pengaruh filsafat al kindi terhadap dunia islam

21
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberi nikmat pada kami sehingga Makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan Makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki, karena kami juga memiliki keterbatasan kemampuan. Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa penulis memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Penulis akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki makalah kami di masa datang. Semoga makalah berikutnya dan makalah yang lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik. Dengan menyelesaikan makalah ini penulis mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini. Semoga dengan adanya materi dalam makalah ini dapat menambah wawasan kita semua. 1

Upload: independent

Post on 26-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada

Tuhan yang Maha Esa yang telah memberi nikmat pada kami sehingga

Makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan

terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam

pembuatan Makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai

keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal

yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula 

dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal

dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Kami

melakukannya semaksimal  mungkin dengan kemampuan yang kami

miliki, karena kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa penulis

memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, penulis bersedia

menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Penulis akan

menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan

yang dapat memperbaiki makalah kami di masa datang. Semoga

makalah berikutnya dan makalah yang lain dapat diselesaikan

dengan hasil yang lebih baik.

Dengan menyelesaikan makalah ini penulis mengharapkan banyak

manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini. Semoga

dengan adanya materi dalam makalah ini dapat menambah wawasan

kita semua.

1

Banda Aceh, 22 Juni 2014

Penulis

Maksalmina

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................... i

DAFTAR ISI .......................................... ii

BAB SATU : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................... 1B. Rumusan Masalah............................ 2C. Tujuan Penelitian......................... 2

BAB DUA : PEMBAHASAN............................. 3

A. Biografi Al-Kindi.......................... 3B. Pemaduan filsafat dan agama menurut Al-Kindi 4C. Konsep filsafat ketuhanan menurut Al-Kindi. 6D. Konsep filsafat jiwa menurut Al-Kindi...... 7E. Pengaruh Filsafat Al-Kindi terhadap dunia Islam

9

2

BAB TIGA : PENUTUP................................. 11

A. Kesimpulan................................... 11

DAFTAR PUSTAKA...................................... 12

3

BAB SATUPENDAHULUAN

Falsafat atau filsafat adalah merupakan kata yang berasal

dari bahasa yunani yaitu philosophia sebagai gabungan dari philein

yang berarti ”cinta“ dan shoppos yang berarti “hikmah“. Kemudian

philosophia masuk kedalam bahasa arab menjadi falsafat yang berarti

cara berfikir menurut kogika dengan bebas, sedalam-dalamnya

sampai kepada dasar persoalan.

Dari segi praktisnya berfilsafat berarti “berfikir“ . filsafat

berarti “alam fikiran“ atau alam berfikir”. Namun demikian tidak

semua berfikir berarti berfilsafat. Sidi Gazalba mengartikan

“berfilsafat“ berarti mencari kebenaran untuk kebenaran tentang

segala sesuatu yang dimasalahkan, berfikir secara radikal,

sistematis,dan universal. Dapatlah dikatakan bahwa intisari

filsafat ialah berfikir secara logika dengan bebas (tidak terikat

pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya

sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.

Agama yang berarti menguasai diri seorang dan membuat ia

tunduk dan patuh kepada tuhan dengan menjalankan ajaran agama.

intisari yang terkandung didalamnya adalah “ ikatan“. Agama

mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi

manusia. Karena mempunyai pengaruh dalam aktivitas manusia. Dan

ikatan itu, mempunyai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap

dengan panca indra.

Filsafat bagi al-kindi ialah pengetahuan tentang yang benar.

Disinilah terdapat persamaan filsafat dan agama. Tujuan agama

4

ialah menerangkan apa yang benar apa yang baik.demikian halnya

filsafat. Agama, disamping wahyu, mempergunakan akal,dan filsafat

juga menggunakan akal. Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah

Tuhan dan filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang

Tuhan. Bahkan Al-Kindi berani mengatakan bagi orang yang menolak

filsafat, telah mengingkari kebenaran, dan menggolongkannya

kepada “kafir”, karena orang-orang tersebut telah jauh dari

kebenaran, walaupun menganggap dirinya paling benar. Karena

keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga

alasan:(1) ilmu agama merupakan bagian dari filsafat, (2) wahyu

yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling

bersesuaian dan,(3) menurut ilmu, secara logika, diperintahkan

dalam Agama.

Filsafat Islam memiliki karakteristik yang berbeda dengan

filsafat mana pun di dunia. Lahirnya filsafat didasarkan pada

Alquran sebagai sumber dorongan dan sumber informasi. Akan

tetapi, banyak kesalah fahaman dan anggapan bahwa filsafat Islam

itu bertentangan dengan Alquran dan hadis. Padahal, yang

dibicarakan di dalamnya adalah masalah-masalah yang belum

ditemukan dan masih bisa di cari kebenarannya tentunya yang

bersumber dari Alquran dan hadis.

Terkait dengan hal diatas maka perlu di ungkapkan beberapa

bentuk dari filsafat Islam yang juga terlahir dari khasanah

pemikiran orang-orang Islam. Salah satu contoh filosof dari orang

Islam adala Al-Kindi yang akan di jelaskan lanjut di dalam

pembahasan di bawah ini.

5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi Al-Kindi?

2. Bagaimana pemaduan filsafat dan agama menurut Al-Kindi?

3. Bagaimana konsep filsafat ketuhanan menurut Al-Kindi?

4. Bagaimana konsep filsafat jiwa menurut Al-Kindi?

5. Bagaimana pengaruh Filsafat Al-Kindi terhadap dunia Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan bagaimana biografi Al-Kindi?

2. Untuk menjelaskan bagaimana pemaduan filsafat dan agama

menurut Al-Kindi?

3. Untuk menjelaskan bagaimana konsep filsafat ketuhanan

menurut Al-Kindi?

4. Untuk menjelaskan bagaimana konsep filsafat jiwa menurut

Al-Kindi?

5. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh Filsafat Al-Kindi

terhadap dunia Islam?

6

BAB DUAPEMBAHASAN

A. Biografi Al-Kindi

Al-Kindi, nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’cup Ibnu Ishaq

Ibnu Al-Shabbah Ibnu Imron Ibnu Muhammad Ibnu Asy’as Ibnu Qais

Al-Kindi. Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801

M) dari keluarga kaya dan terhormat. Sedikit sekali informasi

yang kita peroleh tentang pendidikannya. Ia pindah dari Kufah ke

Basrah, sebuah pusat studi bahasa dan teologi Islam. Kemudian

selagi masih muda, ia menetap di Baghdad, ibu kota kerajaan Bani

Abbas, yang juga sebagai jantung kehidupan intelektual pada masa

itu.1

Ia sangat tekun mempelajari berbagai disiplin ilmu. Oleh

karena itu, tidaklah heran ia dapat menguasai ilmu astronomi,

ilmu ukur, ilmu alam, astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik,

meteorology, optika, kedokteran, matematika, filsafat, dan

politik. Penguasaannya terhadap filsafat dan disiplin ilmu

lainnya telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang

berkebangsaan Arab dalam jajaran para filosof terkemuka. Karena

itu pulalah ia dinilai pantas menyandang gelar Failasuf al ‘Arab

(filosof berkebangsaan Arab).

Al-Kindi hidup di era kejayaan Islam Baghdad di bawah

kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Tak kurang dari lima periode

khalifah dilaluinya yakni, Al-Amin, Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, Al-

Wasiq dan dan Mutawakkil. Al-Kindi termasuk seorang yang kreatif1 Sirajudin Zar, Filsafat Islam Filosof dan filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), h.37.

7

dan produktif dalam kegiatan tulis menulis. Untuk lebih jelasnya

di bawah ini dikemukakan beberapa karya tulis Al-Kindi.2

1. Fi al falsafat al-‘Ula

2. Kitab al-Hassi ‘ala Ta’allum al-Fasafat

3. Risalat ila al-Ma’mun fi al-‘illat wa Ma’lu

4. Risalat fi Ta’lif al-A’dad

Unsur-unsur filsafat pada pemikiran al-kindi ialah:

1. Aliran Pythagoras tentang matemaika sebagai jalan kearah

filsafat

2. Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan

metafisika meskipun al-kindi tidak sepakat dengan Aristoeles

tenang qadimnya alam.

3. Pikiran-pikiran Plato salam soal kejiwaan.

4. Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam

soal etika.

5. Wahyu dan iman (ajaran –ajaran agama) dalam soal-soal yang

berhubungan dengan Tuhan dan sifat-sifat-Nya.

6. Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan

dalm menakwilkan ayat-ayat Quran.

B. Pemaduan Filsafat dan Agama

Salah satu usaha Al-Kindi memperkenalkan filsafat ke dalam

dunia Islam dengan cara mengetuk hati umat supaya menerima

kebenaran walaupun dari mana sumbernya. Menurutnya, mengakui

kebenaran tidak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya selain

2 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 43.

8

kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremehkan dan merendahkan

martabat orang yang menerimanya.3

Al-Kindi adalah orang Islam yang pertama yang mengupayakan

pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan agama, atau antara

akal dan wahyu. Menurutnya keduanya tidaklah bertentangan karena

masing-masing marupakan ilmu tentang kebenaran. Sedangkan

kebenaran itu adalah satu (tidak banyak). Ilmu filsafat meliputi

ketuhanan, keesaannya, dan keutamaan serta ilmu-ilmu yang

mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat.

Hal seperti ini juga dibawa oleh para Rasul Allah dan juga mereka

menetapkan keesaan Allah dan memastikan keutamaan yang diridloi-

Nya.

Usaha yang ia lakukan cukup menarik dan bijaksana. Ia mulai

membicarakan kebenaran. Menurutnya kita tidak boleh malu untuk

mengakui kebenaran dan mengambilnya, dari manapun datangnya,

meskipun dari bangsa lain ataupun orang asing.4 Sesuai dengan

anjuran agama yang mengajarkan bahwa kita wajib menerima

kebenaran dengan sepenuh hati tanpa mempersoalkan sumbernya,

sekalipun sumber tersebut dari orang asing. Kemudian, usaha

berikutnya ia masuk pada persoalan pokok, yakni filsafat. Dalam

usaha pemaduannya ini,

Al-Kindi juga membawakan ayat-ayat Alquran. Menurutnya

menerima dan mempelajari filsafat sejalan dengan Alquran yang

memerintahkan pemeluknya untuk meneliti dan membahas segala3 Sirajudin Zar, Filsafat Islam, h. 43-44.

4 Poerwantana, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993),h. 104.

9

fenomena di alam semesta ini. Di antara ayat-ayatnya adalah

sebagai berikut:

“Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-

orang yang mempunyai wawasan.” (Al Hasyr: 2)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih

bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut

membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah

turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan

bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu

segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang

dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-

tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”

(Al-Baqarah: 164).

Dengan demikian, Al-Kindi telah membuka pintu bagi

penafsiran filosof terhadap Alquran, sehingga menghasilkan

persesuaian antara wahyu dan akal serta antara filsafat dan

agama. Lebih lanjut ia kemukakan bahwa pemaduan antara filsafat

dan agama didasarkan pada tiga alasan berikut.5

1. Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat.

2. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan kebenaran filsafat

saling bersesuaian.

3. Menuntut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam agama.

Al-Kindi juga mengemukakan perbedaan antara filsafat dan

agama sebagai berikut:6

5 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 47.

6 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 48-49.

10

a. Filsafat adalah ilmu kemanusiaan yang dicapai oleh filosof

dengan berpikir, belajar, dan usaha manusiawi. Sementara

itu, agama adalah ilmu ketuhanan yang menempati peringkat

tertinggi karena diperoleh tanpa proses belajar, berpikir,

dan usaha manusiawi, melainkan hanya dikhususkan bagi para

Rasul yang dipilih Allah dengan mensucikan jiwa mereka dan

memberinya wahyu.

b. Jawaban filsafat menunjukkan ketidakpastian (semu) dan

memerlukan pemikiran atau perenungan. Sementara itu, agama

(Alquran) jawabannya menunjukkan kepastian (mutlak benar)

dan tidak memerlukan pemikiran atau perenungan.

c. Filsafat menggunakan metode logika sedangkan agama

menggunakan metode keimanan.

Kesimpulannya, Al-Kindi merupakan pionir dalam melakukan

usaha pemaduan antara filsafat dan agama atau antara akal

dan wahyu. Ia melapangkan jalan bagi Al-Farabi, Ibnu Sina,

dan Ibnu Rusd yang dating kemudian. Dalam hal ini dapat

dikatakan bahwa Al-Kindi telah memainkan peran penting di

pentas filsafat Islam.

C. Fisafat Ketuhanan

Pandang Al-Kindi tentang ketuhanan sudah disesuaikan dengan

ajaran Islam. Hal ini bertentangan dengan pendapat-pendapat

filosof Yunani sebelumnya. Al-Kindi berpendapat bahwa Tuhan itu

ada (wujud) yang sebenar-benarnya, bukan berasal dari tiada

11

kemudian ada. Ia mustahil tidak ada dan selalu ada dan akan ada

selamanya. Tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului

wujud yang lain. Wujud-Nya tidak berakhir, sedangkan wujud lain

disabakan wujud-Nya. Ia Maha Esa dan tidak dapat dibagi-bagi dan

tidak ada zat lain yang menyamai-Nya dalam segala aspek. Ia tidak

melahirkan dan dilahirkan. Dan Tuhan yang Maha Esa itu adala

Allah.

Menrut Al-Kindi benda-benda yang ada di alam ini mepunyai

dua hakikat yaitu hakikat juz’iyyah atau aniyah (sebagian) dan

hakikat kulliyah atau mahiyyah (keseluruhan).7 Allah dalam

filsafat AI-Kindi, tidak mempunyai hakikat dalam arti 'aniah dan

mahiah. Tidak 'aniah karena Allah bukan benda yang mempunyai

sifat fisik dan tidak pula termasuk dalam benda-benda di alam

ini. Allah tidak tersusun dari mater dan bentuk. Akan tetapi,

Allah juga tidak mempunyai hakikat dalam bentuk mahiyah. Bagi Al-

Kindi, Allah adalah unik. Ia hanya satu dan tidak ada yang setara

dengan-Nya. Dialah Ying Benar Pertama (al-Haqq al-Awwal) dan Yang

Benar Tunggal (al-Haqq al-Wahid). Selain dari-Nya, semuanya

mengandung arti banyak.8

Sesuai dengan paham yang ada dalam Islam, Allah bagi Al-

Kindi, adalah Pencipta alam semesta dan mengaturnya, yang disebut

dengan ibda'. Pendapatnya ini berbeda dengan pandangan

Aristoteles yang mengatakan bahwa Allah sebagai Penggerak Pertama

yang tidak bergerak. Di sini terlihat Al-Kindi sekalipun

7 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 47.

8 Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1996), h. 356.

12

terpengaruh oleh filsafat Yunani, ia tidak begitu saja menerima

ide-ide yang ada di dalamnya, tetapi ia menyesuaikannya. dengan

ajaran Islam. Untuk membuktikan adanya Allah, Al-Kindi memajukan

tiga argumen:

1. Baharunya alam

2. Keanekaragaman dalam wujud

3. Kerapian alam.

Tentang dalil atau argumen baharunya alam telah lazim

dikenal di kalangan kaum teolog sebelum Al-Kindi. Akan tetapi,

Al-Kindi mengemukakannya secara filosofis. Ia berangkat dari

pertanyaan, apakah mungkin sesuatu menjadi sebab bagi wujud

dirinya? Dengan tegas Al-Kindi menjawab, bahwa itu tidak mungkin

karena alam ini mempunyai permulaan waktu dan setiap yang

mempunyai permulaan akan berkesudahan. Justru itu setiap benda,

ada yang menyebabkan wujudnya dan mustahil benda itu sendiri yang

menjadi sebabnya. Ini berarti bahwa alam semesta baharu dan

diciptakan dari tiada oleh yang menciptakannya, yakni Allah.9

Tentang argumen yang kedua, keanekaragaman dalam wujud, kata

Al-Kindi dalam alam empiris ini tidak mungkin ada keanekaragaman

tanpa keseragaman atau sebaliknya. Terjadinya keanekaragaman dan

keseragaman ini bukan secara kebetulan, tetapi ada yang

menyebabkan atau yang merancangnya. Sebagai penyebabnya mustahil

alam itu sendiri, dan jika alam yang menjadi sebabnya akan

terjadi rangkaian yang tidak akan habis-habisnya. Sementara itu,

sesuatu yang tidak berakhir tidak mungkin terjadi. Justru itu,

9 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 53.

13

sebabnya harus yang berada di luar alam sendiri, yakni Zat Yang

Maha Baik, Maha Mulia, dan lebih dahulu adanya dari alam, yang

disebut dengan Allah SWT.10

Dalam uraian di atas, Al-Kindi menyebut dua sebab: pertama,

sebab yang sebenarnya dan aksinya adalah ciptaan dari ketiadaan.

Ia adalah Allah Yang Maha Esa, Pencipta Tunggal alam semesta.

Kedua, sebab yang tidak sebenarnya. Sebab ini adanya lantaran,

sebab lain dan sebab-sebab itu sendiri adalah sebab-sebab dari

efek-efek lain. Sebab-sebab seperti ini jelas berkehendak dan

membutuhkan yang lain tanpa berkesudahan. la bukanlah dinamakan

sebab yang menciptakan alam ini.

Tentang argumen yang ketiga, kerapian alam, Al-Kindi

menegaskan bahwa alam empiris ini tidak mungkin teratur dan

terkendali begitu saja tanpa ada yang mengatur dan

mengendalikannya. Pengatur dan pengendalinya tentu yang berada di

luar alam dan tidak sama dengan alam. Zat itu tidak terlihat,

tetapi dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda atau fenomena

yang terdapat di alam ini. Zat itulah yang disebut dengan Allah

SWT.11

D. Filsafat Jiwa

Kaum filosof Muslim memakai kata jiwa (al-nafs) pada apa

yang diistilahkan Alquran dengan al-ruh. Kata ini telah masuk ke

dalam bahasa Indonesia dalam bentuk nafsu, nafas, dan roh. Akan

10 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 53.

11 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 54.

14

tetapi, kata nafsu dalam pemakaian sehari-hari berkonotasi dengan

dorongan untuk melakukan perbuatan yang kurang baik sehingga kata

ini sering dirangkaikan menjadi satu dengan kata hawa, yakni hawa

nafsu.

Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW tidak menjelaskan

secara tegas tentang roh atau jiwa. Bahkan Al-Quran sebagai

sumber pokok ajaran Islam menginformasikan bahwa manusia tidak

akan mengetahui hakikat roh karena itu adalah urusan Allah dan

bukan urusan manusia (pada surah Al-Isra’: 85) Justru itu, kaum

filosof Muslim membahas jiwa mendasarkannya pada filsafat jiwa

yang dikemukakan para filosof Yunani, kemudian mereka selaraskan

dengan ajaran Islam.

Sebagaimana jiwa dalam filsafat Yunani, Al-Kindi juga

mengatakan bahwa jiwa adalah jauhar basith (tunggal, tidak

tersusun, tidak panjang, dalam, dan lebar). Jiwa mempunyai arti

penting, sempurna, dan mulia. Substansinya berasal dari substansi

Allah. Hubungannya dengan Allah sama dengan hubungan cahaya

dengan inatahari. Jiwa mempunyai wujud tersendiri, terpisah, dan

berbeda dengan jasad atau badan. Jiwa bersifat rohani.12

Argumen tentang bedanya jiwa dengan badan, menurut Al-Kindi

ialah jiwa menentang keinginan hawa nafsu. Apabila nafsu marah

mendorong manusia untuk melakukan kejahatan, maka jiwa

menentangnya. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa jiwa sebagai

yang melarang tentu tidak sama dengan hawa nafsu sebagai yang

dilarang.

12 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 59.

15

Al-Kindi menolak pendapat Aristoteles yang mengatakan bahwa

jiwa manusia sebagaimana benda-benda, tersusun dari dua unsur,

materi dan bentuk. Materi ialah badan dan bentuk ialah jiwa

manusia. Hubungan jiwa dengan badan sama dengan hubungan bentuk

dengan materi. Bentuk atau jiwa tidak bisa mempunyai wujud tanpa

materi atau badan dan begitu pula sebaliknya materi atau badan

tidak pula bisa wujud tanpa bentuk atau jiwa.

Dalam hal ini pendapat Al-Kindi lebih dekat pada pendapat Plato

yang mengatakan bahwa kesatuan antara jiwa dan badan adalah

kesatuan acciden, binasanya badan tidak membawa binasa pada jiwa.

Al-Kindi juga menjelaskan bahwa pada jiwa manusia terdapat

tiga daya yaitu daya bernafsu yang terdapat di perut, daya marah

yang terdapat di dada, dan daya pikir yang berpusat dikepala.13

Al-Kindi dalam risalahnya menjelaskan akal. la gambarkan akal

sebagai suatu potensi sederhana yang dapat mengetahui hakikat-

hakikat sebenarnya dari benda-benda. Akal, menurutnya, terbagi

menjadi tiga macam yaitu:14

1. Akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal pertama ini berada

di luar jiwa manusia, bersifat Ilahi, dan selamanya dalam

aktualitas. Karena selalu berada dalam aktualitas, akal inilah

yang membuat akal yang bersifat potensi dalam jiwa manusia

menjadi aktual. Sifat-sifat akal ini ialah sebagai berikut:

a. Ia adalah Akal Pertama

b. Ia selamanya dalam aktualitas

c. Ia membuat akal potensial menjadi aktual berpikir

13 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 60.14 Sirajudin Zar, Filsafat Islam….., h. 61-62.

16

d. Ia tidak sama dengan akal potensial, tetapi lain daripadanya

2. Akal yang bersifat potensial, yakni akal murni yang ada dalam

diri manusia yang masih merupakan potensi dan belum menerima

bentuk-bentuk indrawi dan yang akali.

3. Akal yang bersifat perolehan. Ini adalah akal yang telah

keluar dari potensialitas ke dalam aktualitas, dan mulai

memperlihatkan pemikiran abstraksinya. Akan perolehan ini dapat

dicontohkan dengan kemampuan positif yang diperoleh orang dengan

belajar, misalnya tentang bagaimana cara menulis.

E. Pengaruh Filsafat Al-Kindi Terhadap Dunia Islam

Al-Kindi sebagai kunci pertama pembuka gerbang filsafat

dunia islam. Melalui usahanya ini Al-Kindi berhasil membuka jalan

bagi kaum muslimin untuk menerima filsafat. Al-Kindi memiliki

pengaruh dan kostribusi besar terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan di dunia islam. Sejarah membuktikan, prestasi yang

telah di ukir Al-Kindi menjadikan dirinya dinobatkan sebagai

filosof muslim kenamaan yang sejajar dengan para pemikir raksasa

lainnya. Ia adalah filosof pertama islam yang menyelaraskan agama

dengan filsafat.

Ia melicinkan jalan bagi al-farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd.

Ia memberikan dua pandangan yang berbeda. Yang pertama mengikuti

jalur ahli logika, dan memfilsafatkan agama. Yang kedua,

memandang agama sebagai ilmu ilahiyah dan menempatkannya di atas

17

filsafat. Ilmu ilahiyah diketahui lewat jalur para nabi. Tetapi

melalui penafsiran para filosofis, agama jadi selaras dengan

filsafat. Kebesaran Al-Kindi telah dibuktikan dengan pengaruh Al-

Kindi terhadap kemajuan peradaban islam, kemajuan ilmu

pengetahuan di dunia islam yang dipelopori oleh Al-Kindi ini

telah mengantarkan Al-Kindi dan karya-karyanya menghiasi kerajaan

Al- Mu’tasim. Pemikiran Al-Kindi telah banyak menginspirasikan

banyak para pemikir lain pada masa itu. Hal itu dibuiktikan oleh

Gerad dari Cremona ke dalam bahasa latin. Karya-karya itu sangat

mempengaruhi Eropa pada abad pertengahan.15

15 Ahmad dan Mudzakir Syadali, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 40.

18

BAB TIGAPENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana telah diketahui, Al-Kindi banyak mempelajari

filsafat Yunani, maka dalam pemikirannya banyak kelihatan unsur-

unsur filsafat Yunani itu. Oleh karena pemikiran Al-Kindi banyak

mendapat pengaruh filsafat Yunani, maka sebagian penulis

berpendapat bahwa al-Kindi mengambil alih seluruh filsafat

Yunani.

Tetapi bila pemikirannya dipelajari dengan seksama, tampak

bahwa pada mulanya Al-Kindi mendapat pengaruh pikiran filsafat

Yunani, tetapi akhirnya ia mempunyai posisi sendiri. Yang

diadopsi oleh al-Kinī adalah peminjaman istilah seperti istilah

Filsafat Pertama oleh al-Kindī dalam karyanya dinamakan al-

Falsafah al-‘Ūlā, sifat Tuhan diungkapkan dengan ungkapan-

ungkapan negative, serta pembagian alam atas dan alam bawah, agen

pertama sebagai Sebab Pertama adalah teori yang diambil dari

Neoplatinus. Kesimpulan genaralnya, yang dilakukan al-Kindi

adalah adapsi, buktinya ia memiliki gagasan-gagasan baru yang

ternyata bersebrangan dengan Aristoteles. Ternyata, sumber utama

perbedaaan tersebut pada aspek yang sangat elementer dalam

filsafat, yakni konsep Tuhan. Filsafat Ketuhanan al-Kindi berasas

metafisika, sedangan filsafat Aristoteles di bangun di atas teori

fisika belaka. Ini berarti, konsep Tuhan al-Kindi berdasarkan

wahyu sedangan pandangan Aristoteles yang anti-metafisik

menelurkan sekularisme.

19

Karena sumber perbedaan itu dari hal yang paling mendasar,

maka secara otomatis konsep-konsep lainnya juga akan berbeda.

Sebab, bagi al-Kindi, filsafat paling utama adalah mencari yang

benar, yakni konsep tentang ketuhanan. Dari beberapa pemikiran

filsafat yang ditekuni, akhirnya Al-Kindi berkesimpulan bahwa

filsafat Ketuhananlah yang mendapat derajat atau kedudukan yang

paling tinggi dibandingkan dengan lainnya. Ia memandang

pembahasan mengenai Tuhan adalah sebagai bagian filsafat yang

paling tinggi kedudukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad dan Mudzakir Syadali, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Hanafi, Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 2004.

Nurcholis Majid, Khasanah Intelektual Islam, Jakarta: Bulan Bintang,1987.

Nasution, Harun Nasution, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1996.

Poerwantana, Seluk Beluk Filsafat Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya,1993.

20

Sirajudin Zar, Filsafat Islam Filosof dan filsafatnya, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.

21