brand audit dan repositioning roko kapal api super

18
72 Lampiran 1: Kuesioner ANGKET KUESIONER Kami adalah mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Dengan ini, kami memohon kesediaan saudara/i sekalian untuk membantu kami mengisi kuesioner di bawah ini, dan menjawab semua pertanyaan dengan sejujur-jujurnya agar kami bisa memperoleh data-data yang valid. Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. I. DATA PRIBADI 1. Jenis kelamin: A. Laki-laki B. Perempuan 2. Usia: A. 15-22 tahun B. 23-30 tahun C. = 31 tahun 3. Pekerjaan: A. Pelajar/ mahasiswa B. Pegawai kantor C. Buruh/ karyawan D. Lain-lain, sebutkan………………………… 4. Rata-rata pendapatan atau uang saku tiap bulan: A. = Rp 500.000,00 B. Rp 500.000,00 – Rp 2.000.000, 00 C. = Rp 2.000.000,00 II. DAFTAR PERTANYAAN 1. Apakah Anda seorang perokok? A. Ya B. Bukan (STOP di sini)

Upload: khangminh22

Post on 01-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

72

Lampiran 1: Kuesioner

ANGKET KUESIONER

Kami adalah mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya yang sedang

menyelesaikan tugas akhir. Dengan ini, kami memohon kesediaan saudara/i

sekalian untuk membantu kami mengisi kuesioner di bawah ini, dan menjawab

semua pertanyaan dengan sejujur-jujurnya agar kami bisa memperoleh data-data

yang valid. Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

I. DATA PRIBADI

1. Jenis kelamin:

A. Laki-laki

B. Perempuan

2. Usia:

A. 15-22 tahun

B. 23-30 tahun

C. = 31 tahun

3. Pekerjaan:

A. Pelajar/ mahasiswa

B. Pegawai kantor

C. Buruh/ karyawan

D. Lain-lain, sebutkan…………………………

4. Rata-rata pendapatan atau uang saku tiap bulan:

A. = Rp 500.000,00

B. Rp 500.000,00 – Rp 2.000.000, 00

C. = Rp 2.000.000,00

II. DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah Anda seorang perokok?

A. Ya

B. Bukan (STOP di sini)

73

2. Dalam satu tahun terakhir, apakah Anda pernah membeli produk rokok yang

diproduksi oleh PT Kolang Citra Abadi?

A. Pernah

B. Tidak pernah (lanjut ke nomor 19)

3. Jika pernah, merek apa yang PALING sering Anda beli? (jawaban hanya satu)

A. Kapal Api Super (filter)

B. Kapal Api Spesial (kretek)

C. Layang-Layang Super (filter)

D. Layang-Layang Spesial

(kretek)

E. Guri Super Kings filter

F. Guri Super Kings kretek

G. Pete-Pete filter

H. Pete-Pete kretek

I. Semesta (filter)

J. Besi Baja filter

K. Besi Baja kretek

L. Basa-Basi (filter)

M. Bukan Biasa filter

N. Bukan Biasa kretek

O. Bandara Super (filter)

P. Kurnia Jaya (kretek)

Q. Bambu Runcing Biru (kretek)

4. Alasan utama Anda dalam membeli rokok merek tersebut:

A. Sekedar coba-coba

B. Rasanya mantap

C. Harganya terjangkau

D. Kemasannya menarik

E. Sering ada promosi

F. Mudah didapatkan

G. Lain-lain, sebutkan…………………………

5. Siapa yang mempengaruhi Anda untuk memilih merek tersebut?

A. Tidak ada, saya beli atas inisiatif saya sendiri (lanjut ke nomor 8)

B. Teman/ keluarga yang sudah pernah membeli rokok merek tersebut

C. Agen/ pemilik toko/ warung yang menjual rokok merek tersebut

D. Lain-lain, sebutkan…………………………

74

6. Apa pendapat orang itu mengenai merek rokok tersebut?

A. Tidak ada, ia hanya sekedar coba-coba saja

B. Rasanya mantap

C. Harganya terjangkau

D. Kemasannya menarik

E. Sering ada promosi

F. Mudah didapatkan

G. Lain-lain, sebutkan…………………………

7. Termasuk perokok yang bagaimanakah orang yang merekomendasikan merek

ini kepada Anda?

A. Perokok ringan

B. Perokok menengah

C. Perokok berat

8. Apakah Anda sudah puas dengan merek rokok yang biasanya Anda beli itu?

A. Sudah (lanjut ke nomor 10)

B. Belum

9. Jika belum, menurut Anda apa yang masih kurang dari merek rokok tersebut?

A. Rasanya kurang mantap

B. Harganya terlalu mahal

C. Kemasannya kurang menarik

D. Promosinya kurang

E. Sulit mendapatkannya

F. Lain-lain, sebutkan…………………………

10. Kurang lebih sudah berapa lama Anda mengkonsumsi rokok produksi PT

Kolang Citra Abadi ini?

A. = 1 tahun

B. 1-5 tahun

75

11. Pada saat-saat apa saja biasanya Anda merokok?

A. Setelah makan

B. Saat sedang stress, bosan, atau saat senggang

C. Lain-lain, sebutkan…………………………

12. Berapa batang rokok yang biasa Anda habiskan setiap hari?

A. 1-5 batang

B. 6-10 batang

C. lebih dari 10 batang

13. Berapa jumlah rokok yang biasa Anda beli setiap kali Anda membeli rokok?

A. Saya biasanya beli batangan (1 batang atau lebih)

B. 1 pak

C. lebih dari 1 pak

D. 1 slop

14. Seberapa sering Anda membeli rokok merek tersebut?

A. Setiap hari

B. Beberapa kali dalam seminggu

C. Tidak tentu

15. Berapa rata-rata uang yang Anda keluarkan setiap bulan untuk membeli rokok

merek tersebut?

A. = Rp 50.000,00

B. Rp 50.000,00 – Rp 100.000,00

C. = Rp 100.000,00

16. Apakah Anda tahu bahayanya merokok bagi kesehatan?

A. Ya

B. Tidak

76

17. Apakah Anda pernah berniat untuk berhenti merokok?

A. Ya

B. Tidak

18. Lantas apakah usaha Anda untuk berhenti merokok itu berhasil?

A. Ya

B. Tidak

19. Dalam satu tahun terakhir, apakah Anda pernah membeli produk rokok yang

BUKAN diproduksi oleh PT Kolang Citra Abadi?

A. Pernah

B. Tidak pernah (STOP di sini)

20. Jika pernah, merek apa yang paling sering Anda beli?

A. Ardath

B. Bentoel

C. Brendel

D. Djarum

E. Dji Sam Soe

F. Dunhill

G. Inter

H. Jati

I. Ji-It

J. Kansas

K. Marcopollo

L. Marlboro

M. Gudang Garam Merah

N. Gudang Garam “Surya”

O. Sampoerna A-Mild

P. Sampoerna Hijau

Q. Salem

R. Star Mild

S. Wismilak

T. Lain-lain, sebutkan……

21. Mengapa Anda memilih merek tersebut?

A. Sekedar coba-coba

B. Rasanya mantap

C. Harganya terjangkau

D. Kemasannya menarik

E. Sering ada promosi

F. Mudah didapatkan

77

G. Lain-lain, sebutkan…………………………

22. Secara umum, apa harapan Anda terhadap produk rokok yang sudah ada di

pasaran saat ini?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………

~TERIMA KASIH~

78

Hasil analisa survey yang dilakukan kepada 80 orang responden di Sidoarjo

I. DATA PRIBADI

1. A (Laki-laki) à 69 orang

B (Perempuan) à 11 orang

2. A (15-22 tahun) à 35 orang

B (23-30 tahun) à 26 orang

C (=31 tahun) à 19 orang

3. A (Pelajar/ mahasiswa) à 35 orang

B (Pegawai kantor) à 19 orang

C (Buruh/ karyawan) à 15 orang

D (Lain-lain) à 11 orang

4. A (= Rp 500.000,00) à 20 orang

B (Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00) à 50 orang

C (= Rp 2.000.000,00) à 10 orang

II. DAFTAR PERTANYAAN

1. A (Ya) à 80 orang

2. A (Pernah) à 80 orang

3. A (Kapal Api Super) à 80 orang

4. A (Sekedar coba-coba) à 19 orang

B (Rasanya mantap) à 39 orang

C (Harganya terjangkau) à 15 orang

F (Mudah didapatkan) à 7 orang

5. A (Tidak ada, saya beli atas inisiatif saya sendiri (lanjut ke nomor 8)) à 34

orang

B (Teman/ keluarga yang sudah pernah membeli rokok merek tersebut) à 25

orang

C (Agen/ pemilik toko/ warung yang menjual rokok merek tersebut) à 21

orang

6. A (Tidak ada, ia hanya sekedar coba-coba saja) à 6 orang

B (Rasanya mantap) à 30 orang

C (Harganya terjangkau) à 10 orang

79

7. A (Perokok ringan) à 11 orang

B (Perokok menengah) à 19 orang

C (Perokok berat) à 16 orang

8. A (Sudah (lanjut ke nomor 10)) à 49 orang

B (Belum) à 31 orang

9. A (Rasanya kurang mantap) à 6 orang

C (Kemasannya kurang menarik) à 13 orang

D (Promosinya kurang) à 12 orang

10. A (= 1 tahun) à 25 orang

B (1-5 tahun) à 55 orang

11. A (Setelah makan) à 41 orang

B (Saat sedang stress, bosan, atau saat senggang) à 39 orang

12. A (1-5 batang) à 40 orang

B (6-10 batang) à 34 orang

C (lebih dari 10 batang) à 6 orang

13. A (Saya biasanya beli batangan (1 batang atau lebih)) à 12 orang

B (1 pak) à 54 orang

C (lebih dari 1 pak) à 11 orang

D (1 slop) à 3 orang

14. A (Setiap hari) à 8 orang

B (Beberapa kali dalam seminggu) à 27 orang

C (Tidak tentu) à 45 orang

15. A (= Rp 50.000,00) à 33 orang

B (Rp 50.000,00-Rp 100.000,00) à 37 orang

C (= Rp 100.000,00) à 10 orang

16. A (Ya) à 72 orang

B (Tidak) à 8 orang

17. A (Ya) à 50 orang

B (Tidak) à 22 orang

18. A (Ya) à 6 orang

B (Tidak) à 44 orang

19. A (Pernah) à 68 orang

80

B (Tidak pernah (STOP di sini)) à 12 orang

20. D (Djarum) à 3 orang

E (Dji Sam Soe) à 9 orang

G (Inter) à 2 orang

K (Marcopollo) à 2 orang

L (Marlboro) à 10 orang

N (Gudang Garam “Surya”) à 32 orang

O (Sampoerna A-Mild) à 1 orang

P (Sampoerna Hijau) à 5 orang

R (Star Mild) à 4 orang

21. A (Sekedar coba-coba) à 12 orang

B (Rasanya mantap) à 31 orang

C (Harganya terjangkau) à 16 orang

D (Kemasannya menarik) à 2 orang

F (Mudah didapatkan) à 7 orang

22. Harga tetap à 38 orang

Rasa lebih mantap à 24 orang

Kemasan lebih menarik à 10 orang

Promosi ditingkatkan à 8 orang

81

Lampiran 2: Panduan wawancara dengan pemilik

1. Bagaimana latar belakang berdirinya PT Kolang Citra Abadi?

2. Bagaimana sejarah dipilihnya nama perusahaan?

3. Jenis rokok apa yang diproduksi oleh PT Kolang Citra Abadi? Apa saja nama

mereknya?

4. Apa bahan baku utama dan bahan baku pembantu yang digunakan untuk

memproduksi rokok? Apa kegunaan masing-masing bahan baku tesebut?

5. Siapa target pasar perusahaan dalam memasarkan produk-produknya?

6. Bagaimana jika ada calon konsumen yang meminta atau menginginkan

sampel rokok? Siapakah yang dapat dihubungi?

7. Bagaimana susunan organisasi dari perusahaan PT. Kolang Citra Abadi, dan

apakah tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing- masing jabatan?

8. Apa visi, misi, dan tujuan dari perusahaan?

9. Apakah perusahaan menyediakan fasilitas pelayanan konsumen? Jika ada,

seperti apa tugasnya?

10. Bagaimana kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan terhadap komunitas

internal (pekerja perusahaan)?

11. Bagaimana struktur merek perusahaan?

12. Berapa tingkat penjualan masing-masing merek tersebut? Merek apa yang

paling tinggi tingkat penjualannya?

13. Bagaimana sejarah digunakannya nama merek yang paling laris tersebut?

14. Bagaimana brand awareness konsumen terhadap merek tersebut?

15. Apakah merek tersebut memiliki standar merek?

16. Bagaimana strategi positioning yang diterapkan oleh perusahaan terhadap

merek tersebut?

17. Apakah ada anggaran khusus untuk mempromosikan atau mengiklankan

merek tersebut?

18. Apakah merek tersebut pernah dipublikasikan di media massa? Jika ya, di

media apa?

82

Lampiran 3: Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar

83

Lampiran 4

EKONOMI

Mencapai 220 Miliar Batang Per Tahun

Industri Rokok Nasional tidak Terpengaruh Krisis

Kendati perekonomian nasional dinilai masih mengalami krisis selama ini, perkembangan sejumlah sektor usaha terutama yang memiliki karakteristik padat modal dan padat tenaga kerja tetap bertahan bahkan terus berkembang. Dari sekian sektor usaha ini, industri rokok nasional yang notabene memiliki kedua karakteristik tersebut terus berkembang di tengah persaingan yang semakin tajam.

Kondisi itu bukan tanpa alasan, pada saat makro ekonomi masihmenghadapi kelesuan seperti rendahnya laju perekonomian yang hanya sekira 3%, tingkat inflasi yang menembus dua digit (di atas 10%), jumlah pengangguran mencapai sekira 60 juta, industri rokok secara positif memberikan kontribusi baik di daerah maupun nasional dengan menyerap tenaga kerja dan pajak yang tidak sedikit.

Perkembangan tersebut salah satunya dapat terlihat dari sisi total produksi industri rokok nasional yang rata-rata per tahun dapat mencapai 220 miliar batang. Bila dihitung, jumlah produksi ini tentu menunjukkan produktivitas yang tergolong sangat tinggi pada ukuran sebuah produk yang bukan barang primer.

Secara ekonomis, besarnya produksi rokok tersebut menunjukkan tingkat permintaan produsen terhadap komoditas utama seperti tembakau dan cengkih yang tinggi pula. Dengan demikian, tumbuhnya industri akan mendorong subsektor perkebunan komoditas yang sangat potensial sejak zaman kolonial ini. Selain itu, tentunya menunjukkan tingkat konsumsi yang juga tinggi, sesuai hukum ekonomi supply and demand.

Sumber: www.pikiran-rakyat.com/cetak/0103/28/0607.htm

84

Lampiran 5

Asap Rokok Lebih Berbahaya dari Polusi Udara

Kamis, 3 Juni, 2004 oleh: Siswono

Asap Rokok Lebih Berbahaya dari Polusi Udara Gizi.net - Semakin dini orang mulai merokok, maka semakin cepat orang tersebut terkena kanker paru-paru. Sebab, hasil penelitian menunjukkan, asap rokok jauh lebih berbahaya dibandingkan polusi udara. Demikian pendapat Prof dr Anwar Jusuf, Guru Besar Tetap FKUI yang dikukuhkan beberapa waktu lalu oleh Rektor Universitas Indonesia (UI) Usman Chatib Warsa. ''Asap rokok mengandung zat kimia yang sebagian bersifat karsinogen. Kemampuan zat ini memicu sel-sel normal menjadi ganas. Proses perangsangan itu terjadi bertahun-tahun,'' kata Anwar kepada wartawan. Kendatipun ada faktor lain penyebab terjadinya kanker paru-paru, jelas spesialis paru itu, namun merokok merupakan faktor utama penyebab keganasan. Pencemaran udara oleh kegiatan industri, menurut Anwar, bisa menambah risiko terjadinya kanker paru-paru. Beberapa zat kimia yang terkait dengan industri, seperti asbestos, arsen, krom, nikel, besi, asap arang batu, uap minyak dan uranium merupakan contoh zat-zat yang meninggikan risiko tersebut. Namun, risiko yang ditimbulkan oleh pencemaran udara jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang ditimbulkan akibat rokok sigaret. Anwar menjelaskan, proses terjadinya kanker paru-paru membutuhkan waktu 10-20 tahun. Biasanya gejala kanker paru-paru diawali umur 40 tahun dan puncaknya pada usia 60 tahun. ''Apabila semakin dini orang merokok dan terus berkelanjutan, risikonya semakin besar. Apabila orang merokok pada usia 10 tahun lebih tua, risikonya setengah dari orang yang merokok pada usia lebih muda.'' Ia mengutip hasil penelitian dr Edy Suryanto yang mengatakan, semakin banyak orang mengonsumsi rokok setiap harinya, akan semakin besar terjadinya kanker paru-paru. Lebih lanjut, ia menjelaskan, sekitar 50% penderita kanker paru tidak mengetahui bahwa asap rokok merupakan penyebab penyakitnya. Hal itu disebabkan kurangnya informasi yang diterima masyarakat. Dari hasil penelitian disebutkan hanya 44% penderita kanker paru-paru mendengar bahaya asap rokok dari surat kabar, radio, majalah, televisi, atau petugas kesehatan. Sekitar 0,9% penderita mendapatkan informasi dari sekolah. Anwar bersama beberapa dokter paru dari RS Persahabatan pernah melakukan penelitian pada anak-anak kelas V dan VI SD di Jakarta Timur. ''Dari 12% anak-anak SD yang sudah diteliti pernah merasakan merokok dengan coba-coba. Kurang lebih setengahnya meneruskan kebiasaan merokok ini.''

85

Prof Anwar memaparkan masalah pendidikan berpengaruh pada kebiasaan merokok. ''Penelitian kami menyimpulkan anak yang tinggal di daerah kumuh, merokok dipengaruhi orang tuanya. Sedangkan pada kelompok yang mapan, kebiasaan merokok pada anak dipengaruhi oleh teman-teman dekat atau saudaranya.'' Oleh sebab itu, edukasi bagi masyarakat tentang bahaya merokok sangat penting dilakukan terus-menerus. ''Saya sangat setuju apabila anak membeli rokok harus dengan KTP tetapi mana ada pedagang rokok yang mau peduli. (Nda/V-1) � Sumber: www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004060101014124

86

Lampiran 6

Kamis, 31 Agustus 2000

Industri Rokok, antara Kesehatan, Lapangan Kerja, dan Pemasukan Negara

TIDAK kurang dari 20 juta penduduk Indonesia bergantung pada industri rokok nasional. Sumbangan terhadap negara berupa cukai dan pajak-pajak dari deretan bisnis ini sangat besar. Akan tetapi, kampanye antirokok demi kesehatan, meningkatkan kesejahteraan buruh dan petani tembakau serta pengembangan industrinya, merupakan tantangan yang harus dijawab dalam kerangka pengembangan industri nasional. INDUSTRI hasil olahan tembakau dengan produksi utama rokok, berperan dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek. Pada tahun 1998, penyerapan tenaga kerja termasuk di berbagai sektor terkait mencapai 6,4 juta orang. Dengan efek ganda sekitar 10 persen, berarti kehidupan paling tidak 20 juta penduduk Indone-sia tergantung pada industri rokok. Ini antara lain terdapat pada aktivitas usaha yang menunjang kegiatan pabrik seperti usaha penitipan sepeda, kantin dan rumah pondokan pekerja, kegiatan antar-jemput pegawai, serta kegiatan lain semisal pengerjaan dan perawatan fasi-litas pabrik seperti gedung dan jaringan jalan.

Di samping itu, industri rokok juga mendorong berkembangnya industri dan jasa lain seperti percetakan, periklanan, perdagangan, transportasi, dan penelitian.

Sumbangannya pada pemasukan negara antara lain berwujud cukai rokok yang pada tahun 1998 mencapai Rp 7,5 trilyun. Belum lagi Pajak Pertam-bahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Industri rokok juga mendorong peningkatan surplus perdagangan komoditas tembakau dan hasil olahannya yang mencapai 147,79 juta dollar AS.

Menurut jenisnya, industri rokok di Indonesia dapat dibedakan atas dua kelompok utama produk yakni rokok kretek dan rokok putih. Rokok kretek menguasai 87 persen dari total produksi industri rokok. Pembuatannya menggunakan tembakau rakyat ditambah dengan ceng-keh, saus, dan bumbu rokok lainnya. Rokok kretek ini dibedakan menurut cara pembuatannya yakni sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret kretek mesin (SKM). Industri rokok kretek tergabung dalam Gabungan Perserikatan Pabrik Ro-kok Indonesia (Gappri).

Sementara rokok putih yang berpangsa pasar 13 persen, dibuat dengan menggunakan tembakau virginia tanpa menggunakan cengkeh. Pembuatannya menggunakan mesin dan disebut sigaret putih mesin (SPM). Industri rokok putih tergabung dalam Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo).

Sesuai dengan peran yang dapat diberikan baik dalam pemanfaatan sumber daya alam, penyediaan lapangan kerja mau pun sumber pendapatan dan devisa negara, maka industri rokok kretek dan rokok putih perlu dikembangkan sebagai industri inti dalam suatu kluster, agar lebih mampu bersaing.

***

MELIHAT sisi permintaan, potensi pasar dalam negeri masih tergolong subur untuk pemasaran berbagai produk rokok. Bahkan badai krisis ekonomi nyaris tidak menggoyahkan industri ini. Pada saat krisis memuncak, produksi rokok malah naik 2,7 persen, berarti konsumsi rokok meningkat. Pertum-buhan itu di atas laju pertumbuhan

87

jumlah penduduk yang hanya sekitar 1,8 persen. Di samping itu, belakangan ini banyak bermunculan merek rokok baru yang gencar berpromosi.

Potensi ekspor pun cukup besar, karena Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pengekspor tembakau di dunia. Dalam lima tahun terakhir, volume ekspornya meningkat 12 persen per tahun, dengan volume rata-rata 34,88 ton per tahun.

Selain tembakau, ekspor rokok putih pun cukup signifikan, yakni 70 persen dari ekspor rokok nasional. Ekspor rokok putih ini dalam lima tahun terakhir meningkat rata-rata 8,4 persen per tahun. Sementara ekspor rokok kretek meningkat rata-rata 4,4 persen per tahun.

Walaupun demikian, kebu-tuhan tembakau untuk rokok putih masih memerlukan suplai impor. Perkembangan impor da-lam lima tahun terakhir berkembang relatif kecil. Namun, volumenya lebih besar dibandingkan dengan ekspornya, yakni rata-rata 42,95 ton per tahun. Selain impor tembakau, Indonesia juga mengimpor rokok kretek dari Malaysia dan rokok putih dari Eropa dan Amerika Serikat. Namun, impor itu cenderung menurun dari tahun ke tahun.

***

DALAM kluster (pengelompokan) industri rokok, industri rokok kretek dan putih merupakan industri inti dari industri hasil tembakau. Industri pendukungnya adalah industri kertas sigaret, filter sigaret, kertas pembungkus, bahan pengemas, percetakan, periklanan dan transportasi, bahan kimia/penyedap, serta industri mesin dan peralatan proses tembakau. Industri terkait adalah cerutu, klobot, dan kelembak menyan.

Industri rokok ini masih terbagi lagi dalam beberapa kluster yakni industri pengeringan tembakau, bahan penyedap, kertas sigaret, filter sigaret, kertas pembungkus, percetakan, periklanan dan transportasi, mesin/ peralatan, serta pengemasan.

Permasalahan utama yang dihadapi khususnya oleh industri rokok kretek saat ini adalah tingginya kadar nikotin dan tar. Untuk SKT rata-rata sebesar 60 mg dan 3 mg. SKM rata-rata 50 mg dan 2,5 mg. Padahal, PP No 81/1999 Pasal 4 menetapkan (sesuai ketentuan WHO) bahwa batas kadar maksimum kandungn nikotin dan tar pada setiap batang rokok yang beredar di wilayah Indonesia tidak boleh melebihi kadar nikotin 1,5 mg dan tar 20 mg.

Usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut di atas antara lain dalam jangka pendek, menetapkan kawasan tanpa merokok di lokasi umum seperti sekolah, rumah sakit, dan restoran; tempat kerja; dan angkutan umum. Dalam jangka panjang, bersama instansi terkait dan dunia usaha menyusun program penurunan kandungan nikotin dan tar secara bertahap melalui rekayasa genetika tembakau dan cengkeh bekerja sama dengan Ditjen Perkebunan, serta teknologi pengolahan tembakau dengan mutu seragam.

Di samping itu, beberapa industri penunjang/pendukung yang cukup dominan dalam penentuan daya saing ternyata belum berkembang.

Industri yang masih tergantung diimpor itu antara lain industri kertas mild sigaret, bahan baku filter (asetat tow), bahan pengemas (cellophan film, aluminium foil, dan tear tape), serta mesin/peralatan proses (mesin pembuat dan pengemasan sigaret).

88

Pada sub-sektor hasil tembakau terjadi penurunan produktivitas tenaga kerja, tetapi keluarannya (output) meningkat, dan cenderung bergerak ke arah industri yang bersifat padat modal. Pemakaian mesin mulai menggantikan sebagian SKT.

***

DAYA saing industri ini ditentukan sejumlah faktor. Tembakau salah satunya. Luas tanaman dan produksi tembakau sampai dengan 1997 mengalami kenaikan. Namun, pada tahun 1998 baik luas tanaman dan produksi turun hingga mencapai 221.802 ha dengan produksi 138.746 ton. Hal ini disebabkan curah hujan yang tinggi dan pengaruh iklim La Nina. Dari keseluruhan luas tanaman tembakau 1998, sekitar 98 persen yakni 218.402 ha adalah perkebunan rakyat. Sisanya, 3.400 ha adalah perkebunan besar negara.

Bahan baku tembakau selama ini tumbuh baik di Indonesia. Suplai bahan baku artinya cukup kecuali untuk jenis virginia tertentu yang belum dihasilkan di dalam negeri. Begitu pula dengan kertas rokok dan filter masih sangat tergantung dari impor.

Di samping itu, sistem perdagangan tembakau cenderung tidak kondusif terhadap minat pengembangan lahan produksi.

Kondisi permintaan tembakau untuk industri dalam lima tahun terakhir meningkat rata-rata 10,6 persen per tahun. Pembuatan rokok umumnya menggunakan tembakau rakyat dan tembakau virginia lokal, serta tembakau virginia tertentu yang harus diimpor.

Permintaan domestik masih besar baik kretek maupun putih, sementara permintaan dunia tidak stabil, cenderung turun karena kesadaran kesehatan. Namun, pasar dunia masih memberi peluang menjanjikan sepanjang persyaratan pasar dan kualitas dapat dipenuhi.

Kecenderungan permintaan dunia lebih mengarah pada rokok ringan (kadar nikotin dan tar rendah) dan luks. Hal ini menuntut teknologi proses pembuatan rokok yang lebih maju dan otomatis.

Dalam hal strategi dan struktur persaingan usaha, kelompok usaha yang ada di dalam negeri terdiri atas 874 perusahaan termasuk usaha menengah besar dan industri kecil. Dari skala menengah besar tercatat tujuh perusahaan investasi asing dan lima BUMN yang masing-masing memiliki derajat spesialisasi cukup tinggi dan membentuk pasar kompetisi monolistik. Pesaing utama asing untuk sepuluh tahun mendatang adalah lima negara yakni Cina, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Korea Selatan.

***

STRATEGI umum kebijakan pengembangan industri harus melibatkan banyak instansi, mengingat perannya yang sangat penting dalam ekonomi dan sosial masyarakat. Ini bertujuan agar tidak terjadi kebijaksanaan yang kurang tepat, dan berbuntut tidak terpenuhinya target cukai dan kemungkinan tutupnya industri rokok.

Dalam hal cukai, penetapan unifikasi tarif cukai tahun 1999/ 2000 untuk tetap mengacu pada empat sasaran pokok, yakni mencapai target cukai Rp 10,16 trilyun, melindungi usaha kecil dan tenaga kerja, serta menciptakan perlakuan yang sama pada semua pabrik rokok. Unifikasi tarif cukai antara rokok kretek mesin dan putih mesin perlu dilakukan secara lebih realistis, dengan tetap mempertimbangkan struktur biaya produksi dan mekanisme harga pasar.

89

Dalam penetapan kadar nikotin dan tar, perlu mempertimbangkan kesulitan pabrikan rokok kretek skala menengah dan kecil, serta syarat kesehatan. Pembinaan kemampuan kelompok kecil merupakan unsur mutlak dalam mengembangkan industri rokok kretek dan putih.

Depperindag dan Ditjen Perkebunan merencanakan sistem penelitian lima tahunan, khususnya di bidang pembibitan dan peracikan dengan sasaran utama penurunan kadar nikotin dan tar. Selain itu, akan dibuat pula perencanaan jangka pendek pengembangan teknologi industri rokok, pengembangan brand Indonesia, serta deregulasi di bidang sistem tarif cukai rokok dan investasi.

Sementara dunia usaha diharapkan mendorong pengembangan industri kertas rokok dan filter rokok di dalam negeri, serta industri permesinan untuk menghasilkan peralatan produksi pabrik rokok. Selain itu diperlukan upaya diversifikasi pasar, khususnya ke negara berkembang serta mendorong pengembangan produk spesifik, yakni tembakau virginia dan burley, serta rokok ringan.

Suatu kenyataan lain, industri rokok maju tetapi kurang memperhatikan kesejahteraan buruhnya dan petani tembakau. Semua itu patut diperhatikan dalam sistem hubungan kerja yang harmonis, saling menguntungkan. Bila tidak kelak industri rokok akan kerepotan dengan semakin tingginya kesadaran buruh dan petani menuntut hak-haknya.

Sumber: www.kompas.com/kompas-cetak/0008/31/ekonomi/indu15.htm