingkat konsumsi suatu negara
yang dipengaruhi oleh jumlah penduduknya. Hal
tersebut menjadi peluang tersendiri bagi
negara-negara di Asia Tenggara dengan
menjadikan Indonesia yang bergeliat ekonominya
sebagai mesin pendorong pertumbuhan negara-
negara di Asia Tenggara. Dengan jumlah pasar
yang lebih besar dari jumlah penduduknya,
25
industri Indonesia juga akan semakin berkembang
dengan memperluas pangsa pasar mereka.
Indonesia sesungguhnya memiliki potensi
yang sangat besar sekali jika kita mampu
bersikap untuk menyesuaikan diri menghadari
Asean Economic Community 2015. Hal ini dapat
menguntungkan negara kita bila masyarakat
Indonesia dapat meminimalir tingkat konsumsi
barang impor dan sebaliknya meningkatkan
konsumsi barang lokal. Selain menguntungkan
negara, peningkatan konsumsi barang lokal akan
meningkatkan pendapatan pengusaha lokal.
Potensial ini seharusnya dimulai dengan membuat
sosialisasi kepada masyarakat akan datangnya
pasar bebas sehingga masyarakat mulai waspada
dan akhirnya menumbuhkan jiwa-jiwa
entrepreneurship untuk dapat menguasai dunia
dimulai dengan menguasai pasar ASEAN.
Indonesia sebagai negara yang luas, banyak
budaya, dan cukup strategis mampu menarik
banyak investor demi membangun teknologi di
negara ini. Investasi-investasi dalam penanaman
modal ini, dapat meningkatkan kemampuan
berwirausaha masyarakat kita. Hal ini dapat
dicapai jika Indonesia memulai menjalin kerja
26
sama yang bisa membuat klien luar negeri mampu
menanamkan modalnya dengan tetap menjadi hak
milik dan dijalankan oleh rakyat Indonesia.
Selain sumber daya manusia dan wilayahnya
yang potensial, Indonesia dengan kekayaan
sumber daya alamnya dengan pengelolaan maksimal
mampu merajai pasar bebas. Selama ini sudah
banyak negara yang bergantung pada SDA
Indonesia sebut saja kelapa sawit, tekstil,
produk hasil hutan, karet, alas kaki, dan masih
banyak produk lainnya.
2.2.2Tantangan Pengusaha Indonesia dalam ASEAN
Economy Community 2015
Integrasi negara-negara ASEAN dalam AEC
tidak hanya akan memberikan kesempatan bagi
anggotanya untuk tumbuh dan berkembang bersama
tetapi kemajuan tentunya juga akan memicu
lahirnya persoalan-persoalan yang akan
menggangu kecepatan tumbuh dari setiap anggota.
Kebebasan yang diberikan kepada masing-masing
negara dalam konsep penyatuan ekonomi ASEAN
dikhawatirkan juga akan memicu tumbuh suburnya
kejahatan yang terintergasi dan transnational.
AEC 2015 tidak hanya menarik bagi para
pelaku usaha di luar kawasan, namun juga
27
menjadi impian yang menjanjikan bagi pelaku
bisnis masing-masing anggotanya. Kebijakan AEC
akan lebih menguntungkan bagi para anggota,
mengingat ketahanan dan keberlangsungan
pembangunan di kawasan menjadi prioritas agar
mengalami peningkatan yang signifikan. Artinya,
dengan dibukanya AEC maka seluruh konsentrasi
akan dititik beratkan pada kerjasama ekonomi
dan peningkatan kualitas atau mutu dari tiap-
tiap komoditi utama negara anggota.
Kita menganut keterbukaan ekonomi dan
kerjasama pertukaran barang dan jasa untuk
mengoptimalkan manfaat ekonomi yang kita miliki
untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat
Indonesia. Tetapi negara Indonesia tidak
menganut perdagangan bebas dalam arti
keterbukaan tanpa kendali. Tidak ada satupun
produk yang dapat diperdagangkan lintas negara
secara bebas.
Menurut Kuntadi (2014:9) terdapat beberapa
permasalahan yang akan dihadapi Indonesia dalam
pelaksanaan ASEAN Economy Community 2015.
Beberapa permasalahan tersebut adalah:
a. Dari sisi produksi dan integrasi ekonomi,
terdapat kelemahan mendasar dalam kemampuan
28
produksi barang jadi, setengah jadi dan
komponen yang menandakan kerapuhan struktur
industri dalam negeri.
b. Dari sisi perdagangan kita masih mengalami
defisit neraca perdagangan yang menunjukkan
bahwa perekonomian kita kurang kompetitif
dalam pasar ekspor.
c. Dari sisi perdagangan sektor jasa, Indonesia
menghadapi daya saing tenaga kerja Singapura
dan Malaysia.
d. Dari sisi produk pertanian akan menghadapi
produk pertanian hortikultura China dan
Thailand.
2.2.3Langkah-langkah Pengusaha Indonesia dalam
Persiapan Menghadapi ASEAN Economy Community
2015
Dengan adanya persaingan yang semakin
ketat sebagai akibat dari adanya pasar tunggal
masyarakat Ekonomi ASEAN ini akan sangat
dimungkinkan berdampak pada kelangsungan hidup
usaha yang berkembang di Indonesia terutama
UMKM. Hal ini dikarenakan akan banyak produk-
produk impor yang akan membanjiri pasar dalam
negeri ini. Apabila UMKM tidak dapat
29
mempertahankan keberadaanya dan melakukan
pembenahan guna menghadapi perilaku pasar yang
semakin terbuka di masa mendatang maka akan
sangat mungkin banyak UMKM yang akan gulung
tikar. Para pengusaha UMKM tidak bisa lagi
mengandalkan buruh murah dalam pengembangan
bisnisnya. Kreativitas dan inovasi melalui
dukungan penelitian dan pengembangan menjadi
sangat penting untuk diperhatikan. Selain itu
usaha tersebut harus memanfaatkan peluang untuk
meraih potensi pasar dan menjaga eksisitensi
perusahaan dengan baik. Untuk dapat
memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan
yang terbesar bagi usaha-usaha dalam menghadapi
AEC adalah bagaimana menentukan strategi guna
memenangkan persaingan, salah satunya adalah
peningkatan daya saing.
Sementara itu, Sekretariat Negara Republik
Indonesia (2014) menyatakan Indonesia akan
dapat ikut berperan dalam AEC jika dapat
meningkatkan daya saing dan mengejar
ketertinggalan dari negara anggota ASEAN
lainnya. Untuk itu, diperlukan suatu langkah-
langkah strategis, di antaranya:
30
a. Penyesuaian, persiapan dan perbaikan
regulasi baik secara kolektif maupun
individual (reformasi regulasi);
b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
baik dalam birokrasi maupun dunia usaha
ataupun profesional;
c. Penguatan posisi usaha skala menegah, kecil,
dan usaha pada umumnya;
d. Penguatan kemitraan antara sektor publik dan
swasta;
e. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan
mengurangi ekonomi biaya tinggi, yang juga
merupakan tujuan utama pemerintah dalam
program reformasi komprehensif di berbagai
bidang seperti perpajakan, kepabeanan, dan
birokrasi;
f. Pengembangan sektor-sektor prioritas yang
berdampak luas dan komoditi unggulan;
g. Peningkatan partisipasi institusi pemerintah
maupun swasta untuk mengimplementasikan AEC
blue print;
h. Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan.
Pada hakikatnya AEC blue print juga merupakan
31
program reformasi bersama yang dapat
dijadikan referensi bagi reformasi di Negara
Anggota ASEAN termasuk Indonesia;
i. Penyediaan kelembagaan dan permodalan yang
mudah diakses oleh pelaku usaha dari
berbagai skala;
j. Perbaikan infrastruktur fisik melalui
pembangunan atau perbaikan infrastruktur
seperti transportasi, telekomunikasi, jalan
tol, pelabuhan, revitalisasi, dan
restrukturisasi industri.
2.2.4Strategi Pengusaha Indonesia dalam Menghadapi
ASEAN Economy Community 2015
Menurut Kuntadi (2014:25) strategi dalam
menghadapi ASEAN Economy Community 2015 sama
dengan strategi dalam menghadi kerjasama
perdagangan ekonomi global lainnya, yaitu
dengan pengembangan wirausaha, peningkatan
ekspor, dan pengembangan investasi.
a. Pengembangan wirausaha. Berbagai program
yang dilakukan pemerintah untuk mengubah
mindset, menanamkan sikap, menempa, dan
mengembangkan wirausaha sedini mungkin.
32
Kebijakan-kebijakan lainnya adalah dengan
mendorong pengusaha pemula, kemitraan, dan
kerjasama, seperti akses pembiayaan Kredit
Usaha Rakyat (KUR), akses pasar dan
kemudahan berusaha.
b. Peningkatan ekspor. Peningkatan ekspor
negara dapat dilakukan dengan memperluas
pasar dan mendiversifikasi produksi ekspor,
meningkatan daya saing ekspor, dan
mengoptimalisasi pemanfaatan free trade area
(FTA).
c. Pengembangan investasi. Pengembangan
investasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memperluas fasilitas investasi seperti
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP),
fasilitas kepabeanan, pengembangan kawasan
investasi dan kawasan industri,
mempromosikan peluang investasi dan project list
dalam pelaksanaan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI), mengembangkan Sistem Logistik
Nasional, melakukan penataan hubungan
industri, dan mengoptimalisasi pemanfaatan
insentif fiskal.
33
Sementara itu, menurut Suatma (2012:4)
menyatakan bahwa dalam menghadapi ASEAN
Economic Community 2015, para pengusaha bersama
pemerintah dapat melakukan strategi-strategi
menyangkut usaha menghadapi AEC, diantaranya
yaitu:
a. Penguatan ekspor. Mendorong pengusaha
bersama pemerintah dan lembaga terkait untuk
melakukan penguatan perwakilan Indonesia di
luar negeri, promosi pariwisata, perdagangan
dan investasi, penanggulangan masalah
ekspor, pengembangan trading house, dan
peningkatan peran LPEI (Lembaga Pembiayaan
Ekspor Indonesia) dalam pembiayaan ekspor.
b. Mendorong pemberian insentif fiskal dan non
fiskal. Insentif ini diberikan kepada
perusahaan-perusahaan dalam ekonomi khusus,
seperti pemberian insentif untuk barang
dengan produk 100% pasar ekspor, mendorong
pembenahan tata ruang dan pemanfaatan lahan,
pembenahaninfrastruktur dan energi,
pemberian insentif, memperkuat FTZ (Free Trade
Zone) dan membangun kawasan Ekonomi Khusus,
perluasan akses pembiayaan, penyederhanaan
34
peraturan, serta pengembangan industri
prioritas dan kompetensi inti daerah.
c. Pengawasan dan promosi produk lokal di dalam
negeri. Untuk pengamanan pasar domestik,
diperlukannya dorongan pengusaha dibantu
dengan pemerintah untuk melakukan pengawasan
dan peredaran barang di pasar dalam negeri
serta peningkatan promosi penggunaan produk
dalam negeri.
d. Mendorong tumbuhnya industri kreatif di
tanah air. Meminta pemerintah dapat lebih
berpihak pada pengusaha kecil menengah
(UMKM) yang saat ini sudah atau mulai
melakukan ekspor.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
35
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas dan
dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. ASEAN Economic Community 2015 adalah salah satu
program kerjasama yang dibentuk dalam Bali Concord
2020 dalam sektor ekonomi yang menitikberatkan
pada ekonomi pasar bebas barang dan jasa intra
regional Asia Tenggara dan bertujuan untuk
mengintegrasi ASEAN untuk menjadi pasar tunggal
dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus
barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang
bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara
negara ASEAN.
b. Peran pengusaha Indonesia dalam ASEAN Economy
Community 2015 adalah sebagai pelaku disamping
pemerintah dalam meningkatkan daya saing produk
barang dan jasa yang diikuti dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonseia agar dapat
bersaing dalam pasar bebas ASEAN.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan
di atas, saran mengenai pembahasan di atas yaitu
diharapkan untuk ke depannya dapat mewujudkan
perubahan yang berarti bagi kehidupan keseharian
masyarakatnya. Indonesia harus berbenah dalam segala
36
hal baik dari sisi regulasi dimana aturan hukum
harus tegas, pemerintahan harus bersih, keadilan
ekonomi harus diciptakan termasuk juga pemerataan,
perlunya stabilitas politik, keamanan dan ketertiban
sosial, inovasi teknologi, dan ketersediaan
infrastruktur yang memadai. Semoga seluruh
masyarakat Indonesia bisa membantu untuk mewujudkan
kehidupan ekonomi dan sosial yang layak agar bisa
segera mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN tahun
2015.
DAFTAR RUJUKAN
Direktorat Jendral Kerjasama ASEAN Departemen Luar NegeriRepublik Indonesia. 2009. ASEAN Economic Community 2015Blue Print (Online) (http:// www.asean.org/archive/5187-10.pdf) diakses 29 Maret 2015.
Hidayat, A.S. 2008. ASEAN Economic Community (AEC): Peluangdan Tangtangan bagi Indonesia, Jurnal Ekonomi danPembangunan, (Online) 16 (2): 29-31.(http://www.fe.unpad.ac.id) diakses 17 Maret 2015.
Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pemenuhan KomitmenCetak Biru AEC Tahun 2015 (Online). (www.bappenas.go.id),diakses 23 Februari 2015.
Isnani, G. 2009. Ekonomi Pembangunan: Sebuah Pengantar untukMemahami Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan PembangunanEkonomi Indonesia. Bahan Ajar tidak Diterbitkan.Malang: Jurusan Manajemen Fakultas EkonomiUniversitas Negeri Malang.
37
Kuntadi, E. 2014. Peranan Pengusaha Daerah dalam MenghadapiMEA 2015 (Online) (http://www.bsn.go.id) diakses 25Februari 2015
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional 2015-2019. (Online),(www.bappenas.go.id.), diakses 6 Januari 2015.
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2014. Peluang danTantangan Indonesia pada ASEAN Economic Community 2015(Online) (http://www.setneg.go.id) diakses 10 Maret2015.
Sholeh. 2013. Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEANEconomic Community) 2015. Jurnal Ilmu Hubungan Internasional,(Online) 1(2), (http://www. ejournal.hi.fisip-unmul.org), diakses 1 Maret 2015.
Syukriah, A & Hamdani, I. 2013. Peningkatan eksistensiUMKM melalui Comparative Advantage dalam rangkamenghadapi MEA 2015 di Temanggung. EconomicsDevelopmeny Analysis Journal, (Online), 2(2): 110-119,(http://www.unnes.ac.id), diakses 18 Februari 2015.
Suatma, J. 2012. Kesiapan Indonesia dalam MenghadapiASEAN Economic Community 2015. Jurnal STIE Semarang.(Online), 4(1) 1-7, (http:www.stiesemarang.ac.id),diunduh 20 Februari 2015.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan KaryaIlmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, LaporanPenelitian. Edisi Kelima. Malang: Universitas NegeriMalang.
Wangke, H. 2014. Peluang Indonesia dalam MasyarakatEkonomi ASEAN 2015. Jurnal Hubungan Internasional,(Online), 6(10): 5-8, (http://www.dpr.go.id),diunduh 21 Februari 2015.
38