dermatomikosis superfisialis
DESCRIPTION
dermatomikosisTRANSCRIPT
REFERAT
KULIT & KELAMIN
Dermatomikosis Superfisialis
Nama :
Mahar Rani
201120401011136
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk
dan mengandung keratin seperti stratum korneum pada epidermis, rambut,
dan kuku. Penyakit ini disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofita, yaitu
Trichophyton spp, Microsporum spp, Epidermophyton spp. Setiap spesies
dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu, yaitu:
1). Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan
kadang-kadang menyerang manusia, misalnya Microsporon canis dan
Trichophyton verrucosum.
2). Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan
dapat menimbulkan radang pada manusia, misalnya Microsporon gypseum.
3). Dermatofita yang antrofilik menyerang manusia karena memilih
manusia sebagai hospes tetapnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinea Pedis & Manus
2.1.1 Definisi :
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita
di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari –
jari tangan dan kaki terutama daerah interdigital.
2.1.2 Etiologi:
Penyebab tersering adalah T. Rubrum, T. Mentagrophytes dan E.
Floccosum.
2.1.3 Epidemiologi :
Kelainan ini sering terjadi pada orang dewasa yang ssetiap hari harus
memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat basah
(mencuci, di sawah dan sebagainya)
2.1.4 Gambaran klinis :
Pada tinea pedis terdapat 3 bentuk klinis yang sering kita jumpai,
yakni :
a. Bentuk interdigitalis
Berupa maserasi, deskuamasi dan erosi pada celah – celah jari.
Tampak warna keputihan yang basah dan dapat terjadi fisura
yang nyeri bila disentuh. Infeksi sekunder dapat menyertai fisura
tersebut seperti selulitis, limfangitis, limfadenitis dan lesi dapat
meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Pada kaki sering dimulai
dari celah jari antara jari IV-V.
b. Bentuk sub akut
Terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang – kadang bula yang
terletak agak dalam di bawah kulit (deep seated vesicle) dan
sangat gatal. Lokasi yang sering adalah telapak kaki bagian
tengah dan kemudian melebar serta vesikelnya pecah.
c. Bentuk moccasin foot
Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki
terlihat kulit menebal dan berskuama. Terdapat eritema tetapi
umumnya ringan.
Tinea manum adalah dermatofitosis pada tangan. Umumnya
semua bentuk yang terlihat di kaki dapat pula terjadi di tangan.
2.1.5 Diagnosis:
Pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20% yang
menunjukkan elemen jamur, dapat membantu menegakkan diagnosis.
2.1.6 Differential diagnosis :
Hiperhidrosis, kandidiasis, lues stadium II.
2.1.7 Penatalaksanaan :
Topikal
Imidazol : ketokonazol 2%, mikonazol 2%, klotrimazol 1%
selama 2-4minggu
Alilamin : terbinafin 1%, naftifin HCL 1%, butenafin 1%
selama 2-4 minggu
Sistemik
Griseofulvin 500mg sehari selama 4-6minggu
Ketokonazol 200mg sehari selama 2-3 minggu
Itrakonazol 2x200mg sehari selama 1 minggu
Terbinafin 250mg sehari selama 2 minggu
2.1.8 Prognosis :
Umumnya baik tergantung penyebab dan faktor – faktor
pencetusnya.
2.2 Tinea unguium
2.2.1 Definisi :
Kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofit.
2.2.2 Etiologi:
Penyebab tersering adalah T. Rubru dan T. Mentagrophytes.
2.2.3 Epidemiologi :
Sering terjadi pada ttutup yang trauma kuku yang berulang,
kelembapan tinggi, oklusi, gaya hidup tertentu misalnya penggunaan kaos
kaki dan sepatu tertutup yang terus menerus, olah raga berlebihan.
2.2.4 Gambaran klinis :
a. Bentuk subungual distalis :
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini
menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku
yang rapuh.
b. Leukonika trikofita :
Berupa bercak putih batas tegas dapat berkonfluensi pada
permukaan kuku. Kuku menjadi kasar, lunak dan rapuh.
c. Bentuk subungual proksimal :
Bentuk ini dibagian distal masih utuh, sedangkan bagian
proksimal rusak. Kuku kaki lebih sering diserang dari pada kuku
tangan.
2.2.5 Diagnosis:
Berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang.
2.2.6 Differential diagnosis :
Psoriasis kuku, kandidiasis kuku.
2.2.7 Penatalaksanaan :
Topikal
Amorolfin / ciclopirox
Sistemik
Terbinafin 250mg sehari, jari tangan 6 minggu, jari kaki 12
minggu
Itrakonazol 2x200mg sehari selama 1 minggu istirahat 3
minggi /siklus
2.2.8 Prognosis :
Kurang baik.
2.3 Tinea kruris
2.3.1 Definisi :
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah
genitokrural.
2.3.2 Etiologi:
Penyebab umumnya adalah E. Floccosum, kadang-kadang T,
rubrum.
2.3.3 Epidemiologi :
Lebih sering terjadi pada laki – laki pada paha bagian
medioproximal, terutama musim panas atau ketika kelembapan tinggi.
2.3.4 Gambaran klinis :
Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipatan paha,
sekitar anogenital. Dan dapat meluas ke bokong dan perut bagian
bawah. Biasanya lesi simetris pada lipat paha kiri dan kanan.
Mula – mula sebagai bercak eritematosa, gatal lama kelamaan
meluas, dapat meliputi skrotum, pubis, ditutupi skuama dan
kadang – kadang banyak vesikel kecil-kecil.
2.3.5 Diagnosis:
Bentuk klinis yang sangat khas, dan ditemukan elemen jamur pada
pemeriksaan kerokan kulit memakai larutan KOH 10-20% memastikan
diagnosis. Dari kerokan kulit yang dilakukan pada bagian tepi lesi mudah
ditemukan jamur (hifa)..
2.3.6 Differential diagnosis :
Dermatitis seboirikan pada lipat paha, kandidiasis kutis, eritasma,
dermatitis kontak, psoriasis.
2.3.7 Penatalaksanaan :
Umum:
Menghindari faktor – faktor predisposisi, antara lain temperatur
lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan, pakaian dari karet atau
nilon, kegemukan, kelembapan, gesekan kronis dan keringat
berlebihan disertai higiene yang kurang.
Pengobatan :
Topikal
Imidazol : ketokonazol 2%, mikonazol 2%, klotrimazol 1%
selama 2-4minggu
Alilamin : terbinafin 1%, naftifin HCL 1%, butenafin 1%
selama 2-4 minggu
Sistemik
Griseofulvin 500mg sehari selama 3minggu
Ketokonazol 200mg sehari
Itrakonazol 100mg sehari
Terbinafin 250mg sehari
2.3.8 Prognosis :
Tergantung penyebabnya pada umumnya baik.
2.4 Tinea Korporis
2.4.1 Definisi :
Infeksi jamur dermatofita pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous
skin) di daerah muka, leher, badan, lengan dan gluteal
2.4.2 Etiologi:
Penyebab umumnya adalah T, rubrum dan T.mentagrophytes
2.4.3 Gambaran klinis :
Bentuk klasik biasanya berupa lesi terdiri atas bermacam – macam
efloresensi kulit, berbatas tegas, dengan konfigurasi anular, arsinar
atau pollisiklis, serta bagian tepi lebih aktif. Didaerah sentral
biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara yang di tepi
makin meluas ke perifer. Kadang – kadang bagian tengahnya tidak
menyembuh tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga
menjadi bercak yang besar.
2.4.4 Diagnosis:
Bentuk anamnesis, gambaran klinis, pemeriksaan kerokan kulit
dengan larutan KOH 10-20%.
2.4.5 Differential diagnosis :
Pitiriasis rosea, psoriasis vulgaris, lues stadium II, MH tibe
tuberkuloid, dermatitis kontak.
2.4.6 Penatalaksanaan :
Topikal
Imidazol : ketokonazol 2%, mikonazol 2%, klotrimazol 1%
selama 2-4minggu
Alilamin : terbinafin 1%, naftifin HCL 1%, butenafin 1%
selama 2-4 minggu
Sistemik
Griseofulvin 500mg sehari selama 4-6minggu
Ketokonazol 200mg sehari selama 2-3 minggu
Itrakonazol 2x200mg sehari selama 1 minggu
Terbinafin 250mg sehari selama 2 minggu
2.4.67 Prognosis :
Tergantung penyebabnya pada umumnya baik.
2.5 Tinea Kapitis
2.5.1 Definisi :
Infeksi jamur pada kulit dan rambut kepala, alis dan bulu mata.
Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah – merahan,
alopesia dan kadang – kadang terjadi gambaran yang lebih berat yang
disebut kerion.
2.5.2 Etiologi:
Penyebab tersering adalah genus Microsporum dan Trichophyton.
2.5.3 Epidemiologi :
Infeksi ini lebih sering terjadi pada anak – anak berusia di atas 6
bulan, tetapi dapat juga terjadi pada semua umur. Kadang – kadang penyakit
ini ditularkan dari hewan peliharaan, misalnya kucing, anjing dan
sebagainya.
2.5.4 Gambaran klinis :
Bentuk klinis tinea kapitis :
a. Grey patch ringworm
Bentuk ini pada umumnya disebabkan oleh Microsporum spp.
Lesi berupa papul eritema di sekitar batang rambut. Papul
kemudian melebar dan membentuk bercak memucat dan
bersisik. Rambut menjadi berwarna abu – abu, tidak berkilat lagi
dan lebih mudah patah. Bila semua rambut ditempat tersebut
terserang oleh jamur dapat berbentuk alopesia setempat dengan
keluhan subyektif gatal. Dengan lampu Wood akan tampak
ujung – ujung rambut yang putus tersebut berfluoresensi hijau.
Pemerikasaan rambut yang dicabut dengan sediaan KOH 10 – 20
%, akan terlihat tumpukan spora di luar batang rambut.
b. Kerion
Bentuk ini pada umumnya disebabkan oleh Mycrosporum spp
dan Trichophyton spp. Bentuk ini adalah yang paling serius,
karena disertai radang yang hebat yang bersifat lokal. Pada kulit
kepala tampak bisul – bisul kecil yang berkelompok dan kadang
– kadang tertutup krusta yang tebal. Lesi menyerupai sarang
lebah, sehingga kulit tampak menonjol, basah dan lunak dalam
perabaan. Keadaan ini disebut kerion, pada umumnya sangat
gatal dan nyeri. Rambut didaerah ini putus – putus dan mudah
dicabut. Bentuk ini dapat menimbulkan jaringan parut yang
berakibat alopesia menetap.
c. Black dot ringworm
Bentuk ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi Trichophyton
spp. Rambut sangat rapuh dan patah tepat pada muara folikel,
sehingga ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut
terlihat sebagai bintik hitam. Bintik – bintik hitam pada bercak
tersebut disebut black dots. Tidak timbul fluoresensi pada
penyinaran lampu Wood dan sediaan KOH menunjukkan
tumpukan spora di dalam dan luar batang rambut.
2.5.5 Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis,
pemeriksaan dengan lampu Wood, pemeriksaan KOH 10-20% dan kultur
jamur.
2.5.6 Differential diagnosis :
Alopesia areata, dermatitis seboirika, psoriasis, impetigo dan lupus
eritematous diskoid.
2.5.7 Penatalaksanaan :
Topikal
Sampo ketokonazol 2%, sampo povidon iodin, sampo
selenium sulfis 1,8% 3x seminggu
Mengurangi penularan pada orang yang berada disekitarnya.
Sistemik
Pengobatan pada dewasa yaitu griseofulvin 500mg/hari
selama 6minggu. Pada anak – anak menggunakan dosis
20mg/kgBB/hari. Obat lain yang dapat digunakan yaitu
ketokonazol, itrakonazol dan terbinafin. Pada bentuk kerion
dapat diberikan kortikosteroid dalam jangka pendek, misal
prednison 20mg/hari selama 5 hari.
2.5.8 Pencegahan :
Sumber penularan yaitu binatang, misalnya anjing, kucing harus
diobati atau disingkirkan untuk mencegah infeksi ulang. Pakaian, sarung
tangan, topi, handuk, sprei atau alat – alat lain yang dipakai penderita harus
dicuci dengan air panas untuk menghindari infeksi ulang atau penularan
pada orang lain.
2.5.9 Prognosis :
Pada umumnya baik.
2.6 Ptiriasis Versikolor
2.6.1 Sinonim
Panu, tinea versikolor, tinea flavea, liver spots, chromophytosis.
2.6.2 Definisi :
Infeksi jamur pada kulit yang kronis, ringan pada umumnya
asimtomatis dan mengenai lapisan stratum korneum.
2.6.3 Etiologi:
Penyebab tersering adalah ragi lipofilik yang merupakan flora
normal kulit yang dikenal dalam genus Malassezia dan sebagai spesies
tunggal disebut malassezia furfur. Sebelumnya ragi ini disebut juga sebagai
Piityrosporum orbiculare atau P.ovale.
2.6.4 Patogenesis :
Ptiriasis versikolor bukan digolongkan sebagai penyakit menular
lagi. Timbulnya infeksi ini lebih sering disebabkan oleh faktor – faktor
individual yang spesifik yang belum diketahui dengan pasti. Malessezia
furfur merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana
perubahan saprofit menjadi patogen belum diketahui secara pasti, diduga
karena faktor predisposisi. Faktor predisposisi endogen meliputi kulit
berminyak, hiperhidrosis, genetik, imunodefisiensi, malnutrisi, sindroma
Chusing, sedangkan faktor predisposisi eksogen meliputi kelembapan dan
suhu tinggi higiene jelek, pakaian tertutup dan penggunaan emolien yang
berminyak.
2.6.5 Gambaran klinis :
Pada umumnya tidak memberikan keluhan, kadang – kadang hanya
berupa gatal ringan. Lesi kulit berupa bercak putih sampai coklat, merah dan
hitam. Variasi tersebut tergantung pigmen penderita. Diatas lesi terdapat
skuama. Bentuk lesi tidak teratur, tetapi dapat berbatas tegas atau difus.
Biasanya ada 2 bentuk yang sering dijumpai yaitu bentuk makuler berupa
bercak – bercak yang agak lebar, dengan skuama halus diatasnya dan tepi
meninggi serta bentuk folikuler seperti tetesan air, sering timbul disekitar
rambut. Keduanya bisa timbul bersama – sama.
2.6.6 Pemeriksaan penunjang :
Dengan menggunakan lampu Wood memberikan fluoresensi warna
kuning keemasan. Pada pemeriksaan sediaan langsung larutan KOH 10-20%
tampak hifa pendek dan spora bulat berkelompok (meat ball and spaghetti
configuration).
2.6.7 Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis,
pemeriksaan dengan lampu Wood, pemeriksaan KOH 10-20%.
2.6.8 Differential diagnosis :
Vitiligo, dermatitis seboroik, ptiriasis alba, ptiriasis rosea, Morbus
hansen tibe tuberkuloid hipopigmentasi pasca inflamasi.
2.6.9 Penatalaksanaan :
Umum :
Menghindari faktor – faktor predisposisi
Pengobatan :
Topikal
- Propilen glikol 50% dalam air
- Imidazol cream 1-2 x / hari selama 2-3 minggu
- Terbinafin 1x/hari selama 4 minggu
- Sampo
Ketokonazol 1-2% 10-15 menit 2x/ minggu selama 2-3
minggu
Zink piriton 1% 5menit / hari selama 2 minggu
Sistemik
Ketokonazol 200mg/hari selama 7-10 hari
Itrakonazol 200mg/hari selama 5-7 hari
2.6.10 Pencegahan :
Pemakaian propilen glikol 50% dalam air untuk pencegahan
kekambuhan. Pada daerah yang endemik dapat disarankan untuk pemakaian
ketokonazol 200mg/hari selama 3 hari berturut – turut atau itrakonazol
200mg sekali sebulan atau pemakaian sampo selenium sulfid 1x seminggu.
2.6.11 Prognosis :
Pada umumnya baik tetapi biasanya angka kekambuhan sangat
tinggi.
BAB III
KESIMPULAN
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk dan mengandung keratin seperti stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku. Penyakit ini disebabkan oleh kolonisasi jamur
dermatofita, yaitu Trichophyton spp, Microsporum spp, Epidermophyton
spp.
Klasifikasinya berdasarkan FKUI:
Tinea kapitis
Tinea korporis
Tinea kruris
Tinea pedis & manum
Tinea unguium
DAFTAR PUSTAKA
Adhi,dkk,1993 ilmu penyakit kulit dan kelamin,jakarta,FKUI
Budimulja, Unandar (ed.), et al. 2001. Dermatomikosis Superfisialis: Pedoman Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. 2001. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Http://www.dermnet.com
http://www.dermis.net
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/ 35_DiagnosisdanPenatalaksanaanDermatofitosis.pdf/35_DiagnosisdanPenatalaksanaanDermatofitosis.html
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.hakeem- sy.com/main/files/images/ringworm.jpg&imgrefurl=http://hakeem-sy.com/main/node/28307&usg=__pspw1BtBio6qb38Muwl4INmxieA=&h=283&w=400&sz=30&hl=id&start=36&um=1&tbnid=B1sA6LoSUIPsIM:&tbnh=88&tbnw=124&prev=/images%3Fq%3Dtinea%2Bkorporis%26ndsp%3D18%26hl%3Did%26lr%3Dlang_id%26sa%3DN%26start%3D18%26um%3D1
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://ocw.tufts.edu/data/ 51/673765/674576_xlarge.jpg&imgrefurl=http://ocw.tufts.edu/Content/51/lecturenotes/673765/674576&usg=__YRs9phAc6TZisxlS7mGC8iIVPhU=&h=525&w=700&sz=28&hl=id&start=35&um=1&tbnid=SecG5ThdSOI-vM:&tbnh=105&tbnw=140&prev=/images%3Fq%3Dtinea%2Bkorporis%26ndsp%3D18%26hl%3Did%26lr%3Dlang_id%26sa%3DN%26start%3D18%26um%3D1
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http:// www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/pictures22/dermatlas/tinea_corporis_2_040214.jpg&imgrefurl=http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/dermatlas/ringworm.html&usg=__R3Lfn3SMQPlNFsVD-N_Y2F5iZho=&h=700&w=525&sz=41&hl=id&start=11&um=1&tbnid=XG15_CtCcNF_AM:&tbnh=140&tbnw=105&prev=/images%3Fq%3Dtinea%2Bkorporis%26hl%3Did%26lr%3Dlang_id%26sa%3DG%26um%3D1
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http:// www.kabarindonesia.com/gbrberita/20080815220732.jpg&imgrefurl=http://www.kabarindonesia.com/berita.php%3Fpil%3D3%26page
%3D38&usg=__pGIOxjFJes74D4CO6vAEo2lwkso=&h=666&w=651&sz=27&hl=id&start=1&um=1&tbnid=ClPwPf0KwPDGlM:&tbnh=138&tbnw=135&prev=/images%3Fq%3Dtinea%2Bkorporis%26hl%3Did%26lr%3Dlang_id%26sa%3DG%26um%3D1
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/ b0a157bb565a006345c721fb514f8e45a80b5542.pdf
http://photodrive.qool.com/images/6/favorite/tinea %20barbae_fav.jpg
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.uvs.sld.cu/ profesores/supercursos/plonearticlemultipage.2006-05-05.8777394061/tinea-barbae/2006-05-05.8641303280/fss_get/image&imgrefurl=http://www.uvs.sld.cu/profesores/supercursos/plonearticlemultipage.2006-05-05.8777394061/tinea-barbae&usg=__GCMxlI1J7V1AP4FGfZu9jXx7y9k=&h=540&w=720&sz=53&hl=id&start=13&um=1&tbnid=mRjkHFk4TFRpaM:&tbnh=105&tbnw=140&prev=/images%3Fq%3Dtinea%2Bbarbae%26hl%3Did%26lr%3Dlang_id%26sa%3DG%26um%3D1
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://1.bp.blogspot.com/_zWyDvQZqxPU/ShgWg8LvvLI/AAAAAAAAAEA/hp9ce02dGm0/s200/panu&imgrefurl=http://dokterco-ol.blogspot.com/2009/05/panu-pitiriasis-versikolor.html&usg=__TexcbK-ZFCuYjkGMBMB9SIT7jLE=&h=138&w=200&sz=4&hl=id&start=3&um=1&tbnid=dfe3GEHAlX8XUM:&tbnh=72&tbnw=104&prev=/images%3Fq%3Dpitiriasis%2Bversikolor%26hl%3Did%26lr%3Dlang_id%26sa%3DG%26um%3D1
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http:// img.medscape.com/pi/emed/ckb/dermatology/1048885-1105737-1105828-1710266.jpg&imgrefurl=http://emedicine.medscape.com/article/1105828-media&usg=__RtMVugHbhzORycQrO9zoxc6snAo=&h=719&w=980&sz=700&hl=id&start=206&um=1&tbnid=Fx2WAmDckr1yfM:&tbnh=109&tbnw=149&prev=/images%3Fq%3Dkandidiasis%26ndsp%3D18%26hl%3Did%26lr%3Dlang_id%26sa%3DN%26start%3D198%26um%3D1