evaluasi dampak lingkungan
TRANSCRIPT
BAB I
LATAR BELAKANG
AMDAL untuk pertama kalinya lahir dengan dicetuskannya undang-undang
mengenai lingkungan hidup yang disebut National Environmental Policy Act (NEPA)
oleh Amerika Serikat pada tahun 1969. NEPA mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
1970. Pasal 102 (2) (C) dalam undang-undang ini menyatakan bahwa semua usulan
legislasi dan aktivitas pemerintah federal yang besar yang diperkirakan akan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan
Environmental Impact Assessment (Analisis Dampak Lingkungan).
Analisis dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL)
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini
dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini
adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang "Izin Lingkungan Hidup" yang
merupakan pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal.
Konsep AMDAL yang mempelajari dampak pembangunan terhadapa
lingkungan dan dampak lingkungan terhadap pembangunan juga di dasarkan pada
konsep ekologi yang secara umum di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari
interaksi antara makhluk idup dengan lingkungannya. AMDAL merupakan bagian ilmu
ekologi pembanguan yang mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara
pembangunan dan lingkungan .
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas itu.
Aktivitas tersebut berupa alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi. Dalam konteks
AMDAL, penelitian dampak dilakukan karena adanya rencana aktivitas manusia dalam
pembangunan.
Sistem evaluasi adalah suatu proses atau prosedur yang harus diikuti oleh
pemrakarsa proyek dalam menyusun laporan analisis mengenai dampak lingkungan dan
proses evaluasinya. Proses ini bertujuan untuk menetapkan atau merumuskan potensi
dampak lingkungan dari suatu proyek sebelum proyek dibangun. Hasil evaluasi
pendugaan dampak suatu proyek akan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah sebelum mengambil suatu keputusan atau kebijaksanaan mengenai suatu
proyek.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan bertujuan agar lingkungan dapat
mendukung yang berkelanjutan. Dengan lain perkataan perubahan lingkungan yang
disebabkan oleh pembangunan, baik yang direncanakan maupun yang terjadi diluar
rencana, tidak akan menurunkan akan menghapuskan kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan kita pada tingkat kualitas hidup yang lebih tinggi. Untuk
mencapai tujuan ini hasil akhir Analisis Mengenai Dampak Lingkungan haruslah berupa
rencana pengelolaan lingkungan.
Rumusan Masalah
1.1 Bagaimana metode dalam Evaluasi dampak lingkungan?
1.2 Bagaimana cara dalam penangganan dampak, pemantauan dampak dan audit
lingkungan dalam pengelolaan lingkungan.
Tujuan
1. Untuk mengetahui metodologi dalam analisis mengenai dampak lingkungan.
2. Untuk mengetahui cara dalam penangganan dampak, pemantauan dampak dan audit
lingkungan dalam pengelolaan lingkungan.
BAB II
MATERI POKOK
2.1 Beberapa metode Evaluasi dampak yang terkenal
(1.) Evaluasi Dampak Metode Overlay
Berdasarkan pada metode prakiraan dampak dengan Overlay, maka setiap
dampak terhadap komponen lingkungan digambarkan dalam peta tematik. Apabila
indikator dampak negatif terhadap berbagai ekosistem digambarkan dalam peta dengan
warna terang, agak gelap dan gelap untuk menggambarkan dampak ringan, sedangkan
berat, dan peta ini dioveriay/ditampal maka evaluasinya adalah :
(a). ekosistem yang sangat gelap terkena dampak sangat berat,
(b). ekosistem yang warnanya agak gelap terkena dampak agak berat,
(c). ekosistem yang warnanya terang dapat dievaluasi bahwa ekosistem terkena dampak
sangat ringan.
Seringkali untuk memudahkan evaluasi maka besar dampak dipergunakan juga
skala. Skala yang dipergunakan dapat berupa angka 1, 2, dan 3 atau kecil, sedang dan
besar.
Kemudian dalam evaluasi lebih lanjut bagi ekosistem yang terkena dampak
sangat besar, atau angka skalanya paling besar dampaknya dari penjumlahan skala per
komponen lingkungan, maka prioritas pencegahan dan penanggulangan dampak negatif
menduduki prioritas pertama.
(2.) Evaluasi Dampak Metode Flowchart (Bagan Alir)
Metode Flowchart dapat dipergunakan untuk menggembangkan dampak pada
setiap periode atau tahapan pembangunan. Contoh metode flowchart untuk kegiatan
pemanfaatan hutan oleh HPH dengan sistem TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia)
dapat diberikan skema berikut (Gambar 12.1).
Metode Flowchart ini kemudian berubah menjadi metode network, apabila
analisis dampaknya dievaluasi tidak hanya kearah vertikal juga ke arah horizontal.
Dengan melihat skema tersebut dapat dievaluasi sebagai berikut.
(1.) Komponen lingkungan yang terkena dampak pent ing dari kegiatan HPH adalah :
(a). 7 (tujuh) buah komponen fisik,
(b). 3 (tiga) buah komponen biotis,
(c). 10 (sepuluh) buah komponen sosekbudkesmas
(2.) Aktivitas HPH yang banyak menimbulkan dampak biofisik adalah aktivitas
pembukaan wilayah dan penebangan/pengadaan angkutan. Sebenarnya aktivitas ini
juga menimbulkan dampak terhadap beberapa komponen sosekbudkesmas.
Aktivitas penerimaan tenaga kerja banyak memberikan dampak terhadap
komponen sosekbudkesmas, sedang pembinaan dan periindungan hutan banyak
memberikan dampak terhadap komponen biotis.
Kelemahan dan metode Bagan alir atau Flowchart ini hanya menunjukkan aliran
dampak saja, tetapi macam dampak positif atau negatif tidak dapat diberikan.
Disamping itu informasi tentang seberapa besar dampaknya juga tidak diberikan. hal ini
dapat dilihat pada contoh lain sebagai berikut (Gambar 12.2).
13
(a). Evaluasi terhadap aktivitas
Dari keempat aktivitas pada tahapan konstruksi yang paling banyak
menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan yaitu aktivitas pembangunan
dam, saluran pengelak dan konstruksi lainnya. Aktivitas yang paling sedikit
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu aktivitas uji coba.
(b). Evaluasi terhadap komponen terkena dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak pada tahap konstruksi adalah :
• Komponen fisik 12 buah,
• Komponen biotis 3 buah,
• Komponen Sosekbudkesmas 8 buah
(c). Dampak yang mungkin timbul adalah dampak hingga orde 2.
(3.) Evaluasi Dampak Metode Checklist
Metode Checklist yang sangat terkenal dan mudah dievaluasi adalah metode
Checklist Bettelle dan Columbus. Rekapituiasi dan Metode Bettelle dapat disusun
sebagai berikut (Tabel 3).
Evaluasi dampak terhadap aktivitas pembukaan lahan proyek pembangunan
pemukiman adalah sebagai berikut.
(EQ x PIU) - (EQ' x PIU') = 58,37 - 52,54 = - 5,83
Keterangan :
EQ (Environmental Quality) merupakan nilai skala kualitas lingkungan bagi setiap
faktor atau parameter lingkungan. Skala tersebut besarnya antara angka 0 sampai 1.
Angka 0 berarti kualitas lingkungan sangat jelek dan angka 1 menunjukkan kualitas
lingkungan sangat baik.
PIU (Parameter Importance Unit) yaitu nilai unit kepentingan faktor atau parameter
lingkungan bagi semua faktor lingkungan.
14
Caranya adalah :
Nilai Penting Faktor A
PIU Faktor A = ----------------------------------------------- x 100
Total Nilai Penting Semua Faktor
Dari Tabel metode Battelle pada aktivitas pembukaan lahan dapat diuraikan
evaluasi sebagai berikut.
(1.) Komponen Fisik
Secara keseluruhan komponen fisik pada aktivitas pembukaan lahan pada
proyek transmigras-i akan terkena dampak negatif yaitu sebesar -5,83.
(2.) Parameter Komponen Fisik yang terkena :
(a) dampak positif adalah pH tanah,
(b) dampak negatif adalah parameter bentuk lahan, kandungan Fe tanah, turbidity,
suhu dan pH air.
Dari hasil perhitungan dampak metode Battelle, selanjutnya dibuat rekapituiasi
untuk seluruh aktivitas dan komponen lingkungan.
16
(4.) Metode Sistem Evaluasi Lingkungan (Environmental Evaluation System).
Metode ini sangat cocok digunakan untuk mengadakan evaluasi komponen-
komponen lingkungan yang telah mengalami perubahan. Oleh karenannya metode ini
sangat cocok untuk Studi Evaluasi Lingungan (SEL). Untuk dapat membuat evaluasi
maka diperlukan suatu standar atau baku mutu sesuatu komponen. Pada umumnya metode
ini dipergunakan untuk menganalisis suatu bentang lahan.
Cooke dan Doorkamp (1978) menyatakan bahwa metode ini dipergunakan untuk
mengadakan evaluasi bentuk lahan dan aspek panorama. Oleh karenanya metode ini
cocok untuk memlai bentang alam untuk rekreasi pada tempat-tempat :
• Jalur hijau
• Taman Nasional
• Area di lindungi
• Cagar budaya
• Cagar alam
• dan tempat-tempat lain yang masih alami.
Evaluasi bentang alam ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan,
pengukuran dan observasi untuk dapat melakukan penilaian. Penilaian didasarkan pada
suatu standar yang dibuat oleh Leopold, 1969 (Cooke dan Doorkamp, 1978) seperti Tabel
4 berikut
Tabel 9. 4. Kritena Pemlaian Parameter Lansekap
No Unsur Lanskap Sangat jelek Jelek Skor 2 Sedang Skor 3 Baik Skor 4 Sangal baikSkor 1 Sko r 5
Unsur Fisik"
Lebar sungai (m) < 0,915 0,915 — 3.05 3.05 — 9,15 9,15 — > 30.4930,49
Kedalaman sungai (m) < 0,15 0,45 — 0,3 0,3 — 0.61 0,61 — 1.52 > 1.52Kecepatan ahran < 0,15 0.15—0,3 0,3 —0,61 0.61—1.52 > 1,52(m/det)Material dasar sungai Lumpur Pasir Kerikil Kerakal BatuTopografi Sangat Curam Curam Agak curam Landai DatarUnsur Biods danKualilas AirWamaair Coklat - Hijau tinta - JcmihMaterial terapung Variasi Minyak Busa Vegeiasi Tidak ada
Jumlah tumbuhan air Menduduki - Sedang—
tidak ada
Warna air Tidak ada - Variasi kecil—
Bervariasi
Tanda polusi Jelas -—
- Tidak adaFlora pcnutup lembah Tcrbuka Rumput, pohon Bersemak Tumb. Pohon + semak
berkayuFlora lereng bukit Terbuka Rumput. pohon Bersemak Tumb. Pohon + semak
berk ayuKeragaman flora Kecil
—
Sedang—
BesarKondisi nora Jelek
—
Sedang—
BaikSpecies bumng Tidak ada Variasi kecil Sedang
—
BervariasiKepen\tidnganmanusia dan factor-faktor menarikPencapaian dengan Sulit
— — —
Mudahkendaraan pribadiPencapaian dengan Sulit
— — —
mudahkendaraan umumPemandangan seiempat Tanpa keragaman
— — —
BervariasiLokasi Tertutup tidak
—
Terlihat dari—
Terlihat darikeli- temp. tempalhaian teneniu jauh
Batas pandangan Tenutup bukit, Terlihat dari tempt.— —
Bebas tidakpohon ada ham-
tertentu batanTata guna lahan Pemukiman Sawah Tegal Hulan RekreasiRencana pengembangan Tidak
—
Blum—
Sudahdirencanakan direncanakan direncanakan
Potensi penyembuhan Penyembuhan—
Penyembuhan—
Penyembuhanalami tidak alami sulii alami sangatmungkin mungkin
Jumlah bangunan Sangat banyak Banyak Sedang Sedikil Tidak adaPeninggalan sejarah Tidak ada
— — —
AdaSarana dan prasarana Tidak ada
— — —
AdawisaiaPrasarana jalan Jalan dcsa
—
Jalan Kab.—
Jalan negaraListrik Belum ada
— — —
Ada
18
(5.) Metode Matrik Interaksi Leopold
Metode Leopold ini juga dikenal sebagai "Matriks Leopold" atau "Matrik
interaksi dari Leopold". Metode menarik ini mulai dikembangkan oleh Dr. Luna
Leopold dan teman-temannya di Amerika Serikat pada tahun 1971. Metode ini
dirancang untuk menganalisis dampak lingkungan pada berbagai proyek konstruksi
yang berada di suatu wilayah yang relatif masih at ami, Metode ini sangat baik untuk
memberi informasi hubungan sebab dan pengaruh suatu aktivitas atau kegiatan;
disamping itu juga dapat menunjukkan hasil secara kuantitatif, dan juga balk untuk
mengkomumkasikan hasil.
Metode matrik Leopold membagi atau mennci sebanyak 100 (seratus) macam
aktivitas dari suatu proyek dan membagi 88 (delapan puluh delapan) komponen
lingkungan.
Matrik yang diperkenalkan merupakan matriks interaksi dari
100 (seratus) jenis aktivitas proyek dengan 88 (delapan puluh delapan) jenis komponen
lingkungan (matrik berdimensi 100 x 88).
Seratus jenis aktivitas proyek tersebut merupakan penjabaran dari 11 kelompok
kegiatan proyek, yang terdiri atas :
(a). Modifiksi areal (13 aktivitas)
(b). Perubahan lahan dan pembuatan lingkungan fisik (10 aktivitas)
(c). Ekstraksi sumberdaya (7 aktivitas)
(d). Pemrosesan (15 aktivitas)
(e). Perubahan lahan (6 aktivitas)
(f). Pembaharuan sumberdaya (5 aktivitas)
(g). Perubahan lalulintas (11 aktivitas)
(h). Penempatan dan pengotahan limbah (14 aktivitas)
(i). Pengolahan bahan kimia (5 aktivitas)
(j). Kecelakaan (3 aktivitas)
(k). Lain-lain.
19
Sedang 88 jenis komponen lingkungan yang terdapat dalam matrik merupakan
penjabaran dari 5 kelompok komponen lingkungan sebagai berikut :
(a). Fisik dan Kimia
− Bumi (6 parameter)
− Air (7 parameter)
− Atmosfir (3 parameter)
− Proses alamiah (9 parameter)
(b). Keadaan biologi
− Flora (9 parameter)
− Fauna (9 parameter)
(c). Sosial-budaya
− Tata guna tanah (9 parameter)
− Rekreasi (7 parameter)
− Estetika dan minat masyarakat (10 parameter)
− Status budaya (4 parameter)
− Fasilitas dan aktivitas buatan manusia (6 parameter)
(d). Interaksi ekologi (7 parameter)
(e). Lain-lain komponen.
Dampak lingkungan dari proyek d1identifikasi dengan membuat interaksi antara
aktifitas dan komponen lingkungan. Biasanya besaran dampak atau "magnitude" dan
pentingnya dampak (importance) ditentukan besarnya, dengan langkah sebagai berikut :
(1). Langkah I
Langkah pertama adalah membuat matrik dengan menentukan dampak dari tiap
aktivitas proyek terhadap komponen lingkungan. Apabila diduga akan terjadi dampak
pada suatu komponen lingkungan akibat dari suatu aktivitas maka kotak pertemuan atau
sel pada tabel matriks diberi tanda diagonal.
20
(2). Langkah II
Langkah kedua adalah, setiap kotak yang ada diagonalnya akan ditetapkan
besaran (magnitude) dan tingkat kepentingan (importance) dampaknya. Besaran dampak
yang diduga timbul dinyatakan dalam nilai angka satu sampai sepuluh. Nilai satu
merupakan besaran terkecil sedang sepuluh terbesar. Penentuan besaran dampak berupa
skala didasarkan pada analisis evaluasi yang obyektif dengan cara-cara kualitatif
maupiin kuntitatif. Seringkali besaran dampak ditentukan secara "profesional
judgement" atau pertimbangan keahlian. Dampak positif diberi tanda "+", dan untuk
dampak negatif diberi tanda"-".
(3). Langkah III
Untuk besaran kepentingan dampak diberikan nilai satu sampai dengan sepuluh.
Nilai kepentingan ini ditinjau dari kepentingan proyek, sektoral lokat, regional dan
nasional. Penyusunan atau penetapan arti dari skala dilakukan berdasarkan
pertimbangan yang obyektif dari tim interdisipiin yang melakukan analisis tersebut.
Metode matrik interaksi Leopold dapat digambarkan dalam suatu Tabel 12.5
matrik sebagai berikut.
21
Tabel 9.5. Matrik Evaluasi Dampak Metode Matrik Interaksi Leopold
Yang menarik dari Metode matrik Leopold ialah metode tersebut telah
dipergunakan oleh banyak tim dengan modifikasi yaitu dilakukan perubahan pada
jumlah aktivitas proyek dan komponen lingkungan. Komponen dan aktivitas proyek
diubah menjadi lebih banyak jumlahnya atau dapat pula menjadi lebih sedikit
jumlahnya. Demikian pula untuk komponen lingkungan yang seharusnya 88 komponen
dapat dikurangi atau ditambah sesuai dengan proyek yang bersangkutan.
Metode ini dapat dipergunakan datam penyaringan untuk identifikasi dampak
22
lingkungan dan dapat memberikan gambaran dampak secara keseluruhan atas dasar
dampak yang timbul pada setiap komponen lingkungan; dari tabel matrik interaksi
Leopold dapat diketahui komponen apa saja yang banyak terkena dampak. Demikian
juga dapat diketahui aktivitas apa saja yang banyak memmbulkan dampak. Matrik ini
dapat di pergunakan untuk melihat besar dan banyaknya dampak positif dan negatif dan
suatu proyek. Disamping itu juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan
pada berbagai tingkat pembangunan proyek. Misalnya sewaktu rencana pembangunan
proyek (Pra Kontruksi) sewaktu proyek sedang dibangun (Konstruksi) dan sewaktu
proyek beroperasi.(Pasca Konstruksi).
Metode ini telah d-igunakan untuk berbagai macam proyek seperti pada
proyek-proyek pembuatan jalan, pertambangan, pembangunan sumberdaya air, jalankereta api dan sebagainya. Kesemua proyek-proyek tersebut berada dalam daerah yang relative masih alam
2.2 Tahapan Proses Dasar Sistem Evaluasi Dalam AMDAL
a. Tahap Pertama
Tahap pertama merupakan tahap awal sewaktu pemrakarsa proyek
menyampaikan usulan proyek dan penyajian informasi lingkungan (PIL) atau
Initial Environmental Examination/Evaluation (IEE) apabila diharuskan.
b. Tahap Kedua
Apabila instansi yang bertanggung jawab, setelah melakukan evaluasi
usulan proyek dan PIL, menganggap perlu melakukan AMDAL, maka tahap
kedua merupakan tahap pelaksanaan AMDAL. Tetapi apabila dianggap tidak
perlu AMDAL, maka proyek dapat dibangun setelah mendapatkan pedoman
pengelolaan proyek dan ligkungan atau semacam surat tidak keberatan proyek
dibangun kalau dilihat dari sudut lingkungan.
c. Tahap Ketiga
Tahap ketiga merupakan tahap evaluasi atau penilaian pada laporan
AMDAL yang telah dilakukan oleh komisi atau instansi yang bertanggung jawab
proyek tersebut atau instansi lain yang ditetapkan Peraturan Pemerintah. Evaluasi
laporan AMDAL ini juga melibatkan instansi – instansi pemerintah yang erat
hubungannya dengan dengan proyek tersebut., narasumber perorangan atau
instansi yang dianggap ahli mengenai proyek tersebut dan masyarakat atau wakil
masyarakat apabila dianggap perlu. Hasil evaluasi dari berbagai pihak yang
berbentuk pendapat-pendapat dan saran–saran dikumpulkan dan disusun untuk
menyempurnakan laporan AMDAL.
d. Tahap Keempat
Tahap keempat merupakan tahap penyusunan laporan akhir dari AMDAL
berdasarkan pendapat dan saran yang diberikan oleh pihak yang mengevaluasi.
Bagi negara yang menghendaki disusunnya review atau ikhtisar ANDAL dan
Rencana pengelolaan lingkungannya. Pada tahap ini juga disusun RKL dan RPL.
e. Tahap Kelima
Tahap kelima merupakan tahap terakhir yaitu tahap keputusan mengenai
proyek tersebut diambil dan diikuti oleh proses dari keluarnya perizinan –
perizinan yang diperlukan untuk membangun proyek tersebut apabila usulan
proyek diterima. Laporan AMDAL akhir dan/atau hasil review atau ikhtisar harus
dikirim kepada pihak – pihak yang ikut mengevaluasi dan instansi-instansi yang
ditetapkan oleh peraturan dan akan merupakan dokumen terpenting.
1.3 PRAKIRAAN DAMPAK , ANALISIS RESIKO LINGKUNGAN SERTA
EVALUASI DAMPAK DAN RESIKO
Untuk perkiraan dampak , analisis resiko lingkungan dan evaluasi
dampak telah digunakan metode yang sangat sederhana sampai pada metode yang
sangat subjektif. Pada metode paling canggih dasar ilmiah sangat kuat dan
subjektif pun makin berkurang.
Prakiraan dampak
Sesuai dengan dampak , seperti diuraikanlah di atas, dalam prakiraan
dampak prakiran dampak kita harus melakukan dua hal :
A. Prakiraan kondisi lingkungan pada waktu t” tanpa proyek “, yaitu garis dasar Q
B. Prakitikan kondisi lingkungan pada waktu t” dengan proyek yaitu Q
GARIS DASAR
Pengalaman di luar maupun di dalam negeri menunjukan penelitian
AMDAL . umunya menghasilkan banyak sekali data. Banyak peneliti yang
beranggapan, makin banyak data makin baik. Karna banyak terjadi data yang
terkumpul itupun banyak yang dianalisis. Melainkan hanya disajikan dalam
bentuk tabel besar yang panjang serta bentuk lain. Tetapi karana tidak dianalisis
banyak data yang tidak digunakan dalam prakiraan maupun evaluasi dampak dan
karena itu juga tidak digunakan dalam pengambilan keputusan. Pelingkupan
tidaklah berarti kita melakukun eksterm yang lain yang oleh chambers (1985)
disebut quick –and-dirty c (cepat-dan kotor) yaitu penelitian yang cepat
menghasilkan data tidak dapat dipercaya. Penelitian semacam ini di sebut
“pariwisata penelitian”(research tauorism), yaitu penelitiaan yang dilakukan amat
cepat
Tidaklah benar bahwa makin banyak data dan makin teliti adalah makin
baik karena dengan cara itu terkumpul data yang berlebih dan dengan ketelitian
yang berlebihan pula yang mempersulit pengambilan keputusan . Banyak biaya
dan tenaga kerja dan waktu mubasir. Agar pengumpulan data dapat efektip dan
optimal pengumpulan data itu harus didasarkan pada jenis, ruang, dan waktu yang
telah di identifikasikan dalam pelingkupan dan model prakiraan masing-masing
dampak penting itu.
Prakiraan dampak dapat di lakukan dengan berbagai metode diantaranya :
Metode informal . dalam metode yang sederhana prakiraan dilakukan
secara informal berdasarkan intuisi atau pengalaman. Dasar prakiraan itu tidak
dinyatakan secara eksplisit. Prakiraan dampak dengan metode informal sering
tidak dihindari karena, untuk mengumpulkan data yang tidak cukup waktu biaya
dan tenaga yang diperlukan namun subjekvitasnya dalam prakiraan dapat di
kurangi dan konsistensi hasil dapat dipertinggi dengan sedikit atau banyaknya
memformalkan metode informal .
Metode formal .
Analisis resiko lingkungan
Pengolahan resiko lingkungan (PRL). Khususnya analisis manfaat dan
resiko lingkungan untuk dapat mengelolah resiko lingkungaan digunakan (ARL)
atau terlepasnya.
Resiko manfaat ialah suatu factor atau proses dalam lingkungan yang
mempunyai kementakan tertentu untuk menyebabkan konsekuensi yang
merugikan dan dapat menguntungkan kepada manusia dan lingkunganya. Di
dalam analisis dampak lingkungan banyak prakiraan yang mengandung ketidak
pastian. Karna itu ada kementakan besar atau kecil prakiraan yang dapat di buat
AMDAL. Adapun sumber ketidakpastian ada bermacam-macam:
Kesalahan metodologi
Pengetahuan yang terbatas tentang sifat dan kelakuan sistem yang kita prakiraan
Kejadian yang tidak dapat diprakirakan
Dengan adanya kepastian itu makin jelaslah betapa pentingnya untuk
melakukan pemantauan dampak dengan baik dan menggunakan pemantauan hasil
itu sebagai umpan balik untuk memperbaiki pengolahan lingkungan dan operasi
proyek
Dampak dapat dievaluasi secara formal dan informal :
Secara informal yang sederhana adalah memberi nilai verbal misalnya kecil,
sedang dan besar cara lain dengan memberikan skor 1 sampai 5 tanpa patokan
yang jelas.
Metode formal dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
Metode pembobotan. dalam sistem ini diberi bobot dengan menggunakan metode
yang di tentukan secara eksplisit.
Metode ekonomi. Metode ini mudah ditetepkan pada dampak yang memiliki nilai
uang. Untuk dampak yang tidak memiliki nilai uang penerapan, metode ini masih
banyak mengalami kesulitan. cara umum di pakai adalah memberikan harga
bayangan pada dampak tersebut .
Amalgamasi
Tujuan amalgamasi ialah untuk mempermudah pemilihan alternatif oleh
pengambilan keputusan. Amalgamasi adalah merangkum semua nilai yang
didapat menjadi satu atau sejumlah kecil indeks dampak komposit. Amalgamasi
disebut juga agregerasi. Dengan adanya amalgamasi pengambilan keputusan
hanya mempertimbangkan satu angka. Sedangkan tankomposit pengambilan
keputusan indeks komposit pengambilan keputusan harus menghadapi banyak
data yang sebagian yang bersifat verbal .
Keberadaan berlandaskan atas dua alasan utama. Pertama, indeks
kiomposit pada hakekatnya adalah nilai rata-rata dampak. Karna itu indeks
komposit tersebut dapat menutupi dampak yang tingkat besarnya atau dan tingkat
pentingnya tinggi. Keberatan yang kedua terhadap amalgamsilah pada waktu
orang melakukan amalgamasi tidak memperhatikan kaidah tematik.
Pada waktu melakukan amalgamasi haruslah kita periksa dua jenis kata ,
yaitu data nominal dan data ordinal , dan data skalah nisbah. Operasi matematik
kita lakukan dengan memperhatikan kaidah matematik sesuai dengan jenis
data ,untuk menghindari kesalahan, seyogyanya data ordinal yang yang
dinyatakan melainkan dalam bentuk huruf atau symbol.
2.4 PENANGANAN DAMPAK, PEMANTAUAN DAMPAK, DAN AUDIT
LINGKUNGAN
Arti dan tujuan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan bertujuan agar lingkungan dapat
mendukung yang berkelanjutan. Dengan lain perkataan perubahan lingkungan
yang disebabkan oleh pembangunan, baik yang direncanakan maupun yang terjadi
diluar rencana, tidak akan menurunkan akan menghapuskan kemampuan
lingkungan untuk mendukung kehidupan kita pada tingkat kualitas hidup yang
lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan ini hasil akhir Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan haruslah berupa rencana pengelolaan lingkungan. Rencana
pengelolaan lingkungan tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu :
a. Rencana penanganan dampak dan
b. Rencana pemantauan dampak
Apabila pemantauan lingkungan merupakan aktivitas terpisah, ia akan
terjerumus menjadi aktivitas yang mengumpulkan data yang banyak tanpa tujuan
yang jelas. Namun demikian sistematik yang berbeda ini tidak mempengaruhi
prosedur kerja kita, akan tetapi sangat berpengaruh pada cara kita kerja menyusun
rencana pemantauan lingkungan.
Seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3 pelaksana AMDAL bukanlah
konsultan rekayasa yang membuat rancang bangun rekaya suatu penanganan
dampak, melainkan tugasnya ialah menyajikan prinsip dan persyaratan
penanganan dampak serta acuan literatur tentang rancang bangun dan konstruksi
penanganan tersebut.
Rencana Pengolahan Lingkuangan (RKL)
Tujuan penanganan dampak ialah untuk memperbesar dampak positif dan
memperkecil dampak negatif. Dalam rencana penanganan dampak beberapa hal
yang perlu diperhatikan.
Pertama, penanganan dampak haruslah mencakup pertimbangan
lingkungan. Karena itu harus diperhatikan, penanganan dampak akan
menimbulkan pula dampak. Yang diharapkan tentulah bahwa dampaknya akan
positif.
Kedua ,beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penaganan yang
sederhana dan dampaknya terhadap lingkungan sangat kecil sehingga dampak
penaganan tersebut sangat kecil
Ketiga ,penaganan dampak di mulai dari pemilihan alternatif proyek.
Pemilihan alternatif perlu juga memperhatikan ketidak pastian seperti yang di
uraikan di muka.
METODE PENAGANAN DAMPAK
Penaganan dampak dapat di lakukun secara ad hoc untuk dampak yang
kecil penagananya tidak mempuyai dampak penting terhadap lingkungan untuk
dampak yang penagananya bersifat lintas sektoral dan penaganan itu mempuyai
dampak yang luas, penaganan harus merupakan bagian integral pengolahan
lingkungan proyek.
PENAGANAN AD HOC
Penaganan dampak yang bersifat ad hoc , yaitu untuk dampak yang
bersifat kecil tetapi penting contoh dampak debu terhadap kesehatan karyawan
dapat ditagani dengan penggunaan masker dampak konversi hutan menjadi lahan
pertanian terhadap erosi dapat di kurangi dengan pembuatan sengkedan dan
penanaman yang mengikuti garis kontur.
PENAGANAN DAMPAK SEBAGAI BAGIAN TERPADU PENGOLAHAN
LINGKUNGAN
Tujuan dari pengendalian penyebab dampak ialah untuk menghindari atau
membatasi masuknya ke dalam lingkungan zat atau organism yang mempunyai
potensi menggangu kesehatan. Tujuan ini umumnya diusahakan dicapai dengan
digunakan baku mutu kesehatan lingkungan merupakan sebagai mutu kesehatan
lingkungan . Baku mutu tersebut merupakan batasan yang diterima atau yang
diizinkan untuk melindungi masyarakat atau populasi tertentu dari efek yang
merugikan oleh pendedahan oleh faktor tertentu.
PEMANTAUAN DAMPAK
Dalam hubungan dengan AMDAL pemantauan adalah suatu proses
pengukuran , pencatatan analisis dan pelaporan informasi yang berkesinambungan
tentang dampak
Tujuan pemantauan adalah
Pengolahan dampak atau, secara umum lingkungan proyek.
Evaluasi proyek.
Pengembangan kebijaksanaan lingkungan.
Jelaslah yang di maksud dengan pementauan bukanlah aktivitas ilmiah
murni, melainkan aktifitas ilmiah terapan
AUDIT LINGKUNGAN
Audit lingkungan mengukur kondisi lingkungan pada proyek yang sedang
berjalan dengan tujuan untuk megidentifikasikan manfaat dan resiko yang berjalan
.di daerah proyek. dengan identifikasi itulah dapatlah manfaat diperbesar dan
resiko di perkecil. Hasil akhir audit berupa rencana pengolahan lingkungan (RKL)
dan rencana pemantauan lingkungan (RPL)yang di sempurnakan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://myze7386.blogspot.co.id/2014/01/amdal-analisis-mengenai-dampak.html
(Diakses Tanggal 16 Februari 2016 )
http://www.bekasikota.go.id/readotherskpd/115/595/amdal--analisis-mengenai-
dampak-lingkungan- (Diakses Tanggal 16 Februari 2016 )
http://yolandunggio.blogspot.co.id/2011/01/analisis-mengenai-dampak-
lingkungan.html (Diakses Tanggal 16 Februari 2016 )
http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/388/mod_resource/content/0/naskah%20sesi
%20910-AMDAL.pdf (Diakses Tanggal 16 Februari 2016)
http://www.slideshare.net/jatmikosigit/amdal-13502288 (Diakses Tanggal 16
Februari 2016)
Soemarwoto, Otto. 1996. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Bandung :
UGM