analisis semiotika toleransi beragama dalam film

90
ANALISIS SEMIOTIKA TOLERANSI BERAGAMA DALAM FILM PK (PEEKAY) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh: AKMAD FAUZI NIM: 11160510000142 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Upload: khangminh22

Post on 08-Feb-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS SEMIOTIKA

TOLERANSI BERAGAMA DALAM FILM PK

(PEEKAY)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

AKMAD FAUZI

NIM: 11160510000142

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Akmad Fauzi

NIM : 11160510000142

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

ANALISIS SEMIOTIKA TOLERANSI BERAGAMA

DALAM FILM PK (PEEKAY) adalah benar merupakan karya

saya sendiri tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan

karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam

skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya

sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku jika

ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan

plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Cirebon, 29 Mei 2020

Akmad Fauzi

NIM 11160510000142

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS SEMIOTIKA

TOLERANSI BERAGAMA DALAM FILM PK

(PEEKAY)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Akmad Fauzi

NIM : 11160510000142

Pembimbing

Dr. H. Edi Amin, M.A

NIP. 197609082009011010

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

iii

iv

ABSTRAK

Akmad Fauzi

NIM : 11160510000142

Analisis Semiotika Toleransi Beragama Dalam Film PK

Industri film saat ini sudah berkembang dengan sangat

pesat baik di dalam maupun di luar negeri. Namun yang

paling banyak menarik perhatian penggemar adalah film-film

industri Hollywood. Bukan hanya Hollywood, industri film

Bollywood juga tidak kalah memikat para penggemar film

diseluruh dunia. Salah satunya adalah film PK, film yang

tanyang di penghujung 2014 ini bercerita tentang agama,

mulai dari cara beribadah sampai menghormati orang yang

berbeda keyakinan dengan kita.

Cerita-cerita yang disajikan dalam film ini

menimbulkan banyak pertanyaan mengenai pesan toleransi

bagi para penggemar. Oleh karena itu, penulis merumuskan

masalah penelitian : Analisis Semiotika Toleransi Beragama

Dalam Film PK.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis

semiotika dari Charles Sanders Peirce. Melalui teori ini

peneliti menganalisis sign, object dan interpretant yang ada di

dalam film PK.

Film ini layak dijadikan contoh pembelajaran bagi

masyarakat Indonesia yang hidup berdampingan antara Suku,

Ras dan Agama untuk selalu menjaga kerukunan di dalamnya.

Kata Kunci : Semiotika, Toleransi, Islam, Film, PK.

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan

kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Analisis Semotik Toleransi Beragama Dalam Film

PK” sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana

(S1) pada Program Sarjana Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan

para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Semoga kita

kelak mendapat syafaat dari beliau.

Dalam penyusunan skripsi ini pastinya banyak sekali

hambatan serta rintangan yang penulis hadapi namun pada

akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan

bantuan dari beberapa pihak baik secara moral maupun

vi

spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Orang tua peneliti, Ibu Sriyana dan Bapak Suhadi, adik

saya Akhmad Hafidz yang sedang di Pesantren dengan

segala doa dan dukungan yang telah berikan untuk saya.

2. Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Dr. Siti Napsiyah, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang

Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil

Dekan Bidang Administrasi dan Hukum, dan Drs.

Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

4. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

5. Dr. H. Edi Amin, M.A sebagai Sekretaris Program

Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

6. Rochimah Imawati, M.Psi sebagai Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan nasihat dan arahan

kepada seluruh mahasiswa KPI C angkatan 2016.

7. Dr. H. Edi Amin, M.A sebagai Dosen Pembimbing

Skripsi yang senantiasa telah meluangkan waktu dan

tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan

peneliti dalam melakukan penulisan skripsi ini.

vii

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat kepada para mahasiswanya.

9. Keluarga besar Ikhwan KHAS Jakarta yang telah

memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti.

10. Seluruh anggota keluarga tercinta yang telah

memberikan doa yang tak ada hentinya.

11. Serta semua pihak yang telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Demikian pengantar ini saya sampaikan. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca

khususnya mahasiswa program studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya juga

meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata

atau kalimat pada skripsi ini.

Cirebon, 29 Mei 2020

(Akmad Fauzi)

viii

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN .............................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................v

DAFTAR ISI .................................................................................. viii

BAB I ............................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8

D. Metodologi Penelitian .......................................................... 9

E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 15

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 16

BAB II ............................................................................................ 18

KAJIAN TEORI ............................................................................ 18

A. Tinjauan Semiotika ............................................................... 18

1. Pengertian Semiotika ..................................................... 18

2. Sejarah Semiotika .......................................................... 19

3. Pembagian Semiotika ..................................................... 21

B. Tinjauan Umum Tentang Film .............................................. 22

1. Sejarah Perkembangan Film di Dunia .......................... 22

2. Pengetian Film ............................................................... 24

3. Jenis-Jenis Film .............................................................. 25

C. Tinjauan Toleransi ................................................................. 26

ix

1. Pengertian Toleransi .......................................................... 26

2. Toleransi Sebagai Ajaran Islam ........................................ 32

3. Stereotip Antar Umat Beragama ....................................... 35

BAB III .......................................................................................... 42

GAMBARAN UMUM FILM PK .................................................. 42

A. Sekilas Tentang Film PK ................................................... 42

B. Crew dan Pemeran Film PK............................................... 43

C. Sinopsis Film PK ............................................................... 47

D. Profil Sutradara Film PK.................................................... 50

E. Profil Pemain PK ................................................................... 51

BAB IV .......................................................................................... 58

TEMUAN HASIL PENELITIAN ................................................. 58

BAB V ........................................................................................... 63

PEMBAHASAN ............................................................................ 63

BAB VI .......................................................................................... 70

PENUTUP ..................................................................................... 70

A. Kesimpulan ........................................................................ 70

B. Saran .................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 73

Sumber Lain ................................................................................... 75

LAMPIRAN ................................................................................... 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan komponen terpenting dalam

kehidupan manusia. Komunikasi dapat memudahkan manusia

bertukar informasi dari satu komunikan (penerima informasi)

kepada komunikan lainnya atau dari komunikan kepada

komunikator (pengirim pesan). Informasi dapat diperoleh dari

berbagai sumber baik secara langsung dari orang perorang,

ataupun melalui sebuah media komunikasi.

Media komunikasi dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis yaitu media cetak (koran, majalah, poster dan lainya),

media audio yang dalam penyampaian infomasinya hanya

dapat kita dengar saja contohnya radio dan telepon, media

audio visual adalah media komunikasi yang dapat dilihat

sekaligus didengar jadi untuk mengakses informasi yang

disampaikan, digunakan indra penglihatan dan pendengaran

sekaligus contohnya, Televisi dan Film.

Dari berbagai macam media komunikasi massa yang

ada, film merupakan salah satu media yang paling efektif

dalam menyampaikan pesan terhadap audiens. Film adalah

media massa yang lahir sesudah pers pada akhir abad ke 18

tahun 1895 dan mencapai puncaknya saat Perang Dunia I dan

Perang Dunia II. Secara bahasa, film (sinema) adalah

2

cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho

atau phitos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar,

citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan

cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, maka harus

menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera.1

Film terbukti dapat memengaruhi aspek afektif,

kognitif, dan behavioral.2 Film dapat disajikan dalam beragam

cara dan variasi sehingga dapat menarik minat seseorang

untuk menontonnya. Itulah mengapa saat ini dunia perfilman

masih digandrungi oleh masyarakat karena film memiliki

daya tarik tersendiri. Kemajuan film mendorong banyak

negara khususnya Eropa dan Amerika untuk berlomba

membuat film terbaik mereka. Diawali pada awal tahun 1900-

an mereka membuat film hitam putih tanpa suara hanya

adegan para pemainya yang dapat dinikmati dan memperkuat

film tersebut. Saat ini, film dengan teknologi terbaru empat

dimensi yang mengajak para penonton untuk ikut langsung

merasakan sensasi atmosfer didalam film dengan efek

langsung yang dapat penonton rasakan berhasil mereka

1 Kajian Pustaka “Pengertian Film” artikel diakses pada minggu 5

April 2020 dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertiansejarah-

dan-unsur-unsur-film.html

2 Ari.S widodo. Beyond borders, communication modernity &

history (Jakarta: STIKOM the London School of Public Relation,2010),

200.

3

ciptakan. Keberhasilan Eropa dan Amerika dalam pembuatan

film-filmnya atau yang biasa dikenal dengan film

“Hollywood” banyak memberikan efek luar biasa bagi benua

lain khususnya Asia terutama India. Kesuksesan industri film

India dimulai pada tahun 1930 oleh film Alam Ara karya

Ardeshir Irani yang sukses sebagai film laris dipasaran.

Industri film India dinamai “Bollywood”, ide penamaan

industri film Hindi atau India sebagai Bollywood berasal dari

sinema Benggala Barat yang disebut Tollywood. Istilah

Tollywood yang merupakan peniru nama Hollywood yang

pertama, sudah dipakai untuk industri film Benggala sejak

1932. Tollywood dahulu merupakan pusat sinema India,

berpusat di selatan Kolkata, di tempat yang bernama

Tollygunge. Istilah Bollywood muncul kemudian setelah

industri film yang berpusat di Bombay mengambil alih

kedudukan Tollygunge sebagai pusat industri film India.

Film-film Bollywood yang telah sukses dipangsa pasar

dunia contoh kecilnya seperti film Slamdunk Millioner,

Dhoom 3, 3 Idiots, Jab Tak Hai Jaan dan yang terbaru adalah

film Peekay (PK) yang mampu menghasilkan jutaan ribu

penonton diseluruh dunia. Bollywood cukup berani

menampilkan sisi-sisi sensitif dari sebuah film baik itu dari

sisi agama maupun budaya yang ingin disinggung mereka

dalam sebuah film.

4

Pada saat ini banyak film-film yang mengangkat

kehidupan di masyarakat yang tuangkan dalam bentuk media,

hal ini dapat menimbulkan anggapan bahwa realitas sosial

memang terjadi di masyarakat. Salah satunya mengenai

konflik dalam agama yang dilatar belakangi oleh terjadinya

konflik (pertentangan) antar pemeluk agama. Seperti konflik

antara Pakistan-India, Palestina-Israel, bahkan hal ini juga

terjadi di Indonesia seperti yang terjadi di Poso, Situbondo,

dan masih banyak yang lainnya. Film-film yang sensitif akan

sarat isu agama juga turut mewarnai dunia perfilman saat ini.

Salah satunya adalah film PK, film yang tanyang di

penghujung 2014 ini bercerita tentang agama, mulai dari cara

beribadah sampai menghormati orang yang berbeda

keyakinan dengan kita.

Film PK merupakan salah satu film Bollywood yang

di sutradarai oleh Rajkumar Hirani. Film yang dibuat di India

ini menceritakan pluralisme agama. India sendiri merupakan

salah satu negara yang mempunyai keberagamaan agama dan

aliran kepercayaan terbanyak dibanding dengan negara-negara

lain.

Film ini disuguhkan dalam bentuk drama komedi

dimana pada film tersebut bercerita tentang seorang alien

yang datang ke bumi untuk penelitian. Dia bertemu dengan

seorang jurnalis dan mempertanyakan tentang dogma agama.

5

Karena belum memahami semua yang ada di bumi,

maka si alien belajar dan beradaptasi terhadap apa yang

dilakukan oleh manusia. Dalam proses beradaptasi dengan

manusia, sering kali si alien melakukan tindakan-tindakan

yang kurang wajar bagi manusia pada umumnya. Pada saat

itu, ia menemukan kebingungan dengan keberagaman yang

ada di Bumi. Film ini juga menampilkan tanda tentang

keberagaman agama dan ritual yang dilakukan oleh masing-

masing agama yang dianut, yang kemudian terkandung

beberapa pesan perdamaian dan toleransi antar umat

beragama. Salah satu adegan yang menarik dalam film

tersebut adalah pada saat alien mencari tuhan dan mengikuti

ritual-ritual keagamaan yang dilakukan oleh umat manusia.

Dan masih banyak lagi tanda-tanda lain yang menarik untuk

diteliti.

Setelah rilis, beberapa bulan kemudian film ini menuai

banyak kontroversi bahkan sebelum film ini di luncurkan di

bioskop-bioskop. Protes terhadap film PK ini bermuculan dari

berbagai macam organisasi keagamaan yang ada di India.

Film ini dianggap telah menghina agama, bukan hanya satu

agama tapi semua agama. Salah satu organisasi yang

mengecam kehadiran film ini adalah organisasi muslim All

India Muslim Personal Law board (AIMPLB). Organisasi non

pemerintahan yang mengurus segala masalah umat Islam di

6

India menganggap munculnya film PK ini telah melukai

beberapa agama, dan film ini dapat merusak harmoni

beragama di masyarakat.3 Beberapa kelompok agama di India

lainnya juga melayangkan protes atas film yang juga

dibintangi oleh Anushka Sharma ini, selama pemutaran film

PK gelombang demonstrasi terus berdatangan, Namun film

ini terus di tayangkan di bioskop - bioskop di dalam ataupun

di luar India.

Pencapaian yang diraih film Bollywood ini berbanding

terbalik dengan isu dan kritik yang mengiringi pemutaran film

ini. Pk memperoleh pendapatan US$.95.000.000,- atau sekitar

Rp.1.200.000.000,- di pasar internasional selama dua minggu

rilis. Bahkan pendapatan tersebut terus bertambah seiring

dengan terus diputarnya film ini di bioskop - bioskop dalam

dan luar India. Berkat kesuksesan penjualan film ini, Pk

dinobatkan sebagai film terlaris sepanjang masa, penghargaan

didapat film PK dalam berbagai ajang salah satunya adalah

3 Kapan Lagi, ”Organisasi Muslim India Kecam Film Aamir

Khan, 'PK',” artikel diaskes pada 26 Juni 2020 dari

http://iorg.kapanlagi.com/showbiz/bollywood/organisasi-muslim-

india- kecam-film-aamir-khan-pk-f09426.htm

7

Best film along with best director, best dialogue, best sound

dalam ajang Guild Award 2015.4

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti

tertarik untuk meneliti mengenai pemaknaan tanda yang ada

pada film PK ini. Film ini juga sangat relevan dengan apa

yang terjadi di negara Indonesia ini, yang kaya akan

keberagaman agama, suku, ras dan juga budaya. Peneliti

mengangkat penelitian ini dengan judul “Analisis Semiotika

Toleransi Beragama Dalam Film PK (PeeKay)”.

B. Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan dalam sebuah penelitian

agar masalah yang diteliti tepat pada tujuan penelitian yang

ingin dicapai. Dalam penulisan ini, penulis mencoba untuk

membatasi permasalahan agar tidak terjadi pelebaran dalam

pembahasan. Penelitian dibatasi oleh teori yang berkaitan

dengan tanda-tanda yang terkandung dalam film tersebut.

4 Varinder Chawla, “Aamir Khan‟s „PK‟ scores big at Star Guild

Awards 2015,” artikel diaskes pada 26 Juni 2020 dari

http://indianexpress.com/article/entertainment/bollywood/pk- scores-big-

at-star-guild-awards-2015

8

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka

rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu

bagaimana “Analisis Semiotika Toleransi Beragama Dalam

Film PK (PeeKay)”?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang

ingin dicapai penulis yaitu untuk mengetahui,

mendeskripsikan, dan menganalisis “Analisis Semiotika

Toleransi Beragama Dalam Film PK (PeeKay)” menggunakan

Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberkan manfaat

secara akademis maupun secara praktis:

a. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan ilmu komunikasi, serta dapat

memberikan sumbangsih dan beragam data mengenai

penelitian tentang analisis kajian film dan semiotika.

9

b. Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi

masyarakat dalam memahami makna toleransi antarumat

beragama.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma dan Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis

semiotik umumnya bersifat kualitatif, dimana setiap orang

memiliki pemaknaan terhadap sesuatu. Yaitu semiotika adalah

ilmu yang mempelajari tentang sebuah tanda pada sebuah

objek. Dimana pendekatan penelitian tersebut tidak

menggunakan data statistik, akan tetapi lebih dalam bentuk

narasi atau gambar-gambar.5

Paradigma konstruktivis berbasis pada pemikiran

umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan

teoritis aliran ini berlandaskan pada ide bahwa realitas

bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikontruksi melalui

proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya.6

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan

paradigma kontruktivisme, karena objek yang diteliti adalah

sebuah film, yaitu film PK dimana pada film tersebut, peneliti

5 Kountur, Ronny Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan

Tesis (Jakarta: CV Teruna Grafica), 16. 6Stephen W. LittleJohn, Theories Of Human Communication

(Wadsworth: Belmont, 2002), 163.

10

memberikan dan menguraikan gambaran akan representasi

toleransi antarumat beragama, dan dengan pendekatan ini bisa

menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau prilaku yang

di amati.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah film “PK” yang

disutradari oleh Rajkumar Hirani. Sedangkan objek

penelitiannya adalah potongan-potongan adegan berupa audio

maupun visual yang terdapat pada film tersebut yang sesuai

dengan rumusan masalah penelitian.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan dan dibagi

menjadi dua bagian yang mengamati langsung data-data yang

sesuai dengan pertanyaan penelitian. Adapun instrument

penelitiannya adalah:

a. Data Primer, berupa rekaman video yang mengandung

adegan-adegan toleransi beragama dalam film PK.

b. Data Sekunder, berupa dokumen tertulis, yaitu seperti

resesnsi film PK baik dari artikel di internet maupun buku-

buku yang relevan dengan penelitian.

11

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini terdiri

atas dua, yaitu:

a. Observasi, peneliti melakukan pengamatan secara

langsung dan tidak terikat objek penelitian dan unit

analisis mengamati adegan-adegan dengan teliti dalam

film PK. Kemudian, menganalisis dengan yang telah

ditentukan sesuai dengan teori yang telah digunakan.

b. Dokumentasi, peneliti mengumpulkan dan mempelajari

data melalui literatur dan sumber bacaan, seperti buku-

buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dan

pendukung penelitian.

5. Analisis Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan oleh

peneliti sendiri. Peneliti pada penelitian kualitatif bekerja

sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsir dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil pada

penelitiannya7

Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Analisa Semiotika. Semiotika menurut Alex Sobur

7 Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:

Rosdakarya, 2010), 121.

12

adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.8

Semiotika menurut Peirce adalah suatu hubungan antara

tanda, objek, dan makna. Analisa semiotika pada penelitian

ini menggunakan analisa semiotika yang dikemukakan oleh

Charles Sandres Peirce. Pemikiran Peirce bisa dijelaskan

melalui bagan berikut ini:

Gambar 1

Segitiga Element Makna Peirce

Sign

Interpretan Object

Menurut Peirce, tanda dibentuk oleh hubungan

segitiga yaitu Representamen yang disebut tanda (Sign)

berhungan dengan objek yang dirujuknya. Hubungan tersebut

membuahkan Interpretant. Jadi, menurut Peirce, salah satu

bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu

yang dirujuk tanda. Sementara Interpretan adalah tanda yang

8 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), 15.

13

ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah

tanda

Tanda atau Representament adalah bagian tanda yang

merujuk pada sesuatu menurut cara atau berdasarkan

kapasitas tertentu. Peirce mengistilahkan Representament

sebagai benda atau objek yang berfungsi sebagai tanda. Objek

adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Biasanya objek

merupakan sesuatu yang lain dari tanda itu sendiri sebagai

objek dan tanda bisa jadi merupakan entitas yang sama.

Interpretant adalah efek yang ditimbulkan dari proses

penandaan atau bisa juga Interpretant adalah tanda

sebagaimana dicerap oleh benak kita, sebagai hasil

penghadapan kita dengan tanda itu sendiri.

Apabila ketiga elemen makna tersebut berinteraksi

dalam benak seseorang maka muncul makna tentang sesuatu

yang diwakili oleh tanda tersebut.9

Teori Peirce mengatakan bahwa sesuatu itu dapat

disebut sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain.

Tanda yang mewakilinya disebut representamen. Jadi jika

sebuah tanda mewakilinya, hal ini adalah fungsi utama tanda.

Misalnya, anggukan kepala mewakili persetujuan, gelengan

9 Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi

Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013),

169-170.

14

mewakili ketidaksetujuan. Agar berfungsi tanda harus

ditangkap, dipahami, misalnya dengan bantuan kode. Proses

perwakilan itu disebut semiosis, yaitu suatu proses dimana

suatu tanda berfungsi sebagai tanda, yaitu mewakili suatu

yang ditandainya.

Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan

acuannya ke dalam tiga jenis hubungan yaitu10

:

1. Ikon (Icon), jika ia berupa hubungan kemiripan.

Ikon bisa berupa, foto, peta geografis, penyebutan

atau penempatan.

2. Indeks (Index), jika berhubungan dengan

kedekatan eksistensi. Misalnya, asap hitam tebal

membubung menandai kebakaran, wajah yang

muram menandai hati yang sedih, dan sebagainya.

3. Simbol (Symbol), jika ia berupa hubungan yang

sudah terbentuk secara konvensi.

Yang pertama dilakukan yaitu tahap pengenalan isi film,

yaitu pengenalan isi film “PK”, dilanjutkan ke tahap

eksplorasi, dimana dalam tahap ini mendeskripsikan

mengenai pesan toleransi dalam film dan terakhir tahap

analisis, yang menganalisis dari teori semoitika Charles

10

Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), 41-42.

15

Sandres Pierce mengenai makna toleransi beragama dalam

film tersebut baik adegan-adegan audio maupun visual.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini, Peneliti mencoba

untuk menelaah kepada beberapa literatur yang ada kaitannya

dengan penelitian yang akan dilakuakan. Penelitian-penelitian

tersebut diantanya adalah:

1. Penelitian karya Nurlaelatul Fajriah (2011),

mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang

berjudul ”Analisis Semiotika Film Cin(T)a Karya

Sammaria Simanjuntak”, membahas tentang

pemaknaan tanda dengan teori Charles Sandres

Pierce yang memfokuskan pada pembahasan

toleransi.

2. Penelitian karya Abid Helmy (2012), mahasiswa

UIN Sunan Kalijaga dengan judul “Kritik Sosial

dalam Iklan Komersial (Analisis Semiotika Pada

Iklan Rokok Djarum 76 Versi Gayus Tambunan)”,

pembahasan tentang pemaknaan tanda dengan

teori Charles Sanders Pierce pada iklan rokok

yang mengandung kritik sosial.

3. Penelitian karya Chafisna Nurun Alanurin,

mahasiswi Jurusan Komunikasin dan Penyiaran

16

Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan

judul “Nilai-nilai Keluarga Islami dalam Novel

Habibie dan Ainun (Sebuah Analisis Semiotik).

Fokus penelitian pada karya tersebut adalah

menjelaskan tentang nilai-nilai keluarga islami

yang terkandung dalam novel Habibie dan Ainun.

Persamaannya adalah peneliti juga menggunakan

teori yang sama dengan karya ini yaitu dengan

menggunakan teori semiotika Charles Sanders

Peirce. Yang membedakan adalah objek

penelitiannya. Jika penelitian terdahulu

menggunakan objek yaitu novel Habibie dan

Ainun, sedangkan penelitian yang sekarang

menggunakan objek berupa film PK.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini terarah dan sistematis,

penulis mengacu kepada “Buku Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh

CeQDA UIN Jakarta. Maka penulis membagi pokok-pokok

permasalahan ke dalam enam bab yaitu sebagai berikut:

17

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Bab ini menguraikan teori yang dipakai dalam

penelitian ini yang terdiri atas tinjauan semiotika, tinjauan

film dan tinjauan toleransi.

BAB III : Gambaran Umum Mengenai Film PK

Bab ini membahas sinopsis film PK, tim produksi film

PK dan profil sutradara film PK.

BAB IV : Temuan Hasil Penelitian

Bab ini akan dikhususkan kepada hasil penelitian

tentang Analisis Semiotika Toleransi Beragama Dalam

Film PK (PeeKay).

BAB V : Pembahasan

Bab ini akan menganalisa temuan yang ada pada

penelitian ini.

BAB VI : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir dalam rangkaian yang

menguraikan secara singkat kesimpulan dari peneliti dan

saran atas permasalahan yang diteliti.

18

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Semiotika

1. Pengertian Semiotika

Semiotika menganggap bahwa semua fenomena

masyarakat dan kebudayaan sebagai tanda. Tanda tersebut

muncul dalam segala bentuk yang dapat mengganti sesuatu

dengan yang lain secara signifikan. Dengan demikian, tanda

dapat muncul di semua dan waktu. Ia mencakup segala hal,

mulai kata, bahasa, gerak-gerik, pakaian, boneka, menu

makanan, musik, lukisan, film, sabun, bahkan dunia. Segala

sesuatu secara konvensional dapat menggantikan atau

mewakili sesuatu yang lain dapat disebut dengan tanda.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda,

lambang-lambang, sistem-sistemnya dan prosesnya.1 Charles

Sanders Peirce memaknai semiotika sebagai studi tentang

tanda dan segala yang berhubungan dengannya.2

1Puji Santosa, Rancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra

(Bandung: Angkasa, 1931), 3. 2 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika (Bandung: Pustaka Setia,

2014), 47.

19

2. Sejarah Semiotika

Pada awalnya, semiotika digunakan dalam pengkajian

sistem tanda. Semiotika mengacu pada teori semiotika

Ferdinand De Sausure dan Semiotika Charles Sanders Peirce,

atau yang dikenal sebagai bapak semiotika modern, serta

semiotika Roland Barthes, Semiotika C.K Ogden dan I.A

Richard, Semiotika Micheal Riffaterre.

Ferdinand De Saussure atau bapak semiotika modern

(1857-1913) ia membagi relasi penanda (Segnifier) dan

petanda (Signified) berdasarkan konvensi yang disebut dengan

signifikasi.

Penanda (Segnifier) dilihat sebagai wujud fisik seperti

konsep di dalam karya sastra. Sedangkan, petanda (Signified)

dilihat di balik wujud fisik berupa nilai-nilai. Adapun

hubungan signifikan berdasarkan atas kesepakatan sosial

dalam pemaknaan tanda. Hubungan semiotik dengan

linguistik harus disadari hakikat adanya ikatan antara dua

bidang tersebut yang oleh Saussure difokuskan pada hakikat

kata sebagai sebuah tanda.3

Menurut North ada empat tradisi yang

melatarbelakangi kelahiran semiotika, yaitu semantic, logika,

retorika, hermeneutic. Secara defitif, menurut Paul Cobley

3 Ambaraini AS dan Nazla Maharani Umaya, Semiotika Teori

dan Aplikasi Pada Karya Sastra (Semarang: IKIP PGRI Semarang), 35.

20

dan Litza Janz semiotika berasal dari kata same, berasal dari

bahasa Yunani yang berarti penafsir tanda, dengan pengertian

secara luas sebagai sebuah teori, semiotika berarti studi

sistematis mengenai produksi dan intepretasi tanda. Dalam hal

ini teori semiotika terkait dengan kehidupan manusia yang

dapat dianggap penuh dengan tanda, dan semiotik sebagai

perantara tanda dalam proses berkomunikasi sehingga

manusia disebut dengan homo semioticus. Kajian mengenai

tanda dilakukan awal abad ke-20 oleh dua orang filosof, yaitu

Ferdinand de Saussure (1857-1913) sebagai ahli bahasa dan

Charles sanders Peirce (1839-1914) sebagai ahli filsafat dan

logika.4

Semiotika atau ilmu tanda sejak tahun 1969 secara

resmi memiliki suatu perkumpulan ilmiah, yaitu International

Associationor semiotic studies (IASS) yang menganggap

semiotika sebagai suatu disiplin ilmu, dan sebuah majalah,

yaitu Semiotica (terbit di Deng Haag). Sejak tahun 1971 terbit

majalah kedua yang mengulas masalah-masalah semiotika,

yaitu VS (terbit di Miland). Suatu perkumpulan semiotik di

Jerman dalam waktu dekat akan didirikan. Sayang sekali

jumalh Istitusi yang meneliti masalah semiotika ini masih

sangat kecil. Meski demikian, terdapat beberapa kegiatan

4 Ambarini AS dan Nazla Maharani Umaya, Semiotika Teori dan

Aplikasi Pada Karya Sastra, 37.

21

yang berkaitan dengan disipilin ini, yaitu di pusat penelitian

semiotika di Tartu, kursus selama musim panas mengenai

semiotika, dan pada Ecole Pratique des Hautes Etudes di

Paris terdapat bagian yang mempelajari dan meneliti tentang

semiotika. Publikasi mengenai semiotika ini seringkali

dilakukan. Singkatnya, semiotika merupakan bidang ilmu

modern yang mulai diminati orang.5

3. Pembagian Semiotika

Semiotika C.K. Ogden dan I.A. Richard

mengembangkan teori semiotika trikotomi yang merupakan

pengembangan dari teori Ferdinand Saussure dan Roland

Barthes. Teori tersebut masih mengembangkan hubungan

antara petanda (signified) dan penandan (signifier) dengan

denotasi dan konotasi. Penanda secara denotasi merupakan

sebuah peranti (actual funcition/ object properties) dan secara

konotasi penanda merupakan bentuk dari sebuah petanda. Jadi

teori ini, petanda berwujud makna, konsep, dan gagasan,

sedangkan penanda merupakan gambaran yang menjelaskan

peranti, ini merupakan penjelasan fisik objek, kondisi objek,

dan cenderung berupa ciri-ciri bentuk.6

5 Jurgen Trabaut, Elemente der semiotik, terj. Sally Pattinasarany

(Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), 3-4.

6 Ambaraini AS dan Nazla Maharani Umaya, Semiotika Teori

dan Aplikasi Pada Karya Sastra, 36.

22

Charles Sanders Peirce juga merupakan bapak

semiotika modern (1839-1914), ia mengemukakan tanda

dibagi menjadi tiga jenis, yaitu indeks (index) ikon (icon) dan

symbol (symbol). Ikon adalah tanda hubungan antara penanda

dan petandanya bersifat persamaan bentuk ilmiah, indeks

adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan

alamiah antara penanda dan petandanya.

Semiotika M ichael Riffaterre mengemukakan empat

hal pokok untuk memproduksi makna, yaitu ketidak

langsungan ekspresi, pembacaan heurisik, retroaktif

(hermeneutic), matrik dan hipogram. Ketidaklangsungan

ekspresi disebabkan oleh penggantian arti penyimpangan arti

dan penciptaan arti. Pembacaan heuristic merupakan

pembacaan objek berdasarkan struktur kebahasaannya.

Adapaun pembacaan retroaktif (hermeneutic) merupakan

pembacaan ulang setelah diadakan pembacaan heuristic

dengan memberikan penafsiran berdasarkan konvensi

sastranya.

B. Tinjauan Umum Tentang Film

1. Sejarah Perkembangan Film di Dunia

Pada mulanya, film Edison dan Lumière adalah film

yang berdurasi hanya beberapa menit dan menunjukkan

hanya sekedar realitas yang direproduksi kembali melalui

23

film selebriti, atlet angkat besi, pemain sulap, dan bayi

yang sedang makan. Gambarnya diambil dalam frame

(bingkai) yang statis (kamera tidak bergerak sama sekali)

dan tidak ada penyuntingan.

Pembuat film dari Prancis, George Méliès, mulai

membuat cerita gambar bergerak, yaitu suatu film yang

bercerita. Sampai dengan akhir tahun 1890-an, dia mulai

membuat dan menampilkan film satu adegan, film pendek,

namun segera setelah itu dia mulai membuat cerita

berdasarkan gambar yang diambil secara berurutan di

tempat-tempat yang berbeda. Méliès sering kali disebut

“artis pertama dalam dunia sinema” karena dia telah

membawa cerita narasi pada medium dalam bentuk kisah

imajinatif seperti A Trip to the Moon (1902).7

Edwin S. Porter, seorang juru kamera Edison

Company, melihat bahwa film dapat menjadi alat

penyampai cerita yang jauh lebih baik dengan penggunaan

dan penempatan kamera secara artistik yang disertai

dengan penyuntingan. Film berdurasi 12 menit karyanya

yang berjudul The Great Train Robbery (1903), adalah

film pertama yang menggunakan penyuntingan, gabungan

potongan-potongan antar adegan, dan sebuah kamera

7 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa; Melek

Media dan Budaya (Jakarta: Erlangga, 2012), 214.

24

bergerak untuk menceritakan sebuah kisah yang relatif

kompleks. Dari tahun 1907 sampai 1908, tahun pertama di

mana terdapat lebih banyak film bernarasi daripada film

dokumenter, jumlah nickelodeon di Amerika meningkat 10

kali lipat. Dengan begitu banyak gedung pertunjukan di

banyak kota yang melayani publik yang sangat antusias

sehingga semakin banyak film yang dibutuhkan. Secara

harfiah, beratus-ratus factory studio yang baru, atau

perusahaan produksi film mulai bermunculan.8

2. Pengetian Film

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang

merupakan salah-satu media komunikasi massa audio visual

yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam

pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil

penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan

ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses

lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan

atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik,

dan sistem lainnya. Film berupa media sejenis plastik yang

dilapisi emulsi dan sangat peka terhadap cahaya yang telah

diproses sehingga menimbulkan atau menghasilkan gambar

8 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa; Melek Media

dan Budaya, 216

25

(bergerak) pada layar yang dibuat dengan tujuan tertentu

untuk ditonton.

Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid

untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau

untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di

bioskop).9

3. Jenis-Jenis Film

a. Film Dokumenter

Kunci utama dalam film dokumenter adalah

adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan

dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi

yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu

peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa

yang sungguh- sungguh terjadi atau otentik. Film

dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki

struktur yang umumnya didasarkan oleh tema. Film

dokumenter dapat digunakan untuk berbagi maksud dan

tujuan seperti informasi atau berita, biografi,

pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik

(propaganda), dan lain sebagainya.

9 Meity Taqdir Qodratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk

Pelajar (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), 125.

26

b. Film Fiksi

Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi

terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering

menggunakan cerita rekaman di luar kejadian nyata

yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film

juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga

memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah

dan konflik, penutupan, serta pola pengembangan cerita

yang jelas. Dari sisi produksi dan manajemen film fiksi

terbilang lebih kompleks.

c. Film Eksperimental

Film eksperimental tidak memiliki plot namun

tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi

insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi,

serta pengalaman batin mereka. Film eksperimental

umumnya juga tidak bercerita apapun bahkan kadang

menentang kausalitas, seperti yang dilakukan para

sineas surealis dan dada. Film- film eksperimental

umumnya bersifat abstrak dan tidak mudah dipahami.

C. Tinjauan Toleransi

1. Pengertian Toleransi

Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris tolerance

atau tolerantia dalam bahasa Latin. Dalam bahas Arab istilah

ini merujuk kepada kata tasamuh atau tasahul yaitu; to

27

tolerate, to overlook, excuse, to be indulgent, forbearing,

lenient, toleran,merciful. Perkataan tasamuh; bermakna hilm

dan tahasul; diartikan sebagai indulgent, tolerance, toleration,

forbearance, leniency, lenitt, clemency, mercy dan kindness.10

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Toleransi

berasal dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau

bersifat menenggang (menghargai, membiarkan,

membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan

atau bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti

batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih

diperbolehkan. Secara bahasa atau etimologi toleransi berasal

dari bahasa Arab tasamuh yang artinya ampun, maaf dan

lapang dada.11

Secara terminologi, menurut Umar Hasyim, toleransi

yaitu pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau

kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan

keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan

nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan

menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak

10

Rohi Baalbaki, Al-Mawrid: A Modern Arabic English

Dictionary (Beirut: Dar El-Ilm Lil Malayyin, 2004), 314.

11 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia al-Munawir

(Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif, t.th),h 1098.

28

bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban

dan perdamaian dalam masyarakat.12

Menurut W. J. S. Poerwadarminto dalam “Kamus

Umum Bahasa Indonesia” toleransi adalah sikap/sifat

menenggang berupa menghargai serta memperbolehkan suatu

pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang

lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri.13

Secara etimologi, kata “tasamuh” berasal dari bahasa

Arab سمح yang artinya berlapang dada, toleransi.14

Tasamuh

secara etimologis adalah mentoleransi atau menerima perkara

secara ringan. Secara terminologis berarti mentoleransi atau

menerima perbedaan dengan ringan hati.15

Menurut Badawi bahwa tasamuh adalah pendirian

atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk

menerima berbagai pandangan dan pendirian yang

beranekaragam, meskipun tidak sependapat dengannya. Lebih

lanjut dijelaskan bahwa tasamuh ini, erat kaitannya dengan

12

Umar Hasyim, Toleransi dan kemerdekaan Beragama dalam

Islam Sebagai Dasar menuju Dialog dan Kerukunan Antar Umat

Beragama (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), 22. 13

W. J. S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 184. 14

M. Kasir Ibrahim, Kamus Arab Indonesia Indonesia

Arab(Surabaya: Apollo Lestari, t.th), 122. 15

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran: Teologi Kerukunan

Umat Beragama (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2011), 36.

29

masalah kebebasan atau kemerdekaan hak asasi manusia dan

tata kehidupan bermasyarakat, sehingga mengizinkan

berlapangdada terhadap adanya perbedaan pendapat dan

keyakinan dalam setiap individu.16

Adapun tasamuh menurut Syekh Salim bin Hilali

memilki karakteristik, yaitu sebagai berikut:

a. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan.

b. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan.

c. Kelemah lembutan karena kemudahan.

d. Muka yang ceria karena kegembiraan.

e. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena

kehinaan.

f. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah)

tanpa penipuan.

g. Menggampangkan dalam berdakwah kejalan Allah

tanpa basa-basi.

h. Teriak dan tunduk kepada agama Allah tanpa rasa

keberatan.17

16

Baidi Bukhori, Toleransi Terhadap Umat Kristiani: Ditinjau

dari Fundamentalis Agama dan Kontrol Diri, (Semarang: IAIN

Walisongo Semarang, 2012), 15. 17

Siti Aminah, Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam

Keanekaragamaan Budaya dan Toleransi Antar Agama, Jurnal Cendekia

Vol. 13 No. 1 (Januari 2015), 52-53.

30

Di dalam Islam, istilah tasamuh pada dasarnya tidak

semata-mata selaras dengan kata tolerance, karena tasamuh

memberi arti memberi dan mengambil. Tasamuh berisi

tindakan tuntutan dan penerimaan dalam batas-batas tertentu.

Tasamuh berisi harapan pada satu pihak untuk memberi dan

mengambil secara sekaligus. Subjek yang melakukan tasamuh

dalam islam dinamakan mutasamihin, yang berarti “pemaaf,

penerima, menawarkan, pemurah sebagai tuan rumah kepada

tamu”. Dalam pelaksanaannya, orang yang melakukan

tindakan tasamuh ini tidak sepatutnya menerima saja sehingga

menekan batasan hak dan kewajibannya sendiri. Dengan kata

lain, prilaku tasamuh dalam beragama memiliki pengertian

untuk tidak saling melanggar batasan, terutama yang

berkaitan dengan batasan keimanan (aqidah). Meskipun

tasamuh memiliki pengertian seperti di atas, dalam banyak

konteks, ia seringkali diselaraskan dengan arti dengan kata

“toleransi”. Al-Qur’an tidak pernah menyebut-nyebut kata

tasamuh/toleransi secara tersurat dalam ayat-ayatnya. Namun,

secara eksplisit al-Qur’an menjelaskan konsep toleransi

dengan segala batasan-batasannya. Oleh karena itu, dalam

implementasinya ayat-ayat yang menjelaskan konsep toleransi

dapat dijadikan sebagai rujukan dalam kehidupan.

Dalam kehidupan beragama, prilaku toleran

merupakan satu prasyarat yang utama bagi setiap individu

31

yang mengingkan satu bentuk kehidupan bersama yang aman

dan saling menghormati. Dengan begitu diharapkan akan

terwujud pula interaksi dan kesepahaman yang baik di

kalangan masyarakat beragama tentang batasan hak dan

kewajiban mereka dalam kehidupan sosial yang terdiri dari

berbagai macam perbedaan baik suku, ras, hingga agama dan

keyakinan.18

Akan tetapi, meskipun penjabaran makna toleransi ini

mengandung rumusan akan penghargaan atas keberadaan

orang lain, tidak sederhana dalam pelaksanaannya. Terdepat

banyak persoalan mengenai pendekatan yang harus dilalui

dalam membentuk satu masyarakat yang harmonis, terutama

yang terkait dengan adanya perbedaan masalah agama dan

keyakinan. Dengan demikian, dapat diringkas bahwa toleransi

ini mengarah kepada sikap terbuka dan mau meyakini adanya

berbagai perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, bahasa, warna

kulit, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Toleransi

antar umat beragama adalah toleransi yang mencakup

masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang

berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan

ke-Tuhan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan

18

UNESCO-APNIEVE, Belajar Untuk Hidup Bersama Dalam

Damai Dan Harmoni (Bangkok: Kantor Prinsipal Unesco Untuk Kawasan

Asia-Pasifik, dan Universitas Pendidikan Indonesia,2000), 154.

32

kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama (mempunyai

akidah) masing-masing yang dipilih serta memberikan

penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau

yang diyakininya. Sebagaimana negara ini, telah

mengaturnya dalam Ketentuan Bab XI Pasal 29 UUD 1945

berbunyi: (1) Negara berasas atas Ketuhanan Yang Maha Esa;

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya dan kepercayaannya itu.19

Dari beberapa definisi toleransi di atas, maka penulis

mengambil kesimpulan bahwa toleransi merupakan suatu

sikap/prilaku seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada

orang lain dan memberikan kebenaran atas perbedaan sebagai

pengakuan atas hak-hak asasi manusia.

2. Toleransi Sebagai Ajaran Islam

Islam mengajarkan bahwa adanya perbedaan diantara

manusia, baik dari sisi etnis maupun perbedaan keyakinan

dalam beragama merupakan fitrah dan sunatullah atau sudah

menjadi ketetapan Tuhan, tujuan utamanya adalah supaya

diantara mereka saling mengenal dan berinteraksi. Barangkali,

adanya beragam perbedaan merupakan kenyataan sosial,

sesuatu yang niscaya dan tak dapat dipungkiri.

19

Nur Cholish Majid, dkk, Passing Over Melintasi Batas Agama

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 138.

33

Makhluk sosial ialah makhluk yang satu sama lain

saling membutuhkan. Makhluk sosial ialah makhluk yang

mempunyai kemampuan berdialog dengan orang lain dan

lingkungannya. Dialog ialah percakapan antara dua orang atau

lebih. Diagog dapat juga didefinisikan sebagai “pergaulan

antara pribadi-pribadi yang saling memberikan diri dan

berusaha mengenal pihak lain sebagaimana adanya”.20

Sebagai ketetapan Tuhan, adanya perbedaan dan

pluralitas ini tentu harus diterima oleh seluruh umat manusia.

Penerimaan tersebut selayaknya juga diapresiasi dengan

kelapangan untuk mengikuti seluruh petunjuk dalam

menerimanya. Mereka yang tidak bisa menerima pluralitas

berarti mengingkari ketetapan Tuhan. Berdasarkan hal ini

pula maka toleransi menjadi satu ajaran penting yang dibawa

dalam setiap risalah keagamaan, tidak terkecuali pada sistem

teologi islam.

Konsep tasamuh atau toleransi dalam kehidupan

beragama pada dasarnya merupakan salah satu landasan sikap

dan prilaku penerimaan terhadap ketetapan Tuhan. Toleransi

beragama disini tidak lantas dimaknai sebagai adanya

kebebasan untuk menganut agama tertentu pada hari ini dan

menganut agama lain pada keesokan harinya. Toleransi

20

D. Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius,

1983), 172.

34

beragama juga tidak berarti bebas melakukan segala macam

praktik dan ritual keagamaan yang ada tanpa peraturan yang

ditaati. Toleransi dalam kehidupan beragama harus dipahami

sebagai bentuk pengakuan akan adanya agama-agama lain

selain agama yang dianutnya dengan segala bentuk sistem dan

tata cara peribadatannya, serta memberikan kebebasan untuk

menjalankan keyakinan agama masing-masing, tanpa harus

bertabrakan dalam kehidupan sosial karena adanya perbedaan

keyakinan tersebut.

Menghadapi kenyataan beragamnya agama, al-Qur’an

menyampaikan sekian tuntutan agar kedamaian dalam hidup

ini tercipta, antara lain:

1. Menegaskan bahwa tidak dibenarkan adanya

pemaksaan dalam agama (QS. Al-Baqarah [2]:256),

baik memaksa untuk menganut maupun untuk

keluar. Masing-masing pribadi bebas menerima atau

menolak.

2. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad

SAW untuk menyampaikan bahwa silakan masing-

masing individu melaksanakan tuntutan agamanya:

Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku (QS.

Al-Kafirun [109]:3)

3. Kendati masing-masing harus yakin sepenuhnya

tentang kebenaran agamanya, dalam kehidupan

35

bermasyarakat hendaknya mereka saling

menghormati bahkan bekerja sama dalam kebajikan.

Dengan catatan tanpa harus menyatakan bahwa

kebenaran hanya miliknya sendiri. Biarlah Allah

yang menentukan kelak siapa yang benar dan siapa

yang salah. Dalam konteks ini Allah memerintahkan

Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan

kepada non muslim demi kerukunan hidup

beragama bahwa “Sesungguhnya kami atau kamu

pasti berada di atas kebenaran atau dalam kesesatan

yang nyata”. Katakanlah: “Kamu tidak akan ditanyai

menyangkut dosa yang telah kami perbuat dan

kamipun tidak akan ditanyai tentang apa yang telah

kamu perbuat,” Katakanlah:”Tuhan kita akan

mengumpulkan kita, kemudian Dia memberi

keputusan antara kita dengan benar” (QS. Saba’

[34]: 24-26)21

3. Stereotip Antar Umat Beragama

Sebagai kelompok, agama dan lembaga keagamaan

berfungsi sebagai lembaga pendidikan, pengawasan,

pemupukan persaudaraan, profetis atau kenabian, dan lain-

lain. Namun, pada umumnya kita dapat merumuskan dua

21

M. Quraish Shihab, Islam yang Saya Anut : Dasar-Dasar

Ajaran Islam (Ciputat: Lentera Hati, 2017), 49.

36

fungsi utama agama, yakni fungsi yang manifest dan

laten.22

Fungsi manifest agama mencakup tiga aspek,

yaitu: 1. Menanamkan pola keyakinan yang disebut doktrin,

yang menentukan sifat hubungan antar manusia, dan manusia

dengan Tuhan. 2. Ritual yang melambangkan doktrin tersebut,

dan 3. Seperangkat norma perilaku yang konsisten dengan

doktrin tersebut.

Fungsi laten adalah fungsi-fungsi yang tersembunyi

dan bersifat tertutup. Fungsi ini dapat menciptakan konflik

antar pribadi, baik dengan sesama anggota kelompok agama

maupun dengan kelompok lain. Fungsi laten mempunyai

kekuatan untuk menciptakan perasaan etnosentrisme dan

superioritas yang pada gilirannya melahirkan fanatisme.

Fungsi ini tetap diajarkan kepada anggota agama dan

kelompok keagamaan untuk membantu mereka

mempertahankan dan menunjukkan ciri agama, bahkan

menetapkan status sosial.

Setiap masyarakat, apalagi yang makin majemuk,

selalu terbentuk kelompok-kelompok. Kelompok itu terbentuk

karena para anggotanya mempunyai cita-cita yang didasarkan

pada nilai atau norma yang sama- sama mereka terima dan

22

Allo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 26.

37

patuhi. Apabila kelompok itu sangat kokoh mempertahankan

norma dan nilai hingga menutup kemungkinan orang

atau pihak lain memasuki kelompok itu maka dapat timbul

perasaan “in group feeling” yang cenderung ekslusif

terhadap kelompok yang lain “out group feeling”. Kelompok

seperti ini disebut kelompok etnik. Manusia yang

berkelompok berdasarka keyakinan, kepercayaan, iman

terhadap sesuatu yang bersifat sakral disebut kelompok

agama. Keberadaan kelompok agama dapat dilihat berupa

simbol dan tanda, materi, pesan-pesan verbal dan nonverbal,

petunjuk berupa materi, bahkan sikap dan cara berpikir yang

sifatnya abstrak. Para pengikut suatu agama kerapkali

(bahkan dalam seluruh kehidupannya) menjadikan petunjuk-

petunjuk tersebut sebagai wahana, pesan serta pola yang

mengatur interaksi, relasi dan komunikasi, baik dalam

ritual keagamaan hingga komunikasi intra kelompok

maupun antar-kelompok agama dan keagamaan. Stereotip

antar agama bisa saja muncul dari dalam individu dalam

mempersepsikan agama atau kelompok agama lain. Stereotip

biasa didefinisikan sebagai suatu yang tidak akurat dan tidak

memperoleh pembenaran dari realitas yang dipersepsi.

38

Stereotip dapat dilihat dari tiga sudut pandang.23

Pertama, sudut pandang klasik memaknai stereotip sebgai:

sesuatu yang secara faktual tidak benar (faculty incorrect),

yakni generelisasi terhadap semua anggota kelompok; sebagai

sesuatu yang pada asalnya tidak masuk akal (illogical in

origin), yaitu didasarkan pada fondasi yang tidak logis dan

tidak rasional karena muncul dari pengalaman personal, atau

karena kabar angin dan desas-desus (hearsay); sebagai

sesuatu yang berdasarkan prasangka (prejudice), khususnya

prasangka yang dipahami sebagai predisposisi afektif

terhadap suatu kelompok, yakni sikap suka atau tidak suka

(like or dislike); dan sebagai resistensi irasional terhadap

informasi baru, seperti sebagian orang jarang yang dapat

mengubah kepercayaan-kepercayaan mereka terhadap suatu

kelompok tertentu ketika dihadapkan pada individu yang

tidak sesuai dengan stereotip mereka.

Kedua, bentuk stereotip yang lebih canggih meliputi:

sikap berlebihan (exagerattion) dalam merespon keberagaman

kelompok yang ada; penilaian etnosentris (ethnocentrism)

terhadap karakteristik- karakateristik kelompok outgroup

dengan mempergunakan standar ingroup; streoptip

berimplikasi pada asal-usul genetik dari berbagai

23

Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawawasan

Multikultural (Jakarta: Erlangga, t.th), 98.

39

kelompok, artinya perbedaan-perbedaan lebih dilihat dari segi

biologis, daripada misalnya perbedaan sosialisasi dan

kesempatan berdasarkan gender dan ras; dan cara pandang

terhadap kelompok luar sebagai homogen (outgroup

homogenetiy) daripada sebagaimana senyatanya.

Ketiga, peran stereoptip dalam persepsi orang yang

mengakibatkan: orang mengabaikan keragaman individu;

persepsi individu yang bias; dan menciptakan (self-

filfilling prophecy) ketika definisi yang salah tentang situasi

menjadi benar.

Prasangka sosial bergandengan pula dengan stereotip

yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu

mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang lain yang

coraknya negatif. Stereotip mengenai orang lain sudah

terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia

mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan

orang lain yang dikenai prasangka itu.24

Biasanya, stereoptip

terbentuk padanya berdasarkan keterangan-keterangan yang

kurang lengkap dan subjektif.

Terjadinya prasangka sosial semacam ini dapat juga

disebut pertumbuhan prasangka sosial dengan tidak sadar dan

yang berdasarkan kekurangan pengetahuan dan pengertian

24

W. A Gerungan, Prasangka Sosial,187(Bandung: PT Rafika

Aditama: 2010), 181.

40

akan fakta-fakta kehidupan yang sebenarnya dari golongan-

golongan orang yang dikenai stereotip-stereotip itu.

Hubungan antar agama sepanjang sejarah republik

Indonesia, agama sering dijadikan tunggangan politik,

sehinga tidak jarang justru malah akan merendahkan

agama itu, dan tidak hannya itu, masyarakat justru yang akan

menjadi korban sebab adanya sentimen-sentimen negatif

terhadap agama lain, atau dapat dikenal dengan politik adu-

domba.

Bhineka tunggal ika, yang dapat menyatukan sebuah

perbedaan yang ada. Pengalam dari sejarah kolonialisme yang

harus dipetik sebab dengan adanya sebuah perbedaan akan

mengahsilkan sebuah solidaritas tinggi antar umat sehingga

tidak terjadi konflik. Sebuah perbedaan jika tidak disikapi

dengan baik, maka dapat merusak sebuah tatanan kehidupan

masyarakat bersama. Kesadaran akan fakta bahwa

masyarakat telah menjadi korban bersama suatu sitem yang

tidak menghidupkan semangat yang mempersatukan tekad

untuk mengadakan gerakan perlawanan bersama terhadap

sistem yang menyengsarakan. Ditanah air kita, penghapusan

total praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dapat

menjadi tekad dan tanggung jawab bersama kaum beragama

atas dasar rasa kemanusiaan dan solidaritas. Rasa

41

tanggung jawab bersama itu bisa efektif mempersatukan dan

merukunkan warga masyarakat secara lintas agama.

Wawasan multikultural pada segenap unsur dan

lapisan masyarakat yang hasilnya kelak diharapkan terwujud

masyarakat yang mempunyai kesadaran tidak saja mau

mengakui perbedaan, tetapi mampu hidup saling

menghargai, menghormati secara tulus, komunikatif dan

terbuka, tidak saling curiga, memberi tempat terhadap

keragaman keyakinan, tradisi, adat maupun budaya, dan yang

paling utama adalah berkembang sikap tolong menolong

sebagai perwujudan rasa kemanusiaan yang dalam ajaran

masing-masing agama.25

Agama dalam kehidupan bangsa merupakan sesuatu

yang penting, maka kehidupan beragama mendapat tempat

khusus dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila.

Pembinaan kehidupan beragama senantiasa diupayakan oleh

pemerintah baik yang meliputi aspek pembinaan kesadaran

beragama, kerukunan dan toleransi, kreativitas dan aktivitas

keagamaan serta pembinaan sarana dan fasilitas keagamaan.26

25

Departmen Agama RI, Damai di Dunia, Damai Untuk Semua

Perspektif Berbagai Agama (Jakarta: Badan Litbang, 2004), 19. 26

Mawardi Hatta, Beberapa Aspek Pembinaan Beragama dalam

Konteks Pembangunan Nasional Di Indonesia (DEPAG RI, 1981), 14.

42

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM PK

A. Sekilas Tentang Film PK

Film PK adalah salah satu film produksi Bollywood

yang menceritakan tentang kehidupan seorang alien yang baru

tiba di bumi dan tidak mengetahui apapun tentang kehidupan

di bumi. Film PK menceritakan perjalanan alien mulai dari

mempelajari hal-hal kecil tentang kehidupan, mulai dari cara

berkomunikasi dengan manusia hingga mencari tahu agama

dan Tuhan. Selama perjalan mencari Tuhan, si alien menganut

dan mempelajari semua ajaran agama yang ada di India. Pada

bagian ini film PK mencoba merepresantikan interpretasi dari

beberapa kepercayaan serta ajaran yang ada di India.

Film yang disutradarai oleh Rajhumar Hirani ini

berhasil menarik perhatian hingga mencapai box office, tidak

43

hanya sambutan baik melainkan film ini juga mendapat

banyak kontroversi baik di negara asalnya India maupun

negara luar seperti Indonesia. Keberanian sutradara

mengangkat tema kritik keagamaan dalam film ini menuai

banyak kecaman dari berbagai pihak. Karena film ini dinilai

telah menghina agama-agama.

B. Crew dan Pemeran Film PK

Sutradara : Rajkumar Hirani

Pengarah Musik : Ankit Tiwari

Shantanu Miotra

Ajay Gogavale

Atul Gogavale

Atul Raninga

Sanjay Wandrekar

Produser : Vidhu Vinod Chopra

Eksekutif

produser

: Sanjiv Kishinchandani

Konsultan

Eksekutif

produser

: Anil Davda

Penulis Skenario : Abhijat Joshi

Pengarah casting : Mukesh Chhabra

Sinematografi : C. K. Muraleedharan

Kameramen : Ramani Ranjan Das

44

Dharmendra Burji

Shereya Gupta

Maajid Raichura

Baikuntha Rout

Operator : Piyush Ghosh

Penata cahaya : Koen Martens

Perancang busana : Manoshi Nath

Rushi Sharma

Perancang

Produksi

: Sumit Basu

Snigdha Basu

Rajnish Hedao

Editor film : Rajkumar Hirani

Tata rias : Vikram Gaikwad

Puneet B. Saini

Manajer Produksi : Parshuram Mane

Asisten manajer

produksi

: Aakash Motiani

Harish Iyer

Ankita Batra

Asisten sutradara : Gautam Balla

Collin D’Cunha

Lakshmipriya Devi

Shaunak Kapur

45

Junaid Khan

Menaka Nagarajan

Kirti Nandakumar

Karan Narvekar

Ansh Rathore

Abhay Datt Sharma

Penata Artistik : Nimisha Goswami

Manini Mishra

Sanne Rubbrecht

Paresh Mestry

Animator : Sheveta Raut

Cast : Amamir Khan sebagai PK

Anushka Sharma sebagai

Jagat Janani/Jaggu

Saurabh Shukla sebagai

Tapasvi Maharaj

Sushant Singh Rajput sebagai

Sarfaraz Yousuf

Sanjay Dutt sebagai Bhairon

Singh

Boman Irani sebagai Ayah

Jaggu

Amardeep Jha sebagai Ibu

Jaggu

46

Reema Debnath sebagai

Puljaria

Dheerandra Dwivedi sebagai

Teroris

Rohitashv Gour sebagai

Inspektur Pandeji

Brijendra Kala sebagai

Pedagang di Pura

47

C. Sinopsis Film PK

Seorang alien (Amir Khan) mendarat di Bumi dalam

sebuah misi penelitian di Rajasthan, India. Ia mengenakan

sebuah kalung berwarna biru yang dengan kristal, kalung

tersebut berfungsi sebagai remote control untuk pesawat luar

angkasanya. Sesaat setelah mendarat, seorang warga lokal

yang mengira kalung tersebut sebuah berlian kemudian

mencurinya sehingga alien tersebut tidak dapat kembali ke

planet asalnya.

Pada hari yang sama di Bruges, Belgia, seorang wanita

Hindu India bernama Jaggu tidak sengaja bertemu dengan

seorang Muslim Pakistan bernama Sarfaraaz hingga kemudian

48

jatuh cinta padanya. Ayah Jaggu seorang penganut Hindu taat

lantas menentang dengan tegas hubungan anak gadisnya

dengan alasan Sarfaraaz yang merupakan seorang Muslim. Ia

kemudian berkonsultasi kepada dewa Tapaswi Maharaj yang

memprediksi bahwa Sarfaraaz akan mengkhianati Jaggu.

Bertekad untuk membuktikan bahwa mereka salah, Jaggu

meminta Sarfaraaz untuk menikahinya secepat mungkin. Di

hari pernikahan, ia terpukul ketika menerima surat tanpa nama

yang ia percayai adalah Sarfaraaz, yang berisi ketidaksediaan

untuk melaksanakan pernikahan.

Jaggu kembali ke India. Dia bertemu dengan seorang

yang membagikan selembaran “Tuhan yang hilang’ dan

“dicari: Tuhan” ia tertarik dengan orang tersebut dan

mengikutinya sampai ke sebuah kuil. Kemudian Jaggu

terkejut ketika mendengar penjelasan dari orang tersebut yang

mengatakan bahwa dirinya adalah seorang alien yang sedang

melakukan penelitian di Bumi. Alien tersebut menjelaskan

lebih lanjut bahwa awalnya ia tidak tahu apa-apa tentang

berpakaian, agama atau berkomunikasi dengan makhluk di

Bumi. Ia menceritakan bahwa ia kehilangan remote

controlnya sehingga ia tidak bisa kembali ke planet asalnya.

Alien tersebut bertanya pada semua orang yang

ditemuinya. Karena prilakunya yang aneh, maka orang-orang

menganggapnya mabuk dan memanggilnya “Peekay” (bahasa

49

Hindi yang artinya mabuk). Sejak saat itu alien tersebut

menyebut dirinya “PK”. PK terus berusaha mencari

kalungnya dengan bertanya kepada setiap orang yang

ditemuinya, dan setiap orang yang ditanyainya pula selalu

menjawab bahwa hanya “Tuhan” yang mampu membantunya

menemukan barang yang dicarinya.

Ia pun mulai mencari sosok Tuhan yang dikatakan

orang-orang, hingga akhirnya ia menemukan fakta bahwa

“Tuhan” di bumi ini ada “banyak”, dan bila ia ingin bertemu

Tuhan maka ia harus mengikuti ritual dari agama-agama yang

ada. PK dengan tulus mempraktikkan agama-agama yang ada

di India dengan harapan ia bisa bertemu Tuhan dan

mendapatkan kalungnya kembali sehingga ia bisa kembali ke

planet asalnya. Namun, usahanya ternyata tidak juga berhasil.

Hingga ia bertemu dengan seorang pemuka agama Hindu

bernama Tapasvi. Sayangnya, ketika ia hendak mengambil

kembali kalung tersebut, Tapasvi mengklaim bahwa itu

adalah miliknya hasil dari pemberian Tuhan. Dari sinilah

petualangan PK menjelajahi agama-agama yang ada untuk

menemukan remote control-nya dimulai.

50

D. Profil Sutradara Film PK

Rajkumar Hirani Rajkumar Hirani, biasa dipanggil

Dengan Raju, pria kelahiran 20 November 1962 di Nagpur,

Maharashtra, India. Ayahnya bernama Suresh Hirani. agama

yang dianut Raju adalah Sindhi (salah satu suku yang

termasuk agama Hindu) dulu Raju bersekolah di St. Francis

De Sales, Nagpur. Raju masuk ke Movie and Television

Institute di India, dan memilih untuk mengambil Jurusan

Editing. Disana Ia mendapatkan beasiswa dan selama tiga

tahun Ia berhasil mendapatkan gelar diplomanya sebagai

spesialis editing film. Namun setelahnya dia lebih banyak

berkecimpung di dunia periklanan. Dia menjadi sutradara dan

produser dalam beberapa iklan. Namun karna keinginannya

51

yang besar untuk membuat film akhirnya Ia memutuskan

untuk berhenti dari dunia periklanan dan beralih ke dunia

perfilman. Saat itu Ia memulai kerjasama dengan Vidhu

Vinod Chopra. Mulai saat itu film-filmnya sukses meraih box

office Bollywood dan mendapatkan keuntungan besar.

E. Profil Pemain PK

1. Aamir Khan sebagai PK

Aamir Khan merupakan actor papan atas Bollywood

karirnya sudah tidak diragukan lagi, memulai debut pada

tahun 1973 lewat film Yaadon Ki Baarat yang di sutradarai

oleh pamanya sendiri Nasir Husain.

Aamir lahir pada 14 Maret 1965 di Mumbai India, jadi

tahun ini Aamir menginjak usia 50 tahun. Terlahir dari

keluarga Ulama serta Politikus Muslim. 1

Sang ayah Tahir

1 BBC, “profil Aamir Khan” artikel diaskes pada 14

Mei 2020 dari

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2010/06/100606_bollywwodosca

r.shtml

52

Hussain sudah menanamkan pelajaran tentang agama Islam

kepada Aamir sedari kecil.

Ayahnya dan pamanya Nasir Hussain yang memang

seorang produser film India membawanya lebih mudah terjun

ke dunia perfilman Bollywood. Pamanya selain seorang

produser juga merupakan seorang actor Bollywod, dan

pertama kali membawanya berkarir di dunia entertainment.

Aamir Khan yang merupakan seorang aktor jatuh cinta

dengan seorang sutradara film, Kiran. Keduanya jatuh cinta

ketika bertemu dalam syuting 'Dhobi Gat' dimana Kiran

menggarap film yang dibintangi Aamir itu.

Aamir yang beragama Muslim dan Kiran yang

beragama Hindu tetap menikah dan bahagia hingga saat ini.

Bahkan, Aamir mengaku sejak menikah dengan Kiran,

kariernya kian meningkat dan Kiran bagaikan membawa

keajaiban untuk Aamir.

53

2. Anuskha Sharma sebagai Jaggu

Anuskha Sharma lahir di Bangalore, Karnataka,

India pada 1 Mei 1983. 2

Agama yang dianut Anuskha

sarma adalah Hindu. Anuskha Sharma Menyelesaikan

sekolah seni di Mont Caramel College jurusan seni.

Ayahnya adalah seorang perwira tentara bernama Col.

Ajay Kumar Sharma, dan Ibunya adalah seorang ibu

runmah tangga. Memiliki seorang kaka laki- laki yang juga

menjadi seorang tentara yaitu Karnesh.

2IMBD,“Profil Anuskha Sharma” artikel diaskes pada 14 Mei

2020 dari www.imdb.com/name/nm3087728/

54

Memutuskan untuk pindah ke Mumbai untuk

memulai karir sebagai seorang model di Lakme Fashion

Week sebagai model dari Wendell Rodricks‟s Vamp

Show.

Anuskha Sharma sangat suka menari sambil

mendengarkan musik, selain itu dia juga senang membaca

buku. Anuskha sejak lama sangat mengidolakan aktor

Sharuk Khan. Keberuntungan bagi Sharma bisa memulai

debut sebagai Artis dalam film Rab Ne Bana Di Jodi dan

dipasangkan dengan sang idola Sharuk Khan. Akting

pertamanya sukses menarik banyak perhatian dan

setelahnya banyak berbagai tawaran film ditujukan

padanya.

55

3. Sushant Singh Rajput sebagai Sarfaraz

Sushant Singh Rajput adalah actor Bollywood

yang telah meraih sukses pada film pertamanya. Film

pertama yang di bintangi oleh Sushant adalah „Kal

Poche‟. Sushant beragama Hindu dan Lahir di Patna,

India.

Sushant lahir di tengah tengah keluarga Doctor dan

Engineers. Maka dari itu Sushan tercatat sebagai salah satu

mahasiswa dari Delhi College of Engineering jurusan

Mecanical Engineering Steam. Sushan juga terkenal

56

pintar, terbukti dari prestasinya dibidang akademik, yaitu

memenangkan olimpiade fisika tingkat Nasional, bukan

hanya itu Sushant juga mendapatkan biasiswa karena

berhasil menjadi ranking ketujuh dalam All India

Engineering Entrance Examination (AIEEE 2003).3

Pria kelahiran 21 Januari 1986 ini memutuskan

untuk menjadi seorang actor dan seorang dancer karena

bakat yang dimilikinya. Prestasi yang didapat Sushant dari

dunia Intertanment tak kalah membanggakan dari

prestasinya dibidang akademik, penghargaan yang pernah

didapat oleh Sushant antara lain Best Actor Male at

Kalakaar 2010, Best Actor Male at Indian Television

Academy2010, dan masih banyak lagi.

3 Filmyfolks, “Sushant Singh Rajput wiki” artikel diaskes pada

Tanggal 14 Mei 2020 dari

http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/sushant-singh-

rajput.shtml

57

4. Saurabh Shukla sebagai Tapasvi

Lahir pada 5 Maret 1963, dia merupakan seorang

pemeran dan sutradara film, teater dan televisi asal India. Ia

dikenal atas peran-perannya dalam film Satya (1998), Barfi!

(2012), Jolly LLB (2013), Kick (2014), PK (2014), dan Raid

(2018)4

4 Wikipedia,“Saurabh Shukla” artikel diaskes pada Tanggal 14 Mei

2020 dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/saurabh_shukla

58

BAB IV

TEMUAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan temuan dengan

menggunakan model Charles Sanders Peirce terhadap fokus

penelitian yang sudah dipilah sesuai dengan kebutuhan

penelitian ini. Peneliti hanya akan mengambil berbagai scane-

scane untuk dianalisis terkait toleransi beragama film “PK”

dengan menggunakan model Charles Sanders Peirce.

A. Scane 01:00:23-01:01:19 (Tidak boleh berlebihan

dalam menanggapi perbedaan)

Objek : Saat PK membawa minuman anggur ke

masjid. Karena sebelumnya PK melihat umat

kristiani memberi sesembahan di gereja berupa

anggur kepada patung Yesus.

Tanda : Ketika PK membawa barang (anngur) yang

mana diharamkan oleh umat muslim.

Interpretasi : PK ingin menyulut kemarahan umat muslim

yang ada disekitar masjid, sehingga serontak

59

umat muslim disitu marah dan mengejar PK

karena perbuatannya itu.

B. Scane 2:15:22-2:15:45 (Menjalin tali sillaruramhi

kepada antar sesama manusia)

Objek : Ucapan salam dari seorang wanita terhadap

panggilan telepon dari seseorang.

Tanda : Tampak raut wajah sopan dan ramah dari

seorang wanita yang memberi ucapan salam

kepada seseorang.

Interpretasi : Wanita tersebut menyambut hangat atas

telepon tersebut.

60

C. Scane 01:01:39-01:02:34 (Mewujudkan persatuan

diatas perbedaan)

Objek : Bertemunya PK dengan wanita dengan

mengenakan pakaian yang berbeda.

Tanda : Pakaian yang dikenakan setiap orang berbeda.

Interpretasi : Setiap agama memiliki pakian dengan corak

yang berbeda untuk melakukan kegiatan

beribadah.

61

D. Scane (00:12:01-00:12:26) (Mengutamakan rasa

kemanusiaan atas dasar perbedaan)

Objek : Dialog perkenalan antara Sarfaraz dan Jaggu.

Tanda : Kedua orang ini memiliki negara asal yang

berbeda dan tentunya memiliki latar belakang

yang berbeda.

Interpretasi : Adanya rasa kecewa dari Jaggu karena

perbedaan negara dan agama yang membuat

ada batasan jarak untuk berbincang dan

menjalin hubungan yang lebih jauh.

62

E. Scane (01:37:58-01:38:51) (Agama tidak dapat

dilihat dari identitas dan atribut)

Objek : Saat PK memperkenalkan orang-orang

dengan penampilan yang berbeda-beda kepada

pemuka agama.

Tanda : Pakaian yang dikenakan setiap masing-

masing orang yang berbeda-beda.

Interpretasi : Setiap agama memiliki atribut atau pakaian

yang berbeda dalam melakukan kegiatan

keagamaan masing-masing.

63

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menganalisa temuan dengan

menggunakan model Charles Sanders Peirce terhadap fokus

penelitian yang sudah dipilah sesuai dengan kebutuhan

penelitian ini.

A. Scane ( 01:00:23-01:01:19)

Dari potongan gambar di atas dapat diketahui bahwa

adegan tersebut dikaitkan dengan analisis model Charles

Sanders Peirce yang menggunakan teori segitiga makna :

tanda, objek dan interpretasi yaitu menganilis persoalan

bagaimana makna muncul ketika tanda tersebut digunakan

orang pada saat berkomunikasi. Objek dari adegan diatas

yaitu saat PK membawa anggur ke masjid. Karena

sebelumnya PK melihat umat kristiani memberi sesembahan

di gereja berupa anggur kepada patung Yesus. Tandanya

adalah ketika PK membawa barang (angur) yang mana

diharamkan oleh umat muslim. Sehingga muncul interpretasi

64

bahwa PK ingin menyulut kemarahan umat muslim yang ada

disekitar masjid, sehingga serontak umat muslim disitu marah

dan mengejar PK karena perbuatannya itu.

Berdasarkan objek, tanda terbagi menjadi ikon, indeks,

dan simbol. Ikon pada adegan tersebut adalah saat umat

muslim memandang PK saat membawa anggur ke masjid.

Karena bagi umat muslim anggur merupakan minuman yang

diharamkan.

Walaupun beda tradisi, semua agama mempunyai cara

yang berbeda-beda dalam menyembah tuhannya. Adegan ini

meninggalkan pesan jika manusia hendaknya menghormati

setiap tradisi yang ada. Menghormati berarti tidak

memaksakan tradisi agamanya agar diikuti oleh agama lain.

Menghormati disini adalah bisa menerima ciri khas tradisi

dari setiap agama.

Tetapi dengan hanya menghormati saja tidak cukup.

Jika terjadi benturan atas dasar perbedaan pandangan dan

kepentingan, mereka yang awalnya saling menghormati dan

menunjukkan sikap sopan santun dapat berubah sikap menjadi

menyalahkan. Menurut Gus Dur, disini perlu adanya

pengembangan rasa sikap saling pengertian yang tulus dan

berkelanjutan.

65

B. Scane (2:15:22-2:15:45)

Pada scane ini, resepsionis kedutaan Pakistan

menjawab telepon Jaggu dengan ucapan salam

“Assalamualaikum”. Objek dari adegan tersebut adalah

ucapan salam dari seorang wanita terhadap panggilan telepon

dari seseorang. Tandanya berupa ucapan salam dengan raut

wajah sopan dan ramah. Sehingga mucul interpretasi jika

wanita tersebut menyambut hangat atas telepon tersebut. Pada

scane ini juga terlihat bahwa kaum muslim di kedutaan

Pakistan tidak membeda-bedakan atas dasar agama maupun

suku.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hidup

rukun dan berdampingan adalah hal yang sangat dianjurkan

oleh agama islam. Saling berkomunikasi antar satu umat

Bergama satu dengan umat beragama lainnya. Berdiskusi juga

penting. Supaya kita tahu seperti apa ajaran dari agama-agama

lainnya. Dari situ wawasan dan pikiran kita terbuka luas.

Dengan begitu, rasa saling curiga, perilaku menghakimi orang

atau kelompok lain, serta sikap intoleransi tak terjadi.

66

C. Scane (01:01:39-01:02:34)

Pada bagian ini memperlihatkan ketika PK bertemu

dengan seorang wanita yang mengenakan gaun putih di dalam

mobil bis. Pada saat di mobil, PK hendak menghibur wanita

tersebut karena nampak raut wajah itu terlihat suram dan

bersedih. Akan tetapi orang yang di sampingnya memarahi

karena menganggap PK telah melecehkan wanita tersebut

karena sedang berduka. Setelah itu, PK turun dari mobil dan

melihat seseorang yang hendak menikah dan mengenakan

gaun putih. Mengetahui mereka mengenakan gaun putih, PK

langsung menemuinya dan mengucapkan belawungkawa

kepadanya, bukannya mendapat pujian, PK malah dimarahi

oleh wanita itu dan berkata kalau orang yang berduka

mengenakan pakaian hitam.

67

Objek pada scane ini adalah bertemunya PK dengan

wanita dengan mengenakan pakaian yang berbeda (tanda),

sehingga menghasilkan interpretasi yang berbeda pada setiap

adegannya. Warna putih merupakan warna belasungkawa di

agama Hindu, akan tetapi sebaliknya di agama Kristiani

warna hitam yang merupakan warna belangsungkawa.

Dalam scane ini terlihat bahwa mereka mampu

menjaga dan memelihara perbedaan di dalam kehidupan yang

berdampingan. Dari simbol-simbol tiap agama, semuanya

akan bisa terwujud jika manusia mampu menjaga perbedaan

itu.

D. Scane 1 (00:12:01-00:12:26)

Pada Scane terjadi dialog antara Sarfaraz dan jaggu.

Dalam dialog tersebut Sarfaraz memberitahu tempat asalnya

dan pekerjaannya kepada Jaggu. Jaggu yang berasal dari India

(mayoritas beragama Hindu) merasa sedih mendengar

perkataan dari Sarfaraz karena sarfaraz berasal dari Pakistan

yang mayoritas beragama Islam.

68

Objek dari Scane ini adalah dialog perkenalan antara

Sarfaraz dan Jaggu. Tandanya adalah kedua orang ini

memiliki negara asal yang berbeda dan tentunya memiliki

latar belakang yang berbeda. Sehingga menghasilkan

interpretasi rasa kecewa dari Jaggu karena perbedaan negara

dan agama yang membuat ada batasan jarak untuk berbincang

dan menjalin hubungan yang lebih jauh.

Scane ini mencerminkan bagaimana pentingnya

menjalin silaturahmi untuk merajut toleransi antar umat

beragama supaya tidak saling curiga. Dengan melakukan

komunikasi antar umat beragama, kita akan paham seperti apa

ajaran-ajaran dari agama lainnya. Dari situ wawasan dan

pikiran akan terbuka sehingga tidak akan ada rasa curiga dan

tidak terjadi sikap intoleransi.

E. Scane (01:37:58-01:38:51)

Pada Scane ini, PK datang menemui pemuka agama

bersama dengan agama dan penampilan yang berbeda-beda.

Agama yang diperkenalkan PK kebanyakan agama yang

69

menjadi mayoritas di India seperti Hindu, Sikh, Jain, Islam

dan Kristen.

Objek dari Scane ini adalah PK memperkenalkan

orang-orang dengan penampilan dan agama yang berbeda-

beda kepada pemuka agama. Tandanya merupakan

penampilan yang dikenakan oleh setiap orang yang berbeda,

sehingga menghasilakan interpretasi yang berbeda-beda.

Pada bagian ini memberikan pelajaran bahwa manusia

harus hidup rukun tanpa memandang perbedaan dari luar saja.

Karena toleransi dalam konteks agama diartikan sebagai

kebebasan masing-masing individu untuk menganut agama

apapun yang diyakininya, serta mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari

70

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Film yang tayang di penghujung 2014 ini telah masuk

kedalam Box Office Amerika. Film ini menceritakan tentang

seorang alien yang bernama PK yang sedang mencari remote

control untuk bisa pulang ke planet asalnya karena telah

dicuri oleh seseorang. Dalam film ini banyak mengisahkan

adegan tentang toleransi beragama yang terjadi di India.

Penulis berhasil menemukan kesimpulan yang ada di

dalam film tersebut, yaitu Film PK merupakan film yang

mengangkat toleransi antar umat beragama yang terjadi di

India dan bahkan di dunia. Dalam film ini terdapat banyak

sekali perbedaan-perbedaan dari setiap agama, mulai dari cara

beribadah, cara berpakaian dan cara pandang yang berbeda

yang tak jarang menyebabkan perpecahan didalamnya.

Film ini sarat akan makna toleransi antarumat

beragama didalamnya, kita diberikan pelajaran oleh film ini

bagaimana seseorang bisa menghargai agama satu dengan

yang lain tanpa harus membeda-bedakannya, karena tanda

agama tidak diberikan Tuhan dari kita lahir sampai kita mati.

Perbedaan dalam agama dibuat oleh manusia itu sendiri,

mereka menganggap bahwa agama mereklah yang paling

benar.

71

Film ini bisa menjadi refleksi bagi kita saat

menghadapi masalah toleransi beragama. Karena di Indonesia

sendiri sering terjadi konflik antar suku, ras dan juga agama.

Ini menjadi PR besar bagi kita khususnya masyarakat

Indonesia agar tetap mampu menjaga persatuan di tengah

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika dianalisa menggunakan teori semiotika yang

dikemukakan oleh Charles Sandres Peirce, maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Representament (Tanda)

Film ini banyak sekali memunculkan beberapa tanda

yaitu berupa cuplikan adegan-adegan tentang toleransi

beragama. Bagaimana seseorang bisa menghargai agama satu

dengan yang lain tanpa harus membeda-bedakannya, karena

tanda agama tidak diberikan tuhan dari kita lahir sampai kita

mati. Perbedaan dalam agama dibuat oleh manusia itu sendiri,

mereka menganggap bahwa agama merekalah yang paling

benar.

2. Object

Berdasarkan objek, tanda terbagi menjadi ikon, indeks,

dan simbol. Salah satu adegan dimana pada saat umat muslim

memandang PK saat membawa anggur ke masjid. Karena

bagi umat muslim anggur merupakan minuman yang

72

dikharamkan. Walaupun beda tradisi, semua agama

mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyembah

tuhannya. Adegan ini meninggalkan pesan jika manusia

hendaknya menghormati setiap tradisi yang ada. Menghormati

berarti tidak memaksakan tradisi agamanya agar diikuti oleh

agama lain. Menghormati disini adalah bisa menerima ciri

khas tradisi dari setiap agama.

3. Interpretant

Interpretasi adalah tanda yang ada dalam benak

seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Dalam

film ini, begitu banyak interpretasi yang terlihat bahwa

mereka mampu menjaga dan memelihara perbedaan di dalam

kehidupan yang berdampingan. Dari simbol-simbol tiap

agama, semuanya akan bisa terwujud jika manusia mampu

menjaga perbedaan itu.

B. Saran

Saran dari penulis untuk film ini adalah pada beberapa

adegan yang seharusnya tidak ditayangka. Namun diluar itu

semua, film ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi

para penontonnya agar tetap bisa menjaga nilai-nilai toleransi

antarumat beragama.

73

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aminah, Siti. Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam

Keanekaragamaan Budaya dan Toleransi Antar

Agama, Jurnal Cendekia Vol. 13 No. 1 Januari 2015.

APNIEVE, UNESCO. Belajar Untuk Hidup Bersama Dalam

Damai Dan Harmoni, Bangkok: Kantor Prinsipal

Unesco Untuk Kawasan Asia-Pasifik, dan Universitas

Pendidikan Indonesia,2000.

AS, Ambaraini. Semiotika Teori dan Aplikasi Pada Karya

Sastra, Semarang: IKIP PGRI Semarang.

Baalbaki, Rohi. Al-Mawrid: A Modern Arabic English

Dictionary, Beirut: Dar El-Ilm Lil Malayyin, 2004.

Baidhawy, Zakiyuddin. Pendidikan Agama Berwawawasan

Multikultural. Jakarta: Erlangga, t.th.

Baran, Stanley J.. Pengantar Komunikasi Massa; Melek

Media dan Budaya, Jakarta: Erlangga, 2012.

Bukhori, Baidi. Toleransi Terhadap Umat Kristiani: Ditinjau

dari Fundamentalis Agama dan Kontrol Diri,

Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2012.

Departmen Agama RI. Damai di Dunia, Damai Untuk Semua

Perspektif Berbagai Agama. Jakarta: Badan Litbang,

2004.

Gerungan, W. A. Prasangka Sosial. Bandung: PT Rafika

Aditama: 2010).

74

Hasyim, Umar. Toleransi dan kemerdekaan Beragama dalam

Islam Sebagai Dasar menuju Dialog dan Kerukunan

Antar Umat Beragama, Surabaya: Bina Ilmu, 1979.

Hatta, Mawardi. Beberapa Aspek Pembinaan Beragama

dalam Konteks Pembangunan Nasional Di Indonesia.

DEPAG RI, 1981.

Hendropuspito, D. Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius,

1983.

Ibrahim, M. Kasir. Kamus Arab Indonesia Indonesia Arab,

Surabaya: Apollo Lestari.

Liliweri, Allo. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Little John, Stephen W. Theories Of Human Communication,

Wadsworth: Belmont, 2002.

Masduqi, Irwan. Berislam Secara Toleran: Teologi

Kerukunan Umat Beragam, Bandung: PT. Mizan

Pustaka, 2011.

Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:

Rosdakarya, 2010.

Mujani, Saiful. Muslim demokrat: Islam, Budaya

Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia

Pasca-Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2007.

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Arab Indonesia al-Munaw,

Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif.

75

Poerwadarminto, W. J. S.. Kamus Umum Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1986.

Qodratillah, Meity Taqdir.Kamus Bahasa Indonesia Untuk

Pelajar, Jakarta: Badan Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2011.

Ronny, Kountur. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi

dan Tesis, Jakarta: CV Teruna Grafica

Rusmana, Dadan. Filsafat Semiotika, Bandung: Pustaka Setia,

2014.

Santosa, Puji. Rancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra,

Bandung: Angkasa, 1931).

Shihab, Quraish. Islam yang Saya Anut : Dasar-Dasar Ajaran

Islam, Ciputat: Lentera Hati, 2017.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004.

Trabaut, Jurgen. Elemente der semiotik, Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.

Wibowo. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi

Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2013.

Sumber Lain

Siti Aminah. Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam

Keanekaragamaan Budaya dan Toleransi Antar

Agama, Jurnal Cendekia Vol. 13 No. 1 Januari 2015.

76

Kajian Pustaka. “Pengertian Film” artikel diakses pada

minggu 5 April 2020 dari

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertianseja

rah-dan-unsur-unsur-film.html

BBC. “profil Aamir Khan” artikel diaskes pada 28

Maret 2015 dari

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2010/06/1006

06_bollywwodoscar.shtml

“Profil Anuskha Sharma” artikel diaskes pada 28 Maret 2015

dari www.imdb.com/name/nm3087728/

“Sushant Singh Rajput wiki” artikel diaskes

pada Tanggal 14 Mei 2020 dari

http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/su

shant-singh-rajput.shtml

Saurabh Shukla” artikel diaskes pada Tanggal 14 Mei 2020

dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/saurabh_shukla

Kapan Lagi, ”Organisasi Muslim India Kecam Film Aamir

Khan, 'PK',” artikel diaskes pada 26 Juni 2020 dari

http://iorg.kapanlagi.com/showbiz/bollywood/organisa

si-muslim-india- kecam-film-aamir-khan-pk-

f09426.htm

Varinder Chawla, “Aamir Khan‟s „PK‟ scores big at Star

Guild Awards 2015,” artikel diaskes pada 26 Juni

2020 dari

http://indianexpress.com/article/entertainment/bollywo

od/pk- scores-big-at-star-guild-awards-2015

58

LAMPIRAN