84 lampiran 1 pedoman wawancara dengan wali

121
84 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN WALI KELAS Aspek Indikator Pertanyaan Teknik penilaian yang digunakan Perencanaan 1. Apakah bapak/ibu telah merumuskan silabus dan RPP terlebih dahulu sebagai acuan pembelajaran? 2. Apakah bapak/ibu telah menentukan rencana penilaian mengacu kepada silabus dan RPP? Mengembangkan dasar penilaian 3. Apakah dalam merumuskan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ditetapkan dalam indikator ? 4. Bagaimana cara bapak/ibu merumuskan tujuan penilaian sikap sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar? Penentuan teknik dan penilaian yang sesuai 5. Apakah bapak/ibu telah menetukan teknik dan instrumen penilaian sesuai dengan indikator? Penginformasian kepada siswa 6. Apakah bapak/ibu memberitahukan kepada peserta didik mengenai aspek-aspek yang akan dinilai? Guru menentukan rumus nilai akhir belajar 7. Apakah bapak/ibu telah menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil belajar? Penetapan acuan kriteria ketuntasan minimal 8. Apakah bapak/ibu telah menetapkan acuan kriteria berupa KKM dalam penilaian sikap spiritual dan sikap sosial? Pelaksanaa n penilaian sikap di masa pandemi Instrumen observasi yang digunakan 9. Apakah teknik observasi dalam penilaian sikap spiritual dan sikap sosial efektif dilakukan pada anak autis terutama pada masa pandemi? 10. Jenis observasi apa yang bapak/ ibu pilih dalam menilai sikap spiritual dan sikap sosial anak autis terutama pada masa pandemi? Penyusunan instrumen 11. Dalam melakukan observasi, instrumen penilaian apa yang bapak/ ibu gunakan? 12. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang instrumen penilaian menggunakan observasi terutama pada masa pandemi? 13. Apakah bapak/ibu telah merumuskan aspek sikap yang dituntut dalam instrumen observasi? 14. Apa saja aspek sikap yang dituntut dalam instrumen observasi? 15. Apakah aspek tersebut sesuai dengan kompetensi yang akan diukur? 16. Apakah instrumen observasi yang digunakan mampu merekam sikap anak autis terutama pada masa pandemi?

Upload: khangminh22

Post on 26-Feb-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

84

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN WALI KELAS

Aspek Indikator Pertanyaan

Teknik

penilaian

yang

digunakan

Perencanaan

1. Apakah bapak/ibu telah merumuskan silabus dan

RPP terlebih dahulu sebagai acuan pembelajaran?

2. Apakah bapak/ibu telah menentukan rencana

penilaian mengacu kepada silabus dan RPP?

Mengembangkan

dasar penilaian

3. Apakah dalam merumuskan penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial sudah sesuai dengan

kompetensi inti dan kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam indikator ?

4. Bagaimana cara bapak/ibu merumuskan tujuan

penilaian sikap sesuai dengan kompetensi inti dan

kompetensi dasar?

Penentuan teknik

dan penilaian yang

sesuai

5. Apakah bapak/ibu telah menetukan teknik dan

instrumen penilaian sesuai dengan indikator?

Penginformasian

kepada siswa

6. Apakah bapak/ibu memberitahukan kepada peserta

didik mengenai aspek-aspek yang akan dinilai? Guru menentukan

rumus nilai akhir

belajar

7. Apakah bapak/ibu telah menetapkan rumus

penentuan nilai akhir hasil belajar?

Penetapan acuan

kriteria ketuntasan

minimal

8. Apakah bapak/ibu telah menetapkan acuan kriteria

berupa KKM dalam penilaian sikap spiritual dan

sikap sosial?

Pelaksanaa

n penilaian

sikap di

masa

pandemi

Instrumen

observasi yang

digunakan

9. Apakah teknik observasi dalam penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial efektif dilakukan pada

anak autis terutama pada masa pandemi?

10. Jenis observasi apa yang bapak/ ibu pilih dalam

menilai sikap spiritual dan sikap sosial anak autis

terutama pada masa pandemi?

Penyusunan

instrumen

11. Dalam melakukan observasi, instrumen penilaian

apa yang bapak/ ibu gunakan?

12. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang

instrumen penilaian menggunakan observasi

terutama pada masa pandemi?

13. Apakah bapak/ibu telah merumuskan aspek sikap

yang dituntut dalam instrumen observasi?

14. Apa saja aspek sikap yang dituntut dalam instrumen

observasi?

15. Apakah aspek tersebut sesuai dengan kompetensi

yang akan diukur?

16. Apakah instrumen observasi yang digunakan

mampu merekam sikap anak autis terutama pada

masa pandemi?

85

Penskoran

17. Bagaimana cara bapak/ibu melakukan penskoran

dalam instrumen observasi?

Acuan KKM 18. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan acuan KKM

dalam instrumen observasi?

Penilaian diri

19. Apakah bapak/ibu menggunakan penilaian diri?

20. Apa pertimbangan bapak/ibu menggunakan atau

tidak menggunakannya?

Penilaian antar

teman

21. Apakah bapak/ibu menggunakan penilaian diri?

22. Apa pertimbangan bapak/ibu menggunakan atau

tidak menggunakannya?

Instrumen jurnal

yang digunakan

23. Apakah bapak/ibu menggunakan teknik penilaian

jurnal terutama pada masa pandemi?

24. Apa saja pertimbangan dalam menentukan

penggunaan jurnal dalam melakukan penilaian

sikap?

Penyusunan

instrumen

25. Apa saja aspek sikap yang dapat direkam dengan

instrumen jurnal?

26. Apakah dalam penyusunan jurnal menggunakan

format sederhana dan mudah digunakan?

27. Apakah pencatatan jurnal memudahkan dalam

pemaknaan terhadap sikap peserta didik autis?

28. Apakah instrumen jurnal efektif bagi menilai sikap

spiritual dan sikap sosial anak autis?

Penskoran

29. Bagaimana cara bapak/ibu melakukan penskoran

dalam instrumen jurnal?

Acuan KKM 30. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan acuan KKM

dalam instrumen jurnal?

Kendala

yang

dihadapi

Kendala terkait

penyusunan

instrumen penilaian

31. Apakah kondisi pandemi mempengaruhi proses

penyusunan instrumen penilaian?

32. Apakah terdapat perubahan aspek sikap yang akan

dinilai selama masa pandemi?

33. Kendala apa saja yang dihadapi dalam penyusunan

instrumen penilaian sikap selama masa pandemi?

Kendala terkait

pelaksanaan

penilaian masa

pandemi

34. Apakah dalam melaksanakan penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial yang dilakukan telah

sesuai dengan persiapan yang bapak/ibu

rencanakan?

35. Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial

pada anak autis dapat dilakukan melalui media

online?

36. Apa saja faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak

autis masa pandemi?

37. Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial

efektif dilakukan di masa pandemi?

86

Lampiran 3

Aspek Indikator Pertanyaan

Teknik

penilaian

yang

digunakan

Perencanaan

1. Apakah guru telah merumuskan silabus dan RPP

terlebih dahulu sebagai acuan pembelajaran?

2. Apakah guru telah menentukan rencana penilaian

mengacu kepada silabus dan RPP?

3. Apakah sekolah mengadakan pemantauan berkala

mengenai pembuatan silabus dan RPP?

Mengembangkan

dasar penilaian

4. Apakah guru telah merumuskan penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial sudah sesuai dengan

kompetensi inti dan kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam indikator ?

5. Apakah guru telah merumuskan tujuan penilaian

sikap spiritual dan sikap sosial sudah sesuai

dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar?

6. Bagaimana penilaian bapak terhadap penyusunan

silabus dan RPP selama masa pandemic?

Menentukan

rumus nilai akhir

belajar

7. Apakah guru telah menetapkan rumus penentuan

nilai akhir hasil belajar atau telah disediakan oleh

sekolah?

Penetapan acuan

kriteria ketuntasan

minimal

8. Apakah KKM dibuat oleh guru atau telah

disediakan oleh sekolah?

Pelaksanaan

penilaian

sikap di

masa

pandemi

Instrumen yang

digunakan

9. Apakah para guru dapat melakukan observasi pada

masa pandemi?

Penskoran 10. Apakah pihak sekolah menetapkan acuan

penskoran atau dikembalikan kepada kebijakan

guru masing-masing?

Acuan KKM 11. Apakah pihak sekolah menetapkan acuan KKM?

Jurnal

12. Apakah para guru mnggunakan jurnal?

13. Adakah format jurnal yang telah disediakan

sekolah?

Kendala

yang

dihadapi

Kendala terkait

penyusunan

instrumen

penilaian

14. Kendala apa saja yang dihadapi dalam penyusunan

instrumen penilaian sikap selama masa pandemi?

Kendala terkait

pelaksanaan

penilaian masa

pandemi

15. Apakah dalam melaksanakan penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial yang dilakukan telah

sesuai dengan persiapan yang guru rencanakan?

16. Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial

pada anak autis dapat dilakukan melalui media

online?

17. Bagaimana langkah pihak sekolah menanggapi

kendala yang ada?

Pedoman Wawancara dengan Kepsek dan Wakasek

Lampiran 2

87

Lampiran 3

Pedoman Kuesioner untukWali Kelas, Kepsek dan Wakasek

Aspek Indikator Nomor Instrumen

Penerapan penilaian

sikap spiritual dan

sikap sosial

c. Pelaksanaan penilaian sikap dengan

teknik observasi

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

d. Pelaksanaan penilaian sikap dengan

teknik penilaian diri

8, 9, 10, 11

e. Pelaksanaan penilaian sikap dengan

teknik penilaian antar teman

12, 13, 14,

f. Pelaksanaan penilaian sikap dengan

teknik jurnal

15, 16, 17, 18

Kendala yang

dihadapi

Kendala dalam Perencanaan dan

pelaksanaan penilaian sikap spiritual

dan sikap sosial masa pandemi

19, 20, 21

88

KUESIONER PENERAPAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI DALAM

PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIALANAK AUTIS PADA MASA

PANDEMI

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :

2. Jenis Kelamin : Pria/Wanita

3. Usia : tahun

4. Nama Sekolah :

5. Jabatan :

PETUNJUK PENGISIAN :

Berdasar atas pengalaman dan pengamatan Bapak/Ibu, berilah tanda silang (X) pada

alternatif jawaban yang paling merefleksikan persepsi Guru pada setiap pernyataan

serta berikan penjelasan.

Daftar Pertanyaan

1. Apakah guru menyampaikan kompetensi sikap yang perlu dicapai peserta didik

autis?

a. Ya

b. Tidak

Alasan .................................................................................................................... ...

...................................................................................................................................

2. Apakah guru menyampaikan kriteria penilaian dan indikator capaian sikap kepada

peserta didik autis?

a. Ya

b. Tidak

Alasan .................................................................................................................... ...

...................................................................................................................................

3. Apakah guru melakukan pengamatan terhadap sikap peserta didik autis selama

pembelajaran atau selama sikap tersebut ditampilkan?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................... ...

...................................................................................................................................

4. Apakah guru telah menemukan dan mengenali berbagai indikator kunci pada

rubrik penilaian?

a. Ya

89

b. Tidak

Alasan .................................................................................................................... ...

...................................................................................................................................

5. Apakah guru melakukan pencatatan terhadap tampilan sikap peserta didik autis?

a. Ya

b. Tidak

Alasan .................................................................................................................... ...

...................................................................................................................................

6. Apakah guru membandingkan tampilan peserta didik dengan rubrik penilaian?

a. Ya

b. Tidak

Alasan .................................................................................................................... ...

...................................................................................................................................

7. Apakah guru menarik kesimpulan dari pencapaian kompetensi sikap?

a. Ya

b. Tidak

Alasan .................................................................................................................... ...

...................................................................................................................................

8. Apakah guru membagikan format penilaian diri kepada peserta didik autis?

a. Ya

b. Tidak

Alasan .................................................................................................................... ...

...................................................................................................................................

9. Apakah guru meminta peserta didik autis untuk melakukan penilaian diri?

a. Ya

b. Tidak

Alasan .................................................................................................................... ...

...................................................................................................................................

10. Apakah guru membagikan format penilaian diri kepada peserta didik autis?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

11. Saat akan melakukan penilaian diri, apakah guru terlebih dahulu menyamakan

persepsi tentang setiap indikator yang akan dinilai?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

90

12. Apakah guru melakukan penilaian antar teman pada peserta didik autis?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

13. Apakah guru menentukan penilai untuk setiap peserta didik autis?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

14. Apakah guru meminta peserta didik autis untuk melakukan penilaian terhadap

sikap temannya pada lembar penilaian?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

15. Apakah guru senantiasa memantau perilaku peserta didik autis baik selama atau

di luar pembelajaran teurtama pada masa pandemi?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

16. Apakah guru membuat catatan tentang sikap dan perilaku peserta didik autis?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

17. Apakah guru mencatat tampilan sikap peserta didik autis sesuai dengan indikator

yang akan dinilai?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

18. Apakah guru mencatat sesuai urutan kejadian dengan membubuhkan tanggal

pencatatn setiap tampilan peserta didik autis?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

91

19. Apakah terdapat kendala dalam pemilihan instrumen penilaian sikap pada masa

pandemi?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

20. Apakah terdapat kendala dalam merumuskan aspek sikap yang akan dinilai

selama pembelajaran masa pandemi?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

21. Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak autis efektif

dilakukan masa pandemi?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ................................................................................................................. ...

.................................................................................................................................

92

Lampiran 4

TRANSKIP WAWANCARA

Kutipan Wawancara 1

Informan I

Nama : Surono, S.Pd

Jabatan : Wali kelas VI Autis

Hari, tanggal : Jumat, 30 Juli 2021

Waktu : 08.00 – 09.00 WIB

Tempat : Ruang tunggu SLB Negeri Surakarta

Mahasiswa : “Apakah bapak telah merumuskan silabus dan RPP terlebih

dahulu sebagai acuan pembelajaran?”

Pak Surono : “Iya, sebelumnya.”

Mahasiswa : “Sebelumnya nggih, apakah satu minggu sebelum pembelajaran

atau pada awal semester sudah membuat?”

Pak Surono :“Awal semester itu sudah buat dari silabus satu semester

kemudian sama RPP nya. Karena kita juga diwajibkan untuk

mengumpulkan. Awal semester.”

Mahasiswa : “Berarti awal semester sebelum pembelajaran sudah ada nggih

pak. Sudah siap.”

Pak Surono : “Nggih, sudah ada.”

Mahasiswa : “Apakah bapak telah menentukan rencana penilaian mengacu

kepada silabus dan RPP?”

Pak Surono : “Untuk rencana penilaian iya, sesuai dengan KI dan KD dan

materi-materinya juga sesuai yang nanti disampaikan itu.”

Mahasiswa : “Apakah bapak merumuskan tujuan penilaian sikap spiritual dan

sikap sosial sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi

dasar?”

Pak Surono : “Hmm, kita sesuaikan. Namun ada beberapa indikator yang

otomatis diturunkan disesuaikan dengan kemampuan anak.

Nggih, kalo KI KD nya tetep sama itu. Kemudian indikator

diturunkan sesuai kemampuan anak, termasuk tujuan

pembelajaran juga sama. Karena anak autis kan berbeda-beda

antara satu dengan yang lain.”

Mahasiswa : “Bagaimana bapak merumuskan tujuan penilaian

sikap spiritual dan sikap sosial sesuai dengan kompetensi inti

dan kompetensi dasar?”

Pak Surono :“Berdasarkan KI KD itu sendiri. Disesuaikan dengan anak.

Kemudian kita rumuskan penilaiannya.”

93

Mahasiswa : “Apakah bapak telah menentukan teknik dan instrumen penilaian

sesuai dengan indikator pencapaian KD?”

Pak Surono : “Tekniknya? Untuk penilaiannya?”

Mahasiswa : “Nggih.”

Pak Surono : “Untuk teknik penilaiannya otomatis kita menggunakan rubrik.”

Mahasiswa : “Apakah bapak memberitahukan kepada siswa mengenai aspek-

aspek yang akan dinilai?”

Pak Surono : “Tidak.”

Mahasiswa : “Mboten saget nggih?”

Pak Surono : “Nggih, ndak bisa. Karena anak yang saya pegang non verbal

jadi kita tetep menyesuaikan. Kita ndak bisa ngasi tau sing dibiji

iki, ndak ndak bisa.”

Mahasiswa : “Bapak mengampu beberapa siswa?”

Pak Surono : “4 siswa.”

Mahasiswa : “Apakah bapak telah merumuskan kisi-kisi penilaian (yang

memuat seluruh komponen penilaian)?”

Pak Surono : “Iya.”

Mahasiswa : “Dari awal nggih?”

Pak Surono : “Iya, dari awal. Termasuk dalam pembuatan RPP kan otomatis

ada tujuannya kemudian materinya, kemudian penilaian

termasuk kisi-kisi penilaiannya.”

Mahasiswa : “Apakah bapak membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi yang

telah dibuat?”

Pak Surono : “Instrumennya iya. Otomatis instrumen penilaian disesuaikan

dengan kisi-kisi yang telah dibuat dan disesuaikan dengan materi

yang akan disampaikan. Dan tak lupa mengacu pada tujuan

pembelajaran. Terus runtut kebawah.”

Mahasiswa : “Saling berkesinambungan nggih pak?”

Pak Surono : “Nggih, berkesinambungan terus.”

Mahasiswa : “Bagaimana cara bapak menganalisis kualitas instrumen

penilaian?”

Pak Surono : “Kalo menganalisis iya, tapi secara sederhana.”

Mahasiswa : “Bagaimana itu pak?”

Pak Surono : “Nggih, dilihat dari kompleksitas materi, kemudian kompleksitas

kemampuan anak dan sarpras yang ada. Jadi kita sesuaikan

dengan itu. Tidak sesaklek di kuliah, tidak.”

Mahasiswa : “Murid bapak beragam nggih kemampuannya?”

Pak Surono : “Nggih, beragam. Berbeda beda satu sama lain”

Mahasiswa : “Apakah bapak menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil

belajar?”

Pak Surono : “Nggih, nilai akhir hasil belajar nilai rapot kan?”

Mahasiswa : “Nggih.”

Pak Surono : “Iya, kita rumuskan dari nilai formatif, sumatif kita ambilkan dari

nilai UTS, ulangan-ulangan, dan PAS.”

Mahasiswa : :Apakah bapak menetapkan acuan kriteria berupa KKM dalam

94

penilaian sikap spiritual dan sikap sosial?”

Pak Surono : “Nggih, KKM sudah dianalisis dari awal. Disesuikan dengan

kompleksitas materi, kemampuan anak dan sarana yang ada.”

Mahasiswa : “Apakah teknik observasi dalam penilaian sikap spiritual dan

sikap sosial efektif dilakukan pada anak atuis terutama pada

masa pandemi?”

Pak Surono : “Observasi ya kurang nggih. Karena kita jarang ketemu dalam

artian kita harus home visit. Padahal kita ndak siap. Kemarin

cuma sebulan sekali atau dua kali sebulan. Karena disatu sisi

rumahnya pada jauh, yang kedua orang tuanya tidak menerima

tamu. Anak saya yang di Gentan, pas kita kesana tapi ternyata

orang tua nya mohon maaf pak tidak bisa nerima. Apa ya hanya

sebentar, dia gak mau. Bukan gak mau ya, tapi apa yaa.”

Mahasiswa : “Khawatir nggih pak menerima tamu?”

Pak Surono : “Nggih, dengan kondisi yang sedang seperti ini. Saya maklum.”

Mahasiswa : “Baik, untuk jenis observasi apa yang bapak pilih dalam menilai

sikap spiritual dan sikap sosial anak autis terutama pada masa

pandemi?”

Pak Surono : “Kita langsung pengamatan ke anak dan wawancara dengan

orang tua. Wawancara tentang bagaimana sikap anak, kemudian

pengamatan dari orang tua. Baru setelah itu kita simpulkan.”

Mahasiswa : “Apakah bapak juga meminta foto atau video terkait sikap

anak?”

Pak Surono : “Iya, foto iya. Kegiatan anak misalnya kegiatan anak yang

berkaitan dengan berdoa, kemudian sholat dirumah, kemudian

sebelum belajar. Untuk tugas pun kita berikan, lewat whatsapp

kalo saya. Karena terbatas kemampuan orang tua, jadi hanya

whatsapp.”

Mahasiswa : “Untuk jenisnya apa yang bapak gunakan. Apakah check list atau

rating scale?”

Pak Surono : “Check list sama isian paling cuma beberapa. Karena ini saya

make google form nggih untuk opsi satu opsi dua. Itu aja dari 4

anak yang menjawab hanya 2, karena orang tuanya mampu.

Yang lain, saya harus kerumahnya.”

Mahasiswa : “Apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang instrumen

penilaian menggunakan observasi terutama pada masa

pandemi?”

Pak Surono : “Apa ya, tetep kita harus perhatikan materi yang dilakukan anak

sehari-hari dirumah. Yang perlu kita perhatikan hanya itu, untuk

pelaksanaan bagaimana dirumah dengan orang tua. Bagaimana

orang tua membimbing anak di rumah.”

Mahasiswa : “Jadi memperhatikan kegiatan anak selama dirumah nggih pak?”

Pak Surono : “Nggih, selama dirumah.”

Mahasiswa : “Apakah bapak merumuskan aspek sikap yang dituntut dalam

instrument observasi?”

95

Pak Surono : “Contohnya?”

Mahasiswa : “Misalnya aspek spiritual berdoa, ibadah.”

Pak Surono : “Kalo itu tidak sekompleks itu. Paling hanya berdoa. Yang

sederhana yang biasa anak lakukan.”

Mahasiswa : “Kalo untuk aspek sosialnya bagaimana pak?”

Pak Surono : “Sosialnya? Biasanya bagaimana sikap sosial anak itu sendiri.

Ketika diberikan kakak atau adiknya responnya gimana,

komunikasi dengan kakak adik orangtuanya gimana. Itu nanti

orang tua nya cerita.”

Mahasiswa : “Berarti semua melalui laporan orang tua nggih?”

Pak Surono : “Nggih, karena siswa saya non verbal semua. Tidak bisa laporan

sendiri.”

Mahasiswa : “Apakah instrumen observasi yang digunakan mampu merekam

sikap anak autis terutama pada masa pandemi?”

Pak Surono : “Tidak semuanya.”

Mahasiswa : “Bagaimana bapak melakukan penskoran dalam instrumen

observasi?”

Pak Surono : “Untuk skor, Baik, Cukup seperti itu. Kemudian kita konversikan

ke angka sesuai dengan kita. SB itu sekian, B sekian. Kalo orang

tua Baik Cukup gitu-gitu aja.”

Mahasiswa : “Orang tua melaporkan secara sederhana baru guru mengolahnya

nggih pak?”

Pak Surono : “Iya, nanti baru dikonversikan.”

Mahasiswa : “Bagaimana cara bapak menentukan acuan KKM dalam

instrumen observasi?”

Pak Surono : “KKM disesuaikan dengan materi. KKM yang digunakan sama

yang dibuat di awal. Kan ada analisis KKM, analisis soal,

materi-materi pun sudah dianalisis.”

Mahasiswa : “Berarti sudah dipersiapkan diawal nggih pak?”

Pak Surono : “Iya, dari awal. Sudah include semua.”

Mahasiswa : “Berarti untuk siswa bapak hanya menggunakan observasi

nggih? Untuk penilaian diri penilaian antar teman tidak bisa.”

Pak Surono : “Nggih, ndak bisa. Siswa saya non verbal.”

Mahasiswa : “Tapi untuk jurnal bapak menggunakan?”

Pak Surono : “Tidak, jurnal?”

Mahasiswa : “Jurnal penilaian sikap yang berisi tanggal sekian sikap anak

begini, seperti itu pak.”

Pak Surono : “Tidak, hanya disusun saja. Tidak menulis hari ini sikap anaknya

bagimana bagaimana. Tidak.”

Mahasiswa :“Kondisi pandemi mempengaruhi penyusunan instrumen

penilaian sikap pak?”

Pak Surono : “Termasuk iya, karena otomatis kita kesulitan juga. Nanti yang

mau kita ambil bagian apa, nanti orang tua kira-kira bisa apa

engga. Jadi otomatis kita perlu menyesuaikan kondisi orang tua.

Ditempat saya kondisinya beda-beda. Yang satu istilah e apa ya,

96

mampu itu mampu. Tapi waktunya engga ada. Jadi dirumah si

anak sama kakaknya aja. Yang satu lagi ibu rumah tangga, yang

lain kerja di pabrik. Jadi memang agak kesulitan saat masa

pandemi gini. Jadi sangat perlu menyesuaikan kondisi keluarga.”

Mahasiswa : “Nggih, kemudian untuk aspek sikap yang akan dinilai apakah

mengalami perubahan selama masa pandemi?”

Pak Surono : “Iya, sikap dalam kemandiriannya, kemudian sikap dalam

menerima orang lain bergaul dengan dia. Yang penting untuk

komunikasi dirumah.”

Mahasiswa : “Fokusnya komunikasi di rumah nggih pak?”

Pak Surono : “Iya, kalo di keluarga khususnya orang yang dikenal atau tamu.

Kami mintakan untuk orang tua ikut mengamati. Misalnya kalo

ada tamu, sikap anak apa menolak atau ndelek apa ikut nempel

orang tua. Kita tanyakan itu.”

Mahasiswa : “Kendala apa saja yang dihadapi dalam penyusunan instrumen

penilaian sikap selama masa pandemi? Nggih, itu tadi ya pak

perbedaan kondisi orang tua.”

Pak Surono : “Nggih, kondisi orang tua, terus kondisi keluarga juga. Ada yang

single parent ada yang engga. Terus kesibukan nya beda-beda.

Di tempat saya yang single parent 2. Otomatis berpengaruh pada

segi perekonomiannya, sikap nya juga iya. Banyak sekali”

Mahasiswa : “Berpengaruh pada cara pengontrolan anaknya nggih?”

Pak Surono : “Iya, yang satu yang di Bulo Harjo. Bapaknya meninggal, ibunya

baru kerja, karena dulu kan ndak kerja. Otomatis untuk

ekonominya kan harus berputar. Dan anak ini kalo tidak

ditunggu otomatis lari. Karena perilakunya aktif sekali. Jadi kalo

ibu nya kerja, dia ditinggal sendirian dikunci dirumah. Rumah

dalam kondisi kosong. Pas saya kesana semua barang-barang

yang sekiranya membahayakan sudah ndak ada. Termasuk kita

menilai sikap dan sebagainya yang sudah disampaikan agak

kesulitan, menyesuaikan kondisi anaknya. Yang paling susah si

Dimas itu, kelas 6. Kalo yang satu, si Karis mudah karena orang

tuanya di SD.”

Mahasiswa : “Oh, orang tuanya guru nggih?”

Pak Surono : “Bukan, administrasi. Tapi kan mengetahui juga.”

Mahasiswa : “Oh, berarti dasar mengontrol anak sudah ada nggih?”

Pak Surono : “Nggih. Dasarnya. Lalu juga sangat aktif sekali ibunya. Sangat

berbeda sekali dengan yang satu lagi. Yang satu nya, orang tua

nya udah engga perhatian. Perhatiannya cuma malam, pagi

sampe sore kerja. Yang satu yang orang tuanya kerja di pajak.

Ya anaknya sama kakaknya aja. Paling kakaknya yang

dibiasakan.”

Mahasiswa : “Apakah dalam melaksanakan penilaian sikap spiritual dan sikap

sosial yang dilakukan telah sesuai dengan persiapan yang bapak

rencanakan sebelumnya?”

97

Pak Surono : “Kalo sebelumnya belum. Pas kita buat dulu diawal kita kan

belum tau, kemudian begitu pelaksanaan ada yang berubah.

Otomatis kita revisi. Ada yang ditambahi atau dikurangi.

Menyesuaikan kondisi keluarga dan anak.”

Mahasiswa : “Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak

atuis dapat dilakukan melalui media online? Mboten terlalu

efektif nggih pak.”

Pak Surono : “Ndak terlalu. Orang tua menjawab kan kita ndak tau bener

engga nya. Meskipun ya kita harus tetep berpositive thinking

kalo orang tua nya jujur.”

Mahasiswa : “Selama pandemi, berarti belum pernah ketemu lagi nggih pak?”

Pak Surono : “Untuk Karis khususnya kelas VI juga sering ketemu karena

orang tuanya welcome. Yang Bulo Harjo jarang ketemu karena

orang tuanya sibuk bekerja dan agak tertutup. Kalo perpajakan

memang mentutup selama pandemi. Yang sukoharjo orang tua

nya dipabrik paling saya kontak orang tua nya dulu, kalo oke pak

saya berangkat. Jadi hanya beberapa kali saya datangi.”

Mahasiswa : “Untuk kemampuan sikap nya apakah mengalami perubahan pak

karena lama tidak bertemu bapak?”

Pak Surono : “Ada yang menolak, dalam artian entah malu atau apa menemui

ndak mau. Itu si Fauzi.”

Mahasiswa : “Karena udah lama ndak ketemu mungkin bingung ya pak?”

Pak Surono : “Iya, cuma disawang. Ini siapa gitu. Kalo Harris biasa dan Karis

ndak ada perubahan. Kalo rizki memang diem, saya ketemu di

luar pun cuma diem. Kalo Karis, memang sering ketemu bisa

seminggu sekali jadi ya biasa. Masih kenal. Kalo Dimas ndak

bisa, langsung lari.”

Mahasiswa : “Baik pak, terima kasih untuk waktu dan kesempatannya.”

Pak Surono : “Iya , sama-sama mbak.”

Kutipan Wawancara 2

Informan II

Nama : Erny Kadarwati, S.Pd

Jabatan : Wali kelas 4 Autis

Hari, tanggal : Selasa, 3 Agustus 2021

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Zoom meeting

98

Mahasiswa : Apakah ibu telah merumuskan silabus dan RPP terlebih dahulu

sebagai acuan pembelajaran?

Bu Erny : Iya, di awal semester ya mbak biasanya kita untuk perangkat

pembelajaran kita buat disitu, termasuk silabus dan RPP.

Mahasiswa : Berarti di awal memang sudah disiapkan semua nggih bu?

Bu Erny : Nggih, walaupun mungkin secara print out tidak semuanya ya mbak,

tidak semua silabus satu semester, seperti itu.

Mahasiswa : Terpenting filenya sudah disiapkan jauh-jauh hari nggih bu?

Bu Erny : Heem.

Mahasiswa : Kemudian, untuk menentukan rencana penilaian sudahkah mengacu

kepada silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya?

Bu Erny : Biasanya kami memang untuk penilaian tetep kita sesuaikan dengan

tema ataupun pembelajaran pada saat itu. Misalnya penilaian untuk

sikap itu ya yang berhubungan dengan aktivitas yang memang

mereka nanti lakukan pada pembelajaran itu. Itu yang akan kita

gunakan.

Mahasiswa : Apakah dalam merumuskan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial

sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam indikator?

Bu Erny : Nggih, intinya kita memang udah apa namanya ee untuk penilaian

memang kita sudah tetapkan atau putuskan menilai sikap ini ini kita

memang kita hubungkan pada tema atau indikator yang ada pada

RPP tersebut. Jadi tetap berhubungan atau mengacu ke KD otomatis

ya mbak.

Mahasiswa : Nggih, bagaimana ibu merumuskan tujuan penilaian sikap spiritual

dan sikap sosial sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi

dasar? Supaya mereka selaras ngoten bu.

Bu Erny : Iya kita memang kita hubungkan dengan kegiatan atau pembelajaran

saat itu, jadi kita hubungkan. Jadi ya memang harus selaras dengan

apa yang pembelajaran pada saat itu diberikan. Untuk nilai sikap

sosial dan sikap spiritual akan menyesuaikan nanti yang ada

hubungannya tentunya.

Mahasiswa : Apakah ibu telah menentukan teknik dan instrument penilaian sesuai

dengan indikator pencapaian Kompetensi Dasar?

Bu Erny : Nggih, kami juga pada teknik untuk apa untuk pencapaian sikap sosial

dan sikap spiritual sudah ada tekniknya.

Mahasiswa : Jadi, untuk tekniknya sudah dipilih dari awal nggih bu?

Bu Erny : Heem, sudah dirancang dari awal.

Mahasiswa : Apakah ibu memberitahukan kepada siswa mengenai aspek-aspek

yang akan dinilai?

Bu Erny : Ya secara langsung kita tidak apa namanya tidak kita beritahu secara

langsung seperti itu engga. Tapi paling engga selama pembelajaran

kita tekankan nilai-nilai tersebut, seperti misalnya percaya diri

ataupun tanggung jwab. Kita tekankan itu. Tapi memang tidak kita

informasikan secara langsung, hari ini kita akan menilai ini ini, itu

kita tidak. Karena memang anak-anak kita kan terbatas, ya

99

sebenernya ya tidak papa. Lebih apa ya tidak fungsional menurut

kami. Lebih mungkin ke action nyata nya saja kita tekankan. Seperti

dia harus percaya diri misalnya, harus bertanggung jawab misalnya

selama pembelajaran. Ya seperti itu.

Mahasiswa : Jadi tersirat dalam pembelajaran nilai-nilai yang akan dinilai?

Bu Erny : Iya, secara tersirat.

Mahasiswa : Apakah ibu telah merumuskan kisi-kisi penilaian (yang memuat

seluruh komponen penilaian)?

Bu Erny : Kalo untuk penilaian pengetahuan keterampilan ada kisi-kisinya, tapi

untuk sikap ee kita terus terang kita jarang untuk kisi-kisi penilaian.

Tapi ada rubriknya di RPP. Untuk kisi-kisi memang biasanya kita

tidak tulis dalam RPP.

Mahasiswa : Jadi langsung yang tercantum rubrik ya bu?

Bu Erny : Hooh, iya memang tidak kita tuang.

Mahasiswa : Oh nggih memang tidak tertulis secara jelas nggih bu?

Bu Erny : Iya, walaupun kita tau ini mengarah mengacu ke situ. Kayak gitu.

Tapi memang mungkin tidak tertuang untuk penilaian sikap.

Mahasiswa : Meskipun tidak ada kisi-kisi penilaian dalam RPP, tetapi langsung ada

teknik dan instrumen yang akan digunakan nggih bu?

Bu Erny : Nggih, biasanya kita make rubrik untuk penilaian sikap.

Mahasiswa : Apakah ibu menganalisis instrumen penilaian?

Bu Erny : ee terus terang untuk menganalisis kita belum melakukan dalam artian

belum tercatat dan belum terdata. Ini apa ya kita memang jarang

memberikan catatan untuk analisa untuk penilaian sikap. Tapi tetep

kita dalam apa ya dalam ini kita ada kesimpulan kita tetapi memang

tidak tertuang dalam tulisan.

Mahasiswa : Jadi untuk analisa instrumen mengalir begitu saja nggih bu? Tidak ada

catatan secara tertulis.

Bu Erny : Iya, paling misalnya di RPP itu kita paling kita tulis itu. Tulis hasil

dari penilaiannya, sebatas itu. Untuk analisis secara runtut belum kita

lakukan. Tapi untuk hasilnya tetap kita tulis, kita catat.

Mahasiswa : Apakah ibu telah menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil

belajar penilaian sikap?

Bu Erny : Untuk apa mbak? Untuk nilai sikap?

Mahasiswa : Nggih, semisal sikap dari observasi ataupun dari jurnal kemudian

didapatkan hasil yang tercantum dalam rapot. Bagaimana ibu

menentukan perumusannya?

Bu Erny : Kalo itu kan melalui observasi ya mbak. Melalui pengamatan ya nanti

per RPP sudah tertuang sikapnya Baik, Sangat Baik atau kurang dan

sebagainya. Disitu nanti ada nilai rata-rata nya dalam satu semester

atau satu pembelajaran. Nanti nilainya dalam satu semester itu

misalnya dalam pelajaran ini ada nilai bersikap gini gini gini tapi

memang nilai sikap itu tertuang dalam rapot bersifat deksripsi mbak.

Jadi tidak ada nilai sikap yang misalnya udah dapat 8 dapat di ini tapi

memang deskripsi misalnya baik ataupun sangat baik seperti itulah,

100

nanti dalam hal apa kalau apa misalnya dia sangat baik mungkin nilai

spiritual nya misalnya dia berdoa nya udah ini tapi untuk mengucap

salam dia masih belum seperti itu. Jadi memang tertuang dirapot itu

untuk untuk kemampuan sikap yang paling baik dan yang paling

rendah ataupun tidak itu yang mana. Seperti itu. Jadi kita nggak ada

nilai rentang angka tapi kita deskriptif.”

Mahasiswa : “Semisal ada anak yang sikapnya belum baik apakah ada perbaikan

atau bagaimana bu?”

Bu Erny : “Tetap ada perbaikan kita lanjutkan ada ada follow up nya ada tindak

lanjutnya harus mengulang nilai sikap yang mungkin kurang di aspek

ini ini seperti itu. Masuk ke progsus untuk memperbaiki sikap.”

Mahasiswa : “Apakah untuk saat ini teknik observasi penilaian sikap spiritual dan

sikap sosial efektif dilakukan pada anak autis ?”

Bu Erny : “Menurut saya sebenarnya yang kurang efektif mbak karena kita kan

tidak bisa mengamati secara langsung apalagi kalau PJJ seperti ini

kan jarak jauh dan kita juga kadang cuma dari laporan orang tua atau

mungkin dari video kayak gitu kita lihat seperti itu hanya Sebatas

itu, jadi menurut saya negga efektif untuk meinilai sikap sosial dan

spiritual karena karena kita tidak bisa langsung yang mengamatinya

kita juga mungkin baru informasi dari orang tua ataupun dari lihat

video itu pun juga orang kalau saya kurang efektif ya.”

Mahasiswa : “Kurang valid ya bu?”

Bu Erny : “Iya kurang valid.”

Mahasiswa : “Untuk jenis observasinya sendiri ibu biasanya menggunakan apa?

Rating scale atau checklist?”

Bu Erny : “Bisanya pakai rating scale mbak kita mau mengamati secara

langsung mau mendeskripsikan atau mau ini nggak apa namanya

kurang inilah jadi paling kadang kita juga bertanya kepada orang tua

seperti itu.”

Mahasiswa : “Sangat mengandalkan pengamatan orang tua nggih bu berarti nggih

bu?”

Bu Erny : “Iya, karena memang untuk pembelajaran sendiri mengandalkan

orang tua dirumah. Karena kita sebagai fasilator supaya orang tua

bisa mengajarkan anaknya di rumah ketika kita tidak bisa

melakukan. Kita pun melakukan dengan video pembelajaran

mungkin kita tidak bisa pantau secara langsung karena memang

orang tua tidak semuanya bisa langsung untuk mengajarkan anaknya.

Mungkin ada beberapa yang harus bekerja dan sebagainya jadi kita

kalaupun kita mau bisanya zoom ataupun mau video call untuk sama

anak itu di apa namanya di siang hari atau pagi hari mbak. Jadi

kadang kita kasih video pembelajaran nanti orang tua memberikan ke

anaknya pada LKS yang dikerjakan seperti itu jadi ya semua

tergantung ke orangtua kita tidak bisa memaksakan untuk orang tua

siap jam segini anaknya harus mengikuti ini kayak gitu.”

Mahasiswa : “Pembelajaran berjalan sefleksibel mungkin nggih bu?”

101

Bu Erny : Iya, tidak bisa memaksakan anak sama orangtua dan situasi seperti ini

Tapi kita tetap kita maksimalkan semaksimal mungkin apa yang bisa

kita lakukan mungkin membentuk yang pasti memang kita bantu

orang tua dulu gimana caranya menghadapi anak, yang penting itu.”

Mahasiswa : “Selain mempertimbangkan kesediaan orang tua apa saja yang perlu

diperhatikan dalam merancang instrumen penilaian menggunakan

observasi terutama pada masa pandemi bu?”

Bu Erny : “Kondisi itu terus faktor dari orang tua, terus mungkin kita

pertimbangkan media ataupun sarana pembelajaran yang nanti

menunjang untuk dia melakukan tiap pembelajaran yang nanti kita

akan nilai seperti itu. Kita juga perhitungan medianya. Tentukan

sarana prasarananya, faktor dari orang tua tersebut juga itu yang

paling utama seperti itu jadi itu kondisi anak juga memang kita

perhitungan juga karena memang sudah lama sekali di rumah itu

tentunya sangat berubah terutama dari segi sikapnya anak-anak.

Sikap patuhnya atau sikap lainnya yang mungkin dulu sudah

terbentuk lumayan bagus tapi karena udah berapa waktu yang agak

lama di rumah itu pasti mengalami perubahan yang yang bisa

dikatakan yo balik lagi ke nol misalnya seperti itu juga kita

mengalami. Kita mempertimbangkan kondisi anaknya, selain itu

sarana prasarana yang menunjang pembelajaran. Penting karena

walaupun kita memberikan harus seperti ini tapi kalau di rumah tidak

ada sarana nya ya kita tidak bisa tidak akan bisa untuk memaksakan

seperti itu jadi ya benar-benar mungkin bisa dikatakan minimalis lah

mbak.”

Mahasiswa : “Dalam merumuskan aspek-aspek nilai apakah terbatas dalam

kegiatan dirumah nggih tidak seluas saat masih ada di sekolah tatap

muka?”

Bu Erny : “Iya kapan belajarnya sendiri pun juga kita mengacu ke aktivitas di

rumah walaupun itu materi pembelajaran tapi kita lebih aplikatif di

situ jadi buat orang tua juga biar tidak merasa susah sekali untuk

mempelajari anak, menjamin duduk bersama di meja, harus menulis

apa dan sebagainya. Tetapi kita lebih ke aktivitas sebenarnya kalau

dilihat, ditinjau dari segi itu memang apanya yang sikap lebih terlihat

karena memang anak melakukan cara seperti itu. Walaupun itu tadi

kendalanya memang kita tidak bisa tau anak melakukan seperti apa

yang sebenarnya. Misalnya hari ini mengenal benda-benda padat oh

dia di kamar, di kamarnya dia lebih lebih aplikatif di situ benda padat

itu apa yang di kamarnya bisa menyebutkan bisa lebih aplikatif

kalaupun belajar tentang apa namanya makan gitu ya pas dia makan

langsung misalnya dia belajar mengenal piring ataupun sendok. Dia

belajar pas makan itu, jadi bukan pas dia duduk langsung orang

tuanya mempelajari tentang makan tapi kita sarankan ke orang tua

belajar ini pas saat makan, jadi sekalian makan sekalian anaknya

belajar. Oh ini piring ini apa namanya sendok ini garpu ini dan

102

sebagainya. Sebenarnya anak juga kita tuntut untuk saat makan itu

misalnya sikapnya juga harus dia bertanggung jawab untuk

mengambil piringnya sendiri, jadi kita memang pembelajarannya

anak mengambil piring sendiri nanti orang tua nanya apa ini jadi

disini satu perintah tapi bermakna banyak sekali, dia bisa mengenal

piring dia bisa bertanggung jawab untuk mengambil piring, dia bisa

untuk mengenal perintah sederhana seperti kita memang

pembelajarannya memang seperti itu.”

Mahasiswa : “Berarti pembelajaran dibalut keseharian sehingga anaknya tidak

sadar sedang belajar. Kemudian apakah instrumen observasi yang

digunakan mampu merekam sikap anak autis terutama pada masa

pandemi? Tidak terlalu dapat merekam nggih bu?”

Bu Erny : “Iya, tidak terlalu.”

Mahasiswa : “Lalu kemudian bagaimana cara ibu melakukan penskoran dalam

instrumen observasi?”

Bu Erny : “Jadi nanti disitu kan ada rubriknya mbak. Ada baik, baik sekali

seperti itulah. Misalnya untuk sikap biasanya tanggung jawab atau

percaya diri itu nanti. Misalnya 1 minggu atau berapa kali seperti

itulah kita rata-rata. Dia hari ini misalnya tanggung jawabnya seperti

apa itu seperti apa seperti apa kayak gitu ya nanti kita kita ambil

kesimpulan dalam artian kita rata-rata. Sebenarnya nanti bentuk

penilaiannya kita tetap bentuk deskriptif. Tapi tidak berskor dalam

artian nilai angka itu anu ininya dapat ini nggak seperti itu tapi tak

kita tuangkan dengan deskriptif karena memang di situ kita memberi

angka itu juga ada alasannya kenapa misalnya kok dapat kurang gitu.

Jadi di saat kita mau menilai secara deskriptif kita sudah tahu kenapa

kurang nya dimana hal-hal yang apa dia mintanya hari ini dia

tanggung jawabnya. Dia kurang hari ini, tapi hari berikutnya dia

bagus kayak gitu. Jadi nanti dapat kita simpulkan bahwa nilai

sikapnya ini itu dia bagus untuk ini tapi tidak bagus untuk seperti ini.

Mahasiswa : “Lalu untuk menentukan acuan KKM atau kriteria minimal

bagaimana bu dalam instrumen observasi?”

Bu Erny : “Iya kita ada sih mbak ada apa namanya misalnya satu ini toh mbak.

Misalnya nilai skornya kan memang satu kurang sekali itu, dua

kurang, tiga baik, empat baik sekali. Itu memang ada penskoran

seperti itu, tapi misalnya nilai-nilai yang diperoleh di apa namanya

dibagi total nilai x 100 ada tapi di situ kita tapi tidak di dalam

penilaian kita tidak diangkat akan tetapi nilai misalnya dia nilai di

aspek ini kurang, di sini tuh sangat baik dan sebagainya seperti itu.

Tapi nanti dinilai siapa namanya dinilai akhirnya memang kita

deskriptif”.

Mahasiswa : “Jadi mengolah data menjadi kualitatif deskriptif nggih? Untuk selain

observasi, apakah teknik penilaian diri dan penilaian teman bisa

dilakukan pada anak autis bu?”

Bu Erny : “Kayaknya itu kalaupun misalnya saya mau itu kayak lucky. Lucky

103

itu kan pinter ya tapi untuk menilai tapi teman itu pasti inilah belum,

jujur kita tidak pakai itu mbak karena memang ya nanti kita malah

menggarang.”

Mahasiswa : “Apakah ibu menggunakan jurnal?”

Bu Erny : “Jurnal gimana?”

Mahasiswa : “Jurnal untuk hari ini tanggal sekian jam sekian sikap anak seperti ini.

Seperti itu bu.”

Bu Erny : “Sebenarnya kalau itu tidak ya mbak, tapi memang ada beberapa

kejadian yang memang harus kita tulis. Emang kita tulis di situ ada

apa namanya ada catatan kejadian, tapi memang sekarang tiap

harinya kayak gitu untuk catatan-catatan ini itu memang kita tidak

begitu catat. Kalaupun begitu ada sesuatu kejadian yang luar biasa

ataupun yang memang perlu di garis bawahi.”

Mahasiswa : “Apakah ada kriteria tertentu untuk suatu kejadian dikatakan kejadian

luar biasa bu?”

Bu Erny : “Misalnya anaknya tantrum hebat ataupun anaknya mungkin apa

namanya menyerang anak yang lain atau apa kek gitu yang memang

itu sesuatu yang perlu nanti dilaporkan. Orang tua ataupun kepala

sekolah juga harus tahu bahwa ini anak-anak pada saat ini nih ini kan

emang harus tahu.”

Mahasiswa : “Untuk format jurnal apakah pihak sekolah sudah menyiapkan atau

dari guru membuatnya sendiri?”

Bu Erny : “Kalau untuk jurnal pembelajaran udah disiapkan sekolah kita tinggal

mengisi. Untuk jurnal sikap membuat masing-masing. Karena

dikembalikan kepada kebijakan guru masing-masing.

Mahasiswa : “Untuk selama masa pandemi ini kemunculan sikap-sikap yang luar

biasa pada anak lebih sering terjadi dibandingkan sekolah tatap muka

atau justru berkurang bu?”

Bu Erny : “Semisal tantrum atau apa ya kalau memang karena tidak kita lihat

seharian tidak bisa melihat ya itu soalnya kalau dari dari orang tua

seperti itu kadang melaporkan maaf ibu belum bisa memberikan

kasih hasil karena anaknya marah karena anaknya jadi seperti itu.

Ada beberapa anak yang nilai kejadiannya agak meningkat juga tapi

ada beberapa Anak yang malah jadi baik juga ada mbak. Jadi

memang bervariasi tidak semuanya seperti itu tapi paling enggak itu

memang kepatuhan itu apa namanya banyak sekali yang berubah

untuk anak-anak. Sikap apa ya kayak patuh dan tanggung jawabnya

kayak gitu. Karena kadang di rumah orangtua memang banyak

melayani anaknya, banyak mengiyakan anaknya seperti itu jadi itu

yang yang mungkin berubah. Dan kita mengontrol atau pun kita

tindakan yang ini karena memang kita belum bisa mengatasi

tindakan. Semester kemarin sempat home visit ke anak-anak ke

rumah itu juga memang kalau saya lihat juga kurang kepatuhannya.

Kalau dulu kan sudah tahu ini gurunya. Tapi kemarin apa namanya

kita besok ke rumah ternyata lagi di rumahnya kepatuhannya sangat

104

berkurang sekali.”

Mahasiswa : “Karena sudah lama tidak ketemu ya bu? Lupa lupa ingat ya bu?”

Bu Erny : “Iya, benar.”

Mahasiswa : “Instrumen jurnal tidak terlalu efektif selama masa pandemi nggih

bu?”

Bu Erny : “Iya, tidak terlalu.”

Mahasiswa : “Sangat mengantungkan pada hasil pengamatan orang tua?

Bu Erny : “Hmm, iya. Karena kita nilai-nilai yang pengetahuan dan

keterampilan pun juga sebenarnya kurang efektif juga ya, apalagi

nilai sikap ya mbak ya.”

Mahasiswa : “Karena tidak terlihat ya bu?”

Bu Erny : “Iya benar.”

Mahasiswa : “Kondisi pandemi sangat mempengaruhi proses penyusunan

instrumen penilaian sikap nggih bu? Kemudian untuk perubahan

sikap yang akan dinilai selama masa pandemi berputar sekitar

keseharian anak nggih?”

Bu Erny : “Misal sikap disiplin itu mengerjakan tugas, sikap disiplin

mengumpulkan tugas tepat waktu. Iya-iya sederhana mungkin.

Karena Memang kita juga menggantungkan ke orang tua ya kalau

misalnya kita mau memberikan yang yang kita kompleks dari situ

kita tidak bisa menuntut orang tua untuk harus begini begitu seperti

itu. Jadi kita ambil yang sederhana, yang orang tua konsisten dan

orang tua mengerti. Seperti itu”

Mahasiswa : “Apakah dalam melaksanakan penilaian sikap spiritual dan sikap

sosial yang dilakukan telah sesuai dengan persiapan yang Ibu

rencanakan sebelumnya?”

Bu Erny : “Selama masa pandemi ini ya mbak?”

Mahasiswa : “Nggih apakah banyak perubahan yang terjadi?”

Bu Erny : “Jadi pas saya merancang RPP memang kita merancang dalam

penilaian sikap itu sesederhana mungkin, seminimal mungkin. Jadi

memang apa namanya di saat itu ya memang kita sesuaikan dengan

kondisi anak dan kondisi orang tua di rumah jadi kalau selama ini

memang yang sederhana. Bisa dikatakan walaupun mungkin ada

beberapa yang yang tidak bisa dilakukan untuk oleh orang tua tapi

paling tidak ada beberapa yang memang sesuai dan memang kita

rancang untuk apa namanya untuk hal-hal yang sederhana dilakukan.

Jadi sebenarnya memang ya walaupun untuk-untuk aspek apa

namanya aspek mungkin tidak bisa dilakukan orang tua seperti itu

misalnya kemandiriannya, rasa percaya dirinya. Itu kita kan disitu

tapi memang untuk beberapa orang tua yang tidak bisa melakukan

pembelajaran itu ya kita memang tidak bisa memaksa otomatis

memang tidak terealisasi ya mbak ya.”

Mahasiswa : “Terkendala pada orang tua nggih bu ya. Baik kemudian untuk

penilaian sikap spritual dan sikap sosial pada anak autis dapat atau

efektif dilakukan melalui media online? Tidak terlalu efektif nggih

105

bu? Hanya foto video.”

Bu Erny : “Iya, tidak terlalu efektif mbak. Mungkin efektif dalam artian

rancangan nya cukup bagus tapi tidak efektif dalam artian dalam

pelaksanaan. Sebenernya seperti bener gak sih atau dia melakukan

itu dia bisa melakukan ini bener nggak sih seperti itu yang yang

mungkin kendalanya tapi mungkin rancangannya dan sebenarnya

untuk pelaksanaannya sebenarnya cukup sesuai ya tapi hasilnya.

Walaupun sebenarnya rancangan dan pelaksanaan itu sebenarnya

sudah cocok sudah sesuai tapi outputnya nanti yang mungkin kita

tidak bisa untuk mungkin tidak bisa dikatakan itu valid. Karena kita

melihatnya dari foto dari video gitu kan mungkin kurang ini ya mbak

ya kurang kurang kurang maksimal.”

Mahasiswa : “Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan tadi seperti kevalidan

data yang didapatkan dan kemampuan serta kondisi orang tua,

adakah faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial pada anak autis selama masa pandemi?”

Bu Erny : “Yang tadi itu ya mbak kalau untuk sikap ya memang dari orang

tuanya, dari anaknya, sarana prasarananya itu yang mempengaruhi.

Kondisi anak terutama kondisi anak di rumah itu terus apa

kemampuan orang tua juga mempengaruhi untuk memberikan

pembelajaran itu ada banyak sekali orang tua yang miskomunikasi

kita menginginkan seperti ini tapi orang tua melakukannya yang lain

seperti itu. Kadang kita mintanya ini kok yang diberikan seperti ini.

Memang kemampuan orang tua untuk menerima dan persepsi itu

kadang lain-lain. Jadi kita harus menjelaskan detail, baru dia

mengerti. Kemarin misalnya pembelajaran bahasa indonesia itu

bahasa reseptif dan ekspresif anak. Itu orang tua kesulitan mana yang

bahasa ungkapan, oh ternyata belum paham. Karena pemahaman

orang tua yang minim terutama pendidikan ya, jadi kita memang

harus bener-bener memberikan yang memang nyata itu misalnya

anak itu mengungkapkan keinginannya saat mau makan nanti harus

bilang. Misalnya saya mau makan. Memang kemampuan orang tua

itu juga pengaruh sekali dia itu melakukan pembelajaran di rumah,

jadi menangkap apa yang kita apa perintahkan atau kita informasikan

itu juga apa namanya sangat kurang. Tidak semua orang tua itu bisa

seperti itu. Karena kita selama masa pandemi ini memang orang tua

menjadi ujung tombak, tangan panjang kita. Tidak tahu bagaimana

caranya yang apa yang guru ingin berikan ke anak tidak tersampaikan

itu mungkin masalah yang paling penting. Faktor yang paling penting

itu terus cara penanganan nya gimana seperti itu juga, walaupun

sebenarnya untuk mengajarkan sikap ini misalnya nilai sikap ini tapi

kalau orang tua tidak tahu bagaimana cara pengajarannya mungkin

dengan apa yang kita apa infokan kayak gitu juga. Hasilnya nanti

juga tidak akan maksimal di situ karena orang tua tidak tahu apa yang

harus dilakukan setelah anaknya mungkin beda dengan kita kalau

106

kita bilang seperti ini udah ngerti tapi orang tua nggak ngerti.

kemarin ada beberapa tagihan tugas yang saya terima memang kok

kayak gini, lho kok kayak gini. Karena dia nggak tahu kadang dia

tidak mengirim tugas dan sebagainya memang dia tidak ngerti dia,

jadi itu yang menjadi faktor yang paling penting mbak.”

Mahasiswa : “Selama ini untuk wali murid ibu sendiri apakah mayoritas proaktif

dalam pembelajaran anaknya atau nopo pripun nggih bu?”

Bu Erny : “Ada yang sangat aktif tapi ada juga yang sangat pasif mbak.

Kemarin saja ya mbak yang pasif itu sampai kita telepon, cuman

mengambil LKS aja kadang sampai berhari-hari belum diambil, kita

mau kirim minta alamat iya iya nanti mau diambil. Tapi ya tidak

dating-datang, tidak memberikan alamat juga. Jadi saya kan tanya

anak belajarnya apa di rumah, sebenernya anak pingin belajar, tapi

kita tidak bisa memaksakan orang tuanya harus mengajarkan. Karena

mengajar kan tugas kita tapi kalau orang tua yang memang seperti itu

ya. Kita perlu memikirkan masalahnya apa solusinya harus

bagaimana, kalau orang tua nggak bisa pasrahkan ke siapa. Apakah

mbaknya ataupun yang momong. Emang kita harus memberikan

suatu solusi tapi kita tidak tidak memaksakan orang tua harus sendiri

melakukan itu tidak bisa mbak. Tapi kadang orang tua mau jujur

untuk mengakui saya repot kepada guru tidak mau untuk jujur jadi

kata kita sendiri gimana padahal sudah gini sudah gini kok nggak

mau, sudah dikasih tahu ini. Ternyata orang tuanya nggak jujur jadi

sama aja solusi yang kita berikan itu tidak mereka laksanakan karena

memang kondisinya berbeda seperti itu ya kalau misalnya ini dan ada

juga yang aktif langsung merespon langsung apa namanya memberi

apa namanya tugasnya mengirim tugasnya langsung seperti itu ada

juga, yang tidak aktif ada juga.”

Mahasiswa : “Berarti untuk prgoram home visit sperti itu tidak berjalan efektif

nggih bu mengingat tingkat keterlibatan dan proaktif orang tua

kurang selama masa pandemi?”

Bu Erny : “Iya sebenarnya kalau di situ kan kita jadi tahu kondisi anaknya

kondisi orang tuanya secara real to mbak. Tapi memang kondisinya

seperti ini jadi kadang pun ada beberapa orang tua yang memang

tidak mau dikunjungi. Itu karena memang sebelum kita home visit

kita meminta persetujuan orang tua siapa yang mau siapa yang tidak.

Ada beberapa orang tua yang tidak mau dikunjungi karena memang

mungkin ya ada sesuatu yang itu apa namanya haknya orang tua ya.

Kita terbatas waktu juga jadi kita tidak bisa setiap hari kita karena

masa seperti ini kita juga takut kalau nanti ada apa-apa.. Jadi karena

keadaan lah mbak belum bisa efektif tentunya. Sebenernya kalau itu

dilaksanakan secara secara terus-menerus atau pun ada pada struktur

kayak gitu ya sebenarnya mungkin lebih efektif daripada daring tapi

mungkin karena memang waktu yang tidak memungkinkan ya, home

visit tidak bisa dilaksanakan secara rutin.”

107

Kutipan Wawancara 3

Informan III

Nama : Wulan Utami, S.Pd

Jabatan : Wali kelas IV B Autis

Hari, tanggal : Rabu, 4 Agustus 2021

Waktu : 08.30 – 09.15 WIB

Tempat : Zoom meeting

Mahasiswa : “Apakah ibu sudah membuat silabus dan RPP sebagai acuan dalam

melakukan penilaian?”

Bu Wulan : “Iya pasti, di setiap taun ajaran ajaran baru kita sudah memulai

membuat RPP dan Silabus seperti itu.”

Mahasiswa : “Jadi di awal pembelajaran tiap semester sudah disiapkan seperti itu

nggih bu?”

Bu Wulan : “Iya.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah ibu telah menentukan rencana penilaian mengacu

Mahasiswa : “Bisa dikatakan ibu memutuskan untuk melakukan home visit bukan

berdasarkan waktu berkala nggih, tetapi lebih ketika kok anak ini

ndak mengumpulkan tugas ya. Bagaimana sih keadaan sebenarnya di

rumah. Kurang lebih seperti itu nggih bu?”

Bu Erny : “Tidak ada batas waktunya tapi saya harus ke rumah siswa supaya

bisa tahu masalah apa yag ada di keluarga. Karena memang kita perlu

ke sana itu karena ada sesuatu hal kita mau mau ingin mengetahui

kondisi anak seperti apa saat ini pembelajaran di rumah, seperti apa

kendalanya orang tua. Itu yang mungkin mendasari kita karena

memang kalau online kita tidak tahu kondisi anak tenan itu seperti ini

ataukah sedang sakit. Untuk mengetahui apakah selama ini anaknya

berkembang atau malah mundur. Kendalanya seperti ini kita juga

mau pengen memberikan solusi, yang kedua memang dia biar

anaknya ada sesuatu oh ini dulu gurunya seperti itu. Karena sudah

berbulan bulan lihatnya di layar HP apapun laptop seperti itu. Jadi

kita tatap muka langsung itu sekali-sekali itu menurut kami sangat

penting dan mungkin lupa kalo ini punya guru, biar dia tahu ini.

Sekaligus sebagai penyemangat orang tua sebagai di rumah. Kita

memang tidak secara rutin melakukan home visit karena memang

keadaannya masih seperti ini.”

Mahasiswa : “Jadi untuk home visit baru satu kali per anak nggih bu?

Bu Erny : “Iya mbak, betul.”

Mahasiswa : “baik bu, terima kasih untuk waktu dan kesempatannya.”

Bu Erny : Iya, sama-sama mbak.”

108

kepada silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya nya?”

Bu Wulan : “Iya mbak cuman karena kita dalam satu kelas itu kemampuan

anaknya itu heterogen jadi kita buat itu hanya satu untuk semua tapi

nanti untuk kompetensi untuk indikatornya setiap anak kami

turunkan begitu. Jadi secara administratif kita tidak membuat

masing-masing satu karena waktu kami kalau seperti itu habis untuk

membuat RPP atau silabus saja.”

Mahasiswa : “Nggih berarti dalam hal fisik RPP dan silabus hanya memuat satu

secara umum tetapi pelaksanaannya dikembalikan sesuai kondisi

anak-anak, begitu nggih bu?”

Bu Wulan : “Iya. Untuk meteri, untuk penilaian kita tetap kemudian materi

kemudian tagihan tugas kita tetap masing-masing anak berbeda

sesuai kemampuan dan sesuai kemampuan anak.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah dalam merumuskan penilaian sikap spiritual dan

sikap sosial sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam indikator?”

Bu Wulan : “Jadi terkadang kalau kompetensi dasar di dalam kurikulum 2013 itu

terlalu tinggi untuk anak-anak kami, nuntuk karakteristik anak anak-

anak kami, indikatornya kami turunkan seperti itu sesuai kemampuan

anak-anak.”

Mahasiswa : “Oke baik bu, kemudian bagaimana cara ibu merumuskan tujuan

penilaian sikap spiritual dan sikap sosial agar sesuai dengan

kompetensi inti dan kompetensi dasar?”

Bu Wulan : “Kemudian kita bisa melihat sikap itu bagaimana dengan tanggung

jawabnya kemudian dengan disiplin lainnya kemudian dengan

tanggung jawab disiplin kemudian sikap percaya diri kita sesuaikan

dengan materinya.”

Mahasiswa : “Dasarnya adalah materinya nggih bu?”

Bu Wulan : “Iya, betul mbak.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah ibu telah menentukan teknik dan instrumen

penilaian sesuai dengan indikator pencapaian indikator KD?”

Bu Wulan : “Jadi istilahnya penilaian itu dibuat berdasarkan indikator yang kita

buat sesuai dengan tujuan pembelajaran.”

Mahasiswa : “Untuk tekniknya sendiri, biasanya ibu menggunakan apa untuk

penilaian sikap spiritual dan sikap sosial?”

Bu Wulan : “Sikap itu observasi. Karena penilaian sikap dan spiritual itu kita juga

deskriptif tidak berdasarkan angka juga.”

Mahasiswa : “Oke, baik bu. Selanjutnya apakah ibu memberitahukan kepada siswa

mengenai aspek-aspek yang akan dinilai atau hanya tersirat dalam

pembelajaran?”

Bu Wulan : “Sebelum memulai pembelajaran di masa PJJ ini kami kan membuat

video pembelajaran di setiap video pembelajaran itu kami

menyampaikan tujuan pembelajaran, tetapi untuk tujuan

pembelajaran itu kami sampaikan secara lisan dengan menggunakan

bahasa yang mudah dipahami anak tapi kalau untuk kita akan menilai

109

ini ini itu kita tidak menyampaikan karena apa. Karena anak-anak

autis tidak bisa paham dengan seperti itu.”

Mahasiswa : “Apakah ibu telah merumuskan kisi-kisi penilaian yang memuat

seluruh komponen penilaian?”

Bu Wulan : “Kalo sampai segitu tidak. Kami hanya merumuskan apa yang ada di

RPP. Penilaian sikap itu berdasarkan rubrik aja jadi begitu misalnya

penilaian sikap percaya diri, bertanggung jawab dan lain-lain

sebagainya tadi kita membuat angka dari 4 321 seperti itu.”

Mahasiswa : “Menggunakan rating scale ngoten nggih Bu?”

Bu Wulan : “Iya, benar.”

Mahasiswa : “Jika demikian maka berarti langsung saja membuat ke rubrik tidak

membuat kisi-kisi terlebih dahulu?”

Bu Wulan : “Iya, langsung saja.”

Mahasiswa : “Apakah ibu menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil belajar

penilaian sikap?”

Bu Wulan : “Tadi kan ada 4 sampai 1 itu nanti dihitung dari situ kemudian nilai

KKM yaitu baik mbak kalau untuk sikap sosial dan spiritual.”

Mahasiswa : “Misalnya setelah selama pembelajaran ada beberapa kali observasi

kemudian didapatkan hasil nanti hasilnya tercantum di dalam raport

itu bagaimana menggabungkan nilai observasi itu kemudian di rata-

rata atau bagaimana?”

Bu Wulan : “Berdasarkan penilaian tadi, sebenarnya untuk di rapot berbentuk

kualitatif deskriptif. Berdasarkan penilaian sikap setiap harinya itu

kita kalau secara administratif tepat sekali saya tidak membuat

seperti itu. Tapi berdasarkan observasi dari setiap tugas yang anak-

anak kumpulkan berupa video karena kami juga membuat tugas-

tugas itu berupa video. Setiap anak tagihannya berbeda-beda,

misalnya anak-anak dalam bahasa atau komunikasi anak-anak

mengumpulkan video untuk memperkenalkan diri nah dari situ kita

melihat penilaian sikap itu ketika anak direkam saat melakukan tugas

itu seperti apa seperti apa seperti itu kemudian kita kumpulkan dari

beberapa video itu kita lihat bagaimana tanggung jawabnya

disiplinnya percaya dirinya seperti itu mbak. Kalau untuk satu

persatu materi kita tidak tidak membuat secara rinci ya apalagi kalau

untuk apa istilahnya pembelajaran jarak jauh ini kan kurikulum kita

kan kurikulum darurat ya mbak. Jadi kurikulum 2013

penyampaiannya yang semudah mungkin dan semampu mungkin

untuk diterima anak-anak seperti itu.”

Mahasiswa : “Tadi kan dikatakan untuk penilaian sikap itu B untuk baik, kemudian

jika ada anak yang yang memiliki nilai dibawah KKM untuk

sikapnya itu biasanya ada tindak lanjutnya bagaimana nggih bu?”

Bu Wulan : “Nanti masuk ke perbaikan perilaku dalam progsus mbak. Maksudnya

jadi kalau anak-anak itu kan memang terkendala di interaksi sosial,

komunikasi dan perilaku yang ketika sikapnya mereka itu memang

belum mencapai istilahnya KKM deskriptif belum sesuai dengan apa

110

tujuan kita awal. Kita perbaiki tapi tidak langsung seluruhnya mbak

karena misalnya apa yang kita butuhkan. Apakah dia mampu duduk

tenang ataukah dia mampu merespon dulu seperti itu, karena

karakteristik anak-anak autis tidak bisa disamakan dengan anak-anak

yang lainnya seperti itu mbak jadi perbaikan sikap dan perilaku itu

bertahap.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk observasi yang digunakan dalam penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial pada anak autis terutama pada masa

pandemi Apakah ibu menggunakan jenis sistematis ataukah tidak

sistematis?”

Bu Wulan : “Tidak sistematis mbak. Kalau kita menggunakan sistem sistematis

apa yang kita ukur itu belum tentu sama dengan kejadian saat itu

untuk anak-anak, jadi tidak bisa disamakan juga untuk yang lainnya.

Jadi kita kalau misalnya membuat itu kita tidak jadi mengajar mbak.”

Mahasiswa : “Jadi kembali lagi melihat keadaan anaknya terlebih dahulu kemudian

baru bisa menentukan aspek-aspek apa saja yang bisa dinilai nggih

bu?”

Bu Wulan : “Iya.”

Mahasiswa : “Baik, kemudian apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang

instrumen penilaian menggunakan observasi terutama pada masa

pandemi?”

Bu Wulan : Yang pertama itu tadi kita mempersiapkan rubrik ya mbak ya

kemudian kalau video-video tadi kan kita melihat aja dari video-

video itu kita kumpulkan kemudian kita lihat seperti itu.”

Mahasiswa : “Selain itu apakah ibu juga menyebar google form sebagai wadah

laporan orang tua bu?”

Bu Wulan : “Jadi kita itu kan prosesnya anak autis itu kan pengembangan interaksi

komunikasi dan perilaku dari awal kita lihat dulu perilakunya anak

itu seperti apa, kemudian kalau kita melihat perilaku yang

menyimpang atau perilaku yang memang harus diperbaiki dengan

kita melihat dia seperti apa belajar atau seperti apa dia ketika

mengerjakan tugas dalam video nanti kita koreksi bersama dengan

orang tua. Kita menyampaikan, kemudian orang tua menyampaikan

kendala apa saja yang dialami anak-anak ketika belajar di rumah

misalnya anak saya itu sekarang nggak bisa duduk ketika

mengerjakan tugas bahkan ketika melihat kertas aja dia sudah marah-

marah atau memukul kepala dan lain sebagainya seperti itu nah dari

situ kita membuat kita mencari tahu dulu apa masalahnya di rumah

itu kemudian apa yang disukai dan tidak disukai anak kemudian kita

memberikan solusi bagaimana agar sikap tersebut dapat diperbaiki

seperti itu Mbak. Jadi intinya komunikasi intens dengan orang tua.

Kalau melalui google form kebanyakan orang tua SLB itu belum

familiar mbak karena ya memang kalau dari segi pendidikan dan

ekonomi juga tidak bisa kita sama ratakan ya mbak. Iya jadi mungkin

saat mengambil LKS ke sekolah atau memberikan tagihan tugas kita

111

terbuka sih mbak dengan orang tua bisa menghubungi kami kapan

saja ketika mereka menolak bahkan saat anak-anak tidak mau di

rumah tidak mau patuh pada orang tua juga menelpon kami video

call untuk minta tolong seperti itu.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk observasi itu sendiri biasanya aspek sikap apa saja

yang bisa dinilai bu?”

Bu Wulan : “Semua sikap bisa mbak.”

Mahasiswa : “Apakah instrumen observasi yang digunakan mampu merekam sikap

anak autis terutama pada masa pandemi?”

Bu Wulan : “Pastinya tidak seperti ketika kita melihat langsung ya mbak. Karena

kita kan hanya melihat pada saat dia mengerjakan tugas, berbeda

ketika pelajaran tatap muka. Kita melihat dari awal pembelajaran

secara keseluruhan. Dari pagi sampai pulang seperti itu tapi kalau

untuk di rumah kan memang semuanya menjadi terbatas apalagi

ketika anak-anak itu belajar dengan orang tua itu kepatuhan nya

sangat kurang.”

Mahasiswa : “Bagaimana cara ibu melakukan penskoran dalam instrumen

observasi?”

Bu Wulan : “Penskoran dalam instrumen observasi berdasarkan rubrik tadi aja

mbak. Semua kriteria minimumnya baik.”

Mahasiswa : “Untuk penentuan acuan kriteria juga baik nggih bu?”

Bu Wulan : “Baik untuk penilaian sikap spritual dan sikap sosial.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk penilaian diri dan penilaian antar teman apakah bisa

dilakukan pada anak autis, agak kesulitan nggih bu?”

Bu Wulan : “Tidak bisa mba. Iya.”

Mahasiswa : “Jadi hanya observasi ya bu. Apakah ibu juga menggunakan jurnal

atau catatan kejadian selain menggunakan teknik obserservasi?”

Bu Wulan : “Kita hanya mencatat misalnya ada orang tua yang melaporkan, jadi

tidak secara sistematis. Kemudian kalau kita melihat dari video ada

catatan-catatan kecil kita kumpulkan aja tapi kita mengingat aja

kemudian kadang kalau misalnya kita ini buat catatan catatan hari

yang kecil aja kita kumpulkan seperti itu.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah ada pertimbangan berupa kriteria untuk sikap-

sikap tertentu yang dapat dituliskan dalam jurnal atau catatan

kejadian, misal hanya bila terdapat sikap-sikap yang ekstrem?”

Bu Wulan : “Semua bisa dimasukkan menurut saya, tidak ada kriteria tertentu

yang hanya boleh dimasukkan. Cuman memang kalau saya lupa

mbak penilaian sikap itu kan ada tanggung jawab untuk anak-anak

autis tanggung jawabnya juga memang sangat kurang ya mbak ya

cuman kan kita tidak menyamakan tanggung jawabnya dia itu

tanggung jawab secara keseluruhan aja. Kita misalnya membuat aja

ya tanggung jawab itu tanggung jawab dia mau mengerjakan sampai

selesai itu dia itu udah masuk ke penilaian tanggung jawab kemudian

disiplin-disiplin dia mau duduk tenang itu udah termasuk ke

penilaian disiplin jadi kriteria-kriteria yang normal pada anak-anak

112

normal pada umumnya itu kita turunkan sesuai dengan karakteristik

anak autis seperti itu.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk aspek-aspek sikap juga diturunkan bahkan

menyelaraskan dengan kegiatan yang ada di rumah nggih bu?”

Bu Wulan : “Iya bener mbak.”

Mahasiswa : “Jadi karena jurnal itu sendiri hanya sebagai catatan kecil bagi guru

yang kemudian jika ada hal-hal mauapun sikap yang perlu

didiskusikan lebih lanjut dengan guru kepala sekolah dan orang tua

mungkin baru pada saat itu jurnal bisa berfungsi secara optimal nggih

bu?”

Bu Wulan : “Sebenarnya untuk jurnal pembelajaran sendiri kita membuat ya mbak.

Pihak dinas membuat jurnal untuk pembelajaran, nah penilaian itu

memang bukan ranahnya mereka memang. Karena itu ranahnya guru

masing-masing jadi penilaian itu yang membawa memang hanya kita

tidak masuk jurnal mbak seperti itu.”

Mahasiswa : “Untuk formatnya apakah sudah ada format baku nya bu?”

Bu Wulan : “Untuk formatnya memang dibuat sendiri, format penilaian dari

sekolah itu sudah ada cuman hanya memuat format penilaian

pengetahuan dan keterampilan untuk format penilaian sikap dan

spiritual itu masing-masing guru yang membuat.”

Mahasiswa : “Apakah instrumen jurnal efektif bagi menilai sikap spiritual dan sikap

sosial anak autis?”

Bu Wulan : “Jurnal yang saya buat tadi? Apa maksudnya mungkin lebih tepatnya

dikatakan catatan kejadian saja ya mbak karena untuk bisa dikatakan

jurnal itu belum karena memang tidak sistematis. Ya, cukup

membantu ya mbak.”

Mahasiswa : “Oh nggih, baik bu. Untuk penskoran dalam instrumen catatan

kejadian tadi Bagaimana Bu apakah ada skor atau bagaimana?”

Bu Wulan : “Untuk catatan kejadian kami tidak menggunakan angka tetapi

kualitatif deskriptif.”

Mahasiswa : “Karena tidak ada penskoran, jadi untuk KKM nya sendiri juga tidak

menggunakan angka nggih bu hanya kriteria baik seperti itu nggih?”

Bu Wulan : “Itu nanti dapat itu tetap baik-baik itu ada berapa sampai berapa tadi

makna yang tadi pertama kan kita sudah membuat skor untuk rubrik

juga ya mbak. Ya dari rubrik penilaian kemudian kita satukan dengan

apa istilahnya penilaian deskriptif setiap harinya itu baru kita

tuangkan ke seperti itu mbak. Jadi intinya tetep ada penilaian sikap

secara administratif itu tetap ada cuman memang tidak tertib gitu

mbak.”

Mahasiswa : “Dalam kondisi pandemi seperti ini apakah sangat mempengaruhi

proses penyusunan instrumen penilaian sikap bu?”

Bu Wulan : “Karena tadi kan kita tidak membuat instrumen ya mbak, hanya

berdasarkan rubik itu aja jadi menurut saya tidak ada kesulitan mbak.

karena kita juga lebih-lebih apa observasi aja berdasarkan tadi rubrik

pertama kemudian instrumen secara detil kita juga tidak membuat

113

cuman kita membuat catatan-catatan kecil aja seperti itu.” Mahasiswa : “Dapat dikatakan untuk penyusunan instrumen sendiri tidak

mengalami kesulitan yang berarti nggih bu, mungkin lebih kepada

saat pelaksanaan di mana memang keadaan dan kemampuan orang

tua yang berbeda-beda. Kemudian untuk pelaksanaan penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial, apakah sudah berjalan sesuai dengan yang

Ibu rencanakan sebelumnya?”

Bu Wulan : “Kalau sesuai langsung ke 100% tidak ya mbak karena memang di

masa seperti ini kan memang harus segalanya fleksibel seperti itu.”

Mahasiswa : “Terdapat beberapa revisi selama pelaksaan seperti itu nggih bu?”

Bu Wulan : “Bukan pada semata-mata pelaksanaannya tapi lebih kepada misalnya

orangtua ada kendala, kemudian ada kendala perilaku dari anak

berarti koreksinya itu bukan ke penilaiannya tapi di materi yang

harus kita sampaikan itu metode nya seperti apa agar anak diterima

agar anak mampu menerima seperti itu untuk koreksinya sendiri.

Cara penyampaiannya kemudian karena kalau sikap anak autis itu

tidak mungkin berubah dalam sekali waktu mbak. Jadi memang

kalau kita mau menilai percaya diri ya aspek yang kita nilai percaya

diri itu dalam segi apa misalnya seperti itu aja seperti yang tadi saya

sampaikan misalnya dia percaya diri ketika dia berbicara di depan

umum tidak seperti anak-anak dalam ceramah dan lain sebagainya,

misalnya dia percaya diri itu ke dalam hal misalnya materi berbicara

dia mau berbicara itu sudah termasuk aspek percaya diri dan ketika

dia mau berbicara dengan lantang atas suara keras atau dia mungkin

malah menangis dari aspek itulah yang kita nilai dari fleksibel aja

mbak sesuai dengan yang kita sampaikan untuk penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial pada anak autis.”

Mahasiswa : “Selanjutnya apakah penilaian sikap pada anak autis bisa dilakukan

melalui media online, ya melalui video tadi nggih bu?”

Bu Wulan : “Iya berdasarkan video tadi.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penilaian

sikap spiritual dan sikap sosial selain pada kemampuan orang tua

apakah sarana prasarana atau mungkin hal lain bu?”

Bu Wulan : “Iya iya mbak pertama anak, yang kedua orang tua kemudian karena

ada beberapa orang tua yang memang tidak konsisten untuk

mengumpulkan tugas jadi kita terbatas untuk melakukan penilaian

seperti itu misalnya orangtua yang sangat sibuk bekerja. Kemudian

beliau tidak mau mengirimkan tugas atau tagihan tugas ke kita baik

itu secara tertulis ataupun cara video yang kita itu jadi penilaian-

penilaian seperti itu kita menjadi sangat istilahnya terkendala mbak

jadi apalagi kalau dan spiritual itu kan memang kita harus melihat

secara langsung bahkan untuk sampai melakukan home visit juga

untuk mengetahui bagaimana kalau anak dan orang tua ternyata rata-

rata mereka mengalami kendala anak-anak yang tidak patuh ketika

belajar dengan orang tuanya seperti seperti itu. Itu yang jadi kendala

114

anak kemudian orang tua kemudian sosial ekonomi keluarga

kemudian kemampuan orangtua mengaplikasikan gadget atau

istilahnya mengaplikasikan apa mbak internet dan teknologi seperti

itu. Bahkan terkadang kalau ada tugas membuat video seperti harus

menunggu ayahnya pulang seperti itu.”

Mahasiswa : “Ya terkadang itu mungkin tugasnya sudah selesai tapi cara

mengirimnya yang mungkin belum tahu sehingga sedikit

terhambat?”

Bu Wulan : “Bahkan tugasnya belum dibuat karena tidak tahu bagaimana caranya

jadi harus menunggu ayahnya pulang dulu.”

Mahasiswa : “Dapat dikatakan kendala utamanya penguasaan teknologi nggih bu.

Baik, kemudian apakah terdapat penurunan sikap pada anak didik ibu

mengingat sudah cukup tidak lama tidak bertemu. Bertanya loh ini

siapa seperti itu atau bagaimana?”

Bu Wulan : “Sangat-sangat karena apa karena bukan kita menyalahkan orang tua

yang di sini kita memposisikan saja dulu ketika belajar mengajar

tatap muka kan di serahkan semua kepada guru bahkan sikap

perilaku dan lain sebagainya itu dipasrahkan 100% untuk diperbaiki

oleh guru, istilahnya orang tua mengantar pulang sudah. Kita pun

memang memberikan tugas atau PR juga terbatas karena

memberikan PR itu PR perilaku tidak PR yang membaca dan

menulis, kebanyakan PR perilaku. Untuk di masa ini orang tua 100%

harus mengasuh mereka di rumah kemudian harus mengerjakan apa

yang kita sampaikan istilahnya menjadi guru di rumah. Kemudian

kebanyakan orang tua itu tidak paham bagaimana cara mengatasi

atau bagaimana cara istilahnya apa ya mbak ya ya mengatasi

mengatasi perilaku yang menyimpang anak-anak itu mereka tidak

paham kalau misalnya anak seperti ini harus kita seperti apakah itu

tidak paham. Jadi otomatis semua perilaku sikap perilaku itu

otomatis kembali menjadi menurut saya kembali seperti awal ketika

belum diperbaiki seperti itu mbak. Kemudian orang tua dimana orang

tua juga tidak terlalu menguasai otomatis ini berdampak pada

kemampuan anak.”

Mahasiswa : “Dapat dikatakan karena adanya peralihan ataupun perbedaan pola

asuh pada anak sehingga akan sangat berdampak pada kemampuan

anak ngih bu?”

Bu Wulan : “Selain itu juga konsistensi orang tua. Guru kan kita istilahnya kalau

kamu begini ada konsekuensinya, sedangkan kebanyakan orang tua

nggak tegel atau yang penting meneng di rumah dikasih HP sehari-

hari, makanya kenapa anak-anak itu merasa gelisah ketika harus

melakukan mengerjakan tugas yang melalui video pembelajaran

mereka tidak mau fokus melihat video pembelajaran karena apa itu

ingin segera mereka untuk melihat Youtube seperti itu. Otomatis kan

semua sikap dan perilaku itu menurut saya turun drastis di rumah itu

kemudian apalagi kalau orang tuanya bekerja kalau orang tuanya

115

bekerja otomatis juga pendampingannya tidak full 100% nanti untuk

tagihan tugas atau mengerjakan tugas juga tergantung orang tua. Ada

orang tua yang bekerja tapi konsisten ada orang tua yang di rumah

tapi tidak konsisten juga itu tergantung juga karakteristik orang tua

masing-masing mbak.”

Mahasiswa : “Berarti dapat dikatakan selama ini penilaian sikap spiritual dan sikap

sosial tidak terlalu efektif nggih bu?”

Bu Wulan : “Iya, benar sekali.”

Mahasiswa : “Kemudian sebelumnya ibu mengatakan mengadakan home visit.

Untuk pelaksanaanya sendiri apakah ada rentang waktu tertentu

misal 2 minggu sekali atau menunggu ada beberapa hal misalnya kok

ini tidak pernah mengumpulkan tugas, apa ada sesuatu ya di rumah

atau bagaimana bu?”

Bu Wulan : “Kemarin itu karena kita merasa banyak sekali penurunan perilaku

kemudian sikap itu kemudian kami memutuskan untuk home visit.

Kami baru menjadwalkan satu kali kemudian akhirnya COVID itu

semakin melonjak, kemudian kami putuskan untuk menyudahi. Jadi

baru satu kali semua mbak untuk masing-masing anak.”

Mahasiswa : “Baik bu terima kasih atas waktu dan kesempatan nya, saya akhiri

disini. Selamat melanjutkan aktivitas. Terima kasih sekali lagi bu.”

Bu Wulan : “Iya mbak sama-sama.”

Kutipan Wawancara 4

Informan IV

Nama : Dinda Riski Pramessiwi, S.Pd

Jabatan : Wali kelas II dan III Autis

Hari, tanggal : Kamis, 5 Agustus 2021

Waktu : 09.00 – 09.40 WIB

Tempat : Zoom meeting

Mahasiswa : “Apakah ibu telah merumuskan Silabus dan RPP sebagai acuan

pembelajaran?”

Bu Dinda : “Iya mbak saya sudah merumuskan.”

Mahasiswa : “Apakah ada rentang waktu misalnya seminggu sebelum pembelajaran

atau di awal semester atau bagaimana bu?”

Bu Dinda : “Iya mbak di awal semester guru sudah menyiapkan Silabus dan RPP.”

Mahasiswa : “Apakah ibu telah menentukan rencana penilaian mengacu pada

silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya?”

Bu Dinda : “Iya kan sekaligus merencanakan silabus dan RPP sekalian

penilaiannya.”

Mahasiswa : “Sudah clear dari awal ya bu?

116

Bu Dinda : “Ya.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah dalam merumuskan penilaian sikap spiritual dan

sikap sosial sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam indikator?”

Bu Dinda : “Sudah sesuai mbak.”

Mahasiswa : “Selama masa pandemi ini untuk indikatornya sendiri apakah

diturunkan atau seperti biasa bu?”

Bu Dinda : “Iya, saya turunkan jadi lebih mudah untuk anak-anak, jadi

sesederhana mbak.”

Mahasiswa : “Tapi itu satu indikator bisa untuk semuanya nggih bu? Satu indikator

untuk semua? Tidak ibu khususkan per anak?”

Bu Dinda : “Iya, saya satu untuk semua.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk siswanya, ibu mengampu berapa siswa nggih?”

Bu Dinda : “Azzam, Putra, Revan, Rasha Lima laki-laki, satu perempuan.”

Mahasiswa : “Untuk kelas 2 berapa, kelas 3 berapa bu?”

Bu Dinda : “Kelas 2 tiga anak, kelas 3 tiga anak.”

Mahasiswa : “Dan itu beragam sekali nggih kemampuannya bu atau seragam?”

Bu Dinda : “Beragam sekali. Di kelas 3 itu ada satu anak yang kemampuannya

lebih dari dua anak lainnya.”

Mahasiswa : “Kemudian bagaimana cara ibu menentukan tujuan penilaian sikap

spiritual dan sikap sosial agar sesuai dengan kompetensi inti dan

kompetensi dasar?”

Bu Dinda : “Dari indikator dikembangkan kalau saya dikembangkan menurut

sikap sosial dan spiritual anak.

Mahasiswa : “Melihat kembali ke keadaan anak nggih bu?”

Bu Dinda : “Iya.”

Mahasiswa : “Apakah ibu menentukan teknik dan instrumen penilaian sikap sesuai

dengan indikator pencapaian kompetensi dasar?”

Bu Dinda : “Iya, sudah dari awal. Di silabus dan RPP kan sudah tercantum

penilaian sikap.”

Mahasiswa : “Biasanya ibu menggunakan teknik dan instrumen apa saja bu?”

Bu Dinda : “Kalo saya tidak menggunakan teknik ya mbak istilahnya, tapi rubrik.”

Mahasiswa : “Baik, kemudian apakah ibu memberitahukan kepada siswa mengenai

aspek-aspek yang akan dinilai?”

Bu Dinda : “Tidak semua disampaikan ya mbak tetapi hanya sebagian, jadi tidak

disampaikan secara keseluruhan.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah ibu merumuskan kisi-kisi penilaian sikap yang

memuat seluruh komponen penilaian?”

Bu Dinda : “Ndak mba.”

Mahasiswa : “Oh jadi tidak menggunakan kisi-kisi penilaian langsung merumuskan

rubrik penilaian sikap saja nggih?”

Bu Dinda : “Iya mbak.”

Mahasiswa : “Selanjutnya apakah ibu juga melakukan analisis rubrik penilaian

sikap sebelum digunakan?”

Bu Dinda : “ Tidak mbak.”

117

Mahasiswa : “Apa alasannya bu?”

Bu Dinda : “Karena saya juga baru mengajar autis.”

Mahasiswa : “Sudah berapa tahun ibu mengajar autis?”

Bu Dinda : “Belum ada itungan tahun mbak baru beberapa bulan. Sebelumnya

mengajar tunagrahita.”

Mahasiswa : “Jadi ini pengalaman pertama kali ya bu?”

Bu Dinda : “Iya, baru beberapa bulan. Jadi baru tahun ini juga saya pertama kali

membuat silabus dan RPP untuk autis.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk penentuan nilai akhir hasil belajar terutama

penilaian sikap bagaimana cara ibu menentukan nilai akhir yang

tercantum dalam rapot? Misalnya hasil dari observasi ini sikapnya

seperti ini seperti ini kemudian selanjutnya begini-begini, lalu

bagaimana cara ibu untuk menyimpulkan dan mendapatkan hasil

sikap anak untuk dicantumkan dalam rapot?”

Bu Dinda : “Kalau saya melihatnya kalau sikapnya baik ya nilainya baik seperti

itu mbak.”

Mahasiswa : “Jadi melihat beberapa pengamatan jika baik maka didapatkan hasil

bahwa sikap anak tersebut baik begitu nggih bu?”

Bu Dinda : “Iya mbak.”

Mahasiswa : “Untuk acuan kriteria berupa KKM dalam penilaian sikap spiritual dan

sikap sosial Apakah ibu juga menentukannya?”

Bu Dinda : “Biasanya sekolah sudah menetapkan.”

Mahasiswa : “Untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial baik di sekolah juga

menyediakan KKM itu biasanya berupa angka atau kriteria baik

seperti itu?”

Bu Dinda : “Kalau KKM kayaknya angka.”

Mahasiswa : “Untuk KKM penilaian sikap juga angka berarti ya bu?”

Bu Dinda : “Iya, kayaknya iya.”

Mahasiswa : “Kalo dari sekolahan itu merumuskannya dengan angka, itu biasanya

angkanya kisaran berapa bu?”

Bu Dinda : “75-80.”

Mahasiswa : “Berarti setiap tahunnya sudah ditetapkan oleh sekolah tinggal guru

menyesuaikan saja nggih bu?”

Bu Dinda : “Iya mbak.”

Mahasiswa : “Kemudian jika ada anak yang mendapat nilai sikap dibawah KKM

apakah ada tindak lanjutnya bu?”

Bu Dinda : “Biasanya ndak ada yang dibawah KKM mbak.”

Mahasiswa : “Berarti rata-rata sudah mendapat nilai bagus. Berarti nilai segitu

memang sudah cukup pas ya bu tidak ketinggian atau terlalu rendah.

Kemudian apakah ibu menggunakan teknik observasi dalam

penilaian sikap?

Bu Dinda : “Iya sedikit-sedikit observasi ya soalnya memang lewat WA dan

chatting.”

Mahasiswa : “Itu bagaimana bu observasinya apakah ibu meminta anak

mengirimkan video atau ibu melakukan video call dengan orang tua

118

atau bagaimana bu?

Bu Dinda : “Hanya video dan foto.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk jenis observasi yang ibu pilih apakah menggunakan

jenis observasi sistematis atau tidak sistematis?

Bu Dinda : “Kalau saya tidak sistematis ya mbak karena saya juga belum terlalu

paham tentang kondisi anaknya jadi saya masih meraba-raba.”

Mahasiswa : “Karena kebetulan juga belum pernah bertemu langsung untuk anak

kelas 2 nggih bu?”

Bu Dinda : “Iya belum pernah ketemu dan saya juga baru pertama kali mengajar

anak autis.”

Mahasiswa : “Pengalaman baru nggih bu, kemudian instrumen apa yang biasanya

ibu gunakan dalam melakukan observasi. Apakah cheklist atau

rating scale atau yang lainnya mungkin Bu?”

Bu Dinda : “Kalau di RPP itu pakai angka skala jadi saya biasa menggunakan

rating scale.”

Mahasiswa : “Baik, selanjutnya dalam penyusunan instrumen penilaian hal-hal apa

saja yang diperhatikan. Misalnya kondisi orang tua atau bagaimana

bu?”

Bu Dinda : “Iya pertama kondisi orang tua kemudian kondisi anak nya juga.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk aspek nilai sikap yang akan dinilai itu, apakah ibu

sudah menentukan aspek tertentu seperti itu bu?”

Bu Dinda : “Ndak nuntut banyak-banyak ya mbak. Karena pandemi kasihan orang

tua.”

Mahasiswa : “Jadi sesimpel mungkin ya bu. Misalnya aspek sikap seperti apa bu?

Misal mengerjakan tugas, duduk manis atau seperti apa bu?”

Bu Dinda : “Misalnya disiplin mengerjakan tugas, terus kooperatif anaknya mau

diajak mengerjakan tugas apa engga. Karena kadang hari ini mau

besok nggak mau. Saya satu tugas aja bisa untuk 2-3 hari.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah untuk aspek sikap anak itu ibu membaurkan

dengan kegiatan selama di rumah?”

Bu Dinda : “Iya mbak.”

Mahasiswa : “Kemudian instrumen observasi yang digunakan apakah cukup mampu

merekam sikap anak autis terutama pada masa pandemi?”

Bu Dinda : “Tidak cukup mampu ya mbak.”

Mahasiswa : “Untuk penskoran observasi ibu bagaimana?”

Bu Dinda : “Ya skor yang didapat kemudian dibagi total skor lalu dikalikan 100.”

Mahasiswa : “Baik, kemudian acuan KKM dalam observasi, berarti ibu mengikuti

acuan KKM dari sekolah nggih bu?”

Bu Dinda : “Mengikuti dari sekolahan mbak.”

Mahasiswa : “Jadi observasi langsung mengikuti acuan KKKM dari sekolah

nggih?”

Bu Dinda : “Iya mbak.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah teknik penilaian diri dan penilaian antar teman juga

dapat diberlakukan kepada anak murid ibu?”

Bu Dinda : “Kayaknya, biasanya sih bisa pakai mbak. Tapi kalau saya belum.

119

Belum menerapkan.”

Mahasiswa : “Berarti untuk saat ini hanya observasi saja nggih bu. Untuk observasi

sendiri selain dari video dan wa apakah ibu juga melakukan

wawancara dengan orang tua terkait sikap anak selama di rumah?”

Bu Dinda : “Kalo wawancara dengan orang tua, hanya sebatas chat. Belom pernah

video call.

Mahasiswa : “Berarti komunikasi via tulisan mawon nggih bu selama ini?”

Bu Dinda : “Iya, karena kebetulan saya habis selesai isoman jadi belum

melakukan hal lain lain.

Mahasiswa : “Kemudian untuk catatan kejadian atau jurnal apakah ibu juga

menggunakannya?”

Bu Dinda : “Belum ya, karena saya juga hanya melanjutkan guru yang kemarin.

Jadi saya belum menggunakannya. Belum mengisi apapun. Karena

saya baru melanjutkan beberapa bulan lalu pandemi. Jadi

perpindahan guru pertama ke saya itu pas pandemi. Jadi saya tau

anaknya itupun dari foto video tok.”

Mahasiswa : “Jadi karena guru sebelumnya tidak menggunakan catatan

kejadian,jadi Ibu tidak memiliki cukup data pembanding atau

semacamnya begitu nggih bu?”

Bu Dinda : “Iya.”

Mahasiswa : “Kemudian selama masa pandemi ini mempengaruhi proses

penyusunan instrumen penilaian sikap bagi anak autis.”

Bu Dinda : “Ya sangat berpengaruh sekali. Ditambah belum pernah bertemu sama

sekali dengan siswa.”

Mahasiswa : “Apakah terdapat banyak perubahan aspek penilaian sikap terutama

pada masa pandemi?”

Bu Dinda : “Banyak perubahan ya mbak yang dirasakan.”

Mahasiswa : “Lalu kendala apa saja yang ibu hadapi dalam pelaksanaan penilaian

sikap spritual dan sikap sosial pada anak autis?”

Bu Dinda : “Kendalanya itu Karena saya belum pernah ketemu dengan anak-

anaknya kemudian saya juga baru pertama kali mengajar autis. Jadi

belum cukup tahu seluk-beluk autis cara penanganan di kelas.”

Mahasiswa : “Dapat dikatakan kendala utamanya faktor internal dari ibu sendiri

nggih?”

Bu Dinda : “Iya.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah orang tua murid ibu semuanya cukup kooperatif

atau marah pasif dalam pembelajaran anak laki selama masa

pandemi?”

Bu Dinda : “Alhamdulillah semua kooperatif mbak.”

Mahasiswa : “Jadi semua membantu nggih bu. Terlibat dalam pembelajaran

anaknya.”

Bu Dinda : “Iya kendala lebih ke saya dan kesibukan orang tua terkait pengiriman

tagihan tugas.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk pelaksanaan penilaian sikap spiritual dan sikap

sosial apakah sudah sesuai dengan yang Ibu rencanakan

120

sebelumnya?”

Bu Dinda : “Sesuai sesuai saja mbak.”

Mahasiswa : “Jadi secara garis besar sesuai nggih bu. Dapat dilakukan sesuai

rencana.”

Bu Dinda : “Iya.”

Mahasiswa : “Untuk penilaian sikap spirtual dan sikap sosial efektifkah menurut ibu

dilakukan melalui media online?”

Bu Dinda : “Tidak optimal ya mbak. Karena lebih optimal pengamatan secara

langsung.”

Mahasiswa : “Nggih, untuk selanjutnya apa saja faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial.”

Bu Dinda : “Mungkin dari orang tua dan anak nya sendiri.”

Mahasiswa : “Jadi dapat disimpulkan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada

anak autis selama masa pandemi tidak cukup efektif nggih?”

Bu Dinda : “Iya mbak.”

Mahasiswa : “karena ini pengalaman baru, penempatan anak didik baru yang

sebelumnya tunagrahita.

Bu Dinda : “Iya, mbak.”

Mahasiswa : “ Baik bu, terima kasih waktu dan kesempatannya.”

Bu Dinda : “Iya, sama-sama mbak.”

Kutipan Wawancara 5

Informan V

Nama : Kristin S.Pd

Jabatan : Wali kelas Vb Autis

Hari, tanggal : Senin, 16 Agustus 2021

Waktu : 10.00 – 10.40 WIB

Tempat : Zoom meeting

Mahasiswa : “Apakah ibu merumuskan Silabus dan RPP terlebih dahulu

sebagai acuan pembelajaran?”

Bu Kristin : “Iya, persemester kita ada buat silabus dan RPP.”

Mahasiswa : “Pada awal semester semua sudah dibuat ya bu?”

Bu Kristin : “Iya.”

Mahasiswa : “Apakah dalam menentukan rencana penilaian mengacu kepada

Silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya?”

Bu Kristin : “Sebagian besar sudah ya.”

Mahasiswa : “Baik, sebagian besar sudah mungkin ada beberapa yang perlu

menyesuaikan keadaan ya bu?”

Bu Kristin : “Kalau saya melihat jadi semisal dikasih tugas ini ngumpulin nya

apa aja sih. Paling yang menyesuaikan itu aja sih mbak.

121

Fleksibel aja.”

Mahasiswa : “Pelaksanaannya fleksibel aja nggih. Kemudian apakah

merumuskan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sudah

sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam indikator?”

Bu Kristin : “Sudah-sudah sama. Disesuaikan sama.”

Mahasiswa : “Kemudian bagaimana cara ibu merumuskan tujuan penilaian

sikap spiritual dan sikap sosial agar sesuai dengan kompetensi

inti dan kompetensi dasar?”

Bu Kristin : “Biasanya kita terhalang sama jarak ya mbak. Jadi mungkin saya

ini kan murid kalau namanya yang murid autis itu kan kita

enggak enggak terlalu banyak rollingannya jadi semisal kemarin

pegang kelas 5 Kebetulan juga itu pernah saya pegang di kelas 1

jadi walaupun terpisah sama jarak mungkin saya bisa flashback

kelas 1 yang kemarin kemampuan anak ini sudah berapa gitu

jadi ya semisal kelas 5 tidak bisa semaksimal mungkin

pembelajaran jadi saya bisa lihat salah satunya kemaren dianya

udah sampai mana gitu. Biasanya saya pengalaman yang

kemarin bisa digunakan untuk pembelajaran saat ini.”

Mahasiswa : “Baik, pengalaman yang kemarin bisa digunakan untuk

menyiapkan pembelajaran saat ini nggih? karena sikap anak

autis yang tidak langsung berubah drastis nggih?”

Bu Kristin : “Iya, tapi masalahnya dari satu anak ke anak yang lain kan

berbeda jadi semisal kita bisa sinkronkan sama orang tua juga,

kita kan nggak mungkin kan mau wawancara anaknya. Masih

bertahan enggak ni kemampuannya, ada yang bertambah atau

ada yang berkurang tidak. Paling seperti itu aja. Paling

tambahannya itu aja sih mbak.”

Mahasiswa : “Baik, Kemudian apakah ibu telah menentukan teknik dan

Instrumen penilaian sesuai dengan indikator pencapaian

kompetensi dasar?”

Bu Kristin : “Semuanya dari awal semester itu sudah semua sudah ada. Kita

diharapkan sudah menyiapkannya sebagai panutannya. Itu nanti

indikatornya penilaiannya sampai mana itu sudah direncanakan

pada awal semester jadi semisal di tengah jalan ada apa

terkendala apa kita bisa kita sesuaikan lagi penilaiannya dari

awal semester itu. Jadi semua sudah disiapkan di awal

semester.”

Mahasiswa : “Biasanya untuk teknik penilaian sikap apa yang ibu gunakan?

Bu Kristin : “Biasanya saya kalo video. Paling kita pakai itu ya teknik

penilaiannya masalahnya masa corona itu nggak semuanya

berjalan mulus gitu. kemandirian anak melihat dari video yang

dikirimkan anak sikap kita beralaskan sama sikap sama perilaku

anak jadi tidak bisa dipatok dengan nilai itu nggak bisa. Sulit

soalnya.”

122

Mahasiswa : “Untuk pemberitahuan kepada siswa mengenai aspek-aspek sikap

yang akan dinilai, apakah ibu memberitahukannya atau

mungkin hanya tersirat melalui video hanya menekankan sikap-

sikap ini seperti itu bu?”

Bu Kristin : “Iya, biasanya juga anak autis itu tidak bisa dilepas. Jadi tetap

dibawah bimbingan orang tua, jadi kita mengedukasi dua orang.

Pertama, orang tua dulu. Kemudian ke anaknya. Jadinya kalo

dunia maya gini langsung ke anaknya gitu susah, jadi harus

lewat orang tua nya. Jadi kita seolah olah diri kita ada di orang

tua. Tapi tetap sulit karena kan beda ya yang ngajar gurunya

dengan yang ngajar orang tuanya kan auranya juga beda ya jadi

kita gak bisa memaksakan orang tua juga.”

Mahasiswa : “Masa pandemi ini sangat mengadalkan orang tua nggih bu?

Kemudian apakah ibu telah merumuskan kisi-kisi penilaian

(yang memuat seluruh komponen penilaian)?”

Bu Kristin : “Ada ya mbak, setiap indikator itu ada kisi-kisi nya. Misal kita

membuat indikator itu tidak bisa terpenuhi semua, ya paling

tidak kita harus sesuai dengan garis besarnya aja jadi semisal

kita memiliki 5 indikator anak-anak itu harus terpenuhi 3 atau 2

itu sudah bagus.”

Mahasiswa : “Kemudian, apakah ibu membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi

penilaian yang sudah dibuat sebelumnya?”

Bu Kristin : “Untuk anak autis instrumennya itu bisa berbeda satu sama lain.

Jadi kalau kita membuat satu instrumen itu ya secara garis

besarnya saja. Kalau anak nanti bisa beda-beda kita ke anak itu

anaknya itu mengerti atau tidaknya itu kan mereka tetap kita

sesuai dengan tapi nanti mungkin kalau ada tambahan yang

lebih kemampuannya lebih bawah lagi itu yang paling sulit. Itu

semua instrumen ada kisi-kisi.”

Mahasiswa : “Untuk instrumen yang masing-masing anak itu berbeda apakah

secara administratif itu satu untuk semua atau memang dari awal

secara administratif sudah dibuat untuk masing-masing anak

bu?”

Bu Kristin : “Kalau instrumen kita buat satu untuk semua tapi nanti terlihat di

raport biasanya gitu nanti yang berbeda-beda kayak instrumen.

Kalau kayak matematika ya itu kan banyak dari angka 1 sampai

10 itu cuman kita mengenal angka 1-10 jadi saya itu itu kan

anaknya ada 3, satu anak bisa mengucapkan angka, satu anak

menirukan, terus yang yang lain kan nggak bisa verbal, cuman

menunjuk-nunjuk jadi ya cuman di situ aja. Tapi tetap dalam

satu konteks yaitu mengenal angka 1-10 seperti itu sih anak

autis.”

Mahasiswa : “Bagaimana cara menganalisis Instrumen penilaian sikap?”

Bu Kristin : “Kalau saat tatap muka itu budaya kita melihatnya misalnya

selama 1 jam pelajaran itu dia duduk manis duduk rapi Tapi

123

karena selama Karena kemarin tidak bisa saya menganalisisnya

ya. Meskipun pembelajaran jarak jauh dan sebagainya. Tapi kita

tetap harus memberikan yang terbaik. Kemarin itu kan kita

membuat laporan ya mbak itu salah satunya anak tidak mau

memakai seragam. Jadi kalau aku buat video teman yang egois

itu hanya pakai singlet ya jadi dari hal sederhana yang terlihat

seperti itu mbak yang dinilai. Tidak pakai seragam itu udah jadi

sekarang jadi masalah itu paling susah anaknya nggak mau mau

makai seragam, tidak mau pake baju rapi. Tapi ya kita tidak bisa

memaksakan ya mbak. Karena kalau sudah pakai seragam itu

kan nggak sekolah jadi malah ngamuk kecuali Memang dari

awal PJJ itu orang tua sudah menekankan kalau kita tetap

bangun jam 7 Kita pakai seragam Tapi kita belajarnya di rumah

itu mungkin akan beda tapi kalau memang tidak dibiasakan ya

akan sulit yang anak-anak yang memang sangklek tidak terbiasa

ya gitu kalo pakai seragam ya kita sekolah. Tapi kalo dibiasakan

jam 7 kita bangun, pakai seragam, duduk manis kita

mengerjakan tugas, kita videocall ya itu pasti bisa. Tergantung

orang tua.”

Mahasiswa : “Karena memang sudah jadi rutinitas jam 7 bangun sekolah

nggih? Kemudian untuk siswa yang ibu ampu sendiri berapa bu?

|

Bu Kristin : “Untuk kelas 3 ada 3 siswa.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk rumus penentuan nilai akhir hasil belajar

penilaian sikap, bagaimana cara ibu menentukannya?”

Bu Kristin : “Biasanya kita itu pakai rombel atau rating scale ya. Jadi misal

dalam satu semester itu apakah kemunculan untuk sikap ini ini

ini itu banyak checklist. Oh kalau banyak berarti terjadi

peningkatan, dan untuk aspek yang ditekankan pun tidak jauh

berbeda dengan semester sebelumnya, jadi hanya melanjutkan

gitu aja.”

Mahasiswa : “Seperti sikap yang belum maksimal dimaksimakan begitu nggih

bu?”

Bu Kristin : “Iya.”

Mahasiswa : “Kemudian untuk acuan kriteria berupa KKM dalam penilaian

sikap spiritual dan sikap sosial bagaimana bu?”

Bu Kristin : “Kalau untuk kriteria KKM itu kita ikut kurikulum ya. Karena

guru tidak membuat kriteria KKM sendiri.”

Mahasiswa : “Apakah KKM dalam kurikulum itu angka atau predikat ya bu?”

Bu Kristin : “Biasanya kalau untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial

yaitu deskriptif yaitu juga ada ketambahan mapel agama. Jadi

bukan cuman kita sebagai wali kelas aja.”

Mahasiswa : “Apakah selama masa pandemi ini observasi dapat dilakukan dan

bagaimana keefektifan nya untuk penilaian sikap spiritual dan

sikap sosial anak autis?”

124

Bu Kristin : “Kalau selama masa pandemi observasi agak susah dilakukan ya

karena tidak bertemu secara langsung. Kecuali kalau pas kita

tatap muka mungkin bisa tapi karena korona ini tidak bisa paling

hanya saat kita home visit saja baru bisa.”

Mahasiswa : “Untuk semester yang kemarin, apakah ibu belum melakukan

home visit sama sekali atau bagaimana bu?”

Bu Kristin : “Untuk yang kemarin belum melakukan.”

Mahasiswa : “Berarti observasi hanya lewat video ataupun foto yang

dikirimkan nggih bu?”

Bu Kristin : “Iya, paling video call. Itupun juga ogah-ogahan. Jadi kalau video

call malah sama orang tuanya, nggak fokus ke anaknya.”

Mahasiswa : “Instrumen penilaian observasi yang lebih sering ibu gunakan

checklist nggih?”

Bu Kristin : “Iya.”

Mahasiswa : “Faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun

instrumen observasi selama pandemi?”

Bu Kristin : “Sebenarnya kalau pandemi itu kita mau langsung ke lokasi untuk

anak-anak juga sulit ya. Paling kita misalnya ya 1 semester

pencapaian anak bisa membaca doa sebelum belajar, bisa

membaca doa sebelum makan. Itu kita juga nggak bisa lihat

langsung, jadi kita buat rekaman video sama orang tua anak

sudah sampai mana. Misal menirukan ataupun melanjutkan itu

sudah dapat nilai dari kami. Kalo anak harus bisa ini malah

orang tuanya yang merasa keberatan.”

Mahasiswa : “Untuk indikator pencapaian sikapnya memang selama masa

pandemi ini juga diturunkan sesederhana mungkin nggih bu?”

Bu Kristin : “Iya.”

Mahasiswa : “Jadi selama masa pandemi teknik observasi memang tidak cukup

mampu merekam sikap anak autis nggih bu?”

Bu Kristin : “Ini juga tidak terlalu optimal, misal kita buat observasi satu

minggu dua kali itupun juga mungkin hanya rencana. Tidak

terlaksana dengan mudah, apalagi kalau ada orang tua yang

merasa keberatan untuk dikunjungi kadang itu terus kadang juga

ada alasan mungkin dari sayanya sendiri atau gimana gimana.”

Mahasiswa : “Untuk instrumen nya menggunakan rating scale nggih bu?

Bu Kristin : “Iya, kita melihat dari setoran video atau foto.”

Mahasiswa : “Untuk penilaian diri dan penilaian antar teman tidak bisa

dilakukan pada anak autis nggih bu?”

Bu Kristin : “Iya, tidak bisa. Sangat sulit.”

Mahasiswa : “Untuk jurnal atau catatan kejadian apakah ibu juga

menggunakannya?”

Bu Kristin : “Untuk catatan kejadian mungkin bisa ya. Tapi kemarin itu itu

saya bikinnya paling tidak tiap hari gitu jadi semisal ya biasanya

kan kita setiap hari tapi kalau selama 2 hari atau 3 hari itu

jumlahnya sama anak mengirimkan apa hari apa saya hari apa

125

sih nggak bisa tepat waktu itu jadi enggak bisa Sesuai yang

diharapkan. Kalau tatap muka kan kita yang handle oh materi

ini harus selesai. Kalau pandemi nggak bisa, jadi tetap satu

materi mungkin buat dua atau tiga hari.”

Mahasiswa : “Kalau untuk tatap muka jurnal bisa dan efektif digunakan tapi

selama masa pandemi ini tidak terlalu. Kemudian untuk kondisi

seperti jurnalnya itu apakah untuk sikap-sikap yang ekstrem

misal anak tantrum hebat atau melukai orang lain atau semua

sikap bisa dituliskan bu?”

Bu Kristin : “Kadang apa yang kita rencakan tidak berjalan mulus. Jadi misal

orang tuanya sibuk bekerja baru melaporkan kejadian kemarin

pada hari ini, jadi nggak bisa tiap hari. Kalau mau video call itu

kita janjian dulu, bisa nya kapan. Untuk memaksakan hari ini

harus selesai, besok kita video call melaporkan anak. Tidak bisa

dipaksa dan memaksakan.

Mahasiswa : “Kalau untuk jurnal, apakah ada format dari sekolah atau

bagaimana bu?”

Bu Kristin : “Sekolah sudah ada, kita tinggal mengisi aja.”

Mahasiswa : “Jadi untuk penggunaan jurnal selama pandemi ini tidak terlalu

efektif nggih bu karena tidak melihat anak secara langsung?”

Bu Kristin : “Iya, betul sekali.”

Mahasiswa : “Untuk jurnal, apakah ibu juga melakukan penskoran?”

Bu Kristin : “Kalau jurnal tidak ada penskoran. Kalau jurnal yang disediakan

disini hanya materi ini apa, yang aktif masuk siapa. Gitu aja sih

mba. Tidak ada penskoran.”

Mahasiswa : “Selama masa pandemi ini sangat mempengaruhi penyusunan

instrumen penilaian sikap nggih bu?”

Bu Kristin : “Iya karena ada beberapa kendala dan tentunya kita tidak boleh

ada istilahnya dipaksa dan memaksakan itu tidak boleh.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah ada perubahan aspek sikap yang dinilai selama

masa pandemi?”

Bu Kristin : “Diturunkan sesederhana mungkin, yang paling sederhana.”

Mahasiswa : “Kemudian, kendala apa saja yang ibu hadapi dalam penyusunan

penilaian sikap spiritual dan sikap sosial selama masa pandemi,

selain faktor orang tua adakah faktor lain?”

Bu Kristin : “Pertama memang semua diserahkan orang tua, ini kan kelas 3

kelas kecil. Jadi memang masih sangat bergantung pada

orangtua, kecuali kalau dia sudah punya HP sendiri pasti akan

berbeda. Kita tidak menyalahkan orang tua, tidak memberatkan

orang tua juga. Hanya minta orang tua turun tangan ayo kita jadi

tim bersama, membantu guru di sekolah. Memang kan yang

melaksanakan nantinya orang tua selama di rumah jadi di sangat

penting sekali peran orang tua.”

Mahasiswa : “Untuk wali murid di kelas itu sendiri. Apakah semua cukup aktif

dalam pembelajaran anaknya bu?”

126

Bu Kristin : “Yang sulit pasti ada yang aktif juga ada karena kondisi

keadaannya masing-masing kalau sama orang tua yang aktif itu

Ya kita juga senang Setiap hari ngasih kabar sembarang kasih

info setiap kali itu merespon itu kita juga senang. Dan orang tua

juga mungkin ada yang risih juga, mungkin ada yang kerja atau

gimana. Ya pasti ada.”

Mahasiswa : “Kemudian apakah dalam pelaksanakan penilaian sikap spiritual

dan sikap sosial yang ibu lakukan sudah sesuai dengan persiapan

yang ibu rencakan?”

Bu Kristin : “Iya, secara garis besar 75% sudah sesuai instrumen sudah bagus.”

Mahasiswa : “Baik berarti secara garis besar memang sudah sesuai tapi

mungkin ada beberapa hal yang terlewat karena kondisi orang

tua juga tidak bisa memaksakan.Kemudian dikatakan bahwa

penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak autis tidak

cukup efektif dilakukan melalui media online nggih bu?”

Bu Kristin : “Iya, tidak efektif karena kita tidak bisa melihat gerak grafik anak,

Kita juga tidak melihat langsung hanya dari orang tua jadi kita

harus mempercayai apa yang disampaikan oleh orang tua.”

Mahasiswa : “Berbincang dengan orang tua pun hanya saat mengambil lks atau

saat memberikan tagihan tugas nggih?”

Bu Kristin : “Adakalanya juga sekolah sedang meminimalisir pertemuan

secara langsung sehingga ya gitu juga tidak berbincang banyak

dengan orang tua seperti itu jadi komunikasinya hanya lewat

WA.”

Mahasiswa : “Baik kemudian untuk faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak autis selama

masa pandemi mungkin tadi nggih bu faktor dari orang tua

kemudian adanya peralihan didikan dari guru ke orang tua?”

Bu Kristin : “Iya, benar.”

Mahasiswa : “Untuk orang tua wali murid di kelas ibu apakah semua orang tua

memiliki dasar penanganan yang baik pada anak autis sehingga

memudahkan pembelajaran?”

Bu Kristin : “Ada beberapa anak yang juga sambil terapi Jadi kalau misalnya

orang tuanya kebingungan atau butuh bantuan itu biasanya akan

dibantu oleh terapisnya.Tapi ya nggak semua tapi nggak semua

terapi juga sih jadi semua fokus juga ada satu yang tidak cukup

kooperaktif juga ada.”

Mahasiswa : “Berarti selama ini memang terapi-terapi sudah aktif nggih Bu?

Bu Kristin : “Iya, di rumah sakit katanya.”

Mahasiswa : “Untuk sikap kepatuhannya, sikap mandirinya apakah menurun

cukup signifikan bu?”

Bu Kristin : “Dari 4 anak itu saya lihat, dua diantaranya ada terapi jadi ya

tidak terlalu menurun. Seminggu dua kali dia terapi, jadi

setidaknya dia belajar di luar. Yang lainnya turun drastis.”

Mahasiswa : “Peran terapi cukup membantu nggih bu?”

127

Bu Kristin : “Iya.”

Mahasiswa : “Untuk murid ibu sendiri apakah sempat terlupa dengan ibu

sebagai guru nya karena lama tidak bertemu?”

Bu Kristin : “Enggak kalau lupa tidak karena kita juga cukup rajin video call

memperkenalkan ini gurunya ini teman-temannya jadi tidak

lupa.”

Mahasiswa : “Jadi selain karena praktis pemilihan video call juga supaya anak-

anak masih terus mengingat guru dan teman-temannya seperti

itu nggih bu?”

Bu Kristin : “Iya, betul.”

Kutipan Wawancara 6

Informan VI

Nama : Kasmanto, S.Pd

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum

Hari, tanggal : 19 Agustus 2021

Waktu : 16.00 – 16.20 WIB

Tempat : Zoom meeting

Mahasiwa : “Apakah para guru wali kelas autis dari kelas 1 sampai kelas 6

telah merumuskan Silabus dan RPP terlebih dahulu sebagai

acuan pembelajaran?”

Pak Kasmanto : “Iya semua guru memang sudah membuat silabus dan RPP”.

Mahasiwa : “Apakah ada kewajiban dari sekolah untuk mengumpulkan silabus

dan RPP pada awal semester?”

Pak Kasmanto : “Iya mbak diawal semester, dikoreksi dulu silabus dan RPP.

Kemudian ditandatangani oleh kepala sekolah.”

Mahasiwa : “Kemudian apakah guru telah merumuskan rencana penilaian

mengacu pada silabus dan RPP yang telah dibuat?”

Pak Kasmanto : “Iya, di RPP kan di halaman terakhir ada penilaian. Jadi sudah

rencana penilaian akan seperti apa.”

Mahasiwa : “Kemudian pada awal semester niku apakah di tinjau apakah

ditinjau sebentar kemudian pelaksanaannya diserahkan kepada

kewenangan guru atau selama pelaksanaan pembelajaran sekolah

tetap memantau secara berkala?”

Pak Kasmanto : “Kepala sekolah melakukan supervisi di kelas, tapi karena

sekarang kondisinya begini, jadi ya komunikasi dengan guru

bagaimana untuk pembelajaran itu kendalanya apa.”

Mahasiwa : “Apakah supervisi diadakan seminggu sekali atau dua minggu

sekali atau ada waktu tertentu pak?”

Pak Kasmanto : “Iya, ada waktu tertentu. Biasanya ya tiga minggu sekali, dua

minggu sekali.”

Mahasiwa : “Baik, kemudian untuk supervisi dilakukan oleh kepala sekolah

128

dengan guru yang bersangkutan nggih pak?”

Pak Kasmanto : “Iya, kepala sekolah dengan guru senior atau wakil kepala

sekolah.”

Mahasiwa : “Baik pak, jadi diadakan diskusi antara kepala sekolah dengan

guru senior ataupun wakil kepala sekolah nggih?”

Pak Kasmanto : “Iya, betul.”

Mahasiwa : “Kemudian bagaimana penilaian bapak terhadap persiapan guru

menyusun Silabus dan RPP selama masa pandemi?”

Pak Kasmanto : “Saya rasa untuk guru-guru autis profesional dan masih muda-

muda, sudah bagus dalam penyusunannya.”

Mahasiwa : “Berarti, dalam penyusunan berjalan lancar nggih?”

Pak Kasmanto : “Iya, lancar.”

Mahasiwa : “Kemudian bagaimana penilaian bapak terhadap Silabus dan RPP

yang telah disusun oleh guru sudahkah mencakup rencana

penilaian sikap, kisi-kisi penilaian, dan teknik serta instrumen

penilaian?”

Pak Kasmanto : “Iya, sudah lengkap. Jadi untuk penilaian sikap itu kan mapel

agama dan PKN yang dipersiapkan yang lainnya kan cukup

pengetahuan dan keterampilan mapel lainnya.”

Mahasiwa : “Baik, menurut bapak sudah mempersiapkan dengan baik nggih

pak ?”

Pak Kasmanto : “Insha Allah sudah.”

Mahasiwa : “Untuk rumus penentuan nilai akhir hasil belajar penilaian sikap,

apakah pihak sekolah menetapkan ketentuan-ketentuan tertentu

atau diserahkan kepada guru masing-masing?”

Pak Kasmanto : “Di gugus satu, kurikulum sudah ada. Jadi KKM untuk semua

mapel, termasuk sikap minimal B. Baik.”

Mahasiwa : “Berarti untuk KKM sikap deskriptif ya Pak bukan angka?”

Pak Kasmanto : “Iya.”

Mahasiwa : “Kemudian jika ada anak yang mendapat nilai sikap dibawah

KKM, maka langkah apa yang diambil oleh guru pak?”

Pak Kasmanto : “Kalau dibawah KKM berarti tidak naik. Untuk lulus atau naik

kelas minimal Baik.”

Mahasiwa : “Baik, jadi jika mendapat nilai dibawah KKM kemungkinan besar

tinggal kelas atau tidak lulus nggih pak?”

Pak Kasmanto : “Iya.”

Mahasiwa : “Kemudian apakah guru autis menggunakan teknik observasi pak

dalam penilaian sikap?”

Pak Kasmanto : “Kalau observasi melakukan lewat orang tua jadi pengamatan dari

orang tua. Jadi karena mneghadirkan siswa tidak boleh, untuk

guru pun datang juga tidak boleh. Jadi pengamatannya lewat

orang tua.”

Mahasiwa : “Jadi observasi tidak terlalu efektif nggih dikarenakan melalui

perantara dan guru tidak melihat langsung anaknya?”

Pak Kasmanto : “Apa itu namanya pengamatan orang tua dan ketika guru mengajar

129

menggunakan seperti ini. Zoom misalnya atau video jadi tiap

harinya kan bisa. Jadi di samping dari orangtua juga dulu waktu

mengajar lewat dari daring seperti ini.”

Mahasiwa : “Apakah terdapat ketentuan penskoran dalam observasi yang telah

ditentukan oleh sekolah atau dikembalikan kepada kebijakan

guru masing-masing?”

Pak Kasmanto : “Guru masing-masing mbak. Sekolah cuma menentukan untuk

sikap minimal Baik, untuk penilaiannya diserahkan kepada

guru.”

Mahasiwa : “Apakah selain observasi guru autis juga menggunakan jurnal

ataupun catatan kejadian dalam penilaian sikap selama masa

pandemi?”

Pak Kasmanto : “Iya, disamping observasi, guru juga membuat jurnal untuk sikap

siswanya.”

Mahasiwa : “Untuk format jurnalnya apakah sudah disediakan kurikulum atau

sekolah atau guru membuat masing-masing pak?”

Pak Kasmanto : “Para guru membuat masing-masing mbak. Tapi kalau jurnal

mengajar harian disediakan sekolah. Kalau untuk jurnal

penilaian dibuat guru masing-masing.”

Mahasiwa : “Berarti dari sekolah tidak ada formatnya, dikembalikan kepada

masing-masing guru.”

Pak Kasmanto : “Tidak, karena para guru ada pelatihan kurikulum bersama-sama

dulu sudah jadi nanti variasi guru menyesuaikan dengan kondisi

siswanya.”

Mahasiwa : “Apakah selama masa pandemi para guru mengungkapkan adanya

kendala dalam penyusunan instrumen penilaian sikap ataupun

pelaksanaan penilaian sikap pak?”

Pak Kasmanto : “Saya kira karena guru sudah pengalaman. Saya rasa tidak ada

kendala mbak.”

Mahasiwa : “Saya sudah mewawancarai para guru autis dapat ditarik

kesimpulan bahwa faktor orang tua meliputi kesibukan,

konsistensi, cara pengontrolan, penguasaan teknologi dan cara

penanganan terhadap anak menjadi kendala dalam pelaksanaan

penilaian sikap selama masa pandemi. Terkait kendala-kendala

tersebut bagaimana kebijakan sekolah menangani dan

mengatasinya Pak?”

Pak Kasmanto : “Kadang-kadang pada awal tahun itu rapat komite mbak untuk

menampung keluhan dari orang tua . Jadi kendala apa kaitannya

dengan bapak ibu membimbing putra-putrinya dalam

pembelajaran selama ini orang tua mengungkapkan nanti di hal

itu dikonsultasikan dengan guru kelasnya masing-masing.

Biasanya begitu.”

Mahasiwa : “Rapat komite pada awal semester?”

Pak Kasmanto : “Iya awal semester, kemudian tutup tahun naik kelas itu juga.

Lewat zoom kalo masa pandemi ini.”

130

Mahasiwa : “Selain rapat komite, apakah setelah satu semester berjalan guru

melakukan penilaian sikap apakah ada pembahasan lebih lanjut

dalam lingkup internal sekolah pak?”

Pak Kasmanto : “Iya, kalo penilaian memang wewenang guru. Sekolah hanya

menanyakan ada keluhan atau tidak. Kemudian nanti keputusan

penilaian tetap kepada guru masing-masing.”

Mahasiwa : “Sekolah hanya memantau dan mengontrol ya pak?”

Pak Kasmanto : “Iya, supervisi.”

Mahasiwa : “Apakah hasil supervisi dituangkan secara tertulis atau

disampaikan secara lisan pak?”

Pak Kasmanto : “Untuk supervisi itu kewenangan kepala sekolah. Setiap tahunnya

guru dinilai oleh kepala sekolah.”

Mahasiwa : “Baik pak, terima kasih atas waktu dan kesempatannya.”

Pak Kasmanto : “Iya, mbak. Sama-sama.”

Kutipan Wawancara 7

Informan VII

Nama : Sukamto, SE, M.Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Hari, tanggal : Senin, 23 Agustus 2021

Waktu : 10.00 – 10.35 WIB

Tempat : Zoom meeting

Mahasiswa : “Apakah para guru autis telah merumuskan Silabus dan RPP

terlebih dahulu sebagai acuan pembelajaran”

Pak Sukamto : “Sampun, sudah.”

Mahasiswa :“Memang ada kewajiban dari sekolah nggih pak untuk

mengumpulkan pada awal semester?”

Pak Sukamto : “Iya, tidak hanya guru autis. Semua guru wajib seharusnya sudah

membuat Silabus dan RPP masing-masing.”

Mahasiswa : “Apakah guru dalam merumuskan penilaian sikap spiritual dan

sikap sosial sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi

dasar?”

Pak Sukamto : “Penilaian kita juga kita selaraskan dengan KI KD yang ada.”

Mahasiswa :“Bagaimana penilaian bapak terhadap persiapan penyusunan

silabus dan RPP selama masa pandemi?”

Pak Sukamto : “Selama masa pandemi ini para guru yang terlibat semangat

semuanya karena dalam penyusunan administrasi pembelajaran

kita desain dalam bentuk kegiatan workshop, jadi semua kita

pantau dan kita ada deadline kapan harus selesainya.”

131

Mahasiswa : “Apakah selama satu semester diadakan pemantauan dalam

bentuk supervisi atau semacamnya Pak?”

Pak Sukamto : “Iya, ada supervisi. Kita jadwalkan supervisi, jadi kita sudah ada

schedule untuk supervisi masing-masing kelas jadi teman-teman

sudah tahu kapan waktunya. Sudah ada jadwalnya untuk jenjang

SD, SMP, dan SMA.”

Mahasiswa : “Supervisi bapak kepala sekolah dengan guru yang bersangkutan

nggih pak?”

Pak Sukamto : “Iya, kalau sekarang masa pandemi video-video pembelajaran

yang digunakan guru itu sebagai bahan evaluasi supervisi.”

Mahasiswa : “Untuk hasil supervisi dituangkan dalam dokumen atau

bagaimana pak?”

Pak Sukamto : “Nanti di akhir tahun kita ada rekap namanya Sasaran Kinerja

Guru Bagaimana cara guru untuk mencapai tujuan target yang

ingin dicapai selama tahun ajaran jadi kita endingnya itu di akhir

tahun ada rekap nya.”

Mahasiswa : “Kemudian bagaimana penilaian Bapak terhadap silabus dan RPP

yang telah disusun para guru autis sudahkah mencakup rencana

penilaian, kisi-kisi penilaian, dan teknik serta instrumen

penilaian sikap?”

Pak Sukamto : “Iya, sudah sesuai tersandar. Jadi kita ada standar administrasi

pembelajaran di SLB Negeri Surakarta.. Jadi tidak hanya di autis

saja, tetapi di semua ketunaan.”

Mahasiswa : “Jadi dapat dikatakan bahwa semua guru dalam menyusun

perangkat pembelajaran sudah baik nggih pak? Baik, kemudian

untuk rumus penentuan nilai akhir hasil belajar penilaian sikap

apakah terdapat ketentuan tertentu dari pihak sekolah atau

diserahkan kepada kewenangan masing-masing guru pak?”

Pak Sukamto : “Kalau untuk penilaian terhadap siswa itu adalah kewenangan

guru. Acuan tentang bagaimana membuat rumus penentuan

sikap, rumus rubrik, penilaian subjektif objektif sudah kita

sediakan acuan. Jadi sudah ada standarnya.”

Mahasiswa : “Baik. kemudian untuk acuan kriteria berupa KKM apakah telah

ditentukan oleh kurikulum atau sekolah atau dikembalikan

kepada kewenangan masing-masing guru?”

Pak Sukamto : “Di awal tahun ajaran dari kita juga menyusun dan menentukan

KKM.”

Mahasiswa : “KKM untuk sikap apakah angka atau prediket pak?”

Pak Sukamto : “Iya, Baik.”

Mahasiswa : “Apakah para guru autis melakukan observasi dalam penilaian

sikap selama masa pandemi?”

Pak Sukamto : “Observasi itu dilakukan tidak harus datang langsung. Kita mau

observasi secara virtual juga bisa. Untuk anak autis yang

memiliki masalah kaustik bisa melalui home visit. Tetapi untuk

siswa yang tidak memiliki masalah kaustik bisa melalui virtual.”

132

Mahasiswa : “Berarti tetap menyesuaikan kondisi anak nggih pak?”

Pak Sukamto : “Iya mbak.”

Mahasiswa : “Apakah ketentuan penskoran dalam instrumen observasi sudah

ditentukan oleh sekolah atau dikembalikan kepada kewenangan

masing-masing guru pak?”

Pak Sukamto : “Untuk penskoran sudah ditentukan dalam sistem penilaian. Misal

skala 10 atau 100 sudah ditentukan sekolahan agar semua sama.

Untuk penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap ada dan

didesain supaya efektif.”

Mahasiswa : “Baik, kemudian untuk KKM observasi juga sudah nggih?”

Pak Sukamto : “Iya, sudah. Kita dalam menyusun KKM harus menganalisis

kemampuan siswa, termasuk sarana prasarana yang dimiliki

juga”

Mahasiswa : “Baik, kemudian selain observasi, apakah guru autis

menggunakan jurnal harian atau catatan kejadian dalam penilaian

sikap selama masa pandemi?”

Pak Sukamto : “Iya, ada. Jurnal manual ataupun jurnal digital ada.”

Mahasiswa : “Untuk jurnal manual juga sudah ada formatnya nggih?”

Pak Sukamto : “Iya, sudah ada. Guru tinggal mengisi aja. Sudah disediakan

formatnya untuk penilaian pengetahuan dan keterampilan, kalau

untuk penilaian sikap guru membuat masing-masing.”

Mahasiswa : “Terkait kendala yang dihadapi guru dalam penilaian sikap

meliputi kesibukan orang tua, konsistensi, perbedaan pola

penanganan, dan sikap anak yang menurun. Bagaimana

kebijakan sekolah menangani dan mengatasinya pak?”

Pak Sukamto : “Untuk orang tua yang tidak punya hp atau tidak bisa terus

menerus memantau lewat hp. Kita berikan modul pembelajaran.

Orang tua bisa mengambil modul, kemudian mengerjakan tugas

di lembar kerja. Nanti seminggu sekali atau dua minggu sekali

lembar kerja diantar lagi ke sekolahan. Solusinya seperti itu.”

Mahasiswa : “Baik setelah satu semeter berjalan, apakah ada diskusi atau

pembahasan bersama mengenai pelaksanaan penilaian sikap

dalam lingkup internal sekolah pak?”

Pak Sukamto : “Ada, kita tidak menunggu satu semester. Kita ada studi kasus tiap

satu bulan sekali. Studi kasus kaitannya dengan pembelajaran,

studi kasus kaitannya dengan perilaku. studi kasus kaitannya

dengan penilaian. Kita ada FGD untuk membahas masalah yang

dihadapi apa saja, pemecahannya bagaimana.”

Mahasiswa : “FGD niku untuk keseluruhan guru atau bagaimana pak?”

Pak Sukamto : “Tidak no. dibedakan perketunaan kelompok tunanetra sendiri,

tunagrahita sendiri, tunarungu sendiri. Masalah nya kan beda-

beda. Itu pun masih dibagi lagi perjenjang. SDLB sendiri,

SMPLB sendiri, SMALB sendiri. Seperti itu. Disetiap ketunaan

ada koordinatornya sendiri-sendiri kemudian dibahas, jika

masalahnya tidak selesai di situ baru nanti akan dibahas di

133

tingkat sekolahan untuk diselesaikan bersama.”

Mahasiswa : “Selain itu juga ada rapat komite nggih pak?”

Pak Sukamto : “Iya, ada. Setahun minimal dua kali. Di awal tahun ajaran dan

diakhir tahun ajaran.”

Mahasiswa : “Baik, kemudian untuk penilaian sikap apakah efektif menurut

bapak selama masa pandemi?”

Pak Sukamto : “Kita usahakan karena memang secara sudah terstruktur memang

harus ada penilaian pengetahuan keterampilan dan sikap jadi kita

usahakan di desain sedemikian rupa supaya bisa digunakan

selama masa pandemi.”

Mahasiswa : “Baik pak terima kasih untuk waktu dan kesempatannya.”

Pak Sukamto : “Iya mbak, sama-sama.”

134

Lampiran 5

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

Lampiran 6

Pedoman Studi Dokumentasi

A. Petunjuk Pelaksanaan

1. Data yang diambil dari dokumen sesuai dengan pertanyaan yang ada pada penelitian

2. Dokumen yang menjadi rahasia instansi tidak dipaksa untuk meminjam atau

memperolehnya

B. Data-data yang diambil dari instansi adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

177

Lampiran 7

Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP)

Satuan Pendidikan : SLB Negeri Surakarta

Kelas/Semester : II Autis/1 (satu)

Tema /Sub Tema : 1. Anggota Keluargaku/ 1. Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari

Pembelajaran : 1

Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan ( 9 x 30 menit)

Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi

PPKn Bahasa Indonesia SBdP

1.1 Menerima kebersamaan

dalam keberagaman

sebagai anugerah

Tuhan Yang Maha

Esa dilingkungan

rumah dan sekolah

1.1 Menerima anugrah

Tuhan Yang Maha Esa

berupa bahasa

Indonesia yang dikenal

sebagai bahasa

persatuan dan sarana

belajar di tengah

keberagaman bahasa

daerah

1.1 Menyatakan keindahan alam

sebagai salah satu tanda-

tanda kekuasaan Tuhan

2.2 Menunjukkan perilaku

patuh pada tata tertib

dan aturan yang

berlakuk dalam

kehidupan sehari-hari

di rumah dan sekolah

2.1 Memiliki kepedulian

dan rasa ingin tahu

terhadap keberadaan

wujud dan sifat benda

melalui pemanfaatan

bahasa Indonesia

dan/atau bahasa daerah

2.1 Menunjukkan rasa percaya

diri untuk berlatih

mengekspresikan diri dalam

mengolah karya seni dan

prakarya

A. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui gambar dan teks bacaan yang dibacakan guru siswa dapat menirukan membaca teks

deskriptif sederhana tentang ayah yang ada pada buku siswa.

2. Melalui gambar dan teks bacaan ayah yang dibacakan guru siswa dapat menjawab

pertannyaan yang berhubungan dengan gambar dan isi teks bacaan yang ada pada buku

siswa.

3. Melalui mengamati gambar siswa dapat menirukan melakukan suatu kegiatan sesuai gambar

yang diamati

4. Melalui mengamati gambar siswa dapat menunjukkan contoh peralatan makan yang

berbentuk lingkaran.

5. Melalui mengamati gambar dan teks bacaan yang dibacakan guru siswa dapat memasangkan

nama anggota keluarga sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.

6. Dengan mengamati gambar siswa dapat membuat bingkai foto. B. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Guru mengucapkan salam, menyapa dan mengecek kehadiran siswa melalui WA 2. Guru mengajak berdo’a sebelum pelajaran dimulai 3. Guru menyampaikan tema yang akan dibahas yaitu Kegiatan Keluargaku pada Pagi

Hari

4. Siswa siswa melihat video tentang Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari 5. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari 6. Guru meminta siswa untuk menuliskan contoh-contoh peralatan makanyang berbentuk

178

lingkaran dan dikirim melalui WA

8. Siswa mengamati gambar dan teks bacaan 9. Guru menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat binkai foto 10. Guru bersama dengan siswa membuat bingkai foto sederhana 11. Kegiatan ditutup dengan do’a sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing

C. Penilaian 1. Penilaian Sikap : Observasi 2. Penilaian Pengetahuan : Lisan dan tertulis 3. Penilaian Keterampilan: Penilaian Unjuk kerja

D. Tindak Lanjut ( Remedial dan pengayaan )

Surakarta, 28 Juli 2021

Kepala Sekolah Guru Kelas

Sukamto, SE. M.Pd

NIP.196510061989031011

Dinda Riski Pramessiwi, S. Pd

NIP.-

179

Lampiran :

1. Penilaian Sikap

No. Nama

Siswa

Sikap

Percaya Diri Disiplin Santun

SB B C K SB B C K SB B C K

1.

2.

3.

4.

dst.

2. Penilaian Pengetahuan

Instrumen penilaian : tes tertulis

1) Apa nama benda yang di pakai ayah di matanya ......

2) Apa nama benda yang di pegang ayah .....

3) Kacamata ayah berbentuk ....

4) Tas ayah berbentuk ....

5) Salinlah tulisan “ayah” di bukumu ....

Jawaban :

1) Kacamata

2) Tas

3) Lingkaran

4) Persegi

5) Ayah

Pedoman penskoran : satu nomor nilai 2

3. Penilaian keterampilan

a. Membaca teks sederhana

Rubrik keterampilan Membaca Teks Sederhana

Kriteria Skor Indikator

1. Kesesuaian dengan teks

3 Sesuai

2 Kurang sesuai

1 Tidak sesuai

2. Kejelasan Pelafalan

3 Jelas

2 Kurang Jelas

1 Tidak Jelas

3. Ketepatan Intonasi

3 Tepat

2 Kurang tepat

1 Tidak tepat

180

Instrumen keterampilan Membaca Teks Sederhana

No Nama Aspek yang di nilai

Skor Kriteria 1 Kiteria 2 Kriteria 3

b. Mengajukan pertanyaan Rubrik Mengajukan Pertanyaan

Kriteria Skor Indikator

1. Kesesuaian dengan materi

3 Sesuai 2 Kurang sesuai 1 Tidak sesuai

2. Kejelasan pertanyaan

3 Jelas 2 Kurang Jelas 1 Tidak Jelas

Instrument Penilaian Mengajukan Pertanyaan

No Nama Aspek yang dinilai Skor

Kriteria 1 Kriteria 2

c. Membuat Prakarya

Instrumen Penilaian membuat bingkai foto

No

Kriteria Baik sekali Baik Cukup

Perlu

Bimbingan

4 2 3 1

1 Kerapian dan kebersihan

2 Kreativitas

3 Kerapian dalam merangkai

bahan- bahan

181

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Melalui gambar dan teks bacaan yang dibacakan guru siswa dapat menirukan

membaca teks deskriptif sederhana tentang ayah yang ada pada buku siswa.

2. Melalui gambar dan teks bacaan ayah yang dibacakan guru siswa dapat menjawab

pertannyaan yang berhubungan dengan gambar dan isi teks bacaan yang ada pada

buku siswa.

3. Melalui mengamati gambar siswa dapat menirukan melakukan suatu kegiatan sesuai

gambar yang diamati

4. Melalui mengamati gambar siswa dapat menunjukkan contoh peralatan makan yang

berbentuk lingkaran.

5. Melalui mengamati gambar dan teks bacaan yang dibacakan guru siswa dapat

memasangkan nama anggota keluarga sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.

6. Dengan mengamati gambar siswa dapat membuat bingkai foto.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Guru mengucapkan salam, menyapa dan mengecek kehadiran siswa melalui WA

2. Guru mengajak berdo’a sebelum pelajaran dimulai

3. Guru menyampaikan tema yang akan dibahas yaitu Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari

4. Siswa siswa melihat video tentang Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari

5. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari

Nama Sekolah : SLB NEGERI Surakarta

Kelas / Semester : III Autis/ 1(satu)

Tema/ Sub Tema : 1. Lingkungan Sekolahku/1. Ruang Kelasku

Pembelajaran

Alokasi Waktu

: 1

: 1 x Pertemuan ( 9 x 30 menit)

Kompetensi Dasar. Indikator Pencapaian Kompetensi

Bahasa Indonesia PPKn SBdP

3.1 Mencermati teks deskriptif

sederhana tentang

lingkungan sekitar dalam

bahasa Indonesia, baik lisan

maupun tulis yang dibantu

dengan kosakaa bahasa

daerah

1.1 Menunjukkan sikap

menerima terhadap

simbol pada

lambang Negara

“Garuda Pancasila”

3.1Mengenal

gambar

mozaik

4.1 Menjelaskan isis teks teks

deskriptif sederhana tentang

lingkungan sekitar dalam

bahasa Indonesia, baik lisan

maupun tulis yang dibantu

dengan kosakaa bahasa

daerah

1.2 Bersikap positif

terhadap arti

symbol pada

lambang negara

“Garuda Pancasila”

4.1Membuat

gambar mozaik

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN - DARING

182

6. Guru meminta siswa untuk menuliskan contoh-contoh peralatan makanyang berbentuk

lingkaran dan dikirim melalui WA

8. Siswa mengamati gambar dan teks bacaan

9. Guru menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat bingkai foto

10. Guru bersama dengan siswa membuat bingkai foto sederhana

11. Kegiatan ditutup dengan do’a sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing

C. PENILAIAN

1. Penilaian Pengetahuan : Lisan, tertulis, dan observasi

2. Penilaian Keterampilan : Penilaian unjuk kerja

D. TINDAK LANJUT (Remidial dan pengayaan)

Surakarta, 28 Juli 2021

Kepala Sekolah Guru Kelas

Sukamto, SE. M.Pd

NIP.196510061989031011

Dinda Riski Pramessiwi, S. Pd

NIP.-

183

Lampiran

1. Penilaian Sosial

Berilah tanda centang (√) pada kolom keterangan yang sesuai dengan pernyataan!

2. Penilaian Pengetahuan

Instrumen penilaian : Tes Tertulis

a. Bahasa Indonesia

1) Apa yang sedang mereka lakukan…..

2) Dimanakah mereka…….

3) Apakah mereka berteman ……

4) Jika lantai kotor, kita harus …….

5) Salinlah tulisan “kelas” dibukumu

Pedoman penskoran : satu nomor nilai 2

1Penilaian Keterampilan

a. Membaca teks sederhana

Kriteria Skor Indikator

Kesesuaian dengan teks 3 Sesuai

2 Kurang sesuai

1 Tidak sesuai

Kerapian dan kebersihan

garisan siswa

3 Sesuai

2 Kurang sesuai

1 Tidak sesuai

Ketepatan Intonasi

3 Sesuai

2 Kurang sesuai

1 Tidak sesuai

Instrumen penilaian membaca teks sederhana

No Nama Aspek yang dinilai Skor

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

No. Nama

Siswa

Sikap

Percaya Diri Teliti Santun

SB B C K SB B C K SB B C K

1.

2.

3.

184

b. Membuat Prakarya

Instrumen Penilaian Membuat Mozaik gambar lingkungan sekitar

No Kriteria

Baik

sekali Baik Cukup

Perlu

Bimbingan

4 3 2 1

1 Kerapian dan kebersihan

2 Kreativitas

3 Kerapian dalam merangkai

Rubrik penilaian membuat gambar mozaik

No Kriteria Baik sekali Baik Cukup

Perlu

Bimbingan

4 3 2 1

1 Kerapian

dan

kebersihan

Pembuatan

sangat rapi

dan bersih

Pembuatan

rapi dan

bersih

Pembuatan

kurang rapi

dan kurang

bersih

Belum

mampu

membuat

gambar

mozaik

secara rapi

dan bersih

2 Kreativitas Menghias

bingkai

sangat

menarik

Menghias

bingkai

menarik

Menghias

bingkai

kurang

menarik

Tidak

mampu

menghias

3 Kerapian

dalam

merangkai

Sangat rapi

dalam

menata

bahan-bahan

Rapi dalam

menata

bahan-bahan

Kurang rapi

dalam

menata

bahan-

bahan

Belum bisa

merangkai

bahan-bahan

185

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DARING

Nama sekolsh : SLB Negeri Surakarta

Kelas/ semester : IV/1

Tema : 2 ( tugas sehari-hari)

Sub Tema : 1 ( tugas sehari-hari di rumah)

Pembelajaran : 3

Alokasi waktu : 8 x 30 menit

I. KOMPETENSI DASAR

Matematika

No. Kompetensi Dasar No. Indikator Pencapaian

3.5 Mengenal satuan waktu dan

menggunakan pada kehidupan sehari-

hari di lingkungan sekitar.

3.5.1 Menyebutkan kegiatan

sehari-hari pada waktu pagi

hari.

4.5 Memecahkan masalah nyata secara

efektif dan berkaitan dengan

penjumahan, pengurangan, perkalian,

pembagian, waktu, panjang, berat

benda, uang, selanjutnya memeriksa

kebenaran jawaban.

4.5.1 Menuliskan waktu tertentu

yang berkaitan dengan jam.

Bahasa Indonesia

No. Kompetensi Dasar No. Indikator Pencapaian

3.3 Mengenal teks buku harian tentang

kegiatan anggota keluarga dan

dokumen milik keluarga dengan

bantuan guru atau teman dalam bahasa

Indonesia lisan dan tulis yang dapat

diisi dengan kosakata bahasa daerah

untuk membantu pemahaman.

3.3.3

Menyebutkan berbagai

kegiatan berdasarkan peran

masing–masing anggota

keluarga

4.3 Mengungkapkan teks buku harian

tentang kegiatan anggota keluarga dan

dokumen milik keluarga secara

mandiri dalam dalam bahasa Indonesia

lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

kosakata bahasa daerah untuk

membantu penyajian.

4.3.5 Menyebutkan kegiatan

sesuai dengan isi teks buku

harian yang telah ditulis

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dengan mengamati media gambar, siswa dapat menyebutkan berbagai kegiatan

berdasarkan peran masing-masing anggota keluarga dengan benar..

2. Dengan mengamati keterangan pada gambar, siswa dapat menyebutkan kegiatan sehari

-hari yang di hubungkan dengan satuan waktu dengan tepat.

186

3. Dengan membaca tek buku harian, siswa dapat menyebutkan kegiatan sesuai dengan isi

teks buku harian yang telah di tulis dengan benar.

4. Dengan bimbingan guru dan orang tua siswa dapat menuliskan waktu tertentu yang

berkaita ndengan jam dengan tepat.

III. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

1. Group Whatshapp dibuka

2. Guru mengucapkan salam kepada peserta didik dan membimbing siswa

untuk berdoa.

3. Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran hari ini.

4. Guru mempersilahkan siswa utk mengamati vidio pembelajaran dan teks bacaan

Yang berhubungan dengan materi hari ini.

5. Guru di bantu orang tua menjelaskan materi hari ini pada siswa dan

menyimpulkannya.

6. Guru di bantu orang tua membimbing siswa mengerjakan tugas, dan

orang tua melaporkan hasil tugas pada guru.

IV. PENILAIAN

1. Penilaian sikap : percaya diri, teliti, santun

2. Penilaian pengetahuan : tes lisan

3. Penilaian ketrampilan : unjuk kerja.

Surakarta, Juli 2021

Mengetahui

Kepala sekolah Wali kelas IV autis

Sukamto, SE, M.Pd Erny Kadarwati, S.Pd

NIP.19651006 198903 1 011 NIP. 19740516 200903 2 004

LAMPIRAN

187

1. Penilaian sikap

Berilah tanda centang (√) pada kolom keterangan yang sesuai dengan pernyataan!

No. Nama

Siswa

Sikap

Percaya Diri Teliti Santun

SB B C K SB B C K SB B C K

1.

2.

3.

4.

dst.

Keterangan: SB (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), K (Kurang)

2. Penilaian pengetahuan

Soal lisan

1. Sebutkan kegiatan di rumah yang

dilakukan di pagi hari!

2. Sebutkan kegiatan ayah di pagi hari!

3. Sebutkan kegiatan ibu dipagi!

4. Sebutkan kegiatanmu di pagi hari!

Kunci jawaban

1. Memasak, membersihkan rumah,

menyiram tanaman, memberi makan

ayam.

2. Menyiram tanaman

3. Memasak

4. Menyapu halaman

Skor : setiap no benar nilai 25

Nilai dijumlahkan.

3. Penilaian ketrampilan

A. Rubrik penilaian menuliskan waktu tertentu yang berkaitan dengan jam

Skor : jumlah skor

-------------- x 100

9

B. Rubrik menyebutkan kegiatan yang di tulis di buku harian

Skor : jumlah skor

-------------- x 100

9

no kreteria mandiri Dibantu minimal Dibantu maksimal

3 2 1

1. Jam 06.00

2. Jam 07.00

3. Jam 09.00

no kreteria mandiri Dibantu

minimal

Dibantu maksimal

3 2 1

1. Berangkat sekolah

2. Makan siang

3. bermain

188

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SLB Negeri Surakarta

Kelas / Semester : IV Autis/ 1 (satu)

Tema : 2. Tugasku Sehari-hari

Sub Tema : 1. Tugasku Sehari-hari di Rumah

Pembelajaran : 1 (satu)

Alokasi Waktu : 3 x Pertemuan (3x8JP)

Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator

PKn

3.1 Mengetahui simbol sila Pancasila dalam

lambang Pancasila

4.1 Menceritakan perilaku di sekitar rumah dan

sekolah dan mengaitkan dengan beberapa

simbol Pancasila

PKn

3.1.1 Mengetahui gambar simbol sila ke 4

Pancasila

4.1.1Menyebutkan contoh hasil

musyawarah pembagian tugas di

pagi hari

SBdP

3.3 Memahami panjang pendek bunyi dan

tinggi rendah nada pada suatu lagu

4.3 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan

dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada

3.3.1 Mengenal lagu Garuda Pancasila

4.3.1 Menyanyikan lagu Garuda Pancasila

Bahasa Indonesia

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana

kegiatan dan bermain di lingkungan rumah

dengan bantuan guru atau teman dalam

Bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat

diisi dengan josakata bahasa daerah untuk

membantu pemahaman

4.2 Memperagakan text cerita narasi sederhana

tentang kegiatan dan bermain di lingkungan

rumah secara mandiri dalam bahasa

Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi

dengan kosakata Bahasa Daerah untuk

membantu penyajian

3.2.Memahami text sederhana tentang

musyawarah pembagian tugas di pagi

hari.

4.2.1Membaca text sederhana tentang

musyawarah pembagian tugas di pagi

hari.

Matematika

3.1 Mengenal bilangan asli s. 50

4.1 Menuliskan bilangan asli sd 50

3.1.1 Mengenal bilangan asli sd 20

4.1.1 Menghitung himpunan gambar sd 20

A. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui pengamatan dan tanya jawab, siswa mengetahui simbol sila ke-4 Pancasila

dengan benar 2. Melalui penjelasan dan tanya jawab, siswa dapat mengetahui contoh musyawarah

pembagian tugas di pagi hari 3. Melalui penayangan video, siswa dapat mengenal lagu Garuda Pancasila dengan baik

4. Melalui demontrasi dan tanya jawab, siswa dapat memahami text sederhana tentang

musyawarah pembagian tugas di pagi hari dengan benar

5. Melalui penugasan, siswa dapat membaca text sederhana tentang musyawarah

pembagian tugas di pagi hari dengan lancar

6. Melalui simulasi dan tanya jawab, siswa dapat mengenal bilangan sd 20

7. Melalui penugasan, siswa dapat menghitung gambar sd 20

189

B. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Guru membuka aplikasi video call grup kelas

2. Guru mengkondisikan siswa secara psikis dengan mengucapkan salam, berdoa,

menanyakan kabar untuk mengawali pembelajaran daring

3. Guru mengajak siswa untuk mengucapkan syukur atas kesehatan yang diberikan Tuhan

sehingga dapat bertemu dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh.

4. Guru mengajak siswa menyanyikan lagu Garuda Pancasila di rumah masing-masing

5. Guru menampilkan gambar “Kepala Banteng” dan menjelaskan kepada siswa tentang

sila ke 4 Pancasila.

6. Guru menjelaskan arti sila ke 4 Pancasila mengaitkan dengan kegiatan musyawarah

yang dapat dilakukan di rumah masing-masing untuk menentukan tugas di pagi hari.

7. Guru mengajak siswa bersama orang tua melakukan musyawarah untuk menentukan

tugas di pagi hari

8. Siswa menyebutkan hasil musyawarah tugas di pagi hari.

9. Guru menampilkan text sederhana tentang kegiatan di pagi hari

10. Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk membaca text sederhana kegiatan di

pagi hari

11. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang isi text kegiatan dipagi hari

12. Guru menampilkan gambar dan mengajak siswa menyebutkan angka 1 sd 20

13. Guru memberikan penugasan untuk menghitung himpunan gambar kepala banteng

berjumlah 20

14. Guru memberikan penguatan positif dengan berkata “pintar”, “bagus”, “hebat”,”tepuk

tangan”, dll

15. Guru memberikan kesimpulan umum tentang kegiatan di pagi hari

16. Guru mengingatkan siswa untuk melakukan kegiatan di pagi hari dengan mandiri

17. Guru mengucapkan salam dan doa penutup kegiatan pembelajaran jarak jauh.

C. Penilaian

1. Penilaian sikap sosial dan sikap spiritual : observasi/ pengamatan

2. Penilaian pengetahuan : lisan dan tertulis

3. Penilaian keterampilan : unjuk kerja

D. Tindak Lanjut

Kepala Sekolah

Sukamto, SE, M.Pd

NIP. 19651006 198903 1 011

Surakarta, Juli 2021

Guru Kelas

Wulan Utami, S.Pd

NIP. 19850608 200903 2 016

190

LAMPIRAN

1. Lembar Penilaian Sikap Spiritual

Pedoman Observasi Sikap Spiritual

Petunjuk Penskoran :

Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Skor akhir = skor yang diperoleh/skor maksimal x 25 = …

2. Lembar Penilaian Sikap Sosial

Penilaian sikap sosial

No. Nama Tanggung Jawab Disiplin Percaya diri

BS B C PB BS B C PB BS B C PB

1.

2.

3.

4.

Keterangan :

BS : Baik Sekali

B : Baik

C : Cukup

PB : Perlu Bimibingan

3. Lembar Penilaian Pengetahuan

A. Penilaian Pengetahuan PKn

Tes lisan :

Soal :

1. Apa simbol sila ke 4 Pancasila?

2. Bagimana bunyi sila ke 4 Pancasila?

Kunci Jawaban :

1. Kepala Banteng

No Aspek pengamatan Skor

1 2 3 4

1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu

2. Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan (dapat

melaksanakan tugas di pagi hari)

3. Memberi salam sebelum dan sesudah pembelajaran

4. Mengungkapkan kekaguman secara lisan maupun tulisan

terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan (menyambut

pagi hari)

191

2. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan.

B. Penilaian Pengetahuan SBdP

Tes lisan

Soal

1. Guru memutar lagu Garuda Pancasila dan siswa menebak, apa judul lagu tersebut?

Kunci jawaban:

Garuda Pancasila

C. Penilaian Pengetahuan Bahasa Indonesia

Tes lisan:

Soal :

Bacalah text di bawah ini!

Tugas di pagi hari

Ayah, ibu, aku dan adik semalam bermusyawarah.

Ayah sebagai pemimpin musyawarah.

Kami membuat kesepakatan tentang tugas di pagi hari

Ayah menyiram tanaman

Ibu memasak

Aku mencuci piring

Adik menyapu lantai.

Pertanyaan

1. Apa judul bacaan diatas?

2. Siapa yang melakukan

musyawarah?

3. Siapa yang menjadi pemimpin

musyawarah?

4. Apa tugas ibu di pagi hari?

5. Apa tugas adik di pagi hari?

Kunci Jawaban

1. Tugas di Pagi Hari

2. Ayah, ibu, aku dan adik

3. Ayah

4. Memasak

5. Menyapu lantai

D. Penilaian Pengetahuan Matematika

Tes tulis

Soal :

Tulislah lambang bilangan berikut!

1. Lima =

Kriteria Penskoran :

Benar = 1

Salah = 0

Skor = Nilai yang diperoleh x 50 = ….

Kriteria Penskoran :

Benar = 1

Salah = 0

Skor = Nilai yang diperoleh x 100 = ….

Kriteria Penskoran :

Benar = 1

Salah = 0

Skor = Nilai yang diperoleh x 20= ….

192

Penilaian = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥

2. Sepuluh =

3. Dua belas =

4. Lima belas =

5. Dua puluh =

4. Lembar Penilaian Keterampilan

A. Lembar Penilaian Keterampilan PKn

Tes lisan

Soal

1. Sebutkan hasil kesepakatan keluarga dalam

musyawarah menentukan tugas kegiatan

di pagi hari!

a. Tugas ayah adalah...

b. Tugas ibu adalah....

c. Tugasmu adalah...

d. Tugas adik adalah...

B. Lembar Penilaian Keterampilan SBdP

Tes unjuk kerja : Menyanyikan lagu Garuda Pancasila

Rubrik penilaian

C. Lembar Penilaian Keterampilan Bahasa indonesia

Tes unjuk kerja : Membaca text sederhana

Soal :

Tugas di pagi hari

Ayah, ibu, aku dan adik semalam bermusyawarah.

Ayah sebagai pemimpin musyawarah.

Kami membuat kesepakatan tentang tugas di pagi hari

Ayah menyiram tanaman

Ibu memasak

Aku mencuci piring

Adik menyapu lantai.

No Kriteria

Baik

Sekali Baik Cukup

Perlu

Bimbingan

4 3 2 1

1.

Menyanyikan

lagu Garuda

Pancasila

Hafal lagu

sesuai

syair dan

dan irama

yang tepat

Hafal lagu sesuai

syair namun

irama tidak tepat

atau sebaliknya.

Hafal

sebagian

kecil

syair lagu

Belum

mampu

menghafal

syair lagu

Kriteria Penskoran :

Benar = 1

Salah = 0

Skor = Nilai yang diperoleh x 20 =

Kriteria Penskoran :

Benar = 1

Salah = 0

Skor = Nilai yang diperoleh x 25

193

Penilaian = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟

8 𝑥

Rubrik Penilaian

D. Lembar Penilaian Keterampilan Matematika

Tes Tulis

Hitunglah himpunan gambar berikut ini!

No

. Kriteria

Baik Sekali Baik Cukup Perlu Bimbingan

4 3 2 1

1. Membaca text

sederhana dengan

lafal yang jelas

Mampu

membaca

seluruh text

dengan

lafal yang

jelas

Mampu

membaca

sebagian

text dengan

lafal jelas

Membaca

dengan sebagian

kecil text

dengan lafal

kurang jelas

Belum mampu

membaca text

dengan lafal

yang jelas

2. Membaca text

dengan intonasi

yang tepat

Mampu

membaca

seluruh text

dengan

intonasi

yang tepat

Mampu

membaca

sebagian

text dengan

intonasi

yang tepat

Membaca

sebagian kecil

text dengan

intonasi kurang

tepat

Belum mampu

membaca text

dengan intonasi

yang tepat

......

...... ......

......

......

194

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

a. Dengan membaca teks bacaan, siswa dapat mengidentifikasi kegiatan di rumah

b. Dengan mengamati gambar, siswa dapat mengelompokkan kegiatan di rumah dengan

benar

c. Dengan membaca teks bacaan, siswa dapat menjawab pertanyaan terkait teks aturan

di rumah

d. Dengan membaca teks bacaan, siswa dapat menjawab pertanyaan terkait teks hari

pertama kali sekolah

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Guru mengucapkan salam, menyapa dan mengecek kehadiran siswa melalui WA

2. Guru mengajak berdo’a sebelum pelajaran dimulai

3. Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran hari ini

4. Siswa siswa melihat video tentang kegiatan di rumah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN - DARING

ama Sekolah : SLB NEGERI Surakarta

Kelas / Semester : V Autis/ 1(satu)

Tema/ Sub Tema : 1. Aku dan Sekolahku /1. Pramuka

Pembelajaran

Alokasi Waktu

: 1

: 1 x Pertemuan ( 9 x 30 menit)

Kompetensi Dasar Indikator

Bahasa Indonesia

3.3 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan

bermain di lingkungan sekolah dengan bantuan guru

atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis

yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah

untuk membantu pemahaman

3.2.1Mengidentifikasi

kegiatan di sekolah

4.3 Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang

kegiatan dan bermain di lingkungan sekolah secara

mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang

dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk

membantu penyajian

4.3.1 Membaca teks

dengan benar

PPKn

3.2 Mengetahui tata tertib yang berlaku dalam kehidupan

di rumah dan sekolah

3.2.1Menyebutkan aturan

di sekolah

4.2 Melaksanakan tata tertib di lingkungan rumah dan

sekolah serta menaatinya

4.2.1Merapikan tempat

belajar sendiri

IPS

3.1 Mengenal peristiwa penting dalam keluarga

3.1.1Menyebutkan

peristiwa penting

dalam keluarga

4.1 Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga 4.2.1Menceritakan kembali

hari pertama kali

sekolah

195

5. Guru dibantu orang tua menjelaskan materi hari ini pada siswa dan

menyimpulkannya

6. Guru dibantu orang tua membimbing siswa mengerjakan tugas dan orang tua

melaporkan hasil tugas pada guru

C. PENILAIAN

1. Penilaian Sikap : observasi

2. Penilaian Pengetahuan : Lisan, tertulis,

3. Penilaian Keterampilan : Penilaian unjuk kerja

D. TINDAK LANJUT (Remidial dan pengayaan)

Kepala Sekolah

Sukamto, SE, M.Pd

NIP. 19651006 198903 1 011

Surakarta, Juli 2020

Guru Kelas

Kristin, S.Pd

NIP. -

196

Lampiran

1. Penilaian Sikap

No. Nama

Siswa

Sikap

Percaya Diri Teliti Santun

SB B C K SB B C K SB B C K

1.

2.

3.

4.

2. Penilaian pengetahuan

1. Sebutkan kegiatan yang bisa dilakukan disekolah!

2. Putra berangkat sekolah pada … hari

3. Jika berangkat ke sekolah, baju kita harus …

4. Jika kita belajar, yang perlu kita siapkan adalah …

5. Saat kita belajar dan pergi sekolah, kita merasa …

3. Penilaian Keterampilan

a. Membaca teks sederhana

b. Rubrik Menceritakan kembali

No

. Kriteria

Baik Sekali Baik Cukup Perlu

Bimbingan

4 3 2 1

1. Membaca teks

narasi dengan

lancar.

Membaca lancar

dan mandiri

Membacad

engan

sedikit

bantuan .

Membaca

dengan

bantuan

maksimal

Belum bisa

membaca

No. Kriteria Baik Sekali Baik Cukup

Perlu

Bimbingan

4 3 2 1

1. Menceritakan

kembali

peristiwa

pertama kali

sekolah

Menceritaka

n kembali

peristiwa

pertama kali

sekolah

dengan

mandiri

Menceritaka

n kembali

peristiwa

pertama kali

sekolah

dengan

sedikit

bantuan .

Menceritaka

n kembali

peristiwa

pertama kali

sekolah

dengan

bantuan

maksimal

Belum bisa

menceritaka

n kembali

peristiwa

pertama

kali sekolah

197

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan: SLB Negeri Surakarta

Kelas/Semester : VI (Enam) autis/ I(Satu)

Tema : Tanah

Subtema : Jenis Tanah

Pembelajaran : 1 (Pertama)

AlokasiWaktu : 1 hari

Fokus : Bahasa Indonesia, IPA, SBDP

A. TujuanPembelajaran

1. Dengan bermain/mengamati tanah , peserta didik mampu menyebutkan dua jenis

tanah.

2. Dengan bermain es , peserta didikmemahami konsep perubahan wujud benda padat

menjadi cair.

3. Dengan mengamati gambar peserta didik dapat mewarnai berbagai jenis alat musik yang

dibunyikan dengan ditiup.

B. ProsesPembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Guru bersama peserta didik berdoa untuk mengawali

kegiatan belajar mengajar ( Video Call )

2. Guru melakukan persepsi kepada peserta didik agar siap

untuk belajar. ( Video Call )

5 menit

Kegiata

nInti

Guru menjelaskan tugas kepada orang tua /keluarga tugas

peserta didik :

1. Peserta didik bersama orang tua /keluarga bermain dan

mengamati tanah dan jenis – jenis tanah .di sekitar rumah

(mengamati)

2. Bersama orang tua / keluarga peserta didik bermain/

mengamati es lilin yang mencair di dalam gelas

3. Peserta didik mengamati gambar alat music seruling,

terompet, sexophone. Selanjutnya siswa ditugaskan untuk

menuliskan nama alat musik dalam lembar kerja siswa.

(mencoba)

170 menit

Penutup 1. Guru menutup pembelajaran dengan menanyakan kepada

peserta didik apa saja yang sudah dipelajari hari ini

(mengkomunikasikan)

2. Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajaran dengan

berdoa.

5 menit

C. Penilaian

1. Penilaian Pengetahuan

Instrumen : TesTertulis

2. Penilaian Keterampilan

Instrumen Observasi : Mengamati gambar / Video

198

3. Penilaian Sikap :Test pengamatan

Instrumen : Rubrik

Kepala Sekolah

Sukamto, SE, M.Pd

NIP. 19651006 198903 1 011

Surakarta, Juli 2020

Guru Kelas

Surono, S.Pd

NIP. 197103202006041017

199

I. PENILAIAN PENGETAHUAN

Instrumen Penilaian : Test Tertulis

1. Sebutkan 2 jenis tanah yang kalian ketahui.

Jawaban : tanah humus dan Tanah Kapur ( disesuaikan dengan daerah tempat

tinggal )

2. Tanah berdasarkan kesubiurannya dibagi menjadi dua , yaitu ....... dan ......

Jawaban : tanah subur dan tidak subur.

3. Bagaimana warna yang subur ?

Jawaban : Warnanya gelap.

4. Bagaimana warna tanah yang tidak subur ?

Jawaban : Cenderung terang.

5. Perubahan dari es menjadi air di sebut ?

Jawaban : mencair.

Tes tertulis :

Skor maksimal : 10

Nilai akhir siswa = Jumlah skor yang diperoleh X 100

Skor maksimal

II. PENILAIAN KETERAMPILAN

a. Mengamati gambar/Video

Rubrik ketrampilan : mengamati video

Kriteria Skor Indikator

1. Pemahaman teks A Mengamati dengan tenang dan merespon

B Mengamati dengan tenang tak ada respon.

C Mengamati tidak tenang

D Tidak mau mengamati

b. Warnailah alat musik berikut sehingga indah .

KonversiNilai

(Skala0-100) Predikat Klasifikasi

86 - 100 A SB (Sangat Baik)

71 - 85 B B (Baik)

56 - 70 C C(CUkUp)

≤ 55 D K(KUrang)

200

III. Bentuk instrumen Penilaian Sikap

a. Lembar Penialain Sikap

No. Nama

Sikap yang ditunjukkan

Jumlah Percaya diri Bertanggung Jawab

1 2 3 4 1 2 3 4

1. Charis

2. Dhimas

3. Fauzi

4. Rizky

Keterangan:

1 : Tidak pernah ditunjukkan 3 : Sering ditunjukkan

2 : Kadang-kadang ditunjukkan 4 : Selalu ditunjukkan

Penilaian:

8

201

Lampiran 8

Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Pak Surono S.Pd

(Wali Kelas VI)

Wawancara dengan Bu Erny Kadarwati

S.Pd (Wali Kelas IVa)

Wawancara dengan Bu Wulan Utami,

S.Pd (Wali Kelas IVb)

Wawancara dengan Bu Dinda Riski

Pramessiwi, S.Pd (Wali Kelas II dan III)

Wawancara dengan Bu Christin S.Pd

(Wali Kelas Vb)

Wawancara dengan Pak Drs. Kasmanto

(Wakil Kepala Sekolah bagian

Kurikulum)

Wawancara dengan Bapak Sukamto, SE,

M.Pd

202

Lampiran 9

Lampiran : 1 berkas Proposal Surakarta, 02 Juni 2021

Hal : Permohonan Izin Menyusun Skripsi

Yth. Dekan

c.q. Wakil Dekan Bidang Akademik

FKIP Universitas Sebelas Maret

di Surakarta

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Emma Meylani Aditama

NIM : K5117024

Program Studi : Pendidikan Luar Biasa

Tempat/Tanggal Lahir : Kotawaringin Barat, 15

Mei 1999

Alamat : Desa Purbasari rt 11 rw 03 Kec.

Pangkalan Lada Kab.Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah

Dengan ini saya mengajukan permohonan izin menyusun skripsi kepada Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan

judul: Penilaian Guru terhadap Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Anak Autis di SLB

Negeri Surakarta Selama Masa Pandemi

Pembimbing skripsi saya adalah sebagai berikut:

Nama Pembimbing Tanda

Tangan

1. Erma Kumala Sari S.Psi., M.Psi (Pembimbing I)

2. Sugini S.Pd., M.Pd (PembimbingII)

Terlampir 1 (satu) berkas proposal sebagai persyaratan yang diperlukan sesuai

ketentuan. Atas perhatian dan terpenuhinya permohonan izin ini, saya mengucapkan

terima kasih.

Mengetahui

Koordonator Skripsi, Pemohon,

Sugini S.Pd., M.Pd Emma Meylani Aditama

NIP. 197909232005012001 NIM. K5117024

Menyetujui

Kepala Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Dr. Subagya M.Si

NIP. 196010011983031012

.....................

.

.....................

.

203

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta, Telp/Fax (0271) 648939,

Website http://fkip.uns.ac.id, Email [email protected],

KEPUTUSAN

DEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Nomor : 7319/UN27.02/PT.01.04/2021

Tentang

IZIN MENYUSUN SKRIPSI

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret setelah

menimbang ketentuan Pedoman Penyusunan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Tahun 2016 dalam keputusan Nomor:

008/UN27.02/HK/2016 Tanggal 04 Januari 2016, dan persetujuan Tim Pembimbing

Skripsi tanggal 02 Juni 2021

M E M U T U S K A N

Menetapkan mahasiswa tersebut di bawah ini :

N a m a : Emma Meylani Aditama

NIM : K5117024

Program Studi : Pendidikan Luar Biasa

Tempat & Tanggal Lahir : Kotawaringin Barat, 15 Mei 1999

Alamat : Desa Purbasari rt 11 rw 03 Kec. Pangkalan

Lada Kab.Kotawaringin Barat Kalimantan

Tengah

Diizinkan memulai menyusun skripsi dengan judul sebagai berikut :

Penilaian Guru terhadap Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Anak Autis di SLB Negeri

Surakarta selama Masa Pandemi

Dosen Pembimbing :

1. Erma Kumala Sari S.Psi., M.Psi NIP 198411302012122002 (Pembimbing I)

2. Sugini S.Pd., M.Pd NIP 197909232005012001

(Pembimbing II)

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika

di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di: Surakarta Pada Tanggal: 04 Juni 2021

a.n. Dekan Wakil Dekan Akademik, Riset,

dan Kemahasiswaan

Tembusan Yth. : Prof. Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si. Pembimbing I dan II NIP. 196505211990031003

204

Lampiran 10