alga biru dan hijau

59
alga biru dan hijau 1. Divisi Cyanophyta (Algae Biru) A. Ciri-ciri khas Kelompok alga yang beranggotakan 1500 jenis ini biasanya bercirikan warna talus hijau kebiru- biruan yang disebabkan suatu pigmen tambahan selain klorofil dan karatenoid, dinding sel disusun oleh muko peptide dan peptin, hemiselulosa, selulosa. Kadang-kadang pigmen merah juga ada, dan variasi dalam perbandingan pigmen-pigmen ini menghasilkan kisaran yang sangat luas dalam hal warna pada alga ini. B. Habitat dan penyebarannya Ganggang biru kebanyakan hidup diair tawar, tempat-tempat yang lembab, sebagian kecil di air laut. Ada yang tahan hidup disalju, didaerah kutub, ada yang ditemukan pada mata air panas (75 C – 85 C)                           Ganggang ini termasuk ganggang prokariotik dan hanya terdiri dari 1 kelas yaitu  Struktur tubuh Cyanophyceae Tubuh algae biru sangat sederhana yaitu uniseluler, membentuk koloni tanpa filamen atau dapat juga membentuk filamen atau dapat juga membentuk filamen dengan atau tanpa cabang-cabang. Sel-sel dan koloni tanpa filamen diselubungi gelatin yang mencolok. Suatu deretan sel-sel tunggal alam satu filemen disebut trikhom dan trikhom dengan selubungnya disebut filemen. Mobilitas Cyanophyceae tidak memiliki sel-sel berflagel, tetapi Cyanophyceae menunjukkan gerakan meluncur.  Perkembangbiakan Cyanophyceae ini tidak mempunyai sel-sel pembiakan berflagel, tidak dibentuk zoospore atau gamet berflagel, tidak ada pembiakan seksual, hanya ada pembiakan aseksual dan vegetatif dengan cara : a. Pembelahan sel Sel-sel anak biasanya tidak terpisah, ini menghasilkan satu koloni yang diliputi selaput lendir. Koloni ini dapat berfragmentasi dan menghasilkan koloni baru. b. Fragmentasi koloni Terjadi dengan pembentukan hormogenia dan heterosista. Hormogonia adalah sederetan sel dalam trikom yang dibatasi oleh diskus lendir, yang mudah patah. c. Hormogonia Pembentukan hormogonia adalah cara yang sangat umum untuk berkembangbiak dari anggota-anggota yang filamentik. Terbentuknya hormogonia dapat terjadi karena terbentuknya sekresi. d. Akineta Disebut juga spora istirahat yang berdinding tebal, mengandung banyak makanan cadangan, lebih besar dari sel vegetatif. Akinet berkecambah menjadi filamen. e. Endospora Dibentuk pada bangsa Chamaesiphonales dimana protoplasma dari sel-sel tertentu membagi-bagi untuk membentuk spora.

Upload: independent

Post on 13-Nov-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

alga biru dan hijau

1.      Divisi Cyanophyta (Algae Biru)A.    Ciri-ciri khas

Kelompok alga yang beranggotakan 1500 jenis ini biasanya bercirikan warna talus hijau kebiru-biruan yang disebabkan suatu pigmen tambahan selain klorofil dan karatenoid, dinding sel disusun oleh muko peptide dan peptin, hemiselulosa, selulosa. Kadang-kadang pigmen merah juga ada, dan variasi dalam perbandingan pigmen-pigmen ini menghasilkan kisaran yang sangat luas dalam hal warna pada alga ini.

B.     Habitat dan penyebarannyaGanggang biru kebanyakan hidup diair tawar, tempat-tempat yang lembab, sebagian kecil di air laut. Ada yang tahan hidup disalju, didaerah kutub, ada yang ditemukan pada mata air panas (75 C – 85 C)                          Ganggang ini termasuk ganggang prokariotik dan hanya terdiri dari 1 kelas yaitu

  Struktur tubuh CyanophyceaeTubuh algae biru sangat sederhana yaitu uniseluler, membentuk koloni tanpa filamen atau dapat juga membentuk filamen atau dapat juga membentuk filamen dengan atau tanpa cabang-cabang. Sel-sel dan koloni tanpa filamen diselubungi gelatin yang mencolok. Suatu deretan sel-sel tunggal alam satu filemen disebut trikhom dan trikhom dengan selubungnya disebut filemen.Mobilitas Cyanophyceae tidak memiliki sel-sel berflagel, tetapi Cyanophyceae menunjukkan gerakan meluncur.

  PerkembangbiakanCyanophyceae ini tidak mempunyai sel-sel pembiakan berflagel, tidak dibentuk zoospore atau gamet berflagel, tidak ada pembiakan seksual, hanya ada pembiakan aseksual dan vegetatif dengan cara :

a.       Pembelahan selSel-sel anak biasanya tidak terpisah, ini menghasilkan satu koloni yang diliputi selaput lendir. Koloni ini dapat berfragmentasi dan menghasilkan koloni baru.

b.      Fragmentasi koloniTerjadi dengan pembentukan hormogenia dan heterosista. Hormogonia adalah sederetan sel dalam trikom yang dibatasi oleh diskus lendir, yang mudah patah.

c.       HormogoniaPembentukan hormogonia adalah cara yang sangat umum untuk berkembangbiak dari anggota-anggota yang filamentik. Terbentuknya hormogonia dapat terjadi karena terbentuknya sekresi.

d.      AkinetaDisebut juga spora istirahat yang berdinding tebal, mengandung banyak makanan cadangan, lebih besar dari sel vegetatif. Akinet berkecambah menjadi filamen.

e.      Endospora Dibentuk pada bangsa Chamaesiphonales dimana protoplasma dari sel-sel tertentu membagi-bagi untuk membentuk spora.

f.        EksosporaSpora ini terbentuk karena potoplast terbagi dalam satu bidang secara berturut-turut dan terjadi pada sel bagian ujung filament. Spora yang terbentuk demikian disebut eksospora.

2.            DIVISI CHLOROPHYTA (ALGAE HIJAU)

  Habitat dan Penyebaran`               Sepuluh persen dari jenis-jenisnya terdapat dilaut, sedangkan sisanya hidup diair tawar dan ditanah-tanah, tembok-tembok dan pohon-pohon yang lembab.

  Struktur Sel dan Ciri KhasSel-sel yang motil sebagian besar mempunyai 2 atau 4 buah flagel yang sama panjang,

kesemuanya bertipe whiplash. Flagela yang bertipe whiplash, terdiri dari filamen aksial (axomena) yang dikelilingi oleh selubung sitoplasma hampir disepanjang aksonim, sehingga aksonim, sehingga aksonim tampak telanjang pada ujung flagellanya.

Sebagian besar dari anggota Chlorophyta mempunyai sel yang berdinding, sehingga akan mempunyai bentuk tertentu. Dinding sel terdiri dari dua lapis. Lapisan sebelah dalam, terdiri dari sellulosa, kecuali pada siphonales yang lapisan dalam dari dinding selnya terdiri kalose.

Kloroplas mempunyai bentuk yang khas pada sebagian besar marga atau jenis. Bentuk kloroplas yang menyerupai mangkuk, yang khas bagi Chlamydomonas, dapat dijumpai juga pada jenis-jenis lain dari bangsa Volvocales danTetrasporales. Bentuk kloroplas yang menyerupai mangkuk tersebut dijumpai pula pada sebagian besar anggota Chlorophyta primitif.

  Perkembangbiakana.       Secara vegetatif

Dilakukan dengan fragmentasi talus atau filamen. Setiap fragmen akan tumbuh menjadi individu baru.b.      Secara aseksual

Yang paling umum dilakukan oleh zoospora. Zoospora biasanya dibentuk dalam sel vegetatif yang bentuknya sama dengan sel lain disekelilingnya.

c.       Secara seksual  Isogami  Anisogami  Oogami  Aplogami

  Klasifikasi

Beberapa ahli mengatakan bahwa perbedaan sifat yang ada tidak dapat membuat Chara dipisahkan menjadi divisi tersendiri, sehingga menempatkan Chara dalam divisi Chlorophyta yaitu kelas Charophyceae.                Dari hasil pengamatan dengan mikroskop elektron, Chapman & Chapman (1975), mengusulkan adanya kelas Prasinophycee yang meliputi organisme yang berflagella 1,2,dan 4 sama panjang. Beberapa penulis mempertahankan anggota kelas Prasinophyceae sebagai anak bangsa dari kelas Volvocales. Dalam kuliah ini akan diikuti klasifikasi yang membagi Chlorophyta menjadi dua kelas yaitu kelas Chlorophyceae danCharophyceae.

      KELAS CHLOROPHYCEAE

Tallus dari kelas Chlorophyceae terdiri dari satu sel (uniseluler) atau bersel banyak (multiseluler), dengan tipe-tipe sebagai berikut :

1.       Bentuk uniseluler  yang motil, misalnya: Clamydomonas2.       Bentuk multiseluler yang nonmotil (kokoid) misalnya: Chlorella3.       Bentuk koloni yang motil, misalnya: Pandorina dan Volvox4.       Bentuk kokoid yang kolonial, misalnya: Hydrodicton dan Pediastrum5.       Bentuk Palmella yang kolonial, misalnya: Tetraspora6.       Bentuk dendroid yang kolonial, misalnya: Plastinocladus7.       Bentuk filamen:a.       Filamen yang tak bercabang, misalnya: Ulothrix, Oedogoniumb.      Filamen yang bercabang, misalnya: Cladophora, Pithophora8.       Heterotrikh (heterotrich) yaitu tubuh yang terdiri dari filamen yang tegak dan bagian yang menjalar,

misalnya:Stigoclonium, Choleochaeta9.       Bentuk yang menyerupai daun atau parenkim, misalnya: Ulva10.   Bentuk yang menyerupai pipa, misalnya: Protosiphon

      KELAS CHAROPHYCEAE

Charophyceae terkenal dengan nama Ganggang Karangan, karena mempunyai cabang yang teratur seperti karangan. Talus dari ganggan ini tegak dan bercabang-cabang. Talus terbagi menjadi ruas-ruas disertai buku-buku. Tiap buku mempunyai cabang lateral yang letaknya mengelilingi buku tadi hingga tampak seperti karangan, cabang-cabang tadi sering disebut “daun”.

Perkembangbiakan dilakukan secara oogami. Oogonium terdiri dari satu sel yang dikelilingi oleh steril dan terletak pada daun. Anteridium juga terdiri dari satu sel, beberapa anteridia (biasanya 8) terkumpul dan diselubungi oleh suatu selubung hingga berbentuk bulat, terletak diatas daun.

Perkembangbiakan Charophyceae dapat terjadi secara vegetatif, dan perkembangbiakan  secara seksual.

Habitat Alga

Penyebaran makro alga dibatasi oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar

matahari yang cukup untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesa. Didaerah ini merupakan tempat

yang cocok bagi kehidupan alga karena terdiri atas batuan. Daerah intertidal pada pantai yang berbatu-

batu mempunyai sifat tertutup sesuai daerah alga merah atau alga coklat terutama alga dari genus facus

alga yang sering disebut rumput laut (seaweeds). Biasanya makro alga sedikit terdapat diperairan yang

dasarny berlumpur atau berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk

tempatnya melekat. Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan karang,

cangkang molusca, potongan kayu dan sebagainya

Penyebaran dan pertumbuhan seaweeds disuatu perairan pantai sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor salinitas, intensitas cahaya matahari, dan turbiditas dan juga tipe substrat dan kedalaman

dasar laut adalah dua faktor penting yang menentukan kehadiran suatu jenis

alga bersel banyak kebanyakan melekat pada batuan atau dasar yang keras diperairan dangkal. Alga ini

melekat dengan menggunakan organ yang kuat memegang tetapi bukan akar dan sering kali

membentuk hutan yang luas (kelp beds) tepat dibawah garis air surut atau pasang surut.

Tumbuhan alga merupakan tumbuhan tahun yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut,

setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Tubuh alga menunjukkan

keanekaragaman yang sangat besar, tetapi sernua selnya selalau jelas mempunyal inti dan plastida dan

dalam plastidnya terdapat zat-zat warna derivat kiorofil yaltu kiorofil a, b atau kedua-duanya. Selain

derivat-derivat klorofil terdapat pula zat-zat warna lain yang justru kadang-kadang lebih inenonjol dan

menyebabkan ketompok-kelompok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi. Zat-zat warna

tersebut berupa fikosianin (berwama biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (he merah).

Disamping itu juga diternukan zat-zat warna santofli dan karoten.

Berdasarkan habitat yang ditempatinya diperairan , dibedakan atas:

a. Ganggang Subbaerial yaitu ganggang yang hidup didaerah permukaan,

b. Ganggang Intertidal, yaitu ganggan secara periodic muncul kepermukaan karena naik turun

air akibat pasang surut.

c. Ganggang Subritorsal, yaitu ganggang yang berada dibawah permukaan air,

d. Ganggang Edafik, yaitu ganggang yang hidup diddalam tanah pada dasar perairan

Ekologi Makro Alga

Makro alga memerlukan sinar matahari untuk dapat melangsungkan fotosintesis. Banyaknya

sinar matahari yang masuk dalam air berhubungan erat dengan kecerahan air laut. Fotosintesis

berlangsung tidak hanya dengan bantuan sinar matahari saja tetapi juga oleh zat hara sebagai

makanannya. Gerakan air selain untuk mensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut

menyerap zat maknannya, membersihkan kotoran dan dan melangsungkan pertukaran oksigen dan

karbondioksida. Gerakan air yang baik untuk pertumbuhan rumput laut ini antar 20-40 cm/detik.

Sedangkan gerakan air bergelombang tidak lebih dari 30 cm. Bila arus air lebih cepat maupun ombak

yeng terlalu tinggi dapat dimungkinkan terjadi kerusakan tanaman misalnyapatah atau terlepas dari

substratnya.

Pertumbuhan makro alga juga dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam dan temperatur. Ada

2 golongan makro alga bedasarkan kisaran salinitas yaitu: Rumput laut yang stenohalin, yaitu makro alga

yang hidup, dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang sempit artinya bahwa makro alga

ini tidak mampu tumbuh pada kisaran salinitas yang bervariasi; dan rumput laut yang euryhalin yaitu

rumput laut yang tumbuh pada kisaran salinitas yang luas dimana artinya bahwa makro alga ini mampu

tumbuh pada kisaran salinitas yang bervariasi

Manfaat Makro Alga

Alga memiliki nilai ekonomis yang sangat penting artinya bagi para penduduk karena dapat

dimanfaatkan untuk sayuran, obat traditional, pupuk organik, makanan ternak dan sebagainya. Bahkan

senyawa kimia yang di ekstraksi dari alga laut makro bentik ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

dan bahan tambahan untuk pembuatan makanan, obat-obatan dan kosmetik. Makro alga diperairan

Indonesia dapat diamati dari potensi lahan budidaya yang tersebar di Indonesia. Potensi usaha makro

alga di Indonesia mencakup areal seluas 26.700 ha dengan potensi produktif sebesar 482.400 ton/

tahun. Budidaya makro alga mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi

perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenuhi kebutuhan pasar dalam dan

luar negeri.

Pemanfaatan alga secara tradisional terutama sebagai bahan pangan misalnya ada yang

dimakan mentah seperti lalap, dibuat sayur atau sebagai obat. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai

komoditi ekspor baru berkembang daalm beberapa dasawarsa terakhir ini. Kandungan yang terdapat

dalam makro alga adalah algin, agar dan keraginan. Algin adalah bahan yang terkandung dalam alga

coklat yang banyak digunakan dalam industri kosmetika dan farmasi. Agar-agar bisa diperoleh dari alga

merah yaitu dari marga Gellidium, Gracillaria, Hypnea merupakan bahan pokok pembuatan agar-agar.

Sedangkan karaginan merupakan bahan yang juga diperoleh dari berbagai jenisalga merah. Abhan ini

dalam industri perdagangan mempunyai manfaat yang sama dengan Agar dan Algin.

Rhodophyceae (Alga merah)

Alga merah ini memiliki pigmen dominan warna merah atau fikoeritrin, selain di dalam alga ini

juga terdapat pigmen lainnya seperti klorofil, fikosantin,fikobilin dan sebagainya, namun jumlahnya

hanya sedikit. Alga ini banyak ditemukan di dilaut dqn sedikit di perairan air tawar. Kegunaan dari alga

ini banyak dijadikan sebagai agar - agar yang kaya akan serat atau fiber serta untuk media agrikultur

(marinkultur).

Contohnya:

- Eucheuma spinosum, merupakan penghasil agar-agar.

- Gracillaria sp., menghasilkan bahan untuk pembuatan kosmetika

Ganggang merah berwarna merah sampai ungu, tetpai ada juga yang lembayung atau pirang atau

kemerah – merahan, chromatofora berbentuk cakram atau lemabaran dan mengandung klorofil a,

klorofil b dan karoteboid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoiretrin sebagai pigmen

utama yang mengadakan fluoresensi.

Peranan ganggang merah :

Eucheuma spinosum, Gracilaris, Gelidium merupakan penghasil agar-agar.

Chlorophyceae (Alga Hijau)

Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga dapat

melakukan fotosintesis. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air.

umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau

merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara gangganga lain.

Cara reproduksi dengan fragmentasi dan konyugasi.

Contohnya :

- Chara : bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar. Batang beruas-ruas

dan tiap ruas bercabang kecil.

- Ulva : terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan dapat

dimakan.

Peranan ganggang hijau :

a. Menguntungkan :

- Sebagai plankton dan merupakan komponen penting dalam rantai makanan air tawar.

- Dapat dipakai sebagai makanan, misal Ulva dan Chlorella.

- Penghasil O2 dari proses fotosintesis yang diperlukan oleh hewan-hewan air.

b. Merugikan :

- Ganggang hijau dapat mengganggu bila perairan terlalu subur, sehingga air akan berubah

warna dan berbau.

Chlorophyta (algae hijau) adalah tumbuhan yang berwarna hijau yang mirip dengan tumbuhan

tinggi berdasarkan pigmennya, khlorofil a dan b, karotin dan xantofil. Dinding sel terdiri dari sellulosa

dan pektin, dan hasil fotosintesisnya adalah karbohidrat (tepung). Terdapat perkapuran pada beberapa

jenis,. Jenis-jenis dari divisi ini adalah makroskopis, filamen, sefon

( bunga karang ) atau bentuk thallus.

Sel-sel ganggang hijau mempunyai khloroplas yang berwarna hijau, dan mengandung khlorofil a

dan b serta karetinoid. Pada chloroplas terdapat perenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak,

terdiri dari sel-sel yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang, hidupnya ada yang

diair tawar, air laut dan juga pada tanah yang lembab atau yang basah.

Alga Coklat (Phaeophyceae)

Phaeophyta (ganggang coklat/ pirang) Hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen

fikosantin (coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran yang

dapat mencapai puluhan meter. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan generatif dengan

isogami dan oogami.

Contohnya :

- Laminaria

- Fucus

- Turbinaria

- Sargasum

Peranan ganggang coklat :

- Penghasil asam alginat, sebagai bahan campuran es krim, cat, obat-obatan, lateks sintetis

- Sumber I2 (iodium) dan K (kalium)

- Sebagai makanan ternak

Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan. Tidak ditemukan zat

tepung, hidup di air tawar, dilaut dan didaerah iklim sedang dan dingin, hidupnya melekat pada batu-

batu, kayu dan ada yang hidup sebagai endofit.

Phaeophyta (algae coklat) berwarna coklat karena fukoxantin yang menutupi klorofil a dan c,

karotin dan xantofil lainnya. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan asam alginik. Hasil makanan cadangan

adalah karbohidrat. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen atau bentuk thallus. Warna

ganggang coklat disebabkan oleh pigmen coklat (pikosantin), yang secara dominan menyelubungi warna

hijau dari klorofil pada jaringan.ganggang coklat juga mengandung pigmen lainnya seperti klorofil a,

klorofil c, violak xantin, b-karioten, diadinoxcatin, dan fukosantin.

Sumber :

1. http://www.gudangreferensi.com

2. http://www.algaeQ.Blogspot.com

3. http://www.perananalga.com

ALGA ( Rhodophyceae, chlorophyceae , dan Phaeophyceae )

Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia thallopyta (tumbuhan talus), karena

belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.dan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga

ada yang bersel banyak dengan bentuk Alga (jamak Algae) juga adalah sekelompok organisme autotrof

yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak

memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). serupa benang

atau lembaran.

Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu :

- fikosianin : warna biru

- klorofil : warna hijau

- fikosantin : warna perang/ coklat

- fikoeritrin : warna merah

- karoten : warna keemasan

- xantofil : warna kuning

Ganggang bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri). Hampir semua ganggang

bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan tempat-tempat yang lembab dasar perairan.

Habitat Alga

Penyebaran makro alga dibatasi oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar

matahari yang cukup untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesa. Didaerah ini merupakan tempat

yang cocok bagi kehidupan alga karena terdiri atas batuan. Daerah intertidal pada pantai yang berbatu-

batu mempunyai sifat tertutup sesuai daerah alga merah atau alga coklat terutama alga dari genus facus

alga yang sering disebut rumput laut (seaweeds). Biasanya makro alga sedikit terdapat diperairan yang

dasarny berlumpur atau berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk

tempatnya melekat. Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan karang,

cangkang molusca, potongan kayu dan sebagainya

Penyebaran dan pertumbuhan seaweeds disuatu perairan pantai sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor salinitas, intensitas cahaya matahari, dan turbiditas dan juga tipe substrat dan kedalaman

dasar laut adalah dua faktor penting yang menentukan kehadiran suatu jenis

alga bersel banyak kebanyakan melekat pada batuan atau dasar yang keras diperairan dangkal. Alga ini

melekat dengan menggunakan organ yang kuat memegang tetapi bukan akar dan sering kali

membentuk hutan yang luas (kelp beds) tepat dibawah garis air surut atau pasang surut.

Tumbuhan alga merupakan tumbuhan tahun yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut,

setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Tubuh alga menunjukkan

keanekaragaman yang sangat besar, tetapi sernua selnya selalau jelas mempunyal inti dan plastida dan

dalam plastidnya terdapat zat-zat warna derivat kiorofil yaltu kiorofil a, b atau kedua-duanya. Selain

derivat-derivat klorofil terdapat pula zat-zat warna lain yang justru kadang-kadang lebih inenonjol dan

menyebabkan ketompok-kelompok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi. Zat-zat warna

tersebut berupa fikosianin (berwama biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (he merah).

Disamping itu juga diternukan zat-zat warna santofli dan karoten.

Berdasarkan habitat yang ditempatinya diperairan , dibedakan atas:

a. Ganggang Subbaerial yaitu ganggang yang hidup didaerah permukaan,

b. Ganggang Intertidal, yaitu ganggan secara periodic muncul kepermukaan karena naik turun

air akibat pasang surut.

c. Ganggang Subritorsal, yaitu ganggang yang berada dibawah permukaan air,

d. Ganggang Edafik, yaitu ganggang yang hidup diddalam tanah pada dasar perairan

Ekologi Makro Alga

Makro alga memerlukan sinar matahari untuk dapat melangsungkan fotosintesis. Banyaknya

sinar matahari yang masuk dalam air berhubungan erat dengan kecerahan air laut. Fotosintesis

berlangsung tidak hanya dengan bantuan sinar matahari saja tetapi juga oleh zat hara sebagai

makanannya. Gerakan air selain untuk mensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut

menyerap zat maknannya, membersihkan kotoran dan dan melangsungkan pertukaran oksigen dan

karbondioksida. Gerakan air yang baik untuk pertumbuhan rumput laut ini antar 20-40 cm/detik.

Sedangkan gerakan air bergelombang tidak lebih dari 30 cm. Bila arus air lebih cepat maupun ombak

yeng terlalu tinggi dapat dimungkinkan terjadi kerusakan tanaman misalnyapatah atau terlepas dari

substratnya.

Pertumbuhan makro alga juga dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam dan temperatur. Ada

2 golongan makro alga bedasarkan kisaran salinitas yaitu: Rumput laut yang stenohalin, yaitu makro alga

yang hidup, dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang sempit artinya bahwa makro alga

ini tidak mampu tumbuh pada kisaran salinitas yang bervariasi; dan rumput laut yang euryhalin yaitu

rumput laut yang tumbuh pada kisaran salinitas yang luas dimana artinya bahwa makro alga ini mampu

tumbuh pada kisaran salinitas yang bervariasi

Manfaat Makro Alga

Alga memiliki nilai ekonomis yang sangat penting artinya bagi para penduduk karena dapat

dimanfaatkan untuk sayuran, obat traditional, pupuk organik, makanan ternak dan sebagainya. Bahkan

senyawa kimia yang di ekstraksi dari alga laut makro bentik ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

dan bahan tambahan untuk pembuatan makanan, obat-obatan dan kosmetik. Makro alga diperairan

Indonesia dapat diamati dari potensi lahan budidaya yang tersebar di Indonesia. Potensi usaha makro

alga di Indonesia mencakup areal seluas 26.700 ha dengan potensi produktif sebesar 482.400 ton/

tahun. Budidaya makro alga mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi

perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenuhi kebutuhan pasar dalam dan

luar negeri.

Pemanfaatan alga secara tradisional terutama sebagai bahan pangan misalnya ada yang

dimakan mentah seperti lalap, dibuat sayur atau sebagai obat. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai

komoditi ekspor baru berkembang daalm beberapa dasawarsa terakhir ini. Kandungan yang terdapat

dalam makro alga adalah algin, agar dan keraginan. Algin adalah bahan yang terkandung dalam alga

coklat yang banyak digunakan dalam industri kosmetika dan farmasi. Agar-agar bisa diperoleh dari alga

merah yaitu dari marga Gellidium, Gracillaria, Hypnea merupakan bahan pokok pembuatan agar-agar.

Sedangkan karaginan merupakan bahan yang juga diperoleh dari berbagai jenisalga merah. Abhan ini

dalam industri perdagangan mempunyai manfaat yang sama dengan Agar dan Algin.

Rhodophyceae (Alga merah)

Alga merah ini memiliki pigmen dominan warna merah atau fikoeritrin, selain di dalam alga ini

juga terdapat pigmen lainnya seperti klorofil, fikosantin,fikobilin dan sebagainya, namun jumlahnya

hanya sedikit. Alga ini banyak ditemukan di dilaut dqn sedikit di perairan air tawar. Kegunaan dari alga

ini banyak dijadikan sebagai agar - agar yang kaya akan serat atau fiber serta untuk media agrikultur

(marinkultur).

Contohnya:

- Eucheuma spinosum, merupakan penghasil agar-agar.

- Gracillaria sp., menghasilkan bahan untuk pembuatan kosmetika

Ganggang merah berwarna merah sampai ungu, tetpai ada juga yang lembayung atau pirang atau

kemerah – merahan, chromatofora berbentuk cakram atau lemabaran dan mengandung klorofil a,

klorofil b dan karoteboid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoiretrin sebagai pigmen

utama yang mengadakan fluoresensi.

Peranan ganggang merah :

Eucheuma spinosum, Gracilaris, Gelidium merupakan penghasil agar-agar.

Chlorophyceae (Alga Hijau)

Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga dapat

melakukan fotosintesis. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air.

umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau

merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara gangganga lain.

Cara reproduksi dengan fragmentasi dan konyugasi.

Contohnya :

- Chara : bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar. Batang beruas-ruas

dan tiap ruas bercabang kecil.

- Ulva : terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan dapat

dimakan.

Peranan ganggang hijau :

a. Menguntungkan :

- Sebagai plankton dan merupakan komponen penting dalam rantai makanan air tawar.

- Dapat dipakai sebagai makanan, misal Ulva dan Chlorella.

- Penghasil O2 dari proses fotosintesis yang diperlukan oleh hewan-hewan air.

b. Merugikan :

- Ganggang hijau dapat mengganggu bila perairan terlalu subur, sehingga air akan berubah

warna dan berbau.

Chlorophyta (algae hijau) adalah tumbuhan yang berwarna hijau yang mirip dengan tumbuhan

tinggi berdasarkan pigmennya, khlorofil a dan b, karotin dan xantofil. Dinding sel terdiri dari sellulosa

dan pektin, dan hasil fotosintesisnya adalah karbohidrat (tepung). Terdapat perkapuran pada beberapa

jenis,. Jenis-jenis dari divisi ini adalah makroskopis, filamen, sefon

( bunga karang ) atau bentuk thallus.

Sel-sel ganggang hijau mempunyai khloroplas yang berwarna hijau, dan mengandung khlorofil a

dan b serta karetinoid. Pada chloroplas terdapat perenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak,

terdiri dari sel-sel yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang, hidupnya ada yang

diair tawar, air laut dan juga pada tanah yang lembab atau yang basah.

Alga Coklat (Phaeophyceae)

Phaeophyta (ganggang coklat/ pirang) Hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen

fikosantin (coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran yang

dapat mencapai puluhan meter. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan generatif dengan

isogami dan oogami.

Contohnya :

- Laminaria

- Fucus

- Turbinaria

- Sargasum

Peranan ganggang coklat :

- Penghasil asam alginat, sebagai bahan campuran es krim, cat, obat-obatan, lateks sintetis

- Sumber I2 (iodium) dan K (kalium)

- Sebagai makanan ternak

Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan. Tidak ditemukan zat

tepung, hidup di air tawar, dilaut dan didaerah iklim sedang dan dingin, hidupnya melekat pada batu-

batu, kayu dan ada yang hidup sebagai endofit.

Phaeophyta (algae coklat) berwarna coklat karena fukoxantin yang menutupi klorofil a dan c,

karotin dan xantofil lainnya. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan asam alginik. Hasil makanan cadangan

adalah karbohidrat. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen atau bentuk thallus. Warna

ganggang coklat disebabkan oleh pigmen coklat (pikosantin), yang secara dominan menyelubungi warna

hijau dari klorofil pada jaringan.ganggang coklat juga mengandung pigmen lainnya seperti klorofil a,

klorofil c, violak xantin, b-karioten, diadinoxcatin, dan fukosantin.

Sumber :

1. http://www.gudangreferensi.com

2. http://www.algaeQ.Blogspot.com

3. http://www.perananalga.com

Minggu, 5 September 2010 - Semua spesies yang berada dalam kingdom protista adalah eukariota. Sebagian besar protista merupakan mahluk ber sel satu yang hidup sebagai organisme bebas. 

Namun, beberapa spesies protista terorganisasi menjadi koloni dimana tiap sel melakukan fungsi tugasnya sendiri dan juga menjadi perannya yang khusus dalam koloni. Ada begitu banyak jenis protista dan mereka mungkin diturunkan dari banyak garis evolusi. Protista sendiri mewakili modifikasi evolusi dan mungkin leluhur dari jamur, tanaman dan hewan.

Sebagian besar skema klasifikasi modern membagi protista menjadi tiga kelompok utama: protozoa, atau protista mirip hewan; protista mirip jamur; dan protista mirip tanaman.

Kingdom : Protista

Organisme eukariotik; sel memiliki organel berselubung selaput, termasuk inti; ber sel satu dan juga ada yang bersel banyak;

Protista mirip hewan

Mastigophora Protista dengan flagela Trypanosoma

Sarcodina Protista dengan pseudopoda Amoeba

Sporozoa Protista parasit Plasmodium

Siliata Protista dengan silia Paramecium

Protista mirip jamur

Myxomycota Heterotrofik, massa amoeboid yang disebut plasmodium

Jamur lendir plasmodial

Acrasiomycota Heterotrofik, sel terpisah Jamur lendir seluler

Protista mirip tanaman

Euglenofita Bersel satu, fotosintetis, flagela tunggal

Euglena

Chrysofita Bersel satu, fotosintesis, klorofil a dan b

Diatom, ganggang coklat emas

Dinoflagellata Bersel satu, dua flagela berputar, klorofil a dan c

Gessnerium

Protozoa : Protista Mirip Hewan

Protoza, berarti hewan pertama. Ia adalah heterotrof bersel satu. Spesies protozoa berjumlah ribuan. Mereka hidup di air tawar, air asin, pasir yang kering dan tanah yang lembab. Sebagian spesies hidup sebagai parasit diatas atau didalam tubuh organisme lainnya. Reproduksi pada protozoa biasanya aseksual lewat mitosis, namun juga ada banyak protozoa yang menyatukan reproduksi aseksual dengan siklus seksual. Biasanya, siklus seksual terjadi pada periode kondisi lingkungan yang merugikan dan sel yang muncul dari penggabungan gamet (zigot) dapat bertahan pada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut. Dinding yang tebal dan menurunnya tingkat metabolisme pada kista memungkinkan keberlangsungan hidup pada periode kedinginan, kekeringan atau kelaparan.

Protozoa terbagi menjadi empat filum, berdasarkan pada alat geraknya.

Mastigophora

Masstigophora adalah protozoa yang memiliki satu atau lebih flagella. Filum ini juga dikenal sebagai Zoomastigina atau zooflagellata, memuat kelompok organisme yang beraneka ragam. Beberapa spesies bergerak bebas dan tinggal

di air tawar atau asin, diantaranya adalah perenang bebas; yang lain melayang di permukaan batuan dan sebagian lagi sesil, menempel pada permukaan yang tenggelam di bawah air. Spesies Mastigophora lainnya hidup dalam hubungan simbiosis dengan organisme dari spesies lain, masing-masing membantu satu sama lain dengan fungsi kehidupan tertentu. Sebagai contoh, beberapa spesies hidup dalam usus rayap, kecoa rumah dan kecoa kayu, dimana mereka mencerna selulosa dari serangga ini. Genus Trypanosoma merupakan parasit yang menyebabkan penyakit pada manusia. Trypanosoma gambiense (gambar 1) adalah zooflagellata yang menyebabkan penyakit tidur Afrika. Manusia dapat terinfeksi trypanosoma lewat gigitan lalat tsetse.

Gambar 1. Trypanosoma gambiense, penyebab penyakit tidur Afrika

Sarcodina

Anggota filum Sarcodina disebut bersifat amoeboid. Amoeba proteus (Gambar 2) adalah spesies tipenya. Spesies yang termasuk Sarcodina bergerak menggunakanpseudopoda, sebuah perpanjangan yang mengalir dari tubuhnya yang luwes dan tanpa bentuk. Pseudopoda ini juga bertindak dalam penangkapan makanan. Sebagian besar Sarcodina hidup di air tawar. Sebuah vakuola kontraktil, sebuah organel yang terbentuk untuk mengusir kelebihan air dari tubuh sel protista, berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan air. Makanan disimpan sementara di vakuola makanan dimana ia dicerna oleh enzim.

Foraminifera dan Radiolaria adalah kelompok Sarcodina laut yang mengeluarkan cangkang keras dari senyawa mineral disekitar tubuhnya. Saat mereka mati, cangkang mereka menjadi penyusun penting pada lumpur di dasar samudera. Foraminifera telah membangun endapan kapur yang berasal

dari zaman Kambria; Radiolaria yang menjadi batuan silika berasal dari zaman Pra Kambria.

Gambar 2. Amoeba proteus

Sporozoa

Sporozoa adalah parasit pembuat spora. Bentuk dewasanya tidak mampu bergerak, walaupun bentuk yang belum dewasa dapat bergerak dengan pseudopoda. Beberapa spesies sporozoa melewati siklus hidup yang rumit dan memerlukan berbagai inang pada tahap kehidupannya. Sebagai contoh, spesies Plasmodium vivax – agen penyebab malaria – memerlukan dua inang: nyamuk Anopheles dan manusia (Gambar 3).

Gambar 3. Siklus hidup Plasmodium vivax

Ciliata

Dari empat filum protozoa, filum Ciliata memiliki jumlah spesies yang terbesar. Spesies dalam filum ini memiliki silia, benang sitoplasma pendek yang dipakai untuk bergerak dan dalam beberapa kasus untuk menyapu partikel makanan kedalam bukaan yang disebut celah oral. Protozoa yang termasuk filum ini hidup di air tawar dan air asin. Sebagian adalah perenang bebas, sebagian merangkak, sebagian sesil dan sebagian lagi parasit pada hewan lainnya.

Gambar 4. Paramecium

Gambar 5. Contoh siliata lainnya, colpoda cucullus dan vorticella

Sitoplasma siliata berdiferensiasi menjadi ektoplasma luar yang kaku dan endoplasma dalam yang lebih cair. Sebuah pelikel berada di dalam selaput sel. Beberapa spesies merespon pada rangsangan lingkungan yang tidak bersahabat dengan melepaskan benang panjang yang disebut trichokista yang menjadi mekanisme pertahanan atau alat menempelkan protista pada materi kolam yang mengambang saat makan. Karakteristik siliata adalah keberadaan

dua jenis inti sel. Makronukleus (inti besar) yang bertugas mengatur aktivitas metabolisme, dan inti kecil atau mikronukleus bertugas mengarahkan pembelahan sel. Gambar 4 menunjukkan struktur Paramecium, wakil ciliata. Gambar 5 menunjukkan siliata lainnya.

Gambar 6. Konjugasi Paramecium

Protista mirip Jamur

Jamur adalah organisme yang memperoleh makanan dengan menyerapnya dari materi organik yang telah mati atau dari tubuh inang yang masih hidup. Ada dua kelompok organisme yang dipandang sebagai protista namun cara hidup dan makannya seperti jamur sejati. Protista mirip jamur ini adalah Protomycota dan Gymnomycota.

Jamur Lendir

Ada dua kelompok jamur lendir: Myxomycota, atau jamur lendir sejati, dan Acrasiomycota, jamur lendir seluler.

Plasmodium Jamur Lendir sejati

Myxomycota – Jamur Lendir Sejati

Jamur lendir sejati hidup di lantai hutan, dimana mereka tumbuh di tanah yang lembab atau disekitar kayu yang mati dan tanaman yang busuk. Mereka tampak seperti gumpalan tanpa bentuk aneka warna: putih, kuning atau merah.

Siklus hidup jamur lendir sejati mulai dengan massa multinukleat yang disebut plasmodium. Plasmodium ini meluncur dalam bentuk amoeboid, memakan bakteri dan potongan kecil materi organis. Inti yang menyusun plasmodium bersifat diploid. Pada suatu saat dalam siklus hidupnya, plasmodium berhenti bergerak dan mengalami perubahan, mengembangkan struktur mirip batang dengan katup bulat di puncaknya. Tubuh berbuah ini menopang struktur yang disebut sporangia.

Sporangium adalah struktur yang mengandung spora. Spora melalui meiosis dan menghasilkan gamet berflagel. Gamet ini menyatu dan membentuk zigot yang tidak berflagel, namun lebih mirip amoeba. Organisme mirip amoeba ini meluncur di tanah, memakan materi makanan secara fagosit. Intinya yang diploid melalui sederat pembelahan mitosis yang tidak disertai pembelahan sitoplasma. Dengan cara inilah plasmodium multinukleat terbentuk. Siklus hidupnya kemudian berulang (Gambar 7).

Acrasiomycota – Jamur Lendir Seluler

Siklus hidup jamur lendir seluler, sering disebut amoeba sosial, jauh berbeda dari jamur lendir sejati. Tubuh berbuah amoeba sosial disebut sorocarp. Sporanya dibawa oleh angin, air, serangga atau cara lain ke lingkungan yang baru. Spora yang tiba di lingkungan baru akan mekar. Saat spora mekar, seekor amoeba, menggunakan pseudopoda, akan keluar dan pergi ke tanah. Amoeba ini mirip dengan amoeba biasa. Masing-masing memiliki selaput sel, inti, nukleolus, vakuola kontraktil, vakuola makanan, mitokondria dan retikulum endoplasma.

Gambar 7 Siklus hidup jamur lendir sejati

Amoeba haploid yang bebas bergerak makan materi organik dari tanah tumbuh hingga ukuran optimal. Mereka lalu membelah dengan mitosis dan sitokinesis, yang menghasilkan sel anak yang seperti orang tuannya memiliki inti haploid. Lalu perilaku mereka berubah. Mereka berhenti makan dan mulai bergerak dalam arah yang tetap menuju pusat tertentu atau titik berkumpul dan mulai membentuk kelompok dan menjadi sekumpulan massa sel.

Video jamur lendir yang disertakan dengan jamur sejati dapat anda saksikan disini :http://www.youtube.com/watch?v=UvTvaxVySlE,  dan disini menunjukkan sporanya yang disebarkan saat jamur lendir disirami:http://www.youtube.com/watch?v=qWNY9hUNtD8 dan video berikut menunjukkan bagaimana jamur lendir bergerak: http://www.youtube.com/watch?v=96U-6iU8W_A

Gambar 8. Siklus hidup jamur lendir seluler

Mereka kemudian mengelompok membentuk pseudo-plasmodium. Sebuah lembar materi polisakarida yang sangat tipis mengelilingi massa ini, namun sel mempertahankan individualitasnya. Pseudoplasmodium yang mirip jari ini bergerak di substrat tanah dengan perlahan namun dalam arah yang jelas dan teratur. Pada akhirnya, bagian depan pseudoplasmodium berhenti bergerak dan bagian belakang bergerak ke bawah bagian depan membentuk bukit sel. Saat ini, diferensiasi sel mulai terjadi. Sel pokok yang memunculkan badan buah terbentuk dan siklus hidupnya berulang kembali (Gambar 8).

Protista Mirip Tanaman

Ada empat kelompok utama protista mirip tanaman

Euglenophyta

Euglenoid diwakili oleh organisme Euglena (Gambar 9). Organisme bersel satu ini memiliki sifat hewan sekaligus tanaman. Ia memiliki klorofil a dan b serta karotenoid, dan mampu melakukan fotosintesis. Namun, Euglena tidak memiliki dinding sel, berenang memakai flagelum, memiliki bintik mata merah-jingga yang sensitif cahaya yang disebut stigma dan vakuola kontraktil yang besar. Euglena juga memiliki badan pirenoid yang berfungsi dalam sintesis paramilum, sebuah hasil penyimpanan karbohidrat dan jarang dimiliki euglenoid lainnya. Organisme ini berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel mitosis longitudinal. Walau begitu, saat mitosis, selaput sel tetap menempel dan nukleolus bertahan.

Gambar 9. Euglena

Chrysophyta

Ganggang hijau kuning, ganggang coklat emas, dan diatom adalah anggota kelompok ini. Sebagian besar anggota Chrysophyta bersel satu dan berkembang biak aseksual. Ada beberapa bentuk multiseluler. Anggota

kelompok ini memiliki ciri yang sama. Mereka memiliki pigmen klorofil a dan c (yang b tidak ada) dan mengandung karotenoid fukosantin, yang memberi mereka warna keemasan. Protista ini hidup di air asin, air tawar dan tempat lembab di bawah batuan. Mereka memakai polisakarida yang disebut chrysolaminaran bukannya pati. Banyak chrysophyta memiliki dua flagella yang panjangnya berbeda pada ujung anterior tubuhnya (Gambar 10); namun ada juga yang hanya punya satu flagella, dan bahkan ada juga yang tidak punya.

Gambar 10. Diatom

Diatom adalah sel diploid yang tidak memiliki flagella. Dinding sel mereka terdiri dari dua potongan, satu ditempelkan di atas yang lain, dan dipenuhi dengan silika dan pektin serta memiliki pola menarik berupa kawah dan tonjolan. Saat organisme ini mati, cangkang mereka jatuh ke dasar perairan dimana mereka meluruh dan membentuk tanah diatomik, zat yang dipakai sebagai pengikis pada pemolesan perak dan deterjen, sebagai pengemas di saringan udara dan air, di penghilang cat, minyak deodoran dan pupuk.

Dinoflagellata

Dinoflagellata adalah protista kecil dan biasanya bersel satu. Sebagian besar organisme ini memiliki dua flagella yang tidak sama, satu longitudinal dari ujung posterior sel, satunya lagi mengelilingi bagian pusat sel. Beberapa dinoflagellata menjulurkan trikosista seperti Paramecium, yang lainnya memiliki nematokista, sel penyengat yang umum ditemukan pada coelenterata.

Dinoflagellata memiliki inti sel yang paling aneh. Kromosomnya tidak memiliki sentromer dan bahkan saat interfase tetap berbentuk batang pendek yang tebal. Saat mitosis, selaput inti dan nukleolus tetap tinggal dan tidak ada benang terbentuk. Sebagian besar spesies berkembang biak aseksual dengan pembelahan sel dan menyusun satu dari dua kelompok besar fitoplankton.

Beberapa spesies seperti Noctiluca, memiliki bioluminesensi, mengeluarkan cahaya seperti kunang kunang.

Gambar 11. Dinoflagellata

Protista Atipikal

Caryoblastea adalah sebuah filum protista yang hanya memuat satu spesies, amoeba raksasa multinukleat Pelomyxa palustris. Organisme ini tidak memiliki mitokondria dan ciri organel lainnya sel eukariotik. Intinya membelah tanpa mitosis. Pelomyxa palustris hidup sebagai parasit didalam sel organisme inang.

Gambar 12. Pelomyxa palustris

Microspora adalah filum protista heterotrof. Ia adalah parasit kecil yang tidak memiliki mitokondria dan hidup di dalam sel inang, yang memuat arthropoda, chordata dan semua kelas vertebrata. Setelah sebuah mikrosporidian menginfeksi sebuah sel, sebuah plasmodium multisel terbentuk. Plasmodium ini kemudian mengalami pembelahan ganda, menghasilkan keturunan. Massa yang dihasilkan berujud sebuah tumor bersel tunggal yang disebut xenoma.

Protistaamoeba-makan.gif

Tahukah kalian, tidak semua organisme renik itu adalah bakteri? Mengapa? Hal ini dikarenakan

bakteri hanyalah sebutan untuk organisme bersel satu yang tidak mempunyai inti sel. Organisme ini mempunyai organel mirip inti sel (nukleoid). Jadi, bakteri tergolong organisme prokariotik. Prokariotik adalah organisme yang tidak memiliki selaput/membran inti.

Tidak semua organisme uniseluler adalah prokariotik. Euglena, Amoeba, Paramecium, dan Plasmodium adalah organisme mikro yang mempunyai inti sel. Jadi, mereka tidak disebut bakteri, tetapi ‘protista’.

Protista adalah salah satu Kingdom/kerajaan makhluk hidup. Masih ingat dengan macam-macam kingdom? Ada 6 macam yang sementara ini bisa dijadikan pedoman. Mereka adalah Virus, Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Nah, bakteri ikut dalam anggota kerajaan Monera.

Macam-macam Protista

Protista dikelompokkan menjadi 3 kelas, yakni Protozoa, Algae, dan Myxomycota.

1. Protozoa adalah organisme renik mirip hewan. Ada Rhizopoda (si kaki semu), Flagellata (si cambuk), Ciliata (si rambut getar), dan Sporozoa (si spora yang bergerak tanpa alat bantu). Nah, yang ada pada gambar di atas hanya salah satu contoh organisme protista, bukan hewan mungkin juga bisa dibilang sebagai ‘kuman’.

2. Algae adalah organisme kecil mirip tumbuhan. Ada Chlorophyta (si alga hijau), Phaeophyta (si alga coklat), Rhodophyta (si alga merah), dan Chrysophyta (si alga emas). Alga juga terkadang disebut ganggang. Ohya, Dinoflagellata dan Euglenophyta juga diikutkan sebagai alga, walaupun juga mirip hewan. Hal ini dikarenakan keduanya mampu berfotosintesis. Jadi, juga mirip tumbuhan. Tapi jangan salah, mereka berdua adalah nama kelas yang juga bisa digolongkan dalam kelas Protozoa-Flagellata.

3. Myxomycota adalah organisme mirip jamur berukuran kecil. Tapi, bukan jamur sebenarnya. Hal ini disebabkan organisme yang juga disebut jamur lendir ini memiliki dinding sel dari zat selulosa. Beda dengan jamur, dinding sel jamur terdiri atas zat kitin. Myxomycota ada dua golongan, yakni Myxomycota (juga namanya) dan Oomycota. Myxomycota sebagai jamur lendir yang hidup di darat. Oomycotina sebagai jamur lendir yang hidup di air.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai anggota/kelas kerajaan Protista. Selanjutnya, sudah dapatkah kalian membedakan organisme yang tergolong kerajaan Virus, Monera (bakteri), dan Protista?

2.1.1        Spirulina spMerupakan alga hijau hijau biru foto-autotrof dapat ditemukan pada perairan tawar

maupun asin. Mikroalga ini telah lama digunakan sebagai sumber bahan makanan di Meksiko dan Afrika dan merupakan salah satu sumber makanan alami paling potensial baik untuk hewan

dan manusia. Kandungan proteinnya yang tinggi mencapai 60-70% (basis kering) serta kandungan asam-asam amino Spirulina sesuai dengan rekomendasi badan pangan dunia FAO (Choi et al. 2003). Spirulina merupakan salah satu sumber pangan berpotensi, sebagai contoh 1 are (0,4646 hektar) Spirulina dapat menghasilkan protein 20 kali lebih baik dari 1 are kedelai atau jagung dan 200 kali lebih baik dari pada daging sapi (Kozlenko dan Henson 1998).

Spirulina termasuk cyanobacteria atau yang lebih dikenal dengan alga hijau biru, ada di bumi sejak 3500 juta tahun lalu. Mikroorganisme ini berukuran 3,5-10 mikron dan memiliki filamen berbentuk spiral dengan diameter 20-100 mikron. Spirulina mengandung 60% protein dengan asam-asam amino esensial, sepuluh vitamin, juga berkhasiat sebagai obat (therapeutic). Selain itu pula, Spirulina memiliki pigmen fikosianin yang merupakan antioksidan dan antiinflamatori (Romay et al 1998 diacu dalam Desmorieux 2006), polisakarida yang memiliki efek antitumor dan antiviral (Gao dan Wu 2000; Mishima et al 1998 diacu dalam Desmorieux 2006), γ-asam linoleat (GLA) dari Spirulina dapat berfungsi dalam penurun kolesterol (Samuels et al. 2002 diacu dalam Desmorieux 2006).

2.1.2        KlasifikasiSpirulina secara taksonomi menurut Bold dan Wyne (1978) sebagai berikut:

Kingdom : Protista                                   Divisi : CyanophytaKelas : CyanophyceaeOrdo : NostocalesFamili : OscilatoriaceaeGenus : SpirulinaSpesies : Spirulina sp.

2.1.3 Ekologi dan HabitatLingkungan tempat tumbuh Spirulina harus dapat memenuhi semua kebutuhan yang

diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan Spirulina yang baik. Faktor lingkungan utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga antara lain adalah nutrien, cahaya, suhu, pH dan agitasi (Richmond 1988). Fitoplankton tersebut mempunyai daya toleransi tinggi dan dapat hidup di dalam keadaan ekosistem seperti pada segmen I tersebut.

Spirulina termasuk ke dalam mikroalga mesofilik, yang dapat tumbuh pada temperatur 20-400C dengan suhu optimum pertumbuhannya 25-330C. Suhu minimum untuk

pertumbuhannya adalah antara 18-200C. Umumnya kisaran temperatur untuk pertumbuhan mikroalga hijau-biru lebih besar dibandingkan jenis mikroalga lainnya (Borowitzka dan Borowitzka, 1988). Hasil pengukuran suhu selama penelitian berkisar antara 22,5-250C, sehingga masih dalam kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan S. fusiformis.

2.2       Distribusi Mikroalgae            Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), menyatakan bahwa terdapat empat kelompok mikroalga antara lain : diatom (Bacillariophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), alga emas (Chrysophyceae) dan alga biru (Cyanophyceae). Penyebaran habitat mikroalga biasanya di air tawar (limpoplankton) dan air laut (haloplankton), sedangkan sebaran berdasarkan distribusi vertikal di perairan meliputi : plankton yang hidup di zona euphotik (ephiplankton), hidup di zona disphotik (mesoplankton), hidup di zona aphotik (bathyplankton) dan yang hidup di dasar perairan / bentik (hypoplankton) (Eryanto et.al, 2003).

2.4       Manfaat Mikroalgae            Peran pembuatan bahan kehidupan dari mineral yang tak bernyawa dimulai dari tumbuhan.Mikroalga sebagai tumbuhan tingkat paling rendah memiliki kemampuan tinggi untuk melakukan demineralisasi tersebut di lingkungan perairan.Nutrien sederhana dibuat menjadi molekul kehidupan yang lebih kompleks dengan bantuan sinar matahari. Mikroalga inilah yang kemudian menentukan produktifitas primer perairan.

Sebagai produsen, mikroalga mengandung nutrisi yang lengkap kaya protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Selain itu alga juga mengandung pigmen astaxanthin, zeaxanthin, chlorophil, phycocyanin, phycoeritrin yang memiliki fungsi pewarnaan dan antioksidan. Mikro mineralnya bersama vitamin mampu memperbaiki metabolisme tubuh dan daya tahan.  Contoh-contoh yang sudah dikenal di masyarakat adalah Chlorella dan Spirullina yang dimanfaatkan sebagai nutraceutis/suplemen kesehatan. Spesies lain seperti diatom dimanfaatkan sebagai pakan utama pembenihan udang laut. Mikroalga juga memiliki kemampuan menyerap logam berat dan limbah sehingga sering dimanfaatkan sebagai pemurni lingkungan. (aquafiles.wordpress.com)

2.5       Faktor yang Mempengaruhi keberadaan Mikro algae1. pH

Derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen. Variasi pH pada dapat mempengaruhi metabiolisme dan pertumbuhan kultur mikroalga antara lain mengubah keseimbangan karbon anorganik, mengubah ketersediaan nutrien dan mempengaruhi fisiologi sel. Kisaran pH untuk kultur alga biasanya antara 7-9, kisaran optimum untuk alga laut berkisar antara 7,8-8,5. Secara umum kisaran pH yang optimum pada kulturNannochloropsis sp. antara 7 – 10 (Anonim, 2008).    

2. SalinitasKisaran salinitas yang berubah-ubah dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton.

Beberapa fitoplankton dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang tinggi tetapi ada juga yang dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang rendah.Namun, hampir semua jenis fitoplankton dapat tumbuh optimal pada salinitas sedikit dibawah habitat asal.Pengaturan salinitas pada medium yang diperkaya dapat dilakukan dengan pengenceran dengan menggunakan air tawar.Kisaran salinitas yang dimiliki oleh Nannochloropsis sp. antara 32–36 ppt, tetapi salinitas paling optimum untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp. adalah 33-35 ppt (Anonim, 2008).

            3. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, biologi dan fisika, peningkatan suhu dapat menurunkan suatu kelarutan bahan dan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi fitoplankton diperairan. Secara umum suhu optimal dalam kultur fitoplnkton berkisar antara 20-24oC. Suhu dalam kultur diatur sedemikian rupa bergantung pada medium yang digunakan. Suhu di bawah 16oC dapat menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan suhu diatas 36oC dapat menyebabkan kematian.Beberapa fitoplankton tidak tahan terhadap suhu yang tinggi. Pengaturan suhu dalam kultur fitoplankton dapat dilakukan dengan mengalirkan air dingin ke botol kultur atau dengan menggunakan alat pengatur suhu udara (Taw, 1990).

4. CahayaCahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis yang berguna untuk

pembentukan senyawa karbon organik. Intensitas cahaya sangat menentukan pertumbuhan fitoplankton yaitu dilihat dari lama penyinaran dan panjang gelombang yang digunakan untuk fotosintesis. Cahaya berperan penting dalam pertumbuhan mikroalga, tetapi kebutuhannya bervariasi yang disesuaikan dengan kedalaman kultur dan kepadatannya. Kedalaman dan kepadatan kultur yang lebih tinggi menyebabkan intensitas cahaya yang dibutuhkan tinggi. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinhibisi dan pemanasan. Penggunaan lampu dalam kultur mikroalga minimal dinyalakan 18 jam per hari, hal tersebut dilakukan sampai mikroalga dapat tumbuh dengan konstan dan normal (Coutteau,1996).

5. KarbondioksidaKarbondioksida diperlukan oleh fitoplankton untuk memenbantu proses fotosintesis.

Karbondioksida dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup digunakan dalam kultur fitoplankton dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan pH kurang dari batas optimum sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton (Taw, 1990).      

6. NutrienFitoplankton mendapatkan nutrien dari air laut yang sudah mengandung nutrien yang

cukup lengkap. Namun pertumbuhan fitoplankton dengan kultur dapat mencapai optimum dengan mencapurkan air laut dengan nutrien yang tidak terkandung dalam air laut tersebut. Nutrien tersebut dibagi menjadi makronutrien dan mikronutrien, makronutrien meliputi nitrat dan fosfat.Makronutrien yang berupa nitrat dan fospat merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton.Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun di air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti amonia, nitrit, dan senyawa organik dapat dapat digunakan apabila kekurangan nitrat. Mikronutrien organik merupakan kombinasi dari beberapa vitamin yang berbeda-beda. Vitamin tersebut antara lain B12, B1 dan Biotin. Mikronutrien tersebut digunakan fitoplankton untuk berfotosintesis (Taw, 1990).

7. AerasiAerasi dalam kultur mikroalga diguanakan untuk proses pengadukan medium kultur.

Pengadukan sangat penting dilakukan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pengendapan sel, nutrien dapat tersebar sehingga mikroalga dalam kultur mendapatkan nutrien yang sama, mencegah sratifikasi suhu, dan meningkatkan pertukaran gas dari udara ke medium. (Coutteau, 1996). Pertumbuhan fitoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah besarnya ukuran sel atau bertambahnya banyaknya jumlah sel. Kepadatan sel dalam kulturNannochloropsis sp. digunakan untuk mengetahui pertumbuhan jenis fitoplankton tersebut. Kecepatan tumbuh dalam kultur ditentukan dari medium yang di gunakan dan dapat dilihat dari hasil pengamatan kepadatan Nannochloropsis sp. yang dilakukan tiap 24 jam (1 hari) untuk kultur Nannochloropsis sp. Pertumbuhan fitoplankton secara umum dapat dibagi menjadi lima fase yang meliputi fase lag, fase eksponensial, fase penurunan kecepatan pertumbuhan, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase lag penambahan jumlah densitas fitoplankton sangat rendah atau bahkan dapat dikatakan belum ada penambahan densitas. Hal tersebut disebabkan karena sel-sel fitoplankton masih dalam proses adaptasi secara fisiologis terhadap medium tumbuh sehingga metabolisme untuk tumbuh manjadi lamban. Pada fase eksponensial, terjadi pertambahan kepadatan sel fitoplankton (N) dalam waktu (t) dengan kecepatan tumbuh (µ) sesuai dengan rumus eksponensial. Pada fase penurunan kecepatan tumbuh pembelahan sel mulai melambat karena kondisi fisik dan kimia kultur mulai membatasi pertumbuhan. Pada fase stasioner, faktor pembatas dan kecepatan tumbuh sama karena jumlah sel yang membelah dan yang mati seimbang. Sedangkan pada fase kematian, kualitas fisik dan kimia kultur berada pada titik dimana sel tidak mampu lagi mengalami pembelahan. Keberhasilan kultur ditandai dengan pertumbuhan yang semakin meningkat dari kepadatan fitoplankton, hal tersebut merupakan waktu generasi pertumbuhan fitoplankton, sehingga dapat dikatakan waktu generasi merupakan waktu yang diperlukan suatu fitoplankton untuk membelah dari satu sel menjadi beberapa sel dalam pertumbuhan.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat3.1.1 Pengambilan Sampel

     Pengambilan sampel di laksanakan di waduk karangkates pada jam 07.00 wib, pada hari minggu tanggal 29 September 2013.

3.1.2 Pengamatan     Pengamatan dilakukan pada hari senin tanggal 30 september 2013 di laboratorium optik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 AlatAdapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Plankton net                                                                             1 buah2. Water sampler                                                                          1 buah3. Botol                                                                                        2 buah4. pH meter                                                                                  1 buah5. Mikroskop Cayahaya                                                               1 buah6. Deck glass                                                                                1 buah7. Objek glass                                                                               1 buah8. Kamera                                                                                     1 buah9. Pipet                                                                                         1 buah

3.2.2 BahanAdapun bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Sampel air                                                                    100 ml2. Formalin                                                                       100 ml

3.3 Cara kerjaAdapun cara kerja yang dilakukan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut :3.3.1 Observasi Lapangan

1.         Diambil air dengan menngunakan watersampler dengan kedalaman 2 meter dan diatas permukaan

2.         Disaring dengan menggunakan plankton net

3.         Dimasukkan kedalam botol air mineral dan botol kecil

4.         Dimasukkan formalin kedalam 2 botol kecil

3.3.2 Observasi Laboratorium

1.      Disiapkan mikroskop

2.      Dilakukan standart prosedur penggunaan mikroskop

3.      Diambil berapa tetes sampel air dengan menggunakan pipet tetes

4.      Diletakkan diatas kaca preparat

5.      Diamati dengan menggunakan mikroskop

6.      diambil hasil gambar pengamatan mikroalga dengan menggunakan kamera

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PengamatanGambar pengamatan Gambar literatur

Spirulina sp

4.2 PembahasanSpirulina adalah jenis ganggang yang terdapat di air tawar dan laut. Ganggang

mikroskopis dikumpulkan sebagai kumparan berbentuk spiral dalam warna biru-hijau. Itu digunakan sebagai sumber makanan tradisional oleh sejumlah suku kuno seperti suku Aztec dan Mesoamericans. Banyak orang mengkonsumsi sebagai suplemen kesehatan untuk memanfaatkan lebih dari 65% protein selain banyak gizi lainnya. Tentu saja air danau terletak di jas daerah tropis dan subtropis untuk pertumbuhan alami dari ganggang. Tetapi orang modern membudidayakan ganggang ini untuk tujuan komersial karena dapat dipasarkan sebagai sumber protein murni dan alami. Sesuai statistik yang tersedia, Spirulina tumbuh dengan kecepatan tinggi dan jauh lebih cepat dibandingkan dengan budidaya lainnya seperti kacang kedelai. Ketika perusahaan berkultivasi ganggang ini, itu bisa mendapatkan jumlah lebih banyak protein per hektar dibandingkan dengan protein lain menghasilkan benih termasuk kedelai bean. Huge Sumber Gizi , Produk ini dikonsumsi oleh sejumlah besar orang sebagai suplemen diet karena besar jumlah nutrisi diberikan oleh negara ini. Beberapa orang bahkan menggunakannya sebagai makanan keseluruhan karena jumlah protein yang jauh lebih tinggi yang ditawarkan oleh produk. Ketika astronot melakukan misi ruang angkasa jangka panjang durasi, mereka mengkonsumsi Spirulina secara teratur sebagai makanan sehari-hari mirip dengan bahan makanan lainnya. Seseorang mendapat berbagai jenis vitamin, mineral, kalium, kalsium, magnesium, natrium fosfor, dan besi, yang penting untuk membangun dan pemeliharaan tubuh manusia. Sebagai gizi normal yang ditawarkan oleh diet yang normal tidak mencukupi untuk

fungsi normal tubuh manusia, orang mengkonsumsi produk untuk mengimbangi sistem mereka dengan unsur-unsur nutrisi penting kurang dalam makanan sehari-hari. Permintaan yang besar untuk suplemen ini mendorong banyak pengusaha untuk menumbuhkan algae secara buatan untuk mendapatkan profit.

Effect di Tubuh Manusia: Ketika Anda mulai mengkonsumsi produk secara teratur, tubuh Anda akan berbagai jenis vitamin, mineral, kalium, kalsium , magnesium, natrium, fosfor dan besi. Unsur-unsur nutrisi adalah sangat penting untuk kelancaran fungsi berbagai bagian tubuh dan organ. Sistem manusia dapat menyerap protein yang terkandung dalam Spirulinadalam bentuk yang paling alami dan paling murni. Ketika tubuh anda menyerap protein ini ia mendapatkan manfaat yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan sel yang berbeda dalam tubuh manusia. Sehingga tubuh Anda dapat melakukan sejumlah tugas reguler dalam manner.Enhances lebih efisien dan tidak terputus Sistem kekebalan: Sebuah Banyaknya penelitian klinis telah menyoroti efektivitas produk adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini juga terbukti efektif dalam mengurangi jumlah ini kolesterol di dalam tubuh manusia dan malam memerangi beberapa penyakit kronis seperti kanker. Jadi dengan mengkonsumsi suplemen diet secara teratur, Anda dapat mencegah berbagai penyakit seperti stroke jantung dan kanker dan hidup sehat dan bugar. Banyak orang lebih suka Spirulinakarena sifat obat untuk menjaga tubuh manusia secara alami dan tidak berbahaya. Anda dapat mengkonsumsi produk ini tanpa takut terhadap ancaman atau efek samping yang merugikan.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

         jenis-jenis mikroalga yang dapat di identifikasi di waduk karang kates yaitu Spirulina sp.         spirulina sp  memiliki banyak manfaat yaitu :

DAFTAR PUSTAKA

Angka dan Suhartono. 2000. Manfaat dan Kandungan Biota-biota Laut. Kanisius. YogyakartaAnonim. 2008. Faktor-faktor distribusi alga. Kanisius. Yogyakarta

Cotteau. 1996.Trends in ecology and evolution. Doctor disertation, University of RostockEryanto. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan berkelanjutan Indonesia. Gramedia

Pustaka. JakartaIsnansetyo dan Kurniastuty.1995.Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.Kanisius. Jogjakarta. 198

halNybakken, J.W. 1988. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. Gramedia : JakartaPamungkas, Agung. 2005. Sistem Taksonomi hewan dan tumbuhan. ANDI : BandungRichmond, J.E. 1988. Plankton and productivity in the oceans. Pergamon Press : OxfordTaw Nyan,DR. 1990 . Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Mikroalga. Proyek

Pengembangan Budidaya Udang : United Nations Development Progrramme Food and agriculture organization of the Unite Nations. US. 34 hal (diterjemahkan oleh : Budiono M & Indah W)

2.1       Spirulina

            Spirulina merupakan mikroorganisme autrotrof berwarna hijau-kebiruan dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix), sehingga disebut alga biru-hijau berfilamen (cyanobacterium) (Richmond 1988 dalam Pamungkas 2005).Bentuk tubuh Spirulina sp yang menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirulina sp hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas (Richmond 1988)          Beberapa spesies Spirulinayang telah ditelaah secara baiksepertiSpirulina maxima, dan Spirulina platensis. Spirulina maxima terlihat sebagai benang filamen bersel banyak dengan ukuran panjang 200-300 dan lebar 5-70 mikron. Suatu filamen dengan 7 spiral akan mencapai ukuran 1000 mikron dan berisi 250-400 sel (Angka dan Suhartono 2000).Klasifikasi Spirulina menurut Bold & Wyne (1978) Pamungkas (2005) adalah sebagai berikut :

Kingdom         : ProtistaDivisi               : CyanophytaKelas               : CyanophyceaeOrdo                : NostocalesFamili              : OscilatoriaceaeGenus              : SpirulinaSpesies            : Spirulinaplatensis

2.2       Nannocloropsis oculata            Nannochloropsis oculata merupakan mikroalga bersel satu yang termasuk ke dalam kelas Eustigmatophyceae, mempunyai potensi yang sangat besar untuk bahan baku produksi trigliserida, karena mikroalga ini sangat mudah dibudidayakan secara kontinyu dengan masa panen yang singkat. Seperti halnya mikroalga yang lain, pertumbuhan Nannochloropsis oculata sangat tergantung pada ketersediaan nutrien, intensitas cahaya, karbondioksida, pH, suhu dan salinitas. Intensitas cahaya sangat diperlukan oleh mikroalga untuk menjalankan proses fotosintesis. Kurangnya intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh mikroalga untuk aktivitas fotosintesis akan menyebabkan proses fotosintesis tidak berlangsung normal sehingga menggangu biosintesis sel selanjutnya.                                                             (library.its.ac.id)

2.3       Distribusi Mikroalgae            Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), menyatakan bahwa terdapat empat kelompok mikroalga antara lain : diatom (Bacillariophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), alga emas (Chrysophyceae) dan alga biru (Cyanophyceae). Penyebaran habitat mikroalga biasanya di air tawar (limpoplankton) dan air laut (haloplankton), sedangkan sebaran berdasarkan distribusi vertikal di perairan meliputi : plankton yang hidup di zona euphotik (ephiplankton), hidup di zona disphotik (mesoplankton), hidup di zona aphotik (bathyplankton) dan yang hidup di dasar perairan / bentik (hypoplankton) (Eryanto et.al, 2003).

2.4       Manfaat Mikroalgae            Peran pembuatan bahan kehidupan dari mineral yang tak bernyawa dimulai dari tumbuhan.Mikroalga sebagai tumbuhan tingkat paling rendah memiliki kemampuan tinggi untuk melakukan demineralisasi tersebut di lingkungan perairan.Nutrien sederhana dibuat menjadi molekul kehidupan yang lebih kompleks dengan bantuan sinar matahari.Mikroalga inilah yang kemudian menentukan produktifitas primer perairan.

Sebagai produsen, mikroalga mengandung nutrisi yang lengkap kaya protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Selain itu alga juga mengandung pigmen astaxanthin, zeaxanthin, chlorophil, phycocyanin, phycoeritrin yang memiliki fungsi pewarnaan dan antioksidan.Mikro mineralnya bersama vitamin mampu memperbaiki metabolisme tubuh dan daya tahan.  Contoh-contoh yang sudah dikenal di masyarakat adalah Chlorella dan Spirullina yang dimanfaatkan

sebagai nutraceutis/suplemen kesehatan. Spesies lain seperti diatom dimanfaatkan sebagai pakan utama pembenihan udang laut. Mikroalga juga memiliki kemampuan menyerap logam berat dan limbah sehingga sering dimanfaatkan sebagai pemurni lingkungan. (aquafiles.wordpress.com)

2.5       Faktor yang Mempengaruhi keberadaan Mikro algae1. pH   Derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen. Variasi pH pada dapat mempengaruhi metabiolisme dan pertumbuhan kultur mikroalga antara lain mengubah keseimbangan karbon anorganik, mengubah ketersediaan nutrien dan mempengaruhi fisiologi sel. Kisaran pH untuk kultur alga biasanya antara 7-9, kisaran optimum untuk alga laut berkisar antara 7,8-8,5. Secara umum kisaran pH yang optimum pada kulturNannochloropsis sp. antara 7 – 10 (Anonim, 2008).     2. Salinitas       Kisaran salinitas yang berubah-ubah dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Beberapa fitoplankton dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang tinggi tetapi ada juga yang dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang rendah.Namun, hampir semua jenis fitoplankton dapat tumbuh optimal pada salinitas sedikit dibawah habitat asal.Pengaturan salinitas pada medium yang diperkaya dapat dilakukan dengan pengenceran dengan menggunakan air tawar.Kisaran salinitas yang dimiliki olehNannochloropsis sp. antara 32–36 ppt, tetapi salinitas paling optimum untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp. adalah 33-35 ppt (Anonim, 2008).        3. Suhu            Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, biologi dan fisika, peningkatan suhu dapat menurunkan suatu kelarutan bahan dan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi fitoplankton diperairan. Secara umum suhu optimal dalam kultur fitoplnkton berkisar antara 20-24oC. Suhu dalam kultur diatur sedemikian rupa bergantung pada medium yang digunakan. Suhu di bawah 16oC dapat menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan suhu diatas 36oC dapat menyebabkan kematian.Beberapa fitoplankton tidak tahan terhadap suhu yang tinggi. Pengaturan suhu dalam kultur fitoplankton dapat dilakukan dengan mengalirkan air dingin ke botol kultur atau dengan menggunakan alat pengatur suhu udara (Taw, 1990)4. Cahaya        Cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis yang berguna untuk pembentukan senyawa karbon organik. Intensitas cahaya sangat menentukan pertumbuhan fitoplankton yaitu dilihat dari lama penyinaran dan panjang gelombang yang digunakan untuk fotosintesis. Cahaya berperan penting dalam pertumbuhan mikroalga, tetapi kebutuhannya bervariasi yang disesuaikan dengan kedalaman kultur dan kepadatannya. Kedalaman dan kepadatan kultur yang lebih tinggi menyebabkan intensitas cahaya yang dibutuhkan tinggi. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinhibisi dan pemanasan. Penggunaan lampu dalam kultur mikroalga minimal dinyalakan 18 jam per hari, hal tersebut dilakukan sampai mikroalga dapat

tumbuh dengan konstan dan normal.(Coutteau, 1996)        5. Karbondioksida      Karbondioksida diperlukan oleh fitoplankton untuk memenbantu proses fotosintesis. Karbondioksida dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup digunakan dalam kultur fitoplankton dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan pH kurang dari batas optimum sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton (Taw, 1990). 6. Nutrien        Fitoplankton mendapatkan nutrien dari air laut yang sudah mengandung nutrien yang cukup lengkap. Namun pertumbuhan fitoplankton dengan kultur dapat mencapai optimum dengan mencapurkan air laut dengan nutrien yang tidak terkandung dalam air laut tersebut. Nutrien tersebut dibagi menjadi makronutrien dan mikronutrien, makronutrien meliputi nitrat dan fosfat.Makronutrien yang berupa nitrat dan fospat merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton.Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun di air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti amonia, nitrit, dan senyawa organik dapat dapat digunakan apabila kekurangan nitrat. Mikronutrien organik merupakan kombinasi dari beberapa vitamin yang berbeda-beda. Vitamin tersebut antara lain B12, B1 dan Biotin. Mikronutrien tersebut digunakan fitoplankton untuk berfotosintesis (Taw, 1990)7. Aerasi          Aerasi dalam kultur mikroalga diguanakan untuk proses pengadukan medium kultur. Pengadukan sangat penting dilakukan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pengendapan sel, nutrien dapat tersebar sehingga mikroalga dalam kultur mendapatkan nutrien yang sama, mencegah sratifikasi suhu, dan meningkatkan pertukaran gas dari udara ke medium. (Coutteau, 1996)        Pertumbuhan fitoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah besarnya ukuran sel atau bertambahnya banyaknya jumlah sel. Kepadatan sel dalam kultur Nannochloropsis sp. digunakan untuk mengetahui pertumbuhan jenis fitoplankton tersebut. Kecepatan tumbuh dalam kultur ditentukan dari medium yang di gunakan dan dapat dilihat dari hasil pengamatan kepadatanNannochloropsis sp. yang dilakukan tiap 24 jam (1 hari) untuk kulturNannochloropsis sp. Pertumbuhan fitoplankton secara umum dapat dibagi menjadi lima fase yang meliputi fase lag, fase eksponensial, fase penurunan kecepatan pertumbuhan, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase lag penambahan jumlah densitas fitoplankton sangat rendah atau bahkan dapat dikatakan belum ada penambahan densitas. Hal tersebut disebabkan karena sel-sel fitoplankton masih dalam proses adaptasi secara fisiologis terhadap medium tumbuh sehingga metabolisme untuk tumbuh manjadi lamban. Pada fase eksponensial, terjadi pertambahan kepadatan sel fitoplankton (N) dalam waktu (t) dengan kecepatan tumbuh (µ) sesuai dengan rumus eksponensial. Pada fase penurunan kecepatan tumbuh pembelahan sel mulai melambat karena kondisi fisik dan kimia kultur mulai membatasi pertumbuhan. Pada fase stasioner, faktor pembatas dan kecepatan tumbuh sama karena jumlah sel yang membelah dan yang mati seimbang. Sedangkan pada fase

kematian, kualitas fisik dan kimia kultur berada pada titik dimana sel tidak mampu lagi mengalami pembelahan. Keberhasilan kultur ditandai dengan pertumbuhan yang semakin meningkat dari kepadatan fitoplankton, hal tersebut merupakan waktu generasi pertumbuhan fitoplankton, sehingga dapat dikatakan waktu generasi merupakan waktu yang diperlukan suatu fitoplankton untuk membelah dari satu sel menjadi beberapa sel dalam pertumbuhan.

BAB IIIMATERI DAN METODE

3.1       Waktu dan Tempat            Hari/tanggal    : Jumat, 20 April 2012            Waktu                         : 15.30 – 17.30            Tempat            : Laboratorium Biologi                                      Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan                                      Universitas Diponegoro

3.2       Alat dan Bahan            3.2.1    Alat                            1. Mikroskop                           : sebagai alat untuk mengamati sampel                        2. Sedgewick rafter                 : sebagai wadah/ tempat sampel

3.Cover glass                           : sebagai penutup sedgewick rafter  agar sampel  tidak tumpah4. Pipet tetes                           : untuk mengambil sampel5.Tabung reaksi                       : sebagai wadah sampel                        6. Kamera                                : alat dokumentasi            3.2.2    Bahan                        1. Sampel Spirulina platensis                        2. Sampel Nannocloropsis oculata

3.3       Metode            3.3.1    Metode Pengamatan Spirulina platensis                        1. Siapkan mikroskop dan segala peralatan yang digunakan pada saat praktikum                        2. Ambil sampel  Spirulina platensis dari tabung reaksi menggunakan pipet tetes

                        3. Masukkan sampel kedalam sedgewick rafter menggunakan pipet tetes                        4. Tutup menggunakan cover glass, jangan sampai terdapat gelembung                        5. Amati sampel dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x6. Hitung jumlah rata- rata distribusi Spirulina platensis,penghitungan dilakukan  dengan 3x pengulangan, setiap pengulangan dilakukan 5x pergeseran.

            3.3.2    Metode Pengamatan  Nannocloropsis oculata                        1. Siapkan mikroskop dan segala peralatan yang digunakan pada saat praktikum

2. Ambil sampel Nannocloropsis oculata  dari tabung reaksi menggunakan pipet tetes                        3. Masukkan sampel kedalam sedgewick rafter menggunakan pipet tetes                        4. Tutup menggunakan cover glass, jangan sampai terdapat gelembung                        5. Amati sampel dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x6. Hitung jumlah rata- rata distribusi Nannocloropsis oculatapenghitungan dilakukan  dengan 3x pengulangan, setiap pengulangan dilakukan 5x pergeseran.

           

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

           4.1       Hasil            4.1.1    Pengamatan Spirulina platensis

                        Pada pengamatan  Spirulina platensis telah dilakukan juga penghitungan jumlah distribusi Spirulina platensis dengan 3 kali pengulangan dan setiap pengulangan

dilakukan 5 kali pergeseran terhadap preparat. Berdasarkan metode tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :

                        Penghitunan                I   : 16                        Penghitungan              II  : 14                        Penghitungan              III : 17                        Rata-rata distribusi :16+14+17= 15,67  filamen/ ml

                                                                3            Gambar Spirulina platensis

                        4.1.2    Pengamatan Nannocloropsis oculata

            Pada pengamatan Nannocloropsis oculata telah dilakukan juga penghitunga terhadap distribusi Nannocloropsis oculatadengan 3 kali pengulangan da setiap pengulangan dan setiap pengulangan dilakukan 5 kali pergeseran terhadap sampel. Berdasarkan metode tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :            Penghitungan              I   : 119            Penghitungan              II  : 125            Penghitungan              III : 124                        Rata-rata distribusi :119+125+124 = 122,66 sel/ml       3            Gambar Nannochloropsis oculata      

                                                                4.2       Pembahasan                       

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui densitas dan pola distribusi Spirulina platensis dan Nannochloropsis oculata. Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan hasil

dimana persebaran Nannochloropsis oculata lebih banyak dibandingkan Spirulina platensis. Untuk mengamati persebaran Spirulina platensis dan Nannochloropsis oculata, diganakan mikroskop dengan perbesaran 40x untuk Spirulina platensis dan 100x untuk Nannochloropsis oculata, hal ini dikarenakan Nannochloropsis oculata lebih kecil daripada Spirulina platensis.            Faktor - faktor yang mempengaruhi distribusi keduanya yaitu pH, intensitas cahaya, ketersediaan nutrien, suhu, salinitas, keberadaan karbondioksida dan aerasi. Tidak adanya salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan berkurangnya distribusi keduanya. Keduanya juga mempunyai manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia, misalnya Spirulina platensis dapat dijadikan sebagai bahan anti kanker. Itu sebabnya mengapa keduanya dibudidayakan oleh manusia, dan keberadaan mereka pun melimpah karena keduanya mudah untuk dibudidayakan.            Dalam praktikum juga dilakukan penghitungan distribusi yang dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan setiap pengulangan dilakukan pergeseran sebanyak  5 kali. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan untuk mengetahui apakah Spirulina platensis danNannochloropsis oculata melakukan suatu perpindahan. Hasil praktikum menunjukan bahwa Spirulina platensis dan Nannochloropsis oculataberpindah dan mampu bergeser, bergesernya Spirulina platensis danNannochloropsis oculata dipengaruhi oleh air atau cairan yang ada didalam sedgewick rafter. Hal ini sesuai dengan sifat sifat plankton yang pergerakannya terbatas dan dipengaruhi oleh arus.

BAB VPENUTUP

5.1       Kesimpulan            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpilkan bahwa:

1.      Kelimpahan Nannochloropsis oculata lebih banyak daripadaSpirulina platensis2.      Keberadaan mikroalga dipengaruhi pH, intensitas cahaya, salinitas, suhu,

karbondioksida, ketersediaan nutrient, dan aerasi.

5.2       SaranPada saat melakukan praktikum sebaiknya dilakukan pengecekan terhadap alat alat yang akan digunakan, untuk meminimalisir kerusakan serta kecelakaan kerja pada saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Angka dan Suhartono. 2000. Manfaat dan Kandungan Biota-biota Laut. Kanisius. Yogyakarta

Anonim. 2008. Faktor-faktor distribusi alga. Kanisius. YogyakartaCotteau. 1996.Trends in ecology and evolution. Doctor disertation, University of RostockEryanto. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan berkelanjutan Indonesia.

Gramedia Pustaka. JakartaIsnansetyo dan Kurniastuty.1995.Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.Kanisius.

Jogjakarta. 198 halNybakken, J.W. 1988. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. Gramedia : JakartaPamungkas, Agung. 2005. Sistem Taksonomi hewan dan tumbuhan. ANDI : BandungRichmond, J.E. 1988. Plankton and productivity in the oceans. Pergamon Press : OxfordTaw Nyan,DR. 1990 . Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Mikroalga. Proyek

Pengembangan Budidaya Udang : United Nations Development Progrramme Food and agriculture organization of the Unite Nations. US. 34 hal (diterjemahkan oleh : Budiono M & Indah W)

http://www.aquafiles.wordpress.comhttp://www.library.its.ac.id

Diposkan oleh pujirahayu's blog di 04.26 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

TOKSIN YANG DIHASILKAN OLEH CYANOBACTERIA

TOKSIN-TOKSIN YANG DIHASILKAN OLEH CYANOBACTERIA

Cyanobacteria ditemukan di hampir semua habitat yang bisa dibayangkan, dari samudera ke air tawar ke batu sampai tanah. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat membentuk filamen ataupun lembaran. Cyanobacteria termasuk uniselular, koloni, dan bentuk filamen. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada kondisi lingkungan yang baik, dan

tipe heterokista yang berdinding tebal yang mengandung enzim nitrogenase. Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan Gram negatif. Cyanobacteria tidak memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan. Kebanyakan cyanobacteria ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan, terdapat di tanah lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di gurun. Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons dan menyediakan energi bagi inang.

Toksin Cyanobacteria :Cyanobacteria atau biru-hijau algae terjadi di seluruh dunia terutama dalam tenang, gizi kaya air. Beberapa spesies cyanobacteria memproduksi toxins yang mempengaruhi hewan dan manusia. Orang mungkin akan menemukan cyanobacterial toxins oleh minum atau mandi di air ketularan. Yang paling sering dan serius efek kesehatan yang disebabkan oleh air minum yang mengandung toxins (cyanobacteria), atau selama proses menelan rekreasi air kontak.Cyanobacterial toxins diklasifikasi oleh pengaruhnya terhadap tubuh manusia.a. Hepatotoxins (yang mempengaruhi hati) yang diproduksi oleh beberapa jenis dari cyanobacteria, misalnya :Microcystis, Anabaena, Oscillatoria, Nodularia, Nostoc, Cylindrospermopsis dan Umezakia.        b. Neurotoxins (yang mempengaruhi sistem saraf) yang diproduksi oleh beberapa jenis dari Aphanizomenon dan Oscilatoria.      c. Cyanobacteria dari spesies Cylindroapermopsis Raciborski Mei juga menghasilkan racun alkaloids, gastrointestinal menyebabkan gejala ginjal atau penyakit pada manusia. Tidak semua spesies cyanobacteria ini formulir toxins dan kemungkinan yang ada namun tidak dikenal sebagai toxins. Terutama orang yang terkena cyanobacterial toxins karena minum atau mandi di air ketularan. Sumber lain termasuk makanan algal tablet. Beberapa spesies membentuk buih di atas air, konsentrasi tinggi, tetapi juga terdapat di seluruh permukaan air. Permukaan scums, bahaya untuk kesehatan manusia terutama kontak langsung. Kontak, terutama pada anak-anak, harus dihindari.Intervensi :      * Mengurangi gizi build-up (eutrophication) di danau dan waduk, terutama oleh manajemen yang lebih baik dari sistem pembuangan limbah dan pengendalian pencemaran oleh pupuk (termasuk pupuk) dari pertanian.    * Mendidik staf dan kesehatan di sektor air, serta masyarakat, tentang risiko minum, mandi atau olahraga air di air mungkin mengandung densities tinggi dari cyanobacteria.    * perawatan air untuk menghapus organisme dan toxins dari pasokan air minum.

Penyakit dan bagaimana akan mempengaruhi orang-orangPenyakit akibat cyanobacterial toxins bervariasi sesuai dengan jenis toksin dan jenis air atau air yang terkait dengan eksposur (minum, kulit kontak, dll). Manusia akan terpengaruh dengan berbagai gejala, termasuk iritasi kulit, keram perut, muntah, mual, diare, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, sakit otot dan sendi, blisters dari mulut dan kerusakan hati. Berenang di air yang mengandung cyanobacterial toxins Mei menderita reaksi alergi, seperti asma, mata iritasi, rashes,

dan blisters sekitar mulut dan hidung. Binatang, burung, dan ikan juga dapat keracunan oleh tingginya tingkat produksi toksin-cyanobacteria.

PERANAN YANG MERIGIKAN    

Selain menguntungkan, ganggang biru juga memiliki pengaruh yang berbahaya bagi manusia atau hewan. Ganggang biru dapat menimbulkan ganggian apa bila mereka “meledak” (Blooming) dalam jumah besar kemudian mati di badan air tawar yang digunakan untuk minum dan tempat rekreasi. Beberapa jenis ganggang biru bertanggung jawab terhadap bau tanah dan warna pada air tawar, termasuk air minum, karena mereka menghasilkan senyawa yang disebut geosmins. Beberapa anggota ganggang biru lainnya seperti Microcystis, Anabaena,Oschillatoria, apa bila meledak akan menghasilkan toksin yang dapat meracuni hewah dan menusia yang meminum air yang terkontaminasi ganggang biru tersebut. Jenis LYNGBIA MAJUSCULA , Schizothix calcilola, Oscillatoria nogroviridis, yang terdapat di laut tropis dan subtropics, dapatmenywbabkan iritasi kulit yang dikenal sebagai “gatal perenang” selain itu, karena kemampuannya tumbuh pada tempat-tempat yang keras, seperti batu-batuan ganggang biru dapat menyebabkan pelapukan pada bangunan bersejarah seperti candi dan arca.  

Racun ganggang biru adalah racun yang dihasilkan oleh ganggang biru. Racun tersebut terdapat di perairan,baik air tawar maupun air laut. Hal itu terjadi pada saat terjadi ledakan populasi ganggang biru yang membentuk buih di permukaan air. Ledakan populasi ganggang biru terjadi di perairan yang kaya akan nutrisi, misalnya fosfat dari deterjen dan dari pupuk fosfat. Racun tersebut dikeluarkan ke air pada saat sel-sel ganggang biru mati.    Racun ganggang biru dibedakan menjadi beberapa kategori.Beberapa jenis racun ganggang biru diketahui menyerang hati (hepatotoksin)atau sistem saraf (neurotoksin). Sementara itu,racun ganggang biru lainya menyebabkan iritasi pada kulit. Jika tertelan, baik melalui air yang diminum ataupun melalui daging ikan yang dimakan, racun tersebut dapat menyebabkan gatal-gatal dan iritasi pada mata serta kulit,seperti alergi. Pemasakan air yang terkontaminasi racun ganggang biru tidak akan menghilangkan racun tersebut. Keberadaan racun ganggang biru di suatu perairan dapat diketahui dari rasa, bau, atau penampakan airnya.       Keracunan yang paling banyak dilaporkan disebabkan oleh mikrosistin. Mikrosistin adalah racun yang dihasilkan Microcystis aeruginosa. Racun tersebut menyebabkan perbesaran dan penyumbatan pada hati yang diikuti dengan nekrosis serta perdarahan selain itu, mikrosistin juga menghasilkan neurotoksin. Mikrosistin dapat bertahan di perairan dingin atau perairan hangat serta toleran terhadap perubahan sifat-sifat kimia air, semisal pH, terutama karena struktur kimianya. Sejauh ini, para ahli telah menemukan sekitar 50jenis mikrosistin.Dalam kehidupan manusia, ganggang biru dapat menguntungkan dan merugikan. Peranan ganggang biru yang menguntungkan, antara lain dapat mengurangi erosi, menyuburkan tanah dan tumbuhan dengan cara mengikat nitrogen bebas, sebagai organisme perintis, dan sebagai sumber

makanan. Adapun peranan yang merugikan antara lain menyebabkan bau tanah dan warna pada air tawar, memcemari perairan, dan melapukkan candi atau arca. 

Spirulina sp adalah alga hijau atau biru. Spirulina merupakan sejenis phytoplankton yaitu mikro alga.Spirulina sp menandung betakarotin untuk pengganti makanan kemidian mempunyai protein yang tinggi.

Protein spirulina 2x dari daging sapi.Spirulina dapat menjadi obat sperti jantung,paru-paru,ginjal dan obat yang lain.Tapi untuk ginjal sebaiknya sedikit pemakaian karena spirulina merupakan pembersih kotoran tubuh.Sehingga jika banyak mengkonsumsi takutnya semakin banyak pemproduksian antitoxsin.

Pakan alami yang dihasilkan oleh golongan fitoplankton harus berwarna cerah sesuai dengan kandungan “khromatofor” yang dimilki, momo spesies, sifat biologis dan ukurannya lebih kecil dari mulut larva dan beni yan akan diberi makan.

Spirulina Sp adalah salah satu jenis alga hijau yang termasuk kedalam :

            Divisi               : Cyanophyta

            Kelas               : Cyanopheceae

Bangsa                        : Nostocales

Suku                : Oscillatoriacaeae

Marga              : Spirulina

Jenis                : Spirulina Sp

Morfologi

Dibawah mikroskop, jenis alga ini nampak terlihat sebagai filamen berbentuk spiral beraturan yang merupakan rantai yang berwarna hijau kebiruan berbentuk silindris. Filamen ini merupakan koloni sel dan dapat bergerak sepanjang sumbunya.

Filamen mikroalga ini merupakan rangakaian sel yang disebut trichome. Ukuran  trichome berkisar 20-30 milimikron dan lebar 6-8 milimikron. Umumnya bentuk sel ini dapat terdiri dari salah satu bentuk berikut yaitu discus, isodiametris atau silindris. Spirulina sp yang berukuran kecil berdiameter 1-3 milimikron, sedangkan yang berukuran besar berdiameter 1-3 milimikron dan yang besar berukuran 3-12 milimikron. Dalam keaadaan tertentu Spirulina ini dapat mencapai panjang 20 milimikron.

Habitat

Spirulina termasuk organisme yang mudah dalam beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda, dengan demikian dapat dibudidayakan pada medim yang berbeda-beda. Sediaan unsure hara yang diperlukan untuk menumbuhkan spiruluna dapat berasal baik dari bahan kimia maupun dari larutan hasil pembusukan kotoran hewan atau limbah pada proses pembuatan biogas dengan bahan baku kotoran hewan. Spirulina tumbuh subur secara alami di perairan danau yang ber pH tinggi, namun jenis alga ini juga dapat dijumpai diperairan payau dan laut. Daerah yang cocok sebagai tempat tumbuh dan berkembang biak adalh daerah yang terletak antara 350LU dan 350LS yang kondisinya banyak sinar matahari, variasi suhu tidak besar dan curah hujan sedang.

Perairan yang ideal untuk pertumbuhan jenis plankton ini yaitu :

                        Kandungan garam       : 20-70 g / L

                        pH                               : 7-11,3

                        Suhu                            : 32-350C

                        Salinitas                       : 28-30 ppt

Reproduksi

Perkembangbiakannya dengan cara aseksual yaitu membelah diri (fragmentasi). Pembelahan sel dimulai dengan membentuk membrane transversal didalam sel, hamper mencapai 8 menit, kemudian sel putus, selini disebut nekridia. Nekridia akan mengalami lisis dan membentuk sel-sel baru yang

bentuknya bikonkaf. Lalu bagian-bagian ini membentuk koloni sel yang disebut hormogonia. Sel yang terdapat pada hormogonia akan bertambah jumlahnya melalui fusi sel. Sitoplasmanya begranula dan warna sel menjadi biru-hijau cerah. Proses ini menyebabkan ukuran trichome bertambah panjang dan membentuk heliks.

 Pertumbuhan

Laju pertumbuhan spesifik Spirulina dalam kondisi laboratorium adalah 0,3 milimikron / hari dan dalam kondisi lapangan adalah 0,1-0,2 milimikron / hari. Untuk menumbuhkan Spirulina diperlukan adanya tambahan mineral dalam budidaya seperti karbon (C), nitrogen (N), kalium (K), fosfor (P), magnesium (Mg) dan kalsium (Ca).

Daur Hidup

Setelah hormogonia terbentuk lalu memisahkan diri dari filamen induk untuk kemudian menjadi filament baru, dan bertambah jumlahnya melalui fusi sel. Dimana trichome membentuk heliks. Daur hidup Spirulina dalam kondisi Laboratorium adalah sekitar 1 hari dan dalam kondisi lapangan adalah 3-5 hari.

- multiseluler, filamentous cyanobacterium

- berwarna hijau kebiruan

- filamen spirulina merupakan rangkaian sel yg

disebut trichome

- uk. trichome 20-30 µm, dengan lebar 6-8 µm

- reproduksi aseksual membelah diri (fragmentasi)

- tumbuh cepat pada suhu 35-40oC pd kolam-

kolam dangkal & brackishwater

- alkalinitas penting untuk pertumbuhan, pH

optimum 8,3-11,0

- banyak pigmen terutama karotenoid

- protein hampir mencapai 60%

- multiseluler, filamentous cyanobacterium

- berwarna hijau kebiruan

- filamen spirulina merupakan rangkaian sel yg

disebut trichome

- uk. trichome 20-30 µm, dengan lebar 6-8 µm

- reproduksi aseksual membelah diri (fragmentasi)

- tumbuh cepat pada suhu 35-40oC pd kolam-

kolam dangkal & brackishwater

- alkalinitas penting untuk pertumbuhan, pH

optimum 8,3-11,0

- banyak pigmen terutama karotenoid

- protein hampir mencapai 60%

Divisi : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Oscillatoriales

Genus : Spirulina

Spesies : Spirulina sp