optimasi produksi bioetanol dari sirup sorgum

52
OPTIMASI PRODUKSI BIOETANOL DARI SIRUP SORGUM (Sorghum bicolor) MENGGUNAKAN KHAMIR POTENSIAL DARI BATANG DAN BIJI SORGUM SKRIPSI oleh SITI RODIYAH 145090101111004 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Upload: khangminh22

Post on 13-Mar-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

OPTIMASI PRODUKSI BIOETANOL DARI SIRUP SORGUM (Sorghum bicolor) MENGGUNAKAN KHAMIR POTENSIAL

DARI BATANG DAN BIJI SORGUM

SKRIPSI

oleh SITI RODIYAH 145090101111004

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2018

OPTIMASI PRODUKSI BIOETANOL DARI SIRUP SORGUM (Sorghum bicolor) MENGGUNAKAN KHAMIR POTENSIAL

DARI BATANG DAN BIJI SORGUM

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dalam Bidang Biologi

oleh SITI RODIYAH 145090101111004

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2018

ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

OPTIMASI PRODUKSI BIOETANOL DARI SIRUP SORGUM

(Sorghum bicolor) MENGGUNAKAN KHAMIR POTENSIAL

DARI BATANG DAN BIJI SORGUM

SITI RODIYAH

145090101111004

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji

pada tanggal 20 Juli 2018 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains dalam bidang Biologi

Menyetujui

Pembimbing

Tri Ardyati, M.Agr., Ph.D

NIP 196712131991032001

Mengetahui

Ketua Program Studi S-1 Biologi

Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

Rodiyati Azrianingsih, S.Si., M.Sc., Ph.D

NIP. 197001281994122001

iii

HALAMAN PERNYATAAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Rodiyah

NIM : 145090101111004

Jurusan : Biologi

Penulis Skripsi Berjudul : Optimasi Produksi Bioetanol dari Sirup

Sorgum (Sorghum Bicolor) menggunakan

Khamir Potensial dari Batang dan Biji Sorgum

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah benar-benar karya saya sendiri dan bukan hasil

plagiat dari karya orang lain. Karya-karya yang tercantum dalam

Daftar Pustaka Skripsi ini semata-mata digunakan sebagai acuan

atau referensi

2. Apabila kemudian hari diketahui bahwa isi Skripsi saya

merupakan hasil plagiat, maka saya bersedia menanggung akibat

hukum dari keadaan tersebut

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran

Malang, 24 Juli 2018

Yang menyatakan,

Siti Rodiyah

145090101111004

iv

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan namun terbuka untuk umum dengan

ketentuan bahwa hak cipta ada pada penulis. Daftar pustaka

diperkenankan untuk dicatat, tetapi pengutipan hanya dapat dilakukan

seizin penulis dan harus disertai kebiasaan ilmiah untuk

menyebutkannya.

v

Optimasi Produksi Bioetanol dari Sirup Sorgum (Sorghum bicolor)

Menggunakan Khamir Potensial dari Batang dan Biji Sorgum

Siti Rodiyah, Tri Ardyati

Jurusan Biologi,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Brawijaya, Malang

2018

ABSTRAK

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) memiliki kadar gula tinggi pada

bagian batang yang dapat dimanfaatkan untuk produksi bioetanol sebagai

bahan bakar alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi

kemampuan khamir indigenous batang dan biji sorgum dalam

memproduksi etanol, mengetahui pengaruh penambahan kadar nitrogen

pada media fermentasi untuk produksi etanol dari sirup sorgum dan

mengidentifikasi khamir potensial berdasarkan daerah Internal

Transcribed Spacer (ITS) rDNA. Isolat khamir diisolasi dari batang dan

biji sorgum menggunakan teknik cawan tuang menggunakan media

YMEA dan dimurnikan menggunakan metode dilusi bertingkat. Isolat

yang diperoleh diuji toleransi terhadap kadar etanol menggunakan media

YME cair yang mengandung etanol dengan konsentrasi 0%, 5%, 10% dan

15%, selanjutnya diuji kemampuan isolat dalam menghasilkan etanol.

Isolat unggul digunakan untuk memfermentasi sirup sorgum dengan

penambahan 0,2 % dan 0,5 % ammonium sulfat ((NH4)2SO4). Isolat

unggul diidentifikasi spesies berdasarkan daerah ITS menggunakan

primer ITS 4 dan ITS 5. Hasil isolasi didapatkan delapan isolat khamir

dengan morfologi yang berbeda dan diperoleh dua isolat unggul yang

toleran terhadap kadar etanol 10 – 15% yaitu J1 dan J3 dan mampu

menghasilkan etanol sebesar 7,17 % dan 7,93 %. Penambahan kadar

nitrogen 0,5% menghasilkan etanol lebih tinggi dibandingkan

penambahan kadar nitrogen 0,2%. Isolat J1 dan J3 mampu menghasilkan

etanol dengan kadar berturut-turut 14,05 % dan 10,73 %. Isolat J1

teridentifikasi sebagai Candida tropicalis dengan similaritas 99 %

sedangkan isolat J3 teridentifikasi sebagai Wickerhamomyces anomalus

dengan similaritas 99%.

Kata kunci: fermentasi etanol, kadar nitrogen, khamir, sirup sorgum

vi

Optimization of Bioethanol Production from Soghum Syrup

(Sorghum bicolor) using Potential Ethanol-Producing Yeasts from

Sorghum Stalk and Grains

Siti Rodiyah, Tri Ardyati

Biology Department, Faculty of Mathematic and Natural Sciences,

University of Brawijaya, Malang

2018

ABSTRACT

Sorghum (Sorghum bicolor) is a plant contains high sugar

content that can be used as substrate for bioethanol production, an

alternative biofuel. This study aimed to explore the ability of indigenous

yeast from sorghum stalk and grain in ethanol production, to evaluate the

effect of nitrogen source on fermentation medium for ethanol production

from sorghum syrup and to identify the potential yeasts based on Internal

Transcribed Spacer (ITS) rDNA region. Yeasts were isolated from

sorgum stalk and grains using pour plate methods and serial dilution

method for purification of isolates. The selected isolate then used for

sorghum syrup fermentation with addition of 0,2 % and 0,5 % ammonium

sulfate. Identification of isolates were based on ITS region using primers

ITS 4 and ITS 5. Isolation resulted eight yeast isolates with different

morphology, two isolates were tolerant to ethanol concentration of 0 to

15 %, names ada J1 and J3 isolates and capable to produce ethanol. The

addition of 0.5% nitrogen source showed better production of ethanol

than 0.2 %. Isolate J1 and J3 produced ethanol with concentration of

14.05 % and 10.73 % respectively. Isolate J1 was identified as Candida

tropicalis with 99 % similarity and isolate J3 was identified as

Wickerhamomyces anomalus with 99 % similarity.

Keywords: ethanol fermentation, nitrogen content, sorghum syrup, yeast

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamiin, dengan ungkapan rasa syukur

kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains dalam bidang Biologi di Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

1. Ibu Tri Ardyati, M.Agr., Ph.D selaku dosen pembimbing yang

telah dengan sabar mendampingi, memberi pengarahan, serta

tambahan ilmu yang berguna bagi penulis.

2. Bapak Dr. Suharjono, MS dan bapak Yoga Dwi Jatmiko, S.Si.,

M.App.Sc selaku dosen penguji yang telah memberi saran yang

bermanfaat demi perbaikan penyusunan skripsi.

3. Ibu Nanik Dwi Rahayu selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi

yang telah memfasilitasi peminjaman alat dan media sehingga

penelitian ini dapat terlaksana.

4. Orang tua penulis atas segala doa, dukungan dan motivasi yang

tidak terkira.

5. Eli Wulandari, Fatimatul Isnaeni, Ameta, Naura dan Azka selaku

saudara penulis yang telah memberikan dukungan tidak terkira

pada penulis.

6. Hani Khairina, Violita Yulpha, Wiaam Raniah dan Sayyidatul

Awalia sebagai rekan seperjuangan, Alifia Issabella yang

memberikan bimbingan dan dukungan.

7. M. Rifqi Ramadhan yang telah menemani, mendukung dan

memberikan motivasi.

8. Rekan-rekan peneliti Laboratorium Mikrobiologi dan rekan-rekan

Biologi Angkatan 2014, serta seluruh civitas akademik Jurusan

Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya.

Penulisan skripsi ini merupakan upaya optimal penulis sebagai sarana

terbaik dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Saran dan kritik yang

membangun sangat diharapkan untuk menjadikan karya ini semakin

bermanfaat.

Malang, 24 Juli 2018

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xii

DAFTAR LAMBANG/SINGKATAN ....................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................

1

2

2

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor) dan

Keunggulannya untuk Produksi Etanol ......................

2.2 Khamir untuk Produksi Etanol ..................................

2.3 Jalur Fermentasi Etanol .............................................

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Etanol oleh

Khamir ........................................................................

2.5 Identifikasi Molekular Khamir berdasarkan

Internal Transcribed Spacer (ITS) .............................

4

6

6

9

11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................

3.2 Isolasi dan Skrining Khamir ......................................

3.3 Fermentasi Nira Sorgum ............................................

3.4 Identifikasi Khamir Potensial ....................................

13

13

14

16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Sel Khamir yang Diisolasi dan Skrining

Khamir dari Batang dan Biji Sorgum .........................

4.2 Produksi Etanol dari Fermentasi Sirup Sorgum ........

4.2.1 Isolat J1 ............................................................

4.2.2 Isolat J3 ............................................................

18

21

22

25

ix

4.2.3 Saccharomyces cerevisiae ...............................

4.3 Hasil Identifikasi Isolat Potensial ..............................

27

29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................

5.2 Saran ..........................................................................

34

34

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 35

LAMPIRAN ................................................................................. 39

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Kandungan Nutrisi Biji Sorgum Dibandingkan Bahan

Pokok Lain .....................................................................

4

2 Kandungan Nira Sorgum Dibandingkan Nira Tebu ........ 5

3 Faktor Fisika dan Non Nutrisi yang Memengaruhi

Proses Fermentasi Etanol ...............................................

10

4 Komposisi Master Mix untuk Amplifikasi PCR ............. 16

5 Kondisi Siklus Amplifikasi PCR .................................... 17

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Proses konversi atom karbon dari satu molekul gula

menjadi karbondioksida dan etanol.................................

7

2 Jalur fermentasi etanol pada S. cerevisiae dan Z. mobilis 8

3 Konversi asam piruvat menjadi etanol ............................ 9

4 Daerah ITS pada gen rRNA kapang ................................ 12

5 Morfologi sel khamir hasil isolasi ................................... 18

6 Toleransi isolat terhadap kadar etanol.............................. 19

7 Kadar etanol yang dihasilkan oleh masing-masing isolat

menggunakan media standar dan media sirup sorgum ....

20

8 Kadar etanol yang dihasilkan masing-masing isolat

dengan penambahan kadar nitrogen 0,2 % dan 0,5 % .....

22

9 Kadar etanol, jumlah sel dan gula reduksi pada fermentasi

sirup sorgum oleh isolat J1 ..............................................

24

10 Kadar etanol, jumlah sel dan gula reduksi pada fermentasi

nira sorgum oleh isolat J3 ................................................

26

11 Kadar etanol, jumlah sel dan gula reduksi pada fermentasi

nira sorgum oleh Saccharomyces cerevisiae .....................

28

12 Diagram lokasi primer yang digunakan untuk amplifikasi

daerah ITS1-5,8S-ITS2 .....................................................

29

13 Pohon filogeni dari isolat J1 yang teridentifikasi sebagai

Candida tropicalis ...........................................................

31

14 Pohon filogeni dari isolat J3 yang teridentifikasi sebagai

Wickerhamomyces anomalus ...........................................

32

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hasil BLAST isolat J1 ........................................................ 37

2 Hasil BLAST isolat J3 ........................................................ 38

3 Matriks jarak isolat J1 dengan sekuen pembanding ........... 39

4 Matriks jarak isolat J3 dengan sekuen pembanding ........... 39

5 Hasil elektroforesis DNA hasil PCR ................................... 39

6 Hasil Nano Drop DNA ........................................................ 40

7 Sekuen isolat hasil sekuensing ............................................ 40

8 Kurva standar glukosa ......................................................... 41

9 Analisis statistik toleransi kadar etanol ............................... 42

10 Hasil analisis deskriptif kadar etanol menggunakan media

standar dan media sirup sorgum ..........................................

43

11 Hasil uji Tukey kadar etanol menggunakan media standar

dan sirup sorgum .................................................................

44

12 Analisis statistik kadar etanol dengan penambahan nitrogen

0,2 % dan 0,5 % ....................................................................

45

xiii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Simbol/singkatan Keterangan

°C derajat celcius

ATP Adenosin Tri Pospat

bp basepair

cfu Colony forming unit

CO2 Karbon dioksida

g gram

gL-1 Gram per liter

mL mililiter

nm Nano meter

pH Power of Hydrogen

α alfa

λ Panjang gelombang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produksi etanol dari sumber terbarukan mendapatkan banyak

perhatian dalam beberapa tahun terakhir karena persediaan bahan bakar

minyak yang terus berkurang. Bahan bakar terbarukan dapat berasal dari

berbagai jenis tanaman pangan dengan kadar gula tinggi seperti tebu,

jagung, singkong, beras, kentang dan sebagainya. Terdapat alternatif

tanaman lain yang tidak dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan

memiliki kandungan gula yang tinggi yaitu sorgum. Sorgum merupakan

salah satu sumber energi terbarukan yang mempunyai potensi besar untuk

mengatasi persediaan bahan bakar dunia dan membantu mengurangi

emisi gas yang dihasilkan oleh minyak bumi (Subagio & Aqil, 2013;

Iticha, 2016).

Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang tumbuh di

daerah tropis. Sorgum dapat mempertahankan kondisi fisiologisnya pada

kondisi kelembaban tanah yang rendah sehingga dapat dengan mudah

dibudidayakan walaupun di daerah kering. Sorgum juga diketahui

memiliki toleransi yang luas terhadap daerah yang tergenang air maupun

lahan marginal. Sorgum juga relatif lebih tahan terhadap gangguan hama

dan penyakit tanaman pertanian. Biji sorgum dapat digunakan sebagai

bahan pangan pengganti beras dan jagung serta dapat digunakan sebagai

bahan baku industri pangan seperti gula, monosodium glutamat (MSG),

asam amino dan industri minuman (Sirappa, 2003). Pemanenan biji

sorgum menyisakan hasil samping berupa daun dan batang sorgum. Daun

sorgum dapat digunakan untuk pakan ternak sapi dan batang sorgum

seringkali dibuang percuma. Batang sorgum tersebut dapat diperas untuk

mendapatkan nira sorgum yang banyak mengandung gula (Rutto dkk.,

2013).

Nira dari batang sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan gula, sirup, dan etanol. Sorgum menghasilkan 23 %

karbohidrat yang dapat difermentasi, membutuhkan pupuk nitrogen 37 %

lebih sedikit, dan irigasi 17 % lebih sedikit dibandingkan dengan jagung.

Sorgum juga dapat menghasilkan etanol lebih banyak dibandingkan

jagung pada musim kemarau (Rutto dkk., 2013). Sebagai sumber energi

alternatif untuk produksi etanol, bahan baku dari sorgum tergolong murah

dan dapat dengan mudah didapatkan.

2

Produksi etanol menggunakan bahan baku berupa substrat alami

membutuhkan agen untuk fermentasi. Beberapa jenis mikroorganisme

khususnya kelompok khamir diketahui dapat mengubah gula menjadi

etanol melalui fermentasi anaerobik. Jenis khamir yang diketahui dapat

menghasilkan etanol yaitu Saccharomyces cerevisiae (Naser, 2014).

Karakteristik tempat tumbuh khamir di alam yaitu pada lingkungan yang

mengandung gula, kelembaban tinggi dan cenderung berair seperti pada

sayur dan buah-buahan busuk (Rao dkk., 2008). Produksi bioetanol

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain mikroorganisme dan media

pertumbuhan. Kandungan karbon dan nitrogen dalam media

pertumbuhan khamir diketahui sebagai komponen utama bagi

metabolisme sel khamir (Cruz dkk., 2002). Oleh karena itu perlu

dilakukan eksplorasi kemampuan khamir indigenous untuk

memfermentasi nira sorgum dan diketahui komposisi media pertumbuhan

yang optimal untuk produksi bioetanol.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kemampuan khamir indigenous batang dan biji

sorgum dalam produksi etanol?

2. Bagaimana pengaruh kadar nitrogen pada media fermentasi

untuk produksi etanol dari sirup sorgum?

3. Khamir jenis apakah yang potensial untuk produksi etanol?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu

1. Mengeksplorasi kemampuan khamir indigenous batang dan biji

sorgum dalam produksi etanol.

2. Mengetahui pengaruh kadar nitrogen pada media fermentasi

untuk produksi etanol dari sirup sorgum.

3. Mengidentifikasi khamir potensial berdasarkan daerah Internal

Transcribed Spacer (ITS) rDNA.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu mendapatkan khamir potensial yang

dapat dikembangkan untuk produksi etanol dan mengetahui komposisi

3

media yang optimal terutama komposisi karbon dan nitrogen dalam

media fermentasi sirup sorgum untuk produksi etanol sehingga dapat

meningkatkan produksi bioetanol dengan harapan dapat dimanfaatkan

sebagai bahan bakar alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak

bumi.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor) dan Kenggulannya untuk

Produksi Bioetanol

Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman

serealia yang memiliki potensi besar di bidang pangan dan dikembangkan

di Indonesia. Tanaman sorgum merupakan tanaman C4 yang adaptif

terhadap stress lingkungan dan memiliki efisiensi fotosintesis tinggi

(Almodares & Hadi, 2009). Tanaman ini memiliki toleransi yang luas

terhadap daerah kering maupun tergenang sehingga cocok ditanam di

berbagai tipe tanah dan daerah, serta relatif tahan terhadap gangguan

hama dan penyakit tanaman. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan

pangan dan berbagai kebutuhan industri sebagai bahan baku untuk

pembuatan gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino dan industri

minuman. Prospek terbesar penggunaan biji sorgum yaitu sebagai bahan

pangan pengganti beras, jagung dan berbagai makanan pokok lainnya

karena diketahui memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama (Tabel 1)

(Sirappa, 2003).

Tabel 1. Kandungan nutrisi biji sorgum dibandingkan bahan pokok lain

Bahan

pangan

Kalori

(kal)

Protein

(g)

Le-

mak

(g)

Karbo-

hidrat

(g)

Air

(%)

Serat

(%)

Ca

(mg)

P

(mg)

Fe

(mg)

Sorgum 332 11 3,3 73 11,2 2,3 28 287 4,4

Beras 360 7 0,7 79 9,8 1 6 147 0,8

Jagung 361 9 4,5 72 13,5 2,7 9 380 4,6

Kentang 83 2 0,1 19 - - 11 56 0,7

Ubi kayu 157 1,2 0,3 35 63 - 33 40 0,7

Ubi jalar 123 1,8 0,7 28 - - 30 49 0,7

Terigu 365 8,9 1,3 77 - - 16 106 1,2

Selain biji, bagian lain dari tanaman sorgum juga banyak

dimanfaatkan, seperti batang sorgum yang diketahui memiliki kandungan

gula tinggi hampir sama dengan tebu (Tabel 2). Kandungan amilum pada

sorgum lebih tinggi daripada tebu yang menjadi masalah pada proses

pengkristalan gula sorgum sehingga gula berbentuk cair (Sirappa, 2003).

Kandungan gula yang tinggi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku

5

pembuatan bioetanol. Batang sorgum diperas untuk mendapatkan nira

yang mengandung glukosa, sukrosa dan bentuk gula lainnya yang dapat

dikonversi menjadi etanol. Tanaman sorgum yang dijadikan sebagai

bahan baku etanol dicirikan dengan adanya akumulasi karbohidrat

terfermentasi dalam batang yang mencapai 15 – 25 % sehingga untuk

produksi bioetanol akan lebih menguntungkan apabila pengembangan

tanaman dilakukan di daerah kering (Subagio & Aqil, 2013). Sukrosa,

glukosa dan fruktosa merupakan gula yang dominan pada sirup sorgum

dengan konsentrasi berturut-turut 42,38 gL-1, 23,17 gL-1 dan 28,95 gL-1.

Total konsentrasi dari ketiga gula tersebut mencapai 94,5 gL-1 dengan

nilai rata-rata antara 70 – 110 gL-1 (Luo dkk., 2014).

Tabel 2. Kandungan nira sorgum dibandingkan nira tebu

Komposisi Nira Sorgum Nira Tebu

Brix (%) 13,60 – 18,40 12 – 19

Sukrosa (%) 10 – 14,40 9 – 17

Gula reduksi (%) 0,75 – 1,35 0,48 – 1,52

Gula total (%) 11 - 16 10 – 18

Amilum (ppm) 209 -1.764 1,50 – 95

Asam akonitat (%) 0,56 0,25

Abu (%) 1,28 – 1,57 0,40 – 0,70

Tanaman lain yang biasa digunakan untuk produksi bioetanol yaitu

tebu, jagung, sagu, singkong, ketela dan sebagainya. Namun diantara

tanaman tersebut, sorgum memiliki beberapa karakteristik yang lebih

unggul diantaranya efisien dalam mengubah energi matahari dan

karbohidrat yang dihasilkan tinggi, toleran terhadap berbagai jenis

lingkungan dengan berbagai fungsi, memiliki konsentrasi gula tinggi

yang dapat terfermentasi langsung, semua komponen dari tanaman

sorgum memiliki nilai ekonomi mulai dari biji, batang dan serat yang

dihasilkan dari hasil pemerasan batang. Waktu tumbuh sorgum lebih

pendek yaitu antara 3-5 bulan dibandingkan tebu antara 10 – 12 bulan dan

kuantitas air yang dibutuhkan hanya 1/3 dari tebu (Almodares & Hadi,

2009).

6

2.2 Khamir untuk Produksi Bioetanol

Khamir merupakan jamur ascomycota atau basidiomycota yang dapat

bereproduksi dengan tunas atau membelah dan menghasilkan spora yang

tidak diselubungi badan buah. Diversitas spesies khamir di niche khusus

ditentukan berdasarkan kemampuannya memanfaatkan sumber karbon

dan nutrisi selektif yang sesuai dengan habitatnya. Khamir dapat diisolasi

dari daerah terestrial, akuatik atau aerial, namun tanaman merupakan

habitat terbesar dari khamir. Sebagian besar niche khamir pada

lingkungan berair dari tanaman yang mengandung gula dan

persebarannya ke tanaman lain dibantu oleh serangga (Azhar dkk., 2017).

Berbagai jenis khamir dikomersialisasi dan digunakan dalam produksi

etanol atau CO2, termasuk juga strain spesifik yang digunakan untuk

pengembang roti, wine, beer dan etanol untuk bahan bakar. Khamir

Saccharomyces cerevisiae telah dikenal secara luas digunakan dalam

produksi etanol dan keperluan lain dengan strain yang spesifik (Naser,

2014). S. cerevisiae banyak digunakan di industri etanol karena memiliki

toleransi pH yang luas. Khamir dalam pembuatan roti juga digunakan

sebagai starter untuk produksi etanol karena biaya yang murah dan dapat

dengan mudah diperoleh (Azhar dkk., 2017).

Hambatan utama dalam fermentasi gula yaitu peningkatan suhu antara

35 – 45 °C dan konsentrasi etanol yang lebih dar 20 %. Laju pertumbuhan

dan metabolisme khamir meningkat dengan meningkatnya suhu sampai

pada titik optimum. Peningkatan konsentrasi etanol selama fermentasi

dapat menghambat pertumbuhan dan viabilitas sel khamir. Terhambatnya

pertumbuhan khamir pada media yang mengandung etanol tinggi juga

menghambat produksi etanol. Strain khamir etanol toleran dan

termotoleran yang dapat bertahan pada kondisi stress medium dapat

diisolasi dari sumber alam seperti tanah, air, tanaman dan hewan. Hal

tersebut dikarenakan sel khamir beradaptasi dengan lingkungan dalam

waktu yang lama dan melewati seleksi alam (Azhar dkk., 2017).

2.3 Jalur Fermentasi Etanol

Produksi bioetanol sebagian besar berasal dari proses fermentasi gula.

Gula seperti glukosa pada tanaman diperoleh sebagai hasil dari proses

fotosintesis. Melalui proses fermentasi oleh mikroorganisme, 1 molekul

gula diubah menjadi 2 molekul etanol dan CO2 (persamaan 1; Gambar 1)

(Barnett, 2003). Fermentasi merupakan dekomposisi lambat oleh

mikroorganisme dari molekul organik kompleks seperti pati menjadi

7

molekul lebih sederhana seperti etanol. Fermentasi gula untuk produksi

etanol terjadi dalam kondisi anaerobik (Naser, 2014).

C6H12O6 → 2 C2H5OH + 2 CO2 + panas .............................................. (1)

(Barnett, 2003)

Gambar 1. Proses konversi atom karbon dari satu molekul gula

menjadi karbondioksida dan etanol

Etanol diproduksi dari glukosa melalui konsumsi fermentatif piruvat.

Glikolisis merupakan proses yang mengubah glukosa menjadi produk

teroksidasi, piruvat, yang mensuplai ATP untuk produksi biomassa.

Piruvat dapat difermentasi menjadi etanol dengan reaksi piruvat

dekarboksilase (PDC) dan alkohol dehidrogenase (ADH) dengan

melepaskan satu karbon sebagai karbon dioksida (CO2) di bawah kondisi

anaerobik. Proses fermentasi etanol dapat dipelajari secara intensif pada

S. cerevisiae dan E. coli, dikarenakan kemajuan teknologi dalam bidang

rekayasa genetik. Spesies lain yang juga dapat dijadikan sebagai alternatif

yaitu Zymomonas mobilis yang memiliki kemampuan memproduksi

etanol melalui jalur Entner-Doudoroff (ED) tanpa melaui jalur Embden-

Meyerhof-Parnas (EMP) untuk glikolisis (Gambar 2). Meskipun jalur

EMP merupakan jalur utama glikolisis di sebagian besar eukariotik dan

prokariotik, jalur glikolisis lebih beragam pada prokariotik. Di antara

jenis-jenis jalur glikolisis, jalur ED merupakan jalur yang banyak

8

digunakan bersamaan dengan jalur EMP pada beberapa prokariotik

seperti Z. mobilis. Jalur EMP menghasilkan dua molekul ATPs dari setiap

molekul glukosa yang dikonsumsi, sedangkan jalur ED hanya

menghasilkan satu molekul ATP dari satu molekul glukosa, dimana ATP

berhubungan erat dengan proses anabolisme dan pertumbuhan sel (Kang

& Lee, 2015).

(Kang & Lee, 2015)

Gambar 2. Jalur fermentasi etanol pada S. cerevisiae (garis sambung, jalur

EMP glikolisis) dan Z. mobilis (garis putus-putus, jalur ED

glikolisis). (KGDP: 2-keto-3-deoxy-6-phosphogluconate;

G6P: Glucose 6-Phosphate; F6P: fructose 6-phosphate; FBP:

fructose 1,6-diphosphate; DHAP: dihydroxyacetone

phosphate; G3P: glyceraldehyde 3-phosphate).

9

Reaksi pertama yang dilakukan dalam fermentasi yaitu glikolisis.

Proses katabolisme tersebut merombak D-glucose menjadi piruvat untuk

menghasilkan 2 molekul ATP setiap molekul glukosa. Khamir merubah

piruvat menjadi etanol dan karbon dioksida pada fermentasi alkohol dan

keseluruhan proses tersebut memberikan energi kimiawi bagi sel yeast

yang disimpan pada ikatan fosfat dari ATP (Gambar 3). Asam piruvat

akan dirubah menjadi asetaldehid melalui reaksi enzimatik piruvat

dekarboksilase. Asetaldehid kemudian dirubah menjadi etanol melalui

reaksi enzim alkohol dehidrogenase (Barnett, 2003).

(Barnett, 2003)

Gambar 3. Konversi asam piruvat menjadi etanol

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Etanol oleh Khamir

Faktor yang menentukan laju fermentasi diantaranya kelimpahan sel

khamir dalam medium, viabilitas sel khamir, tingkat oksigen terlarut,

konsentrasi nitrogen terlarut, konsentrasi karbon terlarut dan faktor

mineral lain yang dibutuhkan sel khamir untuk tumbuh. Selain itu juga

terdapat beberapa faktor fisika dan non nutrisi yang memengaruhi proses

fermentasi, diantaranya adalah suhu, pH, agitasi atau pengadukan, aerasi,

tekanan udara, volume inokulum, umur inokulum dan waktu fermentasi

(tabel 3) (Strobel & Sullivan, 1999).

10

Tabel 3. Faktor fisika dan non nutrisi yang memengaruhi proses

fermentasi etanol

Faktor Range setting

Suhu 10 – 40 °C

pH 3 – 9

Agitasi 50 – 500 rpm

Aerasi 0,1 – 2 vvm

Tekanan udara 1 – 15 lb/in2

Volume inokulum 1 – 15 % (v/v)

Umur inokulum 0,5 – 5 hari

Waktu fermentasi 0,8 – 14 hari

Menurut Waites dkk. (2005) faktor kunci yang berpengaruh pada hasil

fermentasi diantaranya adalah kualitas dan kuantitas inokulum, pemilihan

media, penentuan dan pengembangan nutrisi, suhu, pH dan gradien

oksigen. Produksi bioetanol dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain media. Media dalam pembuatan bioetanol harus memenuhi

kebutuhan dasar untuk pembentukan biomassa dan produk fermentasi

(Widayanti dkk., 2013). Karbohidrat dan nitrogen merupakan unsur

utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan suatu organisme dan interaksi

dari kedua nutrisi tersebut memegang peran penting dalam metabolisme

(Cruz dkk., 2002).

Sel khamir tumbuh pada kondisi dengan berbagai sumber energi. Sel

khamir lebih sering mengonsumsi sumber karbon berupa glukosa dan

fruktosa dibandingkan dengan sukrosa, rafinosa, gliserol, etanol atau

asetat (Broach, 2012). Konsentrasi gula dalam medium pertumbuhan

khamir harus seimbang. Kadar gula yang terlalu tinggi dapat menghambat

pertumbuhan sel khamir dan kadar etanol yang terlalu tinggi dapat

mematikan sel khamir. Glukosa yang melebihi 15 % (v/v) medium dapat

menghambat kinerja berbagai enzim yang dihasilkan khamir (Wiratno

dkk., 2014). Kandungan gula dalam medium dimanfaatkan oleh sel

khamir untuk pembentukan ATP yang diperlukan untuk penambahan

biomassa sel khamir. Glukosa akan dipecah dirubah menjadi produk

teroksidasi melalui glikolisis dengan hasil samping berupa etanol dalam

kondisi anaerobik (Kang & Lee, 2015).

Selain sumber karbon, ketersediaan nitrogen dalam media juga

merupakan faktor penting untuk pertumbuhan sel khamir. Berbagai jenis

11

sumber nitrogen dapat ditambahkan ke dalam medium pertumbuhan

seperti amonium sulfat, urea, ekstrak khamir, pepton dan sumber lainnya.

Sumber nitrogen yang umum digunakan yaitu amonium sulfat dan urea

karena harga yang terjangkau untuk produksi etanol (Li dkk., 2017). Nira

sorgum sudah mengandung NH4+ sebanyak 21,4 ppm dan NO3

- sebanyak

4,4 ppm sebagai sumber nitrogen (Laopaiboon dkk., 2009). Namun untuk

produksi etanol diperlukan penambahan sumber nitrogen tambahan untuk

mendukung pertumbuhan sel khamir. Kandungan nitrogen dalam

medium digunakan sel khamir untuk melangsungkan proses transkripsi,

metabolisme, dan kemampuan biosintesis lainnya. Terbatasnya

kandungan nitrogen dalam medium akan memperlambat laju

pertumbuhan sel khamir, terutama pada proses reduksi di biogenesis

ribosomal dan translasi (Broach, 2012).

2.5 Identifikasi Molekular Khamir berdasarkan Internal Transcribed

Spacer (ITS)

Sistron rRNA eukariotik terdiri atas gen 18S, 5,8S dan 28S rRNA yang

ditranskripsi menjadi satu unit oleh RNA polimerase I. Proses post-

transkripsional membagi sistron dan memisahkan dua celah atau internal

transcribed spacer (ITS). Kedua celah tersebut mengapit gen 5,8S dan

umumnya disebut daerah ITS (Scoch dkk., 2012). Daerah ITS umum

digunakan untuk mengidentifikasi kapang dan khamir hingga tingkat

spesies. Daerah ITS dipilih untuk identifikasi khamir karena merupakan

bagian kompleks gen rRNA, primer kapang universal yang bersifat

conserve, mudah diamplifikasi meskipun menggunakan jumlah DNA

sedikit karena memiliki banyak salinan pada gen RNA dan tingkat

variabilitas sekuen ITS yang tinggi (Calderone & San-Blas, 2008).

Daerah ITS yang umum diamplifikasi terdiri dari ITS1 – 5,8S – ITS2.

Primer ITS1 dan ITS4 digunakan untuk mengamplifikasi daerah ITS1

dan ITS2 (Hesham dkk., 2017). Identifikasi molekular kapang dan khamir

menghasilkan lebih dari 100.000 sekuen yang disimpan dalam database

yang dapat membantu keperluan identifikasi khamir berdasarkan penanda

ITS (Bellemain dkk., 2010).

Daerah ITS dapat diamplifikasi dengan Polymerase Chain Reaction

(PCR) dengan amplikon yang dihasilkan sekitar 527-700 bp (Das & Deb,

2015). Prinsip dasar PCR yaitu amplifikasi urutan DNA target dan

meminimalkan amplifikasi DNA non-target. Oleh karena itu PCR

memerlukan primer spesifik untuk urutan basa target, dan komponen lain

12

yang dibutuhkan untuk menjalankan PCR. Ketika PCR selesai, dihasilkan

sekuen spesifik dalam jumlah banyak. Untai tunggal DNA dapat

dipisahkan melalui gel electrophoresis (Fatchiyah dkk., 2011).

(Korabecna, 2007)

Gambar 4. Daerah ITS pada gen rRNA kapang

Elektroforesis merupakan proses bergeraknya molekul bermuatan

pada suatu medan listrik. Kecepatan gerak suatu molekul bergantung

pada muatan, bentuk dan ukuran molekul. Molekul seperti asam nukleat

dan protein dapat dipisahkan melalui elektroforesis. Posisi molekul yang

terseparasi dapat dideteksi dengan pewarnaan. Elektroforesis suatu

molekul dibutuhkan suatu matriks penyangga untuk mencegah difusi

karena arus listrik. Penyangga yang dapat digunakan yaitu gel agarosa.

DNA yang terseparasi divisualisasi dengan penambahan ethidium

bromide yang dapat berikatan dengan DNA secara kuat melalui interaksi

di antara basa DNA (Fatchiyah dkk., 2011).

13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2017 – Mei 2018 di

Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Brawijaya, Malang.

3.2 Isolasi dan Seleksi Khamir Potensial

Isolat khamir yang digunakan diisolasi dari batang dan biji sorgum.

Sampel batang dan biji sorgum diperoleh dari Peternakan Sapi TAPOS

Bogor. Sel khamir diisolasi menggunakan metode cawan tuang dengan

media YMEA (3 gL-1 yeast extract, 3 gL-1 malt extract, 3 gL-1 pepton, 10

gL-1 glukosa dan 1,5 % agar) yang telah disterilisasi pada suhu 121°C

selama 15 menit (Nasreen dkk., 2014). Sampel batang dan biji sorgum

dibiarkan selama 48 jam di kebun tebu sebagai habitat alami untuk

menumbuhkan khamir alami dari batang dan biji sorgum. Sampel

ditimbang sebanyak 25 g dan dimasukkan ke dalam 225 mL NaCl 0,85

% dan dilakukan pengenceran berseri hingga 10-6. Sebanyak 0,1 mL

sampel dari setiap seri pengenceran dimasukkan ke dalam cawan Petri

dan dituang dengan media YMEA yang mengandung Streptomycin 50

µg/mL untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Lee dkk., 2011; Ebabhi

dkk., 2013). Cawan Petri diinkubasi pada suhu 30 °C selama 48 jam.

Koloni yang tumbuh dengan karakter morfologi berbeda dimurnikan

menggunakan metode kuadran streak dan disubkultur pada YMEA

miring. Kultur isolat disimpan pada suhu 4 °C hingga perlakuan

selanjutnya.

Sel khamir yang telah murni diuji kemampuan tumbuh pada kadar

etanol tinggi. Kemampuan pertumbuhan sel khamir pada kadar etanol

tinggi dilakukan menggunakan media YME cair steril yang mengandung

etanol dengan konsentrasi 0 %, 5 %, 10 % dan 15 %. Volume medium

yang digunakan yaitu sembilan mL kemudian ditambahkan kultur cair

isolat berumur 24 jam sebanyak satu mililiter. Kultur diinkubasi pada

suhu ruang selama 48 jam (Ali & Khan, 2014). Kemampuan pertumbuhan

sel khamir pada kadar etanol tinggi dilakukan secara bertahap mulai dari

0%, kemudian isolat yan mampu bertahan diinokulasi sebanyak 10 %

pada kadar 5% dan seterusnya hingga kadar etanol 15%. Viabilitas sel

14

khamir pada medium diukur menggunakan spektrofotometer dengan λ

600 nm, kekeruhan medium pada jam ke-0 dibandingkan dengan

kekeruhan pada jam ke-48 untuk mengetahui adanya pertumbuhan sel

khamir. Hasil kemampuan pertumbuhan sel khamir pada beberapa kadar

etanol yang digunakan kemudian dianalisis menggunakan software SPSS

V16.0 for Windows dengan metode one-way ANOVA dan uji Tukey

dengan α=0,05.

Isolat khamir yang diperoleh diuji pula kemampuan fermentasinya

menggunakan media standar dengan glukosa 5 % dan media sirup

sorgum. Komposisi media standar yang digunakan yaitu glukosa 50 gL-1,

yeast extract 1 gL-1, KH2PO4 5 gL-1, (NH4)2SO4 2 gL-1 dan MgSO4 0,4 gL-

1 (Cheng dkk., 2009). Isolat khamir diuji kemampuannya dalam

memfermentasi sirup sorgum dengan kondisi fermentasi Brix medium 20,

inokulum 10 % (v/v) dengan densitas 106 cfu/mL. Kondisi tersebut

digunakan karena sebagian besar khamir mampu memfermentasi nira

sorgum pada Brix 20 dan jumlah inokulum tersebut merupakan jumlah

yang standar untuk fermentasi sirup sorgum (Luo dkk., 2014; Phutela &

Kaur, 2014). Inkubasi dilakukan selama tujuh hari dengan masing-masing

isolat tiga ulangan. Sampel fermentasi didestilasi menggunakan destilator

pada suhu ± 90 °C, kemudian destilat yang diperoleh diukur kadar

etanolnya menggunakan alkohol meter. Hasil skrining kemampuan

fermentasi etanol kemudian dianalisis menggunakan software SPSS

V16.0 for Windows dengan metode one-way ANOVA dan uji Tukey

dengan α=0,05.

3.3 Fermentasi Nira Sorgum

Dua isolat dengan toleransi etanol dan kemampuan menghasilkan

etanol dalam kadar tertinggi dilanjutkan untuk fermentasi sirup sorgum

dengan perlakuan kadar nitrogen yang berbeda. Fermentasi sirup sorgum

dilakukan melalui dua tahapan yaitu pre-fermentasi dan fermentasi.

Tahap pre-fermentasi dilakukan dengan menumbuhkan 10 % (v/v,

densitas 106 cfu/mL) khamir hasil skrining ke dalam media sirup sorgum

volume 250 mL dengan Brix 25 selama 12 jam untuk mengadaptasi isolat

khamir dan melewati fase lag pertumbuhan sel khamir. Khamir yang

diinokulasikan ke dalam medium pre-fermentasi sebelumnya

ditumbuhkan dalam media YME cair selama 48 jam dan disetarakan

densitas selnya. Hasil pre-fermentasi kemudian digunakan sebagai starter

15

fermentasi dengan diinokulasikan sebanyak 10% (v/v) ke dalam medium

fermentasi.

Fermentasi dilakukan dengan dua perlakuan penambahan kadar

nitrogen yaitu 0,2% dan 0,5%. Sumber nitrogen yang digunakan yaitu

Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4). Brix medium diatur menjadi 25 dengan

cara melarutkan sirup sorgum dengan akuades dan diukur menggunakan

refraktometer. Khamir Saccharomyces cerevisiae digunakan sebagai

kontrol positif penghasil etanol menggunakan sirup sorgum. Kadar

etanol, gula reduksi dan jumlah sel dianalisis pada hari ke-1, 3, 5 dan 7

dengan masing-masing isolat tiga ulangan.

Sampel fermentasi sebanyak 80 mL didestilasi menggunakan

destilator dengan suhu ± 90 °C. Destilat yang didapatkan diukur kadar

etanolnya menggunakan alkohol meter dan dihitung kadar etanol dari

sampel menggunakan persamaan (2). Gula pereduksi diukur

menggunakan metode 3,5-Dinitrosalicylic (DNS) (Miller, 1959). Reagen

DNS dibuat dengan melarutkan (w/v) 1% DNS, 0,05% sodium sulfat, 1%

NaOH dan Potassium sodium tartrate (Garam Rochelle) 40 % secara

terpisah. Sebanyak tiga mL sampel fermentasi dimasukkan ke dalam

tabung reaksi dan ditambahkan reagen DNS tiga mL. Sampel kemudian

dipanaskan dalam waterbath suhu 100 °C selama 15 menit. Sampel

didinginkan pada suhu ruang dan ditambahkan Garam rochelle 40 %

sebanyak satu mL. Absorbansi sampel diukur menggunakan

spektrofotometer dengan λ 575 nm dan konsentrasi gula pereduksi

dibandingkan dengan kurva standar glukosa. Kurva standar dibuat

dengan menghubungkan konsentrasi glukosa (sumbu x) dan OD (sumbu

y).

M1V1 = M2V2 ......................................................................................... (2)

Viabilitas khamir dihitung dengan cara menumbuhkan sel khamir

pada media YMEA. Sampel fermentasi diambil sebanyak satu mL

kemudian dilakukan pengenceran berseri hingga 106 dan 0,1 mL dari hasil

pengenceran ditumbuhkan pada media YMEA dengan metode cawan

sebar. Cawan Petri kemudian diinkubasi pada suhu 30 °C selama 48 jam

dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Hasil pengukuran kadar etanol,

gula reduksi dan jumlah sel khamir dianalisis menggunakan software

SPSS V16.0 for Windows dengan metode one-way ANOVA dan uji

Tukey dengan α=0,05.

16

3.4 Identifikasi Khamir Potensial Berdasarkan Internal Transcribed

Spacer (ITS)

Dua isolat dengan kemampuan fermentasi tinggi dipilih untuk

identifikasi yaitu isolat J1 dan J3. Isolat ditumbuhkan pada media YME

cair pada suhu 30 °C selama 48 jam. Kultur isolat kemudian ditumbuhkan

pada media YMEA dengan metode cawan sebar dan diinkubasi pada

suhu 30 °C selama 48 jam. Koloni yang tumbuh diambil untuk ekstraksi

DNA. DNA isolat khamir diekstraksi menggunakan I-Genomic Soil DNA

Extraction Mini Kit INTRON sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

DNA hasil ekstraksi diuji kuantitatif untuk mengetahui konsentrasi DNA

dengan menggunakan Nano Drop. Uji kualitatif DNA dilakukan

menggunakan elektroforesis (Fatchiyah dkk., 2011).

DNA hasil ekstraksi diamplifikasi menggunakan Polymerase Chain

Reaction (PCR) dengan primer ITS4 (5’-

TCCTCCGCTTATTGATATGC-3’) dan ITS 5 (5’-

GGAAGTAAAAGTCGTAACAAGG-3’). Komposisi Master mix untuk

PCR (Tabel 3) dihomogenasi dan dimasukkan ke dalam mesin PCR

dengan kondisi reaksi ditunjukkan pada tabel 5 (Hesham dkk., 2017).

Tabel 3. Komposisi master mix untuk amplifikasi PCR

Komponen Volume (uL) Konsentrasi

Nuclease free water 19 -

PCR mix 25 -

Primer 1 f (ITS 4) 2 10 pmol/uL

Primer 2 f (ITS 5) 2 10 pmol/uL

DNA Template

2

J1 13,8 ng/uL

J3 13,4 ng/uL

Total 50 uL -

Hasil amplifikasi DNA divisualisai dengan elektroforesis

menggunakan agarosa 1,5 % pH 8. Pewarna Ethidium Bromide (EtBr)

ditambahkan ke dalam agarosa sebanyak satu µL dan dihomogenkan.

Campuran agarosa dituang ke dalam cetakan gel hingga memadat.

Cetakan gel dimasukkan ke dalam chamber elektroforesis dan diisi

dengan buffer TBE hingga cetakan terendam. Marker DNA TriDyeTM 1

17

kb DNA Ladder dan sampel DNA sebanyak 2 µL dimasukkan ke dalam

sumuran gel. Sampel DNA dielektroforesis pada tegangan 100 V selama

30 – 45 menit. Hasil elektroforesis didokumentasikan menggunakan Gel-

Doc UV transiluminator (Fatchiyah dkk., 2011). Hasil PCR dianalisis

menggunakan sequencing analysis di 1st Base, Malaysia. Sekuen hasil

sequencing digabungkan menggunakan program BioEdit Sequence

Alignment Editor ver. 7.2.5 dan disejajarkan menggunakan ClustalW.

Sekuen homolog dicari menggunakan database National Center for

Biotechnology Information (NCBI) menggunakan BLASTN (Lee dkk.,

2011). Hasil perbandingan dari BLAST dibentuk pohon filogeni

menggunakan program MEGA 6 dengan algoritma Neighboor-Joining

dan estimasi jarak menggunakan Jukes-Cantor dengan analisis bootstrap

1.000 pengulangan (Hesham dkk., 2017).

Tabel 4. Kondisi siklus amplifikasi PCR

Langkah Suhu (°C) Waktu (detik)

Denaturasi awal 95 300

40 siklus:

Denaturasi

94

60

Annealing 55 60

Ekstensi 72 60

Ekstensi akhir 72 600

(Hesham dkk., 2017)

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Sel Khamir yang Diisolasi dan Skrining Khamir dari

Batang dan Biji Sorgum

Dari biji sorgum didapatkan jumlah sel sebanyak 4,6 x 105 cfu/g

sedangkan dari batang sorgum sebanyak 3,8 x 107 cfu/g. Jumlah total

isolat yang didapatkan deapan isolat, terdapat empat isolat yang berasal

dari batang sorgum (T1, T2, T4 dan T5) dan empat isolat dari biji sorgum

(J1, J2, J3 dan J4). Isolat dipilih berdasarkan karakter morfologi koloni

yang berbeda. Delapan isolat tersebut kemudian diamati morfologi selnya

menggunakan mikroskop perbesaran 1000 X dengan pewarnaan

Methylen Blue 0,02 % (Gambar 5).

a. b. c. d.

e. f. g. h.

Gambar 5. Morfologi sel khamir hasil isolasi, a.) isolat T1, b.) isolat T2,

c.) isolat T4, d.) isolat T5, e.) isolat J1, f.) isolat J2, g.) isolat J3,

h.) isolat J4 (M 1000 X, ─ = 10 µm)

Isolat khamir yang telah murni diuji toleransinya pada kadar etanol

tinggi. Pertumbuhan sel khamir tersebut diketahui melalui nilai

absorbansi yang diukur mengunakan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 600 nm. Semua isolat diketahui mampu bertahan pada

konsentrasi etanol 5% dan 10 % pada medium dan hanya isolat J2 dan J3

yang mampu tumbuh pada konsentrasi etanol 15 % (Gambar 6). Khamir

19

yang mampu tumbuh pada kadar etanol tinggi menunjukkan toleransinya

terhadap etanol yang merupakan salah satu ciri spesifik khamir yang

dapat menghasilkan etanol melalui fermentasi. Khamir yang dapat

melakukan fermentasi etanol dan menghasilkan etanol dalam jumlah

tinggi umumnya dapat bertahan pada medium dengan konsentrasi etanol

antara 5 – 15 % ketika ditumbuhkan pada medium cair (Lee dkk., 2011;

Tikka dkk., 2013). Kadar etanol yang tinggi dalam medium secara umum

berpengaruh terhadap penyerapan glukosa, maltosa, amonium dan asam

amino menyebabkan sel mengalami lisis kehilangan nukleotida, asam

amino dan potasium. Khamir yang memfermentasi karbohidrat menjadi

etanol memiliki toleransi terhadap kadar etanol tinggi disebabkan adanya

beberapa peningkatan regulasi gen yang berada pada membran sel khamir

sehingga sel khamir mampu toleran terhadap etanol. Peningkatan regulasi

gen yang berhubungan dengan struktur dinding sel yang berhubungan

dengan toleransi terhadap etanol meliputi gen TIP1 untuk metabolisme

mannoprotein, SED1 untuk metabolisme glikoprotein, SPI1 untuk

resistensi terhadap asam, dan HSP150 untuk organisasi dinding sel (Ma

& Liu, 2010).

Gambar 6. Toleransi isolat terhadap kadar etanol

Kadar etanol

0%

5%

10%

15%

20

Skrining menggunakan media standar (glukosa 5%) dan sirup sorgum

menunjukkan bahwa semua isolat mampu memfermentasi glukosa

menjadi etanol namun dengan kadar yang berbeda-beda (Gambar 7).

Kadar etanol yang dihasilkan oleh isolat pada media standar yang

mengandung glukosa 5 % menunjukkan hasil yang lebih rendah

dibandingkan dengan kadar etanol yang dihasilkan menggunakan media

sirup sorgum. Kadar etanol terendah menggunakan media standar

dihasilkan oleh isolat T4 yaitu 2,63% sedangkan isolat lain menghasilkan

kadar etanol lebih tinggi namun tidak menunjukkan beda nyata antara

3,17 % hingga 4,2 %. Isolat J1 dan J3 menghasilkan kadar etanol tertinggi

hasil tertinggi pada medium sirup sorgum dengan kadar berturut-turut

7,17 % dan 7,93%. Kadar tersebut lebih rendah apabila dibandingkan

dengan kontrol positif Saccharomyces cerevisiae yang mampu

menghasilkan etanol dengan kadar 10,28 %.

Gambar 7. Kadar etanol yang dihasilkan oleh masing-masing isolat

menggunakan media standar glukosa 5% dan media sirup sorgum

Produksi etanol menggunakan media sirup sorgum menghasilkan

etanol dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan media standar

glukosa 5 % dikarenakan media standar yang digunakan hanya

mengandung satu macam gula yaitu glukosa dengan konsentrasi 5%,

sedangkan sirup sorgum memiliki kandungan gula yang lebih beragam

21

yaitu sukrosa, glukosa, dan fruktosa dengan konsentrasi berturut-turut 4,2

%, 2,3 % dan 2,8 % (Luo dkk., 2014). Kandungan gula yang lebih

beragam menyediakan sumber karbon yang lebih banyak untuk

melangsungkan proses glikolisis dan fermentasi etanol. Kandungan gula

yang beragam serta kandungan amilum yang tinggi menyediakan karbon

yang cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan oleh sel khamir untuk

pembentukan ATP dan menghasilkan etanol (Sirappa, 2003).

Isolat J1 dan J3 digunakan untuk optimasi fermentasi sirup sorgum

dengan kadar nitrogen yang berbeda karena kedua isolat tersebut

menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap etanol dan mampu

memproduksi etanol dari substrat sirup sorgum dalam jumlah yang tinggi

dibandingkan dengan isolat yang lain.

4.2 Produksi Etanol dari Fermentasi Sirup Sorgum

Fermentasi sirup sorgum oleh isolat J1 dan J3 dengan penambahan

kadar nitrogen berupa (NH4)2SO4 0,2 % dan 0,5 % ditunjukkan pada

gambar 8. Penambahan kadar nitrogen 0,5 % menghasilkan kadar etanol

yang lebih tinggi dibandingkan penambahan kadar nitrogen 0,2 %. Isolat

J1 dengan waktu inkubasi tujuh hari menghasilkan etanol dengan kadar

8,67 % pada penambahan 0,2 % (NH4)2SO4 sedangkan penambahan 0,5

% menghasilkan etanol dengan kadar 14,05 %. Isolat J3 menghasilkan

etanol dengan kadar 8,33 % pada penambahan (NH4)2SO4 0,2 % dan

10,80 % pada penambahan (NH4)2SO4 dengan kadar 0,5 %. Isolat kontrol

Saccharomyces cerevisiae menghasilkan etanol lebih tinggi

dibandingkan isolat J1 dan J3 dengan masing-masing kadar 20,83 % dan

22,10 % dengan penambahan (NH4)2SO4 0,2 % dan 0,5 %. Kedua isolat

J1 dan J3 mampu menghasilkan etanol, namun peningkatan kadar yang

dihasilkan tidak begitu tinggi apabila dibandingkan dengan S. cerevisiae

yang menunjukkan peningkatan kadar dari hari ke-1 menuju hari ke-3.

Kadar etanol yang dihasilkan S. cerevisiae pada hari ke-3 hingga hari ke-

7 tidak menunjukkan perbedaan kadar yang signifikan.

Perbedaan kadar etanol yang dihasilkan dengan penambahan nitrogen

yang berbeda menunjukkan pengaruh terhadap produksi etanol.

Peningkatan kadar nitrogen di dalam medium akan meningkatkan laju

transkripsi dan pembelahan sel sehingga laju pertumbuhan sel khamir

lebih cepat dengan penambahan kadar nitrogen 0,5%. Jumlah sel khamir

yang lebih tinggi berpengaruh pada proses glikolisis yang terjadi

22

sehingga etanol yang dihasilkan lebih tinggi. Peningkatan jumlah sel

selain berpengaruh terhadap kadar etanol yang dihasilkan juga

mempengaruhi ketersediaan gula reduksi di dalam medium. Sel khamir

memanfaatkan gula dalam medium sebagai sumber karbon untuk proses

glikolisis dan menghasilkan etanol, sehingga semakin banyak jumlah sel

di dalam medium maka akan menurunkan jumlah gula reduksi yang

tersisa. Masing-masing isolat yang digunakan menunjukkan perbedaan

jumlah sel dan gula reduksi selama waktu fermentasi.

Gambar 8. Kadar etanol yang dihasilkan oleh masing-masing isolat

denganpenambahan kadar nitrogen (NH4)2SO4 0,2 % (bar

hitam) dan 0,5 % (bar kuning)

4.2.1 Isolat J1

Penambahan sumber nitrogen 0,2 % dan 0,5 % pada medium

fermentasi menunjukkan hasil yang berbeda untuk masing-masing isolat.

Penambahan nitrogen 0,2% pada isolat menunjukkan peningkatan kadar

etanol dari hari pertama hingga hari ke 5 dan mengalami penurunan yang

tidak signifikan pada hari ke 7. Kadar etanol pada hari ke-1, 3, 5 dan 7

berturut-turut adalah 8,27%, 8,73%, 9,33% dan 8,67%. Jumlah sel isolat

J1 pada hari pertama sebesar 2,27 x 106 cfu/mL mengalami peningkatan

23

pada hari ke-3 menjadi 1,05 x 107 cfu/mL. Jumlah sel pada hari ke-5

menunjukkan jumlah yang tidak berbeda dengan hari ke-3 yaitu sebesar

1,03 x 107 cfu/mL, dan mengalami penurunan pada hari ke-7 menjadi

7,57 x 106 cfu/mL. Kadar gula reduksi pada hari pertama sebesar 45,96

g/L mengalami peningkatan pada hari ke-3 menjadi 88,5 g/L. Selanjutnya

kadar gula reduksi menurun pada hari ke-5 menjadi 38,47 g/L dan pada

hari ke-7 menjadi 23,44 g/L (Gambar 9).

Penambahan nitrogen 0,5% pada media fermentasi menunjukkan

peningkatan kadar etanol dari hari ke-1, 3, 5 dan 7 berturut-turut 9,79%,

10,43%, 12,87% dan 14,05%. Peningkatan kadar etanol berbanding

terbalik dengan gula reduksi yang semakin menurun setiap harinya yaitu

berturut-turut 45,35 g/L, 44,66 g/L, 23,55 g/L dan 14,88 g/L. Jumlah sel

isolat J1 pada hari ke-1 sejumlah 2,27 x 106 cfu/mL dan mengalami

peningkatan pada hari ke-3 menjadi 1,6 x 107 cfu/mL. Jumlah sel pada

hari ke-5 dan 7 mengalami penurunan yaitu berturut-turut sebesar 1,4 x

107 cfu/mL dan 9,7 x 106 cfu/mL.

a.

24

b.

Gambar 9. Kadar etanol, jumlah sel dan gula reduksi pada fermentasi

sirup sorgum oleh isolat J1, a.) penambahan nitrogen 0,2 %,

b.) 0,5%

Kadar nitrogen pada media fermentasi dibutuhkan oleh sel untuk

pembelahan sel (Broach, 2012), sehingga peningkatan kadar nitrogen

akan meningkatkan laju pertumbuhan dari sel khamir. Berdasarkan hasil

yang didapatkan, jumlah sel pada penambahan 0,5 % (NH4)2SO4

menunjukkan peningkatan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kadar nitrogen 0,2% meskipun tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan. Media dengan kadar nitrogen 0,5% menunjukkan kadar etanol

yang lebih tinggi dibandingkan dengan dengan media dengan kadar

nitrogen 0,2%. Peningkatan kadar etanol berpengaruh terhadap viabilitas

sel sehingga jumlah sel menurun pada hari ke 5 dan 7. Penurunan jumlah

sel dikarenakan terjadi peningkatan kadar etanol dan kurangnya nutrisi

yang dibutuhkan untuk melangsungkan metabolisme sel karena metode

fermentasi yang digunakan adalah fermentasi tertutup. Selain itu

penyebab turunnya jumlah sel yaitu kurangnya ketersediaan oksigen yang

dibutuhkan sel dan peningkatan asam organik yang dapat meracuni sel di

dalam medium fermentasi (N’guessan, 2009). Gula reduksi menunjukkan

sisa karbon yang terdapat pada media sehingga semakin lama waktu

25

fermentasi, jumlah gula reduksi akan semakin menurun. Beberapa isolat

khamir diketahui menghasilkan α-amylase dan glukoamilase yang dapat

menghidrolisis amilum atau pati menjadi gula sederhana (Jamai dk.,

2006). Peningkatan gula reduksi pada penambahan kadar (NH4)2SO4

0,2% dapat terjadi akibat hidrolisis pati di dalam medium menjadi gula

sederhana, sehingga meningkatkan kadar gula reduksi pada hari ke-3 dan

kembali menurun karena digunakan untuk metabolisme sel pada hari ke-

5 dan 7.

4.2.2 Isolat J3

Penambahan kadar nitrogen 0,2 % dan 0,5% pada medium

fermentasi sirup sorgum menggunakan isolat J3 menunjukkan hasil yang

berbeda. Pada kadar nitrogen 0,2%, kadar etanol meningkat pada hari ke-

3 namun tidak menunjukkan peningkatan signifikan pada hari ke-5 dan

menunjukkan penurunan pada hari ke-7. Kadar etanol yang dihasilkan

berturut-turut adalah 7,27%, 8,23%, 8,67% dan 8,33%. Jumlah sel

menunjukkan peningkatan hingga hari ke-5 dan menurun pada hari ke-7

dengan jumlah sel berturut-turut adalah 2,23 x 106 cfu/mL, 8,07 x 106

cfu/mL, 9,07 x 106 cfu/mL, dan 8,57 x 106 cfu/mL. Kadar gula reduksi

dari menunjukkan peningkatan pada hari ke 3 dan menurun pada hari ke-

5 dan 7 dengan kadar berturut-turut 39,49 g/L, 71,25 g/L, 35,47 g/L dan

21,39 g/L (Gambar 10).

a.

26

b.

Gambar 10. Kadar etanol, jumlah sel dan gula reduksi pada fermentasi

sirup sorgum oleh isolat J3, a.) penambahan nitrogen 0,2 %,

b.) 0,5%

Sedangkan pada penambahan nitrogen 0,5%, kadar etanol meningkat

dengan kadar berturut-turut 8,33%, 9,25%, 10,38% dan 10,79%. Jumlah

sel juga menunjukkan peningkatan hingga hari ke-7 yaitu berturut-turut

2,46 x 106 cfu/mL, 9,46 x 106 cfu/mL, 1,0 x 107 cfu/mL dan 1,13 x 107

cfu/mL. Kadar gula reduksi menunjukkan peningkatan pada hari ke-3 dan

menurun pada hari ke-5 dan 7 dengan nilai berturur-turut 42,66 g/L, 44,42

g/L, 22,82 g/L, 17,05 g/L.

Jumlah sel cenderung tetap pada kadar nitrogen 0,2% sedangkan pada

kadar (NH4)2SO4 0,5 % pada hari ke-7 jumlah sel meningkat

kemungkinan dikarenakan nutrisi di dalam medium masih mencukupi

untuk pertumbuhan isolat dan kadar etanol yang dihasilkan belum mampu

menghambat pertumbuhan dari isolat J3. Gula reduksi semakin menurun

pada hari ke-7 karena digunakan oleh sel untuk melangsungkan proses

metabolisme. Peningkatan kadar gula reduksi pada hari ke-3 dapat

dikarenakan adanya proses perombakan sumber karbon kompleks seperti

pati menjadi gula sederhana sehingga meningkatkan jumlah gula reduksi

dalam medium. Beberapa isolat khamir diketahui menghasilkan α-

27

amylase dan glukoamilase yang dapat menghidrolisis amilum atau pati

menjadi gula sederhana yang dibutuhkan oleh sel (Jamai dk., 2006).

4.2.3 Saccharomyces cerevisiae

Penambahan kadar nitrogen 0,2 % dan 0,5 % pada medium fermentasi

menunjukkan hasil yang berbeda. Pada kadar nitrogen 0,2%, kadar etanol

meningkat pada hari ke 3 dan relatif konstan pada ke-5 dan 7 dengan

kadar berturut-turut 11,63%, 19,33%, 20% dan 20,83%. Kadar gula

reduksi menurun hingga hari ke 7 dengan nilai berturut-turut 93,65 g/L,

49,18 g/L, 34,38 g/L dan 17,16 g/L. Jumlah sel mengalami kenaikan pada

hari 3 dan mengalami penurunan pada hari ke 5 dan 7 dengan jumlah

berturut-turut 3,03 x 106 cfu/mL, 1,7 x 107 cfu/mL, 1,6 x 107 cfu/mL dan

5,6 x 106 cfu/mL. Sedangkan pada penambahan nitrogen 0,5%

menunjukkan hasil kadar etanol yang meningkat hingga hari ke-7 dengan

kadar berturut-turut 10,85%, 19,40%, 20,42% dan 22,1 %. Kadar gula

reduksi menurun hingga hari ke-7 dengan nilai berturut-turut 65,77 g/L,

45,37 g/L, 16,77 g/L dan 12,17 g/L. Jumlah sel mengalami kenaikan pada

hari ke-3 dari 3,27 x 106 cfu/mL menjadi 2,1 x 107 cfu/mL, sedangkan

pada hari ke 5 dan 7 mengalami penurunan menjadi 1,9 x 107 cfu/mL dan

6,77 x 106 cfu/mL.

a.

28

b.

Gambar 11. Kadar etanol, jumlah sel dan gula reduksi pada fermentasi

sirup sorgum oleh isolat S. cerevisiae, a.) penambahan nitrogen

0,2 %, b.) 0,5%

Penambahan kadar nitrogen dari kedua perlakuan menunjukkan

bahwa penambahan nitrogen berpengaruh terhadap jumlah sel yang lebih

tinggi pada kadar (NH4)2SO4 0,5 % sehingga berpengaruh terhadap kadar

etanol yang dihasilkan menjadi lebih tinggi pula. Semakin banyak sel di

dalam medium maka semakin banyak sumber karbon atau gula yang

digunakan sehingga semakin lama gula reduksi semakin menurun.

Peningkatan jumlah sel pada hari ke-3 dari kedua perlakuan dikarenakan

nutrisi dalam medium masih mencukupi untuk pertumbuhan sel sehingga

sel terus membelah dan berbanding lurus dengan etanol yang dihasilkan.

Pada hari ke 5 dan ke 7 jumlah sel menurun dikarenakan nutrisi dalam

medium telah berkurang atau sudah habis dikonsumsi oleh sel sehingga

sel kekurangan nutrisi dan mati. Selain itu penurunan jumlah sel dapat

pula diakibatkan oleh menumpuknya zat toksik sisa metabolisme sel di

dalam medium (N’guessan, 2009) dan karena tingginya kadar etanol

sehingga sel tidak toleran dan mati.

29

4.3 Hasil Identifikasi Isolat Potensial

Hasil identifikasi berdasarkan daerah ITS menunjukkan bahwa isolat

J1 teridentifiksai sebagai Candida tropicalis dengan similaritas 99% dan

isolat J3 teridentifikasi sebagai Wickerhamomyces anomalus dengan

similaritas 99%. Kedua isolat tersebut dalam pohon filogeni

menunjukkan berada pada cabang yang berbeda dengan isolat yang

teridentifikasi. Hal tersebut dikarenakan primer yang digunakan untuk

amplifikasi DNA adalah primer ITS 4 dan 5 sedangkan sekuen

pembanding yang digunakan merupakan sekuen dari daerah ITS 1 dan 2

yang secara umum diamplifikasi menggunakan primer ITS 1 dan ITS 4.

Primer ITS 1 sebagai forward primer terletak pada ujung 3’ pada daerah

Small Sub Unit (SSU) dan ITS4 sebagai primer referse pada bagian 5’

dari Large Sub Unit (LSU) sehingga daerah ITS yang terletak di antara

SSU dan LSU akan teramplifikasi secara utuh (gambar 12) (Martin &

Rygiewicz, 205). Sedangkan jika digunakan primer ITS4 dan ITS 5,

primer terletak lebih jauh dari daerah ITS dibandingkan primer ITS1 dan

ITS 4 sehingga daerah yang teramplifikasi lebih luas.

(Martin & Rygiewicz, 205)

30

Gambar 12. Diagram lokasi primer yang digunakan untuk amplifikasi

daerah ITS1-5,8S-ITS2

Hasil Blast menunjukkan bahwa isolat J1 memiliki similaritas degan

Candida tropicalis hingga 99% (Lampiran 1). Namun pada hasil pohon

filogeni isolat J1 berada diluar cabang kelompok Candida tropicalis dan

berada dalam satu cabang dengan kelompok Candida albicans.

Perbedaan hasil tersebut mengakibatkan isolat J1 belum diketahui secara

pasti spesienya. Berdasarkan sampel yang digunakan dimungkinkan

isolat J1 adalah Candida trpicalis yang memiliki habitat alami pada

permukaan buah-buahan, tanah dan sebagian pada sampel darah mamalia

yang terinfeksi Candida tropicalis. Sedangkan Candida albicans

sebagian besar diisolasi dari tubuh mamalia yang terjangkit Candidiasis

karena khamir ini merupakan khamir patogen.

Candida tropicalis memiliki koloni berwarna krem, berbentuk bulat

dengan tekstur halus, bentuk sel bulat hingga oval dengan ukuran sel

antara 2 – 10 µm (Shariq & Sohail, 2018). Meskipun beberapa strain

merupakan khamir patogen, C. tropicalis banyak digunakan untuk

fermentasi etanol dan xylitol. Candida tropicalis juga memiliki

kemampuan untuk memetabolisme senyawa fenolik dan mendegradasi

beberapa senyawa lignin yang tidak berpengaruh terhadap proses

fermentasi (Martin dkk., 2010). Candida tropicalis sering digunakan

untuk fermentasi etanol dari pati meskipun dalam laju yang lambat karena

C. tropicalis menghasilkan enzim glukoamilase yang dapat

menghidrolisis pati menjadi polisakarida yang lebih pendek dengan hasil

akhir berupa glukosa terlarut (Jamai dk., 2006). Sirup sorgum diketahui

mengandung amilum dengan jumlah 209 – 1.764 ppm (Sirappa, 2003)

sehingga dimungkinkan isolat J1 atau C. tropicalis menghidrolisis

amilum dalam medium sehingga kadar gula reduksi meningkat pada hari

ke-3.

Fermentasi sirup sorgum menggunakan C. tropicalis dibandingkan

dengan S. cerevisiae (N’guessan, 2009) menunjukkan bahwa pada 8 jam

awal, kadar etanol yang dihasilkan C. tropicalis lebih tinggi namun

setelah 12 jam fermentasi kadar etanol yang dihasilkan oleh S. cerevisiae

lebih tinggi. Dalam fermentasi sirup sorgum, C. tropicalis aktif pada awal

fermentasi dan semakin menurun pada akhir fermentasi. Penurunan

jumlah sel pada C. tropicalis diakibatkan oleh ketersediaan oksigen yang

menurun sehingga sel tidak dapat tumbuh. Selain itu Candida tropicalis

diketahui dapat tumbuh dengan baik pada medium dengan kadar etanol 6

31

– 8% (N’guessan, 2009; Shariq & Sohail, 2018), sehingga pada

konsentrasi etanol yang lebih tinggi jumlah sel semakin berkurang.

Gambar 13. Pohon filogeni dari isolat J1 yang teridentifikasi sebagai

Candida tropicalis

Isolat J3 yang teridentifikasi sebagai Wickerhamomyces anomalus

menunjukkan berada pada kelompok yang berbeda pada pohon filogeni.

Isolat J3 pada pohon filogeni menunjukkan kekerabatan yan dekat dengan

Wilia javanica dan berada diluar kelompok Wickerhamomyces meskipun

Wilia javanica merupakan nama sinonim dari Wickerhamomyces

anomalus. Wickerhamomyces anomalus atau dikenal sebagai Pichia

anomala merupakan organisme yang sering ditemukan pada proses

pembusukan makanan dan produk biji-bijian. Wickerhamomyces

anomalus memiliki kemampuan tumbuh pada berbagai jenis karbon, suhu

antara 3 – 37 °C, pH antara 2-12 dan dibawah tekanan osmotik dan

dengan sedikit atau tidak adanya oksigen (Passoth, dkk., 2006). Toleransi

yang tinggi terhadap kondisi lingkungan menyebabkan khamir ini dapat

diisolasi dari berbagai sumber seperti tumbuhan berbunga, permukaan

buah, produk susu dan roti, kontaminasi minyak, makanan asinan, air

Candida tropicalis CTR11

Candida tropicalis CTR145

Candida tropicalis CTR770

Candida tropicalis ZA029

Candida tropicalis SY5-3

Candida tropicalis ATCC 750

Candida tropicalis ATCC:66029

Candida tropicalis 1920

Candida tropicalis CBS 94T

Candida chaulioides CBS 10157T

Candida heliconiae CBS 10000T

Candida riodocensis CBS 10087T

Candida oslonensis CBS 10146T

Candida tolerans CBS 8613

Bj1

Candida albicans CBS 1893

Candida albicans CBS 2702T

Candida tropicalis CTR 11

Candida tropicalis CTR145

Candida tropicalis CTR770

Candida tropicalis ZA029

Candida tropicalis SY5-3

Candida tropicalis ATCC 750

Candida tropicalis ATCC 66029

Candida tropicalis 1920

Candida tropicalis CBS 94T

Candida chaulioides CBS 10157T

Candida heliconiae CBS 10000T

Candida riodocensis CBS 10087T

Candida oslonensis CBS 10146T

Candida tolerans CBS 8613

J1

Candida chaulioides CBS 10157T

Candida albicans CBS 1893

Candida albicans CBS 2702T

32

limbah, lingkungan laut, jaringan manusia dan dapat pula ditemukan

dalam saluran pencernaan serangga (lalat, kumbang dan nyamuk)

(Capelli dkk., 2014).

Khamir ini banyak digunakan dalam pembuatan produk makanan,

sebagai agen biopreservatif yang tersertifikasi oleh European Food Safety

Authority (EFSA) dengan kualifikasi status kemanan pada level 1 (QPS-

1). Aplikasi lain dari khamir ini yaitu pada bidang biokontrol, fermentasi

makanan, dan produksi therapeutic molecules yang digunakan dalam

pembuatan obat. Wickerhamomyces anomalus juga diketahui memiliki

kemampuan antimikroba dengan spektrum luas yang dapat melawan

berbagai jenis mikroorganisme meliputi khamir, kapang dan bakteri.

Beberapa mekanisme yang dilakukan dapat beupa kompetisi nutrisi,

produksi etil asetat dan dibunuh langsung menggunakan Killer Toxins

(KTs). KTs merupakan kelompok glikoprotein dengan berbagai berat

molekul yang aktivitasnya optimal dalam pH dan suhu yang luas (Capelli

dkk., 2014).

Gambar 14. Pohon filogeni isolat J3 yang teridentifikasi sebagai

Wickerhamomyces anomalus

Wickerhamomyces anomalus 09TJ067

Wickerhamomyces anomalus IWG-DR-j

Wickerhamomyces anomalus F17.12

Pichia anomala NRRL Y-336T

Wickerhamomyces anomalus CBS 5759T

Wickerhamomyces anomalus CBS 110

Wickerhamomyces anomalus CBS 5759

Wickerhamomyces anomalus UFLA CWFY47

Monilia javanica CBS 261T

Wickerhamomyces anomalus 183

Wickerhamomyces anomalus M297B

Wickerhamomyces anomalus 11HX213

Wickerhamomyces siamensis CBS 12570T

Wickerhamomyces edaphicus CBS 10408T

Willia javanica CBS 251T

J3

Wickerhamomyces anomalus 09TJ067

Wickerhamomyces anomalus IWG-DR-j

Wickerhamomyces anomalus F17.12

Pichia anomala NRRL Y-336T

Wickerhamomyces anomalus CBS 5759T

Wickerhamomyces anomalus CBS 110

Wickerhamomyces anomalus CBS 5759

Wickerhamomyces anomalus UFLA CWFY 47

Monilia javanica CBS 261T

Wickerhamomyces anomalus 183

Wickerhamomyces anomalus M297B

Wickerhamomyces anomalus 11HX213

Wickerhamomyces siamensis CBS 12570T

Wickerhamomyces edaphicus CBS 10408T

Wilia javanica CBS 251T

J3

33

Wickerhamomyces anomalus merupakan khamir non-Saccharomyces

yang sering digunakan untuk pembuatan wine. Pada pembuatan wine

menggunakan campuran isolat khamir, W. anomalus aktif di awal

fermentasi dan memulai pembusukan buah anggur ketika produksi asam

asetat dan etil asetat tinggi. Pada fermentasi monokultur menggunakan

W. anomalus diketahui bahwa populasi sel dapat mencapai 107 cfu/mL

selama proses fermentasi, sedangkan dibandingkan dengan S. cerevisiae

yang akan mengalami penurunan jumlah sel pada hari ke 3 (Lombard,

2016). Hal tersebut sesuai dengan hasil yang didapatkan pada penelitian

ini bahwa isolat J3 yang teridentifikasi sebagai W. anomalus

menghasilkan etanol yang lebih rendah tetapi menghasilkan aroma yang

lebih kuat dibandingkan dengan S. cerevisiae, jumlah sel isolat J3 tidak

mengalami penurunan signifikan setelah melewati 3 hari proses

fermentasi jika dibandingkan dengan S. cerevisiae yang mengalami

penurunan jumlah sel pada hari ke 5.

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Delapan isolat khamir diperoleh dari sampel batang dan biji

sorgum, isolat J1 dapat tumbuh dalam medium dengan kadar

etanol 10 % sedangkan isolat J3 mampu tumbuh dengan kadar

medium hingga 15%. Isolat J1 dan J3 merupakan isolat unggul

yang mampu memfermentasi sirup sorgum dan menghasilkan

etanol dengan kadar yang tinggi.

2. Penambahan kadar nitrogen 0,5% pada medium sirup sorgum

menunjukkan produksi etanol yang lebih tinggi daripada

penambahan kadar nitrogen 0,2 %. Pada penambahan kadar

nitrogen 0,5 %, isolat J1 mampu menghasilkan etanol dengan

kadar 14,05% sedangkan isolat J3 mampu menghasilkan etanol

dengan kadar 10,73%.

3. Isolat J1 berdasarkan hasil Blast teridentifikasi sebagai Candida

tropicalis dengan similaritas 99% dan isolat J3 teridentifikasi

sebagai Wickerhamomyces anomalus dengan similaritas 99%.

5.2 Saran

Disarankan untuk mengamplifikasi DNA khamir menggunakan

primer universal untuk khamir yaitu ITS 1 dan ITS 4 sehingga sekuen

hasil amplifikasi sesuai dengan sekuen pembanding dari database sekuen

khamir untuk pembuatan pohon filogeni. Disarankan pula untuk

meningkatkan jumlah karbon untuk produksi etanol menggunakan isolat

J1 sehingga diketahui rasio C/N yang optimal untuk produksi etanol

menggunakan sirup sorgum dan menguji fermentasi sirup sorgum

menggunakan campuran isolat J1, J3 dan Saccharomyces cerevisiae.

35

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.N. & M.M. Khan. 2014. Screening, identification and

characterization of alcohol tolerant potential bioethanol producing

yeast. Current Research in Microbiology and Biotechnology,

2(1):316-324 Almodares, A. & M.R. Hadi. 2009. Production of bioethanol from sweet

sorghum: A review. African Journal of Agricultural Research,

4(9): 772-780. Azhar, S.H.M., R. Abdulla, S.A. Jambo, H. Marbawi, J.A. Gansau,

A.A.M. Faik, K.F. Rodrigues. 2017. Yeast in sustainable

bioethanol production: A review. Biochemistry and Biophysics

Reports, 10(2017): 52-61. Barnett, J.A. 2003. A history of research on yeast 5: the fermentation

pathway. Yeast, 20: 509-543.

Bellemain, E., T. Carlsen, C. Brochman, E. Coissac, P. Taberlet, H.

Kauserud. 2010. ITS as an environmental DNA barcode for fungi:

an in silico approach reveals potential PCR biases. BMC

Microbiology, 10:189. Broach, J.R. 2012. Nutritional control of growth and development in

yeast. Genetics, 192:73-105. Calderone, R.A. & G. San-Blas. 2008. Pathogenic fungi: Insight in

molecular biology. Expert Rev. Anti Infect. Ther, 6(5):591-592. Capelli, A., U. Ulissi, M. Valzano, C. Damiani, S. Epis, M.G. Gabrielli,

S. Conti, L. Polonelli, C. Bandi, G. Favia, I. Ricci. 2014. A

Wickerhamomyces anomalus killer strain in the malaria vector

Anopheles stephensi. PloS ONE 9(5): e95988. Cheng, N.G., M. Hasan, A.C. Kumoro, C.F. Ling, M. Tham. 2009.

Production of ethanol by fed-batch fermentation. Pertanika

Journal Science & Technology, 17(2):399-408. Cruz, S.H., E.M. Cilli, J.R. Ernandes. 2002. Structural complexity of the

nitrogen source and influence on yeast growth and fermentation. J.

Inst. Brew., 108(1):54-61. Das, S. & B. Deb. 2015. DNA barcoding of fungi using Ribosomal ITS

Marker for genetic diversity analysis: A Review. Int. J. Pure App.

Biosci., 3(3):160-167.

36

Ebabhi, A.M., A.A. Adekunle, W.O. Okunowo, A.A. Osuntoki. 2013.

Isolation and characterization of yeast strain from local food crops.

Journal of Yeast and Fungal Research, 4(4):38-43. Fatchiyah, E.L. Arumingtyas, S. Widiarti, S. Rahayu. 2011. Biologi

molekuler: prinsip dasar analisis. Erlangga. Jakarta.

Hesham, A.E, E. A. Mohamed, A.M.M. Mawad, A. Elfarash, B.S.A. El-

Fattah, M.A. El-Rawy. 2017. Molecular characterization of

fusarium solani degrades a mixture of low and high molecular

weight polycyclic aromatic hydrocarbons. The Open

Biotechnology Journal, 2017(11):27-35. Iticha, T.N. 2016. Isolation and screening of ethanol tolerant yeast for

bio-ethanol production in ethiopia. Global Journal of Life Sciences

and Biological Research, 2(2):1-7. Jamai, L., K. Ettayebi, J.E. Yamani, M. Ettayebi. 2006. Production of

ethanol from starch by free and immobilized Candida tropicalis in

the presence of α-amylase. Bioresource Technology 98(2007):

2765-2770. Kang, A. & T.S. Lee. 2015. Converting sugars to biofuels: Ethanol and

beyond. Bioengineering, 2:184-203; doi:

10.3390/bioengineering2040184.

Korabecna, M. 2007. The variability in the fungal ribosomal DNA (ITS1,

ITS2, and 5,8 S rRNA Gene): its biological meaning and

application in medical mycology. Formatex, A. Mendez-Vilas Ed.

783-787. Laopaiboon, L., S. Nuanpeng, P. Srinophakun, P. Klanrit, P. Laopaiboon.

2009. Ethanol production from sweet sorghum juice using very

high gravity technology: Effects of carbon and nitrogen

supplementations. Bioresource Technology, 100(2009):4176-

4182. Lee, Y.J., Y.R. Choi, S.Y. Lee, J.T. Park, J.H. Shim, K.H. Park, J.W. Kim.

2011. Screening wild yeast strains for alcohol fermentation from

various fruits. Mycobiology, 39(1):33-39.

Li, Z., D. Wang, Y. Shi. 2017. Effect of nitrogen source on ethanol

production in very high gravity fermentation of corn starch.

Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers,

70(2017):229-235. Lombard, J. 2016. Characterisation of Wickerhamomyces anomalus and

Kazachstania aerobia: Investigating fermentation kinetics and

37

aroma production. Institute for Wine Biotechnology, Faculty of

AgriSciences, Stellenbosch University. Luo, Z., L. Wang, A. Shahbazi. 2014. Optimization of ethanol production

from sweet sorghum (Sorghum bicolor) juice using response

surface methodology. Biomass and Bioenergy, 67(2014):53-59.

Ma, M. & Z.L. Liu. 2010. Mechanisms of ethanol tolerance in

Saccharomyces cerevisiae. Appl. Microbiol Biotechnol (2010)87:

829-845.

Martin, K.J. & P.T. Rygiewicz. 2005. Fungal-spesific PCR primers

developed for analysis of the ITS region of environmental DNA

extracts. BMC Microbiology 5:28. Martin, J.F.G., M. Cuevas, V. Bravo, S. Sanchez. 2010. Ethanol

production from olive prunings by autohydrolysis and fermentation

with Candida tropicalis. Renewable Energy 35(2010): 1602-1608. Miller, G.L. 1959. Use of dinitrosalicylic acid reagent for determination

of reducing sugar. Analytical Chemistry, 3(31):426-428. N’guessan, F.K., D.Y. N’Dri, F. Camara, M.K. Dje. 2009.

Saccharomyces cerevisiae and Candida tropicalis as starter

cultures for the alcoholic fermentation of tchapalo, a traditional

sorghum beer. World Journal Microbiol Biotechnol 26(2010):693-

699. Naser, A. 2014. Isolation and characterization of yeast for bioethanol

production, using sugarcane molasses. Brac University. Dhaka.

Disertation. Nasreen, Z., S. Jabeen, M. Shafique, S. Usman, T. Yaseen, A. Yasmeen,

S. Nazir. 2014. Production of alcohol by yeast isolated from apple,

orange and banana. International Journal of Food and Nutrition

Sciences, 1(2):16-19. Passoth, V., E. Fredlund, U.A. Druvefors, J. Schnurer. 2006.

Biotechnology, physiology and genetics of the yeast Pichia

anomala. FEMS Yeast Research 6: 3-13. Phutela, U.G. & J. Kaur. 2014. Process optimization for ethanol

production from sweet sorghum juice using Saccharomyces

cerevisiae strain NRRL Y-2034 by response surface methodology.

Sugar Tech, 16(4):411-421. Rao, R.S., B. Bhadra, S. Shivaji. 2008. Isolation and characterization of

ethanol-producing yeast from fruits and tree barks. Letters in

Applied Microbiology, 47:19-24.

38

Rutto, L.K., Y. Xu, M. Brandt, S. Ren, M.K. Kering. 2013. Juice, ethanol,

and grain yield potential of five sweet sorghum Sorghum bicolor

[L.] Moench) Cultivars. Journal of Sustainable Bioenergy Systems,

3:113-118.

Scoch, C.L., K.A. Seifert, S. Huhndorf, V. Robert, J.L. Spouge, C.A.

Levesque, W. Chen. 2012. Nuclear ribosomal internal transcribed

spacer (ITS) region as a universal DNA barcode marker for fungi.

PNAS, 109(16):6241-6246. Shariq, M. & M. Sohail. 2018. Application of Candida tropicalis MK-

160 for the production of xylanase and ethanol. Journal of King

Saud University-Science 2018.04.009. Sirappa, M.P. 2003. Prospek pengembangan sorgum di indonesia sebagai

komoditas alternatif untuk pangan, pakan dan industri. Jurnal

Litbang Pertanian, 22(4): 133-140.

Strobel, R.J & G.R. Sullivan. 1990. Experimental design for

improvement of fermentation. ASM Press. Washingon. Subagio H. & M. Aqil. 2013. Pengembangan produksi sorgum di

indonesia. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013.

Tikka, C., H.P. Osuru, N. Atluri, P.C.V. Raghavulu, N. Kumaryellapu,

I.S. Mannur, U.V. Prasad, S. Aluru, N. Varma, M. Bhaskar. 2013.

Isolation and characterization of ethanol tolerant yeast strains.

Bioinformation 9(8): 421-425.

Waites, M.J., N.L. Morgan, J.S. Rockey & G. Higton. 2005. Industrial

microbiology, an introduction. Blackwell Publishing. London. Widayanti, N.P., W.S. Rita, Y. Ciawi. 2013. Pengaruh konsentrasi

ammonium sulfat ((NH4)2SO4) sebagai sumber nitrogen terhadap

produksi bioetanol berbahan baku Glacilaria sp. Jurnal Kimia,

7(1):1-10.

Wiratno, E.N., T. Ardyati, A.K. Wardani. 2014. Effect of reducing sugar

and total nitrogen to ethanol production from molasses by

Saccharomyces cerevisiae. J. Exp. Life Sci., 4(2):50-55.