laporan identifikasi gugus fungsi aldehid dan keton

14
BAB II IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALDEHID DAN KETON TUJUAN : Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling A. Pre-lab 1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton! Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Golongan aldehid disebut golongan alkanal. Senyawa-senyawa aldehid dengan jumlah atom C rendah (1 s/d 5 atom C) sangat mudah larut dalam air, sedangkan senyawa aldehid dengan jumlah atom C lebih dari 5 sukar larut dalam air. Keton merupakan senyawa karbon yang mempunyai gugus karbonil atau dapat ditulis - CO-. Golongan keton disebut alkanon. Gugus fungsi karbonil terletak di tengah, diapit dua buah alkil (Suwarji, 2007). Pemberian nama aldehida dan keton secara IUPAC adalah berdasarkan nama alkana. Pada aldehida akhiran a diganti menjadi al, sedangkan pada keton akhiran a diganti menjadi on. Pada keton, penomoran rantai induk dimulai dari salah satu ujung sehingga atom C pada gugus keton mempunyai nomor terkecil (Sulistyani 2008). 2. Jelaskan prinsip uji Tollens ! Pereaksi tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dalam larutan amonia hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi tollens disebut juga larutan perak oksida (Ag 2 O). Aldehid dapat mereduksi pereaksi tollens sehingga membebaskan unsur Ag (Putrianti, 2009). Reaksi aldehid dengan pereaksi tollens dapat ditulis sebagai berikut: Sumber : Putrianti, 2009 3. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling? Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Dalam pereaksi fehling, ion Cu 2+ terdapat sebagai ion kompleks. Gugus aldehid mampu mereduksi pereaksi fehling menghasilkan endapan merah bata dari Cu 2 o. Sumber : Putrianti, 2009 Pereaksi fehling berfungsi sebagai oksidator lemah yang dapat mengidentifikasi gugus aldehid ataupun gugus keton dengan reaksi yang dihasilkan (Putrianti, 2009) B. Tinjauan Pustaka

Upload: brawijaya

Post on 25-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IIIDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALDEHID DAN KETON

TUJUAN : Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling

A. Pre-lab1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton!

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Golongan aldehid disebut golongan alkanal. Senyawa-senyawa aldehid dengan jumlah atom C rendah (1 s/d 5 atom C) sangat mudah larut dalam air, sedangkan senyawa aldehid dengan jumlah atom C lebih dari 5 sukar larut dalam air. Keton merupakan senyawa karbon yang mempunyai gugus karbonil atau dapat ditulis -CO-. Golongan keton disebut alkanon. Gugus fungsi karbonil terletak di tengah, diapit dua buah alkil (Suwarji, 2007).

Pemberian nama aldehida dan keton secara IUPAC adalah berdasarkan nama alkana. Pada aldehida akhiran a diganti menjadi al, sedangkan pada keton akhiran a diganti menjadi on. Pada keton, penomoran rantai induk dimulai dari salah satu ujung sehingga atom C pada gugus keton mempunyai nomor terkecil (Sulistyani 2008).

2. Jelaskan prinsip uji Tollens !Pereaksi tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat dengan

cara menetesi larutan perak nitrat dalam larutan amonia hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi tollens disebut juga larutan perak oksida (Ag2O). Aldehid dapat mereduksi pereaksi tollens sehingga membebaskan unsur Ag (Putrianti, 2009). Reaksi aldehid dengan pereaksi tollens dapat ditulis sebagai berikut:

Sumber : Putrianti, 20093. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling?

Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Gugus aldehid mampu mereduksi pereaksi fehling menghasilkan endapan merah bata dari Cu2o.

Sumber : Putrianti, 2009Pereaksi fehling berfungsi sebagai oksidator lemah yang dapat mengidentifikasi gugus

aldehid ataupun gugus keton dengan reaksi yang dihasilkan (Putrianti, 2009)

B. Tinjauan Pustaka

1. AldehidAldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat pada

sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Golongan aldehid disebut golongan alkanal. Berikut adalah struktur aldehid:

Gambar 1. Struktur aldehidSumber: Suwarji, 2007

Senyawa-senyawa aldehid dengan jumlah atom C rendah (1 s/d 5 atom C) sangat mudah larut dalam air, sedangkan senyawa aldehid dengan jumlah atom C lebih dari 5 sukar larut dalam air.Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya (Suwarji, 2007).

2. KetonKeton adalah senyawa karbon yang mempunyai gugus karbonil atau dapat ditulis -CO-.

Golongan keton disebut alkanon. Gugus fungsi karbonil terletak di tengah, diapit dua buah alkil (Suwarji, 2007). Keton tidak dapat dioksidasi dengan oksidator lemah seperti pereaksi Fehling dan pereaksi Tollens (Sulistyani, 2008). Berikut adalah struktur keton:

Gambar 2. Struktur ketonSumber: Suwarji 2007

3. Tinjauan bahana. Aseton

Aseton adalah kontaminan organik volatil dapat ditemukan dalam lingkungan. Pada suhu kamar aseton merupakan larutan jernih, tidak berwarna, bersifat volatil dengan bau aromatik menyerupai benzena dan mudah terbakar. Sehingga aseton tergolong zat pembakar berbahaya yang signifikan pada suhu kamar (Wuntu dan Vanda, 2011).

b. GlukosaGlukosa merupakan salah satu monosakarida dengan enam atom C (heksosa). Glukosa dapat

disebut juga sebagai gula anggur. Glukosa memiliki rumus kimia C6H12O6. Glukosa bersifat simetrik atau mengikat keempat gugus yang berlainan, yaitu pada posisi nomor 2, 3, 4, dan 5 (Winarno, 2008).

c. FruktosaFruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah. Fruktosa merupakan gula yang paling

manis. Fruktosa memiliki rumus kimia seperti glukosa namun berbeda strukturnya. Gula ini terutama terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam buah, nektar bunga, dan juga dalam sayur (Almatsier, 2009)

d. FormaldehidFormaldehid atau yang populer disebut formalin adalah senyawa organik golongan aldehid

atau alkanal yang paling sederhana. Senyawa kimia formaldehida (metanal) berbentuk gas yang

rumus kimianya H2CO. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10-40 % (Putrianti, 2009).

e. Tollens (AgNO3)Pereaksi tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini

dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dalam larutan amonia hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi tollens disebut juga larutan perak oksida (Ag2O) (Putrianti, 2009).

f. NH4OHAmmonium Hidroksida bersifat korosif dan beracun. Memiliki wujud cair,

tidak berwarna, berbau kuat menyengat seperti ammonia, titik didih 27°C, dengan massa molekul 35.04 gram (Meadow, 2008).

g. NaOHNatrium hidroksida atau yang dikenal juga sebagai soda api atau soda

gosok berwarna putih, kuat dan padatannya mudah mencair di dalam air, alkohol, etanol dan gliserol (Craig, 2007).

h. Fehling AFehling A adalah larutan CuSO4 (Putrianti, 2009).

i. Fehling BFehling B meupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartarat

(Putrianti, 2009). j. Aquades

Aquades adalah Nama lainnya adalah Dihidrogen Oksida. Massa molekul 18.02 g/mol. Berwujud cair, berwarna transparant, tidak berbau dan tidak berasa. Titik beku 0°C dan Titik didih 100°C. Memiliki pH 7 (Netral). Tidak menyebabkan keracunan, kebakaran/ledakan. Sangat stabil (Bregovits, 2013).

C. Diagram Alir1. Uji Tollens

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan hingga endapan menghilang

Ditambahkan pada tabung reaksi

Dipanaskan + 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi

2. Uji Fehling

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi

Dipanaskan sekitar 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi

1 ml larutan AgNO3 5%

Hasil

5 tetes Fehling A

NH4OH 6M 5-10 tetes

1 ml sampel

5 tetes NaOH

10 tetes Fehling B

1 ml sampel

D. Hasil Percobaan dan Pengamatan : 1. Uji Tollens

No Nama Sampel

Reagen Tollens + NH4OH

Sampel + Reagen Tollens (tanpa pemanasan)

Sampel + Reagen Tollens (setelah

pemanasan)

Hasil uji

(+)/(-)

1. Glukosa Coklat keruh, lalu bening

Bening menjadi bening kehitaman

Perak +

2. Fruktosa Coklat keruh, lalu bening

Bening Tidak berubah, tetap bening

-

3. Sukrosa Coklat keruh, lalu bening

Bening menjadi coklat sangat bening

Perak +

4. Aseton Coklat keruh, lalu bening

Bening Tidak berubah, tetap bening

-

5. Formal dehid

Coklat keruh, lalu bening

Bening menjadi hitam pekat

Perak +

2. Uji Fehling

No Nama Sampel

Reagen Fehling + NaOH

Sampel + Reagen Fehling (tanpa

pemanasan)

Sampel + Reagen Fehling (setelah

pemanasan)

Hasil uji

(+)/(-)

1. Glukosa Biru bening, lalu keruh

Biru kobalt bening, menjadi biru kobalt muda, dan paling akhir berubah menjadi coklat kehijauan

Coklat bata +

2.

Fruktosa

Biru bening, lalu keruh

Biru kobalt bening, menjadi biru kehijauan, dan paling akhir berubah menjadi kuning kecoklatan

Kuning kecoklatan dengan endapan, menjadi hijau kehitaman keruh, dan paling akhir menjadi coklat bata gelap

+

3. Sukrosa Biru bening, lalu Biru kobalt bening, Coklat bata muda +

Hasil

keruh menjadi biru kobalt muda, dan paling akhir berubah menjadi hijau kecoklatan

hampir bening

4. Aseton Biru bening, lalu keruh

Biru kobalt bening, menjadi bening dan ada endapan biru

Tetap bening dengan endapan biru kobalt

-

5. Formal dehid

Biru bening, lalu keruh

Tidak berubah tetap biru kobalt bening

Merah bata agak pink +

E. Pembahasana. Membahas dan membandingkan data-data hasil uji Tollens dari beberapa sampel

1. Prinsip uji TollensPrinsip dari uji tollens adalah membedakan gugus aldehid dan keton. Pereaksi tollens

dibuat dengan mereaksikan AgNO3 + NH4OH sehingga endapan menjadi larut. Bila sampel yang mengandung aldehid ditambahkan dengan pereaksi tollens kemudian dipanaskan maka aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat. Pereaksi tollens akan tereduksi sehingga logam perak dibebaskan dan mengendap sebagai cermin pada permukaan dalam tabung reaksi.

2. Analisa prosedurPengujian dimulai dengan menyiapkan bahan dan alat uji. Pada uji tollens dibutuhkan

alat yaitu pipet tetes, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, bunsen, bulb, pipet mohr, rak tabung, dan korek, sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah AgNO3 5%, NH4OH 6M, akuades dan sampel (formaldehid, glukosa, aseton, fruktosa, sukrosa). Langkah pertama adalah pembuatan reagen tollens dengan memasukkan 1 ml larutan AgNO3 dan 5-10 tetes NH4OH. Reaksi awal adalah pembetukan endapan berwarna kuning kecoklatan dan berubah menjadi bening. Penambahan NH4OH bertujuan untuk menciptakan suasana basa serta untuk memperlambat pembentukan cermin perak yang terbentuk bukan karena oksidasi. Setelah pembuatan reagen tollens, kelima sampel dimasukkan ke dalam 5 tabung yang berbeda sebanyak 1 ml. Warna awal kelima sampel setelah dimasukkan ke dalam tabung sebelum pemanasan adalah bening. Pemanasan dilakukan selama 2 menit. Pada saat proses pemanasan, sampel yang mengandung gugus aldehid akan mengalami oksidasi dengan melepas perak (Ag). Perak yang terlepas akan membentuk cermin perak pada tabung.

3. Analisa hasilPereaksi tollens direaksikan dengan sampel (glukosa, sukrosa, fruktosa, aseton,

formaldehid) yang dibantu dengan pemanasan untuk mempercepat apabila larutan terbentuk

cermin perak di tabung reaksi, maka larutan tersebut termasuk aldehid sedangkan apabila tidak sampel termasuk keton.

Reaksi yang terjadi pada sampel glukosa setelah ditambah pereaksi sebelum pemanasan berwarna bening kehitaman. Setelah dilakukan pemanasan, muncul endapan berwarna perak. Terdapat reaksi antara reagen tollens dengan gugus aldehid. Menandakan glukosa tergolong monosakarida yang memiliki gugus aldehid yang disebut aldosa. Glukosa memiliki gugus -H yang mudah teroksidasi. Gugus hidroksil yang reaktif pada glukosa (aldose) terletak pada karbon nomor dua (anomerik). Hasil oksidasi gugus aldehid adalah asam karboksilat. Oksidator yang dipakai pada percobaan tollens adalah oksidator lemah sedangkan keton hanya dapat dioksidasi dengan oksidator kuat, contohnya adalah kalium permaganat (Winarno, 2008).

Sampel kedua adalah fruktosa yang tergolong monosakarida. Fruktosa memiliki gugus keton yang disebut ketosa. Hasil pengujian fruktosa sebelum dilakukan pemanasan berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan tidak terjadi reaksi pada sampel. Fruktosa memiliki gugus -OH bebas karena fruktosa tergolong sebagai gula pereduksi. Gugus -OH dapat bereaksi dengan pereaksi tollens sehingga hasil yang didapatkan adalah seharusnya positif (cermin perak). Namun terjadi kegagalan uji yang diduga disebabkan oleh reagen yang terlalu lama disimpan di ruang terbuka sehingga sifat asli dari pereaksi tersebut menghilang dan tidak maksimal dalam pengujian selain itu kebersihan tabung reaksi tidak diperhatikan dan pemberian panas yang belum maksimal, serta tidak dilakukan pembilasan pipet dalam pengambilan sampel yang berbeda (Puspita, 2013).

Sampel ketiga adalah sukrosa yang tergolong disakarida. Gabungan dari dua monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa. Hasil pengujian sukrosa sebelum dilakukan pemanasan berwarna bening kecoklatan dan setelah dilakukan pemanasan warna sampel berubah menjadi perak. Hasil pengujian sukrosa seharusnya negatif karena sukrosa bukan tergolong gula pereduksi. Sukrosa tidak mempunyai gugus –OH bebas yang reaktif, kedua monosakarida sudah saling terikat (Winarno, 2008).

Sampel keempat adalah aseton. Hasil uji dari aseton sebelum pemanasan berwarna bening dan setelah pemasanan tidak terjadi perubahan. Menandakan aseton memiliki gugus keton. Gugus keton tidak reaktif dengan pereaksi tollens karena gugus keton hanya dapat bereaksi dengan oksidator kuat contohnya adalah kalium permanganat (Winarno, 2008).

Sampel kelima adalah formaldehid atau formalin. Formaldehid (CH2O) merupakan suatu campuran organik yang dikenal dengan nama aldehid. Pengujian terhadap formalin menghasilkan warna sebelum pemanasan yaitu hitam pekat dan setelah dilakukan pemanasan sampel berubah warna menjadi perak. Menandakan formalin merupakan golongan gugus aldehid. Hal ini dikarenakan formaldehida merupakan bentuk pertama aldehid atau yang disebut juga metanal sehingga dapat dengan mudah dan cepat untuk dioksidasi (Winarno, 2008).

4. Reaksi tiap sampel- Reaksi yang terjadi antar aseton dengan AgNO3

+ 2Ag(NH3)2+ -OH

H3CC

CH3

O

aseton- Reaksi yang terjadi antar fruktosa dengan AgNO3

- Reaksi yang terjadi antar glukosa dengan AgNO3

- Reaksi yang terjadi antar sukrosa dengan AgNO3

- Reaksi yang terjadi antar formaldehida dengan AgNO3

formaldehid

CH H

O

+ +2Ag 3NH3+ H2O2Ag(NH3)2+ -OH +CH O+ -NH4

O

Tollen's

b. Membahas dan membandingkan data-data hasil uji Fehling dari beberapa sampel

1. Prinsip uji FehlingPrinsip dari uji fehling adalah membedakan gugus aldehid dan keton. Pereaksi fehling

terdiri dari fehling A yang terdiri dari tembaga sulfat (CuSO4) dan fehling B yang terdiri dari kalium natrium tartrat dan NaOH. Bila sampel yang mengandung aldehid ditambahkan dengan pereaksi fehling kemudian dipanaskan maka akan terjadi oksidasi pada gugus aldehid. Hasil yang diperoleh adalah endapan tembaga oksida (Cu2o) berwarna merah bata.

2. Analisa prosedurPengujian dimulai dengan menyiapkan bahan dan alat uji. Pada uji fehling dibutuhkan

alat yaitu pipet tetes, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, bunsen, bulb, pipet mohr, rak tabung, dan korek, sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah pereaksi fehling A yaitu larutan tembaga sulfat (CuSO4), fehling B yaitu larutan kalium-natrium tartrat (KNaC4H4O6) dan natrium hidroksida(NaOH), NaOH, akuades dan sampel (formaldehid, glukosa, aseton, fruktosa, sukrosa). Langkah pertama adalah memasukkan 5 tetes pereaksi fehling kedalam

tabung. Kemudian ditambahkan 5 tetes NaOH. Setelah itu penambahan pereaksi fehling B sebanyak 10 tetes. Reaksi awal berwarna biru yang mengendap dan bening yang mengapung. Sampel ditambahkan ke masing-masing tabung sebanyak 1 ml. Lalu setiap tabung dipanaskan selama kurang lebih 2 menit. Sampel yang mengandung aldehid akan teroksidasi menjadi asam asetat dan ion Cu2+ tereduksi menjadi Cu+ maka diperoleh endapan berwarna merah bata.

3. Analisa hasilPereaksi fehling direaksikan dengan sampel (glukosa, sukrosa, fruktosa, aseton,

formaldehid) yang dibantu dengan pemanasan untuk mempercepat apabila larutan terbentuk endapan merah bata di tabung reaksi, maka larutan tersebut termasuk aldehid sedangkan apabila tidak maka sampel termasuk keton. Gugus aldehid mampu mereduksi larutan fehling (CUO) menghasilkan endapan merah bata dari CU2O (Artha, 2007).

Sampel pertama yang digunakan adalah glukosa. Hasil pengujian pada glukosa sebelum pemanasan berwarna coklat kehijauan kemudian setelah dilakukan pemanasan sampel berwarna coklat bata. Menandakan glukosa memiliki gugus fungsi aldehid. Pada gugus keton tidak akan bereaksi. Warna masih bening di permukaan dan biru yang mengendap (Puspita, 2013)

Sampel kedua adalah fruktosa atau gula buah. Pengujian yang dihasilkan pada fruktosa sebelum pemanasan berwarna kuning kecoklatan sedangkan setelah pemanasan berwarna coklat bata. Fruktosa sebenarnya memiliki gugus keton namun fruktosa juga memiliki gugus –OH yang reaktif terhadap pereaksi fehling sehingga pengujian yang dihasilkan positif (Puspita, 2013).

Sampel ketiga adalah sukrosa. Sukrosa merupakan salah satu disakarida yang tidak bersifat mereduksi. Hasil pengujian pada sukrosa sebelum pemanasan adalah berwarna hijau kecoklatan sedangkan setelah pemansan warna berubah menjadi coklat bata muda hampir bening. Pengujian sukrosa menghasilkan hasil yang positif. Sukrosa tidak dapat mereduksi larutan fehling sebab gugus aldehidnya sudah terikat pada fruktosa. Hasil pengujian seharusnya negatif. Diduga kegagalan tersebut terjadi karena adanya kesalahan pelabelan pada sampel atau ketidaktelitian praktikan dalam melakukan praktikum (Puspita, 2013).

Sampel keempat adalah aseton. Aseton memiliki gugus keton. Hasil pengujian pada aseton tidak terjadi reaksi karena pereaksi fehling tidak dapat mengoksidasi gugus keton pada aseton. Warna sampel sebelum dan setelah pemanasan tidak berubah. Hal ini karena aseton tidak mempunyai atom H yang terikat langsung pada atom C karbonilnya sehingga tidak mengalami oksidasi. Aseton dalam pereaksi fehling tidak dapat mereduksi ion tembaga, sehingga tidak terbentuk endapan (Puspita, 2013).

Sampel kelima adalah formaldehid. Berdasarakan hasil pengujian formaldehid sebelum dipanaskan berwarna bening dengan endapan biru dan setelah pemanasan terbentuk endapan merah bata. Formaldehid adalah bentuk paling sederhana pada gugus aldehid. Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama. Formaldehid dalam pereaksi fehling akan mereduksi tembaga, sehingga terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Menandakan formaldehid jelas tergolong gugus aldehid. (Winarno, 2008).

2Cu2+ + OH-+H3C

CCH3

O

Formaldehid

+2Cu2+ + OH-+ H2O

HC

H

O

+

HC

O-

O

Cu2O

4. Reaksi tiap sampel- Reaksi yang terjadi antar aseton dengan Fehling

- Reaksi yang terjadi antar fruktosa dengan Fehling

- Reaksi yang terjadi antar glukosa dengan Fehling

- Reaksi yang terjadi antar sukrosa dengan Fehling

Reaksi yang terjadi antar formaldehida dengan Fehling

F. PERTANYAAN 1. Apa fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji Tollens?

Fungsi penambahan AgNO3 5% adalah sebagai agen pengoksidasi lemah yang akan mengoksidasi gugus aldehid menjadi asam karboksilat dan membentuk cermin perak akibat ion Ag+ yang tereduksi menjadi perak (Davidson, 2007).

2. Apa fungsi penambahan larutan NH4OH 6M dalam percobaan uji Tollens?

Penambahan larutan NH4OH 6M berfungsi menciptakan suasana basa agar sampel lebih mudah mengalami oksidasi. Selain itu, pembentukan endapan yang terjadi dapat dicegah (Davidson, 2007).

G. KESIMPULANPercobaan ini bertujuan agar praktikan diharapakan dapat

membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling serta dapat memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling.

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil yang setidaknya memiliki satu atom H yang terikat pada atom C karbonilnya. Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil yang terikat pada dua gugus alkil.

Prinsip dari uji tollens adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan penambahan AgNO3 sebagai reagen tollens sehingga akan terjadi reaksi redoks. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding tabung. Prinsip dari uji fehling adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan penambahan reagen fehling a dan fehling b.

Berdasarkan percobaan pertama yaitu uji tollens, yang terbentuk cermin perak pada dinding tabung adalah sukrosa, glukosa dan formaldehid. Berdasarkan literatur cermin perak tidak akan terbentuk pada sukrosa, karena sukrosa bukan tergolong gula pereduksi. Gugus pereduksinya telah berikatan antara α-D-Glukosa dengan α-D-Fruktosa sehingga tidak ada lagi yang dioksidasi. Glukosa termasuk ke dalam golongan gula aldosa atau aldehid sehingga dapat bereaksi dengan tollens membentuk cermin perak, formaldehid merupakan bentuk pertama dari aldehid atau disebut juga metanal. Hasil positif seharusnya dimiliki oleh fruktosa yang termasuk pada golongan gula ketosa, namun masih adanya gugus pereduksi atau gugus OH menyebabkan fruktosa dapat dioksidasi sehingga bereaksi membentuk cermin perak saat di uji dengan reagen tollens. Pada aseton, sampel tidak bereaksi karena tidak terbentuknya cermin perak pada dinding tabung reaksi, karena aseton termasuk pada gugus fungsi keton. Percobaan kedua yaitu uji Fehling, hasil positif diberikan oleh fruktosa, glukosa, formaldehid, dan sukrosa. Hasil negatif diberikan oleh aseton. Hal ini dipengaruhi oleh Faktor gugus –H sebagai gugus yang mudah untuk dioksidasi dan gugus –OH sebagai gugus pereduksi. Sampel sukrosa menghasilkan hasil yang positif diduga karena terdapat kesalahan dalam pelabelan sampel atau ketidaktelitian praktikan saat melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bregovits, G. 2013. Material Safety Data Sheet Water. (http://www.sciencelab.com). Diakses pada tanggal 28 Pebruari 2016

Craig, Bruce D, David S. Anderson. 2007. Handbook of Corrosion Data. New York: ASM International

Meadow, Bishop. 2008. (http://www.ch.ntu.edu.tw). Diakses pada tanggal 28 Pebruari 2016

Putriyanti. 2009. Pemanfaatan Polianilin dan Berbagai Modifikasinya dengan H2SO4 Pekat untuk Uji Formalin. Skripsi. UI. Depok.

Sulistyani. 2008. Aldehid dan Keton. Dilihat 28 Pebruari 2016. (staff.uny.ac.id)Suwarji. 2007. Senyawa Karbon. Makalah Pembelajaran E-Learning SMA Negeri

1 Simo. BoyolaliWinarno, FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: M-Brio PressWuntu, Audy, dan Vanda, S. 2011. Adsorpsi Aseton pada Arang Aktif Biji Asam Jawa. Ilmiah Sains

11(2): 174-177.

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Artha, Elza. 2007. Pemeriksaan Kandungan Formaldehid pada Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin di Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Davidson, EA. 2007. Carbohydrate Chemistry. New York: Holt Rinehan and Winston Inc. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016

Puspita, Fika. 2013. Uji Tollens untuk Aldehid dan Keton. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

LAMPIRAN

No. Keterangan Gambar1 Sampel uji tollens sebelum pemanasan

2 Sampel uji tollens setelah pemanasan

3 Sampel uji fehling sebelum pemanasan

4 Sampel uji fehling setelah pemanasan