fix print mekanisme pencernaan gaster dan duodenum manusia

23
Mekanisme Pencernaan Gaster dan Duodenum Manusia Erwin Febrianto10.2013.399 Tanani Febrianty10.2014.007 Shintia Katoda10.2014.094 Mohamad Pujiyantoro10.2014.115 Maya Saputr10.2014.152 Priska Amelia Belopandung10.2014.218 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11510 Telp : (021)56942061. Fax (021)5631731 Abstrak Makanan harus dicerna atau diuraikan secara biokimiawi menjadi molekul-molekul kecil sederhana, sehingga dapat diserap dari sistem saluran cerna kedalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam sel-sel. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum tenue (usus halus), dan intestinum crassum (usus besar). Pada sistem saluran pencernaan ini terdapat empat proses pencernaan dara, yaitu motilitas, sekresi, absorbsi, dan digesi. Secara makro saluran pencernaan (Tractus digestivus) ini terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum tenue (usus halus), dan intestinum crassum (usus besar). 2 Secara histologisnya saluran cerna ini terdiri atas beberapa lapisan, yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan lapisan adventitia. Pada gaster terdiri atas corpus fundus dan anthrum. Kata kunci : saluran pencernaan, proses pencernaan, mekanisme pencernaan 1

Upload: independent

Post on 19-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Mekanisme Pencernaan Gaster dan Duodenum Manusia

Erwin Febrianto10.2013.399

Tanani Febrianty10.2014.007

Shintia Katoda10.2014.094

Mohamad Pujiyantoro10.2014.115

Maya Saputr10.2014.152

Priska Amelia Belopandung10.2014.218

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11510

Telp : (021)56942061. Fax (021)5631731

Abstrak

Makanan harus dicerna atau diuraikan secara biokimiawi menjadi molekul-molekul kecil

sederhana, sehingga dapat diserap dari sistem saluran cerna kedalam sistem sirkulasi untuk

didistribusikan ke dalam sel-sel. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum

tenue (usus halus), dan intestinum crassum (usus besar). Pada sistem saluran pencernaan ini terdapat

empat proses pencernaan dara, yaitu motilitas, sekresi, absorbsi, dan digesi. Secara makro saluran

pencernaan (Tractus digestivus) ini terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum tenue (usus halus),

dan intestinum crassum (usus besar).2 Secara histologisnya saluran cerna ini terdiri atas beberapa lapisan,

yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan lapisan adventitia. Pada gaster terdiri atas

corpus fundus dan anthrum.

Kata kunci : saluran pencernaan, proses pencernaan, mekanisme pencernaan

1

Abstract

The food must be digested or broken down biochemically into small molecules simple, so it can be

absorbed from the gastrointestinal tract into the system circulation system to be distributed into the cells.

Digestive tract consists of the mouth, esophagus, kidney, intestine tenue ( small intestine ), and crassum

intestine ( colon ). In the digestive tract system, there are four virgin digestive process, namely motility,

secretion, absorption, and digesi . In macro gastrointestinal ( digestive tractus ) consists of the mouth ,

esophagus , kidney , intestine tenue ( small intestine ) , and crassum intestine ( colon ) .2 In histological

gastrointestinal tract consists of several layers , namely a layer of the mucosa, submucosa , muscularis

external and adventitia layer. At the gastric fundus and corpus consists of anthrum .

Keywords : digestive tract , digestive process, digestive mechanism

Pendahuluan

Fungsi utama saluran pencernaan, yaitu memindahkan nutrient, air, dan elektrolit dari

makanan yang kita telan kedalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang dimakan dalam

kehidupan sehari-hari terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein. Pertama makanan harus

dicerna atau diuraikan secara biokimiawi menjadi molekul-molekul kecil sederhana, sehingga

dapat diserap dari sistem saluran cerna kedalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam

sel-sel.1 Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum tenue (usus halus),

dan intestinum crassum (usus besar).2 Pada sistem saluran pencernaan ini terdapat empat proses

pencernaan dara, yaitu motilitas, sekresi, absorbsi, dan digesi. Otot polos pada dinding

pencernaan mempertahankan suatu kontraksi tingkat rendah dan konstan yang dikenal dengan

tonus. Pada aktivitas tonus yang konstan ini terdapat dua tipe dasar motilitas pencernaan, yaitu

gerakan propulsive (gerakan mendorong) dan gerakan mencampur.1

2

Struktur organ

Stuktur organ saluran pencernaan terdiri dari makro dan mikro. Secara makro saluran

pencernaan (Tractus digestivus) ini terdiri atas mulut, esophagus, ginjal, intestinum tenue (usus

halus), dan intestinum crassum (usus besar).2 Secara histologisnya saluran cerna ini terdiri atas

beberapa lapisan. Berbagai ini dipersarafi oleh sistem saraf enteric yang dimodulasi oleh saraf

simpatis dan parasimpatis, berbagai lapisan ini pun mempunyai serat saraf sensoris.3

Maroskopik dan mikroskopik saluran pencernaan (tractus digestivus)

Secara histologis, seluruh saluran pencernaan terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan

mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan serosa (adventisia). Keempat lapisan ini terdapat

modifikasi dan spesialisasi yang bersifat regional.3

Mukosa

Mukosa merupakan lapisan yang paling luar. Lapisan mukosa ini terdiri atas tiga lapisan,

yaitu lapisan epitel, lamina propria, dan muskularis mukosa. Lamina propria terdapat pembuluh

limfe, dan juga terkadang juga mengandung nodul limfoid. Nodul limfoid merupakan bagian dari

sistem limfoid yang terkait dengan mukosa. Sel tertentu pada lapisan lamina propria mensintesis

dan melepaskan faktor pertumbuhan yang mengontrol siklus sel epitel. Dibawah lamina propria

terdapat lapisan muskularis mukosa. Lapisan muskularis mukosa ini terdiri atas otot polos dan

berupa lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar.3

Submukosa

Lapisan submukosa merupakan lapisan jaringan ikat padat fibroelastis yang susunannya

irregular. Lapisan submukosa tidak mepunyai kelenjar, kecuali di esophagus dan duodenum.

Lapisan submukosa juga mengandung pembuluh darah, pembuluh limf, dan pada lapisan ini

3

terdapat pleksus submukosa meissner. Pleksus ini mengandung badan sel saraf parasimpatis

pascaganglion, berperan untuk fungsi sekretorik, gerakan mukosa, dan aliran darah lokal.3

Pleksus ini terkait pada kondisi local disekitar kelompok sarafnya saja.

Muskularis eksterna

Muskularis eksterna merupakan lapisan otot yang paling tebal dan terdapat dilapisan bagian

luar submukosa. Lapisan otot ini bertanggung jawab atas terjadinya aktivitas gerakan peristaltic

yang akan mendorong isi lumen disepanjang lapisan pencernaan. Muskularis eksterna terdiri dari

otot polos (kecuali pada esophagus) dan terdiri atas lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar.

Pada lapisan ini terdapat sel interstisial cajal, sel ini berkontraksi secara ritmik dan karena itulah

dianggap sebagai pacemaker (pengatur irama) untuk kontraksi muskularis eksterna. Yang

mengatur aktivitas muskularis eksterna (dan sampai batas tertentu, aktivitas mukosa), yaitu

pleksus meinterikus (auerbach). Pleksus meinterikus mengandung badan sel saraf parasimpatis

pasca ganglion. Pleksus ini mengatur gerakan peristaltik, dan pleksus ini juga berperan pada

kondisi sepanjang saluran cerna.

Pada gambar muskularis mukosa dan muskularis eksterna menunjukan bahwa lapisan

sirkular dalam dan longitudinal luarnya berjalan spiral. Perbedaan antara sirkular dalam dan

longitudinal luar, yaitu pada kerapatan spiralnya. Pada lapisan sirkular dalam dalam, spiralnya

sangat rapat. Sedangkan pada lapisan longitudinal luar spiralnya sangat longgar.3

Adventitia, merupakan jaringan ikat padat yang susunannya irregular.

4

Persarafan saluran cerna terdiri atas dua bagian, yaitu sistem persarafan enteric (pleksus

mienterikus dan pleksus meissner) dan komponen simpatis dan parasimpatis sistem saraf

otonom. Apabila persarafan simpatis dan parasimpatis keseluruh sistem pencernaan diputus,

maka saluran cerna akan tetap dapat melakukan seluruh fungsinya tanpa gangguan yang

berarti.

Cavum Oris

Pada bagian terdepan dari saluran pencernaan adalah mulut dan rongga mulut.4 Mulut atau

bibir manusia dilengkapi oleh otot rangka yang membantu untuk mengambil, menuntun dan

menampung makanan didalam mulut. Otot mulut terdiri atas musculus (m) orbicularis oris yang

membentuk bibir, m. depressor labii inferior, m. levator labii superior, m. depressor anguli oris,

m. levator anguli oris, m. risorius, m. buccinator, m. zygomaticus minor et mayor, m. masseter

dan m. depressor septi nasi.5,6 Selain berguna dalam membantu proses pencernaan, otot-otot

tersebut juga berperan sebagai pembentuk ekspresi wajah karena termasuk otot bagian facial.

Rongga mulut berada di bagian dalam mulut dan diliputi oleh tulang maxillaris pada

bagian atas dan tulang mandibularis pada bagian bawah.5,6 Didalam rongga mulut terdapat lidah,

gigi, kelenjar-kelenjar dalam mulut, dan otot-otot penggerak lidah. Pertama-tama adalah gigi,

gigi manusia berfungsi untuk mengunyah dan melumatkan makanan yang masuk kedalam

5

Gambar 1. Mikroskopik saluran pencernaan

rongga mulut. Fungsi ini dimungkinkan dengan adanya m. massetter, m. temporalis, m.

pterygoideus lateralis dan medialis. Dengan bantuan otot-otot tersebut rahang bawah bisa

membuka dan menutup sehingga kegiatan mengunyah makanan menjadi mungkin.4,5 Gigi

manusia dipersarafi oleh nervi (Nn) Alveolares superiores dan Nn. Alveolares Inferiores.

Selanjutnya adalah Lidah. Lidah menduduki penuh rongga mulut manusia dan merupakan otot

rangka sehingga dapat bekerja secara volunter. Lidah berguna dalam menuntun dan mengaduk

makanan didalam mulut. Tetapi guna lidah tidak hanya sebatas itu, lidah memiliki kuncup kecap

yang memungkinkan kita merasakan rasa makanan yang masuk ke mulut kita.1 Lidah dipersarafi

oleh nervus (n) Glossopharyngeus, n. Trigeminus dan n. Facialis.5 Rongga mulut juga

mengandung beberapa kelenjar yang berfungsi dalam menghasilkan saliva atau air liur. Kelenjar

parotis yang terletak pada pipi belakang dekat dengan daun telinga merupakan salah satu

kelenjar yang menghasilkan saliva pada rongga mulut. Kelenjar parotis memiliki saluran yang

bermuara pada daerah dekat gigi molar kedua pada rahang atas. Kelenjar lainnya adalah kelenjar

sublingualis dan sub mandibularis. Keduanya terletak dibawah lidah dekat dengan rahang bawah.

Keduanya sama-sama menghasilkan saliva namun tidak seperti kelenjar parotis karena kelenjar

parotis menghasilkan sekret yang dilengkapi dengan enzim amilase.1,2 Pada bagian belakang

rongga mulut terdapat bagian selanjutnya yaitu faring yang menjadi penghubung antara rongga

mulut dengan oesophagus.

o Oesophagus

Oesophagus merupakan tabung muscular, terbentang dari pharynx sampai gaster. Oesofagus

berada setinggi cartilago cricoidea dan berjalan turun digaris tengah belakang trachea. Didalam

thorax oesophagus berjalan kebawah melalui mediastinum dan masuk ke rongga abdomen

dengan menembus diafragma vertebrale thoracica ekternal dan masuk ke gaster sisi kanan.2

6

Oesophagus masuk kedalam abdomen melalui lubang yang terdapat pada crus dextrum

diafragmaticum. Oesophagus terletak posterior terhadap lobus hepatis sinistra dan didepan crus

sinistrum diafragmaticum. Nervus vagus sinister dan dexter maisng-masing terletak pada

permukaan anterior dan posterior pada oesophagus.2 Oesophagus ini berfungsi untuk

menyalurkan bolus makanan dari oropharynx ke dalam gaster, terjadi gelombang peristaltic, dan

pada saluran oesophagus lapisan mukosanya memiliki banyak lipatan dan memanjang dengan

alur penghubung yang menyebabkan lumennya tampak tersumbat, tetapi ketika oesophagus

melebar lipatannya menghilang dan lubang lumen pun ikut terbuka.3

Jika dilihat dari mickroskopiknya, oesophagus disusun oleh epitel berlapis lamina propria

fibroelastik, dan juga otot polos, yaitu muskularis mukosa yang tersusun longitudinal. Lumen

oesophagus dilapisi oleh epitel gepeng tanpa lapisan keratin, biasanya bisa terjadi kolaps dan

hanya terbuka saat proses menelan.3 Diantara keratinosit pada epitelnya terdapat sel langerhans.

Sel langerhans ini berfungsi sebagai memfagositosis dan mendegenerasi antigen menjadi

polipeptida kecil (epitop). Sel ini juga mensintesis molekul major histocompatibility complex

(MHC) II. Muskularis mukosanya khas karena hanya terdiri dari selapis serat otot polos yang

tersusun longitudinal dan menebal di daerah dekat lambung.3

Oesophagus memiliki dua sfingter fisiologys, yaitu sfingter faring-oesophageal dan sfingter

gastroesofageal interna dan eksterna, yang berturut-turut mencegah refluks dari oesophagus ke

faring dan dari lambung ke oesophagus. Sfingter gastroesofageal interna terdiri atas serat otot

polos , dan berada ditempat oesophagus menembus diafragma untuk menyatu ke lambung.3 Serat

otot polos sfingter ini selalu berkontraksi, kecuali saat bolus makanan akan lewat melalui

lambung atau saat seseorang ingin muntah, dan akan menutup saat inspirasi dan saat peningkatan

tekanan infraabdomen (saat defekasi).1

7

o Lambung (gaster), merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar terletak dibagian

atas abdomen dan mempunyai dua lubang, yaitu ostium cardiacum dan ostium pyloricum,

serta dua permukaan, yaitu facies anterior dan facies posterior.2 Gaster terbagi dalam

beberapa bagian, yaitu :

- Fundus, merupakan bagian dari gaster yang berbentuk kubah, menonjol ke atas, dan terletak

disebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya bagian fundus penuh dengan udara. Fundus

sebagai tempat penyimpanan bolus makanan pada ginjal.

- Corpus, merupakan bagian yang terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura

angularis. Corpus sebagai tempat penyimpanan bolus makanan pada ginjal.

- Anthrum, merupakan bagian lambung yang berbentuk paling tubular. Dinding ototnya

paling tebal untuk spincher pylorus dan rongga pylorus dinamakan canalis pylorus. Pada

bagian anthrum ini terjadi proses pencampuran makanan dan terjadi pencernaan protein.2

8

Gambar 2. Mikroskopik oesophagus

Batas-batas gaster, yaitu :

- Ke anterior: arcus costalis sinister, dinding anterior abdomen, diafragma, pleura sinistra,

basis pulmonis sinistra, pericardium, lobus quadratus, dan lobus hepatis sinistra.

- Ke posterior: omentum minus, pancreas (bagian corpus dan cauda), arteria lienalis,

diafragma, glandula suprarenalis sinistra, bagian atas ren sinistra, dan mesocolon

transversum.

Pada bagian dalam lambung terdapat lipatan-lipatan yang disebut dengan rugae. Lipatan-

lipatan tersebut akan berpengaruh pada volume lambung. Volume lambung awal hanya sekitar

50ml namun berkat lipatan-lipatan tersebut lambung dapat menampung volume hingga 1 liter

saat makan. Pertambahan volume sebesar 20 kali ini karena lipatan-lipatan lambung tersebut

meregang dan bahkan menjadi mendatar sehingga volume lambung menjadi besar.5 Lambung

berbatasan dengan usus halus terutama duodenum. Terdapat sebuah sfingter pada bagian

perpindahan ini yaitu sfingter pilorus yang akan mengatur kapan makanan boleh memasuki usus

halus untuk diproses lebih lanjut.

Struktur mikroskopis lambung tak kalah penting dengan struktur besarnya. Lambung

memiliki jaringan yang melipat-lipat membentuk sebuah struktur seperti sumur yang disebut

faveola gastrica. Faveola gastrica masing-masing bagian pada lambung memiliki kedalaman

9

Gambar 3. Makroskopik gaster

yang berbeda-beda. Dan yang terdalam adalah bagian pilorus. Lambung memiliki beberapa jenis

sel ditiap-tiap faveola gastricanya. Bagian teratas lumen lambung terdiri dari sel epitel

permukaan. Dibagian bawah dari sel epitel permukaan terdapat sel regeneratif. Di bagian leher

faveola gastrica terdapat sel mukus leher dan sel parietal. Pada bagian dasar terdapat sel utama

atau chief cell, dan sel enteroendokrin.3

o Intestinum tenue (usus halus)

- Intestinum tenue (usus halus), organ ini terbentang dari pylorus gastricus sampai juncture

ileocaecalis. Intestinum tenue ini terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan

ileum. Duodenum, dikenal juga sebagai usus dua belas jari ini memiliki bentuk bagaikan

huruf C. Duodenum memiliki empat bagian (pars), yaitu : pars superior, descendens,

horizontal atau inferior, dan terakhir adalah pars ascendens. Setelah melewati pars ascendens,

bagian usus halus tersebut bukan lagi duodenum melainkan jejunum.4-6 Bagian pertama

duodenum mempunyai omentum minus, yang melekat pada pinggir atasnya dan omentum

majus yang melekat pada pinggir bawahnya. Sisanya duodenum lainnya terletak

retroperitoneal.2 Duodenum dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu :

o Bagian pertama, berjalan ke atas dan kebelakang pada planum transpyloricum setinggi

vertebra lumbalis I

10

o Bagian kedua, berjalan vertical kebawah ductus choledochus dan ductus pancreaticus

major, kemudian menembus dinding medial kira-kira setengah dari bagian bawah , dan

kedua ductus ini bergabung membentuk ampula yang bermuara ke duodenum pada

papilla duodeni major, sekitar 1,9 cm diatas papilla duodeni major.

o Bagian ketiga, berjalan horizontal didepan columna vertebralis. Radix mesenterii

intestinum tenue dan vasa mesenterica superior menyilang bagian ini di anterior.

o Bagian keempat, berjalan keatas dan kekiri menuju flexura duo-denojejunalis. Flexura

ini difiksasi oleh ligamentum treitz, yang melekat pada crus dextrum diaphragmatica.2

Batas-batas duodenum, yaitu:

o Bagian pertama: duodenum berbatasan dengan aspek anterior dari lobus quadratus

hepatis, vesica biliaris. Duodenum pun berbatasan dengan aspek posterior dari bursa

omentalis, arteri gastroduodenalis, ductus choledochus, vena porta, dan vena cava

inferior.

o Bagian kedua: kearah anterior, yaitu fundus vesica biliaris, lobus hepatis dexter,colon

transversum, lengkung intestinum tenue. Ke aspek posterior, yaitu : hilum renale

dextrum. Ke aspek medial, yaitu: caput pankreatis, ductus choledochus, dan duktus

pankreaticus.

o Bagian ketiga: ke aspek anterior, yaitu: radix mesenterii intestinum tenue, vasa

mesenterica superior, dan lengkung jejunum. Ke aspek posterior, yaitu: ureter dexter,

vena cava inferior, dan aorta. Ke aspek superior, yaitu caput pankreatis.

o Bagian keempat: ke aspek anterior, yaitu: permukaan radix mesenterii, lengkung

jejunum. Ke aspek posterior, yaitu: pinggir kiri aorta.2

11

Struktur mikroskopis usus halus bagian duodenum, jejunum dan ileum memiliki persamaan.

Semua bagian usus halus memiliki vili intestinal yang membantu proses penyerapan makanan.

Sepanjang lapisan mukosa terdapat kelenjar intestinalis dan kriptus Lieberkuhn.3

- Jejunum, ileum dan colon

Setelah dari ileum, terdapat struktur selanjutnya yaitu colon atau usus besar. Pada pertemuan

colon dan ileum terdapat katup ileocaecum. Katup tersebut mencegah makanan yang masuk ke

bagian awal usus besar atau caecum kembali ke usus halus. Pada caecum terdapat struktur

bernama appendix vermiformis atau sering

disebut orang awam sebagai usus buntu.

Colon sendiri dibagi menjadi beberapa

bagian, yaitu colon ascendens, colon

transversus, colon descendens dan colon

sigmoid.5,6

Terdapat struktur-struktur yang membuat colon terlihat berbeda sekali dari usus halus.

Colon memiliki haustra sepanjang bagiannya, haustra merupakan struktur mirip gelembung pada

dinding colon. Selain itu colon memiliki taenia coli yang membelah tengah struktur usus halus

pada bagian luar.2,6

12

Gambar 5. Mikroskopik duodenum

Bagian terminal atau ujung dari saluran pencernaan adalah saluran pembuangan. Disini

saluran pembuangan tersebut adalah rektum dan anus. Rektum memiliki tiga buah lipatan atau

plica yaitu plica transversa recti superior, medial dan inferior. Dibawah rektum terdapat saluran

anal yang merupakan tempat keluarnya bahan-bahan sisa pencernaan. Saluran ini memiliki tiga

otot penunjang yaitu m. levator ani, m. sfingter ani internus dan m. sfingter ani externus.2,3

Vaskularisasi gaster dan duodenum

Pada gaster dipendarahi oleh arteri gastric dextra dan sinistra, dan arteri gastroepiploica

dextra dan sinistra. Yang mempedarahi curvature minor pada gastre, yaitu arteri gastric dextra

dan sinistra. Sedangkan pada kurvatura major gaster dipendarahi oleh arteri gastroepiploica

dextra dan sinistra. Yang mempedarahi fundus, yaitu arteri gastricae breves, yang berasal dari

arteri lienalis. Vena-vena pada gaster mengalir ke dalam sirkulasi vena porta. Vena gastric dextra

dan sinistra bermuara ke vena porta. Sedangkan vena gastric brevis dan vena gastroepiploica

sinistra bermuara ke dalam vena lienalis, dan vena gastroepiploica dextra akan bermuara ke

dalam vena mesenterica superior.2 Pembuluh-pembuluh limfe pada gaster mengikuti perjalanan

arteri menuju ke nodi gastric sinistri dan dextra, nodi gastroepiploici sinistra dan dextra, serta

nodi gastric brevis. Semua cairan limfe dari gaster akhirnya berjalan ke coeliaci.2

Setengah arteri pada bagian atas duodenum didarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis

superior, sebuah cabang dari arteria gastroduodenalis. Setengah bagian bawah didarahi oleh

arteria pancreaticoduodenalis inferior, sebuah cabang dari arteria mesenterica superior.2 Vena-

vena pada duodenum, yaitu vena pancreaticoduodenalis superior dan vena pancreaticoduodenalis

inferior.Vena pancreaticoduodenalis superior akan bermuara ke vena porta. Vena

pancreaticoduodenalis inferior akan bermuara ke vena mesenterica superior. Pembuluh-

13

pembuluh limfe duodenum akan bermuara keatas melalui nodi pancreaticoduodenalis menuju

nodi gastroduodenalis dan nodi coeliaci. Bermuara kebawah melalui nodi pancreaticoduodenalis

ke nodi mesenterici superiors.2

Proses pencernaan

1. Cavum oris

Perjalanan makanan dimulai didalam rongga cavum oris. Makanan yang kita makan didalam

mulut akan dilumatkan gigi. Gerak melumat ini termasuk kedalam bagian motilitas dari mulut.

Dengan bantuan otot-otot pengunyah makanan akan dihaluskan menjadi bolus. Pada rongga

mulut, kelenjar parotis, sublingualis dan submandibularis akan mensekresikan saliva yang

berguna untuk membasahi makanan dan membantu proses pengecapan rasa oleh lidah. Pada

saliva yang dihasilkan kelenjar parotis terdapat sedikit perbedaan yaitu terdapatnya enzim

amilase. Enzim amilase memulai pencernaan pertama pada makanan terutama jenis karbohidrat

didalam mulut. Amilum-amilum dalam makanan kelak akan diubah menjadi bentuk disakarida

berupa maltase.1

Air liur manusia disekresi terus menerus kedalam rongga mulut. Air liur atau saliva ini

99,5%-nya merupakan H2O atau air dan 0,5% berupa elektolit.1 Saliva mengandung mukus yang

berguna sebagai pelicin rongga mulut dan juga lisozim yang merupakan enzim pelisis bakteri-

bakteri tertentu. Air liur manusia dihasilkan melalui refleks liur sederhana dan terkondisi.

Refleks liur sederhana terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor terkan didalam rongga mulut

berespons terhadap keberadaan makanan. Impuls dari kedua reseptor tersebut dibawa oleh serat

aferen menuju pusat liur di medulla batang otak. Pusat liur kemudian memberikan umpan balik

melalui serat eferen dan meningkatkan jumlah sekresi liur. Refleks liur terkondisi terjadi bahkan

14

sebelum makanan masuk kedalam mulut untuk merangsang kemoreseptor dan mekanoreseptor

dalam mulut. Hanya dengan berpikir, mencium, mendengar atau melihat dapat memicu sekresi

air liur lebih. Hal ini karena korteks serebri yang mengolah keempat hal tadi mengirimkan sinyal

kepada pusat liur di medulla oblongata.1

Sekresi air liur juga dipengaruhi oleh saraf otonom. Pada beberapa bagian tubuh manusia

saraf simpatis biasanya mempercepat kerja suatu organ dan saraf parasimpatis malah

menghambat. Namun, tidak demikian untuk sekresi air liur. Baik saraf simpatis maupun saraf

parasimpatis sama-sama meningkatkan sekresi liur. Akan tetapi, liur yang dihasilkan dari

stimulasi saraf simpatis berbeda dengan saraf parasimpatis. Pada perangsangan saraf simpatis

liur yang dihasilkan volumenya terbatas, kental dan kaya akan mukus. Sedangkan pada

perangsangan saraf parasimpatis, liur yang dihasilkan encer, dalam jumlah banyak dan kaya akan

enzim.1

Pada rongga mulut hampir tidak ada kegiatan penyerapan. Hanya beberapa zat dalam obat

saja yang diserap dimulut seperti nitrogliserin. Kegiatan penyerapan lebih banyak terjadi pada

usus halus dan usus besar. Kegiatan yang terutama pada mulut adalah kegiatan sekresi dan

motilitasnya. Pencernaan sudah terjadi namun karena makanan hanya singgah sebentar di rongga

mulut, pencernaan akan kemudian dilanjutkan oleh enzim pada korpus lambung.1

2. Faring dan Oesophagus

Pada faring dan eosophagus kegiatan terpenting yang terjadi disini adalah motilitas yaitu

kegiatan menelan. Kegiatan menelan memiliki prinsip yang sama dengan kerja otot yaitu

mengikuti prinsip tuntas atau gagal. Kegiatan menelan dimulai ketika makanan yang sudah

dalam bentuk bolus didorong secara sengaja memasuki faring.

15

Tekanan bolus ke dinding faring merangsang faring untuk mengirimkan sinyal ke pusat

menelan pada batang otak. Menelan adalah sebuah refleks yang rumit walau pada kehidupan

sehari-hari kita sering berpikir menelan itu mudah.1

Proses menelan diawali oleh tahap orofaring dan tahap esophagus. Tahap orofaring terdiri

dari proses pemindahan bolus dari rongga mulut ke faring. Dalam tahap ini, epiglotis akan

menutup rongga laring sehingga makanan tidak masuk ke laring. Dan untuk berjaga-jaga, pita

suara didalam laring juga menutup sehingga kemungkinan makanan masuk ke dalam paru-paru

kecil. Lidah kemudian akan menekan keras langit-langit rongga mulut. Uvula akan naik keatas

dan menekan bagian belakang tenggorokan. Kedua hal ini berguna agar makanan tidak masuk

kedalam rongga hidung ataupun kembali ke rongga mulut. Peristiwa ini berlangsung selama

satu detik.1

Makanan setelah masuk kedalam oesophagus akan didorong menuju lambung oleh gerak

peristaltik. Pusat menelan akan memicu gelombang peristaltik primer yang berjalan bagaikan

cincin yang memeras saluran oesophagus masuk ke lambung. Gerak peristaltik dimungkinkan

oleh karena adanya otot polos sirkular pada oesophagus. Satu gelombang peristaltik memerlukan

waktu sekitar 5-9 detik untuk sampai pada ujung bawah oesophagus. Apabila makanan terlalu

lengket, besar atau tidak dapat didorong oleh gelombang peristaltik primer, maka terjadilah

gelombang peristaltik sekunder yang lokal, lebih kuat dan tidak dipengaruhi oleh pusat telan.

Total keseluruhan proses ini memakan waktu 6-10 detik bila waktu detik pada proses orofaring

ditambah dengan proses transit pada oesophagus.1

16

Sekresi pada oesophagus seluruhnya berupa mukus. Mukus yang dihasilkan pada

oesophagus berguna bukan hanya untuk melumasi makanan yang masuk tetapi juga melindungi

lumen oesophagus dari kerusakan oleh tepi-tepi tajam dari makanan yang kita makan. Mukus ini

juga melindungi oesophagus apabila terjadi refluks dari isi lambung.1

2. Lambung

Motilitas lambung terdiri dari empat aspek. Aspek pertama adalah pengisian lambung. Dalam

keadaan normal lambung hanya memiliki volume 50ml, berkat adanya struktur yaitu rugae,

lambung manusia dapat menampung volume makanan sebesar 1 liter atau 20 kali volume

awalnya. Relaksasi refleks lambung tersebut disebut sebagai relaksasi reseptif.1 Aspek kedua

yaitu penyimpanan. Lambung memiliki sekelompok sel pemacu yang menghasilkan potensial

aksi untuk berkontraksi pada regio fundus bagian atas. Frekuensi kontraksi yang dihasilkan

hanyalah tiga kali permenit. Karena gerakan ini paling tenang berada pada korpus lambung maka

korpus lambung bertindak sebagai tempat penyimpanan sementara makanan.1 Aspek ketiga ialah

pencampuran. Pada bagian antrum lambung kontraksi gerak peristaltik lebih kuat dibandingkan

dengan bagian fundus dan korpus. Gerakan ini mendorong kimus (bolus yang sudah dicerna

lebih lanjut di lambung) menuju sfingter plorus. Akan tetapi, sfingter pilorus pada tonus

normalnya hanya membuka sedikit saja. Pembukaan katup ini hanya muat dimasuki cairan dan

kimus yang sudah benar-benar halus dan terlalu besar untuk kimus yang masih kental. Hal ini

menyebabkan kimus-kimus yang masih kental terpental balik ke antrum. Gerakan inilah yang

berperan dalam aspek pencampuran.1 Aspek keempat pada motilitas lambung adalah

pengosongan lambung. Pengosongan lambung berkaitan erat juga pada kegiatan pencampuran.

Namun tindakan pengosongan lambung dipengaruhi lagi oleh faktor lambung dan faktor pada

duodenum.1,4

17

Lambung mengeluarkan sekresi berupa mukosa oksintik, asam klorida (HCl) dan enzim

pepsinogen. Sekresi ini ditopang oleh struktur mikroskopis lambung sendiri. Mukosa lambung

dihasilkan oleh sel mukus yang melapisi faveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Fungsi

mucus ini sebagai sawar protektif mengatasi beberapa cedera terhadap mukosa gaster.

Berikutnya lambung memiliki sel parietal yang bekerja dalam menghasilkan HCl dan faktor

intrinsik. Faktor intrinsik kelak digunakan untuk mengikat vitamin B12 agar mudah diserap pada

ileum. Kemudian enzim pepsinogen dihasilkan oleh chief sel. Pepsinogen akan diaktifkan oleh

HCl menjadi pepsin kemudian akan mencerna protein, pepsin ini harus disekresikan dan

disimpan dalam bentuk inaktif agar tidak mencerna sel utamanya sendiri.1,4 Mukosa gaster

diganti setiap 3 hari sekali pada bagian korpus dan fundus, sehingga menghasilkan HCl,

pepsinogen, mucus dan factor intrinsic. HCl yang merupakan hasil sekresi mukosa gaster, akan

dibawa ke lumen kantung gaster, sehingga membuat pH isi lumen gaster 2 (sangat asam), yang

membuat asam, yaitu ion H+. Selanjutnya ion H+ yang telah disekresikan ini akan dinetralisir oleh

asam karbonat.

Pada lambung juga terjadi proses penyerapan. Akan tetapi penyerapan zat pada lambung

adalah zat seperti alkohol dan aspirin dan bukan makanan. Alkohol penyerapannya sudah

dimulai di lambung tapi berlangsung secara lambat. Penyerapan alkohol terjadi lebih cepat di

usus halus. Namun, karena penyerapannya sudah dimulai di lambung maka alkohol

menimbulkan efek yang cukup cepat bagi tubuh. Efek penyerapan alkohol dapat dinetralisir

dengan makanan yang mengandung lemak sehingga alkohol lebih lambat masuk ke usus dan

diserap.1,4

18

4. Usus halus

Usus halus dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum

adalah tempat terakhir terjadinya pencernaan di usus. Setelah dari duodenum tidak ada lagi

proses pencernaan yang ada hanyalah proses penyerapan. Pencernaan yang terjadi di duodenum

dibantu oleh organ-organ pencernaan tambahan yaitu pankreas, empedu dan hati. Sekret-sekret

dari organ-organ tersebut akan dialirkan melalui papila duodeni major dan minor.1

Proses motilitas pada usus halus adalah gerak segmentasi untuk memaparkan seluruh

permukaan makanan ke dinding. Gerakan segmentasi pada usus halus berbeda dengan gerak

peristaltik pada oesophagus yang berjalan terus lurus kedepan. Pada usus halus akan terbentuk

banyak sekali bagian cincin sepanjang usus halus akibat kontraksi otot sirkularnya. Kemudian

otot yang berkontraksi akan melemas dan otot yang tadinya melemas akan berkontraksi. Tiap-

tiap bagian yang melemas akan menerima kimus dari dua bagian lain dan seterusnya.1,4 kontraksi

diawali oleh sel-sel pemacu usus halus sehingga menghasilkan BER. Jika BER membrane otot

polos ke ambang maka terjadi kontraksi segmental terinduksi dengan frekuensinya mengikuti

frekeunsi BER. Intensitas kontraksi pada usus halus dipengaruhi oleh hormone gastrin dan

aktivitas saraf ekstrinsik. Proses segmentasi pada duodenum dan ileum selalu bersamaan.1,4

Pencernaan yang terjadi pada usus halus terutama bagian duodenum lebih banyak

dibanding bagian lainnya di organ pencernaan. Duodenum memulai proses segmentasinya

sebagai respons terhadap peregangan local karena adanya kimus sehingga pada ileum kosong,

oleh karena itu disebut segmentasi ileum kosong. Segmentasi ileum kosong ini ditimbulkan oleh

gastrin yang disekresikan sebagai respons terhadap adanya kimus dilambung, yang disebut

dengan reflex gastroileum.1,4 Makanan yang asam dari lambung akan dijadikan netral Phnya oleh

19

sekret pankreas yang berisi NaHCO3 (Natrium bikarbonat). Pankreas juga menghasilkan enzim-

enzim yang bersifat proteolitik, amilase pankreas dan lipase pankreas.1 Karena kebanyakan

makanan manusia adalah karbohidrat, protein dan lemak maka pencernaan diduodenum

termasuk sangat penting.

5. Usus Besar

Ileum berbatasan dengan bagian caecum dari usus besar dan dibatasi oleh sfingter

ileocaecum. Usus besar tidak menghasilkan enzim pencernaan apapun. Kegiatan utama dari usus

besar adalah tempat penyerapan cairan yang ada pada kimus. Kontraksi usus besar berupa gerak

maju mundur. Isi usus besar bisa bergerak maju secara jauh akibat gerak massa yang mendorong

tinja sepertiga sampai tiga perempat panjang kolon dalam beberapa detik.1,4

Kerja Enzim

Hampir seluruh reaksi ditubuh diperantarai oleh enzim.8 Enzim mempercepat reaksi

pemecahan dalam tubuh dengan cara menurunkan energi aktivasi dari suatu reaksi normal.

Berdasarkan cara kerjanya enzim dalam tubuh dibagi menjadi enam kelas yaitu:

1. Kelas Oksidoreduktase, bekerja dalam reaksi oksidasi-reduktasi

2. Kelas Transferase, bekerja dalam reaksi pemindahan gugus yang mengandung C-, N-, atau P-

3. Kelas Hidrolase, bekerja dalam pembelahan ikatan yang memerlukan air sebagai pelarut

4. Kelas Liase, bekerja dalam pembelahan ikatan seperti C-C, C-S, dan C-N

5. Kelas Isomerase, bekerja dalam resamisasi isomer

6. Kelas Ligase, bekerja dalam pembentukan sebuah ikatan senyawa

20

Enzim sebagai katalis protein yang meningkatkan laju reaksi kimia memiliki sifat. Enzim

untuk bekerja memiliki sebuah tempat aktif sebagai tempat menempelnya substrat pada saat

reaksi terjadi. Reaksi dengan enzim memiliki efisiensi yang jauh lebih tinggi dibanding dengan

yang tidak. Dalam bekerja, enzim hanya bekerja secara spesifik yaitu hanya mengikat satu jenis

substrat atau beberapa dan mengkatalisis hanya untuk satu reaksi. Aktivitas enzim juga dapat

diatur dalam kata lain bisa di aktivasi dan diinhibisi atau dihambat. Selain itu, enzim memiliki

lokasi pada organel tertentu saja didalam sel.8

Dalam aktifitasnya enzim harus terlebih dahulu bertabrakan dengan substrat yang hendak

direaksikan. Apabila energi aktivasi dalam pertemuan tersebut tercapai maka enzim dan substrat

akan membentuk sebuah tahap transisi dimana enzim tersebut berhubungan dengan substrat.

Kemudian barulah proses reaksi kimia dilakukan dan kemudian dihasilkan sebuah produk.

Setelah produk tercipta, enzim tidak hancur atau ikut bereaksi sehingga hasil akhir tiap-tiap

reaksi adalah enzim itu sendiri bersama dengan produk.8

Terdapat faktor-faktor yang turut mempengaruhi kinerja dari enzim-enzim dalam tubuh.

Pertama, konsentrasi substrat menentukan kecepatan kerja enzim, makin banyak jumlah substrat

maka kerja enzim akan menjadi semakin cepat. Akan tetapi bila substrat ditambah terus maka

kecepatan kerja enzim akan mencapai kecepatan yang stabil atau maksimum. Ini dikarenakan

seluruh enzim sudah jenuh dengan keberadaan substrat. Kedua, konsentrasi enzim bekerja sama

seperti halnya konsentrasi substrat. Ketiga adalah suhu, tiap-tiap enzim bekerja optimal dalam

suhu optimalnya. Pada enzim dalam tubuh manusia maka tentunya suhu optimalnya adalah suhu

tubuh normal manusia. Apabila suhu terlalu rendah, enzim akan menjadi inaktif dan bila suhu

21

terlalu tinggi maka enzim akan mengalami denaturasi atau rusak karena enzim terbuat dari

protein. Keempat adalah Ph, tiap enzim hanya bekerja pada Phnya masing-masing. Seperti

contohnya enzim pepsin yang mengubah protein menjadi pepton hanya akan bekerja dilambung

karena Ph lambung yang asam, sesampainya di duodenum Ph berubah menjadi netral sampai

basa sehingga enzim ini menjadi inaktif.8

Kesimpulan

Pada lambung mengeluarkan sekresi berupa mukosa oksintik, asam klorida (HCl) dan

enzim pepsinogen. Sekresi ini ditopang oleh struktur mikroskopis lambung sendiri. Mukosa

lambung dihasilkan oleh sel mukus yang melapisi faveola gastrica dan pintu masuk kelenjar.

Berikutnya lambung memiliki sel parietal yang bekerja dalam menghasilkan HCl dan faktor

intrinsic. Jika HCL ini masuk ke dalam duodenum dan tidak dinetralkan, maka akan merusak

lapisan mukosa pada duodenum sehingga terjadi ulkus peptikum.

22

Daftar pustaka

1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Diterjemahkan: Pendit BU, Yesdelita

N. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.641-656

2. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: EGC; 2008.h.668-690

3. Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology. Diterjemahkan: Pawitan JA, Wonodirekso

S. Buku ajar berwarna histologi. Edisi ke-3. Winsland House: Elsavier; 2014.h.369-396

4. Guyton AC, Hall EJ. Fisiologi kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC; 20035. Tank PW, Gest TR. Atlas of anatomy Lippincott Williams & Wilkins. Diterjemahkan:

Hartanto H, Astikawati R. Atlas anatomy lippincott williams & wilkins Jakarta: Erlangga; 2009.

6. Clemente CD. Anatomy a regional atlas of the human body. 6th Edition. Baltimore: The Williams & Welkins Company; 2006.

7. Champe PC, Harvey RA, Ferrier DR. Lippincott’s illustrated reviews: Biochemistry. Diterjemahkan: Novrianty A, Nuryanto I, Resmisari T. Biokimia ulasan bergambar. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010

8. World Gastroenterology Organization. Dysphagia. Edisi 2007. Diunduh dari www.worldgastroenterology.org, 12 Juli 2015

23