bab ii tinjauan umum - sipadu

38
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Umum Mebel 2.1.1 Definisi Mebel Kata ‘furniture’ berasal dari bahasa latin mobile yang berarti movable, dalam bahasa Perancis, mebel disebut ‘fournir’, yang berarti to furnish sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah furniture (Postell, 2009, p. 4). Kata ‘mebel’ berasal dari bahasa Perancis yaitu ‘meubel’, atau dalam istilah bahasa Jerman yaitu ‘mobel’ (Barley, 1997, p.26). Mebel digunakan sebagai alat untuk mendukung tubuh manusia, menyimpan atau menampilkan (display) barang, dan membagi ruangan (partisi). Mebel dikategorikan sesuai dengan kegunaan sosial, yaitu healthcare, hospitality, kantor, rekreasi, agama, hunian, toko, dan penyimpanan (Postell, 2009, p.4). Secara keseluruhan, mebel berbentuk freestanding atau bersifat ‘yang dapat pindahkan’, namun ada pula jenis mebel yang built-in (tidak dapat dipindahkan), biasanya dipasang pada dinding, lantai, atau ceiling. Mebel berfungsi untuk mendukung aktivitas hidup manusia, mulai dari duduk, tidur, bekerja, makan, bermain, dan sebagainya. Selain itu, mebel berfungsi pula memberikan kenyaman dan keindahan bagi para pemakainya. (Postell, 2009, p.4).

Upload: khangminh22

Post on 12-May-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Tinjauan Umum Mebel

2.1.1 Definisi Mebel

Kata ‘furniture’ berasal dari bahasa latin mobile yang berarti movable,

dalam bahasa Perancis, mebel disebut ‘fournir’, yang berarti to furnish sehingga

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah furniture (Postell, 2009, p.

4).

Kata ‘mebel’ berasal dari bahasa Perancis yaitu ‘meubel’, atau dalam

istilah bahasa Jerman yaitu ‘mobel’ (Barley, 1997, p.26).

Mebel digunakan sebagai alat untuk mendukung tubuh manusia,

menyimpan atau menampilkan (display) barang, dan membagi ruangan (partisi).

Mebel dikategorikan sesuai dengan kegunaan sosial, yaitu healthcare, hospitality,

kantor, rekreasi, agama, hunian, toko, dan penyimpanan (Postell, 2009, p.4).

Secara keseluruhan, mebel berbentuk freestanding atau bersifat ‘yang

dapat pindahkan’, namun ada pula jenis mebel yang built-in (tidak dapat

dipindahkan), biasanya dipasang pada dinding, lantai, atau ceiling. Mebel

berfungsi untuk mendukung aktivitas hidup manusia, mulai dari duduk, tidur,

bekerja, makan, bermain, dan sebagainya. Selain itu, mebel berfungsi pula

memberikan kenyaman dan keindahan bagi para pemakainya. (Postell, 2009, p.4).

2.1.2 Fungsi Mebel

2.1.2.1 Mebel yang Mendukung Tubuh Manusia

Mebel dapat digunakan untuk mendukung tubuh manusia yang berperan

dalam aktivitas sehari-hari, seperti aktivitas tidur, duduk, dan istirahat. Mebel ini

harus dapat memberikan kenyamanan terhadap gerakan pengguna, menahan berat

tubuh pengguna secara maksimal, dan meminimalisir titik-titik beban yang

membuat tubuh menjadi tidak nyaman. Beberapa jenis mebel untuk mendukung

tubuh manusia antara lain tempat tidur, kursi, kursi mobil, kursi pesawat, couch,

hammock, matras, sofa, dan kursi roda (Postell, 2007, p.7).

2.1.2.2 Mebel yang Mendukung Aktivitas Manusia

Menurut Postell (2007, 15), manusia dan mebel mempunyai hubungan

yang erat. Postell memaparkan bahwa hubungan yang erat ini timbul dari aktivitas

manusia yang bergantung pada karakteristik mebel. Karakteristik mebel

ditentukan oleh beberapa hal, seperti sikap manusia ketika melakukan aktivitas

makan, membaca buku, bekerja dengan komputer, dan menulis di meja. Pada

proses perancangan sebuah mebel, pemahaman tentang material dan ukuran

standar menjadi penting karena hal tersebut berperan secara menyeluruh dari segi

struktural dan kenyamanan bagi pengguna. Observasi dan analisis korelasi antara

mebel, tubuh manusia, dan aktivitas, akan membantu desainer memahami secara

mendalam mengenai fungsi optimal dari sebuah mebel, apakah performanya baik

atau tidak.

Proses perancangan mebel mengutamakan dan mendukung kenyamanan

tubuh pengguna dalam melakukan berbagai aktivitas. Ketinggian dan kedalaman

bidang permukaan horizontal mempengaruhi kegunaan mebel. Beberapa jenis

mebel untuk mendukung aktivitas manusia antara lain, meja tulis, meja makan,

meja kerja, lectern dan workstation. Ukuran standar di dalam lingkungan sosial

barat (western societies) untuk meja kerja sebagai berikut :

- Ketinggian konter untuk pengguna kursi roda : 76.2 cm

- Ketinggian top table kitchen set : 76.2 cm-95.7cm

- Kedalaman konter range dapur : 61 cm

- Ketinggian standing bar : 106.6cm

- Ketinggian meja tulis : 63.5cm-83.8cm (tergantung pada pengguna,

apakah anak kecil, orang dewasa, atau pengguna kursi roda)

2.1.2.3 Mebel yang Digunakan untuk Menyimpan Barang

Menurut Postell (2007, 16), jenis mebel yang digunakan sebagai tempat

penyimpanan barang meliputi lemari baju, lemari buku, dan lemari piring. Jenis

mebel freestanding bersifat mudah dipindahkan, sementara built-in storage, wall-

mounted cabinet, dan pantry bersifat tetap atau tidak dapat dipindahkan. Tipe ini

dikategorikan sebagai lemari penyimpanan (casework) yang biasanya dibuat

secara custom-fabricated sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tertentu.

Pada kehidupan sehari-hari, mebel yang dirancang dapat mempunyai beberapa

fungsi, misalnya meja untuk display perhiasan pada retail dapat pula difungsikan

sebagai tempat penyimpanan.

2.1.2.4 Mebel yang Mendefinisikan Ruang

Interior ruang dapat dibagi atau digabung dengan menggunakan built-in

mebel, partisi, dan shelving system. Selain itu, fungsi freestanding mebel di ruang

kantor, hotel lobby, perpustakaan, dan resotran dapat mendefinisikan zona

aktivitas sesuai dengan kebutuhan secara independen. Misalnya yang terjadi pada

office, dengan meletakkan sistem penyimpanan (office storage system) dapat

membuat pengaturan penyimpanan menjadi lebih fleksibel, membagi menjadi

ruangan-ruangan yang lebih teratur dan efisien, serta memungkinkan para staf

dapat mempunyai ruang yang bersifat privasi. (Postell, 2007, p.17).

2.1.3 Klasifikasi Mebel Berdasarkan Kegunaan Sosial

2.1.3.1 Healthcare Furniture : difungsikan untuk orang yang membutuhkan

pertolongan

Alat-alat untuk Healthcare seperti kursi roda, rollaways cart, lift chair dan

adjustable table digunakan untuk membantu orang cacat atau orang yang

membutuhkan pertolongan. Biasanya, alat-alat dan mebel untuk healthcare

tersebut diproduksi secara masal (Postell, 2007, p.18).

2.1.3.2 Hospitality Furniture

Hospitality furniture digunakan pada restoran, lobby dan resepsionis

dengan desain untuk kepentingan public dan aktivitas sosial. Jenis mebel ini

biasanya dirancang untuk pengguna dalam lingkup luas dan mempunyai fungsi

general. Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam merancang hospitality

furniture, meliputi :

a) Accessibility

b) Duarability

c) Flexibility

Beberapa jenis hospitality furniture antara lain, lounge seating, lobby

seating, meja makan dan kursi di restoran, dan meja resepsionis (Postell, 2007,

p.21).

1) Meja makan dan kursi di restoran

Karakteristik dan bentuk yang ingin diperlihatkan dalam desain

interior sebuah restoran dapat ditampilkan pada meja makan dan kursi, atau

dengan kata lain mebel dalam ruangan tersebut. Hal ini menekankan bahwa

fungsi sebuah mebel dapat membentuk pencitraan sebuah interior ruang.

Dimensi yang sering digunakan dalam standar industri pembuatan

mebel skala besar sebagai berikut :

- Ketinggian standar meja makan : 73.6 cm

- Ukuran standar lebar meja makan untuk dewasa per orang : 62 cm

- Ketinggian dudukan kursi yang diproduksi secaral masal untuk western

societies : 42.2 cm (Postell, 2007, p.21)

2) Mebel di lobby dan resepsionis

Ruang pada lobby dan respsionis adalah tempat yang digunakan oleh

manusia melakukan aktivitas sosial dalam kisaran waktu yang singkat.

Biasanya mebel yang digunakan bersifat freestanding dan multi-fungtional

supaya fungsi ruang dan suasana dengan mudah dapat diubah (Postell, 2007,

p.21).

2.1.3.3 Mebel di Institusi : pendidikan

Mebel di institusi pendidikan difungsikan pada ruang kelas,

perpustakaan, dan ruang yang menyediakan berbagai fasilitas pelatihan.

Walaupun fungsi mebel dirancang khusus untuk institusi pendidikan tertentu,

namun kegunaannya tidak dikhususkan untuk beberapa tipe orang (dengan

kata lain dirancang secara general supaya semua orang dapat menggunakan).

Rancangan mebel untuk institusi pendidikan harus mempertimbangkan

kekuatan, kenyamanan, fleksibilitas, ringan dan harus mudah menyimpan.

Misalnya penggunaan Stacking chair dalam ruangan dapat menghemat ruang

karena kursi dapat disimpan dengan cara ditumpuk.

Menurut Postell (2007, 24), kriteria desain untuk mebel pada institusi

pendidikan adalah sebagai berikut;

- Harus mendukung tulang punggung (memiliki sandaran belakang)

- Kursi yang mudah ditumpuk (Stacking chair ) berjumlah 4-40 buah

- Ringan

- Kenyamanan untuk gerakan pengguna

- Ukuran standar besi penahan (metal support): 7/8 inch (2cm)

- Durability

- Anti-karat dan tahan gores khususnya pada finishing kursi

- Harga

2.1.3.4 Mebel di Ruang Kantor : dudukan yang ergonomis, workstation, dan

system furniture

Sistem mebel di ruang kantor telah berkembang seiring kemajuan

sosial, ekonomi, teknik, teori-teori ergonomis, dan inovasi teknologi.

Action office system adalah sistem mebel kantor yang dirancang agar para

pekerja dapat duduk berhadapan. Sistem ini dibuat oleh Herman Millier

tahun 1968. Sistem ini mempengaruhi sistem kerja dan suasana kantor

sehingga membentuk networking dan teaming (Postell, 2007, p.28).

2.1.4 Bentuk Mebel secara Tipologi

Mebel dapat dikategorikan ke dalam beberapa bentuk berdasarkan aspek

tipologinya dari segi konstruksi, peletakan, dan pemasangan pada ruang. Hal-hal

ini meliputi :

a) Flat-pack/Knock-down

b) Built-in (casework)

c) Freestanidng (case goods)

d) Inflatable (dibentuk dan diisi dengan udara)

e) Transformable (dapat mengubahkan bentuk)

f) Movable (dapat dipindahkan)

2.1.4.1 Knock-Down

Mebel yang siap dirakit (ready to assemble-RTA) dijual dalam kondisi

belum dirakit, biasanya akan dirakit oleh konsumen setelah dibeli. Mebel ini

disebut juga sebagai flat-pack atau knock-down mebel.

2.1.4.2 Built-in

Built-in mebel mempunyai sifat yang terintegrasi dengan ruang, sehingga

menghasilkan kontinuitas dengan bangunan. Built-in mebel dirakit secara on-site

(langsung ditempat) dan ditempelkan pada lantai, dinding dan ceiling. Desainer

harus mempertimbangkan kekuatan konstruksi mebel dengan kondisi eksisting

bangunan yang tidak sempurna.

Gambar 2.1. Built-in home officeSumber : http://www.trendir.com/interiors/, akses 02 October 2011

2.1.4.3 Freestanding

Mayoritas mebel berbentuk freestanding yang diletakkan sendiri tanpa

pemasangan atau tempelan pada ruang. Kelebihan freestanding mebel adalah sifat

fleksibilitas yang dapat digunakan untuk mengubah posisi mebel.

Gambar 2.2. Chieftain louge chairSumber : Postell, 2003, 56

2.1.4.4 Inflatable

Bagian dalam waterbed, inflatable air mattress (mattress diisi dengan

udara), bola terapi, dan beanbag chair diisi dengan sesuatu dan bagian luar mebel-

mebel tersebut pula diliputi dengan sesuatu (sheated.) Inflatable mebel dirancang

untuk penggunaan yang temporer dan dapat dibuat compact dengan tujuan

penyimpanan atau transpor, jika diperlukan.

Gambar 2.3. Air sofaSumber : http://blog.naver.com/chohyungsa, akses 04 October 2011

2.1.4.5 Mechanical Furniture

Mechanical furniture dapat diubah dalam berbagai bentuk dengan

aksesoris tertentu. Mechanical furniture dirancang dengan bentuk sederhana yang

dapat dilipat, mudah dipindahkan, dan disimpan setelah digunakan. Beberpa jenis

Mechanical furniture antara lain, kursi lipat, meja kupu-kupu, dan tempat tidur

bayi.

Gambar 2.4. American drop-leaf table, 1815-30Sumber : Postell, 2003, 58

2.1.5 Pengertian Desain Mebel

Kategori desain mebel menurut Marizar (2003, 19), termasuk dalam

desain fungsional, yaitu desain yang banyak memberikan pelayanan atau fasilitas

pada kegiatan manusia. Untuk membuat mebel diperlukan persyaratan dan

prinsip-prinsip yang berorientasi pada seluruh anatomi dan ukuran manusia,

keadaan jasmani, cara bergerak, cara bersikap, dan tuntutan selera manusia.

Menurut Marizar (2003, 19), titik tolak perencanaan mebel adalah manusia secara

keseluruhan, yang memiliki beragam kegiatan dengan berbagai tuntutannya.

Tuntutan tersebut meliputi keinginan tidur secara nyaman, keinginan duduk

dengan santai, keinginan keselamatan di dalam pekerjaan, keinginan akan

keindahan, keinginan praktis, dan sebagainya. Semua itu merupakan tuntutan

yang harus dipenuhi secara sistematik.

Proses desain mebel memerlukan keterampilan mendesain, pengalaman,

intuisi dan pengetahuan dalam lingkup yang sangat luas untuk mengembangkan

pengertian tentang bagaimana cara mendesain mebel (Postell, 2009, p.1). Proses

perancangan mebel membutuhkan inspirasi, konsep dan ide untuk memberikan

kepuasan, kenyamanan, dan kesenangan kepada pengguna mebel. Hasil desain

interior dapat ditegaskan dengan desain mebel yang terintegrasi atau kontras

dengan rancangan ruangnya. Hal ini disebabkan selain fungsi mebel sebagai

elemen pembentuk ruang, mebel digunakan pula sebagai penunjang aktivitas

manusia sehari-hari. Karakter mebel yang ‘freestanding’ memudahkan proses

mencipta atau mengubah suasana baru yang diinginkan.

Sebuah mebel diciptakan dengan berbagai syarat dan kondisi untuk

memenuhi kebutuhan dan membantu aktivitas bagi pengguna. Seperti yang

diuraikan oleh Marizar pada gambar 2, nilai kenyamanan, keamanan, keselamatan,

keindahan, efisiensi dan simbolik pada mebel akan terpenuhi apabila melewati

proses perancangan mebel yang sesuai dengan fungsi.

Diagram 2.1 Fundamental pemikiran desain mebel

Sumber : Marizar, 2003, p.7

PENCITRAAN

RUANG

Menurut Postell (2003, 163), kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam

merancang mebel dalam tahapan predesign dan programming, meliputi :

Siapa

- Siapa yang menjadi target market untuk mebel berikut?

- Siapa yang menjadi pengguna mebel berikut?

- Siapa yang akan menjual atau mendistribusi mebel berikut?

- Siapa yang akan memperbaiki mebel berikut?

Apa

- Apakah tujuan dari pembuatan mebel ini?

- Apakah mebel ini memiliki fungsi lain?

- Apakah fungsi lain yang sebaiknya ditambah pada mebel ini?

- Berapa lama mebel ini dapat digunakan?

- Berapa harga mebel ini?

Mengapa

- Mengapa membutuhkan mebel ini?

- Mengapa seseorang akan membeli mebel ini?

- Mengapa memerlukan desain baru?

- Mengapa mebel ini akan digunakan?

- Mengapa mebel ini dibuat dengan berbagai teknik pembuatan?

Kapan

- Kapan mebel ini digunakan?

- Kapan mebel ini diperbaiki?

- Kapan mebel ini tidak dapat digunakan dengan kondisi baik?

- Kapan mebel ini disimpan atau dipindah?

Di mana

- Di mana mebel ini akan diletakkan/ ditempatkan?

- Di mana tempat yang dilarang untuk meletakkan mebel ini?

- Di mana mebel ini akan dipasarkan?

- Di mana tempat untuk mendapatkan material mebel ini?

- Di mana tempat untuk membuat mebel ini?

Bagaimana

- Bagaimana mebel ini bekerja?

- Bagaimana mebel ini digunakan?

- Bagaimana hubungan mebel ini dengan manusia sebagai pengguna?

2.1.6 Prinsip Desain Mebel

Menurut Vitruvius dalam buku The Ten Books of Achitecture, teori

arsitektur mengandalkan tiga prinsip terpenting, yaitu kekuatan, kegunaan, dan

kesenangan. Tiga prinsip arsitektur tersebut dapat diterapkan pada perancangan

mebel. Hal tersebut meliputi :

2.1.6.1 Kekuatan : konstruksi

- Bagaimana komponen mebel dibuatk dan dirakit?

Kekuatan mebel dihasilkan dari perakitan secara struktural, praktis

dan konstruksi. Kekuatan diandalkan pada teknik pembuatan,

keterampilan pekerja, dan relasi antara komponen-komponen mebel.

Dalam proses rancangan mebel, ketahanan mebel terhadap beban

diperhatikan, dengan tujuan untuk menguji apakah mebel dapat bertahan

dalam pengujian kategori beban tertentu.

2.1.6.2 Kegunaan : pemakaian dan pengalaman

Kegunaan nilai pakai mebel dapat dinilai berdasarkan bagaimana

mebel berfungsi dan digunakan, dengan melewati observasi dan

pengalaman. Untuk mendesain sebuah mebel, diperlukan data-data

kegiatan, antropometri, ergonomi, dan universal design. Haptic sensation

(pengalaman secara langsung) juga membantu menghasilkan desain mebel

yang optimal sehingga fungsi mebel dan nilai ergonomi dapat terpenuhi.

Antropometri

Antropometri adalah ilmu pengetahuan tentang pemahaman

fisiologi tubuh manusia dan pengukuran anatomi. Dengan menerapkan

nilai antropometri, mebel yang dirancang dituntut mengutamakan

kenyaman bagi tubuh dan gerakan pengguna secara ilmiah. Selain itu, nilai

antropometri memberi suatu patokan dalam memilih bahan dan

menentukan ukuran mebel.

Gambar 2.5. Data antropometri untuk wanitaSumber : http://hamiltonhughes.com, akses 15 November 2011

Ergonomi

Ergonomi memfokuskan pada bagaimana sesuatu diciptakan

supaya menghasilkan suatu integrasi antara keterbatasan badan manusia

dan aktivitas. Tesis ini berdasarkan pada, jika badan manusia tidak

ditekankan melebihi batasanya masing-masing manusia pada bagian tubuh,

otot, dan tulang, badan manusia akan menjadi sehat.

Kata ‘ergonomics’ berasal dari bahasa yunani ergos berarti

‘bekerja’ dan kata ‘nomic’ berarti ‘prinsip natural’. Ergonomis tidak

memaksakan manusia yang disesuaikan pada pekerjaan atau ruang tetapi

pekerjaan atau ruang yang disesuaikan dengan keterbatasan manusia.

Tujuan ergonomis adalah menciptakan desain yang bermanfaat dan praktis

bagi manusia dengan mempertimbangkan keterbatasan manusia aspek

fisikal maupun psikologis.

Gambar 2.6. Ergonomi dalam perancang kursi

Sumber : http://www.office-furnitures.net/, akses 15 November 2011

1) Keindahan : bentuk, organisasi ruang, estetika

Kesenangan yang timbul adalah reaksi individual yang subjektif

dari stimulasi secara fisikal atau visual. Dan kesenangan timbul dari

persepsi yang memberi kenyamanan serta warna, bentuk secara visual dan

karakteristik dan finishing bahan secara taktis. Menurut Buckminster

Fuller,

When I’m working on a problem, I never think about beauty. I think only how to

solve the problem. But when I have finishied, if the solution is no beautiful, I know that it

is wrong.

Desainer mebel harus menghasilkan harmoni yang sempurna

antara semua kondisi, yaitu konstruksi, kegunaan, situasi ruang, material

dan keindahan. Keindahan dalam desain mebel berdasarkan pada

pemakaian dan pengalaman dan estetika, oleh karen itu, dapat disimpulkan

sebagai fenomena sangat kompleks yang diandalkan pada suatu fisik dan

mental. Keindahan dalam desain mebel, hal yang harus diperhatikan

adalah :

- Bagaimana mebel akan terlihat?

- Di mana mebel itu dapat tepat digunakan?

- Apa ekspresi dalam desain mebel itu?

2.2 Gaya Desain Mebel

Menurut Marizar (2003, 36), gaya merupakan salah satu titik awal dalam

perancangan mebel. Banyak gaya telah timbul dapat memberikan inspirasi dan

motivasi bagi para desainer untuk menciptakan gaya mebel yang baru di masa

depan.

2.2.1 Gaya klasik

Mebel digunakan sebagai sarana untuk menghadirkan citra pemakainya

untuk menampilkan kekuasaan dan kemewahan bagi penguasa pada zamannya.

Hal ini terbukti dari kelahiran beberapa gaya desain mebel klasik yang cenderung

mencerminkan eksistensi dari penguasa, termasuk para bangsawan dan raja pada

saat mereka berkuasa.

Desain-desain mebel klasik banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur

gereja yang bersifat religius dan sakral, sehingga karakteristik yang ditampilkan

dalam desain mebel pada umumnya senada dengan gaya arsitekturnya pada

zamannya.

Kelas-kelas penguasa sudah menggunakan kursi dalam ruang dengan

desain yang proporsi, geometris, simetris untuk menampilkan kekuatan dan

kelestarian. Mebel-mebel untuk menduduki orang dijadikan titik awal bagi

perkembangan gaya mebel Eropa. Pada zaman itu, kursi hanya dapat digunakan

bagi orang-orang tingkat tinggi sebagai simbol yang memperlihatkan kehormatan.

Ukiran-ukiran yang menyerupai kaki binatang seperti sapi atau singa

diterapkan pada bagian kaki kursi. Hiasan-hiasan yang rumit, bergulung-gulung,

dan bergelora, serta sarat dengan unsur dekoratif pada zaman Mesir, Yunani dan

Roma menjadi ciri khasnya perkembangan desain mebel klasik Eropa (Guksun,

2007, p.22).

Gambar 2.7. Dudukan di Dionysus Theater, Athens

Sumber : www.mlahanas.de/Greeks/Furniture/Furniture.htm, akses 15 November 2011

Secara ringkas desain mebel klasik dan klasik Eropa memiliki

karakteritik sebagai berikut,

- Desain dikerjakan oleh seniman

- Desain yang mayoritas penuh dengan hiasan dan produk dikerjakan

oleh tukang kayu

- Bersifat kerajinan tangan dan dibuat secara manual

- Desain dibuat berdasarkan selera/kehendak raja atau bangsawan

- Desain yang dibuat bertujuan untuk memperoleh kebanggaan,

kemewahan atau bensi sosial, serta untuk melegitimasi kekeuasaan

raja

- Produk tidak dibuat secara masal

- Desain cenderung eksklusif

- Konsep desain kecenderungan, emosional, spiritual, magis dan sakral

- Gagasan hanya berdasarkan pengalaman di lingkungannya

- Kemampuan atau keterampilan yang digunakan berlandaskan pada

tradisi alamiah secara turun-temurun.

- Esensi gaya desain mebel klasik berpijak pada konsep fungsi harus

mengikuti makna bentuk dan ornamen (Marizar, 2003, p.39).

2.2.2 Gaya Modern

Mebel modern sebagai produk berakar dari fase-fase awal Revolusi

Industri yang terjadi di sekitar pertengahan abad ke-18 SM, setelah terjadinya

Perang Dunia I. Pada umunya, kata ‘modern’ sebagai istilah yang mewakili

zamannya sesuai dengan standar. Oleh karena itu, desain mebel modern akan

selalu dikaitkan dengan metode dalam memproduksi produk-produk industri.

Kemajuan teknologi pesat dalam revolusi industri membuat sistem

produksi berubah total, di mana tenaga manusia digantikan dengan mesin-mesin

pabrik, dan barang-barang diproduksi secara masal. Akibatnya, mebel didesain

lebih bersifat komersial atau bergerak tuntutan pasar.

Desain mebel modern sangat memperhatikan bentuk dasar yang

sederhana, efisien dan praktis. Pemakaian teknologi modern dan tuntutan ekonomi

menjadi tolok ukur yang menentukan karena desain dibuat dengan tujuan

menambah nilai secara maksimal, dengan biaya yang minimal.

Bahan-bahan yang dipakai masa modern kebanyakan hasil proses

produksi mesin, dengan lebih memperhatikan kekuatan dan kelemahan desain

secara sturuktural serta lebih mempertimbangkan biaya pembuatannya.

Pengolahan bahan mebel dari pipa-pipa logam digunakan sehingga menghasilkan

bentuk yang meniru bahan kayu merupakan suatu inovasi baru yang berkaitan

dengan polar pikir desain modern. Gaya desain mebel modern memiliki konsep

kesederhanaan bentuk yang harus selalu mengikuti fungsi.

Gambar 2.8. Basculent Chiar dibuat oleh Le Corbusier

Sumber : Guksun, 2007, 38

Secara ringkas desain mebel modern memiliki karakteritik sebagai

berikut,

- Desain dikerjakan oleh arsitek dan desainer profesional

- Bentuk mengikuti fungsi

- Desain diciptakan sederhana dan praktis

- Desain dibuat berdasarkan kebutuhan pasar

- Tampilan desain cenderung bersifat universal, mempunyai bentuk

yang sama atau mirip di seluruh dunia

- Konsep desain berdasarkan pemikiran yang berlandaskan pada logika

material, rasional dan komersial

- Gagasan desain didasarkan pada hail penelitian ilmiah

- Mebel terampilan diperoleh secara formal dari sekolah, bukan turun

termurun seperti pada desain mebel tradisional.

Gaya modern ditandai oleh

- Gaya internasional (universal)

- Fungsional-pragmatik

- Bentuk yang sederhana

- Mekanikal, logis dan teknologis Anti hiasan

- Anti metafora

- Anti simbolik

- Susunan fungional (Marizar, 2003, p.41)

2.2.3 Gaya Postmodern

Istilah postmodern mulai digunakan dari tahun 1972 dalam lingkup sastra.

Charles A. Jencks telah menyusun suatu klasifikasi gaya postmodern dalam

lingkup arsitektur yang menjadi ciri khasnya pada tahun 1970s. Menurut Jencks,

gaya postmodern mempunyai tanda-tanda sebagai berikut,

- Berkode ganda (double coding)

- Berbentuk semiotika

- Rumit (kompleks)

- Punya arti semiotika-semantik

- Menggunakan hiasan

- Metafora

- Simbolik

- Berfungsi campuran

- Konstekstual (Marizar, 2003, p.42)

Dalam konteks budaya postmodern, konsep desain dihindari dari

modernisme yang bersifat masal, rasional dan kaku kemudian mendekati juga

pada modernisme dengan pandangan kritis yang dapat mengatasi kekurangan

modermisme sehingga muncul sebuah konflik yang mendudukkan desain mebel

postmodern sebagai karya irasional, emosional, eksprsif, puitik dan terkesan

bermain-main. Prinsip yang dianut oleh gaya desain mebel postmodern ini adalah

fungsi mengikuti permainan bentuk, atau fungsi bermain-main dengan bahasa

bentuk.

2.3 Perilaku Pengguna terhadap Mebel

Mebel berperan sebagai penukaran antara ruang dan pengguna. Karakter

atau fungsi ruang akan diketahui dengan pengalaman atau instuisi pengguna

terhadap mebel dan digunakan sesuai dengan tujuan ruangan. Misalnya, meja dan

kursi yang di dalam ruang akan menentukan aktivitas pengguna, apakah ruang itu

untuk tempat makan atau berbicara dengan diam-diam atau berdansa. Fungsi,

ukuran, material, warna dan jenis yang dimiliki mebel akan menunjukkan karakter

ruang.

Pengguna sendiri menerjemahkan, memutuskan dan melakukan fungsi

mebel serta cara pemakaian mebel. Pemikiran dalam menanggapi sebuah mebel

tidak hanya dari satu jawaban yang mutlak, tetapi juga didapatkan dari berbagai

kesimpulan terhadap mebel, karena hal ini didapatkan dari pengalaman, budaya

dan situasi yang dimiliki oleh pengguna, kemudian pengguna memutuskan

perilaku terhadap mebel melewati proses menerjemahkan informasi visual.

Dengan demikian, desain mebel yang menerapkan affordance dapat

menciptakan pencitraan ruang yang aspek karakter ruangnya yang akan

menentukan fungsi dan mengarahkan perilaku pengguna.

2.3.1 Affordance

Proses perilkau manusia dipengaruhi oleh affordance yang berada di alam,

lingkungan buatan, dan lingkungan sosisal dan kultural. Manusia memahami

suatu benda dengan persepsi kemudian melakukan sesuai dengan pemahaman

yang terdapat. Dalam hal ini, dapat diketahui mengapa suatu desain perlu dibuat

dengan maksud supaya dapat digunakan dengan cara benar. Jika maksud desain

tidak disampaikan dengan baik kepada pengguna, akan mengarahkan perilaku

pengguna yang tidak diharapkan. Proses desain tidak hanya membuat tampilan

saja tetapi juga membantu pengguna supaya dapat memahami fungsinya

kemudian menggunakan sesuai dengan fungsinya.

2.3.1.1 Definisi Affordance

Kata ‘affordance’ berasal dari bahasa inggris afford yang bermakna

‘memberi’ dan dikemukakan oleh James J. Gipson (Barley, 1997, p.26).

Menurut Gibson, affordance mengacu pada semacam hubungan antara

suatu organisme, alam (lingkungan) dan karakterstik yang dinamis di dalam

lingkungan. Pengguna diberikan petunjuk untuk menggunakan suatu benda

dengan affordance yang menjadi satu bagian dari dunia dan alam. Affordance

adalah sifat yang fungsional dan informasi yang visual, yang berada di antara

manusia dan lingkungan. Affordance dapat dibilang sebagai karakter yang

tersembunyi dalam suatu benda, yang menawarkan tentang pemakaian suatu

benda tersebut dengan berbagai cara yang diputuskan oleh penggunanya sendiri

(Gipson, Pick, & Anne, 2003, p.28 ).

Diagram 2.2 Proses affordance melewati persepsi visualSumber: Tomson, 1995, p.33

Gibson menyusun teori persepsi yang memperdebatkan tentang affordance

yang mengacu pada karakteristik lingkungan yang mengarahkan perilaku yang

dapat didefinisikan dalam hubungan dengan pelaku, tanpa berusaha untuk mencari

atau mengumpulkan informasi. Akan tetapi, perilaku yang diarahkan oleh

affordance tidak akan sama karena affordance tergantung pada situasi atau pelaku.

Sebuah benda memiliki berbagai affordance dan manusia menangkap affordance

sesuai dengan karakteristik situasi.

Seorang psikoligis Sasaki Masato mendefinisikan affordance sebagai

berikut, affordance adalah arti tersembunyi dalam suatu lingkungan yang sebagai

sumber daya yang mempertahankan kehidupan manusia secara biologis dan

psikologis. Manusia terus menerus mendapatkan affordance dari lingkungan

dimana mereka berada dengan tidak sengaja, dan tidak mengenali terhadap

affordance berada di lingkung di mana-mana, akan tetapi lingkungan adalah

sebagai laut yang berpontensial yang memberi informasi dan nilai kepada manusia.

Benda atau lingkungan alami maupun buatan semua memiliki affordance yang

memberi sesuatu yang tertentu. (Youngho, 2004, p.22)

2.3.2 Penerapan Affordance pada Desain

Beberapa contohnya antara lain pada lampu meja dalam gambar di bawah

menawarkan perilaku pengguna supaya barang-barang diletakkan di bagian bawah

lampu yang berbentuk seperti nampan. Walaupun pengguna tidak diberi suatu

petunjuk pemakaian, akan tetapi sepertinya diarahkan dan ditawarkan bentuknya

sudah ke titik tersebut (Mengacu pada gambar 2.9).

Gambar 2.9 Lampu didesain oleh Fukasawa NaotoSumber : www.plusminuszero.jp, akses 04 October 2011

Dari kotak minuman pada ‘gambar 3.2’ dapat diketahui isi dalam kotak

minuman walaupun tanpa tulisan. Contoh ini bisa diaplikasikan dalam proses

desain mebel untuk menginformasikan cara pemakaian.

Desain kursi pada ‘gambar 2.11’ mengarahkan perilaku pengguna untuk

menggantung jas di atas batang berbentuk seperti gantungan baju yang menempel

pada sandaran kursi. Jika pengguna sudah melihat keberadaan gantungan baju

tersebut, maka pengguna tidak akan menyampirkan baju di sandaran kursi.

Gambar 2.11 Kursi didesain oleh Fukasawa NaotoSumber : www.plusminuszero.jp, Akses 04. Oct. 2011

Gambar 2.10 Kotak minuman didesain oleh Fukasawa NaotoSumber : www.plusminuszero.jp, akses 04 October 2011

2.3.3 Peran Affordance dalam Desain Mebel dan Interior

Affordance yang mengandalkan persepsi visual menyatakan bahwa

mengapa memerlukan desain yang menerapkan affordance pada interior dan

mebel yaitu supaya menciptakan ruang yang relasinya tepat antara manusia dan

lingkungan sehingga memenuhi kebutuhan dan keinganan bagi pengguna (Young-

gul, 2001, p.69).

Ruang interior adalah ruang yang pada kenyataannya kehidupan manusia,

tetapi ruang interior saja tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia, karena ruang

hanya berfungsi sebagai tempat perlindungan. Hal ini diselesaikan dengan

menghadirkan mebel yang sejajar dengan elemen pembentuk seperti dinding,

lantai, tangga dan ceiling supaya menciptakan ruang yang mendukung pengguna

secara optimal.

Dengan melihat serangkaian ‘gambar 2.12’ di bawah, pembaca dapat

memahami tentang bagaimana mebel menawarkan perilaku pengguna. Di dalam

ruang kelas biasa seperti ‘gambar 2.12-A’ diisi dengan mebel standar untuk

mendukung aktivitas belajar. Kemudian dicoba untuk menempatkan kursi dan

meja yang biasanya digunakan untuk cafe atau bar tanpa merubah komposisi dan

ukuran. Suasana ‘gambar 2.12-B’, ‘gambar 2.12-C’ , dan ‘gambar 2.12-D’

bernuansa seperti cafe atau bar dengan menghadirkan mebel yang umumnya

digunakan di tempat tersebut. Perilaku pengguna dalam ruang yang gambar

tersebut dapat diperkirakan lebih aktif, bebas dan bisa mengurangi konsentrasi

dibandingkan ruang pada ‘gambar 2.12-A’. Dalam ruang ini, pengguna

memutuskan perilaku terhadap mebel melewati proses menerjemahkan informasi

visual.

Dengan demikian, desain mebel yang menerapkan affordance dapat

menciptakan pencitraan ruang yang aspek karakter ruangnya yang akan

menentukan fungsi dan mengarahakan perilaku pengguna.

Gambar 2.12 Perbandingan karakter ruang dengan berbagai mebel dalam ruang yangsama

Sumber : Penulis

2.3.4 Perceived Affordance

Seorang psikolog Norman menerapkan teori affordance yang

dikemukakan oleh Gipson pada desain. Gipson mementingkan struktur

lingkungan terhadap kemungkinan perilaku dengan bagaimana manusia persepsi

terhadap lingkungan. Sebaliknya Norman mementingkan proses desain untuk

menciptakan linkungan efisien yang dapat mudah dipersepsi hingga menggali cara

menyampaikan kepada pengguna. Dalam perbedaan ini, dapat diketahui bahwa

penelitian affordance oleh Norman memiliki hubungan dekat dengan linkungan

manusia (Anderson, 2000, p.13).

A B

C D

Norman mendefinisikan affordance adalah sifat secara fungsional

sebagai petunjuk untuk bagaimana menggunakan suatu lingkungan atau benda.

Oleh sebab itu, Norman mengatakan bahwa hasil desain yang memerlukan

penjelasan atau gambar petunjuk adalah desain yang gagal (1996, p.9). Misalnya,

sebuah pintu yang tidak dipasang pegangan dengan pengguna yang tidak

mengetahui cara membuka, kemudian pengguna berhasil membuka pintu dengan

perilaku diarahkan tanpa memerlukan informasi visual. Jika pengguna gagal

membuka pintu dengan mendorong, akan mencoba atau menggeser pintu. Dalam

teori Gipson, nilai affordance yang mengarahakan tindakan pengguna, akan tetapi

dalam teori Norman, nilai affordance belum ada dalam kasus tersebut, karena

pengguna tidak dapat informasi sebelum melakukan, maka memerlukan

memasang pegangan supaya pengguna dapat diketahui cara membuka (Yoonhwa,

2005, p.43).

2.3.4.1 Penerapan Perceived Affordance

1) Visibility

Visibility adalah petunjuk untuk akan melakukan dan akibatnya dari

tindakan tersebut ditampilkan secara visual.

2) Mapping

Mapping dalam desain adalah hubungan antara pengontrolan dalam desain,

tindakan telah dilakukan, dan akbitnya dari tindakan tersebut. Jika efek

dari desain yang telah digunakan mirip dengan harapan pengguna, dapat

dibilang berpadan dengan baik.

3) Feedback

Feedback adalah petunjuk untuk melihatkan salah atau benar terhadap

akibat dari tindakan pengguna. Jika pengguna tidak mendapatkan efek

apapun setelah bertindak, pengguna akan bertindak secara rutin walaupun

tindakan itu salah. Feedback perlu ditampilkan secara visual atau akustik.

4) Constraint

Constraint diterapkan pada desain untuk membatasi cara pemakaian

supaya tidak mengakibatkan cara pemakaian yang tidak diinginkan.

5) Forcing Function

Forcing Function berhubung dengan urutan tindakan, jika tindakan yang

sebelumnya tidak dilaksanakan, belum dapat melaksanakan tindakan

berikutnya.

2.4 Pencitraan Ruang

2.4.1 Pengertian Pencitraan Ruang

Ruang merupakan volume dan massa dengan bentuk tiga dimensi untuk

melindungi manusia dari hal-hal yang berbahaya dalam lingkungan dan

mendukung beragam aktivitas dalam kehidupan manusia (Inuk, 2001, p.19).

Pencitraan adalah suatu proses kesadaran yang bergerak. Kesadaran

tersebut merupakan dua fenomena, yaitu ingatan dan perkembangan terhadap

gambar-gambar dari hasil ingatan. Pencitraan dalam ruang mulai dari informasi

visual dari elemen-elemen bersifat fisikal di dalam ruang, kemudian

dikembangkan sebagai kesan. Misalnya, pencitraan taman muncul dari lanskap

serta pohon, lampu jalan, dan bench. Pencitraan taman tersebut memberi perasaan

santai atau kenyaman bagi manusia. Manusia merasakan pencitraan ruang

melewati proses ingatan dengan berbagai pengalaman sebelumnya (Japan

Architecture Istitute, 2002:recited Jungrim, 2008).

Pencitraan dalam perancangan interior dikategorikan dua jenis, yaitu

pencitraan yang telah dimiliki oleh manusia terhadap ruang dan pencitraan yang

ingin direalisasikan dalam ruang. Pencitraan yang telah dimiliki dijadikan sebagai

pangkalan untuk menciptakan suasana baru dengan pencitraan yang ingin

direalisaikan. Biasanya, pencitraan ruang dihasilkan dari desain pada elemen

pembentuk ruang. (Youngjun, 1997:recited Jungrim, 2008).

Untuk pembentuk pencitraan ruang, memerlukan pemahaman tentang

proses persepsi di ruang manusia berada karena pengalaman manusia berdasarkan

persepsi yang didapatkan dari lingkungan. Persepsi tersebut didapatkan dengan

melakukan kegiatan melihat, mendengar, mencium dan meraba.

2.4.2 Pencitraan Ruang dengan Mebel

Menurut Jungmin (2011, 6), ruang interior yang terpenuhi nilai praktis

secara fungsional dan keindahan, memberi kenyamanan dan mendapatkan

kehidupan efisien bagi manusia. Biasanya pencitraan ruang dapat diciptakan

dengan unsur-unsur pembentuk ruang dan mebel. Masa sekarang peran mebel

menjadi besar dalam membentukkan pencitraan ruang secara visual dan arif

sehingga mebel digunakan sebagai tanda yang menunjukkan karakter ruang.

Dalam hal tersebut, mebel digunakan untuk menghasilkan ruang interior

yang memenuhi kebutuhan manusia dan membentukkan pencitraan ruang. Oleh

sebab itu, ruang interior perlu dirancang dengan desain mebel yang integrasi

hingga menampilkan pencitraan ruang secara simbolis.

Mebel yang diciptakan oleh produsen dan desainer mebel, baik mebel

antik, mebel klasik maupun mebel modern, didesain atas beberapa pertimbangan

dan aspek, yaitu :

- Fungsi mebel itu sendiri, sesuai dengan ruang akan ditempatinya.

- Tujuan penempatan mebel tersebut pada ruang, apakah sekedar

disesuaikan dengan fungsinya, ataukah ada maksud lain seperti

penampilan, status dan sebagainya.

Atas dasar hal tersebut, ditentukan ukuran, bentuk/model, material yang

akan digunakan, konstruksinya, serta finishingnya (termasuk masalah warna dan

permukaanya).

Setiap perencanaan/penempatan mebel pada sebuah ruang, hendaknya

memperhatikan desain mebelnya. Salah dalam pemilihan desain, akan berakibat

menyimpangnya suasana ruang dengan fungsi dan tujuan yang diharapkan. Dalam

memilih mebel dan penempatnnya, ada tujuan yang diharapkan yaitu:

- Sebagai penunjang/perlengkapan ruang. Mebel-mebel yang digunakan

dengan maksud ini, hendaknya mempunyai desain yang dapat menunjang

fungsi ruang (Ranti, 1990, p.9).

2.5 Pengertian Elemen Pembentuk

Ruang terbentuk dari beberapa elemen-elemen pembentuk yaitu, dinding,

lantai, ceiling, tangga dan lain-lain.

2.5.1 Dinding

Dinding menentukan bentuk dan luasnya ruang, mengarahkan sirkulasi,

dan mendapatkan privasi bagi pengguna di dalam ruang. Dinding

mempertahankan penerobosan dari luar, menutupi area dengan membatasi area

yang horizontal elemen yang berbentuk vertikal sehingga mendapatkan batasan

antara lain, 1) eksterior dan eksterior 2) eksterior dan interior 3) interior dan

interior 4) interior dan individu 5) individu dan individu.

2.5.1.1 Fungsi secara Psikologis

Ruang didapatkan melewati membatasi arah horizontal dengan

menggunakan elemen yang berbentuk vertikal yaitu dinding.

A. Batas secara simbolis

Dinding dengan ketinggian 60cm yang menembuskan pandangan

berfungsi hanya sebagai batasan area.

B. Pembukaan secara visual

Dinding dengan ketinggian 120cm mendapatkan kelanjutan secara visual

sambil membatasi area.

C. Penghambatan secara visual

Dinding dengan ketinggian lebih 180cm menentukan karakter ruang dan

mendapatkan privasi bagi pengguna (Namsuk, 2010, p.50).

2.5.2 Lantai

Lantai sebagai elemen pembentuk ruang mendapatkan aktivitas manusia di

dalam ruang secara horizontal. Lantai menjadi permukaan dasar untuk meletakkan

alat-alat seperti mebel yang mendukung aktivitas manusia. Dengan mengatur

ketinggian, bahan, warna dan pola lantai, dapat membagi area sesuai dengan

fungsi atau kebutuhan misalnya, antara ruang keluarga dan kamar mandi, pintu

masuk dan foyer.

2.5.3 Tangga

Tangga digunakan untuk membantu aktivitas manusia yang meliputi

dengan sirkulasi yang vertikal. Tangga berfungsi sebagai elemen yang

menyambungkan antar ruang yang vertikal dan membagi ruang secara vertikal

dan horizontal.

2.6 Pemahaman Golf

2.6.1 Definisi Golf

Golf adalah semacam olahraga yang menggunakan bermacam stik dan

bola di lapangan rumput. Kata golf dinamakan dengan huruf awalnya kata bahasa

inggris, yaitu grass (bermain di atas rumput), oxygen (bernafas dengan udara

baik), light (bermain dengan pencahayaan matahari), foot (berjalan dengan kaki).

Golf adalah permainan luar ruang yang dimainkan secara perorangan atau tim

yang berlomba memasukkan bola ke dalam lubang-lubang yang ada di lapangan

dengan jumlah pukulan tersedikit mungkin.

Lapangan golf memiliki 18 hole, biasanya memghabiskan waktu empat

jam untuk sekali jalan bermain dengan empat orang pemain dalam satu tim.

Kebanyakan lapangan golf berlokasi di luar kota karena membutuh lahan sangat

luas, suasana yang jauh dari polusi udara, kebinsingan ,dan serta hal-hal yang

menganggu aktivitas di lapangan golf.(Gwigon, 1992, p.16-18)

Biaya golf untuk sekali bermain di Indonesia pada umunya, 300.000

rupiah hingga 1.500.000 rupiah. Biasanya, pemain golf termasuk golongan

masyarakat yang menengah ke atas.

Gambar 2.13 Gambar Pemahaman GOLFSumber : Penulis

2.6.2 Definisi Clubhouse

Club merupakan asosiasi antar orang yang memiliki hobi, minat, dan

tujuan yang lazim dan tempat sebagai basis operasi yang mendukung kegiatan

mereka adalah clubhouse.

Golf clubhouse merupakan tempat yang terletak dalam lapangan golf

untuk mendukung aktivitas pengunjung dan manajemen lapangan golf. Golf

clubhouse terbagi beberapa area, yaitu area tamu, area lobby, area manajemen

game, area F&B, area M/E, dan area kantor. (Minsik, 1988, p. 7)

2.6.3 Karakter Golf Clubhouse

Golf clubhouse merupakan tempat mendukung aktivitas pemain golf.

Karakter golf clubhouse yang akan mempengaruhi dalam proses mendesain mebel

dalam perancangan desain interior, yang meliputi :

1) First impression

Golf clubhouse menjadi first impression terhadap lapangan golf bagi

pemain golf karena digunakan pada awal aktivitas tamu, mulai dari ruang

lobby dan resepsionis.

2) Tempat untuk berinteraksi

Golf merupakan olahraga yang dimainkan oleh perorangan atau kelompok.

Pada umumnya, pemain golf berinteraksi satu sama lain selama bermain

golf di lapangan dan makan, minum, dan istirahat di clubhouse.

3) Selaras dengan alam

Golf clubhouse berada di dalam lapangan golf yang penuh dengan nuansa

alam, yaitu matahari, angin, pohon dan lain-lain. Hal ini mengarahkan

suasana golf clubhouse sebagai tempat yang selaras dengan lapangan golf.

2.6.3.1 Area Lobby

Area lobby terdiri dari lobby, resepsionis, lounge dan start lobby.

1) Lobby

Lobby adalah tempat pertama dan akhir golf clubhouse bagi pengunjung

karena lobby berada di pintu masuk dan keluar. Dalam golf clubhouse,

lobby berfungsi sangat penting sebagai yang memberi pencitraan dan

tingkat kualitas lapangan golf.

2) Resepsionis

Resepsionis perlu diletakkan pada posisi yang mudah dilihat oleh

pengunjung dan mempertimbangkan sirkulasi antar lobby, locker room,

restoran, dan banquet room supaya dipergunakan untuk mengarahkan

pengunjung.

3) Lounge

Lounge digunakan untuk tempat menunggu dan beristirahat sebelum atau

sesudah bermain golf. Pada umumnya, diletakkan pada tempat yang dekat

dari start lobby dan tidak dihalangi dengan sirkulasi yang padat dari

pengunjung.

2.6.3.2 Area F&B (Food and Beverage)

Area F&B merupakan restoran, banquet room dan dapur.

1) Restoran

Restoran diletakkan pada lantai tinggi supaya dapat pemandangan golf

course yang indah. Luas restoran ditentukan berdasarkan kapasitas

maksimum supaya menyediakan suasana nyaman dengan jarak antar meja

makan yang sesuai dan sirkulasi tamu dan staff yang efisien.

2) Banquet Room

Banquet room perlu menerapkan dinding semacam partisi yang mudah

dibuka supaya dapat digabungkan, sesuai dengan jumlah tamu.