jurnal qfd

16
1 Kualitas Pelayanan Akademik berbasis sistim informasi untuk kepuasan Mahasiswa dengan menggunakan Metode Quality Function Deployment Oleh: Eman Setiawan, S.Kom, MM. Fakultas Ekonomi, Universitas Narotama ([email protected]) Achmad Zakki Falani, S.Kom, M.Kom. Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Narotama ([email protected]) 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah melahirkan tuntutan-tuntutan baru pada institusi pendidikan tinggi. Salah satu pemicu tuntutan itu adalah pencapaian kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya saing bangsa. Sejalan dengan tuntutan ini, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah menetapkan acuan utama dalam kebijakan dasar pengembangan pendidikan tinggi ke depan yakni Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi (Higher Education Long Term Strategy, HELTS) 2003-2010 yang diarahkan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Penyertaan pendidikan dalam usaha pembangunan merupakan salah satu langkah yang strategis. Berdasarkan klasifikasi Organisasi Perdagangan Dunia ( World Trade Organisastion (WTO) sesuai dengan GATS/WTO- Central Product Classification/MTN.GNS/W/120 pendidikan juga diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk bisnis jasa. Perguruan tinggi merupakan salah satu penyedia jasa pendidikan ini. Secara umum, tujuan penyelenggaraan pendidikan termasuk di perguruan tinggi adalah terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Semua tujuan tersebut akan terakumulasi melalui proses belajar.

Upload: independent

Post on 14-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Kualitas Pelayanan Akademik berbasis sistim informasi untuk kepuasan

Mahasiswa dengan menggunakan Metode Quality Function Deployment

Oleh:

Eman Setiawan, S.Kom, MM.

Fakultas Ekonomi, Universitas Narotama

([email protected])

Achmad Zakki Falani, S.Kom, M.Kom.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Narotama

([email protected])

1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi telah melahirkan tuntutan-tuntutan baru pada institusi

pendidikan tinggi. Salah satu pemicu tuntutan itu adalah pencapaian kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya saing bangsa.

Sejalan dengan tuntutan ini, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi telah menetapkan acuan utama dalam kebijakan dasar pengembangan

pendidikan tinggi ke depan yakni Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi

(Higher Education Long Term Strategy, HELTS) 2003-2010 yang diarahkan

untuk meningkatkan daya saing bangsa. Penyertaan pendidikan dalam usaha

pembangunan merupakan salah satu langkah yang strategis. Berdasarkan

klasifikasi Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organisastion (WTO)

sesuai dengan GATS/WTO- Central Product Classification/MTN.GNS/W/120

pendidikan juga diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk bisnis jasa. Perguruan

tinggi merupakan salah satu penyedia jasa pendidikan ini. Secara umum, tujuan

penyelenggaraan pendidikan termasuk di perguruan tinggi adalah terciptanya

sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Semua tujuan tersebut

akan terakumulasi melalui proses belajar.

2

Layanan akademik di kampus seiring dengan perkembangan teknologi

menuntut profesional yang meminta kecepatan dan ketepatan layanan. kesulitan

dalam melakukan pelayanan tersebut disebabkan oleh banyak hal. Satu

diantaranya adalah ketidaktersediaan data serta sulitnya aksesibilitas stakeholder

kepada basis data dan informasi yang berkaitan dengan akademik. Kebutuhan

mengintegrasikan Teknologi Informasi guna meningkatkan kualitas proses, output

dan outcome pembelajaran yang dilakukan di Perguruan Tinggi merupakan hal

yang mutlak dan harus dilakukan untuk menjamin kualitas perguruan tinggi di era

teknologi informasi.

Dari hasil pengamatan di dua kampus di Surabaya yang sudah menerapkan

sistim informasi terlihat bahwa prestasi akademik mahasiswa berkaitan erat

dengan faktor kemampuan individu mahasiswa, media pembelajaran mahasiswa,

sistem administrasi akademik khususnya ujian dan penilaian, serta relevansi dan

dampak materi belajar dan sumber belajar. Untuk itu perlu dilakukan analisa

terhadap keberadaan sistem informasi akademik yang sesuai dengan keinginan

dan kebutuhan mahasiswa serta dapat membantu keberhasilan proses belajar

mengajar yang ada di perguruan tinggi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas dan sebagai upaya untuk mewujudkan

pelayanan yang prima dalam memberikan pelayanan kepada Mahasiswa maka

dalam penulisan ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana

Mengoptimalkan/Meningkatkan Kualitas Pelayanan Akademik berbasis sistim

informasi untuk kepuasan Mahasiswa dengan menggunakan Metode Quality

Function Deployment”.

3

1.3. Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak bias dari sasaran yang akan dituju atau menjadi

lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut:

1. Obyek penelitian adalah Sistem Informasi Akademik pada tiga kampus

diwilayah Surabaya dan sekitarnya.

2. Penelitian dilakukan terhadap Kualitas Layanan Sistim Informasi Akademik

dengan menerapkan metode QFD.

3. Kualitas Pelayanan yang dimaksud dilihat dari Persepsi Mahasiswa dengan

tujuan memberikan Kepuasan kepada Mahasiswa

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari pelaksanaan penelitian

ini adalah:

Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

atau masukan bagi Kampus di wilayah Surabaya dan sekitarnya khususnya dan

wilayah kopertis 7 pada umumnya dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan

Akademik demi terwujudnya pelayanan prima yang dapat membantu proses

belajar mengajar yang efektif dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa.

2.1 Konsep Kualitas Pelayanan

Zeithaml dan Bitner (1996) pelayanan adalah semua aktivitas ekonomi

yang hasilnya bukan berupa produk dalam bentuk fisik, biasanya dikonsumsi

pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah

bagi konsumen dalam bentuk kenyamanan, hiburan, kesenangan dan kepuasan.

Untuk mencapai kepuasan konsumen, perusahaan diharuskan meningkatkan

kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang

4

diharapkan untuk memenuhi keinginan konsumen. Faktor utama yang

mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu, pelayanan yang diharapkan (expected

service) dan pelayanan yang diterima/dirasakan (perceived service) (Parasuraman

et al, 1985). Kualitas pelayanan tersebut dipersepsikan sebagai berikut:

1. Apabila pelayanan yang diterima/dirasakan sesuai dengan yang diharapkan,

maka kualitas pelayanan dipersepsikan memuaskan konsumen.

2. Apabila pelayanan yang diterima/dirasakan melampaui dari yang diharapkan,

maka kualitas pelayanan dipersepsikan kualitas yang ideal.

3. Apabila pelayanan yang diterima/dirasakan lebih rendah dari yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

Dalam riset selanjutnya, Zeithaml, Parasuraman, dan Berry (1990)

menemukan adanya overlapping diantara bebrapa dimensi diatas. Oleh sebab itu

mereka menyederhakannya menjadi lima dimensi kualitas yang utama, yaitu :

1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk memenuhi janji pelayanan

yang dijanjikan dengan akurat .tanpa membuat kesalahan apapun dan

menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.

2. Responsivness (ketanggapan/kepedulian) yaitu menggambarkan keinginan

untuk menolong pelanggan dan untuk menyediakan layanan yang cepat dan

tepat.

3. Assurance (jaminan kepastian) yaitu perilaku para karyawan mampu

menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan

bisa menciptakan rasa aman bagi pelanggannya.

5

4. Empathy (perhatian) berarti perusahaan memahami masalah para pelanggan

dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian

personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

5. Tangibles (wujud) adalah berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,

perlengkapan dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan

karyawan.

2.2 Konsep Kepuasan Konsumen

Tjiptono & Chandra (2005:195) Kepuasan (satisfaction) berasal dari

bahasa latin. Satis artinya enough atau cukup, dan facere berarti to do atau

melakukan. jadi produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah produk dan jasa

yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konumen pada tingkat cukup.

Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan .Kualitas memberikan

dorongan khusus bagi pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling

menguntungkan dalam jangka panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional

semacam ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama

harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan. Pada gilirannya, perusahaan dapat

meningkatkan kepuasan pelanggan, dimana perusahaan memaksimumkan

pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau

meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan.

3.1 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan di kampus yang telah menggunakan sistim informasi

akademik

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Populasi

6

Menurut Sugiyono (2003), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh universitas yang telah

menggunakan sistim informasi akademik di wilayah Surabaya.

3.2.2 Sampel

Menurut Agustin Ferdinand (2005) sebagaimana dikutip oleh Ahmad

Rivai (2009), pedoman ukuran sampel adalah sebagai berikut :

1. 100 – 200 sampel untuk tehnik maximum likelihood estimation

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5–10

kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 – 10. Bila terdapat 20

indikator, besarnya sample adalah 100 – 200.

4. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih tehnik estimasi.

Misalnya bila jumlah sampel diatas 2.500, tehnik estimasi ADF

(Asymptotically Distribution Free Estimation) dapat digunakan.

Dalam penelitian ini, jumlah parameternya adalah sebanyak 17 indikator.

Mempertimbangkan distribusi sampel, kompetensi yang dapat diwakili sampel,

juga keterbatasan jangka waktu penelitian dan waktu yang dapat disisihkan oleh

calon responden untuk mengisi kuesioner, peneliti menetapkan jumlah sampel

sebanyak 120 responden.

Responden diambil secara acak selama dua minggu antara jam 08.00 pagi

sampai jam 12.00 siang dengan sasaran Mahasiswa yang melakukan aktivitas

pemanfaatan sistim informasi akademik .

7

3.2.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data secara primer. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan

metode wawancara (interview). Metode wawancara digunakan untuk

mengumpulkan data dengan cara tanya jawab (dialog) secara langsung antara

pewawancara dengan responden (yang diwawancarai).

3.2.4 Penyusunan Kuesioner

Untuk penyusunan kuesioner dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap awal

dan tahap akhir. Tahap awal merupakan tahap penyusunan kuesioner berdasarkan

atribut-atribut kebutuhan Mahasiswa yang ada. Teknik pengumpulan data dengan

memberikan sejumlah pertanyaan kepada Mahasiswa. Sedangkan daftar

pertanyaan yang diberikan adalah dalam bentuk angket dengan pilihan jawaban

yang tiap poin angka mempunyai beberapa tingkat arti kepentingan yang berbeda.

Untuk menentukan tingkat kepentingan Mahasiswa, kuesioner ini menggunakan

skala Likert sebagai berikut :

1. Sangat Tidak Penting ( STP ) diberi bobot 1

2. Tidak Penting ( TP ) diberi bobot 2

3. Cukup Penting ( CP ) diberi bobot 3

4. Penting ( P ) diberi bobot 4

5. Sangat Penting ( SP ) diberi bobot 5

3.2.5 Penerapan Quality Function Deployment (QFD)

Tahap selanjutnya yaitu penerapan Quality Function Deployment (QFD)

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen

8

Mengidentifikasi kebutuhan konsumen (Mahasiswa), keinginan dan

kebutuhannya adalah tahap awal dari Quality Function Deployment (QFD).

2. Membuat matriks perencanaan (Planning Matrix)

a. Tingkat kepentingan konsumen (Importance to Customer)

Penentuan tingkat kepentingan konsumen (Mahasiswa) digunakan

untuk mengetahui sejauh mana konsumen memberikan penilaian atau

harapan dari kebutuhan konsumen yang ada.

Tingkat kepentingan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Rumus 4.1

Dimana:

i = Bobot Skala (1,2, …5)

Si = Jumlah responden yang memberi bobot

N = Jumlah responden

b. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk /jasa

(Customer Satisfaction Performance)

Pengukuran tingkat kepuasan konsumen (Mahasiswa) terhadap

produk / jasa dimaksudkan untuk mengukur bagaimana tingkat

kepuasan konsumen (Mahasiswa) setelah pemakaian produk/jasa

yang akan dianalisa.

Tingkat kepuasan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Rumus 4.2

Dimana:

i = Bobot Skala (1,2, …5)

9

Si = Jumlah responden yang memberi bobot

N = Jumlah responden

c. Nilai target (Goal)

Nilai target ini ditentukan oleh pihak universitas yang menunjukkan

nilai target yang akan dicapai untuk tiap kebutuhan konsumen

(Mahasiswa).

d. Rasio perbaikan (Improvement Ratio)

Rasio perbaikan yaitu perbandingan antara nilai target yang akan dicapai

(goal) pihak universitas dengan tingkat kepuasan konsumen (Mahasiswa)

terhadap suatu produk/jasa. Dihitung dengan rumus :

Rumus 4.3

e. Titik Kepuasan (Satisfaction Point)

Satisfaction Point merupakan besaran yang mempengaruhi tingkat

kepuasan Mahasiswa. Sehingga nilai Satisfaction Point pada

masing-masing atribut menunjukkan pengaruh masing-masing

atribut tersebut terhadap kemampuan untuk memuaskan kepentingan

Mahasiswa. Nilai yang biasa dipakai adalah :

1 = Tanpa titik kepuasan

1.2 = Titik kepuasan menengah

1.5 = Titik kepuasan tinggi

f. Raw Weight

Raw Weight merupakan nilai keseluruhan dari data-data yang

dimasukkan dalam Planning matrix tiap kebutuhan konsumen untuk

proses perbaikan selanjutnya dalam pengembangan produk/jasa

.Dihitung dengan rumus :

10

Raw Weight =(Importance to Customer)x(Improvement Ratio)x(Sales

Point) Rumus 4.4

g. Normalized Raw Weight

Merupakan nilai dari Raw Weight yang dibuat dalam skala antara 0 -

1 atau dibuat dalam bentuk persentase. Dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Rumus 4.5

3. Penyusunan kepentingan teknik/respon teknis

Pada tahapan ini dilakukan transformasi dari keinginan yang bersifat non

teknis menjadi data yang bersifat teknis guna memenuhi keinginan

konsumen. Kepentingan teknik/Respon teknis ini merupakan karakteristik

desain sebagai tanggapan organisasi dalam menyikapi keinginan pelanggan,

yang dapat dirumuskan dari berbagai sudut pandang.

4. Menentukan hubungan antara kebutuhan konsumen dengan respon teknis

Penentuan ini menunjukkan hubungan (relationship matrix) antara setiap

kebutuhan konsumen dan respon teknis. Tujuan dari matriks ini adalah untuk

memperlihatkan apakah respon teknis yang dilakukan organisasi dapat

memenuhi kebutuhan konsumen. Penentuan hubungan ini dapat dilakukan

berdasarkan pengalaman para ahli, respon dari pelanggan atau uji coba

terkendali. Jenis hubungan yang digunakan terdiri dari:

1) Hubungan Kuat ()

Hubungan yang terjadi bila respon teknis berhubungan sangat erat atau

sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan konsumen. Dalam

perhitungannya hubungan ini diberi nilai bobot 9.

11

2) Hubungan Sedang ()

Hubungan yang terjadi bila respon teknis berhubungan erat atau

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan konsumen. Dalam

perhitungannya hubungan sedang diberi bobot nilai 3.

3) Hubungan Lemah ()

Hubungan yang terjadi bila respon teknis tidak terlalu mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan konsumen. Dalam perhitungannya hubungan lemah

ini diberi bobot nilai 1.

5. Menghitung nilai bobot respon teknis

Perhitungan ini bertujuan untuk menentukan respon teknis mana yang

sebaiknya diprioritaskan organisasi dalam memenuhi keinginan dan

kebutuhan konsumennya. Nilai bobot ini dibedakan menjadi dua yaitu

absolute importance dan relative importance. Absolute importance adalah

suatu indikasi yang menunjukan keinginan pelanggan yang paling utama yang

harus segera dipenuhi oleh organisasi dalam hubungannya dengan respon

teknis. Perhitungannya dengan menggunakan rumus:

Rumus 4.6

Sedangkan relative importance merupakan nilai bobot dalam persen kumulatif

yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Rumus 4.7

6. Menentukan korelasi teknis (technical correlation)

Tahapan ini menggambarkan hubungan dan ketergantungan antar respon

teknis. Sehingga bisa dilihat apakah suatu respon teknis yang satu

mempengaruhi respon teknis yang lain. Tetapi yang periu diperhatikan adalah

12

tidak seluruh respon teknis mempunyai hubungan satu persatu dengan respon

teknis lainnya. Korelasi teknis diperaleh berdasarkan wawancara dengan

pihak organisasi. Hubungan pada korelasi tersebut adalah:

1) Hubungan Kuat Positif ()

Hubungan ini merupakan hubungan searah, yang terjadi apabila salah

satu respon teknis mengalami peningkatan atau penurunan dan akan

berpengaruh kuat pada peningkatan atau penurunan respon teknis lain

yang terkait.

2) Hubungan Positif ()

Hubungan ini terjadi apabila salah satu respon teknis mengalami

peningkatan atau penurunan dan akan berpengaruh pada peningkatan

atau penurunan respon teknis lain yang terkait. Hubungan ini juga

merupakan hubungan searah.

3) Hubungan Negatif ()

Hubungan ini terjadi pada kondisi berbanding terbalik, artinya apabila

salah satu respon teknis mengalami peningkatan akan menyebabkan

penurunan pada respon teknis lain yang terkait.

4) Hubungan Kuat Negatif ()

Hubungan ini terjadi pada kondisi yang sangat berbanding terbalik, artinya

apabila salah satu respon teknis mengalami peningkatan akan

berpengaruh kuat pada penurunan respon teknis lainnya.

7. Menentukan prioritas

Penentuan ini menunjukkan prioritas yang akan dikembangkan lebih dulu

berdasarkan kepentingan teknik:

13

Contribution = (Numerical value. Numerical Raw Weight)

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analsisis data, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dari penilaian kepuasan mahasiswa lima atribut yang memperoleh tingkat

kepuasan tertinggi dan menjadi prioritas bagi kampus di lingkungan Kopertis

Wilayah VII untuk terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan

akademik berbasis teknologi informasi adalah: dapat diakses hanya yang

mempunyai account, menghemat waktu, mudah diakses dimana saja,

terjaminnya kerahasiaan pengguna dan interface/user friendly.

2. Berdasarkan tingkat kepentingan mahasiswa (importance to customer),

atribut-atribut yang harus diprioritaskan oleh kampus di lingkungan Kopertis

Wilayah VII dalam meningkatkan pelayanan akademik berbasis teknologi

informasi adalah: tidak mudah di-hacker, mudah diakses dimana saja,

terjaminnya kerahasiaan pengguna, koneksi cepat dan sarana pendukung yang

memadai.

3. Respon teknis yang menjadi prioritas utama kampus di lingkungan Kopertis

Wilayah VII karena sangat mempengaruhi atribut pelayanan berdasarkan

tingkat kepentingan seperti tersebut di atas adalah: memelihara infrastruktur

jaringan, penambahan kapasitas bandwidth internet, menjaga dan

meningkatkan keamanan sistem, peningkatan fleksibilitas sistem, peningkatan

sarana pendukung, pemeliharaan server utama dan cadangan serta

pemeliharaan data berkelanjutan

14

4. Dengan mempertimbangkan nilai sales point dan improvement ratio, atribut-

atribut yang harus diprioritaskan dalam kampus di lingkungan Kopertis

Wilayah VII dalam rangka meningkatkan pelayanan akademik berbasis

teknologi informasi, yaitu: ketepatan waktu penayangan/up to date, kesabaran

petugas, koneksi cepat, ketepatan, kelengkapan dan keakuratan data, serta

kecepatan akses.

5. Respon teknis yang menjadi prioritas utama kampus di lingkungan Kopertis

Wilayah VII dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal organisasi dan

yang memiliki hubungan yang cukup signifikan terhadap lima atribut pelayanan

adalah: meningkatkan kemampuan petugas operasional, memelihara

infrastruktur jaringan, pemeliharaan data berkelanjutan, penambahan kapasitas

bandwidth internet, penyempurnaan menu dan layout tampilan, peningkatan

fleksibilitas sistem serta pemeliharaan server utama dan cadangan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 2003, Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Republik

Indonesia Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Jakarta: Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Republik Indonesia.

Arini, Wahyu, 1999, Manajemen Kualitas., Universitas Atmajaya, Yogyakarta

Barnes, James G. (2003). “Secrets of Customer Relationship “.Management.

Rahasia manajemen hubungan pelanggan. Yogyakarta, Andi

Cohen L. 1995.” Quality Function Deployment, How to Make QFD Work for

You.” Massachusetts: Addison-Wesley.

Etin Indrayani (2011), Pengelolaan Sistem Informasi Akademik Perguruan

Tinggi Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK), Jurnal

15

Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1 April 2011 hal: 51-67, Universitas

Pendidikan Indonesia, Jakarta

Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra (2005) .Service, Quality, Satisfaction.

Yogyakarta, Andi

Hafid, T. (1998). Tingkat kemandirian belajar dan pengaruhnya terhadap

prestasi akademik mahasiswa reguler UPBJJ-UT Kendari.Jakarta:

Puslitga-UT.

Huda, N., dkk. (1998). Reviu hasil penelitian tentang tutorial dan aspek-aspeknya

di Universitas Terbuka. Jakarta: Puslitga-UT.

Kotler dan Amstrong (2001). “Prinsip-Prinsip Pemasaran. Surabaya ,Penerbit

Erlangga.

Kusmawan, U & Pannen, P. (2001). Promoting success in learning at Universitas

Terbuka: A research paper. Disajikan pada The International

7th Symposium on Open and Distance Learning.

Lukito Edi Nugroho (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi Di Perguruan

Tinggi. Yogyakarta, Prajnya Media.

Lukiyadi. (1993). Pengaruh kedisiplinan terhadap prestasi belajar mahasiswa

dalam proses tutorial Program DII-GSD di Kabupaten

Pamekasan. Jakarta: Puslitga-UT.

Nurlaeli. (1991). Pengaruh latar belakang pendidikan terhadap prestasi belajar

mahasiswa UPBJJ-UT Samarinda. Jakarta: Puslitga UT.

Pratomo, H. (1992). Faktor-faktor yang menguatkan motivasi untuk belajar dan

latar belakang wisudawan FMIPA-UT tahap I tahun 1990. Jakarta:

Puslitga-UT.

Silawati, T. (1993). Pengaruh media non cetak terhadap hasil belajar

mahasiswa. Jakarta: Puslitga-UT.

Sugilar. (1998). Dampak partisipasi dalam pendidikan jarak jauh terhadap

persiapan belajar mandiri. Jakarta: Puslitga-UT.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Surya, H. M. (1992). Identifikasi ciri-ciri kepribadian mahasiswa UT dalam

rangka pengembangan layanan bimbingan bagi mahasiswa.Jakarta:

Puslitga UT

Vincent Gaspersz, 2006. “Total Quality Management: Untuk Praktisi Bisnis Dan

Industri.” Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama

16

Yoji Akao, 1997. “QFD: Past, Present, Future.” Asahi University, International

Symposium on QFD ’97 - Linkoping, download: http://www.google.co.id ,

{ online Jurnal}

Zeithaml, V.A.:Parasuraman, A.: and Berry, L.L.1990. Delivering Quality

Service: Balancing Customer Perceptions and Expectations. New York:

The Free Press.