perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id optimalisasi .../optima...kinerja penagihan dalam...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
OPTIMALISASI KINERJA PENAGIHAN DALAM PENCAPAIAN
TARGET PENCAIRAN PIUTANG PAJAK PENGHASILAN (PPH)
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA
TAHUN 2010 – 2011
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh :
Dyah Wahyu Perdanawati
F3409027
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Janganlah takut untuk bermimpi, karena di dalam mimpi terdapat kekuatan yang besar
untuk mewujudkannya menjadi kenyataan (Penulis)
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan
Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui
masa depan jika Anda menunggu-nunggu (William Feather)
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus
dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak
(Aldus Huxley)
Penulis persembahkan kepada :
Allah SWT, sang pencipta alam semesta dan Yang Maha berkehendak atas
segala sesuatu.
Kedua Orang tuaku.
Keluargaku.
RMR
Sahabat – sahabatku.
Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
mengerjakan dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Optimalisasi
Kinerja Penagihan Dalam Pencapaian Target Pencairan Piutang Pajak
Penghasilan (PPh) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Tahun
2010 – 2011 dapat selesai dengan baik. Maksud dan tujuan penulisan Laporan
Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Ahli
Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis tidak dapat lepas dari
bantuan serta dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si, Ak. selaku Ketua Program
Diploma III Perpajakan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Titik Setyaningsih, S.E., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir
yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Bapak Teguh Budiharto selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta yang berkenan memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan magang kerja dan penelitian.
5. Bapak Joko Pitoyo selaku Kepala Seksi Penagihan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surakarta.
6. Seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
8. Yang tercinta kedua orangtua Bapak Dartono, Ibu Sri Setiyaningsih
dan semua keluargaku atas segala doa, motivasi serta kasih sayang
yang diberikan selama ini.
9. Mbahuti, terimakasih atas segala doa dan kasih sayang.
10. Rio Nindya Utama.
11. Sahabat – sahabatku Ayunda, Fitri, Desy, Devi, Dyah Ayu, Ery dan
Elysa atas segala dukungan dan motivasi.
12. Teman – teman Perpajakan 2009 UNS.
13. Anak – anak Kost Orange 77A : Imel, Lita, Mbak Ika, Yunda, Paskah,
Yasmin, Livy, dan Devi yang telah menjadi keluarga kedua bagi
penulis.
14. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan dan belum mendekati kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik
dari pembaca yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tugas akhir ini
dapat memberi manfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 1
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta ....... 1
2. Lokasi Instansi ............................................................................ 5
3. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta 6
4. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta ......... 6
5. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Struktur Organisasi ..................................................................... 8
7. Diskripsi Jabatan ......................................................................... 10
B. Latar Belakang Masalah .................................................................... 23
C. Perumusan Masalah ........................................................................... 27
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 27
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 28
F. Metodologi Penelitian ........................................................................ 29
1. Jenis Metode Penelitian .............................................................. 29
2. Lokasi Penelitian ........................................................................ 29
3. Obyek Penelitian ......................................................................... 30
4. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 30
5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 32
II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 34
1. Pengertian Pajak ......................................................................... 34
2. Fungsi Pajak ................................................................................ 36
3. Syarat Pemungutan Pajak ........................................................... 36
4. Pengelompokan Pajak ................................................................. 37
5. Pengertian Pajak Penghasilan ..................................................... 38
6. Penagihan Pajak .......................................................................... 38
7. Piutang Pajak .............................................................................. 39
8. Dasar Penagihan Pajak ............................................................... 39
9. Pejabat ......................................................................................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Kinerja ........................................................................................ 40
B. Analisis Data dan Pembahasan .......................................................... 41
1. Kinerja Penagihan Piutang Pajak Penghasilan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Tahun 2010 – 2011 ........... 41
2. Faktor-faktor Penyebab Kinerja Penagihan Dalam Pencairan
Piutang Pajak Penghasilan (PPh) Tidak Dapat Memenuhi
Target Pada Tahun 2010 – 2011 Serta Upaya Yang Dilakukan . 48
3. Strategi Ke Depan Kinerja Penagihan Dalam Memenuhi
Target Pencairan Piutang Pajak Penghasilan (PPh) .................... 53
III. TEMUAN
A. Kelebihan ........................................................................................... 59
B. Kelemahan ......................................................................................... 60
IV. PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................ 62
B. Rekomendasi ...................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
2. 1 Potensi, Realisasi dan Rasio Efektivitas Pencairan Piutang Pajak
Penghasilan KPP Prtama Surakarta Tahun 2010 – 2011 ................... 42
2. 2 Target dan Realisasi Pencairan Piutang Pajak Penghasilan KPP
Pratama Surakarta Tahun 2010 - 2011 ................................................. 45
2. 3 Perkembangan Jumlah Piutang Pajak Penghasilan KPP Pratama
Surakarta Tahun 2010 – 2011 ............................................................. 45
2. 4 Optimalisasi Pelaksanaan Penagihan KPP Pratama Surakarta Tahun
2010 – 2011 ......................................................................................... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1. 1 Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta ..................................... 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
THE OPTIMIZATION OF COLLECTION PERFORMANCE IN ACHIEVING THE INCOME TAX RECEIVABLE (PPH) CLEARANCE
TARGET IN SURAKARTA PRATAMA TAX SERVICE OFFICE IN 2010 – 2011
Dyah Wahyu Perdanawati
F3409027
The performance of planned, intensive and professional collection according to the taxing provision prevailing and with certain priority and strategy supporting by the reliable administration management is the collection policy in the attempt of optimizing the achievement of tax receivable clearance target. The performance of collection is required to work as maximally as possible in order to realize the tax receivable clearance target, particularly income tax.
The objectives of this studies to find out the performance of collection in income tax receivable clearance, to find out the factors affecting the performance of collection, as well as the collection strategy in the future income tax receivable clearance. This study used a descriptive method. The data the writer needed was obtained using observation, interview, document collection, as well as theoretical study through library sources. This research was taken place in Surakarta Pratama Tax Service Office.
This study explained the optimization level of collection performance in Surakarta Pratama Tax Service Office in 2010 and 2011 said as less optimal or could not achieve the determined target. The result of analysis could be obtained from the effectiveness ratio, and Main Performance Indicator according to the strategy target determined by Collection Section. The writer recommended the Surakarta Pratama Tax Service Office in order to improve the collection performance, to improve the taxing administration. Keywords: Collection Performance Optimization, Income Tax Receivable,
Surakarta Pratama Tax Service Office
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Surakarta
Sebelum Kemerdekaan Indonesia KPP Pratama Surakarta telah ada
sejak lama dengan berbagai nama dan istilah. Sebelum tahun 1966, KPP
Pratama Surakarta waktu itu berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I
(KDL Tk.I) Surakarta di bawah wewenang wilayah kerja dari Kantor
Inspeksi Keuangan Yogyakarta.
Pada tahun 1966, KDL Tk.I Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor
Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi diantaranya KDL
Tk.1 Klaten. Pada akhir tahun semua istilah Kantor Inspeksi Keuangan
termasuk Kantor Inspeksi Keuangan Surakarta diubah namanya menjadi
Kantor Inspeksi Pajak Surakarta yang bertipe B.2 dengan wilayah kerja se-
eks Karisidenan Surakarta.
Pada tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
: 276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kerja Direktorat Jendral
Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dipecah menjadi berikut, antara
lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
a. Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja
sebagai berikut :
1) Kotamadya Surakarta
2) Kabupaten Karanganyar
3) Kabupaten Surakarta
b. Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah kerja sebagai berikut :
1) Kota Administrasi Klaten
2) Kota Boyolali
3) Kabupaten Sukoharjo
4) Kabupaten Wonogiri
c. Unit Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta tipe B,
dengan wilayah kerja se-eks Karisidenan Surakarta (wilayah kerja
Kantor Inspeksi Pajak Surakarta) dengan catatan :
1) Realisasi pemecahan ke KPP Surakarta efektif per 2 Oktober
1989 dengan adanya Nota Dinas Pengadilan Tugas Nomor ND-
23/WPJ.08/KP.14/1989 tanggal 29 September 1989 yang
mengalih tugaskan sejumlah 11 (sebelas) pegawai Inspeksi Pajak
(IP) Surakarta ke UPP Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
2) Realisasi pemecahan ke KPP Klaten efektif per 1 Desember 1989
dengan adanya Nota Dinas Pengadilan Tugas Nomor : ND-
28/WPJ.08/KP.14/1989 tanggal 18 Februari 1989 yang mengalih
tugaskan sejumlah 66 pegawai IP Surakarta ke KPP Klaten.
3) Pegawai eks-Inspeksi Pajak (IP) Surakarta yang masih tersisa dan
menjadi pegawai pada KPP Surakarta keadaan per 1 Desember
1989 tinggal 114 orang berstatus pegawai eselon V dan petugas.
Sejak tanggal 29 Maret 1994 berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret
1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jendral Pajak, Kantor
Pelayanan Pajak Surakarta diubah menjadi tipe A dengan wilayah kerja
sebagai berikut:
a. Kotamadya Surakarta
b. Kabupaten Karanganyar
c. Kabupaten Sragen
d. Kabupaten Boyolali
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jendral Pajak Surakarta membawahi wilayah kerja sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
a. Daerah Administrasi
1) Kota Surakarta
2) Kabupaten Karanganyar
3) Kabupaten Sragen
4) Kabupaten Boyolali
b. Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
1) Surakarta
2) Sragen
Kantor Wilayah Jawa Tengah II berdasar Peraturan Menteri
Keuangan N0.55/PMK.01/2007, telah dibentuk Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama dan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan (KP2KP) sebagai berikut :
a. KPP Pratama Boyolali
b. KPP Pratama Cilacap
c. KPP Pratama Karanganyar
d. KPP Pratama Kebumen
e. KPP Pratama Klaten
f. KPP Pratama Magelang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
g. KPP Pratama Purbalingga
h. KPP Pratama Purwokerto
i. KPP Pratama Purworejo
j. KPP Pratama Sukoharjo
k. KPP Pratama Surakarta
l. KP2KP Banjarnegara
m. KP2KP Wonogiri
n. KP2KP Wonosobo
o. KP2KP Sragen
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-
141/PJ/2007 tanggal 3 Oktober 2007, KPP Surakarta menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Saat ini KPP Pratama Surakarta
mempunyai wilayah kerja yang meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu Laweyan,
Jebres, Serengan, Pasar Kliwon, dan Bajarsari.
2. Lokasi Instansi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta berlokasi di Jalan Kyai
Haji Agus Salim Nomor 1 Surakarta 57147, Telepon (0271) 717522/
718400/ 720821, Faximile (0271) 728436, Homepage DJP :
www.pajak.go.id.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Surakarta
Melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan
pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak dalam bidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertamabahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
4. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Surakarta
Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensfikasi Wajib Pajak.
b. Peneliti dan penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat
Pemberitahuan Masa serta berkas Wajib Pajak.
c. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung
lainnya.
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian
keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjaualan atas Barang
Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
e. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
f. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
g. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak.
h. Pengurangan Sanksi Pajak
i. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan.
j. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
5. Visi dan Misi Kantor Pelayanan pajak Prtama (KPP) Surakarta
a. Visi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta mengacu pada
visi Direktorat Jendral Pajak sebagai berikut :
“Menjadi Institusi Pemerintah yang menyelenggarakan sistem
administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”.
b. Misi
Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yaitu
“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang –
Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian
pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara melalui sistem
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.
c. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Nilai – nilai di Direktorat Jendral Pajak meliputi :
1) Profesionalisme Integritas
2) Teamwork
3) Inovasi
6. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta berdasarkan fungsinya terdiri dari :
a. Kepala Kantor
b. Sub Bagian Umum
c. Seksi Pelayanan
d. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
e. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I)
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (Waskon II)
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (Waskon III)
i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (Waskon IV)
j. Seksi Pemeriksaan
k. Seksi Penagihan
l. Kelompok Fungsional Pemeriksa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gambar I. 1
Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta
Sumber : Sub Bagian Umum KPP Pratama Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
7. Diskripsi Jabatan
Masing-masing bagian atau seksi dalam struktur organisasi KPP
Pratama Surakarta memiliki tugas dan kegiatan sendiri-sendiri. Adapun
tugas dan kegiatan masing-masing seksi berdasarkan Gambar 1.1 yaitu
Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
yaitu sebagai berikut :
a. Kepala Kantor
Kepala Kantor memiliki tugas mengkoordinasi dan
mengendalikan kegiatan operasional di bidang Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya berdasarkan
peraturan Perundang – undangan perpajakan untuk meningkatkan
pemenuhan kewajiban perpajakan.
b. Sub Bagian Umum
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Bagian Kepegawaian
Sub Bagian Umum antara lain urusan kepegawaian, keuangan, tata
usaha dan rumah tangga, dengan rincian sebagai berikut :
1) Menerbitkan Surat Kenaikan Gaji Berkala.
2) Membuat usulan kenaikan pangkat.
3) Menerbitkan surat izin cuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4) Mengirim pegawai yang menerima panggilan untuk mengikuti
diklat-diklat, meliputi Diklat Sistem Administrasi Modern, Diklat
Dasar Pemeriksa Pajak Diklat Internalisasi Kode Etik Pegawai.
5) Menyusun dan melaporkan laporan-laporan kepegawaian,
meliputi Laporan Daftar Penyebaran Pegawai, Laporan
Penegakan Disiplin Pegawai, Laporan Absensi Pegawai, Laporan
Kegiatan Kepangkatan, dan Daftar Pejabat yang meninggalkan
wilayah kerja.
6) Membagikan gaji kepada pegawai KPP Pratama Surakarta.
7) Menerima dokumen, memproses dan penatausahaan dokumen
masuk di Sub Bagian Umum serta penyampaian dokimen di KPP.
8) Pengajuan uang makan PNS, TKPKN, SPJ, pemberhentian gaji
dan TKPKN.
9) Melaksanakan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan, serta
pengambilan sumpah PNS (Pegawai Negeri Sipil).
10) Membuat kartu tanda pengenal pemeriksa, menerbitkan izin
melanjutkan pendidikan di luar kedinasan, mengajukan usul
peserta pendidiikan di luar negeri.
11) Laporan perkawinan pertama pegawai, pengajuan usul
permohonan pensiun janda/duda, pengajuan usul permohonan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
berhenti bekerja sebagai PNS atas perminttaan sendiri, dan
pengajuan ususl pengangkatan bendahara.
12) Menyusun RKAKL, laporan bulanan konversi energi, laporan
berkala, laporan tahunan, laporan atau daftar realisasi anggaran,
laporan SAKPA tingkat satuan kerja atau UAKPA (Unit
Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran).
13) Permohonan uang duka meninggal, permohonan kartu tanda
asuransi, dan Taspen mekanisme pembayaran anggaran belanja.
14) Melakukan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung
(LS) kepada rekanan.
15) Permintaan dan pembayaran lembur pegawai.
16) Melaksanakan penutupan buku kas umum, penerimaan inventaris
dari rekanan/ pihak lain, pelaksanaan penghapusan barang milik
Negara dengan lelang pada unit KPP.
17) Pemusnahan dokumen, serta penyususnan tanggapan/ tindak
lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP) atau Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen DepKeu/ BPK/ BPKP Unit
Fungsional Pemeriksa Lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan merupakan sumber kegiatan dari Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Tugas-tugas yang dilaksanakan
oleh seksi pelayanan antara lain melakukan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT),
serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan
registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.
Dengan rincian sebagai berikut :
1) Penatausahaan surat, dokumen masuk, dokumen Wajib Pajak,
laporan Waajib Pajak pada tempat tata cara pendaftaran NPWP,
penghapusan NPWP, perubahan identitas NPWP, serta
pemberitahuan penggunaan norma perhitungan.
2) Menyelesaikan permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dan pencabutan PKP.
3) Menyelesaikan pemindahan Wajib Pajak dan Pengusaha Kena
Pajak di KPP lama.
4) Menyelesaikan pemindahan Wajib Pajak dan Pengusaha Kena
Pajak di KPP baru.
5) Menerima dan mengolah SPT Tahunan PPh dan SPT Masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6) Menyelesaikan permohonan perpanjangan waktu penyampaian
SPT Tahunan PPh, cetak salinan dan pembetulan SPPT atau SKP
atau STP.
7) Penyuluhan Perpajakan.
8) Menerbitkan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan
Tahunan, serta Surat Ketetapan Pajak (SKP).
9) Meneliti hasil keluaran berupa SPPT/STP/DHKP/DHR.
10) Meminjamkan atau mengirimkan berkas.
11) Melaksanakan pemenuhan konfirmasi dan klarifikasi.
12) Menyelesaikan permohonan pembukuan dalam bahasa Inggris
dan Mata uang dollar Amerika Serikat.
13) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk
perwakilan Negara Asing dan badan-badan Internasional serta
pejabat atau tenaga ahlinya.
14) Menyampaikan permintaan revaluasi aktiva tetap dari Wajib
Pajak ke Kantor Wilayah.
15) Melayani permintaan penetapan sebagai daerah terpencil.
16) Menyisihkan anak berkas Wajib Pajak yang tahun atau masa
pajaknya telah melampaui 10 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian
pada KPPBB, serta menindaklanjuti data yang belum memiliki NPWP
untuk dihimbau agar segera memiliki NPWP. Dengan rincian tugas
sebagai berikut:
1) Pendaftaran obyek pajak baru baik dengan penelitian kantor
maupun lapangan.
2) Menerbitkan Surat Himbauan untuk ber-NPWP, dan daftar
nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi.
3) Mencari data dari pihak ketiga dalam pembentukan/pemutakhiran
bank data perpajakan, serta data potensi perpajakan dalam
monografi fiskal.
4) Melaksankan penilaian individual obyek PBB dan memelihara
data obyek dan subyek PBB.
5) Membuat Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) dan
pembentukan atau penyempurnaan ZNT atau NIR.
6) Menyelesaikan permohonan penundaan pengembalian SPOP,
permohonan surat keterangan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), dan
mutasi sebagian ataupun seluruh obyek dan subyek PBB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Seksi PDI mempunyai tugas yaitu melakukan urusan
pengolahan data dan penyajian informasi, penggalian potensi
perpajakan, serta melakukan ekstensifikasi Wajib Pajak. Uraian tugas
dari seksi PDI antara lain :
1) Membantu instalasi aplikasi e-NPWP di Seksi Ekstensifikasi.
2) Melakukan pendaftaran Wajib Pajak secara massal dan
pencetakan Kartu NPWP dengan aplokasi PWPM dan e-NPWP.
3) Melakukan perekaman mutakhir dan NIR (Nilai Indikasi Rata-
rata) untuk penetapan NJOP PBB tahun berikutnya.
4) Melakukan simulasi perhitungan pokok ketetapan PBB tahun
berikutnya.
5) Melakukan perekaman SPT Masa dan SPT Tahunan.
6) Menyimpan data-data informasi perpajakan untuk keperluan
penyajian data.
7) Membantu seksi lain jika mengalami kesulitan/kerusakan pada
komputer.
8) Mengawasi pemasangan jaringan dan perangkat komputer yang
dilakukan oleh pihak ketiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
9) Memberikan aplikasi e-SPT PPN versi terbaru kepada Wajib
Pajak dan membantu proses pelaporan jika mengalami kesulitan.
10) Membuat Laporan Penerimaan PBB.
11) Melakukan persiapan hardware dan software sehubungan dengan
kegiatan cetak, antara lain :
a) Membantu Seksi Pelayanan dalam mencetak label SPT
Tahunan.
b) Melakukan penataan IP address untuk jaringan komputer,
dan melakukan perkaman data objek PBB berdasarkan
permohonan Wajib Pajak.
12) Pembentukan dan pemanfaatan bank data.
f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Secara umum Seksi Pengawasan dan Konsultasi adalah
memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak yang berupa bimbingan
atau penyuluhan. Selain itu, ada tugas pengawasan yang berupa
kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian
potensi berdasar hasil pengawasan dan bimbingan. KPP Pratama
Surakarta terdiri dari 4(empat) seksi waskon yang pembagiannya
berdasarkan wilayah kecamatan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan
2) Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres
3) Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon
4) Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari
Seksi Waskon mempunyai rincian tugas sebagai berikut :
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi
Pengawasan dan Konsultasi, serta menyusun estimasi penerimaan
pajak per-WP.
2) Menyelesaikan permohonan keberatan, pembetulan ketetapan,
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PPh, PPN,
dan PPnBM di KPP.
3) Menyelesaikan permohonan pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak yang tidak benar antara lain PPh, PPN, dan
PPnBM di KPP.
4) Menyelesaikan permohonan pengurangan/penghapusan sanksi
administrasi PBB dan perubahan metode pembukuan.
5) Melayani permintaan perubahan tahun buku pertama, pemusatan
PPN, permohonan Surat Keterangan Fiskal Wajib Pajak Non
Bursa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6) Menyelesaikan pemberian ijin pembubuhan tanda bea materai
lunas baik dengan mesin teraan materai, teknologi percetakan,
maupun dengan sistem komputerisasi.
7) Menetapkan angsuran PPh Pasal 25 Wajib Pajak Bank, sewa guna
usaha dengan hak opsi, BUMN dan BUMD serta menetapkan
Wajib Pajak patuh.
8) Membuat surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh
Pasal 25 (dinamisasi), SPMKP atau SPMIB yang hilang.
9) Melaksanakan putusan gugatan atau banding, ekualisasi,
penelitian dan analisis kepatuhan material Wajib Pajak.
10) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP), Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB),
Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB/ SKPKBT/ STB, Surat
Ketetapan Pajak PBB, teguran pengembalian SPOP, surat
himbauan pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT), serta
menerbitkan penggantian SPMKP atau SPMIB karena lewat
waktu atau daluarsa, rusak atau salah baik yang telah
didistribusikan maupun yang belum didistribusikan.
11) Menyelesaikan permohonan penggunaan nilai buku dalam
penggabungan, pengambilalihan atau pemekaran usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
g. Seksi Pemeriksaan
Merupakan peralihan dari Tata Usaha/Administrasi Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Tugas-tugas yang dilaksanakan
oleh Seksi Pemerksaan antara lain sebagai berikut :
1) Menyusun rencana kerja.
2) Menyusun dan mengkoordinasikan Daftar Normatif Wajib Pajak
yang akan diperiksa.
3) Menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) dan
mendistribusikannya ke Seksi Fungsional.
4) Melaksanakan pengawasan, pelaksanaan jadwal pemeriksaan
sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.
5) Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.
6) Memproses permohonan SPT LB Wajib Pajak Patuh.
7) Melakukan administrasi pemeriksaan pajak lainnya.
8) Menyusun laporan/surat tanggapan atas permasalahan yang
berkaitan dengan Seksi Pemeriksaan.
9) Menyusun laporan-laporan seksi Pemeriksaan.
10) Mengadministrasikan berkas laporan hasil pemeriksaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
h. Seksi Penagihan
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh seksi Penagihan antara
lain melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan
angsuran piutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Dengan
rincian tugas sebagai berikut :
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi
Penagihan, Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak
beserta bukti pembayarannya, Surat Keputusan Pembetulan /
Keberatan / Putusan Banding / Pengurangan / Pembatalan
Ketetapan Pajak, dan Surat Keputusan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.
2) Menjawab konfirmasi data piutang pajak.
3) Menyelesaikan permohonan penundaan pembayaran pajak dan
usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
4) Penagihan pajak seketika dan sekaligus
5) Menghapus piutang pajak.
6) Menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP) bunga penagihan, Surat
Teguran Penagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan (SPMP), dan Surat Keputusan Pencabutan Sita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
7) Pemindahan berkas dari KPP ke KPP lainnya.
8) Membuat usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap Wajib
Pajak tertentu.
9) Melaksanakan lelang dan menyelesaikan permohonan pembatalan
lelang.
10) Membuat laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah.
11) Menyelesaikan permohonan mengangsur pembayaran pajak.
i. Kelompok Fungsional Pemeriksa
Merupakan peralihan dari Fungsional Pemeriksa di Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Tugas – tugas yang dilaksanakan
oleh Seksi Fungsional antara lain sebagai berikut :
1) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak (SP3)
kepada Wajib Pajak.
2) Menyelesaikan pemeriksaan SP3 dengan diterbitkan Laporan
Pemeriksaan Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. Latar Belakang Masalah
Peran serta masyarakat dalam proses pembangunan sebuah negara
sangatlah penting. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah salah satu negara di
dunia yang membiayai sebagian besar pemerintahan dan pembangunannya dari
penerimaan pajak. Setiap tahun target penerimaan pajak yang diselenggarakan
dalam APBN mengalami peningkatan sesuai dengan proyeksi pertumbuhan
ekonomi dan tuntutan akan peningkatan kemandirian pembiayaan pemerintahan
dan pembangunan nasional.
Pencapaian target dalam APBN tersebut Direktorat Jendral Pajak sesuai
dengan visinya yaitu menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakan
sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi maka mengemban
misi untuk terwujudnya visi tersebut. Misi Direktorat Jendral Pajak adalah
menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang – Undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien.
Sejak tahun 1983 sistem perpajakan Indonesia menggunakan self
assessment system yang sebelumnya menggunakan official assessment system
dengan tujuan untuk menegakkan kemandirian ekonomi dalam membiayai
pembangunan dengan jalan lebih mengerahkan kemampuan sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak (
Wirawan B. Ilyas et al, 2010 : 31).
Pembaharuan sistem perpajakan ini merupakan yang ideal sesuai
dengan perkembangan ekonomi dan tuntutan keadilan bagi Wajib Pajak.
Kebijakan Perpajakan, Administrasi Perpajakan, dan Undang – Undang
Perpajakan adalah unsur dari sistem perpajakan yang saling berkaitan dan saling
bekerjasama satu sama lain untuk mencapai tujuan atau target perolehan
penerimaan pajak bagi negara secara optimal.
Tiga hal yang termasuk penegakan hukum yang dilakukan oleh
Direktorat Jendral Pajak adalah tindakan pemeriksaan, penyidikan dan
penagihan pajak. Ketiga hal tersebut merupakan alat bagi Direktorat Jendral
Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak selain setoran dari pembayaran
pajak secara sukarela. Akan tetapi dalam prakteknya sekarang ini cukup banyak
Wajib Pajak yang dengan sengaja atau dengan berbagai alasan tidak
melaksanakan kewajibanya akan membayar pajak sesuai ketetapan pajak yang
diterbitkan, hal ini dibuktikan adanya piutang pajak dalam jumlah besar yang
belum terselesaikan pembayarannya maupun ada Wajib Pajak yang berusaha lari
atau menghindari pajak dengan tidak melaporkan kegiatan usahanya. Masalah
ini sangat berpengaruh pada pembangunan Negara karena sebagian besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pendapatan Negara berasal dari sektor pajak. Sehingga peran penagihan sangat
diperlukan untuk mengatasi hal ini.
Mengatasi hal tersebut Direktorat Jendral Pajak menetapkan target
pencairan piutang pajak sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) serta kebijakan penagihan dalam rangka optimalisasi
pencapaian target pencairan piutang pajak, maka dari itu diperlukan pelaksanaan
penagihan yang terencana, intensif, dan profesional sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku, dengan prioritas dan strategi tertentu yang didukung
oleh manajemen administrasi yang handal. Dalam hal ini kinerja penagihan
sangat dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin agar target pencairan piutang
pajak dapat terealisasikan. Target pencairan piutang pajak meliputi piutang
Pajak Penghasilan (PPh), pajak pertambahan Nilai (PPN), dan pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur ataupun
mengingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah
disita ( Subdirektorat Penagihan, 2009 : 1).
Penagihan pajak dapat dilakukan secara pasif maupun aktif. Penagihan
pasif belum bersifat meminta pembayaran, contohnya surat peringatan ataupun
surat teguran. Penagihan aktif bersifat memaksa untuk melunasi pajak yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dibayar yaitu dengan Surat Paksa yang diatur dalam Undang – Undang Nomor
19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 19
Tahun 2000.
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, tindakan penagihan
ini ada dibawah kepengurusan Seksi Penagihan, dengan pejabat jurusita pajak
sejumlah dua orang dan pelaksana sejumlah dua orang. Tindakan penagihan
aktif adalah kelanjutan dari tindakan penagihan pasif dimana fiskus berperan
aktif dalam kegiatan ini.
Tahun 2010 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta mempunyai
target pencairan piutang pajak, salah satunya dari Pajak Penghasilan (PPh)
sebesar Rp7.677.261.679 dan baru terealisasi sebesar Rp4.089.247.000 atau
sekitar 53,26% sedangkan pada tahun 2011 target pencairan sebesar
Rp15.704.768.259 dan baru terealisasi Rp4.829.234.430 atau sekitar 30,75%.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta tidak dapat mencapai target
pencairan piutang pajak penghasilan yang telah dibuat. Hal ini dikarenakan oleh
beberapa faktor penyebab tidak tercapainya target tersebut. Dasar penetapan
target pencairan piutang pajak harus mempertimbangkan estimasi kemampuan
membayar Wajib Pajak / Penanggung Pajak.
Berdasarkan paparan diatas mengenai pentingnya peran penerimaan
pajak bagi APBN, tingginya jumlah tunggkan Pajak Penghasilan dan target
pencairan tunggkan pajak penghasilan serta kinerja penagihan di Kantor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta maka penulis bermaksud mengangkat topik
tersebut dalam Tugas Akhir dengan judul “OPTIMALISASI KINERJA
PENAGIHAN DALAM PENCAPAIAN TARGET PENCAIRAN
PIUTANG PAJAK PENGHASILAN (PPH) DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA SURAKARTA TAHUN 2010 – 2011”
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja penagihan dalam pencairan piutang Pajak Penghasilan
(PPh) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta tahun 2010 – 2011?
2. Apa faktor penyebab kinerja penagihan dalam pencairan piutang Pajak
Penghasilan (PPh) tidak dapat memenuhi target pada tahun 2010 – 2011 dan
bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi faktor penyebab
tersebut?
3. Bagaimana strategi ke depan kinerja penagihan dalam memenuhi target
pencairan piutang pajak penghasilan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai penulis
melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1. Mengetahui kinerja penagihan dalam pencairan piutang pajak penghasilan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta tahun 2010 – 2011.
2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab kinerja penagihan dalam
pencairan piutang pajak penghasilan tidak dapat memenuhi target pada
tahun 2010 – 2011 dan upaya yang dilakukan untuk faktor penyebab
tersebut.
3. Mengetahui bagaimana strategi ke depan kinerja penagihan dalam
memenuhi target pencairan piutang Pajak Penghasilan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang perpajakan khususnya
penagihan pajak penghasilan, serta untuk menerapkan ilmu ataupun teori
yang sudah didapat pada bangku perkuliahan.
2. Manfaat Bagi KPP Pratama Surakarta
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam
memperbaiki kinerja sehingga untuk kedepannya dapat berjalan lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3. Manfaat Bagi Pihak Lain
Dapat digunakan untuk sarana informasi untuk pihak luar, serta dapat
digunakan sebagi bahan pertimbangan atau acuan bagi penelitian
selanjutnya.
F. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian dan
memenuhi syarat-syarat ilmiah metode yang digunakan penulis untuk membuat
Tugas Akhir sebagai berikut :
1. Jenis Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian
deskriptif. Menurut Sumadi Suryabrata (2010 : 76) penelitian deskriptif
yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-
situasi atau kejadian-kejadian. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis, atau membuat suatu prediksi atau
ramalan. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, ia hanya membuat
kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang
terletak di Jalan K.H Agus Salim No.1 Surakarta. Waktu penelitian selama 2
(dua) bulan mulai tanggal 1 Februari – 30 Maret tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Obyek Penelitian
Data diambil dari obyek penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta khususnya di Seksi Penagihan.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan jenis data yang dapat dikatatakan
sebagai data non angka, karena pada umumnya dikatakan
dalam bentuk kata, kalimat, atau gambar (Yohanes Anton Nugroho,
2011 : 7). Data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan
narasumber yaitu kepada pegawai di Seksi Penagihan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang berkaitan dengan
penelitian yang penulis ambil. Misalnya pencairan piutang pajak
penghasilan tahun 2011 tidak dapat mencapai target, jumlah
piutang pajak penghasilan tahun 2011 meningkat.
2) Data Kuantitatif
Data Kuantitatif merupakan jenis data yang dapat dikatakan
sebagai data yang berbentuk angka atau numerik (Yohanes Anton
Nugroho, 2011 : 7). Data tersebut terdiri dari jumlah wajib pajak
yang mempunyai piutang pajak tahun 2010 dan 2011, jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
piutang pajak penghasilan tahun 2010 dan 2011, jumlah target dan
realisasi pencairan piutang pajak penghasilan tahun 2010 dan 2011.
b. Sumber Data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau sumber
pertama yang secara umum kita sebut sebagai narasumber
(Jonathan Sarwono, 2012 : 37). Data ini didapat melalui observasi
dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah diproses oleh pihak tertentu
sehingga data tersebut sudah tersedia saat kita memerlukan
(Jonathan Sarwono, 2012 : 32). Data sekunder diperoleh melalui
studi kepustakaan baik melalui buku, karya ilmiah, arsip maupun
jurnal yang mendukung penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
menggunakan beberapa indra yang ada pada diri peneliti, misalnya
dengan pengamatan, penciuman, dll ( Yus Agusyana et al, 2011 : 32).
Kejadian-kejadian yang terjadi dan dianggap penting kemudian dicatat
oleh peneliti. Hal ini peneliti hanya melakukan pengamatan (non-
participant) tanpa ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang terjadi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan sumber data (responden) (Sambas Ali
Muhidin, 2007 : 21). Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang
sekiranya mengerti dan menguasai permasalahan yang ada. Penelitian
ini penulis mewawancarai pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta khususnya pegawai di Seksi Penagihan yang terdiri dari
Kepala Seksi Penagihan, Jurusita dan Pelaksana. Adapun daftar
pertanyaan wawancara sebagai berikut :
1) Bagaimana realisasi pencairan piutang pajak penghasilan tahun
2010 dan 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta untuk
mencapai target yang telah direncanakan kinerja penagihannya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2) Bagaimana sasaran strategi dan rumus Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang diberlakukan di Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surakarta untuk optimalisasi pelaksanaan
penagihan?
3) Apa saja kendala yang dihadapi jurusita dalam menghadapi Wajib
Pajak yang mempunyai piutang pajak terbesar?
4) Bagaimana strategi penagihan ke depan dalam pencairan piutang
pajak?
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang berasal dari
dokumen atau arsip yang ada di obyek penelitian, dalam hal ini adalah
KPP Pratama Surakarta.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah peneliti melakukan pelacakan literatur yang
relevan dengan topik penelitian : membaca, meringkas, membuat
catatan-catatan kritis mengkaitkan suatu hasil studi dengan hasil studi
lain. ( Pawito, 2007 : 116-117). Teknik ini dilakukan dengan cara
pengkajian teori melalui sumber-sumber kepustakaan seperti buku,
jurnal, dan internet yang sekiranya sesuai dengan topik penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Pajak
Menurut Undang – Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pengertian pajak di atas mengandung unsur-
unsur sebagai berikut :
a. Kontribusi wajib kepada negara
Kontribusi wajib kepada negara mengandung arti bahwa yang berhak
memungut adalah negara dan yang berupa uang (bukan barang) serta
bersifat wajib untuk dilaksanakan.
b. Terutang oleh orang pribadi atau badan
Terutang mempunyai arti mempunyai kewajiban Wajib Pajak karena
telah melakukan tindakan yang menyebabkan terutangnya pajak atau
dapat diartikan bahwa Wajib Pajak mempunyai utang pajak kepada
negara karena telah memungut atau memotong pajaknya orang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yang seharusnya dibayar untuk negara. Pajak dapat terutang kepada
orang pribadi atau kepada badan usaha, seperti pada Perseroan
Terbatas, koperasi, dan masih banyak lagi badan usaha lainnya.
c. Memaksa berdasarkan undang-undang
Memaksa mengandung arti perintah dengan kekerasan sedangkan wajib
mengandung arti keharusan yang dilakukan dengan kesadaran.
Berdasarkan undang-undang berarti pemungutan pajak dilakukan
berdasarkan undang-undang yang berlaku, jadi pajak itu bersifat
memaksa dan pelaksanaannya berdasarkan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaan pajak.
d. Tidak mendapat imbalan langsung
Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan langsung
seperti pada retribusi, namun penggunaan uang pajak itu digunakan
untuk fasilitas umum yang pasti akan dinikmati oleh semua pembayar
pajak. Sehingga pada dasarnya pembayaran pajak itu akan mendapat
fasilitas dari negara yang sifatnya tidak langsung.
e. Pajak untuk keperluan negara atau kemakmuran rakyat
Pajak digunakan hanya untuk kemakmuran rakyat serta untuk
membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran yang bermanfaat
bagi masyarakat luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Fungsi Pajak
Fungsi pajak menurut Erly Suandy (2008 :13-14) terdiri dari :
1) Fungsi Finansial (Budgetair)
Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas Negara, dengan
tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara.
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat
baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.
c. Syarat Pemungutan Pajak
Syarat pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2008 :2) terdiri dari :
a. Syarat Keadilan
Yaitu pemungutan pajak harus adil dalam perundang-undangan dan
pelaksanaannya. Adil dalam perundang-undangan diantaranya
mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya
yaitu dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding.
a. Syarat Yuridis
Yaitu pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang. Di
Indonesia pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum bagi Negara maupun warganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Syarat Ekonomis
Yaitu pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran perekonomian
baik dalam kegiatan produksi ataupun perdagangan.
c. Syarat Finansial
Yaitu biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih
rendah dari hasil pemungutannya.
d. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Yaitu pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
d. Pengelompokan Pajak
a. Menurut golongannya
a. Pajak langsung
Yaitu pajak yang ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung
Yaitu pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
b. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berdasarkan subjeknya atau memperhatikan
kondisi Wajib Pajak itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berdasarkan objeknya tanpa memperhatikan
kondisi dari Wajib Pajak.
a. Menurut lembaga pemungutannya
a. Pajak Pusat
Merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
b. Pajak Daerah
Merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
e. Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan diatur dengan Undang – Undang Nomor 7
Tahun 1983 yang telah mengalami empat kali perubahan, yaitu dengan
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang – Undang Nomor 10
Tahun 1994, Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2000, dan yang terakhir
adalah Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008. Pajak penghasilan adalah
pajak yang dikenakan terhadap Subyek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak (Casavera, 2009 : 78).
f. Penagihan Pajak
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung
Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur
ataupun mengingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita
(Subdirektorat Penagihan, 2009 : 1).
g. Piutang Pajak
Piutang pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang perpajakan, yang belum dilunasi
sampai dengan akhir periode laporan.
Kualitas piutang pajak adalah hampiran atas ketertagihan piutang
pajak yang diukur berdasarkan kepatuhan membayar kewajiban oleh
Penanggung Pajak. Kualitas piutang pajak digolongkan menjadi kualitas
lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet
(Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor : PER - 02/PJ/2012).
h. Dasar Penagihan Pajak
Undang – Undang Nomor.19 Tahun 2000 perubahan dari Undang –
Undang Nomor.19 Tahun 1997. Dasar penagihan pajak yaitu Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Banding
(Subdirektorat Penagihan, 2009 : 1).
i. Pejabat
Pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita
pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat
Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita,
Penentuan Lelang, Surat Penentuan Harga Limit, pembatalan lelang, Surat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Perintah Penyanderaan dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan
pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau
seluruh utang pajak menurut undang-undang dan peraturan daerah (Undang
– Undang Nomor 19 Tahun 2000).
j. Kinerja
Kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang
dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh
orang-orang tertentu terutama atasan pegawai yang bersangkutan (Anwar
Prabu Mangkunegara, 2000).
Menurut Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor : SE-
36/PJ/2011, suatu kinerja dapat diukur dengan menggunakan Indikator
Kinerja Utama (IKU). Optimalisasi pelaksanaan penagihan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Indikator Kinerja Utama terdiri dari
Persentase Pencairan Piutang Pajak dan Persentase realisasi pencairan
piutang pajak yang dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
· Persentase Pencairan Piutang Pajak:
ገŖȖJĖ옸秠úlaĖ.辊Ėl秠.Ŗ櫸Ėlō秠ĖƼĖǴገŖȖJĖ옸贵.Ŗ櫸Ėlō贵ĖƼĖǴĖ国ĖJ櫸Ė옸Ŗl 果100%
· Persentase Realisasi Pencairan Piutang pajak terhadap target :
观úĖJ.hĖh.贵úlaĖ.辊Ėl贵.Ŗ櫸Ėlō贵ĖƼĖǴ观úlaĖlĖ贵.Ŗ櫸Ėlō贵ĖƼĖǴ 果100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Kinerja penagihan piutang pajak penghasilan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surakarta tahun 2010 – 2011
Pajak Penghasilan merupakan salah satu penerimaan dari pajak
sebagai sumber Anggaran dan Belanja Negara (APBN) melalui Kantor
Pelayanan Pajak. Cara mengoptimalkan kinerja pada pencapaian target
piutang Pajak Penghasilan (PPh), maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Surakarta menetapkan target berdasarkan survey yang ada.
Perkembangan jumlah Wajib Pajak yang mempunyai piutang pajak
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta pada tahun 2010 berjumlah
3085. Pada tahun 2011 jumlah Wajib Pajak mengalami peningkatan sebesar
92 Wajib Pajak sehingga menjadi 3177 Wajib Pajak.
Penentuan potensi pada pencairan piutang pajak di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Surakarta dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut : 秠跪櫸úlh.实 观úĖJ.hĖh.秠úlaĖ.辊Ėl秠.Ŗ櫸Ėlō果辘Ė辊ōú櫸秠úlaĖ.辊Ėl秠.Ŗ櫸Ėlō观úĖJ.hĖh.辘Ė옸Ŗl⒠ú/úJŖȖl裹Ė
Potensig010实4ノ089ノg47ノ000果7ノ677ノg61ノ6794ノ496ノ098ノ7g5 实6ノ98gノ546ノ694
Potensig011实4ノ8g9ノg34ノ430果15ノ704ノ768ノg594ノ089ノg47ノ000 实18ノ546ノ69gノ7g6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berikut ini adalah potensi dan realisasi serta rasio efektivitas
pencairan piutang Pajak Penghaslan (PPh) selama tahun anggaran 2010
sampai dengan tahun 2011 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta :
Tabel 2.1 Potensi , Realisasi dan Rasio Efektivitas Pencairan Piutang Pajak
Penghasilan KPP Pratama Surakarta Tahun 2010 – 2011
Tahun Potensi Realisasi Rasio Efekivitas 2010 6.982.546.694 4.089.247.000 58,56% 2011 18.546.692.726 4.829.234.430 26,03%
Sumber : Seksi Penagihan
Data diatas menghasilkan suatu prosentase rasio efektivitas yang
merupakan kemampuan dalam merealisasikan pencapaian pencairan piutang
Pajak Penghasilan (PPh) dari target yang ditetapkan berdasarkan potensi
yang ada. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan perbandingan
antara realisasi pencairan piutang dengan potensi yang ada pada tahun
tertentu, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
观Ėh.跪퓀归úǴ櫸.郭.櫸Ėh实 观úĖJ.hĖh.秠úlaĖ.辊Ėl秠.Ŗ櫸Ėlō秠秠옸秠跪櫸úlh.秠úlaĖ.辊Ėl秠.Ŗ櫸Ėlō秠秠옸 果100%
Kemampuan untuk merealisasikan dikategorikan efektif apabila
rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 (seratus) persen.
Semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan dalam
merealisasikan semakin baik.
Menurut tabel 2.1 di atas, pada tahun 2010 sampai dengan tahun
2011 prosentase yang dihasilkan mengalami penurunan. Dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
bahwa pada tahun 2010 potensi yang dimiliki adalah sebesar
Rp6.982.546.694, jumlah Wajib Pajak yang mempunyai piutang adalah
sebesar 3085 dan realisasi pencairan piutangnya sebesar Rp4.089.247.000
serta prosentase efektivitas yang dihasilkan sebesar 58,56% yang
menunjukkan bahwa potensi pencairan piutang yang dimiliki sebesar
Rp6.982.546.694 dapat dilaksanakan dengan realisasi pencairan piutang
sebesar Rp4.089.247.000. Pencairan piutang PPh belum mencapai target
yang ditetapkan, yaitu kurang 41,44%. Prosentase rasio efektivitas kurang
dari 100%, hal ini dapat dikatakan bahwa pada tahun 2010 Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta kurang efektif dalam pencapaian
targetnya.
Pada tahun 2011 potensi yang dimiliki meningkat sebesar
Rp11.564.146.030 atau sekitar 165,61% dari tahun 2010. Wajib Pajak yang
memiliki piutang juga meningkat 92 orang menjadi 3177. Potensi pencairan
piutang PPh tahun 2011 menjadi sebesar Rp18.546.692.726 dan realisasi
sebesar Rp4.829.234.430. Berdasarkan hasil perhitungan, prosentase rasio
efektivitas pencairan piutang PPh adalah sebesar 26,03% yang menunjukkan
bahwa kemampuan merealisasikan pencairan piutang PPh dari potensi
sebesar Rp18.546.692.726 dapat dilaksanakan dengan realisasi penerimaan
sebesar Rp4.829.234.430. Pencairan piutang PPh belum mencapai target
yang ditetapkan, yaitu kurang 73,97% dari target. Rasio efektivitas kurang
dari 100% , maka pencairan piutang tahun 2011 tidak efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa pencairan piutang PPh
tahun 2010 dan 2011 masing-masing kurang 41,44% dan 73,97% untuk
mencapai target yang telah ditetapkan. Rata-rata prosentase rasio
efektivitasnya juga belum dikatakan efektif yaitu 42,29% dan belum
mencapai 100%. Penyebab tidak tercapainya target penerimaan tersebut bisa
dikarenakan kinerja pegawai KPP Pratama Surakarta yang menurun serta
Wajib Pajak tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya.
Penulis melakukan wawancara kepada salah satu pegawai KPP
Pratama Surakarta pada Seksi Penagihan untuk mengetahui realisasi
pencairan piutang pajak penghasilan tahun 2010 dan 2011 dalam pencapaian
target yang telah direncanakan penagihannya. Beliau menjelaskan sebagai
berikut :
“Pencairan piutang Pajak Penghasilan tidak dapat mencapai target dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Target tahun 2010 adalah Rp7.677.261.679 dan realisasinya hanya Rp4.089.247.000 dan pada tahun 2011 target yang ditetapkan meningkat menjadi Rp18.546.692.726 dan terealisasi hanya Rp4.829.234.430 sekitar kurang dari separuhnyapun tidak. Hal tersebut dikarenakan tingkat kinerja yang menurun”.
Hal ini berarti target pencairan yang ditentukan serta potensi pencairan
piutang pajak yang dimiliki oleh KPP Pratama Surakarta tidak didukung
dengan kinerja penagihan yang baik.
Penulis kemudian melakukan wawancara lagi tentang bagaimana
sasaran strategi dan rumus Indikator Kinerja Utama yang diberlakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
untuk optimalisasi pelaksanaan penagihan. Beliau menjelaskan sebagai
berikut :
“Sasaran strategis di penagihan pajak itu ada 6 (enam), salah satunya sasaran strategis untuk optimalisasi pelaksanaan penagihan pajak. Sasaran strategi tersebut mempunyai 2(dua) Indikator Kinerja Utama (IKU). Indikator Kinerja Utama (IKU) dan rumus untuk mencapai sasaran tersebut antara lain untuk mengetahui persentase pencairan piutang pajak rumusnya jumlah pencairan piutang pajak dibagi dengan jumlah piutang pajak awal tahun dikalikan 100%, kemudian untuk mencari presentase realisasi pencairan piutang pajak terhadap target rumusnya realisasi pencairan piutang pajak dibagi target piutang pajak dikalikan 100%”.
Berdasarkan penjelasan yang penulis dapatkan maka perhitungan tingkat
kinerja penagihan terhadap pencairan piutang pajak dapat dihitung sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Target dan Realisasi Pencairan Piutang Pajak Penghasilan KPP Pratama
Surakarta Tahun 2010 – 2011
Tahun Target Realisasi 2010 7.677.261.679 4.089.247.000 2011 15.704.768.259 4.829.234.430
Sumber : Seksi Penagihan
Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Piutang Pajak Penghasilan KPP
Pratama Surakarta Tahun 2010 – 2011
Tahun Piutang Awal Penambahan Pengurangan Piutang Akhir 2010 22.489.150.000 6.648.308.000 4.089.247.000 25.048.211.000 2011 25.048.211.000 5.182.093.220 4.829.234.430 25.401.069.790
Sumber : Seksi Penagihan
Pengukuran kinerja penagihan pajak dan optimalisasi pelaksanaan
penagihan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, dapat diukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dengan Indikator Kinerja Utama yang terdiri dari Persentase Pencairan
Piutang Pajak dan Persentase realisasi pencairan piutang pajak yang dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut :
a. Persentase Pencairan Piutang Pajak: ገŖȖJĖ옸秠úlaĖ.辊Ėl秠.Ŗ櫸Ėlō秠ĖƼĖǴገŖȖJĖ옸贵.Ŗ櫸Ėlō贵ĖƼĖǴĖ国ĖJ櫸Ė옸Ŗl 果100%
Tahung010∶ 4ノ089ノg47ノ000ggノ489ノ150ノ000 果100% 实18,18%
Tahung011∶ 4ノ8g9ノg34ノ430g5ノ048ノg11ノ000 果100% 实19,g7%
b. Peresentase Realisasi Pencairan Piutang pajak terhadap target : 观úĖJ.hĖh.贵úlaĖ.辊Ėl贵.Ŗ櫸Ėlō贵ĖƼĖǴ观úlaĖlĖ贵.Ŗ櫸Ėlō贵ĖƼĖǴ 果100%
Tahung010∶ 4ノ089ノg47ノ0007ノ677ノg61ノ679 果100% 实53,g6%
Tahung011∶ 4ノ8g9ノg34ノ43015ノ704ノ768ノg59 果100% 实30,75%
Tabel 2.4 Optimalisasi Pelaksanaan Penagihan KPP Pratama Surakarta
Tahun 2010 – 2011
Tahun Prosentase Pencairan Piutang
Pajak Prosentase Realisasi Pencairan
Terhadap Target 2010 18,18% 53,26% 2011 19,27% 30,75%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Berdasarkan tabel 2.4 diatas, prosentase pencairan piutang pajak
pada tahun 2010 adalah sebesar 18,18% dan prosentase target pencairan
piutang pajak adalah 100%. Pada tahun 2010 dapat dikatakan bahwa
prosentase pencairan piutang pajak terhadap optimalisasi kinerja dalam
pelaksanaan penagihan belum optimal karena belum bisa mencapai target
yang telah ditetapkan yaitu kurang 81,82% dan dapat dikatakan bahwa
kinerja KPP Pratama Surakarta belum maksimal. Prosentase pencairan
piutang pajak tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 1,09% dari
prosentase pencairan piutang tahun 2010 yaitu 19,27%, hasil ini juga belum
bisa mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 100%. Hasil dari analisis
diatas prosentase pencairan piutang pajak terhadap optimalisasi pelaksanaan
penagihan belum dapat mencapai target dan kinerja penagihannya dapat
dikatakan kurang efektif atau belum maksimal.
Berdasarkan tabel 2.4 di atas prosentase realisasi pencairan piutang
PPh terhadap target pada tahun 2010 adalah sebesar 53,26% hal ini berarti
realisasi pencairan piutang PPh dalam pencapaian targetnya kurang optimal
karena tidak mencapai 100%. Begitu juga pada tahun 2011, target pencairan
piutang pajak bertambah dari tahun 2010 yaitu menjadi Rp15.704.768.259
tetapi prosentase rerealisasinya hanya 30,75% dan kurang dari 100%, maka
tingkat keoptimalan kinerja yang dicapai oleh penagihan belum dikatakan
baik atau belum bisa dikatakan optimal. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
piutang pajak dan tidak diimbangi dengan tindakan penagihan secara
optimal.
2. Faktor – faktor penyebab kinerja penagihan dalam pencairan piutang
Pajak Penghasilan (PPh) tidak dapat memenuhi target pada tahun 2010
– 2011 serta upaya yang dilakukan.
Faktor-faktor penyebab kinerja penagihan tidak dapat mencapai
target pencairan piutang pajak tahun 2010 – 2011 antara lain :
a. Faktor Intern
Faktor intern penyebab kinerja penagihan tidak dapat memenuhi target
yaitu dari kurangnya pegawai di seksi penagihan. Hal ini dilihat dari
kurangnya jurusita di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang
hanya berjumlah 2 (dua) orang. Pejabat jurusita pajak berperan penting
dalam hal penagihan pajak. Upaya yang dilakukan adalah dengan
menambah jumlah jurusita yang cukup untuk menambah kinerja
penagihan piutang PPh karena jumlah piutang pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta sangat besar.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern dalam hal ini adalah Wajib Pajak itu sendiri dan Wajib
Pajak menjadi kendala bagi pegawai penagihan khususnya jurusita
dalam pencairan piutang pajak. Penulis melakukan wawancara kepada
salah satu jurusita KPP Pratama Surakarta mengenai kendala yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dihadapi oleh jurusita pajak dalam melakukan penagihan pajak. Beliau
mengatakan sebagai berikut :
“Banyak kendala yang saya hadapi pada saat penagihan pajak, antara lain Wajib Pajak telah pindah alamat pada saat saya datangi ke rumahnya, Wajib Pajak tidak mau bekerjasama dalam hal pemberitahuan ataupun konfirmasi, banyak Wajib Pajak yang tidak sadar atas pentingnya pajak serta kurangnya pengetahuan pajak, kondisi Wajib Pajak yang berbeda dari data yang ada misalnya wajib pajak sudah pailit ataupun sakit keras, ada Wajib Pajak yang tidak mau mengakui adanya tunggakan pajak, kemudian kurangnya koordinasi dengan seksi lain tentang administrasi pajaknya”.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis peroleh, maka penulis dapat
menjelaskan kendala-kendala tersebut antara lain :
1) Wajib Pajak telah pindah alamat (sulit ditemukan dalam penagihan
aktif tanpa memberi alamat yang baru dan tidak diketahui).
Wajib pajak yang pindah alamat tidak melapor ke KPP Pratama
untuk pemberitahuan alamatnya yang baru, sehingga pada saat
dilakukannya penagihan aktif jurusita pajak tidak dapat
menemukan alamat yang dimaksud, sehingga jurusita dipersulit
dalam penagihan pajaknya.
2) Wajib Pajak tidak mau bekerjasama dengan petugas pajak.
Banyak Wajib Pajak yang tidak mau bekerjasama dengan petugas
pajak, contohnya pada saat diperiksa oleh petugas pajak Wajib
Pajak banyak yang mengelak dan lebih baik meninggalkan
rumahnya daripada berurusan dengan petugas pajak, jadi petugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pajak pada saat memeriksa memperoleh hasil yang nihil dari
pemeriksaan yang dilakukan.
3) Kurangnya kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak terhadap
pajak.
Masih banyak Wajib Pajak yang belum mempunyai kesadaran
sendiri untuk membayar pajak, pentingnya membayar pajak serta
manfaat yang diperoleh dalam membayar pajak. Masih sedikit juga
pengetahuan Wajib Pajak tentang pajak itu sendiri. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya tunggakan pajak yang dimiliki oleh
Wajib Pajak.
4) Kondisi Wajib Pajak itu sendiri.
Petugas pajak pada saat pemeriksaan menemukan kondisi Wajib
Pajak yang sudah pailit dan sedang sakit keras, sehingga Wajib
Pajak sudah tidak mempunyai harta untuk membayar pajak.
Petugas pajak dalam hal ini juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Apabila akan disitapun harta Wajib Pajak sudah tidak ada.
5) Wajib Pajak tidak mengakui tunggakan pajak.
Banyak sekali Wajib Pajak yang tidak mengakui adanya tunggakan
pajak, bahkan Wajib Pajak pada saat dilakukannya pemeriksaan
mengelak untuk mengakui jumlah tunggakan pajak. Kesadaran dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
masyarakat tentang kewajiban membayar pajak juga sangat minim.
Mereka kurang memahami serta mengenal arti dan manfaat pajak
sehingga masih merasa dibebani oleh pajak.
6) Kurangnya koordinasi antar seksi.
Koordinasi antar seksi sangat diperlukan untuk penagihan pajak
karena seksi yang ada di KPP Pratama Surakarta saling berkaitan.
Apabila koordinasi antar seksi kurang, maka akan terjadi salah
presepsi dan berakibat kesalahan dalam penagihan pajak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut
adalah :
1) Pendekatan persuasif untuk Wajib Pajak yang tidak mau
membayar.
Petugas pajak seharusnya melakukan pendekatan persuasif untuk
mempengaruhi Wajib Pajak agar mau membayar tunggakan pajak,
contohnya petugas pajak memberikan nasehat atas akibat tidak
dibayarnya tunggakan pajak, karena hal itu sangat berpengaruh
untuk pencairan piutang pajak.
2) Pemutakhiran data secara kontinu.
Data yang ada di KPP Pratama Surakarta seharusnya selalu di
update untuk menghindari kesalahan tentang data diri Wajib Pajak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
nomor kohir, dan data tunggakan pajaknya. Hal ini mempermudah
petugas pajak dalam memperoleh pemberitahuan tentang kondisi
Wajib Pajak.
3) KPP bekerjasama dengan pihak-pihak lain.
KPP Pratama Surakarta seharusnya bekerjasama dengan instansi
lain seperti instansi pemerintah, bank, kepolisian, samsat dan
Badan Pertahanan Nasional agar lebih mudah untuk melakukan
koordinasi antara KPP terhadap kondisi Wajib Pajak.
4) Diadakan penyuluhan perpajakan.
Sosialisasi perpajakan sangat penting dilakukan karena masih
banyak Wajib Pajak yang belum mengetahui tentang bagaimana
tata cara perpajakan serta bagaimana tindakan yang harus diambil
apabila mempunyai masalah tentang pajak.
5) Manajemen penagihan pajak yang efektif dan profesional.
Manajemen penagihan pajak yang efektif adalah gabungan
kebijakan dan administrasi serta orang-orang (SDM) yang
mengadakan pengawasan dan mengambil keputusan yang tepat
untuk melaksanakan serangkaian aktivitas penagihan pajak secara
baik dan benar serta profesional sesuai ketentuan perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3. Strategi ke depan kinerja penagihan dalam memenuhi target pencairan
piutang Pajak Penghasilan (PPh).
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta melakukan beberapa
kegiatan untuk meningkatkan target pencairan tunggakan pajak terutama
PPh yang mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak untuk negara.
Penulis melakukan wawancara kepada salah satu pegawai pajak tentang
strategi yang di ambil ke depan untuk meningkatkan pencairan piutang
pajak. Beliau mengatakan sebagai berikut :
“Strategi ke depan untuk penagihan pajak dalam peningkatan pencairan piutang pajak di KPP Pratama Surakarta itu merujuk ke Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor : SE-36/PJ/2011 yaitu tentang Kebijakan Penagihan Pajak, antara lain untuk piutang pajak yang akan kadaluwarsa, Piutang pajak yang termasuk 100 (seratus) besar penunggak pajak, piutang pajak yang Wajib pajaknya memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, Wajib pajak yang tidak kooperatif dalam pembayaran pajaknya, Wajib Pajak yang termasuk dalam kategori selebriti, serta piutang pajak yang Wajib pajaknya memiliki tanda-tanda kepailitan dan di likuidasi”.
Menurut keterangan dari pegawai pajak yang saya wawancarai, maka
strategi yang diambil khususnya seksi penagihan dalam pencapaian target
piutang pajak antara lain :
a. Penagihan atas piutang yang akan daluwarsa
1) KPP melakukan inventarisasi piutang pajak yang ketetapnnya akan
daluwarsa, termasuk penelitian atas tindakan penagihan yang telah
dilakukan dan kendala penagihan yang dihadapi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2) Atas hasil inventarisasi, segera dilakukan penelusuran/pengujian
terhadap keberadaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan aset
Wajib Pajak/Penanggung pajak serta tindakan penagihan secara
intensif dan optimal.
3) Setelah langkah-langkah tersebut di atas dilakukan, apabila Jurusita
Pajak tidak dapat melakukan tindakan penagihan terhadap piutang
pajak yang akan daluwarsa tersebut, maka piutang pajak tersebut
dapat diusulkan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Piutang pajak yang termasuk dalam 100 (seratus) besar penunggak
pajak
1) KPP melakukan analisis terhadap piutang pajak dari 100 (seratus)
Penunggak Pajak terbesar, yaitu analisis terhadap kualitas piutang
pajak, tindakan penagihan yang telah dilakukan, permasalahan
yang dihadapi, dan kondisi Wajib Pajak/ Penanggung Pajak.
2) Atas hasil analisis, apabila terdapat permasalahan, KPP dapat
melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Kanwil atasannya.
3) Berdasarkan hasil analisis dan koordinasi di atas, KPP menetapkan
beberapa alternatif tindakan penagihan, dan atas alternatif tersebut
ditetapkan prioritas yang dapat segera dilaksanakan.
c. Piutang pajak yang Wajib Pajak/Penanggung Pajaknya memiliki tingkat
likuiditas keuangan yang tinggi (memiliki kemampuan membayar) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
memiliki kemauan untuk melunasi atau piutang pajak memiliki kriteria
lancar
1) Tingkat likuiditas keuangan Wajib Pajak/Penanggung Pajak dapat
ditentukan berdasarkan perkembangan posisi keuangan dan hasil
usaha Wajib Pajak/Penanggung Pajak selama 3 (tiga) tahun terakhir
yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Badan/Orang Pribadi,
hasil pengamatan atas kegiatan usaha dan/atau keseharian Wajib
Pajak/Penanggung Pajak, Profil Wajib Pajak, serta informasi
lainnya yang diperoleh.
2) Mengingat tingginya potensi pencairan piutang pajak, maka KPP
tidak menunda dan segera melaksanakan tindakan penagihan sesuai
dengan jangka waktu dan tahapan penagihan yang ditetapkan.
d. Terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang memiliki kemampuan
membayar namun tidak kooperatif dalam pembayaran utang pajaknya
1) Memprioritaskan tindakan penyitaan atas harta kekayaan Wajib
Pajak/penanggung Pajak yang tersimpan pada bank, dengan
terlebih dahulu melakukan pemblokiran rekening Wajib
pajak/Penanggung Pajak.
2) Mengupayakan penyitaan atas harta kekayaan milik Wajib
Pajak/Penanggung Pajak lainnya.
3) Pencegahan Penanggung Pajak bepergian ke luar negeri.
4) Apabila setelah dilakukan tindakan penagihan tetapi utang Wajib
Pajak belum lunas, maka dilakukan pemanggilan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Penanggung Pajak dengan tujuan untuk lebih memastikan itikad
baiknya dalam melunasi utang pajak.
5) Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak melakukan itikad
baiknya dalam melunasi utang pajaknya, maka dapat diusulkan
penyanderaan.
6) Usulan penyanderaan dilakukan selektif dengan memperhatikan
prinsip kehati-hatian.
e. Penanggung Pajak yang termasuk dalam kategori selebriti, public figure
atau tokoh masyarakat
1) KPP melakukan himbauan kepada selebriti, public figure, atau
tokoh masyarakat yang memiliki utang pajak untuk segera
melunasi utang pajaknya.
2) KPP melakukan tindakan penagihan secara optimal.
3) Pada saat dilakukan penyitaan atas aset milik Penanggung Pajak
yang antara lain berupa kendaraan, tanah dan/atau bangunan, maka
pemberian segel sita ditempatkan pada beberapa bagian obyek sita
yang diantaranya dapat terbaca secara jelas oleh masyarakat,
sehingga dapat menimbulkan efek jera.
f. Piutang pajak yang Wajib Pajaknya memiliki tanda-tanda kepailitan,
dalam proses pailit, atau telah selesai proses kepailitannya
1) Apabila terdapat tanda-tanda kepailitian, seperti telah terdapat
putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU),
pemberitaan media massa, atau informasi lainnya, maka tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
penagihan yang sedang dilaksanakan segera dimaksimalkan
sebelum terdapat putusan pailit, dan dalam hal Surat Paksa belum
diberitahukan, terlebih dahulu dilakukan penagihan seketika dan
sekaligus.
2) Setelah proses pemberesan harta pailit Wajib Pajak telah selesai
namun piutang pajak Wajib Pajak belum seluruhnya terbayarkan
dari harta pailit, maka wajib melakukan penagihan pajak secara
optimal terhadap Penanggung Pajak Wajib Pajak pailit tersebut.
3) Saat menindaklanjuti dan menangani proses perkara kepailitan,
KPP berkoordinasi dengan Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum
dan Pelaporan Kanwil atasannya dan melaporkan
perkembangannya kepada Direktorat Pemeriksaan dan penagihan
serta Direktorat Peraturan Perpajakan II.
g. Piutang pajak yang Wajib Pajaknya memiliki tanda-tanda akan
dilikuidasi/dbubarkan, atau dalam proses likuidasi/pembubaran
1) Apabila terdapat tanda-tanda Wajib Pajak akan
dilikuidasi/dibubarkan, seperti Wajib Pajak tidak lagi
melaksanakan kegiatan usaha, terdapat penghentian hubungan kerja
kepada sejumlah besar buruh/karyawan, berita media massa atau
informasi lainnya, maka tindakan penagihan yang sedang
dilaksanakan segera dimaksimalkan sebelum terdapat likuidasi atau
pembubaran, dan dalam hal Surat Paksa belum diberitahukan,
terlebih dahulu dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2) Apabila terdapat informasi mengenai Wajib Pajak yang
dilikuidasi/dibubarkan, maka informasi tersebut harus ditindak
lanjuti dengan mengirimkan surat kepada Tim likuidasi yang
menginformasikan jumlah seluruh piutang pajak dengan
melampirkan Surat Paksa dan ketentuan yuridis perpajakan yang
berlaku antara lain Pasal 21 UU KUP, serta Pasal 10 ayat (5) UU
PPSP.
3) Setelah proses likuidasi berakhir dan atas piutang pajak Wajib
Pajak belum seluruhnya terbayarkan dari aset Wajib Pajak
likuidasi, maka wajib melakukan penagihan pajak secara optimal
terhadap penanggung pajak.
4) Dalam menindaklanjuti dan menangani proses perkara
likuidasi/pembubaran, maka KPP berkoordinasi dengan Kepala
Sub Bagian Bantuan Hukum dan pelaporan Kanwil DJP atasannya
dan melaporkan perkembangannya kepada Direktur Pemeriksaan
dan Penagihan serta Direktur Peraturan Perpajakan II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB III
TEMUAN
A. Kelebihan
Kebijakan penagihan pajak dalam optimalisasi pencairan piutang Pajak
Penghasilan, penulis dapat menyimpulkan kelebihan dari kebijakan tersebut
terhadap KPP Pratama Surakarta, antara lain :
1. Adanya penetapan untuk target pencairan piutang pajak, sehingga
efektivitas pencairan dapat diukur.
Penetapan target pencairan piutang pajak sangatlah penting. Apabila tidak
adanya penetapan target dalam pencairan piutang pajak maka pengukuran
tingkat efektivitas pencairan tidak dapat diukur, dan KPP Pratama tidak
dapat mengetahui baik buruknya penagihan pajak terhadap kinerja
penagihan untuk mengoptimalisasi pencairan piutangnya.
2. Dapat mengetahui tingkat opimalisasi kinerja penagihan dalam pencairan
piutang pajak.
Kebijakan penagihan dapat mengetahui tingkat optimalisasi kinerja karena
di dalam kebijakan ini ada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang dapat
mengukur suatu tingkat optimalisasi kinerja penagihan dalam pencairan
piutang pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
3. Adanya penetapan target maka dapat menghindari beban tugas pada akhir
tahun.
Adanya penetapan target pada awal tahun, maka dapat direncanakan kinerja
untuk merealisasikan target tersebut secara bertahap, sehingga pada akhir
tahun target yang ditetapkan dapat tercapai minimal mendekati 100%,
sehingga di akhir tahun tidak ada target yang belum terealisasi.
B. Kelemahan
Di samping kelebihan-kelebihan tersebut terdapat juga kelemahan KPP
Pratama Surakarta terhadap optimalisasi pencairan piutang pajak antara lain :
1. Sistem aplikasi penagihan tidak memenuhi kebutuhan pengguna.
Sistem aplikasi dalam hal ini seperti Sistem Informasi Direktorat Jendral
Pajak (SIDJP) belum dapat memberikan informasi yang sesuai kepada
pegawai karena pada sistem ini kurang mendukung kegiatan administrasi
penagihan, sehingga laporan perkembangan tunggakan pajak tidak valid dan
proses penagihannya tidak efektif.
2. Terbatasnya jurusita pajak dalam penagihan pajak.
KPP Pratama Surakarta hanya mempunya 2 (dua) orang pegawai jurusita
pajak, padahal jumlah piutang pajak sangat besar jadi tidak bisa maksimal
dalam penagihan pajaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Realisasi pencairan dalam pencapaian target dari tahun ke tahun tidak dapat
tercapai.
Realisasi pencairan dalam pencapaian target di KPP Pratama Surakarta dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 tidak dapat mencapai target. Padahal
potensi yang dimiliki KPP Pratama Surakarta dalam pencairan piutang pajak
penghasilan sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena sistem administrasi
dan kinerja penagihan yang kurang efektif.
4. Mekanisme pengawasan pencairan piutang pajak yang tidak komprehensif.
Mekanisme pengawasan pencairan piutang pajak tidak komprehensif
maksudnya adalah pengawasan pencairan piutang pajak tidak dilakukan
dengan cara kinerja yang baik sehingga berakibat pencairan piutang pajak
tidak dapat mencapai target yang telah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan dari bab-bab
sebelumnya, yang berhubungan dengan optimalisasi kinerja penagihan dalam
pencaiaran piutang Pajak Penghasilan, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
4. Kinerja penagihan piutang pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta tahun 2010 – 2011 dapat dikatakan kurang efektif dan
belum optimal meskipun telah sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, menegakkan sistem perpajakan, dan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan perpajakan, tetapi pencairan piutang pajak belum
mencapai target yang telah ditentukan. Selama tahun 2010 realisasi
pencairan piutang pajak adalah sebesar Rp4.089.247.000 atau sekitar
53,26%, sedangkan tahun 2011 realisasi pencairan piutang pajak adalah
sebesar Rp4.829.234.430 atau sekitar 30,75% dari target yang telah
ditetapkan. Pencairan piutang pajak ini mengalami penurunan sekitar
22,51%.
5. Faktor-faktor penyebab kinerja penagihan tidak dapat mencapai target
pencairan tunggakan pajak tahun 2010 - 2011 adalah faktor intern atau
faktor dari pegawai KPP itu sendiri yaitu minimnya jurusita pajak di KPP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Pratama Surakarta dan faktor ekstern yaitu Wajib Pajak banyak yang tidak
kooperatif. Untuk menghadapi hal tersebut perlu dilakukan penambahan
jumlah jurusita pajak dan perlu dilakukan lebih banyak sosialisasi kepada
Wajib Pajak serta tindakan persuasif kepada Wajib Pajak.
3. Strategi ke depan penagihan dalam memenuhi target pencairan piutang
Pajak Penghasilan (PPh) antara lain melakukan inventarisasi piutang pajak
yang ketetapnnya akan daluwarsa termasuk penelitian atas tindakan
penagihan yang telah dilakukan dan kendala penagihan yang dihadapi,
melakukan analisis terhadap piutang pajak dari 100 (seratus) Penunggak
Pajak terbesar, yaitu analisis terhadap kualitas piutang pajak, tindakan
penagihan yang telah dilakukan, permasalahan yang dihadapi, dan kondisi
Wajib Pajak/ Penanggung Pajak, tidak menunda dan segera melaksanakan
tindakan penagihan sesuai dengan jangka waktu dan tahapan penagihan
yang ditetapkan, memprioritaskan tindakan penyitaan atas harta kekayaan
Wajib Pajak/penanggung Pajak yang tersimpan pada bank, dengan terlebih
dahulu melakukan pemblokiran rekening Wajib pajak/Penanggung Pajak,
serta pencegahan Penanggung Pajak/Wajib Pajak untuk bepergian ke luar
negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
B. Rekomendasi
Untuk menghadapi masalah tersebut, penulis memberikan rekomendasi
sebagai berikut :
1. KPP Pratama Surakarta lebih dapat meningkatkan kinerja penagihan piutang
pajak agar target pencairan piutang pajak dapat tercapai.
2. KPP Pratama Surakarta agar lebih sering melakukan sosialisasi agar Wajib
Pajak melaksanakan administrasi perpajakannya.
3. Membagi pejabat jurusita pajak agar mudah untuk melaksanakan kegiatan
penagihan.
4. Memperbaiki sistem administrasi kartu pengawasan piutang pajak agar lebih
mudah untuk melakukan pengecekan.
5. Bekerjasama dengan instansi lain seperti instansi pemerintah, bank,
kepolisian, Imigrasi, samsat dan Badan Pertahanan Nasional agar lebih
mudah untuk melakukan koordinasi antara KPP terhadap kondisi Wajib
Pajak. Keuntungan dari bekerjasama ini adalah dapat memperoleh
konfirmasi data untuk mengetahui aset penunggak pajak dalam rangka
memperlancar penagihan pajak aktif maupun pasif.