cash conversion cycle dan analisis likuiditas perusahaan.pdf
TRANSCRIPT
Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi
Vol. 2, No. 2, November 2010, 183 - 194
183
CASH CONVERSION CYCLE DAN ANALISIS LIKUIDITAS PERUSAHAAN
Studi Kasus pada Pusahaan yangTergabung pada Sektor Food and Beverage di BEI Periode 2005-2009
M. Edman Syarief
Program Studi Keuangan dan Perbankan Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung
ABSTRACT
This paper is aim to do the empirical research on the relationship between cash conversion cycle and liquidity, cash conversion cycle and its components, cash conversion cycle and liquidity to profitability and cash conversion cycle and liquidity to financial leverage of the firm listed on Food and Beverages sector at BEI. This research using Spearman Rho correlation to test the hypothesis and the main finding is that cash conversion cycle as a whole have a positive and significant effect on current ratio, against inventory and receivables conversion period. CCC negatively and significantly related to debt repayment period. In relation to the profitability there are indications there is no linear relationship between NIBT, Salta and the NPM of liquidity, while the linear relationship occurs between CCC and Salta. Other results showed that there was a linear relationship between liquidity and efficiency of working capital to company financial leverage.Cash conversion cycle mainly affects the firm's short-term obligations while in a linear terms, the cash conversion cycle does not affect the long-term liabilities. Keywords: Cash conversion cycle, liquidity, financial leverage, profitability.
PENDAHULUAN
Tujuan dari didirikannya sebuah usaha atau tujuan perusahaan adalah untuk
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham yang dilakukan dengan
memaksimalkan nilai saham yang ada (Keown et all., 2001:2). Perusahaan yang
berbentuk korporat saat ini menjadi pilihan bagi banyak pemilik perusahaan
terutama karena korporasi memiliki peluang yang lebih baik dalam pengembangan
perusahaan maupun akses ke pasar modal untuk meningkatkan dana yang
dibutuhkan (Keown et all., 2001:5).
Fungsi dari manajemen keuangan dan sekaligus merupakan tujuan dari manajer
keuangan adalah untuk mengelola keuangan dari sebuah perusahaan dan secara
garis besar menyangkut keputusan investasi, keputusan pemenuhan kebutuhan
dana dan kebijakan dividen. Dalam perusahaan berbentuk korporat, tujuan ini tidak
dapat dipisahkan dengan beberapa masalah yang muncul dari adanya konflik
kepentingan antara manajer sebagai agen, yang mungkin berbeda dengan tujuan
Ekspansi
Keuangan
184
utama perusahaan, dan para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan
(Sartono, 2001:xxi).
Salah satu investasi yang selalu dilakukan oleh perusahaan adalah investasi dalam
modal kerja kotor atau current assets. Keputusan untuk melakukan investasi pada
current assets selalu menarik untuk dikaji terutama karena investasi ini, seperti
investasi pada proyek eksternal, tidak terlepas dari risiko. Keputusan manajer untuk
menentukan berapa banyak yang harus diinvestasikan pada piutang dan
persediaan, berapa banyak kredit yang dapat diterima dari suplier dapat dilihat pada
manajemen modal kerja perusahaan(Banos-Cabalerro et all., 2009:4). Keputusan
modal kerja ini mempunyai peran penting terhadap profitabilitas dan likuiditas
perusahaan (Raheman :2006, Smith & Begemann :1997, Howorth &
Westhead:2003, Ghosh & Maji:2004, Eljelly:2004, Lazaridis & Tryfonidis:2006)
sehingga perusahaan harus mengevaluasi timbal balik antara risiko likuiditas dan
profitabilitas sebelum sebuah kebijakan modal kerja dilaksanakan (Banos-Cabalerro
et all., 2009:4).
Penelitian ini mencoba untuk melakukan riset empirik akan hubungan antara cash
conversion cycle terhadap likuiditas, cash conversion cyle terhadap komponen
pembentuknya, cash conversion cycle dan likuiditas terhadap profitabilitas serta
cash conversion cycle dan likuiditas terhadap financial leveragepada perusahaan
yang tergabung dalam sektor Food and Beverages pada Bursa Efek Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
LIKUIDITAS
Salah satu ukuran tradisional yang sering digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas perusahaan adalah dengan menggunakan Current Ratio, yaitu
perbandingan antara current assets dan current liabilities sebuah perusahaan (
Keown et al. (2001), Helfert (1997), Moter et al. (2005)). Likuiditas sendiri
didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.Ukuran yang digunakan untuk mengukur likuiditas dengan variabel CR
berasal dari laporan keuangan historis perusahaan yang faktanya sudah berlalu. Hal
ini mengakibatkan adanya pertentangan dalam penggunaan variabel ini untuk
mengukur likuiditas perusahaan ( Largan& Stickney, 1980; Aziz & Lawson, 1990),
apalagi selama dekade terakhir ini, terdapat peningkatan perhatian terhadap
manajemen modal kerja diseluruh dunia (Lyroudi & Lazaridis, 2000).
M. Edman Syarief
185
EFISIENSI MODAL KERJA
Manajemen modal kerja berarti mengatur tingkat investasi perusahaan pada cash,
account receivable dan inventory, selain mengatur account payable perusahaan
tersebut. Dalam pengaturan ini dikenal kebijakan agresif dan kebijakan konservatif
dengan pola umumnya adalah sebagai berikut :
a. Aggressive assets and liabilities policy dengan karakteristik level current
assets rendah dan level current liabilities tinggi yang berakibat tingginya
tingkat profit serta risiko yang menyertainya. (Van Horne, 1995, p.208-211;
Gitman, 1987, p.186).
b. Conservative assets and liabilities policy dengan karakteristik level current
assets tinggi dan level current liabilities rendah yang berakibat profit dan risiko
yang ada menjadi lebih rendah (Van Horne, 1995, 208-211; Gitman, 1987,
186).
c. Matching principle atauHedging Principle dengan karakteristik level current
assets dan current liabilities berimbang (Van Horne, 1995, 208-211; Gitman,
1987, 186; Moyer et al.2005:458; Keown et al, 2001, p.489).
Jika diilustrasikan maka didapat gambar seperti berikut ini:
Current Assets
Fixed Assets
Current
Liabilities
L T Liabilities + Equity
Current Assets
Fixed Assets
Current Liabilities
L T Liabilities + Equity
Current Assets
Fixed Assets
Current
Liabilities
L T Liabilities + Equity
Bagan 1 Aggressive Assets and Liabilities Policy
Bagan 2 Conservative Assets and Liabilities Policy
Bagan 3 Matching Principle
Gambar 1 Ilustrasi Kebijakan Modal Kerja, dikembangkan untuk penelitian ini dari berbagai sumber.
Ekspansi
Keuangan
186
Ketiga kondisi kebijakan manajemen modal kerja yang ada, memperlihatkan bahwa
faktor utamanya adalah tingkat current assets dan current liabilities.Current assets
terdiri dari cash and marketable security, account receivable dan inventory yang
tidak lain adalah unsur pembentuk modal kerja itu sendiri. Hal ini juga dapat kita
hubungkan dengan definisi modal kerja itu sendiri yaitu gross working capital yang
diwakili oleh jumlah current assets perusahaan dan net working capital yaitu selisih
antara current assets dan current liabilities dari suatu perusahaan.
Manajemen modal kerja yang efisien merupakan komponen integral dari srategi
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham (Shin &
Shonen, 1998).Modal kerja itu sendiri merupakan selisih antara aktiva lancar dan
pasiva lancar sebuah perusahaan, atau merupakan selisih waktu yang tercipta
antara saat pembelian material dan penagihan kas dan piutang dari penjualan
produk perusahaan tersebut (Shin & Shoenen, 1998). Efisiensi modal kerja juga
meliputi perencanaan dan pengawasan dari pasiva lancar dan aktiva lancar untuk
menghindari investasi berlebih pada aktiva lancar dan mencegah kurangnya aktiva
lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (Sen & Oruç, 2009).
Ukuran efisiensi modal kerja yang biasa digunakan adalah cash conversion cycle,
yaitu waktu (dalam satuan hari) yang dibutuhkan untuk mendapatkan kas dari hasil
operasi perusahaan yang berasal dari waktu penagihan piutang ditambah waktu
penjualan inventori dikurangi dengan waktu pembayaran hutang.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Shin & Soenen (1998), Deloof (2003),
Raheman & Nasr (2007), Teruel & Solano (2007) dan Sen & Oruc (2009)
menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dan cash
conversion cycle. Hal ini berarti sangat memungkinkan bagi perusahaan untuk
menghasilkan profit tambahan dengan mengurangi jangka waktu cash conversion
cycle, yang secara langsung adalah dengan mengatur tiga komponen utama modal
kerja yaitu penagihan piutang, pembayaran hutang jangka pendek dan pengaturan
inventori. Shin dan Soenen (1998) menggunakan net trade cycle sebagai variabel
pengukur efisiensi modal kerja dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya
hubungan negative antara net trade cycle dan profitabilitas.
Tingginya tingkat modal kerja sebuah perusahaan menandakan kemampuan
perusahaan dalam mengambil risiko yang diperlukan dan hal ini berkaitan dengan
liquidity-profitability trade off dimana semakin besar tingkat modal kerja berarti
semakin tinggi likuiditas perusahaan dan dilain pihak akan menurunkan tingkat
profitabilitas perusahaan.
M. Edman Syarief
187
MODEL
Untuk menghitung CCC digunakan model sebagai berikut (Keown et al. 2001,
p.492):
𝑪𝑪𝑪 = 𝑹𝒆𝒄𝑪𝑪𝑪 + 𝑰𝑵𝑽𝑪𝑪𝑪 − 𝑷𝒂𝒚𝑪𝑪𝑪
Dimana:
RecCCC = periode perputaran piutang (hari) INVCCC = Periode perputaran persediaan (hari) PayCCC = periode pembayaran utang (hari) Ketiga variabel tersebut dapat dicari dengan menggunakan formula berikut ini:
𝑅𝑒𝑐𝐶𝐶𝐶 =𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 365⁄
𝐼𝑁𝑉𝐶𝐶𝐶 = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑔𝑜𝑜𝑑𝑠 𝑆𝑜𝑙𝑑 365⁄
𝑃𝑎𝑦𝐶𝐶𝐶 = 𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑃𝑎𝑦𝑎𝑏𝑙𝑒
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑔𝑜𝑜𝑑𝑠 𝑆𝑜𝑙𝑑 365⁄
DATA DAN METODA PENELITIAN
Penelitian ini mengambil populasi seluruh perusahaan yang tergabung pada sektor
Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia dengan metode purposive sampling
untuk penarikan sampelnya,yaitu seluruh perusahaan yang muncul secara berturut-
turut pada periode penelitian 2005-2009. Total perusahaan yang didapat adalah 18
perusahaan. Data yang diteliti adalah data laporan keuangan yang terdapat pada
ICMD dan yang tertera pada situs FT.com yang diunduh pada tanggal 18 Oktober
2010.Metoda penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan korelasi
Spearman Rho untuk menguji hipotesis yang ada dan dilengkapi dengan analisis
deksriptif berdasarkan data laporan keuangan yang didapat dari sumber yang
disebutkan diatas.
HIPOTESIS
Hipotesis pertama mencoba mengukur hubungan antara CR dengan CCC dengan
hipotesis:
H01 : Tidak ada hubungan linier antara CR dan CCC dan antara CR dan NTC
Ha1 : Terdapat hubungan positif antara CR dan CCC dan antara CR dan NTC serta
antara CCC dan NTC
Ekspansi
Keuangan
188
HIpotesis kedua menguji hubungan antara CCC dan faktor pembentuknya untuk
melihat bagaimana perubahan pada faktor pembentuk CCC mempengaruhi
likuiditas perusahaan.
H02 : Tidak ada hubungan linier antara RecCCC dan CCC, antara INVCCC dan
CCC serta antara PayCCC dan CCC
Ha2 : Terdapat hubungan positif antara RecCCC dan CCC, INVCCC dan CCC serta
hubungan negatif antara PayCCC dan CCC
Hipotesis ketiga mengukur hubungan antara efisiensi modal kerja dan likuiditas
dengan profitabilitas perusahaan. Hipotesisnya adalah:
H03 : Tidak ada hubungan linier antara CRdan CCC sebagai indikator likuiditas
terhadap NIBT, SALTA dan NPM sebagai indikator profitabilitas
Ha3 : Terdapat hubungan linier dan signifikan antara variabel CR, dan CCC terhadap
NIBT, SALTA dan NPM
Hipotesis keempat menyelidiki hubungan antara likuiditas dan efisiensi modal kerja
terhadap posisi kewajiban perusahaan.Semkain likuid sebuah perusahaan berarti
semakin kecil kewajibannya. Hipotesisnya adalah:
H04 : Tidak ada hubungan linier antara CR dan CCC sebagai indikator likuiditas
terhadap CLTA dan TDTA sebagai indikator financial leverage.
Ha4 : Ada hubungan negatif antara CR dan CCC sebagai indikator likuiditas
terhadap variabel CLTA dan TDTA sebagai indikator financial leverage.
Hasil dan Pembahasan
Cash Conversion Cycle dan Current Ratio
Tabel 1 Statistik untuk Variabel yang digunakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CR 85 ,12 113,72 4,6908 13,60354
C2C 84 -22,71 925,93 106,0946 149,81970
INVC2C 85 3,22 687,76 84,5610 113,72812
RecC2C 84 1,01 931,69 52,8495 102,65988
PayC2C 85 ,00 77,56 31,3673 19,62090
Net Income Before Taxes 85 -924588 4063813 234876,25 626443,688
SALTA 85 ,06 7,54 1,4043 ,92785
NPM 85 -1,18 ,55 ,0120 ,22191
Total Assets 85 74809,00 40382953,00 3,0861E6 7,19677E6
Total Sales 85 129542,00 39799279,00 3,2702E6 7,24224E6
Valid N (listwise) 84
Sumber : Hasil perhitungan
M. Edman Syarief
189
Tabel 2 Korelasi antara CR dan CCC
KORELASI
Spearman's rho CR CCC INVCC
C RecCC
C PayCC
C
CR Correlation Coefficient
,250* -,099 ,223* -,336**
Sig. (2-tailed)
,022 ,369 ,042 ,002
N
84 85 84 85
CCC Correlation Coefficient ,250*
,676** ,586** -,222*
Sig. (2-tailed) ,022
,000 ,000 ,042
N 84
84 84 84
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dimana: CCC = Cash Conversion Cycle
INVCCC = Periode Penjualan Persediaan
RecCCC = Periode Penagihan Piutang
PayCCC = Periode Pembayaran Hutang
CR = Current Ratio
Sumber: Hasil Perhitungan
Rata-rata CCC untuk sektor food and beverages pada periode penelitian ini sebesar
106,09 hari yang berarti bahwa diperlukan 106 hari secara rata-rata untuk
menghasilkan kas dari realisasi penjualan yang sudah dilakukan oleh perusahaan
pada industri ini dengan nilai CR rata-rata sebesar 4,69. Nilai Korelasi Spearman
rho antara CR dan CCC adalah sebesar r = 25% yang signifikan pada= 1%. Hal ini
berarti bahwa CR dapat digunakan sebagai indikator dari posisi likuiditas yang baik,
tetapi hal yang harus diwaspadai adalah adanya hubungan positif dan linier antara
CR dan CCC yang akan mengimplikasikan adanya investasi modal kerja yang
cukup besar pada CCC yang pada akhirnya akan menyebabkan kesulitan likuiditas
di masa yang akan datang.Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Richard & Laughlin (1980), Moss-Stine (1993) dan Lyroudi et al. (1999).
Tabel diatas juga menunjukkan bahwa periode penagihan piutang mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap current ratio perusahaan dengan r = 22,3%
dibandingkan dengan periode penjualan inventori yang pada penelitian ini tidak
menunjukkan adanya hubungan linier dengan CR sementara periode pembayaran
hutang mengurangi tingkat likuiditas dengan angka yang cukup besar, ditunjukkan
dengan nilai r = 33,6%.
CCC dan Komponen Pembentuk CCC
Berdasarkan hasil pada tabel 2, dapat dilihat bahwa hubungan positif dan signifikan
antara INVCCC dan CCC dengan r = 67,6%, serta antara RecCCC dan CCC
Ekspansi
Keuangan
190
dengan r = 58,6%, dan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara PayCCC
dan CCC dengan nilai r = 22,2%
Lyroudis & Lazaridis (2000) pada penelitiannya menyatakan bahwa CCC
terpengaruh paling besar oleh periode pengumpulan piutang dan rata-rata
pengumpulan piutang dengan sampel penelitian industri makanan di Yunani,
sementara hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa CCC terpengaruh oleh, paling
besar, periode penjualan inventori dan diikuti oleh periode penagihan piutang. Hasil
ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Besley-Meyer (1977) dimana inventori
memegang peranan penting dalam current assets perusahaan.
Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa pada saat CCC mencapai nilai
tertinggi, nilai INVCCC menunjukkan angka yang tertinggi dibandingkan dengan dua
komponen pembentuk CCC lainnya (AISA, 145; DLTA, 187; PTSP, 274; ULTJ, 112)
kecuali untuk AQUA dimana nilai RecCCC menunjukkan angka yang tertinggi, yaitu
sebesar 247,22 hari.
Berdasarkan hasil diatas, perusahaan yang tergabung pada sektor Food and
Beverages di BEI tampaknya lebih menyukai untuk berinvestasi pada current
assetsnya dalam bentuk persediaan, mungkin untuk menghindari kurangnya
persediaan dalam menghadapi masa-masa puncak produksi atau penjualan. Selain
itu perusahaan juga lebih suka untuk mempercepat pembayaran hutang jangka
pendeknya, paling tidak, menurut teori agency cost, untuk menghindari konflik
dengan para suppliernya.
CCC dan Profitabilitas
Tabel berikut ini menampung hasil analisis untuk hipotesis ketiga yang menduga
adanya hubungan linier antara CCC dan profitabilitas.
Tabel 3 Korelasi antara CR dan CCC terhadap profitabilitas
KORELASI
Spearman's rho
NIBT SALTA NPM
CR Correlation Coefficient ,025 ,128 ,045
Sig. (2-tailed) ,818 ,242 ,680
N 85 85 85
C2C Correlation Coefficient -,145 -,502** -,008
Sig. (2-tailed) ,188 ,000 ,943
N 84 84 84
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
dimana: CR = Current Assets
M. Edman Syarief
191
CCC = Cash Conversion Cycle
NIBT = Net Income Before taxes
SALTA = ratio Total Sales to Total Assets
NPM = Net Profit Margin
Sumber: Hasil Perhitungan
Hubungan antara dua ukuran likuiditas tersebut diatas dengan profitabilitas yang
diwakili oleh NIBT, SALTA dan NPM tidak menunjukkan hasil yang signifikan untuk
relasi antara CR dengan NIBT, SALTA dan NPM, serta untuk relasi antara CCC dan
NIBT dan NPM. Hubungan yang signifikan hanya terjadi antara CCC dan SALTA
dengan nilai korelasi r = 50,2%. Hal ini berarti bahwa antara efisiensi modal kerja
dan profitabilitas mempunyai hubungan yang linier dan berbanding terbalik dimana
semakin kecil periode CCC semakin tinggi profitabilitas yang didapat oleh
perusahaan tersebut. Hasil penelitian in mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Shin & Soenen (1998), Deloof (2003), Raheman & Nasr (2007), Teruel & Solano
(2007) dan Sen & Oruc (2009).
Untuk dua variabel lain tidak dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan sama
sekali antara CR dan CCC dengan profitabilitas, karena hipotesis yang digunakan
hanya menduga terjadinya hubungan linier antar variabel. Karena hal ini tidak
terpenuhi, berarti ada hubungan yang tidak linier antara CR dan CCC dengan NIBT
dan NPM dan karakteristik hubungan ini diluar jangkauan dari penelitian yang
dilakukan.
CCC dan Financial Leverage
Tabel 4 Korelasi antara CR dan CCC terhadap Financial Leverage
KORELASI
Spearman's rho CLTA TDTA
CR Correlation Coefficient -,862** -,224*
Sig. (2-tailed) ,000 ,049
N 85 78
C2C Correlation Coefficient -,224* ,201
Sig. (2-tailed) ,041 ,080
N 84 77
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dimana: CR = Current Ratio
C2C = Cash Conversion Cycle
CLTA = Current Liabilitie to Total Assets
TDTA = Total Liabililities to Total Assets
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel diatas menunjukkan hasil pengujian hipotesis ke empat yang menyelidiki
hubungan antara likuiditas dan financial leverage. Berdasarkan hasil korelasi
Ekspansi
Keuangan
192
Spearman rho, didapatkan bahwa terdapat hubungan negative dan signifikan antara
CR dengan CLTA ( r = 86,2%) dan TDTA (r = 22,4%). Hal ini berarti bahwa nilai
current ratio yang tinggi, mengindikasikan posisi likuiditas yang baik sehingga
perusahaan mampu untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya.Dengan kata lain
bahwa perusahaan yang tergabung pada sektor Food & beverages mempunyai
kapasitas short term debt yang besar.
Hasil ini juga menunjukkan bahwa cash conversion cycle mempunyai hubungan
negatif dan signifikan dengan CLTA yang berarti bahwa kemampuan perusahaan
untuk mengkonversikan kas akan membantu perusahaan untuk menurunkan tingkat
kewajiban jangka pendek yang diperlukan untuk membiayai modal kerja
perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya terutama karena fokus
penelitiannya adalah pada perusahaan yang tergabung pada sektor Food and
Beverages di BEI dengan periode penelitian 2005 sampai dengan 2009. Korelasi
Spearman rho digunakan untuk memperkirakan hubungan yang terjadi antara
variabel CR dan CCC, seperti juga antara CCC dan konponen pembentuknya, dan
antara CR dan CCC terhadap variabel NIBT, SALTA dan NPM sebagai indikator
profitabilitas serta antara CR dan CCC terhadap variabel CLTA dan TDTA sebagai
indikator financial leverage.
Cash conversion cycle secara keseluruhan berhubungan positif dan signifikan
terhadap current ratio, terhadap periode konversi inventori dan piutang.CCC
berhubungan negatif dan signifikan terhadap periode pembayaran utang.Dalam
hubungannya dengan profitabilitas terdapat indikasi tidak ada hubungan linier
antara NIBT, SALTA dan NPM terhadap likuiditas, sementara hubungan linier terjadi
antara CCC terhadap SALTA. Hasil yang lain menunjukkan bahwa terdapat
hubungan linier antara likuiditas dan efisiensi modal kerja terhadap financial
leverage perusahaan. Cash conversion cycle terutama berpengaruh terhadap
besarnya kewajiban jangka pendek perusahaan sementara secara linier, cash
conversion cycle tidak mempengaruhi besarnya kewajiban jangka panjang.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dengan menggunakan alat analisis yang
dapat mengukur derajat hubungan non linier untuk mengetahui korelasi antara
beberapa variabel yang pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan
linier yang signifikan, misalnya untuk variabel CCC dan TDTA, CR dan variabel
profitabilitas dan variabel lainnya.Selain itu karena efisiensi modal kerja merupakan
M. Edman Syarief
193
salah satu ukuran likuiditas yang bersifat dinamis, dapat dipertimbangkan untuk
mengambil sampel data laporan keuangan berdasarkan interval waktu yang lebih
pendek misalnya per semester periode pelaporan atau per kwartal periode
pelaporan.
DAFTAR PUSTAKA Banos_Caballero, Pedro J. Garcia-Teruel and Pedro Martinez Solano, 2009, “How Do Market Imperfection Affec Working Capital Management?, WP-EC 2009-14, EC Serie
Bodie, Z. and Merton, R. C., 2000, ”Finance”, International Edition, Prentice-Hall, New Jersey.
Brealey, Richard A., Myers, Stewart C., Marcus, Alan J., “Fundamentals of Corporate Finance”, 1995, International Edition, McGraw-Hill Inc.
Besley, Scott and R. L. Meyer, : An Empirical Investigation of Factors Affecting the Cash Conversion Cycle” presented at the Annual Meeting of the Financial management Association, Las Vegas, Nevada, October 1987.
Eljelly, A. M. A., 2004. “Liquidity-profitability tradeoff: an empirical investigation in an
emerging market”, International Journal of Commerce & Management, Vol. 14 No. 2, pp. 48-61.
Farris II, M. T. and Hutchison, P. D., 2002.“Cash-to-cash: the new supply chain management metric”, International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 32 No. 4, pp. 288-298.
Gitman, Lawrence J., “Basic Managerial Finance”, 1987, Harper & Row.
Helfert, Erich A., 1997, “Techniques of Financial Analysis: A Modern Approach”, Times Mirror Higher Education Group.
Hutchison, P. D., Farris II, M. T. and Anders, S. B., 2007. “Cash-to-cash analysis and
management”, The CPA Journal, Vol. 77 No. 8, pp. 42-47.
Jordan, R. W., 2003. “Fundamentals of Corporate Finance”, 6th ed., McGraw-Hill Companies, Boston.
Jose, M. L., Lancaster, C. and Stevens, J. L., 1996.“Corporate returns and cash conversion cycles”, Journal of Economics and Finance, Vol. 20 No.1, pp. 33-46.
Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W. and Scott, D. F., 2001.“Foundations of Finance”, 3rd ed., Pearson Education, New Jersey.
Lancaster, C., Stevens, J. L. and Jennings, J. A., 1999. “Corporate liquidity and the significance of earnings versus cash flow: an examination of industry effects”, The Journal of Applied Business Research, Vol. 15 No. 3, pp. 37-46.
Lyroudy,Katerina and John Lazaridis, 2000, “ The Cash Conversion Cycle and Liquidity Analysis of the Food Industry in Greece”, http://papers.ssrn.com.paper.taf?abstract_id=236175
Levy, Haim, Sarnat, M., 1994, “Capital Investment and Financial Decision”, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall, Inc.
Ekspansi
Keuangan
194
Moss, J. D. and Stine, B., 1993.“Cash conversion cycle and firm size: a study of retail firms”, Managerial Finance, Vol. 19 No. 8, pp. 25-34.
Padachi, K., 2006. “Trends in working capital management and its impact on firms’ performance: an analysis of Mauritian small manufacturing firms”, International Review of Business Research Papers, Vol.2 No. 2, pp. 45 -58.
Schilling, G., 1996.“Working capital's role in maintaining corporate liquidity”, TMA Journal, Vol. 16 No. 5, pp. 4-7.
Uyar, Ali, 2009. “The Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size and Profitability: An Empirical Investigation in Turkey”, International Research Journal of Finance and Economics, Issue 24, p.186-193.
Weinraub, Herbert J., Visscher, Sue, 1998. “Industry Practise Relating to Aggressive Conservative Working Capital Policies”, Journal of Finance and strategic Decisions, Volume 11 No.2, p.11-17.
Sen, Mehmet and Eda Oruç, 2009 “ Relationship Between Eficiency Level of Working Capital Management and Return on Total Assets in ISE”, International Journal of Business and Mangement, vol. 4 no 10.
Shin, Hyun-Han and Luc Soenen, 1998, “ Efficiency of Working Capital Management and Corporate Profitability”, Financial Practice and Education