direktorat rehabilitasi sosial tuna sosial dan kpo 2016 · 2017. 11. 13. · direktorat...
TRANSCRIPT
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 1
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI, tugas
pokok dan fungsi Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO adalah
sebagai berikut:
1. Tugas Pokok
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang
mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan
pelaporan di bidang rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan
orang.
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan
Korban Perdagangan orang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial gelandangan dan
pengemis, tuna susila, bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan,
korban perdagangan orang, tindak kekerasan, eks tuna susila, dan
pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok
minoritas;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial gelandangan dan
pengemis, tuna susila, bekas warga binaan pemasyarakatan, korban
perdagangan orang, korban tindak kekerasan, eks tuna susila, dan
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 3
pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok
minoritas;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang rehabilitasi
sosial gelandangan dan pengemis, bekas warga binaan pemasyarakatan,
korban perdagangan orang, korban tindak kekerasan, eks tuna susila dan
pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok
minoritas;
d. Pemberian bimbingan teknis di bidang rehabilitasi sosial gelandangan
dan pengemis, bekas warga binaan pemasyarakatan, korban
perdagangan orang, korban tindak kekerasan, eks tuna susila, dan
pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok
minoritas;
e. Evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi
sosial gelandangan dan pengemis, bekas warga binaan lembaga
pemasyarakatan,korban perdagangan orang, korban tindak kekerasan,
eks tuna susila, dan pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
dan kelompok minoritas; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha, perencanaan program dan anggaran,
kepegawaian, dan rumah tangga Direktorat.
3. Struktur Organisasi
STRUKTUR DAN SUSUNAN ORGANISASI
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 4
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO, terdiri dari :
a. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis;
b. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan;
c. Subdirektorat Rehabilitasi Korban Perdagangan Orang dan Tindak
Kekerasan;
d. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Tuna Susila dan Orang dengan HIV/AIDS;
dan
e. Subbagian Tata Usaha.
Dengan rincian tugas sebagai berikut :
a. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis.
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis, dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di
bidang rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Subdirektorat
Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
gelandangan dan pengemis;
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG
SUBDIT REHABILITASI SOSIAL GELANDANGAN
DAN PENGEMIS
SUBDIT REHABILITASI SOSIAL BEKAS WARGA
BINAAN PEMASYARAKATAN
SUBDIT REHABILITASI SOSIAL KORBAN PERDAGANGAN
ORANG DAN KORBAN TINDAK KEKERASAN
SUBDIT REHABILITASI SOSIAL TUNA SUSILA,
DAN ODHA
SEKSI PEMULIHAN
SEKSI REINTEGRASI
SOSIAL
SEKSI KORBAN
PERDAGANGAN ORANG
SEKSI TUNA SUSILA DAN
KELOMPOK MINORITAS
SEKSI PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN
SEKSI PENGEMBANGAN
KAPASITAS
SEKSI KORBAN TINDAK
KEKERASAN
SEKSI ODHA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 5
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
gelandangan dan pengemis;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang rehabilitasi sosial
gelandangan dan pengemis; dan
5. Penyiapan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
gelandangan dan pengemis.
Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis terdiri dari:
a. Seksi Pemulihan; yang bertugas melakukan melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
Supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
Pengembangan kemampuan; dan
b. Seksi Pengembangan Kemampuan, yang bertugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, evaluasi, dan Pelaporan di bidang pengembangan
kemampuan.
b. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Sosial Bekas Warga Binaan
Pemasyarakatan
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis, dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial bekas warga binaan
pemasyarakatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Subdirektorat
Rehabilitasi Sosial Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial bekas
warga binaan pemasyarakatan;
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 6
2. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
bekas warga binaan pemasyarakatan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang rehabilitasi sosial bekas warga binaan pemasyarakatan;
4. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
rehabilitasi sosial bekas warga binaan pemasyarakatan; dan
5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang
rehabilitasi sosial bekas warga binaan pemasyarakatan.
Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Sosial Bekas Warga Binaan
Pemasyarakatan terdiri dari :
1. Seksi Reintegrasi Sosial, Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma,standard,prosedure,dan kriteria,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang reintegrasi sosial; dan
2. Seksi Pengembangan Kapasitas, mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, serta pemanatauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang
pengembangan Kapasitas.
c. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Korban Perdagangan Orang Dan
Korban Tindak Kekerasan.
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis, dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban perdagangan orang dan
korban tindak kekerasan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Subdirektorat
Rehabilitasi Sosial korban perdagangan orang dan tindak kekerasan
menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial Korban
perdagangan orang dan Tindak kekerasan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial korban
perdagagangan orang dan tindak kekerasan;
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 7
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang rehabilitasi sosial korban perdagangan orang dan tindak
kekerasan;
4. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
rehabilitasi sosial korban perdagangan dan korban tindak kekerasan;
dan
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial
korban perdagangan orang dan korban tindak kekerasan.
Subdirektorat Rehabilitasi Sosial korban perdagangan orang dan tindak
kekerasan terdiri dari:
1. Seksi Rehabilitasi Sosial korban perdagangan orang bertugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban perdagangan orang; dan
2. Seksi Rehabilitasi Sosial Korban Tindak Kekerasan bertugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang rehabilitasi sosial korban tindak kekerasan.
d. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Sosial Tuna Susila dan Orang Dengan
HIV/AIDS
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis, dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di bidang rehabilitasi sosial tuna susila dan orang dengan
HIV/AIDS dan Kelompok Minoritas.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas, Subdirektorat Rehabilitasi
Sosial Tuna Susila dan Orang Dengan HIV/AIDS menyelenggarakan fungsi :
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 8
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial eks tuna
susila, orang dengan HIV/AIDS dan kelompok minoritas;
2. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial
eks tuna susila, Orang dengan HIV/AIDS dan kelompok minoritas;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang rehabilitasi sosial eks tuna susila, kelompok minoritas, dan
orang dengan HIV/AIDS ;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis supervisi di bidang rehabilitasi
sosial eks tuna susila, kelompok minoritas, dan orang dengan
HIV/AIDS; dan
5. Penyiapan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
kebijakan di bidang rehabilitasi sosial eks tuna susila, kelompok
minoritas, orang dengan HIV/AIDS.
Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan HIV/AIDS terdiri dari :
1. Seksi Rehabilitasi Sosial Tuna Susila dan kelompok minoritas yang
bertugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,
evaluasi,dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial tuna susila dan
Kelompok minoritas; dan
2. Seksi Rehabilitasi Sosial Orang dengan HIV/AIDS mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
penyusunan norma standart, prosedure dan kriteria pemberian
bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan dibidang rehabilitasi sosial orang dengan HIV/AIDS.
e. Subbagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, dan rumah
tangga Direktorat.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 9
4. Unit Pelayanan Teknis
Direktorat Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang
mempunyai 2 unit peleksana teknis yaitu
1. Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta
2. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi
Anggaran untuk Unit Pelaksana Teknis di lingkungan UPT sebesar Rp.
22.580.118.000,- (dua puluh dua milyar lima ratus delapam puluh juta
seratus delapan belas ribu rupiah) dengan target sebanyak 1.110 orang.
5. Dekonsentrasi
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO memberikan dana
dekonsentrasi kepada 34 Provinsi dengan anggaran sebesar
Rp. 19.588.646.000,- (Sembilan belas milyar lima ratus delapan puluh
delapan juta enam ratus empat puluh enam ribu rupiah) dan target sebanyak
4.348 orang.
B. DASAR HUKUM
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO merupakan salah satu
unit teknis Kementerian Sosial RI dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial yang melaksanakan tugasnya berlandaskan
peraturan perundang-undangan, antara lain:
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 5);
2. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang
Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Wanita.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
4. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 10
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN
2016.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
8. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention of the elimination of all form
of discrimination against Women) (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3277)
9. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberatasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi pemerintah (Lembaran negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4614);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980 tentang
Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.
12. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia., Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);
15. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan presiden Nomor 135 Tahun 2014
16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1983 tentang
Koordinasi Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.
17. Peraturan Bersama Menteri Hukum dan HAM, Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan Menteri Sosial Nomor :19 Tahun 2014, Nomor :11 Tahun
2014 dan Nomor : 04 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Program
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 11
Pelatihan Kerja Bagi warga Binaan Pemasyarakatan Serta Rehabilitasi Sosial
dan Reintegrasi Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan.
18. Peraturan Menpan dan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah
19. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 20/HUK/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI.
C. ASPEK STARTEGIS
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dimana Direktorat Jenderal rehabilitasi
Sosial telah menetapkan 3 prioritas yaitu : 1) Ketelantaran 2) Kecacatan 3)
Ketunaan Sosial. Prioritas yang terkait tugas dan fungsi Direktorat Rehabilitasi
Sosial Tuna Sosial adalah prioritas ketiga ketunaan sosial. Ketunaan Sosial,
meliputi warga masyarakat yang mengalami gangguan fungsi sosial akibat
ketidakmampuan melakukan penyesuaian sosial, yaitu (a) tuna susila; (b) anak
berhadapan dengan hukum/nakal; (c) anak yang membutuhkan perlindungan
khusus; (d) korban penyalahgunaan napza; (e) gelandangan; (f) pengemis; (g)
orang dengan HIV/AIDS; (h) bekas narapidana. Berdasarkan hal tersebut diatas
dan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 20/HUK/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI, PMKS tuna sosial yang menjadi
kewenangan Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan
Orang meliputi: Gelandangan, pengemis, korban perdagangan orang dan tindak
kekerasan, bekas warga binaan pemasyarakatan, tuna susila dan orang dengan
HIV/AIDS serta kelompok minoritas dalam hal ini adalah waria.
Permasalahan ketunaan sosial sering kali dipacu oleh perubahan sikap dan
tingkah laku, pola dan gaya hidup serba instan serta memburu kesenangan sesaat
diantaranya terjadinya persaingan tenaga kerja yang sangat ketat menuntut
keahlian dan keterampilan tertentu disamping adanya tuntutan pemenuhan
kebutuhan dasar yang sangat mendesak. Fenomena tersebut merangsang
tumbuhnya berbagai penyakit masyarakat yang kronis, perilaku menyimpang,
ketunasusilaan, gelandangan, pengemis, perilaku kriminal dan sebagainya.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 12
Pada sudut lain meningkatnya jumlah keluarga miskin dan angka putus
sekolah di berbagai tingkat pendidikan, menurunnya kesempatan kerja dan
maraknya berbagai konflik sosial dan politik yang muncul diberbagai wilayah.
Keadaan ini diperparah dengan terjadinya transisi sistem pemerintahan yang
bersifat sentralisasi ke desentralisasi dan era perdagangan bebas (AFTA). Dalam
situasi ini masih banyak implementasi konsep kebijakan yang membutuhkan
waktu cukup lama dalam penerapannya. Keadaan ini membuat sebagian
masyarakat tidak terkendali dan berusaha untuk survive dengan cara instan,
seperti mengemis, mencuri, memalak, menipu, menodong, melacur,
mengeksploitasi anak dan perempuan untuk tujuan seks, perdagangan orang dan
tindak kekerasan dan lain - lain cara mencari nafkah yang melanggar hukum dan
norma - norma sosial dan agama.
Selanjutnya program tersebut diimplementasikan dalam kegiatan teknis
melalui satuan kerja operasional baik satuan kerja kantor pusat dan satuan kerja
unit pelayanan teknis (panti/non panti), satuan kerja perangkat daerah serta
mengakomodasikan kegiatan yang bersifat intervensi pada basis masyarakat
dengan menitikberatkan pada pendekatan kewilayahan yang bertujuan untuk
meningkatkan keberfungsian dan keberdayaan potensi penyandang masalah dan
mitra kerja, dalam rangka pencapaian kesejahteraan sosial yang lebih tersruktur.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang
sesuai tugas dan fungsinya telah melaksanakan berbagai kegiatan program searah
dengan kebijakan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dalam kegiatan
penanganan masalah tuna sosial dengan mendayagunakan potensi dan sumber
kesejahteraan sosial (PSKS) yang tersedia. Seiring dengan perkembangan situasi
dan kondisi permasalahan tuna sosial terdapat penyesuaian penyebutan beberapa
PMKS pada penanganan permasalahan tuna sosial. Hal ini bertujuan untuk
menghindari adanya “stigma dan labeling” terhadap PMKS, sehingga upaya
penanganan masalah tuna sosial dilakukan melalui kegiatan rehabilitasi sosial
bertujuan untuk :
a. Memberikan pelayanan, memulihkan dan mengentaskan penyandang masalah
sosial tuna sosial agar dapat hidup secara wajar.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 13
b. Menggali dan memanfaatkan potensi sumber kesejahteraan sosial untuk
peningkatan dan pemerataan pelayanan sosial serta mengembangkan
kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat.
c. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas sumber daya manusia
penyelenggara rehabilitasi sosial tuna sosial dan Korban perdagangan orang.
d. Memberikan perlindungan dan advokasi sosial bagi tuna sosial dan korban
perdagangan orang.
D. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Pada dasarnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) ini adalah untuk
mengkomunikasikan pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna
Sosial & KPO selama tahun 2016. Capaian kinerja (performance result) 2016
tersebut diperbandingkan dengan Rencana Kinerja (performance plan) 2016
sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Dengan pola pikir tersebut,
maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Rehabilitasi
Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang disusun dengan sistematika
penyajian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas penjelasan umum organisasi,
dengan aspek strategis organisasi serta isu strategis.
Bab II Perencanaan Kinerja 2016, menjelaskan ringkasan/ikhtisar perjanjian
kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial & KPO tahun 2015-
2019.
Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan analisis pencapaian kinerja
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO dikaitkan dengan
pertanggung jawaban publik terhadap pencapaian strategis untuk tahun
2016.
Bab IV Penutup, menjelaskan kesimpulan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan
Korban Perdagangan Orang menguraikan rekomendasi yang diperlukan
untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 14
Lampiran :
1. Rencana Kinerja Tahunan tahun 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial
& Korban Perdagangan Orang
2. Indikator Kinerja tahun 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan
Korban Perdagangan Orang.
3. Indikator Kinerja Utama tahun 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial
dan Korban Perdagangan Orang.
4. Penetapan Kinerja tahun 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan
Korban Perdagangan Orang.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 15
BAB II :
PERENCANAAN KINERJA
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien dan
akuntabel, Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang
berpedoman pada dokumen perencanaan yang terdapat pada :
a. RPJMN 2015-2019;
b. Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan
Orang 2015-2019;
c. Penetapan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban
Perdagangan Orang Tahun 2016.
A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2015-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2007. Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang 'terwujudnya Indonesia
yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Upaya
mencapai visi jangka panjang tersebut harus disusun secara sistematik dan
berkesinambungan, terorganisir, dan dilaksanakan dengan penuh ketekunan,
disiplin, dan kerja keras yang dinyatakan dalam rumusan misi dan sasaran .
Misi pembangunan 2015 - 2019 adalah :
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim,
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis
berlandaskan negara hukum
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang mandiri, maju, dan
sejahtera
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 16
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan
Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Dengan amanah diatas maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2015 - 2019 ini juga diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja jangka
menengah yang bersifat menyeluruh. Persoalan yang bersifat lintas sektor harus
ditangani secara holistik dan tidak terfragmentasi sehingga dapat menyelesaikan
persoalan yang sebenarnya. Pencapaian kinerja pembangunan tersebut menjadi
komitmen semua pihak khususnya instansi pemerintah untuk dapat
merealisasikannya secara sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat dan bangsa
Indonesia.
Sementara itu ada juga 9 program unggulan yang diberi nama nawacita, salah
satunya tentang komitmennya dalam pemberantasan korupsi. Komitmen inilah
yang saat ini dinantikan seluruh rakyat Indonesia agar Presiden Jokowi
mengambil langkah tegas menyelamatkan KPK.
Berikut 9 program unggulan Presiden yang di sebut dengan “nawa Cita” :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintah
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 17
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor
strategis ekonomi domestic
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
B. Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban
Perdagangan Orang Tahun 2015-2019
Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan
Orang tahun 2015-2019 telah disusun tetapi masih menunggu penyempurnaan
yang akan disesuaikan dengan unit eselon satu Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial dan renstra Kementerian Sosial RI sehingga ditetapkan oleh Direktur
Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang sebagai berikut :
1. Visi
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang
memiliki visi yaitu “Pulihnya harga diri dan perilaku serta meningkatnya
tanggung jawab sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang”.
Adapun penjelasan dari visi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pulihnya harga diri
Para penyandang masalah kesejahteraan sosial tuna sosial dan korban
perdagangan orang pada umumnya merasa terkucilkan, tidak percaya diri,
malu, dan akhirnya menarik diri dari masyarakat. Jadi diharapkan setelah
mendapatkan rehabilitasi sosial maka akan terjadi perubahan pada pola
pikir mereka bahwa mereka memiliki harga diri, kepercayaan diri, dan
kembali bersemangat dalam menjalani kehidupan.
b. Pulihnya perilaku
Pada umumnya para penyandang masalah kesejahteraan sosial melakukan
kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat, dan dalam kasus-kasus tertentu bertentangan dengan
nilai-nilai hukum. Setelah mendapatkan rehabilitasi sosial, diharapkan
perilaku mereka dapat kembali normal dan sesuai dengan norma-norma
sosial yang ada dalam masyarakat serta nilai-nilai hukum yang berlaku.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 18
c. Meningkatnya tanggung jawab sosial
Diharapkan setelah mendapatkan rehabilitasi sosial, para penyandang
masalah kesejahteraan sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang
disamping meraih kembali harga diri mereka, dapat kembali berperilaku
sesuai dengan norma-norma sosial dan norma hukum yang berlaku, mereka
juga diharapkan dapat kembali berintegrasi dalam masyarakat dan dapat
menjalankan peran dan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan status
yang dimilikinya.
Dari ketiga penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa visi Direktorat
Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang tidak hanya
menyentuh aspek mental dan perilaku, namun juga berusaha menumbuhkan
tanggung jawab sosial mereka sebagai warga masyarakat yang baik.
2. Misi
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna
Sosial dan korban perdagangan orang mempunyai misi yang harus
dilaksanakan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Adapun
misi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan jangkauan di bidang rehabilitasi
sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang.
Artinya, tidak hanya kuantitas saja yang dikejar namun juga mutu
pelayanan sangat ditekankan. Pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi
sosial yang disediakan juga harus dapat dijangkau oleh semua lapisan
masyarakat dan mencakup daerah terpncil dan terisolasi.
b. Meningkatkan kualitas SDM di bidang rehabilitasi sosial tuna sosial dan
korban perdagangan orang.
Artinya, rehabilitasi sosial yang berkualitas membutuhkan sumber daya
manusia (SDM) yaitu para penyelenggara layanan yang berkualitas pula.
Pembekalan dan pembinaan dilakukan sekaligus sebagai investasi untuk
penyelenggaraan pelayanan yang lebih profesional.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 19
c. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana di bidang rehabilitasi
sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang.
Guna mendukung proses rehabilitasi sosial yang baik, maka perlu didukung
pula oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang
dimaksud tidak sekedar fisik saja. Namun juga bisa meliputi, layanan
perkantoran yang rapi, data tentang penyandang masalah sosial yang
disesuaikan dengan jenis permasalahannya, dokumen perencanaan
program yang tepat dengan kebutuhan dan sasaran, dan dokumen RKAKL
yang lengkap.
d. Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait di bidang rehabilitasi sosial
tuna sosial dan korban perdagangan orang.
Koordinasi yang dimaksud di sini adalah frekuensi pertemuan dengan para
stakeholders, baik dalam bentuk rapat koordinasi, sosialisasi, pokja,
penguatan jejaring, seminar, lokakarya, talkshow dan variety show yang
berkaitan dengan permasalahan sosial tuna sosial yang dapat mendukung
kesinergian pelayanan.
e. Meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang rehabilitasi sosial tuna
sosial dan korban perdagangan orang.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang
juga berkewajiban untuk membina dan membimbing LKS agar mereka mau
terlibat dan bekerjasama dalam penanganan permasalahan sosial tuna
sosial yang ada di sekitarnya. Artinya kegiatan rehabilitasi sosial tidak
hanya tugas pemerintah, tapi juga tugas seluruh masyarakat Indonesia.
f. Merumuskan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban
perdagangan orang.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang
juga berkewajiban merumuskan kebijakan-kebijakan terkait dengan
penyelenggaraan layanan untuk para tuna sosial agar penanganannya dapat
terstandarisasi dengan baik.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 20
g. Mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan di bidang rehabilitasi
sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang
juga bertugas melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi terhadap
seluruh kegiatan rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan
orang yang diselenggarakan olehnya agar layanan yang disediakan dapat
berjalan sebagaimana yang diharapkan, mengeliminir resiko kegagalan, dan
sebagai best practice untuk bahan penanganan permasalah di masa
mendatang.
3. Tujuan Strategis
Adapun tujuan strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban
Perdagangan Orang adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya kemampuan tuna sosial dan korban perdagangan orang
dalam pemenuhan hak dasar dan inklusivitas
b. Meningkatnya kualitas, kuantitas dan jangkauan di bidang rehabilitasi sosial
tuna sosial dan korban perdagangan orang.
c. Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara
Kesejahteraan Sosial
Adapun untuk mengukur tujuan dilakukan melaui indikator sebagai berikut:
a. Jumlah tuna sosial dan koraban perdagangan orang yang direhabilitasi
didalam dan luar panti
b. Jumlah inisiasi/regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi
tuna sosial dan korban perdagangan orang
c. Jumlah sarana prasarana yang dapat di akses bagi tuna sosial bagi
perdagangan orang
d. Jumlah Lembaga Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan
orang yang meningkat kapasitasnya
e. Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) rehabilitasi sosial tuna sosial dan
perdagangan orang yang meningkat kapasitasnya
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 21
4. Sasaran Strategis
Berdasarkan tujuan di atas, dalam menjabarkan sasaran-sasaran strategis
yang akan dicapai pada tahun 2016. Sasaran strategis dan indikator kinerja
sebagai alat ukur keberhasilan sasaran strategis selama tahun 2015 - 2019
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya keberfungsian sosial tuna sosial dan korban perdagangan
orang melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti
b. Meningkatnya jumlah inisiasi/regulasi dan peraturan terkait akses
lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang
c. Meningkatnya kapasitas LKS yang menyelenggarakan rehabilitasi sosial
sesuai standar
d. Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia (SDM) pelaksana rehabilitasi
sosial tuna sosial dan korban perdaganga orang
Dengan indikator sasaran sebagai berikut:
a. Jumlah tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapat
rehabilitasi sosial di luar panti/lembaga (berbasis keluarga dan
masyarakat)
b. jumlah tuna sosial korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi
sosial di dalam panti (SBK)
c. Jumlah korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan
d. jumlah inisiasi/regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi
tuna sosial dan korban perdagangan orang
e. jumlah sarana dan prasarana yang dapat di akses bagi tuna sosial dan
korban perdagangan orang
f. Jumlah Lembaga Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan
orang yang meningkat kapasitasnya
g. Jumlah Sumber Daya Manuasia (SDM) rehabilitasi sosial tuna sosial dan
korban perdagangan orang yang meningkat kapasitasnya
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 22
Kelompok sasaran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Gelandangan dan pengemis
2. Bekas warga binaan pemasyarakatan (BWBP)
a. Eks napi
b. Keluarga napi
3. Tuna Susila.
a. WTS (Wanita Tuna Susila)
4. HIV dan AIDS
a. ODHA (orang dengan HIV dan AIDS)
b. ADHA (anak dengan HIV dan AIDS)
c. Keluarga ODHA dan ADHA
5. Kelompok Minoritas Waria penyandang PMKS
a. Waria
b. Keluarga waria
c. Lingkungan sosial
6. Korban Perdagangan Orang
7. Korban Tindak Kekerasan
8. Orang tua, keluarga dan masyarakat, yang berperan sebagai pendukung
pelayanan sosial bagi penyandang masalah tuna sosial.
9. Kelompok-kelompok dilingkungan luar keluarga penerima pelayanan,
seperti kelompok perkumpulan warga, tokoh masyarakat, tokoh agama,
adat dll.
10.Lembaga pemerintahan setempat, organisasi sosial/ LSM, Yayasan,
Perguruan Tinggi, dunia usaha, media massa, organisasi profesi, pemuka
masyarakat, relawan sosial maupun warga masyarakat lainnya yang peduli
terhadap permasalahan tuna sosial.
5. Arah Kebijakan
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO sudah memiliki Renstra
2015-2019 yang telah ditetapkan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna
Sosial dan Korban Perdagangan Orang.
Adapun arah kebijakan dari Renstra 2015-2019 adalah sebagai berikut :
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 23
Kebijakan dalam rencana strategis pokok-pokok kebijakan rehabilitasi sosial
tuna sosial dan korban perdagangan orang diarahkan pada :
a. Pelayanan rehabilitasi sosial merupakan berbasis hak
b. Panti merupakan alternatif terakhir mengutamakan rehabilitasi sosial
dalam keluarga / komunitas
c. Memfasilitasi akses inklusivitas
d. Mengoktimalkan bantuan usaha produktif / pengembangan usaha
6. Program
Guna mengimplementasikan kebijakan, maka upaya penanganan masalah tuna
sosial dan korban perdagangan orang dilaksanakan secara terpadu dan
berkelanjutan. Untuk itu Direktorat Rehabilitasi Sosial tuna sosial dan korban
perdagangan orang menetapkan program sebagai berikut :
a. Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di dalam
panti
b. Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di luar panti
c. Pemulangan korban perdagangan orang ke daerah asal
7. Strategi
Sesuai dengan arahan kebijakan dalam rehabilitasi sosial tuna sosial dan
korban perdagangan orang, ditempuh srategi sebagai berikut :
a. Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di dalam
panti
b. Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di luar panti
c. Pemulangan korban perdagangan orang ke daerah asal
8. Kegiatan
Kegiatan rehabilitasi sosial tuna sosial dilakukan melalui:
a. Pelayanan rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di
dalam lembaga yang sesuai standar pelayanan
b. Pelayanan rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di
Luar Lembaga yang sesuai standar pelayanan
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 24
c. Meningkatkan tuna sosial dan korban perdagangan orang dalam
kemandirian
d. Meningkatkan Lembaga dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
bidang rehabilitasi sosial
e. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial
f. Regulasi terkait pengembangan akses lingkungan inklusif bagi kelompok
minoritas khususnya tuna sosial dan korban perdagangan orang
C. Penetapan Kinerja
Rencana kinerja (Performance Plan) tahun 2016 merupakan penjabaran lebih
lanjut dari Renstra Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, di dalamnya memuat
seluruh target kinerja yang hendak dicapai pada tahun 2016. Rencana Kinerja
Tahun 2015 merupakan tahun pertama dari periode Renstra 2015 – 2019 yang
disusun berdasarkan Renstra Kementerian Sosial RI. Berdasarkan atas rencana
kinerja tahunan tersebut, selanjutnya menyusun Rencana Kerja Kegiatan dan
Anggaran Kementerian Lembaga (RKA/KL). Setelah mendapatkan persetujuan
anggaran selanjutnya Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban
Perdagangan Orang telah menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2016 secara
berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi. Penetapan kinerja
tersebut merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja unit organisasi
yang bersangkutan pada akhir tahun 2016 dan akan dilaporkan dalam LAKIN
tahun 2016 sekaligus sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagi
dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau
penghargaan dan sanksi.
Penetapan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban
Perdagangan Orang adalah sebagai berikut:
1. Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja dilakukan antara direktur rehabilitasi sosial dengan
direktur jenderal rehabilitasi sosial untuk merencanakan kegiatan
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 25
rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang pada tahun
2016.
Adapun perjanjian kinerja direktorat rehabilitasi sosial tuna sosial adalah
sebagai berikut:
SASARAN STRATEGIS
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
TARGET OUTPUT
Meningkatnya keberfungsian sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang melalui rehabilitasi sosial dalam dan luar panti.
Jumlah Tuna Sosial, Korban Perdagangan Orang dan
tindak kekerasan yang mendapatkan Rehabilitasi
Sosial di dalam panti 660 orang
Jumlah Tuna Sosial, Korban Perdagangan Orang dan
tindak kekerasan yang mendapatkan rehabilitasi
sosial diluar Panti
9.268 orang
Jumlah tuna sosial, Korban Perdagangan Orang dan
tindak kekerasan yang mendapat bantuan sosial dan
pemulangan
18.000 orang
Jumlah lembaga yang mendapat bantuan sosial
34 lembaga
Jumlah SDM yang mendapatkan bimbingan teknis
bidang Rehabilitasi Sosial tuna sosial, Korban
Perdagangan Orang dan tindak kekerasan 340 orang
2. Rencana Kerja tahunan
Berdasarkan perjanjian kinerja tersebut dsusunlah rencana kerja tahunan
direktorat rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang
sebagai berikut:
Sasaran Strategis
Sasaran Program
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target
Meningkatnya kemampuan penduduk kelompok marginal lainnya dalam pemenuhan hak dasar dan inklusivitas
Meningkatnya keberfungsian sosial PMKS melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti
Meningkatnya keberfungsian sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti
Jumlah Tuna Sosial dan korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di dalam panti/SBK (660 orang)
660 orang
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 26
Sasaran Strategis
Sasaran Program
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target
Jumlah Tuna Sosial dan korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di luar panti/ lembaga (berbasis keluarga dan masyarakat) ( 9.318 orang)
9.318 orang
Jumlah Korban Perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan ( 18.000 orang)
18.000 orang
Meningkatnya Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses kelompok marginal.
Meningkatnya jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang
Jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang
17 regulasi
Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara Kesejahteraan Sosial
Meningkatnya kelembagaan dan sumber aya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial
Meningkatnya kelembagaan dan sumber Daya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang
Jumlah lembaga rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang meningkat kapasitasnya
34 lembaga
Jumlah tenaga kesejahteraan sosial rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang meningkat kapasitasnya
340 orang
3. Penetapan Kinerja
Berdasarkan rencana kinerja tahunan ditetapkan penetapan kinerja
direktorat rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang
sebagai berikut:
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 27
No. Sasaran Strategis
Sasaran Program
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target Capaian
1. Meningkatnya kemampuan penduduk kelompok marginal lainnya dalam pemenuhan hak dasar dan inklusivitas
Meningkatnya keberfungsian sosial PMKS melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti
Meningkatnya keberfungsian sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti
Jumlah Tuna Sosial dan kotban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di luar panti/ lembaga (berbasis keluarga dan masyarakat) ( 9.318 orang)
80 KK atau 320 orang gelandangan Pengemis yang mendapatkan Rehabilitasi sosial melalui desaku menanti 100 orang gelandangan pengemis yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian
300 orang gelandangan dan pengemis yang mendapatkan bantuan pengembangan usaha 200 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan keterampilan hidup dan kewirausahaan 100 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha agrobisnis
250 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha 70 orang Bekas warga Binaan pemasyarakatan yang mendapatkan peningkatan psikososial
100 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial KIE
150 orang ODHA yang mendapatkan bantuan tabahan nutrisi 150 orang ODHA yang direhabilitasi sosial melalui usaha kemandirian 100 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui pengembangan usaha
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 28
No. Sasaran Strategis
Sasaran Program
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target Capaian
100 orang waria yang mendapatkan rehabilitasis sosial melalui rumsh singgah 100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui usaha kemandirian 100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui pengembangan usaha 500 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui supporting penutupan lokalisasi 130 orang korban Perdagangan Orang dan tindak kekerasan yang mendapatkan pendampingan dan advokasi sosial 1.000 orang korban perdagangan orang dan korban tindak kekerasan yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian 50 orang korban trafiking perempuan yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPS-W Pasar Rebo 160 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPS-ODHA Sukabumi 750 orang korban tindak kekerasan yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPTC Bambu Apus Jakarta 200 orang Tuna Susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 29
No. Sasaran Strategis
Sasaran Program
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target Capaian
200 orang Gelandangan Pengemis yang mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi 30 orang tuna sosial yang mendapatkan bantuan dan pelayanan kedaruratan
4.348 orang tuna sosial dan Korban Perdagangan Orang yang mendapatkan rehabilitasi sosial tuna sosial dan KPO di daerah melalui dana dekonsentrasi (34 provinsi)
Jumlah Tuna Sosial dan kotban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di dalam panti/SBK (660 orang)
160 orang Tuna Susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta 500 orang Gelandangan Pengemis yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi
Jumlah Korban Perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan ( 18.000 orang)
18.000 orang WNI Migran Korban Perdagangan Orang yang mendapatkan bantuan pemulangan
Meningkatnya Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses kelompok marginal.
Meningkatnya jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang
Jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang
12 buku pedoman bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial 5 rekomendasi bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 30
No. Sasaran Strategis
Sasaran Program
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target Capaian
Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara Kesejahteraan Sosial
Meningkatnya kelembagaan dan sumber aya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial
Meningkatnya kelembagaan dan sumber Daya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang
Jumlah lembaga rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang meningkat kapasitasnya
34 lembaga Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan operasional lembaga
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang meningkat kapasitasnya
340 orang tenaga kesejahteraan sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang telah dilatih
D. Indikator Kinerja Utama
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO telah menetapkan Indikator
Kinerja Utama (IKU) secara berjenjang, sebagai ukuran keberhasilan organisasi
dalam mencapai sasaran strategis organisasi. Indikator kinerja utama ditetapkan
dengan memilih indikator-indikator kinerja yang ada di dalam Renstra Direktorat
Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO tahun 2015-2019, sebagai berikut :
Sasaran Strategis Sasaran Program
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target
Meningkatnya kemampuan penduduk kelompok marginal lainnya dalam pemenuhan hak dasar dan inklusivitas
Meningkatnya keberfungsian sosial PMKS melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti
Meningkatnya keberfungsian sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti
Jumlah Tuna Sosial dan korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di dalam panti/SBK (660 orang)
660 orang
Jumlah Tuna Sosial dan korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di luar panti/ lembaga (berbasis keluarga dan masyarakat) ( 9.318 orang)
9.318 orang
Jumlah Korban Perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan ( 18.000 orang)
18.000 orang
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 31
Sasaran Strategis Sasaran Program
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target
Meningkatnya Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses kelompok marginal.
Meningkatnya jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang
Jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang
17 regulasi
Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara Kesejahteraan Sosial
Meningkatnya kelembagaan dan sumber aya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial
Meningkatnya kelembagaan dan sumber Daya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang
Jumlah lembaga rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang meningkat kapasitasnya
34 lembaga
Jumlah tenaga kesejahteraan sosial rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang meningkat kapasitasnya
340 orang
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 32
BAB III :
AKUNTABILITAS KINERJA
Pada Bab ini akan dibahas tentang pertanggungjawaban penetapan kinerja sebagai
komitmen dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO di Tahun 2016.
A. Capaian Kinerja
Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan
Korban Perdagangan Orang tahun 2016, dilakukan dengan cara membandingkan
antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran Tahun
2016. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam 1
tahun secara umum Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO telah
mencapai keberhasilan, yang ditunjukkan dari pencapaian target indikator
kinerja sasaran strategis pada tahun 2016.
Terkait dengan pencapaian target indikator kinerja sasaran strategis pada tahun
2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial & KPO mempunyai realisasi
capaian kinerja sebanyak 29.728 orang atau sebesar 106,25 %. Dengan realisasi
anggaran sebesar Rp 111.638.373.231,- atau sebesar 95,62 %.
No. KEGIATAN TARGET CAPAIAN % ANGGARAN REALISASI %
1. PUSAT 22.520
orang
24.288 orang 107,85 74.582.434.000 72.228.419.615 96,84
2. UPT 1.110 orang 1.110 orang 100 22.580.118.000 21.967.998.420 97,29
3. DEKON 4.348 orang 4.348 orang 100 19.588.646.000 17.441.955.196 88,88
TOTAL 27.978
orang
29.728 orang 106,25 116.751.198.000 111.638.373.231 95,62
Berkaitan dengan pengukuran meningkatnya rehabilitasi sosial terhadap
penyandang masalah tuna sosial dan KPO, maka sasaran strategis, indikator
kinerja, target dan realisasinya dapat digambarkan sebagai berikut :
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 33
No. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target Capaian
Realisasi capaian %
1. Meningkatnya keberfungsian sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti
Meningkatnya Jumlah Tuna Sosial dan kotban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di dalam panti/SBK [660 orang]
160 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta
160 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta
100 %
500 orang gepeng yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi
500 orang gepeng yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi
Meningkatnya Jumlah Tuna Sosial dan kotban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di luar panti/lembaga (berbasis keluarga dan masyarakat) [9.318 orang]
100 orang gelandangan pengemis yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian
300 orang gelandangan pengemis yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian (peralihan target 200 orang dari dana hibah menjadi ke APBN)
300 %
300 orang gelandangan pengemis yang mendapatkan bantuan pengembangan usaha
300 orang gelandangan pengemis yang mendapatkan bantuan pengembangan usaha
100%
200 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan keterampilan hidup dan kewirausahaan
419 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan keterampilan hidup dan kewirausahaan (peralihan target 219 orang dari dana hibah menjadi ke APBN)
209%
100 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha agrobisnis
100 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha agrobisnis
100%
250 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha
250 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha
100%
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 34
No. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target Capaian
Realisasi capaian %
70 orang Bekas warga Binaan pemasyarakatan yang mendapatkan peningkatan psikososial
70 orang Bekas warga Binaan pemasyarakatan yang mendapatkan peningkatan psikososial
100 %
100 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial KIE
100 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial KIE
100%
150 orang ODHA yang mendapatkan tambahan nutrisi
150 orang ODHA yang mendapatkan tambahan nutrisi
100%
150 orang ODHA yang direhabilitasi sosial melalui usaha kemandirian
150 orang ODHA yang direhabilitasi sosial melalui usaha kemandirian
100%
100 orang ODHA yang direhabilitasi sosial melalui pengembangan usaha
100 orang ODHA yang direhabilitasi sosial melalui pengembangan usaha
100%
100 orang waria yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui rumah singgah
100 orang waria yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui rumah singgah
100%
100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui usaha kemandirian
100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui usaha kemandirian
100%
100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui pengembangan usaha
100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui pengembangan usaha
100%
500 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui supporting penutupan lokalisasi
846 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui supporting penutupan lokalisasi
169%
130 orang korban perdagangan orang dan tindak kekerasan yang mendapatkan pendampingan dan advokasi sosial
102 orang korban perdagangan orang dan tindak kekerasan yang mendapatkan pendampingan dan advokasi sosial (ada
100%
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 35
No. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target Capaian
Realisasi capaian %
perubahan dari 4 Provinsi menjadi 3 Provinsi)
1.000 orang korban perdagangan orang dan korban tindak kekerasan yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian
1.000 orang korban perdagangan orang dan korban tindak kekerasan yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian
100%
50 orang korban trafficking perempuan yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPSW Pasar Rebo
37 orang korban trafficking perempuan yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPSW Pasar Rebo (adanya perubahan target menjadi 35 orang dikarenakan revisi)
105%
160 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPS-ODHA Sukabumi
160 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPS-ODHA Sukabumi
100 %
750 orang korban trafiking yang mendapatkan rehabilitasi sosiasl di RPTC Bambu Apus Jakarta
562 orang korban trafiking yang mendapatkan rehabilitasi sosiasl di RPTC Bambu Apus Jakarta
100 %
200 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta
200 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta
100 %
200 orang gelandangan dan pengemis yang mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSBK “Pangudi luhur” Bekasi
200 orang gelandangan dan pengemis yang mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSBK “Pangudi luhur” Bekasi
100 %
30 orang tuna sosial yang mendapatkan bantuan dan pelayanan kedaruratan
9 orang tuna sosial yang mendapatkan bantuan dan pelayanan kedaruratan
30 %
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 36
No. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Kegiatan
Target Capaian
Realisasi capaian %
4.348 orang tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan rehabilitasi sosial tuna sosial dan KPO di daerah melalui dana dekonsentrasi (34 Provinsi)
4.348 orang tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan rehabilitasi sosial tuna sosial dan KPO di daerah melalui dana dekonsentrasi (34 Provinsi)
100 %
Jumlah Korban Perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan (18.000)
18.000 orang WNI Migran Korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan
19.435 orang WNI Migran Korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan
107%
3. Meningkatnya jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang
Jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang
12 buku pedoman bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial
12 buku pedoman bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial
100 %
5 rekomendasi bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial
5 rekomendasi bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial
100 %
12 laporan bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial
12 laporan bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial
100 %
4 dokumen perencanaan bidang rehabilitasi sosial tuna sosial
4 dokumen perencanaan bidang rehabilitasi sosial tuna sosial
100 %
5. Meningkatnya lembaga yang terakreditasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial
Meningkatnya Jumlah lembaga rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang terakreditasi
34 lembaga Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan operasional lembaga
37 lembaga Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan operasional lembaga
108 %
Meningkatnya Jumlah tenaga kesejahteraan sosial rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang terlatih
340 orang tenaga kesejahteraan sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang telah dilatih
340 orang tenaga kesejahteraan sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang telah dilatih
100 %
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 37
Analisis Capaian Kinerja
Sasaran 1 :
meningkatnya keberfungsian sosial tuna sosial dan korban perdagangan
orang melalui rehabilitasi sosial tuna sosial di dalam dan luar panti.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO pada tahun 2016 telah
menyelenggarakan rehabilitasi sosial kepada para penyandang masalah
kesejahteraan sosial tuna sosial dan KPO (PMKS TS & KPO) dengan target
sebanyak 27.928 orang yang terdiri dari target dalam panti sebanyak 660 Orang,
target di luar panti sebanyak 9.268 orang dan target 18.000 Korban Perdagangan
orang yang mendapat bantuan pemulangan dan terealisasi sebanyak 29.678
orang atau 106 % (ada peralihan dari target dana hibah menjadi target APBN)
dengan rincian sebagai berikut :
Rehabilitasi Sosial Dalam Panti
Jumlah tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan
rehabilitasi sosial di dalam panti pada tahun 2016 mempunyai target sebanyak
660 orang dan terrealisasikan sebanyak 660 orang atau 100 %
Adapun realisasi tersebut dicapai oleh:
1. Rehabilitasi Sosial wanita tuna susila di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta
Rehabilitasi Sosial wanita tuna susila di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta
dilaksanakan dengan target sebanyak 160 orang (2 angkatan), dengan target
dalam panti sebanyak 160 orang dan sampai dengan akhir tahun capaian
kinerja mencapai 100 % atau terealisasi sebanyak 160 orang.
2. Rehabilitasi Sosial gelandangan dan pengemis di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi
Rehabilitasi Sosial gelandangan dan pengemis di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi
dilaksanakan dengan target sebanyak 500 orang, dengan target dalam panti
sebanyak 500 orang (2 angkatan) Sampai dengan akhir tahun realisasi kinerja
mencapai 500 orang atau sekitar 100 %.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 38
Rehabilitasi Sosial Luar Panti
Jumlah tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi
sosial di luar panti mempunyai target sebanyak 9.318 orang dengan realisasi
sebanyak 9.633 orang atau sebanyak 103,4 %.
Realisasi capaian tersebut di dapat melalui kegiatan sebagai berikut:
1. Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis
a. Rehabilitasi Sosial Gepeng melalui Desaku menanti
Program Rehabiliitasi sosial gepeng dan pemulung melalui pengembangan
model “desaku menanti” merupakan pengembalian gelandangan dan
pengemis dari kota ke desa dengan memperhatikan dan memberikan
perlindungan hak-hak dasarnya.
Kementerian Sosial mengembangkan sebuah model Rehabilitasi Sosial
Gelandangan dan Pengemis Terpadu berbasis Desa yang diberi nama
“Program Desaku Menanti” ini merupakan program terobosan dalam
penanganan Gelandangan dan Pengemis yang komprehensip dan
mengedepankan keterpaduan dalam rehabilitasi sosial Gelandangan dan
Pengemis.
Untuk tahun 2016 Program Pengembangan Model Desaku Menanti
dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi, yaitu :
1) Kota Malang – Provinsi Jawa Timur sebanyak 40 KK (156 jiwa)
2) Kota Padang - Provinsi Sumatera Barat sebanyak 40 KK (152 jiwa)
Kegiatan Pengembangan Model “Desaku Menanti” dilakukan dengan
beberapa tahapan antara lain:
Tahapan Koordinasi dengan Provinsi setempat dan LKS yang ditunjuk
sebagai pelaksana kegiatan
Tahapan Verifikasi
Tahapan Pengolahan Data untuk menetapkan calon warga binaan
yang layak dan tepat menerima bantuan
Tahap Bimbingan Rehabilitasi Sosial dan Keterampilan
Tahap Menuju Desaku Menanti
Tahap supervisi
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 39
Pelaksanan program Pengembangan Model Desaku Menanti melakukan
Tahapan Rehabilitasi Sosial yang dilaksanakan selama 6 bulan. Selama 2
bulan penerima manfaat diberikan bimbingan fisik, mental, sosial dan
keterampilan, serta diberikan bantuan berupa jaminan hidup kepada
keluarga dengan indeks sebesar Rp. 25.000,-/orang/hari, Bantuan bahan
baku rumah sebesar Rp. 30.000,000,- , bantuan modal kemandirian
dengan indeks sebesar Rp. 5.000.000,-/orang, Bantuan Peralatan Rumah
Tangga sebesar Rp. 1.500.000,-/orang.
No. Kota -Propinsi target Capaian Jenis usaha 1. Kota Malang –
Provinsi Jawa Timur
40 KK (156 Jiwa) 40 KK (156 Jiwa) 1. Olahan Pangan, 35 KK 2. Handycraft, 5 KK
2. Kota Padang - Provinsi Sumatera Barat
40 KK (152 Jiwa) 40 KK (152 Jiwa) 1. Peternakan, 5 KK 2. Perbengkelan, 5 KK 3. Jasa, 5 KK 4. Home Industri, 10 KK 5. Usaha Warung, 10 KK 6. Perkayuan, 5 KK
b. Rehabilitasi Sosial gelandangan pengemis melalui usaha kemandirian
Pemberian Usaha Ekonomi Produktif bagi Gelandangan Pengemis dan
Pemulung melalui Usaha Kemandirian untuk tahun 2016 ditargetkan
DESAKU MENANTI KOTA PADANG LINGKUNGAN DESAKU MENANTI KOTA MALANG
RUMAH DESAKU MENANTI KOTA MALANG AULA DESAKU MENANTI KOTA MALANG
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 40
sebanyak 100 orang dan terealisasi sebanyak 300 orang atau tercapai 300
% (peralihan dari target dana hibah menjadi target APBN), pemberian
bantuan usaha kemandirian bagi gelandangan pengemis ini dilakukan di 3
Provinsi yaitu:
No. Propinsi target Capaian Jenis usaha 1. DKI Jakarta - 100 orang Usaha Warung, 100 orang 2. Jawa Barat - 100 orang 1. Usaha Warung, 95 orang
2. Pengepul rongsokan, 5 orang 3. Bali 100 orang 100 orang 1. Pembuatan Dupa, 65 orang
2. Pembuatan Keranjang, 30 orang 3. Usaha dagang, 5 Orang
c. Rehabilitasi Sosial gelandangan pengemis melalui pengembangan usaha
Gelandangan dan Pengemis yang sudah direhabilitasi oleh UPTD Pemda
dan UPT Kementerian Sosial melalui pengembangan UEP untuk tahun
2016 ditargetkan sebanyak 300 orang dan terealisasi sebanyak 300 orang
atau tercapai 100 %, pemberian bantuan pengembangan UEP bagi
gelandangan pengemis ini dilakukan di 5 Provinsi yaitu:
No. Propinsi target Capaian Jenis usaha 1. Jawa Barat 100 orang 100 orang Usaha Warung, 100 orang 2. Jawa Tengah 50 Orang 50 Orang Usaha Warung, 50 orang 3. Jawa Timur 50 orang 50 Orang Usaha Warung, 50 orang 4. Lampung 50 orang 50 orang Usaha Warung, 50 orang 5. Sumatera Utara 50 orang 50 orang 1. Usaha Warung, 25 orang
2. Jasa Transportasi, 7 orang 3. Bengkel, 4 orang 4. Pertanian / peternakan, 11
orang 5. Home industry, 3 orang
2. Rehabilitasi Sosial Tuna susila
a. Rehabilitasi Sosial tuna sosial dalam rangka supporting penutupan
lokalisasi.
Penanganan dan pemberdayaan eks wanita tuna susila yang telah keluar
dari lokalisasi yang ditutup di 2 (dua) Provinsi, dengan target sebanyak
405 orang di Provinsi Kalimantan Timur dan sebanyak 95 orang di
Provinsi Banten, dengan realisasi menjadi 3 Provinsi sebanyak 846 orang
(tambahan 346 orang di Provinsi Kalimantan Selatan, yang merupakan
peralihan dari target dana hibah menjadi target APBN) dengan persentase
sebesar 169 %.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 41
Tujuan Penanganan dan pemberdayaan eks wanita tuna susila untuk
perubahan sikap terkait dengan perilaku pekerja malam ke pekerjaan
yang lebih produktif dan mandiri.
Penanganan dan pemberdayaan eks wanita tuna susila dilakukan melalui
tahapan pemberian bimbingan sosial dan keterampilan serta pemberian
bantuan UEP.
No. Lokalisasi / Propinsi target Capaian Jenis usaha 1. Dadap / Prov. Banten 95 orang 95 orang 1. Dagang, 88 orang
2. Jahit, 2 Orang 3. Salon, 5 orang
2. 7 Lokalisasi / Prov. Kaltim
405 Orang 405 Orang 1. Pertanian, 108 orang 2. Warung, 116 orang 3. Dagang, 87 orang 4. Salon, 84 orang 5. Jasa Laundry, 10
3. 3 Lokalisasi Banjar baru / Prov. Kalimantan Selatan
- 346 orang 1. Jasa Laundry, 4 orang 2. Pertanian, 3 orang 3. Peternakan, 9 orang 4. Salon, 10 orang 5. Menjahit, 6 orang 6. Warung, 92 orang 7. Dagang, 222 orang
b. Rehabilitasi Sosial tuna susila melalui usaha kemandirian
Pemberian Usaha Ekonomi Produktif bagi tuna susila melalui Usaha
Kemandirian untuk tahun 2016 ditargetkan sebanyak 100 orang dan
terealisasi sebanyak 100 orang atau tercapai 100 %, pemberian bantuan
Penyerahan Bantuan Kepada Eks Tuna Susila Penghuni Eks Lokasasi di Provinsi Kalimantan Timur
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 42
usaha kemandirian bagi tuna Susila ini dilakukan di Provinsi Bengkulu
yaitu:
Propinsi target capaian Jenis usaha
Bengkulu 100 orang 100 orang 1. Peternakan 15 orang 2. Jasa Laundry 4 orang 3. Warung 43 orang 4. Dagang , 33 orang 5. Salon, 3 orang 6. Menjahit, 2 orang
c. Rehabilitasi Sosial tuna susila melalui pengembangan usaha
Pengembangan usaha bagi eks tuna susila yang sudah mempunyai usaha
untuk tahun 2016 ditargetkan sebanyak 100 orang dan terealisasi
sebanyak 100 orang atau tercapai 100 %, pemberian bantuan usaha bagi
eks tuna Susila ini dilakukan di 2 (dua) Provinsi, di Provinsi Jawa Timur –
Kab. Malang dan Provinsi Sumatera selatan – Kota Palembang, yaitu:
No. Propinsi target Capaian Jenis usaha 1. Provinsi Jawa Timur –
Kab. Malang 60 orang 60 orang 1. Dagang, 15 orang
2. Menjahit, 1 orang 3. Salon, 2 orang 4. Jasa laundry, 1 orang 5. Warung, 33 orang 6. Peternakan , 7 orang 7. Batako, 1 orang
2. Provinsi Sumatera selatan – Kota Palembang
40 Orang 40 Orang 1. Warung, 21 orang 2. Dagang, 12 orang 3. Salon, 7 orang
3. Rehabilitasi sosial Korban Tindak Kekerasan dan Korban Perdagangan
Orang
a. Rehabilitasi Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Korban Perdagangan
Orang melalui usaha kemandirian.
Pemberian Usaha Ekonomi Produktif bagi Korban Tindak Kekerasan dan
Korban Perdagangan Orang melalui Usaha Kemandirian untuk tahun 2016
ditargetkan sebanyak 1000 orang dan terealisasi sebanyak 1000 orang
atau tercapai 100 %, pemberian bantuan usaha kemandirian bagi
gelandangan pengemis ini dilakukan di 5 Provinsi yaitu:
No. Propinsi target Capaian Jenis usaha 1. Jawa Tengah 200 Orang 200 orang 1. Jasa, 17 Orang
2. Handycraft, 5 Orang 3. Dagang, 21 Orang 4. Salon, 3 Orang 5. Warung Makan, 22 Orang
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 43
No. Propinsi target Capaian Jenis usaha 6. Ternak, 8 Orang 7. Olahan Pangan, 68 Orang 8. Menjahit, 21 Orang 9. Warung Sembako, 35 Orang
2. Lampung 200 Orang 200 orang 1. Warungan, 62 Orang
2. Olahan Pangan, 26 Orang 3. Handycraft, 6 Orang 4. Ternak, 64 Orang 5. Jasa, 31 Orang 6. Salon, 1 Orang 7. Pertanian, 5 Orang 8. Batu Bata, 5 Orang
3. Nusa Tenggara
Timur/ Kabupaten TTU
200 orang 200 orang 1. Olahan Pangan, 24 Orang 2. Handycraft, 11 Orang 3. Ternak, 94 Orang 4. Pertanian, 24 Orang 5. Warung Sembako, 45 orang 6. Batu Bata, 2 Orang
4. Jawa Barat/
Kabupaten Cirebon
200 Orang 200 Orang 1. Olahan Pangan, 126 Orang 2. Warung Sembako, 40 Orang 3. Jasa, 5 Orang 4. Menjahit, 16 Orang 5. Pertanian, 3 Orang 6. Warung Makan, 3 Orang 7. Ternak, 7 Orang
5. Nusa Tenggara
Barat/ Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur
200 Orang 200 Orang 1.
b. Advokasi dan pendampingan korban perdagangan orang dan korban
tindak kekerasan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan rehabilitasi sosial terhadap
perempuan korban traffiking maka pada tahun 2016.
Target rehabilitasi sosial terhadap perempuan korban trafiking pada
tahun 2016 sebanyak 130 kasus/orang dan terealisasi sebanyak 82
kasus/orang atau sebesar 63 %. Kegiatan asistensi dilaksanakan di
Provinsi Kepulauan Riau – Tanjung Pinang , FGD untuk kasus korban
trafficking dan korban tindak kekerasan dilaksanakan di Provinsi
Sumatera Utara dan Kalimantan Barat.
Output dari kegiatan ini adalah diperolehnya data-data kasus trafficking
dan korban tindak kekerasan di daerah, gambaran penanganan kasus
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 44
trafficking dan korban tindak kekerasan di daerah dari segi koordinasi,
pendampingan dan advokasi.
c. Rehabilitasi sosial Korban Perdagangan orang dan korban tindak
kekerasan di RPTC Bambu Apus Jakarta
Korban Perdagangan orang dan Korban Tindak Kekerasan yang
Rehabilitasi sosial dan hak dasar melalui RPTC Bambu Apus Jakarta untuk
tahun 2016 ditargetkan sebanyak 750 orang dan terealisasi sebanyak 562
orang atau tercapai 80 %, korban adalah rujukan dari Bareskrim Polri,
Kementerian Luar Negeri, Dinas Sosial dan Masyarakat.
d. Rehabilitasi Sosial Korban Traficking Perempuan di RPSW Pasar Rebo
Jakarta
Perempuan Korban Perdagangan orang yang di eksploitasi seksual yang
mendapatkan Rehabilitasi sosial dan hak dasar melalui RPSW Pasar Rebo
Jakarta untuk tahun 2016 ditargetkan sebanyak 50 orang dan terealisasi
sebanyak 37 orang atau tercapai 74 %, korban adalah rujukan dari
Bareskrim Polri, Kementerian Luar Negeri, Dinas Sosial dan Masyarakat.
e. Pemulangan WNI – Migran Korban perdagangan orang
Pemulangan WNI – Migran Korban perdagangan orang dan keluarganya
dari Malaysia melalu Tanjung Pinang dan Pontianak ke daerah asal, tahun
2016 ditargetkan sebanyak 18.000 orang dan terealisasi sebanyak 19.435
orang atau sebesar 107 %.
4. Rehabilitasi Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan
a. Rehabilitasi Sosial BWBP melalui usaha kemandirian
Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan (BWBP) yang mendapatkan
rehabilitasi dan perlindungan sosial pada tahun 2016 mempunyai target
sebanyak 200 orang, yang tersebar di 2 (dua) Provinsi, dan terealisasi
sebanyak 419 orang atau sebesar 209 % di 4 (empat) Provinsi (adanya
peralihan target dana hibah menjadi target APBN) , dengan rincian sebagai
berikut :
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 45
No. Propinsi Target Capaian Jenis usaha 1. Nusa Tenggara
Barat (Kota / Kab Bima)
100 orang 100 orang 1. Peternakan, 66 orang 2. Dagang, 22 orang 3. Pertukangan, 2 orang 4. Bengkel, 7 orang 5. Menjahit, 3 orang
2. Sulawesi Barat (Kab. Polman)
100 orang 100 orang 1. Peternakan, 59 orang 2. Petukangan, 9 orang 3. Nelayan, 7 orang 4. Bengkel, 4 orang 5. Dagang, 21 orang
3. Sumatera Selatan - 100 orang 1. Dagang, 46 orang
2. Warung, 33 orang 3. Bengkel, 11 orang 4. Ternak, 5 orang 5. Pertukangan, 2 orang 6. Pertanian, 2 orang 7. Menjahit, 1 orang
4. Lampung - 119 orang
b. Rehabilitasi Sosial BWBP melalui pengembangan usaha kemandirian di
bidang agrobisnis
Maksud
Kegiatan pelatihan agro bisnis dimaksudkan untuk mempersiapkan,
melatih dan memotivasi BWBP agar dapat mandiri menentukan bidang
usaha yang dipilih sesuai dengan pelatihan agro bisnis yang telah
dipelajari.
Tujuan
1. Melatih dan mempersiapkan BWBP menjadi petani di masa depan
yang tangguh dan mampu mengembangkan usahanya di bidang agro
bisnis sesuai dengan pelatihan yang di dapat.
2. Melatih dan memotivasi BWBP untuk meningkatkan taraf hidupnya
melalui usaha di bidang agro bisnis.
3. Mengembangkan jiwa kewirausahaan, kemandirian dan
kepemimpinan bagi BWBP melalui usaha di bidang agro bisnis.
4. Menggali dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan BWBP di bidang agro bisnis.
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 46
Pelaksanaan Kegiatan
1. LKS mengajukan proposal pengembangan usaha kemandirian di
bidang agro bisnis (pertanian dan peternakan terpadu) sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan, dan harus di rekomendasi oleh
Dinas Sosial Provinsi, serta ditujukan kepada Direktur RSTS dan KPO.
2. Petugas dari Subdit Rehsos BWBP melakukan validasi data melalui
kegiatan verifikasi data ke BWBP yang diusulkan dalam proposal.
3. Setelah melakukan verifikasi data, Subdit BWBP melaksanakan
pengolahan data untuk menetapkan BWBP yang akan mengikuti
program pengem-bangan usaha kemandirian di bidang agro bisnis
(pertanian dan peternakan terpadu).
4. Setelah dibuat SK penetapan peserta kegiatan pengembangan usaha
kemandirian di bidang agro bisnis, Subdit Rehsos BWBP melakukan
koordinasi dengan Pusdiklat Pertanian Terpadu “Karya Nyata”
tentang pelaksanaan pelatihan agro bisnis untuk BWBP dari Provinsi
Jawa Barat dan Banten.
5. Selanjutnya Subdit Rehsos BWBP melakukan pemanggilan kepada
BWBP untuk mengikuti pelatihan agro bisnis selama 15 hari di
Pusdiklat Pertanian Terpadu “Karya Nyata”.
Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan (BWBP) yang mendapatkan
rehabilitasi melalui pengembangan usaha kemandirian di bidang
agrobisnis pada tahun 2016 mempunyai target sebanyak 100 orang, yang
tersebar di 2 (dua) Provinsi, dan terealisasi 100 %, dengan rincian sebagai
berikut :
No. Propinsi Target Capaian Jenis usaha 1. Jawa Barat 50 orang 50 orang Peternakan Kambing, 50
orang 2. Lampung 50 orang 50 orang 1. Pertanian, 25 orang
2. Peternakan 25 orang
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 47
c. Rehabilitasi Sosial BWBP melalui pengembangan usaha
Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan (BWBP) yang mendapatkan
rehabilitasi melalui pengembangan usaha pada tahun 2016 mempunyai
target sebanyak 250 orang, yang tersebar di 6 (enam) Provinsi, dan
terealisasi 100 %, dengan rincian sebagai berikut :
No. Propinsi Target Capaian Jenis usaha 1. Jawa Barat 56 orang 56 orang 1. Peternakan, 20 orang
2. Pertanian, 14 orang 3. Jasa, 5 orang 4. Dagang, 17 orang
2. Lampung 30 orang 30 orang 1. Peternakan, 1 orang 2. Nelayan, 1 orang 3. Dagang, 21 orang 4. Jasa, 6 orang 5. Pertanian, 1 orang
3. Bengkulu 53 orang 53 orang 1. Dagang, 41 orang 2. Bengkel, 4 orang 3. Pertukangan, 2 orang 4. Jasa, 6 orang
4. Kalimantan Tengah
20 orang 20 orang 1. Peternakan, 4 orang 2. Dagang, 10 orang 3. Nelayan, 1 orang 4. Jasa, 3 orang 5. Bengkel, 2 orang
5. Kalimantan
Selatan 79 orang 79 orang 1. Peternakan, 16 orang
2. Pertukangan, 2 orang 3. Dagang, 44 orang 4. Jasa, 7 orang
6. Nusa Tenggara Barat
12 orang 12 orang 1. Peternakan, 3 orang 2. Dagang, 6 orang 3. Pertanian, 1 orang 4. Jasa, 1 orang 5. Menjahit, 1 orang
-
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO
2016
Laporan Kinerja Instansi | Dit. RSTS dan KPO Tahun 2016 48
5. Orang dengan HIV dan AIDS dan Kelompok Minoritas
a. Rehabilitasi Sosial melalui Rumah Singgah Waria
Kelompok Minoritas Waria yang terehabilitasi sosial yang mendapatkan
Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Melalui Rumah Singgah dengan target
pada tahun 2016 sebanyak 100 orang, dan dilaksana