penyulit negatif - sempit positif glaukoma terbuka normal pseudopos negatif uveitis

23
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: a. Tahu Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Paham Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan. Universitas Sumatera Utara

Upload: independent

Post on 31-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu

Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang

telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

b. Paham

Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu

menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam

komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

Universitas Sumatera Utara

e. Sintesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

2.2. Katarak

2.2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang

iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di

sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya, vitreus.

Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeable (sedikit lebih permeabel

daripada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk.

Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih

keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lameral

subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan

kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.

Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada

pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator dan

bersambung dengan lapisan epitel subkapsul.

Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula

(zonula zinni), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan

menyisip ke dalam ekuator lensa.

Universitas Sumatera Utara

Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35 % protein (kandungan

protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit sekali mineral yang

biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada

dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serta nyeri, pembuluh darah atau syaraf di

lensa (Vaughan, 2000).

Gambar 2.1. Anatomi Lensa Mata

(Sumber : Netter, 2003)

Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan

jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih

cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem

saraf otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk

penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot

untuk penglihatan dekat.

Universitas Sumatera Utara

Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-serat transparan.

Kadang-kadang serta-serat ini menjadi keruh (opak), sehingga berkas cahaya tidak

dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal sebagai katarak. Lensa defektif ini

biasanya dapat dikeluarkan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan

memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi (Sherwood, 2001).

2.2.2. Definisi Katarak

Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan

bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air

terjun (Ilyas, 2006).

2.2.3. Etiologi dan Faktor resiko

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat

memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Penyakit peradangan dan metabolik, misalnya diabetes mellitus.

b. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C.

c. Riwayat keluarga dengan katarak.

d. Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu.

e. Pembedahan mata.

f. Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang.

g. Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet.

h. Efek racun dari merokok dan alkohol (Gin Djing, 2006 dan Ilyas, 2006).

2.2.4. Gejala

Adapun gejala dari katarak adalah :

a. Penglihatan kabur dan berkabut.

b. Merasa silau terhadap sinar matahari.

Universitas Sumatera Utara

c. Kadang merasa seperti ada film didepan mata.

d. Seperti ada titik gelap didepan mata.

e. Penglihatan ganda.

f. Sukar melihat benda yang menyilaukan.

g. Halo, warna disekitar sumber sinar.

h. Warna manik mata berubah atau putih.

i. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari.

j. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang.

k. Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari.

l. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah.

m. Sering berganti kacamata.

n. Penglihatan menguning.

o. Untuk sementara jelas melihat dekat (Ilyas, 2006).

2.2.5. Patogenesis Katarak

2.2.5.1. Konsep Penuaan

Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul

lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul

lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus

ini menjadi keras. Dengan menjadi tuanya seseorang, maka lensa mata akan

kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian

tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Dengan

bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya, keadaan ini akan

berkembang dengan bertambah beratnya katarak.

Universitas Sumatera Utara

2.2.5.2. Teori Radikal Bebas

Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang masih diperdebatkan,

tetapi telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu faktor

penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri

bersifat bening. Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada keseragaman

penampang dari serat-serat ini serta keteraturan dan kesejajaran letaknya di dalam

lensa. Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini menghilang dan serat-serat

bukannya meneruskan cahaya secara merata, tetapi menyebabkan cahaya terpencar

dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah kerusakan penglihatan yang parah (Youngson,

2005).

Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat

mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang

banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak

(Kumalaningsih, 2006).

Pandangan yang mengatakan bahwa katarak karena usia mungkin disebabkan

oleh kerusakan radikal bebas memang tidak langsung, tetapi sangat kuat dan terutama

didasarkan pada perbedaan antara kadar antioksidan di dalam tubuh penderita katarak

dibandingkan dengan mereka yang memiliki lensa bening.

2.2.5.3. Sinar Ultraviolet

Banyak ilmuan yang sekarang ini mencurigai bahwa salah satu sumber radikal

bebas penyebab katarak adalah sinar ultraviolet yang terdapat dalam jumlah besar di

dalam sinar matahari. Memang sudah diketahui bahwa radiasi ultraviolet

menghasilkan radikal bebas di dalam jaringan. Jaringan di permukaan mata yang

transparan sangat peka terhadap sinar ultraviolet. Pada mereka yang mempunyai

riwayat terpajan sinar matahari untuk waktu lama dapat mempercepat terjadinya

katarak.

Universitas Sumatera Utara

2.2.5.4. Merokok

Kerusakan lensa pada katarak adalah kerusakan akibat oksidasi pada protein

lensa. Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti aldehid.

Kita tahu bahwa radikal bebas dari asap rokok dapat merusak protein. Dilihat dari

semua ini, tidaklah mengherankan bahwa perokok lebih rentan terhadap katarak

dibanding dengan yang bukan perokok.

Gambar 2.2. Katarak

(Sumber : Gin Djing, 2006)

2.2.6. Klasifikasi

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan, yaitu katarak kongenital,

katarak juvenil, dan katarak senil (Ilyas, 2004).

a. Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera

setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering

ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella,

galaktosemia, homosisteinuri, diabetes mellitus, hipoparatirodism, homosisteinuri,

Universitas Sumatera Utara

toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai

katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti

mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik,

displasia retina, dan megalo kornea.

b. Katarak Juvenil

Katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3

bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun

metabolik dan penyakit lainnya seperti :

1. Katarak metabolik

a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)

b) Katarak hipokalsemik (tetanik)

c) Katarak defisiensi gizi

d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)

e) Penyakit Wilson

f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.

2. Otot

Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

3. Katarak traumatik

4. katarak komplikata

a) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,

pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).

b) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner

dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).

c) Katarak anoksik

Universitas Sumatera Utara

d) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,

triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan,

dan besi).

e) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit

(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta,

khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.

f) Katarak radiasi

c. Katarak Senil

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,

yaitu usia diatas 50 tahun.

Perubahan lensa pada usia lanjut :

1. Kapsul

a) Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak).

b) Mulai presbiopia

c) Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur.

d) Terlihat bahan granular

2. Epitel – makin tipis

a) Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat.

b) Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.

3. Serat lensa :

a) Lebih irregular

b) Pada korteks jelas kerusakan serat sel.

c) Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna

coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding

normal.

Universitas Sumatera Utara

d) Korteks tidak berwarna karena:

- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.

- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Katarak senil biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, kekeruhan

lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi

pada usia lebih dari 60 tahun.

Katarak senil secara klinik dikenal empat stadium yaitu: insipien, intumesen,

imatur, matur, hipermatur morgagni.

Tabel 2.1. Perbedaan Stadium Katarak Senil

Kekeruhan

Cairan lensa

Iris

Bilik mata

depan

Sudut bilik

mata

Shadow test

Penyulit

Insipien

Ringan

Normal

Normal

Normal

Normal

Negatif

-

Imatur

Sebagian

Bertambah

(air masuk)

Terdorong

Dangkal

Sempit

Positif

Glaukoma

Matur

Seluruh

Normal

Normal

Normal

Normal

Negatif

-

Hipermatur

Masif

Berkurang

(air+masa

lensa keluar

Tremulans

Dalam

Terbuka

Pseudopos

Uveitis +

Glaukoma

(Sumber : Ilyas, 2004)

Universitas Sumatera Utara

Katarak Insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior

dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular

posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan

degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.

Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang

tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu

yang lama.

Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat

lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai

pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga

bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa

ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi

pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan

ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan

bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol

pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak Imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum

mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume

lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada

keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga

terjadi glaukoma sekunder.

Katarak Matur. Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa

lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila

katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,

sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh

Universitas Sumatera Utara

lensa yang bila mana akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan

berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang

keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

Katarak Hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami

proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa

yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,

berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan

kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan

zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul

yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka

korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus

yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak

Morgagni.

Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak

nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus

dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan

biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum

memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior (Ilyas, 2004).

Berdasarkan lokasi terjadinya, katarak terbagi atas:

a. Katarak Inti atau Nuklear

Katarak inti atau nuklear merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya

terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

Keluhan yang biasa terjadi :

1. Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk melihat

dekat melepas kaca matanya.

Universitas Sumatera Utara

2. Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu kaca

mata) penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih

coklat.

3. Menyetir malam silau dan sukar.

4. Sukar membedakan warna biru dan ungu.

b. Katarak Kortikal

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruh-an

putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu peng-lihatan.

Banyak pada penderita diabetes mellitus.

Keluhan yang biasa terjadi :

1. Penglihatan jauh dan dekat terganggu.

2. Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.

c.Katarak Subkapsular

Katarak Subkapsular dimulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa,

tepat pada lajur jalan sinar masuk. Adanya riwayat diabetes mellitus, renitis

pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat

mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.

Keluhan yang biasa terjadi :

1. Mengganggu saat membaca.

2. Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya.

3. Mengganggu penglihatan (Ilyas, 2006).

2.2.7. Pencegahan

Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab

yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat

pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas

dalam tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah.

2. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel.

3. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak

pada mata.

4. Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya (Ilyas, 2006).

2.3. Antioksidan

2.3.1. Pengertian

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya cuma- cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu

sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas.

Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Antioksidan Dalam Menetralkan Radikal Bebas

Antioksidan

Elektron

Radikal bebas

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Klasifikasi

Terdapat tiga macam antioksidan yaitu :

1. Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara lain

superoksida dismutase, glutathione peroxidase, peroxidasi dan katalase.

2. Antioksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan, yaitu tokoferol,

vitamin C, betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik.

Tabel 2.2. Tanaman Yang Potensial Mengandung Antioksidan Alami dan Berada di

Sekitar Kita

Tanaman Jenis yang Berkhasiat Antioksidan

Sayur-sayuran Brokoli, Kubis, Lobak, Wortel, Tomat, Bayam, Cabe, Buncis,

Pare, Leunca, Jagung, Kangkung, Takokak, Mentimun.

Rempah Jahe, Temulawak, Kunyit, Lengkuas, Temumangga, Temuputih,

Kencur, Kapulaga, Bangle, Temugiring, Lada, Cengkeh, Pala,

Asam Jawa, Asam Kandis

Tanaman lain Teh, Ubi Jalar, Kedelai, Kentang, Keluwak, Labu Kuning, Pete

Cina

(Sumber: Putra, 2008)

3. Antioksidan sintetik, yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butylated

Hroxyanisole (BHA) yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah

kerusakan lemak (Gklinis, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Atas dasar fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi lima seperti

berikut.

1. Antioksidan Primer

Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru

karena ia dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang

dampak negatifnya, yaitu sebelum sempat bereaksi.

Antioksidan primer yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah enzim

superoksida dismutase. Enzim ini sangat penting sekali karena dapat melindungi

hancurnya sel-sel dalam tubuh akibat serangan radikal bebas. Bekerjanya enzim ini

sangat dipengaruhi oleh mineral-mineral seperti mangan, seng, tembaga dan selenium

yang harus terdapat dalam makanan dan minuman.

2. Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal

bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar. Contoh yang populer, antioksidan sekunder adalah vitamin E, Vitamin C,

dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.

3. Antioksidan Tersier

Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan

jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk

kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat

memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA

pada penderita kanker.

4. Oxygen Scavanger

Antioksidan yang termasuk oxygen scavanger yang mampu mengikat oksigen

sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C.

Universitas Sumatera Utara

5. Chelators atau Sequesstrants

Senyawa yang dapat mengikat logam sehingga logam tersebut tidak dapat

mengkatalis reaksi oksidasi. Akibatnya kerusakan dapat dicegah. Contoh senyawa

tersebut adalah asam sitrat dan asam amino.

Tubuh dapat menghasilkan antioksidan yang berupa enzim yang aktif bila

didukung oleh nutrisi pendukung atau mineral yang disebut juga ko-faktor.

Antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh antara lain adalah seperti berikut ini :

a. Superoksida Dismutase

Antioksidan ini merupakan enzim yang bekerja bila ada pembantunya, yaitu

berupa mineral-mineral seperti tembaga dan mangan yang bersumber pada kacang-

kacangan atau padi-padian. Dengan demikian sangat diperlukan sekali

mengkonsumsi bahan tersebut. Sayangnya kita lebih senang mengkonsumsi bahan

yang enak dimakan. Bagi orang yang mampu, kekurangan mineral dapat dilakukan

dengan meminum multivitamin dan suplemen mineral, tetapi bagi orang yang

hidupnya sedang-sedang saja lebih baik mengkonsumsi mineral dari tanaman karena

banyak juga tanaman yang dapat menghasilkan SOD antara lain brokoli, bayam,

sawi, dan juga hasil-hasil olahan seperti tempe.

b. Glutathione Peroksidase

Glutathione Peroksidase adalah enzim yang berperan aktif dalam

menghilangkan H2O2 dalam tubuh dan mempergunakannya untuk merubah

glutathione (GSH) menjadi glutathione teroksidasi (GSSG) dengan reaksi sebagai

berikut :

H2O2 + 2GSH 2 H2O + GSSG

Enzim tersebut mendukung aktivitas enzim SOD bersama-sama dengan

enzim katalase dan menjaga konsentrasi oksigen akhir agar stabil dan tidak berubah

menjadi pro-oksidan. Makanan yang kaya glutahione adalah kubis, brokoli,

asparagus, alpukat, dan kenari.

Universitas Sumatera Utara

Glutathione sangat penting sekali melindungi selaput-selaput sel. Senyawa

ini merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glisin, asam glutamat, dan

sistein.

c. Katalase

Enzim katalase disamping mendukung aktifitas enzim SOD juga dapat

mengkatalisa perubahan berbagai macam peroksida dan radikal bebas menjadi

oksigen dan air.

Enzim-enzim tersebut diatas dalam bekerjanya sangat membutuhkan mineral-

mineral penyusun, diantaranya : copper (Cu), zinc (Zn), selenium (Se), manganese

(Mn), serta besi (Fe).

2.3.3. Mekanisme Kerja Antioksidan

Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi

lemak. Untuk mempermudah pemahaman tentang mekanisme kerja antioksidan perlu

dijelaskan terlebih dahulu mekanisme oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga

tahap utama, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi.

Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu suatu

senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari

hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1).

Pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi

dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi lebih lanjut

akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak

baru (reaksi 3).

Inisiasi : RH - - R* + H * (1)

Propagasi : R* + O2 - - ROO* (2)

ROO* + RH - - ROOH + R* (3)

Universitas Sumatera Utara

Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi

lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida

dan keton yang bertanggung jawab atas flavor makanan berlemak.

Antioksidan yang baik akan beraksi dengan radikal asam lemak segera setelah

senyawa tersebut terbentuk. Dari berbagai antioksidan yang ada, mekanisme kerja

serta kemampuannya sebagai antioksidan sangat bervariasi (Kumalaningsih, 2006).

2.4. Wortel (Daucus carota)

2.4.1. Pengertian

Wortel merupakan tanaman yang sangat bermanfaat karena banyak

mengandung beta karoten. Semakin orange warnanya, maka semakin tinggi pula

kandungan beta karotennya. Dalam setiap 100 gram wortel diperoleh sekitar 12.000

SI vitamin A.

2.4.2. Kandungan Gizi

Kegunaan wortel sebagai bahan pangan sayur terdukung oleh energi dan

kandungan gizi pada umbi wortel yang cukup memadai. Energi dan kandungan gizi

pada wortel adalah seperti tertera pada tabel.

Tabel 2.3. Kandungan Gizi (Nutrisi) Dalam Tiap 100 Gram Umbi Wortel Segar

Kandungan gizi Banyaknya

1 2

Kalori 42,00 kal 55,00 kal

Protein 1,20 gr 1,30 gr

Kalori 0,30 gr 0,40 gr

Universitas Sumatera Utara

Karbohidrat 9,30 gr 12,40 gr

Kalsium 39,00 mg 60,00 gr

Fosfor 37,00 mg 28,00 gr

Zat Besi 0,80 mg 1,70 gr

Vitamin A 12.000,00 SI 18.000,00 SI

Vitamin B 10,06 mg 0,04 mg

Vitamin C 6,00 mg 9,00 mg

Serat - 0,90 gr

Abu - 0,80 gr

Natrium - 32,00 mg

Vitamin B2 0,04 mg

Niacin - 0,60 mg

Air 88,20 gr -

B.d.d 88,00 % 85,10%

Keterangan : B.d.d (Bagian dapat dicerna)

(1) Direktorat Gizi, Depkes RI (1981)

(2) Food and Nutrition Research Center Handbook No. 1, Manila (1964).

(Sumber : Rukmana, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Vitamin A (Karotenoid) adalah istilah umum untuk suatu kelompok senyawa

yang memiliki aktifitas biologi dari retinol dan merupakan zat gizi esensial untuk

penglihatan, reproduksi, pertumbuhan, diferensiasi epitelium, dan sekresi

lendir/getah. Sumber utama vitamin A adalah pigmen karotenoid (umumnya α-

karoten) dan retinil ester dari hewan. Senyawa ini diubah menjadi retinol dan

diesterifikasi dengan asam lemak rantai panjang. Hasil dari retinil ester diabsorpsi

bersama lemak dan ditransportasikan ke hati untuk disimpan.

Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange,

mempunyai sifat larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut dalam air.

Senyawa ini tersebar luas dalam tanaman dan buah-buahan. Seperti halnya dengan

khlorophyl, karotenoid juga terdapat dalam khloroplast daun atau batang tanaman

yang berwarna hijau. Karotenoid tidak selalu berdampingan khlorophyl, tetapi

sebaliknya khlorophyl selalu disertai dengan karotenoid. Disamping pada daun dan

batang tanaman, karotenoid juga terdapat pada bagian-bagian lain tanaman misalnya

pada umbi dan buah. Pada tanaman atau buah-buahan yang kandungan

karbohidratnya rendah, biasanya kandungan karotennya juga rendah. Pada umumnya

umbi-umbian mengandung sedikit karotenoid, kecuali ubi jalar atau wortel.

Karakteristik dari karotenoid adalah sensitif terhadap udara dan sinar terutama pada

suhu tinggi serta tidak larut dalam air, gliserol, dan propilen glikol. Karotenoid larut

dalam minyak makan pada suhu kamar.

Karotenoid merupakan suatu zat alamiah sangat penting yang tidak larut

dalam air, tetapi larut dalam lemak. Zat ini hanya ditemukan pada tumbuh-tumbuhan

dan tidak diproduksi oleh tubuh manusia. Karoten banyak terdapat pada wortel,

pisang, pepaya, jeruk, buah merica dan cabai.

Kata “karoten” berasal dari kata Latin yang berarti wortel (carrot), yaitu

pigmen warna kuning dan orange pada buah dan sayuran. Salah satu anggota

senyawa karoten yang banyak dikenal adalah β-karoten, yaitu senyawa yang akan

Universitas Sumatera Utara

dikonversikan jadi vitamin A (retinol) oleh tubuh. Itu sebabnya, β-karoten sering

disebut pro-vitamin A (sumber vitamin A). Dari tabel di atas dapat dilihat kandungan

vitamin A yang cukup tinggi dalam wortel.

Tubuh akan mengonversikan beta-karoten menjadi vitamin A dalam jumlah

secukupnya saja. Selebihnya akan tetap tersimpan sebagai beta karoten. Sifat inilah

yang menyebabkan beta karoten berperan sebagai sumber vitamin A yang aman. Jadi,

tidak seperti suplemen vitamin A yang bisa menyebabkan keracunan, jika diberikan

secara berlebihan.

Beta karoten, lutein dan zeaxantin ditemukan di wortel yang bertindak sebagai

antioksidan yang dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas di mata dan dapat

mencegah terjadinya katarak atau mengontrol terjadinya proses katarak (African

Journal of Food Science, 2009).

2.4.3. Manfaat wortel

Wortel adalah salah satu sumber makanan detoksifikasi yang mempunyai

kemampuan untuk mengatur ketidakseimbangan dalam tubuh. Wortel merupakan

komoditas sayuran yang banyak mengandung beta karoten yang merupakan prekusor

vitamin A.

Wortel sebagai sumber vitamin A berfungsi untuk membantu proses

penglihatan. Vitamin tersebut merupakan bagian yang sangat penting dari penerimaan

cahaya mata. Semua pigmen penglihatan mata dibuat dari protein yang mengandung

vitamin A. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan katarak dan kebutaan. Dalam

rangka menanggulangi kekurangan vitamin A dan epidemik kebutaan yang diderita

oleh penduduk di negara berkembang, Universitas Wisconsin telah mengembangkan

wortel yang memiliki kandungan vitamin A 3-5 kali lipat dibandingkan dengan

kandungan wortel yang telah ada, yang disebut wortel Beta III (Pitojo, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Dengan mengkonsumsi secara rutin wortel dapat mengurangi keganasan dari

radikal bebas. Pada penelitian Harvard dengan mengkonsumsi 50 mg karoten tiap

hari dapat mengurangi resiko terjadinya katarak. Dengan mengkonsumsi tujuh wortel

dapat memenuhi 50 mg karoten. Wortel selain dikonsumsi segar dapat pula dikukus

terlebih dahulu.

Menurit Gritz (1992) pada penelitian orang yang mengalami katarak

dibandingkan dengan kelompok pembanding yang telah dipilih dengan teliti yang

terdiri atas 94 orang yang berlensa bening. Kelompok kontrol yang normal dipilih

agar semirip mungkin dengan kelompok penderita katarak dalam usia, jenis kelamin,

pekerjaan, riwayat merokok, kadar kolesterol dalam darah, berat badan, tekanan

darah, dan ada tidaknya diabetes. Semua contoh darah mereka dianalisa dengan

metode yang sangat peka untuk mengetahui kadar vitamin E dan betakaroten.

Betakaroten adalah pigmen jingga (orange) yang terdapat dalam wortel, yang di

dalam hati diubah menjadi vitamin A.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada relasi yang berarti antara kadar

vitamin E dan betakaroten dengan kemungkinan mengalami katarak. Kadar vitamin

antioksidan yang rendah di dalam darah ditemukan pada kelompok katarak, dan kadar

yang lebih tinggi terdapat pada kelompok kontrol yang berlensa bening. Mereka

mempunyai kadar vitamin E dan betakaroten yang rendah mempunyai kemungkinan

dua setengah kali lebih besar untuk terkena katarak dibandingkan dengan yang

mempunyai kadar lebih tinggi (Youngson, 2005).

Universitas Sumatera Utara