direktorat perlindungan perkebunanperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/berkas/laporan...

105
LAPORAN TAHUNAN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Upload: others

Post on 31-Oct-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

LAPORAN

TAHUNAN 2018

DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Page 2: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

LAPORAN TAHUNAN

DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

TAHUN 2018

DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2018

Page 3: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

taufik dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Tahunan Tahun 2018. Laporan tahunan ini merupakan ringkasan laporan

keseluruhan kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan selama tahun 2018.

Melalui Laporan Tahunan ini, bisa mendapatkan gambaran kegiatan perlindungan

perkebunan selama tahun 2018 dan sebagai masukan untuk kegiatan perlindungan

perkebunan tahun berikutnya. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan perlindungan

perkebunan dapat lebih optimal.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh jajaran Direktorat

Perlindungan Perkebunan dan pihak terkait lainnya yang telah memberikan

dukungan dan kerjasamanya, sehingga seluruh kegiatan dan laporan Tahunan 2018

ini bisa diselesaikan. Kritik dan saran yang membangun juga sangat kami harapkan

dari semua pihak demi perbaikan penyusunan Laporan Tahunan 2018 dan

penyempurnaan kegiatan perlindungan perkebunan di masa yang akan datang.

Jakarta, Desember 2018

Direktur Perlindungan Perkebunan,

Drs. Dudi Gunadi, B.Sc., M.Si Nip. 19590810 198902 1 001

Page 4: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR TABEL.............................................................................................. v BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 BAB II. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2015-2019............ 4

A. Visi dan Misi ................................................................................. 4

B. Nilai-nilai ...................................................................................... 4

C. Tujuan .......................................................................................... 5

D. Sasaran ....................................................................................... 6

E. Kebijakan ..................................................................................... 7

F. Strategi ........................................................................................ 9

BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN .. 11

A. Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan .............................................................. 11

B. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Tanaman Semusim dan Rempah ................................................ 11

C. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Tanaman Tahunan dan Penyegar ............................................... 12

D. Subdirektorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran .............................................................. 12

E. Tata Usaha .................................................................................. 13

BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN ................................................................................ 14

A. Pembuatan Buku ......................................................................... 14

B. Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Semusim Dan Rempah ....................................................................................... 15

Page 5: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

iv

C. Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan Dan Penyegar ..................................................................................... 17

D. Pengawalan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Semusim Dan Rempah ................................................ 24

E. Pengawalan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Tahunan Dan Penyegar ............................................... 27

F. Pembinaan Dalam Rangka Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan ........................................................... 32

G. Pengawalan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan........... 35

H. Penanganan Kebakaran Lahan Perkebunan ............................... 38

I. Pengawalan Mitigasi Dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Serta Perhitungan Perkebunan Rendah Emisi ............................ 40

J. Pengawalan Dalam Rangka Pembinaan Dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan ................... 41

K. Surveilens Penerapan Iso 9001:2015 .......................................... 45

L. Bimbingan Teknis Pengoperasian Drone..................................... 47

M. Penyusunan Dan Pembahasan Draft Permentan Pedoman Penanggulangan Gangguan Usaha Perkebunan ........................ 49

N. Pembangunan Database Aplikasi Sistem Informasi Pengendalian OPT Dan Pertanian Organik Berbasis Komoditas Pertanian ....... 50

O. Bimbingan Teknis Instruktur Brigade Proteksi Tanaman ............. 51

P. Kapasitas Teknis Petugas Perlindungan Perkebunan ................. 53

Q. Pertemuan Konsolidasi Perlindungan Perkebunan ..................... 55

R. Pembahasan Dan Finalisasi Draft Permentan Tentang Perlindungan Tanaman Perkebunan ........................................... 57

S. Pembahasan Program Dan Anggaran ......................................... 62

T. Bimbingan Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Membakar ............ 64

U. Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan Pada Wilayah Pasca Bencana ....................................................................................... 67

V. Bimbingan Teknis Mediasi Penanggulangan Gangguan Usaha Perkebunan ................................................................................. 69

W. Pendampingan, Pemantauan Dan Koordinasi Dengan Instansi Terkait .......................................................................................... 70

X. Pertemuan Konsolidasi Antisipasi Mitigasi Gangguan Usaha Perkebunan ................................................................................. 71

Y. Bimbingan Teknis Petugas Pengamat OPT/POPT ...................... 73

Z. Pengawalan Dan Pembinaan Kedinasan Perlindungan Perkebunan ................................................................................. 75

AA.Penanganan Kebakaran Lahan Perkebunan ................................ 78

Page 6: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

v

AB.Pertemuan Fasilitasi Dan Rekonsiliasi Pengelolaan Ekosistem Lahan Gambut Di Perkebunan Kelapa Sawit ................................ 80

AC.Koordinasi PPNS Perkebunan Dan Petugas Perkebunan ............ 81

BAB V. SIMPUL-SIMPUL KRITIS DAN SARAN PEMECAHANNYA ........... 83

BAB VI. PENUTUP ......................................................................................... 97

LAMPIRAN

Page 7: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Lokasi Pengawalan dan Pembinaan Pengendalian serta Monev Daerah Endemis OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar Tahun ....... 19

Tabel 2. Target dan Realisasi Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar Tahun 2018 .................................. 20

Page 8: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekapitulasi Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan, Pemantauan Pembinaan, dan Koordinasi dengan Instansi Terkait Tahun 2018

Lampiran 2. Realisasi Keuangan Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan di Pusat Tahun 2018

Page 9: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I

PENDAHULUAN

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.

43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 03 Agustus 2015 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan Perkebunan

terbagi dalam 4 (empat) Sub Direktorat dengan 8 (delapan) Seksi dan Sub

Bagian Tata Usaha yaitu:

1. Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan membawahi Seksi Data dan Informasi

Organisme Pengganggu Tumbuhan serta Seksi Kelembagaan

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan.

2. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Tanaman Semusim dan Rempah membawahi Seksi Teknologi

Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Semusim dan Rempah serta

Seksi Sarana Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Tanaman Semusim dan Rempah.

3. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Tanaman Tahunan dan Penyegar membawahi Seksi Teknologi

Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Tahunan dan Penyegar serta

Seksi Sarana Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Tanaman Tahunan dan Penyegar.

4. Subdirektorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan

Pencegahan Kebakaran membawahi Seksi Gangguan Usaha dan

Pencegahan Kebakaran serta Seksi Dampak Perubahan Iklim.

5. Sub Bagian Tata Usaha;

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No.

43/Permentan/OT.010/8/2015, tugas Direktorat Perlindungan Perkebunan

adalah “Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang pengendalian hama penyakit dan perlindungan

perkebunan”.

Page 10: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

2

Dalam melaksanakan tugas di atas, Direktorat Perlindungan Perkebunan

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Pengelolaan data dan informasi Organisme Pengganggu Tumbuhan;

2. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan;

3. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman

tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha, dampak

perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;

4. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu

tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan

penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan

iklim dan pencegahan kebakaran;

5. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan tanaman semusim

dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan

gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;

6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian

Organisme Pengganggu Tumbuhan tanaman semusim dan rempah,

tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan

usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;

7. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengendalian

Organisme Pengganggu Tumbuhan tanaman semusim dan rempah,

tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan

usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; dan

8. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan.

Sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas direktorat dan arahan dalam

pengembangan perlindungan perkebunan adalah Rencana Strategis

(Renstra) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 revisi III

Page 11: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

3

yang disusun berdasarkan analisis dan pencermatan lingkungan strategis

atas potensi, kelemahan, peluang dan tantangan terkini yang dihadapi dalam

peningkatan dukungan perlindungan selama kurun waktu 2010-2014.

Renstra Direktorat Perlindungan Perkebunan memberikan dukungan dan

memfasilitasi kegiatan Pemberdayaan Perangkat, Sekolah Lapang

Pengendalian Hama Terpadu, Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan

dan Kebun, Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Penanganan Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan, Pemberdayaan petugas

pengamat OPT, Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan,

Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditi

Perkebunan dan Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan

Perkebunan.

Page 12: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB II

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2015 – 2019

A. Visi dan Misi

Dalam mendukung tercapainya visi Direktorat Jenderal Perkebunan

tahun 2015-2019 yaitu” Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional

dalam mewujudkan peningkatan produksi komoditas perkebunan secara

optimal, berdaya saing dan bernilai tambah tinggi untuk kesejahteraan

pekebun”, maka Visi Direktorat Perlindungan Perkebunan sebagai

institusi terdepan dalam memberikan layanan di bidang perlindungan

terhadap pekebun dari risiko kerugian akibat OPT dan dampak

perubahan iklim serta gangguan usaha perkebunan”.

Untuk mencapai visi tersebut, maka misi Direktorat Perlindungan

Perkebunan adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan

dampak perubahan iklim serta gangguan usaha yang terpadu

terintegrasi dan berkelanjutan;

2. Mendorong upaya pemberdayaan perangkat perlindungan dalam

penanganan OPT;

3. Memfasilitasi penyediaan teknologi spesifik lokasi dalam

pengendalian OPT dan penanganan DPI;

4. Mewujudkan sumber daya manusia perlindungan yang handal;

5. Mewujudkan sistem perkebunan berkelanjutan melalui

pengembangan SL-PHT dan desa pertanian organik berbasis

komoditas perkebunan;

6. Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas di bidang

perlindungan perkebunan.

B. Nilai-Nilai

Nilai-nilai yang melandasi pelaksanaan pelayanan Direktorat

Perlindungan Perkebunan adalah:

Page 13: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

5

1. Kebersamaan (Cooperative): rencana kerja disusun secara

demokratis dan tugas dilaksanakan secara bersama/tim guna

mencapai hasil yang optimal;

2. Keterbukaan (Transparency): sebagai upaya menuju pemerintahan

yang bersih dan akuntabel untuk mencapai sasaran yang telah

ditetapkan sesuai dengan SOP;

3. Profesional (Professionalism): fasilitasi pelayanan dilakukan secara

efisien dan efektif berdasarkan tuntunan agama dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan didukung SDM yang

handal sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan;

4. Terukur (Measureable): dapat diukur dengan skala penilaian tertentu

yang disepakati berupa pengukuran kuantitas dan kualitas;

5. Dapat dipertanggungjawabkan (Accountable): hasil atau layanan

yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.

C. Tujuan

Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan

pembangunan pertanian 2015-2019 pada periode jangka menengah tahun

2015-2019, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan

Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun

2015-2019 yang akan dicapai sesuai dengan penetapan visi, misi serta tugas

pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut :

1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui

rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversivikasi yang didukung

oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan bersertifikat, sarana

produksi dan alat mesin pertanian/ pengolahan/pascapanen,

perlindungan perkebunan, pemberdayaan petani, penguatan

kelembagaan serta pembangunan kebun sumber benih tanaman

perkebunan.

2) Memberikan pelayanan perencanaaan, program, anggaran, kerjasama

teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana,

kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi

Page 14: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

6

pelaksanaan kegiatan, layanan rekomendasi teknis dan penyediaan data

serta informasi yang berkualitas.

3) Melakukan pengembangan komoditas perkebunan sumber bio-energy,

sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi tanaman

perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem pertanian bio-

industry melalui pendekatan zero waste management.

4) Melakukan pengembangan pemasaran produk unggulan perkebunan

yang berdaya saing dan bernilai tambah tinggi yang meliputi bidang

informasi, pemantauan dan stabilitas harga, sarana dan kelembagaan

pasar, jaringan pemasaran, analisis dan pengembangan ekspor,

pemasaran bilateral/regional/multilateral dan kerjasama komoditas.

Untuk mendukung tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan tersebut, maka

tujuan Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah:

1) Menurunkan risiko kerugian hasil akibat serangan OPT, dampak

perubahan iklim dan gangguan usaha perkebunan;

2) Melakukan pembinaan, bimbingan dan pendampingan kepada pekebun

dalam menerapkan teknologi perlindungan perkebunan, pengamatan

dan pengendalian OPT, pencegahan kebakaran lahan dan kebun,

penanganan DPI dan gangguan usaha perkebunan;

3) Fasilitasi kegiatan pemberdayaan perangkat, pengamatan dan

kelembagaan kelompok tani perlindungan perkebunan (KTPA, SL-PHT,

Regu Pengendali Hama dan Desa Pertanian Organik).

D. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan dalam

rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun

2015-2019 adalah: Terkendalinya OPT dan tertanganinya Gangguan Usaha

dan DPI terhadap luas tanaman perkebunan.

Page 15: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

7

E. Kebijakan

Dalam rangka mendukung arah kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan

yang terkait dengan Direktorat Perlindungan Perkebunan antara lain:

Perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup,

peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan

perlindungan perkebunan, dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program

tematik pembangunan perkebunan, maka arah kebijakan Direktorat

Perlindungan Perkebunan sebagai berikut:

1. Arah Kebijakan Umum Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun

2015-2019 meliputi:

1) Budidaya tanaman sehat

2) Perlindungan tanaman perkebunan dilakukan melalui pemantauan,

pengamatan dan pengendalian OPT

3) Pengendalian OPT didasarkan pada prinsip Pengendalian Hama

Terpadu (PHT), yaitu memadukan semua cara dan teknis

pengendalian OPT secara kompatibel dengan mempergunakan

bahan dan cara pengendalian yang aman dan ramah lingkungan

4) Pemantauan, Pengamatan dan Pengendalian OPT dilakukan

dengan cara peningkatan sarana prasarana perlindungan,

(LL/UPTD Perlindungan, Sub LAB, LUPH, LAP, UPPT, Brigade

Proteksi, Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun UPT

Perlindungan Pusat) peningkatan SDM Perlindungan

(POPT/Pengamat Hama Penyakit dan Petani Pengamat Hama dan

penyakit Perkebunan)

5) Peningkatan kemampuan mitigasi dan adaptasi dalam rangka

menurunkan risiko kegagalan produk akibat dari faktor-faktor iklim.

6) Peningkatan kemampuan Brigade pengendalian kebakaran lahan

perkebunan dalam melakukan pengendalian kebakaran

perkebunan;

7) Peningkatan kemampuan dan peran serta Pemerintah Daerah

dalam menangani gangguan usaha perkebunan

Page 16: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

8

8) Peningkatan kemampuan UPT Pusat sebagai Balai rusukan

regional dalam identifikasi OPT, penelusuran residu pestisida

pengembangan pengendali hayati dan penghasil rakitan teknologi

pengendalian OPT spesifik lokasi.

9) Mendukung pelaksanaan pengembangan 150 desa pertanian

organik berbasis komoditas perkebunan.

2. Arah Kebijakan Khusus Perlindungan Perkebunan adalah:

1) Pemantauan dan pengamatan dipriotaskan pada OPT utama

komoditas tanaman perkebunan unggulan nasional;

2) Pengendalian OPT dilakukan pada tanaman dengan intensitas

serangan ringan/atau secara ekonomis masih menguntungkan jika

dikendalikan;

3) Pengendalian pada OPT yang bersifat eksplosif atau pada sumber-

sumber serangan sesuai dengan kemampuan, menjadi tanggung

jawab pemerintah bersama-sama dengan masyarakat;

4) Pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida kimia

merupakan pilihan terakhir dan berdasarkan pada hasil

pengamatan dan analisa ekosistem;

5) Penggunaan Musuh alami dan APH menjadi pilihan utama dalam

mengendalikan OPT;

6) APH yang digunakan harus yang telah berijin dan terdaftar di

komisi pestisida; penggunaan APH yang belum terdaftar dapat

dipergunakan dalam skala terbatas seperti Percobaan, Demplot

dan Demfarm;

7) Mendorong pengembangan dan perakitan teknologi spesifikasi

lokasi oleh UPTP perlindungan dan UPTD Perlindungan;

8) Mendorong UPT Pusat untuk mampu memiliki APH yang terdaftar;

9) Pembinaan perangkat perlindungan diprioritaskan pada

peningkatan kemampuan dalam menyediakan standar pelayanan

minimum dalam bidang perlindungan (teknologi pengendalian OPT

spesifik lokasi, pengembangan dan penyediaan MA dan APH,

Page 17: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

9

pengendalian OPT yang bersifat eksplosif, pengembangan dan

penerapan mitigasi dan adaptasi iklim serta penanganan kebakaran

mitigasi dan adaptasi iklim serta penanganan kebakaran lahan dan

kebun;

10) Pembinaan SDM petani perkebunan dilakukan melalui kegiatan SL-

PHT dengan memperhatikan keterlibatan gender minimun sebesar

25 % dan Pembentukan Kelompok Tani Perduli Api (KTPA);

11) Pemantuan kesiapsiagaan pengendalian kebakaran lahan

perkebunan pada provinsi/kabupaten rawan kebakaran.

Pemantauan sistem sarana dan prasarana pengendalian

kebakaran lahan perkebunan di perusahaan perkebunan;

12) Fasilitasi;

13) Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim dilaksanakan pada

provinsi/kabupaten/kota sentra perkebunan rawan kekeringan

semaksimal mungkin memanfaatkan APBN;

14) Penanganan gangguan usaha dan konflik APBD;

15) Penyedia standar pelayanan minimum pengendalian OPT dan

penanganan kebakaran lahan dan kebun;

16) Pelaksanaan penugasan baru untuk mengembangkan 150 desa

pertanian organik berbasis tanaman perkebunan.

F. Strategi

Memperhatikan strategi Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019,

maka strategi yang akan ditempuh Direktorat Perlindungan Perkebuann

adalah:

1) Fasilitasi Peningkatan kemampuan Teknis Petugas dan Petani melalui

magang petugas dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu

(SLPHT);

2) Fasilitasi Peningkatan sistem pengamatan, peramalan, pemantauan,

dan pengendalian OPT melalui Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT

Page 18: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

10

dan Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman

Perkebunan;

3) Fasilitasi antisipasi dampak perubahan iklim dan pencegahan

kebakaran lahan dan kebun melalui kesiapsiagaan pencegahan

kebakaran lahan dan kebun; antisipasi dampak perubahan iklim dan

Operasional Brigade Pencegahan kebakaran lahan dan kebun;

4) Pemantapan jejaring dan kerjasama di bidang perlindungan dengan

Puslit/Balit, Perguruan Tinggi, BBPPTP, BPTP, UPTD, Dinas

Perkebunan, dan pihak terkait lainnya melalui Pemberdayaan

Perangkat Perlindungan Perkebunan;

5) Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha dan konflik Perkebunan

melalui kegiatan Fasilitasi, Inventarisasi, serta Penanganan kasus

Gangguan Usaha dan konflik Perkebunan dan Pertemuan

Koordinasi/Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan;

6) Pengembangan Desa Peranian Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan melalui Pembinaan dan sertifikasi Desa Pertanian Organik

Berbasis Komoditas Perkebunan;

7) Penguatan sistem informasi perlindungan perkebunan melalui

Koordinasi pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan.

Page 19: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

Pada tahun 2018 Direktorat Perlindungan Perkebunan telah melaksanakan

kegiatan-kegiatan dengan dukungan dana dari DIPA Dukungan Perlindungan

Perkebunan tahun 2018 sejumlah Rp 14.399.730.000,- (Empat Belas Milyar

Tiga Ratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Tiga puluh ribu

Rupiah). Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh masing-masing Sub Direktorat

lingkup Direktorat Perlindungan Perkebunan, yaitu:

A. Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan

1. Pembinaan Dalam Rangka Pemberdayaan Perangkat Perlindungan

Perkebunan;

2. Pengawalan dalam rangka Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian

Organik Berbasis Komoditas Perkebunan;

3. Surveilans Penerapan ISO 9001:2015;

4. Pembangunan Database Aplikasi Sistem Informasi Pengendalian OPT

dan Pertanian Organik Berbasis Komoditas Pertanian;

5. Bimbingan Teknis Instruktur Brigade Proteksi Tanaman;

6. Bimbingan Teknis Petugas Pengamat OPT/POPT.

B. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Tanaman Semusim dan Rempah

1. Pembuatan Buku;

2. Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Semusim dan

Rempah;

3. Pengawalan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Tanaman

Semusim dan Rempah;

4. Pembahasan dan Finalisasi Draft Permentan tentang Perlindungan

Tanaman Perkebunan;

5. Pendampingan Pemantauan dan Koordinasi dengan Instansi Terkait.

Page 20: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

12

C. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Tanaman Tahunan dan Penyegar

1. Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan

Penyegar;

2. Pengawalan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Tanaman

Tahunan dan Penyegar;

3. Bimbingan Teknis Pengoperasian Drone;

4. Peningkatan Kapasitas Teknis Petugas Perlindungan Perkebunan;

5. Pembahasan Program dan Anggaran.

D. Subdirektorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan

Pencegahan Kebakaran

1. Pengawalan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan;

2. Pengawalan Penanganan Kebakaran Lahan dan Perkebunan;

3. Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim serta

Perhitungan Perkebunan Rendah Emisi;

4. Penyusunan dan Pembahasan Draft Permentan Pedoman

Penanggulangan Gangguan Usaha Perkebunan;

5. Bimbingan Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Membakar;

6. Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan pada Wilayah Pasca

bencana;

7. Bimbingan Teknis Mediasi Penaggulangan Gangguan Usaha

Perkebunan;

8. Pertemuan Konsolidasi Antisipasi Mitigasi Gangguan Usaha

Perkebunan;

9. Pelatihan PPNS Perkebunan;

10. Pertemuan Fasilitasi dan Rekonsiliasi Pengelolaan Ekosistem Lahan

Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit;

11. Pertemuan Koordinasi PPNS Perkebunan dan Petugas Perkebunan.

Page 21: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

13

E. Tata Usaha

1. Pertemuan Konsolidasi Perlindungan Perkebunan;

2. Pengawalan dan Pembinaan Kedinasan Perlindungan Perkebunan.

Page 22: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

14

BAB IV

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

A. PEMBUATAN BUKU

1. Tujuan

Tujuan Pembuatan Buku Perlindungan Perkebunan adalah sebagai referensi

dan acuan bagi petugas Perlindungan Perkebunan.

2. Sasaran

Sasaran Pembuatan Buku adalah tersusunnya Buku Pedoman dan Buku

Saku tentang Perlindungan Perkebunan.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Kegiatan Pembuatan Buku adalah pengumpulan bahan,

penyusunan, pembahasan, pertemuan, dan pengadaan.

4. Hasil Pelaksanaan

a. Perusahaan percetakan yang menang dan berhak melakukan

pelaksanaan paket pekerjaan adalah CV. Hamparan Artha Citra Jln. Raya

Kebayoran Lama No.14A, Rt 005/010, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

b. Pembuatan buku tahun 2018 terdiri dari beberapa judul buku sebagai

berikut:

1) Buku Pedoman Penerapan PHT Jambu Mete

2) Buku Saku Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) dan Metabolit

Sekunder (MS) Agen Pengendali Hayati (APH)

3) Buku Saku Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Utama pada

Pala

c. Pencetakan Buku Pedoman dan Buku Saku dilaksanakan dengan metode

pengadaan langsung secara manual melalui undangan dengan metode

prakualifikasi sistem gugur serta penyampaian dokumen penawaran satu

sampul.

5. Realisasi Keuangan dan Fisik

Page 23: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

15

Realisasi keuangan pembuatan buku sebesar Rp. 146.300.000,- (89,29%)

dari pagu anggaran Rp. 163.850.000,- dengan realisasi fisik 100%

B. PENGAWALAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT TANAMAN SEMUSIM

DAN REMPAH

1. Tujuan

Tujuan kegiatan pengawalan gerakan pengendalian OPT Tanaman

Semusim dan Rempah:

a. Mengawal petugas dan petani/kelompok tani dalam menerapkan

teknologi pengendalian OPT tanaman semusim dan rempah.

b. Memberikan pembinaan terkait teknis pengamatan dan pengendalian

OPT tanaman semusim dan rempah kepada petugas dan

petani/kelompok tani.

c. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pengawalan gerakan

pengendalian OPT Tanaman Semusim dan Rempah.

d. Mengkonsultasikan permasalahan teknis pengendalian OPT tanaman

semusim dan rempah dengan sumber-sumber yang berkompeten.

2. Sasaran

Sasaran kegiatan pengawalan gerakan pengendalian OPT Tanaman

Semusim dan Rempah :

a. Terbimbingnya petugas dan petani/kelompok tani di bidang pengendalian

OPT tanaman semusim dan rempah, termonitor dan terevaluasinya

pelaksanaan pengawalan dan pembinaan gerakan pengendalian OPT

Tanaman Semusim dan Rempah di 3 provinsi (DI. Yogyakarta, Jawa

Tengah, dan Jawa Timur) yang mendapat dana APBN Tugas

Pembantuan (TP).

b. Terlaksananya konsultasi ke 5 (lima) Puslit/Balit/Perti/Instansi Terkait

yaitu Puslitbangbun, P3GI, Balittro, Balittas, dan IPB.

3. Ruang Lingkup Kegiatan

Page 24: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

16

Ruang lingkup kegiatan pengawalan gerakan pengendalian OPT tanaman

semusim dan rempah yaitu:

a. Melaksanakan pengawalan dan pembinaan gerakan pengendalian OPT

tanaman semusim dan rempah.

b. Melaksanakan konsultasi ke Puslit/Balit/Perti/Instansi Terkait.

4. Hasil pelaksanaan

a. Kegiatan Pengawalan dan Pembinaan Pengendalian serta Monev

Daerah Endemis OPT Tanaman Semusim dan Rempah tahun 2018

- Pada tahun 2018, kegiatan pengawalan gerakan pengendalian hama

uret pada tanaman tebu seluas 475 ha dilaksanakan di 3 provinsi 5

kabupaten yaitu Jateng (Kab. Purworejo 100 Ha); DIY (Kab. Sleman

75 Ha) dan Jatim (Kab. Tulungagung 100 Ha, Kab. Kediri 100 Ha, dan

Kab. Situbondo 100 Ha).

- Pengendalian OPT tanaman tebu (Uret) dilaksanakan dengan:

Sanitasi, Mekanis, Melakukan aksi gerakan pengendalian oleh petani

peserta, Pemasangan jaring perangkap (trap) untuk Provinsi DIY,

Pemasangan jaring perangkap (trap) dan lampu perangkap light trap

untuk Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

- Pengendalian mekanis yaitu pengambilan hama uret yang terpapar

pada saat dilakukan pengolahan tanah, sedangkan Provinsi DI.

Yogyakarta tidak melakukan pengolahan tanah karena petani tidak

melakukan bongkar ratoon, hanya dengan rawat ratoon.

- Pemasangan jaring dilakukan di awal musim hujan yaitu di Provinsi DI.

Yogyakarta dilaksanakan pada Bulan September 2018, Provinsi Jawa

Tengah pada Bulan Oktober 2018 dan 3 kabupaten di Provinsi Jawa

Timur pada Bulan November 2018.

- Jumlah imago L. stigma yang terperangkap jaring hingga Bulan

November di Kabupaten Sleman, Provinsi DI. Yogyakarta sebanyak

12.110 ekor. Di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, rata –

rata imago terperangkap sebanyak 92 ekor per jaring antar bambu

dalam waktu 10 hari sejak pemasangan. Rata – rata jumlah imago

Lepidiota stigma yang terperangkap pada jaring di Kabupaten Kediri,

Page 25: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

17

Provinsi Jawa Timur adalah 110 ekor/jaring/hari, sedangkan di

Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Tulungagung, hingga Bulan

Desember, jumlah imago L. stigma yang terperangkap masing –

masing sebanyak 62. 230 ekor dan 69.410 ekor.

b. Kegiatan konsultasi telah dilaksanakan sebanyak 5 (lima) kali di Pusat

Penelitian/Balai Penelitian/Perguruan Tinggi/Instansi Terkait, yaitu Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun), Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat (Balittro), Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan

Serat (Balittas), dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

5. Realisasi Keuangan dan Fisik

Realisasi keuangan Kegiatan Pengawalan Pengendalian OPT Tanaman

Semusim dan Rempah tahun 2018 sebesar Rp. 148.780.598,- (96,74%) dan

realisasi fisik 100% dari total pagu Rp. 153.800.000,-

C. PENGAWALAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT TANAMAN TAHUNAN

DAN PENYEGAR

1. Tujuan

Tujuan kegiatan Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman

Tahunan dan Penyegar adalah :

a. Melakukan pengawalan dan pembinaan pengendalian serta monitoring

dan evaluasi gerakan pengendalian OPT tanaman tahunan dan penyegar

kepada petugas sehingga persiapan dan pelaksanaan sesuai dengan

pedoman teknis, serta melakukan bimbingan kepada petani sehingga

petani melakukan pengendalian OPT tanaman tahunan dan penyegar

dengan baik;

b. Melakukan konsultasi teknis pengendalian OPT tanaman tahunan dan

penyegar sehingga diperoleh teknologi terkini pengendalian OPT

tanaman tahunan dan penyegar.

2. Sasaran

Page 26: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

18

Sasaran kegiatan Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman

Tahunan dan Penyegar adalah :

a. Terkawal dan terbinanya gerakan pengendalian OPT tanaman tahunan

dan penyegar di daerah endemis;

b. Termonitor dan terevaluasinya persiapan/pelaksanaan/hasil pelaksanaan

pengendalian OPT tanaman tahunan dan penyegar di daerah endemis;

c. Terlaksananya konsultasi permasalahan teknis penanganan OPT

tanaman tahunan dan penyegar di Puslit/Balit/Perti/instansi terkait.

3. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman

Tahunan dan Penyegar terdiri dari 2 (dua) sub kegiatan yaitu :

1. Pengawalan dan pembinaan pengendalian OPT tanaman tahunan dan

penyegar di daerah yang mendapat alokasi dana APBN (TP) tahun 2018;

serta monitoring dan evaluasi pengendalian OPT tanaman tahunan dan

penyegar di daerah endemis yang mendapat alokasi dana APBN (TP)

tahun 2018 dan daerah-daerah lain yang terserang OPT utama secara

endemik dan eksplosif, namun tidak mendapat alokasi dana TP;

2. Konsultasi ke Balai Besar/Puslit/Balit/Perti/instansi terkait.

4. Hasil Pelaksanaan

Pelaksanaan pengawalan dan pembinaan pengendalian serta monitoring

dan evaluasi daerah endemis OPT tanaman tahunan dan penyegar tahun

2018 telah dilaksanakan sebanyak 24 kali kunjungan di 14 provinsi

pelaksana kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman tahunan dan

penyegar. Pengawalan dan pembinaan serta monitoring dan evaluasi

dilaksanakan melalui kunjungan lapang, surat, faximail, e-mail dan telepon.

Lokasi pengawalan dan pembinaan pengendalian serta monitoring dan

evaluasi daerah endemis OPT tanaman tahunan dan penyegar seperti pada

Tabel 1.

Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan Pengawalan Gerakan

Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar bersumber dari dana

APBN yang dialokasikan pada Satuan Kerja Direktorat Jenderal

Page 27: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

19

Perkebunan Tahun Anggaran 2018. Pagu anggaran kegiatan Pengawalan

Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar tahun 2018

sebesar Rp. 377.800.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 371.068.418,-

(98,22 %). Realisasi biaya Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT

Tanaman Tahunan dan Penyegar serta realisasi biaya pengendalian OPT

tanaman tahunan dan penyegar seperti pada Tabel 2.

Tabel 1. Lokasi Pengawalan dan Pembinaan Pengendalian serta Monev Daerah Endemis OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar Tahun 2018

No Provinsi No Kabupaten OPT

Komoditi Kakao PBK dan Busuk Buah

1. Aceh 1. Pidie

2. NTB 2. Lombok Utara

3. Kaltara 3. Nunukan

4. Sulsel 4. Bone

5. Sulteng 5. Poso

6. Sulbar 6. Mamuju

7. Sultra 7. Konawe

8. Bombana

Komoditi Kopi PBKo

1. Bengkulu 1. Kepahiang

2. Jabar 2. Bandung

3. Bali 3. Buleleng

4. Sulut 4. Kota Mobagu

5. Sulsel 5. Enrekang

Komoditi Kelapa Oryctes rhinoceros

1. Sulut 1. Minahasa Utara

Komoditi Jambu mete JAP

1. NTT 1. Sumba Barat Daya

Komoditi Karet JAP

1. Jambi 1. Tebo

2. Sumsel 2. Musi Rawas

Tabel 2. Target dan Realisasi Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar Tahun 2018

(dalam Rp. 000)

Page 28: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

20

Pada tahun 2018 Direktorat Perlindungan Perkebunan melaksanakan kegiatan

gerakan pengendalian OPT tanaman tahunan dan penyegar melalui dana

APBN. Hasil pengawalan gerakan pengendalian OPT tanaman tahunan dan

penyegar sebagai berikut :

1. Pengawalan gerakan pengendalian OPT tanaman tahunan dan penyegar

tahun 2018 telah selesai dilaksanakan dengan realisasi keuangan sebesar

98,22 % dan fisik 100 % dengan rincian sebagai berikut :

a. Pengawalan dan pembinaan pengendalian serta monitoring dan

evaluasi daerah endemis OPT tanaman tahunan dan penyegar telah

dilaksanakan di 14 provinsi.

b. Konsultasi dengan Puslit/Balit/Perti/Instansi terkait telah dilaksanakan di

Puslit Karet dan Balittro.

2. Lokasi pelaksanaan pengawalan dan pembinaan pengendalian serta

monitoring dan evaluasi daerah endemis OPT tanaman tahunan dan

penyegar tahun 2018 dan luas pengendalian OPT, yaitu :

a. Pengendalian OPT kakao (hama PBK) seluas 2.525 ha di Provinsi Aceh

(Kabupaten Pidie), Provinsi Sulawesi Tengah (Kabupaten Poso dan Toli-

Toli), Provinsi Sulawesi Barat (Kabupaten Mamuju), Provinsi Sulawesi

Tenggara (Kabupaten Konawe dan Bombana), Provinsi Sulawesi

Selatan (Kabupaten Bone), Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten

Nunukan), dan Provinsi NTB (Kabupaten Lombok Utara).

KODE URAIAN TARGET REALISASI SISA

REALISASI (%)

C Pengawalan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar

377.800 371.068 6.731 98,22

521211 Belanja Bahan 1.800 0 1.800 0

(KPPN.139-Jakarta V)

Rapat penyusunan dan pembahasan laporan

1.800 0 1.800 0

524111 Belanja Perjalanan Biasa 376.000 371.068 4.931 98,69

Dalam rangka pengawalan dan pembinaan pengendalian serta monev daerah endemis pengendalian OPT tanaman tahunan dan penyegar

344.000 339.241 4.758 98.62

Konsultasi dengan Puslit/Balit/Perti/ Instansi Terkait

32.000 31.827 172 99,46

Page 29: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

21

b. Pengendalian OPT kopi (hama PBKo) seluas 1.325 ha di Provinsi

Bengkulu (Kabupaten Kepahiang), Provinsi Jawa Barat (Kabupaten

Bandung), Provinsi Bali (Kabupaten Buleleng), Provinsi Sulawesi Utara

(Kotamobagu), dan Provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Enrekang).

c. Pengendalian OPT kelapa (hama kumbang nyiur) seluas 500 ha di

Provinsi Sulawesi Utara (Kabupaten Minahasa Utara) dan Provinsi

Sulawesi Tengah (Donggala).

d. Pengendalian OPT jambu mete (penyakit Jamur Akar Putih/JAP) seluas

100 ha di Provinsi NTT (Kabupaten Sumba Barat Daya).

e. Pengendalian OPT karet (penyakit Jamur Akar Putih/JAP) seluas 400 ha

di Provinsi Jambi (Kabupaten Tebo) dan Provinsi Sumatera Selatan

(Kabupaten Musi Rawas).

3. Metode pengendalian OPT tanaman tahunan dan penyegar yang telah

disosialisasikan dan dilakukan oleh petani, yaitu : pengendalian OPT kakao

dengan sarungisasi buah dan pemangkasan, pengendalian OPT kopi

dengan cara pemasangan perangkap (atraktan), pengendalian OPT kelapa

dengan cara pemasangan feromon, pengendalian OPT jambu mete dan

karet dengan pemupukan, penggunaan APH dan fungisida.

4. Pelaksanaan kegiatan gerakan pengendalian OPT tanaman tahunan dan

penyegar di beberapa daerah mengalami keterlambatan yang disebabkan

oleh perubahan SKPD/struktur organisasi baru di daerah, terlambatnya

pengadaan bahan pengendalian, perubahan/pergantian pejabat pelaksana

kegiatan di provinsi dan adanya bencana alam.

5. Untuk mengetahui keberhasilan atau efektifitas pengendalian OPT yang

dilakukan petani, telah dilakukan pengamatan oleh petugas lapangan

bersama petani peserta pengendalian.

6. Petugas lapangan telah dibina untuk terus melakukan bimbingan kepada

petani peserta pengendalian dana Tugas Pembantuan (TP) sehingga

petani dapat melanjutkan kegiatan pengendalian OPT tanaman tahunan

dan penyegar dengan sistem PHT secara swadaya.

7. Informasi dan rekomendasi teknologi pengendalian OPT yang diperoleh

dari hasil konsultasi sebagai berikut :

Page 30: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

22

a. Balittro telah mengembangkan pestisida nabati berbahan aktif minyak

serai, jarak dan cengkeh untuk mengendalikan penyakit akar pada

tanaman jambu mete, cengkeh dan kakao serta penyakit busuk pangkal

batang lada. Aplikasi pestisida nabati tersebut dengan cara disiramkan

di sekitar pangkal batang dengan dosis 3 ml/l air untuk tanaman muda

dan 5 ml/l air untuk tanaman tua.

b. Untuk mengendalikan serangan penyakit gugur daun karet Fusicoccum

sp., Pusat Penelitian Karet - Bogor telah melakukan penelitian sejak

bulan November 2017 dan merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

Aplikasi fungisida berbahan aktif thiophanate methyl pada daun-daun

yang rontok di atas permukaan tanah untuk mengendalikan spora

Fusicoccum sp.

Aplikasi fungisida berbahan aktif propikonazol pada tajuk tanaman

sebanyak tiga kali dengan interval satu minggu.

Melakukan pemupukan sesuai dosis rekomendasi.

c. Berdasarkan hasil konsultasi dengan taxonomis di Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan Bogor Jawa Barat diperoleh informasi

terkait perubahan status Helopeltis antonii, kepik penghisap pada kakao,

teh dan jambu mete yang sebelumnya sebagai OPT menjadi OPT

Karantina Golongan A2. Hal ini karena sebaran Helopeltis antonii hanya

di Sumatera. Helopeltis yang selama ini dianggap sebagai Helopeltis

antonii ternyata berdasarkan hasil identifikasi (penelitian) adalah

Helopeltis bradyii. Pada Helopeltis antonii terdapat spot-spot di

penampilan abdomen berupa band berwarna putih. Sedangkan pada

Helopeltis bradyii tidak terdapat band tersebut.

d. Berdasarkan hasil konsultasi dengan Kepala Bidang Penelitian dan

beberapa Peneliti di Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bandung

Jawa Barat diperoleh informasi sebagai berikut :

1) Cara pengendalian hama Empoasca, yang dianjurkan antara lain:

Penanaman benih sehat (vigor, bernas)

Sanitasi kebun yang baik (drainase, gulma dan kanopi)

Page 31: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

23

Penetapan pola tanam (klon dan siklus petik)

Penanaman intercrop (tanaman repellen/penolak)

Pelestarian musuh alami

Serangga parasitoid yang merupakan musuh alami Empoasca

antara lain Anagrus atomus, Anagrus flaveolus, Anagrus

frequens. Musuh alami lainnya yaitu jamur patogen serangga

seperti Paecilomyces sp., Synnematium sp., dan Beauveria

bassiana dinilai efektif menekan populasi hama Empoasca

selama masa pengelolaan.

Aplikasi insektisida yang sudah terdaftar (Dalam konsep PHT,

penggunaan insektisida sintetik dimungkinkan jika dan hanya jika

kondisi telah memaksa untuk dilakukan aksi aplikasi insektisida).

Aplikasi pestisida nabati berbahan aktif azadirachtin.

2) Terkait Issue Antraquinon pada produk teh Indonesia timbul karena

adanya perbedaan sudut pandang. Menurut Eropa kandungan

Antraquinon pada daun teh merupakan residu dari penggunaan

pestisida, sedangkan menurut pakar di Indonesia Antraquinon

merupakan kontaminan yang timbul dari proses pengolahan teh,

selain antraquinon itu sendiri merupakan bahan yang tersedia di

alam yaitu pada tanaman teh itu sendiri dan pada tanah disekitar

tanaman teh. Saat ini diketahui ada 2 jenis bakteri dalam tanah yang

bisa merubah suatu zat menjadi Antraquinon, sehingga keberadaan

Antraquinon pada teh tidak dapat dianggap sebagai residu dari

pestisida.

3) Terkait issue efek penggunaan Glifosat untuk mengendalikan

gulma, saat ini petani teh masih banyak menggunakan herbisida

untuk pengendalian gulma dibandingkan pengendalian secara

mekanis dan aplikasi glifosat merupakan pengendalian gulma yang

banyak digunakan. Glifosat merupakan herbisida golongan

spektrum luas untuk gulma berdaun kecil dan lebar sehingga efek

yang ditimbulkan adalah resistensi. Hal ini yang menyebabkan

penolakan terhadap teh produk Indonesia. Pertumbuhan gulma yang

Page 32: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

24

tidak terkendali akan mengurangi penyerapan hara. Sedangkan

pengendalian secara manual membutuhkan biaya yang sangat

besar. Yaitu 1 ha 25 HOK, dimana 1 HOK selama 5 jam kerja adalah

Rp 45.000. Solusi yang digunakan dengan aplikasi herbisida nabati

(ekstrak dari lantana camara/saliara/tembelekan). Saat ini telah

diproduksi herbisida nabati oleh PPTK Gambung dengan merk

dagang Biolanta (ekstrak lantana camara) yang mempunyai efek

herbisida pre energent, dengan dosis 2 liter/ha, diaplikasikasikan 3

hari setelah pengendalian mekanis. Harga Biolanta Rp.

225.000/liter.

D. PENGAWALAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH

1. Tujuan

a. Melakukan pengawalan dan pembinaan serta monev penerapan PHT

Tanaman Semusim dan Rempah kepada petugas sehingga persiapan

dan pelaksanaan sesuai dengan pedoman teknis, serta melakukan

bimbingan kepada petani sehingga petani melakukan PHT Tanaman

Semusim dan Rempah dengan baik,

b. Melakukan konsultasi teknologi PHT Tanaman Semusim dan Rempah

sehingga diperoleh teknologi terkini PHT Tanaman Semusim dan

Rempah,

c. Membantu/mendorong petani untuk menerapkan PHT dikebunnya

sehingga dapat dilakukan secara mandiri dan berkelanjutan dan,

d. Memberdayakan petani untuk memproduksi bahan pengendali OPT

secara mandiri.

2. Sasaran

a. Terkawal dan terbinanya Penerapan PHT Tanaman Semusim dan

Rempah,

b. Termonitor dan terevaluasinya persiapan/pelaksanaan/hasil pelaksanaan

penerapan PHT Tanaman Semusim dan Rempah,

Page 33: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

25

c. Terlaksananya konsultasi permasalahan teknis penanganan OPT

Tanaman Semusim dan Rempah di Puslit/Balit/Perti/ Instansi terkait.

3. Ruang Lingkup Kegiatan

a. Calon petani penerapan PHT adalah petani perkebunan rakyat yang

tergabung dalam kelompok tani dan menangani komoditas yang sama,

areal yang relatif hamparan dan berada pada sentra serangan OPT,

b. Tahapan kegiatan penerapan PHT meliputi: survey dan penetapan

CP/CL, sosialisasi, pelaksanaan, pembinaan, monev dan pelaporan.

4. Hasil

a. Pengawalan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Tanaman

Semusim dan Rempah dilakukan dengan cara koordinasi dengan Dinas

yang membidangi perkebunan dan kunjungan langsung di 12 provinsi/13

kabupaten lokasi pelaksanaan kegiatan.

b. Penetapan CP/CL dilakukan oleh Kepala Dinas Provinsi yang

membidangi perkebunan (TP provinsi).

c. Dinas Provinsi/Kabupaten pelaksana Penerapan PHT telah menetapkan

Tim Pelaksana, Petugas lapang dan menyusun rencana kerja dan jadwal

pelaksanaan Penerapan PHT.

d. Petunjuk Pelaksanaan Penerapan PHT dibuat oleh Dinas Provinsi yang

membidangi perkebunan dan sudah melibatkan petugas kabupaten

dalam pelaksanaan Penerapan PHT.

e. Semua provinsi/kabupaten telah melakukan pertemuan Penerapan PHT

sebanyak 8 kali pertemuan dengan interval 7 (tujuh) hari sekali, dengan

uraian pelaksanaan pertemuan sudah sesuai dengan Pedoman Teknis

Penerapan PHT.

f. Pada umumnya setelah mengikuti kegiatan PPHT, petani setuju dengan

kegiatan PPHT sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan PHT di tingkat petani. Petani berubah sikap dari pasif,

biasa-biasa saja bahkan acuh tak acuh pada awal pelaksanaan PPHT

kemudian setelah beberapa kali pertemuan petani sudah berani

mengemukakan pengalaman dan pendapat pada setiap diskusi.

Page 34: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

26

g. Perubahan tidak hanya terjadi pada petaninya, tetapi terjadi juga pada

tanaman yang diperlakukan. Pada tanaman cengkeh, lada dan pala yang

telah diperlakukan penerapan PHT menunjukkan gejala visual antara

lain adalah muncul tunas daun baru. Perbedaan antara tunas daun yang

tumbuh memang pada waktunya dengan tunas daun baru pada tanaman

yang diperlakukan penerapan PHT adalah apabila pada tanaman yang

diterapkan PHT maka tunas baru akan tumbuh serempak pada seluruh

bagian ranting tanaman, baik yang telah ada daun tua sebelumnya

maupun pada ranting yang telah rontok semua daunnya. Sedangkan

tunas baru yang tumbuh karena memang waktunya tumbuh adalah tunas

daun baru hanya tumbuh pada ranting yang telah ada daun tuanya saja.

h. Daun-daun yang masih ada pada tanaman cengkeh tidak bertambah

rontok pada tanaman yang diterapkan PHT. Sedangkan pada tanaman

kontrol, daun cengkeh yang telah ada sebelumnya tetap terjadi

kerontokan secara terus menerus dan berwarna hijau pekat, mengkilap

serta lebih tebal.

i. Sedangkan pada akar yang telah diaplikasi menggunakan infus akar

beberapa provinsi juga kelihatan adanya/munculnya akar baru. Hal ini

disarankan agar tetap dilakukan pengendalian secara infus akar dan

batang dengan memadukan MS APH Tricoderma, Beauveria dan

Pseudomonas yang telah dibuat dan apabila sudah memasuki musim

penghujan pupuk bokhasi yang telah dibuat agar segera diaplikasikan.

Dengan demikian kondisi tanaman diharapkan akan segar kembali.

5. Realisasi Fisik dan Keuangan

Kegiatan Pengawalan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Tanaman

Semusim dan Rempah telah dilaksanakan dengan realisasi fisik sebesar

100% dan realisasi keuangan sebesar 98,62% (Rp 62.119.132,-) dari target

sebesar Rp 265.800.000,-.

E. PENGAWALAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

1. Tujuan kegiatan

Page 35: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

27

a. Melakukan pengawalan persiapan/pelaksanaan/hasil penerapan PHT

Tanaman Tahunan dan Penyegar kepada petugas sehingga persiapan

dan pelaksanaan sesuai dengan pedoman teknis, serta melakukan

bimbingan kepada petani sehingga petani melakukan PHT Tanaman

Tahunan dan Penyegar dengan baik;

b. Melakukan konsultasi teknologi PHT Tanaman Tahunan dan Penyegar

sehingga diperoleh teknologi terkini PHT Tanaman Tahunan dan

Penyegar.

2. Sasaran kegiatan

a. Terkawalnya persiapan/pelaksanaan/hasil pelaksanaan penerapan PHT

Tanaman Tahunan dan Penyegar;

b. Terlaksananya konsultasi permasalahan teknis penanganan OPT

Tanaman Tahunan dan Penyegar di Puslit/Balit/ Perti/ Instansi terkait;

3. Ruang lingkup

Kegiatan Pengawalan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Tanaman Tahunan dan Penyegar terdiri dari 2 (dua) sub kegiatan yaitu :

a. Pengawalan persiapan/pelaksanaan/hasil penerapan Pengendalian

Hama Terpadu (PHT) Tanaman Tahunan dan Penyegar di daerah yang

mendapat alokasi dana APBN (TP) tahun 2018;

b. Konsultasi dengan Puslit/Balit/Perti/Instansi terkait.

4. Pelaksanaan Kegiatan Pengawalan

Kegiatan Penerapan PHT Tanaman Tahunan dan Penyegar dilaksanakan

melalui:

a. Pengawalan Kegiatan Penerapan PHT Tanaman Tahunan dan Penyegar

Kegiatan pengawalan penerapan PHT tanaman tahunan dan penyegar

dilakukan dengan kunjungan lapang, wawancara dengan petugas dan

petani/kelompok tani dengan menggunakan kuesioner, atau melalui telepon

dan e-mail.

Kegiatan pengawalan melalui kunjungan lapang dilaksanakan di 8 provinsi

meliputi : Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Nusa Tenggara

Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo.

Page 36: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

28

Lokasi pelaksanaan pengawalan penerapan PHT tanaman tahunan dan

penyegar tahun 2018, yaitu :

Penerapan PHT tanaman kakao (hama Penggerek Buah Kakao/PBK)

di Provinsi : D.I. Yogyakarta (Kabupaten Gunung Kidul; 50ha), Sulawesi

Tengah (Kabupaten Sigi; 200ha), Sulawesi Selatan (Kabupaten Luwu

Utara; 100ha), Sulawesi Tenggara (Kolaka Timur;150ha) dan Gorontalo

(Kabupaten Boalemo; 50ha).

Penerapan PHT tanaman kopi (hama Penggerek Buah Kopi/PBKo)

di Provinsi : Aceh (Kabupaten Bener Meriah;100ha), Jawa Barat

(Kabupaten Garut; 100ha), Jawa Tengah (Kabupaten Temanggung;

100ha), NTT (Kabupaten Manggarai Timur;100ha) dan Sulawesi Selatan

(Kabupaten Toraja Utara;100ha)

Dokumen pengawalan penerapan PHT tanaman tahunan dan penyegar

tahun 2018 sebanyak 14 dokumen dalam bentuk laporan perjalanan dinas

dan surat pembinaan.

Pelaksanaan Pengawalan Penerapan PHT Tanaman Tahunan dan

Penyegar tahun 2018 dilaksanakan melalui :

a) Persiapan pengawalan kegiatan penerapan PHT Tanaman Tahunan dan

penyegar

1) Penyusunan Bahan Pengawalan dan Pembinaan : bahan pengawalan

pelaksanaan kegiatan pengendalian OPT yaitu POK kegiatan, pedoman

teknis kegiatan, buku pedoman, serta kuesioner untuk setiap kegiatan

penerapan PHT tanaman tahunan (Pengendalian hama penggerek buah

kopi (Hypothenemus hampei) pada tanaman kopi dan Pengendalian

hama penggerak buah kakao (Conopomorpha cramerella) pada tanaman

kakao).

2) Koordinasi dengan Dinas yang Membidangi Perkebunan di Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Koordinasi dilakukan dengan Dinas yang membidangi perkebunan di

provinsi dan kabupaten/kota yang memperoleh kegiatan penerapan PHT

melalui telepon/e-mail/Whatsapp untuk menyesuaikan rencana

pelaksanaan pengawalan dengan pelaksanaan kegiatan di daerah.

Page 37: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

29

b) Pelaksanaan Pengawalan Penerapan PHT Tanaman Tahunan dan

Penyegar

Lokasi pengawalan yaitu:

No Provinsi No Kabupaten OPT

Komoditi Kakao

1 D.I. Yogyakarta 1 Gunungkidul

PBK (Conopomorpha

Cramerella)

2 Sulawesi Selatan 2 Luwu Utara

3 Gorontalo 3 Boalemo

4 Sulawesi Tenggara 4 Kolaka Timur

5 Sulawesi Tengah 5 Sigi

Komoditi Kopi

1 Aceh 1 Bener Meriah

PBKo (Hypothenemus

hampei)

2 Jawa Barat 2 Garut

3 Jawa Tengah 3 Temanggung

4 NTT 4 Manggarai Timur

5 Sulawesi Selatan 5 Luwu Utara

c) Hasil pengawalan persiapan Penerapan PHT Tanaman Tahunan dan

Penyegar di daerah

Dilaksanakan melalui pengawalan terhadap :

1) SK Tim Pelaksana Kegiatan

2) Penetapan CP/CL Kegiatan Penerapan PHT Tanaman Tahunan dan

Penyegar

3) Penyusunan Juklak dan Juknis

4) Sosialisasi

5) Penyediaan bahan dan alat kegiatan penerapan PHT tanaman tahunan

dan penyegar

6) Pelaksanaan kegiatan, metode/teknologi yang diterapkan,

perkembangan kegiatan dan laporan hasil pelaksanaan kegiatan

Penerapan PHT Tanaman Tahunan dan Penyegar, meliputi:

Pertemuan dilakukan sebanyak 8 kali (sosialisasi, pertemuan, field

day) dengan interval satu minggu. Sosialisasi dilaksanakan oleh

pelaksana kegiatan kepada petani peserta Penerapan PHT Tanaman

Perkebunan dan pihak terkait lainnya setelah penetapan Calon

Page 38: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

30

Petani/Calon Lokasi di lokasi kegiatan. Fieldday dilaksanakan di

pertemuan terakhir dengan mengundang petani di sekitar lokasi

kegiatan.

Teknologi yang diterapkan untuk pengendalian hama PBK pada

kakao adalah dengan cara PHT, yaitu: Panen sering, Pemangkasan,

sanitasi, sarungisasi, Aplikasi APH/MS APH dan pemupukan.

Teknologi yang diterapkan untuk pengendalian hama PBKo pada

kopi adalah dengan cara PHT yaitu: Pemasangan sarungisasi buah

kakao, pada buah yang berukuran kurang lebih 8 cm,

Pembuatan/perbanyakan APH padat, pembuatan bokasi padat,

Aplikasi APH jenis, melakukan panen sering, pemupukan dan

melaksanakan pangkasan wiwilan, ranting dan cabang yang kurang

produktif serta pangkasan atas.

b. Konsultasi Ke Puslit, Balit, Perti atau Instansi Terkait

a) Konsultasi ke Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar

(BALITTRI)

Konsultasi dilaksanakan dengan Dr. Ir. Samsudin, M.Si., Ir. Gusti

Indriyati, M.Si. dan Khaerati, SP., M.Si. (peneliti) dalam rangka

mendapatkan informasi terkait dengan teknologi pengendalian OPT pada

tanaman tahunan dan penyegar di Balittri, Sukabumi, terkait teknologi

pengendalian Jamur Akar Putih (JAP) yang banyak dikembangkan di

Balittri adalah melalui pemanfaatan Trichoderma sp., Metabolit sekunder

Trichoderma spp. dan teknologi pengendalian lainnya.

b) Konsultasi ke Institut Pertanian Bogor (IPB)

Konsultasi dilaksanakan dengan Prof. Dr. Ir. Meity Suradji Sinaga, M.Sc.

dalam rangka mendapatkan informasi terkait dengan pengamatan dan

pengendalian penyakit pada tanaman kelapa sawit di laboratorium

mikologi, Departemen Proteksi, Fakultas Pertanian IPB, terkait teknologi

pengendalian Gejala penyakit busuk pangkal batang pada sawit.

5. Realisasi fisik dan keuangan

Page 39: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

31

Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini bersumber dari dana

APBN yang dialokasikan pada Satuan Kerja Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun Anggaran 2018. Pagu anggaran kegiatan pengawalan penerapan

PHT tanaman tahunan dan penyegar tahun 2018 sesuai POK awal sebesar

Rp. 217.800.000 menjadi sebesar Rp. 201.800.000 sesuai POK revisi

dengan realisasi sebesar Rp. 197.733.370 (97,98%). Realisasi biaya

pengawalan penerapan PHT tanaman tahunan dan penyegar serta realisasi

konsultasi dengan Puslit/Balit/Perti/Instansi terkait seperti pada Tabel berikut

:

Tabel 3. Realisasi fisik dan Keuangan kegiatan pengawalan penerapan PHT

tanaman tahunan dan penyegar seperti pada tabel:

Komponen Kegiatan

Fisik (jumlah provinsi/Puslit/Balit/Perti/Instansi Terkait yang dikunjungi)

Keuangan (Rp. 000)

Target Realisasi % Target Realisasi %

1. Pengawalan Penerapan PHT Tanaman Tahunan dan penyegar

8 8 100 184.00

0 183.913 99,95

2. Konsultasi dengan Puslit/Balit/Perti/Instansi Terkait

2 2 100 16.000 13.820 86,38

Tabel 4. Target dan Realisasi Pengawalan Penerapan PHT Tanaman

Tahunan dan Penyegar Tahun 2018

F. PEMBINAAN DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PERANGKAT

PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

1. Tujuan dan Sasaran

Tujuan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dalam Rangka Pemberdayaan

Perangkat Perlindungan Perkebunan adalah :

a. Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada petugas perlindungan

perkebunan di daerah khususnya petugas perangkat perlindungan (LL,

KODE URAIAN TARGET REALISASI SISA

REALISASI (%)

E Pengawalan Penerapan PHT Tanaman Tahunan dan Penyegar

201.800 197.733 4.067 97,98

521211 Belanja Bahan 1.800 0 1.800 0

(KPPN.139-Jakarta V)

Rapat penyusunan dan pembahasan laporan 1.800 0 1.800 0

524111 Belanja Perjalanan Biasa 200.000 197.733 2.267 98,87

Dalam rangka pengawalan penerapan PHT tahunan dan penyegar

184.000 183.913 86.630 99,95

Konsultasidengan puslit/Balit/Perti/Instansi Terkait

16.000 13.820 2.180 86,38

(dalam Rp. 000)

Page 40: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

32

LUPH dan Brigade Proteksi Tanaman) dan agar pelaksanaan kegiatan

pemberdayaan perangkat perlindungan sesuai dengan Pedoman Teknis

b. Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada petugas pengamat OPT

agar termotivasi untuk melaksanakan pengamatan pada wilayah

kerjanya dan menghasilkan data/informasi serangan OPT yang lebih

baik.

Sasaran kegiatan Pembinaan Dalam Rangka Pemberdayaan Perangkat

Perlindungan Perkebunan adalah terbinanya perangkat perlindungan agar

dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan pedoman teknis.

2. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan dilaksanakan

pada provinsi yang mendapat alokasi APBN tahun anggaran 2018.

3. Hasil

a. Laporan hasil pengamatan OPT penting tanaman perkebunan yang

disampaikan ke Direktorat Perlindungan Perkebunan mencakup OPT

penting pada 15 komoditas yaitu : Kelapa, Karet, Kelapa Sawit, Jambu

Mete, Kakao, Kopi, Lada, Cengkeh, Pala, Tebu, Teh, Kapas, Nilam, Vanili

dan Tembakau serta terbatas pada daerah serangan endemis

b. OPT yang banyak menyerang komoditi perkebunan pada tahun 2018 antara

lain:

1) OPT kelapa: hama kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros), belalang

pedang (Sexava nubila) dan kumbang bibit (Brontispa longissima);

2) OPT karet: penyakit JAP (Rigidoporus lignosus), penyakit GDK

(Corynespora cassiicola) dan penyakit bidang sadap (Colletotrichum

gloeosporioides);

3) OPT kelapa sawit: ulat api (Setora nitens), babi hutan (Sus scrofa

vittatus), tikus (Rattus rattus diardii) dan penyakit busuk pangkal batang

(Ganoderma boninense.);

4) OPT jambu mete: hama penghisap daun dan buah (Helopeltis sp.), ulat

kipat (Cricula sp.) dan penyakit JAP (Rigidoporus lignosus);

Page 41: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

33

5) OPT kakao: penggerek buah kakao/PBK (Conopomorpha cramerella),

Busuk Buah Kakao (BBK) dan Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD);

6) OPT kopi: penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei), penyakit karat

daun (Hemileia vastatrix) dan Penggerek Batang (Zeuzera sp.);

7) OPT lada: penyakit busuk pangkal batang (Phytophthora capsici),

penggerek buah lada (Dasynus piperis.) dan penggerek batang lada

(Lophobaris piperis);

8) OPT cengkeh: BPKC, penggerek batang, cacar daun, Gloeosporium sp.,

dan JAP;

9) OPT Teh: Helopeltis sp. , Cacar Daun, dan Empoasca sp.

10) OPT tebu penggerek batang (Chilo sp.); penggerek pucuk (Scirpophaga

sp.) dan penyakit luka api yang disebabkan oleh jamur Ustilago

scitaminea ; pada kapas penggerek buah (Helicoverpa armigera),

Pectinophora gossypiella, ulat grayak/ulat tentara (Spodoptera litura).

11) OPT Kapas: Heliotis sp, Sundapteryx sp. dan Aphis sp.

12) OPT Nilam: Ulat daun, Budok, Belalang, Aphis, dan Kutu putih;

13) OPT Tembakau: Lanas, Spodoptera sp. Mycus persicae dan TMV;

14) OPT Vanili: Busuk batang Fusarium sp.

15) OPT Pala: Penggerek Batang, Kanker Batang, Gugur Buah, Busuk

buah, dan Jamur Akar.

c. Sampai dengan akhir periode pelaporan hasil pengamatan OPT tahun 2018

masih terdapat provinsi yang belum lengkap mengirimkan laporan, selain

itu juga masih terdapat provinsi yang mengirimkan laporan hasil

pengamatan OPT tidak tepat waktu. Terkait hal tersebut, telah dilakukan

pembinaan melalui pengiriman surat Direktur Perlindungan Perkebunan.

d. Pemberian insentif kepada petugas perlindungan pengamat hama dan

penyakit/POPT bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengamatan dan

pelaporan yang dilakukan oleh petugas, sehingga keberadaan OPT di

lapangan dapat terus terpantau dalam rangka mendukung sistem

peringatan dini sehingga terjadinya eksplosi OPT pada suatu wilayah

tertentu dapat dicegah.

Page 42: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

34

e. Pengalokasian dana untuk kegiatan pemberdayaan perangkat

perlindungan perkebunan telah berhasil mendorong perangkat

perlindungan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tupoksinya

masing-masing dan mulai memberikan kontribusi dalam pelaksanaan

kegiatan pengendalian diantaranya menghasilkan APH untuk pengendalian

OPT spesifik lokasi.

f. Untuk pengoptimalan dan pemberdayaan SDM Perlindungan, maka

disarankan: perlu rekruitmen dan penempatan kembali tenaga yang berlatar

belakang Perlindungan; perlu dilaksanakan pelatihan penyegaran di bidang

Perlindungan bagi petugas yang ada; pemberian insentif dan penghargaan

(reward) bagi petugas yang mempunyai kinerja dan dedikasi tinggi terhadap

perlindungan.

g. Gerakan pengendalian OPT secara swadaya oleh petani agar lebih

ditingkatkan lagi dengan difasilitasi dan distimulasi oleh pemerintah.

Masyarakat harus lebih meningkatkan kesadaran akan kesehatan kebun.

Pembinaan kepada petugas dan petani tentang pentingnya perlindungan

tanaman perlu ditingkatkan agar petani (masyarakat) mau dan mampu

mengelola kebunnya dengan baik, sehingga produksi menjadi meningkat.

h. Dalam mengalokasikan bahan pengendali OPT/pestisida kimia (fungisida,

insektisida, herbisida, rodentisida, dll) pada BPT harus dirinci berdasarkan

data hasil monitoring serangan OPT. Pestisida hanya dapat digunakan

pada kondisi serangan OPT yang bersifat eksplosi atau pada sumber-

sumber serangan OPT yang dilaporkan sangat cepat berkembang dan

merugikan. Pestisida kimia sekaligus merupakan buffer stock dalam

memenuhi standar pelayanan minimum pemerintah dalam mengendalikan

OPT.

i. Untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan kegiatan karena

keterlambatan memperoleh informasi, setiap Provinsi disarankan agar

melakukan penelaahan dan pencermatan POK segera setelah POK dan

pedoman teknis diterima oleh setiap daerah.

j. Pemberian insentif kepada petugas perlindungan pengamat hama dan

penyakit/POPT bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengamatan dan

pelaporan yang dilakukan oleh petugas, sehingga keberadaan OPT di

Page 43: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

35

lapangan dapat terus terpantau dalam rangka mendukung sistem

peringatan dini sehingga terjadinya eksplosi OPT pada suatu wilayah

tertentu dapat dicegah.

k. Pengalokasian dana untuk kegiatan pemberdayaan perangkat

perlindungan perkebunan telah berhasil mendorong perangkat

perlindungan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tupoksinya

masing-masing dan mulai memberikan kontribusi dalam pelaksanaan

kegiatan pengendalian diantaranya menghasilkan APH untuk pengendalian

OPT spesifik lokasi.

4. Realisasi Keuangan dan Fisik

Realisasi keuangan yaitu Rp. 456.205.394 (98,36%) dari pagu anggaran

Rp. 463.800.000, dengan realisasi fisik 100%.

G. PENGAWALAN PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN

1. Tujuan

- Melakukan identifikasi sumber dan solusi kasus GUP.

- Melakukan koordinasi / konsultasi Penanggulangan kasus GUP.

- Memfasilitasi Penanggulangan kasus GUP.

- Menghimpun kasus GUP menurut jenisnya (GUP lahan, GUP non lahan).

2. Sasaran

Terwujudnya Penanggulangan kasus GUP di tingkat nasional.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan Identifikasi Inventarisasi, Monitoring dan Evaluasi,

serta Fasilitasi Penanggulangan Kasus GUP, yaitu :

a. Pengawalan, identifikasi, inventarisasi, dan monev kasus gangguan

usaha Perkebunan;

- Identifikasi : Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan

informasi terkait kasus GUP yang terjadi di daerah antara lain : legalitas,

Page 44: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

36

kronologis permasalahan, upaya Penanggulangan kasus GUP yang

telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

- Inventarisasi : Kegiatan ini dilakukan dengan mencatat dan

mengelompokkan kasus GUP berdasarkan jenisnya yang telah

diidentifikasi (GUP lahan, GUP non lahan, dan GUP kehutanan).

- Monitoring dan evaluasi : Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan

monitoring dan evaluasi penanggulangan kasus GUP. Kegiatan ini

bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan kendala yang dihadapi

dalam penanggulangan GUP.

b. Fasilitasi penanganan gangguan usaha perkebunan

Merupakan proses penanganan kasus GUP dengan cara

memberdayakan dan bekerjasama dengan seluruh instansi yang terkait

baik di pusat maupun daerah agar suatu kasus GUP dapat tertangani.

Bentuknya dapat berupa kunjungan lapangan, menghadiri rapat bedah

kasus, dll.

c. Rapat Fasilitasi Bedah Kasus

Melakukan rapat/pertemuan yang mengikutsertakan pihak-pihak yang

terkait kasus GUP seperti Pemprov/Pemkab/Pemkot, perusahaan

perkebunan, masyarakat, tokoh masyarakat, instansi terkait. Hasil

rapat/pertemuan berupa saran, pertimbangan, atau rekomendasi

penyelesaian kasus GUP dituangkan dalam bentuk rumusan, notulen,

atau berita acara yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang

dan/atau pihak-pihak yang terkait kasus GUP.

4. Hasil

a. Kegiatan Identifikasi Inventarisasi, Monitoring dan Evaluasi, serta

Fasilitasi Penanggulangan Kasus GUP, dilaksanakan dari Januari s/d

Desember 2018 di 21 Provinsi yaitu Aceh, Riau, Sumsel, NTB, Jawa

Barat, Kalbar, Bengkulu, Sulbar, Jambi, Sumbar, Banten, Jateng, Kaltim,

Kalsel, Kalteng, Sumut, Balbel, NTT, Sultra, Maluku, dan Sulteng.

Terdapat 2 provinsi yang tidak melaksanakan Pertemuan Fasilitasi

Penanggulangan GUP / Bedah Kasus yaitu Kalbar dan Banten. Faktor

penyebab kedua provinsi tersebut tidak melaksanakan kegiatan bedah

Page 45: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

37

kasus GUP antara lain : kurangnya dukungan Sumber Daya Manusia

(SDM), minimnya laporan/data GUP dari Kabupaten/Kota, kesulitan

mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa, dan kasus GUP

melibatkan banyak stakeholder sehingga sulit mengatur waktu.

b. Berdasarkan hasil inventarisasi kasus GUP yang dilakukan oleh petugas

yang menangani bidang GUP di Provinsi diperoleh hasil bahwa pada

mayoritas aduan/kasus GUP yang masuk ke Dinas adalah kasus lahan

seperti okupasi lahan, tumpang tindih lahan masyarakat dengan

perusahaan perkebunan, tuntutan ganti rugi lahan, dan sengketa lahan.

Sedangkan kasus non lahan yang ditangani oleh Dinas antara lain

masalah tuntutan pembangunan kebun 20%, kemitraan, pencurian hasil

panen, usaha perkebunan belum ada izin, dll.

c. Dari hasil inventarisasi GUP dimaksud yang dilakukan petugas

menangani bidang GUP di Provinsi, sampai dengan akhir tahun 2017

diperoleh data/informasi GUP lahan sebanyak 492 kasus, sedangkan

kasus non lahan sebanyak 250 kasus. Sehingga total kasus GUP pada

tahun 2017 sebanyak 742 kasus.

5. Realiasasi Keuangan dan Fisik

Pagu Kegiatan Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi DPI dan Perhitungan

Penurunan emisi adalah sebesar Rp. 257.800.000 dan realisasi keuangan

sebesar Rp. 208.546.965 (80,89%) dan realisasi fisiknya 100%.

H. PENGAWALAN PENANGANAN KEBAKARAN LAHAN PERKEBUNAN

1. Tujuan

a. Melakukan pengawalan kegiatan pemantauan dan pengendalian

kebakaran lahan perkebunan dan operasional brigade pengendalian

kebakaran lahan dan kebun.

b. Melakukan pengawalan, pembinaan dan monev demplot pembukaan

lahan tanpa bakar

Page 46: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

38

c. Melakukan pemantauan hotspot/kebakaran lahan dan kebun bersama

dengan dinas terkait dalam rangka penanganan kebakaran secara dini.

d. Melakukan inventarisasi Sistem, sarana dan prasarana pengendalian

kebakaran lahan perkebunan.

e. Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan instansi terkait/ Balai

Besar/Puslit/Balit/Perti dalam rangka upaya pencegahan dan

pengendalian kebakaran lahan dan kebun

2. Sasaran

a. Terlaksananya pengawalan kegiatan pemantauan dan pengendalian

kebakaran lahan perkebunan dan operasional brigade pengendalian

kebakaran lahan dan kebun.

b. Terlaksananya pengawalan, pembinaan dan monev demplot pembukaan

lahan tanpa bakar.

c. Terlaksananya pemantauan hotspot serta kebakaran lahan dan kebun

dengan Dinas Perkebunan dan instansi terkait.

d. Inventarisasi Sistem, sarana dan prasarana pengendalian kebakaran

lahan perkebunan.

e. Konsultasi dan koordinasi dengan instansi terkait/Balai

Besar/Puslit/Balit/Perti dalam rangka upaya pencegahan dan

pengendalian kebakaran lahan perkebun.

3. Ruang Lingkup

Pengawalan pemantauan kebakaran lahan perkebunan meliputi:

pengawalan kegiatan pemantauan dan pengendalian kebakaran lahan

perkebunan serta operasional brigade pengendalian kebakaran lahan dan

kebun; pengawalan pembinaan dan monev demplot pembukaan lahan tanpa

membakar, pemantauan hotspot serta kebakaran lahan dan kebun;

Inventarisasi Sistem, sarana dan prasarana pengendalian kebakaran lahan

perkebunan; Konsultasi dan koordinasi dengan instansi terkait/Balai

Besar/Puslit/Balit/Perti.

4. Hasil

Page 47: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

39

a. Kegiatan pengawalan, pembinaan dan monev demplot pembukaan lahan

tanpa bakar dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember

2018 di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah

b. Kegiatan pengawalan pemantauan kebakaran dan operasional brigade

dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2018 di

Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan

Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah serta Provinsi lain

yang rawan kebakaran.

c. Kegiatan konsultasi dan koordinasi dilaksanakan pada Bulan Januari

sampai dengan Oktober 2018 dengan instansi terkait/Balai

Besar/Puslit/Balit/Perti dan instansi terkait lainnya. Konsultasi dilakukan

di Institut Pertanian Bogor (IPB) tepatnya di Fakultas Kehutanan dan

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat).

5. Realiasasi Keuangan dan Fisik

Pagu Kegiatan Pengawalan Penanganan Kebakaran Lahan Perkebunan

adalah sebesar Rp. 425.800.000 dan realisasi keuangan sebesar Rp.

303.470.863 (71,27%) dan realisasi fisiknya 100%.

I. PENGAWALAN MITIGASI DAN ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

SERTA PERHITUNGAN PERKEBUNAN RENDAH EMISI

1. Tujuan

Melaksanakan pengawalan kegiatan mitigasi dan adaptasi dampak

perubahan iklim serta kegiatan pemantauan perhitungan rendah emisi

dan/atau muka air tanah di lahan gambut tanaman perkebunan.

2. Sasaran

Terkawalnya kegiatan mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim serta

kegiatan pemantauan perhitungan rendah emisi dan/atau muka air tanah di

lahan gambut tanaman perkebunan.

3. Ruang Lingkup

Page 48: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

40

Kegiatan mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim dilaksanakan di 7

(tujuh) Provinsi (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Bali, sedangkan kegiatan

penghitungan penurunan emisi gas rumah kaca dilaksanakan di 6 (enam)

Provinsi (Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan). Kegiatan pemantauan tinggi muka

air tanah pada lahan gambut dilaksanakan di Provinsi yang terdapat

Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG).

4. Hasil

a. Kegiatan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Tahun 2018

dilaksanakan di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI.

Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan Penghitungan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada

Perkebunan Kopi Rakyat dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah, Bali,

Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

b. Berdasarkan hasil pengamatan pada demplot mitigasi dan adaptasi

dampak perubahan iklim di 7 Provinsi diperoleh hasil bahwa pada kondisi

kemarau dengan air yang terbatas tetap terjadi penambahan jumlah

daun muda (flush) dan diameter batang tanaman, sedangkan untuk

kondisi tanahnya yang semula padat menjadi lebih gembur karena

dilakukan konservasi tanah dengan menggunakan rorak dan istana

cacing.

c. Dalam kegiatan Penerapan Perkebunan Rendah Emisi Karbon telah

dilakukan Penghitungan Penurunan Emisi Karbon, berikut adalah tabel

hasil penghitungan penurunan emisi karbon di tiap Provinsi.

No Provinsi Netto Penurunan CO2-e ton

1. Jawa Tengah 30,6

2. Bali 126,321

3. Nusa Tenggara Barat 288

4. Nusa Tenggara Timur 105,16

5. Sulawesi Utara 111,21

6. Sulawesi Selatan 98,33

5. Realiasasi Keuangan dan Fisik

Page 49: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

41

Pagu Kegiatan Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi DPI dan Perhitungan

Penurunan emisi adalah sebesar Rp. 427.400.000 dan realisasi keuangan

sebesar Rp. 370.834.208 (76,70%) dan realisasi fisiknya 100%.

J. PENGAWALAN DALAM RANGKA PEMBINAAN DAN SERTIFIKASI DESA

PERTANIAN ORGANIK BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN

1. Tujuan

Tujuan kegiatan Pengawalan Dalam Rangka Pembinaan dan Sertifikasi

Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditi Perkebunan adalah:

a. Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada petugas Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota dan petani/kelompok tani tentang tujuan dan

sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan pembinaan dan

sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan.

b. Melakukan sosialisasi kepada petugas Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota

tentang komponen kegiatan, cara pelaksanaan kegiatan pembinaan dan

sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan.

2. Sasaran

Sasaran kegiatan Pengawalan Dalam Rangka Pembinaan dan Sertifikasi

Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditi Perkebunan adalah 23 provinsi.

3. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan Pengawalan Dalam Rangka Pembinaan dan Sertifikasi Desa

Pertanian Organik Berbasis Komoditi Perkebunan dilaksanakan pada

provinsi yang mendapat alokasi APBN tahun anggaran 2018.

4. Hasil

Berdasarkan hasil Kegiatan pembinaan dan pengawalan serta sosialisasi

kegiatan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Petani di masing-masing kelompok tani/gapoktan sudah

mengembangkan kegiatan budidaya perkebunan yang ramah lingkungan

dengan pola pemenuhan input usaha tani secara mandiri berbasis

kepada potensi agroekosistem dan keanekaragaman hayati serta

Page 50: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

42

keberlangsungan kegiatan budidaya yang berkesinambungan dan

ramah lingkungan sekaligus menghasilkan komoditas perkebunan

yang aman dikonsumsi dengan memanfatkan alat dan bahan yang

sudah diberikan kepada masing-masing kelompok tani.

b. Kegiatan Pengembangan Desa Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan Tahun 2018 berjalan dengan baik. Luasan lahan organik,

produktivitas komoditi perkebunan, jumlah ternak ruminansia besar dan

kecil, produksi pupuk kompos, APH, dan MOL mengalami peningkatan

yang cukup signifikan.

a) Jumlah ternak ruminansia besar, meningkat dari sebelumnya pada

tahun 2016 sebanyak 376 ekor berkembang menjadi 509 ekor,

sedangkan untuk ernak ruminansia kecil, jumlah populasi awal

sebanyak 1640 ekor, saat ini berkembang menjadi 2.817 ekor.

b) Luas lahan organik meningkat dari 4.826,4 ha menjadi 5.651,4 ha.

Produktivitas komoditas perkebunan organik meningkat dari 166,21

ton/ha menjadi 173,36 ton/ha.

c) produksi pupuk kompos/APH/MOL per bulan rata-rata sebesar 215,27

ton untuk pupuk kompos padat, 2.900 Liter untuk pupuk kompos cair,

4.062 Liter untuk APH, dan 2.303 Liter untuk MOL.

c. Kegiatan pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas

perkebunan tidak hanya berorientasi untuk memperoleh sertifikat organik,

tetapi petani mendapatkan nilai lebih dari pelaksanaannya, baik dari

perolehan harga premium produk yang dihasilkan, pengembangan ternak,

produksi APH/pestisida nabati/MOL dan kesehatan lingkungan.

d. Jumlah kelompok tani yang telah mendapatkan sertifikat organik sampai

dengan tahun 2018 adalah sebanyak 31 kelompok, dengan sertifikat

organik yang diperoleh yaitu organik SNI dan organik ekspor ( EU dan

COR) serta RA/UTZ.

e. Berdasarkan penilaian terhadap integrasi, sertifikasi, kelembagaan, dan

pemasaran dengan menggunakan kriteria/kelas desa organik seperti

tertuang dalam Pedoman Umum 1000 Desa Pertanian Organik 2016, 70%

Page 51: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

43

desa organik berbasis komoditas perkebunan termasuk di dalam

kriteria/kelas A dengan nilai 325-400.

f. Secara umum, berdasarkan hasil pelatihan, pendampingan, dan pre

assessment yang dilakukan pada setiap kelompok tani, sebagian besar

kelompok tani masih perlu melakukan perbaikan terhadap temuan

ketidaksesuaian standar dan melengkapi dokumen yang kurang terutama

untuk standar organik ekspor.

g. Petani pelaksana kegiatan memberikan harapan yang besar terhadap

kegiatan pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas

perkebunan, terutama terkait dengan manfaat sertifikat organik, peluang

pasar organik, serta harga premium untuk produk perkebunan organik.

h. Pelaksanaaan kegiatan Launching Ekspor/ Penjualan Produk Organik

Petani Pelaksana Kegiatan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan antara lain memberikan beberapa manfaat yaitu:

a) Ekspose kegiatan penjualan perdana produk perkebunan organik hasil

kelompok tani pelaksana kegiatan desa organik;

b) Menjadi sarana/wahana untuk menyakinkan petani bahwa pemerintah

memiliki komitmen yang kuat untuk membantu pemasaran produk-

produk perkebunan organik, selanjutnya petani menjadi lebih

bersemangat untuk melaksanakan kegiatan perkebunan organiknya;

c) Terbangunnya komitmen antara kelompok tani pelaksana kegiatan

pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas

perkebunan dengan pengusaha/trader produk organik dalam

pemasaran produk organik perkebunan;

d) Terbangunnya komitmen pemerintah daerah setempat dalam

meningkatkan produksi/produktivitas dan mutu produk organik

perkebunan.

i. a). Launching ekpor gula serbuk kelapa organik

- Jumlah total permintaan ekspor gula serbuk kelapa organik dari KUB

Sumber Rejeki, selama tahun 2018 adalah sebanyak 10 kontainer

atau 190.000 kg. Negara tujuan ekpor gula serbuk kelapa organic

antara lain: Polandia, Yunani, United Kingdom (UK), Australia dan

Page 52: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

44

New Zealand. Gula serbuk kelapa organik untuk setiap kg nya

dihargai Rp. 28.000, sedangkan untuk gula serbuk kelapa non

organik Rp. 18.000/kg. Nilai total ekspor gula serbuk kelapa organik

KUB Sumber Rejeki, selama tahun 2018 adalah sebesar Rp.

5.320.000.000. Dari perolehan nilai ekspor tersebut dapat

disimpulkan bahwa dengan diperolehya sertifikat organik, petani

mendapatkan nilai tambah berupa harga premium.

- Jumlah gula serbuk kelapa organik yang akan diekspor pada saat

acara lauching adalah sebanyak 1 kontainer atau 19.000 kg dengan

organik tujuan Polandia. Total nilai ekpor gula serbuk kelapa organik

ke Polandia adalah Rp. 532.000.000.

b). Penjualan perdana kopi petani pelaksana kegiatan pengembangan

desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan

- Jumlah kopi yang dibeli oleh PT. Okouri Bumi Nusantara selama

bulan Oktober sampai dengan Nopember adalah sebanyak 19 ton,

berasal dari Provinsi Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,

Bali, Sumatera Selatan, Jawa Timur dan Aceh. Pada saat acara

seremonial lauching penjualan perdana kopi, jumlah kopi yang dikirim

langsung ke gudang milik PT. Okouri Bumi Nusantara adalah

sebanyak 6 ton (2 truk), merupakan kopi dari kelompok tani

pelaksana kegiatan desa pertanian organik berbasis komoditas

perkebunan Kabupaten Malang dan Pasuruan-Jawa Timur.

Sedangkan untuk kopi dari Provinsi lainnya akan dikirim langsung

oleh masing-masing petani di Provinsi bersangkutan.

- Kopi organik hasil kelompok tani pelaksana kegiatan desa pertanian

organik berbasis komoditas perkebunan ternyata diminati oleh pasar

internasional, dengan jumlah total permintaan sebanyak 153,60 ton.

Negara peminat kopi organik Indonesia antara lain Philipina,

Thailand, Italy, Saudi Arabia dan Switzerland.

j. Kegiatan pelatihan digital marketing diharapkan dapat meningkatkan SDM

petani dalam memasarkan produk perkebunan organik yang dihasilkan

melalui media elektronik, membangun komitmen antara kelompok tani

Page 53: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

45

dengan Trader/bayer dalam pemasaran produk-produk organik serta

memudahkan Kelompok tani dalam memasarkan produk yang dihasilkan.

k. Produk perkebunan organik hasil kelompok tani pelaksanaan kegiatan

pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan

dapat dilihat pada website https://market.tanihood.com/.

K. SURVEILENS PENERAPAN ISO 9001:2015

1. Tujuan dan Sasaran

Dengan diraihnya Sertifikasi SMM ISO 9001:2015 Direktorat Perlindungan

Perkebunan senantiasa melaksanakan secara komprehensif segala

persyaratan dan peraturan yang telah dan sesuai dengan Standar Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2015

Secara lengkap tujuan dari kegiatan Surveilans SMM ISO 9001 : 2015 ini

adalah untuk :

a. Memastikan sistem manajemen mutu konsisten dilaksanakan dalam

setiap aktifitas yang dilaksanakan di Direktorat Perlindungan

Perkebunan dan dalam rangka meningkatkan ruang lingkup pelayanan

Direktorat Perlindungan Perkebunan sesuai dengan standar SNI ISO

9001:2015

b. Meningkatkan pelayanan prima kepada stakeholder Perlindungan

Perkebunan melalui Sertifikasi SMM ISO 9001:2015.

c. Mengetahui dan memahami arah kebijakan strategi dan perencanaan

organisasi secara menyeluruh, meliputi : Konteks Organisasi,

Kepemimpinan, Perencanaan, Dukungan, Operasional, Evaluasi

Kinerja, Peningkatan.

d. Mengetahui dan melakukan peninjauan terhadap referensi yang

digunakan organisasi dalam menjalankan tugas pokok fungsinya.

e. Mengetahui dan memahami sistem Informasi terdokumentasi (infodok)

pada organisasi.

f. Menganalisa proses bisnis dan keterkaitan antar proses pada organisasi

sehingga menjadi satu kesatuan sistem yang berjalan sesuai dengan

Page 54: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

46

harapan SNI ISO 9001:2015, perbaikan berkelanjutan senantiasa

terjadi.

2. Ruang Lingkup

Kegiatan meliputi bimbingan teknis, pendampingan, audit internal dan

eksternal di Direktorat Perlindungan Perkebunan. Ruang lingkup kegiatan

Surveilans SMM ISO 9001 : 2015, seluruh area yang menyangkut kegiatan

Sertifikasi SNI ISO 9001:2015, yang ada di Direktorat Perlindungan

Perkebunan, Perumusan Kebijakan Pengendalian Hama Penyakit dan

Perlindungan Perkebunan.

3. Hasil

Berdasarkan dari hasil kegiatan Surveilans SMM ISO 9001:2015, secara

keseluruhan pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu di Direktorat Perlindungan

Perkebunan sudah berjalan cukup efektif, sehingga pelayanan kepada

pengguna jasa semakin ditingkatkan dan kepuasan pengguna jasa semakin

meningkat, serta perbaikan berkelanjutan yang senantiasa tercipta.

4. Realisasi Keuangan dan Fisik

Pagu anggaran kegiatan sebesar Rp. 60.800.000 telah terealisasi Rp.

54.768.000 (90,08%) dengan realisasi fisik 100%.

L. BIMBINGAN TEKNIS PENGOPERASIAN DRONE

1. Tujuan dan Sasaran

Tujuan kegiatan Bimbingan Teknis Pengoperasian Drone adalah untuk

melatih petugas perlindungan perkebunan/pengamat OPT/Brigade Proteksi

Tanaman/Brigade Pengendalian kebakaran lahan dan kebun agar dapat

mengoperasionalkan drone sebagai sarana pengamatan OPT dan

pemantauan hot spot/kebakaran lahan dan kebun.

Sasaran kegiatan Teknis Pengoperasian Drone adalah : Sasaran kegiatan

Bimingan Teknis Pengoperasian Drone adalah terlatihnya 50 orang petugas

perlindungan perkebunan dan pengoperasinalkan drone.

2. Ruang Lingkup Kegiatan

Page 55: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

47

Kegiatan Bimbingan Teknis Pengoperasian Drone diikuti oleh petugas

Direktorat Perlindungan Perkebunan/petugas pengamat OPT/Brigade

Proteksi Tanaman di 31 Provinsi dan brigade pengendalian kebakaran lahan

dan kebun di 7 provinsi.

3. Hasil Pelaksanaan

a. Bimbingan Teknis Pengoperasian Drone telah dilaksanakan di Hotel

Whiz Prime Bogor yang terdiri dari 2 angkatan yaitu angkatan I dan

angkatan II. Angkatan I dilaksanakan pada tanggal 27 – 29 Maret 2018

yang dihadiri oleh 36 orang dari Provinsi Lampung, Banten, Jawa Barat,

Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,

Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat; dari

Direktorat Perlindungan Perkebunan, Sekretariat Direktorat Jenderal

Perkebunan dan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Perkebunan (BBPPTP) Surabaya dan Ambon. Angkatan II dilaksanakan

pada tanggal 4 – 6 April 2018 yang dihadiri oleh 36 orang dari Provinsi

Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,

Kalimantan Tengah, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, Jambi, Riau, Kep. Riau, Bengkulu dan Bangka Belitung; dari

Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan

Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan dan BPTP Pontianak.

Selain peserta Bimbingan Teknis Pengoperasian Drone juga dihadiri

oleh narasumber dari Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian

Pertanian, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian

Perhubungan, PT. Byte Geo Solusi dan panitia.

b. Materi yang telah disampaikan pada kegiatan Bimtek Pengoperasian

Drone yaitu Kebijakan Perlindungan Perkebunan; Peraturan dan

Regulasi penggunaan Drone; Pengenalan Umum Pesawat Udara tanpa

Awak/Drone; Kode Etik Pengendalian Drone; Dasar Menerbangkan

Drone untuk Kegiatan Inspeksi; dan Praktek Lapangan Pengoperasian

Drone.

c. Praktek pengoperasian drone dilaksanakan di lapangan Puslitbangnak.

Dalam pelaksanaan praktek pengoperasian drone pada setiap angkatan

Page 56: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

48

peserta dibagi menjadi 3 kelompok, dipandu oleh 1 (satu ) orang

narasumber dan 3 (tiga) orang fasilitator dari PT. Byte Geo Solusi.

d. Pengetahuan peserta mengenai pengoperasian drone meningkat

setelah Bimbingan teknis yang ditunjukkan oleh hasil test sebelum dan

setelah bimbingan. Rata-rata pengetahuan peserta angkatan I sebelum

bimbingan sebesar 28,04 dan setelah bimbingan sebesar 69,47

peningkatan tersebut cukup tinggi yaitu rata-rata 147,75%, dan rata-rata

pengetahuan peserta angkatan II sebelum bimbingan sebesar 27,80 dan

setelah bimbingan sebesar 62,86. Peningkatan tersebut cukup tinggi

yaitu 126,11%.

e. Hasil test praktek pengoperasian drone menunjukkan bahwa seluruh

peserta sudah dapat menerbangkan dan mendaratkan drone di tempat

pendaratan dan di tangan; memotret dan membuat video;

menerbangkan dengan model bujur sangkar, membuat lingkaran, dan

angka delapan.

4. Realisasi Keuangan dan Fisik

Bimbingan teknis pengoperasian drone telah selesai dilaksanakan dengan

realisasi keuangan sebesar 97,24 % atau Rp. 201.036.600 dari target Rp.

206.750.000 dan fisik 100 %.

M. PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN DRAFT PERMENTAN PEDOMAN

PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN

1. Tujuan

Kegiatan Penyusunan dan Pembahasan Draft Permentan Pedoman

Penanggulangan GUP bertujuan untuk mendapatkan saran/masukan

terhadap draft Permentan tentang Pedoman Penanggulangan GUP.

2. Sasaran

Tersusunnya draft Permentan Pedoman Penanggulangan GUP.

3. Ruang Lingkup

Kegiatan Penyusunan dan Pembahasan draft Permentan Pedoman

Penanggulangan GUP dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali yaitu penyusunan

draft ke I dan draft ke II. Peserta penyusunan draft Permentan

Page 57: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

49

Penanggulangan Gangguan Usaha Perkebunan terdiri dari perwakilan K/L

terkait, Biro Hukum Kementan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Akademisi

dan Praktisi terkait dengan penanggulangan gangguan usaha perkebunan.

4. Hasil

a. Kegiatan dilaksanakan 2 (dua) kali : tanggal 2 s/d 3 Agustus 2018 dan

tanggal 20 s/d 21 September 2018 keduanya bertempat di Hotel Bogor

Valley, Bogor. Dalam pertemuan tersebut diikuti oleh peserta yang

berasal dari Biro Hukum Kementerian Pertanian, Sekretariat Ditjenbun,

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dinas yang

membidangi perkebunan di Provinsi, dan Impartial Mediator Network

(IMN).

b. Permentan ini diharapkan menjadi pedoman maupun Pemerintah

Daerah dalam penanganan permasalahan usaha perkebunan termasuk

kemitraan usaha perkebunan, serta memberikan kejelasan batasan dan

kewenangan penanganannya agar tidak tumpang tindih dengan unit

kerja lainnya bagi pemerintah pusat dan daerah.

c. Dalam pertemuan tersebut dihadirkan narasumber, yaitu :

a) Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal

Perkebunan – Kementerian Pertanian.

b) Direktur Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan –

Kementerian Pertanian.

c) Biro Hukum, Setjen – Kementan.

d) Direktur IMN.

d. Agar semua aduan GUP yang masuk tetap harus dilakukan mediasi,

baru kemudian dilakukan pengkajian apakah aduan tersebut perlu

penanganan lebih lanjut.

e. Penanganan GUP harus ada batasan sehingga nantinya Permentan

tersebut dapat digunakan sebagai rujukan di daerah.

f. Kanalisasi aduan GUP dilakukan setelah dilakukan mediasi.

Page 58: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

50

g. Mediator penanganan GUP bukan hanya petugas atau pihak ketiga yang

bersertifikat namun juga dapat petugas yang ditunjuk oleh Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota.

h. Biro Hukum, Setjen Kementan menyarankan agar format Permentan

dibuat dalam bentuk pasal per pasal.

5. Realisasi Keuangan Kegiatan Penyusunan dan Pembahasan Draft

Permentan Pedoman Penanggulangan GUP Tahun 2018 :

Realisasi

Pagu (Rp) Keuangan (Rp) % Fisik

183.950.000 167.278.000 90,94 100%

N. PEMBANGUNAN DATABASE APLIKASI SISTEM INFORMASI

PENGENDALIAN OPT DAN PERTANIAN ORGANIK BERBASIS

KOMODITAS PERTANIAN

1. Tujuan

Membangun database OPT Perkebunan dan sistem informasi pengendalian

OPT berbasis android.

2. Sasaran

Tersedianya data dan informasi pengendalian OPT tanaman perkebunan

secara lebih cepat, efektif dan efisien dan mudah diakses oleh stakeholder.

3. Ruang Lingkup

Kegiatan meliputi perencanaan sistem informasi, desain,

pengembangan/pemrograman, uji coba dan implementasi, pengoperasian

dan pemeliharaan.

4. Hasil

a. Pembangunan database OPT Perkebunan dilaksanakan bekerjasama

dengan pihak ke tiga dengan realisasi anggaran sebesar 96.10%.

b. Pembangunan database merupakan pembangunan sistem rekapitulasi

dan pelaporan data OPT perkebunan berbasis daring (online) untuk

memudahkan dan mempercepat pelaporan data serangan OPT dan

Page 59: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

51

rekapitulasi data secara nasional. Dapat diakses di laman

http://pdkp.ditjenbun.pertanian.go.id/dataopt/.

c. Pembangunan Aplikasi Sistem Informasi Pengendalian OPT (SinTa)

berbasis android merupakan bentuk penyediaan layanan informasi

pengelolaan OPT tanaman perkebunan yang mudah, cepat, dan dapat

diakses oleh seluruh stakeholder di bidang perkebunan. SinTa telah

tersedia di Google Playstore.

5. Realisasi Keuangan dan Fisik

Pagu keuangan kegiatan ini yaitu Rp. 71.800.000 telah terea;lisasi Rp.

69.000.000 (96,10%), dengan realisasi fisik 100%.

O. BIMBINGAN TEKNIS INSTRUKTUR BRIGADE PROTEKSI TANAMAN

1. Tujuan

Kegiatan Bimbingan Teknis Instruktur BPT bertujuan untuk melatih instruktur

BPT sehingga memiliki kompetensi dalam hal rekayasa sosial, teknik

pengendalian OPT dan penggunaan sarana dan prasarana pengendalian

OPT.

2. Sasaran

Terbentuknya instruktur BPT Pusat

3. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan Bimtek Instruktur BPT dilaksanakan untuk peserta provinsi yang

mendapat alokasi APBN operasional BPT tahun anggaran 2018.

4. Hasil

a. Bimbingan Teknis Instruktur Brigade Proteksi Tanaman Tahun 2018 telah

dilaksanakan selama 5 hari di Bogor dengan jumlah peserta sebanyak

55 orang peserta yang terdiri dari Staf teknis lingkup Direktorat

Perlindungan Perkebunan; Fungsional Pengendali Organisme

Pengganggu Tanaman (POPT) lingkup Direktorat Perlindungan

Perkebunan; Staf Teknis Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya, dan Ambon; Staf Teknis Balai

Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak; serta Staf Teknis

Page 60: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

52

UPTD dan/atau Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi se-

Indonesia.

b. Materi yang disampaikan pada kegiatan Bimtek Instruktur BPT Tahun

2018 yaitu Kebijakan kelembagaan perangkat perlindungan perkebunan

dan perencanaan pengendalian OPT; Rekayasa sosial; Manajemen

SDM; Pengenalan pestisida (jenis-jenis dan ekotoksisitas pestisida);

Perhitungan dosis pestisida dan teknik aplikasi pestisida; Pengenalan

alat-alat aplikasi pestisida, jenis nozzle dan cara kalibrasi alat;

Penyimpanan pestisida dan perawatan alat aplikasi; Keamanan dan

keselamatan Kerja (K3) dan penanganan pestisida; Grand design BPT

dan RPO. Materi tersebut mencakup teori dan praktik, serta Field

trip/kunjungan lapang.

c. Berdasarkan hasil pre test dan post test terdapat peningkatan dari segi

pengetahuan dan keterampilan peserta sebesar 86%. Peningkatan

pengetahuan peserta tentang materi-materi yang disampaikan cukup

tinggi hal ini mengambarkan bahwa penyampaian materi oleh

narasumber disampaikan dengan baik sehingga peserta mampu

menerima materi Bimtek dengan baik.

d. Instruktur yang telah dilatih segera menyiapkan pelaksanaan Bimtek

untuk personil BPT Provinsi masing-masing, pelatihan dan pembentukan

RPO.

5. Realisasi

Pagu Kegiatan Bimtek Instruktur BPT adalah sebesar Rp. 428.350.000 dan

realisasi keuangan sebesar Rp. 405.073.630 (96,10%) dan realisasi fisiknya

100%.

P. PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS PETUGAS PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

1. Tujuan

Page 61: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

53

Meningkatkan kemampuan teknis Petugas Perlindungan Perkebunan.

2. Sasaran

Meningkatnya kemampuan Teknis Petugas Perlindungan Perkebunan

sebanyak 12 orang

3. Ruang Lingkup

Peningkatan kapasitas Teknis Petugas Perlindungan Perkebunan

dilaksaanakan oleh Petugas Direktorat Perlindungan Perkebunan

4. Hasil:

Hasil Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Teknis Petugas Perlindungan

Perkebunan sebagai berikut:

a. Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Internal Sertifikasi Organik

Bimbingan teknis sistem manajemen internal sertifikasi organik 2018

dilaksanakan pada tanggal 20 s.d 23 April 2018, bertempat di Cozzy

Kostel, Bogor-Jawa Barat. Bimbingan teknis sistem manajemen internal

sertifikasi organik dalam rangka pengembangan kemampuan teknis

petugas perlindungan perkebunan dibuka oleh Bapak Gilang Aditya dari

I-SKOL Agridaya Internasional (LSO) yang menyampaikan bahwa untuk

pelaksanaan bimbingan teknis melalui metode workshop dan praktek

lapang. Selain itu, sambutan Kepala Sub Direktorat Pengendalian OPT

Tanaman Tahunan dan Penyegar terkait program Desa Pertanian

Organik di Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan

Perkebunan sebanyak 150 desa yang merupakan nawacita Presiden RI.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan desa pertanian organik

berbasis komoditas perkebunan, terdapat beberapa kendala salah

satunya adalah masalah untuk melakukan sertifikasi karena dokumen di

kelompok tani kurang lengkap. Selain itu, perlu bimbingan teknis untuk

petugas perlindungan perkebunan dalam rangka peningkatan kapasitas

mengenai SNI 6729:2016 dan Permentan No.64 Tahun 2013 tentang

Sistem Pertanian Organik dalam mendukung kegiatan pengembangan

desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan.

b. Pelatihan Multimedia

Page 62: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

54

Pelatihan Multimedia dilaksanakan di Ruang Emerald 2 Hotel Permata

Jalan Padjadjaran Bogor dari tanggal 28 s.d 31 Mei 2018. Bapak Ir. Ari

Raharjo, MS. selaku Manager Training dari PT. Danureksa Sarana Cipta

yang juga sebagai salah satu narasumber pada kegiatan pelatihan ini

menyampaikan teknis pelatihan dilaksanakan melalui metode workshop,

praktik, dan kunjungan lapang.

Perkembangan multimedia saat ini sangat cepat. Berbagai jenis

infrastruktur multimedia tersebut tumbuh dan berkembang di masyarakat

serta semakin mudah digunakan oleh masyarakat. Kondisi ini dapat

dimanfaatkan oleh staf Direktorat Perlindungan Perkebunan untuk

membantu keberhasilan berbagai program yang ada dan

mensosialisasikan capaian kinerja. Oleh karena itu diperlukan suatu

pelatihan untuk mengenalkan berbagai infrastruktur multimedia dan

melakukan praktik pemanfaatan multimedia sebagai sarana pendukung

dalam memahami dengan singkat dasar jurnalistik, film, fotografi dan

media sosial.

5. Realisasi Fisik dan Keuangan

Dari hasil bimbingan Teknis Sistem Manajemen Internal Sertifikasi Organik

dan Pelatihan Multi Media realisasi fisik 100% dan realisasi keuangan

sebesar 91, 38% atau Rp. 89.368.000,- dari target Rp. 97.800.000,-

Q. PERTEMUAN KONSOLIDASI PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

Pertemuan Konsolidasi Perlindungan Perkebunan Tahun 2018 dilaksanakan

pada tanggal 28 Februari s.d 2 Maret 2018 di Hotel Grand Keisha, Yogyakarta.

Peserta Konsolidasi Perlindungan perkebunan Tahun 2018 dibuka oleh Direktur

Jenderal Perkebunan dan dihadiri oleh 120 orang peserta yang berasal dari

Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan seluruh Indonesia, Sekretariat

Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat lingkup Ditjen Perkebunan, Balai

Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan,

Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak, dan UPTD/LL yang menangani

Page 63: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

55

Proteksi Tanaman Perkebunan seluruh Indonesia, serta narasumber dari

Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Tanaman Tahunan dan

Penyegar, Smart Research Institute, Ganoderma Consultan Group (Masyarakat

Perkelapasawitan Indonesia – MAKSI), dan Subdit Lingkup Direktorat

Perlindungan Perkebunan.

Narasumber dari Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Tanaman

Tahunan dan Penyegar, Smart Research Institute, Ganoderma Consultan

Group, Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia (MAKSI), dan Subdit Lingkup

Direktorat Perlindungan Perkebunan.

Materi: Kebijakan Perlindungan Perkebunan dalam mendukung Pelaksanaan

Replanting Kelapa Sawit dan Pengembangan Kelembagaan Petani Pekebun;

Pelaksanaan replanting kelapa sawit; Peta permasalahan OPT kelapa sawit

(khusus Ganoderma boninense) di Indonesia; Manajemen pengelolaan Bio

Massa Kelapa Sawit (Antisipasi Penyebaran Oryctes rhinoceros); Gerakan

Pengendalian OPT; Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis

Komoditas Perkebunan dan Kegiatan pengembangan BPT dan RPO tahun

2018; Penanganan pembukaan lahan tanpa bakar; Dukungan perlindungan

dalam mengembalikan kejayaan rempah Indonesia.

Rumusan pertemuan:

Berdasarkan hasil Pertemuan Konsolidasi Perlindungan Perkebunan dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

- Perlunya pemahanan kepada para pejabat penanggungjawab dan

pelaksana perlindungan di daerah dalam upaya mendukung

terselenggaranya program pembangunan perkebunan agar dapat

memberikan pendapatan dan kesejahteraan kepada para pelakunya.

- Lebih dari 18 juta orang yang terlibat pada Sub sektor perkebunan, dan

menyumbangkan devisa tidak kurang dari 426 trilliun rupiah namun

berada dalam posisi yang kurang menguntungkan karena adanya upaya

upaya negative secara terstruktur dan terencana dari para pesaingnya

dalam bentuk kampanye negative terhadap komoditi dan produk komoditi

perkebunan.

Page 64: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

56

- Rata-rata produktivitas komoditas perkebunan masih jauh tertinggal

dibandingkan dengan potensinya dan diperburuk dengan banyaknya

tanaman yang sdh tua, rusak dan terserang hama dan penyakit serta

rendahnya kualitas SDM dan kelembagaan petani.

- Tahun 2018 melalui dana Badan Pengelola Dana Pembangunan Kelapa

Sawit (BPDPKS) dilakukan peremajaan untuk 185 ribu hektar perkebunan

kelapa sawit rakyat yang sudah tua atau produktivitasnya tidak sesuai

dengan ketentuan karena penggunaan bibit tanaman yang buruk. Dalam

program peremajaan ini setiap hektar kelapa sawit rakyat akan mendapat

bantuan 25 juta rupiah.

- Peremajaan tanaman kelapa sawit tahun 2018 seluas 185.000 hektar,

tahun 2019 seluas 200.000 hektar, tahun 2021 seluas 750.000 hektar dan

tahun 2022 seluas 744.220 hektar, sehingga target peremajaan kelapa

sawit pada tahun 2022 sebanyak 2,4 juta hektar.

- Kebijakan Perlindungan Perkebunan dalam mendukung Pelaksanaan

Replanting Kelapa Sawit dan Pengembangan Kelembagaan Petani

Pekebun adalah : Pengendalian OPT, pengembangan Desa Organik,

Penanganan kebakaran dengan demplot pembukaan lahan tanpa bakar,

penanggulangan gangguan usaha perkebunan, Penanganan dampak

bencana alam dan dampak perubahan iklim, Penguatan kegiatan Brigade

Pengendalian OPT dan Brigade Penanganan Kebakaran Lahan dan

Kebun, dan Peningkatan kemampuan SDM.

- Untuk mendapatkan produksi yang optimal pada budidaya tanaman

kelapa sawit terutama ditentukan oleh penggunaan bibit unggul dan

penyiapan lahan yang tepat. Selanjutnya ditentukan dengan kemampuan

dalam mempertahankan kandungan bahan organik di tanah, pemupukan

dengan baik dan benar, mampu mempertahankan tanaman dari serangan

ganoderma, ulat api dan mempertahankan populasi serangga penyerbuk

tetap tinggi.

- Tanaman kelapa sawit dengan kerapatan populasi 122 tanaman per

hektar dapat menghasilkan bahan organik (biomassa) sebanyak 29,7

ton/ha/tahun. Biomassa yang dapat dikembalikan pada tanaman adalah

pelapah kelapa sawit, dengan total sekitar 12, 4 ton/ha, yang mana

Page 65: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

57

biomassa tersebut dapat menghasilan unsur hara NPK dengan perkiraan

unsur hara N setara dengan 276 kg/ha, P 32 kg/ha dan unsur K 360 kg/ha.

- Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan dalam mendukung

kejayaan rempah Indonesia adalah Pengendalian OPT Tanaman

Semusim dan Rempah beriupa Penerapan PHT Tanaman Rempah pada

tanaman (Lada, Pala dan Cengkeh), dan Desa Pertanian Organik

Berbasis Komoditas Perkebunan, serta penerapan PHT pada tanaman

lada, pala dan cengkeh.

Realisais Keuangan dan Fisik

Realisasi keuangan kegiatan mencapai Rp. 366.376.400 (91,81%) dari pagu

anggaran Rp. 399.050.000, dengan realisasi fisik 100%.

R. PEMBAHASAN DAN FINALISASI DRAFT PERMENTAN TENTANG

PERLINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN

1. Tujuan dan Sasaran

Kegiatan Pembahasan dan Finalisasi Draft Permentan tentang

Pelindungan Tanaman Perkebunan bertujuan untuk:

a. Mendapatkan masukan dari stakeholder perkebunan dan Eselon I

lingkup Kementerian Pertanian terhadap Draft Permentan tentang

Pelindungan Tanaman Perkebunan;

b. Menyusun Draft Permentan tentang Pelindungan Tanaman

Perkebunan.

2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan Pembahasan dan Finalisasi Draft Permentan tentang

Pelindungan Tanaman Perkebunan adalah:

a. Diperolehnya masukan dari stakeholder perkebunan dengan Eselon I

lingkup Kementerian Pertanian terhadap Draft Permentan tentang

Pelindungan Tanaman Perkebunan;

b. Tersusunnya Draft Permentan tentang Pelindungan Tanaman

Perkebunan untuk di proses lebih lanjut di Biro Hukum Kementerian

Pertanian.

Page 66: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

58

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan adalah Pembahasan dan Finalisasi Draft Permentan

tentang Pelindungan Tanaman Perkebunan.

4. Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan

a. Rapat Persiapan

Sebelum pelaksanaan pertemuan Pembahasan dan Finalisasi Draft

Permentan tentang Pelindungan Tanaman Perkebunan dengan

mengundang narasumber dan perusahaan Perkebunan Besar Swasta

(PBS) serta instansi terkait lainnya, terlebih dahulu dilakukan rapat

internal untuk persiapan pertemuan tersebut pada hari Senin tanggal 22

Januari 2018 di ruang rapat Direktorat Perlindungan Direktorat Jenderal

Perkebunan Jakarta.

Direktur menyampaikan arahannya bahwa untuk membuat regulasi kita

harus tahu dulu apa yang diatur, siapa yang mengatur dan bagaimana

mengaturnya, serta kriteria apa yang akan di buat dalam regulasi tersebut.

Dalam hal penyusunan Draft Permentan ini adalah bagaimana kewajiban

perusahaan perkebunan yang harus memiliki sarana dan prasarana

(sarpras) pengendalian OPT. Dalam pemenuhan sarpras tersebut

perusahaan perkebunan dapat melakukan kontrak kerja dengan penyedia

jasa yang memenuhi syarat-syarat khusus.

b. Pelaksanaan pertemuan dalam rangka Pembahasan dan Finalisasi Draft

Permentan tentang Pelindungan Perkebunan

Pertemuan dalam rangka Pembahasan dan Finalisasi Draft Permentan

tentang Pelindungan Tanaman Perkebunan diselenggarakan sebanyak 2

kali, yaitu:

a) Pertemuan Pembahasan Draft Permentan tentang Pelindungan

Tanaman Perkebunan

b) Pertemuan Finalisasi Draft Permentan tentang Pelindungan Tanaman

Perkebunan

Sebelum dilakukan kegiatan pertemuan Finalisasi Draft Permentan,

terlebih dahulu dilakukan Public Hearing dengan mengundang Unit

Page 67: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

59

Eselon 1 lingkup Kementan, UPT Pusat, Unit Eselon 2 lingkup Ditjen.

Perkebunan, Puslit/Balit/Perti, Perusahaan/asosiasi Perusahaan

Perkebunan, Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan dan Asosiasi

Petani Perkebunan.

Pertemuan Public Hearing tersebut menggunakan sumber dana dari

Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2018.

Hasil dari masing-masing pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan Pembahasan Draft Permentan tentang Pelindungan

Tanaman Perkebunan

Pertemuan diselenggarakan oleh Direktorat Perlindungan

Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan pada hari Selasa-Rabu

tanggal 6 - 7 Februari 2018 di Arch Hotel Bogor Jl. Pajajaran 225,

Bantarjati - Bogor.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang

Perkebunan mengamanahkan Perlindungan Tanaman Perkebunan

melalui pasal 33 sampai dengan pasal 37, yang diantaranya terkait

dengan pemantauan, pengamatan, dan pengendalian OPT, eradikasi,

sarana & prasarana serta pelaporan. Sehubungan dengan hal

tersebut di atas, maka sejak tahun 2017 Direktorat Perlindungan

Perkebunan telah menyusun Draft Permentan tentang Perlindungan

Perkebunan. Untuk itu Pada tahun 2018 Draft tersebut perlu dibahas

agar dapat digunakan dan sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha

perkebunan (petani & perusahaan perkebunan).

2) Public Hearing

Dengan selesainya pembahasan Draft Permentan tentang

Pelindungan Tanaman Perkebunan, maka perlu dilakukan Public

Hearing yang merupakan tahapan selanjutnya sebelum Permentan

tersebut diproses lebih lanjut.

Public Hearing Permentan tentang Pelindungan Tanaman Perkebunan

dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2018 di Gedung C, Ditjen.

Perkebunan Kementerian Pertanian.

Page 68: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

60

Salah satu point penting dalam public hearing yang dihadiri oleh

perwakilan dari Puslit/Balit/Perti, Perusahaan Perkebunan (PTPN dan

Swasta), asosiasi perusahaan, asosiasi petani, Dinas provinsi yang

membidangi perkebunan dan pejabat struktural lingkup Kementerian

Pertanian, adalah regulasi tentang kewajiban Perusahaan

Perkebunan dengan skala usaha 25 (dua puluh lima) hektar atau lebih

harus memenuhi standar minimum sarana dan prasarana

Pengendalian OPT untuk komoditi kelapa sawit, tebu, karet, teh,

kelapa, kakao, kopi,tembakau dan cengkeh.

Permentan ini mengatur terkait pemantauan, pengamatan dan

pengendalian OPT. Pemantauan adalah domain pemerintah, yang

dilakukan oleh bupati/walikota, gubernur, Menteri sesuai dengan

kewenangannya terhadap OPT utama sewaktu-waktu pada kondisi

tertentu terhadap kebun milik pelaku usaha perkebunan.

3) Pertemuan Finalisasi Draft Permentan tentang Pelindungan Tanaman

Perkebunan

Pertemuan diselenggarakan pada hari Selasa - Rabu tanggal 17-18

April 2018 di Padjadjaran Suites Hotel Bogor Jl. Pajajaan 17 - Bogor.

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mendapatkan masukan dari

stakeholder perkebunan dalam rangka finalisasi Draft Permentan

tentang Pelindungan Tanaman Perkebunan hasil dari Public Hearing.

Draft Permentan tentang Pelindungan Tanaman Perkebunan yang

dibahas adalah draft yang telah disempurnakan berdasarkan

masukan-masukan pada saat public hearing; diantaranya adalah:

penambahan definisi pekebun dan eradikasi, sanksi administrasi yang

akan dijatuhkan pada pelaku usaha yang melanggar ketentuan serta

sarana dan prasarana minimum bagi pekebun.

c. Kelengkapan lain

Untuk proses diterbitkannya Permentan tentang Pelindungan Tanaman

Perkebunan diperlukan juga Police Paper dan Analisis Kesesuaian

Permentan.

d. Rapat Pembahasan di Biro Hukum Kementerian Pertanian

Page 69: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

61

Rapat diselenggarakan pada hari Selasa 10 Juli 2018 bertempat di Biro

Hukum Kementerian Pertanian. Rapat dipimpin oleh Kepala Biro Hukum

dan dihadiri oleh: Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian, Balai Besar

Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Jatisari dan Tenaga Ahli

Bidang Hukum Kementerian Pertanian.

Rapat membahas tindaklanjut Draft Permentan tentang Pelindungan

Tanaman Perkebunan yang diusulkan oleh Direktorat Jenderal

Perkebunan.

e. Rapat Penyempurnaan Draft Permentan terkait masukan dari Biro Hukum

Kementerian Pertanian

Dalam rangka menindaklanjuti masukan dari Biro Hukum Kementerian

Pertanian terkait Draft Permentan tentang Pelindungan Tanaman

Perkebunan tahun 2018 maka dilakukan pertemuan/rapat untuk

penyempurnaan draft tersebut, yaitu pada :

a) Hari Senin tanggal 13 Agustus 2018, diselenggarakan di ruang rapat

Direktorat Perlindungan Perkebunan. Dipimpin oleh Kepala Seksi

Teknologi OPT Tanaman Semusim dan Rempah, dihadiri oleh Pejabat

eselon IV lingkup Direktorat Perlindungan Perkebunan, wakil dari

Subag. Hukum dan Humas Sekditjenbun, Pejabat fungsional POPT

dan Petugas Teknis Perlindungan Perkebunan.

b) Rapat lanjutan diselenggarakan pada hari Jumat tanggal 24 Agustus

2018 di ruang rapat Direktorat Perlindungan Perkebunan, dipimpin oleh

Kepala Subdit. Pengendalian OPT Tanaman Semusim dan Rempah.

5. Realisasi Fisik dan Keuangan

Pagu anggaran kegiatan sebesar Rp. 142.210.000,- telah terealisasi, dengan

realisasi fisik 100 % dan realisasi keuangan sebesar Rp. 135.317.800,- atau

sebesar 95,15 %.

S. PEMBAHASAN PROGRAM DAN ANGGARAN

1. Tujuan dan Sasaran

Page 70: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

62

Menyusun program dan anggaran kegiatan perlindungan perkebunan Pusat

dan Daerah Tahun 2018

2. Sasaran

Tersusunnya program dan anggaran kegiatan perlindungan perkebunan

Pusat dan Daerah Tahun 2018.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pembahasan program dan anggaran tahun 2018

pada tahun 2017 adalah pertemuan yang terkait dengan perencanaan

pembangunan perkebunan di wilayah Barat dan Timur, pertemuan yang

terkait dengan pembahasan program dan anggaran Perkebunan dan

Kementerian Pertanian, penyusunan dan pembahasan TOR dan RAB

Kegiatan Perlindungan Perkebunan Pusat dan Daerah.

Rencana Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2018 :

a. Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman

Perkebunan;

b. Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran

Lahan dan Kebun;

c. Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan;

d. Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan;

e. Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan Daerah;

f. Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan Pusat.

4. Hasil

Refocusing Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan T.A 2018:

Kegiatan Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan yaitu di Provinsi JawaTimur (BBP2TP Surabaya), Jawa Tengah,

Jawa Barat dan Banten dengan penambahan anggaran sejumlah

Rp.2.137.460.000,-

Provinsi

Sebelum Sesudah

Desa Anggaran Desa Anggaran

Page 71: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

63

Jawa Barat 11 1.481.400.000 14 2.655.450.000

Banten 2 295.800.000 2 368.300.000

Jawa Timur 17 3.805.825.000 17 4.878.825.000

Jawa Tengah 9 1.522.800.000 9 1.640.700.000

RKA-KL 2019 harus berdasarkan usulan yang bersumber dari e-proposal,

serta dirancang secara kuantitatif dan nantinya mampu menjadi gerakan

secara Nasional, bukan hanya kegiatan di lokasi Kabupaten-Kota tertentu

yang tidak berdampak pada angka sasaran Nasional.

Pagu Indikatif TA 2019 adalah sebesar Rp. 21,067 triliun yang sebagian

besar dialokasikan untuk mendukung Prioritas Nasional: Pemantapan

Ketahanan Energi Pangan dan Sumberdaya Air. Selain itu juga mendukung

prioritas nasional lainnya yaitu 1. Pengurangan kesenjangan antar wilayah,

dan 2) Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi.

Pagu anggaran/sementara tahun anggaran 2019 yang telah ditetapkan oleh

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian

Keuangan, yaitu untuk pagu total Ditjen Perkebunan Pusat dan Daerah

adalah sebesar Rp. 61.884.699.000,- Jika dibandingkan dengan perolehan

pagu total Lingkup Ditjen Perkebunan tahun anggaran 2018 sebesar

Rp. 40,656,960.000,- maka terjadi peningkatan pagu hampir sekitar 52,21

%.

Rambu-rambu penyusunan anggaran tahun 2019 Lingkup Ditjen

Perkebunan Pusat dan Daerah sebagai berikut :

Rencana Kerja Anggaran (RKA-KL) Lingkup Ditjen. Perkebunan tahun

2019 setiap satker harus mengacu dengan PMK Menteri Keuangan no

: 53/PMK.02/2018 yaitu Tentang Standar Biaya Masukan tahun 2019.

RKA-KL 2019 telah sesuai dengan usulan proposal yang dikirimkan

melalui e-proposal tahun 2019 ke Ditjen Perkebunan dari masing-

masing Dinas Perkebunan tingkat provinsi.

Operasional TKP dan PLP-TKP disesuaikan dengan kebutuhan untuk

kegiatan operasional maupun laporan.

Standar honor pejabat pengelola keuangan mengacu pada Standar

Biaya Masukan 2019 (PMK Menteri Keuangan no : 53/PMK.02/2018

Page 72: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

64

yaitu Tentang Standar Biaya Masukan tahun 2019, dengan

menyesuaikan total dana yang dikelola masuk ke dalam kelompok

Honor yang terkait satuan kerja :

Besarnya bantuan (harga bibit dan sarana produksi lainnya serta

kerapatan per hektar) mengacu pada SBK (Satuan Biaya Kegiatan)

Pembangunan Perkebunan 2019 .

Jenis Belanja mengacu pada BAS (Bagan Akun Standar) dan

disesuaikan dengan ketentuan KPN setempat

Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Benih disesuaikan dengan

komoditi dominan diprovinsi masing-masing

Tiap Satker Provinsi wajib membuat TOR dan RAB untuk Dana Dekon

pada kegiatan 1780 (Perencanaan, keuangan, evaluasi, administrasi

kegiatan) untuk masing-masing kegiatan.

5. Realisasi Keuangan dan Fisik

Realisasi keuangan kegiatan ini yaitu Rp. 237.106.900 (95,65%) dari pagu

anggaran Rp. 247.900.000, dengan realisasi fisik 100%.

T. BIMBINGAN TEKNIS PEMBUKAAN LAHAN TANPA MEMBAKAR

1. Tujuan

Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) PLTB bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman dan pengetahuan petugas dalam kegiatan pembukaan lahan

tanpa membakar.

2. Sasaran

Meningkatnya pemahaman dan pengetahuan petugas didaerah rawan

kebakaran dan petugas pusat dalam kegiatan pembukaan lahan tanpa

membakar.

3. Ruang Lingkup

Kegiatan Bimtek PLTB dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan

Perkebunan melalui diskusi dengan pakar dan praktek pembukaan lahan

tanpa bakar, dan pengolahan limbah PLTB. Kegiatan dilaksanakan selama

Page 73: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

65

6 hari dan peserta Bimtek ini yaitu petugas provinsi dan kabupaten serta

petugas pusat.

4. Hasil:

a. Kegiatan dilaksanakan di Hotel Aquarius Boutique, Palangkaraya, Prov.

Kalimantan Tengah pada tanggal 25 sd. 30 Maret 2018. Bimbingan

Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Membakar dibuka secara resmi oleh

perwakilan Direktorat Perlindungan Perkebunan, dan dihadiri oleh wakil-

wakil dari Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi Kalimantan

Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi, Kabupaten

Pelalawan, Kabupaten Meranti, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Oki,

Kabupaten PPU, Kabupaten Kukar, Kabupaten, Banjar, Kabupaten

Tanah Laut, Kabupaten Kapuas serta Direktorat Perlindungan

perkebunan.

b. Kegiatan Bimtek PLTB dilaksanakan di dalam ruangan (paparan dari

narasumber) dan di luar ruangan (praktek lapangan).

a) Kegiatan di dalam ruangan diisi paparan dari instansi :

Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan dengan materi

“Sosialisasi Permentan 05 tahun 2018 tentang Pembukaan

dan/atau Pengolahan Tanpa Membakar”.

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan

dengan materi “Optimalisasi Lahan Perkebunan”.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan materi

“Kebijakan Kementerian LHK dalam pengendalian kebakaran

hutan dan lahan”.

Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah dengan materi

“Kebijakan pemerintah daerah dalam pencegahan kebakaran di

lahan perkebunan”

Perusahaan Perkebunan PT. Astra, Tbk dengan materi “Tata Air

Untuk Perkebunan di Lahan Gambut”.

b) Kegiatan di luar ruangan diisi dengan metode praktek lapangan

dilakukan di area penggunaan lain yang berlokasi di Kelurahan

Page 74: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

66

Marang, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya dan Desa

Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau.

Adapun kegiatan tersebut yaitu :

Praktek Pembukaan Lahan Tanpa Membakar

Praktek Pembuatan Asap Cair

Praktek Pembuatan Kompos

c. Pementan No. 05 Tahun 2018 Tentang Pembukaan dan Pengolahan

Lahan Perkebunan Tanpa Membakar merupakan dasar hukum utama

dalam pelaksanaan pembukaan dan/atau pengolahan Lahan

Perkebunan tanpa membakar oleh aparatur pemerintah dan Pelaku

Usaha Perkebunan.

d. Pembukaan Lahan Tanpa Bakar merupakan solusi dalam memelihara

kualitas lahan, mengurangi polusi udara, menurunkan gangguan

kesehatan manusia. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan melalui

pembuatan asap cair dan pengomposan dengan memanfaatkan sisa

tebangan dari pembukaan lahan tanpa bakar.

5. Realisasi Keuangan Kegiatan Bimtek PLTB Tahun 2018.

Realisasi

Pagu (Rp) Keuangan (Rp) % Fisik

439.100.000 425.929.622 97,00 100%

U. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERKEBUNAN PADA WILAYAH PASCA

BENCANA

1. Tujuan

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan pada Wilayah Pasca

Bencana bertujuan untuk membantu masyarakat/petani/pekebun dalam

menanggulangi kerusakan akibat bencana pada tanaman perkebunan.

2. Sasaran

Sasaran dari Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan pada

Wilayah Pasca Bencana adalah terlaksananya bantuan untuk pekebun pada

wilayah pasca bencana.

Page 75: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

67

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan pada

Wilayah Pasca Bencana adalah pemberian bantuan sarana produksi

(Saprodi) Perkebunan kepada petani yang terkena dampak bencana.

4. Hasil

a. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan Pada Wilayah Pasca

Bencana Tahun 2018 dilaksanakan di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa

Timur; Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat;

Kabupaten Tanjung Jabung Barat , Provinsi Jambi; dan Kabupaten Karo,

Provinsi Sumatera Utara.

b. Pagu anggaran Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan Pada

Wilayah Pasca Bencana Tahun 2018 Rp. 1.400.000.000,- yang terdiri

dari 7 (tujuh) paket masing masing senilai Rp. 200.000.000.

c. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan Pada Wilayah Pasca

Bencana di Kabupaten Pacitan di laksanakan di Kecamatan Tulakan,

Kebonangung, Tegal Ombo, Nawangan, Pringkuku dan Donorojo yang

lahan perkebunanya terkena banjir dan tanah longsor pada 28 s/d 30

November 2017 paket bantuan yang diserahkan kepada 23 Kelompok

Tani berupa 20.000 batang benih cengkeh dan 160.000 Kg pupuk

kompos.

d. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan Pada Wilayah Pasca

Bencana di Kabupaten Lombok Timur di laksanakan di Kecamatan

Sambelia yang lahan perkebunanya terkena banjir pada 8 s/d 9 Februari

2017 paket bantuan yang diserahkan kepada 4 Kelompok Tani berupa

10.001 batang benih kelapa dalam dan 75.000 Kg pupuk kompos.

e. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan Pada Wilayah Pasca

Bencana di Kabupaten Tanjung Jabung Barat di laksanakan di

Kecamatan Betara yang lahan perkebunanya terendam banjir pada 28

Oktober 2016 s/d 25 November 2016 paket bantuan yang diserahkan

kepada 4 Kelompok Tani berupa 31.000 batang benih kopi liberika dan

89.900 Kg pupuk kompos.

Page 76: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

68

f. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan Pada Wilayah Pasca

Bencana di Kabupaten Karo dilaksanakan sekitar Gunung Sinabung

yang lahan perkebunan kopi, kakao dan tembakaunya sering terpapar

debu vulkanik erupsi Gunung Sinabung dan di lokasi hunian tetap

relokasi erupsi gunung sinabung di Siosar. Paket bantuan yang diberikan

berupa mesin pembersih debu yang terdiri dari Blower 24 uni, Power

Sprayer 24 unit dan tandon air 24 unit, alat alat tersebut diberikan kepada

kelompok tani yang rentan terkena debu vulkanik akibat erupsi gunung

sinabung. Sedangkan untuk petani yang berada di lokasi hunian tetap

relokasi erupsi gunung sinabung di Siosar diberikan bantuan benih kopi

liberika sebanyak 39.000 batang dan pupuk kompos sebanyak 23.400

kg.

g. Bantuan Pasca Bencana (Saprodi) yang diberikan belum dapat

mencukupi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak bencana alam.

Karena keterbatasan anggaran Tahun 2018.

5. Realisasi Keuangan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan

pada Wilayah Pasca Bencana Tahun 2018

Realisasi fisik kegiatan mencapai 100% dengan realisasi keuangan sebagai

berikut:

Kegiatan Realisasi

Pagu (Rp) Keuangan (Rp) %

Paket I Kabupaten Pacitan 200.000.000 199.600.000 99,80

Paket II Kabupaten Pacitan 200.000.000 199.200.000 99,60

Paket I Kabupaten Lombok Timur 200.000.000 198.564.980 99,28

Paket I Kabupaten Tanjabar 200.000.000 198.090.000 99,04

Paket II Kabupaten Tanjabar 200.000.000 194.184.000 97,09

Paket I Kabupaten Karo 200.000.000 198.510.000 99,25

Paket II Kabupaten Karo 200.000.000 198.960.000 99,48

Total 1.400.000.000 1.387.108.980 99,08

V. BIMBINGAN TEKNIS MEDIASI PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA

PERKEBUNAN

1. Tujuan

Page 77: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

69

Meningkatkan kemampuan pejabat/petugas yang menangani gangguan

usaha perkebunan di dinas perkebunan provinsi. sebagai penanggulangan

kasus GUP.

2. Sasaran

Pejabat/petugas yang menangani gangguan usaha perkebunan di Pusat dan

dinas perkebunan provinsi dalam melakukan mediasi GUP.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan Bimbingan Teknis Mediasi Penanggulangan Kasus

GUP, yaitu : Kegiatan ini dilakukan oleh pihak ketiga yaitu lembaga

Bimbingan mediasi konflik. Metode pelaksanaan Bimbingan teknis terdiri dari

teori dan latihan praktek keahlian mediasi melalui berbagai simulasi.

Bimbingan dilaksanakan selama 7 hari, yaitu 6 hari untuk Bimbingan dan 1

hari untuk ujian. Para peserta Bimbingan yang lulus, akan mendapatkan

sertifikat mediator dari lembaga Bimbingan mediasi konflik yang telah

diakreditasi oleh Mahkamah Agung (MA).

4. Hasil

a. Kegiatan Bimbingan Teknis Mediasi Gangguan Usaha Perkebunan

dilaksanakan di Hotel Padjajaran Suites Bogor pada tanggal 16 s/d 22

April 2018

b. Bimbingan teknis dibuka secara resmi oleh Direktur Perlindungan

Perkebunan, dan dihadiri oleh wakil wakil Dinas yang membidangi

perkebunan Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, bengkulu, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,

Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Kabupaten Pelalawan,

Kutai Timur, Tanjung Jabung Timur, Aceh Barat, Bengkulu Utara, Musi

Rawas Utara dan Ditjen Perkebunan.

c. Dalam kegiatan Bimtek terlebih dahulu peserta mengikuti pre test, untuk

selanjutnya setelah materi disampaikan dilakukan post test. Peserta yang

mengikuti Bimtek dan lulus diberikan sertifikat Mediator.

5. Realiasasi Keuangan dan Fisik

Page 78: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

70

Pagu Kegiatan Bimtek Mediasi Penanggulangan GUP adalah sebesar Rp.

238.290.000 dan realisasi keuangan sebesar Rp. 220.920.000 (92,71%) dan

realisasi fisiknya 100%.

W. PENDAMPINGAN, PEMANTAUAN DAN KOORDINASI DENGAN INSTANSI

TERKAIT

1. Tujuan kegiatan Pendampingan, Pemantauan dan Koordinasi dengan

Instansi Terkait Tahun 2018, yaitu:

a. Melaksanakan pendampingan, pemantauan dan pengendalian intern

pelaksanaan kegiatan perlindungan.

b. Melakukan koordinasi dan mengikuti pertemuan-pertemuan dengan

instansi terkait.

2. Sasaran kegiatan Pendampingan, Pemantauan dan Koordinasi dengan Instansi

Terkait Tahun 2018 adalah terlaksananya pendampingan, pemantauan, dan

koordinasi dengan instansi terkait.

3. Ruang lingkup kegiatan Pendampingan, Pemantauan dan Koordinasi dengan

Instansi Terkait Tahun 2018, yaitu:

a. Pemantauan dan Pengendalian Intern pelaksanaan kegiatan perlindungan

baik Pusat maupun Daerah

b. Koordinasi dan menghadiri pertemuan pada instansi terkait dengan tupoksi

perlindungan perkebunan.

4. Hasil pelaksanaan kegiatan Pendampingan, Pemantauan dan Koordinasi

dengan Instansi Terkait Tahun 2018 tersaji pada Lampiran 1.

5. Kegiatan Pembinaan, Pengawalan, Pendampingan dan Koordinasi dengan

Instansi Terkait telah dilaksanakan, yaitu: realisasi fisik sebesar 100% dan

realisasi keuangan sebesar 95,97% (Rp 1.176.385.212,-) dari target sebesar Rp

1.225.810.000,-.

X. PERTEMUAN KONSOLIDASI ANTISIPASI MITIGASI GANGGUAN USAHA

PERKEBUNAN

Page 79: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

71

1. Tujuan

Kegiatan Pertemuan konsolidasi Antisipasi Mitigasi GUP bertujuan untuk

meningkatkan pengurangan resiko terjadinya GUP oleh pelaku usaha

perkebunan dalam melaksanakan penyelenggaraan perkebunan.

2. Sasaran

Terinfomasikannya berbagai aturan dan regulasi terkait dengan

penyelenggaraan perkebunan serta terfasilitasinya penyelesaian

permasalahan GUP.

3. Ruang Lingkup

Kegiatan Pertemuan Konsolidasi Antisipasi Mitigasi GUP di tingkat pusat

dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan selama 3 hari.

Peserta koordinasi adalah Dinas yang membidangi perkebunan provinsi dan

kabupaten/kota, pelaku usaha perkebunan, dan instansi terkait lainnya.

4. Hasil

a. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 26 Oktober 2018 di Hotel

Sahira Butik – Bogor diikuti oleh peserta yang berasal dari Dinas yang

membidangi perkebunan di Provinsi dan Perusahaan perkebunan yang

mengalami GUP.

b. Dalam pertemuan tersebut dihadirkan narasumber, yaitu :

a) Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal

Perkebunan – Kementerian Pertanian, dengan materi : “Implikasi

Putusan MK No. 138 PUU-XII Tahun 2015”.

b) Direktur Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan –

Kementerian Pertanian, dengan materi : “Sosialiasi Permentan No. 05

Tahun 2018”.

c) Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat

Jenderal Perkebunan – Kementerian Pertanian, dengan materi :

“Evaluasi Perizinan Usaha Perkebunan”.

d) Direktur Sengketa dan Konflik Tanah Wilayah I, Kementerian Agraria

dan Tata Ruang / BPN, dengan materi : “Kebijakan Penanganan Konflik

Pertanahan”.

Page 80: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

72

e) Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan, Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan materi : “Kebijakan

Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Hutan”.

c. Dalam kebijakan penanganan gangguan usaha perkebunan strategi

yang dilakukan yaitu melakukan mitigasi dan penanganan saat terjadi

konflik yang didukung dengan ketersediaan data dan informasi akurat

dari pihak terkait seperti pihak yang bersengketa.

d. Dalam hal mitigasi konflik dan GUP baik pemerintah maupun pelaku

usaha perkebunan memiliki peran yang sangat penting:

a) Pemerintah (selaku regulator) melakukan sinkronisasi regulasi-regulasi

yang telah ada dan yg akan dibuat, meninjau ulang regulasi yg kerap

bermasalah, Sosialisasi regulasi kepada pelaku usaha perkebunan dan

masyarakat dan penegakan hukum

b) Pelaku Usaha Perkebunan hendaklah mematuhi semua regulasi dan

perubahannya, membangun kerjasama dengan pihak terkait dan

masyarakat sekitar, serta mengidentifikasi potensi konflik.

e. Dinas yang membidangi perkebunan provinsi melakukan pembaharuan

data dan informasi terkait legalitas seperti Izin Lokasi, Izin Usaha

Perkebunan, izin pelepasan kawasan hutan dan HGU terkait pembinaan

usaha perkebunan 2 (dua) kali dalam satu semester (per semester)

dalam bentuk laporan kepada Dirjen. Perkebunan.

f. Gubernur, Bupati/Walikota sebagai pemberi ijin usaha wajib melakukan

monitoring dan evaluasi secara berkala guna melakukan pembinaan dan

pengawasan kepada perusahaan perkebunan terhadap penanganan

kebakaran lahan dan kebun. Monitoring dan evaluasi utamanya

dilakukan terhadap sistem, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana

pengendalian kebakaran yang dimiliki oleh perusahaan perkebunan

untuk memastikan sistem tersebut berjalan dengan baik.

5. Realisasi Keuangan Kegiatan Pertemuan Konsolidasi Antisipasi

Mitigasi GUP Tahun 2018 :

Realisasi

Pagu (Rp) Keuangan (Rp) % Fisik

Page 81: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

73

180.600.000 170.315.800 94,31 100%

Y. BIMBINGAN TEKNIS PETUGAS PENGAMAT OPT/POPT

Tujuan kegiatan Bimbingan Teknis Petugas Pengamat OPT yaitu untuk melatih

petugas pengamat OPT dalam dalam hal pengamatan dan pelaporan serangan

OPT perkebunan, serta identifikasi dan koleksi OPT.

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 6 s.d 11 Agustus 2018. Bertempat di Bumi

Katulampa - Bogor. Bimbingan Teknis Petugas Pengamat OPT/POPT Tahun

2018 diikuti oleh 50 (lima puluh) orang peserta: Staf teknis lingkup Direktorat

Perlindungan Perkebunan; Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu

Tanaman (POPT) lingkup Direktorat Perlindungan Perkebunan; Petugas

Pengamat dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

(BBPPTP) Medan, Surabaya, dan Ambon; Petugas Pengamat dari Balai

Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak; Petugas Pengamat dari

Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi se-Indonesia.

Narasumber: Direktur Perlindungan Perkebunan; Kepala Sub Direktorat Data

dan Kelembagaan Pengendalian OPT; Kepala Sub Direktorat Pengendalian

OPT Tan. Tahunan dan Penyegar; Kepala Sub Direktorat Pengendalian OPT

Tan. Semusim dan Rempah; Kepala Seksi Data dan Informasi OPT, Subdit Data

dan Kelembagaan Pengendalian OPT; Dosen IPB (Nina Maryana, M.Si.); POPT

Jawa Tengah (Muji Slamet, SP.); BBPOPT Jatisari (Ir. Mustaghfirin); Lembaga

Sertifikasi Profesi (Edy Suwardi Wijaya, SP.); Kepala Sub bidang Karantina

Tumbuhan Benih Impor, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati (Dr.

Nurjanah, SP. M.Si.).

Materi: Kebijakan Perlindungan Perkebunan; Pengenalan dan Pengendalian

OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar; Pengenalan dan Pengendalian OPT

Tanaman Semusim dan Rempah; Teknik pengambilan sampel pengamatan;

Teknik Pengamatan OPT; Teknik Koleksi dan Identifikasi OPT; Pengelolaan

OPTK Perkebunan; Taksasi Kehilangan Hasil; Sistem Informasi OPT

Perkebunan; Peramalan dan Pemetaan OPT Perkebunan; Pelaporan OPT;

Praktik Pengamatan OPT dan pengambilan OPT untuk koleksi; Praktik

pembuatan Koleksi OPT.

Page 82: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

74

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, menunjukkan bahwa rata-rata pre-

test hasil Bimtek Petugas Pengamat OPT Tahun 2018 sebelum dilakukan

pelatihan yaitu 45,40 dan rata-rata pot-test sesudah pelatihan yaitu 59,18.

Setelah dilakukan uji t-test, diperoleh kesimpulan bahwa Bimtek Instruktur BPT

memberikan pengaruh signifikan pada taraf 5% terhadap pengetahuan peserta

mengenai materi yang disampaikan pada acara tersebut, yaitu sebesar

30,35%.

Rencana tindak lanjut yang harus dilakukan oleh Direktorat Perlindungan

Perkebunan:

a. Menelaah kembali buku pedoman pengamatan OPT perkebunan yang telah

disusun terutama pengambilan sampel pengamatan dan form pengamatan.

b. Menelaah kembali Instruksi Kerja Pengamatan dan Pengendalian yang telah

disusun, untuk mempermudah petugas pengamat daerah.

c. Menginformasikan dan mengajarkan ke petugas pelaporan data provinsi

tentang sistem pelaporan data online.

Hal-hal yang harus segera dilakukan oleh petugas pengamat peserta Bimtek

petugas pengamat OPT/POPT:

a. Menyampaikan hasil Bimtek petugas pengamat OPT/POPT kepada

pengamat OPT di provinsi masing-masing

b. Menyusun jadual pengamatan sesuai wilayah masing-masing

c. Melakukan pengamatan OPT di wilayah kerja masing-masing

d. Menelaah dan memperbaiki sistem pelaporan data OPT

e. Mendorong petani di wilayah kerjanya untuk melaksanakan pengamatan di

kebunnya masing-masing.

f. Menginformasikan cara pengendalian OPT secara PHT kepada petani

pekebun di wilayahnya.

Z. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN KEDINASAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

1. Tujuan

Page 83: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

75

Pelayanan administrasi perkantoran Direktorat Jenderal Perkebunan

dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan

dalam rangka mendukung kelancaran kegiatan Direktorat Perlindungan

Perkebunan.

Memberikan pelayanan pelaksanaan kegiatan perlindungan di daerah.

Melaksanakan pelayanan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

program

pembangunan.

Mendapatkan masukan dari Instansi terkait tentang Penanganan

Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan khususnya hama

penggerek batang pada tanaman lada, pala dan cengkeh serta penyakit

gugur daun Fusicoccum pada tanaman karet.

2. Sasaran

Meningkatkan pelayanan administrasi kegiatan dengan cepat, tepat dan

akuntabel secara dinamis baik di pusat maupun UPT Pusat lingkup

Direktorat Jenderal Perkebunan.

Sasaran dari kegiatan FGD adalah diperolehnya masukan dari instansi

terkait tentang Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman

Perkebunan khususnya hama penggerek batang pada tanaman lada,

pala dan cengkeh serta penyakit gugur daun Fusicoccum pada tanaman

karet.

3. Ruang Lingkup

Memfasilitasi dan melayani urusan surat menyurat, urusan

kepegawaian, urusan rumah tangga, urusan keuangan, urusan

perlengkapan dan urusan kearsipan lainnya yang berkaitan dengan

administrasi perkantoran lingkup Direktorat Perlindungan Perkebunan.

Focus Group Discussion (FGD) Penanganan Organisme Pengganggu

Tanaman Perkebunan khususnya tanaman lada, pala, cengkeh dan

karet.

4. Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan

Pertemuan FGD Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman

Perkebunan diselenggarakan di Hotel Salak The Heritage, Bogor pada

Page 84: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

76

tanggal 12 Desember 2018. FGD dibuka oleh Direktur Perlindungan

Perkebunan dan dihadiri oleh 45 orang peserta yang berasal dari Sekretariat

Direktorat Jenderal Perkebunan; Direktorat Tanaman Tahunan dan

Penyegar; Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; Balai Besar

Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya,

Ambon dan Medan; Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak; Dinas

yang membidangi perkebunan provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,

Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, Jambi, Bali, Lampung, Sumatera Selatan,

Aceh; Pejabat Struktural lingkup Direktorat Perlindungan Perkebunan dan

Pejabat Fungsional POPT Direktorat Perlindungan Perlindungan

Perkebunan.

Narasumber yang hadir adalah: Prof. Dr. Loekas Soesanto dari Universitas

Jenderal Sudirman, Dr Tri Rafani Febiyanti SP. MS dari Balai Penelitian

Sembawa, Dr. Ir. Sinung Hendratmo, MS dari PT. Riset Perkebunan

Nusantara, Dr. Jackson F Watung dari Universitas Sam Ratulangi, Dr. Ir.

Wiratno M.Env.Mgt dari Balittro Bogor dan Dr. Ir. Ophirtus Sumule, DEA

Direktur Sistem Inovasi Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian

Risert dan Dikti.

Berdasarkan arahan Direktur Perlindungan Perkebunan dan pemaparan dari

para narasumber serta hasil diskusi dirumuskan beberapa hal penting yang

menjadi kesimpulan dalam FGD Penanganan Organisme Pengganggu

Tanaman Perkebunan, yaitu:

a. Pemerintah pusat perlu membuat terobosan kebijakan dalam mengatasi

perkembangan hama dan penyakit lada, pala, cengkeh dan karet. Hal ini

dikaitkan dengan kebijakan pemerintah untuk mengembalikan kejayaan

rempah nasional dan mengangkat kembali agribisnis karet yang sedang

terpuruk akibat serangan OPT dan dari harga karet yang terus jatuh.

Terobosan yang akan dilakukan meliputi:

- Meningkatkan kapasitas dan peran petugas Brigade Proteksi dan RPO

dalam melakukan pengamatan dan pengendalian OPT .

- Membangun sistem informasi pengendalian OPT yang dapat diakses

secara mudah oleh pemangku kepentingan.

Page 85: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

77

- Meningkatkan pemanfaatan MS APH untuk mengendalikan hama

penggerek lada, pala, cengkeh dan penyakit gugur daun karet

Fusicoccum sp. dan melakukan evaluasi keberhasilannya.

- Menggerakkan pekebun untuk melaksanakan pengendalian secara

masal dan berulang-ulang.

b. Telah terjadi peningkatan serangan OPT yang signifikan pada komoditas

lada, pala, cengkeh oleh hama penggerek dan karet oleh penyakit gugur

daun Fusicoccum sp. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit

pada tanaman lada, pala, cengkeh dan karet perlu dilakukan identifikasi

OPT dengan benar, pemetaan sebaran serangan lebih detail, dan

memperhatikan faktor-faktor lingkungan agar strategi pengendalian

dapat di terapkan dengan lebih baik. Pemetaan serangan OPT dapat

menggerakkan BPT dan RPO yang telah terbentuk.

c. Bahan pengendalian OPT khususnya hama penggerek pala, cengkeh,

dan lada serta penyakit gugur daun pada tanaman karet dapat

menggunakan Metabolit Sekunder Agens Pengendali Hayati (MS APH)

dan pestisida kimiawi dengan bahan aktif tertentu.

d. Untuk mengendalikan OPT yang belum ada APH dan pestisida kimia

yang terdaftar dan memperoleh izin Menteri Pertanian dapat

mempergunakan pestisida kimiawi dan APH tertentu dengan

pengawasan penggunaan dan peredaran secara ketat.

e. Teknik aplikasi MS APH dan pestisida tertentu untuk mengendalikan OPT

perlu disesuaikan dengan jenis OPT dan spesifik serangannya pada

tanaman. Untuk pengembangan MS APH sebaiknya menggunakan isolat

lokal agar lebih efektif jika diaplikasi di daerah setempat. Isolat lokal

tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan perangkap, antara lain

batok kelapa.

f. Rekomendasi teknologi pengendalian OPT untuk mengatasi serangan

penggerek pada tanaman pala, cengkeh dan lada serta penyakit gugur

daun Fusicoccum sp. pada tanaman karet.

Perlu dibangun kerjasama antar Kementerian Riset Dikti dengan

Kementerian Pertanian terutama dalam pengembangan kawasan atau

Page 86: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

78

kluster perkebunan, sehingga hasilnya menjadi optimal. Selain itu perlu

mendorong Pemerintah Daerah untuk mengidentifikasi masalah di

masyarakat.

5. Realisasi

Realisasi keuangan sebesar Rp. 1.804.262.692,- atau 82,57% dari pagu Rp.

2.185.250.000

AA. PELATIHAN PPNS PERKEBUNAN

1. Tujuan

Menyelenggarakan Diklat dan sertifikasi PPNS bidang Perkebunan.

2. Sasaran

Menggelar diklat dan sertifikasi PPNS Perkebunan dengan melibatkan ASN

dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

3. Ruang Lingkup

Diklat dan sertifikasi PPNS Perkebunan dilaksanakan bekerjasama dengan

Badan Reserse dan Kriminal Mabes POLRI. Pelatihan dilaksanakan di Diklat

Bareskrim Megamendung Bogor. Diklat dan sertifikasi PPNS Perkebunan

dilakukan dengan pola 400 JP. Peserta diklat dan sertifikasi PPNS

Perkebunan adalah ASN dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas

Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

4. Hasil

a. Kegiatan Diklat dan sertifikasi PPNS Perkebunan dilaksanakan

dilaksanakan selama 60 (enam puluh) hari terhitung mulai tanggal 19

Maret s/d 17 Mei 2018. Diklat dan sertifikasi PPNS Perkebunan

dilaksanakan di Diklat Bareskrim di Megamendung Bogor. Pelatihan

dibuka pada tanggal 19 Maret 2018 dengan Inspektur upacara Kepala

Bidang Diklat Pendidikan dan Pelatihan Reserse Lemdiklat Polri, Direktur

Page 87: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

79

Perlindungan Perkebunan dan Perwakilan Direktorat Jenderal

Perkebunan serta peserta PPNS. Adapun jumlah peserta PPNS Bidang

perkerbunan sebanyak 29 (dua puluh sembilan) orang.

b. Secara umum pelaksanaan Diklat PPNS Perkebunan Kementerian

Pertanian R.I. Pola 400 JP T.A. 2018 berjalan lancar dengan baik.

c. Para peserta Diklat, selama mengikuti kegiatan dalam proses belajar

mengajar di Diklat ReserseLemdiklat Polri dapat mengikuti

/melaksanakan pendidikan dengan baik dan para siswa juga telah

menunjukan sikap disiplindan kesungguhan dalam mengikuti proses

pendidikan dan latihan.

d. Berdasarkan hasil evaluasi dan hasil sidang dewan pendidikan,

dinyatakan bahwa hasil pelaksanaan Diklat PPNS Perkebunan

Kementerian Pertanian R.I. Pola 400 JP T.A. 2018, dengan kualifikasi

baik untuk sebanyak 29 (dua puluh sembilan) orang.

e. Disarankan agar peserta yang pernah mengikuti Diklat PPNS agar

penugasannya disesuaikan dengan profesinya sebagai Penyidik

Pegawai Negeri Sipil;

f. Dalam melaksanakan tugas di kewilayahan sebagai PPNS, agar

berkoordinasi dengan Korwas PPNS di daerah penugasannya masing –

masing.

5. Realisasi Keuangan

Pagu Kegiatan Pertemuan Koordinasi PPNS Perkebunan adalah sebesar

Rp. 1.190.620.000 dan realisasi keuangan sebesar Rp. 1.167.283.200

(98,04%) dan realisasi fisiknya 100%.

AB. PERTEMUAN FASILITASI DAN REKONSILIASI PENGELOLAAN

EKOSISTEM LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

1. Tujuan

Melaksanakan Rekonsiliasi antara Pemerintah dan pelaku usaha

perkebunan dalam pengelolaan ekosistem lahan gambut di lahan

perkebunan.

Page 88: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

80

2. Sasaran

Terfasilitasinya penyelesaian permasalahan pengelolaan ekosistem lahan

gambut di lahan perkebunan.

3. Ruang Lingkup

Kegiatan Pertemuan Rekonsiliasi Pengelolaan Ekosistem Gambut di Lahan

Perkebunan Kelapa Sawit dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan

Perkebunan. Peserta adalah Direktorat Jenderal Perkebunan, K/L terkait,

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi dan seluruh perusahaan perkebunan

kelapa sawit yang mendapat kewajiban melakukan pemulihan ekosistem

gambut di konsesi lahan perkebunannya dan instansi terkait lainnya.

4. Hasil

a. Kegiatan Pertemuan Rekonsiliasi Pengelolaan Ekosistem Gambut di

Lahan Perkebunan Kelapa Sawit telah dilaksanakan dengan realisasi

fisik 100 %.

b. Kegiatan Pertemuan Rekonsiliasi Pengelolaan Ekosistem Gambut di

Lahan Perkebunan Kelapa Sawit bertujuan melaksanakan Rekonsiliasi

antara Pemerintah dan pelaku usaha perkebunan dalam pengelolaan

ekosistem lahan gambut di lahan perkebunan.

c. Kegiatan Pertemuan Rekonsiliasi Pengelolaan Ekosistem Gambut di

Lahan Perkebunan Kelapa Sawit telah dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap

pertemuan. Pertemuan Tahap I dilaksanakan pada tanggal 26

September 2018 di Hotel Bogor Icon. Pertemuan Tahap II dilaksanakan

pada tanggal 29 November 2018 di Hotel Grand Aston Yogyakarta.

5. Realisasi Keuangan

Pagu Kegiatan Pertemuan Rekonsiliasi Pengelolaan Ekosistem Gambut di

Lahan Perkebunan Kelapa Sawit adalah sebesar Rp. 744.850.000 dan

realisasi keuangan sebesar Rp. 613.119.499 (82,31%) dan realisasi fisiknya

100%.

AC. PERTEMUAN KOORDINASI PPNS PERKEBUNAN DAN PETUGAS

PERKEBUNAN

Page 89: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

81

1. Tujuan

Meningkatkan sinergitas antara PPNS Bidang Perkebunan dalam

melaksanakan tugas dan kewenangannya.

2. Sasaran

Terinformasikannya berbagai aturan dan regulasi terkait dengan

kewenangan PPNS Perkebunan

3. Ruang Lingkup

Kegiatan Pertemuan Koordinasi PPNS Perkebunan di tingkat pusat

dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan. Peserta koordinasi

adalah PPNS di bidang perkebunan yang berasal dari Direktorat Jenderal

Perkebunan, Pemerintah Provinsi/Kabupaten dan UPT lingkup Ditjen

Perkebunan.

4. Hasil

a. Kegiatan dilaksanakan di Hotel Onih Bogor pada tanggal 20 s/d 22

November 2018. Pertemuan Koordinasi PPNS Perkebunan bertemakan

“Penguatan Sinergitas Manajemen Penegakan hukum Bidang

Perkebunan”. Pertemuan dibuka secara resmi oleh Sekretaris Direktorat

Jenderal Perkebunan dan dihadiri oleh PPNS dari Dinas yang

membidangi perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Tenggara, NTB, NTT, Papua Barat dan Ditjen

Perkebunan serta UPT lingkup Ditjen Perkebunan.

b. Peran PPNS perkebunan baik ditingkat Pusat maupun daerah saat ini

menjadi sangat penting sehingga perlu membentuk wadah/unit kerja

gakkum bagi PPNS di daerah.

c. Pembinaan secara terfokus dan komprehensif merupakan salah satu

cara untuk meningkatkan keahlian dan wawasan PPNS.

5. Realisasi Keuangan

Page 90: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

82

Pagu Kegiatan Pertemuan Koordinasi PPNS Perkebunan adalah sebesar

Rp. 211.280.000 dan realisasi keuangan sebesar Rp. 173.536.600 (82,14%)

dan realisasi fisiknya 100%.

Page 91: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB V

SIMPUL-SIMPUL KRITIS DAN SARAN PEMECAHANNYA

A. Pembuatan Buku:

1. Finalisasi draft buku sering terlambat karena tertundanya koreksi

dari narasumber. Pengiriman koreksi narasumber agar dilakukan

segera setelah pertemuan.

2. Proses pencetakan sering terlambat karena menunggu proses

perbaikan naskah.

B. Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Semusim dan

Rempah:

1. Penetapan SK Pelaksana kegiatan Provinsi/Kabupaten seringkali

terlambat karena belum ditetapkan oleh KPA sehingga

pelaksanaan kegiatan pengawalan pengendalian OPT belum

terkoordinir dan mengalami terlambatnya pelaksanaan kegiatan.

Untuk itu KPA agar segera menetapkan SK Pelaksana kegiatan.

2. Pedoman Teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal

Perkebunan sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan

seringkali belum dijabarkan ke dalam Juklak/Juknis atau terlambat

disusun. Untuk Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota setelah menerima

Pedoman Teknis dari Pusat diminta menelaah dan segera

menyusun Juklak/Juknis sebelum kegiatan dimulai untuk

mengakomodir hal-hal spesifik lokasi.

3. Pengajuan revisi kegiatan oleh daerah seringkali dilakukan melebihi

batas waktu yang telah ditentukan, yang berakibat terhambatnya

pelaksanaan pengawalan kegiatan. Untuk itu revisi dihimbau

dilakukan sejak awal tahun setelah menerima DIPA, sehingga

Direktorat Perlindungan Perkebunan dapat segera meresponnya.

4. Jadwal kegiatan pengendalian seringkali tidak diinformasikan

kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan sehingga kegiatan

Page 92: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

84

pengawalan seringkali tidak tepat. Untuk itu perlu adanya

koordinasi yang intensif sebelum pelaksanan kegiatan di daerah di

mulai.

5. Tahapan dan jadwal penarikan anggaran kegiatan belum

sepenuhnya sesuai dengan ROPAK yang terlah disusun. Penarikan

anggaran harus mengacu pada ROPAK dan dilaksanakan secara

konsisten.

6. Pada saat pengawalan kegiatan pengendalian, data dan informasi

yang dibutuhkan seringkali belum lengkap. Untuk itu dihimbau agar

pelaksana kegiatan menyelesaikan dan menyampaikan laporan

hasil pelaksanaan kegiatan segera setelah kegiatan dilaksanakan

tanpa harus menunggu akhir tahun.

C. Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan

Penyegar:

1. Koordinasi antara Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas

Perkebunan atau yang membidangi perkebunan Provinsi/UPTD

Provinsi dan Dinas perkebunan atau yang membidangi

perkebunan Kabupaten serta petani peserta kegiatan pengendalian

sering terlambat. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi lebih awal

setelah daerah menerima POK dan Pedoman Teknis.

2. Waktu pelaksanaan pengawalan kegiatan yang direncanakan oleh

pusat dengan jadwal pelaksanaan kegiatan pengendalian OPT di

daerah sering tidak sinkron karena perbedaan waktu pencairan

anggaran. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi lebih intensif

antara pusat dan daerah sehingga perencanaan pengawalan pusat

dan pelaksanaan kegiatan di daerah tepat dan sesuai dengan

kondisi di lapangan.

3. Penelaahan POK oleh daerah terlambat sehingga persiapan

pelaksanaan kegiatan terlambat yang mengakibatkan kegiatan

Page 93: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

85

tidak tepat waktu. Oleh karena itu provinsi/kabupaten pelaksana TP

perlu segera melakukan penelaahan setelah POK diterima.

4. Pedoman teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal

Perkebunan sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan

seringkali belum dijabarkan kedalam Juklak/Juknis atau terlambat

disusun. Untuk itu Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota setelah

menerima Pedoman Teknis dari Pusat diminta segera menyusun

Juklak/Juknis sebelum kegiatan dimulai untuk mengakomodir hal-

hal spesifik lokasi.

5. Pengajuan revisi kegiatan oleh daerah seringkali dilakukan

menjelang akhir tahun anggaran, yang berakibat terhambatnya

pelaksanaan kegiatan. Revisi dibatasi waktunya tidak boleh

melebihi pertengahan tahun dan dihimbau dilakukan sejak awal

tahun setelah menerima DIPA.

6. Pelaksanaan pengawalan kegiatan pengendalian sering tidak

sesuai yang direncanakan karena personil yang akan ditugaskan

seringkali harus melaksanakan tugas lain dan terlambatnya

pencairan anggaran. Untuk itu perlu pengaturan personil yang akan

ditugaskan dan mensinkronkan dengan pencairan anggaran.

D. Pengawalan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Tanaman

Semusim dan Rempah:

1. Penetapan SK Tim Pelaksana Provinsi/Kabupaten/Kota dan CP/CL

seringkali terlambat sehingga pelaksanaan kegiatan menjadi

terlambat. Untuk itu perlu Kepala Satker diminta untuk

mempercepat penetapan SK agar kegiatan berjalan sesuai

waktunya.

2. Pedoman Teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal

Perkebunan sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan

seringkali belum dijabarkan kedalam Juklak/Juknis atau terlambat

disusun. Untuk itu Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota setelah

Page 94: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

86

menerima Pedoman Teknis dari Pusat diminta segera menelaah

dan menyusun Juklak/Juknis sebelum kegiatan dimulai untuk

mengakomodir hal-hal spesifik lokasi.

3. Pencermatan POK oleh pelaksana kegiatan seringkali terlambat

sehingga pengajuan revisi terlambat, bahkan seringkali dilakukan

menjelang akhir tahun anggaran, yang berakibat terhambatnya

pelaksanaan kegiatan. Pengajuan revisi dibatasi waktunya tidak

boleh melebihi pertengahan tahun dan dihimbau pencermatan POK

sejak awal tahun setelah menerima DIPA.

4. Proses pengadaan bahan pengendali OPT dan bahan untuk

pembuatan APH/MS APH seringkali dilakukan menjelang akhir

tahun. Untuk itu dihimbau agar dilakukan proses pengadaan

dipercepat.

5. Jadual pelaksanaan dan tahapan penarikan uang kegiatan belum

sepenuhnya sesuai dengan ROPAK yang telah disusun. Penarikan

anggaran harus mengacu pada ROPAK dan dilaksanakan secara

konsisten.

E. Pengawalan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Tanaman

Tahunan dan Penyegar:

1. Waktu pelaksanaan pengawalan yang direncanakan oleh pusat

dengan jadwal pelaksanaan kegiatan di daerah sering tidak sinkron

karena perbedaan waktu pencairan anggaran. Oleh karena itu perlu

dilakukan koordinasi lebih intensif antara pusat dan daerah

sehingga perencanaan pusat dan daerah untuk penentuan jadwal

yang tepat dan tetap menyesuaikan kondisi di lapangan.

2. Pedoman Teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal

Perkebunan sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan

seringkali belum dijabarkan kedalam Juklak/Juknis atau terlambat

disusun. Untuk itu Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota setelah

menerima Pedoman Teknis dari Pusat diminta segera menyusun

Page 95: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

87

Juklak/Juknis sebelum kegiatan dimulai untuk mengakomodir hal-

hal spesifik lokasi.

3. Pencermatan POK oleh daerah sering terlambat dilakukan

sehingga pengajuan revisi kegiatan oleh daerah seringkali

dilakukan menjelang akhir tahun anggaran yang menyebabkan

kegiatan tidak tepat waktu. Perlu dilakukan komunikasi yang intensif

dengan pelaksana kegiatan sehingga melakukan revisi pada awal

tahun dan membatasi waktu pelaksanaan revisi POK.

F. Pembinaan Dalam Rangka Pemberdayaan Perangkat Perlindungan

Perkebunan:

1. Perangkat perlindungan belum memahami SOP kegiatan

perlindungan sehingga tidak melaksanakan kegiatannya dengan

benar. Terkait dengan hal tersebut maka perlu dilakukan

pembinaan dalam rangka melaksanakan kegiatan perlindungan

sesuai dengan SOP.

2. Terbatasnya prasarana dan sarana mengakibatkan laboratorium

yang ada tidak dapat memproduksi APH siap pakai dalam jumlah

besar. Terkait dengan hal tersebut maka perlu dilakukan

pembinaan kepada petugas laboratorium agar fokus pada produksi

starter dan perbanyakan APH siap pakai yang dilaksanakan di

tingkat petani.

3. APH yang dihasilkan oleh UPTD/Balai belum memiliki ijin sehingga

APH yang dihasilkan tidak bisa digunakan untuk pengendalian di

lapangan secara luas. Terkait dengan hal tersebut maka perlu

dilakukan pembinaan dalam rangka mendorong Balai/ UPTD untuk

mengurus ijin penggunaan APH.

4. Belum tersedianya SOP untuk melaksanakan kegiatan operasional

laboratorium, sehingga perlu dilakukan pembinaan dalam

pembuatan SOP laboratorium agar sesuai dengan standar

pelaksanaannya.

Page 96: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

88

5. Kurangnya sarana, prasarana dan petugas pengamat (SDM)

ditingkat daerah sehingga penyampaian data serangan OPT dari

Kabupaten/Kota ke Pusat terlambat. Sehubungan dengan hal

tersebut maka perlu dilakukan pembinaan dan diskusi dengan

petugas Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi

perkebunan agar dapat melengkapi sarana dan prasarana serta

merekrut kembali tenaga pengamat OPT sehingga laporan

keadaan OPT pada setiap triwulan dapat disampaikan tepat pada

waktunya.

6. Daerah/wilayah pemekaran baru biasanya tidak mempunyai

petugas pengamat OPT, sehingga tidak pernah melaporkan

perkembangan data serangan OPT yang ada. Sehubungan dengan

hal tersebut perlu dilakukan pembinaan agar terjalin kerjasama dan

koordinasi yang baik dengan dinas provinsi atau dinas kabupaten

yang terdekat yang mempunyai petugas pengamat.

G. Pengawalan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan:

1. Waktu terjadinya GUP tidak dapat diprediksi.

2. Sumber terjadinya GUP berasal dari luar teknis perkebunan,

seperti perizinan.

3. Beberapa kasus GUP sudah terjadi dan berlangsung sejak lama.

4. Penanggulangan kasus GUP melibatkan banyak pihak baik di

tingkat pusat maupun tingkat daerah.

5. Koordinasi antar instansi terkait belum berjalan optimal.

6. Pemahaman petugas Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota

dalam Penanggulangan GUP masih kurang.

H. Pengawalan Penanganan Kebakaran Lahan dan Kebun:

1. Sistem, Sarana dan prasarana di tingkat lokus tidak memadai

sehingga pengendalian kebakaran kurang optimal. Diharapkan,

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat memberikan dukungan

Page 97: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

89

sistem, sarana dan prasarana sehingga pemantauan kebakaran

dapat berjalan optimal.

2. Kurangnya koordinasi antar intansi dalam pemantauan,

pengawalan kebakaran lahan perkebunan menyebabkan

keterlambatan dalam penanganan dan pencegahan kebakaran.

dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota

diharapkan dapat berkoordinasi dengan instansi terkait sehingga

pencegahan kebakaran dapat berjalan dengan baik.

I. Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim serta

Perhitungan Perkebunan Rendah Emisi:

Waktu pengawalan tidak sesuai dengan pelaksanaan kegiatan Mitigasi

dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim serta Penghitungan Penurunan

Emisi Gas Rumah Kaca di daerah sehingga pengawalan kurang

optimal. Rencana Operasional Kegiatan Pengawalan disinkronkan

dengan Rencana Operasional Kegiatan Mitigasi dan Adaptasi Dampak

Perubahan Iklim serta Penghitungan Penurunan Emisi Gas Rumah

Kaca, sehingga perlunya koordinasi dengan dinas terkait lebih intensif.

J. Pengawalan dalam rangka Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian

Organik Berbasis Komoditas Perkebunan:

1. Petugas Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota belum menerima pedoman

teknis yang telah disusun oleh Dirat. Perlindungan Perkebunan,

sehingga belum memiliki gambaran yang utuh tentang pelaksanaan

kegiatan Pengawalan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas

Perkebunan.

2. Ketepatan pencairan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan

pengawalan dalam rangka pembinaan dan sertifikasi desa

pertanian organik berbasis komoditas perkebunan terhambat,

sehingga pelaksanaan kegiatan mundur dari jadual yang telah

ditetapkan.

Page 98: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

90

3. Jumlah personil perlindungan perkebunan yang akan melakukan

kegiatan pengawalan dalam rangka pembinaan dan sertifikasi desa

pertanian organik berbasis komoditas perkebunan semakin

berkurang.

K. Surveilans Penerapan ISO 9001:2015:

1. Tidak terbangunnya komitmen di jajaran Direktorat Perlindungan

Perkebunan sehingga penerapan sistem manajemen mutu tidak

optimal, oleh karena itu perlu dibangun komitmen secara terus

menerus melalui arahan dari Direktur Perlindungan beserta pejabat

struktural.

2. Penerapan sistem manajemen mutu tidak mempengaruhi

perubahan mutu pelayanan karena penerapan tidak sinergi dengan

kegiatan utama Direktorat Perlindungan Perkebunan, sehingga

perlunya penyatuan antara tugas utama dan penerapan sistem

mutu.

L. Bimbingan Teknis Pengoperasian Drone:

1. Praktek dilapangan sangat dipengaruhi oleh cuaca, bila hujan atau

ada angin kencang praktek penerbangan tidak dapat dilakukan.

Untuk itu sebelum penetapan waktu bimbingan perlu mengetahui

peramalan cuaca dari BMKG.

2. Lapangan tempat praktek harus sesuai dengan rambu-rambu

penerbangan drone. Untuk itu perlu survey tempat praktek dengan

cermat sesuai rambu-rambu penerbangan drone dan pemilik

lapangan.

M. Penyusunan dan Pembahasan Draft Permentan Pedoman

Penanggulangan Gangguan Usaha Perkebunan:

Peserta dan narasumber kegiatan yang telah ditetapkan dan diundang

berhalangan hadir dan menugaskan peserta dan narasumber pengganti

Page 99: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

91

yang kurang berkompoten, sehingga diskusi dan masukan yang

diperoleh kurang sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengatasi hal

tersebut perlu dilakukan koordinasi lebih awal dengan seluruh peserta

dan narasumber kegiatan.

N. Pembangunan Database Aplikasi Sistem Informasi Pengendalian OPT

dan Pertanian Organik Berbasis Komoditas Pertanian:

1. Perencanaan konsep pembangunan database aplikasi informasi

pengendalian OPT tanaman perkebunan dan pertanian organik

berbasis komoditas perkebunan tidak disiapkan dengan baik,

sehingga database yang dibangun kurang optimal.

2. Pelaksana survey kurang memahami kompetensi penyedia

jasa/penyelenggara TIK yang dibutuhkan, sehingga mendapatkan

penyedia jasa/penyelenggara TIK yang kurang kredibel.

O. Bimbingan Teknis Instruktur Brigade Proteksi Tanaman:

1. Narasumber yang telah direcanakan untuk memberikan materi

pada saat bimtek tidak dapat hadir, untuk mengatasi hal tersebut,

perlu dilakukan koordinasi yang lebih intensif dan dilakukan

konfirmasi jauh hari sebelum kegiatan bimtek dilaksanakan.

2. Waktu praktek lapang terbatas sehingga penguasaan peserta

terhadap alat dan bahan praktek kurang oleh karena itu diupayakan

agar alokasi waktu praktek lapang lebih banyak daripada teori.

P. Peningkatan Kapasitas Petugas Perlindungan Perkebunan:

1. Koordinasi antara Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan

Puslit/Balit/Perti, stakeholder tempat melaksanakan pelatihan

Peningkatan Kapasitas Teknis Petugas Perlindungan Perkebunan

terlambat. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi yang lebih cepat,

intensif antara kedua pihak dalam rangka membahas berbagai hal

secara lebih terbuka dan transparan.

Page 100: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

92

2. Materi pelatihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

pengembangan kemampuan teknis petugas, segera dibuat silabus

materi pelatihan yang ingin diperoleh dan dikirim ke unit

penyelenggara pelatihan.

Q. Pertemuan Konsolidasi Perlindungan Perkebunan:

1. Menentukan waktu pelaksanaan pertemuan terkait dengan

ketersedian tempat pertemuan. Untuk itu perlu koordinasi yang baik

dengan pihak pemilik tempat pertemuan dalam rangka mendukung

kelancaran pelaksanaan pertemuan Kebijakan Perlindungan

Perkebunan.

2. Kegiatan konsolidasi tidak dihadiri oleh pejabat pengambil

keputusan kebijakan. Oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi

khususnya dengan Dinas yang membidangi perkebunan agar

menugaskan staf yang menangani perlidungan dan pakar/ahli yang

berkompeten dalam bidang perkebunan.

3. Jumlah peserta tidak diketahui secara pasti. Oleh karena itu

peserta konsolidasi dan para narasumber diwajibkan mengirim

lembar konfirmasi sebelum kegiatan berlangsung, sehingga dapat

diketahui pasti jumlah peserta dan narasumber yang hadir terkait

dengan ketersediaan tempat.

4. Materi kegiatan konsolidasi belum terkumpul pada saat

pelaksanaan, sehingga diupayakan permintaan materi dari pihak

pengisi kegiatan konsolidasi dilakukan jauh sebelum kegiatan

dilaksanakan.

R. Penyusunan dan Finalisasi Draft Permentan tentang Perlindungan

Tanaman Perkebunan:

Peserta dan narasumber kegiatan yang telah ditetapkan dan diundang,

berhalangan hadir sehingga menugaskan peserta dan narasumber

pengganti yang kurang berkompeten, sehingga diskusi dan masukan

Page 101: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

93

yang diperoleh kurang sesuai dengan yang diharapkan. Untuk

mengatasi hal tersebut perlu dilakukan koordinasi lebih awal dengan

seluruh peserta undangan dan narasumber kegiatan.

S. Pembahasan Program dan Anggaran:

1. Terlambatnya penyampain e-proposal dari daerah sehingga

penyusunan Rencana Kerja kurang sesuai dengan usulan daerah

yang disampaikan setelah penyusunan RENJA. Perlu percepatan

sosialisasi di daerah tentang penyampaian usulan melalui e-

proposal.

2. Usulan kegiatan dan lokasi dari daerah kurang tepat karena

seringkali berubah akibat tidak adanya koordinasi antara pelaksana

dengan Tim Perencanaan daerah. Koordinasi antara pelaksana dan

Tim Perencanaan daerah perlu dilakukan sebelum pertemuan

koordinasi perencanaan pembangunan perkebunan

nasional/wilayah.

T. Bimbingan Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Bakar:

Peserta yang datang bukan petugas pendamping kegiatan

pembangunan demplot pembukaan lahan tanpa membakar, sehingga

tidak mendukung pelaksanaan kegiatan demplot pembukaan lahan

tanpa membakar. Oleh karena itu, perlu ditetapkan bahwa peserta yang

hadir adalah petugas pendamping kegiatan demplot pembukaan lahan

tanpa membakar.

U. Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan pada Wilayah Pasca bencana:

1. Pemilihan kelompok tani saat penentuan CP/CL yang tidak tepat

dapat menyebabkan kegiatan tidak optimal. Oleh karena itu,

diharapkan Dinas Perkebunan atau yang membidangi Perkebunan

Provinsi/UPTD, Dinas Kabupaten wilayah bencana dapat memilih

dan menetapkan CP/CL yang tepat, serta dalam melakukan

Page 102: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

94

verifikasi penetapan kelompok tani menggunakan quisioner yang

mengarakhan pada sasaran kelompok tani yang terdampak

sehingga kegiatan dapat berjalan optimal.

2. Pelaksanaan kegiatan terlambat dikarenakan kurangnya koordinasi

antara pemerintah pusat dan daerah, oleh karena itu diharapkan

daerah segera menginformasikan perkembangan kondisi bencana

kepada pemerintah pusat atau pemerintah pusat segera melakukan

koordinasi ketika terjadi bencana.

V. Bimbingan Teknis Mediasi Penaggulangan Gangguan Usaha

Perkebunan:

1. Peserta bimbingan berasal dari Pusat dan Dinas yang membidangi

Perkebunan Provinsi namun lokasi terjadinya GUP berada di

Kabupaten.

2. Peserta bimbingan tidak memiliki kecakapan sehingga tidak

mendapatkan sertifikat.

3. Kemungkinan petugas/pejabat yang telah dilatih akan ditugaskan

ke unit kerja yang tidak menangani GUP.

4. Mediator tidak punya kewenangan dalam mengambil keputusan,

namun membantu para pihak mewujudkan win-win solution.

W. Pendampingan Pemantauan dan Koordinasi dengan Instansi Terkait:

Pendampingan, pemantauan dan koordinasi dengan instansi terkait

tidak dapat dihadiri oleh pejabat pengambil keputusan kebijakan karena

adanya penugasan lain. Oleh karena itu perlu perlu mengatur lebih baik

personil yang akan melakukan koordinasi.

Page 103: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

95

X. Pertemuan Konsolidasi Antisipasi Mitigasi Gangguan Usaha

Perkebunan:

1. Peserta yang hadir dalam koordinasi bukan pejabat yang

berwenang dalam menentukan kebijakan penanggulangan GUP

sehingga pertemuan kurang optimal.

2. Hasil koordinasi tidak tersampaikan ke tingkat kabupaten dan

instansi terkait sehingga pelaksanaan kebijakan pertemuan tidak

optimal.

Y. Bimbingan Teknis Petugas Pengamat OPT/POPT:

1. Narasumber yang telah direcanakan untuk memberikan materi

pada saat bimtek tidak dapat hadir, untuk mengatasi hal tersebut,

perlu dilakukan koordinasi yang lebih intensif dan dilakukan

konfirmasi jauh hari sebelum kegiatan bimtek dilaksanakan.

2. Waktu praktek lapang terbatas sehingga penguasaan peserta

terhadap alat dan bahan praktek kurang oleh karena itu diupayakan

agar alokasi waktu praktek lapang lebih banyak daripada teori.

Z. Pengawalan dan Pembinaan Kedinasan Perlindungan Perkebunan:

Peserta dan narasumber kegiatan yang telah ditetapkan dan diundang,

berhalangan hadir sehingga menugaskan peserta dan narasumber

pengganti yang kurang berkompeten, sehingga diskusi dan masukan

yang diperoleh kurang sesuai dengan yang diharapkan. Untuk

mengatasi hal tersebut perlu dilakukan koordinasi lebih awal dengan

seluruh peserta undangan dan narasumber kegiatan.

AA. Pelatihan PPNS:

1. ASN yang telah lulus diklat PPNS di pindahkan/mutasi ke unit kerja

yang bukan menangani perkebunan, sehingga PPNS tersebut tidak

berwenang melakukan penyidikan dalam bidang perkebunan.

Page 104: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

96

2. ASN yang telah lulus diklat PPNS memiliki masa kerja yang pendek

(Masuk purna tugas).

AB. Pertemuan Fasilitasi dan Rekonsiliasi Pengelolaan Ekosistem Lahan

Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit:

Perwakilan perusahaan perkebunan yang hadir bukan pejabat yang

diberi kuasa untuk menentukan kebijakan perusahaan, sehingga

pertemuan kurang optimal. Diharapkan peserta pertemuan yang hadir

yaitu pejabat yang berkompeten atau mendapat kuasa dari perusahaan

perkebunan.

AC. Pertemuan Koordinasi PPNS Perkebunan dan Petugas Perkebunan:

Peserta PPNS yang hadir dalam pertemuan ini, belum dilantik oleh

Kemenkumham dan belum memili kartu tanda penyidik.

Page 105: DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNANperlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/source/Berkas/Laporan Tahunan...ii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB VI

PENUTUP

Banyak hal yang telah dilaksanakan untuk mengimplementasikan kegiatan

perlindungan perkebunan, baik kegiatan yang berkaitan dengan

penanggulangan gangguan OPT maupun kegiatan penanggulangan

gangguan non OPT. Sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas direktorat

dan arahan dalam pengembangan perlindungan perkebunan adalah

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Perlindungan Tahun 2015-2019 yang

sebagian intinya juga telah disampaikan dalam laporan ini.

Sebagian kegiatan dari Renstra tersebut telah dilaksanakan pada tahun 2018

dan dari evaluasi pelaksanaannya, diharapkan akan dapat diperoleh kinerja

serta langkah perbaikan program dan kegiatan yang perlu dilakukan.

Diharapkan melalui langkah-langkah di atas kegiatan perlindungan

perkebunan akan dapat maju dan berkembang dengan lebih terarah dan

lebih cepat.

Disadari bahwa langkah-langkah yang telah dilakukan masih memerlukan

perbaikan, khususnya untuk mengantisipasi perubahan dan tuntutan yang

terjadi untuk pembangunan perkebunan. Melalui seluruh langkah di atas,

diharapkan upaya dan harapan kita untuk memaksimalkan kegiatan

perlindungan perkebunan, dapat turut memberikan sumbangan yang nyata

dan berarti dalam membangun masyarakat perkebunan yang sejahtera akan

dapat diwujudkan.