makalah pelatihan ilmu lingkungan unnes by sri wiji
TRANSCRIPT
BAB l
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia termasuk negara berkembang dengan penduduknya yang
padat. Saat ini penduduk Indonesia mencapai 241 juta jiwa dengan
luas wilayah Indonesia sekitar 1919440 km2. Di samping jumlah
penduduknya yang besar, karakteristik penduduk Indonesia yang
kurang menguntungkan adalah persebarannya yang tidak merata.
Sekitar 60% penduduk Indonesia mengelompok di Pulau Jawa dan
Madura yang luasnya hanya 6,9% dari luas seluruh daratan
Indonesia. Dari berbagai suku dan latar belakang budaya yang
berbeda penduduk Indonesia berada di pulau Jawa. Dengan
ketidakmerataan persebaran Indonesia ini menyebabkan perbedaan
prosentase angka kepadatan penduduk di setiap pulau yang ada di
Indonesia. Dalam setiap daerah banyak sekali faktor yang
mempengaruhi atau menarik orang untuk menetap di daerah tersebut
serta ada pula faktor-faktor lain yang memaksa mereka
meninggalkan daerah tersebut. Beberapa faktor itu mempunyai
pengaruh yang sama terhadap beberapa orang, sedangkan ada faktor
yang berpengaruh berbeda terhadap seseorang. Oleh karenanya akan
terdapat perbedaan sikap antara setiap migran dan calon migran
terhadap faktor + dan - yang terdapat baik di daerah asal maupun
daerah tujuan. Ketersediaanya sumber daya alam sangat
mempengaruhi kepadatan penduduk di Indonesia. Usaha pemerintah
untuk pemerataan penduduk di Indonesia nampaknya kurang berhasil
dikarenakan masih banyaknya penduduk yang melakukan urbanisasi
dari desa ke kota. Karena adanya anggapan masyarakat desa bahwa
di kota banyak peluang pekerjaan, sehingga mereka berbondong-
bondong pindah ke kota dengan tujuan untuk memperbaiki nasib.
Misalnya banyak dari penduduk desa yang pindah ke Ibu Kota
Jakarta.
Mobilitas penduduk telah berlangsung sejak terciptanya manusia
pertama kali. Manusia melakukan perburuan maupun meramu tumbuh-
tumbuhan yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Sebelum mulai
menatap mereka melakukan aktiitas di bidang pertanian yang mulai
dengan pola berpindah-pindah kemudian melakukan pertanian
menetap.
Pada dasarnya manusia melakukan mobilitas dengan suatu tujuan
yaitu untuk meningkatkan kualitas hidupnya mulai dengan pemenuhan
kebutuhan pangan sekunder lainnya. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa seseorang akan melakukan mobilitas dengan tujuan
untuk memperoleh pekerjaan akan pendapatan. Dengan demikian
daerah tujuan mobilitas penduduk merupakan derah dimana terdapat
peluang yang lebih besar untuk memperoleh pekerrjaan yang lebih
baik, atau peningkatan pendapatan. Sehingga kesempatan kerja yang
tersedia disuatu daerah merupakan salah satu factor pendorong
adanya mobilitas penduduk. Selanjutnya, jika kebutuhan dasarnya
telah dapat terpenuhi maka mobilitas dilakukan dengan tujuan
memenuhi kebutuhan sekunder, termasuk wisata dan lain-lain.
Ketimpangan persebaran penduduk di Indonesia erat kaitannya
dengan kebijaksanaan Pemerintah Belanda di Indonesia pada abad
ke-l9. Mereka mempersiapkan Indonesia sebagai penghasil bahan
mentah untuk industri-industri yang berada di Eropa, terutama di
negeri Belanda. Bahan mentah seperti karet, kopi, teh, tembakau
dll. Yang di butuhkan di pulau Jawa.
Pada abad ke 19 sebagian investasi dan aktivitas pemerintah
Kolonial Belanda dipusatkan di Pulau Jawa karena di samping
letaknya yang strategis, kaadaan lahan yang subur sangat
menguntungkan bagi usaha pertanian maupun perkebunan. Pembangunan
yang dilaksanakan di Jawa membutuhkan banyak tenaga kerja. Di
samping tingkat pertumbuhan penduduk alami yang tinggi, juga
banyak migran masuk ke Pulau Jawa.
Ketimpangan persebaran penduduk di Indonesia sangat menghambat
proses pembangunan, oleh karenanya redistribusi penduduk (baik
melalui program transmigrasi maupun program untuk merangsang dan
mengarahkan migrasi swakarsa) menjadi salah satu faktor yang
dapat mempercepat pembangunan. Redistribusi penduduk ini
mempunyai nilai yang sangat penting dari berbagai segi. Dari segi
ekonomi, redistribusi penduduk berarti menyediakan tenaga kerja
serta keterampilan baik untuk perluasan produksi di daerah-daerah
maupun pembukaan lapangan kerja baru. Di samping itu, akan timbul
integrasi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi, baik nasional maupun
daerah. Ditinjau dari aspek idiologi, redistribusi penduduk
berfungsi untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
Dari aspek politik, hal ini akan merupakan alat penunjang
pembauran etnik, mempersempit kesenjangan kelas maupun wilayah,
serta dapat meningkatkan hubungan antarkelompok. Dilihat dari
segi hankam, redistribusi penduduk juga dinilai dapat mewujudkan
terciptanya sishankamrata. Terhadap sumber daya alam,
redistribusi penduduk dianggap dapat meningkatkan pengamanan dan
sekaligus pemanfaatannya.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana kondisi pemerataan penduduk di Indonesis?
Mengapa ketidakmerataan penduduk dapat terjadi ?
Faktor apa saja yang menyebabkan ketidakmerataan penyebaran
penduduk Indonesia?
Apa yang dimaksud dengan mobilitas penduduk?
Langkah apa yang dapat diambil pemerintah untuk menciptakan
pemerataan penduduk di Indonesia?
1.3 Tujuan
Untuk menganalisis lebih jauh masalah kependudukan di
Indonesia terutama ektidakmerataannya penduduk di Indonesia.
Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan ketidakmerataan
penduduk di Indonesia.
Untuk mengetahui cara penanggulangan masalah ketidakmerataan
penduduk di Indonesia.
Untuk mengetahui hasil nyata dari upaya pemerintah dalam
menaggulangi masalah pemerataan penduduk.
BAB II
Pembahasan
2.1 Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu
daerah ke daerah lain. Baik untuk sementara maupun untuk jangka waktu
yang lama atau menetap seperti mobilitas ulang-alik (komunitas) dan
migrasi. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Mobilitas yaitu perpindahan penduduk dari
suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas dibedakan 2 yaitu; mobilitas
non permanent (tidak tetap) dan mobilityas tetap (tetap). Apabila
perpindahan bertujuan untuk menetap di daerah tujuan maka disebut
migrasi. Jadi migrasi artinya perpindahan penduduk dari satu daerah ke
daerahlainuntuk menetap.
2.1.1 Proses Keputusan Migrasi
Manusia bukanlah makhluk yang berpindah-pindah, namun manusia
merupakan makhluk yang tidak pernah diam. Perpindahan merupakan
bagian dari proses adaptasinya dengan lingkungan sosial, ekonomi,
kebudayaan, dan ekologi. Oleh karenanya, mobilitas penduduk dalam
pelbagai wujudnya jarang mencerminkan adaptasi dalam pengertian
yang sederhana.
Mobilitas penduduk di suatu wilayah terjadi karena adanya faktor
yang mendorong dan menarik dalam suatu wilayah. Kondisi sosial
ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi
kebutuhan seseorang menyebabkan orang tersebut ingin pergi ke
daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. Jadi antara daerah
asal dan daerah tujuan terdapat perbedaan nilai kefaedahan
wilayah. Daerah tujuan harus mempunyai nilai kefaedahan wilayah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah asal untuk dapat
menimbulkan mobilitas penduduk. Dengan kata lain, jika dikaitkan
dengan pembangunan, dapat dikemukakan bahwa ketimpangan
pembangunan antar daerah merupakan faktor yang menjadi pemicu
mobilitas penduduk.
Terdapat empat kelompok faktor yang mempengaruhi orang mengambil
keputusan untuk bermigrasi dan proses migrasi, yaitu :
1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
2. Faktor – faktor yang terdapat di daerah tujuan
3. Penghalang antara
4. Faktor – faktor pribadi
Keputusan bermigrasi dalam konteks ini merupakan hasil
perbandingan faktor-faktor yang terdapat di daerah asal dan di
daerah tujuan. Selanjutnya, diantara dua tempat itu selalu
terdapat sejumlah rintangan yang dalam keadaan-keadaan tertentu
tidak terlalu berat, tetapi dalam keadaan-keadaan lain tidak
dapat diatasi. Sejumlah rintangan yang sama tentu dapat
menimbulkan pengaruh yang berbeda-beda pada orang yang satu
dengan yang lainnya, yang akan mempengaruhi keputusan bermigrasi.
Akhirnya masih banyak faktor pribadi yang berpengaruh terhadap
seseorang yang akan pindah, faktor-faktor itu dapat mempermudah
atau memperlambat migrasi.
2.1.2. Karakteristik Migran
Sebagai akibat dari proses yang mendasari dalam pengambilan
keputusan bermigrasi, migran memiliki beberapa karakteristik
khusus yang perlu dipahami dalam memahami fenomena migrasi itu
sendiri.
1. Migrasi itu selektif
Migran umumnya bukanlah ‘orang-orang sembarangan’ di daerah
asalnya. Reaksi orang berbeda terhadap faktor-faktor yang
bersifat positif maupun negatif yang terdapat di tempat asal dan
tempat tujuan. Selain itu, kemampuan mereka untuk mengatasi
rintangan-rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan itu
tidak sama.
Sifat selektif tersebut terdiri dari selektif positif dan
selektif negatif. Sifat positif berarti bahwa migrasi itu
melibatkan orang-orang yang berkualitas tinggi dan negatif adalah
sebaliknya.
2. Jika migran-migran itu diperhatikan secara keseluruhan,
seleksi itu cenderung bersifat bimodal atau dua bentuk.
Artinya migran masuk di suatu daerah bisa terdiri dari kelompok
seleksi positif (dipengaruhi oleh faktor positif di daerah
tujuan) dan kelompok seleksi negatif (didorong oleh faktor
negatif di daerah asal).
3. Tingkat seleksi positif bertambah sebanding dengan
kesulitan dari rintangan-rintangan yang menghambat
Semakin tinggi kesulitan dalam menghadapi rintangan-rintangan
dari daerah asal ke daerah tujuan, maka migran yang masuk ke
suatu daerah tujuan cenderung merupakan migran hasil seleksi
positif.
4. Ada kecenderungan bahwa migran mempunyai ciri-ciri di
antara ciri-ciri penduduk daerah asal dan ciri-ciri penduduk
daerah tujuan
Bahkan sebelum meninggalkan tempat asalnya, para migran cenderung
sudah mengambil beberapa sifat dari penduduk di daerah tujuan,
akan tetapi mereka tidak dapat melepaskan sama sekali beberapa
dari ciri yang telah dimilikinya di daerah asalnya. Hal ini
disebabkan karena mereka dalam beberapa hal sudah menyukai
penduduk di tempat yang mereka tuju, tempat mereka menemukan
beberapa faktor positif. Sifat mereka tidak lagi sepenuhnya
seperti penduduk di tempat asal, karena ada faktor-faktor negatif
tertentu yang menyebabkan mereka pindah.
2.1.3. Volume Migrasi
1. Volume migrasi di dalam suatu wilayah tertentu bervariasi
sesuai dengan tingkat keanekaragaman daerah-daerah di dalam
wilayah itu
Keanekaragaman daerah-daerah di dalam suatu wilayah tertentu,
akan cenderung membuka peluang pekerjaan/berusaha yang berbeda-
beda pada masing-masing daerah, dan akan cenderung meningkatkan
volume migrasi
2. Besarnya volume migrasi sebanding dengan keanekaragaman
orang
Keanekaragaman penduduk menunjukkan adanya kelompok-kelompok yang
mempunyai keahlian dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu.
3. Volume migrasi berkaitan dengan kesulitan mengatasi
penghalang antara
Hal ini terkait dengan kemampuan migran mengatasi penghalang
antara tersebut
4. Volume migrasi bervariasi sebanding dengan fluktuasi
ekonomi, dan volume migrasi sebanding dengan kemajuan keadaan di
suatu negara atau wilayah
Semakin maju perekonomian suatu wilayah, migrasi cenderung akan
meningkat. Oleh karenanya, fluktuasi ekonomi juga akan
menyebabkan fluktuasi dan variasi dalam volume migrasi
5. Volume migrasi makin cenderung meningkat, kecuali bila
diadakan rintangan yang ketat
Volume migrasi cenderung terus meningkat berdasarkan beberapa
alasan, antara lain karena meningkatnya keanekaragaman daerah dan
keanekaragamman penduduk serta berkurangnya faktor-faktor
penghalang antara.
2.1.4. Dampak Migrasi Terhadap Pembangunan Daerah
Kaitan antara pembangunan dan migrasi, serta dampak kaitan itu
telah lama menjadi perhatian para ahli dan perencana pembangunan.
Terdapat pandangan yang menyatakan bahwa kegiatan pembangunan
yang menentukan arah dan volume migrasi, tetapi di sisi lain
terdapat juga pandangan yang menyatakan arah dan volume migrasi
yang menentukan laju pembangunan. Selanjutnya, dalam konteks
dampak kaitan tersebut, terdapat pandangan yang menyatakan bahwa
mobilitas atau migrasi pekerja dapat mendorong pembangunan,
tetapi juga terdapat pandangan bahwa migrasi pekerja ini dapat
mengganggu proses pembangunan.
Pandangan negatif menyatakan bahwa migrasi keluar golongan
angkatan kerja potensial berusia muda dan berpendidikan dari
pedesaan atau suatu daerah ke kota atau ke daerah lain, cenderung
membawa dampak negatif bagi daerah yang ditinggalkan. Oleh
karenanya, migrasi diduga dapat mengganggu dan memperlambat
proses pembangunan wilayah. Brain drain tidak hanya memunculkan
masalah langkanya angkatan kerja penggerak pembangunan, tetapi
juga dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi daerah. Di daerah
tujuan (kota), mobilitas pekerja tidak hanya mempersulit penataan
kota, tetapi juga memunculkan kelebihan angkatan kerja yang
kemudian memunculkan masalah pengangguran, pekerja miskin di
sektor informal, kemiskinan dan kampung kumuh di kota.
Pandangan positif menyatakan bahwa dampak negatif sebagaiaman
yang dikemukakan sebelumnya tidak sepenuhnya berlaku di negara-
negara sedang berkembang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
mobilitas atau migrasi pekerja merupakan salah satu strategi yang
tersedia bagi rumah tangga pedesaan/miskin, untuk turut meraih
dan menikmati kue pembangunan yang cenderung menumpuk di
kota/daerah yang lebih maju. Dengan mengalokasikan sumberdaya
manusia yang ada, rumah tangga pedesaan/miskin berusaha
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada di luar daerahnya.
Hasil kerja di luar daerah sedapat mungkin ditabung kemudian
dikirimkan dan dimanfaatkan di daerah asalnya.
Kiriman (remittances) dari para migran pekerja mempunyai dampak
positif bagi rumah tangga pedesaan/miskin dan ekonomi
pedesaan/daerah-daerah yang kurang berkembang. Pada tahap awal,
remitan dari pekerja migran memang sebagian besar hanya ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari keluarga yang
ditinggalkan. Namun demikian, pada tahap-tahap lebih lanjut,
remitan mulai banyak dimanfaatkan untuk kegiatan produktif, untuk
digunakan sebagai modal berusaha.
Contoh mobilitas penduduk di Indonesia yaitu Kaltim yang menjadi daerah transit tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia harus menerima mobilisasi penduduk yang tidak terkendali ketika ada pemulangan TKI secara besar-besaran dari Tawao, Malaysia. Dari ribuan tenaga kerja yang dipulangkan, umumnya mereka tidak bergerak langsung menuju daerahnya masing-masing, tetapi bermukimcukup lama di kawasan Nunukan, dan daerah-daerah lain terdekat diperbatasan utara Kaltim.Serbuan penduduk semacam ini selalu memberi dampak yang kurang baik bagi Kaltim secara keseluruhan. Karena itu kata Abdussamad, untuk menghindari hal-hal semacam ini diperlukan tanggung jawab bersama untuk mencegah dan menghindari berulangnya kejadian-kejadian serupa.Provinsi yang menjadi penyumbang mobilisasi penduduk ke Malaysia melalui jalur Nunukan – Tawao tersebut diantaranya Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan provinsi-provinsi di Sulawesi. Mobilisasi penduduk itu terjadi umumnya disebabkan karena faktor-faktor ekonomi. Karena itu, pemerintah pusat perlu segera merumuskan konsep yang paling ideal untuk menata komposisi kependudukan di Indonesia.Sementara itu, Kasubdit. Penataan Penyebaran Penduduk Departemen Dalam Negeri, Sri Wahyuni mengatakan saat ini sedang dilakukan pematangan mengenai
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Penataan dan Penyebaran Penduduk di Daerah Perbatasan Antarnegara dan pemantapan Rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pengelolaan Mobilitas penduduk Non-Permanen.
2.2 Bentuk-bentuk Mobilitas Penduduk
Mobilitas tradisional, dimana penduduk melakukan mobilitas atas dasar
untuk memenuhi kebutuhan primer terutama pangan. Aktivitas mobilitas
tradisional merupakan arus desa ke kota yang termasuk dalam pengertina
urbanisasi. Mobilitas pra-modern, yang merupakan transisi drai
mobilitas tradisional menuju mobilitas modern. Dalam hal ini penduduk
mulai melakukan mobilitas dengan tujuan yang lebih luas bukan hanya
sekedar untuk cukuppangan. Aktivitas dari desa ke kota sangat
meningkat disertai dengan mobilitas antar kota dan juga mobilitas dari
kota ke luar kota (pedesaan). Sehingga terjadi dengan apa yang disebut
urbanisasi modern. Penduduk mobilitas atau migrasi dengan tujuanyang
lebih luas termasuk kesenangan dan kenyamanan. Mobilitas modern,
dimana mobiolitas penduduk telah mmelampaui batas-batas Negara dengan
berbgai macam-macam tujuan baik kegiatan perdagangan maupun
berwiraswasta. Mobilitas canggih atau super-modern, dimana mobilitas
dilakukan telah melampaui pengertian berwiraswasta secara wajar yang
dapatt dimasukkan dalam kategori berfoya-foya dengan konsumsi yang
berlebihan, Bentuk mobilitas penduduk dapat dipahami berkaitan dengan
keberhasilan dalam aktivitas ekonomi yang meliputi 2 komponen yaitu
kesempatan kerja (produktifitas) dan pendapatan (atau dana),
keterkaitan antara mobilitas penduduk, pekerjaan dan dana dinyatakan
dalam sebuah model yang tertinggal dibawah; Mobilitas Penduduk
Mobilitas dana dan informasi. Mobilitas kerja dan produktifitas.
Ketiga komponen mobilitas tersebut dapat di pandang sebagai indicator
kualitas kehidupan masyarakat. Contoh kasus Bali, mobilitas penduduk
terutama wisatawan asing mengakibatkan mobilitas dana dan informasi
disertai dengan munculnya berbagai kesempatan kerja. Sehingga dapat
dinyatakan mobilitas penduduk merupakan komponen utama yang menunjang
peningkatan kualitas kehidupan terutama dari segi ekonomi di pulau
Bali. Selanjutnya dinyatakan bahwa kualitas kehidupan masyarakat di
tentukan oleh keterkaitan antara ketiga komponen mobilitas tri tunggal
yang dapat dinyatakan dalam bentuk model berikut: Akhirnya, didasari
pula bahwa ketiga bentuk mobilitas tersebut diatas juga dipengaruhi
oleh berbagai factor maupun tidak langsung, antara lain sifat tekun
dan ulet, serta lebih berani menghadapi resiko.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas Penduduk
Faktor dari sejarah asal yang disebut faktor pendorong seperti adanya
bencana alam, panen gagal, lapangan kerja terbatas, keamanan
terganggu, kurangnya sarana pendidikan. Faktor yang ada di daerah
tujuan yang disebut faktor penarik seperti, tersedianya lapangan
kerja, upah tinggi, tersedia sarana pendidikan kesehatan dan hiburan.
Faktor yang terletak diantara daerah asal dan daerah tujuan yang
disebut penghalang yang termasuk faktor ini misalnya jarak jenis alat
transport dan biaya transport jarak yang tidak jauh dan mudahnya
transportasi mendorog mobilitas penduduk. Yang terdapat pada diri
seseorang disebut faktor individu. Faktor ini sangat mempengaruhi
keinginan seseorang untuk melakukan mobilitas atau tidak. Contoh
faktor individu ini antara lain: umur, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan.
2.4. Mobilitas Penduduk Non Permanen (Sirkuler)
Mobilitas penduduk sirkuler atau mobilitas non permanent adalah gerak
penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada
niatan menetap di daerah tujuan. Sebagai contoh, di Indonesia (menurut
batasan sensus penduduk) mobilitas penduduk sirkuler dapat
didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintas batas propinsi
menuju ke propinsi lain dalam jangka waktu kurang enam bulan. Hal ini
sesuai dengan paradigma geografis yang didasarkan atas konsep ruang
(space) dan waktu (time). Data mobilitas penduduk sirkuler sukar
didapat. Hal ini disebabkan para pelaku mobilitas sirkuler tidak
memberitahu kepergian mereka kepada kantor desa di daerah asal, begitu
juga dengan kedatangan mereka di daerah tujuan. Meskipun deminian,
dengan segala keterbatasan data, mobilitas penduduk Indonesia, baik
permanent maupun nonpermanent (sirkuler) diduga frekuensinya akan
terus meningkat dan semakin lama semakin cepat. Menurut Ananta (1995),
suatu revolusi mobilitas tampaknya juga telah terjadi di Indonesia.
Hal ini dipengaruhi oleh tersedianya prasarana transport dan
komunikasi yang mewadai dan modern.
2.5. Perilaku Mobilitas Penduduk
Perilaku nmobilitas penduduk oleh Ravenstain disebut dengan hukum-
hukum migrasi sebagai berikut:
Para migrant cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan.
Faktor paling dominant yang mempengaruhi seseorang untuk bermigran
adalah situasinya memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan
untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di daerah
tujuan. Daerah tujuan mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place
utility) lebih tinggi disbanding dengan daerah asal. Berita-berita
dari sanak saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah lain
merupakan informasi yang sangat penting bagi orang-orang yang ingin
bermigrasi. Informasi negative dari daerah tujuan mengurangi niat
penduduk (migrant potensial) untuk bermigrasi. Semakin tinggi pengaruh
kekotaan terhadap seseorang, semakin besat tingkat mobilitasnya.
Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frukuensi
mobilitasnya. Para migrant cenderung memilih daerah tempat teman atau
sanak saudara bertempat tinggal di daerah tujuan. Jadi arah dan arus
mobilitas penduduk menuju ke arah asal datangnya informasi. Pola
migrant bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit diperkirakan.
Hal ini karena bnyak dipegaruhi oleh kejadian yang mendadak seperti
bencana alam, peperangan atau epodemi. Penduduk yang masih muda dan
belum kawin lebih banyak melakkan mobilitas dari pada mereka yang
berstatus kawin. Penduduk yang berpendidikan tinggi biasanya lebih
banyak melaksanakan mobilitas dari pada yang berpendidikan rendah.
Setelah para pelaku mobilitas sampai di daerah tujuan (terutama di
kota) beberapa perilaku mereka (terutama sikap mereka terhadap
masyarakat kota) dapat dipostulasikan sebagai berikut: Pada mulanya
para pelaku mobilitas memilih daerah tujuan dimana teman atau sanak
saudara bertempat tinggal di daerah tersebut. Pada masa penyesuaian
diri di kota, para migrant terdahulu membantu mereka dalam menyediakan
tempat menginap, membatu mencari pekerjaan, dan membantu bila
kekurangan uang, dan lain-lain. Kepuasan terhadap kehidupan di
masyarakat baru tergantung pada hubungan social para pelaku hubungan
social para pelaku mobilitas dengan masyarakat tersebut. Kepuasan
terhadap kehidupan di kota tergantung pada kemampuan perseorangan
untuk mendapatkan pekerjaan dan adanya kesempatan bagi anak-anak untuk
berkembang. Setelah menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, para
pelaku mobilitas pindah ke tempat tinggal dan memilih daerah tempat
tinggal dipengrahi oleh daerah tempat bekerja. Keinginan untuk kembali
ke daerah asal adalah fungsi kepuasan mereka dengan kehidupan di kota.
Mereka tidak enggan bertempat tinggal pada tempat dengan kondisi yang
serba kurang asal dapat memperoleh kesempatan ekonomi yang tinggi.
Kehidupan masyarakat di kota adalah sedemikian rupa; hal ini
menyebabkan para migrant cepat belajar untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi. Perilaku migrant adalah perilaku diantara
orang kota dan orang desa. Walaupun seorang migrant telah bertempat
tinggal di daerah asal (umumnya tempat kelahiran) tetap enjadi “home”
yang pertama dan tinggal di daerah lain sebagai “home” yang ke dua.
Jadi seorang migrant adalah bi local population.
2.6. Sumber Data Mobilitas Penduduk dan Analisis
Pada umumnya ada tida sumber data mobilitas penduduk yaitu: Sensus
penduduk, registrasi penduduk dan survey penduduk. Data kependudukan
yang didapat dari hasil registrasi penduduk kurang dapat dipercaya.
Misalnya penduduk yang meninggalkan desanya seharusnya melapor
kepergiannya kepada kepalada desa, tepai karena letak kantor desa jauh
dari tempat tinggal orang tersebut, ia tidak melaporkan kepergiannya.
Disamping itu dengan membaiknya situasi keamanan, para petugas
keamanan tidak pernah menanyakan surat keterangan jalan bagi yang
bepergian, begitu pula bagi yangdatang di suatu daerah. Diantara
ketiga sumber data mobilitas penduduk data yang didapat dari sensus
penduduk dan survey penduduk yang paling lengkap, hanya kelemahannya
data yang didapat dari sensus penduduk hanya meliputi mobilitas
penduduk yang bersifat permanent saja. Dan hasil registrasi penduduk
dan survey penduduk diperoleh data baik mobilitass permanent maupun
nonpermanent, hanya kelemahannya tidak semua mobilitas penduduk dapat
dicatat. Sumber data penduduk beserta permasalahannya: Sensus
Penduduk. Di Indonesia pelaksanaan sensus penduduk sebelum tahun 2000
dinagi menjadi dua yaitu sensus lengkap dan sensus sample. Sensus
lengkap adalah pencacahan seluruh penduduk dengan responden kepala
rumah tangga. Responden ini memberikan informasi mengenai karateristik
demografi anggota rumah tangganya. Pertanyaan yang diajukan sangat
sederhana. Sebagi contoh, pertanyaan yang diajukan pada sensus
penduduk tahun 1990 untuk sensus lengkap adalah sebagai berikut: Nama
–nama anggota rumah tangga dan masing-masing dari mereka ditanyakan
melalui: Hubungan dengan kepala rumah tangga. Umur (tahun) Jenis
kelamin. Status Perkawinan (BPS, 1989). Untuk hal-hal yang spesifik,
misalnya ketenaga kerjaan kesehata, pendidikan, ekonomi, pertanian,
dan mobilitas penduduk ditanyakan dalam sensus sample. Pencacahan
sample yaitu pencacahan penduduk yang tinggal dalam rumah tangga
terpilih. Untuk pencacahan sample telah dipilih sejumlah wilayah,
kemudian dari wilayah tersebut dipilih dari sejumlah rumah tangga
(BPS, 1989). Tidak banyak informasi mengenai mobilitas penduduk yang
dapat diperoleh dari sensus penduduk. Hal in dapat dimengerti
mengingat tujuan dari sensus adalah untuk mengumpulkan informasi yang
bersifat umum mengenai keadaan social ekonomi dan demografi penduduk
di suatu Negara. Tidak dapat tempat yang tersedia dalam questioner.
Untuk menanyakan aspek tertentu secara medalam. Walaupun ada
kelemahan-kelemahan, menurut Sundrum (1976), data migrasi penduduk
dari hasil sensus penduduk tahun 1971 merupakan data migrasi terbaik
di Asia. Registrasi Penduduk. Registrasi penduduk mencatat kejadian-
kejadian (events) kependudukan yang terjadi pada setiap saat, misalnya
kelahiran, kematian, mobilitas penduduk keluar, dan mobilitas penduduk
masuk, baik itu permanent maupun non permanent catatan mobilitas
permanent lebih lengkap dibanding dengan mobilitas penduduk non
permanent. Orang-orang yang pindah domisili harus mempunyai surat
pindah dari daerah asal. Selanjutnya disampaikan pada kantor
kelurahan/desa dimana mereka akan menetap. Pada waktu situasi keamanan
terganggu seperti pada peristiwa Gerakan Tiga Puluh September PKI
(G.30.S PKI), seseorang yang bepergian ke daerah lain, melapor ke
kantor kepala desa untuk meminta surat keterangan perjalanan dan dalam
surat itu dicantumkan bahwa yang membawa surat ini tidak terlibat
dalma G.30.S PKI. Di Indonesia sejak tahun 2003 diadakan penataan
administrasi kependudukan diantaranya penertiban terhadap migrant
permanent dan nonpermanent yang dating dan catat dengan resmi dan
sangat kecil kemungkinannya terjadi kelewat cacah, atau tercacah lebih
dari satu kali. Survei Penduduk. Data mobilitas penduduk juga
didapatkan dari penelitian survey yang dilaksanakan di suatu wilayah.
Mislnya survey ini lebih bervariasi daripada data yang didapat dari
sensus penduduk dan registrasi penduduk. Umumnya penelitian mobilitas
penduduk yang dilaksanakan oleh instansi, lembaga tertentu atau
perseorangan berskala mikro. Biasanya yang diteliti aspek-aspek
ekonomi, proses dan dampak mobilitas terhadap tingkat ekonomi rumah
tangga daerah asal
BAB III
Penutup