makalah penyesuaian pekerjaan pada masa dewasa

24
MAKALAH PENYESUAIAN PEKERJAAN PADA MASA DEWASA Nur Fadillah Nurhidayah Usman Alfirah Ali Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar 2016 1

Upload: independent

Post on 03-Dec-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

PENYESUAIAN PEKERJAAN PADA MASA DEWASA

Nur Fadillah

Nurhidayah Usman

Alfirah Ali

Fakultas Psikologi

Universitas Negeri Makassar

2016

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di antara sekian banyak tugas perkembangan orang dewasa dini,

tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan hidup keluarga

merupakan tugas yang sangat banyak, sangat penting dan sangat sulit

diatasi. Bahkan sekalipun orang dewasa telah mempunyai pengalaman

kerja, telah menikah dan telah menjadi orangtua namun tetap harus

melakukan penyesuaian diri dengan peran –peran tersebut. Bagi sebagian

besar pria dewasa, kebahagiaan bergantung pada kesesuaian antara bakat,

minat dan tugas yang diemban. Artinya, makin cocok bakat dan minatnya

dengan jenis pekerjaannya, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang

diperoleh. Karena meningkatnya jumlah wanita baik yang telah menikah

maupun yang masih lajang maka seringkali pekerjaan wanita

dibandingkan dengan pria, karena sekarang banyak wanita yang

mengusulkan pada pemerintah federal untuk mengurangi diskriminasi

perlakuan antara pria dan wanita dalam pekerjaan seperti: wanita berharap

dapat memperoleh gaji yang lebih tinggi dan pekerjaan yang lebih baik.

Jadi tidak sekedar diberi tugas untuk mengerjakan pekerjaan yang

bersifat rutin, atau jenis tugas yang memerlukan kemampuan dan latihan

yang terbatas sehingga tidak mempunyai rasa bangga akan tugasnya. Tapi

dalam kenyataannya bahkan wanita dengan tingkat kompetensi yang lebih

tinggi pun masih diperlakukan secara tidak adil dan bertentangan dengan

teori bakat dan minat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah

ini adalah:

1. Bagaimana penyesuaian pekerjaan pada fase dewasa awal?

2. Bagaimana penyesuaian pekerjaan pada fase dewasa madya?

3. Bagaimana penyesuaian pekerjaan pada fase dewasa akhir?

2

C. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui penyesuaian pekerjaan pada fase dewasa awal

2. Mengetahui penyesuaian pekerjaan pada fase dewasa madya

3. Mengetahui penyesuaian pekerjaan pada fase dewasa akhir

3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Penyesuaian Pekerjaan Pada Fase Dewasa Awal

a. Definisi Dewasa Awal

Istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah

adolescere - yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan.” Akan tetapi,

kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus

yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna”

atau “telah menjadi dewasa” oleh karena itu orang dewasa adalah individu

yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan

dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. (Hurlock,

1980)

Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap

pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Hurlock,

1980). orang dewasa awal diharapkan memainkan peran baru, seperti

peran suami/isteri, orang tua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan

sikap-sikap baru, keinginan-keinginan, dan nilai-nilai baru sesuai dengan

tugas-tugas baru ini. penyesuaian diri menjadikan periode ini suatu

periode khusus dan sulit dari rentang hidup seseorang. periode ini sangat

sulit sebab sejauh ini sebagian besar anak mempunyai orang tua, guru,

teman, atau orang-orang lain yang bersedia menolong mereka

mengadakan penyesuaian diri. sekarang sebagai orang dewasa, mereka

diharapkan mengadakan penyesuaian diri secara mandiri. apabila mereka

menemukan kesulitan-kesulitan yang sukar diatasi, mereka ragu1-ragu

untuk meminta pertolongan dan nasehat orang lain karena enggan kalau

dianggap “belum dewasa”.

4

b. Penyesuaian Pekerjaan Pada Masa Dewasa Awal

1) Pilihan Pekerjaan

Penyesuaian pertama yang dianggap pokok adalah memilih bidang

yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis. Banyak kasus

dalam memilih bidang kerja yang tidak cocok dengan bakat dan minat

(suara hati kecil) tetapi dipilih karena besarnya pengaruh sosial yang

ada, justru akan menimbulkan ketidakpuasan terhadap hasil karyanya,

tidak merasa mencintai tugasnya dan akhirnya prestasi kerjanya

menurun sangat drastis. Sehubungan dengan itu, maka beberapa orang

dewasa telah menentukan pilihannya jauh – jauh hari sebelum mereka

bekerja sehingga jauh – jauh hari pula mereka melatih diri sesuai

dengan prasyarat yang diperlukan untuj jenis tugas yang mereka anggap

cocok dengan minat dan bakatnya. Sebaliknya, masih banyak juga

orang dewasa muda yang bingung tentang apa yang akan mereka

kerjakan dalam hidupnya setelah selesai dari pendidikan tinggi SLTA,

akademi bahkan yang tamat dari perguruan tinggi.

Banyak orang dewasa muda yang tidak atau kurang memiliki

ketrampilan untuk pekerjaan tertentu serta tidak sesuai pula dengan

ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki. Masa ini disebut “masa

berharap bekerja (job hopping)” yang biasa terjadi pada waktu orang

dewasa berusia 20an – 30an. Memilih bidang pekerjaan yang cocok

dengan minat dan bakatnya dapat dilihat dari beberapa faktor umum

seperti apakah dirinya menyukai jenis pekerjaan yang dipilihnya,

mampu menyelesaikan tugas-tugas tertentu dengan baik, dan keharusan

membayar uang atau tanggung jawab lainnya. Orang dewasa muda

yang mempunyai tanggung jawab untuk menanggung beban keluarga

sering lebih cepat dalam menentukan bidang pekerjaan yang diminati

dibandingkan dengan orang dewasa muda yang tidak mempunyai

tanggungan keluarga.

5

2) Stabilitas Pilihan Pekerjaan

Penyesuaian kedua yang dianggap penting bagi orang dewasa

muda adalah pilihan jurusan harus dilakukan dengan mantap. Cara ini

tidak selalu dapat dilakukan baik oleh pria maupun wanita untuk

berpindah pekerjaan. Bagaimanapun juga kalau perubahan jenis

pekerjaan sebagai karier dilakukan pada saat seseorang menjelang akhir

usia 30-an maka tindakan ini dianggap terlambat. Seberapa jauh tingkat

kemantapan pemilihan jurusan bagi seseorang bergantung pada tiga

faktor, yaitu pengalaman kerja, daya tarik pribadi terhadap pekerjaan

dan nilai yang terkandung pada pekerjaan yang dipilih. Orang dewasa

yang mempunyai cukup pengalaman kerja dapat memperoleh kepuasan

yang jauh lebih sesuai dengan pekerjaan yang dipilih dibandingkan

dengan mereka yang kurang mempunyai pengalaman kerja. Bahkan

pengalaman kerja sambilan yang diperoleh pada waktu seseorang masih

sekolah ditingkat SMA atau perguruan tinggi dapat digunakan

seseorang untuk menilai jenis pekerjaan yang dianggap cocok dari

berbagai alternatif pekerjaan yang tersedia demi hari depan kelak.

Apabila seseorang memilih jenis pekerjaan yang berhubungan

dengan ketrampilan pribadi yang tercermin dalam jurusan yang diambil

dalam tingkat SMA atau perguruan tinggi dapat digunakan seseorang

untuk menilai jenis pekerjaan yang dianggap cocok dari berbagai

alternative pekerjaan yang tersedia demi hari depan kelak. Apabila

seseorang memilih jenis pekerjaan yang berhubungan dengan

ketrampilan pribadi yang tercermin dalam jurusan yang diambil dalam

tingkat SMA atau akademis atau pilihannya terhadap kegiatan

ekstrakurikuler, biasanya mereka lebih merasa puas dengan

keputusannya dibandingkan dengan pilihan yang tidak atau kurang

dengan minat dan seleranya. Apabila daya tarik seseorang terhadap

pekerjaan digunakan sebagai pertimbangan penting dalam memilih

pekerjaan maka sebagai orang dewasa mereka biasanya kurang

berminat untuk menukar pekerjaan tersebut dengan jenis pekerjaan lain

6

walaupun faktor lain mempengaruhi motivasi seseorang untuk memilih

pekerjaan.

3) Penyesuaian Diri dengan Pekerjaan

Bagi sebagian besar orang dewasa muda, terutama mereka yang

kurang mempunyai pengalaman kerja atau bahkan bagi yang belum

pernah bekerja selama masih sekolah sering mengalami banyak

kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya.

Havighurst dalam studinya tentang sikap pekerja terhadap pekerjaannya

menyimpulkan bahwa mereka dapat dikelompokkan menjadi dua

kategori umum yaitu sikap kerja yang menopang masyarakat dan sikap

kerja yang melibatkan ego.

a) Sikap kerja yang menopang masyarakat

Pekerja yang bersikap menopang masyarakat dalam dirinya kurang

atau tidak berminat akan kerjanya dan hanya memperoleh sedikit

kepuasan kerja. Tipe pekerja semacam ini orang yang

mementingkan besarnya gaji yang diterima. Orang semacam ini

seringkali memandang pekerjaannya sebagai beban yang berat dan

tidak menyenangkan dan memandang hari depan hanya agar cepat

menjalani masa pensiun.

b) Sikap kerja yang melibatkan ego

Para pekerja yang dalam bekerja melibatkan ego, biasanya

memperoleh kepuasan pribadi yang lebih besar. Bagi beberapa

orang, bekerja merupakan dasar harga diri dan kebanggaan. Bagi

sejumlah orang lainnya bekerja dianggap sebagai prestise yang

diperoleh, tempat untuk melakukan partisipasi sosial atau sebagai

sumber kesenangan intrinsik atau merupakan ekspresi dari pribadi

yang kreatif dan juga merupakan cara memanfaatkan waktu dengan

cara yang rutin menyenangkan.

Penyesuaian Diri Pria

Ada sejumlah kondisi yang penting bagi pria, yang

mempengaruhi proses penyesuaian pria terhadap

7

pekerjaannya. Pertama, apabila pekerjaannya

memungkinkannya untuk berperan maka ia akan memainkan

perannya, ia akan merasa sangat puas dan proses

penyesuaiannya berjalan dengan sangat harmonis. Kedua,

kepuasan dapat diperoleh apabila pria merasa bahwa

pekerjaannya menuntut banyak kemampuan yang dimiliki

dan hasil pendidikannya. Ketiga, proses penyesuaian

dengan pekerjaan dipengaruhi oleh cara pria menyesuaikan

dirinya dengan wewenang. Keempat, penyesuaian terhadap

pekerjaan dipengaruhi oleh meningkat tidaknya gaji yang

diterima.

Penyesuaian Diri Wanita

Ada enam faktor penting yang mempengaruhi penyesuaian

diri wanita terhadap pekerjaannya. Pertama, bila wanita

tidak mampu lagi untuk memperoleh pekerjaan yang cocok

dan sesuai dengan tingkat kemampuan, pendidikan dan

latihan yang pernah diperoleh serta impian dirinya, maka

mereka akan mengalami frustasi. Kedua, apabila wanita

merasa bahwa mereka melakukan pekerjaan yang tidak

berkembang (pasif) khususnya bila mereka mendekati usia

madya, mereka sering merasa menjadi “Boss Betina yang

Jalang” yang selalu melampiaskan kekesalannya kepada

bawahannya. Ketiga, apabila telah membentuk aspirasi kerja

yang sesuai, mereka cenderung menjadi frustasi bila mereka

menemukan bahwa kemampuan dan pelatihan mereka

membenarkan aspirasi yang lebih tinggi. Keempat, apabila

peran kepemimpinan wanita ditolak khususnya ditempat

kerja, sekolah, kantor maka mereka tidak hanya frustrasi

tetapi juga akan marah bila peran tersebut diambil oleh pria.

Kelima, banyak wanita tidak menyukai kalau harus

melaksanakan beban tugas ganda satu tugas dalam dunia

8

kerja perkantoran dan satu lagi tugas rumah tangga.

Keenam, banyak wanita yang setelah lama bekerja di kantor

mereka merasa pasrah dan tidak sanggup lagi apabila

mereka diharapkan untuk berperan sebagai ibu rumah

tangga dan ibu dari anak-anaknya.

2. Penyesuaian Pekerjaan Pada Fase Dewasa Madya

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai

masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh

perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan

kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewsa

ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat

daripada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak.

Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak

sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia

madya. Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan yang berbeda

menurut tahap dimana perubahan fisik yang membedakan usia madya dini pada

satu batas, dan usia lanjut di batas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti

halnya buah apel, matangnya pun tidak pada waktu yang sama ada yang bulan

juli, ada yang bulan agustus, dan ada pula yang bulan oktober. Demikian

halnya dengan manusia.

a. Kepuasan Kerja

Greenberg dan Baron (2003) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai

sikap positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan

mereka. Robbin (dalam Baron, 2003) menjelaskan kepuasan kerja adalah

sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukan perbedaan

antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka

yakini seharusnya mereka terima.

9

Faktor penentu kepuasan kerja, yaitu:

1) Gaji/Upah

Kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolute dari gaji

yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan

tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan. Selain untuk pemenuhan

kebutuhan dasar, uang juga merupakan simbol dari pencapaian,

keberhasilan dan pengakuan/penghargaan.

Berdasarkan teori keadilan Adams, orang yang menerima gaji yang

dipersepsikan terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami

ketidakpuasan. Jika gaji dipersepsikan adil berdasarkan tuntutan-

tuntutan pekerjaan, tingkat ketermpilan individu dan standar gaji yang

berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu maka akan ada kepuasan

kerja. Jika dianggap gaji terlalu rendah, pekerja akan merasa tidak puas.

Tapi jika gaji dirasakan terlalu tinggi, pekerja tidak lagi tidak puas,

artinya tidak ada dampak pada motivasi kerjanya. Gaji atau imbalan

akan mempunyai dampak terhadap terhadap motivasi kerja seseorang

jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.

2) Kondisi Kerja

Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak

menyenangkan akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena

itu perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan

menyenangkan sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan

menimbulkan kepuasan kerja.

3) Hubungan Kerja

a) Hubungan dengan Rekan Kerja

Ada tenaga kerja yang dalam menjalankan pekerjaannya

memperoleh masukan dari tenaga kerja lain. Hubungan antara

pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak yang berbentuk

fungsional.

Kepuasan kerja yang ada timbul karena mereka dalam jumlah

tertentu berada dalam satu ruangan kerja sehingga dapat

10

berkomunikasi. Dalam kelompok kerja di mana para pekerjanya

harus bekerja sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul

karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti harga

diri, aktualisasi diri dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada

motovasi kerja mereka.

b) Hubungan dengan Atasan

Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja

adalah tenggang rasa. Hubungan fungsional mencerminkan sejauh

mana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai

pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan

didasarkan pada keterkaitan antara pribadi yang mencerminkan

sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya

mempunyai pandangan hidup yang sama.

Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan adalah jika

kedua jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki ciri

pemimpin yang transformasional, maka tenaga kerja akan

meningkat motivasinya dan sekaligus merasa puas dengan

pekerjaannya.

b. Perubahan karir pada paruh kehidupan

Pengalaman perubahan karir di paruh kehidupan digambarkan sebagai titik

perubahan di masa dewasa. Satu aspek dari periode paruh kehidupan

melibatkan penyesuaian harapan yang ideal pada kemungkinan realistik

dipandang dari berapa waktu yang tersisa di sebuah jabatan. Orang tengah

baya mungkin memfokuskan pada berapa banyak waktu yang tersisa

sebelum pensiun dan kecepatan mereka mencapai tujuan pekerjaan mereka

(Baron, 2003).

Perubahan kondisi bekerja yang mempengaruhi pekerja berusia madya

yaitu:

1) Sikap sosial yang tidak menyenangkan

11

Pekerja yang tua biasanya dihargai karena keterampilannya yang

didapat dari pengalaman bertahun-tahun, namun belakangan ini banyak

yang menilai mereka terlalu tua untuk mempelajari keterampilan baru.

2) Strategi perekrutan karyawan

Pekerja usia madya lebih sulit mendapat pekerjaan daripada yang usia

muda, sehingga sangat riskan untuk beralih pekerjaan.

3) Meningkatkan penggunaan otomatisasi

Pekerjaan yang diotomatisasikan memerlukan tingkat intelegensi yang

tinggi, memerlukan banyak latihan, dan kecepatan yang besar. Hal ini

menimbulkan efek bagi usia madya yang memiliki tingkat intelegensi

rendah, dengan pelatihan untuk bagian kerja khusus, atau yang

kesehatannya akan menyebabkan mereka bekerja lambat.

4) Kerja kelompok

Usia madya lebih sulit untuk bekerjasama dengan teman-temannya

daripada usia yang lebih muda.

5) Peranan istri

Istri sebagai penasehat suami dalam menghadapi berbagai masalah

pekerjaan.

6) Masa pensiun wajib

Masa ini berlangsung antara pertengahan sampai akhir usia 60-an.

Kesempatan untuk mendapat promosi sangat kecil dan kesempatan

untuk mendapat pekerjaan juga sangat kecil.

7) Kekuasaan bisnis besar

Karyawan usia madya yang perusahaannya bersatu dengan perusahaan

lain tahu bahwa tidak ada tempat baginya dalam organisasi baru

tersebut. Hal ini dapat terjadi khususnya dalam bidang manajemen.

8) Relokasi

Terjadi saat karyawan yang berusia madya harus pindah untuk

mempertahankan pekerjaan dan mengalami kesulitan dalam

menyesuaikan diri dengan lokasi baru.

c. Penyesuaian Pekerjaan Pria dan Wanita pada Fase Dewasa Madya

12

Biasanya, prestasi keberhasilan tertinggi bagi pria diperoleh pada waktu

usia empat puluhan dan awal lima puluhan. Pada masa itu pekerja tidak

hanya dapat mencapai puncak status dalam jenjang organisasi saja tetapi

juga pendapatannya mencapai angka tertinggi. Pria berusia madya secara

kelompok lebih puas dengan pekerjaannya, daripada mereka yang relative

masih muda sebagian karena bagi orang usia muda mempunyai pekerjaan

saja sudah menyenangkan dan sebagian lagi karena mereka mempunyai

pekerjaan yang lebih baik dari pada pekerjaan yang mereka punyai waktu

masih muda.

Bagaimanapun juga ada beberapa pria yang berusia madya yang telah

mencapai puncak statusnya dalam kerjaannya tetapi masih juga belum

puas. Dalam kondisi seperti ini, beberapa dari mereka berusaha mencari

pekerjaan yang lebih mereka sukai dan bagi sebagian pria lain tidak

sekedar berganti pekerjaan saja, tetapi ada juga yang berganti profesi.

Ketidakmantapan pekerjaan pada awal usia 40-an diakibatkan oleh

beberapa faktor. Salah satu faktor yang terpenting keresahan, berakhirnya

tanggungjawab untuk membiayai anak-anak, yang membebabaskan mereka

dari beban yang dipikul bertahun-tahun, dan kesadaran bahwa jika mereka

ingin merubah pekerjaan harus dilakukan saat ini juga atau sama sekali

tidak beralih profesi.

Jumlah wanita usia madya dalam profesi, bisnis, dan industri

meningkat, masalah penyesuaian diri mereka juga bertambah. Salah satu

masalah utama menyangkut kesamaan dengan pria dalam perekrutan,

promosi, dan gaji. Sebagian wanita, melihat pelatihan dan kemampuan

mereka, merasa sulit mendapat pekerjaan dan dipromosikan daripada

pria.Bidang kerja wanita biasanya tidak memperoleh persaingan yang berat

dari pria, karena kondisi tersebut banyak wanita usia madya tidak hanya

merasa tidak puas dengan pekerjaannya. Tetapi mereka juga tidak kerasan

pada satu jenis pekerjaan yang sesuai dengan usianya. Beberapa dari

mereka khususnya yang mempunyai pekerjaan atau jabatan penting,

13

memutuskan untuk mengganti pekerjaan dan karir setelah mencapai usia

madya.

d. Penilaian terhadap Penyesuaian Pekerjaan

Penyesuaian terhadap pekerjaan pada usisa madya, dapat dinilai dari

tingkat keberhasilan yang dicapai pria dan wanita dalam pekerjaan mereka

dan dari tingkat kepuasan yang diperoleh.

1) Pretasi, pekerja usia madya menikmati tingkat keberhasilannya

(mendapat pendapatan prestise, wewenang dan otonomi yang

diharapkan). Masih banyak pula pekerja lain yang merasa berhasil

dalam arti bahwa mereka telah berbuat yang terbaik dengan

kemampuannya tapi menilai gagal karena belum mencapai apa yang

diinginkan di masa muda.

2) Kepuasan, pada usia 60-an biasanya terjadi penurunan kepuasan pada

pria, dikarenakan merasa memiliki kemungkinan yang kecil untuk

berprestasi meskipun sudah bekerja keras. Kepuasan kerja juga

menurun.

3) Pekerjaannya, pada masa dewasa madya seseorang menunjukan sikap

tidak suka pada pekerja yang lebih muda. Tidak ada dari faktor

tersebut yang menunjang rasa puas terhadap pekerjannya.Wanita usia

madya mengalami kegagalan mencapai prestasi dan kepuasan kerja.

Ketidakpuasan kerja dapat terjadi oleh berbagai faktor sama halnya

dengan pria, tetapi hal tersebut semakin diintensifkan dengan

ketidaksamaan dalam kesempatan untuk pengembanganh asil. Anggota

kelompok minoritas pria maupun wanita mengalami kekecewaan

terhadap pekerjaannya, sedang alasannya samadengan yang

dikemukakan oleh kelompok wanita.

3. Penyesuaian Pekerjaan Pada Fase Dewasaa Akhir

Lanjut usia merupakan periode akhir kehidupan yang sering diidentikkan

dengan perubahan-perubahan yang sifatnya menurun serta merupakan masa

14

kritis untuk mengevaluasi kesuksesan dan kegagalan seseorang menghadapi

masa sekarang maupun masa mendatang.

Pada umumnya para usia lanjut mempunyai masalah dalam menyesuaikan

diri terhadap pekerjaan, yang juga mereka hadapi pada masa sebelumnya,

sekalipun pada masa sekarang sifatnya lebih unik. Misalnya mereka tidak

hanya menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan tapi juga harus menyadari

bahwa manfaat dirinya pada pekerjaan semakin berkurang sesuai dengan

semakin bertambahnya usia. Mereka juga mempersiapkan masa pensiun.

Penyesuaian diri terhadap pekerjaan pada orang usia lanjut adalah sulit karena

hambatan ekonomis yang dewasa ini memegang peranan penting ketimbang

masa sebelumnya. Walaupun ada bantuan keuangan dari pemerintah dalam

bentuk jaminan sosial, asuransi, dan pembagian keuntungan secara bertahap

yang diperoleh dari dana pension, mereka kadang tidak sanggup mengatasi

berbagai problem yang mereka hadapi.

a. Penyesuaian Pekerjaan pada Usia Lanjut.

Pria lanjut usia biasanya lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang statis

daripada pekerjaan yang bersifat menantang, yang mungkin mereka sadari

tak mungkin akan ada. Akibatnya, mereka lebih puas dengan pekerjaannya

daripada orang yang lebih muda.

1) Kesempatan kerja bagi pekerja usia lanjut.

Kesempatan kerja bagi pekerja usia lanjut sangat terbatas. Apabila

pekerja usia lanjut memperoleh pekerjaan, jenis pekerjaannya lebih

banyak yang bersifat monoton, pekerjaan yang tidak berkembang, dan

sebagainya. Akibatnya mereka merasa tidak puas. Hal ini membuat

skala pendapatan mereka berada pada urutan paling bawah, hanya

sedikit sekali yang berpendapatan tinggi. Hal ini pula yang

menyebabkan mereka tidak puas.

2) Penilaian pekerja usia lanjut.

Studi tentang manfaat dan kerugian yang diperoleh apabila mengontrak

pekerja usia lanjut membuahkan kesimpulan bahwa manfaat dan

kerugiannya berbeda-beda tergantung jenis pekerjaannya.

15

Kesadaran pekerja usia lanjut lebih besar karena sikap mereka lebih

matang dan mereka ingin terus memiliki pekerjaan tersebut sehingga

mereka lebih dapat terandal. Ketidakhadiran karena alasan sakit dan

kecelakaan di tempat kerja kurang begitu umum bagi pekerja usia lanjut

daripada apa yang dipercayai dalam masyarakat.

b. Penyesuaian diri terhadap masa pensiun

Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak

menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah

merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi

kelak. Dalam era modern sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu

faktor terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan,

dan memperkuat harga diri). Oleh karenanya, sering terjadi orang pensiun

bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya, ada

yang malahan mengalami problem serius (kejiwaan atau pun fisik).

Schwarts (dalam Hurlock,1980) berkata bahwa pension dapat merupakan

akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup baru. Pension selalu

menyangkut perubahan peran, keinginan dan nilai, dan pola hidup secara

keseluruhan setiap indivdu.

Akhirnya, pensiun wajib pada usia 65 tahun menjadi sesuatu yang hampir

unversal.

1) Jenis pension

Pension dapat saja berupa sukarela atau kewajiban yang terjadi secara

regler atau lebih awal. Beberapa pekerja menjalani masa pension secara

sukarela, seringkali sebelum masa usia pension tiba. Hal ini mereka

lakukan karena alasan kesehatan atau keinginan untuk menghabiskan

sisa hidunya dengan melakukan hal-hal yang lebih berarti buat mereka

daripada pekerjaannya. Sedangkan yang lain, pension dilakukan secara

terpaksa atau disebut juga karena wajib pension. Bagi mereka yang

lebih suka sikap bekerja tetapi dipaksa keluar pada usia wajib pension

seringkali menunjukkan sikap kebencian dan akibatnya motivasi

mereka untuk melakukan penyesuai diri yang baik dimasa pension

16

sangat rendah, dan cenderung mengalami kemunduran fisik dan

psikologis.

2) Sikap terhadap pension

Havigurts (Hurlock, 1980) membagi orang usia lanjut dalam 2 kategori

umum atas dasar sikapnya terhadap pension. Pertama, “pengalihan

peran (transformer)” mereka yang mampu dan mau mengubah gaya

hidupnya dengan mengurangi kegiatan-kegiatan berdasarkan pilihan

sendiri dengan menciptakan gaya hidup bau yang menyenangkan

dirinya. Hal ini mereka lakukan dengan cara melepaskan berbagai peran

lama dan menjalankan peran baru. Kedua, “pemeliharaan peran

(maintainers)”, merek terus bekerja dengan melakukan part time jobs

setelah pension. Mereka seperti “perubahan peran”, jarang untuk rileks

dan tidak mengerjakan apapun, tetai apa yang mereka kerjakan

merpakan lanjutan dari apa yang mereka lakukan sebelumnya.

3) Kondisi yang memengaruhi penyesuaian diri terhadap pension

a) Pekerja yang pension secara sukarela akan menyesuaikan diri lebih

baik dibanding mereka yang pension denga terpaksa.

b) Kesehatan yang buruk pada waktu pension memudahkan

penyesuaian sedangkan orang sehat mungkin cenderung melawan

untuk melakukan penyesuaian diri.

c) Banyak pekerja yang merasa bahwa berhenti dari pekerjaan secara

bertahap ternyata lebih baik efeknya dibandingkan dengan mereka

yang tiba-tiba berhenti dari kebiasaan bekerja karena mereka tidak

bisa mengatur persiapan pola hidup tanpa pekerjaan.

d) Semakin sedikit perubahan yang harus dilakukan terhadap

kehidupan semasa pension semakin baik penyesuaian dirinya.

e) Status ekonomi yang baik memungkinkan seseorang hidup dengan

nyaman untuk penyesuaian yang baik pada masa pension.

f) Semakin para pekerja menyukai pekerjaannya, semakin buruk

penyesuaian terhadap pension.

17

g) Tempat tinggal seseorang mempengaruhi penyesuaian terhadap

masa pension. Semakin besar masyarakat menawarkan berbagai

kekompakan dan kegiatan bagi orang usia lanjut, semakin baik

penyesuainnya.

h) Sikap anggota keluarga terhadap masa pension memberi pengaruh

yang besar terhadap penyesuaian.

4) Perbedaan seks dalam penyesuaian diri dengan masa pension.

Secara umum, wanita menyesuaikan diri dengan lebih baik

daripada pria terhadap masa pension. Alasannya yaitu pertama,

perubahan peran yang terjadi tidak begitu radikal karena dalam

berbagai hal wanita selalu memainkan peran domestic entah ketika

masih belum menikah maupun setelah menikah. Kedua, pekerjaan lebih

mengahasilkan sedikit manfaat dpsikologis dan dukungan sosial,

sehingga kurang menimbulkan trauma. Ketiga, karen lebih sedikit

wanita memegang posisi eksekutif mereka tidak merasa bahwa mereka

tiba-tiba kehilangan kuasa dan prestise.

Sebaliknya pria mempunyai sedikit sumber pengganti yang data

menghasilkan kepuasan, untuk menggantikan sarana yang biasa

diperoleh dari pekerjaannya dahulu. Akibatnya mereka merasa pension

sebagai beban mental dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik

selama masa pension.

c. Post Power Syndrome

Terjemahan dari Post power syndrome kira-kira adalah gejala-gejala

pasca kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang

tadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat satu jabatan, namun ketika

sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau

emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu biasanya bersifat negatif, itulah

yang diartikan post power syndrome.

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post-power syndrome.

Pensiun dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang

yang mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa

18

tenaganya sudah tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih

bisa memberi kontribusi yang signifikan kepada perusahaan, post-power

syndrome akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila ternyata usianya

sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika melamar di

perusahaan lain, post-power syndrome yang menyerang akan semakin

parah.

Gejala post-power syndrome:

1) Gejajala fisik, misalnya menjadi jauh lebih cepat tua

tampaknya dibandingkan waktu dia menjabat. Rambut semakin

banyak beruban, keriput, sakit-sakitan, dan menjadi lemah.

2) Gejala emosi, misalnya cepat teringgung, merasa tidak

berharga, menarik diri dari pergaulan,dsb.

3) Gejala perilaku, misalnya malu bertemu orang lain, lebih

mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan

kemarahan.

Ciri-ciri orang yang rentan menderita post-power syndrome:

1. Orang yang terlalu senang dihargai dan dihormati orang lain,

permintaanya senantiasa terlaksana/dituruti, suka dilayani.

2. Orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena

kurangnya harga diri, dengan jabatan dia lebih merasa diakui

orang lain.

3. Orang yang meletakkan arti hidupnya pada prestise jabatan dan

pada kemampuan mengatur orang lain, untuk dapat berkuasa

atas orang lain.

Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah

lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil

melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang

lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu

menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus

mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, resiko

terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.

19

Dalam kasus berat, diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional

dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi

introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan beban emosi yang

tidak tersalurkan) yang parah.

Pria lebih rentan terhadap post power sindrome karena pada wanita

umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu

lebih dihargai oleh pria. Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat

membantu untuk melewati fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri

menghadapi post-power syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana.

Karena bila post-power syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa

hidup mewah, akibatnya akan lebih parah. Apabila seseorang telah mampu

menaklukan fase Post-Power Syndrome akan jauh menjadi lebih bijaksana dan

mampu membuktikan kebermanfaatan atas eksistensinya.

4. Contoh dan Analisis Kasus

Contoh kasus :

Deri adalah seorang wanita karir yang bekerja disalahsatu perusahaan

terkenal. Di satu sisi, dia adalah seorang ibu dengan 3 orang anak. Ia melaksnkn

beban tugs ganda; satu tugas dalam dunia kerja dan satu lgi tugas dalam rumah

tangga. Ia merasa bersalah karena menolak tugas rumah tangga misalnya dari

sekian banyak tugas rumah tangga hanya tugas merawat anak yang dapat

dilakukan itu bahkan tugas seperti ini pun sering dilakukan oleh ibunya. Dan lagi

ia merasa bersalah apabila kegitan rekreasaional untuk keluarga pun harus

dibatasi. Dan kuantitas bermainnya dengan anak kurang. Akibatnya, bagi Deri

kehidupan rumah tangganya menjadi tidak memuaskan. Situasi seperti ini

menambah persoalan penyesuian diri yang timbul dari pekerjaan itu sendiri.

Analisis Kasus:

Ada enam faktor penting yang mempengaruhi penyesuaian diri wanita

terhadap pekerjaannya. Pertama, bila wanita tidak mampu lagi untuk

memperoleh pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan tingkat kemampuan,

pendidikan dan latihan yang pernah diperoleh serta impian dirinya, maka mereka

20

akan mengalami frustasi. Kedua, apabila wanita merasa bahwa mereka

melakukan pekerjaan yang tidak berkembang (pasif) khususnya bila mereka

mendekati usia madya, mereka sering merasa menjadi “Boss Betina yang

Jalang” yang selalu melampiaskan kekesalannya kepada bawahannya. Ketiga,

apabila telah membentuk aspirasi kerja yang sesuai, mereka cenderung menjadi

frustasi bila mereka menemukan bahwa kemampuan dan pelatihan mereka

membenarkan aspirasi yang lebih tinggi. Keempat, apabila peran kepemimpinan

wanita ditolak khususnya ditempat kerja, sekolah, kantor maka mereka tidak

hanya frustrasi tetapi juga akan marah bila peran tersebut diambil oleh pria.

Kelima, banyak wanita tidak menyukai kalau harus melaksanakan beban tugas

ganda satu tugas dalam dunia kerja perkantoran dan satu lagi tugas rumah

tangga. Keenam, banyak wanita yang setelah lama bekerja di kantor mereka

merasa pasrah dan tidak sanggup lagi apabila mereka diharapkan untuk

berperan sebagai ibu rumah tangga dan ibu dari anak-anaknya.

21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah utama dalam penyesuaian pekerjaan pada masa dewasa

muda meliputi pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas dalam pilihan dan

penyesuaian terhadap situasi kerja. Sejauh mana keberhasilan pria dan

wanita melakukan penyesuaian diri dapat dinilai dari prestasi, perubahan

pekerjaan secara sukarela dan kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan.

Selain itu penyesuaian keluarga dan pekerjaan khususnya pada masa

dewasa awal sangatlah sulit karena kebanyakan orang dewasa awal

membatasi dasar-dasar karena adanya pembaruan (newness) peran-peran

dalam penyesuaian diri. Keberhasilan penyesuaian diri dengan masa

dewasa dapat dinilai dengan tiga kriteria yaitu prestasi dalam pola

pekerjaan dan pola hidup yang dipilih seseorang, tingkat kepuasan yang

diperoleh dari pekerjaan dan pola hidup yang dipilih, dan keberhasilan dari

penyesuaian personal.

Pada umumnya para usia lanjut mempunyai masalah dalam

menyesuaikan diri terhadap pekerjaan, yang juga mereka hadapi pada

masa sebelumnya, sekalipun pada masa sekarang sifatnya lebih unik.

Misalnya mereka tidak hanya menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan

tapi juga harus menyadari bahwa manfaat dirinya pada pekerjaan semakin

berkurang sesuai dengan semakin bertambahnya usia. Mereka juga

mempersiapkan masa pensiun.

Penyesuaian diri terhadap pekerjaan pada orang usia lanjut adalah

sulit karena hambatan ekonomis yang dewasa ini memegang peranan

penting ketimbang masa sebelumnya. Walaupun ada bantuan keuangan

dari pemerintah dalam bentuk jaminan sosial, asuransi, dan pembagian

keuntungan secara bertahap yang diperoleh dari dana pension, mereka

kadang tidak sanggup mengatasi berbagai problem yang mereka hadapi.

22

B. Saran

Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sebaiknya

penyusun makalah denan topik yang sama selanjutnya akan lebih

melengkapi bagian-bagian yang belum ada dalam makalah ini.

\

23

DAFTAR PUSTAKA

Greenberg, Jerald, Baron, R.(2003). Behavior in Organizations (understanding

and managing the human side of work ). Eight edition. Prentice Hall.

Santrock, J.W. 1995. Life – Span Development Perkembangan Masa hidup Jilid 2

Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B,. 1980. Psikologi Perkembangan: suatu pendekatan

sepanjang rentang kehidupan. Ed. Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

24