peran partai demokrasi indonesia perjuangan (pdi-p) dalam
TRANSCRIPT
i
PERAN PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
(PDI-P) DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN POLITIK
BAGI MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA (Studi Penelitian Deskriptif Kualitatif Di DPC Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) Kota Yogyakarta)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
SYAHBUDIN LALI
N.I.M : 12520023
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
JENJANG PROGRAM S1
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
“APMD” YOGYAKARTA
2016
ii
PERAN PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
(PDI-P) DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN POLITIK
BAGI MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA (Studi Penelitian Deskriptif Kualitatif Di DPC Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) Kota Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Jenjang Strata Satu (S1)
Program Studi Ilmu Pemerintahan Di Stpmd “Apmd” Yogyakarta
Disusun Oleh :
SYAHBUDIN LALI
N.I.M : 12520023
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
JENJANG PROGRAM S1
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
“APMD” YOGYAKARTA
2016
iii
Halaman Pengesahan
Skripsi Ini Telah Dipertahankan di depan Tim Penguji Sekolah
TinggiPembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
Pada hari :
Tanggal :
Jam :
Tempat : Ruang Sidang Skripsi STPMD “APMD”
TIM PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Drs. Parwoto, M.Si.
Ketua Penguji/Pembimbing
2.
Penguji Samping I
3.
Penguji Samping II
Mengetahui
Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
Gregorius Sahdan, S.IP., M.A.
iv
HALAMAN MOTO
Bismillahirrahmanirrahim, Allah SWT berfirman Yang Artinya :
“ sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar : 10).
“Orang tidak akan pernah merasa kesuksesan kalau belum pernah merasa kegagalan.”
(Boedink)
“Dalam cita-cita politikku, aku ini nasionalis, dalam cita-cita sosialku,aku ini sosialis, dalam
cita-cita sukmaku,aku ini theis.”
(Bung Karno-Penyambung Lida Rakyat)
“Hidup itu sederhana, semua orang hanya ingin bahagia, namun semua menjadi rumit ketika
orang sangat sulit untuk bahagia dengan cara membahagiakan orang lain”
(Nasehat tentang rela berkorban)
“Politik adalah sentuhan.....”
(Tentang Prinsip)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh ungkapan syukur dan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya, karya yang
sangat sederhana ini saya persembahkan kepada :
Kepada kedua orangtuaku,(ine & ema) terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang
kalian berikan, yang selalu memberikan doa, nasehat, dan dukungan yang tak
terhingga agar cepat selesai dan dapat menjadi orang yang sukses kelak dan tidak
sombong, terimakasih ine ema buat semuanya I loveeeee uuuuuuuuu.
Terimakasih buat kae Muhadir, ka’ Uda dan anaknya Fikar Amrulah, yang selalu
berdoa buat aling. Terimakasih buat semua kae, aling sayang dan rindu kalian semua.
Terimakasih buat kakekku ali nansur, alm. Nenek Riung, mami doda, yang slalu
berdoa buat aling agar cepat selesai sekolahnya
Terimakasih buat adik perempuanku satu-satunya (Ipang) yang selalu mengerti kae
punya kebutuhan hehe
Terimakasih buat kaka Nona, kaka Marten, dan Bibi Na yang selalu beri aling
nasihat serta doa dan dukungan agar aling cepat selesai
Terimakasih buat kaka Riris & kaka Onci, kaka imel (ibu dewan) yang selalu toe
lemong asen se golo ngata hehe
Terimkasih buat sayangku Gloria yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka,
yang selalu memberikan suport serta pengertian, yang kadang-kadang selalu
jengkelin,,,hehehe I love U sayang.
Terimakasih buat om Zainudin sek, om Ismail sek, dan om Ruslan, yang selalu
memberikan aling nasihat,doa serta dukungan agar cepat selesai
Terimakasih buat keluarga besarku yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Terimakasih buat saudara-saudaraku Buronan fc. yang sering ngumpul bareng di
Jogja (Densus S.ip, Ayen, Herman, Ichat, Eny, Moat Frits, Anis, Jhony, Nessa, Om
Sil, James, Stelo, Bob Ricky, Yessy, Yoris, choac Theos, Serly, Izhy, Deky, Pia, Ade
Devi, Troy, Soni, Ria, Nita, Iren, dan yang paling kecil Anak Rey dan lain-lain yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu)
Terimakasih buat ibu Marsilah, mas Agung dan Mba Ira yang sudah menjadi ibu dan
bapak kos yang baik.
vi
Terimakasih buat Teman-teman angkatan 2012, yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, sedih, susah, senang dan canda tawa yang kita alami selama ini akan selalu
saya ingat sepanjang hidup dan tidak akan terlupakan kenangan dimasa kuliah.
Angkatan 2012 yang paling kompak dan kece hahaeee
Terimaksih buat kae Hans, ari dopo, rin dore, asrul, safio, yaris, rojer, ano dan teman-
teman lain dari bajawa yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu wala cepat
nyusul sudah la.....hehee semangat.
Buat Teman-teman Pratikum, terima kasih juga untuk ibu Tritik dan bapak yang
suadah mengurus kami serta seluruh masyarakat Desa Gembongan Banjarnegara.
Terimakasih buat teman-teman KKN angkatan 48 Desa Kemiri dan Banjarejo yang
selalu kompak dalam setiap kegiatan.
Terimakasih buat teman-teman kos wisma candra, jhoni, abang Dani, ixi, uming,
bayu, wakidi, dwi, piter, arto dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu..
Terimakasih buat sobs manu ogan, manu wea, rio bao, made, agus, tamrin, ishak,
koben & tadius, salam kompak kuota-kuota belum cukup kalau kita belum ujian
e.....hahahaheeeee sio dengar kata itu kaya tra bisa tidur alee heheheeeeeeee
Buat Mba Chie-chie dan Om Frans, Sio paling bersahabat dan mengerti derita
mahasiswa. Mba chie yang asik diajak ngobrol. Kapan lagi ee. Makasih
Terimakasih buat pak dukuh GUKAR (guyangan karangnongko) dan semua warga
masyarakat karangnongko dan guyangan yang sudah saya anggap seperti keluarga
sendiri, atas doa serta nasehat dari bapak ibu maka saya dapat menyelesaikan skripsi
ini. aminnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
vii
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana
atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan guna
menyelesaikan Studi Program Strata satu (S1) pada Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “Apmd” Yogyakarta. dalam penyusunan skripsi
ini penulis mengambil judul “ peran partai demokrasi indonesia perjuangan dalam
memberikan pendidikan politik bagi pemilih (studi penelitian deskriptif kualitatif
di Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan kota
Yogyakarta). Di dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna, terutama dalam menggali, mengungkapkan, dan
menguraikan hal-hal yang penulis kemukakan serta sebagai bahan informasi
kepustakaan, namun dengan tekad dan rasa ingin tahu dalam pengembangan ilmu
pengetahuan maka penulis dapat menyelesaikannya.
Atas terselesaikan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang terhingga dengan penuh rasa hormat kepada :
1. Bapak Habib Muhsin, S.Sos, M.Si, Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP, Selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
3. Bapak Drs. Parwoto, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing, terima kasih yang
tiada batasnya atas bimbingan dan kesabarannya dalam proses pembuatan
skripsi ini sehingga selesai pada waktunya.
4. Bapak/ibu dosen, yang telah banyak memberikan materi kuliah khususnya
dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
viii
5. Seluruh staf dan karyawan-karyawati Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
6. Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta c.q. Kepala Biro
Administrasi Pembangunan Setda Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
7. Wali kota Daerah Istimewa Yogyakarta.
8. Pengurus DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan kota Yogyakarta
yang sudah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan
memberikan data terkait yang berkaitan dengan penelitian saya.
9. Tokoh masyarakat kota Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu
untuk melakukan wawancara sehingga penulis bisa mendapatkan data
sesuai dengan tujuan penelitian penulis.
10. Almamater kebesaran, terimakasih atas jasamu dalam setiap perjalanan
selama menempuh teori dan penyelesaian kuliah.
Akhir kata semoga segala bantuan, dukungan, masukan, yang telah diberikan,
dapat menjadi amal dan manfaat untuk semua orang dan juga mendapatkan pahala
dari ALLAH SWT (Aminnn). Dan penulis berbesar hati apabila para pembaca
sudi kiranya memberikan kritik, masukan dan saran dalam rangka perbaikan diri
sendiri maupun kemajuan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum wr.wb.
Yogyakarta,.....,....,2016
Penyusun
Syahbudin Lali
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTARISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
SINOPSIS ....................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan ......................................................................................... 7
D. Manfaat ....................................................................................... 7
E. Kerangka Teori ........................................................................... 8
E.1. Peran Partai Politik ............................................................. 8
E.2. Pendidikan Politik ............................................................... 18
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 33
G. Metode Penelitian ....................................................................... 33
1. Jenis Penelitian ..................................................................... 33
2. Unit Analisis ........................................................................ 34
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 35
x
4. Tehnik Analisis Data ............................................................ 36
BAB II PROFIL DPC PDI-P KOTA YOGYAKARTA ............................ 48
A. Sejarah Singkat ........................................................................... 48
B. Visi dan Misi PDI-Perjuangan ................................................... 49
C. Tugas PDI-Perjuangan ............................................................... 51
D. Tujuan PDI-Perjuangan ............................................................... 52
E. Lambang PDI-Perjuangan .......................................................... 53
F. Rencana Kerja DPC PDI-Perjuangan kota Yogyakarta .............. 54
G. Prasyarat Dasar Bagi Suksesnya Program ................................. 57
H. Dasa Prasetya PDI-Perjuangan .................................................. 65
I. Struktur Organisasi PDI-Perjuangan .......................................... 66
J. Kewenangan Dewan Pimpinan Cabang ..................................... 70
K. Pengambilan KeputusanPadaPDI-Perjuangan ........................... 71
L. Hasil Rekapitulasi Pemilu Legislatif Kota Yogyakarta Tahun
2014 ............................................................................................ 75
M. Elektabilitas Partai Politik .......................................................... 76
N. Sarana dan Prasarana PDI-Perjuangan ........................................ 77
BABIII ANALISIS TENTANG PERAN PARTAI DEMOKRASI
INDONESIA PERJUANGAN DALAM MEMBERIKAN
PENDIDIKAN POLITIK KEPADA MASYARAKAT KOTA
YOGYAKARTA .............................................................................. 78
A. Deskripsi Informan ..................................................................... 78
B. Pembahasan ................................................................................ 83
xi
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 102
A. Kesimpulan ................................................................................ 102
B. Saran ........................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 106
INTERVIEW GUIDE
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Rekapitulasi Kursi DPRD Pemilu Legislatif di DIY 2014...........
Tabel I.2 Hasil Rekapitulasi Pemilu Legislatif Tahun2014.........................
Tabel II.1. Hasil rekapitulasi pemilu legislatif tahun 2014 ........................... 75
Tabel II.2. Elektabilitas Partai Politik ........................................................... 76
Tabel III.1. Deskripsi informan berdasarkan jenis kelamin ........................... 79
Tabel III.2. Deskripsi informan menurut usia ................................................ 80
Tabel III.3. Deskripsi informan berdasarkan tingkat pendidikan ................... 81
Tabel III.4. Deskripsi informan berdasarkan pekerjaan ................................. 82
xiii
SINOPSIS Salah satu fungsi dari partai politik adalah sebagai sarana pendidikan
politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini menjadi penting diperhatikan bagi partai politik dalam hubungannya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat sekarang ini. Partai politik tidak hanya sebatas alat untuk meraih kekuasaan, tetapi partai politik mampu menunjukan peran dan fungsinya sebagai agen sosialisasi politik, sehingga dapat meredam beberapa penyimpangan yang terjadi ditengah masyarakat salah satu contohnya adalah money politic yang begitu marak terjadi ketika mendekati pemilu dan hal ini terjadi karena faktor ekonomi dan minimnya pengetahuan tentang nilai-nilai politik. Kurang terdidiknya masyarakat secara politik, telah menyebabkan mereka cenderung pasif dan mudah dimobilisasi untuk kepentingan pribadi atau jabatan dari para elit politik. Atas dasar itulah penulis mengambil judul skripsi “Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memberikan pedidikan politik kepada masyarakat Kota Yogyakarta”(Studi Penelitian Deskriptif Kualitatif di Dewan Pimpinan Cabang PDI-P Kota Yogyakarta). Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Kota Yogyakarta?”
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk melihat peran PDI-Perjuangan dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Kota Yogyakarta. Pengumpulan data penelitian menggunakan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Penentuan informan secara snowball system. Penentuan narasumber ini melalui pertimbangan-pertimbangan antara lain pengurus partai lebih mengetahui program-program yang dilaksanakan, untuk memudahkan mendapatkan informasi yang valid berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Subyek dalam penelitian ini adalah pengurus DPC Partai, tokoh masyarakat dan akademisi. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Kota Yogyakarta. Tehnik analisis data dalam penelitian ini adalah tehnik interpretatif.
Adapun hasil penelitiannya adalah pada dasarnya PDI-Perjuanggan sudah melakukan pendidikan politik kepada masyarakat, namun pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat tidak mempunyai kurikulumatau silabus yang jelas,sehingga tidak mempunyai panduan dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Hal ini jelas partai lakukan karena pendidikan politik yang partai berikan kepada masyarakat dikemas dalam bentuk program baik itu di bidang pembangunan, kesehatan maupun bidang pendidikan, karena pada prinsipnya masyarakat ingin melihat bukti. Dalam menunjang pelaksanaan pendidikan politik ini partai juga menfasilitasi semua apa yang menjadi kebutuhan dalam kegiatan pendidikan politik baik itu sarana dan prasarana, logistik maupun tutornya (pemberi materi) partai siap menfasilitasi demi kepentingan rakyat dengan sistem gotong royong dan apa adanya, dan untuk mengorganisir semua kegiatan ini partai jugamelibatkan semua pengurus mulai dari tingkat DPC sampai kepengurus anak ranting,yang di back up oleh tiga wakil ketua bidang dalam pengurus DPC PDI-P. Ketiga wakil ketua bidang itu antara lain wakil ketua bidang organisasi, wakil ketua bidang pendidikan dan pelatihan, serta wakil ketua bidang pemenang pemilu. Ketiga wakil ketua bidang ini mempunyai peranan penting dalam melaksanakan pendidikan politik kepada masyarakat, melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan pendidikan politik.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu perlibatan masyarakat (pemilih) dalam proses politik adalah
pemilihan umum (pemilu). Pemilu merupakan salah satu sarana bagi masyarakat
untuk ikut berpartisipasi menentukan pemimpin negara atau daerah dalam kurun
waktu tertentu. Ketika demokrasi merupakan salah satu syarat yang harus
diperhatikan dalam sebuah pemilu maka masyarakat (pemilih) harus betul-betul
cerdas dan paham tentang proses politik melalui pendidikan politik yang baik dan
benar.
Kurang terdidiknya warga negara secara politik ini, telah menyebabkan
mereka cenderung pasif dan mudah dimobilisasi untuk kepentingan pribadi atau
jabatan dari para elit politik. Lebih dari itu, mereka juga tidak bisa ikut
mempengaruhi secara signifikan proses-proses pengambilan keputusan yang
berkaitan erat dengan kehidupan mereka. Pada hal, sudah menjadi rahasia umum
bahwa proses demokratisasi yang sehat mensyaratkan adanya partisipasi politik
yang otonom dari warga negara. Partisipasi politik yang otonom ini, hanya dapat
dimungkinkan jika warga negara cukup terdidik secara politik.
Untuk menumbuhkan dan atau meningkatkan partisipasi politik yang
otonom dari setiap masyarakat (pemilih), maka pelaksanaan pendidikan politik yang
baik dan benar, mutlak diperlukan. Pelaksanaan pendidikan politik ini, selain dapat
xv
dilakukan oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga pendidikan formal yang ada,
juga bisa dilaksanakan secara non-formal oleh organisasi-organisasi masyarakat sipil
dan individual. Salah satu organisasi yang dapat memberikan pendidikan politik
adalah partai politik. Sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 2
tahun 2008 tentang partai politik pada BAB XIII pasal 31 ayat (1) tentang pendidikan
politik menjelaskan bahwa partai politik berperan melakukan pendidikan politik bagi
masyarakat sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawabnya dengan
memperhatikan keadilan dan kesetaraan dengan tujuan antara lain:
1. Meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter bangsa
dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Partai politik merupakan ciri utama sistem politik yang demokratis,
sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik. Ini sangat
penting dan perlu menjadi perhatian bagi partai politik dalam hubungannya
terhadap perkembangan kehidupan masyarakat kita sekarang ini. Dengan masih
banyaknya masyarakat yang tingkat pendidikan politiknya masih rendah, maka
peran dari partai politik sangat dibutuhkan. Pemahaman yang kurang baik dari
masyarakat terhadap peran dan tanggung jawab dalam politik sangat berpengaruh
besar terhadap hasil akhir dari proses demokrasi.
xvi
Didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang
partai politik, Bab V Tujuan dan Fungsi,pasal 11 ayat (1) partai politik sebagai sarana:
1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga
negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
2. Penciptaan iklim yang kondusif persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk
kesejahteraan masyarakat;
3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
4. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Ketentuan diatas sudah cukup bagus, tetapi tentu berbeda prakteknya
dilapangan, fungsi dan kewajiban partai politik hampir tidak berjalan. Partai politik
hampir-hampir menyerupai “republik tersendiri” ditengah masyarakat dan seolah-
olah terlepas dari masyarakat, kegiatan pendidikan politik yang seharusnya
dilakukan hanya formalitas menjelang pemilu dan setelah pemilu selesai bulan madu
partai politik versus rakyat pun usai. Partai lupa akan pendukungnya dan lebih
mementingkan urusan interen partai atau elit partai lantaran aktivitas dan isu-isu
politiknya sehingga tidak menyentuh kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu pendidikan politik merupakan faktor penting dalam
terbentuknya sikap dan budaya politik masyarakat. Maka dari itu partai politik harus
benar-benar melakukan pendidikan politik sebagaimana yang telah diatur dalam
xvii
undang-undang partai politik agar masyarakat paham dan sadar tentang hak dan
kewajibannya, sehingga masyarakat dapat mengetahui dan memahami sikap serta
budaya politik yang baik dan benar. Serta tidak mudah dimobilisasi oleh para politisi
dan elit partai.
Di Indonesia peran Partai Politik adalah sebagai pilar penyangga demokrasi.
Dalam artian bahwa, keberadaan demokrasi tanpa adanya Partai Politik adalah
sebuah situasi kekuasaan tanpa legitimasi. Karena begitu pentingnya peran Partai
Politik, maka sudah selayaknya jika Partai Politik diharapkan mampu menjamin
demokratisasi yang sehat dan efektif. Sebagaimana prinsip demokrasi yaitu” dari
rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
Partai politik merupakan jembatan atau penghubung bagi masyarakat dan
pemerintah, maka dari itu partai politik tidak hanya sebatas alat untuk meraih
kekuasaan tetapi partai politik mampu menunjukan peran dan fungsinya sebagai
agen sosialisasi politik, sehingga dapat meredam beberapa penyimpangan atau
anomali yang terjadi ditengah masyarakat, seperti salah satu contohnya yang sering
terjadi yaitu adanya money politik yang begitu marak terjadi ketika mendekati
pemilu. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor; pertama, minimnya pengetahuan
tentang nilai-nilai politik, kedua, karena faktor ekonomi. Dari kedua hal ini diatas
yang menyebabkan masyarakat itu mudah dimobilisasi oleh para elit politik untuk
kepentingan pribadi atau jabatan dari para elit politik.
Penyimpangan diatas tidak perlu diherankan lagi karena partai politik
sekarang ini dalam melakukan regenerasi masih tidak berpedoman pada kapasitas
individu tetapi lebih kepada kemampuan materi yang dimiliki seseorang. Partai
xviii
politik saat ini belum memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan
pendidikan politik baik diinternal partai politik maupun kepada masyarakat umum.
Sehingga harapan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, sistem politik yang
baik, good governance sangat tidak mungkin jika dilihat dari pembangunan dasar
yang dilakukan oleh partai politik.
Melihat pentingnya peran partai dalam melakukan peranannya terutama
dalam melakukan pendidikan politik kepada masyarakat (pemilih) maka dengan ini
penulis melakukan kajian ilmiah di salah satu partai yaitu Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) di Kota Yogyakarta. Penelitian ini berupaya untuk
melihat peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam melakukan
pendidikan politik sebagai fungsi dan tanggung jawab sebuah partai.
Hal ini tidak terlepas dari pentingnya pendidikan politik dan peran partai
dalam melaksanakan perannya kepada masyarakat. Karena dengan pendidikan
politik yang baik dapat memberikan dampak yang begitu besar bagi masyarakat
sehingga masyarakat dapat memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya
dalam kegiatan-kegiatan politik. Partai politik tidak boleh menutup mata dengan
kondisi masyarakat yang sekarang ini, oleh karena itu partai politik dituntut untuk
benar-benar memberikan perhatian yang lebih kepada masyarakat, jika tidak akan
berdampak pada eksistensi partai itu sendiri.
Pentingnya pemahaman masyarakat terhadap proses politik serta
bagaimana masyarakat ikut terlibat dan memainkan peran di dalamnya sehinga
menempatkan pendidikan politik terhadap masyarakat sebagai upaya yang harus
terus dipromosikan dan didorong agar masyarakat menjadi subyek politik, tidak
xix
hanya menjadi (obyek) penggembira yang dimanfaatkan suaranya ketika pemilihan
dan kemudian ditinggalkan dalam kesepian dan janji-janji manis dari para politisi.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Kota Yogyakarta telah gagal
dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Pendidikan politik yang
diberikan justru kian meneguhkan anggapan bahwa politik itu kotor atau sering
mendengarkan ucapan masyarakat bahwa, politik itu menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan sebuah kekuasaan. Hal ini dapat dilihat melalui pemahaman
masyarakat dalam memilih seorang calon dalam pemilu masih belum rasional dan
masih maraknya money politic, dari kedua hal diatas yang begitu marak terjadi
ketika mendekati pemilu, menyebabkan masyarakat belum terdidik secara politik.
Salah satu contoh konkrit yang sering terjadi ketika menyongsong pemilu, pasti
sebelumnya ada yang namanya kampanye. Kampanye dalam pandangan atau
persepsi masyarakat hanya sebatas konfoi atau ugal-ugalan motor, mendapat baju
atau kostum serta mendapatkan uang bensin. Sedangkan esensi dari kampanye itu
sendiri masyarakat tidak paham.
Hal diatas menunjukan bahwa masayarkat kota Yogyakarta pada umunya
masih minim pemahaman tentang nilai-nilai politik, karena pesan yang disampaikan
dalam kampanye tidak diindahkan oleh masyarakat itu sendiri. Selama ini
pendidikan politik yang telah dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) akhirnya tidak lebih dari pembodohan masyarakat yang mengatasnamakan
rakyat, bangsa, dan negara demokrasi untuk melegitimasi langkah politisi mereka
dalam meraih kekuasaan pemerintahan.
xx
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai besar di
Indonesia masih belum memberikan perhatian yang baik terhadap perkembangan
pendidikan politik masyarakat. Hal ini sangat bertentangan dengan moto dan
idiologi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai partai wong cilik (orang
kecil/orang bawah). Hal diatas dapat dilihat dalam berbagai jajak pendapat terlihat
bahwa preferensi orang memilih seorang kandidat tidak terlepas dari faktor-faktor
seperti, kesukuan atau kedaerahan, bentuk fisik (cantik, tampan), memberikan
fasilitas (uang dan atau fasilitas lain), sekeyakinan agama, sejarah masa lalu, iklan
dan seterusnya.
Dalam Pemilu Legisltif tahun 2014 adalah ajang dimana kemampuan partai
PDI-Perjuangan untuk memberikan proses pendidikan politik kepada masyarakat
Yogyakarta. Adapun hasil dari perolehan kursi dalam Pemilu Legislatif untuk fraksi
PDI-P Se-DIY tahun 2014. Berikut ini peneliti lampirkan perbandingan data perolehan
kursi DPRD fraksi PDI-P Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta :
Rekapitulasi Kursi DPRD Pemilu Legislatif Untuk Fraksi PDI-P Se-DIY 2014
Tabel I.1
No. Wilayah Kabupaten Total Perolehan Kursi
DPRD
1. Kota Yogyakarta 15 kursi
2. Bantul 12 kursi
3. Kulon Progo 8 kursi
4. Sleman 12 kursi
5. Gunung Kidul 11 kursi
xxi
Total 58 kursi
Sumber KPU Kota Yogyakarta 2014
Dari data KPU diatas, dapat kita ketahui bahwa total perolehan kursi DPRD
untuk fraksi PDI-Perjungan se-DIY berjumlah 58 kursi, dengan jumlah perolehan
kursi terbanyak berada diwilayah Kota Yogyakarta dengan jumlah 15 kursi,
kemudian diikuti wilayah Bantul dan Sleman dengan perolehan masing-masing 12
kursi, dan 11 kursi DPRD fraksi PDI-P untuk wilayah Gunung Kidul, serta perolehan
kursi paling rendah untuk fraksi PDIP berada diwilayah Kulon Progo dengan jumlah 8
kursi. Dari jumlah kursi DPRD yang ada, peneliti membandingkan secara keseluruhan
bahwa Kota Yogyakarta merupakan jumlah kursi DPRD untuk fraksi PDI-P paling
tertinggi dengan jumlah 15 kursi. Dari data ini, diketahui bahwa pemilu legislatif
untuk wilayah Kota Yogyakarta secara kuantitas dimenangkan oleh PDI-Perjuangan.
Perolehan kursi ini mungkin sebagai bentuk bahwa proses pendidikan politik oleh
PDI-Perjuangan berhasil dilakukan. Meskipun partai lain juga melaksanakan proses
pendidikan politik ini kepada masyarakat. Tetapi dalam politik, apa lagi pemilihan
legislatif, perolehan suara ini bisa saja di sebabkan oleh banyak faktor, misalkan
money politik, kampaye hitam, dan lain sebagainya.
Dalam prakteknya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
melaksanakan peran dan fungsi partai, yakni sosialisasi terkait memberi pendidikan
politik. Pendidikan politik ini dalam bentuk mengajarkan kepada publik (masyarakat
Yogyakarta) tentang bagaimana seharusnya masyarakat menentukan pemimpin dan
wakil-wakil rakyat se-obyektif mungkin. Selain itu, menentukan pilihan atas dasar
pertimbangan bahwa kandidat yang dipilih telah di ketahui track record nya.
xxii
Sehingga dalam perjalanannya kandidat tersebut apa bila telah menjabat akan
menghasilkan kebijakan yang didasarkan atas pertimbangan rakyat.
Tetapi dalam realitasnya, sosialisasi tersebut hanya sebatas formalitas
belaka. Pelaksanaan sosialisasi ini hanya untuk memenuhi tuntutan sebagai fungsi
partai untuk memberi pendidikan politik kepada masyarakat. Hal yang esensial dari
pedidikan politik tersebut tidak diindahkan sama sekali oleh masyarakat Yogyakarta.
Dasar yang menjadi argumen publik adalah karena faktor ekonomi yang selalu
melilit masyarakat kecil. Kontradiksi antara idiologi partai politik (PDIP) “wong cilik”
dan keadaan obyektif masyarakat Yogyakarta yang mengakibatkan kebutuhan atas
ekonomi lebih tinggi dari pada menentukan pilihan berdasarkan pertimbangan
rasional.
Maka dengan itu, penelitian ini berusaha menjawab permasalahan diatas
melalui pengamatan secara langsung dilingkungan kantor Dewan Pimpinan Cabang
(DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan masyarakat di wilayah Kota
Yogyakarta. Dengan ini diharapkan ada terbangunnya langkah-langkah praktis dalam
upaya-upaya menigkatkan kualitas insan politik dalam hal ini masyarakat (pemilih)
yang rasional.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang dikemukakan dalam latarbelakang diatas, mengenai
mengapa penelitian ini harus dilaksanakan, maka dapat diambil sebuah rumusan
masalah yaitu: Bagaimana Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Kota Yogyakarta?
xxiii
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peran Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Yogyakarta dalam memberikan pendidikan
politik kepada masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis, dengan adanya penelitian ini maka diharapkan akan
membantu dan menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya
mengenai peran partai dalam memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat.
2. Manfaat secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa dijadikan
sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) Yogyakarta dalam memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat.
E. Kerangka Teori
E.1. Peran Partai Politik
Teori peran sangat berkaitan erat dengan yang namanya sosialisasi.
Sejumlah sosiologi menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role
theory). Menurut Robert Lington (1936) seorang antropolog, teori peran
menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain
xxiv
sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh budaya. Menurut teori ini harapan-
harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk
berprilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga apabila masyarakat
memahami apa yang namanya tentang peran-peran maka secara otomatis akan
lebih paham dalam beriteraksi dengan lingkungan sekitar, karena segala sesuatu
yang diajarkan dengan peran adalah salah satu faktor utama dalam mencapai
kepuasan tersendiri bagi individu atau masyarakat untuk menjalankan sebuah
fungsi.
Hal diatas dikaitkan dengan bagaimana seorang individu atau
masyarakat memahami apa yang dilakukan oleh agen sosialisasi. Oleh karena itu
diperlukan peran yang aktif dalam proses pensosialisasian atas individu atau
masyarakat agar tercapai keinginan yang disepakati.
Sebagaimana yang diungkapkan Friedman bahwa peran merupakan
perilaku yang diharapkan seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan
baik secara formal maupun informal. Peran didasarkan pada preskripsi
(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu
harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-
harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran
tersebut. (Friedman, 1998: 286).
Pendapat Friedman mengatakan bahwa peran merupakan perilaku yang
diharapkan seseorang sesuai dengan posisi sosialnya. Hal ini memang benar apa
yang beliau katakan, apabila kita kaitkan dengan partai politik maka perilaku apa
yang dilakukan oleh partai politik sebagai salah satu agen sosialisasi yang kita
xxv
(masyarakat) harapkan dalam menjalankan peran dan fungsi sesuai dengan
kedudukannya agar semua harapan baik itu dari partai maupun dari masyarakat
dapat tercapai.
Menurut Soekanto, peran adalah sebuah aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. (Soekanto, 1990: 268)
Dari uraian dua pendapat diatas, memiliki kesamaan, Friedman
mengatakan peran merupakan perilaku yang diharapkan seseorang sesuai posisi
sosial dan aspek dinamis dari kedudukan (status) menurut Soekanto. Sedangkan
perbedaannya terletak pada tinjauannya, Friedman berbicara perilaku yang
diharapkan dari sebuah partai dalam menjalankan peran dan fungsinya sesuai
posisi sosialnya agar harapan yang diinginkan dapat tercapai. Sedangkan
Soekanto, lebih kepada aspek dinamis dari partai itu sendiri artinya apabila
partai melaksanakan hak dan kewajibannya kepada masyarakat maka partai
telah menjalankan sebuah peran sesuai dengan kedudukannya.
Peran merupakan perilaku yang dituntut untuk memenuhi harapan dari
apa yang diperankannya. Peranan tidak hanya menyangkut perilaku individu
saja, tetapi kelompok atau organisasi. Peranan adalah bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1986: 667).
Dalam kamus besar bahasa indonesia kata peran diartikan sebagai
pemain atau perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
memiliki kedudukan di dalam masyarakat ( kamus besar bahasa indonesia, 1995:
xxvi
751). Berdasarkan arti tersebut dapat dikatakan bahwa peran merupakan
tingkahlaku atau perbuatan yang dimainkan oleh seseorang atau sekelompok
orang karena tugas dan kewajiban.
Makna “peran” menurut Suhardono dapat dijelaskan melalui tiga cara:
pertama, peran menunjukan pada karakterisasi yang disandang untuk
dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas drama. Kedua, peran
sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu
karakterisasi (posisi) dalam struktur sosial. Ketiga, peran adalah suatu batasan
yang dirancang oleh aktor lain yang kebetulan sama-sama berada dalam satu
“penampilan/unjuk peran” (role performance). Hubungan antara pelaku (aktor)
dan pasangan pelaku perannya (role patner) bersifat saling terkait dan saling
mengisi, karena dalam konteks sosial tak satu peranpun yang dapat berdiri
sendiri tanpa yang lain (Suhardono, 1994: 5).
Berdasarkan pengertian peran diatas paham yang digunakan dalam
mengkaji peran adalah paham strukturalis dan paham interaksionis. Dimana
paham strukturalis lebih mengaitkan antara peran sebagai unit kultural yang
mengacu pada seperangkat hak dan kewajiban yang secara normatif lebih
dirancang karena sistem budaya. Intinya dari paham strukturalis lebih
menonjolkan suatu konotasi pasif-statis baik pada aspek permanensi maupun
pada aspek saling terkait antara posisi dengan lainnya. Sedangkan paham
interaksionis lebih memperlihatkan pada konotasi aktif-dinamis dari fenomena
yang bersifat lebih hidup serta lebih organis sebagai unsur dari sistem sosial
yang telah dinteraksi oleh self dari individu pelaku peran. Dalam hal ini pelaku
xxvii
peran menjadi sadar akan struktur sosial yang didudukinya, karena ia berusaha
selalu nampak dan dipersepsi oleh pelaku lain sebagai hal yang tidak
menyimpang dari sistem yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
peran merupakan sebuah ketentuan yang membatasi perilaku apa yang harus
dilakukan oleh seseorang baik itu individu ataupun kelompok yang menduduki
posisi, Dimana posisi sering dijelaskan dengan peristilahan lain seperti status,
tempat, dan jabatan.
Dari kesimpulan peran diatas, jika dikaitkan dengan partai politik, maka
peran adalah kedudukan atau unsur manusia dalam melaksanakan perannya
pada suatu organisasi politik yang salah satunya peran partai politik dalam
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat (pemilih). partai politik
mempunyai kedudukan serta peran yang dapat menentukan tercapainya suatu
tujuan khususnya peran partai politik dalam memberikan pendidikan politik bagi
masyarakat kota Yogyakarta. peran partai politik dalam hal ini sebagai suatu
agen/aktor sosialisasi yang dapat memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat, agar masyarakat dapat memahami nilai-nilai politik serta ikut
terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik dan paham apa yang menjadi hak dan
kewajibannya, sehingga masyarakat tidak terombang-ambing begitu saja dan
mudah dimobilisasi oleh para politisi yang hanya memperjuangkan kepentingan
segelintir orang. Partai politik dimanapun berada dapat memainkan perannya
dalam proses demokratisasi diberbagai institusi politik. Posisi strategis inilah
xxviii
yang menjadikan partai politik sebagai agen/aktor penting dalam kaitanya
dengan pendidikan politik masyarakat (pemilih).
Selain membahas tentang peran partai politik tetapi juga harus
membahas tentang apa itu partai politik. Didalam ilmu politik sudah sejak dulu
mengajarkan bahwa partai politik mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang menganut
demokrasi, terutama sebagai penghubung antara kepemimpinan rakyat dengan
pemerintah.
Untuk mengetahui gambaran tentang partai politik maka perlu kiranya
diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian partai politik itu sendiri. Tanpa
mengetahui pengertiannya maka sulit untuk memahami lebih lanjut mengenai
hal-hal yang bersangkut dengan partai politik. Dengan pemahaman dan
pandangan yang sama tentang partai politik maka akan mempunyai sikap yang
sama dalam melihat atau membahas mengenai partai politik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik pada hakekatnya
merupakan suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok orang yang
mempunyai cita-cita, tujuan dan orientasi-orientasi yang sama, dimana tujuan
dari kelompok ini untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik (biasanya) dengan cara konstitusional, untuk melaksanakan programnya.
(dalam Budiarjo, 2008: 403-404).
Dari uraian diatas dapat dibuat suatau kesimpulan bahwa partai politik
merupakan suatu organisasi yang dimana anggota-anggotanya memiliki cita-cita
xxix
dan tujuan yang sama untuk memperoleh kekuasaan dan kedudukan politik
secara konstitusional. Kehadiran partai politik di masyarakat menjadi sebuah
sarana yang berperan untuk mengontrol kekuasaan dan menyampaikan aspirasi
rakyat serta memiliki orientasi untuk membela kepentingan masyarakat banyak.
Menurut Neumann partai politik adalah organisasi penghubung yang
terdiri dari para pelaku politik aktif dalam suatu masyarakat, yang menaruh
perhatian pada pengendalian kekuasaan pemerintahan yang berkompetisi
dengan kelompok lain atau dengan kelompok-kelompok yang memiliki
pandangan yang berbeda dalam rangka memperoleh dukungan rakyat. (dalam
Maran; 2007, hal 85).
Dari pendapat Neuman penulis menyimpulkan bahwa partai politik
merupakan suatu organisasi yang didalamnya memiliki pelaku-pelaku politik
yang bersaing dengan kelompok lain yang memiliki pandangan berbeda untuk
menarik perhatian dan dukungan dari masyarakat supaya mereka (pelaku) dapat
memperoleh kedudukan dan kekuasaan.
George B. de Huznar dan Thomas H. Stevenson memberikan batasan
partai politik sebagai kelompok orang-orang yang terorganisir untuk ikut serta
mengendalikan suatu pemerintahan, agar dapat melaksanakan programnya dan
menempatkan anggotanya dalam jabatan (dalam Sukarna,1978:89).
Dari pendapat Huznar dan Stevenson diatas dapat dijelaskan bahwa
partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir yang melibatkan diri
xxx
untuk mengendalikan pemeritahan dan programnya dengan harapan dapat
menempatkan anggotanya dalam sebuah jabatan.
Sementara itu Soltau memberikan definisi partai politik sebagai
kelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak
sebagai satu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk
memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan
umum yang mereka buat. (dalam Maran, 2007;hal 85).
Dari pendapat Soltau dapat dijelaskan bahwa partai politik adalah
sekelompok masyarakat yang terorganisasikan sebagai suatu kesatuan politik
berusaha untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum
mereka.
Sedangkan menurut Sartori bahwa partai politik merupakan suatu
kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan pemilihan umum itu,
mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik
(A party is any political group that present at elections, and is capable of placing
through elections candidates for public office) ( dalam Budiarjo, 2008; hal 404-
405).
Dari pendapat Sartori dapat penulis simpulkan bahwa partai politik
merupakan suatu organisasi politik resmi yang dapat mengikuti pemilihan
umum untuk menempatkan calon-calonnya (pemimpin dan wakil-wakilnya)
dalam menduduki sebuah jabatan publik.
xxxi
Berdasarkan beberapa pengertian partai politik diatas, dapat
disimpulkan bahwa partai politik adalah suatu organisasi artikulatif yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, cita-cita dan tujuan yang sama untuk
memusatkan perhatiannya terhadap kekuasaan politik pemerintahan dengan
cara bersaing dengan organisasi kelompok lain yang berbeda pandangannya
untuk merebut dan memperoleh kekuasaan politik melalui dukungan rakyat
sehingga dapat mengendalikan pemerintah untuk menempatkan anggota-
anggotanya dalam jabatan politik.
Berangkat dari kesimpulan tentang partai politik tersebut diatas, jelas
bahwa kehadiran partai politik dalam sistem demokrasi tidak dapat dilepaskan
dari peran dan fungsinya, tidak hanya konstituen yang dikelola tetapi juga
kepada bangsa dan negara. Karena organisasi partai politik yang dapat
menempatkan orang-orangnya dalam jabatan-jabatan politisi berarti akan
menetukan kebijakan publik yang berdampak luas, tidak hanya kepada
konstituen mereka. Sehingga kehadiran partai politik juga perlu diletakan dalam
kerangka yang lebih luas dan tidak terbatas pada kelompok idiologis mereka
saja.
Peran partai politik dalam memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat memang mutlak diperlukan, sebagai salah satu upaya yang harus
dilakukan agar masyarakat dapat memahami apa yang menjadi hak dan
kewajibannya, serta partai politikpun dapat menunjukan tanggungjawabnya
kepada masyarakat dengan memberikan pemaham tetang nilai-nilai, norma
serta budaya politik yang baik dan demokratis.
xxxii
Untuk itu dapat dikaitkan antara peran dan fungsi parpol sebagai
agen/aktor dalam memberikan sosialisasi politik kepada masyarakat yang
merupakan sebuah proses dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap
fenomena-fenomena politik yang terjadi ditengah masyarakat. Dari hal ini dapat
kita lihat bahwa fungsi dari partai tanpa dibarengi dengan adanya peran aktif
dari partai itu sendiri, maka fungsi tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, Pada
BAB V Pasal 11 ayat (1) menjelaskan fungsi dari partai politik yaitu:
a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi
warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. Penciptaan iklim yang kondusif persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
untuk kesejahteraan masyarakat;
c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
d. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui
mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan
gender.
Dari undang-undang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa partai
politik berfungsi sebagai sebuah wadah untuk menumbuh dan mengembangkan
kesadaran pendidikan politik, menyerap dan memperjuangkan kepentingan
masyarakat dalam pembuatan kebijakan serta mempersiapkan anggota
xxxiii
masyarakat untuk mengisi jabatan politik sesuai dengan hak dan kewajiban
politik yang dimiliki rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan peran partai politik yang menciptakan fungsi partai, maka
ada beberapa fungsi partai politik yang dikemukakan oleh Budiarjo dalam
bukunya dasar-dasar ilmu politik yang dikutip dari literaturnya (Maran, 2007: 87-
91) sebagai berikut:
1. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik
Fungsi ini berkaitan erat dengan peranan partai politik sebagai
penghubung antara rakyat dan pemerintah. Partai politik juga hendaknya
berperan sebagai penyebar-penyebar program-program atau kebijakan-
kebijakan pemerintah. Dengan demikian partai politik memainkan fungsi
dialogis yang menjadi ciri khas masyarakat demokratis. Partai politik
hendaknya memainkan perannya sebagai pendorong proses komunikasi dua
arah, dalam hal ini komunikasi timbal balik antara rakyat dengan
pemerintah.
2. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik
Dengan sosialisasi politik dimaksud proses yang memungkinkan
seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena-fenomena
poitik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana dia berada.
Melalui proses sosialisasi, norma-norma dan nilai-nilai dialihkan dari
generasi tua ke generasi muda. Melalui pendidikan politik yang berlangsung
secara teratur dan sistematis, suatu partai politik dapat menanamkan
xxxiv
sekaligus mengembangkan kesadaran politik pada diri para pendukungnya
mereka.
3. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik
Dengan rekrutmen politik dimaksud upaya partai politik untuk
mencari dan mengajak orang-orang yang berbakat untuk terlibat aktif dalam
kegiatan politik sebagai anggota, dengan cara ini suatu partai politik
memperluas partisipasi politik di kalangan masyarakat.
4. Partai politik sebagai sarana pemberes konflik
Dalam kehidupan masyarakat demokratis, persaingan dan
perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan hal yang wajar.
Perbedaan dan persaingan dalam bentuk apa pun bisa menjadi sumber
konflik, baik antara individu maupun antara kelompok, jika terjadi konflik,
maka merupakan tugas partai politik untuk mengatasinya. Jika fungsi ini
dapat dilaksanakan dengan baik maka tertib sosial akan terjamin.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Budiarjo mengenai fungsi partai
politik maka yang menjadi fokus penelitian penulis yakni tentang fungsi partai
politik sebagai sarana sosialisasi politik/pendidikan politik yang dalam hal ini
partai memiliki peran yang begitu penting dalam menjalankan
tanggungjawabnya kepada konstituen atau masyarakat agar masyarakat paham
tentang nilai-nilai politik yang diberikan oleh partai politik dan tidak hanya itu
tetapi harapan atau out put dari menjalan fungsi ini adalah masyarakat benar-
benar melek politik dan sadar apa yang menjadi hak dan kewajibannya, serta
sangat antusias dalam mengikuti kegiatan-kegiatan politik.
xxxv
Pendapat lain mengemukakan beberapa fungsi pokok partai politik
menurut G.B. de Huszar dan T.A Stevenson ( dalam Rudy May, 2007: 91):
1. Pengajuan calon-calon wakil rakyat (proposing candidates)
2. Merangsang pendapat umum (stimulating public opinion)
3. Mendorong rakyat untuk memilih (getting people to vote)
4. Sikap kritis terhadap pemerintah (criticism of the regime)
5. Tanggungjawab pemerintahan (responsibility for goverment)
6. Memilih para pejabat negara (choosing oppointive officer)
7. Kesatuan dalam pemerintahan (unifying the goverment)
Untuk menjalankan fungsi-fungsinya partai politik harus menempatkan
dirinya sebagai agen sosialisasi dan masyarakat (pemilih) sebagai pelaku politik.
Hal ini dilakukan karena berangkat dari sebuah kesadaran dari realitas
kehidupan bermasyarakat yang tidak lepas dari dinamika riil politik yang berlaku.
Masyarakat pada dasarnya adalah aktor kebijakan secara konfrenhensif, baik
sebagai pelaku maupun sasaran. Oleh karena itu, pelembagaan atas posisi
masyarakat yang sejatinya adalah aktor politik menyebabkan keberadaan
organisasi politik, terutama partai politik memerlukan fungsi tersebut diatas.
Sosialisasi atau pendidikan politik bagi masyarakat adalah merupakan
salah tugas dan tanggung jawab dari partai politik untuk memperkenalkan nilai-
nilai politik, sikap-sikap, dan etika politik yang seharusnya dan demokratis
kepada masyarakat sebagai pelaku politik, jadi peran partai politik dalam
memberikan pendidikan kepada masyarakat bila dikaitkan dengan fungsinya
maka melalui proses inilah para pelaku politik mendapatkan nilai, norma dan
xxxvi
etika politik yang dialihkan dari generasi tua kegenerasi muda. Melalui
pendidikan politik suatu partai politik dapat menanamkan sekaligus
mengembangkan kesadaran politik kepada masyarakat (pemilih).
Dari beberapa uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa fungsi dari
partai politik itu sendiri adalah merupakan:
1. Sebagai alat bagi masyarakat untuk berorganisasi dan menyatuhkan
suaranya atau hak-hak politiknya,
2. Sebagai perpanjangan tangan masyarakat dalam mengawasi kebijakan
pemerintah,
3. Sebagai penghubung bagi masyarakat terhadap pemerintah dalam
menyampaikan aspirasi dan kepentingnya,
4. Sebagai agen sosialisasi dalam mencerdaskan masyarakat tentang
pengetahuan politik.
5. Sebagai sarana pengatur konflik, karena perbedaan pandangan serta
pendapat masyarakat.
E.2. Pendidikan Politik
Istilah pendidikan politik sering disamakan dengan istilah political
sosialization. Istilah political sosialization jika dikaitkan secara harfiah kedalam
bahasa indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh karena itu dengan
menggunakan istilah political sosialization banyak yang mensinonimkan istilah
pendidikan politik dengan istilah sosialisasi politik, karena keduanya memiliki
xxxvii
makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi politik adalah pendidikan
politik dalam arti sempit. (Kartaprawira, 2004:5)
Didalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah
kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatau kunci bagi perilaku. Sosialisasi
politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada
seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-
reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik individu-
individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab
dalam kehidupan politik. Dalam hal ini sosialisasi merupakan suatu proses
pedagogis (proses pendidikan), atau suatu proses pembudayaan insan politik
dalam hal ini masyarakat (pemilih). Pendidikan politik dimasyarakat bukan
berarti menunjukan bahwa masyarakat itu bodoh dan tidak bisa terlibat dalam
politik, tetapi pendidikan politik lebih menjadi proses kegiatan dalam
mendorong meningkatkan kualitas hidup dan kapasitas dari pada masyarakat itu
sendiri.
Menurut Surbakti, dalam memberikan pengertian tentang pendidikan
politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik, bahwa
sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik.
pendidikan politik merupakan suatu proses dialegik diantara pemberi dan
penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan
mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari
berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai
politik (Surbakti, 1999: 23)
xxxviii
Dari pendapat Surbakti dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan
politik adalah suatu proses dialegik antara pemberi dan penerima pesan. Artinya
bahwa ada komunikasi dua arah antara pemberi dan penerima pesan yang mana
melalui proses inilah para pelaku politik atau masyarakat dapat mempelajari
nilai-nilai, norma,dan simbol politik negaranya dari beberapa agen dan salah
satunya adalah partai politik.
Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 pasal 34 ayat 3b juga
menjelaskan tentang yang dimaksud pendidikan politik, yaitu berkaitan dengan:
a. Pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu
Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Bhineka Tunggal Ika
Dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia
dalam membangun etika dan budaya politik;
c. Pengkaderan anggota partai politik secara berjenjang dan
berkelanjutan.
Dari hal diatas sudah sangat jelas bahwa kewajiban dari partai politik
harus memberikan nilai-nilai politik seperti yang telah diatur dalam
Undang-Undang Partai Politik Nomor 2 Tahun 2011 agar masyarakat
(pemilih) paham tentang peran dan fungsi dari partai itu sendiri serta
melalui pendidikan politik juga masyarakat dapat memahami pengetahuan
politik tentang demokrasi dan nilai-nilai politik, sehingga masyarakat
mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya, ketika partai politik
benar-benar melakukan pendidikan politik atas dasar kepentingan
xxxix
masyarakat dan eksistensi partai itu sendiri maka masyarakat tidak dapat
dibodohi atau dimobilisasi oleh para politisi walaupun dalam keadaan
apapun.
Sedangkan Hayer menyebutkan bahwa pendidikan politik adalah usaha
membentuk manusia manjadi partisipan yang bertanggung jawab dalam politik.
(dalam Kartono, 2009:64).
Dari pendapat Hayer dapat penulis jelaskan bahwa pendidikan politik
merupakan suatu usaha untuk membentuk manusia (masyarakat) menjadi
partisipan, artinya bahwa dengan memberikan pendidikan politik oleh partai
politik diharapkan masyarakat dapat ikut terlibat secara aktif dan tanggung
jawab dalam segala bentuk kegiatan-kegiatan politik.
Dalam buku tulisan Kartono yang berjudul pendidikan politik (2009;64)
menyatakan bahwa pendidikan politik adalah bentuk pendidikan orang dewasa
dengan menyiapkan kader-kader untuk pertarungan politik dan mendapatkan
penyelesaian politik, agar menang dalam perjuangan politik.
Ada juga pendapat lain yang memberi batasan tentang pendidikan
politik adalah sebagai upaya edukatif yang intensional, disengaja dan sistematis
untuk membentuk individu sadar politik dan mampu menjadai pelaku politik
yang bertanggung jawab secara etis atau moril dalam mencapai tujuan-tujuan
politik. (Kartono, 2009: 64)
Dari dua pendapat Kartono di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
politik pada hakekatnya merupakan aktivitas pendidikan diri (mendidik diri
xl
sendiri dengan sengaja) yang terus menerus, hingga orang yang bersangkutan
lebih mampu dan memahami dirinya sendiri serta situasi kondisi lingkungan
sekitar, kemudian mampu menilai segala sesuatu secara kritis serta mampu
menentukan sikap dan cara penanganan masalah-masalah yang terjadi di
tengah-tengah lingkungan hidupnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
politik merupakan suatu usaha atau proses pembentukan insan politik dalam hal
ini masyarakat (pemilih) yang berlangsung secara sistematis dan terus menerus
dengan cara mentransfer nilai-nilai politik dari generasi ke generasi sehingga
dapat membentuk masyarakat yang sadar akan politik, Sehingga apabila
masyarakat mendapat pendidikan politik oleh partai politik maka masyarakat
(pemilih) dapat memiliki sikap yang baik dan mampu menilai segala sesuatu
secara kritis, Artinya bahwa pendidikan politik oleh partai politik merupakan
sebuah proses belajar yang bukan hanya mendapatkan informasi dan
pengetahuan saja, tetapi lebih menekan kepada kemampuan dalam
menentukan sikap yang benar dan melatih ketangkasan aksi/ berbuat, sehingga
masyarakat (pemilih) tidak mudah dibohongi dan dimobilisasi oleh para politisi
demi kepentingan para elit atau kelompok tertentu.
Partai demokrasi indonesia perjuangan (PDIP) telah melaksanakan
pendidikan politik kepada masyarakat yogyakarta secara strukutural, namun
pada kenyataan pendidikan politik yang diberikan oleh partai hanya formalitas
saja, pendidikan politik yang diberikan partai tidak dapat merubah perilaku
pemilih untuk memilih wakilnya secara rasional. Perilaku pemilih sekarang ini
xli
masih mudah dimobilisasi oleh para politisi, karena tuntutan ekonomi yang
begitu tinggi maka masyarakat lebih memilih uang dibandingkan nilai-nilai
politik yang telah disosialisasikan oleh partai politik. Namun yang lebih parahnya
lagi partai politik sendiri menggunakan moment ini untuk mendapatkan sebuah
kekuasaan. Ini merupakan suatu anomali yang harus dibenarkan atau diluruskan
kembali, maka sebagai partai politik harus menunjukan tanggungjawabnya
kepada masyarrakat dengan mencegah anomali yang terjadi ditengah
masayarakat, mewujudkan bahwa partai politik benar-benar mengabdi kepada
masayarakat dan menunjukan eksisttensi dari partai itu sendiri.
Kalaupun saat ini orientasi partai politik sangat tinggi terhadap
kekuasaan, sulit kirannya bagi mereka untuk melihat kehidupan politik indonesia
melalui suatu perspektif yang jelas dan obyektif. Padahal adanya perspektif
semacam itu amat diperlukan untuk memungkinkan terjadinya suatu proses
pendidikan politik yang wajar dalam diri mereka melalui hal-hal tersebut akan
lahir sikap dan tingkah laku politik yang baru. Sehubungan dengan
permasalahan tersebut maka upaya yang harus dilakukan pertama kali adalah
berupaya mengembalikan orientasi partai politik kepada orientasi pengabdian
yang mendalam pada rakyat, bangsa, dan negara, sehingga akhirnya pendidikan
politik terhadap rakyat dapat berhasil sesuai tujuan yang diharapkan.
Partai politik yang mengabdi kepada kepentingan masyarakat secara
keseluruhan (bukan yang “parochial” dan dimaksutkan untuk kepentingan suatu
golongan) lebih bisa diharapkan untuk dapat berbuat banyak ke arah yang lebih
xlii
demokratis. Sebagaimana yang diunkapkan oleh Kartono bahwa pendidikan
politik dapat memberikan sumbangan besar bagi:
a. Proses demokratisasi yang semakin maju dari semua individu (rakyat)
dan masyarakat /struktur kemasyarakatannya,
b. Dengan prinsip-prinsip realistik, lebih manusiawi, dan berlandaskan hukum
formal dalam menggalang komunitas politik yang modern.
Tanggung jawab dan kewajiban pendidikan politik terhadap rakyat
sesungguhnya ada pada partai politik sesuai Undang-undang Negara Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor
2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Pasal 34 Ayat 3a Undang-undang ini
menyatakan bahwa bantuan keuangan dari APBN/APBD sebagaimana dimaksut
ayat (3) diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi anggota
partai politik dan masyarakat.
Pendidikan politik diadakan untuk mempersiapkan: pertama, kader-
kader politik yang mampu berfungsi baik ditengah perjuangan politik. Kedua,
untuk mendapatkan penyelesaian politik yang bisa memuaskan semua pihak,
sesuai dengan konsep-kosep politik yang sudah ditetapkan. Jika pendidikan
politik dapat dilakukan dengan baik dan sistematis, maka pasti akan dapat
ditumbuhkan kekuatan-kekuatan kontra yang demokratis dan positif konstruktif
yaitu menjadi kekuatan yang kritis untuk melawan kondisi-kondisi yang tidak
sehat, buruk, tidak adil, tidak mantap, dan tidak wajar. Kemudian orang
berusaha menciptakan iklim yang lebih demokratis dan lebih sehat, untuk
membuat kondisi sosial-politik-ekonomi-budaya menjadi lebih baik.
xliii
Dalam sistem pendidikan nasional juga mengatakan bahwa pendidikan
adalah sebuah proses yang memiliki banyak komponen yang saling bekerja sama
untuk mencapai sebuah tujuan, maka dari itu sumber masukan dari masyarakat
kedalam sistem pendidikan nasional dapat berupa informasi, energi atau tenaga
dan bahan-bahan.
Hal ini dapat tergambar dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 mengenai Standar Pendidikan Nasional mengatakan bahwa terdapat dua
jenis masukan dalam bentuk informasi yaitu informasi produk dan informasi
operasional. Informasi produk berupa kualitas dan kuntitas peserta didik.
Sedangkan informasi operasional berupa sumber daya kependidikan,
penghasilan nasional, penghasilan perkapita,ilmu seni, teknologi, cita-cita
nasional dan segala barang dan peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan
pendidikan. Disamping itu juga termasuk informasi lingkungan,meliputi sistem
bio-sosial, sistem sosial budaya, sosial ekonoomi, dan sosial politik.
Adapaun masukan dalam bentuk energi atau tenaga adalah energi
manusia yang meliputi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan baik peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan.
Masukan berupa bahan-bahan adalah sumber-sumber sistem
pendidikan nasional non-manusia seperti kurikulum, buku pelajaran, sarana dan
prasarana pendidikan dan adminstrasi, teknologi pendidikan, bangunan dan
sebagainya. Selanjutnya, proses dalam sistem pendidikan nasional meliputi
komponen-komponen sebagai berikut:
xliv
a. Tujuan pendidikan, yaitu suatu hal yang diharapkan dapat tercapai
sepanjang proses. Tujuan pada akhir keseluruhan proses adalah tujuan
umum atau tujuan nasional pendidikan. Sedangkan untuk sampai pada
akhir proses, terdapat sederetan tujuan yang disebut tujuan khusus.
Tujuan-tujuan ini berfungsi sebagai pengarah operasional kegiatan
pendidikan.
b. Organisasi pendidikan, yaitu keseluruhan tatanan hubungan antar bagian-
bagian dan antar unsur-unsur dalam sebuah kesatuan sistem pendidikan
nasional.
c. Masa pendidikan, yaitu jangka waktu kelangsungan seluruh kegiatan
disebuah satuan pendidikan.
d. Prasarana pendidikan, yaitu segala hal yang merupakan penunjangan
terselenggaranya proses pendidikan dalam sisitem pendidikan nasioanal.
e. Sarana pendidikan, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan dan membantu
meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan.
f. Isi pendidikan, yaitu semua hala atau pengalaman yang perlu dipelajari oleh
peserta didik.
g. Pendidikan dan tenaga kependidikan, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam
peyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan (Guru, Pustakawan, Teknolog
Pendidikan, dan sebagainya).
h. Peserta didik, yaitu semua anak, remaja, dan orang dewas yang terlibat
dalam proses pendidikan.
xlv
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pendidikan politik adalah sebuah
proses maka ada beberapa pokok materi pendidikan politik sepenuhnya
tertuang sebagai muatan yang terkandung dalam kurikulum pendidikan politik.
Kurikulum pendidikan politik adalah jarak yang harus ditempuh oleh seseorang
dalam mencapai target yaitu melek politik yang ditandai dengan menguatnya
daya nalar terhadap berbagai aktifitas politik. Sebagaimana yang diungkapkan
Subandiya (1993:4-6) bahwa dalam menyusun kurikulum terdapat beberapa
komponen utama anatara lain ; komponen tujuan, isi/materi, media (sarana dan
prasarana), strategi, serta komponen proses belajar mengajar. Hal-hal mengenai
kurikulum pendidikan politik, diatur dalam instruksi presiden nomor 12 tahun
1982 tentang pendidikan politik bagi generasi muda yang menyebutkan bahwa
bahan pendidikan politik antara lain:
a. Penanaman kesadaran berideologi, berbangsa, dan bernegara;
b. Kehidupan dan kerukunan hidup beragama;
c. Motivasi berprestasi;
d. Pengamalan kesamaan hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan
penghormatan atas harkat dan martabat manusia;
e. Pengembangan kemampuan politik dan kemampuan pribadi untuk
mewujudkan kebutuhan dan keinginan ikut serta dalam politik;
f. Disiplin pribadi, sosial dan nasional;
g. Kepercayaan pada pemerintah;
h. Kepercayaan pada pembangunan yang berkesinambungan;
xlvi
Dari beberapa bahan diatas hal yang harus diperhatikan dalam
kurikulum tersebut bahwa bahan kurikulum harus bersumber pada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pendidikan politik dalam tulisan ini dipahami sebagai perbuatan
memberi latihan, ajaran, serta bimbingan untuk mengembangkan kapasitas dan
potensi diri manusia, melalui proses dialogik yang dilakukan dengan suka rela
antara pemberi dan penerima pesan secara rutin, sehingga para penerima pesan
dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bernegara.
Pemahaman di atas pada dasarnya menunjukan bahwa Pelaksanaan
pendidikan politik harus dilakukan tanpa unsur paksaan dengan fokus
penekanan pada upaya untuk mengembangkan pengetahuan (Kognisi),
menumbuhkan nilai dan keberpihakan (Afeksi) dan mewujudkan kecakapan
(Psikomotorik) warga sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. Oleh
karenanya, materi-materi pendidikan politik yang harus disampaikan harus
mencakup hal-hal sebagai berikut: Pertama, posisi individu dalam kehidupan
bernegara. Kedua, posisi konstitusi dalam kehidupan bernegara. Ketiga, posisi
negara dalam menjalin relasi dengan warganya. Keempat, posisi individu,
negara, dan konstitusi dalam konstelasi politik terkini. Sedangkan media
pelaksanaan pendidikan politik yang dapat dipergunakan antara lain: latihan
kepemimpinan, seminar, workshop, dialog publik, debat terbuka, kampanye
dialogis, dan lain-lain yang sejenis dengannya.
xlvii
Berkaitan dengan hal diatas, Khoiron (1999), berpendapat bahwa untuk
melaksanakan suatu pendidikan politik yang baik dan benar, idealnya langkah-
langkah yang harus di tempuh oleh pihak penyelenggara, adalah:
Pertama, Pahami persoalan warga/masyarakat. Sebelum program
pendidikan politik dilaksanakan, harus terlebih dahulu di teliti dan di observasi
secara mendalam apa sesungguhnya persoalan mendasar yang dihadapi oleh
warga negara/masyarakat di suatu daerah, karena persoalan warga
negara/masyarakat di suatu daerah berbeda dengan persoalan warga
negara/masyarakat di daerah yang lain.
Kedua, Tentukan dan petakan kebutuhan masyarakat. Setelah persoalan
mendasar-aktual warga negara/masyarakat di ketahui, kemudian tentukan dan
petakan kebutuhan mereka berdasarkan skala prioritas. Skala prioritas ini akan
menjadi sangat penting, terutama ketika kebutuhan dan aspirasi warga
negara/masyarakat sangat banyak dan beragam.
Ketiga, Rumuskan tujuan dan pilih kelompok sasaran. Rumusan dari
tujuan pendidikan politik akan memberikan arah dan juga sasaran yang akan
dicapai dari pihak penyelenggara. Kelompok sasaran bisa ditentukan setelah
tujuan dari pendidikan politik berhasil dirumuskan. Keterpaduan antara tujuan
dan kelompok sasaran dari suatu pendidikan politik, akan mengefektifkan
program yang dilaksanakan.
Keempat, Rancang aktivitas kerja dan tentukan media. Dalam
merancang aktivitas kerja, harus di buat terlebih dahulu adalah:
xlviii
a. Rancangan kegiatan.
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan.
c. Pembagian tugas dan tanggung jawab.
d. Fasilitas atau peralatan yang dimiliki.
e. Anggaran yang dibutuhkan.
Poin-poin di atas ini juga, harus menjadi pertimbangan dalam memilih
media pendidikan politik yang akan dipergunakan, serta satu hal yang tidak
boleh dilupakan ialah media pendidikan politik yang akan digunakan harus
diselaraskan dengan tujuan yang akan di capai dan kelompok sasaran yang telah
di pilih.
Kelima, Laksanakan aktivitas. Pelaksanaan kegiatan pendidikan politik
akan menjadi efektif, jika dalam implementasinya dapat dilaksanakan sesuai
rencana kerja.
Keenam, Monitoring dan Evaluasi Hasil Kerja. Pada bagian yang paling
akhir dari langkah-langkah ini adalah Monitoring dan evaluasi. Monitoring dan
evaluasi (Monev), ini harus ditujukan untuk mengetahui apakah strategi yang
dipergunakan cukup efektif atau harus dirubah dan apakah isu ini masih dapat
diteruskan atau tidak.
Perlu diketahui bahwa dalam melakukan pendidikan politik
sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, hendaknya dipahami secara dinamis.
Artinya, langkah-langkah ini tidaklah bersifat kaku dan dapat dikembangkan dan
diterapkan sesuai kebutuhan. Satuhal yang tidak boleh dilupakan juga adalah
xlix
terlaksananya pendidikan politik oleh suatu partai politik sangat ditentukan oleh
faktor internal dari partai politik itu sendiri.
Oleh karena itu, apabila ada partai politik yang hendak mempergunakan
konsep pelaksanaan pendidikan politik ini, otomatis partai politik tersebut di
tuntut untuk harus memiliki manajemen yang sudah tertata dengan baik dan
mempunyai sumber daya (potensi manusia/pengurus, potensi dana, dan potensi
penunjang) yang memadai secara kualitas maupun kuantitas.
Pendidikan politik menjadi sebuah orientasi dalam membangun dan
membentuk diri individu untuk bisa memahami dengan baik dan memiliki
kemampuan berpikir secara rasional yang berimplikasi pada keterlibatan pada
kegiatan-kegiatan politik. Pelaksanaan pendidikan menjadi sebuah upaya dalam
menguatkan elemen-elemen dalam diri manusia dan lingkungan sosial.
Ada dua hal yang merupakan tujuan dari pendidikan politik dalam upaya
mendorong peningkatan kualitas individu dan lingkungan dalam memahami
kegiatan-kegiatan politik yang demokratis ( Kartono, 2009: 82 ) yaitu:
a. Menampilkan peranan insani/ humani setiap individu yang unik selaku
warganegara, dengan jalan mengembangkan potensi dan bakat
kemampuan semaksimal mungkin.
b. Agar mampu aktif berpartisipasi dalam proses politik untuk membangun
bangsa dan negara
Dari uaraian diatas yang menjadi inti dari pendidikan politik ialah
pemahaman tentang nilai-nilai dan aspek-aspek politik dari setiap
l
permasalahan. Artinya adalah terciptanya individu atau insan politik yang
mengetahui secara baik dan mampu mengimplementasikan segala aktifitas
politik dalam kehidupannya yang demokratis, sehat dan dinamis. Dengan
pendidikan politik inilah yang akan menyiapkan anak bangsa untuk menggeluti
persoalan sosial dalam medan kehidupan mereka dalam bentuk atensi dan
partisipasi, menyiapkan mereka untuk mengemban tanggung jawab dan
memberi kesempatan yang mungkin mereka bisa menunaikan hak dan
kewajibannya. Hal itu menuntut pendidikan anak bangsa untuk menggeluti
berbagai persoalan sosial dalam medan kehidupan mereka dalam bentuk atensi
dan partisipasinya secara politik, sehingga mereka paham terhadap ideologi
politik yang dianutnnya untuk kemudian membelanya dan dengannya mereka
wujudkan cita-cita diri dan bangsanya.
Pendidikan politik merupakan suatu sarana untuk meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dan terencana. Pelaksanaan pendidikan politik harus
berpegang teguh pada falsafah dan kepribadian integral dari keseluruhan
pembangunan bangsa yang dilaksanakan sesuai dengan landasan yang telah
mendasari kehidupan bangsa Indonesia. Landasan pokok yang diapakai dalam
melaksanakan pendidikan politik adalah sebagai berikut:
a. Landasan ideologis, yaitu Pancasila
b. Landasan konstitusi, yaitu UUD 1945
c. Landasan operasional, yaitu GBHN
d. Landasan historis, yaitu Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
li
Landasan tersebut diatas merupakan landasan pokok (hukum) dalam
melaksanakan pendidikan politik disertai dengan landasan bersejarah. Hal ini
penting bagi warga negara indonesia terutama generasi muda harus mengetahui
sejarah perjuangan bangsa, agar memiliki jiwa, semangat, dan nilai-nilai
perjuangan 1945. Khusus bagi generasi muda tujuan pendidikan politik di
indonesia dalam literatur Kartono adalah:
a. Membangun generasi muda Indonesia yang sadar politik, sadar akan
hak dan kewajiban politiknya selaku warga negara, disamping sadar
akan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 yang harus terus menerus membangun.
b. Membangun orang muda menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yang
perwujudannya tercermin dalam seluruh sifat watak/karakteristik
kepribadian indonesia (tidak lupa jati dirinya dan tidak mengalami proses
alienasi).
Pendidikan politik inilah yang mentransfer nilai-nilai dan ideology politik
dari generasi ke generasi, dimulai dari usia dini dan terus berlanjut sepanjang
hayat. Pendidikan politik merupakan kebutuhan darurat bagi masyarakat,
karena berbagai factor yang saling mempengaruhi, dengan demikian pendidikan
politiklah yang dapat membentuk perasaan sebagai warga Negara yang benar,
membangun individu dengan sifat-sifat yang seharusnya, lalu mengkristalkannya
sehingga menjadi nasionalisme yang sebenarnya. Ialah yang akan
menumbuhkan perasaan untuk senantiasa berafiliasi, bertanggung jawab dan
berbangga akan jati diri bangsa. Tuntunan ini demikian mendesak dan sangat
lii
dibutuhkan oleh masyarakat kita, mengingat bahwa penumbuhan perasaan
seperti itu menjadikan seorang warga Negara serius mengetahui hak dan
kewajibannya, serta berusaha memahami berbagai problematika masyarakat.
Keberhasilan pendidikan politik tidak akan dapat tercapai jika tidak
dibarengi dengan usaha yang nyata dilapangan. Penyelenggaraan pendidikan
politik akan erat kaitannya dengan bentuk pendidikan politik yang akan
diterapkan dimasyarakat nantinya. Oleh karena itu, bentuk pedidikan politik
yang dipilih dapat menentukan keberhasilan dari adanya penyelenggaraan
pendidikan politik ini.
Bentuk pendidikan politik menurut Kartaprawira (2004:56) dapat
diselenggarakan antara lain melalui:
a. Bahan bacaan, seperti surat kabar dan lain-lain bentuk publikasi massa yang
biasa membentuk pendapat umum.
b. Siaran Radio dan Televisi serta film (audiovisual media)
c. Lembaga atau asosiasi dalam masyarakat seperti masjid atau gereja tempat
menyampaikan kotbah dan juga lembaga pendidikan formal maupun
informal.
Apapun bentuk pendidikan politik yang akan digunakan dari semua
bentuk yang disuguhkan diatas sesungguhnya tidak menjadi menjadi persoalan.
Aspek yang terpenting adalah bahwa untuk pendidikan politik tersebut mampu
untuk memobilisasi simbol-simbol nasional sehingga pendidikan politik mampu
menuju pada arah yang tepat, yaitu meningkatkan daya pikir dan daya tanggap
liii
rakyat terhadap masalah politik. Selain itu, untuk pendidikan politik yang dipilih
harus mampu meningkatkan rasa keterikatan diri (sense of belonging) yang
tinggi terhadap tanah air, bangsa dan Negara.
Pembentukan kepribadian politik dapat dilakukakan melalui metode
secara tidak langsung yaitu sosialisasi dan pelatihan, serta metode yang bersifat
langsung yaitu pengajaran politik melalui institusi pendidikan. Untuk
menumbuhkan kesadaran politik ditempuh dengan dialog dan pengajaran
instruktif. Adapun partisipasi politik, terwujud dalam keikutsertaan individu
secara sukarela dalam kehidupan politik masyarakatnya. Jika hal-hal tersebut
dapat terbentuk dalam jiwa setiap warga negara yang ditegakkan dengan pilar-
pilar ideologi, spiritual, moral, dan intelektual, maka diharapkan bangsa ini akan
menjadi bangsa yang berkarakter dan dapat mengantarkan rakyat indonesia
menjadi bangsa yang maju dan besar.
Semua upaya untuk memelekkan secara politik penduduk indonesia itu
tidak luput dari kesulitan dan hambatan, antara lain berupa (Kartono, 2009: 72-
73):
a. Amat sulit menyadarkan rakyat akan kondisi diri sendiri yang diliputi
banyak kesengsaraan dan kemiskinan, sebagai akibat terlalu lamanya
hidup dalam iklim penindasan, penghisapan, dan penjajahan, sehingga
mereka menjadi “terbiasa” hidup dalam keserba kekurangan dan
ketertinggalan. Sulit mendorong mereka ke arah konsientisasi-diri
mengungkapkan segala problema yang tengah dialami.
liv
b. Apatisme politik dan sinisme politik yang cendrung menjadi sikap putus asa
itu mengakibatkan rakyat sulit mempercayai usaha-usaha edukatif dan
gerakan-gerakann politik yang dianggap palsu dan meninabobokan rakyat
belaka; sulit pula untuk mengajak mereka untuk berfikir lain dengan nalar
jernih bahkan banyak diantara masyarakat yang takut pada kemerdekaan
(dirinya).
c. Dengan latar pendidikan yang rendah atau kurang, rakyat kebanyakan sulit
memahami kompleksitas situasi sosial dan politik disekitar dirinya.
d. Para pengusaha yang otoriter cenderung tidak menghendaki adanya
pendidikan politik, karena mereka berkepentigan sekali dengan status quo
dan pelestarian rezim-nya. Partisipasi aktif dan pengawasan terhadap
jalanya pemerintahan oleh rakyat itu tidak dikehendaki, sebab mengurangi
kebebasan dan kekuasaan organ-organ ketatanegaraan.
Hambatan diatas merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, karena faktor-faktor inilah
sehingga masyarakat pada umumnya tidak bisa mengindahkan nilai-nilai politik
yang telah disosialisasikan oleh partai politik. Dari beberapa faktor diatas, faktor
yang sangat berpengaruh yaitu kemiskinan dan sikap putus asa dari masyarakat
yang selalu beranggapan bahwa politik itu kotor, politik itu menghalalkan segala
cara, oleh karena itu partai politik harus benar-benar melurus kesalahan-
kesalahan ini yang terjadi ditengah masyarakat, agar masayarakat dapat
mengindahkan nilai-nilai politik yang sudah diberikan walaupun dalam keadaan
apapun, apabila sebuah partai ingin mendapatkan dukungan dari masyarakat,
partai tersebut harus mampu membuka pandangan tentang demokrasi, nilai-
lv
nilai kebangsaan, dan hak-hak warga negara. sehingga apabila masayarakat ikut
berpartisipasi dalam pemilu, masyarakat dapat memilih pemimpin dan wakil-
wakil rakyat secara rasional dan sudah mengetahui track record dari para
pemimpin dan wakil rakyat tersebut serta dapat terhindar dari apa yang
namanya politik uang.
F. Ruang Lingkup
Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Yogyakarta dalam
memberikan pendidikan politik dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:
1. Aktifitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam menyusun kurikulum
pendidikan politik.
2. Sarana dan prasarana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam menunjang
pelaksanaan pendidikan politik.
3. Pengorganisasian Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam pelaksanaan
pendidikan politik.
4. Tenaga kependidikan yang profesional dalam melaksanakan pendidikan politik.
5. Monitoring dan evaluai (monev) pelaksanaan pendidikan politik.
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian merupakan suatu wadah untuk menjawab suatu
permasalahan secara ilmiah. Di dalam melakukan suatu penelitian harus
lvi
menggunakan suatu metode yang sesuai dan berhubungan dengan inti dari
permasalahan yang akan diteliti. Supaya dapat memperoleh data yang relevan
sesuai dengan permasalahan yang diteliti, metode penelitian ini mempunyai
peran penting. Oleh karena itu, dalam suatu penelitian tersebut terdapat segala
sesuatu yang berhubungan dengan prosedur pelaksanaan suatu penelitian mulai
dari pemilihan dan penetapan fokus penelitian sampai dengan cara menganalisa
data yang diperoleh.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Menurut
Moleong (2014: 11) penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, untuk itu
peneliti dibatasi hanya mengungkapkan fakta-fakta dan tidak menggunakan
hipotesa. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat
sifat-sifat individu dan keadaan sosial yang timbul dalam masyarakat untuk
dijadikan sebagai obyek penelitian.
Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Definisi metode kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor
dalam Moleong (2014: 9) adalah sebagai berikut:“Metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Jadi
dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan.”
lvii
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif, yang mana penelitian ini digunakan untuk menggambarkan temuan
yang diamati.
2. Unit analisis
Unit analisis atau yang disebut subyek penelitian dalam suatu penelitian
menurut Suharsimi Arikunto (1998:132) adalah satuan tertentu yang
diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Berdasarkan uraian tersebut dalam
penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah pengurus partai sebagai
pelaksana pendidikan politik, tokoh masyarakat dan akademisi, sedangkan yang
menjadi obyek penelitian adalah peran partai politik dalam memberikan
pendidikan politik kepada masayarakat kota Yogyakarta.
Penelitian ini mengambil tempat dikantor Dewan Pimpinan Cabang
(DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kota Yogyakarta, Propinsi
DIY. Dengan demikian yang menjadi narasumbernya adalah pengurus dari partai
PDIP yaitu ketua partai, sekertaris partai, bendahara partai dan anggota partai
yang menjadi pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC), serta tokoh masyarakat
kota Yogyakarta dan Akademisi. narasumber yang dijadikan informen dalam
penelitian ini dipilih secara snowball system. Pengambilan narasumber ini
melalui pertimbangan-pertimbangan antara lain pengurus partai lebih
mengetahui program-program yang dilaksanakan, untuk memudahkan
mendapatkan informasi yang valid berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti.
3. Tehnik pengumpulan data
a. Observasi
lviii
Yaitu pengambilan data dengan melakukan pengamatan secara
sistematis mengenai gejala yang timbul diantara keadaan wilayah penelitian
sesuai kebutuhan penelitian. Tehnik ini dilakukan dengan pengamatan
langsung terhadap anggota partai politik dalam memberikan pendidikan
politik kepada masyarakat.
b. Wawancara (interview)
Yaitu cara pengambilan data dengan melakukan wawancara secara
langsung dengan subjek penelitian sesuai kebutuhan dan permasalah
penelitian. Untuk mendapatkan data tersebut peneliti melakukan
wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti: pengurus Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) dan masyarakat kota Yogyakarta.
c. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengumpulan data
yang bersifat dokumen yang bersumber dari pendapat dan pandangan,
monografi profil, atau laporan lain yang dianggap penting. Dalam penelitian
ini tehnik dokumentasi dari dokumen-dokumen yang diperlukan berupa
dokumen yang berkaitan dengan peran Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) dalam memberikan pendidikan politik bagi masyarakat
(pemilih).
4. Tehnik analisis data
Dari data yang terkumpul dari hasil penelitian seperti yang dilakukan
dalam observasi, interview, dan data yang dapat dari dokumen, maka dalam
menganalisa data penyusun menggunakan tehnik interpretatif.
lix
Tehnik ini dimaksut untuk memfokuskan pada pengumpulan data yang
ada kemudian dianalisis dengan uraian-uraian bahasa yang sederhana dari
narasumber/responden.
Analisis data menurut Patton (1980:268) adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. Sedangkan Bodgan dan Taylor (1975:79) mendefinisikan analisa data
sebagai proses merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan hipotesa tersebut (dalam Lexy J. Moleong
1990: 103).
Dalam menganalisa data yang dapat dari penelitian, maka yang
digunakan penyusun adalah analisa data kualitatif yakni analisa yang
menggunakan pengambilan keputusan berdasarkan pemikiran-pemikiran dari
berbagai data yang diperoleh, data tersebut diatur berdasarkan urutan data
kemudian dikelompokan kedalam suatu pola dan kategori sesuai dengan satuan
urutan data (Lexy J. Moleong, 1990:103).
Untuk itu penyusun menggunakan analisa data kualitatif yang dilakukan
secara interpretatif dengan pemahaman terhadap data atau fakta yang
dikumpulkan. Dari data yang diperoleh, penyususn mencoba menganalisis
melalui pemahaman yang dibangun atas dasar pengalaman empiris.
Dalam menganalisa data yang dilakukan secara interpretatif maka ada
beberapa komponennya yaitu data reduction, data display, dan data conclusion
drawing. Data reduction adalah suatu bentuk analisa yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
lx
mengatur data sedemikian rupa untuk membuat kesimpulan akhir. Data display
adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset
dapat dilakukan. Data conclusion drawing yaitu mengambil suatu kesimpulan.
Ketiga komponen tersebut aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses siklus.
BAB II
PROFIL PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
DPC (DEWAN PIMPINAN CABANG) KOTA YOGYAKARTA
A. Sejarah singkat
PDI Perjuangan merupakan salah satu dari tiga partai besar yang
mewarnai kancah dunia politik di Indonesia. PDI Perjuangan merupakan
kepanjangan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDI-P) merupakan partai politik yang memiliki sejarah
panjang dengan basis massa yang kuat. PDI Perjuangan sebetulnya adalah
partai yang memiliki pertalian erat dengan partai politik yang berdiri di masa
Orde Baru. Diawali pada masa pemerintahan Orde Baru dimana keadaan
perpolitikan tidak mencerminkan semangat demokrasi dikarenakan
pemerintahan yang otoriter. PDI Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai
Demokrasi Indoneia (PDI) yang berdiri tanggal 10 Januari 1973. PDI sendiri
merupakan hasil fusi dari 5 partai yaitu ; partai nasional indonesia (PNI),
Partai Kristen Indonesia (PERKINDO), Partai Khatolik Republik Indonesia
(PKRI), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), dan Murba.
lxi
Dewan pimpinan cabang (DPC) partai berkedudukan di lingkup
kabupaten/kota. Partai ini berasaskan pancasila sebagaimana termaktub dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
sesuai dengan jiwa dan semangat lahirnya pada tanggal 1 Juni 1945, jati diri
partai ini adalah kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial, sedangkan
watak dari partai ini adalah gotong royong, demokratis, merdeka, pantang
menyerah dan terbuka.
B. Visi dan Misi PDI Perjuangan
Bahwa sesungguhnya cita-cita luhur untuk membangun dan
mewujudkan indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan
makmur serta berkeadaban dan berketuhanan sebagaimana termaktub dalam
pembukaan UUD 1945 merupakan cita-cita bersama dari seluruh rakyat
indonesia. Sebagai partai idiologis berasaskan pancasila 1 Juni 1945 PDI
Perjuangan berperan aktif dalam usaha-usaha untuk mencapai cita-cita
bersama di atas, untuk itu PDI Perjuangan berketetapan menjadi alat
perjuangan dan pengorganisasian rakyat.
1. Visi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
a. Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indoonesia tahun 1945
b. Terwujudnya masyarakat pancasila dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang demokratis, adil, dan makmur.
lxii
2. Misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Dalam perjuangan mewujudkan cita-cita bersama bangsa, PDI
Perjuangan melaksanakannya melalui pengorganisasian dan perjuangan
rakyat untuk mencapai kekuasaan politik dan mempengaruhi kebijakan
dengan cara-cara damai, demokratis, dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
a. Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat sebagai arah
kebijakan politik partai;
b. Memperjuangkan kebijakan politik partai menjadi kebijakan politik
penyelenggara negara:
c. Menghimpun, membangun, dan menggerakan kekuatan rakyat guna
membangun masyarakat pancasila;
d. Menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi rakyat
dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
e. Memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang ekonomi, sosial dan
budaya secara demokratis;
f. Berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna
mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa
indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia;
g. Membentuk dan membangun karakter bangsa;
h. Mendidik dan mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab
menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara;
lxiii
i. Melakukan komunikasi politik dan partisipasi politik warga negara;
j. Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita Negara Proklamasi 17
Agustus 1945 di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
k. Melaksanakan, mempertahankan, dan menyebarluaskan pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa;
l. Mempersiapkan kader partai dalam pengisian jabatan publik melalui
mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan
jender; dan
m. Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan negara, agar
terwujud pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
C. Tugas Partai PDI Perjuangan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berpendapat bahwa tugas
utama partai adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita Negara Proklamasi 17
Agustus 1945 di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Mempertahankan, menyebarluaskan, dan melaksanakan pancasila sebagai
dasar, pandangan hidup, tujuan berbangsa dan bernegara;
3. Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat berdasarkan ideologi
pancasila 1 Juni 1945 dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945, serta jalan TRISAKTI sebagai pedoman strategi dan
tujuan kebijakan politik partai;
lxiv
4. Memperjuangkan kebijakan politik Partai menjadi kebijakan politik
penyelenggaraan Negara;
5. Mempersiapkan kader Partai dalam pengisian jabatan politik dan jabatan
publik melalui mekanisme demokrasi, dengan memperhatikan kesetaraan
dan keadilan gender;
6. Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan negara agar
7. Senantiasa berdasarkan idiologi pancasila 1 Juni 1945 dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, serta jalan TRISAKTI
sebagai pedoman strategis dan tujuan kebijakan politik partai demi
terwujudnya pemerintahan yang kuat, efektif, bersih, dan berwibawa;
8. Sebagai proses kekuatan politik nasional wajib berperan aktif dalam
menghidupkan spirit Dasa Sila untuk membangun konsolidasi dan
solidaritas antar bangsa sebagai bentuk perlawanan terhadap liberalisme
dan individualisme.
D. Tujuan PDI-Perjuangan
Dalam anggaran dasarnya tujuan partai PDI Perjuangan memiliki dua
tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Tujuan umum
a. Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
lxv
b. Membangun masyarakat Pancasila 1 Juni 1945 dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu,
demokratis, adil, dan makmur.
2. Tujuan khusus
a. Menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat;
b. Memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya secara demokratis; dan Berjuang mendapatkan
kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan
pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
E. Lambang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Lambang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bergambar kepala
banteng hitam,bermoncong putih dengan latar merah didalam lingkaran
bergaris hitam dan putih:
1. Banteng dengan tanduk yang kekar melambangkan kekuatan rakyat dan
selalu memperjuangkan kepentingan rakyat.
2. Warna dasar merah melambangkan berani mengambil resiko dalam
memperjuangkan keadilan dan kebenaran untuk rakyat.
lxvi
3. Mata merah dan pandangan tajam melambangkan selalu waspada terhadap
ancaman dalam berjuang.
4. Moncong putih melambangkan dapat dipercaya dan berkomitmen dalam
memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
5. Lingkaran melambangkan tekad yang bulat dan perjuangan yang terus
menerus tanpa terputus.
F. Renacana Kerja DPC PDI-Perjuangan Kota Yogykarta
Dalam rangka meningkatkan simpati rakyat, yang berujung pada
dukungan rakyat pada setiap pemilihan umum di semua tingkatan, kongres III
PDI-Perjuangan sebagai forum tertinggi partai yang merupakan perwujudan
kedaulatan anggota partai telah memastikan pelaksanaan jalan ideologi partai
berdasarkan pancasila 1 juni 1945 yang memihak rakyat kecil sebagai jalan
menuju kemenangan. Kongres juga berpandangan bahwa partai perlu
merancang program-program kerja yang bersifat progresif, yang berlandaskan
pada ideologi, doktrin perjuangan, metode kerja, serta kualitas sumber daya
manusia yang progresif pula. Oleh karena itu, yaitu Kongres III PDI-
Perjuangan telah merumuskan dan menetapkan program perjuangan partai,
TRIAS DINAMIKA PARTAI dan DASA PRASETYA, menjadi DOKTRIN
PERJUANGAN yang wajib dilaksanakan oleh seluruh komponen yang
tercakup dalam tiga pilar partai ( struktural, eksekutif, dan legislatif) pada
semua tingkatan di seluruh wilayah negara kesatuan republik indonesia. Tiga
pilar partai tersebut harus bergerak secara terkordinasi, dinamis, saling
lxvii
mengisi, dan bersatu padu melaksanakan program kepartaian untuk
mempraktekan ideologi pancasila 1 juni 1945 menjadi program kerja partai
yang menyentuh kehidupan rakyat.
Atas dasar itu, pasca Kongres III maka DPC PDI-Perjuangan kota
Yogyakarta telah melakukan Rapat Kerja Cabang ( Rakercab) untuk
menetukan langkah dan target yang akan di capai selama lima tahun kedepan.
Program perjuangan partai pada lima tahun kedepan, tentu tidak terlepas dari
posisi politik dan tantangan ideologis yang dihadapi partai. Program
perjuangan partai selama lima tahun kedepan harus dapat :
1. Memantapkan ideologi pancasila 1 juni 1945, UUD 1945, NKRI, dan
menjaga kebhinekaan bangsa, dalam rangka mewujudkan masyarakat
pancasila.
2. Memantapkan organisasi, personil/kader, dana, alat-alat kerja, dan
senantiasa menempatkan tiga jati diri partai , yaitu kebangsaan,
kerakyatan, dan keadilan sosial, sebagai roh perjuangan partai.
3. Menjadi alat untuk mendidik dan mencerdaskan rakyat agar
bertanggungjawab menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara.
4. Menjadi alat untuk memenangkan pemilihan umum legislatif, presiden,
wakil presiden, dan kepala daerah, demi memperjuangkan ideologi partai.
Seluruh program perjuangan partai harus di perjuangkan dengan
sungguh-sungguh oleh tiga pilar kekuatan partai yakni struktural partai,
legislatif, dan eksekutif di semua tingkatan.
lxviii
Berkenaan dengan hal tersebut, pokok-pokok perjuangan yang bersifat
internal (agregasi, aspirasi, dan pendidikan politik) yaitu ideologi, organisasi,
kaderisasi, basis dukungan massa, anggota, dana serta sarana dan prasarana,
dirumuskan dan dijalankan secara terpadu dalam rangka mendukung
pelaksanaan program partai.
Sedangkan pokok-pokok persoalan yang bersifat penggalangan
(artikulasi aspirasi) seperti pengorganisasian kekuatan rakyat berdasarkan
komunitas juang (kelompok petani, buruh nelayan, lumpen/ marginal/
terpinggirkan, pemuda, profesional, dan lain-lain) untuk menangani persoalan-
persoalan politik dan ekonomi rakyat; dilakukan dalam rangka membumikan
kinerja partai yang dirumuskan dari hasil pemetaan, dan dijalankan secara
bertahap, berjenjang, dan berkelanjutan, sebagai bagian dari proses kaderisasi.
Adapun desain strategi program perjuangan “jalan menuju
kemenangan” di dasarkan pada landasan yuridis formal sebagai berikut :
1. Pembukaan UUD 1945 Negara Republik Indonesia, khususnya Alinea IV
2. Pasal 1 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan
4. Jati diri dan watak partai
5. Hasil rakernas VII di Jakarta, november 2009
Dinamika kerja Partai harus terus menerus diarahkan pada SATU
TUJUAN, yaitu mengangkat harkat dan martabat Rakyat sesuai dengan cita-
cita proklamasi 17 Agustus 1945, dengan dasar pancasila 1 juni 1945,
lxix
sebagaimana tercantum dalam Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, yakni :
“.....untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia, yang
melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab,
persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.”
Adapun penyusunan program perjuangan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan didasarkan pada prinsip-prinsip TRISAKTI yaitu sebagai berikut :
1. Berdaulat dibidang politik,
2. Berdikari dibidang ekonomi; dan
3. Berkepribadian dibidang kebudayaan.
G. Prasyarat Dasar Bagi Suksesnya Program
Partai membutuhkan kondisi internal yang kokoh sebagai prasyarat
dasar untuk mencapai sukses dalam menjalankan program partai dan
mengoptimalkan kerja kepartaian secara serempak dan terintegrasi. Oleh
karenanya, kongres memandang perlu dicapainya stabilitas internal partai,
melalui serangkaian kegiatan konsolidasi yang merupakan agenda rutin partai
di semua tingkatan.
lxx
Berkenaan dengan hal tersebut, kongres III PDI-Perjuangan
mengamanatkan kepada Dewan Pimpinan Pusat Partai, agar dalam waktu
selambat-lambatnya satu (1) tahun setelah diselesaikannya kongres ini, dapat
mencapai tahapan kondisi kepartaian yang disebut sebagai 5 MANTAP, yang
mencakup :
1. Mantap ideologi,
2. Mantap Organisasi,
3. Mantap Kader,
4. Mantap Program; dan
5. Mantap Sumber Daya.
Untuk mempercepat tercapainya kondisi 5 mantap, kongres
mengamanatkan diberlakunya siklus rapat-rapat rutin struktur partai dari
tingkat Pusat hingga ketingkat Anak Ranting, dengan selang antara rapat
masing-masing 1 (satu) hari mengikuti jadwal rapat struktural di atasnya.
Secara sederhana desain strategi penyusunan dan pelaksanaan
program perjuangan “ jalan menuju kemenangan” di gambarkan pada skema
sebagai berikut:
lxxi
Desain Strategi Perjuangan “jalan menuju kemenangan”
Ideologi Internal Yang Harus Dipenuhi : Partai Melakukan:
Landasan Program – Platform Perjuangan
Mantap Ideologi
Mantap Organisasi
Mantap Kader
Mantap Program
Mantap Sumber Daya
Pemetaan Wilayah
Politik
Musyawarah Rencana
kerja partai
Pendidikan Kader
Penempatan Kader
Mebumikan Kinerja
Partai
Merumuskan Program Kerja
berdasarkan Doktrin Perjuangan
Trias Dinamika Partai
&
Dasa Prasethya
KONDISI PARTAI
Kelemahan & kekurangan
FAKTA-FAKTA
Di lapangan
SASARAN
yang ingin dicapai
PROGRAM-PROGRAM
PERENCANAAN STRATEGI
PERJUANGAN
Berdasarkan Fungsi Agregasi Aspirasi &
Berdasarkan fungsi Artikulasi Aspirasi
2010 2011 2012 2013 2014
Target
perjuangan
tahun 2010
Target
perjuangan
tahun 2011
Target
perjuangan
tahun 2012
Target
perjuangan
tahun 2013
Target
perjuangan
tahun 2014
2015 :
TUJUAN PERJUANGAN
lxxii
Forum kongres III PDI-Perjuangan berpandangan, bahwa dengan
ditetapkannya doktrin perjuangan partai yaitu Trias Dinamika Partai dan Dasa
Prasetya, maka seluruh organ partai akan dapat digerakan secara dinamis
dan dialektis dalam kesatuan gerak langkah kepartaian, untuk mempraktekkan
ideologi pancasila 1 juni 1945 menjadi program kerja partai yang secara riil
menyentuh kehidupan rakyat. Trias Dinamika Partai adalah tiga aktifitas kerja
partai yang berurutan, bertahap dan berkelanjutan untuk mendinamisir partai.
Tiga aktifitas tersebut adalah :
1. Pemetaan wilayah politik
2. Penempatan kader
3. Membumikan kinerja partai
Trias Dinamika Partai bertujuan untuk menerapkan ideologi pancasila
1 juni 1945 menjadi program riil yang bermanfaat untuk rakyat; melaksanakan
fungsi-fungsi kepartaian, yaitu agregasi aspirasi, artikulasi aspirasi,
pendidikan politik, dan mempersiapkan pemimpin; serta menempuh jalan
kepartaian menuju kemenangan pemilu. Alur Trias Dinamika Partai dapat
digambarkan sebagai berikut :
lxxiii
Tahap I : Pemetaan Wilayah Politik
Pemetaan wilayah politik merupakan dasar terpenting yang wajib
dilanksanakan, untuk memahami peta wilayah politik serta menyelami
masalah, potensi, dan realitas kehidupan rakyat setempat, agar para kader
partai tidak tersesat dan salah arah dalam menyusun rencana kerja kepartaian.
Pemetaan wilayah politik dilakukan dengan berbasis pada wilayah cabang
partai, dengan wilayah pemetaan yang dibagi berdasarkan struktur
pemerintahan hingga ke tingkat Rukun Tetangga (RT). Adapun hasil yang
diharapkan dari pemetaan wilayah politik, adalah DATA mengenai antara
lain:
I. Pemetaan Wilayah Politik
II. Penempatan Kader Partai
Kritik dan Otokritik Partai
Musyawarah rencana
kerja partai
Pendidikan dan
pelatihan kader
Wajah
partai
III. Membumikan kinerja partai
1.kerja partai
yang bersifat
ideologi
2.kerja partai
yang bersifat
penggalangan
3.kerja partai
yang bersifat
pencitraan
lxxiv
1. Demografi penduduk berdasarkan jumlah penduduk, jenis kelamin,
profesi, agama/kepercayaan.
2. Perolehan suara partai pada setiap pemilu pada masing-masing TPS
3. Dinamika dan kecendrungan sosial, politik, ekonomi dan budaya
4. Dan hal-hal lain yang dianggap penting untuk mensukseskan perjuangan
partai.
Musyawarah Rencana Kerja Partai tingkat Cabang
Setelah dilakukan pemetaan wilayah politik, DPC partai
menyelenggarakan musyawarah rencana kerja partai tingkat cabang, guna
membahas permasalahan rakyat yang ditemukan pada tahap pemetaan, dengan
tujuan untuk menentukan prioritas kerja dalam rangka solusi programatik
(penyelesaia permasalahan rakyat melalui program pemberdayaan) di wilayah
cabang yang bersangkutan. Musyawarah rencana kerja partai tingkat cabang
ini diikuti oleh tiga pilar partai, yaitu :
Seluruh pengurus partai tingkat cabang;
Ketua, sekretaris, dan bendahara anak cabang;
Kader-kader komunitas juang;
Seluruh kader partai yang duduk dilegislatif sesuai daerah pemilihannya;
Seluruh kader partai yang duduk di eksekutif pada kabupaten/kota yang
bersangkutan.
Tahap II : Penempatan Kader
Dalam forum Musyawarah Rencana Kerja Partai tingkat Cabang, DPC
partai melakukan verifikasi jumlah dan kulaitas kader yang ada, merujuk pada
lxxv
jumlah dan keahlian kader yang diperlukan untuk mengawal program
pemberdayaan yang telah diputuskan. Langkah berikutnya adalah pembuatan
surat keputusan DPC partai mengenai penempatan kader komunitas juang
yang bertanggungjawab untuk mengawala komunitas juang masing-masing.
Seiring dengan hal tersebut, DPC partai melalui Badiklatcab partai
menyelenggarakan pendidikan kader yang dilakukan secara berkala di
lapangan komunitas juang, sebagai bagian dari pelaksanaan program sekolah
partai.
Tahap III : Membumikan Kinerja Partai
Merupakan tahap untuk menerapkan ideologi menjadi program
pembangunan dan pemberdayaan rakyat. Dalam tahap ini pula, DPC partai
menjalankan fungsi monitoring terhadap para kader komunitas juang yang
telah ditugaskan. Adapun prioritas kerja yang dipilih harus mencakup 3 jenis
kerja yaitu :
1. Kerja partai yang bersifat ideologis.
Kerja ideologis adalah kegiatan untuk memilih dan melaksanakan
prioritas program pemberdayaan rakyat dengan mengacu pada DASA
PRASETIYA, yang dipimpin oleh partai, dilaksanakan oleh kader
komunitas juang dengan memberdayakan posisi politik kader yang duduk
di eksekutif dan atau legislatif. Kader-kader komunitas juang berfungsi
sebagai penanggungjawab kesuksesan program dalam komunitas juang
masing-masing. Bekerja berdasarkan program kerja partai yang
dirumuskan dalam Musyawarah Rencana Kerja Partai tingkat Cabang.
lxxvi
2. Kerja Partai yang Bersifat Penggalangan
Kerja penggalangan merupakan kegiatan pengorganisasian
kekuatan rakyat berdasarkan komunitas juang, yang dilakukan dalam
rangka menjalankan program pemberdayaan yang telah di rumuskan dari
hasil pemetaan, dengan melibatkan komunitas-komunitas juang yang ada.
Dilakukan secara kontinyu, sebagai bagian dari proses dari kaderisasi.
3. Kerja partai yang bersifat pencitraan
Program kerja kepartaian yang bersifat pencitraan di lakukan
untuk: menyebarluaskan hasil-hasil kerja perjuangan yang bersifat positif
kepada rakyat melalui surat kabar, majalah, televisi, radio serta sarana lain
yang memungkinkan; memperluas basis dukungan rakyat kepada partai.
Tiga jenis kerja yang dilakukan dalam tahap membumikan kinerja
partai tersebut diatas adalah rangkaian kerja yang saling mempengaruhi.
Oleh karenanya ketiga jenis kerja tersebut harus dilaksanakan secara
simultan (serempak) sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Kritik Dan Otokritik Partai
Kritik dan otokritik partai merupakan metode kerja yang wajib
dijalankan oleh partai dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap :
1. Program dan pelaksanaan kerja yang telah diputuskan oleh partai
2. Cara berpikir dan cara bertindak terhadap program kerja yang telah dipilih
oleh partai, dengan mempertimbangkan perkembangan dan kecendrungan
yang terjadi di luar partai.
lxxvii
Monitoring dilakukan secara terus menerus dalam kurun waktu
dilaksanakannya Trias Dinamika Partai, sedangkan evalusi dilakukan setahun
sekali dalam suatu musyawarah rencana kerja partai tingkat cabang
berikutnya. Hasil monitoring dan evaluasi terhadap program, cara berpikir dan
cara bertindak tersebut diatas menjadi bahan perbaikan bagi pelaksanaan
pemetaan wilayah politik, penempatan kader, dan membumikan kinerja partai
pada tahun berikutnya.
Jenjang Trias Dinamika Partai
Basis wilayah penerapan Trias Dinamika Partai adalah wilayah politik
partai tingkat cabang, yang dalam pelaksanaan kerjanya dibagi berdasarkan
struktur pemerintah higga ketingkat Rukun Tetangga (RT).
H. Dasa Prasetya PDI-Perjuangan
Dasa prasetya merupakan arah umum perjuangan partai dalam
menerapkan ideology pancasila 1 juni 1945. Dasa prasetya berarti sepuluh
janji kesetian, berisi 10 (sepuluh) butir pemikiran kebangsaan mengenai usaha
pemberdayaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
1. Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pancasila dan UUD
1945, serta menjaga kebhinekaan bangsa.
2. Memperkokoh kegotong-royongan rakyat dalam memecahkan masalah
bersama.
3. Memperkuat ekonomi rakyat melalui penataan sistem produksi, reformasi
agraria, pemberian proteksi, perluasan akses pasar, dan permodalan.
lxxviii
4. Menyediakan pangan dan perumahan yang sehat dan layak bagi rakyat.
5. Membebaskan biaya berobat dan biaya pendidikan rakyat.
6. Memberikan pelayanan umum secara pasti, cepat, dan murah.
7. Melestarikan lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta menerapkan
aturan tata ruang secara konsisten.
8. Mereformasi birokrasi pemerintahan dalam membangun tata pemerintahan
yang baik, bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
9. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi partisipatoris dalam proses
pengambilan keputusan.
10. Menegakkan hukum dengan menjunjung tinggi azas keadilan dan hak
azasi manusia.
I. Struktur Organisasi PDI Perjuangan
Organisasi merupakan alat dari administrasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya karena organisasi sebagai alat untuk
mencapai tujuan maka struktur, bentuk corak, maupun ukuran setiap
organisasi harus sesuai dengan tujuan yang dicapai. Struktur organisasi adalah
cara atau sistem pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab serta
penataan antar unsur-unsur dalam oragnisasi.
Struktur organisasi yang baik dapat mendatangkan keuntungan bagi
organisasi diantaranya :
1. Setiap pengurus akan tahu tentang tugas, kewajiban dan tanggungjawab.
2. Memperjelas hubungan kerja sama dalam organisasi.
lxxix
3. Terdapatnya hubungan yang erat antara unit-unit atau bagian dalam
organisasi
4. Kegiatan dapat dilakukan lebih efktif dan efisien.
Dalam struktur kepengurusan PDI-Perjuangan, Dewan Pimpinan
Cabang (DPC) adalah kepengurusan partai ditingkat kabupaten/kota. DPC
PDI-Perjuangan Kota Yogyakarta adalah salah satu DPC yang berada di
wilayah Dewan Pimpinan Daerah (DPD) D.I. Yogyakarta. Di wilayah Kota
Yogyakarta, terdapat 14 Pengurus Anak Cabang (PAC) di tingkat kecamatan,
45 pengurus Ranting di tingkat Kelurahan, dan 167 pengurus Anak Ranting
ditingkat kampung/Gang atau sejenisnya. Di wilayah Kota Yogyakarta, juga
terdapat Organisasi Masyarakat (Ormas) yang merupakan sayap partai yaitu
Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM), Banteng Muda Indonesia (BMI),
Bhaitul Muslimin, dan Taruna Merah Putih. Masing-masing organisasi ini
memiliki kepengurusan dan sistem organisasi yang berbeda-beda. Meskipun
menjadi organisasi sayap partai, namun tidak secara otomatis anggota Ormas
adalah juga anggota partai, dan sebaliknya anggota partai belum tentu menjadi
anggota ormas.
Pembentukan kepengurusan DPC pada prinsipnya dilakukan secara
musyawarah mufakat dengan mempertimbangkan aspirasi dari pengurus Anak
Ranting, Ranting dan PAC yang ada di wilayah Kota Yogyakarta. Pengurus
DPC di pilih setiap lima (5) tahun sekali dari dan oleh anggota atau kader
PDI-Perjuangan secara musyawarah mufakat melalui konferensi cabang
partai. Konferensi cabang partai juga berwenang melakukan penilaian
lxxx
terhadap laporan pertanggungjwaban DPC partai, serta merumuskan kegiatan
kerja partai di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Adapun struktur organisasi PDI Perjuangan kota Yogyakarta dapat
digambarkan sebagai berikut:
lxxxi
STRUKTUR ORGANISASI PDI-P KOTA YOGYAKARTA
Catatan :
Dewan pimpinan cabang kota Yogyakarta ini membawahi pengurus
anak cabang (PAC) sebanyak 14 PAC dari 14 kecamatan yang ada diwilayah
kota Yogyakarta ini. adapun struktur dari DPC PDI-P Kota Yogyakarta
beserta nama-nama pengurusnya adalah sebagai berikut :
DEWAN PIMPINAN
CABANG
PENGURUS ANAK
CABANG
RANTING-RANTING
ANAK RANTING
lxxxii
STRUKTUR ORGANISASI DPC PDI-P KOTA YOGYAKARTA
KETUA
H. DANANG RUDIYATMOKO
BENDAHARA
SURYANI, S.E.M.SI.
SEKRETARIS
SUTARYO, AMD.
WKL. BENDAHARA
PAULUS ARIF WIBOWO
WKL. SEKRETARIS
Y.R.F. ADRIAN SUBAGYO
WKL. SEKRETARIS
PUTRI KHATULISTIWA
WKL. KETUA
ANTONIUS FOKY ARDIYANTO, S.IP
WKL. KETUA
SAPTO AJI KUNCORO
WKL. KETUA
DRS.A.Y. SUDARMO
WKL. KETUA
DJALU PRAKOSSO
WKL. KETUA
DARINI
WKL. KETUA
FEBRI AGUNG HERLAMBANG
WKL. KETUA
MUGGIONO PUJO KUSUMO
WKL. KETUA
DEDY DJATI SETIAWAN
WKL. KETUA
DEWO BAGUS NUNGSANG
lxxxiii
Catatan :
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) Kota Yogyakarta ini memiliki jumlah pengurus 15 (lima
belas) orang yang masing-masing pengurus memiliki tugas pokok dan fungsi
(TUPOKSI) masing-masing.
J. Kewenangan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan
Dalam menjalankan roda organisasi Dewan Pimpinan Cabang (DPC)
memiliki kewenangan antara lain :
1. DPC PDI Perjuangan merupakan pemegang kekuasaan eksekutif partai
ditingkat cabang
2. DPC PDI Perjuangan mempunyai tugas :
a. Melaksanakan peraturan dan keputusan partai di tingkat cabang partai
serta menyelengarakan manajemen partai di tingkat cabang.
b. Melaksanakan program cabang ditingkat cabang.
c. Melaksanakan koordinasi, bimbingan dan pengawasan kepada
Pengurus Anak Cabang (PAC) partai, pengurus ranting, pengurus anak
ranting dan petugas partai di tingkat cabang.
d. Melaksanakan konsolidasi organisasi dan pendidikan kader di tingkat
cabang.
e. Menjalankan tugas lain yang bersifat eksekutif di tingkat Cabang.
lxxxiv
3. DPC PDI Perjuangan adalah lembaga tempat memberi tugas dan meminta
pertanggungjawaban bagi petugas partai dalam lembaga perwakilan,
lembaga eksekutif, dan lembaga lainnya ditingkat cabang.
K. Pengambilan keputusan pada PDI-Perjuangan
Keputusan sidang atau rapat partai di semua jajaran pada dasarnya di
ambil secara musyawarah untuk mencapai mufakat sesuai dengan demokrasi
pancasila. Pada PDI Perjuangan terdapat beberapa jenis permusyawaratan
yaitu :
1. Kongres
Yaitu lembaga pemegang kekuasaan tertinggi dalam paratai di
adakan sekali 5 tahun dan dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya 2/3 jumlah cabang partai. Kongres partai mempunyai
wewenang :
a. Mengubah dan menyempurnakan, mengesahkan dan menetapkan
anggaran dasar partai.
b. Mengubah dan menyempurnakan, mengesahkan dan menetapkan
anggaran dasar rumah tangga partai.
c. Mengubah dan menyempurnakan, mengesahkan dan menetapkan
piagam perjuangan partai.
d. Mengubah dan menyempurnakan, mengesahkan dan menetapkan
program perjuangan partai.
e. Menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat partai yang lalu.
lxxxv
f. Memilih Dewan Pimpinan Pusat partai.
g. Membuat dan menetapkan keputusan kongres untuk dilaksanakan
seluruh jajaran partai.
2. Kongres Luar Biasa (KLB)
Kongres ini dilaksanakan jika dalam keadaan mendesak. KLB ini
dapat dilangsungkan dengan ketentuan atas permintaan 2/3 jumlah cabang
partai atau atas permintaan DPP dengan persetujuan 2/3 lebih jumlah
partai, KLB mempunyai wewenang yang sama dengan kongres.
3. Konfrensi Daerah Partai
Konferensi daerah merupakan forum tertinggi pada tingkat daerah
partai yang diadakan sekali dalam lima tahun, konferensi daerah ini
dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 jumlah cabang
partai dalam daerah yang bersangkutan. Konferensi daerah partai
mempunyai wewenang :
a. Menilai laporan pertanggungjawaban dewan pimpinan partai.
b. Mengesahkan program kerja daerah partai.
c. Memilih dewan pimpinan daerah.
d. Mengesahkan keputusan-keputusan lain di konferensi daerah.
4. Konferensi Cabang Partai
Konfrensi Cabang Partai merupakan forum tertinggi pada tingkat
cabang partai yang diadakan sekali dalam lima tahun, konfrensi cabang ini
dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anak
lxxxvi
cabang (PAC) partai dalam Wilayah cabang yang bersangkutan. Konfrensi
anak cabang partai mempunyai wewenang:
a. Menilai laporan dan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang
Partai.
b. Mengesahkan program kerja partai.
c. Memilih dewan pimpinan cabang partai.
d. Mengesahkan keputusan-keputusan lain di konferensi cabang.
5. Musyawarah Anak Cabang
Musyawarah anak cabang merupakan forum tertinggi pada tingkat
anak cabang partai yang diadakan sekali dalam lima tahun, konfrensi
cabang ini dinyatakan sah apabila dihadiri oleh utusan ranting sekurang-
kurangnya 2/3 dari wilayah anak cabang partai. Musyawarah anak cabang
partai mempunyai wewenang :
a. Menilai laporan dan pertanggungjawaban Pengurus Anak Cabang
Partai.
b. Mengesahkan program kerja anak cabang partai.
c. Memilih Pengurus Anak Cabang Partai.
d. Mengesahkan keputusan-keputusan lain di Musyawarah Anak Cabang.
6. Musyawarah Ranting Partai
Musyawarah Ranting Partai merupakan forum tertinggi pada
tingkat Ranting partai yang diadakan sekali dalam lima tahun,
Musyawarah Ranting ini dinyatakan sah apabila dihadiri oleh anak ranting
lxxxvii
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anak ranting dalam wilayah ranting
yang bersangkutan. Musyawarah Ranting Partai mempunyai wewenang :
a. Menilai laporan dan pertanggungjawaban Pengurus Ranting Partai.
b. Mengesahkan program kerja Ranting Partai.
c. Memilih Pengurus Ranting Partai.
d. Mengesahkan keputusan-keputusan lain di Musyawarah Anak Cabang.
Selain jenis-jenis permusyawaratan diatas dewan pimpinan / pengurus
partai menurut tingkatannya dapat mengadakan rapat kerja sesuai dengan
kebutuhan yaitu :
1. Rapat Kerja Nasional
Rapat ini diselenggarakan untuk membahas dan mengkoordinir
pelaksanaan berbagai keputusan partai yang bersifat khusus antara Dewan
Pimpinan Pusat dengan Dewan Pimpinan Daerah.
2. Rapat Kerja Daerah
Rapat ini diselenggarakan untuk membahas dan mengkoordinir
pelaksanaan berbagai keputusan parati yang bersifat khusus antara Dewan
Pimpinan Daerah dengan Dewan Pimpinan Cabang.
3. Rapat Kerja Cabang
Rapat ini diselenggarakan untuk membahas dan mengkoordinir
pelaksanaan berbagai keputusan parati yang bersifat khusus antara Dewan
Pimpinan Cabang dengan Pengurus Anak Cabang.
lxxxviii
4. Rapat Kerja Anak Cabang
Rapat ini diselenggarakan untuk membahas dan mengkoordinir
pelaksanaan berbagai keputusan parati yang bersifat khusus antara
Pengurus Anak Cabang dengan Pengurus Ranting dan Pengurus Anak
Ranting.
L. Hasil Rekapitulasi Pemilu Legislatif Kota Yogyakarta Tahun 2014
Tabel II.1
No. Parpol Perolehan Kursi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PDI-Perjuangan
Partai Golkar
Partai Gerindra
PAN
PKS
PPP
Partai Nasional Demokrat
Partai Demokrat
15
5
5
5
4
4
1
1
Total Kursi 40
Sumber KPU Kota Yogyakarta 2014
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah kursi DPRD Kota
Yogyakarta secara keseluruhan ada 40 kursi. Dari jumlah ini bahwa kursi
DPRD Kota Yogyakarta banyak ditempati oleh kandidat dari partai PDI-
Perjuangan. Dengan demikian ada kemungkinan dalam proses pemilihan,
lxxxix
masyarakat kota Yogyakarta memilih berdasarkan kebesaran partai politik
atau berdasarkan kualitas dari kandidat yang diusung partai itu sendiri.
Terkait dengan pendidikan politik yang dilakukan oleh partai PDI-
Perjuangan, apabila secara formalitas itu berjalan maka partai PDI-P berhasil
dalam mentransfer nilai-nilai politik kepada publik tentang visi dan misi dari
partai PDI-Perjuangan. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa
kemenangan PDI-Perjuangan dalam memperoleh kursi DPRD Kota
Yogyakarta didasari oleh sikap pragmatis masyarakat Yogyakarta.
M. Elektabilitas Partai Politik
Tabel.II.2
No. Partai Politik Presentase (%)
1.
2.
3.
PDI-Perjuangan dan partai GOLKAR
Partai Demokrat dan Gerindra
PKB, PKS, Hanura, Nasdem, PPP, dan PAN
20 %
16 %
8 %
Sumber LSI (Lingkaran Survei Indonesia) 2014.
Dari data pada tabel diatas menunjukan bahwa tingkat elektabilitas
partai politik didominasi oleh PDI-Perjuangan dan Partai GOLKAR.
Elektabilitas itu sendiri, dipengaruhi oleh kemampuan partai dalam menarik
simpatik publik. Simpatik publik ini didapat dari visi dan misi partai, dalam
hal ini PDI- Perjuangan yang melakukan pendidikan politik kepada publik
secara baik. Sehingga kepercayaan publik kepada partai PDI-perjuangan naik
secara signifikan. Tetapi juga bisa dipegaruhi oleh figur-figur yang ada di
partai PDI-Perjuangan itu sendiri.
xc
N. Sarana dan Prasarana PDI-Perjuangan
Terkait dengan sarana dan prasarana PDI-Perjuangan kota Yogyakarta
dalam menunjang pelaksanaan pendidikan politik partai memiliki sekertariat
DPC yang sering digunakan untuk pertemuan-pertemuan dengan masyarakat,
ataupun rapat antara semua pengurus partai. PDI-Perjuangan juga memiliki
sarana lain dalam menfasilitasi kebutuhan masyarakat seperti mobil Satgas
(Ambulance gratis). Mobil ini merupakan kendaraan operasional yang
disiapkan PDI-Perjuangan dalam melayani kebutuhan masyarakat kapanpun
masyarakat butuh. Adapun sekolah partai yang dibangun di daerah Bantul itu
juga merupakan salah satu bentuk prasarana pendukung pelaksanaan
pendidikan politik. Memang pada saat sekarang sekolah partai ini masih di
khususkan untuk kader-kader partai saja, tetapi seiring berjalannya waktu
sekolah partai ini juga akan dibuka untuk masyarakat. dengan adanya sarana
dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan pendidikan politik kepada
masyarakat, menunjukan bahwa PDI-Perjuangan betul-betul serius dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, sehingga apa yang menjadi
harapan dan tujuan dari partai dapat terwujud, masyarakat dapat melek politik
dan mau mengikuti kegiatan-kegiatan politik secara suka rela.
BAB III
ANALISIS TENTANG PERAN PARTAI DEMOKRASI INDONESIA
PERJUANGAN DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN POLITIK
KEPADA MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA
xci
Dalam bab ini, akan dibahas tentang analisa data dari penelitian yang telah
dilaksanakan, yang diambil dan gali dari sumber data primer dan data skunder.
Uraian analisis ini mencakup Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat kota Yogyakarta, yaitu
aktifitas yang dilakukan oleh partai (PDIP) dalam memberikan pendidikan politik
kepada masyarakat, hal ini bersumber dari wawancara dengan informen yang
sebagai pengurus partai atau sebagai agen dalam memberikan pendidikan politik.
A. Deskripsi Informan Secara Umum
Informan merupakan sumber data dalam penelitian. Dalam penelitian
ini yang menjadi obyek atau sasaran dalam penelitian ini adalah pengurus
partai demokrasi indonesia perjuangan (PDIP) selaku agen dalam memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat kota Yogyakarta, serta tokoh
masyarakat dan akademisi.
Sebagaimana telah diuraikan dimuka bahwa deskriptif kualitatif dalam
penelitian ini akan menggambarkan suatu peristiwa untuk diambil kesimpulan
secara umum adalah merupakan hasil dari jawaban para informan atas
pertanyaan yang diajukan. Tabel-tabel berikut adalah merupakan data dan
identitas informan yang penulis uraikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis kelamin
Dari beberapa informan yang telah diwawancara bila ditinjau dari
jenis kelamin akan tampak seperti pada tabel berikut :
Tabel III.1
Deskripsi informan menurut jenis kelamin
No. Jenis kelamin Jumlah Presentase (%)
xcii
(orang)
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
6 orang
2 orang
75
25
Total 8 orang 100 %
Sumber : hasil wawancara 2016
Tabel III.1 diatas memperlihatkan atau menggambarkan bahwa
informan yang ditemui peneliti didominasi oleh laki-laki 6 orang dengan
presentase 75%. dan untuk informan perempuan dua orang dengan
persentase 25%. Dari data diatas dapat dianalisa bahwa pengurus dari
Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Kota Yogyakarta di dominasi
oleh kaum pria /laki-laki selaku agen dalam memberikan pendidikan
politik kepada masyarakat kota Yogyakarta.
2. Berdasarkan Usia
Bila ditinjau dari segi usia maka deskripsi informan akan tampak
sebagai berikut :
Tabel III.2
Deskripsi Informan Menurut Usia
No. Usia Jumlah (orang) Presentase (%)
1.
2.
≤ 50
> 50
4 Orang
4 Orang
50 %
50 %
xciii
Total 8 Orang 100 %
Sumber : hasil wawancara 2016
Dari tabel III.2, diatas menunjukan bahwa informan tersebut ada 4
orang (50%) yang berusia ≤ 50 tahun dan 4 orang (50%) berusia > 50
tahun. Usia para informan memang berkisar 43-58 tahun dimana dalam
usia tersebut seseorang dapat dikatakan matang, serta banyak pengalaman
dalam hal pendidikan politik kepada masyarakat sehingga diharapkan data
yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan informan tersebut dalam
memberikan gambaran tentang aktifitas yang dilakukan partai dalam
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.
3. Berdasarkan tingkat pendidikan
Deskripsi informan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel III. 3
Deskripsi informen berdasarkan tingkat pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)
1.
2.
SMA
D3
1 Orang
2 Orang
12,5 %
25 %
xciv
3.
4.
S1
S2
3 Orang
2 Orang
37,5 %
25 %
Total 8 Orang 100 %
Sumber : hasil wawancara 2016
Tabel III. 3 memperlihatkan bahwa kebanyakan informan
mayoritas berpendidikan (S1) Sarjana (37,5 %), sisanya S2,(25%) dan
D3(25%) sedangkan SMA dengan presentase (12,5%). Hal ini
menunjukan bahwa informan yang dimintai keterangan mempunyai
wawasan atau pengetahuan yang cukup dan pendapat yang dikeluarkan
cukup akademis dan masuk akal.
4. Berdasarkan pekerjaan
Deskripsi informan berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel III. 4
Deskripsi informan berdasarkan pekerjaan
No. Pekerjaan / jabatan Jumlah (orang) Presentase (%)
1.
2.
Kepala sekretariat
Ketua DPC
1 Orang
1 Orang
12,5 %
12,5%
xcv
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sekretaris DPC
Anggota DPRD
Anggota DPRD
Anggota DPRD
Pak lurah (tokoh
masyarakat)
Akademisi
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
12,5%
12,5%
12,5%
12,5%
12,5%
12,5%
Total 8 Orang 100 %
Sumber : hasil wawancara 2016
Mengacu pada tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
informan yang diwawancarai peneliti adalah pengurus inti Dewan
Pimpinan Cabang (DPC) PDI-Perjuangan Kota Yogyakarta dan ada
beberapa pengurus sebagai anggota DPRD kota Yogyakarta, serta ada juga
dari tokoh masyarakat dan kalangan akademisi, dengan presentase masing-
masing (12,5 %).
B. Pembahasan Tentang Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Dalam Memberikan Pendidikan Politik Kepada Masyarakat Kota
Yogyakarta
Berkaitan dengan analisis data, penyusun berpedoman pada data-data
yang dikumpulkan dilapangan dengan menggunakan tehnik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Karena pada dasarnya analisis data merupakan
suatu cara pengelolaan data yang telah diperoleh peneliti dilapangan melalui
xcvi
proses penelitian berdasarkan tujuan dan metode yang telah dicantumkan,
yang dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif,
pengelolaan dimaksut untuk membuktikan dan menemukan jawaban atas
rumusan masalah penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menitik beratkan
pada masalah, bagaimana Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) Dalam Memberikan Pendidikan Politik Kepada Masyarakat.
Dalam menganalisa data, penyusun menggunakan analisa data
kualitatif seperti yang di jelaskan pada Bab I tentang metode analisa data.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini, penyusun akan menyajikan analisa data
dari hasil penelitian berdasarkan data dari lapangan. Berdasarkan ruang
lingkup seperti yang tertera pada Bab I yaitu :
B.1 Aktifitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam menyusun
kurikulum pendidikan politik.
Aktifitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh partai
dalam melaksanakan pendidikan politik kepada masyarakat. Pada dasarnya
partai PDI-Perjungan sudah melakukan pendidikan politik. Pendidikan ini
sebenarnya berfungsi untuk memberi pengetahuan awal kepada
masyarakat terkait dengan kandidat yang akan mereka pilih. Tetapi
umumnya tergantung pada partai yang melakukan pendidikan tersebut dan
secara otomatis pasangan calon dari partai tersebut yang akan
dipromosikan. Karena tuntutan, bahwa setiap parpol termasuk PDI-P harus
melalukan pendidikan politik kepada masyarakat, maka setiap kader juga
dituntut untuk fasih dalam berbicara di depan umum dan juga mengerti
xcvii
dengan ideologi partai. Hal ini seperti di kutip dari pernyataan pak Made
yaitu sebagai berikut :
“Secara umum kurikulum pendidikan politik yang dilakukan
kepada masyarakat tidak ada namun hanya sebagai garis
penyampaian visi misi partai dalam internal partai yang sangat
sering dilakukan agar kader dapat memahami idiologi partai yaitu
pancasila 1 juni 1945, dan para kader juga di tuntut untuk bisa
publik speaking agar dapat memberikan pendidikan politik yang
baik kepada masyarakat yang dikemas dalam bentuk program dan
kebijakan, karena prinsip masyarakat pada dasarnya “yang penting
bukti”.(hasil wawancara tanggal 8 februari 2016).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pak Danang ketua DPC
partai PDI-Perjuangan bahwa ;
“Pendidikan politik yang terkait implementatif kepada masyarakat
secara khusus kita tidak punya kurikulum pendidikan, namun
secara umum bahwa pendidikan politik yang kita berikan kepada
masyarakat yaitu perlawanan terhadap deparpolisasi (pengkerdilan
partai) karena saat ini dengan munculnya pemilihan langsung atau
adanya praktek demokrasi yang sangat bebas mengakibatkan
masyarakat kurang percaya pada partai.” (hasil wawancara tanggal
15 februari 2016).
Dari pernyataan pak Made (kapala sekretariat DPC) dan pak
Danang ketua DPC di atas bahwa pendidikan politik yang diberikan
kepada masyarakat tidak memiliki kurikulum/ silabus yang formal, namun
pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat dikemas dalam
bentuk program atau kebijakan, karena yang masyarakat butuh, itu
eksennya bukan hanya ngomong doang, sebagaimana prinsip masyarakat
“yang penting bukti”. Karena masyarakat tidak terlalu butuh teori
melainkan praktek yang dapat dilihat langsung.
xcviii
Hal yang berbeda ketika diungkapkan oleh pak Sutaryo selaku
sekretaris DPC PDI-Perjuangan dikutip sebagai berikut ;
“PDI-Perjuangan sudah menyusun kurikulum pendidikan
politik,terkait pendidikan politik PDI-Perjuangan selalu secara
kontinyutas dilakukan baik secara formal kelembagaan maupun
secara informal, karena di atur oleh ad/art. Apa lagi sekarang PDI-
Perjuangan mendapatkan suara 37 % untuk DPRD kota dan 35%
untuk jumlah suara partai maka kita diharuskan untuk melakukan
pendidikan politik sebagai syarat yang wajib dilakukan oleh
partai”. (hasil wawancara tanggal 11 februari 2016).
Dari pendapat pak Sutaryo selaku sekretaris DPC menyatakan
bahwa partai PDI-Perjuangan sudah menyusun kurikulum pendidikan
politik baik secara formal maupun secara informal karena sudah diatur
oleh ad/art. Jadi pendidikan politik kepada masyarakat itu sudah wajib
dilakukan oleh partai PDI-Perjuangan. Apalagi PDI-Perjuangan menang
dalam pemilu legislatif. Hal ini menunjukan bahwa partai sukses dalam
memberikan pedidikan politik kepada masyarakat.
Hal yang sama juga ketika di ungkapkan oleh pak Lurah Baciro
selaku tokoh masyarakat dikutip sebagai berikut :
“Secara pribadi saya berharap bahwa partai harus menyusun
kurikulum pendidikan politik yang dilakukan kepada masyarakat,
agar masyarakat dapat melek politik dan mengetahui mana yang
baik dan mana yang tidak baik, tetapi terkait mekanismenya saya
kurang begitu mengetahui karena itu interen partai”.(hasil
wawancara tanggal 17 maret 2016)
Dari kutipan diatas dapat saya simpulkan bahwa, pada dasarnya
masyarakat berharap bahwa terkait pendidikan politik yang dilakukan oleh
partai terhadap masyarakat itu harus mempunyai kurikulum yang jelas biar
nanti tujuan yang ingin dicapai juga jelas dan terarah sehingga masyarakat
xcix
secara umum dapat melek politik dan dapat mengetahui mana yang baik
dan tidaknya.
Dari pengamatan peneliti bahwa untuk pendidikan politik yang
diberikan kepada masyarakat PDI-Perjuangan tidak mempunyai kurikulum
atau silabus yang jelas, sehingga para pengurus atau kader-kader partai
tidak mempunyai panduan yang jelas dalam memberikan pendidikan
politik kepada masyarakat, namun pendidikan politik yang pengurus partai
lakukan kepada masyarakat itu dikemas dalam bentuk program-program
dan kebijakan, yang langsung turun kemasyarakat kapan saja.
Kesimpulan terkait dengan kurikulum pendidikan politik kepada
masyarakat, pada dasarnya partai tidak mempunyai kurikulum,namun
pendidikan politik yang partai lakukan itu dikemas dalam bentuk program
dan kebijakan, hal ini jelas dilakukan oleh PDI-Perjuangan karena
mayoritas pengurus DPC adalah anggota legislatif. Sehingga para kader
atau anggota legislatif mau tidak mau, suka tidak suka harus memahami
apa itu idiologi partai, dituntut untuk memiliki SDM yang lebih, dan bisa
berbicara didepan publik. sehingga dalam menjalankan tupoksinya para
anggota atau pengurus partai tidak menyimpang dari garis idiologi partai
dan sudah memiliki wawasan yang begitu luas. Karena pada prinsipnya
masyarakat ingin melihat bukti bukan hanya janji yang dibiarkan begitu
saja. Apalagi sekarang partai PDI-P menang dalam pemilu legislatif, jadi
sudah menjadi syarat atau tanggung jawab partai dalam memberikan
pendidikan politik kepada masayarakat, Oleh karena itu, PDI-Perjuangan
c
melalui kader-kader partai terjun langsung ke masyarakat untuk
memberikan sosialisasi dan sekaligus menjaring aspirasi dari masyarakat.
namun tidak menutup kemungkinan seiring berjalannya waktu masyarakat
berharap bahwa partai harus mempunyai kurikulum pendidikan politik
yang jelas biar nanti pendidikan politik yang dilakukan oleh partai dapat
dilaksanakan secara rutin sehingga dalam memberikan pendidikan politik
kepada masyarakat partai memiliki panduan dan materi yang jelas yang
sudah disusun dalam sebuah kurikulum, dan sebagai tenaga pendidik dapat
memberikan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang ada, serta sebagai
peserta didik juga dapat mengetahui apa yang akan dipelajari. Apabila hal
ini dapat dilakukan dengan baik maka apa yang menjadi tujuan dan
harapan partai dapat tercapai, dengan begitu masyarakat dapat melek
politik.
B.2.Sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pendidikan politik
Sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang penting dalam
menunjang pelaksanaan pendidikan politik kepada masyarakat dan untuk
melaksanakan kegiatan ini partai secara khusus tidak memiliki dana
tersendiri, namun para pengurus partai menggunakan sistem gotong
royong dan apa adanya. Sebagaimana yang diungkapkan pak Danang
selaku ketua DPC PDI-Perjuangan bahwa :
“Secara umum kita tidak punya dana khusus dalam pelaksanaan
pendidikan politik untuk memfasilitasi sarana dan prasarana
tersebut, namun untuk menfasilitasi itu semua kita apa adanya
dengan cara gotong royong dengan semua pegurus partai dalam
ci
menunjang pelaksanaan pendidikan politik yang di kemas dalam
bentuk pertemuan kecil dengan masyarakat sekaligus menjaring
aspirasi masyarakat mulai dari DPC sampai struktur yang paling
bawah yaitu pengurus anak ranting”.(hasil wawancara tanggal 15
februari 2016).
Dari pendapat diatas bisa kita lihat bahwa dalam menunjang
pelaksanaan pendidikan politik semua pengurus partai mulai dari DPC
hingga pengurus yang paling bawah yaitu pengurus anak ranting berusaha
untuk menyediakan sarana prasarana dengan cara gotong royong dan apa
adanya. Hal senada juga di ungkapkan oleh Pak Febri A. Herlambang
yang dikutip sebagai berikut :
“Sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pendidikan politik
itu ada, namun dalam menfasilitasi itu tergantung mas, karena
setiap tempat atau lokasi itu berbeda-beda. Jadi ketika kami
menfasilitasi sarana prasarana kami sistemnya gotong royong mas
dan ada juga dari masyarakat yang ikut menfasilitasi sarana
prasarana tersebut apa adanya”.(hasil wawancara tanggal 22
februari 2016).
Dari dua pernyataan diatas pada dasarnya sarana dan prasarana
tersebut ada dalam menunjang pelaksanaan pendidikan politik dan yang
menfasilitasi itu semua adalah semua pengurus partai yang ikut terlibat
dalam memberikan pendidikan politik dengan sistem gotong royong dan
apa adanya. Selain pengurus partai, masyarakat juga sangat antusias untuk
ikut terlibat dalam menfasilitasi itu semua dengan prinsip apa adanya.
Hal senada juga di ungkapkan oleh pak sutaryo selaku sekretaris
DPC partai PDI-P yang dikutip sebagai berikut :
“Karena pendidikan politik itu bersifat wajib maka kami harus
melakukan pengadaan sarana dan prasarananya baik itu terkait
cii
logistik, pendanaan kemudian tutornya dan lain sebagainya, terkait
tutor kita biasa gandeng akademisi selain pengurus DPC atau para
anggota legislator, dalam menfasilitasi ini semua kita biasanya di
PDIP menggunakan sistem gotong royong dan apa adanya dari
semua pengurus, terlepas dari pihak ketiga yang mau ikut terlibat
menfasilitasi ini semua”.(hasil wawancara tanggal 11 februari
2016).
Dari pernyataan pak sekretaris dapat kita lihat bahwa pada
dasarnya pendidikan politik merupakan suatu hal yang wajib partai
lakukan maka dari itu partai juga harus menfasilitasi semua baik itu sarana
maupun prasarananya yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan
politik. Dalam menfasilitasi ini semua pengurus partai sistemnya gotong
royong dan apa adanya dengan masyarakat, terlepas dari pihak ketiga yang
secara sukarela mau ikut menfasilitasi ini semua.
Hal yang berbeda ketika diungkapkan oleh ibu Tri Dayarini selaku
akademisi yang dikutip sebagai berikut :
“bahwa terkait sarana prasarana pasti diperlukan tetapi, dari sisi
sarana prasarana dan finansial itu bukan suatu hal yang utama jadi
mesti ada hal yang lain yaitu adanya sumber daya manusia untuk
memberikan pendidikan politik”. (hasil wawancara tanggal 24
maret 2016)
Dari pernyataan ibu Rini diatas bahwa terkait sarana prasarana
pasti diperlukan tetapi bukan menjadi suatu hal yang utama namun yang
menjadi hal penting dan utama adalah dari semua pengurus partai dituntut
untuk memiliki sumber daya manusia yang baik sehingga dapat
memberikan pendidikan politik yang baik pula kepada masyarakat.
Dari pengamatan peneliti, bahwa pada dasarnya memang sarana
dan prasarana dibutuhkan, tetapi itu bukan mejadi suatu hal yang utama,
ciii
namun hal yang paling diutamakan dalam pendidikan politik kepada
masyarakat adalah adanya sumber daya manusia yang baik dari para
pengurus partai, sehingga dapat memberikan pendidikan politik yang baik
juga kepada masyarakat.
Kesimpulan terkait dengan sarana prasarana bahwa dalam
menunjang pelaksanaan pendidikan politik pada dasarnya partai tidak
mempunyai dana khusus tetapi untuk menfasilitasi ini semua baik itu
sarana dan prasarana maupun tutornya partai siap menfasilitasi, hal ini
dilakukan para pengurus partai dengan sistem apa adanya dan gotong
royong. Namun hal ini bukan menjadi suatu hal yang utama tetapi yang
paling utama dan penting adalah sumber daya manusia para pengurus
partai sehigga dapat memberikan pendidikan politik yang baik kepada
masyarakat. terkait hal ini pada dasarnya masyarakat merespon dengan
baik hal yang dilakukan partai khususnya terkait pendidikan politik kepada
masyarakat. bahkan masyarakat sangat antusias untuk mengikuti kegiatan
ini, selain itu juga masyarakat sering meminta kepada partai agar setiap
bulan ada pertemuan-pertemuan kecil yang rutin dilakukan oleh partai
dalam hal memberikan pendidikan politik kepada masayarakat, sehingga
dengan adanya pertemuan seperti ini masyarakat dapat melek politik. hal
ini partai lakukan karena pendidikan politik kepada masyarakat sudah
merupakan tugas dan tanggungjawab yang wajib dilakukan.
civ
B.3.Pengorganisasian Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam
Pelaksanaan Pendidikan Politik
Dalam melakukan pendidikan politik yang merupakan sebuah
kegiatan yang wajib dilakukan oleh sebuah partai, maka sebuah
pengorganisasian dibutuhkan untuk melancarkan proses pendidikan
politik. Kegiatan pendidikan politik ini dikawal oleh kader PDI-
Perjuangan di setiap dapil yang terpilih menjadi anggota legislatif.
Sebagaimana yang diungkapkan pak Febri A. Herlambang bahwa:
“Bahwa terkait pengorganisasian partai PDI-P mempunyai
pengurus partai yang ada di setiap kecamatan, namanya PAC dan
dikelurahan juga ada pengurus partai namanya ranting dan disetiap
kampung itu ada pengurus partai namanya anak ranting, nah dari
semua pengurus ini yang nantinya diterjun langsung ke masyarakat
serta di dampingi seorang legislator dari DAPIL dimana anggota
dewan tersebut diusung disitu nanti akan mengawal program dan
secara organisasi ada pengurusnya disetiap daerah”.(hasil
wawancara tanggal 22 februari 2016).
Dari pendapat informan diatas dapat kita lihat bahwa partai PDI-P
memiliki pengurus yang jelas mulai dari DPC sampai ke tingkat kampung
yang di sebut pengurus anak ranting. Hal ini menandakan bahwa secara
umum pengorganisasian partai PDI-P dalam melaksanakan pendidikan
politik itu berjalan dengan baik dan jelas ada, yang secara struktural di
libatkan semua.
Hal yang sama juga dikatakan pak Danang yang dikutp sebagai
berikut :
Bahwa PDI-Perjuangan punya struktur/pengurus partai yang
sampai ke kampung-kampung,nah dalam pertemuan-pertemuan
dengan masyarakat pengurus ini juga ikut terlibat baik dalam
cv
menfasilitasi tempat ataupun sarana lain, pengurus ini ada yang
ditingkat rt/rw itu namanya pengurus anak ranting, pengurus
ranting itu di tingkat kelurahan, pengurus anak cabang (PAC) itu
ditingkat kecamatan dan pada tingkat kabupaten itu namanya DPC
(dewan pimpinan cabang). (hasil wawancara tanggal 15 februari
2016)
Dari pernyataan seperti dikutip bahwa pada dasarnya partai PDI-
Perjuangan memiliki struktur/pengurus partai yang sampai keplosok atau
kampung-kampung dan dari semua pengurus ini ikut terlibat langsung
dalam pertemuan-pertemuan dengan masyarakat. dari dua kutipan diatas
terkait pengorganisasian bahwa PDI-P memiliki struktur/pengurus yang
dapat mengorganisir semua kegiatan partai terkait pendidikan politik
kepada masyarakat.
Terkait pengorganisasian ini, hal berbeda dikatakan oleh pak
Sutaryo bahwa:
“Didalam pengurus DPC memiliki struktur organisasi yang jelas
dimana di dalamnya ada ketua,wakil ketua bidang, sekretaris, dan
bendahara, dimana dari setiap wakil ketua memiliki tugas
pokoknya masig-masing, yang mana dalam memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat itu di back up oleh kedua
wakil ketua bidang yang diantaranya wakil ketua bidang
pendidikan dan pelatihan, dan wakil ketua bidang kaderisasi. Dari
kedua wakil ketua bidang ini yang mengorganisirkan semua
kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat”.(hasil wawancara
tanggal 11 februari 2016)
Dari pendapat bapak Taryo dapat kita lihat bahwa sangat jelas
struktur kepengurusan DPC partai dalam menjalankan kegiatan pendidikan
politik dan yang mengorganisir kegiatan ini atau yang memback up adalah
dua wakil ketua bidang yaitu wakil ketua bid. Pendidikan dan pelatihan,
cvi
dan wakil ketua bidang kaderisasi. Selain kedua wakil ketua bidang ini,
yang terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan politik adalah semua
pengurus partai mulai dari tingkat DPC hingga pengurus yang paling
bawah yaitu pengurus anak ranting.
Hal yang berbeda diungkapkan oleh pak Lurah Baciro yang dikutip
sebagai berikut :
“saya melihat bahwa sepak terjangnya partai PDI-Perjuangan
sudah cukup bagus dalam memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat maupun kader-kadernya artinya pengorganisasiannya
cukup bagus sehingga dapat melaksanakan pendidikan politik
denga baik”.(hasil wawancara tanggal 17 maret 2016)
Dari pernyataan pak lurah dapat kita lihat bahwa pada dasarnya
sepak terjang partai PDI-Perjuangan dalam memberikan pendidikan politik
baik itu kepada masyarakat maupun kepada kader-kadernya sudah cukup
bagus artinya bahwa apabila kita melihat suatu kegiatan itu sukses maka
dapat dikatakan pengorganisasiannya juga baik dalam mengorganisir
kegiatan ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Dari pengamatan peneliti bahwa terkait pengorganisasiannya
dalam melaksanakan kegiatan pendidikan politik PDI-Perjuangan sudah
berjalan dengan sangat baik dimana dalam setiap kegiatan politik yang
partai lakukan,partai melibatkan semua pengurus partai mulai dari tingkat
DPC hingga sampai kepengurus anak ranting, yang mana secara struktural
pengurus partai sudah ada, sehingga dengan begitu apa yang menjadi
kebutuhan dalam kegiatan tersebut dapat diorganisir dengan baik dan
lancar.
cvii
Kesimpulan terkait dengan pengorganisasian partai dalam
melaksanakan pendidikan politik kepada masyarakat bahwa PDI-
Perjuangan secara struktur memiliki pengurus partai yang sampai ke
plosok-plosok, mulai dari tingkat kabupaten sampai ketingkat RT/RW.
Dimana, dengan adanya pengurus partai yang jelas secara struktural mulai
dari tingkat DPC yang lingkupnya kabupaten atau kota hingga sampai
pengurus anak ranting yang lingkup rt/rw/gang/kampung atau sejenisnya
maka dapat mengorganisir kegiatan partai terkait pendidikan politik
kepada masyarakat dengan baik. Hal ini yang dapat menunjang sepak
terjang PDI-Perjuangan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan politik
seperti pendidikan politik kepada masyarakat, karena secara organisasi
partai ini sudah memiliki struktur pengurus yang jelas, sehingga dapat
mengorganisir semua kegiatan politik yang akan dilakukan.
B.4.Tenaga Kependidikan Yang Profesional Dalam Memberikan
Pendidikan Politik
Tenaga pendidik bisa dikatakan sebagai guru bagi para peserta
didik, karena dialah yang memberikan materi pendidikan. Pemberi materi
ini berasal dari dalam pengurus partai seperti pengurus senior, anggota
legislatif dan bahkan ada yang dari akedemisi (dosen). Terkait dengan hal
ini sebagaimana diungkapkan oleh pak Sutaryo selaku sekretaris DPC
PDI-P yaitu :
“Pada kenyataannya tenaga pendidik adalah guru kader dalam hal
ini yang memberi materi pendidikan sejauh pengamatan saya
sangat profesional dan tidak ada penyimpangan, kalaupun ada
penyimpangan yang terjadi pasti ada sanksi yang dilakukan oleh
cviii
partai baik itu berupa teguran ataupun peringatan dan yang
memberi materi pendidikan adalah pengurus DPC partai bahkan
kita sering mendatangkan pemateri dari kalangan akademisi”.(hasil
wawancara tanggal 11 februari 2016).
Dapat kita lihat disini bahwa tenaga pendidik adalah pengurus
partai dan ada juga dari anggota legislatif dimana dalam menjalankan
tugasnya masih sangat profesional tetapi apabila tenaga pendidik tidak
profesional maka ada sanksi yang dilakukan oleh partai baik itu berupa
teguran ataupun peringatan.
Hal ini juga di sampaikan oleh ketua DPC partai pak Danang yang
dikutip sebagai berikut:
“Bahwa dalam hal pendidikan politik ke masyarakat yang jelas
yang memberi materi adalah anggota legislatif yang dia membawa
program dan menjaring aspirasi, ketika di tanya profesional atau
tidak saya kira tidak, tetapi karena ketugasan saja dan merupakan
tanggung jawab dari anggota legislatif, dan ini adalah konsekuensi
dari para wakil rakyat yang di usung PDI-Perjuangan”.(hasil
wawancara tanggal 15 februari 2016).
Dari kutipan diatas dapat kita lihat bahwa yang menjadi tenaga
pendidik dalam melakukan pendidikan politik kepada masyarakat adalah
anggota legislatif, yang merupakan wadah untuk menjarig aspirasi
masyarakat,dan pendidikan politik yang mereka berikan ini dikemas dalam
bentuk program, yang mana ini merupakan tanggung jawab dan
konsekuensi dari para anggota legislator dalam menjalankan tugasnya.
Terkait hal ini juga pak Febri A. Herlambang juga mengatakan
yaitu:
cix
“Terkait pemberi materi kebanyakan adalah anggota partai sesuai
bidangnya mas, dimana apa bila temanya bidang pembangunan
maka di lembaga legislatif itu ada komisi c yang mendamping trus
mungkin dari DPC sendiri juga ada yang mendamping adalah
wakil ketua bidang, jadi sudah ada jobdiknya masing-masing/seksi-
seksinya”. (hasil wawancara tanggal 22 februari 2016).
Dari kutipan diatas dapat kita lihat bahwa terkait tenaga pendidik
yang melakukan pendidikan politik kepada masayarakat yaitu anggota
legislatif sendiri dan wakil ketua bidang dari pengurus DPC yang dalam
melaksanakan tugasnya juga tergantung dari tema yang akan diberikan
kepada masyarakat.
Hal yang berbeda diungkapkan pak Lurah Baciro yang dikutip
sebagai berikut :
“saya melihat bahwa sejauh ini terkait tenaga pendidik itu masih
dari pengurus partai sendiri baik itu dari anggota legislatif maupun
pengurus partai yang lain, dan saya belum melihat partai PDI-P
menggandeng akademisi terkait tenaga pendidik,ya kita sebagai
masyarakat tentu berharap partai juga harus bisa menggandeng
akademisi”. (hasil wawancara tanggal 17 maret 2016).
Dari pernyataan pak Lurah dapat kita lihat disini bahwa terkait
tenaga pendidik sejauh ini baru dari pengurus partai itu sendiri dan belum
pernah menggandeng akademisi dalam hal pendidikan politik kepada
masyarakat, tentunya masyarakat berharap bahwa partai juga harus
menggandeng akademisi sehingga dapat menambah wawasa pengetahuan
yang lebih luas tentang nilai-nilai politik.
Dari pengamatan peneliti, saya melihat bahwa belum adanya
tenaga pendidik dari kalangan akademisi, sehingga terkait tenaga pendidik
hanya dari dalam pengurus partai dan kader-kader partai. Dari kedua
cx
tenaga pendidik ini saya melihat bahwa ada dua bentuk pendidikan politik
yang dilakukan yang pertama, pendidikan politik yang dilakukan oleh
pengurus DPC partai sendiri, kedua pendidikan politik yang dilakukan
oleh anggota legislatif yang merupakan kader partai.
Kesimpuan terkait tenaga pendidik dalam memberikan pendidikan
politik kepada masyarakat bahwa pada umumnya yang memberi materi
adalah pengurus DPC partai dan ada juga dari lembaga legislatif yang
merupakan kader partai, dimana dari kedua tenaga pendidik dalam
memberikan materi itu di kemas dalam bentuk program ketika
disampaikan kepada masyarakat. Namun tidak menutup kemungkinan
masyarakat menaruh harapan bahwa partai juga harus menggandeng
akademisi dalam hal memberikan pendidikan politik kepada masyarakat,
sehingga masyarakat dapat mengetahui begitu banyak hal yang terkait
dengan nilai-nilai politik. Dengan begitu masyarakat tidak mudah
dimobilisasi oleh para elit dan ketika mengikuti pemilu baik itu pemilu
legislatif maupun Pilkada masyarakat dapat memilih calon kandidat secara
rasional atas pertimbangan pribadi.
B.5.Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Politik
Dalam pelaksanaan pendidikan politik tentunya ada yang namanya
monitoring dan evaluasi. Hal ini tentunya harus dilakukan untuk meriview
kembali sudah sejauh mana pendidikan politik yang dilakukan oleh
pengurus partai dan untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan
cxi
pendidikan politik kepada masyarakat. Terkait hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh pak Febri A. Herlambang yang dikutip sebagai berikut:
“Monitoring dan evaluasi itu ada mas yang dilakukan setiap tiga
bulan sekali,hal ini kami lakukan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas dalam memberikan pendidikan politik tentunya,karena
sekarang ini masyarakat SDMnya sudah lebih tinggi dari yang
memberikan materi,sehingga apa yang kita sampaikan masyarakat
sudah paham, dan yang melakukan monev ini adalah pengurus
DPC partai yaitu wakil ketua bid.organisasi, wakil ketua bid.
Kaderisasi dan wakil ketua bid. Strategi pemenangan pemilu.dari
ketiga pengurus ini yang terlibat langsung dalam melakukan
monitoring dan evaluasi (monev)”.(hasil wawancara tanggal 22
Februari 2016).
Dari kutipan diatas dapat kita lihat bahwa dalam pelaksanaan
pendidikan politik pengurus partai melakukan monitoring dan evaluasi
yang dilakukan setiap tiga bulan sekali dan yang terlibat langsung dari
pengurus DPC partai ini adalah ketiga wakil ketua bidang. Terkait monev
hal senada juga dikatakan pak Sutaryo yang dikutip sebagai berikut :
“Sejauh ini kita selalu melakukan monitoring dan evaluasi karena
untuk mengetahui sebuah hasil sampai sejauh mana kegiatan yang
sudah kita laksanakan, jadi ada dua hal yang kita lakukan monev
yaitu terhadap pemberi materi dan peserta didik. Dan yang ikut
terlibat adalah wakil-wakil ketua bidang dalam hal ini wakil ketua
bidang organisasi, wakil ketua bidang kaderisasi dan wakil ketua
bidang pemenangan pemilu”.(hasil wawancara tanggal 11 februari
2016).
Dari kutipan pak Taryo sama halnya seperti yang disampaikan pak
Febri bahwasannya Monev sering dilakukan dalam jangka waktu tiga
bulan sekali untuk melihat sejauh mana hasil yang sudah dilakukan dalam
hal pendidikan politik dan yang ikut terlibat langsung dalam melakukan
monitoring dan evaluasi (monev) adalah ketiga wakil ketua bidang tadi,
cxii
dan ada beberapa hal yang dilakukan dalam melakukan monitoring dan
evaluasi yaitu baik terhadap pemberi materi, terhadap peserta didik,
maupun pengorganisasiannya dalam melibatkan semua pengurus untuk
ikut terlibat dalam pelaksanaan pendidikan politik.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu Rini selaku akademisi
yang dikutip sebagai berikut :
“bahwa terkait pendidikan politik kepada masyarakat baik itu
secara formal maupun informal tetap harus dilakukan oleh partai
dimana mungkin dalam pelaksanaannya kurang efektif, dalam
artian bahwa partai perlu melakukan monitoring dan evaluasi,
sehingga dalam perjalanannya partai dapat membenahi diri dan
mengetahui apa yang menjadi kelemahan dan kekurangannya”.
(hasil wawancara tanggal 24 maret 2016)
Dari kutipan ibu Rini dapat kita ketahui bahwa partai tetap harus
melakukan pendidikan politik kepada masyarakat baik itu secara formal
maupun informal, dimana mungkin dalam pelaksanaannya partai kurang
efektif maka partai perlu melakukan monitoring dan evaluasi, yang mana
dengan malakukan monev ini partai dapat mengetahui apa yang menjadi
kelemahan dan kekurangannya dalam pelaksanaan pendidikan politik
kepada masyarakat, dengan begitu partai dapat membenah diri dalam
melakukan kegiatan berikutnya untuk menjadi yang lebih baik.
Sedangkan dari hasil pengamatan peneliti bahwa sejauh ini partai
sudah melaksanakan monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan setiap
tiga bulan sekali, namun apabila dalam pelaksanaanya masih kurang
efektif maka partai mengakui itu sehingga dapat membenahi diri untuk
menjadi lebih baik. Monitoring dan evaluasi sangat penting bagi partai
cxiii
karena dengan begitu partai dapat megetahui apa yang menjadi kendala
atau kekurangan dalam kegiatan politik yang sudah dilakukan.
Jadi dapat di simpulkan bahwa terkait monitoring dan evaluasi
sejauh ini partai sudah melakukan, dan yang terlibat langsung dalam
melakukan monitoring dan evaluasi ini yaitu tiga wakil ketua bidang dari
pengurus DPC partai, karena sangat penting untuk melihat sejauh mana
kualitas dan kuantitas bagi pemberi materi maupun bagi peserta didik. Hal
ini dilakukan setiap tiga bulan sekali setelah pelaksanaan pendidikan
politik. Partai mekukan monitor terhadap pemberi materi terkait apakah
pemberi materi menjalankan tugasnya sesuai apa yang diharapkan dan
tidak menyimpang, sedangkan terhadap peserta didik partai ingin
mengetahui sudah sejauh mana pemahaman masyarakat atas materi yang
sudah diberikan.
Dari semua penjelasan informan dan analisis tersebut dapat di
simpulkan bahwa pendidikan politik kepada masyarakat yang sudah
dilakukan PDI-Perjuangan adalah sebagai berikut :
Kesimpulan umumnya adalah pada dasarnya PDI-Perjuangan
sudah melakukan pendidikan politik kepada masyarakat, namun
pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat tidak mempunyai
silabus atau kurikulum yang jelas,hal ini jelas partai lakukan karena
pendidikan politik yang partai berikan kepada masyarakat dikemas dalam
bentuk program baik itu di bidang pembangunan, kesehatan maupun
bidang pendidikan, karena pada prinsipnya masyarakat ingin melihat
bukti. Dalam menunjang pelaksanaan pendidikan politik ini partai juga
cxiv
menfasilitasi semua apa yang menjadi kebutuhan dalam kegiatan
pendidikan politik baik itu sarana dan prasarana, logistik maupun tutornya
(pemberi materi) partai siap menfasilitasi demi kepentingan rakyat dengan
sistem gotong royong dan apa adanya, dan untuk mengorganisir semua
kegiatan ini partai libatkan semua pengurus mulai dari tingkat DPC sampai
kepengurus anak ranting,yang di back up oleh tiga wakil ketua bidang
dalam pengurus DPC partai PDI-P. Ketiga wakil ketua bidang itu antara
lain wakil ketua bidang organisasi, wakil ketua bidang pendidikan dan
pelatihan, serta wakil ketua bidang pemenang pemilu. Ketiga wakil ketua
bidang ini mempunyai peranan penting dalam memberikan pendidikan
politik kepada masyarakat, melakukan monitoring dan evaluasi hasil
pelaksanaan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bab ini penyusun akan menyimpulkan beberapa indikator yang
dipakai, yang menyentuh secara keseluruhan dalam skripsi ini antara lain
sebagai berikut :
1. Aktifitas PDI-Perjuangan dalam menyusun kurikulum pendidikan politik
Pada dasarnya partai PDI-Perjuangan tidak memiliki kurikulum
pendidikan politik kepada masyarakat, namun pendidikan politik kepada
masyarakat yang dilakukan oleh PDI-Perjuangan dikemas dalam bentuk
program-program yang langsung terjun kemasyarakat sekaligus menjaring
cxv
aspirasi dari rakyat. Pendidikan politik yang partai berikan ini tidak
memiliki kurikulum atau silabus yang jelas, sehingga para pemberi materi
tidak memiliki panduan yang jelas ketika memberi materi pendidikan
politik kepada masyarakat. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa
seiring berjalannya waktu masyarakat berharap juga bahwa partai harus
menyusun kurikulum pendidikan, sehingga pemberi materi maupun
peserta didik dapat memiliki panduan yang jelas apa yang harus dipelajari
sesuai dengan kurikulum pendidikan tersebut.
Selain pendidikan politik bersifat formal yang dilakoni PDI-P, ada
pun juga bersifat non-formal. Pendidikan politik formal ini adalah
penarapan sosial secara individu oleh kader-kader dari PDI-P di
masyarakat tempat kader partai tersebut berada. Artinya, dengan
menampilkan etika dan moral yang baik di masyarakat akan memancing
anggapan publik yang baik kepada kader tersebut. Dan pada akhirnya akan
berdampak pada penilaian yang baik kepada partai PDI-P.Kader-kader
PDI-P ini secara tidak langsung juga telah memberi pendidikan politik
non-formal kepada masyarakat di lingkungannya tersebut. Oleh karena itu
juga, pendidikan non-formal ini sangat berpengaruh pada proses
demokrasi yang sedang terjadi. Bahwa sikap dan perilaku seorang kader
partai akan memberi dampak terkait kepercayaan masyarakat terhadap
partai politik.
2. Sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pendidikan politik
cxvi
Terkait dengan sarana dan prasarana dalam menunjang
pelaksanaan pendidikan politik, partai siap menfasilitasi itu semua dengan
sistem gotong royong dan apa adanya. Sarana dan prasarana ini memang
dibutuhkan, namun yang paling diutamakan adalah adanya sumber daya
manusia yang baik dari para pengurus partai, sehingga dapat memberika
pendidikan politik kepada masyarakat, karena ini sudah menjadi tugas dan
tanggungjawab dari partai dalam memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat, sehingga masyarakat dapat melek politik dan mengetahui
mana yang baik dan tidaknya. Partai PDI-Perjuangan memiliki prasarana
dalam menunjang pelaksanaan pendidikan seperti adanya sekertariat DPC
partai, ruangan fraksi partai, yang merupakan tempat yang sering
digunakan dalam hal pertemuan-pertemuan dengan masyarakat atau
sebagai tempat pengaduan masyarakat, ada juga prasarana lain seperti
sekolah partai yang dibangun di daerah Bantul. Sedangkan sarana dalam
menunjang pelaksanaan pendidikan politik partai juga memiliki mobil sat
gas, meja, kursi, papan white board, spidol, sound sistem dan lain
sebagainya.
3. Pengorganisasian PDI-Perjuangan dalam melaksanakan pendidikan
politik.
Terkait pengorganisasian dapat disimpulkan bahwa partai PDI-
Perjuangan memiliki pengurus partai mulai dari DPC sampai masuk ke
kampung-kampung, yang mana ketika Dewan Pimpinan Cabang
melakukan suatu kegiatan dalam hal ini pendidikan politik kepada
cxvii
masyarakat maka semua pengurus partai diwajibkan untuk ikut terlibat
dalam kegiatan politik tersebut. Dengan terlibatnya semua pengurus partai
mulai dari tingkat kabupaten dan sampai ke kampung-kampung ini maka
dapat mengorganisir dan memperlancar kegiatan pendidikan politik
kepada masyarakat, hal ini menunjukan bahwa pengorganisasian PDI-
Perjuangan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan politik cukup baik
dan bagus, walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa
kekurangan atau kendala yang menjadi bahan masukan bagi partai itu
sendiri untuk membenah diri agar menjadi lebih baik kedepannya. Bentuk
pengorganisasian ini seperti dengan adanya sosialisasi dan jaring aspirasi
masyarakat. Dalam pelaksanaannnya dilakukan oleh DPC sampai pada
tingkat paling bawah di Desa/Kampung-kampung. Terwujudnya program-
program dari partai PDI-P adalah hasil dari kesiapan pengorganisasian
yang baik di setiap DPC, PAC, pengurus ranting, dan anak ranting
sehingga program tersebut dapat berjalan. Selain itu juga pengorganisasian
dalam pelaksanaan program Pendidikan Politik PDI-P tidak hanya
dilakukan dari atas (top down), tapi juga dari bawah (buttom up). Artinya
hasil dari pertemuan dengan masyarakat atau aspirasi tersebut yang
nantinya akan di sampaikan ke DPP melalui pengorganisasian yang baik
dari tingkat paling rendah, yakni anak ranting.
4. Tenaga pendidik yang profesional dalam memberikan pendidikan politik.
Terkait dengan tenaga pendidik dapat saya simpulkan bahwa dalam
memberikan materi pendidikan politik kepada masyarakat sejauh ini masih
cxviii
dari pengurus partai sendiri dan kader-kader partai saja seperti anggota
legislatif, dan PDI-Perjuangan sejauh ini belum menggandeng akademisi
dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Terkait
profesional atau tidak sejauh ini tenaga pendidik masih profesional dalam
menjalankan tugasnya, karena belum pernah ada penyimpangan yang
dilakukan, kalaupun ada maka partai tidak tinggal diam, partai akan
memberikan sanksi baik itu berupa teguran maupan pecat sekalipun.
5. Monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan pendidikan politik.
Kesimpulan terkait dengan monitoring dan evaluasi, sejauh ini
PDI-Perjuangan sudah melakukan monitoring dan evaluasi dalam
kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat, yang dilakukan setiap tiga
bulan sekali, dan yang terlibat langsung dalam melakukan monitoring dan
evaluasi dalam kegiatan ini adalah tiga wakil ketua bidang yaitu wakil
ketua bid. Organisasi, Wakil Ketua Bid. Kaderisasi dan wakil ketua bid.
Pemenangan pemilu.Selain melakukan monitoring terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan, Partai PDI-P juga melakukan monitoring terhadap
kader-kader partai, pengurus partai yang melakukan pendidikan politik,
dan evaluasi tehadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, baik itu terhadap
para tenaga pendidik, peserta didik serta apa yang yang menjadi kendala
dalam kegiatan pendidikan politik. Monitoring dan pengawasan juga tidak
hanya dilakukan dalam melihat program Pendidikan politik saja.
Monitoring dan pengawasan dilakukan juga untuk mengawasi kader-kader
partai PDI-P terkait dengan prilaku mereka di masyarakat. sehingga kader
cxix
partai PDI-P sendiri tidak bisa sewenang-wenang di masarakat dengan
mengatasnamakan nama partai.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan terkait dengan peran partai demokrasi indonesia
perjuangan dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat kota
Yogyakarta antara lain sebagai berikut:
1. Perlu adanya kurikulum pendidikan politik yang jelas, sehingga apabila
kurikulumnya sudah ada maka dapat mejadi panduan bagi tenaga pendidik
atau yang memberi materi dan bagi peserta didik dalam proses pendidikan
politik, dengan begitu proses pendidikan dapat dilaksanakan secara
terarah dan apa yang menjadi tujuan serta harapan dari pendidikan politik
akan dapat tercapai sesuai apa yang diharapkan.
2. Perlu adanya dana khusus dalam melaksanakan pendidikan politik kepada
masyarakat sehingga dapat menfasilitasi semua apa yang dibutuhkan
dalam kegiatan tersebut, baik itu terkait sarana/prasarana yang dapat
menunjang pelaksanaan pendidikan politik kepada masyarakat atau
apapun itu,agar kegiatan dapat berjalan dengan baik dan tidak ada
hambatan apapun.
3. Terkait tenaga pendidik partai juga perlu menggandeng akademisi yang
secara akademis cukup memahami teori agar dapat disampaikan kepada
cxx
masyarakat, sehingga masyarakat tidak hanya menerima pendidikan politik
dari pengurus partai saja.
4. Perlu melibatkan semua pengurus partai yang terlibat langsung dalam
pendidikan politik untuk melakukan montoring dan evaluasi secara
bersama-sama.
cxxi
DAFTAR PUSTAKA
AD/ART PDI-Perjuangan.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Rineka Cipta : Jakarta.
Budiardjo, Mariam. 1999. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.
Friedman, M. M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek (Edisi 3).
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 1982 Tentang Pendidikan Politik Bagi
Generasi Muda.
Kartono, Kartini.2009. Pendidikan Politik (sebagai bagian dari pendidikan orang
dewasa). Mandar Maju : Bandung.
Kartaprawira, Rusadi. 2004. Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar.
Bandung: Sinar Algensindo.
Maran, Rafael. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Rineka Cipta: Jakarta.
Moleong, J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Patton. 1980. Pengorganisasian ke Dalam Suatu Pola. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan
Nasional.
Robert, Linton. 1936. Memorandum For The Study Of Acculturation. American
Anthropologis.
Rosyadi, khoiron. 1999. Pendidikan Profetik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ramlan, Surbakti. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo.
Rudy, May. 2003. Pengantar Ilmu Politik. Bandung:PT Refika Aditama.
Subandiya. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta : Raja Grasindo
Persada.
Sukarna. 1978. Sistem Politik. Alumni, Bandung.
Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali.
cxxii
Soehardono, Edy. 1994. Teori peran: Konsep Dan Implikasinya.
Surabaya:Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.
Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2011 tentang Partai Politik.
http://sastrawanpemula.blospot.in/2013/05makalah-pengertian-pendidikan.
www.Pengertian.Org
http://jogja.antaranews.com/berita/321465/pdip-teratas-versi-hitung-cepat-lsi
https://rinawahyu42.wordpress.com/2011/06/07/teori-peran-rhole-theory/
www.kpud-diyprov.go.id
cxxiii
INTERVIEW GUIDE
Nama : ..............................................
Alamat : ..............................................
Umur : ..............................................
Jenis Kelamin : ..............................................
Pendidikan : ..............................................
Pekerjaan : ..............................................
Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat (pemilih).
I. Aktifitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam menyusun
kurikulum pendidikan politik.
1. Apakah partai demokrasi indonesia perjuangan telah menyusun kurikulum
pendidikan politik?
2. Bagaimana cara menyusun kurikulum pendidikan politik?
3. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan kurikulum pendidikan politik?
4. Mengapa harus ada kurikulum pendidikan politik?
5. Metode apa yang digunakan seandainya kurikulum pendidikan belum
disusun?
II. Sarana dan prasarana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam
menunjang pelaksanaan pendidikan politik.
1. Apakah ada sarana dan prasarana pendukung dalam menunjang
pelaksanaan pendidikan politik?
2. Sarana dan prasarana apa saja yang menjadi pendukung dalam
pelaksanaan pendidikan politik?
3. Siapakah yang menyediakan sarana dan prasarana pendukung tersebut?
4. Bagaimana jika sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pendidikan
politik tidak ada?
cxxiv
5. Bagaimana tanggapan masyarakat ketika ada sarana dan prasarana
pendukung dalam mengikuti pendidikan politik?
III. Pengorganisasian Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam
pelaksanaan pendidikan politik.
1. Apa yang dilakukan partai dalam mengorganisasikan pelaksanaan
pendidikan politik?
2. Bagaimana pengorganisasiannya dalam melaksanakan pendidikan politik?
3. Siapa saja yang terlibat dalam pengorganisasikan pendidikan politik?
4. Mengapa harus di organisasikan?
IV. Tenaga kependidikan yang profesional dalam melaksanakan pendidikan
politik.
1. Siapa yang memberikan materi pendidikan politik kepada masyarakat?
2. Apakah pemberi materi sangat profesional atau tidak dalam melaksanakan
pendidikan politik?
3. Bagaimana jika tenaga pendidik tidak profesional dalam melaksanakan
pendidikan politik?
4. Apa yang dilakukan partai jika tenaga pendidik tidak profesinal dalam
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat?
V. Monitoring dan evaluai (monev) pelaksanaan pendidikan politik.
1. Apakah ada monev setelah pelaksanaan pendidikan politik?
2. Bagaimana cara melakukan monev setelah pelaksanaan pendidikan
politik?
3. Mengapa harus melakukan monev?
4. Siapa saja yang terlibat dalam melakukan monev tersebut?