peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan

155
PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMPN 131 JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: EVITA MAWIRIANTI 1110018200003 PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: khangminh22

Post on 09-Apr-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MOTIVATOR

DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU

DI SMPN 131 JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

EVITA MAWIRIANTI

1110018200003

PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

i

ABSTRAK

Evita Mawirianti (NIM: 1110018200003). Peran Kepala Sekolah Sebagai

Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta

Selatan. Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala

sekolah dalam memberikan dorongan dan arahan melalui motivasi. Penulis

melakukan penelitian di SMPN 131 Jakarta Selatan Karena ada kinerja guru yang

meningkat dari tahun ke tahun dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah

siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi,

wawancara dan dokumentasi. Dengan subyek penelitian kepala sekolah, wakil

kepala sekolah dan 10 orang guru dari 42 guru yang ada.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran kepala sekolah sebagai

motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan sudah mampu meningkatkan kinerja guru

meskipun kepala sekolah belum sepenuhnya memberikan motivasi secara

maksimal. Peningkatan kinerja guru tersebut dibuktikan dengan data rekapitulasi

penilaian kinerja guru tahun 2013-2014 yang menunjukkan bahwa kinerja guru

sudah baik dan mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.

Kata kunci : kepala sekolah, motivasi, kinerja guru

ABSTRACT

Evita Mawirianti ( NIM : 1110018200003 ). The role of Principle as a Motivator

in Increasing Teachers’ Performance in SMPN 131 Jakarta Selatan. Thesis

Program Tier One (S-1) Faculty of Tarbiyah and Teaching Science Syarif

Hidayatullah State Islamic University of Jakarta in 2014.

The objective of this study is to find out the role of the principle leadership in

giving encouragement and direction though motivation. The reason that the writer

took the study in SMPN 131 Jakarta Selatan is the increasing of teachers’

performances shown by increasing the number of students in that school.

This study used qualitative descriptive approach. Technique in collecting the

data used observation, interview and dokumentation. The subjects of the study are

the principle, vice-principle, 10 teachers out of 42 teachers.

The result shows that the role of principle as a motivator in SMPN 131

Jakarta Selatan has been able to increase teachers’ performances even though the

principle has not given the motivation maximally. The enhancement of teachers’

performances proved by teachers’ performance scoring in 2013-2014 that is show

the performances are already good and grow every year.

Key words : principle, motivation, teachers’ performances.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi

khalifah di muka bumi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat

manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa

kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah

Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kepala

Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131

Jakarta Selatan” ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas

dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis

patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan.

3. Masyhuri AM., M. Pd. Sebagai dosen pembimbing yang telah sabar

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

belajar.

5. Pimpinan dan Staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan

pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis untuk

meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka menyelesaikan skripsi

ini.

6. Kepala SMPN 131 Jakarta Selatan Drs. Djoko Towo HB, M. Pd dan wakil

kepala SMPN 131 Jakarta Selatan Pracoyo Agus Sumbodo, S. Pd yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi dan

iii

membantu penulis dalam memenuhi kebutuhan data dalam penyelesaian

skripsi.

7. Ayahanda terhormat Asmawih Yahya dan Ibunda tercinta Rusmini yang telah

menyayangi setulus hati dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran serta

selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

8. Kakek H. Yahya dan Nenek Hj. Fatimah serta keluaga besar kami yang

selalu mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Eki Adi Putra tersayang yang selalu setia menemani dan memotivasi penulis.

10. Kakak-kakak yang aku sayangi Tri Februa Andrian, Muhammad Soleh,

Hanasir Bumi, Marta, Regay, Sandi Rosadi, yang selalu menghibur dan

memberikan semangat kepada penulis.

11. Adik-adik yang aku sayangi Kaman Daka, Firda Zahra, Reni Astuti, yang

selalu memberikan semangat serta doanya kepada penulis agar diberi

kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Sahabat Sejatiku Ayuwah, Dwi lembut, Nanda, Echa, Nuri, Mpie, Nur Azizah

yang sampai detik ini selalu setia memberikan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman terdekatku Jeani Kartika, Rizky Nurmeida Sobari, Silvia Khairunnisa,

dan Sholahuddin Misbah, Yusuf Amrullah, Miftahudin, Faiz Bi’amrillah,

Irfan Ardian, Faris Hadi yang selalu menemani, memberi saran dan

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

14. Seluruh sahabat Saung (Febrian Wulandari, Mardhiyah, Sripurwanti, Ainul

rachmah, Julian Eka Riyanti, Alpina Ilham, Aditia Rini Kusuma Wardani,

Wulan Sari, Dwi Stianingsih, Triwahyuni) yang selalu ada suka maupun duka

dan selalu memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan kelas A Angkatan Tahun

2010 yang selalu menghibur dan memberikan motivasi kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

16. Teman-teman pengajian remaja Al-Ikhlas yang selalu memotivasi dan

mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi.

iv

17. Teman-teman alumni Al-Karimiyah Angkatan Tahun 2007 yang selalu

mendoakan penulis dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.

Dengan segala kerendahan hati, dan ketulusan nurani, penyusun hanya dapat

berdo’a kepada Allah SWT semoga semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini mendapatkan imbalan yang agung dan mulia dari-Nya.

Amin.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Namun demikian, penulis tetap berharap semoga skripsi ini tetap dapat

memberikan manfaaat terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 19 September 2014

Evita Mawirianti

NIM. 1110018200003

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 6

D. Perumusan Masalah .................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

F. Kegunaan Penelitian ................................................................. 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator ................................ 8

1. Pengertian Kepala Sekolah ................................................ 8

2. Tugas Profesional Kepala Sekolah sebagai EMASLIM .... 10

3. Kepala Sekolah Sebagai Motivator .................................... 12

B. Motivasi .................................................................................... 15

1. Pengertian Motivasi ........................................................... 15

2. Teori Motivasi .................................................................... 17

3. Fungsi Motivasi .................................................................. 19

4. Jenis-jenis Motivasi ........................................................... 20

5. Asas-asas Motivasi ............................................................ 21

C. Kinerja Guru ............................................................................. 24

1. Pengertian Guru ................................................................. 24

2. Pengertian Kinerja Guru .................................................... 25

3. Ruang Lingkup Kinerja Guru ............................................ 26

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ........... 28

5. Kopetensi Kinerja Guru ..................................................... 29

D. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 32

E. Kerangka Berfikir ..................................................................... 33

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 36

B. Metodelogi Penelitian ............................................................... 37

C. Sumber Data Penelitian ............................................................ 37

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 37

E. Teknik Analisis Data ................................................................ 40

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 41

1. Sejarah Sekolah .................................................................. 41

2. Letak Geografis Sekolah .................................................... 42

3. Visi dan Misi Sekolah ........................................................ 42

4. Kultur Sekolah ................................................................... 45

5. Program Unggulan Sekolah ............................................... 46

6. Keadaan Guru..................................................................... 46

7. Keadaan Siswa .................................................................. 49

8. Sarana dan Prasarana Sekolah ............................................ 50

9. Ekstrakurikuler ................................................................... 53

10. Data Prestasi Sekolah/Siswa .............................................. 55

B. Deskripsi Data .......................................................................... 56

1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator di SMPN 131 .... 56

2. Faktor pendukung dan Penghambat ..................................... 64

3. Peningkatan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta ................ 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 75

B. Saran ......................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 36

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ................................................. 39

Tabel 4.1 Keadaan Kepala Sekolah ........................................................... 46

Tabel 4.2 Keadaan Guru ............................................................................ 47

Tabel 4.3 Nama Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan ................................ 47

Tabel 4.4 Keadaan Siswa .......................................................................... 50

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana ................................................................. 50

Tabel 4.6 Ekstrakurikuler .......................................................................... 54

Tabel 4.7 Evaluasi Diri Sekolah ................................................................ 66

Tabel 4.8 Data Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru Tahun 2013-2014 ... 73

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran......................................................35

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 2 Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 3 Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru Prakarya/Tata Busana Kelas VII

Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru Bahasa Inggris Kelas VII/1 dan VII/2

Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam Kelas IX

Lampiran 7 Hasil Wawancara Guru IPS

Lampiran 8 Hasil Wawancara Guru Matematika

Lampiran 9 Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam

Lampiran 10 Hasil Wawancara Guru IPA

Lampiran 11 Hasil Wawancara Guru PLKJ

Lampiran 12 Hasil Wawancara Guru Pkn

Lampiran 13 Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia

Lampiran 14 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah

Lampiran 15 Jadwal Mengajar Guru

Lampiran 16 Penilaian Kinerja Guru

Lampiran 17 Data Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru 2014/2015

Lampiran 18 Uji Referensi

Lampiran 19 Dokumentasi Keadaan Sekolah

Lampiran 20 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 21 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Observasi

Lampiran 23 Surat Permohonan Izin Wawancara

Lampiran 24 Surat Keterangan Observasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik”.1 Sekolah sebagai

birokrasi yang mana di dalamnya terdapat adanya pimpinan lembaga yaitu kepala

sekolah serta badan pembantu seperti wakil kepala sekolah, staf-staf dan para guru

yang kesemuanya itu menunjukkan adanya hirarki. Semuanya saling berhubungan

dan mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.

Selain itu sekolah juga dikatakan sebagai sistem sosial, karena di dalamnya

terdapat sekelompok orang-orang yang masing-masing mempunyai tujuan,

kemudian kelompok tersebut membentuk menjadi sebuah komunitas dari

lingkungan masyarakat untuk menyatukan tujuan tersebut, dan untuk mencapai

tujuan tersebut maka di dalamnya berlaku norma atau ketentuan-ketentuan yang

mengatur hubungan kerja sama antara orang yang satu dengan orang yang lain.

Untuk itu sekolah harus bisa menerima berbagai lapisan masyarakat tanpa

membedakan latar belakang. Dengan demikian sekolah terbuka untuk

memperoleh input dan selanjutnya mentransformasikan sebagai produksi. Hal

tersebut menunjukkan sekolah sebagai sistem terbuka.

Sekolah juga merupakan agen perubahan, yaitu sekolah harus siap untuk

berperan melaksanakan fungsinya di dalam situasi kerja yang kemungkinan akan

mengalami suatu perubahan. Selain itu sekolah merupakan lembaga yang

1 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

2010), Cet.7, h.81.

2

melakukan proses perubahan anak didik yang semula tidak tahu menjadi tahu.

Dengan peranannya sebagai agen perubahan diharapkan sekolah mampu

mewujudkan nilai-nilai sikap, pola pikir, prilaku intelektual, keterampilan dan

wawasan para siswa sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

Sekolah sebagai wawasan wiyatamandala, sekolah tidak terlepas dari

kehidupan masyarakat yang mana sekolah lahir dari kebutuhan hidup berbangsa,

bermasyarakat, dan bernegara.2 Maka tata kehidupan yang berkembang dalam

masyarakat ikut mewarnai gerak langkah sekolah, baik ekonomi, sosial, budaya,

maupun bidang kehidupan yang lain. Oleh sebab itu sekolah berperan sebagai

sarana dalam mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa sekolah merupakan

lembaga yang bersifat kompleks dan unik yaitu bersifat kompleks dalam artian

sekolah sebagai organisasi terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling

berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan bersifat unik, menunjukkan bahwa

sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh

organisasi-organisasi lainnya. Ciri tersebut menjadikan sekolah mempunyai ciri

khas yang unik.

Sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi

memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Dalam menciptakan koordinasi yang

baik maka diperlukan seorang pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin

yang dapat mempengaruhi orang lain di lingkungannya untuk mau bekerja dengan

penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian kehidupan suatu organisasi sangat ditentukan oleh peran

seorang pemimpin. Pemimpin dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah.

Untuk itu dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu lembaga pendidikan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung atas kemampuan kepala

sekolah dalam memimpin lembaga pendidikannya.

2 Ibid., h.174.

3

Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah salah satu komponen

pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga

pendidikan, karena itu kepala sekolah harus mampu membawa lembaganya

kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya

perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih

baik.

Bila kita cermati hal tersebut menunjukkan bahwa tugas dan fungsi kepala

sekolah tidak sedikit karena dia merupakan orang yang paling berpengaruh dalam

mencapai suatu tujuan organisasi (lembaga pendidikan). Menurut Euis Karwati

dan Donni Juni Priansa bahwa “tugas profesional kepala sekolah adalah sebagai

educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator

atau disingkat dengan EMASLIM”.3

Namun dalam hal ini yang paling berpengaruh pada peningkatan kinerja guru

adalah kepala sekolah sebagai motivator. Yaitu bagaimana kepala sekolah

meningkatkan kinerja guru melalui motivasi yang diberikannya. Karena motivasi

berfungsi untuk mengarahkan, mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan yang

dalam hal ini akan dapat menghasilkan peningkatan pada kinerja guru. Untuk itu

kepala sekolah harus mempunyai strategi yang tepat dalam memberikan motivasi

kepada tenaga kependidikan agar mereka dapat meningkatkan kinerjanya.

Guru merupakan kunci utama dalam meningkatkan prestasi siswa, karena

gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu

pengetahuan sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan

keteladanannya. Maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dipengaruhi

oleh kinerja guru yang maksimal. Menurunnya prestasi peserta didik bisa

disebabkan karena melemahnya kinerja guru.

Dengan demikian keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja dapat

ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya. Guru yang memiliki motivasi kerja

tinggi cenderung hasil kerjanya pun akan maksimal dan sebaliknya guru yang

motivasinya rendah, maka hasil kerjanya pun tidak akan maksimal. Hal ini karena

3 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah :

Membangun Sekolah yang Bermutu, (Jakarta : ALFABETA, 2013), Cet. 1, h.116.

4

motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, sering terjadi guru

yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang,

akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk bekerja sehingga ia tidak

berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Hal ini sejalan dengan Wina

Sanjaya yang mengatakan bahwa perilaku atau tindakan yang ditunjukan

seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motive

yang dimilikinya.4 Oleh karena itu kepala sekolah harus dapat memahami sikap

kerja bawahanya masing-masing. Sehingga kepala sekolah dapat memotivasi guru

dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras

dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan.5 Karena ada bawahan yang

baru mau bekerja setelah dimotivasi atasannya. Rutinitas pekerjaan sering

menimbulkan kejenuhan mendalam yang dapat menurunkan motivasi berprestasi,

yang diperparah oleh kondisi kerja yang tidak mendukung. Dengan adanya

motivasi yang kuat penulis meyakini bahwa seseorang akan berungguh-sungguh

dalam bekerja. Karena motivasi kerja berdampak pada prestasi kerja, disiplin, dan

kualitas kerjanya. Pada guru yang terpenuhi motivasinya maka kinerjanya akan

meningkat dan kemungkinan akan berdampak positif pada hasil kerja sehingga

dapat meningkatkan produktivitas pendidikan tersebut.

Sebagaimana yang dipaparkan Sutermeister yang dikutip oleh Rusman

bahwa “produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10%

tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan, prestasi kerja itu sendiri

untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk bekerja, 10-20% bergantung

pada kemampuannya, dan motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial,

40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-

4Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2008), Cet.1, h. 250.

5Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2010), Cet. 2, h. 249.

5

kondisi fisik.6 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja guru akan

memiliki pengaruh terhadap produktivitas pendidikan.

SMPN 131 Jakarta Selatan merupakan sekolah yang sudah berstandar

Nasional dan sudah berakreditas A. Sekolah yang sudah berdiri selama kurang

lebih 35 tahun lamanya, merupakan sekolah yang sudah dikenal sukses dalam

mencetak lulusan yang berkualitas, sehingga banyak diminati oleh masyarakat

sekitar. Hal ini terbukti dari lulusannya yang berprestasi dan jumlah murid yang

setiap tahunnya selalu meningkat. Ini semua tentunya tidak lepas dari peran

kepala sekolah dan prestasi kinerja guru.

Namun dalam mengoptimalkan kinerja guru, kepala sekolah harus dapat

memberikan semangat dan arahan serta menjalin komunikasi yang baik kepada

guru. Akan tetapi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan jarang sekali

berada di sekolah, karena selain menjadi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta

Selatan beliau juga menjadi kepala sekolah di SMP 239.

Dengan jarangnya keberadaan kepala sekolah tersebut, tentunya dapat

memberi jarak komunikasi antara kepala sekolah dengan guru. Komunikasi yang

kurang dari kepala sekolah akan dapat mempengaruhi motivasi kerja guru, karena

kurangnya arahan langsung dari kepala sekolah sebagai sarana motivasi bagi guru.

Sehingga guru akan enggan untuk meningkatkan kinerjanya. Padahal keberhasilan

yang dicapai guru dalam bekerja ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya.

Sedangkan untuk menjadikan sekolah agar dapat mencetak lulusan yang

berkualitas diperlukan kinerja yang baik dari guru untuk dapat meningkatkan

produktivitas di sekolah tersebut. Sehingga terdapat pertanyaan disini apakah

kinerja guru yang baik tersebut dikarenakan motivasi kinerja guru yang tinggi

dalam bekerja, ataukah ada peran kepala sekolah di dalamnya? Dan timbul

pertanyaan lagi apakah kinerja tinggi dalam mengajar dikarenakan adanya peran

kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru. Untuk

menjawab semua itu maka diperlukan penelitian yang lebih mendalam.

6 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 320

6

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

sebagai upaya bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru

di SMPN 131 Jakarta dengan judul “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator

dalam Meningkatkan Kinerja Guru”.

B. Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah pokok sebagai berikut :

1. Belum optimalnya peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131

Jakarta Selatan.

2. Belum optimalnya kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMPN

131 Jakarta Selatan.

3. Belum maksimalnya kepala sekolah dalam memberikan motivasi

terhadap kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang terdapat di SMPN 131 Jakarta Selatan, maka

dalam penelitian ini dibatasi pada Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam

Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan idenfikasi masalah yang diuraikan, maka

penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan

kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan?

2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi kepala

sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan?

3. Bagaimana peningkatan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan?

7

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui peran motivasi kepala sekolah terhadap kinerja guru di

SMPN 131 Jakarta Selatan.

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pemberian

motivasi kepala sekolah terhadap guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

3. Mengetahui peningkatan kinerja guru atas motivasi yang diberikan

kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan.

F. Kegunaan penelitian

1. Bagi peneliti, hasilnya dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil

pengamatan langsung khususnya terkait dengan peran kepala sekolah

sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru, dan sebagai suatu

pengalaman yang tak pernah ditemui sebelumnya sehingga dapat

menambah wawasan pada peneliti.

2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan,

bahan pertimbangan dan sumber data guna perbaikan, pengembangan

dan peningkatan dalam dunia pendidikan khususnya dalam meningkatkan

kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

3. Bagi pembaca, berguna sebagai sebuah informasi dan bahan masukan

bagi perumusan konsep tentang peran kepala sekolah sebagai motivator

dalam meningkatkan kinerja guru dalam upaya pengembangan dan

peningkatan mutu pendidikan.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator

1. Pengertian Kepala Sekolah

Faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan adalah

kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. “Pemimpin adalah orang yang

melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada

dilingkungannya pada situasi tertentu, agar orang lain mau bekerja dengan

penuh rasa tanggung jawab demi tercapaianya tujuan yang telah ditetapkan”.1

Dengan demikian, kepala sekolah merupakan pimpinan satuan pendidikan

yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu

pendidikan di sekolah serta mempunyai pengaruh yang besar pula dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun definisi kepala sekolah menurut Wahjosumidjo bahwa “kepala

sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk

memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar,

atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan

murid yang menerima pelajaran”.2 Tugas tersebut seharusnya dapat

1 Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Balai Aksara-

Yudhistira, 1982), cet.1. h. 5-6.

2 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

2010), Cet. 7. h. 83.

9

dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik, agar kepala sekolah

dapat menjadikan sekolahnya menjadi sekolah yang berkualitas.

Menurut James M Lipham yang dikutip oleh Euis Karwati dan Donni Juni

Priansa dalam bukunya kinerja dan profesionalisme kepala sekolah

mengatakan bahwa “kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui

tugas-tugas mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah

mereka”.3 Kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus

mengorganisir dan mengelola pelaksanaan program belajar mengajar yang

diselenggarakan di sekolah yang dipimpinnya. Untuk itu kepala sekolah harus

mengetahui tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh bawahannya agar

sasaran dari tujuan yang ingin dicapai dalam suatu program yang

dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik dan menghasilkan hasil yang baik

pula sehingga tercapailah tujuan tersebut. Hal ini menunjukkan pula bahwa

kepala sekolah adalah orang yang menentukan arah dari tercapainya tujuan

tersebut.

Sedangkan menurut Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala Sekolah

Profesional, mengatakan bahwa “kepala sekolah adalah manajer pendidikan

profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan

sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.4

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kepala sekolah adalah

pemimpin di suatu lembaga pendidikan yang mempunyai kekuasaan penuh

untuk menentukan irama bagi lembaga yang di ampunya dan mempunyai

tanggung jawab penuh untuk mengelola segala kegiatan di lembaga tersebut

berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan guna pencapaian tujuan bersama.

3 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah :

Membangun Sekolah yang Bermutu, (Jakarta: ALFABETA, 2013), cet. 1, h. 37.

4 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

2011), cet. 11, h. 37.

10

2. Tugas Profesional Kepala Sekolah sebagai EMASLIM

Untuk mencapai suatu keberhasilan tentunya kepala sekolah harus

menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Adapun tugas profesional kepala

sekolah Menurut Euis Karwati dan Donni Juni Priansa bahwa “tugas

profesional kepala sekolah adalah sebagai educator, manager, administrator,

supervisor, leader, inovator, dan motivator atau disingkat dengan

EMASLIM”.5

a. Kepala sekolah sebagai edukator, ia harus mampu berperan sebagai

pendidik. Yaitu dapat membimbing staf, dan pegawai lainnya untuk

dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing dan juga mampu

membimbing peserta didik, mengikuti kemajuan IPTEK serta

kemampuan memberikan contoh dan teladan yang baik kepada semua

warga sekolah. Kepala sekolah sebagai edukator dalam menumbuhkan

motivasi yaitu dengan cara memberikan saran atau masukan kepada guru,

dan juga memberikan arahan sekaligus bimbingan kepada guru atas

motivasi yang diberikannya dalam upaya meningkatkan kinerja guru.

Sebagaimana fungsi motivasi tersebut yaitu untuk mengarahkan pada

suatu sasaran atau tujuan yang diinginkan.

b. Kepala sekolah sebagai manajer, ia harus mampu mengatur SDM yang

ada di hal-hal yang terkait dalam pencapaian tujuan seperti menyusun

program di sekolah, menyusun organisasi kepegawaian yang tepat,

kemampuan menggerakkan staf untuk lebih giat dalam melaksanakan

tugas, kemampuan mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki

oleh sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer dalam menumbuhkan

motivasi yaitu dengan cara mengatur program kerja dengan baik, sesuai

dengan kemampuan guru dalam melaksanakan beban kerja yang

diberikan dan dapat menggerakkan guru untuk giat melaksanakan

tugasnya seperti, menyusun RPP (Rencana Program Pembelajaran),

5 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h.116.

11

menilai hasil belajar siswa dan lain-lain. Dalam hal ini hasil yang ingin

dicapai yaitu untuk mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan.

c. Kepala sekolah sebagai administrator, ia harus dapat mengelola

administrasi proses belajar mengajar dan bimbingan konseling,

mengelola administrasi kesiswaan, mengelola administrasi keuangan

yang diwujudkan dalam kelengkapan dan akuntabilitas tentang

penggunaan dan laporan keuangan. Serta mampu mengelola administrasi

sarana dan prasarana, dan juga mengelola administrasi persuratan.

Dengan kemampuan kepala sekolah dalam mengelola administrasi

tersebut maka kebutuhan guru akan terpenuhi sehingga guru akan

termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya.

d. Kepala sekolah sebagai supervisor, ia harus mampu melaksanakan

program supervisi pendidikan yang baik, serta memanfaatkan hasil

supervisi pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas

pendidikan di sekolah. Dalam hal ini untuk memotivasi guru kepala

sekolah harus mampu melakukan penilaian kinerja terhadap guru dalam

KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) hasil penilaian tersebut akan

mempengaruhi guru untuk meningkatkan kinerjanya bila dirasa adanya

penurunan pada kinerjanya.

e. Kepala sekolah sebagai leader, ia harus mampu memimpin sekolah atau

madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara

optimal. Kepala sekolah sebagai leader dalam menumbuhkan motivasi

dapat dilihat dari peran kepemimpinan kepala sekolah dalam

memberikan dorongan dan arahan melalui motivasi.

f. Kepala sekolah sebagai innovator, ia harus mampu mencari dan

menemukan gagasan-gagasan baru untuk pembaharuan di sekolah serta

kemampuan untuk melaksanakan pembaharuan di sekolah. Untuk

menumbuhkan motivasi kepada guru kepala sekolah harus mau

menerima saran dan kritik baik itu dari guru, staf dan pegawai lainnya

agar mereka termotivasi untuk memberikan ide, saran ataupun kritik

terkait pengembangan sekolah.

12

g. Kepala sekolah sebagi motivator, ia harus mampu mengatur lingkungan

kerja agar kondusif, mengatur suasana kerja menjadi nyaman dan tenang

dan dapat menimbulkan kreatifitas dan ide-ide yang cemerlang dari

warga sekolah, memberikan penghargaan bagi semua warga sekolah

yang berprestasi dan memberikan hukuman kepada warga sekolah yang

melanggar aturan yang telah ditetapkan bersama.

3. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam

memenuhi kebutuhannya.6 Dorongan tersebutlah yang menjadi penggerak

untuk melakukan sebuah tindakan nyata dalam pemenuhan suatu kebutuhan

tersebut. Seorang pemimpin pendidikan tentunya harus bisa menjadi

penggerak di lembaganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekolah,

penggerak disini dalam artian memberikan dorongan atau motivasi kepada

bawahannya dalam rangka memenuhi kebutuhan sekolah tersebut demi

tercapainya tujuan sekolah.

Tugas dan fungsi kepala sekolah tentunya tidak sedikit salah satunya

adalah sebagai motivator yang kita artikan disini adalah sebagai pendorong

atau penggerak yaitu bagaimana kepala sekolah dapat mendorong atau

menggerakkan bawahannya (tenaga pendidik dan kependidikan) dalam

pemenuhan tugas. Tugas tersebut tentunya dapat diselesaikan tepat pada

waktunya dan dikerjakan semaksimal mungkin dalam rangka mencapai suatu

keberhasilan bersama yaitu keberhasilan dalam melaksanakan visi dan misi

sekolah yang telah disepakati bersama.

Kepala sekolah harus mampu memotivasi atau mendorong

bahawahannya (tenaga pendidik dan kependidikan) untuk senantiasa eksis

terhadap pekerjaan yang dijalankannya. Sebagai motivator kepala sekolah

6 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan,

(Jakarta : Bumi Aksara, 2009), cet. 5, h. 3.

13

harus mampu menciptakan suasana yang dapat merangsang bawahannya

(tenaga pendidikan dan kependidikan) untuk tetap bersemangat dalam

menjalankan tugas dan fungsinya.

Dalam hal ini kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat dalam

memberikan motivasi kepada bawahannya, motivasi ini dapat ditumbuhkan

melalui : pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,

dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber

belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).7

Pengaturan lingkungan fisik, lingkungan adalah salah satu faktor

terpenting dalam memenuhi rasa nyaman dan aman pada diri seseorang. Oleh

karenanya pengaturan lingkungan fisik dapat berpengaruh pada motivasi

kerja seseorang. Untuk itu kepala sekolah harus dapat membangkitkan

semangat tenaga kependidikan, agar dapat menjalankan tugasnya secara

optimal. Dengan demikian diperlukan pengaturan lingkungan fisik yang baik

untuk dapat memberikan rasa nyaman dan aman kepada bawahannya dalam

bekerja, guna mendorong penyelesaian kerja yang optimal. Adapun

pengaturan lingkungan fisik menurut mulyasa, yaitu mencangkup ruang kerja

yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakana, ruang laboratorium,

bengkel, serta mengatur lingkungan sekolah yang nyaman dan

menyenangkan. 8

Pengaturan suasana kerja, dalam bekerja tentunya seseorang

membutuhkan suasana yang nyaman untuk dapat bekerja dengan baik.

Nyaman dalam artian suasana yang dapat mendukung terlaksananya suatu

pekerjaan atau tugas yang akan dilaksanakan. Lingkungan yang kondusif

kiranya dapat menumbuhkan motivasi seseorang dalam bekerja atau dalam

melaksanakan tugasnya. Karena dengan lingkungan yang kondusif seseorang

dapat merasa nyaman dan pada akhirnya terdorong atau tergerak untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Suasana kerja yang tenang dan

menyenangkan juga akan membangkitkan semangat kerja para tenaga

7 Mulyasa. op. cit., h. 120.

8 Ibid.

14

kependidikan. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan

hubungan kerja yang baik atau harmonis dengan bawahannya serta

menciptakan lingkungan yang kondusif yaitu nyaman, aman dan

menyenangkan. Hal tersebut dilakukan agar bawahan mau bekerja dengan

penuh semangat dan secara optimal.

Disiplin, dalam meningkatkan taraf kerja yang baik kiranya kepala

sekolah perlu menanamkan kedisiplinan kepada semua bawahan termasuk

pada dirinya sendiri. Dengan pemberian tauladan atau contoh berdisiplin yang

baik pada bawahan dapat memotivasi bawahan untuk selalu disiplin dalam

bekerja salah satunya dalam penyelesaian tugas. Melalui disiplin tersebut

diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efesien, serta dapat

meningkatkan produktivitas sekolah.

Dorongan, untuk menggerakkan bawahan agar mau bekerja secara

optimal dan penuh dengan rasa semangat tentunya kepala sekolah harus terus

memotivasi bawahannya. Karena ada bawahan yang mau bekerja setelah

dimotivasi. Setiap orang pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda,

sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari

pemimpinnya, khusunya pada pemberian motivasi. Oleh karena itu untuk

meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah harus

terus memperhatikan motivasi tenaga kependidikan.

Penghargaan. Penghargaan dapat berfungsi untuk meningkatkan prestasi

kerja para tenaga kependidikan. Melalui penghargaan ini para tenaga

kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerja

secara positif dan produktif. Karena ada orang yang mau meningkatkan

kinerjanya untuk meraih suatu penghargaan tersebut. Penghargaan tersebut

bisa berupa pujian, hadiah dan sebagainya yang diberikan atas dasar prestasi

kerja yang baik.

Penyediaan sumber belajar, untuk menunjang kegiatan belajar

mengajar yang efektif, kepala sekolah harus menyediakan sumber belajar

sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dengan sumber belajar yang memadai

tentunya kegiatan belajar mengajar akan terlaksana dengan baik.

15

Dengan demikian diharapkan kepala sekolah mampu menjadi motivator

yang baik dan mampu meningkatkan kemauan tenaga kependidikan dalam

menjalankan serta menyelesaikan tugas dan fungsinya.

Adapun peran kepala sekolah menurut Euis Karwati dalam meningkatkan

motivasi kerja yaitu :

a) Menerapkan manajemen yang terbuka

b) Penerapan deskripsi pekerjaan dengan tugas dan fungsi yang jelas

c) Menerapkan hubungan vertikal kebawah

d) Pemetaan program dan kegiatan peningkatan motivasi kerja

e) Pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh

f) Evaluasi.9

Berbagai kegiatan tersebut diharapakan dapat meningkatkan motivasi,

yang selanjutnya akan memberi dampak positif terhadap upaya dalam

meningkatkan kinerja guru. Dengan demikian, kepala sekolah memiliki peran

yang strategis dalam meningkatkan motivasi

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Menurut Isbandi Rukminto Adi yang dikutip oleh Hamzah B. Uno

“Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu

tersebut bertindak atau berbuat”.10

Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan

dalam diri individu tersebutlah yang menjadi pendorong dirinya untuk

melakukan suatu kegitan tertentu dalam pencapaian tujuan. Hal ini biasa

disebut sebagai motivasi instrinsik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri

individu sendiri.

Menurut Wina Sanjaya, “motivasi adalah dorongan yang dapat

menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan

9 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h. 91.

10 Hamza B. Uno, loc. Cit.

16

tertentu”.11

Ini berarti bahwa ada kondisi yang mendorong atau yang

menyebabkan manusia melakukan tindakan dengan sadar. Kondisi yang

demikian itu dapat diciptakan oleh pribadi manusia itu sendiri atau oleh

manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pendapat J. Winardi, bahwa

motivasi adalah “suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang diri

manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkannya oleh

sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter

dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara

positif atau secara negatif”.12

Adapun menurut N. Manulang yang dikutip oleh Suhendra dan Murdiyah

Hayati dalam bukunya manajemen sumber daya manusia mendefinisikan

motivasi sebagai “pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer

memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal

ini karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini

bertujuan untuk menggiatkan karyawan agar mereka bersemangat dan dapat

mencapai hasil sebagaimana dikehendaki”. 13

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi adalah

kekuatan atau dorongan yang timbul pada dalam diri seseorang sehingga

orang tersebut bertindak atau berbuat sesuatu tertentu untuk mencapai sesuatu

tujuan tertentu pula dan motivasi ini juga dapat ditimbulkan oleh orang lain

seperti kepala sekolah yaitu dengan memberika semangat dan inspirasi yang

bertujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain motivasi

merupakan sesuatu yang sangat pokok yang menjadi dorongan seseorang

untuk bekerja. Inti pemberian motivasi adalah menumbuhkan kesadaran diri

pada karyawan bahwa bekerja merupakan suatu kebutuhan.

11

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2008), cet. 1, h. 250. 12

J. Winardi, Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2001), h. 6. 13

Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta :

Lembaga Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 91.

17

2. Teori Motivasi

Berikut dikemukakan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :

a. Teori Maslow

Maslow merupakan tokoh yang mencetuskan teori hierarki kebutuhan.

Menurut Maslow hierarki kebutuhan sesungguhnya dapat digunakan untuk

mendeteksi motivasi manusia. Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa

pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka

ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima

tingkat kebutuhan yaitu :

1. Kebutuhan fisiologikal (fisiological needs). Kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi manusia. Contoh kebutuhan ini adalah kebutuhan akan sandang,

pangan, papan, istirahat, rekreasi, tidur, dan hubungan seks. Untuk

memenuhi kebutuhan ini manusia biasanya berusaha keras untuk mencari

rezeki.

2. Kebutuhan keselamatan (safety needs, security needs). Setelah kebutuhan

fisiologikal terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan

manusia, yaitu kebutuhan akan keselamatan atau rasa aman. Contoh

kebutuhan ini antara lain menabung, mendapatkan tunjangan pensiun,

memiliki ansuransi, memasang pagar, teralis pintu, dan jendela.

3. Kebutuhan berkelompok (social needs, love needs, belonging needs,

offection needs). Setelah kebutuhan keselamatan atau rasa aman terpenuhi

maka muncul pula kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu

kebutuhan hidup berkelompok, bergaul, bermasyarakat, ingin mencintai

dan dicintai, serta ingin memiliki dan dimiliki.

4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs, egoistic needs), setelah kebutuhan

berkelompok terpenuhi maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan

manusia, yaitu kebutuhan akan penghargaan atau ingin berprestasi

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs, self-realization needs,

self-fulfillment needs, self-expression needs). Setelah kebutuhan

penghargaan terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan

manusia, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri atau realisasi diri, atau

18

pemenuhan kepuasan atau ingin berprestise. Contoh kebutuhan ini antara

lain memiliki sesuatu bukan hanya karena fungsi tetapi juga gengsi,

mengoptimalkan potensi dirinya secara kreatif dan inovatif, ingin

mencapai taraf hidup yang serba sempurna atau derajat yang setinggi-

tingginya.14

b. Teori Herzberg

Teori Motivasi Herzbergs : menurut teori ini motivasi yang ideal adalah

peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan

peluang untuk mengembangkan kemampuan. Menurutnya ada dua faktor

penting yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, yakni faktor

pemeliharaan dan faktor motivator.15

a. Faktor pemeliharaan: yang menghubungkan dengan hakikat pekerja yang

ingin memperoleh ketenangan badaniah. Dalam bekerja kebutuhan dapat

disamakan dengan kebutuhan akan gaji, kepastian pekerja dan supervisi

yang bik. Jadi faktor-faktor ini bukanlah sebagai motivator, akan tetapi

merupakan keharusan bagi perusahaan.

b. Faktor-faktor motivasi: faktor-faktor ini merupakan faktor-faktor

motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologi yang berhubungan

dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkitan

dengan pekerjaan, misalkan ruangan yang nyaman, penempatan kerja

yang sesuai dan lainnya.

c. Teori McCelland

McCelland mengetengahkan teori motivasi yang berhubungan erat dengan

teori belajar. McCelland berpendapat bahwa banyak kebutuhan yang

diperoleh dari kebudayaan. Tiga dari kebutuhan McCelland ialah :

1. Kebutuhan akan prestasi (need of achievement). Motivasi berprestasi

ialah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan

hambatan dalam upaya mencapai tujuan.

14

Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2010), cet. 2, h, 255-258.

15 Suhendra dan Murdiyah Hayati, op. cit., h. 95.

19

2. Kebutuhan akan afiliasi (need of affilition). Motivasi afiliasi ialah

dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atau dorongan untuk

memiliki sahabat sebanyak-banyaknya.

3. Kebutuhan akan kekuasaan (need of power). Motivasi berkuasa ialah

dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada

kehendaknya.16

d. Teori McGregor

Teori yang dikembangkannya dikenal dengan teori X dan teori Y. Teori ini

beranggapan bahwa menejer terori X memandang para pekerja sebagai

pemalas yang tidak dapat diperbaiki. Sedangkan manajer teori Y memandang

bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa pada orang-

orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan

dengan baik. Dengan demikian teori ini menjelaskan bahwa seorang manajer

itu mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka menangani dan

memotivasi bawahan.17

3. Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita.

Karena motivasi mempunyai dua fungsi, yaitu : (1) mengarahkan, (2)

mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan.18

1) Mengarahkan (directional function)

Motivasi dapat berfungsi mengarahkan apabila sesuatu sasaran atau

tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, sehingga

motivasi berperan mendekatkan individu pada pencapaian suatu tujuan.

2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing

finction)

Motivasi dapat berfungsi mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan

apabila motivasi yang didapat besar atau kuat, maka seseorang akan

16

Husaini Usman, op. cit., h. 264. 17

Hamzah B. Uno, op. cit., h. 45. 18

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 5, h. 62.

20

melakukan suatu kegiatan dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh

semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi berfungsi

mengarahkan, apabila seseorang mempunyai keinginan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Arahan tersebutlah yang nantinya diharapkan dapat membawa

pada suatu keberhasilan. Selain itu motivasi juga berfungsi mengaktifkan dan

meningkatkan kegiatan, apabila dalam suatu kegiatan didalamnya terdapat

motif yang kuat, dan kekuatan tersebutlah yang menjadi pendorong atau

penggerakkan dalam menjalankan suatu kegiatan sehingga kemungkinan akan

berhasil lebih besar.

4. Jenis-jenis Motivasi

Bila dilihat dari fungsinya tentunya motivasi sangat penting bagi

kehidupan kita, karena motivasi dapat menjadi penggerak yang dapat

mengarahkan kepada suatu hasil (tujuan). Terlebih lagi pada dunia

pendidikan, hendaknya kepala sekolah harus dapat memberikan motivasi

kepada guru agar guru terdorong untuk semangat dalam menyelesaikan tugas

dan fungsinya. Untuk itulah motivasi dapat dibedakan menjadi :

a. Menurut sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi

dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.

1) Motif intrinsik, motivasi yang memang telah ada dalam diri individu

sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya.

2) Motif ekstrinsik, timbul karena ada rangsangan dari luar individu.

Yang memotivasi adalah orang lain bukan dari dalam diri sendiri.19

b. Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu :

1) Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu

perbuatan karena takut.

2) Motivasi insentif atau incentive motivation, individu melakukan

suatu perbuatan untuk mendapatkan suatu insentif.

19

Hamzah B. Uno, op. cit., h. 4.

21

3) Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini

lebih bersifat intrinsik, muncul dalam diri individu.20

c. Menurut prakteknya motivasi dibedakan atas dua jenis antara lain

(biasanya dipraktekkan pada perusahaan) :

1) Motivasi Positif, manajer memotivasi bawahannya dengan

memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik.

2) Motivasi Negatif, manajer memotivasi bawahannya dengan

memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang

baik motivasi.21

Dalam uraian tersebut maka dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan

bahwa pada dasarnya motivasi ini dapat dibedakan menjadi dua bagian

penting, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Namun demikian

antara motivasi tersebut, motivasi intrinsiklah yang paling berpengaruh dan

tahan lama serta dapat memberikan hasil yang memuaskan pada diri seseorang,

karena motivasi ini timbul atas dasar kesadaran sendiri untuk memperoleh hasil

yang diinginkan.

5. Asas-asas Motivasi

Suatu program motivasi akan berhasil dengan baik apabila

memperhatikan asas-asas motivasi sebagai berikut :

1) Asas mengikut sertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut

berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan

pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.

2) Asas komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan

yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakan dan kendala-kendala yang

dihadapi.

20

Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h.63.

21 Suhendra dan Murdiyah Hayati, op. cit., h. 93.

22

3) Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan

pengakuan yang tepat secara wajar kepada bawahan atas prestasi kerja

yang dicapainya.

4) Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberi kewenangan, dan

kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan

kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik.

5) Asas adil dan layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus

berdasarkan atas “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan.

Contohnya pemberian hadian atau hukuman terhadap semua karyawan

harus adil dan layak kalau masalahnya sama.

6) Asas perhatian timbal balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai

tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan

jenis motivasi, atau dapat disebut sebagai kerjasama yang saling

menguntungkan kedua belah pihak.22

Selain asas-asas motivasi adapun prinsip-prinsip motivasi yang dapat

diterapkan untuk memotivasi tenaga kependidikan agar mau dan mampu

meningkatkan kinerjanya, diantaranya :

1) Tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang

dilakukan menarik, dan menyenangkan.

2) Tujuan kegiatan harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada

tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja.

Tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan

tersebut.

3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap

pekerjaannya.

4) Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu

hukuman juga diperlukan.

22

Ibid.

23

5) Memanfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu tenaga

kependidikan.

6) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual tenaga

kependidikan, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap

mereka terhadap pekerjaannya.

7) Memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan memperhatikan kondisi

fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa pimpinan

memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga

setiap tenaga kependidikan pernah memperoleh kepuasan dan

penghargaan.23

Menurut Verma yang dikutip oleh Husaini Usman ada teknik motivasi

lainnya yang dapat dilakukan terhadap bawahan, yaitu yang disebut dengan

prinsip MOTIVATE.

M = Manifes artinya bangkitkan rasa percaya diri ketika pendelegasian

tugas

O = Open artinya bangkitkan percaya diri ketika pendelegasian tugas.

T = Tolerance artinya toleransi terhadap kegagalan, mau dan boleh

belajar dari kesalahan karena pengalaman adalah guru yang terbaik

(tingkatkan kreativitas).

I = Involve artinya semua pihak terkait dalam pekerjaan (meningkatkan

rasa diterima dan komitmen).

V = value artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang

baik (hadiah apa yang akan didapat dan bagaimana cara

mendapatkannya).

A = Align artinya menyeimbangkan sasaran pekerjaan (proyek) dengan

sasaran individu (orang-orang bersemangat mencapai kepuasan yang

mereka inginkan).

T = Trust artinya kejujuran setiap anggota tim (vital dalam

memotivasinya)

E = Empower artinya berdayakan setiap anggota tim sewajarnya

(khusunya dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan).24

Dari uraian tersebut nampaknya jelas bahwa untuk mendukung terciptanya

suasana kerja yang baik kepala sekolah perlu menggunakan asas, prinsip atau

23

Mulyasa, op. cit., h. 149.

24 Husaini Usman, op. cit., h. 273.

24

tekni tersebut dalam pemenuhan perannya sebagai motivator. Karena sesuai

dengan fungsinya sebagai motivator kepala sekolah harus mampu mendorong

dan menggerakkan semangat kerja bawahannya dalam mencapai suatu tujuan.

Dan juga harus mampu menciptakan suasana yang dapat merangsang tenaga

kependidikan untuk tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai mana

mestinya.

C. Kinerja Guru

1. Pengertian Guru

Istilah guru berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang

memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian orang-orang yang

profesinya mengajar disebut guru.25

Selain mengajar guru juga dituntut untuk

mendidik siswanya. Pengertian pendidik tersebut menurut Langeveld yang

dikutip oleh M. Alisuf Sabari adalah “orang yang bertanggung jawab

terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak”. 26

Menurut Jejen Musfah “guru merupakan organisator pertumbuhan

pengalaman siswa. Guru harus dapat merancang pembelajaran yang tidak

semata menyentuh aspek kognitif, tetapi juga dapat mengembangkan

keterampilan dan sikap siswa”.27

Adapun Menurut Kunandar “guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.28

25

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya : PT Temprina Media Grafika,

2011), cet. 1, h. 1. 26

M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet. 1, h.

8. 27

Jejen Musfah, Peningkatan Kopetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar,

Teori dan Praktik, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), cet, 1. h. 32. 28

Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raya Grafindo Persada, 2007), h.54.

25

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik

profesional yang bertanggung jawab atas pendidikan atau pendewasaan

seorang anak melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap.

2. Pengertian Kinerja Guru

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara “Istilah kinerja berasal dari kata

Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi

kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya”.29

Menurut Husaini Usman “kinerja adalah produk yang dihasilkan oleh

seorang pegawai dalam satuan waktu yang telah ditentukan dengan kriteria

tertentu pula. Produknya dapat berupa layanan jada dan barang. Satuan waktu

yang ditentukan bisa satu tahun, dua tahun, bahkan lima tahun atau lebih”.30

Adapun menurut Abdullah Munir “kinerja adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi lembaga”.31

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kinerja guru adalah

suatu wujud prilaku yang dimiliki guru dengan orientasi prestasi, prestasi

tersebut dalam artian keberhasilan yang ingin dicapai, dan wujud prilaku

dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana

seorang guru merencanakan pemebelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran.

29

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 10, h. 67. 30

Husaini usman, op. cit., h. 489. 31

Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media,

2010), cet. 3, h. 30

26

3. Ruang Lingkup Kinerja Guru

Guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam meningkatkan

mutu sekolah. Tentunya peranan tersebut tidak lepas dari tugas yang begitu

berat sehingga keberhasilan dalam penyelesaian tugas sangat tergantung pada

kinerja guru tersebut. Dengan demikian tentunya kita perlu memahami ruang

lingkup kinerja guru dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.

“Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 39 ayat 2 menyatakan

bahwa tugas guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan

pelatihan”.32

“Adapun indikator kinerja guru menurut Rusman yaitu menyusun program

kegiatan pembelajaran (tujuan pembelajaran khusus, pokok materi yang akan

disajikan, kegiatan pembelajaran, alternatif penggunaan media dan sumber

pembelajaran, dan alat evaluasi yang digunakan), melaksanakan kegiatan

pembelajaran (mengelolaan kelas, menggunaan media dan sumber belajar,

serta menggunaan metode pembelajaran), mengevaluasi kegiatan

pembelajaran”. 33

Dapat disimpulkan bahwa sebelum mengajar hendaknya guru menyusun

suatu program pembelajaran yang biasa disebut dengan membuat RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), guru harus merencanakan kegiatan-

kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Mulai

dari merencanakan materi yang akan disampaikan, metode yang akan

digunakan, dan sumber atau alat yang akan digunakan pada saat pembelajaran

berlangsung. Kemudian guru juga harus menyeimbangkan antara waktu yang

diberikan untuk mengajar dengan kegiatan tersebut. Semua itu harus

dirancang sedemikian rupa oleh guru agar dapat mencapai tujuan dari proses

pembelajaran tersebut.

Setelah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan, guru juga harus

mengevaluasi kembali kegiatan pembelajaran tersebut guna perbaikan dan

pengembangan. Apakah sesuai dengan harapan atau sebaliknya. Bila sudah

32

Euis Karwati, op. cit., h. 39. 33

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta :

PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 75.

27

tentunya rencana tersebut perlu dikembangkan, dan bila belum tentunya perlu

ada perbaikkan pada program tersebut atau pada pelaksanaannya. Hal ini

dilaksanakan semata-mata untuk kepentingan siswa dalam proses

pembelajaran. Agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan guru dan

dapat mengambil sebuah pelajaran untuk dirinya sendiri ke arah yang lebih

baik yaitu dalam arah pendewasaan diri. Karena tugas guru bukan hanya

mengajar tetapi juga mendidik. Didikan tersebutlah yang akan membawa

anak pada proses pendewasaannya. Dari semua ini yang melakukannya

adalah guru. Sejalan dengan salah satu tugasnya yaitu membimbing dan

melatih. Membimbing terlaksananya proses pembelajaran tersebut kemudian

melatih kemampuan siswa untuk mendewasakan dirinya yaitu dari hal-hal

yang belum diketahuinya sampai mengetahui dan memahami hal-hal tersebut.

Dalam penjelasan tersebut kiranya dapat dipahami bahwa guru

mempunyai tugas utama. Adapun Undang-Undang yang menyebutkan yaitu

pada “Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1

ayat 1 ditegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pasal 2 menyatakan pula bahwa

salah satu kewajiban profesional guru adalah merencanakan pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi

hasil pembelajaran, serta meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni”.34

Disimpulkan bahwa tugas utama guru tersebut hendaknya dijalankan

sesuai dengan perkembangan zaman. karena dengan berkembangnya zaman

maka berkembang pula ilmu pengetahuan, teknologi dan juga seni.

Perkembangan inilah yang menuntut guru untuk lebih mempunyai

pengetahuan lebih dan luas. Dalam artian guru harus lebih tahu dari pada

siswanya dan guru harus mempunyai pengalaman, karena pengetahuan yang

luas berasal dari pengalaman-pengalaman. Untuk itu pula guru harus terus

34

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h. 39

28

mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya agar guru dapat menambah

ilmu dan wawasan.

Sejalan dengan ketentuan tersebut, “peraturan pemerintah Nomor 74

Tahun 2008 tentang Guru, Pasal 52 Ayat (1) menegaskan pula tentang tugas

pokok guru, yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan

melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan

pokok sesuai dengan beban kerja guru”. 35

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa ruang lingkup kinerja

guru sangatlah luas cangkupannya yaitu mendidik, mengajar, merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi serta meningkatkan dan mengembangkan

kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni atau sesuai

perkembangan zaman.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) dan faktor motivasi (motivation).36

Dengan demikian ada dua hal

yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja seseorang termaksud guru.

Pertama, pada faktor kemampuan. Guru harus ditempatkan pada pekerjaan

yang sesuai dengan bidangnya, dalam artian ditempatkan pada pekerjaan

yang sesuai dengan keahliannya. Karena ia akan lebih mudah mencapai

kinerja yang diharapkan. Misalnya guru yang ahli pada bidang matematika,

maka sebaiknya guru tersebut mengajar matematika bukan mengajar

pelajaran agama atau yang lainnya. Bila hal itu terjadi tentunya akan

berpengaruh pada hasil kinerja guru tersebut.

Kedua, pada faktor motivasi. Motivasi bisa berasal dari intern dan

ekstern. Dari intern yaitu guru harus mempunyai motivasi atau semangat

35

Ibid. 36

Anwar Prabu Mangkunegara, loc. cit.

29

mengajar yang kuat yang timbul dari hati nurani bukan hanya mengejar gaji

yang dihasilkan dari profesinya. Dan dari ektern yaitu kepala sekolah sebagai

pemimpin harus terus memperhatikan motivasi guru sebagaimana perannya

sebagai motivator. Bila guru mempunyai motivasi yang lemah baik dari intern

atau ekstern, maka hal tersebut akan mempengaruhi kinerja guru karena guru

akan kurang bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan.

5. Kompetensi Guru

Untuk mencapai suatu keberhasilan seorang guru harus memiliki

kemampuan dasar dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut

berarti mengkaji kopetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Peraturan

pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

merumuskan empat jenis kopetensi guru, yaitu : kopetensi pedagogik,

kepribadian, sosial dan profesional.37

Dengan demikian diharapkan guru

dapat menjalankan tugasnya secara profesionl dengan memiliki dan

menguasai keempat kopetensi tersebut.

1. Kemampuan pedagogik

“Pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya

terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan

kemampuan pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan

dengan ilmu dan seni mengajar siswa”. 38

Kemampuan pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan

peserta didik yang meliputi:

a) Memberi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

b) Memberi Pemahaman terhadap peserta didik;

c) Mengembangakan kurikulum atau silabus;

d) Merancangan pembelajaran;

e) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

f) Mengevaluasi hasil belajar, dan

37

Jejen Musfah, op. cit., h. 25

38 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesional Guru, (Jakarta :

Gaung Persada, 2009), cet. 1, h.33.

30

g) Mengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.39

2. Kemampuan personal (kepribadian)

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur

psikis dan fisik. Dalam artian seluruh sikap dan perbuatan seseorang yang

dilakukan secara sadar yang kemudian menjadi satu gambaran dari

kepribadian orang tersebut.

Kepribadian merupakan unsur yang menentukan interaksi guru dengan

siswa sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan

profil dan idola, karena guru adalah mitra siswa dalam kebaikan. Dengan

guru yang baik maka siswa pun akan menjadi baik.

Kemampuan pribadi merupakan kemampuan kepribadian yang; (a)

mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f)

berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h)

mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara

berkelanjutan.40

Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan berinteraksi

secara baik serta mengelola proses belajar mengajar, guru juga harus

mempunyai kepribadian yang utuh karena bagaimanapun guru merupakan

suri tauladan bagi anak didiknya.

3. Kemampuan sosial

Kemampuan sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk; (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan

teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara

efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang

tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat

sekitar.41

39

Jejen Musfah, op. cit., h. 31.

40 Jejen Musfah, op. cit., h. 260

41 Ibid.

31

Inti dari pada kemampuan sosial adalah kemampuan guru melakukan

interaksi sosial melalui komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan

sesama guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar, dll. Jadi guru

dituntut mengenal banyak kelompok sosial. Sehingga peranan dan cara guru

berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri

yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang

diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah

tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial

karena guru adalah penceramah zaman.

4. Kemampuan Profesional

Kemampuan profesional merupakan kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi;

a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan materi ajar;

b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;

c) hubungan konsep antara mata pelajaran terkait;

d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, dan

e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional.42

Profesionalisme guru kiranya merupakan kunci pokok kelancaran dan

kesuksesan proses pembelajaran di sekolah. Karena hanya guru yang

profesional yang bisa menciptakan situasi aktif siswa dalam kegiatan

pembelajaran.43

Kemampuan profesional guru sangat penting hubungannya

dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa karena proses

belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya

ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulumnya. Akan tetapi

ditentukan juga oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing

siswa tersebut.

42

Ibid.

43 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, op. cit., h. 51.

32

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk melengkapi data dan pengetahuan dalam proses penelitian ini, ada data

penelitian yang relevan dengan tema yang penulis angkat, yaitu :

Sekripsi yang disusun oleh Emha Dzia’ul Haq, Jurusan Program Studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta

(2013) dengan judul skripsi “peran kepala sekolah sebagai motivator dan

supervisor terhadap kinerja guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon

Bantul Yogyakarta”. Fokus sekripsi ini adalah pada upaya kepala sekolah sebagai

motivator dan supervisor dalam meningkatkan kinerja guru di SDIT Bina Anak

Islam Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta. Kesimpulan sekripsi ini yaitu bahwa

cara yang dilakukan kepala sekolah dalam pemenuhannya sebagai motivator

antara lain yaitu rasa hormat (respect), informasi (information), hukuman

(punishment), perilaku (behavior), perintah (comand), perasaan (sence).

Sedangkan untuk meningkatkan kinerja guru di SDIT kepala sekolah

menggunakan dua teknik atau strategi yaitu teknik individu dan kelompok. Teknik

individu meliputi : kunjungan kelas dan percakapan pribadi. Dan teknik kelompok

meliputi rapat guru, orientasi pertemuan guru-guru, lokakarya, adanya diklat, atau

pelatihan untuk guru, sarana dan prasarana dilengkapi untuk menunjang

pembelajaran, adanya pegangan guru berupa buku, kedisiplinan guru-guru yang

tertera pada tata tertib di SDIT Yogyakarta.44

Sekripsi yang disusun oleh Kardani jurusan Kependidikan Islam Program

Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2007) dengan judul skripsi “Kinerja Guru Kelas di SD

Negri Cempaka Baru I Ciputat”. Fokus sekripsi ini adalah pada upaya kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas di SD Negri Cempaka Baru I

Ciputat. Kesimpulan sekripsi ini yaitu bahwa kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja guru melalui pemberian kompensasi, dan memberikan penilaian terhadap

prestasi kinerja guru. kompensasi merupakan alat yang digunakan kepala sekolah

44

Emha Dzia’ul Haq, “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dan Supervisor

terhadap Kinerja Guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta,

Yogyakarta, 2013, h.89, tidak dipublikasikan.

33

dalam meningkatkan kinerja guru. Karena pemberian kompensasi sangat

dibutuhkan dalam meningkatkan produktifitas seseorang, tanpa adanya

kompensasi maka kinerja seorang guru akan menurun. Selain itu dengan

memberikan penilaian terhadap prestasi kerja guru kepala sekolah dapat

mengetahui kelemahan-kelemahan guru dalam bekerja, apabila kualitas

pelaksanaan kerja selama ini dibawah standar, maka guru tersebut akan diberi

bimbingan dan perhatian khusus untuk meningkatkan kinerjanya.45

Sekripsi diatas secara umum hampir sama dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis yaitu membahas tentang motivasi dan kinerja guru.

Berbeda dengan kedua penelitian yang sudah ada diatas tadi, penelitian ini lebih

menekankan pada upaya kepala sekolah dalam memberikan motivasi untuk

meningkatkan kinerja guru, alasan mengangkat tema ini karena kinerja guru tidak

bisa lepas dari motivasi seorang kepala sekolah. Kinerja yang baik tentunya butuh

dorongan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan prestasi

kerja agar mencapai hasil yang optimal. Bila kebutuhan motivasi kerja guru dalam

mengajar terpenuhi maka akan memberikan kemajuan yang pesat pada

perkembangan mutu pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan itu sendiri,

karena dampak positifnya adalah kepada prestasi siswa yang akan meningkat dan

memajukan mutu pendidikan tersebut.

E. Kerangka Berpikir

Lembaga pendidikan sebagaimana organisasi pasti mempunyai visi dan misi

untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan

seorang pemimpin yang dapat mengarahkan jalannya organisasi. Pemimpin dalam

lembaga pendidikan adalah kepala sekolah. Dengan demikian Keberhasilan

sebuah lembaga pendidikan berada ditangan kepemimpinan kepala sekolah.

Namun dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah tidak dapat melaksanakan

seorang diri. Kepala sekolah memerlukan badan pembantu seperti guru dan staf

untuk membantu program kegiatan organisasi atau lembaga pendidikan.

45

Kardani, “Kinerja Guru Kelas : SD Cempaka Baru I Ciputat, “Skripsi pada

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2007, h. 53, tidak dipublikasikan.

34

Dalam membawa sebuah keberhasilan tentunya kepala sekolah harus

menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Adapun 7 tugas dan fungsi kepala

sekolah yaitu sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,

innovator dan motivator.

Kepala sekolah sebagai motivator harus memberikan semangat dan motivasi

kepada guru dalam meningkatkan kinerja guru. Motivasi yang diberikan kepala

sekolah sangatlah penting bagi guru karena menjadi penggerak yang dapat

mengarahkan kepada suatu hasil (tujuan). Kepala sekolah harus mampu

menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, suasana kerja yang baik dan

harmonis agar dapat merangsang guru untuk semangat dalam bekerja sehingga

tujuan pendidikan yang dikehendaki dapat tercapai dan terlaksana sesuai visi dan

misi bersama.

Sebaliknya jika kepala sekolah sebagai motivator tidak berperan aktif dan

efektif, maka semangat guru dalam bekerja akan menurun. Menurunnya semangat

kerja guru akan berdampak pada prestasi siswa karena guru merupakan satu-

satunya orang yang mentransferkan ilmu pada siswa, terjadinya proses belajar

mengajar dikelas digerakkan oleh guru. Sehingga gurulah yang mempunyai peran

penting dalam meningkatkan kualitas siswanya untuk dapat pula meningkatkan

mutu pendidikan di sekolahnya.

Dalam hal ini kepala sekolah, harus dapat membina hubungan baik dengan

para guru. Peran kepala sekolah sebagai motivator adalah salah satu alat untuk

meningkatkan kinerja guru, dengan pemberian motivasi yang baik oleh kepala

sekolah diharapkan guru akan meningkatkan kinerjanya secara maksimal sehingga

tujuan yang dikehendaki dapat tercapai dengan baik.

Adapun gambar kerangka berfikir yang dapat memberi gambaran mengenai

permasalahan tersebut yaitu dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini sebagai

berikut.

35

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Input Proses Output

Feedback

Kondisi awal

Kepala sekolah

jarang berada di

sekolah.

Kurangnya

komunikasi antara

guru dan kepala

sekolah.

Kurangnya arahan

dari kepala sekolah

dalam

meningkatkan

kinerja guru.

Kurangnya

motivasi yang

diberikan kepala

sekolah

Guru enggan

meningkatkan

kinerjanya.

Masalah

Rendah-

nya

motivasi

kerja

guru

Strategi

Mengatur lingkungan

fisik agar tercipta

lingkungan yang

kondusif.

Mengatur suasana

kerja yang baik dan

harmonis

Menanamkan

kedisiplinan

Memberikan dorongan

Memberikan

penghargaan atas dasar

prestasi kerja yang

baik.

Penyediaan sumber

belajar yang memadai

Tujuan

Akhir

Meningkat

-nya

kinerja

guru.

36

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 131 Jakarta Selatan yang beralamat di

Jl. RM. Kahfi I Kel. Cipedak Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan. Adapun waktu

pelaksanaan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 3. 1

Pelaksanaan Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan

2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pemilihan Judul

2. Konsultasi

3. Pendekatan ke

sekolah

4. Meminta izin ke

sekolah

37

5. Pengumpulan

data

6. Pengelolaan data

B. Metodelogi Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui penelitian

lapangan, yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya

sehingga memberi gambaran yang jelas tentang situasi-situasi di lapangan.

Alasan penulis memilih pendekatan penelitian ini karena menurut penulis

pendekatan kualitatif ini dapat lebih mudah menjawab permasalahan yang timbul.

Karena penelitian ini akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan

dengan grant question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas.

C. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian tentang peran kepala sekolah sebagai motivator dalam

meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan ini, sumber datanya

yaitu : Kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan 10 orang guru sebagai sample

(yang dipandang cukup mewakili dari 42 guru) yang ada di SMPN 131 Jakarta

Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis memerlukan beberapa

teknik. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah :

1. Observasi (pengamatan)

Dalam tahap ini, penulis tidak ambil bagian dalam kegiatan belajar

mengajar. Metode ini dilakukan untuk mengetahui proses interaksi antara

kepala sekolah dengan guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Pengamatan

38

dilakukan di SMPN 131 Jakarta Selatan baik dalam ruangan atau luar ruangan

sekolah. Data yang akan dikumpulkan melalui teknik observasi meliputi:

proses pemberian motivasi yang paling utama, letak geografis dan keadaan

lingkungan, sarana prasarana, tata ruang kerja.

Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan agar penulis dapat

melihat langsung kondisi yang ada pada SMPN 131 Jakarta Selatan yaitu

melihat bagaimana kepala sekolah berperan sebagai motivator dalam

meningkatkan kinerja guru.

2. Wawancara

Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai peran

kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN

131 Jakarta Selatan. Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai pihak-pihak

terkait yang dapat memberikan informasi, yakni kepala sekolah atau wakil

kepala sekolah serta beberapa guru.

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada subjek-subjek yang

telah ditetapkan untuk mencari data-data yang dibutuhkan. Penulis

menggunakan wawancara bebas terpimpin maksudnya wawancara ini

dilaksanakan dengan menggunakan kerangka pertanyaan yang sudah

dipersiapkan penulis untuk diajukan kepada responden, akan tetapi cara

penyampaian pertanyaan tidak terlalu formal dan tidak kaku sekalipun sudah

ada kerangka pertanyaan yang sudah disiapkan oleh penulis. Adapun kisi-kisi

wawancara, dapat dilihat pada tabel 3. 2.

39

Tabel 3. 2

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Dimensi Ditunjukkan

kepada

Indikator

1. Peran kepala sekolah

sebagai motivator

Kepala

Sekolah dan

guru

Pengaturan lingkungan

fisik

pengaturan suasana kerja

dan disiplin

pemberian dorongan,

pemberian penghargaan

secara efektif

penyediaan berbagai

sumber belajar melalui

pengembangan Pusat

Sumber Belajar

2. Upaya kepala sekolah

dalam meningkatkan

motivasi kerja

Kepala

Sekolah

upaya yang dilakukan

kepala sekolah dalam

meningkatkan motivasi

kerja guru.

faktor pendukung dan

penghambat dalam

memotivasi guru.

3. Kinerja guru kelas Kepala

Sekolah dan

Guru

Merencanakan kegiatan

pembelajaran (KBM)

Menilai hasil proses

pembelajaran

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data tertulis seperti sejarah

singkat, visi dan misi, letak geografis sekolah, Jumlah guru dan siswa, sarana

40

dan prasarana, rekapitulasi penilaian kinerja guru tahun 2013-2014, dan data-

data lain yang dapat dipergunakan sebagai kelengkapan data dalam penelitian

ini.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap

selanjutnya adalah tahap analisis. Pada tahap ini data diolah dan dianalisis

sehingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk

menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

Pada penelitian ini (kualitatif) analisis data dilakukan secara induktif.

Penelitian tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris.

Penelitian terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan

menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan.67

Analisis data

dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data yang dibutuhkan dan

kemudian temuan penelitian di lapangan dibentuk ke dalam bangunan teori bukan

dari teori yang telah ada, melainkan dikembangkan dari data lapangan.

Aktivitas analisis data yang penulis lakukan sejalan dengan Miles dan

Hurberman yaitu mereduksi data, penyajian data dan verifikasi atau menarik

kesimpulan. Mereduksi data yaitu mengumpulkan data dari lapangan yang

jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci, setelah

data direduksi selanjutnya yaitu menyajikan data untuk memahami dan

memudahkan kerja selanjutnya, dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik

sebuah kesimpulan. Penarikan kesimpulan tidak lepas dari fenomena

permasalahan yang diteliti.

1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), Cet. 6,

h. 38.

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMPN 131 Jakarta Selatan

SMPN 131 Ciganjur Jakarta Selatan, beralamat di Jl. RM. Kahfi I No.

50 Kel. Cipedak Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan dengan status sekolah

Negri dan nilai akreditas sekolah A (baik). Didirikan pada tanggal 9

September tahun 1979. Pada tahun 1979-2000an sekolah 131 ini masih

terbilang kumuh dalam artian ruang kelas belum memadai, sarana

pembelajaran belum lengkap, penataan lingkungan belum ada, disiplin

siswanya pun masih rendah dan kinerja guru belum maksimal. Kemudian

mulai di rehab pada tahun 2000 s.d 2002. Tahun 2002 mulai menempati

gedung baru. Tahun 2002 s.d 2005 mulai penataan sekolah, 2005 s.d 2007

penataan semua komponen sekolah, kemudian meningkatnya prestasi

akademis dan non akademis, menjadi juara lomba – lomba ektrakurikuler

dan lomba mata pelajaran, dan pada tahun 2007 sekolah SMPN 131

Jakarta Selatan masuk menjadi Sekolah Rintisan SSN (Standar Sekolah

Nasional).

Sejak sekolah 131 berdiri sampai sekarang sudah mengalami

pergantian kepala sekolah sebanyak 8 kali yaitu :

1) Drs. AM. Salah Bintana (1979-1985)

42

2) Dr. Anom Kerti (1985-1990)

3) Ismail, B. A (1990-1995)

4) Rahman Hanafi PA, B. A (1995-1997)

5) Ratna Komala, B. A (1997-2002)

6) Drs. Shaleh Ibrahim (2002-2005)

7) Drs. Sahminan Lubis (2005-2008)

8) Drs. H. Diponogoro Usul, M.Pd (2008-2012)

9) Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd (2012-sekarang)

2. Letak Geografis

Komitmen segenap faktor eksternal SMPN 131 Jakarta merupakan

energi utama yang ditanamkan untuk meraih produktivitas tinggi dan

membangun atmosfer kebersamaan, sehingga terselenggara layanan

pendidikan yang baik.

Berbagai faktor eksternal tersebut diantaranya adalah kondisi sosial

dan ekonomi masyarakat yang cukup baik stratanya; kondisi geografis

SMPN 131 Jakarta terbilang strategis karena berada dipinggir jalan utama

menuju ke pusat kota. Kondisi demografis sekolah yang cukup menunjang

proses pendidikan dengan dukungan masyarakat sekitar, sehingga

keamanan lingkungan SMPN 131 Jakarta relatif stabil.

3. Visi, dan Misi SMPN 131 Jakarta Selatan

a. Visi

“Unggul dalam prestasi berdasarkan imam dan taqwa serta berjiwa

kreatif, inovatif dan kompetitif”.

Indikator-indikator visi :

1. Unggul dalam pengembangan kurikulum

2. Unggul dalam perangkat pembelajaran

3. Unggul dalam PBM

4. Unggul dalam kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

5. Unggul dalam pengembangan fasilitas pendidikan

43

6. Terwujudnya sistem penilaian yang kontinu

7. Terwujudnya MBS yang sinergis

8. Terwujudnya Income Generating Activities

9. Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik

10. Meningkatnya implementasi IMTAQ sebagai landasan pergaulan

11. Terwujudnya suasana lingkungan yang aman, asri dan kondusif

12. Terwujudnya team work yang kompak, cerdas, dan kreatif

13. Unggul dalam kecakapan hidup

b. Misi Sekolah

1. Melaksanakan pengembangan pemetaan kurikulum

2. Melaksanakan pengembangan silabus

3. Melaksanakan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP)

4. Melaksanakan pengembangan sistem penilaian

5. Melaksanakan pembelajaran CTL

6. Melaksanakan pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga

kependidikan

7. Melaksanakan peningkatan kompetensi guru

8. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga TU

9. Mengadakan monitoring dan evaluasi oleh kepala sekolah terhadap

kinerja guru dan tenaga TU.

10. Melaksanakan peningkatan kuantitas tenaga kependidikan

11. Melaksanakan pengembangan model pembelajaran

12. Melaksanakan pengembangan strategi pembelajaran

13. Melaksanakan pengembangan model penilaian.

14. Melaksanakan pengembangan bahan, sumber pembelajaran.

15. Melaksanakan pengembangan media pembelajaran.

16. Melaksanakan pengembangan sarana pendidikan

17. Melaksanakan pengembangan prasarana pendidikan

44

18. Melaksanakan penataan lingkungan sebagai pusat komunitas

belajar.

19. Melaksanakan pengembangan Income Generating Activities.

20. Melaksanakan pengembangan standar pencapaian ketuntasan

kompetensi.

21. Meningkatkan standar kelulusan tiap tahunnya.

22. Mengikuti lomba-lomba akademik dan non akademik

23. Melaksanakan pengembangan dan melengkapi administrasi sekolah

( yang wajib dan tidak wajib)

24. Melaksanakan Implementasi MBS

25. Melaksanakan monitoring dan evaluasi oleh sekolah tentang

kinerja sekolah.

26. Melaksanakan supervisi klinis oleh kepala sekolah

27. Melaksanakan pengembangan sekolah menuju ketercapaian SPM

28. Melaksanakan penggalangan pastisipasi masyarakat

29. Mengadakan jaringan informasi akademik di internal sekolah.

30. Membuat jaringan kerja secara vertikal dan horisontal.

31. Melaksanakan pendayagunaan potensi dan lingkungan sekolah

untuk pengembangan standar biaya pendidikan

32. Melaksanakan sistem subsidi silang.

33. Melaksanakan pengembangan perangkat model-model peniliaian

pembelajaran.

34. Melaksanakan Implementasi model evaluasi pembelajaran :

ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,

ulangan kenaikan kelas.

35. Melaksanakan pengembangan instrumen atau perangkat soal-soal

untuk berbagai evaluasi

36. Melaksanakan pengembangan lomba-lomba atau uji coba dalam

rangka peningkatan standar nilai.

37. Melaksanakan penerapan model-model pembelajaran bagi anak :

berprestasi, bermasalah, dan kelompok anak lainnya.

45

4. Kultur Sekolah

a. 30 menit sebelum belajar (pukul 06.00 – 07.00 WIB) seluruh siswa

dan siswi serta guru di SMPN 131 Jakarta Selatan wajib

melaksanakan tadarusan bersama. Bagi siswa diruang kelasnya

masing-masing dan untuk guru diruangan khusus yang disediakan

sekolah.

b. Seluruh warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf dan juga

siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan wajib melaksanakan 5 S yaitu

senyum, salam, sapa, sopan dan santun terhadap orang tua (wali

murid), maupun terhadap tamu yang berkunjung kesekolah.

c. Peduli dan berbudaya lingkungan. Para guru setiap hari jumat wajib

menggunakan baju khas betawi untuk memperingati kebudayaan pada

lingkungan sendiri.

d. Hidup bersih (lingkungan sekolah bebas sampah). Seluruh warga

sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf dan juga siswa di SMPN

131 Jakarta Selatan wajib membuang sampah pada tempat yang telah

di sediakan dan wajib menjaga kebersihan sekolah. Upaya sekolah

dalam hal ini yaitu kepala sekolah telah menyediakan tempat sampah

pada setiap sudut sekolah, juga pada tiap kelas dan ruangan tertentu

seperti kantor.

e. Infak setiap hari jumat. Tiap masing-masing kelas dimintakan infak

seikhlasnya tanpa ada paksaan dari siapapun. Kemudian hasil infak

tersebut diumumkan setiap upacara hari senin. Uang infak tersebut

akan digunakan untuk pemeliharaan musholah, dan kegiatan

keagamaan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan rasa peduli

terhadap sesama.

f. Sholat juhur berjamaah. Untuk siswi dilaksanakan di musholah

sekolah dan untuk siswa di masjid dekat sekolah.

g. Gebyar jumsih (jumat bersih) dan senam. Setiap hari jumat pagi

sekolah mengadakan senam bersama untuk seluruh siswa dan juga

guru, kemudian setelah itu kerja bakti bersama. Dan kelas yang tidak

46

ada jadwal senam melaksanakan kegiatan pembinaan wali kelas.

Kegiatan ini dilakukan sesuai jadwal yang sudah disepakati bersama.

5. Program Unggulan

SMPN 131 Jakarta Selatan mempunyai program unggulan dalam

meningkatkan kualitas sekolahnya yaitu :

a. Moving kelas pendalaman materi

b. Adiwiyata (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan)

c. Sekolah Standar Nasional (SSN)

6. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Untuk menunjang kelancaran kegiatan pembelajaran perlu didukung

tenaga pengajaran yang memadai sesuai dengan kebutuhan sekolah.

SMPN 131 Jakarta Selatan memiliki jumlah pendidik dan tenaga

kependidikan sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan dalam standar, hal

ini dibuktikan dengan jumlah tenaga pendidik yang cukup untuk

menangani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Adapun tenaga

pengajar yang terdapat di SMPN 131 Jakarta Selatan berjumlah 42 orang,

1 kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Dari data guru yang ada

terdapat 3 guru honorer dan 41 guru tetap. Adapun uraiannya dapat dilihat

pada tabel 4.1 dan 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4. 1

Keadaan Kepala Sekolah

Nama Jabatan Jenis

Kelamin

Usia Pend.

Akhir

Masa

Kerja

Drs. Djoko Towo HB, M. M.Pd

Kepala Sekolah L 54 S2 2

Pracoyo Agus Sumbodo,SPd Wakil Kepala

Sekolah

L 51 S1 31

47

Tabel 4. 2

Keadaan Guru

Guru

Pendidikan

Jumlah

D1/D2 D3 S1/D4 S2/S3

IPA 5 5

Matematika 4 2 6

Bahasa Indonesia 3 3

Bahasa Inggris 1 3 4

Pendidikan Agama 2 2

IPS 3 2 5

Penjaskes 3 3

Seni Budaya 2 2

PKN 3 3

TIK/Keterampilan 2 2

BK 4 4

Tata Busana 1 1

PLKJ 2 2

Jumlah 1 37 4 42

Tabel 4. 3

Nama Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan

No Nama Guru Mata Pelajaran

1 Drs. H. Muslim Suhedi PKn

2 Dra. Siti Rokhimah Bahasa Indonesia

3 Tohiron Penjasorkes

4 Drs. Hari Fadjar S Matematika

5 Nurhabibah, S. Pd BK

6 Drs. Harwiyoto Penjasorkes

7 Surta Ully Sirait, S. Pd Matematika

8 Sriani, S. Pd Matematika

9 Ririen Asrini, S. Pd Bahasa Inggris

48

10 Drs. Lerman Sitindaon Seni Budaya

11 Faridah, S. Pd IPS

12 Ace Setiarukardi, SH PKn

13 Drs. Anang Triyuni A, MM Matematika

14 HJ. Halimah, S. Pd Bahasa Indonesia

15 Slamet Riyadi, S. Pd IPA

16 Hambali, S. Pd IPS

17 Erlina Rosmaida, S. Pd IPA

18 Suhainah, S. Pdi Pendidikan Agama Islam

19 Dini Trianti, S. Pd IPS

20 Drs. M. Kozin Prakarya

21 Nurhidayah, S. Pd IPA

22 Drs. Agus Setyadi W, M. Pd IPS

23 Devi Triana J, S. Pd IPA

24 Arfioni, S. Pd Matematika

25 Murti Iriyani, S. Pd PLKJ

26 Amathus Bujari, M, Pd IPS

27 Hj. Adriyati AR, S. Pdi Pendidikan Agama Islam

28 Dra. Mirdawani Bahasa Inggris

29 Yani Yuniartini, S. Pd BK

30 Drs. Purwanto PKn

31 Sri Mulyani, S.Pd BK

32 Nurhasanah, S. Pd Bahasa Indonesia

33 Drs. Endang Sutisna PLKJ

34 Harriy Ramudianto IPA

35 M. Ridwan TIK

36 Dra. Lilis Riwayati Prakarya/Tata Busana

37 Kombali, S. Pd Bahasa Inggris

38 Takdirsyah I, S. Pd Seni Budaya

39 Rochwayuningsih Prakarya/Tata Busana

49

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 42 orang guru di SMPN

131 Jakarta Selatan terdiri dari 37 orang yang berijazah S. 1 dan 5 orang

berijazah S. 2 semuanya bersertifikat pendidik. Maka dapat diketahui bahwa

92% guru di SMPN 131 Jakarta Selatan memiliki latar belakang pendidikan

yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Adapun tenaga kependidikan di SMPN 131 Jakarta Selatan yaitu :

1. Tenaga administrasi : berjumlah 8 orang dengan latar belakang

pendidikan SLTA

2. Pustakawan : berjumlah 2 orang dengan latar belakang pendidikan

SLTA, sekarang sedang menempuh jenjang S. 1

3. Pramubhakti/pesuruh : berjumlah 4 orang, terdiri dari 2 orang pendidikan

SLTA, 2 orang pendidikan SLTP

4. Satpam : berjumlah 2 orang dengan latar belakang pendidikan SLTA

7. Keadaan Siswa

SMPN 131 Jakarta Selatan telah memenuhi standar dalam hal jumlah

peserta didik pada setiap rombongan belajar. Diketahui SMPN 131 Jakarta

Selatan memiliki 18 rombongan belajar yang terdiri dari 6 rombel kelas

setiap jenjangnya. Adapun jumlah siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan pada

tahun 2013/2014 seluruhnya berjumlah 648 orang, terdiri dari 36 siswa tiap

kelasnya. Adapun jumlah peserta didik menurut jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

40 Noviyanti, M. Pd Bahasa Indonesia

41 Dra. Naili Rahmasari, MM Pendidikan Agama Islam

42 Mai Riya Suzanna, S. Pd Bahasa Inggris

50

Tabel 4. 4

Keadaan siswa di SMPN Jakarta Selatan menurut jenis kelamin tahun

ajaran 2013/2014

No Kelas Siswa Jumlah

L P

1. VII 90 126 216

2 VIII 96 120 216

3 IX 87 129 216

8. Sarana Prasarana

Sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan adalah sekolah milik Pemda DKI

(bukti kepemilikan sertifikat no 208 tanggal 4 September 1984). Dengan

luas lahan sekolah 3395 meter persegi dan luas bangunan gedung 2520

meter persegi dan intalasi listrik 32000 watt. Adapun sarana prasarana

SMPN 131 Jakarta dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4. 5

Sarana dan Prasarana SMPN 131 Jakarta Selatan

NO Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1

Ruang kelas, terdiri dari :

1. Kelas VII

2. Kelas VIII

3. Kelas IX

18

6

6

6

Semua ruangan memenuhi

rasio minimum 2 meter persegi

per peserta didik dan kondisi

ruangan baik

2

Perabot ruang belajar lainnya,

terdiri dari :

1. Perpustakaan

1

Luas 72 meter persegi, letak

strategis dan sarana ruang

perpustakaan yang tersedia

lengkap 75% memenuhi SNP

(Standar Nasional Pendidikan)

51

2. Lab. IPA

1

Luas ruangan 93 meter persegi.

Sarana lab. IPA 100%

memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

3. Lab. Komputer

1

Luas bangunan 28 meter

persegi. Sarana prasarana 85%

memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

4. Lab. Bahasa

1

Luas bangunan 72 meter

persegi. Sarana prasarana 100%

memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

5. Lab. IPS

1

Luas bangunan 56 meter

persegi. Sarana prasarananya

65% memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

6. Audio Visual

1

Luas bangunan 84 meter

persegi. Sarana prasarana 80%

lengkap.

7

Ruang kantor , terdiri dari :

1. Ruang kepala sekolah

1

Luas bangunan 42 meter

persegi. Sarana prasarana 100%

memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

2. wakil kepala sekolah

1

Luas bangunan 21 meter

persegi. Sarana prasarana 100%

memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

3. Guru

1

Luas bangunan 84 meter

persegi. Sarana prasarana 100%

memenuhi SNP (Standar

52

Nasional Pendidikan)

4. Tata usaha

1

Luas bangunan 56 meter

persegi. Sarana prasarana 100%

memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

8

Ruang penunjang, terdiri dari :

1. UKS

1

Luas bangunan 21 meter

persegi. Sarana prasarana

lengkap

2. OSIS

1

Luas bangunan 21 meter

persegi. Sarana prasarana 65%

memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

3. Sanggar

1

Luas bangunan 21 meter

persegi. Sarana prasarana 70%

memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

4. WC

2

Memiliki 4 WC guru dan 16

WC peserta didik, bangunan

permanen. Sarana prasarana

95% memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

5. BK

1

Luas bangunan 30 meter

persegi. Sarana prasarana 100%

memenuhi SNP (Standar

Nasional Pendidikan)

6. Kantin Sekolah

1

Memiliki 7 kantin dan 1 ruang

koperasi dan memenuhi SNP

(Standar Nasional Pendidikan)

53

7. Gudang

1

Luas bangunan 35 meter

persegi

8. Dapur

1

Luas bangunan 35 meter

persegi

9. Mushollah

1

Luas bangunan 54 meter

persegi dan bangunan lantai 2

10. Rumah penjaga/pos

1

Dengan kondisi baik

9

Lapangan, terdiri dari :

Lapangan olahraga

a. Basket

b. Futsal

c. Volly Ball

d. Bulu Tangkis.

e. tenisMeja

Lapangan upacara

1

Luas 352 meter persegi. Sarana

prasarana belum sepenuhnya

terpenuhi, 55% terpenuhi.

Kondisi lapangan baik.

Selain itu sekolah juga menyediakan WIFI, OHP 2 buah, INFOCUS 9

buah, HANDICAM, CD untuk pembelajaran bahasa Inggris, MIPA, IPS

dalam rangka menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang

efektif.

Dengan demikian dari data tersebut dapat diketahui bahwa sarana

prasaran di SMPN 131 Jakarta Selatan 92% kurang lebih sudah memenuhi

SNP (Standar Nasional Pendidikan) dan sekitar 95% calon siswa

dikecamatan mendapat akses belajar disekolah tersebut dengan baik.

9. Ekstrakurikuler

SMPN 131 Jakarta Selatan sudah menyediakan beberapa kegiatan

ektrakurikuler bagi peserta didik. Sekolah juga telah memberikan

bimbingan secara umum dalam hal pemilihan jenis kegiatan

54

ekstrakurikuler dan keterampilan bagi peserta didik. Kegiatan

ekstrakurikuler di SMPN 131 Jakarta Selatan ada 12 jenis kegiatan yang

alhamdulillah semuanya masih aktif dijalankan. Adapun uraian kegiatan

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.

Tabel 4. 6

Ekstrakurikuler di SMPN 131 Jakarta Selatan

No

Ekstrakurikuler Pembina Peminat

1. Bola volly putra Drs. Endang Sutisna 2 tim

2. Bola volly putri Ita setiyawati 2 tim

3. Basket putra Drs. Endang Sutisna 2 tim

4. Basket putri Drs. Endang Sutisna 2 tim

5. Silat Royani 85 orang

6. Pramuka pasus Hambali dan Nurhasanah Semua siswa

7. PMR dan Paskibra Yani Yuniartini 4 regu

8 Futsal Aris Munandar

2 tim

9. Bulu tangkis Hambali 16 orang

10. Karya ilmiyah remaja Hari Pramudya 32 orang

11. English club Mirdawani 60 orang

12. Seni lukis Takdirsyah 36 orang

13. Vocal group Lerman 70 orang

14 Rohis Suhainah 85 orang

55

Dari ekstrakurikuler tersebut terdapat ekstrakurikuler wajib yang harus

diikuti oleh peserta didik yaitu pramuka. Karena pada kegiatan pramuka di

dalamnya terdapat banyak pendidikan karakter.

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 131 Jakarta Selatan diorganisir

secara terprogram yang terdiri ada perencanaan, catatan kegiatan dan lain-

lain. Beberapa kegiatan tersebut pun sudah ada yang diikut sertakan dalam

beberapa perlombaan dan mejuarai perlombaan tersebut seperti voly,

futsal, pramuka, vocal group, karya ilmiyah remaja, dan juga silat.

10. Prestasi Sekolah/Siswa

2006/2007

Prestasi akademik

a. Lomba melukis : juara 2 tingkat provinsi

b. Lomba eksamble : juara 3 tingkat kabupaten/kota

c. Karya ilmiyah : juara 1 tingkat kabupaten/kota 2006/

d. Bahasa Inggris : juara 3 tingkat kabupaten/kota 2007

e. Lobojari : juara 3 tingkat provinsi

f. Lomba MTK dan IPA : juara 1 tingkat kota Jakarta Selatan (2011)

g. KIR IPS : juara 2 tingkat kota DKI (2012)

h. Peringkat 1 berturut-turut UN tingkat Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan

dari 33 SMP di DKI (2010-sekarang).

Prestasi non akademik

1) Turnamen futsal : juara 1 sejabotabek

2) Turnamen futsal : juara 2 tingkat kabupaten/kota

3) Yel pramuka : juara 1 tingkat provinsi

4) Penggalang putra : juara 2 tingkat provinsi 2006/

5) Penggalang putri : juara 2 tingkat provinsi 2007

6) Turnamen voly : juara 2 tingkat kabupaten/kota

7) Bazar : juara 1 tingkat kabupaten/kota

8) LKBB hari pramuka : juara 1 tingkat provinsi

9) Pramuka pansus : juara 1 sejabotabek (2012)

56

10) Silat : juara 1 nasional tingkat SMP (2012)

11) Paduan suara : juara 1 tingkat kota DKI (2013)

Bila kita lihat dari data prestasi siswa, penulis menyimpulkan bahwa

prestasi siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan setiap tahunnya mengalami

peningkatan, baik prestasi akademik maupun prestasi di bidang non

akademik. Prestasi akademik peserta didik mengalami peningkatan yang

berarti dibuktikan dengan peringkat dalam Ujian Nasional (UN) mulai dari

peringkat 4 ke peringkat 2 dan kemudian meningkat lagi ke peringkat 1.

Sedangkan di bidang non akademik peningkatan yang dibuktikan dengan

bertambahnya piala, piagam penghargaan baik tingkat kecamatan, kota dan

provinsi. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran kepala sekolah dan juga

guru.

B. Deskripsi Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang telah dijelaskan

pada bab sebelumnya. Wawancara disusun berdasarkan pada pokok materi

penelitian yaitu “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan

Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Wawancara dilakukan kepada kepala

sekolah, wakil kepala sekolah dan 10 orang guru dengan bidang mengajar yang

berbeda yang dipandang cukup mewakili.

Setelah didapat data hasil observasi, wawancara, dan studi dokumen maka

hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator di SMPN 131

Jakarta Selatan

Peran kepala sekolah sebagai motivator sangat penting pengaruhnya

bagi peningkatan kinerja guru. Karena selain dorongan dari dalam diri guru

juga memerlukan dorongan dari luar untuk dapat meningkatkan kualitas

kerjanya. David Mc.Celland, menjelaskan bahwa setiap orang memiliki

57

kebutuhan yang mendorong kemauan berprestasi yaitu dorongan kerja untuk

berprestasi. Untuk itu kepala sekolah harus senantiasa memperhatikan

motivasi kerja guru, agar guru dapat terus giat mengajar dan mengoptimalkan

kinerjanya.

Adapun peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta

Selatan berdasarkan wawancara penulis dengan kepala sekolah, yaitu :

Pertama, Kepala sekolah menumbuhkan motivasi kerja guru dengan

menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yaitu dengan mengatur

lingkungan kerja fisik yang meliputi ukuran ruang kerja yang sesuai dengan

kebutuhan, penerangan yang cukup, pengendalian tingkat kebisingan yang

mana SMPN 131 Jakarta Selatan berada dipinggir jalan, menjaga kebersihan

tempat kerja seperti memberi himbauan yang melibatkan partisipasi

karyawan, guru dan siswa untuk selalu menjaga lingkungan sekolah agar

tetap rapi dan bersih sehingga kegiatan belajar mengajar dapat kondusif, serta

tersedianya peralatan kerja.1 Dengan hal tersebut diharapkan guru akan

merasa nyaman ketika bekerja sehingga guru termotivasi untuk melaksanakan

tugasnya dengan baik.

Kedua, menumbuhkan suasana kerja yang baik dan harmonis. Kepala

sekolah melakukan pendekatan terhadap guru yaitu dengan menumbuhkan

rasa kebersamaan, kekompakaan, dan kerja sama yang baik terhadap guru

dengan rasa kekeluargaan.2 Kepala sekolah juga menumbuhkan sifat

keterbukaan terhadap guru yaitu dengan bersikap ramah tamah terhadap guru,

salam dan sapa terhadap guru tanpa pandang pangkat.3 Dengan demikian

diharapkan guru tidak merasa takut karena menganggap kepala sekolah

sebagai atasan dengan bawahan, akan tetapi guru dapat menganggap kepala

sekolah sebagai orang yang mempunyai tujuan yang sama yang kemudian

dapat bersatu untuk mencapai tujuan bersama tersebut.

1 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa,

tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB. 2 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa,

tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB. 3 Hasil Wawancara dengan ibu Ace Setiarukardi (Guru Pkn), pada hari Rabu, tanggal 20

Agustus 2014, Pukul 09.00-10.30 WIB.

58

Selain itu untuk menciptakan suasana yang baik dan harmonis kepala

sekolah selalu membiasakan kepada seluruh warga sekolah untuk

menanamkan 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun.4 Karena

ketika kepala sekolah, dewan guru juga para siswa bertemu mereka tidak

sungkan untuk saling menyapa, bersalaman dan tidak lupa tersenyum. Hal ini

juga dilakukan kepada tamu yang berkunjung kesekolah seperti kepada

peneliti.

Ketiga, menanamkan kedisiplinan. Kepala sekolah memotivasi guru

dengan cara menegakkan kedisiplinan yaitu dengan membuat peraturan-

peraturan yang wajib dilaksanakan oleh guru.5 Karena terkadang motivasi itu

timbul dari sebuah paksaan atau peraturan yang mengikat. Dalam

menanamkan kedisiplinan kepada guru, kepala sekolah juga menjadikan

dirinya sebagai tauladan bagi guru yaitu dimulai dari mencontohkan hal kecil

seperti disiplin pada waktu masuk kesekolah. Kepala sekolah selalu datang

kesekolah sebelum peserta didik hadir di sekolah melakukan pendekatan

kepada peserta didik dengan menyapa dan bersalaman di depan halaman

sekolah. Meskipun kepala sekolah mempunyai kegiatan lain di luar sekolah,

kepala sekolah selalu menyempatkan diri untuk hadir kesekolah sebelum

peserta didik hadir.6 Dengan hal tersebut para guru mengakui termotivasi

untuk selalu datang kesekolah sebelum peserta didik hadir di sekolah.

Keempat, memberikan penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja

yang baik. Kepala sekolah memberikan sesuatu pada guru secara perorangan

atau kelompok yang mempunyai kinerja baik atau melakukan suatu

keunggulan dibidang tertentu. Penghargaan tersebut biasanya berupa

sertifikat dan kadang-kadang disertai dengan pemberian hadiah berupa uang.7

4 Hasil Wawancara dengan ibu Naili Rahmasari (guru Pend. Agama Islam), pada hari

Rabu, tanggal 13 Agustus 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.

5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal

3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.

6 Hasil Wawancara dengan ibu Nurhasanah (guru Bahasa Indonesia), pada hari Rabu,

tanggal 20 Agustus 2014, pukul 12.00-13.00 WIB.

7 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal

3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.

59

Contohnya seperti pada guru bidang matematika kelas VII, VIII, dan IX yang

telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya dalam mata pelajaran

matematika dengan nilai yang melebihi standar kelulusan. Dengan hal

tersebut kepala sekolah memberikan penghargaan berupa sertifikat dan uang

sebagai penghargaan atas dasar prestasi kerja yang baik. Kemudian

mengumumkan secara resmi prestasi guru tersebut kepada seluruh warga

sekolah dalam kegiatan upacara hari senin.8 Pemberian penghargaan tersebut

selain untuk memotivasi guru dalam bekerja juga untuk menghargai usaha

yang telah dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kinerjanya.9

Sehingga guru akan terus berlomba-lomba untuk meningkatkan kinerjanya

dengan cara bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Kelima, melakukan dorongan secara individual. Kepala sekolah

memotivasi guru secara individual dengan memperhatikan masing-masing

guru kemudian memberikan motivasi sesuai kebutuhan. Bila dirasa ada salah

satu guru yang mulai menurun kinerjanya. Maka kepala sekolah akan

memanggil guru tersebut dan kemudian mengajaknya berdiskusi,

menanyakan masalah yang sedang timbul sehingga guru dapat menceritakan

keluh kesahnya kepada kepala sekolah dan masalah tersebut diharap dapat

diatasi dengan mencari solusi bersama.

Keenam, menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Kepala

sekolah berusaha menyediakan kebutuhan guru dalam menunjang proses

belajar mengajar yang efektif. Seperti menyediakan sumber belajar, media

dan alat pembelajaran. Pada sumber belajar kepala sekolah telah menambah

referensi buku, mendatangkan orang yang ahli pada bidang tertentu sesuai

kebutuhan dalam mengajar, menyediakan alat seperti INFOCUS, Radio, alat

peraga untuk lab. IPA. Sarana dan prasarana di SMPN 131 Jakarta Selatan

8 Hasil Wawancara dengan ibu Naili Rahmasari (guru Pend. Agama Islam), pada hari

Rabu, tanggal 13 Agustus 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.

9 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal

3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.

60

92% kurang lebih sudah sesuai dengan SNP (Standar Nasional Pemerintah).10

Untuk menjaga keutuhan sarana prasarana, kepala sekolah melakukan

pengecekan sarana dan prasarana secara konvensional sekolah setiap 2 tahun

sekali, yaitu mengadakan pengecatan, untuk pemeliharaan bersifat insidentil

(rusak langsung diperbaiki) dan menghimbau kepada seluruh warga sekolah

untuk menjaga sarana dan prasarana tersebut dengan merawatnya agar tidak

cepat rusak. Dan dalam pemenuhan kebutuhan proses belajar mengajar kepala

sekolah sedang berupaya untuk membangun ruang praktek prakarya serta alat

prakteknya dalam pemenuhan mata pelajaran prakarya, yaitu dengan mencari

dana untuk mengatasi hal tersebut.11

Dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru kepala sekolah

melakukan beberapa upaya lain yaitu pertama, kepala sekolah melakukan

penyesuain penempatan jabatan. Penempatan jabatan disesuaikan dengan

karakteristik pribadi individual guru dilihat dari latar belakang pendidikan,

ijazah, keahlian, pengalaman kerja yang diminati dan sikap serta

kepribadiannya.12

Dalam hal ini kepala sekolah menempatkan guru dalam

posisi yang tepat, sehingga mereka merasa senang, serta potensinya dapat

dimanfaatkan dan pelaksanaan pendidikan dapat dipertanggung jawabkan.

Karena jika penempatan jabatan tidak sesuai dengan kemampuannya, maka

kinerja guru tidak akan maksimal. Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan 92%

memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang

diampunya, hal ini dinyatakan oleh wakil kepala sekolah saat wawancara.

Kedua, menerima saran dan keritik. Kepala sekolah menerima saran

maupun kritik yang muncul dari semua pihak baik itu guru, staf, dan pegawai

lainnya. Dengan demikian diharapkan guru, staf dan pegawai lainnya akan

termotivasi untuk memberikan ide, saran ataupun kritik terkait

10

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa,

tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.

11 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Kamis,

tanggal 5 Juni 2014, Pukul 09.00-11.00 WIB.

12 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Kamis,

tanggal 5 Juni 2014, Pukul 09.00-11.00 WIB.

61

pengembangan sekolah yang kemudian di musyawarahkan bersama untuk

pengambilan keputusan.

Keempat, kepala sekolah mengadakan program kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan melalui penyetaraan latar belakang pendidikan

guru dengan mengikuti beberapa program dari Depdiknas seperti : Penataran,

Diklat dan Metode Pengajaran, Lokakarya atau sejenisnya, atau diluar

Depdiknas seperti : mengikuti seminar, mengundang ahli dalam bidang

tertentu kesekolah misalnya ahli bidang kurikulum yaitu untuk menjelaskan

kurikulum 2013. Hal ini dilakukan kepala sekolah untuk memotivasi guru

agar dapat meningkatkan kemampuannya melalui kegiatan yang dilakukan

kepala sekolah. kegiatan tersebut akan dapat menambah pengetahuan kepada

guru untuk dapat meningkatkan kinerjanya.

Kelima, melakukan pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh

yaitu kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dalam

melaksanakan suatu kegiatan, juga material dalam pemenuhan kebutuhan,

dan hambatan-hambatan yang terjadi. Pengawasan tersebut dilakukan agar

kepala sekolah dapat mengetahui kesalahan, kekurangan dan hambatan yang

terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.

Keenam, kepala sekolah melakukan evaluasi dengan cara melakukan

penilaian kinerja terhadap seluruh guru di SMPN 131 Jakarta Selatan yang

dilakukan setiap akhir semester. Kemudian memberikan masukan apabila

terdapat kesalahan atau kekurangan sesuai dengan kriteria yang diharapkan

dan memberikan solusi bila ada hambatan-hambatan yang dirasa oleh guru.

Ketujuh, perbaikan suasana kerja. kepala sekolah senantiasa memperbaiki

suasana kerja agar tetap terjaga suasana kerja yang baik dan harmonis yaitu

dengan cara :

1. Kepala sekolah melakukan pendekatan tidak langsung dalam

menciptakan motivasi, melalui suasana organisasi yang mendorong

para tenaga kependidikan lebih produktif.

62

2. Menjadikan suasana organisasi yang membaik dalam artian suasana

organisasi yang diciptakan berdasarkan keseragaman, tangung jawab,

transparansi, penghargaan dan semangat kelompok dalam bekerja.

3. Memperbaiki kepercayaan di dalam organisasi yaitu kepala sekolah

berusaha menciptakan suasana saling percaya untuk membangun

hubungan yang lebih baik antara kepala sekolah dengan tenaga

kependidikan dalam penyelesaian tugas.13

Peran kepala sekolah sebagai motivator selama ini sudah cukup baik

namun kepala sekolah masih belum melaksanakannya secara optimal. Yaitu

masih ada sarana prasarana yang belum memadai dalam menunjang

terlaksananya proses belajar mengajar seperti belum adanya ruang praktek

dan alat praktek dalam pemenuhan mata pelajaran prakarya.14

Dengan hal ini

sedikit mempersulit guru mata pelajaran prakarya dalam memberikan materi

pembelajaran. Adapun kekurangan lainnya yaitu tentang kedisiplinan guru

dalam mengajar yaitu masih adanya guru yang telat datang kekelas ketika bel

pergantian mata pelajaran dengan alasan yang berbeda-beda sehingga anak

murid yang memanggil guru tersebut untuk mengajar. Meskipun guru selalu

datang sebelum peserta didik hadir di sekolah, namun masih ada guru yang

telat datang kekelas. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari kepala

sekolah terhadap guru karena kepala sekolah jarang berada di tempat.

Kurang optimalnya kepala sekolah terjadi karena kepala sekolah sering

melimpahkan wewenang kepada wakilnya dalam penyelesaian tugas. Hal ini

terjadi karena kondisi kepala sekolah yang jarang berada di tempat. Kondisi

tersebut mulai dirasa oleh wakil kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan

ketika kepala sekolah menjabat di dua tempat dengan jabatan yang sama yaitu

menjadi kepala sekolah di SMP 239 daerah Tanjung Barat. Kondisi seperti ini

13

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Kamis,

tanggal 5 Juni 2014, Pukul 09.00-11.00 WIB.

14 Hasil Wawancara dengan ibu Rochwayuningsih (guru Prakarya/Tata Busana Kls. VII),

pada hari Selasa., tanggal 5 Agustus 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.

63

ternyata baru terjadi selama 2 bulan. Terjadi karena kepala sekolah di SMP

239 pensiun dan belum mendapat kepala sekolah baru sebagai pengganti

kepala sekolah lama. Kemudian menurut informasi dari wakil kepala sekolah

ada kebijakan yang memperbolehkan bahwa bila belum ada kepala sekolah

pengganti maka kepala sekolah yang terdekatlah yang ditunjuk untuk menjadi

kepala sekolah sementara sebagai pelaksana tugas kepala sekolah lama di

sekolah tersebut. Alasan kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan

ditunjuk sebagai pengganti kepala sekolah lama atau sebagai pelaksana di

sekolah tersebut karena beliaulah yang menjadi ketua sanggar 032 Jakarta

Selatan atau ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) Kec.

Jagakarsa Jakarta Selatan.15

Dengan hal tersebutlah kiranya kepala sekolah menjadi sibuk diluar

sekolah, akan tetapi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan mengaku

selalu siap dengan kondisi demikian karena ketika dibutuhkan kepala sekolah

selalu mengupayakan dirinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan wakil

kepala sekolah pun tidak merasa keberatan, karena mereka sering

mendiskusikan hal tersebut terkait dengan pembagian tugas dan waktu dalam

penyelesaian tugasnya. Jadi menurut mereka hal tersebut tidak menjadi

masalah besar yang harus dikhawatirkan selagi masih adanya komunikasi

yang baik antara kepala sekolah dengan wakilnya. Hal ini dibuktikan dengan

adanya hasil dari upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dan juga

wakilnya yaitu sudah dapat menghasilkan peningkatan yang baik pada kinerja

guru, meskipun upaya tersebut sering dijalankan oleh wakil kepala sekolah

dan ditambah dengan kesejahteraan guru yang baik. Karena hampir seluruh

guru di SMPN 131 Jakarta Selatan sudah bersertifikat pendidik, sehingga

menjadi pendukung kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai

motivator untuk meningkatkan kinerja guru. Beban kerja yang diterima guru

telah sesuai dengan kemampuan dan gaji yang diberikan sehingga dapat

meningkatkan motivasi kerja guru untuk mengoptimalkan kinerjanya. Dengan

15

Hasil Wawancara dengan Pracoyo Agus Sumbodo, S.Pd (wakil kepala sekolah), pada

hari Senin., tanggal 29 September 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.

64

terpenuhinya kesejahteraan guru tersebut, maka akan timbul motivasi dalam

diri guru untuk giat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Sehingga guru

akan terus meningkatkan kinerjanya. Dengan demikian guru di SMPN 131

Jakarta Selatan memiliki motivasi kenerja yang baik pada dirinya, meskipun

kepala sekolah tidak secara langsung memberikan motivasi kepada guru di

sekolah tersebut. Namun guru di SMPN 131 Jakarta Selatan tetap

bersemangat dalam menjalankan tugasnya, hal ini terjadi karena terpenuhinya

kebutuhan guru terutama kebutuhan pribadi yaitu kesejahteraannya.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam menjalankan perannya sebagai motivator kepala sekolah

menemukan beberapa faktor penghambat dan pendukung diantaranya

yaitu:

1. Faktor Pendukung

1. Lingkungan kerja yang kondusif.

2. Sarana dan prasarana yang memadai.

3. Seluruh guru sudah sertifikasi.

4. Kesejahteraan yang baik.

2. Faktor Penghambat

1. Masih adanya guru yang malas dalam bekerja.

Perpektif kepala sekolah : guru dalam bekerja biasanya terjadi

karena status guru yang tidak lama lagi akan pensiun.

2. Minimnya kemauan guru untuk meningkatkan kinerjanya.

Perspektif kepala sekolah : terkadang seseorang bekerja ada yang

dari hati dan ada pula karena tuntutan hidup. Orang yang bekerja

dari hati pasti berbeda dengan orang yang bekerja untuk

memenuhi kebutuhan hidup saja. profesi guru adalah pekerjaan

yang didasari oleh panggilan jiwa. Karena tugasnya bukan hanya

mengajar anak tetapi juga mendidik anak. Oleh karenanya guru

adalah pekerjaan yang paling mulia karena prosesnya adalah

memanusiakan manusia lainnya. Perannya sebagai guru karena

65

panggilan jiwa, pasti akan bekerja dengan penuh ketulusan hati

dan semangat dalam mencapai suatu tujuan. Berbeda dengan guru

yang hanya mengharapkan gaji. karena dia bekerja hanya untuk

memenuhi suatu kebutuhan hidup dan hanya menggugurkan suatu

kewajiban tanpa ada keinginan untuk meningkatkan kinerjanya.16

3. Peningkatan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan atas

Motivasi yang di berikan Kepala Sekolah

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan

prestasi siswa karena gurulah yang sering turun langsung berhadapan

dengan siswa. Oleh karena itu guru juga mempunyai peran penting dalam

meningkatkan kualitas dan mutu sekolah. Dengan demikian rasanya

peranan tersebut tidak lepas dari tugas yang begitu berat sehingga

keberhasilan dalam penyelesaian tugas sangat tergantung pada kinerja guru

tersebut. Maka dengan itu perlu adanya penggerak untuk meningkatkan

kemauan pada guru, agar dapat bekerja dengan baik.

Guru di SMPN 131 Jakarta selatan sudah melaksanakan pekerjaannya

dengan baik walaupun belum di kerjakan secara maksimal. Kinerja yang

baik adalah harapan bagi setiap sekolah untuk dapat menciptakan

peningkatan di dalamnya. Untuk meningkatkan kinerja tersebut kepala

sekolah telah memberikan motivasi sebagaimana perannya sebagai

motivator, yang mana peran tersebut telah penulis paparkan pada alinea

sebelumnya.

Adapun peningkatan kinerja yang dirasa guru atas motivasi yang

diberikan kepala sekolah berdasarkan hasil wawancara penulis kepada

guru yaitu guru lebih giat dalam bekerja (KBM/Kegiatan Belajar

Mengajar) yaitu dalam membuat perencanaan dan persiapan mengajar,

penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, pemberian metode

16

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa,

tanggal 10 Juni 2014, Pukul 10.00-11.30 WIB.

66

yang bervariasi, pemberian tugas-tugas kepada siswa, mengelola kelas,

melakukan penilaian dan evaluasi serta dapat mengimplementasikan

kurikulum 2013.17

Hal tersebut dapat dibuktikan pada data evaluasi diri

sekolah (SMPN 131 Jakarta Selatan) yang dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut.

Tabel 4.7

Evaluasi Diri Sekolah (SMPN 131 Jakarta Selatan)

Ringkasan Deskripsi Sekolah

Menurut Indikator dan

Berdasarkan Bukti

Indikator Pencapaian

Silabus

100% (44 orang) pendidik di

SMPN 131 Jakarta Selatan

memiliki silabus.

Silabus dikembangkan

didasarkan pada standar isi,

standar kompetensi lulusan, dan

kurikulum tingkat sekolah.

Silabus mengarah pada

pencapaian SKL.

Silabus selalu dikaji setiap tahun

untuk disesuiakan dengan

perubahan kebutuhan

pembelajaran

Silabus sudah dikembangkan

oleh sekolah dan disesuaikan

dengan situasi dan kondisi

sekolah.

SMPN 131 Jakarta Selatan

selalu mempertimbangkan

kesesuaian antara mata

pelajaran dan komponennya

dalam penyusunan silabus.

Program dan kegiatan

pembelajaran sudah relevan

dengan tingkat usia dan minat

peserta didik.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

17

Hasil Wawancara dengan 10 orang guru mata pelajaran.

67

100% (42 orang) pendidik di

SMPN 131 Jakarta Selatan

menyusun program semester

dan program tahunan.

100% (42 orang) pendidik

SMPN 131 Jakarta Selatan

memiliki Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

RPP dikaji/direview setiap

tahun.

RPP mencangkup/memuat

identitas mata pelajaran, SK,

KD, indikator pencapaian,

tujuan pembelajaran, materi

ajar, alokasi waktu, metode

pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan sumber

belajar

Guru-guru di sekolah SMPN

131 Jakarta Selatan membuat

RPP berdasarkan Program

tahunan (PROTA), Program

Semester (PROSEM) dan

silabus.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan

mempertimbangkan berbagai

kebutuhan pembelajaran yang

berbeda dan merencanakan

pembelajaran berdasarkan

kebutuhan tersebut.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan mengkaji ulang

RPP setelah mengajar untuk

membantu merencanakan

pembelajaran selanjutnya.

Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Selain teks, pendidik di SMPN

131 Jakarta Selatan

menggunakan sumber belajar

lainnya yaitu panduan guru,

buku pengayaan, buku referensi,

dan buku sember belajar

lainnya.

Guru di SMPN 131 Jakarta

Selatan memanfaatkan

lingkungan sebagai sumber

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan selalu

menggunakan alat peraga

dalam pembelajaran dan

memperbaharuinya.

Beberapa (sekitar 40%) guru di

SMPN 131 Jakarta Selatan

cukup kreatif dalam memilih

bahan yang sesuia.

Sebagian (sekitar 70%) besar

68

belajar.

guru di SMPN 131 Jakarta

Selatan mendapatkan bahan

penunjang pembelajaran dalam

jumlah yang cukup.

Sebagaian besar (sekitar 90%)

guru di SMPN 131 Jakarta

Selatan memakai hasil karya

peserta didik sebagai alat

peraga dalam proses

pembelajaran.

Pelaksanaan Pembelajaran

Kehadiran peserta didik 99 s.d

100% setiap harinya dan peserta

didik memiliki motivasi dan

terlibat aktif dalam proses

pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran

100% guru di SMPN 131

Jakarta Selatan menerapkan

pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan

(eksploratif, kolaboratif,

konfirmatif)

100% guru di SMPN 131

Jakarat Selatan mengelola kelas

dengan efektif, mengatur tempat

duduk sesuai dengan karakter

mata pelajaran, memajang hasil

karya siswa.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan secara teratur

menggunakan metode

pembelajaran yang beragam.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan melaksanakan

pembelajaran secara bertahap

dan menarik.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan tidak hanya

mengarahkan pembelajaran,

tapi juga memberi kesempatan

bagi peserta didik untuk

menyampaikan pendapat dan

terlibat secara aktif.

Sebagian besar (sekitar 90%)

peserta didik memiliki

motivasi dan terlibat aktif

dalam proses pembelajaran.

69

Perencanaan Proses Pembelajaran & Implementasi Proses

Pembelajaran

Pada perencanaan proses

belajar, pendidik dalam

menyusun Rencana

Pembelajaran memperhatikan

segala perbedaan kebutuhan

peserta didik.

Pada implementasi proses

belajar, 100% pendidik di

SMPN 131 Jakarta Selatan

menggabungkan pendekatan

tematis dan memperhatikan isu

keanekaragaman dan lintas

budaya.

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan menawarkan

bantuan atau penjelasan

tambahan bagi sebagian peserta

didik setelah jam sekolah.

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan memberi respon

positif terhadap pendapat yang

dikemukakan peserta didik.

Guru-guru di sekolah kami

memperhatikan perbedaan

kemampuan peserta didik dan

berusaha merencanakan

pembelajaran yang sesuai.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan merencanakan

dan melaksanakan

pembelajaran yang

berkesinambungan, dan sesuai

dengan tingkat kemampuan

peserta didik.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan memiliki

kebijakan dalam memberikan

kesempatan yang sama kepada

peserta didik dan menjamin

pelaksanaannya.

Pelaksanaan Pembelajaran

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan dalam proses

pembelajaran selalu

menciptakan hubungan baik

antara pendidik dan peserta

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan secara

konsisten memberikan

penghargaan kepada pesera

didik pada saat yang tepat, dan

70

didik.

Semua peserta didik kami di

perlakukan dengan baik dan

diharapkan menunjukkan

tanggung jawab dan dukungan

bagi sesama peserta didik.

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan selalu

memberikan pujian/penghargaan

kepada peserta didik yang

memiliki kelebihan.

Peserta didik dan pendidik di

SMPN 131 Jakarta Selatan

memiliki keinginan berprestasi

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan selalu

memberikan penguatan terhadap

hasil belajar peserta didik dalam

proses pembelajaran

berlangsung.

Kehadiran peserta didik selalu

dipantau setiap hari dan 99 s.d

100% hadir dalam setiap hari

Prestasi siswa selalu tercatat

baik prestasi akademik maupun

non akademik dan setiapa hari

senin diumumkan apabila ada

kejuaraan peserta didik yang

didapat. Hal ini dilakukan untuk

memotivasi peserta didik yang

melakukan berbagai cara untuk

menilai keberhasilan.

Pada umumnya peserta didik di

sekolah kami hadir sesuai

jadwal, berperilaku baik, dan

mencapai prestasi belajar

sesuai dengan kecakapan

mereka.

Hubungan timbal balik antara

guru, peserta didik, dan tenaga

kependidikan terpelihara

dengan baik.

Semua peserta didik di SMPN

131 Jakarta Selatan di

perlakukan dengan adil dan

dihargai pendapatnya.

71

lainnya.

Sistem Penilaian

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan membuat

perencanaan penilaian terhadap

pencapaian peserta didik yang

dituangkan dalam (kisi-kisi soal,

kartu soal, kunci jawaban, rubic

penilaian).

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan menyusun KKM

untuk mata pelajaran yang akan

di ujikan dan KKM terpampang

di setiap kelas.

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan

menginformasikan rubic

penilaian dan KKM kepada

peserta didik.

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan melaksanakan

ulangan secara berkala sesuai

dengan rencana untuk setiap

mata pelajaran.

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan menerapkan

berbagai teknik dan jenis

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan selalu

memantau kemajuan belajar

peserta didik melalui observasi

dan penilaian secara berkala.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan melaksanakan

penilaian sesuai dengan

silabus dan RPP.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan memberikan

informasi kepada peserta didik

mengenai KKM.

72

K

e

b

e

n

a

r

a

n

p

e

n

i

n

g

k

a

t

a

n

k

i

n

e

K

penilaian untuk memonitor

perkembangan dan berbagai

kesulitan peserta didik (test

observasi, penugasan, unjuk

kerja, diskusi, kerja kelompok).

Penilaian oleh Guru

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan selalu mencatat

kemajuan peserta didik yang

sudah sesuai dengan target yang

ditentukan dan akan mengulang

kepada peserta didik yang belum

sesuai dengan target yang

ditentukan.

100% pendidik di SMPN 131

Jakarta Selatan mengkaji ulang

kemajuan peserta didik pada

setiap akhir semester dan

melaporkan kepada orang tua

peserta didik, dan menggunakan

informasi tersebut untuk

merencanakan program

pembelajaran berikutnya.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan mengkaji ulang

tingkat kemajuan semua peserta

didik pada setiap akhir semester

dan menggunakan informasi

tersebut untuk merencanakan

program pembelajaran

selanjutnya.

Guru-guru di SMPN 131

Jakarta Selatan memberi

kesempatan kepada peserta

didik untuk mengkaji ulang

kemajuan belajar mereka untuk

menetapkan target pembelajaran

selanjutnya.

73

Kebenaran peningkatan kinerja guru juga dapat dilihat dari data

rekapitulasi penilaian kinerja guru pada tahun pelajaran 2013-2014 yang

dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 43 guru. Menyatakan bahwa nilai

PKG (Program Kerja Guru) rata-rata adalah A dalam keterangan baik dan

bertangung jawab. Adapun uraiannya sebagai berikut (terlampir) :

Tabel 4. 8

Data rekapitulasi penilaian kinerja guru tahun pelajaran 2013-2014

NILAI

PKG

KETERANGAN JUMLAH GURU

A+ Sangat baik dan tangung jawab 7 guru

A Baik dan tanggung jawab 23 guru

B Baik, kurang maksimal dalam tugas 12 guru

B- Mau pensiun, tidak maksimal 1 guru

Jumlah guru 43 guru

Peningkatan kinerja guru juga dapat menghasilkan kemajuan yang baik

terhadap peningkatan prestasi peserta didik. Sebagian besar (sekitar 90%)

peserta didik di SMPN 131 Jakarta Selatan menunjukkan kemajuan yang

baik dalam mencapai target yang ditetapkan dibandingkan dengan kondisi

sebelumnya, peserta didik mulai mampu menjadi pembelajar yang mandiri

juga memiliki rasa percaya diri dan mampu mengekspresikan diri dan

mengungkapkan pendapat mereka. 100% peserta didik di SMPN 131

Jakarta Selatan berprilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku,

potensi minat peserta didik telah berkembang melalui partisipasi mereka

dalam berbagai jenis kegiatan. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan hasil

Ujian Nasional dan Ujian Sekolah yang memiliki rata-rata nilai diatas

ketuntasan belajar nasional untuk seluruh mata pelajaran setiap tahunnya

dan juga peningkatan pada prestasi bidang non akademik yang dibuktikan

74

dengan bertambahnya piala, piagam penghargaan baik tingkat kecamatan,

kota dan juga provinsi.

Dengan peningkatan kinerja guru tersebut sekolah mampu meluluskan

100% peserta didiknya dengan standar lulusan yang mengacu pada SSN

(Standar Sekolah Nasional) dan rata-rata lulusannya dapat melanjutkan

kesekolah negri. Dengan menghasilkan lulusan yang berkualitas tersebut,

sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan menjadi salah satu sekolah yang banyak

diminati oleh masyarakat. Peserta didik yang mau masuk ke SMPN 131

Jakarta Selatan lebih banyak dibandingkan dengan daya tampung yang

tersedia, yaitu 7 : 1, dengan daya tampung 240 sedangkan pendaftar 1600

orang.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa peran kepala sekolah

sebagai motivator dapat mempengaruhi kinerja guru terutama dalam

meningkatkan kinerja guru dan kinerja guru akan memiliki pengaruh

terhadap produktivitas pendidikan. Oleh karena itu peran kepala sekolah

sebagai motivator sangat di butuhkan guna peningkatan kinerja pada guru.

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan hasil temuan penelitian di SMPN 131 Jakarta

Selatan dapat ditarik kesimpulan terkait “Peran Kepala Sekolah Sebagai

Motivator dalam Meningkatkan Kineraja Guru” yaitu :

1. Peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan

selama ini sudah cukup baik walaupun kepala sekolah masih belum bisa

melaksanakannya secara optimal. Belum optimalnya kepala sekolah dalam

memberikan motivasi kepada guru di SMPN 131 Jakarta Selatan

dikarenakan kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan menggantikan

kepala sekolah yang pensiun di SMP 239 Tanjung Barat (sebagai

pelaksana) dan juga menjadi ketua sanggar 032 Jakarta Selatan atau ketua

MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) Kec. Jagakarsa Jakarta

Selatan.

2. Adapun upaya yang dilakukan kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan

dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru yaitu : kepala sekolah telah

berusaha menciptakan lingkungan kerja secara kondusif, menumbuhkan

suasana kerja yang baik dan harmonis, menanamkan kedisiplinan,

memberikan penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja yang baik,

melakukan dorongan secara individual terhadap guru, menyediakan sarana

76

prasarana yang cukup memadai. Hal inilah yang membuat kondisi nyaman

dalam bekerja.

3. Selain itu kepala sekolah juga melakukan penyesuain penempatan jabatan,

menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait perkembangan sekolah,

mengadakan program kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru,

melakukan pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh, melakukan

evaluasi melalui penilaian kinerja guru, dan melakukan perbaikan suasana

kerja agar senantiasa terciptanya suasana kerja yang baik dan harmonis.

4. Dalam pemberian motivasi terhadap guru nyatanya terdapat faktor

pendukung dan penghambat yang dirasakan kepala sekolah, adapun faktor

pendukungnya yaitu : lingkungan kerja yang kondusif, sarana dan prasarana

yang memadai, kesejahteraan yang baik. Sedangkan faktor penghambatnya

yaitu masih adanya guru yang malas dalam bekerja karena mau pensiun,

minimnya kemauan guru untuk meningkatkan kinerjanya.

5. Motivasi yang dilakukan kepala sekolah telah menghasilkan peningkatan

yang baik pada kinerja guru diantaranya yaitu kemampuan membuat

perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan

diajarkan kepada siswa, pemberian metode yang bervariasi, pemberian

tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas, kemampuan

melakukan penilaian dan evaluasi serta kemampuan mengimplementasikan

kurikulum 2013.

B. Saran

Berdasarkan temuan dan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut :

a. Untuk kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan

1. Agar bervariasi lagi dalam memberikan motivasi kepada guru, tentunya

sesuai dengan kebutuhan masing-masing guru, karena masih banyak

upaya-upaya yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah dalam

memotivasi guru.

77

2. Tidak lelah untuk selalu memotivasi guru, memberikan semangat dan

mengingatkan guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya.

3. Faktor pendukung dalam memotivasi harus dioptimalkan dan untuk

faktor-faktor penghambatnya agar dicari lagi solusi yang terbaiknya.

Agar hambatan tersebut tidak menjadi penghalang lagi dalam

memotivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya.

b. Untuk guru di SMPN 131 Jakarta Selatan

Agar selalu tetap istiqamah dalam menjalankan tugasnya sebagai

pendidik, mencintai pekerjaan sendiri, meningkatkan kedisiplinan dalam

bekerja, meningkatkan kemauan pada diri untuk selalu giat dalam bekerja

dan dapat menghargai upaya yang telah dilakukan kepala sekolah dalam

rangka memotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.

DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Husna. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Balai Aksara-

Yudhistira, 1982.

Kunandar. Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT Raya

Grafindo Persada, 2007.

Karwati, Euis., dan Priansa, Donni Juni. Kinerja dan Profesionalisme Kepala

Sekolah : Membangun Sekolah yang Bermutu. Jakarta: ALFABETA, 2013.

Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2007.

Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011.

Munir, Abdullah. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2010.

Musfah, Jejen. Peningkatan Kopetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber

Belajar, Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Rusman, Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Sabri, M. Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999

Suhendra dan Hayati, Murdiyah. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Lembaga Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Sulhan, Najib. Karakter Guru Masa Depan. Surabaya: PT Temprina Media

Grafika, 2011.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008.

Saudagar, Fahcruddin dan Idrus, Ali. Pengembangan Profesional Guru. Jakarta:

Gaung Persada, 2009.

Usman, Husaini. Manajemen Teoritik, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2010.

Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2010.

Winardi, J. Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001.

Lampiran 2. Hasil Wawancara Kepala sekolah

Hari/tanggal penelitian : Kamis/5 Juni 2014

Waktu : 09.00-11.00 WIB

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Interviewe : Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Pokok pembicaraan :

1. Upaya apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi

kerja guru?

pertama, kepala sekolah melakukan penyesuain penempatan jabatan.

Penempatan jabatan disesuaikan dengan karakteristik pribadi individual

guru dilihat dari latar belakang pendidikan, ijazah, keahlian, pengalaman

kerja yang diminati dan sikap serta kepribadiannya.

Kedua, kepala sekolah senantiasa akan terus selalu memperhatikan sarana

dan prasarana di sekolah untuk mendukung terlaksananya proses kerja

yang optimal. Untuk itu kepala sekolah melakukan pengecekan sarana dan

prasarana sekolah setiap tahun ajaran baru dan menghimbau kepada

seluruh warga sekolah untuk menjaga sarana dan prasarana tersebut

dengan merawatnya agar tidak cepat rusak. Dan dalam pemenuhan

kebutuhan proses belajar mengajar kepala sekolah sedang berupaya untuk

membangun ruang praktek prakarya serta alat prakteknya dalam

pemenuhan mata pelajaran prakarya. Yaitu dengan mencari dana untuk

mengatasi hal tersebut.

Ketiga, Kepala sekolah selalu menerima saran maupun kritik yang muncul

dari semua pihak baik itu guru, staf, dan pegawai lainnya. Dengan

demikian diharapkan guru, staf dan pegawai lainnya akan termotivasi

untuk memberikan ide, saran ataupun kritik terkait pengembangan sekolah

yang kemudian di musyawarahkan bersama untuk pengambilan keputusan.

Keempat, kepala sekolah mengadakan program kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan melalui penyetaraan latar belakang pendidikan

guru dengan mengikuti beberapa program dari Depdiknas seperti:

Penataran, Diklat dan Metode Pengajaran, Lokakarya atau sejenisnya, atau

diluar Depdiknas seperti: mengikuti seminar, mengundang ahli dalam

bidang tertentu kesekolah misalnya ahli bidang kurikulum yaitu untuk

menjelaskan kurikulum 2013.

Kelima, kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dalam

melaksanakan suatu kegiatan, juga material dalam pemenuhan kebutuhan,

dan hambatan-hambatan yang terjadi. Pengawasan tersebut dilakukan agar

kepala sekolah dapat mengetahui kesalahan, kekurangan dan hambatan

yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.

Keenam, kepala sekolah melakukan evaluasi dengan cara melakukan

penilaian kinerja terhadap seluruh guru di SMPN 131 Jakarta Selatan yang

dilakukan setiap akhir semester. Kemudian memberikan masukan apabila

terdapat kesalahan atau kekurangan sesuai dengan kriteria yang diharapkan

dan memberikan solusi bila ada hambatan-hambatan yang dirasa oleh

guru.

Ketujuh, kepala sekolah senantiasa memperbaiki suasana kerja agar tetap

terjaga suasana kerja yang baik dan harmonis yaitu dengan cara : kepala

sekolah melakukan pendekatan tidak langsung dalam menciptakan

motivasi, menjadikan suasana organisasi yang membaik dalam artian

suasana organisasi yang diciptakan berdasarkan keseragaman, tangung

jawab, transparansi, penghargaan dan semangat kelompok dalam bekerja,

kepala sekolah berusaha menciptakan suasana saling percaya.

Mengetahui,

Kepala SMPN 131 Jakarta

Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd

NIP. 196011081981121002

Lampiran 3. Hasil Wawancara Kepala sekolah

Hari/tanggal penelitian : Selasa/10 Juni 2014

Waktu : 10.00-11.30 WIB

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Interviewe : Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja guru selama mengajar?

Alhamdulillah baik, karena guru dapat meningkatkan nilai siswa melebihi

standar kelulusan.

2. Apakah guru selalu mengembangkan RPP?

Iya, karena guru tidak boleh menggunakan RPP lamanya. Jadi setiap awal

semester guru harus sudah membuat RPP baru nya dan dikumpulkan

kepada wakil kepala sekolah.

3. Bagaimana cara bapak mengetahui kinerja guru?

Biasanya untuk mengetahui kinerja guru saya melakukan pengawasan

secara berkelanjutan terhadap guru, kemudian melakukan penilaian kinerja

guru.

4. Masalah apa yang sering muncul dalam iklim kerja disekolah ini? Dan

bagaimana solusinya?

Selama ini alhamdulillah tidak ada masalah dan baik-baik saja.

5. Seberapa sering para guru mendiskusikan masalah mereka?

Kalau masalah tentang mengajar jarang, tetapi kalau masalah tentang

pribadi sering seperti masalah keluarga. Karena gurunya pada curhat.

6. Faktor pendukung apa yang mempermudah bapak sebagai motivator?

Lingkungan kerja yang kondusif, sarana dan prasarana yang memadai, dan

kesejahteraan yang baik.

7. Faktor penghambat apa yang mempersulit bapak sebagai motivator?

Masih adanya guru yang malas bekerja karena mau pensiun, dan

minimnya keinginan guru untuk meningkatkan kinerjanya. terkadang

seseorang bekerja ada yang dari hati dan ada pula karena tuntutan hidup.

Orang yang bekerja dari hati pasti berbeda dengan orang yang bekerja

untuk memenuhi kebutuhan hidup saja. profesi guru adalah pekerjaan yang

didasari oleh panggilan jiwa. Karena tugasnya bukan hanya mengajar anak

tetapi juga mendidik anak. Oleh karenanya guru adalah pekerjaan yang

paling mulia karena prosesnya adalah memanusiakan manusia lainnya.

Perannya sebagai guru karena panggilan jiwa, pasti akan bekerja dengan

penuh ketulusan hati dan semangat dalam mencapai suatu tujuan. Berbeda

dengan guru yang hanya mengharapkan gaji. karena dia bekerja hanya

untuk memenuhi suatu kebutuhan hidup dan hanya menggugurkan suatu

kewajiban tanpa ada keinginan untuk meningkatkan kinerjanya.

Mengetahui,

Kepala SMPN 131 Jakarta

Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd

NIP. 196011081981121002

Lampiran 4. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Selasa/5 Agustus 2014

Waktu : 09.30-10.30 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Rochwayuningsih

Jabatan : Guru Prakarya/Tata Busana Kelas VII

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Alhamdulillah baik-baik saja. Saya bisa menyelesaikan tugas secara

benar dan tepat waktu. Namun pada kurikulum 2013 saya masih merasa

kesulitan, tetapi kepala sekolah telah mengadakan kegiatan untuk

pelatihan kurikulum 2013 dengan mengundang ahli bidang kurikulum.

Sehingga sekarang saya sudah bisa menerapkan kurikulum 2013

walaupun belum secara maksimal.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Jam 6.30 pagi dan biasanya pulang jam 3 sore.

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Ada, yaitu tidak adanya ruang praktek dan alat praktek dalam pemenuhan

mata pelajaran prakarya. Sehingga saya sedikit kesulitan dalam

memberikan materi pembelajaran. Namun sekarang kepala sekolah

sedang membangun ruang praktek prakarya.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Ketika rapat guru, yaitu kepala sekolah memperbolehkan semua guru

untuk memberikan saran dan menanyakan kesulitan kami selama

mengajar. Kemudian bila ada permasalahan akan didiskusikan bersama

untuk mencari solusinya.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya, dalam hal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Seperti kepala sekolah

selalu menanyakan perkembangan peserta didik dan berusaha memenuhi

sarana prasarana untuk kebutuhan guru dalam mengajar.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Dalam meningkatkan kemampuan mengajar, biasanya kepala sekolah

mengikut sertakan guru untuk mengikuti pelatiahan-pelatihan dari

Depdiknas seperti penataran, bisa luar Depdiknas seperti mengikuti

seminar, atau bisa juga kepala sekolah mengundang ahli kurikulum untuk

memotivasi guru memahami dan dapat mengimplementasika kurikulum

2013.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Ada, kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar,

memberikan metode yang bervariasi, kemampuan mengelola kelas,

melakukan penilaian. Paham kurikulum 2013.

Mengetahui,

Rochwayuningsih

Lampiran 5. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Rabu/6 Agustus 2014

Waktu : 09.30-10.30 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Mai Ria Suzanna, S. Pd, M. Hum

Jabatan : Guru Bahasa Inggris Kelas VII/1 dan VII/2

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Selama ini baik. Karena saya mengerjakan tugas saya tepat waktu. Seperti

setiap awal tahun ajaran baru saya selalu membuat RPP baru dan selalu

saya kembangkan.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Jam 6.30 pagi, pulang jam 3 sore. Sesuai jadwal yang sudah ditetapkan

saja.

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Saya kurang begitu paham,

karena kurikulum ini terbilang baru diterapkan oleh guru-guru di sekolah.

Namun kepala sekolah sudah menghadirkan ahli bidang kurikulum untuk

menjelaskan dan membantu kami untuk mengimplementasikannya di kelas

ketika sedang mengajar nanti. Sehingga alhamdulillah pengetahuan saya

mengenai kurikulum 2013 sudah bertambah dan saya sudah bisa

mengimplementasikannya di kelas walaupun belum secara maksimal.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Ketika rapat guru. Biasanya ketika rapat diakhir pembicaraan inti kepala

sekolah selalu menanyakan kesulitan pada guru. kemudian akan dibahas

bersama untuk dicari solusinya.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya, dalam hal KBM (Kegiatan belajar Mengajar) yaitu selalu

mengingatkan akan tugas sebagai guru dan dengan memperhatikan

kebutuhan guru dalam mengajar saya rasa itu juga merupakan bentuk

motivasi kepala sekolah kepada kami.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Penyediaan sumber belajar yang sedang dibutuhkan untuk membantu

dalam proses mengajar, lingkungan kerja yang kondusif sehinggga adanya

kenyamanan, mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan atau seminar

pendidikan. Kepala sekolah mengundang ahli bidang kurikulum kesekolah

utuk memotivasi guru dan memberikan pemahaman kepada guru terkait

kurikulum 2013.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Ada, kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar,

penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, kemampuan

mengelola kelas, kemampuan dalam memberikan metode yang berfariasi,

dalam memberikan tugas-tugas kepada siswa, kemampuan memberikan

penilaian dan evaluasi.

Mengetahui,

Mai Ria Suzanna, S. Pd, M. Hum

Lampiran 6. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Kamis/7 Agustus 2014

Waktu : 09.30-10.30 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Suhainah, S. Pdi

Jabatan : Guru Pend. Agama Islam Kelas IX

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Baik-baik saja, karena saya bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan

benar.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Biasanya saya dari rumah Jam 6. 00 pagi dan pulang dari sekolah sampai

jam 3 sore.

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Ada yaitu pada Kurikulum 2013. Masih asing menurut saya. Tetapi

dengan kepala sekolah mengadakan kegiatan pelatihan kurikulum 2013

sekarang saya sudah bisa menerapkannya di dalam proses pembelajaran

walaupun belum sepenuhnya saya kerjakan secara optimal.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Ketika rapat dan terdapat kendala dalam proses KBM saya suka berdiskusi

secara empat mata dengan kepala sekolah, kemudian kepala sekolah

memberi masukan atau saran terkait masalah saya.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya, dalam menunjang kegiatan KBM yaitu kepala sekolah selalu

memenuhi kebutuhan guru dalam proses mengajar.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, lingkungan kerja yang

kundusif, mengadakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru

seperti mengundang ahli kurikulum dalam rangka memberi pengetahuan

kepada guru terkait kurikulum 2013.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Ada, bekerja lebih giat karena nyaman sehingga fokus, dapat

melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang efektif, kemampuan

merencanakan dan mempersiapkan bahan ajar, kemampuan mengelola

kelas dan paham dengan kurikulum 2013.

Mengetahui,

Suhainah, S. PdI

Lampiran 7. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Senin/11 Agustus 2014

Waktu : 09.30-10.30 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Faridah, S.Pd

Jabatan : Guru IPS

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Baik karena saya bisa melaksanakan tugas saya sebagai guru dengan baik

dan benar. Kemudian saya selalu mencoba untuk mengembangkan RPP

dan memberikan metode yang beragam agar siswa tidak bosen ketika

belajar.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Jam 6 lewat 30 menit dan pulang jam 3 sore.

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Pada kurikulum 2013. Saya belum memahami betul. Namun kepala

sekolah telah mengundang ahli bidang kurikulum kemudian menjelaskan

kepada kami tentang Kurikulum 2013 baik dalam pemahaman dan cara

dalam mengimplementasinya di kelas. Sehingga sekarang saya sudah bisa

mengimplementasikannya dalam kegiatan KMB meskipun belum secara

maksimal.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Ketika rapat. Kepala sekolah mengadakan diskusi untuk memecahkan

masalah kami misalnya dalam kurikulum 2013.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas kepala sekolah memenuhi

kebutuhan saya dalam mengajar.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Kepala sekolah melakukan pengawasan, dan menilai kinerja guru.

Mendatangkan ahli kurikulum untuk mendiskusikan kurikulum 2013.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Ada. Giat dalam mengajar, paham dengan kurikulum 2013. Merencanakan

KBM, memberikan metode yang beragam, mengelola kelas secara efektif,

menilai hasil belajar siswa. Sehingga saya dapat meningkatkan nilai siswa

setiap tahunnya dengan melebihi standar kelulusan.

Mengetahui,

Faridah, S.Pd

Lampiran 8. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Selasa/12 Agustus 2014

Waktu : 09.30-10.30 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Sriani, S. Pd

Jabatan : Guru Matematika

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Alhamdulillah baik karena bisa melaksanakannya dengan baik dan tepat

waktu dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa setiap tahunnya.

Sehingga nilai siswa pertahunnya mengalami peningkatan dan selalu

melebihi standar kelulusan.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Jam 06.00 s/d 15.00 WIB

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Belum ada, karena saya sudah terbiasa mengajar sehingga bentuk kesulitan

yang saya alami tidak saya jadikan beban tetapi dibawa santai saja.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Ketika rapat. Kepala sekolah selalu menanyakan kesulitan kami dalam

KBM bila ada maka akan dicarikan solusinya secara bersama. Selain itu

kepala sekolah juga mau menerima saran terkait perkembangan sekolah.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya, dalam hal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Seperti dalam membuat

RPP, dalam mengajar di kelas. Kepala sekolah memperhatikannya dengan

cara melakukan penilaian kinerja kepada kami setiap akhir semester.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Mengikut sertakan guru dalam seminar, kepala sekolah mengundang ahli

kurikulum untuk menjelaskan kurikulum 2013.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Ada, saya jadi paham dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang saya

dapat kepada proses mengajar terutama pada kurikulum 2013.

Mengetahui,

Sriani, S. Pd

Lampiran 9. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Rabu/13 Agustus 2014

Waktu : 09.30-10.30 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Dra. Naili Rahmasari, MM

Jabatan : Guru Pend. Agama Islam

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Menurut saya sudah baik, karena saya selalu mencoba melaksanakan tugas

secara optimal dan total. Dibuktikan dengan nilai kinerja saya yang setiap

tahunnya selalu meningkat dan nilai siswa yang melebihi standar

kelulusan.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Jam 06.30 s/d 15.00 WIB

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Selama ini belum ada. Karena sudah terbiasa mengajar dan anak-anak

disini baik-baik.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Ketika rapat. Kepala sekolah mendiskusikan masalah kami dan dicari

solusi bersama.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya, yaitu dengan menyediakan kebutuhan kami dalam KBM.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Menciptakan hubungan yang baik dengan guru yaitu dengan membiasakan

5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santu, menanamkan kedisiplinan

dalam bekerja, memberikan penghargaan misalnya pada guru matematika

yang sudah berhasil meningkatkan prestasi akademik siswanya yaitu pada

mata pelajaran matematika dengan nilai yang melebihi standar kelulusan.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Ada, lebih giat dalam bekerja yaitu dalam mengajar dan bersungguh-

sungguh dalam menyelesaikan tugas.

Mengetahui,

Dra. Naili Rahmasari, MM

Lampiran 10. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Kamis/14 Agustus 2014

Waktu : 09.30-10.30 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Devi Triana J, S.Pd

Jabatan : Guru IPA

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Alhamdulillah baik dan lancar. Mengajar sesuai dengan RPP dan mencoba

menerapkan kurikulum 2013 walaupun belum maksimal. karena masih

baru dan masih perlu proses untuk menerapkannya di kelas dalam proses

pembelajaran karena butuh penyesuaian.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Jam 06.30 s/d 15.00 WIB. Ini sudah menjadi ketetapan sekolah.

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Tidak. Semuanya baik-baik saja.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Ketika rapat guru, yaitu kelapa sekolah mendiskusikan segala yang terkait

pada sekolah dalam rangka mengembangkan sekolah kami. Dengan

menerima saran dan kritik.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya, dalam mengimplementsikan kurikulum 2013. Kepala sekolah

mengundang ahli untuk membantu kami memahami kurikulum baru yang

diterapkan pemerintah.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Sering mengikuti guru seminar dan pelatihan-pelatihan, memberikan

dorongan secara individual biasanya kalau saya lagi kelihatan kurang

bersemangat dalam mengajar kepala sekolah menegur saya langsung.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Ada, saya jadi lebih giat bekerja dan selalu melakukan penilaian kepada

siswa. Biasanya kan guru ada yang malas dalam menilai hasil belajar

siswa.

Mengetahui,

Devi Triana J, S.Pd

Lampiran 11. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Selasa/19 Agustus 2014

Waktu : 09.30-10.30 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Murti Iriani, S.Pd

Jabatan : Guru PLKJ

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Baik. Misalnya saya selalu membuat RPP baru dan tentunya

dikembangkan dari RPP lama saya, menyesuaikan materi dengan metode

belajar. Dan selama ini alhamdulillah selama ini siswa yang saya ajarkan

nilainya rata-rata sudah melebihi standar kelulusan dan mengalami

peningkatan pada setiap tahunnya.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Saya datang kesekolah setiap hari jam setengah tujuh pagi dan biasanya

pulang jam 3 atau disesuaikan dengan jadwal mengajar saya.

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Sejauh ini belum ada kesulitan besar masih bisa diatasi sendiri. Karena

sudah terbiasa mengajar jadi merasanya sudah menjadi sebuah kebiasaan

dalam hidup.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Biasanya ketika rapat guru.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya, dalam hal pengembangan kemampuan guru. kepala sekolah

mengundang ahli bidang kurikulum untuk memberi pengetahuan kepada

guru terkait kurikulum 2013.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Lingkungan kerja yang nyaman, sumber belajar yang memadai,

menegakkan kedisiplinan dalam bekerja, adanya penghargaan. Walaupun

sekolah ini dibawah naungan pemerintah tetapi tetap saja kepala

sekolahlah yang mengaturnya.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Ada. Lebih disiplin lagi dalam bekerja. Karena kepala sekolah selalu

datang pagi jadi saya termotivasi untuk kerja tepat pada waktunya begitu

juga dalam menjalankan tugas sebisa mungkin saya mengerjakannya tepat

waktu.

Mengetahui,

Murti Iriani, S.Pd

Lampiran 12. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Rabu/20 Agustus 2014

Waktu : 09.30-10.30 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Ace Setiarukadi, SH

Jabatan : Guru Pkn

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Alhamdulillah sejauh ini baik-baik saja. semua tugas saya kerjakan tepat

waktu dan selalu memperhatikan pengembangan siswa.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Jam 06.30 WIB dan pulang jam 15.00 WIB

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Kurikulum 2013. Masih baru jadi masih asing. Namun kepala sekolah

telah mengadakan kegiatan yaitu dengan mengundang ahli bidang

kurikulum untuk memberi pemahaman kepada guru-guru dalam

pengimplementasian kurikulum 2013. Hasilnya saya jadi bisa

menerapkannya di kelas dalam KBM walaupun belum maksimal.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Bila ada kepala sekolah kita sering ngobrol bareng, dan saya biasanya

curhat. Karena kepala sekolah disini orangnya mau terbuka dengan siapa

saja, dalam artian tidak pandang pangkat. Bekerja dengan rasa

kekeluargaan dan mau menerima keluh kesah guru.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya. Dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti memberi himbauan kepada

guru untuk giat mengajar.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Kepala sekolah menumbuhkan hubungan kerja yang baik. Yaitu dengan

bertegur sapa dengan guru. Kemudian bila dalam bekerja guru ada salah

kepala sekolah mau memberi masukan atau contoh kepada guru untuk

memperbaiki kesalahan. Misalnya pada kurikulum 2013, jujur saja saya

masih belum paham tetapi kepala sekolah selalu memberi masukan-

masukan terkait tentang kurikulum 2013. Kemudian kepala sekolah

mengundang ahli dalam bidang kurikulum untuk memberi penjelasan

kepada guru terkait kurikulum 2013 agar guru lebih paham.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Ada, yaitu dalam kemampuan membuat perencanaan dan persiapan

mengajar, dan kemampuan dalam mengelola kelas.

Mengetahui,

Ace Setiarukadi, SH

Lampiran 13. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Rabu/20 Agustus 2014

Waktu : 12.00-13.00 WIB

Tempat : Ruang Kantor Guru

Interviewe : Nurhasanah, S. Pd

Jabatan : Guru Bahasa Indonesia

Pokok pembicaraan :

1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?

Menurut saya sudah baik, karena saya selalu bekerja dengan total.

2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?

Jam 06.30 WIB s/d 15.00 WIB

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?

Tidak ada.

4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?

Paling ketika rapat guru baru saya banyak berdiskusi dengan kepala

sekolah.

5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?

Iya, misalnya dalam hal disiplin dalam bekerja. Kepala sekolah selalu

datang sebelum siswa hadir disekolah. Dengan hal tersebut saya jadi

termotivasi untuk disiplin dalam bekerja terutama dalam kehadiran di

sekolah.

6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?

Kepala sekolah telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai

seperti adanya lab.Bahasa. Sehingga dapat mendukung proses belajar

mengajar yang efektif.

Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga saya fokus bekerja

karena tidak ada gangguan dan nyaman.

Mengadakan kegiatan untuk meningkatkan motivasi kerja misalnya

penghargaan bagi guru yang berprestasi dalam bekerja.

7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala

sekolah?

Iya, saya jadi terdorong dan tergerak untuk meningkatkan kinerja saya.

Misalnya dengan mencari metode belajar yang bervariasi. Biasanya saya

suka baca-baca buku tentang metode belajar. Apa lagi sudah tersedia lab.

Bahasa sehingga saya merasa terbantu dalam memberikan materi atau

tugas kepada siswa.

.

Mengetahui,

Nurhasanah, S. Pd

Lampiran 14. Hasil Wawancara Wakil Kepala sekolah

Hari/tanggal penelitian : Senin/29 September 2014

Waktu : 09.30-11.00 WIB

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Interviewe : Pracoyo Agus Sumbodo, S.Pd

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah

Pokok pembicaraan :

1. Apakah benar kepala sekolah jarang berada di sekolah?

Iyah, terjadi karena kepala sekolah menjabat menjadi kepala sekolah juga

di SMP 239 di Tanjung Barat. Kondisi seperti ini terjadi baru 2 bulan.

Terjadi karena kepala sekolah di SMP 239 pensiun dan belum mendapat

kepala sekolah baru sebagai pengganti kepala sekolah lama. Kemudian

ada kebijakan yang memperbolehkan bahwa bila belum ada kepala sekolah

pengganti maka kepala sekolah yang terdekatlah yang ditunjuk untuk

menjadi kepala sekolah sementara sebagai pelaksana tugas kepala sekolah

lama di sekolah tersebut. Alasan kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta

Selatan ditunjuk sebagai pengganti kepala sekolah lama atau sebagai

pelaksana di sekolah tersebut karena beliaulah yang menjadi ketua

sanggar 032 Jakarta Selatan atau ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah) Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan. Jadi selain sibuk di SMP 239

juga sibuk sebagai ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah).

2. Bagaimana bapak menyikapi hal tersebut?

Saya menyikapinya dengan santai, karena setiap harinya kepala sekolah

selalu menyempatkan hadir setiap pagi kesekolah, untuk pembagian tugas

bila dirasa beliau tidak bisa menyelesaikannya dan ini menjadi terbiasa

bagi saya. Selama saya masih bisa mengerjakannya dan bila saya merasa

kesulitan saya akan mencoba mendiskusikannya dengan kepala sekolah.

3. Bagaimana kinerja kepala sekolah selama beliau menjabat?

Yah bertugas sebagaimana mestinya, walaupun sering sekali pekerjaan

saya yang mengerjakannya. Tetapi, kepala sekolah selalu memberikan

bimbingan dan arahan. Jadi pekerjaan bisa dibilang bagi dua lah. Tapi

alhamdulillah selama ini bisa terselesaikan dengan baik.

4. Masalah apa yang sering bapak temui?

Yang namanya masalah pasti ada saja tapi selama ini alhamdulillah belum

menemukan masalah yang besar. Masih bisa diatasi dan dibawa santai.

5. Bagaimana kepala sekolah memberikan motivasi terhadap bawahannya

selama beliau menjabat?

Kalau motivasi secara langsung si sering mengajak berdiskusi,

memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi, menyediakan

sarana prasarana yang lengkap, dan lain-lain.

6. Apakah motivasi yang diberikan dapat meningkatkan kinerja bapak?

Iya cukup memotivasi saya misalnya dengan mengajak berdiskusi saya

jadi bersemangat mengerjakan pekerjaan saya karena saya paham dengan

tugas yang harus saya kerjakan.

Mengetahui,

Kepala SMPN 131 Jakarta

Pracoyo Agus Sumbodo, S.Pd