fix print mekanisme pencernaan gaster dan duodenum manusia
TRANSCRIPT
Mekanisme Pencernaan Gaster dan Duodenum Manusia
Erwin Febrianto10.2013.399
Tanani Febrianty10.2014.007
Shintia Katoda10.2014.094
Mohamad Pujiyantoro10.2014.115
Maya Saputr10.2014.152
Priska Amelia Belopandung10.2014.218
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11510
Telp : (021)56942061. Fax (021)5631731
Abstrak
Makanan harus dicerna atau diuraikan secara biokimiawi menjadi molekul-molekul kecil
sederhana, sehingga dapat diserap dari sistem saluran cerna kedalam sistem sirkulasi untuk
didistribusikan ke dalam sel-sel. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum
tenue (usus halus), dan intestinum crassum (usus besar). Pada sistem saluran pencernaan ini terdapat
empat proses pencernaan dara, yaitu motilitas, sekresi, absorbsi, dan digesi. Secara makro saluran
pencernaan (Tractus digestivus) ini terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum tenue (usus halus),
dan intestinum crassum (usus besar).2 Secara histologisnya saluran cerna ini terdiri atas beberapa lapisan,
yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan lapisan adventitia. Pada gaster terdiri atas
corpus fundus dan anthrum.
Kata kunci : saluran pencernaan, proses pencernaan, mekanisme pencernaan
1
Abstract
The food must be digested or broken down biochemically into small molecules simple, so it can be
absorbed from the gastrointestinal tract into the system circulation system to be distributed into the cells.
Digestive tract consists of the mouth, esophagus, kidney, intestine tenue ( small intestine ), and crassum
intestine ( colon ). In the digestive tract system, there are four virgin digestive process, namely motility,
secretion, absorption, and digesi . In macro gastrointestinal ( digestive tractus ) consists of the mouth ,
esophagus , kidney , intestine tenue ( small intestine ) , and crassum intestine ( colon ) .2 In histological
gastrointestinal tract consists of several layers , namely a layer of the mucosa, submucosa , muscularis
external and adventitia layer. At the gastric fundus and corpus consists of anthrum .
Keywords : digestive tract , digestive process, digestive mechanism
Pendahuluan
Fungsi utama saluran pencernaan, yaitu memindahkan nutrient, air, dan elektrolit dari
makanan yang kita telan kedalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang dimakan dalam
kehidupan sehari-hari terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein. Pertama makanan harus
dicerna atau diuraikan secara biokimiawi menjadi molekul-molekul kecil sederhana, sehingga
dapat diserap dari sistem saluran cerna kedalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam
sel-sel.1 Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum tenue (usus halus),
dan intestinum crassum (usus besar).2 Pada sistem saluran pencernaan ini terdapat empat proses
pencernaan dara, yaitu motilitas, sekresi, absorbsi, dan digesi. Otot polos pada dinding
pencernaan mempertahankan suatu kontraksi tingkat rendah dan konstan yang dikenal dengan
tonus. Pada aktivitas tonus yang konstan ini terdapat dua tipe dasar motilitas pencernaan, yaitu
gerakan propulsive (gerakan mendorong) dan gerakan mencampur.1
2
Struktur organ
Stuktur organ saluran pencernaan terdiri dari makro dan mikro. Secara makro saluran
pencernaan (Tractus digestivus) ini terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum tenue (usus
halus), dan intestinum crassum (usus besar).2 Secara histologisnya saluran cerna ini terdiri atas
beberapa lapisan. Berbagai ini dipersarafi oleh sistem saraf enteric yang dimodulasi oleh saraf
simpatis dan parasimpatis, berbagai lapisan ini pun mempunyai serat saraf sensoris.3
Maroskopik dan mikroskopik saluran pencernaan (tractus digestivus)
Secara histologis, seluruh saluran pencernaan terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan
mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan serosa (adventisia). Keempat lapisan ini terdapat
modifikasi dan spesialisasi yang bersifat regional.3
Mukosa
Mukosa merupakan lapisan yang paling luar. Lapisan mukosa ini terdiri atas tiga lapisan,
yaitu lapisan epitel, lamina propria, dan muskularis mukosa. Lamina propria terdapat pembuluh
limfe, dan juga terkadang juga mengandung nodul limfoid. Nodul limfoid merupakan bagian dari
sistem limfoid yang terkait dengan mukosa. Sel tertentu pada lapisan lamina propria mensintesis
dan melepaskan faktor pertumbuhan yang mengontrol siklus sel epitel. Dibawah lamina propria
terdapat lapisan muskularis mukosa. Lapisan muskularis mukosa ini terdiri atas otot polos dan
berupa lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar.3
Submukosa
Lapisan submukosa merupakan lapisan jaringan ikat padat fibroelastis yang susunannya
irregular. Lapisan submukosa tidak mepunyai kelenjar, kecuali di esophagus dan duodenum.
Lapisan submukosa juga mengandung pembuluh darah, pembuluh limf, dan pada lapisan ini
3
terdapat pleksus submukosa meissner. Pleksus ini mengandung badan sel saraf parasimpatis
pascaganglion, berperan untuk fungsi sekretorik, gerakan mukosa, dan aliran darah lokal.3
Pleksus ini terkait pada kondisi local disekitar kelompok sarafnya saja.
Muskularis eksterna
Muskularis eksterna merupakan lapisan otot yang paling tebal dan terdapat dilapisan bagian
luar submukosa. Lapisan otot ini bertanggung jawab atas terjadinya aktivitas gerakan peristaltic
yang akan mendorong isi lumen disepanjang lapisan pencernaan. Muskularis eksterna terdiri dari
otot polos (kecuali pada esophagus) dan terdiri atas lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar.
Pada lapisan ini terdapat sel interstisial cajal, sel ini berkontraksi secara ritmik dan karena itulah
dianggap sebagai pacemaker (pengatur irama) untuk kontraksi muskularis eksterna. Yang
mengatur aktivitas muskularis eksterna (dan sampai batas tertentu, aktivitas mukosa), yaitu
pleksus meinterikus (auerbach). Pleksus meinterikus mengandung badan sel saraf parasimpatis
pasca ganglion. Pleksus ini mengatur gerakan peristaltik, dan pleksus ini juga berperan pada
kondisi sepanjang saluran cerna.
Pada gambar muskularis mukosa dan muskularis eksterna menunjukan bahwa lapisan
sirkular dalam dan longitudinal luarnya berjalan spiral. Perbedaan antara sirkular dalam dan
longitudinal luar, yaitu pada kerapatan spiralnya. Pada lapisan sirkular dalam dalam, spiralnya
sangat rapat. Sedangkan pada lapisan longitudinal luar spiralnya sangat longgar.3
Adventitia, merupakan jaringan ikat padat yang susunannya irregular.
4
Persarafan saluran cerna terdiri atas dua bagian, yaitu sistem persarafan enteric (pleksus
mienterikus dan pleksus meissner) dan komponen simpatis dan parasimpatis sistem saraf
otonom. Apabila persarafan simpatis dan parasimpatis keseluruh sistem pencernaan diputus,
maka saluran cerna akan tetap dapat melakukan seluruh fungsinya tanpa gangguan yang
berarti.
Cavum Oris
Pada bagian terdepan dari saluran pencernaan adalah mulut dan rongga mulut.4 Mulut atau
bibir manusia dilengkapi oleh otot rangka yang membantu untuk mengambil, menuntun dan
menampung makanan didalam mulut. Otot mulut terdiri atas musculus (m) orbicularis oris yang
membentuk bibir, m. depressor labii inferior, m. levator labii superior, m. depressor anguli oris,
m. levator anguli oris, m. risorius, m. buccinator, m. zygomaticus minor et mayor, m. masseter
dan m. depressor septi nasi.5,6 Selain berguna dalam membantu proses pencernaan, otot-otot
tersebut juga berperan sebagai pembentuk ekspresi wajah karena termasuk otot bagian facial.
Rongga mulut berada di bagian dalam mulut dan diliputi oleh tulang maxillaris pada
bagian atas dan tulang mandibularis pada bagian bawah.5,6 Didalam rongga mulut terdapat lidah,
gigi, kelenjar-kelenjar dalam mulut, dan otot-otot penggerak lidah. Pertama-tama adalah gigi,
gigi manusia berfungsi untuk mengunyah dan melumatkan makanan yang masuk kedalam
5
Gambar 1. Mikroskopik saluran pencernaan
rongga mulut. Fungsi ini dimungkinkan dengan adanya m. massetter, m. temporalis, m.
pterygoideus lateralis dan medialis. Dengan bantuan otot-otot tersebut rahang bawah bisa
membuka dan menutup sehingga kegiatan mengunyah makanan menjadi mungkin.4,5 Gigi
manusia dipersarafi oleh nervi (Nn) Alveolares superiores dan Nn. Alveolares Inferiores.
Selanjutnya adalah Lidah. Lidah menduduki penuh rongga mulut manusia dan merupakan otot
rangka sehingga dapat bekerja secara volunter. Lidah berguna dalam menuntun dan mengaduk
makanan didalam mulut. Tetapi guna lidah tidak hanya sebatas itu, lidah memiliki kuncup kecap
yang memungkinkan kita merasakan rasa makanan yang masuk ke mulut kita.1 Lidah dipersarafi
oleh nervus (n) Glossopharyngeus, n. Trigeminus dan n. Facialis.5 Rongga mulut juga
mengandung beberapa kelenjar yang berfungsi dalam menghasilkan saliva atau air liur. Kelenjar
parotis yang terletak pada pipi belakang dekat dengan daun telinga merupakan salah satu
kelenjar yang menghasilkan saliva pada rongga mulut. Kelenjar parotis memiliki saluran yang
bermuara pada daerah dekat gigi molar kedua pada rahang atas. Kelenjar lainnya adalah kelenjar
sublingualis dan sub mandibularis. Keduanya terletak dibawah lidah dekat dengan rahang bawah.
Keduanya sama-sama menghasilkan saliva namun tidak seperti kelenjar parotis karena kelenjar
parotis menghasilkan sekret yang dilengkapi dengan enzim amilase.1,2 Pada bagian belakang
rongga mulut terdapat bagian selanjutnya yaitu faring yang menjadi penghubung antara rongga
mulut dengan oesophagus.
o Oesophagus
Oesophagus merupakan tabung muscular, terbentang dari pharynx sampai gaster. Oesofagus
berada setinggi cartilago cricoidea dan berjalan turun digaris tengah belakang trachea. Didalam
thorax oesophagus berjalan kebawah melalui mediastinum dan masuk ke rongga abdomen
dengan menembus diafragma vertebrale thoracica ekternal dan masuk ke gaster sisi kanan.2
6
Oesophagus masuk kedalam abdomen melalui lubang yang terdapat pada crus dextrum
diafragmaticum. Oesophagus terletak posterior terhadap lobus hepatis sinistra dan didepan crus
sinistrum diafragmaticum. Nervus vagus sinister dan dexter maisng-masing terletak pada
permukaan anterior dan posterior pada oesophagus.2 Oesophagus ini berfungsi untuk
menyalurkan bolus makanan dari oropharynx ke dalam gaster, terjadi gelombang peristaltic, dan
pada saluran oesophagus lapisan mukosanya memiliki banyak lipatan dan memanjang dengan
alur penghubung yang menyebabkan lumennya tampak tersumbat, tetapi ketika oesophagus
melebar lipatannya menghilang dan lubang lumen pun ikut terbuka.3
Jika dilihat dari mickroskopiknya, oesophagus disusun oleh epitel berlapis lamina propria
fibroelastik, dan juga otot polos, yaitu muskularis mukosa yang tersusun longitudinal. Lumen
oesophagus dilapisi oleh epitel gepeng tanpa lapisan keratin, biasanya bisa terjadi kolaps dan
hanya terbuka saat proses menelan.3 Diantara keratinosit pada epitelnya terdapat sel langerhans.
Sel langerhans ini berfungsi sebagai memfagositosis dan mendegenerasi antigen menjadi
polipeptida kecil (epitop). Sel ini juga mensintesis molekul major histocompatibility complex
(MHC) II. Muskularis mukosanya khas karena hanya terdiri dari selapis serat otot polos yang
tersusun longitudinal dan menebal di daerah dekat lambung.3
Oesophagus memiliki dua sfingter fisiologys, yaitu sfingter faring-oesophageal dan sfingter
gastroesofageal interna dan eksterna, yang berturut-turut mencegah refluks dari oesophagus ke
faring dan dari lambung ke oesophagus. Sfingter gastroesofageal interna terdiri atas serat otot
polos , dan berada ditempat oesophagus menembus diafragma untuk menyatu ke lambung.3 Serat
otot polos sfingter ini selalu berkontraksi, kecuali saat bolus makanan akan lewat melalui
lambung atau saat seseorang ingin muntah, dan akan menutup saat inspirasi dan saat peningkatan
tekanan infraabdomen (saat defekasi).1
7
o Lambung (gaster), merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar terletak dibagian
atas abdomen dan mempunyai dua lubang, yaitu ostium cardiacum dan ostium pyloricum,
serta dua permukaan, yaitu facies anterior dan facies posterior.2 Gaster terbagi dalam
beberapa bagian, yaitu :
- Fundus, merupakan bagian dari gaster yang berbentuk kubah, menonjol ke atas, dan terletak
disebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya bagian fundus penuh dengan udara. Fundus
sebagai tempat penyimpanan bolus makanan pada ginjal.
- Corpus, merupakan bagian yang terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura
angularis. Corpus sebagai tempat penyimpanan bolus makanan pada ginjal.
- Anthrum, merupakan bagian lambung yang berbentuk paling tubular. Dinding ototnya
paling tebal untuk spincher pylorus dan rongga pylorus dinamakan canalis pylorus. Pada
bagian anthrum ini terjadi proses pencampuran makanan dan terjadi pencernaan protein.2
8
Gambar 2. Mikroskopik oesophagus
Batas-batas gaster, yaitu :
- Ke anterior: arcus costalis sinister, dinding anterior abdomen, diafragma, pleura sinistra,
basis pulmonis sinistra, pericardium, lobus quadratus, dan lobus hepatis sinistra.
- Ke posterior: omentum minus, pancreas (bagian corpus dan cauda), arteria lienalis,
diafragma, glandula suprarenalis sinistra, bagian atas ren sinistra, dan mesocolon
transversum.
Pada bagian dalam lambung terdapat lipatan-lipatan yang disebut dengan rugae. Lipatan-
lipatan tersebut akan berpengaruh pada volume lambung. Volume lambung awal hanya sekitar
50ml namun berkat lipatan-lipatan tersebut lambung dapat menampung volume hingga 1 liter
saat makan. Pertambahan volume sebesar 20 kali ini karena lipatan-lipatan lambung tersebut
meregang dan bahkan menjadi mendatar sehingga volume lambung menjadi besar.5 Lambung
berbatasan dengan usus halus terutama duodenum. Terdapat sebuah sfingter pada bagian
perpindahan ini yaitu sfingter pilorus yang akan mengatur kapan makanan boleh memasuki usus
halus untuk diproses lebih lanjut.
Struktur mikroskopis lambung tak kalah penting dengan struktur besarnya. Lambung
memiliki jaringan yang melipat-lipat membentuk sebuah struktur seperti sumur yang disebut
faveola gastrica. Faveola gastrica masing-masing bagian pada lambung memiliki kedalaman
9
Gambar 3. Makroskopik gaster
yang berbeda-beda. Dan yang terdalam adalah bagian pilorus. Lambung memiliki beberapa jenis
sel ditiap-tiap faveola gastricanya. Bagian teratas lumen lambung terdiri dari sel epitel
permukaan. Dibagian bawah dari sel epitel permukaan terdapat sel regeneratif. Di bagian leher
faveola gastrica terdapat sel mukus leher dan sel parietal. Pada bagian dasar terdapat sel utama
atau chief cell, dan sel enteroendokrin.3
o Intestinum tenue (usus halus)
- Intestinum tenue (usus halus), organ ini terbentang dari pylorus gastricus sampai juncture
ileocaecalis. Intestinum tenue ini terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan
ileum. Duodenum, dikenal juga sebagai usus dua belas jari ini memiliki bentuk bagaikan
huruf C. Duodenum memiliki empat bagian (pars), yaitu : pars superior, descendens,
horizontal atau inferior, dan terakhir adalah pars ascendens. Setelah melewati pars ascendens,
bagian usus halus tersebut bukan lagi duodenum melainkan jejunum.4-6 Bagian pertama
duodenum mempunyai omentum minus, yang melekat pada pinggir atasnya dan omentum
majus yang melekat pada pinggir bawahnya. Sisanya duodenum lainnya terletak
retroperitoneal.2 Duodenum dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu :
o Bagian pertama, berjalan ke atas dan kebelakang pada planum transpyloricum setinggi
vertebra lumbalis I
10
o Bagian kedua, berjalan vertical kebawah ductus choledochus dan ductus pancreaticus
major, kemudian menembus dinding medial kira-kira setengah dari bagian bawah , dan
kedua ductus ini bergabung membentuk ampula yang bermuara ke duodenum pada
papilla duodeni major, sekitar 1,9 cm diatas papilla duodeni major.
o Bagian ketiga, berjalan horizontal didepan columna vertebralis. Radix mesenterii
intestinum tenue dan vasa mesenterica superior menyilang bagian ini di anterior.
o Bagian keempat, berjalan keatas dan kekiri menuju flexura duo-denojejunalis. Flexura
ini difiksasi oleh ligamentum treitz, yang melekat pada crus dextrum diaphragmatica.2
Batas-batas duodenum, yaitu:
o Bagian pertama: duodenum berbatasan dengan aspek anterior dari lobus quadratus
hepatis, vesica biliaris. Duodenum pun berbatasan dengan aspek posterior dari bursa
omentalis, arteri gastroduodenalis, ductus choledochus, vena porta, dan vena cava
inferior.
o Bagian kedua: kearah anterior, yaitu fundus vesica biliaris, lobus hepatis dexter,colon
transversum, lengkung intestinum tenue. Ke aspek posterior, yaitu : hilum renale
dextrum. Ke aspek medial, yaitu: caput pankreatis, ductus choledochus, dan duktus
pankreaticus.
o Bagian ketiga: ke aspek anterior, yaitu: radix mesenterii intestinum tenue, vasa
mesenterica superior, dan lengkung jejunum. Ke aspek posterior, yaitu: ureter dexter,
vena cava inferior, dan aorta. Ke aspek superior, yaitu caput pankreatis.
o Bagian keempat: ke aspek anterior, yaitu: permukaan radix mesenterii, lengkung
jejunum. Ke aspek posterior, yaitu: pinggir kiri aorta.2
11
Struktur mikroskopis usus halus bagian duodenum, jejunum dan ileum memiliki persamaan.
Semua bagian usus halus memiliki vili intestinal yang membantu proses penyerapan makanan.
Sepanjang lapisan mukosa terdapat kelenjar intestinalis dan kriptus Lieberkuhn.3
- Jejunum, ileum dan colon
Setelah dari ileum, terdapat struktur selanjutnya yaitu colon atau usus besar. Pada pertemuan
colon dan ileum terdapat katup ileocaecum. Katup tersebut mencegah makanan yang masuk ke
bagian awal usus besar atau caecum kembali ke usus halus. Pada caecum terdapat struktur
bernama appendix vermiformis atau sering
disebut orang awam sebagai usus buntu.
Colon sendiri dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu colon ascendens, colon
transversus, colon descendens dan colon
sigmoid.5,6
Terdapat struktur-struktur yang membuat colon terlihat berbeda sekali dari usus halus.
Colon memiliki haustra sepanjang bagiannya, haustra merupakan struktur mirip gelembung pada
dinding colon. Selain itu colon memiliki taenia coli yang membelah tengah struktur usus halus
pada bagian luar.2,6
12
Gambar 5. Mikroskopik duodenum
Bagian terminal atau ujung dari saluran pencernaan adalah saluran pembuangan. Disini
saluran pembuangan tersebut adalah rektum dan anus. Rektum memiliki tiga buah lipatan atau
plica yaitu plica transversa recti superior, medial dan inferior. Dibawah rektum terdapat saluran
anal yang merupakan tempat keluarnya bahan-bahan sisa pencernaan. Saluran ini memiliki tiga
otot penunjang yaitu m. levator ani, m. sfingter ani internus dan m. sfingter ani externus.2,3
Vaskularisasi gaster dan duodenum
Pada gaster dipendarahi oleh arteri gastric dextra dan sinistra, dan arteri gastroepiploica
dextra dan sinistra. Yang mempedarahi curvature minor pada gastre, yaitu arteri gastric dextra
dan sinistra. Sedangkan pada kurvatura major gaster dipendarahi oleh arteri gastroepiploica
dextra dan sinistra. Yang mempedarahi fundus, yaitu arteri gastricae breves, yang berasal dari
arteri lienalis. Vena-vena pada gaster mengalir ke dalam sirkulasi vena porta. Vena gastric dextra
dan sinistra bermuara ke vena porta. Sedangkan vena gastric brevis dan vena gastroepiploica
sinistra bermuara ke dalam vena lienalis, dan vena gastroepiploica dextra akan bermuara ke
dalam vena mesenterica superior.2 Pembuluh-pembuluh limfe pada gaster mengikuti perjalanan
arteri menuju ke nodi gastric sinistri dan dextra, nodi gastroepiploici sinistra dan dextra, serta
nodi gastric brevis. Semua cairan limfe dari gaster akhirnya berjalan ke coeliaci.2
Setengah arteri pada bagian atas duodenum didarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis
superior, sebuah cabang dari arteria gastroduodenalis. Setengah bagian bawah didarahi oleh
arteria pancreaticoduodenalis inferior, sebuah cabang dari arteria mesenterica superior.2 Vena-
vena pada duodenum, yaitu vena pancreaticoduodenalis superior dan vena pancreaticoduodenalis
inferior.Vena pancreaticoduodenalis superior akan bermuara ke vena porta. Vena
pancreaticoduodenalis inferior akan bermuara ke vena mesenterica superior. Pembuluh-
13
pembuluh limfe duodenum akan bermuara keatas melalui nodi pancreaticoduodenalis menuju
nodi gastroduodenalis dan nodi coeliaci. Bermuara kebawah melalui nodi pancreaticoduodenalis
ke nodi mesenterici superiors.2
Proses pencernaan
1. Cavum oris
Perjalanan makanan dimulai didalam rongga cavum oris. Makanan yang kita makan didalam
mulut akan dilumatkan gigi. Gerak melumat ini termasuk kedalam bagian motilitas dari mulut.
Dengan bantuan otot-otot pengunyah makanan akan dihaluskan menjadi bolus. Pada rongga
mulut, kelenjar parotis, sublingualis dan submandibularis akan mensekresikan saliva yang
berguna untuk membasahi makanan dan membantu proses pengecapan rasa oleh lidah. Pada
saliva yang dihasilkan kelenjar parotis terdapat sedikit perbedaan yaitu terdapatnya enzim
amilase. Enzim amilase memulai pencernaan pertama pada makanan terutama jenis karbohidrat
didalam mulut. Amilum-amilum dalam makanan kelak akan diubah menjadi bentuk disakarida
berupa maltase.1
Air liur manusia disekresi terus menerus kedalam rongga mulut. Air liur atau saliva ini
99,5%-nya merupakan H2O atau air dan 0,5% berupa elektolit.1 Saliva mengandung mukus yang
berguna sebagai pelicin rongga mulut dan juga lisozim yang merupakan enzim pelisis bakteri-
bakteri tertentu. Air liur manusia dihasilkan melalui refleks liur sederhana dan terkondisi.
Refleks liur sederhana terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor terkan didalam rongga mulut
berespons terhadap keberadaan makanan. Impuls dari kedua reseptor tersebut dibawa oleh serat
aferen menuju pusat liur di medulla batang otak. Pusat liur kemudian memberikan umpan balik
melalui serat eferen dan meningkatkan jumlah sekresi liur. Refleks liur terkondisi terjadi bahkan
14
sebelum makanan masuk kedalam mulut untuk merangsang kemoreseptor dan mekanoreseptor
dalam mulut. Hanya dengan berpikir, mencium, mendengar atau melihat dapat memicu sekresi
air liur lebih. Hal ini karena korteks serebri yang mengolah keempat hal tadi mengirimkan sinyal
kepada pusat liur di medulla oblongata.1
Sekresi air liur juga dipengaruhi oleh saraf otonom. Pada beberapa bagian tubuh manusia
saraf simpatis biasanya mempercepat kerja suatu organ dan saraf parasimpatis malah
menghambat. Namun, tidak demikian untuk sekresi air liur. Baik saraf simpatis maupun saraf
parasimpatis sama-sama meningkatkan sekresi liur. Akan tetapi, liur yang dihasilkan dari
stimulasi saraf simpatis berbeda dengan saraf parasimpatis. Pada perangsangan saraf simpatis
liur yang dihasilkan volumenya terbatas, kental dan kaya akan mukus. Sedangkan pada
perangsangan saraf parasimpatis, liur yang dihasilkan encer, dalam jumlah banyak dan kaya akan
enzim.1
Pada rongga mulut hampir tidak ada kegiatan penyerapan. Hanya beberapa zat dalam obat
saja yang diserap dimulut seperti nitrogliserin. Kegiatan penyerapan lebih banyak terjadi pada
usus halus dan usus besar. Kegiatan yang terutama pada mulut adalah kegiatan sekresi dan
motilitasnya. Pencernaan sudah terjadi namun karena makanan hanya singgah sebentar di rongga
mulut, pencernaan akan kemudian dilanjutkan oleh enzim pada korpus lambung.1
2. Faring dan Oesophagus
Pada faring dan eosophagus kegiatan terpenting yang terjadi disini adalah motilitas yaitu
kegiatan menelan. Kegiatan menelan memiliki prinsip yang sama dengan kerja otot yaitu
mengikuti prinsip tuntas atau gagal. Kegiatan menelan dimulai ketika makanan yang sudah
dalam bentuk bolus didorong secara sengaja memasuki faring.
15
Tekanan bolus ke dinding faring merangsang faring untuk mengirimkan sinyal ke pusat
menelan pada batang otak. Menelan adalah sebuah refleks yang rumit walau pada kehidupan
sehari-hari kita sering berpikir menelan itu mudah.1
Proses menelan diawali oleh tahap orofaring dan tahap esophagus. Tahap orofaring terdiri
dari proses pemindahan bolus dari rongga mulut ke faring. Dalam tahap ini, epiglotis akan
menutup rongga laring sehingga makanan tidak masuk ke laring. Dan untuk berjaga-jaga, pita
suara didalam laring juga menutup sehingga kemungkinan makanan masuk ke dalam paru-paru
kecil. Lidah kemudian akan menekan keras langit-langit rongga mulut. Uvula akan naik keatas
dan menekan bagian belakang tenggorokan. Kedua hal ini berguna agar makanan tidak masuk
kedalam rongga hidung ataupun kembali ke rongga mulut. Peristiwa ini berlangsung selama
satu detik.1
Makanan setelah masuk kedalam oesophagus akan didorong menuju lambung oleh gerak
peristaltik. Pusat menelan akan memicu gelombang peristaltik primer yang berjalan bagaikan
cincin yang memeras saluran oesophagus masuk ke lambung. Gerak peristaltik dimungkinkan
oleh karena adanya otot polos sirkular pada oesophagus. Satu gelombang peristaltik memerlukan
waktu sekitar 5-9 detik untuk sampai pada ujung bawah oesophagus. Apabila makanan terlalu
lengket, besar atau tidak dapat didorong oleh gelombang peristaltik primer, maka terjadilah
gelombang peristaltik sekunder yang lokal, lebih kuat dan tidak dipengaruhi oleh pusat telan.
Total keseluruhan proses ini memakan waktu 6-10 detik bila waktu detik pada proses orofaring
ditambah dengan proses transit pada oesophagus.1
16
Sekresi pada oesophagus seluruhnya berupa mukus. Mukus yang dihasilkan pada
oesophagus berguna bukan hanya untuk melumasi makanan yang masuk tetapi juga melindungi
lumen oesophagus dari kerusakan oleh tepi-tepi tajam dari makanan yang kita makan. Mukus ini
juga melindungi oesophagus apabila terjadi refluks dari isi lambung.1
2. Lambung
Motilitas lambung terdiri dari empat aspek. Aspek pertama adalah pengisian lambung. Dalam
keadaan normal lambung hanya memiliki volume 50ml, berkat adanya struktur yaitu rugae,
lambung manusia dapat menampung volume makanan sebesar 1 liter atau 20 kali volume
awalnya. Relaksasi refleks lambung tersebut disebut sebagai relaksasi reseptif.1 Aspek kedua
yaitu penyimpanan. Lambung memiliki sekelompok sel pemacu yang menghasilkan potensial
aksi untuk berkontraksi pada regio fundus bagian atas. Frekuensi kontraksi yang dihasilkan
hanyalah tiga kali permenit. Karena gerakan ini paling tenang berada pada korpus lambung maka
korpus lambung bertindak sebagai tempat penyimpanan sementara makanan.1 Aspek ketiga ialah
pencampuran. Pada bagian antrum lambung kontraksi gerak peristaltik lebih kuat dibandingkan
dengan bagian fundus dan korpus. Gerakan ini mendorong kimus (bolus yang sudah dicerna
lebih lanjut di lambung) menuju sfingter plorus. Akan tetapi, sfingter pilorus pada tonus
normalnya hanya membuka sedikit saja. Pembukaan katup ini hanya muat dimasuki cairan dan
kimus yang sudah benar-benar halus dan terlalu besar untuk kimus yang masih kental. Hal ini
menyebabkan kimus-kimus yang masih kental terpental balik ke antrum. Gerakan inilah yang
berperan dalam aspek pencampuran.1 Aspek keempat pada motilitas lambung adalah
pengosongan lambung. Pengosongan lambung berkaitan erat juga pada kegiatan pencampuran.
Namun tindakan pengosongan lambung dipengaruhi lagi oleh faktor lambung dan faktor pada
duodenum.1,4
17
Lambung mengeluarkan sekresi berupa mukosa oksintik, asam klorida (HCl) dan enzim
pepsinogen. Sekresi ini ditopang oleh struktur mikroskopis lambung sendiri. Mukosa lambung
dihasilkan oleh sel mukus yang melapisi faveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Fungsi
mucus ini sebagai sawar protektif mengatasi beberapa cedera terhadap mukosa gaster.
Berikutnya lambung memiliki sel parietal yang bekerja dalam menghasilkan HCl dan faktor
intrinsik. Faktor intrinsik kelak digunakan untuk mengikat vitamin B12 agar mudah diserap pada
ileum. Kemudian enzim pepsinogen dihasilkan oleh chief sel. Pepsinogen akan diaktifkan oleh
HCl menjadi pepsin kemudian akan mencerna protein, pepsin ini harus disekresikan dan
disimpan dalam bentuk inaktif agar tidak mencerna sel utamanya sendiri.1,4 Mukosa gaster
diganti setiap 3 hari sekali pada bagian korpus dan fundus, sehingga menghasilkan HCl,
pepsinogen, mucus dan factor intrinsic. HCl yang merupakan hasil sekresi mukosa gaster, akan
dibawa ke lumen kantung gaster, sehingga membuat pH isi lumen gaster 2 (sangat asam), yang
membuat asam, yaitu ion H+. Selanjutnya ion H+ yang telah disekresikan ini akan dinetralisir oleh
asam karbonat.
Pada lambung juga terjadi proses penyerapan. Akan tetapi penyerapan zat pada lambung
adalah zat seperti alkohol dan aspirin dan bukan makanan. Alkohol penyerapannya sudah
dimulai di lambung tapi berlangsung secara lambat. Penyerapan alkohol terjadi lebih cepat di
usus halus. Namun, karena penyerapannya sudah dimulai di lambung maka alkohol
menimbulkan efek yang cukup cepat bagi tubuh. Efek penyerapan alkohol dapat dinetralisir
dengan makanan yang mengandung lemak sehingga alkohol lebih lambat masuk ke usus dan
diserap.1,4
18
4. Usus halus
Usus halus dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum
adalah tempat terakhir terjadinya pencernaan di usus. Setelah dari duodenum tidak ada lagi
proses pencernaan yang ada hanyalah proses penyerapan. Pencernaan yang terjadi di duodenum
dibantu oleh organ-organ pencernaan tambahan yaitu pankreas, empedu dan hati. Sekret-sekret
dari organ-organ tersebut akan dialirkan melalui papila duodeni major dan minor.1
Proses motilitas pada usus halus adalah gerak segmentasi untuk memaparkan seluruh
permukaan makanan ke dinding. Gerakan segmentasi pada usus halus berbeda dengan gerak
peristaltik pada oesophagus yang berjalan terus lurus kedepan. Pada usus halus akan terbentuk
banyak sekali bagian cincin sepanjang usus halus akibat kontraksi otot sirkularnya. Kemudian
otot yang berkontraksi akan melemas dan otot yang tadinya melemas akan berkontraksi. Tiap-
tiap bagian yang melemas akan menerima kimus dari dua bagian lain dan seterusnya.1,4 kontraksi
diawali oleh sel-sel pemacu usus halus sehingga menghasilkan BER. Jika BER membrane otot
polos ke ambang maka terjadi kontraksi segmental terinduksi dengan frekuensinya mengikuti
frekeunsi BER. Intensitas kontraksi pada usus halus dipengaruhi oleh hormone gastrin dan
aktivitas saraf ekstrinsik. Proses segmentasi pada duodenum dan ileum selalu bersamaan.1,4
Pencernaan yang terjadi pada usus halus terutama bagian duodenum lebih banyak
dibanding bagian lainnya di organ pencernaan. Duodenum memulai proses segmentasinya
sebagai respons terhadap peregangan local karena adanya kimus sehingga pada ileum kosong,
oleh karena itu disebut segmentasi ileum kosong. Segmentasi ileum kosong ini ditimbulkan oleh
gastrin yang disekresikan sebagai respons terhadap adanya kimus dilambung, yang disebut
dengan reflex gastroileum.1,4 Makanan yang asam dari lambung akan dijadikan netral Phnya oleh
19
sekret pankreas yang berisi NaHCO3 (Natrium bikarbonat). Pankreas juga menghasilkan enzim-
enzim yang bersifat proteolitik, amilase pankreas dan lipase pankreas.1 Karena kebanyakan
makanan manusia adalah karbohidrat, protein dan lemak maka pencernaan diduodenum
termasuk sangat penting.
5. Usus Besar
Ileum berbatasan dengan bagian caecum dari usus besar dan dibatasi oleh sfingter
ileocaecum. Usus besar tidak menghasilkan enzim pencernaan apapun. Kegiatan utama dari usus
besar adalah tempat penyerapan cairan yang ada pada kimus. Kontraksi usus besar berupa gerak
maju mundur. Isi usus besar bisa bergerak maju secara jauh akibat gerak massa yang mendorong
tinja sepertiga sampai tiga perempat panjang kolon dalam beberapa detik.1,4
Kerja Enzim
Hampir seluruh reaksi ditubuh diperantarai oleh enzim.8 Enzim mempercepat reaksi
pemecahan dalam tubuh dengan cara menurunkan energi aktivasi dari suatu reaksi normal.
Berdasarkan cara kerjanya enzim dalam tubuh dibagi menjadi enam kelas yaitu:
1. Kelas Oksidoreduktase, bekerja dalam reaksi oksidasi-reduktasi
2. Kelas Transferase, bekerja dalam reaksi pemindahan gugus yang mengandung C-, N-, atau P-
3. Kelas Hidrolase, bekerja dalam pembelahan ikatan yang memerlukan air sebagai pelarut
4. Kelas Liase, bekerja dalam pembelahan ikatan seperti C-C, C-S, dan C-N
5. Kelas Isomerase, bekerja dalam resamisasi isomer
6. Kelas Ligase, bekerja dalam pembentukan sebuah ikatan senyawa
20
Enzim sebagai katalis protein yang meningkatkan laju reaksi kimia memiliki sifat. Enzim
untuk bekerja memiliki sebuah tempat aktif sebagai tempat menempelnya substrat pada saat
reaksi terjadi. Reaksi dengan enzim memiliki efisiensi yang jauh lebih tinggi dibanding dengan
yang tidak. Dalam bekerja, enzim hanya bekerja secara spesifik yaitu hanya mengikat satu jenis
substrat atau beberapa dan mengkatalisis hanya untuk satu reaksi. Aktivitas enzim juga dapat
diatur dalam kata lain bisa di aktivasi dan diinhibisi atau dihambat. Selain itu, enzim memiliki
lokasi pada organel tertentu saja didalam sel.8
Dalam aktifitasnya enzim harus terlebih dahulu bertabrakan dengan substrat yang hendak
direaksikan. Apabila energi aktivasi dalam pertemuan tersebut tercapai maka enzim dan substrat
akan membentuk sebuah tahap transisi dimana enzim tersebut berhubungan dengan substrat.
Kemudian barulah proses reaksi kimia dilakukan dan kemudian dihasilkan sebuah produk.
Setelah produk tercipta, enzim tidak hancur atau ikut bereaksi sehingga hasil akhir tiap-tiap
reaksi adalah enzim itu sendiri bersama dengan produk.8
Terdapat faktor-faktor yang turut mempengaruhi kinerja dari enzim-enzim dalam tubuh.
Pertama, konsentrasi substrat menentukan kecepatan kerja enzim, makin banyak jumlah substrat
maka kerja enzim akan menjadi semakin cepat. Akan tetapi bila substrat ditambah terus maka
kecepatan kerja enzim akan mencapai kecepatan yang stabil atau maksimum. Ini dikarenakan
seluruh enzim sudah jenuh dengan keberadaan substrat. Kedua, konsentrasi enzim bekerja sama
seperti halnya konsentrasi substrat. Ketiga adalah suhu, tiap-tiap enzim bekerja optimal dalam
suhu optimalnya. Pada enzim dalam tubuh manusia maka tentunya suhu optimalnya adalah suhu
tubuh normal manusia. Apabila suhu terlalu rendah, enzim akan menjadi inaktif dan bila suhu
21
terlalu tinggi maka enzim akan mengalami denaturasi atau rusak karena enzim terbuat dari
protein. Keempat adalah Ph, tiap enzim hanya bekerja pada Phnya masing-masing. Seperti
contohnya enzim pepsin yang mengubah protein menjadi pepton hanya akan bekerja dilambung
karena Ph lambung yang asam, sesampainya di duodenum Ph berubah menjadi netral sampai
basa sehingga enzim ini menjadi inaktif.8
Kesimpulan
Pada lambung mengeluarkan sekresi berupa mukosa oksintik, asam klorida (HCl) dan
enzim pepsinogen. Sekresi ini ditopang oleh struktur mikroskopis lambung sendiri. Mukosa
lambung dihasilkan oleh sel mukus yang melapisi faveola gastrica dan pintu masuk kelenjar.
Berikutnya lambung memiliki sel parietal yang bekerja dalam menghasilkan HCl dan faktor
intrinsic. Jika HCL ini masuk ke dalam duodenum dan tidak dinetralkan, maka akan merusak
lapisan mukosa pada duodenum sehingga terjadi ulkus peptikum.
22
Daftar pustaka
1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Diterjemahkan: Pendit BU, Yesdelita
N. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.641-656
2. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: EGC; 2008.h.668-690
3. Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology. Diterjemahkan: Pawitan JA, Wonodirekso
S. Buku ajar berwarna histologi. Edisi ke-3. Winsland House: Elsavier; 2014.h.369-396
4. Guyton AC, Hall EJ. Fisiologi kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC; 20035. Tank PW, Gest TR. Atlas of anatomy Lippincott Williams & Wilkins. Diterjemahkan:
Hartanto H, Astikawati R. Atlas anatomy lippincott williams & wilkins Jakarta: Erlangga; 2009.
6. Clemente CD. Anatomy a regional atlas of the human body. 6th Edition. Baltimore: The Williams & Welkins Company; 2006.
7. Champe PC, Harvey RA, Ferrier DR. Lippincott’s illustrated reviews: Biochemistry. Diterjemahkan: Novrianty A, Nuryanto I, Resmisari T. Biokimia ulasan bergambar. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010
8. World Gastroenterology Organization. Dysphagia. Edisi 2007. Diunduh dari www.worldgastroenterology.org, 12 Juli 2015
23