makalah airport rescue work

58
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unit Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran atau disingkat PKP-PK yang terdapat di Bandar Udara adalah suatu unit kerja yang mempunyai tugas memberikan pelayanan untuk menunjang operasi Keselamatan Penerbangan. Dalam memberikan pelayanan tersebut unit PKP-PK mempunyai tugas memberikan pertolongan terhadap Kecelakaan Penerbangan, khususnya kecelakaan pesawat udara yang terjadi di darat. Bahwa dalam sub bagian 139 H Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (CASR Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome), telah mengatur penyelenggara bandar udara diwajibkan untuk menyediakan pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) sesuai 1

Upload: stpicurug

Post on 02-Feb-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Unit Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan

Pemadam Kebakaran atau disingkat PKP-PK yang

terdapat di Bandar Udara adalah suatu unit kerja

yang mempunyai tugas memberikan pelayanan untuk

menunjang operasi Keselamatan Penerbangan. Dalam

memberikan pelayanan tersebut unit PKP-PK mempunyai

tugas memberikan pertolongan terhadap Kecelakaan

Penerbangan, khususnya kecelakaan pesawat udara yang

terjadi di darat.

Bahwa dalam sub bagian 139 H Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2009 tentang

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139

(CASR Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome), telah

mengatur penyelenggara bandar udara diwajibkan untuk

menyediakan pelayanan Pertolongan Kecelakaan

Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) sesuai

1

2

standar minimum. Bahwa dalam rangka pelaksanaan

pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan

Pemadam Kebakaran (PKP-PK), diperlukan adanya

fasilitas yang memenuhi persyaratan standar teknis

dan operasional sehingga mendapatkan hasil guna yang

maksimum.

Kemudian ditetapkan di dalam Peraturan Direktur

Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 420 Tahun 2011

tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139

(Manual of Standard CASR part 139) Volume IV, Pelayanan

Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam

Kebakaran (PKP-PK). Dalam mengemban tugas

tersebut ,tugas utamanya dititikberatkan untuk

menyelamatkan jiwa manusia, yang sedang mengalami

kecelakaan.

Seperti kita ketahui, bahwa setiap kecelakaan

penerbangan baik dalam keadaan terbakar maupun tidak

terbakar akan menimbulkan kerugian yang bermacam-

macam. Pelaksanaan operasi PKP-PK adalah berusaha

3

untuk memberikan pertolongan dengan maksud mencegah

dan mengurangi kerugian-kerugian tersebut diatas

khususnya korban jiwa manusia.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan Makalah ini adalah

mendeskripsikan pengetahuan Airport Rescue Work yang

mutlak harus dipunyai oleh seorang anggota PKP-PK.

Karena tanpa mempunyai pengetahuan ini dengan baik,

suatu hal yang mustahil anggota PKP-PK dapat

melaksanakannya dengan baik, lancar dan cepat. Waktu

memberikan pertolongan pada setiap kecelakaan

pesawat di kawasan Bandar Udara, faktor waktu sangat

mempengaruhi dan menentukan sekali, dimana bila kita

terlambat memberikan pertolongan, berarti akan

mengakibatkan kecelakaan yang fatal akan terus

berlanjut.

Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah agar

pembaca dapat mengetahui deskriptif mengenai

pengetahuan Airport Rescue Work yang tentunya dapat

4

digunakan dikemudian hari dan dilatih agar selalu

siap dalam menghadapi situasi yang tak terduga.

C. Sistematika Penulisan

Sistematika dari penulisan Makalah ini adalah:

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang Latar Belakang penulisan

Makalah, Maksud dan Tujuan penulisan Makalah, dan

Sistematika Penulisan Makalah.

BAB II Permasalahan

Bab ini berisi tentang identifikasi masalahdan

perumusan masalah yang dibahas dalam penulisan

Makalah.

BAB III Pembahasan

Bab ini berisi tentang beberapa kajian sebagai

pembahasan dalam Makalah.

BAB IV Penutup

Bab ini berisi tentang Kesimpulan yang dapat

diambil, dan Saran yang dapat diberikan.

5

BAB II

PERMASALAHAN

A. Identifikasi Masalah

Sehubungan hal dimaksud sudah tentu untuk

melaksanakan tugas pertolongan, diperlukan tenaga-

tenaga yang betul-betul terampil, agar dapat

bergerak dengan cepat dan tepat, sehingga mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik dan berhasil guna.

Untuk mendapatkan tenaga-tenaga terampil tersebut,

mutlak harus diberikan pengetahuan khusus tentang

Airport Rescue Work. Adapun hal-hal yang akan dibahas

dalam masalah pertolongan ini antara lain adalah,

Type of Fireman Carry (Jenis/ macam-macam angkutan), Entry

and Evacuation of Aircraft Accident and Drill (Cara-cara masuk

dan pengungsian korban pada pesawat yang

kecelakaan), Working in Smoke and Drills (Bekerja pada

6

ruangan yang penuh asap), Rescue With Ladder

(Pertolongan dengan menggunakan tangga), Rescue With

Knot and Line (Pertolongan dengan menggunakan tali dan

simpul-simpul),

B. Perumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang di atas penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud Type of Fireman Carry?

2. Apakah yang dimaksud Entry and Evacuation of Aircraft Accident

and Drill?

3. Apakah yang dimaksud Working in Smoke and Drills?

4. Apakah yang dimaksud Rescue With Ladder?

5. Apakah yang dimaksud Rescue With Knot and Line?

7

BAB III

PEMBAHASAN

A. Type of Fireman Carry

Dalam kecelakaan pesawat, keadaan korban yang

akan diselamatkan dan diungsikan berbagai macam

keadaannya seperti: ada yang terluka, terjepit dan

terperangkap di dalam pesawat, ada yang mati, bahkan

8

ada yang tidak terluka sama sekali. Dengan adanya

situasi dan kondisi para korban di daerah kecelakaan

ke tempat yang dianggap amanpun dengan cara yang

benar. Pada prinsipnya usaha pertolongan untuk

mengangkut dan mengungsikan korban di sesuaikan

dengan situasi korban pada daerah kecelakaan dan

waktu kecelakaan. Dalam pelaksanaan operasi,

diusahakan pertolongan dan pemindahan korban

secepatnya dari tempat kecelakaan ke tempat yang

aman untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan

selanjutnya. Prosedur mengangkut para korban di

perhatikan dengan maksud agar para petugas dapat

melakukan usaha pertolongan dengan cepat dan benar.

Type of Fireman carry atau dapat diartiakan sebagai

jenis – jenis angkutan petugas pemadam kebakaran ini

dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :

1. Angkutan perorangan, adalah jenis angkutan yang

dapat dilaksanakan oleh satu orang petugas, dan

jenis-jenis angkutan ini antara lain :

a. Assist to walk

9

Cara ini digunakan apabila korban tidak luka

yang serius dan sadar penuh, ataupun korban

hanya luka ringan pada kaki atau paha dan

tidak perlu diangkat dan dibawa.

Gambar 3.1 Assist to walk

Letakkan tangan dilingkaran pada bahu dan

tahan korban dengan momongan disekitar

badannya dan tangan penolong yang satu lagi

memegang tangan korban pada leher dan bahu

kita (rescueman) biarkan tumpuan beratnya

diatas rescueman dan dapat dilakukan oleh 1 dan

2 orang rescueman.

10

b. Arm carry (cradle in arms)

Cara angkutan ini sangat efektif untuk anak-

anak dan orang dewasa yang kecil tubuhnya

(ringan) dan tidak praktis untuk orang dewasa

yang dibawah sadar (pingsan).

Gambar 3.2 Arm carry

Tempatkan satu tangan penolong (rescueman)

dibawah tangan korban dan menyilang

kebelakang. Menahan punggung korban dan tangan

penolong yang satu lagi memegang kaki korban

dibawah lutut dan korban diangkat/ digendong.

11

c. Pack strap carry

Sangat berguna untuk membawa korban yang

dibawah sadar (pingsan), cara ini bisa

dilaksanakan dengan 2 (dua) cara.

1) Dengan menggunakan tangan.

Baringkan korban dan penolong berlutut

disebelah korban, memegang dan menggenggam

tangan kedua tangan korban melingkar

mengelilingi leher penolong dan posisi

pasien/ korban di atas punggung penolong

dan berjalanlah dengan merangkak/

menjongkok.

12

Gambar 3.3 Pack strap carry with hands

2) Dengan menggunakan tali.

Letakkan tali disekitar bawah leher dan

tangan, setelah itu penolong berlutut

disebelah korban dan menggenggam kedua

tangan korban dan melingkar diatas leher

dan bawa korban dengan posisi merangkak/

jongkok.

Gambar 3.4 Pack strap carry with lines

d. Fireman carry (fireman lift)

13

Angkutan ini boleh dilakukan terhadap korban

yang dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.

Gambar 3.5 Fireman carry

Baringkan dahulu korban, terus diangkat dengan

cara menahan punggungnya, setelah korban dalam

keadaan berdiri, pegang tangannya (salah satu

tanggannya) serta ditahan, lalu penolong

memasukkan pundaknya di selangkangan korban

sambil menahan korban dan setelah itu posisi

rescueman mantap untuk mengangkat korban, baru

korban diangkat dengan tumpuan angkutan pada

kedua kaki penolong buka pada punggung.

14

e. Incline drag (one man drag)

Cara ini sangat berguna dilaksanakan untuk

menggerakan korban yang dibawah sadar

(pingsan) dan sangat cepat untuk membawa

korban turun atau mendaki/ naik.

Gambar 3.6 Incline drag

15

Baringkan korban, rescueman jongkok diatas

kepala korban dan memasukkan tangannya dibawah

tangan korban dan menyilangkan ke dada korban

serta genggam pergelangan tangan korban dan

angkat ke posisi berdiri lalu korban diseret.

f. Fireman drag ( crawling stop)

Cara angkutan ini sangat efektif dilaksanakan

pada daerah yang sempit, dimana kita tidak

memungkinkan untuk berdiri ataupun sangat

efektif dilaksanakan pada waktu operasi di

ruangan yang penuh dengan asap, dan dapat

digunakan untuk korban yang sadar ataupun

pingsan.

16

Gambar 3.7 Fireman drag

Rescueman mengikat kedua tangan korban dengan

tali, sapu tangan atau alat apa saja yang

dapat digunakan untuk mengikat. Letakkan

posisi korban dalam keadaan

berbaring(terlentang), setelah itu masukan

kedua tangan korban yang telah terikat

tersebut keatas leher rescueman (dikalungkan

melingkar), lalu korban diseret dengan

merangkak dengan posisi rescueman diatas

korban.

17

g. Blanket drag

Cara angkutan ini sangat efektive dilaksanakan

untuk mengangkat korban baik yang sadar maupun

yang pingsan.

Gambar 3.8 Blanket drag

Letakkan korban terlentang diatas selimut dan

sejenisnya. Lalu korban diseret dan cara ini

sangat mudah dilakukakan dengan satu petugas

rescueman saja.

18

h. Clothes drag

Cara angkutan ini dapat dilaksanakan untuk

mengangkut korban baik yang sadar ataupun yang

pingsan, teristimewa untuk ruangan yang penuh

asap.

Gambar 3.9 Clothes drag

Korban ditelentangkan, lalu rescueman, jongkok

diatas kepala korban dan rescueman memegang baju

korban pada bagian pundak, lalu korban diseret.

i. Carrying astride back (piggy back) and front piggy

19

Cara angkutan ini dapat dilaksanakan dengan

cara menggendong korban yang sadar ataupun

yang tidak sadar (lemas).

Gambar 3.10 Piggy back

Korban digendong dibelakang dengan posisi

tangan korban disilangkan di dada penolong dan

dipegang oleh penolong.Tangan penolong juga

disamping memgang tangan korban harus menahan

paha korban.

20

2. Angkutan beregu, adalah suatu jenis angkutan yang

dapat dilaksanakan oleh lebih dari satu orang

petugas, dan jenis-jenis angkutan ini antara

lain:

a. Two man seat carry/ two handed chair

Pengangkutan dengan dua orang rescueman

menggunakan dua tangan membuat seperti kursi.

Dilakukan untuk mengangkut korban yang sadar

dan setengah sadar (lemas).

Gambar 3.11 Two man seat carry

21

Dua orang rescueman berlutut dengan membuat

kedua tangan rescueman tersebut berpegang untuk

membuat kursi, yang satu untuk membuat

sandaran dan yang satu lagi untuk membuat

tempat duduk, setelah itu korban didudukan dan

diangkut dengan posisi kedua tangan korban

merangkul leher petugas rescueman.

b. Three handed chair

Pengangkutan dengan dua orang rescueman

menggunakan tiga tangan membuat seperti kursi.

Dilakukan untuk mengangkut korban yang sadar

dan setengah sadar (lemas).

22

Gambar 3.12 Three handed chair

Kedua penolong membentuk tangan seperti

kursi, satu orang penolong menggunakan kedua

tangannya untuk tumpuan tempat duduk korban

dan penolong satunya lagi, meletakkan salah

satu tangannya untuk menunjang kedua tangan

penolong yang lain untuk membuat tempat duduk

korban dan tangan penolong satunya lagi

dipergunakan untuk memegang kaki korban.

Setelah itu dua orang penolong tersebut

jongkok untuk menundukkan korban pada

tangannya, lalu korban diangkat bersama-sama.

23

c. Four handed chair

Pengangkutan dengan dua orang rescueman

menggunakan empat tangan membuat seperti

kursi. Dilakukan untuk mengangkut korban yang

sadar dan setengah sadar (lemas).

Gambar 3.13 Four handed chair

Kedua penolong membentuk tangan seperti kursi,

dengan melipat salah satu tangannya, dan

tumpangkan pada siku tangan yang lain, setelah

itu dihubungkan sehingga membentuk seperti

24

kursi, lalu kedua penolong tersebut jongkok

untuk mengangkat korbannya.

d. Chair carry

Pengangkutan ini mengangkat korban dengan

menggunakan kursi. Cara ini digunakan pada

korban yang sadar atau pingsan dan sangat

efektif untuk mengangkut korban yang patah

pada tulang pahanya, apabila tidak ada sarana

lain (tandu), karena pahanya diistirahatkan.

25

Gambar 3.14 Chair carry

Seorang penolong meletakkan kursi disamping

korban, setelah itu bersama-sama mengangkat

korban untuk diletakkan pada kursi yang telah

disediakan. Caranya mengangkat, penolong yang

berada di depan mengangkat kaki kursi depan ke

atas pinggulnya dan penolong yang belakang

mengangkat sandaran kursi dengan posisi korban

lebih kurang 45 % (persen) sudutnya.

e. Extremition carry

Pengangkutan ini juga dikenal sebagai angkutan

becak cina. Digunakan pada korban yang sadar

ataupun pingsan dan perlu diingatkan, bahwa

cara ini tidak boleh dilaksanakan pada korban

yang patah tulang.

26

Gambar 3.15 Extremition carry

Salah satu penolong mengangkat kedua tangan

korban dan yang satu lagi memasukan kedua

tangannya melingkar diatas dada korban dengan

menggenggam kedua pergelangan tangan korban,

penolong yang satu lagi memasukkan kedua

tangannya pada posisi kaki/ paha korban dan

secara bersama-sama mengangkat korban.

B. Entry and Evacuation of Aircraft Accident and Drill

Dalam kecelakaan pesawat di Bandar Udara,

bermacam-macam baik penumpang, maupun pesawatnya.

27

Pesawat yang mengalami kecelakaan ada yang terbakar

dan ada juga yang tidak terbakar, para penumpangpun

ada yang mengalami cedera, luka ringan, luka berat,

tidak luka sama sekali, ada yang masih terperangkap

di dalam pesawat yang disebabkan terjepit dan lain

sebagainya.

Pada dasarnya setiap kecelakaan baik itu pesawat

dalam keadaan tidak terbakar maupun terbakar, kita

sebagai regu penolong akan banyak sekali menghadapi

segala bentuk persoalan yang sangat serius, tapi

sebagai pedoman untuk memperlancar kita dalam

melaksanakan operasi pertolongan, kita harus

mengetahui:

1. Bagaimana caranya masuk ke pesawat yang sedang

mengalami kecelakaan yang terbakar, ataupun tidak

terbakar.

2. Bagaimana caranya membuka pintu utama, pintu

darurat serta jendela darurat baik dari luar

maupun dari dalam pesawat.

28

3. Bagaimana caranya memotong atau membobok badan

pesawat untuk membuat jalan penyelamat apabila

pintu utama, pintu darurat, serta jendala darurat

tidak dapat dipergunakan karena rusak.

4. Bagaimana cara mengeluarkan korban yang

terperangkap.

5. Bagaimana caranya mengangkut korban untuk

diungsikan ke tempat yang aman.

6. Bagaimana caranya mempergunakan peralatan

pembantu untuk pertolongan yang dilengkapi pada

pesawat.

7. Bagaimana cara mempergunakan peralatan-peralatan

untuk membobok dan mendobrak badan pesawat secara

paksa dan lain-lain.

Ada beberapa prosedur yang digunakan untuk

memasuki pesawat yang mengalami kecelakaan. Antara

lain, adalah:

1. Usahakan masuk melalui pintu yang normal.

29

2. Usahakan masuk melalui pintu darurat apabila

pintu yang normal tidak dapat dilalui/

dipergunakan karena kemungkinan rusak.

3. Usahakan melalui jendela darurat, apabila tidak

dapat melalui pintu utama / pintu normal.

4. Usahakan membobok/ memotong badan pesawat (masuk

secara paksa atau membuat forced entry) apabila

dengan cara melalui pintu utama, pintu darurat

dan jendela darurat tidak dapat dilaksanakan.

Biasanya penumpang yang masih sadar, akan

berusaha untuk mencari pintu/ jalan keluar dari mana

ia masuk ke pesawat, sehingga hal ini kadang-kadang

akan mengganggu petugas penolong yang akan masuk

melalui pintu yang dimaksud. Dan pada situasi yang

demikian kita sebagai petugas penolong harus

membantu mereka keluar secara cepat dan aman.

Untuk membuka pintu utama, pintu darurat serta

jendela darurat pesawat ini biasanya tergantung

dengan jenis pesawat itu sendiri. Pada umumnya pintu

pesawat, dapat dibuka baik dari dalam maupun dari

30

luar secara mudah. Dan disarankan para petugas PKP-

PK harus memperhatikan dan mempelajari cara membuka

pintu, jendela pesawat yang sering beroperasi di

Bandar Udara-nya, serta harus mengetahui beberapa

jumlah pintu, jendela dan letaknya serta bagian-

bagian yang dapat dipotong/ dibobok secara mudah

untuk dipergunakan sebagai jalan penyelamat. Dalam

pelaksanaan operasi apabila pintu utama, pintu

darurat dan jendela darurat tidak dapat dibuka, maka

untuk menolong korban yang terperangkap didalam

pesawat kita harus membuat jalan/ lobang penyelamat

dengan jalan masuk secara paksa atau membuat forced

entry.

Forced entry adalah jalan masuk secara paksa yang

dibuat oleh petugas penolong, apabila semua pintu

dan jendela/ jalan keluar baik yang normal maupun

yang darurat tidak dapat dibuka/dipergunakan akibat

kecelakaan. forced entry dibuat hanya pada daerah yang

mempunyai tanda cutting point/ breaking point atau chops

point, ataupun sepanjang fuselage antara lantai cabin

31

dan hat rack. Cutting point adalah bagian pesawat yang

dapat dengan mudah untuk di potong untuk membuat

jalan penyelamat (keluar/ masuk). Letak cutting point

adalah pada badan pesawat, biasanya selalu diberikan

tanda garis yang membentuk siku-siku berwarna merah

atau berwarna kuning. Membuat dan membuka forced entry

menggunakan kampak untuk memotong/ membobok kulit

badan pesawat, untuk pesawat modern dengan

menggunakan gergaji listrik dan pahat listrik.

Pelaksanaannya memotong bagian sebelah kiri, sebelah

kanan dan sebelah atas, setelah itu potongannya

ditarik keluar dan dilipat ke bawah agar bagian

bawahnya tidak tajam. Waktu yang diperlukan

tergantung dengan jenis pesawat, jenis alat yang

digunakan serta ukuran yang dipotong dan pengalaman

sipemotong atau operator serta sifat pesawat yang

mengalami kecelakaan itu sendiri. Petunjuk kasar

untuk pelaksanaannya harus tidak boleh lebih dari 4

(empat) menit.

32

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pembuatan atau pembobokan forced entry, agar tidak

menjadikan bahaya bagi korban atau penolong, antara

lain:

1. Untuk membuat forced entry pada pesawat yang besar,

diperlukan tangga, karena bentuk dari badan

pesawat yang besar dan tinggi. Dalam hal ini

harus dipertimbangkan, bila melakukan pemotongan

dan penggergajian, karena bisa berbahaya bila

tergelincir.

2. Percikan bunga api selama pemotongan, dapat

menimbulkan kebakaran minyak dan akan menyebabkan

kemungkinan terjadinya kebakaran di dalam cabin

penumpang.

3. Penumpang yang terperangkap di dalam pesawat bisa

terluka, akibat keteledoran/ kurang hati-hatinya

pelaksanaan pemotongan.

4. Pipa-pipa bahan bakar serta kawat-kawat dan kabel

listrik dapat terpotong dan dapat menimbulkan/

mengakibatkan kebakaran.

33

Pada kecelakaan pesawat yang tidak mengalami

kebakaran resiko bagi penumpang, maupun regu

penolong lebih kecil bila dibandingkan dengan

keadaan kecelakaan pesawat yang mengalami kebakaran

dan mengalami secara tidak langsung tugas regu

penolong agak ringan dari pada kecelakaan pesawat

yang mengalami kebakaran. Karena pada saat demikian

kadang-kadang keadaan lebih menguntungkan, dimana

penumpang kadang kala telah siap untuk keluar dari

pesawat untuk menyelamatkan diri dengan sendirinya.

Penumpang telah siap keluar dari pesawat karena

pintu-pintu telah terbuka (dibuka oleh awak pesawat

atau penumpang itu sendiri). Penumpang mungkin

membuat tindakan penyelamatan dan berusaha

menyelamtkan diri melalui pintu-pintu lain yang

telah terbuka. Kebanyakan penumpang masih tinggal di

dalam pesawat, dekat pintu-pintu, sebab sedang

menunggu giliran untuk keluar. Kebanyakan penumpang

akan terperangkan dan luka-luka, sehingga tidak

34

dapat menyelamatkan dirinya sendiri, jika menemui

hal yang demikian regu penolong harus banyak

mengeluarkan perhatian untuk melarikan dan

mengungsikan penumpang. Dan berikan seluruh

perhatian kepada penumpang yang masih terperangkap

di dalam pesawat. Jika begitu tiba di lokasi

kecelakaan, pintu dan jalan keluar sudah terbuka

tetapi escape chute tidak dapat dikembangkan, maka

regu penolong minimal harus menyandarkan tangga

untuk membantu penumpang mengungsi dari pesawat.

Escape chute pada pesawat modern di desain dapat

mengembang dengan sendirinya dalam jangka 10 detik

setelah dioperasikan. Pada pesawat yang modern

banyak disediakan pintu-pintu dan jendela untuk

jalan keluar, dan ini tidak memungkinkan seluruh

pintunya rusak, jika seluruh pintu macet dan rusak,

maka keadaan ini biasanya disebabkan pesawat yang

mengalami kecelakaan dengan benturan yang besar dan

mungkin banyak penumpang di dalamnya mengalami luka-

35

luka berat, sehingga tugas regu penolong akan lebih

berat lagi.

Pesawat kecelakaan dalam keadaan terbakar ini

akan membuat tugas regu penolong lebih berat lagi

dibandingkan dengan kecelakaan pesawat yang dalam

keadaan tidak terbakar, karena resiko penumpang dan

awak pesawat serta regu penolong akan lebih besar.

Dalam hal yang demikian berarti tugas regu

penolong lebih banyak, karena disamping bertugas

untuk menolong jiwa penumpang dan awak pesawat yang

terperangkap di dalam pesawat, regu penolong harus

mengemban tugas lain lagi, yaitu memadamkan api yang

berkobar pada saat kebakaran itu, sehingga tugas

operasi pertolongan tidak dapat segera dilaksanakan.

Pelaksanaan operasi seharusnya dilakukan ber-size-

up dahulu mengenai situasi/ keadaan api pada saat

itu, setelah itu lalu baru dapat melaksanakan

operasi pertolongan dengan ketentuan sebagai berikut

:

36

1. Gunakan jalan masuk yang searah dengan angin,

gunakanlah tameng / perisai untuk melindungi

panas dari nyala api.

2. Selalu kerjakan pekerjaan dari daerah bebas api /

daerah yang aman.

3. Gunakan monitor atau handline untuk memukul api

dan melindungi penolong sehingga membuat

pekerjaan penolong lebih efektif, khususnya

dimana tiap pintu dan jalan keluar sudah siap

dibuka dari dalam maupun dari luar.

4. Kecepatan dan ketepatan pekerjaan penolong sangat

penting, karena asap dari api dapat masuk ke

dalam cabin melalui pintu dan jendela, sehingga

gas dari kebakaran dapat membunuh penumpang yang

ada di dalam cabin.

5. Panas di dalam cabin pesawat akan bertambah

maningkat kesetiap bagian, sehingga penumpang

sendiri akan bernapas dan menghisap udara yang

panas dan dapat berbahaya.

37

6. Jika api tidak di kontrol dengan cepat, maka

kebakaran akan membuat pekerjaan penolong lebih

sulit (tidak mudak dilaksanakan).

7. Ledakan fuel tank dapat menciptakan problem yang

besar bagi regu penolong.

C. Working in Smoke and Drills

Tugas kita sebagai anggota PKP-PK Bandar Udara

tidak hanya memberikan pertolongan pada pesawat yang

mengalami kecelakaan saja, tetapi kadang-kadang kita

akan menghadapi suatu pekerjaan lain, seperti

memberikan pertolongan pada suatu kebakaran gedung.

Pada kebakaran gedung biasanya produksi asap akan

lebih banyak dan asapnya kemungkinan lebih

berbahaya, karena kemungkinan bahan pembuat gedung

itu dari berbagai macam unsur kimia yang dapat

memproduksi asap yang beracun. Adapun problem-

problem yang akan timbul disebabkan oleh asap dan

gas yang terbakar antara lain adalah :

38

1. Menimbulkan korban yang mati, karena sesak napas

oleh sebab menghisap gas yang mengandung racun.

2. Berbahaya terhadap korban ataupun petugas

penolong dan pemadam kebakaran melalui dan

menghisap napas pada daerah gas beracun.

3. Berkurangnya keberhasilan pelaksanaan operasi.

4. Berkurangnya jarak pandangan disebabkan tebalnya

asap.

5. Sulit menentukan letak sumber api, karena

terhalang oleh asap yang tebal.

6. Kemungkinan terjadi bahaya ledakan.

7. Kemungkinan kebakaran/api akan menjalar karena

bertambahnya arus gas yang panas.

8. Korban yang terperangkap di dalam gedung yang

terbakar, ataupun petugas penolong dan pemadam

kebakaran akan kekurangan oksigen.

Untuk mengurangi resiko bekerja di ruang berasap,

terdapat beberapa prosedur yang perlu diperhatikan

39

bila bekerja pada ruangan yang penuh dengan asap;

antara lain:

1. Pakailah B.A.Set jika disediakan.

2. Bekerja harus selalu berpasangan dan pergunakan

alat yang dapat membantu seperti tambang.

3. Berjalan serendah mungkin dengan lantai

(merangkak), karena lebih kurang 30 cm masih ada

udara yang bersih untuk bernapas dan jarak

pendangan lebih baik karena asap pada derah ini

lebih sedikit.

4. Berjalan harus merangkak dengan hati-hati, bila

jarak pandangan berkurang.

5. Jika harus berjalan dengan menyeret, maka tumpuan

kaki/berat badan harus pada kaki yang belakang,

boleh tumpuan berat badan pada kaki bagian depan

apabila sudah merasa cukup aman untuk maju.

6. Gunakanlah kaki dan tangan untuk mencari korban.

7. Gunakanlah bagian belakang telapak tangan, bila

mengadakan pencarian dengan meraba tembok, untuk

menghindari alilan listrik.

40

8. Pakailah sarung tangan bila ada.

9. Lindungi badan anda, gunakan kedua tangan dengan

menyapu dalam garis perjalanan anda.

10. Buatlah ventilasi jika aman untuk

dilaksanakan.

11. Ikutilah tembok dan harus diingat-ingat

perubahan arah, pintu jendela dan ciri-ciri lain

di sekeliling anda.

12. Gunakanlah tali, jika dianggap resiko terlalu

besar, karena tali dipergunakan sebagai alat

komunikasi antara penolong yang masuk ruangan dan

penolong yang bertugas menunggu diluar.

D. Rescue with Knots and Lines

Tali dan tambang adalah salah satu alat

pertolongan yang digunakan di dalam usaha

pertolongan kecelakaan. Contohnya seperti digunakan

untuk mengikat benda/ peralatan, menarik benda/

peralatan, mengangkat/ menaikkan benda/ peralatan

atau bahkan menurunkan korban dari ketinggian atau

41

berpindah tempat. Bahan pembuatan tali/ tambang

antara lain, serat manila, nylon dan plastik. Panjang

tali ditentukan dalam meter (m) dan diameter tali

ditentukan dalam inch. Di dalam pembuatan simpul

menggunakan tali/ tambang yang perlu diperhatikan

oleh petugas/ personil adalah dengan berpedoman pada

prinsip yaitu ikatannya kuat tapi mudah dilepas.

Beberapa bentuk simpul yang digunakan dalam

penyelamatan korban, antara lain:

1.Simpul reef knot

Simpul ini digunakan untuk menyambung dua utas

tali yang sama besar dan tidak licin.

Gambar 3.16 Reef knot

42

2.Simpul single sheet bend

Simpul ini digunakan untuk menyambung dua utas

tali yang tidak sama besar dan tidak licin.

Gambar 3.17 Single sheet bend

3.Simpul double sheet bend

Simpul ini digunakan untuk menyambung dua utas

tali yang tidak sama besar dan licin.

43

Gambar 3.18 Double sheet bend

4. Simpul shape sank

Simpul ini digunakan untuk menyambung pada seutas

tali yang genting.

Gambar 3.19 Sheep shank

5.Simpul over hand knot

44

Simpul ini digunakan sebagai tali pangkal.

Gambar 3.20 Over hand knot

6.Simpul bow line

Simpul ini digunakan untuk mengikat dada

rescueman.

Gambar 3.21 Bow line

45

7.Simpul running bow line

Simpul ini digunakan untuk menjerat binatang

Gambar 3.22 Running bow line

8.Simpul bow line on the bight

Simpul ini digunakan untuk mengikat tandu.

46

Gambar 3.23 Bow line on the bight

9.Simpul chair knot

Simpul ini digunakan untuk menurunkan korban dari

suatu ketinggian dalam posisi duduk.

Gambar 3.24 Chair knot

10. Simpul clove hitch

Simpul ini digunakan sebagai tali pangkal, juga

untuk menurunkan strainer ke dalam air pada saat

penghisapan air dari sumber air.

47

Gambar 3.25 clove hitch

11. Simpul rolling hitch

Simpul ini digunakan untuk mengikat benda yang

bulat dan panjang seperti tong, gelas atau botol.

Pembuatannya mirip dengan simpul barrel knot.

12. Simpul barrel knot

Simpul ini digunakan untuk benda berbentuk

silinder.

Gambar 3.26 Barrel knot

48

13. Simpul cat paw

Simpul ini digunakan untuk mengikat dan menarik

benda/ peralatan.

Gambar 3. 27 Cat paw

49

14. Simpul figure eight knot

Simpul ini digunakan sebagai tali pangkal

Gambar 3.28 Figure eight knot

15. Simpul fisherman knot

Simpul ini digunakan untuk menyambung dua utas

tali yang licin.

50

Gambar 3.29 Fisherman knot

16. Dan beberapa simpul lainnya sebagai tambahan,

yang biasa digunakan dalam pertolongan

Prosedur yang digunakan untuk merawat tali/

tambang, yaitu:

1. Menggunakan tali/ tambang yang baru dengan cara

direbus dengan air yang mendidih selama 20 menit.

2. Kemudian diangkat dijemur digantung dan kedua

ujungnya diberi beban sesuai dengan berat tali

yang digunakan.

3. Menyimpan tali/ tambang dalam keadaan digulung.

51

4. Menyimpan tali/ tambang di locker kendaraan atau di

dalam gudang sebaiknya tidak dicampur dengan

peralatan-peralatan yang tajam/ runcing.

5. Menyimpan tali/ tambang di locker kendaraan atau

di dalam gudang tali dalam keadaan bersih dan

kering.

6. Menyimpan tali/ tambang tidak boleh berdekatan

dengan oli, bahan bakar,atau bahan-bahan kimia

yang dapat merusak tali/ tambang.

7. Menyimpan tali/ tambang didalam gudang dengan

ventilasi/ sirkulasi udara yang baik dan tidak

lembab.

Prosedur untuk melakukan pemeriksaan tali/

tambang, antara lain:

1.Permukaan tali /tambang, dilihat serat-seratnya,

apakah ada yang rusak/ putus, lepas pintalannya.

2.Permukaan tali/ tambang, dilihat apakah berubah

warna aslinya, akibat panas yang extreme.

52

3.Bagian dalam tali/ tambang, dilihat serat-

seratnya apakah ada rusak/ putus, ada benda lain,

pintalannya bagus tidak.

Kerusakan pada tali/ tambang dapat terjadi,

karena:

1.Tali/ tambang dapat terjadi kerusakan karena :

Jamur (meldew injure), mekanik (mechanical injure),

kimiawi (chemical injure), panas (injure by heat).

2.Tali/ tambang dapat terjadi kerusakan karena juga

sering digunakan untuk menarik benda yang berat,

usia tali/ tambang.

E. Rescue with Ladder

Tangga di Unit PKP-PK di gunakan oleh personil/

petugas untuk membantu didalam proses evakuasi para

penumpang dan crew korban kecelakaan dari sebuah

pesawat udara atau pada kejadian kebakaran sebuah

gedung bertingkat di Bandar Udara dan untuk

53

keperluan – keperluan lainnya. Bagian-bagian dari

tangga, adalah:

1. Beam of ladder (batang tangga)

2. Rungs of ladder (anak tangga)

3. Tip/ top of ladder (puncak tangga)

4. Heel of ladder (kaki tangga)

5. Pawl of ladder (pengunci tangga)

6. Pully of ladder (kerekan tangga)

7. Fly rope (tali tangga)

Ciri-ciri khusus tangga yang digunakan untuk

pertolongan adalah bahan dibuat dari aluminum alloy,

ringan , kuat dan tahan lama dengan panjang tangga

10 – 12 feet, lebar tangga 12 – 14 inch, diameter anak

tangga 1 inch, dan jarak antar anak tangga 1 feet.

54

Sedangkan jenis-jenis tangga (types of ladder) adalah:

1. Tangga tunggal (straight ladder)

Tangga yang terdiri atas satu bagian utama, tanpa

tambahan. Contoh dari tangga jenis ini seperti,

tangga dinding (wall ladder), tangga atap (roof

ladder), tangga pengait (pompier ladder), tangga

lipat (folding ladder), tangga loteng (attic ladder),

tangga tali (rope ladder).

Gambar 3. 30 Straight ladder

55

2. Tangga ganda

Tangga ganda atau yang dinamakan extension ladder

terdiri dari dua suction atau lebih yang digabung

menjadi satu. Beberapa tangga jenis ini adalah:

a. Aluminum tubular rail 2 suction – 3 man.

b. Aluminum tubular rail 3 suction – 3 man.

c. Aluminum tubular rail 3 suction – 4 man.

d. Aluminum channel rail 2 suction – 2 man.

56

Gambar 3.31 Extension ladder

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu kecelakaan tidak diharapkan oleh setiap

orang apapun bentuknya demikian juga terhadap

kecelakaan pesawat udara. Namun demikian hal

tersebut dapat saja terjadi setiap saat, tanpa atau

diketahui terlebih dahulu. Tujuan pertolongan

57

kecelakaan ialah menyelamatkan jiwa manusia (save

life), yang dapat diperinci sebagai menyelamatkan

seluruh penumpang dan awak pesawat udara yang

mengalami musibah kecelakaan, baik yang mengalami

cedera ringan, sedang atau berat, bahkan meninggal,

melakukan evakuasi ke tempat yang aman, dan

memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan

dengan harapan korban memiliki peluang utuk hidup

lebih lama.

Dalam melaksanakan tugas yang berhubungan tugas

pertolongan ini, pengetahuan Airport Rescue Work mutlak

harus dipunyai oleh seorang anggota PKP-PK. Karena

tanpa mempunyai pengetahuan ini dengan baik, suatu

hal yang mustahil anggota PKP-PK dapat

melaksanakannya dengan baik, lancar dan cepat. Waktu

memberikan pertolongan pada setiap kecelakaan

pesawat di kawasan Bandar Udara, faktor waktu sangat

mempengaruhi dan menentukan sekali, dimana bila kita

terlambat memberikan pertolongan, berarti akan

58

mengakibatkan kecelakaan yang fatal akan terus

berlanjut.

B. Saran

Masing-masing personil/ petugas pelayanan

Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam

Kebakaran harus mengerti dan memahami prosedur

penyelamatan korban pada saat terjadi incident atau

accident.