84 lampiran 1 pedoman wawancara dengan wali
TRANSCRIPT
84
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN WALI KELAS
Aspek Indikator Pertanyaan
Teknik
penilaian
yang
digunakan
Perencanaan
1. Apakah bapak/ibu telah merumuskan silabus dan
RPP terlebih dahulu sebagai acuan pembelajaran?
2. Apakah bapak/ibu telah menentukan rencana
penilaian mengacu kepada silabus dan RPP?
Mengembangkan
dasar penilaian
3. Apakah dalam merumuskan penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial sudah sesuai dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam indikator ?
4. Bagaimana cara bapak/ibu merumuskan tujuan
penilaian sikap sesuai dengan kompetensi inti dan
kompetensi dasar?
Penentuan teknik
dan penilaian yang
sesuai
5. Apakah bapak/ibu telah menetukan teknik dan
instrumen penilaian sesuai dengan indikator?
Penginformasian
kepada siswa
6. Apakah bapak/ibu memberitahukan kepada peserta
didik mengenai aspek-aspek yang akan dinilai? Guru menentukan
rumus nilai akhir
belajar
7. Apakah bapak/ibu telah menetapkan rumus
penentuan nilai akhir hasil belajar?
Penetapan acuan
kriteria ketuntasan
minimal
8. Apakah bapak/ibu telah menetapkan acuan kriteria
berupa KKM dalam penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial?
Pelaksanaa
n penilaian
sikap di
masa
pandemi
Instrumen
observasi yang
digunakan
9. Apakah teknik observasi dalam penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial efektif dilakukan pada
anak autis terutama pada masa pandemi?
10. Jenis observasi apa yang bapak/ ibu pilih dalam
menilai sikap spiritual dan sikap sosial anak autis
terutama pada masa pandemi?
Penyusunan
instrumen
11. Dalam melakukan observasi, instrumen penilaian
apa yang bapak/ ibu gunakan?
12. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang
instrumen penilaian menggunakan observasi
terutama pada masa pandemi?
13. Apakah bapak/ibu telah merumuskan aspek sikap
yang dituntut dalam instrumen observasi?
14. Apa saja aspek sikap yang dituntut dalam instrumen
observasi?
15. Apakah aspek tersebut sesuai dengan kompetensi
yang akan diukur?
16. Apakah instrumen observasi yang digunakan
mampu merekam sikap anak autis terutama pada
masa pandemi?
85
Penskoran
17. Bagaimana cara bapak/ibu melakukan penskoran
dalam instrumen observasi?
Acuan KKM 18. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan acuan KKM
dalam instrumen observasi?
Penilaian diri
19. Apakah bapak/ibu menggunakan penilaian diri?
20. Apa pertimbangan bapak/ibu menggunakan atau
tidak menggunakannya?
Penilaian antar
teman
21. Apakah bapak/ibu menggunakan penilaian diri?
22. Apa pertimbangan bapak/ibu menggunakan atau
tidak menggunakannya?
Instrumen jurnal
yang digunakan
23. Apakah bapak/ibu menggunakan teknik penilaian
jurnal terutama pada masa pandemi?
24. Apa saja pertimbangan dalam menentukan
penggunaan jurnal dalam melakukan penilaian
sikap?
Penyusunan
instrumen
25. Apa saja aspek sikap yang dapat direkam dengan
instrumen jurnal?
26. Apakah dalam penyusunan jurnal menggunakan
format sederhana dan mudah digunakan?
27. Apakah pencatatan jurnal memudahkan dalam
pemaknaan terhadap sikap peserta didik autis?
28. Apakah instrumen jurnal efektif bagi menilai sikap
spiritual dan sikap sosial anak autis?
Penskoran
29. Bagaimana cara bapak/ibu melakukan penskoran
dalam instrumen jurnal?
Acuan KKM 30. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan acuan KKM
dalam instrumen jurnal?
Kendala
yang
dihadapi
Kendala terkait
penyusunan
instrumen penilaian
31. Apakah kondisi pandemi mempengaruhi proses
penyusunan instrumen penilaian?
32. Apakah terdapat perubahan aspek sikap yang akan
dinilai selama masa pandemi?
33. Kendala apa saja yang dihadapi dalam penyusunan
instrumen penilaian sikap selama masa pandemi?
Kendala terkait
pelaksanaan
penilaian masa
pandemi
34. Apakah dalam melaksanakan penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial yang dilakukan telah
sesuai dengan persiapan yang bapak/ibu
rencanakan?
35. Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial
pada anak autis dapat dilakukan melalui media
online?
36. Apa saja faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak
autis masa pandemi?
37. Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial
efektif dilakukan di masa pandemi?
86
Lampiran 3
Aspek Indikator Pertanyaan
Teknik
penilaian
yang
digunakan
Perencanaan
1. Apakah guru telah merumuskan silabus dan RPP
terlebih dahulu sebagai acuan pembelajaran?
2. Apakah guru telah menentukan rencana penilaian
mengacu kepada silabus dan RPP?
3. Apakah sekolah mengadakan pemantauan berkala
mengenai pembuatan silabus dan RPP?
Mengembangkan
dasar penilaian
4. Apakah guru telah merumuskan penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial sudah sesuai dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam indikator ?
5. Apakah guru telah merumuskan tujuan penilaian
sikap spiritual dan sikap sosial sudah sesuai
dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar?
6. Bagaimana penilaian bapak terhadap penyusunan
silabus dan RPP selama masa pandemic?
Menentukan
rumus nilai akhir
belajar
7. Apakah guru telah menetapkan rumus penentuan
nilai akhir hasil belajar atau telah disediakan oleh
sekolah?
Penetapan acuan
kriteria ketuntasan
minimal
8. Apakah KKM dibuat oleh guru atau telah
disediakan oleh sekolah?
Pelaksanaan
penilaian
sikap di
masa
pandemi
Instrumen yang
digunakan
9. Apakah para guru dapat melakukan observasi pada
masa pandemi?
Penskoran 10. Apakah pihak sekolah menetapkan acuan
penskoran atau dikembalikan kepada kebijakan
guru masing-masing?
Acuan KKM 11. Apakah pihak sekolah menetapkan acuan KKM?
Jurnal
12. Apakah para guru mnggunakan jurnal?
13. Adakah format jurnal yang telah disediakan
sekolah?
Kendala
yang
dihadapi
Kendala terkait
penyusunan
instrumen
penilaian
14. Kendala apa saja yang dihadapi dalam penyusunan
instrumen penilaian sikap selama masa pandemi?
Kendala terkait
pelaksanaan
penilaian masa
pandemi
15. Apakah dalam melaksanakan penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial yang dilakukan telah
sesuai dengan persiapan yang guru rencanakan?
16. Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial
pada anak autis dapat dilakukan melalui media
online?
17. Bagaimana langkah pihak sekolah menanggapi
kendala yang ada?
Pedoman Wawancara dengan Kepsek dan Wakasek
Lampiran 2
87
Lampiran 3
Pedoman Kuesioner untukWali Kelas, Kepsek dan Wakasek
Aspek Indikator Nomor Instrumen
Penerapan penilaian
sikap spiritual dan
sikap sosial
c. Pelaksanaan penilaian sikap dengan
teknik observasi
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
d. Pelaksanaan penilaian sikap dengan
teknik penilaian diri
8, 9, 10, 11
e. Pelaksanaan penilaian sikap dengan
teknik penilaian antar teman
12, 13, 14,
f. Pelaksanaan penilaian sikap dengan
teknik jurnal
15, 16, 17, 18
Kendala yang
dihadapi
Kendala dalam Perencanaan dan
pelaksanaan penilaian sikap spiritual
dan sikap sosial masa pandemi
19, 20, 21
88
KUESIONER PENERAPAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI DALAM
PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIALANAK AUTIS PADA MASA
PANDEMI
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin : Pria/Wanita
3. Usia : tahun
4. Nama Sekolah :
5. Jabatan :
PETUNJUK PENGISIAN :
Berdasar atas pengalaman dan pengamatan Bapak/Ibu, berilah tanda silang (X) pada
alternatif jawaban yang paling merefleksikan persepsi Guru pada setiap pernyataan
serta berikan penjelasan.
Daftar Pertanyaan
1. Apakah guru menyampaikan kompetensi sikap yang perlu dicapai peserta didik
autis?
a. Ya
b. Tidak
Alasan .................................................................................................................... ...
...................................................................................................................................
2. Apakah guru menyampaikan kriteria penilaian dan indikator capaian sikap kepada
peserta didik autis?
a. Ya
b. Tidak
Alasan .................................................................................................................... ...
...................................................................................................................................
3. Apakah guru melakukan pengamatan terhadap sikap peserta didik autis selama
pembelajaran atau selama sikap tersebut ditampilkan?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................... ...
...................................................................................................................................
4. Apakah guru telah menemukan dan mengenali berbagai indikator kunci pada
rubrik penilaian?
a. Ya
89
b. Tidak
Alasan .................................................................................................................... ...
...................................................................................................................................
5. Apakah guru melakukan pencatatan terhadap tampilan sikap peserta didik autis?
a. Ya
b. Tidak
Alasan .................................................................................................................... ...
...................................................................................................................................
6. Apakah guru membandingkan tampilan peserta didik dengan rubrik penilaian?
a. Ya
b. Tidak
Alasan .................................................................................................................... ...
...................................................................................................................................
7. Apakah guru menarik kesimpulan dari pencapaian kompetensi sikap?
a. Ya
b. Tidak
Alasan .................................................................................................................... ...
...................................................................................................................................
8. Apakah guru membagikan format penilaian diri kepada peserta didik autis?
a. Ya
b. Tidak
Alasan .................................................................................................................... ...
...................................................................................................................................
9. Apakah guru meminta peserta didik autis untuk melakukan penilaian diri?
a. Ya
b. Tidak
Alasan .................................................................................................................... ...
...................................................................................................................................
10. Apakah guru membagikan format penilaian diri kepada peserta didik autis?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
11. Saat akan melakukan penilaian diri, apakah guru terlebih dahulu menyamakan
persepsi tentang setiap indikator yang akan dinilai?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
90
12. Apakah guru melakukan penilaian antar teman pada peserta didik autis?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
13. Apakah guru menentukan penilai untuk setiap peserta didik autis?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
14. Apakah guru meminta peserta didik autis untuk melakukan penilaian terhadap
sikap temannya pada lembar penilaian?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
15. Apakah guru senantiasa memantau perilaku peserta didik autis baik selama atau
di luar pembelajaran teurtama pada masa pandemi?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
16. Apakah guru membuat catatan tentang sikap dan perilaku peserta didik autis?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
17. Apakah guru mencatat tampilan sikap peserta didik autis sesuai dengan indikator
yang akan dinilai?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
18. Apakah guru mencatat sesuai urutan kejadian dengan membubuhkan tanggal
pencatatn setiap tampilan peserta didik autis?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
91
19. Apakah terdapat kendala dalam pemilihan instrumen penilaian sikap pada masa
pandemi?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
20. Apakah terdapat kendala dalam merumuskan aspek sikap yang akan dinilai
selama pembelajaran masa pandemi?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
21. Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak autis efektif
dilakukan masa pandemi?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ................................................................................................................. ...
.................................................................................................................................
92
Lampiran 4
TRANSKIP WAWANCARA
Kutipan Wawancara 1
Informan I
Nama : Surono, S.Pd
Jabatan : Wali kelas VI Autis
Hari, tanggal : Jumat, 30 Juli 2021
Waktu : 08.00 – 09.00 WIB
Tempat : Ruang tunggu SLB Negeri Surakarta
Mahasiswa : “Apakah bapak telah merumuskan silabus dan RPP terlebih
dahulu sebagai acuan pembelajaran?”
Pak Surono : “Iya, sebelumnya.”
Mahasiswa : “Sebelumnya nggih, apakah satu minggu sebelum pembelajaran
atau pada awal semester sudah membuat?”
Pak Surono :“Awal semester itu sudah buat dari silabus satu semester
kemudian sama RPP nya. Karena kita juga diwajibkan untuk
mengumpulkan. Awal semester.”
Mahasiswa : “Berarti awal semester sebelum pembelajaran sudah ada nggih
pak. Sudah siap.”
Pak Surono : “Nggih, sudah ada.”
Mahasiswa : “Apakah bapak telah menentukan rencana penilaian mengacu
kepada silabus dan RPP?”
Pak Surono : “Untuk rencana penilaian iya, sesuai dengan KI dan KD dan
materi-materinya juga sesuai yang nanti disampaikan itu.”
Mahasiswa : “Apakah bapak merumuskan tujuan penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi
dasar?”
Pak Surono : “Hmm, kita sesuaikan. Namun ada beberapa indikator yang
otomatis diturunkan disesuaikan dengan kemampuan anak.
Nggih, kalo KI KD nya tetep sama itu. Kemudian indikator
diturunkan sesuai kemampuan anak, termasuk tujuan
pembelajaran juga sama. Karena anak autis kan berbeda-beda
antara satu dengan yang lain.”
Mahasiswa : “Bagaimana bapak merumuskan tujuan penilaian
sikap spiritual dan sikap sosial sesuai dengan kompetensi inti
dan kompetensi dasar?”
Pak Surono :“Berdasarkan KI KD itu sendiri. Disesuaikan dengan anak.
Kemudian kita rumuskan penilaiannya.”
93
Mahasiswa : “Apakah bapak telah menentukan teknik dan instrumen penilaian
sesuai dengan indikator pencapaian KD?”
Pak Surono : “Tekniknya? Untuk penilaiannya?”
Mahasiswa : “Nggih.”
Pak Surono : “Untuk teknik penilaiannya otomatis kita menggunakan rubrik.”
Mahasiswa : “Apakah bapak memberitahukan kepada siswa mengenai aspek-
aspek yang akan dinilai?”
Pak Surono : “Tidak.”
Mahasiswa : “Mboten saget nggih?”
Pak Surono : “Nggih, ndak bisa. Karena anak yang saya pegang non verbal
jadi kita tetep menyesuaikan. Kita ndak bisa ngasi tau sing dibiji
iki, ndak ndak bisa.”
Mahasiswa : “Bapak mengampu beberapa siswa?”
Pak Surono : “4 siswa.”
Mahasiswa : “Apakah bapak telah merumuskan kisi-kisi penilaian (yang
memuat seluruh komponen penilaian)?”
Pak Surono : “Iya.”
Mahasiswa : “Dari awal nggih?”
Pak Surono : “Iya, dari awal. Termasuk dalam pembuatan RPP kan otomatis
ada tujuannya kemudian materinya, kemudian penilaian
termasuk kisi-kisi penilaiannya.”
Mahasiswa : “Apakah bapak membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi yang
telah dibuat?”
Pak Surono : “Instrumennya iya. Otomatis instrumen penilaian disesuaikan
dengan kisi-kisi yang telah dibuat dan disesuaikan dengan materi
yang akan disampaikan. Dan tak lupa mengacu pada tujuan
pembelajaran. Terus runtut kebawah.”
Mahasiswa : “Saling berkesinambungan nggih pak?”
Pak Surono : “Nggih, berkesinambungan terus.”
Mahasiswa : “Bagaimana cara bapak menganalisis kualitas instrumen
penilaian?”
Pak Surono : “Kalo menganalisis iya, tapi secara sederhana.”
Mahasiswa : “Bagaimana itu pak?”
Pak Surono : “Nggih, dilihat dari kompleksitas materi, kemudian kompleksitas
kemampuan anak dan sarpras yang ada. Jadi kita sesuaikan
dengan itu. Tidak sesaklek di kuliah, tidak.”
Mahasiswa : “Murid bapak beragam nggih kemampuannya?”
Pak Surono : “Nggih, beragam. Berbeda beda satu sama lain”
Mahasiswa : “Apakah bapak menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil
belajar?”
Pak Surono : “Nggih, nilai akhir hasil belajar nilai rapot kan?”
Mahasiswa : “Nggih.”
Pak Surono : “Iya, kita rumuskan dari nilai formatif, sumatif kita ambilkan dari
nilai UTS, ulangan-ulangan, dan PAS.”
Mahasiswa : :Apakah bapak menetapkan acuan kriteria berupa KKM dalam
94
penilaian sikap spiritual dan sikap sosial?”
Pak Surono : “Nggih, KKM sudah dianalisis dari awal. Disesuikan dengan
kompleksitas materi, kemampuan anak dan sarana yang ada.”
Mahasiswa : “Apakah teknik observasi dalam penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial efektif dilakukan pada anak atuis terutama pada
masa pandemi?”
Pak Surono : “Observasi ya kurang nggih. Karena kita jarang ketemu dalam
artian kita harus home visit. Padahal kita ndak siap. Kemarin
cuma sebulan sekali atau dua kali sebulan. Karena disatu sisi
rumahnya pada jauh, yang kedua orang tuanya tidak menerima
tamu. Anak saya yang di Gentan, pas kita kesana tapi ternyata
orang tua nya mohon maaf pak tidak bisa nerima. Apa ya hanya
sebentar, dia gak mau. Bukan gak mau ya, tapi apa yaa.”
Mahasiswa : “Khawatir nggih pak menerima tamu?”
Pak Surono : “Nggih, dengan kondisi yang sedang seperti ini. Saya maklum.”
Mahasiswa : “Baik, untuk jenis observasi apa yang bapak pilih dalam menilai
sikap spiritual dan sikap sosial anak autis terutama pada masa
pandemi?”
Pak Surono : “Kita langsung pengamatan ke anak dan wawancara dengan
orang tua. Wawancara tentang bagaimana sikap anak, kemudian
pengamatan dari orang tua. Baru setelah itu kita simpulkan.”
Mahasiswa : “Apakah bapak juga meminta foto atau video terkait sikap
anak?”
Pak Surono : “Iya, foto iya. Kegiatan anak misalnya kegiatan anak yang
berkaitan dengan berdoa, kemudian sholat dirumah, kemudian
sebelum belajar. Untuk tugas pun kita berikan, lewat whatsapp
kalo saya. Karena terbatas kemampuan orang tua, jadi hanya
whatsapp.”
Mahasiswa : “Untuk jenisnya apa yang bapak gunakan. Apakah check list atau
rating scale?”
Pak Surono : “Check list sama isian paling cuma beberapa. Karena ini saya
make google form nggih untuk opsi satu opsi dua. Itu aja dari 4
anak yang menjawab hanya 2, karena orang tuanya mampu.
Yang lain, saya harus kerumahnya.”
Mahasiswa : “Apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang instrumen
penilaian menggunakan observasi terutama pada masa
pandemi?”
Pak Surono : “Apa ya, tetep kita harus perhatikan materi yang dilakukan anak
sehari-hari dirumah. Yang perlu kita perhatikan hanya itu, untuk
pelaksanaan bagaimana dirumah dengan orang tua. Bagaimana
orang tua membimbing anak di rumah.”
Mahasiswa : “Jadi memperhatikan kegiatan anak selama dirumah nggih pak?”
Pak Surono : “Nggih, selama dirumah.”
Mahasiswa : “Apakah bapak merumuskan aspek sikap yang dituntut dalam
instrument observasi?”
95
Pak Surono : “Contohnya?”
Mahasiswa : “Misalnya aspek spiritual berdoa, ibadah.”
Pak Surono : “Kalo itu tidak sekompleks itu. Paling hanya berdoa. Yang
sederhana yang biasa anak lakukan.”
Mahasiswa : “Kalo untuk aspek sosialnya bagaimana pak?”
Pak Surono : “Sosialnya? Biasanya bagaimana sikap sosial anak itu sendiri.
Ketika diberikan kakak atau adiknya responnya gimana,
komunikasi dengan kakak adik orangtuanya gimana. Itu nanti
orang tua nya cerita.”
Mahasiswa : “Berarti semua melalui laporan orang tua nggih?”
Pak Surono : “Nggih, karena siswa saya non verbal semua. Tidak bisa laporan
sendiri.”
Mahasiswa : “Apakah instrumen observasi yang digunakan mampu merekam
sikap anak autis terutama pada masa pandemi?”
Pak Surono : “Tidak semuanya.”
Mahasiswa : “Bagaimana bapak melakukan penskoran dalam instrumen
observasi?”
Pak Surono : “Untuk skor, Baik, Cukup seperti itu. Kemudian kita konversikan
ke angka sesuai dengan kita. SB itu sekian, B sekian. Kalo orang
tua Baik Cukup gitu-gitu aja.”
Mahasiswa : “Orang tua melaporkan secara sederhana baru guru mengolahnya
nggih pak?”
Pak Surono : “Iya, nanti baru dikonversikan.”
Mahasiswa : “Bagaimana cara bapak menentukan acuan KKM dalam
instrumen observasi?”
Pak Surono : “KKM disesuaikan dengan materi. KKM yang digunakan sama
yang dibuat di awal. Kan ada analisis KKM, analisis soal,
materi-materi pun sudah dianalisis.”
Mahasiswa : “Berarti sudah dipersiapkan diawal nggih pak?”
Pak Surono : “Iya, dari awal. Sudah include semua.”
Mahasiswa : “Berarti untuk siswa bapak hanya menggunakan observasi
nggih? Untuk penilaian diri penilaian antar teman tidak bisa.”
Pak Surono : “Nggih, ndak bisa. Siswa saya non verbal.”
Mahasiswa : “Tapi untuk jurnal bapak menggunakan?”
Pak Surono : “Tidak, jurnal?”
Mahasiswa : “Jurnal penilaian sikap yang berisi tanggal sekian sikap anak
begini, seperti itu pak.”
Pak Surono : “Tidak, hanya disusun saja. Tidak menulis hari ini sikap anaknya
bagimana bagaimana. Tidak.”
Mahasiswa :“Kondisi pandemi mempengaruhi penyusunan instrumen
penilaian sikap pak?”
Pak Surono : “Termasuk iya, karena otomatis kita kesulitan juga. Nanti yang
mau kita ambil bagian apa, nanti orang tua kira-kira bisa apa
engga. Jadi otomatis kita perlu menyesuaikan kondisi orang tua.
Ditempat saya kondisinya beda-beda. Yang satu istilah e apa ya,
96
mampu itu mampu. Tapi waktunya engga ada. Jadi dirumah si
anak sama kakaknya aja. Yang satu lagi ibu rumah tangga, yang
lain kerja di pabrik. Jadi memang agak kesulitan saat masa
pandemi gini. Jadi sangat perlu menyesuaikan kondisi keluarga.”
Mahasiswa : “Nggih, kemudian untuk aspek sikap yang akan dinilai apakah
mengalami perubahan selama masa pandemi?”
Pak Surono : “Iya, sikap dalam kemandiriannya, kemudian sikap dalam
menerima orang lain bergaul dengan dia. Yang penting untuk
komunikasi dirumah.”
Mahasiswa : “Fokusnya komunikasi di rumah nggih pak?”
Pak Surono : “Iya, kalo di keluarga khususnya orang yang dikenal atau tamu.
Kami mintakan untuk orang tua ikut mengamati. Misalnya kalo
ada tamu, sikap anak apa menolak atau ndelek apa ikut nempel
orang tua. Kita tanyakan itu.”
Mahasiswa : “Kendala apa saja yang dihadapi dalam penyusunan instrumen
penilaian sikap selama masa pandemi? Nggih, itu tadi ya pak
perbedaan kondisi orang tua.”
Pak Surono : “Nggih, kondisi orang tua, terus kondisi keluarga juga. Ada yang
single parent ada yang engga. Terus kesibukan nya beda-beda.
Di tempat saya yang single parent 2. Otomatis berpengaruh pada
segi perekonomiannya, sikap nya juga iya. Banyak sekali”
Mahasiswa : “Berpengaruh pada cara pengontrolan anaknya nggih?”
Pak Surono : “Iya, yang satu yang di Bulo Harjo. Bapaknya meninggal, ibunya
baru kerja, karena dulu kan ndak kerja. Otomatis untuk
ekonominya kan harus berputar. Dan anak ini kalo tidak
ditunggu otomatis lari. Karena perilakunya aktif sekali. Jadi kalo
ibu nya kerja, dia ditinggal sendirian dikunci dirumah. Rumah
dalam kondisi kosong. Pas saya kesana semua barang-barang
yang sekiranya membahayakan sudah ndak ada. Termasuk kita
menilai sikap dan sebagainya yang sudah disampaikan agak
kesulitan, menyesuaikan kondisi anaknya. Yang paling susah si
Dimas itu, kelas 6. Kalo yang satu, si Karis mudah karena orang
tuanya di SD.”
Mahasiswa : “Oh, orang tuanya guru nggih?”
Pak Surono : “Bukan, administrasi. Tapi kan mengetahui juga.”
Mahasiswa : “Oh, berarti dasar mengontrol anak sudah ada nggih?”
Pak Surono : “Nggih. Dasarnya. Lalu juga sangat aktif sekali ibunya. Sangat
berbeda sekali dengan yang satu lagi. Yang satu nya, orang tua
nya udah engga perhatian. Perhatiannya cuma malam, pagi
sampe sore kerja. Yang satu yang orang tuanya kerja di pajak.
Ya anaknya sama kakaknya aja. Paling kakaknya yang
dibiasakan.”
Mahasiswa : “Apakah dalam melaksanakan penilaian sikap spiritual dan sikap
sosial yang dilakukan telah sesuai dengan persiapan yang bapak
rencanakan sebelumnya?”
97
Pak Surono : “Kalo sebelumnya belum. Pas kita buat dulu diawal kita kan
belum tau, kemudian begitu pelaksanaan ada yang berubah.
Otomatis kita revisi. Ada yang ditambahi atau dikurangi.
Menyesuaikan kondisi keluarga dan anak.”
Mahasiswa : “Apakah penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak
atuis dapat dilakukan melalui media online? Mboten terlalu
efektif nggih pak.”
Pak Surono : “Ndak terlalu. Orang tua menjawab kan kita ndak tau bener
engga nya. Meskipun ya kita harus tetep berpositive thinking
kalo orang tua nya jujur.”
Mahasiswa : “Selama pandemi, berarti belum pernah ketemu lagi nggih pak?”
Pak Surono : “Untuk Karis khususnya kelas VI juga sering ketemu karena
orang tuanya welcome. Yang Bulo Harjo jarang ketemu karena
orang tuanya sibuk bekerja dan agak tertutup. Kalo perpajakan
memang mentutup selama pandemi. Yang sukoharjo orang tua
nya dipabrik paling saya kontak orang tua nya dulu, kalo oke pak
saya berangkat. Jadi hanya beberapa kali saya datangi.”
Mahasiswa : “Untuk kemampuan sikap nya apakah mengalami perubahan pak
karena lama tidak bertemu bapak?”
Pak Surono : “Ada yang menolak, dalam artian entah malu atau apa menemui
ndak mau. Itu si Fauzi.”
Mahasiswa : “Karena udah lama ndak ketemu mungkin bingung ya pak?”
Pak Surono : “Iya, cuma disawang. Ini siapa gitu. Kalo Harris biasa dan Karis
ndak ada perubahan. Kalo rizki memang diem, saya ketemu di
luar pun cuma diem. Kalo Karis, memang sering ketemu bisa
seminggu sekali jadi ya biasa. Masih kenal. Kalo Dimas ndak
bisa, langsung lari.”
Mahasiswa : “Baik pak, terima kasih untuk waktu dan kesempatannya.”
Pak Surono : “Iya , sama-sama mbak.”
Kutipan Wawancara 2
Informan II
Nama : Erny Kadarwati, S.Pd
Jabatan : Wali kelas 4 Autis
Hari, tanggal : Selasa, 3 Agustus 2021
Waktu : 10.00 – 11.00 WIB
Tempat : Zoom meeting
98
Mahasiswa : Apakah ibu telah merumuskan silabus dan RPP terlebih dahulu
sebagai acuan pembelajaran?
Bu Erny : Iya, di awal semester ya mbak biasanya kita untuk perangkat
pembelajaran kita buat disitu, termasuk silabus dan RPP.
Mahasiswa : Berarti di awal memang sudah disiapkan semua nggih bu?
Bu Erny : Nggih, walaupun mungkin secara print out tidak semuanya ya mbak,
tidak semua silabus satu semester, seperti itu.
Mahasiswa : Terpenting filenya sudah disiapkan jauh-jauh hari nggih bu?
Bu Erny : Heem.
Mahasiswa : Kemudian, untuk menentukan rencana penilaian sudahkah mengacu
kepada silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya?
Bu Erny : Biasanya kami memang untuk penilaian tetep kita sesuaikan dengan
tema ataupun pembelajaran pada saat itu. Misalnya penilaian untuk
sikap itu ya yang berhubungan dengan aktivitas yang memang
mereka nanti lakukan pada pembelajaran itu. Itu yang akan kita
gunakan.
Mahasiswa : Apakah dalam merumuskan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial
sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam indikator?
Bu Erny : Nggih, intinya kita memang udah apa namanya ee untuk penilaian
memang kita sudah tetapkan atau putuskan menilai sikap ini ini kita
memang kita hubungkan pada tema atau indikator yang ada pada
RPP tersebut. Jadi tetap berhubungan atau mengacu ke KD otomatis
ya mbak.
Mahasiswa : Nggih, bagaimana ibu merumuskan tujuan penilaian sikap spiritual
dan sikap sosial sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi
dasar? Supaya mereka selaras ngoten bu.
Bu Erny : Iya kita memang kita hubungkan dengan kegiatan atau pembelajaran
saat itu, jadi kita hubungkan. Jadi ya memang harus selaras dengan
apa yang pembelajaran pada saat itu diberikan. Untuk nilai sikap
sosial dan sikap spiritual akan menyesuaikan nanti yang ada
hubungannya tentunya.
Mahasiswa : Apakah ibu telah menentukan teknik dan instrument penilaian sesuai
dengan indikator pencapaian Kompetensi Dasar?
Bu Erny : Nggih, kami juga pada teknik untuk apa untuk pencapaian sikap sosial
dan sikap spiritual sudah ada tekniknya.
Mahasiswa : Jadi, untuk tekniknya sudah dipilih dari awal nggih bu?
Bu Erny : Heem, sudah dirancang dari awal.
Mahasiswa : Apakah ibu memberitahukan kepada siswa mengenai aspek-aspek
yang akan dinilai?
Bu Erny : Ya secara langsung kita tidak apa namanya tidak kita beritahu secara
langsung seperti itu engga. Tapi paling engga selama pembelajaran
kita tekankan nilai-nilai tersebut, seperti misalnya percaya diri
ataupun tanggung jwab. Kita tekankan itu. Tapi memang tidak kita
informasikan secara langsung, hari ini kita akan menilai ini ini, itu
kita tidak. Karena memang anak-anak kita kan terbatas, ya
99
sebenernya ya tidak papa. Lebih apa ya tidak fungsional menurut
kami. Lebih mungkin ke action nyata nya saja kita tekankan. Seperti
dia harus percaya diri misalnya, harus bertanggung jawab misalnya
selama pembelajaran. Ya seperti itu.
Mahasiswa : Jadi tersirat dalam pembelajaran nilai-nilai yang akan dinilai?
Bu Erny : Iya, secara tersirat.
Mahasiswa : Apakah ibu telah merumuskan kisi-kisi penilaian (yang memuat
seluruh komponen penilaian)?
Bu Erny : Kalo untuk penilaian pengetahuan keterampilan ada kisi-kisinya, tapi
untuk sikap ee kita terus terang kita jarang untuk kisi-kisi penilaian.
Tapi ada rubriknya di RPP. Untuk kisi-kisi memang biasanya kita
tidak tulis dalam RPP.
Mahasiswa : Jadi langsung yang tercantum rubrik ya bu?
Bu Erny : Hooh, iya memang tidak kita tuang.
Mahasiswa : Oh nggih memang tidak tertulis secara jelas nggih bu?
Bu Erny : Iya, walaupun kita tau ini mengarah mengacu ke situ. Kayak gitu.
Tapi memang mungkin tidak tertuang untuk penilaian sikap.
Mahasiswa : Meskipun tidak ada kisi-kisi penilaian dalam RPP, tetapi langsung ada
teknik dan instrumen yang akan digunakan nggih bu?
Bu Erny : Nggih, biasanya kita make rubrik untuk penilaian sikap.
Mahasiswa : Apakah ibu menganalisis instrumen penilaian?
Bu Erny : ee terus terang untuk menganalisis kita belum melakukan dalam artian
belum tercatat dan belum terdata. Ini apa ya kita memang jarang
memberikan catatan untuk analisa untuk penilaian sikap. Tapi tetep
kita dalam apa ya dalam ini kita ada kesimpulan kita tetapi memang
tidak tertuang dalam tulisan.
Mahasiswa : Jadi untuk analisa instrumen mengalir begitu saja nggih bu? Tidak ada
catatan secara tertulis.
Bu Erny : Iya, paling misalnya di RPP itu kita paling kita tulis itu. Tulis hasil
dari penilaiannya, sebatas itu. Untuk analisis secara runtut belum kita
lakukan. Tapi untuk hasilnya tetap kita tulis, kita catat.
Mahasiswa : Apakah ibu telah menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil
belajar penilaian sikap?
Bu Erny : Untuk apa mbak? Untuk nilai sikap?
Mahasiswa : Nggih, semisal sikap dari observasi ataupun dari jurnal kemudian
didapatkan hasil yang tercantum dalam rapot. Bagaimana ibu
menentukan perumusannya?
Bu Erny : Kalo itu kan melalui observasi ya mbak. Melalui pengamatan ya nanti
per RPP sudah tertuang sikapnya Baik, Sangat Baik atau kurang dan
sebagainya. Disitu nanti ada nilai rata-rata nya dalam satu semester
atau satu pembelajaran. Nanti nilainya dalam satu semester itu
misalnya dalam pelajaran ini ada nilai bersikap gini gini gini tapi
memang nilai sikap itu tertuang dalam rapot bersifat deksripsi mbak.
Jadi tidak ada nilai sikap yang misalnya udah dapat 8 dapat di ini tapi
memang deskripsi misalnya baik ataupun sangat baik seperti itulah,
100
nanti dalam hal apa kalau apa misalnya dia sangat baik mungkin nilai
spiritual nya misalnya dia berdoa nya udah ini tapi untuk mengucap
salam dia masih belum seperti itu. Jadi memang tertuang dirapot itu
untuk untuk kemampuan sikap yang paling baik dan yang paling
rendah ataupun tidak itu yang mana. Seperti itu. Jadi kita nggak ada
nilai rentang angka tapi kita deskriptif.”
Mahasiswa : “Semisal ada anak yang sikapnya belum baik apakah ada perbaikan
atau bagaimana bu?”
Bu Erny : “Tetap ada perbaikan kita lanjutkan ada ada follow up nya ada tindak
lanjutnya harus mengulang nilai sikap yang mungkin kurang di aspek
ini ini seperti itu. Masuk ke progsus untuk memperbaiki sikap.”
Mahasiswa : “Apakah untuk saat ini teknik observasi penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial efektif dilakukan pada anak autis ?”
Bu Erny : “Menurut saya sebenarnya yang kurang efektif mbak karena kita kan
tidak bisa mengamati secara langsung apalagi kalau PJJ seperti ini
kan jarak jauh dan kita juga kadang cuma dari laporan orang tua atau
mungkin dari video kayak gitu kita lihat seperti itu hanya Sebatas
itu, jadi menurut saya negga efektif untuk meinilai sikap sosial dan
spiritual karena karena kita tidak bisa langsung yang mengamatinya
kita juga mungkin baru informasi dari orang tua ataupun dari lihat
video itu pun juga orang kalau saya kurang efektif ya.”
Mahasiswa : “Kurang valid ya bu?”
Bu Erny : “Iya kurang valid.”
Mahasiswa : “Untuk jenis observasinya sendiri ibu biasanya menggunakan apa?
Rating scale atau checklist?”
Bu Erny : “Bisanya pakai rating scale mbak kita mau mengamati secara
langsung mau mendeskripsikan atau mau ini nggak apa namanya
kurang inilah jadi paling kadang kita juga bertanya kepada orang tua
seperti itu.”
Mahasiswa : “Sangat mengandalkan pengamatan orang tua nggih bu berarti nggih
bu?”
Bu Erny : “Iya, karena memang untuk pembelajaran sendiri mengandalkan
orang tua dirumah. Karena kita sebagai fasilator supaya orang tua
bisa mengajarkan anaknya di rumah ketika kita tidak bisa
melakukan. Kita pun melakukan dengan video pembelajaran
mungkin kita tidak bisa pantau secara langsung karena memang
orang tua tidak semuanya bisa langsung untuk mengajarkan anaknya.
Mungkin ada beberapa yang harus bekerja dan sebagainya jadi kita
kalaupun kita mau bisanya zoom ataupun mau video call untuk sama
anak itu di apa namanya di siang hari atau pagi hari mbak. Jadi
kadang kita kasih video pembelajaran nanti orang tua memberikan ke
anaknya pada LKS yang dikerjakan seperti itu jadi ya semua
tergantung ke orangtua kita tidak bisa memaksakan untuk orang tua
siap jam segini anaknya harus mengikuti ini kayak gitu.”
Mahasiswa : “Pembelajaran berjalan sefleksibel mungkin nggih bu?”
101
Bu Erny : Iya, tidak bisa memaksakan anak sama orangtua dan situasi seperti ini
Tapi kita tetap kita maksimalkan semaksimal mungkin apa yang bisa
kita lakukan mungkin membentuk yang pasti memang kita bantu
orang tua dulu gimana caranya menghadapi anak, yang penting itu.”
Mahasiswa : “Selain mempertimbangkan kesediaan orang tua apa saja yang perlu
diperhatikan dalam merancang instrumen penilaian menggunakan
observasi terutama pada masa pandemi bu?”
Bu Erny : “Kondisi itu terus faktor dari orang tua, terus mungkin kita
pertimbangkan media ataupun sarana pembelajaran yang nanti
menunjang untuk dia melakukan tiap pembelajaran yang nanti kita
akan nilai seperti itu. Kita juga perhitungan medianya. Tentukan
sarana prasarananya, faktor dari orang tua tersebut juga itu yang
paling utama seperti itu jadi itu kondisi anak juga memang kita
perhitungan juga karena memang sudah lama sekali di rumah itu
tentunya sangat berubah terutama dari segi sikapnya anak-anak.
Sikap patuhnya atau sikap lainnya yang mungkin dulu sudah
terbentuk lumayan bagus tapi karena udah berapa waktu yang agak
lama di rumah itu pasti mengalami perubahan yang yang bisa
dikatakan yo balik lagi ke nol misalnya seperti itu juga kita
mengalami. Kita mempertimbangkan kondisi anaknya, selain itu
sarana prasarana yang menunjang pembelajaran. Penting karena
walaupun kita memberikan harus seperti ini tapi kalau di rumah tidak
ada sarana nya ya kita tidak bisa tidak akan bisa untuk memaksakan
seperti itu jadi ya benar-benar mungkin bisa dikatakan minimalis lah
mbak.”
Mahasiswa : “Dalam merumuskan aspek-aspek nilai apakah terbatas dalam
kegiatan dirumah nggih tidak seluas saat masih ada di sekolah tatap
muka?”
Bu Erny : “Iya kapan belajarnya sendiri pun juga kita mengacu ke aktivitas di
rumah walaupun itu materi pembelajaran tapi kita lebih aplikatif di
situ jadi buat orang tua juga biar tidak merasa susah sekali untuk
mempelajari anak, menjamin duduk bersama di meja, harus menulis
apa dan sebagainya. Tetapi kita lebih ke aktivitas sebenarnya kalau
dilihat, ditinjau dari segi itu memang apanya yang sikap lebih terlihat
karena memang anak melakukan cara seperti itu. Walaupun itu tadi
kendalanya memang kita tidak bisa tau anak melakukan seperti apa
yang sebenarnya. Misalnya hari ini mengenal benda-benda padat oh
dia di kamar, di kamarnya dia lebih lebih aplikatif di situ benda padat
itu apa yang di kamarnya bisa menyebutkan bisa lebih aplikatif
kalaupun belajar tentang apa namanya makan gitu ya pas dia makan
langsung misalnya dia belajar mengenal piring ataupun sendok. Dia
belajar pas makan itu, jadi bukan pas dia duduk langsung orang
tuanya mempelajari tentang makan tapi kita sarankan ke orang tua
belajar ini pas saat makan, jadi sekalian makan sekalian anaknya
belajar. Oh ini piring ini apa namanya sendok ini garpu ini dan
102
sebagainya. Sebenarnya anak juga kita tuntut untuk saat makan itu
misalnya sikapnya juga harus dia bertanggung jawab untuk
mengambil piringnya sendiri, jadi kita memang pembelajarannya
anak mengambil piring sendiri nanti orang tua nanya apa ini jadi
disini satu perintah tapi bermakna banyak sekali, dia bisa mengenal
piring dia bisa bertanggung jawab untuk mengambil piring, dia bisa
untuk mengenal perintah sederhana seperti kita memang
pembelajarannya memang seperti itu.”
Mahasiswa : “Berarti pembelajaran dibalut keseharian sehingga anaknya tidak
sadar sedang belajar. Kemudian apakah instrumen observasi yang
digunakan mampu merekam sikap anak autis terutama pada masa
pandemi? Tidak terlalu dapat merekam nggih bu?”
Bu Erny : “Iya, tidak terlalu.”
Mahasiswa : “Lalu kemudian bagaimana cara ibu melakukan penskoran dalam
instrumen observasi?”
Bu Erny : “Jadi nanti disitu kan ada rubriknya mbak. Ada baik, baik sekali
seperti itulah. Misalnya untuk sikap biasanya tanggung jawab atau
percaya diri itu nanti. Misalnya 1 minggu atau berapa kali seperti
itulah kita rata-rata. Dia hari ini misalnya tanggung jawabnya seperti
apa itu seperti apa seperti apa kayak gitu ya nanti kita kita ambil
kesimpulan dalam artian kita rata-rata. Sebenarnya nanti bentuk
penilaiannya kita tetap bentuk deskriptif. Tapi tidak berskor dalam
artian nilai angka itu anu ininya dapat ini nggak seperti itu tapi tak
kita tuangkan dengan deskriptif karena memang di situ kita memberi
angka itu juga ada alasannya kenapa misalnya kok dapat kurang gitu.
Jadi di saat kita mau menilai secara deskriptif kita sudah tahu kenapa
kurang nya dimana hal-hal yang apa dia mintanya hari ini dia
tanggung jawabnya. Dia kurang hari ini, tapi hari berikutnya dia
bagus kayak gitu. Jadi nanti dapat kita simpulkan bahwa nilai
sikapnya ini itu dia bagus untuk ini tapi tidak bagus untuk seperti ini.
Mahasiswa : “Lalu untuk menentukan acuan KKM atau kriteria minimal
bagaimana bu dalam instrumen observasi?”
Bu Erny : “Iya kita ada sih mbak ada apa namanya misalnya satu ini toh mbak.
Misalnya nilai skornya kan memang satu kurang sekali itu, dua
kurang, tiga baik, empat baik sekali. Itu memang ada penskoran
seperti itu, tapi misalnya nilai-nilai yang diperoleh di apa namanya
dibagi total nilai x 100 ada tapi di situ kita tapi tidak di dalam
penilaian kita tidak diangkat akan tetapi nilai misalnya dia nilai di
aspek ini kurang, di sini tuh sangat baik dan sebagainya seperti itu.
Tapi nanti dinilai siapa namanya dinilai akhirnya memang kita
deskriptif”.
Mahasiswa : “Jadi mengolah data menjadi kualitatif deskriptif nggih? Untuk selain
observasi, apakah teknik penilaian diri dan penilaian teman bisa
dilakukan pada anak autis bu?”
Bu Erny : “Kayaknya itu kalaupun misalnya saya mau itu kayak lucky. Lucky
103
itu kan pinter ya tapi untuk menilai tapi teman itu pasti inilah belum,
jujur kita tidak pakai itu mbak karena memang ya nanti kita malah
menggarang.”
Mahasiswa : “Apakah ibu menggunakan jurnal?”
Bu Erny : “Jurnal gimana?”
Mahasiswa : “Jurnal untuk hari ini tanggal sekian jam sekian sikap anak seperti ini.
Seperti itu bu.”
Bu Erny : “Sebenarnya kalau itu tidak ya mbak, tapi memang ada beberapa
kejadian yang memang harus kita tulis. Emang kita tulis di situ ada
apa namanya ada catatan kejadian, tapi memang sekarang tiap
harinya kayak gitu untuk catatan-catatan ini itu memang kita tidak
begitu catat. Kalaupun begitu ada sesuatu kejadian yang luar biasa
ataupun yang memang perlu di garis bawahi.”
Mahasiswa : “Apakah ada kriteria tertentu untuk suatu kejadian dikatakan kejadian
luar biasa bu?”
Bu Erny : “Misalnya anaknya tantrum hebat ataupun anaknya mungkin apa
namanya menyerang anak yang lain atau apa kek gitu yang memang
itu sesuatu yang perlu nanti dilaporkan. Orang tua ataupun kepala
sekolah juga harus tahu bahwa ini anak-anak pada saat ini nih ini kan
emang harus tahu.”
Mahasiswa : “Untuk format jurnal apakah pihak sekolah sudah menyiapkan atau
dari guru membuatnya sendiri?”
Bu Erny : “Kalau untuk jurnal pembelajaran udah disiapkan sekolah kita tinggal
mengisi. Untuk jurnal sikap membuat masing-masing. Karena
dikembalikan kepada kebijakan guru masing-masing.
Mahasiswa : “Untuk selama masa pandemi ini kemunculan sikap-sikap yang luar
biasa pada anak lebih sering terjadi dibandingkan sekolah tatap muka
atau justru berkurang bu?”
Bu Erny : “Semisal tantrum atau apa ya kalau memang karena tidak kita lihat
seharian tidak bisa melihat ya itu soalnya kalau dari dari orang tua
seperti itu kadang melaporkan maaf ibu belum bisa memberikan
kasih hasil karena anaknya marah karena anaknya jadi seperti itu.
Ada beberapa anak yang nilai kejadiannya agak meningkat juga tapi
ada beberapa Anak yang malah jadi baik juga ada mbak. Jadi
memang bervariasi tidak semuanya seperti itu tapi paling enggak itu
memang kepatuhan itu apa namanya banyak sekali yang berubah
untuk anak-anak. Sikap apa ya kayak patuh dan tanggung jawabnya
kayak gitu. Karena kadang di rumah orangtua memang banyak
melayani anaknya, banyak mengiyakan anaknya seperti itu jadi itu
yang yang mungkin berubah. Dan kita mengontrol atau pun kita
tindakan yang ini karena memang kita belum bisa mengatasi
tindakan. Semester kemarin sempat home visit ke anak-anak ke
rumah itu juga memang kalau saya lihat juga kurang kepatuhannya.
Kalau dulu kan sudah tahu ini gurunya. Tapi kemarin apa namanya
kita besok ke rumah ternyata lagi di rumahnya kepatuhannya sangat
104
berkurang sekali.”
Mahasiswa : “Karena sudah lama tidak ketemu ya bu? Lupa lupa ingat ya bu?”
Bu Erny : “Iya, benar.”
Mahasiswa : “Instrumen jurnal tidak terlalu efektif selama masa pandemi nggih
bu?”
Bu Erny : “Iya, tidak terlalu.”
Mahasiswa : “Sangat mengantungkan pada hasil pengamatan orang tua?
Bu Erny : “Hmm, iya. Karena kita nilai-nilai yang pengetahuan dan
keterampilan pun juga sebenarnya kurang efektif juga ya, apalagi
nilai sikap ya mbak ya.”
Mahasiswa : “Karena tidak terlihat ya bu?”
Bu Erny : “Iya benar.”
Mahasiswa : “Kondisi pandemi sangat mempengaruhi proses penyusunan
instrumen penilaian sikap nggih bu? Kemudian untuk perubahan
sikap yang akan dinilai selama masa pandemi berputar sekitar
keseharian anak nggih?”
Bu Erny : “Misal sikap disiplin itu mengerjakan tugas, sikap disiplin
mengumpulkan tugas tepat waktu. Iya-iya sederhana mungkin.
Karena Memang kita juga menggantungkan ke orang tua ya kalau
misalnya kita mau memberikan yang yang kita kompleks dari situ
kita tidak bisa menuntut orang tua untuk harus begini begitu seperti
itu. Jadi kita ambil yang sederhana, yang orang tua konsisten dan
orang tua mengerti. Seperti itu”
Mahasiswa : “Apakah dalam melaksanakan penilaian sikap spiritual dan sikap
sosial yang dilakukan telah sesuai dengan persiapan yang Ibu
rencanakan sebelumnya?”
Bu Erny : “Selama masa pandemi ini ya mbak?”
Mahasiswa : “Nggih apakah banyak perubahan yang terjadi?”
Bu Erny : “Jadi pas saya merancang RPP memang kita merancang dalam
penilaian sikap itu sesederhana mungkin, seminimal mungkin. Jadi
memang apa namanya di saat itu ya memang kita sesuaikan dengan
kondisi anak dan kondisi orang tua di rumah jadi kalau selama ini
memang yang sederhana. Bisa dikatakan walaupun mungkin ada
beberapa yang yang tidak bisa dilakukan untuk oleh orang tua tapi
paling tidak ada beberapa yang memang sesuai dan memang kita
rancang untuk apa namanya untuk hal-hal yang sederhana dilakukan.
Jadi sebenarnya memang ya walaupun untuk-untuk aspek apa
namanya aspek mungkin tidak bisa dilakukan orang tua seperti itu
misalnya kemandiriannya, rasa percaya dirinya. Itu kita kan disitu
tapi memang untuk beberapa orang tua yang tidak bisa melakukan
pembelajaran itu ya kita memang tidak bisa memaksa otomatis
memang tidak terealisasi ya mbak ya.”
Mahasiswa : “Terkendala pada orang tua nggih bu ya. Baik kemudian untuk
penilaian sikap spritual dan sikap sosial pada anak autis dapat atau
efektif dilakukan melalui media online? Tidak terlalu efektif nggih
105
bu? Hanya foto video.”
Bu Erny : “Iya, tidak terlalu efektif mbak. Mungkin efektif dalam artian
rancangan nya cukup bagus tapi tidak efektif dalam artian dalam
pelaksanaan. Sebenernya seperti bener gak sih atau dia melakukan
itu dia bisa melakukan ini bener nggak sih seperti itu yang yang
mungkin kendalanya tapi mungkin rancangannya dan sebenarnya
untuk pelaksanaannya sebenarnya cukup sesuai ya tapi hasilnya.
Walaupun sebenarnya rancangan dan pelaksanaan itu sebenarnya
sudah cocok sudah sesuai tapi outputnya nanti yang mungkin kita
tidak bisa untuk mungkin tidak bisa dikatakan itu valid. Karena kita
melihatnya dari foto dari video gitu kan mungkin kurang ini ya mbak
ya kurang kurang kurang maksimal.”
Mahasiswa : “Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan tadi seperti kevalidan
data yang didapatkan dan kemampuan serta kondisi orang tua,
adakah faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial pada anak autis selama masa pandemi?”
Bu Erny : “Yang tadi itu ya mbak kalau untuk sikap ya memang dari orang
tuanya, dari anaknya, sarana prasarananya itu yang mempengaruhi.
Kondisi anak terutama kondisi anak di rumah itu terus apa
kemampuan orang tua juga mempengaruhi untuk memberikan
pembelajaran itu ada banyak sekali orang tua yang miskomunikasi
kita menginginkan seperti ini tapi orang tua melakukannya yang lain
seperti itu. Kadang kita mintanya ini kok yang diberikan seperti ini.
Memang kemampuan orang tua untuk menerima dan persepsi itu
kadang lain-lain. Jadi kita harus menjelaskan detail, baru dia
mengerti. Kemarin misalnya pembelajaran bahasa indonesia itu
bahasa reseptif dan ekspresif anak. Itu orang tua kesulitan mana yang
bahasa ungkapan, oh ternyata belum paham. Karena pemahaman
orang tua yang minim terutama pendidikan ya, jadi kita memang
harus bener-bener memberikan yang memang nyata itu misalnya
anak itu mengungkapkan keinginannya saat mau makan nanti harus
bilang. Misalnya saya mau makan. Memang kemampuan orang tua
itu juga pengaruh sekali dia itu melakukan pembelajaran di rumah,
jadi menangkap apa yang kita apa perintahkan atau kita informasikan
itu juga apa namanya sangat kurang. Tidak semua orang tua itu bisa
seperti itu. Karena kita selama masa pandemi ini memang orang tua
menjadi ujung tombak, tangan panjang kita. Tidak tahu bagaimana
caranya yang apa yang guru ingin berikan ke anak tidak tersampaikan
itu mungkin masalah yang paling penting. Faktor yang paling penting
itu terus cara penanganan nya gimana seperti itu juga, walaupun
sebenarnya untuk mengajarkan sikap ini misalnya nilai sikap ini tapi
kalau orang tua tidak tahu bagaimana cara pengajarannya mungkin
dengan apa yang kita apa infokan kayak gitu juga. Hasilnya nanti
juga tidak akan maksimal di situ karena orang tua tidak tahu apa yang
harus dilakukan setelah anaknya mungkin beda dengan kita kalau
106
kita bilang seperti ini udah ngerti tapi orang tua nggak ngerti.
kemarin ada beberapa tagihan tugas yang saya terima memang kok
kayak gini, lho kok kayak gini. Karena dia nggak tahu kadang dia
tidak mengirim tugas dan sebagainya memang dia tidak ngerti dia,
jadi itu yang menjadi faktor yang paling penting mbak.”
Mahasiswa : “Selama ini untuk wali murid ibu sendiri apakah mayoritas proaktif
dalam pembelajaran anaknya atau nopo pripun nggih bu?”
Bu Erny : “Ada yang sangat aktif tapi ada juga yang sangat pasif mbak.
Kemarin saja ya mbak yang pasif itu sampai kita telepon, cuman
mengambil LKS aja kadang sampai berhari-hari belum diambil, kita
mau kirim minta alamat iya iya nanti mau diambil. Tapi ya tidak
dating-datang, tidak memberikan alamat juga. Jadi saya kan tanya
anak belajarnya apa di rumah, sebenernya anak pingin belajar, tapi
kita tidak bisa memaksakan orang tuanya harus mengajarkan. Karena
mengajar kan tugas kita tapi kalau orang tua yang memang seperti itu
ya. Kita perlu memikirkan masalahnya apa solusinya harus
bagaimana, kalau orang tua nggak bisa pasrahkan ke siapa. Apakah
mbaknya ataupun yang momong. Emang kita harus memberikan
suatu solusi tapi kita tidak tidak memaksakan orang tua harus sendiri
melakukan itu tidak bisa mbak. Tapi kadang orang tua mau jujur
untuk mengakui saya repot kepada guru tidak mau untuk jujur jadi
kata kita sendiri gimana padahal sudah gini sudah gini kok nggak
mau, sudah dikasih tahu ini. Ternyata orang tuanya nggak jujur jadi
sama aja solusi yang kita berikan itu tidak mereka laksanakan karena
memang kondisinya berbeda seperti itu ya kalau misalnya ini dan ada
juga yang aktif langsung merespon langsung apa namanya memberi
apa namanya tugasnya mengirim tugasnya langsung seperti itu ada
juga, yang tidak aktif ada juga.”
Mahasiswa : “Berarti untuk prgoram home visit sperti itu tidak berjalan efektif
nggih bu mengingat tingkat keterlibatan dan proaktif orang tua
kurang selama masa pandemi?”
Bu Erny : “Iya sebenarnya kalau di situ kan kita jadi tahu kondisi anaknya
kondisi orang tuanya secara real to mbak. Tapi memang kondisinya
seperti ini jadi kadang pun ada beberapa orang tua yang memang
tidak mau dikunjungi. Itu karena memang sebelum kita home visit
kita meminta persetujuan orang tua siapa yang mau siapa yang tidak.
Ada beberapa orang tua yang tidak mau dikunjungi karena memang
mungkin ya ada sesuatu yang itu apa namanya haknya orang tua ya.
Kita terbatas waktu juga jadi kita tidak bisa setiap hari kita karena
masa seperti ini kita juga takut kalau nanti ada apa-apa.. Jadi karena
keadaan lah mbak belum bisa efektif tentunya. Sebenernya kalau itu
dilaksanakan secara secara terus-menerus atau pun ada pada struktur
kayak gitu ya sebenarnya mungkin lebih efektif daripada daring tapi
mungkin karena memang waktu yang tidak memungkinkan ya, home
visit tidak bisa dilaksanakan secara rutin.”
107
Kutipan Wawancara 3
Informan III
Nama : Wulan Utami, S.Pd
Jabatan : Wali kelas IV B Autis
Hari, tanggal : Rabu, 4 Agustus 2021
Waktu : 08.30 – 09.15 WIB
Tempat : Zoom meeting
Mahasiswa : “Apakah ibu sudah membuat silabus dan RPP sebagai acuan dalam
melakukan penilaian?”
Bu Wulan : “Iya pasti, di setiap taun ajaran ajaran baru kita sudah memulai
membuat RPP dan Silabus seperti itu.”
Mahasiswa : “Jadi di awal pembelajaran tiap semester sudah disiapkan seperti itu
nggih bu?”
Bu Wulan : “Iya.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah ibu telah menentukan rencana penilaian mengacu
Mahasiswa : “Bisa dikatakan ibu memutuskan untuk melakukan home visit bukan
berdasarkan waktu berkala nggih, tetapi lebih ketika kok anak ini
ndak mengumpulkan tugas ya. Bagaimana sih keadaan sebenarnya di
rumah. Kurang lebih seperti itu nggih bu?”
Bu Erny : “Tidak ada batas waktunya tapi saya harus ke rumah siswa supaya
bisa tahu masalah apa yag ada di keluarga. Karena memang kita perlu
ke sana itu karena ada sesuatu hal kita mau mau ingin mengetahui
kondisi anak seperti apa saat ini pembelajaran di rumah, seperti apa
kendalanya orang tua. Itu yang mungkin mendasari kita karena
memang kalau online kita tidak tahu kondisi anak tenan itu seperti ini
ataukah sedang sakit. Untuk mengetahui apakah selama ini anaknya
berkembang atau malah mundur. Kendalanya seperti ini kita juga
mau pengen memberikan solusi, yang kedua memang dia biar
anaknya ada sesuatu oh ini dulu gurunya seperti itu. Karena sudah
berbulan bulan lihatnya di layar HP apapun laptop seperti itu. Jadi
kita tatap muka langsung itu sekali-sekali itu menurut kami sangat
penting dan mungkin lupa kalo ini punya guru, biar dia tahu ini.
Sekaligus sebagai penyemangat orang tua sebagai di rumah. Kita
memang tidak secara rutin melakukan home visit karena memang
keadaannya masih seperti ini.”
Mahasiswa : “Jadi untuk home visit baru satu kali per anak nggih bu?
Bu Erny : “Iya mbak, betul.”
Mahasiswa : “baik bu, terima kasih untuk waktu dan kesempatannya.”
Bu Erny : Iya, sama-sama mbak.”
108
kepada silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya nya?”
Bu Wulan : “Iya mbak cuman karena kita dalam satu kelas itu kemampuan
anaknya itu heterogen jadi kita buat itu hanya satu untuk semua tapi
nanti untuk kompetensi untuk indikatornya setiap anak kami
turunkan begitu. Jadi secara administratif kita tidak membuat
masing-masing satu karena waktu kami kalau seperti itu habis untuk
membuat RPP atau silabus saja.”
Mahasiswa : “Nggih berarti dalam hal fisik RPP dan silabus hanya memuat satu
secara umum tetapi pelaksanaannya dikembalikan sesuai kondisi
anak-anak, begitu nggih bu?”
Bu Wulan : “Iya. Untuk meteri, untuk penilaian kita tetap kemudian materi
kemudian tagihan tugas kita tetap masing-masing anak berbeda
sesuai kemampuan dan sesuai kemampuan anak.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah dalam merumuskan penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam indikator?”
Bu Wulan : “Jadi terkadang kalau kompetensi dasar di dalam kurikulum 2013 itu
terlalu tinggi untuk anak-anak kami, nuntuk karakteristik anak anak-
anak kami, indikatornya kami turunkan seperti itu sesuai kemampuan
anak-anak.”
Mahasiswa : “Oke baik bu, kemudian bagaimana cara ibu merumuskan tujuan
penilaian sikap spiritual dan sikap sosial agar sesuai dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar?”
Bu Wulan : “Kemudian kita bisa melihat sikap itu bagaimana dengan tanggung
jawabnya kemudian dengan disiplin lainnya kemudian dengan
tanggung jawab disiplin kemudian sikap percaya diri kita sesuaikan
dengan materinya.”
Mahasiswa : “Dasarnya adalah materinya nggih bu?”
Bu Wulan : “Iya, betul mbak.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah ibu telah menentukan teknik dan instrumen
penilaian sesuai dengan indikator pencapaian indikator KD?”
Bu Wulan : “Jadi istilahnya penilaian itu dibuat berdasarkan indikator yang kita
buat sesuai dengan tujuan pembelajaran.”
Mahasiswa : “Untuk tekniknya sendiri, biasanya ibu menggunakan apa untuk
penilaian sikap spiritual dan sikap sosial?”
Bu Wulan : “Sikap itu observasi. Karena penilaian sikap dan spiritual itu kita juga
deskriptif tidak berdasarkan angka juga.”
Mahasiswa : “Oke, baik bu. Selanjutnya apakah ibu memberitahukan kepada siswa
mengenai aspek-aspek yang akan dinilai atau hanya tersirat dalam
pembelajaran?”
Bu Wulan : “Sebelum memulai pembelajaran di masa PJJ ini kami kan membuat
video pembelajaran di setiap video pembelajaran itu kami
menyampaikan tujuan pembelajaran, tetapi untuk tujuan
pembelajaran itu kami sampaikan secara lisan dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami anak tapi kalau untuk kita akan menilai
109
ini ini itu kita tidak menyampaikan karena apa. Karena anak-anak
autis tidak bisa paham dengan seperti itu.”
Mahasiswa : “Apakah ibu telah merumuskan kisi-kisi penilaian yang memuat
seluruh komponen penilaian?”
Bu Wulan : “Kalo sampai segitu tidak. Kami hanya merumuskan apa yang ada di
RPP. Penilaian sikap itu berdasarkan rubrik aja jadi begitu misalnya
penilaian sikap percaya diri, bertanggung jawab dan lain-lain
sebagainya tadi kita membuat angka dari 4 321 seperti itu.”
Mahasiswa : “Menggunakan rating scale ngoten nggih Bu?”
Bu Wulan : “Iya, benar.”
Mahasiswa : “Jika demikian maka berarti langsung saja membuat ke rubrik tidak
membuat kisi-kisi terlebih dahulu?”
Bu Wulan : “Iya, langsung saja.”
Mahasiswa : “Apakah ibu menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil belajar
penilaian sikap?”
Bu Wulan : “Tadi kan ada 4 sampai 1 itu nanti dihitung dari situ kemudian nilai
KKM yaitu baik mbak kalau untuk sikap sosial dan spiritual.”
Mahasiswa : “Misalnya setelah selama pembelajaran ada beberapa kali observasi
kemudian didapatkan hasil nanti hasilnya tercantum di dalam raport
itu bagaimana menggabungkan nilai observasi itu kemudian di rata-
rata atau bagaimana?”
Bu Wulan : “Berdasarkan penilaian tadi, sebenarnya untuk di rapot berbentuk
kualitatif deskriptif. Berdasarkan penilaian sikap setiap harinya itu
kita kalau secara administratif tepat sekali saya tidak membuat
seperti itu. Tapi berdasarkan observasi dari setiap tugas yang anak-
anak kumpulkan berupa video karena kami juga membuat tugas-
tugas itu berupa video. Setiap anak tagihannya berbeda-beda,
misalnya anak-anak dalam bahasa atau komunikasi anak-anak
mengumpulkan video untuk memperkenalkan diri nah dari situ kita
melihat penilaian sikap itu ketika anak direkam saat melakukan tugas
itu seperti apa seperti apa seperti itu kemudian kita kumpulkan dari
beberapa video itu kita lihat bagaimana tanggung jawabnya
disiplinnya percaya dirinya seperti itu mbak. Kalau untuk satu
persatu materi kita tidak tidak membuat secara rinci ya apalagi kalau
untuk apa istilahnya pembelajaran jarak jauh ini kan kurikulum kita
kan kurikulum darurat ya mbak. Jadi kurikulum 2013
penyampaiannya yang semudah mungkin dan semampu mungkin
untuk diterima anak-anak seperti itu.”
Mahasiswa : “Tadi kan dikatakan untuk penilaian sikap itu B untuk baik, kemudian
jika ada anak yang yang memiliki nilai dibawah KKM untuk
sikapnya itu biasanya ada tindak lanjutnya bagaimana nggih bu?”
Bu Wulan : “Nanti masuk ke perbaikan perilaku dalam progsus mbak. Maksudnya
jadi kalau anak-anak itu kan memang terkendala di interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku yang ketika sikapnya mereka itu memang
belum mencapai istilahnya KKM deskriptif belum sesuai dengan apa
110
tujuan kita awal. Kita perbaiki tapi tidak langsung seluruhnya mbak
karena misalnya apa yang kita butuhkan. Apakah dia mampu duduk
tenang ataukah dia mampu merespon dulu seperti itu, karena
karakteristik anak-anak autis tidak bisa disamakan dengan anak-anak
yang lainnya seperti itu mbak jadi perbaikan sikap dan perilaku itu
bertahap.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk observasi yang digunakan dalam penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial pada anak autis terutama pada masa
pandemi Apakah ibu menggunakan jenis sistematis ataukah tidak
sistematis?”
Bu Wulan : “Tidak sistematis mbak. Kalau kita menggunakan sistem sistematis
apa yang kita ukur itu belum tentu sama dengan kejadian saat itu
untuk anak-anak, jadi tidak bisa disamakan juga untuk yang lainnya.
Jadi kita kalau misalnya membuat itu kita tidak jadi mengajar mbak.”
Mahasiswa : “Jadi kembali lagi melihat keadaan anaknya terlebih dahulu kemudian
baru bisa menentukan aspek-aspek apa saja yang bisa dinilai nggih
bu?”
Bu Wulan : “Iya.”
Mahasiswa : “Baik, kemudian apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang
instrumen penilaian menggunakan observasi terutama pada masa
pandemi?”
Bu Wulan : Yang pertama itu tadi kita mempersiapkan rubrik ya mbak ya
kemudian kalau video-video tadi kan kita melihat aja dari video-
video itu kita kumpulkan kemudian kita lihat seperti itu.”
Mahasiswa : “Selain itu apakah ibu juga menyebar google form sebagai wadah
laporan orang tua bu?”
Bu Wulan : “Jadi kita itu kan prosesnya anak autis itu kan pengembangan interaksi
komunikasi dan perilaku dari awal kita lihat dulu perilakunya anak
itu seperti apa, kemudian kalau kita melihat perilaku yang
menyimpang atau perilaku yang memang harus diperbaiki dengan
kita melihat dia seperti apa belajar atau seperti apa dia ketika
mengerjakan tugas dalam video nanti kita koreksi bersama dengan
orang tua. Kita menyampaikan, kemudian orang tua menyampaikan
kendala apa saja yang dialami anak-anak ketika belajar di rumah
misalnya anak saya itu sekarang nggak bisa duduk ketika
mengerjakan tugas bahkan ketika melihat kertas aja dia sudah marah-
marah atau memukul kepala dan lain sebagainya seperti itu nah dari
situ kita membuat kita mencari tahu dulu apa masalahnya di rumah
itu kemudian apa yang disukai dan tidak disukai anak kemudian kita
memberikan solusi bagaimana agar sikap tersebut dapat diperbaiki
seperti itu Mbak. Jadi intinya komunikasi intens dengan orang tua.
Kalau melalui google form kebanyakan orang tua SLB itu belum
familiar mbak karena ya memang kalau dari segi pendidikan dan
ekonomi juga tidak bisa kita sama ratakan ya mbak. Iya jadi mungkin
saat mengambil LKS ke sekolah atau memberikan tagihan tugas kita
111
terbuka sih mbak dengan orang tua bisa menghubungi kami kapan
saja ketika mereka menolak bahkan saat anak-anak tidak mau di
rumah tidak mau patuh pada orang tua juga menelpon kami video
call untuk minta tolong seperti itu.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk observasi itu sendiri biasanya aspek sikap apa saja
yang bisa dinilai bu?”
Bu Wulan : “Semua sikap bisa mbak.”
Mahasiswa : “Apakah instrumen observasi yang digunakan mampu merekam sikap
anak autis terutama pada masa pandemi?”
Bu Wulan : “Pastinya tidak seperti ketika kita melihat langsung ya mbak. Karena
kita kan hanya melihat pada saat dia mengerjakan tugas, berbeda
ketika pelajaran tatap muka. Kita melihat dari awal pembelajaran
secara keseluruhan. Dari pagi sampai pulang seperti itu tapi kalau
untuk di rumah kan memang semuanya menjadi terbatas apalagi
ketika anak-anak itu belajar dengan orang tua itu kepatuhan nya
sangat kurang.”
Mahasiswa : “Bagaimana cara ibu melakukan penskoran dalam instrumen
observasi?”
Bu Wulan : “Penskoran dalam instrumen observasi berdasarkan rubrik tadi aja
mbak. Semua kriteria minimumnya baik.”
Mahasiswa : “Untuk penentuan acuan kriteria juga baik nggih bu?”
Bu Wulan : “Baik untuk penilaian sikap spritual dan sikap sosial.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk penilaian diri dan penilaian antar teman apakah bisa
dilakukan pada anak autis, agak kesulitan nggih bu?”
Bu Wulan : “Tidak bisa mba. Iya.”
Mahasiswa : “Jadi hanya observasi ya bu. Apakah ibu juga menggunakan jurnal
atau catatan kejadian selain menggunakan teknik obserservasi?”
Bu Wulan : “Kita hanya mencatat misalnya ada orang tua yang melaporkan, jadi
tidak secara sistematis. Kemudian kalau kita melihat dari video ada
catatan-catatan kecil kita kumpulkan aja tapi kita mengingat aja
kemudian kadang kalau misalnya kita ini buat catatan catatan hari
yang kecil aja kita kumpulkan seperti itu.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah ada pertimbangan berupa kriteria untuk sikap-
sikap tertentu yang dapat dituliskan dalam jurnal atau catatan
kejadian, misal hanya bila terdapat sikap-sikap yang ekstrem?”
Bu Wulan : “Semua bisa dimasukkan menurut saya, tidak ada kriteria tertentu
yang hanya boleh dimasukkan. Cuman memang kalau saya lupa
mbak penilaian sikap itu kan ada tanggung jawab untuk anak-anak
autis tanggung jawabnya juga memang sangat kurang ya mbak ya
cuman kan kita tidak menyamakan tanggung jawabnya dia itu
tanggung jawab secara keseluruhan aja. Kita misalnya membuat aja
ya tanggung jawab itu tanggung jawab dia mau mengerjakan sampai
selesai itu dia itu udah masuk ke penilaian tanggung jawab kemudian
disiplin-disiplin dia mau duduk tenang itu udah termasuk ke
penilaian disiplin jadi kriteria-kriteria yang normal pada anak-anak
112
normal pada umumnya itu kita turunkan sesuai dengan karakteristik
anak autis seperti itu.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk aspek-aspek sikap juga diturunkan bahkan
menyelaraskan dengan kegiatan yang ada di rumah nggih bu?”
Bu Wulan : “Iya bener mbak.”
Mahasiswa : “Jadi karena jurnal itu sendiri hanya sebagai catatan kecil bagi guru
yang kemudian jika ada hal-hal mauapun sikap yang perlu
didiskusikan lebih lanjut dengan guru kepala sekolah dan orang tua
mungkin baru pada saat itu jurnal bisa berfungsi secara optimal nggih
bu?”
Bu Wulan : “Sebenarnya untuk jurnal pembelajaran sendiri kita membuat ya mbak.
Pihak dinas membuat jurnal untuk pembelajaran, nah penilaian itu
memang bukan ranahnya mereka memang. Karena itu ranahnya guru
masing-masing jadi penilaian itu yang membawa memang hanya kita
tidak masuk jurnal mbak seperti itu.”
Mahasiswa : “Untuk formatnya apakah sudah ada format baku nya bu?”
Bu Wulan : “Untuk formatnya memang dibuat sendiri, format penilaian dari
sekolah itu sudah ada cuman hanya memuat format penilaian
pengetahuan dan keterampilan untuk format penilaian sikap dan
spiritual itu masing-masing guru yang membuat.”
Mahasiswa : “Apakah instrumen jurnal efektif bagi menilai sikap spiritual dan sikap
sosial anak autis?”
Bu Wulan : “Jurnal yang saya buat tadi? Apa maksudnya mungkin lebih tepatnya
dikatakan catatan kejadian saja ya mbak karena untuk bisa dikatakan
jurnal itu belum karena memang tidak sistematis. Ya, cukup
membantu ya mbak.”
Mahasiswa : “Oh nggih, baik bu. Untuk penskoran dalam instrumen catatan
kejadian tadi Bagaimana Bu apakah ada skor atau bagaimana?”
Bu Wulan : “Untuk catatan kejadian kami tidak menggunakan angka tetapi
kualitatif deskriptif.”
Mahasiswa : “Karena tidak ada penskoran, jadi untuk KKM nya sendiri juga tidak
menggunakan angka nggih bu hanya kriteria baik seperti itu nggih?”
Bu Wulan : “Itu nanti dapat itu tetap baik-baik itu ada berapa sampai berapa tadi
makna yang tadi pertama kan kita sudah membuat skor untuk rubrik
juga ya mbak. Ya dari rubrik penilaian kemudian kita satukan dengan
apa istilahnya penilaian deskriptif setiap harinya itu baru kita
tuangkan ke seperti itu mbak. Jadi intinya tetep ada penilaian sikap
secara administratif itu tetap ada cuman memang tidak tertib gitu
mbak.”
Mahasiswa : “Dalam kondisi pandemi seperti ini apakah sangat mempengaruhi
proses penyusunan instrumen penilaian sikap bu?”
Bu Wulan : “Karena tadi kan kita tidak membuat instrumen ya mbak, hanya
berdasarkan rubik itu aja jadi menurut saya tidak ada kesulitan mbak.
karena kita juga lebih-lebih apa observasi aja berdasarkan tadi rubrik
pertama kemudian instrumen secara detil kita juga tidak membuat
113
cuman kita membuat catatan-catatan kecil aja seperti itu.” Mahasiswa : “Dapat dikatakan untuk penyusunan instrumen sendiri tidak
mengalami kesulitan yang berarti nggih bu, mungkin lebih kepada
saat pelaksanaan di mana memang keadaan dan kemampuan orang
tua yang berbeda-beda. Kemudian untuk pelaksanaan penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial, apakah sudah berjalan sesuai dengan yang
Ibu rencanakan sebelumnya?”
Bu Wulan : “Kalau sesuai langsung ke 100% tidak ya mbak karena memang di
masa seperti ini kan memang harus segalanya fleksibel seperti itu.”
Mahasiswa : “Terdapat beberapa revisi selama pelaksaan seperti itu nggih bu?”
Bu Wulan : “Bukan pada semata-mata pelaksanaannya tapi lebih kepada misalnya
orangtua ada kendala, kemudian ada kendala perilaku dari anak
berarti koreksinya itu bukan ke penilaiannya tapi di materi yang
harus kita sampaikan itu metode nya seperti apa agar anak diterima
agar anak mampu menerima seperti itu untuk koreksinya sendiri.
Cara penyampaiannya kemudian karena kalau sikap anak autis itu
tidak mungkin berubah dalam sekali waktu mbak. Jadi memang
kalau kita mau menilai percaya diri ya aspek yang kita nilai percaya
diri itu dalam segi apa misalnya seperti itu aja seperti yang tadi saya
sampaikan misalnya dia percaya diri ketika dia berbicara di depan
umum tidak seperti anak-anak dalam ceramah dan lain sebagainya,
misalnya dia percaya diri itu ke dalam hal misalnya materi berbicara
dia mau berbicara itu sudah termasuk aspek percaya diri dan ketika
dia mau berbicara dengan lantang atas suara keras atau dia mungkin
malah menangis dari aspek itulah yang kita nilai dari fleksibel aja
mbak sesuai dengan yang kita sampaikan untuk penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial pada anak autis.”
Mahasiswa : “Selanjutnya apakah penilaian sikap pada anak autis bisa dilakukan
melalui media online, ya melalui video tadi nggih bu?”
Bu Wulan : “Iya berdasarkan video tadi.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penilaian
sikap spiritual dan sikap sosial selain pada kemampuan orang tua
apakah sarana prasarana atau mungkin hal lain bu?”
Bu Wulan : “Iya iya mbak pertama anak, yang kedua orang tua kemudian karena
ada beberapa orang tua yang memang tidak konsisten untuk
mengumpulkan tugas jadi kita terbatas untuk melakukan penilaian
seperti itu misalnya orangtua yang sangat sibuk bekerja. Kemudian
beliau tidak mau mengirimkan tugas atau tagihan tugas ke kita baik
itu secara tertulis ataupun cara video yang kita itu jadi penilaian-
penilaian seperti itu kita menjadi sangat istilahnya terkendala mbak
jadi apalagi kalau dan spiritual itu kan memang kita harus melihat
secara langsung bahkan untuk sampai melakukan home visit juga
untuk mengetahui bagaimana kalau anak dan orang tua ternyata rata-
rata mereka mengalami kendala anak-anak yang tidak patuh ketika
belajar dengan orang tuanya seperti seperti itu. Itu yang jadi kendala
114
anak kemudian orang tua kemudian sosial ekonomi keluarga
kemudian kemampuan orangtua mengaplikasikan gadget atau
istilahnya mengaplikasikan apa mbak internet dan teknologi seperti
itu. Bahkan terkadang kalau ada tugas membuat video seperti harus
menunggu ayahnya pulang seperti itu.”
Mahasiswa : “Ya terkadang itu mungkin tugasnya sudah selesai tapi cara
mengirimnya yang mungkin belum tahu sehingga sedikit
terhambat?”
Bu Wulan : “Bahkan tugasnya belum dibuat karena tidak tahu bagaimana caranya
jadi harus menunggu ayahnya pulang dulu.”
Mahasiswa : “Dapat dikatakan kendala utamanya penguasaan teknologi nggih bu.
Baik, kemudian apakah terdapat penurunan sikap pada anak didik ibu
mengingat sudah cukup tidak lama tidak bertemu. Bertanya loh ini
siapa seperti itu atau bagaimana?”
Bu Wulan : “Sangat-sangat karena apa karena bukan kita menyalahkan orang tua
yang di sini kita memposisikan saja dulu ketika belajar mengajar
tatap muka kan di serahkan semua kepada guru bahkan sikap
perilaku dan lain sebagainya itu dipasrahkan 100% untuk diperbaiki
oleh guru, istilahnya orang tua mengantar pulang sudah. Kita pun
memang memberikan tugas atau PR juga terbatas karena
memberikan PR itu PR perilaku tidak PR yang membaca dan
menulis, kebanyakan PR perilaku. Untuk di masa ini orang tua 100%
harus mengasuh mereka di rumah kemudian harus mengerjakan apa
yang kita sampaikan istilahnya menjadi guru di rumah. Kemudian
kebanyakan orang tua itu tidak paham bagaimana cara mengatasi
atau bagaimana cara istilahnya apa ya mbak ya ya mengatasi
mengatasi perilaku yang menyimpang anak-anak itu mereka tidak
paham kalau misalnya anak seperti ini harus kita seperti apakah itu
tidak paham. Jadi otomatis semua perilaku sikap perilaku itu
otomatis kembali menjadi menurut saya kembali seperti awal ketika
belum diperbaiki seperti itu mbak. Kemudian orang tua dimana orang
tua juga tidak terlalu menguasai otomatis ini berdampak pada
kemampuan anak.”
Mahasiswa : “Dapat dikatakan karena adanya peralihan ataupun perbedaan pola
asuh pada anak sehingga akan sangat berdampak pada kemampuan
anak ngih bu?”
Bu Wulan : “Selain itu juga konsistensi orang tua. Guru kan kita istilahnya kalau
kamu begini ada konsekuensinya, sedangkan kebanyakan orang tua
nggak tegel atau yang penting meneng di rumah dikasih HP sehari-
hari, makanya kenapa anak-anak itu merasa gelisah ketika harus
melakukan mengerjakan tugas yang melalui video pembelajaran
mereka tidak mau fokus melihat video pembelajaran karena apa itu
ingin segera mereka untuk melihat Youtube seperti itu. Otomatis kan
semua sikap dan perilaku itu menurut saya turun drastis di rumah itu
kemudian apalagi kalau orang tuanya bekerja kalau orang tuanya
115
bekerja otomatis juga pendampingannya tidak full 100% nanti untuk
tagihan tugas atau mengerjakan tugas juga tergantung orang tua. Ada
orang tua yang bekerja tapi konsisten ada orang tua yang di rumah
tapi tidak konsisten juga itu tergantung juga karakteristik orang tua
masing-masing mbak.”
Mahasiswa : “Berarti dapat dikatakan selama ini penilaian sikap spiritual dan sikap
sosial tidak terlalu efektif nggih bu?”
Bu Wulan : “Iya, benar sekali.”
Mahasiswa : “Kemudian sebelumnya ibu mengatakan mengadakan home visit.
Untuk pelaksanaanya sendiri apakah ada rentang waktu tertentu
misal 2 minggu sekali atau menunggu ada beberapa hal misalnya kok
ini tidak pernah mengumpulkan tugas, apa ada sesuatu ya di rumah
atau bagaimana bu?”
Bu Wulan : “Kemarin itu karena kita merasa banyak sekali penurunan perilaku
kemudian sikap itu kemudian kami memutuskan untuk home visit.
Kami baru menjadwalkan satu kali kemudian akhirnya COVID itu
semakin melonjak, kemudian kami putuskan untuk menyudahi. Jadi
baru satu kali semua mbak untuk masing-masing anak.”
Mahasiswa : “Baik bu terima kasih atas waktu dan kesempatan nya, saya akhiri
disini. Selamat melanjutkan aktivitas. Terima kasih sekali lagi bu.”
Bu Wulan : “Iya mbak sama-sama.”
Kutipan Wawancara 4
Informan IV
Nama : Dinda Riski Pramessiwi, S.Pd
Jabatan : Wali kelas II dan III Autis
Hari, tanggal : Kamis, 5 Agustus 2021
Waktu : 09.00 – 09.40 WIB
Tempat : Zoom meeting
Mahasiswa : “Apakah ibu telah merumuskan Silabus dan RPP sebagai acuan
pembelajaran?”
Bu Dinda : “Iya mbak saya sudah merumuskan.”
Mahasiswa : “Apakah ada rentang waktu misalnya seminggu sebelum pembelajaran
atau di awal semester atau bagaimana bu?”
Bu Dinda : “Iya mbak di awal semester guru sudah menyiapkan Silabus dan RPP.”
Mahasiswa : “Apakah ibu telah menentukan rencana penilaian mengacu pada
silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya?”
Bu Dinda : “Iya kan sekaligus merencanakan silabus dan RPP sekalian
penilaiannya.”
Mahasiswa : “Sudah clear dari awal ya bu?
116
Bu Dinda : “Ya.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah dalam merumuskan penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam indikator?”
Bu Dinda : “Sudah sesuai mbak.”
Mahasiswa : “Selama masa pandemi ini untuk indikatornya sendiri apakah
diturunkan atau seperti biasa bu?”
Bu Dinda : “Iya, saya turunkan jadi lebih mudah untuk anak-anak, jadi
sesederhana mbak.”
Mahasiswa : “Tapi itu satu indikator bisa untuk semuanya nggih bu? Satu indikator
untuk semua? Tidak ibu khususkan per anak?”
Bu Dinda : “Iya, saya satu untuk semua.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk siswanya, ibu mengampu berapa siswa nggih?”
Bu Dinda : “Azzam, Putra, Revan, Rasha Lima laki-laki, satu perempuan.”
Mahasiswa : “Untuk kelas 2 berapa, kelas 3 berapa bu?”
Bu Dinda : “Kelas 2 tiga anak, kelas 3 tiga anak.”
Mahasiswa : “Dan itu beragam sekali nggih kemampuannya bu atau seragam?”
Bu Dinda : “Beragam sekali. Di kelas 3 itu ada satu anak yang kemampuannya
lebih dari dua anak lainnya.”
Mahasiswa : “Kemudian bagaimana cara ibu menentukan tujuan penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial agar sesuai dengan kompetensi inti dan
kompetensi dasar?”
Bu Dinda : “Dari indikator dikembangkan kalau saya dikembangkan menurut
sikap sosial dan spiritual anak.
Mahasiswa : “Melihat kembali ke keadaan anak nggih bu?”
Bu Dinda : “Iya.”
Mahasiswa : “Apakah ibu menentukan teknik dan instrumen penilaian sikap sesuai
dengan indikator pencapaian kompetensi dasar?”
Bu Dinda : “Iya, sudah dari awal. Di silabus dan RPP kan sudah tercantum
penilaian sikap.”
Mahasiswa : “Biasanya ibu menggunakan teknik dan instrumen apa saja bu?”
Bu Dinda : “Kalo saya tidak menggunakan teknik ya mbak istilahnya, tapi rubrik.”
Mahasiswa : “Baik, kemudian apakah ibu memberitahukan kepada siswa mengenai
aspek-aspek yang akan dinilai?”
Bu Dinda : “Tidak semua disampaikan ya mbak tetapi hanya sebagian, jadi tidak
disampaikan secara keseluruhan.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah ibu merumuskan kisi-kisi penilaian sikap yang
memuat seluruh komponen penilaian?”
Bu Dinda : “Ndak mba.”
Mahasiswa : “Oh jadi tidak menggunakan kisi-kisi penilaian langsung merumuskan
rubrik penilaian sikap saja nggih?”
Bu Dinda : “Iya mbak.”
Mahasiswa : “Selanjutnya apakah ibu juga melakukan analisis rubrik penilaian
sikap sebelum digunakan?”
Bu Dinda : “ Tidak mbak.”
117
Mahasiswa : “Apa alasannya bu?”
Bu Dinda : “Karena saya juga baru mengajar autis.”
Mahasiswa : “Sudah berapa tahun ibu mengajar autis?”
Bu Dinda : “Belum ada itungan tahun mbak baru beberapa bulan. Sebelumnya
mengajar tunagrahita.”
Mahasiswa : “Jadi ini pengalaman pertama kali ya bu?”
Bu Dinda : “Iya, baru beberapa bulan. Jadi baru tahun ini juga saya pertama kali
membuat silabus dan RPP untuk autis.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk penentuan nilai akhir hasil belajar terutama
penilaian sikap bagaimana cara ibu menentukan nilai akhir yang
tercantum dalam rapot? Misalnya hasil dari observasi ini sikapnya
seperti ini seperti ini kemudian selanjutnya begini-begini, lalu
bagaimana cara ibu untuk menyimpulkan dan mendapatkan hasil
sikap anak untuk dicantumkan dalam rapot?”
Bu Dinda : “Kalau saya melihatnya kalau sikapnya baik ya nilainya baik seperti
itu mbak.”
Mahasiswa : “Jadi melihat beberapa pengamatan jika baik maka didapatkan hasil
bahwa sikap anak tersebut baik begitu nggih bu?”
Bu Dinda : “Iya mbak.”
Mahasiswa : “Untuk acuan kriteria berupa KKM dalam penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial Apakah ibu juga menentukannya?”
Bu Dinda : “Biasanya sekolah sudah menetapkan.”
Mahasiswa : “Untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial baik di sekolah juga
menyediakan KKM itu biasanya berupa angka atau kriteria baik
seperti itu?”
Bu Dinda : “Kalau KKM kayaknya angka.”
Mahasiswa : “Untuk KKM penilaian sikap juga angka berarti ya bu?”
Bu Dinda : “Iya, kayaknya iya.”
Mahasiswa : “Kalo dari sekolahan itu merumuskannya dengan angka, itu biasanya
angkanya kisaran berapa bu?”
Bu Dinda : “75-80.”
Mahasiswa : “Berarti setiap tahunnya sudah ditetapkan oleh sekolah tinggal guru
menyesuaikan saja nggih bu?”
Bu Dinda : “Iya mbak.”
Mahasiswa : “Kemudian jika ada anak yang mendapat nilai sikap dibawah KKM
apakah ada tindak lanjutnya bu?”
Bu Dinda : “Biasanya ndak ada yang dibawah KKM mbak.”
Mahasiswa : “Berarti rata-rata sudah mendapat nilai bagus. Berarti nilai segitu
memang sudah cukup pas ya bu tidak ketinggian atau terlalu rendah.
Kemudian apakah ibu menggunakan teknik observasi dalam
penilaian sikap?
Bu Dinda : “Iya sedikit-sedikit observasi ya soalnya memang lewat WA dan
chatting.”
Mahasiswa : “Itu bagaimana bu observasinya apakah ibu meminta anak
mengirimkan video atau ibu melakukan video call dengan orang tua
118
atau bagaimana bu?
Bu Dinda : “Hanya video dan foto.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk jenis observasi yang ibu pilih apakah menggunakan
jenis observasi sistematis atau tidak sistematis?
Bu Dinda : “Kalau saya tidak sistematis ya mbak karena saya juga belum terlalu
paham tentang kondisi anaknya jadi saya masih meraba-raba.”
Mahasiswa : “Karena kebetulan juga belum pernah bertemu langsung untuk anak
kelas 2 nggih bu?”
Bu Dinda : “Iya belum pernah ketemu dan saya juga baru pertama kali mengajar
anak autis.”
Mahasiswa : “Pengalaman baru nggih bu, kemudian instrumen apa yang biasanya
ibu gunakan dalam melakukan observasi. Apakah cheklist atau
rating scale atau yang lainnya mungkin Bu?”
Bu Dinda : “Kalau di RPP itu pakai angka skala jadi saya biasa menggunakan
rating scale.”
Mahasiswa : “Baik, selanjutnya dalam penyusunan instrumen penilaian hal-hal apa
saja yang diperhatikan. Misalnya kondisi orang tua atau bagaimana
bu?”
Bu Dinda : “Iya pertama kondisi orang tua kemudian kondisi anak nya juga.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk aspek nilai sikap yang akan dinilai itu, apakah ibu
sudah menentukan aspek tertentu seperti itu bu?”
Bu Dinda : “Ndak nuntut banyak-banyak ya mbak. Karena pandemi kasihan orang
tua.”
Mahasiswa : “Jadi sesimpel mungkin ya bu. Misalnya aspek sikap seperti apa bu?
Misal mengerjakan tugas, duduk manis atau seperti apa bu?”
Bu Dinda : “Misalnya disiplin mengerjakan tugas, terus kooperatif anaknya mau
diajak mengerjakan tugas apa engga. Karena kadang hari ini mau
besok nggak mau. Saya satu tugas aja bisa untuk 2-3 hari.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah untuk aspek sikap anak itu ibu membaurkan
dengan kegiatan selama di rumah?”
Bu Dinda : “Iya mbak.”
Mahasiswa : “Kemudian instrumen observasi yang digunakan apakah cukup mampu
merekam sikap anak autis terutama pada masa pandemi?”
Bu Dinda : “Tidak cukup mampu ya mbak.”
Mahasiswa : “Untuk penskoran observasi ibu bagaimana?”
Bu Dinda : “Ya skor yang didapat kemudian dibagi total skor lalu dikalikan 100.”
Mahasiswa : “Baik, kemudian acuan KKM dalam observasi, berarti ibu mengikuti
acuan KKM dari sekolah nggih bu?”
Bu Dinda : “Mengikuti dari sekolahan mbak.”
Mahasiswa : “Jadi observasi langsung mengikuti acuan KKKM dari sekolah
nggih?”
Bu Dinda : “Iya mbak.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah teknik penilaian diri dan penilaian antar teman juga
dapat diberlakukan kepada anak murid ibu?”
Bu Dinda : “Kayaknya, biasanya sih bisa pakai mbak. Tapi kalau saya belum.
119
Belum menerapkan.”
Mahasiswa : “Berarti untuk saat ini hanya observasi saja nggih bu. Untuk observasi
sendiri selain dari video dan wa apakah ibu juga melakukan
wawancara dengan orang tua terkait sikap anak selama di rumah?”
Bu Dinda : “Kalo wawancara dengan orang tua, hanya sebatas chat. Belom pernah
video call.
Mahasiswa : “Berarti komunikasi via tulisan mawon nggih bu selama ini?”
Bu Dinda : “Iya, karena kebetulan saya habis selesai isoman jadi belum
melakukan hal lain lain.
Mahasiswa : “Kemudian untuk catatan kejadian atau jurnal apakah ibu juga
menggunakannya?”
Bu Dinda : “Belum ya, karena saya juga hanya melanjutkan guru yang kemarin.
Jadi saya belum menggunakannya. Belum mengisi apapun. Karena
saya baru melanjutkan beberapa bulan lalu pandemi. Jadi
perpindahan guru pertama ke saya itu pas pandemi. Jadi saya tau
anaknya itupun dari foto video tok.”
Mahasiswa : “Jadi karena guru sebelumnya tidak menggunakan catatan
kejadian,jadi Ibu tidak memiliki cukup data pembanding atau
semacamnya begitu nggih bu?”
Bu Dinda : “Iya.”
Mahasiswa : “Kemudian selama masa pandemi ini mempengaruhi proses
penyusunan instrumen penilaian sikap bagi anak autis.”
Bu Dinda : “Ya sangat berpengaruh sekali. Ditambah belum pernah bertemu sama
sekali dengan siswa.”
Mahasiswa : “Apakah terdapat banyak perubahan aspek penilaian sikap terutama
pada masa pandemi?”
Bu Dinda : “Banyak perubahan ya mbak yang dirasakan.”
Mahasiswa : “Lalu kendala apa saja yang ibu hadapi dalam pelaksanaan penilaian
sikap spritual dan sikap sosial pada anak autis?”
Bu Dinda : “Kendalanya itu Karena saya belum pernah ketemu dengan anak-
anaknya kemudian saya juga baru pertama kali mengajar autis. Jadi
belum cukup tahu seluk-beluk autis cara penanganan di kelas.”
Mahasiswa : “Dapat dikatakan kendala utamanya faktor internal dari ibu sendiri
nggih?”
Bu Dinda : “Iya.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah orang tua murid ibu semuanya cukup kooperatif
atau marah pasif dalam pembelajaran anak laki selama masa
pandemi?”
Bu Dinda : “Alhamdulillah semua kooperatif mbak.”
Mahasiswa : “Jadi semua membantu nggih bu. Terlibat dalam pembelajaran
anaknya.”
Bu Dinda : “Iya kendala lebih ke saya dan kesibukan orang tua terkait pengiriman
tagihan tugas.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk pelaksanaan penilaian sikap spiritual dan sikap
sosial apakah sudah sesuai dengan yang Ibu rencanakan
120
sebelumnya?”
Bu Dinda : “Sesuai sesuai saja mbak.”
Mahasiswa : “Jadi secara garis besar sesuai nggih bu. Dapat dilakukan sesuai
rencana.”
Bu Dinda : “Iya.”
Mahasiswa : “Untuk penilaian sikap spirtual dan sikap sosial efektifkah menurut ibu
dilakukan melalui media online?”
Bu Dinda : “Tidak optimal ya mbak. Karena lebih optimal pengamatan secara
langsung.”
Mahasiswa : “Nggih, untuk selanjutnya apa saja faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial.”
Bu Dinda : “Mungkin dari orang tua dan anak nya sendiri.”
Mahasiswa : “Jadi dapat disimpulkan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada
anak autis selama masa pandemi tidak cukup efektif nggih?”
Bu Dinda : “Iya mbak.”
Mahasiswa : “karena ini pengalaman baru, penempatan anak didik baru yang
sebelumnya tunagrahita.
Bu Dinda : “Iya, mbak.”
Mahasiswa : “ Baik bu, terima kasih waktu dan kesempatannya.”
Bu Dinda : “Iya, sama-sama mbak.”
Kutipan Wawancara 5
Informan V
Nama : Kristin S.Pd
Jabatan : Wali kelas Vb Autis
Hari, tanggal : Senin, 16 Agustus 2021
Waktu : 10.00 – 10.40 WIB
Tempat : Zoom meeting
Mahasiswa : “Apakah ibu merumuskan Silabus dan RPP terlebih dahulu
sebagai acuan pembelajaran?”
Bu Kristin : “Iya, persemester kita ada buat silabus dan RPP.”
Mahasiswa : “Pada awal semester semua sudah dibuat ya bu?”
Bu Kristin : “Iya.”
Mahasiswa : “Apakah dalam menentukan rencana penilaian mengacu kepada
Silabus dan RPP yang telah dibuat sebelumnya?”
Bu Kristin : “Sebagian besar sudah ya.”
Mahasiswa : “Baik, sebagian besar sudah mungkin ada beberapa yang perlu
menyesuaikan keadaan ya bu?”
Bu Kristin : “Kalau saya melihat jadi semisal dikasih tugas ini ngumpulin nya
apa aja sih. Paling yang menyesuaikan itu aja sih mbak.
121
Fleksibel aja.”
Mahasiswa : “Pelaksanaannya fleksibel aja nggih. Kemudian apakah
merumuskan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sudah
sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam indikator?”
Bu Kristin : “Sudah-sudah sama. Disesuaikan sama.”
Mahasiswa : “Kemudian bagaimana cara ibu merumuskan tujuan penilaian
sikap spiritual dan sikap sosial agar sesuai dengan kompetensi
inti dan kompetensi dasar?”
Bu Kristin : “Biasanya kita terhalang sama jarak ya mbak. Jadi mungkin saya
ini kan murid kalau namanya yang murid autis itu kan kita
enggak enggak terlalu banyak rollingannya jadi semisal kemarin
pegang kelas 5 Kebetulan juga itu pernah saya pegang di kelas 1
jadi walaupun terpisah sama jarak mungkin saya bisa flashback
kelas 1 yang kemarin kemampuan anak ini sudah berapa gitu
jadi ya semisal kelas 5 tidak bisa semaksimal mungkin
pembelajaran jadi saya bisa lihat salah satunya kemaren dianya
udah sampai mana gitu. Biasanya saya pengalaman yang
kemarin bisa digunakan untuk pembelajaran saat ini.”
Mahasiswa : “Baik, pengalaman yang kemarin bisa digunakan untuk
menyiapkan pembelajaran saat ini nggih? karena sikap anak
autis yang tidak langsung berubah drastis nggih?”
Bu Kristin : “Iya, tapi masalahnya dari satu anak ke anak yang lain kan
berbeda jadi semisal kita bisa sinkronkan sama orang tua juga,
kita kan nggak mungkin kan mau wawancara anaknya. Masih
bertahan enggak ni kemampuannya, ada yang bertambah atau
ada yang berkurang tidak. Paling seperti itu aja. Paling
tambahannya itu aja sih mbak.”
Mahasiswa : “Baik, Kemudian apakah ibu telah menentukan teknik dan
Instrumen penilaian sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi dasar?”
Bu Kristin : “Semuanya dari awal semester itu sudah semua sudah ada. Kita
diharapkan sudah menyiapkannya sebagai panutannya. Itu nanti
indikatornya penilaiannya sampai mana itu sudah direncanakan
pada awal semester jadi semisal di tengah jalan ada apa
terkendala apa kita bisa kita sesuaikan lagi penilaiannya dari
awal semester itu. Jadi semua sudah disiapkan di awal
semester.”
Mahasiswa : “Biasanya untuk teknik penilaian sikap apa yang ibu gunakan?
Bu Kristin : “Biasanya saya kalo video. Paling kita pakai itu ya teknik
penilaiannya masalahnya masa corona itu nggak semuanya
berjalan mulus gitu. kemandirian anak melihat dari video yang
dikirimkan anak sikap kita beralaskan sama sikap sama perilaku
anak jadi tidak bisa dipatok dengan nilai itu nggak bisa. Sulit
soalnya.”
122
Mahasiswa : “Untuk pemberitahuan kepada siswa mengenai aspek-aspek sikap
yang akan dinilai, apakah ibu memberitahukannya atau
mungkin hanya tersirat melalui video hanya menekankan sikap-
sikap ini seperti itu bu?”
Bu Kristin : “Iya, biasanya juga anak autis itu tidak bisa dilepas. Jadi tetap
dibawah bimbingan orang tua, jadi kita mengedukasi dua orang.
Pertama, orang tua dulu. Kemudian ke anaknya. Jadinya kalo
dunia maya gini langsung ke anaknya gitu susah, jadi harus
lewat orang tua nya. Jadi kita seolah olah diri kita ada di orang
tua. Tapi tetap sulit karena kan beda ya yang ngajar gurunya
dengan yang ngajar orang tuanya kan auranya juga beda ya jadi
kita gak bisa memaksakan orang tua juga.”
Mahasiswa : “Masa pandemi ini sangat mengadalkan orang tua nggih bu?
Kemudian apakah ibu telah merumuskan kisi-kisi penilaian
(yang memuat seluruh komponen penilaian)?”
Bu Kristin : “Ada ya mbak, setiap indikator itu ada kisi-kisi nya. Misal kita
membuat indikator itu tidak bisa terpenuhi semua, ya paling
tidak kita harus sesuai dengan garis besarnya aja jadi semisal
kita memiliki 5 indikator anak-anak itu harus terpenuhi 3 atau 2
itu sudah bagus.”
Mahasiswa : “Kemudian, apakah ibu membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi
penilaian yang sudah dibuat sebelumnya?”
Bu Kristin : “Untuk anak autis instrumennya itu bisa berbeda satu sama lain.
Jadi kalau kita membuat satu instrumen itu ya secara garis
besarnya saja. Kalau anak nanti bisa beda-beda kita ke anak itu
anaknya itu mengerti atau tidaknya itu kan mereka tetap kita
sesuai dengan tapi nanti mungkin kalau ada tambahan yang
lebih kemampuannya lebih bawah lagi itu yang paling sulit. Itu
semua instrumen ada kisi-kisi.”
Mahasiswa : “Untuk instrumen yang masing-masing anak itu berbeda apakah
secara administratif itu satu untuk semua atau memang dari awal
secara administratif sudah dibuat untuk masing-masing anak
bu?”
Bu Kristin : “Kalau instrumen kita buat satu untuk semua tapi nanti terlihat di
raport biasanya gitu nanti yang berbeda-beda kayak instrumen.
Kalau kayak matematika ya itu kan banyak dari angka 1 sampai
10 itu cuman kita mengenal angka 1-10 jadi saya itu itu kan
anaknya ada 3, satu anak bisa mengucapkan angka, satu anak
menirukan, terus yang yang lain kan nggak bisa verbal, cuman
menunjuk-nunjuk jadi ya cuman di situ aja. Tapi tetap dalam
satu konteks yaitu mengenal angka 1-10 seperti itu sih anak
autis.”
Mahasiswa : “Bagaimana cara menganalisis Instrumen penilaian sikap?”
Bu Kristin : “Kalau saat tatap muka itu budaya kita melihatnya misalnya
selama 1 jam pelajaran itu dia duduk manis duduk rapi Tapi
123
karena selama Karena kemarin tidak bisa saya menganalisisnya
ya. Meskipun pembelajaran jarak jauh dan sebagainya. Tapi kita
tetap harus memberikan yang terbaik. Kemarin itu kan kita
membuat laporan ya mbak itu salah satunya anak tidak mau
memakai seragam. Jadi kalau aku buat video teman yang egois
itu hanya pakai singlet ya jadi dari hal sederhana yang terlihat
seperti itu mbak yang dinilai. Tidak pakai seragam itu udah jadi
sekarang jadi masalah itu paling susah anaknya nggak mau mau
makai seragam, tidak mau pake baju rapi. Tapi ya kita tidak bisa
memaksakan ya mbak. Karena kalau sudah pakai seragam itu
kan nggak sekolah jadi malah ngamuk kecuali Memang dari
awal PJJ itu orang tua sudah menekankan kalau kita tetap
bangun jam 7 Kita pakai seragam Tapi kita belajarnya di rumah
itu mungkin akan beda tapi kalau memang tidak dibiasakan ya
akan sulit yang anak-anak yang memang sangklek tidak terbiasa
ya gitu kalo pakai seragam ya kita sekolah. Tapi kalo dibiasakan
jam 7 kita bangun, pakai seragam, duduk manis kita
mengerjakan tugas, kita videocall ya itu pasti bisa. Tergantung
orang tua.”
Mahasiswa : “Karena memang sudah jadi rutinitas jam 7 bangun sekolah
nggih? Kemudian untuk siswa yang ibu ampu sendiri berapa bu?
|
Bu Kristin : “Untuk kelas 3 ada 3 siswa.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk rumus penentuan nilai akhir hasil belajar
penilaian sikap, bagaimana cara ibu menentukannya?”
Bu Kristin : “Biasanya kita itu pakai rombel atau rating scale ya. Jadi misal
dalam satu semester itu apakah kemunculan untuk sikap ini ini
ini itu banyak checklist. Oh kalau banyak berarti terjadi
peningkatan, dan untuk aspek yang ditekankan pun tidak jauh
berbeda dengan semester sebelumnya, jadi hanya melanjutkan
gitu aja.”
Mahasiswa : “Seperti sikap yang belum maksimal dimaksimakan begitu nggih
bu?”
Bu Kristin : “Iya.”
Mahasiswa : “Kemudian untuk acuan kriteria berupa KKM dalam penilaian
sikap spiritual dan sikap sosial bagaimana bu?”
Bu Kristin : “Kalau untuk kriteria KKM itu kita ikut kurikulum ya. Karena
guru tidak membuat kriteria KKM sendiri.”
Mahasiswa : “Apakah KKM dalam kurikulum itu angka atau predikat ya bu?”
Bu Kristin : “Biasanya kalau untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial
yaitu deskriptif yaitu juga ada ketambahan mapel agama. Jadi
bukan cuman kita sebagai wali kelas aja.”
Mahasiswa : “Apakah selama masa pandemi ini observasi dapat dilakukan dan
bagaimana keefektifan nya untuk penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial anak autis?”
124
Bu Kristin : “Kalau selama masa pandemi observasi agak susah dilakukan ya
karena tidak bertemu secara langsung. Kecuali kalau pas kita
tatap muka mungkin bisa tapi karena korona ini tidak bisa paling
hanya saat kita home visit saja baru bisa.”
Mahasiswa : “Untuk semester yang kemarin, apakah ibu belum melakukan
home visit sama sekali atau bagaimana bu?”
Bu Kristin : “Untuk yang kemarin belum melakukan.”
Mahasiswa : “Berarti observasi hanya lewat video ataupun foto yang
dikirimkan nggih bu?”
Bu Kristin : “Iya, paling video call. Itupun juga ogah-ogahan. Jadi kalau video
call malah sama orang tuanya, nggak fokus ke anaknya.”
Mahasiswa : “Instrumen penilaian observasi yang lebih sering ibu gunakan
checklist nggih?”
Bu Kristin : “Iya.”
Mahasiswa : “Faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun
instrumen observasi selama pandemi?”
Bu Kristin : “Sebenarnya kalau pandemi itu kita mau langsung ke lokasi untuk
anak-anak juga sulit ya. Paling kita misalnya ya 1 semester
pencapaian anak bisa membaca doa sebelum belajar, bisa
membaca doa sebelum makan. Itu kita juga nggak bisa lihat
langsung, jadi kita buat rekaman video sama orang tua anak
sudah sampai mana. Misal menirukan ataupun melanjutkan itu
sudah dapat nilai dari kami. Kalo anak harus bisa ini malah
orang tuanya yang merasa keberatan.”
Mahasiswa : “Untuk indikator pencapaian sikapnya memang selama masa
pandemi ini juga diturunkan sesederhana mungkin nggih bu?”
Bu Kristin : “Iya.”
Mahasiswa : “Jadi selama masa pandemi teknik observasi memang tidak cukup
mampu merekam sikap anak autis nggih bu?”
Bu Kristin : “Ini juga tidak terlalu optimal, misal kita buat observasi satu
minggu dua kali itupun juga mungkin hanya rencana. Tidak
terlaksana dengan mudah, apalagi kalau ada orang tua yang
merasa keberatan untuk dikunjungi kadang itu terus kadang juga
ada alasan mungkin dari sayanya sendiri atau gimana gimana.”
Mahasiswa : “Untuk instrumen nya menggunakan rating scale nggih bu?
Bu Kristin : “Iya, kita melihat dari setoran video atau foto.”
Mahasiswa : “Untuk penilaian diri dan penilaian antar teman tidak bisa
dilakukan pada anak autis nggih bu?”
Bu Kristin : “Iya, tidak bisa. Sangat sulit.”
Mahasiswa : “Untuk jurnal atau catatan kejadian apakah ibu juga
menggunakannya?”
Bu Kristin : “Untuk catatan kejadian mungkin bisa ya. Tapi kemarin itu itu
saya bikinnya paling tidak tiap hari gitu jadi semisal ya biasanya
kan kita setiap hari tapi kalau selama 2 hari atau 3 hari itu
jumlahnya sama anak mengirimkan apa hari apa saya hari apa
125
sih nggak bisa tepat waktu itu jadi enggak bisa Sesuai yang
diharapkan. Kalau tatap muka kan kita yang handle oh materi
ini harus selesai. Kalau pandemi nggak bisa, jadi tetap satu
materi mungkin buat dua atau tiga hari.”
Mahasiswa : “Kalau untuk tatap muka jurnal bisa dan efektif digunakan tapi
selama masa pandemi ini tidak terlalu. Kemudian untuk kondisi
seperti jurnalnya itu apakah untuk sikap-sikap yang ekstrem
misal anak tantrum hebat atau melukai orang lain atau semua
sikap bisa dituliskan bu?”
Bu Kristin : “Kadang apa yang kita rencakan tidak berjalan mulus. Jadi misal
orang tuanya sibuk bekerja baru melaporkan kejadian kemarin
pada hari ini, jadi nggak bisa tiap hari. Kalau mau video call itu
kita janjian dulu, bisa nya kapan. Untuk memaksakan hari ini
harus selesai, besok kita video call melaporkan anak. Tidak bisa
dipaksa dan memaksakan.
Mahasiswa : “Kalau untuk jurnal, apakah ada format dari sekolah atau
bagaimana bu?”
Bu Kristin : “Sekolah sudah ada, kita tinggal mengisi aja.”
Mahasiswa : “Jadi untuk penggunaan jurnal selama pandemi ini tidak terlalu
efektif nggih bu karena tidak melihat anak secara langsung?”
Bu Kristin : “Iya, betul sekali.”
Mahasiswa : “Untuk jurnal, apakah ibu juga melakukan penskoran?”
Bu Kristin : “Kalau jurnal tidak ada penskoran. Kalau jurnal yang disediakan
disini hanya materi ini apa, yang aktif masuk siapa. Gitu aja sih
mba. Tidak ada penskoran.”
Mahasiswa : “Selama masa pandemi ini sangat mempengaruhi penyusunan
instrumen penilaian sikap nggih bu?”
Bu Kristin : “Iya karena ada beberapa kendala dan tentunya kita tidak boleh
ada istilahnya dipaksa dan memaksakan itu tidak boleh.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah ada perubahan aspek sikap yang dinilai selama
masa pandemi?”
Bu Kristin : “Diturunkan sesederhana mungkin, yang paling sederhana.”
Mahasiswa : “Kemudian, kendala apa saja yang ibu hadapi dalam penyusunan
penilaian sikap spiritual dan sikap sosial selama masa pandemi,
selain faktor orang tua adakah faktor lain?”
Bu Kristin : “Pertama memang semua diserahkan orang tua, ini kan kelas 3
kelas kecil. Jadi memang masih sangat bergantung pada
orangtua, kecuali kalau dia sudah punya HP sendiri pasti akan
berbeda. Kita tidak menyalahkan orang tua, tidak memberatkan
orang tua juga. Hanya minta orang tua turun tangan ayo kita jadi
tim bersama, membantu guru di sekolah. Memang kan yang
melaksanakan nantinya orang tua selama di rumah jadi di sangat
penting sekali peran orang tua.”
Mahasiswa : “Untuk wali murid di kelas itu sendiri. Apakah semua cukup aktif
dalam pembelajaran anaknya bu?”
126
Bu Kristin : “Yang sulit pasti ada yang aktif juga ada karena kondisi
keadaannya masing-masing kalau sama orang tua yang aktif itu
Ya kita juga senang Setiap hari ngasih kabar sembarang kasih
info setiap kali itu merespon itu kita juga senang. Dan orang tua
juga mungkin ada yang risih juga, mungkin ada yang kerja atau
gimana. Ya pasti ada.”
Mahasiswa : “Kemudian apakah dalam pelaksanakan penilaian sikap spiritual
dan sikap sosial yang ibu lakukan sudah sesuai dengan persiapan
yang ibu rencakan?”
Bu Kristin : “Iya, secara garis besar 75% sudah sesuai instrumen sudah bagus.”
Mahasiswa : “Baik berarti secara garis besar memang sudah sesuai tapi
mungkin ada beberapa hal yang terlewat karena kondisi orang
tua juga tidak bisa memaksakan.Kemudian dikatakan bahwa
penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak autis tidak
cukup efektif dilakukan melalui media online nggih bu?”
Bu Kristin : “Iya, tidak efektif karena kita tidak bisa melihat gerak grafik anak,
Kita juga tidak melihat langsung hanya dari orang tua jadi kita
harus mempercayai apa yang disampaikan oleh orang tua.”
Mahasiswa : “Berbincang dengan orang tua pun hanya saat mengambil lks atau
saat memberikan tagihan tugas nggih?”
Bu Kristin : “Adakalanya juga sekolah sedang meminimalisir pertemuan
secara langsung sehingga ya gitu juga tidak berbincang banyak
dengan orang tua seperti itu jadi komunikasinya hanya lewat
WA.”
Mahasiswa : “Baik kemudian untuk faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
penilaian sikap spiritual dan sikap sosial pada anak autis selama
masa pandemi mungkin tadi nggih bu faktor dari orang tua
kemudian adanya peralihan didikan dari guru ke orang tua?”
Bu Kristin : “Iya, benar.”
Mahasiswa : “Untuk orang tua wali murid di kelas ibu apakah semua orang tua
memiliki dasar penanganan yang baik pada anak autis sehingga
memudahkan pembelajaran?”
Bu Kristin : “Ada beberapa anak yang juga sambil terapi Jadi kalau misalnya
orang tuanya kebingungan atau butuh bantuan itu biasanya akan
dibantu oleh terapisnya.Tapi ya nggak semua tapi nggak semua
terapi juga sih jadi semua fokus juga ada satu yang tidak cukup
kooperaktif juga ada.”
Mahasiswa : “Berarti selama ini memang terapi-terapi sudah aktif nggih Bu?
Bu Kristin : “Iya, di rumah sakit katanya.”
Mahasiswa : “Untuk sikap kepatuhannya, sikap mandirinya apakah menurun
cukup signifikan bu?”
Bu Kristin : “Dari 4 anak itu saya lihat, dua diantaranya ada terapi jadi ya
tidak terlalu menurun. Seminggu dua kali dia terapi, jadi
setidaknya dia belajar di luar. Yang lainnya turun drastis.”
Mahasiswa : “Peran terapi cukup membantu nggih bu?”
127
Bu Kristin : “Iya.”
Mahasiswa : “Untuk murid ibu sendiri apakah sempat terlupa dengan ibu
sebagai guru nya karena lama tidak bertemu?”
Bu Kristin : “Enggak kalau lupa tidak karena kita juga cukup rajin video call
memperkenalkan ini gurunya ini teman-temannya jadi tidak
lupa.”
Mahasiswa : “Jadi selain karena praktis pemilihan video call juga supaya anak-
anak masih terus mengingat guru dan teman-temannya seperti
itu nggih bu?”
Bu Kristin : “Iya, betul.”
Kutipan Wawancara 6
Informan VI
Nama : Kasmanto, S.Pd
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum
Hari, tanggal : 19 Agustus 2021
Waktu : 16.00 – 16.20 WIB
Tempat : Zoom meeting
Mahasiwa : “Apakah para guru wali kelas autis dari kelas 1 sampai kelas 6
telah merumuskan Silabus dan RPP terlebih dahulu sebagai
acuan pembelajaran?”
Pak Kasmanto : “Iya semua guru memang sudah membuat silabus dan RPP”.
Mahasiwa : “Apakah ada kewajiban dari sekolah untuk mengumpulkan silabus
dan RPP pada awal semester?”
Pak Kasmanto : “Iya mbak diawal semester, dikoreksi dulu silabus dan RPP.
Kemudian ditandatangani oleh kepala sekolah.”
Mahasiwa : “Kemudian apakah guru telah merumuskan rencana penilaian
mengacu pada silabus dan RPP yang telah dibuat?”
Pak Kasmanto : “Iya, di RPP kan di halaman terakhir ada penilaian. Jadi sudah
rencana penilaian akan seperti apa.”
Mahasiwa : “Kemudian pada awal semester niku apakah di tinjau apakah
ditinjau sebentar kemudian pelaksanaannya diserahkan kepada
kewenangan guru atau selama pelaksanaan pembelajaran sekolah
tetap memantau secara berkala?”
Pak Kasmanto : “Kepala sekolah melakukan supervisi di kelas, tapi karena
sekarang kondisinya begini, jadi ya komunikasi dengan guru
bagaimana untuk pembelajaran itu kendalanya apa.”
Mahasiwa : “Apakah supervisi diadakan seminggu sekali atau dua minggu
sekali atau ada waktu tertentu pak?”
Pak Kasmanto : “Iya, ada waktu tertentu. Biasanya ya tiga minggu sekali, dua
minggu sekali.”
Mahasiwa : “Baik, kemudian untuk supervisi dilakukan oleh kepala sekolah
128
dengan guru yang bersangkutan nggih pak?”
Pak Kasmanto : “Iya, kepala sekolah dengan guru senior atau wakil kepala
sekolah.”
Mahasiwa : “Baik pak, jadi diadakan diskusi antara kepala sekolah dengan
guru senior ataupun wakil kepala sekolah nggih?”
Pak Kasmanto : “Iya, betul.”
Mahasiwa : “Kemudian bagaimana penilaian bapak terhadap persiapan guru
menyusun Silabus dan RPP selama masa pandemi?”
Pak Kasmanto : “Saya rasa untuk guru-guru autis profesional dan masih muda-
muda, sudah bagus dalam penyusunannya.”
Mahasiwa : “Berarti, dalam penyusunan berjalan lancar nggih?”
Pak Kasmanto : “Iya, lancar.”
Mahasiwa : “Kemudian bagaimana penilaian bapak terhadap Silabus dan RPP
yang telah disusun oleh guru sudahkah mencakup rencana
penilaian sikap, kisi-kisi penilaian, dan teknik serta instrumen
penilaian?”
Pak Kasmanto : “Iya, sudah lengkap. Jadi untuk penilaian sikap itu kan mapel
agama dan PKN yang dipersiapkan yang lainnya kan cukup
pengetahuan dan keterampilan mapel lainnya.”
Mahasiwa : “Baik, menurut bapak sudah mempersiapkan dengan baik nggih
pak ?”
Pak Kasmanto : “Insha Allah sudah.”
Mahasiwa : “Untuk rumus penentuan nilai akhir hasil belajar penilaian sikap,
apakah pihak sekolah menetapkan ketentuan-ketentuan tertentu
atau diserahkan kepada guru masing-masing?”
Pak Kasmanto : “Di gugus satu, kurikulum sudah ada. Jadi KKM untuk semua
mapel, termasuk sikap minimal B. Baik.”
Mahasiwa : “Berarti untuk KKM sikap deskriptif ya Pak bukan angka?”
Pak Kasmanto : “Iya.”
Mahasiwa : “Kemudian jika ada anak yang mendapat nilai sikap dibawah
KKM, maka langkah apa yang diambil oleh guru pak?”
Pak Kasmanto : “Kalau dibawah KKM berarti tidak naik. Untuk lulus atau naik
kelas minimal Baik.”
Mahasiwa : “Baik, jadi jika mendapat nilai dibawah KKM kemungkinan besar
tinggal kelas atau tidak lulus nggih pak?”
Pak Kasmanto : “Iya.”
Mahasiwa : “Kemudian apakah guru autis menggunakan teknik observasi pak
dalam penilaian sikap?”
Pak Kasmanto : “Kalau observasi melakukan lewat orang tua jadi pengamatan dari
orang tua. Jadi karena mneghadirkan siswa tidak boleh, untuk
guru pun datang juga tidak boleh. Jadi pengamatannya lewat
orang tua.”
Mahasiwa : “Jadi observasi tidak terlalu efektif nggih dikarenakan melalui
perantara dan guru tidak melihat langsung anaknya?”
Pak Kasmanto : “Apa itu namanya pengamatan orang tua dan ketika guru mengajar
129
menggunakan seperti ini. Zoom misalnya atau video jadi tiap
harinya kan bisa. Jadi di samping dari orangtua juga dulu waktu
mengajar lewat dari daring seperti ini.”
Mahasiwa : “Apakah terdapat ketentuan penskoran dalam observasi yang telah
ditentukan oleh sekolah atau dikembalikan kepada kebijakan
guru masing-masing?”
Pak Kasmanto : “Guru masing-masing mbak. Sekolah cuma menentukan untuk
sikap minimal Baik, untuk penilaiannya diserahkan kepada
guru.”
Mahasiwa : “Apakah selain observasi guru autis juga menggunakan jurnal
ataupun catatan kejadian dalam penilaian sikap selama masa
pandemi?”
Pak Kasmanto : “Iya, disamping observasi, guru juga membuat jurnal untuk sikap
siswanya.”
Mahasiwa : “Untuk format jurnalnya apakah sudah disediakan kurikulum atau
sekolah atau guru membuat masing-masing pak?”
Pak Kasmanto : “Para guru membuat masing-masing mbak. Tapi kalau jurnal
mengajar harian disediakan sekolah. Kalau untuk jurnal
penilaian dibuat guru masing-masing.”
Mahasiwa : “Berarti dari sekolah tidak ada formatnya, dikembalikan kepada
masing-masing guru.”
Pak Kasmanto : “Tidak, karena para guru ada pelatihan kurikulum bersama-sama
dulu sudah jadi nanti variasi guru menyesuaikan dengan kondisi
siswanya.”
Mahasiwa : “Apakah selama masa pandemi para guru mengungkapkan adanya
kendala dalam penyusunan instrumen penilaian sikap ataupun
pelaksanaan penilaian sikap pak?”
Pak Kasmanto : “Saya kira karena guru sudah pengalaman. Saya rasa tidak ada
kendala mbak.”
Mahasiwa : “Saya sudah mewawancarai para guru autis dapat ditarik
kesimpulan bahwa faktor orang tua meliputi kesibukan,
konsistensi, cara pengontrolan, penguasaan teknologi dan cara
penanganan terhadap anak menjadi kendala dalam pelaksanaan
penilaian sikap selama masa pandemi. Terkait kendala-kendala
tersebut bagaimana kebijakan sekolah menangani dan
mengatasinya Pak?”
Pak Kasmanto : “Kadang-kadang pada awal tahun itu rapat komite mbak untuk
menampung keluhan dari orang tua . Jadi kendala apa kaitannya
dengan bapak ibu membimbing putra-putrinya dalam
pembelajaran selama ini orang tua mengungkapkan nanti di hal
itu dikonsultasikan dengan guru kelasnya masing-masing.
Biasanya begitu.”
Mahasiwa : “Rapat komite pada awal semester?”
Pak Kasmanto : “Iya awal semester, kemudian tutup tahun naik kelas itu juga.
Lewat zoom kalo masa pandemi ini.”
130
Mahasiwa : “Selain rapat komite, apakah setelah satu semester berjalan guru
melakukan penilaian sikap apakah ada pembahasan lebih lanjut
dalam lingkup internal sekolah pak?”
Pak Kasmanto : “Iya, kalo penilaian memang wewenang guru. Sekolah hanya
menanyakan ada keluhan atau tidak. Kemudian nanti keputusan
penilaian tetap kepada guru masing-masing.”
Mahasiwa : “Sekolah hanya memantau dan mengontrol ya pak?”
Pak Kasmanto : “Iya, supervisi.”
Mahasiwa : “Apakah hasil supervisi dituangkan secara tertulis atau
disampaikan secara lisan pak?”
Pak Kasmanto : “Untuk supervisi itu kewenangan kepala sekolah. Setiap tahunnya
guru dinilai oleh kepala sekolah.”
Mahasiwa : “Baik pak, terima kasih atas waktu dan kesempatannya.”
Pak Kasmanto : “Iya, mbak. Sama-sama.”
Kutipan Wawancara 7
Informan VII
Nama : Sukamto, SE, M.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari, tanggal : Senin, 23 Agustus 2021
Waktu : 10.00 – 10.35 WIB
Tempat : Zoom meeting
Mahasiswa : “Apakah para guru autis telah merumuskan Silabus dan RPP
terlebih dahulu sebagai acuan pembelajaran”
Pak Sukamto : “Sampun, sudah.”
Mahasiswa :“Memang ada kewajiban dari sekolah nggih pak untuk
mengumpulkan pada awal semester?”
Pak Sukamto : “Iya, tidak hanya guru autis. Semua guru wajib seharusnya sudah
membuat Silabus dan RPP masing-masing.”
Mahasiswa : “Apakah guru dalam merumuskan penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi
dasar?”
Pak Sukamto : “Penilaian kita juga kita selaraskan dengan KI KD yang ada.”
Mahasiswa :“Bagaimana penilaian bapak terhadap persiapan penyusunan
silabus dan RPP selama masa pandemi?”
Pak Sukamto : “Selama masa pandemi ini para guru yang terlibat semangat
semuanya karena dalam penyusunan administrasi pembelajaran
kita desain dalam bentuk kegiatan workshop, jadi semua kita
pantau dan kita ada deadline kapan harus selesainya.”
131
Mahasiswa : “Apakah selama satu semester diadakan pemantauan dalam
bentuk supervisi atau semacamnya Pak?”
Pak Sukamto : “Iya, ada supervisi. Kita jadwalkan supervisi, jadi kita sudah ada
schedule untuk supervisi masing-masing kelas jadi teman-teman
sudah tahu kapan waktunya. Sudah ada jadwalnya untuk jenjang
SD, SMP, dan SMA.”
Mahasiswa : “Supervisi bapak kepala sekolah dengan guru yang bersangkutan
nggih pak?”
Pak Sukamto : “Iya, kalau sekarang masa pandemi video-video pembelajaran
yang digunakan guru itu sebagai bahan evaluasi supervisi.”
Mahasiswa : “Untuk hasil supervisi dituangkan dalam dokumen atau
bagaimana pak?”
Pak Sukamto : “Nanti di akhir tahun kita ada rekap namanya Sasaran Kinerja
Guru Bagaimana cara guru untuk mencapai tujuan target yang
ingin dicapai selama tahun ajaran jadi kita endingnya itu di akhir
tahun ada rekap nya.”
Mahasiswa : “Kemudian bagaimana penilaian Bapak terhadap silabus dan RPP
yang telah disusun para guru autis sudahkah mencakup rencana
penilaian, kisi-kisi penilaian, dan teknik serta instrumen
penilaian sikap?”
Pak Sukamto : “Iya, sudah sesuai tersandar. Jadi kita ada standar administrasi
pembelajaran di SLB Negeri Surakarta.. Jadi tidak hanya di autis
saja, tetapi di semua ketunaan.”
Mahasiswa : “Jadi dapat dikatakan bahwa semua guru dalam menyusun
perangkat pembelajaran sudah baik nggih pak? Baik, kemudian
untuk rumus penentuan nilai akhir hasil belajar penilaian sikap
apakah terdapat ketentuan tertentu dari pihak sekolah atau
diserahkan kepada kewenangan masing-masing guru pak?”
Pak Sukamto : “Kalau untuk penilaian terhadap siswa itu adalah kewenangan
guru. Acuan tentang bagaimana membuat rumus penentuan
sikap, rumus rubrik, penilaian subjektif objektif sudah kita
sediakan acuan. Jadi sudah ada standarnya.”
Mahasiswa : “Baik. kemudian untuk acuan kriteria berupa KKM apakah telah
ditentukan oleh kurikulum atau sekolah atau dikembalikan
kepada kewenangan masing-masing guru?”
Pak Sukamto : “Di awal tahun ajaran dari kita juga menyusun dan menentukan
KKM.”
Mahasiswa : “KKM untuk sikap apakah angka atau prediket pak?”
Pak Sukamto : “Iya, Baik.”
Mahasiswa : “Apakah para guru autis melakukan observasi dalam penilaian
sikap selama masa pandemi?”
Pak Sukamto : “Observasi itu dilakukan tidak harus datang langsung. Kita mau
observasi secara virtual juga bisa. Untuk anak autis yang
memiliki masalah kaustik bisa melalui home visit. Tetapi untuk
siswa yang tidak memiliki masalah kaustik bisa melalui virtual.”
132
Mahasiswa : “Berarti tetap menyesuaikan kondisi anak nggih pak?”
Pak Sukamto : “Iya mbak.”
Mahasiswa : “Apakah ketentuan penskoran dalam instrumen observasi sudah
ditentukan oleh sekolah atau dikembalikan kepada kewenangan
masing-masing guru pak?”
Pak Sukamto : “Untuk penskoran sudah ditentukan dalam sistem penilaian. Misal
skala 10 atau 100 sudah ditentukan sekolahan agar semua sama.
Untuk penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap ada dan
didesain supaya efektif.”
Mahasiswa : “Baik, kemudian untuk KKM observasi juga sudah nggih?”
Pak Sukamto : “Iya, sudah. Kita dalam menyusun KKM harus menganalisis
kemampuan siswa, termasuk sarana prasarana yang dimiliki
juga”
Mahasiswa : “Baik, kemudian selain observasi, apakah guru autis
menggunakan jurnal harian atau catatan kejadian dalam penilaian
sikap selama masa pandemi?”
Pak Sukamto : “Iya, ada. Jurnal manual ataupun jurnal digital ada.”
Mahasiswa : “Untuk jurnal manual juga sudah ada formatnya nggih?”
Pak Sukamto : “Iya, sudah ada. Guru tinggal mengisi aja. Sudah disediakan
formatnya untuk penilaian pengetahuan dan keterampilan, kalau
untuk penilaian sikap guru membuat masing-masing.”
Mahasiswa : “Terkait kendala yang dihadapi guru dalam penilaian sikap
meliputi kesibukan orang tua, konsistensi, perbedaan pola
penanganan, dan sikap anak yang menurun. Bagaimana
kebijakan sekolah menangani dan mengatasinya pak?”
Pak Sukamto : “Untuk orang tua yang tidak punya hp atau tidak bisa terus
menerus memantau lewat hp. Kita berikan modul pembelajaran.
Orang tua bisa mengambil modul, kemudian mengerjakan tugas
di lembar kerja. Nanti seminggu sekali atau dua minggu sekali
lembar kerja diantar lagi ke sekolahan. Solusinya seperti itu.”
Mahasiswa : “Baik setelah satu semeter berjalan, apakah ada diskusi atau
pembahasan bersama mengenai pelaksanaan penilaian sikap
dalam lingkup internal sekolah pak?”
Pak Sukamto : “Ada, kita tidak menunggu satu semester. Kita ada studi kasus tiap
satu bulan sekali. Studi kasus kaitannya dengan pembelajaran,
studi kasus kaitannya dengan perilaku. studi kasus kaitannya
dengan penilaian. Kita ada FGD untuk membahas masalah yang
dihadapi apa saja, pemecahannya bagaimana.”
Mahasiswa : “FGD niku untuk keseluruhan guru atau bagaimana pak?”
Pak Sukamto : “Tidak no. dibedakan perketunaan kelompok tunanetra sendiri,
tunagrahita sendiri, tunarungu sendiri. Masalah nya kan beda-
beda. Itu pun masih dibagi lagi perjenjang. SDLB sendiri,
SMPLB sendiri, SMALB sendiri. Seperti itu. Disetiap ketunaan
ada koordinatornya sendiri-sendiri kemudian dibahas, jika
masalahnya tidak selesai di situ baru nanti akan dibahas di
133
tingkat sekolahan untuk diselesaikan bersama.”
Mahasiswa : “Selain itu juga ada rapat komite nggih pak?”
Pak Sukamto : “Iya, ada. Setahun minimal dua kali. Di awal tahun ajaran dan
diakhir tahun ajaran.”
Mahasiswa : “Baik, kemudian untuk penilaian sikap apakah efektif menurut
bapak selama masa pandemi?”
Pak Sukamto : “Kita usahakan karena memang secara sudah terstruktur memang
harus ada penilaian pengetahuan keterampilan dan sikap jadi kita
usahakan di desain sedemikian rupa supaya bisa digunakan
selama masa pandemi.”
Mahasiswa : “Baik pak terima kasih untuk waktu dan kesempatannya.”
Pak Sukamto : “Iya mbak, sama-sama.”
176
Lampiran 6
Pedoman Studi Dokumentasi
A. Petunjuk Pelaksanaan
1. Data yang diambil dari dokumen sesuai dengan pertanyaan yang ada pada penelitian
2. Dokumen yang menjadi rahasia instansi tidak dipaksa untuk meminjam atau
memperolehnya
B. Data-data yang diambil dari instansi adalah sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
177
Lampiran 7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP)
Satuan Pendidikan : SLB Negeri Surakarta
Kelas/Semester : II Autis/1 (satu)
Tema /Sub Tema : 1. Anggota Keluargaku/ 1. Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari
Pembelajaran : 1
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan ( 9 x 30 menit)
Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi
PPKn Bahasa Indonesia SBdP
1.1 Menerima kebersamaan
dalam keberagaman
sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha
Esa dilingkungan
rumah dan sekolah
1.1 Menerima anugrah
Tuhan Yang Maha Esa
berupa bahasa
Indonesia yang dikenal
sebagai bahasa
persatuan dan sarana
belajar di tengah
keberagaman bahasa
daerah
1.1 Menyatakan keindahan alam
sebagai salah satu tanda-
tanda kekuasaan Tuhan
2.2 Menunjukkan perilaku
patuh pada tata tertib
dan aturan yang
berlakuk dalam
kehidupan sehari-hari
di rumah dan sekolah
2.1 Memiliki kepedulian
dan rasa ingin tahu
terhadap keberadaan
wujud dan sifat benda
melalui pemanfaatan
bahasa Indonesia
dan/atau bahasa daerah
2.1 Menunjukkan rasa percaya
diri untuk berlatih
mengekspresikan diri dalam
mengolah karya seni dan
prakarya
A. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui gambar dan teks bacaan yang dibacakan guru siswa dapat menirukan membaca teks
deskriptif sederhana tentang ayah yang ada pada buku siswa.
2. Melalui gambar dan teks bacaan ayah yang dibacakan guru siswa dapat menjawab
pertannyaan yang berhubungan dengan gambar dan isi teks bacaan yang ada pada buku
siswa.
3. Melalui mengamati gambar siswa dapat menirukan melakukan suatu kegiatan sesuai gambar
yang diamati
4. Melalui mengamati gambar siswa dapat menunjukkan contoh peralatan makan yang
berbentuk lingkaran.
5. Melalui mengamati gambar dan teks bacaan yang dibacakan guru siswa dapat memasangkan
nama anggota keluarga sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.
6. Dengan mengamati gambar siswa dapat membuat bingkai foto. B. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Guru mengucapkan salam, menyapa dan mengecek kehadiran siswa melalui WA 2. Guru mengajak berdo’a sebelum pelajaran dimulai 3. Guru menyampaikan tema yang akan dibahas yaitu Kegiatan Keluargaku pada Pagi
Hari
4. Siswa siswa melihat video tentang Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari 5. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari 6. Guru meminta siswa untuk menuliskan contoh-contoh peralatan makanyang berbentuk
178
lingkaran dan dikirim melalui WA
8. Siswa mengamati gambar dan teks bacaan 9. Guru menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat binkai foto 10. Guru bersama dengan siswa membuat bingkai foto sederhana 11. Kegiatan ditutup dengan do’a sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
C. Penilaian 1. Penilaian Sikap : Observasi 2. Penilaian Pengetahuan : Lisan dan tertulis 3. Penilaian Keterampilan: Penilaian Unjuk kerja
D. Tindak Lanjut ( Remedial dan pengayaan )
Surakarta, 28 Juli 2021
Kepala Sekolah Guru Kelas
Sukamto, SE. M.Pd
NIP.196510061989031011
Dinda Riski Pramessiwi, S. Pd
NIP.-
179
Lampiran :
1. Penilaian Sikap
No. Nama
Siswa
Sikap
Percaya Diri Disiplin Santun
SB B C K SB B C K SB B C K
1.
2.
3.
4.
dst.
2. Penilaian Pengetahuan
Instrumen penilaian : tes tertulis
1) Apa nama benda yang di pakai ayah di matanya ......
2) Apa nama benda yang di pegang ayah .....
3) Kacamata ayah berbentuk ....
4) Tas ayah berbentuk ....
5) Salinlah tulisan “ayah” di bukumu ....
Jawaban :
1) Kacamata
2) Tas
3) Lingkaran
4) Persegi
5) Ayah
Pedoman penskoran : satu nomor nilai 2
3. Penilaian keterampilan
a. Membaca teks sederhana
Rubrik keterampilan Membaca Teks Sederhana
Kriteria Skor Indikator
1. Kesesuaian dengan teks
3 Sesuai
2 Kurang sesuai
1 Tidak sesuai
2. Kejelasan Pelafalan
3 Jelas
2 Kurang Jelas
1 Tidak Jelas
3. Ketepatan Intonasi
3 Tepat
2 Kurang tepat
1 Tidak tepat
180
Instrumen keterampilan Membaca Teks Sederhana
No Nama Aspek yang di nilai
Skor Kriteria 1 Kiteria 2 Kriteria 3
b. Mengajukan pertanyaan Rubrik Mengajukan Pertanyaan
Kriteria Skor Indikator
1. Kesesuaian dengan materi
3 Sesuai 2 Kurang sesuai 1 Tidak sesuai
2. Kejelasan pertanyaan
3 Jelas 2 Kurang Jelas 1 Tidak Jelas
Instrument Penilaian Mengajukan Pertanyaan
No Nama Aspek yang dinilai Skor
Kriteria 1 Kriteria 2
c. Membuat Prakarya
Instrumen Penilaian membuat bingkai foto
No
Kriteria Baik sekali Baik Cukup
Perlu
Bimbingan
4 2 3 1
1 Kerapian dan kebersihan
2 Kreativitas
3 Kerapian dalam merangkai
bahan- bahan
181
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui gambar dan teks bacaan yang dibacakan guru siswa dapat menirukan
membaca teks deskriptif sederhana tentang ayah yang ada pada buku siswa.
2. Melalui gambar dan teks bacaan ayah yang dibacakan guru siswa dapat menjawab
pertannyaan yang berhubungan dengan gambar dan isi teks bacaan yang ada pada
buku siswa.
3. Melalui mengamati gambar siswa dapat menirukan melakukan suatu kegiatan sesuai
gambar yang diamati
4. Melalui mengamati gambar siswa dapat menunjukkan contoh peralatan makan yang
berbentuk lingkaran.
5. Melalui mengamati gambar dan teks bacaan yang dibacakan guru siswa dapat
memasangkan nama anggota keluarga sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.
6. Dengan mengamati gambar siswa dapat membuat bingkai foto.
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Guru mengucapkan salam, menyapa dan mengecek kehadiran siswa melalui WA
2. Guru mengajak berdo’a sebelum pelajaran dimulai
3. Guru menyampaikan tema yang akan dibahas yaitu Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari
4. Siswa siswa melihat video tentang Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari
5. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa Kegiatan Keluargaku pada Pagi Hari
Nama Sekolah : SLB NEGERI Surakarta
Kelas / Semester : III Autis/ 1(satu)
Tema/ Sub Tema : 1. Lingkungan Sekolahku/1. Ruang Kelasku
Pembelajaran
Alokasi Waktu
: 1
: 1 x Pertemuan ( 9 x 30 menit)
Kompetensi Dasar. Indikator Pencapaian Kompetensi
Bahasa Indonesia PPKn SBdP
3.1 Mencermati teks deskriptif
sederhana tentang
lingkungan sekitar dalam
bahasa Indonesia, baik lisan
maupun tulis yang dibantu
dengan kosakaa bahasa
daerah
1.1 Menunjukkan sikap
menerima terhadap
simbol pada
lambang Negara
“Garuda Pancasila”
3.1Mengenal
gambar
mozaik
4.1 Menjelaskan isis teks teks
deskriptif sederhana tentang
lingkungan sekitar dalam
bahasa Indonesia, baik lisan
maupun tulis yang dibantu
dengan kosakaa bahasa
daerah
1.2 Bersikap positif
terhadap arti
symbol pada
lambang negara
“Garuda Pancasila”
4.1Membuat
gambar mozaik
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN - DARING
182
6. Guru meminta siswa untuk menuliskan contoh-contoh peralatan makanyang berbentuk
lingkaran dan dikirim melalui WA
8. Siswa mengamati gambar dan teks bacaan
9. Guru menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat bingkai foto
10. Guru bersama dengan siswa membuat bingkai foto sederhana
11. Kegiatan ditutup dengan do’a sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
C. PENILAIAN
1. Penilaian Pengetahuan : Lisan, tertulis, dan observasi
2. Penilaian Keterampilan : Penilaian unjuk kerja
D. TINDAK LANJUT (Remidial dan pengayaan)
Surakarta, 28 Juli 2021
Kepala Sekolah Guru Kelas
Sukamto, SE. M.Pd
NIP.196510061989031011
Dinda Riski Pramessiwi, S. Pd
NIP.-
183
Lampiran
1. Penilaian Sosial
Berilah tanda centang (√) pada kolom keterangan yang sesuai dengan pernyataan!
2. Penilaian Pengetahuan
Instrumen penilaian : Tes Tertulis
a. Bahasa Indonesia
1) Apa yang sedang mereka lakukan…..
2) Dimanakah mereka…….
3) Apakah mereka berteman ……
4) Jika lantai kotor, kita harus …….
5) Salinlah tulisan “kelas” dibukumu
Pedoman penskoran : satu nomor nilai 2
1Penilaian Keterampilan
a. Membaca teks sederhana
Kriteria Skor Indikator
Kesesuaian dengan teks 3 Sesuai
2 Kurang sesuai
1 Tidak sesuai
Kerapian dan kebersihan
garisan siswa
3 Sesuai
2 Kurang sesuai
1 Tidak sesuai
Ketepatan Intonasi
3 Sesuai
2 Kurang sesuai
1 Tidak sesuai
Instrumen penilaian membaca teks sederhana
No Nama Aspek yang dinilai Skor
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
No. Nama
Siswa
Sikap
Percaya Diri Teliti Santun
SB B C K SB B C K SB B C K
1.
2.
3.
184
b. Membuat Prakarya
Instrumen Penilaian Membuat Mozaik gambar lingkungan sekitar
No Kriteria
Baik
sekali Baik Cukup
Perlu
Bimbingan
4 3 2 1
1 Kerapian dan kebersihan
2 Kreativitas
3 Kerapian dalam merangkai
Rubrik penilaian membuat gambar mozaik
No Kriteria Baik sekali Baik Cukup
Perlu
Bimbingan
4 3 2 1
1 Kerapian
dan
kebersihan
Pembuatan
sangat rapi
dan bersih
Pembuatan
rapi dan
bersih
Pembuatan
kurang rapi
dan kurang
bersih
Belum
mampu
membuat
gambar
mozaik
secara rapi
dan bersih
2 Kreativitas Menghias
bingkai
sangat
menarik
Menghias
bingkai
menarik
Menghias
bingkai
kurang
menarik
Tidak
mampu
menghias
3 Kerapian
dalam
merangkai
Sangat rapi
dalam
menata
bahan-bahan
Rapi dalam
menata
bahan-bahan
Kurang rapi
dalam
menata
bahan-
bahan
Belum bisa
merangkai
bahan-bahan
185
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
DARING
Nama sekolsh : SLB Negeri Surakarta
Kelas/ semester : IV/1
Tema : 2 ( tugas sehari-hari)
Sub Tema : 1 ( tugas sehari-hari di rumah)
Pembelajaran : 3
Alokasi waktu : 8 x 30 menit
I. KOMPETENSI DASAR
Matematika
No. Kompetensi Dasar No. Indikator Pencapaian
3.5 Mengenal satuan waktu dan
menggunakan pada kehidupan sehari-
hari di lingkungan sekitar.
3.5.1 Menyebutkan kegiatan
sehari-hari pada waktu pagi
hari.
4.5 Memecahkan masalah nyata secara
efektif dan berkaitan dengan
penjumahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, waktu, panjang, berat
benda, uang, selanjutnya memeriksa
kebenaran jawaban.
4.5.1 Menuliskan waktu tertentu
yang berkaitan dengan jam.
Bahasa Indonesia
No. Kompetensi Dasar No. Indikator Pencapaian
3.3 Mengenal teks buku harian tentang
kegiatan anggota keluarga dan
dokumen milik keluarga dengan
bantuan guru atau teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis yang dapat
diisi dengan kosakata bahasa daerah
untuk membantu pemahaman.
3.3.3
Menyebutkan berbagai
kegiatan berdasarkan peran
masing–masing anggota
keluarga
4.3 Mengungkapkan teks buku harian
tentang kegiatan anggota keluarga dan
dokumen milik keluarga secara
mandiri dalam dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis yang dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah untuk
membantu penyajian.
4.3.5 Menyebutkan kegiatan
sesuai dengan isi teks buku
harian yang telah ditulis
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan mengamati media gambar, siswa dapat menyebutkan berbagai kegiatan
berdasarkan peran masing-masing anggota keluarga dengan benar..
2. Dengan mengamati keterangan pada gambar, siswa dapat menyebutkan kegiatan sehari
-hari yang di hubungkan dengan satuan waktu dengan tepat.
186
3. Dengan membaca tek buku harian, siswa dapat menyebutkan kegiatan sesuai dengan isi
teks buku harian yang telah di tulis dengan benar.
4. Dengan bimbingan guru dan orang tua siswa dapat menuliskan waktu tertentu yang
berkaita ndengan jam dengan tepat.
III. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Group Whatshapp dibuka
2. Guru mengucapkan salam kepada peserta didik dan membimbing siswa
untuk berdoa.
3. Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran hari ini.
4. Guru mempersilahkan siswa utk mengamati vidio pembelajaran dan teks bacaan
Yang berhubungan dengan materi hari ini.
5. Guru di bantu orang tua menjelaskan materi hari ini pada siswa dan
menyimpulkannya.
6. Guru di bantu orang tua membimbing siswa mengerjakan tugas, dan
orang tua melaporkan hasil tugas pada guru.
IV. PENILAIAN
1. Penilaian sikap : percaya diri, teliti, santun
2. Penilaian pengetahuan : tes lisan
3. Penilaian ketrampilan : unjuk kerja.
Surakarta, Juli 2021
Mengetahui
Kepala sekolah Wali kelas IV autis
Sukamto, SE, M.Pd Erny Kadarwati, S.Pd
NIP.19651006 198903 1 011 NIP. 19740516 200903 2 004
LAMPIRAN
187
1. Penilaian sikap
Berilah tanda centang (√) pada kolom keterangan yang sesuai dengan pernyataan!
No. Nama
Siswa
Sikap
Percaya Diri Teliti Santun
SB B C K SB B C K SB B C K
1.
2.
3.
4.
dst.
Keterangan: SB (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), K (Kurang)
2. Penilaian pengetahuan
Soal lisan
1. Sebutkan kegiatan di rumah yang
dilakukan di pagi hari!
2. Sebutkan kegiatan ayah di pagi hari!
3. Sebutkan kegiatan ibu dipagi!
4. Sebutkan kegiatanmu di pagi hari!
Kunci jawaban
1. Memasak, membersihkan rumah,
menyiram tanaman, memberi makan
ayam.
2. Menyiram tanaman
3. Memasak
4. Menyapu halaman
Skor : setiap no benar nilai 25
Nilai dijumlahkan.
3. Penilaian ketrampilan
A. Rubrik penilaian menuliskan waktu tertentu yang berkaitan dengan jam
Skor : jumlah skor
-------------- x 100
9
B. Rubrik menyebutkan kegiatan yang di tulis di buku harian
Skor : jumlah skor
-------------- x 100
9
no kreteria mandiri Dibantu minimal Dibantu maksimal
3 2 1
1. Jam 06.00
2. Jam 07.00
3. Jam 09.00
no kreteria mandiri Dibantu
minimal
Dibantu maksimal
3 2 1
1. Berangkat sekolah
2. Makan siang
3. bermain
188
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SLB Negeri Surakarta
Kelas / Semester : IV Autis/ 1 (satu)
Tema : 2. Tugasku Sehari-hari
Sub Tema : 1. Tugasku Sehari-hari di Rumah
Pembelajaran : 1 (satu)
Alokasi Waktu : 3 x Pertemuan (3x8JP)
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
PKn
3.1 Mengetahui simbol sila Pancasila dalam
lambang Pancasila
4.1 Menceritakan perilaku di sekitar rumah dan
sekolah dan mengaitkan dengan beberapa
simbol Pancasila
PKn
3.1.1 Mengetahui gambar simbol sila ke 4
Pancasila
4.1.1Menyebutkan contoh hasil
musyawarah pembagian tugas di
pagi hari
SBdP
3.3 Memahami panjang pendek bunyi dan
tinggi rendah nada pada suatu lagu
4.3 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan
dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada
3.3.1 Mengenal lagu Garuda Pancasila
4.3.1 Menyanyikan lagu Garuda Pancasila
Bahasa Indonesia
3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana
kegiatan dan bermain di lingkungan rumah
dengan bantuan guru atau teman dalam
Bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat
diisi dengan josakata bahasa daerah untuk
membantu pemahaman
4.2 Memperagakan text cerita narasi sederhana
tentang kegiatan dan bermain di lingkungan
rumah secara mandiri dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi
dengan kosakata Bahasa Daerah untuk
membantu penyajian
3.2.Memahami text sederhana tentang
musyawarah pembagian tugas di pagi
hari.
4.2.1Membaca text sederhana tentang
musyawarah pembagian tugas di pagi
hari.
Matematika
3.1 Mengenal bilangan asli s. 50
4.1 Menuliskan bilangan asli sd 50
3.1.1 Mengenal bilangan asli sd 20
4.1.1 Menghitung himpunan gambar sd 20
A. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui pengamatan dan tanya jawab, siswa mengetahui simbol sila ke-4 Pancasila
dengan benar 2. Melalui penjelasan dan tanya jawab, siswa dapat mengetahui contoh musyawarah
pembagian tugas di pagi hari 3. Melalui penayangan video, siswa dapat mengenal lagu Garuda Pancasila dengan baik
4. Melalui demontrasi dan tanya jawab, siswa dapat memahami text sederhana tentang
musyawarah pembagian tugas di pagi hari dengan benar
5. Melalui penugasan, siswa dapat membaca text sederhana tentang musyawarah
pembagian tugas di pagi hari dengan lancar
6. Melalui simulasi dan tanya jawab, siswa dapat mengenal bilangan sd 20
7. Melalui penugasan, siswa dapat menghitung gambar sd 20
189
B. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Guru membuka aplikasi video call grup kelas
2. Guru mengkondisikan siswa secara psikis dengan mengucapkan salam, berdoa,
menanyakan kabar untuk mengawali pembelajaran daring
3. Guru mengajak siswa untuk mengucapkan syukur atas kesehatan yang diberikan Tuhan
sehingga dapat bertemu dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh.
4. Guru mengajak siswa menyanyikan lagu Garuda Pancasila di rumah masing-masing
5. Guru menampilkan gambar “Kepala Banteng” dan menjelaskan kepada siswa tentang
sila ke 4 Pancasila.
6. Guru menjelaskan arti sila ke 4 Pancasila mengaitkan dengan kegiatan musyawarah
yang dapat dilakukan di rumah masing-masing untuk menentukan tugas di pagi hari.
7. Guru mengajak siswa bersama orang tua melakukan musyawarah untuk menentukan
tugas di pagi hari
8. Siswa menyebutkan hasil musyawarah tugas di pagi hari.
9. Guru menampilkan text sederhana tentang kegiatan di pagi hari
10. Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk membaca text sederhana kegiatan di
pagi hari
11. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang isi text kegiatan dipagi hari
12. Guru menampilkan gambar dan mengajak siswa menyebutkan angka 1 sd 20
13. Guru memberikan penugasan untuk menghitung himpunan gambar kepala banteng
berjumlah 20
14. Guru memberikan penguatan positif dengan berkata “pintar”, “bagus”, “hebat”,”tepuk
tangan”, dll
15. Guru memberikan kesimpulan umum tentang kegiatan di pagi hari
16. Guru mengingatkan siswa untuk melakukan kegiatan di pagi hari dengan mandiri
17. Guru mengucapkan salam dan doa penutup kegiatan pembelajaran jarak jauh.
C. Penilaian
1. Penilaian sikap sosial dan sikap spiritual : observasi/ pengamatan
2. Penilaian pengetahuan : lisan dan tertulis
3. Penilaian keterampilan : unjuk kerja
D. Tindak Lanjut
Kepala Sekolah
Sukamto, SE, M.Pd
NIP. 19651006 198903 1 011
Surakarta, Juli 2021
Guru Kelas
Wulan Utami, S.Pd
NIP. 19850608 200903 2 016
190
LAMPIRAN
1. Lembar Penilaian Sikap Spiritual
Pedoman Observasi Sikap Spiritual
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor akhir = skor yang diperoleh/skor maksimal x 25 = …
2. Lembar Penilaian Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial
No. Nama Tanggung Jawab Disiplin Percaya diri
BS B C PB BS B C PB BS B C PB
1.
2.
3.
4.
Keterangan :
BS : Baik Sekali
B : Baik
C : Cukup
PB : Perlu Bimibingan
3. Lembar Penilaian Pengetahuan
A. Penilaian Pengetahuan PKn
Tes lisan :
Soal :
1. Apa simbol sila ke 4 Pancasila?
2. Bagimana bunyi sila ke 4 Pancasila?
Kunci Jawaban :
1. Kepala Banteng
No Aspek pengamatan Skor
1 2 3 4
1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2. Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan (dapat
melaksanakan tugas di pagi hari)
3. Memberi salam sebelum dan sesudah pembelajaran
4. Mengungkapkan kekaguman secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan (menyambut
pagi hari)
191
2. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
B. Penilaian Pengetahuan SBdP
Tes lisan
Soal
1. Guru memutar lagu Garuda Pancasila dan siswa menebak, apa judul lagu tersebut?
Kunci jawaban:
Garuda Pancasila
C. Penilaian Pengetahuan Bahasa Indonesia
Tes lisan:
Soal :
Bacalah text di bawah ini!
Tugas di pagi hari
Ayah, ibu, aku dan adik semalam bermusyawarah.
Ayah sebagai pemimpin musyawarah.
Kami membuat kesepakatan tentang tugas di pagi hari
Ayah menyiram tanaman
Ibu memasak
Aku mencuci piring
Adik menyapu lantai.
Pertanyaan
1. Apa judul bacaan diatas?
2. Siapa yang melakukan
musyawarah?
3. Siapa yang menjadi pemimpin
musyawarah?
4. Apa tugas ibu di pagi hari?
5. Apa tugas adik di pagi hari?
Kunci Jawaban
1. Tugas di Pagi Hari
2. Ayah, ibu, aku dan adik
3. Ayah
4. Memasak
5. Menyapu lantai
D. Penilaian Pengetahuan Matematika
Tes tulis
Soal :
Tulislah lambang bilangan berikut!
1. Lima =
Kriteria Penskoran :
Benar = 1
Salah = 0
Skor = Nilai yang diperoleh x 50 = ….
Kriteria Penskoran :
Benar = 1
Salah = 0
Skor = Nilai yang diperoleh x 100 = ….
Kriteria Penskoran :
Benar = 1
Salah = 0
Skor = Nilai yang diperoleh x 20= ….
192
Penilaian = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥
2. Sepuluh =
3. Dua belas =
4. Lima belas =
5. Dua puluh =
4. Lembar Penilaian Keterampilan
A. Lembar Penilaian Keterampilan PKn
Tes lisan
Soal
1. Sebutkan hasil kesepakatan keluarga dalam
musyawarah menentukan tugas kegiatan
di pagi hari!
a. Tugas ayah adalah...
b. Tugas ibu adalah....
c. Tugasmu adalah...
d. Tugas adik adalah...
B. Lembar Penilaian Keterampilan SBdP
Tes unjuk kerja : Menyanyikan lagu Garuda Pancasila
Rubrik penilaian
C. Lembar Penilaian Keterampilan Bahasa indonesia
Tes unjuk kerja : Membaca text sederhana
Soal :
Tugas di pagi hari
Ayah, ibu, aku dan adik semalam bermusyawarah.
Ayah sebagai pemimpin musyawarah.
Kami membuat kesepakatan tentang tugas di pagi hari
Ayah menyiram tanaman
Ibu memasak
Aku mencuci piring
Adik menyapu lantai.
No Kriteria
Baik
Sekali Baik Cukup
Perlu
Bimbingan
4 3 2 1
1.
Menyanyikan
lagu Garuda
Pancasila
Hafal lagu
sesuai
syair dan
dan irama
yang tepat
Hafal lagu sesuai
syair namun
irama tidak tepat
atau sebaliknya.
Hafal
sebagian
kecil
syair lagu
Belum
mampu
menghafal
syair lagu
Kriteria Penskoran :
Benar = 1
Salah = 0
Skor = Nilai yang diperoleh x 20 =
Kriteria Penskoran :
Benar = 1
Salah = 0
Skor = Nilai yang diperoleh x 25
193
Penilaian = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟
8 𝑥
Rubrik Penilaian
D. Lembar Penilaian Keterampilan Matematika
Tes Tulis
Hitunglah himpunan gambar berikut ini!
No
. Kriteria
Baik Sekali Baik Cukup Perlu Bimbingan
4 3 2 1
1. Membaca text
sederhana dengan
lafal yang jelas
Mampu
membaca
seluruh text
dengan
lafal yang
jelas
Mampu
membaca
sebagian
text dengan
lafal jelas
Membaca
dengan sebagian
kecil text
dengan lafal
kurang jelas
Belum mampu
membaca text
dengan lafal
yang jelas
2. Membaca text
dengan intonasi
yang tepat
Mampu
membaca
seluruh text
dengan
intonasi
yang tepat
Mampu
membaca
sebagian
text dengan
intonasi
yang tepat
Membaca
sebagian kecil
text dengan
intonasi kurang
tepat
Belum mampu
membaca text
dengan intonasi
yang tepat
......
...... ......
......
......
194
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Dengan membaca teks bacaan, siswa dapat mengidentifikasi kegiatan di rumah
b. Dengan mengamati gambar, siswa dapat mengelompokkan kegiatan di rumah dengan
benar
c. Dengan membaca teks bacaan, siswa dapat menjawab pertanyaan terkait teks aturan
di rumah
d. Dengan membaca teks bacaan, siswa dapat menjawab pertanyaan terkait teks hari
pertama kali sekolah
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Guru mengucapkan salam, menyapa dan mengecek kehadiran siswa melalui WA
2. Guru mengajak berdo’a sebelum pelajaran dimulai
3. Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran hari ini
4. Siswa siswa melihat video tentang kegiatan di rumah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN - DARING
ama Sekolah : SLB NEGERI Surakarta
Kelas / Semester : V Autis/ 1(satu)
Tema/ Sub Tema : 1. Aku dan Sekolahku /1. Pramuka
Pembelajaran
Alokasi Waktu
: 1
: 1 x Pertemuan ( 9 x 30 menit)
Kompetensi Dasar Indikator
Bahasa Indonesia
3.3 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan
bermain di lingkungan sekolah dengan bantuan guru
atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis
yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah
untuk membantu pemahaman
3.2.1Mengidentifikasi
kegiatan di sekolah
4.3 Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang
kegiatan dan bermain di lingkungan sekolah secara
mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk
membantu penyajian
4.3.1 Membaca teks
dengan benar
PPKn
3.2 Mengetahui tata tertib yang berlaku dalam kehidupan
di rumah dan sekolah
3.2.1Menyebutkan aturan
di sekolah
4.2 Melaksanakan tata tertib di lingkungan rumah dan
sekolah serta menaatinya
4.2.1Merapikan tempat
belajar sendiri
IPS
3.1 Mengenal peristiwa penting dalam keluarga
3.1.1Menyebutkan
peristiwa penting
dalam keluarga
4.1 Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga 4.2.1Menceritakan kembali
hari pertama kali
sekolah
195
5. Guru dibantu orang tua menjelaskan materi hari ini pada siswa dan
menyimpulkannya
6. Guru dibantu orang tua membimbing siswa mengerjakan tugas dan orang tua
melaporkan hasil tugas pada guru
C. PENILAIAN
1. Penilaian Sikap : observasi
2. Penilaian Pengetahuan : Lisan, tertulis,
3. Penilaian Keterampilan : Penilaian unjuk kerja
D. TINDAK LANJUT (Remidial dan pengayaan)
Kepala Sekolah
Sukamto, SE, M.Pd
NIP. 19651006 198903 1 011
Surakarta, Juli 2020
Guru Kelas
Kristin, S.Pd
NIP. -
196
Lampiran
1. Penilaian Sikap
No. Nama
Siswa
Sikap
Percaya Diri Teliti Santun
SB B C K SB B C K SB B C K
1.
2.
3.
4.
2. Penilaian pengetahuan
1. Sebutkan kegiatan yang bisa dilakukan disekolah!
2. Putra berangkat sekolah pada … hari
3. Jika berangkat ke sekolah, baju kita harus …
4. Jika kita belajar, yang perlu kita siapkan adalah …
5. Saat kita belajar dan pergi sekolah, kita merasa …
3. Penilaian Keterampilan
a. Membaca teks sederhana
b. Rubrik Menceritakan kembali
No
. Kriteria
Baik Sekali Baik Cukup Perlu
Bimbingan
4 3 2 1
1. Membaca teks
narasi dengan
lancar.
Membaca lancar
dan mandiri
Membacad
engan
sedikit
bantuan .
Membaca
dengan
bantuan
maksimal
Belum bisa
membaca
No. Kriteria Baik Sekali Baik Cukup
Perlu
Bimbingan
4 3 2 1
1. Menceritakan
kembali
peristiwa
pertama kali
sekolah
Menceritaka
n kembali
peristiwa
pertama kali
sekolah
dengan
mandiri
Menceritaka
n kembali
peristiwa
pertama kali
sekolah
dengan
sedikit
bantuan .
Menceritaka
n kembali
peristiwa
pertama kali
sekolah
dengan
bantuan
maksimal
Belum bisa
menceritaka
n kembali
peristiwa
pertama
kali sekolah
197
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan: SLB Negeri Surakarta
Kelas/Semester : VI (Enam) autis/ I(Satu)
Tema : Tanah
Subtema : Jenis Tanah
Pembelajaran : 1 (Pertama)
AlokasiWaktu : 1 hari
Fokus : Bahasa Indonesia, IPA, SBDP
A. TujuanPembelajaran
1. Dengan bermain/mengamati tanah , peserta didik mampu menyebutkan dua jenis
tanah.
2. Dengan bermain es , peserta didikmemahami konsep perubahan wujud benda padat
menjadi cair.
3. Dengan mengamati gambar peserta didik dapat mewarnai berbagai jenis alat musik yang
dibunyikan dengan ditiup.
B. ProsesPembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru bersama peserta didik berdoa untuk mengawali
kegiatan belajar mengajar ( Video Call )
2. Guru melakukan persepsi kepada peserta didik agar siap
untuk belajar. ( Video Call )
5 menit
Kegiata
nInti
Guru menjelaskan tugas kepada orang tua /keluarga tugas
peserta didik :
1. Peserta didik bersama orang tua /keluarga bermain dan
mengamati tanah dan jenis – jenis tanah .di sekitar rumah
(mengamati)
2. Bersama orang tua / keluarga peserta didik bermain/
mengamati es lilin yang mencair di dalam gelas
3. Peserta didik mengamati gambar alat music seruling,
terompet, sexophone. Selanjutnya siswa ditugaskan untuk
menuliskan nama alat musik dalam lembar kerja siswa.
(mencoba)
170 menit
Penutup 1. Guru menutup pembelajaran dengan menanyakan kepada
peserta didik apa saja yang sudah dipelajari hari ini
(mengkomunikasikan)
2. Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajaran dengan
berdoa.
5 menit
C. Penilaian
1. Penilaian Pengetahuan
Instrumen : TesTertulis
2. Penilaian Keterampilan
Instrumen Observasi : Mengamati gambar / Video
198
3. Penilaian Sikap :Test pengamatan
Instrumen : Rubrik
Kepala Sekolah
Sukamto, SE, M.Pd
NIP. 19651006 198903 1 011
Surakarta, Juli 2020
Guru Kelas
Surono, S.Pd
NIP. 197103202006041017
199
I. PENILAIAN PENGETAHUAN
Instrumen Penilaian : Test Tertulis
1. Sebutkan 2 jenis tanah yang kalian ketahui.
Jawaban : tanah humus dan Tanah Kapur ( disesuaikan dengan daerah tempat
tinggal )
2. Tanah berdasarkan kesubiurannya dibagi menjadi dua , yaitu ....... dan ......
Jawaban : tanah subur dan tidak subur.
3. Bagaimana warna yang subur ?
Jawaban : Warnanya gelap.
4. Bagaimana warna tanah yang tidak subur ?
Jawaban : Cenderung terang.
5. Perubahan dari es menjadi air di sebut ?
Jawaban : mencair.
Tes tertulis :
Skor maksimal : 10
Nilai akhir siswa = Jumlah skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
II. PENILAIAN KETERAMPILAN
a. Mengamati gambar/Video
Rubrik ketrampilan : mengamati video
Kriteria Skor Indikator
1. Pemahaman teks A Mengamati dengan tenang dan merespon
B Mengamati dengan tenang tak ada respon.
C Mengamati tidak tenang
D Tidak mau mengamati
b. Warnailah alat musik berikut sehingga indah .
KonversiNilai
(Skala0-100) Predikat Klasifikasi
86 - 100 A SB (Sangat Baik)
71 - 85 B B (Baik)
56 - 70 C C(CUkUp)
≤ 55 D K(KUrang)
200
III. Bentuk instrumen Penilaian Sikap
a. Lembar Penialain Sikap
No. Nama
Sikap yang ditunjukkan
Jumlah Percaya diri Bertanggung Jawab
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Charis
2. Dhimas
3. Fauzi
4. Rizky
Keterangan:
1 : Tidak pernah ditunjukkan 3 : Sering ditunjukkan
2 : Kadang-kadang ditunjukkan 4 : Selalu ditunjukkan
Penilaian:
8
201
Lampiran 8
Dokumentasi Penelitian
Wawancara dengan Pak Surono S.Pd
(Wali Kelas VI)
Wawancara dengan Bu Erny Kadarwati
S.Pd (Wali Kelas IVa)
Wawancara dengan Bu Wulan Utami,
S.Pd (Wali Kelas IVb)
Wawancara dengan Bu Dinda Riski
Pramessiwi, S.Pd (Wali Kelas II dan III)
Wawancara dengan Bu Christin S.Pd
(Wali Kelas Vb)
Wawancara dengan Pak Drs. Kasmanto
(Wakil Kepala Sekolah bagian
Kurikulum)
Wawancara dengan Bapak Sukamto, SE,
M.Pd
202
Lampiran 9
Lampiran : 1 berkas Proposal Surakarta, 02 Juni 2021
Hal : Permohonan Izin Menyusun Skripsi
Yth. Dekan
c.q. Wakil Dekan Bidang Akademik
FKIP Universitas Sebelas Maret
di Surakarta
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Emma Meylani Aditama
NIM : K5117024
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Tempat/Tanggal Lahir : Kotawaringin Barat, 15
Mei 1999
Alamat : Desa Purbasari rt 11 rw 03 Kec.
Pangkalan Lada Kab.Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah
Dengan ini saya mengajukan permohonan izin menyusun skripsi kepada Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan
judul: Penilaian Guru terhadap Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Anak Autis di SLB
Negeri Surakarta Selama Masa Pandemi
Pembimbing skripsi saya adalah sebagai berikut:
Nama Pembimbing Tanda
Tangan
1. Erma Kumala Sari S.Psi., M.Psi (Pembimbing I)
2. Sugini S.Pd., M.Pd (PembimbingII)
Terlampir 1 (satu) berkas proposal sebagai persyaratan yang diperlukan sesuai
ketentuan. Atas perhatian dan terpenuhinya permohonan izin ini, saya mengucapkan
terima kasih.
Mengetahui
Koordonator Skripsi, Pemohon,
Sugini S.Pd., M.Pd Emma Meylani Aditama
NIP. 197909232005012001 NIM. K5117024
Menyetujui
Kepala Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Dr. Subagya M.Si
NIP. 196010011983031012
.....................
.
.....................
.
203
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta, Telp/Fax (0271) 648939,
Website http://fkip.uns.ac.id, Email [email protected],
KEPUTUSAN
DEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET Nomor : 7319/UN27.02/PT.01.04/2021
Tentang
IZIN MENYUSUN SKRIPSI
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret setelah
menimbang ketentuan Pedoman Penyusunan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Tahun 2016 dalam keputusan Nomor:
008/UN27.02/HK/2016 Tanggal 04 Januari 2016, dan persetujuan Tim Pembimbing
Skripsi tanggal 02 Juni 2021
M E M U T U S K A N
Menetapkan mahasiswa tersebut di bawah ini :
N a m a : Emma Meylani Aditama
NIM : K5117024
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Tempat & Tanggal Lahir : Kotawaringin Barat, 15 Mei 1999
Alamat : Desa Purbasari rt 11 rw 03 Kec. Pangkalan
Lada Kab.Kotawaringin Barat Kalimantan
Tengah
Diizinkan memulai menyusun skripsi dengan judul sebagai berikut :
Penilaian Guru terhadap Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Anak Autis di SLB Negeri
Surakarta selama Masa Pandemi
Dosen Pembimbing :
1. Erma Kumala Sari S.Psi., M.Psi NIP 198411302012122002 (Pembimbing I)
2. Sugini S.Pd., M.Pd NIP 197909232005012001
(Pembimbing II)
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika
di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di: Surakarta Pada Tanggal: 04 Juni 2021
a.n. Dekan Wakil Dekan Akademik, Riset,
dan Kemahasiswaan
Tembusan Yth. : Prof. Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si. Pembimbing I dan II NIP. 196505211990031003