pbl blok 9 scribd
TRANSCRIPT
Tinjauan Pustaka
Struktur Saluran Pencernaan dan Mekanisme Pencernaan
Manusia
Abstrak
Setiap mahluk hidup memiliki saluran pencernaan. Saluran pencernaan sangat berperan penting terutama dalam tubuh manusia. Saluran pencernaan manusia berawal dari mulut (Cavum oris). Setelah mulut saluran pencernaan manusia berlanjut ke Faring. Setelah membahas faring, saluran pencernaan kita terus berlanjut ke oesophagus. Lambung (Gaster) terletak di bagian atas abdomen. Setelah melalui gaster makanan akan masuk ke dalam duodenum. Setelah melalui duodenum kimus akan masuk ke jejunum, kemudian ke ileum dan akan bergerak ke colon. Didalam tubuh manusia terdapat 4 proses pencernaan dasar yaitu motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan. Ketika gerakan masa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum, peregangan yang terjadi di rektum merangsang reseptor regang di didinding rektum, memicu refleks defekasi.
Katakunci: Struktur Saluran Pencernaan, Proses Pencernaan, Proses Defekasi.
Abstract
Every living creature has the digestive tract. The digestive tract is very important especially in the human body. The human digestive tract begins with the mouth (cavum oris). After the mouth of the human digestive tract continues to pharynx. After discussing the pharynx, the digestive tract we continue into the esophagus. Stomach (Gaster) located in the upper abdomen. After going through the stomach of food will be entered into the duodenum. After going through the duodenum kimus will be entered into the jejunum, ileum and will then move to the colon. In the human body there are four basic digestive processes, namely motility, secretion, digestion, and absorption. When the mass movement in the colon push the stool into the rectum, stretching that occurs in the rectum stimulates stretch receptors in the wall of the rectum, defecation reflex triggered.
Keywords: Gastrointestinal structure, Ingestion, Defecation process.
1
Bab I : Pendahuluan
Latar Belakang :
Belakangan ini banyak sekali penyakit yang menyerang saluran pencernaan. Beberapa
dari manusia di bumi, terutama di jaman modern ini masih banyak orang yang memiliki
gaya hidup tidak sehat sehingga kesehatan pada struktur saluran cerna pun terganggu.
Penyakit yang paling banyak terdapat di daerah berkembang disebabkan oleh saluran
pencernaan.. Oleh karena itu pentingnya pengetahuan akan struktur saluran pencernaan,
proses pencernaan serta proses terjadinya muntah pun harus menjadi pengetahuan di
kalangan masyarakat.
Tujuan :
Membantu pembaca makalah ini untuk mengetahui tentang struktur saluran pencernaan,
proses pencernaan makanan, dan proses terjadinya muntah.
Bab II : Pembahasan
Struktur Saluran Pencernaan
1. Mulut
Saluran pencernaan manusia berawal dari mulut (Cavum oris). Lubang masuk mulut
(rima oris) dan berkahir di isthmus faucium. Terbagi dalam vestibulum oris dan cavum oris
proprium. Vestibulum oris merupakan daerah diantara buccae di sebelah luar dan gigi
geligi dengan processus alveolarisnya di sebelah dalam. Buccae merupakan daerah diantara
angulus oris sampai tepi m.masseter sedangkan gigi geligi terletak pada processus
alveolaris yang dilapisi oleh selaput lender dan mendapat pendarahan dari cabang-cabang
a.facialis rr.alveolaris superiors dan a.infra orbitalis r.alveolaris superior anterior untuk gigi
geligi atas dan a.alveolaris inferior cabang a.facialis untuk gigi geligi bawah. Di sebelah
depan dari rongga mulut ada labium oris (bibir) yang saling berhubungan di sudut kanan
dan kiri pada angulus oris.1
2
Secara histologisnya labium oris (bibir) dapat dibagi menjadi 3 area yaitu:
1. Area Cutanea : Daerah permukaan bibir ini merupakan lanjutan kulit disekitar
mulut. Maka gambaran histologisnya sebagai kulit pula. Paling luar dilapisi oleh
epidermis yang merupakan epitel gepeng berlapis berkeratin. Dibawah epidermis
terdapat jaringan pengikat yang disebut corium yang membentuk tonjolan-tonjolan
kearah epidermis yang disebut sebagai papila corii. Sel-sel basal epidermis
mengandung butir-butir pigmen. Seperti juga pada struktur kulit lainnya pada
permukaan kulit ini dilengkapi oleh alat-alat tambahan kulit seperti glandula
sudorifera, glandula sebasea dan folikel rambut.2
2. Area merah bibir (area intermedia): Epitelnya berlapis gepeng tidak
bertanduk epitelnya transparan (jernih) karena mengandung butir-butir eleidin.
Papilla jaringan ikatnya tinggi-tinggi dan mengandung banyak kapiler.2
3. Area oral mukosa: Bagian ini mempunyai struktur histologis yang sama dengan
pipi. Epitelnya berlapis gepeng tidak bertanduk dan lamina propianya agak kompak.
Pada tunika submukosa didapati kelenjar labialis yang bersifat seromukus. Dibawah
submukosa didapati otot lurik (M.orbicularis oris).2
Terdapat selaput lender melapisi vestibulum oris di sebelah dalam. Di garis tengah
terdapat suatu lipatan yang menghubungkan bibir dengan processus alveolaris dan
dinamakan frenulum labii suprioris et inferioris. Perdarahan oleh aa.labialis superiors et
inferiors, cabang a.facialis dan a.temporalis superficialis. Persarafan kulit wajah oleh
cabang-cabang n.trigeminus V dan otot-otot wajah oleh cabang-cabang n.facialis.1
Cavum oris proprium, batas-batasnya adalah disebelah anterior dan samping terdapat
arcus dentalis dengan processus alveolarisnya, di sebelah atas oleh palatum durum et
molle, sebelah bawah oleh diafragma oris, sebelah belakang oleh isthmus faucium dan
isinya lidah.1
Isthmus faucium adalah hubungan antara rongga mulut dan oropharynx. Bila mulut
dibuka akan tampak dua lengkung yaitu arcus palatoglossus di depan yang lebih ke lateral
dan arcus palatopharyngeus di belakang yang lebih ke medial. Diantara kedua arcus
tersebut terdapat sinus tonsillaris, di dalam mana terletak tonsilla palatine (amandel).
Pendarahan oleh a.tonsillaris cabang a.facialis dan dipersarafi oleh plexus tonsillaris yang
terbentuk dari n.IX dan n.X.1
3
Lidah terutama terdiri atas otot-otot yang dibedakan menjadi otot ekstrinsik yang
berfungsi mengerakkan lidah dan otot intrinsik yang merubah bentuk lidah. Otot-otot
ekstrinsik adalah m.genioglossus, m.hyoglossus, m.styloglossus dan m.salatoglossus
sedangkan otot-otot intrinsik adalah m.verticalis, m.longitudinalis superior et inferior serta
m.transversalis. Semua otot ekstrinsik dan intrinsic (motorik) dipersarafi oleh
n.hypoglossus kecuali m.palatoglossus yang dipersarafi oleh n.glossopharyngeus.
Sedangkan sensoriknya 2/3 anterior untuk sensible oleh n.lingualis dan pengecap oleh
chorda tympani (n.VII) dan bagian 1/3 posterior bagian sensibel oleh n.IX dan X pengecap
oleh n.IX.1
Kelenjar-kelenjar ludah pada mulut terbagi atas 3 yaitu: glandula parotis,
submandibularis dan glandula lingualis. Glandula sublingualis merupakan saluran keluar
paling kecil. Pada glandula submandibularis terdapat ductus whartoni dan pada glandula
parotis terdapat ductus parotidius stenonlanus (stensen) yang merupakan papilla salivaria
setinggi molar atas ke-2.1
Terdapat 4 otot pengunyah pada mulut yang melekatkan mandibula pada basis crania
yaitu m.masseter, m.temporalis, m.pterygoideus lateralis dan m.pterygoideus medialis.
Persarafan otot-otot ini oleh n.mandibularis (portio minor n.trigemini V3).1
Gambar 1. Struktur Cavum Oris1
2. Faring
Setelah mulut saluran pencernaan manusia berlanjut ke Faring. Faring adalah suatu
pipa muskulofascial yang kontraktil. Terbentang di antara basis cranial sebelah cranial dan
berakhir pada oesophagus di sebelah kaudal setinggi vertebra cevicalis ke-6. Pharynx
terdiri dari nasopharynx, oropharynx, dan laringopharynx. Laringopharynx ada di belakang
epiglotis dan laring berhubungan dengan esophagus di bagian bawah. Makanan melewati
oropharynx dan laringopharynx masuk ke dalam esophagus sedangkan nasopharynx
berfungsi untuk pernapasan.1,3
4
3. Oesophagus
Setelah membahas faring, saluran pencernaan kita terus berlanjut ke oesophagus.
Saluran ini merupakan suatu saluran berotot (panjangnya sekitar 25 cm dengan diameter
rata-rata 2 cm yang membawa makanan dari pharynx ke gaster).1
Makanan berjalan melalui oesophagus secara cepat karena aksi dari peristaltic otot-
ototnya, dibantu oleh gravitasi tetapi tidak bergantung pada gravitasi (seseorang tetap dapat
menelan jika berada pada posisi terbalik. Oesophagus melekat pada tepi hiatus oesophagus
dalam diaphragma oleh ligamentum phrenicoesophagealis, suatu ekstensi fasica
diaphragmatica inferior. Ligamentum tersebut memungkinkan gerakan independen
diaphragma dan oesophagus selama respirasi dan menelan.1
Pada bagian cranialnya oesophagus merupakan lanjutan dari pharynx dan mulai di tepi
bawah cartilage cricoidea setinggi vertebra cervicalis 6 dan berakhir di cardia ventriculi
setinggi vertebra thoracal X-XI. Oesophagus dapat dibedakan atas 3 bagian yaitu pars
cervicalis setinggi C6-7, pars thoracalis (Th I-X) dan pars abdominalis. Pada oesophagus
pars cervicalis, bagian ini turun lurus di bidang median, kemudian melengkung sedikit ke
kiri di bagian akhir. Alat-alat disekitarnya adalah di sebelah anterior ada trachea dan
glandula thyroidea, sebelah posterior ada corpora vertebra C6-7, sebelah lateral kanan dan
kiri terdapat aa.carotis communis dan nn.recurrens/laryngea inferior.1
Pada pars thoracalis esophagus, disini esophagus masuk mediastinum superius,
kemudian melalui mediastinum posterius. Perjalanannya dari sisi kiri garis median
membelok ke tengah lagi setinggi vertebra th.X di depan aorta descendens. Alat-alat
disekitarnya dari atas ke bawah adalah di anterior terdapat trachea, bronkus principalis
sinistra, pericardium parietale atrium sinistra dan diafragma sedangkan di posterior
terdapat corpora vertebrae th.I-X, ductus thoracicus, vena azygos, aorta descendens/aorta
thoracalis. Pada bagian lateral kiri terdapat arcus aorta dengan n.reccurent sinistra, arteri
subclavia sinistra, ductus thoracicus dan pleura mediastinalis sinistra, sedangkan pada
lateral kanan terdapat pleura mediastinalis dextra dan vena azygos.1
Bagian abdominal berbentuk seperti terompet pada oesophagus, dengan panjang hanya
1,25 cm, berjalan dari hiatus oesophagus pada crus dextrum diaphragma ke ostium
cardiacum, melebar ketika mendekati, berjalan di anterior dan ke kiri ketika turun di
5
inferior. Permukaan anteriornya dilapisi peritoneum greater sac, berlanjut dengan
peritoneum yang melapisi permukaan anterior gaster. Dapat masuk pas ke dalam sulcus
pada permukaan posterior (visceral) hepar. Permukaan posterior oesophagus dilapisi
peritoneum bursa omentalis, berlanjut dengan yang melapisi permukaan posterior gaster.
Batas kanan oesophagus berlanjut dengan curvatura minor gastris; namun, batas kirinya
dipisahkan dari fundus gastricus oleh incisura cardiaca gastris. 4
Taut gastroesophageal terletak disebelah kiri vertebra Th. XI pada bidang horizontal
yang berjalan melalui ujung processus xiphoideus. Terdapat garis Z, suatu garis bergerigi
dimana mukosa secara mendadak berubah dari mukosa oesophageal menjadi mukosa
gaster, sebagai taut. Tepat di sebelah superior taut tersebut, otot diaphragmatik yang
membentuk hiatus oesophageus berfungsi sebagai sfingter esophageal inferior fisiologis
yang mengontraksi dan merelaksasi. Pemeriksaan radiologis memperlihatkan makanan
berhenti sementara di bagian tersebut dan bahwa mekanisme sfingter secara normal efisien
dalam mencegah refluks isi lambung ke dalam oesophagus. Bila seseorang tidak makan,
lumen oesophagus secara normal kolaps di sebelah superior level tersebut untuk mencegah
makanan atau getah lambung mengalami regurgitasi ke dalam oesophagus.4
Oesophagus bagian cranium diperdarahi oleh Aa. oesophageae yang merupakan
cabang dari Arteri thoracica. Sementara dibagian abdominal oesophagus berasal dari A.
gastrica sinistra yang merupakan cabang dari tuncus coeliacus, dan A. Phrenica sinistra.
Sementara aliran balik venanya dari V. submucosa menuju ke V. porta melalui V. gastrica
sinistra dan ke dalam sistem vena sistemik melalui vena oesophagealis yang memasuki V.
azygos.4
Limfatik dari oesophagus dibagian abdominal adalah nodi lymphatici gastrici sinistri;
pembuluh limfatik eferen dari nodus-nodus tersebut terutama bermuara ke nodi coeliaci.
Oesophagus dipersarafi oleh nervus vagus dan nervus reccurent. Di bawah hilus pulmonis,
nn.vagi membentuk plexus pada dinding esophagus yang kiri ke sisi depannya dan yang
kanan ke sisi belakang.4
Menurut segi histologinya dinding oesophagus terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
1. Tunika Mukosa
6
Tunika mukosa merupakan lanjutan dari epitel berlapis gepeng, pelapis orofaring
stratum jar. Ikat yang disebut lamina propria. Terdapat tunika muskularis mukosa
(T.M.M) berupa lapisan otot dimulai dari oesophagus. T. M.M membatasi lamina
propria dengan T. submukosa.2
2. Tunika Submukosa
Tunika submukosa merupakan jaringan ikat padat. Pada bagian ini terdapat
pembuluh darah, limfe dan saraf. Terdapat pula plexus otonom yaitu plexus
submukosa meissner.2
3. Tunika Muskularis eksterna
Tunika muskularis eksterna terdiri dari 2 bagian yaitu tunika muskularis interna/
sirkular dam tunika muskularis eksterna/longitudinal. Diantara kedua lapisan otot,
terdapat plexus otonom yaitu plexus otonom yaitu plexus myenterikus aurbacah.2
4. Tunika Adventitia/fibrosa
Tunika Adventitia merupakan jaringan ikat longgar. Bila didapati mesotel
diluarnya (peritoneum) maka lapisan ini disebut tunika serosa. Jaringan ikat padat
irregular dan longgar dengan pembuluh darah dan limfe. Seringkali banyak
jaringan lemak. Lapisan selapis gepeng dari mesothelium seringkali sebagian/
seluruhnya hilang pada gambaran histologinya. Pada 1/3 proksimal terdiri dari otot
lurik , 1/3 tengah terdiri dari campuran otot polos dan lurik, 1/3 distal seluruhnya
otot polos.2
4. Lambung
Setelah oesophagus pencernaan berlanjut ke lambung. Lambung (Gaster) terletak di
bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio
epigastrica dan umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae bagian bawah.
Lambung memilliki 4 bagian dari superior ke inferior, yaitu kardiak gaster, fundus gaster,
corpus gaster, dan pylorus (antrum pyloricum merupakan bagiannya). Fundus gaster sering
disebut juga kubah lambung, karena letaknya yang paling atas, dan bentuknya melengkung
seperti kubah. Kardia merupakan muara dari oesophagus untuk selanjutnya menuju gaster,
sedangkan pylorus merupakan muara dari gaster untuk selanjutnya diteruskan ke
duodenum.5
Setiap perbatasan antara organ tersebut terdapat sphincter. Sphincter gastroesophageal,
terletak antara ujung oesophagus dengan kardiak gaster. Sphincter pilory, mengendalikan
7
pengosongan isi lambung ke duodenum. Sphincter ini terdiri atas lapisan otot polos sirkular
yang menebal. Orifisium kardiak merupakan tempat masuknya isi oesophagus ke lambung,
mencegah refluks isi lambung ke oesophagus.5
Lambung memiliki 2 lekukan atau incisura. Yang pertama adalah, incisura pada
kurvatura minor, pada sambungan antara corpus dan antrum pilori, disebut incisura
angularis. Sedangkan pada kurvatura mayor, di bagian superior, dekat fundus gaster,
terdapat incisura kardia. Lapisan dinding gaster cukup khas, ditandai dengan tunika
mukosanya yang terdiri atas lipatan-lipatan yang disebut juga plica gastricae. Tunika
submukosa dan muskularis sama seperti organ-organ pencernaan lainnya. Pada submukosa
terdapat plexus meissner, sedangkan pada tunika muskularis terdapat otot-otot yang
sirkuler dan longitudinal. Pada tunika serosanya terdapat omentum minus dan majus.
Omentum minus melekat ke kurvatura minor dan omentum majus ke kurvatura mayor.
Kedua omentum ini membawa darah dan limfe ke lambung. Mukosa lambung berlipat-
lipat (rugae).5
Gambar 2. Anatomi Gaster.3
Lambung terdiri atas empat lapisan :
1. Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa yang merupakan bagian dari peritoneum
viseralis. Dua lapisan peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung
dan duodenum, memanjang kearah hati membentuk omentum minus. Lipatan
peritoneum yang keluar dari organ satu menuju organ lain disebut ligamentum.
Pada kurvatura mayor peritoneum terus ke bawah membentuk omentum mayus.5
2. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis: serabut longitudinal, yang tidak dalam
dan bersambung dengan otot esofagus, serabut sirkuler yang paling tebal dan
8
terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter, dan berada di bawah lapisan
pertama, dan serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan
berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura
minor (lengkung kecil).5
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan
saluran limfe. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal dan terdiri atas
banyak kerutan atau rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi
makanan.5
4. Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe.
Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi
saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari
kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang salurannya
dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini bersambung dengan permukaan
mukosa dari lambung. Epithelium dari bagian kelejar yang mengeluarkan sekret
berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung.5
Gambar 3. Lapisan lambung.5
Persarafan pada lambung umumnya bersifat otonom. Suplai saraf parasimpatis
untuk lambung di hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus
mencabangkan ramus gastric, pilorik, hepatic dan seliaka. Persarafan simpatis melalui saraf
splangnikus mayor dan ganglia seliakum. Serabut-serabut afferent simpatis menghambat
pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus auerbach dan submukosa (meissner) membentuk
9
persarafan intrinsic dinding lambung dan mengkoordinasi aktivitas motorik dan sekresi
mukosa lambung.5
Pendarahan organ-organ pencernaan, dipasok oleh cabang-cabang dari aorta
abdominalis. Aorta abdominalis, berasal dari atau merupakan kelanjutan dari aorta
thoracalis, yang berjalan turun, sampai retroperitoneum menjadi aa.illiaca communis
sinistra dan dextra, yang terletak di sebelah kiri dari garis tengah setinggi L4. Cabang-
cabang dari aorta abdominalis ada 3 (khusus untuk pencernaan), yaitu truncus coeliaca
(memperdarahi sepertiga bawah oesophagus sampai sepertiga tengah duodenum). Cabang
yang kedua, a.mesenterica superior, memperdarahi sepertiga tengah duodenum sampai
kolon transversum distal.5
Cabang yang ketiga, a.mesenterica inferior, memperdarahi kolon transversum distal ke
setengah kanalis analis. Berikut ini, akan dibahas mengenai beberapa cabang dari aorta
abdominalis, cabang yang pertama, tr.coeliaca (tripus halleri), terletak setinggi vertebrae
T12 atau L1. Memiliki 3 cabang, cabang pertama, a.gastrica sinistra, berjalan ke atas untuk
memperdarahi oesophagus bagian bawah, lalu turun di omentum minus untuk
memperdarahi kurvatura minor. Cabang kedua, a.lienalis ke arah posterior gaster, melewati
batas superior pankreas di posterior saccus peritoneal minor sampai melewati hilus lien.
Arteri ini bercabang lagi menjadi a.gastrica brevis untuk memperdarahi fundus gaster, dan
a.gastroepiploica sinistra untuk memperdarahi kurvatura mayor. 5
Lambung mendapat darah secara eksklusif dari cabang-cabang axis coeliaca.
Vaskularisasi gaster oleh a.gastrika sinistra et dextra (untuk kurvatura minor),
a.gastroepiploica dextra dan sinistra (kurvatura mayor), dan a.gastrica brevis (daerah
fundus gaster). Truncus vagal anterior dan posterior, berjalan ke bawah sepanjang
kurvatura minor, sebagai saraf latarjet anterior dan posterior dimana terjadi percabangan
terminal yang mempersarafi lambung sebagai saraf parasimpatis. Sedangkan saraf
simpatisnya, terdiri dari serabut preganglionic, yaitu n.splanchnicus thoracalis. Serta
serabut postganglionic, yaitu ganglion plexus celiacus (daerah lumbal 1). 5
Dari segi histologi lambung seluruh permukaan lambung terdiri dari mukosa gaster
terdapat gastric pits atau foveola gastric dan epitel mukosa adalah selapis torak tanpa sel
goblet. Gaster memiliki 3 daerah: cardia, fundus, pylorus dan merupakan lapisan otot tebal
untuk menggiling/mencampur makanan, mensekresikan enzim-enzim dan asam untuk
10
memulai pencernaan, dindingnya sangat berlipat yang dinamakan rugae dan sitoplasma
pada permukaan apikalnya mengandung musigen, intinya oval, pada lamina propria
terdapat kelenjar di cardia, fundus maupun pylorus. Kelenjar mulai dari dasar gastric pit
meluas ke arah TMM.5
5. Duodenum
Bagian terpendek (25cm), yang dimulai dari pyloric sphincter di perut sampai
jejunum. Berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat
pancreas dan duodenal papilla, tempat bermuaranya pancreas dan kantung empedu.
Duodenum terdiri dari empat bagian, pars superior duodeni, pars descendens duodeni, pars
inferior/horizontal, dan pars ascendens duodeni. Bagian anterior dari duodenum terdiri dari
ductus choledocus, vena portae, vena cava inferior dan arteri gastroduodenale. Dibagian
medial terdapat caput pancreas, dipars descendens ini terdapat papilla duodeni mayor dan
minor. Dibagian pars inferior menyilang arteri dan vena mesenterica. Di bagian pars
ascendens digantung oleh ligamentum treitz ke gaster. Duodenum bagian superior
diperdarahi oleh A. pacreatico duodenalis superior anterior dan posterior yang merupakan
cabang dari A. gastroduodenalis. Sementara bagian inferiornya diperdarahi oleh A.
pancreatico duodenalis inferior anterior dan posterior yang merupakan cabang dari A.
mesenterica superior.4
Sementara struktur mikroskopis dari duodenum terdapat sel epitel berlapis torak pada
bagian apikalnya terdapat brush border/mikrovili yang memperluas permukaan absorptif.
Juga mengandung enzim–enzim pencernaan (alkaline fosfatase, maltase, dll). Doudenum
memiliki sedikit sel goblet, selain itu juga terdapat vili interstinal. Sepanjang membran
mukosa terdapat glandula intestinalis (cryptus Lieberkuhn), tubulosa simpleks, yang
bermuara diantara vili intestinalis. Pada dasar cryptus tdp sel paneth, di bagian apikalnya
mengandung granula eosinofilia. Sel-sel cryptus menggantikan sel-sel epitel permukaan yg
rusak. kelenjar Brunner, kompleks tubulosa bercabang dan mempunyai mucus.2
6. Jejunum
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus duabelas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
11
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium.4
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis jejunum terdiri dari lapis mukosa
mirip duodenum tetapi vilusnya lebih langsing dan sel gobletnya lebih banyak. Pada dasar
kriptus dapat ditemukan sel panet, berupa sel berbentuk limas dengan puncaknya
menghadap lumen. Di dalam sitoplasmanya terdapat granula kasar berwarna merah.4
Lapis submukosa tidak terdapat kelenjar, hanya terdiri atas jaringan ikat jarang dengan
pleksus Meissner di dalamnya. Lapisan ini juga ikut membentuk plika sirkularis kerkringi.
Lapis otot terdiri atas lapis lingkar dan memanjang, dan dia antaranya terdapat pleksus
saraf. Lapis serosa terdiri dari jaringan ikat jarang. Didalam jejunum berkurangnya kelenjar
Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan
usus penyerapan secara makroskopis.4
7. Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara
7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu. Struktur histologi dari ileum terdiri dari Lapis mukosa sama seperti
jejunum namun sel gobletnya lebih banyak. Di dalam lamina propia terdapat kelompokan
nodulus limfatikus yang membentuk bangunan khusus yang disebut plaque peyeri yang
dapat terlihat meluas ke dalam submukosa. 4
Lapis submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissner di dalamnya
dan tidak mempunyai kelenjar. Lapisan ini juga ikat membentuk plika sirkularis kerkringi
yang tampak lebih pendek dibandingkan yang terdapat pada duodenum maupun jejunum.
Lapis otot terdiri dari lapis lingkar dan memanjang, dan dia antaranya terdapat pleksus
saraf. Lapis serosa terdiri dari jaringan ikat jarang.4
8. Hepar
12
Hepar menempati sebagian besar rongga abdomen kanan atas. Konsistensi hati, kenyal
seperti jeli. Berat hati bervariasi, rata-rata 1 ½ kg. Hepar dilapisi peritoneum, kecuali
bagian belakang yang langsung melekat pada diaphragma dan disebut Bare area (area
nuda). Pada penampang sagital hepar, tampak bagian depan lebih rendah daripada bagian
belakang. Hepar dibedakan menjadi dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri. Batas lobus
kanan dan kiri adalah sebuah alur berbentuk huruf H yang ditempati oleh lig. Teres hepatis
dan lig.venosum arantii diselah caudal, dan lig.falciforme hepatis disebelah cranial. 4
Secara anatomis dan fungsional batas lobus kanan dan kiri sesuai bidang yang melalui
alur yang dibentuk oleh kantung empedu dan v.cava inferior (tidak terlihat dari luar).
Lobus kanan terbagi menjadi lobus caudatus dan quadratus oleh porta hepatis dan fossa
sagitalis dextra. Dari luar hepar terlihat sebagai berikut: bagian yang berhubungan dengan
diafragma (facies diaphragmatica), bagian yang menghadap cavum abdomen (facies
visceralis/ facies inferior). Peralihan dari facies superior ke facies inferior di sebelah
belakang tidak jelas, sedangkan peralihan disebelah depan jelas sekali, yaitu pada tepi yang tajam atau
margo anterior/ margo inferior.4
Pendarahan hepar oleh pembuluh nadi: a.hepatica communis, a.hepatica propia,
a.hepaticadextra dan sinistra. Pembuluh balik: menampung darah balik dari alat-alat
tractusgastrointestinal melalui v.porta. v.porta merupakan bagian dari pembuluh balik
sistem a.portal yang mengumpulkan darah dari alat-alat gastrointestinal untuk dialirkan ke
hepar.4
Struktur mikroskopis dari hepar diliputi oleh kapsula Glissoni, Septa membagi hepar
menjadi lobuli-lobuli. Porta hepatis berisi: pebuluh limfe, pembuluh empedu, V.Portae
danA.Hepatika. Unit fungsional hepar ialah lobulus. Bentuknya polygonal, bagian sentral
lobulus hati: Vena sentralis. Sel-sel hepar tersusun radier dan terdapat segitiga Kiernan
yang berisi cabang a.hepatika, cabang vena porta, duktus biliaris dan pembuluh limfe.
Setiap sel hati pada salah satu permukaannya harus berhubungan dengan sistem empedu dan
pada permukaan yang lain harus berhadapan dengan pembuluh darah. Sel hati berbentuk poligonal
dengan inti ovoid, sitoplasma bergranula dengan banyak mitokondria, mikrovili, glikogen,
protein dan pigmen lipofuchsin. Sel hati dikelilingi berkas serat retikulin yang dengan
pewarnaan bielschwosky berwarna hitam.Vasularisasi hati: a.hepatika dan V.porta A/V
interlobularis sinusoid hati V.sentralis V.sublobularis V.hepatika V.cava
inferior. Sinusoid hati dibatasi oleh sel endotel sinus dan sel kupffer (termasuk RES). Sel
kupffer ovoid, kromatin pucat, dengan pewarnaan tripan blue terbukti bersifat fagositer.2
13
9. Vesica Fellea
Letak: sesuai perpotongan batas lateral m.rectus abdominis dan arcus costaedextra.
Vesica fellea diliputi peritonium, kecuali bagian yang melekat pada hepar. Bagian-bagian:
fundus vesica fellea, corpus vesica fellea dan collum vesica fellea. Saluran empedu: ductus
cysticus. Mucosa ductus cysticus mempunyai lipatan berbentuk spiral = valvula spiralis
Heisteri. Ductus cycsticus bersama-sama saluran empedu intrahepatal membentuk ductus
choledochus. Ductus choledochus berjalan dalam lig.pepatoduodenale bersama-sama
v.porta dan a.hepatica propia. Pendarahan oleh a.cystica.4
Struktur mikroskopis dari vesica fellea adalah terdapat Kanalikuli biliaris-preduktuli
biliaris (saluran Hering) duktus biliaris-duktus hepatikus, vesika felea-duktus cysticus,
duktus koledokus. Arah aliran empedu: dari sentral ke perifer hati. Arah aliran darah: dari
perifer ke sentral lobulus.2
10. Lien
Lien merupakan organ kenyal, lebih lembek daripada hepar, dan dapat berkontraksi.
Warna merah keabu-abuan. Letak: intra peritoneal, pada regiohypochondrica sinistra,
setinggi iga 9,10,11. Sumbu panjang sesuai iga 10. Proyeksi pada dinding abdomen, kira-
kira 4 cm sebelah kiri garis tengah dan setinggi ujung processus spinosus vertebra Th 9- L1
sampai linea axillaris media sinistra. Alat reticulo endothelial yang di dalamnya terdapat
jaringan limfoid yang berbeda dengan jaringan jaringan limfoid lain karena lien
berhubungan dengan aliran darah.4
11. Colon
Colon atau Usus besar terdiri dari :
• Kolon asendens (kanan)
• Kolon transversum
• Kolon desendens (kiri)
• Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). 4
Usus besar memiliki struktur mikroskopis yaitu lapisan mukosa mempunyai bagunan
mirip vilus tetapi itu bukan vilus. Itu adalah potongan kriptus Lieberkuhn. Permukaan rata
dan seragam tinginya. vilus intestinalis tikda sama tinggi. Usus besar tidak mempunyai
14
vilus. Epitel sebagian besar terdiri sel goblet. Kadang kadang dapat ditemukan nodulus
limfatikus didalam lamina propia.2
Lapis otot mukosa mudah dikenali sebagai pembatas dengan lapis submukosa. Lapis
submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang yang didalamnya dapat ditemukan pleksus
meissner. Lapis otot yang melingkar mempunyai susunan seperti biasa, lapis otot
longitudinal tidak mempunyai ketebalan yang sama seputar lingkar dindingnya.2
Usus besar terdiri dari colon, secum, apendiks dan rectum. Secum membentuk kantung
buntu dibawah pertemuan antara usus halus dan usus besar di katup ileosecum. Tonjolan
kecil seperti jari di dasar secum adalah apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung
limfosit. Colon yang membentuk sebagian besar, tidak bergelung seperti usus halus, tetapi
terdiri dari tiga bagian yang relatif lurus, yaitu colon ascendens, colon transversum dan
descendens. Bagian terakhir colon descendens membentuk huruf “s”, membentuk colon
sigmoid kemudian lurus membentuk rektum.4
Diameter colon lebih besar daripada diameter usus halus. Panjang colon adalah sekitar
100cm pada orang dewasa hidup dan sekitar 150cm saat otopsi. Serabut lapisan otot
eksternalnya terkumpul menjadi 3 pita longitudinal, yaitu teniae coli. Karena pita-pita ini
lebih pendek dibanding bagian colon lainnya. Dinding colon membentuk penonjolan keluar
(haustra) diantara teniae. Mukosa colon tidak memiliki vili. Kelenjar colon merupakan
mukosa kedalam yang pendek dan menyeksresikan mukus. Terdapat folikel limfe soliter,
terutama di sekum dan apendiks.4
Proses Pencernaan Makanan dari Mulut sampai Usus Besar
Didalam tubuh manusia terdapat 4 proses pencernaan dasar yaitu motilitas, sekresi,
pencernaan, dan penyerapan. Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan
mendorong isi saluran pencernaan. Seperti otot vaskuler, otot polos di dinding saluran
pencernaan terus-menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang disebut tonus yang
berperan penting dalam mempertahankan tekanan pada isi saluran pencernaan tetap serta
untuk mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami
distensi atau peregangan.6
Terdapat 2 jenis motilitas pencernaan yaitu gerakan propulsive (mendorong atau
memajukan isi saluran pencernaan ke depan dengan kecepatan yang berbeda-beda) dan
gerakan mencampur yang fungsinya mencampur makanan dengan getah pencernaan,
15
gerakan tersebut berfungsi untuk membantu pencernaan makanan dan mempermudah
penyerapan dengan memajankan semua bagian isi usus ke permukaan penyerapan saluran
pencernaan.
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh
kelenjar-kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit dan
konstituen organik spesifik yang penting dalam proses pencernaan seperti enzim, garam
empedu, atau mukus. Pencernaan mengacu pada proses penguraian makanan dari yang
strukturnya kompleks diubah menjadi satuan yang lebih kecil yang dapat diserap oleh
enzim-enzim yang diproduksi di dalam sistem pencernaan.6,7
Pencernaan diselesaikan dengan adanya penyerapan dan sebagian besar penyerapan
terjadi di usus halus. Melalui proses penyerapan, satuan-satuan kecil yang dapat diserap
yang dihasilkan dari proses pencernaan tersebut, bersama dengan air, vitamin, dan
elektrolit dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe.
Mulut
Pintu masuk ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral. Lubang
berbentuk bibir berotot yang membantu memperoleh, mengarahkan dan menampung
makanan di mulut. Langit-langit yang membentuk atap lengkung rongga mulut
memisahkan mulut dari saluran hidung. Keberadaannya memungkinkan bernapas dan
mengunyah atau mengisap berlangsung bersamaan. Ke arah depan mulut, palatum terdiri
dari tulang membentuk palatum durum dan ke arah belakang mulut, palatum tidak
memiliki tulang dan disebut palatum mole. Di bagian belakang dekat tenggorokan, terdapat
uvula yang berperan mentup saluran hidung ketika kita menelan. Lidah berfungsi untuk
memandu makanan di dalam mulut sewaktu kita mengunyah dan menelan.6
Faring adalah rongga di belakang tenggorokan. Rongga itu merupakan saluran
bersama untuk sistem pencernan (dengan berfungsi sebagai penghubung antara mulut dan
eosophagus untuk makanan) dan sistem pernapasan. Langkah pertama dalam proses
pencernaan dimulut adalah mastikasi atau mengunyah, tujuannya untuk menggiling dan
memecah makanan menjadi lebih kecil untuk membantu proses menelan, mencampur
makanan dengan saliva, serta merangsang papil-papil pengecap. Gerakan mengunyah dapat
dirangsang oleh perangsangan formation retikularis dekat pusat batang otak untuk
pengecapan dan perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan korteks serebri dekat
16
area sensoris untuk pengecapan dan penghidu. Otot pengunyah dipersarafi oleh cabang
motoric dari saraf kranial kelima. Refleks mengunyah terjadi bila ada bolus makanan,
terjadi penghambatan refleks gerakan mengunyah pada otot kemudian rahang bawah turun
terjadi refleks regang otot rahang bawah, terjadi kontraksi rebound yang mengakibatkan
rahang bawah terangkat kemudian terjadi pengatupan gigi, bolus makanan melawan
dinding mulut terjadi penghambatan otot rahang bawah lagi yang menyebabkan rahang
bawah turun kemudian terjadi rebound kembali, dst secara berulang. Gigi dimulut
berfungsi untuk meotong, merobek, menggiling dan mencampur makanan. Dimulut, saliva
atau kelenjar air liur di sekresikan. Saliva memulai pencernaaan karbohidrat tetapi lebih
berperan penting dalam hygiene mulut dan mempermudah bicara. Diproduksi oleh 3
macam kelenjar saliva utama yaitu sublingual, submandibula, parotis. Selain itu terdapat
kelenjar liur minor yakni kelenjar bukal di lapisan mukosa pipi. Saliva terdiri dari 99,5%
H2O serta 0,5% protein dan elektrolit. Protein air liur terpenting yaitu amilase, mukus dan
lisozim. Secara rata-rata sekitar 1-2 liter air liur disekresikan perhari. Sekresi saliva
berkisar konstan dan dapat ditingkatkan melalui dua jenis reflex saliva yang berbeda yaitu
refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) dan refleks saliva didapat (terkondisi).6,7
Refleks saliva sederhana terjadi sewaktu kemoreseptor di dalam rongga mulut
berespon terhadap adanya makanan. Pada refleks saliva didapat, pengeluaran air liur terjadi
tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membau, atau mendengar mengenai
makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran air liur melalui refleks ini. Pencernaan di
mulut melibatkan hidrolisis polisakarida menjadi disakarida dan amilase. Di mulut terdapat
kandungan enzim ptyalin dan saliva, yang dapat mengubah amilum menjadi maltose.
Namun sebagian besar pencernaan yang dilakukan oleh enzim ini berlangsung di korpus
lambung setelah massa makanan dan air liur tetap tertelan. Amilase tidak bekerja pada
kondisi asam. Di mulut tidak terjadi penyerapan makanan. Peningkatan sekresi saliva ini
terjadi oleh saraf simpatis dan parasimpatis.6
Faring dan esophagus
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esophagus adalah menelan atau
deglutition, dimana proses pemindahan makanan dari mulut melalui oesophagus ke
lambung. Menelan dimulai ketika suatu bolus atau bola makanan secara sengaja di dorong
oleh lidah ke bagian belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang
reseptor tekanan di faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di
17
medulla kemudian secara refleks mengaktifkan otot-otot dalam proses menelan. Menelan
dimulai secara volunter tetapi setelah dimulai, proses tersebut tidak bisa dihentikan. Tahap
menelan dibagi atas dua macam yaitu tahap orofaring dan tahap esophagus.
Tahap orofaring berlangsung sekitar 1 detik dan berupa perpindahan bolus dari mulut
melalui faring dan masuk ke oesophagus. Saat masuk faring sewaktu menelan, bolus harus
diarahkan di dalam oesophagus dan dicegah masuk ke saluran lain yang berhubungan
dengan faring. Dengan kata lain makanan harus dicegah untuk kembali ke mulut dengan
cara selama menelan posisi lidah menekan langit-langit keras, dicegah masuk ke hidung
dengan cara uvula terangkat sehingga saluran hidung tertuur, dan dicegah masuk ke trakea
terutama oleh elevasi faring dan penutupan erat pita suara melintasi lubang faring atau
glottis.6
Karena saluran pernapasan tertutup sementara saat menelan, pernapasan terhambat
secara singkat sehingga individu tidak mencoba melakukan usaha yang sia-sia untuk
bernapas. Kontraksi otot-otot faring akan mendorong bolus ke dalam oesophagus.
Oesophagus dijaga kedua ujungnya oleh sfingter yang berbentuk cincin yang mencegah
lewatnya benda melalui saluran yang dijaganya. Sfingter oesophagus atas adalah sfingter
faringoesophagus dan sfingter esophagus bawah yaitu sfingter gastroesophagus.7
Sfingter faringoesophagus menjaga pintu masuk oesophagus agar tetap tertutup untuk
mencegah masuknya sejumlah besar udara ke esophagus dan lambung saat bernapas.
Apabila sfingter ini tidak ada maka saluran pencernaan akan menerima banyak gas yang
dapat menyebabkan eructation atau bersendawa yang berlebihan. Selama menelan sfingter
tersebut berkontraksi sehingga sfingter terbuka dan bolus dapat lewat ke dalam
oesophagus. Setelah bolus berada dalam oesophagus, sfingter faringoesopagus menutup,
saluran pernapasan terbuka, dan bernapas dapat lembali dilakukan dan tahap orofaring
selesai.
Gelombang peristaltik mendorong makanan melewati oesophagus. Terdapat
gelombang peristaltik primer yang berlangsung 5-9 detik dan dikontrol oleh pusat menelan
melalui persarafan vagus. Gelombang peristaltik primer terjadi jika bolus tidak besar,
namun jika bolus besar atau lengket saat tertelan, sehingga tidak dapat terdorong ke
lambung oleh gelombang peristaltik primer menimbulkan gelombang peristaltik sekunder
yang diperantai oleh pleksus saraf intrinsic di tempat peregangan. Gelombang ini tidak
melibatkan pusat menelan dan saraf vagus. Sfingter gastroesopagus mencegah refluks isi
18
lambung sewaktu menelan untuk mempertahankan sawar antara esophagus dan lambung
sehingga mengurangi refluks isi lambung yang asam ke esophagus. Di oesophagus tidak
ada pencernaan dan penyerapan makanan, namun ada sekresi mukus.6
Lambung
Motilitas lambung bersifat kompleks dan dikontrol oleh beberapa factor yaitu
pengisian lambung, penyimpanan lambung, pencampuran lambung dan pengosongan
lambung. Pengisian labung: jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml namun
dapat mengembang sampai mencapai sekitar 1 liter sehingga menimbulkan ketegangan
pada dinding lambung dan meningkatkan tekanan intralambung. Relaksasi refleks lambung
sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif yang meningkatkan kemampuan
lambung mengakomodasi volume makanan tambahan dengan hanya sedikit mengalami
peningkatan tekanan. Relaksasi reseptif dipicu oleh tindakan makan dan diperantai oleh
saraf vagus.7,8
Penyimpanan makanan di lambung berlangsung di daerah korpus tempat kontraksi
peristaltik yang sedemikian lemah untuk mencampur makanan karena tipisnya lapisan otot.
Pencampuran makanan berlangsung di antrum yang berotot tebal akibat kontraksi
peristaltik yang kuat. Pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor-faktor di lambung
maupun di duodenum. Peningkatan volume dan fluiditas kimus (bolus yang sudah
bercampur dengan secret lambung) dalam lambung cenderung mempercepat pengosongan
isi lambung. Factor duodenum yaitu faktor dominan yang mengontrol pengosongan
lambung, cenderung menunda pengosongan isi lambung sampai duodenum siap untuk
menerima dan mengolah kimus. Faktor-faktor spesifik di duodenum yang menunda
pengosongan lambung dengan menghambat aktivitas peristaltik lambung adalah lemak,
asam, hipertonisitas, dan peregangan. 6
Pencernaan karbohidrat tidak terjadi di lambung tapi di dalam bolus makanan dengan
adanya amilase air liur. Pencernaan protein dimulai di antrum lambung tempat peristaltik
yang kuat mencampur aduk makanan dengan getah lambung. Campuran makanan dan
getah lambung tersebut berupa cairan kental yang disebut kimus. Sekresi lambung ke
dalam lumen lambung mencakup HCL yang mengaktifkan pepsinogen menyebabkan
denaturasi protein dan mematikan bakteri, pepsinogen yang jika telah diaktifkan memulai
pencernaan protein, mucus yang membentuk lapisan pelindung untuk membantu sawar
mukosa lambung sehingga mampu menampung isi lumennya yang keras tanpa ia sendiri
19
ikut tercerna dan faktor intrinsic, yang berperan dalam penyerapan vitamin B12, suatu
konstituen esensial untuk membentuk sel darah merah. Lambung juga mengeluarkan
hormone gastrin ke dalam darah yang berperan dominan dalam mengatur sekresi lambung.
Histamine, suatu stimulan lambung yang kuat dan secara normal tidak disekresikan,
dilepaskan ke lambung sewaktu terjadi pembentukan ulkus.6
Baik motilitas maupun sekresi lambung berada di bawah mekanisme kontrol yang
kompleks yang melibatkan tidak saja gastrin tetapi juga respon vagus dan saraf intrinsic
serta hormon enterogastron (sekretin, kolesistokinin, dan gastric inhibitory peptide) yang
disekresikan oleh mukosa usus halus. Di lambung tidak terjadi penyerapan zat gizi apapun,
namun sudah terjadi penyerapan alcohol dan aspirin.6
Pancreas
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dri dua komponen yaitu
yang pertama, enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang
membentuk asinus. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu
mencerna ketiga kategori makanan yaitu: enzim proteolitik (mencerna protein), amilase
pankreas (mencerna karbohidrat), dan lipase pankreas (mencerna lemak). Kedua, larutan
cair basa yang secara ktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus pankreatikus.
Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium bikarbonat (NaHCO3).6
Enzim-enzim pankreas berfungsi optimal pada lingkungan yang netral atau sedikit
basa, namun isi lambung yang sangat asam dialirkan ke dalam lumen duodenum di dekat
tepat keluarnya enzim pankreas ke dalam duodenum. Kimus asam tersebuh harus cepat
dinetralkan. Disinilah fungsi dari NaHCO3 dipergunakan. Cairan basa (NaHCO3)
menetralkan kimus asam sewaktu kimus masuk ke dalam duodenum dari lambung.6
Hati dan Kandung empedu
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpeting di tubuh. Perannya dalam sistem
pencernaan adalah sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan
lemak. Saluran tipis pengangkut empedu, kanalikulus biliaris, berjalan di antara sel-sel di
dalam setiap lempeng hati. Hepatosit terus menerus mengeluarkan empedu ke dalam
saluran tipis ini, yang mengangkut empedu ke duktur biliaris. Duktus biliaris dari
beberbagai loulus menyatu untuk akhirnya membentuk duktus biliaris komunis, yang
mengangkut empedu dari hati ke duodenum.6
20
Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter oddi, yang mencegah
empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan. Ketika sfingter ini
tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati dialihkan balik ke dalam
kandung empedu. Empedu kemudian disimpan dan dipekatkan di kandung empedu
diantara waktu makan. Setelah makan, emepdu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi
pengosongan kandung empedu dan peningkatan sekeresi empedu oleh hati.6
Empedu mengandung beberapa konstitiuen organik, yaitu garam empedu, kolesterol,
lesitin, dan bilirubin dalam suatu cairan encer alkalis serupa dengan sekresi NaHCO3
pankreas. Garam empedu adalah turunan kolesterol. Garam empedu membantu pencernaan
lemak melalui efek deterjennya, dimana ia akan mengubah globulus-globulus lemak besar
menjadi emulsi lemak (butir lemak kecil yang ada di kimus). Garam ini secara aktif
disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya masuk ke duodenum bersama dengan
konsituen empedu lainnya. Setelah ikut dalam pencernaan dan penyerapan lemak, sebagian
besar garam empedu diserap kembali ke dalam darah oleh mekanisme transpor aktif
khusus yang terletak di ileum terminal. Dari sini garam empedu dikembalikan ke hati. Daur
ulang empedu ini disebut sirkulasi enterohepatik.6
Usus Halus
Motilitas
1. Segmentasi
Segmentasi merupakan mode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan
makanan, yang meliputi proses mencampur dan mendorong kimus secara perlahan.
Segementasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk
cincin disepanjang usus halus. Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus
seperti halnya gelombang peristaltik. Setelah suatu periode singkat segmen-segmen
yang berkontrasi melemas dan kontraksi berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian
yang sebelumnya melemas.6
Kontraksi baru mendorong kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke
kedua arah ke bagian-bagian yang kini melemas disampingnya. Karena itu, segmen
yang baru melemas menerima kimus dari kedua egmen yang berkontraksi tepat di
belakang dan depannya. Segera setelah itu bagian yang berkontraksi meleas kembali
berganti. Dengan cara ini kimus dipotong, digilng dan dicampur secara merata. Fungsi
21
dari proses segmentasi ini adalah untuk mencampur kimus dengan getah pencernaan
yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memanjankan semua kimus ke
permukaan absorptif mukosa usus halus.6
2. Migrating Motility Complex
Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi berhenti dan
diganti di antara waktu makan oleh migrating mitility complex. Motilitas disini
berbentuk gelombang peristaltik leemah berulang yang bergerak dalam jarak pendek ke
hilir sebelum lenyap. Gelombang peristaltik ini memerlukan waktu sekitar 100 sampai
150 menit untuk akhirnya bermigrasi dari lambung ke ujung usus halus, dengan setiap
kontraksi menyapu maju sisa-sisa makanan sebelumnya.6
Sekresi
Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan ke dalam
lumen sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus enterikus (jus
usus). Sekeresi meningkat setelah makan sebagai repons terhadap stimulasi lokal mukosa
usus halus oleh adanya kimus. Mukus di dalam sekresi berfungsi untuk melindungi dan
melumasi. Selain itu, sekresi cair menyerdiakan banyak H2O untuk berperan dalam
pencernan makanan oleh enzim. Tidak ada enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam
getah usus ini. Usus halus memang mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini
berfungsi di dalam membran brush-border sel epotel yang melapisi bagian dalam lumen
dan tidak disekresikan langsung ke dalam lumen.6
Pencernaan
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan
pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim
pankreas, lemak di reduksi secara sempurna menjadi unit-unit monogliserida dan asam
lemak bebas yang dapat diserap. Protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida kecil
dan beberapa asam amino. Karbohidrat diubah menjadi disakarida dan beberapa
monosakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah seleai di dalam lumen usus halus, tetapi
pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas.6
Nantinya, pencernaan karbohidrat dan protein akan dituntaskan di brush border yang
mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran. Yaitu: enterokinase
22
(mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen), disakaridase meliputi maltase-sukrase-laktase
(menuntaskan pencernaan karbohidrat), dan aminopeptidase (menghidrolisis fragmen-
fragmen peptida kecil menjadi komponen asam aminonya).6
Penyerapan
Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak dan protein, serta seagain besar
elektrolit, vitamin, dan air, normlnya diserap oleh usus halus tanpa pandang bulu. Hanya
penyerapan kalsium dan bsi yang biasnya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu
semakin banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak ayang akan dicerna dan
diserap. Penyerapan sebagaian besar berlangsung di duodenum dan jejunum. 50% bagian
dari usus halus dapat diangkat tanpa menyebabkan gangguan penyerapan, namun jika
ileum terminal diangkat, maka akan terjadi gangguan penyerapan vitamin B12 dan garam
empedu.6
Usus besar
Motilitas
1. Gerakan Mencampur (Haustrasi)
Umumnya gerakan usus besar belangsung lambat dan tidak mendorong sesuai
fungsinya sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan. Motilitas utama kolon adalah
kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos kolon. Kontraksi
ini, yang menyebabkan kolon membentuk haustra, serupa dengan segemntasi susu halus
tetapi terjadi jauh lebih jarang. Lokasi kantung haustra secara bertahap berubah sewaktu
segmen yang semula meleas dan membentuk kantung mulai berkontraksi secara
perlahan sementara bagian yang tadinya berkontrasi melemas secara bersamaan
membentuk kantung baru. Gerakan ini tidak mendorong isi usus tetapi secara perlahan
mengaduknya masju-mundur sehingga isis kolon teroanjan ke mukosa penyerapan.
Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh refleks lokal yang melibatkan pleksus
intrinsik.
2. Gerakan Massa
Tiga atau empat kali sehari, terjadi peningkatan mencolok motilitas saat segmen-
segmen besar kolon asendens dan transversum berkontraksi secara simultan, mendorong
tinja sepertiga sampai seperempat panjang kolon dalam beberapa detik. Kontraksi masif
23
ini yang secara tepat dinamai gerakan massa, mendorong isi kolon ke bagian distal usus
besar, tempat bahan disimpan sampai terjadi defikasi.
Ketika makanan masuk ke lambung, terjadi refleks gastrokolon, yang menjadi
pemicu utama gerakan massa di kolon. Ketika makanan masuk ke saluran cerna, terpicu
refleks-refleks yang memindahkan isi yang sudah ada ke bagian distal untuk
menyediakan tempat bagi makanan yang baru masuk. Refleks gastroileum
memindahkan isi usus halus yang masih ada ke dalam usus besar, dan refleks
gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, memicu defekasi.
3. Proses Defekasi
Ketika gerakan masa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum, peregangan yang
terjadi di rektum merangsang reseptor regang di didinding rektum, memicu refleks
defekasi. Refleks defekasi memicu sfingter ani internus (otot polos) melemas dan rekum
serta kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter ani eksternus (otot rangka)
juga melemas maka terjadi defekasi. Karena otot rangka, sfingter ani eksternus berada
di bawah kontrol volunter, jika keadaan tidak memungkinkan untuk defekasi maka akan
terjadi pengencangan sfingter ani eksternus secara segaja.6
Jika defekasi ditunda maka dinding rektum yang semula teregang secara perlahan
melemas, dan keinginan unntuk buang air besar mereda sampai gerakan massa
berikutnya mendorong lebih banyak tinja ke dalam rektum dan kembali meregangkan
rektum serta memicu refleks defekasi. Jika defekasi terjadi maka biasanya dibantu oleh
gerakan mengejan volunter yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan ekspirasi
paksa dengan glotis tertutup secara bersamaan. Tindakan ini sangat meningkatkan
tekanan intraabdomen, yang membantu mendorong tinja.6
Sekresi
Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun. Tidak ada yang diperluka
karena pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon. Sekresi kolon terdiri dari
laruan mukus basa (NaHCO3) yang fungsinya adalah melindungi mukosa usus besar dari
cederamekanis dan kimiawi. Mukus mempermudah feses bergerak, sementtara NaHCO3
menetralkan asam iritan yang diproduksi oleh fermentasi bakteri lokal.6
Pencernaan
24
Dalam usus besar tidak terjadi pencernaan karena tidak terdapat enzim pencernaan.
Bakteri kolon mampu mencerna sebagain selulosa namun untuk kepentingan metabolisme
mereka sendiri.
Penyerapan
Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap secara aktif,
Cl- mengikuti secara pasif menuruni gradien listrik, dan H2O mengikuti secara osmotis.
Kolon menyerap sejumlah elektrolit lain serta vitamin K yang disintesis oleh bakteri kolon.
Melalui penyerapan garam dan H2O terbentuk massa tinja yang padat. Tinja atau feses
merupakan hasil akhir dari sistem pencernaan. Dimana feses terdiri dari 100gr H2O, 50gr
bahan padat meliputi selulosa-bilirubin-bakteri-sejumlah kecil garam, dan residu makanan
yang tidak diserap. Selain mengeluarkan feses, terdapat pula gas yang turut dikeluarkan
yang disebut flatus.6
Pencernaan dan Penyerapan Karbohidrat, Protein, dan Lemak
1. Karbohidrat
Pencernaan
Di dalam mulut, zat tepung dicerna oleh enzim amilase saliva. Tetapi, pH optimal
enzim ini adalah 6,7, sehingga kerjanya dihambat oleh getah lambung yang asam
bila makanan masuk ke lambung. Di dalam usus halus, enzim amilase saliva dan
pankreas keduanya juga bekerja pada polisakarida yang dimakan. Akibatnya, hasil
akhir pencernaan enzim amilase adalah oligosakarida: maltosa, maltitriosa dan
beberapa polimer yang sedikit lebih besar dengan glukosa pada ikatan 1:4α, dan α-
dekstrin, yaitu polimer molekul glukosa yang terdiri atas rata-rata sekitar 8 molekul
glukosa dengan ikatan 1:6α.8
Penyerapan
Heksosa dan pentosa cepat diserap melalui dinding usus halus. Hal yang penting
adalah bahwa semua heksosa diserap sebelum sisa makanan mencapai bagian ujung ileum.
Molekul – molekul gula bergerak dari sel-sel mukosa ke dalam darah kapiler lalu masuk
ke dalam vena porta. Oleh karena kadar Na+ intraseluler di dalam usus halus dan sel
25
ginjal rendah, seperti juga di dalam sel-sel lainnya, Na+ bergerak ke dalam sel sesuai
dengan beda konsentrasinya. Glukosa bergerak bersama Na+ dan dilepaskan di dalam
sel. Na+ diangkut ke dalam ruang interseluler lateral, dan glukosa diangkut oleh GLUT 2
kedalam interstitium lalu masuk ke dalam kapiler. Jadi, transpor glukosa merupakan
contoh transpor aktif sekunder, energi untuk transpor glukosa diperoleh tidak langsung,
melalui transpor aktif Na+ keluar sel. Ini akan mempertahankan beda konsentrasi di
kedua sisi batas sel luminal, sehingga lebih banyak Na+ dan akibatnya lebih banyak
glukosa yang masuk.8
Mekanisme transpor glukosa juga mengangkut galaktosa. Fruktosa menggunakan
mekanisme berbeda. Penyerapannya tidak bergantung pada Na+ atau transpor glukosa
dan galaktosa, transportnya dengan difusi fasilitasi dari lumen usus halus ke dalam
enterosit melalui GLUT 5 dan keluar dari enterosit masuk ke dalam interstitium melalui
GLUT 2. Sebagian fruktosa diubah menjadi glukosa di dalam sel-sel mukosa.
Pentosa diserap dengan difusi sederhana. Insulin sedikit berpengaruh pada
transporglukosa dalam usus. Sehubungan dengan ini, penyerapan kembali glukosa
dalam tubulus kontortus proksimal ginjal; kedua proses tidak memerlukan fosforilasi,
dan keduanya normal pada diabetes tetapi dihambat oleh obat florizin. Kecepatan
absorpsi maksimal glukosa dari usus kira-kira 120 g/jam.8
2. Protein
Pencernaan
Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, di situ pepsin menguraikan beberapa
ikatan peptida. Pepsin menghidrolisis ikatan – ikatan antara asam aminoromatik seperti
fenillalanin atau tirosin dan asam amino kedua, sehingga hasil pencernaan peptin adalah
berbagai polipeptida dengan ukuran yang sangat berbeda. Oleh karena pH optimum
untuk pepsin adalah 1,6 – 3,2 kerjanya terhenti bila isi lambung bercampur dengan
getah pankreas yang alkali di duodenum dan jejunum. pH isi usus halus di bagian
superior duodeni 2,0 - 4,0 tetapi pada bagian lain ialah kira-kira 6,5. Di usus halus,
polipeptida yang terbentuk melalui pencernaan di lambung dicerna lebih lanjut oleh
enzim-enzim proteolitik kuat yang berasal dari pankreas dan mukosa usus halus. Jadi
pencernaan akhir terhadap asam amino terjadi di 3 tempat: lumen usus halus, brush
border, dan sitoplasma sel-sel mukosa.8
26
Penyerapan
Ada paling sedikit 7 sistem transpor yang berbeda yang mengangkut asam aminoke
dalam enterosit. Lima darinya memerlukan Na+ dan kotransport asam amino dan Na+
dengan cara yang mirip dengan kotranspor Na+ dan glukosa. Dua dari 7 sistem transpor ini
membutuhkan Cl-. Pada 2 sistem, transpor tidak membutuhkan Na+. Transpor di- dan
tripeptida ke dalam enterosit dilakukan oleh sistem yangmembutuhkan H+ dan Na+.
Sedikit sekali peptida berukuran besar yang diabsorpsi. Didalam enterosit, asam amino
yang dilepaskan dari peptida oleh hidrolisis intrasel ditambah asam amino yang di
absorpsi dari lumen usus halus dan brush border akan diangkut keluar enterosit
sepanjang tepi basolateral melalui paling sedikit 5 sistem transpor. Dari sini, asam
amino ini akan masuk peredaran darah portal hepatik. Dua diantara sistem ini
bergantung pada Na+ , dan yang tidak cukup banyak peptida kecil yang juga masuk ke dalam
darah portal. Penyerapan asam-asam amino di duodenum dan jejunum berlangsung
cepat tetapi di dalam ileum lambat. Hampir 50% protein yang dicerna berasal dari
makanan yang dimakan, 25% dari protein getah pencernaan, dan 25% dari deskuamasi
sel-selmukosa. Hanya 2-5 % protein dalam usus halus lolos dari pencernaan dan
penyerapan. Sebagian protein yang dimakan masuk ke dalam kolon dan kemudian
dicerna oleh kuman. Protein dalam feses tidak berasal dari makanan tetapi dari kuman.8
3. Lemak
Pencernaan
Kebanyakan pencernaan lemak mulai di duodenum, dengan melibatkan salah satu
enzim terpenting, yaitu lipase pankreas. Kebanyakan kolesterol makanan
berbentuk ester kolesteril, dan ester kolesteril hidrolase menghidrolisis ester-ester ini di
dalam lumen usus halus. Lemak diemulsifikasi dengan halus didalam usus halus oleh
kerja garam empedu, lesitin, dan monogliserida. Bila konsentrasi garam empedu dalam
usus halus tinggi, seperti setelah kontraksi kandung kemih, lipid dan garam empedu
berinteraksi spontan membentuk misel. Agregat – agregat silindris ini mengikat lipid,
dan meskipun konsentrasi lipidnya berbeda-beda, umunya mengandung asam lemak,
monogliserida, dan kolesterol pada pusat hidrofobiknya. Pembentukan misel selanjutnya
melarutkan lipid dan memungkinkan mekanisme untuk transpornya ke enterosit. Jadi,
misel bergerak ke konsentrasi yang lebih rendah melalui lapisan statiske brush border
27
sel-sel mukosa. Lipid berdifusi keluar dari misel, dan suatu larutan cair jenuh lipid
dipertahankan kontaknya dengan brush border sel-sel mukosa.8
Penyerapan
Di dalam sel lipid – lipid ini akan mengalami esterifikasi cepat, sehingga gradien
konsentrasi yang memudahkan zat masuk ke sel dipertahankan. Berbeda dengan mukosa ileum,
kecepatan penyerapan garam empedu oleh mukosa jejunum rendah,dan sebagian besar
garam empedu tetap berada dalam lumen usus halus, dan dapat digunakan untuk
pembentukan misel baru. Nasib Asam lemak di enterosit bergantung pada ukurannya. Asam lemak
yang atom karbonnya kurang dari 10-12 dari sel mukosa langsung masuk ke darah portal,
dan akan ditransport sebagai asam lemak bebas (tanpa esterifikasi). Asam lemak yang
atom karbonnya lebih dari 10 – 12 mengalami esterifikasi kembali menjadi trigliserida
dalam sel-sel mukosa. Selain itu, sebagian kolesterol yang diserap diesterifikasi.
Trigliserida dan ester kolesteril kemudian dilapisi oleh lapisan protein, kolesterol, dan
fosfolipid membentuk kilomikron. Zat ini kemudian meninggalkan sel dan masuk ke
peredaran limfatik.8
Dalam sel-sel mukosa, sebagian besar trigliserida dibentuk oleh asilasi 2-
monogliserida yang diserap, terutama di dalam retikulum endoplasma halus. Akan
tetapi, sebagian trigliserida dibentuk dari gliserofosfat, yang adalah hasil katabolisme
glukosa. Gliserofosfat juga dikonversi menjadi gliserofosfolipid yang ikut berperan
dalam pembentukan kilomikron. Asilasi gliserofosfat dan pembentukan lipoprotein
terjadi di dalam retikulum endoplasma kasar. Bagian molekul karbohidrat ditambahkan
pada protein dalam aparatus golgi, dan kilomikron yang telah selesai dikeluarkan
melalui eksositosis dari bagian basal atau lateral sel. Penyerapan asam lemak rantai
panjang terutama di usus halus bagian atas, tetapi sejumlah tertentu juga diserap dalam
ileum. Pada masukan lemak sedang, 95% atau lebih lemak yang dimakan diserap.8
Bab III : PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, kesimpulan yang dapat diambil adalah struktur saluran
pencernaan berperan penting dalam terjadinya proses pencernaan. Bila struktur saluran
28
pencernaan ini terganggu dapat menyebabkan terganggunya proses pencernaan. Bila proses
pencernaan terganggu maka terganggu juga asupan nutrisi yang masuk kedalam darah
sehingga energy yang dihasilkan sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Friedrich P, dan Jens W. Sobotta atlas anatomi manusia. Ed 23. jilid 1.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2010. h. 208-9.
2. Fawcett DW, Bloom. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2002.
h.530-6. 729-49.
29
3. Gibson, J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC;2003.
4. Moore K L, dan Dalley A F. Anatomi berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jilid
1. Jakarta: Erlangga; 2013. h. 244-72.
5. Parker S. The human body book. Ensiklopedia tubuh manusia. Jakarta:
Erlangga; 2009. h.170-90.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6.
Jakarta:EGC;2011.h.387-403.
7. Ganong W F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC;
2003.h.450-89.
8. Guyton, arthur C. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Edisi ke 8.
Jakarta:EGC;2006.
30