demam

Upload: riezky-febriyanti

Post on 14-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FeverMedicalSymptomTypeDifferential Diagnosis

TRANSCRIPT

  • 1

    2.1 DEFINISI

    Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang

    berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh

    normal berkisar antara 36,637,9C (Rektal). Derajat suhu yang dapat dikatakan

    demam adalah rectal temperature 38,0C atau oral temperature 37,5C atau

    axillary temperature 37,2C.

    Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia.

    Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5C yang dapat

    terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada

    pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat.

    Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi berinteraksi dengan

    mekanisme pertahanan hospes. Pada kebanyakan anak demam disebabkan oleh

    agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam hilang sesudah masa yang

    pendek.

    Tempat

    pengukuran

    Jenis temometer Rentang; rerata

    suhu normal (oC)

    Demam (oC)

    Aksila Air raksa,

    elektronik

    34,737,3; 36,4 37,4

    Sublingual Air raksa,

    elektronik

    35,537,5; 36,6 37,6

    Rektal Air raksa,

    elektronik

    36,637,9; 37,0 38

    Telinga Emisi infra merah 35,737,5; 36,6 37,6

    2.2 DEMAM PADA ANAK

    Demam pada anak dapat digolongkan sebagai (1) demam yang singkat dengan

    tanda-tanda yang khas terhadap suatu penyakit sehingga diagnosis dapat

    ditegakkan melalui riwayat klinis dan pemeriksaan fisik, dengan atau tanpa uji

    laboratorium; (2) demam tanpa tanda-tanda yang khas terhadap suatu penyakit,

    sehingga riwayat dan pemeriksaan fisik tidak memberi kesan diagnosis tetapi uji

  • 2

    laboratorium dapat menegakkan etiologi; dan (3) demam yang tidak diketahui

    sebabnya (Fever of Unknown Origin = FUO).

    2.3 ETIOLOGI

    Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam

    akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit.

    Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain

    faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan

    tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus,

    vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia,

    dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin).

    Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping

    dari pemberian imunisasi selama 110 hari. Hal lain yang juga berperan sebagai

    faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti

    perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan

    lainnya.

    2.4 PATOGENESIS

    Jalur akhir penyebab demam yang paling sering adalah adanya pirogen, yang

    kemudian secara langsung mengubah set-point di hipotalamus, menghasilkan

    pembentukan panas dan konversi panas.

    Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat 2 jenis pirogen

    yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen.

    Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh seperti toksin, produk-produk bakteri

    dan bakteri itu sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang pelepasan

    pirogen endogen yang disebut dengan sitokin yang diantaranya yaitu interleukin-1

    (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF), interferon (INF), interleukin-6 (IL-6) dan

    interleukin-11 (IL-11). Sebagian besar sitokin ini dihasilkan oleh makrofag yang

    merupakan akibat reaksi terhadap pirogen eksogen. Sitokin-sitokin ini

    merangsang hipotalamus untuk meningkatkan sekresi prostaglandin, yang

    kemudian dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

  • 3

    Bagan 1. Patogenesis demam

    2.5 POLA DEMAM

    1. Demam kontinyu

    Merupakan demam yang terus-menerus tinggi dan memiliki toleransi

    fluktuasi yang tidak lebih dari 1 C. Contoh penyakitnya antara lain;

    demam dengue, demam tifoid, pneumonia, infeksi respiratorik, keadaan

    penurunan sistem imun, infeksi virus, sepsis, gangguan sistem saraf pusat,

    malaria falsiparum, dan lain-lain.

    Titik ambang naik ke

    tingkat demam

    Prostaglandin E2

    Pusat

    termoregulator

    hipotalamus

    Monosit, makrofag

    Sel endotel

    Limfosit B

    Sel Mesangium

    Keratinosit

    Sel Epitel

    Sel Glia

    Sitokin Pirogenik

    Endogen:

    IL-1, TNF, IL-6, IFN

    Infeksi, toksin, dan

    pengimbas lain

    sitokin-sitokin

    pirogenik endogen

    Demam

    Konservasi panas

    Produksi panas

  • 4

    Grafik 1. pola demam kontinyu

    2. Demam intermiten

    Demam yang peningkatan suhunya terjadi pada waktu tertentu dan

    kemudian kembali ke suhu normal, kemudian meningkat kembali. Siklus

    tersebut berulang-ulang hingga akhirnya demam teratasi, dengan variasi

    suhu diurnal > 1 C. Contoh penyakitnya antara lain; demam tifoid,

    malaria, septikemia, kala-azar, pyaemia. Ada beberapa subtipe dari demam

    intermiten, yaitu :

    a. Demam quotidian

    Demam dengan periodisitas siklus setiap 24 jam, khas pada malaria

    falsiparum dan demam tifoid

  • 5

    Grafik 2. pola demam quotidian

    b. Demam tertian

    Demam dengan periodisitas siklus setiap 48 jam, khas pada malaria

    tertiana (Plasmodium vivax)

    Grafik 3. pola demam tertian

    c. Demam quartan

    Demam dengan periodisitas siklus setiap 72 jam, khas pada malaria

    kuartana (Plasmodium malariae)

  • 6

    Grafik 4. pola demam quartan

    3. Demam remiten

    Demam terus menerus, terkadang turun namun tidak pernah mencapai

    suhu normal, fluktuasi suhu yang terjadi lebih dari 10 C. Contoh

    penyakitnya antara lain; infeksi virus, demam tifoid fase awal,

    endokarditis infektif, infeksi tuberkulosis paru.

    Grafik 5. pola demam kontinyu remiten

  • 7

    4. Demam berjenjang (step ladder fever)

    Demam yang naik secara perlahan setiap harinya, kemudian bertahan suhu

    selama beberapa hari, hingga akhirnya turun mencapai suhu normal

    kembali. Contohnya pada demam tifoid

    Grafik 6. pola demam berjenjang (step ladder fever)

    5. Demam bifasik (pelana kuda/ saddleback)

    Demam yang tinggi dalam beberapa hari kemudian disusul oleh penurunan

    suhu, kurang lebih satu sampai dua hari, kemudian timbul demam tinggi

    kembali. Tipe ini didapatkan pada beberapa penyakit, seperti demam

    dengue, yellow fever, Colorado tick fever, Rit valley fever, dan infeksi

    virus seperti; influenza, poliomielitis, dan koriomeningitis limfositik.

    Grafik 7. pola demam bifasik (pelana kuda/ saddleback)

  • 8

    2.6 KLASIFIKASI DEMAM

    Tabel Diagnosis banding demam kurang dari 7 hari dengan tanda lokal

    Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang

    Diagnosis

    Batuk Dahak putih, nyeri

    sendi, malaise

    VURTI

    Dahak kuning

    kehijauan

    ISPA non

    pneumoni

    Demam subfebris,

    nyeri telan, rinitis,

    suara serak

    Hiperemis tonsil,

    pembesaran tonsil

    Faringotonsilitis

    Hiperemis tonsil,

    pembesaran tonsil,

    pseudomembran

    positif, yang mudah

    berdarah jika diangkat,

    Bullneck, limfadenitis

    servikal

    Uji schick (+)

    Darah lengkap:

    leukositosis,

    anemia

    Diagnosis pasti:

    biakan kuman

    Difteri

    Sesak, mengik Nafas

    cepat

    Retraksi

    negatif

    ISPA pneumoni

    ringan

    Retraksi

    positif

    ISPA pneumoni

    berat

    Retraksi

    positif,

    wheezing dan

    ronki,

    ekspirasi

    memanjang,

    paru

    hipersonor

    Foto thoraks

    tampak paru

    emfisematous,

    kosta mendatar.

    Bronkiolitis

    Pilek Sekret kuning hijau,

    berbau, nyeri tekan di

    sinus, illumination test

    positive

    Foto waters

    positif

    Sinusitis

    Nyeri Gangguan Sekret (+), membran Otitis media akut

  • 9

    telinga pendengaran, keluar

    cairan dari telinga,

    bisa disertai nyeri

    kepala

    timpani hiperemis

    Gangguan

    berkemih

    - Nyeri ketika berkemih

    - Berkemih lebih sering

    dari biasanya

    - Mengompol (diatas

    usia 3 tahun)

    - Ketidakmampuan

    untuk menahan kemih

    pada anak yang

    sebelumnya bisa

    melakukannya

    - Nyeri ketok sudut

    kostovertebral

    - Nyeri tekan supra

    simfisis

    - Bisa terdapat kelainan

    genitalia eksterna

    Urin lengkap:

    1. Bakteri > 104

    pada midstream

    urine (golden

    standard)

    2. Leukosituria

    (>5/lpb)

    3. Hematuria

    4. Proteinuria

    ISK

    (ISK pada bayi

    tidak memiliki

    gambaran khas.

    Gejala yang

    timbul dapat

    berupa panas,

    malas minum,

    mencret, muntah,

    berat badan

    turun)

    Diare Feses tidak berdarah Tanda dehidrasi GE non

    disentriform

    Feses berdarah GE disentriform

    Tabel Diagnosis banding demam kurang dari 7 hari tanpa tanda lokal

    Anamnesis Pemeriksaan

    fisik

    Pemeriksaan

    penunjang

    Diagnosis

    Paska imunisasi Demam

    paska

    imunisasi

    Riwayat

    bepergian

    ke daerah

    endemis

    malaria

    Demam

    intermiten,

    anemia,

    anoreksia,

    mual, muntah,

    nyeri

    epigastrik,

    nyeri kepala

    Anemia

    Hepatomegali

    Splenomegali

    Hapusan darah tepi,

    tetes tebal dan tipis

    ditemukan

    Plasmodium

    Leukositosis atau

    leukopeni

    Trombositopeni

    IgM meningkat

    Komplemen turun

    Malaria

    Disertai Anemia Bilirubin serum Malaria berat

  • 10

    gangguan

    kesadaran

    Syok

    Ikterus

    Edema pulmo

    Tanda DIC

    positif

    >50mg/dL

    Hb 5% PE)

    Gangguan asam basa

    (karena

    P.falciparum

    )

    Demam

    mendadak

    tinggi

    Muntah, nyeri

    kepala, nyeri

    otot dan

    sendi, tanda

    perdarahan

    (mimisan,

    hematemesis,

    dll)

    Tes bendung (+)

    Facial flush

    Hepatomegali

    Trombositopenia

    (20%)

    Gold standard:

    hemoglobin

    inhibition test

    Infeksi virus

    dengue

    Tabel Diagnosis banding demam lebih dari 7 hari tanpa tanda lokal

    Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

    Demam

    Tifoid

    Etiologi:

    Salmonella

    thypi

    - Demam bersifat

    remiten dengan

    pola seperti anak

    tangga hingga

    hari ke 4,

    selanjutnya

    memiliki pola

    demam kontinyu.

    - Malaise,

    anoreksia,

    mialgia, sakit

    kepala, sakit

    daerah abdomen

    yang terasa difus

    -Diare pada

    awalnya

    kemudian dapat

    menjadi

    - KU: Tampak sakit

    - Tanda vital:

    Suhu meningkat,

    bradikardia relatif

    -Pemeriksaan Head-to-

    toe:

    Kepala: konjungtiva

    mata anemis

    Toraks: Rose spot, tanda

    pneumonia (sesak nafas,

    dan crackles) karena

    superinfeksi

    Abdomen:

    Hepatomegali,

    Splenomegali, distensi

    abdomen disertai rasa

    nyeri yang difus

    - Pemeriksaan darah rutin:

    Anemia normokrom-normositer,

    leukopenia, limfositosis relatif

    - Kimia darah: pada hepatitis tifosa

    terjadi peningkatan transaminase

    hepar dan bilirubin

    - Biakan Salmonella: Pada darah

    umumnya (+) pada minggu pertama

    dan awal minggu ke-2

    - Serologi: Tes widal (peningkatan

    titer O >4 kali), IgM anti-S thypi

    (pada hari ke 68

    - Pemeriksaan antigen bakteri: PCR

    -

  • 11

    konstipasi.

    Malaria

    Etiologi:

    P.

    Falciparum

    (inkubasi: 9-

    14 hari)

    P. Vivax

    (inkubasi:

    12-17 hari)

    P. Ovale

    (inkubasi:

    16-18hari)

    P. Malariae

    (inkubasi:

    18-40 hari)

    - Pada masa

    inkubasi:

    asimtomatik

    - Trias malaria:

    demam tinggi,

    menggigil, dan

    berkeringat.

    - Demam bersifat

    intermiten, >37,5

    C aksila

    - Mialgia, nyeri

    punggung, sakit

    kepala, malaise,

    mual, muntah,

    diare, pallor,

    jaundice.

    - Riwayat

    berkunjung ke

    daerah endemik

    malaria

    - Riwayat tinggal

    di daerah endemik

    malaria;

    - Riwayat sakit

    malaria/riwayat

    demam;

    - Riwayat minum

    obat malaria satu

    bulan terakhir;

    - Riwayat

    mendapat

    transfusi darah

    - KU: Tampak sakit,

    GCS menurun

    - Tanda vital:

    Nadi cepat dan lemah,

    TD sistol turun

    20mmHg dari

    sebelumnya. tachipne,

    dyspnea

    -Pemeriksaan Head-to-

    toe:

    Kepala: konjungtiva

    mata anemis, sklera

    ikterik, mata cekung

    - Manifestasi malaria

    berat dapat berupa

    penurunan kesadaran,

    demam tinggi,

    konjungtiva pucat,

    telapak tangan pucat,

    dan ikterik, oliguria,

    urin berwarna coklat

    kehitaman (Black Water

    Fever ), kejang dan

    sangat lemah

    (prostration).

    - Pemeriksaan sediaan darah dengan

    Rapid test diagnosis atau mikroskop

    Sediaan darah (SD) tebal dan tipis

    untuk menentukan:

    a) Ada tidaknya parasit malaria

    (positif atau negatif);

    b) Spesies dan stadium Plasmodium;

    c) Kepadatan parasit:

    Semi kuantitatif

    (-) = negatif (tidak ditemukan parasit

    dalam 100 LPB/lapangan

    pandang besar)

    (+) = 1 10 parasit dalam 100 LPB

    (++) = 11 100 parasit dalam 100

    LPB

    (+++) = 1 10 parasit dalam 1 LPB

    (++++) = >10 parasit dalam 1 LPB)

    Kuantitatif

    Jumlah parasit dihitung per mikro

    liter darah pada sediaan darah tebal

    (leukosit) atau sediaan darah tipis

    (eritrosit).

    - Darah rutin: Hb, Ht, PCV, Leukosit,

    Trombosit

    - Kimia darah (GDS, bilirubin, tes

    fungsi hari, ureum dan kreatinin,

    natrium, kalium dan AGD)

    - urinalsis

    - EKG

    - Foto rontgen thorax

  • 12

    Tabel Diagnosis banding demam lebih dari 7 hari dengan tanda lokal

    Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

    Tuberkulosis

    Etiologi:

    Mycobacterium

    Tuberculosis

    - Demam lama

    (tidak tinggi, >2

    minggu dan/atau

    berulang tanpa

    sebab yang jelas

    (bukan demam

    tifoid, infeksi

    saluran kemih,

    malaria, dan lain-

    lain).

    - Batuk lama (>3

    minggu, bersifat

    non remiting)

    - Penurunan berat

    badan

    - Kontak dengan

    penderita TB

    dengan BTA (+)

    - Malaise,

    anoreksia, diare

    yang menetap > 2

    minggu, keringat

    malam

    - KU: Tampak sakit

    - Tanda vital:

    Suhu meningkat,

    - Status gizi: penuruban

    berat badan

    - Pemeriksaan Head-to-

    toe:

    Pembesaran kelenjar

    getah bening

    Paru: Efusi pleura

    (dengan pemeriksaan

    vokal fremitus)

    Pembengkakan tulang

    sendi panggul, lutut,

    falang

    - Darah rutin (Hb

    - Uji tuberkulin (PPD test)

    - Foto thoraks (pembesaran

    kelenjar hilus/paratrakea dengan

    atau tanpa infiltrat, konsolidasi

    segmental atau lobar, milier,

    kalsifikasi, atelektasis, kavitas,

    efusi pleura)

    - BTA sputum (sulit dilakukan)

    - Pungsi lumbal (meningitis TB)

    - Fungsi hepar (ADIH)

    Demam Rematik

    Akut

    Etiologi:

    Reaksi

    iimunologis tipe

    lambat yang

    didahului oleh

    infeksi GABHS

    - Demam

    - Nyeri sendi

    disertai bengkak,

    panas, merah dan

    penurunan fungsi

    sendi

    - Nyeri dada

    - Adanya gerakan

    spontan tidak

    terkoordinasi,

    - KU: Tampak sakit

    - Tanda vital: Suhu

    meningkat

    - Pemeriksaan Head-to-

    toe:

    Kulit: Eritema

    marginatum, nodul

    subkutan

    Jantung: Bising jantung

    organik, friction rub,

    - Darah rutin

    - Bukti infeksi GABHS:

    - ASTO > 120-400 IU dan

    antideoksiribonuklease > 60-600

    atau Kultur apus tenggorok (+)

    - Foto Rontgen toraks:

    kardiomegali

    - EKG: pemajangan PR interval

  • 13

    tanpa tujuan,

    disertai

    kelemahan otot,

    bicara cadel.

    - Riwayat demam

    scarlet baru-baru

    ini

    efusi perikardium.

    Hepatitis

    Etiologi:

    Hepatitis A,B,E

    - Fase prodormal:

    Malaise, gejala

    flu, anoreksia,

    mual, muntah,

    rasa tidak

    nyaman, di perut

    kanan atas,

    demam,

    hepatomegali,

    nyeri kepala dan

    kadang diare

    Fese ikterik: Urin

    berwarna gelap

    (seperti teh

    pekat), sklera dan

    kulit ikterik,

    anoreksia, lesu,

    mual, muntah

    bertambah berat,

    depresi mental,

    bradikardia,

    priuritus, gejala

    prodormal mulai

    menghilang

    - Higienitas dan

    sanitasi yang

    buruk

    - KU: Tampak sakit,

    terjadi penurunan

    kesadaran

    - Tanda vital: Suhu

    meningkat

    - Pemeriksaan Head-to-

    toe:

    Sklera ikterik

    Hepatomegali

    Splenomegali

    - Darah lengkap

    - Kimia darah (bilirubin direk

    meningkat, transferase

    meningkat)

    - Penanda hepatitis

    IgM anti-HAV untuk hepatitis A

    HbsAg untuk hepatits B

    IgM anti-HEV untuk hepatitis E

    Meningitis - Bergantung pada - KU: Tampak sakit, - Analisis LSS

  • 14

    usia, lama sakit

    sebelum berobat,

    dan daya tahan

    penderita

    - Neonatus: Gejala

    minimal

    menyerupai

    sepsis, seperti

    letargi, distres

    pernapasan,

    ikterus, muntah,

    diare, hipotermia,

    kejang (40%

    kasus), ubun-

    ubun besar

    menonjol

    - Anak lebih besar:

    demam, kejang,

    mual, muntah,

    anoreksia, sakit

    kepala, nyeri

    punggung,

    fotofobi, kaku

    kuduk, gelisah,

    letargi

    kesadaran menurun

    - Tanda vital: Suhu

    meningkat

    - Tanda rangsang

    meningen (+), seperti

    kaku kuduk

    Warna keruh, protein meningkat

    (>200mg/mm3)

    Pleiositosis (>1000/mm3)

    dengan predominasi PMN

    Kadar glukosa

    LSS:hipoglukorazia

    Pewarnaan gram dan biakan

    LSS

    PCR

    CRP (C reaktif protein)

    - Pencitraan: Foto rontgen toraks,

    tulang tengkorak, sinus, tulang

    belakang,; CT scan atas indikasi

    Tabel Diagnosis banding demam dengan ruam

    Rubella Varicella Demam

    Scarlatina

    Morbili

    Anamnesis Demam ringan

    (jarang >38,4 oC),

    anoreksia, malaise,

    sakit kepala, nyeri

    tenggorokan,

    Adanya riwayat

    kontak dengan

    penderita varisela.

    demam ringan,

    infeksi saluran

    nafas atas, rash,

    kulit kasar

    panas nonspesifik

    disertai batuk-

    batuk, coryza,

    konjungtivitis,

    fotofobia,

  • 15

    konjungtivitis,

    rhinitis, dan batuk,

    ruam

    dalam 24 jam

    pertama diikuti

    oleh sakit kepala,

    ruam yang gatal

    anoreksia, malaise,

    ruam

    makulopapuler

    pada seluruh tubuh

    yang dimulai di

    belakang telinga

    Pemeriksaan

    fisik

    pembesaran

    kelenjar limfe di

    daerah

    retroaurikuler

    Ditemukan ruam:

    makula papul

    vesikel pustul

    3-5 hari: krusta.

    Ruam pertama kali

    ditemukan di

    kepala dan dada

    seluruh

    tubuh(distribusi

    sentral).

    Faring hiperemis.

    Lidah : coated

    tongue, papil

    bengkak, setelah

    kulit deskuamasi

    papil memerah

    prominen seperti

    strawberry

    tongue.

    Ditemukan ruam

    makulopapular

    mulai dari

    belakang telinga

    menyebar ke leher,

    dada dan seluruh

    tubuh

    Kopliks spot

    Pemeriksaan

    penunjang

    Hematologi:

    leucopenia,

    limfositosis

    relative dan

    trombositopenia

    ringan

    Imunoserologis:

    peningkatan titer

    antibody 4x pada

    hemaglutation

    inhibition test

    (HAR) atau

    ditemukannya

    antibody IgM

    spesifik untuk

    rubella dengan

    indeks 1

    Kultur swab

    tenggorok

    Darah rutin :

    lekopenia

    Sputum, sekresi

    nasal, sedimen

    urine:

    multinucleated

    giant cells

    HI & CF (+) 1 - 3

    hari setelah timbul

    ruam

  • 16

    TATA LAKSANA

    Penurunan suhu dapat dilakukan dengan pendinginan eksernal dan pemberian

    antipiretik. Untuk pengobatan demam, dilakukan sesuai dengan etiologi dari

    penyakit asalnya.

    a. Pendinginan eksternal (external cooling)

    Untuk menurunkan suhu tubuh dikenal juga metode pendinginan secara fisik,

    antara lain dengan mengurangi aktifitas dengan bed rest dan dapat pula dibantu

    dengan menyeka (sponging) dengan air hangat kuku (27-340C).

    Kombinasi antara menyeka air hangat dan pemberian antipiretik

    dipertimbangkan jika demam >400C dan setelah 1 jam pemberian antipiretik tidak

    memberikan hasil. Penyekaan selama 30 menit memberikan hasil penurunan suhu

    yang baik.

    b. Antipiretik

    Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan pusat pengatur suhu di

    hipotalamus secara difusi dari plasma ke susunan saraf pusat. Keadaan ini tercapai

    dengan menghambat siklooksigenase, enzim yang berperan pada sintesis

    prostaglandin. Penurunan pusat suhu akan diikuti oleh respon fisiologi, termasuk

    penurunan produksi panas, peningkatan aliran darah ke kulit serta peningkatan

    pelepasan panas melalui kulit dengan radiasi, konveksi dan penguapan.

    Indikasi pemberian antipietik jika ada resiko terjadinya kejang demam atau

    pasien memiliki riwayat kejang demam. Pertimbangkan pemberian antipiretik jika

    ada kemungkinan anak tidak mampu mengkompensasi kenaikan suhu tubuh.

    Misalnya pada pasien demam dengan kelainan neurologis nyata, sepsis, gangguan

    jantung, gangguan system respirasi, serta gangguan keseimbangan cairan dan

    elektrolit. Dalam praktek sehari-hari, umumnya antipiretik diberikan jika suhu

    tubuh melebihi 390C (rektal).

    Obat antipiretik yang dapat diberikan berupa parasetamol, derivat asam

    propionat.

  • 17

    Parasetamol (Asetaminofen)

    Dosis yang biasa dipakai 10 15 mg/kgBB direkomendasikan setiap 4 jam.

    Dosis 20 mg/ kgBB tidak akan menambah daya penurunan suhu tapi

    memperpanjang daya antipiretik sampai 6jam. Bentuk sediaan dari paracetamol

    adalah tablet 500mg, forte tablet 650mg, sirup 160mg/5mL, dan drops 1mg/mL.

    Setelah pemberian dosis terapeutik parasetamol, penurunan demam terjadi

    setelah 30 menit, puncak dicapai sekitar 3 jam dan demam akan rekurens 3-4 jam

    setelah pemberian. Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 30 menit.

    Derivat Asam Proprionat

    Ibuprofen adalah suatu derivate asam propionat yang mempunyai

    kemampuan antipiretik, analgesic, dan anti inflamasi. Ibuprofen beraksi dengan

    memblok sintesis PGE2 melalui penghambatan siklooksigenase. Dosis 10

    mg/kgBB/hari dilaporkan lebih poten dan mempunyai efek supresi demam lebih

    lama dibandingkan dengan dosis setara parasetamol. Bentuk sediaannya adalah

    tablet 200mg dan 400mg, suspensi 100mg/5mL, forte suspensi 200mg/5mL. Efek

    samping yang dapat terjadi berupa mual, muntah, nyeri perut, diare, nyeri kepala,

    pusing, ruam pada kulit pada dosis 5-10 mg/ kgBB. Dosis maksimal adalah

    40mg/kgBB/hari atau 2,4gram/hari.

    c. Antibiotik

    Anak dengan demam pada umumnya tidak memerlukan antibiotik. Antibiotik

    dipertimbangkan diberikan jika:

    a. Adanya gejala lokal yang diduga disebabkan oleh bakteri

    b. Semua neonates atau anak yang tampak toksik

    c. Anak usia 400C

    d. Anak demam tanpa gejala lokal dengan hasil laboratorium darah dan urine

    abnormal.

  • 18

    SIMPULAN

    Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu normal yang

    berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu hipotalamus.

    Suhu tubuh normal berkisar antara 36,6-37,9oC (rektal).

    Demam dapat disebabkan karena proses infeksi dan non infeksi.

    Pola demam dibagi menjadi demam kontinyu, demam intermiten, demam

    remiten, demam berjenjang, demam bifasik.

    Klasifikasi demam terbagi menjadi demam 7 hari dengan atau tanpa tanda lokal, serta demam

    dengan ruam.

    Demam 7 hari tanpa tanda lokal terdiri dari demam tifoid dan malaria.

    Demam dengan ruam terdiri dari rubela, varisela, scarlatina, dan morbili.

    Tatalaksana demam anak diberikan sesuai dengan etiologi dari penyakit

    asalnya. Secara umum, anak diberikan pendinginan eksernal dan

    pemberian antipiretik. Dapat juga diberikan antibiotik sesuai dengan

    indikasi.

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kliegman RM, Stanton BM, Geme JS, Schor N, editors. Nelson Textbook of

    Pediatrics; Edisi ke 20. Philadelphia: WB Saunders Co. 2015.

    2. Guyton C.A., Hall E.J. Pengaturan Suhu. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

    Jakarta. EGC. 2011.

    3. Blatteis CM: The onset of fever: new insights into its mechanism, Prog Brain Res

    162:314, 2007

    4. McCance Kathryn L, Huether Sue E. Pathophysiology: The Biologic Basis for

    Disease in Adults and Children, edisi ke 6. Missouri. Mosby Elsevier. 2010

    5. World Health Organization. Pocket book of hospital care for children: guidelines

    for the management of common childhood illnesse; Edisi ke-2.2013.

    6. American Academy of Pediatrics: Fever and antipyretic use in children,

    Pediatrics 127:580587, 2011