meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada konsep jaringan hewan melalui model...

33
MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JARINGAN HEWAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 7 BANJARMASIN Rosyda Fitria Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Abstract: STAD Cooperative Learning Model emphasizes the activities and interaction among students to motivate each other and help each other master the subject matter in order to achieve maximum achievement. This research aims to determine whether the process and the learning outcomes of students to the concept of animal tissues can be enhanced through STAD cooperative learning model . This type of research used in this study is action research (CAR), which carried in 2 cycles with each cycle 2 meeting . The results of this research note that the process and the learning outcomes of students to the concept of animal tissues through STAD cooperative learning model as a whole has increased. In the first cycle, the average number of learning assessment score at 44 with a good category and the second cycle was 52 with a very good category. Cognitive learning outcomes are products on the average results of classical completeness cycle I 65 % and 81.5 % the second cycle, the results of the quiz scores based on individual and group scores also increased. The results of cognitive learning process derived from the value of the LKS, in the first cycle the average value obtained with the percentage of 74.01 % is good enough category and 82.4 % the second cycle either category. Student

Upload: danimubarak

Post on 26-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA KONSEP JARINGAN HEWAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF DENGAN TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

(STAD) PADA SISWA KELAS XI IPA

SMA PGRI 7 BANJARMASIN

Rosyda Fitria

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Abstract: STAD Cooperative Learning Model emphasizes theactivities and interaction among students to motivateeach other and help each other master the subject matterin order to achieve maximum achievement. This researchaims to determine whether the process and the learningoutcomes of students to the concept of animal tissuescan be enhanced through STAD cooperative learningmodel . This type of research used in this study isaction research (CAR), which carried in 2 cycles witheach cycle 2 meeting . The results of this research notethat the process and the learning outcomes of studentsto the concept of animal tissues through STADcooperative learning model as a whole has increased. Inthe first cycle, the average number of learningassessment score at 44 with a good category and thesecond cycle was 52 with a very good category. Cognitivelearning outcomes are products on the average results ofclassical completeness cycle I 65 % and 81.5 % thesecond cycle, the results of the quiz scores based onindividual and group scores also increased. The resultsof cognitive learning process derived from the value ofthe LKS, in the first cycle the average value obtainedwith the percentage of 74.01 % is good enough categoryand 82.4 % the second cycle either category. Student

responses seen from the average total score is 40.1 withboth categories showed a positive response . Theresponse of teachers to the number of categories is verygood score of 30 indicates a positive response. Learningby using STAD cooperative learning model can be used asan option in learning biology, in particular on theconcept Animal Tissues.

Key words : The process of learning , learning,cooperative learning , STAD, Animal Network

PENDAHULUAN

Keaktifan siswa dalam pembelajaran mendukung proses

pembelajaran, tetapi jika siswa kurang aktif dalam

pembelajaran membuat proses belajar mengajar tidak

proporsional antara peran guru dan siswa, sehingga hasil

belajar kurang optimal. Proses pembelajaran dan hasil

belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan, jika

proses pembelajaran baik maka akan diperoleh hasil

belajar yang baik. Banyak faktor yang memengaruhi dua

hal tersebut sehingga ditemukan beberapa kendala yang

membuat kinerja siswa menjadi rendah.

Berdasarkan wawancara dengan guru Biologi SMA PGRI

7 Banjarmasin diperoleh informasi bahwa terdapat

permasalahan pembelajaran pada mata pelajaran Biologi

khususnya di kelas XI IPA pada konsep jaringan hewan.

Masalah tersebut berkaitan dengan proses pembelajaran

dan hasil belajar. Kurangnya peranan siswa dalam

belajar, siswa cenderung hanya menyimak dan mendengarkan

informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya.

Masalah lain yang disebutkan berkaitan dengan hasil

belajar siswa yaitu selama ini hasil belajar siswa kelas

XI IPA pada konsep Jaringan Hewan mengalami kendala.

Ketika ulangan semester mata pelajaran biologi, banyak

siswa yang tidak dapat menjawab soal-soal yang berkaitan

dengan konsep Jaringan Hewan.

Berdasarkan silabus kurikulum KTSP 2006 dari Badan

Standar Nasional Pendidikan, pada konsep Jaringan Hewan

siswa dituntut untuk mengidentifikasi struktur masing-

masing jaringan beserta letaknya pada tubuh hewan,

mengenal dan menjelaskan fungsi masing-masing jaringan,

serta menjelaskan pengertian tumor/ kanker. Siswa

mengalami kendala dalam memahami konsep Jaringan Hewan.

Kendala tersebut antara lain dalam menjelaskan ciri-ciri

bermacam-macam jaringan, misalnya jaringan epitel

berdasarkan lapisannya terbagi lagi menjadi beberapa

jaringan seperti jaringan epitel pipih selapis, jaringan

epitel pipih berlapis banyak, jaringan epitel silindris

selapis, jaringan kubus selapis, jaringan kubus berlapis

banyak dan seterusnya. Siswa belum dapat menjelaskan

ciri-ciri masing-masing jaringan tersebut dengan benar,

sehingga mereka juga mengalami kendala dalam mengenal

letak dan fungsi jaringan-jaringan ini. Berdasarkan

informasi ini, maka dibutuhkan usaha yang mampu membantu

siswa menguasai konsep jaringan hewan, meningkatkan

hasil belajar siswa pada konsep jaringan hewan serta

mampu meningkatkan partisipasi siswa dan mengajak siswa

untuk lebih aktif dalam pembelajaran, seperti berdiskusi

dan berkomunikasi, sehingga dapat lebih memotivasi siswa

dalam belajar.

Salah satu usaha yang dapat membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar serta memudahkan siswa untuk

terlibat lebih aktif dalam pembelajaran adalah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD). STAD mempunyai beberapa

kelebihan diantaranya yaitu siswa dapat menguasai

pelajaran yang disampaikan, dalam proses belajar

mengajar siswa saling ketergantungan positif, dan siswa

dapat saling mengisi satu sama lain. Oleh karena itu

diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini

dapat mengatasi kendala siswa kelas XI IPA SMA PGRI 7

Banjarmasin dalam proses pembelajaran dan hasil belajar

pada konsep Jaringan Hewan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru

atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa

(Arikunto dkk., 2006).

Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas

yaitu:

a. Perencanaan, yaitu menyusun rancangan tindakan yang

menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh

siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.

b. Tindakan, yaitu rancangan strategi dan skenario

penerapan pembelajaran akan diterapkan.

c. Pengamatan atau Observasi, yaitu melakukan pengamatan

dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi

selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

d. Refleksi, yaitu mengkaji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah

terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna

menyempurnakan tindakan berikutnya (Arikunto dkk.,

2006).

Instrumen dalam penelitian ini berupa Soal kuis dan

evaluasi (pre test dan post test), Lembar penilaian proses

belajar, dan LKS (Lembar Kerja Siswa), angket respon

siswa, dan angket respon guru. Kedalaman dan keluasan

materi soal disusun berdasarkan indikator dalam

kurikulum KTSP 2006 untuk konsep jaringan hewan.

Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen

penelitian untuk pengumpulan data sebagai berikut:

1. Merancang rencana pembelajaran (RPP) menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk siklus

I

2. Merancang rencana pembelajaran (RPP) menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk siklus

II

3. Menyusun silabus menyesuaikan dengan RPP

4. Menyusun LKS siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

5. Menyusun LKS siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

6. Membuat kunci LKS siklus I pertemuan 1 dan pertemuan

2

7. Membuat kunci LKS siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2

8. Menyusun soal kuis siklus II pertemuan 1 dan 2

9. Membuat kunci soal kuis siklus I pertemuan 1 dan 2

10. Membuat kunci soal kuis siklus II pertemuan 1 dan 2

11. Menyusun soal evaluasi untuk pre test dan post test siklus

I pertemuan 1 dan 2

12. Menyusun soal evaluasi untuk pre test dan post test siklus

II pertemuan 1 dan 2

13. Membuat kunci soal evaluasi untuk pre test dan post test

siklus I pertemuan 1 dan 2

14. Membuat kunci soal evaluasi untuk pre test dan post test

siklus II pertemuan 1 dan 2

15. Menyusun kisi-kisi soal evaluasi siklus I pertemuan 1

dan 2

16. Menyusun kisi-kisi soal evaluasi siklus II pertemuan 1

dan 2

17. Menyusun lembar penilaian proses belajar

18. Menyusun angket respon siswa

19. Menyusun angket respon guru

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-

masing terdiri dari 2 pertemuan. Siklus I pertemuan 1

membahas tentang ciri-ciri dan letak jaringan epitel

serta jaringan ikat dan pertemuan 2 membahas tentang

ciri-ciri dan letak jaringan otot dan jaringan saraf.

Siklus II pertemuan 1 membahas tentang fungsi macam-

macam jaringan, organ dan sistem organ serta pertemuan 2

membahas tentang tumor dan kanker.

Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan instrumen,

dan hasil tes, maka dijadikan pertimbangan untuk memasuki

siklus II. Pertimbangan yang dilakukan bilamana salah satu

komponen di bawah ini belum terpenuhi.

1. Ketuntasan belajar siswa secara individu tercapai bila

siswa tersebut mendapat nilai 65 dan ketuntasan

klasikal jika 85% dari seluruh siswa mencapai

ketuntasan individual. Ketuntasan belajar siswa

dilihat dari nilai post test setiap pertemuan.

2. Kategori hasil proses pembelajaran adalah baik,

berdasarkan kategori kurang (14-24), cukup (25-35),

baik (36-46), dan sangat baik (47-56).

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan setelah

mempelajari hasil refleksi pada siklus I dan untuk

melanjutkan materi pada konsep Jaringan Hewan yang telah

direncanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun.

Tahap-tahap siklus II sama dengan siklus I (Susilo,

2012).

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah

apabila ada peningkatan hasil dari setiap siklus

a. Jika siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70, dan

jika ≥ 85% siswa dari seluruh siswa mencapai

ketuntasan individual ≥ 70.

b. Jika hasil LKS yang diperoleh tergolong kategori baik

(76-100%)

c. Jika hasil penilaian proses belajar siswa minimal

memperoleh kategori baik (36-46).

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif dengan tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) pada siswa kelas XI IPA SMA PGRI

7 Banjarmasin pada konsep Jaringan Hewan diperoleh

berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data

kuantitatif diperoleh dari hasil ketuntasan belajar pada

nilai evaluasi (meliputi hasil pre test dan post test) dan

nilai kuis sebagai hasil kognitif produk, serta hasil

kognitif proses berupa nilai LKS. Sedangkan data

kualitatif yaitu penilaian proses pembelajaran yang

diperoleh dari lembar penilaian proses pembelajaran pada

siklus I dan siklus II serta respon siswa dan respon

guru.

Proses Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II

Penilaian proses pembelajaran merupakan data

kualitatif yang diperoleh dari lembar penilaian proses

pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran pada siklus

I dan siklus II terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6 Data penilaian proses pembelajaran pada siklus

I

Observer Siklus I Skor yang dipilih pada nomor Jumlah

skor1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1

Pertemuan1 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 42

Pertemuan2 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 45

2

Pertemuan1 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 42

Pertemuan2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 41

3

Pertemuan1 4 4 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 45

Pertemuan2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 49

Rata-rata 44Keterangan:Kurang (14-24), cukup (25-35), baik (36-46), dan sangat baik (47-56)Keterangan parameter:1. Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

konsep jaringan hewan dan memotivasi siswa2. Menyajikan informasi kepada siswa dengan menggunakan konsep sains

secara tepat3. Penjelasan pendukung cukup rinci untuk menjelaskan konsep4. Membentuk kelompok belajar5. Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok6. Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan

LKS7. Penyajian terdiri atas permulaan yang jelas, isi yang

terorganisasi dan penutup8. Kualitas suara seperti tingkat volume, artikulasi dan antusiasme

cukup baik9. Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur dan gerak tubuh

digunakan secara efektif10. Ice breaker positif digunakan secara tepat11. Member audiensi waktu untuk berpikir12. Member respons yang baik pada pertanyaan

audiensi13. Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok14. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah diajarkan melalui tes tertulis/ kuis individual(sumber: Susilo, 2012)

Tabel 7 Data penilaian proses pembelajaran pada siklusIIObserve

rSiklusII

Skor yang dipilih pada nomor Jumlah

skor1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

13

14

1 Pertemuan 1 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 50

Pertemuan 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 55

2 Pertemuan 1 4 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 46

Pertemuan 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 52

3 Pertemuan 1 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 53

Pertemuan 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 54

Rata-rata 52Keterangan:Kurang (14-24), cukup (25-35), baik (36-46), dan sangat baik (47-56)

Berdasarkan data penilaian proses pembelajaran pada

siklus I dan siklus II, secara keseluruhan proses

pembelajaran siklus I ke siklus II mengalami

peningkatan. Penilaian proses pembelajaran diperoleh

dari lembar penilaian proses pembelajaran yang dinilai

oleh 3 orang observer melalui pengamatan pada saat

pembelajaran berlangsung setiap pertemuan. Secara

keseluruhan rata-rata jumlah skor dari ketiga observer

pada siklus I adalah 44 sehingga tergolong dalam

kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I

sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian untuk

penilaian proses pembelajaran.

Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata

jumlah skor sebesar 50 dan pada pertemuan 2 sebesar 54.

Secara keseluruhan rata-rata jumlah skor dari ketiga

observer pada siklus II adalah 52 sehingga tergolong

dalam kategori sangat baik. Jadi proses pembelajaran

pada siklus I ke siklus II menunjukkan peningkatan dari

kategori baik menjadi sangat baik. Pembagian kategori

jumlah skor antara lain kurang (14-24), cukup (25-35),

baik (36-46), dan sangat baik (47-56).

Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

Hasil belajar siswa yang diukur pada penelitian ini

adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Ranah kognitif

terbagi 2 yaitu kognitif produk dan kognitif proses.

Kognitif produk diukur dari nilai evaluasi (pre test dan

post test) dan nilai kuis. Kognitif proses diukur dari

nilai LKS. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus

II adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Ringkasan Data Ketuntasan Individual danKlasikal yang diperoleh dari Hasil Pre Test dan PostTest Siklus I dan siklus IISiklus I

Pertemuan Test

SkorMaksimum

Hasil Belajar

Jumlah

%TuntasKlasikal

%Peningkatan

hasilbelajar

dari siklus

Tuntas(org)

Tidaktuntas(org)

1

Pretest 100 0 18 18 0% 25,38 %

Post test 100 9 9 18 50%

2 Pre 100 14 6 20 70%

testPosttest 100 16 4 20 80%

Rata-rata

Pretest 35%

Posttest 65%

Siklus II

Pertemuan Test

SkorMaksimu

m

Hasil BelajarJumla

h

%TuntasKlasikal

Tuntas(org)

Tidaktuntas(org)

1

Pretest 100 0 19 19 0%

Posttest 100 13 6 19 68%

2

Pretest 100 8 12 20 40%

Posttest 100 19 1 20 95%

Rata-rata

Pretest 20%

Posttest 81,5%

Keterangan :Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 70Ketuntasan klasikal : jika ≥ 85% siswa dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70

Hasil belajar siswa dari pre test dan post test secara

keseluruhan mengalami peningkatan, kecuali pada siklus

II pertemuan 1. Pada akhir siklus II persentase yang

diperoleh sebesar 95% menunjukkan bahwa pada pertemuan

ini persentase ketuntasan berhasil mencapai ketuntasan

klasikal dan memenuhi indikator keberhasilan.

Hasil belajar melalui post test pada siklus I

memperoleh rata-rata persentase ketuntasan klasikal

sebesar 65% dan pada siklus II sebesar 81,5%. Sehingga

diperoleh peningkatan ketuntasan klasikal dari siklus I

ke siklus II sebesar 25,38%.

Selain ketuntasan belajar siswa yang diukur dari

evaluasi, nilai kuis individu juga merupakan hal yang

diperhatikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Nilai kuis individu juga menjadi alat ukur dalam

hasil belajar siswa sebagai nilai kognitif produk selain

nilai evaluasi pada penelitian ini.

Tabel 9 Ringkasan data skor individu dan skorkelompok yang diperoleh dari hasil kuis pada siklusI dan Siklus II

Rata- rataSkor

Siklus I Siklus IIPertemuan

1Pertemuan

2Pertemuan

1Pertemuan

2Skor kuissiswa

22,67 78,8 63,26 88

Skorindividu

10,56 19,75 28,94 24,75

Skorkelompok

11,34 19,75 29 24,75

Skor individu dalam satu kelompok akan digabungkan

dan dirata-ratakan untuk memperoleh skor kelompok serta

menentukan predikat kelompok. Predikat kelompok

dikategorikan sesuai dengan kriteria penghargaan

kelompok berdasarkan skor kelompok.

Data yang diperoleh pada siklus I pertemuan 1

rata-rata skor kuis siswa sebesar 22,67 dan pada siklus

I pertemuan 2 sebesar 78,8. Pada siklus II pertemuan 1

skor kuis siswa sebesar 63,26 dan pada siklus II

pertemuan 2 sebesar 88.

Berdasarkan skor kuis siswa akan diperoleh skor

individu dan skor kelompok. Skor individu dan skor

kelompok secara keseluruhan juga mengalami peningkatan,

kecuali pada siklus II pertemuan 2. Pada siklus I

pertemuan 1 rata-rata skor individu yang diperoleh

adalah 10,56 dan pada pertemuan 2 rata-rata skor

individu yang diperoleh adalah 19,75. Maka pada siklus I

telah terjadi peningkatan. Pada siklus II, pertemuan 1

rata-rata skor individu yang diperoleh adalah 28,94 dan

pada pertemuan 2 rata-rata skor individu yang diperoleh

adalah 24,75.

Selain hasil ketuntasan belajar siswa dari hasil

evaluasi (pre test dan post test) dan kuis, data kuantitatif

juga diambil dari hasil LKS (Lembar Kerja Siswa) yang

dikerjakan secara berkelompok oleh siswa. Nilai LKS

diambil untuk mengukur kognitif proses siswa selama

pembelajaran. Berikut ringkasan data hasil LKS siswa

pada siklus I dan siklus II.

Tabel 10 Ringkasan Hasil LKS Siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Pertemuan1

Kategori Pertemuan2

Kategori

1 70,39 % Cukupbaik 75,8 % Baik

2 77,63 % Baik 89 % Baik Rata-rata 74,01% Cukup

baik 82,4% Baik

Keterangan:Baik (76-100%), Cukup Baik (56-75%), Kurang (40-55%),Buruk (<40%). (Arikunto,1998)

Secara keseluruhan hasil LKS sebagai hasil belajar

kognitif proses mengalami peningkatan. Pada siklus I

pertemuan 1 persentase rata-rata hasil LKS sebesar

70,39% dan pada pertemuan 2 sebesar 75,8%. Pada siklus

II pertemuan 1 persentase rata-rata hasil LKS sebesar

77,63% dan pada pertemuan 2 sebesar 89%. Dari persentase

tersebut diperoleh kategori cukup baik pada siklus I dan

kategori baik pada siklus II.

Hasil belajar siswa sebagai perwujudan ketuntasan

klasikal pada proses pembelajaran konsep Jaringan Hewan

dari tes awal, tes akhir, kuis, dan LKS secara

keseluruhan mengalami peningkatan dari siklus I ke

siklus II. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

PEMBAHASAN

Proses Pembelajaran

Pembahasan hasil penelitian pada konsep Jaringan

Hewan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berdasarkan data kuantitatif hasil belajar dan

kualitatif selama proses pembelajaran ditujukan untuk

menjawab tujuan penelitian.

Proses pembelajaran kelas XI IPA SMA PGRI 7

Banjarmasin pada konsep Jaringan Hewan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari

siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus

I pertemuan 1 diperoleh rata-rata jumlah skor sebesar 43

dan pada pertemuan 2 sebesar 45. Secara keseluruhan

rata-rata jumlah skor dari ketiga observer pada siklus I

adalah 44 sehingga tergolong dalam kategori baik. Hal

ini menunjukkan bahwa pada siklus I sudah memenuhi

indikator keberhasilan penelitian untuk penilaian proses

pembelajaran.

Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata

jumlah skor sebesar 50 dan pada pertemuan 2 sebesar 54.

Secara keseluruhan rata-rata jumlah skor dari ketiga

observer pada siklus II adalah 52 sehingga tergolong

dalam kategori sangat baik. Jadi proses pembelajaran

pada siklus I ke siklus II menunjukkan peningkatan dari

kategori baik menjadi sangat baik. Pembagian kategori

jumlah skor antara lain kurang (14-24), cukup (25-35),

baik (36-46), dan sangat baik (47-56). Peningkatan

proses pembelajaran pada konsep Jaringan Hewan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe

STAD diduga terjadi karena adanya penghargaan tim yang

diperoleh dari skor kelompok dan berawal dari skor

individu melalui kuis. Sesuai dengan pendapat Majid

(2013) pada buku Strategi Pembelajaran bahwa salah satu

kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini

adalah dalam proses belajar mengajar siswa saling

ketergantungan positif, melalui kuis untuk mendapatkan

penghargaan tim tercipta ketergantungan positif antar

anggota tim untuk memberikan kinerja terbaiknya agar

mendapatkan skor kelompok terbaik. Oleh karena itu

melalui keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada

kelompoknya proses pembelajaran menjadi meningkat.

Adanya kuis dalam STAD ini sangat memotivasi siswa untuk

bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih

baik daripada sebelumnya (Slavin: 2005). Tim adalah ciri

yang paling penting dalam STAD. Pada tiap hal, yang

ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang

terbaik untuk membantu tiap anggotanya (Majid, 2013)

Proses belajar merupakan suatu proses dalam

pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran, yaitu

hasil belajar. Proses pembelajaran dan hasil belajar

adalah dua hal yang saling berkaitan, jika proses

pembelajaran baik maka akan diperoleh hasil belajar yang

baik. Oleh karena itu upaya meningkatkan hasil belajar

tidak lepas dari upaya meningkatkan proses pembelajaran.

Melalui proses belajar mengajar yang sudah

direncanakan guru maka akan tercipta suatu interaksi

tindak belajar oleh siswa dan tindak mengajar oleh guru.

Interaksi tindak belajar inilah yang menjadi proses

pembelajaran yang pada akhirnya akan mengantarkan siswa

untuk memperoleh suatu hasil belajar.

Hasil Belajar

Pada siklus I pertemuan 1 siswa mempelajari tentang

ciri-ciri dan letak jaringan epitel serta jaringan ikat

pada hewan, pada pertemuan ini diperoleh hasil belajar

yang dinyatakan dalam persentase ketuntasan klasikal

yaitu sebesar 50%. Hasil tersebut mengalami peningkatan

pada siklus I pertemuan 2 yang membahas tentang ciri-

ciri dan letak jaringan otot serta jaringan saraf, pada

pertemuan ini persentase ketuntasan klasikal sebesar

80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan.

Diduga masih kurangnya motivasi siswa menyebabkan hasil

belajar pada siklus I belum memenuhi indikator

keberhasilan. Slameto (2010) menyatakan bahwa motivasi

belajar mendorong siswa untuk berpikir, memusatkan

perhatian, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/

menunjang belajar, yang mana pada siklus I ini masih

kurang. Sehingga kondisi ini berakibat pada hasil

belajar siswa.

Pada siklus II secara umum hasil belajar mengalami

peningkatan. Pada siklus II pertemuan 1 mempelajari

tentang fungsi macam-macam jaringan, organ dan sistem

oragan pada hewan. Diketahui bahwa hasil belajar siswa

berdasarkan ketuntasan klasikal pada siklus II pertemuan

1 adalah 68% dan pada siklus II pertemuan 2 adalah 95%,

ini menunjukkan bahwa pada siklus II dari pertemuan 1

ke pertemuan 2 terjadi peningkatan hasil belajar.

Kecuali hasil belajar dari siklus I pertemuan 2 ke

siklus II pertemuan 1, terjadi penurunan hasil belajar.

Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa dalam kelas yang

sudah kelelahan setelah mata pelajaran sebelumnya, oleh

karena itu siswa kurang memperhatikan penjelasan dari

guru, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa

maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi

belajar (Slameto, 2010). Karena kondisi siswa yang

meliputi jasmani dan rohani akan mempengaruhi motivasi

belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009). Hal inilah

yang memengaruhi hasil belajar siswa pada siklus II

pertemuan 1. Persentase ketuntasan klasikal yang

diperoleh pada siklus II pertemuan 2 ini, yaitu 95%

telah menunjukkan bahwa pada pertemuan ini telah

berhasil mencapai indikator keberhasilan ketuntasan

klasikal, yakni ≥ 85% siswa dari seluruh siswa mencapai

ketuntasan individual ≥ 70 dari nilai KKM yang

ditetapkan sekolah.

Tahapan pada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD diantaranya adalah adanya tes individu/ kuis. Pada

penelitian ini kuis juga menjadi hasil belajar siswa,

khususnya hasil belajar kognitif produk. Kuis

dilaksanakan pada setiap pertemuan. Hasil kuis akan

menentukan skor individu dan akan disumbangkan menjadi

skor kelompok yang menentukan penghargaan kelompok

berupa predikat kelompok. Berdasarkan data yang

diperoleh pada siklus I pertemuan 1 rata-rata skor kuis

siswa sebesar 22,67 dan pada siklus I pertemuan 2

sebesar 78,8. Pada siklus II pertemuan 1 skor kuis siswa

sebesar 63,26 dan pada siklus II pertemuan 2 sebesar 88.

Hal ini menunjukkan bahwa secara umum hasil skor kuis

siswa mengalami peningkatan, kecuali pada siklus II

pertemuan 1. Seperti halnya hasil belajar pada evaluasi,

hal ini juga disebabkan kurangnya perhatian siswa pada

penjelasan guru, sehingga siswa menjadi bosan dan kurang

berminat dalam belajar (Slameto, 2010

Berdasarkan skor kuis siswa akan diperoleh skor

individu. Skor individu diperoleh melalui ketentuan

perhitungan skor individu menurut Slavin (2005).

Ketentuan tersebut adalah jika nilai kuis selisih >10

poin dibawah skor awal maka diperoleh skor sebesar 5.

Nilai kuis selisih 1-10 poin dibawah skor awal

memperoleh skor sebesar 10. Nilai kuis sama dengan skor

awal sampai 10 poin diatas skor awal memperoleh skor

sebesar 20. Nilai kuis >10 poin diatas skor awal

memperoleh skor sebesar 30. Nilai kuis sempurna

memperoleh skor sebesar 30.

Secara keseluruhan skor kuis siswa mengalami

peningkatan, kecuali pada siklus II pertemuan 1. Skor

individu dan skor kelompok secara keseluruhan juga

mengalami peningkatan, kecuali pada siklus II pertemuan

2. Pada siklus I pertemuan 1 rata-rata skor individu

yang diperoleh adalah 10,56 dan pada pertemuan 2 rata-

rata skor individu yang diperoleh adalah 19,75. Maka

pada siklus I telah terjadi peningkatan. Pada siklus II,

pertemuan 1 rata-rata skor individu yang diperoleh

adalah 28,94 dan pada pertemuan 2 rata-rata skor

individu yang diperoleh adalah 24,75. Secara keseluruhan

skor individu siswa mengalami peningkatan, kecuali pada

siklus II pertemuan 2. Hal ini dikarenakan meningkatnya

hasil pre test siswa, sehingga selisih antara pre test yang

menjadi skor awal siswa dengan skor kuis siswa hanya

sedikit, oleh karena itu skor individu siswa yang

diperoleh pun menjadi sedikit pula. Pada siklus II

pertemuan 2 ini rata-rata skor awal siswa mengalami

peningkatan sehingga mempengaruhi rata-rata skor

individu siswa yang diperoleh.

Pada setiap pertemuan perolehan skor individu siswa

akan disumbangkan untuk dirata-ratakan dengan skor

individu siswa dalam satu kelompok sehingga diperoleh

skor kelompok, melalui perhitungan skor kelompok akan

diperoleh predikat kelompok dengan kategori kelompok

baik, kelompok hebat, dan kelompok super berdasarkan

ketentuan pemberian penghargaan.

Rata-rata skor kelompok pada siklus I pertemuan 1

adalah 11,34 dan pada pertemuan 2 rata-rata skor

kelompok adalah 19, 75. Hal ini menunjukkan bahwa pada

siklus I rata-rata skor kelompok siswa mengalami

peningkatan.

Pada siklus II pertemuan 1 rata-rata skor kelompok

adalah 29 dan pada pertemuan 2 rata-rata skor kelompok

adalah 24,75. Rata-rata skor kelompok dipengaruhi oleh

skor individu yang diperoleh siswa. Sama halnya seperti

skor individu, penurunan rata-rata skor kelompok juga

disebabkan sedikitnya selisih antara skor awal dengan

skor kuis siswa, dikarenakan pada siklus II pertemuan 2

ini skor awal siswa mengalami peningkatan sehingga

mempengaruhi perolehan skor individu siswa dan skor

kelompok. Pada siklus II pertemuan 1 semua kelompok

memperoleh predikat sebagai kelompok super berdasarkan

skor kelompok yang diperoleh. Pada siklus II pertemuan 2

hanya 4 kelompok yang memperoleh predikat, dan semuanya

tergolong dalam kategori kelompok super. Secara

keseluruhan hasil kuis siswa mengalami peningkatan.

Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar

dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar.

Melalui hasil belajar diharapkan tujuan pembelajaran

bisa dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi

dasar. Untuk mengukur hasil belajar siswa menggunakan

tes, terutama hasil belajar kognitif yang berkenaan

dengan penguasaan bahan pelajaran yang diajarkan. Pada

STAD kuis merupakan tes individu berdasarkan penguasaan

bahan diskusi kelompok. Oleh karena itu kuis juga

merupakan hasil belajar siswa guna mengukur penguasaan

siswa terhadap materi.

Hasil belajar kognitif terbagi dua, yaitu kognitif

produk dan kognitif proses. Kognitif produk adalah

tujuan pembelajaran untuk memperoleh suatu hasil belajar

dan kognitif proses adalah proses belajar untuk

memperoleh hasil belajar. Jadi, apa yang dicapai pada

kognitif produk juga merupakan hasil dan dukungan dari

kognitif proses. Hasil LKS merupakan hasil belajar siswa

untuk mengukur kognitif proses disamping evaluasi dan

kuis. LKS oleh siswa dikerjakan secara berkelompok. Pada

siklus I pertemuan 1 persentase rata-rata hasil LKS

sebesar 70,39% dan pada pertemuan 2 sebesar 75,8%. Pada

siklus II pertemuan 1 persentase rata-rata hasil LKS

sebesar 77,63% dan pada pertemuan 2 sebesar 89%. Dari

persentase tersebut diperoleh kategori cukup baik pada

siklus I dan kategori baik pada siklus II. Secara

keseluruhan hasil LKS siswa mengalami peningkatan.

Sebagai pembelajaran kooperatif, STAD memuat adanya

berdiskusi secara berkelompok (4 orang tiap kelompok).

LKS merupakan Lembar Kerja yang harus dikerjakan siswa

bersama-sama dengan kelompoknya. Melalui LKS akan

memperkuat pemahaman siswa tentang materi pembelajaran

sehingga siswa akan lebih mudah dalam menjawab soal kuis

yang diambil dari pengetahuan siswa berdasarkan LKS yang

dikerjakannya secara berkelompok. Kelompok menurut Majid

(2013) merupakan komponen yang penting dalam STAD

khususnya untuk mempersiapkan semua anggota kelompok

dalam menghadapi tes individu yaitu kuis. Oleh karena

itu, LKS membantu dan mendukung siswa untuk mendapatkan

hasil kuis yang baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk

meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas XI IPA

SMA PGRI 7 Banjarmasin pada konsep “Jaringan Hewan”,

disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran kelas XI IPA SMA PGRI 7

Banjarmasin pada konsep Jaringan Hewan melalui

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini

mengalami peningkatan dari kategori baik menjadi

sangat baik yang dilihat dari rata-rata jumlah skor

penilaian proses belajar.

2. Hasil belajar kognitif produk pada konsep Jaringan

Hewan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini secara keseluruhan mengalami peningkatan.

Keberhasilan hasil belajar ini dilihat dari ketuntasan

individual dan ketuntasan klasikal. Sementara hasil

kuis siswa yang meliputi skor kuis, skor individu, dan

skor kelompok ini secara keseluruhan juga mengalami

peningkatan. Disamping hasil evaluasi dan kuis, hasil

belajar kognitif proses melalui nilai LKS juga

mengalami peningkatan dari kategori cukup baik pada

siklus I ke kategori baik pada siklus II.

3. Respon siswa terhadap pembelajaran pada konsep

Jaringan Hewan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD menunjukkan respon yang positif

yang dilihat dari rata-rata jumlah skor angket respon

siswa yaitu sebesar 40,1 dengan kategori baik. Respon

positif yaitu rata-rata jumlah skor dengan kategori

baik (32-41) dan sangat baik (42-48).

4. Respon Guru terhadap pembelajaran pada konsep

Jaringan Hewan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach. Penerbit PustakaPelajar, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Manajemen Penelitian. RinekaCipta, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. RinekaCipta, Jakarta.

Isjoni. 2009.Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Belajar,Yogyakarta.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. PT RemajaRosdakarya, Bandung.

Maryati, Sri., Srikini, Pratiwi, Suharno dan Bambang. S.2007. Biologi untuk SMA kelas XI. Penerbit Erlangga,Jakarta.

Nur Rochmah, Siti., Sri Widayati dan Meirina Arif.2009. Biologi SMA/MA kelas XI. Penerbit Pustaka InsanMadani, Jakarta.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran MengembangkanProfesionalisme Guru. Rajawali Pers, Jakarta.

Rusyan, A. Tabrani., Atang Kusdinar dan Zainal Arifin.1994. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. PT RemajaRosdakarya, Bandung.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Rajawali Pers, Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Rineka Cipta, Jakarta.

Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning. Nusa Media,Bandung.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PTRemaja Rosdakarya, Bandung.

Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. SinarBaru Algesindo, Bandung.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. RinekaCipta, Jakarta.

Susilo, Herawati., Husnul Chotimah dan Yuyun Dwita Sari.2012. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana PengembanganKeprofesionalan Guru dan Calon Guru. Bayumedia, Malang.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Uno, Hamzah B dan Satria Koni. 2012. Assesment Pembelajaran.Jakarta, Bumi Aksara