laporan "studi kelayakan dan analisa proyek" ayam potong dengan populasi 4.000 ekor di...
TRANSCRIPT
Laporan
“STUDI KELAYAKAN DAN ANALISA PROYEK”
Ayam Potong Dengan Populasi 4.000 Ekor diPerusahaan Waiwejak - Kabupaten Lembata - NTT
Oleh :
Stefanus Eugenius Bala45 10 035 006
FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS 45 MAKASSAR
2013
RINGKASAN
Peningkatan permintaan masyarakat terhadap permintaan pasar,
terhadap produk-produk peternakan kususnya pada daging ayam
broiler, menunjukan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan
gizi akan perotein hewani samakin meningkat. Namun tingginya
permintaan tersebut belum bisa diimbangi dengan peningkatan
produksi populasi ayam broiler.
Laju pertambahan populasi ayam broiler di Indonesia belum
memenuhi kebutuhan perotein hewani masyarakat karna populasi ayam
broiler masih sangat rendah, kondisi tersebut mengakibatkan
kesenjangan antara permintaan dan penawaran.
Tidak semua orang memahami asal-muasal atau seluk-beluk
perkembangan ayam broiler, meskipun hampir setiap harinya orang
mendengar atau bahkan bisa jadi memang tidak perlu dipersoalkan,
tetapi bagi peternak atau calon peternak pengetahuan tentang
asal-muasal atau seluk-beluk perkembangan ayam broiler dari waktu
ke waktu penting dimiliki.
Hal itu penting karena pemahaman yang baik tentang
karakteristik atau sifat –sifat ayam broiler dapat membantu dalam
melancarkan usahanya dalam beternak ayam broiler,baik untuk tipe
ayam pedaging maupun petelur.Terlebih lagi, pemahaman mengenai
jenis-jenis ayam broiler yang unggul perlu di ketahui oleh setiap
peternak agar dalam usaha ternaknya dapat mendatangkan
keuntungan. Berkaitan dengan hal itu saat ini di kenal dengan
adanya istilah ayam broiler komersial karena usaha peternakan
hewan unggas ini tidak terlepas dari orientasi atau tujuan
mendapatkan keuntungan. Dengan pernyataan lain,usaha peternakan
ayam broiler tidak hanya di peruntukan bagi konsumsi sendiri
melainkan untuk di perjualbelikan atau di perdagangkan sehingga
di peroleh suatu keuntungan financial(keuangan).
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Pemrakarsa
Selama 50 tahun lebih perkembangan ayam ras, terutama ayam
ras pedaging di Indonesia telah terjadi perkembangan yang sangat
luar biasa, terutama ayam jenis pedaging/broiler (Abidin, 2002).
Ayam Broiler merupakan salah satu jenis komoditi dibidang
peternakan yang menghasilkan gizi dan memiliki nilai ekonomi yang
cukup potensial (Hartono, 1997). Ayam Broiler yang dimaksud
adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu
ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu,. mempunyai pertumbuhan
yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging
yang baik dan banyak (Rasyaf, 1994).
Sebagian besar penduduk Indonesia adalah pengonsumsi daging
ayam broiler, oleh karena itu kebutuhan akan daging harus
terpenuhi dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu cara untuk
pemenuhan daging ayam broiler adalah dengan pengembangan usaha
ayam pedaging/broiler.
Menurut Hartono (1997), kelebihan dan kekurangan
pemeliharaan ayam pedaging adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
a) Umur relatif pendek.
b) Pertumbuhan sangat cepat.
c) Efisiensi makan sangat tinggi.
d) Dagingnya lebih lunak (empuk) dibandingkan dengan ayam
buras.
e) Lebih menguntungkan sebagai usaha andalan.
f) Kotorannya dapat dijual.
Kekurangan :
a) Kurangnya kekebalan terhadap penyakit.
b) Mudah stress karena pengaruh kebisingan, terkejut, perubahan
cuaca, dan perjalanan.
c) Memiliki resistensi yang lebih rendah dibandingkan ayam
kampung.
d) Dagingnya mudah rusak akibat fermentasi kotoran.
e) Pemeliharaan lebih sulit dibandingkan ayam kampung.
f) Memerlukan pemeliharaan yang intensif.
g) Memerlukan banyak persyaratan.
Nama dan alamat pemrakarsa proyek.
Suatu pemikiran yang wajar jika peternak atau pengusaha dan
produsen peternakan ingin memperoleh keuntungan yang maksimal.
Namun demikian tidak selamanya suatu usaha peternakan dapat
memberikan keuntungan seperti yang diharapkan bahkan dapat
mengalami suatu kerugian.Untuk itu diperlukan suatu analisis yang
matang tentang kelayakan suatu usaha yang akan dibangun.
Hasil analisis usaha ternak sangat bervariasi antar lokasi
dan waktu sesuai dengan tingkat fluktuasi biaya input produksi
dan harga jual produk di lokasin atau daerah bersangkutan. Hanya
dengan kerja keras, strategi budidaya, dan pemasaran yang baik
dan benar, segala sesuatu yang diharapkan dapat berjalan sesuai
rencana.
Maka dari itu saya mau menjalankan Proyek Usaha Ternak Ayam
Potong (Broiler), yang nantinya akan menjadi sebuah Perusahaan.
Perusahaan ini merupakan usaha perorangan dimana pengurus usaha
adalah anggota-anggota keluarga terdekat, yaitu:
Pemilik / Pimpinan Usaha : Stefanus Eugenius Bala
Pengurus Harian : Belajan Boli Wuwur
Total jumlah Karyawan : 25 orang
Usaha Ternak Ayam Potong (Broiler) ini akan di bangun dengan nama
perusahaan Waiwejak yang terletak di Kecamatan Atadei, Kabupaten
Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan total kapasitas
produksi ayam potong (broiler) per periode 4.000 ekor.
Jenis investasi proyek, baru atau perluasan.
Jenis investasi berasal dari modal awal 50 % atau dengan
uang tunai sebesar Rp. 50.000.000,00 di tambah dengan modal
pinjaman bank 50 % sebesar Rp. 50.000.000,00 jadi total
Pembangunan Perusahaan Waiwejak sebesar Rp. 100.000.000,00.
Produk yang akan dihasilkan.
Perusahaan ini yang nantinya akan menghasilkan daging ayam
potong yang berkualitas dan harganya terjangkau bagi masyarakat
yang akan mengkonsumsinya. Adapun produk yang akan dihasilkan sbb
:
1) Feses diolah sebagai kompos (pupuk kandang)
2) Tulang diolah sebagai tepung tulang.
3) Darah diolah sebagai tepung darah.
BAB II
TINJAUAN USAHA
Aspek Pasar dan Pemasaran
Ketepatan dalam menentukan parameter yang ikut berpengaruh
pada kinerja usaha akan menentukan hasil akhir suatu studi
kelayakan usaha. Pada usaha ternak potong, terdapat beberapa
segmen usaha yang dapat dilakoni, yaitu pembesaran dan
pembibitan. Analisis dari masing-masing segmen usaha akan menjadi
acuan dalam menentukan pilihan usaha yang akan dijalankan.
Faktor finansial menjadi tolok ukur utama dari suatu
analisis usaha, terutama cash flow yang terjadi selama kegiatan
usaha berjalan. Perhitungan besarnya biaya, keuntungan yang
diperoleh dan harga jual pokok penjualan dilakukan untuk
mengetahui indikator kelayakan suatu usaha. Indikator yang sering
dipergunakan untuk melihat tingkat kelayakan suatu usaha adalah
analisis rasio B/C, payback period (PBP), dan analisis titik
impas atau break even point (BEP), selain itu, akan lebih baik
jika dilengkapi dengan perhitungan net present value (NPV),
internal rate of return (IRR), dan return on investment (ROI).
a. Biaya
Biaya adalah segala sesuatu yang diinvestasikan, baik berupa
uang, tanah dan bangunan, tenaga kerja, serta aset-aset lainnya
yang diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu
produk tertentu. Biaya tersebut dikeluarkan secara kontan (cash)
atau kredit. Besaran biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
akan menjadi acuan dalam penentuan harga pokok penjualan dan akan
mempengaruhi kelayakan usaha. Biaya yang diperlukan dalam setiap
segmen usaha ternak potong sudah tentu akan berbeda-beda dan
dipengaruhi oleh hal-hal, sebagai berikut :
1) Jenis ternak potong yang diusahakan (ayam broiler)
2) Jenis usaha yang akan dipilih (pembibitan dan pembesaran)
3) Skala usaha yang dikelola (keseimbangan antara faktor
produksi yang dimiliki dengan omset produksi yang dapat
dicapai)
4) Sistem produksi yang dipilih (intensif, semi intensif, atau
ekstensif)
5) Kemampuan manajerial yang dimiliki dalam mengelola usahanya.
Dalam hal ini efisiensi usaha akan menjadi target untuk
mencapai keuntungan yang maksimal.Terdapat dua jenis biaya
dalam suatu usaha, yaitu biaya investasi dan biaya
operasional.
a) Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai
suatu usaha , misalnya biaya beli lahan, pembuatan kandang,
peralatan atau mesin, dan izin usaha. Biaya investasi ini
diperhitungkan sebagai penyusutan.
b) Biaya Operasional
Biaya operasional dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap
(fixed cost). Biaya tetap adalah semua biaya yang besarannya
tetap sampai batas tertentu walaupun hasil produksinya berubah.
Beberapa komponen biaya yang termasuk biaya tetap ini,
diantaranya sewa lahan dan tenaga kerja. Sementara itu, biaya
variabel (tidak tetap) adalah biaya yang jumlahnya berubah sesuai
dengan perubahan tingkat produksi, misalnya biaya pembelian
ternak bakalan, pakan, suplemen, obat-obatan, dan peralatan
kandang pakai habis termasuk biaya tidak tetap.
b. Pendapatan
Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh
dari penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak
hidup, karkas, pupuk, dan produk lainnya merupakan komponen
pendapatan.
c. Keuntungan
Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dengan total
biaya yang diperlukan dari proses produksi pemasaran suatu
produk.
d. Analisis Kelayakan
Layak tidaknya suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat
dilihat dari analisis kelayakannya. Beberapa parameter yang dapat
dipergunakan untuk melihat kelayakan suatu usaha umumnya adalah
analisis rasio B/C, payback period (PBP), dan analisis titik
impas atau break even point (BEP), selain itu, akan lebih baik
jika dilengkapi dengan perhitungan net present value (NPV),
internal rate of return (IRR), dan return on investment (ROI).
Analisis benefit cost ratio (B/C) dan revenue cost ratio
(R/C) digunakan untuk melihat tingkat keuntungan atau penerimaan
relatif suatu usaha dalam setahun terhadap total biaya yang
dipergunakan dalam kegiatan tersebut, dengan rumus sebagai
berikut. B/C ratio = Total penerimaan – Total biaya
Total Biaya
B/C ratio = Total penerimaan Total Biaya
Payback period (PBP)
Analisis payback period (PBP) dipergunakan untuk mengetahui
lamanya pengembalian modal yang telah diinvestasikan dalam suatu
usaha. PBP = Total investasi x 1 tahun Keuntungan
Break even point (BEP)
Analisis break even point (BEP) dipergunakan untuk melihat
batas nilai atau volume produksi dari suatu usaha. BEP bisa
dihitung berdasarkan jumlah produksi (BEP produksi) atau harga
(BEP harga) dengan perhitungan sebagai berikut.
BEP produksi = Total biaya Harga penjualan
BEP harga = Total biaya Total Produksi
Return on investment (ROI)
Analisis Return on investment (ROI) digunakan untuk mengukur
profitabilitas suatu kegiatan usaha atas seluruh aset atau nilai
investasi yang digunakan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut.
ROI = Keuntungan Total investasi
Net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR)
Analisis IRR dan sangat terkait dengan konsep NPV, yaitu
sama-sama memperhitungkan nilai waktu dari uang. Pada analisis
NPV, seluruh aliran cash (inflow maupun outflow) dikalikan dengan
discount factor pada tahun dan tingkat bunga yang telah
ditentukan untuk tahun mendatang.
Artinya, nilai penerimaan dan pengeluaran yang akan terjadi
di masa yang akan datang dinilai pada saat sekarang. Hal ini
disebabkan adanya penghargaan nilai uang yang diterima pada saat
sekarang lebih berharga dibandingkan dengan uang diterima di masa
yang akan datang.
Kaitannya dengan IRR, yaitu bahwa perhitungannya dengan
menggunakan nilai NPV suatu arus kas , IRR lebih banyak digunakan
untuk membandingkan berbagai alternatif peluang investasi yang
ada. Nilai IRR suatu investasi adalah tingkat bunga yang total
nilai NPV-nya sama dengan 0 (nol). Apabila nilai NPV positif,
tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskon nilai arus kas suatu
proyek bukanlah nilai IRR. Begitu pula apabila nilai NPV negatif,
tingkat bunga yang digunakan mendiskon nilai NPV bukan nilai IRR.
Pada pemasaran ayam pedaging baik yang masih hidup maupun
yang sudah dilakukan pencabutan bulu, tidak ada ketentuan resmi
yang mengikat dan mengatur dalam pemasaran. Penyaluran pemasaran
ayam pedaging dapat dilakukan secara bebas oleh peternak maupun
pedagang baik skala kecil maupun skala besar.
Cara pemasaran ayam pedaging ada 2 jalan yang ditempuh oleh
peternak, yaitu :
1. Penjualan langsung
Peternak menjual hasil ternaknya secara langsung kepada
pedagang tanpa melalui perantara atau makelar. Pedagang itu
sendiri dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu :
a) Pedagang besar
b) Pedagang kecil
c) Pedagang eceran
2. Penjualan tidak langsung
Peternak menjual hasil produksinya tidak secara langsung
tetapi melalui seseorang perantara atau makelar. Menurut tanggung
jawabnya seorang perantara atau komisioner dalam
perdagangan/bisnis. (Hartono, 1997). Adapun pemasaran yang
penulis rencanakan nantinya adalah pemasaran atau penjualan
secara tak langsung, dengan menjual melalui seorang perantara
seperti broker atau pedagang pengumpul lainnya.
Aspek Teknis dan Teknologi
Ayam kampung pada usia 8 minggu masih sangat kecil, tidak
lebih dari kepalan tangan orang dewasa, begitu pula dengan ayam
petelur. Hal itu menunjukkan bahwa pertumbuhan ayam kampung
memang lambat. Setelah mem- pertimbangkan pertumbuhan ayam, maka
terpilihlah ayam broiler sebagai ayam pedaging karena
pertumbuhannya sangat fantastik sejak usia 1 minggu sampai 5
minggu. Pada saat berusia 3 minggu saja tubuhnya sudah gempal dan
padat (Rasyaf, 1994). Jadi beternak ayam pedaging (broiler)
sangatlah baik dalam penghasil daging. Maka usaha ini baik untuk
dikembangkan, karena sebagai suatu usaha yang menguntungkan.
1. Bibit
Salah satu penentu dalam keberhasilan peternakan ayam
pedaging adalah pemilihan bibit, karena bibit merupakan faktor
dasar yang tidak bisa dianggap remeh. Kalau saja bibit yang
dipilih tidak berkualitas maka sangat berpengaruh terhadap
peternakan, dimana DOC (Day Old Chick) sangat rentan terhadap
penyakit. Faktor bibit hanya menduduki persentase yang lebih
sedikit dibandingkan dengan pengaruh lingkungan, seperti suhu,
makanan dan pemeliharaan.
Menurut Hartono (1997), dalam usaha pembudidayaan ayam
broiler (pedaging) pemilihan bibit merupakan salah satu
pertimbangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan. Jika dalam
pemilihan bibit kurang selektif terhadap bibit yang diternakkan,
tentu akan menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan.
Dampak yang ditimbulkan DOC yang tidak berkualitas adalah :
a) Kelambatan pada usia pertumbuhan.
b) Resisten strain ayam rendah.
c) Mudah terserang penyakit.
d) Angka mortalitas yang tinggi.
Ciri-ciri DOC yang baik adalah :
a) Badan lebar.
b) Postur tubuh tegak dan tinggi.
c) Kondisi kaki tegap dan normal.
d) Mata cerah.
e) Paruh kokoh.
f) Pertumbuhan bulu cepat.
g) Warna bulu bersih dan mengkilat.
h) Kondisi tubuh normal atau tidak cacat
2. Kandang
Kandang merupakan hal yang sangat penting, dikarenakan
kandang merupakan tempat untuk pemeliharaan yang dapat memberikan
keselamatan dan kenyamanan hidup. Kandang higienis adalah kandang
yang tidak menimbulkan penyakit (Hartono, 1997).
Menurut Abidin (2002), kandang bagi ayam ras pedaging
merupakan tempat hidup dan tempat berproduksi . Disamping itu
kandang juga berfungsi sebagai berikut:
a) Melindungi ayam ras pedaging dari binatang buas.
b) Melindungi ayam ras pedaging dari cuaca yang tidak
bersahabat, suhu tinggi akibat teriknya matahari, suhu
terlalu dingin akibat perubahan musim, terpaan hujan,
serta hembusan angin yang sangat kencang.
c) Membatasi ruang gerak ayam ras pedaging.
d) Menghindari resiko kehilangan ayam ras pedaging.
e) Mempermudah pengawasan, pemberian pakan dan minum,
serta pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Menurut Hartono (1997), untuk menjamin keberhasilan dalam
usaha beternak, penentuan lokasi merupakan perhatian pertama.
Lokasi kandang harus menjamin kehidupan dan mendukung
pertumbuhan. Pedoman dalam pemilihan lokasi kandang ternak ayam
adalah sebagai berikut :
a) Lokasi kandang jauh dari keramaian.
b) Lokasi jauh dari pemukiman.
c) Transportasi lancar.
d) Sumber air tersedia.
e) Kondisi alam yang menunjang.
f) Aman
Adapun kandang yang akan penulis pergunakan adalah kandang
panggung (system slat) dengan ukuran 4x6 meter. Kandang ini cukup
baik apabila dipergunakan dalam beternak, sebab :
a) Terlindung dari terik matahari.
b) Terhindar dari binatang buas.
c) Jauh dari pemukiman.
d) Alat transportasi mudah dan lancar.
e) Mudah dalam pembersihannya.
f) Sumber air dekat.
3. Pakan dan Minuman
a) Pakan
Menurut Rasyaf (1989), pertumbuhan ayam broiler tergantung
pada makanan. Bila makanan yang diberikan baik (kualitas maupaun
kuantitasnya) maka hasilnya juga baik. Tetapi bila sebaliknya,
maka hasilnya juga buruk.
Jenis pakan yang sering digunakan sebagai pakan ternak pada
umumnya memakai BR I, karena lebih ekonomis dari pada pakan yang
berbentuk powder (tepung). Makanan yang berbentuk powder kurang
merangsang nafsu makan meski makanan tersebut memiliki kandungan
gizi, kaya akan protein dan vitamin (Hartono, 1997).
b) Minuman
Menurut Hartono (1997), air didalam tubuh sangat dibutuhkan
sebab merupakan kebutuhan utama yang dapat membantu dalam proses
pencernaan, metabolisme dan proses kimia lainnya, seperti :
1) Menghancurkan zat makanan.
2) Melarutkan dan mengangkut zat makanan.
3) Mempertahankan kestabilan kondisi tubuh.
4) Membantu proses kimia dalam tubuh.
Air yang akan digunakan sebagai air minum sebaiknya tidak
mengandung logam berat, seperti Fe, Cu, dan Hg. Selain itu air
harus bebas dari kandungan bakteri. Jika air mengandung bakteri
atau logam berat, daya cerna dan daya serap zat makanan pada ayam
akan menurun dan akibatnya laju pertumbuhan akan terhambat. Untuk
penggunaan air PAM tidak terlalu dianjurkan, karena tingginya
kadar kaporit dalam air yang mana dapat menurunkan daya cerna dan
daya serap pakan (Abidin, 2002:58). Air diberikan secara
adlibitum atau terus menerus.
4. Kesehatan
Adapun penyakit dan penanggulangannya yang sering menyerang
pada ayam broiler :
IBD (Infectious Bursal Disease) atau Gumboro.
Penyebab :
Virus golongan Reovirus,mempunyai struktur RNA.
Gejala Klinis :
Penyakit diawali dengan hilangnya nafsu makan kemudian
disusul dengan kelemahan, inkoordinasi, peradangan disekitar
dubur dan terjadi mencret berair dengan disertai keadaan gemetar,
banyak bulu ekor rontok karena ayam mematuki bulu disekitar
dubur.
Pencegahan :
Vaksinasi gumboro mempunyai arti penting bagi
keseluruhan program kesehatan ayam didaerah yang
rawan oleh gumboro. Hal ini karena dapat merusakkan
alat pembentuk kekebalan (bursa fabricius). Jika
sistem kekebalan tubuh rusak, maka ayam menjadi
mudah terserang penyakit dan gagal membentuk zat
kebal setelah vaksinasi.
Melakukan sanitasi kandang, peralatan dan lingkungan
termasuk pencegahan banyaknya tamu dan hewan liar
masuk kandang.
Usaha peternakan dikelola dengan baik.
Pengobatan :
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit
gumboro. Pengobatan dapat diberi air gula 30-50 gram
tiap liter air minum dan vitamin. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan kondisi badan. Perhatikan litter,
jika perlu tambahkan litter baru (Jahja, 2000:98-99).
ND (Newcastle Disease) atau Tetelo
Penyebab :
Virus golongan Paramyxo virus yang mempunyai
struktur RNA. Virus ini dapat mengaglutinasikan sel-
sel darah merah ayam.
Gejala Klinis :
Gangguan organ pernafasan.
Batuk, bersin dan ngorok.
Gangguan saluran pencernaan.
Nafsu makan hilang, minum terus dan diare berwarna
hijau lumut dan bercampur putih.
Gangguan syaraf.
Sayap terkulai, kaki lumpuh atau jalan diseret,
tanda yang khas dari penyakit ini adalah kepala yang
terpelintir, jalan mundur dan jalan berputar-putar.
Pencegahan :
Vaksinasi ND secara teratur.
Melakukan sanitasi kandang dan lingkungan termasuk
mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kedalam
lokasi peternakan.
Usaha peternakan dikelola dengan baik, sehingga
memungkinkan suasana yang nyaman bagi ayam, antara
lain jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak
terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat
mungkin dilakukan sistem “all in all out”.
Pengobatan :
Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan
penyakit ND. Dilakukan revaksinasi untuk mengurangi
keparahan penyakit dan menekan angka kematian (Jahja,
2002).
Dalam peternakan untuk mencegah penyakit, maka dilaksanakan
vaksinasi.
Menurut Sujoni (2007), hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat pemberian vaksin adalah :
Vaksin hanya dilaksanakan pada hewan yang sehat.
Selalu cek tanggal kedaluarsa (Expire Date) pada vaksin.
Gunakan selalu diluent (pelarut) yang tepat.
Gunakan selalu dosis yang tepat.
Syringe dan needle yang digunakan harus dalam keadaan yang
steril.
Alat dan bahan harus seluruhnya dalam keadaan yang steril.
Bakar semua bekas box DOC.
Desinfeksi alat dan bahan bekas vaksin
BAB IIIANALISIS USAHA
Data Proyek
Nama Perusahaan : Waiwejak
Lokasi Usaha : Desa Waikrata Kabupaten Lembata - NTT
Skala Usaha : 4.000 ekor
Kandang : Beton (2 Lantai)
Pemasaran : Melalui Broker
Sumber Dana : 1. Dari bank sebesar Rp 100.000.000,00
Dengan bunga 15 % per tahun
2. Poultry shop untuk biaya operasional (Tanpabunga)
Tujuan Usaha : 1. Sumber penghasilan
2. Untuk pemenuhan kebutuhandaging di masyarakat
Kendala Usaha : 1. Harga penjualan ayam yang turun naik(berfluktuasi)
2. Harga pakan(berfluktuasi)
Investasi dan Modal Kerja
1. Investasi
No Uraian Satuan
Jml NB (Rp) NS (Rp) U
E12345678910111213
KandangGasolek
Tab.Gas 12Kg
BlowerKabelVittingGembok
Tower airKran air
PipaparalonTiraiSekopBohlam
buahbuahbuahbuahmeterbuahbuahbuahbuahbatangrolbuahbuah
144410018212201
1
18
87.317.000,00
2.400.000,00
1.200.000,00
6.000.000,00
200.000,0054.000,0040.000,00
1.250.000,00
50.000,00480.000,00450.000,0055.000,00
504.000,00
4.365.850,00
400.000,00220.000,001.200.000,
000,000,000,00
250.000,000,00
96.000,0090.000,00
0,000,00
2041510521021232
Jumlah 100.000.000,00
2. Modal Kerja
a. DOC MB 202 40 box @ Rp. 300.000,00 = Rp12.000.000,00 b. Pakan BR I 200 zak @ Rp 265.000,00 = Rp 53.000.000,00 c. Obat-obatan/Vitamin dan Vaksin
1. Vaksin ND I Lasota 4 ampul dosis 1000
@ Rp 28.000,00 = Rp 112.000,00
2. Vaksin ND II Lasota 4 ampul dosis 1000@ Rp
28.000,00 = Rp 112.000,00
3. Vaksin Gumboro 4 ampul dosis 1000@ Rp
125.000,00 = Rp 500.000,00
4. Supervit Forte Rp 11.500 / 100 gram Minggu I 240 gram = Rp
27.720,00Minggu II 480 gram = Rp
55.440,00Minggu III 720 gram = Rp
83.160,005. Hemidok (Obat CRD) Rp 42.500/100 gram
Minggu III 750 gram = Rp 318.750,00
6. DES-HP 1 Liter @ Rp 46.250,00 =Rp 46.250,00
7. Dalmat 100 ml @ Rp 45.000,00 = Rp 45.000,00
8. Formalin 37% 1 liter @ Rp 17.000,00 = Rp 17.000,00
d. Sekam 2 Truk @ Rp 400.000,00 = Rp 800.000,00
e. Tempat pakan 72 buah = Rp 1.800.000,00
f. Tempat minum 48 buah = Rp 3.120.000,00
g. Ember 4 buah @ Rp 15.000,00 = Rp 60.000,00
h. Listrik 1 bulan= Rp 300.000,00
i. Air 1 bulan =Rp 200.000,00
j. Isi tabung gas 4 buah @ Rp 75.000,00 =Rp 300.000,00
k. Gaji pegawai 1 orang/periode = Rp 1.100.000,00
l. Jumlah Modal Kerja = Rp73.997.320,00
Jumlah Investasi + Modal Kerja = Rp 100.000.000,00 + Rp 73.997.320,00
= Rp 173.997.320,00
Perkiraan Hasil Usaha Input Tetap
Penyusutan / Tahun = NB – NS UE
a. Kandang = Rp 87.317.000,00 - Rp 4.365.850,00 = Rp4.147.557,00 20b. Gasolek = Rp 2.400.000,00 - Rp 400.000,00 =Rp 500.000,00
4 c. Tabung Gas = Rp 1.200.000,00 - Rp 220.000,00 = Rp 980.000,00
1 d. Blower = Rp 6.000.000,00 - Rp 1.200.000,00 = Rp 960.000,00
5 e. Kabel = Rp 200.000,00 - Rp 0,00 = Rp 20.000,00
10 f. Vitting = Rp 54.000,00 - Rp 0,00 = Rp 10.800,00
5 g. Gembok = Rp 40.000,00 - Rp 0,00= Rp 20.000,00
2 h. Tower air = Rp 1.250.000,00 - Rp 250.000,00 = Rp 100.000,00
10 i. Kran Air = Rp 50.000,00 - Rp 0,00 = Rp 25.000,00
2
j. Pipa Paralon = Rp 480.000,00 - Rp 96.000,00 = Rp 384.000,00
1 k. Tirai = Rp 490.000,00 - Rp 90.000,00= Rp 200.000,00
2
l. Sekop = Rp 55.000,00 - Rp 0,00 = Rp 18.333,33
3 m. Bohlam = Rp 504.000,00 - Rp 0,00 = Rp 252.600,00
2 +
Jumlah Penyusutan / Tahun = Rp 7.618.290,30
Penyusutan / Periode = 5 x Rp 7.618.290,30
12 = Rp 3.174.287,70
Bunga Modal/Tahun = Total pinjaman × Bunga (%)
= Rp 100.000.000,00 × 15 %= Rp 15.000.000,00
Bunga Modal/Periode = Rp 15.000.000,00 5 = Rp 3.000.000,00
Jumlah Input Tetap = Penyusutan/Periode + Bunga Modal = Rp 3.174.287,70+ Rp 3.000.000,00
= Rp 6.174.287,70
Input Variable
a. DOC MB 202 40 box @ Rp. 300.000,00 = Rp12.000.000,00 b. Pakan BR I 200 zak @ Rp 265.000,00 = Rp53.000.000,00c. Obat-obatan/Vitamin dan Vaksin
1. Vaksin ND I Lasota 4 ampul dosis 1000 @ Rp 28.000,00
= Rp 112.000,002. Vaksin ND II Lasota 4 ampul dosis 1000
@ Rp 28.000,00 = Rp 112.000,00
3. Vaksin Gumboro 4 ampul dosis 1000@ Rp 125.000,00
= Rp 500.000,004. Supervit Forte Rp 11.500 / 100 gram
Minggu I 240 gram = Rp 27.720,00
Minggu II 480 gram = Rp 55.440,00
Minggu III 720 gram = Rp 83.160,005. Hemidok (Obat CRD) Rp 42.500/100 gram
Minggu III 750 gram = Rp 318.750,006. DES-HP 1 Liter @ Rp 46.250,00 = Rp
46.250,007. Dalmat 100 ml @ Rp 45.000,00 = Rp
45.000,00
8. Formalin 37% 1 liter @ Rp 17.000,00 = Rp 17.000,00d. Sekam 2 Truk @ Rp 400.000,00 = Rp 800.000,00e. Tempat pakan 72 buah = Rp 1.800.000,00f. Tempat minum 48 buah = Rp 3.120.000,00g. Ember 4 buah @ Rp 15.000,00 = Rp60.000,00h. Listrik 1 bulan = Rp 300.000,00i. Air 1 bulan = Rp 200.000,00j. Isi tabung gas 4 buah @ Rp 75.000,00 = Rp 300.000,00k. Gaji pegawai 1 orang/periode =Rp 1.100.000,00 +Jumlah Modal Kerja = Rp 73.997.320,00
Total InputInput Tetap + Input Variable
= Rp 6.174.287,70 + Rp 73.997.320,00= Rp 80.171.608,70
OutputOutput Utama
a. Jumlah ayam mula-mula = 4000 ekor b. Mortalitas = 2 % 2 x 4000 = 80 ekor
100c. Jumlah ayam yang terjual = 4000 ekor - 80 ekor = 3920 ekord. Berat badan rata-rata = 1,7 kge. Harga ayam per kilogram = Rp 13.500,00
Hasil Output Utama = 3920 ekor x 1,7 kg x Rp 13.500,00 = Rp 89.964.000,00
Output SampinganPenjualan feses 2 truk @ Rp 400.000,00 = Rp 800.000,00Penjualan karung pakan 200 buah @ Rp 2000 = Rp 400.000,00Ayam Afkir 25 ekor @ Rp 10.000,00 = Rp 250.000,00 +Hasil Output Sampingan = Rp 1.450.000,00
Total OutputOutput Utama + Output Sampingan
= Rp 89.964.000,00 + Rp 1.450.000,00= Rp 91.414.000,00
3 Perhitungan-perhitungan
1. Pendapatan Pegelola (PP)PP = Output Total - Input Total = Rp 91.414.000,00 - Rp 80.171.608,70 = Rp 11.242.392,70 (Untung)
2. Feed Convertion Ratio (FCR)FCR = Jumlah Pakan Keseluruhan
Jumlah BB Keseluruhan
= 10.000 kg 6664 kg
= 1,5
3. Indeks Prestasi (IP)IP = % Ayam Terjual x BB X 100 FCR x Lama Pemeliharaan
= 98 % x 1,7 x 100 1,5 x 30
= 16150,00 45
= 358,89
BAB IVPENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan yang ada maka proyek Peternakan AyamBroiler (potong) di perusahaan Waiwejak desa Waikrata KabupatenLembata - NTT dengan skala 4.000 ekor dinyatakan untung denganbesar keuntungan Rp 11.242.392,70.