indonesian cement consumption 2014

12
Konsumsi Semen Indonesia tumbuh melambat tahun 2014 dan akan berlanjut pada tahun 2015 Tahun 2014 Konsumsi Semen Dalam Negeri Hanya Tumbuh 2,3% Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, selama tahun 2014 yang lalu, penjualan semen Indonesia dari sembilan pabrik anggota Asosiasi Semen Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan yang melemah hanya 3.3% apabila dibandingkan dengan penjualan semen tahun 2014 yang berjumlah 59,9 juta ton dibanding tahun 2013 yang berjumlah 58 juta ton. Sedangkan dari segi konsumsi semen domestik, konsumsi semen hanya tumbuh 2,3% dari jumlah 60,5 juta ton tahun 2013 menjadi 62 juta ton tahun 2014. Grafik konsumsi semen domestik selama lima belas tahun terakhir, memperlihatkan pertumbuhan 2,3% tahun 2014 adalah terendah. Bahkan angka pertumbuhan ini dibawah tahun 2009 dimana terjadi krisis ekonomi yang telah menyebabkan jatuhnya rezim Suharto. Perlambatan pertumbuhan konsumsi selama tahun 2014 disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya, pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan legislatif, hingga pemlihan Presiden. Selain itu,

Upload: independent

Post on 11-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Konsumsi Semen Indonesia tumbuh melambat tahun 2014 dan akan berlanjut pada tahun 2015

Tahun 2014 Konsumsi Semen Dalam Negeri Hanya Tumbuh 2,3%

Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, selama tahun 2014 yang lalu, penjualan semen Indonesia dari sembilan pabrik anggota Asosiasi Semen Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan yang melemah hanya 3.3% apabila dibandingkan dengan penjualan semen tahun 2014 yang berjumlah 59,9 juta ton dibanding tahun 2013 yang berjumlah 58 juta ton. Sedangkan dari segi konsumsi semen domestik, konsumsi semen hanya tumbuh 2,3% dari jumlah 60,5 juta ton tahun 2013 menjadi 62 juta ton tahun 2014. Grafik konsumsi semen domestik selama lima belas tahun terakhir, memperlihatkan pertumbuhan 2,3% tahun 2014 adalah terendah. Bahkan angka pertumbuhan ini dibawah tahun 2009 dimana terjadi krisis ekonomi yang telah menyebabkan jatuhnya rezim Suharto.

Perlambatan pertumbuhan konsumsi selama tahun 2014 disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya, pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan legislatif, hingga pemlihan Presiden. Selain itu,

akibat terjadinya pengetatan kredit perumahan oleh perbankan, hingga anjloknya harga-harga komoditas. Mundurnya beberapa proyek infrastruktur seperti jalan tol, pembangunan pelabuhan dan bandar juga menyebabkan penurunan pertumbuhan konsumsi semen nasional.

Meski mengalami perlambatan, konsumsi semen di dalam negeri masih tertinggi dibandingkan negara-negara lain di ASEAN. Konsumsi semen Indonesia mencapai 62 juta ton, menyusul Vietnam yang sekitar 45 juta ton. Diharapkan pemerintah baru bisa meningkatkan proyek-proyek infrastruktur. Dengan demikian, konsumsi domestik bisa naik lagi menjadi 5-6 persen.

Pertumbuhan konsumsi semen tahun 2015 semula diperkirakan sekitar 5-6% yang akan ditopang oleh proyek-proyek pemerintah seperti Trans Sumatera, proyek-proyek smelter, pembangunan pembangkit listrik, proyek mass rapit transportation (MRT) dan kereta api, hingga pengembangan pelabuhan di seluruh Nusantara, akan tetapi mengingat pertumbuhan konsumsi semen domestik kuartal satu tahun 2015 yang minus 3,5%, pertumbuhan konsumsi semen tahun 2015 diperkirakan hanya akan mencapai maksimal 3%

Sebaliknya perkembangan kapasitas produksi nasional sangat luar biasa, mencapai 101juta ton setahun pada 2016. Dengan dibangunnya 6 pabrik semen baru, yang sudah mulai memasarkan produknya melalui program pre-marketing, disamping perluasan pabrik-pabrik yang sudah ada akan menyebabkan ekses kapasitas produksi lebih dari 30 juta ton pada tahun tersebut. Pada 2015 juga akan ada perluasan tiga pabrik yang beroperasi, yakni pabrik semen Tiga Roda berkapasitas 4,4 jt ton per tahun di Jawa Barat, pabrik semen Bosowa Maros berkapasitas 3 juta ton per tahun di Sulawesi Selatan, dan pabrik baru Semen Merah Putih berkapasitas 3 juta ton per tahun di Banten. Intinya, pasaran semen domestik akan terjadi kelebihan pasokan semen. Dengan demikian, mulai tahun 2015 pabrik-pabrik telah mulai didorong mengekspor lebih banyak antara lain ke Afrika, Bangladesh, dan Timur Tengah.

Jika kita melihat perjalanan industri semen selama 15 tahun terakhir seperti terlihat pada grafik diatas, terlihat bahwa optimisme perkembangan kosumsi semen yang diharapkan tahun-tahun mendatang tidak memperlihatkan titik terang. Bahkan tahun 2015 ini Semen Indonesia memperkirakan pertumbuhan konsumsi semen hanya mencapai 1-2% saja.

Meskipun demikian, PT Semen Indonesia optimis pihaknya menjadi pemimpin pasar pada 2016. Semen Indonesia akan fokus pada pengembangan kapasitas pabrik yang ada di Padang dan Rembang. Untuk tahun 2016, konstribusi PT Semen Indonesia ditargetkan 30-32 juta ton. Hingga 2016, kapasitas produksi ditargetkan naik hingga 33 juta ton. Di tahun-tahun berikutnya, kapasitas produksi lebih aman karena disamping rencana perluasan pabrik-pabrik yang sudah ada yang akan mencampai 30 juta ton juga akan ada pabrik baru seperti misalnya semen Merah Putih, Semen Jawa - SCG, Semen JuiShin, Conch Cement dsb. Tabel dibawah menunjukkan rencana pabrik semen baru yang akan dibangun.

Perkembangan Kapasitas Produksi Semen 2005-2016

Pabrik Semen 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016SMGR 17.1 16.9 16.9 16.9 17.8 19.7 20.6 24.2 24.3 29.6 29.6 35.6PTITP 15.7 15.7 15.7 15.7 17.1 18.6 18.6 18.6 18.6 20.5 20.5 26.3PTSG 8.2 8.2 8.2 8.2 8.5 9.1 9.7 11.3 11.3 14.7 14.7 17.7PTHI 9.7 8.7 8.7 7.8 8.3 8.3 8.7 8.7 8.7 10.4 12.0 13.6PTSP 5.4 5.2 5.2 5.2 5.4 6.3 6.3 6.3 6.3 7.5 7.5 10.5PTST 3.5 3.5 3.5 3.5 3.9 4.3 4.6 6.6 6.7 7.4 7.4 7.4

PTSBM 1.8 1.8 1.8 1.8 3.0 3.0 3.0 3.0 5.4 5.0 5.7 9.1PTLCI 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6PTSB 1.3 1.3 1.3 1.3 1.2 1.3 1.3 1.3 2.0 2.0 2.0 2.0PTSK 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4

PT Cemindo 0.0 3.6 3.6SCG Semen Jawa 0.0 1.8

Conch Cement 0.0 3.8Semen Pan Asia 0.0 1.5

Jui Shin Indonesia 0.0 1.5 1.5Semen Puger 0.5 0.5 0.5

46.1 44.9 44.9 44.0 48.0 53.0 54.3 57.7 61.0 70.0 77.4 101.3

10 TAHUN PENGADAAN SEMEN INDONESIA

Pengadaan Semen selama 10 tahun (2005-2014)

No. DAERAH 2005 2006 2007 2008 2009 2010

% Ken

2011 2012 2013 2014 % Kenaikan

1 Aceh 461,528 916,680 1,027,009 1,044,379 958,480 877,677 853,681 907,617 887,434 964,436 8.7%2 Sumut 1,783,554 1,678,390 1,936,536 2,181,622 2,317,067 2,549,883 2,716,904 2,926,509 2,980,043 2,744,556 -7.9%3 Sumbar 560,062 500,733 564,859 800,607 704,837 926,582 1,025,488 1,076,637 1,006,726 951,682 -5.5%4 Riau 786,319 826,893 978,980 894,135 875,694 993,171 1,315,806 1,503,021 1,652,307 1,735,912 5.1%5 Kepulauan Riau 628,411 631,872 680,048 760,406 700,649 685,947 719,593 819,445 932,509 960,485 3.0%6 Jambi 257,680 345,553 401,011 369,632 383,006 461,844 485,432 567,628 605,903 720,716 18.9%7 Sumsel 781,412 820,949 965,511 1,110,342 1,159,339 1,212,396 1,422,005 1,501,949 1,652,319 1,862,226 12.7%8 Bangka Belitung 203,937 229,349 222,061 262,973 262,784 317,544 390,170 391,785 366,767 346,114 -5.6%9 Bengkulu 282,144 334,394 370,842 428,027 490,488 524,832 595,081 678,103 536,520 523,832 -2.4%

10 Lampung 751,603 739,983 895,976 1,069,109 1,020,138 1,141,056 1,503,559 1,635,902 1,561,581 1,682,580 7.7%6,496,650 7,024,796 8,042,833 8,921,232 8,872,482 9,690,932 11,027,719 12,008,596 12,182,109 12,492,539 2.5%

11 DKI Jakarta 3,666,752 3,294,108 3,392,884 3,632,756 3,528,616 3,705,650 4,630,161 5,093,518 5,380,917 5,782,219 7.5%12 Jawa Barat 2,108,707 1,877,605 1,977,810 2,039,541 1,837,419 2,005,185 2,779,158 3,186,377 3,474,591 3,204,137 -7.8%13 Banten 5,223,285 5,022,596 4,792,657 5,335,909 5,479,321 5,737,211 7,060,905 8,145,885 8,615,161 8,842,494 2.6%14 Jawa Tengah 3,559,998 3,575,353 3,795,264 4,350,186 4,765,997 4,433,009 5,302,862 6,158,689 6,848,261 6,907,373 0.9%15 D.I.Yogyakarta. 600,018 805,174 985,261 720,089 600,831 612,889 762,668 829,343 986,157 998,579 1.3%16 Jawa Timur 4,511,634 4,696,457 4,714,515 5,166,468 5,548,776 5,425,587 5,979,268 6,964,531 7,406,962 7,997,367 8.0%

19,670,394 19,271,293 19,658,391 21,244,949 21,760,960 21,919,531 26,515,022 30,378,343 32,712,049 33,732,169 3.1%17 Kalimantan Barat 366,151 390,165 446,396 560,711 553,584 637,899 846,013 994,011 974,828 1,107,121 13.6%18 Kalimantan Selatan 376,307 384,882 468,858 588,208 631,076 712,810 838,446 1,035,841 1,044,873 994,063 -4.9%19 Kalimantan Tengah 149,260 181,413 263,434 363,067 326,516 453,003 505,558 578,228 591,253 539,281 -8.8%20 Kalimantan Timur 679,637 697,744 806,866 926,518 924,764 1,068,313 1,170,824 1,469,734 1,777,045 1,765,585 7.3%21 Kalimantan Utara 140,630

1,571,355 1,654,204 1,985,554 2,438,504 2,435,940 2,872,025 3,360,842 4,077,814 4,387,999 4,546,680 3.6%21 Sulawesi Tenggara 174,392 215,178 231,425 253,290 297,061 342,657 345,019 486,584 498,937 484,829 -2.8%22 Sulawesi Selatan 894,060 963,708 1,006,614 1,374,347 1,668,947 1,573,988 1,877,155 2,008,555 2,108,464 2,205,019 4.6%23 Sulawesi Barat 37,593 67,930 85,379 140,880 178,776 225,616 26.2%24 Sulawesi Tengah 254,628 274,600 333,752 363,687 396,126 419,174 482,214 563,270 609,867 661,720 8.5%25 Sulawesi Utara 343,592 389,192 401,885 474,047 472,293 493,374 573,783 698,396 696,155 717,103 3.0%26 Gorontalo 71,250 85,200 98,960 130,437 130,669 149,353 163,081 213,739 181,569 233,672 28.7%

1,737,922 1,927,878 2,072,636 2,595,808 3,002,689 3,046,476 3,526,632 4,111,424 4,273,768 4,527,959 5.9%27 Bali 788,887 763,184 858,341 1,082,190 1,105,213 1,142,237 1,372,367 1,596,389 1,695,539 1,586,311 -6.4%28 Nusa Tenggara Barat 364,592 424,488 493,580 570,657 647,218 626,250 681,998 883,305 849,607 887,397 4.4%29 Nusa Tenggara Timur 306,732 311,726 310,877 369,715 424,104 566,497 724,424 689,658 716,037 862,080 20.4%

Timor Timur1,460,211 1,499,398 1,662,798 2,022,562 2,176,535 2,334,984 2,778,789 3,169,352 3,261,183 3,335,788 2.3%

30 Maluku 250,964 309,721 346,096 395,530 329,767 242,310 245,972 325,818 331,051 335,689 1.4%31 Maluku Utara - 42,240 132,316 146,932 197,336 199,464 195,019 -2.2%32 Papua Barat - 11,521 27,892 37,214 66,202 135,088 269,056 99.2%33 Papua (Irian Jaya) 299,190 287,976 404,128 453,033 418,783 511,398 360,772 634,593 540,915 474,411 -12.3%

550,154 597,697 750,224 848,563 802,311 913,916 790,889 1,223,949 1,206,518 1,274,175 5.6%31,486,686 31,975,266 34,172,436 38,071,618 39,050,917 40,777,864 47,999,893 54,969,478 58,023,626 59,909,506 3.3%

SUMATERA

K A L I M A N T A N

S U L A W E S I

NUSA TENGGARA

J A W A

INDONESIA TIMUR TOTAL INDONESIA

Meskipun konsumsi semen domestik hanya tumbuh 3,25%, pertumbuhan tertinggi pada tahun 2014 terjadi di propinsi Papua Barat dengan tingkat pertumbuhan hampir 2 kali lipat, dari 135 ribu ton tahun 2013 menjadi 269 ribu ton tahun 2014. Sejak pemisahan propinsi Irian Jaya menjadi propinsi Papua Barat dan propinsi Papua, propinsi Papua Barat terus meningkatkan porsinya dari 3% dari total konsumsi semen propinsi Irian Jaya pada tahun 2010 menjadi 21% lima tahun berikutnya (2014), Hal ini lebih banyak disebabkan oleh pembangunan infrastruktur yang makin massif di propinsi Papua Barat. Meskipun demikian propinsi Papua Barat dan propinsi Papua, porsi pangsa pasarnya hanya 21% dari total Indonesia. Bandingkan dengan luas wilayah Maluku dan Maluku Utara yang hanya seperlima Papua dan Papua Barat konsumsi semennya mencapai 530ribu ton sedangkan konsumsi semen Papua dan Papua Barat hanya 740ribu ton pada tahun 2014.

Pertumbuhan tinggi terjadi di propinsi Gorontalo (29%), propinsi Sulawesi Barat (26%) propinsi Nusa Tenggara Timur (21%), di propinsi Kalimantan Barat (13,6%), propinsi Sumatera Selatan (12,7%), propinsi Jawa Timur (12,7%), propinsi Aceh (8,7%), propinsi Lampung (7,7%), propinsi DKI Jakarta (7,5%), propinsi Kalimantan Timur (7,3%).

Sebaliknya pertumbuhan minus terjadi di 11 propinsi antara lain propinsi Papua (-12,3%), propinsi Kalimantan Tengah (-8,8%), propinsi Sumatera Utara (-7,9%), propinsi Jawa Barat (-7,8%), propinsi

Bali (-6,4%), propinsi Bangka Belitung (-5,6%), propinsi Sumatera Barat (-5,5%), propinsi Kalimantan Selatan (-4,9%), Propinsi Sulawesi Tenggara (-2,8%), Propinsi Bengkulu (-2,4%) dan propinsi Maluku Utara (-2,2%)

PANGSA PASAR PER WILAYAH

Dari segi pangsa pasar semen domestik tahun 2014, masih terlihat Jawa mendominasi pasar yang mencapai 56,3%, Sumatera pada posisi kedua sebanyak 20.9%, Sulawesi dan Kalimantan pada posisi ke tiga (7,6%), Bali dan Nusa Tenggara 5,6% dan Maluku serta Papua pada peringkat terakhir 2,16%.

Bila dibandingkan dengan pangsa pasar semen domestik sepuluh tahun yang lalu (tahun 2002), maka terdapat pergeseran prosentase pangsa pasar, dimana pangsa pasar semen di Jawa yang semula (tahun 2002) masih 62,3%, tahun 2011 menurun menjadi 55,2%. Peningkatan pangsa pasar semen terbesar terrjadi di Kalimantan yang tahun 2002 hanya 4,6% menjadi 7,0%, berikutnya Sumatera yang tahun 2002 hanya 5,7% menjadi 7,3%. Bali dan Nusa Tenggara yang semula 5,2% meningkat sedikit menjadi 5,8%. Sedangkan Maluku dan Papua hanya meningkat 0,1% selama 10 tahun terakhir, dari 1,5% menjadi 1,6%.

Grafik disamping memperlihatkan tren yang makin menurun dari pangsa semen domestik di Jawa bila dilihat perkembangannya sejak tahun 2000. Meskipun 7 tahun terakhir (2008-2014), pangsa pasar semen di Jawa bergerak lebih mendatar, sekitar 56%.

Tren yang sedikt menurun terjadi di wilayah Sulawesi dengan pangsa pasar sekitar 5,6% pada tahun 2013-2014 yang pada tahun 2000 pangsa pasar di wilayah ini masih 6,2%

Tren yang mendatar terlihat di wilayah Sumatera dengan pangsa pasar sekitar 21%. Kenaikan pangsa pasar diatas 23% di wilayah ini terjadi pada periode 2008-2010. Sesudah tahun 2010

sampai 2014 tren pangsa pasar Sumatera kembali sedikit menurun mencapai 20,9 % pada tahun 2014

Sebaliknya peningkatan pangsa pasar semen domestik yang cukup berarti terjadi di Kalimantan dari 5,9% tahun 2000 menjadi 7,7% tahun 2009 dan mendatar menjadi sekitar 7,5% pada sampai tahun 2014. Kenaikan pangsa pasar semen domestik yang cukup berarti juga terjadi di Kalimantan dari 3,5%

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

62.1%62.8%

62.6%

62.0%

62.2% 62.5%

60.3%

57.5%55.8%

55.7% 53.8%

55.2% 55.3%56.4%

56.3%

21.1%

20.7% 20.5%

20.9%

20.8% 20.6%

22.0%23.5%

23.4% 22.7%

23.8%

23.0% 21.8%21.0% 20.9%

5.9% 5.5%

5.7%5.8% 5.8% 5.5%6.0% 6.1%

6.8%7.7%

7.5% 7.3% 7.5% 7.4% 7.6%6.2% 6.3%

5.2% 4.6%4.8%4.6% 4.7% 4.9% 5.3% 5.6% 5.7%5.8% 5.8%5.6% 5.6%

1.0% 1.1% 1.5% 1.7% 1.6%1.7% 1.9% 2.2% 2.2% 2.1% 2.2% 1.6% 2.2%2.1% 2.1%

Perkembangan Pangsa PasaR SEMEN 2000-2014

JAWA

SUMATERA

Sulawesi

Bali & N TenggaraKalimantan

Maluku & Papua

tahun 2005 menjadi 7,0% tahun 2010 dan bahkan meningkat menjadi 7,9% pada kuartal-I tahun 2012. Demikan pula Sulawesi, tahun 2001 pada posisi 5,5% maka pada tahun 2011 yang lalu menjadi 7,3% dan meningkat menjadi 7,9% pada kuartal-I tahun 2012.

SUPPLY DOMESTIK

Perkembangan supply dari pabrik selama 10 tahun terakhir (2005-2014) masih menunjukkan dominasi Indocement dalam mensupply semen nasional. Selama 10 tahun terakhir pangsa pasar Indocement bertahan sekitar 30% dengan volume penjualan domestiknya meningkat hampir dua kali lipat, dari 9,3 juta ton tahun 2000 menjadi 18,2 juta ton tahun 2014 dengan kapasitas terpasang dari produksi klinker masih tetap 15,6 juta ton/tahun. Peningkatan penjualan semen domestik bjsa dicapai dengan penambahan kapasitas cement mill dan menurunkan volume ekspor serta memproduksi lebih banyak PCC.

Pada urutan kedua Semen Gresik dengan volume penjualan domestiknya yang meningkat juga signifikan, dari 7,9 juta ton tahun 2000 menjadi 14,0 juta ton tahun 2014. Bila digabung dengan PTST dan PTSP, maka PT Semen Indonesia (Pesero) Tbk (PTSMI) ini menggantikan posisi Indocement dalam mendominasi pasar domestik dengan pangsa pasar semen domestik 44% pada tahun 2014. Dengan selesainya ekspansi PTSMI tahun 2016 maka diharapkan pangsa pasar diatas 44% akan dapat dicapai.

PT Holcim Indonesia pada urutan ketiga dengan volume penjualan 3,7 juta ton pada tahun 2002 meningkat menjadi 10 juta ton, meningkat hampir 3 kali lipat sejak PT Semen Cibinong diakuisisi oleh Holcim Grup pada bulan Desember 2001. Peningkatan penjualan yang sangat signifikan juga terjadi pada Semen Bosowa Maros, yang maningkat tiga kali lipat sejak tahun 2002 dari volume penjualan 0,9 juta ton menjadi 2,8 juta ton pada tahun 2011.

Peningkatan penjualan yang cukup berarti juga terjadi pada PT Semen Padang, anggota PTSMI dengan volume penjualan 3,5 juta ton pada tahun 2002 menjadi 5,8 juta ton pada tahun 2011. Berikutnya, Semen Tonasa, dengan volume penjualan 2,2 juta ton pada tahun 2002 menjadi 3,8 juta ton pada tahun 2011.

Sedangkan PT Semen Andalas Indonesia (PTSAI) yang kini bernama PT Lafarge Cement Indonesia (PTLCI) tidak mengalami peningkatan penjulan yang berarti mengingat pabrik ini terlanda Tsunami pada tahun 2004 sehingga seluruh fasilitas produksi yang ada di Lho Nga harus direnovasi, dan untuk mempertahankan tingkat penjualan domestiknya, pabrik ini harus mengimport sekitar 1,5 juta ton per tahun sampai pabrik ini mulai beroperasi kembali.

PT Semen Kupang, yang berkapasitas 0,57 juta ton baru mulai beroperasi kembali pada tahun 2011 dengan volume penjualan 0,05 juta ton setelah sama sekali tidak dapat melanjutkan operasinya tahun 2009-2010 karena kesulitan finansial. Sejak manajemen pabrik semen Kupang diambil alih PT Sumber Agro Gemilang (SAG) tahun 2011, pabrik ini mulai memproduksi kembali

PT Cemindo Gemilang dengan merek dagang Semen Merah Putih, menjadi anggota ASI ke 10 pada tahun 2014 dengan mulai beroperasinya satu line produksinya (Grinding Plant) di Ciwandan dengan kapasitas 1,5juta ton per tahun. PT. Cemindo Gemilang berdiri sejak tahun 2011. Dalam rangka penyediaan bahan baku berkualitas untuk negeri, saat ini PT. Cemindo Gemilang membangun pabrik terintegrasi di daerah Bayah, Banten, dengan kapasitas produksi klinker 10.000 ton per hari, atau setara dengan produksi 4 juta ton semen per tahun. Selain membangun pabrik semen terintegrasi di

daerah Bayah, PT. Cemindo Gemilang juga memiliki pabrik penggilingan (grinding plant) di daerah Ciwandan, Banten, dengan kapasitas dua line produksi sebesar 750.000 dan 1.000.000 ton per tahun.

Grafik dibawah memperlihatkan perkembangan volume penjualan tiap-tiap pabrik sepuluh tahun terakhir, dari tahun 2005 sampai 2014

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

14.3 14.9 15.2 16.7

17.8 17.6

19.6

22.5

25.4 26.2

9.3 9.8 10.6

12.1 11.6 12.6

15.1

17.8 17.6 18.2

7.9 7.8 7.4 8.4

9.2 8.9 10.0

11.4

13.2 14.0

4.8 4.0

5.0 5.4 5.3 5.6

7.5 8.6 8.4 8.8

3.9 4.4 4.8 5.1 5.0 5.3 5.8 6.6 6.9 6.7

2.5 2.7 2.9 3.2 3.6 3.5 3.8 4.5

5.3 5.4

1.0 1.0 1.0 1.4 1.8 2.3 2.8 3.1 3.1 3.5

1.1 1.3 1.4 1.6 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.9 0.9 0.9 1.0 1.1 1.0 1.1 1.3 1.2 1.3 1.3 0.1 0.1 0.1 0.0 - - 0.0 0.2 0.2 0.2

Penjualan Domestik per Pabrik 2005-2014

SMGR

PTITP

PTSG

PTHIPTSPPTSTPTSBMPTLCIPTSBPTSK

EKSPOR DAN IMPOR

Krisis Moneter pada tahun 1997-1998 telah mendorong peningkatan ekspor secara dramatis dari 0,8 juta ton tahun 1997 menjadi 4,4 juta ton tahun 1998 karena konsumsi domestik yang turun 30%. Bahkan tahun berikutnya meningkat lebih dari 2 X lipat menjadi 9 juta. Angka ekspor tertinggi tercapai pada tahun 2001 sejumlah 9,5 juta ton, menjadikan Indonesia pengekspor terbesar kedua di dunia sesudah Thailand. Ekspor semen/klinker Indonesia menunjukkan tren yang menurun, sejak konsumsi semen domestik mengalami peningkatan yang terus menerus, sampai hanya berjumlah 264 ribu pada tahun 2014.

Peningkatan kapasitas produksi untuk tiga tahun mendatang yang sangat luarbiasa, mencapai lebih dari 100 juta ton/ tahun dan melemahnya konsumsi semen domestik tahun 2014 dan 2015 akan menyebabkan surplus produksi yang sangat besar dan karenanya pabrik-pabrik semen akan didorong untuk meningkatkan ekspor semen/klinker secara besar-besaran.

Dengan menurunnya jumlah ekspor semen dan kliker pada tahun 2014 negara tujuan ekspor yang pada tahun 2010 masih 9 negara di Asia, 5 negara di Afrika dan 3 negara di Australia & Kepulauan Pasifik dengan jumlah ekspor mencapai 2,9 juta ton menjadi hanya 3 negara di Asia dan 1 negara di

Juta ton

Kep Pasifik dengan jumlah ekspor 0,265 juta ton. Tabel dibawah memperlihatkan negara tujuan dan jumlah ekspor semen dan klinker tahun 2010 – 2014

Dalam ribuan ton

Wilayah Negara Ekspor Semen dan Klinker2010 2011 2012 2013 2014

ASIA Bangladesh 451,1 520,6 46,0 158,0 23,5Brunei Darussalam 14,9India 25,1Malaysia 651,8 136,1 83,6Maldives 5,5Mauritius 240,0 21,1Singapura 92,2 67,8Srilangka 440,5 61,2 165,6 137,1Timor Leste 98,8 121,6 86,6 107,2 81,6

Sub Total 2.019,8 907,3 132,6 535,5 242,2AFRIKA Benin 75,9

ComoroGhana 286,4Guinea 20,0Kenya 26,7Madagaskar 112,9 7,4Port Villa 5,8 1,1

Sub Total 501,0 35,1 0 0 0LAINNYA Australia 322,0 218,3 29,1 24,9

New Zealand 39,3 7,3 2,6Tahiti 22,5 24,2 24,7 18,0 23,0

Sub Total 383,9 249,9 56,4 42,9 23,0TOTAL 2.904,7 1.192,2 189,1 578,4 265,2

Tabel dibawah memperlihatkan pabrik-pabrik yang mengekspor semen dan klinker tahun 2013 – 2014

Grafik dibawah menunjukkan perkembangan ekspor impor dari tahun 1990-2014 dimana impor semen melonjak dari 17.000 ton tahun 2004 menjadi 1,1 juta tahun 2005 dan terus meningkat menjadi 3,6 juta tahun 2014. Peningkatan impor semen dan klinker terjadi karena pabrik-pabrik yang sedang dalam penyelesaian konstruksinya sudah mulai melaksanakan pre-marketing. Jumlah impor akan menurun setelah Semen Lafarge Indonesia dan pabrik-pabrik baru mulai berproduksi secara penuh.

Tabel dibawah memperlihatkan negara asal impor semen dan klinker, dimana impor semen dan klinker tahun 2014 berjumlah 3,6 juta ton yang terdiri dari impor klinker 1,9 juta ton, semen hidrolik 1,3 juta ton sisanya 0,4 juta ton semen type lainnya. Impor semen dan klinker berasal dari negara-negara Vietnam, Thailand, Malaysia Korea Selatan, Jepang, China dan Taiwan. Iimpor semen & klinker terbesar berasal dari Vietnam (2,4 juta ton) dimana PT Semen Indonesia (Pesero) Tbk dan PT Cemindo Gemilang memiliki anak perusahaan setempat yang telah diakuisisi.

Dalam tonNegara asal

Impor Klinker Semen Hidrolik

Semen Portland Berwarna

Semen Portland lainnya

Semen Alumina

Total Tonase

Vietnam 1.086.985 1.131.918 100.258 108.379 2.427.540Thailand 504.492 83.495 587.987Malaysia 72.811 40.402 130.819 30.896 274.928Jepang 76.500 76.500China 20.900 53.900 74.800Taiwan 21.000 21.000Lainnya 119 119TOTAL 1.910.898 1.309.715 252.077 139.275 119 3.612.084

dGrafik dibawah memperlihatkan impor terbesar berasal dari Vietnam (67%), dan Thailand (16,3%). Malaysia pada posisi ketiga (7,6%) dan berikutnya Korea Selatan (4,1%). Sisanya (4,8%) berasal dari Jepang, China, dan Taiwan.

TAHUN 2015 KONSUMSI SEMEN MENYUSUT. AWAL KUARTAL II MASIH SURAM

Asosiasi Semen Indonesia menyatakan konsumsi semen nasional pada kuartal I tahun 2015 dibandingkan periode yang sama tahun 20114 mengalami penurunan 3,2%. Hal ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga awal kuartal II tahun 2015. Penjualan di semua daerah pada bulan lalu turun, kecuali Sumatra dan Sulawesi. Penyebab turunnya konsumsi semen pada periode ini kemungkinan akibat perbaikan infrastruktur yang belum dimulai karena masih dalam tahap persiapan konstruksi. Selain itu, sejumlah alasan lain yang dapat memengaruhi turunnya konsumsi adalah belum dimulainya program pembangunan satu juta unit rumah oleh pemerintah, curah hujan tinggi yang mengakibatkan sejumlah pembangunan terhambat, serta ekonomi global yang belum membaik. Secara total, jumlah konsumsi semen nasional pada kuartal I tahun 2015 mencapai 13,62 juta ton turun dari 14,08 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Hal berbeda justru dialami oleh ekspor semen periode ini yang melonjak 631,7% atau mencapai 109.424 ton dari 14.955 ton pada kuartal I tahun 2014. Kendati demikian, secara keseluruhan konsumsi semen pada kuartal I tahun 2015, domestik maupun ekspor masih turun 2,5% dari periode yang sama tahun lalu. Total konsumsi pada periode ini hanya mencapai 13,73 juta ton lebih rendah dari konsumsi tahun sebelumnya 14,09 juta ton. Dalam periode Januari-Maret 2015, konsumsi semen di Pulau Jawa turun 3,4% dari tahun lalu, yakni dari 7,74 juta ton menjadi 7,48 juta ton. Sebagian besar konsumsi di wilayah ini mengalami penurunan, kecuali Banten yang tercatat tumbuh 6,2% serta Jawa Tengah yang tumbuh tipis 0,6%. Secara kuartalan, penurunan konsumsi secara merata juga dialami pulau lain seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Sementara penjualan di Maluku dan Papua Barat justru mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni mencapai 7,7%.

Janji pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui percepatan pembangunan infrastruktur mulai kuartal II tahun 2015 belum terbukti. Sepanjang April 2015, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat konsumsi semen masih mengalami penurunan menjadi 4,51 juta ton atau lebih rendah 0,3 persen dibandingkan April 2014 sebanyak 4,53 juta ton.

Perusahaan-perusahaan semen nasional tercatat lebih memilih untuk menggiatkan ekspor pada bulan keempat 2015. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan ekspor sebesar 374,6 persen menjadi 47,45 ribu ton dibandingkan realisasi ekspor April 2014 sebesar 10 ribu ton. Melonjaknya permintaan semen di luar negeri yang signifikan tersebut, justru tergerus permintaan semen domestik yang turun 1,1 persen menjadi 4,47 juta ton dibandingkan April 2014 sebanyak 4,52 juta ton.Realisasi tersebut menjadikan volume semen yang diserap pasar sepanjang Januari-April 2015 turun 2 persen dibandingkan periode yang sama di 2014 menjadi 18,25 juta ton dibandingkan sebelumnya 18,62 juta ton.

Sementara grup Semen Indonesia sebagai pemimpin pasar semen nasional juga mengalami penurunan penjualan selama empat bulan pertama di 2015. Induk usaha dari PT Semen Padang, PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa, dan Thang Long Cement Vietnam tersebut hanya berhasil menjual sebanyak 8,06 juta ton semen sepanjang Januari-April 2015, turun 1,4 persen dibandingkan realisasi penjualan empat bulan pertama di 2014 sebanyak 8,18 juta ton.

Penguasa 44,16 persen produksi semen nasional tersebut juga mengalami pertumbuhan penjualan ke luar negeri yang signifikan seperti halnya perusahaan semen nasional lainnya. Semen Indonesia berhasil mengekspor sebanyak 136,43 ribu ton semen, naik 812,3% dibandingkan realisasi ekspor sampai April 2014 sebanyak 14,95 ribu ton.Sementara penjualan semen di dalam negeri mengalami penurunn 2,9 persen menjadi 7,93 juta ton dari sebelumnya 8,16 juta ton sampai April 2014.

Dikhawatirkan jika eksekusi pembangunan infrastruktur pemerintah banyak yang mundur dari target yang ditetapkan sampai semester II tahun 2015 maka bukan tidak mungkin target pertumbuhan perusahaan-perusahaan semen anggota ASI rata-rata sebesar 5-6 persen tak akan tercapai pada tahun ini. Diperkirakan sektor semen akan melanjutkan tren underperform pada semester I 2015, karena permintaan masih akan berlanjut melemah. Belum ditemukan katalis dalam jangka pendek untuk sektor semen ini, dan kompetisi di dalamnya akan semakin intensif pada akhir 2015.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merevisi turun target pertumbuhan usahanya pada tahun ini, dari semula optimistis 4 persen menjadi hanya 1 persen. Koreksi pertumbuhan dilakukan perseroan setelah melihat angka penjualan semen nasional yang minus 3,5 persen pada April lalu. Semester I mungkin (penjualan semen nasional) masih akan minus 1-2 persen dan sampai akhir tahun kemungkinan tumbuh 0-1 persen.

sumber : ASI dan Kemenperin.