analisis perbandingan double gain buck-boost converter
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN DOUBLE GAIN BUCK-BOOST
CONVERTER DENGAN BUCK-BOOST CONVERTER
SKRIPSI
TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
WIRA RAJA SITINJAK
NIM. 155060300111012
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2019
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya dan
berdasarkan hasil penelusuran berbagai karya ilmiah, gagasan dan masalah ilmiah yang diteliti
dan diulas di dalam Naskah Skripsi ini adalah asli dari pemikiran saya. Tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
jiplakan, saya bersedia Skripsi dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Malang, 18 Oktober 2019
Mahasiswa,
Wira Raja Sitinjak
NIM. 155060300111012
RIWAYAT HIDUP
Wira Raja Sitinjak, lahir di Banjar Sitolu-tolu, 17 Agustus 1997, anak dari Ayah Bakti
Sitinjak dan Ibu Kartini Manalu, SD dan SMP di kabupaten Tapanuli Utara, SMA di
kabupaten Humbang Hasundutan dan lulus pada tahun 2015, menempuh/masuk program
sarjana Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Tahun 2015. Pengalaman kerja
sebagai asisten laboratorium di Laboratorium Mesin Elektrik Universitas Brawijaya tahun
2016 hingga 2019.
Malang, Oktober 2019
Penulis
RINGKASAN
Wira Raja Sitinjak, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,
September 2019, Analisis Perbandingan Double Gain Buck-Boost Converter dengan Buck-
Boost Converter, Dosen Pembimbing : Hery Purnomo, Lunde Ardhenta.
Penelitian ini membahas tentang analisis perbandingan kinerja simulasi pada rangkaian
double gain buck-boost converter dengan buck-boost converter. Double gain buck-boost
converter memiliki konfigurasi yang berbeda dengan buck-boost converter. Konfigurasi
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan range tegangan keluaran yang lebih besar
dibandingkan dengan buck-boost converter. Perbandingan yang dilakukan adalah dengan
membandingkan gain tegangan, efisiensi konverter dan topologi konverter. Kedua konverter
akan diuji dengan spesifikasi yang sama dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
perbandingan keluaran antara kedua konverter. Spesifikasi yang dimaksud adalah tegangan
masukan, frekuensi dan duty cycle dimana tegangan masukan bernilai 12 V, frekuensi 30 kHz,
duty cycle 20% untuk operasi buck dan 66,67% untuk operasi boost. Hasil pengujian
menunjukan bahwa double gain buck-boost converter memiliki gain tegangan yang lebih
besar yaitu dua kali lipat dari buck-boost converter dan memiliki efisiensi yang sangat baik
meskipun bekerja pada duty cycle yang tinggi.
Kata kunci : double gain, buck-boost, converter.
SUMMARY
Wira Raja Sitinjak, Electrical Engineering Department, Engineering Faculty, Brawijaya
University, September 2019, Analysis Comparison of Double Gain Buck-Boost Converter with
Buck-Boost Converter, Academic Supervisor : Hery Purnomo, Lunde Ardhenta.
This research describes the analysis and performance comparison between double
gain buck-boost converter and buck-boost converter. Double gain buck-boost converter has a
different configurarion with buck-boost converter. The configuration is done in order to get a
wider range of output voltages compared to a buck-boost converter. The comparison that will
be made is comparing the voltage gain, converter efficieny and converter topology. Both
converters will be tested with the same specifications in order to find out how the output ratio
between the two converters. Where the input voltage is 12 V, 30 kHz frequency, 20% duty
cycle for buck operation and 66,67% for boost operation. The test results show that double
gain buck-boost converter has a greater voltage gain that is doubled from buck-boost
converter and has very good efficiency even though it works at a high duty cycle.
Keyword : double gain, buck-boost, converter.
i
PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa dalam nama Yesus Kristus karena
atas berkat-Nya skripsi berjudul βAnalisis Perbandingan Double Gain Buck-Boost Converter
dengan Buck-Boost Converterβ dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini diucapkan terima
kasih kepada yang telah berkenan memberikan bantuan secara langsung maupun tidak
langsung kepada:
1. Bapak Ir. Hadi Suyono, S.T., M.T., Ph.D., IPM. selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro.
2. Ibu Ir. Nurussaβadah, M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro.
3. Ibu Rahmadwati S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Jurusan Teknik
Elektro.
4. Ibu Dr. Rini Nur Hasanah, S.T., M.Sc. selaku Ketua Kelompok Dosen Keahlian
Teknik Energi Elektrik.
5. Bapak Ir. Hery Purnomo selaku dosen pembimbing pertama skripsi atas segala
bimbingan, kritik, dan saran yang telah diberikan.
6. Bapak Lunde Ardhenta,S.T.,M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua skripsi atas
segala bimbingan, kritik, dan saran yang telah diberikan.
7. Bapak Dr. Eng. Panca Mudjirahardjo,S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing
akademik, beserta seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Elektro yang selalu
membantu selama perkuliahan.
8. Keluarga tercinta Ayah Almarhum St.Drs.Bakti Sitinjak, Ibu Kartini Manalu,S.Pd.,
kakak-kakak dan abang saya serta semua keluarga yang selalu mendoakan dan
mendukung saya selama ini.
9. Seluruh teman-teman angkatan 2015 (Servo), teman-teman konsentrasi teknik
energi elektrik, dan keluarga Laboratorium Mesin atas bantuannya selama proses
perkuliahan.
10. Keluarga, guru-guru, dan teman-teman saya dari SD Negeri 173387 Simamora,
SMP Negeri 1 Pagaran, dan SMA Negeri 2 Lintongnihuta yang membantu dan
mendidik saya selama ini.
11. Keluarga kontrakan Sigura-gura (SGG 27E) yang sudah menemani selama proses
perkuliahan.
ii
12. Keluarga PMK Yehezkiel dan NHKBP Malang yang selalu memberikan dukungan
moral dan rohani.
13. Teman seperjuangan dari kampung tercinta Simamora Nabolak yang kuliah di
Malang.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu sehingga penelitian ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan ilmu dan kendala-kendala lain yang terjadi selama pengerjaan penelitian ini.
Oleh karena itu saran dan kritik mengenai penelitian ini diharapkan oleh penulis agar
penelitian ini dapat menjadi karya tulis yang lebih baik dan berguna. Semoga kedepannya
laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan untuk pengembangan lebih lanjut.
Malang, Oktober 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 2
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 5
2.1 Switching Konverter ........................................................................................................ 5
2.2 Konverter Buck-Boost ..................................................................................................... 6
2.3.1 Analisis Ketika Saklar Tertutup ......................................................................... 7
2.3.2 Analisis Ketika Saklar Terbuka .......................................................................... 9
2.3 Hukum Kirchoff ............................................................................................................ 11
2.3.1 Hukum Kirchoff I (Kirchoffβs Current Law) .................................................... 11
2.3.2 Hukum Kirchoff II (Kirchoffβs Voltage Law) .............................................................. 12
2.4 Perhitungan Nilai Induktor dan Kapasitor pada Buck-Boost Converter .......................... 13
2.5 Analisis Rangkaian Double Gain Buck-Boost Converter ............................................... 14
2.4.1 Rangkaian Saat Switch On (Mode 1) ................................................................ 14
2.4.2 Rangkaian Saat Switch Off (Mode 2) ................................................................ 15
2.4.3 Perhitungan Tegangan ..................................................................................... 16
iv
2.4.4 Perhitungan Arus ............................................................................................. 18
2.6 Power Losses dan Efisiensi Buck-Boost Converter ......................................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 21
3.1 Perhitungan Nilai Komponen ......................................................................................... 22
3.4.1 Perhitungan Nilai Komponen Pada Rangkaian Double Gain Buck-Boost
Converter ........................................................................................................ 22
3.4.2 Perhitungan Nilai Komponen Pada Rangkaian Buck-Boost Converter ............. 24
3.2 Penentuan Spesifikasi Rangkaian ................................................................................... 26
3.3 Simulasi Rangkaian Double Gain Buck-Boost Converter ............................................... 26
BAB IV ............................................................................. 29 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Double Gain Buck-Boost Converter ............................................................................... 29
4.1.1 Simulasi Rangkaian Double Gain Buck-Boost Converter ................................. 29
4.2 Buck-Boost Converter .................................................................................................... 38
4.2.1 Spesifikasi dan Rangkaian Buck-Boost Converter ............................................ 39
4.2.2 Simulasi Rangkaian Buck-Boost Converter Mode Boost .................................. 39
4.2.3 Simulasi Rangkaian Buck-Boost Converter Mode Buck ................................... 43
4.3 Perbandingan Double Gain Buck-Boost Converter dengan Buck-Boost Converter........... 46
4.3.1 Perbandingan Gain Tegangan .......................................................................... 46
4.3.2 Perbandingan Efisiensi .................................................................................... 46
4.3.3 Perbandingan Topologi dan Komponen ........................................................... 49
BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 51
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 51
5.2 Saran ............................................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 53
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 56
v
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 3. 1 Spesifikasi rangkaian ............................................................................................ 26
Tabel 4. 1 Spesifikasi rangkaian buck-boost converterβ¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.39
Tabel 4. 2 Komponen ESR dan parameter internal ............................................................... 47
Tabel 4. 3 Hasil perhitungan efisiensi double gain buck-boost converter ............................... 47
Tabel 4. 4 Hasil perhitungan efisiensi buck-boost converter .................................................. 48
Tabel 4. 5 Perbandingan topologi .......................................................................................... 49
vi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 2. 1 Rangkaian dasar DC-DC switching converter ..................................................... 5
Gambar 2. 2 Tegangan keluaran rangkaian dasar DC-DC switching converter........................ 5
Gambar 2. 3 Rangkaian buck-boost converter ........................................................................ 6
Gambar 2. 4 Rangkaian ekuivalen ketika saklar tertutup ........................................................ 7
Gambar 2. 5 Rangkaian ekuivalen ketika saklar terbuka ......................................................... 9
Gambar 2. 6 Hukum Kirchoff I ............................................................................................ 11
Gambar 2. 7 Hukum Kirchoff II ........................................................................................... 12
Gambar 2. 8 Rangkaian double gain buck-boost converter ................................................... 14
Gambar 2. 9 Rangkaian saat switch on ................................................................................. 14
Gambar 2. 10 Rangkaian saat switch off ............................................................................... 15
Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian ...................................................................................... 21
Gambar 3. 2 Langkah-langkah perhitungan komponen ......................................................... 22
Gambar 4. 1 Rangkaian double gain buck-boost converter .................................................... 29
Gambar 4. 2 Arus induktor 1 (iL1) rangkaian double gain pada mode boost .......................... 30
Gambar 4. 3 Arus induktor 2 (iL2) rangkaian double gain pada mode boost .......................... 30
Gambar 4. 4 Tegangan kapasitor 1 (VC1) rangkaian double gain pada mode boost ................ 31
Gambar 4. 5 Tegangan kapasitor 2 (VC2) rangkaian double gain pada mode boost ................ 31
Gambar 4 .6 Tegangan kapasitor 3 (VC3) rangkaian double gain pada mode boost ................ 32
Gambar 4. 7 Tegangan keluaran (Vo) rangkaian double gain pada mode boost .................... 32
Gambar 4. 8 Arus keluaran (io) rangkaian double gain pada mode boost............................... 33
Gambar 4. 9 Arus masukan (iin) rangkaian double gain pada mode boost ............................. 33
Gambar 4. 10 PWM mode boost........................................................................................... 34
Gambar 4. 11 Arus induktor 1 (iL1) rangkaian double gain pada mode buck ......................... 34
Gambar 4. 12 Arus induktor 2 (iL2) rangkaian double gain pada mode buck ......................... 35
Gambar 4. 13 Tegangan kapasitor 1 (VC1) rangkaian double gain pada mode buck ............... 35
Gambar 4. 14 Tegangan kapasitor 2 (VC2) rangkaian double gain pada mode buck ............... 36
Gambar 4. 15 Tegangan kapasitor 3 (VC3) rangkaian double gain pada mode buck ............... 36
Gambar 4. 16 Tegangan keluaran (Vo) rangkaian double gain pada mode buck .................... 37
Gambar 4. 17 Arus keluaran (io) rangkaian double gain pada mode buck .............................. 37
vii
Gambar 4. 18 Arus masukan (iin) rangkaian double gain pada mode buck ............................. 38
Gambar 4. 19 PWM mode buck ............................................................................................ 38
Gambar 4. 20 Arus induktor mode boost pada buck-boost converter ..................................... 40
Gambar 4. 21 Tegangan kapasitor mode boost pada buck-boost converter ............................ 40
Gambar 4. 22 Arus masukan mode boost pada buck-boost converter .................................... 41
Gambar 4. 23 Tegangan keluaran mode boost pada buck-boost converter ............................. 41
Gambar 4. 24 Arus keluaran buck-boost converter mode boost ............................................. 42
Gambar 4. 25 Bentuk PWM buck-boost converter mode boost ............................................. 42
Gambar 4. 26 Arus induktor buck-boost converter mode buck .............................................. 43
Gambar 4. 27 Tegangan kapasitor buck-boost converter mode buck ..................................... 43
Gambar 4. 28 Arus masukan buck-boost converter mode buck.............................................. 44
Gambar 4. 29 Tegangan keluaran buck-boost converter mode buck ...................................... 44
Gambar 4. 30 Arus keluaran buck-boost converter mode buck .............................................. 45
Gambar 4. 31 Bentuk PWM buck-boost converter mode buck .............................................. 45
Gambar 4. 32 Grafik perbandingan gain tegangan ................................................................ 46
Gambar 4. 33 Grafik efisiensi double gain buck-boost converter dan buck-boost converter .. 48
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
Lampiran 1 Spesifikasi laptop ........................................................................................... 56
Lampiran 2 Spesifikasi software ........................................................................................ 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya pembangkit yang menggunakan
energi terbarukan beberapa waktu terakhir ini maka hal tersebut juga
berdampak kepada perkembangan konverter. Akhir-akhir ini konverter
elektronika daya telah banyak digunakan dalam berbagai aplikasi. Hal ini
menimbulkan kekhawatiran tentang keandalan konverter daya dan oleh karena itu
desain yang optimal telah banyak menarik perhatian (Zarrin, 2016). Konverter
biasa digunakan pada pembangkit dengan energi terbarukan untuk menaikkan
atau menurunkan tegangan seperti yang diinginkan. Banyak sekali penelitian
yang telah dilakukan pada konverter ini. Salah satu tujuannya adalah untuk
meningkatkan efisiensi baik dari segi biaya pembuatan dan daya yang dihasilkan.
Konverter DC-DC merupakan peralatan yang menghasilkan tegangan
atau arus DC yang berasal dari sumber DC (Ashari, 2012). Peralatan ini bisa
berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan dan arus DC.
Untuk menaikkan atau menurunkan nilai tegangan DC maka konverter yang
dipilih disesuaikan dengan tipenya. Salah satu tipe dari konverter DC yaitu buck-
boost converter dan cuk converter. Buck-boost dan cuk merupakan konverter DC
yang dapat bekerja sebagai penaik maupun penurun tegangan yang dapat
disesuaikan dengan aplikasi lainnya yang membutuhkan tegangan keluaran
bervariasi dan dapat berfungsi juga untuk meningkatkan kualitas daya dan
efisiensi (Rashid, 1993). Konverter DC mengubah level tegangan DC yang tetap
menjadi tegangan DC yang variabel dengan mengatur waktu on dan waktu off
(duty cycle) pada konverter dengan rangkaian kontrol PWM. Komponen yang
berfungsi sebagai penghubung tersebut adalah switch seperti thyristor, MOSFET,
IGBT, GTO, dll (Wildi, 2002).
Pada buck-boost converter rangkaian terdiri dari beberapa komponen seperti
satu switch, satu induktor, satu kapasitor, satu dioda, dan satu beban yang
biasanya berupa resistor sebagai keluaran. Komponen-komponen tersebut
memiliki fungsi masing-masing. Induktor berfungsi sebagai filter untuk
mengurangi ripple arus. Kapasitor berfungsi untuk mengurangi ripple tegangan.
Dioda berfungsi untuk mengalirkan arus balik saat sumber tegangan dihilangkan,
2
sehingga arus tetap mengalir ke induktor. MOSFET berfungsi sebagai saklar. Komponen-
komponen tersebut disusun sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan tegangan keluaran
yang lebih besar atau lebih kecil dari tegangan masukannya (Hart, 2011).
Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan double gain buck-boost converter dengan
satu switch. Karena hanya menggunakan sebuah power switch, topologi ini bisa mengurangi
rugi-rugi daya switching (Banaei, 2014). Rangkaian akan disimulasikan dengan aplikasi PSIM
dengan tujuan untuk membandingkan hasil kerja rangkaian double gain buck-boost converter
dengan rangkaian buck-boost converter. Perbandingan keduanya ditentukan oleh beberapa
parameter seperti tegangan, topologi, dan efisiensi.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah untuk
penelitian ini adalah :
1. Berapa besar perbandingan tegangan keluaran double gain buck-boost converter
dengan buck-boost converter.
2. Bagaimana perbandingan topologi rangkaian double gain buck-boost converter dengan
buck-boost converter.
3. Bagaimana perbandingan efisiensi double gain buck-boost converter dengan buck-
boost converter.
1.3 Batasan Masalah
Pembahasan masalah pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut.
1. Pada penelitian ini tegangan masukkan ditentukan sebesar 12 V dan tegangan keluaran
yang diinginkan sebesar 48 V dan 6 V.
2. Pada penelitian ini rangkaian disimulasikan dengan PSIM.
3. Komponen diasumsikan dalam keadaan ideal.
4. Analisis rangkaian hanya pada saat kondisi Continuous Conduction Mode (CCM).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, pembaca, dan akademisi mampu memberikan wawasan mengenai cara
kerja rangkaian double gain buck-boost converter serta sebagai rujukan untuk
penelitian selanjutnya mengenai pengembangan buck-boost converter.
3
1.5 Tujuan Penelitian
Mensimulasikan rangkaian double gain buck-boost converter pada aplikasi PSIM untuk
dapat membandingkan tegangan, arus, topologi, dan efisiensi antara double gain buck-boost
converter dengan buck-boost converter.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang hasil dari studi pustaka yang akan digunakan sebagai pedoman
dasar dalam penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang sumber data, bahan dan alat penelitian, serta prosedur dan langkah-
langkah penelitian dengan metode simulasi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas serta menganalisis hasil dari pengujian riak tegangan dengan teori serta
hasil pengujian pembebanan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian ini dan juga saran yang diberikan dari
hasil pengujian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Switching Konverter
Rangkaian alternatif untuk regulator dengan efisiensi yang lebih baik dapat menggunakan
rangkaian switching konverter. Pada switching konverter terlihat fungsi transistor sebagai
electronic switch yang dapat dibuka (OFF) dan ditutup (ON). Sehingga adanya saturasi dan
cutoff. Rangkaian ini bisa disebut sebagai DC Chopper (Hart, 2011). Rangkaian dasar
switching converter ditunjukkan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rangkaian dasar DC-DC switching converter
Sumber : Daniel W. Hart (2011: 197).
Dengan mengasumsikan bahwa switch tersebut ideal, jika switch ditutup maka tegangan
keluaran akan sama dengan tegangan masukkan, sedangkan jika switch dibuka maka tegangan
keluaran akan menjadi nol. Dengan demikian tegangan yang dihasilkan akan berbentuk pulsa
seperti pada Gambar 2.2 (Hart, 2011).
Gambar 2.2 Tegangan keluaran rangkaian dasar DC-DC switching converter
Sumber : Daniel W. Hart (2011: 197).
Besaran rata rata atau komponen DC dari tegangan keluaran dapat diturunkan dari persamaan
berikut.
6
ππ = 1
πβ« ππ(π‘)ππ‘ =
1
πβ« ππ ππ‘ =
π·π
0ππ π·
π
0 ............................................................................ (2-1)
Komponen DC dari tegangan output dikontrol dengan mengatur rasio D (Duty Cycle) yang
merupakan fraksi dari periode pensaklaran ketika saklar tertutup. Persamaan Duty Cycle
ditunjukkan dalam persamaan berikut.
π· =π‘ππ
π‘ππ+π‘πππ=
π‘ππ
π= π‘πππ ................................................................................................ (2-2)
D (duty cycle) adalah perbandingan dari periode on dibandingkan dengan periode on ditambah
dengan off pada saklar. π adalah frekuensi pensaklaran. Tegangan keluaran dari tegangan
keluaran akan lebih kecil atau sama dengan tegangan masukan rangkaian. Daya yang terserap
pada saklar ideal adalah nol, ketika saklar terbuka tidak ada arus yang mengalir pada saklar.
Ketika saklar tertutup, tidak ada tegangan pada saklar. Semua daya diserap oleh beban dan
efiesiensi 100 %. Pada kenyatannya rugi-rugi tetap ada karena nilai tegangan tidak akan nol
ketika saklar tertutup (Hart, 2011).
2.2 Konverter Buck-Boost
Konverter DC adalah alat penyesuai level tegangan searah yang berfungsi ketika beban
membutuhkan tegangan atau arus DC pada level tertentu, sedangkan sumber yang tersedia
hanya mampu menyediakan tegangan DC padal level lain (Wahyu, 2018). Buck-boost
converter adalah konverter elektronika daya dengan masukan tegangan DC dan keluaran
tegangan DC dimana nilai tegangan keluarannya bisa lebih besar atau lebih kecil dari tegangan
sumbernya. Konverter ini termasuk kedalam konverter tipe peralihan (switching) yang bekerja
dengan membuka dan menutup saklar elektronik. Konverter ini menggunakan komponen
induktor, dioda, kapasitor dan MOSFET atau IGBT yang berfungsi sebagai saklar elektronik.
Rangkaian buck-boost converter ditujukkan seperti Gambar 2.3 (Hart, 2011).
Gambar 2. 3 Rangkaian buck-boost converter
Sumber : Daniel W. Hart (2011: 221).
7
Fungsi komponen yang ada pada buck boost converter yaitu:
1. Sumber Tegangan Arus Searah (ππ).
2. Induktor (πΏ), berfungsi sebagai filter untuk mengurangi ripple arus.
3. Kapasitor (C), berfungsi untuk mengurangi ripple tegangan.
4. Dioda (D), berfungsi untuk mengalirkan arus balik saat sumber tegangan dihilangkan,
sehingga arus tetap mengalir ke induktor.
5. MOSFET berfungsi sebagai saklar yang diatur oleh pengendali.
Untuk memudahkan analisa, maka diasumsikan konverter ini:
1. Rangkaian beroperasi dalam keadaan steady state.
2. Arus induktor kontinyu.
3. Kapasitor cukup besar untuk tegangan keluaran konstan sebesar ππ.
4. Periode switching sebesar T. Saklar menutup selama DT, dan saklar terbuka selama (1-
D)T.
5. Semua komponen ideal.
D (duty cycle) merupakan perbandingan dari periode on dengan jumlah periode on dengan off
pada saklar.
2.3.1 Analisis Ketika Saklar Tertutup
Induktor mendapatkan tegangan dari input dan mengakibatkan adanya arus yang melewati
induktor bedasarkan waktu dan dalam waktu yang sama kapasitor dalam kondisi discharge
dan menjadi sumber tegangan dan arus pada beban. Rangkaian buck-boost converter switch on
ditunjukkan Gambar 2.4.
Gambar 2. 4 Rangkaian ekuivalen ketika saklar tertutup
Sumber : Daniel W. Hart (2011: 221)
Analisis ketika switch on, tegangan pada induktor dapat dihitung dari
ππΏ = ππ = πΏπππΏ
ππ‘ ................................................................................................(2-3)
8
Persamaan (2-3) didiferensialkan sehingga didapatkan persamaan (2-4)
πΏπ2ππΏ
(ππ‘)2=0 ................................................................................................................ (2-4)
Tegangan keluaran adalah
π0 = π£π =1
πβ« πΌπππ‘ ................................................................................................. (2-5)
Persamaan (2-5) didiferensialkan sehingga didapatkan persamaan (2-6)
0 = πΌπ
π ................................................................................................................... (2-6)
πΌπ = 0 ................................................................................................................... (2-7)
Persamaan karakteristik dari persamaan (2-4) adalah :
π2 + 0 = 0 ........................................................................................................... (2-8)
Akar-akar persamaan karakteristik dari persamaan (2-4) adalah :
π1,2 = 0 ................................................................................................................ (2-9)
Sehingga didapatkan penyelesaian untuk arus keluaran yaitu :
πΌ0(π‘) = π1 + π2π‘ .................................................................................................... (2-10)
Dengan :
ππΏ = Tegangan pada induktor (volt)
ππ = Tegangan sumber (volt)
ππ = Tegangan pada kapasitor (volt)
Vo = Tegangan keluaran (volt)
Io = Arus keluaran (ampere)
L = Nilai induktor (henry)
C = Nilai kapasitor (farad)
Nilai c1 dan c2 didapatkan melalui kondisi awal rangkaian Besarnya perubahan arus induktor
konstan, menunjukkan bahwa arus induktor naik secara linier ketika saklar tertutup. Perubahan
arus induktor dihitung dari
βππΏ
βπ‘=
βππΏ
π·π=
ππ
πΏ ....................................................................................................... (2-11)
D = Duty cycle
T = Periode switching (sekon)
βππΏ = Perubahan arus pada induktor
Dengan menyelesaikan persamaan di atas, maka didapatkan βππΏ untuk saklar tertutup
(βππΏ)ππππ ππ =ππ
πΏπ·π ............................................................................................... (2-12)
9
2.3.2 Analisis Ketika Saklar Terbuka
Ketika saklar terbuka tegangan input terputus menyebabkan mulainya penurunan arus dan
menyebabkan ujung dioda bernilai negatif dan induktor mensuplai kapasitor dan beban. Pada
saat switch on arus beban disuplai oleh kapasitor, pada switch off disuplai oleh induktor.
Rangkaian buck boost converter switch off ditujukkan Gambar 2.5.
Gambar 2. 5 Rangkaian ekuivalen ketika saklar terbuka
Sumber : Daniel W. Hart (2011: 221)
Analisis ketika switch off, tegangan pada induktor dapat dihitung dari
ππΏ = ππ = πΏπππΏ
ππ‘ ...................................................................................................... (2-13)
πππΏ
ππ‘=
ππ
πΏ ..............................................................................................(2-14)
Tegangan pada kapasitor adalah
π0 = π£π =1
πβ«(πΌπΏ β πΌπ)ππ‘ .......................................................................................(2-15)
Persamaan (2-15) didiferensialkan sehingga didapatkan persamaan (2-16)
0 = (πΌπΏβπΌπ)π‘
π ............................................................................................................ (2-16)
πΌπΏ = πΌπ .................................................................................................................. (2-17)
Persamaan (2-13) dideferensialkan sehingga didapatkan persamaan (2-18)
πΏπ2ππΏ
(ππ‘)2=0 .............................................................................................. (2-18)
Persamaan karakteristik dari persamaan (2-18) adalah :
π2 + 0 = 0 ........................................................................................................... (2-19)
Akar-akar persamaan karakteristik dari persamaan (2-19) adalah :
π1,2 = 0 ................................................................................................................ (2-20)
Sehingga didapatkan penyelesaian untuk arus keluaran yaitu :
10
πΌ0(π‘) = π1 + π2π‘ .............................................................................................. (2-21)
Nilai c1 dan c2 didapatkan melalui kondisi awal rangkaian Besarnya perubahan arus induktor
konstan, menunjukkan bahwa arus induktor berkurang secara linear. Perubahan arus induktor
ketika saklar terbuka dapat dihitung dari
βππΏ
βπ‘=
βππΏ
(1βπ·)π=
ππ
πΏ ................................................................................................. (2-22)
(βππΏ)ππππ = (ππ(1βπ·)π
πΏ)......................................................................................... (2-23)
Untuk operasi steady-state arus induktor harus sama dengan nol selama siklus
pensaklaran. Maka didapatkan,
(βππΏ)ππππ ππ + (βππΏ)ππππ = 0
(ππ π·π
πΏ) + (
ππ(1βπ·)π
πΏ) = 0 ....................................................................................... (2-24)
Sehingga untuk mendapatkan ππ,
ππ = βππ (π·
1βπ·) .............................................................................................. (2-25)
Tegangan rata-rata induktor sama dengan nol dalam gelombang periodik ditunjukkan dalam
persamaan berikut.
ππΏ = ππ π· + ππ(1 β π·) = 0 ................................................................................... (2-26)
Dengan menyelesaikan persamaan (2-26) didapatkan persamaan untuk rasio duty cycle (D)
π· =ππ
ππ +ππ .............................................................................................. (2-27)
Untuk mendapatkan tegangan rata-rata induktor dapat dilakukan dengan mengintegralkan
persamaan (2-3) sehingga didapatkan
T
L
T
L diLdtV00
.................................................................................................... (2-28)
)0()(0
LL
T
L iTiLdtV ....................................................................................... (2-29)
Ripple tegangan pada buck boost converter, tegangan keluaran pada buck boost converter
di filter dengan kapasitor yang memiliki kapasitansi C dan ESR (Equivalent Series
Resistances) rc. Selain itu kapasitor juga sebagi penyimpan energi pada saat switch off.
|βπ| = (ππ
π ) π·π = πΆβππ .............................................................................................. (2-30)
Untuk mendapatkan βππ,
βππ =πππ·π
π πΆ=
πππ·
π πΆπ .............................................................................................. (2-31)
11
Atau
βππ
ππ=
πππ·
π πΆπ ...............................................................................................................(2-32)
2.3 Hukum Kirchoff
Hukum Kirchoff adalah salah satu hukum yang terdapat di dalam ilmu elektronika yang
memiliki fungsi untuk menganalisis arus dan tegangan di dalam rangkaian elektronika. Hukum
Kirchoff di perkenalkan oleh seseorang ahli fisika di Jerman bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) di tahun 1845. Hukum Kirchoff juga terbagi atas dua bagian, yaitu
hukum Kirchoff I dan hukum Kirchoff II.
2.3.1 Hukum Kirchoff I (Kirchoffβs Current Law)
Jumlah arus yang memasuki suatu percabangan atau node atau simpul sama dengan arus
yang meninggalkan percabangan atau node atau simpul tersebut. Dengan kata lain, jumlah
aljabar semua arus yang memasuki sebuah percabangan atau node atau simpul samadengan
nol.
Secara matematis :
Ξ£ Arus pada satu titik percabangan = 0
Ξ£ Arus yang masuk percabangan = Ξ£ arus yang keluar percabangan
Hukum Kirchoff I dapat digambarkan dalam Gambar 2.6 sebagai berikut :
Gambar 2. 6 Hukum Kirchoff I
Sumber : Mohamad Ramdhani (2008)
Pada Gambar 2.6 diperoleh :
β π = 0 ..................................................................................................................... (2-33)
π2 + π4 β π1 β π3 = 0 ................................................................................................ (2-34)
dapat dituliskan juga sebagai berikut :
12
β πππ’π πππ π’π = β πππ’π ππππ’ππ ........................................................................... (2-35)
π2 + π4 = π1 + π3 ...................................................................................................... (2-36)
2.3.2 Hukum Kirchoff II (Kirchoffβs Voltage Law)
Jumlah tegangan pada suatu lintasan tertutup sama dengan nol, atau penjumlahan
tegangan pada masing-masing komponen penyusunnya yang membentuk satu lintasan tertutup
akan bernilai sama dengan nol.
Secara matematis :
β π = 0
Hukum Kirchoff II dapat diilustrasikan dalam Gambar 2.7 sebagai berikut :
Gambar 2. 7 Hukum Kirchoff II
Sumber : Mohamad Ramdhani (2008)
Pada Gambar 2.7 diperoleh :
Lintasan a-b-c-d-a:
πππ + πππ + πππ + πππ = 0 ..................................................................................... (2-37)
βπ1 + π2 β π3 + 0 = 0 ........................................................................................... (2-38)
π2 β π1 β π3 = 0 ..................................................................................................... (2-39)
Lintasan a-d-c-b-a:
πππ + πππ + πππ + πππ = 0 ...................................................................................... (2-40)
0 + π3 β π2 + π1 = 0 .............................................................................................. (2-41)
π3 β π2 + π1 = 0 ..................................................................................................... (2-42)
13
2.4 Perhitungan Nilai Induktor dan Kapasitor pada Buck-Boost Converter
Tegangan keluaran pada buck-boost converter di filter dengan kapasitor yang memiliki
kapasitansi C dan komponen ESR (Equivalent Series Resistances) rc. Kapasitor juga berguna
sebagai penyimpan energi pada saat rangkaian switch OFF. Untuk perhitungan nilai kapasitor
minimum (Cmin) pada buck-boost converter dalam mode DCM dapat dilihat pada persamaan
(2-43) (Kazimierczuk, 2008).
πΆπππ =πππ·
π βπ0 π ........................................................................................................(2-43)
Dengan keterangan:
βV0 = Ripple tegangan keluaran (volt)
V0 = Tegangan keluaran (volt)
D = Duty Cycle
R = Resistansi beban (Ohm)
C = Kapasitansi (Farad)
f = Frekuensi (Hz)
Komponen induktor pada buck-boost converter berfungsi sebagai penyimpan energi dan
mengurangi ripple arus. Arus yang melewati induktor pada rangkaian buck-boost converter
dapat dilihat pada persamaan (2-44) (Kazimierczuk, 2008).
πΌπΏ =ππ
2
ππ π πΏ πππ₯ π·πππ=
ππ π·πππ
π πΏ πππ₯ (1βπ·πππ)2 ....................................................................... (2-44)
Mengacu pada persamaan (2-44), perhitungan nilai Lmin pada buck-boost converter dapat
dilihat sebagai berikut:
πΏπππ =(1βπ·)2π
2 π.......................................................................................................(2-45)
14
2.5 Analisis Rangkaian Double Gain Buck-Boost Converter
Gambar 2. 8 Rangkaian double gain buck-boost converter
Gambar 2.8 menunjukkan rangkaian double gain buck-boost converter yang terdiri dari
beberapa komponen seperti 1 switch, 2 induktor (L1,L2), 2 dioda (D1,D2), 3 kapasitor
(C1,C2,C3),dan 1 beban (R). Rangkaian ini bekerja dalam 2 kondisi saat keadaan Continuous
Conduction Mode (CCM), yaitu pada saat switch on dan switch off. Dalam analisis rangkaian
ini diasumsikan bahwa komponen dalam keadaan ideal.
2.4.1 Rangkaian Saat Switch On (Mode 1)
Gambar 2. 9 Rangkaian saat switch on
Gambar 2.9 menunjukkan rangkaian pada saat switch on. Pada interval ini (0 < t < DT),
switch dalam keadaan on dan dioda (D1,D2) dalam keadaan off. Seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.9, induktor L1 mendapat energi dari tegangan input. L2 juga termagnetisasi oleh
15
kapasitor C1, C3, dan tegangan input. Selain itu energi yang tersimpan dalam kapasitor C2 dan
C3 dilepas ke beban.
Dengan menggunakan metode KVL (Kirchoff Voltage Law) maka dapat dicari beberapa
persamaan berikut:
VL1 βVin = 0
VL1 = Vin ..............................................................................................(2-46)
VC3+VL2-VC1-Vin = 0
VL2 = VC1+Vin-VC3 ......................................................................................................................................................... (2-47)
Vo-VC3-VC2 = 0
Vo = VC2 + VC3 ......................................................................................................................................................... (2-48)
Dengan menggunakan metode KCL (Kirchoff Current Law) maka dapat dicari beberapa
persamaan berikut:
IC1 = IL1-Iin ..............................................................................................(2-49)
IC2 = -Io ..............................................................................................(2-50)
IC3 = IL2-Io ..............................................................................................(2-51)
IC2-IC3 = IL1-Iin ..............................................................................................(2-52)
2.4.2 Rangkaian Saat Switch Off (Mode 2)
Gambar 2. 10 Rangkaian saat switch off
16
Gambar 2.10 menunjukkan rangkaian pada saat switch off. Pada interval ini (DT < t < T)
switch dalam keadaan off sehingga kapasitor C1 dan C2 mengalami charging oleh induktor L1
dan kapasitor C3 mengalami charging oleh induktor L2. Semua induktor demagnetisasi selama
mode ini.
Dengan menggunakan metode KVL (Kirchoff Voltage Law) maka dapat dicari beberapa
persamaan berikut:
VC2+VL1 = 0
VL1 = -VC2 .............................................................................................. (2-53)
-VC1-VL1 = 0
VL1 = -VC1 .............................................................................................. (2-54)
VC3+VL2 = 0
VL2 = -VC3 .............................................................................................. (2-55)
-VC2+Vo-VC3 = 0
Vo = VC2 +VC3
Dengan menggunakan metode KCL (Kirchoff Current Law) maka dapat dicari beberapa
persamaan berikut:
IC1 = IL1-ID2 ................................................................................................ (2-56)
IC1 = ID1-IL2 ................................................................................................ (2-57)
IC2 = ID2-Io ................................................................................................ (2-58)
IC3 = IL2-Io ................................................................................................ (2-59)
IC2-IC3 = IL1-ID1 ................................................................................................ (2-60)
2.4.3 Perhitungan Tegangan
Untuk menentukan voltage gain, metode IVSB (Inductor Voltage-Second Balance)
digunakan untuk persamaan saat switch on dan persamaan saat switch off. Persamaan IVSB
adalah sebagai berikut:
4,3,2,1;01
0
ndtVdtV
T
T
DTLn
DT
Ln
dengan memasukkan persamaan (2-46) dan (2-53) ke dalam persamaan IVSB maka
didapatkan :
17
1
π(β« (ππΏ1)ππ‘ + β« (ππΏ1)ππ‘
π
π·π
π·π
0
) = 0
VinD = VC2 βVC2D
VC2 = ππππ·
(1βπ·) ..............................................................................................(2-61)
substitusi persamaan (2-46) dan (2-54) ke dalam persamaan IVSB didapatkan :
1
π(β« (ππΏ1)ππ‘ + β« (ππΏ1)ππ‘
π
π·π
π·π
0
) = 0
VinD-VC1+VC1D = 0
VinD = VC1(1-D)
VC1 = ππππ·
(1βπ·) ..............................................................................................(2-62)
substitusi persamaan (2-47) dan (2-55) ke dalam persamaan IVSB didapatkan :
1
π(β« (ππΏ2)ππ‘ + β« (ππΏ2)ππ‘
π
π·π
π·π
0
) = 0
VinD+VC1D-VC3 = 0
VC3 = D (Vin+VC1) ..............................................................................................(2-63)
substitusi persamaan (2-62) ke (2-63) didapatkan :
VC3 = D (Vin + ππππ·
(1βπ·))
VC3 = ππππ·
(1βπ·) ..............................................................................................(2-64)
Vo = VC2 + VC3
Vo = ππππ·
(1βπ·) +
ππππ·
(1βπ·)
Vo = 2π·
(1βπ·) Vin ......................................................................................................................................................... (2-65)
Jadi didapatkan nilai gain tegangan ππ
πππ =
2π·
(1βπ·)
18
2.4.4 Perhitungan Arus
Untuk menentukan gain arus, metode CASB (Current Ampere-Second Balance)
digunakan untuk persamaan saat switch on dan persamaan saat switch off. Persamaan CASB
adalah sebagai berikut :
6,5,4,3,2,1,0;01
0
ndtIdtI
T
T
DTCn
DT
Cn
memasukkan persamaan (2-49) dan (2-56) ke dalam persamaan CASB didapatkan :
1
π(β« (πΌπΆ1)ππ‘ + β« (πΌπΆ1)ππ‘
π
π·π
π·π
0
) = 0
-IinD + IL1-ID2(1-D) = 0............................................................................................ (2-66)
memasukkan persamaan (2-49) dan (2-57) ke dalam persamaan CASB didapatkan :
1
π(β« (πΌπΆ1)ππ‘ + β« (πΌπΆ1)ππ‘
π
π·π
π·π
0
) = 0
ID1(1-D) = IL2(1-D) + IinD - IL1D.............................................................................. (2-67)
memasukkan persamaan (2-50) dan (2-58) ke dalam persamaan CASB didapatkan :
1
π(β« (πΌπΆ2)ππ‘ + β« (πΌπΆ2)ππ‘
π
π·π
π·π
0
) = 0
Io = ID2 (1-D) .............................................................................................. (2-68)
memasukkan persamaan (2-51) dan (2-59) ke dalam persamaan CASB didapatkan :
1
π(β« (πΌπΆ3)ππ‘ + β« (πΌπΆ3)ππ‘
π
π·π
π·π
0
) = 0
IL2 = Io .............................................................................................. (2-69)
memasukkan persamaan (2-52) dan (2-60) ke dalam persamaan CASB didapatkan :
1
π(β« (πΌπΆ2 β πΌπΆ3)ππ‘ + β« (πΌπΆ2 β πΌπΆ3)ππ‘
π
π·π
π·π
0
) = 0
-IinD+IL1-ID1(1-D) =0 .............................................................................................. (2-70)
substitusi persamaan (2-68) ke (2-66) didapatkan :
-IinD +IL1 βIo = 0
IL1 = IinD+Io .............................................................................................. (2-71)
19
substitusi persamaan (2-57) ke (2-70) didapatkan :
-IinD + IL1 β Io(1-D) β IinD + IL1D = 0
Io = (1βπ·)
2 Iin
Jadi didapatkan nilai gain arus πΌπ
πΌππ =
(1βπ·)
2 .......................................................................(2-72)
2.6 Power Losses dan Efisiensi Buck-Boost Converter
Power losses atau rugi-rugi daya adalah perhitungan untuk memperkirakan nilai efisiensi
dari buck-boost converter yang akan dibuat. Sehingga dari hasil perhitungan didapatkan
sebuah nilai sebagai acuan perkiraan untuk menentukan komponen yang sesuai dengan
spesifikasi dan karakteristik rangkaian buck-boost converter (Kazimierczuk, 2008).
Power losses (Ploss) merupakan penjumlahan dari rugi-rugi daya pada rDS, switching
(pensaklaran), dioda, induktor dan kapasitor. Ploss dapat dinyatakan seperti pada persamaan (2-
73).
CL rrDswloss PPPPP ....................................................................................... (2-73)
Rugi-rugi pada switch (MOSFET) terdapat hambatan dalam (rDS). Rugi-rugi daya pada
hambatan dalam switch (MOSFET) dapat dinyatakan dari persamaan (2-74).
DSrmsinr rIPDS
2
, ....................................................................................................... (2-74)
Asumsi bahwa kapasitansi output transistor linear, maka rugi-rugi daya ketika switching
dinyatakan dalam persamaan (2-75).
ssinsfs fCVP2
......................................................................................................... (2-75)
Disipasi daya total pada switch (MOSFET) adalah penjumlahan antara rugi-rugi daya PrDS dan
rugi-rugi daya Psfs. Disipasi daya total pada switch dapat dilihat pada persamaan (2-76).
sfsrsw PPPDS ........................................................................................................ (2-76)
Rugi-rugi daya pada dioda terdapat RF dimana merupakan hambatan dalam dioda saat forward
biased. Rugi-rugi daya pada dioda dinyatakan pada persamaan (2-77).
D
RIIVPPP Fo
oFRFVFD
1
2
............................................................................... (2-77)
20
Rugi-rugi daya yang terjadi dalam induktor yang diakibatkan oleh resistansi internal pada
induktor dapat dilihat pada persamaan (2-78).
LrmsLr rIPL
2
, .......................................................................................................... (2-78)
Rugi-rugi daya yang terjadi dalam kapasitor yang diakibatkan oleh resistansi internal pada
kapasitor dapat dilihat pada persamaan (2-79).
CrmsCr rIPC
2
, .......................................................................................................... (2-79)
Efisiensi total pada buck-boost converter adalah sebagai berikut:
%100
losso
o
PP
P ................................................................................................. (2-80)
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penyusunan penelitian ini ditunjukkan dalam
diagram alir pada Gambar 3.1.
Mulai
Menentukan spesifikasi untuk rangkaian
double gain buck-boost converter
Memasukkan nilai-nilai komponen pada rangkaian
double gain buck-boost converter
Mensimulasikan rangkaian double gain buck-boost
converter dengan PSIM
Menentukan spesifikasi untuk rangkaian
buck-boost converter
Memasukkan nilai-nilai komponen pada rangkaian
buck-boost converter
Mensimulasikan rangkaian buck-boost converter
dengan PSIM
Menganalisa dan membandingkan hasil keluaran antara
double gain buck-boost converter
dengan buck-boost converter
Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian
22
3.1 Perhitungan Nilai Komponen
Perhitungan nilai komponen terdiri atas perhitungan nilai induktor dan perhitungan nilai
kapasitor. Langkah-langkah perhitungan komponen dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Mulai
Menentukan spesifikasi nilai Vin,Vbuck,Vboost,Fsw
Menentukan nilai duty cycle
Menentukan nilai komponen induktor dan kapasitor
Selesai
Gambar 3.2 Langkah-langkah perhitungan komponen
3.4.1 Perhitungan Nilai Komponen Pada Rangkaian Double Gain Buck-Boost Converter
Pada rangkaian double gain buck-boost converter telah ditentukan beberapa spesifikasi
antara lain nilai tegangan masukan 12 V, tegangan keluaran (buck) 6 V, tegangan keluaran
(boost) 48 V, frekuensi 30 kHz, dan beban berupa resistor 150 Ξ©. Untuk menentukan nilai
induktor dan kapasitor maka nilai duty cycle pada setiap mode harus diketahui terlebih dahulu.
Dengan menggunakan persamaan (3-20) nilai duty cycle untuk tegangan buck pada
rangkaian double gain buck-boost converter adalah :
Vo = 2π·
(1βπ·) Vin
6
12 =
2π·
(1βπ·)
24D = 6-6D
Dbuck = 0,2
Dengan menggunakan persamaan (3-20) nilai duty cycle untuk tegangan boost pada
rangkaian double gain buck-boost converter adalah :
Vo = 2π·
(1βπ·) Vin
23
48
12 =
2π·
(1βπ·)
24D = 48-48D
Dboost = 0,667
Nilai induktor minimum untuk tegangan buck dapat dihitung sesuai dengan persamaan (2-
17):
πΏπππ =(1 β π·)2π
2 π
πΏπππ =(1 β 0,2)2 π₯ 150
2 π₯ 30.000
πΏπππ = 1,6 mH
Nilai induktor minimum untuk tegangan boost dapat dihitung sesuai dengan persamaan (2-
17):
πΏπππ =(1 β π·)2π
2 π
πΏπππ =(1 β 0,667)2 π₯ 150
2 π₯ 30.000
πΏπππ = 0,277 mH
Untuk memastikan bahwa induktor bekerja pada mode CCM maka nilai induktor yang
diambil yaitu sebesar 125% dari nilai induktor minimum. Dalam hal ini nilai induktor yang
digunakan menjadi sebesar 2 mH.
Untuk menghitung nilai kapasitor dapat menggunakan persamaan (2-15) dengan nilai duty
cycle buck sebesar 0,2, duty cycle boost 0,667, Vo (buck) 6 V, Vo (boost) 48 V, frekuensi 30
kHz, beban 150 Ξ© dan diasumsikan nilai ripple tegangan βVc = 0,2 V. Perhitungan nilai
kapasitor minimum untuk tegangan buck dapat dihitung dengan persamaan (2-15):
πΆπππ =πππ·
π βπ0 π
πΆπππ =6 π₯ 0,2
150 π₯ 0,2 π₯ 30.000
πΆπππ = 1,333 Β΅F
Perhitungan nilai kapasitor minimum untuk tegangan boost dapat dihitung dengan
persamaan (2-15):
24
πΆπππ =πππ·
π βπ0 π
πΆπππ =48 π₯ 0,667
150 π₯ 0,2 π₯ 30.000
πΆπππ = 35,57 Β΅F
Nilai kapasitor yang diambil yaitu nilai kapasitor yang biasa terdapat di pasaran dan
mendekati nilai 35,57 Β΅F. Dalam hal ini nilai kapasitor yang diambil menjadi sebesar 47 Β΅F.
Nilai induktor dan kapasitor minimum yang telah didapatkan berdasarkan perhitungan
tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan nilai yang akan digunakan dalam
simulasi agar rangkaian beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
3.4.2 Perhitungan Nilai Komponen Pada Rangkaian Buck-Boost Converter
Pada rangkaian buck-boost converter telah ditentukan beberapa spesifikasi yaitu tegangan
masukan 12 V, frekuensi sebesar 30 kHz, beban berupa resistor 150 Ξ©, dan tegangan keluaran
buck dan boost menyesuaikan dengan duty cycle pada rangkaian double gain buck-boost
converter yaitu sebesar 0,2 dan 0,667. Karena nilai duty cycle pada kedua mode telah diketahui
maka nilai tegangan keluaran dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (2-9).
Nilai tegangan keluaran pada mode buck rangkaian buck-boost converter dengan
menggunakan persamaan (2-9) :
ππ = βππ (π·
1 β π·)
ππ = β12 (0,2
1 β 0,2)
ππ ππ’ππ = 3 V
Nilai tegangan keluaran pada mode boost rangkaian buck-boost converter dengan
menggunakan persamaan (2-9) :
ππ = βππ (π·
1 β π·)
ππ = β12 (0,667
1 β 0,667)
ππ ππππ π‘ = 24 V
Nilai induktor minimum untuk tegangan buck dapat dihitung sesuai dengan persamaan (2-
17):
25
πΏπππ =(1 β π·)2π
2 π
πΏπππ =(1 β 0,2)2 π₯ 150
2 π₯ 30.000
πΏπππ = 1,6 mH
Nilai induktor minimum untuk tegangan boost dapat dihitung sesuai dengan persamaan (2-
17):
πΏπππ =(1 β π·)2π
2 π
πΏπππ =(1 β 0,667)2 π₯ 150
2 π₯ 30.000
πΏπππ = 0,277 mH
Untuk menghitung nilai kapasitor dapat menggunakan persamaan (2-15) dengan nilai duty
cycle buck sebesar 0,2, duty cycle boost 0,667, Vo (buck) 3 V, Vo (boost) 24 V, frekuensi 30
kHz, beban 150 Ξ© dan diasumsikan nilai ripple tegangan βVc = 0,2 V. Perhitungan nilai
kapasitor minimum untuk tegangan buck dapat dihitung dengan persamaan (2-15):
πΆπππ =πππ·
π βπ0 π
πΆπππ =3 π₯ 0,2
150 π₯ 0,2 π₯ 30.000
πΆπππ = 0,667 Β΅F
Perhitungan nilai kapasitor minimum untuk tegangan boost dapat dihitung dengan
persamaan (2-15):
πΆπππ =πππ·
π βπ0 π
πΆπππ =24 π₯ 0,667
150 π₯ 0,2 π₯ 30.000
πΆπππ = 17,78 Β΅F
Nilai induktor dan kapasitor minimum yang telah didapatkan berdasarkan perhitungan
tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan nilai yang akan digunakan dalam
simulasi agar rangkaian beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
26
3.2 Penentuan Spesifikasi Rangkaian
Berdasarkan hasil perhitungan nilai komponen yang telah dilakukan pada bagian
sebelumnya maka didapatkan spesifikasi rangkaian yang akan disimulasikan seperti ditunjukkan
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi rangkaian
3.3 Simulasi Rangkaian Double Gain Buck-Boost Converter
Software yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah PSIM untuk menganalisis
rangkaian. Software ini dipilih karena penggunaannya yang mudah, sederhana dan mudah untuk
dipelajari dibandingkan dengan software simulasi yang lain seperti MATLAB. Simulasi yang
dilakukan adalah:
1. Simulasi hasil tegangan keluaran dan tegangan tiap-tiap kapasitor untuk menganalisis
gain tegangan dari masing-masing konverter pada nilai duty cycle dan frekuensi
tertentu.
2. Simulasi hasil arus keluaran dan arus tiap-tiap induktor untuk menganalisis gain arus
dari masing-masing konverter pada nilai duty cycle dan frekuensi tertentu.
Spesifikasi Nilai Satuan
πππ 12 V
πππ’π‘(boost) 48 V
πππ’π‘(buck) 6 V
πΉπ π€ 30 kHz
Duty Cycle (boost) 0,666 -
Duty Cycle (buck) 0,2 -
L1 2 ππ»
L2 2 ππ»
C1 47 ππΉ
C2 47 ππΉ
C3 47 ππΉ
R 150 Ξ©
27
3. Simulasi hasil keluaran tegangan dan hasil keluaran arus untuk menganalisis bagaimana
efisiensi dari masing-masing konverter di setiap perubahan nilai duty cycle.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Double Gain Buck-Boost Converter
Rangkaian buck-boost converter dapat bekerja sesuai dengan hasil yang diinginkan jika
rangkaian tersebut sudah memiliki spesifikasi yang sesuai dengan perhitungan. Spesifikasi yang
dimaksud seperti tegangan masukan, frekuensi switching, nilai-nilai induktor, nilai-nilai
kapasitor, nilai beban, serta tegangan keluaran dan duty cycle pada mode buck dan boost.
Rangkaian double gain buck-boost converter yang akan disimulasikan ditunjukkan pada
Gambar 4.1. Spesifikasi rangkaian yang digunakan dalam simulasi menggunakan spesifikasi
pada Tabel 3.1
Gambar 4.1 Rangkaian double gain buck-boost converter
4.1.1 Simulasi Rangkaian Double Gain Buck-Boost Converter
Simulasi rangkaian akan dilakukan dengan dua mode yaitu pada mode buck dan mode boost.
4.1.1.1 Simulasi Rangkaian Double Gain Buck-Boost Converter Mode Boost
Simulasi yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi PSIM menampilkan hasil sebagai
berikut:
30
1. Arus induktor 1 (iL1)
Gambar 4.2 Arus induktor 1 (iL1) rangkaian double gain pada mode boost
Gambar 4.2 menunjukkan arus induktor 1 (iL1) dimana arus mencapai puncak transien
dengan nilai 6,77 A pada saat t = 0,0025 s kemudian mencapai keadaan steady pada saat t =
0,04 s dengan nilai arus rata-rata = 1,69 A.
2. Arus induktor 2 (iL2)
Gambar 4.3 Arus induktor 2 (iL2) rangkaian double gain pada mode boost
Gambar 4.3 menunjukkan arus induktor 2 (iL2) dimana arus mencapai puncak transien
dengan nilai 1,64 A pada saat t = 0,0021 s kemudian mencapai keadaan steady pada saat t =
0,08 s dengan nilai arus rata-rata = 0,33 A.
31
3. Tegangan kapasitor 1 (VC1)
Gambar 4. 4 Tegangan kapasitor 1 (VC1) rangkaian double gain pada mode boost
Gambar 4.4 menunjukkan tegangan kapasitor 1 (VC1) dimana tegangan mencapai puncak
transien dengan nilai 42,75 V pada saat t = 0,005 s dan kemudian mencapai keadaan
steady mulai t = 0,05 s dengan tegangan rata-rata = 24,12 V.
4. Tegangan kapasitor 2 (VC2)
Gambar 4.5 Tegangan kapasitor 2 (VC2) rangkaian double gain pada mode boost
Gambar 4.5 menunjukkan tegangan kapasitor 2 (VC2) dimana tegangan mencapai puncak
transien dengan nilai 41,802 V pada saat t = 0,0049 s dan kemudian mencapai keadaan
steady mulai t = 0,05 s dengan tegangan rata-rata = 24,04 V.
32
5. Tegangan kapsitor 3 (VC3)
Gambar 4.6 Tegangan kapasitor 3 (VC3) rangkaian double gain pada mode boost
Gambar 4.6 menunjukkan tegangan kapasitor 3 (VC3) dimana tegangan mencapai puncak
transien dengan nilai 40,7 V pada saat t = 0,0043 s dan kemudian mencapai keadaan
steady mulai t = 0,086 s dengan tegangan rata-rata = 24,15 V.
6. Tegangan keluaran (Vo)
Gambar 4.7 Tegangan keluaran (Vo) rangkaian double gain pada mode boost
Gambar 4.7 menunjukkan tegangan keluaran (Vout) dimana tegangan mencapai puncak
transien dengan nilai 81,02 V pada saat t = 0,0043 s dan kemudian mencapai keadaan
steady mulai t = 0,086 s dengan tegangan rata-rata = 48,1 V. Nilai tegangan keluaran
(Vout) mendekati nilai jumlah tegangan kapasitor 2 (VC2) dan kapasitor 3 (VC3) karena
kedua kapasitor paralel dengan beban R. Hasil ini juga sesuai dengan rumus pada
persamaan (2-20).
33
7. Arus keluaran (io)
Gambar 4. 8 Arus keluaran (io) rangkaian double gain pada mode boost
Gambar 4.8 menunjukkan arus keluaran (io) dimana arus mencapai puncak transien
dengan nilai 0,54 A pada saat t = 0,0043 s kemudian mencapai keadaan steady pada saat t
= 0,06 s dengan nilai arus rata-rata = 0,32 A.
8. Arus masukan (iin)
Gambar 4.9 Arus masukan (iin) rangkaian double gain pada mode boost
Gambar 4.9 menunjukkan arus masukan (iin) dimana arus mencapai puncak transien
dengan nilai 8,27 A pada saat t = 0,0022 s kemudian mencapai keadaan steady pada saat t
= 0,08 s dengan nilai arus rata-rata = 1,34 A.
34
9. PWM
Gambar 4. 10 PWM mode boost
Gambar 4.10 menunjukkan bentuk PWM dengan duty cycle 66,67% yang digunakan
pada switching mode boost rangkaian double gain buck-boost converter.
4.1.1.2 Simulasi Rangkaian Double Gain Buck-Boost Converter Mode Buck
Simulasi yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi PSIM menampilkan hasil sebagai
berikut :
1. Arus induktor 1 (iL1)
Gambar 4. 11 Arus induktor 1 (iL1) rangkaian double gain pada mode buck
Gambar 4.11 menunjukkan arus induktor 1 (iL1) dimana arus mencapai puncak transien
dengan nilai 0,75 A pada saat t = 0,0009 s kemudian mencapai keadaan steady pada saat t
= 0,06 s dengan nilai arus rata-rata = 0,065 A.
35
2. Arus induktor 2 (iL2)
Gambar 4. 12 Arus induktor 2 (iL2) rangkaian double gain pada mode buck
Gambar 4.12 menunjukkan arus induktor 1 (iL2) dimana arus mencapai puncak transien
dengan nilai 0,402 A pada saat t = 0,0004 s kemudian mencapai keadaan steady pada saat
t = 0,068 s dengan nilai arus rata-rata = 0,041A.
3. Tegangan kapasitor 1 (VC1)
Gambar 4. 13 Tegangan kapasitor 1 (VC1) rangkaian double gain pada mode buck
Gambar 4.13 menunjukkan tegangan kapasitor 1 (VC1) dimana tegangan mencapai
puncak transien dengan nilai 6,41 V pada saat t = 0,0017 s dan kemudian mencapai
keadaan steady mulai t = 0,034 s dengan tegangan rata-rata = 3,03 V.
36
4. Tegangan kapasitor 2 (VC2)
Gambar 4. 14 Tegangan kapasitor 2 (VC2) rangkaian double gain pada mode buck
Gambar 4.14 menunjukkan tegangan kapasitor 2 (VC2) dimana tegangan mencapai
puncak transien dengan nilai 6,04 V pada saat t = 0,0017 s dan kemudian mencapai
keadaan steady mulai t = 0,034 s dengan tegangan rata-rata = 3,06 V
5. Tegangan kapasitor 3 (VC3)
Gambar 4. 15 Tegangan kapasitor 3 (VC3) rangkaian double gain pada mode buck
Gambar 4.15 menunjukkan tegangan kapasitor 3 (VC3) dimana tegangan mencapai
puncak transien dengan nilai 5,82 V pada saat t = 0,0027 s dan kemudian mencapai
keadaan steady mulai t = 0,04 s dengan tegangan rata-rata = 3,03 V
37
6. Tegangan keluaran (Vo)
Gambar 4. 16 Tegangan keluaran (Vo) rangkaian double gain pada mode buck
Gambar 4.16 menunjukkan tegangan keluaran (Vout) dimana tegangan mencapai puncak
transien dengan nilai 10,76 V pada saat t = 0,0026 s dan kemudian mencapai keadaan
steady mulai t = 0,04 s dengan tegangan rata-rata = 6,09 V. Nilai tegangan keluaran
(Vout) mendekati nilai jumlah tegangan kapasitor 2 (VC2) dan kapasitor 3 (VC3) karena
kedua kapasitor paralel dengan beban R. Hasil ini juga sesuai dengan rumus pada
persamaan (17).
7. Arus keluaran (io)
Gambar 4. 17 Arus keluaran (io) rangkaian double gain pada mode buck
Gambar 4.17 menunjukkan arus keluaran (io) dimana arus mencapai puncak transien
dengan nilai 0,071 A pada saat t = 0,0026 s kemudian mencapai keadaan steady pada
saat t = 0,04s dengan nilai arus rata-rata = 0,0406 A.
38
8. Arus masukan (iin)
Gambar 4. 18 Arus masukan (iin) rangkaian double gain pada mode buck
Gambar 4.18 menunjukkan arus masukan (iin) dimana arus mencapai puncak transien
dengan nilai 1,03 A pada saat t = 0,0006 s kemudian mencapai keadaan steady pada saat
t = 0,06 s dengan nilai arus rata-rata = 0,021 A.
9. PWM
Gambar 4. 19 PWM mode buck
Gambar 4.19 menunjukkan bentuk PWM dengan duty cycle 20% yang digunakan pada
switching mode buck rangkaian double gain buck-boost converter.
4.2 Buck-Boost Converter
Pada penelitian ini rangkaian buck-boost converter disimulasikan sebagai rangkaian
pembanding untuk rangkaian double gain buck-boost converter. Karena itu maka simulasi
rangkaian buck-boost converter juga dibagi menjadi dua yaitu pada mode boost dan mode buck.
39
Rangkaian buck-boost converter dapat bekerja sesuai dengan hasil yang diinginkan jika
rangkaian tersebut sudah memiliki spesifikasi yang sesuai dengan perhitungan. Spesifikasi yang
dimaksud seperti tegangan masukan, frekuensi switching, nilai-nilai induktor, nilai-nilai
kapasitor, nilai beban, serta tegangan keluaran dan duty cycle pada mode buck dan boost.
4.2.1 Spesifikasi dan Rangkaian Buck-Boost Converter
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan spesifikasi rangkaian buck-boost converter
konvensional yang akan disimulasikan.
Tabel 4. 1 Spesifikasi rangkaian buck-boost converter
4.2.2 Simulasi Rangkaian Buck-Boost Converter Mode Boost
Hasil simulasi dari buck-boost converter melalui aplikasi powersim (PSIM) dalam mode
boost adalah sebagai berikut:
Spesifikasi Nilai Satuan
πππ 12 V
πππ’π‘(boost) 24 V
πππ’π‘(buck) 3 V
πΉπ π€ 30 kHz
Duty Cycle (boost) 0,666 -
Duty Cycle (buck) 0,2 -
L1 2 ππ»
C1 47 ππΉ
R 150 Ξ©
40
1) Arus induktor (iL)
Gambar 4.20 Arus induktor mode boost pada buck-boost converter
Gambar 4.20 menunjukkan hasil simulasi rangkaian dalam mode boost arus induktor (iL) saat
tegangan masukan diberi nilai 12 V, arus keluaran mulai naik dan mencapai transien puncak
pada t= 0,00153 s sebesar 3,84 A yang akhirnya menuju keadaan steady state dan stabil
dengan arus rata-rata 0,52 A mulai dari t= 0,07 s.
2) Tegangan kapasitor (VC)
Gambar 4.21 Tegangan kapasitor mode boost pada buck-boost converter
Gambar 4.21 menunjukkan hasil simulasi rangkaian dalam mode boost tegangan
kapasitor (VC) saat tegangan masukan diberi nilai 12 V, tegangan kapasitor mulai turun
dan mencapai transien puncak paling bawah pada t= 0,0028 s sebesar -43,55 V yang
akhirnya menuju keadaan steady state dan stabil dengan tegangan rata-rata -24 V mulai
dari t= 0,068 s.
41
3) Arus masukan (iin)
Gambar 4.22 Arus masukan mode boost pada buck-boost converter
Gambar 4.22 menunjukkan hasil simulasi rangkaian dalam mode boost arus masukan
(iin) saat tegangan masukan diberi nilai 12 V, arus masukan mulai naik dan mencapai
transien puncak pada t= 0,0015 s sebesar 3,83 A yang akhirnya menuju keadaan steady
state dan stabil dengan arus rata-rata 0,31 A mulai dari t= 0,055 s.
4) Tegangan keluaran (Vout)
Gambar 4. 23 Tegangan keluaran mode boost pada buck-boost converter
Gambar 4.23 menunjukkan tegangan keluaran (Vo) saat tegangan masukan diberi nilai
12 V, tegangan keluaran mulai turun dan mencapai transien puncak paling bawah pada
t= 0,0028 s sebesar -43,55 V yang akhirnya menuju keadaan steady state dan stabil
dengan tegangan rata-rata -24 V mulai dari t= 0,068 s.
42
5) Arus keluaran (io)
Gambar 4. 24 Arus keluaran buck-boost converter mode boost
Gambar 4.24 menunjukkan arus keluaran (io) saat tegangan masukan diberi nilai 12 V,
arus keluaran mulai naik dan mencapai transien puncak pada t= 0,0028 s sebesar 0,29 A
yang akhirnya menuju keadaan steady state dan stabil dengan arus rata-rata 0,058 A
mulai dari t= 0,12 s.
6) PWM
Gambar 4. 25 Bentuk PWM buck-boost converter mode boost
Gambar 4.25 menunjukkan bentuk PWM buck-boost converter mode boost ketika diberi
nilai duty cycle sebesar 66,67%.
43
4.2.3 Simulasi Rangkaian Buck-Boost Converter Mode Buck
Hasil simulasi dari buck-boost converter konvensional melalui aplikasi powersim (PSIM)
dalam mode buck adalah sebagai berikut:
1) Arus induktor (iL)
Gambar 4. 26 Arus induktor buck-boost converter mode buck
Gambar 4.26 menunjukkan arus induktor (iL) dimana arus mencapai puncak transien
dengan nilai 0,48 A pada saat t = 0,0006 s kemudian mencapai keadaan steady pada saat t =
0,04 s dengan nilai arus rata-rata = 0,027A.
2) Tegangan kapasitor (VC)
Gambar 4. 27 Tegangan kapasitor buck-boost converter mode buck
Gambar 4.27 menunjukkan hasil simulasi rangkaian dalam mode buck tegangan kapasitor
(VC) saat tegangan masukan diberi nilai 12 V, tegangan kapasitor mulai turun dan mencapai
44
transien puncak paling bawah pada t= 0,0011 s sebesar -5,75 V yang akhirnya menuju
keadaan steady state dan stabil dengan tegangan rata-rata -3 V mulai dari t= 0,0264 s.
3) Arus masukan (iin)
Gambar 4. 28 Arus masukan buck-boost converter mode buck
Gambar 4.28 menunjukkan hasil simulasi rangkaian dalam mode boost arus masukan (iin)
saat tegangan masukan diberi nilai 12 V, arus masukan mulai naik dan mencapai transien
puncak pada t= 0,0015 s sebesar 3,83 A yang akhirnya menuju keadaan steady state dan
stabil dengan arus rata-rata 0,00569 A mulai dari t= 0,055 s.
4) Tegangan keluaran (Vout)
Gambar 4. 29 Tegangan keluaran buck-boost converter mode buck
Gambar 4.29 menunjukkan tegangan keluaran (Vo) saat tegangan masukan diberi nilai 12
V, tegangan keluaran mulai turun dan mencapai transien puncak paling bawah pada t=
45
0,0011 s sebesar -5,75 V yang akhirnya menuju keadaan steady state dan stabil dengan
tegangan rata-rata -3 V mulai dari t= 0,026 s.
5) Arus keluaran (io)
Gambar 4. 30 Arus keluaran buck-boost converter mode buck
Gambar 4.30 menunjukkan arus keluaran (io) saat tegangan masukan diberi nilai 12 V,
arus keluaran mulai naik dan mencapai transien puncak pada t= 0,0011 s sebesar 0,0038
A yang akhirnya menuju keadaan steady state dan stabil dengan arus rata-rata 0,0205 A
mulai dari t= 0,024 s.
6) PWM
Gambar 4. 31 Bentuk PWM buck-boost converter mode buck
Gambar 4.31 menunjukkan bentuk PWM buck-boost converter mode boost ketika diberi
nilai duty cycle sebesar 20%.
46
4.3 Perbandingan Double Gain Buck-Boost Converter dengan Buck-Boost Converter
Dalam melakukan perbandingan antara kedua rangkaian yang dibahas dalam penelitian
ini, maka dibuat beberapa hal sebagai pembanding, antara lain :
1) Gain (penguatan) tegangan pada konverter.
2) Efisiensi konverter.
3) Topologi dan komponen pada konverter.
4.3.1 Perbandingan Gain Tegangan
Gain tegangan yang dimaksud adalah perbandingan antara tegangan keluaran dengan
tegangan masukan konverter.
Gambar 4. 32 Grafik perbandingan gain tegangan
Gambar 4.32 menunjukkan perbandingan gain tegangan antara rangkaian double gain
buck-boost converter dengan buck-boost converter. Dari grafik terlihat bahwa pada nilai
duty cycle yang sama, buck-boost converter dengan double gain mempunyai gain tegangan
yang lebih besar yakni dua kali lipat dari tegangan buck-boost converter. Hal ini berarti
buck-boost converter dengan double gain bisa menghasilkan tegangan dengan nilai dua
kali lipat dari buck-boost converter pada nilai duty cycle yang sama.
4.3.2 Perbandingan Efisiensi
Dalam melakukan perbandingan efisiensi, kedua rangkaian tidak dianggap ideal dengan
memperhitungkan komponen ESR (Equivalent Series Resistances). Hal ini bertujuan agar
perhitungan efisiensi tidak menghasilkan nilai efisiensi yang sama yaitu 100 %. Untuk dapat
mengevaluasi hasil efisiensi konverter pada kondisi real, maka pada perbandingan efisiensi
02468
101214161820
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Gai
n t
ega
nga
n
Duty Cycle Gain Tegangan Buck-Boost topologi baru
Gain Tegangan Buck-Boost Konvensional
47
konverter ini akan diasumsikan beberapa nilai komponen ESR dan parameter internal
komponen. Nilai komponen ESR dan parameter internal ditampilkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Komponen ESR dan parameter internal
Komponen Nilai Satuan
rDS 20 mΞ©
RF 44 mΞ©
rL 20 mΞ©
rC 10 mΞ©
CS 1,4 nF
VF 0,525 Volt
Perhitungan nilai efisiensi pada rangkaian double gain buck-boost converter pada kondisi
tidak ideal dengan memperhitungkan nilai ESR dapat dihitung menggunakan persamaan (2-63)
hingga persamaan (2-70). Hasil perhitungan efisiensi rangkaian double gain buck-boost
converter pada kondisi real dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan efisiensi double gain buck-boost converter
Duty Cycle Ploss (W) Po (W) Ξ· (%)
0,1 0,0155 0,0478 75,57
0,2 0,0274 0,2420 89,82
0,3 0,0431 0,7110 94,29
0,4 0,0662 1,7174 96,29
0,5 0,1037 3,8640 97,39
0,6 0,1812 8,6905 97,96
0,7 0,4216 21,0151 98,03
0,8 1,8506 61,5360 97,08
0,9 32,2587 307,6366 90,51
Perhitungan nilai efisiensi pada rangkaian buck-boost converter pada kondisi tidak ideal
dengan memperhitungkan nilai ESR dapat dihitung menggunakan persamaan (3-27) hingga
persamaan (3-36). Hasil perhitungan efisiensi rangkaian double gain buck-boost converter
pada kondisi real dapat dilihat pada Tabel 4.4.
48
Tabel 4. 4 Hasil perhitungan efisiensi buck-boost converter
Duty Cycle Ploss (W) Po (W) Ξ· (%)
0,1 0,0111 0,0135 55,06
0,2 0,0170 0,0643 79,08
0,3 0,0250 0,1880 88,27
0,4 0,0358 0,4521 92,67
0,5 0,0519 1,0135 95,13
0,6 0,0790 2,2730 96,64
0,7 0,1377 5,4779 97,55
0,8 0,3534 15,9708 97,83
0,9 3,1906 78,8220 96,11
Hasil perhitungan efisiensi double gain buck-boost converter dan buck-boost converter
juga dapat ditampilkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 4.33.
Gambar 4. 33 Grafik efisiensi double gain buck-boost converter dan buck-boost converter
Gambar 4.33 menunjukkan hasil efisiensi rangkaian double gain buck-boost converter dan
buck-boost converter. Pada double gain buck-boost converter saat duty cycle sebesar 10%
rugi-rugi daya yang paling dominan adalah rugi-rugi yang terjadi pada dioda (PDn) hal ini
terjadi karena saat duty cycle kecil maka kondisi switch OFF akan berlangsung lebih lama
daripada kondisi saat switch ON. Kondisi switch OFF merupakan kondisi saat dioda
konduksi, sehingga 90% waktu dari periode dioda akan mengalami konduksi dan saat itu juga
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Efis
ien
si (
%)
Duty cycle
Efisiensi BBC %
Efisiensi DGBBC %
49
dioda akan menyumbang rugi-rugi daya saat dioda konduksi dan rugi-rugi hambatan dalam
dioda Saat duty cycle besar efisiensi juga akan turun drastis dimana rugi-rugi daya paling
besar adalah rugi-rugi induktor (PLn).
Pada buck-boost converter saat duty cycle sebesar 10% rugi-rugi daya yang paling
dominan adalah rugi-rugi yang terjadi pada dioda (PD) hal ini terjadi karena saat duty cycle
kecil maka kondisi switch OFF akan berlangsung lebih lama daripada kondisi saat switch ON.
Kondisi switch OFF merupakan kondisi saat dioda konduksi, sehingga 90% waktu dari
periode dioda akan mengalami konduksi dan saat itu juga dioda akan menyumbang rugi-rugi
daya saat dioda konduksi yaitu resistant forward losses (PFR) dan voltage forward losses
(PVF). Saat duty cycle bertambah besar maka efisiensi akan terus naik hingga saat duty cycle
80% efisiensi akan mulai turun dimana rugi-rugi daya paling besar adalah rugi-rugi induktor
(PL), namun rugi-rugi yang terjadi saat duty cycle 10% dan 90% tidak sebesar pada rangkaian
double gain buck-boost converter dikarenakan komponen yang digunakan pada buck-boost
converter tidak sebanyak komponen yang ada pada rangkaian double gain buck-boost
converter.
4.3.3 Perbandingan Topologi dan Komponen
Perbandingan topologi antara double gain buck-boost converter dengan buck-boost converter
mencakup perbandingan jumlah komponen, gain tegangan yang dihasilkan, dan bentuk keluaran
tegangannya. Perbandingan topologi antara double gain buck-boost converter dengan buck-boost
converter disajikan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4. 5 Perbandingan topologi
Pembanding Double Gain Buck-
Boost Converter Buck-Boost Converter
Jumlah switch 1 1
Jumlah Dioda 4 1
Jumlah Kapasitor 3 1
Jumlah Induktor 2 1
Total Komponen 10 4
Gain Tegangan 2π·
(1 β π·)
π·
(1 β π·)
Keluaran Tegangan Non-inverting Inverting
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari simulasi dan analisis yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Rangkaian double gain buck-boost converter dengan konfigurasi 1 switch, 2 induktor, 3
kapasitor dan 2 dioda mampu berkerja dalam menaikkan dan menurunkan tegangan dengan
gain hingga 2 kali lipat dari tegangan keluaran buck-boost converter.
2. Rangkaian double gain buck-boost converter terdiri dari 1 switch, 2 induktor, 3 kapasitor
dan 2 dioda sedangkan rangkaian buck-boost converter terdiri dari 1 switch, 1 induktor, 1
kapasitor dan 1 dioda. Hasil kerja rangkaian double gain buck-boost converter dapat
disimulasikan pada aplikasi PSIM dengain baik. Hasil simulasi rangkaian double gain buck-
boost converter mampu menghasilkan tegangan keluaran, arus keluaran, tegangan kapasitor
dan arus induktor sesuai dengan analisis perhitungan yang telah dilakukan.
3. Rangkaian double gain buck-boost converter membutuhkan jumlah komponen yang lebih
banyak dibandingkan buck-boost converter sehingga membuat efisiensi rangkaian pada duty
cycle tertentu tidak lebih baik dari buck-boost converter, namun kekurangan ini dapat
ditutupi dengan gain tegangan yang dihasilkan.
5.2 Saran
Beberapa saran yang direkomendasikan penulis untuk dapat dilakukan penelitian
selanjutnya:
1. Membuat rancang bangun dari rangkaian double gain buck-boost converter.
2. Memodifikasi rangkaian double gain buck-boost converter agar memiliki jumlah komponen
yang lebih sedikit namun tetap memiliki gain yang lebih tinggi, atau dengan jumlah
komponen yang sama mampu menghasilkan gain tegangan yang berbeda.
3. Menambahkan analisis mode DCM (Discontinous Conduction Mode) pada double gain
buck-boost converter untuk penelitian selanjutnya.
4. Membuat rangkaian kontrol untuk rangkaian double gain buck-boost converter agar
keluaran tegangan dari rangkaian lebih stabil.
53
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Mochamad. 2012.Sistem Konverter DC.Surabaya. ITS Press.
Banaei R.M.,Ardi H., dan Faraktor A., Analysis and Implementation of a Single Switch Buck-
Boost DC/DC Converter,IET Power Electron,.vol.7,no.7,pp.1906-1914, February 2014
Hart, D.W. 2011. Power Electronics. New York: McGraw-Hill.
Kazimierczuk, Marian K. 2016. Pulse-Width Modulated DCβDC Power Converters. Ohio :
Wiley.
Ramdhani, Mohamad. 2008. Rangkaian Listrik. Bandung : Erlangga.
Rashid, M. H. 1993. Macam-Macam DC Chopper. Power Electronics : Circuit, Devices, and
Application. New Jersey : Prentince-Hall International Inc
Wahyu,Andi. Sistem Konverter Cuk Dengan Pengendali Kalang Terbuka (Open
Loop).Universitas Islam Indonesia,Agustus.2018.
Wildi, Theodore. 2002. Electrical Machines, Drives, and Power System Fifth Edition,
Pearson Education Inc.
Zarrin A.G., Abapour M., Farakhor A.. 2015. Design Optimization of a Cuk DC/DC Converter
Based on Reliability Constraints. Turk J Elec Eng & Comp Sci, pp. 1932-1945.