etika dan tanggung jawab profesi hukum
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara mengenai etika dan tanggung jawab profesi
hukum adalah berbicara mengenai bagaimana seorang
penegak hukum beretika dan bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya. Dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya profesi hukum harus mampu memberikan
kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan,
dan kebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-
norma keagamaan, kesopanan, dan kesusilaan serta wajib
menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum, dan keadilan
yang hidup dalam masyarakat.
Secara normatif das solen etika dan tanggung jawab
profesi hukum saat ini terlihat baik dan sempurna.
Misalnya profesi seorang jaksa yang mempunyai
keududukan sebagai wakil negara dalam bidang peradilan.
Tugas wakil negara adalah hal yang penting terutama
kaitanya dengan kewibawaan negara. Akan sangat baik
bila profesi seorang jaksa atau profesi hukum yang lain
mempunyai etika dan tanggung jawab yang baik sehingga
dapat dipercaya dan diakui oleh masyrakat.
1
Dalam kenyataan das sein citra etika profesi hukum
tidak sebaik dan seindah tugas dan kewajibannya yang
sangat ideal. Di tengah-tengah masyarakat banyak
terjadi penyalahgunaan profesi hukum tersebut
disebebakan adanya faktor kepentingan. Sumaryono
mengatakan bahwa penyalahgunaan profesi hukum atau
tidak adanya disiplin diri.
Dalam profesi hukum dapat dilihat dua hal yang
sering berkontradiksi satu sama lain, pengembalaan
hukum yang berada jauh dibawah cita-cita tersebut.
Selain itu penyalahgunaan profesi terjadi karena
desakan pihak klien yang menginginkan perkaranya cepat
selesai dan tentunya ingin menang. Klien biasanya tidak
segan-segan menawarkan bayaran yang menggiurkan baik
kepada penasehat hukum ataupun hakim yang memeriksa
perkara.1
Mafia peradilan, itulah istilah yang kini cukup
populer dibicarakan di masyarakat. Banyak profesi hukum
yang memberikan teladan atau perilaku yang kurang baik
terhadap masyarakat. Dalam menangani kakus di peradilan
tidak jarang aparat penegak hukum dalam hal ini hakim,
jaksa dan penasehat hukum “main mata”. Hukum pun
dipermainkan untuk kepentingan mereka sendiri.
1 Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2010. Hlm 22
2
Masyarakat yang tidak tahu tentang aturan hukum pun
mudah untuk dipermainkan.
Masyarakat pun mulai menilai bahwa profesi hukum
tidak lagi menjadi teladan hukum yang baik, dan membuat
masyarakat tidak percaya kepada aparat penegak hukum.
Dengan ini untuk menjaga profesi hukum yang diteladani
perlu adanya etika dan tanggung jawab profesi hukum.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat diambil
rumusan masalah, diantaranya:
a. Apa pengertian etika?
b. Bagaimana tanggung jawab profesi hukum?
c. Apa pengertian profesi hukum?
d. Bagaimana hubungan etika dan profesi hukum?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu agar kita dapat
mengetahui apa itu etika profesi dan tanggung jawab
profesi hukum, mengetahui etika profesi dan tanggyng
jawab profesi hukum, dan bisa mempelajari kasus
pelanggaran kode etik seorang profesi.
1.4 Metode Penelitian
3
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan
tinjauan pustaka sebagai metode analisis. Mengambil
referensi dari beberapa buku untuk memperoleh informasi
yang terkait serta konsep dan teori yang mendukung.
Semua yang ditulis dari makalah ini berasal dari buku
dan sumber yang terpercaya.
1.5 Sistematika Penyajian
Untuk mempermudah pemahaman, tulisan ini dibagi atas
empat bab dan tiap bab terdiri dari beberapa sub bab.
Bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penyajian.
Bab kedua berisi tentang pengertian etika,
pengertian tanggung jawab, pengertian apa itu profesi
dan apa itu profsi hukum, nilai moral profesi, etika
profesi huku, hubungan etika dengan profesi, dan contoh
kasus pelanggaran kode etik.
Bab ketiga adalah bab terakhir dalam tulisan ini.
Bab ini berisi kesimpulan yang telah penulis paparkan
dalam bab analisa kontrastif.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak). 2 Secara etimologis
etika berasal dari bahawa Yunani kuno “Ethos” yang
berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap.3
Menurut Suhrawardi K. Lubis menyatakan bahwa dalam
bahasa agama islam, istilah etika ini merupakan bagian
dari akhlak. Dikatakan merupakan bagian dari akhlak,
karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut perilaku
manusia yang bersifat perbuatan yang lahiriyah saja,
2 Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2010. Hlm 73 ibid
5
akan tetapi mencakup hal-hal yang lebih luas, yitu
meliputi bidang akidah, ibadah dan syari’ah.4
Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku
manusia dalam hidupnya.5 Etika menurut Magnis Suseno
adalah sebuah ilmu dan buku sebuah ajaran. Etika adalah
perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan
rasional ajaran moral yang siap pakai itu.6
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa etika adalah akhlak atau
kebiasaan yang menurut manusianya itu sendiri masih
dalam koridor atau jalan yang benar. Atau etika adalah
yang muncul secara alamiah yang timbul dari diri
sendiri bukan dibuat-buat sebagai nilai dari manusia
tersebut yang menentukan karakter seperti apa yang ia
miliki.
2.2 Tanggung Jawab Profesi Hukum
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa indonesia
adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Berkewajiban menanggung,memikul tanggung jawab,
4 Ibid, hlm 7-85 Burhanudin Salam. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Hlm, 16 ibid
6
menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya
Tanggung jawab dalam pengertian kamus diterjemahkan
dengan kata “responsibility: having the caracter of a free moral agent;
capable of determining one’s own acts; capable of deterred by
consideration of sanction or consequences”.7
Definisi ini memberikan pengertian yang
dititikberatkan pada:
a. Harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap
terhadap suatu perbuatan
b. Harus ada kesanggupan untuk memikul risiko dari
suatu perbuatan.
Bila pengertian itu dianalisis lebih luas, akan kita
dapati bahwa dalam kata having the caracter itu dituntut
sebagai suatu keharusan, akan adanya suatu
pertanggungan moral/karakter.8
Tanggung jawab profesi hukum itu sendiri diartikan
dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib
bertanggung jawab, artinya:9
(1) Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin
tugas apa saja yang termasuk lingkup profesinya.
7 Burhanudin Salam. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Hlm, hlm 288 ibid9 Supriadi, SH. Op. Cit., Hlm. 20
7
(2) Bertindak secara profesional, tanpa
membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma
(prodeo).
Tanggung jawab sebagai kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun
tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
2.3 Pengertian Profesi Hukum
(a) Profesi
Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu.10
Profesi merupakan suatu konsep yang lebih spesifik
diabndingkan denga pekerjaan. Dengan kata lain,
pekerjaan memiliki konotasi yang lebih luas daripada
profesi, suatu profesi adalah pekerjaan, teta[i tidak
semua pekerjaan merupakan profesi.11
Sementara itu Darji Darmodiharjo dan Sidharta
mengemukakan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang
membutuhkan dan memiliki serta memenuhi sedikitnya 5
(lima) persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki landasan intelektualitas, b. Memiliki standar kualifikasi,
10 Supriadi, SH. Op. Cit., Hlm. 1611 kunarto. Etika dalam peradilan pidana. Jakarta; Cipta Manunggal, 1999. hlm. 101
8
c. Pengabdian pada masyarakat,
d. Mendapat penghargaan di tengah masyarakat,
e. Memiliki organisasi profesi
Sebagai pegangan dapat diutaraan pendapat yang
dikemukakan oleh Dr J. Spillane SJ dalam Nilai-nilai
Etis dan Kekuasaan Utopis. Suatu profesi dapat
didefinisikan secara singkat sebagai jabatan seseorang
kalau profesi tersebut tidak bersifat komersial,
mekanis pertanian dan sebagainnya. Secara tradisonal
ada empat profesi; kedokteran, hukum, pendidikan dan
kependetaan.12
Oleh karena itu profesi menurut penulis diartikan
sebagai pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata
pencaharian yang karena sifatnya menuntut pengetahuan
yang tinggi, khusus dan latihan.
(b) Profesi Hukum
Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian
profesi yang ada, misalnya profesi dokter, profesi
akuntan, profesi teknik dan lain-lain. Profesi hukum
12 Suhrawardi K. Lubis, SH. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Hlm. 10
9
sangat bersentuhan langsung denga kepentingan manusia
atau orang yang lazim disebut “klien”.13 Profesi hukum
adalah suatu istilah yang kompleks. disebut demikian
karena kata "hukum" yang melekat padanya memang
bermakna kompleks, multidimensional yang multifaset.14
Setiap profesi hukum dalam menjalankan tugasnya
masing-masing harus senantiasa menyadari, bahwa dalam
proses pemberian Pengayoman hukum, mereka harus saling
isi-mengisi demi tegaknya hukum, keadilan dan kebenaran
yang sesuai dengan jiwa Negara kita yang bersifat
integralistik dan kekeluargaan.15
Biasanya asosiasi yang bersifat profesional adalah
merupakan organisasi yang bukan bertujuan untuk
mendapak mendapatkan untung yang bersifat materi (laba)
akan tetapi berdasarkan kepada prinsip kerjasama dan
kesukarelaan. Dari uraian di atas dapatlah dikemukaan
bahwa yang dimaksut dengan profesi hukum tersebut
adalah segala pekerjaan yang dikaitkan dengan masalah
hukum.
2.4 Nilai Moral Profesi Hukum
13 Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: SinarGrafika, 2010. Hlm 1914 Shidarta. Moralitas Profesi Hukum suatu kerangka berfikir.Bandung: Refika Aditama,2006. hlm, 17315 Purwoto S. Gandasubrata, Renungan Hukum, Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI)Cabang Mahkamah Agung RI, 1998, hlm. 33
10
Profesi hukum merupakan satu profesi yang menuntut
pemenuhan nilai moral dan pengembangannya. Nilai moral
itu merupakan keuatan yang mengarah dan mendasari
perbuatan luhur.setiap profesional dituntut supaya
memiliki nilai moral yang kua. Franz Magnis Susen
mengeukanan lima kriteria nilai moral yang mendasari
keperibadian profesional hukum, diantaranya adalah:16
1) Kejujuran
Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka
profesional hukum mengingkari misi profesinya, sehingga
dia menjadi mnafik, licik, penuh tipu diri. Sikap yang
terdapat dalam kejujuran yaitu:17
(a) Sikap terbuka, berekenaan dengan pelayanan
klien, kerelaan atau keikhlasan melayani atau
secara Cuma-Cuma.
(b) Sikap wajar, ini berkenaan dengan perbuatan
yang tidak berlebihan tidak otoriter, tidak sok
kuasa, tidak kasar, tidak menindas, tidak memeras.
2)Autentik
16 Supriadi, SH. Op. Cit.., Hlm 19-2017 Ibid, hlm. 19
11
Autentik artinya menghayati dan menunjukan diri
sesuai dengan keasliannya, kepribadian yang sebenarnya.
Autentik pribadi profesional hukum diantaranya:18
(a) Tidak menyalahgunakan wewenang.
(b) Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan
martabat.
(c) Mendahulukan kepentingan klien
(d) Berani berinisiatif dan berbuat sendiri
dengan bijaksana, tidak semata-mata menunggu
atasan
(e) Tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
3) Bertanggung Jawab
Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib
bertanggung jawab artinya:19
(a) kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin
tugas apa saja yang termasuk lingkup profesinya ;
(b) bertindak secara proporsional, tanpa
membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma
(prodeo)
(c) kesediaan memberikan laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewajibannya.
4) Kemandirian Moral
18 Ibid, hlm 19-2019 Ibid, hlm 20
12
Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh
atau tidak mudah mengikuti pandangan moral yang terjadi
di sekitarnya, melainkan memebetuk penilaian dan
mempunyai pendirian sendiri. mandiri secara moral
berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas,
tidak terpengaruhi oleh pertimbangan untung rugi
(pamrih), penyesuaian diri dengan nilai kesusilaan dan
agama.20
5)Keberanian Moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara
hati nurani yang menyatakan kesediaan untuk menanggung
resiko konflik. Keberanian tersebut antara lain :21
(a) menolak segala bentuk korupsi, kolusi suap,
pungli
(b) menolak segala bentuk cara penyelesaian
melalui jalan belakang yang tidak sah.
2.5 Etika Profesi Hukum
Kehidupan manusia dalam melakukan interaksi
sosialnya selalau akan berpatokan pada norma atau
tatanan hukum yang berada dalam masyarakat tersebut.
Menakala manusia melakukan interaksinya, tidak berjalan
dalam kerangka norma atau tatanan yang ada, maka akan
20 ibid21 ibid
13
terjadi bias dalam proses interaksi itu. Sebab tidak
bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki kecenderungan
untuk menyimpang dari norma atau tatanan yang ada,
karena terpengaruh oleh adanya hawa nafsu yang tidak
terkendali.22
Hal yang sama juga akan berlaku bagi yang namanya
profesi, khususnya profesi hukum. Berjalan tidaknya
penegakkan hukum dalam suatu masyarakat tergantung pada
baik buruknya profesional hukum yang menjalani
profesinya tersebut. Untuk menghindari jangan sampai
terjadi penyimpangan terhadap menjalankan profesi,
khususnya profesi hukum, dibentuklah suatu norma yang
wajib dipatuhi oleh orang yang tergabung dalam sebuah
profesi yang lazim disebut “Etika Profesi”. Dengan
harapan bahwa para profesional tersebut tunduk dan
patuh terhadap kode etik profesinya.
Menurut Notohamidjojo dalam menjalankan
kewajibannya, profesional hukum perlu memiliki:23
a) Sikap manusiawi, artinya tidak menanggapi hukum
secara formal belaka, melainkan kebenaran yang
sesuai dengan hati nurani.
b) Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang sesuai
dengan perasaan masyarakat.
22 Supriadi, SH. Op. Cit.., Hlm 20-2123 Ibid, hlm 21
14
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk
menentukan keadilan dalam suatu perkara kongkret.
d) Sikap jujur, artinya menyatakan sesuai itu benar
menurut apa adanya dan menjauhi yang tidak benar
dan tidak patut.
2.6 Hubungan Etika dan Profesi Hukum
Etika dimasukkan dalam disiplin pendidikan hukum
disebabkan belakangan ini terlihat adanya gejala
penurunan etika dikalangan aparat penegak hukum, yang
mana hal itu tentunya akan merugikan bagi pembangunan
masyarakat di Indonesia.24
Di sisi lain, seorang profesional hukum harus
memiliki pengetahuan bidang hukum yang andal, sebagai
penentu bobot kualitas pelayanan hukum secara
profesional kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan
Pasal 1 Keputusan Mendikbud No 17/Kep/O/1992 tentang
Kurikulum Nasional Bidang Hukum, program sarjana bidang
hukum bertujuan untuk menghasilkan sarjana hukum
yang:25
1) Menguasai hukum indonesia
2) Mampu menganalisis masalah hukum dalam masyarakat
24 Suhrawardi K Lubis, etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Hlm 425 Supriadi, SH. Op. Cit.., Hlm 21
15
3) Mampu menggunakan hukum sebagai sarana untuk
memecahkan masalah kongkret dan tetap berdasarkan
prinsip-prinsip hukum
4) Menguasai dasar-dasar ilmiah untuk mengembangkan
ilmu hukum dan hukum
5) Mengenal dan peka akan masalah-masalah keadilan
dan masalah-masalah kemasyarakatan.
Dengan adanya pelajaran etika profesi hukum ini
diharapkan lahirlah nantinya sarjana-sarjana hukum yang
profesional dan beretika. Pengembangan profesi hukum
haruslah memiliki keahlian yang berkeilmuan, khususnya
dalam bidang itu. Oleh karena itu setiap profesional
harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga
masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang
hukum. Untuk itu tentunya memerlukan keahlian yang
berkeilmuan.26
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup, yang mana
berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional
di bidang hukum terhadap masyarakat dengan keterlibatan
penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat
yang membutuhkan pelayanan hukum.27
26 Suhrawardi K Lubis, etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Hlm. 627 Ibid
16
Dari uraian di atas hubungan antara etika dan
profesi hukum sangat erat, sebab dengan etika inilah
para profesional hukum dapat melaksanakan tugas
(pengabdian) profesinya dengan baik untuk menciptakan
penghormatan terhadap martabat menusia yang pada
akhirnya akan melahirkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat.
2.7 Contoh Kasus
Pilih Main Tenis Daripada Sidang, Ketua Pengadilan dan 3 Hakim
Dihukum MA.28
Jakarta - Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan hukuman
disiplin kepada 45 hakim se-Indonesia kurun Januari-
Maret 2014. Empat di antaranya dihukum karena lebih
memilih main tenis daripada bersidang.
Hal ini seperti dilansir Badan Pengawas MA di
websitenya, Jumat (4/4/2014). Empat di antara 45 nama
itu ada 3 hakim dan 1 ketua pengadilan yang diberikan
sanksi kode etik berupa teguran lisan."Menjatuhkan
hukuman kepada hakim Strm, Ketua Pengadilan Agama (PA)
Pl berupa hukuman disipin sedang berupa dimutasikan ke
pengadilan lain dengan kelas yang lebih rendah," putus
Kepala Badan Pengawas MA, Sunarto.
28 http://news.detik.com/read/2014/04/04/152334/2545767/10/pilih-main-tenis-daripada-sidang-ketua-pengadilan-dan-3-hakim-dihukum-ma
17
Kode etik yang dilanggar yaitu Pasal 12 Kode Etik
dan Perilaku Hakim. Yaitu 'Hakim harus berperilaku
disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau
kaidah-kaidah yang diyakini sebagai panggilan luhur
untuk mengemban amanah serta kepercayaan masyarakat
pencari keadilan'.
"Namun oleh karena pelanggaran yang dilaporkan
Terlapor bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk
kepentingan PTWP (Pertandingan Tenis Warga Pengadilan)
Ketua PA Cup ke IV maka kami berpendapat lebih tepat
terlapor dimutasikan ke pengadilan agama yang kelasnya
sama dengan jabatan yang sama," sambung Sunarto.
Selain menghukum hakim Pl, MA juga menghukum 3 hakim
pengadilan negeri di kabupaten yang sama dengan kasus
yang sama yaitu hakim Rml F Tmbln, AFS Dwtr dan R Ys
Hrty. Masuk dalam daftar sanksi tersebut hakim yang
diadili di Majelis Kehormatan Hakim (MKH) kurun waktu
Januari-Maret 2014 lalu.
Dalam kasus di atas dapat dilihat bahwa banyak hakim
di Indonesia yang memilih bermain tenis dari pada
melakukan sidang, dan itu jelas melanggar etika yang
seharusnya tidak dilakukan oleh seorang hakim yang
sedang menangani kasus.
18
Juga yang telah dibahas bersama, misal hakim dengan
pengacara tidak boleh saling bertemu atau sekedar minum
kopi bersama atau main golf bersama. Di sini diartikan
sebagai hakim menjaga etika, dan apabila hakim
melakukan hal-hal tersebut di sini hakim dianggap
melanggar etika. Dalam hal ini hakim di tuntut untuk
menjaga etika karena tidak dipungkiri pertemuan antara
pengacara yang hanya sekedar minum kopi atau bermain
golf bisa mempengaruhi keputusan hakim pada sidang yang
ditanganinya.
Ada seorang hakim yang memang benar-benar tidak mau
atau menolak pemberian hadiah meski itu bukan orang
yang sedang ditangani kasusnya, atau menolak hadiah
setelah menghadiri acara televisi. Di sini hakim
mungkin dianggap berlebihan dalam menjaga etikanya.
Namun menurut saya itu boleh saja, karena dia bersikap
hati-hati dan tetap menjaga, karena pada suatu saat
bisa saja dia menangani kasus seseorang tersebut dan
bisa mempengaruhi keputusannya, juga menjaga image agar
orang yang melihat pemberian itu tidak beranggapan
hakim mudah menerima hadiah dari siapapun.
19
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
1. Etika adalah akhlak atau kebiasaan yang menurut
manusianya itu sendiri masih dalam koridor atau
jalan yang benar. Atau etika adalah yang muncul
secara alamiah yang timbul dari diri sendiri bukan
dibuat-buat sebagai nilai dari manusia tersebut yang
menentukan karakter seperti apa yang ia miliki.
2. Tanggung jawab profesi hukum itu sendiri diartikan
dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib
bertanggung jawab, artinya:
(3) Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin
tugas apa saja yang termasuk lingkup profesinya.
(4) Bertindak secara profesional, tanpa
membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma
(prodeo).
20
Tanggung jawab sebagai kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun
tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
3. Oleh karena itu profesi menurut penulis diartikan
sebagai pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai
mata pencaharian yang karena sifatnya menuntut
pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan.
Sedangkan Profesi hukum sangat bersentuhan langsung
denga kepentingan manusia atau orang yang lazim
disebut “klien”. Profesi hukum tersebut adalah
segala pekerjaan yang dikaitkan dengan masalah
hukum.
4. Profesi hukum memiliki nilai moral, yang diantaranya
a. Kejujuran
b. Autentik
c. Bertanggung jawab
d. Kemandirian moral
e. Keberanian moral
5. Menurut Notohamidjojo dalam menjalankan
kewajibannya, profesional hukum perlu memiliki:
a. Sikap manusiawi,
b. Sikap adil,
c. Sikap patut,
d. Sikap jujur.
21
6. Hubungan antara etika dan profesi hukum sangat erat,
sebab dengan etika inilah para profesional hukum
dapat melaksanakan tugas (pengabdian) profesinya
dengan baik untuk menciptakan penghormatan terhadap
martabat menusia yang pada akhirnya akan melahirkan
keadilan di tengah-tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
22
Burhanudin Salam. 2002. Etika Sosial Asas Moral dalam
Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta
Gandasubrata, Purwoto S. 1998. Renungan Hukum Ikatan
Hakim Indonesia (IKAHI)
Kunarto. 1999. Etika dalam peradilan pidana. Jakarta:
Cipta Manunggal
Lubis, Suhrawardi K. 2012. Etika Profesi Hukum.
Jakarta: Sinar Grafika
Supriadi. 2010. Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Shidarta. 2006. Moralitas Profesi Hukum suatu kerangka
berfikir. Bandung: Refika Aditama
23