chocolate wafer stick

42
1 Chocolate Wafer Stick Princessilya Entah sudah berapa kali aku menguap pagi ini, rasanya tadi malam aku terjaga lama sekali, aku sendiri heran kenapa tidak bisa tidur. “Menguap terus? Tidak tidur semalam?”, tegur Andika seraya duduk di sampingku. “Tidur, tapi tidak lelap, mungkin tidak ada satu jam!”, jawabku yakin, Andika mengeluarkan sebotol air mineral dan memberikannya padaku. “Minum dulu, supaya fresh, kalau masih mengantuk sebaiknya kamu ke UKS!”, saran Andika, aku diam lalu meneguk air mineral dari Andika “Pagi Silly!”, sapa Puput seraya meletakkan satu boks wafer stick coklat pesananku. Setiap hari aku selalu mendapatkan wafer stick coklat dari Puput, orang tuanya memiliki toko coklat yang di produksi sendiri, dan aku selalu memesan satu boks setiap pagi. Aku merasa hampa andaikan hidup tanpa wafer stick coklat. Pernah suatu hari, keluarga Puput keluar kota dan toko mereka tutup, dan aku harus mencari wafer stick coklat dengan produsen yang sama, tapi sangat susah, sehingga berakhir dengan stress. “Terima kasih, rasanya aku kembali fresh tidak mengantuk lagi!”, sahutku senang “Memangnya kemana semalam? Tumben mengantuk di pagi hari?”, heran Puput, aku hanya menggeleng pelan. “Aku akan istirahat di UKS, hingga jam pelajaran kedua dimulai!”, kataku pelan “Itu lebih baik daripada kamu pingsan!”, sahut Andika seraya bangkit dan keluar kelas untuk kembali ke kelasnya. Miftahul Jannah

Upload: unair

Post on 28-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Chocolate Wafer Stick

Princessilya

Entah sudah berapa kali aku menguap pagi ini, rasanyatadi malam aku terjaga lama sekali, aku sendiri heran kenapatidak bisa tidur.

“Menguap terus? Tidak tidur semalam?”, tegur Andika serayaduduk di sampingku.

“Tidur, tapi tidak lelap, mungkin tidak ada satu jam!”,jawabku yakin, Andika mengeluarkan sebotol air mineral danmemberikannya padaku.

“Minum dulu, supaya fresh, kalau masih mengantuk sebaiknya kamuke UKS!”, saran Andika, aku diam lalu meneguk air mineral dariAndika

“Pagi Silly!”, sapa Puput seraya meletakkan satu boks waferstick coklat pesananku.

Setiap hari aku selalu mendapatkan wafer stick coklat dariPuput, orang tuanya memiliki toko coklat yang di produksisendiri, dan aku selalu memesan satu boks setiap pagi. Akumerasa hampa andaikan hidup tanpa wafer stick coklat. Pernahsuatu hari, keluarga Puput keluar kota dan toko mereka tutup,dan aku harus mencari wafer stick coklat dengan produsen yangsama, tapi sangat susah, sehingga berakhir dengan stress.

“Terima kasih, rasanya aku kembali fresh tidak mengantuklagi!”, sahutku senang

“Memangnya kemana semalam? Tumben mengantuk di pagi hari?”,heran Puput, aku hanya menggeleng pelan.

“Aku akan istirahat di UKS, hingga jam pelajaran keduadimulai!”, kataku pelan

“Itu lebih baik daripada kamu pingsan!”, sahut Andika serayabangkit dan keluar kelas untuk kembali ke kelasnya.

Miftahul Jannah

2

Chocolate Wafer Stick

“Dia sangat baik padamu, sejak dulu. Sudah dua tahunberlalu!”, aku tak menyahut perkataan Puput, lebih tepatnyaaku menolak mendengar dan membahasnya.

Istirahat sekolah aku langsung menuju ke kamar mandi untukmencuci muka dan kembali ke kelas, untuk mengikuti pelajarankedua.

“Darimana Silly? Kak Radit mencarimu!”, kata Surya saat akuhendak masuk kelas

“UKS, kenapa kak Radit mencariku? Bukankah tugas keseniankusudah clear minggu lalu?!”, heranku seraya masuk kelas dankeluar lagi untuk menemui kak Radit di ruang guru.

Kak Radit adalah guru kesenian baru, dia mulai mengajar ditahun ajaran baru, dia masih muda dan berbakat, dia selalumenolak untuk dipanggil Pak, jadi semua anak memanggilnyakakak, dia masih kuliah, dan mengajar disini, mungkin anehkalau dia bisa menjadi guru padahal masih kuliah.

“Tadi mencari saya? Ada perlu apa Kak?”, tanyaku penasaran

“Tidak kok, hanya penasaran kenapa kamu tidak masuk kelas!”,jawab Kak Radit seraya menyerahkan sebuah buku besar padaku.“Ambilah buku itu, hadiah dariku, di ulang tahunmu”

Aku kaget mendengarnya, tahu dari mana dia ulang tahunku, dankenapa dia peduli dengan ulang tahun muridnya? Heranku.

“Em, terima kasih kak, saya akan kembali dulu, permisi!”,kataku dan beranjak dari ruang guru. Kubuka perlahan buku darikak Radit. Isinya kumpulan lukisan dan sangat indah. Lama akumembuka tiap halaman lukisan di buku tersebut, aku tersadar,semua lukisan yang ada, adalah lukisanku.

“Tunggu, kenapa ini semua karyaku? Bagaimana kak Radit punyaini semua?”, heranku seraya kembali membuka halaman buku,“Kakak!”, kataku pelan saat aku membuka halaman terakhir,

Miftahul Jannah

3

Chocolate Wafer Stick

lukisan yang kulukis bersama Kakakku, dadaku tiba-tiba terasasesak.

Rangga Praditya, adalah nama Kakak sekaligus kekasih pertamayang kumilki. Hubungan kami yang hanya berjalan enam bulan,kami telah putus dua tahun lalu di akhir tahun kelas satu, KakRangga sudah meninggal dunia, usai kecelakaan pesawat yangakan membawanya pergi ke Amerika untuk kuliah disana. Lebihtepatnya hilang tanpa kabar, dan semuanya mengatakan Kakaksudah pergi. Mama dan Papa juga ikut menghilang usaikecelakaan tersebut. Kenangan indah bersama kak Rangga kembaliberputar di kepalaku, kak Rangga-lah yang mengenalkanku dengancoklat, wafer stick coklat yang selalu kami konsumsi setiap hari.Setiap gigitan coklat, selalu memberikan semangat hidupuntukku, semangat yang diberikan kak Rangga padaku sejak akumencintainya. Usai perpisahanku dengan kak Rangga, aku takpernah menjalin hubungan dengan siapapun, tak bisa mengenalorang sebaik kak Rangga, aku masih mencintai dia dan belumingin mengganti dengan orang lain.

Rangga Praditya and Princessilya in Memory

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah di Sma, masa mos yangseru. Dengan pelan aku masuk kelasku, kosong, sepi, semua anak masih sibukdengan kegiatan yang akan diadakan di puncak mos. Ada satu boks wafer stickcoklat di meja yang biasa aku tempati, aku menoleh ke kanan kiri mencari tahupemilik wafer tersebut.

“Dek, tolong ambilkan wafer stick coklat di depanmu!”, seru seseorang, akumenoleh, kakak kelasku berdiri di jendela kelas seraya menunjuk ke arah wafer didepanku. Aku menatap wafer dan kakak kelasku bergantian, jarang sekali adacowok makan wafer stick coklat, ah mungkin untuk acara mos nanti, pikirku. Akumenyerahkan wafer padanya.

“Heran ya? Kamu bukan orang pertama yang heran dengan kebiasaanku”, sahutnyaseraya berlalu meninggalkan aku. Lucu dan aneh, pikirku.

Hari kedua mos, materi mos cukup lama, waktu stirahat aku langsung menuju kekantin untuk melepas lelah.

Miftahul Jannah

4

Chocolate Wafer Stick

“Gila! loe doyan apa nafsu Dit?”, pekik seseorang, aku menoleh ke meja sebelahku,kakak stick coklat sedang menikmati stick coklatnya dengan semangat seolah belummakan seharian.

“Gue laper dan lelah, cuma coklat ini yang buat gue semangat!”, jawab kakak coklatstick tersebut, aku tersenyum melihat semangat dia melahap tiap stick coklat. Tanpasadar kakak tersebut juga memandangku, aku bergegas mengalihkan pandangan.

Tertangkap basah!

“Kamu mau? Ambil saja, sehat kok!”, ucapnya seraya duduk di depanku, “Aku selalumakan stick coklat kalau sendirian dan di saat butuh coklat!”, ia menyodorkan boksstick coklat padaku.

“Kemarin makasih ya, aku mencarinya ternyata tertinggal di kelas kamu. Kenalkannamaku Adit, kamu?”, lanjutnya dengan senyum, kakak yang periang

“Aku Silly, doyan banget ya sama coklat?”, tanyaku

“Ngga semua coklat dan ngga semua stick coklat aku suka. Hanya dari produsenini, coklatnya asli dan diproduksi dengan alami, sehat pula bagi kesehatan!”,jelasnya senang

“Apa ngga malu Kak? Menenteng stick coklat kemana-mana?”, heranku

“Ngga, tidak melanggar peraturan kan!”, jawabnya tanpa ragu dan tersenyum, akuhanya tertawa kecil. Tiba-tiba bel berdering, aku bangkit untuk kembali ke kelas,untuk materi selanjutnya, “Sebagai ucapan terima kasih, harus diterima!”, kak Aditmeninggalkan tiga buah stick coklat di meja dan berlalu.

Mos sudah berakhir, sekolah pertama terasa menyenangkan. aku berusahauntuk mencari kak Adit untuk membalas stick coklat kemarin, tapi hingga saat iniaku belum bertemu dengannya lagi. Kudengar dia adalah kapten basket di sekolah,wajar sih dia sangat keren dan banyak yang suka padanya. Pulang sekolah akumasih berdiri di depan gerbang sekolah berharap bertemu dengan kak Adit, akuingin memberinya lukisan yang kubuat khusus untuknya sebagai ucapan terimakasih atas stick coklat yang enak.

“Hei Dek, menunggu jemputan?!”, sapa seseorang, aku menoleh, kak Adit sudah disampingku, duduk manis di atas motornya.

“Iya kak!”, jawabku, “Oh ya kak, ini sebagai ucapan terima kasih ku pada kakak atasstick coklat waktu itu!”

Miftahul Jannah

5

Chocolate Wafer Stick

“Wow! Bagus banget! Makasih ya, mau kuantar pulang?!”, tawar kak Adit, akumenolak sebab Bunda melarangku pulang dengan orang tak dikenal kecuali taksi,tapi kak Adit terus menawarkan, akhirnya aku mengalah.

Rasanya menyenangkan pulang naik motor bersama Kak Adit, cowok yang selamaini kuperhatikan, tidak terlalu buruk pergi dengan orang baru yang kukenal.

“Makasih ya kak, aku masuk dulu!”, kataku sesampai dirumah

“Dek, ini jangan lupa dimakan!”, kak Adit memberikan stick coklat padaku lagi, akumengangguk lalu masuk rumah.

“Sedang apa Bunda?”, tanyaku, mengikuti arah pandang Bunda yang mengintipkeluar jendela, kak Adit masih menatap rumahku, selang beberapa menit ia punpergi.

“Pacar kamu Nda?”, tanya Bunda penuh selidik.

“Ngga Bun, kakak kelas Nanda. Dia menawarkan mengantar Nanda pulang, yaNanda terima saja!”, jawabku, “Dia memaksa!”, tambahku takut Bunda tidak suka.

Nanda adalah nama kecilku, Bunda dan Ayah selalu memanggilku Ananda, katanyaitu panggilan spesial terhadap putri kesayangan, aku senang mengetahui hal itu.

“Jangan mudah percaya pada orang yang baru kamu kenal Nda. Bunda dan Ayahsudah sering menasehatimu!”, Bunda mengingatkan, aku mengangguk

“Nanda selalu ingat Bunda!”, sahutku

“Mandi dan ayo makan siang!”, ajak Bunda seraya membelai rambutku, akukembali mengangguk dan masuk kamar.

Dirumah ini, aku tinggal bersama Ayah dan Bunda, Ayah adalah pengusaha dibidang teknologi. Saat ini Ayah sudah memiliki perseroan sendiri yang mulaiberjalan semenjak tiga tahun yang lalu. Bunda ku tercinta memiliki usaha butik diseberang rumah, saat ini usaha Bunda berkembang pesat dan sudah memiliki duapekerja untuk menangani butik. Meskipun lokasi butik Bunda tidak strategis sebabkami tinggal di perumahan, butik Bunda cukup terkenal dan sudah memiliki banyaksekali member, setiap bulan Bunda mengeluarkan katalog baru, sehingga produkyang Bunda jual selalu baru setiap bulan.

“Bun, kalau Nanda punya pacar, bagaimana?”, tanyaku usai makan siang.

Miftahul Jannah

6

Chocolate Wafer Stick

“Anak tadi? Bunda tidak melarang, tapi Nanda harus kenal baik siapa dia, tidakboleh menilai dari luar saja, teman kamu memang keren, Bunda akui, tapibagaimana dengan sifat dan sikap dia?! Nanda harus kenal dulu!”

“Tadi namanya kak Adit, Nanda baru mengenalnya saat mos Bun, seminggu yanglalu, Nanda senang kalau melihat dia, anaknya baik setahu Nanda, temannyabanyak. Banyak yang suka, dia pintar di sekolah dan kapten basket!”, ceritaku, yahitu kudapat dari gosip anak-anak di kelas, aku tidak tahu bagaimana kak Adit yangsebenarnya.

“Ayah harus tahu, kalau Ananda sedang jatuh cinta!”, Bunda meraih gagang telfon,aku langsung mencegahnya

“Jangan Bunda, Nanda takut Ayah tidak suka kalau Nanda punya pacar, lagipulaNanda baru naksir kok, tidak tahu!”, cegahku,

“Bunda yakin Ayah tidak akan marah, dengan syarat prestasi kamu tidak menurun,dan satu hal Ayah dan Bunda harus kenal baik dengan dia!”, sahut Bunda

“Nanti saja Bunda, Nanda ingin tahu sendiri ekspresi Ayah dan komentar Ayahtentang ini!”.

Aku tersenyum lega saat Bunda meletakkan kembali gagang telfonnya, aku hanyabelum yakin dengan ini semua. Ini adalah pertama kali aku merasakan suka padacowok dan aku tidak tahu ini hanya sebatas suka dan kagum atau yang lain, akubelum tahu.

Tidak banyak yang kudapat dari mencari informasi di teman sekelaskumengenai kak Adit sang kapten basket. Bahkan namanya pun tidak ada yang tahu,dia hanya dikenal sebagai Adit sang kapten basket, cukup aneh jika hanya temansekelasnya yang tahu namanya. Dan satu hal yang aku tahu, dia penggila waferstick coklat, juga jarang dekat dengan cewek lebih dari kata teman, sepertinya tipeyang susah untuk didekati, keluhku. Setelah seminggu menjadi orang yang ingintahu, akhirnya aku pasrah. Aku benar-benar suka dengannnya, tapi rasanya akanmustahil bisa dekat dengan kak Adit.

“Sil, kamu pandai melukis ya!”, komentar Rena, teman sebangkuku, akumengangguk, “Mau melukis untukku?”

“Apa? Melukis apa?”, tanyaku masih menatap kertas di depanku.

“Terserah, kalau bagus aku pasti suka!”, jawab Rena, aku mengangguk, “Kamu tidakikut eskul lukis? Bukankah itu menyenangkan?!”

Miftahul Jannah

7

Chocolate Wafer Stick

“Tidak, lagipula ada pelajaran seni lukis kan, jadi kurasa itu cukup!”, jawabku pasti,Rena diam sejenak lalu kembali berbicara, aku langsung menoleh waktu diabercerita tentang kak Adit.

“Kamu sepertinya kenal baik dengan kak Adit, kamu selalu cerita tentang dia!”,kataku pelan.

“Iya, kakakku teman kak Adit, dulu sebelum aku sekolah disini, kak Adit cukup seringmain kerumah, tapi sepertinya usahaku untuk mendekati kak Adit terasa sia-sia,kupikir kak Adit hanya dekat dengan boks coklatnya saja!”, aku diammendengarnya. Rena hanya salah satu dari banyak anak yang mengidolakan kakAdit, tapi sepertinya kak Adit tidak tertarik dengan siapapun di sekolah ini.

Menurut Bunda, aku cantik, banyak temanku yang mengakui itu, tapi penampilanluar saja tak mungkin akan menarik perhatian kak Adit, apalagi ada idola sekolahdi kelas kak Adit, kak Davina. Huft, bagaimana aku menahan rasa suka ini?,keluhku.

Pulang sekolah aku memilih membantu Bunda di butik, sebab banyak pesanan darilangganan Bunda, selain itu aku juga hendak mengambil baju yang kupesan dariBunda. Setiap Bunda mendapat barang baru, aku selalu menjadi orang pertamayang menikmatinya, hampr semua baju milikku adalah dari butik Bunda sendiri.Sebab Bunda melarangku keluar rumah tanpa Bunda atau Ayah, jadi tidak adapilihan lain selain mengambil baju yang kusuka dar butik Bunda.

“Itu listnya, tolong kamu tangani pesanan dari Tante Galuh!”, perintah Bunda, akumengangguk dan melihat apa saja pesanan Tante Galuh,

“Banyak sekali Bun, sepertinya Tante Galuh pelanggan Bunda yang paling banyakbelanja disini”, komentarku

“Iya, Mbak Murni akan membantumu, sebab hari ini pesanananya akan diambil!”,jawab Bunda, “Bukankah kamu sudah tahu Tante teman sekolah Bunda!”

“Iya, Nanda masih ingat kok Bun, apalagi ommellete buatan Tante Galuh, itu karyaseni!”, sahutku, Bunda tertawa kecil.

Tante Galuh adalah teman sekolah Bunda, hingga sekarang hubungan merekamasih akrab dan dekat, Tante juga sering datang ke butik untuk belanja, danpesanan Tante selalu dalam jumlah besar, sebab Tante juga agen dari butik Bunda.Semenjak aku kecil aku sering berkunjung kerumah Bunda, Bunda sering memasakommellete salmon kesukaanku.

Miftahul Jannah

8

Chocolate Wafer Stick

“Ini sudah semua, kurang kebaya modern warna coklat Nan, tolong ambilkan dialmari!”, perintah Bunda usai mengecek pesanan Tante Galuh, “Tante sudahdatang!”

“Lho Bun, Tante mana?”, tanyaku seraya mengitarkan pandangan, setelahmemberikan kebaya yang dimaksud Bunda.

“Anaknya yang datang, sekarang mengurusi pembayaran. Kamu istirahatlah,terima kasih sudah membantu Bunda!”, aku mengangguk dan berjalan ketempatMbak Murni, yang bertugas mengemasi barang pesanan pembeli.

“Mbak Murni, bajuku!”, kataku, Mbak Murni mengeluarkan tas butik Bunda, akumeraihnya.

“Langganan butik ini juga?”, tanya seseorang, aku menoleh, kak Adit.

“Ngga kok! Kakak sedang apa disini?”, tanyaku kaget sekaligus senang.

“Mengambil pesanan Mamaku”, jawabnya, “Bukankah itu hologram khususpelanggan!”, kak Adit menunjuk kearah tas yang kubawa, aku tersadar, dantersenyum

“Tidak sengaja tadi mengambil yang ada hologram khusus!”, jawabku pelan.

“Kenapa masih disini Nanda, kamu harus istirahat!”, tegur Bunda, aku menoleh,Bunda menatapku lama lalu menatap kak Adit, “Kamu anaknya Galuh?”

“Iya Tante, Mama tidak bisa datang sebab ada keperluan!”, jawab kak Adit

“Temannya Nanda kan, waktu itu pernah mengantar Nanda pulang!”, tebak Bunda,ingatan Bunda kuat juga

“I-iya, tapi bukankah namanya Silly?”, heran kak Adit

“Oh itu, panggilan khusus dari Ayah dan Bunda!”, sahutku cepat.

“Kalau mau mengobrol, silahkan dilanjut, pesanannya sudah semua kan! Bundaharus menangani pesanan lain!”, Bunda kembali kearah dalam butik, aku duduk disalah satu kursi, melihat kak Adit yang berbicara dengan Mbak Murni mengenaipembayaran.

“Dunia itu sempit ya, ngga nyangka kamu anak pemilik butik ini!”, komentar kakAdit

“Iya, namanya kan butik ‘Ananda’ itu namaku!”, sahutku

Miftahul Jannah

9

Chocolate Wafer Stick

“Mau? Stick coklat lagi!”, kak Adit memberikan lima buah stick coklat padaku.

“Terima kasih, sepertinya aku mengerti kenapa kakak sangat suka dengan coklatini, rasanya enak sekali!”,

“Sudah pasti, aku harus segera pulang, ada latihan basket sore ini! Sampai bertemudi sekolah Silly!”, kak Adit bangkit dan keluar dari butik dengan tumpukan tasbelanja.

“Bagaimana bisa dia anak Tante Galuh, selama ini aku tidak pernah melihat dia!”,heranku

“Dia tinggal di Jepang sejak kecil bersama Papanya, Bunda juga tidak pernahbertemu dengannya. Dua tahun lalu dia kembali ke Indonesia, sebab tugas Papanyadi Jepang sudah usai!”, sahut Bunda, “Kalau kamu pacaran dengan dia, Bundaseratus persen setuju meskipun belum kenal jauh, sebab Bunda yakin mereka darikeluarga yang baik!”

“Banyak yang suka dengan kak Adit Bunda, Nanda hanya satu dari ratusanpengagum dia!”, keluhku seraya berjalan keluar dari butik untuk pulang.

Semenjak pertemuanku dengan kak Adit di butik, hubungan kami semakinakrab. Kak Adit kerap main kerumah dan ke butik ‘Ananda’ bersama Tante Galuh.Sudah sebulan sejak aku masuk sma dan sudah sebulan pula aku merasakan rasasukaku pada kak Adit semakin bertambah.

Kak Adit selalu memberi stick coklat padaku, aku sangat senang, sebab aku puntelah ketagihan dengan stick coklat.

“Sebaiknya kamu langganan saja Dek! Mau aku antar ke tokonya?!”, tawar kak Adit,di jam istirahat sekolah

“Sepertinya enak yang gratis deh Kak!”, sahutku seraya tertawa, kak Adit tiba-tibamencubit pipiku.

“Ya terserah kalau itu yang kamu mau! Nanti aku kirim boks stck coklat kerumahmusetiap pagi, ingat ya boks stick, bukan isinya!”, goda kak Adit, aku diam takmenyahut, kak Adit langsung tertawa.

“Dit, buruan ikut gue!”, seorang cowok datang menghampiri kak Adit danmengajaknya pergi meninggalkan aku dengan satu boks stick coklat miliknya. Akubangkit dan kembali ke kelas.

“Buat apa Sil coklat sebanyak itu?”, heran Rena

Miftahul Jannah

10

Chocolate Wafer Stick

“Dimakan lah! Ini bukan punyaku, tadi kak Adit buru-buru pergi, jadi kubawa saja!”,jawabku pasti

“Kamu pacaran dengan kak Adit?”, tanya Rena penuh selidik dengan tatapan curiga.

“Ngga mungkin, kami hanya teman. Jangan marah!”, jawabku cepat takut Renacemburu dan marah padaku. Tiba-tiba kak Adit masuk kelasku.

“Coklatnya buat adek saja, aku masih ada satu boks di tas, nanti pulang sekolahtemani aku pergi!”, kata kak Adit

“Tapi kak, aku ngga mungkin menghabiskan sebanyak ini, aku berbeda dengankakak!”, tolakku seraya menyerahkan boks coklat pada kak Adit

“Bawa pulang, lihat tanggal kadaluarsanya, sepertinya tiga hari lagi. usahakanhabis ya!”, pesannya lalu berlalu dari kelasku.

“Kamu akrab sekali dengan kak Adit?!”, tanya Rena, “Kamu suka?”

“Tidak kok! Bukankah kak Adit akrab dengan siapapun!”, sahutku berkilah

“Aneh, sejak dulu aku deketin kak Adit, ngga pernah dia manggil namaku, apalagimemanggilku Adek! Kamu adiknya?”

“Menurutmu?!”, tanyaku, berusaha mencari kesibukan untuk menghindar daripertanyaan Rena.

Pulang sekolah, aku menunggu kak Adit di lorong sekolah, sebab kami akan pergike toko coklat langganan kak Adit.

“Nunggu lama? Maaf ya!”, ucap kak Adit dari arah belakangku, aku menggelengpelan, “Sudah izin sama Bunda?”

“Sudah kak, tidak mungkin aku disini kalau Bunda belum memberi izin!”, jawabku.Kedekatan hubungan kami dan dengan kedua orang tua kami, berakhir seolahkami adalah saudara, kak Adit memanggil Ayah dan Bunda dengan sebutan yangsama denganku, dan aku dipaksa memanggil Tante Galuh Mama, aku belumpernah bertemu dengan Papa, sebab beliau sangat sibuk.

Usai mendaftar sebagai pelanggan wafer stick coklat, kak Adit mengantarku pulangkerumah.

“Aku boleh masuk? Aku ingin bertemu Bunda, ada pesan dari Mama!”, pinta kak Aditsesampai dirumah

“Boleh, Ayo masuk!”, ajakku, seraya masuk rumah mendahului kak Adit.

Miftahul Jannah

11

Chocolate Wafer Stick

“Adit, Mamamu sudah menghubungi Bunda, ambil pesanan ya?!”, sapa Bundasenang

“Iya Bun, kalau boleh tahu Mama pesan apa Bun?”, tanya kak Adit penasaran

“Katalog terbaru, biasanya Bunda mengantar ke sana, tapi tadi Mamamu telfonkatanya kamu yang akan mengambil kemari!”, Bunda menyerahkan beberapakatalog kepada kak Adit.

“Kalau Adit yang pesan boleh Bun?”, aku mengerutkan kening, pesan apa? ButikBunda kan mayoritas kebutuhan cewek, hanya beberapa yang cowok dan kurasabukan cowok seumuran kak Adit.

“Mau pesan apa Dit? Kamu kan tahu butik Bunda khusus cowok kalangan dewasa,kamu masih remaja!”, heran Bunda

“Pesan Silly buat jadi pacar Adit Bun!”, jawaban kak Adit bagai mimpi, kak Adit sukaaku? Ini bukan mimpi kan, aku refleks menepuk pipiku pelan.

Nyata!

“Tanya sama Nanda, kenapa tanya Bunda, tapi sepertinya Nanda mau tuh!”, sahutBunda seraya melihatku

“Kalau tidak mau juga tidak apa kok Dek, Kakak mengerti, kita kan baru kenalbeberapa minggu!”, ucap kak Adit seraya menatapku, aku diam cukup lama, Bundamengangguk sebagai tanda kalau Bunda mengizinkan.

“Aku mau kok kak!”, jawabku pelan, kak Adit tersenyum senang

“Bunda akan membuatkan minum!”, Bunda bangkit dan berjalan kearah dapur.

“Mau mengantar Kakak pulang? Mama ingin bertemu denganmu!”, ajak kak Adit

“Tanya Bunda dulu, takut Bunda tidak mengizinkan!”, kataku.

Dan akhirnya sekarang aku berdiri di depan rumah kak Adit, rumah yang tidakasing lagi, sebab aku sering kemari dengan Bunda, tapi datang kemari sebagaikekasih kak Adit terasa berbeda.

“Tunggu sebentar, aku akan memanggil Mama!”, kak Adit meninggalkanku di ruangkeluarga, aku melihat foto kak Adit yang duduk manis di dinding ruang keluarga.

“Itu foto Rangga saat masih di Jepang, saat masuk sma Rangga sudah kembalikemari, kamu pasti sudah dengar dari Bunda!”, ucap Mama tiba-tiba, aku

Miftahul Jannah

12

Chocolate Wafer Stick

menghampirinya dan mencium tangannya, “Sudah makan siang belum? KebetulanMama masak makanan kesukaanmu!”

“Mama masih ingat, sudah lama Nanda tidak makan masakan Mama!”, katakusenang

“Kebetulan saja, feeling kuat kalau kamu akan datang kemari, Mama dengar kalianpacaran!”

“Bukannya Mama ingin ketemu Nanda?”, tanyaku heran, “Tadi Kakak yangmengatakan kalau Mama ingin bertemu dengan Nanda”

“Kamu dibohongi sama Kakak!”,

“Kamu kan susah sekali kalau diminta main kerumah Kakak, kalau Mama yangminta saja langsung mau!”, celetuk kak Adit yang sudah duduk disebelahku.

“Sudah, waktunya makan siang!”, Mama menengahi, meskipun aku akrab sekalidengan Mama, tapi pertama kali aku bertemu dengan kak Adit adalah waktu mosbulan lalu, dua tahun dia disini aku tak pernah tahu, dan kupikir anak Mama masihtinggal di Jepang.

“Apa kalian hendak keluar?’, tanya Mama usai makan siang

“Ngga Ma, mau belajar melukis, sama habisin stick coklat, tiga hari lagi kadaluarsa,di kamar Rangga masih ada lima boks!”

“Kalau pesan jangan banyak-banyak, Mama sudah sering mengingatkan kamu!”,kak Adit mengangguk dan mengajakku ke taman belakang rumah, disana sudahada kanvas dan peralatan melukis.

“Kenapa kakak minta aku mengajari melukis, aku hanya bisa melukis, tidak tahubagaimana mengajari orang!”, ucapku, “Dan itu tidak mudah!”

Aku mulai melukis, hal pertama yang kulukis adalah stick coklat lalu wajah kak Aditsaat makan stick coklat.

“Memangnya wajahku seperti itu kalau makan coklat?”, heran kak Adit, akumengangguk, kak Adit meraih kuas di tanganku dan melanjutkan lukisanku.

“Kakak bisa melukis kan, kenapa memintaku mengajari cara melukis!”, heranku,melihat kak Adit melukis latar saat dia makan coklat.

“Aku sudah lama bisa melukis, saat masih di Jepang, aku sering menang lombamelukis. Terinspirasi dari kakekku yang pelukis hebat!”, jawab kak Adit.

Miftahul Jannah

13

Chocolate Wafer Stick

“Rangga, pesanan Mama dari Bunda mana?”, tanya Mama seraya menghampirikami

“Masih di tas Rangga Ma!”, jawab kak Adit seraya bangkit

“Mama ambil sendiri saja!”, tolak Mama, saat kak Adit hendak masuk rumah.

“Kenapa Mama memanggil kakak Rangga, aku penasaran sejak dulu?!”, tanyaku

“Rangga Praditya, itu namaku, Mama dan Papa memanggilku Rangga!”, jawab kakAdit, “Aku sengaja mengenalkan diriku sebagai Adit sejak disini, sepertinya tidakada yang tahu nama asliku deh!”

“Kalau aku manggil kak Rangga boleh?”, tanyaku, ia mengangguk, “Memangnyatidak ada yang penasaran dengan nama Kakak?”

“Tidak, hanya satu yang namanya Adit disekolah kita, lagipula mendengar nama itusepertinya seantero sekolah sudah tahu siapa orangnya”, jawab kak Ranggabangga.

“Aneh, nama teman satu kelas saja tidak tahu!”

“Itu bukan sesuatu yang penting!”, sahut kak Rangga.

Pagi ini aku berangkat sekolah diantar oleh Bunda, sebab motor kak Ranggadi bengkel, usai kecelakaan yang menimpa kak Rangga kemarin saat pulangsekolah. Beruntung tidak ada luka parah pada kak Rangga, hanya lebam dikakinya, pagi ini kak Rangga minta di jemput, sebab Mama dan Papa sedang diluarkota.

“Nanti pulang jam berapa?”, tanya Bunda sesampai di sekolah

“Nanti Nanda telfon Bunda, soalnya Kakak ada pelajaran tambahan!”, jawabkuseraya keluar dari mobil dan masuk sekolah.

“Mau naik taksi saja?”, tanya kak Rangga saat aku hendak masuk kelas

“Bunda tidak akan kasih izin!”, jawabku, kak Rangga diam dan berlalu menujukelasnya.

“Hei, kamu Silly? Kemarin aku melihat kamu di toko orang tuaku!”, sapa seseorang,

“Toko? Toko Coklat?”, tanyaku, ia mengangguk

“Itu toko milik orang tuaku, kamu suka dengan coklat kami? Terima kasih ya!”,ucapnya senang, “Aku Puput!”

Miftahul Jannah

14

Chocolate Wafer Stick

“Iya, rasanya istimewa, kakak kelas kita juga ada lho, yang langganan di tokokamu!”

“Kak Adit? Iya aku sudah tahu, tapi aku tidak pernah berbicara dengannya, takutkakak kelas lain marah!”, aku mengerutkan kening

“Marah kenapa?”

“Kamu tidak tahu? Kak Adit kan idola sekolah, hanya sepadan dengan kak Davinaidola sekolah juga!”

“Jadi? Mereka akan marah kepada siapapun yang dekat dengan dia?”

“Ya, kalangan cewek yang pasti, hati-hati saja sebelum kak Davina sadar kalaukamu dekat dengan kak Adit”

“Maksudnya?”, aku semakin tidak mengerti

“Kamu belum paham? Banyak anak yang membicarakan kedekatan kalian, inisudah dua bulan semenjak kamu sekolah disini, tapi kak Adit masih dekatdenganmu! Itu fenomena aneh, itu sih yang kudengar!”, aku menelan ludahmerinding.

“Iya aku paham, apa kamu akan menerkamku juga?”, tanyaku

“Jangan bercanda, itu tidak akan terjadi, kita akan menjadi teman baik!”, sahutPuput lalu berlalu.

Lalu? Bagaimana dengan hubunganku dengan kak Rangga? Kita pacaran baru duaminggu, untung belum ada yang tahu, sepertinya kak Rangga menjaga denganbaik hubungan kita dari siapapun.

“Rena, lukisan kamu sudah jadi!”, kataku seraya duduk di sebelahnya

“Benarkah? Dimana?”, tanya Rena

“Di map biru, ambil sendiri!”, sahutku seraya mengeluarkan buku pelajaranku.

“Bagus sekali, terima kasih Silly!”, ucap Rena senang, aku tersenyum.“Pemandangan yang indah!”

“Pemandangan? Aku melukis wajah kamu kok!”, aku menoleh dan melihat lukisanyang dbawa Rena, “Ini lukisan siapa?”

Miftahul Jannah

15

Chocolate Wafer Stick

“Ada di map biru, bukankah ini milikmu?!”, aku meraih lukisan tersebut danmemberikan lukisan wajah yang kubuat kepada Rena. “Ini untukmu, aku tidak tahuini milik siapa”

Aku melihat tanda tangan di bawah kiri lukisan,

R!

“Kakak? Kapan kakak menaruh lukisan ini di mapku?”, heranku saat tahu itu lukisankak Rangga

“Kakak? Itu lukisan kakakmu?!”, tanya Rena, aku mengangguk pelan

“Kakak, dia pacarku, aku memanggilnya Kakak, karena kebiasaan dari dulu!”,jawabku.

“Siapa pacar kamu?”, selidik Rena

“Rahasia! Inisial R, setiap melukis ia selalu meninggalkan inisial ini di lukisannya,tapi sudah bertahun-tahun dia tidak melukis!”, ceritaku

“Kupikir kamu pacaran dengan kak Adit!”, ucap Rena, aku diam. Bagaimana akumengatakan semuanya, bagaimana kalau Rena tahu orang yang dia suka selamaini adalah kekasihku.

Istirahat sekolah, kak Rangga menghampiriku di kelas, aku menghela nafas pelan,kelasku sepi, hanya ada beberapa anak, untung tidak ada Rena dan gengnya

“Kenapa dengan wajah itu sayang?”, tanya kak Rangga

“Kak, aku takut, banyak sekali yang suka Kakak dan mereka berfikir kalau kitapacaran, kalau mereka marah padaku bagaimana?”, tanyaku khawatir

“Tenang saja! Itu tidak akan terjadi, pacarku kan Nanda bukan Silly!”, sahut kakRangga dengan senyumnya

“Tidak lucu Kakak, apa kak Davina tidak curiga dengan hubungan kita? Bukankahdia selalu mengekor Kakak selama ini?”, tanyaku

“Tidak, untuk apa memikirkannya?! Nanti aku ada pelajaran tambahan, kamupulang sendiri dengan Bunda, nanti malam aku main!”

“Iya kak, hati-hati, hubungi Nanda kalau sudah pulang!”, ucapku kak Ranggamengangguk dan keluar kelasku.

Miftahul Jannah

16

Chocolate Wafer Stick

“Adit, gue nyari loe sedari tadi, ternyata disini, hei Adik Silly!”, kak Davina menariklengan kak Rangga dan memeluknya, lalu menayapaku dengan senyum.

“Iya Kak!”, sapaku, berusaha bersikap wajar, kenapa harus backstreet sih, keluhku.Ya kak Davina sering menyapaku sebab aku dekat dengan kak Rangga, tapi tatapanmatanya selalu tajam padaku, kecuali barusan, dia tersenyum dan terlihat tulus,apa yang terjadi?

Malam hari kak Rangga main kerumah, usai makan malam bersama Ayah danBunda, aku dan kak Rangga menghabiskan waktu di kamarku.

“Rasanya aneh!”, kataku seraya mengeluarkan coklat yang sudah kumakan,

“Aneh?!”, kak Rangga menatapku curiga lalu melihat semua boks coklatku,“Kadaluarsa semua, kecuali boks ini, ini pasti boks dari Kakak tadi pagi!”

“Karena masih banyak, Nanda berhenti pesan kak, tidak tahu kalau kadaluarsa!”,sahutku

“Besok pesan lagi, jangan lima, tiga saja! Coklat ini hanya bertahan lima hariNanda, Kakak sudah pernah bilang kan?”, kak Rangga membuang seluruh bokscoklatku, tersisa satu boks

“Iya Kak, Nanda sibuk dan lupa mengeceknya!”

“Kamu bosan makan coklat?”

“Tidak! Nanda dapet kak, jadi nafsu makan coklat menurun!”

“Kalau dapet jangan pesan coklat, minta Kakak saja!”

“Rangga, Mama menelfon, kamu diminta segera pulang!”, kata Bunda dari luarkamarku,

“Ada apa Bun? Apa Mama tidak mengatakan apapun?!”

“Tidak, lekas pulang!”, jawab Bunda

“Kakak pulang dulu, Nda istirahat ya!”, kak Rangga mencium keningku lalu keluarkamar bersama Bunda.

Aku masih tak percaya dengan ucapan kak Rangga siang ini, kak Ranggasengaja mengajakku pergi ke toko perhiasan, untuk mengambil pesanan Mama,tanpa terfikir olehku kalau pesanan Mama adalah kalung untukku dan untuk kakRangga, dengan tulisan Rangga dan Ananda, juga cincin tunangan. Kak Ranggamengajakku tunangan di usia hubungan kami yang masih dibilang muda, kita

Miftahul Jannah

17

Chocolate Wafer Stick

pacaran satu bulan dan langsung tunangan, kak Rangga menyetujui usul Papa,sebab usai lulus sekolah kak Rangga akan kuliah di luar negeri jadi sebelumkesibukan kelas tiga kak Rangga, Papa menyarankan untuk tunangan nanti malam.Aku menolak mengundang teman sekolah, Papa menyetujuinya, jadi hanya temanorang tua kami dan kerabat kami yang diundang dalam acara pertunangan ini.

Upacara pertunangan kami berjalan dengan sukses, senang rasanya dengan statushubunganku dengan kak Rangga sudah berubah. Aku dan kak Rangga telahmenjelaskan tentang kegelisahanku selama ini, mengenai tanggapan teman-temansekolah yang suka pada kak Rangga, kedua orang tua kami mengerti dan berjanjitidak akan menceritakan kepada siapapun teman sekolah kami, kalau kami sudahbertunangan.

“Nanda, Mama sudah menyiapkan kamar khusus untukmu dirumah, jika kamuingin menginap dirumah Mama, Mama akan sangat senang!”, ucap Mama

“Bunda mengizinkan kalau memang Nanda mau!”, sahut Bunda, “Lagipula Bundadan Ayah akan keluar kota”

“Iya Ma, Nanda mau menginap dirumah Mama!”, jawabku senang

“Kakak pasti senang kalau tahu kamu menginap dirumah! Tapi dimana diasekarang?”, heran Mama, aku sadar kak Rangga menghilang entah kemana.

“Kakak!”, pekikku, kak Rangga muncul dari arah belakangku.

“Kakak ada perlu, maaf menghilang!”

“Sudah malam, ayo kita pulang!”, ajak Mama, aku bangkit, usai mencium kedua pipiAyah dan Bunda aku mengikuti langkah kaki Mama untuk pulang

“Dek, kenapa ikut Mama?”, heran kak Rangga

“Nanda kan menginap dirumah Kakak, keperluan untuk besok sudah Nandapersiapkan!”, jawabku

“Mama serius Nanda menginap dirumah?”, tanya kak Rangga senang

“Serius, Bunda mengizinkan, jadi kamar Nanda sudah ada yang menempatisekarang!”, jawab Mama, aku tersenyum melihat wajah senang kak Rangga.

Pagi ini, kami berangkat sekolah diantar oleh Papa, Sesampai di sekolah, Papamenghentikan mobil di depan halte sekolah.

Miftahul Jannah

18

Chocolate Wafer Stick

“Kalau sudah pulang, hubungi Mama, sebab Papa sibuk hari ini!”, pesan Papa saatkami turun dari mobil

“Siap Pa, terima kasih!”, jawab kak Rangga

“Nanda, nanti malam masih menginap dirumah Kakak kan?”,

“Iya Pa, mungkin seminggu ini Nanda dirumah Kakak!”, jawabku, Papa tersenyumlalu mencium keningku dan kening kak Rangga

“Selamat belajar!”, ucap Papa lalu kembali masuk mobil dan pergi

“Pagi, Adit, tadi siapa? Bokap loe?!”, tanya kak Davina yang sudah ada disebelah kakRangga

“Iya, mana mungkin sopir kami mencium kening kami!”, sahut kak Rangga, “Adek kekelas dulu!”

“Iya kak!”, sahutku seraya berjalan lebih dulu, membiarkan kak Rangga dan kakDavina, rasanya tidak rela melihat tunanganku berduaan dengan cewek lain, tapiingin didekatnya juga tidak mungkin. Hubungan kami masih aman sejauh ini,belum ada yang tahu. Yang membuatku merasa lucu adalah kabar yang beredar,Silly adalah adiknya Adit.

Biarlah!

“Pagi Silly!”, aku menoleh mendengar namaku dipanggil, kakak kelas berdiri didepanku.

“Iya, dan maaf apa kita kenal?”, tanyaku pelan.

“Gue Daniel anak kelas dua, pulang sekolah loe ada acara?”, tanyanya

“Pulang sekolah? Tidak ada, kenapa Kak?”, tanyaku heran

“Mau keluar sama gue?”, tawarnya, aku menggeleng dengan pasti

“Maaf Kak, aku tidak boleh pergi sama Bunda kecuali ditemani Bunda atau Kakak!”,tolakku

“Kakak? Maksudmu kak Adit?”, aku mengangguk, lama kak Daniel diam, aku punberjalan ke kelasku.

Semenjak kecil Bunda tidak pernah memberikan izin padaku untuk pergikemanapun sendiri, bukan karena tidak percaya atau yang lain, tapi aku seringtakut pergi dengan orang baru. Mungkin karena itu selama ini aku tidak pernah

Miftahul Jannah

19

Chocolate Wafer Stick

punya pacar, sebab tidak ada yang mampu ku kenal dengan baik selain kakRangga, mungkin karena kak Rangga anak Mama, jadi aku mudah akrabdengannya. Selain itu, aku menderita jantung lemah semenjak kecil.

Aku masih berdiri di depan kelasku menunggu jam masuk pelajaran, menatap lalulalang teman sekolahku, aku merapikan rambutku yang menjuntai ke depan,

“Pluk..!”, sesuatu jatuh, aku kaget saat tahu kalung pemberian kak Rangga jatuh,

“Hei, lain kali hati-hati, jangan sampai jatuh lagi!”, ucap seseorang aku mengangkatwajah kepada orang yang mengambil kalungku, ia tersenyum lalu memberikankepadaku, “Aku Andika!”

“Iya, terima kasih!”, ucapku lalu memasang kembali kalungku.

“Selamat ya, aku mendengar tentang pesta semalam!”, aku kaget mendengarnya,“Tenang, aku diminta merahasiakan ini, rumahku cukup dekat dengan rumah Adit,kita berteman sejak kecil, ya sebelum dia menangis untuk ikut Papanya ke Jepang!”

“Kakak tidak pernah cerita kalau punya tetangga sekolah disini?!”, heranku

“Untuk apa? Adit menyuruhku untuk berkenalan denganmu, tunangannya yangcantik!”, Andika tertawa karena ucapannya, aku ikut tertawa

“Jangan terlalu keras, aku tidak ingin ada yang tahu!”, kataku, Andika menganggukpelan

“Aku kelas satu lima, lain kali main ke kelasku!”, Andika berjalan meninggalkan aku.

Kenapa kakak tidak pernah bercerita tentang Andika?, heranku. Aku merabakalungku, memastikan kalau sudah terpasang dengan benar. Perasaan tidaknyaman tiba-tiba menyusup kedalam pikiranku, seolah aku akan kehilangan kakRangga, aku menoleh kanan-kiri, berharap semuanya akan baik-baik saja.

Istirahat sekolah, kak Rangga menghampiriku di kelas bersama temannya.

“Kenalkan ini Farel, teman sekelas kakak!”, ucap kak Rangga,

“Hai Silly, salam kenal!”, aku mengangguk

“Ada apa Kak?”, heranku, kak Rangga hanya diam, “Tadi Andika menemuiku!”

“Sudah bertemu? Nanti Kakak ada jam tambahan, kamu mau kan pulang samaAndika? Sebab Mama menghubungiku tidak bisa menjemput, mendadak adakeperluan dengan temannya!”

Miftahul Jannah

20

Chocolate Wafer Stick

“Aku bisa naik taksi kok Kak!”, tolakku, takut dengan orang yang baru ku kenal

“Tidak apa, dia teman baik Kakak, Kakak tidak tenang kalau kamu naik taksi!”, kakRangga mendekatkan wajahnya dan berbisik, “Supaya tidak ada yang berfikir kitatunangan sayang!”

“Baiklah, aku mau! Terpaksa kak!”, sahutku, kak Rangga tersenyum maklum, lalumeninggalkan kelasku bersama kak Farel.

Merahasiakan hubungan kami, sepertinya tidak mudah, tapi dengan fikiran anak-anak kalau aku dan kak Rangga adalah saudara, cukup membantu.

“Kak Adit dari sini?”, tanya Rena,

“Iya, mengenalkan aku dengan temannya, kak Farel!”, jawabku

“Silly, aku memang tidak terlalu kenal dengan kak Adit, tapi aku tahu kalau beritayang tersebar di sekolah itu tidak benar! Kamu bukan adik kak Adit, kenapa kamubisa sedekat itu dengannya?!”

“Apa salahnya? Kalau kamu cemburu karena kedekatanku dengan dia, itu tidakmasuk akal, kak Adit juga dekat dengan siapapun, kenapa kamu meragukan aku!”

“Tidak, hanya saja, Kakakku tidak pernah tahu kalau kamu adalah adiknya kak Adit,selama ini Kakakku sering main kerumah kak Adit, tapi kamu tidak ada! Dankudengar kak Adit mengatakan pada kak Davina kalau kamu adiknya!”, aku diam,dan mengerti kenapa kak Davina bersikap baik padaku belakangan ini.

“Aku tidak mengerti Rena, kenapa kamu tidak tanya kak Adit sendiri, siapa aku bagidia!”, jawabku pelan.

“Silly, ingat! Aku mencintai kak Adit lebih dulu dari kamu, jadi jangan bermimpiuntuk merebut kak Adit dariku!”, Rena berdiri dan duduk di bangku depanku,

Bingung!

Pulang sekolah aku menghampiri Andika di kelasnya,

“Pulang sekarang?”, tanya Andika, aku mengangguk, “Bisa kita ke toko bukusebentar? Ada buku yang ingin aku beli!”

“Boleh! Apa kamu sudah mengatakan pada Kakak?”, selidikku

“Sudah, tenang saja!”, jawab Andika, aku mengikuti langkah kakinya menujulapangan parkir

Miftahul Jannah

21

Chocolate Wafer Stick

“Dek, bisa minta tolong?”, aku menoleh kak Rangga sudah di belakangku, “Belikanaku buku ini sekalian, uangnya pakai uangmu dulu, Kakak belum ambil uang!”

“Iya Kak, berarti Nanda dirumah sendiri?”, tanyaku pelan

“Kakak hanya satu jam kok pelajarannya, sebaiknya kamu tidur jangan lupa makansiang!”, kak Rangga menyentuh rambutku lalu berlalu.

“Ayo naik!”, ajak Andika, dengan ragu aku naik ke motor Andika dan ke toko bukulalu pulang.

Sesampai dirumah, aku langsung masuk kamar dan istirahat.

“Tok..tok..! Mbak Ananda, ada tamu!”, suara Bi Lin, pembantu Mama, aku bangkitdan membuka pintu

“Siapa Bi?”, tanyaku

“Teman sekolah Mas Rangga Mbak!”, jawab Bi Lin, teman Kakak? Aku bergegas kekamar mandi dan berganti pakaian.

“Silly?!”, pekiknya, aku kaget saat tahu itu Rena

“Rena, ada apa kemari?”, tanyaku heran dan kaget, “Kakak masih di sekolahsepertinya!”

“Aku ada perlu dengan Kak Adit, kak Danu yang memberikan alamat ini, ini rumahkak Adit kan?”

“Iya, tunggu sebentar!”, kataku, “Bi Lin, tolong siapkan minum!”

Selang beberapa menit Bi Lin datang dengan jus dan kue kering.

“Mama belum pulang Bi?”, tanyaku

“Belum Mbak, mungkin sebentar lagi, tadi Ibu titip pesan kalau Mbak sudahbangun, Mbak diminta menghubungi Ibu!”, jawab Bi Lin

“Iya Bi, makasih!”, Bi Lin mengangguk dan kembali ke belakang.

“Kamu siapanya kak Adit sih?”, tanya Rena

“Menurut kamu? Kalau aku teman kak Adit tidak mungkin kan aku tidur disini dansantai disini!”, jawabku, Rena diam, ia mengitarkan pandangannya ke penjururuang tamu.

Miftahul Jannah

22

Chocolate Wafer Stick

“Mama pulang!”, suara Mama dari arah pintu, aku langsung bangkit, “Ada temankamu?! Kakak mana?”

“Belum pulang Ma, tadi bilangnya hanya satu jam, tapi sampai jam tiga Kakakbelum pulang!”

“Tidak apa! Sepertinya kamu baru bangun tidur!”, tebak Mama, aku mengangguk,“Tolong hubungi Kakak, tanya dia dimana!”

“Iya Ma, ada apa Mama menyuruhku menghubungi?”, heranku

“Tidak ada sayang! Hanya ingin memastikan kamu pulang baik-baik saja! MaafMama tidak bisa jemput!”

“Tidak apa Ma, aku pulang sama Andika tadi!”, jawabku

“Oh, baiklah! Mama ke kamar dulu!”, Mama beranjak masuk.

“Bentar ya Ren, aku harus hubungi Kakak dulu!”, kataku seraya meraih gagangtelfon.

“Aku perjalanan pulang, ini sudah sampai!”, ucap kak Rangga saat panggilanterhubung, aku melihat keluar jendela rumah, taksi warna biru berhenti di depanrumah.

“Rena? Danu mana?”, heran kak Rangga melihat Rena yang duduk di ruang tamu.

“Aku kemari sendiri kak, untuk bertemu Kakak!”, jawab Rena

“Ada apa? Kenapa tidak disekolah?”,

“Silly itu siapanya kak Adit? Selama ini aku berusaha mendekati Kakak, tapi kakakselalu cuek, tapi kenapa sama Silly kakak sangat dekat? Apa dia adik Kakak?”

“Ya, aku memanggil dia Adik dan dia memanggilku Kakak, ada yang salah denganitu?”, tanya kak Adit, “Gue kasih tahu satu hal Rena, gue ngga suka ada orang yangikut campur urusan orang lain, siapapun Silly buat gue, apa itu ada hubungannyasama loe?! Kalau Silly adik gue kenapa? Apa gue harus umumin ke semua orang?Ngga kan! Kalau Silly pacar gue kenapa?”

“Iya, tapi selama ini aku tidak pernah melihat dia, kakak juga tidak pernahmengenalkan dia padaku atau pada kak Danu!”, bantah Rena, “Apa dia pacarKakak?!

“Suka-suka gue! Gue capek dan gue males dengerin keluhan loe! Bisa loe pulangsekarang?!”

Miftahul Jannah

23

Chocolate Wafer Stick

“Sayang, dia teman Silly, kenapa disuruh pulang! Sebaiknya kamu masuk, mandidan ganti baju!”, tegur Mama, kak Rangga menatapku lama lalu beranjak kekamar, “Saya Mamanya Silly dan Adit, kamu teman sekolah Silly?”

“Iya Tante, teman sekolah Silly dan Kak Adit, saya sering kemari tapi kenapa tidakpernah bertemu Silly ya Tante?”, tanya Rena, seolah tidak puas dengan makian kakRangga

“Tante juga tidak pernah bertemu kamu meskipun kamu sering kemari!”, sahutMama santai

“Mama jangan marah! dia teman Silly Ma!”, kataku pelan, aku takut melihat orangmarah di sekitarku, takut kena imbasnya.

“Maaf Tante, bukan maksud menyinggung!”, ucap Rena pelan.

“Mama ada janji di butik, ada pesan sayang?”, tanya Mama

“Tidak Ma, lagipula Ayah dan Bunda juga masih di luar kota!”, jawabku,

“Baiklah, Mama pergi dulu!”, Mama menatap Rena, “Maaf ucapan Tante tadi, Tantepermisi ada perlu!”

“Maaf soal sikap Kakakku tadi! Dia suka marah kalau ada hal yangmengganggunya, kurasa kamu tahu itu sebab sudah kenal dengan dia cukuplama!”, kataku, Rena mengangguk

“Iya, Kak Danu pernah cerita, tapi baru kali ini lihat kak Adit marah seperti itu!”

“Mungkin dia lelah! Apa ada perlu lain kamu kemari?”

“Ngga, Cuma merasa curiga dengan hubungan kamu sama kak Adit, itu aneh Silly!”,bantah Rena masih tidak percaya

“Ren, aku menghargai kamu sebagai temanku, tapi bisakah kamu menghargai kamijuga? Kakakku memang banyak yang suka, aku tahu kamu cemburu tapi bisakahkamu tidak bertingkah sejauh ini”, kataku, “Jika aku bukan adik kak Adit apa yangakan kamu lakukan?”

“Ya, ya, setidaknya aku ingin tahu kenapa kak Adit bisa sedekat itu denganmu,selama ini dia tidak seperti itu!”

“Kalau aku suka makan omellete ikan salmon, apa itu berarti aku akan makanomellete setiap hari?”, tanyaku, Rena diam

Miftahul Jannah

24

Chocolate Wafer Stick

“Oke, kali ini gue akui gue kalah! Tapi inget Silly, kalau kamu sampai bohongpadaku..”

“Bohong apa?”, potongku

“Dulu kamu mengatakan kamu punya pacar, siapa dia?”

“Aku sudah putus kemarin, pacarku yang dulu sudah tunangan dengan cewek yangdia suka?! Kamu ingin aku mengenangnya lagi?”, tanyaku kesal

“Terserah loe!”, Rena bangkit dan keluar dari rumah, aku hanya melihatnya denganhelaan nafas

“Kenapa susah sekali punya kekasih Kakak!”, gerutuku seraya melempar bantal kesofa di seberangku.

“Dek, buku pesanan Kakak mana?”, tanya kak Rangga, dari lantai dua

“Di tas Nanda, ambil sendiri, Nanda sebel sama Kakak!”, jawabku masih duduk ditempatku tadi.

“Nda, kalau mereka semua tahu kamu tunangan Kakak, yang ada mereka semuamembenci kamu!”

“Tapi Nanda juga merasa ngga nyaman Kakak, kalau mereka curiga pada Nandaseperti ini, Nanda capek berkilah terus!”

“Baru semalam kita tunangan lho Dek! Biarkan saja mereka, jangan difikirkan, yangpasti Kakak sayang Nanda, selalu! Jangan lupa itu!”, kak Rangga membelairambutku, aku tersenyum kecil.

Suasana sekolah usai liburan semester terasa menyenangkan. Kak Ranggasudah mulai sibuk dengan persiapan Ujian akhir, aku bahkan jarang melihat diasantai, atau bermain basket lagi, jabatan kapten basket sudah beralih ke anak kelasdua, kak Rangga hampir tiap hari membawa buku setiap liburan. Teman sekolahkutahu kalau aku dan kak Rangga bukan kakak adik, dan mulai bermunculan isu-isutentang kedekatan kami, aku membiarkannya saja, kalau mereka bosan pastiberhenti juga.

“Silly!”, sapa Puput, aku tersenyum, “Aku mau ngomong penting sama kamu!”

“Kemarin aku melihat kamu di butik ‘Ananda’ sama Kak Adit, kalian pacaran?!”

“Ngga, kita ngga pacaran kok!”, sahutku.

Miftahul Jannah

25

Chocolate Wafer Stick

“Hei, kak Davina jadian dengan kak Adit, mereka sangat serasi!”, aku seketikamenoleh mendengar suara tersebut, sekelompok anak perempuan berjalan disampingku

“Kak Adit jadian dengan kak Davina? Bohong! Itu ngga mungkin!”, kataku cepat,mereka menoleh

“Oh, kamu memang cantik, tapi kamu masih kalah dengan kak Davina, dia itu idolasekolah!”, celetuk yang lain, tidak mungkin lah.

“Mungkin saja Silly!”, sahut Puput

“Siapa yang bilang gue dan Davina jadian?”, kak Rangga sudah berdiri di depankami.

“Gue, gue suka sama loe, sejak pertama kali kita kenal Dit, gue kenal loe, gue tahusemua tentang loe, dan sebelum kita lulus, gue mau loe jadi pacar gue!”, jawab kakDavina yang sudah ada di belakang kak Rangga, aku menatap Kakak dengan sakit.

“Ngaco deh loe! Gue sudah punya pacar dan gue sudah tunangan! Jadi janganngarang cerita bodoh!”, maki kak Rangga seraya berlalu, kak Davina menatapku

“Silly, loe denger kan?! Loe bukan adiknya Adit, dan loe harus tahu kalau Adit sudahtunangan!”

“Aku tahu kok! Aku juga ada disana waktu kak Adit tunangan!”, jawabku, “Jadikenapa mengatakan kalau kamu jadian dengan kak Adit?!”

“Loe! Kurang ajar, kenapa sih loe selalu selangkah lebih dulu dari gue?! Gue mati-matian deketin Adit, apapun gue lakuin, loe bisa ngga sekali aja ngalah sama gue?!”

“Aku tidak merasa menang dari kakak! Dan aku juga tidak merasa kalah! Karenaaku tidak pernah bersaing untuk mendapatkan kak Adit!”, aku meninggalkan kakDavina, Puput mengejarku

“Sil, kamu serius? Kapan kak Adit tunangan?!”, tanya Puput

“Tiga bulan lalu!”, jawabku pasti

“What? Tiga bulan?”, pekik Puput

“Iya, kenapa kamu tidak terima idola sekolah kita sudah tunangan?”, tanyaku

“Ngga, aku tidak mengidolakan kak Adit, kupikir kak Adit suka sama kamu, sebabcara kak Adit memandangmu itu suka Silly, kamu tidak sadar?!”

Miftahul Jannah

26

Chocolate Wafer Stick

“Aku tidak tahu!”

“Padahal kalian terlihat sangat dekat dan cocok menjadi sepasang kekasih!”, lanjutPuput, aku diam, ya kita memang cocok, tapi sayang, banyak yang tidak setuju,karena mereka berharap ada di posisiku, menjadi pasangan Kakak.

Pagi ini, berita kak Rangga tunangan sudah menyebar ke seluruh sekolah, cepatsekali! Pikirku. Semenjak tahu aku dan kak Rangga bukan saudara kandung, Renamarah dan tidak mau berbicara denganku, aku sudah menjelaskan semuanyakecuali pertunangan, tapi dia tidak mau mengerti, yasudah.

Aku menatap cincin tunanganku dengan kak Rangga, andai semua anak tahu kalauaku dan kak Rangga sudah tunangan, aku pasti bisa menghampiri kak Rangga danmenghiburnya.

“Sil, kenapa diam saja?”, tanya Andika yang sudah duduk di depanku.

“Apa sebuah kesalahan kalau aku tidak ingin cerita tentang semua ini, aku tidakberbohong! Ya aku akui aku hanya berkilah dari penyataan mereka yangmenyudutkanku!”, kataku pelan

“Sebuah hubungan memang tidak perlu diketahui semua orang! Aku mengerti apayang kamu rasa, Adit selalu cerita kepadaku tentang kamu, sejak pertama kalikalian bertemu. Adit sudah suka sama kamu sejak itu Silly, tapi dia hanya diamkarena takut kalau kamu dekat dengannya, banyak anak yang membencimu”

“Apa yang harus aku lakukan Andika? Aku bingung, Kakak pasti menolakkerumahku sekarang!”

“Kenapa?”, heran Andika

“Dia tahu aku takut dengan orang yang marah-marah, jadi dia selalu menghindarsaat sedang marah!”, jawabku, “Kita masih sekolah, akan aneh jika kita tunangan diusia dini!”

“Sekarang, Adit sudah tidak setenar dulu, dia bukan kapten basket lagi, kenapatidak mengatakan yang sebenarnya?”

“Kakak tidak mau, sejak awal Kakak yang ingin merahasiakan ini, aku tidak tahumengapa!”

“Ada anak yang mengancam Adit jika Adit punya pacar selama di sekolah!”, jawabAndika

“Apa? Dia tidak pernah cerita?”, tanyaku kaget

Miftahul Jannah

27

Chocolate Wafer Stick

“Kuharap semua akan baik-baik saja, setelah Adit jujur kalau dia sudah tunangan!”

“Siapa dia?!”, tanyaku penuh selidik

“Rena, selama ini Adit mati-matian menjaga hubungan kalian karena Rena, Renamengancam akan melukai pacar Adit jika sampai Adit punya pacar sebelum lulus,mungkin karena itu dia berusaha ingin tahu hubungan kalian itu apa!”, jawabAndika, aku terduduk lemas, lalu bagaimana sekarang? Pikirku

“Mampus! Aku harus gimana Andika?”, tanyaku

“Tenang, Adit pasti bisa melakukan apapun untuk orang yang disayang!”, sahutAndika menenangkan, “Kamu pulang kemana nanti?”

“Kerumah Bunda, Bunda sudah janji akan menjemputku, lagipula selama liburanaku hampir di rumah Kakak terus!”, jawabku

“Baiklah, aku kembali ke kelas dulu!”, Andika meninggalkanku.

Pulang sekolah kak Rangga menghampiriku yang menunggu jemputan Bunda

“Nda, sepertinya kamu sudah dengar semua dari Andika, Kakak bingung Nda harusseperti apa! Davina, Rena, Julie, semua menuntut Kakak untuk jadi pacar mereka,beruntung yang lain tidak seberani mereka bertiga!”, kata kak Rangga

“Resiko anak keren ya?!”, tanyaku pelan, kak Rangga tertawa kecil.

“Pulang sekolah, Kakak akan main kerumah! Mungkin menginap disana, Kakakingin bertemu dengan Ayah!”

“Kak, Nanda tahu kok yang Kakak lakukan selama ini untuk Nanda, jadi Nandaharap Kakak tidak menyesal sudah menjadikan Nanda pacar!”

“Tidak akan menyesal, lagipula kita tidak pacaran, ingat itu sayang!”, kak Ranggamembelai rambutku.

“Dit, loe ngapain disini? Dan loe Silly, gue sudah bilang jangan dekati Adit!”, kakDavina berdiri di sebelah kak Rangga

“Suka-suka gue, tunangan gue tidak pernah marah, kenapa loe selalu sewot?!”,omel kak Rangga

“Sayang, Bunda sudah disini lho!”, mobil Bunda sudah ada di depan kami, “Kenapaminta jemput? Bukankah Kakak bawa motor?”, heran Bunda melihat kak Rangga

Miftahul Jannah

28

Chocolate Wafer Stick

“Aku ada pelajaran tambahan Bun, ohya Bunda, aku ingin makan pasta buatanBunda!”, pinta kak Rangga

“Iya, nanti Bunda masak buat kamu! Bunda pulang dulu, jangan dekat-dekat ceweklain! Apalagi di depan Bunda, Bunda tidak suka!”, aku masuk mobil dengan cepat

“Ingat pesan Bunda, atau Ananda marah!”, kataku lalu menutup pintu mobil

“Dia siapa Nda? Kenapa dekat sekali dengan Kakak?”, heran Bunda

“Teman sekelas Kakak, dia sudah lama suka sama Kakak, tapi Kakak tidak suka!”,jawabku pelan.

“Kamu tidak apa melihat Kakak dekat perempuan lain?”

“Sakit Bun, tapi Nanda mengerti kok! Banyak yang suka sama Kakak, Kakak sudahberusaha menolak tapi mereka tetap bersikap seperti itu pada Kakak!”

Malam hari, aku masih sibuk dengan ponselku saat Kakak masuk kamar.

“Nda, ada yang ingin Kakak bicarakan dengan kamu!”, aku mengangguk isyarataku mengizinkan Kakak masuk kamar, “Kakak sudah bercerita banyak denganAyah!”

“Tentang apa Kak?”

“Sekolah dan hubungan kita!”, jawab kak Rangga, “Kakak sudah menanyakan padaguru, tentang pertunangan kita, mereka mengizinkan anak yang bertunanganuntuk tetap sekolah!”

“Lalu?”, tanyaku

“Kakak, berencana untuk jujur tentang hubungan kita! Tidak perlu mengatakanpada semua, cukup dengan menjawab apa yang mereka tanyakan, Kakak pikirmereka akan menyerah setelah selama ini, tapi tidak!”

“Lalu ancaman Rena kak?”, tanyaku

“Tenang saja! Rena tidak akan melukai kamu kok! Kakak jamin!”, kak Ranggamenarikku dalam pelukannya, lalu mencium bibirku.

Miracle!

“Ciuman pertama Kakak, itu kamu sayang!”, aku diam tak bergerak usai Kakakmenciumku. Aku menyentuh bibirku lalu menatap kak Rangga

Miftahul Jannah

29

Chocolate Wafer Stick

“Kenapa mencium Nanda kak?”, tanyaku

“Nanda tidak mau?!”, aku diam tak menjawab hanya menatap kak Rangga, kakRangga mendekatkan wajahnya lagi, aku langsung menutup mataku.

“Kakak, Nanda!”, Kak Rangga melepas ciumannya, Bunda sudah berdiri di kamarku,“Bunda mengerti kalian sudah tunangan, tapi Bunda tidak mengerti dengan yangkalian lakukan barusan!”

“Kakak yang salah Bun, bukan Nanda!”, ucap kak Rangga

“Bunda tahu Kakak yang salah, katakan ingin dihukum seperti apa?”, tanya Bundadengan tatapan marahnya.

“Dihukum Bun?”, tanyaku

“Iya, tidak seharusnya kalian berduaan di kamar, meski pintu terbuka, apa yangkalian lakukan itu akan berlanjut ke hal-hal yang tidak seharusnya!”

“Maafin Kakak Bun, Kakak yang salah!”, kak Rangga menundukkan kepalanya,Bunda tersenyum kecil

“Mama menelfon, segera telfon balik!”, ucap Bunda sambil berlalu meninggalkankamar.

“Kak, Bunda sudah pergi, lekas hubungi Mama!”, kataku, kak Rangga meraihponselnya dan menghubungi Mama.

“Ada Davina dirumah Dek, Mama sudah mengatakan kalau aku pergi, tapi diamasih menunggu!”, kata kak Rangga usai menelfon, “Mama meminta kamu pulangkerumah juga!”

“Tapi Kak, Nanda ingin dirumah Bunda!”, tolakku

“Hanya malam ini kok!”, jawab kak Rangga, akhirnya aku mengangguk dan mulaibersiap keperluan untuk sekolah besok.

Sesampai di rumah kak Rangga, kak Davina tidak sendiri, tapi bersama teman-teman kak Rangga yang lain.

“Ada apa? Ini sudah malam lho!”, heran kak Rangga, seraya duduk di salah satusofa ruang tamu, aku memilih untuk berjalan kearah kamarku untuk meletakkantasku.

“Biar Bibi Mbak yang bawa!”, cegah Bi Lin usai menyiapkan minum kepada temankak Rangga

Miftahul Jannah

30

Chocolate Wafer Stick

“Tidak apa Bi Lin, Mama mana?”, tanyaku

“Di kamar Mbak!”, jawab Bi Lin,

“Apa Papa pulang?”, tanya kak Rangga, Bi Lin mengangguk, “Tasnya suruh bawa BiLin saja Dek, Mama dan Papa ada perlu denganmu!”

“Baiklah, tolong ya Bi Lin, makasih!”, kataku seraya berjalan kekamar Mama danPapa.

“Ananda, Papa tidak tahu dengan ini semua, tapi Kakak kamu sejak kecil inginkuliah di Amerika, tidak apa kan kalian berpisah selama Kakak kuliah?”, tanya Papa

“Nanda mengerti kok Pa, Nanda senang kalau Kakak sukses!”,

“Syukur kalau begitu, Papa hanya takut kamu tidak bisa melepas Kakak untukkuliah!”, lanjut Papa, aku tersenyum, Papa membelai rambutku, “Kamu memangbukan anak Papa, tapi Papa sayang kamu seperti anak Papa sendiri, meski tidakada Kakak, kamu bisa kok tinggal disini menemani Mama dan Papa!”

“Iya Pa, Nanda mengerti kok!”, sahutku.

“Masalah pertunangan kalian, Mama dan Papa sarankan untuk mengungkapnyasekarang, supaya kalian tidak terbebani nanti!”, saran Mama

“Iya Ma, Kakak juga sudah setuju!”

“Baiklah, usai teman Kakak pulang, istirahatlah!”, Mama mencium keningku, akuberjalan keluar kamar Mama dan menuju ruang tamu.

“Istirahat saja Dek! Kakak masih sibuk dengan rancangan belajar Kakak menjelangujian!”, pesan kak Rangga

“Belum mengantuk kak!”, jawabku seraya duduk di sebelah kak Rangga

“Sebenarnya gue penasaran, hubungan loe dengan Silly itu apa? Saudara kandung?Atau kerabat?”, tanya teman kak Rangga yang tidak ku kenal

“Tidak semua!”, jawab kak Rangga singkat, “Dia tunanganku!”

“Tunggu deh! Silly tunangan loe?! Loe ngga bercanda kan Dit, kalian kenal barubeberapa bulan deh!”, kak Farel tidak percaya, “Kenapa loe ngga pernah ceritasama kita!”

“Ya, suka-suka gue! Gue ngga suka aja harus menunjukkan siapa cewek gue, guesuka sama siapa! bagi gue itu semua private sifatnya!”,

Miftahul Jannah

31

Chocolate Wafer Stick

“Vin, loe terlihat tidak kaget saat Adit bilang Silly tunangannya, bukannya loe sukasama Adit?”

“Gue udah tahu siang tadi, Adit yang cerita, udahlah ngapain sih loe nanya hal itu,serius ini!”, kak Davina menatapku sekilas lalu kembali berwajah serius.

“Nda ke kamar saja Kak!”, kataku pelan, kak Rangga mengangguk seraya membelairambutku.

Pagi ini, kami berangkat sekolah sendiri dengan motor, kak Rangga menolakdiantar Papa, lagipula takut Mama sibuk dan terpaksa naik taksi.

“Jadi nanti Nda pulang sendiri ke rumah Bunda?”, tanyaku

“Nda kan tahu Kakak ada pelajaran tambahan, nanti Kakak pasti main ke rumahkok! Tenang saja!”, kak Rangga merapikan rambutku usai melepas helm

“Hei pagi!”, aku dan kak Rangga menoleh ke sumber suara, Andika.

“Pagi juga! Kebetulan loe disini, ntar bisa anter Silly pulang?”, tanya kak Rangga

“Ngga, Nda di jemput Bunda kok! Nda ngga suka naik motor, kecuali sama Kakak!”,tolakku

“Baiklah!”, sahut kak Rangga,

“Lagipula gue ada perlu pulang sekolah, bukannya kemarin Silly ngga di rumahloe?”, tanya Andika pada Kakak

“Semalem, Nyokap yang minta dia buat nginep dirumah!”, jawab kak Rangga, akumemilih berjalan lebih dulu ke kelas meninggalkan Kak Rangga dan Andika.

Di kelas Puput sudah menungguku,

“Ini bukti pembayarannya!”, Puput menyerahkan bukti pembayaran wafer stickcoklat padaku

“Terima kasih, ini punya Kakak juga?”, tanyaku melihat dua lembar kertas ditanganku

“Iya, satunya punya Kak Adit, aku malas ke kelasnya, tolong ya sekalian!”

“Beres, terima kasih ya!”, sahutku, Puput mengangguk dan keluar kelasku menujukelasnya sendiri.

“Plaakk!”, sebuah tamparan mendarat di pipi kiriku. Rena

Miftahul Jannah

32

Chocolate Wafer Stick

“Maksud loe apa bohongi gue selama ini?”, tanya Rena

“Bohong apa?”, tanyaku

“Loe bilang loe ngga pacaran sama kak Adit, tapi apa?!”

“Aku tunangan ngga pacaran, itu hal yang berbeda Rena!”, jawabku

“Loe kurang ajar ya lama-lama, gue lebih dulu kenal kak Adit, sejak pertama guesudah peringatin loe, jauhi kak Adit, loe bodoh?!”, bentak Rena, aku diam takberkutik

“Oke, loe lebih dulu kenal kak Adit, loe tahu semua tentang kak Adit, tapi apa loelupa, kak Adit benci sama loe!”, balasku mencoba menggertak Rena supaya tidakmenindasku lagi, “Mama dan Papa kak Adit lebih dulu kenal gue dan suka samague dari pada loe! Ngerti! Kalau loe merasa gue curang terserah, sebab sejak awalgue ngga pernah merasa berebut kak Adit, gue hanya suka dia dan dia suka gue,salah?!”

Rena diam cukup lama,

“Gue ngerti dan sadar loe lebih cantik dari gue, tapi sejak awal gue sudah bilanggue suka sama dia Silly!”

“Sebelum loe bilang ke gue, sebelum loe kenal gue, gue juga sudah suka dengan kakAdit, kalau kamu masih tidak terima dengan hubungan kita, kamu mau apa?Marah? itu tidak akan merubah apapun, keputusan kedua orang tua kami sudahbulat!”, ucapku pelan, Rena menatapku lama lalu keluar kelas, aku menghela nafas,lega, setelah jujur kalau aku adalah tunangan kak Rangga.

Perlahan setelah semuanya terungkap, teman-teman yang dulu bencidenganku sudah berkurang, mereka mulai menerima kalau putri yang beruntungmemilik hati kak Rangga adalah aku. Aku menarik map biruku dan mulai kembalimelukis di kertas. Usai melukis menara eiffel, tanda tangan yang kutorehkan adalahAnanda dan Rangga in love. Aku tersenyum melihatnya.

Istirahat sekolah aku menyerahkan lukisanku pada kak Rangga.

“Makasih sayang! Bagus sekali!”, ucap kak Rangga senang

“Sama-sama Kak”

“Pulang sekolah tunggu Kakak ya, mungkin Kakak telat sebentar, tidak apa kan?”

“Iya Kakak, nanti malam jadi keluar?”, tanyaku memastikan

Miftahul Jannah

33

Chocolate Wafer Stick

“Pasti, kencan pertama kita tidak boleh gagal!”, aku tertawa kecil, kami memangsudah bertunangan lama, namun kami tidak pernah kencan, setiap waktu selalukita habiskan dirumah.

Pulang sekolah aku menunggu kak Rangga di dekat lapangan parkir, dari kejauhankulihat kak Rangga berjalan dengan memegang pipi kirinya.

“Kenapa Kak?”, tanyaku, kak Rangga menunjukkan wajahnya yang lebam.

“Di kelas kakak, ternyata ada yang suka sama Nanda, Kakak tidak terfikir saja kalaudia mengira kakak selingkuh dengan cewek bernama Ananda, dan akhirnya iniyang terjadi, dia memukul Kakak!”, aku menyentuh pipi kak Rangga, “Sakit Nanda!”

“Maaf, sebaiknya kita pulang, biar lekas diobati!”, kataku, kak Rangga mengangguk.

Sesampai dirumah, tanpa berganti pakaian dan semuanya aku mengobati lukamemar di wajah kak Rangga.

“Kakak, itu kenapa wajahnya?”, pekik Bunda, “Kakak berantem?”

“Ngga Bunda, cuma salah paham kok!”, jawab kak Rangga menahan sakit

“Salah paham bagaimana? Itu sampai biru-biru, nanti malam kalian mau pergikenapa sekarang mukanya seperti ini”

“Sudah Nda obati Bun, sebentar lagi memarnya pasti berkurang!”, ucapkumenenangkan

“Bunda ada janji dengan member di butik, Bunda tinggal ya!”, ucap Bunda serayamenatap ponselnya berkali-kali, aku dan kak Rangga mengangguk.

“Sebentar lagi mungkin lebamnya berkurang!”, kataku pelan, kak Ranggamengangguk

“Masih sakit Dek!”, keluh kak Rangga, aku menarik wajah kak Rangga dan menciumujung bibirnya.

“Pasti cepat sembuh!”, sahutku seraya berdiri dan menuju kamarku.

Ujian nasional sudah berakhir, kesibukan kak Rangga disekolah sudahberakhir, seminggu lagi Kakak akan berangkat ke Amerika, untuk kuliah disana.Dan selama seminggu aku berencana menginap dirumah Mama bersama Kakak.

“Nda, diam saja?! Nanti kamu telat lho!”, tegur kak Rangga, aku menoleh, kakRangga sudah disebelahku dengan motor merahnya, aku bergegas naik.

Miftahul Jannah

34

Chocolate Wafer Stick

“Kakak, nanti pulang sekolah, mau pergi sama Nanda?”, tanyaku sesampai disekolah

“Kemanapun Nanda mau!”, jawab kak Rangga, aku tersenyum kecil

“Silly, kak Adit!”, sapa Puput, aku melambaikan tangan padanya.

“Ohya, kebetulan Put, aku minggu depan sudah berangkat ke Amerika, jadi ini uanguntuk lima hari kedepan, setelahnya aku berhenti langganan!”, ucap kak Adit serayamenyerahkan uang pada Puput.

“Iya Kak, terima kasih, lalu bagaimana menangani kecanduan coklatnya?”, selidikPuput

“Cari produsen coklat baru disana!”, sahut kak Rangga dengan tawa riangnya.“Kakak ke kelas dulu, sampai nanti!”

Aku dan Puput berjalan bersama ke kelas kami yang berdekatan.

“Kalian akan berpisah lama?”, tanya Puput

“Iya, sangat lama, tapi Kakak pasti akan pulang jika liburan semester!”, ucapku

“Silly!’”, aku menoleh mendengar namaku di panggil, kak Davina

“Iya Kak, ada apa?”, tanyaku pelan

“Gue ngga ada niat apapun, selama ini gue suka sama Adit, dan gue sudah preparesemua ini sejak gue kenal Adit, bisa loe kasih ini ke dia? Dengan bingkisan ini, gueharap bisa menerima kalau Adit memang bukan untuk gue, dan gue minta loejangan pernah kecewain Adit, selamat ya! Bye!”, ucap kak Davina serayamenyerahkan bingkisan padaku lalu pegi.

“Sil, sepertinya kak Davina benar-benar suka sama Kak Adit”, komentar Puput

“Aku tahu kok! Tapi apa yang kita inginkan belum tentu dapat kita miliki kan’?”,sahutku pelan.

Pulang sekolah aku menunggu kak Rangga di tempat biasa bersama Puput yangmenunggu jemputan.

“Belum kamu kasihkan?”, tanya Puput

“Belum bertemu dengan Kakak, nanti saja dirumah!”, jawabku pelan.

“Boleh aku main kerumah kamu?”, pinta Puput

Miftahul Jannah

35

Chocolate Wafer Stick

“Boleh, tapi satu minggu ini aku tidak pulang, Mama memintaku tinggaldirumahnya sebelum Kakak berangkat ke Amerika!”

“Kamu sering menginap dirumah Kak Adit?”

“Sering, semenjak kita tunangan Mama sering memintaku untuk menginap,lagipula Bunda juga kerap ke luar kota belakangan ini!”, jawabku, kak Ranggasudah ada di depanku dengan motornya

“Apa itu Nda?”, tanya kak Rangga

“Nanti saja dirumah! Nda batal ingin keluar, langsung pulang saja Kak!”, ucapkuseraya naik motor Kakak, “Bye Puput!”

Sesampai dirumah, kak Rangga bertanya lagi tentang bingkisan yang kubawa.

“Ini dari kak Davina, untuk Kakak! Hadiah yang sudah dipersiapkan semenjak KakDavina kenal Kakak! Nda ke kamar dulu!”, ucapku lalu meninggalkan kak Rangga diruang tamu.

“Kakak, Nanda!”, seru Mama, aku bergegas keluar dari kamar, Mama berdiri diruang keluarga seraya membongkar tas belanja, “Mama membelikan kalian baju,lekas turun!”

“Ma, kita sudah besar, seperti anak kecil saja selalu dibelikan baju oleh Mamanya!”,sahut kak Rangga dari kamarnya, aku hanya berjalan pelan menghampiri Mama.

“Ini dari Bunda untuk Nanda, Bunda pesan supaya Nanda main kerumah besok!”,kata Mama

“Iya Ma, terima kasih!”, jawabku pelan dengan perasaan senang, kak Ranggamenatap kemeja yang dibeli Mama

“Lagipula Rangga akan ke Amerika Ma, pasti nanti akan beli baju juga disana untukmusim salju!”, ucap Kakak lalu menatapku, “Mau lihat hadiah dari Davina tadi?”

“Tidak perlu Kak, makasih!”, jawabku pelan lalu bangkit menuju kamarku,

“Nda!”, aku tidak berniat untuk menoleh hanya masuk kamar dan mengunci pintukamarku.

“Tok..tok.. Nda ini Kakak! Kakak boleh masuk?”, tanya kak Rangga

“Nda pusing, ingin tidur!”, tolakku, “Sebaiknya Kakak istirahat!”

Miftahul Jannah

36

Chocolate Wafer Stick

“Nda, Kakak tidak tenang kalau Nda seperti ini, ada yang ingin Kakak bicarakansayang, please!”

“Nda pusing, Kakak dengar kan? Nda pusing dan ingin istirahat!”, pekikku kesal

“Kakak, Nanda! Jangan bertengkar sayang!”, tegur Mama, aku meraih headphonedan menutup mata.

Hari ini terasa berat buatku, aku harus melepas kak Rangga untuk kuliah diluar negeri, pasti terasa sepi saat tidak ada Kakak di rumah, di sekolah.

“Nda, kenapa diam saja?”, sebuah pelukan dari arah samping menyapaku. KakRangga

“Kakak hari ini akan pergi, menurut Kakak apa Nanda akan tertawa seperti usaimendapat lotre?”, tanyaku, kak Rangga berdeham

“Kakak pergi tidak lama, bukankah kamu juga ada rencana kuliah di tempat yangsama dengan Kakak? Hanya dua tahun sayang, lagi pula Kakak pasti sering pulanguntuk Nanda!”

“Nanda merasa belum siap dengan keadaan rumah yang sepi tanpa Kakak, bokscoklat yang harus kuhabiskan sendiri, tidak ada pangeran yang akan memelukkusaat aku sedih!”

“Sayang, kalau kamu seperti ini, Kakak berat untuk berangkat, please!” pinta KakRangga

“Maaf Kak, tapi jangan salahkan Nanda kalau sikap Nanda seperti ini, ini alami dansemua cewek akan seperti ini kalau ditinggal oleh tunangannya!”, kak Ranggatertawa

“Kakak, Nanda, semua sudah siap, ayo berangkat!”, ajak Mama, kak Ranggabangkit lalu mengulurkan tangannya padaku, aku meraihnya dan berjalanmengikuti langkah kaki kak Rangga keluar rumah.

Selama perjalanan menuju bandara aku hanya diam dalam pelukan kak Rangga.

“Nanda nanti malam, tidur dimana?”, tanya Kakak, tangannya membelai rambutku

“Dirumah Bunda, mungkin sampai awal liburan, Nanda harus terbiasa dulu Kak!”,jawabku.

“Mama rasa itu ide bagus, lagipula kalau kamu dirumah Mama, pasti nanti keingatKakak terus, Mama tidak mau kamu terganggu konsentrasinya!”, sahut Mama

Miftahul Jannah

37

Chocolate Wafer Stick

“Kakak akan sering menghubungi Nanda kok!”, ucap kak Rangga, aku menganggukpelan.

Sesampai di Bandara, Bunda dan Ayah sudah sampai lebih dulu, aku menghampiriBunda dan memeluknya.

“Hei, kenapa dengan putri Bunda?”, tanya Bunda, aku hanya diammenyembunyikan wajahku. “Kakak pergi untuk kuliah Nanda!”

“Nanda tahu Bunda, tapi rasanya, cepat sekali Kakak pergi, kita tunangan limabulan dan Kakak sudah pergi!”, jawabku, kak Rangga meraihku dan memelukku

“Sepuluh menit lagi pesawat Kakak take off, Nanda janji sama Kakak, tidak akannakal, harus patuh sama Bunda dan Ayah juga Mama dan Papa, Mama dan Papaitu orang tua Nanda, tolong jaga mereka untuk Kakak!”, ucap kak Rangga, akumenangguk patuh, “Kakak akan selalu sayang sama Nanda, sampai kapanpun itu!”

“Nanda juga Kak, jaga kesehatan Kakak selama disana, jangan dekat-dekat samacewek, nanti Kakak bisa suka sama mereka! Nanda selalu sayang Kakak!”, kakRangga tersenyum menatapku lalu mendaratkan ciumannya di bibirku sangatlama, meskipun kedua orang tua kami marah.

“Jangan sakiti Nanda, sering-seringlah pulang!”, pesan Ayah pada Kakak, Kakakmengangguk menarik kopernya dan pergi meninggalkan kami, aku menatapnyadengan luka.

“Nanda pulang kerumah Bunda?”, tanya Bunda, aku mengangguk

“Ma, Nanda ingin dirumah Bunda dulu sampai awal liburan”, ucapku pada Mama,Mama mengangguk lalu meninggalkan bandara bersama Papa, aku pun pulangbersama Ayah dan Bunda.

Malam pertama tanpa Kakak terasa sangat berat, aku hanya duduk sendiridi beranda Kamar. Menatap layar ponselku berkali-kali, tidak mungkin Kakak sudahsampai di Amerika, tapi aku tetap saja menanti.

“Nanda, kamu belum tidur? Ini sudah malam sayang!”, ucap Bunda, aku menoleh

“Belum mengantuk Bun, kenapa?”, heranku, Bunda menggeleng pelan

“Tidurlah, besok kamu harus sekolah!”, aku mengangguk dan beranjak tidur.

Pagi ini, kami sarapan bersama, hanya suara televisi yang mengisi diam kita saatsarapan.

Miftahul Jannah

38

Chocolate Wafer Stick

“Sebuah pesawat AR 789 dengan tujuan Amerika serikat, dini hari mengalamikecelakaan”, seketika aku menoleh kearah televisi “Badai yang sangat besarmenghantam pesawat dan mengakibatkan pesawat jatuh lepas landas, Saat iniproses evakuasi korban masih dilakukan”

“Itu pesawat yang membawa Kakak ke Amerika Bunda!”, kataku pelan, kepalakupusing, semua terasa gelap, hanya ada bayangan senyum Kakak, dan aku taksadarkan diri.

Kenangan itu kembali membuka luka lama yang kupendamselama satu tahun. Aku terduduk lemas di bangkuku, Puputmenatapku bingung.

“Silly, kamu tidak apa kan?!”, tanya Puput, aku menatapnyalalu menggeleng.

“Put, Kakak...!”,

“Apa? Kakak siapa? Kak Adit maksudnya? Kenapa tiba-tiba? Sudahsatu tahun Kak Adit pergi!”

“Tidak, Kakak hilang dan tidak ada kabar, orang-orangmengatakan Kakak meninggal, tapi ...”

“Silly, kamu tidak apa kan?”, tanya Puput khawatir, “Ini apayang kamu bawa?!”

“Aku harus pergi!”, aku bangkit, menuju ruang guru untukmenemui kak Radit,

“Kak Radit? Rangga Praditya, Radit?”, ucapku pelan, akubergegas menuju ruang guru.

“Silly, ada apa?”, tanya kak Radit

“Pertama, Darimana Kak Radit tahu ulang tahun saya? Kedua,Kenapa seorang guru baru disini Kak Radit begitu peduli kepadasaya? Dan yang ketiga, darimana Kak Radit mendapatkan inisemua? Ini tidak lucu Kak!”, aku meletakkan buku dari KakRadit dan berbalik

“Jawaban itu akan kamu dapatkan pulang sekolah nanti”, jawabKak Radit, aku menoleh, sakit yang kurasakan dua tahun yanglalu kembali kurasakan, aku hanya diam dan kembali ke kelas.

Miftahul Jannah

39

Chocolate Wafer Stick

Pulang sekolah, Kak Radit menungguku di depan kelasku, Andikasudah ada disana untuk mengantarku pulang.

“Ayo!”, kataku pada Andika, Andika hanya diam menatapku,“Kenapa?”

“Ah tidak, soal pertanyaanmu, mau tahu jawabannya?”, sahut KakRadit, aku diam sejenak

“Kalau kamu ingin pergi tidak apa, jangan lupa mengatakan padaBunda kalau kamu pulang telat!”, pesan Andika,

“Lalu bagaimana aku nanti pulang? Naik taksi?”, tanyaku,

“Aku akan mengantarmu!”, jawab kak Radit, aku mengerutkankeningku

“Aku sudah mengirim pesan pada Bunda, sebaiknya kamu jugamemberi tahu Bunda kalau pulang telat!”

“Dika, kenapa? Aku tidak mau pulang kecuali dengan kamu, kamusudah janji kan?”, tanyaku

“Maaf, aku ada keperluan mendadak, sekali saja, maukan?”,pinta Andika, aku menoleh, kelasku sudah sepi, Puput pastisudah pulang.

“Baiklah, aku sudah menghubungi Bunda, kalau aku hilang ataudiculik, Bunda akan tahu siapa pelakunya!”, sahutku danmengikuti langkah kaki kak Radit menuju mobilnya.

“Kalau boleh tahu, sejak kapan kamu melukis? Dan kenapa tidakikut eskul?”, tanya kak Radit

“Sejak kecil, tidak suka, aku melukis karena hobi, lagipulaaku sudah tidak melukis lagi selain tugas!”, jawabku pasti

“Kenapa seperti itu?”, selidik kak Radit

“Apa itu penting untuk anda?”, tanyaku, kak Radit mengangguk

“Aku hanya ingin tahu, bagaimanapun aku gurumu, aku berhakmemberikan saran yang baik untuk masa depanmu!”, akhirnya akumengalah

Miftahul Jannah

40

Chocolate Wafer Stick

“Seseorang yang sangat kucintai, pergi, dia menghilang karenakecelakaan pesawat!”, jawabku, menahan sakit, “Hingga saatini, setelah satu tahun berlalu tidak ada kabar darinya, dansemua orang berfikir kalau dia sudah meninggal, itulahkenyataanya!”

Kak Radit melontarkan banyak pertanyaan, tentang lukisan,tentang orang yang kucinta, aku tidak akan menjawab jika diabukan guruku.

Mobil berhenti. Aku menatap keluar jendela. Suasana yang tidakasing buatku, rumah yang selalu membuatku bahagia sekarang didepanku. Tidak banyak yang berubah, motor merah itu, mobilhitam itu, masih berada di tempatnya seperti saat terakhir akudatang kemari.

“Aku masih disini Nanda, selalu disini, menunggu Nanda!”,suara itu. Aku menoleh. Hanya kak Radit yang berdiri di sana.“Mama sudah memasak omellete ikan salmon kesukaanmu!”

Kak Radit menggandeng tanganku, aku masih bingung, tidak tahudengan ini semua, apakah ini mimpi atau hanya halusinasi.Tunanganku berdiri di sebelahku, menggandeng tanganku setelahsatu tahun aku tidak tahu dimana dia berada.

“Selamat ulang tahun Nanda!”, ucap Bunda. Aku kaget.

“Bunda? Ayah? Mama dan Papa?”, tanyaku tidak percaya denganyang kulihat. “Ini apa?”

“Will you marry me Nanda?”, tanya kak Radit yang sekarang akutahu dia adalah Rangga, tunanganku.

“Maaf aku tidak bisa!”, jawabku, aku merasa seperti orangbodoh disini, aku berjalan keluar rumah, di perumahan sepertiini tidak mungkin ada taksi, lalu bagaimana aku pulang?.

“Nanda, izinkan Kakak menjelaskan semuanya!”, cegah Kakak,“Apa kamu tidak bahagia Kakak disini untuk kamu?”

“Lalu selama ini? Apa Kakak pikir aku boneka? Kakak melihatku,sedangkan aku masih jatuh di lubang yang sama, semakin harisemakin dalam, aku...”

Miftahul Jannah

41

Chocolate Wafer Stick

Kakak mencium bibirku, sangat lama, ciuman ini, ciuman yangkurasakan saat di Bandara tahun lalu.

“Kami terpaksa merahasiakan ini, karena usai kecelakaan psikisKakak sangat terganggu, Kakak mengalami trauma, dia tidak maunaik pesawat lagi, jadi terpaksa harus kuliah disini. Mamatakut Kakak tidak ingat apapun tentangmu, Mama tidak inginmembuatmu luka, akhirnya lima bulan setelahnya, Kakak sembuhtotal, Kakak kembali kuliah. Mama ingin mempertemukan kalian,tapi Mama takut, takut trauma yang Kakak alami kambuh lagi.setelah sepuluh bulan Kakak menjadi mahasiswa, dan semuanyamembaik seperti sedia kala, trauma Kakak mulai berkurang danmulai sembuh, Kakak ingin bertemu denganmu”, cerita Mama

“Papa menyarankan untuk melihatmu seperti ini saja, menjagahal-hal yang tidak diinginkan terjadi, Mama dan Papa inginKakak dan Nanda aman, tidak dijahati oleh teman kalian, jadisemua ini Mama dan Papa lakukan secara diam-diam, untukkebaikan bersama. Papa sadar, Papa dan Mama salah sudahmenutupi semua ini, tapi kalau Rena tetap ingin membuat Kakakdan Nanda celaka, Papa merasa bersalah lebih besar lagiNanda!”, lanjut Papa

“Bunda tahu pagi tadi, saat Mama dan Papa datang kerumah, danmenjelaskan semuanya!”, timpal Bunda, aku menatap mereka satupersatu lalu Kakak.

“Apakah Nanda menepati janji Nanda? Untuk tidak nakal, selalupatuh pada Ayah dan Bunda, Mama dan Papa, dan selalu sayangsama Kakak seperti Kakak sayang sama Nanda?”

“Nanda menepati janji Nanda Kak, Nanda sayang sama Kakak!”,sahutku pelan. Kak Radit memelukku. Aku ingin melupakan semua,semua kesedihan dan luka yang kualami selama kepergian Kakak,aku ingin melupakan semuanya, aku hanya ingin bahagia dalampelukan Kakak.

“And will you marry me Nanda?”, tanya Kakak, aku menatap Bundadan Ayah, mereka mengangguk dengan senyum senang, aku punmengangguk pasti. “Kita menikah usai kamu ujian nasional dankelulusan!”

Miftahul Jannah

42

Chocolate Wafer Stick

Setelah hampir dua tahun aku merasakan luka yang tiada henti,kini aku merasakan bahagia yang tiada tara.

“Apa Kakak masih kecanduan wafer stick coklat?”, tanyaku

“Itu obat trauma dan luka yang Kakak alami, obat yang tidakada dalam fikiran dokter manapun!”, sahut Mama, aku menatapKakak tak percaya

“Iya, aku masih rajin memesan wafer stick coklat di tokoPuput, sembunyi-sembunyi yang pasti!”, kak Rangga membenarkan.Aku tertawa bahagia

“Terima kasih hadiahnya, ini hadiah ulang tahun yang palingindah untuk Nanda!”, kataku senang.

“Sebaiknya kita rayakan di dalam rumah!”, saran Papa, kami punmasuk kembali ke dalam rumah.

Semuanya berakhir bahagia, meskipun tidak sedikitpun bahagiaseperti ini ada dalam pikiranku dua tahun terakhir. Kupikirkebahagiaan itu sudah pergi jauh dari hidupku, ternyata saatini, tidak ada yang dapat menghentikan senyum bahagia kami,keluarga kecil kami. Pertemuan yang terjadi karena wafer stickcoklat yang berakhir menjadi keluarga bahagia.

Miftahul Jannah