laporan pkl sapi potong

98
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kecerdasan masyarakat Indonesia adalah dengan meningkatkan konsumsi protein hewani, yang telah diketahui secara luas memiliki kandungan asam amino esensial dengan komposisi seimbang. Upaya meningkatkan konsumsi protein hewani bagi masyarakat berarti juga harus meningkatkan produksi bahan pangan asal ternak. Pada akhirnya, hal tersebut berarti upaya peningkatan produksi ternak. Dalam kaitannya dengan rantai makanan makhluk hidup, fungsi ternak sebagai sumber pangan adalah mengubah bahan-bahan mentah menjadi produk yang lebih sempurna dan langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dedaunan, rerumputan, dan limbah industri pertanian hanya sedikit

Upload: independent

Post on 01-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat

kesehatan dan kecerdasan masyarakat Indonesia adalah

dengan meningkatkan konsumsi protein hewani, yang telah

diketahui secara luas memiliki kandungan asam amino

esensial dengan komposisi seimbang. Upaya meningkatkan

konsumsi protein hewani bagi masyarakat berarti juga

harus meningkatkan produksi bahan pangan asal ternak.

Pada akhirnya, hal tersebut berarti upaya peningkatan

produksi ternak.

Dalam kaitannya dengan rantai makanan makhluk hidup,

fungsi ternak sebagai sumber pangan adalah mengubah

bahan-bahan mentah menjadi produk yang lebih sempurna dan

langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dedaunan,

rerumputan, dan limbah industri pertanian hanya sedikit

2

yang dapat digunakan langsung oleh manusia, tetapi bila

sudah diubah oleh ternak, akan menjadi daging dan susu.

Produk utama peternakan sapi potong adalah daging,

baik berupa anak-anak sapi yang dilahirkan maupun sapi

hasil pembesaran dan penggemukan. Tinggi rendahnya

produktivitas tersebut dipengaruhi oleh faktor genetis

ternak itu sendiri dan faktor lingkungan.

Faktor genetis yang diturunkan oleh tetuanya

pejantan dan induknya. Apabila mutu genetis dari kedua

tetuanya tinggi maka dapat diharapkan keturunannya juga

bermutu genetis tinggi. Oleh karena itu, seleksi terhadap

tetua yang bermutu genetis tinggi merupakan hal yang

penting. Di lain pihak, meskipun mutu genetis ternak yang

dipelihara tinggi, tetapi jika lingkungannya tidak

mendukung maka tidak akan diperoleh tingkat produksi yang

optimal. Faktor ini meliputi iklim, penyakit dan manjemen

(penanganan) terhadap ternak itu sendiri. Keduanya

(faktor genetis dan lingkungan) harus diperhatikan dengan

1

3

sungguh agar diperoleh keuntungan yang optimal dalam

peternakan sapi potong (Rianto dan Purbowati, 2010).

Usaha peternakan sapi potong pada saat ini masih

masih tetap menguntungkan. Pasalnya, permintaan pasar

akan daging sapi masih terus memperlihatkan adanya

peningkatan. Selain di pasar domestik, permintaan daging

sapi dipasar luar negeri juga cukup tinggi. Indonesia

merupakan salah satu negara pengekspor daging sapi ke

Malasyia. Dari tahun ke tahun, konsumsi daging sapi di

sana cenderung meningkat karena bergesernya tradisi

mengonsumsi daging kambing ke daging sapi atau kerbau

pada saat perhelatan keluarga dan perayaan hari hari

besar lainnya.

Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 230 juta

jiwa juga membutuhkan pasokan daging sapi dalam jumlah

besar. Sejauh ini, peternakan domestik belum mampu

memenuhi permintaan daging dalam negeri. Timpangnya

antara pasokan dan permintaan ternyata masih tinggi.

Tidak mengherankan jika lembaga yang memiliki otoritas

4

tertinggi dalam hal pertanian termasuk peternakan.

Departemen Pertanian mengakui masalah utama usaha sapi

potong di Indonesia terletak pada suplai yang selalu

mengalami kekurangan setiap tahunnya. Sementara laju

pertunbuhan konsumsi dan pertambahan penduduk tidak mampu

diimbangi oleh laju peningkatan populasi sapi potong.

Pada gilirannya, kondisi seperti ini memaksa Indonesia

untuk selalu melakuan impor, baik dalam bentuk sapi

maupun dalam bentuk daging dan jeroan sapi.

Menurut data Badan Ketahanan Pangan, dilihat dari

ketersediaan daging sapi secara nasional, produksi bulan

Agustus 2013 mencapai 36,77 ribu ton sedangkan kebutuhan

daging sapi nasional 45,3 ribu ton, sehingga diperkirakan

defisit 8,5 ribu ton, berdasarkan hal tersebut dan untuk

menambah pasokan daging sapi dalam negeri pada periode

lebaran telah dilakukan impor daging sapi (Anonim,

2013) .

Produktivitas tenak terutama pada masa pertumbuhan,

dan kemampuan produksinya dipengaruhi oleh faktor genetik

5

(30%) dan lingkungan (70%). Pengaruh faktor lingkungan

antara lain terdiri atas pakan, tekhnik pemeliharaan,

kesehatan dan iklim. Diantara faktor lingkungan

tersebut, pakan mempunyai pengaruh yang paling besar

(60%). Besarnya pengaruh pakan ini membuktikan bahwa

produksinya ternak yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa

adanya pemberian pakan yang memenuhi persyaratan kualitas

dan kuantitas. Pengetahuan tentang jenis dan nilai

nutrisi pakan diperlukan dalam rangka memberikan pakan

yang sesuai dengan kebutuhan ternak.

Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha

peternakan, bahwa dapat dikatakan bahwa keberhasilan

suatu usaha peternakan tergantung pada manajemen pakan.

Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda sesuai

dengan jenis, umur, bobot badan dan keadaan lingkungan

dan kondisi fisiologis ternak. Pakan harus mengandung

nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap

dalam jumlah seimbang. Nutrient yang dibutuhkan ternak

6

antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan

unsur anorganik serta mineral (Susanto, 2013).

Loka penelitian sapi potong adalah salah satu unit

pelaksana tekhnis (UPT) Pusat penelitian dan

Pengembangan peternakan , Badan penelitian dan

pengembangan pertanian (Departemen pertanian) yang

memiliki peran dalam mendukung pembangunan peternakan

melalui inovasi tekhnologi dalam peternakan sapi potong,

maka sangat perlu kiranya saya untuk melakukan Praktek

Kerja Lapang (PKL) untuk mempelajari manajemen pakan sapi

potong di Loka Penelitian Sapi Potong Grati Kabupaten

Pasuruan Jawa Timur.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas merumuskan,

bagaimana manajemen pakan sapi potong di Loka Penelitian

Sapi Potong di Grati, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.

1.3 Batasan masalah

7

Batasan masalah dari laporan praktek kerja lapang ini

meliputi :

A. Perencanaan manajemen pakan sapi potong di Loka

Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan Jawa Timur.

1. Bahan baku hijauan dan konsentrat yang digunakan.

2. Kebutuhan nutrisi sapi potong .

B. Pengorganisasian manajemen pakan sapi potong di Loka

Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan Jawa Timur.

1. Tinjauan umum organisasi

2. Struktur organisasi

3. Fungsi organisasi

C. Pelaksanaan manajemen pakan sapi potong di Loka

Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan Jawa Timur.

1. Formulasi ransum pada periode pembibitan dan

pembesaran.

2. Prosedur meramu pakan.

3. Metode pemberian pakan pada ternak sapi.

D. Pengawasan manajemen pakan sapi potong di Loka

Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan Jawa Timur.

8

1. Prosedur Pengawasan

a. Prosedur pengawasan bahan baku pada hijauan dan

konsentrat.

b. Prosedur pengawasan formulasi ransum.

c. Prosedur pengawasan kualitas ransum pakan.

d. Prosedur pengawasan hasil produksi pakan.

2. Tindak lanjut hasil pengawasan apabila ada

penyimpangan prosedur pelaksanaan manajemen pakan.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan PKL ini

adalah untuk mempelajari manajemen pakan sapi potong di

Loka Penelitian Sapi Potong di Grati, Kabupaten Pasuruan

Jawa Timur.

9

1.5 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin di peroleh dari penulisan ini

adalah:

1. Bagi mahasiswa selaku PKL.

Untuk menambah pengetahuan mahasiswa terkait

manajemen pakan yang selama ini hanya di lakukan

oleh mahasiswa dalam bentuk kajian secara teoritis.

2. Bagi Loka Penelitian Sapi Potong.

Sebagai bentuk pengabdian terhadap peningkatan

pengetahuan masyarakat khususnya mahasiswa atau

pelajar.

3. Bagi Fakultas Peternakan UNISLA.

Sebagai kontrol terhadap mahasiswa terkait

pengembangan ilmu untuk mahasiswa tersebut.

4. Bagi Pemerintah.

10

Sebagai pendukung program pemerintah dalam hal ini

Direktorat Jendral Peternakan dalam Program

Percepatan Swasembada Daging Sapi 2014 (P2SDS).

11

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sapi

2.1.1 Definisi Sapi

Sapi adalah hewan ternak anggota familia Bovidae dan

subfamilia Bovinae. Ternak sapi, khususnya Sapi potong

merupakan salah sumber daya penghasil daging yang

memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya di

dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau kelompok ternak

bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama

sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil

ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, dan tulang

(Sudarmono dan Sugeng 2009).

Dalam sistematika (taksonomi) hewan, kedudukan sapi

diklasifikasikan sebagai berikut (Setiadi dkk, 2012) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

7

12

Subkelas : Eutharia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Bovidae

Sub famili : Bovinae

Genus : Bos

Spesies : B. Primigenius

Subspesies : B. p. taurus

B. p. indicus

B. p. Javanicus

2.1.2 Jenis – jenis Sapi

Berdasarkan jenis sapi yang ada di Indonesia, ada

tiga sumber sapi yang bisa dijadikan bakalan untk

digunakan pada usaha penggemukan : sapi lokal, sapi murni

impor dan sapi sapi hasil silangan (Siregar, 2011).

1. Sapi Lokal

Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Ongole, Sapi Peranakan

Ongole, Sapi Aceh, Sapi Jantan FH.

2. Sapi Murni Impor

13

Sapi hereford, Sapi Shorthorn, Sapi Arberdeen Angus,

Sapi Charolais, Sapi Brahman.

3. Sapi Hasil Persilangan

Sapi Santa Gertrudis, Sapi Beefmaster, Sapi Brangus,

Sapi Charbray.

2.1.3 Performance Sapi

1. Sapi lokal

a. Sapi Bali

Sapi Bali mempunyai ciri khas bulu berwarna merah pada

jantan dan akan menjadi hitam ketika dewasa, dari lutut

ke tangkai bawah berwarna putih seperti memakai kaus

kaki, bagian pantat berwarna putih membentuk setengah

lingkaran, ujung ekor berwarna hitam, serta terdapa

garis belut warna hitam di punggung betina. Sapi bali

memiliki kepala pendek dan dahi datar. Sapi bali jantan

memiliki tanduk panjang dan besar yang tumbuh kesamping

belakang. Sebaliknya sapi betina memiliki tanduk yang

lebih pendek dan kecil.

14

b. Sapi Madura

Sapi Madura mempunyai karakteristik sangat seragam

yaitu bentuk tubuhnya kecil dengan kaki pendek dan

kuat. Tubuhnya berwarna merah bata agak kekuningan.

Bagian perut dan paha bagian dalam berwarna putih

dengan peralihan warna yang kurang jelas. Sapi ini

memiliki bentuk tanduk yang khas dan jantannya

bergumba.

c. Sapi Ongole

Sapi Ongole mempunyai ciri khas diantaranya kulit

berwarna putih dan sedikit keabuan, di bagian rahang

hingga dada tedapat gelambir tetapi tidak terlipat

seperti gelambir sapi brahman, badan besar dan panjang,

memiliki punuk dan sorotan mata teduh, serta bulu

disekitar mata, moncong dan ujung ekor berwarna hitam.

Sapi ini memiliki telinga yang lebar dan tubuh tegak.

d. Sapi peranakan ongole

Sapi Peranakan Ongole merupakan hasil persilangan dari

sapi ongole dengan bulu berwarna putih atau abu-abu,

15

tetapi ukuran tubuh dan punuknya lebih kecil

dibandingkan sapi ongole. Gelambirnya juga kelihatan

lebih kecil atau sangat sedikit. Jika dipelihara dengan

baik, sapi PO memiliki bobot badan 200-350 kg/ekor

dengan pertambahan bobot badan 0,6 – 0,8 kg/hari.

e. Sapi aceh

Sapi aceh juga merupakan turunan dari grading up sapi

ongole dengan sapi tempat. Pada umumnya, sapi aceh

mempunyai pola dasar warna bulu cokelat merah dan warna

menjangan. Umumnya sapi aceh berpunuk dan bertanduk.

Bobot badan sapi jantan berumur 3-4 tahun sekitar 300-

400 kg, sedangkan pada sapi betina pada umur yang sama

bobotnya sekitar 200-300 kg.

f. Sapi jantan FH

Sapi jantan FH memiliki ciri khas warna belang hitam

putih dengan bercak segitiga putih dibagian dahinya.

16

Sapi FH tidak berpunuk. Sapi ini memiliki pertambahan

bobot badan yang tinggi mencapai 1,1 kg/hari.

g. Sapi limousin

Sapi mempunyai tubuh besar, panjang, kompak dan padat.

Tubuh berwarna coklat muda, kuning hingga kelabu.

Pertumbuhan badannya sangat cepat dengan bobot badan

jantan dewasa bisa lebih dari 1.000 kg. Sapi ini sangat

terkenal dan disukai masyarakat.

2. Sapi impor

a. Sapi hereford

Sapi hereford mudah dikenali karena fisiknya yang cukup

mencolok. Warna tubuhnya merah dan mukanya berwarna

putih. Warna putih juga berada pada dada, sisi badan,

perut bawahserta keempat kaki dari batas lutut, bahu

dan ekor. Postur tubuhnya rendah tapi tegap. Urat

dagingnya padat. Bobot jantan dewasa bisa mencapai 850

kg, sedangkan betina sekitar 650 kg.

b. Sapi shorthorn

17

Sapi shorthorn memiliki bentuk tubuh besar persegi dan

kompak. Warna bulu bervariasi dari merah ke putih dan

kombinasi warna merah dan putih atau kelabu.

c. Sapi arbedeen angus

Sapi angus berasal dari daerah Skotlandia Utara. Sapi

ini memiliki pertumbuhan badan yang cepat dengan bobot

dewasa lebih dari 900 kg/ekor. Sapi ini mudah

beradaptasi dengan kondisi pakan dan lingkungan tropis.

d. Sapi charolais

Sapi charolais berasal dari prancis dan merupakan salah

satu jenis sapi pedaging yang terkenal dinegara mode

tersebut. Warna tubuhnya krem muda atau keputih-

putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar.

e. Sapi brahman

Sapi brahman memiliki ciri-ciri punuk yang besar pada

jantan tetapi kecil pada betina. Ukuran tubunnya besar,

panjang dengan kedalaman tubuh yang sedang.

3. Jenis-jenis sapi hasil persilangan

18

a. Sapi santa getrudis

Sapi ini memiliki ciri-ciri bergelambir dan jantan

berpunuk kecil. Bulunya berwarna coklat kemerahan,

pendek dan halus.

b. Sapi beefmaster

Sapi beefmaster pada postur tubuhnya dengan variasi

warna coklat, coklat kemerahan atau merah bercak putih.

c. Sapi brangus

Sapi brangus merupakan hasil persilangan dari sapi

arbeeeden anggus dengan sapi dengan sapi brahman.

d. Sapi charbray

Sapi charbray merupakan hasil persilangan dari sapi

brahman dengan sapi charolais. Warna bulunya krem agak

putih dengan tanduk dan punuk kecil.

2.2 Manajemen

2.2.1 Definisi Manajemen

19

Manajemen (Swastha dan Sukotjo, 2002) adalah ilmu dan

seni merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,

mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan

bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2.2.2 Fungsi-fungsi manajemen

Menurut (Lestari, dkk, 2011) Fungsi-fungsi manajemen

dibagi menjadi lima :

1. Perencanaan

Perencanaan adalah salah satu fungsi dalam

manajemen. Perecanaan adalah proses manajemen

bertalian dengan usaha melihat kedepan, menilai

peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang

dan bersiap untuk menghadapinya.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah proses membagi kerja ke

dalam komponen-komponen yang dapat dikelola dan

mengkoordinasikan hasil-hasil agar tercapai tujuan-

20

tujuan. Pengorganisasian ini bermanfaat, karena

jelas siapa yang menjalankan apa. Siapa bertanggung

jawab atas siapa, arus komunikasi dan memfokuskan

sumber daya pada tujuan.

3. Pengarahan

Pengarahan adalah cara pemimpin melakukan perintah

atau instruksi pada bawahan dan menunjukkan apa yang

seharusnya dilakukan. Pengarahan dilakukan oleh

penyelia dan meliputi hubungan sehari-hari antara

penyelia dengan bawahannya bertalian dengan

pelatihan, pengarahan, pengawasan, dan motivasi,

disiplin dan penyesuaian rencana dengan situasi.

4. Pengkoordinasian

Koordinasi merupakan proses peningkatan kegiatan

khusus individhu dan kelompok satu dengan yang

lainnya dan menjamin tercapainya tujuan bersama.

Koordinasi bertalian dengan usaha mensinkronkan dan

memadukan kegiatan sekelompok orang. Kegiatan yang

dikoordinasikan adalah kegiatan yang harmonis,

21

dirangkai satu dan disatupadukan mengarah pada

tujuan bersama.

5. Pengawasan

Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses

untuk menetapkan pekerjaan, apa yang sudah

dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi

dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan rencana semula.

22

2.3 Pakan

2.3.1 Definisi pakan

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan

bahwa pakan adalah zat yang ada di alam dan dikonsumsi

oleh hewan untuk kepentingan tubuhnya yang berupa bahan

pakan. Umumnya bahan pakan ternak terdiri dari dua macam

yaitu pakan berserat (roughages) dan pakan penguat

(konsentrat). Yang termasuk dalam bahan kelompok bahan

pakan berserat adalah hijauan (rumput alam, rumput

budidaya, leguminosa dan tanaman lain) serta limbah

pertanian (jerami padi, daun/ jerami jagung, pucuk tebu,

jerami kacang tanah, dan lain-lain. Bahan pakan

konsentrat terdiri dari biji-bijian, umbi-umbian, bahan

pakan asal hewan, dan limbah industri pertanian. Untuk

melengkapi kebutuhan ternak, biasanya diberi bahan pakan

tambahan (feed additive), berupa vitamin, mineral,

antibiotika, hormon, enzim dan lain-lain.

2.3.2 Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong

23

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan

bahwa kebutuhan zat pakan sapi tergantung pada berat,

fase pertumbuhan/reproduksi, dan laju pertumbuhan. Semua

zat pakan dibutuhkan dalam proporsi yang seimbang satu

sama lain. Oleh karenanya tidak ekonomis bila memberikan

sesuatu zat pakan dalam jumlah yang berlebihan

dibanding dengan zat pakan lainnya.

Energi dan protein merupakan zat pakan yang

dibutuhkan paling banyak sehingga paling banyak

memerlukan biaya. Kebutuhan kedua zat pakan itu harus

terpenuhi. Namun demikian, sejumlah mineral dan vitamin

juga harus ditambahkan agar energi dan protein tersebut

dapat digunakan secara maksimal oleh sapi.

Untuk mendapatkan penampilan sapi yang optimum,

dalam pemberian pakan harus dimengerti terlebih dahulu

kegunaan akan zat-zat pakan dan program pemberian makanan

yang paling murah.

1. Kebutuhan Air

24

Kebutuhan air dari sapi dipengaruhi oleh sejumlah

kondisi fisiologis dan lingkungan, meliputi laju

pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, aktivitas fisik,

tipe pakan, konsumsi bahan kering, konsumsi garam, dan

temperatur lingkungan. Kebutuhan minim sapi terhadap

air adalah merupakan pencerminan akan kebutuhan untuk

pertumbuhan badan, pertumbuhan janin, laktasi, dan

sejumlah air yang hilang lewat eksresi lewat urine,

faeces, dan keringat atau evaporasi dari paru-paru

atau kulit. Semuanya itu berpengaruh terhadap

kehilangan air yang pada gilirannya berpengaruh

terhadap kebutuhan air pada sapi. Kualitas air minum

untuk ternak sapi dipengaruhi oleh bebrapa hal,

diantaranya salinitas, kandungan nitrat, alkalinitas,

kontaminasi zat-zat racun, bahan radioaktif, dan

kontaminasi pestisida.

2. Kebutuhan Energi

Kebutuhan akan energi merupakan yang pertama-tama

harus dipenuhi dalam ransum. Kebutuhan akan energi

25

juga melebihi kebutuhan zat-zat pakan lain. Apabila

energi ransum tidak memenuhi kebutuhan maka kebutuhan

itu akan dipenuhi dengan membongkar timbunan lemak

tubuh. Bila timbunan lemak sudah habis maka kebutuhan

tersbut akan dipenuhi dengan membongkar protein.

3. Sumber Energi

Energi pada sapi didapat dari beberapa sumber, yaitu

karbohidrat, protein, dan lemak.

a. Karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa yang terbentuk dari

molekul karbon, hydrogen, dan oksigen. Sebagai salah

satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah

penghasil energi didalam tubuh. Proses oksidasi

(pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan

oleh sapi untuk menjalankan berbagai fungsi penting

bernafas, kontraksi jantung, dan aktifitas lainya.

Bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat untuk

pakan sapi adalah biji-bijian seperti jagung,

gandum, dan jewawut.

26

Karbohidrat dibagi menjadi :

1) BETN (Bahan Energi Tanpa Energi).

2) Serat kasar (SK)

b. Lemak

Pada pakan sapi potong, biasanya lemak hanya sedikit

saja ditemukan, kecuali bila sengaja ditambahkan.

Itupun tidak lebih dari 3-5% dari ransum total.

4. Kebutuhan Protein

Kebutuhan protein biasanya dinyatakan dalam presentase

protein total dan protein dapat dicerna dalam ransum.

Pada ransum berserat kasar tinggi, kandungan protein

dapat dicerna sekitar 60% dari protein total dan

sekitar 70% dari ransum berkonsentrat tinggi.

Dalam menyusun ransum sapi, hal yang dipentingkan

adalah kuantitas protein, bukan kualitasnya. Hal ini

karena ruminansia dapat mengubah protein berkualitas

rendah menjadi protein berkualitas tinggi dengan

adanya mikroorganisme yang tedapat pada rumen.

Meskipun demikian, pada sapi yang memiliki

27

produktivitas tinggi harus mendapat suplai protein

berkualitas tinggi dan tidak terdegradasi dalam rumen.

Hal tersebut karena protein mikroba yang terbentuk

dalam rumen tidak dapat memenuhi kebutuhan protein

sapi yang bersangkutan. Kebutuhan nutrisi protein

ruminansia dapat pula dipenuhi dengan nitrogen bukan

protein (NBP), misalnya urea.

5. Kebutuhan Vitamin

Secara umum, vitamin merupakan zat yang diperlukan

ternak agar dapat hidup dan tumbuh secara normal,

bukan sebagai penghasil energi maupun zat pembangun.

Vitamin juga berperan dalam transformasi energi dan

pengaturan metabolisme tubuh. Pada asalnya, kebutuhan

vitamin relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan

karbohidrat, lemak, dan protein. Namun, kekurangan

vitamin dapat menimbulkan akibat yang parah.

Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan sapi untuk

menunjang pertumbuhanya antara lain :

a. Vitamin A

28

- Fungsi Vitamin A untuk kesehatan kulit, mulut, mata,

perut, dan saluran genital. Vitamin A banyak

terdapat dalam hijauan segar.

- Kekurangan vitamin A menyebabkan radang mata, otot

sukar dikendalikan, dan langkah menjadi goyang.

- Kelebihan vitamin A akan disimpan dalam hati dan

lemak tubuh sebagai persediaan kalau mengalami

kekurangan vitamin ini, jika kelebihannya tinggi

akan menyebabkan keracunan dengan gejala keluar

lender berlebihan, nafsu makan berkurang, bulu

rontok, dan bengkak pada anus.

b. Vitamin D

- Fungsi Vitamin D membantu dalam proses metabolisme

kalsium dan fosfor serta berpengaruh langsung pada

pembentukan tulang.

- Kekurangan Vitamin D mengakibatkan terjadinya

penyakit tulang, kelahiran tidak sempurna, dan

menurunya fertilitas. Selain itu, menimbulkan

29

gejala nafsu makan berkurang, napas memburu, lemah,

dan muncul kejang.

c. Vitamin E

- Fungsi Vitamin E sebagai anti oksidan fisiologis

pada sapi. Dalam keadaan normal, ransum keseharian

sapi sudah mengandung Vitamin E yang cukup.

d. Vitamin K

- Berperan dalam mekanisme pengumpulan darah.

- Kekurangan Vitamin K berakibat sulitnya berhenti

pendarahan. Dalam keadaan normal, vitamin K dapat

disintesis mikroflora rumen sapi.

- Sumber vitamin K hijauan segar, buah-buah, dan

akar.

6. Kebutuhan Mineral

Sapi membutuhkan mineral untuk menunjang pertumbuhan

karena perannya dalam berbagai enzim dan reaksi kimia

dalam jaringan tubuh. Mineral juga sangat berperan

dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Mineral ada yang

dibutuhkan dalam jumlah relatif besar, atau disebut

30

major mineral, seperti Ca, P, Na, CI. Mg dan K. ada juga

mineral yang dibutuhkan dalam jumlah relative kecil

atau trace mineral contohnya I, Co, Mn, S, Cu, Fe, Se, dan

F.

Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong Jantan

Bobot

Badan

(kg)

PBBH

kg/har

i

Kebutuhan Nutrisi

Vitamin

(1.0000

IU)

TDN

(kg)

Protei

n

Kasar

Kalsiu

m (g)

Fosfo

r

(g)

1000,50 6 1,6 379 15 9

0,75 6 1,9 448 20 11

1,00 8 2,2 541 25 15

150

0,50 9 2,6 474 16 13

0,75 9 2,6 589 21 16

1,00 9 3,0 607 27 12

200

0,50 12 2,8 554 16 12

0,75 13 3,2 622 21 15

1,00 13 3,7 690 27 16

1,10 13 3,9 714 30 18

31

250

0,50 13 3,2 623 16 14

0,75 14 3,8 693 21 16

1,00 14 4,3 760 28 17

1,10 14 4,6 782 30 19

300

0,50 13 3,7 679 19 14

0,75 15 4,3 753 23 18

1,00 16 5,0 819 28 21

1,10 16 5,3 847 30 22

350

0,50 18 4,1 731 20 16

0,75 18 4,8 806 25 18

1,00 18 5,6 874 30 21

1,10 18 5.9 899 32 23

1,20 18 6.2 923 32 24

400

0,50 17 4,6 772 21 18

0,75 18 5,4 875 26 21

1,00 19 6,2 913 31 24

1,10 19 6.6 942 32 25

1,20 19 7.0 967 33 25

1,30 19 7,2 988 33 26

450 0,50 17 5 805 22 20

32

0,75 19 5,9 911 26 23

1,00 20 6,8 952 29 26

1,10 20 7.2 975 30 27

1,20 20 7.6 998 31 28

1,30 20 7,9 1018 32 29

Sumber: Siregar (2011).

33

Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong Betina.

Bobot

Badan

(kg)

PBBH

kg/har

i

Kebutuhan Nutrisi

Vitamin

(1.0000

IU)

TDN

(kg)

Protei

n

Kasar

Kalsiu

m (g)

Fosfo

r

(g)

1000,50 6 1,7 391 14 11

0,75 6 2 460 20 14

1,00 7 2,3 527 26 18

150

0,50 9 2,3 513 14 12

0,75 9 2,7 552 19 15

1,00 9 3,1 623 25 18

200

0,50 13 2,8 577 14 13

0,75 13 3,3 639 19 16

1,00 15 3,8 707 23 8

250

0,50 14 3,3 564 13 13

0,75 14 3,9 644 18 15

1,00 14 4,5 724 23 18

1,10 14 4,8 757 25 20

300 0,50 16 3,8 604 14 14

34

0,75 16 4,5 717 17 15

1,00 16 5,2 764 21 18

1,10 16 6,1 797 24 20

350

0,50 18 4,3 637 15 15

0,75 18 5,0 717 15 15

1,00 18 5,8 797 18 18

1,10 18 6.1 829 20 19

1,20 18 6.4 860 21 20

400

0,50 19 4,7 657 15 15

0,75 19 5,6 379 16 16

1,00 19 6,5 819 18 18

1,10 19 6.8 850 19 19

1,20 19 7.0 883 20 19

Sumber: Siregar, (2011).

2.3.3 Nutrisi Pakan

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan

bahwa dalam memilih bahan pakan ternak, perlu

diperhatikan nilai gizi (nilai nutrisi) bahan pakan

tersebut. Nilai gizi adalah zat-zat kimia yang terdapat

35

dalam pakan yang berguna untuk kelangsungan hidup ternak,

meliputi air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin,

mineral. Secara kimiawi nilai gizi bahan pakan dapat

diketahui melalui analisis proksimat.

1. Air

Kadar air dalam dalam bahan pakan ternak sangat

bervariasi. Pakan hijauan mengandung air 75-90%,

sedangkan bahan pakan kering mengandung kadar air

sekitar 10%. Kadar air sangat menentukan nilai nutrisi

bahan pakan.

2. Bahan kering

Bahan kering adalah komponen bahan pakan ternak yang

sudah tidak mengandung air.

3. Abu

Abu merupakan zat pakan anorganik. Abu mengandung

unsur mineral yang dibutuhkan oleh ternak, misalnya

Ca, K, Na, Mg, Fe, P dan Cl.

4. Protein

36

Protein dari bahan pakan asal tanaman terdapat pada

bagian utama dari jaringan-jaringan yang aktif. Daun

lebih banyak protein daripada tangkainya. Tanaman

leguminosa lebih banyak mengandung protein daripada

rumput. Pada waktu tanaman menjadi tua, kadar protein

dalam biji lebih banyak daripada bagian lainnya. Pada

bahan pakan asal hewan, protein merupakan zat pakan

terbesar (75-80% dari bahan kering),

5. Lemak

Lemak merupakan zat pakan sumber energi (2,25 kali

karbohidrat) dan sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan

K. Kadar lemak dapat diketahui jika bahan ektrak

dilarutkan dengan ether, tetapi zat-zat selain juga

ada yang ikut larut dalam ether sehingga lebih tepat

disebut lemak kasar (LK).

6. Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat gizi sumber energi dan sumber

vitamin yang larut dalam air. Karbohidrat merupakan

komponen terbesar dari bahan pakan asal tanaman. Dalam

37

analisis proksimat, yang termasuk kabohidrat adalah

bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan serat kasar

(SK).

2.3.4 Pembagian Bahan Pakan

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan

bahwa bahan pakan dikelompokkan menurut beberapa

kriteria. Beberapa sumber menyebutkan bahwa bahan pakan

dikelompokkan berdasarkan kelompok internasional dan

penggolongan berdasarkan komponen dalam bahan pakan

tersebut .

1. Berdasarkan kelas internasional.

a. Hijauan kering dan jerami

b. Hijauan segar

c. Silase

d. Sumber energi

e. Sumber protein

f. Sumber mineral

g. Sumber vitamin

38

h. Additives

2. Berdasarkan komposisinya

a. Pakan kering udara

Pakan ini memiliki berat kering lebih dari 80%. Adapun

pakan kering udara sebagai berikut.

Pakan sumber mineral

Pakan kasar

Konsentart

b. Pakan basah

Pakan basah mengandung bahan kering kurang dari 80%.

Adapun jenisnya sebagai berikut.

Butir-butiran

Molases

Hay lages

Silase

Hijauan segar

By product

Umbi-umbian

Susu segar

39

2.3.5 Formulasi Ransum

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan

bahwa tinggi rendahnya produktivitas ternak antara lain

ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pakan yang

dikonsumsinya.

a. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan.

Dalam penyusunan ransum, faktor-faktor yang harus

diperhatikan adalah konsumsi bahan kering dan

kebutuhan nutrisi yang meliputi energi, protein,

vitamin, dan mineral. Konsumsi bahan kering oleh

ternak tergantung pada faktor ternak, pakan, dan

lingkungan. Faktor ternak yang mempengaruhi konsumsi

pakan meliputi jenis ternak, ukuran tubuh, dan status

fisiologis ternak. Faktor pakan meliputi

palatabilitas, tekstur, kepadatan energi, bulkines, dan

kecernaan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

konsumsi bahan kering adalah suhu dan kelembapan.

b. Langkah-langkah menyusun ransum.

40

Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam

penyusunan ransum sebagai berikut :

Amati kondisi ternak, apakah dalam keadaan

pertumbuhan, produksi, atau kerja.

Persiapkan tabel kebutuhan nutrisi bagi ternak.

Persiapkan tabel komposisi nutrisi bahan pakan.

Putuskan bahan pakan yang akan digunakan sebagai

ransum.

Formulasikan komposisi bahan pakan yang akan

diberikan sebagai ransum pada ternak.

Apabila komposisi ransum sudah tersusun, hal-hal

berikut perlu diperiksa kembali.

1. Apakah ada nutrient yang defisien ?

2. Apakah ada zat nutrient yang berlebihan ?

3. Apakah ransum tersebut palatable ?

4. Apakah ransum tersebut ekonomis ?

41

5. Apakah ada nutrient yang perlu ditambahkan pada

ransum, misalnya mineral, sumber vitamin dan feed

additive ?

42

c. Metode penyusunan ransum.

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) Ada beberapa

metode yang dapat digunakan dalam penyusunan ransum.

Contoh-contoh yang diberikan adalah cara menyusun

ransum dengan mempertimbangkan kandungan protein. Pada

ruminansia, protein pakan dapat dibagi dua kelompok,

yaitu protein terdegradasi didalam rumen (RDP = rumen

degradable protein) dan protein tak terdegradasi (UDP =

udegradable protein). UDP disebu juga sebagai bypass

protein. Kebutuhan rumen Degradable Nitogen (RDN) = 30

g N/kg DOMR (Organic Meter Apparent Digested in the Rummen)

sebagai berikut .

1. Bahan organik tecerna (DO)

= ME : 15,58

2. Bahan organik terpecah dalam rumen (DOMR).

= 65%

3. Kebutuhan RDN

=1,25 ME

43

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) Estimasi jumlah

nitrogen dalam asam amino mikroorganisme rumen yang

terarbsorbsi dari saluran pencernaan dan tinggal

didalam jaringan tubuh sebagai berikut.

1. TMN = 0,53 ME (g/hari-1)

2. Basal Endogenous Nitrogen

= 0,35 g N/kg BB0,75/hari

= 2,1875 g prot/kg BB0,75/hari.

3. Bulu = 0,018 gN/kg BB0,75/hari.

= 0,1125 g prot/kg BB 0,75/hari.

4. Kebutuhan N untuk pokok hidup

= 0,368 g N/kg BB0,75/hari

= 23 g prot/kg BB0,75/hari

2.3.6 Tekhnik Formulasi Ransum.

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan

bahwa tekhnik formulasi ransum ada empat antara lain :

1. Menggunakan 2 bahan pakan.

2. Menggunakan 3 bahan pakan atau lebih.

44

3. Menggunakan bahan jadi.

4. Persamaan aljabar secara simultan.

2.3.7 Ragam Formulasi Ransum

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan

bahwa ransum sapi sebaiknya disusun berdasarkan status

fisiologis sapi, kebutuhannya, dan terdiri dari berbagai

bahan pakan agar saling melengkapi satu sama lain. Ransum

sapi yang baik adalah ransum yang seimbang, yaitu ransum

yang mengandung semua zat nutrien (jumlah dan macam

nutriennya) dan perbandingan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi sampai selam 24 jam sesuai dengan

tujuan pemeliharaan ternak. Pakan yang dikonsumsi oleh

sapi digunakan untuk pokok hidup dan produksi. Penggunaan

pokok hidup antara lain untuk menggantikan sel rusak,

basal metabolisme, dan regulasi suhu tubuh. Sementara

produksi pada sapi potong digunakan untuk pertumbuhan,

penggemukan, dan reproduksi. Berikut disajikan formulasi

ransum dari beberapa status sapi potong.

45

1. Pedet sapihan

Pedet akan disapih setelah umurnya mencapai bulan ke-7

(205 hari). Pada saat ini, pedet diharapkan mampu

mengonsumsi dan memanfaatkan pakan kasar dengan baik

sampai dengan umur 12 bulan. Formulasi ransum yang

disajikan disusun berdasarkan target PBBH >0,6

kg/ekor/hari. Bobot badan pedet berkisar 150-175 kg.

Berdasarkan kondisi tersebut, formulasi ransum yang

bisa diberikan pada pedet tersebut berupa campuran 2-3

kg konsentrat komersial/dedak padi kualitas baik, 3 kg

kulit singkong, 3-4 kg rumput segar, dan 1-2 kg jerami

padi kering.

2. Sapi dara

Sapi dara adalah sapi yang akan dijadikan

induk/bakalan untuk digemukkan. Sapi ini memiliki

bobot badan 300 kg dengan kenaikan berat badan 50

g/hari. Formulasi ransum yang bisa diberikan bisa

terdiri dari campuran 6,67 kg jerami padi, 2,44 kg

dedak halus, dan 1,22 kg bungkil kelapa.

46

3. Sapi bunting tua

Sapi bunting membutuhkan energi yang tinggi dalam

ransumnya. Oleh karenanya, biasanya peternak

menerapkan flushing, yaitu menambahkan kadar energi

dalam sapi bunting, terutama ketika kan melahirkan.

merejang. Sapi bunting tua dengan bobot badan 325-

350 kg bisa diberi ransum yang terdiri dari campuran

2-3 kg konsentrat komersial/dedak padi kualitas baik,

4-6 kg tumpi jagung, 1 kg kulit kopi, 3-4 kg rumput

segar, dan 4-5 kg jeami padi kering.

4. Sapi menyusui

Sapi menyusui akan menghasilkan susu yang dikonsumsi

oleh pedet. Pedet akan menyusui hingga umurnya

mencapai 7 bulan. Selama itu, induk harus diberi pakan

dengan kandungan nutrisi yang bagus. Sapi menyusui

dengan bobot badan 300 kg dapat diberi ransum yang

terdiri dari campuran 4-7 kg konsentrat

komersial/dedak padi kualitas baik, 6 kg tumpi jagung,

4 kg rumput segar, dan 5 kg jerami padi kering yang

47

diberikan secara ad-libitum. Sementara induk menyusui

dengan berat badan 350 kg bisa diberikan ransum yang

terdiri dari campuran 33,33 kg rumput gajah, 1,28 kg

bungkil kelapa, 283 kg tetes dan 0,0036 g urea.

5. Sapi jantan

Sapi jantan bisa digunakan sebagai bakalan untuk

digemukkan atau untuk calon pejantan. Dengan bobot

badan 300 kg dan kenaikan berat badan 1 kg/hari, sapi

jantan bisa diberi ransum yang terdiri dari campuran

3,12 kg jerami padi, 3,64 dedak halus, 1,67 kg bungkil

kelapa, 1,42 kg gaplek, dan 712, 9 g tetes.

2.3.8 Metode Pemberian Pakan

Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan

bahwa ransum hendaknya tidak diberikan sekaligus dalam

jumlah banyak setiap harinya melainkan dibagi menjadi

beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya pukul 07.00),

sebaiknya sapi diberi sedikit hijauan untuk merangsang

keluarnya saliva (air ludah). Saliva berfungsi sebagai

48

larutan buffer (penyangga) didalam rumen sehingga pH rumen

tidak mudah naik maupun turun pada saat sapi diberi

konsentrat. Pemberian konsentrat dengan kandungan

karbohidrat tinggi akan mudah terfermentasi sehingga

menghasilkan asam lemak mudah terbang (volatile fatty acid, VFA)

yang berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara pemberian

konsentrat yang banyak mengandung protein terdegradasi

(rumen degradable protein, RDP) akan menghasilkan NH3 yang

meningkatkan pH rumen. Kondisi peningkatan atau penurunan

pH rumen secara ekstrim akan berbahaya bagi kesehatan,

ternak, bahkan dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya

kematian pada ternak.

Setelah mengonsumsi sedikit rumput, tersebut diberi

setengah jatah konsentrat. Misalnya, apabila jatah

konsentrat yang harus diberikan 6 kg maka pada pagi hari

diberikan konsentrat sebanyak 3 kg. Dua jam kemudian

hijauan diberikan lagi. Pada sore hari (sekitar pukul

15.00), konsentrat bagian kedua diberikan. Selanjutnya,

pada pukul 17.00, hijauan diberikan lagi.

49

Ternak yang tidak biasa diberikan konsentrat

seringkali tidak mau memakannya. Oleh karena itu, harus

dilatih terlebih dahulu. Biasanya setelah satu minggu,

ternak akan terbiasa untuk makan konsentrat. Apabila

ternak mendapatkan konsentrat yang kering, hendaknya

diberi sebaiknya pemberian air minum ditingkatkan.

Caranya dengan menyediakan tempat minum didalam kandang

sehingga sapi bebas mengonsumsinya.

50

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan lokasi kegiatan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) telah dilaksanakan pada

tanggal 18 Februari 2014 sampai dengan 21 Maret 2014 di

Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan, Jawa Timur.

3.2 Metode praktek kerja lapang

Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapang ini

adalah :

1. Metode Observasi

Pengumpulan data dengan cara penulis mengamati secara

langsung kegiatan operasional yang ada di lapangan.

2. Metode Wawancara

Wawancara ini dilakukan kepada pembimbing lapangan

Praktek Kerja Lapang dan pada kepala kandang dan anak

kandang yang bersangkutan.

32

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Umum Obyek Lokasi

4.1.1 Sejarah

Sejarah Loka Penelitian Sapi Potong telah dimulai

sejak tahun 1949. Selama lebih dari enam puluh tahun,

instansi ini mengalami beberapa kali perubahan organisasi

maupun tugas pokok dan fungsinya. Tahun 1949 sampai 1950,

pertama kali didirikan di Mojokerto dengan nama Balai

Peternakan. Tahun 1950 sampai 1952, pada tahun 1950

dipindahkan ke Grati dengan nama baru Balai Peternakan

Oemoem (BPO), dengan kegitan utama pembibitan ayam ras

dan menyelenggarakan penyuluhan sampai tahun 1952. Pada

tahun 1952 sampai 1961, berganti nama kembali menjadi

Balai Penyelidikan Peternakan (BPP), dengan tugas utama

mempelajari pengolahan dan pengawetan susu (keju,

mentega, yoghurt dan lain-lain). Lalu tahun 1961 sampai

1966 kembali memiliki nama baru Lembaga Penelitian

52

Peternakan (LPP) cabang Grati, tugas utama LPP waktu itu

adalah melakukan penelitian untuk memecahkan masalah-

masalah peternakan di Jawa Timur dan di Indonesia bagian

timur.

Tahun 1966 sampai 1968, terkait dengan kondisi

politik waktu itu, terjadi kesulitan dana, fasilitas dan

keterbatasan peneliti. Kemudian namanya diubah menjadi

Lembaga Peternakan Cabang Grati, tugas pokoknya bukan

lagi penelitian melainkan sebagai Institusi penyediaan

dan pengadaan sumber bibit ternak dan rumput Indonesia

bagian timur. Kemudian tahun 1968 sampai 1980 pada saat

menjadi Lembaga Peternakan Cabang Grati kegiatan-

kegiatannya dirasa kurang efektif, sehingga namanya

dikembalikan lagi menjadi Lembaga Penelitian Peternakan

(LPP) cabang Grati dengan fungsi baru yaitu melakukan

kegiatan penelitian sesuai dengan program yang diberikan

oleh Lembaga Penelitian Peternakan Bogor.

Tahun 1980 sampai 1995, berdasarkan Keputusan

Menteri Pertanian no. 861/Kpts/ORG/12/1980 tertanggal 2

33

53

Desember 1980, Lembaga Penelitian Cabang Grati ditetapkan

sebagai Sub Balai Penelitian Ternak (Sub Balitnak) Grati,

yang disempurnakan lagi dengan Surat Keputusan Menteri

Pertanian no. 613/Kpts/OT.210/B/1984 tertanggal 16

Agustus 1984. Merupakan Institusi yang menjadi

kepanjangan tangan dari Balai Peternakan Ternak

(Balitnak) di Ciawi, Bogor yang berada di Jawa Timur.

Selain Sub Balitnak Grati, waktu itu terdapat pula Sub

Balitnak di Klepu (Jawa Tengah), Sei putih (Sumatera

Utara), Goa

(Sulawesi Selatan), dan Lili, Kupang (Nusa Tenggara

Timur).

Selama tahun 1995 sampai 2002, pada tahun 1995

terjadi perubahan induk organisasi yang menaungi, dari

Balai Penelitian Ternak menjadi Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Jawa Timur. Perubahan tersebut

mengakibatkan nama Sub Balitnak berubah menjadi Instalasi

Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP)

Grati dengan mandat penelitian dan pengkajian bidang

54

peternakan. Setelah itu pada awal tahun 2002 terjadi

perubahan induk organisasi kembali. Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Pertanian no. 72/Kpts/OT.210/1/2002

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian

berubah menjadi Loka Penelitian Sapi Potong. Loka

Penelitian Sapi Potong merupakan unit pelaksana teknis

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang secara

organisatoris dibawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

(Puslitbangnak) di Bogor. Perubahan tersebut terjadi

hingga sekarang dengan nama Loka Penelitian Sapi Potong.

4.1.2 Lokasi

Kantor Pusat Penelitian Sapi Potong (Gambar 1)

beralamat di Jl.Pahlawan no. 2 Desa Ranuklindungan Kec.

Grati, Kab. Pasuruan, Jawa Timur 67184 dengan nomer

telepon 0343-481131 dan nomor faks 0343-481132. Loka

Penelitian ini berada sekitar 16 km sebelah timur kota

55

Pasuruan, tepatnya sekitar 1700 m dari jalan raya antara

Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo.

Gambar 4.1 Kantor Loka Penelitian Sapi Potong Grati,

Pasuruan, Jawa Timur

Loka Penelitian Sapi Potong memiliki beberapa sarana

dan prasarana yang berguna untuk mendukung dan

memperlancar kegiatan pemeliharaan dan penelitian. Luas

lahan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan ternak

dan administrasi perkantoran adalah seluas 135.555 m2

yang digunakan untuk bangunan perkantoran, kandang

percobaan, laboratorium (nutrisi makanan ternak dan

reproduksi), perpustakaan, mess, tempat penimbangan truk,

56

mushola, rumah dinas, pos penjaga, parkir, gudang pakan,

gazebo, digester dan lahan hijauan pakan (rumput dan

legum).

4.1.3 Visi dan Misi

Loka Penelitian Sapi Potong merupakan lembaga

penelitian sapi potong mandat nasional bertaraf

internasional yang berperan aktif dalam pengembangan dan

merekayasa teknologi peternakan strategis melalui

pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah sapi

potong dengan teknologi pemuliaan, reproduksi, pakan, dan

manajemen pemeliharaan guna mendapatkan bibit dan

teknologi sapi potong.

Misi yang disusun untuk melaksanakan visi Loka

Penelitian Sapi Potong antara lain yaitu menciptakan

produk biologi berupa bibit sapi potong (pejantan sebagai

sumber semen), rekomendasi model, metode dan formulasi

teknologi pakan, informasi usaha peternakan sapi potong

57

komersial serta mengembangkan kerja sama penelitian sapi

potong.

4.1.4 Struktur Organisasi

Loka Penelitian Sapi Potong merupakan unit pelaksana

teknis Badan Litbang Pertanian yang dibentuk pada tahun

2002, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Puslitbang Peternakan, sesuai dengan Surat

Keputusan Menteri Pertanian no. 72/Kpts/OT.210/1/2002

tanggal 29 Januari 2002. Memperhatikan keputusan Kepala

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor:

OT.130.95.2003, tentang pembentukan kelembagaan internal

pada unit kerja dan unit pelaksana teknis dilingkungan

Badan Litbang Pertanian, Kepala Loka Penelitian

Peternakan Sapi Potong guna membantu dalam melaksanakan

tugas-tugasnya melalui Surat Penugasan Nomor:

49/KP.440/J.3.5/02/05 tanggal 1 Februari 2005. Guna

mendukung mobilitas dan pendayagunaan manajemen secara

optimal dalam struktur organisasi ditunjukkan pula garis

58

komando dan koordinasi serta implementasi tugas pokok dan

tanggung jawab masing-masing satuan organisasi. Badan

struktur organisasi Loka Penelitian Sapi Potong Grati

tersaji pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Loka Penelitian Sapi

Potong Grati.

59

4.1.5 Populasi Ternak

Bangsa sapi potong yang dipelihara di Loka

Penelitian Sapi Potong antara lain yaitu sapi Peranakan

Ongole (PO), sapi Bali dan sapi Madura. Sebagian besar

sapi PO berasal dari hasil pejantan di Loka Penelitian

Sapi Potong, sebagian yang lain adalah hasil penjaringan

dari luar. Data populasi ternak di Loka Penelitian Sapi

Potong disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data populasi ternak di Loka Penelitian Sapi Potong(ekor)

Bangsa Materi

Status fisiologis

TotalDewasa Muda Pedet>18bln

12-18bln

7-12bln

<7bln

♂ ♀

♂ ♀ ♂

♀ ♂

♀ ♂ ♀ JML

PO Jumlah20 64 3

109 12 4 27

21

247

538 785

Bali Jumlah 28 0 1

0143 0 0 0 0 38 14

3 181

Madura Jumlah 0 0 10

146 0 0 0 0 10 14

6 156

TOTAL295

827

1122

Sumber : Loka Penelitian Sapi Potong, (2014)

4.2 Analisis dan Pemecahan Masalah.

60

4.2.1 Aspek Perencanaan

4.2.1.1 Perencanaan Bahan Pakan

Loka penelitian sapi potong sebagian besar memenuhi

kebutuhan pakan untuk ternak yang dipelihara dengan

memanfaatkan limbah pertanian atau limbah industri

pertanian yang tidak dikonsumsi oleh manusia. Pakan yang

digunakan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang

digunakan berupa rumput gajah, rumput lersia, leguminosa

segar mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang

dibutuhkan oleh ternak. Sedangkan hijauan kering berupa

jerami padi. Jerami padi diberikan dalam bentuk jerami

padi kering yang selalu tersedia di bank pakan pada

kandang kelompok. Bank pakan ini bertujuan agar dapat

menyediakan/memenuhi kebutuhan hijauan kering sepanjang

hari, Efisiensi tenaga kerja (bank pakan dapat diisi

setiap satu minggu), sehingga petani dapat mengatur

waktu.

Pemberian pakan ternak mengacu pada pola LEISA (Low

External Input Sustainable Agriculture). LEISA merupakan

61

pemberian input yang rendah dari luar untuk pertanian

berkelanjutan. LEISA bertujuan untuk memaksimalkan

produksi dan mampu mencapai tingkat produksi yang stabil

dan memadai dalam jangka panjang. Disamping itu LEISA

merupakan penggabungan dua prinsip yaitu agro ekologi

serta pengetahuan dan pertanian masyarakat

setempat/kearifan lokal. Secara singkat LEISA dapat

dijabarkan sebagai berikut : optimalisasi sumberdaya

lokal, maksimalisasi daur ulang (zero waste), minimalisasi

kerusakan, lingkungan ( ramah lingkungan), diversifikasi

usaha, pencapaian tingkat produksi yang stabil dan

memadai, dan menciptakan kemandirian petani.

Pakan konsentrat yang digunakan berupa konsentrat

campuran dari beberapa bahan pakan seperti : bekatul,

tumpi jagung, bungkil kopra, kulit kopi, garam, kapur,

tetes dan mineral. Semua bahan tersebut dicampur jadi

satu hingga homogen. Pencampuran bahan pakan dilakukan

menggunakan mesin mixer bahan pakan.

62

Penyusun ransum pada tabel adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Jenis, harga dan asal bahan pakan.No. Bahan Pakan Presenta

se (%)Harga(Rp/

kg) Supplier

1. Tumpi jagung 20 850* Probolinggo

2. Kulit kopi 15 300* Pandaan 3. Dedak PK 2 30 1650* Probolingg

o4. Bungkil Kopra 23 2800* Surabaya5. Garam 1 1200* Pasuruan6. Kapur 1 3500* Pasuruan7. Tetes 10 450.000/

drum* Pasuruan

*) Harga bahan pakan di Loka Penelitian Sapi Potong,

periode Januari-Februari 2014.

4.2.1.2 Cara Memperoleh Bahan Pakan.

a. Hijauan Pakan Ternak.

Pakan hijauan yang diberikan di Loka Penelitian Sapi

Potong berasal dari tiga kebun milik Loka Penelitian Sapi

Potong :

Kebun Sumberagung : ± 48,380 m2

Kebun Ranuklindungan : ± 3.500 m2

63

Kebun Parasan : ± 100,475 m 2

Luas Keseluruhan : ± 152,355 m2

Pemotongan hijauan berupa rumput dilakukan setiap

hari dengan sistem rotasi pada setiap kebun percobaan

dengan umur potong sekitar 35 hari, sehingga diharapkan

tidak terjadi kekosongan dalam penyediaan hijauan pakan

untuk ternak di Loka penelitian sapi potong.

b. Konsentrat

Bahan pakan yang digunakan di Loka Penelitian Sapi

Potong merupakan bahan pakan lokal yang murah. Dalam hal

ini bahan pakan yang digunakan merupakan bahan pakan yang

mudah diperoleh disekitar area pemeliharaan ternak serta

fluktuasi dari bahan pakan yang digunakan tidak terlalu

besar dan ketersediaan bahan pakan dapat dipertahankan.

Penggunaan bahan pakan yang murah merupakan keunggulan

utama dari Lolitsapo yaitu mampu memanfaatkan pakan lokal

64

yang murah sehingga ternak sapi potong yang dihasilkan

mampu bersaing dengan sapi persilangan dengan pemberian

pakan yang tergolong mahal. Keberhasilan ataupun

kegagalan usaha peternakan sapi potong banyak ditentukan

dari faktor pakan. Menurut Mariyono (2006), pada usaha

peternakan rakyat, pemberian pakan dilakukan secara

tradisional, bersifat turun temurun dan belum berwawasan

agribisnis. Pakan hijauan sangat bervariasi baik dari

jenis maupun jumlahnya, sedangkan pakan penguat diberikan

dalam jumlah yang terbatas dan tidak menentu.

Menurut Mariyono (2006), tidak ada susunan ransum

dan strategi pakan sapi potong terhebat yang dapat

diterapkan pada semua sistem usaha peternakan sapi potong

yang tersebar di berbagai lokasi usaha, yang terhebat

adalah strategi mengungkap dan mengubah bahan pakan

potensial setempat menjadi produk aman, sehat, utuh dan

halal. Pemanfaatan hasil samping pertanian, perkebunan

serta disersifikasi produk samping (by product)

agroindustri yang dianggap sebagai pencemar lingkungan

65

secara optimal dapat digunakan sebagai bahan pakan

melalui pengembangan integrasi CLS (crop livestock system)

yang ramah lingkungan atau dikenal dengan zero waste

production system.

Dari hasil wawancara dengan pengelola pakan di Loka

Penelitian Sapi Potong diperoleh kandungan nutrisi

penyusun ransum sebagaimana pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum(%BK) .

BahanPakan

Hasil Analisis Proksimat (% BK) Energy

(kg)BK PK LK SK ABU BETN TDN

Dedak PK

2

89,9

7

7,5

6

6,9

9

18,9

2

16,8

744,04

49,3

4

3525,

6

Tumpi90,7

2

7,0

4

1,9

9

18,0

83,18 68,82

57,3

7

3939,

4

Bungkil

kopra

92,0

9

21,3

2

10,4

45,73 7,36 55,14

74,4

2

3501,

0

Kulit

kopi

89,4

9

8,4

0

2,0

9

26,1

08,75 46,02

53,2

9

3418,

5

Garam 100 - - - - - -

66

Kapur 100 - - - 100 - -

Tetes76,3

6

2,2

0

0,0

00,50 8,67

71,7

5

Sumber : Loka Penelitian Sapi Potong.

Adapun kandungan nutrisi konsentrat yang diberikan

ditampilkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Kandungan Ransum Konsentrat.

PakanKandungan

PK LK SK TDNRansum

Konsentrat 11,59% 4,82% 14,73% 63,62%

Sumber : Loka Penelitian Sapi Potong.

4.2.1.3 Penyimpanan Bahan Pakan.

Penyimpanan bahan pakan bertujuan untuk melindungi

bahan pakan dari kontaminan yang dapat mengakibatkan

kerusakan pada bahan pakan. Untuk hijauan berupa rumput

gajah tidak mengalami penyimpanan dikarenakan hijauan

diberikan pada ternak dalam bentuk segar, untuk hijauan

67

kering jerami padi penyimpanan pertama dilakukan bank

pakan lapangan, bank pakan lapangan terdapat pada ladang

persawahan yang bertujuan untuk mempermudah dalam

pengaturan penyediaan pakan jerami yang dikumpulkan

supplier / petani, pada penyimpanan kedua dilakukan di

bank pakan kandang , penyimpanan bahan pakan ini terletak

dikandang sapi kelompok sekaligus ternak akan mengonsumsi

bahan pakan jerami yang tersedia di bank pakan ini.

Gambar 4.3 Bank Pakan

Pada bahan pakan konsentrat sebagian penyimpanan

diletakkan di gudang pakan dan sebagian ditempat

pencampuran bahan pakan, penyimpanan bahan pakan

konsentrat di Loka sudah agak baik tapi alangkah baiknya

68

apabila semua aspek dalam penyimpanan bahan pakan agar

diperhatikan dikarenakan kondisi lapangan menunjukkan ada

sebagian bahan pakan alasnya tidak diberi pallet yang

berguna untuk menjaga kelembapan bahan pakan yang

mengakibatkan kerusakan bahan pakan, kemudian pada gudang

pakan alangkah baiknya agar melakukan penataan yang

teratur dan memenuhi kaidah persyaratan penyimpanan bahan

pakan yang baik.

Gambar 4.4 Gudang Bahan Pakan.

Rasyaf (1992), menyatakan bahwa bahan pakan dalam

keadaan kering dan didukung dengan pemberian papan pada

alasnya dengan tujuan agar bahan pakan tidak terkontak

69

lagsung dengan tanah. Dengan demikian kelembapan yang

tinggi akan meningkatkan suhu dan mempercepat tumbuhya

jamur serta akan menurunkan kandungan nutrisi dalam bahan

pakan tersebut. Oleh sebab itu penyimpanan bahan pakan

untuk konsentrat disimpan dalam suatu gudang pakan

ternak dengan cukup cahaya dan ventilasi udara, sedangkan

untuk hijauan karena pemberian bersifat langsung maka

tidak memerlukan tempat untuk menyimpan khusus.

4.2.2 Aspek Nutrisi

Khusus untuk Loka Penelitian Sapi Potong dalam

menentukan penyusunan ransum Loka menggunakan acuan

standar kebutuhan nutrisi untuk sapi potong dengan

menggunakan acuan standar Kearl (1992) atau tabel NRC

dalam penyusunan ransum guna mengetahui kebutuhan

berdasarkan status fisiologis ternak, tabel kebutuhan

nutrisi standar acuan Kearl dapat dilihat pada tabel 4.7.

70

Tabel 4.7 Tabel Kebutuhan Nutrisi Standar Kearl.Berat badan PBBH BK ME TDN Protei

nKalsiu

mFosfo

r

(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (gr) (gr) (gr)

A. SapiJantan            

150 0 3 5,1 1,4 231 6 6  0,25 3,8 6,56 1,8 400 12 9  0,5 4,2 8,02 2,2 474 16 10  0,75 4,4 9,55 2,6 589 21 13

  1 4,5 10,93 3 607 27 16

200 0 3,7 6,3 1,8 285 6 6  0,25 4,5 8,1 2,2 470 11 9  0,5 5,2 9,9 2,8 554 16 12  0,75 5,4 11,7 8,2 622 21 15

  1 5,6 13,51 3,7 690 27 17

250 0 4,4 7,4 2 337 9 9  0,25 5,3 9,52 2,6 534 12 10

  0,5 6,2 11,64 3,2 623 16 14

  0,75 6,4 13,78 3,8 693 21 17

  1 6,6 15,84 4,3 760 28 19

300 0 5 8,5 2,4 385 10 10  0,25 6 10,9 3 588 15 11  0,5 7 13,4 3,7 679 19 14  0,75 7,4 14,8 4,3 753 23 18

  1 7,5 18,23 5 819 28 21

350 0 5,7 9,5 2,6 432 12 12

  0,25 6,8 12,22 3,3 635 16 14

  0,5 7,9 14,94 4,1 731 20 16

  0,75 8,3 17,6 4,8 806 25 18

71

6

  1 8,5 20,38 5,6 874 30 21

  1,1 8,5 21,47 5,9 899 21 23

Sapi Dara            Hidup pokok

dan            Pertumbuhan

  0,25 2,9 1,3 4,9 206 13 10  0,5 3,1 1,7 6 262 14 11  0,75 3,2 2 7,1 319 20 14  1 3,3 2,3 8,2 375 26 18

150 0 3,3 1,6 5,3 127 5 5  0,25 4 1,9 6,8 258 13 11  0,5 4,2 2,3 8,3 315 14 12  0,75 4,4 2,7 9,8 368 19 15  1 4,5 3,1 11,3 428 25 18200 0 4 1,8 6,5 157 6 6  0,25 4,9 2,3 8,3 302 10 10  0,5 5,6 2,8 10,2 358 14 13  0,75 5,5 3,3 12,1 415 19 16  1 5,6 3,8 13,9 472 23 18250 0 4,8 2,1 7,6 185 7 7  0,25 5,8 2,7 9,8 340 12 12  0,5 6,2 3,3 12 395 13 13  0,75 6,5 3,9 14,2 451 18 15

Berat badan PBBH BK ME TDN Protein Kalsium Fosf

or

(kg) (kg) (kg)

(Mcal) (kg) (g) (g) (g)

  1 6,6 4,5 16,3 507 23 18300 0 5,5 2,4 8,8 212 9 9  0,25 6,7 3,1 11,2 368 13 13  0,5 7,1 3,8 13,8 423 14 14  0,75 7,4 4,5 16,3 502 17 15  1 7,6 5,2 18,8 535 21 18           

B. Sapi          

72

induk-3 bulan          kebuntingan

300 0.6 7.40

14.20 3.9 614 18 18

350 0.6 8.30

16.10 4.4 650 19 19

400 0.6 9.20

17.80 4.9 671 19 19

- 3 bulanterakhir          

kebuntingan

300 0.4 6.90

12.40 3.4 409 11 11

350 0.4 7.70

13.90 3.8 444 12 12

400 0.4 8.50

15.40 4.2 480 14 14

- sapimenyusui          

300 - - 15.20 4.2 686 23 23

350 - - 16.40 4.5 721 24 24

400 - - 17.50 4.8 757 25 25

Kearl, (1992) dalam Umiyasih dan Yenny (2007).

Menurut Rianto dan Purbowati (2009) kebutuhan zat

pakan sapi tergantung pada berat, fase

pertumbuhan/reproduksi, dan laju pertumbuhan. Semua zat

pakan dibutuhkan dalam proporsi yang seimbang satu sama

lain. Untuk mendapatkan penampilan sapi yang optimum,

dalam pemberian pakan harus dimengerti terlebih dahulu

73

kegunaan akan zat-zat pakan dan program pemberian makanan

yang paling murah.

4.2.3 Aspek Pelaksanaan.

4.2.3.1 Aspek Pelaksanaan Formulasi Ransum.

a. Pelaksanaan Formulasi Ransum Pada Periode Pembibitan

dan Pembesaran.

Pada pelaksanaan formulasi ransum pada periode

pembibitan dan pembesaran ternak sapi potong di Loka

Penelitian Sapi Potong, tidak banyak perbedaan dalam

penyusunan formulasi pakan pada setiap periode

pertumbuhan ternak, perbedaan pakan yang diberikan

diutamakan pada sapi bunting tua dan masa laktasi, pada

masa pertumbuhan perbedaan pakan terletak pada jumlah

pakan yang dikonsumsi pada setiap periode pemeliharaan.

74

Gambar 4.5 Proses Formulasi Ransum

Menurut Rianto dan Purbowati (2009) Dalam

penyusunan ransum, faktor-faktor yang harus diperhatikan

adalah konsumsi bahan kering dan kebutuhan nutrisi yang

meliputi energi, protein, vitamin, dan mineral. Konsumsi

bahan kering oleh ternak tergantung pada faktor ternak,

pakan, dan lingkungan. Faktor ternak yang mempengaruhi

konsumsi pakan meliputi jenis ternak, ukuran tubuh, dan

status fisiologis ternak. Faktor pakan meliputi

palatabilitas, tekstur, kepadatan energi, bulkines, dan

kecernaan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

konsumsi bahan kering adalah suhu dan kelembapan.

75

b. Pelaksanaan Prosedur Meramu Pakan.

Prosedur meramu pakan di Loka Penelitian Sapi

Potong memiliki prosedur yang ditentukan dalam proses

meramu bahan pakan, peramuan pakan dilakukan petugas

antara lain :

- Mixer dinyalakan.

- Mencampur bahan yang jumlahnya paling sedikit.

- Memasukan sebagian bahan pakan yang jumlahnya banyak

kedalam mesin.

- Memasukan sebagian bahan yang jumlahnya sedang

kedalam mesin.

- Memasukan bahan pakan yang jumlahnya sedikit kedalam

mesin.

- Memasukan sebagian bahan pakan yang jumlahnya banyak

kedalam mesin.

- Memasukan sebagian bahan pakan yang jumlahnya sedang

kedalam mesin.

- Kemudian semua bahan pakan yang sudah masuk di

mixing.

76

- Bahan pakan siap dimasukkan pada karung sak yang

nantinya siap didistribusikan di setiap kandang.

Gambar 6. Meramu Pakan

Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1994) yang

menyatakan bahwa untuk bahan baku yang jumlahnya sedikit,

terlebih dahulu dilakukan pre-mixing atau pencampuran awal.

Bahan yang dicampur pada tahap awal meliputi vitamin,

mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal, pemacu

pertumbuhan, koksidiostat, antioksidan.

c. Pelaksanaan Pemberian Pakan.

77

Metode pemberian pakan di Loka Penelitian Sapi

Potong dilakukan sesuai dengan model kandang (kandang

individu dan kandang kelompok). Kandang individu

diberikan pakan dua kali sehari, pada pagi hari (06.00-

07.00) diberikan pakan konsentrat, pada siang hari

(09.00-10.00) diberikan pakan hijauan. Kandang kelompok

diberikan pakan tiga kali sehari, pada pagi hari (06.00-

07.00) diberikan pakan konsentrat , pada jam (08.00-

09.00) diberikan pakan hijauan berupa rumput gajah atau

rumput lersia atau leguminosa pada jam (12.30-01.00)

diberikan pakan hijauan berupa tebon jagung. Hal ini

sesuai dengan pendapat Santosa (2006) yang menyatakan

bahwa pemberian pakan minimal 2 kali sehari.

78

Gambar 7. Pemberian Pakan Hijauan.

4.2.4 Aspek Pengawasan.

4.2.4.1 Prosedur Pengawasan Bahan Baku Konsentrat dan

Hijauan .

Loka penelitian sapi potong melakukan pengawasan

bahan baku konsentrat dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

- Supplier bahan pakan datang ke Instansi dengan

membawa sampel bahan pakan konsentrat.

- Panitia pengadaan barang dan jasa menerima sampel

dan menentukan harga barang tersebut.

- Jika disetujui maka bahan pakan tersebut dikirim

sesuai dengan permintaan.

- Sebelum diperiksa bahan pakan yang datang harus

melewati timbangan.

- Sebelum pakan diturunkan, pakan diperiksa dulu oleh

petugas pengawas pakan dengan cara mengambil sampel

per karung, dan dicocokkan dengan sampel yang dibawa

sebelumnya serta dilakukan tes laboratorium bahan

79

pakan dengan tujuan agar bahan pakan tersebut sudah

sesuai dengan pemesanan atau tidak.

- Jika barang tersebut memenuhi kriteria saat

pemesanan maka barang tersebut segera dimasukkan

kedalam gudang pakan, dan apabila bahan pakan

tersebut tidak sesuai dengan pemesanan maka bahan

pakan tersebut ditolak (dikembalikan) ke supplier .

Hal ini sesuai pernyataan Suparjo (2011) yang

menyatakan bahwa prosedur penerimaan bahan baku

diantaranya :

- Pemeriksaan identitas bahan baku.

- Memastikan berat bahan baku.

- Pengambilan sampel dan pengujian kualitas bahan

baku.

- Memastikan pengangkutan bahan baku berisiko tinggi

secara benar.

- Menyimpan sampel.

- Penolakan bahan baku.

4.2.4.2 Prosedur Pengawasan Formulasi Ransum Pakan.

80

Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai prosedur

pengawasan dalam formulasi ransum antara lain :

- Formulasi ransum disesuaikan dengan kebutuhan

nutrisi ternak dan kandungan nutrisi pada bahan

pakan yang tersedia.

- Jumlah setiap bahan pakan yang akan di

formulasi oleh petugas mixing (pencampuran), sesuai

dengan data yang diberikan oleh pengawas bahan

pakan.

- Penimbangan bahan pakan oleh petugas mixing.

- Bahan pakan dicampur dalam mesin setiap 1

ton.

- Kemudian bahan pakan dikemas didalam karung

untuk mempermudah pembagian ke kandang.

4.2.4.3 Prosedur Pengawasan Kualitas Ransum Pakan.

81

Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai prosedur

pengawasan kualitas ransum pakan antara lain :

- Pengambilan sampel pakan yang sudah jadi.

- Sampel pakan kemudian di uji dilaboratorium.

- Untuk pengakuratan data, maka dilakukan pengambilan

sampel kotoran tenak sapi yang telah mengonsumsi

ransum yang di uji.

- Kotoran ternak sapi yang telah mengonsumsi pakan

tersebut diperiksa untuk mengetahui kualitas ransum

yang diberikan.

- Data yang keluar sebagai acuan tingkat kualitas

pakan yang diberikan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparjo (2010) yang

menyatakan bahwa pengawasan produk akhir ditujukan untuk

menjamin bahan bahwa ransum sesuai dengan yang

diformulasikan. Pengujian meliputi sifat fisik, warna ,

aroma, durabilitas dan segi kimia yang meliputi kandungan

zat makanan yang dibutuhkan.

4.2.4.4 Pengawasan Hasil Produksi Pakan.

82

Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai cara dalam

pengawasan hasil produksi pakan antara lain :

- Pengambilan sampel pakan yang sudah jadi.

- Kemudian diperiksa dengan uji organoleptis (warna,

bau dan rasa) oleh pengawas bahan pakan.

- Pakan yang sudah jadi dianalisis di Laboratorium

untuk mengetahui kandungan ransum pakan yang

diberikan.

- Jika sesuai dengan standar produksi instansi, maka

pakan siap diberikan ke ternak.

- Dan jika tidak sesuai standar produksi maka akan

pakan akan segera ditindak lanjuti penyebabnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparjo (2010) yang

menyatakan bahwa pengawasan produk akhir ditujukan untuk

menjamin bahan bahwa ransum sesuai dengan yang

diformulasikan. Pengujian meliputi sifat fisik, warna ,

aroma, durabilitas dan segi kimia yang meliputi kandungan

zat makanan yang dibutuhkan.

83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa manajemen

pakan di Loka Penelitian Sapi Potong sudah cukup baik.

Hal ini bisa dilihat dari acuan standar kebutuhan nutrisi

bagi sapi potong, aspek pelaksanaan pada formulasi

ransum, pelaksanaan prosedur meramu pakan, pelaksanaan

pemberian pakan, aspek prosedur pengawasan bahan baku

pakan, prosedur pengawasan formulasi ransum pakan,

sebagian besar sudah sesuai dengan kriteria dalam standar

manajemen pakan yang baik.

5.2 Saran

1. Agar dilakukan pembangunan sarana gudang yang lebih

luas serta sesuai standar gudang penyimpanan bahan

pakan.

2. Perluasan untuk areal pakan hijauan agar kebutuhan

akan hijauan bisa terpenuhi.

55

84

3. Loyalitas dan kerjasama setiap karyawan khususnya

karyawan anak kandang agar ditingkatkan, untuk

memperoleh target yang diharapkan.

56

85

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Buletin Harga Pangan. Badan Ketahanan PanganKementerian Pertanian. Jakarta.

Santosa, U. 2006. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak SapiCetakan ke-1. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, 1992. Produksi dan Pemberian Pakan. Kanisius.Yogyakarta.

Rianto, Edy dan Endang Purbowati. 2009. Panduan Lengkap SapiPotong. Penebar Swadaya. Semarang.

Setiadi, Mohammad Agus, E. Gumbira Sa’id dan R. KurniaAchjadi. 2012. Sapi Dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara.Agriflo. Jakarta.

Siregar, 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya.Jakarta.

Siregar, Sori Basya. 2011. Bisnis Penggemukan Sapi. PenebarSwadaya. Jakarta.

Sri Lestari, Veronica, Siti Nurani Sirajuddin, SitiRohani, Muhammad Aminawar dan Abdul Hamid Hoddi.2011. Bahan Ajar Dasar-Dasar Manajemen. Lembaga Kajiandan Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanudin.Makasar.

Sudarmono, dan Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong EdisiRevisi. Penebar Swadaya. Semarang.

Suparjo. 2010. Pengawasan Mutu Pada Pabrik Pakan Ternak.Laboratorium Makanan Ternak Fakultas PeternakanUniversitas Jambi. Jambi

Susanto, Edy. 2013. Pakan dan Nutrisi Hewan. FakultasPeternakan Universitas Islam Lamongan. Lamongan.

86

Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo. Pengantar Bisnis Modern.Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.

Umiyasih, U. dan Y.N. Anggraeny. 2007. Petunjuk Teknis RansumSeimbang, Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitiandan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian danPengembangan Peternakan, DepartemenPertanian.Jakarta.

87

Lampiran A. Identitas Responden Pembimbing Peneliti

1. Identitas Responden :

1. Nama : Noor Hudhia Krishna,

S.Pt, M.Si

2. Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 10 Maret

1976

3. Jabatan : Peneliti Pertama

Pakan dan Nutrisi Ternak.

4. Jenis kelamin : Pria

5. Pendidikan Terakhir : S-2 Institut

Pertanian Bogor.

2. Perencanaan

1. Bagaimana perencanaan bahan baku pakan konsentrat

dan hijauan untuk ternak sapi di Instansi yang Bapak

pimpin....?

2. Berapa kebutuhan nutrisi sapi potong pada periode

pembibitan dan pembesaran di Instansi yang Bapak

pimpin.....?

88

3. Pengorganisasian

1. Bagaimana struktur organisasi di Instansi yang Bapak

pimpin......?

2. Apa saja fungsi-fungsi organisasi di Instansi yang

Bapak pimpin......?

4. Pengawasan

1. Bagaimana prosedur pengawasan bahan baku pakan

konsentrat dan hijauan di Instansi yang Bapak

pimpin.....?

2. Bagaimana prosedur pengawasan formulasi ransum pakan

di Instansi yang Bapak pimpin.....?

Lampiran A. (Lanjutan)

3. Bagaimana prosedur pengawasan kualitas ransum pakan

di Instansi yang Bapak pimpin.....?

4. Bagaimana prosedur pengawasan hasil produksi pakan

di Instansi yang Bapak pimpin.....?

89

Lampiran B. Identitas Pengawas Pakan

1) Identitas Responden :

1. Nama : Woro Sabana

2. Tempat, tanggal lahir : Pacitan, 11 Agustus

1961

3. Jabatan : Tekhnik Litkayasa

Pelaksana Lanjutan

4. Jenis kelamin : Pria

5. Pendidikan Terakhir : STM Mesin

2) Pelaksanaan Manajemen Pakan di Loka Penelitian Sapi

Potong.

1. Bagaimana pelaksanaan formulasi ransum pada periode

pembibitan dan pembesaran ternak sapi potong.....?

2. Bagaimana pelaksanaan prosedur meramu pakan........?

3. Bagaimana metode pemberian pakan pada ternak sapi

potong.....?

90

Lampiran C. Kegiatan Rutin Praktek Kerja Lapang

1. Membersihkan kandang

2. Membersihkan kotoran

3. Memandikan ternak

4. Membersihkan palungan pakan

5. Menimbang pemberian pakan konsentrat (07.00 – 08.00

WIB)

6. Menimbang pemberian pakan hijauan (09.00 – 10.00

WIB)

7. Membersihkan kandang

8. Mengikuti kegiatan rutin loka ( penimbangan,

pengambilan darah, pemberian antibiotik).

9. Istirahat

10. Menyiapkan pakan konsentrat untuk besok pagi

91

92

Lampiran D. Dokumentasi Saat Praktek Kerja Lapangan

Persiapan Bahan Pakan Sebelum Pencampuran

Pemberian Pakan Hijauan

93

94

Lampiran D. (Lanjutan)

Koleksi Sampel Bahan Pakan

Pakan yang Baru Tiba dari Kebun

95

Lampiran D. (Lanjutan)

Proses Pencampuran Bahan Pakan

Pencampuran Bahan Pakan

96

Lampiran D. (Lanjutan).

Kandang Calon Sapi Pejantan

Kandang Pembibitan

97

Lampiran D. (Lanjutan)

Pengambilan Sampel Darah

Pengukuran Berat Badan, LingkarBadan, Tinggi Badan

98

Lampiran E. Peta Lokasi Loka Penelitian Sapi Potong.