illegal logging
TRANSCRIPT
Policy menurut Boulding :
1. 3 aspek yang dibahas :
- Apa yang kita inginkan
- Apa yang kita dapatkan
- Siapa yang terlibat
2. Ada komunikasi 2 arah
3. Kesepakatan bersama yang diambil dari rakyat dan diikuti oleh rakyat
4. Bottom up dan top down communication
APA ITU REDD ?
Skim insentif yang dikembangkan bagi masyarakat dan negara untuk melindungi hutannya dari kegiatan2 yang akan meningkatkan emisi karbon karena kegiatan deforestasi dan degradasi hutan
DEFORESTASI = konversi lahan berhutan menjadi tidak
berhutan karena kegiatan manusia
DEGRADASI HUTAN = Kerusakan ekosistem hutan akibat hilangnya
sebagian tutupan hutan, kerapatan hutan,
penurunan kualitas biodiversity
STRATEGI REDDI PADA TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN
1. Intervensi kebijakan untuk mengatasi penyebab deforestasi dan degradasi hutan
2. Regulasi tentang REDD (Permenhut 30 dan 36)
3. Methodology (Analisa dan kajian teknis dan ilmiah termasuk penentuan REL National and MRV system) è GoI – Australia, FCPF, UNREDD
4. Kelembagaan (kapasitas SDM, komunikasi antar para pihak kunci, dan pendanaan termasuk distribusi insentif dan tangggung jawab.
National Registry, capacity building, stakeholders communication and coordination among REDD institutions, stakeholders consultation) è GoI- Australia, FCPF, UNREDD
terkait REDDI
Peraturan Pemerintah (PP) No. 6/2007 tentang
Tata Hutan dan Rencana Hutan serta Pemanfaatan Hutan ;
PP No 3/2008 tentang Penyempurnaan PP 6/2007;
UU No 26 tentang Penataan Ruang;
Permenhut 68 tentang Demonstration Activities;
Permenhut 30 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari REDD;
Permenhut 36 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung
Butir-butir Copenhagen Accord yang terkait REDD
Butir 6:
Mengakui pentingnya REDD dan peran hutan dalam meningkatkan serapan GRK, dan perlunya insentif untuk kegiatan2 REDD melalui mekanisme baru untuk mobilisasi pendanaan dari negara2 maju
Butir 8:
Sebesar USD 30 B akan disediakan antara 2010 – 2012 untuk kegiatan mitigasi dan adaptasi di negara berkembang, termasuk REDD. Sebesar USD 100 B per tahun akan diupayakan sampai tahun 2020 untuk pengendalian perubahan iklim.
ILLEGAL LOGGING
Menebang tanpa ijin
Menebang diluar kawasan hutan produksi
Menebang diluar kawasan konsesi
Menebang diluar blok tebangan tahunan
Menebang spesies yang dilarang
Menebang dg ukuran lebih kecil dari yang disyaratkan
Melaporkan lebih kecil dari volume yang sesungguhnya
Menebang lebih banyak dari yang diijinkan
Tidak melaporkan hasil tebangan
Membangun industeri tanpa ijin
Mengolah kayu curian
Mengangkut/menjual tanpa dokumen
Faktor Penyebab IL dan tidak Efektif pencegahannya :
Kelemahan aspek hukum, politik dan pemerintahan
Konflik pengelolaan SDH
Kesenjangan struktur dan standarisassi dalam deteksi kejahatan hutan, monitoring, pelporan, dan sistem pelacakan tingkat kabupaten, propinsi dan nasional
Kesenjangan struktur organisasi penegakan hukum
Kesenjangan tindakan penyidikan pada kasus kakap antara polisi dan polhut
Kesenjangan antisipasi IL dan kejahatan hutan
Kesenjangan perencanaan program dengan strategi pencegahan IL
Deteksi
Saat ini tdk ada prosedur baku dalam struktur, sistematika dan manajemen utk melacak informasi yg terkait dg kejahatan hutan.
3. Suppression (pemberantasan)
- Harus melibatkan komponen penegakan hukum secara terintegrasi dg integritas personal yg memadai
- Harus ada struktur organisasi yg jelas
Analisis Operasional
1. Budaya manajemen
- Penegakan hukum
- Penuntasan kasus
- Bottom up
- Penguatan kontrol/pengawasan
2. Integrasi kepentingan daerah dan nasional
- Pembenahan peraturan perundangan yang tumpang tindih
- Rasionalisasi petugas teknis
3 Membagi peran untuk pencegahan Illegal LoggingPemetaan IL di kabupaten/kecamatan Pemetaan tokoh dan lembaga itk ikut mencagah IL
4. Alternatif survive
Peningkatan SDM individu dan masyarakat
Sosialisasi massif
5. Perhutanan Sosial
Analisis Kebijakan :
1. Koreksi peraturan/UU yang tumpang tindih
- Training legal drafting utk masyarakat/LSM/bieokrasi
- Training judicial review
- Inventarisasi peraturan perundangan dan usulan perubahan yg tumpang tindih
2. Praktik pelaksanaan peraturan/UU
- Sosialisasi massif
- Peningkatan SDM teknis fungsional
3 Kepatuhan pada UU nasional
4. Dukungan pada gubernur/bupati utk anti IL
Politis, manajemen, informasi, hukum
5. Penyelesaian tuntas kasus-kasus IL
6. Lemahnya pengawasan proses pemanfaatan hasil hutan
Analisis Politik
1. Rekonsiliasi nasional
- Membangun komitmen bersama sec. konsekuen
- Masterplan kehutanan yg spesifik lokalistik
- Membangun kesamaan visi pengelolaan hutan lestari
2. Hubungan antar negara, dg kerjasama penyelesaian kasus perkayuan antar negara
3. Nasionalisme dan masyarakat perbatasan
- Memutus mata rantai cukong kayu di perbatasan
- Penguatan lembaga adat masyarakat
SISTEM HUKUM INDONESIASuatu rangkaian konse[si atau pengertian hukum yang saling terkait dan tergantung, saling pengaruh mempengaruhi, yang terdiri atas peraturan perundang-undangan, aparatur penegak bhukum, dan kesadaran hukum atau budaya hukum masyarakat Indonesia yang saling terpdau (totalitas) yang unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain yang semuanya dilandasi oleh falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 “`Sistem
Saling terkait
Saling tergantung
Saling mempengaruhi
Totalitas
Komponen Sistem
Peraturan perundang-undangan
Aparatur penegak hukum, dan
kesadaran hukum atau budaya hukum masyarakat Indonesia
Pada UU 41 tdk diatur kelangsungan ijin pertambangan di areal hutan sebelum adanya UU 41
Akan menimbulkan ketidakpastian hukum bagi pemegang ijin pertambangan lama sehingga bisa mengganggu iklim investasi
Bab I Ketentuan umum
Bagian kesatu : Pengertian : hutan, kehutanan, kawasan hutan, hutan negara, hutan hak, hutan adat, hutan produksi, hutan konservasi, kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian, taman buru, hasil hutan, pemerintah, mentri.
Bagian kedua :
- Asas : manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.
Tujuan : sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Bagian ketiga : Penguasaa hutan
- Semua hutan dikuasai oleh negara utk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dg maksud :
- memberi wewenang kpd pemerintah utk mengatur dan mengurus, menetapkan status wilayah sbg hutan, mengatur dan menetapkan hubungan hukum
- Memperhatiakn hak adat selama diakui
- Hutan berdasar status : hutan negara dan hutan hak (pasal 5)
- Hutan berdasar fungsi : konservasi, lindung dan produksi
Bab III Pengurusan hutan
Meliputi kegiatan penyelenggaraan (pasal 10) :
1. Perencanaan kehutanan
2. Pengelolaan hutan
3. Litbang, diklat, luhtan
4. pengawasan
Bab V Pengelolaan Hutan
Meliputi :
1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan (bag 2)
2. Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan (bag 3)
3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan (bag 4)
4. Perlindungan hutan dan konservasi alam (bag 5)
BAB IV Perencanaan hutan
Bagian kesatu : meliputi
- Inventarisasi hutan (bag 2)
- Pengukuhan kawasan hutan (bag 3)
- Penatagunaan kawasan hutan (bag 4)
- Pembentukan wilayah pengelolaan hutan (5)
- Penyusunan rencana kehutanan (bag 6)
Bab VIII Penyerahan Kewenangan
Sebagian kewenangan pemerintah diberikan kepada pemerintah daerah dalam rangka egektivitas pengurusan hutan dalam rangka pengembangan otda
Bab IX Masyarakat Hukum Adat
Masyarkat hukum adat berhak :
- Memungut hasil hutan utk kebut hidup
- Mengelola hutan berdasar hukum adat selama tdk bertentangan dg UU
- Mendapatkan pemeberdayaan utk kesejahteraan