meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada konsep jaringan hewan melalui model...
TRANSCRIPT
MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA KONSEP JARINGAN HEWAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF DENGAN TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION
(STAD) PADA SISWA KELAS XI IPA
SMA PGRI 7 BANJARMASIN
Rosyda Fitria
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Abstract: STAD Cooperative Learning Model emphasizes theactivities and interaction among students to motivateeach other and help each other master the subject matterin order to achieve maximum achievement. This researchaims to determine whether the process and the learningoutcomes of students to the concept of animal tissuescan be enhanced through STAD cooperative learningmodel . This type of research used in this study isaction research (CAR), which carried in 2 cycles witheach cycle 2 meeting . The results of this research notethat the process and the learning outcomes of studentsto the concept of animal tissues through STADcooperative learning model as a whole has increased. Inthe first cycle, the average number of learningassessment score at 44 with a good category and thesecond cycle was 52 with a very good category. Cognitivelearning outcomes are products on the average results ofclassical completeness cycle I 65 % and 81.5 % thesecond cycle, the results of the quiz scores based onindividual and group scores also increased. The resultsof cognitive learning process derived from the value ofthe LKS, in the first cycle the average value obtainedwith the percentage of 74.01 % is good enough categoryand 82.4 % the second cycle either category. Student
responses seen from the average total score is 40.1 withboth categories showed a positive response . Theresponse of teachers to the number of categories is verygood score of 30 indicates a positive response. Learningby using STAD cooperative learning model can be used asan option in learning biology, in particular on theconcept Animal Tissues.
Key words : The process of learning , learning,cooperative learning , STAD, Animal Network
PENDAHULUAN
Keaktifan siswa dalam pembelajaran mendukung proses
pembelajaran, tetapi jika siswa kurang aktif dalam
pembelajaran membuat proses belajar mengajar tidak
proporsional antara peran guru dan siswa, sehingga hasil
belajar kurang optimal. Proses pembelajaran dan hasil
belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan, jika
proses pembelajaran baik maka akan diperoleh hasil
belajar yang baik. Banyak faktor yang memengaruhi dua
hal tersebut sehingga ditemukan beberapa kendala yang
membuat kinerja siswa menjadi rendah.
Berdasarkan wawancara dengan guru Biologi SMA PGRI
7 Banjarmasin diperoleh informasi bahwa terdapat
permasalahan pembelajaran pada mata pelajaran Biologi
khususnya di kelas XI IPA pada konsep jaringan hewan.
Masalah tersebut berkaitan dengan proses pembelajaran
dan hasil belajar. Kurangnya peranan siswa dalam
belajar, siswa cenderung hanya menyimak dan mendengarkan
informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya.
Masalah lain yang disebutkan berkaitan dengan hasil
belajar siswa yaitu selama ini hasil belajar siswa kelas
XI IPA pada konsep Jaringan Hewan mengalami kendala.
Ketika ulangan semester mata pelajaran biologi, banyak
siswa yang tidak dapat menjawab soal-soal yang berkaitan
dengan konsep Jaringan Hewan.
Berdasarkan silabus kurikulum KTSP 2006 dari Badan
Standar Nasional Pendidikan, pada konsep Jaringan Hewan
siswa dituntut untuk mengidentifikasi struktur masing-
masing jaringan beserta letaknya pada tubuh hewan,
mengenal dan menjelaskan fungsi masing-masing jaringan,
serta menjelaskan pengertian tumor/ kanker. Siswa
mengalami kendala dalam memahami konsep Jaringan Hewan.
Kendala tersebut antara lain dalam menjelaskan ciri-ciri
bermacam-macam jaringan, misalnya jaringan epitel
berdasarkan lapisannya terbagi lagi menjadi beberapa
jaringan seperti jaringan epitel pipih selapis, jaringan
epitel pipih berlapis banyak, jaringan epitel silindris
selapis, jaringan kubus selapis, jaringan kubus berlapis
banyak dan seterusnya. Siswa belum dapat menjelaskan
ciri-ciri masing-masing jaringan tersebut dengan benar,
sehingga mereka juga mengalami kendala dalam mengenal
letak dan fungsi jaringan-jaringan ini. Berdasarkan
informasi ini, maka dibutuhkan usaha yang mampu membantu
siswa menguasai konsep jaringan hewan, meningkatkan
hasil belajar siswa pada konsep jaringan hewan serta
mampu meningkatkan partisipasi siswa dan mengajak siswa
untuk lebih aktif dalam pembelajaran, seperti berdiskusi
dan berkomunikasi, sehingga dapat lebih memotivasi siswa
dalam belajar.
Salah satu usaha yang dapat membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar serta memudahkan siswa untuk
terlibat lebih aktif dalam pembelajaran adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD). STAD mempunyai beberapa
kelebihan diantaranya yaitu siswa dapat menguasai
pelajaran yang disampaikan, dalam proses belajar
mengajar siswa saling ketergantungan positif, dan siswa
dapat saling mengisi satu sama lain. Oleh karena itu
diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
dapat mengatasi kendala siswa kelas XI IPA SMA PGRI 7
Banjarmasin dalam proses pembelajaran dan hasil belajar
pada konsep Jaringan Hewan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa
(Arikunto dkk., 2006).
Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas
yaitu:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rancangan tindakan yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
b. Tindakan, yaitu rancangan strategi dan skenario
penerapan pembelajaran akan diterapkan.
c. Pengamatan atau Observasi, yaitu melakukan pengamatan
dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
d. Refleksi, yaitu mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya (Arikunto dkk.,
2006).
Instrumen dalam penelitian ini berupa Soal kuis dan
evaluasi (pre test dan post test), Lembar penilaian proses
belajar, dan LKS (Lembar Kerja Siswa), angket respon
siswa, dan angket respon guru. Kedalaman dan keluasan
materi soal disusun berdasarkan indikator dalam
kurikulum KTSP 2006 untuk konsep jaringan hewan.
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen
penelitian untuk pengumpulan data sebagai berikut:
1. Merancang rencana pembelajaran (RPP) menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk siklus
I
2. Merancang rencana pembelajaran (RPP) menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk siklus
II
3. Menyusun silabus menyesuaikan dengan RPP
4. Menyusun LKS siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
5. Menyusun LKS siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
6. Membuat kunci LKS siklus I pertemuan 1 dan pertemuan
2
7. Membuat kunci LKS siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2
8. Menyusun soal kuis siklus II pertemuan 1 dan 2
9. Membuat kunci soal kuis siklus I pertemuan 1 dan 2
10. Membuat kunci soal kuis siklus II pertemuan 1 dan 2
11. Menyusun soal evaluasi untuk pre test dan post test siklus
I pertemuan 1 dan 2
12. Menyusun soal evaluasi untuk pre test dan post test siklus
II pertemuan 1 dan 2
13. Membuat kunci soal evaluasi untuk pre test dan post test
siklus I pertemuan 1 dan 2
14. Membuat kunci soal evaluasi untuk pre test dan post test
siklus II pertemuan 1 dan 2
15. Menyusun kisi-kisi soal evaluasi siklus I pertemuan 1
dan 2
16. Menyusun kisi-kisi soal evaluasi siklus II pertemuan 1
dan 2
17. Menyusun lembar penilaian proses belajar
18. Menyusun angket respon siswa
19. Menyusun angket respon guru
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-
masing terdiri dari 2 pertemuan. Siklus I pertemuan 1
membahas tentang ciri-ciri dan letak jaringan epitel
serta jaringan ikat dan pertemuan 2 membahas tentang
ciri-ciri dan letak jaringan otot dan jaringan saraf.
Siklus II pertemuan 1 membahas tentang fungsi macam-
macam jaringan, organ dan sistem organ serta pertemuan 2
membahas tentang tumor dan kanker.
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan instrumen,
dan hasil tes, maka dijadikan pertimbangan untuk memasuki
siklus II. Pertimbangan yang dilakukan bilamana salah satu
komponen di bawah ini belum terpenuhi.
1. Ketuntasan belajar siswa secara individu tercapai bila
siswa tersebut mendapat nilai 65 dan ketuntasan
klasikal jika 85% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan individual. Ketuntasan belajar siswa
dilihat dari nilai post test setiap pertemuan.
2. Kategori hasil proses pembelajaran adalah baik,
berdasarkan kategori kurang (14-24), cukup (25-35),
baik (36-46), dan sangat baik (47-56).
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan setelah
mempelajari hasil refleksi pada siklus I dan untuk
melanjutkan materi pada konsep Jaringan Hewan yang telah
direncanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun.
Tahap-tahap siklus II sama dengan siklus I (Susilo,
2012).
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah
apabila ada peningkatan hasil dari setiap siklus
a. Jika siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70, dan
jika ≥ 85% siswa dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan individual ≥ 70.
b. Jika hasil LKS yang diperoleh tergolong kategori baik
(76-100%)
c. Jika hasil penilaian proses belajar siswa minimal
memperoleh kategori baik (36-46).
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif dengan tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) pada siswa kelas XI IPA SMA PGRI
7 Banjarmasin pada konsep Jaringan Hewan diperoleh
berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari hasil ketuntasan belajar pada
nilai evaluasi (meliputi hasil pre test dan post test) dan
nilai kuis sebagai hasil kognitif produk, serta hasil
kognitif proses berupa nilai LKS. Sedangkan data
kualitatif yaitu penilaian proses pembelajaran yang
diperoleh dari lembar penilaian proses pembelajaran pada
siklus I dan siklus II serta respon siswa dan respon
guru.
Proses Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II
Penilaian proses pembelajaran merupakan data
kualitatif yang diperoleh dari lembar penilaian proses
pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran pada siklus
I dan siklus II terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6 Data penilaian proses pembelajaran pada siklus
I
Observer Siklus I Skor yang dipilih pada nomor Jumlah
skor1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1
Pertemuan1 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 42
Pertemuan2 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 45
2
Pertemuan1 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 42
Pertemuan2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 41
3
Pertemuan1 4 4 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 45
Pertemuan2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 49
Rata-rata 44Keterangan:Kurang (14-24), cukup (25-35), baik (36-46), dan sangat baik (47-56)Keterangan parameter:1. Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
konsep jaringan hewan dan memotivasi siswa2. Menyajikan informasi kepada siswa dengan menggunakan konsep sains
secara tepat3. Penjelasan pendukung cukup rinci untuk menjelaskan konsep4. Membentuk kelompok belajar5. Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok6. Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
LKS7. Penyajian terdiri atas permulaan yang jelas, isi yang
terorganisasi dan penutup8. Kualitas suara seperti tingkat volume, artikulasi dan antusiasme
cukup baik9. Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur dan gerak tubuh
digunakan secara efektif10. Ice breaker positif digunakan secara tepat11. Member audiensi waktu untuk berpikir12. Member respons yang baik pada pertanyaan
audiensi13. Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok14. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah diajarkan melalui tes tertulis/ kuis individual(sumber: Susilo, 2012)
Tabel 7 Data penilaian proses pembelajaran pada siklusIIObserve
rSiklusII
Skor yang dipilih pada nomor Jumlah
skor1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
13
14
1 Pertemuan 1 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 50
Pertemuan 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 55
2 Pertemuan 1 4 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 46
Pertemuan 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 52
3 Pertemuan 1 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 53
Pertemuan 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 54
Rata-rata 52Keterangan:Kurang (14-24), cukup (25-35), baik (36-46), dan sangat baik (47-56)
Berdasarkan data penilaian proses pembelajaran pada
siklus I dan siklus II, secara keseluruhan proses
pembelajaran siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan. Penilaian proses pembelajaran diperoleh
dari lembar penilaian proses pembelajaran yang dinilai
oleh 3 orang observer melalui pengamatan pada saat
pembelajaran berlangsung setiap pertemuan. Secara
keseluruhan rata-rata jumlah skor dari ketiga observer
pada siklus I adalah 44 sehingga tergolong dalam
kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I
sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian untuk
penilaian proses pembelajaran.
Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata
jumlah skor sebesar 50 dan pada pertemuan 2 sebesar 54.
Secara keseluruhan rata-rata jumlah skor dari ketiga
observer pada siklus II adalah 52 sehingga tergolong
dalam kategori sangat baik. Jadi proses pembelajaran
pada siklus I ke siklus II menunjukkan peningkatan dari
kategori baik menjadi sangat baik. Pembagian kategori
jumlah skor antara lain kurang (14-24), cukup (25-35),
baik (36-46), dan sangat baik (47-56).
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Hasil belajar siswa yang diukur pada penelitian ini
adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Ranah kognitif
terbagi 2 yaitu kognitif produk dan kognitif proses.
Kognitif produk diukur dari nilai evaluasi (pre test dan
post test) dan nilai kuis. Kognitif proses diukur dari
nilai LKS. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus
II adalah sebagai berikut:
Tabel 8 Ringkasan Data Ketuntasan Individual danKlasikal yang diperoleh dari Hasil Pre Test dan PostTest Siklus I dan siklus IISiklus I
Pertemuan Test
SkorMaksimum
Hasil Belajar
Jumlah
%TuntasKlasikal
%Peningkatan
hasilbelajar
dari siklus
Tuntas(org)
Tidaktuntas(org)
1
Pretest 100 0 18 18 0% 25,38 %
Post test 100 9 9 18 50%
2 Pre 100 14 6 20 70%
testPosttest 100 16 4 20 80%
Rata-rata
Pretest 35%
Posttest 65%
Siklus II
Pertemuan Test
SkorMaksimu
m
Hasil BelajarJumla
h
%TuntasKlasikal
Tuntas(org)
Tidaktuntas(org)
1
Pretest 100 0 19 19 0%
Posttest 100 13 6 19 68%
2
Pretest 100 8 12 20 40%
Posttest 100 19 1 20 95%
Rata-rata
Pretest 20%
Posttest 81,5%
Keterangan :Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 70Ketuntasan klasikal : jika ≥ 85% siswa dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70
Hasil belajar siswa dari pre test dan post test secara
keseluruhan mengalami peningkatan, kecuali pada siklus
II pertemuan 1. Pada akhir siklus II persentase yang
diperoleh sebesar 95% menunjukkan bahwa pada pertemuan
ini persentase ketuntasan berhasil mencapai ketuntasan
klasikal dan memenuhi indikator keberhasilan.
Hasil belajar melalui post test pada siklus I
memperoleh rata-rata persentase ketuntasan klasikal
sebesar 65% dan pada siklus II sebesar 81,5%. Sehingga
diperoleh peningkatan ketuntasan klasikal dari siklus I
ke siklus II sebesar 25,38%.
Selain ketuntasan belajar siswa yang diukur dari
evaluasi, nilai kuis individu juga merupakan hal yang
diperhatikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Nilai kuis individu juga menjadi alat ukur dalam
hasil belajar siswa sebagai nilai kognitif produk selain
nilai evaluasi pada penelitian ini.
Tabel 9 Ringkasan data skor individu dan skorkelompok yang diperoleh dari hasil kuis pada siklusI dan Siklus II
Rata- rataSkor
Siklus I Siklus IIPertemuan
1Pertemuan
2Pertemuan
1Pertemuan
2Skor kuissiswa
22,67 78,8 63,26 88
Skorindividu
10,56 19,75 28,94 24,75
Skorkelompok
11,34 19,75 29 24,75
Skor individu dalam satu kelompok akan digabungkan
dan dirata-ratakan untuk memperoleh skor kelompok serta
menentukan predikat kelompok. Predikat kelompok
dikategorikan sesuai dengan kriteria penghargaan
kelompok berdasarkan skor kelompok.
Data yang diperoleh pada siklus I pertemuan 1
rata-rata skor kuis siswa sebesar 22,67 dan pada siklus
I pertemuan 2 sebesar 78,8. Pada siklus II pertemuan 1
skor kuis siswa sebesar 63,26 dan pada siklus II
pertemuan 2 sebesar 88.
Berdasarkan skor kuis siswa akan diperoleh skor
individu dan skor kelompok. Skor individu dan skor
kelompok secara keseluruhan juga mengalami peningkatan,
kecuali pada siklus II pertemuan 2. Pada siklus I
pertemuan 1 rata-rata skor individu yang diperoleh
adalah 10,56 dan pada pertemuan 2 rata-rata skor
individu yang diperoleh adalah 19,75. Maka pada siklus I
telah terjadi peningkatan. Pada siklus II, pertemuan 1
rata-rata skor individu yang diperoleh adalah 28,94 dan
pada pertemuan 2 rata-rata skor individu yang diperoleh
adalah 24,75.
Selain hasil ketuntasan belajar siswa dari hasil
evaluasi (pre test dan post test) dan kuis, data kuantitatif
juga diambil dari hasil LKS (Lembar Kerja Siswa) yang
dikerjakan secara berkelompok oleh siswa. Nilai LKS
diambil untuk mengukur kognitif proses siswa selama
pembelajaran. Berikut ringkasan data hasil LKS siswa
pada siklus I dan siklus II.
Tabel 10 Ringkasan Hasil LKS Siswa pada siklus I dan siklus II
Siklus Pertemuan1
Kategori Pertemuan2
Kategori
1 70,39 % Cukupbaik 75,8 % Baik
2 77,63 % Baik 89 % Baik Rata-rata 74,01% Cukup
baik 82,4% Baik
Keterangan:Baik (76-100%), Cukup Baik (56-75%), Kurang (40-55%),Buruk (<40%). (Arikunto,1998)
Secara keseluruhan hasil LKS sebagai hasil belajar
kognitif proses mengalami peningkatan. Pada siklus I
pertemuan 1 persentase rata-rata hasil LKS sebesar
70,39% dan pada pertemuan 2 sebesar 75,8%. Pada siklus
II pertemuan 1 persentase rata-rata hasil LKS sebesar
77,63% dan pada pertemuan 2 sebesar 89%. Dari persentase
tersebut diperoleh kategori cukup baik pada siklus I dan
kategori baik pada siklus II.
Hasil belajar siswa sebagai perwujudan ketuntasan
klasikal pada proses pembelajaran konsep Jaringan Hewan
dari tes awal, tes akhir, kuis, dan LKS secara
keseluruhan mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
PEMBAHASAN
Proses Pembelajaran
Pembahasan hasil penelitian pada konsep Jaringan
Hewan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berdasarkan data kuantitatif hasil belajar dan
kualitatif selama proses pembelajaran ditujukan untuk
menjawab tujuan penelitian.
Proses pembelajaran kelas XI IPA SMA PGRI 7
Banjarmasin pada konsep Jaringan Hewan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus
I pertemuan 1 diperoleh rata-rata jumlah skor sebesar 43
dan pada pertemuan 2 sebesar 45. Secara keseluruhan
rata-rata jumlah skor dari ketiga observer pada siklus I
adalah 44 sehingga tergolong dalam kategori baik. Hal
ini menunjukkan bahwa pada siklus I sudah memenuhi
indikator keberhasilan penelitian untuk penilaian proses
pembelajaran.
Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata
jumlah skor sebesar 50 dan pada pertemuan 2 sebesar 54.
Secara keseluruhan rata-rata jumlah skor dari ketiga
observer pada siklus II adalah 52 sehingga tergolong
dalam kategori sangat baik. Jadi proses pembelajaran
pada siklus I ke siklus II menunjukkan peningkatan dari
kategori baik menjadi sangat baik. Pembagian kategori
jumlah skor antara lain kurang (14-24), cukup (25-35),
baik (36-46), dan sangat baik (47-56). Peningkatan
proses pembelajaran pada konsep Jaringan Hewan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe
STAD diduga terjadi karena adanya penghargaan tim yang
diperoleh dari skor kelompok dan berawal dari skor
individu melalui kuis. Sesuai dengan pendapat Majid
(2013) pada buku Strategi Pembelajaran bahwa salah satu
kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
adalah dalam proses belajar mengajar siswa saling
ketergantungan positif, melalui kuis untuk mendapatkan
penghargaan tim tercipta ketergantungan positif antar
anggota tim untuk memberikan kinerja terbaiknya agar
mendapatkan skor kelompok terbaik. Oleh karena itu
melalui keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada
kelompoknya proses pembelajaran menjadi meningkat.
Adanya kuis dalam STAD ini sangat memotivasi siswa untuk
bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih
baik daripada sebelumnya (Slavin: 2005). Tim adalah ciri
yang paling penting dalam STAD. Pada tiap hal, yang
ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang
terbaik untuk membantu tiap anggotanya (Majid, 2013)
Proses belajar merupakan suatu proses dalam
pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran, yaitu
hasil belajar. Proses pembelajaran dan hasil belajar
adalah dua hal yang saling berkaitan, jika proses
pembelajaran baik maka akan diperoleh hasil belajar yang
baik. Oleh karena itu upaya meningkatkan hasil belajar
tidak lepas dari upaya meningkatkan proses pembelajaran.
Melalui proses belajar mengajar yang sudah
direncanakan guru maka akan tercipta suatu interaksi
tindak belajar oleh siswa dan tindak mengajar oleh guru.
Interaksi tindak belajar inilah yang menjadi proses
pembelajaran yang pada akhirnya akan mengantarkan siswa
untuk memperoleh suatu hasil belajar.
Hasil Belajar
Pada siklus I pertemuan 1 siswa mempelajari tentang
ciri-ciri dan letak jaringan epitel serta jaringan ikat
pada hewan, pada pertemuan ini diperoleh hasil belajar
yang dinyatakan dalam persentase ketuntasan klasikal
yaitu sebesar 50%. Hasil tersebut mengalami peningkatan
pada siklus I pertemuan 2 yang membahas tentang ciri-
ciri dan letak jaringan otot serta jaringan saraf, pada
pertemuan ini persentase ketuntasan klasikal sebesar
80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan.
Diduga masih kurangnya motivasi siswa menyebabkan hasil
belajar pada siklus I belum memenuhi indikator
keberhasilan. Slameto (2010) menyatakan bahwa motivasi
belajar mendorong siswa untuk berpikir, memusatkan
perhatian, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/
menunjang belajar, yang mana pada siklus I ini masih
kurang. Sehingga kondisi ini berakibat pada hasil
belajar siswa.
Pada siklus II secara umum hasil belajar mengalami
peningkatan. Pada siklus II pertemuan 1 mempelajari
tentang fungsi macam-macam jaringan, organ dan sistem
oragan pada hewan. Diketahui bahwa hasil belajar siswa
berdasarkan ketuntasan klasikal pada siklus II pertemuan
1 adalah 68% dan pada siklus II pertemuan 2 adalah 95%,
ini menunjukkan bahwa pada siklus II dari pertemuan 1
ke pertemuan 2 terjadi peningkatan hasil belajar.
Kecuali hasil belajar dari siklus I pertemuan 2 ke
siklus II pertemuan 1, terjadi penurunan hasil belajar.
Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa dalam kelas yang
sudah kelelahan setelah mata pelajaran sebelumnya, oleh
karena itu siswa kurang memperhatikan penjelasan dari
guru, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi
belajar (Slameto, 2010). Karena kondisi siswa yang
meliputi jasmani dan rohani akan mempengaruhi motivasi
belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009). Hal inilah
yang memengaruhi hasil belajar siswa pada siklus II
pertemuan 1. Persentase ketuntasan klasikal yang
diperoleh pada siklus II pertemuan 2 ini, yaitu 95%
telah menunjukkan bahwa pada pertemuan ini telah
berhasil mencapai indikator keberhasilan ketuntasan
klasikal, yakni ≥ 85% siswa dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan individual ≥ 70 dari nilai KKM yang
ditetapkan sekolah.
Tahapan pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD diantaranya adalah adanya tes individu/ kuis. Pada
penelitian ini kuis juga menjadi hasil belajar siswa,
khususnya hasil belajar kognitif produk. Kuis
dilaksanakan pada setiap pertemuan. Hasil kuis akan
menentukan skor individu dan akan disumbangkan menjadi
skor kelompok yang menentukan penghargaan kelompok
berupa predikat kelompok. Berdasarkan data yang
diperoleh pada siklus I pertemuan 1 rata-rata skor kuis
siswa sebesar 22,67 dan pada siklus I pertemuan 2
sebesar 78,8. Pada siklus II pertemuan 1 skor kuis siswa
sebesar 63,26 dan pada siklus II pertemuan 2 sebesar 88.
Hal ini menunjukkan bahwa secara umum hasil skor kuis
siswa mengalami peningkatan, kecuali pada siklus II
pertemuan 1. Seperti halnya hasil belajar pada evaluasi,
hal ini juga disebabkan kurangnya perhatian siswa pada
penjelasan guru, sehingga siswa menjadi bosan dan kurang
berminat dalam belajar (Slameto, 2010
Berdasarkan skor kuis siswa akan diperoleh skor
individu. Skor individu diperoleh melalui ketentuan
perhitungan skor individu menurut Slavin (2005).
Ketentuan tersebut adalah jika nilai kuis selisih >10
poin dibawah skor awal maka diperoleh skor sebesar 5.
Nilai kuis selisih 1-10 poin dibawah skor awal
memperoleh skor sebesar 10. Nilai kuis sama dengan skor
awal sampai 10 poin diatas skor awal memperoleh skor
sebesar 20. Nilai kuis >10 poin diatas skor awal
memperoleh skor sebesar 30. Nilai kuis sempurna
memperoleh skor sebesar 30.
Secara keseluruhan skor kuis siswa mengalami
peningkatan, kecuali pada siklus II pertemuan 1. Skor
individu dan skor kelompok secara keseluruhan juga
mengalami peningkatan, kecuali pada siklus II pertemuan
2. Pada siklus I pertemuan 1 rata-rata skor individu
yang diperoleh adalah 10,56 dan pada pertemuan 2 rata-
rata skor individu yang diperoleh adalah 19,75. Maka
pada siklus I telah terjadi peningkatan. Pada siklus II,
pertemuan 1 rata-rata skor individu yang diperoleh
adalah 28,94 dan pada pertemuan 2 rata-rata skor
individu yang diperoleh adalah 24,75. Secara keseluruhan
skor individu siswa mengalami peningkatan, kecuali pada
siklus II pertemuan 2. Hal ini dikarenakan meningkatnya
hasil pre test siswa, sehingga selisih antara pre test yang
menjadi skor awal siswa dengan skor kuis siswa hanya
sedikit, oleh karena itu skor individu siswa yang
diperoleh pun menjadi sedikit pula. Pada siklus II
pertemuan 2 ini rata-rata skor awal siswa mengalami
peningkatan sehingga mempengaruhi rata-rata skor
individu siswa yang diperoleh.
Pada setiap pertemuan perolehan skor individu siswa
akan disumbangkan untuk dirata-ratakan dengan skor
individu siswa dalam satu kelompok sehingga diperoleh
skor kelompok, melalui perhitungan skor kelompok akan
diperoleh predikat kelompok dengan kategori kelompok
baik, kelompok hebat, dan kelompok super berdasarkan
ketentuan pemberian penghargaan.
Rata-rata skor kelompok pada siklus I pertemuan 1
adalah 11,34 dan pada pertemuan 2 rata-rata skor
kelompok adalah 19, 75. Hal ini menunjukkan bahwa pada
siklus I rata-rata skor kelompok siswa mengalami
peningkatan.
Pada siklus II pertemuan 1 rata-rata skor kelompok
adalah 29 dan pada pertemuan 2 rata-rata skor kelompok
adalah 24,75. Rata-rata skor kelompok dipengaruhi oleh
skor individu yang diperoleh siswa. Sama halnya seperti
skor individu, penurunan rata-rata skor kelompok juga
disebabkan sedikitnya selisih antara skor awal dengan
skor kuis siswa, dikarenakan pada siklus II pertemuan 2
ini skor awal siswa mengalami peningkatan sehingga
mempengaruhi perolehan skor individu siswa dan skor
kelompok. Pada siklus II pertemuan 1 semua kelompok
memperoleh predikat sebagai kelompok super berdasarkan
skor kelompok yang diperoleh. Pada siklus II pertemuan 2
hanya 4 kelompok yang memperoleh predikat, dan semuanya
tergolong dalam kategori kelompok super. Secara
keseluruhan hasil kuis siswa mengalami peningkatan.
Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar
dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar.
Melalui hasil belajar diharapkan tujuan pembelajaran
bisa dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi
dasar. Untuk mengukur hasil belajar siswa menggunakan
tes, terutama hasil belajar kognitif yang berkenaan
dengan penguasaan bahan pelajaran yang diajarkan. Pada
STAD kuis merupakan tes individu berdasarkan penguasaan
bahan diskusi kelompok. Oleh karena itu kuis juga
merupakan hasil belajar siswa guna mengukur penguasaan
siswa terhadap materi.
Hasil belajar kognitif terbagi dua, yaitu kognitif
produk dan kognitif proses. Kognitif produk adalah
tujuan pembelajaran untuk memperoleh suatu hasil belajar
dan kognitif proses adalah proses belajar untuk
memperoleh hasil belajar. Jadi, apa yang dicapai pada
kognitif produk juga merupakan hasil dan dukungan dari
kognitif proses. Hasil LKS merupakan hasil belajar siswa
untuk mengukur kognitif proses disamping evaluasi dan
kuis. LKS oleh siswa dikerjakan secara berkelompok. Pada
siklus I pertemuan 1 persentase rata-rata hasil LKS
sebesar 70,39% dan pada pertemuan 2 sebesar 75,8%. Pada
siklus II pertemuan 1 persentase rata-rata hasil LKS
sebesar 77,63% dan pada pertemuan 2 sebesar 89%. Dari
persentase tersebut diperoleh kategori cukup baik pada
siklus I dan kategori baik pada siklus II. Secara
keseluruhan hasil LKS siswa mengalami peningkatan.
Sebagai pembelajaran kooperatif, STAD memuat adanya
berdiskusi secara berkelompok (4 orang tiap kelompok).
LKS merupakan Lembar Kerja yang harus dikerjakan siswa
bersama-sama dengan kelompoknya. Melalui LKS akan
memperkuat pemahaman siswa tentang materi pembelajaran
sehingga siswa akan lebih mudah dalam menjawab soal kuis
yang diambil dari pengetahuan siswa berdasarkan LKS yang
dikerjakannya secara berkelompok. Kelompok menurut Majid
(2013) merupakan komponen yang penting dalam STAD
khususnya untuk mempersiapkan semua anggota kelompok
dalam menghadapi tes individu yaitu kuis. Oleh karena
itu, LKS membantu dan mendukung siswa untuk mendapatkan
hasil kuis yang baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas XI IPA
SMA PGRI 7 Banjarmasin pada konsep “Jaringan Hewan”,
disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran kelas XI IPA SMA PGRI 7
Banjarmasin pada konsep Jaringan Hewan melalui
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
mengalami peningkatan dari kategori baik menjadi
sangat baik yang dilihat dari rata-rata jumlah skor
penilaian proses belajar.
2. Hasil belajar kognitif produk pada konsep Jaringan
Hewan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini secara keseluruhan mengalami peningkatan.
Keberhasilan hasil belajar ini dilihat dari ketuntasan
individual dan ketuntasan klasikal. Sementara hasil
kuis siswa yang meliputi skor kuis, skor individu, dan
skor kelompok ini secara keseluruhan juga mengalami
peningkatan. Disamping hasil evaluasi dan kuis, hasil
belajar kognitif proses melalui nilai LKS juga
mengalami peningkatan dari kategori cukup baik pada
siklus I ke kategori baik pada siklus II.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran pada konsep
Jaringan Hewan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD menunjukkan respon yang positif
yang dilihat dari rata-rata jumlah skor angket respon
siswa yaitu sebesar 40,1 dengan kategori baik. Respon
positif yaitu rata-rata jumlah skor dengan kategori
baik (32-41) dan sangat baik (42-48).
4. Respon Guru terhadap pembelajaran pada konsep
Jaringan Hewan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach. Penerbit PustakaPelajar, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Manajemen Penelitian. RinekaCipta, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. RinekaCipta, Jakarta.
Isjoni. 2009.Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Belajar,Yogyakarta.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. PT RemajaRosdakarya, Bandung.
Maryati, Sri., Srikini, Pratiwi, Suharno dan Bambang. S.2007. Biologi untuk SMA kelas XI. Penerbit Erlangga,Jakarta.
Nur Rochmah, Siti., Sri Widayati dan Meirina Arif.2009. Biologi SMA/MA kelas XI. Penerbit Pustaka InsanMadani, Jakarta.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran MengembangkanProfesionalisme Guru. Rajawali Pers, Jakarta.
Rusyan, A. Tabrani., Atang Kusdinar dan Zainal Arifin.1994. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. PT RemajaRosdakarya, Bandung.
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Rajawali Pers, Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Rineka Cipta, Jakarta.
Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning. Nusa Media,Bandung.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PTRemaja Rosdakarya, Bandung.
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. SinarBaru Algesindo, Bandung.
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. RinekaCipta, Jakarta.
Susilo, Herawati., Husnul Chotimah dan Yuyun Dwita Sari.2012. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana PengembanganKeprofesionalan Guru dan Calon Guru. Bayumedia, Malang.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Uno, Hamzah B dan Satria Koni. 2012. Assesment Pembelajaran.Jakarta, Bumi Aksara