makalah bahasa indonesia
TRANSCRIPT
MAKALAHMATA KULIAH BAHASA INDONESIA
TATA KALIMAT
OLEH :
NAMA : PRYSON SIMANJUNTAK
NIM : D1A014140
KELAS : H
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
Kata Pengantar
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Tata Kalimat”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yangharus saya selesaikan dalam rangka memenuhi tugas matakuliah bahasa Indonesia. Penyusun menyadari bahwamakalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masihmemiliki banyak kekurangan, baik dalam hasil maupunsistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,saya sangat mengharapkan kritik dan saran yangmembangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnyasemoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulisdan pembaca.
Jambi, Januari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
…......................................................
.............................. ii
DAFTAR ISI
…......................................................
............................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
…......................................................
............ 4
1.1 Latar Belakang Masalah
…......................................................
.... 4
1.2 Rumusan Masalah
…......................................................
............ 5
1.3 Tujuan Penulisan
…......................................................
............... 6
1.4 Metode Pengumpulan Data
….....................................................
6
1.5 Manfaat Penulisan
…......................................................
............. 6
BAB II PEMBAHASAN
…......................................................
............... 8
2.1 Pengertian Kalimat
…......................................................
.................. 8
2.2 Alat-Alat Kalimat
…......................................................
.................... 9
2.3 Pola Kalimat Dasar
…......................................................
................ 13
2.4 Jenis Kalimat Menurut Pengucapannya
…....................................... 14
2.5 Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
….......................... 15
2.6 Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya)
….............. 19
2.7 Jenis Kalimatnya Menurut Fungsinya
…......................................... 21
2.8 Jenis Kalimat Berdasarkan Unsurnya
….......................................... 23
2.9 Jenis Kalimat Berdasarkan Susunan S-P
…..................................... 24
2.10 Jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya
…........................................ 25
2.11 Kalimat Efektif
…......................................................
..................... 27
BAB III PENUTUP
…......................................................
........................ 30
1. Kesimpulan
…......................................................
............................. 30
2. Saran
…......................................................
...................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
…......................................................
.............................. 32
Bab I
PENDAHULUAN
1.6 Latar Belakang Menurut Anton M. Moeliono, berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya
dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang
betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungsi :
(1) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa
dengan mengatasi batas-batas kedaerahan;
(2) fungsi penanda kepribadian yang menyatakan
identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain;
(3) fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan
yang terpelajar; dan
(4) fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat
tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian
erat dengan tiga macam batin penutur bahasa sebagai
berikut :
(1) fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda
kepribadian bangsa membangkitkan kesetiaan orang
terhadap bahasa itu;
(2) fungsinya pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap
kebangsaan orang karena mampu beragam bahasa itu; dan
(3) fungsi sebagai kerangka acuan berhubungan dengan
kesadaran orang akan adanya aturan yang baku layak
dipatuhi agar ia jangan terkena sanksi sosial.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat
disimpulkan, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
adalah menggunakan bahasa Indonesia yang memenuhi norma
baik dan benar. Norma yang dimaksud adalah “ketentuan”
bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa, ejaan, kalimat,
dsb.
Sehingga studi kalimat dianggap sangat
penting dilakukan untuk mencapai kemahiran berbahasa
atau mengarang. Unsur terkecil dalam berbahasa sehari-
hari adalah kalimat bukan kata-kata. Kata-kata hanya,
menjadi unsur dalam kalimat. Kalau pada suatu waktu
waktu pemakai bahasa berurusan dengan aneka bentuk kata
maka hal ini dilakukan karena berkaitan dengan proses
pembentukan kalimat. Dengan kalimat-kalimatlah kita
melakukan kegiatan tukar-menukar pikiran dengan orang
lain.
Bahasa yang baik, benar, dan tepat pada
hakikatnya terwujud pada pembentukan atau pemakaian
kalimat. Kita yang ingin mahir berbahasa (mengarang)
hendaknya terlebih dahulu memiliki kecakapan menentukan
ujaran (bentuk ketatabahasaan) yang berkriteria kalimat
dan yang bukan kalimat. Kemampuan mengenal dan
menggunakan berbagai ragam kalimat yang ada dalam
bahasa patut dimiliki.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar,
makalah ini disusun dengan mengangkat tema tentang tata
kalimat. Makalah ini akan membahas pengertian kalimat,
alat-alat dan unsur-unsurnya, serta jenis-jenis
kalimat.
1.2 Rumusan masalah1. Apakah yang disebut dengan kalimat?
2. Sebutkan unsur-unsur dalam kalimat!
3. Sebutkan pola-pola kalimat dasar! Berikan contoh-
contohnya!
4. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut pengucapannya!
Berikan contoh-contohnya!
5. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut struktur
gramatikalnya! Berikan contoh-contohnya!
6. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut bentuk gayanya
(retorikanya)!Berikan contoh-contohnya!
7. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut fungsinya!
Berikan contoh-contohnya!
8. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut unsurnya!
Berikan contoh-contohnya!
9. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut susunan S-Pnya!
Berikan contoh-contohnya!
10. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut subjeknya!
Berikan contoh-contohnya!
11. Apakah yang disebut dengan kalimat efektif?Berikan
contohnya!
12. Sebutkan ciri-ciri khas kalimat efektif! Jelaskan!
5. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan instruksional umum:
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa
memiliki kemampuan dalam memahami tata kalimat dalam
bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
1.3.2 Tujuan instruksional khusus:
Setelah menyelesaikan makalah ini,
mahasiswa diharapakan mampu:
a. menjelaskan pengertian kalimat.
b. memahami dan mampu menyebutkan pola-pola kalimat
dasar serta memberikan contohnya.
c. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat
menurut struktur gramatikalnya serta memberikan
contohnya.
d. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat
menurut bentuk gayanya (retorikanya) serta memebrikan
contohnya.
e. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat
menurut fungsinya serta memberikan contohnya.
f. memahami dan mampu menjelaskan tentang kalimat
efektif serta memberikan contohnya.
1.4 Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan
metode telaah pustaka dengan mengumpulkan data-data
dari berbagai buku-buku yang berkaitan dengan
pembahasan tata kalimat. Dilengkapi pula dengan
browsing internet, untuk menambah data-data dalam
makalah ini.
1.5 Manfaat Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini
adalah:
1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya berbahasa
sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
2. Meningkatkan pemahaman tentang tata kalimat dalam
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Meningkatkan kemampuan menyusun kalimat sesuai
dengan aturan ketatabahasaan yang baik dan benar.
4. Memahami dengan baik penggunaan kalimat efektif
dalam pengucapan kalimat sehari-hari dan dalam
penulisan.
5. Menciptakan kesetiaan untuk senantiasa menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari.
Bab II
PEMBAHASAN
2.10 Pengertian Kalimat Kalimat memiliki beberapa pengertian,
diantaranya:
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang
utuh. Dalam kalimat, sekurang-kurangnya terdiri dari
subjek dan predikat.
2. Kalimat adalah gabungan dari duah buah kata atau
lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola
intonasi akhir.
3. Cook, Elson dan Picket berpendapat bahwa kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari
klausa.
4. Ramlan berpendapat bahwa kalimat adalah satuan
gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang
disertai nada akhir naik atau turun.
5. Lado berpendapat bahwa kalimat adalah satuan
terkecil dariekspresi lengkap.
Kalimat dapat dibagi-bagi berdasarkan jenis
dan fungsinya, retorikanya, gramatikalnya. Contohnya
seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat
aktif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain
sebagainya.
Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan
maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat
(P). Kalau tidak memiliki unsir subjek dan unsur
predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata
yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa.
Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil,
dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda,
dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan
berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya (?) dan
tanda seru (!).
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun
kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan
membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur
inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek (S)
Adalah unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja
dalam suatu kalimat.
- Predikat (P)
Adalah sebagai unsur kata kerja.
- Objek (O)
adalah unsur yang dikenai kerja oleh subjek.
- Keterangan (K)
Dapat berupa keterangan waktu atau tempat selama
kejadian.
-Pelengkap
Adalah unsur yang melengkapi kalimat yang tak berobjek.
Contoh :
Gadis berkulit putih itu menyanyikan lagu didepan kelas
dengan bagus.
S
P O K Pel
Ayah membaca koran di teras belakang. S P O K
2.11 Alat-alat Kalimat Ada empat pokok yang perlu mendapat
perhatian dalam pembentukan kalimat. Keempat hal
tersebut dalam bahan kuliah ini disebut alat-alat
kalimat. Alat-alat tersebut yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
i) Pola urutan kata
Setiap pemakai bahasa tidak boleh seenaknya
saja menempatkan kata, melainkan ia harus mengikuti
tata urutan tertentu. Perubahan urutan kata dapat
merubah makna kalimat, bahkan dapat menghilangkan
makana arti sama sekali. Kalimat yang sekurang-
kurangnya berdiri atas dua unsur kata, harus diurut
menurut pola urutan tertentu yang dibenarkan oleh
kaidah bahasa indonesia. Dalam bahasa Indonesia, kita
mengenal pola urutan diterangkan dan menerangkan (DM) dan
kadang-kadang ditemukan pola susunan menerangkan
diterangkan (MD). Seperti contoh berikut. Tanda asterik
atau tanda bintang (*) didepan kalimat menandakan bahwa
kalimat yang dimaksud tidak gramatikal.
1) Dia mengunjungi temannya dengan tergesa-gesa di
tempat itu.
2) Di tempat itu dia mengunjungi temannya dengan
tergesa-gesa.
3) Dengan tergesa-gesa, dia mengunjungi temannya di
tempat itu.
4) Di tempat itu dengan tergesa-gesa dia mengunjungi
temannya.
5) Dia mengunjungi di tempat itu dengan tergesa-gesa
temannya.
6) Dia temannya mengunjungi di tempat itu dengan
tergesa-gesa.
7) Dia di tempat itu mengunjungi dengan tergesa-gesa
temannya.
8) Temannya dia dengan tergesa-gesa di tempat itu
mengunjungi.
Kalimat 1), 2), 3), dan 4) masih
gramatikal. Maknanya masih jelas karena pengurutanya
masih mengikuti kaidah atau pola urutan yang dibenarkan
oleh kaidah bahasa Indonesia. Predikat berupa kata
kerja aktif transitif harus selalu diikuti dengan
obyek. Lain halnya dengan kalimat 5), 6), 7), dan 8)
predikat aktif transitif diikuti dengan obyek dan
keterangan.
Perubahan struktur sebuah kalimat dapat
dilakukahn dalam batas-batas tertentu tanpa melanggar
atau merusak satuan-satuan fungsionalnya. Satuan
fungsional (S), (P), maupun (K) harus tetap sekelompok.
Perlu kita ingat, bahwa struktur fungsional yang
dibenarkan dalam bahasa Indonesia hanyalah S/P/O/K,
K/S/P/O, S/K/P/O, P/S, atau P/O/S. selain ini semua
pola lain belun dilazimkan atau tidak dibenarkan.
Perhatikan contoh berikut ini:
Dia menanam padi di sawah. (S/P/O/K).
Di sawah dia menanam padi. (K/S/P/O).
Dia di sawah menanam padi. (S/K/P/O).
Menanam dia. (P/O)
Menanam padi di sawah. (P/O/S/K)
ii) Bentuk Kata
Dalam menyusun kalimat harus diperhatikan
bentuk katayang terdapat dalam Bahasa Indonesia. Bentuk
kata dalam Bahasa Indonesia terdiri atas bentuk dasar/
kata dasar atau kata turunan berupa kata berimbuhan,
kata majemuk, dan kata berulang. Perbedaan bentuk kata
dalam kalimat dapat mengubah makna struktural kalimat.
Perhatikan bentuk-bentuk berikut:
baca, membaca, dan dibaca dalam kalimat:
Saya membaca buku itu.
Saya baca buku itu.
Buku itu saya baca.
Buku itu dibacanya.
Berjalan dan berjalan-jalan dalam kalimat:
Ia berjalan menelusuri pantai.
Banyak orang berjalan-jalan menelusuri pantai.
Duduk dan duduk-duduk dalam kalimat:
Ia duduk seorang diri.
Duduk-duduk saja sejak tadi.
Bandingkan pula bentuk berikut:
Ali memiliki tangga itu.
Ali menaikkan tangga itu.
Ali tulis surat.(kalimat tidak baku)
Ali menulis surat.(kalimat baku)
iii) Intonasi Dan Tanda Baca
Intonasi dipakai atau dipergunakan dalam
bahasa lisan, sedangkan dalam bahasa tulisan
menggunakan tanda baca. Intonasi dapat menandai batas
satuan kalimat dan membedakan makna struktural dalam
rangkaian bunyi. Dengan intonasi kita dapat mengetahui
apakah kita menghadapi pertanyaan, perintah, larangan
dan sebagainya. Unsur intonasi bekerja bersama-sama
dalam dalam mengeemukakan makna struktural sebuah
kalimat. Dalam tulisan sistem perbedaan diatas hanya
dapat dinyatakan dengan kurang sempurna dengan berbagai
tanda baca, seperti huruf besar, huruf miring, tanda
koma, tanda titik, tanda titik dua, tanda titik koma,
tanda kutip, tanda tanya, dan tanda lain-lain.
Bandingkan kalimat berikut:
Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.
Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.
Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.
Anak-anak sudah bangun.
Anak-anak sudah bangun?
Anak-anak, bangun!
iv) Kata-kata Tugas
Kata tugas merupakan suatu unsur yang perlu
diperhatikan dalam menyusun kalimat. Kata tugas dapat
menentukan makna kalimat secara struktural, karena
adanya kata tugas dapat melahirkan makna berbeda dengan
kata yang tidak diberi kata tugas.
Kata tugas dalam bahasa Indonesia jumlahnya
terbatas dan pada umumnya tidak dapat diberi imbuhan,
tidak bermakna laksikal, dan tidak bertambah jumlah
anggotanya. Kata tugas mengungkapkan bermacam-macam
hubungan makna antara lain hubungan penugasan,
pembatasan, pemillihan, persyaratan, perlawanan dan
lain-lain. Kata tugas juga dapat menjadi penanda jenis
kata lain dan banyak berperan dalam proses penggabungan
bagian-bagian kalimat.
Kata-kata dalam bahasa indonesia dapat
diklasifikasi atas kata benda (KB), kata kerja(KK),
kata sifat (KS), dan kata tugas. Jadi kata-kata yang
tidak tergolong dalam KB, KK, KS, adalah kata tugas,
terdiri atas:
Kata tugas pengantar kata benda
Misalnya: di, pada, tentang dsb.
Kata tugas pengantar kata kerja.
Misalnya: akan, hendak, ingin dsb.
Kata tugas pengantar kata sifat.
Misalnya: amat, sangat, paling dsb.
Kata tugas pengantar transformasi.
Misalnya: dan, atau, lalu dsb.
kata tugas berupa partikel.
Misalnya: lah, kah, tah, dan pun.
Bandingkan: Saya pergi.
Saya akan pergi.
Udara sejuk.
Udara sangat sejuk.
Makan!
Makanlah!
2.12 Pola Kalimat DasarBerdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar
dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.Pola kalimat ”verbal”. Terdiri dari : Kata Benda +
Kata Kerja (KB + KK)
Contoh :
Adik menangis.
Anjing dipukul.
Guru mengajar.
2. Pola kalimat ”atributif”. Terdiri dari : Kata benda
+ kata Sifat (KB + KS)
Contoh :
Murid itu pintar.
Anak malas.
Gunung tinggi.
3. Pola kalimat yang terdiri dari ; KB + KBil
contoh : Harga tas itu empat puluh ribu rupiah.
4. Pola kalimat yang terdiri dari : KB + (KD + KB)
contoh : Alya tinggal di Surabaya.
5. Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2
contoh : Dia memakan roti.
6.Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2 + KB3
contoh : Pak Huda membelikan saya buku.
7. Pola kalimat nominal atau kalimat ekuasional.
Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti:
adalah, menjadi, merupakan. Terdiri dari : Kata benda I
+ Kata benda II (KB1 + KB2)
Contoh :
Mereka polisi.
Bapak pengarang.
Paman Guru.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat
diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula
pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat
menjadi luas dan kompleks.
Catatan :
S = Subjek
P = Predikat
O = Objek
K = Keterangan
Pel. = Pelengkap
KB = Kata benda (nomina)
KK = Kata kerja (verba)
KS = Kata sifat (adjektiva)
K.Bil = Kata bilangan (numeralia)
FD = Frasa depan (frasa preposisi)
KD = Kata depan (preposisi)
2.13 Jenis Kalimat Menurut Pengucapannya Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara
cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga
dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana
ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini
biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan
dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
- Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di
sembarang tempat!”
- “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus
ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang
menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain.
Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda
petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
- Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus
ujian.
- Kakak berkata bahwa buku itu harus segera
dikembalikan.
2.14 Jenis Kalimat Menurut Struktur
Gramatikalnya Menurut strukturnya, kalimat dalam bahasa
Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula
berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat
setara (koordinatif, tidak setara (subordinatif),
ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Gagasan
yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan
yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan
satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-
unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam
bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-
kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal
yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu
predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang
panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola
pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan
pola kalimat dasar.
Contoh :
Kalimat Tunggal Susunan Pola KalimatAyah merokok.Adik minum susu.Ibu menyimpan uang didalam laci.
S-PS-P-OS-P-O-K
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya
berupa kata benda.
Contoh: Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja.
Contoh: Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat
diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-
unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur
utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat
tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.
Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan
tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul
21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan
ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti:
dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan
sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali,
seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keterangan cara (dengan + kata sifat/kata kerja),
seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas
mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan
telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk
anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab
berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya
menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David
Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke
atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya.
B. Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua
kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara
dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan
oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau
lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk
setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang
digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur tenang
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2. Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara
itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu
menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat
majemuk setara pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei
Darussalam tergolong negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam
menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk
setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan
seperti kalimat berikut.
Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang
Nusantara terletak di Bandung.
Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
3. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan
oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang
dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian
disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz
membacakan doa selamat.
4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih
dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan
pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang
terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi
langsung.
C. Kalimat Majemuk tidak Setara (bertingkat)
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas
satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak
bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf
kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan
yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk
kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan
waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya
dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak
kalimat.
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang
dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab: karena, oleh karenaitu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat: hingga, sehingga, maka
4. Syarat: jika, asalkan, apabila
5. Perlawanan: meskipun, walaupun
6. Pengandaian: andaikata, seandainya
7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
9. Pembatasan: kecuali, selain
10. Alat: dengan + kata benda: dengan tongkat
11. Kesertaan: dengan + orang
Contoh:
- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat
modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data
komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan
data-data komputer itu.
Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan
alat-alat modern.
Contoh:
1. a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.
(tunggal)
c.Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern,
mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
2. a. Para pemain sudah lelah
b. Para pemain boleh beristirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak
setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat.
Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak
kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain.
Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu
ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun,
sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya,
ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan
sebagainya.
D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk
tak setara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara,
atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk tak setara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum
selesai.
2.15 Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya
(Retorikanya) Tulisan akan lebih efektif jika di samping
kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya
penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian
pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya
sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu
tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya
tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika
selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau
tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu
selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu
konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya,
kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam,
yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2)
kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang
berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali
unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur
tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat
itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan
dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini
tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan
yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan
aman.
B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali
oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya
penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum
dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak
kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu
setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu
selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu,
yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat
yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan
terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga
sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
C. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara
atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu
disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun
kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan
domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan
tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat
majemuk. Adapun kalimat pada umumnya dapat divariasikan
menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif-pasif,
inversi, dan pengedepanan keterangan.
2.16 Jenis Kalimat Menurut Fungsinya Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat
dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat
perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat
disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa
lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita
berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa
tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam
tanda baca.
A. Kalimat Pernyataan / Berita(Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur
ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia
ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi
yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kotakota besar.
Macam-macam kalimat pernyataan / berita:
i) Kalimat berita kepastian
Contoh: Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
ii) Kalimat berita pengingkaran
Contoh: Saya tidak akan datang pada acara ulang
tahunmu.
iii) Kalimat berita kesangsian
Contoh: Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
iv) Kalimat berita bentuk lainnya
Contoh: Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin
memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang
diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca
tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya
seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
2. Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
1. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang
disepakati?
2. Mengapa tidak semua fakir miskin di negara kita dapat dijamin
penghidupannya oleh nefara?
C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh”
atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
1. Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong
orang mampu.
Macam-macam kalimat perintah:
i) Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel
lah.
Contoh: Gantilah bajumu!
ii)Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata
jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan!
iii)Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong,
silahkan.
Contoh: Tolong temani nenekmu di rumah!
D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan
perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya,
ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan
dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat
tulis).
Misalnya:
Positif
1. Bukan main, cantiknya.
2. Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
1. Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
2. Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di Bangkok tidak
tercapai.
2.17 Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Unsurnya Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis,
yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang
sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subjek dan
satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam
kalimat lengkap.
Contoh :
- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
S P K
- Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
S P O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang
tidak sempurna karena hanya memiliki subjek saja, atau
predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja.
Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam,
perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
- Hei, Kawan…
2.18 Berdasarkan Susunan S-P Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang
predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa
tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang
akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan
tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan
pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk
penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
-Ambilkan koran di atas kursi itu!
P S
- Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
S P K
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan
dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat
dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang
lalu.
S P
O K
- Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S P K
2.19 Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya
melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang
berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata
kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh
awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll
(kecuali makan dan minum).
Contoh:
- Mereka akan berangkat besok pagi.
- Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1 Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat
diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada
kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt
dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh: Eni mencuci piring.
S P O1
1.2 Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak
dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada
kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang
berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini
tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
- Mereka berangkat minggu depan.
S P K
- Amel menangis tersedu-sedu di kamar.
S P K
1.3 Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif
karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
- Dian kehilangan pensil.
S P Pel.
- Soni selalu mengendarai sepeda motor ke kampus.
S P
Pel K
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya
dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya
memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan
ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1 Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif
transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan
di-,ter-,ke-an.
Contoh:
- Piring dicuci Eni.
S P O2
2.2 Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek
pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa
disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini
berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan
di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas
kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini
berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:
- Ku pukul adik.
O2 P S
- Akan saya sampaikan pesanmu.
O2 P S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif:
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada
kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh:
Bapak memancing ikan. (aktif)
Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka
awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan
predikat dirapatkan.
Contoh:
Aku harus mengerjakan PR. (aktif)
PR harus kukerjakan. (pasif)
2.20 Kalimat Efektif Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki
kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang
ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat
sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni
1. Ketepatan pilihan kata
2. Ketepatan bentuk kata
3. Ketepatan pola kalimat
4. Ketepatan makna kalimat
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu
kesatuan gagasan, kesejajaran, kehematan, penekanan, kelogisan.
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K)
yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang
dapat membantu keselamatan umum. Kalimat ini tidak
memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur
di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan
keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan
ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini
harus dihilangkan)
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat
itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian
kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir
jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara
predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat
aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi
menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan
di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir
jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke
pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang
tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata
yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat
disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak
perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung
makna bunga. Kalimat yang benar adalah: Mawar,anyelir,
dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara
meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita
bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat
membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat
menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal
itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang
kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru
dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah
dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap
saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang
bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian
kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya
parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini
hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki
hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. Kalimat ini tidak logis/tidak
masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak
dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ; Bapak
penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Bab III
Penutup
3.1 KesimpulanDari penjelasan diatas, dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang
utuh. Minimal tersusun dari subjek dan predikat.
2. Ada empat hal pokok yang menjadi perhatian dalam
pembetukan kalimat, yang disebut alat-alat kalimat.
Yaitu : a) pola urutan kata, b) bentuk kata, c)
intonasi dan tanda baca, dan d) kata-kata tugas.
3. Ada tujuh pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia,
yaitu :
i) Pola kalimat ”verbal”. Terdiri dari : Kata Benda +
Kata Kerja,
ii) Pola kalimat ”atributif”. Terdiri dari : Kata
benda + kata Sifat,
iii) Pola kalimat yang terdiri dari ; KB + KBil ,
iv) Pola kalimat yang terdiri dari : KB + (KD + KB),
v) Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2,
vi) Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2 +
KB3, dan
vii) Pola kalimat nominal atau kalimat ekuasional.
Terdiri dari : Kata benda I + Kata benda II (KB1 +
KB2).
4. Kalimat dapat dibedakan berdasarkan pengucapan,
struktur gramatikal, bentuk gaya (retorika), fungsi,
unsur, susunan S-P, dan berdasarkan subjeknya.
5. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki
kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang
ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
5. Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan
yakni : i). Ketepatan pilihan kata, ii) Ketepatan
bentuk kata, iii) Ketepatan pola kalimat, dan iv)
Ketepatan makna kalimat.
6. Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu
kesatuan gagasan, kesejajaran, kehematan, penekanan,
dan kelogisan.
3.2 Saran
Makalah ini tentunya belum mencakup semuapembahasan mengenai tata kalimat dalam bahasa
Indonesia, oleh karena itu untuk melengkapinya perlu
ditunjang dengan membaca dan mempelajari tentang tata
kalimat dalam bahasa Indonesia dari berbagai buku-buku
yang membahas tentang tata kalimat.
Daftar PustakaBuku-buku :
Akhadiah, Sabarti, dkk.1993. Modul Pokok Bahasa
Indonesia.Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II dan
Pendidikan Kependidikan.
E Zainal, Arifin. S.Amran. 2009.Cermat Berbahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta;Akademika
Pressindo.
Situs Web :
http://readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat-efektif/. Diunduh tanggal 7 Oktober 2010 http://aiemalissa.wordpress.com/2009/10/04/kalimat-efektif-dlm-bind/. Diunduh tanggal 7 Oktober 2010 http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2050669-pengertian-kalimat-efektif/ Diunduh tanggal 7 Oktober 2010http://just-drop-by.blogspot.com/2007/03/membuat-kalimat-efektif.html Diunduh tanggal 7 Oktober 2010
http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf. Diunduh tanggal 7 Oktober 2010 http://dymiluph-myblog.blogspot.com/2010/04/jenis-kalimat-menurut-fungsinya-dan.html . Diunduh tanggal 7 Oktober 2010http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/tata-kalimat/Diunduh tanggal 5 Oktober 2010http://jjkoe.blogspot.com/2008/01/tata-kalimat-bahasa-indonesia.html. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010 http://www.scribd.com/.../Kerangka-Bahan-Ajar-Bahasa-Indonesia -.Diunduh tanggal 5 Oktober 2010http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_10771/title_menggunakan-bahasa-indonesia-secara-baik-dan/. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010 http://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010 http://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_2/Kalimat. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010http://catatangadisku.blogspot.com/2010/01/studi-kalimat-dianggap-sangat-penting.html. Diunduh tanggal 5 Oktober 2010