demokrasi harus dimanfaatkan untuk pelestarian lingkungan · harus mulai memperhatikan lingkungan...

2
Demokrasi Harus Dimanfaatkan Untuk Pelestarian Lingkungan Dikirim oleh prasetyafisip pada 01 Maret 2018 | Komentar : 0 | Dilihat : 1796 Seminar demokrasi untuk lingkungan Pada Rabu (28/02/2018), Yayasan Perspektif Baru bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (Fisip UB), Konrad Adenauer Stiftung dan Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) Indonesia mengadakan seminar dengan topik "Lingkungan Hidup dalam Perspektif Demokrasi". Bertempat di Auditorium Nuswantara FISIP Universitas Brawijaya, seminar ini menghadirkan Wimar Witoelar (pendiri Yayasan Perspektif Baru sekaligus tokoh demokrasi Indonesia) dan Gita Syahrani (penggiat lingkungan dan penggiat gerakan Hutan Itu Indonesia) dan Hayat Mansur (ketua Yayasan Perspektif Baru) juga turut hadir sebagai moderator. Sebagai tokoh demokrasi, Wimar Witoelar membahas tentang isu lingkungan di Indonesia selaku negara demokrasi, pada tahun politik ini. Ia menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara aktif yang memerangi perubahan iklim, namun kegiatan tersebut masih kurang dihargai dan dimaknai oleh masyarakat Indonesia. "Yang saya tekankan, yang merusak orang dan yang memperbaiki adalah orang Lalu, bagaimana orang banyak bisa mempengaruhi yang lain? Hal ini penting terutama dalam tataran demokrasi. Demokrasi harus dimanfaatkan untuk perubahan lingkungan hidup. Isu utamanya adalah climate change", ujar Wimar di atas kursi rodanya. Menanggapi tahun politik yang terjadi di Indonesia, ia juga memberi tips untuk menilai dan memilih calon pemimpin dengan memperhatikan tolok ukur demokrasi. "Tolok ukur yang saya maksud adalah, satu apakah terasa ada perwakilan, dua apakah jalannya pemerintahan sesuai dengan keinginan rakyat, tiga apakah pemimpin diganti secara berkala," tambahnya. Wimar juga berpesan bahwa perubahan iklim adalah salah satu penyakit yang harus dihadapi saat ini, apalagi Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi air laut. Oleh karena itu kita sebagai masyarakat Indonesia harus mulai memperhatikan lingkungan di sekitar kita. Di lain hal, Gita Syahrani sebagai aktivis lingkungan banyak memberi contoh tentang kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan hidup. Beberapa di antaranya adalah mendukung produk yang dihasilkan komunitas, eco-tourism dan travel yang bertanggungjawab, menanam dan mengelola pohon, serta menceritakan kegiatan kita kepada orang lain Gita juga memberi pesan untuk berkolaborasi sebanyak-banyaknya dalam melestarikan lingkungan. "Jangan takut

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Demokrasi Harus Dimanfaatkan Untuk Pelestarian Lingkungan

Dikirim oleh prasetyafisip pada 01 Maret 2018 | Komentar : 0 | Dilihat : 1796

Seminar demokrasi untuk lingkungan

Pada Rabu (28/02/2018), Yayasan Perspektif Baru bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (Fisip UB), Konrad Adenauer Stiftung dan Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) Indonesia mengadakan seminar dengan topik "Lingkungan Hidup dalam Perspektif Demokrasi". Bertempat di Auditorium Nuswantara FISIP Universitas Brawijaya, seminar ini menghadirkan Wimar Witoelar (pendiri Yayasan Perspektif Baru sekaligus tokoh demokrasi Indonesia) dan Gita Syahrani (penggiat lingkungan dan penggiat gerakan Hutan Itu Indonesia) dan Hayat Mansur (ketua Yayasan Perspektif Baru) juga turut hadir sebagai moderator.

Sebagai tokoh demokrasi, Wimar Witoelar membahas tentang isu lingkungan di Indonesia selaku negara demokrasi, pada tahun politik ini. Ia menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara aktif yang memerangi perubahan iklim, namun kegiatan tersebut masih kurang dihargai dan dimaknai oleh masyarakat Indonesia.

"Yang saya tekankan, yang merusak orang dan yang memperbaiki adalah orang Lalu, bagaimana orang banyak bisa mempengaruhi yang lain? Hal ini penting terutama dalam tataran demokrasi. Demokrasi harus dimanfaatkan untuk perubahan lingkungan hidup. Isu utamanya adalah climate change", ujar Wimar di atas kursi rodanya.

Menanggapi tahun politik yang terjadi di Indonesia, ia juga memberi tips untuk menilai dan memilih calon pemimpin dengan memperhatikan tolok ukur demokrasi. "Tolok ukur yang saya maksud adalah, satu apakah terasa ada perwakilan, dua apakah jalannya pemerintahan sesuai dengan keinginan rakyat, tiga apakah pemimpin diganti secara berkala," tambahnya.

Wimar juga berpesan bahwa perubahan iklim adalah salah satu penyakit yang harus dihadapi saat ini, apalagi Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi air laut. Oleh karena itu kita sebagai masyarakat Indonesia harus mulai memperhatikan lingkungan di sekitar kita.

Di lain hal, Gita Syahrani sebagai aktivis lingkungan banyak memberi contoh tentang kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan hidup. Beberapa di antaranya adalah mendukung produk yang dihasilkan komunitas, eco-tourism dan travel yang bertanggungjawab, menanam dan mengelola pohon, serta menceritakan kegiatan kita kepada orang lain

Gita juga memberi pesan untuk berkolaborasi sebanyak-banyaknya dalam melestarikan lingkungan. "Jangan takut

kecil, nanti project-nya bakal kasih pressure ke pemerintah untuk memberi kebijakan. Kembali dari hati nurani, tembak hal tersebut untuk melakukan sesuatu hal!", ujarnya dengan semangat. [Lita/Humas FISIP/Humas UB]

  Artikel terkait

FISIP UB Gelar Pelatihan dan Simulasi Penanganan KebakaranBahas Radikalisme di Indonesia, FISIP UB Adakan Refleksi Akhir Tahun 2019Fasilitas Air Minum, Kontribusi FISIP UB dalam Menjaga LingkunganDosen UB Wakili Indonesia Paparkan Konsep Demokrasi di AsiaFISIP UB Gelar Kuliah Umum Revitalisasi Komunikasi Kepresidenan