landasan teori - digilib uns
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Prinsip Kerja dan Fungsi
Crash test membutuhkan penyerapan energi secara bertahap untuk
mengurangi peak load dan akselerasi yang diberikan kepada pengemudi. Ini
menyatakan bahwa kekakuan yang lebih rendah diinginkan agar energi diserap
selama benturan [17]. Impact attenuator, perangkat penyerap energi yang dapat
dideformasi yang terletak di depan Front Bulkhead [1] dipasang di bagian depan
mobil untuk mencapai tujuan ini. Ini adalah bagian penting dari kendaraan Formula
SAE dan merupakan struktur yang sangat vital dari mobil karena merupakan
"penghalang keselamatan antara pengemudi dan permukaan yang terkena dampak"
[6].
Performa kecelakaan telah menjadi salah satu bidang utama studi
keselamatan pasif otomotif [18]. Berdasarkan pengalaman masa lalu, diyakini
bahwa kemungkinan kendaraan menabrak benda padat, seperti trotoar atau dok
pemuatan sangat tinggi [19]. Persyaratan fungsional FSAE dari impact attenuator
adalah: ketika perangkat dipasang di bagian depan kendaraan dengan massa total
300 kg, perlambatan rata-rata dan perlambatan puncak masing-masing tidak boleh
lebih dari 20g dan 40g ketika kendaraan melaju dengan kecepatan konstan 7 m/s.
Total energi yang diserap harus setidaknya 7350 Joule [1]. Gambar 2.1 berikut
adalah salah satu contoh desain impact attenuator.
Gambar 2.1 Impact Attenuator [20]
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
Biasanya, ketika kecelakaan terjadi, cedera fisik terjadi ketika deformasi
sistem biologis berada di luar batas penahan yang dapat menyebabkan kerusakan
pada fitur anatomi tubuh pengendara [21]. Sebuah studi parametrik tentang risiko
cedera dalam tabrakan mobil balap yang dirancang untuk penyelesaian Europe
Formula Student disajikan oleh Davies et al [21]. Motivasi untuk melakukan
penelitian ini adalah karena fakta bahwa dalam kompetisi ini hanya sebatas menilai
keselamatan pengemudi yang diperlukan saja [21]. Sebagaimana dibahas dalam
makalah ini, FSAE rules sengaja disatukan untuk memberikan fleksibilitas dalam
merancang impact attenuator.
Ada juga batasan geometri dalam desain impact attenuator. Panjang
minimum adalah 200 mm dan harus memiliki tinggi setidaknya 100 mm dan lebar
200 mm untuk jarak maksimum 200 mm ke depan sekat depan [1]. Jika terjadi
benturan, maka perangkat tersebut harus tidak menembus sekat depan dan tidak
boleh menjadi bagian dari struktur bodywork, melainkan dipasang dengan aman
dan langsung ke sekat depan [1]. Ketika dampak off-center dan off-axis terjadi,
sangat penting bahwa ada jalur beban yang cukup untuk beban transversal dan
vertikal[21],[22]. Lebih lanjut dinyatakan dalam peraturan bahwa pada semua
mobil balap, pelat anti-intrusi harus dimasukkan. Ini dapat dibuat dari baja padat
1,5 mm atau aluminium padat 4,0 mm. Selain itu, semua benda yang tidak boleh
dihancurkan seperti main hoop, baterai, reservoir hidraulik harus diletakkan di
belakang sekat karena tidak boleh berada di zona impact attenuator [1].
2.2 Riset Material Terdahulu
Dynamic Test dilakukan untuk menentukan kapasitas daya serap energi dari
impact attenuator selama tabrakan berlangsung [8]. Metode yang paling umum
digunakan untuk pengujian impact attenuator adalah drop test [20]. Drop test
dilakukan dengan menjatuhkan benda yang massa dan ketinggiannya diketahui
pada impact attenuator dengan mengukur deformasi spesimen [23]. Untuk menguji
impact attenuator, metode yang dilakukan adalah dengan menjatuhkan beban dari
ketinggian yang telah dihitung dan ditentukan [7]. Jadi dalam konteks itu
Abrahamson et al [20] menguji dua spesimen impact attenuator yang dirancang
sesuai dengan aturan FSAE 2010, dengan metode uji menjatuhkan objek bermassa
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
berat. Dimensi spesimen pertama adalah (10 x 8 x 5 inci) sedangkan dimensi
spesimen kedua adalah (10 x 10 x 4 inci). Kedua spesimen terbuat dari aluminium
honeycomb PlGAPCGA-XR1-5.2-1 / 4-P-3003. Selanjutnya Tes dilakukan dengan
menggunakan benturan massa 661 lb. Massa benturan dijatuhkan dari ketinggian
8.3 kaki dengan kecepatan benturan di atas 23ft / detik. Peak deceleration dan mean
deceleration dari spesimen pertama adalah 46,88 G dan 17,86 G, sedangkan
spesimen kedua yang sama adalah 36,2 G dan 14 G.
Biaya pengembangan dan pengujian desain baru dalam hal keselamatan dapat
dikurangi dengan menggunakan komputasi simulasi kecelakaan [3], [24]. Kondisi
keselamatan kendaraan dapat ditentukan dengan mensimulasikannya dalam kondisi
aktual [25], [26]. FEA (Finite Element Analysis) adalah alat yang berguna untuk
menentukan kondisi penghancuran impact attenuator [5]. Beberapa peneliti telah
melakukan berbagai uji simulasi untuk menyelidiki kondisi impact attenuator
terhadap pengaruh yang dihasilkan.
Peneliti, Williams et al. [10] menyelidiki kondisi tumbukan dari bagian depan
mobil sport Caterham 7. Simulasi terperinci dilakukan dengan menggunakan model
kendaraan elemen hingga untuk mereplikasi uji hambatan kaku dalam kode analisis
elemen hingga ANSYS LS-DYNA3D. Ini memberikan pemahaman tentang
peristiwa dampak keseluruhan serta kontribusi masing-masing komponen. Sebagai
hasilnya, korelasi yang sangat baik dicapai antara hasil tes dan simulasi.
Gambar 2.2 Model Shell Aktual dan Prediksi Caterham 7 [10]
Lebih lanjut, Hamidreza et al. [2], mendesain crash absorber yang optimal.
Hal ini melibatkan uji eksperimental tabrakan aksial dan sudut miring dari tabung.
Korelasi dilakukan dengan LS-DYNA memberikan hasil yang memuaskan. Teknik
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
multi-desain optimisasi (MDO) telah diterapkan untuk memaksimalkan penyerapan
energi dan penyerapan energi spesifik tabung persegi, persegi panjang dan
lingkaran.
Di sisi lain, David et al. [26], menganalisis dampak frontal dari kendaraan
Formula SAE. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengevaluasi risiko cedera
pada pengemudi selama skenario tabrakan frontal. Lebih dari itu, analisis ini
menekankan pentingnya memiliki desain headrest yang baik untuk menyerap
energi terhadap dampak pada kepala pengemudi. Juga disarankan bahwa untuk
meminimalkan cedera pengemudi, tabung harus dipasang dengan aman pada jarak
yang masuk akal dari kaki pengemudi.
Setelah itu Heimbs et al. [11], menyelidiki kondisi tabrakan kerucut nose
struktur impact mobil balap F1. Mereka mengembangkan model elemen hingga
untuk simulasi dinamis dengan LS-DYNA dengan penekanan pada pemodelan
material komposit. Dalam hal mekanisme penghancuran, energi yang diserap serta
tingkat perlambatan, hasil numerik dibandingkan dengan data uji tabrakan.
Belakangan, Jovan et al. [3], dalam karya mereka mendemonstrasikan
perbandingan impact attenuator, sebagai struktur independen dan perakitan
lengkap dengan bodi mobil. Model geometrik lengkap struktur kendaraan dibangun
dalam perangkat lunak pemodelan 3-D CATIA sesuai dengan persyaratan desain
aturan SAE 2008. Simulasi peristiwa kecelakaan dilakukan dalam Radioss Code.
Studi ini mengungkapkan bahwa kedua struktur menunjukkan perilaku
penghancuran yang sama dan memiliki tingkat penyerapan energi yang sama di
paruh pertama simulasi sementara pada akhir simulasi impact attenuator terkait
dengan struktur rangka lebih banyak berubah bentuk dibandingkan dengan struktur
independen. Setahun kemudian, dalam karya selanjutnya Belingardi et al. [24]
menunjukkan bahwa komposit serat karbon berkinerja sangat baik dalam
kecelakaan. Penelitian ini melibatkan merancang impact attenuator untuk mobil
Formula SAE. Perilaku tabrakan bahan komposit rapuh dipelajari menggunakan
model analitik sederhana dan model elemen hingga. LS-DYNA digunakan untuk
memprediksi pola tabrakan serta kekakuan dari impact attenuator.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Gambar 2.3 Posisi Dua Struktur Selama Pembebanan Kejut [3]
Dalam karya terbaru Mayank et al. [5], diusulkan penggunaan impact
attenuator berbentuk kuboid pada kendaraan penumpang. Pemodelan geometrik
dari impact attenuator dilakukan dalam perangkat lunak pemodelan 3-D
SolidWorks dan simulasi dilakukan dalam perangkat lunak elemen hingga ANSYS.
Dalam analisis dua bahan yaitu, lembaran Besi Galvanis (lembaran GI) dan
Aluminium 2024 lembar dengan ketebalan 1 mm dipertimbangkan. Hasil yang
diperoleh dari analisis menunjukkan besarnya maksimum percepatan puncak,
deselerasi puncak dan kecepatan dampak di bawah batas yang dapat diterima dan
kurang dari 20 G.
2.3 Crashworthiness
Pengertian crashworthiness secara umum adalah ketahanan struktur terhadap
tabrakan. Pentingnya crashworthiness didalam dunia transportasi telah diaplikasikan
di berbagai negara maju. Pada bidang otomotif, hampir semua produsen mobil telah
melakukan uji crashworthiness terhadap kendaraan jenis terbaru sebelum
menjualnya ke konsumen, contohnya subaru yang baru-baru ini melakukan uji
crashworthiness untuk model mobil terbarunya.[27]
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi oleh mobil untuk memenuhi
crashworthiness : (i) Kompartemen penumpang tidak berubah bentuk dan tidak
ada intrusi benda luar yang bisa membahayakan penumpang. (ii) Tersedianya jarak
deformasi di depan kompartemen penumpang sehingga deselarasi berlebihan pada
penumpang dapat dicegah.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Pada mobil untuk melindungi bagian kompartemen penumpang karena
tabrakan dibagian depan dipasang sistem bumper. Sistem bumper ini akan menyerap
energi tumbukan akibat tabrakan dengan cara berdeformasi. Dengan berdeformasi,
sistem bumper dapat mengurangi kerusakan pada kompartemen penumpang yang
mengakibatkan penumpang terluka serta memberikan perlambatan yang berada pada
tingkat aman terhadap tubuh penumpang.
Sistem bumper terdiri dari frontal bar dan longitudinal. Ketika tabrakan
didepan terjadi frontal bar menyalurkan energi tumbukan. Energi tersebut
kemudian diserap oleh longitudinal, dengan cara deformasi plastis berupa lipatan-
lipatan berulang pada longitudinal.
Gambar 2.4 Uji Crashworthiness pada Mobil [28]
2.4 Tumbukan
Dalam evolusi teori impact, empat aspek utama muncul sebagai subjek yang
berbeda (tetapi tidak berhubungan). Bergantung pada karakteristik impact
(kecepatan, bahan), asumsi yang dibuat dan hasil yang dicari, satu aspek akan
menjadi lebih dominan daripada yang lain sehingga mengarah pada pendekatan
solusi untuk analisis dampak. Keempat aspek tersebut [29] ada empat aspek dalam
masalah tumbukan yaitu : (i) Mekanika klasik, (ii) Propagasi gelombang elastik,
(iii) Mekanika Kontak, (iv) Deformasi Plastis
2.4.1 Mekanika Klasik
Mekanika klasik ini dalam teorinya menggunakan penerapan hukum
mekanika yang digunakan untuk memprediksi kecepatan setelah terjadi tumbukan.
Inti dari pendekatan ini dibentuk dengan Hukum impuls-momentum. Sebagian
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
besar engineer kini dapat mengakses sifat aljabar metode ini yang membuat
pengembangan matematika. Hilangnya energi yang melekat pada proses tumbukan
nyata diperhitungkan dengan menggunakan koefisien restitusi. Keakuratan
koefisien ini sangat penting untuk mendapatkan hasil yang baik. Sayangnya,
pendekatan ini tidak dapat memprediksi kekuatan kontak antara bodi atau tekanan
didalamnya.
2.4.2 Propagasi Gelombang Elastik
Merupakan tumbukan yang disertai dengan gelombang tegangan yang
merambat di benda yang mengalami tumbukan dimana menjauhi daerah tempat
terjadinya tumbukan. Jika energi yang diubah menjadi getaran menjadi fraksi
penting dari total energi, maka pendekatan mekanika klasik menjadi tidak cukup
untuk memeriksa masalah tumbukan ini. Pendekatan ini digunakan pada
tumbukan pada batang arah longitudinal, tumbukan suatu benda penumbuk pada
batang dan untuk mengetahui efek viskoelastis pada perilaku tumbukan.
2.4.3 Mekanika Kontak
Tegangan (Stress) kontak yang dihasilkan dari tumbukan dua benda telah
menjadi bidang lain yang menarik dalam studi tentang tumbukan. Mekanika
kontak konvensional terutama berkaitan dengan kontak statis meskipun sudah
diperluas mendekati solusi ketika melibatkan tumbukan. Untuk permukaan bola ,
digunakan teori Hertz untuk mendapatkan hubungan antara gaya dengan deformasi
yang diperlukan untuk menghitung waktu yang diperlukan dan perpindahan
maksimum pada saat terjadi tumbukan. Pendekatan ini telah diperluas untuk kasus-
kasus yang melibatkan deformasi plastis, umumnya dengan asumsi bahan yang
digunakan memiliki titik leleh. Model numerik dari zona kontak juga digunakan
ketika teori Hertz tidak berlaku. Persamaan deformasi gaya sering ditambah
dengan istilah redaman untuk mencerminkan disipasi di bidang kontak, sehingga
memungkinkan kita untuk memodelkan area kontak secara efektif sebagai sistem
peredam pegas.
2.4.4 Deformasi Plastis
Ketika regangan plastis melampaui skala deformasi yang terkandung, model
propagasi gelombang elastis tidak lagi dapat diterapkan untuk menganalisis
masalah tumbukan. Ini adalah domain dari dampak kecepatan tinggi yang
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
umumnya dikaitkan dengan bahan peledak dan proyektil. Dalam teori
hidrodinamik, deformasi permanen dianggap sebagai hasil dari perubahan
kepadatan tubuh. Persamaan keadaan untuk material yang menghubungkan
tekanan dengan perubahan densitas dan suhu atau entropi digunakan bersama
dengan hukum kekekalan momentum, energi, dan massa. Dalam teori propagasi
gelombang elastik, bahan tersebut dianggap tidak dapat dimampatkan dalam
domain plastik. Juga, persamaan keadaan yang menghubungkan tegangan,
regangan dan laju regangan diasumsikan tidak tergantung pada suhu.
2.5 Dasar Metode Elemen Hingga
Aplikasi Metode Elemen Hingga sebagai salah satu metode numerik untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan rekayasa tentu saja tidak terlepas dari
perkembangan komputer dengan berbagai bidang terkait lainnya seperti Computer
Aided Design (CAD) dan Computer Aided Engineering (CAE) terus menerus
menjadi konsentrasi yang diminati bidang rekayasa. Hal ini dapat dibuktikan dari
makin ramainya penawaran berbagai perangkat lunak metode elemen hingga
dengan beragam kemampuan rekayasa yang berkemampuan tinggi untuk
memenuhi tantangan dan permintaan dari kalangan industry dalam membantu
menyelesaikan masalah-masalah aktual mereka.
Pada penggunaannya, secara umum perangkat lunak metode elemen hingga
memiliki tiga tahapan utama, yakni: (i) Preprocessing, (ii) Analysis, (iii) Post-
Processing.
2.5.1 Preprocessing
Pada tahap ini pengguna membuat model yang menjadi bagian untuk
dianalisis yang mana geometri tersebut dibagi-bagi menjadi sub-bagian-sub- bagian
yang terdiskritisasi atau disebut βelemenβ, dihubungkan pada titik diskritisasi yang
disebut βnodeβ. Node tertentu akan ditetapkan sebagai bagian melekat yang kaku
(fix displacement) dan bagian lain ditentukan sebagai bagian kena beban (load).
2.5.2 Analysis
Pada tahap ini data-data yang dimasukkan pada tahap preprocessing
sebelumnya akan digunakan sebagai input pada code elemen hingga untuk
membangun dan menyelesaikan sistem persamaan aljabar linier atau nonlinier.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
k . (x) = F (2.1)
Dimana x dan F merupakan displacements dan gaya luar yang diberikan pada
suatu titik. Informasi matrix k tergantung pada tipe persoalan yang sedang terjadi,
dan modul akan mengarah pada pendekatan analisis truss dan tegangan linier
elastis. Perangkat lunak berbayar sudah memiliki kemampuan lebih yang mampu
menyelesaikan banyak tipe persoalan.
2.5.3 Post-Processing
Menampilkan hasil akhir setelah penganalisisan oleh modul penganalisis
dengan menampilkan data displacements dan tegangan pada posisi bagian yang
terdiskritisasi pada model geometri. Post-processor biasanya menampilkan grafis
dengan kontur warna yang menggambarkan tingkatan tegangan yang ternjadi pada
model geometri. (Saeed Moaveni, 1999)
Perangkat lunak metode elemen hingga ada yang merupakan perangkat lunak
berbayar (commercial FEA software) dan ada pula perangkat lunak yang tidak
berbayar (free FEA software).
Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) adalah salah satu metode
numerik untuk menyelesaikan berbagai problem rekayasa, seperti mekanika
struktur, mekanika tanah, mekanika batuan, mekanika fluida, hidrodinamik,
aerodinamik, medan magnet, perpindahan panas, dinamika struktur, mekanika
nuklir, aeronautika, akustik, mekanika kedokteran dan sebagainya.
Struktur rangka batang dimana batang-batang antara dua titik hubung yang
membentuk elemen rangka secara otomatis diperlakukan sebagai elemen hingga
seperti yang terlihat pada gambar 2.3, sedang gambar 2.4 menunjukan diskretisasi
benda pejal umum yang keduanya dianalisis dengan metode elemen hingga.
Tujuan utama analisis dengan menggunakan metode elemen hingga adalah
untuk memperoleh pendekatan tegangan dan peralihan (displacement) yang terjadi
pada suatu struktur (Indrakto, Rifky. 2007)
2.6 Tipe-Tipe Elemen Dalam Metode Elemen Hingga
Terdapat berbagai tipe bentuk elemen dalam metode elemen hingga yang
dapat digunakan untuk memodelkan kasus yang akan dianalisis, yaitu :
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
2.6.1 Elemen satu dimensi
Elemen satu dimensi terdiri dari garis (line). Tipe elemen ini yang paling
sederhana, yakni memiliki dua titik nodal, masing-masing pada ujungnya, disebut
elemen garis linier. Dua elemen lainnya dengan orde yang lebih tinggi, yang umum
digunakan adalah elemen garis kuadratik dengan tiga titik nodal dan elemen
garis kubik dengan empat buah titik nodal.
a. Kubik b. Kuadratik c. Linier
Gambar 2.5 Elemen Satu Dimensi [3]
2.6.2 Elemen dua dimensi
Elemen dua dimensi terdiri dari elemen segitiga (triangle) dan elemen
segiempat (quadrilateral). Elemen orde linier pada masing-masing tipe ini memiliki
sisi berupa garis lurus, sedangkan untuk elemen dengan orde yang lebih tinggi dapat
memiliki sisi berupa garis lurus, sisi yang berbentuk kurva ataupun dapat pula
berupa kedua-duanya.
a. Segitiga b. Segiempat
Gambar 2.6 Elemen Dua Dimensi [3]
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
2.6.3 Elemen tiga dimensi
Elemen tiga dimensi terdiri dari elemen tetrahedron, dan elemen balok.
a. Tetahedra b. Hexahedra
Gambar 2.7 Elemen Tiga Dimensi [3]
2.7 Parameter Crashworthiness Impact Attenuator
Pada aplikasinya IEA(Impact Energy Absorption) membutuhkan komponen
yang sangat penting yaitu modul penyerap energi impak [30]. Modul penyerap
energi impak merupakan salah satu komponen paling penting dalam penerapan
teknologi crashworthiness untuk meningkatkan keselamatan sarana transportasi.
Modul penyerap impak yang ideal adalah modul penyerap impak yang mampu
mengatur kekuatan impak maksimum yang diijinkan sepanjang stroke selain
pengaruh pembebanan elastis. Pada penelitian sebelumnya Ezra dan Fay telah
mengklasifikasikan specific energy (Se) dan stroke efficiencies (Stc) pada beberapa
modul penyerap impak. Alghamdi telah mereview beberapa ben- tuk modul
penyerap energi impak dan menghasilkan beberapa bentuk deformasi [31].
Mekanisme-mekanisme tersebut di atas dibandingkan secara kritis dari
beberapa parameter antara lain adalah: Energi spesifik, effisiensi stroke, dan
effisiensi gaya hancur. Parameter tersebut diatas merupakan parameter yang
mempengaruhi keberhasilan dari modul penyerap impak.
Modul penyerap impak memiliki keanekaragaman jenis dan bentuk, beragam
modul penyerap impak dapat dibandingkan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, yang selanjutnya dapat digunakan untuk
mengetahui karakteristik dari suatu modul penyerap impak.
Adapun parameter crashworthiness pada impact attenuator [32] : (i) Primary
Peak Force, (ii) Mean Crushing Force, (iii) Energy Absorption, (iv) Specific
Energy Absorption, (v) Crushing Force Efficiency.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
2.7.1 Primary peak force (Pmax)
Primary peak energy merupakan gaya yang terjadi saat modul pertama kali
terdeformasi.
2.7.2 Mean crushing force
Mean crushing force (Pmean) merupakan gaya rata-rata yang dibutuhkan
untuk membuat suatu struktur terdeformasi. Mean crushing force dapat
dicari dengan menggunakan persamaan (2.1) berikut.
πππππ = πΈπ΄/πΏ (2.1)
2.7.3 Energy absorption (EA)
Total energi terserap (EA) merupakan jumlah keseluruhan hasil kali antara
gaya hancur dengan perpindahan. Hasil simulasi yang didapatkan berupa
grafik force-displacement. Secara sederhana, besar total energi yang terserap
merupakan luas daerah terarsir dibawah grafik force-displacement.
2.7.4 Specific energy absorption (SEA)
Specific energy absorption didefinisikan sebagai energi yang diserap per unit
massa. Nilai specific energy absorption dapat dicari menggunakan persamaan
(2.2) berikut.
ππΈπ΄ = πΈπ΄/π (2.2)
2.7.5 Crushing force efficiency (CFE)
Efisiensi gaya hancur merupakan suatu parameter yang membandingkan
antara mean crushing force dengan primary peak force. Crushing force
efficiency dapat dicari menggunakan persamaan berikut.
πΆπΉπΈ = πππππ
ππππ₯ (2.3)
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id