ecm (english course management)
TRANSCRIPT
1
BAB I
SEJARAH PERKEMBANGAN KURSUS BAHASA INGGRIS
A. PENDAHULUAN
Bahasa inggris sebagai bahasa internasional sangat penting peranannya di
berbagai bidang terutama di bidang pendidikan. Maka dari itu banyak lembaga
yang ingin mendirikan kursus bahasa inggris. Banyak orang menganggap bahwa
kursus bahasa inggris mempunyai prospek bagus di masa depan karena bahasa
inggris sangat penting dan di butuhkan.
Banyak orang beranggapan bahwa bisnis mendirikan lembaga bimbingan
belajar merupakan bisnis yang tidak akan merugikan. Karena berkembangnya
jaman, dunia pendidikan akan terus dibutuhkan oleh masyarakat khususnya
bahasa inggris. Bahasa inggris merupakan bahasa internasional yang akan menjadi
pengantar di era globlalisasi.
Indonesia yang memiliki populasi penduduk yang cukup besar mencapai 240
juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk sekitar 1,4% per tahun
merupakan potensi pasar yang cukup besar dalam bidang pendidikan, khususnya
dalam penyediaan jasa bimbingan belajar Bahasa Inggris.Ada dua jenis
pendidikan yang dikenal di masyarakat Indonesia, yaitu pendidikan formal
(seperti TK, SD sampai Univesitas) dan pendidikan nonformal (seperti kursus
komputer, les Bahasa Inggris dan sebagainya).
Dalam hal ini pendidikan nonformal, khususnya Bahasa Inggris memiliki
peranan yang tidak kalah penting. Pendidikan ini berfungsi untuk membantu anak
didik untuk memaksimalkan potensinya yang mungkin belum seluruhnya bisa
diperoleh melalui jenjang pendidikan formal. Bahasa Inggris merupakan
kebutuhan yang sangat penting dalam era globalisasi saat ini.Apalagi
perkembangan sistem pendidikan sekarang ini telah memasukkan Bahasa Inggris
sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional.
Membaiknya perekonomian masyarakat dan berubahnya pola kehidupan
terutama diwilayah perkotaan yang mobilitas masyarakatnya cukup tinggi,
2
sehingga waktu orang tua dalam membimbing dan mendidik anaknya dalam hal
pendidikan tentunya semakin berkurang hal ini tentunya menjadikan bimbingan
belajar Bahasa Inggris menjadi salah satu alternatif pilihan orang tua untuk
mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan anaknya dalam berbahasa Inggris.
Dengan demikian prospek pendirian jasa bimbingan belajar cukup besar.
Khususnya Bahasa Inggris memiliki peranan yang tidak kalah penting. Pendidikan
ini berfungsi untuk membantu anak didik untuk memaksimalkan potensinya yang
mungkin belum seluruhnya bisa diperoleh melalui jenjang pendidikan formal.
Bahasa Inggris merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam era
globalisasi saat ini.Seperti kita ketahui bahwa perkembangan tehnologi di era
globalisasi sangat pesat khususnya di bidang informasi yakni melalui komputer.
Komputer yang di dalamnya terdapat banyak fasilitas yang bisa kita dapatkan
seperti internet dan lain-lain. Dan pengoperasian komputer sendiri menggunakan
bahasa inggris. Hal ini menuntut kita untuk bisa menguasai bahasa inggris agar
kita lebih mudah mengoperasikan komputer dan mendapatkan informasi yang kita
inginkan lewat komputer berupa informasi lewat internet. Selain komputer, masih
banyak lagi peralatan dengan tehnologi canggih yang menggunakan bahasa
inggris untuk mengoperasikannya.
Untuk itu banyak orang berfikir untuk menambah pengetahuan mereka dengan
mempelajari bahasa inggris. Dengan bias menguasai bahasa inggris dengan baik
tentulah akan berguna bagi mereka, hal ini untuk mempermudah mereka dalam
hal memperoleh informasi baik dari internet maupun dari media yang lain seperti
televisi maupun radio. Kita tahu bahwa ada banyak program televisi dan radio dari
luar negeri seperti BBC,VOA,CNN dan lain-lain yang menyuguhkan acara
berbagai bidang baik informasi maupun hiburan. Untuk itu alangkah lebih baik
jika kita mengikuti perkembangan jaman dengan mengetahui berbagai informasi
baik dari dalam dan dari luar negeri. Dan tentunya dari berbagai program televisi
dan radio luar negeri semua menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa
pengantarnya.
Fenomena tersebut diatas mengindikasikan prospek pendirian jasa bimbingan
belajar cukup besar.Karena tingkat kebutuhan untuk menguasai bahasa inggris
3
menjadi hal penting bagi banyak orang, terutama orang yang membutuhkan
banyak informasi. Mereka merasa bahwa dengan menguasai bahasa inggris akan
mempermudah mereka dalam hal mendapatkan informasi.
B. SEJARAH MUNCULNYA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Sejarah manusia mengenal bercocok tanam dan berburu pada tahap awal
kehidupanny, sejak inilah barangkali kita sudah berhubungan dengan alih
ketrampilan dari generasi berikutnya. Alih ketrampilan dan pengetahuan itulah
yang kita ketahui sebagai awal mulanya pendidikan pelatihan.
Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
Zais, (1986:317) mengemukakan bahwa pendidikan dapat diartikan
sebagai proses memperluas kepedulian dan keberadaan seseorang menjadi dirinya
sendiri, atau proses mendefinisikan dan meredefinisikan keberadaan diri sendiri di
tengah-tengah lingkungannya. Sedangkan Pelatihan dapat diartikan sebagai proses
di mana para instruktur memanipulasi peserta dan lingkungan mereka dengan
cara-cara tertentu sehingga peserta mampu menguasai perilakuyang diinginkan.
Melengkapi pendapat tersebut di atas, menurut Wexley and Yukl (1995:301)
menyatakan “pelatihan adalah proses di mana pekerja mempelajari keterampilan,
sikap dan perilaku yang diperlukan guna melaksanakan pekerjaan mereka secara
efektif”.
Tujuan pendidikan dan pelatihan yaitu: Pendidikan & Pelatihan yang dimaksud
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000, bertujuan
untuk :
• Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan
instansi.
4
• Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
• Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat.
• Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan
tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya
kepemerintahan yang baik.
Periodisasi tentang pendidikan dan pelatihan adalah upaya untuk lebih
mengtahui dan memahami tentang perkembangan diklat pada suatu bangsa dan
Negara. Perancis, serta Jerman dan Negara-negara eropa lainnya, penyusunan
periodisasi diklat dapat disusun dengan berpedoman pada data tertulis yang
mereka miliki. Lain halnya di Negara-negara yang sedang berkembang,
nampaknya sulit untuk melakukan periodisasi diklat, mengingat keterbatasan atau
langkanya data yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan diklat. Demikian juga di
Indonesia, sejarah kediklatan kurang mendapat perhatian, sehingga agak sulit
untuk menyusun perkembangan diklat di Indonsia. Tetapi, minimal kita
mengetahui dari sejarah ekonomi Indonesia tentang adanya pelatihan bagi para
calon juru tulis yang akan bekerja di Pemerintah belanda dan Perusahaan
Perkebunan. Barangkali mereka itulah yang dapat kita anggap sebagai embrio
pelatihan. Berikut ini adalah periodisasi kediklatan yang di susun oleh Vincent A.
Miller (1996), antara lain :
1. Periode Prasejarah (zaman batu)
Dewasa ini, manusia telah menemukan alat-alat untuk bercocok tanam,
dan membuat pakain (dari kulit kayu), membuat tempat tinggal, dan
mempergunakan bahasa. Penemuan alat-alat senjata, pakaian, dan tempat tinggal
merupakan langkah awal pengalihan pengetahuan dan ketrampilan kepada
generasi berikutnya. Mereka mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan tersebut
tidak dengan kata-kata tertulis, tetapi denga contoh-contoh nyata (disengaja),
tanda-tanda atau kata-kata. Dengan berhasilnya pesan yang disampaikan dari
generasi muda, pada saat itulah terjadi alih pengetahuan dan ketrampilan, serta
5
proses pengembangan yang kita sebut dengan diklat yang diadministrasikan.
Penemuan-penemuan merupakan kemungkinan terjadinya siklus penemuan pada
sejarah umat manusia masa lalu, yang dapat kia lihat di gua-gua peninggalan
zaman batu dalam bentuk gambar.
2. Periode Magang (Apprenticeship)
Sistem magang telah ada sejak tahun 1800 SM, seperti tercantum dalam
Kode Hammurabi. Sistem magang bukan hanya milik para artis (ahli
seni/seniman), tetapi semua lapangan pekerjaan, seperti dokter, ahli hukum, ahli
pendidikan, dan sebagainya. System ini berlangsung dalam tiga tahap, yaitu
seseorang yang berpengalaman mengalihkan, mentransfer pengetahuan dan
ketrampilannya kepada pemagang, setelah itu melalui periode magang baru
menjadi journeyman (ahli perdagangan) atau yeom(ahli administrasi).
Kemungkinan, dinegara Indonsia, system semacam ini banyak dilakkukan oleh
para pengrajin kayu dan bamboo di Jawa Tengah, Sumatra, dan Aceh, juga di
setiap propinsi umumnya.
3. Periode Gilda (Guilds)
Periode Gilda terkenal pada abad pertengahan. System ini merupakan
kumpulan orang-orang yang mempunyai minat dan kepentingan bersama untuk
memajukan perusahaan. System ini dikenal pertama kalinya di Inggris sebelum
Bangsa Normandia menyerbu Inggris tahun 1066. Pada akhir abad 12, system
Gilda tersebar di seluruh Eropa. Tujuan utama system ini adalah pengamanan
bersama, saling membantu, dan saling menguntungkan. Intinya, system Gilda
menciptakan usaha/franchise pada saat yang sama menentukan kualitas produk,
melahirkan standar kualitas,standar bagi tenaga kerja.
Ada tiga kelas keanggotaan dalam sistem Gilda, pertama adalaj para
tuan/majikan yang memilih bahan-bahan mentah, alat-alat produksi, dan
mengarahkan pekerja secara langsung: kedua, pemagang yang yang biasanya
tinggal bersama majikan, mereka mendpata kesempatan mengikuti pelatihan dan
makan selama tinggal di tempat majikan, ketiga journeyman(para pedagang) yang
telah menyelesaikan tahap magangnya, tetapi belum memiliki kualifikasi sebagai
6
majikan, menerima upah untuk pekerjaanya. Para journeyman tinggal bersama
dengan majikannya, tetapi mereka memilih kemungkinan untuk menabung, dari
hasil upahnya membeli alat produksi da menempuh ujian sebagai ahli dibidangnya
(pengrajin). Bila telah lulus ujian sebagai para pengrahin, journeyman telah resmi
menjadi ahli pengrajin dan dapat membuka tokonyo sendiri.
Karena semakin berkembang perdagangan di eropa, maka sangat
dibutuhkan mesin-mesin sebagai alat yang merupakan investasi yang besar.
Keadaan ini tidak menguntngkan bagi journeyman. Oleh kaena itu, mereka
menjadi yeomanry(gilda yeomanry). Ini merupakan awal dari berdirinya Serikat
buruh Sistem gilda abad yang berlangsung dari ke 12 sampai dengan abad ke 15
di Eropa.
4. Periode Pendidikan dan Pelatihan Pengrajin
Periode ini lebih ditekankan pada pencapaian keahlian/spesialisasi
pekerjaan. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan lebih ditekankan pada
kualitas. Diklat yang diterima oleh pekerja mendapata dukunga yang kuat dari
organisasi pekerja (union), yaitu dengan adanya Undang-Undang yang
menyiapkan suatu rentang pendidikan kejuruan yang luas.
Keadaan ini tidak terlepas dari lahirnya industry, yang berarti adanya dua
perubahan dalam persiapan untuk bekerja. Pertama, perlu adanya diklat yang
spesifik dan dipersyarakan sebelum tugs-tugas khusus dilaksanakan. Kedua,
dipersyaratkan adanya suatu orientasi pekerjaan yang bermacam-macam/berbeda-
beda.
Revolusi industry mensyaratkan perlunya pendidikan untuk tugas-tugas
khusus, juga fungsi pendidikan dalam organisasi perusahaan yang sedang
berkembang.
Salah satu hal yang paling menarik dalam sejarah pendidikan bisnis bahwa
beberapa sekola administrasi bisnis awal didirikan sebagai program-program
kursus bisnis pada pertama kalinya. Kursus-kursus yang disponsori oleh organisa-
organisasi perusahaan lebih dahulu didirikan, dan diikuti kemudian oleh kursus-
kursus bisnis secara penuh.
7
Sejarah perkembangan diklat yang diikuti oleh ekspansi industry sangat
menakjubkan. Tahun 1809 Grand Lodge New York di bawah kepemimpinan De
Wit Clintons membangun fasilit pendidikan kejuruan. Diklat yang bersifat manual
mulai dilaksanakan di Amerika Serikat tahun 1825. Konsep aplikasi pendidikan
dan pelatihan pada praktek telah berjalan di Amerika Serikat sejak institute
Politeknik Rensselear menjadi kursus pertama yang mendobrak rintangan pada
tahun 1824. Pengajaran di bidang pertanian, pendidikan, administrasi bisnis,
akuntansi, dan jurnalistik, serta yang lain pun mengikutinya. Sehingga lambat
laun berkembang penerimaan secara umum bahwa ada keterkaitan antara
pendidikan dan pelatihan.
5. Periode Pengembangan industri
Revolusi industry di mulai di Inggris tahun 1750, dan menyebar ke
Perancis, Jerman, dan Amerika. Perkembangan revolusi industry di Amerika dit
Andai dengan dibangunnya banyak pabrik tekstil dengan jumlah pegawai
76.000 orang (1885). Pekerja ini terdiri dari para wanita dan anak-anak yang
kemudian disebut “pekerja industry”, industry menjadi terlibat dalam isu yang
besar dalam pendidikan dan peningkatan kualitas hidup. Metode kasus dalam
diklat dikembangkan oleh Christopher Langdell di Fakultas hukum universitas
Harvard tahun 1880. Teknik diklat yang tidak langsung dapat digunakan pada
kelompok kecil maupun kelompok besar. Teknik lainnya banyak digunakan
adalah bermain peran(role play).
6. Periode Diklat tahun 1910-1920
Dimulainya diklat khusus sehubungan dengan ditetapkannya konsep
produksi lini pada tahun 1910, dan ban berjalan pada tahun 1913. Dengan ban
berjalan, rakitan sebuah mobil dimulai dari kerangka (chasis) dan diakhiri dengan
selesainya lengkap sebuah mobil Ford modelT.
Perang dunia I memacu stimulus untuk melaksanakan diklat. Dibutuhkan
alat-alat perang, seperti kapal perang, mendorong Emergency Fleet Corporation
of The United State Shipping Board membentuk seksi pendidikan dan pelatihan .
8
Dibutuhkan 61 kapal perang, dengan pekerja sebanyak 50.000 orang. Namun,
untuk menyelesaikan tugas itu dibutuhkan 10 kali lipat jumlah pekerja yang
terlatih. Charles R. Allen, yaitu seseorang yang ditugaskan memimpin program
tersebut memerintahkan agar mereka yang mendapat pendidikan dan pelatihan
pada galangan kapal dan para pelatih (instruktur) harus menjadi supervisor pada
galangan tersebut. Allen menggunakan metode 4 (empat) langkah, yaitu
menunjukkan(show), istruksi(tell), melaksanakan(do), dan cek(check) sebagai
metode standar yang digunakan sebagai metode pelatihan kerja untuk mengatassi
masalah Perang Dunia I.
7. Pendidikan dan pelatihan tahun 1920
Pada masa setelah PD I, berkembangalah industry elektronik pertama,
yaitu munculnya radio. Pada masa ini dibutuhkan tenaga penjual produk radio,
dan banyak pula stasiun radio yang menyiarkan siaranya ke seluruh wilayah
Amerika. Ini ditanggapi oleh bangsa Amerika yang banyak membeli radio, lemari
es, mesin cuci yang merupakan cirri status social. Tenaga penjual inilah yang
memerlukan pelatihan. Mereka inilah yang bertugas menjual produk industry dari
rumah ke rumah (door to door).
8. Pendidikan dan pelatihan tahun 1930 (masa depresi)
Pada masa depresi ini yanga lebih berperan adalah pemerintah yanf
memberikan pelatihan bagi para penganggur. Pelatihan yang dilakukan adalah
pelatihan kerajinan tangan (handycraft). Media pendidikan dan pelatihan ,
digunakan adalah papan tulis, flipchart, slide, dan film 16 mm. dengan
dipergunakannya film 16 mm yang bersuara, pada saat ininlah di kenal dengan
audio visual bagi media pendidikan dan pelatihan.
9. Pendidkan dan pelatihan tahun 1940
Amerika merupakan Negara yang pertama kali mempunyai asosiasi
pendidikan dan pelatihan, yaitu National of Sales Training Executive, yang
kemudian menjdai American Society for Training and Development(ASTD)
9
Pada Perang Dunia II dibutuhkan tenaga terlatih yang lebih banyak untuk
melakukan produksi alat-alat perang. Dan seperti pada Perang Dunia I, banyak
dilaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk tenaga-tenaga yang belum terlatih.
Tetapi, siapa yang akan melaksanakan pendidikan dan pelatihan itu?.
Diklat menjadi suatu kebutuhan, dan topic pendidikan dan pelatihan manajemen
(training management) menjadi hal yang umum dalam hirarki majnajemen. Salah
satu badan penyelenggara diklat yang terbaik di Amerika Serikat adalah Training
With Industry and Service yang didirikan pada tahun 1940 oleh The National
Defence Advisory Comission. Pada tahun 1942, dengan keputusan presiden, TWI
menjadi bagian dar War Manpower Comission yang berbeda di bawah Bureu
Training dan dikembangkan menjadi JIt (Job Instruction Training) dalam
pelatihan supervisor pada Departemen Pelatihan Amerika Serikat yang bertujuan
untuk melatih ketrampilan para pekerja secepat mungkin. Pelatihan bagi para
pelatih tersebar di seluruh Amerika dengan jangka waktu tiga hari, dengan jumlah
15-30 orang, yang kemudian berkembang menjadi 45 orang, dan akhirnya
bekembang menjadi pelatihan, seperti JRT (Job RelationsTraining), JMT (Job
Method Training), dan JST (Job Safety Training).
10. Pendidikan dan pelatihan tahun 1950
Pada tahun 1950-1955, media diklat yang banyak digunakan adalah
rekaman. kabel (cord recorder), dan pada tahun 1956 ditemukan video tape yang
dibuat oleh Ampex Corporation. Karena bentuk video tape ini tidak praktis, maka
penggunaan media video tape ini untuk diklat tidak berlangsung lama dan tahun
1970, video tape berwarna dipakai sebagaimedia diklat. Sejak tahun 1950,
bussinss game dan in basket, simulasi pengambilan keputusan bagi pelatihan
manajer banyak dipergunakan sebagai metode diklat, sedangkan metode role play
banyak digunakan dalam diklat penjualan dan manajemen industry.
11. Pendidikan dan pelatihan tahun 1960
10
Pada tahun 1960, salah satu organisasi bisnis Amerika menggunakan
Assesment centre, dan selanjutnya pada pertengahan tahun 1960 lebih banyak
organisasi bisnis yang menggunakan Assesment centre.
Muncul beberapa lembaga Diklat yang menggunakan teknik/materi
laboratorium diklat(training laboratory) sesitivitas training, change attitude, dan
juga teknik yang sangat popular, yaitu teknik pengajaran program(programme
instruction). Menjelang tahun 1970, lembaga diklat di Amerika mulai
mempergunakan computer dalam pelaksanaan diklatnya.
12. Pendidikan dan pelatihan 1970
Pada tahun 1970, diklat lebih bersifat professional. Lembaga diklat
terbesar di Amerika Serikat ASTD menerbitkan majalah Professional
Development Manual For Trainer. Majalah ini penuh dengan informasi tentang
bagaimana membuat training need, evaluasi, pengembangan manejemen,
motivasi, dan fungsi serta metode diklat. Organization Development (OD)
mengembangkan komponen-komponen yang saling mengisi, teknik seleksi
enonjol, pengembangan pegawai, struktur organisasi, metode manajemen,
hubungan internasional, dan dinamika kelompok. Mereka yang mengikuti diklat
(OD) , sekarang lebih banyak berkenalan dengan pengembangan organisasi
dengan nama Humas Resource Department (HRD).
Jika departemen personel dan lembaga berkaitan dengang orang, maka OD
konsultan berkaitan dengan kesehatan organisasi. Banyak para pelatih senior
menjadi konsultan, baik di dalam maupun diluar organisasi. Hasil kerja yang telah
dilaksanakan oleh bidang need assessment (penilaian kebutuhan) analis tugas ,
dan evaluasi menjadi pelaksana dasar diperkenalkannya belajar berdasar
kompetensi (Competency Based Learning). Kompetensi ini berkenaan dengan
pemilihan peserta diklat dalam mengembangkan kompetensi yang specificdan
yang memiliah kompetensi teknik yang cocok dengan pernyataan tugas pekerjaan
tidak perlu mengetahui diklat. Banyak teknologi diklat dipakai pada periode ini,
seperti peningkatan perangkat keras diklat (video,satelis,computer).
13. Pendidikan dan pelatihan tahun 1980.
11
Pada tahun 1980, penggunaan computer sangat maju sekali. Banyak
organisasi besar menyadari bahwa mereka memasuki dan harus berani
menghadapi pasar global. Jika mereka mau bertahan hidup (survive). Sebagai
akibatnya,ASTD lebih menempatkan diri sebagai lembaga yang menyediakan
informasi yangmemberitahukan kepada peserta Diklat bagaimana diklat dapat
dipergunakan oleh operasi global perusahaan.
14. Pendidikan dan pelatihan tahun1990- sekarang
Dalam decade ini, ekonomi global akan terus berlanjut mengubah cara
berorganisasi dan beroperasi dalam bisnis. Pelaksanaan akan diukur oleh
keputusan standar melalui penggunaan dan era baru bagi para peserta (trainee)
akan mendukung organisasi untuk mencapai pelaksanaanya. Sebagaian besar,
sumber daya professional akan ikut serta membantu perubahan dan transformasi
organisasi. Para professional pembelajaran akan bekerja dengan menggunakkan
banyak model individual dan organisasi pembelajara, terutama mereka yang
menggambarkan bagaimana orang belajar dalam konteks bekerja. Kekuatan
teknologi akan mengubaha cara penciptaan informasi, penyimpanan diklat. Kelas
dan peserta yang dipimpin oleh instruktur akan sering diganti berdasarkan
pembelajaran. Dalam perannya, sebagai organisasi pembelajaran, trainer akan
mengubah dan megurangi porsi dirinya sebagai guru bagi perserta (Robert Craigh,
1966).
Setelah mengetahui perkembangan sejarah pelatihan selama beberapa periode,
dapat disimpulkan bahwa pelatihan berasal dari Negara-negara bagian barat,
seperti Eropa, dan Amerika. Negara-negara tersebut menjadi basis munculnya
pendidikan dan pelatihan untuk manusia mulai dari zaman batu(stone age) hingga
zaman modern sekarang ini
C. ANALISA MENDIRIKAN KURSUS BAHASA INGGRIS
12
Dalam mendirikan sebuah lembaga bimbingan bahasa inggris perlu sebuah
perencanaan dan analisa yang matang.Karena hal ini sangat penting untuk
perkembangan selanjutnya apakah kursus itu bisa berkembang atau malah
sebaliknya. Perencanaan dan analisa di sini mencakup berbagai hal seperti lokasi,
sasaran, dana, fasilitas, materi yang dibutuhkan dan pengajar. Sebuah kursus bisa
berkembang tentunya dengan perencanaan yang matang dan pengelolaan yang
baik.Berbagai hal di atas harus benar-benar diperhatikan supaya lembaga
bimbingan belajar bisa berkembang dengan baik.
Sebelum mendirikan lembaga bimbingan belajar, tentunya memerlukan
persiapan dana untuk memenuhi kebutuhan baik itu berupa peralatan yang
dibutuhkan maupun untuk keperluan memberi gaji pengajar. Adapun persiapan
awal berupa sasaran yang akan dituju dalam hal ini konsumen atau peserta didik
juga harus di rencanakan. Berikut ini uraian yang lebih jauh mengenai segala hal
yang perlu dipersiapkan dengan matang.
1. Dana
Persiapan dana adalah hal yang sangat penting, karena tidak bisaa di
pungkiri bahwa mendirikan sebuah kursus memerlukan peralatan untuk
menunjang proses belajar dan mengajar. Dana yang diperlukan benar-benar harus
dipersiapkan, karena bila tempat atau lokasi sudah ada namun dana belum
mencukupi, maka akan menghambat proses mendirikan kursus. Bagaimanapun
fasilitas berupa peralatan mengajar dan sebagainya sangat penting.
Memang ada sebuah kursus yang menyediakan fasilitas yang sederhana
atau seadanya, namun alangkah iebih baik jika sebuah kursus menyediakan
fasilitas yang baik dan layak untuk proses belajar mengajar. Bagaimanapun
fasilitas yang baik akan mempengaruhi kualitas belajar. Jika peserta didik dan
pengajar merasa nyaman dengan fasilitas dan ruangan yang disediakan, maka
mereka akan lebih bersemangat dan focus belajar.
Tapi sebaliknya, jika sebuah kursus hanya menyediakan fasilitas yang
terbatas dan seadanya, maka akan berpengaruh pada proses belajar terutama buat
peserta didik. Seperti pepatah mengatakan bahwa “pembeli adalah raja” disini
13
peserta didik bisaa di ibaratkan raja yang juga memerlukan fasilitas yang baik
karena mereka mempunyai hak mendapatkan itu dengan membayar biaya kursus
yang telah mereka keluarkan.
Sebuah kursus bahasa inggris yang baik dan maju biasanya juga di
lengkapi dengan fasilitas yang lengkap yang bias menunjang kebutuhan belajar
dan mengajar. Contohnya seperti laboratorium bahasa, LCD proyektor, dan
fasilitas lainya yang penting untuk mempermudah proses belajar dan mengajar.
Penyediaan laboratorium bahasa sangat penting, sebab peserta didik bias
menggunakannya ketika pengajar mengajarkan listening. Karena dengan
tersedianya laboratorium bahasa, para peserta didik akan bias mendengarkan kaset
ataupun CD yang didalamnya mengajarkan tentang pengucapan. Bagaimanapun
mendengarkan kaset yang di dalamnya terdapat suara seorang native speaker akan
lebih jelas bila di perdengarkan di laboratorium bahasa dengan menggunakan
head phone. Peserta didik akan lebih konsentrasi dengan mendengarkan kaset
melalui head phone, karena mereka tidak terganggu dengan pandangan lain yang
bias mengalihkan perhatiaian ketika mendengarkan kaset.
Selain fasilitas berupa laboratorium bahasa, yang juga sangat penting yaitu
penyediaan buku materi yang di pakai sebagai bahan pelajaran di kelas.Buku
pedoman/materi yang diajarkan haruslah di rancang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Peserta didik akan memakai buku tersebut sebagai bahan belajar
baik di kelas maupun diluar kelas. Maka seharusnya penyediaan buku materi yang
dibutuhkan peserta didik harus baik dan mudah di pahami, selain mudah juga
harus berdasarkan syllabus yang sesuai dengan standart yang ditentukan.
Menyusun dan membuat buku materi tidak sembarangan, karena dengan
perkembangan jaman banyak peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih
peka melihat dan memperoleh sumber informasi dari referensi lain. Untuk itu
perlu perencanaan yang matang dalam menyusun syllabus sebagai bahan untuk
dijadikan sebuah buku pedoman atau materi pengajaran.Kursus yang baik dan
maju sangat memperhatikan apapun baik itu fasilitas berupa tempat, buku materi,
tenaga pengajar dan system belajar yang digunakan. Karena hal ini akan
mempengaruhi kemajuan kursus tersebut di kemudian hari.
14
2.Sasaran
Menentukan target atau sasaran adalah hal yang juga perlu di rencanakan
dengan matang. Apakah kursus tersebut untuk anak sekolah saja atau untuk
umum, karena jelas berbeda materi dan konsepnya. Ada kursus yang menawarkan
program untuk anak sekolah saja seperti contohnya , Primagama, EF dan lain
sebagainya. Ada juga kursus yang menawarkan program bahasa inggris untuk
umum. Untuk itu perlu penanganan yang berbeda dalam hal konsep materi yang
diberikan dan proses memasarkannya.
Materi pelajaran bahasa inggris untuk anak sekolah bisaaanya diberikan
materi yang berhubungan dengan pelajaran bahasa inggris di sekolah seperti
mengerjakan soal-soal di buku pelajaran dan latihan-latihan soal yang terbatas
pada materi pelajaran di sekolah.Sedangkan materi bahasa inggris untuk umum
lebih luas dan ada tingkatannya.Dan bisaaannya kursus bahasa inggris untuk anak
sekolah lebih mengutamakan penguasaan materi yang bisaaanya diajarkan
disekolah, sedangkan kursus bahasa inggris untuk umum lebih lengkap dan lebih
focus.
Program yang ditawarkan oleh kursus bahasa inggris juga berbeda-beda.
Ada kursus bahasa inggris yang hanya memfokuskan ke grammar dan ada juga
kursus bahasa inggris yang lebih focus ke speaking ataupun pronunciation. Untuk
itu sebuah kursus bahasa inggris juga harus menyiapkan materi dan pengajar yang
professional di bidangnya.
Karena sasaran mencari peserta didik berbeda-beda dari kursus satu
dengan kursus yang lain, maka konsep membuat brosur dan tempat yang dituju
juga harus ditentukan. Kursus yang menawarkan bahasa inggris untuk anak
sekolah bisaaanya menyebarkan brosur di sekolah atau promosi melalui
bimbingan belajar gratis untuk permulaan. Atau bisaaanya kursus tersebut
mengadakan try out untuk anak sekolah.
Sedangkan kursus yang menawarkan bahasa inggris untuk umum lebih
luas dalam menyebarkan brosur untuk mencari peserta didik sebagai
konsumen.Kursus ini bisa menawarkan ke berbagai instansi seperti menawarkan
15
ke kampus atau ke karyawan perusahaan dan masih banyak lagi sasaran yang di
tuju untuk kursus ini.
Masyarakat akan bias memilih program-program yang ditawarkan oleh
kursus bahasa inggris sesuai yang mereka inginkan. Dan kursus bahasa inggris
untuk anak sekolah dan kursus bahasa inggris umum juga mempunyai pembagian
kelas yang berbeda.Kursus bahasa inggris untuk anak sekolah biasanya di bagi
berdasarkan umur dan tingkat sekolah, sedangkan kursus bahasa inggris umum
biasanya dibagi tidak berdasarkan umur atau tingkat sekolah melainkan tingkat
kemampuan. Untuk itu sebelum di masukkan ke kelas, kursus bahasa inggris
umum menguji kemampuan peserta didik supaya mengetahui akan di masukkan
ke kelas yang sesuai.
Hal yang penting dalam mendirikan kursus
Logistik
Untuk membuat kursus pelatihan yang berhasil, anda perlu suatu
kombinasi dari keterampilan dan keahlian. Perencanaan logistik yang baik
merupakan salah satu aspek yang paling penting dari penyampaian
pelatihan. Apabila para peserta tidak nyaman secara fisik dan tidak tenang
secara psikologis, maka mereka tidak akan mengambil manfaat
sepenuhnya dari konten pelatihan tersebut. Langkah pertama dalam
perencanaan logistik untuk pelatihan adalah membuat suatu jadwal
pelatihan. Merancang apa yang dilakukan dengan alokasi waktu dan
penunjukkan tanggung jawab untuk setiap tugas. Ingat bahwa akan selalu
ada kejadian pada saat anda memiliki sedikit atau tidak ada kontrol
mengenai beberapa atau seluruh logistik tersebut, dalam hal ini yang
paling baik adalah fleksibel dan bekerja sama dengan para peserta untuk
membuat situasi yang terbaik.
Contoh daftar logistik
Merancang waktu untuk pelatihan
Spesifikasi perlengkapan yang diperlukan
16
Identifikasi tempat yang sesuai
Memesan tempat
Mengundang para pembicara, termasuk tenggat waktu untuk handout,
ringkasan, dsb.
Mengkonfirmasikan para pembicara
Menyusun program
Mengiklankan
Registrasi para peserta
Konfirmasi untuk para peserta
Ketentuan-ketentuan dan pemesanan-pemesanan konsumsi
Pengkopian handout dan materi pelatihan
Membuat formulir evaluasi
Membuat sertifikat
Tempat dan ruang kelas
Salah satu faktor yang paling penting untuk keberhasilan pelatihan adalah
tempat atau ruang penyelenggaraan pelatihan. Ini sangat penting untuk
memilih tempat pelatihan yang baik dan, khususnya apabila anda tidak
memiliki banyak pilihan, mendapatkan ruang di luar tempat anda bekerja.
Apabila tidak mungkin sebelumnya memeriksa sendiri tempat itu, maka
disarankan untuk dapat ke tempat tersebut sebelum pelatihan untuk
mengatasi masalah-masalah.
Tidak perlu takut untuk mengatur kembali furnitur tempat pelatihan,
membuka atau menutup jendela-jendela dan pintu-pintu untuk
memberikan kenyamanan kepada para peserta. Apabila para peserta
17
merasa udara terlalu panas atau terlalu dingin, dapat mendengar suara
bising di luar, dan duduk di kursi yang keras atau yang terlalu lembut,
maka konsentrasi mereka dapat terganggu.
Daftar pertanyaan
Berapa banyak ruangan yang akan anda butuhkan?
Apakah anda memerlukan pemisahan ruangan atau penyatuan ruangan
untuk kelompok kecil bekerja dan berdiskusi?
Berapa luas ruangan tersebut?
Furnitur seperti apa — yang diperlukan oleh para peserta untuk menulis
dengan tenang? Apakah kursi-kursinya nyaman?
Cara apa yang paling baik untuk mengatur furnitur tersebut — model
kuliah, mengelilingi sebuah meja yang besar, kursi-kursi yang disusun
melingkar?
Peralatan pelatihan
Pada saat merencanakan pelatihan, anda perlu mengetahui bahwa anda dan
para pembicara tamu memiliki peralatan yang diperlukan untuk
mendukung presentasi-presentasi. Memeriksa tempat tersebut sebelum
memesannya dan mencatat ketentuan-ketentuan peralatan anda.
Bahkan ketika anda sudah merencanakan dengan baik dan tempat tersebut
dapat diandalkan, peralatan dapat saja tidak sesuai dan membuat anda
kecewa. Sebaiknya di awal hari pelatihan, anda harus membuat file-file
anda sesuai dengan perangkat keras dan perangkat lunak di tempat
tersebut. Peralatan komputer mudah mengalami gangguan, sehingga anda
perlu memeriksanya sendiri sejak awal pelatihan bahwa peralatan tersebut
berfungsi. Sebuah ide yang baik untuk memiliki seorang teknisi yang
dapat membantu mengatasi masalah-masalah teknis. Apabila anda
memiliki handout, maka anda dapat menggunakannya sebagai pengganti
dari OHP. Apabila peralatan proyektor data tersebut tidak berfungsi, maka
18
back-up overhead dapat menjadi vital. Apabila anda merencanakan sebuah
presentasi video, maka anda mungkin perlu membicarakan melalui
program tersebut dan menjelaskan cara pembelajarannya
tips mendirikan kursus
Hal pertama yang menjadi tips membuka bisnis kursus bahasa adalah
identifikasi target konsumen Anda berdasarkan kualifikasi kemampun dan
pengalaman Anda. Apakah anak-anak usia dini, anak-anak TK, anak-anak
SD, siswa-siswa SMP, siswa-siswa SMA, mahasiswa, atau umum? Ingat,
selain derajat pendidikan, hal yang perlu diperhatikan di sini adalah
pengetahuan Anda tentang budaya, adat istiadat, dan sejarah yang
berhubungan dengan target konsumen Anda.
Tentukan lokasi/daerah yang akan dijadikan tempat dibukanya kursus
bahasa Anda. Pastikan tempatnya strategis. Misalnya dekat dengan tempat
target konsumen (misalnya dekat dengan sekolah).
Buat penelitian kecil mengenai kompetitor Anda. Tulis semua kelebihan,
kekurangan, dan jarak tempat kompetitor dengan tempat kursus Anda.
Penelitian bisa dilakukan dengan browsing internet, wawancara murid-
muridnya, atau metode lain. Hasil yang didapat bisa menjadi acuan Anda
dalam membuat tempat kursus.
Lakukan juga penelitian mengenai cara membuat izin dalam membuka
tempat kursus. Cari tahu mengenai syarat-syaratnya. Biasanya, syarat-
syarat tersebut meliputi adanya dewan pembina, dewan pengawas, adanya
pengurus, fotokpi KTP pengurus, surat domisili, NPWP, surat dari notaris,
dan surat izin operasi dari pemerintah setempat.
Buatlah business plan. Isinya tentu saja tentang segala hal mengenai bisnis
Anda. Mulai dari budget hingga 3 tahun ke depan, peralatan dan
perlengkapan kerja, banyaknya pekerja dan departemennya, banyaknya
kelas dan murid-muridnya, level-level/paket yang ditawarkan, analisis
untung-rugi, dan lain-lain.
19
Lakukan percobaan dengan membuat les bahasa privat dahulu. Di sini
tentu saja tidak ada risiko yang akan Anda tanggung karena Anda
sendirilah yang akan turun ke lapangan. Tak ada budget yang perlu
dikeluarkan. Cara ini juga bisa menjadi ajang promosi diri Anda.
Jika keadaan sudah memungkinkan, segeralah eksekusi semua rencana dan
business plan yang sudah dibuat step by step.
Branding nama Anda dengan membuat artikel-artikel bahasa up to date
dan menarik yang dikirimkan ke media-media lokal dan nasional. Dari
sana, Anda akan terpromosikan dengan sendirinya.
Buat website profesional mengenai tempat kursus Anda. Gunakan hosting
berbayar yang berfungsi sebagai prestise. Isilah website tersebut dengan
konten berbobot dan mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan konsumen
Anda.
Buat rencana open house, kerjasama dengan media, tur ke sekolah-
sekolah, dan juga paket promo.
Jalin network dengan organisasi/asosiasi yang mewadahi tempat kursus
seperti milik Anda. Aktiflah Anda di dalamnya karena ini akan menjadi
nilai plus bagi Anda.
Tujuan dan sasaran
Tujuan, sasaran, dan hasil pembelajaran memberikan suatu petunjuk yang
jelas tentang maksud dan tujuan pelatihan tersebut. Para instruktur
menggunakannya untuk memusatkan pelatihan dan menilai kinerja serta
keberhasilan para peserta. Para peserta dapat menggunakannya untuk
mengevaluasi pelatihan tersebut dari perspektif mereka sendiri.
Tujuan adalah pernyataan keseluruhan tentang apa yang anda harapkan
untuk dicapai dari penyelenggaraan pelatihan tersebut. Sebagai contoh:
20
“Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberikan suatu pendahuluan
manajemen arsip dinamis dan statis, serta preservasi."
D. PROPOSAL
Dalam mendirikan kursus bahasa inggris memerlukan persiapan yang
matang, tidak hanya asal membuka kelas untuk di jadikan kursus bahasa inggris.
Hal ini akan berpengaruh terhadap perjalanan dan perkembangan kursus. Untuk
itu perlu terlebih dahulu mengajukan proposal ke instansi yang berkepentingan
yaitu Dinas Pendidikan dan notaris.Adapun tujuan dari pengajuan proposal untuk
mendaftarkan kursus tersebut supaya menjadi kursus yang legal dan dilindungi
hukum. Dibawah ini tujuan dari pengajuan proposal :
- Dinas pendidikan : mengapa harus mendaftarkan kursus ke diknas ? Karena
untuk melegalkan kursus dan supaya di akui keabsahannya sebagai lembaga
pendidikan.Selain itu tujuannya untuk melindungi konsumen, dalam arti
konsumen di sini adalah siswa yang belajar di kursus tersebut. Siswa akan merasa
nyaman belajar di kursus yang legal dan di daftarkan ke diknas.
- Notaris : kursus atau lembaga bimbingan belajar perlu juga mendaftarkan
kursusnya ke notaries. Hal ini bertujuan untuk melegalkan nama kursus tersebut.
Karena kalau sebuah kursus tidak dilegalkan namanya ke notaries, maka
kemungkinan untuk di tiru oleh kursus lain mudah dan tidak bisa menuntut kursus
atau lembaga yang meniru nama kursus tersebut. Misalnya ada kursus bernama
“SUNRISE” yang berlokasi di pare, kemudian ada di dekatnya atau di tempat lain
juga ada lembaga yang mendirikan kursus dengan nama yang sama. Maka kursus
yang pertama mendirikan dan tidak melegalkan kursusnya tersebut tidak bisa
menuntut lembaga atau kursus yang menjiplak.
Dasar Hukum (http://www.infokursus.net/perijinan.php
21
dan direktorat pembinaan kursus dan pelatihan )
- Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
- Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
- Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah
- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
- Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang
Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kerja
- Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 261 /U/1999
tentang Penyelenggaraan Kursus
Penerbitan Izin Kursus
Izin kursus diterbitkan oleh Bupati/Walikota atau Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten/ Kota atas nama bupati/walikota, sebagai bentuk
pemberian legalitas atas penyelenggaraan kursus di wilayah kerjanya
Izin kursus bertujuan untuk:
- Memudahkan dalam pembinaan don pengembangan kursus
- Memelihara don meningkatkan mutu penyelenggaraan
- Mengarahkan, menyerasikan don mengembangkan kursus guna
menunjang suksesnya program pembangunan bidang pendidikan
- Melindungi kursus terhadap penyalahgunaan wewenang, hak dan
kewajiban setiap jenis kursus
- Melindungi konsumen
Prosedur pengurusan izin
- Calon penyelenggara kursus mengajukan izin untuk setiap jenis kursus
yang akan diselenggarakan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dengan melampirkan persyarata-persyaratan yang ditentukan
- Lembaga kursus yang telah memperoleh izin harus memperpanjang izin
kursus selambat-lambatnya satu bulan sebelum izin kursus berakhir
dengan melampirkan fotocopy izin penyelenggaraan kursus sebelumnya
22
dan persyaratan lain sesuai ketentuan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
Pengawasan dan Sanksi
Pengawasan
a. Pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan melakukan pengawasan atas
penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan dan
kewenangan masing-masing
b. Pengawasan dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas public
Bentuk Pelanggaran
Pelanggaran atau penyalahgunaan izin penyelenggaraan dapat berupa:
a. Penipuan publik, antara lain memberikan janji-janji kepada peserta didik untuk
disalurkan setelah lulusan, tetapi ternyata tidak terbukti
b. Pemalsuan dokumen
c. Penyalahgunaan izin
Sanksi
a. Penyelenggara kursus yang beroperasi tanpa izin dapat dikenai pidana
penjara paling lama 10 tahun dan/atau pidana denda paling banyak 1
milyar rupiah
b. Bagi lembaga kursus yang menyalahgunakan izin kursus maka dinas
pendidikan kabupaten/kota dapat memberi sanksi berupa teguran lisan,
teguran tertulis, atau pencabutan izin kursus
1. Syarat-syarat pengajuan proposal
Untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang dikelola oleh swasta
maupun negeri, baik itu berupa sekolah tinggi, sekolah kejuruan, balai pelatihan,
maupun kursus-kursus, sama seperti mendirikan Badan usaha atau badan hukum
lainya, yaitu akan didirikan oleh perorangan saja, ataukah akan berpartner dengan
membentuk CV, Yayasan maupun PT. Namun bedanya n melainkan Dikmenti
tersebut.
23
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional
menegaskan bahwa penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan dilaksanakan
melalui 3 jalur, yaitu, : jalur formal, non formal, dan informal. Salah satu satuan
pendidikan non formal adalah penyelenggaraan kursus. Berdasarkan pasal 10 ayat
1 tentang Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. N0. 261/U/1999
tentang penyelenggaraan kurus, dinyatakan bahwa setiap penyelenggara kursus
wajib memperoleh ijin dari instansi yang berwenang (dalam hal ini Depdiknas).
Adapun Syarat-syarat adminisratif yang harus dipenuhi baik untuk
perorangan maupun badan usaha atau badan hukum adalah :
1. Mengisi formulir yang telah disediakan di kantor suku dinas Dikmenti
kotamadya.
2. Melampirkan foto copy akta notaries bagi yang berbentuk yayasan.
3. Melampirkan foto copy KTP baik pemilik/penyelenggara, maupun
penanggung jawab teknik edukatif.
4. Melampirkan foto copy ijazah bagi pemilik/penyelenggara, penanggung
jawab teknik edukatif maupun tenaga pendidik.
5. Melampirkan daftar riwayat hidup pemilik/penyelenggara dan penanggung
jawab teknis edukatif.
6. Melampirkan surat keterangan kelakuan baik pemilik/penanggung jawab
teknik edukatif.
7. Melampirkan kurikulum jenis kursus yang bersangkutan
8. Melampirkan tata tertibkursus.
9. Melampirkan denah/peta lokasi kursus.
10. Melampirkan pas foto pemilik/penyelenggara ukuran 4x6 maing-masing
sebanyak 5 lembar.
11. Melampirkan surat rekomendasi dari DPC HIPKI.
24
12. Melampirkan materai Rp. 6000 sebanyak 1 buah.
13. Melampirkan surat ketengan domisili usaha dari kecamatan
2. Prosedur pendaftaran
1. Untuk memperoleh status terdaftar, maka prosedur yang harus dilalui
adalah sebagai berikut :
a. Persyaratan administrative dibuat rangkap 5 dan masing-masing
dimasukkan dalam map snelhekter.
b. Formulir yang telah diisi di tanda tangani oleh pemohon berikut lampiran-
lampirannya dibawa dan diserahkan ke Sudin Dikmenti kotamadya
setempat dalam hal ini subdinas pendidikan luar sekolah.
c. Berkas permohonan tersebut kemudian diteliti oleh petugas pendaftaran
pada seksi pendidikan luar sekolah suku dinas Dikmenti kotamadya.
d. Apabila sudah lengkap semua persyaratan yang harus dipenuhi, petugas
pendaftaran segera membuat tanda terima berkas permohonan ijin kursus.
e. Berdasarkan permohonan dan kesepakatan antara pemohon dan petugas
yang terdiri dari satu team, akan melakukan survey lapangan untuk
mengadakan studi kelayakan terhadap permohonan tersebut.
f. Permohonan yang memenuhi syarat baik secara teknis maupun
administrative akan diberikan Surat Tanda bukti pendaftaran kursus oleh
Kepala Suku Dinas Dimenti Kotamadya setempat.
g. Tanda bukti pendaftaran kursus tersebut berlaku selama 6 (bulan)
terhitung sejak surat tersebut di tanda tangani.
3. Jenjang tipe kursus
25
Setelah dipenuhinya prosedur awal, maka akan dilanjutkan dengan
pemberian tipe kursus yang akan diberikan oleh Dikmenti, yaitu Tipe
A, Tipe B, Tipe C. Adapun tahapannya dijelaskan seperti berikut :
- Ijin tahap Tipe c berlaku 1 tahun, yang mana akan diterbitkan oleh
Suku Dinas Dikmenti Kotamadya.
- Ijin tahap/Tipe B berlaku2-3 tahun, yang mana akan diterbitkan
oleh Dinas Dikmenti Propinsi.
- Ijin tahap/Tipe A 4-5 tahun, yang mana akan diterbitkan oleh
Dinas Dikmenti Propinsi.
Adapun kalau bentuk kursus tersebut franchise, maka seperti
halnya franchise pada umumnya, pihak franchisor sudah memiliki
syarat-syarat standard yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak lain
yang membeli franchise mereka. Demikian pula mengenai
prosedur pendirian lembaga kursus yang dijual secara franchise
tersebut. Biasanya franchisor akan membantu para franchise (pihak
yang membeli lisensi atau ijin tersebut) untuk mend irikan kursus-
kursus dimaksud.
4. Bentuk Proposal
Bentuk proposal terdiri dari beberapa bab, yaitu:
1. Bab 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Maksud dan tujuan penulisan
1.4 Usaha yang akan dikembangkan
2. Bab 2. DESKRIPSI KELAYAKAN PENDIRIAN
BIMBINGANBELAJAR
2.1 Target pasar
2.2 Lokasi pembukaan bimbingan belajar
2.3 Sistem atau metode pengajaran yang diterapkan
2.4 Pendaftaran siswa
2.5 Instruktur atau staf pengajar
26
2.6 Jenis level/ Tingkatan uang bimbingan belajar
3. Bab 3. ANGGARAN BIAYA
3.1 Taksiran Biaya
3.2 Perkiraan pendapatan usaha
3.3 Daftar biaya kursus
3.4 Biaya pengeluaran rata rata perbulan
3.5 Taksiran laba
4. Bab 4 PENUTUP
5. LAMPIRAN
- Struktur lembaga
- Daftar inventaris dan kalkulasi biaya
- Peta lokasi
E. ELIGIBILITY (Kelayakan)
Eligibility atau kelayakan, ada beberapa kriteria kelayakan untuk
mendirikan sebuah kursus atau lembaga bimbingan belajar. Diantara kriteria
kelayakan yaitu, lokasi, bangunan, tenaga pengajar dan lain sebagainya. Untuk
lokasi sebaiknya memilih atau memiliki lokasi yang strategis dan layak. Strategis
dan layak bisa didefinisikan sebagai berikut:
Perlu dipertimbangkan karena kalau lokasi kursus jauh dan susah di capai, maka
kemungkinan besar orang akan kesulitan mendatangi kursus tersebut. Selain dekat
dari jalur kendaraan umum, juga hindari mendirikan kursus di tempat bangunan
yang memenuhi syarat kenyamanan termasuk (ruayang ramai seperti di dekat
pasar atau tempat umum lainya yang memungkinkan mengganggu proses belajar
mengajar.
1. Lokasi
Lokasi yang layak bisa di kategorikan dengan keadaan tempat. Di sini bisa
di gambarkan bahwa tempat yang layak seperti di dalam kelas yang sesuai dengan
kondisi dan jumlah murid.Jangan sampai menerima pendaftar yang tidak di
perhitungkan dengan jumlah kelas atau tempat yang tersedia. Karena seperti
pepatah mengatakan bahwa pembeli adalah raja, dan di sini peserta didik juga bisa
27
di sebut raja yang berhak mendapatkan kelayakan tempat untuk mereka tempati
dalam proses belajar.
2. Bangunan atau gedung
Kemudian kelayakan bangunan juga harus dipertimbangkan, bangunan
disini yang dimaksud adalah ruang kelas yang nyaman merasa nyaman dan
fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar. Tersedianya tempat yang layak
bagi peserta didik dan pengajar sangat penting, karena hal ini akan mempengaruhi
hasil dari proses belajar dan mengajar.
3. Tenaga pengajar
Dan kelayakan yang selanjutnya yaitu tenaga pengajar.Untuk
menyediakan tenaga pengajar yang baik dan layak sangat penting. Karena apabila
mutu tenaga pengajar tidak memenuhi syarat, maka kemungkinan peserta didik
akan mengeluh dan merasa tidak puas dengan pengajarnya. Untuk itu sebagai
pendiri atau pemilik sebuah lembaga pembelajaran atau kursus harus merekrut
tenaga pengajar yang memenuhi kriteria mengajar.
Berkembang dan tidaknya sebuah kursus atau lembaga bimbingan belajar
juga tergantung pada kualitas pengajarnya. Apabila pengajarnya berpengalaman
dan professional serta layak menjadi pengajar, maka kursus tersebut akan dikenal
dan dinilai oleh masyarakat sebagai kursus yang bagus. Dan tentunya peserta
didik yang sudah lulus dari tempat kursus yang mempunyai kualitas bagus akan
memberi informasi ke beberapa orang terdekatnya untuk belajar di tempat
tersebut.
Untuk merekrut tenaga pengajar yang professional, bisaaa lembaga
bimbingan belajar akan menguji melalui tes baik itu tes interview maupun mikro
teaching. Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengetahui kemampuan calon pengajar
yang akan di rekrut dan dijadikan pengajar. Memberikan pelatihan juga sangat
perlu bagi seorang pengajar untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Lembaga bimbingan belajar yang baik, akan memberikan pelatihan kepada tenaga
28
pengajarnya supaya para tenaga pengajarnya mendapatkan tambahan berupa
keahlian dan pengetahuan yang mungkin ada yang belum mereka miliki.
4. Fasilitas
Sesuai perkembangan jaman, maka sebuah lembaga bimbingan belajar
juga harus selalu mengikuti perkembangan kemajuan di bidang informasi atau
tehnology.Dan hal ini juga berhubungan dengan perbaikan mutu dari lembaga
bimbingan belajar tersebut.Salah satu jalan untuk mengikuti perkembangan
informasi yaitu mengadakan atau mengikuti seminar.
Dengan mengadakan ataupun mengikuti seminar, maka lembaga tersebut
akan mendapatkan masukan yang mungkin sebelumnya tidak atau belum mereka
ketahui. Masih banyak lagi cara untuk mengikuti perkembangan dengan berbagai
cara. Bisa juga lembaga tersebut bekerja sama dengan lembaga lain yang
memungkinkan untuk mempermudah mereka memasarkan kursus mencari peserta
didik. Sebuah lembaga bimbingan belajar juga harus mencari terobosan baru
untuk menarik minat peserta didik untuk masuk dan bergabung belajar di
tempatnya.
Salah satu cara untuk memajukan dan mengembangkan sebuah kursus
bahasa inggris yaitu dengan sering mendatangkan seorang pembicara disini
sebagai tamu yaitu native speaker atau orang asing yang benar-benar menguasai
bahasa inggris sebagai bahasa ibu mereka. Lembaga tersebut bisaa mengambil
native speaker dari Negara pemakai bahasa tersebut seperti Inggris, Amerika,
Australia dan sebagainya.Tujuan mendatangkan native speaker yaitu untuk
menambah wawasan khususnya dalam hal berbicara dan pengucapan.
Tentulah berbeda mendengarkan orang yang memakai bahasa sendiri dengan
orang yang bukan pemakai bahasa sendiri.Karena native speaker dari lahir sudah
mengucapkan bahasa mereka sebagai bahasa keseharian, maka mereka lebih cepat
mengucapkannya. Sebagai perbandingan peserta didik bisa memperhatikan dan
mendengarkan secara seksama cara mengucapkan bahasa inggris dengan benar.
29
F. PENUTUP
Demikianlah tulisan ini dibuat sebagai suatu acuan dalam pendirian
bimbingan belajar Bahasa Inggris dan juga dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran bersama dan diskusi bagi para mahasiswa.
Hasil wawancara dengan lembaga kursus “EECC” Pare:
Hampir sama seperti materi pendahuluan dalam membuat kursusan, di
kursusan ini dana di hasilkan dari pemilik kursusan itu sendiri. Di mulai
dari menyewa camp dengan satu kelas. Dan pemilik menjadi pengajar
untuk peserta didiknya. Sampai sekarang berkembang menjadi 4 kelas.
Sasaran lembaga kursus ini adalah umum untuk semua peserta didik.
Mencakup 4 skill (writing, reading, speaking, dan listening).
Proposal ijin pembuatan lembaga di buat setelah camp yang di sewa tadi
berkembang dan mampu membeli gedung sendiri. Proposal di buat untuk
diknas. Proposal di buat menyebutkan bahwa lembaga ini menjadi cabang
30
dari lembaga kursus sebelumnya yang sudah berkembang yaitu“BEC” atas
sepengetahuan lembaga tersebut karena pemilik lembaga ini adalah salah
satu tutor dari BEC. Diknas pun memberi ijin dan legalitas untuk
mengeluarkan sertifikat.
Dalam tingkat kelayakan lembaga ini sudah sangat layak. Karena sudah di
lengkapi ruang kelas, alat-alat proses pembelajaran, mushola, cam putra
dan camp putri.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, Vincent. A.History of Training.
http://www.scribd.com/doc/.../Contoh-Proposal-Mendirikan-BIMBEL
(Accessed on November, 14th 2012)
http://yudesi.blogspot.com/2009/06/mendirikan-usaha-kursus.html
(Accessed on November, 14th 2012)
[email protected] Alpert Sleight, Michigan State University
31
BAB II
PERENCANAAN KURSUS
A. Definisi Kursusan
Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003,
dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan keterampilan,standar kompetensi, pengembangan sikap
kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional.
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5: Kursus
dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan
diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional.
Kursus juga dapat diartikan sebagai lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal. Kursus merupakan suatu kegiatan belajar-mengajar seperti halnya sekolah. Perbedaanya adalah bahwa kursus biasanya diselenggarakan dalam waktu pendek dan hanya untuk mempelajari satu keterampilan tertentu. Misalnya, kursus bahasa Inggris tiga bulan atau 50 jam, kursus montir, kursus memasak,
32
menjahit, musik dan lain sebagainya. Peserta yang telah mengikuti kursus dengan baik dapat memperoleh sertifikat atau surat keterangan. Untuk keterampilan tertentu seperti, kursus ahli kecantikan atau penata rambut, peserta kursus diwajibkan menempuh ujian negara. Ujian negara ini dimaksudkan untuk mengawasi mutu kursus yang bersangkutan, sehingga pelajaran yang diberikan memenuhi syarat dan peserta memiliki keterampilan dalam bidangnya.
Sedangkan Planning courses adalah: suatu proses perencanaan
yangdilakukan ketika seseorang mendirikan suatu lembaga kursusan.
B. Tujuan Pendirian Kursusan
Sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26
ayat 5, maka kursus diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan
diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada masyarakat yang mebutuhkan.
Kursus diselenggarakan bagi peserta didik (masyarakat yang usianya tidak
dibatasi, tidak dibedakan jenis kelaminya, dan jumlah disesuaikan dengan
kebutuhan proses belajar yang efektif), yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada dasarnya masyarakat mengikuti kursus dan pelatihan karena ingin
memperoleh pendidikan berkelanjutan yang dapat ditempuh dalam waktu singkat
serta hasilnya dapat langsung dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk:
1) Mengembangkan minat dan bakat.
2) Mencari pekerjaan.
3) Mengembangkan profesi.
33
4) Berusaha mandiri (wiraswasta).
5) Pengembangan karier.
6) untuk memperkuat kegiatan pendidikan
C. Penetapan Visi, Misi, dan Tujuan Kursusan
Pengertian Visi
Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan
ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi adalah pernyataan yang
diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat ini yang
menjangkau masa yang akan datang (Akdon, 2006:94).
Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.
Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan
Ada beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan Visi:
Berorientasi pada masa depan;
Tidak dibuat berdasar kondisi atau tren saat ini;
34
Mengekspresikan kreativitas;
Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat;
Memperhatikan sejarah, kultur, clan nilai organisasi meskipun ada perubahan terduga;
Mempunyai standard yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggauta lembaga;
Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga serta tujuan-tujuannya;
Memberikan semangat clan mendorong timbulnya dedikasi pada lembaga;
Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi serta citranya;
Bersifat ambisius serta menantang segenap anggota lembaga (Lewis & Smith 1994)
Hax dan Majluf dalam Akdon (2006:95) menyatakan bahwa visi adalah
pernyataan yang merupakan sarana untuk:
1. Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan
tugas pokok.
2. Memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan
stakeholders(sumber daya manusia organisasi, konsumen/citizen, pihak lain
yangterkait).
3. Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti pertumbuhan dan
perkembangan.
35
Pernyataan visi, baik yang tertulis atau diucapkan perlu ditafsirkan dengan
baik, tidak mengandung multi makna sehingga dapat menjadi acuan yang
mempersatukan semua pihak dalam sebuah organisasi (kursusan).
Bagi kursusan Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil
kursusan yang diinginkan di masa datang. Imajinasi ke depan seperti itu akan
selalu diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa
datang. Dalam menentukan visi tersebut, kursusan harus memperhatikan
perkembangan dan tantangan masa depan.
Merumuskan Visi Kursusan
Bagi suatu organisasi visi memiliki peranan yang penting dalam
menentukan arah kebijakan dan karakteristik organisasi tersebut.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan sebuah visi
menurut Bryson (2001:213) antara lain:
1. Visi harus dapat memberikan panduan/arahan dan motivasi.
2. Visi harus desebarkan di kalangan anggota organisasi (stakeholder)
3. Visi harus digunakan untuk menyebarluaskan keputusan dan tindakan
organisasi yangpenting.
Menurut Akdon (2006:96), terdapaat beberapa kriteri dalam merumuskan
visi,antara lain:
1) Visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan
yangingindiwujudkan.
2) Visi dapat memberikan arahan, mendorong anggota organisasi
untukmenunjukkankinerja yang baik.
3) Dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan
4) Menjembatani masa kini dan masa yang akan datang.
5) Gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik.
36
6) Sifatnya tidak statis dan tidak untuk selamanya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, rumusan visi kursusan yang baik
seharusnya memberikan isyarat:
1) Visi kursusan berorientasi ke masa depan, untuk jangka waktu yang lama.
2) Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai
dengannormal danharapan masyarakat.
3) Visi kursusan harus mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita
yangingin dicapai.
4) Visi kursusan harus mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya
inspirasi,semangat dan komitmen bagi stakeholder.
5) Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan
danpengembangan kursusan ke arah yang lebih baik.
6) Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan kursusan.
7) Dalam merumuskan visi harus disertai indikator pencapaian visi.
Pengertian Misi
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi
bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang (Akdon, 2006: 97).
Pernyataan misi mencerminkan tentang penjelasan produk atau pelayanan yang
ditawarkan.
Menurut Drucker (2000:87), Pada dasarnya misi merupakan alasan mendasar eksistensi suatu organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis menentukan batas dan maksud aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang akan menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa
37
berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggannya (Prasetyo dan Benedicta, 2004:8).
Menurut Wheelen sebagaimana dikutip oleh Wibisono (2006, p. 46-47) Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa.
Pernyataan misi harus:
1. Menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh
organisasi danbidang kegiatan utama dari organisasi yang bersangkutan.
2. Secara eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk mencapainya.
3. Mengundang partisipasi masyarakat luas terhadap perkembangan bidang
utama yang digeluti organisasi (Akdon, 2006:98).
Merumuskan Misi kursusan
Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi
merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan
rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata
lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam
visi dengan berbagai indikatornya.
Ada beberapa kriteria dalam pembuatan misi, antara lain:
1) Penjelasan tentang produk atau pelayanan yang ditawarkan yang sangat
diperlukan olehmasyarakat.
2) Harus jelas memiliki sasaran publik yang akan dilayani.
38
3) Kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan memiliki daya saing yang
meyakinkanmasyarakat.
4) Penjelasan aspirasi bisinis yang diinginkan pada masa mendatang juga
bermanfaat dankeuntungannya bagi masyarakat dengan produk dan pelayanan
yang tersedia (Akdon,2006:99).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan misi kursusan antara
lain:
1. Pernyataan misi kursusan harus menunjukkan secara jelas mengenai apa
yang hendakdicapai oleh kursusan.
2. Rumusan misi kursusan selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan
“tindakan” danbukan kalimat yang menunjukkan “keadaan” sebagaimana pada
rumusan visi.
3. Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi. Antara
indicator visidengan rumusan misi harus ada keterkaitan atau terdapat benang
merahnya secara jelas.
4. Misi kursusan menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang akan
diberikanpada masyarakat (siswa).
5. Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus memiliki daya
saingyang tinggi,namun disesuaikan dengan kondisi kursusan.
Tujuan (Goals)
Tujuan merupakan penjabaran dari pernyataan misi, tujuan adalah sesuatu
yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan pada faktor-faktor kunci
keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan tidak harus
dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, akan tetapi harus dapat menunjukkan kondisi
yang ingin dicapaidi masa mendatang (Akdon, 2006:143). Tujuan akan
mengarahkan perumusan sasaran, kebijaksanaan, program dan kegiatan dalam
39
rangka merealisasikan misi, oleh karena itu tujuan harus dapat menyediakan dasar
yang kuat untuk menetapkan indikator.
Berikut ini adalah beberapa pengertian dan definisi tujuan:
H.R. Daeng Naja
Tujuan merupakan misi sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi di masa yang akan datang dan manajer bertugas mengarahkan jalannya organisasi untuk mencapai tujuan tersebut
Ida Nuraida
Tujuan merupakan bagian dari fungsi planning atau perencanaan dan merupakan langkah awal fungsi manajemen
Spillane, Sj
Tujuan merupakan bagian dari proses mencapai keserasian dan konsentrasi kekuasaan
Abubakar A & Wibowo
Tujuan merupakan norma terakhir untuk organisasi menilai dirinya. Tanpa tujuan, organisasi tidak mempunyai dasar yang jelas
Ken Mc Elroy
Tujuan merupakan langkah pertama dalam proses mencapai kesuksesan dan tujuan juga merupakan kunci mencapai kesuksesan
Jemsly H & Martani H
Tujuan merupakan sesuatu yang mungkin untuk dicapai, bukan sesuatu yang utopis
40
Yayasan Trisakti
Tujuan merupakan kunci untuk menentukan atau merumuskan apa yang akan dikerjakan, ketika pekerjaan itu harus dilaksanakan dan disertai pula dengan jaringan politik, prosedur, anggaran serta penentuan program
Tommy Suprapto
Tujuan merupakan realisasi dari misi yang spesifik dan dapat dilakukan dalam jangka pendek
Tujuan merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan di mana organisasi atau perusahaan bermaksud untuk mewujudkannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk menimbulkannya.
Pencapaian tujuan dapat dijadikan indikator untuk menilai kinerja sebuah
organisasi.
Beberapa kriteria tujuan antara lain:
1. Tujuan harus serasi dan mengklarifikasikan misi, visi dan nilai-
nilaiorganisasi.
2. Pencapaian tujuan akan dapat memenuhi atau berkontribusi memenuhi misi,
programdan sub program organisasi.
3. Tujuan cenderung untuk esensial tidak berubah, kecuali terjadi pergeseran
lingkungan,atau dalam hal isu strategik hasil yang diinginkan.
4. Tujuan biasanya secara reatif berjangka panjang.
5. Tujuan menggambarkan hasil program.
6. Tujuan menggambarkan arahan yang jelas dari organisasi.
7. Tujuan harus menantang, namun realistik dan dapat dicapai.
41
Merumuskan Tujuan Kursusan
Tujuan menggambarkan arahan yang jelas bagi kursusan. Perumusan tujuan
akan strategi/perlakuan, arah kebijakan dan program suatu kursusan. Oleh karena
itu perumusan tujuan harus memberikan ukuran lebih spesifik dan akuntabel.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan kursusan, antara
lain:
1) Tujuan kursusan harus memberikan ukuran yang spesifik dan akuntabel
(dapat diukur)
2) Tujuan kursusan merupakan penjabaran dari misi, oleh karena itu tujuan
harus selarasdengan visi dan misi.
3) Tujuan kursusan menyatakan kegiatan khusus apa yang akan diselesaikan
dan kapandiselesaikannya?
D. Program Kursusan
Program merupakan implementasi dari visi, misi dan tujuan. Program yang
dimaksudkan dalam makalah ini adalah program operasional. Program
operasional didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan yang dihimpun dalam satu
kelompok yang sama secara sendiri-sndiri atau bersama-sama untuk mencapai
tujuan dan sasaran (Akdon, 2006:135). Program merupakan kumpulan kegiatan
nyata, sistematis dan terpadu, dilaksanakan oleh satu instansi pemerintah atau
lebih ataupun dalam rangka kerja sama dengan masyarakat atau yang merupakan
partisipasi aktif masyarakat guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Wujud nyata sebuah organisasi adalah adanya program operasional yang
akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan. Beberapa ciri-ciri program operasional
adalah:
1) Program kerja operasional didasarkan atas perumusan visi, misi, tujuan,
sasaran dankebijakan yang telah ditetapkan.
42
2) Program kerja operasional pada dasarnya merupakan upaya untuk
implementasi strategiorganisasi.
3) Program kerja operasional merupakan proses penentuan jumlah dan jenis
sumber dayayang diperlukan dalam rangka pelaksanaan satu rencana.
4) Program operasional merupakan penjabaran riil tentang langkah-langkah
yang diambiluntuk menjabarkan kebijakan.
5) Program operasional dapat bersifat jangka panjang dan menengah, atau
bersifattahunan.
6) Program kerja operasional tidak terlepas dari kebijakan yang telah
ditetapkansebelumnya.
Merumuskan Program Kerja Kursusan
Perumusan program kerja kursusan berdasarkan atas perumusan visi, misi,
tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam merumuskan
program kerja kursusan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Program kerja kursusan merupakan implemantasi dari tujuan dan strategi
kursusan, jadidalam merumuskannya harus seirama dengan tujuan dan strategi
yang telah ditetapkan.
2) Dalam merumuskan program kursusan harus ditentukan siapa yang akan
menjadipenanggungjawab masing-masing program kerja sekolah dan kapan
langkah tersebutselesai.
3. Peran visi, misi, tujuan dan program dalam menyusun perencanaan strategis
kursusan.
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk
menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk
mengalokasikan sumber dayanya(termasuk modal dan sumber daya manusia)
untuk mencapai tujuan dari organisasitersebut (Amrullah, 2010:4).
43
Akdon (2006:302) menyatakan bahwa, langkah-langkah perencanaan strategis
terdiri dari:
a.Perumusan visi, misi dan nilai-nilai
b. Telaah lingkungan strategik, yang terdiri dari analisis lingkungan internal,
analisislingkungan eksternal.
c. Analisis strategik dan kunci keberhasilan.
d. Rencana Strategis yang terdiri dari merumuskan tujuan, sasaran, strategi,
kebijakan,program, kegiatan suatu organisasi
Langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut:
http://3.bp.blogspot.com/_3L6E_YR9V5s/S8Rthh5YQlI/AAAAAAAAAHE/TiX-aJW85Pc/s1600/Graphic2.jpg
Gambar: Bagan Kerangka Perencanaan Strategis
Berdasarkan bagan diatas, dapat kita ketahui peran visi, misi, tujuan dan
program dalam
merumuskan perencanaan strategis, antara lain:
44
a. Visi dan misi merupakan landasan awal dalam merumuskan perencanaan
strategis. Visimemberikan merupakan imajinasi/gambaran masa depan suatu
organisasi, dia berperansebagai pemberi arahan dan motivasi anggota organisasi.
Misi adalah penjabaran dari visiyang memberikan produk/pelayanan kepada
publik. Misi berperan untuk mengenalkanpara anggota organisasi terhadap peran
dan fungsi mereka.
b. Tujuan merupakan penjabaran dari pernyataan misi, tujuan adalah sesuatu yang
akandicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam
perencanaanstrategis, rumusan tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran,
strategi, program dankegiatan dalam merealisasikan misi.
Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu,
dilaksanakan oleh satu instansi pemerintah atau lebih ataupun dalam rangka kerja
sama dengan masyarakat atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat guna
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam perencanaan strategis,
program berfungsi untuk menjalankan kebijakan strategis yang akan dilakukan
dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata.
E. Mempersiapkan Silabus dan Media Pembelajaran
MediaPembelajaran
Oleh: Sutirman
1). Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Association of Education and Communication
Technology (AECT) (1986: 43)memberikan definisi media sebagai sistem
transmisi (bahan dan peralatan) yang tersedia untuk menyampaikan pesan
tertentu. Pendapat lain mengemukakan bahwa media adalah suatu sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari seorang komunikator kepada
komunikan (Suranto, 2005: 18). Sedangkan Trini (2005: 3) memberi makna media
sebagai apa saja yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi ke
penerima informasi.
45
Heinich dan kawan-kawan (1996: 8) mengartikan media sebagai perantara
yang mengantar informasi dari sumber kepada penerima. Dengan demikian
televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-
bahan cetakan, dan sejenisnya adalah tergolong media. Apabila media tersebut
membawa pesan-pesan atau informasi yang mengandung maksud dan tujuan
pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media pembelajaran adalahsebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Banyak batasan atau pengertian yan dikemukakan para ahli tentang media, diantaranya adalah: Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asosociation of Education and Communication Technology (AECT).
Gagne (1970), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Y. Miarso, mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri pembelajarnya.
Gerlach & Ely: “media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (hardware), seperti computer, TV,
46
projector, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat keras itu.
Arief S. Sadiman, dkk (1984) mengemukakan bahwa kata media berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media yaitu: Fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi kompensatoris. Menurut Bretz (1971), media dibedakan menjadi 8 macam yaitu: media audio, media cetak, media visual diam, media visua gerak, media audio semi gerak, media visual semi gerak, media audio visual diam, media audio visual gerak.
Menurut Anderson (1998) media pembelajaran dibagi menjadi 10 yaitu: audio, cetak, audio-cetak, proyeksi visual diam, proyeksi audio visual diam, visual gerak, audio visual gerak, obyek fisik, manusia dan lingkungan dan komputer
Secara lebih khusus Briggs dalam Trini (2005: 4), mengatakan media
sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Sarana
fisik tersebut dapat berupa buku, tape rekorder, kaset, kamera video, film, slide,
foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Sependapat dengan pendapat di atas,
Wang &Wingsum (2003: 217), menyatakan bahwa dalam konteks pendidikan,
media biasa disebut sebagai fasilitas pembelajaran yang membawa pesan kepada
pembelajar. Media dapat dikatakan pula sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audio visual dan peralatannya, sehingga media dapat
dimanipulasi, dilihat, dibaca, dan didengar.
Dengan demikian media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis, yang dapat digunakan untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media
47
merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
2). Macam-Macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran berkembang dari waktu ke waktu, seiring dengan
perkembangan teknologi. Beberapa ahli menggolongkan macam-macam media
pembelajaran dari sudut pandang yang berbeda.
Bretz membagi media menjadi tiga macam yaitu media yang dapat didengar
(audio), media yang dapat dilihat (video), dan media yang dapat bergerak. Media
visual dikelompokkan lagi menjadi tiga yaitu gambar visual, garis (grafis), dan
simbol verbal. Selain menggolongkan media menjadi tiga macam di atas, Bretz
juga membagi media menjadi media transmisi dan media rekaman (Prastati,
2005: 9-10).
Schramm (1977: 21) membedakan media menurut jumlah audiens yang
dilayaninya menjadi: massal, klasikal, dan individual. Yang termasuk media untuk
massal antara lain televisi, radio, dan internet. Media untuk klasikal adalah OHP,
papan tulis, slide, videotape, poster, foto, dan lain-lain. Sedangkan media yang
bersifat individual dapat berupa hand out, telepon, dan Computer Assisted
Instruction (CAI).
Heinich (1996: 8) menjabarkan media pembelajaran dalam bukunya
meliputi: nonprojected media, projected media, audiomedia, motionmedia,
computer mediated instruction, computer based multimedia and hypermedia,
media radio and television. Nonprojected media berupa photographs, diagrams,
displays, dan models. Projectedmedia terdiri dari slides, filmstrips, overhead
transparencies, dan computer projection. Audiomedia berupa cassettes dan
compact discs, sedangkan motionmedia berupa video dan film.
Arsyad (2007: 29) mengelompokkan meda pembelajaran menjadi empat
kelompok, yaitu media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio visual,
media hasil teknologi komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan
komputer.
48
Sementara Seels & Glasgow (1990: 181-183) membagi media berdasarkan
perkembangan terknologi, yaitu media dengan teknologi tradisional dan media
dengan teknologi mutakhir. Media dengan teknologi tradisional meliputi: (a)
visual diam yang diproyeksikan berupa proyeksi opaque (tak tembus pandang),
proyeksi overhead, slides, filmstrips; (b) visual yang tidak diproyeksikan berupa
gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info; (c) audio
terdiri dari rekaman piringan dan pita kaset; (d) penyajian multimedia dibedakan
menjadi slide plus suara dan multi image; (e) visual dinamis yang diproyeksikan
berupa film, televisi, video; (f) media cetak seperti buku teks, modul, teks
terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala, dan hand out; (g) permainan
diantaranya teka-teki, simulasi, permainan papan; (h) realita dapat berupa model,
specimen (contoh), manipulatif (peta, miniatur, boneka).
Sedangkan media dengan teknologi mutakhir dibedakan menjadi: (a) media
berbasis telekomunikasi diantaranya adalah telekonfrence dan distance learning;
(b) media berbasis mikroprosesor terdiri dari CAI (Computer Assisted
Instruction), Games, Hypermedia, CD (Compact Disc), danPembelajaran Berbasis
Web (Web Based Learning).
Penggolongan media yang lebih aktual dikemukakan oleh Lee & Owen
(2004: 55-56) dengan delapan tipe media pengiriman. Kedelapan media tersebut
adalah instructor-led, computer-based, distance broadcast, web-based,
performance support systems (PSS), dan electronic performance support systems
(EPSS).
Berdasarkan macam-macam media tersebut di atas, menunjukkan bahwa
media pembelajaran senantiasa mengalami perkembangan seiring kemajuan ilmu
dan teknologi. Perkembangan media pembelajaran juga mengikuti tuntutan dan
kebutuhan pembelajaran, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
3). Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Levie & Lents dalam Arsyad (2007: 16) mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif,
fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
49
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Media
gambar atau animasi yang diproyeksikan melalui LCD (Liquid Crystal Display)
dapat memfokuskan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang
akan mereka terima. Hal ini berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran
yang lebih baik oleh siswa.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat keterlibatan emosi dan
sikap siswa pada saat menyimak tayangan materi pelajaran yang disertai dengan
visualisasi. Misalnya, tayangan video gambar simulasi kegiatan pengelolaan arsip,
video penggunaan mesin-mesin kantor, dan sejenisnya.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari kajian-kajian ilmiah yang
mengemukakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar. Sedangkan fungsi kompensatoris dari media pembelajaran dapat
dilihat dari hasil penelitian bahwa media visual membantu pemahaman dan
ingatan isi materi bagi siswa yang lemah dalam membaca.
Secara lebih khusus, Kemp & Dayton dalam (1985: 3-4) mengidentifikasi
delapan manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:
(1) penyampaian perkuliahan menjadi lebih baku.
(2) Pembelajaran cenderung menjadi lebih menarik.
(3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
(4) Lama waktu pembelajaran dapat dikurangi.
(5) Kualitas hasil belajar siswa lebih meningkat.
(6) Pembelajaran dapat berlangsung di mana dan kapan saja.
(7) Sikap positif siswa terhadap materi belajar dan proses belajar dapat
ditingkatkan.
50
(8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Oleh karena banyaknya manfaat yang diperoleh dari pemanfaatan media
pembelajaran, maka guru sebagai sumber pembawa informasi bagi peserta didik
hendaknya menyadari akan pentingnya penggunaan media dalam pembelajaran.
Mendukung pendapat di atas, Sudjana & Rivai (1992: 2), menyebutkan
bahwa media pembelajaran dalam proses belajar bermanfaat agar:
a). Pembelajaran lebih menarik perhatian sehingga menumbuhkan motivasi
belajarsiswa.
b). Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa.
c). Metode mengajar menjadi lebih variatif sehingga dapat mengurangi
kebosananbelajar.
d). Siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan Sadiman, dkk. (2006: 17-18) menjelaskan kegunaan media
pembelajaran sebagai berikut:
a) Memperjelas penyajian pesan.
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c) Mengatasi sikap pasif, sehingga peserta didik menjadi lebih
semangat dan lebih mandiri dalam belajar.
d) Memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama
terhadap materi belajar.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, media pembelajaran sangat
dirasakan manfaatnya dalam proses belajar mengajar. Secara umum, media
pembelajaran bermanfaat untuk memperlancar interaksi dosen dan mahasiswa,
dengan maksud membantu mahasiswa belajar secara optimal.
4)Pemilihan dan Pemanfaatan Media
51
Pembelajaran yang baik memerlukan adanya perencanaan yang sistematis.
Memilih media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar juga
memerlukan perencanaan yang baik agar pemanfaatannya bisa efektif. Pada
kenyataanya di lapangan, pengajar sering memilih dan menggunakan media tanpa
ada perencanaan terlebih dahulu. Pemanfaatan media sering hanya didasarkan
pada kebiasaan dan ketersediaan alat, tanpa mempertimbangkan efektivitasnya.
Heinich(1996: 34-35) dan kawan-kawan mengembangkan model
perencanaan penggunaan media yang efektif dalam pembelajaran. Model itu
disebut dengan istilah ASSURE (ASSURE models). Model ASSURE ini
dikembangkan dengan enam langkah yang meliputi analisis peserta didik,
menetapkan tujuan pembelajaran, memilih metode, media dan bahan,
menggunakan media dan bahan, melibatkan peserta didik, serta evaluasi dan revisi
Berdasarkan model yang kembangkan oleh Heinich dan kawan-kawan
tersebut maka sebelum menggunakan media dalam pembelajaran guru
seyogyanya melakukan analisis peserta didik untuk mengetahui kemampuan awal
siswa dan tipe belajarnya. Selanjutnya guru menetapkan tujuan pembelajaran yang
berupa kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah proses
pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah menentukan metode yang cocok,
memilih format media yang sesuai dengan bahan yang akan diajarkan.
Penggunaan media hendaknya mendorong keterlibatan peserta didik dalam
aktivitas pembelajaran.
ASSURE model yang dikembangkan oleh Heinich dkk tersebut dapat
digunakan oleh para pengajar sebagai rujukan dalam menentukan langkah-
langkah pemanfaatan media pembelajaran. Dengan langkah-langkah yang
terencana dan sistematis diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pemilihan media juga harus memperhatikan landasan teori belajar.
Berdasarkan teori belajar, terdapat beberapa kondisi dan prinsip psikologis yang
perlu diperhatikan dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran, yaitu
prinsip motivasi, perbedaan individual, tujuan pembelajaran, organisasi, persiapan
52
sebelum belajar, emosi, partisipasi, umpan balik, penguatan, latihan dan
pengulangan, serta penerapan (Arsyad, 2007: 72-74).
Pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran yang tepat ber landaskan
pada teori belajar yang relevan akan berdampak positif terhadap keberhasilan
proses belajar menga.
Silabus
Menurut para ahli:Silabus adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-
pokok isi/materi pembelajaran (salim, 1987:98). Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar (Yulaelawati, 2004:123)
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2010:190)
Membangun silabus Anda baik di muka, sebagai bagian dari proses
perencanaan programSilabus tentu saja memiliki beberapa fungsi:
a) Silabus adalah alat-kursus perencanaan. Ini membantu instruktur
menyiapkan dan menyelenggarakan kursus. Mengambil waktu untuk
membangun sebuah silabus rinci akan membantu Anda menentukan
tujuan kursus, merencanakan struktur program dan tugas, ujian, sesi
review, dan kegiatan lainnya, dan menentukan seberapa banyak waktu
yang Anda harus mengabdikan untuk topik-topik tertentu.
b) Silabus adalah prospektus yang menjawab pertanyaan di benak banyak
siswa pada hari pertama kelas: "? Mengapa saya harus mengambil
kursus ini" berkomunikasi silabus kepada siswa gagasan yang jelas
53
tentang isi kursus, pendekatan Anda untuk mengajar itu, dan apa yang
bisa mereka harapkan untuk dilakukan dan belajar dalam menyelesaikan
persyaratan kursus. Silabus juga harus merangsang minat dalam topik
kursus dengan menunjukkan mengapa topik tersebut penting atau
menarik. Perlu diingat bahwa rekan-rekan, administrator, dan lain-lain
tertarik pada kursus akan membaca silabus. Dengan demikian, silabus
memberikan kesempatan bagi Anda untuk berkomunikasi dengan
audiens yang lebih besar tentang kursus dan pentingnya untuk tujuan
pendidikan yang luas.
c) Silabus adalah panduan referensi. Ini memberikan siswa dengan
rangkuman informasi bahwa mereka akan berkonsultasi sepanjang
perjalanan, termasuk informasi logistik seperti nama kursus dan nomor,
prasyarat, dan nama instruktur dan informasi kontak, serta tanggal jatuh
tempo, waktu ujian, dan persyaratan kursus dan kebijakan.
d) Silabus ini mirip dengan kontrak, dalam hal ini menetapkan persyaratan
kursus dan kebijakan mengenai grading, integritas akademik, perilaku
siswa, absensi, pekerjaan akhir, dan isu-isu lainnya. Siswa bertanggung
jawab untuk membaca dan memahami silabus, ketentuan yang mereka
implisit setuju untuk mematuhi ketika mereka mengambil kursus;.
Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk memastikan
bahwa mereka memahami kebijakan dan persyaratan kursus Anda harus
menyertakan peringatan, bagaimanapun, menunjukkan bahwa Anda
dapat melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap dokumen
selama kursus berlangsung, sesuai kebutuhan.
Dari beberapa definisi silabus di atas dapat disimpulkan bahwa silabus adalah seperangkat rencana yang berisi garis besar atau pokok-pokok pembelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
54
F. Surat Perizinan
Berdasarkan pasal 10 ayat 1 Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 261/U/1999 tentang Penyelenggaraan Kursus, dinyatakan
bahwa setiap penyelenggara kursus wajib memperoleh ijin dari instansi yang
berwenang (dalam hal ini Depdiknas).
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 62Ayat (1) Setiap
satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin
Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Ayat (2) Syarat-syarat untuk memperoleh
izin meliputi isi pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan
pendidikan, sistem evaluasi dan sertifikasi serta manajemen dan proses
pendidikan.
a) Perizinan adalah suatu ketetapan Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dalam hal ini Dinas Pendidikan pada tingkat Kabupaten/Kota untuk
memberikan legalitas atau pengakuan dan persetujuan resmi atas status
penyelenggaraan kursus dan pelatihan dalam melaksanakanprogramnya.
Pengaturan perizinan lembaga kursus dilakukan dengan tujuan.
Memudahkan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam mengadakan
pembinaan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan
evaluasi, serta pengawasan secara tertib, teratur dan terarah terhadap setiap
jenis kursus dan pelatihan;
b) Memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan yang serasi dengan
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan
masyarakat, dan dunia usaha/industry.
c) Mengarahkan, menyerasikan, dan mengembangkan program pendidikan
nonformal guna menunjang suksesnya program pembangunan.
d) Melindungi lembaga kursus dan pelatihan dari tindakan di luar peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e) Melindungi warga masyarakat dari penyalahgunaan penyelenggararaan
kursus dan pelatihan yang mengakibatkan kerugian.
f) Memberikan tanggung jawab hukum kepada lembaga kursus dan pelatihan.
55
Adapun syarat-syarat administrative yang harus dipenuhi baik untuk
perorangan maupun badan usaha atau badan hukum adalah:
1. Mengisi formulir yang telah disediakan di kantor suku dinas Dikmenti
kotamdya
2. Melampirkan foto copy akta notaris bagi yang berbentuk yayasan
3. Melampirkan foto copy KTP baik pemilik/penyelenggara, maupun penanggung
jawabteknis edukatif.
4. Melampirkan foto copy ijazah bagi pemilik/penyelenggara, penanggung jawab
teknisedukatif maupun tenaga pendidik.
5. Melampirkan Daftar Riawayat Hidup Pemilik/Penyelenggara dan penanggung
jawabteknis edukatif
6. Melampirkan surat keterangan kelakukan baik pemilik/penyelenggara dari
Kepolisian.
7. Melampirkan kurikulum jenis kursus yang bersangkutan.
8. Melampirkan tata tertib kursus.
9. Melampirkan denah/peta lokasi kursus.
10. Melampirkan pasfoto pemilik/penyelenggara dan penanggung Jawab Teknis
Edukatifukuran 4 X 6 masing-masing sebanyak 5 lembar
11. Melampirkan Surat Rekomendasi dari DPC HIPKI (Himpunan Penyelenggara
Kursus Indonesia).
12. Melampirkan materai Rp. 6.000 sebanyak 1 (satu) buah)
13. Melampirkan surat keterangan domisili usaha dari kecamatan.
SedangkanStandar minimal (kelayakan) membuka kursusan adalah:
a. Isi pendidikan, meliputi: struktur kurikulum yang berbasis kompetensi dan
berorientasipada keunggulan lokal, dan bahan ajar berupa buku/modul bahan ajar;
b. Pendidik dan Tenaga Kependidikan, meliputi: jumlah, kualifikasi, dan
kompetensi masing-masing pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan
bidangnya;
c. Sarana dan prasarana, meliputi ketersediaan ruang kantor, ruang belajar teori,
ruangpraktek, sarana belajar mengajar, dan media pembelajaran, dengan ukuran,
jenis, danjumlah yang sesuai;
d. Pembiayaan, meliputi biaya operasional dan biaya personal untuk mendukung
56
terselenggaranya program pendidikan;
e. Manajemen meliputi struktur organisasi lembaga dan deskripsi tugas yang jelas
dan terarahguna memudahkan jalannya kegiatan dalam pencapaian tujuan; dan
f. Proses pendidikan, meliputi: silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
G. Pembangunan
Pembangunan adalah salah satu syarat dalam planning courses.Seperti yang
kita tahu bahwa pembangunan mempunyai beberapa fungsi dan tujuan yang
menjadi dasar terselenggaranya planning courses yang maximal.Berdasarkan
bentuknya planning courses dalam pembangunan dibagi menjadi dua.
1. Pembangunan fisik.
2. Pembangunan non fisik.
a. Pembangunan Fisik
Pembangunan fisik merupakan pembangunan yang diperlukan demi tercipta
atau terbentuknya keamanan,kenyamanan dan ketenangan ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung(KBM).Sehingga gedung merupakan contoh konkret dalam
pembangunan fisik.
Gedung mempunyai peranan yang sangat penting dalam sebuah
kursusan,karena gedung mempunyai beberapa fungsi.
Adapun fungsi gedung atau pembangunan fisik adalah:
1.Dengan adanya gedung, proses belajar mengajar menjadi lancar,aman dan
nyaman.
2.Dengan adanya gedung, teaching learning process yang telah disusun bisa
diaplikasikan secara optimal.
3.Dengan adanya gedung, siswa tidak akan terganggu ketika musim penghujan
tiba begitu juga tutornya.
57
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa gedung mempunyai
peranan penting dalam teaching and learning process,oleh karena itu pemilihan
lokasi yang strategis juga menentukan keberhasilan seorang tutor dalam
mengelola sebuah kursusan yang maksimal.
b. Pembangunan Non Fisik
Pembangunan non fisik merupakan pembangunan yang berupa
syllabus,lesson plan,prota,promes,dll.Pembngunan ini merupakan pembangunan
yang mendasari program apa yang akan diaplikasikan dalam
kursusannya,termasuk materi apa yang akan disajikan dalam kursusannya,dan hal-
hal apa saja yang akan diperoleh siswa selama belajar disitu.Oleh karena itu
mempersiapkan pembangunan non fisik sangat diperlukan dalam kursusan,supaya
terciptanya kepuasan peserta didik terhadap tutornya terlebih kepada lembaganya
Pembangunan non fisik mempunyai beberapa fungsi dintaranya:
1.Membuat lembaga menjadi terprogram.
2.Mempermudah tutor menyampaikan materi.
3. Membuat tutor menjadi lebih giat dan bersemangat.
4.Mempermudah tutor menyampaikan tema atau materi.
5.Mempermudah siswa mendapatkan materi secara optimal.
Dari penjelasan pembangunan non fisik di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pembangunan non fisik mempunyai peranan yang tidak kalah penting
dibanding pembangunan fisik dalam planning courses.
H. Promosi
Agar suatu kursusan dapat berjalan dengan lancar maka langkah promosi diperlukan untuk menarik orang-orang belajar di tempat kursusan kita. Promosi bisa dilaksanakan melalui media social seperti internet ataupun menyebarkan brosur-brosur, bisa juga
58
dengan mengajak orang-orang di sekitar tempat tinggal kita untuk kursus di tempat kursusan kita.
Jangan lupa menekanan pada nilai tambah pada kegiatan promosi.Dengan adanya nilai tambah alias nilai kelebihan yang tidak dimiliki lembaga kursus lain, maka anda bisa mencantumkan dalam promosi bisnis kursus anda mengenai nilai tambah alias kelebihan-kelebihan yang dimiliki lembaga kursus anda.Tentu kegiatan pencantuman nilai tambah alias kelebihan-kelebihan mengenai lembaga kursus sebagai usaha pencarian minat untuk mengikuti lembaga kursus anda.Kegiatan promosi tidak mesti harus dengan media ofline karena bisa saja mengeluarkan banyak biaya untuk kegiatan promosi namun pelanggan yang didapat sepadan dengan tanpa biaya promosi. Sekarang ini kegiatan promosi harus ditambah dengan media online.Dengan menggunakan Google Adwords atau Facebook maka anda bisa beriklan dengan mensetting target wilayah. Bila memang anda menargetkan wilayah cirebon maka anda bisa mensetting ke daerah Cireboon. Bila kendala anda masih belum memiliki kartu kredit untuk promosi di Google Adwords atau Facebook maka awal-awal anda bisa membuat blog atau melakukan aktifitas bersosial dengan grup khusus Cireboon dalam Facebook.
59
APPENDIX
Nama narasumber : Mrs. Rini Wulandari
Alamat : Lembaga Kursus di Wonosari, Sumberkepuh, Tanjunganom, Nganjuk (Cabang Pare)
- VisiMenjadi lembaga kursus yang unggul dalam bidang bahasa Inggris untuk para pelajar.
- MisiMenjadikan lembaga kursus bahasa inggris yang berkualitas dan inovatif serta relevan bagi pelajar.
- Tujuan Untuk mencerdaskan bahasa Inggris para pelajar di daerah pedesaan khususnya desa Sumberkepuh.
- Media Pembelajaran
60
Media pembelajaran yang digunakan adalah buku, LKS, dan modul dari Pare
- SilabusSilabus LBB ini berasal dari materi sekolah SD, SMP, SMA, umum, mahasiswa dan materi dasar bahasa Inggris 4 skill
- Surat PerizinanLBB ini telah memiliki surat perizinan tapi pada tahun ini belum diperpanjang dan rencananya akan diperpanjang. LBB ini juga bersertifikat dari Pare.
- Pembangunan LBB ini awal dibuka di Sumberkepuh pada tahun 2009 dan bertempat di rumah Mrs Rini dan masih beroperasi hingga sekarang.
- PromosiUntuk promosi LBB ini menyebarkan brosur-brosur ke sekolah-sekolah jenjang SD, SMP dan SMA
Biblibiografi
Adapted from :http://teachingcenter.wustl.edu/planning-course. /2009/11
Adapted from: (http:/ / Media.com/courses at.14 november 2012)
Handpage.blogspot.com/p./pengertian visi dan misi.html.
Pascasarjanasbw.wordpress.com/2008/11/pegertian visi dan misi
“Planning Your Course:A Decision Guide “Center for Learning and
Teaching,Cornell University.
Stout,Julie.”Radical Course Revision:A Case Study”National Teaching and
Learning Forum 10(4).May 2001.le
61
Wiggins,Grant and Jay Mc Tighe.Understanding by
design.Alexandria,VA:Assosiation for Supervision and curriculum
Development,1998.
2009,The Teaching Center,Washington University in st.Louis.
http://teachingcenter.wustl.edu/planning-course.
Dr. rer. nat. H. Rayandra Asyhar, M.Si (2011), Kreatif Mengembangkan Media
Pembelajaran, GP. Press, Jakarta
Handpage.blogspot.com/p./pengertian visi dan misi.html.
http://memulaibisnisonlinex.blogspot.com/2013/10/peluang-bisnis-kursus-
inggris.html
62
BAB III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gajiadalah salah satu hal yang penting bagi setiap tutor lembaga kursus atau karyawan yang bekerja dalam suatu lembaga pendidikan kursus atau bahkan di suatu perusahaan, karena dengan gaji yang diperoleh seseorang dapatmemenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut beberapa pakar ahli bahasa. Diantaranya adalah Hasibuan (2002) menyatakan bahwa “Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada tutor atau karyawan tetap serta mempunyai jaminan yangpasti” (p. 118). Pendapat lain dikemukakan oleh Handoko (1993), “Gaji adalah pemberian pembayaran finansial kepada tutor atau karyawan sebagai balas jasa untukpekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang” (p. 218). Selain pernyataan Hasibuan dan Handoko,ada pernyataan lainnya mengenai gaji dari Hariandja (2002), yaitu Gaji merupakan salah satu unsur yang penting yang dapat mempengaruhi kinerjakaryawan atau pengajar di suatu lembaga kursus, sebab gaji adalah alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan pegawai, sehingga dengangaji yang diberikan pegawai akan termotivasi untuk bekerja lebih giat.
Teori yang lain dikemukakan oleh Sastro Hadiwiryo (1998), yaitu :Gaji dapat berperan dalam meningkatkan motivasi karyawan atau pengajar kursus untuk bekerja lebih efektif, meningkatkan kinerja, meningkatkan produktivitas dalamperusahaan, serta mengimbangi kekurangan dan keterlibatan komitmen yang menjadi ciri angkatan kerja masa
63
kini. Perusahaan dan lembaga kursus yang tergolong modern,saat ini banyak mengaitkan gaji dengan kinerja.Pernyataan di atas juga didukung oleh pendapat Mathis dan Lackson (2002), “Gaji adalah suatu bentuk kompensasi yang dikaitkan dengan kinerja individu,kelompok ataupun kinerja lembaga kursus” (p. 165).
B. Rumusan masalah
Fee tutor’s determination di lembaga kursus di wilayah Kediri terutama di
Pare yang mana menjadi tolak ukur dalam penentuan standart gaji minimum bagi
para tutor lembaga kursus khususnya bahasa inggris. Gaji mempunyai peranan
yang sangat penting bagi kesejahteraan para guru dan karyawan di lembaga
informal. Apabila suatu kursus memberikan gaji terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan kenaikan yang signifikan pula terhadap tingginya biaya kursus bagi peserta didik dan bila gaji yangdiberikan terlalu rendah akan mengakibatkan melemahnya motivasi dan kinerja para guru dan karyawan lembaga kursus. Oleh karena itu perlu adanya penentuan standar gaji bagi para tutor dan karyawan di lembaga kursus.
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan
dan menganalisis penggajian di lembaga kursus di wilayah kediri dari mulai
lembaga kursus yang terkenal hingga yang biasa saja. Dalam analisis ini yang
kami analisis dari sudut pandang besarnya gaji yang di berikan kepada para guru
dan karyawan di suatu kursus. Oleh karena itu melalui penelitian kami kepada
beberapa tutor di beberapa lembaga kursus, kami akan memberikan gambaran
kepada para pembaca tentang cara penentuan gaji di suatu lembaga kursus.
D. Fungsi Fee Tutor’s Determination
64
Menurut Komaruddin (1995) fungsi gaji bukan hanya membantu direktur lembaga kursus dalam menjalankan aktifitas-aktifitas kelembagaan. Tetapi juga bagaimana seorang direktur mampu menentukan gaji yang adil dan layak bagi para tutor dan karyawannya, disamping fungsi tersebut diatas masih adafungsi-fungsi yang lain, yaitu (p. 164) :
1. Untuk menarik para tutor yang mempunyai kemampuan ke dalam lembaga kursus
2. Untuk mendorong para tutor agar menunjukkan prestasi yang tinggi
3. Untuk memelihara prestasi tutor selama periode yang panjang
Sedangkan menurut Hasibuan (2002) fungsi penggajian, antara lain :
a. Ikatan kerja samaDengan pemberian gaji terjalinlah ikatan kerja sama
formal antara director dengan para tutor dan karyawan. Tutor dan karyawan harus mengerjakan tugas - tugasnya denganbaik, sedangkan direktur wajib membayar gaji sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
b. Kepuasan kerjaDengan balas jasa, para tutor dan karyawan akan
dapat memenuhi kebutuhan - kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja darijabatannya.
c. Pengadaan efektif
Jika program gaji ditetapkan cukup besar, pengadaan guru dan karyawan yang qualified untuk lembaga kursus akan lebih mudah.
65
d. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.
e. Stabilitas tutor dan karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karenaturnover relatif kecil.
f. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin para tutor dan karyawan semakin baik. Para tutor dan karyawan akan menyadari serta mentaati peraturan – peraturan kelembagaan yang telah ditentukan sehingga mampu memacu meningkatnya kualitas lembaga kursus tersebut.
BAB II
TEORI DAN MODEL FEE TUTOR DETERMINATION
A. Teori-teori fee tutor determination1. Teori the need of hirarki (Maslow)
Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan
66
yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah.Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan.Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis atau dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis. Homeostatis adalah prinsip yang mengatur cara kerja termostat (alat pengendali suhu). Kalau suhu terlalu dingin, alat itu akan menyalakan penghangat, sebaliknya kalau suhu terlalu panas, ia akan menyalakan dingin. Begitu pula dengan tubuh manusia, ketika manusia merasa kekurangan bahan-bahan tertentu, dia akan merasa memerlukannya. Ketika dia sudah cukup mendapatkannya, rasa butuh itu pun kemudian berhenti dengan sendirinya.
Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan.Cinta dan kasih sayang pun
67
sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.
2.Teori X dan Teori Y (Douglas McGregor)
Teori X dan Teori Y ialah teori motivasi manusia yang dicipta dan dibangunkan oleh Douglas McGregor pada 1960-an. Teori ini mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep pengurusanberpenyertaan. Konsep ini terkenal dengan menggunakan anggapan-anggapan sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan melalui kuasa dan sebaliknya, seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Sebagai contoh, karyawan yang memiliki jenis teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki jenis teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Jenis Y ini adalah jenis yang sudah menyedari tugas dan tanggungjawab pekerjaannya.
Teori perilaku ialah teori yang menjelaskan bahawa suatu perilaku tertentu dapat membezakan pemimpin dan bukan pemimpin pada setiap manusia. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para pengurus / pemimpin lembaga kursus syarikat memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan iaitu teori x atau teori y.
a. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggungjawab yang diberikan
68
kepadanya. Pekerja memiliki cita-cita yang kecil untuk mencapai tujuan syarikat namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan syarikat.
b. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kudrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat kerana mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan syarikat. Pekerja memiliki kemampuan kreatif, imaginasi, kepandaian serta memahami tanggungjawab dan prestasi atas pencapaian tujuan bekerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
3.Teori Dua Faktor Hezberg
Herzberg (Hasibuan, 1990 : 177) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya.
Menurut Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan(lembaga kursus), dan gaji yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan atau tutors. Bila faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan (Robbins,2001:170).
69
Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan atau turor lembaga kursus (Hasibuan, 1990 : 176) yaitu :
1. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu.
2. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain sejenisnya.
3. Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
a. Maintenance Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
b. Motivation Factors
Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan
70
dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.
a. Penerapan Teori Dua Faktor Herzberg Dalam Lembaga kursus
Dalam kehidupan lembaga kursus, pemahaman terhadap motivasi bagi setiap pemimpin sangat penting artinya, namun motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu yang sulit. Hal ini dikemukakan oleh Wahjosumidjo (1994 : 173) sebagai berikut :
a. Motivasi sebagai suatu yang penting (important subject) karena peran pemimpin itu sendiri kaitannya dengan bawahan. Setiap pemimpin tidak boleh tidak harus bekerja bersama-sama dan melalui orang lain atau bawahan, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan.
b. Motivasi sebagai suatu yang sulit (puzzling subject), karena motivasi sendiri tidak bisa diamati dan diukur secara pasti. Dan untuk mengamati dan mengukur motivasi berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku bawahan. Disamping itu juga disebabkan adanya teori motivasi yang berbeda satu sama lain.
Untuk memahami motivasi karyawan digunakan teori motivasi dua arah yang dikemukakan oleh Herzberg:
Pertama, teori yang dikembangkan oleh Herzberg berlaku mikro yaitu untuk karyawan atau pegawai pemerintahan di tempat ia bekerja saja. Sementara teori motivasi Maslow misalnya berlaku makro yaitu untuk manusia pada umumnya.
71
Kedua, teori Herzberg lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dengan performa pekerjaan. Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg tahun 1966 yang merupakan pengembangan dari teori hirarki kebutuhan menurut Maslow.
Teori Herzberg memberikan dua kontribusi penting bagi pimpinan lembaga kursus dalam memotivasi karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa pekerjaan. Kedua, kerangka ini membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan pekerjaan (Leidecker and Hall dalam Timpe, 1999 : 13).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat dari berbagai Industri, Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor (Cushway and Lodge, 1995 : 138). Menurut teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang, yaitu faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation.
Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari lembaga kursus tempatnya bekerja.
Jadi karyawan yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang memungkinnya menggunakan kreaktivitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak terutama dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang
72
bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang lebih terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh lembaga kursus kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkannya dari lembaga kursus (dalam Sondang, 2002 : 107).
Adapun yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan itu sendiri (the work it self), prestasi yang
diraih (achievement), peluang untuk maju (advancement), pengakuan orang lain (ricognition), tanggung jawab (responsible).
Menurut Herzberg faktor hygienis/extrinsic factor
tidak akan mendorong minat para pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial (Cushway & Lodge, 1995 : 139).
Sedangkan faktor motivation/intrinsic factor merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah (hygienis) (Leidecker & Hall dalam Timpe, 1999 : 13).
Dari teori Herzberg tersebut, uang/gaji tidak dimasukkan sebagai faktor motivasi dan ini mendapat kritikan oleh para ahli. Pekerjaan kerah biru sering kali dilakukan oleh mereka bukan
73
karena faktor intrinsik yang mereka peroleh dari pekerjaan itu, tetapi kerena pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka (Cushway & Lodge, 1995 : 139).
4. Model fee determination
Dalam menggali informasi tentang fee tutor’s determination kita
menggunakan teknik interview untuk mendiskripsikan tentang kebijaksanaan-
kebijaksanaan di lembaga kursus mereka masing-masing . Berdasarkan beberapa
para nara sumber yang kita interview tersebut, kami dapat membagi cara
penentuan gaji di beberapa kursus sebagai berikut:
a. Standart Minimum Tuition
Dalam hal ini standart minimum tuition dalam kursus bahasa inggris tidak
bisa di tentukan oleh salah satu orang//institusi tertentu karena sebuah lembaga
kursus merupakan pemilik swasta, yang berhak untuk menentukan
management finansial dalam kursus miliknya.
b. Total Meeting
Dalam perhitungan total meeting, fee akan dicatat per pertemuan di
kalikan fee yang didapat sehingga diperoleh total meeting.Penulis memperoleh
data tentang total meeting dengan cara interview kepada nara sumber yang
memperoleh total meeting pada sebuah kursus bahasa inggris di kota kediri.
Pada hasil interview pertama terdapat hasil yang bisa menjelaskan tentang
total meeting. Nara merupakan seorang tutor sebuah kursus yang bernama
direktur dari lembaga Agnes course. Beliau menerangkan bahwa fee setiap
pertemuan Rp 20.000,- , 1 pertemuan merupakan 1 ½ jam perhari dalam 1
minggu ada 2 kali pertemuan. Sehingga dalam 1 bulan total meeting yang
didapat setiap tutor adalah Rp 120.000,-. Dalam bulan berikutnya juga seperti
itu, tiada perubahan.
c. Persentage Tuition
74
Dalam hal persentage tuition, penulis juga melakukan interview kepada
narasumber yang mendapatkan fee dengan hitungan persentage. Dia
menjelaskan bahwa tutor yang bekerja dalam lembaga kursus tersebut akan
mendapatkan 30 % (untuk keseluruhan tutor) dari pendapatan keseluruhan
lembaga kursus tersebut. Dalam pelaksanaan ini tutor dan management
lembaga kursus sangat terbuka tentang administrasi di dalam lembaga kursus
itu. sehingga tutor bisa langsung tahu berapa fee yang akan didapat sesuai
dengan besar kecilnya pendapatan lembaga itu.
d. Evaluation Determination
Evaluation determination merupakan mengevaluasi setiap bulan sekali dari
hasil metode teaching seorang tutor di suatu lembaga kursus. Evaluation
determination bisa dilakukan di semua lembaga kursus untuk meningkatkan fee
seorang tutor menurut prestasi dalam mengajar bahasa inggris. Jadi seorang
tutor di suatu lembaga kursus bisa meningkatkan fee mereka dengan
melakukan inovasi & kreatifitas dalam mengajar bahasa inggris sehingga
prestasi mengajar menjadi lebih baik, semakin baik prestasinya maka
meningkat pula fee yang di dapat setiap bulan.
Evaluation determination memiliki efek positif bagi tutor suatu lembaga
kursus, dikarenakan bisa meningkatkan motivasi seorang tutor untuk semakin
baik mengajar bahasa inggris. Jika tutor termotivasi maka prestasi setiap
bulannya akan meningkat, dengan meningkatnya prestasi, peserta didik akan
merasa puas belajar bahasa inggris di lembaga kursus tersebut. Kepuasaan
peserta didik merupakan tujuan utama suatu kursus , sehingga bisa
meningkatkan jumlah peserta didik yang masuk ke lembaga kursus tersebut
untuk belajar bahasa inggris. Meningkatnya jumlah peserta didik yang masuk
maka meningkat pula jumlah pendapatan lembaga kursus tersebut.
Kesimpulan
75
Penentuan-penentuan gaji tersebut diatas memakai pola bervariasi ada
yang didasarkan terhadap standart upah minimum nasional, jumlah tatap muka,
monthly tuition, bagi hasil yang didasarkan pada prosentase dari total jumlah
masukan dari peserta didik,dan penentuan gaji yang didasarkan atas evaluasi yang
diadakan tiap bulan oleh lembaga.
Apapun Kebijakan-kebijakan dalam menentukan gaji para tutor dan
karyawannya yang dilakukan oleh pemilik lembaga harus didasarkan pada
kemampuan lembaga dan kebutuhan para tutor yang dilandaskan terhadap
peraturan pemerintah tentang upah minimum tutor dan karyawan.
BIBLIOGRAPHY
76
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Kediri, Bidang Ketenagaan, Materi Pelatihan Pengembangan Profesi Penilaian Angka Kredit, Kediri: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Kediri, Bidang Ketenagaan, 2009
C. George Boeree. 2006. Personality Theories. Yogyakarta: Primasophie. Hlm. 277-290.
H. Maslow. 1986. FartherReaches of Human Nature. New York: Orbis Book. Hlm. 260-280, 299.
Sofian, Jonathan Standar Gaji Indonesia . Jakarta : Sofwan Press, 2008.
Http://jsofian.wordpress.com/2008/11/20/indonesia-salary-survey-2008/ (5 of 5) accessed on 07/10/2012 15:11:48
Sulastiningtiyas, Defina. Teori motivasi-nilai-sikap-kepuasan-kerja-motif-2 — Presentation Transcript, 2011.
McGregor, D. (1960). The Human Side of Enterprise, New York, McGrawHill.
Duke, Daniel Linden. Teaching An Introduction. USA: McGraw- Hill, Inc, 1990.
McGregor, Douglas. Definisi/Pengertian Teori Perilaku Teori X dan Teori Y (X Y Behavior Theory), 2008.
Hornby, AS. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford: Oxford University Press, 1995.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada, 1998.
77
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Maslow, Abraham (1954). Motivation and Personality. New York: Harper. pp. 236.
Lampiran 1
Script Interview
Nama Narasumber : Mr. Asep Saifudin
Jabatan : Direktur AGNES COURSE
Alamat : Lembaga Kursus AGNES Bandar-Kota Kediri
1. Berapa minimal siswa dalam kursusan anda dalam satu kelas dan
maksimalnya?
Jawab: 6 anak minimal dan 20 anak maksimal
2. Ada berapa kelas dalam lembaga kursus anda?
Jawab : 4 kelas
3. Fasilitas apa saja yang dipakai dalam pembelajaran?
Jawab: tape recorder, papan tulis dan study tour di akhir study.
4. Skill apa yang anda tawarkan dalam kursusan anda?
Jawab : semua skill saya masukkan, tapi kebanyakan mereka yang kursus
disini lebih mengarah ke speaking dan kami lebih dominan ke british dan
sedikit memakai american.
5. Dalam 1 minggu ada berapa kali pertemuan?
Jawab : kelas yang kami tawarkan fleksibel bisa diambil pagi hingga
malam.
6. Bagaimana promosi dan publikasi kursusan anda?
Jawab : saya hanya melalui brosur dan mulut ke mulut
7. Berapa registrasi siswa di kursusan ini?
78
Jawab : ada beberapa program di kursusan kami dan mempunyai biaya
registrasi yang berbeda :
a. Program CTC (candidate of training class) ditempuh dalam 2 bulan
sebanyak 6 kali pertemuan perminggu dengan biaya Rp. 400.000.
b. Program TC (training class) ditempuh dalam 2 bulan sebanyak 6 kali
pertemuan perminggu dengan biaya Rp. 400.000.
c. Program BTC (basic training class) ditempuh dalam 4 bulan sebanyak
3 kali pertemuan perminggu dengan biaya Rp. 400.000.
d. Program EFC (english for children) ditempuh dalam 4 bulan
sebanyak 3 kali pertemuan perminggu dengan biaya Rp. 400.000.
e. Program HMS (holliday 4 mastering skill) ditempuh dalam 4 bulan
sebanyak 3 kali pertemuan perminggu dengan biaya Rp. 400.000.
8. Berapa fee yang Anda beri kepada tutor setiap 1 x pertemuan dalam
mengajar bahasa inggris di lembaga kursus anda ?
Jawab : Saya memberikan Rp 20.000,- (per pertemuan)
9. Dalam 1 x pertemuan ada berapa jam?
Jawab : 90Menit
10. Fasilitas apa yang tutor dapat selain fee?
Jawab : Study tour dengan siswa di akhir study
11. Penerimaan fee dilakukan setiap minggu atau bulan?
Jawab : Setiap bulan
12. Bagaimana penilaian kualitas pengajaran tutor?
Jawab : melalui survey tutor dari penilaian siswa
13. Adakah peningkatan gaji tutor yang lama dan baru?
Jawab : ada senioritas dalam tutor, bagi tutor senior akan mendapatkan
gaji lebih jika dalam penilaian siswa baik. Bagi tutor yang baru dimulai
dari gaji Rp. 20.000 yang telah ditetapkan sebelumnya.
14. Bagaimana mengenai gaji tutor privat?
Jawab : Gaji dalam privat sama dengan gaji kursus.
79
BAB IV
MANAJEMEN KURIKULUM
A. Pengertian Kurikulum Management
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam
satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan
maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum
ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan
tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Dalam memahami pelaksanaan kurikulum management, Menurut Guba
dan Lincoln bahwa kurikulum management dinyatakan sebagai suatu
proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang
dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang,
benda, kegiatan, keadaaan atau sesuatu kesatuan tertentu.
Kurikulummanagementadalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk
menentukan nilai atau efektivitas suatu kegiatan dalam membuat keputusan
tentang program kurikulum. yang dimulai dari tahap input evaluation,
process evaluation, output evaluation dan outcomes evaluation.
Bertujuan untuk mengukur tercapainya tujuan dan mengetahui
80
hambatan-hambatan dalam pencapaian tujuan kurikulum, mengukur dan
membandingkan keberhasilan kurikulum serta mengetahui potensi
keberhasilannya, memonitor dan mengawasi pelaksanaan program,
mengidentifikasi masalah yang timbul, menentukan kegunaan kurikulum,
keuntungan, dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut, mengukur
dampak kurikulum bagi kinerja.(Bushnell dalam Harris dan Desimone:
1994)Management merupakan kebutuhan dan mutlak diperlukan dalam
suatu sistem kurikulum, karena berkaitan langsung dengan setiap komponen
dalam sistem instruksional, dalam seluruh tahapan desain, dan
pengembangan kurikulum. Asumsi dasar yang digunakan dalam evaluasi
kurikulum dapat berupa spesifik yang ditujukan kepada pengukuran potensi
dan kinerja manusia, dalam hal ini tenaga kependidikan.
Dari pendapat di atas, maka ada dua pokok yang menjadi karakteristik
management, yaitu:
1. Management merupakan suatu proses atau tindakan. Tindakan tersebut
dilakukan untuk memberi makna atau nilai sesuatu. Dengan demikian
evaluasi bukanlah hasil atau produk.
2. Management berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya
berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai
niai atau tidak. Dengan kata lain evaluasi dapat menunjukkan kualitas
yang dinilai.
Kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir, meliputi
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Maka management itu sendiri
merupakan bagian yang terintegrasi dalam suatu proses pengembangan
kurikulum.
Rumusan tentang tujuan management dikemukakan oleh Purwanto dan
Atwi (1999: 75) yaitu:
1. Mengukur tercapainya tujuan dan mengetahui hambatan-hambatan
81
dalam pencapaian tujuan kurikulum.
2. Mengukur dan membandingkan keberhasilan kurikulum serta
mengetahui potensi keberhasilannya.
3. Memonitor dan mengawasi pelaksanaan program, mengidentifikasi
permasalahan yang timbul.
4. Menentukan kegunaan kurikulum, keuntungan, dan kemungkinan
pengembangannya lebih lanjut.
5. Mengukur dampak kurikulum bagi peningkatan kinerja.
Kurikulum dapat dipandang dari dua sisi, pertama, kurikulum sebagai suatu
program pendidikan atau kurikulum sebagai suatu dokumen. Kedua,
kurikulum sebagai suatu proses atau kegiatan. Dalam proses pendidikan
kedua sisi ini sama pentingnya, seperti dua sisi dari satu mata uang logam.
Kurikulum management haruslah mencakup kedua sisi tersebut, baik
terhadap management kurikulum yang ditempatkan sebagai suatu dokumen
yang dijadikan pedoman juga kurikulum sebagai suatu proses, yakni
implementasi dokumen secara sistematis.
Berikut adalah kegiatan evaluasi terhadap kurikulum:
1. Evaluasi tujuan dan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh setiap
anak yang sesuai dengan visi dan misi lembaga.
Dalam evaluasi kurikulum seperti ini maka pokok yang akan dinilai
adalah aspek tujuan atau kompetensi yang diharapkan dalam dokumen
kurikulum, yaitu mencakup :
a. Apakah kompetensi yang harus dicapai oleh setiap anak didik
sesuai dengan misi dan visi lembaga.
b. Apakah tujuan dan kompetensi itu mudah dipahami oleh setiap
guru. Sebagai suatu dokumen, kurikulum tidak akan memiliki
makna apa-apa tanpa diimplementasikan oleh guru. Maka guru
perlu memahami mengenai kompetensi yang diharapkan oleh
82
lembaga pendidikan.
c. Apakah tujuan dan kompetensi dirumuskan dalam kurikulum
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
2. Evaluasi terhadap pengalaman belajar yang direncanakan
Kriteria yang dijadikan patokan dalam tahap ini yaitu menguji
pengalaman belajar diantaranya :
a. Apakah pengalaman belajar yang ada dalam kurikulum sesuai atau
dapat mendukung pencapaian visi dan misi lembaga pendidikan?
b. Apakah pengalaman belajar yang direncanakan itu sesuai dengan
minat siswa?
c. Apakah pengalaman belajar yang direncanakan sesuai dengan
karakteristik lingkungan di mana anak tinggal?
d. Apakah pengalaman belajar yang ditetapkan dalam kurikulum
sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia?
3. Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar
Sebagai suatu pedoman bagi guru, kurikulum juga seharusnya memuat
petunjuk sehingga bagaimana cara pelaksanaan atau cara
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas.
Sejumlah kriteria yang dapat diajukan untuk menilai pedoman strategi
belajar mengajar, diantaranya:
a. Apakah strategi pembelajaran dirumuskan sesuai dan dapat
mendukung untuk keberhasilan pencapaian kompetensi
pendidikan?
b. Apakah strategi pembelajaran yang diusulkan dapat mendorong
aktivitas dan minat siswa untuk belajar?
c. Bagaimanakah keterbacaan guru terhadap pedoman pelaksanaan
strategi pembelajaran yang disusulkan?
d. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
83
siswa?
e. Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan
alokasi waktu?
4. Evaluasi terhadap program penilaian
Kompoenen berikutnya adalah komponen yang harus dijadikan sasaran
penilai terhadap kurikulum sebagai suatu program adalah evaluasi
terhadap program penilaian. Beberapa kriteria yang dapat dijadikan
acuan yaitu :
a. Apakah program evaluasi relevan dengan tujuan atau kompetensi
yang ingin dicapai.
b. Apakah evaluasi diprogramkan untuk mencapai fungsi evaluasi,
baik sebagai formatif maupun sumatif.
c. Apakah program evaluasi kurikulum yang direncanakan dapat
mudah dibaca dan dipahami oleh guru.
d. Apakah program evaluasi bersifat realistis, dalam arti mungkin
dapat dilaksanakan oleh guru.
5. Evaluasi terhadap implementasi kurikulum
Sisi kedua dari kurikulum adalah pelaksanaan atau implementasi
kurikulum sebagai program. Beberapa kriteria yang dapat dijadikan
pedoman sebagai berikut :
a. Apakah implementasi kurikulum yang dilaksanakan oleh guru
sesuai dengan program yang direncanakan?
b. Apakah setiap program yang direncanakan dapat dilaksanakan oleh
guru?
c. Sejauhmana siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai?
d. Apakah keseluruhan implementasi kurikulum dianggap efektif dan
efisien?
84
B. Model Kurikulum Management
Ada sejumlah model evaluasi kurikulum menurt Guba dan
Lincolndiantaranya model Tyler, model CIPP, model Stake, yaitu :
1. Pendekatan Tyler
Pendekatan model Tyler menekankan bahwa evaluasi kurikulum
diarahkan kepada usaha untuk mengetahui sejauhmana tujuan
pendidikan yang berupa tingkah laku yang diharapkan telah dicapai
oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang mereka tampilkan pada
akhir kegiatan pembelajaran. Oleh karena model Tyler diarahkan untuk
melihat kesesuaian antara tujuan yang diharapkan dengan hasil yang
diperoleh siswa, maka model ini juga dinamakan management model
congruence (persuation).
2. Pendekatan CIPP
Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam. CIPP singkatan dari
Context, Input, Process dan Product. Menurut model ini, proses
pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari empat dimensi
tersebut. Maka keempat komponen itu CIPP harus dijadikan pokok
dalam evaluasi kurikulum. Isi adalah situasi atau latar belakang yang
mempengaruhi perumusan tujuan yang hendak dicapai, misalkan
pandangan hidup atau sistem nilai masyarakat, keadaan ekonomi,
kondisi geografis, motivasi beajar dan sebagainya. Input adalah sarana
prasarana, modal, bahan serta rencana strategi yang matang untuk
mencapai tujuan. Proses adalah pelaksanaan strategi serta pemanfaatan
berbagai sarana, modal, dan fasilitas seperti yang ditetapkan dalam
komponen input. Produk adalah hasil yang dicapai baik selama maupun
akhir pengembangan kurikulum yang berlaku. Empat hal ini bisa
dianggap sebagai tipe atau fase dalam evaluasi. Evaluasi konteks
berfokus pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-
85
masalah dan peluang. Evaluasi input berfokus pada kemampuan sistem,
strategi pencapaian tujuan, implementasi desain dan cost benefit dari
rancangan. Evaluasi proses memiliki focus lain yaitu menyediakan
informasi untuk pembuatan keputusan day to day decision making
untuk melaksanakan program, membuat catatan atau “record”, atau
merekam pelaksanaan program. Evaluasi produk berfokus pada
mengukur pencapaian tujuan selama proses dan pada akhir program.
C. Fungsi Management Kurikulum di Lembaga
Pelaksanaan penilaian kurikulum dapat dilihat juga pada konteks
mikro yaitu tingkat pembelajaran seorang guru.Organisasi materi dan cara
penyampaian materi, metode yang dikembangkan serta media yang dipakai
dalam membantu kelancaran belajar siswa, sistem penilaian pembelajaran
itu sendiri. Maka pada konteks ini betul-betul bahwa evaluasi kurikulum
memang harus dilaksanakan. Di mana ujung akhir dapat dijadikan bahan
atau masukan dalam nenentukan kemampuan siswa tersebut.
Pada dasarnya kurikulum dapat dipandang dari konteks mikro dan
makro serta fungsinya. Dari sudut pandang makro berarti evaluasi
kurikulum ditujukan pada program kurikulum secara keseluruhan dalam
suatu institusi atau kelembagaan. Di mana prosesnya akan terukur dari
setiap penyelenggaraan program kurikulum untuk setiap mata pelajaran
yang dikembangkan dalam pembelajaran. Sedangkan dalam konteks mikro
berarti evaluasi kurikulum ditujukan pada upaya perbaikan pembelajaran
pada tingkat kelas, di mana hasilnya dapat berupa kualitas pembelajaran
dan kualitas output atau keluaran hasil pembelajaran berupa keterampilan
dan kecakapan siswa.
Adapun ditinjau dari fungsi kurikulum dapat berfungsi untuk:
1. Perbaikan, dimana evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk
memperbaiki isi program, pelaksanaan, dan management itu sendiri,
serta upaya kearah inovasi kurikulum masa yang akan datang.
86
2. Penempatan, dalam arti kurikulum ditujukan untuk melihat hasil
pembelajaran , dimana peserta didik yang mengikuti program
kurikulum dalam bentuk pembelajaran akan dipetakan dalam
kelompok tinggi, sedang dan rendah. Hal ini sangat penting guna
menilai dan mengembangkan kualitas dan kesesuaian kurikulum
dengan kebutuhan peserta didik.
3. Penyebaran, evaluasi kurikulum dilaksanakan dalam rangka
memberikan perlakukan secara merata pada setiap satuan lembaga
yang dibangun. Tujuannya agar kurikulum betul-betul teruji oleh
semua kondisi dan karakteristik sistem pembelajaran sebagai wujud
implementasinya di lapangan.
4. Penelitian dan Pengembangan, kurikulum dilaksanakan guna
melihat dampak atau perubahan-perubahan yang terjadi dimasyarakat.
Dari keempat fungsi kurikulum ini, maka dapat terlihat jika salah satunya
dilaksanakan, maka akan menuntut langkah atau fungsi yang lainnya untuk
dilakukan juga. Hal ini memungkinkan terjadi karena jika dikembalikan
pada pemahaman kurikulum sebagai suatu sistem, dengan demikian
pelaksanaan evaluasi kurikulum juga harus berbasis sistemik.
Secara lebih khusus bentuk pelaksanaan kurikulum dapat dilakukan pada
kategori sebagai berikut :
1. Management terhadap konsep kurikulum, dilakukan dengan tujuan
mengukur sejauhmana pemahaman masyarakat belajar terhadap
konsep kurikulum yang akan diimplementasikan dilembaga-lembaga.
Evaluasi terhadap komponen kurikulum, evaluasi ini dilaksanakan
terhadap komponen tujuan, komponen materi atau isi, komponen
metode, dan komponen evaluasi itu sendiri. Di mana
pelaksananaannya dapat dilakukan pada setiap pembelajaran
berlangsung. Karena melalui pembelajaranlah semua komponen
87
kurikulum dalam arti kurikulum aktual dapat terlihat dengan jelas dan
dirasakan oleh peserta didik.
2. Management terhadap isi program kurikulum,dilaksanakan terhadap
semua isi program, baik menyangkut keluasan dan kedalaman isi
Scope dan Sequence. Hal ini sangat penting guna memetakkan
program yang proporsional antara jenjang pendidikan dasar,
menengah, lanjutan dan mungkin pendidikan tinggi. Isi program
dikaitkan dengan filsafat kurikulum yang dewasa ini menggunakan
konsep life skill sebagai tujuan yang harus betul-betul memberikan
perubahan perilaku pada kehidupan peserta didik.
3. Management terhadap prinsip-prinsip kurikulum, dilakukan terhadap
prinsip-prinsip yang selama ini menjladi landasan pengembangan
kurikulum baik secara makro maupun mikro.
4. Management terhadap landasan pengembangan kurikulum, dilakukan
terhadap landasan-landasan pengembangan kurikulum, hal ini penting
karena masalah filosofis akan menjadi dasar bagi pengembangan dan
keberlangsungan diterima tidaknya implementasi suatu kurikulum
dalam suatu negara.
D. Keberhasilan Pelaksanaan Kurikulum melalui Management
Kurikulum
Menurt Guba dan Lincoln, bahwa setiap evaluasi kurikulum pasti
akan menanyakan bagaimana hasil yang dicapai oleh kurikulum yang
bersangkutan. Untuk menetapkan kriteria berhasil tidaknya suatu kurikulum
dilaksanakan, maka pengolahan hasil evaluasi kurikulum harus mengacu
kepada, indikator sebagai berikut :
1. Efektivitas Proses Pembelajaran
Dalam arti proses pembelajaran akan lebih efektif dan efesien. Di
88
mana efektif dan efesien ini diperoleh dan terwujud dari hasil
masukan evaluasi kurikulum pada tingkat mikro.
2. Kepemimpinan Lembaga Yang Kuat
Dari hasil evaluasi kurikulum maka secara tidak langsung akan
berdampak pada kekuatan kepemimpinan lembaga itu sendiri. Karena
masalah evaluasi akan berhubungan dengan masalah manajemen
evaluasi. Di mana kepemimpinan lembaga yang kuat akan mampu
menjamin pelaksanaan evaluasi kurikulum yang objektif.
3. Pengelolaan Tenaga Kependidikan Yang Efektif
Pelaksanaan evaluasi kurikulum akan berjalan lancar dan objektif jika
didukung oleh tenaga kependidikan yang efektif dalam arti memiliki
pemikiran yang berkualitas sehingga pelaksanaan evaluasi tepat
sasaran, yaitu menilai apa yang seharusnya dinilai.
4. Lembaga Memiliki Budaya Mutu
Jika lembaga sudah memiliki budaya mutu yang tinggi, maka evaluasi
kurikulum pasti gencar dan harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan sistem yang dimiliki oleh sekolah tersebut. Tujuannya
bahwa hasil evaluasi secara tidak langsung akan menjadi landasan
peningkatan mutu sekolah itu sendiri.
5. Lembaga Memiliki “Teamwork” Yang Kompak, Cerdas, dan
Dinamis.
Memang dalam pelaksanaan evaluasi sangat diperlukan suatu sistem
dalam bentuk jaringan SDM –nya maupun perangkat keras dan lunak
yang mampu mendukung terhadap keefektifan pelaksanaan evaluasi.
Jika tim pelaksana evaluasi berkualitas, kompak serta cerdas dan
dinamis, maka kesulitan apapun yang dihadapi akan dapat diatasi,
demikian juga jika harus dituntut memunculkan inovasi atau strategi
pelaksanaan evaluasi kurikulum yang modern juga akan segera
89
terwujud.
6. Lembaga Memiliki Kemandirian
Evaluasi hendaknya dilaksanakan atas kemampuan dan kemauan
lembaga sendiri, hal ini karena evaluasi dilaksanakan sesuai dengan
analisis kebutuhan sebelumnya..
7. Lembaga Memiliki Keterbukaan (Transparansi)
Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan dan penilaian
hasil evaluasi kurikulum hendaknya disampaikan secara terbuka
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, guna menjaga tingkat
objektivitas evaluasi itu sendiri.
8. Lembaga Memiliki Kemauan Untuk Berubah (Psikologis dan Fisik)
Memang evaluasi sangat dituntut jika lembaga mau melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik. Hasil evaluasi harus dijadikan
landasan dalam melakukan pengembangan.
9. Lembaga Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
Pelaksanaan evaluasi tidak hanya untuk sekali saja. Seperti hanya
untuk menilai KBK saja, akan tetapi mesti dilakukan melalui prosedur
yang sistematis dan berkelanjutan.
10. Lembaga Memiliki Akuntabilitas (Bentuk Pertanggungjawaban)
Masalah kualitas atau mutu hasil dan pelaksanaan evaluasi kurilum
memang harus dijaga baik secara mandiri maupun kolektif. Dalam arti
lembaga diharuskan memiliki standar mutu minimal berdasarkan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dengan demikian kualitas yang
dihasilkan dari evaluasi ini bisa dipertanggungjawabkan.
11. Output Adalah Prestasi Lembaga
Hasil evaluasi dengan gambaran yang bagaimanapun akan menjadi
90
suatu input bagi lembaga dalam menunjang prestasi yang sebelumnya
sudah dimiliki lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian
evaluasi secara intern juga ditujukan mengukur kualitas lembaga itu
sendiri.
12. Kepuasan Staf
Keberhasilan kegiatan evaluasi dengan hasil yang baik maka akan
memberikan stimulus bagi peningkatan kinerja para staf pelaksanana.
Setidaknya hasil evaluasi dapat memberikan motivasi untuk lebih
maju lagi dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar hasilnya
tidak menghasilkan raport merah terus.
Selain dengan meilihat indikator keberhsian dalam pelaksanaaan suatu
evaluasi kurikulum, maka juga harus diperhatikan mengenai kriteria-kriteria
keberhasilannya. Menurut Kirkpatrick Model (Harris dan Desimone,
1994: 171), dalam mengevaluasi program kurikulum ada empat kategori
untuk mengukur perubahan yang terjadi yaitu:
a. Reaksi (reaction), bagaimana perasaan peserta terhadap program
kurikulum.
b. Belajar (learning), pada tingkat apa peserta belajar dari apa yang
diajarkan.
c. Perilaku (job behavior), perubahan perilaku apa, dalam konteks
pembelajaran yang terjadi sebagai hasil dari keikut sertaan dalam
program kurikulum.
d. Hasil (result), sejauhmana diperoleh perubahan perilaku yang terkait
dengan biaya, peningkatan kualitas sebagai hasil program kurikulum.
Karena ukuran-ukuran reaksi (reaction) dan belajar (learning)
berkaitan langsung dengan hasil dari program kurikulum, kedua
kategori ini disebut kriteria internal. Ukuran perilaku (behavior) dan
91
hasil (results) menunjukkan dampak pembelajaran terhadap
kehidupan peserta didik sehari-hari, keduanya disebut sebagai kriteria
eksternal.
E. Faktor Pendukung Keberhasilan Kurikulum
Implementasi kurikulum akan sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang sifatnya internal di lingkungan sekolah, ataupun faktor
eksternal di luar sekolah. Secara umum Guba dan Lincoln menyebutkan
beberapa faktor pendukung evaluasi kurikulum tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kepemimpinan dan Manajemen Lembaga yang baik
Kurikulum akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan profesional
kepala lembaga dalam memimpin dan mengelola sekolah secara
efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi di
lembaga yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
2. Kondisi sosial, ekonomi, dan apresiasi masyarakat terhadap
pendidikan
Faktor eksternal yang akan turut menentukan keberhasilan evaluasi
kurikulum adalah kondisi tingkat pendidikan orang tua peserta didik
dan masyarakat. Kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta
tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus belajar.
3. Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja
lembaga. Tanpa profesionalisme kepala lembaga, dan guru, maka
dapat terlihat bahwa keberhasilan suatu evaluasi kurikulum akan
berdampak pada aspek kedua faktor tersebut dalam kerangka dua
92
sudut pandang yaitu masalah sumber daya manusia dan masalah
sistem. Masalah sistem, hasil evaluasi yang didukung oleh faktor-
faktor tersebut memungkinkan munculnya sistem yang demokratis
dan terbuka.
F. Macam-macam Kurikulum Management
Konsep kurikulum yang sangat erat dengan aliran pendidikan ini
telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Menurut Guba dan Lincolnada
4 model konsep kurikulum yang sering dipelajari dan sering digunakan.
Empat model konsep kurikulum itu adalah kurikulum subjek akademis,
kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial, dan kurikulum
teknologis.
Berikut sedikit penjelasan singkat tentang 4 model konsep kurikulum di
atas:
1. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis ini merupakan kurikulum yang
mengutamakan isi (subject matter). Kurikulum ini berisikan
kumpulan bahan ajar dan rencana pembelajaran. Target utama dari
kurikulum ini adalah penguasaan materi yang sebanyak-banyaknya.
2. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang mengutamakan
proses belajar – mengajar. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
kebutuhan peserta didik. Peran guru sangat besar dalam memberikan
suasana belajar yang nyaman kepada peserta didiknya. Target utama
dari kurikulum ini adalah mengembangkan peserta didik menjadi
pribadi yang mandiri.
3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial merupakan kurikulum yang bertujuan
mempersiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan dalam
93
dunia kerja. Kurikulum ini menuntut sekolah untuk dapat
mengembangkan kehidupan sosial siswa dan bagaimana siswa dapat
bergabung atau berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
4. Kurikulum Tekhnologis
Kurikulum tekhnologis ini merupakan kurikulum yang
menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan tekhnologi (dalam
artian positif). Dengan maksud agar proses pembelajaran disekolah
dapat lebih efektif dan efisien dengan dukungan tekhnologi.
G. Sistem Kurikulum Management
Adanya sistem desentralisasi pendidikan dianggap sebagai jalan yang
terbaik guna menata pendidikan Indonesia di masa mendatang. Sebagai
konsekuensi kebijakan ini, maka pelaksanaan konsep school-based
Management (manajemen berbasis sekolah) dan community-based education
(pendidikan berbasis masyarakat) merupakan suatu keharusan dalam
penyelenggaraan pendidikan dalam era otonomi daerah. Manajemen
Berbasis Lembaga (MBL) sebagai konsepsi dasar manajemen pendidikan
masa kini merupakan konsep manajemen lembaga yang memberikan
kewenangan dan kepercayaan yang luas bagi lembaga berdasarkan
profesionalisme untuk menata organisasi lembaga.
Adapun fungsi utamanya adalah mencari, mengembangkan, dan
mendayagunakan sumber daya pendidikan yang tersedia, serta memperbaiki
kinerja lembaga dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan lembaga yang
bersangkutan. Sebagian besar lembaga sebenarnya telah melaksanakan
konsepsi ini walaupun sebagian dari mereka masih perlu meningkatkan diri
dalam upaya mencapai produktivitas lembaga yang diinginkan. Dalam
membangun pendidikan di masa depan perlu dirancang sistem pendidikan
yang dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi. Sistem pendidikan yang dibangun tersebut perlu
94
berkesinambungan dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan
dunia pendidikan nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai
kurikulum. Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu,
kurikulum di masa depan perlu dirancang dan disempurnakan sebagai upaya
peningkatan mutu pendidikan secara nasional dan sekaligus meningkatkan
mutu sumber daya manusia Indonesia. Mutu penddikan yang tinggi
diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,
demokratis, dan mampu bersaing sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan semua warga negara Indonesia.
Kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan tidak hanya bertumpu
pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber
pada modal intelektual, modal sosial, dan kredibilitas sehingga tuntutan
untuk terus menerus memmutakhirkan pengetahuan menjadi suatu
keharusan. Mutu lulusan tidak cukup Kajian Kebijakan Kurikulum bila
diukur dengan standar lokal saja, sebab perubahan global telah sangat besar
mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu bangsa. Terlebih lagi, industri
baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi tingkat tinggi, maka
bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar
mutu yang tinggi.
Dengan demikian, fungsi pendidikan sebagai hak asasi manusia yang
mendasar, modal ekonomi, sosial dan politik, alat pemberdayaan kelompok
masyarakat yang kurang beruntung, landasan budaya damai, dan sebagai
jalan menuju mayarakat belajar sepanjang hayat, sesungguhnya merupakan
langkah penting bagi pembangunan kualitas sebuah bangsa yang berbudaya
dan berkarakter.
95
DAFTAR PUSTAKA
merdila.blogspot.com/2013/10/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli.html?m=1
hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/manajemen-kurikulum.html?m=1
kiswankurikulum.blogspot.com/?m=
Atmadilaga, D., Firdaus A.F. (1994). Membuat dan Mengevaluasi Skripsi, Tesis dan Disertasi Berdasarkan Filsafat Ilmu. Bandung:SIP Press.
Frances and Roland Bee. (1999). Training Needs Analysis and Evaluation. London: Institute of Personel and Development, Short Run Press, Exeter.
Jack, J. P. (1991). Handbook of Training Evaluation and Measurement Methods. Huoston-Texas: Gulf Publishing Company.
Jack,Fitz-enz. (1995). How To Measure Human Resources Management. California: McGraw-Hill, Inc.
Kadarsah, S. dan Ramdhani.(1998). Sistem Pendukung Keputusan. Bandung. Remaja Rosda karya.
Marquardt,M.J. (1997). Building The Learning Organization:A System Approachto QuantumImprovement And Global Success. New York: McGraw-Hill.
Oemar Hamlik, (1998), Evaluasi Kurikulum, Bandung : Mandar Madju.
Peter H.R. Howard E.F. Evaluation A Systematic Approach (1986). California: Sage Publication, Inc.
Purwanto dan Atwi (1999). Evaluasi Program Diklat. Jakarta: Lembaga administrasi Negara.
Rossi,P.H. and Freeman,H.E.(1985). Evaluation: A Systematic Approach.
96
New Delhi: Sage Publication.
Stufflebeam., Daniel,L., and Shinkfield, Anthony, J. (1985). Systematic Evaluation. Boston:Kluwer-Nijhoff Publishing.
Suparman, A. dan Purwanto. (1999). Evaluasi Program Diklat. Jakarta: STIA –LAN Press.
TAMBAHAN
A. Pengertian Kurikulum Management
1. Pengertian kurikulum menurut beberapa ahli :
a. Neagley dan Evans (1967) : kurikulum adalah semua pengalaman
yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah
b. Kerr, J.F (1968) : semua pembelajaran yang dirancangdan
dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik
disekolah atau diluar sekolah.
c. Good V. Carter (1973) : kumpulan kursus atau urutan pelajaran
yang sistematik
d. UU No.20 Tahun 2003 : Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
e. Inlow (1966) : usaha menyeluruh yang dirancang oleh
pihaksekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil
pembelajaran yang sudah ditentukan.
2. Pengertian management :
a. Management dengankata kerja to manage, diartikan secara umum
sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol
suatu urusan atau “act of running and controlling a business”
(Oxford, 2005)
97
b. Malayu S.P. Hasibuan (1995) dalam buku “ Manajemen Sumber
Daya Manusia” mengemukakan bahwa managemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan tertentu
Jadi pengertian Kurikulum Manajemen adalah sebagai suatu system pengelolaan
kurikulum yang komperatif, komprehansif, sistemik dan sitematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.
Prinsip dasar kurikulum manajemen ini adalah berusaha agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan
mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi
pembelajarannya.
B. Model kurikulum management
1. Model interaktif rasional : memandang rasionalitas sebagai tuntutan
kesepakatan antara pendapat-pendapat yang berbeda, tidak menguruti
urutan logika, perencanaan kurikulum dipandang sebagai suatu
masalah planning with dari pada planning for.
2. The Diciplines Model : model ini menitik beratkan pada guru-guru,
mereka sendiri yang merencanakan kurikulum berdasarkan
pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofi.
C. Fungsi Management Kurikulum di Lembaga
1. Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman
belajar pada peserta didik
2. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak
didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
D. Macam-macam kurikulum manajemen
1. The hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) merupakan kurikulum
98
yang tak tertulis, krikulum ini muncul sebagai efek dari tugas social
yang mengakibatkan pengaruh yang diharapkan.
2. The actual curriculum (kurikulum nyata) yaitu kurikulum yang
ditafsirkan sebagian siswa mengalami secara nyata dan guru mengajar
secara nyata
3. The public curriculum (kurikulum publik) yaitu kurikulum yang
berdasarkan pada kebutuhan mendasar dan konkrit yang harus
diperbuat dan dipelajari oleh siswa disekolah, yang dianggap efektif
dan bermakna bagi public luas.
4. A whole curriculum (kurikulum keseluruhan) adalah program kursusan
yang menyeluruh, seimbang, dan koherensi. Menyeluruh maksudnya
semua pengalaman yang direncanakan dan dibimbing lembaga.
Kurikulum pada sebuah lembaga Adi Pare menggunakan kurikulum dari lembaga
B karena A merupakan cabang dari B. Penyusunan kurikulum itu sendiri disusun
oleh tutor-tutor B yang disetujui oleh direktur, selanjutnya kurikulum itu
diterapkan oleh masing-masing tutor disetiap lembaga.
99
BAB V
TENTOR MANAGEMENT
1.1 Latar Belakang Masalah
Seorang guru memiliki peran penting dalam keberhasilan siswa. Guru
adalah salah satu manusia di dunia ini yang dapat mengubah perilaku, sikap dan
pikiran seseorang untuk menjadi lebih baik. Guru adalah seseorang yang memiliki
tugas mengajar, membimbing dan melatih peserta didik. Dan Guru merupakan
seseorang yang memiliki peran yang sangat penting karena seorang yang terjun
langsung sebagai eksekutor suksesi proses belajar siswa.
Mentor management merupakan sangatlah penting untuk development of
course. Karena tentor management adalah salah satu bagian dari management
lembaga kursus. Tentor management berpengaruh banyak terhadap kualitas satu
lembaga kursus, karena menyangkut kualitas pelayanan terhadap siswa lembaga
kursus tersebut. Jadi mentor management merupakan menjadi ujung tombak untuk
suatu lembaga kursusan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat
menemukan permasalahan yaitu :
1. Apakah pengertian dari Mentor Management..?
2. Apa saja kriteria mentor yang baik ?
3. Skill apa saja yang harus dimiliki oleh mentor ?
4. Bagaimana cara perekrutan mentor untuk lembega kursusan ?
5. Bagaimana cara meningkatkan kualitas seorang mentor ?
6. Apa saja permasalahan yang sering muncul tentor dalam sebuah
lembaga kursusan ?
7. Bagaimana cara mengatasai conflik mentor ?
8. Bagaimana cara mensejahterakan mentor untuk memberikan semangat
kinerjanya..?
100
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian
Seorang guru memiliki peran penting dalam keberhasilan siswa. Guru
adalah salah satu manusia di dunia ini yang dapat mengubah perilaku, sikap dan
pikiran seseorang untuk menjadi lebih baik. Guru adalah seseorang yang memiliki
tugas mengajar, membimbing dan melatih peserta didik, juga memenuhi
kompetensi sebagai seseorang yang mampu mendengarkan dan diulang dalam
pidato dan perilaku mereka (Sukadi: 9-10). Hal ini juga didukung oleh Abdul
Majid (2006:123) yang menyatakan bahwa guru adalah seseorang yang bertugas
membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan sehingga mereka dapat
mengembangkan potensi mereka. Siswa dapat mengambil banyak cara guru di
awal pembelajaran, penulis: Rose senior (2006:96). Ini berarti bahwa guru adalah
sebagai tokoh masyarakat yang selalu mampu mengulangi tentang / kinerja dan
peran selama proses belajar mengajar sehingga guru harus menyajikan wajah
profesional untuk siswa agar mereka menemukan hal yang menarik dan efektif.
A teacher or schoolteacher is a person who provideseducation for pupils
(children) and students (adults). Guru / tentor adalah orang memberikan
pendidikan bagi siswa . http://en.wikipedia.org/wiki/teacher
Tentor;
- Dukungan/bimbingan
- Mendukung dan membimbing orang lain untuk berjuang dan berusaha
mencapai tujuan tertinggi.
- Seorang penasehat/pembimbing yang dipercaya dan bersahabat, terutama
seseorang yang baru di suatu peran tertentu(rowtree,1981)
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang
memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur." Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet,
101
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur
dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
http://en.wikipedia.org/wiki/manajemen
Dari beberapa definisi di atas bisa disimpulkan secara sederhana bahwa
tentor management adalah pengelolaan pembimbing dalam satu lembaga.
2.1.2 Kriteria Tentor
Kriteria adalah hal – hal yang di tentu kan oleh suatu lembaga untuk
menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain
perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
KRITERIA SEORANG MENTOR/TUTOR (rowtree,1981)
- Mempunyai pengetahuan yang cukup
- Pengalaman yang memadai
- Memahami dan mengerti
- Penasehat yang baik
- Mempunyai ketetapan hati
- Perencanaan yang baik
- Penguasaan diri
- Pembimbing/penunjuk jalan yang dipercaya
Kriteria seorang guru tidak hanya tersebut di atas tetapi ada beberapa hal yang
harus di kuasai oleh seorang guru dalam mengajar yaitu:
a. Penguasaan Materi Pelajaran
Guru yang efektif harus berpengetahauan, fleksibel dan memahami materi. Tentu
saja, pengethauan subjekk pengetahuan subjek materi bukan hanya mencakup
fakta, istilah, dan organisasian materi, mengaitkan beberapa gagasan, cara
102
berpikir, dan beragumen, pole perubahan dalam satu mata pelajaran, kepercayaan
tentang mata pelajaran dan kemampuan untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu
disiplin ilmu ke displin ilmu lainnya,
b. Strategi Pengajaran
Konstruktivisme menekankan agar inidividu secara aktif menyusun dan
membangun pengetahuan dan pemahaman, tentor bukan sekadar memberi
informasi kepikiran anak, akan tetapi tentor juga harus harus dapat mendorong
anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukanpengetahuan, merenung
danberpikirsecarakritis.
c. Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional
Tentor menghabiskan waktu untuk menyusun rencana instruksional,
megorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil yang maksimal dari kegiatan
belajarnya.
d. Keahlian manajemen kelas
Tentor yang efektif mampu menjaga kelas aktif bersama dan mengorientasikan
kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif membangun dan mempertahankan
lingkungan belajar yang kondusif.
e. Keahlian motivasional
Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau
belajar.
f. Keahlian komunikasi
Keahlian komunikasi yang juga amat diperlukan untuk mengajar adalah keahlian
dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal dan
memahami komunikasi nonverbal dari murid, dan mampu memecahkan konflik
secara konstruktif.
103
Keterampilan lain yang harus dimiliki oleh seorang tentor dalam mengelola kelas
dan memecahkan konflik secara konstruktif adalah keterampilan komunikasi yang
baik.
Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara,
mendengar dan komunikasi nonverbal. Murid akan memperoleh banyak
manfaat jika seorang tentor mempunyai keterampilan berbicara.
Berbicara didepan kelas dan murid, dalam berbicara didepan kelas dan
murid, salah satu hal yang penting yang harus diingat adalah
menkomunikasikan informasi secara jelas. Kejelasan (clarity ) dalam
berbicara adalah hal yang sangat penting agar pelajaran berjalan dengan
baik. Langkah-langkah strategi untuk berbicara secara jelas didepan kelas
dan murid :
Menggunakan tata bahasa yang benar
Memilih kosakata yang gampang dipahami dan tepat bagi level grade
murid.
Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam
memahami apa yang guru katakan.
Berbicara dengan tempo yang tepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu
lambat.
Tidak menyampaikan ha-hal yang kabur.
Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk
berbicara secara jelas di kelas.
Selain itu ada beberapa aspek lain dalam keterampilan berbicara yaitu
dalam hal penanganan konflik, ada 4 gaya yang bisa dilakukan seorang
guru yaitu : gaya asertif, gaya pasif, gaya manipulatif dan gaya agresif
( galak ). Guru juga harus bisa memberikan ceramah yang efektif kepada
muridnya.
Keterampilan mendengar, hal yang sangat penting dalam menjalin dan
104
menjaga hubungan. Pendengar yang baik akan mendengar secara aktif.
Mendengar yang aktif berarti memberi perhatian penuh pada pembicara,
memfokuskan diri pada isi intelektual dari pesan. Berkomunikasi
nonverbal, selain apa yang anda katakana, anada juga berkomunikasi
melalui tangan, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.
2.1.3 Tentor harus juga mempunyai ketrampilan seperti :
1. Keterampilan dalam mengendalikan kelas :
Dalam hal ini supaya kelas efektif, sebelum dimulai proses belajar-
mengajar, tentor tersebut memastikan dulu apakah siswa sudah rileks atau tenang.
Jika para murid sudah kelihatan bosan dalam mengikuti pembelajaran, tentor
tersebut biasanya mengadakan games, atau kuis dadakan sehingga yang tadinya
murid merasa bosan menjadi kembali semangat. Kalau ada murid yang kurang
aktif biasanya tentor tersebut akan mendekat, berbicara kepada si murid agar
muridnya lebih aktif.
2. Keterampilan dalam mepersiapkan diri baik itu penguasaan materi maupun
perispan mental tentor.
Persiapan diri sebelum masuk kelas, tentor ini biasanya akan membuat
persiapan-persiapan pembelajaran seperti materi-materi berkaitan dengan
pembelajaran. Persiapan diri dalam hal penguasaan materi, tentor ini biasanya
akan mempelajari ulang topik yang hendak dibahas di dalam kelas.
3. Keterampilan dalam berinteraksi dengan para siswa.
Tetap berkomunikasi dengan para siswa baik itu didalam kelas maupun
diluar kelas. Dalam berinteraksi, tentor tersebut lebih banyak menunjukkan
ekspresi senyum, dimana menurut tentor ini tujuannya melakukan itu agar siswa
merasa ada kedekatan dengan para tentornya.
105
4. Keterampilan dalam mebuat variasi gaya mengajar
Dalam membuat variasi gaya mengajar, tentor tersebut bergantung pada
kelasnya
Setiap lembaga mempunyai kriteria masing masing dalam memilih guru
untuk mengajar peserta didiknya. Pada 2 lembaga kursus di Pare menentukan
kriteria tentornya adalah
1. Fresh graduated
2. Menguasai materi
3. Mampu mengelola kelas
4. Lulus mikro teaching
106
INSTRUMEN PENILAIAN TEST MENGAJAR CALON TENTOR
Nama Calon Tentor :
Hari /
tanggal:
Bidang Studi Diajarkan :
Melamar Untuk Tingkat :
N
oUnsur yang dinilai
SkorKeterangan
1 2 3 4 5
Keteladanan
Cara
Pengisian:
1 Sikap dan Prilaku
*)Beri nilai
angka
2
Kerapihan
Berpakaian
pada
kolom skor
Manajerial
Keilmuan Katagori :
3 Penguasaan Materi
1=Sangat
Kurang
4
Sistematika
Penyajian 2=Kurang
5
Kemampuan/
Kejelasan
Penyajian 3=Cukup
6
Humor dan
simpatik 4=Baik
7
Penggunaan
Metode Belajar
5=Sangat
Baik
Penggunaan
Bahasa
Kesimpulan
:
108
BAB X
EVALUASI KURSUS
A. Latar Belakang
Pentingnya sebuah evaluasi dalam rangka peningkatan kualitas
suatu lembaga merupakan salah satu hal yang menjadi agenda setiap
periodik dalam program – program di lembaga pelatihan tersebut atau per
tahun ajaran baru pada ruang lingkup yang lebih formal seperti sekolah.
Penilaian tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengajaran. Jika dalam
pengajaran kita memiliki elemen siswa sebagai input, pembelajaran di
sekolah dan kelas sebagai proses, dan kompetensi lulusan sebagai hasil,
kegiatan penilaian terjadi baik pada awal, proses, maupun pada akhir
pembelajaran. Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian
keseluruhan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan pada jenjang
pendidikan tertentu (summative) dan hasilnya digunakan sebagai laporan
kepada siswa tentang hasil belajarnya, kepada guru, orang tua siswa,
masyarakat dan pemerintah sebagai wujud akuntabilitas penyelenggaraan
pendidikan.
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Secara umum, sebuah evaluasi dapat menjadi salah satu komponen
dalam upaya meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan suatu
gambaran menyeluruh mengenai kualitas dan kuantitas dari kursusan atau
lembaga tersebut dalam segi internal maupun eksternal sehingga
mendapatkan pandangan yang positif dari masyarakat umum.
109
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pengadaan evaluasi pada sebuah lembaga atau
kursusan, khususnya pada kursusan bahasa inggris adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas lembaga tersebut, termasuk
prestasi siswa dan kualitas guru/ tutor.
- Meningkatkan perfomance kinerja para guru / tutor ataupun karyawan.
C. Manfaat
Sebuah evaluasi / penilaian yang dilakukan dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan, diantaranya:
1. Hasil penilaian dapat dapat digunakan sebagai input bagi guru
untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan jika hasil penilaian menunjukkan bahwa tujuan
pembelajaran belum tercapai sesuai dengan target yang telah
ditetapkan.
2. Bagi siswa, hasil penilaian dapat memberi arah mengenai pokok-
pokok bahasa yang dianggap penting dan harus dikuasai. Hasil
penilaian juga akan memberi informasi bagi siswa mengenai hasil
belajar yang dicapai selama ini. Bila hasilnya kurang memuaskan,
siswa yang bersangkutan dapat belajar lebih giat lagi dengan
menggunakan berbagai pendekatan sehingga hasilnya bisa lebih
baik.
3. Bagi penyelenggara pendidikan, hasil penilaian dapat digunakan
untuk menentukan kebijakan dalam pendidikan seperti dalam
menentukan batas lulus, batas penerimaan siswa baru, penentuan
kluster, penentuan kuota asal siswa, peluncuran bantuan, dan
sejenisnya.
4. Bagi pemerintah, hasil penilaian dapat dijadikan sebagai bentuk
pertanggung jawaban kepada stakeholders pendidikan atas dana
masyarakat yang telah digunakan untuk membiayai pendidikan.
110
5. Bagi orang tua, siswa hasil penilaian dapat dijadikan bahan
informasi untuk memilihkan sekolah / lembaga terbaik bagi anak-
anaknya yang akan memasuki satuan pendidikan tertentu.
6. Bagi masyarakat, hasil penilaian juga dapat dijadikan dasar untuk
ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah-
sekolah / lembaga yang ada pada lingkungan masyarakat tertentu.
Beberapa poin penting yang harus dipenuhi oleh setiap lembaga kursus
bahasa. Di antaranya adalah kondisi gedung, sistem adminsitrasi, jurusan
yang ada, sistem pelatihan atau pengajaran, program CSR (corporate
social responsibility), serta tingkat kepuasan peserta didik dan
pegawainya.
1.
1.
2.
D. Pengertian Evaluasi, Tes, dan Sertifikat
Pengajaran adalah suatu proses transfer suatu ilmu yang
melibatkan guru dan siswa. Biasanya untuk melakukan pengajaran, guru
memilih kelas atau tempat yang sekiranya layak untuk dijadikan tempat
aktifitas pengajaran.Dalam setiap pengajaran pastinya akan dilaksanaan
sebuah evaluasi dan atau penilaian.
Penilaian adalah proses pengumpulan informasi untuk menentukan
sejauh mana proses pembelajaran, penerapan media, kinerja tutor /
karyawan, pelaksanaan program, dan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan tercapai. Informasi itu dapat berupa pendapat guru, orang
tua,warga sekitar, kualitas buku, hasil penilaian, dan sikap siswa. Alat
evaluasi dapat berupa tes, kuesioner, wawancara, dan observasi. Penilaian
merupakan semua metode yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi mengenai pengetahuan, kemampuan, pemahaman, sikap, dan
111
motivasi siswa yang di antaranya dapat dilakukan melalui tes, penilaian
diri, baik secara formal maupun informal.
Tes merupakan salah satu prosedur yang dapat digunakan untuk
menilai unjuk kerja siswa. Tes dapat bersifat obyektif atau subyektif. Tes
juga merupakan sebuah metode untuk mengukur kemampuan seseorang,
pengetahuan atau kinerjanya pada ranah tertentu.
Sertifikat adalah surat keterangan tertulis atau tercetak dari sebuah
lembaga atau instansi sebagai bukti nyata bahwa orang tersebut telah
mengikuti suatu program tertentu yang diselenggarakan oleh lembaga atau
instansi tersebut dalam peride tertentu. Fungsi dari sertifikat itu sendiri
salah satunya sebagai dokumen penting dalm melamar sebuah pekerjaan.
Apa itu Evaluasi?
Evaluasi (bahasa Inggris:Evaluation) adalah proses
penilaian.Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai proses
pengukuranakan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai
tujuan perusahaan.Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan
digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya.
Skema yang perlu diperhatikan dalam mengadakan evaluasi
Tahapan sebelum mengadakan evaluasi
Terdapat urutan atau proses yang mendasari sebelum melakukan evaluasi,
yakni:
112
1. Mengembangkan konsep dan mengadakan penelitian awal Konsep perlu
direncanakan secara matang sebelum diadakan eksekusi pesan dan perlu
diadakan untuk mengecek kesesuaian antara draft yang dibuat dengan
eksekusi pesannya.
2. Dengan uji coba yang dilakukan, pengevaluasi mencoba mencari
tanggapan dari khalayak. Tanggapan dari khalayak ini penting untuk
mengukur efektifitas pesan yang disampaikan.
Proses evaluasi
Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa hal
yang akan dibahas yaitu apa yang menjadi bahan evaluasi, bagaimana
proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu diadakan
evaluasi, dimana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang mengadakan
evaluasi. Hal yang perlu dilakukan evaluasi tersebut adalah narasumber
yang ada, efektifitas penyebaran pesan, pemilihan media yang tepat dan
pengambilan keputusan anggaran dalam mengadakan sejumlah promosi
dan periklanan.Evaluasi tersebut perlu diadakan dengan tujuan untuk
menghindari kesalahan perhitungan pembiayaan, memilih strategi terbaik
dari berbagai alternatif strategis yang ada, meningkatkan efisiensi iklan
secara general, dan melihat apakah tujuan sudah tercapai. Di sisi lain,
perusahaan kadang-kadang enggan untuk mengadakan evaluasi karena
biayanya yang mahal, terdapat masalah dengan penelitian, ketidaksetujuan
akan apa yang hendak dievaluasi, merasa telah mencapai tujuan, dan
banyak membuang waktu.
Secara garis besar, proses evaluasi terbagi menjadi di awal
(pretest) dan diakhir (posttest). Pretest merupakan sebuah evaluasi yang
diadakan untuk menguji konsep dan eksekusi yang direncanakan.[2]
Sedangkan, posttest merupakan evaluasi yang diadakan untuk melihat
tercapainya tujuan dan dijadikan sebagai masukan untuk analisis situasi
berikutnya.
113
Evaluasi dapat dilakukan di dalam atau diluar ruangan. Evaluasi
yang diadakan di dalam ruangan pada umumnya menggunakan metode
penelitian laboratorium dan sampel akan dijadikan sebagai kelompok
percobaan. Kelemahannya, realisme dari metode ini kurang dapat
diterapkan. Sementara, evaluasi yang diadakan di luar ruangan akan
menggunakan metode penelitian lapangan dimana kelompok percobaan
tetap dibiarkan menikmati kebebasan dari lingkungan sekitar.Realisme
dari metode ini lebih dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai evaluasi tersebut dengan baik, diperlukan
sejumlah tahapan yang harus dilalui yakni menentukan permasalahan
secara jelas, mengembangkan pendekatan permasalahan,
memformulasikan desain penelitian, melakukan penelitian lapangan untuk
mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh, dan kemampuan
menyampaikan hasil penelitian.
STRATEGI
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas
dalam kurunwaktutertentu.Di dalam strategi yang baik, terdapat koordinasi
tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam
pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Menstrategi bisnis melibatkan pengambilan keputusan pada tingkat
unit bisnis. Di dalam strategi tingkat ini yamh ditujukan adalah bagaimana
cara bersaingnya. Pendekatan yang berguna di dalam merumuskan strategi
bisnis sebainya didasarkan atas analisis persaingan yang dicetuskan oleh
Michael Porter:
Lima Kekuatan Kompetitif Porter, pendekatan Porter didasarkan
atas analisis 5 kekuatan persaingan. Tekanan persaingan mencakup:
114
1. Ancaman Pendatang Baru, perusahaan yang memasuki industri yang membawa
kapasitas baru dan ingin memperoleh pangsa pasar yang baik dan laba, akan
tetapi semua itu sangat tergantung kepada rintangan atau kendala yang
mengitarinya.
2.Daya Tawar Menawar Pemasok, pemasok dapat juga menjadi ancaman dalam
suatu industri sebab pemasok dapat menaikkan harga produk yang dijual atau
mengurangi kualitas produk. Jika harga produk pemasok naik maka harga
pokok perusahaan juga naik sehingga akan menaikkan harga jual produk. Jika
harga jual produk naik maka sesuai dengan hukum permintaan, permintaan
produk akan menurun. Begitu pula jika pemasok menurunkan kualitas produk,
maka kualitas produk penghasil juga akan turun, sehingga akan mengurangi
kepuasan konsumen.
3.Daya Tawar Menawar Pembeli, pembeli akan selalu berusaha mendapat produk
dengan kualitas baik dan dengan harga yang murah. Sikap pembeli semacam
ini berlaku universal dan memainkan peran yang cukup menentukan bagi
perusahaan. Jika suatu produk dinilai harganya jauh lebih tinggi dari kualitas
(harganya tidak mencerminkan yang sepantasnya) maka pembeli (konsumen)
tidak akan membeli produk perusahaan.
4.Daya Tawar Produk Pengganti, produk pengganti secara fungsional mempunyai
manfaat yang serupa dengan produk utama (asli), namun memiliki kualitas
produk dan harga yang lebih rendah. Umumnya, produk pengganti disenangi
oleh orang yang berpenghasilan rendah akan tetapi ingin tampil dengan status
lebih tinggi dari keadaan sebenarnya.
5.Persaingan Antar Pesaing, persaingan konvensional selalu berusaha sekeras
mungkin untuk merebut pangsa pasar perusahaan lain. Konsumen merupakan
objek persaingan dari perusahaan yang sejenis yang bermain di pasar. Siapa
yang dapat memikat hati konsumen maka perusahaan akan dapat
memenangkan persaingan. Untuk dapat memikat konsumen maka berbagai
cara dilakukan mulai dari memberikan fasilitas khusus, pemberian kredit
dengan syarat ringan, harga murah atau diskon.
115
Deskripsi proses pengumpulan data
Analisis situasi merupakan tahap pengumpulan data yang ditempuh
penelitisebelum merancang dan merencanakan program.Analisis situasi bertujuan
untuk mengumpulkan informasi mencakup jenis dan bentuk kegiatan, pihak atau
publikyang terlibat, tindakan dan strategi yang akan diambil, taktik,
sertaanggaranbiaya yang diperlukan dalam melaksanakan program.
Macam- macam Analisis
Pada umumnya, proses analisis situasi terdiri dari analisis situasi internal
dan analisis situasi eksternal.
Analisis situasi internal merupakan tinjauan ulang secara menyeluruh
terhadap persepsi dan tindakan organisasi. Jenis dari analisis situasi
internal adalah hubungan personal (personal contact), informasi kunci
(key informan), Internet, bdan pengawas (advisory board), ombudsman,
dan penelitian lapangan (field research).
Analisis situasi eksternal merupakan tinjauan ulang secara sistematislatar
belakangmasalah yang berada di luar organisasi. Jenis dari analisis situasi
eksternal mencakup data sekunder(studi pustaka), survei, pengamatan, dan
analisis isi.
E. Ruang Lingkup Evaluasi
Secara garis besar evaluasi yang akan dilakukan meliputi evaluasi
internal dan eksternal.
a. Evaluasi internal
Dalam evaluasi internal, banyak hal yang perlu diperhatikan untuk
dievaluasi diantaranya adalah evaluasi kelas, evaluasi program, siswa,
guru, serta kurikulum pada lembaga pelatihan tersebut.
116
1. Evaluasi Kelas ( Class Evaluation )
Pada evaluasi kelas yang menjadi main pemeran utama adalah
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang memiliki peran khusus
untuk membawa peserta didiknya menjadi siswa yang kompeten. Para
pendidik harus memiliki komitmen terhadap terwujudnya pelaksanaan
proses pembelajaran yang efektif sehingga setelah mengikuti program,
peserta didik siap mengikuti dan berhasil dalam uji kompetensi sesuai
dengan unit kompetensi yang ada dalam program kursus yang diikuti.
Evaluasi yang bisa di lakukan adalah pemberian nilai keberhasilan
dalam segala tingkat atau level kelas dan pembelajaran. Kelengkapan
atau fasilitas di kelas kelas dapat menjadi tolak ukur bagi peserta didik
dalam memilih tempat belajar mereka. Kenyamanan dalam kelas
adalah salah satu syarat bagi terjalinnya proses belajar yang maksimal.
Ini menjadi bahan yang harus dapat terselesaikan dalam mengevaluasi
kelas.
2. Evaluasi Program ( Program Evaluation )
Evaluasi atas program akan dilakukan untuk mengetahui
apakah program yang dilaksanakan senantiasa dapat memenuhi standar
kebutuhan pemakai lulusan yang digunakan di lingkungan dunia kerja.
Evaluasi program yang akan dilakukan meliputi:
- Kurikulum akan ditinjau setiap 5 (lima) tahun sekali yang meliputi
kesesuaian antara kebutuhan peserta didik dengan pokok
pembelajaran.
- Bahan Ajar sudah memenuhi standar kompetensi.
117
- Metode pembelajaran yang digunakan sudah efektif atau belum.
- Apakah sistem evaluasi penilaian sudah memenuhi tujuan pencapaian
program pembelajaran.
3. Evaluasi Siswa ( Student Evaluation )
a. Kapasitas siswa dalam satu kelas.
Suatu aktifitas pembelajaran akan berjalan sangat
menyenangkan jika tempat belajar (kelas) berisikan siswa atau
peserta didik yang sesuai dengan kapasitasnya, dalam hal ini tidak
terlalu banyak atauun tidak terlau sedikit. Jika terlalu banyak, maka
akan membuat suasana menjadi kurang kondusif dan pembelajaran
menjadi kurang efektif, begitu pula jika terlalu sedikit siswa yang
ada dalam kelas tersebut akan menjadikan suasana kelas menjadi
kurang bersemangat (hal ini tergantung dari metode dan cara yang
di gunakan tutor).
Setelah melakukan survey dari beberapa sumber yang
terpercaya, kapasitas maksimal untuk kelas seukuran 4 meter x 7
meter adalah 25 – 30 siswa (tanpa bangku tapi beralas karpet). Hal
ini sangat efektif untuk kegiatan belajar dan bisa di variasikan
dengan Education Games sebagai media pendekatan pembelajaran
khususnya bahasa inggris.
b. Penempatan siswa sesuai dengan grade-nya.
Setiap siswa / peserta didik yang akan mengikuti program
bimbingan dan pelatihan pada suatu lembaga atau kursusan
(khususnya bahasa inggris), memiliki tingkat pemahaman general
yang berbeda terhadap bahasa tersebut. Oleh karena itu diperlukan
sekali placement test untuk menempatkan siswa pada levelnya
masing – masing agar materi yang akan disampaikan nantinya akan
118
dapat disampaikan dengan mudah sesuai dengan atmosfernya yang
mana level tersebut meliputi; (1) Beginner, (2)Intermediate, (3)
Advance.
4. Evaluasi hasil belajar siswa.
Evaluasi yang menjadi patokan berhasil atau tidaknya
sebuah pembelajaran akan ditentukan dengan evaluasi siswa yang
menitik beratkan pada tehnik testing sebagai instrument atau alat
pengukuran keberhasilan suatu pembelajaran. Pada konteks
pembelajaran formal seperti di sekolah pada umumnya,
berdasarkan pemanfaatan hasilnya, tes dapat dikelompokkan ke
dalam tes formatif dan tes sumatif.
- Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap
akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah
berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes
selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan
guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah
dicapai.
- Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap
akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu
pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana
peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit
berikutnya.Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai
119
penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang
meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu
semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
Pada umumnya ada beberapa prinsip penilaian yang penting untuk
diketahui, yaitu kepraktisan (practicality), keterandalan (reliability),
validitas (validity), dan keotentikan (authenticity).
1. Kepraktisan (practicality)
Praktis apabila tes itu biaya penyelenggaraannya tidak terlalu
mahal, tidak menyita waktu terlalu lama, mudah dilaksanakan, dan
penyekorannya tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.
2. Keterandalan / dapat dipercaya (reliability)
Reliable adalah konsisten dan dapat diandalkan(dapat
dipercayakan). Jikates yang sama diberikan pada siswa yang sama atau
mengorelasikan dua buah perangkat tes yang paralel, dan hasilnya
relatif sama, tes itu dikatakan reliable.
3. Validitas (validity)
Validitas adalah sejauh mana kesimpulan yang kita peroleh dari
tes yang kita lakukan tepat dan bermakna sesuai dengan tujuan
penilaian yang diinginkan.
4. Keotentikan (authenticity)
Keotentikan adalah tingkat kesejalanan antara ciri-ciri sebuah
tes bahasa dengan fitur-fitur tugas-tugas bahasa yang akan dilakukan
dalam bahasa target. Dengan kata lain, bahan atau tugas yang diteskan
harus mencerminkan kenyataan yang akan dihadapi dalam kondisi
nyata di lapangan.
5. Evaluasi Guru ( Teacher Evaluation )
120
Suatu aspek yang sangat penting jika dalam sebuah evaluasi
difokuskan juga pada evaluasi guru.Pada ruang lingkup formal, guru yang
efektif adalah yang mampu melaksanakan tujuh tugas utama guru dan
berhasil mewujudkan tujuan pendidikan nasional, seperti pada satuan
pendidikan dasar yaitu :
1. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, kesehatan jiwa,
serta kebersihan lingkungan.
2. Menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia yang ditandai
dengan kepatuhan menjalankan ajaran agama.
3. Peningkatan pemahaan potensi diri,
Mengenal potensi kekurangan dan kelebihan diri.
Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan.
Bekerja sama dalam kelompok, tolong, menolong, dan menjaga diri
sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya.
Mematuhi aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya.
Berkomunikasi dengan jelas dan santun.
4. Belajar dan berinovasi
Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis,
dan kreatif.
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan kompetitif.
Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di
lingkungan sekitar
Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis,
dan berhitung.
5. Melakukan kegiatan seni dan budaya lokal.
6. Berwawasan kebangsaan
Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
121
Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan
tanah air Indonesia.
7. Berwawasan global.
Berdasarkan karakteristik yang perlu di terapkan oleh seorang guru atau tutor
untuk menjadi pribadi guru / tutor yang baik, perlu adanya prinsip / dimensi yang
mengarahkan pada pengembangan kapasitas guru (baik formal maupun informal)
sebagai berikut :
a) Dimensi pertama
1. Menguasai materi pelajaran sesuai dengan mata pelajaran.
2. Menguasai teori, prinsip dan prosedur mentransfer ilmu pengetahuan
kepada peserta didik dalam kegiatan mengajar.
3. Menguasi pengetahuan tentang cara mengintegrasikan tugas medidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Menguasai pengetahuan tentang cara mendisain persiapan, pelaksanaan,
penilaian pembelajaran menilai hasil belajar.
5. Menggunakan keterampilan mengendalikan proses pembelajaran sesuai
dengan rencana.
6. Merancang instrumen penilaian hasil belajar untuk menghimpun kemajuan
belajar siswa, melakukan remedial dan pengayaan.
7. Menguasai pengetahuan dalam mengembangkan kecakapan berpikir
kritis, kreatif, inovatif, logis dan imajinatif melalui kegiatan belajar
mandiri, kolaboratif, dan interaktif.
b) Dimensi kedua,
1. Belajar mandiri baik secara individual maupun dalam kolaborasi tim.
122
2. Melaksanakan tugas belajar seperti mengikuti pelatihan, temu kerja, dan
mengikuti pendidikan lanjutan diri melalui membaca, riset, dan kerja
sama serta mampu mengekspresikan pikiran dalam bentuk lisan, tulisan
atau karya inovatif.
3. Mengembangkan kerja sama melalui perluasan jejaring profesional dan
sosial.
4. Menggunakan ilmu pengetahuan dalam kegiatan penelitian dan
mengembangkan karya inovatif untuk memperbaiki dan meningkatkan
mutu pekerjaan.
c) Dimensi ketiga
1. Merencanakan pembelajaran yang berwujud silabus dan RPP yang
disusun berdasarkan analisis kebutuhan siswa pada tiap 6 bulan sekali
ataupun1 tahun sekali sesuai dengan masa pada setiap program yang di
sediakan pada kursusan tersebut atau pada tingkat satuan pendidikan pada
ruang lingkup sekolah.
2. Mengembangkan instrumen penilaian yang mengukur ketercapaian target
mutu pada tiap indikator hasil belajar yang memenuhi standar kompetensi
lulusan.
3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang dirancang dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
4. Melaksanakan penilaian yang ditindaklanjuti dengan melakukan analisis
butir soal, menilai kinerja belajar siswa dalam tujuan pembelajaran,
melaksanakan kegiatan remedial dan pengayaan, selanjutnya
melaksanakan evaluasi dan tindaklanjut perbaikan.
d) Dimensi keempat
1. Hadir sesuai jadwal, tepat waktu, menggunakan waktu efektif, dan
mengahiri tugas tepat waktu.
123
2. Memiliki stabilitas emosi dalam berinteraksi di kelas maupun di luar kelas.
3. Disiplin menggunakan bahasa yang komunitkatif dan santun.
4. Berpakaian rapi untuk menunjang penampilan sebagai pendidik yang
menjadi teladan.
Evaluasi / penilaian kinerja guru, berikut adalah model evaluasi guru yang
dilakukan untuk mengukur efektifitas kinerja guru yaitu (1) Evaluasi dari Siswa,
(2) Evaluasi dari pertemuan berkala (per period).
a) Evaluasi dari Siswa
Penilaian kinerja guru oleh siswa merupakan salah satu teknik penilaian
untuk mengidentifikasi kinerja guru, yang hingga saat ini keberadaannya masih
kontroversi. Di satu pihak, ada sebagian orang yang berpendapat bahwa pelibatan
siswa untuk mengukur kinerja guru kurang tepat. Berbeda dengan kepala sekolah
atau pengawas sekolah yang memang telah dibekali pengetahuan dan
keterampilan bagaimana seharusnya guru mengajar, sedangkan siswa dianggap
kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki kematangan dan keahlian untuk
melakukan penilaian tentang gaya mengajar guru. Selain itu, mereka menganggap
bahwa siswa cenderung lebih mengukur popularitas dari pada kemampuan guru
itu sendiri.
Di lain pihak, tidak sedikit pula yang memberikan dukungan terhadap
penggunaan teknik penilaian kinerja guru oleh siswa. Aleamoni (1981)
mengungkapkan argumentasi penggunaan teknik penilaian kinerja guru oleh
siswa, yaitu:
1. Para siswa merupakan sumber informasi utama tentang lingkungan
belajar, termasuk di dalamnya tentang motivasi dan kemampuan mengajar
guru.
124
2. Para siswa pada dasarnya dapat menilai secara logis tentang kualitas,
efektivitas, dan kepuasan dari materi dan metode pembelajaran yang
dikembangkan guru.
3. Penilaian kinerja guru oleh siswa dapat mendorong terjadinya komunikasi
antara siswa yang bersangkutan dengan gurunya, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan proses belajar mengajar.
4. Dalam mata pelajaran tertentu, hasil penilaian kinerja guru oleh siswa
dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa-siswa lain dalam memilih
mata pelajaran dan memilih guru yang sesuai dengan dirinya.
5. Dalam pendidikan yang berorientasi pada mutu, siswa pada dasarnya
merupakan pelanggan (costumer) utama yang harus didengar pendapat dan
pemikirannya atas pelayanan pendidikan yang diberikan gurunya.
Menepis persoalan ketidakmatangan siswa untuk dilibatkan dalam
evaluasi kinerja guru, studi yang dilakukan Peterson dan Kauchak (1982)
menemukan bukti bahwa evaluasi kinerja guru oleh siswa ternyata dapat
menunjukkan konsitensi dan reliabilitas yang tinggi dari satu tahun ke
tahun berikutnya. Demikian juga, siswa ternyata dapat membedakan
pengaruh pembelajaran yang efektif dan tidak efektif dilihat dari dimensi
sikap, minat dan keakraban guru.
b) Evaluasi Dari Pertemuan Berkala
Selain dari pada evaluasi yang sangat efektif dengan melibatkan siswa atau
peserta didik dan pelatihan, evaluasi kinerja guru dapat kita lihat pada setiap
pertemuan berkala, yang biasanya dilaksanakan setiap akhir periode yang mana di
pertemuan tersebut akan membahas dan mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan selamaa satu periode.
125
Merujuk pada evaluasi kinerja guru / tutor yang dilakukan pada setiap
pertemuan berkala, evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan melakukan
teaching room, seperti halnya micro teaching namun tidak menggunakan media –
media yang biasanya di gunakan dalam micro teaching . Hal ini tidaklah se-
efektif dengan evaluasi dari siswa karena tentu saja tutor / guru telah
mempersiapkan dengan baik hanya pada meeting saja dan belum tentu
sepenuhnya akan dilakukan atau di praktekkan pada real teaching.
6. Evaluasi Kurikulum ( Curriculum Evaluation )
Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk
menentukan nilai atau efektivitas suatu kegiatan dalam membuat keputusan
tentang program kurikulum. Evaluasi sistem kurikulum berkaitan dengan
manajemen kurikulum yang dimulai dari tahap input evaluation, process
evaluation, output evaluation dan outcomes evaluation yang bertujuan untuk
mengukur tercapainya tujuan dan mengetahui hambatan-hambatan dalam
pencapaian tujuan kurikulum, mengukur dan membandingkan keberhasilan
kurikulum serta mengetahui potensi keberhasilannya, memonitor dan
mengawasi pelaksanaan program, mengidentifikasi masalah yang timbul,
menentukan kegunaan kurikulum, keuntungan, dan kemungkinan
pengembangan lebih lanjut.
Dalam evaluasi kurikulum,hal-hal pokok yang akan dinilai adalah
aspek tujuan atau kompetensi yang diharapkan dalam dokumen kurikulum,
yaitu mencakup:
a. Evaluasi tujuan dan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh setiap anak
yang sesuai dengan visi dan misi lembaga.
b. Evaluasi terhadap pengalaman belajar yang direncanakan.
c. Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar.
d. Evaluasi terhadap program.
e. Evaluasi terhadap implementasi kurikulum.
126
b. Evaluasi Eksternal
Hal – hal yang perlu di evalusai dalam ruang lingkup eksternal adalah
mengenai fasilitas / media, pemasaran, dan kelengkapan kantor.
1. Evaluasi Fasilitas dan Media
Atmosfer belajar akan terasa menyentuh jika dalam kelas atau
ruangan terdapat fasilitas dan media yang memadai sebagai sarana
penyampaian materi kepada peserta didik. Antara kursusan satu dengan
yang lain tentu saja memiliki fasilitas dan media yang berbeda.
2. Evaluasi Pemasaran
Pemasaran adalah poin yang sangat penting dalam sebuah
evaluasi.Evaluasi yang bisa di lakukan dari system marketing ini adalah
dengan men-sensus pendaftar dari asal mereka, karna system door to door
sekarang ini kurang effective di karnakan ketidak percayaan masyarakat
dengan hal yang frontal seperti langsung mendatani tempat atau rumah
mereka. Media pemasaran yang lebih effective lagi adalah menjalin
hubungan dengan beberapa lembaga formal seperti sekolahan, system
yang di pakai adalah system presentasi yang di selenggarakan atas
persetujuan dari pihak yang berwenang dalam hal ini kepala sekolah
sebagai tingkat tertinggi dalam pelaksanaan dan terlaksananya proses
pembelajaran. Bentuk pemasaran yang seperti ini akan langsung dapat di
evaluasi karena akan sangat terlihat apa respon dari calon pembelajar di
lembaga pendidikan informal ini.
Satu hal yang menjadi kunci dari pemasaran itu sendiri adalah
peserta didik yang mana para peserta didik tersebut terjun langsung
mengikuti proses pembelajaran. Jika pembelajaran dan metode yang
digunakan pada kelas tersebut baik (dalam artian siswa dapat memahami
penjelasan dan bisa menerima apa yang dijelaskan oleh tutor/
pembimbing) juga nyaman dengan metode pembelajaran dan cara
127
treatmen pendidik maka peserta didik akan bercerita dan menginfokan nya
pada teman – temanya bahwasanya pembelajaran di tempat tersebut sangat
baik, asik, dan mudah dipahami. Kemungkinan respon yang di berikan
dari teman – temanya yang mendapatkan cerita tersebut akan dilanjutkan
cerita pada teman teman lainya sehinga terciptalah suatu Natural
Maketing, secara tidak langsung qualitas dari lembaga pendidikan tersebut
lah sebagai kunci terciptanya marketing di lingkup yang sangat kecil
berdampak besar.
3. Evaluasi Kelengkapan Kantor
Kantor sebagai sentral informasi dan sebagai jantung dari lembaga
pendidikan berperan sangat penting dalam peningkatan kualitas kerja dan
segala hal yang menunjang berjalanya proses belajar, Kantor (office)
dalam lembaga atau kursusan merupakan sebuah tempat yang menjadi
pusat aktifitas yang bersangkutan dengan administrasi dari pada lembaga
itu sendiri.Evaluasi yang bisa di ambil dalam menanggapi beberapa bagian
kantor yang kurang lengkap dengan pendataan atas segala ifentaris yang
dimiliki kantor dan dimasukan pada berkas kelengkapan kantor.
128
BIBLIOGRAPHY
Amir Daien. 1993. Evaluasi PendidikanMalang Penerbit IKIP Malang Slameto 1988 Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara.
Brown, Douglas H. (2004). Language Assessment: Principles and Classroom Practices. New York: Pearson Education.
Brown, Douglas H. (2001). Teaching by Principles. New York: Addison Wesley Longman.
Brown, James Dean (1994). Elements of Language Curriculum: A Systematic Approach to Program Development. Boston: Heinle and Heinle.
Celce-Murcia, M., Dörnyei, Z. & Thurrell, S. (1995).Issues in Applied Linguistics 6(2), 5-35.Communicative competence: A pedagogically motivated model with content
specifications.
Hamalik, Oemar. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Penerbit Mandar Maju Indrakusuma.
http://karunia-kurniawan.blogspot.com/2011/10/tes-formatif-dan-sumatif.html . 11/6/2012 - 10am.
Hughes, Arthur. 1989, 2003. Testing for Language Teachers. 2nd ed. Cambridge: Cambridge University Press.
Pandjaitan, Mutiara O. 2003. Penilaian Berbasis Kelas dengan Portfolio. A Seminar paper Presented at Indonesia University of Education 2003.
Suherdi, Didi and Cece Rakhmat. 1998. Evaluasi Pengajaran. Proyek BP3GSD. Depdikbud RI.
129
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Stamboel, Conny Semiawan. 1979. Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian di Dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Mutiara.
http://www.examenglish.com
http://sahlanazha.blogspot.com/2012/04/evaluasi-pendidikan-ciri-ciri-test-
yang.html
http://saudi-tauhid-sunnah.blogspot.com/2012/12/arab-saudi-evaluasi-tempat-
kursus.html. 4 april 2014 : 09.31 wib.
http://lesinggris.wordpress.com/2011/02/25/tips-mencari-tempat-kursus-bahasa-
inggris/. 4 april 2014.09.34 wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi . 4 april 2014. 12:29 wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi . 4 april 2014. 12:37 wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_situasi . 4 april 2014. 12:47 wib.
130
Lampiran 1 : Lembar Wawancara
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana keadaan tempat kursusan Bapak/ Ibu?
2. Apakah tempat kursusan Bapak/ Ibu mempunyai program unggulan?
3. Apa yang membedakan tempat kursusan Bapak/ Ibu dari tempat kursusan
yang lainnya?
4. Ada berapa program yang ditawarkan oleh kursusan Bapak/ Ibu pada
peserta didik?
5. Mengapa para calon peserta didik harus memilih kursusan Bapak/ Ibu?
6. Bagaimana cara bapak/ Ibu dalam mempertahankan kwalitas kursusan
agar tetap bisa bersaing dengan yang lainnya?
7. Seberapa penting bagi Bapak/ Ibu melakukan evaluasi di kursusan
Bapak/ Ibu?
8. Seberapa sering Bapak/ Ibu mengadakan evaluasi?
9. Bagaimana kurikulum di tempat kursusan Bapak/ Ibu?
10. Ada berapa kelas yang tersedia di tempat kursusan Bapak/ Ibu?
11. Ada berapa tutor/ guru yang mengajar di tempat kursus Bapak/ Ibu?
12. Bagaimana kwalitas para tutor/ guru di kursusan Bapak/ Ibu?
13. Bagaimana pengelolaan siswa/ peseta didik di tempat kursusan Bapak/
Ibu?
131
14. Bagaimana fasilitas yang diperoleh siswa/ peserta didik yang belajar di
tempat kursusan Bapak/ Ibu?
15. Bagaimana cara mengukur tingkat keberhasilan siswa/ peserta didik yang
telah mengikuti program di tempat kursusan Bapak/ Ibu?
16. Bagaimana fasilitas dan media pembelajaran yang ada di tempat kursusan
Bapak/ Ibu?
17. Bagaimana strategi pemasaran/ marketing yang dilakukan di tempat
kursusan Bapak/ Ibu?
18. Bagaimana sistem administrasi kantor yang ada di tempat kursusan
Bapak/ Ibu?
19. Kendala apa saja yang dihadapi oleh Bapak/ Ibu dalam mengembangkan
tempat kursusan dan bagaimana cara mengatasinya?
20. Bagaimana kiat- kiat / tips dari Bapak/ Ibu dalam membangun dan
mempertahankan sebuah kursusan?
Lampiran : Contoh Instrumen Tes untuk siswa
Choose The Best Answer!
1. Rifqi always........... vocabularies.
a. Memorize. c. memorizes
b. Is memorizing d. memorized
e. has memorized
2. Jono: “What did you look for yesterday?”
Joni : “Yesterday I looked for my dictionary; I really didn’t know where I .........
it”
a. have put
b. have been putting
c. was putting
d. had put
e. did put
132
3. This is the best picture of my mother .............. have ever taken
a. whom b. of which
c. where d.which
e. who
4. The doctor is treating a patient .................. leg was broken in an accident.
a.who b.whose
c. which d. whom
e. that
5. Ilham: “Where did the fire start?”
Akbar: “In the fifth floor of that building ............ my brother worked last
year”
a. where b. there
c. which d. that
e. who
6. my father .......... meat. He is vegetarian.
a. like d. don’t like
b. likes e. Didn’t like
c. doesn’t like
7. very month, She.......... to traditional market.
a. Goes. c. Is going
b. Go d. Gone.
e. Was going
8. Yesterday, Rina .......... me about grammar.
a.asks c. ask
b. asked d. Is asking e. has asked
133
9. Nex month, We .......... village hall once a week
a. Does c. Did
b. Do d. Will
e. are doing
10. English ........... an important language
a. Does c. are
b. Do d. was
e. is
TexT (for question number 11-17)
Once there was a husband and his wife who had a baby. They had a dog
named Bony. It was a very smart dog and faithful to them. The dog used to
take care of the baby while were working in the rice field.
One afternoon, while working in the field, they heard Bony barking. It
was running toward them. It’s mouth smeared with blood. The husband
shocked and thought that it had killed their baby. Suddenly he took his
sickle and threw it to the dog. It hit the dog’s had and the dog head and the
dog fell down and died.
Hurriedly they got home and saw the baby sleeping. When the husband
looked around in the baby’s room, he found a big snake lying on the floor.
It was dead and blood spilled everywhere. It seemed the dog had killed the
snake and the killed his faithful dog.
11. Who was Bony? Bonny was……….
a. the husband’s name
b. the wife’s name
c. the bay’s name
d. the dog’s name
e. the snake’s name
12. Why was the dog running toward the couple?
a. because it afraid of snake
134
b. because it was hurt
c. because the dog wanted some foods.
d. because the dog wanted to tell that something dangerous almost
happened in their home.
e. because a snake wanted to catch it.
13. ……finally killed by the husband. The correct answer to fill in the
blank is …
a. the baby d. the dog
b. the snake e. the couple
c. the wife
1 4. The snake was killed by…………………
a. the dog d. the child
b. the husband e. the baby
c. the wife
15. Was the baby hurt by the dog?
a. yes, it is d. no was not
b. yes, it was e. no, it doesn’t
c. no, it did
16. “Suddenly, he took his sickle …..”(paragraph 2, sentence 5). The
word suddenly has the same meaning with the word….
a. usually d. angrily
b. quietly e. hungrily
c. quickly
17. Why was the husband shocked? Because………………
a. He thought that the dog hurt killed his baby
b. he was sick
c. he saw a snake
d. he saw a dog died
e. his wife fell down
135
18. Alex did not ………last week
a. worked d. working
b. work e. has worked
c. works
19. Joko : What can I do for you?
Eni : “……..it is very hot.”
a. move type tape redorder d. open the window, please
b. that’s all e. thanks a lot
c. put my shoes there
20. John : “Can I watch film in the movie, Dad?”
Father : “……..But be careful, then.”
a. I am afraid not. d. don’t go there.
b. why not?. e. it’s okay.
c. no, you can’t.
136
Lampiran : Contoh Lembar Observasi
Lembar Observasi
Lembar Observasi
1. Tempat / Kelas
2. Tanggal
3. Waktu Pengamatan
4. Jumlah Orang /
objek yang diamati
5. Proses Pelaksanaan
Pengamatan
6. Permasalahan yang
137
muncul
7. Hasil Pengamatan
8. Kesimpulan
Kediri, .........................................
Nama Tanda Tangan Keterangan
Lampiran : Laporan Hasil Pengamatan
Lembar Observasi
1. Tempat / Kelas Rhima English Course
Jln. Anyelir No.23 Pare- Kediri
2. Tanggal Selasa, 15 April 2014
3. Waktu Pengamatan Jam 13.00- 14.30 wib
4. Jumlah Orang /
objek yang diamati
Keadaan/ kondisi tempat kursusan
138
5. Proses Pelaksanaan
Pengamatan
Pengamatan dimulai dengan mengadakan wawancara
kepada salah satu tentor di REC dan
mengkonfirmasikan kepada direktur utama REC.
Kemudian pengamatan dilakukan secara langsung
melihat kondisi tempat kursusan mulai dari kantor,
kelas, halaman/ tempat parkir dan ruang pertemuan.
Setelah itu kami mengambil gambar dari beberapa
ruangan tersebut dan meminta brosur sebagai bahan
evaluasi.
6. Permasalahan yang
muncul
Ada beberapa kendala yang dialami oleh REC dalam
rangka mengembangkan tempat Kursusan,
diantaranya adalah
1. Kurangnya dana untuk meningkatkan
kwalitas pelayanan di tempat kursusan
maupun dana untuk mensejahterakan para
tentor dan karyawan.
2. Minimnya dana untuk pemasaran sehingga
strategi pemasarannya hanya dilakukanala
kadarnya saja, sehingga mempengaruhi
pendapatan lembaga karena berdampak pada
perekrutan siswa yang belajar ditempat
kursusan.
3. Sulitnya mengadakan pertemuan secara rutin
untuk seluruh anggota, pengurus, dan tentor
dalam rangka peningkatan kwalitas kursusan
yang lebih baik karena adanya perbedaan
kesibukan yang berarti.
7. Hasil Pengamatan Secara umum tempat kursus ini sudah melaksanakan
kaidah – kaidah sebagaimana tempat kursusan pada
umumnya. REC sudah memiliki perijinan
mendirikan kursusan sehingga sertifikat yang
139
dikeluarkan dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan. Namun ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu manajemen lembaga dalam
rangka mengembangkan tempat kursusan,
manajemen tentor, manajemen siswa dan strategi
marketing yang masih kurang stabil sehingga perlu
diadakan suatu evaluasi untuk meningkatkan
kwalitas tempat kursusan tersebut supaya bisa maju,
berkembang, dan bersaing dengan tempat kursusan
yang lainnya.
8. Kesimpulan Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan
bahwa untuk membangun sebuah kursusan yang baik
dan berkwalitas, perlu adanya kerjasama yang baik
dari seluruh komponen yang ada ditempat kursus
sehingga apabila ada permasalahan yang muncul di
lembaga tersebut akan segera diselesaikan dengan
cepat dan baik.
Kediri, .........................................
Nama Tanda Tangan Keterangan
1. Dhorifatun
Niswa Elfidah
2. Meilina Indriana
1.
2.
Pengamatan berjalan
dengan lancar selama
kurang lebih 2 jam.