fisika matematika ii - lms-spada indonesia
TRANSCRIPT
1
BAHAN AJAR
FISIKA MATEMATIKA II
Oleh :
IMAS RATNA ERMAWATi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UHAMKA
2020
4
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
Bab I Deret Fourier
1.1 Fungsi Periodik 1
1.2 Deret Fourier 1
1.3 Syarat Dirichlet 4
1.4 Bentuk Kompleks dari Deret Fourier 4
1.5 Perluasan Deret Fourier 5
1.6 Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil 8
1.7 Teorema Parseval 11
Bab II Persamaan Diferensial Biasa
2.1 Persamaan Diferensial 13
2.2 Persamaan Separable 14
2.3 Persamaan Linear Orde-Satu 16
2.4 Metode Lain bagi Penyelesaian Persamaan Linear Orde-Satu 17
2.5 Persamaan Linear Orde-Dua dengan Koefisien Konstan dan
Ruas Kanan Nol 19
2.6 Persamaan Linear Orde-Dua dengan Koefisien Konstan dan
Ruas Kanan Tak Nol 21
Bab III Kalkulus Variasi
3.1 Persamaan Euler 27
3.2 Pemakaian Persamaan Euler-Lagrange 29
3.3 Persamaan Lagrange 32
Bab IV Transformasi Koordinat
4.1 Transformasi Linear 38
4.2 Transformasi Orthogonal 39
4.3 Nilai Eigen dan Vektor Eigen 40
4.4 Pendiagonalan Matriks 44
4.5 Penggunaan Pendiagonalan Matriks 47
4.6 Koordinat Lengkung 50
4.7 Faktor Skala dan Vektor Basis untuk Sistem Orthogonal 51
4.8 Koordinat Lengkung Umum 53
4.9 Operator Vektor dalam Koordinat Lengkung Orthogonal 55
Daftar Pustaka 59
5
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1 Fungsi f(x) untuk pulsa tegangan periodik 2
Gambar 1.2 Sketsa fungsi f(x) untuk deret Fourier eksponensial 6
Gambar 1.3 Grafik fungsi genap, (a). f(x) = x2 dan (b). f(x) = cos x 8
Gambar 1.4 Grafik fungsi ganjil, (a). f(x) = x dan (b). f(x) = sin x 8
Gambar 1.5 Sketsa fungsi f(x) untuk deret sinus Fourier 9
Gambar 1.6 Sketsa fungsi f(x) untuk deret cosinus Fourier 10
Gambar 1.7 Sketsa fungsi f(x) untuk deret Fourier eksponensial 10
Gambar 2.1 Rangkaian RLC 13
Gambar 3.1 Pendulum 35
Gambar 3.2 Manik dalam cycloid 36
Gambar 3.3 Sistem pegas (a) Pegas tunggal dan (b) Pegas bergandeng 37
Gambar 3.4 Pendulum bergandeng 37
Gambar 4.1 Interpretasi secara geometri persamaan transformasi (cara pertama) 38
Gambar 4.2 Interpretasi secara geometri persamaan transformasi (cara kedua) 39
Gambar 4.3 Vektor-vektor eigen dari hasil transformasi 42
Gambar 4.4 Ilustrasi untuk memahami pengertian C dan D 45
Gambar 4.5 Ilustrasi untuk vektor-vektor eigen saling tegak lurus 46
Gambar 4.6 Ilustrasi untuk koordinat polar dalam bidang 50
Gambar 4.7 Sistem koordinat silindris 51
Gambar 4.8 Pergeseran partikel dari titik asal pada saat t dalam
sistem koordinat silindris 53
6
โซ
โซ
โซ
โซ
I. DERET FOURIER
1.1 Fungsi Periodik
Sebuah fungsi f(x) dikatakan periodik dengan peirode L, jika untuk semua x, berlaku
hubungan f(x + L) = f(x), dengan L adalah konstanta positif. Jika L adalah periode terkecil,
maka L disebut periode dasar, yang selanjutnya disebut sebagai periode saja dan a โค x โค a +
L disebut selang dasar fungsi periodik f(x), dengan a adalah suatu konstanta. Konstanta a
dapat dipilih sembarang, namun pilihan ๐ = โ๐ฟ/2 sering digunakan karena memberikan
selang dasar yang simetris terhadap titik x = 0, yaitu โ L/2 โค x โค L/2 .
Contoh fungsi periodik adalah fungsi-fungsi sinusoida (fungsi sin x dan cos x). Kedua
fungsi sin x dan cos x sama-sama memiliki periode 2ฯ, yang berarti berlaku hubungan :
sin (x ยฑ 2ฯ) = sin x dan cos (x ยฑ 2ฯ) = cos x (1.1)
Pers. (1.1) menunjukkan bahwa periode L = 2ฯ.
1.2 Deret Fourier
Misalkan suatu fungsi f(x) didefinisikan di dalam interval (โL, L) dan di luar interval
ini oleh f(x + 2L) = f(x), dalam hal ini f(x) memiliki periode 2L. Deret Fourier yang
bersesuaian diberikan oleh :
๐(๐ฅ) = ๐0 + โโ (๐ cos
๐๐๐ฅ + ๐ sin
๐๐๐ฅ) (1.2)
2 ๐=1 ๐ ๐ฟ ๐ ๐ฟ
dengan koefisien-koefisien Fourier an dan bn adalah :
๐ = 1 ๐ฟ
๐(๐ฅ) cos ๐๐๐ฅ
๐๐ฅ ๐ ๐ฟ โ๐ฟ
๐ฟ dengan n = 0, 1, 2, โฆ (1.3) ๐ =
1 ๐ฟ ๐(๐ฅ) sin
๐๐๐ฅ ๐๐ฅ
๐ ๐ฟ โ๐ฟ ๐ฟ
Untuk menentukan a0 dalam Pers.(1.2), substitusi nilai n = 0 pada Pers.(1.3) untuk
๐ , sehingga diperoleh ๐ = 1 ๐ฟ
๐(๐ฅ) ๐๐ฅ. Dengan demikian, suku konstan pada Pers.(1.2), ๐ 0
๐ฟ โ๐ฟ
yaitu ๐0 =
1 ๐ฟ ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ, merupakan nilai rata-rata dari f(x) pada suatu periode.
2 2๐ฟ โ๐ฟ
Untuk kasus yang lebih sederhana, di mana f(x) memiliki periode 2ฯ atau f(x)
didefinisikan di dalam interval (-ฯ, ฯ), Pers. (1.2) menjadi :
๐(๐ฅ) = ๐0 + โ๐ (๐ cos ๐๐ฅ + ๐ sin ๐๐ฅ) (1.4)
2 ๐=1 ๐ ๐
7
โซ
โซ
โซ
โ๐ 2
2
โซ โซ
-2ฯ -ฯ 0 ฯ 2ฯ 3ฯ {
dan koefisien-koefisien Fourier an dan bn adalah :
๐ = 1 ๐
๐(๐ฅ) cos ๐๐ฅ ๐๐ฅ ๐ ๐ โ๐
dengan n = 0, 1, 2, โฆ (1.5) ๐ =
1 ๐ ๐(๐ฅ) sin ๐๐ฅ ๐๐ฅ
๐ ๐ โ๐
Untuk mencari perumusan bagi an dan bn pada Pers.(1.5) diperlukan beberapa integral
yang terkait dengan nilai rata-rata berikut :
1. Nilai rata-rata bagi sin mx dan cos nx (lewat satu periode) :
1 ๐ = sin ๐๐ฅ cos ๐๐ฅ ๐๐ฅ = 0.
2๐ โ๐
2. Nilai rata-rata bagi sin mx dan sin nx (lewat satu periode) :
0, ๐ โ ๐ 1 ๐ 1 (1.6)
= โซ sin ๐๐ฅ sin ๐๐ฅ ๐๐ฅ = { , ๐ = ๐ โ 0 2๐
0, ๐ = ๐ = 0
3. Nilai rata-rata bagi cos mx dan cos nx (lewat satu periode) :
1 ๐ 0, ๐ โ ๐
= 2๐ โซ cos ๐๐ฅ cos ๐๐ฅ ๐๐ฅ = { 1, ๐ = ๐ โ 0
โ๐ 1, ๐ = ๐ = 0
dan dengan mengingat bahwa nilai rata-rata sin2 nx (lewat satu periode) = nilai rata-rata cos2
nx (lewat satu periode), yaitu 1 ๐ sin2 ๐๐ฅ ๐๐ฅ =
1 ๐ cos2 ๐๐ฅ ๐๐ฅ =
๐ =
1 (1.7)
2๐ โ๐
2๐ โ๐
2๐ 2
Contoh 1
Suatu pulsa tegangan periodik sebagai fungsi f(x), digambarkan seperti dalam Gambar 1.1.
Tentukan perluasan fungsi f(x) tersebut dalam uraian deret Fourier.
f(x) Jawab :
Dari gambar diperoleh
bahwa f(x) adalah fungsi
dengan periode 2ฯ, dan
x ๐(๐ฅ) =
0 โฯ < ๐ฅ < 0 1 0 < ๐ฅ < ๐
Interval (-ฯ,ฯ) Gambar 1.1 Fungsi f(x) untuk pulsa tegangan periodik.
Koefisien Fourier, an dan bn , dicari dengan menggunakan Pers.(1.3),
๐ 0 ๐ 1 1
๐๐ = ๐ โซ ๐(๐ฅ) cos ๐๐ฅ ๐๐ฅ =
๐ [ โซ 0 โ cos ๐๐ฅ ๐๐ฅ + โซ 1 โ cos ๐๐ฅ ๐๐ฅ]
โ๐ โ๐ 0
8
โซ
1 ๐ = cos ๐๐ฅ ๐๐ฅ = {
1 โ ๐ = 1 untuk ๐ = 0
๐
๐ 0 1 โ
1 sin ๐๐ฅ|๐ = 0 untuk ๐ โ 0
๐ ๐ 0
Jadi ๐๐ = 1, dan semua nilai ๐๐ lainnya = 0.
๐ 0 ๐ 1 1
๐๐ = ๐ โซ ๐(๐ฅ) sin ๐๐ฅ ๐๐ฅ =
๐ [ โซ 0 โ sin ๐๐ฅ ๐๐ฅ + โซ 1 โ sin ๐๐ฅ ๐๐ฅ]
โ๐
1
= ๐
๐
โซ sin ๐๐ฅ ๐๐ฅ
0
โ๐ 0
1 โ cos ๐๐ฅ ๐
= [ ] = โ 1 2
[(โ1)๐ โ 1] = {๐๐
, untuk ๐ ganjil
๐ ๐ 0 ๐๐
0, untuk ๐ genap
Sehingga dengan Pers. (1.4),
๐ ๐0 ๐(๐ฅ) = + โ(๐ cos ๐๐ + ๐ sin ๐๐)
2 ๐ ๐=1
1
= 2
+
2 sin ๐ฅ
( ๐ 1
๐
sin 3๐ฅ
+ 3
sin 5๐ฅ
+ 5
+ โฏ ) (1.8)
Soal-soal Latihan 1 :
Pada soal-soal berikut ini, Anda diberikan fungsi-fungsi periodik pada interval (โฯ < x <ฯ).
Carilah perluasan fungsi-fungsi periodik tersebut dalam deret Fourier sinus-cosinus dengan
terlebih dahulu membuat sketsa bagi masing-masing fungsi dengan periode 2ฯ.
1. ๐(๐ฅ) = {1, โฯ < ๐ฅ < 0 Jawab : ๐(๐ฅ) =
1 โ
2 (
sin๐ฅ +
sin 3๐ฅ +
sin 5๐ฅ + โฏ )
0, 0 < ๐ฅ < ๐ 2 ๐ 1 3 5
2. ๐
(๐ฅ) =
0, โฯ < ๐ฅ < 0 ๐
{1, 0 < ๐ฅ < 2
0, ๐
< ๐ฅ < ๐ 2
Jawab :
๐(๐ฅ) =
1
+ 1
4 ๐
(cos ๐ฅ
1
โ cos 3๐ฅ
3
+ cos 5๐ฅ
5
โฏ ) +
1 (
sin๐ฅ +
2sin 2๐ฅ +
sin 3๐ฅ +
sin 5๐ฅ โฏ )
0, โฯ < ๐ฅ <
๐
๐ 1 2 3 5
3. ๐(๐ฅ) = { 2 Jawab : ๐(๐ฅ) =
1 โ
1 (
cos๐ฅ โ
cos 3๐ฅ +
cos 5๐ฅ โฏ ) +
1, ๐
< ๐ฅ < ๐ 2
4 ๐ 1 3 5
1 (
sin ๐ฅ โ
2sin 2๐ฅ +
sin 3๐ฅ +
sin 5๐ฅ โ
2sin 6๐ฅ โฏ ) ๐ 1 2 3 5 6
9
๐ โ๐ ๐ +๐
๐=โโ
โซ
4. ๐(๐ฅ) = {0, โฯ < ๐ฅ < 0 Jawab : ๐(๐ฅ) =
๐ โ
2 cos ๐ฅ
+ cos 3๐ฅ
+ cos 5๐ฅ
โฏ ) + x, 0 < ๐ฅ < ๐
( 4 ๐ 1 32 52
sin๐ฅ (
1 โ sin 2๐ฅ
2 + sin 3๐ฅ
3 โ โฏ )
5. ๐(๐ฅ) = 1 + ๐ฅ, โ๐ < ๐ฅ < ๐ Jawab : ๐(๐ฅ) = 1 + 2 (sin ๐ฅ โ sin 2๐ฅ
+ sin 3๐ฅ
โ sin 4๐ฅ
โฏ ) 2 3 4
6. ๐(๐ฅ) = { 0, โฯ < ๐ฅ < 0 Jawab : ๐(๐ฅ) =
1 +
1 sin ๐ฅ โ
2 (
cos 2๐ฅ +
cos 4๐ฅ +
cos 6๐ฅ โฏ )
sin ๐ฅ , 0 < ๐ฅ < ๐ 1.3 Syarat Dirichlet
๐ 2 ๐ 22โ1 42โ1 62โ1
Persyaratan sebuah fungsi f(x) agar teruraikan ke dalam deret Fourier diberikan oleh
syarat Dirichlet berikut :
Jika :
1. f(x) didefinisikan dan bernilai tunggal di dalam (โL, L).
2. f(x) periodic di luar (โL, L) dengan periode 2L.
3. f(x) dan fโ(x) kontinu sepotong-sepotong di dalam (โL, L)
maka deret Fourier dengan koefisien-koefisiennya pada Pers.(1.2) dan (1.3), konvergen ke :
a. f(x) jika x adalah sebuah titik kontinuitas
b. ๐(๐ฅ0+)+๐(๐ฅ0โ)
jika x0 adalah sebuah titik diskontinuitas, dengan 2
๐(๐ฅ0+) = lim ๐(๐ฅ0 + ๐) dan ๐(๐ฅ0โ) = lim ๐(๐ฅ0 โ ๐) ๐โ0 ๐โ0
1.4 Bentuk Kompleks dari Deret Fourier
๐๐๐ฅ โ๐๐๐ฅ
Dengan menggunakan hubungan sin ๐๐ฅ = 2๐
๐๐๐ฅ โ๐๐๐ฅ
dan cos ๐๐ฅ = , 2
bentuk deret Fourier sinus-cosinus Pers.(1.8) dapat dibuat menjadi deret Fourier bentuk
kompleks. Demikian sebaliknya, dari deret Fourier bentuk kompleks dapat dikembalikan
lagi menjadi deret Fourier sinus-cosinus, dengan menggunakan Eulerโs formula.
Asumsikan sebuah deret berikut :
๐(๐ฅ) = ๐0 + ๐1๐๐๐ฅ + ๐โ1๐
โ๐๐ฅ + ๐2๐2๐๐ฅ + ๐โ2๐
โ2๐๐ฅ + โฏ = โ๐=+โ ๐๐๐๐๐๐ฅ (1.9)
dan bentuk ๐๐ harus dicari. Dari hubungan : ๐ โซโ๐ ๐
๐๐๐ฅ ๐๐ฅ = 0, nilai rata-rata eikx pada interval
(โฯ, ฯ) sama dengan nol jika k bilangan bulat bukan nol. Untuk ๐0, diperoleh dengan mencari
nilai rata-rata f(x) Pers.(1.9), yaitu :
1
2๐
๐
โซ ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ = ๐0
โ๐
1 โ
2๐
๐
โซ ๐๐ฅ + { nilai rata โ rata ๐๐๐๐ฅ
dengan ๐ bil. bulat โ nol โ๐
= ๐0 + 0
Sehingga diperoleh : ๐ =
1 ๐ ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ (1.10)
0 2๐ โ๐
10
โซ
โซ
Dengan mengalikan Pers.(1.9) dengan ๐โ๐๐๐ฅdan kembali dicari nilai rata-ratanya, akhirnya
diperoleh :
๐ = 1 ๐
๐(๐ฅ) ๐โ๐๐๐ฅ๐๐ฅ (1.11) ๐ 2๐ โ๐
Tugas 1 :
Dengan menggunakan literatur yang ada, cobalah Anda turunkan Pers.(1.4) dan (1.11).
Contoh 2
Tentukan perluasan fungsi f(x) pada Contoh 1 dalam uraian deret Fourier bentuk kompleks.
Jawab :
Gunakan pers (1.11), yaitu ๐ = 1 ๐
๐(๐ฅ) ๐โ๐๐๐ฅ๐๐ฅ, untuk ๐(๐ฅ) = {0, โฯ < ๐ฅ < 0
๐ 2๐ โ๐ 1, 0 < ๐ฅ < ๐
๐๐ =
1
2๐
0
โซ 0 โ ๐โ๐๐๐ฅ๐๐ฅ +
โ๐
1
2๐
๐
โซ 1 โ ๐โ๐๐๐ฅ๐๐ฅ =
0
1
2๐
๐โ๐๐๐ฅ ๐
| โ๐๐
0
1 1
= (๐โ๐๐๐ โ 1) = {๐๐๐ , untuk ๐ ganjil โ2๐๐๐
๐ 1 1
0, untuk ๐ ๐enap โ 0
๐0 = 2๐
โซ ๐๐ฅ = 2 0
Jadi Pers.(1.9) menjadi :
โ
1 1 ๐๐๐ฅ
๐3๐๐ฅ
๐5๐๐ฅ
๐(๐ฅ) = โ ๐๐๐๐๐๐ฅ = +
2 ๐=โโ
๐๐ (
1 +
3 + 5
+ โฏ )
1 ๐โ๐๐ฅ ๐โ3๐๐ฅ ๐โ5๐๐ฅ + ๐๐
( โ1
+ โ3
+
โ5 + โฏ )
dan dengan menggunakan Eulerโs formula, kembali akan diperoleh Pers.(1.8) :
๐(๐ฅ) = 1 2 ๐๐๐ฅ โ ๐โ๐๐ฅ
+ ( 1 ๐3๐๐ฅ โ ๐โ3๐๐ฅ + 1 ๐5๐๐ฅ โ ๐โ5๐๐ฅ ๐5๐๐ฅ
+ + โฏ )
2 ๐ 2๐
1
= 2
+
3 2 sin ๐ฅ
( ๐ 1
2๐
sin 3๐ฅ
+ 3
5
sin 5๐ฅ
+ 5
2๐ 5
+ โฏ )
Soal-soal Latihan 2 :
Lihat kembali soal-soal latihan 1. Tentukan perluasan fungsi f(x) dalam uraian deret Fourier
bentuk kompleks untuk soal-soal bernomor ganjil.
1.5 Perluasan Deret Fourier
10
( ) โซ
( ) โซ
2๐ โซ
(
โซ
โซ
โซ
( )
Berdasarkan Pers.(1.5) dan (1.11), terangkum bahwa untuk f(x) yang terdefinisi pada
selang kurva (0, 2ฯ) yang berulang secara periodik, berlaku :
๐ = 1 2๐
๐ ๐ฅ cos ๐๐ ๐๐ฅ ๐ ๐ 0
๐ = 1 2๐
๐ ๐ฅ sin ๐๐ ๐๐ฅ ๐ ๐ 0
๐ = 1
๐(๐ฅ) ๐โ๐๐๐ฅ๐๐ฅ ๐ 2๐ 0
Untuk panjang interval 2L (โL, L) atau (0, 2L), sin ๐๐๐ฅ
memiliki periode 2L, karena: ๐ฟ
sin ๐๐
(๐ฅ + 2๐ฟ) = sin ๐๐๐ฅ
+ 2๐๐) = sin ๐๐๐ฅ
(1.12) ๐ฟ
๐๐๐ฅ
๐ฟ ๐ฟ
๐๐๐๐ฅ
Hal yang sama juga berlaku untuk cos ๐ฟ
dan ๐ ๐ฟ , keduanya memiliki periode 2L.
Sehingga, diperoleh kembali Pers.(1.2) dan (1.3), yaitu bentuk perluasan deret Fourier :
๐(๐ฅ) = ๐0 + โโ (๐ cos
๐๐๐ฅ + ๐ sin
๐๐๐ฅ) atau ๐(๐ฅ) = โโ
๐ ๐๐๐๐๐ฅ/๐ฟ (1.13)
dengan
2 ๐=1 ๐
๐ฟ
๐ = 1
๐ ๐ฟ ๐ฟ
๐(๐ฅ) cos ๐๐๐ฅ
๐๐ฅ
๐=โโ ๐
๐ ๐ฟ โ๐ฟ ๐ฟ
๐ = 1 ๐ฟ
๐(๐ฅ) sin ๐๐๐ฅ
๐๐ฅ (1.14) ๐ ๐ฟ โ๐ฟ ๐ฟ
๐ = 1 ๐ฟ
๐(๐ฅ) ๐โ๐๐๐๐ฅ/๐ฟ๐๐ฅ ๐ 2๐ฟ โ๐ฟ
Contoh 3
Carilah perluasan fungsi periodik berikut dalam deret Fourier eksponensial dengan periode
2L, bila diketahui :
0 0 < ๐ฅ < ๐ฟ ๐ ๐ฅ = {
1 ๐ฟ < ๐ฅ < 2๐ฟ
Jawab :
Terlebih dahulu, buat sketsa dari grafik ๐(๐ฅ) dan lanjutkan sketsanya dengan periode 2L.
Catatan :
Mencari deret Fourier
eksponensial berarti
x mencari koefisien Cn terlebih dahulu.
Gambar 1.2 Sketsa fungsi f(x) untuk deret Fourier eksponensial.
f(x)
1
-2L -L 0 L 2L 3L
11
๐ฟ 1 โ
๐๐๐๐ฅ ๐ฟ
1 โ ๐๐๐๐ฅ
2๐ฟ 1
โ ๐๐๐๐ฅ
๐๐ = 2๐ฟ
โซ ๐(๐ฅ) ๐ โ๐ฟ
๐ฟ ๐๐ฅ = 2๐ฟ
โซ 0 โ ๐ 0
๐๐๐๐ฅ 2๐ฟ
๐ฟ ๐๐ฅ + 2๐ฟ
โซ 1 โ ๐ ๐ฟ
๐ฟ ๐๐ฅ
1 =
2๐ฟ ๐โ
โ
๐ฟ
๐๐๐ |
๐ฟ ๐ฟ
1 = โ2๐๐๐
(๐โ2๐๐๐ โ ๐โ๐๐๐) = 1
โ2๐๐๐ (1 โ ๐โ๐๐๐)
dan
2๐ฟ
1
1
= {โ ๐๐๐
, ๐ ganjil 0, ๐ genap โ 0
1
Sehingga,
๐0 = 2๐ฟ
โซ ๐๐ฅ = 2 ๐ฟ
๐=+โ
๐(๐ฅ) = โ ๐ ๐๐๐๐ฅ/๐ฟ = 1 โ
1 (๐๐๐๐ฅ/๐ฟ โ ๐โ๐๐๐ฅ/๐ฟ +
1 ๐3๐๐๐ฅ/๐ฟ โ
1 ๐โ3๐๐๐ฅ/๐ฟ + โฏ )
๐=โโ
๐
1
= 2 โ
2
2 (sin
๐
๐๐
๐๐ฅ
๐ฟ +
1
3 sin
3๐๐ฅ
๐ฟ
3 3
+ โฏ )
Soal-soal Latihan 3 :
Untuk soal 1 dan 2. carilah perluasan fungsi-fungsi periodik berikut dalam deret Fourier
sinus-cosinus dan deret Fourier eksponensial kompleks.
1. ๐(๐ฅ) = {
0 โ๐ฟ < ๐ฅ < 0 1 0 < ๐ฅ <
๐ฟ
2
0 ๐ฟ
< ๐ฅ < ๐ฟ 2
Jawab :
๐(๐ฅ) = 1
+ 1
(cos ๐๐ฅ โ
1 cos
3๐๐ฅ +
1 cos
5๐๐ฅ โฏ ) +
1 (sin
๐๐ฅ +
2 sin
2๐๐ฅ +
4 ๐ ๐ฟ 3 ๐ฟ 5 ๐ฟ ๐ ๐ฟ 2 ๐ฟ
1 sin
3๐๐ฅ +
1 sin
5๐๐ฅ +
2 sin
6๐๐ฅ โฏ )
3 ๐ฟ 5 ๐ฟ 6 ๐ฟ
2. ๐(๐ฅ) = {0 โ๐ฟ < ๐ฅ < 0
x 0 < ๐ฅ < ๐ฟ Jawab : (๐ฅ) =
1 โ
2๐ฟ (cos
๐๐ฅ +
1 cos
3๐๐ฅ +
1 cos
5๐๐ฅ โฏ ) +
4 ๐2 ๐ฟ 32 ๐ฟ 52 ๐ฟ
sin ๐๐ฅ โ
1 sin
2๐๐ฅ +
๐ฟ ( ๐ฟ 2 ๐ฟ )
๐ 1 sin
3๐๐ฅ โฏ 3 ๐ฟ
2 ๐
2
12
f(x) = cos x
x
โ ฯ/2 0 ฯ/2 ฯ f(x) =
Untuk soal-soal 3 โ 5, masing-masing fungsi diberikan lewat satu periode. Sketsalah fungsi-
fungsi tersebut untuk beberapa periode dan perluaslah dalam deret Fourier sinus-cosinus dan
deret Fourier eksponensial kompleks.
3. ๐(๐ฅ) = ๐ฅ, 0 < ๐ฅ < 2 Jawab : ๐(๐ฅ) = 1 โ 2 โโ sin ๐๐๐ฅ
๐ 1 ๐
4. ๐(๐ฅ) = ๐ฅ2, โ๐ < ๐ฅ < ๐ Jawab : ๐(๐ฅ) = ๐
+ 4 โโ (โ1) cos ๐๐ฅ
3 1 ๐2
5. ๐(๐ฅ) = ๐ฅ2, 0 < ๐ฅ < 2๐ Jawab : ๐(๐ฅ) = 4๐
+ 2 โโ ( 1
+ ๐๐
) e๐๐๐ฅ, ๐ โ 0
3 โโ
๐2 ๐
6. Misalkan f(x) = x dalam interval โ 1 < x < 1. Sketsa fungsi tersebut dengan periode 2
dan perluaslah dalam deret Fourier eksponensial kompleks dengan periode 2.
Jawab:
๐ 1 1 1 1 ๐(๐ฅ) = โ (โฏ โ ๐โ3๐๐๐ฅ + ๐โ2๐๐๐ฅ โ ๐โ๐๐๐ฅ + ๐๐๐๐ฅ โ ๐2๐๐๐ฅ + ๐3๐๐๐ฅ โ โฏ )
๐ 3 2 2 3
1.6 Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil
Sebuah fungsi f(x) dinamakan fungsi genap bila dipenuhi hubungan f(โx) = f(x).
Contoh fungsi genap yang paling sederhana adalah x2 atau cos x. Kedua fungsi ini masing-
masing diilustrasikan oleh Gambar 1.3 a dan b.
f(x) f(x)
x2
x
0
(a) (b)
Gambar 1.3 Grafik fungsi genap, (a). f(x) = x2 dan (b). f(x) = cos x
Sebuah fungsi f(x) dinamakan fungsi ganjil bila dipenuhi hubungan f(โx) = โ f(x).
Contoh fungsi ganjil yang paling sederhana adalah x atau sin x. Kedua fungsi ini masing-
masing diilustrasikan oleh Gambar 1.4 a dan b.
f(x) f(x)
f(x) = x f(x) = sin x
x x
0 โ ฯ/2 0 ฯ/2 ฯ
13
๐ฟ
๐ฟ ๐๐๐ฅ โซ
( ) โซ
1 2
0
f(x)
1
โ 1 โ 1
2 1
Contoh lainnya adalah f(x) = xn. Jika n adalah pangkat genap, maka f(x) = xn adalah fungsi
genap. Namun, jika n adalah pangkat ganjil, maka f(x) = xn adalah fungsi ganjil.
Pada umumnya, jika f(x) adalah fungsi genap, integral f(x) dari โ L ke L adalah dua
kali integral f(x) dari 0 ke L, atau dapat ditulis :
โซโ๐ฟ ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ = {
2
0, ๐(๐ฅ) ganjil ๐ฟ (1.15)
โซ0 ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ, ๐(๐ฅ) genap
Untuk deret Fourier, Pers.(1.3), jika f(x) adalah fungsi ganjil, berlaku :
๐๐ = 0 ๐ =
2 ๐(๐ฅ) sin ๐๐ฅ (1.16)
๐ ๐ฟ 0 ๐ฟ
maka f(x) โdikatakanโ diperluas dalam deret sinus Fourier. Namun, jika f(x) adalah fungsi
genap, berlaku :
๐ = 2
๐ฟ ๐๐๐ฅ ๐ ๐ฅ cos ๐๐ฅ ๐ ๐ฟ 0 ๐ฟ
๐๐ = 0 (1.17)
maka maka f(x) โdikatakanโ diperluas dalam deret cosinus Fourier.
Contoh 4
Nyatakan ๐(๐ฅ) = {
1, 0 < ๐ฅ <
1
2
0, 1
< ๐ฅ < 1 2
dalam (a) deret sinus Fourier, (b) deret cosinus Fourier,
dan (c) deret Fourier eksponensial.
Jawab :
(a). Sketsa fungsi f(x) di antara (0, 1), kemudian diperluas untuk interval (-1, 0) yang
membuatnya sebagai fungsi ganjil (Gambar 1.5).
Dalam hal
ini,
periode = 2
x atau
L = 1
Gambar 1.5 Sketsa fungsi f(x) untuk deret sinus Fourier.
Yang diminta adalah deret sinus Fourier berarti ๐๐ = 0 dan
14
f(x)
1
โ 2 โ 1 โ
1 2
0 1
2 1 2
( ) โซ
๐ฟ 1 2 ๐๐๐ฅ 2 ๐๐๐ฅ
๐๐ = ๐ฟ โซ ๐(๐ฅ) sin
๐ฟ 0
1 2
๐๐ฅ =
1
โซ ๐(๐ฅ) sin 1 1
0
๐๐ฅ
โ2 1/2 โ2 ๐๐ = 2 โซ 1 โ sin ๐๐๐ฅ ๐๐ฅ + 2 โซ 0 โ sin ๐๐๐ฅ ๐๐ฅ = cos ๐๐๐ฅ| = (cos โ 1) ๐๐
0 1 2
0 ๐๐ 2
dan diperoleh : ๐ = 2
, ๐ = 4
, ๐ = 2
, ๐ = 0, dan seterusnya. 1 ๐ 2 2๐ 3 3๐ 4
Dengan demikian, deret sinus Fourier bagi f(x) adalah :
๐(๐ฅ) = 2 sin ๐๐ฅ
( ๐ 1
2sin 2๐๐ฅ
+ 2
sin 3๐๐ฅ
+ 3
sin 5๐๐ฅ
+ 5
2sin 6๐๐ฅ
+ 6
+ โฏ )
(b). Sketsa fungsi f(x) di antara (0, 1), kemudian diperluas untuk interval (โ1, 0) yang
membuatnya sebagai fungsi genap (Gambar 1.6). Dalam hal ini sisi โ x adalah cermin
dari + x (Gambar 1.6).
x
Gambar 1.6 Sketsa fungsi f(x) untuk deret cosinus Fourier.
Yang diminta adalah deret cosinus Fourier berarti ๐๐ = 0 dan ๐๐ = 2 ๐ฟ ๐๐๐ฅ ๐ ๐ฅ cos ๐๐ฅ
๐ฟ 0 ๐ฟ
1 2
1/2 1
๐0 = 1 โซ ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ = 2 [โซ 1 โ ๐๐ฅ + โซ 0 โ ๐๐ฅ] = 1 0 0 1/2
1 1 2 1
๐๐ = 2 โซ ๐(๐ฅ) cos ๐๐๐ฅ ๐๐ฅ = 2 โซ 1 โ cos ๐๐๐ฅ ๐๐ฅ + 2 โซ 0 โ cos ๐๐๐ฅ ๐๐ฅ
0 0
= 2
sin ๐๐๐ฅ|1/2 = 2
1 2
๐๐ sin
๐๐ 0 ๐๐ 2
Dengan demikian, deret cosinus Fourier bagi f(x) adalah :
๐(๐ฅ) = 1 2
2 + ๐
cos ๐๐ฅ (
1
cos 3๐๐ฅ
โ 3
cos 5๐๐ฅ
+ 5
โฏ )
Dalam hal
ini, juga
periode = 2
atau
L = 1
15
f(x)
1
โ 2 โ 1 โ
1 2
0 1
2 1 2
(c). Sketsa fungsi f(x) di antara (0, 1), kemudian diperluas dengan periode 1 (Gambar 1.7).
Dalam hal ini,
periode =
interval fungsi
x atau 2L = 1
Gambar 1.7 Sketsa fungsi f(x) untuk deret Fourier eksponensial.
2๐ฟ 1
1 ๐๐๐๐ฅ 1
๐๐ = 2๐ฟ
โซ ๐(๐ฅ) ๐โ
0
1 2
๐ฟ ๐๐ฅ = โซ ๐(๐ฅ) ๐โ2๐๐๐๐ฅ๐๐ฅ 1
0
1
= โซ 1 โ ๐โ2๐๐๐๐ฅ ๐๐ฅ + โซ 0 โ ๐โ2๐๐๐๐ฅ๐๐ฅ
0
1 1 ๐โ๐๐๐ โ 1
1 2
1 โ ๐โ๐๐๐
1 โ (โ1)๐
1 , ๐ ganjil
= โ2๐๐๐ ๐
โ2๐๐๐๐ฅ|2 = 0 โ2๐๐๐ =
2๐๐๐ =
2๐๐๐ = {๐๐๐
0, ๐ genap โ 0
๐ = 1/2 1 ๐๐ฅ =
๐ โซ0 2
Dengan demikian, deret Fourier eksponensial bagi f(x) adalah :
๐=+โ
๐(๐ฅ) = โ ๐ ๐๐๐๐ฅ/๐ฟ = 1
+ 1
(๐2๐๐๐ฅ โ ๐โ2๐๐๐ฅ + 1 ๐6๐๐๐ฅ โ
1 ๐โ6๐๐๐ฅ + โฏ )
๐
๐=โโ
2 ๐๐ 3 3
1
= 2
+
2 sin 2๐๐ฅ (
๐ 1
sin 6๐๐ฅ
+ 3
+ โฏ )
1.7 Teorema Parseval
Teorema Parseval ditujukan untuk menunjukkan hubungan antara rata-rata kuadrat
f(x) dan koefisien-koefisien Fourier.
Tinjau lagi Pers.(1.2) :
โ ๐0 ๐(๐ฅ) = + โ (๐ ๐๐๐ฅ cos + ๐ ๐๐๐ฅ sin )
dan
2 ๐ ๐=1
๐ฟ ๐ ๐ฟ
Rata-rata dari [๐(๐ฅ)]2 adalah 1 ๐
[๐(๐ฅ)]2 ๐๐ฅ (1.18)
2๐ โซโ๐
Dengan menggunakan rata-rata kuadrat dari suatu sinus atau cosinus lewat satu periode
adalah 1/2 , diperoleh :
16
2
2
0 1 ๐
2
โซ
Rata-rata dari (1 ๐ 2 adalah
1 ๐ )
2 0) (
Rata-rata dari (๐ cos ๐๐ฅ)2 adalah ๐2 โ 1
(1.19) ๐ ๐ 2
Rata-rata dari (๐ sin ๐๐ฅ)2 adalah ๐2 โ 1
๐
Dan dengan menggunakan Pers.(1.6), diperoleh :
๐ 2
Rata-rata dari [๐(๐ฅ)]2 (lewat satu periode) adalah = 1 ๐ ) +
1 โโ ๐2 +
1 โโ ๐2
( 2 2 2 ๐
(1.20)
dan untuk pernyataaan kompleksnya diperoleh :
Rata-rata dari [๐(๐ฅ)]2 (lewat satu periode) adalah = โโ
|๐ |2
(1.21)
Ungkapan yang lebih umum, Pers. (1.20) menjadi :
โโ ๐
1 ๐ฟ [๐(๐ฅ)]2 ๐๐ฅ = (
1 ๐ +
1 โโ ๐2 +
1 โโ ๐2
atau
2๐ฟ โ๐ฟ
๐ฟ
2 0) 2 1 ๐
โ
2 1 ๐
1 2
๐0 2
2 2 โซ[๐(๐ฅ)]
๐ฟ โ๐ฟ
๐๐ฅ = ( 2
) + โ(๐๐ + ๐๐) 1
yang dikenal dengan Identitas Parseval.
Soal-soal Latihan 4 :
Untuk soal-soal 1 โ 4 berikut, masing-masing fungsi diberikan lewat satu periode. Sketsalah
fungsi-fungsi tersebut untuk beberapa periode dan tentukan apakah dia merupakan fungsi
genap atau fungsi ganjil. Dengan menggunakan Pers.(1.16) dan (1.17), perluaslah fungsi-
fungsi tersebut dalam deret Fourier yang bersesuaian.
1. ๐(๐ฅ) = {โ1, โฯ < ๐ฅ < 0 Jawab : ๐(๐ฅ) =
4 โโ 1
sin ๐๐ฅ, n ganjil 1, 0 < ๐ฅ < ๐ ๐ 1 ๐
2. ๐(๐ฅ) = {โ1, โ๐ฟ < ๐ฅ < 0 Jawab : ๐(๐ฅ) =
4 (sin
๐๐ฅ +
1 sin
3๐๐ฅ +
1 sin
5๐๐ฅ +
1, 0 < ๐ฅ < ๐ฟ
โฏ )
๐ ๐ฟ 3 ๐ฟ 5 ๐ฟ
3. ๐(๐ฅ) = ๐ฅ2, โ 1
< ๐ฅ < 1
Jawab : ๐(๐ฅ) = 1 โ
1 (cos 2๐๐ฅ โ
1 cos 4๐๐ฅ +
2 2 12 ๐2 22
1 cos 6๐๐ฅ โฏ )
32
2
0
1
17
4. ๐(๐ฅ) = |๐ฅ|, โ ๐
< ๐ฅ < ๐
Jawab : ๐(๐ฅ) = ๐ โ
2 โ cos
2๐๐ฅ
2 2 4 ๐ ๐ ganjil
๐2
5. Diketahui fungsi f(x) = x untuk 0 < x < 1, sketsalah fungsi genap fc dengan periode 2
dan fungsi ganjil fs dengan periode 2, yang masing-masing f(x) sama pada 0 < x < 1.
Perluas fc dalam sebuah deret cosines dan fs dalam sebuah deret sinus.
Jawab : ๐ (๐ฅ) = 1 โ
4 (cos ๐๐ฅ +
1 cos 3๐๐ฅ + โฏ )
๐ 2 ๐2 32
2
๐๐ (๐ฅ) = ๐
(
sin ๐๐ฅ
1 โ
sin 2๐๐ฅ
2 +
sin 3๐๐ฅ
3 โ โฏ )
18
II. PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
2.1 Persamaan Diferensial
Sebuah persamaan yang di dalamnya memuat turunan (derivative) dinamakan sebuah
persamaan diferensial. Jika dalam persamaan tersebut memuat turunan parsial, dia
dinamakan persamaan diferensial parsial (PDP), namun jika di dalamnya hanya memuat
turunan biasa, dia dinamakan persamaan diferensial biasa (PDB). Setiap persamaan
diferensial memiliki penyelesaian atau solusi, baik solusi umum maupun solusi khusus.
Dalam bab ini, kita akan meninjau beberapa metode penyelesaian dari PDB yang sering
dijumpai dalam persamaan fisika.
Tinjau sebuah rangkaian listrik hubungan seri RLC (Gambar 2.1). Rangkaian seri
RLC sederhana memuat sebuah resistor R, sebuah kapasitor C, dan sebuah induktor L, serta
sebuah sumber tegangan V.
๐๐ผ ๐ ๐ฟ + ๐ ๐ผ + = ๐ (2.1) ๐๐ก ๐ถ
Jika Pers.(2.1) didiferensiasi terhadap t dan substitusikan dq/dt = I, diperoleh
๐2๐ผ ๐๐ผ ๐ผ ๐๐
๐ฟ ๐๐ก2
+ ๐ ๐๐ก
+ ๐ถ
= ๐๐ก
(2.2)
sebagai persamaan diferensial untuk arus I dalam rangkaian seri sederhana dengan R, C, L,
dan V yang diketahui.
Orde dari persamaan diferensial adalah orde dari derivative tertinggi dalam
persamaan tersebut. Persamaan diferensial orde-satu adalah persamaan diferensial yang
memuat turunan tingkat-satu, persamaan diferensial orde-dua memuat turunan tingkat-dua,
dan seterusnya.
Persamaan diferensial orde-satu misalnya :
๐ฟ ๐๐ผ
+ ๐ ๐ผ = ๐, ๐๐ฃ
= โ๐ ๐ฆโ + ๐ฅ๐ฆ2 = 1, (2.3) ๐๐ก ๐๐ก
V
Jika arus yang mengaliri rangkaian saat t adalah
R I(t) dan muatan pada kapasitor adalah q(t), maka
C I = dq/dt. Tegangan pada R adalah IR, tegangan
L
pada C adalah q/C, dan tegangan pada L adalah
L(dI/dt). Pada setiap saat, diperoleh :
Gambar 2.1 Rangkaian RLC
19
dan Pers.(2.2) merupakan salah satu contoh persamaan diferensial orde-dua.
Dalam penerapannya, sebagian besar persamaan diferensial yang digunakan adalah
persamaan diferensial linear. Dua persamaan pertama dari Pers.(2.3) merupakan contoh dari
persamaan linear, sedangkan persamaan terakhir merupakan contoh persamaan nonlinear.
Sebuah persamaan diferensial linear (dengan x sebagai variabel bebas dan y sebagai variabel
terikat) memiliki bentuk umum :
a0 y + a1 yโ + a2 yโโ + a3 yโโโ + โฆ = b
dengan a0, a1, a2, โฆ, dan b adalah konstanta atau fungsi dari x.
Perlu diingat bahwa sebuah solusi dari persamaan diferensial (dalam variabel x dan y) adalah
sebuah relasi di antara x dan y, yang jika disubstitusikan ke dalam persamaan diferensial itu
memberikan sebuah identitas. Sebagai contoh, relasi ๐ฆ = sin ๐ฅ + ๐ถ adalah sebuah solusi
dari persamaan diferensial ๐ฆโฒ = cos ๐ฅ, karena jika ๐ฆ = sin ๐ฅ + ๐ถ disubstitusikan ke ๐ฆโฒ =
cos ๐ฅ, maka diperoleh sebuah identitas, yaitu cos x = cos x.
2.2 Persamaan Separable
Bila kita menguji sebuah integral ๐ฆ = โซ ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ, berarti kita memecahkan sebuah
persamaan diferensial ๐ฆโ = ๐๐ฆ
= ๐(๐ฅ), yang dapat ditulis sebagai ๐๐ฆ = ๐(๐ฅ)๐๐ฅ. Variabel ๐๐ฅ
ruas kiri dan kanan terpisah, pada ruas kiri hanya memuat variabel y dan ruas kanan hanya
memuat variabel x. Persamaan diferensial seperti ini, yang dapat dipisahkan variabelnya,
disebut persamaan separable, dan solusinya dapat diperoleh dengan hanya mengintegrasikan
masing-masing ruas persamaan tersebut.
Contoh 2.1 Laju peluruhan suatu bahan radioaktif sebanding dengan jumlah atom yang
tersisa. Jika terdapat N0 atom saat t = 0, tentukan jumlah atom saat waktu t.
Jawab :
Persamaan diferensial untuk persoalan ini :
๐๐ = โ ฮป ๐,
๐๐ก
dengan ฮป adalah konstanta peluruhan.
Persamaan ini adalah persamaan separable, yang ditulis sebagai : ๐๐
= โ ฮป ๐๐ก ๐
Integrasi kedua ruas, diperoleh : ln ๐ = โ ฮป ๐ก + ๐ถ Saat t = 0, N = N0, konstanta integrasinya adalah ln N0.
20
2๐ฅ๐ฆ + ๐ฅ โ
Jadi pemecahan untuk N, diperoleh : ๐ = ๐0 ๐โ๐๐ก
Contoh 2.2 Pecahkan persamaan diferensial : ๐ฅ๐ฆโ = ๐ฆ + 1.
Jawab :
Bagi kedua ruas persamaan dengan (๐ฆ + 1), diperoleh
๐ฆโ =
1 ๐ฆ + 1 ๐ฅ
Integrasi kedua ruas, diperoleh :
atau ๐๐ฆ
๐ฆ + 1 = ๐๐ฅ ๐ฅ
ln(๐ฆ + 1) = ln ๐ฅ + ๐ถ = ln ๐ฅ + ln ๐ = ln(๐๐ฅ),
sehingga solusi dari persamaan diferensial ๐ฅ๐ฆโ = ๐ฆ + 1 adalah ๐ฆ + 1 = ๐๐ฅ.
Solusi umum ini merepresentasikan sebuah keluarga kurva dalam bidang (x, y), satu kurva
untuk masing-masing nilai a. Atau kita dapat menyebut solusi umum ini sebagai keluarga
solusi. Solusi khususnya adalah salah satu dari keluarga solusi ini.
Soal-soal Latihan 1 :
Tentukan solusi umum (solusi yang memiliki konstanta sembarang) dari masing-masing
persamaan diferensial berikut dengan metode separasi variabel. Kemudian, tentukan solusi
khusus masing-masing persamaan dengan menggunakan syarat-syarat batas yang ada.
1. ๐ฅ๐ฆโ = ๐ฆ, ๐ฆ = 3 bila ๐ฅ = 2
2. ๐ฅโ1 โ ๐ฆ2๐๐ฅ + ๐ฆโ1 โ ๐ฅ2๐๐ฆ = 0, ๐ฆ = 1
bila ๐ฅ = 1
2 2 1 1
3. ๐ฆโ sin ๐ฅ = ๐ฆ ln ๐ฆ , ๐ฆ = ๐ bila ๐ฅ =
๐
3
Jawab : (1 โ ๐ฅ2)2 + (1 โ ๐ฆ2)2 = ๐ถ, ๐ถ = โ3
Jawab : ln ๐ฆ = ๐ด(csc ๐ฅ โ cot ๐ฅ), ๐ด = โ3
4. (1 + ๐ฆ2)๐๐ฅ + ๐ฅ๐ฆ ๐๐ฆ = 0, ๐ฆ = 0 bila ๐ฅ = 5
5. ๐ฅ๐ฆโ โ ๐ฅ๐ฆ = ๐ฆ, ๐ฆ = 1 bila ๐ฅ = 1
2
6. ๐ฆโ = , ๐ฆ = 0 bila ๐ฅ = 2 Jawab : 2๐ฆ2 + 1 = ๐ด(๐ฅ2 โ 1)2, ๐ด = 1 ๐ฅ2๐ฆ โ ๐ฆ
7. (1 + ๐ฆ)๐ฆโ = ๐ฆ, ๐ฆ = 1 bila ๐ฅ = 1 Jawab : ๐ฆ๐๐ฆ = ๐๐๐ฅ, ๐ = 1
8. ๐ฆโ โ ๐ฅ๐ฆ = ๐ฅ, ๐ฆ = 1 bila ๐ฅ = 0
Tugas 1
Perhatikan kembali rangkaian listrik sederhana sebelumnya [Gambar 2.1 dan Pers.(2.1)] dan
tinjau untuk kasus-kasus berikut.
21
a. Rangkaian RC (dalam hal ini, L = 0) dengan V = 0, tentukan q sebagai fungsi dari t jika
q0 adalah muatan pada kapasitor saat t = 0.
b. Rangkaian RL (dalam hal ini, kapasitor tidak ada sehingga 1/C = 0) dengan V = 0,
tentukan I(t) yang memberikan I = I0 saat t = 0.
c. Jika time constant ฯ untuk suatu rangkaian didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan
bagi muatan (atau arus) untuk turun menuju 1/e kali keadaan nilai awalnya. Tentukan
time constant ฯ untuk rangkaian a dan b.
2.3 Persamaan Linear Orde-Satu
Sebuah persamaan linear orde-satu dapat ditulis dalam bentuk :
๐ฆโ + ๐๐ฆ = ๐, (2.4)
di mana P dan Q adalah fungsi dari x. Untuk memecahkan Pers.(2.4), pertama kita tinjau
persamaan yang lebih sederhana, yaitu bila Q = 0, yaitu :
๐ฆโ + ๐๐ฆ = 0 atau ๐๐ฆ
= โ๐๐ฆ (2.5) ๐๐ฅ
yang separable. Selanjutnya diperoleh :
๐๐ฆ = โ๐ ๐๐ฅ, sehingga diperoleh ln ๐ฆ = โ โซ ๐ ๐๐ฅ + ๐ถ, atau
๐ฆ
๐ฆ = ๐โ โซ ๐ ๐๐ฅ+๐ถ = ๐ด๐โ โซ ๐ ๐๐ฅ (2.6)
dengan ๐ด = ๐๐ถ. Untuk menyederhanan notasi, misalkan :
๐ผ = โซ ๐ ๐๐ฅ, sehingga ๐๐ผ
= ๐ (2.7) ๐๐ฅ
dan Pers.(2.6) dapat ditulis sebagai
๐ฆ = ๐ด๐โ๐ผ atau ๐ฆ๐๐ผ = ๐ด. (2.8)
Selanjutnya kita dapat melihat bagaimana memecahkan Pers.(2.4). Jika kita defrensiasikan
Pers.(2.8) kanan terhadap x dan terapkan Pers.(2.7) kanan, diperoleh :
๐ (๐ฆ๐๐ผ) = ๐ฆโฒ๐๐ผ + ๐ฆ๐๐ผ
๐๐ผ = ๐ฆโฒ๐๐ผ + ๐ฆ๐๐ผ๐ = ๐๐ผ(๐ฆโ + ๐๐ฆ), (2.9)
๐๐ฅ ๐๐ฅ
yang tidak lain adalah ruas kiri dari Pers.(2.4) yang dikalikan dengan ๐๐ผ. Jadi kita dapat
menulis Pers.(2.4) kali ๐๐ผ sebagai
๐ (๐ฆ๐๐ผ) = ๐๐ผ(๐ฆโ + ๐๐ฆ) = ๐๐๐ผ. (2.10)
๐๐ฅ
Karena Q dan ๐๐ผadalah fungsi dari x, pengintegrasian Pers.(2.10) terhadap x, diperoleh :
22
โซ โ4
โ2
2
๐ฆ๐๐ผ = โซ ๐๐๐ผ ๐๐ฅ + ๐ถ, atau
๐ฆ = ๐โ๐ผ โซ ๐๐๐ผ ๐๐ฅ + ๐ถ๐โ๐ผ,
} di mana ๐ผ = โซ ๐ ๐๐ฅ (2.11)
yang merupakan solusi umum dari Pers.(2.4).
Contoh 2.3 Pecahkan persamaan : ๐ฅ2๐ฆโ โ 2๐ฅ๐ฆ = 1
๐ฅ
Jawab :
Gunakan bentuk Pers.(2.4), ๐ฆโ + ๐๐ฆ = ๐, sehingga diperoleh ๐ฆโ โ 2 ๐ฆ =
1 .
๐ฅ ๐ฅ3
Dari Pers.(2.11), diperoleh ๐ผ = โซ ๐ ๐๐ฅ = โซ โ 2
๐ฅ ๐๐ฅ = โ2 ln ๐ฅ, sehingga ๐๐ผ = ๐โ2 ln ๐ฅ =
1 ,
๐ฅ2
dan ๐ฆ๐๐ผ = ๐ฆ โ 1
๐ฅ2 = 1
๐ฅ3 โ 1
๐ฅ2
๐๐ฅ = โซ ๐ฅโ5 ๐๐ฅ = ๐ฅ
+ ๐ถ. โ4
Akhirnya diperoleh solusi umum : ๐ฆ = โ ๐ฅ
+ ๐ถ๐ฅ2 = โ 1
+ ๐ถ๐ฅ2. 4 4๐ฅ2
Soal-soal Latihan 2 :
Tentukan solusi umum dari masing-masing persamaan diferensial berikut.
1. ๐ฆโ + ๐ฆ = ๐๐ฅ Jawab : ๐ฆ = 1 ๐๐ฅ + ๐ถ๐โ๐ฅ
2
2. ๐ฅ2๐ฆโฒ + 3๐ฅ๐ฆ = 1
3. ๐๐ฆ + (2๐ฅ๐ฆ โ ๐ฅ๐โ๐ฅ2
)๐๐ฅ = 0 Jawab : ๐ฆ = (1 ๐ฅ2 + ๐ถ) ๐โ๐ฅ
2
2
1/2
4. ๐ฆโโ๐ฅ2 + 1 + ๐ฅ๐ฆ = ๐ฅ Jawab : ๐ฆ = 1 + ๐ถ๐โ(๐ฅ +1)
5. (๐ฅ ln ๐ฅ)๐ฆโ + ๐ฆ = ln ๐ฅ Jawab : ๐ฆ = 1
ln ๐ฅ + ๐ถ/ ln ๐ฅ 2
6. (1 โ ๐ฅ2)๐๐ฆ โ (๐ฅ๐ฆ + 2๐ฅโ1 โ ๐ฅ2)๐๐ฅ = 0 Jawab : ๐ฆ(1 โ ๐ฅ2)1/2 = ๐ฅ2 + ๐ถ
7. ๐ฆโ + ๐ฆ cos ๐ฅ = sin 2๐ฅ Jawab : ๐ฆ = 2(sin ๐ฅ โ 1) + ๐ถ ๐โ sin๐ฅ
8. ๐๐ฅ + (๐ฅ โ ๐๐ฆ)๐๐ฆ = 0 Jawab : ๐ฅ = 1 ๐๐ฆ + ๐ถ๐โ๐ฆ
2
9. ๐๐ฆ
= 3๐ฆ Jawab : ๐ฅ = ๐ฆ2/3 + ๐ถ๐ฆโ1/3
๐๐ฅ 3๐ฆ2/3โ๐ฅ
10. Tentukan solusi umum dari Pers.(2.2) untuk sebuah rangkaian listrik RC (L = 0) dengan
๐ = ๐0 cos ๐๐ก. Jawab : ๐ผ = ๐ด๐โ๐ก/(๐ ๐ถ) โ ๐0๐๐ถ(sin ๐๐ก โ ๐๐ ๐ถ cos ๐๐ก)/(1 +
๐2 ๐ 2๐ถ2)
2.4 Metode Lain bagi Penyelesaian Persamaan Linear Orde-Satu
Persamaan Bernoulli
23
Bentuk persamaan Bernoulli :
๐ฆโ + ๐๐ฆ = ๐๐ฆ๐ (2.12)
di mana P dan Q adalah fungsi dari x. Persamaan ini tidak linear tetapi dapat direduksi
menjadi sebuah persamaan linear, dengan membuat perubahan variabel, yaitu :
๐ง = ๐ฆ1โ๐, sehingga ๐งโฒ = (1 โ ๐)๐ฆโ๐๐ฆโฒ. (2.13)
Kalikan Pers.(2.12) dengan (1 โ ๐)๐ฆโ๐ diperoleh :
(1 โ ๐)๐ฆโ๐๐ฆโ + (1 โ ๐)๐ฆโ๐๐๐ฆ = (1 โ ๐)๐ฆโ๐๐๐ฆ๐,
(1 โ ๐)๐ฆโ๐๐ฆโ + (1 โ ๐)๐๐ฆ1โ๐ = (1 โ ๐)๐ ๐ฆ๐โ๐,
dan substitusi Pers.(2.13), diperoleh :
๐งโ + (1 โ ๐)๐๐ง = (1 โ ๐)๐.
Persamaan ini adalah persamaan linear orde-satu yang dapat diselesaikan sebagaimana biasa.
Persamaan Eksak
Ungkapan ๐(๐ฅ, ๐ฆ) ๐๐ฅ + ๐(๐ฅ, ๐ฆ) ๐๐ฆ adalah sebuah diferensial eksak jika :
๐๐ =
๐๐
(2.14)
๐๐ฆ ๐๐ฅ
Jika Pers.(2.14) berlaku, maka terdapat sebuah fungsi ๐น(๐ฅ, ๐ฆ) sedemikian hingga :
๐ = ๐๐น
, ๐ = ๐๐น
. ๐ ๐๐ฅ + ๐ ๐๐ฆ = ๐๐น. ๐๐ฅ ๐๐ฆ
Persamaan diferensial : ๐ ๐๐ฅ + ๐ ๐๐ฆ = 0 atau ๐ฆโฒ = โ ๐
๐ disebut eksak jika Pers.(2.14)
berlaku. Pada kasus ini, ๐ ๐๐ฅ + ๐ ๐๐ฆ = ๐๐น = 0, dan solusinya adalah : ๐น(๐ฅ, ๐ฆ) = konstan.
Sebuah persamaan yang tak eksak sering dapat dibuat eksak dengan mengalikannya
dengan sebuah faktor yang tepat. Sebagai contoh, persamaan : ๐ฅ ๐๐ฆ โ ๐ฆ ๐๐ฅ = 0 adalah tak
eksak. Tetapi, bila persamaan ini dibagi dengan ๐ฅ2, yaitu : ๐ฅ ๐๐ฆโ๐ฆ ๐๐ฅ
= 1 ๐๐ฆ โ
๐ฆ ๐๐ฅ = 0
๐ฅ2 ๐ฅ ๐ฅ2
adalah eksak, dan solusinya : ๐ฆ
= konstan. Faktor pengali [ 1
] ini disebut integrating ๐ฅ ๐ฅ2
factor.
Persamaan Homogen
Sebuah persamaan berbentuk :
๐(๐ฅ, ๐ฆ) ๐๐ฅ + ๐(๐ฅ, ๐ฆ) ๐๐ฆ = 0 (2.15)
24
di mana P dan Q adalah fungsi-fungsi homogen disebut persamaan homogen. Pers.(2.15)
dapat ditulis dalam bentuk ๐ฆโฒ = ๐(๐ฆโ๐ฅ); perubahan variabel ๐ฃ = ๐ฆโ๐ฅ
mereduksi Pers.(2.15) menjadi persamaan separable dalam variabel ๐ฃ dan ๐ฅ.
atau ๐ฆ = ๐ฃ๐ฅ
Soal-soal Latihan 3 :
Selesaikan persamaan diferensial berikut.
1. ๐ฆโ + ๐ฆ = ๐ฅ๐ฆ2/3 Jawab : ๐ฆ1/3 = ๐ฅ โ 3 + ๐ถ๐โ๐ฅ/3
2. (2๐ฅ๐3๐ฆ + ๐๐ฅ) ๐๐ฅ + (3๐ฅ2๐3๐ฆ โ ๐ฆ2) ๐๐ฆ = 0 Jawab : ๐ฅ2๐3๐ฆ + ๐๐ฅ โ 1 ๐ฆ3 = ๐ถ
3
3. (๐ฅ โ ๐ฆ) ๐๐ฆ + (๐ฆ + ๐ฅ + 1) ๐๐ฅ = 0 Jawab : ๐ฅ2 โ ๐ฆ2 + 2๐ฅ(๐ฆ + 1) = ๐ถ
4. ๐ฅ2 ๐๐ฆ + (๐ฆ2 โ ๐ฅ๐ฆ) ๐๐ฅ = 0 Jawab : ๐ฅ = ๐ฆ(ln ๐ฅ + ๐ถ)
5. ๐ฅ๐ฆ ๐๐ฅ + (๐ฆ2 โ ๐ฅ2) ๐๐ฆ = 0 Jawab : ๐ฆ2 = ๐ถ๐โ๐ฅ2/๐ฆ2
2.5 Persamaan Linear Orde-Dua dengan Koefisien Konstan dan Ruas Kanan Nol
Pada sub bab ini kita akan meninjau bentuk solusi dari persamaan diferensial yang
berbentuk :
๐2๐ฆ ๐๐ฆ ๐2
๐๐ฅ2 + ๐1 ๐๐ฅ
+ ๐0๐ฆ = 0 (2.16)
Dengan ๐0, ๐1, dan ๐2 adalah konstanta. Persamaan ini disebut homogen karena setiap suku
memuat y atau turunan y. Pada contoh berikut, kita tinjau sebuah persamaan homogen untuk
dicari solusinya.
Contoh 2.4 Pecahkan persamaan ๐ฆโฒโฒ + 5๐ฆโฒ + 4๐ฆ = 0
Jawab :
Agar lebih mudah, gantikan d/dx dengan D (disebut sebagai operator diferensial), sehingga
๐ท๐ฆ =
๐๐ฆ
๐๐ฅ
= ๐ฆโฒ, ๐ท2๐ฆ =
๐
๐๐ฅ
๐๐ฆ ( ) = ๐๐ฅ
๐2๐ฆ
๐๐ฅ2
= ๐ฆโฒโฒ
Dengan operator diferensial ini, ungkapan soal berubah menjadi :
๐ท2๐ฆ + 5๐ท๐ฆ + 4๐ฆ = 0 atau (๐ท2 + 5๐ท + 4)๐ฆ = 0
yang dapat difaktorkan menjadi :
(๐ท + 1)(๐ท + 4)๐ฆ = 0 atau (๐ท + 4)(๐ท + 1)๐ฆ = 0
Dalam memecahkan persamaan ini, pecahkan untuk
(๐ท + 4)๐ฆ = 0 dan (๐ท + 1)๐ฆ = 0
yang masing-masing adalah persamaan separable dengan solusi masing-masing :
25
๐ฆ = ๐1๐โ4๐ฅ dan ๐ฆ = ๐2๐
โ๐ฅ
Karena kedua solusi ini bebas linear maka kombinasi linear dari keduanya akan memuat dua
konstanta sembarang yang merupakan solusi umum. Jadi solusi umum dari persamaan ๐ฆโฒโฒ +
5๐ฆโฒ + 4๐ฆ = 0 adalah (sering disebut sebagai solusi komplementer) :
๐ฆ = ๐1๐โ4๐ฅ + ๐2๐
โ๐ฅ atau ๐ฆ = ๐1๐โ๐ฅ + ๐2๐
โ4๐ฅ
Persamaan kuadrat ๐ท2 + 5๐ท + 4 = 0 mempunyai akar-akar yang berlainan, yaitu โ1 dan โ
4. Persamaan ini dikenal sebagai persamaan karakteristik atau persamaan pembantu
(auxiliary equation) dari persamaan ๐ฆโฒโฒ + 5๐ฆโฒ + 4๐ฆ = 0.
Jika akar-akar persamaan karakteristik dari suatu persamaan diferensial adalah a dan
b dengan ๐ โ ๐, maka solusi umum dari persamaan diferensial adalah kombinasi linear dari
๐๐๐ฅ dan ๐๐๐ฅ. Dalam bentuk ringkas ditulis :
Solusi umum dari (๐ท โ ๐)(๐ท โ ๐)๐ฆ = 0, ๐ โ ๐ adalah ๐ฆ = ๐1๐๐๐ฅ + ๐2๐
๐๐ฅ (2.17)
Jika akar-akar persamaan karakteristik dari suatu persamaan diferensial sama, dalam
hal ini ๐ = ๐, maka ungkapan (2.17) menjadi : (๐ท โ ๐)(๐ท โ ๐)๐ฆ = 0 dengan solusi umum
๐ฆ = (๐ด๐ฅ + ๐ต) ๐๐๐ฅ, atau ditulis :
Solusi umum dari (๐ท โ ๐)(๐ท โ ๐)๐ฆ = 0, ๐ = ๐ adalah ๐ฆ = (๐ด๐ฅ + ๐ต) ๐๐๐ฅ (2.18)
Jika akar-akar persamaan karakteristik dari persamaan diferensial berupa bilangan
kompleks (conjugate complex), maka persamaan diferensial dalam ungkapan (2.17),
memiliki solusi umum :
๐ฆ = ๐ด๐(๐ผ+๐๐ฝ)๐ฅ + ๐ต๐(๐ผโ๐๐ฝ)๐ฅ = ๐๐ผ๐ฅ(๐ด๐๐๐ฝ๐ฅ + ๐ต๐โ๐๐ฝ๐ฅ).
(2.19)
Jika ๐ยฑ๐๐ฝ๐ฅ = cos ๐ฝ๐ฅ ยฑ ๐ sin ๐ฝ๐ฅ, maka pernyataan dalam tanda kurung Pers.(2.19) menjadi
sebuah kombinasi linear dari sin ๐ฝ๐ฅ dan cos ๐ฝ๐ฅ, sehingga Pers.(2.19) dapat ditulis sebagai :
๐ฆ = ๐๐ผ๐ฅ(๐1 sin ๐ฝ๐ฅ + ๐2 cos ๐ฝ๐ฅ)
Atau (2.20)
๐ฆ = ๐ ๐๐ผ๐ฅ sin(๐ฝ๐ฅ + ๐พ)
dengan ๐1, ๐12, ๐, dan ๐พ adalah konstanta sembarang.
Contoh 2.5 Pecahkan persamaan ๐ฆโฒโฒ โ 6๐ฆโฒ + 9๐ฆ = 0
Jawab :
Tuliskan persamaan sebagai :
(๐ท2 โ 6๐ท + 9)๐ฆ = 0 atau (๐ท โ 3)(๐ท โ 3)๐ฆ = 0
26
1 2
Karena akar-akar persamaan karakteristiknya sama, solusinya :
๐ฆ = (๐ด๐ฅ + ๐ต) ๐3๐ฅ.
Soal-soal Latihan 4 :
Selesaikan persamaan diferensial berikut.
1. ๐ฆโฒโฒ + ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = 0 Jawab : ๐ฆ = ๐ด๐๐ฅ + ๐ต๐โ2๐ฅ
2. ๐ฆโฒโฒ + 9๐ฆ = 0 Jawab : ๐ฆ = ๐ด๐3๐๐ฅ + ๐ต๐โ3๐๐ฅ
3. (๐ท2 โ 2๐ท + 1)๐ฆ = 0 Jawab : ๐ฆ = (๐ด๐ฅ + ๐ต) ๐๐ฅ
4. (๐ท2 โ 5๐ท + 6)๐ฆ = 0 Jawab : ๐ฆ = ๐ด๐3๐ฅ + ๐ต๐2๐ฅ
5. (๐ท2 โ 4๐ท + 13)๐ฆ = 0 Jawab : ๐ฆ = ๐ด๐2๐ฅ sin(3๐ฅ + ๐พ)
6. 4๐ฆโฒโฒ + 12๐ฆโฒ + 9 = 0 Jawab : ๐ฆ = (๐ด + ๐ต๐ฅ) ๐โ3๐ฅ/2
2.6 Persamaan Linear Orde-Dua dengan Koefisien Konstan dan Ruas Kanan Tak
Nol
Pada sub bab sebelumnya, kita telah membahas persamaan linear orde-dua dengan
koefisien konstan dan ruas kanan nol. Persamaan ini menggambarkan osilasi atau vibrasi
dari sistem mekanik atau listrik. Sering kali sistem ini tidak bebas, karena pada sistem
biasanya dikenakan gaya atau emf. Vibrasi yang ditimbulkan disebut vibrasi tertekan dan
persamaan diferensial yang digunakan untuk menggambarkan sistem berbentuk :
๐2๐ฆ ๐๐ฆ ๐2
๐๐ฅ2 + ๐1 ๐๐ฅ
+ ๐0๐ฆ = ๐(๐ฅ)
atau (2.21)
๐2๐ฆ ๐1 ๐๐ฆ ๐0
๐๐ฅ2 + ๐ ๐๐ฅ
+ ๐
๐ฆ = ๐น(๐ฅ)
dengan ๐0, ๐1, dan ๐2 adalah konstanta. Persamaan ini disebut tak-homogen karena
memuat satu suku yang tidak tergantung pada y, yaitu ๐(๐ฅ). Fungsi sering disebut fungsi
pemaksa, yang menyatakan gaya atau emf. Pada contoh berikut, kita tinjau sebuah
persamaan tak- homogen untuk dicari solusinya.
Contoh 2.6 Pecahkan persamaan : (๐ท2 + 5๐ท + 4)๐ฆ = cos 2๐ฅ
Jawab :
21
Sebelumnya, pada contoh 2.4. persamaan ๐ฆโฒโฒ + 5๐ฆโฒ + 4๐ฆ = 0 memiliki solusi
komplementer ๐ฆ = ๐1๐โ๐ฅ + ๐2๐
โ4๐ฅ. Berkaitan dengan soal Contoh 2.6, persamaan ini juga
memiliki solusi komplementer ๐ฆ๐, yang berbentuk :
๐ฆ๐ = ๐ด๐โ๐ฅ + ๐ต๐โ4๐ฅ.
Andaikan, kita hanya mengetahui satu solusi, yang disebut solusi khusus (particular
solution) ๐ฆ๐, maka solusi khususnya adalah :
๐ฆ๐ =
1 sin 2๐ฅ.
10
Cara memperoleh solusi khusus ini akan dibahas kemudian.
Dua persamaan yang ditinjau, yaitu (๐ท2 + 5๐ท + 4)๐ฆ๐ = cos 2๐ฅ dan (๐ท2 + 5๐ท + 4)๐ฆ๐ =
0
Penjumlahan keduanya, diperoleh :
(๐ท2 + 5๐ท + 4)(๐ฆ๐ + ๐ฆ๐) = cos 2๐ฅ + 0 = cos 2๐ฅ
Jadi solusi umumnya adalah :
๐ฆ = ๐ฆ๐ + ๐ฆ๐ = ๐ด๐โ๐ฅ + ๐ต๐โ4๐ฅ + 1
sin 2๐ฅ. 10
Dengan demikian, dapat dicatat bahwa solusi umum dari persamaan berbentuk seperti soal
Contoh 2.6 adalah ๐ฆ = ๐ฆ๐ + ๐ฆ๐, di mana fungsi komplementer ๐ฆ๐ adalah solusi umum dari
persamaan homogen dan ๐ฆ๐adalah solusi khususnya.
Selanjutnya, kita akan bahas beberapa metode untuk memperoleh solusi khusus.
Metode inspeksi
Metode inspeksi ini sangat berguna dalam kasus sederhana di mana jawaban akan
diperoleh secara cepat. Sebagai contoh, untuk : ๐ฆโฒโฒ + 2๐ฆโฒ + 3๐ฆ = 5, solusi khususnya adalah
๐ฆ๐ =
5 , karena bila y pada persamaan tersebut bernilai konstan, maka ๐ฆโฒโฒ = ๐ฆโฒ = 0. Contoh
3
lainnya, untuk : ๐ฆโฒโฒ โ 6๐ฆโฒ + 9๐ฆ = 8๐๐ฅ, maka ๐ฆ = 2๐๐ฅ adalah sebuah solusi. Di sisi lain,
untuk :
๐ฆโฒโฒ + ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = ๐๐ฅ, (2.22)
metode ini tidak dapat digunakan karena ๐๐ฅ memenuhi ๐ฆโฒโฒ + ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = 0.
Metode integrasi dari dua persamaan orde-satu
22
Metode integral ini dapat langsung digunakan untuk memecahkan persamaan
diferensial. Sebagai contoh, tinjau lagi Pers.(2.22). Persamaan ini dapat ditulis sebagai :
(๐ท โ 1)(๐ท + 2)๐ฆ = ๐๐ฅ. (2.23)
Misalkan ๐ข = (๐ท + 2)๐ฆ, maka Pers.(2.23) menjadi :
(๐ท โ 1)๐ข = ๐๐ฅ atau ๐ขโฒ โ ๐ข = ๐๐ฅ
yang merupakan persamaan linear orde-satu. Pemecahannya adalah :
๐ขโฒ โ ๐ข = ๐๐ฅ ditulis menjadi ๐ขโ โ ๐๐ข = ๐๐ฅ,
Dengan Pers.(2.11), dalam hal ini ๐ = โ1 dan ๐ = ๐๐ฅ, ungkapan ๐ผ = โซ ๐ ๐๐ฅ menjadi ๐ผ =
โซ โ ๐๐ฅ = โ๐ฅ, dan ๐ข๐๐ผ = โซ ๐๐๐ผ ๐๐ฅ + ๐ถ menjadi :
๐ข๐โ๐ฅ = โซ ๐โ๐ฅ๐๐ฅ ๐๐ฅ = ๐ฅ + ๐1,
๐ข = ๐ฅ๐๐ฅ + ๐1๐๐ฅ.
Persamaan diferensial untuk y menjadi :
(๐ท + 2)๐ฆ = ๐ฅ๐๐ฅ + ๐1๐๐ฅ atau ๐ฆโฒ + 2๐ฆ = ๐ฅ๐๐ฅ + ๐1๐
๐ฅ.
Persamaan ini sekali lagi merupakan persamaan linear orde-satu, yang pemecahannya adalah
sebagai berikut (๐ = 2 dan ๐ = ๐ฅ๐๐ฅ + ๐1๐๐ฅ) :
๐ผ = โซ 2 ๐๐ฅ = 2๐ฅ,
๐ฆ๐2๐ฅ = โซ ๐2๐ฅ(๐ฅ๐๐ฅ + ๐ ๐๐ฅ) ๐๐ฅ =
๐ฅ๐3๐ฅ + ๐โฒ ๐3๐ฅ + ๐ ,
1
๐ฆ =
1 ๐ฅ๐๐ฅ + ๐โฒ ๐๐ฅ + ๐
1 2
๐โ2๐ฅ.
3 1 2
Dengan metode ini, solusi yang diperoleh selalu berbentuk ๐ฆ = ๐ฆ๐ + ๐ฆ๐ atau ๐ฆ = ๐ฆ๐ + ๐ฆโ di
mana fungsi komplementer ๐ฆ๐ = ๐ฆโ adalah solusi umum dari persamaan homogen dan ๐ฆ๐
adalah solusi khususnya. Dalam hal ini, ๐ฆ = 1 ๐ฅ๐๐ฅ dan ๐ฆ = ๐ฆ = ๐โฒ ๐๐ฅ + ๐ ๐โ2๐ฅ.
๐ 3 ๐ โ 1 2
Metode eksponensial ruas kanan
Metode eksponensial ruas kanan digunakan untuk memperoleh bentuk solusi khusus,
jika ruas kanan Pers.(2.21) adalah ๐น(๐ฅ) = ๐๐๐๐ฅ, di mana k dan c adalah konstanta yang
diketahui. Misalkan a dan b adalah akar-akar persamaan karekteristik dari Pers.(2.21), maka
persamaan ini dapat ditulis :
(๐ท โ ๐)(๐ท โ ๐)๐ฆ = ๐๐๐๐ฅ (2.24)
1 ๐ฅ๐3๐ฅ โ 1 ๐3๐ฅ + 1 ๐ ๐3๐ฅ + ๐ = 1
3 9 3 1 2 3
23
Pemecahan untuk solusi khususnya, sangat bergantung pada nilai kontanta c dikaitkan
dengan a dan b. Secara ringkas, solusi khusus Pers.(2.24) diperoleh dengan mengasumsikan
solusi berbentuk :
๐ถ๐๐๐ฅ jika c tidak sama dengan a atau b
๐ถ๐ฅ๐๐๐ฅ jika c = a atau b, a โ b (2.25)
๐ถ๐ฅ2๐๐๐ฅ jika c = a = b
Contoh 2.7 Pecahkan persamaan (๐ท โ 1)(๐ท + 5)๐ฆ = 7๐2๐ฅ.
Jawab :
(๐ท โ 1)(๐ท + 5)๐ฆ = 7๐2๐ฅ dapat ditulis sebagai (๐ท2 + 4๐ท โ 5)๐ฆ = 7๐2๐ฅ
Akar-akar persamaan karakteristik tidak sama dengan pangkat eksponensial (c โ a atau b).
Solusi khusus diperoleh dengan cara substitusi ๐ฆ๐ = ๐ถ๐2๐ฅ ke persamaan soal, diperoleh :
๐ฆโฒโฒ + 4๐ฆโฒ โ 5๐ฆ = ๐ถ(4๐2๐ฅ + 8๐2๐ฅ โ 5๐2๐ฅ) = 7๐2๐ฅ. Jadi ๐ถ = 1, sehingga ๐ฆ = ๐2๐ฅ. ๐ ๐ ๐ ๐
Solusi umumnya adalah :
๐ฆ = ๐ด๐๐ฅ + ๐ต๐โ5๐ฅ + ๐2๐ฅ.
Contoh 2.8 Pecahkan untuk Pers. (2.23), yaitu ๐ฆโฒโฒ + ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = ๐๐ฅ.
Jawab :
(๐ท โ 1)(๐ท + 2)๐ฆ = ๐๐ฅ
Dalam hal ini, c = a atau b, a โ b, berarti bentuk solusinya adalah ๐ฆ๐ = ๐ถ๐ฅ๐๐ฅ. Sehingga
๐ฆโฒ๐ = ๐ถ(๐ฅ๐๐ฅ + ๐๐ฅ), dan ๐ฆโฒโฒ๐ = ๐ถ(๐ฅ๐๐ฅ + 2๐๐ฅ).
Substitusi ke Pers.(2.23) diperoleh :
๐ฆโฒโฒ + ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = ๐ถ(๐ฅ๐๐ฅ + 2๐๐ฅ + ๐ฅ๐๐ฅ + ๐๐ฅ โ 2๐ฅ๐๐ฅ) = ๐๐ฅ.
Jadi diperoleh ๐ถ = 1, sehingga solusi khususnya adalah ๐ฆ =
1 ๐ฅ๐๐ฅ, sebagaimana yang telah
3 ๐ 3
diperoleh sebelumnya, tetapi dengan langkah lebih cepat.
Metode eksponensial kompleks
Kadangkala F(x) pada ruas kanan Pers.(2.21) berbentuk fungsi sinus atau cosines.
Misalkan Pers.(2.21) berbentuk :
(๐ท โ ๐)(๐ท โ ๐)๐ฆ = {๐ sin ๐ผ๐ฅ
๐ cos ๐ผ๐ฅ
Untuk memperoleh solusi khususnya, pertama pecahkan
(๐ท โ ๐)(๐ท โ ๐)๐ฆ = ๐๐๐๐ผ๐ฅ
24
kemudian ambil bentuk real atau imajinernya.
Contoh 2.9 Pecahkan persamaan diferensial : ๐ฆโฒโฒ + ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = 4 sin 2๐ฅ.
Jawab :
๐โฒโฒ + ๐โฒ โ 2๐ = 4๐2๐๐ฅ = 4(cos 2๐ฅ + ๐ sin 2๐ฅ)
karena itu, solusi persamaan ini mengambil bentuk kompleks. Jika ๐ = ๐๐ + ๐๐๐ผ, persamaan
di atas ekuivalen dengan dua persamaan berikut :
๐โฒโฒ + ๐โฒ โ 2๐๐ = Re 4๐2๐๐ฅ = 4 cos 2๐ฅ ๐ ๐
๐โฒโฒ + ๐โฒ โ 2๐๐ผ = Im 4๐2๐๐ฅ = 4 sin 2๐ฅ ๐ผ ๐ผ
Persamaan terakhir mirip dengan soal Contoh 2.9 dan terlihat bahwa solusinya adalah bagian
imajiner dari Y. Jadi untuk memperoleh ๐ฆ๐, kita cari ๐๐ dan mengambil bentuk imajinernya.
Terlihat bahwa akar-akar persamaan karakteristiknya tidak sama dengan 2i (c โ a atau b).
Untuk memperoleh solusi khusus, substitusi ๐๐ = ๐ถ๐2๐๐ฅ ke persamaan terakhir, diperoleh :
๐โฒโฒ + ๐โฒ โ 2๐ = (โ4 + 2๐ โ 2)๐ถ๐2๐๐ฅ = (2๐ โ 6)๐ถ๐2๐๐ฅ = 4๐2๐๐ฅ
๐ถ = 4
= 4(โ2๐โ6) =
โ8(๐+3) = โ
1 (๐ + 3),
2๐โ6 (2๐โ6)(โ2๐โ6) 40 5
Sehingga diperoleh : ๐ = โ 1
(๐ + 3)๐2๐๐ฅ = โ 1
(๐ + 3) (cos 2๐ฅ + ๐ sin 2๐ฅ). ๐ 5 5
Dengan mengambil bentuk imajiner dari ๐๐, diperoleh ๐ฆ๐ dari soal Contoh 2.9, yaitu :
๐ฆ = โ 1
cos 2๐ฅ โ 3
sin 2๐ฅ. ๐ 5 5
Metode Koefisien yang tidak Diketahui
Sebelumnya, telah dibahas tentang bentuk ๐ฆ๐ yang terkait dengan bagi Pers.(2.21)
bila pada ruas kanan persamaan F(x) adalah sebuah eksponensial. Pembahasan selanjutnya
adalah bila ruas kanan Pers.(2.21) adalah sebuah eksponensial dikalikan dengan sebuah
polynomial, yaitu ๐น(๐ฅ) = ๐๐๐ฅ๐๐(๐ฅ), di mana ๐๐(๐ฅ) adalah suatu sebuah polynomial
berderajat n.
Solusi khusus ๐ฆ๐ bagi dari (๐ท โ ๐)(๐ท โ ๐)๐ฆ = ๐๐๐ฅ๐๐(๐ฅ) adalah :
๐๐๐ฅ๐๐(๐ฅ) jika c tidak sama dengan a atau b
๐ฆ๐ = ๐ฅ๐๐๐ฅ๐๐(๐ฅ) jika c = a atau b, a โ b (2.26)
๐ฅ2๐๐๐ฅ๐๐(๐ฅ) jika c = a = b
25
di mana ๐๐(๐ฅ) adalah suatu polynomial yang berderajat sama seperti ๐๐(๐ฅ) yang koefisien-
koefisiennya dicari agar memenuhi persamaan diferensial yang dipecahkan. Catatan bahwa
sinus dan cosinus telah dicakup dalam ๐๐๐ฅ menggunakan eksponesial kompleks. Untuk c =
0, bentuk ruas kanan persamaan hanya berupa sebuah polynomial.
Contoh 2.10 Pecahkan persamaan diferensial : ๐ฆโฒโฒ + ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = ๐ฅ2 โ ๐ฅ.
Jawab :
Misalkan solusi khususnya berbentuk
๐ฆ๐ = ๐ด๐ฅ2 + ๐ต๐ฅ + ๐ถ
Ada tiga koefisien yang tidak diketahui, yaitu ๐ด, ๐ต, ๐ถ yang harus dicari sedemikian hingga
memenuhi persamaan soal Contoh 2.10. Kita peroleh :
๐ฆโฒ๐ = 2๐ด๐ฅ + ๐ต dan ๐ฆโฒโฒ๐ = 2๐ด.
Substitusi ๐ฆ๐, ๐ฆโฒ๐, dan ๐ฆโฒโฒ๐ ke soal Contoh 2.10, diperoleh :
๐ฆโฒโฒ + ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = 2๐ด + 2๐ด๐ฅ + ๐ต โ 2๐ด๐ฅ2 โ 2๐ต๐ฅ โ 2๐ถ = ๐ฅ2 โ ๐ฅ. ๐
Dengan demikian,
๐ ๐
โ2๐ด๐ฅ2 + 2๐ด๐ฅ โ 2๐ต๐ฅ + 2๐ด + ๐ต โ 2๐ถ = ๐ฅ2 โ ๐ฅ.
โ2๐ด๐ฅ2 = ๐ฅ2, โ2๐ด = 1, ๐ด = โ 1
2
2๐ด๐ฅ โ 2๐ต๐ฅ = โ๐ฅ, 2๐ด โ 2๐ต = โ1, 2 (โ 1) โ 2๐ต = โ1, ๐ต = 0
2
2๐ด + ๐ต โ 2๐ถ = 0, 2 (โ 1) + 0 โ 2๐ถ = 0, ๐ถ = โ
1
2 2
Jadi solusi khususnya adalah :
๐ฆ = ๐ด๐ฅ2 + ๐ต๐ฅ + ๐ถ = โ 1 ๐ฅ2 + 0 โ
1 = โ
1 (๐ฅ2 + 1).
๐ 2 2 2
Soal-soal Latihan 5 :
Selesaikan persamaan diferensial berikut.
26
1. ๐ฆโฒโฒ โ 4๐ฆ = 10 Jawab : ๐ฆ = ๐ด๐2๐ฅ + ๐ต๐โ2๐ฅ โ 5
2
2. ๐ฆโฒโฒ + ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = ๐2๐ฅ Jawab : ๐ฆ = ๐ด๐๐ฅ + ๐ต๐โ2๐ฅ + 1 ๐2๐ฅ
4
3. (๐ท2 + 1)๐ฆ = 2๐๐ฅ Jawab : ๐ฆ = ๐ด๐๐๐ฅ + ๐ต๐โ๐๐ฅ + ๐๐ฅ
4. ๐ฆโฒโฒ โ ๐ฆโฒ โ 2๐ฆ = 3๐2๐ฅ Jawab : ๐ฆ = ๐ด๐โ๐ฅ + ๐ต๐2๐ฅ + ๐ฅ๐2๐ฅ
5. (๐ท2 + 2๐ท + 1)๐ฆ = 2๐โ๐ฅ Jawab : ๐ฆ = (๐ด๐ฅ + ๐ต + ๐ฅ2)๐โ๐ฅ
6. ๐ฆโฒโฒ + 2๐ฆโฒ + 10๐ฆ = 100 cos 4๐ฅ (Petunjuk : cari dulu ๐ฆโฒโฒ + 2๐ฆโฒ + 10๐ฆ =
100๐4๐๐ฅ)
Jawab : ๐ฆ = ๐โ๐ฅ(๐ด sin 3๐ฅ + ๐ต cos 3๐ฅ) + 8 sin 4๐ฅ โ 6 cos 4๐ฅ
7. (๐ท2 โ 2๐ท + 1)๐ฆ = 2 cos ๐ฅ Jawab : ๐ฆ = (๐ด๐ฅ + ๐ต)๐๐ฅ โ sin ๐ฅ
8. 5๐ฆโฒโฒ + 12๐ฆโฒ + 20๐ฆ = 120 sin 2๐ฅ
Jawab : ๐ฆ = ๐โ6๐ฅ/5[๐ด sin(8๐ฅ/5) + ๐ต cos(8๐ฅ/5)] โ 5 cos 2๐ฅ
9. ๐ฆโฒโฒ + 16๐ฆ = 16 cos 4๐ฅ Jawab : ๐ฆ = ๐ด sin 4๐ฅ + ๐ต cos 4๐ฅ + 2๐ฅ sin 4๐ฅ
10. (๐ท2 + 2๐ท + 17)๐ฆ = 60๐โ4๐ฅ sin 5๐ฅ (Petunjuk : cari dulu (๐ท2+2๐ท+17)๐ฆ =
60๐(โ4+5๐)๐ฅ)
Jawab : ๐ฆ = ๐โ๐ฅ(๐ด sin 4๐ฅ + ๐ต cos 4๐ฅ) + 2๐โ4๐ฅ cos 5๐ฅ
Soal-soal :
Tentukan solusi umum dari masing-masing persamaan diferensial berikut.
1. ๐ฅ๐ฆโ + ๐ฆ = 2๐ฅ5/2
2. ๐ฆโฒ cos ๐ฅ + ๐ฆ = cos2 ๐ฅ
27
1
โ โฒ
III. KALKULUS VARIASI
Salah satu pemakaian kalkulus variasi adalah untuk menemukan geodesic dari suatu
permukaan, Geodesic merupakan kurva sepanjang suatu permukaan yang menandai jarak
terpendek antara dua titik yang berdekatan. Pemakaian lainnya adalah berkaitan dengan nilai
maksimum dan minimum. Dalam kalkulus variasi, kita sering menyatakan persoalan-
persaolan dengan mengatakan bahwa suatu besaran tertentu diminimisasi, dengan menaruh
๐โฒ(๐ฅ) = 0, atau membuat besaran tersebut stasioner.
3.1 Persamaan Euler
Tinjau integral :
๐ผ =
๐ฅ2 ๐น(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ฆโฒ)๐๐ฅ, dengan ๐ฆโฒ =
๐๐ฆ
(3.1)
โซ๐ฅ1
๐๐ฅ
Persoalannya adalah bagaimana menentukan y(x) agar I stasioner (ekstrem, minimum atau
maksimum). Kita definisikan Y(x) :
๐(๐ฅ) = ๐ฆ(๐ฅ) + ๐ ๐(๐ฅ)
dengan y(x) adalah nilai ekstrem yang dicari, ๐ adalah sebuah parameter, dan ๐(x) sebagai
fungsi dari x, yang nilainya nol pada x1 dan x2. Juga diperoleh :
๐โฒ(๐ฅ) = ๐ฆโฒ(๐ฅ) + ๐ ๐โฒ(๐ฅ)
Bila ๐ = 0, maka ๐(๐ฅ) = ๐ฆ(๐ฅ), dan pers.(3.1) menjadi :
๐ฅ2
๐ผ(๐) = โซ ๐น(๐ฅ, ๐, ๐โฒ)๐๐ฅ ๐ฅ1
Dengan kata lain, ๐ผ(๐) minimum bila ๐ = 0, atau dapat ditulis : ๐๐ผ(๐)
= 0, bila ๐ = 0. ๐๐
Mengingat bahwa Y dan Yโ sebagai fungsi dari ๐, diferensiasi ๐ผ(๐) terhadap ๐, diperoleh :
๐๐ผ ๐ฅ2 ๐๐น ๐๐ ๐๐น ๐๐โฒ = โซ ( + ) ๐๐ฅ
๐๐ ๐ฅ1 ๐๐ ๐๐ ๐๐โฒ ๐๐
Substitusi Y dan Yโ akhirnya diperoleh (selengkapnya baca Boas, p.388) :
๐๐ผ ๐ฅ2 ๐๐น ๐ ๐๐น ( ) ๐๐
๐=0
= โซ ( โ ) ๐(๐ฅ)๐๐ฅ = 0
๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ ๐๐ฆโฒ
Karena ๐(๐ฅ) sembarang, pernyataan ๐๐น ๐
( ๐๐น
) haruslah sama dengan nol. ๐๐ฆ ๐๐ฅ ๐๐ฆ
28
โซ
atau :
๐ ๐๐น
๐๐น
๐๐ฅ ๐๐ฆโฒ โ ๐๐ฆ
= 0 (3.2)
Yang dikenal dengan persamaan Euler atau Euler-Lagrange.
Setiap persoalan dalam kalkulus variasi dipecahkan dengan integralnya menjadi
stasioner. Tuliskan fungsi F, substitusi ke persamaan Euler, dan memecahkan persamaan
diferensial yang dihasilkan.
Contoh 1
Tuliskan dan pecahkan persamaan Euler yang membuat integral berikut stasioner (geodesic
dalam suatu bidang).
Jawab :
Kita lakukan penyederhanaan
๐ฅ2
โซ โ1 + ๐ฆโฒ2 ๐๐ฅ ๐ฅ1
๐ฅ2 โ1 + ๐ฆโฒ2 ๐๐ฅ ๐ฅ1
Dalam persoalan ini, ๐น = โ1 + ๐ฆโฒ2, maka
๐๐น
๐๐ฆโฒ
๐ฆโฒ = โ1 + ๐ฆโฒ2
dan ๐๐น
๐๐ฆ
= 0,
dan dengan Pers.(3.2), yaitu persamaan Euler ( ๐ ๐๐น
โ ๐๐น
= 0), memberikan : ๐๐ฅ ๐๐ฆโฒ ๐๐ฆ
๐ ๐ฆโฒ
Integrasi terhadap x, diperoleh :
๐๐ฅ ( ) = 0. โ1 + ๐ฆโฒ2
๐ฆโฒ
= konstan, โ1 + ๐ฆโฒ2
atau ๐ฆโฒ = konstan. Jadi slope ๐ฆ(๐ฅ) adalah konstan, sehingga ๐ฆ(๐ฅ) adalah berupa sebuah
garis lurus sebagaimana yang diinginkan.
Soal-soal Latihan 1 :
Tuliskan dan pecahkan persamaan Euler yang membuat integral-integral berikut stasioner.
๐ฅ2
1. โซ โ๐ฅโ1 + ๐ฆโฒ2 ๐๐ฅ 2. โซ ๐ฅ2 ๐๐
๐ฅ1 ๐ฅ1 ๐ฅ
29
3.2 Pemakaian Persamaan Euler-Lagrange
Dalam koordinat polar (๐, ๐), penyederhanaan integral (membuatnya stasioner) :
Kita pecahkan pers Euler :
๐ฅ2
โซ ๐น(๐, ๐, ๐โฒ)๐๐ ๐ฅ1
di mana ๐โฒ =
๐๐
๐๐
๐ ๐๐น ๐๐น
Untuk menyederhanakan
๐ฅ2
( ) โ = 0 (3.3) ๐๐ ๐๐โฒ ๐๐
๐๐ฅ
kita pecahkan :
โซ ๐น(๐ก, ๐ฅ, ๐ฅ )๐๐ ๐ฅ1
di mana ๐ฅ =
๐๐ก
๐
๐๐ก
๐๐น ( ) โ ๐๐ฅ
๐๐น
๐๐ฅ
= 0. (3.4)
Contoh 2
Tentukan lintasan yang diikuti oleh seberkas cahaya jika indeks biasnya (dalam koordianat
polar) sebanding dengan ๐โ2.
Jawab :
Kita ingin membuat stasioner โซ ๐ ๐๐ atau
โซ ๐โ2 ๐๐ = โซ ๐โ2โ๐๐ 2 + ๐2๐๐2 = โซ ๐โ2โ1 + ๐2๐โฒ2 ๐๐.
Dalam persoalan ini, ๐น = ๐โ2โ1 + ๐2๐โฒ2, maka
๐๐น 1 โ
1 ๐โ2๐2๐โฒ ๐โฒ = ๐โ2(1 + ๐2๐โฒ2) 2 (2 ๐2๐โฒ) = = ๐๐โฒ 2 โ1 + ๐2๐โฒ2
๐๐น
โ1 + ๐2๐โฒ2
dan ๐๐
= 0,
dan dengan Pers.(3.3), yaitu persamaan Euler :
๐ ๐๐น ๐๐น
diperoleh :
๐
๐โฒ
( ) โ = 0 ๐๐ ๐๐โฒ ๐๐
๐โฒ ( ) = 0 atau = konstan = ๐พ. ๐๐ โ1 + ๐2๐โฒ2 โ1 + ๐2๐โฒ2
30
โ1
Pemecahan untuk ๐โฒdengan mengkuadratkan ruas kiri dan kanan, diperoleh :
๐โฒ2 = ๐พ2(1 + ๐2๐โฒ2) = ๐พ2+๐พ2๐2๐โฒ2 sehingga ๐โฒ2(1 โ ๐พ2๐2) = ๐พ2
๐โฒ = ๐๐
= ๐พ
๐๐ โ1 โ ๐พ2๐2
Integrasi terhadap r (gunakan tabel integral), diperoleh :
๐ = ๐๐๐ sin ๐พ๐ + ๐ถ. Contoh 3
Tentukan integral pertama dari persamaan Euler untuk membuat stasioner integral
Jawab :
โ1 + ๐ฆโฒ2
๐ผ = โซ โ๐ฆ
๐๐ฅ.
Karena ๐ฅ tidak ada dalam integral, kita mengubahnya menjadi ๐ฆ sebagai variabel integrasi.
Dengan Pers.(3.6) : ๐ฅโฒ = ๐๐ฅ
= ๐๐ฆ
) , ๐ฆโฒ = 1
, ๐๐ฅ = ๐๐ฅ ๐๐ฆ = ๐ฅโฒ๐๐ฆ
๐๐ฆ ( ๐๐ฅ ๐ฅโฒ
๐๐ฆ
โ1 + ๐ฆโฒ2๐๐ฅ = โ1 + ๐ฆโฒ2๐ฅโฒ๐๐ฆ = โ1 + ๐ฅโฒ2๐๐ฆ.
Sehingga
โ1 + ๐ฅโฒ2
๐ผ = โซ โ๐ฆ
Dalam persoalan ini, ๐น = โ1+๐ฅโฒ2
, maka โ๐ฆ
๐๐ฆ = โซ ๐น(๐ฆ, ๐ฅโฒ)๐๐ฆ .
๐๐น 1 1 โ 1 ๐ฅโฒ ๐๐น
๐๐ฅโฒ = (1 + ๐ฅโฒ2)
2 โ๐ฆ 2 (2 ๐ฅโฒ) =
โ๐ฆโ1 + ๐ฅโฒ2 dan
๐๐ฅ = 0,
dan dengan Pers.(3.5), yaitu persamaan Euler :
๐ ๐๐น ๐๐น
diperoleh :
( ) โ = 0 ๐๐ฆ ๐๐ฅโฒ ๐๐ฅ
๐
๐๐ฆ ๐ฅโฒ ( ) = 0.
โ๐ฆโ1 + ๐ฅโฒ2
Integral pertama dari persamaan Euler, yaitu :
๐ฅโฒ = konstan.
โ๐ฆโ1 + ๐ฅโฒ2
31
Contoh 4
Tentukan geodesic pada kerucut ๐ง2 = 8(๐ฅ2 + ๐ฆ2).
Jawab :
Dengan menggunakan koordinat silindris : ๐ง2 = 8(๐ฅ2 + ๐ฆ2) = 8 ๐2, ๐ง = ๐โ8, ๐๐ง =
๐๐โ8, sehingga
๐๐ 2 = ๐๐2 + ๐2๐๐2 + ๐๐ง2 = ๐๐2 + ๐2๐๐2 + 8 ๐๐2 = 9๐๐2 + ๐2๐๐2
Kita ingin menyederhanakan
๐ผ = โซ ๐๐ = โซ โ9๐๐2 + ๐2๐๐2 = โซ โ9 + ๐2 ๐๐2
๐๐ = โซ โ9 + ๐2๐โฒ2๐๐. ๐๐
(Dalam hal ini kita ingin menggunakan r sebagai variabel integrasi karena integrannya hanya
memuat r bukan ๐.)
Dari ๐ผ = โซ โ9 + ๐2๐โฒ2๐๐ = โซ ๐น(๐, ๐โฒ)๐๐ฆ,
diperoleh ๐น = โ9 + ๐2๐โฒ2, sehingga
dan pers Euler (integral pertama pers. Euler) dapat ditulis :
๐๐น
๐๐
= 0,
๐ ๐๐น ๐๐น ๐2๐โฒ ( ) = 0, ๐๐ ๐๐โฒ
๐๐โฒ = โ9 + ๐2๐โฒ2
= konstanta = ๐พ.
Kita pecahkan untuk ๐โฒdan integralkan sekali lagi.
๐2๐โฒ = ๐พ (โ9 + ๐2๐โฒ2)
๐4๐โฒ2 = ๐พ2(9 + ๐2๐โฒ2),
โฒ2 4 2 2 2 โฒ 9๐พ2 3๐พ
๐ (๐ โ ๐พ ๐ ) = 9๐พ atau ๐ = โ = ๐2(๐2 โ ๐พ2) ๐โ(๐2 โ ๐พ2)
3๐พ ๐๐ โซ ๐๐ = โซ .
๐โ(๐2 โ ๐พ2)
Dari tabel integral diperoleh :
1 K
๐ + ๐ผ = 3๐พ โ ๐พ
arc cos r
(ฮฑ = konstanta integrasi)
cos ( ๐ + ๐ผ K
) = 3 r
atau r cos ( ๐ + ๐ผ
3
) = K.
2
32
๐ก2
Soal-soal Latihan 2 :
Ubahlah variable bebasnya untuk memudahkan persamaan Euler dan selanjutnya tentukan
integral pertamanya.
๐ฅ2 ๐ฅ2 ๐ฅโฒ2
1. โซ ๐ฆ3/2 ๐๐ 2. โซ ๐๐ฆ ๐ฅ1 ๐ฅ1 โ๐ฅโฒ2 + ๐ฅ2
[๐๐ฅ/๐๐ฆ = ๐ถ/โ๐ฆ3 โ ๐ถ2] [๐ฅ4๐ฆโฒ2 = ๐ถ2(1 + ๐ฅ2๐ฆโฒ2)3]
Tuliskan dan pecahkan persamaan Euler yang membuat integral-integral berikut stasioner.
Ubahlah variable bebasnya, jika diperlukan, untuk membuat persamaan Euler lebih mudah.
๐ฅ2
3. โซ ๐ฅ1
๐ฆ๐ฆโฒ2
1 + ๐ฆ๐ฆโฒ
๐ฅ2
๐๐ฅ 4. โซ โ๐โฒ2 + sin2 ๐ ๐๐, ๐โฒ = ๐ฅ1
๐๐
๐๐
[๐ฅ = ๐๐ฆ3/2 โ 1 ๐ฆ2 + ๐] [cot ๐ = ๐ด cos(๐ โ ๐ผ)]
2
3.3 Persamaan Lagrange
Andaikan F adalah sebuah fungsi yang diketahui sebagai fungsi dari y, z, dy/dx,
dz/dx, dan x, dan kita ingin memperoleh dua kurva ๐ฆ = ๐ฆ(๐ฅ) dan ๐ง = ๐ง(๐ฅ) yang dapat
membuat ๐ผ = โซ ๐น๐๐ฅ stasioner. Dengan demikian, nilai integral I bergantung pada kedua
๐ฆ(๐ฅ) dan ๐ง(๐ฅ) sehingga, dalam kasus ini, ada dua persamaan Euler, satu untuk y dan satu
untuk z, yaitu :
๐ ๐๐น ๐๐น ( ) โ = 0
๐๐ฅ ๐๐ฆโฒ ๐๐ฆ (3.5)
๐ ๐๐น ๐๐น ( ) โ = 0
๐๐ฅ ๐๐งโฒ ๐๐ง
Pers.(3.5) memilki peranan penting dalam penerapannya dalam mekanika. Dalam
fisika dasar, hukum Newton II, F = ma, adalah persamaan fundamental. Dalam mekanika
lanjut, sering digunakan asumsi yang berbeda yang sering disebut Prinsip Hamilton. Asumsi
ini menyatakan bahwa setiap partikel atau sistem partikel selalu bergerak dalam suatu cara
yang mana ๐ผ = โซ๐ก1 ๐ฟ ๐๐ก stasioner, di mana ๐ฟ = ๐ โ ๐ disebut Lagrangian, T adalah energy
kinetic, dan V adalah energy potensial dari partikel atau sistem.
Contoh 5
33
๐ก2
Gunakan prinsip Hamilton untuk mendapatkan persamaan gerak sebuah partikel bermassa
m yang berderak di bawah pengaruh gravitasi (dekat permukaan bumi).
Jawab :
Pertama kita rumuskan energi kinetic dan energi potensial partikel. Gunakan titik (dot) untuk
derivatif terhadap t, yaitu ๐๐ฅ/๐๐ก = ๐ฅ , ๐๐ฆ
= ๐ฆ , ๐2๐ฅ/๐๐ก2 = ๐ฅ , ๐2๐ฆ/๐๐ก2 = ๐ฆ , dan
seterusnya. ๐๐ก
Persamaan untuk T, V, dan L = T โ V, adalah :
1 1 ๐ = ๐๐ฃ2 = ๐(๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 + ๐ง 2),
2 2
๐ = ๐๐๐ง,
1 ๐ฟ = ๐ โ ๐ = ๐(๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 + ๐ง 2) โ ๐๐๐ง.
2
Dalam hal ini t adalah variable bebas, x, y, dan z adalah variable terikat, dan L berkaitan erat
dengan apa yang sebelumnya disebut sebagai F. Oleh karena itu, untuk membuat ๐ผ =
โซ๐ก1 ๐ฟ ๐๐ก stasioner, kita tuliskan persamaan Euler yang berkaitan. Ada tiga persamaan Euler,
satu untuk x, satu untuk y, dan satu untuk z. Persamaan-persamaan Euler tersebut dalam
mekanika disebut persamaan Lagrange, yaitu :
๐
๐๐ก
๐
๐๐ก
๐๐ฟ ( ) โ ๐๐ฅ
๐๐ฟ ( ) โ ๐๐ฆ
๐๐ฟ
๐๐ฅ
๐๐ฟ
๐๐ฆ
= 0,
= 0, (3.6)
๐
๐๐ก
๐๐ฟ ( ) โ ๐๐ง
๐๐ฟ
๐๐ง
= 0.
Substitusi L ke persamaan Lagrange, diperoleh :
๐
๐๐ก
๐
๐๐ก
๐
๐๐ก
(๐๐ฅ ) = 0 atau ๐ฅ = konstanta
(๐๐ฆ ) = 0 atau ๐ฆ = konstanta
(๐๐ง ) + ๐๐ = 0 atau ๐ง = โ๐
Dalam medan gravitasi dekat permukaan bumi, kecepatan arah horizontal adalah konstan
dan percepatan arah vertikalnya adalah โ g (sama dengan hasil penerapan hukum Newton).
34
Contoh 6
Gunakan persamaan Lagrange untuk mendapatkan persamaan gerak sebuah partikel
bermassa m dalam variabel-variabel koordinat polar r dan .
Jawab :
Elemen panjang busur dalam koordinat polar adalah :
๐๐ 2
= ๐๐2 + ๐2๐๐2. (3.7) Kecepatan sebuah partikel yang bergerak adalah ๐๐ /๐๐ก, dari Pers.(3.7) diperoleh :
๐ฃ2 = ( ๐๐ 2
) ๐๐ก
๐๐ 2
= ( ) ๐๐ก
+ ๐2 ( ๐๐ 2
) ๐๐ก
= ๐ 2 + ๐2๐ 2.
Energi kinetik partikel adalah 1 ๐๐ฃ2, dan energi potensial paertikel adalah ๐(๐, ๐) sehingga
2
diperoleh :
1 1
๐ = ๐๐ฃ2 = ๐(๐ 2 + ๐2๐ 2), 2 2
๐ = ๐(๐, ๐),
1 ๐ฟ = ๐ โ ๐ = ๐(๐ 2 + ๐2๐ 2) โ ๐(๐, ๐).
2
Persamaan Lagrange dalam variabel ๐, ๐ adalah :
๐
๐๐ก
๐
๐๐ฟ ( ) โ ๐๐
๐๐ฟ
๐๐ฟ
๐๐
๐๐ฟ
= 0,
( ) โ = 0. ๐๐ก ๐๐ ๐๐
Substitusi L ke persamaan Lagrange diperoleh :
๐ ๐๐ (๐๐ ) โ ๐๐๐ 2 + = 0,
๐๐ก ๐๐
๐ ๐๐ (๐๐2๐ ) + = 0.
๐๐ก
Persamaan gerak dalam variabel ๐ adalah :
๐(๐ โ ๐๐ 2)
๐๐
๐๐
= โ ๐๐
. (3.8)
35
0
Persamaan gerak dalam variabel ๐ adalah :
๐(๐2๐ + 2๐๐ ๐ ) = โ ๐๐
๐๐ 1 ๐๐
atau ๐(๐๐ + 2๐ ๐ )
Kuantitas โ ๐๐
๐๐
= โ ๐ ๐๐
. (3.9)
dan โ 1 ๐๐
tidak lain adalah komponen-komponen gaya pada partikel dalam ๐ ๐๐
arah ๐ dan ๐. Oleh karena itu, Pers.(3.8) dan (3.9) adalah komponen-komponen dari ma = F.
Komponen-komponen percepatannya adalah :
๐๐ = ๐ โ ๐๐ 2
๐๐ = ๐๐ + 2๐ ๐ .
Suku kedua dalam ๐๐ adalah percepatan sentripetal ๐ฃ2/๐ bila ๐ฃ = ๐๐ (tanda minus memberi
arti bahwa percepatan sentripetal berarah ke pusat). Suku kedua dalam ๐๐ disebut percepatan
Coriolis.
Contoh 7
Gunakan persamaan Lagrange untuk mendapatkan persamaan gerak sebuah pendulum
sederhana (massa m digantungkan pada sebuah tali tak bermassa dengan panjang ๐ dan
berayun pada bidang vertikal).
Jawab :
Sistem bandul diilustrasikan oleh Gambar 3.1
Energi kinetik : ๐
1 ๐ = ๐๐ฃ2 dengan ๐ฃ = ๐๐
2 R
= 1 ๐(๐๐ )
2
2 =
1 ๐๐2๐ 2
P
2
Energi potensial dirumuskan dengan memperhatikan
bahwa energi potensial di titik ๐ lebih besar dari pada di ๐.
๐ = ๐๐ ๐๐ โ ๐๐ ๐ = ๐๐(๐ โ ๐ cos ๐). Lagrangian :
๐ฟ = ๐ โ ๐ = 1 ๐๐2๐ 2 โ ๐๐๐(1 โ cos ๐).
2
Q
Gambar 3.1 Pendulum
36
Persamaan gerak sistem dicari dengan menggunakan persamaan Lagrange (hanya ada satu
variabel terikat, yaitu variabel ๐ sehingga hanya ada satu persamaan Lagrange) :
๐ ๐๐ฟ ๐๐ฟ ( ) โ = 0
๐๐ก ๐๐ ๐๐ ๐
(๐๐2๐ ) โ (๐๐๐ sin ๐) = 0 ๐๐ก
Contoh 7
๐๐2๐ + ๐๐๐ sin ๐ = 0
๐ + ๐
sin ๐ = 0. ๐
Sebuah benda berupa manik berlubang bermassa m meluncur tanpa gesekan pada sebatang
kawat berbentuk cycloid (lihat Gambar 3.2) dengan persamaan :
Tentukan :
๐ฅ = ๐(๐ โ sin ๐),
๐ฆ = ๐(1 + cos ๐),
dengan ๐ : 0 โค ๐ โค 2๐
a. Lagrangian
b. Persamaan gerak sistem
Jawab :
1 1 ๐ = ๐๐ฃ2 = ๐(๐ฅ 2 + ๐ฆ 2)
2 2 1 2 1 2
= ๐๐2{(1 โ cos ๐)๐ } + ๐๐2(โ sin ๐ ๐ ) 2 2
= ๐๐2(1 โ cos ๐)๐ 2
๐ = ๐๐๐ฆ = ๐๐๐(1 + cos ๐)
a. Lagrangian :
๐ฟ = ๐ โ ๐ = ๐๐2(1 โ cos ๐)๐ 2 โ ๐๐๐(1 + cos ๐).
b. Persamaan gerak dari sistem cycloid ini dicari dengan menggunakan persamaan
Lagrange (dalam hal ini, hanya ada satu variabel terikat, yaitu variabel ๐ saja sehingga
hanya ada satu persamaan Lagrange) :
๐ ๐๐ฟ ๐๐ฟ
๐๐ก (๐๐
) โ ๐๐
= 0
๐ฆ
2๐
๐ฅ
Gambar 3.2 Manik dalam cycloid
37
[
๐ ๐ { [๐๐2(1 โ cos ๐)๐ 2 โ ๐๐๐(1 + cos ๐)]}
๐๐ก ๐๐ ๐
โ ๐๐
[๐๐2(1 โ cos ๐)๐ 2 โ ๐๐๐(1 + cos ๐)] = 0
๐ {2๐๐2(1 โ cos ๐)๐ } โ (๐๐2 sin ๐ ๐ 2 + ๐๐๐ sin ๐) = 0
๐๐ก
๐ 1 ๐ {(1 โ cos ๐)๐ } โ sin ๐ ๐ 2 โ
sin ๐ = 0
๐๐ก 2 2๐
(1 โ cos ๐)๐ โ 1
sin ๐ ๐ 2 โ ๐
sin ๐ = 0.
Soal-soal Latihan 3 :
2 2๐
1. Gunakan persamaan Lagrange untuk mendapatkan persamaan gerak sistem pegas
tunggal (massa m digandengkan pada sebuah pegas tak bermassa dengan konstanta pegas
๐ dan bergetar pada bidang horizontal), seperti Gambar 3.3 a.
[๐ฟ = 1 ๐๐ฅ 2 โ
1 ๐๐ฅ2 dan ๐ฅ +
๐ ๐ฅ = 0]
2 2 ๐
2. Gunakan persamaan Lagrange untuk mendapatkan persamaan gerak sistem pegas
bergandeng (dua massa m digandengkan pada tiga pegas tak bermassa dengan konstanta
pegas ๐ yang sama dan bergetar pada bidang horizontal), seperti Gambar 3.3 b.
k
(a) (b)
Gambar 3.3 Sistem pegas (a) Pegas tunggal dan (b) Pegas bergandeng
k
m
x1 x2
k k m m
5. Gunakan persamaan Lagrange untuk mendapatkan
persamaan gerak sistem pendulum bergandeng,
seperti Gambar 3.4 (dua massa m yang sama
digantungkan pada dua buah tali tak bermassa
dengan panjang ๐ yang sama dengan sudut 1 dan 2
dan berayun pada bidang vertikal).
38
IV. TRANSFORMASI KOORDINAT
Satu langkah penting dalam menyelesaikan suatu persoalan fisika adalah memilih
suatu sistem koordinat yang tepat. Pemilihan sistem koordinat yang tepat sering kali dapat
memudahkan pekerjaan menyelesaikan soal. Sebagai contoh, dalam membahas gerak sebuah
peluru dekat permukaan bumi, kita akan menggunakan sistem koordinat tegak lurus dengan
: ๐ฅ = 0, ๐ฆ = 0, dan z = โ๐, tetapi untuk gerak sebuah partikel yang bergerak melingkar
kita akan menggunakan sistem koordinat polar dengan ๐ = konstan dan ๐ = percepatan sudut.
Dalam bab ini, kita akan membahas trasformasi dari satu sistem koordinat ke sistem lainnya.
Apakah kita menggunakan bahasa geometri dan mengatakan โmengubah sistem koordinatโ
atau bahasa aljabar dan mengatakan โmengubah variabelโ, pada dasarnya adalah sama.
4.1 Transformasi Linear
Suatu transformasi linear adalah suatu trasnformasi di mana setiap variabel baru
merupakan kombinasi linear dari variabel-variabel lamanya. Dalam dua dimensi, persamaan
transformasi ditulis :
๐ = ๐๐ฅ + ๐๐ฆ ๐ = ๐๐ฅ + ๐๐ฆ
di mana ๐, ๐, ๐, dan ๐ adalah konstanta.
Sebagai contoh, kita tinjau :
(4.1)
๐ = 5๐ฅ โ 2๐ฆ ๐ = โ2๐ฅ + 2๐ฆ
Persamaan ini dapat diinterpretasikan secara geometri dalam dua cara.
Cara pertama (Gambar 4.1)
Misalkan r dan R adalah vektor-vektor :
(4.2)
y
(x, y)
๐ซ = ๐ฅ๐ข + ๐ฆ๐ฃ ๐ = ๐๐ข + ๐๐ฃ
(4.3)
Dalam hal ini, Pers.(4.1) dan (4.2)
menyatakan tentang bagaimana
r (X, Y)
R
x
memperoleh vektor R bila vektor r
diketahui.
Gambar 4.1 Interpretasi persamaan transformasi secara geometri (cara pertama)
39
Dalam bentuk matriks, Pers.(4.1) dapat ditulis sebagai :
๐ ๐ ๐ ๐ฅ
(๐
) = (๐ ๐
) (๐ฆ) atau ๐ = ๐๐ (4.4)
dengan ๐ , ๐, dan ๐ berlaku sebagai matriks. Matriks ๐ disebut sebagai matriks
transformasi, yang di dalamnya memuat segala informasi yang diperlukan untuk
memperoleh ๐ dari ๐.
Cara kedua (Gambar 4.2)
Misalkan kita pilih variabel baru xโ dan yโ untuk menggantikan X dan Y, maka Pers.(4.1)
menjadi :
๐ฅโฒ = ๐๐ฅ + ๐๐ฆ ๐ฆโฒ = ๐๐ฅ + ๐๐ฆ
(4.5)
x
Gambar 4.2 Interpretasi persamaan transformasi secara geometri (cara kedua)
Di sini kita tinjau dua sumbu koordinat (๐ฅ, ๐ฆ) dan (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) dan satu vektor ๐ซ = ๐ซโฒ dengan
koordinat relatif untuk masing-masing sumbu :
๐ซ = ๐ฅ๐ข + ๐ฆ๐ฃ = ๐ซโฒ = ๐ฅโฒ๐ขโฒ + ๐ฆโฒ๐ฃโฒ (4.6)
di mana ๐ขโฒ dan ๐ฃโฒ adalah vektor-vektor satuan sepanjang sumbu ๐ฅโฒ dan ๐ฆโฒ. Dalam hal ini,
matriks trasnformasi M menyatakan kepada kita tentang bagaimana memperoleh komponen-
komponen vektor dari ๐ซ = ๐ซโฒ relatif terhadap sumbu ๐ฅโฒ dan ๐ฆโฒ bila kita mengetahui
komponen-komponennya relatif terdadap sumbu x dan y.
4.2 Transformasi Orthogonal
Pada umumnya, sumbu xโฒ dan yโฒ dalam Pers.(4.5) dan Gambar 4.2 tidak saling tegak
lurus. Bila demikian, Pers.(4.5) merupakan persamaan rotasi dan a, b, c, d dapat ditulis dalam
bentuk sudut rotasi , sehingga Pers.(4.5) menjadi :
y' y
(x, y)
x'
๐ซ = ๐ซโฒ
x'
x
40
)
๐ฅโฒ = ๐ฅ cos ๐ + ๐ฆ sin ๐ ๐ฅโฒ cos ๐ sin ๐ ๐ฅ
๐ฆโฒ = โ๐ฅ sin ๐ + ๐ฆ cos ๐ atau (
๐ฆโฒ) = (
โ sin ๐ cos ๐) (๐ฆ) (4.7)
Kita akan meninjau kasus khusus dari transformasi linear yang disebut sebagai transformasi
orthogonal. Suatu ransformasi orthogonal adalah suatu transformasi linear dari ๐ฅ, ๐ฆ ke ๐ฅโฒ,
๐ฆโฒ sedemikian hingga memenuhi :
๐ฅ2 + ๐ฆ2 = ๐ฅโฒ2 + ๐ฆโฒ2. (4.8)
Atau, dalam Gambar 4.1, Pers. 4.1 menyatakan sebuah transformasi orthogonal jika
๐ฅ2 + ๐ฆ2 = ๐2 + ๐2. (4.9)
Dari gambar terlihat bahwa syarat Pers.(4.8) dan (4.9) menyatakan bahwa panjang vektor
tidak berubah oleh suatu transformasi orthogonal. Dalam Gambar 4.1, vektor dirotasi (atau
mungkin direfleksikan) dengan panjang dijaga tetap. Dalam Gambar 4.2, sumbu dirotasi
(atau direfleksikan) sedangkan vektornya tetap. Matriks M dari sebuah transformasi
orthogonal disebut sebuah matriks orthogonal. Suatu matriks dikatakan orthogonal bila
invers matriks tersebut sama dengan matriks transpose-nya, atau akan dipenuhi :
๐๐ = ๐โ1 atau ๐๐๐ = ๐ผ (4.10)
Sebagai ilustrasi, tinjau kembali Pers.(4.5), yaitu :
๐ฅโฒ = ๐๐ฅ + ๐๐ฆ
๐ฆโฒ = ๐๐ฅ + ๐๐ฆ
dengan definisi Pers.(4.8)
๐ฅโฒ2 + ๐ฆโฒ2 = (๐๐ฅ + ๐๐ฆ)2 + (๐๐ฅ + ๐๐ฆ)2
= (๐2 + ๐2)๐ฅ2 + (๐2 + ๐2)๐ฆ2 + (2๐๐ + 2๐๐)๐ฅ๐ฆ
= ๐ฅ2 + ๐ฆ2.
maka haruslah : ๐2 + ๐2 = 1, ๐2 + ๐2 = 1, ๐๐ + ๐๐ = 0.
๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐2 + ๐2 ๐๐ + ๐๐ 1 0
๐ ๐ = (๐ ๐
) (๐ ๐
) = (๐ ๐
) (๐ ๐
) = (๐๐ + ๐๐ ๐2 + ๐2 ) = (
0 1
Karena ๐๐๐ = ๐ผ, maka matriks M adalah matriks orthogonal.
4.3 Nilai Eigen dan Vektor Eigen
Kita dapat memberikan interpretasi fisis untuk Gambar 4.1 dan Pers.(4.1). Misalkan,
pada bidang (๐ฅ, ๐ฆ) ditutup dengan sebuah membran tipis elastis yang dapat diregangkan,
disusutkan, atau dirotasikan (dengan sumbu tetap). Dengan demikian, setiap titik (๐ฅ, ๐ฆ) dari
membran menjadi titik-titik (๐, ๐) setelah mengalami deformasi. Pertanyaan yang muncul
adalah apakah di sana terdapat sejumlah vektor yang tidak berubah arahnya oleh deformasi
tersebut?, yaitu vektor-vektor ๐ = ๐๐ซ, dengan ๐ =konstanta. Vektor-vektor demikian
41
)
โ2 2
disebut vektor eigen (eigenvector) atau vektor karakteristik dari deformasi, dan nilai ๐
disebut nilai eigen (eigenvalues) atau nilai karakteristik dari matriks transformasi M.
Nilai Eigen
Sebagai contoh bagaimana mendapatkan nilai eigen, kita tinjau lagi Pers.(4.2), yaitu :
๐ = 5๐ฅ โ 2๐ฆ ๐ = โ2๐ฅ + 2๐ฆ
Dalam bentuk matriks ditulis :
๐ 5 โ2 ๐ฅ
Dalam hal ini, ๐ = ( 5 โ2
. โ2 2
(๐
) = (โ2 2
) (๐ฆ)
Vektor eigen mensyaratkan, ๐ = ๐๐ซ, dalam notasi matriks ditulis :
๐ 5 โ2 ๐ฅ ๐ฅ ๐๐ฅ
(๐
) = ( ) (๐ฆ) = ๐ (๐ฆ) = (๐๐ฆ)
Atau dalam bentuk terpisah ditulis :
5๐ฅ โ 2๐ฆ = ๐๐ฅ โ2๐ฅ + 2๐ฆ = ๐๐ฆ
kembali dalam matriks ditulis :
atau (5 โ ๐)๐ฅ โ 2๐ฆ = 0 โ2๐ฅ + (2 โ ๐)๐ฆ = 0.
(4.11)
(5 โ ๐ โ2 โ2 2 โ ๐
๐ฅ
) (๐ฆ) = 0.
Agar diperoleh solusi, haruslah determinan matriks ruas kiri yang berorde-2 sama dengan
nol (solusi nontrivial).
|5 โ ๐ โ2 โ2 2 โ ๐
| = 0
Persamaan ini disebut persamaan karakteristik dari matriks M.
Cara memperoleh persamaan karakteristik dari sebuah matriks M adalah kurangkan ๐ pada
elemen-elemen diagonal utama matriks M, susun serta selesaikan determinan matriks dan
samakan dengan nol.
Perhitungan untuk ๐ menghasilkan :
(5 โ ๐)(2 โ ๐) โ 4 = 0 atau ๐2 โ 7๐ + 6 = 0
dan diperoleh nilai eigen masing-masing :
๐ = 1 dan ๐ = 6.
Substitusi nilai ๐ ke salah satu Pers.(4.11), diperoleh :
Untuk ๐ = 1 : 4๐ฅ โ 2๐ฆ = 0 atau 2๐ฅ โ ๐ฆ = 0
Untuk ๐ = 6 : โ๐ฅ โ 2๐ฆ = 0 atau ๐ฅ + 2๐ฆ = 0 (4.12)
42
1 1 2 โ2
yang masing-masing menghasilkan persamaan garis lurus melalui pusat sumbu dan setiap
vektor r terletak pada garis ini.
Untuk vektor-vektor ๐ซ = ๐ฅ๐ข + ๐ฆ๐ฃ setelah mengalami transformasi oleh transformasi
Pers.(4.2) akan menjadi ๐, di mana ๐ sejajar dengan ๐ซ. Setiap vektor ๐ซ dengan komponen-
komponen ๐ฅ dan ๐ฆ yang memenuhi salah satu persamaan garis lurus dalam Pers.(4.12)
memiliki sifat ini. Jadi untuk setiap vektor ๐ซ dari titik pusat ke suatu titik pada garis lurus
๐ฅ + 2๐ฆ = 0 berubah oleh transformasi Pers.(4.2) menjadi sebuah vektor ๐ yang berarah
sama tetapi panjangnya enam kali lebih panjang, yaitu ๐ = 6๐ซ. Sedangkan, untuk setiap
vektor ๐ซ dari titik pusat ke suatu titik pada garis lurus 2๐ฅ โ ๐ฆ = 0 tidak berubah oleh
transformasi yang sama, yaitu ๐ = ๐ซ. Ilustrasi kedua vektor ditunjukkan oleh Gambar 4.3.
Vektor-vektor sepanjang kedua garis ini adalah vektor-vektor eigen dari transformasi.
x
Gambar 4.3 Vektor-vektor eigen dari hasil transformasi.
Pemecahan Pers.(4.12) tidak memberikan nilai tunggal untuk variabel x maupun y. Jadi
bebas dalam memilih nilai salah satu variabel ini untuk setiap nilai ๐.
Untuk ๐ = 1 :2๐ฅ โ ๐ฆ = 0, pilih ๐ฅ1 = 1 sehingga ๐ฆ1 = 2,
Untuk ๐ = 6 : ๐ฅ + 2๐ฆ = 0, pilih ๐ฆ2 = 1 sehingga ๐ฅ2 = โ2
Dengan demikian, vektor eigen matriks M yang dicari adalah :
๐ฅ ๐ = ( ) = ( ) = (1 2)๐ dan ๐ ๐ฅ = ( ) = ( ) = (โ2 1)๐
1 ๐ฆ1 2 2 ๐ฆ2 1
Selanjutnya perlu diketahui apakah kedua vektor eigen ini orthogonal? Syarat orthogonal
adalah : ๐1๐๐2 = 0. Dalam hal ini, kedua vektor ini orthogonal, karena :
๐ 1 ๐ โ2 ( ) โ2 ๐1 ๐2 = ( ) ( ) = 1 2 ( ) = โ2 + 2 = 0.
2 1 1
y
2๐ฅ โ ๐ฆ = 0
๐ = 6๐ซ R ๐ = ๐ซ r
r
๐ฅ + 2๐ฆ = 0
43
Bila kedua vektor eigen ini orthogonal, perlu dinormalisasi sama dengan satu (karena besar
atau panjang vektor eigen tidak ditentukan).
Mengingat bahwa :
vektor vektor satuan =
panjang vektor
diperoleh besar atau panjang vektor eigen : โ12 + 22 = โ5, masing-masing untuk ๐ = 1,
dan ๐ = 6.
Dan dengan menggunakan syarat normalisasi, yaitu: ๐ฅ๐2 + ๐ฆ๐
2 = 1, dengan i = 1, 2, โฆ,
diperoleh komponen-komponen vektor eigen ternormalisasi :
1 2 1โ
๐ = 1 โถ ๐ฅ1 = , ๐ฆ1 = , sehingga diperoleh ๐1 = [ โ5 ]
โ5 โ5
2 1
2โ โ5
โ2โ ๐ = 6 โถ ๐ฅ2 = โ , ๐ฆ2 = , sehingga diperoleh ๐2 = [ โ5
] โ5 โ5 1โ
โ5
๐1 dan ๐2 masing-masing adalah vektor eigen ternormalisasi. Selanjutnya, himpunan vektor
orthogonal yang ternormalisasi ini disebut himpunan vektor orthonormal.
Secara umum, langkah-langkah dalam mencari nilai eigen dan vektor eigen dari
matriks transformasi (orde 2), ๐ = (๐11 ๐12
), adalah sebagai berikut : ๐21 ๐22
1. Mulai dari ๐ = ๐๐ซ, selanjutnya diperoleh (๐11 ๐12
) (๐ฅ
) = ๐ ๐ฅ
).
๐21 ๐22 ๐ฆ (๐ฆ 2. Bentuk matriks โถ ๐11 โ ๐ ๐12 ๐ฅ ) ( ) = 0 dan persamaan terpisahnya.
( ๐21 ๐22 โ ๐ ๐ฆ ๐11 โ ๐ ๐12
3. Cari persamaan karakteristik matriks ๐, yaitu โถ |
4. Cari nilai ๐๐๐๐๐, yaitu ๐1 dan ๐2.
๐21 ๐22 โ ๐| = 0.
5. Substitusi masing โ masing ๐1 dan ๐2 ke persamaan terpisah pada langkah 2.
6. Dari persamaan garis, pilih ๐ฅ1, ๐ฆ1 dan pilih ๐ฅ2, ๐ฆ2 hingga vektor ๐๐๐๐๐ diperoleh
.
7. Terapkan syarat orthogonal dan normalisasi.
Soal-soal Latihan 1 :
Carilah nilai eigen dan vektor eigen dari matriks-matriks berikut :
44
1 3 ๐1 = 4
2 2
6
(
1. ( ) Jawab : (1, 1) 3. (
3 โ2
2 2
2. ( )
2 โ1
๐2 = โ1 (3, โ2) โ2 0 )
2 3 0 ๐1 = 1 (0, 0, 1) โ1 2 1 4. (3 2 0) Jawab : ๐2 = โ1 (1, โ1, 0) 5. ( 2 3 0)
0 0 1 ๐3 = 5 (1, 1, 0) 1 0 3
4.4 Pendiagonalan Matriks
Tinjau kembali Pers.(4.11), yaitu :
5๐ฅ โ 2๐ฆ = ๐๐ฅ โ2๐ฅ + 2๐ฆ = ๐๐ฆ
Substitusi ๐1 = 1, dan ๐2 = 6 ke persamaan diperoleh :
5๐ฅ1 โ 2๐ฆ1 = ๐ฅ1
โ2๐ฅ1 + 2๐ฆ1 = ๐ฆ1 dan
5๐ฅ2 โ 2๐ฆ2 = 6๐ฅ2
โ2๐ฅ2 + 2๐ฆ2 = 6๐ฆ2
(4.13)
Dalam notasi matriks, keempat persamaan dalam Pers.(4.13) dapat ditulis :
( 5 โ2) (๐ฅ1 ๐ฅ2) = (
๐ฅ1 ๐ฅ2) (1 0
dan telah diperoleh :
โ2 2
)
๐ฆ1 ๐ฆ2 ๐ฆ1 ๐ฆ2 0 )
(4.14
๐ฅ1
1 2
= โ5
, ๐ฆ1 = โ5
dan ๐ฅ2 = โ
2
โ5
1
, ๐ฆ2 = โ5
sehingga Pers.(4.14) menjadi :
1 2 1 2
5 โ2 โ โ5 โ5
โ โ5 โ5 1 0 ( ) โ2 2 2 1
= 2
). (4.14๐) 1 0 6
Dengan
( โ5 โ5 ) ( โ5 โ5 )
1 2
5 โ2 โ โ5 โ5 1 0
๐ = ( ) , ๐ถ = 2 1
, ๐ท = ( ) โ2 2
diperoleh ungkapan
( โ5
0 6
โ5 )
๐๐ถ = ๐ถ๐ท (4.15)
Perlu diselidiki apakah matriks C punya invers atau deteminan C tidak sama dengan nol?
45
2 1) 0 1
(
1 2 โ
โ5 โ5 1 4
det ( ๐ถ) = | 2 1 | = (
5 +
5) = 1 โ 0, jadi ๐ถ punya ๐๐๐ฃ๐๐๐ .
โ5 โ5
Kalikan Pers.(4.15) dengan ๐ถโฒ dari sebelah kiri, diperoleh :
๐ถโฒ๐๐ถ = ๐ถโฒ๐ถ๐ท
Karena ๐ถโฒ๐ถ = ๐ผ akhirnya diperoleh :
๐ถโฒ๐๐ถ = ๐ท (4.16)
Matriks D disebut similar dengan M, dan bila mencari D dengan M diketahui maka dapat
dikatakan bahwa M dapat didiagonalisasi dengan transformasi similaritas. Untuk mencari D
hanya perlu memecahkan persamaan karakteristik matriks M (dengan metode determinan :
yaitu diagonal utama ๐ โ ๐).
Urutan diagonal utama matriks D dapat dibalik dan Pers.(4.14) dapat ditulis sebagai :
5 โ2
โ2 2 ) ๐ฅ2 ๐ฅ1
(๐ฆ2 ๐ฆ1) =
๐ฅ ๐ฅ 6 0 (๐ฆ2 ๐ฆ1
(
dan Pers.(4.16) akan terpenuhi dengan C yang berbeda.
Arti fisis dari C dan D
Tinjau dua sumbu koordinat (๐ฅ, ๐ฆ) dan (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) dengan sumbu (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) dirotasi sejauh
๐ dari sumbu (๐ฅ, ๐ฆ), seperti Gambar 4.4. Koordinat-koordinat (๐ฅ, ๐ฆ) dan (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) dari satu
titik (atau komponen-komponen dari satu vektor ๐ซ = ๐ซโฒ ) relatif terhadap kedua sistem yang
dihubungkan dengan Pers.(4.7). yaitu :
๐ฅโฒ = ๐ฅ cos ๐ + ๐ฆ sin ๐ ๐ฆโฒ = โ๐ฅ sin ๐ + ๐ฆ cos ๐
Pemecahan Pers.(4.7) untuk ๐ฅ dan ๐ฆ, diperoleh :
Dalam notasi matriks ditulis :
๐ฅ = ๐ฅโฒ cos ๐ โ ๐ฆโฒ sin ๐
๐ฆ = ๐ฅโฒ sin ๐ + ๐ฆโฒ cos ๐
(4.17)
๐ = ๐ถ ๐โฒ dengan ๐ถ = cos ๐ โ sin ๐) (4.18) sin ๐ cos ๐
Andaikan ada vektor lain ๐ = ๐โฒ dengan komponen-komponen ๐, ๐ dan ๐โฒ, ๐โฒ, komponen-
komponen ini dihubungkan oleh :
๐ = ๐ถ ๐ โฒ (4.19)
( )
46
๐ฆ ๐ซ = ๐ซโฒ
๐ฅโฒ ๐ = ๐โฒ
๐
๐ฆโฒ
๐ฅ Gambar 4.4 Ilustrasi untuk memahami pengertian C dan D.
Sekarang misalkan M adalah matriks yang menggambarkan deformasi bidang dalam sistem
(๐ฅ, ๐ฆ), maka persamaan :
๐ = ๐ ๐ (4.20)
menyatakan bahwa vektor ๐ซ menjadi vektor ๐ setelah deformasi relatif terhadap sumbu
(๐ฅ, ๐ฆ).
Bagaimana halnya dengan deformasi dalam sistem (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ), atau matriks apakah yang
mengubah ๐ซโฒ menjadi ๐โฒ? Substitusi Pers.(4.18) dan (4.19) ke dalam Pers.(4.20), diperoleh :
๐ถ ๐ โฒ = ๐๐ถ ๐โฒ atau ๐ โฒ = ๐ถโฒ๐๐ถ ๐โฒ
dengan Pers.(4.16), diperoleh :
๐ โฒ = ๐ท ๐โฒ
Jadi deformasi dalam sistem (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) oleh matriks ๐ท = ๐ถโฒ๐๐ถ sedangkan deformasi dalam
sistem (๐ฅ, ๐ฆ) oleh matriks ๐.
Selanjutnya, jika matriks C yang dipilih untuk membuat ๐ท = ๐ถโฒ๐๐ถ adalah sebuah
matriks diagonal, maka sumbu baru (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) terletak sepanjang arah vektor eigen M. Lihat
kembali Pers.(4.14), kolom-kolom dari matriks C adalah komponen-komponen vektor eigen
satuan. Jika vektor-vektor eigen saling tegak lurus, maka sumbu baru (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) sepanjang arah
vektor eigen merupakan sumbu tegak lurus yang dirotasikan dari sumbu (๐ฅ, ๐ฆ) sejauh sudut
๐, seperti Gambar 4.5. Vektor-vektor eigen satuan artinya |๐ซ1| = 1 dan |๐ซ2| = 1. Dari
gambar diperoleh :
๐ฅ1 = |๐ซ1| cos ๐ = cos ๐, ๐ฅ2 = โ|๐ซ2| sin ๐ = โsin ๐,
๐ฆ1 = |๐ซ1| sin ๐ = sin ๐, ๐ฆ2 = |๐ซ2| cos ๐ = cos ๐,
๐ฅ1 ๐ฅ2 cos ๐ โ sin ๐ ๐ถ = ( ) = ( ). ๐ฆ1 ๐ฆ2 sin ๐ cos ๐
Jadi matriks C yang mendiagonalisasi M adalah matriks rotasi C dalam Pers.(4.18) bila
sumbu (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) sepanjang arah vektor eigen M.
47
0
๐ฆโฒ
๐ฅ
Gambar 4.5 Ilustrasi untuk vektor-vektor eigen saling tegak lurus.
Matriks diagonal D menggambarkan deformasi, relatif terhadap sumbu baru. Sebagai
contoh, kita peroleh :
๐ โฒ = ๐ท ๐โฒ atau (๐โฒ) = 1 0) (๐ฅโฒ
) ๐โฒ
( 6 ๐ฆโฒ
atau (4.21)
๐โฒ = ๐ฅโฒ, ๐โฒ = 6 ๐ฆโฒ
Pers.(4.21) menyatakan bahwa, dalam sistem (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ), setiap titik (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) memiliki koordinat
๐ฅโฒ-nya yang tidak berubah oleh deformasi dan koordinat ๐ฆโฒ-nya dikalikan dengan 6, sehingga
deformasi secara ringkas merupakan sebuah tarikan dalam arah ๐ฆโฒ.
4.5 Penggunaan Pendiagonalan Matriks
Penggunaan pendiagonalan matriks (proses diagonalisasi) yang sederhana adalah
pada persamaan conic (elips atau hiperbola) yang pusatnya adalah pada titik asal sumbu,
dengan bentuk umum persamaannya adalah :
๐ด ๐ฅ2 + 2๐ป๐ฅ๐ฆ + ๐ต๐ฆ2 = ๐พ
(4.22)
dengan ๐ด, ๐ป, ๐ต, dan ๐พ adalah sustu
konstanta. Dalam matriks ditulis sebagai :
(๐ฅ ๐ฆ) (๐ด ๐ป
) (๐ฅ
) = ๐พ atau (๐ฅ ๐ฆ)๐ (๐ฅ
) = ๐พ ๐ป ๐ต ๐ฆ ๐ฆ
(4.23)
๐engan ๐ = (๐ด ๐ป
) ๐ป ๐ต
๐ฆ ๐ฅโฒ
(๐ฅ1, ๐ฆ1)
(๐ฅ2, ๐ฆ2) |๐ซ1| = 1 ๐ฆ1
|๐ซ2| = 1 ๐
๐ฅ1
48
๐ฆ
)
)
Tinjau kembali Gambar 4.4, misalkan sumbu (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) dirotasi dari sumbu (๐ฅ, ๐ฆ) sejauh ,
sehingga koordinat titik (๐ฅ, ๐ฆ) dan (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) dihubungkan oleh persamaan :
๐ฅ = ๐ฅโฒ cos ๐ โ ๐ฆโฒ sin ๐
๐ฆ = ๐ฅโฒ sin ๐ + ๐ฆโฒ cos ๐
Dalam notasi matriks ditulis : ๐ฅ ( ) =
cos ๐ โ sin ๐
) (๐ฅโฒ
) ๐ฆ (
sin ๐ cos ๐ ๐ฆโฒ
atau (๐ฅ
) = ๐ถ (๐ฅโฒ
) dengan ๐ถ = cos ๐ โ sin ๐). (4.24)
๐ฆ ๐ฆโฒ (sin ๐ cos ๐
Mengingat bahwa (๐ด๐ต)๐ = ๐ต๐๐ด๐ maka Pers.(4.24) menjadi :
(๐ฅ ๐ฆ) = (๐ฅโฒ ๐ฆโฒ) ( cos ๐ sin ๐
) atau โsin ๐ cos ๐
(๐ฅ ๐ฆ) = (๐ฅโฒ ๐ฆโฒ) ๐ถ๐ = (๐ฅโฒ ๐ฆโฒ) ๐ถโ1
(4.25)
Persamaan suku terakhir dari Pers.(4.25) diperoleh karena C adalah matriks orthogonal,
yaitu berlaku hubungan : ๐ถ๐ = ๐ถโ1.
Substitusi Pers.(4.24) dan (4.25) ke Pers.(4.23), diperoleh :
(๐ฅ ๐ฆ)๐ (๐ฅ
) = ๐พ
(๐ฅโฒ ๐ฆโฒ) ๐ถโ1๐ ๐ถ (๐ฅโฒ
) = ๐พ (4.26) ๐ฆโฒ
dalam hal ini, ๐ท = ๐ถโ1๐ ๐ถ. Jadi jika C adalah matriks yang mendiagonalisasi M, maka
Pers.(4.36) adalah persamaan konik relatif terhadap sumbu baru.
Contoh 4.1
Tinjau persamaan konik : 5๐ฅ2 โ 4๐ฅ๐ฆ + 2๐ฆ2 = 30. Rotasikan persamaan ini ke sumbu baru.
Jawab :
Persamaan konik 5๐ฅ2 โ 4๐ฅ๐ฆ + 2๐ฆ2 = 30 dalam notasi matriks ditulis :
(๐ฅ ๐ฆ) ( 5 โ2 โ2 2
๐ฅ
(๐ฆ) = 30
sehingga diperoleh ๐ = ( 5 โ2
โ2 2 , dan sebelumnya telah diperoleh bahwa nilai eigennya
adalah ๐ = 1 dan ๐ = 6, juga telah diperoleh bahwa :
๐ถโ1๐ ๐ถ = ๐ท = 1 0 . ( )
0 6
49
Dengan demikian, persamaan konik Pers.(4.26) relatih terhadap sumbu baru adalah :
(๐ฅโฒ ๐ฆโฒ) 1 0 ( ) ( ๐ฅโฒ โฒ) = 30 atau ๐ฅโฒ2 + 6๐ฆโฒ2
= 30.
(4.27)
0 6 ๐ฆ
Amati bahwa perubahan urutan 1 dan 6 dalam D akan memberikan 6๐ฅโฒ2 + ๐ฆโฒ2 = 30 sebagai
persamaan baru dari persamaan elips Pers.(4.27). Hal ini adalah cara sederhana dalam saling
menukarkan sumbu antara sumbu ๐ฅโฒ dan sumbu ๐ฆโฒ.
Dengan membandingkan matriks C, yaitu matriks vektor eigen satuan Pers.(4.15) dengan
matriks rotasi Pers.(4.18), terlihat bahwa sudut rotasi dari sumbu semula (๐ฅ, ๐ฆ) ke sumbu
baru (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) adalah :
๐ = cosโ1 1 ..
โ5
Perlu juga diketahui bahwa matriks M dapat didiagonalisasi dengan transformasi similaritas
๐ถโ1๐ ๐ถ dengan C matriks orthogonal, jika dan hanya jika M adalah matriks simetris.
Contoh 4.2
Rotasi persamaan kuadrik : ๐ฅ2 + 6๐ฅ๐ฆ โ 2๐ฆ2 โ 2๐ฆ๐ง + ๐ง2 = 24 ke sumbu baru.
Jawab :
Persamaan kuadrik : ๐ฅ2 + 6๐ฅ๐ฆ โ 2๐ฆ2 โ 2๐ฆ๐ง + ๐ง2 = 24 dalam notasi matriks ditulis :
1 3 0 ๐ฅ (๐ฅ ๐ฆ ๐ง) (3 โ2 โ1) (๐ฆ) = 24
0 โ1 1 ๐ง
Persamaan karakteristik dari matriks ini adalah :
1 โ ๐ 3 0 | 3 โ2 โ ๐ โ1
0 โ1 1 โ ๐ | = 0
โ2 โ ๐ โ1
(1 โ ๐) | โ1 1 โ ๐
| โ 3 |3 โ1
0 1 โ ๐
| = 0
(1 โ ๐)[(โ2 โ ๐)(1 โ ๐) โ 1] โ 3[3(1 โ ๐)] = 0
๐3 โ 13๐ + 12 = 0
(๐ โ 1)(๐ + 4)(๐ โ 3) = 0
Nilai eigen : ๐ = 1, ๐ = โ4, ๐ = 3.
Persamaan kuadrik relatif terhadap sumbu baru sumbu baru (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ) adalah :
1 0 0 ๐ฅโฒ (๐ฅโฒ ๐ฆโฒ ๐งโฒ) (0 โ4 0) (๐ฆโฒ) = 24
0 0 3 ๐งโฒ
atau ๐ฅโฒ2 โ 4๐ฆโฒ2 + 3๐งโฒ2 = 24.
50
Salah satu dari vektor eigen dapat dicari dengan mensubstitusi nilai eigen ๐ = 1 ke dalam
persamaan :
1 3 0 ๐ฅ ๐๐ฅ (3 โ2 โ1) (๐ฆ) = (๐๐ฆ)
0 โ1 1 ๐ง ๐๐ง
dan memecahkannya untuk nilai x, y, dan z.
Dengan demikian, ๐ข๐ฅ + ๐ฃ ๐ฆ + ๐ค ๐ง adalah vektor eigen yang berkaitan dengan ๐ = 1, dan
membaginya dengan besarnya diperoleh vektor eigen satuan. Dengan mengulang-ulang
proses ini untuk nilai-nilai eigen yang lain, diperoleh ke tiga vektor eigen satuan berikut :
1 3 Untuk ๐ = 1 diperoleh ( , 0, )
โ10 โ10 3 5 1
Untuk ๐ = โ4 diperoleh (โ , , ) โ35 โ35 โ35
3 2 1 Untuk ๐ = 3 diperoleh (โ , โ , ).
Dengan demikian, matriks rotasi C adalah :
1
โ10
โ 3 โ35
โ14
โ 3 โ14
โ14 โ14
๐ถ = 0 5
โ 2
โ35 3 1
โ14 .
1
(โ10 โ35 โ14 )
Harga atau nilai dalam C adalah cosinus dari 9 sudut di antara sumbu (๐ฅ, ๐ฆ) dan (๐ฅโฒ, ๐ฆโฒ).
Soal-soal Latihan 2 :
Rotasikan persamaan konik atau kuadrik berikut ke sumbu baru.
1. 2๐ฅ2 + 4๐ฅ๐ฆ โ ๐ฆ2 = 24 [Jawab : 3๐ฅโฒ2 โ 2๐ฆโฒ2 = 24] 3. 3๐ฅ2 + 8๐ฅ๐ฆ โ 3๐ฆ2 = 8
2. 8๐ฅ2 + 8๐ฅ๐ฆ + 2๐ฆ2 = 35 [Jawab : 10๐ฅโฒ2 = 35] 4. 5๐ฅ2 + 3๐ฆ2 + 2๐ง2 + 4๐ฅ๐ง =
14
5. ๐ฅ2 + ๐ฆ2 + ๐ง2 + 4๐ฅ๐ฆ + 2๐ฅ๐ง โ 2๐ฆ๐ง = 12 [Jawab : 3๐ฅโฒ2 + โ3๐ฆโฒ2 โ โ3๐งโฒ2 = 12]
6. ๐ฅ2 + 3๐ฆ2 + 3๐ง2 + 4๐ฅ๐ฆ + 4๐ฅ๐ง = 60
4.6 Koordinat Lengkung
Sebelum pembahasan tentang perubahan variabel atau transformasi koordinat perlu
dibahas mengenai sifat-sifat dari sistem koordinat seperti sistem koordinat tegak lurus
(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) dan sistem koordinat silindris (๐, ๐, ๐ง).
51
dr
ds
rd (๐, ๐)
d
Elemen-elemen dari panjang busur ds dari kedua sistem koordinat diberikan oleh :
๐๐ 2 = ๐๐ฅ2 + ๐๐ฆ2 + ๐๐ง2 untuk sistem koordinat tegak lurus
๐๐ 2 = ๐๐2 + ๐2๐๐2 + ๐๐ง2 untuk sistem koordinat silindris
dengan ds adalah elemen garis atau lintasan.
Sebagai contoh, tinjau Gambar 4.6, yaitu koordinat polar dalam bidang.
y
(4.28)
x
Gambar 4.6 Ilustrasi untuk koordinat polar dalam bidang.
Menurut teorema Pythagoras :
๐๐ 2 = ๐๐2 + ๐2๐๐2.
Metode untuk memperoleh ๐๐ 2 untuk koordinat silindris adalah dari persamaan-persamaan
:
dan diperoleh :
๐ฅ = ๐ cos ๐, ๐ฆ = ๐ sin ๐, ๐ง = ๐ง (4.29)
๐๐ฅ = cos ๐ ๐๐ โ ๐ sin ๐ ๐๐
๐๐ฆ = sin ๐ ๐๐ + ๐ cos ๐ ๐๐ (4.29๐)
๐๐ง = ๐๐ง
Kuadratkan masing-masing Pers.(4.29a) dan jumlahkan hasilnya, diperoleh :
๐๐ 2 = ๐๐ฅ2 + ๐๐ฆ2 + ๐๐ง2 = ๐๐2 + ๐2๐๐2 + ๐๐ง2. (4.30)
Sistem koordinat ini disebut sistem orthogonal, yang berarti permukaan-permukaan
koordinat benar-benar saling tegak lurus.
52
Pada sistem silindris (Gambar 4.7),
permukaan koordinat adalah r = konstan
(bentuk silindris konsentrik), = konstan
(bentuk bidang-bidang setengah), dan z =
konstan (bentuk bidang-bidang). Ketiga
permukaan ini melalui sebuah irisan titik
pada sudut kanan. Ketiga kurva irisan dari
permukaan koordinat berpasangan saling
potong pada sudut kanan, kurva-kurva ini
disebut garis-garis koordinat atau arah
Gambar 4.7 Sistem koordinat silindris
koordinat. Vektor-vektor satuan untuk arah koordinat pada sistem silindris ditandai dengan
๐๐, ๐๐, ๐๐ง (๐๐ง identik dengan ๐ค) yang membentuk sudut tegak lurus seperti ๐ข, ๐ฃ, ๐ค.
Pembahasan sistem koordinat seperti ini akan mengarah pada sistem koordinat lengkung
atau koordinat cuvalinear apabila permukaan koordinatnya bukan bidang dan garis
koordinatnya berupa kurva bukan garis lurus.
4.7 Faktor Skala dan Vektor Basis untuk Sistem Orthogonal
Pada sistem tegak lurus, jika x, y, z adalah koordinat-koordinat sebuah partikel dan x
berubah dengan dx dengan y dan z konstan, maka jarak perpindahan partikel adalah ds = dx.
Sedangkan, pada sistem silindris, jika berubah dengan d dengan r dan z konstan, maka
jarak perpindahan partikel bukan d tetapi ds = r d (r = faktor skala). Faktor-faktor seperti
r, dalam r d, dikalikan dengan diferensial (d) untuk memperoleh jarak disebut faktor-
faktor skala dan sangat penting untuk diperhatikan. Kembali pada Pers.(4.30), jika
transformasinya orthogonal, maka faktor-faktor skala dapat dikeluarkan. Untuk sistem
silindris (๐๐ 2 = ๐๐2 + ๐2๐๐2 + ๐๐ง2) pd Pers.(4.30), faktor-fakor skala-nya adalah 1, r, 1.
Tinjau sebuah vektor ๐๐ฌ dengan komponen-komponen dr, r d, dan dz dalam arah-arah
koordinat ๐๐, ๐๐, dan ๐๐ง :
sehingga
๐๐ฌ = ๐๐๐๐ + ๐๐๐๐๐ + ๐๐ง๐๐ง (4.31)
๐๐ 2 = ๐๐ฌ โ ๐๐ฌ = ๐๐2 + ๐2๐๐2 + ๐๐ง2 [sama seperti Pers. (4.28)],
karena vektor-vektor ๐ adalah orthogonal dan panjangnya satu satuan.
Kita dapat mencari hubungan vektor-vektor basis (terkadang disebut vektor satuan)
dari sistem koordinat lengkung (๐๐, ๐๐, ๐๐ง dalam sistem silindris) dan ๐ข, ๐ฃ, ๐ค. Hal ini akan
z
๐๐ง
r ๐๐
๐๐ z
y
x
53
bermanfaat bila kita ingin mendiferensialkan sebuah vektor yang dinyatakan dalam bentuk
vektor-vektor satuan koordinat lengkung. Untuk jelasnya ๐ข, ๐ฃ, ๐ค adalah konstan dalam besar
dan arah, sedangkan ๐๐, ๐๐ arahnya tidak menentu sehingga derivatifnya tidak sama dengan
nol. Secara aljabar, untuk mencari sistem koordinat silindris yang terkait dengan sistem
tegak lurus adalah sebagai berikut :
๐๐ฌ = ๐ข ๐๐ฅ + ๐ฃ ๐๐ฆ + ๐ค ๐๐ง
= ๐ข ( ๐๐ฅ
๐๐
๐๐ +
๐๐ฅ
๐๐
๐๐) + ๐ฃ (
๐๐ฆ
๐๐
๐๐ +
๐๐ฆ
๐๐
๐๐) + ๐ค ๐๐ง (4.32)
Bandingkan Pers.(4.32) dengan Pers.(4.31), dan dengan menggunakan hubungan :
๐ฅ = ๐ cos ๐ ๐๐ฅโ๐๐ = cos ๐ ๐๐ฅโ๐๐ = โ๐ sin ๐
๐ฆ = ๐ sin ๐ ๐๐ฅโ๐๐ = sin ๐ ๐๐ฅโ๐๐ = โ๐ cos ๐
diperoleh :
๐ = ๐ข ๐๐ฅ
+ ๐ฃ ๐๐ฆ
= ๐ข cos ๐ + ๐ฃ sin ๐, ๐ ๐๐
๐๐
๐๐ = ๐ข ๐๐ฅ
+ ๐ฃ ๐๐ฆ
= โ๐ข ๐ sin ๐ + ๐ฃ ๐ cos ๐, (4.33) ๐ ๐๐ ๐๐
๐๐ง = ๐ค.
Untuk lebih mudahnya, vektor basis biasanya dilambangkan dengan ๐๐, ๐๐. Dari
Pers.(4.33) diperoleh :
๐๐ = ๐๐ adalah jelas sebuah vektor satuan (kerena cos2 ๐ + sin2 ๐ = 1)
๐๐ = ๐๐๐ = โ๐ข ๐ sin ๐ + ๐ฃ ๐ cos ๐, memiliki panjang |๐๐| = ๐ shg vektor satuan :
๐
๐๐ = ๐ซ ๐๐ = โ๐ข sin ๐ + ๐ฃ cos ๐
Dalam hal ini, vektor satuan ๐๐ diperoleh dengan cara membagi vektor basis ๐๐๐ dengan ๐,
(๐ = faktor skala). Dengan demikian, vektor satuan jelas memiliki faktor skala = 1,
sedangkan vektor basis dapat memiliki faktor skala โ 1.
Kita dapat menggunakan perumusan sebelumnya untuk mendapatkan kecepatan dan
percepatan partikel dalam koordinat silindris dan juga untuk sistem koordinat lainnya.
Dalam koordinat silindris (Gambar 4.8), pergeseran partikel dari titik asal pd saat t adalah :
54
z
๐ฌ
๐ง๐๐ง
๐๐๐
maka
๐๐ฌ
๐๐ ๐
๐๐ง
๐ฌ = ๐๐๐ + ๐ง๐๐ง.
๐๐ก = ๐๐ก
๐๐ + ๐ ๐๐ก
(๐๐) + ๐๐ก
๐๐ง.
Permasalahannya adalah : y
karena
๐ (๐๐)
๐๐ก x
๐๐ ๐๐ง = ๐ dan = ๐ง Gambar 4.8 Pergeseran partikel dari titik
๐๐ก
Dengan Pers.(4.33),
๐๐ก asal pada saat t dalam sistem
koordinat silindris
๐ (๐ ๐ ๐๐ ๐๐ ) = (๐ข cos ๐ + ๐ฃ sin ๐) = โ๐ข sin ๐ + ๐ฃ cos ๐ = ๐ ๐๐ = ๐ ๐ ,
๐๐ก ๐ ๐๐ก ๐๐ก ๐๐ก ๐ ๐๐ก ๐
sehingga diperoleh : ๐๐ฌ
๐๐ก = ๐ ๐๐
+ ๐๐ ๐๐
+ ๐ง ๐๐ง.
Percepatannya dapat dicari dengan cara mendiferensialkan persamaan terakhir terhadap t,
dan terapkan Pers.(4.33) untk mendapatkan ๐
(๐ ๐๐ก
). Bila dikerjakan, diperoleh hasil akhir :
๐2๐ฌ
๐๐ก2 = (๐ โ ๐๐ 2)๐๐ + (๐ ๐ + ๐๐ )๐๐ + ๐ง ๐๐ง.
4.8 Koordinat Lengkung Umum
Pada umumnya, pemakaian kumpulan koordinat (variabel) ๐ฅ1, ๐ฅ2, ๐ฅ3 lebih diminati.
Sebagai contoh, untuk sistem tegak lurus ๐ฅ1 = ๐ฅ, ๐ฅ2 = ๐ฆ, ๐ฅ3 = ๐ง, silindris ๐ฅ1 = ๐, ๐ฅ2 = ๐,
๐ฅ3 = ๐ง, dengan demikian, ketiga permukaan koordinat adalah ๐ฅ1 = ๐ฅ2 = ๐ฅ3 =kontanta.
Ketiganya melalui sebuah titik temu dalam ketiga garis koordinat. Bila ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง sebagai fungsi
๐ฅ1, ๐ฅ2, ๐ฅ3, pertama kita cari ๐๐ 2 sebagaimana yang diperoleh untuk sistem silindris [Lihat
derivatif Pers.(4.30) dari (4.29)].
Selanjutnya, jika sistem koordinat diketahui orthogonal, ๐๐ 2 akan berbentuk : 3
๐๐ 2 = โ2 ๐๐ฅ2 + โ2 ๐๐ฅ2 + โ2 ๐๐ฅ2 = โ โ2๐๐ฅ2 . (4.34) 1 1
dengan h adalah faktor skala.
2 2 3 3 ๐ ๐
๐=1
Vektor pergeseran ๐๐ฌ dapat ditulis sebagai [Bandingkan dengan Pers.4.31)] :
๐
55
1
2
3
3
๐๐ฌ = ๐1โ1๐๐ฅ1 + ๐2โ2๐๐ฅ2 + ๐3โ3๐๐ฅ3 = โ ๐๐โ๐๐๐ฅ๐ , (4.35) ๐=1
dengan ๐ adalah vektor satuan dalam arah koordinat.
Elemen volume ๐๐ dalam sistem orthogonal adalah :
๐๐ = โ1 โ2 โ3 ๐๐ฅ1 ๐๐ฅ2 ๐๐ฅ3
dengan sisi-sisi โ1๐๐ฅ1, โ2๐๐ฅ2, โ3๐๐ฅ3.
Sebagai contoh, elemen volume untuk sistem tegak lurus adalah : ๐๐ = ๐๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ง dan untuk
silindris ๐๐ = ๐๐ ๐๐๐ ๐๐ง.
Jika sistem koordinat tidak orthogonal, Pers.(4.34) tidak berlaku dan ungkapan untuk
๐๐ 2 akan berbentuk :
๐๐ 2 = ๐11 ๐๐ฅ2 + ๐12 ๐๐ฅ1๐๐ฅ2 + ๐13 ๐๐ฅ1๐๐ฅ3
+๐21 ๐๐ฅ2๐๐ฅ1 + ๐22 ๐๐ฅ2 + ๐23 ๐๐ฅ2๐๐ฅ3 (4.36)
+๐31๐๐ฅ3๐๐ฅ1 + ๐32 ๐๐ฅ3๐๐ฅ2 + ๐33 ๐๐ฅ2
dengan ๐๐๐ adalah koefisien-koefisien yang muncul dalam perhitungan ๐๐ฅ2 + ๐๐ฆ2 + ๐๐ง2.
Perumusan yang lebih ringkas, Pers.(4.36) ditulis : 3 3
๐๐ 2 = โ โ ๐๐๐ ๐=1 ๐=1
๐๐ฅ๐ ๐๐ฅ๐ . (4.37)
Atau dalam notasi matriks, ditulis : ๐11 ๐12 ๐13
๐๐ฅ1
๐๐ 2 = (๐๐ฅ1 ๐๐ฅ2 ๐๐ฅ3) (๐21 ๐22 ๐23) (๐๐ฅ2) (4.38) ๐31 ๐32 ๐33
kuantitas ๐๐๐ berbentuk tensor yang dikenal sebagai tensor metrik.
Sekarang, jika sistem koordinatnya orthogonal, maka
๐๐ฅ3
๐๐ 2 = ๐11 ๐๐ฅ2 + ๐22 ๐๐ฅ
2 + ๐33 ๐๐ฅ2 (4.39)
1 2 3
[Dalam bahasa matriks, ๐๐๐ adalah matriks diagonal.]
Dalam bentuk faktor skala, dari Pers.(4.34) diperoleh :
๐11 = โ2, ๐11 = โ2, ๐11 = โ2
1 1 1 (4.39a)
๐12 = ๐13 = ๐21 = ๐23 = ๐31 = ๐33 = 0
untuk sistem koordinat orthogonal.
Soal-soal Latihan 3 :
1. Carilah ๐๐ 2, faktor skala, ๐๐ฌ, elemen volume (๐๐) kemudian tentukan vektor basis (๐๐,
๐๐, ๐๐ง) dan vektor satuan (๐๐, ๐๐, ๐๐ง) dari koordinat bola.
56
Petunjuk : Anda dapat memperoleh ๐๐ 2 untuk koordinat bola dengan persamaan-
persamaan : ๐ฅ = ๐ sin ๐ cos ๐, ๐ฆ = ๐ sin ๐ sin ๐ , ๐ง = cos ๐
dan terapkan derivatifnya pada Pers.(4.30) yaitu ๐๐ 2 = ๐๐ฅ2 + ๐๐ฆ2 + ๐๐ง2.
[Jawab : Faktor skala โ๐ = 1, โ๐ = ๐, โ๐ = ๐ sin ๐]
2. Carilah komponen-komponen kecepatan dan percepatan dalam koordinat bola.
Petunjuk : Untuk memperoleh kecepatan, Anda dapat menggunakan dua cara yaitu mulai
dengan ๐๐ฌ atau dengan ๐ฌ = ๐๐๐.
๐๐ฌ Jawab โถ
๐๐ก = ๐๐
๐2๐ฌ
๐ + ๐๐
๐ + ๐๐
๐ sin ๐ ๐
๐๐ก2 = ๐๐(๐ โ ๐๐ 2 โ ๐ sin2 ๐ ๐ 2) + ๐๐(๐๐ + 2๐ ๐ โ ๐ sin ๐ cos ๐ ๐ 2)
+ ๐๐(๐ sin ๐ ๐ + 2๐ cos ๐ ๐ ๐ + 2 sin ๐ ๐ ๐ ).
3. Kerjakan seperti soal 1 untuk sistem koordinat berikut :
a. Koordinat parabolik silindris (๐ข, ๐ฃ, ๐ง) :
1 ๐ฅ = (๐ข2 โ ๐ฃ2)
2
๐ฆ = ๐ข๐ฃ
b. Koordinat paraboloidal (๐ข, ๐ฃ, ๐) :
๐ฅ = ๐ข๐ฃ cos ๐
๐ฆ = ๐ข๐ฃ sin ๐
1 ๐ง = ๐ง ๐ง = (๐ข2 โ ๐ฃ2)
2
4.9 Operator Vektor dalam Koordinat Lengkung Orthogonal
Dalam pembahasan tentang analisis vektor, pada sistem koordinat tegak lurus, telah
didefinisikan tentang operator-operator vektor yaitu gradien (๐๐ข), divergensi (๐ โ ๐), curl
(๐ ร ๐), dan Laplasian (๐2๐ข). Selanjutnya, kita perlu mengetahui bagaimana menyatakan
operator-operator dalam bentuk koordinat orthogonal umum.
Gradien (๐๐ข)
Pada bab analis vektor, telah ditunjukkan bahwa Derivatif arah ๐๐ข
dalam arah tertentu adalah ๐๐
komponen dari ๐๐ข dalam arah tersebut. Dalam koordinat silindris, jika kita bergerak ke arah
๐ (๐ dan z kontan), maka dengan Pers.(4.30) diperoleh ๐๐ = ๐๐. Jadi, komponen ๐ dari ๐๐ข
adalah ๐๐ข
bila ๐๐ = ๐๐, komponen ๐ dari ๐๐ข menjadi ๐๐ข
. Dengan cara yang sama, komponen ๐๐ ๐๐
57
โ โ โ
โ โ
๐ dari ๐๐ข adalah ๐๐ข
bila ๐๐ = ๐ ๐๐, komponen ๐ dari ๐๐ข menjadi (1) ๐๐ข
. Jadi, ๐๐ข dalam ๐๐
koordinat silindris adalah :
๐๐ข
1 ๐๐ข
๐๐ข
๐ ๐๐
๐๐ข = ๐๐ ๐๐ + ๐๐ ๐ ๐๐
+ ๐๐ง ๐๐ง (4.40)
Selanjutnya, dalam koordinat orthogonal umum ๐ฅ1, ๐ฅ2, ๐ฅ3, komponen ๐๐ข dalam arah ๐ฅ1 (๐ฅ2
dan ๐ฅ konstan) adalah ๐๐ข
jika ๐๐ = โ ๐๐ฅ [dari Pers.(4.34)], yaitu komponen ๐๐ข dalam 3 ๐๐ 1 1
arah ๐ adalah ( ๐
) ( ๐๐ข
). Hal yang sama dilakukan untuk komponen ๐๐ข dalam arah lainnya 1 ๐ก๐
๐๐ฅ1
dan kita peroleh : 1 ๐๐ข
1 ๐๐ข
1 ๐๐ข
๐๐ข = ๐1 ( 1
) ๐๐ฅ1
+ ๐2 ( 2
3
) ๐๐ฅ2
+ ๐3 ( 3
) ๐๐ฅ3
๐๐ ๐๐ข = โ ( ) (4.41)
๐=1 โ๐ ๐๐ฅ๐
Divergensi (๐ โ ๐)
Misalkan diketahui sebuah vektor dalam sistem orthogonal
๐ = ๐1๐1 + ๐2๐2 + ๐3๐3 (4.42)
dengan komponen-komponen ๐1, ๐1, ๐1. Kita dapat membuktikan bahwa
๐3 ๐ โ (
โ1โ2
๐2 ) = 0, ๐ โ (
โ1โ3
๐1 ) = 0, ๐ โ (
โ2โ3
) = 0, (4.42a)
Langkah pembuktian ๐ โ ( ๐3
โ1โ2
) = 0 adalah dimulai dengan menggunakan Pers.(4.41)
dengan ๐ข = ๐ฅ1, ๐ข = ๐ฅ2, ๐ข = ๐ฅ3, diperoleh :
๐๐ฅ ๐1 = , ๐๐ฅ
๐12 = , ๐๐ฅ ๐3 = . 1 โ1 2 โ2 3 โ3
Dan dengan mengingat urutan ๐1, ๐2, ๐3 dari kiri ke kanan maka diperoleh :
๐1
ร ๐2
= ๐3
, ๐2
ร ๐3
= ๐1
, ๐3
ร ๐1
= ๐2
, dan ๐๐ฅ1
ร ๐๐ฅ2
๐3 =
1 2
dst.
Divergensinya :
๐ โ (๐๐ฅ1
ร ๐๐ฅ2
๐3
) = ๐ โ ( ) โ1โ2
Dengan menggunakan identitas : ๐ โ (๐ฎ ร ๐ฏ) = ๐ โ (๐ ร ๐ฎ) โ ๐ฎ โ (๐ ร ๐ฏ), diperoleh :
๐๐ฅ2
โ (๐ ร ๐๐ฅ1
) โ ๐๐ฅ1
โ (๐ ร ๐๐ฅ2
๐3 ) = ๐ โ ( )
โ1โ2
58
2 3 โ
Sekali lagi, gunakan identitas : ๐ ร ๐โ = 0, akhirnya diperoleh :
๐๐ฅ2 โ (0) โ ๐๐ฅ1
๐3 โ (0) = ๐ โ (
โ1โ2
๐3 ) atau ๐ โ (
โ1โ2
) = 0.
Cara yang sama dilakukan untuk pembuktian: ๐ โ ( ๐2
โ1โ3
Selanjutnya, kita tuliskan Pers.(4.42) dalam bentuk :
) = 0, ๐ โ ( ๐1
โ2โ3
) = 0.
๐1 ๐ =
(โ โ ๐2 ๐ ) +
(โ โ ๐3 ๐ ) +
(โ โ ๐ ) (4.43)
โ2โ3 2 3 1 โ1โ3
1 3 2 โ1โ2 1 2 3
Kita tentukan ๐ โ ๐ dengan cara mencari divergensi setiap suku pada ruas kanan Pers (4.43).
Dengan menggunakan hubungan :
๐ โ (๐๐ฏ) = ๐ฏ โ (๐๐) + ๐๐ โ ๐ฏ
dengan ๐ = โ2โ3๐1 dan ๐ฏ = ๐1/โ2โ3, kita dapatkan bahwa divergensi suku pertama dari
ruas kanan Pers (4.43) adalah :
๐ โ (โ ๐1 โ ๐ ) ๐1 =
โ ๐(โ โ
๐ ) + โ โ ๐1 ๐ ๐ โ
(4.44)
2 3 1 โ2โ3 โ2โ3 2 3 1 2 3 1
โ2โ3
Dengan Pers.(4.42a), suku kedua Pers.(4.44) adalah nol. Dalam suku pertama Pers.(4.44),
hasil kali dot ๐1 dengan ๐(โ2โ3๐1) adalah komponen pertama dari ๐(โ2โ3๐1). Dengan Pers.
(4.41), komponen ini adalah :
1 ๐
โ1 ๐๐ฅ3
(โ2โ3๐1).
Dengan cara yang sama, perhitungan divergensi untuk suku-suku yang lain dari
Pers.(4.43),kita dapatkan :
1 ๐ โ ๐ =
โ โ
1 ๐ โ ๐๐ฅ
1 (โ2โ3๐1) +
โ โ
1 ๐ โ ๐๐ฅ
1 (โ1โ3๐2) +
โ โ
1 ๐ โ ๐๐ฅ (โ1โ2๐3)
atau
2 3 1 1
1 ๐
1 3 2 2
๐
1 2 3 3
๐
๐ โ ๐ = 1 โ2โ3
( ๐๐ฅ1
(โ2โ3๐1) + ๐๐ฅ
(โ1โ3๐2) + ๐๐ฅ
(โ1โ2๐3)) (4.45)
Sebagai contoh, pada koordinat silindris dengan faktor skala โ1 = 1, โ2 = ๐, โ3 = 1, dengan
Pers.(4.45), ungkapan divergensi dalam koordinat silindris adalah :
1 ๐ ๐ ๐ ๐ โ ๐ = ( (๐๐๐) + (๐๐) + (๐๐๐ง))
๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ง
1 ๐ = 1 ๐๐๐ ๐๐๐ง (๐๐ ) + + . ๐ ๐๐ ๐ ๐ ๐๐
๐๐ง
59
โ 1
3
Curl (๐ ร ๐)
Dengan cara yang sama seperti yang digunakan untuk divergensi (๐ โ ๐), kita dapat mencari
curl (๐ ร ๐). Hasilnya adalah :
๐ ร ๐
โ1๐1 โ2๐2 โ3๐3 1
= 1โ2โ3
๐ | ๐๐ฅ
๐
๐๐ฅ2
๐
๐๐ฅ3 | (4.46)
โ1๐1 โ2๐2 โ3๐3
๐1 = ๐
[ (โ ๐
๐ ) โ ๐2 (โ ๐ )] + ๐
[ (โ ๐
๐ ) โ
(โ ๐ )] โ2โ3 ๐๐ฅ2
3 3 ๐๐ฅ3 3 3 โ1โ3 ๐๐ฅ3
1 1 ๐๐ฅ1 3 3
๐3 + ๐
[ (โ ๐
๐ ) โ
(โ ๐ )].
โ1โ2
Dalam koorinat silindris, kita peroleh :
๐๐ ๐๐๐ ๐๐ง
๐๐ฅ1 2 2 ๐๐ฅ2
1 1
1 ๐ ๐ ร ๐ = | ๐ ๐ | = ๐ 1 ๐๐๐ง ๐๐๐ ( โ ) + ๐ ๐๐๐ ๐๐๐ง ๐๐ง ๐ ( โ ) + ( ๐๐๐ง (๐๐ ) โ ).
๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ง ๐ ๐ ๐๐ ๐๐ง ๐ ๐๐ง ๐๐ ๐ ๐๐ ๐
๐๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐๐ง
Laplasian (๐2๐ข)
Karena ๐2๐ข = ๐ โ ๐๐ข, kita dapat mencari ๐2๐ข dengan mengkombinasikan Pers.(4.41) dan
(4.45) dengan ๐ฝ = ๐ต๐ข. Kita peroleh :
๐2๐ข = 1 ๐ โ2โ3 ๐๐ข ๐
[ ( ) + โ1โ3 ๐๐ข
( ) โ1โ2โ3 ๐๐ฅ1 โ1 ๐๐ฅ1 ๐๐ฅ2 โ2 ๐๐ฅ2
๐ + ๐๐ฅ
โ1โ2 ( โ3
๐๐ข )] (4.47)
๐๐ฅ3
Dalam koorinat silindris, bentuk Laplasian adalah :
๐2๐ข = 1 ๐
[ ๐ ๐๐
(๐
๐๐ข ) +
๐๐
๐
๐๐
1 ๐๐ข ( ) + ๐ ๐๐
๐
๐๐ง
(๐
๐๐ข
๐๐ง
)] =
1 ๐
๐ ๐๐
(๐
๐๐ข ) +
๐๐
1 ๐2๐ข
๐2 ๐๐2
๐2๐ข
+ ๐๐ง2
.
Soal-soal Latihan 4 :
1. Tentukan ๐๐, ๐ โ ๐, ๐ ร ๐, dan ๐2๐ dalam sistem koordinat bola.
2. Kerjakan seperti soal 1 untuk sistem koordinat pada latihan 3c, yaitu untuk koordinat
silindris parabolik (๐ข, ๐ฃ, ๐ง) dan koordinat paraboloidal (๐ข, ๐ฃ, ๐).
3. Dalam koordinat silindris, tentukan ๐ โ ๐๐, ๐ โ ๐๐, ๐ ร ๐๐, ๐ ร ๐๐.
4. Dalam koordinat bola, tentukan ๐ โ ๐๐, ๐ โ ๐๐, ๐ ร ๐๐, ๐ ร ๐๐.
60
5. Dalam koordinat bola, tentukan ๐ โ ๐ซ, ๐ ร (๐๐๐), ๐(๐ cos ๐).
6. Dalam koordinat silindris, tentukan โ2๐ dan โ2(1โr)
7. Dalam koordinat bola, tentukan โ2๐, โ2(๐2), โ2(1โr2).
61
DAFTAR PUSTAKA
Boas, Mary L., 1983, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley & Sons,
Inc. New York.
Frank A. Jr.; Ault, J.C (Alih bahasa : Lea Prasetio), 1985, Teori dan Soal-soal Diferensial
dan Integral Kalkulus, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Frank A. Jr.; Philip A. S. (Alih bahasa : Alit Bondan), 2004, Matematika Universitas,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hans J. Wospakrik, 1993, Dasar-dasar Matematika untuk Fisika, Intitut Teknologi
Bandung, Bandung.
Seymour L.; Marc L. L. (Alih bahasa : Refina Indriasari), 2004, Aljabar Linear, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Stephenson, G.; Radmore, P.M., 1990, Advanced Mathematical Methods for Engineering
and Science Students, Cambridge University Press, Cambridge.