strategi guru pai dalam menghadapi prilaku
TRANSCRIPT
STRATEGI GURU PAI DALAM MENGHADAPI PRILAKU BULLYING
SECARA VERBAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Disusun Oleh :
PUJI LIA LESTARI
201172373
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
i
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGHADAPI PRILAKU BULLYING SECARA VERBAL
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar S1 (Strata 1) Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
PUJI LIA LESTARI
201172373
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
vi
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur dan bahagia, ku persembahkan skripsi ini untuk
Almarhum Ayahanda Suparmin dan Almarhumma Ibunda Sopiah yang selalu
membimbing, merawat dan memperjuangkan hidupku dengan penuh kesabaran,
cinta dan kasih sayang. Dan tak lupa pula untuk ketiga kakak perempuan saya
yaitu Sriyati, Poniyati, Lutfi Ardiyanti dan keenam kakak lelaki saya yaitu
Sarwan, Amat Imron, Heri Suwaryanto, M. Taufik, Amat Ardani dan Rudi Wahyu
Purnomo yang selalu memberi dukungan.
Dan semoga Allah memberikan berkah dan ridho-Nya kepada kita semua.
Aamiin ya Robbal „aalamiin.
vii
MOTTO
حسان حسان الا ال هل جزاء ال
Artinya : “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).”(Ar-
Rahman: 60)
viii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT., Tuhan yang Maha
„alim yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkan-Nya, atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan
waktu yang diharapkan. Dan tak lupa pula shalawat dan salam atas junjungan
Nabi yang paling mulia yakni Nabi Muhammad Saw. yang telah menjadi risalah
pencerahan bagi umatnya. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Strata 1
(S1) dengan judul “Strategi Guru PAI Dalam Menghadapi Perilaku Bullying
Secara Verbal Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.”
Segala usaha dan upaya telah dilakukan oleh penulis dalam rangka
menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin. Namun, penulis
menyadari dengan sedalam-dalamnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah memberikan
motivasi, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis menghaturkan
terimakasih dan rasa hormat yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah
memberikan support dan dukungan kepada penulis. Untuk itu, melalui kolom ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi, MA., Ph.D., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Prof. Dr. Risnita, M.Pd selaku wakil Dekan I, Bapak Dr. Najmul Hayat,
M.Pd.I selaku wakil dekan II, Ibu Dr. Yusria, M.Ag selaku wakil Dekan III
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Mukhlis, S.Ag., M.Pd.I selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam dan Bapak Habib Muhammad, M.Ag selaku Sekretaris Program
Studi Pendidikan Agama Islam.
ix
5. Bapak Drs. H. Kasful Anwar, M.Ag dan Bapak Yudi Kurniawan, M.Pd
selaku dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan
memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan.
7. Ibu Sri Darmayanti, M. Pd selaku kepala sekolah di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.
8. Bapak Syarifuddin K, S. Pd. I, M. Pd selaku guru PAI di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi yang telah membantu memberikan informasi
terkait judul skripsi ini.
9. Semua Peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam
melaksanakan proses penelitian.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2017 terutama sahabat mahasiswa
kelas PAI H yang telah berjuang bersama dan selalu memberi dukungan serta
do‟a.
Semoga Allah SWT. membalas segala amal kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Penulis sadar, meskipun telah semaksimal dalam proses penulisan
skripsi tetapi sebagai manusia pastilah terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
dengan senang hati penulis menerima saran dan masukan dari pembaca. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca pengembangan ilmu
pendidikan, Aamiin.
Jambi, November 2021
Penulis
Puji Lia Lestari
NIM.201172373
x
ABSTRAK
Nama :Puji Lia Lestari
Jurusan/Fakultas :Pendidikan Agama Islam/Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Judul :Strategi Guru PAI Dalam Menghadapi Perilaku Bullying
Secra Verbal Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi.
Perilaku bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan baik secara
sadar ataupun tidak sadar. Perilaku ini bertentangan dengan visi dan misi yang ada
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi. Pada penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk perilaku bullying yang
dilakukan peserta didik, bagaimana strategi guru PAI dalam menghadapi perilaku
bullying secara verbal pada peserta didik di sekolah serta mencari tahu hambatan
dan solusi dalam menghadapi perilaku bullying. Dalam pelaksanaan penelitian ini,
penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dan untuk memperoleh data,
penulis melakukannya dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya aksi bullying secara verbal pada
peserta didik seperti memanggil temannya dengan sebutan “bodoh”, “lolo” dan
“bengak” ataupun dengan kondisi fisik temannya misal “gendut”, “kurus”,
“hitam”, “putih”, “tinggi”, dan pendek. Adapun yang menjadi hambatan yang
menghambat guru PAI dalam menghadapi bullying secara verbal yaitu karena
sudah menjadi kebiasaan di lingkungan peserta didik dan mereka menganggap
bahwa hal itu hanya sekedar candaan saja. Untuk solusi yang diberikan dalam
menghadapi bullying secara verbal ini mereka menasehati peserta didik yang
melakukan tindakan bullying secara verbal. Guru PAI memiliki strategi untuk
menghadapi bullying secara verbal ini yakni terus memberikan nasehat dan arahan
kepada peserta didik juga memberi tahukan tentang dampak dari aksi bullying ini
dan guru PAI memberikan contoh tauladan yang baik agar peserta didik tidak
melakukan bullying secara verbal terus menerus.
Kata Kunci : Strategi Guru PAI dan Bullying Secara Verbal
xi
ABSTRACT
Nama : Puji Lia Lestari
Major/Faculty:Islamic Education/Tarbiyah and Teacher Training Faculty
Title :PAI Teacher Strategis in Dealing ith Verbal Vocational High
School 2 Jambi City Students
Bullying behavior is a negative action that is carried out either consciously
or unconsciously. This behavioris contrary to the vision and mission of the State
Vocational High School 2 Jambi City. This study aims to find out what forms of
bullying behavior are carried out by students, what is the strategy of PAI teacher
in dealing ith verbal bullying behavior students at school and find out obstracles
and solutions in dealing with bullying behavior. In carrying out this research, the
author user a qualitative research type. And to get the data, the writer uses
interview, observation and documentation techniques.
Ther results of this study ubducate that there is verbal bullying on student
such as calling their friends “stupid”, “lolo” anda “swollen” or wiyh the physical
condition of their friends for exemple “fat”, “thin”, “black” “white”, “tall and
“Short”. As for the obstacles that hinder PAI teacher in dealing with verbal
bullying, that is because it has become a habit among students and they think that
it is just a joke. For the solutions given in dealing with verbal bullying, they
advise students who do verbal bullying. The PAI teacher has a strategy to deal
with verbal bullying, which is to continue to provide advice and direction to
students as well as in informing about the impact of this bullying action and the
PAI teacher to provide good examples so that student do not carry out verbal
bullying continuosly.
Keywords: PAI Teacher Strategy and Verbal Bullying
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………...……………………. i
NOTA DINAS………………………………………..…………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………...……………… v
PERSEMBAHAN………………………………………………………… vi
MOTTO…………………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. viii
ABSTRAK………………………………………………………………… x
ABSTRACT………………………………………………………………... xi
DATAR ISI………………………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………...………………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………..…………….. 1
B. Fokus Penelitian…………………………………………………… 4
C. Rumusan Masalah………………………………………………….. 4
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori…………………………………………...……………… 6
1. Pengertian Strategi……………………………………............... 6
2. Guru PAI……………………………………………….. ……... 8
3. Bullying……………………………………………….... ……... 16
B. Studi Relevan……………………………………………….… ……... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Desain Penelitian………………………….... ……... 24
B. Setting Dan Subjek Penelitian………………………………... ……... 25
C. Jenis Dan Sumber Data….…………………………………………… 26
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………… ……... 27
E. Teknik Analisis Data…………………………………………………. 32
F. Teknik Keabsahan Data………………………………………. ……... 33
xiii
G. Jadwal Penelitian Sementara……………………………...….. ……... 34
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAH ASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi……………………………………………………………. 35
2. Letak Geografis Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi……………………………………………………………. 36
3. Visi, Misi, Nilai-Nilai, Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi………………………………………………….. 37
4. Perencanaan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi………………………………………………….. 39
5. Penerapan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi………………………………………………….. 40
6. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi…………………………………………………. 41
7. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan………………..……… 42
8. Program Keahlian dan Praktek Keahlian…………………….………. 45
9. Sarana dan Prasana…………………………………………….…….. 46
10. Jumlah Peserta Didik dan Agamanya………………………….……... 49
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Bentuk-Bentuk Bullying Secara Verbal di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi……………………………….………. 49
2. Strategi Guru PAI Dalam Menghadapi Perilaku Bullying
Secara Verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi………………………………………………..………….. 56
3. Hambatan dan Solusi Guru PAI Dalam Menghadapi Perilaku
Bullying Secara Verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi……………………………………………………………. 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 60
B. Saran ……………………………………………………………….. 60
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Studi Relevan………………………………..……….……… 22
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Sementara……….……………………….. 34
Tabel 4.1 Penerapan Kurukulum Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi………………………………………………….... 40
Tabel 4.2 Struktur Organisasi Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi…..…………………………….............. 41
Tabel 4.3 Tenaga Pendidik PNS dan Non PNS……………………….. 42
Tabel 4..4 Jumlah Tenaga Pendidik……...……...……...……… ……... 42
Tabel 4.5 Tenaga Kependidikan (Pegawai)………..…………... ……... 43
Tabel 4.6 Jumlah Bidang Tugas Kependidikan (Pegawai)…….. ……... 44
Tabel 4.7 Program Keahlian dan Kompetensi Keahlian……….. ……... 45
Tabel 4.8 Ruang Pembelajaran Umum………………………… ……... 46
Tabel 4.9 Data Ruang Penunjang…………………………….... ……... 46
Tabel 4.10 Jumlah Peserta Didik dan Agamanya……………................ 47
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Pengumpulan Data……………….……………. 1
Lampiran 2 Daftar Informan….………………………………………... 5
Lampiran 3 Daftar Responden…………..…………………………….. 6
Dokemntasi………………………….…………………………………. 7
Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae)……………………………. 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan sosial manusia terdiri atas beberapa fase dan tahapan. Pada
saat lahir, manusia sebagai individu tumbuh dan berkembang di lingkunngan
keluarga. Setiap hari, ia melakukan kontak dan interaksi dengan keluarga terutama
orang tua. Pada fase ini, bayi di tanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orang
tuanya. Bertumbuh dewasa dan manjadi remaja, manusia sebagai individu mulai
mengenal lingkungan yang lebih luas daripada keluarga. Sosialisasi yang dialami
individu pun mulai bertambah luas. Jika nilai-nilai yang ditanamakan oleh kedua
orang tuanya diserap dengan baik, maka keterampilan sosial yang dimiliki oleh
individu tersebut bisa menjadi lebih baik.
Hal ini disebabkan karena manusia tumbuh dan berkembang dari fase ke
fase tanpa meninggalkan apa yang telah dia pelajari dari fase sebelumnya.
Sebaliknya apabila sosialisasi nilai-nilai yang ditanamkan keluarga kurang
terserap oleh anak, maka bisa jadi perkembangan prilaku dan psikososialnya
terhambat. Akibatnya remaja mulai menunjukkan gejala-gejala patologis seperti,
kenakalan dan prilaku-prilaku beresiko lainnya, salah satunya adalah bullying
Saat ini, prilaku bullying merupakan istilah yang sudah tidak asing di
telinga masyarakat Indonesia. Bullying adalah bentuk prilaku agresif yang
diwujudkan melalui kekerasan, atau paksaan guna mempengaruhi orang lain,
dilakukan secara berulang atau berpotensi untuk diulang serta melibatkan
keseimbangan kekuasaan. (Sriwilujeng, 2017:24). Prilaku bullying sering disebut
dengan istilah bully. Seseorang yang melakukan bully tidak mengenal usia
ataupun gender. Bahkan bullying sudah dilakukan di lingkungan sekolah dan
pelakunya merupakan remaja.
2
Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat luas cakupannya.
Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah
kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin
diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai
masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan
terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut
dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan
penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. (Zakiyah, 2017: 325)
Jenis bullying ada 4 diantaranya secara fisik, verbal, rasional dan
elektronik. Pada penelitian ini penulis fokus terhadap kasus bullying secara verbal.
Bullying verbal dapat berupa julukan nama, hinaan, kritikan tajam, fitnah, dan
diskirminasi, pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan
seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau
barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat
kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-
kusuk yang keji, serta gosip. (Suciartini, 2018:154)
Aksi yang mereka lakukan sering kali terulang dikarenakan beberapa hal.
Pertama adalah tidak adanya perlawanan yang diberikan si korban kepada pelaku.
Kedua karena pandangan mereka menganggap hal ini biasa dan hanya sebatas
candaan yang terkadang hal tersebut dilatari tiruan mereka akan sikap guru yang
bergurau memberikan julukan kepada siswa saat belajar. Ketiga tidak adanya
penanganan yang ketat dari guru atau pihak sekolah, kalau pun aksi bullying ini
ingin dihentikan biasanya hanya sebatas ancaman pengaduan ke guru yang sering
kali tidak terlaksana dan menjadi ancaman sesaat.
Perilaku ini biasanya terjadi ketika peserta didik tengah berkumpul
dengan teman sesama mereka. Aksi ini dimulai dari saling ejek-ejekan dan saling
menghina yang terkadang bisa menimbulkan perkelahian diantara mereka..
Pelaku serta korban pada perilaku bullying ini beragam sebab hampir di antara
mereka melakukan perilaku ini baik antara sesama perempuan, sesama laki-laki
3
serta antar perempuan dan laki-laki. Perilaku berbicara kotor dan kasar menjadi
hal yang biasa bagi mereka, akan tetapi sering menimbulkan dampak yang buruk
ke depannya seperti sakit hati, dendam dan saling bermusuhan.
Perilaku bullying merupakan tindakan yang negatif dan bertentangan
dengan nilai moral maupun nilai agama. Islam mengajarkan perdamaian dan
saling berteman dengan cara yang baik. Untuk itu sikap saling menghargai dan
menghormati sangat dijunjung tinggi dalam agama. Allah Swt mengajarkan
kepada kita mengenai cara menjaga lisan yang baik dan hal-hal apa saja yang
harus dijauhi dalam bergaul dengan sesama, seperti dalam surat Al-Hujurat ayat
11, Allah berfirman:
هن ولساء هي ساء ع سا اى يكي خيرا يايها الذ يي اهىا ليسخر قىم هي قىم عسى اى يكؤى خيرا ه
هي هخ
فسكن ول تاتزوا تاللقا يواى ول تلوزوا ا ب بءس السن الفسىق تعد الخ
وهي لن يتة فا ولءك
لوىى )الحجرات : (۱۱هن الض
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-
olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik
dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuanperempuan
(mengolok-olok) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-
olok) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling
mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk. Seburuk buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah
beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim.”
Berdasarkan ayat di atas dapat kita pahami bahwa sikap seorang muslim
terhadap muslim lainnya yakni harus saling menjaga etika terlebih dalam
berbicara, sebab hal tersebut apabila tidak dilakukan maka akan menimbulkan
permusuhan dan perpecahan dalam persaudaraan. Sehingga perilaku bullying
dapat dikategorikan sebagai perilaku yang buruk dan tidak dibenarkan oleh Allah
Swt dan ajaran agama Islam.
Perilaku bullying secara verbal semacam ini sangat ditentang oleh setiap
sekolah karena perilaku tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai moral dan
etika dalam pendidikan. Termasuk di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi berdasarkan observasi awal pada tanggal 10 September 2020 Meskipun
sekolah tengah menjalankan pembelajaran via daring akan tetapi beberapa peserta
4
didik masih ke sekolah untuk menghantarkan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru-guru di di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi. Pada saat
observasi ke sekolah bebarapa kali terdengar pembicaran peserta didik yang
bertentangan dengan etika dalam pendidikan. Contohnya, seperti mengatakan
goblok, bodoh, tolol ke salah satu teman mereka ataupun kata-kata kasar lainnya.
Melihat hal tersebut diperlukannnya strategi guru dalam mencegah
permasalahan bullying ini terlebih guru PAI, sebab guru PAI memegang peranan
penting dalam menyempurnakan akhlak serta moral dan menjauhkan anak-anak
ke dalam perilaku yang tidak terpuji. Guru PAI yang ada di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota jambi memiliki strategi yang berbeda dan dari para guru
PAI tersebut diharapkan akan menjadi tolak ukur dalam menghadapi prilaku
bullying secara verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi”.
Perkembangan perilaku siswa di masa yang akan datang. Sehingga dari hal
tersebut kami berniat untuk melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Guru
PAI dalam Mencegah Perilaku Bullying Secara Verbal di Sekolah Menegah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada strategi guru PAI dalam menghadapi
bullying secara verbal di Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 2 kota Jambi pada
kelas XII. Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran 1.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pertanyaan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk-bentuk perilaku bullying secara verbal yang terjadi di
Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi?
2. Bagaimana strategi guru PAI dalam menghadapi perilaku bullying secara
verbal pada peserta didik ?
3. Apa saja yang menjadi hambatan dan solusi dalam menghadapi masalah
bullying secara verbal pada peserta didik ?
5
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang tela dikemukakan diatas,
adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bullying secara verbal
yang dilakukan siswa.
b. Untuk mengetahui bagaimana strategi guru PAI dalam menghadapi
perilaku bullying secara verbal.
c. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan dan solusi
dalam proses menghadapi perilaku bullying secara verbal pada
peserta didik di Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini:
a. Secara teoritis
1) Menambahkan pengetahuan dalam mengatasi perilaku bullying di
sekolah.
2) Sebagai rujukan dan referensi bagi pihak guru dalam mengambil
langkah mencegah permasalahan bullying pada siswa yang ia didik.
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi lembaga pendidikan diharapkan menjadi bahan pedoman
bagi para guru dalam mengembangkan kemampuan sebagai guru
yang profesional.
2) Bagi pribadi penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari Yunani, yaitu strategia yang berarti ilmu
perang atau panglima perang. Berdasarkan kata tersebut adalah suatu seni
merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi
atau siasat berperang, angkatan darat atau laut. Strategia juga dapat diartikan
sebagai suatu keterampilan mengatur kejadian atau peristiwa. (Hardini dan
Puspitasari, 2017: 11)
Menurut KBBI, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua
sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam
perang dan damai. Dalam konteks pelajaran menurut Gagne, startegi adalah
kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan
mengambil keputusan.
Secara umum, strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Berkaitan dengan belajar mengajar strategi bisa diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. (Ngalimun dkk, 2014: 1)
Pada era yang sudah canggih ini istilah strategi banyak dipinjam
oleh bidang-bidang lain termasuk dalam bidang ilmu pendidikan. Pemakaian
istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya dalam menciptakan suatu
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Maksud
dari tujuan strategi tersebut adalah agar tercapai sacara maksimal. Seorang
guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-
komponen pengajaran sedemikian rupa, sehingga terjalin keterkaitan fungsi
7
antara isi komponen pengajaran tersebut. Atau dalam bahasa kerennya
strategi berarti pilihan pola dalam kegiatan belajar mengajar yang digunakan
untuk mencapai tujan pembelajaran yang efektif.
Strategi pembelajaran merupakan pokok-pokok tindakan yang akan
digunakan untuk memilih metode pembelajaran., yang mana strategi tersebut
hendaknya mengajurkan partisipasi pembelajar dalam hal ini adalah siswa
berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran. Dengan demikian strategi belajar
merupakan suatu sistem yang menyeluruh yang terdiri dari sejumlah
komponen, yakni komponen masukan (input), komponen proses serta
komponen produk (output). (Suprihatiningrum, 2013: 152)
Strategi pembelajaran memiliki keterkaitan yang kuat dengan
tujuan pembelajaran. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari gambaran
perilaku maupun kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa selama dan
setelah jam pelajaran dengan cara yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan tersebut. Bagi pengajar/guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan
acuan yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi peserta didik
(penggunaan strategi pembelajaran) dapat mempermudah proses belajar.
Strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam
pembelajaran yang terkait dengan dengan pengelolaan siswa, pengelolaan
lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar (assesmen) agar pembelajaran
lebih efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan
dengan perencanaan atau kebijakan yang di rancang didalam mengelola
pembelajaran pada hakikatnya terkait dengan perancangan atau kebijakan
yang dirancang di dalam mengelola pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. (Suyono dan Hariyanto, 2016: 20)
Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan
(rangkaian kegitaan) dengan menggunakan metode dan pemanfaat berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. (Wahab, 2015:171).
8
Strategi dapat diartikan sebagai rencana kegiatan untuk mencapai
sesuatu, sedangkan metode adalah cara untuk mencapai sesuatu. Untuk
melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran
tertentu. Dengan demikian, metode pengajaran menjadi salah satu unsure
dalam strategi belajar mengajar.
Adapun strategi yang digunakan untuk menghadapi bullying secara
verbal ini yaitu diantaranya orang tua membiasakan diri memberikan
feedback positif bagi anak sehingga mereka belajar untuk berprilaku sosial
yang baik dan mendapatkan model interaksi yang tepat bukan seperti perilaku
bullying dan agresi. Dan untuk pihak sekolah menciptakan lingkungan yang
positif misalnya dengan adanya praktik pendisiplinan yang tidak
menggunakan kekerasan, selain itu juga meningkatkan kesadaran pihak
sekolah untuk tidak mengabaikan keberadaan bullying. (kurnia, 2016:4)
Dari beberapa pendapat diatas mengenai pengertian strategi penliti
menyimpulkan bahwa strategi adalah suatu rangkaian rencana kegiatan atau
cara yang dibuat, guna untuk mencapai tujuan yang di inginkan misalnya
rencana kegiatan yang digunakan untuk menghentikan tindakan-tindakan
bullying.
2. Guru PAI
Guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid-murid baik secara individual maupun klasikal
baik di sekolah maupun di luar sekolah. (Kompri, 2019:9)
Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika
guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari
kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan, yang memenuhi
standar mutu atau norma etik tertentu.
9
Secara definisi sebutan guru tidak termuat dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas). Di dalam UU No. 20
Tahun 2003, kata guru dimasukkan ke dalam genus pendidik. Sesungghunya
guru dan pendidik adalah dua hal yang berbeda. Kata pendidik (bahasa
Indonesia) merupakan padanan dari educator (bahasa Inggris). Di dalam
kamus Webster kata educator berarti educationist atau educationalist yang
padanya dalam bahasa Indonesia adalah pendidik, spesialis dibidang
pendidikan, atau ahli pendidikan. Kata guru (bahasa Indonesia) merupakan
padanan dari kata teacher (bahasa Inggris) Di dalam kamus Webster, kata
teacher sebagai the person who teach, especially in school atau guru adalah
seseorang yang mengaja, khususnya di sekolah. (Supriyadi, 2015:11-12).
Guru merupakan modal dan aset pendidikan bila dapat diberdayakan
secara optimal. Sebaliknya menjadi beban pendidikan jika di
berdayakannya tidak dibarengi dengan kompetensi yang memadai. Guru
yang berkualitas akan mampu bersaing dan ia perlu mendapat
pengembangan. Sehingga memiliki kompetensi yang memadai dalam
mengajar. Faktor yang menjadi penyebab mengapa mutu pendidikan di
Indonesia masih rendah dan jauh dari harapan karena kuantitasnya dan
kualitasnya belum memadai serta penyebarannya yang belum merata. Masih
banyak sekolah di daerah-daerah yang mengalami kekurangan mutu, sedang
guru yang ada saat ini kualifikasinya masih banyak yang belum memenuhi
syarat, dan masih banyak yang tidak layak mengajar. (Kompri, 2015:161)
Guru berdasarkan UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,
BAB II Pasal 2 ayat 1 bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
professional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. (Wahab, 2015:80)
10
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru
adalah seorang pendidik yang memberikan pengajaran kepada peserta didik
pada jalur pendidikan formal.
Guru juga memiliki sifat professional diantaranya yaitu sebagai
berikut:
a) Persuasif
Persuasif adalah sikap pendekatan psikologis secara halus, lunak
dam lembut disesuaikan dengan situasi dan kondisi untuk
mempengaruhi seseorang, sehingga orang tersebut dapat mengikuti
dengan penuh pemahaman dan kesadaran.
b) Edukatif
Edukatif artinya segala ucapan, sikap, dan perbuatan guru baik di
dalam kelas maupun di lingkungan masyarakat luas, hendaknya
mengandung nilai pendidikan atau bersifat mendidik.
c) Normatif
Guru professional hendaknya bersikap normatif artinya segala
ucapan, sikap dan perbuatannya tidak melanggar nilai-nilai moral, etika,
norma agama, aturan negara.
d) Dedikatif
Indikasi guru professional yang lainnya adalah dalam
melaksanakan tugasnya selalu semangat penuh gairah, tidak tampak
lelah dan tidak suka keluh kesah.
e) Ilmiah
Ilmiah adalah sifat dan karakter guru professional. Segala ucapan
dan tindakannya guru professional dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara ilmiah. Prinsip yang dipegang teguh oleh guru
professional adalah “berilmu dan beramal ilmiah”
f) Demokratis
11
Guru professional dalam menyampaikan materi pelajara tidak
bersikap oteriter dan dikritinitas, yaitu siswa hanya di tuntut untuk
mengikuti kata-katannya
g) Inovatif
Seorang guru professional tidak bersikap jumud atau kaku, hanya
mempertahankan konsep atau teori yang telah di miliki.
h) Kreatif
Ciri lain dari guru professional adalah bersikap kreatif artinya
selalu banyak ide alias banyak akal untuk mengatasi sesuatu yang
dianggap kurang atau tidak ada. (Rohmalia, 2015:81-82)
Seorang guru yang baik juga memiliki beberapa kriteria, menurut
Petter G. Beider (dalam buku Kompri, 2015:165) menjelaskan kriteria guru
yang baik, diantaranya sebagai berikut:
1) Seorang guru yang baik harus benar-benar berkeinginan untuk
menjadi guru yang baik. Guru yang baik harus mencoba dan terus
mencoba dan biarkan siswa-siwa tahu bahwa dia sedang mencoba
bahkan dia juga sangat menghargai siswanya yang senantiasa
melakukan percobaan-percobaan walaupun mereka tidak pernah
sukses dalam melakukan apa yang mereka kerjakan. Dengan
demikian, para akan menghargai guru walaupun guru tidak sebaik
yang diinginkan, namun guru akan terus membantu siswa yang
ingin sukses.
2) Seorang guru yang baik berani mengambil resiko, merka berani
menyusun tujuan yang sangat muluk, lalu mereka berjuang untuk
mencapainya. Jika apa yang mereka inginkan itu tidak terjangkau,
mereka biasanya suka dengan uji coba berisiko tersebut.
3) Seorang guru yang baik memiliki sikap positif. Tidak baik bagi
seorang guru untuk mempermasalahkan profesi keguruannya
dengan mengaitkan pada indeks gaji yang tidak memadai. Kalau
tidak suka dengan indeks gaji seperti itu, ambil keputusan segera
dan cari alternative yang lebih baik. Tidak boleh profesi
12
keguruannya terhina oleh guru sendiri hanya karena indeks gajinya
tidak memadai.
4) Guru yang baik berpikir bahwa mengajar adalah sebuah tugas
menjadi orangtua siswa, yakni bahwa guru punya tanggung jawab
terhadap siswa sama dengan tanggung jawab orangtua terhadap
putra-putrinya sendiri dalam batas-batas kompetensi keguruan,
yakni guru punya oteritas untuk mengarahkan siswa sesuai basis
kemampuannya.
5) Guru yang baik selalu mencoba memotivasi siswa-siswinya untuk
hidup mandiri, lebih independent khususnya sekolah-sekolah
menengah atau collage, mereka harus sudah mulai dimotivasi untuk
mandiri dan independent.
Ada banyak peran yang harus dimainkan oleh guru dalam
menjalankan tugas profesinya, beberapa peran utama guru adalah guru
sebagai pengajar, pendidik, pembimbing dan pengelola.
a) Guru sebagai pengajar berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran
yang dilaksanakan di kelas. Namun demikan kegiatan guru yang
berkaitan dengan pembelajaran itu tidak hanya tentang interaksi
pembelajaran. Guru juga melakukan serangkaian kegiatan
pembelajaran akan dilaksanakan dikelas. Tugas-tugas guru dalam
persiapan pembelajaran antara lain adalah membuat RPP, membuat
catatan kecil tentang isi materi, mempersiapkan alat peraga dan
media pembelajaran, menulis kisi-kisi soal (tugas) yang harus
diselesaikan oleh siswa, baik untuk dikerjakan dikelas maupun di
rumah.
b) Guru sebagai pendidik artinya bahwa tugas guru itu tidak hanya
menyampaikan materi pembelajara, tetapi juga harus mampu
menanamkan nilai-nilai atau norma-norma kepada peserta didik
sesuai dengan bidang atau mata pelajaran masing-masing. Guru bisa
mengaitkan dengan nilai-nilai atau norma-norma (baik norma sosial
13
maupun norma agama) dengan materi pelajaran, walaupun mungkin
tidak terdapat dalam kurikulum.
c) Guru sebagai pembimbing artinya bahwa guru juga memiliki tugas
untuk membantu siswa mencari jalan keluar dari masalah yang
sedang mereka hadapi sehingga tidak sampai mengganggu waktu
belajar mereka. Peran guru di sini adalah membantu siswa agar
siswa mampu memecahkan masalahnya sendiri. Maksud dari
pemberian bantuan di sini adalah bagaimana membuat siswa
mandiri serta tidak bergantung kepada guru yang memberikan
bantuan.
d) Guru sebagai pengelola mengandung dua maksud, yakni mengelola
dalam arti menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan dalam
pembelajaran yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan, seta pengelola dalam konteks
pengelolaan kelas. Pada konteks yang pertama, tugas guru adalah
membuat perencanaan pembelajaran dengan segala komponen
terkait, mengorganisasikan materi pembelajaran dan siswa dalam
kelas, menggerakkan siswa bersemangat mengikuti pembelajaran
dan menyelesaikan tugas-tugas dan melakukan pengawasan
terhadap kegiatan belajar siswa. (Ruhlan Ahmadi, 2018: 59-63)
Selain itu seorang guru juga memiliki hak yang harus mereka
dapatkan serta kewajiban yang harus mereka tunaikan. Guru sebagai
professional memiliki hak-hak tertentu. Hak-hak guru diatur dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005, pasal 14 sebagai beriku: Dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
dan jaminan kesejahteraan sosial;
b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas
dan prestasi kerja;
c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak
atas kekayaan intelektual;
14
d) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan;
f) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada
peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik
guru, dan peraturan perundang-undangan;
g) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas;
h) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi
profesi;
i) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan;
j) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
k) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya. (Ruhlam Ahmadi, 2018:64-65)
Selain hak guru juga memiliki bebrapa kewajiban. Kewajiban guru
diatur dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, bagian kedua
(hak dan kewajiban), pasal 20 sebagai berikut:
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban.
a) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan prosese
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran;
b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
komponen dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
c) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik
15
tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum,
dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e) Memelihara dan menumpuk peraturan dan kesatuan bangsa.
(Ruhlam Ahmadi, 2018:65-66).
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan
manusia dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,
pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi
muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidup dalam pergaulan
bersama dengan sebaik-baiknya. (Buseri, 2017:1)
Pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas proses penyampaian
materi-materi ajaran Islam kepada anak didik dalam proses
pertumbuhannya. Ilmu ini juga membicarakan bagaimana metode
penyampaian ajaran Islam yang paling tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga memperoleh hasil yang memuaskan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ilmu ini membahas seluruh aspek
yang terkait bagi berlangsungnya proses pendidikan Islam.
Adapun untuk pengertian pendidikan agama Islam sendiri, menurut
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1 pasal 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi
tugasnya pada masa yang akan datang.( Syauqi dkk, 2017:184)
Pendidikan agama Islam sendiri berarti upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam. (Amin, 2018:19)
Selain itu pengertian lain dari pendidikan agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati dan mengimani, bertakwa, berakhlak
mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-
16
Qur‟an dan Al Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan
serta pengunaan pengalaman.( Mahmud, 2019:17)
Secara umum tujuan dari pendidikan agama Islam bertujuan
untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengalaman peserta didik tentang ajaran agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru PAI
adalah seorang pendidik yang memberikan pendidikan atau pembelajaran
mata pelajaran pendidikan agama Islam yang bertujuan untuk
mengenalkan, memahami dan meningkatkan pengetahuan serta
keimanan tentang ajaran Islam kepada peserta didik.
3. Bullying
a. Pengertian Bullying
Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang
berarti benteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini
akhirnya diambil untuk menguraikan suatu tindakan destruktif. Berbeda
dengan negara lain seperti Nowergia, Finlandia, dan Denmark yang
menyebut bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya
berasal dari bahasa Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa biasanya
mob adalah kelompok orang yang anonym dan berjumlah banyak serta
terlibat kekerasan.
Dalam bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti
penggerak, orang yang mengganggu orang lemah. Istilah bullying dalam
bahasa Indonesia bisa menggunakan menyakat (berasal dari bahasa sakat
dan pelakunya (bully) disebut penyakat. Menyakat berarti mengganggu,
mengusik, dan merintangi orang lain.
17
Secara terminology menurut Tattum bullying adalah “… the willful,
conscious desire to hurt another and put himbler under strees”
kemudian, dan Olweus juga mengatakan hal yang serupa bahwa bullying
adalah perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan
tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang, repeated
during successiveencounters. Sementara itu, Roland memberikan definisi
bullying sebagai berikut: “long standing violence, physical or
psychological perpetrated by an individual or group directed against an
indivial who can not defend himself or herself. Jadi, dapat disimpulakn
bahwa pada dasarnya bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok yang dapat merugikan orang lain.
(Wiyani, 2012: 11-12)
Bullying adalah pengalaman yang biasa diambil dari banyak anak-
anak dan remaja di sekolah. Pelaku bullying dapat berupa ancaman fisik
atau verbal. Bullying terdiri dari pelaku langsung seperti mengejek,
mengancam, mencela, memukul, dan merampas yang dilakukan oleh
suatu atau lebih siswa kepada korban atau anak yang lain. (Kurnia,
2016:1)
Selain itu bullying juga dapat berupa perilaku tidak langsung
misalnya dengan negisolasi atau dengan sengaja menjauhkan seseorang
yang dianggap berbeda. Baik bullying langsung maupun tidak langsung
pada dasarnya bullying adala bentuk intimidasi fisik ataupun psikologis
yang terjadi berkali-kali dan secara terus-menerus membentuk pola
kekerasan.
Bullying juga merupakan tindakan yang disengaja oleh si pelaku
pada korbannya bukan sebuah kelalaian, memang betul-betul disengaja
dan tindakan itu terjadi berulang-ulang. Bullying tidak pernah dilakukan
secara acak atau cuma sekali saja. (Prayitna, 2010:3)
18
Bullying bukan disebabkan oleh rasa amarah atau karena adanya
konflik yang perlu diselesaikan. Hal ini berkaitan dengan perasaan
superior yang menyebabkan timbulnya perasaan berhak menyakiti ,
menghina, atau mengendalikan orang lain yang dianggap lebih lemah
secara fisik maupun mental. Perilaku bullying juga marak dilakukan oleh
anak atau remaja usia sekolah. Mengejek, mentertawakan, atau
menyindir seseorang sebenarnya termasuk jenis perilaku bullying.
(Sriwilujeng, 2017: 24-25)
Dari beberapa pengertian bullying dapat peneliti simpulkan bahwa
bullying adalah tindakan negatif yang dilakukan oleh pelaku kepada
korban yang dianggap lemah baik itu dilakukan secara verbal seperti
hinaan dan ejekan ataupun dilakukan secara fisik seperti memukul dan
kekerasan lainnya.
b. Macam-macam perilaku bullying
1) Bullying secara verbal, misalnya mengejek, menertawakan, dan
menyindir. Tipe perilaku ini paling mudah dilakukan, yang
biasanya mengawali perilaku bullying lainnya, dan menjadi
langkah pertama menuju perilaku kekerasan.
2) Bullying secara fisik, seperti memukul, menendang, menampar,
mencekik, meludahi, serta menghancurkan barang-barang. Bukti
perlakuan bullying secara fisik lebih mudah diidentifikasi, tetapi
kasusnya tidak banyak terjadi. Remaja yang secara teratur
melakukan bullying fisik merupakan tipe remaja yang
bermasalah dan cenderung akan melakukan tindak criminal lebih
lanjut.
3) Bullying secara rasional, dilakukan dengan merendahakan harga
diri seseorang secara sistematis dengan cara mengabaikan,
mengucilkan atau menghindari orang tersebut. Perilaku ini
mencakup sikap-sikap yang lebih sulit diamati, seperti tatapan
atau lirikan yang agresif, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek
19
dan bahasa tubuh yang menantang, sehinnga perilaku ini sulit
dideteksi dari luar. Hal ini sering terjadi di awal masa kehidupan
remaja, karena dalam periode inilah terjadi perubahan fisik,
mental, emosi dan seksual remaja.
4) Bullying elektronik, merupakan bentuk prilaku bullying yang
dilakukan melalui sarana elektronik, seperti website, chatting
room, e-mail, sms dan sebagainya. (Sriwilujeng, 2017: 25)
c. Faktor-Faktor Bullying
Bully atau pelaku bullying adalah seseorang yang secara langsung
melakukan agresi baik fisik, verbal atau psikologis kepada orang lain
dengan tujuan menunjukkan, kekuasaan atau mendemostrasikan pada
orang lain. Kebanyakan pelaku bullying berkembang dari berbagai faktor
lingkungan yang kompleks. Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab
munculnya.(Kurnia, 2016:2). Faktor-faktor penyebabnya antara lai:
1) Faktor keluarga, anak yang melihat orang tuanya atau
saudaranya melakukan bullying sering akan melakukan
perilaku bullying juga. Ketika anak menerima pesan negative
berupa hukaman fisik di rumah mereka akan mengembangkan
konsep diri dan harapan diri yang negative, yang kemudian
dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan lebih
dulu menyerang orang lain sebelum mereka diserang. Bullying
dimaknai oleh anak sebagai sebuah kekuatan untuk
melindungi diri dari lingkungan yang mengancam
2) Faktor sekolah, karena pihak sekolah sering mengabaikan
keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying
akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk
melakukan intimidasi anak-anak lainnya. Bullying
berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang
sering memberikan masukan yang negative pada siswanya,
misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga
20
tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati
antar sesama anggota sekolah.
3) Faktor kelompok sebaya, anak-anak ketika berinteraksi dalam
sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala
terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa
anak melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam
kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri tidak nyaman
dengan perilaku tersebut.
d. Contoh Bullying
Contoh dari tindakan yang termasuk dalam kategori bullying
diantaranya sebagai berikut :
1) Menyisihkan seseorang dari pergaulan,
2) Menyebarkan gosip, membuat julukan yang bersifat ejekan,
3) Mengerjai seseorang untuk mempermalukannya.
4) Mengintimidasi atau mengancam korban,
5) Melakukan secara fisik,
6) Melakukan pemalakan atau perampasan.
Bullying tidaklah sama dengan occasional conflict atau pertengkaran
biasa yang umum terjadi pada anak. Konflik pada anak adalah normal
dan membuat anak belajar cara bernegoisasi dan bersepakat satu sama
lain. Bullying merujuk pada tindakan yang bertujuan menyakiti dan
dilakukan secara berulang. Sang korban biasanya anak yang lemah
dibandingkan sang pelaku.
Menurut Dan Olweus, Author of Bullying at School Bullying bisa
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:
1) Direct bullying: intimidasi secara fisik, verbal.
2) Indirect bullying: isolasi secara sosial.
21
Bullying itu sangat menyakitkan bagi si korban. Tidak seorangpun
pantas menjadi korban bullying. Setiap orang memiliki hak untuk
diperlakukan dan dihargai secara pantas dan wajar. Bullying memiliki
dampak yang negative bagi perkembangan karakter anak, baik bagi si
korban maupun si pelaku.
e Korban Bullying
Korban bullying atau victim adalah seseorang yang berulang kali
mendapatkan perlakuan agresi dari kelompok sebaya baik dalam bentuk
serangan fisik atau serangan verbal atau bahkan kekerasan psikologis.
Biasanya mereka yang menjadi korban bullying pada kelompok laki-laki
adalah mereka yang lemah secara fisik dibandingkan kelompok
sebayanya. (Kurnia, 2016:3)
f Dampak Bullying
Sebuah perilaku negatif akan selalu memberikan dampak yang buruk
pada si korban. Dampak buruk dari prilaku bullying diantaranya:
1) Depresi,
2) Rendahnya kepercayaan diri (minder),
3) Tingkat kompetensi sosial yang rendah,
4) Pemalu dan penyendiri,
5) Merosotnya prestasi akademik,
6) Merasa terisolasi dalam pergaulan,
7) Terpikir atau bahkan mencoba bunuh diri.
Bukan tak mungkin, korban bully menjadi pelaku bully pada anak
lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk mendapat
kepuasan dan membalaskan dendam. Ada proses belajar yang sudah ia
jalani dan ada dendam yang tidak terselesaikan.
Ciri-ciri korban bully yang harus di perhatikan di antaranya:
22
1) Enggan untuk pergi ke sekolah,
2) Sering sakit secara tiba-tiba,
3) Mengalami penurunan nilai,
4) Barang yang dimiliki hilang atau rusak,
5) Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk terlelap,
6) Rasa amarah dan benci semakin mudah meluap dan meningkat,
7) Sulit untuk berteman dengan teman baru,
8) Memiliki tanda fisik seperti, memar atau luka.
Sementara untuk pelaku dari tindakan bullying ini tidak akan terlepas
dari resiko berikut:
1) Sering terlibat dalam perkelahian
2) Resiko mengalami cidera dalam perkelahian
3) Melakukan tindakan pencurian
4) Minum alcohol
5) Merokok
6) Menjadi biang kerok di sekolah
7) Minggat dari sekolah
8) Gemar membawa senjata tajam
9) Yang terparah menjadi pelaku tindak criminal. Dalam sebuah
studi anak yang biasa melakukan tindakan bullying menjadi
pelaku tindakan kriminal.
Sementara untuk mereka yang terbiasa menyaksikan tindakan
bullying pada kawan-kawannya berada pada resiko:
1) Menjadi penakut dan rapuh
2) Seringa mengalami kecemasan
3) Resa keamanan diri yang rendah.
B. Studi Relevan
1. Skripsi Richa Novalia, Tahun 2016 yang berjudul “Dampak Bullying
Terhadap Kondisi Psikososial Anak di Perkampungan Sosoal Pingit.”
Metodologi penelitian skripsi ini menggunakan penelitian deskriptif
23
kualitatif yaitu bertujuan untuk menggambarkan suatu gejala, fakta atau
realita yang ada di lapangan. Pada skripsi ini membahas prilaku bulyying
terhadap dampak bullying terhadap psikososial anak di perkampungan
sosial pingit.
2. Skripsi Lidha Dwi Permata Dani, Tahun 2016 yang berjudul “Hubungan
Kecerdasan Emososial dengan Perilaku Bullying Siswa Kelas XI IPS
SMAN 4 Kediri Tahun Pelajaran 2015-2016.” Skripsi ini membahas
tentang hubungan kecerdasaan emosional perilaku Bullying siswa kelas
XI IPS SMAN 4 Kediri Tahun Pelajaran 2015-2016 dengan menggunakan
metode penelitian pendekatan kuantitatif karena dua variable berupa
angka dan teknik analisisnya beruba analisis statistik.
Tabel 2.1
Perbandingan Skripsi Terdahulu
No. Judul Persamaan Perbedaan
1. Dampak Bullying
Terhadap Kondisi
Psikososial Anak di
Perkampungan
Sosoal Pingit
1. Meneliti perilaku
bullying yang
terjadi pada
anak.
2. Mengunakan
metode
penelitian
kualitatif
1. Perilaku bullying
yang diteliti
secara psikologis
2. Penelitian di
lakukan di luar
kawasan sekolah
2. Hubungan
Kecerdasan
Emososial dengan
Perilaku Bullying
Siswa Kelas XI IPS
SMAN 4 Kediri
Tahun Pelajaran
2015-2016
Meneliti perilaku
bullying pada
kawasan sekolah
1. Menggunakan
metode
penelitian
kuantitatif
2. Jenis bullying
yang diteliti
tidak spesifik
atau umum
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan merupakan melihat titik tolak atau mengukur, menggali
sesuatu. Pendekatan yang digunakan dalam di dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskripsi baik berupa tulisan maupun lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian kualitatif metode
yang biasa dimanfaatkan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human
instrument, yaitu pendiri itu sendiri, metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam. (Sugiyono, 2017: 8)
Berdasarkan dengan judul yang penulis ambil, Krik dan Miller dalam
Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.
(Moleong, 2011:3). Metode deskriptif juga dapat di definisikan sebagai suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif yang bersifat fenomenal, dengan alasan karena data
penelitian yang akan dikumpulkan berbentuk kata, narasi, gerak tubuh,
ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto. (Sugiyono, 2019: 9). Dengan
demikian laporan penelitian akan berisi kutipan data untuk memberikan
gambaran terkait fakta-fakta maupun fenomena yang akan diteliti.
25
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yang dimaksudkan untuk melukiskan, menggambarkan, atau
memaparkan keadaan objek yang diteliti sebagaimana adanya, sesuai dengan
situasi dan kondisi ketika penelitian tersebut dilakukan. Dengan metode ini,
seorang peneliti hanya perlu menggambarkan realitas objek yang diteliti
secara baik, utuh, jelas, dan sesuai fakta yang tampak (dilihat dan didengar).
Tidak mengada-ngada, apalagi memanipulasi variable sebagaimana pada
metode eksperimen.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi, tepatnya untuk melihat terjadinya bullying secara
verbal. Yang terletak di Jl. Gelatik Pasir Putih Kec. Jambi Selatan Jambi.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang akan digali informasinya pada peneltian ini
adalah kepala sekolah sebagai keinforman, guru PAI selaku informan.
Adapun subyek penelitian lainnya yaitu Waka Kesiswaan, guru BK,
Peserta didik, dan satpam dengan cara interview secara langsung
dokumentasi maupun observasi secara langsung pada informan tersebut.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik snowballing
sampling. Snowballing sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan
dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka
peneliti mencari orang lain yang di pandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. (Sugiyono,
2019:134)
26
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer adala data yang diperoleh langsung
dari sumber utama melalui observasi dan wawancara dilapangan.
Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bacaan
literatur serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini,
dengan kata lain data sekunder dapat diperoleh dari sumber kedua berupa
dokumentasi serta peristiwa bersifat lisan atau tulisan.
Data sekunder ini digunakan sebagai data pelengkap atau data
pendukung dari data primer
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara. (Mukhtar 2010: 86). Yakni data yang
diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi)
terhadap pencegahan terjadinya bullying di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulan oleh peneliti misalnya dari dokumentasi Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi dan struktur organisasi) atau publikasi
lainnya. (Mukhtar, 2013:90). Data sekunder adalah data yang diperoleh
melalui dokumentasi yang meliputi pencegahan bullying di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.
27
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek
dari mana data di peroleh. Apabila penelitian menggunakan kuesioner atau
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data dari
responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti
menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa gerak
atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka
dokumen atau catatan yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan
subjek peneliti variable peneliti. (Suharsimi Arikunto, 2002:207)
Sumber data disini merupakan subyek dari mana data dapat diperoleh
yaitu:
a. Sumber data berupa manusia, yakni peserta didik di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
b. Sumber data berupa suasa dan kondisi di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi
c. Sumber data berupa dokumentasi, berupa foto kegiatan, arsip,
dokumentasi resmi yang berhubungan dengan strategi menghadapi
bullying di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuaj utama dari penelitoan adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.
(Sugiyono, 2017:22)
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan
data lebih banyak pada observasi yang berperan serta (participant
28
observation), wawancara mendalam (in deoht intervie) dan dokumentasi.
(Sugiyono, 2017:225)
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan bagian dalam pengumpulan data langsung dari
lapangan. Data observasi adalah data yang didapatkan dari pengamatan
peneliti terhadap perilaku tindakan serta keseluruhan interkasi antara
manusia. Dengan melakukan observasi, maka peneliti mampu untuk
menangkap hal yang mungkin tidak diungkapkan oleh partisipan dalam
wawancara atau yang tidak mampu diungkapkan oleh partisipan secara
verbal (langsung).
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi
pertisipasif moderat. Karena dalam pengumpulan data peneliti ikut
mengamati objek yang diamati dan juga terlibat dalam beberapa kegiatan
yang diamati, tetapi tidak semuanya. Adapun data yang ingin di peroleh
peneliti dari kegiatan observasi ini adalah:
a) Gambaran keadaan fisik Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi
b) Bentuk-bentuk bullying secara verbal di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi
c) Hambatan dan solusi yang diberikan oleh guru PAI dalam
menghadapi bullying secara verbal
d) Strategi yang guru PAI gunakan dalam menghadapi bullying secara
verbal
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviever) yang
29
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang akan
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2018:186)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peniliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. (Sugiyono, 2019:195)
Jadi, dengan wawancara, maka peniti akan mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi. Dalam kegiatan ini peneliti memberikan beberapa pertanyaan
kepada informan terkait dengan judul peneliti.
Wawancara terbagi menjadi tiga macam yaitu:
a) Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan
instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang sama, dan
pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula,
pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara
sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai
ketrampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon
pewawancara.
Dalam melakukan wawancara selain harus membaa instrument
sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat
30
menggunakan alat bantu seperti recorder, brosur dan material lain
yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
b) Wawancara Semi-Terstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara tersetruktur. Tujuan dari wawancara
jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-
idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang ditemukan oleh informan.
c) Wawancara Tak Berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang dipertanyakan.
Wawancara tidak berstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam
penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih
mendalam tentang subjek yang diteliti. Pada penelitian pendahuluan,
peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu
atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti tidak
menentukan secara pasti permasalahan atau variable apa yang harus
diteliti.
Untuk mengetahui informasi yang lebih dalam tentang responden
maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara tidak terstruktur.
Dalam penelitian tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara
pasti data apa yang akan diperoleh oleh responden. (Sugiyono, 2017:2
31
Adapun dalam penelitian ni, menggunakan jenis wawancara semi-
terstruktur. Karena, peneliti berusaha mendapatkan lebih mendalam
mengenai objek yang akan diteliti, dan juga dalam pelaksanaannya
wawancara semi terstruktur lebih bebas. Dalam hal ini peneliti membuan
instrument sebagai pedoman saat melakukan wawancara dan pelaksanaan
wawancara tidak terikat oleh pedoman, sehingga pihak yang menjadi
informan dapat memberikan pendapat dan ide-idenya secara lebih
terbuka.
Dalam wawancara ini adapun yang menjadi keyinformannya adalah
kepala sekolah dan guru PAI sebagai informan. Adapun informan lainnya
yaitu Waka kesiswaan, guru BK (Bimbingan Konseling), siswa dan
satpam.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan, kriteria, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam peneliian kualitatif.
Adapun data yang ingin diperoleh dari kegiatan dokumentasi adalah:
1) Letak geografis Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.
2) Strategi yang digunakan oleh guru PAI dan pihak sekolah terkait
terjadinya perilaku bullying secara verbal.
3) Sarana dan prasarana yang digunakan guru PAI dan pihak sekolah
dalam menghadapi prilaku bullying secara verbal.
32
4) Catatan siswa yang melakukan prilaku bullying secara verbal.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, degan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan, ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
(Sugiyono, 2019: 320)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data
interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yaitu bahwa
kegiatan dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Dalam hal tersebut terdapat
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:
1. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabsraksian, dan pentransformasian data kasar dari lapangan.
Fungsinya untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik.
2. Penyajian data (data display)
Penyajian data merupakan sebuah pengorganisasian. Penyatuan dari
informasi yang memungkinkan untuk penyimpulan dan aksi. Penyajian
data ini dapat membantu untuk memahami apa yang terjadi dan dapat pula
melakukan sesuatu, termasuk analisis, yang mendalam atau mengambil
suatu aksi berdasarkan pemahaman tertentu.
33
3. Penarikan kesimpulan (conclusions drawing)
Penarikan kesimpulan yaitu sebuah kegiatan analisis yang penting
untuk menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan tidak akan muncul
sampai pengalaman data selesai. Tergantung pada banyaknya kumpulan
dari catatan yang dilakukan di lapangan. Dan metode pencarian ulang serta
kecakapan peneliti
F. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data adalah usaha meningkatkan derajat kepercayaan data.
Maksudnya adalah menguji benar atau tidaknya data. Pemeriksaan terhadap
keabsahan data dilakukan agar data yang di peroleh dapat
dipertanggungjawabkan dari segala segi. Dalam hal pemeriksaan terhadap
keabsahan data peneliti menggunakan teknik keabsahan data dengan teknik
triangulasi. Teknik triangulasi adalah pengecekkan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. (Moleong, 2007: 274) dengan
demikian terdapat tiga macam triangulasi sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber untuk mendapatkan data dari berbagai sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
2. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama.
3. Triangulasi waktu untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data,
waktu disini juga mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan
data yang lebih valid sehingga kredibel.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik, alasannya untuk menguji valid atau tidaknya data dengan
cara mengetahuinya dari berbagai sumber dan berbagai teknik.
G. Jadwal Penelitian Sementara
Table 3.1
Jadwal Penelitian Sementara
No Kegiatan Bulan
Juli
2020
Oktober
2020
November
2020
September
2021
Oktober
2021
November 2021 Desember
2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul X
2 Pembuatan Proposal Skripsi X
3 Pengajuan Dosen Pembimbing X
4 Bimbingan Proposal X
5 Seminar Proposal X
6 Revisi Proposal X
7 Pengajuan Riset dan Pengesahan
Judul
X
8 Pelaksanaan Riset X X X X
9 Penyusunan Data X
10 Penulisan Skripsi X
11 Bimbingan Skripsi X X X
35
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 kota Jambi dahulu bernama
Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA), terhitung mulai
tanggal : 1 Agustus 1965 yang didasarkan pada Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal : 19
November 1965 Nomor : 748/B.3/Kedj namun belum memiliki gedung
sendiri.
Berdasarkan Surat Keputusan Deputy Penguasa Pelaksanaan
Dwikora Daerah Jambi, Nomor : KEP-003/IV/DPPDD/66 tanggal 06
Juni 1966, tentang Penggunaan Gedung Sekolah Asing yang diambil alih
oleh Deputy Pepelrada Jambi, untuk dimanfaatkan oleh Sekolah –
sekolah yang belum memiliki gedung, maka SMEA Negeri 2 Jambi
ditunjuk untuk menempati bangunan tersebut pada pagi hari sebanyak 9
ruang dan pada tahun Anggaran 1969/1970 SMEA Negeri 2 Jambi,
mendapat tambahan sebanyak 2 (dua) ruang yang sekarang digunakan
oleh Kandep Dikbud Kecamatan Jambi Timur Kodya Jambi.
Pada tahun 1986, tepatnya tanggal 01 April 1986 SMEA Negeri 2
Jambi, menempati gedung baru di Jalan Gelatik Pasir putih Kodya Jambi,
yang dibangun oleh Pemerintah dari dana bantuan dengan jumlah
ruangan 67 unit.
Alat – alat tersebut dibeli dari dana bantuan ADB untuk dijadikan
Sekolah lengkap di Provinsi Jambi ( Sekolah Percontohan ). Pada tahun
1999 Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) berubah namanya
menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Kota jambi.
Kemudian dengan seiringnya waktu, pada tanggal 04 Juni 2008
SMK Negeri 2 ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan SMK sebagai SMK
penerima bantuan penyusunan School Business Plan (SBP) dalam rangka
pengembangan SMK – SBI – Indonesia Vocational Education
Strengthening (INVEST). Dan pada tanggal 10 Februari 2009 ditetapkan
sebagai 90 (sembilan puluh) SMK – SBI – INVEST.
Berdasarkan Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 017/MPK/SE/2013 tanggal 30
Januari 2013, semua SMK di seluruh Indonesia termasuk SMK Negeri 2
Kota Jambi kembali ditetapkan sebagai sekolah reguler dan tidak lagi
menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
Pada tahun 2015 ditetapkan sebagai SMK Rujukan oleh Direktur
Jenderal Pembinaan SMK dan pada tahun 2017 termasuk 217
Revitalisasi SMK Se-Indonesia.
2. Letak Geografis Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi berada di Jalan
Gelatik Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi
Provinsi Jambi. Lokasinya berdekatan dengan rumah penduduk setempat.
Denah lokasi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi dari
aspek geografis dapat dikategorikan sebagai lokasi yang cukup strategis,
dimana Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi berada di
tengah-tengah pemukiman masyarakat setempat. Secara rinci tata letak
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi sebagai berikut:
a. Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman warga
b. Sebalah barat berbatasan dengan pemukiman warga
c. Sebelah selatan berbatasan dengan pumukiman warga
d. Sebelah utara berbatasan dengan jalan
Adapun luas lahan dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi yaitu :
a. Luas lahan keseluruhan : 16.271 M2
b. Luas lahan bangunan : 5.136,84 M2
c. Luas lahan tanpa bangunan :11.134,16 M2
Kemudian dari letak bangunan, Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi merupakan suatu wadah pendidikan formal yang
dipandang sangat baik untuk kegiatan belajar, karena lokasinya yang
berada di tengah-tengah pemukiman warga dan juga tempatnya yang
strategis, sehingga memudahkan untuk menemukan lokasi Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.
3. Visi, Misi dan Nilai-Nilai dan Tujuan Sekolah Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
a. Visi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
Visi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi pada
tahun 2014 – 2021 adalah “Unggul Dalam Karakter, Prestasi Dan
Teknologi”
b. Misi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
Misi SMK Negeri 2 Kota Jambi pada tahun 2014 - 2020 adalah
sebagai berikut :
1) Mewujudkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa;
2) Menanamkan sikap disiplin dan memiliki etos kerja yang tinggi
dan berjiwa Enterpreneur;
3) Menyiapkan lulusan menjadi tenaga kerja yang Profesional,
Ma,ndiri, Kreatif dan Berdaya saing melalui proses pembelajaran
yang bertanggungjawab;
4) Mengembangkan pendidikan dan pelatihan bagi pendidik dan
tenaga kependidikan yang berwawasan, mutu, unggul dan
professional;
5) Memberikan layanan berbasis digital.
c. Nilai-Nilai Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
Nilai-nilai yang harus dipedomani dan dijadikan acuan dalam
bertindak dan berperilaku adalah :
1) Etika. Pembudayaan tata krama pada semua warga sekolah;
2) Kebersamaan. Menentukan tujuan bersama, memecahkan
masalah bersama, membagi dan menyelesaikan tugas
bersama, mencapai hasil dan menikmatinya bersama;
3) Transparansi. Adanya keterbukaan dalam pengambilan
keputusan (kebijakan) dan hubungan antar sesama warga
sekolah;
4) Tanggung jawab. Semua warga sekolah harus
melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing – masing;
5) Saling Percaya. Seluruh warga sekolah saling
mempercayai, berfikir positif dan tidak saling mencurigai.
6) Saling Menghargai. Setiap warga sekolah harus saling
menghormati tugas dan fungsinya masing – masing;
7) Disiplin. Setiap warga sekolah harus menegakkan disiplin
sesuai dengan aturan yang berlaku;
8) Kreativitas dan Inovasi. Tidak pernah merasa puas atas
prestasi yang dicapai, tetapi selalu mensyukurinya sebagai
motivasi untuk selalu berkreasi (mengembangkan ide – ide
baru) dan mengadakan pembaharuan untuk keunggulan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.
9) Pelayanan Prima. Selalu memberikan pelayanan kepada
semua stakeholder dengan sebaik – baiknya dengan
menerapkan prinsip A3 (attitude, attention, and action)
d. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
Tujuan SMK Negeri 2 Kota Jambi adalah :
1) Meningkatkan keunggulan potensi dan prestasi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
inovatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
2) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang produktif,
mampu bekerja secara mandiri, layak untuk mengisi lowongan
pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri baik di
dalam negeri maupun di luar negeri sebagai tenaga kerja tingkat
menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian
yang dipilihnya;
3) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan
gigih dalam berkompetisi, mampu beradaptasi di lingkungan
kerja, dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam
bidang keahlian yang diminatinya;
4) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang
sesuai dengan program keahlian yang dipilih agar mampu
bersaing di tingkat Nasional dan Internasional.
4. Perencanaan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi
Bentuk-bentuk perencanaan pendidikan di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi adalah :
1) Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) 4 tahun yang
menggambarkan tujuan yang ingin dicapai termasuk peningkatan
mutu lulusan;
2) Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dikenal dengan nama
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS);
3) RKS dan RKAS disusun bersama antara Kepala Sekolah, Guru-
guru, Pegawai dan Komite Sekolah;
4) RKS dan RKAS dijadikan dasar pengelolaan sekolah yang
ditunjukkan dengan : kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan dan akuntabel.
Rencana Kerja Sekolah meliputi :
1) Kurikulum dan kegiatan pembelajaran;
2) Kesiswaan;
3) Pendidikan dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;
4) Sarana dan prasarana;
5) Keuangan dan pembiayaan;
6) Budaya dan lingkungan sekolah;
7) Peran serta masyarakat;
8) Rencana-rencana kerja lain yang mengarah pada peningkatan dan
pengembangan mutu pendidikan.
5. Penerapan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi
Sejak Tahun Pelajaran 2014/2015 hingga saat ini Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi telah menerapkan
Kurikulum 2013.
Tabel 4.1
Penerapan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi
No.
Jenis
Kurik
ulum
TP.
2017/2018
TP.
2018/2019 TP. 2019/2020
Verifi
kasi
Vali
dasi
Verifi
kasi
Vali
dasi
Verifi
kasi Validasi
1 K13
6. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi
Tabel 4.2
Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
7. Keadaan Tenaga Pendidik Dan Kependidikan
a. Tenaga Pendidik (Guru)
Tabel 4.3
Tenaga Pendidik PNS dan Non PNS
No Jenis Guru
Tingkat Pendidikan
jmlh Sarjana Muda
S1/
D4 S2 S3
1 Guru PNS - 47 14 - 61
2 Guru Non
PNS - 44 5 - 50
Jumlah - 91 19 - 111
Tabel 4.4
Jumlah Tenaga Pendidik
No. Mata pelajaran Jumlah
Guru
Kesesuaian
Jenjang
Pendidikan Ket
Sesuai Tidak
Sesuai
Kelompok A (Wajib)
1 PAI dan BP 8 8 -
2 PPKN 6 3 3
3 Bahasa Indonesia 8 8 -
4 Matematika 10 10 -
5 Sejarah Indonesia 6 - 6
6 Bahasa Inggris 7 7 -
Kelompok B (Wajib)
No. Mata pelajaran Jumlah
Guru
Kesesuaian
Jenjang
Pendidikan Ket
Sesuai Tidak
Sesuai
1 Seni Budaya 3 1 2
2
Pendidikan
Jasmani, Olah
Raga &
Kesehatan
7 7 -
Kelompok C
(Kejuruan)
C1. Dasar Bidang
Keahlian
1 IPA Terapan 1 1 -
2 Fisika 2 2 -
3 Kimia 2 2 -
4 Kepariwisataan 1 1 -
5 Simulasi Digital 2 1 1
C2. Dasar Program
Keahlian dan C3.
Paket Keahlian
1 Akuntansi 8 8 -
2 Bisnis Daring
dan Pemasaran 9 9 -
3
Otomatisasi Tata
Kelola
Perkantoran
5 5 -
4 Usaha Perjalanan
Wisata 3 3 -
No. Mata pelajaran Jumlah
Guru
Kesesuaian
Jenjang
Pendidikan Ket
Sesuai Tidak
Sesuai
1 Multimedia 12 12 -
2 Produksi Grafika 2 2 -
3 Broadcast 3 3 -
4 Rekayasa
Perangkat Lunak 1 1 -
5 Teknik computer
Jaringan 1 1 -
6 Prakarya dan
Kewirausahaan 15 8 7
Bimbingan / Konseling 6 6 -
b. Tenaga Kependidikan (Pegawai)
Tabel 4.5
Tenaga Kependidikan (Pegawai)
No Jenis Pegawai
Tingkat Pendidikan
Jmlh SD/
SMP
SMA/
SMK Sarmud S1 S2
1 Pegawai PNS - 4 - 1 - 5
2 Pegawai Non
PNS 4 3 2 5 1 15
Jumlah 3 8 2 5 1 20
Tabel 4.6
Jumlah Bidang Tugas Kependidikan (Pegawai)
No. Bidang Tugas
Jenis Tenaga
Kependidikan Jumlh Ket
PNS Non
PNS
1 Ka. Subag Tata Usaha 1 - 1
2 Koordinator Tata Usaha 1 - 1
3 Urusan
Ketenagaan/Kepegawaian - 1 2
4 Urusan Keuangan 1 - 1
5 Urusan SIM dan
Kesekretariatan SBI - 2 2
6 Urusan Sarana Prasarana 1 1 2
7 Urusan Kesiswaan - 1 1
8 Penanggung Jawab
Perpustakaan - 3 3
9 Pelaksana Tata Usaha 1 - 1
10 Operator Dapodik - 1 1
11 Satpam - 2 2
12 Tenaga Pelayan Sekolah - 1 1
13 Tenaga Kebersihan - 3 1
14 Penjaga Sekolah - 1 1
Jumlah Pegawai 5 15 20
8. Program Keahlian dan Praktek Keahlian
Tabel 4.7
Program Keahlian dan Kompetensi Keahlian
9. Sarana dan Prasaran
a. Data Ruang Pembelajaran Umum
Tabel 4.8
Ruang Pembelajaran Umum
No
.
Nama Ruang
Pembelajaran Umum
(RPU)
jmlh Kebutuhan Kekurangan
1 Kelas Teori 45 60 15
2 Perpusatakaan 1 2 1
3 Laboratorium 6 8 2
Program Keahlian Kompetensi Keahlian
1 Manajemen Perkantoran 7.2.1 Otomatisasi dan Tata Kelola
Perkantoran
2 Akuntansi dan Keuangan 7.3.1 Akuntansi dan Keuangan
Lembaga
3 Bisnis dan Pemasaran 7.1.1 Bisnis Daring dan Pemasaran
4 Teknik Komputer dan
Informatika 3.1.3 Multimedia
3.1.2 Teknik Komputer Jaringan
3.1.1 Rekayasa Perangkat Lunak
5 Seni Broadcasting dan
Film 9.8.2
Teknik produksi dan
penyiaran Program
Pertelevisian
6 Teknik Grafika 1.6.2 Produksi Grafika
7 Perhotelan dan Jasa
Pariwisata 8.1.1 Usaha Perjalanan Wisata
Komputer
1 Laboratorium Bahasa 1 1 -
2 Laboratorium IPA 1 1 -
3 Ruang Praktik Adm.
Perkantoran 1 1 -
4 Ruang Praktik Grafika 1 1 -
Jumlah 57 57
b. Data Ruang Penunjang
Tabel 4.9
Data Ruang Penunjang
No
.
Nama Ruang Penunjang
(RP) Jumlah Kebutuhan Kekurangan
1 Ruang Pimpinan
(Kepala Sekolah) 1 1 -
2 Ruang Tata Usaha 1 1 -
3 Ruang Wakil Kepala
Sekolah 1 1 -
4 Ruang Guru Umum 1 1 -
5 Ruang Guru Kejuruan 7 7 -
6 Ruang Guru Bimbingan
Konseling 1 1 -
7 Ruang SIM 1 1 -
8 Ruang UKS 1 1 -
9 Ruang OSIS 1 1 -
10 Aula 1 1 -
11 Pos Pengamanan 1 1 -
12 Dapur 1 1 -
13 Lapangan Upacara 1 1 -
14 Halaman Parkir
Kendaraan 2 2 -
1 Kantin 6 6 -
2 Mushala 1 1 -
3 Ruang WC/Kamar
mandi 7 7 -
4 WC Siswa 16 36 20
5 Gudang 2 2 -
6 BKK 1 1 -
10. Jumlah Peserta Didik Dan Agamanya
Tabel 4.10
Jumlah Peserta Didik Dan Agamanya
B. Temuan Khusus Dan Pembahasan
Dara-data hasil penelitian strategi guru PAI dalam menghadapi perilaku
bullying secara verbal pada peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi
dilakukan dengan mengamati prilaku bullying secara verbal di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi. Selain itu, observasi juga dilakukan dalam
mengamatti perilaku bullying secara verbal.
Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara semi terstruktur yang
terlebih dahulu peneliti telah memiliki sejumlah pertanyaan untuk diajukan,
namun berkembang saat wawancara berlangsung. Wawancara ditujukan kepada
pihak-pihak yang dibutuhkan oleh peneliti, seperti kepala sekolah, waka
kesiswaan, guru PAI, guru BK, Satpam dan siswa.
Dokumentasi dilakukan dengan menggali dokumen-dokumen yang telah
lalu namun masih berhubungan dan mendukung penelitian, khususnya mengenai
perilak bullying secara verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi. Dokumentasi yang peneliti dapatkan berupa poto-poto saat wawancara,
situasi sekolah dan saat kegiatan pencegahan terjadinya perilaku bullying di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.
Setelah melakukan penelitian dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi, peneliti mendapatkan data strategi guru PAI dalam menghadapi
perilaku bullying secara verbal pada peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi. Kemudian peneliti memperoleh data dari hasil peelitian ini,
maka peneliti menyajikan data sebagai berikut.
1. Bentuk-bentuk bullying secara verbal di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi
Bentuk-bentuk dari tindakkan bullying secara verbal di sekolah bisa
beragam. Contohnya bisa memaki temannya, mengejek teman dengan sebutan
yang tidak pantas, menggosipkan teman, atau memanggil teman dengan kata-kata
kasar atau kotor. Seperti yang di ungkapkan oleh guru PAI yaitu bapak
Syarifuddin K, S. Pd. I, M. Pd. bahwa :
“Bentuk-bentuk bullying secara verbal yang terjadi di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri. 2 Kota Jambi yaitu memanggil teman dengan sebutan
aneh-aneh seperti kucing, lolo, sesuai dengan warna kulit hitam, putih
atau sesuai pula dengan bentuk tubuh gemuk, kurus dan status sosial kaya,
miskin.” (wawancara guru PAI, bapak Syarifuddin K, S. Pd. I, M. 02
Oktober 2021)
Hal ini juga dibenarkan oleh bapak Drs. H. M. Yusuf Berdasarkan
penjelasan di atas, peneliti dapat menganalisa bahwa aksi bullying yang dilakukan
sering terjadi dan dilihat oleh guru PAI tersebut adalah memanggil teman dengan
nama binatang, warna kulit, bentuk tubuh dan status sosial temannya.
Adapun pada wawancara yang peneliti lakukan dengan guru PAI yang
lainnya yaitu dengan ibu Lili Suryani S. Ag Beliau mengatakan sebagai berikut:
“Perilaku bullying yang terjadi di dalam kelas yang biasa ibu dengar
mereka memanggil teman mereka dengan sebutan bodoh, tapi kalau
bullying secara fisik itu tidak ada, hanya dalam ucapan saja. Mungkin
maksud mereka itu bergurau tapi itu membuat teman yang lainnya ikut.”
(wawancara guru PAI, ibu Lilis Suryani 02 Oktober 2021)
Hal ini juga dibenarkan oleh ibu Laiyinah S. Ag Berdasarkan wawancara
dengan ibu Lilis Suryani, S.Ag dan Laiyinah, S. Ag peneliti dapat menganalisa
bahwa bullying secara verbal yang mereka lakukan adalah dengan mengatakan
bodoh kepada temannya dan menganggap itu hanya sebuah candaan saja.
Tidak hanya itu, peneliti juga mewawancarai guru PAI yang lain yaitu
bapak Drs. Zubir, M. Pd. mengenai bentuk-bentuk bullying yang mereka temukan
di sekolah. Mereka mengatakan bahwa :
“Bentuk-bentuk bullying yang kita temui itu biasanya anak-anak
memanggil temannya dengan sebutan bodoh, lolo, bengak, dan
sebagainya. Terkadang tak jarang juga mereka memberikan nama
panggilan ketemannya itu sesuai dengan fisik mereka seperti gendut
ataupun kurus” (wawancara guru PAI, bapak Drs. Zubir, M. Pd 02
Oktober 2021-10-21)
Hal ini pun dibenarkan oleh bapak Robi Firnando, S. H dan bapak.
Muchlis, M. Pd Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru PAI dapat peneliti
analisa bahwa perilaku bullying secara verbal yang terjadi di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi yaitu dengan berkata kasar seperti “bodoh”, “lolo”
dan “bengak” selain itu juga mereka sering memanggil teman sesuai dengan
kondisi fisik seperti “gemuk”, “kurus”, “hitam”, “putih”, “tinggi” dan “pendek”
Bukan hanya guru PAI saja yang menemukan aksi bullying secara verbal
ini, kepala sekolah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi, ibu Sri
Darmayanti, M.Pd juga menemukan aksi bullying secara verbal. Beliau
menjelaskan sebagai berikut
“Di sekolah ini aksi bullying yang terjadi biasanya mengejek temannya
dengan sebutan bodoh, lolo, yang seperti itu. aksi ini seringnya terjadi di
luar kelas ya, apalagi sekarang kan hanya sebagian yang sekolah, ada
jadwal-jadwalnya sendiri karena pandemi ini tidak jarang ibu dengar
mereka memanggil teman mereka seperti yang ibu sebutkan tadi saat
mereka bercanda-canda dengan teman sebayanya. Tapi saat mereka
melihat ibu mereka langsung diam dan tidak memanggil temannya dengan
sebutan-sebutan yang kasar. Biasanya untuk menghadapi aksi seperti ini
ibu nasehati mereka dan juga mengadakan kegiatan sosialisasi terkait
perilaku bullying itu sendiri” (Wawancara Kepala Sekolah Ibu Sri
Darmayanti, M. Pd, 04 Oktober 2021)
Dari penjelasan diatas peneliti dapat menganalisa bahwa bullying secara
verbal ini bisa terjadi diluar ataupun di dalam kelas. Aksi bullying yang mereka
lakukan di dalam dan luar kelas pun sama yaitu mengatakan kata-kata kasar
seperti yang telah di paparkan oleh guru PAI yaitu “bodoh” dan “lolo”. Tetapi
dengan adanya rasa ketakutan mereka terhadap kepala sekolah membuat mereka
terdiam ketika mereka tahu bahwa kepala sekolah tengah mengawasi mereka.
Kemudian peneliti melakukan penelitian lebih dalam dengan
mewawancarai guru BK yakni ibu Isnawati S. Pd dan ibu Rismayanti S. Pd yang
memegang konseling untuk kelas XII OTKP 1. Beliau mengatakan bahwa :
“Untuk perilaku bullying itu rata-rata mengejek teman mereka seperti
gendut, lalu memberikan label kepada teman yang tidak sesuai dengan
yang mereka inginkan. Perbuatan ini masuk bisa mengganggu psikis
temannya tersebut yang membuat temannya itu tidak nyaman dengan
kondisi tersebut. Dalam kondisi seperti ini akan menimbulkan
ketidaknyaman dari temannya itu dan juga membuat si temannya ini
merasa tidak percaya diri tapi biasanya kalau terdengar di ibu kejadian
tersebut biasanya ibu nasehati saja tidak sampai masuk keruang BK karna
mereka masih bisa di nasehati.” (Wawancara guru BK ibu Isnawati S. Pd
06 Oktober 2021)
Hal serupa juga dikatakan oleh guru BK lainnya yaitu ibu Rismayanti, S.
Pd. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan oleh ibu Isnawati, S.Pd peneliti
menganalisa bahwasannya tindakan bullying secara verbal yang sering terjadi di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ini adalah mengejek teman
dengan kondisi fisik mereka, hal ini membuat ketidaknyamanan bagi si korban
juga menurunkan rasa percaya diri dari si korban bullying.
Peneliti juga mewawancarai bapak M. Lumbantoruan, S.Pd selaku waka
kesiswaan . Beliau mengatakan bahwa :
“Kalau bullying secara fisik belum ada ya bapak ketemu di sekolah ini,
tapi kalau untuk secara verbal itu seringnya yang bapak tidak sengaja
dengar itu anak-anak sering memanggil teman mereka dengan sebutan
bodoh ataupun lolo dan itu sudah seperti menjadi kebiasaan mereka
dengan teman-teman mereka. Paling ya kalau terdengar di bapak ya bapak
tegur dan nasehati saja bahwa perbuatan tersebut salah dan tidak boleh di
ulangi” (Wawancara waka kesiswaan, bapak M. Lumbantoruan, S. Pd, 06
Oktober 2021)
Dari penjelasan bapak M. Lumbantoruan, S. Pd peneliti menganalisa
bahwa kasus bullying disekolah ini rata-rata dengan memanggil teman mereka
dengan sebutan bodoh dan lolo dan aksi tersebut sudah menjadi hal yang lumrah
bagi mereka
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti memberikan kesimpulan
bahwa bentuk-bentuk kasus bullying secara verbal yang dilakukan oleh peserta
didik di Sekolah Menengah Kejuruan 2 Kota Jambi, tidak jauh berbeda dengan
informasi yang telah diberikan informan yang telah peneliti uraikan di atas yaitu
dengan memanggil teman dengan panggilan bodoh, lolo ataupun sesuai dengan
kondisi fisik teman mereka.
Adapun peneliti juga mewawancarai satpam sekolah Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi yakni bapak Kasno mengenai bentuk-bentuk
bullying yang mereka temukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi. Mereka mengatakan bahwa :
“Aksi bullying yang biasa anak-anak ini lakukan itu biasanya mereka
memanggil nama teman mereka dengan nama binatang misalnya anjing, babi dan
lainnya. Mungkin karna sudah kebiasaan ya jadi mereka santai saja mereka nyebut
nama temen mereka kayak gitu. Paling kalau bapak ketemu ya bapak tegur saja
sih mereka biar gak diulangin terus” (Wawancara satpam pak Kasno 06 Oktober
2021)
Hal ini pun serupa dengan yang dikatakan oleh satpam lainnya yaitu bapak
Fantri Onovan. Berdasarkan hal tersebut penulis dapat mengalisa bahwa bentuk-
bentuk bullying yang biasa terjadi dikalangan peserta didik yaitu memanggil nama
teman dengan kata-kata kasar seperti “anjing” dan “babi”. Hal ini terus dilakukan
karena sudah menjadi kebisaan di tengah-tengah peserta didik.
Peneliti juga mewawancarai salah satu siswa yaitu Febi Saputri selaku
ketua kelas XII OTKP 1. Ia menjelaskan sebagai berikut
“Bullying yang sering dilakukan itu paling manggil teman dengan sebutan
bodo kayak gitu kak. Nanti teman yang lain juga manggilnya seperti itu
kak jadinya hal kayak gitu sudah biasa kak. Dan ga ada yang sakit hati
kalo dipanggil kayak gitu kak karna sudah jadi kebiasaan kak”
(Wawancara Peserta Didik Febi Saputri, 09 Oktober 2021)
Hal ini juga dibenarkan oleh Abdul Ramadhani dan M. Wahyu Nughroho.
Dari penjelasan Febi Saputri peneliti menganalisa bahwa bullying secara verbal
sudah menjadi kebiasaan sehingga tidak ada yang sakit hati ketika terjadinya
perilaku bullying secara verbal tersebut.
Peniliti juga mewawancarai peserta didik yang menjadi korban dari
perilaku bullying secara verbal, yaitu Friska Fahira. Beliau mengatakan bahwa
“kalau di kelas kami biasanya temen-temen tu manggilnya bodoh gitu kak,
kami sering dikatai bodoh juga kak. Kadang juga mereka ngomong kasar kak
kayak eh anjing sini gitu kak. Kami paling benci kak dipanggil kayak gitu, kadang
sakit hati juga kak, orang tua kami kan sudah kasih nama yang baik-baik eh malah
dipanggil bodoh dan anjing kak. Mungkin karena mereka sudah biasa dirumah
kayak gitu jadi kebawa sampai sekolah deh. Kadang kami marahi mereka kak tapi
mereka malah menjadi-jadi manggil kami bodohnya. Sakit hati kami dibuatnya
kak.” (Wawancara Friska Fahira, 09 Oktober 2021)
Hal ini juga di benarkan oleh Nia Ramadhani dan Lepti Jubaida. Dari
penjelasan Friska Fahira peneliti dapat menganalisa bahwa ia merasa sakit hati
dengan perkataan teman-temannya yang memanggil dengan sebutan kotor dan
kasar seperti bodoh dan anjing. Meskipun sudah di diberi tahu bahwa ia tidak
menyukai perbuatan itu namun teman-temannya tetap saja melakukan itu
dikarenakan sudah menjadi kebiasaan dari teman-temannya.
Adapun peniliti juga mewawancarai Laura Asmalinda selaku pelaku dari
tindakan bully. Beliau mengatakan bahwa:
“Kami sering kak manggil temen kami dengan sebutan bodoh tapi kami
kalo sudah di tegur gak ngulangin lagi kak. Tapi kami sering lupa ya tetap
manggil lagi kak. Namanya juga sudah kebiasaan kak, jadi ya susah mau
mengulanginya lagi.” (Wawancara Laura Asmalinda, 09 Oktober 2020)
Dari penjelasan diatas penulis mengalisa bahwa perbuatan bully terus
terjadi karena sudah menjadi kebiasaan di tengah-tengah lingkungan peserta didik
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi.
Penulis juga mewawancarai Izaty Aulia Syahrani selaku pelaku lain dari
tindakan bully di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi. Beliau
mengatakan bahwa:
“Dulu kami sering manggil temen kami manggil mereka dengan nama
binatang kak. Kayak woi anjing gitu kak. Kadang mereka marah sama
kami kak. Tapi ya biarin aja lah ga kami peduliin kak. Tapi pernah sekali
kami kena marah sama guru BK terus kami gak ngulangin lagi kak ya
walaupun kadang-kadang masih kesebut juga. Karna kebiasaan kan kak”
(Wawancara dengan Izaty Aulia Syahrani, 09 Oktober 2021)
Berdasarkan wawancara dengan Izaty Aulia Syahrani, penulis menganalisa
bahwa tindakan bully yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi di kelas XII Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran 1 yaitu peserta didik
sering memanggil teman mereka dengan sebutan binatang seperti “anjing”.
Selain itu peneliti juga mewawancarai Andika Pratama, ia mengatakan
bahwa :
“Contoh bullying yang sering terjadi di kelas itu biasanya mengejek teman
seperti bodoh, lolo, bengak atau manggil dengan nama bapak mereka kak.
Mereka melakukan itu mungkin karna terbawa dari pergaulan sehari-hari
kak atau faktor lingkungan mereka kak. Kami kadang ya kesel juga ya kak
kalau dipanggil bodoh gitu, tapi ya kami diam saja kak tidak membalas
daripada nanti jadi rebut kak” (Wawancara Peserta Didik, Andika Pratama,
11 Oktober 2021)
Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh Arviani Safitri. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Andika Pratama penulis menganalisa bahwa bentuk bully
yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi adalah
memanggil nama teman mereka dengan sebutan “lolo” dan “bengak” dan hal ini
terjadi karena sudah menjadi kebiasaan di tengah-tengah pergaulan peserta didik.
Dari semua informasi yang diberikan oleh informan, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa bullying secara verbal yang sering terjadi di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi yaitu mereka memanggil teman dengan
sebutan yang tidak pantas seperti “bodoh‟, “lolo”, “bengak” ataupun dengan
kondisi-kondisi fisik temannya. Hal ini terus terjadi karena mereka menganggap
bahwa ini hanyalah sekedar candaan saja tanpa mereka mengetahui dampak yang
mereka timbulkan dari perbuatan tersebut dan juga untuk tempat dan waktu
terjadinya aksi bullying ini bisa terjadi baik di luar ataupun di dalam kelas.
Hal ini sesuai dengan teori yang sudah peneliti jelaskan bahwa bentuk-
bentuk bullying secara verbal misalnya mengejek, menertawakan, dan menyindir.
Tipe perilaku ini paling mudah dilakukan, yang biasanya mengawali perilaku
bullying lainnya, dan menjadi langkah pertama menuju perilaku kekerasan.
(Sriwilujeng, 2017: 25)
Tindakan bullying terlihat sepele namun tindakan ini memberikan dampak
yang cukup parah kepada korban bullying sehingga perbuatan ini haruslah
dihentikan agar tidak menjadi kebiasaan terus menerus. Bahkan dari perbuatan
bullying ini tidak hanya memberikan dampak pada korban saja tetapi juga bagi
pelakunya. Si pelaku bullying bisa terjerumus ke dalam tindakan kriminalitas
ketika ia sudah terbiasa berbuat aksi bullying.
2. Strategi Guru PAI Dalam Menghadapi Perilaku Bullying Secara Verbal
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
Strategi merupakan cara yang digunakan untuk menghadapi suatu
masalah. Sebagaimana guru PAI juga memiliki strategi yang digunakan untuk
menghadapi perilaku bullying secara verbal pada peserta didiknya. Seperti bapak
Syarifuddin K, S. Pd. I. M. Pd., beliau memiliki strategi untuk menghadapi aksi
tersebut. Mereka mengatakan:
“Strategi yang bapak gunakan untuk menghadapi bullying ini biasanya
memberikan pembinaan melalui pesan-pesan moral sesuai dengan ajaran
Rasulullah, bahwa hal tersebut sangat dilarang seperti di dalam hadis yang
artinya “berkata yang baik atau jika tidak bisa maka diamlah” lalu bapak
selaku tenaga pendidik apalagi bapak juga guru PAI memberikan contoh
tauladan yang baik di lingkungan sekolah. Selanjutnya bapak senantiasa
memberikan rangsangan-rangsangan dari sebuah dampak apabila peserta
didik sering melakukan hal yang sama seperti terjadinya perundungan
dilingkungan sekolah” (Wawancara dengan guru PAI bapak Syarifuddin
K, S. Pd. I. M. Pd, pada 02 Oktober 2021)
Startegi ini juga diterapkan oleh bapak Drs. H. M Yusuf. Dari hasil
wawancara dengan bapak Syarifuddin K, S. Pd. I. M. Pd dan peneliti menganalisa
bahwa strategi yang digunakan untuk menghadapi perilaku bullying di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota jambi ini dengan memberikan pembinaan,
memberikan contoh tauladan yang baik dan memberikan nasehat dari adanya
dampak perbuatan bullying itu sendiri.
Peneliti juga mewawancarai guru PAI yang lainnya yaitu ibu Lili suryani,
S. Ag. mereka juga mempunyai strategi yang digunakan untuk menghadapi
perilaku bullying secara verbal ini. Beliau mengatakan bahwa:
“Yang ibu lakukan ketika menemui anak yang sedang berkata kotor
ataupun berkata kasar biasanya ibu memberikan arahan kepada anak-anak
untuk tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut” (Wawancara guru PAI,
ibu Lili Suryani S. Ag pada 02 Oktober 2021)
Hal serupa juga dilakukan oleh ibu Laiyinah S.Ag selaku guru PAI.
Berdasarkan wawancara dengan ibu Lili Suryani S. Ag peneliti dapat menganalisa
strategi yang beliau gunakan untuk menghadapi bullying secara verbal ini adalah
dengan memberikan arahan-arahan kepada para peserta didik agar tidak
mengulangi perbuatan bullying secara verbal
Selanjutnya peneliti juga mewawancara guru PAI bapak Drs. Zubir, M.
Pd., Pd mengenai strategi yang mereka gunakan untuk menghadapi perilaku
bullying secara verbal. Mereka mengatakan bahwa:
“ Biasanya strategi yang kami gunakan ketika anak-anak itu berkata kasar
atau kotor gitu saya melakukan pendekatan secara emosional agar lebih
tau apa yang menjadi penyebab dari perundungan itu, tidak lupa juga saya
menasehati mereka agar tidak melakukan perbuatan itu lagi” (Wawancara
guru PAI bapak Drs. Zubir, M. Pd., pada 02 Oktober 2021)
Strategi tersebut juga dilakukan oleh bapak Robi Firnando, SH dan bapak
Muchlis M. Pd. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi dapat peneliti simpulkan strategi yang
digunakan oleh guru PAI yaitu memberikan nasehat dan arahan kepada peserta
didik untuk tidak lagi berkata kotor atau kasar kepada sesama teman-temannya
Strategi guru PAI dalam menghadapi bullying secara verbal adalah suatu
cara yang digunakan guru PAI untuk menghadapi aksi bullying secara verbal yang
ada di lingkungan sekolah. Salah satu upaya yang bisa di lakukan guru PAI adalah
menasehati peserta didiknya, selain itu memberikan hukuman yang cukup
membuat anak didik jera dalam melakukan aksi bullying karena jika perbuatan ini
terus-menerus terjadi akan menimbulkan dampak baik kepada korbannya atau pun
kepada si pelaku. Salah satu dampak dari adanya aksi bullying ini tidak menutup
kemungkinan bahwa korban dari perilaku bullying menjadi pelaku bullying selain
itu dari adanya tindakan bullying ini seorang korban bullying bisa mengalami
depresi, minder, suka menyendiri, merosotnya prestasi akademik, dan yang paling
parah adalah mereka bisa melakukan percobaan bunuh diri. (Imas Kurnia, 2016:4)
Adapun dampak yang di terima oleh si pelaku bullying yaitu mereka bisa
menjadi pelaku tindakan criminal. Mungkin tindakan bullying ini terlihat sepele
namun dari tindakan ini banyak sekali menimbulkan dampak-dampak yang buruk
baik bagi pelaku maupun si korbannya.
Sehingga diperlukannya strategi yang tepat untuk memutus tindakan dari
perilaku bullying yang sudah menjadi kebiasaan di tengah-tengah peserta didik
agar hal ini tidak menjadi hal yang lumrah.
3. Hambatan dan Solusi Guru PAI Dalam Menghadapi Perilaku Bullying
Secara Verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
Hambatan merupakan suatu hal yang menghalangi untuk seseorang
mencapai tujuannya. Begitu pula untuk menghadapi perilaku bullying ini seorang
guru PAI akan menemui beberapa hambatannya namun mereka juga mempunyai
solusi untuk menyelesaikannya. Sebagaimana dari hasil wawancara bapak
Syarifuddin K, S. Pd. I, M. Pd menjelaskan mengenai hambatan dan solusi yang
mereka temui dan lakukan untuk menghadapi perilaku bullying secara verbal.
Mereka mengatakan bahwa:
“Yang menjadi hambatan dari aksi bullying ini itu karena sudah menjadi
kebiasaan peserta didik dan dianggap hal yang biasa. Lalu mereka juga
berpikir kalau teman mereka tidak akan merasa tersinggung. Karena
berpikiran seperti itu alhasil mereka menjadi saling ejek. Untuk solusinya
sendiri bapak memberikan pengarahan agar tidak jadi kebiasaan karna
setiap orang mempunyai sikap yang sama yaitu bisa tersinggung
contohnya misalkan pada waktu mengatakan kata-kata kasar yang tidak
tepat waktunya sehingga temannya bisa tersinggung. Lalu juga sikap
seperti ini kenapa tidak boleh menjadi kebiasaan atau dikatakan karena ini
lingkungan pendidikan dan sebagai tempat untuk membina generasi
karakter sehingga peserta didik harus membiasakan perilaku terpuji,
dengan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam melakukan interaksi di
dalam ataupun di luar kelas” (wawancara guru PAI bapak Syarifuddin K,
S. Pd. I. M. Pd pada 02 Oktober 2021)
Hambatan ini juga ditemui oleh bapak Drs. H. M. Yusuf dalam
menghadapi prilaku bullying di sekolah tersebut. Peneliti dalam hal ini
menganalisa bahwa hambatan yang dihadapi oleh bapak Syarifuddin K, S. Pd. I.
M. Pd datang dari peserta didik itu sendiri yang telah menjadikan bullying secara
verbal ini sebagai kebiasaan dan menganggap bahwa teman mereka tidak akan
merasa tersinggung. Adapun solusi yang diberikan bapak Syarifuddin K, S. Pd.
M. Pd ini yaitu dengan memberikan pengarahan dan menanamkan sifat-sifat yang
terpuji agar tidak terjadi lagi aksi bullying secara verbal.
Hal ini juga serupa dengan penjelasan dari ibu Lili Suryani, S. Ag berikan
ketika peneliti melakukan wawancara kepada beliau, beliau mengatakan bahwa:
“ Hambatan yang sering ibu temui biasanya karena itu menjadi kebiasaan,
bisa juga karena faktor keluarga mungkin di lingkungan keluarganya
sering berkata demikian jadi si anak mengikutnya dan terakhir karena
mereka menggap hal tersebut Cuma candaan aja jadinya mereka biasa saja
dengan hal tersebut. Kalau untuk solusinya sendiri biasanya ibu panggil
anaknya terus ibu nasehati agar tidak menjadi kebiasaan kebiasaan buruk
ini” (Wawancara guru PAI ibu Lili Suryani S. Ag, 02 Oktober 2021)
Hambatan ini juga ditemui oleh ibu Laiyinah S. Ag selaku guru PAI di
sekolah tersebut. Dari hasil wawancara dengan ibu Lili Suryani S. Ag peneliti
dapat menganisa bahwa hambatan yang beliau temui adalah karena hal tersebut
sudah menjadi kebiasaan, juga karena faktor keluarga dan anggapan bahwa aksi
bullying secara verbal ini hanyalah sebuah candaan semata. Solusi yang diberikan
oleh ibu Lili Suryani S. Ag adalah dengan memanggil peserta didik dan
memberikan nasehat-nasehat agar peserta didik tidak lagi menjadikan bullying
secara verbal ini sebagai kebiasaan.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai bapak Drs. Zubir, M. Pd.,beliau
juga memberikan penjelasan serupa dengan guru PAI yang lainnya mengenai
perbuatan bullying secara verbal, beliau mengatakan bahwa:
“Hambatan yang kami temui itu biasanya karena mereka sudah
menganggap bahwa hal-hal seperti ini sudah biasa dan juga tidak jarang
anak-anak ini terpengaruh karena temannya ada yang seperti itu jadi
mereka mengikutinya. Untuk solusinya sendiri saya biasanya saya nasehati
dengan mengatakan bahwa perbuatan itu salah, saya juga memberikan
penjelasan kepada mereka tentang dampak dari perilaku tersebut”
(Wawancara guru PAI bapak Drs. Zubir, M. Pd pada 02 Oktober 2021)
Hambatan tersebut juga ditemui oleh bapak Robi Firnando, S.H dan bapak
Muchlis, M. Pd. dalam menghadapi aksi bullying secara verbal. Dari wawancara
dengan bapak Drs. Zubir M.Pd peneliti menganalisa bahwa hambatan yang
ditemui oleh beliau yaitu peserta didik menganggap bahwa hal tersebut sudah
biasa dan tidak jarang akibat terpengaruh dari teman-temannya saat berinteraksi.
Adapun untuk solusinya bapak Drs. Zubir M. Pd memberikan nasehat dan
menjelaskan dampak yang akan diterima apabila perbuatan bullying terus
berlanjut.
Dari wawancara di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa hambatan
yang sering ditemui dari aksi bullying secara verbal ini adalah karena mereka
sudah terbiasa dalam melakukannya dan menganggap bahwa aksi ini hanyalah
sekedar candaan tanpa mereka mengetahui dampak apa yang mereka berikan
kepada korban bullying secara verbal ini. Sedangkan untuk solusinya sendiri dari
hasil wawancara diatas serupa yaitu memberikan nasehat kepada para peserta
didik agar tidak menjadi kebiasan yang terus menerus.
Banyak faktor yang menjadi hambatan untuk perilaku bullying secara
verbal, diantaranya karena pengaruh dari perilaku orang-orang disekitarnya dan
tindakan bullying ini sudah dianggap biasa oleh para pelakunya. (Priyatna,
2010:7)
Adapun solusi untuk menghadapi hambatan yang terjadi dalam
menghadapi perilaku bullying secara verbal yaitu memberikan pemahaman
kepada peserta didik mengenai dampak dari perilaku bullying dan menanamkan
rasa empati kapada korban bullying.
60
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bentuk-bentuk dari perilaku bullying secara verbal yang dilakukan di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi seperti memanggil
temannya dengan sebutan kasar seperti bodoh, lolo dan bengak ada
pula yang memanggil temannya dengan nama-nama hewan seperti
anjing dan babi.
2. Hambatan yang di temui oleh guru PAI yakni para peserta didik sudah
terbiasa memanggil temannya dengan sebutan-sebutan yang tidak
pantas dan mereka menganggap bahwa hal tersebut sudah biasa
sehingga hal ini terjadi terus menerus. Adapun untuk solusinya para
guru PAI memberikan nasehat kepada peserta didik.
3. Strategi yang digunakan oleh guru PAI adalah memberikan nasehat
dan arahan kepada peserta didik untuk tidak lagi berkata kotor atau
kasar kepada sesama teman-temannya dan tidak lupa guru PAI
memberikan contoh yang baik kepada para peserta didik agar peserta
didik bisa mencontoh hal yang baik dari gurunya.
B. Saran
1. Bagi guru, peneliti mengharapkan dari pihak guru untuk terus
mengawasi peserta didik baik secara langsung atau tidak langsung
terhadap aktivitas peserta didik ketika berada di sekolah. kemudian
guru diharapkan untuk memberikan beberapa metode yang baru dan
efektif dalam upaya menghadapi perilaku bullying pada peserta didik.
Selanjutnya guru harus membuka diri untuk menerima keluhan atau
laporan dari peserta didik seputar tindakan bullying setelah itu, guru
harus menindaklanjuti langkah-langkah yang harus diambil untuk
menyelesaikannya. Dan guru juga memberikan bimbingan kepada
peserta didik yang terlibat bullying (khususnya korban bullying) secara
individual.
2. Untuk pihak sekolah peneliti menyarankan agar membuat aturan secara
tertulis mengenai aksi bullying di sekolah dan memberikan hukuman
yang terbaik bagi anak agar peserta didik memiliki efek jera dan tidak
ada lagi kasus bullying yang akan datang.
61
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan Terjemahan
Ahmadi, Rulam. 2018. Profesi Keguruan, Konsep, Strategi Mengembangkan
Profesi Guru dan Karir. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Amin, Alfauzan. 2018. Model Pembelajaran Agama Islam Di Sekolah.
Yogyakarta: Samudr Biru (Anggota IKAPI)
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. 2017. Strategi Pembelajaran Terpadu.
Yogyakarta: Familia (Grup Relasi Inti Media)
Kardi, Syarifuddin. 2018. Inovasi Baru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam
Dan Budi Pekerti (Revisi 2018). Yogyakarta: CV Budi Utama
Kompri, 2015. Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Kompri. 2019. Pendidikan Agama Islam di Era Kontemporer. Bandung:
Alvabeta
Kurnia, Imas. 2016. Bullying. Yogyakarta: Relasi Inti Media
Mahmud, Eka Muchammad. 2019. Metodologi Khusus Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Moleong, Lexy J. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi
(GP Press Group)
Muslimin. 2014. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: CV. Budi Utama
Ngalimun, Dkk. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Kalimantan: Scripta
Cendikia
Prayitno, Andri. 2012. Let‟s End Bullying. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Romlah. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Bandar Lampung: Harakindo Publishing
(Aggota IKAPI)
Sobandi, Kurnali. 2016. Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Bogor:
Shuhuf Media Insani
Sugiyono.2017. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R&D. Bandung:
Alfabetta
Sugiyono.2019. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R&D. Bandung:
Alfabetta
Srimilujeng, Diah. 2017. Panduan Implementasi Penguatan Pendidikan
Karakter. Jakarta: Erlangga
Suciarti, Ni Nyoman Ayu. 2018. Verbal Bullying Dalam Media Sosial. Jurnal
Pendidikan Bahasa Indonesia. Vol. 6 No. 2
Suprihatingrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Supriyadi. 2015. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu
Suyono dan Hariyanto. 2016. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Syauqi Abraha, Dkk. 2017. Supervise Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aswaja
Perindo
Wiyani, Novan Ardi. 2012. Save Our Chilldren From School Bullying.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Wahab, Rohmalia. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Zakiyah, Ela Zain, Dkk. 2017. Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam
Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian & PPM Vol. 4 No. 2
1
Lampiran 1
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Strategi Guru PAI Dalam Menghadapi Bullying Secara Verbal Pada Peserta Didik
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
A. Observasi
1. Situasi dan kondisi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
2. Bagaimana prilaku bullying secara verbal yang dilakukan oleh sisa XI
OTKP 1
3. Bagaiamana strategi guru PAI dalam menghadapi bullying secara verbal
di sekolah tersebut
B. Wawancara
1. Wawancara untuk Guru PAI di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi
a. Selaku guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi apa saja bentuk-bentuk perilaku bullying secara
verbal yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ?
b. Apa saja hambatan-hambatan yang bapak temui dalam menghadapi
perilaku bullying secara verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi ?
c. Bagaimana solusi yang bapak berikan untuk menghadapi perilaku
bullying secara verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi ?
d. Bagaimana strategi bapak dalam menghadapi perilaku bullying secara
verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ?
2. Wawancara untuk kepala sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
2 Kota Jambi
a. Selaku kepala sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi apa saja bentuk-bentuk perilaku bullying secara verbal di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ?
b. Bagaimana tanggapan ibu mengenai prilaku bullying secara verbal di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ?
c. Solusi apa yang ibu berikan dalam menghadapi prilaku bullying secara
verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ?
3. Wawancara untuk waka kesiswaan di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi
a. Apa saja bentuk-bentuk prilaku bulying secara verbal yang bapak temui
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ?
b. Bagaimana tanggapan bapak megenai prilaku bullying di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ?
4. Wawancara untuk guru BK di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi
a. Apa saja bentuk-bentuk prilaku bullying secara verbal yang sudah ibu
temui di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ?
b. Berapa banyakkah kasus siswa yang kedapatan melakukan bullying
secara verbal di kelas XI OTKP 1 ?
c. Bagaimana tindakan atau solusi yang ibu berikan saat menghadapi
siswa yang melakukan tindakan bullying secara verbal ?
5. Wawancara untuk satpam di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi
a. Apa saja bentuk bullying secara verbal yang bapak temui di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi ?
b. Apa yang bapak lakukan ketika bertemu dengan siswa yang sedang
melakukan tindakan bullying secara verbal ?
6. Wawancara dengan siswa XI OTKP 1 di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi
a. Apa saja bentuk-bentuk tindakan bullying secara verbal yang adik
temui baik di dalam kelas maupun di luar kelas ?
b. Apakah sering tindakan bullying secara verbal ini di lakukan oleh
teman-teman adik ?
c. Apa yang adik lakukan saat adik melihat teman adik melakukan
tindakkan bullying secara verbal ini ?
C. Dokumentasi
1. Arsip
a. Historis dan geografis Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi
b. Struktur organisasi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota
Jambi
c. Keadaan fasilitas sarana dan prasarana Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi
d. Proses guru pendidikan Agama Islam dalam menghadapi bullying
secara verbal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
2. Gambar
Foto-foto kegiatan secara langsung saat wawancara dengan guru PAI,
kepala sekolah, waka kesiswaan, guru BK. Satpam dan Siswa kelas XI OTKP
1 mengenai kasus bullying secara verbal. Foto tersebut dihasilakn sendiri oleh
peneliti melalui kamera Handphone.
3. Rekaman Wawancara
Peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang
terkait dalam penelitian tersebut.
5
Lampiran 2
DAFTAR INFORMAN
NO Nama Keterangan
1 Sri Darmayanti, M. Pd. Kepala Sekolah di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Kota Jambi
2 M. Lumban, S. Pd Waka Kesiswaan
3 Syarifuddin K, S. Pd. I, M. Pd. Guru PAI
4 Drs. Zubir, M. Pd. Guru PAI
5 Drs. H. M. Yusuf Guru PAI
6 Laiyinah, S. Ag Guru PAI
7 Lili Suryani, S. Ag Guru PAI
8 Muchlis, M. Pd Guru PAI
9 Robi firnando, S. H Guru PAI
10 Isnawati, S. Pd Guru BK XII OTKP 1
11 Rismayanti, S. Pd Guru BK
6
LAMPIRAN 3
DAFTAR RESPONDEN
NO Nama Keterangan
1 Kasno Satpam
2 Fantri Onovan Satpam
3 Febi Saputri Ketua Kelas XII OTKP 1
4 Andika Pratama Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
5 Friska Fahira Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
6 Abdul Rahmadhani Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
7 Arviani Safitri Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
8 Izaty Aurellya Yunus Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
9 Lepti Juraida Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
10 Nia Ramadhani Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
11 Putri Rahayu Dinda Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
12 Laura Asmalinda Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
13 M. Wahyu Nugroho Peserta Didik Kelas XII OTKP 1
7
DOKUMENTASI
Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Kota Jambi
Ruang Belajar Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Jambi
Sosialisasi Terkait Perilaku
Bullying
Sosialisasi Terkait Perilaku
Bullying
Wawancara Bersama Guru PAI
bapak Syarifuddin K, S. Pd. I. M.
Pd
Wawancara Bersama Guru PAI
Bapak Drs. H. M. Yusuf
Wawancara Bersama Guru PAI
Bapak Robi Firnando, S. H
Wawancara Bersama Guru PAI
Bapak Drs. Zubir, M. Pd
Wawancara Bersama Guru PAI
Bapak Muchlis, M. Pd
Wawancara Bersama Guru PAI
Ibu Lili Suryani, S. Ag
Wawancara Bersama Guru PAI
Ibu Laiyinah, S. Ag
Wawancara Bersama Kepala
Sekolah
Ibu Sri Darmayanti, M. Pd
Wawancara Bersama Guru BK
Ibu Isnawati, S. Pd
Wawancara Bersama Guru BK
Ibu Rismayanti, S. Pd
Wawancara Satpam
Bapak Kasno
Wawancara Satpam
Bapak Fantri Onovan
Wawancara Pserta Didik XII
OTKP 1
Febi Saputri
Wawancara Pserta Didik XII
OTKP 1
Andika Pratama
Wawancara Pesera Didik XII
OTKP 1
Friska Fahira
Ruang BK
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
CURRICULUM VITAE)
Nama : Puji Lia Lestari
Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 06 September 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Asal : Jl. R. A Kartini RT. 42 Kel. Talang Bakung Kec.
Paal Merah Kota Jambi. Provinsi Jambi
Pekerjaan : Mahasiswa
No. Handphone : 0852516009656
Alamat Email : [email protected]
Data Pendidikan
SD/MI : SD Negeri 109 Kota Jambi (2005-2011)
MTS/SMP : MTs Talang Bakung (2011-2014)
SMA/MA/SMK : MAN 3 Kota Jambi (2014-2017)
S1 : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi (2017-2021)
Motto Hidup :Hal jazaaa ul-ihsaani illal-ihsaan
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan
pula (Ar-Rahman:60)