makalah kimling tentang sampah

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah adalah barang buangan. Sampah merupakan materi sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang merupakan konsep buatan manusia. Seiring dengan semakin tingginya populasi manusia, maka produksi sampah juga akan semakin tinggi. Sampah sebagai materi sisa jelas sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak memiliki nilai ekonomi, sedangkan kesadaran masyarakat sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya juga masih rendah. Masalah lainnya dari sampah adalah penanganan sampah. (www.sukadi.net/2011/11/sampah-dan-permasalahan-kita- semua.html). Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada negara kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada ruang lingkup yang besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun faktor individu sangat berpengaruh dalam hal ini. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Kota metropolitan lebih

Upload: unsyiah

Post on 27-Feb-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampah adalah barang buangan. Sampah merupakan

materi sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

suatu proses yang merupakan konsep buatan manusia.

Seiring dengan semakin tingginya populasi manusia, maka

produksi sampah juga akan semakin tinggi. Sampah sebagai

materi sisa jelas sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak

memiliki nilai ekonomi, sedangkan kesadaran masyarakat

sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya juga masih

rendah. Masalah lainnya dari sampah adalah penanganan

sampah. (www.sukadi.net/2011/11/sampah-dan-permasalahan-kita-

semua.html).

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas

manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan

sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan

tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita

gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah,

sangat tergantung dari jenis material yang kita

konsumsi. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang

ada pada negara kita. Mulai dari lingkungan terkecil

sampai kepada ruang lingkup yang besar. Banyak hal yang

menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun

faktor individu sangat berpengaruh dalam hal ini.

Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat

berpengaruh pada volume sampah. Kota metropolitan lebih

banyak menghasilkan sampah dibandingkan dengan kota

sedang atau kecil. Pada umumnya, sebagian besar sampah

yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah,

yaitu mencakup 60%-70% dari total volume sampah. Oleh

karena itu pengelolaan sampah yang terdesentralisisasi

sangat membantu dalam meminimasi sampah yang harus

dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya

pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin

dengan sumbernya

(http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

1) apa sajakah dampak yang ditimbulkan dari masalah

sampah?

2) Bagaimanakah cara mengelola sampah yang baik dan

benar?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini secara umum

adalah untuk mengetahui apa sajakah dampak yang

ditimbulkan oleh penumpukan sampah dan cara-cara

mengelola serta mengolah sampah.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut:

1) Bagi masyarakat; memberikan informasi dan

meningkatkan kesadaran akan pentingnya untuk

tidak membuang sampah pada sembarang tempat serta

menjaga lingkungan bebas sampah dan menjadikan

lingkungan asri, sehat, dan nyaman.

2) Bagi penulis; memberikan pengetahuan akan

pentingnya menjaga lingkungan bebas dari sampah.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Sampah

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau

dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam

yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah adalah semua

material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga,

perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah

yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat

perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak

berbahaya (non hazardous).  Sampah adalah bagian dari

sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu

yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan

yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri),

tetapi bukan yang biologis. Sampah dapat dibagi atas

beberapa berdasarkan sumber, sifat/komposisinya, dan

bentuknya (http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah).

Gambar 2.1 Sampah (sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah).

2.2. Berdasarkan sumbernya, sampah dibedakan atas empat,

yaitu:

1) sampah alam, yaitu sampah yang diproduksi di

kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur

ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di

hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan

liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah,

misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

2) Sampah manusia, adalah istilah yang biasa digunakan

terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti

feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya

serius bagi kesehatan karena dapat digunakan

sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang

disebabkan virus dan bakteri. Salah satu

perkembangan utama pada dialektika manusia adalah

pengurangan penularan penyakit melalui sampah

manusia dengan cara hidup yang higienis dan

sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan

teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia

dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui

sistem urinoir tanpa air.

3) Sampah konsumsi, yaitu sampah yang dihasilkan oleh

(manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah

sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini

adalah sampah yang umum dipikirkan manusia.

Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun

masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah

yang dihasilkan dari proses pertambangan dan

industri.

4) Limbah radioaktif, merupakan Sampah nuklir

merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir

yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat

berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia.

Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-

tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan

aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas

tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun

kadang masih dilakukan).

Berdasarkan komposisi dan sifatnya, sampah

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1)  Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk

seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan

sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut

menjadi kompos.

2)  Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah

membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan,

kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman,

kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat

dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku

dijual untuk dijadikan produk lainnya.  Beberapa

sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik

wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas

minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas

koran, HVS, maupun karton. Di negara-negara

berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah

organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik

sebesar ± 30%.

Sementara itu, berdasarkan bentuknya, sampah

dibedakan atas dua, yaitu:

1) Sampah padat, yaitu segala bahan buangan selain

kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat

berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah

kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.

2) Sampah cair (limbah), yaitu Sampah cair adalah

bahan cairan yang telah digunakan dan tidak

diperlukan kembali dan dibuang ke tempat

pembuangan sampah. Sampah cair dibagi atas dua,

yaitu:

- Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari

toilet. Sampah ini mengandung patogen yang

berbahaya.

- Limbah rumah tangga: sampah cair yang

dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat

cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

2.2. Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Sampah

Sampah merupakan hasil sampingan dari kegiatan

manusia sehari-hari. Jumlah sampah yang semakin besar

memerlukan pengelolaan yang harus dilakukan secara

bertanggung jawab. Selama tahapan penanganan sampah

banyak kegiatan dan fasilitas yang bila tidak

dilakukan/disediakan dengan benar akan menimbulkan

dampak yang berpotensi mengganggu lingkungan

(http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-

ditimbulkan-akibat-masalah-sampah/).

Berikut ini merupakan dampak yang ditimbulkan

akibat masalah sampah, antara lain:

2.2.1. Perkembangan faktor penyakit

Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal

bagi pertumbuhan faktor penyakit terutama lalat dan

tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia

sisa makanan dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan

Sementara/Container juga merupakan tempat berkembangnya

faktor tersebut karena alasan yang sama. Sudah tentu ini

akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan

sekitarnya. Faktor penyakit terutama lalat sangat

potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutama

disebabkan oleh frekuensi penutupan sampah yang tidak

dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat

dari telur menjadi larva telah berlangsung sebelum

penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya

dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA

(http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-

ditimbulk-anakibat-masalah-sampah/).

2.2.2. Pencemaran Udara

Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut

merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek

buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman,

perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah

seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan

terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan

sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap

yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi

lingkungan sekitarnya. Sarana pengangkutan yang tidak

tertutup dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan

masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui.

Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan

zat pencemar ke udara dari hasil pembuangan sampah yang

tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SOx, NOx,

hidrokarbon, HCl, dan lain-lain. Proses dekomposisi

sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam

hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4,

H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu

komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya

pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap

kesehatan manusia di sekitarnya. Pembongkaran sampah

dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan

berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga

sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah

dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis.

Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap

di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang tidak

dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di

TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara

sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar

dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan

sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu

daerah sekitarnya

(http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-

ditimbulkan-akibat-masalah-sampah/).

2.2.3. Pencemaran Air

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka

sangat potensial menghasilkan lumpur terutama pada saat

turun hujan. Aliran lumpur ke saluran atau tanah

sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran.

Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah

dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi

lumpur yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial

untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di

sekitarnya. Lumpur yang timbul di TPA sangat mungkin

mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan

dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya.

Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran

air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan

terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak

pada elevasi yang lebih rendah. Pencemaran air juga

dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum

memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima.

Karakteristik pencemar lumpur yang sangat besar akan

sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama

air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan

oksigen terlarut sehingga mematikan biota yang ada

(www.simpuldemokrasi.com/.../1451-sampah-dan-persoalannya.html).

2.2.4. Pencemaran Tanah

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik

misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan

secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat

mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik

dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3).

Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang

sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari

lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat

berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia

dan lingkungan sekitarnya.

2.2.5. Gangguan Estetika

Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan

menimbulkan kesan pandangan yang sangat buruk sehingga

mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini

dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga

lahan pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan

pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat

mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak

segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan.

Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan

pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak

dilengkapi dengan penutup yang memadai. Di TPA ceceran

sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang

tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut.

Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan maupun

ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi

estetika lingkungan sekitarnya. Sarana pengumpulan dan

pengangkutan yang tidak terawat dengan baik merupakan

sumber pandangan yang tidak baik bagi daerah yang

dilalui. Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran

sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik,

aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang

sedang dioperasikan. (mbojo.wordpress.com/2007/08/10/sampah-

dan-permasalahannya/)

2.2.6. Kemacetan Lalu lintas

Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan

sampah yang biasanya berdekatan dengan sumber potensial

seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan

bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan

terhadap arus lalu lintas. Arus lalu lintas angkutan

sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer

station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan

berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama

bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk

mengantisipasinya. Arus kendaraan pengangkut sampah

masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan berpotensi

menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya

terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada

TPA besar dengan frekuensi kedatangan truck yang tinggi

sering menimbulkan kemacetan pada jam puncak terutama

bila TPA terletak berdekatan dengan jalan umum.

2.2.7. Gangguan Kebisingan

Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat /

truck timbul dari mesin-mesin, bunyi rem, gerakan bongkar

muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu

daerah-daerah sensitif di sekitarnya. Di instalasi

pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan

truk sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan

(tertutama bila digunakan mesin pencacah sampah atau

shredder). Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat

lalu lintas kendaraan pengangkut sampah menuju dan

meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat yang ada.

2.2.8. Dampak Sosial

Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang

dengan adanya pembangunan tempat pembuangan sampah di

dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan

sikap menentang dari masyarakat dan munculnya keresahan.

Sikap menentang ini secara rasional akan terus meningkat

seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup

mereka, sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan

dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untuk

menghindarinya (http://www.jala-sampah.or.id/index.htm).

2.3. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan,

pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau

pembuangan dari material sampah. Hal ini biasanya

mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari

kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi

dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan.

Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan

sumber daya alam. Pengelolaan sampah merupakan proses

yang diperlukan dengan dua tujuan, yaitu mengubah sampah

menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan

mengolah sampah agar menjadi material yang tidak

membahayakan bagi lingkungan hidup.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah).

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah

yang berbeda dalam penggunaannya, antara negara-negara

atau daerah. Beberapa yang paling umum, antara lain:

1) Hirarki Sampah, hirarki limbah merujuk kepada "3M"

mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah dan

daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi

pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari

segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap

menjadi dasar dari sebagian besar strategi

minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah

untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-

produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah

minimum limbah.

2) Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah /

Extended Producer Responsibility (EPR). (EPR)

adalah suatu strategi yang dirancang untuk

mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan

dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup

ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab

produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan

akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan

kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti

perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau

menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas

produk mereka setelah kehidupan serta selama

manufaktur.

3) prinsip pengotor membayar. Prinsip pengotor

membayar adalah prinsip di mana pihak pencemar

membayar dampak akibatnya ke lingkungan.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam

pengelolaan sampah, antara lain sebagai berikut:

2.3.1 Metode Pembuangan (Penimbunan Darat)

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk

menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah

metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya

dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas

pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah situs

penimbunan darat yg di desain dan di kelola dengan baik

akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan

murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan

tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai

masalah lingkungan, diantaranya angin berbau sampah ,

menarik berkumpulnya hama, dan adanya genangan air

sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan

dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. Karakter

desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya

adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan

tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya

dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya,

dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus).

Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi

gas yang terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas

yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat

penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau dibakar

di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik

(hasanbasri.wetpaint.com/page/Solusi+Penyelesaian+Sampah).

2.3.2. Metode Daur Ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai

dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur

ulang. Ada beberapa cara daur ulang, antara lain:

1) Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini paling populer dari daur ulang, yaitu

mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang

, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali

untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari

sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak

sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang

sudah tercampur. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah

kaleng minum aluminum, kaleng baja makanan/minuman,

Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran,

majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC,

LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.

2) Pengolahan Biologis

Material sampah organik, seperti zat tanaman, sisa

makanan atau kertas, bisa diolah dengan menggunakan

proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan

istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa

digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa

digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari

pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan

adalah Green Bin Program (program tong hijau) di

Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga,

seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di

kantong khusus untuk di komposkan.

3) Pemulihan Energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa

diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar,

atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya

menjadi bahan bakar tipe lain.

2.3.4. Produksi Bersih dan Prinsip 4R

Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah

satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang

bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-

produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara

keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-

limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis.

Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam

keseharian misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R yaitu:

1) Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan

minimalisasi barang atau material yang kita

pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan

material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

2) Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah

barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari

pemakaian barang-barang yang disposable (sekali

pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu

pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

3) Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-

barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur

ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun

saat ini sudah banyak industri non-formal dan

industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah

menjadi barang lain.

4) Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai

sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa

dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan

lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai

barang-barang yang lebih ramah lingkungan,

Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan

keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan

styrofoam karena kedua bahan ini tidka bisa

didegradasi secara alami

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah).

BAB IIIKESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa:

Sampah adalah barang buangan. Sampah adalah materi

sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

proses yang merupakan konsep buatan manusia. Seiring

dengan semakin tingginya populasi manusia, maka produksi

sampah juga akan semakin tinggi. Secara umum pembuangan

sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan

akan dapat mengakibatkan tempat berkembang dan sarang

dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan

pencemaran tanah, air dan udara, menjadi sumber dan

tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan,

menyebabkan banjir, longsor tumpukan sampah, gangguan

estetika, dan kemacetan lalulintas. Ada beberapa metode

yang digunakan dalam pengelolaan sampah, antara lain

metode pembuangan (penimbunan darat), metode daur ulang

yang meliputi pengolahan kembali secara fisik,

pengolahan biologis, dan pemulihan energi, dan metode

produk bersih serta penerapan prinsip 4R. Prinsip 4R

terdiri atas Reduce (Mengurangi), Reuse (Memakai

kembali), Recycle (Mendaur ulang), dan Replace

(Mengganti). Dari pengelolaan sampah yang dilakukan

dengan baik dapat diperoleh beberapa manfaat, antara

lain: menghemat sumber daya alam, menghemat energi,

mengurangi uang belanja, menghemat lahan TPA, dan

lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman).

DAFTAR PUSTAKA

Annas,N. 2011. Sampah dan Permasalahannya. (http://nas-annas.blogspot.com/2011/01/sampah-permasalahannya.html). Diakses tanggal 12November 2011.

Anonimous. 2011. Pengelolaan Sampah.(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah). Diakses tanggal 12 November 2011.

Anonimous. 2011. Sampah.(http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah). Diaksestanggal 12 November 2011.

Assyakur,R.A. 2007. Sampah dan Permasalahannya.(http://mbojo.wordpress.com/2007/08/10/sampah-dan-permasalahannya/). Diakses tanggal 12November 2011.

Hasanbasri. 2011. Solusi Penyelesaian Sampah.(http://hasanbasri.wetpaint.com/page/Solusi+Penyelesaian+Sampah). Diakses tanggal 12 November2011.

Jala. 2011. Sampah.(http://www.jala-sampah.or.id/index.htm).Diakses tanggal 12 November 2011.

Sukadi.2011. Sampah dan Permasalahan Kita Semua.(www.sukadi.net/2011/11/sampah-dan-permasalahan-kita-semua.html). Diakses tanggal 12 November2011.

Unlastnoel. 2009. Dampak Lingkungan Yang Timbul Akibat MasalahSampah.(http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-ditimbulkan-akibat-masalah-sampah/). Diakses tanggal 12 November 2011.

Walhi. 2011. Kampaye Cemar sampah.(http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/). Diakses tanggal 12 November2011.