proses mekanisme tsunami aceh

16
1 Daftar isi 1. PENDAHULUAN ................................................... 1 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH ACEH .................... 3 3. WILAYAH YANG TERKENA TSUNAMI .................... 5 4. MEKANISME TSUNAMI ACEH ............................... 6 5. MITIGASI TSUNAMI ............................................. 8 6. KERUGIAN TERHADAP TSUNAMI ACEH ................ 13 7. LESSON LEARN .................................................... 14 Tsunami melanda Aceh 26 Desember 2004

Upload: independent

Post on 05-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Daftar isi

1. PENDAHULUAN ................................................... 1

2. GAMBARAN UMUM WILAYAH ACEH .................... 3

3. WILAYAH YANG TERKENA TSUNAMI .................... 5

4. MEKANISME TSUNAMI ACEH ............................... 6

5. MITIGASI TSUNAMI ............................................. 8

6. KERUGIAN TERHADAP TSUNAMI ACEH ................ 13

7. LESSON LEARN .................................................... 14

Tsunami melanda Aceh

26 Desember 2004

2

Proses Mekanisme Tsunami

melanda Aceh 26 Desember

2004

1. PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007

Tentang Penanggulangan Bencana yang menyebutkan Bencana adalah

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah

bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa

yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Salah satu bencana alam yang terjadi di aceh adalah bencana Tsunami,

Tsunami Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang

dibangkitkan oleh macam-macam gangguan di dasar samudra.

Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran lempeng, atau

gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di

tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya

yang bergerak cepat ini akan semakin membesar.

Gempa bumi Samudra Hindia 2004 adalah gempa bumi megathrust

bawah laut yang terjadi pukul 08.00 pada hari Minggu, 26 Desember

2004, dengan episentrum di lepas pesisir barat Sumatera, Indonesia.

Gempa ini dikenal di kalangan ilmu wandengan nama Gempa bumi

Sumatera–Andaman. Dari gempa bumi yang timbul yang kemudian

disusul oleh Tsunami.

Tsunami menghantam bagian barat Indonesia dan menyebabkan

kehilangan berupa jiwa dan sarana-prasarana dalam jumlah yang belum

pernah terbayangkan sebelumnya. Bagi yang selamat (penyintas),

rumah, kehidupan, dan masa depan mereka pun turut raib terseret

ombak. Besaran 9,1 skala Richter menjadikan gempa tersebut sebagai

salah satu yang terkuat sepanjang sejarah modern.

Peristiwa alam itu terjadi akibat tumbukan dua lempeng tektonik di

dasar laut yang sebelumnya telah “jinak” selama lebih dari seribu

tahun. Namun, dengan adanya tambahan tekanan sebanyak 50

milimeter per tahun secara perlahan, dua lempeng tersebut akhirnya

mengentakkan 1.600-an kilometer patahan dengan keras. Patahan itu

dikenal sebagai patahan megathrust Sunda. Episentrumnya terletak di

250 kilometer barat daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Retakan

yang terjadi, yakni berupa longsoran sepanjang 10 meter, telah

melentingkan dasar laut dan kemudian mengambrukkannya. Ambrukan

3

ini mendorong dan mengguncang kolom air ke atas dan ke bawah.

Inilah yang mengakibatkan serangkaian ombak dahsyat.

Hanya dalam waktu kurang dari setengah jam setelah gempa, tsunami

langsung menyusul, menghumbalang pesisir Aceh dan pulau-pulau

sekitarnya hingga 6 kilometer ke arah daratan. Sebanyak 126.741 jiwa

melayang dan, setelah tragedi tersebut, 93.285 orang dinyatakan

hilang. Sekitar 500.000 orang kehilangan hunian, sementara 750.000-an

orang mendadak berstatus tunakarya. Pada sektor privat, yang

mengalami 78 persen dari keseluruhan kerusakan, 139.195 rumah

hancur atau rusak parah, serta 73.869 lahan kehilangan

produktivitasnya. Sebanyak 13.828 unit kapal nelayan raib bersama

27.593 hektare kolam air payau dan 104.500 usaha kecil-menengah.

Pada sektor publik, sedikitnya 669 unit gedung pemerintahan, 517

pusat kesehatan, serta ratusan sarana pendidikan hancur atau mandek

berfungsi. Selain itu, pada subsektor lingkungan hidup, sebanyak

16.775 hektare hutan pesisir dan bakau serta 29.175 hektare terumbu

karang rusak atau musnah.

Secara umum proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang

terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu,

ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu

hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan

terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.

Bandingkan dengan pengolahan (Wikipedia). Dalam peristiwa Tsunami

adanya proses/ mekanisme hingga terjadinya tsunami, yang diawali

dengan gempa yang berkukuatan besar hingga air laut surut dan

terjadilah gelombang Tsunami.

2. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Gambar : Peta Aceh

Provinsi Aceh terletak antara 01o 58’ 37,2” – 06o 04’ 33,6” Lintang

Utara dan 940 57’ 57,6” – 98o 17’ 13,2” Bujur Timur dengan ketinggian

rata-rata 125 meter di atas permukaan laut. Pada tahun 2013 Provinsi

4

Aceh terdiri atas 18 Kabupaten dan 5 kota, 289 kecamatan, 761 mukim

dan 6.464 gampong atau desa.

Batas-batas wilayah Provinsi Aceh,

- Sebelah Utara dengan Selat Malaka,

- Timur berbatasan dengan Selat Malaka,

- Sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan

- Ssebelah Barat dengan Samudera Hindia

Satu-satunya hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera

Utara, sehingga memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan

Provinsi Sumatera Utara. Luas Provinsi Aceh 5.677.081 ha, dengan

hutan sebagai lahan terluas yang mencapai 2.270.080 ha, diikuti lahan

perkebunan rakyat seluas 800.401 ha. Sedangkan lahan industri

mempunyailuas terkecil yaitu 3.928 ha.

Berikut tabel penggunaan lahan di Provinsi Aceh:

Jumlah penduduk di Provinsi Aceh berdasarkan proyeksi penduduk

tahun 2013 sebanyak 4.791,9 ribu jiwa, terdiri atas 2.397,2 ribu jiwa

laki-laki dan 2.394,7 ribu jiwa perempuan. Kepadatan penduduk di

Provinsi Aceh tahun 2013 mencapai 84 orang/km2.

Namun, penduduk yang menyebar di dua puluh tiga kabupaten/kota

berbeda ke-padatannya antar daerah. Daerah terpadat adalah Kota

5

Banda Aceh yang rata-rata per kilometer wilayahnya dihuni oleh sekitar

4.451 jiwa. Lalu Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa masingmasing 1

189 jiwa/km2 dan 773 jiwa/km2. Sebaliknya, daerah yang paling jarang

penduduknya yaitu hanya 15 jiwa/km2 adalah Kabupaten Gayo Lues.

Persebaran Penduduk merupakan masalah kependudukan yang rumit,

karena persebaran penduduk akan berimbas kepada permasalahan

ekonomi dan sosial. Persebaran penduduk yang merata memberi

dampak positif kepada pertumbuhan ekonomi, sedangkan persebaran

penduduk yang timpang dapat memberikan masalah baik social

maupun ekonomi pada daerah tersebut. Untuk itu persebaran

penduduk yang tidak merata hendaknya dipecahkan secara berhati-

hati. Sebab bukannya tidak mungkin program pemerataan penduduk

yang sedianya ditujukan untuk pemerataan pembangunan dan

kesejahteraan rakyat, menjadi berbalik menyengsarakan rakyat dan

menimbulkan kerawanan sosial.

3. WILAYAH YANG TERKENA TSUNAMI Wilayah yang terkena langsung dari bencana Tsunami Aceh yaitu

wilayah aceh bagian barat selatan diantaranya :

1. Kota Banda Aceh

2. Aceh Besar

3. Aceh Jaya

4. Aceh Barat

5. Simeulu

6

4. MEKANISME

Gambar : Peta Pusat Gem Pa Bum I 26 Desember Tahun 2004

Sumber peta: data BPS, Peta Rupabumi Bakosurtanal skala 50.000,

geospasial perumahan, pemetaan aset. Datum WGS 1984, proyeksi

UTM. Peta dibuat pada bulan Januari 2009 oleh Tim Teknis Buku

Peta BR

Gambar : proses terjadinya gelombang Tsunami (sumber BRR Book

Story)

Air laut surut

tidak lama

setelah gempa

terhenti

Gelomb tsunami mulai terbentuk ng tsunami mulai terbentuk

Tsunami

mencapai

daratan

Kondisi normal

sebelum gempa

Saat terjadi

patahan, getaran

gempa terasa

sampai daratan

7

Gempa bumi memicu tsunami paling dahsyat tercatat sejarah. Ombak

besar dengan telah menyapu dengan kecepatan 700 km/jam. Tsunami

Ini melanda Sri Lanka sekitar 2 jam setelah guncangan utama dan

Maladewa setelah 3 jam. Survei lapangan menunjukkan bahwa

kenaikan air tsunami maksimum lebih dari 10m di sepanjang wilayah

pesisir Sri Lanka. dan sampai 30-m tinggi gelombang tsunami di

sepanjang pantai Indonesia. gelombang tsunami ketinggian lebih dari

10m juga terjadi sepanjang Phuket, Thailand.

Berdasarkan pengamatan Satelit NASA dan TOPEX terjadi

elevasi permukaan laut dengan akurasi yang lebih dari 4,2 cm.

Gempa bumi dan Tsunami Aceh 2004 tercatat sebagai gempa bumi

dengan bidang rekahan/patahan (rupture) terpanjang dalam sejarah

gempa bumi yang tercatat oleh manusia. Rekahan/patahan sepanjang

±1600 Km dimulai dari epicenter gempa dekat pulau Simeulue dan

menerus sampai ke kepulauan Andaman dengan kecepatan ±2

Km/detik. Rekahan/patahan yang panjang ini selesai dalam waktu ±10

menit dan menjadi sumber gangguan volume air laut yang selanjutnya

menjadi sumber tsunami yang sangat besar (Kerry Sieh, 2007).

Rekahan/patahan tersebut dimulai dari Pulau Simeulue ke arah utara

menuju kepulauan Andaman.

uichiro Tanioka et al, melalui tulisannya tentang Rupture process of the

2004 great Sumatra-Andaman earthquake estimated yang dipublikasi

pada tahun 2006 di The Society of Geomagnetism and Earth, Planetary

and Space Sciences (SGEPSS) menyatakan bahwa rekahan tersebut ber-

jurus (strike) 329 derajat dengan kemiringan (dip) 8 derajat

Menurut Yuichiro, rekahan/patahan ini tidaklah satu garis

melainkan bercabang-cabang dan bersegmen-segmen. Hasil

percabangan rekahan/patahan ini dia dapat berdasarkan hasil

permodelan gelombang tsunami. Modeling terbalik dilakukan

untuk mendapat geometri sumber tsunami. Kalau biasanya ahli tsunami

memodelkan tsunami dengan terlebih dahulu punya data geometri

sumber namun yang dia lakukan adalah sebaliknya. Hasil dari

permodelan tersebut dapat dilihat pada gambar di samping.

Sumber Trek satelit

TOPEX / Poseidon dan

Jason-1.

8

Warna tersebut menunjukkan elevasi permukaan bebas numerik

simulasi dalam meter 2 jam setelah gempa terjadi. Pengukuran satelit

akan sangat berguna untuk memvalidasi dan mengkalibrasi perkiraan

perpindahan kesalahan dan

propagasi angka model

tsunami.

Percabangan rekahan/patahan

yang terjadi di dasar samudra

atau dasar laut menyebabkan

ada kawasan-kawasan yang

sekitar Aceh Besar

mendapatkan gelombang

tsunami tinggi dan lebih

duluan dan lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah

yang lain. Kecamatan Lhoknga

yang terdapat di Kab. Aceh

Besar diterjang gelombang

tsunami setinggi 30 meter

sedangkan kawasan Meulaboh

di Kab. Aceh Barat yang

berada di pantai Barat Aceh

malah memiliki ketinggian

tsunami jauh di bawah 30 meter. Selain itu, tingginya tsunami di

kawasan Lhoknga juga diakibat oleh besarnya nilai slip (bagian yang

naik dan turun) daripada rekahan/patahan dibandingkan dengan

segmen yang lain

Gambar: focal mechanism gempa dorong-jenis diekstraksi dari katalog

global CMT.

9

5. MITIGASI TSUNAMI A. Kesiapsiagaan Tsunami

Mitigasi: Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana. dibutuhkan manajemen

yang tepat dalam pengurangan risiko bencana. Hal dapat dilakukan

melalui manajemen mitigasi bencana seperti dibawah ini

a) Penguatan institusi penanganan bencana

b) Meningkatkan kemampuan tanggap darurat

c) Meningkatkan kepedulian dan kesiapan masyarakat pada

masalah masalah yang berhubungan dengan resiko bencana.

d) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada sistem

infrastruktur dan utilitas

e) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan

strategis dan penting

f) Meningkatkan keamanan terhadap bencana daerah perumahan

dan fasilitas umum

g) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan

industri dan kawasan industri

h) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan

sekolah dan anak-anak sekolah

i) Memperhatikan keamanan terhadap bencana dan kaidah-

kaidah bangunan tahan gempa dan tsunami serta banjir dalam

proses pembuatan konstruksi baru.

j) Meningkatkan pengetahuan para ahli mengenai fenomena

bencana, kerentanan terhadap bencana dan teknik-teknik

mitigasi

k) Memasukan prosedur kajian resiko bencana kedalam

perencanan tata ruang/tata guna lahan

l) Meningkatkan kemampuan pemulihan masyarakat dalam

jangka panjang setelah terjadi bencana

Berdasarkan manajemen penanggulangan bencana diatas

dibutuhkan integrasi menyeluruh dari setiap bidang. Banyak aspek-

aspek yang harus diperhatikan dalam mitigasi kebencanaan yang tidak

hanya berpusat pada pengembangan infrastruktur saja namun juga

pada kapasitas masyarakat baik itu bagi siswa disekolah termasuk juga

pelaku-pelaku dibidang perekonomian seperti perindustrian. Semua ini

harus dilibatkan dalam pengurangan risiko bencana.

Penanganan bencana (disaster management) merupakan

proses yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan

kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan serangkaian

kegiatan yang meliputi pencegahan (preventive), mitigasi,

kesiapsiagaan (preparedness), tanggap darurat, evakuasi, rehabilitasi

dan pembangunan kembali (reconstruction). Sedangkan mitigasi

10

adalah merupakan tindakan-tindakan untuk mengurangi atau

meminimalkan potensi dampak negatif dari suatu bencana. Sedangkan

kegiatan mitigasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan

penanganan bencana yang difokuskan untuk mengurangi potensi

dampak yang mungkin ditimbulkan oleh bencana yang diprediksikan

akan terjadi di masa datang.

Dengan memperhatikan beberapa komponen-komponen

strategis tersebut di atas, beberapa faktor yang merupakan kunci

keberhasilan dalam kegiatan mitigasi lingkungan pesisir bisa

disebutkan antara lain: [1] Pemahaman terhadap karakteristik bencana

alam dan kerusakan yang ada di wilayah pesisir, [2] Pemahaman

terhadap tingkat resiko dan kerentanan wilayah pesisir terhadap

bencana, [3] Pemahaman kondisi lingkungan, sosial budaya, dan

kearifan lokal, [4] Pemahaman terhadap upaya-upaya mitigasi baik yang

bersifat struktural maupun non struktural, [5] Peningkatan kapasitas

kelembagaan dan law enforcement, serta [6] Faktor yang menjamin

kontinyuitas.

Berdasarkan factor-faktor diatas terdapat enam langkah yang

bisa diupayakan dalam melakukan mitigasi bencana tsunami.

- Kebijakan pertama,

Dilakukan melalui upaya-upaya perlindungan kepada

kehidupan, infrastruktur dan lingkungan pesisir. Pengembangan sistem

peringatan dini (early warning system) dan pembuatan bangunan

pelindung merupakan contoh upaya perlindungan yang bisa

dikembangkan.

Pembangunan bangunan pelindung dapat menangkal

terjadinya erosi dan abrasi pantai. Terdapat empat cara yang bisa

dilakukan, antara lain pembuatan tanggul ataupun pemecah

gelombang yang terkadang dilengkapi dengan armouring, cara vegetasi

dengan mangrove, mundur dari garis pantai, ataupun dibiarkan saja jika

bencana tersebut tidak ada efek negatifnya terhadap manusia secara

langsung.

- Kebijakan kedua

Kebijakan dalam mitigasi bencana tsunami yang kedua adalah

dengan meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat pesisir

terhadap kegiatan mitigasi bencana gelombang pasang. Kebijakan ini

bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain mensosialisasikan dan

meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bencana alam dan

kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, mengembangkan informasi

bencana dan kerusakan yang ditimbulkan termasuk pengembangan

basis data dan peta resiko bencana, menggali berbagai kearifan lokal

dalam mitigasi bencana. Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam

suku dan entitas, sangat banyak memiliki kearifan lokal dalam usaha

untuk mempertahankan hidup dan bersahabat dengan alam.

11

- Kebijakan ketiga

Kebijakan ke tiga adalah meningkatkan kesiapsiagaan

masyarakat terhadap bencana. Kebijakan ini bisa diimplementasikan

dalam hal-hal sebagai berikut: pengembangan sistem yang menunjang

komunikasi untuk peringatan dini dan keadaan darurat,

menyelenggarakan latihan dan simulasi tanggapan terhadap bencana

dan kerusakan yang ditimbulkan, serta penyebarluasan informasi

tahapan bencana dan tanda-tanda yang mengiringi terjadinya bencana.

Implementasi kebijakan ke tiga ini dalam kondisi sekarang memang

sudah sangat ditunjang oleh kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi. Dari bencana tsunami di Aceh, dapat diambil kesimpulan

bahwa telepon satelit menjadi sangat reliable. Ketika telepon kabel

maupun telepon seluler mengalami gangguan karena BTS-nya

mengalami kerusakan, maka telepon satelit yang mengandalkan pada

satelit yang mempunyai orbit geostasioner setinggi 30 ribu kilometer di

atas bumi masih cukup handal. Pada waktu mendatang prospek dari

telepon satelit tampaknya akan semakin mampu “melayani yang tidak

terlayani”.

- Kebijakan keempat

Kebijakan keempat adalah meningkatkan koordinasi dan

kapasitas kelembagaan mitigasi bencana. Implementasi dari kebijakan

ke empat ini antara lain peningkatan peran serta kerjasama yang

sinergis dari berbagai pihak, pengembangan forum koordinasi dan

integrasi program antar sektor, antar level birokrasi. Pada tataran aksi

terbukti bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

penanganganan bencana maka peran serta seluruh stake holder

amatlah besar, oleh karenanya perlu diberdayakan. Walaupun dalam

setiap manajemen bencana selalu saja ada “kabar miring” mengenai

pengelolaan sumbangan, namun partisipasi masyarakat tetap sangat

tinggi untuk menyatakan solidaritas dan simpati, bahkan bersifat lintas

negara. Dengan kata lain manajemen bencana terutama bencana yang

besar memang membutuhkan manajer-manajer yang cakap dan

berkompeten.

- Kebijakan kelima

Kebijakan kelima adalah menyusun payung hukum yang efektif

dalam upaya mewujudkan upaya-upaya mitigasi bencana yaitu dengan

jalan penyusunan produk hukum yang mengatur pelaksanaan upaya

mitigasi, pengembangan peraturan dan pedoman perencanaan dan

pelaksanaan bangunan penahan bencana, serta pelaksanaan peraturan

dan penegakan hukum terkait mitigasi. Kebijakan ini relevan dengan

kenyataan yang ada sekarang, misal yang menyangkut tata ruang

pesisir. Hal ini lebih urgen bila dikaitkan dengan tata ruang pesisir, yaitu

keprihatinan atas pemanfaatan sempadan pantai di Bali yang sebagian

besar dimanfaatkan untuk bangunan hotel. Seperti kita ketahui bahwa

Bali adalah salah satu lokasi yang rawan terhadap bencana tsunami.

12

- Kebijakan keenam

Sedangkan kebijakan yang ke enam adalah mendorong

keberlanjutan aktivitas ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat pesisir melalui melakukan kegiatan mitigasi yang mampu

meningkatkan nilai ekonomi kawasan, meningkatkan keamanan dan

kenyamanan kawasan pesisir untuk kegiatan perekonomian.

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

a) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan tenhadap bahaya

tsunami.

b) Pendidikan kepada masyarakat tentang karakteristik dan

pengenalan bahaya tsunami.

c) Pembangunan tsunami Early Warning System.

d) Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang

beresiko.

e) Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis

pantai meredam gaya air tsunami.

f) Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman disekitar

daerah pemukiman. Tempat/ bangunan ini

g) Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami

h) Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.

i) Mengenali karakteristik dan tanda-tanda bahaya tsunami di

lokasi sekitarnya.

j) Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda

tsunami.

k) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam

menghadapi tsunami.

l) Memberikan laporan sesegera mungkin jika mengetahui tanda-

tanda akan terjadinya tsunami kepada petugas yang berwenang

: Kepala Desa, Polisi, Stasiun radio, SATLAKPB dan lain-lain.

m) Melengkapi diri dengan alat komunikasi.

Tabel koordinasi mitigasi bencana Tsunami

No Langkah Penanganan Instansi yang

Bertanggung

Jawab

Rujukan

1. Peningkatan

kewaspadaan dan

kesiapsiagaan terhadap

bahaya tsunami.

DDN, Departemen

ESDM, BMG,

Pemda Prov,

Kab/Kota

Peta Rawan bencana,

Peta Risiko Bencana

Tsunami.

2. Pendidikan kepada

masyarakat tentang

karakteristik dan

pengenalan bahaya

tsunami.

DDN, BMG,

Kementrian

Ristek, LAPAN,

Pemda Prov,

Kab/Kota

Rencana Tata Ruang

Wilayah, Zona aman

Tsunami.

3. Pembangunan tsunami

Early Warning System.

DDN, Telkom,

PLN, Pertamina,

PAM, Pemda Prov,

Kab/Kota

Renacana bangunan

fasilitas yang aman

terhadap Tsunami.

4. Pembangunan tembok

penahan tsunami pada

Dep. PU, Dep. Hub

(Perhubungan

Bangunan Pemecahan

Ombak, penahan

13

garis pantai yang

beresiko.

Laut),

Dep.Kelautan dan

Perikanan, Pemda

Prov, Kab/Kota

gelombang.

5. Penanaman mangrove

serta tanaman lainnya

sepanjang garis pantai

meredam gaya air

tsunami.

TNI.AL (Dinas

Oceanografi),

BMG, Pemda Prov,

Kab/Kota

Peringatan dini.

6. Pembangunan

tempattempat evakuasi

yang

aman di sekitar daerah

pemukiman.

Tempat/bangunan ini

harus cukup tinggi dan

mudah diakses untuk

menghidari

ketinggian tsunami.

Dep. PU, Dep. Sos,

Pemda Prov,

Kab/Kota

Teknologi terapan

yang tepat dan

berhasil guna untuk

mencegah,

mengurangi dampak

bencana Tsunami.

7. Peningkatan

kewaspadaan dan

kesiapsiagaan terhadap

bahaya tsunami.

DDN, Kementrian

Ristek, BMG,

LAPAN, Pemda

Prov, Kab/Kota

Peta Rawan bencana,

Peta Risiko Bencana

Tsunami.

8. Pembangunan Sistem

Peringatan Dini Tsunami,

khususnya di Indonesia

DDN, BMG,

Pemda Prov,

Kab/Kota

Kesadaranmasyarakat

akan kemungkinan

bencana Tsunami dan

cara penanganannya. 9. Pembangunan rumah

yang tahan terhadap

bahaya tsunami

Dept. PU, Dep Sos,

Pemda Prov,

Kab/Kota

Rencana kedaruratan

dalam menghadapi

Tsunami. 10. Mengenali karakteristik

dan tanda-tanda bahaya

tsunami di lokasi

BMG, Ristek,

BPPT, Pemda

Prov, Kab/Kota

Terciptanya system

informasi dan

komunikasi yang baik

sekitarnya diantara stakeholders

untuk

menunjang

keberhasilan

Koordinasi

Penanganan

Bencana.

11. Memahami cara

penyelamatan jika

terlihat

tanda-tanda tsunami.

Dept. Kes, BMG,

Pemda Prov,

Kab/Kota

Sarana Kesehatan

yang berfungsi adalah

Yankes.

12. Meningkatkan

kewaspadaan dan

kesiapsiagaan dalam

menghadapi tsunami.

DDN, BMG,

LAPAN, Ristek,

Pemda Prov,

Kab/Kota

Terciptanya system

informasi dan

komunikasi yang baik

diantara stakeholders

untuk

menunjang

keberhasilan

Koordinasi

Penanganan Bencana.

13. Memberikan laporan

sesegera mungkin jika

mengetahui tanda-tanda

akan terjadinya tsunami

kepada petugas yang

berwenang : Kepala

Desa, Polisi, Stasiun

radio, SATLAK PB dan

lain-lain

BMG, Ristek,

LAPAN, Pemda

Prov, Kab/Kota

Terciptanya system

informasi dan

komunikasi yang baik

diantara stakeholders

untuk

menunjang

keberhasilan

Koordinasi

Penanganan

Bencana.

14. Melengkapi diri dengan

alat komunikasi

Pemda Prov,

Kab/Kota

14

6. KERUGIAN TERHADAP TSUNAMI ACEH Adapun rincian kerugian dari dampak bencana alam Tsunami Aceh

2004 yaitu sebagai berikut :

Sebelum Bencana Dampak Bencana

Luas wilayah

Luas daratan 5.736.557 hektare.

Luas daratan 5.656.300 hektare, berkurang sekitar 80.000 hektare karena hilang atau tenggelam akibat tsunami.

infrastruktur

Total jalan 3.484,6 kilometer: 32,7% dalam keadaan baik, 35,8% rusak ringan, dan 31,5% rusak berat.

Keseluruhan jalan rusak menjadi 2.618 kilometer (35,7% rusak ringan dan 35,9% rusak berat). Sekitar 25% jembatan rusak.

kesehatan Ada 1.000 gedung untuk fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik desa, kantor dinas kesehatan, dan fasilitas lain).

Sebanyak 1.114 fasilitas kesehatan dan rumah sakit rusak atau hancur.

Perekonomian

003: Rp 38,6 triliun (2,3% PDRB nasional), dari minyak dan gas bumi 43%, nonmigas 57%. Sektor nonmigas: 32% pertanian, 28,8% pertambangan, 15,6% industri yang berkenaan dengan minyak dan gas, sisanya industri serta sektor ekonomi lainnya. Pendapatan per kapita pada

Diperkirakan PDRB Aceh merugi US$ 4,5 miliar (lebih dari Rp 40 triliun), perkiraan penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh 5%. Diperkirakan pendapatan per kapita turun 32%. Laju inflasi di Banda Aceh pada April 2005 sekitar 4,45%, Agustus 2005 turun menjadi 3,24% (tetap tertinggi

2003 Rp 8,7 juta. Laju inflasi pada 2004 di bawah 7% (Banda Aceh).

dibandingkan dengan kota–kota lain, meski rata–rata nasional 4%). Diperkirakan berdampak pada turunnya pertumbuhan ekonomi nasional 2005 di kisaran 0,1–0,4%.

Sumber daya manusia

Penduduk miskin sekitar 28.4% populasi (data 2004). Jumlah angkatan kerja lebih dari 2,3 juta, penganggur terbuka 257.600 orang, yang menimbulkan pengangguran sekitar 11,2%.

Penduduk miskin diperkirakan meningkat menjadi 2,7 juta. Tingkat pengangguran pada tahun 2005 tercatat 12%.

perikanan Perikanan menyumbangkan 6,5 persen dari PDRB (Rp 1,59 triliun) pada 2004. Industri perikanan menyediakan lebih dari 100.000 lapangan kerja. Luas tambak sekitar 36.000 hektare. Sekitar 15.000 unit perahu/kapal ikan di Aceh, hanya 5.600 unit yang mampu melaut ke lepas pantai. Infrastruktur penunjang industri ini meliputi satu pelabuhan perikanan besar di Banda Aceh, pangkalan pendaratan ikan 72 unit, dan sejumlah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) kecil di 18 kabupaten/kota.

Diperkirakan produksi perikanan anjlok hingga 60%. 15-20% nelayan dalam 18 kabupaten diperkirakan meninggal. Diperkirakan 13.828 unit perahu hancur atau tenggelam,nilai kerugian kapal motor hampir mencapai Rp 190 juta, yaitu sekitar 65% perahu yang ada. Sejumlah 19 unit TPI dan 63 buah pangkalan pendaratan ikan rusak berat. Seluas 27.593 hektare tambak di 11 kabupaten/kota rusak berat.

15

Total kerusakan aset diperkirakan sekitar Rp 944 juta, kerugian tak langsung mencapai Rp 3,8 triliun.

Sumber : BRR Book Stories

7. LESSON LEARN TERHADAP TSUNAMI ACEH Tsunami Aceh 2004 merupakan bencana yang sangat dahsyat dan

telah menyadarkan seluruh masyarakat Indonesia bahwa kita

merupakan Negara yang sangat rawan pada bencana. Sangat

banyak pelajaran yang bisa diambil dari bencana Alam Tsunami yang

melanda Aceh 2004 silam, Adapun beberapa pembelajaran yang kita

dapat dari bencana Tsunami Aceh 2004 yaitu:

1. 132,000 orang meninggal

2. 37,000 orang hilang

3. 572,000 mengungsi

4. 1.3 juta rumah rumah dan bangunan hancur

5. 85% air dan 92% dari sistem sanitasi rusak

6. jumlah total kerugian US $ 4,5 miliar

7. Tinggi gelombang berkisar antara 4 - 30 m

8. Banyak orang belum pernah melihat bencana seperti ini dalam

kehidupan mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan Tidak

ada peringatan yang dikleuarkan dari pihak manapun

Semua musibah yang datang pasti akan membawa kerugian namun

ada juga manfaat yang didapatkan dari bencana tersebut, lihat saja

perubahan yang terjadi di Aceh, dari tahun sebbelum 2004 dan pada

saat ini, banyak perubahan baik perubahan fisik maupun non fisik,

adapun perubahan fisik dan non fisik yang berupa :

1. Adanya pembangunan jalan penghubung Banda Aceh dan

Aceh Barat, yaitu jalan calang Aceh Jaya yang sangat baik

secara kontruksi.

2. Perumahan yang awalnya kumuh kini lebih tertata rapi

3. Banyak nya pembangunan sarana sekolah, sarana

kesehatan, sarana peribadatan dan lain lain demi

mendukungnya aktifitas masyarakat

4. Masyarakat mendapatkan bantuan rumah dari NGO dan BRR

5. Terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

6. Masyarakat aceh setidaknya tahu tentang pengetahuan

Tsunami

7. Terjalinnya kerjasama yang baik dengan Negara lain

8. Perdamaian MOU

16

SUMBER :

http://www.ibnurusydy.com/melihat-kembali-penyebab-

tsunami-2004/

Book Stories Tsunami oleh BRR , penerbit : Multi Donor Found

BPS Provinsi Aceh. Profil Pembangunan Aceh. 2014: Banda Aceh.

Journal of Hydraulic Research Vol. 00, No. 0 (2006), pp. 1–8. An analysis of 2004 Sumatra earthquake fault plane mechanisms and Indian Ocean tsunami. 2006 International Association of Hydraulic Engineering and Research