dialog antar umat beragama-buddha
DESCRIPTION
Serba-serbi agama Buddhga dan Dialog Antar Umat BeragamaTRANSCRIPT
[ PENDIDIKAN RELIGIOSITAS
Kelas XII IPA 7
No. Nama Tugas10 Cindia Andry Nama dan Biodata Pendiri Agama, Macam-
macam Aliran, dan Alasan Terjadinya Kerusuhan Antar Umat Beragama.
11 Daniel Perdana Pentingnya Dialog Antar Umat Beragama, Fungsi Diturunkannya Agama ke Dunia, dan
Puisi.31 Tommy Winata Nama Tempat Ibadat, Bentuk Dialog, dan Teks
Kitab Suci.32 Vanny Andriani Nama Kitab Suci dan Bagiannya, Ajaran
Pokok Agama, Usaha Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama, Teks Kitab Suci, Nama Haru
Raya Agama, dan Hambatan Dialog Antar Umat Beragama.
36 Vincent Nama Hari Raya Agama dan Doa Kerukunan Antar Umat Beragama.
SMA Xaverius 1 Palembang
Palembang
Tahun Ajaran 2012/2013
Nama dan Biodata Pendiri Agama Buddha
Pendiri agama Buddha adalah Siddhārtha Gautama, yang nantinya akan mencapai
Penerangan Sempurna (Parinibbana) dan bergelar sang Buddha. Ia dikenal sebagai orang bijak
dari kaum Sakya atau Sakyamuni dan sang Tathagata dan dianggap sebagai Buddha Agung atau
Sammāsambuddha oleh pemeluk agama Buddha. Ia terlahir sebagai seorang pangeran kerajaan
Kapilavastu di wilayah Jambudvipa, negara Sakhya, India Utara. Waktu kelahiran dan
kematianNya berlum dapat dipastikan. Para ilmuwan memperkirakan Ia lahir saat bulan purnama
sidhi. Aliran Mahayana memperkirakan Beliau lahir pada tanggal 8 April 566 SM dan aliran
Hinayana pada tanggal 6 Mei 623 SM).
Ayah Pangeran Siddharta Gautama adalah Sri Baginda Raja Suddhodana dari suku Sakya
dan ibuNya adalah Ratu Mahā Māyā Dewi. Setelah tujuh hari Beliau lahir, ibundaNya meninggal
dunia dan masuk ke surga alam luhur atau surga Tusita. Semenjak itu, Siddharta dijaga dan
dirawat oleh bibinya yang juga istri Raja Suddhodana, Ratu Mahā Pajāpati.
Kelahiran
Saat kelahiranNya, seorang petapa Asita Kaldewala meramalkan bahwa Ia akan menjadi
Maharaja Dunia atau Chakrawartin atau menjadi seorang Buddha. Ayah Pangeran Siddharta pun
cemas, Ia takut Siddharta akan menjadi Buddha dan tidak mewarisi takhta kerajaannya. Maka
sang Ayah meminta nasihat dari pertapa itu. Sang pertapa mengatakan bahwa Pangeran
Siddharta akan menjadi Buddha apabila melihat empat macam peristiwa, yaitu orang tua, orang
sakit, orang mati, dan pertapa.
Kehidupan Keduniawian
Saat Siddharta meranjak dewasa, Raja Suddhodana menyingkirkan segala bentuk
penderitaan dan menyodorkan kenikmatan keduniawian kepadaNya. Akhirnya sang Pangeran
selalu dilayani oleh pelayan dan dayang-dayang yang masih muda dan cantik rupawan di istana
yang megah dan indah. Suatu hari Siddharta meminta ijin untuk berkeliling ke luar istana. Di
sana Ia melihat empat syarat yang mengkondisikannya dapat menjadi seorang Buddha. Di usia
16 tahun, sang Pangeran menikah dengan Putri Yasodhara dan memiliki tiga istana megah, yaitu
Istana Musim Dingin (Ramma), Istana Musim Panas (Suramma), dan Istana Musim Hujan
(Subha).
Setelah hidup dengan pergolakan batin selama 10 tahun, Pangeran Siddharta memutuskan
meninggalkan istanaNya, tepatnya saat putra tunggalnya, Rahula, lahir. Ia pergi ditemani dengan
kusirnya, Channa dan bertekad menjadi pertapa. Kehidupan pertapaan yang dialami Siddharta
tidak semulus yang Ia bayangkan. Ia sempat menjalani cara ekstrem dalam bertapa, namun pada
akhirnya Ia menemukan cara yang baik dan benar. Suatu hari saat ia bermeditasi di bawah pohon
Bodhi, Ia mendapatkan Penerangan Sempurna. Penerangan Sempurna menjadikanNya
Samyaksam-Buddha tepat pada bulan Purnama Raya di bulan Vesak ketika Ia berusia 35 tahun.
Nama Kitab Suci dan Bagiannya
Kitab suci agama Buddha adalah Tripiṭaka. Tripiṭaka pada umumnya dapat diartikan
sebagai ‘tiga keranjang’ sebagai penggambaran tiga pokok bahasan besar dalam agama Buddha.
Ketiga pokok bahasan tersebut antara lain Vinaya Piṭaka, Sutta Piṭaka, dan Abhidhamma Piṭaka.
Berikut pembagian dan penjabarannya
1. Vinaya Piṭaka
Vinaya Piṭaka secara garis besar membahas tentang peraturan bagi para Bikkhu dan
Bikkhuni. Vinaya Piṭaka terdiri tiga bagian, antara lain
1. Sutta Vibhanga
Kitab ini berisi tentang peraturan bagi para Bikkhu dan Bikkhuni yang mencakup
empat pelanggaran yang menyebabkan dikeluarkannya Bikkhu/Bikkhuni dari Sangha.
2. Khandhaka
Kitab ini terbagi atas Mahâvagga dan Cullavagga. Kitab Mahâvagga berisi
tentang peraturan dan uraian penahbisan Bikkhu/Bikkhuni, upacara Uposatha, dan
penjabaran jalannya aktivitas Sangha. Sedangkan kitab Cullavagga berisi tentang
peraturan penanganan pelanggaran peraturan dan uraian penahbisan
Bikkhu/Bikkhuni, upacara Uposatha, dan penjabaran jalannya aktivitas Sangha
lainnya.
3. Parivâra
Kitab ini memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan Vinaya Piṭaka yang
disusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran.
2. Sutta Piṭaka
Sutta Piṭaka terdiri atas lima kumpulan buku atau nikâya, berikut penjabarannya
1. Digha Nikâya
Merupakan buku yang terdiri atas 34 Sutta panjang yang berisi pokok ajaran
agama Buddha dan terbagi menjadi tiga vagga, yaitu Sîlakkhandhavagga, Mahâvagga
dan Pâtikavagga. Beberapa Sutta panjang tersebut antara lain Brahmajâla Sutta,
Samannaphala Sutta, Sigâlovâda Sutta, Mahâsatipatthâna Sutta, dan
Mahâparinibbâna Sutta.
2. Majjhima Nikâya
Merupakan buku yang memuat khotbah-khotbah menengah. Buku ini terdiri atas
tiga bagian dan total suttanya 152 sutta. Beberapa suttanya adalah Ratthapâla Sutta,
Vâsettha Sutta, Angulimâla Sutta, Ânâpânasati Sutta, Kâyagatasati Sutta, dan
sebagainya.
3. Anguttara Nikâya
Merupakan buku yang memuat sebelas bagian yang meliputi 9.557 sutta. Sutta
tersebut disusun berurutan untuk memudahkan pengingatan.
4. Samyutta Nikâya
Merupakan buku yang memuat 7.762 sutta dan terbagi atas lima vagga utama.
5. Khuddaka Nikâya
Merupakan buku yang terdiri dari lima belas kitab, antara lain
1. Khuddakapâtha, yang berisi empat teks antara lain Saranattâya,
Dasasikkhapâda, Dvattimsakâra, Kumârapañha, dan lima sutta : Mangala,
Ratana, Tirokudda, Nidhikanda dan Metta Sutta.
2. Dhammapada, yang terdiri atas 423 syair dan dibagi lagi menjadi delapan
vagga.
3. Udâna, merupakan kumpulan delapan puluh sutta yang terbagi menjadi
delapan vagga. Kitab ini memuat sabda Sang Buddha.
4. Itivuttaka, merupakan kitab yang berisi 110 sutta yang masing-masing dengan
kata vuttam hetam bhagavâ (demikianlah sabda Sang Bhagavâ).
5. Sutta Nipâta, terdiri atas lima vagga : Uraga, Cûla, Mahâ, Atthaka dan
Pârâyana Vagga. Empat vagga pertama terdiri atas 54 prosa berirama, sedang
vagga kelima terdiri atas enam belas sutta.
6. Vimânavatthu, menerangkan keagungan dari bermacam-macam alam deva,
yang diperoleh melalui perbuatan-perbuatan berjasa.
7. Petavatthu, merupakan kumpulan cerita mengenai orang-orang yang lahir di
alam Peta akibat dari perbuatan-perbuatan tidak baik.
8. Theragâthâ, kumpulan syair-syair, yang disusun oleh para Thera semasa hidup
Sang Buddha. Beberapa syair berisi riwayat hidup para Thera, sedang lainnya
berisi pujian yang diucapkan oleh para Thera atas Pembebasan yang telah
dicapai.
9. Therigâthâ, buku yang serupa dengan Theragâthâ yang merupakan kumpulan
dari ucapan para Theri semasa hidup Sang Buddha.
10. Jâtaka, berisi cerita-cerita mengenai kehidupan-kehidupan Sang Buddha yang
terdahulu.
11. Niddesa, terbagi menjadi dua buku : Culla-Niddesa dan Mahâ-Niddesa. Culla-
Niddesa berisi komentar atas Khaggavisâna Sutta yang terdapat dalam
Pârâyana Vagga dari Sutta Nipâta; sedang Mahâ-Niddesa menguraikan enam
belas sutta yang terdapat dalam Atthaka Vagga dari Sutta Nipâta.
12. Patisambhidâmagga, berisi uraian skolastik tentang jalan untuk mencapai
pengetahuan suci. Buku ini terdiri atas tiga vagga : Mahâvagga,
Yuganaddhavagga dan Paññâvagga, tiap-tiap vagga berisi sepuluh topik
(kathâ).
13. Apadâna, berisi riwayat hidup dari 547 bhikkhu, dan riwayat hidup dari 40
bhikkhuni, yang semuanya hidup pada masa Sang Buddha.
14. Buddhavamsa, terdiri atas syair-syair yang menceritakan kehidupan dari dua
puluh lima Buddha, dan Buddha Gotama adalah yang paling akhir.
15. Cariyâpitaka, berisi cerita-cerita mengenai kehidupan-kehidupan Sang Buddha
yang terdahulu dalam bentuk syair, terutama menerangkan tentang 10 pâramî
yang dijalankan oleh Beliau sebelum mencapai Penerangan Sempurna, dan
tiap-tiap cerita disebut Cariyâ.
3. Abhidhamma Piṭaka
Kitab ini berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara analitis. Uraian
tersebut meliputi ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika. Kitab ini mencakup tujuh buah
Pakarana atau buku, yaitu
1. Dhammasangaṇȋ, menguraikan etika dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa.
2. Vibangha, menguraikan secara detail isi dari Dhammasangaṇȋ dengan metode yang
berbeda. Buku ini terbagi menjadi delapan bagian dan perbabnya berisikan
Suttantabhâjaniya, Abhidhannabhâjaniya dan Pññâpucchaka.
3. Dhâtukathâ, yang membicarakan unsur-unsur batin yang terbagi menjadi empat belas
bagian.
4. Puggalapaññatti, menguraikan jenis watak manusia (puggala) yang dikelompokkan.
5. Kathâvatthu, berisikan kumpulan percakapan (kathâ) dan sanggahan atas pandangan
salah oleh berbagai sekte tentang theologi dan metafisika.
6. Yamaka, kitab yang terbagi menjadi sepuluh bab, yaitu Mûla, Khandha, Âyatana,
Dhâtu, Sacca, Sankhârâ, Anusaya, Citta, Dhamma dan Indriya.
7. Paṭṭhana, menerangkan penyebab yang berkenaan tentang dua puluh empat Paccaya
atau hubungan batin dan jasmani.
Nama Tempat Ibadat dan Urutannya
Tempat ibadat agama Buddha terbagi menjadi tiga bagian,
antara lain
1. Karma Vihara
Karma Vihara adalah tempat kita berkemauan atau berkehendak suci untuk
beribadat. Artinya, Karma Vihara merupakan tempat
mempersiapkan diri ke Vihara. Persiapan ini meliputi
persiapan pemakaian pakaian bersih, menyucikan
ucapan, perbuatan, dan pikiran.
2. Arupa Vihara
Merupakan ‘vihara’ yang berada di dalam jiwa tiap umat. Arupa Vihara terbagi
menjadi empat, antara lain Maitri (Cinta Kasih),
Karuna (Welas Asih/ Kasih Sayang). Mudita
(Membagi rasa kegembiraan dan turut bersimpati atas
kesusahan), dan Upeka (Keseimbangan Batin).
3. Rupa Vihara
Merupakan tempat ibadat yang memiliki wujud.
Berikut pembagiannya
Vihara
Cetya
Dharma Prasadha
1. Vihara, merupakan tempat ibadat agama
Buddha yang terdiri dari sekurang-vkurangnya
ada Dharma Sala, Kuti (tempat tinggal para
Bhiksu), dan Sasana Loka.
2. Cetya, merupakan tempat ibadat agama Buddha
yang sifatnya pribadi umat dan berbentuk kecil.
3. Dharma Prasadha, yaitu tempat sembahyang
agama Buddha yang dapat dipergunakan untuk
khotbah.
4. Kuti, merupakan tempat berdoa dan tempat
tinggal Bikkhu/Bikkhuni.
5. Sasana, merupakan tempat belajar agama
Buddha.
6. Dharma Sala, merupakan tempat umat agama
Buddha sembahyang, upacara, dan khotbah.
7. Dharma Loka, merupakan tempat khusus untuk
berkotbah agama Buddha.
8. Samadhi Loka, merupakan tempat khusus
untuk bersemadi atau bermeditasi.
Nama Hari Raya Agama dan Dirayakannya
Hari raya agama Buddha ada empat, yaitu Hari Raya Vesak, Hari Raya Asadha, Hari Raya
Kathina, dan Hari Raya Magha Puja. Berikut penjabarannya
1. Vesak
Hari Raya Vesak diperingati oleh seluruh umat beragama Buddha sedunia. Momen
ini diperuntukkan mengenang dan memperingati tiga peristiwa penting, yakni lahirnya
Siddharta Gautama, pencapaian Siddharta Gautama menjadi Buddha, dan sang Buddha
mencapai Parinibanṇa. Tiga peristiwa ini dapat disebut juga sebagai Trisuci Vesak.
Menurut World Fellowship of Buddhists, Vesak dilakukan pada purnama pertama di
bulan Mei.
Untuk merayakannya, pemeluk agama Buddha akan melakukan Puja Bhakti di
vihara guna mengingat kembali ajaran sang Buddha yang melarang pembunuhan
makhluk hidup, mencuri, berbuat asusila, berbohong, dan mabuk-mabukan. Umat
Buddha juga mengembangkan cinta kasihnya pada hari perayaan ini dengan membantu
fakir miskin, melepas hewan sebagai symbol cinta kasih dan penghargaan lingkungan,
dan merenungkan perbuatan yang telah dilakukan telah baik atau masuh buruk.
2. Asadha
Hari raya Asadha diperingati dua bulan setelah hari raya Vesak guna memperingati
tiga hal penting, antara lain pembabaran Dhamma oleh Buddha pertama kalinya
kepada lima teman seperjuangan pertapa, pembentukan Ariya Sangha oleh Buddha
Kuti
Dharma Sala
Samadhi Loka
bersama lima teman seperjuangan pertapa, dan pembentukan Sangha untuk
melengkapi Triratna (Buddha, Dhamma, Sangha).
Untuk memperingatinya, umat Buddha akan melakukan Asadha Puja. Khotbah
pertama yang diberikan oleh Buddha di hari suci Asadha ini adalah Dhamma Cakka
Pavattana Sutta atau Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Lewat khotbah ini, Buddha
mencoba mengajarkan Cattari Ariya Saccani atau Empat Kebenaran Mulia.
3. Kathina
Hari raya ini merupakan hari raya di mana umat Buddha memberi persembahan
kepada Bikkhu Sangha yang telah menyelesaikan masa Vassanya. Dana persembahan
ini berupa Cattupacaya atau empat kebutuhan harian. Kebutuhan ini meliputi jubah,
makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Selain itu juga dipersembahkan delapan
pelengkap untuk mendukung terlaksananya Vinaya dengan baik seperti mangkok,
saringan air, dan lainnya. Persembahan ini dilakukan sebagai wujud bakti umat
Buddha kepada Sangha pelindung Dhamma.
4. Magha Puja
Merupakan hari di mana umat Buddha memperingati peristiwa agung yang hanya
terjadi di jaman Buddha. Peristiwa tersebut diawali saat sekitar 1250 orang Bikkhu
berjalan melewati Taman Tupai dan berencana mengunjungi sang Buddha. Akhirnya
mereka bertemu dengan sang Buddha dan Beliau melakukan Uposatha dan melakukan
penahbisan Bikkhu atau Ehi Bikkhu Upasampada. Setelah itu, Beliau membabarkan
Ovadapatimokkha kepada mereka. Isi Ovadapatimokkha meliputi pelaksanaan
kedisiplinan dalam bersila dan kehidupan suci. Jadi, hari raya Magha Puja ini
merupakan peringatan dari
1. Berkumpulnya 1250 orang Bikkhu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
2. Berkumpulnya para Bikkhu yang telah mencapai kesucian dan memiliki
kemampuan Abhinna.
3. Penahbisan 1250 orang Bikkhu oleh sang Buddha.
4. Pembabaran Ovadapatimokkha oleh sang Buddha.
Dari peringatan ini, umat Buddha memaknai hari raya Magha Puja sebagai
pemberhentian untuk berbuat jahat, selalu berbuat baik, dan selalu berpikir benar.
Ajaran Pokoknya
Landasan pokok ajaran agama Buddha meliputi empat pokok ajaran, antara lain
1. Tiga Mustika atau Triratna
Tiga Mustika yang dimaksud dalam agama Buddha ialah Buddha, Dhamma, dan
Sangha. Buddha dapat diartikan sebagai sang Buddha Gautama yang bertindak sebagai
guru, dan juga dapat diartikan sebagai sifat ke-Buddha-an yang ditanamkan dan
dimiliki oleh setiap manusia. Berikutnya adalah Dhamma, di mana Dhamma yang
dimaksud sebagai ajaran sang Buddha yang merupakan kebenaran mutlak. Terakhir
adalah Sangha, di mana Sangha seringkali dikaitkan sebagai pengawal dna pelindung
Dhamma. Sangha juga dapat diartikan sebagai suatu persaudaraan orang suci seperti
Sotapanna, Sakadagami, Anagami, dan Arahat.
2. Tiga Corak Umum atau Tiga Kesunyataan Mulia atau Tilakkhana
Menurut ajaran sang Buddha, semua fenomena yang ada di dunia semasa hidup
dikuasai oleh tiga ciri umum, yaitu ketidakkekalan, penderitaan, dan ketiadaakuan.
Berikut penjabarannya
1. Ketidakkekalan atau Anicca
Ketidakkekalan menunjukkan semua kondisi yang nantinya akan hilang
dan digantikan atau terus bersiklus. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan
terus menerus tanpa henti. Gejala perubahan ini terjadi akibat adanya kondisi
kompleks dan tidak sejalan dengan imajinasi manusia. Ketidakkekalan akan
berbuah manis berupa Nirvana apabila disikapi dengan tidak melekat pada
sesuatu.
2. Penderitaan atau Dukkha
Penderitaan yang dimaksudkan sebagai ketidakpuasan manusia akan
sesuatu yang tidak didapatkan. Memaksakan mendapatkan apa yang kita
inginkan dan mengalami kegelisahan, itu penderitaan. Mendapatkan apa yang
kita inginkan dan saat kesenangan itu habis atau hilang, itu penderitaan.
Segala ketakutan dan kekhawatiran yang tidak masuk akal akan menyebabkan
ketidakpercayaan dan pemutusan hubungan dengan masyarakat, itu
penderitaan.
Apabila ketidakkekalan atau Annica disikapi dengan baik, maka Dukkha
tidak timbul dalam kehidupan. Apabila Dukkha tidak timbul dalam
kehidupan, maka umat mendapatkan Nirvana atau kebenaran dan
kebahagiaan abadi.
3. Ketiadaakuan atau Anatta
Ketiadaakuan dimaksudkan sebagai tanpa ego yang berkonsepkan diri
umat. Sang Buddha mengajarkan bahwa selama Skanda atau diri umat tidak
berego, maka sifat ke-Buddha-an yang bahagia pada umat menjadi sesuatu
yang baik. Pada dasarnya, diri umat diciptakan untuk dapat mencapai sifat ke-
Buddha-an dengan memahami diri sendiri. Untuk mencapai ini, Beliau
mengajarkan untuk melepaskan kemelekatan akan gejala persenyawaan.
Dengan melepaskan kemelekatan pada diri umat, Dhukka pun terlepaskan.
3. Empat Kesunyataan Suci atau Cattari Ariya Saccani
Pengenalan Empat Kesunyataan Suci oleh sang Buddha pertama kali diberi nama
Dhammacakkapavattana Sutta atau Khotbah Pemuataran Roda Dhamma. Empat
Kesunyataan Suci tersebut antara lain
1. Kesunyataan Mulia tentang Dukkha atau Dukkha Ariyasacca
Merupakan kebenaran yang dibabarkan sang Buddha mengenai unsur
kehidupan jasmani dan batin adalah Dukkha. Dukkha dimaksudkan sebagai
sakit, kecewa, tidak sempurna, tidak kekal, kosong dan sebagainya. Dukkha
dibagi menjadi tiga, yaitu Dukkha biasa, maksudnya derita tubuh atau batin,
Dukkha akibat perubahan, maksudnya segala sesuatu yang menimbulkan
Dukkha, dan Dukkha sebagai akibat keadaan, maksudnya manusia selalu
mengalami perubahan akibat kombinasi jasmani dan rohani.
2. Kesunyataan Mulia tentang Asal Mula Dukkha atau Dukkhasamudaya
Ariyasacca
Sebab Dukkha adalah Tanha atau keinginan atau keserakahan atau
kemelekatan. Proses kehidupan akan terus berlangsung bila ada keinginan
untuk mencapai sesuatu. Bila keinginan dijadikan sesuatu yang bersifat
kemelekatan akan menimbulkan Dukhha.
3. Kesunyataan Mulia tentang Lenyapnya Dukkha atau Dukkhanirodha
Ariyasacca
Lenyapnya Dukkha dapat diusahakan dengan melenyapkan Tanha.
Lenyapnya Dukkha selanjutnya akan memberi Nirvana atau kebahagiaan
abadi.
4. Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukhha atau
Dukkhanirodhagamani Patipada
Untuk melenyapkan Tanha sebagai penyebab Dukhha, diperlukan Arya
Attahangika Magga atau Delapan Jalan Utama. Delapan Jalan Utama
memiliki delapan faktor yang harus dilakukan selaras sesuai dengan
kemampuan masing-masing diri. Cara ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
Sila meliputi ucapan dan penghidupan benar, Samadhi meliputi ucapan benar,
perhatian benar, dan konsentrasi benar, dan Pañña yang meliputi pengertian
dan pikiran benar.
4. Kebahagiaan Tertinggi atau Nibbana
Nibbana yang dimaksud adalah keadaan di mana keinginan, ikatan, nafsu, dan
kekotoran batin lenyap. Singkatnya, Nibbana adalah Kesunyataan Abadi, tidak
termusnahkan dan tidak bersyarat. Nibbana dapat dialami jika Dukkha dan Tanha
lenyap. Nibbana sendiri tedapat dua macam, yaitu Sa-upadisesa-Nibbana dan An-
upadisesa-Nibbana. Sa-upadisesa-Nibbana adalah keadaan di mana kekotoran batin
lenyap secara total namun lima kelompok kehidupan masih ada. Sementara An-
upadisesa-Nibbana adalah keadaan di mana kekotoran batin lenyap secara total beserta
lima kelompok kehidupannya.
Macam-macam Alirannya
Dalam perkembangannya, agama Buddha mengalami modifikasi yang disesuaikan dengan
budaya atau kebiasaan suatu wilayah pemeluknya. Berikut beberapa aliran besar dari agama
Buddha
1. Theravāda/ Sthaviravāda
Secara harafiah, Theravāda dapat diartikan sebagai ajaran/pengajaran terdahulu
yang merupakan inti ajaran agama Buddha yang masih bertahan. Theravāda
merupakan ajaran yang konservatif dan dianut oleh 70% penduduk Sri Lanka,
Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, suku Shan dan Tai di Cina, suku Khmer Krom di
Vietnam, suku Barua, Chakma, dan Magh di Bangladesh, Singapura, Malaysia, dan
Indonesia serta Negara Barat. Theravāda telah dianut oleh 100 juta penganut dalam
decade terakhir ini.
2. Mahāyāna
Secara harafiah, Mahāyāna berarti kendaraan besar. Mahāyāna merupakan salah
satu aliran utama agama Buddha yang lahir di India. Mahāyāna dalam ajarannya lebih
merujuk kepada tingkat motivasi spiritual atau Bodhisattvayana yang dilakukan
dengan pendekatan Hinayana atau Shravakayana. Para ilmuwan meyakini Mahāyāna
berasal dari India pada abad ke 1 M atau 1 SM. Dalam perjalanan sejarahnya,
Mahāyāna menyebar ke seluruh Asia Timur. Hingga kini, penganutnya antara lain
Cina, Jepang, Korea, Vietnam, dan suku Himalaya di Tibet.
3. Vajrayana
Merupakan aliran agama Buddha yang lebih dikenal dengan Tantrayana. Aliran ini
merupakan perkembangan dari ajaran Mahāyāna dan berbeda dalam pemraktekannya.
Dalam ajaran aliran ini, penganut akan latihan bermeditasi dan dibarengi visualisasi
dengan menekankan pada pembacaan mantra.
Pentingnya Dialog Antar Umat Beragama
Agama merupakan salah satu pembatas peradaban. Artinya potensi konflik antar umat
beragama tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi pecahnya konflik antar
umat beragama, diperlukan upaya dialog untuk menimalisir perbedaan antar agama. Dialog yang
dilakukan dapat menjembatani antar agama dan merupakan sarana yang efektif antar umat
beragama. Di Indonesia terdapat pluralitas agama, maka dialog antar umat beragama dijadikan
alternatif untuk menyelasaikan konflik dan fenomena-fenomena yang ada di sosial masyarakat.
Adanya dialog ini bukan untuk dimaksudkan membentuk peleburan agama atau
sinkretisme, menciptakan ajaran agama baru, supremasi bahwa suatu agama benar, dan
meniadakan perbedaan agama. Hal ini dilakukan demi tumbuhnya saling pengertian antar umat,
menumbuhkan rasa kerja sama demi kepentingan bersama, menumbuhkan kepedulian antar
sesame umat, menciptakan ketenteraman, dan menjamin terbinanya kerukunan dan kedamaian.
Bentuk-bentuk Dialog
Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama terkait
dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud, memerlukan 3
konsep yaitu
1. Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing-
masing sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan
dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya.
3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai
bukan untuk saling menghancurkan.
Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah peribadatan
tetapi lebih ke masalah kemanusiaan seperti moralitas, etika, dan nilai spiritual. Supaya efektif
dalam dialog antar umat beragama, sebaiknya menghindari mengeksklusifkan latar belakang
agama dan kehendak untuk memdominasi pihak lain.
Model dialog antar umat beragama yang dikemukakan oleh KLmball adalah sebagai
berikut
1. Dialog Parlementer ( parliamentary dialogue ), dialog ini dilakukan dengan
melibatkan tokoh-tokoh umat beragama di dunia. Tujuannya adalah
mengembangkan kerjasama dan perdamaian antar umat beragama di dunia.
2. Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue ), dialog ini melibatkan organisasi-
organisasi keagamaan. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan dan memecahkan
persoalan keumatan dan mengembangkan komunikasi di antara organisasi
keagamaan.
3. Dialog Teologi ( theological dialogue ), dialog yang bertujuan untuk membahas
persoalan teologis filosofis agar pemahaman tentang agamanya tidak subjektif
tetapi objektif.
4. Dialog dalam Masyarakat ( dialogue in society ), dialog yang dilakukan dalam
bentuk kerjasama dari komunitas agama yang plural dalam menyelesaikan
masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.
5. Dialog Kerohanian ( spiritual dialogue ), dialog yang dilakukan dengan tujuan
mengembangkan dan memperdalam kehidupan spirituak di antara berbagai
agama.
Hambatan Dialog Antar Umat Beragama
Berikut penjabaran beberap hambatan dialog antar umat beragama
1. Dialog yang dilakukan hanya berlangsung di tingkat elit terpelajar, sedangkan lapisan
awam yang jumlahnya lebih besar tidak mendapatkan akses dialog. Dialog sudah
selayaknya mulai menyertakan kaum awam.
2. Sebagian besar aktivis yang terlibat dalam dialog kurang begitu agresif
memperjuangkan jalan keluar masalah. Hal ini diperkirakan akibat kurangnya
pembiayaan kegiatan dialog antar agama.
3. Dalam dialog, justru pensosialisasi ajaran agama lebih banyak dikuasai juru agama
yang kurang paham dan kurang menyadari pentingnya isu dialog antar agama.
4. Kurangnya sarana prasarana kelembagaan yang menunjang dialog. Akibatnya dialog
makin sulit menjangkau masyarakat kalangan bawah dan makin rumitnya penyelesaian
suatu konflik.
5. Adanya sejumlah prasangka yang berkembang di antara sejumlah aktivis yang bekerja
untuk dialog antar agama. Akibatnya, dialog yang diadakan akan meng-alot dan sulit
berlangsung.
6. Terjadinya kesenjangan sosial dan ketidakadilan selama proses dialog. Akibatnya
persoalan tidak akan terselesaikan. Malah, dapat meningkatkan kecurigaan antar
agama atas persoalan yang didialogkan.
7. Adanya pertikaian antar agama akibat adanya perbedaan yang tajam. Akibatnya dialog
antar agama akan makin sulit dibangun dalam masyarakat.
Usaha Mewujudkan Kerukunan Antar Umat
Menciptakan kerukunan antar umat beragama adalah hak dan kewajiban kita sebagai
pemeluk agama. Berikut cara atau usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kerukunan
antar umat
1. Secara pribadi, usaha tersebut dapat diwujudkan dengan cara hidup saling tenggang
rasa terhadap masyarakat sekitar, dari diri sendiri tidak memaksakan agama kita dianut
orang lain, melaksanakan ibadah sesuai agama masing-masing, dan mematuhi
peraturan agama dengan baik.
2. Lewat masyarakat, usaha tersebut dapat diwujudkan dengan menghilangkan perasaan
curiga dan permusuhan antara agama. Juga dapat didukung dengan cara mengubah
rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positif dan mau menghargai
keyakinan orang lain. Tidak menyalahkan agama tertentu atas sebuah permasalahan
dan tidak mengolok-olok agama lain juga termasuk dalam upaya mewujudkan
kerukunan antar umat beragama.
3. Sesama umat beragama pun kita dapat mengupayakan kerukunan tersebut. Cara yang
dapat ditempuh antara lain memperdalam agama kita dan memahami atau
mentoleransi agama lainnya. Sehingga tidak terjadi kesenjangan pandangan atas suatu
masalah. Kedua, juga harus diterapkan rasa saling menghormati tanpa melihat latar
belakang agama dan tanpa menilai mayoritas atau minoritas agama tersebut.
4. Sebagai aparat pemerintah pun juga dapat mengupayakan kerukunan antar umat
beragama. Hal ini dapat ditempuh dengan cara memberdayakan institusi keagamaan
sehingga dapat mempercepat proses penyelesaian konflik, melayani dan menyediakan
kemudahan bagi umat beragama, melindungi agama dari penyalahgunaan dan
penodaan, mengarahkan umat beragama untuk hidup rukun sesuai Pancasila, dan
memfasilitasi penciptaan dialog dan kerjasama antar pimpinan majelis dan organisasi
keagamaan.
Alasan Terjadi Kerusuhan Antar Umat Beragama
Berbagai alasan dapat mendasari terjadinya kerusuhan atau peperangan antar umat
beragama kini. Berikut uraian singkatnya
1. The increase of conservative fundamentalism. Meningkatnya orang-orang berpikiran
radikal dapat memicu konflik umat antar agama. Kebanyakan orang-orang ini
berpandangan liberalism dan permissive progressive.
2. The conviction in the multi single interpretation in the absolute truth. Mereka adalah
orang-orang yang memegang kepercayaan mereka dengan fanatiknya. Mereka hanya
percaya pada satu ajaran dan berslogan ‘Right or Wrong, is my Ulama’.
3. Immaturity of religious followers. Hal ini dipicu penganut agama yang tidak dewasa
dan akhirnya memicu konflik dengan membangkitkan emosi.
4. Lack of interreligion dialogue. Artinya, peperangan ini disebabkan oleh kurangnya
pemahaman antar agama. Contohnya seperti tragedi Poso.
5. Lack of public spaces. Hal ini diakibatkan kurangnya dialog karena kurangnya
kemauan kedua belah pihak aama untuk duduk bersama di ruang publik, seperti
Muslim Tahunan dan Halal bi Halal.
6. Hunger of Power. Sebagian penganut agama menganggap ketika kekuasaan berada di
bawah kekuatan agama terbesar, maka masalah dapat dipastikan menurut kekuatan
terbesar.
7. Inseparation between religion and state. Hal ini menggambarkan bahwa kekuatan
terbesar terdapat pada pemerintah. Suatu pemerintah yang berdiri di pihak suatu
agama/kepercayaan otomatis akan memperkuat kedudukan agama tersebut. Akibatnya
suatu negara peraturannya akan didominasi oleh doktrin agama tersebut.
8. No religious freedom. Perpecahan ini diakibatkan adanya pelarangan berdiri dan
berkembangnya suatu agama di suatu wilayah atau negara.
9. Religious violation goes unpunished. Hal ini dapat digambarkan sebagai kekerasan
yang dilakukan oleh kelompok agama yang terkenal radikal dan sering melakukan aksi
brutal. Dengan mengatasnamakan agama, mereka akan membenarkan aksi mereka.
Parahnya, tidak ada kejelasan hukum bagi mereka. Sehingga tindakan ini terus
berlangsung di masyarakat.
10. Poverty and injustice. Hal ini dilakukan akibat tunduknya kaum minoritas terhadap
kekuatan mayoritas. Sudah menjadi rahasia umum bahwa beberapa wilayah yang
dikuasai oleh suatu agama tertentu dapat menukar kemiskinan seseorang dengan
kepercayaan suatu agama.
11. Moral/akhlaq is more important than fiqih. Banyak orang beragama yang menganggap
figih lebih penting dibanding moral/akhlaq. Sementara dalam suatu kalangan agama
tertentu, perbedaan fiqih dapat menimbulkan konflik
Fungsi Diturunkannya Agama ke Dunia
Bagi kebanyakan orang, agama dapat menjaga kebahagiaan hidup. Namun dari segi lain,
agama yang dianut oleh masyarakat memiliki fungsi tertentu. Berikut penjabarannya
1. Memberi pandangan dunia pada manusia.
Hal ini dikarenakan agama senantiasa memberi penerangan mengenai kedudukan
manusia di dunia secara keseluruhan. Penerangan ini dimaksudkan sebagai penerangan
secara falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan pada umatnya bahwa dunia
adalah ciptaan Allah dan setiap manusia harus menaati Allah.
2. Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dihawab manusia.
Maksudnya, pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh
akal manusia. Contohnya mengenai pertanyaan kehidupan setelah meninggal, tujuan
hidup, nasib, dan sebagainya.
3. Memberi rasa kebersamaa pada suatu kelompok manusia.
Agama di sini berperan sebagai pembentuk kelompom manusia dan menimbulkan
keseragaman kepercayaan, tingkah laku, pandangan dunia, dan nilai-nilai.
4. Berfungsi dalam peranan sosial.
Semua agama di dunia menyarankan umatnya pada kebaikan. Dalam ajarannya,
agama menuntun umatnya untuk mengikuti kode etik yang ada. Inilah yang dimaksud
dengan fungsi peranan sosial.
Teks Kitab Suci
Dhammapada ayat 6
“Mereka tidak tahu bahwa dalam pertikaian mereka akan hancur dan musnah, tetapi
mereka yang melihat dan menyadari hal ini damai dan tenang,”
Dhammapada ayat 5
“Di dunia ini kebenciam beljum pernah berakhir jika dibalas dengan membenci, tetapi
kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih. Ini adalah hukum kekal
abadi,”
Digha Nikaya I:3
"Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, (3) 'kalian tidak
boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak
senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika
orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang,
dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?' ,'Tidak,
Bhagava.' 'Jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus
menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan Apa yang Bukan
Ajaran mengatakan: "Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami, itu tidak ada
pada kami.”
Maklumat Raja Asoka dalam Prasastino: XXII
"Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama lain. Sebaliknya
agama lainpun hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat demikian
kita membuat agama kita sendiri berkembang, selain menguntungkan pula agama lain. Jika
kita berbuat sebaliknya kita akan merugikan agama kita sendiri, disamping merugikan
agama lain. Oleh karena itu, barangsiapa menghormati agamanya sendiri dan mencela
agama lain, semata-mata terdorong oleh rasa bakti kepada agamanya sendiri dengan
pikiran bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri, justru ia akan merugikan
agamanya sendiri. Karena itu kerukunan dianjurkan dengan pengertian biarlah semua
orang mendengar dan bersedia mendengar ajaran yang dianut orang lain.”
Doa Kerukunan Antar Umat Beragama
Marilah kita berdoa dengan khidmat.
Namo tassa bhagavato arahato sammȃsambuddhassa
(Terpujilah Sang Bhagavȃ, Yang Mahȃsuci, Yang telah Mencapai Penerangan Sempurna)
Di hari yang indah ini, kami memohom kepada-Mu,
Ampunilah dosa kami dan kesalahan kami,
Lindungilah mereka yang telah meninggal maupun yang masih hidup,
Bimbinglah kami agar tetap rukun,
Jangan jadikan perbedaan agama memercikkan perselisihan,
Dan kami mohon,
Lindungilah kami dalam tindakan kami,
Agar tidak menyakiti dan berguna bagi sesama.
Sabbe sattȃ bhavantu sukhitattȃ,
(semoga semua makhluk berbahagia)
Saddhu, Saddhu, Saddhu.
Puisi
Untukmu Agamamu dan Untukku Agamaku
Manusia lahir ke dunia tanpa melekat apa-apa pada dirinya.
Orok, janin, entah apa namanya,
Tak bisa meminta pada Tuhan,
Pada sidang tertutup atau terbuka,
Tanpa voting, tanpa suara,
Dari rahim siapa dia akan dilahirkan.
Dari ayah dan ibu yang tak henti berdoa siang malam,
Demi kehadirannya ke dunia,
Atau dari ibu yang bahkan tak tahu siapa,
Laki-laki yang telah meninggalkan bibit kehidupan,
Yang menghadiahinya gelar anak haram,
Padahal mereka lah orangtua haram.
Pun manusia tak bisa meminta,
Terlahir dari keluarga berada atau papa,
Dari kalangan terhormat atau hina,
Dengan fisik menawan atau serba kekurangan,
Dilahirkan di klinik bersalin ternama,
Atau hanya di atas dipan buruk rupa.
Manusia lahir tanpa dibekali sandang,
Yang menghangatkan badannya yang telanjang,
Hanya kemampuan pangan selama hitungan jam,
Sebelum mendapatkan makanan dari ibunya.
Iya, karena semua adalah hak tunggal Tuhan Sang Maha Pencipta.
Tuhan? Tuhan yang mana? Tuhan siapa?
Mereka bilang yang menciptakanku adalah Tuhan,
Lalu mereka juga bilang yang menciptakan dia adalah Tuhan,
Dan kau juga diciptakan oleh Tuhan.
Lalu, mengapa cara manusia menyembah Tuhan bisa berbeda?
Apakah Tuhan lebih dari satu?
Tidak.
Sesungguhnya Tuhan adalah tunggal, satu-satunya pencipta manusia.
Yang membedakannya adalah keyakinan.
Ketika manusia lahir dan membuka mata untuk kali pertama,
Ia mendapatkan segalanya,
Orangtua, keluarga, sandang, pangan, papan bahkan keyakinan.
Keyakinan?
Iya, keyakinan. Sesuatu yang paling hakiki,
Sesuatu yang diwarisi,
Bahkan menjadi doktrin.
Kau pernah mendengar seorang bayi yang baru lahir diazankan di telinganya?
Kau pernah melihat seorang bayi yang dibaptis di gereja?
Ketika lahir manusia bahkan tak bisa memilih akan diazankan atau dibaptis atau entah apalagi
namanya.
Ketika manusia beranjak dewasa,
Perlahan ia mempelajari keyakinannya,
Secara formal maupun informal,
Dari bangku sekolah dasar hingga bangku kuliah,
Bahkan tanpa batasan usia,
Yang kemudian dia kenal bernama agama.