dewanto (4).docx · web viewdeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu...

24

Click here to load reader

Upload: lytuong

Post on 30-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

Kajian tentang Literasi Media Massa Berdasarkan Perspektif

Biologi Komunikasi

Dewanto Putra Fajar

Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya Malang

AbstractStudies on media literacy become a relatively important part in the

general study of mass communication. Unfortunately the study of media literacy just spinning in an attempt to understand the behavior of audiences respond to messages of mass media, or attempts to understand the behavior of the media to create effective messages for the audience. Almost never-or maybe just a bit-a depth study of literature or to discuss media literacy through physiological perspective.

In fact, almost all the action and all the individual behavior towards the surrounding world is influenced by intrapersonal conditions-including physiological condition, which is associated with the nervous system and hormone systems within the individual. Because of the ability of individuals to use the media, in the context of media literacy, most likely influenced by the individual physiological reactions that arise from the relationship between nervous system and endocrine system.

This journal article seeks to explain as much as possible the relationship between the nervous system and hormone systems of individuals, in an attempt to explain the emergence of media literacy, especially on an individual's ability to reduce the potential stress, through the efforts of media use proportionally. In addition, the journal article describes the relationship between media literacy with the individual physiological conditions qualitatively through the study of literature. This was done as compensation, due to technical limitations to observe the physiological effects of the individual against media messages, especially with regard to media literacy.Keywords: Communication Biology (Communibiology), Physiological Effect,

Mass Media, Media Literacy

Pendahuluan

Konsep tentang literasi media menjadii konsep dalam komunikasi massa

yang harus dipahami oleh pihak komunikator (media massa) dan komunikan

(audien). Sonia Livingstone dan Shenja van der Graff (2008: 2926) mengutip

Page 2: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

Chris dan Potter (1998) menjelaskan bahwa literasi media merupakan aktivitas

mengakses hingga membuat dan memahami pesan dari beragam konteks sosial.

Hal itu menjadikan penerapan literasi media yang berbeda antara pihak

komunikator dan komunikan. Pihak media massa menggunakan literasi media

untuk membuat pesan yang efektif, sementara pihak audien menggunakan literasi

media untuk menginterpretasikan semua pesan yang diterima dari media massa.

Menariknya, kajian tentang literasi media lebih banyak dihubungkan dengan

aktivitas audien menanggapi isi media. Hal serupa dikatakan oleh James W. Potter

(2009: 564) bahwa audien dianggap memiliki kemampuan literasi media yang

baik jika audien tersebut mampu menganalisis hingga melakukan perilaku-

perilaku yang rasional. Hal itu menunjukkan bahwa literasi media dalam ranah

audien, tampaknya ditentukan pula oleh kemampuan personal, pengalaman, dan

mungkin juga kondisi budaya individu dalam menanggapi media. Dengan

demikian, individu memiliki kemampuan literasi media yang berbeda.

Menariknya, karena literasi media melibatkan kemampuan individu—termasuk

juga kondisi personal atau mungkin juga kondisi intrapersonal, maka ada

kemungkinan kondisi biologis turut menentukan kemampuan literasi media

individu tersebut.

Pandangan tentang konsep literasi media serta hubungannya dengan kondisi

biologis individu, tampak masih samar, dengan kata lain tampak tidak ada

hubungan langsung—yang signifikan—antara literasi media dengan kondisi

biologis individu. Padahal, jika kita berasumsi bahwa semua pengaruh lingkungan

sosial—determinasi sosial—mempengaruhi kondisi biologis individu—

determinasi biologis, maka pesan-pesan media yang diterima individu, hingga

perilaku literasi media kemungkinan besar pasti berkaitan dengan kondisi biologis

individu, dalam diri audien. Keadaan demikian menunjukkan bahwa kondisi

sosial dan kondisi biologis saling memberikan pengaruh, meskipun mungkin tidak

terlalu signifikan. Determinasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal

individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu.

Konsep tersebut pada awalnya dicetuskan oleh selompok ilmuwan yang

mempelajari lebih dalam tentang bentuk determinasi biologis, seperti Richard C.

Page 3: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

Lewontin, dan para koleganya (1984), seperti yang dikutip oleh Mark A.

Rothstein (1999: 95). Mereka menjelaskan bahwa situasi sosial atau kondisi sosial

dipengaruhi oleh kondisi biologis masing-masing individu, sehingga diterminasi

biologis ikut serta menentukan sifat-sifat dan perilaku individu dengan

lingkungannya (Rothstein, 1999: 95). Hal itu menjadi penjelasan umum bahwa

kondisi biologis menentukan hampir semua aktivitas sosial individu. Dengan kata

lain, semua bentuk interaksi sosial individu dengan lingkungan sekitarnya

ditentukan oleh kondisi biologis individu, termasuk kemampuan individu dalam

literasi media.

Proses literasi media, bagi audien, merupakan bentuk interaksi individu

dengan media. Lebih lanjut proses literasi media bertujuan membangun kesadaran

audien dan kemampuan audien mengevaluasi pesan-pesan dari media massa

(Turow, 2009: 28). Dengan begitu, literasi media mendorong audien untuk lebih

cerdas menanggapi semua pesan yang muncul di media, sehingga pengaruh-

pengaruh buruk dari pesan-pesan tersebut bisa diminimalisasi, serta

memaksimalisikan penerimaan nilai-nilai positif dalam pesan-pesan media.

Menariknya, fakta bahwa literasi media, oleh audien, melibatkan kecerdasan dan

kesadaran individu ketika menanggapi media, maka secara umum literasi media

pasti melibatkan sejumlah aktivitas fisiologis, terutama dalam pengelolaan

informasi.

Selain itu, ada kemungkinan bahwa kondisi fisiologis individu—bagian dari

kondisi biologis—membantu mengurangi efek buruk media yang diwujudkan

dalam bentuk sikap dan perilaku individu menggunakan media. Meskipun

penyelidikan tentang hubungan kausalitas antara literasi media dengan kondisi

biologis individu masih berada pada tahap awal, artikel jurnal ini berusaha

menjelaskan secara maksimal—dengan segala keterbatasannya—hubungan antara

literasi media dan kondisi biologis individu, dalam ranah komunikasi massa.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam artikel jurnal ini adalah: Bagaimana deskripsi

kajian tentang literasi media massa berdasarkan perspektif biologi komunikasi ?

Page 4: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

Pembahasan

a. Kajian tentang Literasi Media

Istilah literasi media dipahami sebagai istilah yang berhubungan dengan

interpretasi tekstual, terutama yang muncul di media (Potter, 2009: 558;

Buckingham, 1998; Zettl. 1998). Karena itu literasi media yang dilakukan audien

berkaitan erat dengan usaha audien memahami serta menafsirkan pesan-pesan

media sesuai dengan kemampuan masing-masing individu. Hal itu membutuhkan

kemampuan kognitif individu secara maksimal, sehingga ada perbedaan literasi

media yang dilakukan oleh masing-masing individu.

Karena itu, Payton Paxson (2010: 20), secara umum, menjelaskan bahwa

literasi merupakan kemampuan individu untuk mengurangi efek buruk dari media.

Penjelasan Paxson menguatkan pandangan Potter (2009) yang menjelaskan bahwa

literasi media merupakan kemampuan individu untuk menafsirkan semua isi

pesan yang muncul di media, sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.

Kenyataan tersebut berhubungan dengan kemampuan individu

menginterpretasikan pesan hingga memilih pesan-pesan yang dianggap berguna

bagi kepentingan individu tersebut, karena kemampuan literasi media menjadi

modal utama bagi individu untuk menanggapi pesan-pesan media.

Lebih lanjut literasi media tidak hanya terbatas pada usaha individu—audien

—memahami media, tapi juga semua usaha individu menanggapi atau

mengiterpretasikan semua pesan media, termasuk semua usaha individu untuk

memilih pesan-pesan tertentu yang diberikan media. Umumnya literasi media

didefinisikan sebagai kemampuan audien untuk menerapkan pemikiran kritis

untuk membentuk individu yang bertanggungjawab, terutama pada saat

menggunakan media (Turow, 2009: 29).

Dengan begitu, semua usaha dan tindakan audien untuk berpikir kritis

terhadap isi media, serta menjadikan audien mampu memilih dan menggunakan

media secara bertanggungjawab bisa dikategorikan sebagai bagian dari literasi

media. Hal itu menunjukkan bahwa individu seharusnya memiliki sejumlah

kemampuan untuk menggunakan, memilih, serta berpikir kritis terhadap isi media,

namun tidak semua individu memiliki keinginan untuk menggunakan pemikiran

Page 5: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

kritis, untuk menanggapi pesan-pesan media. Keadaan tersebut menunjukkan

bahwa kemampuan literasi media berbeda-beda pada masing-masing individu.

Lebih lanjut, kehendak individu untuk menggunakan atau tidak menggunakan

media tampaknya juga bisa menjadi bagian dari literasi media. Singkatnya, ketika

individu memilih untuk menyalakan televisi—atau menggunakan media lainnya

—pasti dilandasi oleh satu keinginan tertentu yang dimiliki oleh individu tersebut,

sama seperti pada saat individu mematikan televisi—atau tidak menggunakan

media tertentu.

Sehingga bisa jadi konsep literasi media tidak hanya seperti yang dijelaskan

oleh Turow (2009) dan Potter (2009), tapi juga berhubungan dengan kemampuan

individu memilih media berdasarkan kehendak bebas masing-masing individu.

Kondisi demikian menunjukkan bahwa individu memiliki pilihan bebas untuk

memilih menggunakan medianya, termasuk berapa lama durasi konsumsi media

tersebut, sehingga efek media yang diterima oleh individu, sepenuhnya ditentukan

oleh individu itu sendiri. Sayangnya, rendahnya kemampuan literasi media yang

dimiliki oleh individu, menjadikan efek buruk media tampak masih memegang

peran dominan.

Literasi media, terutama pada kemampuan individu memilih dan

menggunakan medianya, merupakan suatu tindakan yang menuntut individu aktif

menggunakan media serta menutut individu aktif mencerna semua pesan media

yang dikonsumsinya. Hal itu menjadikan individu tidak hanya menerima semua

pesan media secara pasif, tapi juga memaksa individu untuk aktif memilih pesan-

pesan yang bermanfaat serta mengabaikan semua pesan yang tidak bermanfaat.

Kondisi demikian rupanya tidak hanya ditentukan oleh kemampuan masing-

masing individu, tapi juga kemampuan individu mempersepsikan semua pesan

media yang diterima, yang pada akhirnya berhubungan dengan kondisi fisiologis

individu.

Sederhananya semua pesan dari media yang diterima oleh individu pasti

memberikan dampak pada kondisi fisiologis individu, lebih-lebih jika pesan-pesan

media massa tersebut berupa pesan dengan informasi negatif yang cenderung

tidak bermanfaat—seperti informasi yang tidak terlalu dibutuhkan individu atau

Page 6: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

informasi yang tidak disenangi. Menariknya, aktivitas individu mengonsumsi

media berhubungan dengan kemampuan literasi media masing-masing individu.

Dengan kata lain, keinginan individu mengonsumsi media serta memilih untuk

tidak mengonsumsi media berhubungan dengan kecerdasan individu, serta

sejumlah proses fisiologis dalam diri individu, untuk menggunakan media sesuai

dengan kebutuhannya.

Richard Jackson Harris (2005: 149) mengutip pendapat Potter (2001),

mejelaskan bahwa media literasi berhubungan dengan empat aspek penting, yaitu

aspek kognitif, aspek emosional, aspek estetis, dan aspek moral. Dengan kata lain

semua pesan media massa mempengaruhi audien melalui empat aspek tersebut,

atau setidaknya empat aspek literasi media tersebut merupakan bagian yang harus

dipahami oleh individu untuk membangun kemampuan literasi media yang baik.

Kenyataan demikian menunjukkan bahwa pesan media bisa mempengaruhi

kondisi kognitif dan emosi individu, sehingga beberapa individu berpotensi

mengalami stress atau perubahan fisiologis, kecuali individu yang memiliki

kemampuan literasi media yang baik. Dengan begitu, kemampuan individu

menafsirkan dan memahami isi pesan media—literasi media—yang baik,

kemungkinan besar bisa mengurangi potensi stress pada diri individu.

b. Stres Sebagai Bagian dari Literasi Media

Perubahan kondisi biologis individu, dalam kaitannya dengan efek media,

dimulai dengan penerimaan rangsangan oleh indera serta pengolahan rangsangan

tersebut oleh otak. Kondisi demikian menunjukkan bahwa semua tindakan yang

dilakukan individu kebanyakan berasal dari informasi (rangsangan) yang

didapatkan individu melalui indera, sementara tindakan lainnya kemungkinan

besar berasal dari kehendak bebas. Menariknya setiap semua informasi yang

diolah oleh otak menghasilkan beragam bentuk tindakan berbeda, tergantung pada

kondisi fisiologis masing-masing individu. Dengan kata lain, masing-masing

individu bisa mempersepsikan beragam makna, meskipun informasi yang

diberikan kepada semua individu tersebut sama. Karena itu, ketegangan diri

Page 7: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

individu, stress, hingga perubahan emosional bisa jadi merupakan hasil

pengolahan semua informasi di dalam otak manusia.

Ronald H. Bailey (1989: 13) menyatakan bahwa semua bentuk emosi

manusia dikendalikan oleh bagian otak yang dikenal sebagai hipotalamus. Lebih

lanjut Bailey menjelaskan bahwa hipotalamus bertugas mengendalikan kondisi

fisiologis—seperti meningkatkan denyut jantung, meningkatkan tekanan darah,

hingga kondisi fisiologis yang berhubungan dengan emosi—individu untuk

menghadapi tekanan dari lingkungan (Bailey 1989: 13).

Kondisi demikian membuat tubuh manusia menjadi lebih siap menghadapi

tekanan berat dari lingkungan sekitar. Hal serupa juga dijelaskan oleh Ogden

Tanner (1988: 9), yang menyatakan bahwa rekasi fisiologis bisa diwujudkan

dalam banyak perilaku emosional. Tekanan lingkungan tidak hanya muncul dari

interaksi sosial semata, tapi juga bisa muncul dari informasi yang diberikan

media, atau setidaknya informasi dari media menambah tekanan yang muncul

dari interaksi sosial.

Secara fisiologis perubahan kondisi emosional individu melibatkan interaksi

antara dua sistem pengedali tubuh, yaitu sistem saraf dan sistem hormon

(endokrin). Interaksi yang muncul diantara dua sistem pengendali tubuh tersebut,

dalam upaya mengubah kondisi emosional individu, sangatlah rumit, karena

masing-masing sistem tersebut saling mempengaruhi satu dan lainnya. Lebih

lanjut, pemikiran sadar individu memiliki pengaruh besar terhadap perubahan

kondisi fisiologis individu, bahkan pada situasi yang berbeda individu tetap

memiliki kemampuan sadar untuk mengendalikan kondisi emosional di dalam

dirinya, termasuk juga stress.

Hal itu menjadikan kemampuan individu menerima stress cenderung

berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan pemikiran logis masing-masing

individu untuk memahami stress sekaligus menghadapinya. Dengan kata lain,

tekanan sosial tertentu yang menyebabkan stress bagi satu individu, bisa jadi tidak

menimbulkan stress bagi individu lainnya. Sama seperti yang dikatakan Hans

Selye bahwa pada hakekatnya semua tekanan lingkungan itu bersifat netral,

Page 8: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

sehingga stress atau tidak ditentukan oleh cara individu menghadapi tekanan

tersebut (Dubos dan Pines, 1983: 155).

Kondisi demikian tampaknya juga berlaku pada kondisi fisiologis individu

pada saat menerima pesan-pesan dari media. John H. Martin (1996: 448)

menjelaskan bahwa sistem limbik dalam otak manusia memiliki sirkuit tumpang

tindih yang mempengaruhi efektor dari otak manusia, termasuk neuroendokrin,

hingga motor somatis.

Tidak hanya itu, sistem limbik tampaknya juga berhubungan dengan

hipotalamus, sehingga pada saat individu merasakan stress karena pesan media,

ada kemungkinan bahwa hipotalamus akan mengirimkan sejumlah sinyal tertentu

ke kelenjar hipofisis untuk melepaskan sejumlah hormon tertentu, yang

mempengaruhi kondisi emosional dan perilaku individu. Dengan kata lain semua

informasi yang diproses oleh otak manusia pasti melalui mekanisme rumit, yang

pada akhirnya diubah menjadi tindakan fisik individu. Hal itu menjadi penjelasan

utama bahwa perilaku konsumsi media yang dilakukan individu, pasti didorong

oleh sejumlah reaksi dalam otak manusia, yang melibatkan interaksi antara

cerebral hemisphere dengan sistem limbik—termasuk juga hipotalamus—begitu

pula sebaliknya.

Keterangan. Diagram di atas menunjukkan pola hubungan serabut saraf (wiring conection) antara hipotalamus dengan bagian otak lainnya, terutama entorhinal cortex—atau bagian yang menjadi bagian dari neocortex, yang secara umum bertanggungjawab untuk aspek logika yang lebih tinggi. Di samping itu diagam pola hubungan di atas juga menunjukkan bahwa hipotalamus rupanya dipengaruhi oleh bagian otak yang lebih tinggi, atau mempengaruhi bagian otak yan lebih tinggi. Dengan kata lain individu pada dasarnya bisa mengendalikan emosi atau di saat lain, justru dikendalikan oleh emosi.(Sumber Gambar: http://www.benbest.com/science/anatmind/FigVII29.gif )

Page 9: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

Alfred Sherwood Romer (1962: 554) menyatakan bahwa dalam otak

manusia—dan kebanyakan hewan vertebarata—membentuk hubungan antara

sistem saraf pusat dengan sistem hormon—terutama di wilayah kelenjar hipofisis

(dikenal juga dengan nama kelenjar pituitari)—ditunjukkan oleh sel-sel saraf

yang berada di wilayah pars intermedia. Lebih lanjut, bagian dari kelenjar

hipofisis yang memiliki banyak sel-sel saraf berada neorohipofisis. Menariknya

neurohipofisis tidak hanya dikendalikan oleh sel-sel neurosekresi semata, tapi

juga hormon-hormon yang berasal dari hipotalamus (Romer, 1962: 554).

Karena itu, kelenjar hipofisis dikendalikan oleh dua sistem sekaligus, yaitu

sistem saraf dari wilayah otak terutama sel-sel neurosekresi (sel-sel saraf yang

berhubungan dengan sekersi hormon tertentu) yang berada di wilayah

hipotalamus—yang merangsang sekresi setidaknya lima hormon pelepas

(releasing hormone) dan dua hormon penghambat (inhibiting hormone), serta

sistem hormon, terutama yang hormon-hormon yang disekresikan oleh

hipotalamus seperti misalnya corticotrophin-releasing hormone (CRH) (Tortora

dan Derricson, 2011: 690).

Dengan begitu mekanisme hubungan antara hipotalamus dan kelenjar

hipofisis bisa dijelaskan secara lebih mudah, pertama, hipotalamus

mensekresikan beberapa hormon untuk mempengaruhi wilayah anterior hipofisis

untuk mensekresikan hormon-hormon tertentu. Kedua, hipotalamus juga

memberikan perintah berupa sinyal berupa impuls saraf dari sel-sel neurosekresi

untuk menghasilkan sejumlah hormon yang merangsang hipofisis—di wilayah

posterior (Romer, 1962: 554). Dengan kata lain kelenjar hipofisis sepenuhnya

dikendalikan oleh hipotalamus (von Hippel, 1994: 304). Perhatikan gambar 1 di

bawah ini.

Page 10: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

Peranan hipotalamus mengendalikan fungsi-fungsi dasar individu, termasuk

emosi, berhubungan dengan kendali hipotalamus terhadap kelenjar hipofisis.

Kondisi stress yang dirasakan oleh individu berhubungan erat dengan sejumlah

hormon yang berasal dari wilayah kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis setidaknya

mensekresikan setidaknya sepuluh hormon (Romer, 1962: 558) tertentu yang tiga

diantaranya, yaitu adenocorticotropic hormone (ACTH), somatotropin (STH),

atau dikenal juga sebagai human growth hormone (hGH) (Tortora & Derricson,

2011: 715), dan tyroid-stimulating hormone (TSH), ketiga hormon tersebut

berpengaruh terhadap hormon-hormon penanda stress yang disekresikan oleh

kelenjar lainnya (Tortora dan Derricson, 2011: 713-715; von Hippel, 1994).

Secara fisiologis stress muncul karena kondisi dalam diri individu yang

dipengaruhi oleh reaksi yang diberikan oleh sistem saraf tepi (sistem saraf

simpatis dan parasimpatis) dan interaksi sejumlah hormon tertentu dari kelenjar

hipofisis terhadap kelenjar endokrin lainnya. Secara sederhana—berdasarkan

kondisi fisiologis, terutama reaksi hormonal individu, stress dimulai dari perintah

hipotalamus kepada kelenjar hipofisis melalui CRH atau hormon-hormon yang

berfungsi sebagai hormon pelepas (releasing hormone atau releasing factor,

dikenal juga dengan RH atau RF) (Horrobin, 1973: 89) serta impuls saraf dari

hipotalamus melalui sel-sel saraf neurosekresi. Kelenjar hipofisis menanggapi

perintah tesrebut dengan mensekresikan sejumlah hormon tertentu, seperti ACTH,

STH atau hGH, dan TSH, yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar sasaran, yaitu

kelenjar adrenal, hati, dan kelenjar tiroid. ACTH mempengaruhi kelenjar adrenal

untuk mensekresikan hormon adrenocorticosteroid (Ville, et al. 1999: 302), dan

hormon-hormon lainnya, seperti kortisol, epinefrin, dan norepinefrin (Tortora &

Derricson, 2011: 715).

Keterangan. Gambar potongan melintang kelenjar hipofisis (pituitary) yang sangat disederhanankan. Gambar tersebut menujukkan pola pembuluh darah serta sistem saraf yang mengendalikan kelenjar hipofisis, tampak jelas bahwa kelenjar hipofisis dikendalikan oleh hipotalamus melalui sel-sel saraf neurosekresi (neurosecretory neurons) serta sel-sel saraf yang masuk dalam kelompok supraoptic nuclei dan paraventricular nuclei. (Sumber Gambar: http://image.slidesharecdn.com/ch18lecturepresentation-130818141631-phpapp02/95/169-ch-18lecturepresentation-48-638.jpg?cb=1376987218)

Page 11: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

hGH mempengaruhi hati yang mensekresikan IGFs (Tortora & Derricson

2011: 715). Sedangkan TSH mempengaruhi sekresi hormon-hormon tiroid

terutama seperti tiroksin (T4), dan triodotironin (T3) (Tortora & Derricson, 2011:

715; Ville, et al, 1999). Masing-masing hormon tersebut memiliki peran dan

fungsi yang beragam, namun kebanyakan berhubungan dengan usaha tubuh

menghadapi tekanan lingkungan dengan cara bertahan (resistance) atau melawan

(fight or flight system). Dengan kata lain tubuh manusia memiliki mekanisme luar

bisa untuk menghadapi beragam tekanan dari lingkungan sosial, yang pada

akhirnya menunjukkan munculnya hubungan antara determinisme sosial terhadap

determinisme biologis, atau mungkin juga sebaliknya. Menariknya, beragam

tekanan lingkungan, termasuk konsumsi media secara terus-menerus, konstan,

dan durasi yang ralatif lama, bisa meningkatkan potensi stress individu.

perhatikan gambar di bawah ini.

Kelenjar Adrenal Hati (Liver) Kelenjar Tiroid

CRH—GHRH—TRH

TSH—hGH—ACTH

ACTHhGH

TSH

Epinephrine &Norepinephrine,

Kortisol

IGFs (Insuline-like Growth Factors)

Hormon-hormon Tiroid

(T3 & T4)

Impuls Saraf melalui Sistem saraf Simpatetis

Stressor (rangsangan)

Keterangan. Diagram yang sangat disederhanankan untuk menjelaskan reaksi fisiologis individu (sistem saraf dan sistem endorkrinologi) untuk menghadapi stress yang muncul dari lingkungan. Diagram tersebut menunjukkan bahwa stress kemungkinan dipicu oleh reaksi sejumlah hormone tertentu, terutama hormon-hormon yang memepnegaruhi sekresi hormone lainnya, terutama hormon-hormon penanda stress. (PANAH MERAH=menunjukkan reaksi hormonal; PANAH HIJAU=menunjukkan reaksi saraf)(Sumber Gambar: diadaptasi dari Tortora & Derricson (2011: 715); Gambar hipotalamus dan kelenjar hipofisis: https://o.quizlet.com/d.ZMS4Dg7OXne9tVYNE7zg_m.jpg)

Page 12: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

Fakta bahwa konsumsi media berlebihan meningkatkan potensi stress

individu dijelaskan oleh Jürgen Grimm (2008) sebagai bagian dari efek fisik

media massa. Ia menyatakan bahwa bahwa efek media massa terhadap kondisi

fisiologis individu bisa beragam, termasuk munculnya stress (Grimm, 2008:

3609).

Dengan kata lain media massa bisa menjadi salah satu faktor yang

berpotensi meningkatkan potensi stress individu, karena itu kemampuan kita

mengendalikan penggunaan media massa, untuk menghindari atau bahkan

mengurangi tingkat stress individu, menjadi sesuatu yang penting. Karena itu

hubungan antara sistem saraf dengan sistem hormon dalam diri individu, pada saat

mengonsumsi media, merupakan mekanisme alami untuk menanggapi dunia luar,

termasuk perilaku mengonsumsi media. Semua informasi yang telah diterima oleh

otak melalui panca indera diolah di dalam bagian-bagian tertentu yang

bertanggungjawab terhadap pikiran-pikiran logis, namun tetap melibatkan sistem

limbik, yaitu bagian otak yang lebih primitif—dianggap demikian karena sistem

limbik bertangungjawab pada pengendalian sistem efektor otak, seperti

neuroendokrin, sirkuit otonom, dan sistem motor somatis (Martin, 1996: 448).

Dengan begitu semua keputusan yang diambil oleh otak manusia—termasuk

juga stress—pasti merupakan suatu tindakan yang dianggap paling logis, karena

sejumlah alasan tertentu. Menariknya, tidak semua tindakan logis, yang diambil

oleh otak, merupakan tindakan yang menguntungkan bagi individu, karena ada

kemungkinan tindakan tersebut justru berpengaruh negatif bagi kondisi internal

individu, seperti halnya stress. Sejumlah penelitian yang dikutip oleh Rene Dubos

dan Maya Pines (1983: 148) menunjukkan sejumlah penyakit tertentu, termasuk

tukak lambung, kenaikan tekanan darah, diabetes, kemungkinan besar

berhubungan erat dengan tekanan lingkungan—stress—berat yang diraskan oleh

individu. Padahal Hans Selye menyatakan bahwa tekanan lingkungan itu netral,

sehingga kuat atau lemahnya tekanan sosial tersebut sepenuhnya ditentukan oleh

masing-masing individu (Dubos dan Pines, 1983: 155). Dengan begitu individu

Page 13: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

memiliki kemampuan penuh untuk mengendalikan kondisi tubuhnya, termasuk

pilihan untuk merasakan stress atau tidak.

Namun demikian jika kondisi stress telah terjadi dalam diri individu,

terutama karena pengaruh media massa, maka individu tampaknya harus mampu

mengendalikan diri, termasuk mengelola stress tersebut. Memang, media massa

bukan satu-satunya penyebab munculnya stress, namun demikian peranan media

memunculkan kondisi stress bagi individu hampir sama pentingnya dengan

penyebab-penyebab stress yang lain. Dengan kata lain, ada kemungkinan bahwa

media massa menjadi salah satu penyebab stress atau justru menguatkan

penyebab-penyebab stress lainnya.

Menariknya, kondisi stress—bagi individu yang terlalu sering mengonsumsi

media—bisa jadi merupakan peringatan dini bagi individu untuk memulai

berpikir logis untuk mengurangi konsumsi media. Sehingga, berdasarkan kondisi

demikian, maka tampaknya wajarlah jika masing-masing individu memiliki

kemampuan literasi media yang berbeda, yang kemungkinan besar ditentukan

oleh kemampuan berpikir logis individu untuk mengurangi munculnya gejolak

emosional, serta mendorong aktivitas lainnya untuk mulai menggunakan media

secara bijaksana.

Kesimpulan

Kajian tentang literasi media berdasarkan perspektif fisiologis membawa

pada suatu pemahaman bahwa semua kondisi dalam diri individu—intrapersonal

—berpengaruh pada semua aktivitas fisik individu (determinasi biologis).

Sementara itu, semua kondisi sosial individu pasti memberikan pengaruh pada

kondisi fisik dan fisiologis individu (determinasi sosial). Dengan kata lain,

keadaan demikian mempengaruhi kondisi intrapersonal individu. situasi tersebut

tampaknya menyiratkan indikasi bahwa ada hubungan timbal balik antara

determinasi biologis dengan determinasi sosial.

Hal itu secara umum menjelaskan bahwa semua tindakan individu

mengonsumsi media pasti dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung

dengan reaksi fisiologis dalam diri individu. Sebagai contoh, tindakan individu

Page 14: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

untuk menyalakan atau mematikan televisi—dalam konteks luas, mengonsumsi

media—pasti didorong oleh seperangkat reaksi fisiologis tertentu yang terjadi

antara sistem saraf dan sistem hormon untuk menanggapi rangsangan dari luar

individu. Situasi serupa juga terjadi, pada saat individu memilih untuk

mengurangi konsumsi media dengan tujuan tertentu.

Keadaan dan situasi tersebut menunjukkan bahwa individu dipengaruhi oleh

sejumlah sistem rumit yang mempengaruhi semua aktivitas fisik dan sosial,

termasuk aktivitas untuk mengonsumsi media. Sehingga, aspek literasi media

tampaknya masih bertalian erat dengan sejumlah faktor fisiologis, yang pada

akhirnya menjadikan individu memilih untuk tidak mengonsumsi media secara

berlebihan.

Konsep literasi media yang secara umum menjelaskan tentang kecerdasan

individu mengonsumsi medianya (Paxon, 2010; Turow, 2009; Potter 2009; dan

Harris 2005), menunjukkan secara tidak langsung bahwa aspek-aspek fisiologis

ikut serta berperan dalam proses literasi media. Menariknya, kondisi stress—yang

dirasakan individu karena konsumsi media berlebihan—sebenarnya merupakan

suatu peringatan yang diberikan tubuh kepada individu untuk mengurangi

konsumsi media, yang pada akhirnya bisa mengurangi dampak negatif media

terhadap diri individu. Reaksi fisiolgis dalam diri individu—terkait dengan aspek

literasi media—terjadi karena interaksi rumit antara sistem saraf dengan sistem

hormon dalam diri individu.

Hubungan antara sistem saraf dengan sistem hormon dipengaruhi oleh satu

bagian kecil dalam otak tengah manusia yang dikenal sebagai hipotalamus.

Sebagai “jembatan penghubung” antara sistem saraf dengan sistem hormon,

hipotalamus mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh otak—termasuk fungsi-

fungsi otak yang mengatur logika dan kesadaran—dan mekanisme hormon yang

berada di kelenjar hipofisis (Gaudin, et al, 1989: 301).

Hal itu menjadikan reaksi emosional individu, termasuk stress, tampaknya

masih berkaitan dengan kondisi yang disadari oleh individu, karena ada kesadaran

yang membuat individu bisa memilih untuk merasakan stress atau tidak. Namun

demikian, individu bisa mengurangi potensi stress tersebut dengan cara

Page 15: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

mengurangi konsumsi media secara berlebihan. Dengan kata lain, kesadaran

individu untuk memilih menggunakan media secara proporsional untuk

mengurangi potensi stress dalam diri individu, kemungkinan besar menjadi

bagian dari proses literasi media.

Daftar Pustaka

Bailey, R. H. (1989). Peranan Otak. A. Widyawartaya (penerjemah). Jakarta: Tira Pustaka.

Dubos, R. Pines, M. (1983). Kesehatan dan Penyakit. (Edisi Kedua). G. Bonang (penerjemah). Jakarta: Tira Pustaka.

Gaudin, A. J. et al. (1989). Human Anatomy and Physiology. San Diego: Harcourt Brace Jovanovich.

Grimm, J. (2008). Physical Effect of Media Content. dalam Wolfgang Donsbach (editor) The International Encyclopedia of Communication: 3609-3612. Malden: Blackwell Publishing.

Harris, R. J. (2005). A Cognitive Psychology of Mass Communication. fourth edition. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.

Hippel, A, V. (1994). Human Evolutionary Biology, Human Anatomy and Physiology from an Evolutionary Perspective. Anchorage: Stone Age Press.

Horrobin, D. F. (1973). An Introduction to Human Physiology. Lanchester: MTP Preess.

Livingstone, S. & van der Graff, S. (2008). Media Literacy. dalam Wolfgang Donsbach (editor) The International Encyclopedia of Communication. 2926-2930. Malden: Blackwell Publishing.

Martin, J. H. (1996). Neuroanatomy, Text and Atlas. London: Prentice Hall International.

Paxson, P. (2010). Mass Communication and Media Studies, An Introduction. New York: The Continuum International.

Potter, W. J. (2009). Media Literacy. dalam William F. Eadie (editor) 21st Century Communication. 558-570. Thousand Oaks. Sage Publication.

Romer, A. S. (1962). The Vertebrate Body. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Rothstein, M. A. (1999). Behavioral Genetics Determinism: Its Effect on Culture and Law. dalam Ronald A. Carson dan Mark A. Rothstein (editor) Behavioral Genetics, The Clash of Culture and Biology. 89-115. Baltimore: John Hopkins University Press.

Tanner, O. (1988). Ketegangan. Hermaya dan T. Sumarsono (penerjemah). Jakarta: Tira Pustaka.

Tortora, G. J.& Derricson, B. (2011). Principles of Anatomy & Physiology. (13th edition). vol 1. New Jersey: John Wiley & Sons.

Turow, J. (2009). Media Today. An Introduction to Mass Communication. Third edition. Madison Ave: Routledge.

Page 16: dewanto (4).docx · Web viewDeterminasi biologis merupakan sejumlah aktivitas internal individu yang mempengaruhi sejumlah aktivitas fisik dan sosial individu. Konsep tersebut pada

Villee, C. A, et al. (1999). Zoologi Umum, (edisi keenam), Nawangsari Sugiri (penerjemah), cetakan kedua. Jakarta: Erlangga.