makalah bahasa indonesia

48
MAKALAH MATA KULIAH BAHASA INDONESIA TATA KALIMAT OLEH : NAMA : PRYSON SIMANJUNTAK NIM : D1A014140 KELAS : H

Upload: independent

Post on 27-Feb-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAHMATA KULIAH BAHASA INDONESIA

TATA KALIMAT

OLEH :

NAMA : PRYSON SIMANJUNTAK

NIM : D1A014140

KELAS : H

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

Kata Pengantar

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.

Adapun judul dari makalah ini adalah “Tata Kalimat”.

            Makalah ini merupakan salah satu tugas yangharus saya selesaikan dalam rangka memenuhi tugas matakuliah bahasa Indonesia. Penyusun menyadari bahwamakalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masihmemiliki banyak kekurangan, baik dalam hasil maupunsistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,saya sangat mengharapkan kritik dan saran yangmembangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnyasemoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulisdan pembaca.

Jambi, Januari 2015

                                                        

                                                        

                  

                                                                                                                                                                                                                

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

…......................................................

.............................. ii

DAFTAR ISI

…......................................................

............................................ iii

BAB I             PENDAHULUAN

…......................................................

............ 4

1.1  Latar Belakang Masalah

…......................................................

.... 4

1.2   Rumusan Masalah

…......................................................

............ 5

1.3   Tujuan Penulisan

…......................................................

............... 6

1.4   Metode Pengumpulan Data

….....................................................

6

1.5   Manfaat Penulisan

…......................................................

............. 6

BAB II            PEMBAHASAN

…......................................................

...............  8

2.1  Pengertian Kalimat

…......................................................

.................. 8

2.2  Alat-Alat Kalimat

…......................................................

.................... 9

2.3   Pola Kalimat Dasar

…......................................................

................ 13

2.4   Jenis Kalimat Menurut Pengucapannya

…....................................... 14

2.5   Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya

….......................... 15

2.6   Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya)

….............. 19

2.7   Jenis Kalimatnya Menurut Fungsinya

…......................................... 21

2.8   Jenis Kalimat Berdasarkan Unsurnya

….......................................... 23

2.9   Jenis Kalimat Berdasarkan Susunan S-P

…..................................... 24

2.10 Jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya

…........................................ 25

2.11 Kalimat Efektif

…......................................................

..................... 27

BAB III          PENUTUP

…......................................................

........................ 30

1.      Kesimpulan

…......................................................

............................. 30

2.       Saran

…......................................................

...................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

…......................................................

.............................. 32

Bab I

PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang            Menurut Anton M. Moeliono, berbahasa

Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan

pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya

dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang

betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus

memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungsi :

(1) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa

dengan mengatasi batas-batas kedaerahan;

(2) fungsi penanda kepribadian yang menyatakan

identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain;

(3) fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan

yang terpelajar; dan

(4) fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat

tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.

Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian

erat dengan tiga macam batin penutur bahasa sebagai

berikut :

(1) fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda

kepribadian bangsa membangkitkan kesetiaan orang

terhadap bahasa itu;

(2) fungsinya pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap

kebangsaan orang karena mampu beragam bahasa itu; dan

(3) fungsi sebagai kerangka acuan berhubungan dengan

kesadaran orang akan adanya aturan yang baku layak

dipatuhi agar ia jangan terkena sanksi sosial.

            Berdasarkan paparan di atas maka dapat

disimpulkan, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar

adalah menggunakan bahasa Indonesia yang memenuhi norma

baik dan benar. Norma yang dimaksud adalah “ketentuan”

bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa, ejaan, kalimat,

dsb.

           

            Sehingga studi kalimat dianggap sangat

penting dilakukan untuk mencapai kemahiran berbahasa

atau mengarang. Unsur terkecil dalam berbahasa sehari-

hari adalah kalimat bukan kata-kata. Kata-kata hanya,

menjadi unsur dalam kalimat. Kalau pada suatu waktu

waktu pemakai bahasa berurusan dengan aneka bentuk kata

maka hal ini dilakukan karena berkaitan dengan proses

pembentukan kalimat. Dengan kalimat-kalimatlah kita

melakukan kegiatan tukar-menukar pikiran dengan orang

lain.

            Bahasa yang baik, benar, dan tepat pada

hakikatnya terwujud pada pembentukan atau pemakaian

kalimat. Kita yang ingin mahir berbahasa (mengarang)

hendaknya terlebih dahulu memiliki kecakapan menentukan

ujaran (bentuk ketatabahasaan) yang berkriteria kalimat

dan yang bukan kalimat. Kemampuan mengenal dan

menggunakan berbagai ragam kalimat yang ada dalam

bahasa patut dimiliki.        

            Oleh karena itu, untuk meningkatkan

kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar,

makalah ini disusun dengan mengangkat tema tentang tata

kalimat. Makalah ini akan membahas pengertian kalimat,

alat-alat dan unsur-unsurnya, serta jenis-jenis

kalimat.

1.2 Rumusan masalah1.  Apakah yang disebut dengan kalimat?

2.  Sebutkan unsur-unsur dalam kalimat!

3.  Sebutkan pola-pola kalimat dasar! Berikan contoh-

contohnya!

4. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut pengucapannya!

Berikan contoh-contohnya!

5. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut struktur

gramatikalnya! Berikan contoh-contohnya!

6. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut bentuk gayanya

(retorikanya)!Berikan contoh-contohnya!

7. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut fungsinya!

Berikan contoh-contohnya!

8. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut unsurnya!

Berikan contoh-contohnya!

9. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut susunan S-Pnya!

Berikan contoh-contohnya!

10. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut subjeknya!

Berikan contoh-contohnya!

11. Apakah yang disebut dengan kalimat efektif?Berikan

contohnya!

12. Sebutkan ciri-ciri khas kalimat efektif! Jelaskan!

5.      1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan instruksional umum:

            Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa

memiliki kemampuan dalam memahami tata kalimat dalam

bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

1.3.2 Tujuan instruksional khusus:

            Setelah menyelesaikan makalah ini,

mahasiswa diharapakan mampu:

a. menjelaskan pengertian kalimat.

b. memahami dan mampu menyebutkan pola-pola kalimat

dasar serta memberikan contohnya.

c. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat

menurut struktur gramatikalnya serta memberikan

contohnya.

d. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat

menurut bentuk gayanya (retorikanya) serta memebrikan

contohnya.

e. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat

menurut fungsinya serta memberikan contohnya.

f. memahami dan mampu menjelaskan tentang kalimat

efektif serta memberikan contohnya.

 1.4 Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan

metode telaah pustaka dengan mengumpulkan data-data

dari berbagai buku-buku yang berkaitan dengan

pembahasan tata kalimat. Dilengkapi pula dengan

browsing internet, untuk menambah data-data dalam

makalah ini.

            1.5 Manfaat Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini

adalah:

1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya berbahasa

sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang baik dan

benar.

2. Meningkatkan pemahaman tentang tata kalimat dalam

bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3. Meningkatkan kemampuan menyusun kalimat sesuai

dengan aturan ketatabahasaan yang baik dan benar.

4. Memahami dengan baik penggunaan kalimat efektif

dalam pengucapan kalimat sehari-hari dan dalam

penulisan.

5. Menciptakan kesetiaan untuk senantiasa menggunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan

sehari-hari.

Bab II

PEMBAHASAN

2.10          Pengertian Kalimat            Kalimat memiliki beberapa pengertian,

diantaranya:

1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud

lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang

utuh. Dalam kalimat, sekurang-kurangnya terdiri dari

subjek dan predikat.

2. Kalimat adalah gabungan dari duah buah kata atau

lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola

intonasi akhir.

3. Cook, Elson dan Picket berpendapat bahwa kalimat

adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri

sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari

klausa.

4. Ramlan berpendapat bahwa kalimat adalah satuan

gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang

disertai nada akhir naik atau turun.

5. Lado berpendapat bahwa kalimat adalah satuan

terkecil dariekspresi lengkap. 

           

            Kalimat dapat dibagi-bagi berdasarkan jenis

dan fungsinya, retorikanya, gramatikalnya. Contohnya

seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat

aktif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain

sebagainya.

            Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan

maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat

(P). Kalau tidak memiliki unsir subjek dan unsur

predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata

yang seperti itu hanya  dapat disebut sebagai frasa.

Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.

            Kalimat adalah satuan bahasa terkecil,

dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan

pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan

dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda,

dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan

berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan

diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya (?) dan

tanda seru (!).

            Setiap kalimat memiliki unsur penyusun

kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan

membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur

inti kalimat antara lain SPOK :

- Subjek (S)

Adalah unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja

dalam suatu kalimat.

- Predikat (P)

Adalah sebagai unsur kata kerja.

- Objek (O)

adalah unsur yang dikenai kerja oleh subjek.

- Keterangan (K)

Dapat berupa keterangan waktu atau tempat selama

kejadian.

-Pelengkap

Adalah unsur yang melengkapi kalimat yang tak berobjek.

Contoh :

Gadis berkulit putih itu menyanyikan lagu didepan kelas

dengan bagus. 

               S                             

P              O             K                     Pel

Ayah membaca koran di teras belakang.     S           P          O               K

2.11           Alat-alat Kalimat            Ada empat pokok yang perlu mendapat

perhatian dalam pembentukan kalimat. Keempat hal

tersebut dalam bahan kuliah ini disebut alat-alat

kalimat. Alat-alat tersebut yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

i) Pola urutan kata

            Setiap pemakai bahasa tidak boleh seenaknya

saja menempatkan kata, melainkan ia harus mengikuti

tata urutan tertentu. Perubahan urutan kata dapat

merubah makna kalimat, bahkan dapat menghilangkan

makana arti sama sekali.     Kalimat yang sekurang-

kurangnya berdiri atas dua unsur kata, harus diurut

menurut pola urutan tertentu yang dibenarkan oleh

kaidah bahasa indonesia. Dalam bahasa Indonesia, kita

mengenal pola urutan diterangkan dan menerangkan (DM) dan

kadang-kadang ditemukan pola susunan menerangkan

diterangkan (MD). Seperti contoh berikut. Tanda asterik

atau tanda bintang (*) didepan kalimat menandakan bahwa

kalimat yang dimaksud tidak gramatikal.

1) Dia mengunjungi temannya dengan tergesa-gesa di

tempat itu.

2) Di tempat itu dia mengunjungi temannya dengan

tergesa-gesa.

3) Dengan tergesa-gesa, dia mengunjungi temannya di

tempat itu.

4) Di tempat itu dengan tergesa-gesa dia mengunjungi

temannya.

5) Dia mengunjungi di tempat itu dengan tergesa-gesa

temannya.

6) Dia temannya mengunjungi di tempat itu dengan

tergesa-gesa.

7)  Dia di tempat itu mengunjungi dengan tergesa-gesa

temannya.

8) Temannya dia dengan tergesa-gesa di tempat itu

mengunjungi.

            Kalimat 1), 2), 3), dan 4) masih

gramatikal. Maknanya masih jelas karena pengurutanya

masih mengikuti kaidah atau pola urutan yang dibenarkan

oleh kaidah bahasa Indonesia. Predikat berupa kata

kerja aktif transitif harus selalu diikuti dengan

obyek. Lain halnya dengan kalimat 5), 6), 7), dan 8)

predikat aktif transitif diikuti dengan obyek dan

keterangan.

            Perubahan struktur sebuah kalimat dapat

dilakukahn dalam batas-batas tertentu tanpa melanggar

atau merusak satuan-satuan fungsionalnya. Satuan

fungsional (S), (P), maupun (K) harus tetap sekelompok.

Perlu kita ingat, bahwa struktur fungsional yang

dibenarkan dalam bahasa Indonesia hanyalah S/P/O/K,

K/S/P/O, S/K/P/O, P/S, atau P/O/S. selain ini semua

pola lain belun dilazimkan atau tidak dibenarkan.

Perhatikan contoh berikut ini:

Dia menanam padi di sawah. (S/P/O/K).

Di sawah dia menanam padi. (K/S/P/O).

Dia di sawah menanam padi. (S/K/P/O).

Menanam dia. (P/O)

Menanam padi di sawah. (P/O/S/K)

ii) Bentuk Kata

            Dalam menyusun kalimat harus diperhatikan

bentuk katayang terdapat dalam Bahasa Indonesia. Bentuk

kata dalam Bahasa Indonesia terdiri atas bentuk dasar/

kata dasar atau kata turunan berupa kata berimbuhan,

kata majemuk, dan kata berulang. Perbedaan bentuk kata

dalam kalimat dapat mengubah makna struktural kalimat.

Perhatikan bentuk-bentuk berikut:

baca, membaca, dan dibaca dalam kalimat:

Saya membaca buku itu.

Saya baca buku itu.

Buku itu saya baca.

Buku itu dibacanya.

Berjalan dan berjalan-jalan dalam kalimat:

Ia berjalan menelusuri pantai.

Banyak orang berjalan-jalan menelusuri pantai.

Duduk dan duduk-duduk dalam kalimat:

Ia duduk seorang diri.

Duduk-duduk saja sejak tadi.

Bandingkan pula bentuk berikut:

Ali memiliki tangga itu.

Ali menaikkan tangga itu.

Ali tulis surat.(kalimat tidak baku)

Ali menulis surat.(kalimat baku)

iii) Intonasi Dan Tanda Baca

            Intonasi dipakai atau dipergunakan dalam

bahasa lisan, sedangkan dalam bahasa tulisan

menggunakan tanda baca. Intonasi dapat menandai batas

satuan kalimat dan membedakan makna struktural dalam

rangkaian bunyi. Dengan intonasi kita dapat mengetahui

apakah kita menghadapi pertanyaan, perintah, larangan

dan sebagainya. Unsur intonasi bekerja bersama-sama

dalam dalam mengeemukakan makna struktural sebuah

kalimat. Dalam tulisan sistem perbedaan diatas hanya

dapat dinyatakan dengan kurang sempurna dengan berbagai

tanda baca, seperti huruf besar, huruf miring, tanda

koma, tanda titik, tanda titik dua, tanda titik koma,

tanda kutip, tanda tanya, dan tanda lain-lain.

Bandingkan kalimat berikut:

Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.

Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.

Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.

Anak-anak sudah bangun.

Anak-anak sudah bangun?

Anak-anak, bangun!

iv) Kata-kata Tugas

            Kata tugas merupakan suatu unsur yang perlu

diperhatikan dalam menyusun kalimat. Kata tugas dapat

menentukan makna kalimat secara struktural, karena

adanya kata tugas dapat melahirkan makna berbeda dengan

kata yang tidak diberi kata tugas.

            Kata tugas dalam bahasa Indonesia jumlahnya

terbatas dan pada umumnya tidak dapat diberi imbuhan,

tidak bermakna laksikal, dan tidak bertambah jumlah

anggotanya. Kata tugas mengungkapkan bermacam-macam

hubungan makna antara lain hubungan penugasan,

pembatasan, pemillihan, persyaratan, perlawanan dan

lain-lain. Kata tugas juga dapat menjadi penanda jenis

kata lain dan banyak berperan dalam proses penggabungan

bagian-bagian kalimat.

            Kata-kata dalam bahasa indonesia dapat

diklasifikasi atas kata benda (KB), kata kerja(KK),

kata sifat (KS), dan kata tugas. Jadi kata-kata yang

tidak tergolong dalam KB, KK, KS, adalah kata tugas,

terdiri atas:

Kata tugas pengantar kata benda

Misalnya: di, pada, tentang dsb.

Kata tugas pengantar kata kerja.

Misalnya: akan, hendak, ingin dsb.

Kata tugas pengantar kata sifat.

Misalnya: amat, sangat, paling dsb.

Kata tugas pengantar transformasi.

Misalnya: dan, atau, lalu dsb.

kata tugas berupa partikel.

Misalnya: lah, kah, tah, dan pun.

Bandingkan:  Saya pergi.

Saya akan pergi.

Udara sejuk.

Udara sangat sejuk.

Makan!

Makanlah!

2.12         Pola Kalimat DasarBerdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar

dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1.Pola kalimat ”verbal”. Terdiri dari : Kata Benda +

Kata Kerja (KB + KK)

Contoh :

Adik menangis.

Anjing dipukul.

Guru mengajar.

2. Pola kalimat ”atributif”. Terdiri dari : Kata benda

+ kata Sifat (KB + KS) 

Contoh :

Murid itu pintar.

Anak malas.

Gunung tinggi.

3. Pola kalimat yang terdiri dari ; KB + KBil

contoh : Harga tas itu empat puluh ribu rupiah.

4. Pola kalimat yang terdiri dari : KB + (KD + KB)

contoh : Alya tinggal di Surabaya.

5. Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2

contoh : Dia memakan roti.

6.Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2 + KB3

contoh : Pak Huda membelikan saya buku.

7. Pola kalimat nominal atau kalimat ekuasional.

Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti:

adalah, menjadi, merupakan. Terdiri dari : Kata benda I

+ Kata benda II  (KB1 + KB2)

Contoh :

Mereka polisi.

Bapak pengarang.

Paman Guru.

           Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat

diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula

pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat

menjadi luas dan kompleks.

Catatan :

S        = Subjek

P        = Predikat

O        =  Objek

K       =  Keterangan

Pel.    =  Pelengkap

KB    =  Kata benda (nomina)

KK    =  Kata kerja (verba)

KS     =  Kata sifat (adjektiva)

K.Bil  = Kata bilangan (numeralia)

FD     =  Frasa depan (frasa preposisi)

KD    =  Kata depan (preposisi)

2.13      Jenis Kalimat Menurut Pengucapannya            Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu:

1. Kalimat Langsung

            Kalimat langsung adalah kalimat yang secara

cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga

dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana

ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini

biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan

dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.

Contoh:

- Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di

sembarang tempat!”

- “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus

ujian”.

2. Kalimat Tak Langsung

            Kalimat tak langsung adalah kalimat yang

menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain.

Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda

petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.

Contoh:

- Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus

ujian.

- Kakak berkata bahwa buku itu harus segera

dikembalikan.

2.14          Jenis Kalimat Menurut Struktur

Gramatikalnya            Menurut strukturnya, kalimat dalam bahasa

Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula

berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat

setara (koordinatif, tidak setara (subordinatif),

ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Gagasan

yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan

yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.

A. Kalimat Tunggal

            Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan

satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-

unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam

bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-

kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal

yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu

predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang

panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola

pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan

pola kalimat dasar.

Contoh :

Kalimat Tunggal Susunan Pola KalimatAyah merokok.Adik minum susu.Ibu menyimpan uang didalam laci.

S-PS-P-OS-P-O-K

            Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2

jenis, yaitu:

1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya

berupa kata benda.

Contoh: Saya siswa kelas VI.

2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya

berupa kata kerja.

Contoh: Adik bernyanyi.

            Setiap kalimat tunggal di atas dapat

diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-

unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur

utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat

tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.

Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:

1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan

tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.

2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul

21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan

ini.

3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti:

dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan

sendok, dengan wesel pos, dengan cek.

4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali,

seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.

5. Keterangan cara (dengan + kata sifat/kata kerja),

seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas

mungkin.

6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan

telah.

7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk

anaknya, supaya aman, bagi mereka.

8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab

berkuasa, lantaran panik.

9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya

menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David

Beckham.

10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke

atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.

Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:

1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.

2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.

3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan kepadanya.

B. Majemuk Majemuk Setara

            Kalimat majemuk setara terjadi dari dua

kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara

dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.

1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan

oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau

lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk

setara penjumlahan.

Contoh:

Kami membaca

Mereka menulis

Kami membaca dan mereka menulis.

Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang

digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.

Contoh:

Direktur tenang

Karyawan duduk teratur.

Para nasabah antre.

Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.

2. Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara

itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu

menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat

majemuk setara pertentangan.

Contoh:

Amerika dan Jepang tergolong negara maju.

Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.

Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei

Darussalam tergolong negara berkembang.

Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam

menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk

setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan

seperti kalimat berikut.

Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang

Nusantara terletak di Bandung.

Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.

3. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan

oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang

dikemukakannya berurutan.

Contoh:

Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian

disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.

Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz

membacakan doa selamat.

4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih

dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan

pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara

pemilihan.

Contoh:

Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang

terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi

langsung.

C. Kalimat Majemuk tidak Setara (bertingkat)

            Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas

satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak

bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf

kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan

yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk

kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan

waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya

dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak

kalimat.

Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang

dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:

1. Waktu : ketika, sejak

2. Sebab: karena, oleh karenaitu, sebab, oleh sebab itu

3. Akibat: hingga, sehingga, maka

4. Syarat: jika, asalkan, apabila

5. Perlawanan: meskipun, walaupun

6. Pengandaian: andaikata, seandainya

7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar

8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah

9. Pembatasan: kecuali, selain

10. Alat: dengan + kata benda: dengan tongkat

11. Kesertaan: dengan + orang

Contoh:

- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat

modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data

komputer itu.

Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan

data-data komputer itu.

Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan

alat-alat modern.

Contoh:

1. a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)

    b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.

(tunggal)

  c.Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern,

mereka masih         dapat mengacaukan data-data komputer itu.

2. a. Para pemain sudah lelah

    b. Para pemain boleh beristirahat.

    c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.

    d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.

Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak

setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat.

Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak

kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain.

Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.

Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu

ke hotel-hotel besar.

Anak kalimat:

Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.

Induk kalimat:

Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.

Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun,

sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya,

ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan

sebagainya.

D. Kalimat Majemuk Campuran

         Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk

tak setara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara,

atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat

majemuk tak setara (bertingkat).

Misalnya:

1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum

selesai.

2.15          Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya

(Retorikanya)            Tulisan akan lebih efektif jika di samping

kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya

penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian

pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya

sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu

tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya

tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika

selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau

tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu

selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu

konstruksi induk kalimat-anak kalimat.

            Menurut gaya penyampaian atau retorikanya,

kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam,

yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2)

kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang

berimbang (setara atau campuran).

A. Kalimat yang Melepas

            Jika kalimat itu disusun dengan diawali

unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur

tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat

itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan

dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini

tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.

Misalnya:

a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.

b. Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan

yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan

aman.

B. Kalimat yang Klimaks

            Jika kalimat itu disusun dengan diawali

oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya

penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum

dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak

kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu

setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu

selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu,

yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat

yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan

terasa membentuk ketegangan.

Misalnya:

a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.

b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga

sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.

C. Kalimat yang Berimbang

Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara

atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu

disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan

kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun

kalimat yang bersimetri.

Misalnya :

1. Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan

domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

2. Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan

tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.

Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat

majemuk. Adapun kalimat pada umumnya dapat divariasikan

menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif-pasif,

inversi, dan pengedepanan keterangan.

2.16          Jenis Kalimat Menurut Fungsinya            Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat

dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat

perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat

disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa

lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita

berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa

tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam

tanda baca.

A. Kalimat Pernyataan / Berita(Deklaratif)

            Kalimat pernyataan dipakai jika penutur

ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia

ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.

(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).

Misalnya:

Positif

1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.

2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.

Negatif

1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.

2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi

yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kotakota besar.

Macam-macam kalimat pernyataan / berita:

i) Kalimat berita kepastian

Contoh: Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.

ii) Kalimat berita pengingkaran

Contoh: Saya tidak akan datang pada acara ulang

tahunmu.

iii) Kalimat berita kesangsian

Contoh: Bapak mungkin akan tiba besok pagi.

iv) Kalimat berita bentuk lainnya

Contoh: Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)

Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin

memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang

diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca

tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya

seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.

Misalnya:

Positif

1. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?

2. Mengapa dia gagal dalam ujian?

Negatif

1. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang

disepakati?

2. Mengapa tidak semua fakir miskin di negara kita dapat dijamin

penghidupannya oleh nefara?

C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)

Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh”

atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya,

intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).

Misalnya:

Positif

1. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!

2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.

Negatif

1. Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.

2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong

orang mampu.

Macam-macam kalimat perintah:

i) Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel

lah.

Contoh: Gantilah bajumu!

ii)Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata

jangan.

Contoh Jangan membuang sampah sembarangan!

iii)Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong,

silahkan.

Contoh: Tolong temani nenekmu di rumah!

D. Kalimat Seruan

Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan

perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya,

ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan

dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat

tulis).

Misalnya:

Positif

1. Bukan main, cantiknya.

2. Nah, ini dia yang kita tunggu.

Negatif

1. Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

2. Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di Bangkok tidak

tercapai.

2.17          Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Unsurnya            Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis,

yaitu:

1. Kalimat Lengkap

            Kalimat lengkap adalah kalimat yang

sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subjek dan

satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam

kalimat lengkap.

Contoh :

- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.

         S                  P                  K

- Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.

     S         P                             O

2. Kalimat Tidak Lengkap

            Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang

tidak sempurna karena hanya memiliki subjek saja, atau

predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja.

Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam,

perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,

larangan, sapaan dan kekaguman.

Contoh:

- Selamat sore

- Silakan Masuk!

- Kapan menikah?

- Hei, Kawan…

2.18          Berdasarkan Susunan S-P            Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu:

1. Kalimat Versi

            Kalimat versi adalah kalimat yang

predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa

tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang

akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan

tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan

pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk

penekanan atau ketegasan makna.

Contoh:

-Ambilkan koran di atas kursi itu!

           P                       S

- Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.

          S      P                           K

2. Kalimat Inversi

            Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan

dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat

dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).

Contoh:

- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang

lalu.

              S               P             

O                 K

- Aku dan dia bertemu di cafe ini.

S              P            K

2.19         Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya            Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu:

1. Kalimat Aktif

            Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya

melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini

biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang

berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata

kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh

awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll

(kecuali makan dan minum).

Contoh:

- Mereka akan berangkat besok pagi.

- Kakak membantu ibu di dapur.

Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.1 Kalimat Aktif Transitif

Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat

diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada

kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt

dirubah menjadi kalimat pasif.

Contoh: Eni mencuci piring.

              S           P        O1

1.2 Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak

dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada

kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang

berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini

tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.

Contoh:

- Mereka berangkat minggu depan.

       S              P               K

- Amel menangis tersedu-sedu di kamar.

     S                     P                         K

1.3 Kalimat Semi Transitif

Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif

karena disertai oleh pelengkap bukan objek.

Contoh:

- Dian kehilangan pensil.

      S         P             Pel.

- Soni selalu mengendarai sepeda motor ke kampus.

     S                P                        

Pel               K

2. Kalimat Pasif

            Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya

dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya

memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan

ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.

Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

2.1 Kalimat Pasif Biasa

Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif

transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan

di-,ter-,ke-an.

Contoh:

- Piring dicuci Eni.

      S        P      O2

2.2 Kalimat Pasif Zero

Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek

pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa

disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini

berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan

di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas

kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini

berhubungan dengan kalimat baku.

Contoh:

- Ku pukul adik.

   O2   P       S

- Akan saya sampaikan pesanmu.

              O2         P              S

Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif:

1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada

kalimat pasif.

2. Awalan me- diganti dengan di-.

3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.

Contoh:

Bapak memancing ikan. (aktif)

Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)

4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka

awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan

predikat dirapatkan.

Contoh: 

Aku harus mengerjakan PR. (aktif)

PR harus kukerjakan. (pasif)

2.20   Kalimat Efektif            Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki

kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan

pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang

ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat

sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga

kejelasan kalimat itu dapat terjamin.

Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni

1. Ketepatan pilihan kata

2. Ketepatan bentuk kata

3. Ketepatan pola kalimat

4. Ketepatan makna kalimat

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu

kesatuan gagasan, kesejajaran, kehematan, penekanan, kelogisan.

1. KESATUAN GAGASAN

Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K)

yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.

Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang

dapat membantu keselamatan umum. Kalimat ini tidak

memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur

di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan

keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan

ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini

harus dihilangkan)

2. KESEJAJARAN

Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat

itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian

kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir

jalan.

Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara

predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat

aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi

menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan

di-.

Kalimat itu harus diubah :

1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir

jalan

2.     Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke

pinggir jalan.

3. KEHEMATAN

Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang

tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata

yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.

Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat

disukainya.

Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak

perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung

makna bunga. Kalimat yang benar adalah: Mawar,anyelir,

dan melati sangat disukainya.

4. PENEKANAN

Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.

Caranya:

• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara

meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.

Contoh :

1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita

bicarakan lagi pada kesempatan lain

2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat

membicarakan lagi soal ini.

• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat

menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.

Contoh :

1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal

itu.

2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.

3. Bisakah dia menyelesaikannya?

• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang

kata yang dianggap penting.

Contoh :

Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru

dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah

dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap

saling memahami antara satu dan lainnya.

• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang

bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian

kalimat yang ingin ditegaskan.

Contoh :

1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.

2.   Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya

parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5. KELOGISAN

Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini

hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki

hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. Kalimat ini tidak logis/tidak

masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak

dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ; Bapak

penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

Bab III

Penutup

3.1 KesimpulanDari penjelasan diatas, dapat diambil beberapa

kesimpulan, yaitu:

1.  Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud

lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang

utuh. Minimal tersusun dari subjek dan predikat.

2. Ada empat hal pokok yang menjadi perhatian dalam

pembetukan kalimat, yang disebut alat-alat kalimat.

Yaitu : a) pola urutan kata, b) bentuk kata, c)

intonasi dan tanda baca, dan d) kata-kata tugas.

3. Ada tujuh pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia,

yaitu :

i)  Pola kalimat ”verbal”. Terdiri dari : Kata Benda +

Kata Kerja,

ii)  Pola kalimat ”atributif”. Terdiri dari : Kata

benda + kata Sifat,

iii) Pola kalimat yang terdiri dari ; KB + KBil ,

iv) Pola kalimat yang terdiri dari : KB + (KD + KB),

v)  Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2,

vi)  Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2 +

KB3, dan

vii)  Pola kalimat nominal atau kalimat ekuasional.

Terdiri dari : Kata benda I + Kata benda II  (KB1 +

KB2).

4. Kalimat dapat dibedakan berdasarkan pengucapan,

struktur gramatikal, bentuk gaya (retorika), fungsi,

unsur, susunan S-P, dan berdasarkan subjeknya.

5. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki

kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan

pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang

ada dalam pikiran pembicara atau penulis.

5. Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan

yakni : i). Ketepatan pilihan kata, ii) Ketepatan

bentuk kata, iii) Ketepatan pola kalimat, dan iv) 

Ketepatan makna kalimat.

6. Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu

kesatuan gagasan, kesejajaran, kehematan, penekanan,

dan kelogisan.

3.2 Saran

            Makalah ini tentunya belum mencakup semuapembahasan mengenai tata kalimat dalam bahasa

Indonesia, oleh karena itu untuk melengkapinya perlu

ditunjang dengan membaca dan mempelajari tentang tata

kalimat dalam bahasa Indonesia dari berbagai buku-buku

yang membahas tentang tata kalimat.

Daftar PustakaBuku-buku :

Akhadiah, Sabarti, dkk.1993. Modul Pokok Bahasa

Indonesia.Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II dan

Pendidikan Kependidikan.

E Zainal, Arifin. S.Amran. 2009.Cermat Berbahasa

Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta;Akademika

Pressindo.

Situs Web :

http://readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat-efektif/. Diunduh tanggal 7 Oktober 2010 http://aiemalissa.wordpress.com/2009/10/04/kalimat-efektif-dlm-bind/. Diunduh tanggal 7 Oktober 2010 http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2050669-pengertian-kalimat-efektif/ Diunduh tanggal 7 Oktober 2010http://just-drop-by.blogspot.com/2007/03/membuat-kalimat-efektif.html Diunduh tanggal 7 Oktober 2010

http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf. Diunduh tanggal 7 Oktober 2010 http://dymiluph-myblog.blogspot.com/2010/04/jenis-kalimat-menurut-fungsinya-dan.html . Diunduh tanggal 7 Oktober 2010http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/tata-kalimat/Diunduh tanggal 5 Oktober 2010http://jjkoe.blogspot.com/2008/01/tata-kalimat-bahasa-indonesia.html. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010 http://www.scribd.com/.../Kerangka-Bahan-Ajar-Bahasa-Indonesia -.Diunduh tanggal 5 Oktober 2010http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_10771/title_menggunakan-bahasa-indonesia-secara-baik-dan/. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010 http://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010 http://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_2/Kalimat. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010http://catatangadisku.blogspot.com/2010/01/studi-kalimat-dianggap-sangat-penting.html. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010