demam
DESCRIPTION
thgfTRANSCRIPT
1
STUDI KASUS
Seorang wanita berusia 65 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan
utama berupa sariawan di pipi dalam kiri yang sangat sakit. Dari
anamnesis pasien didapati riwayat febris dan malaise sebelum timbulnya
sariawan tersebut. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan ulser berjumlah
banyak, berukuran 1-2 mm di pipi kiri bagian dalam, selain itu di pipi kiri
bangian luar terdapat sisa vesikel yang pecah berwarna kuning hingga ke
telinga kiri, oral hygiene baik namun terdapat gingivitis marginalis
generilisata. Pasien sewaktu kecil terdapat riwayat cacar air. Setelah
melakukan pemeriksaan, dokter gigi menjelaskan rencana perawatannya
kepada pasien.
BATASAN MASALAH
1. Klasifikasi Penyakit
i. Menjelaskan definisi penyakit
ii. Menjelaskan etiologi penyakit
iii. Menjelaskan pathogenesis penyakit
iv. Menjelaskan signs and symptoms penyakit
2. Penatalaksanaan Penyakit
i. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilaksanakan
(intra oral dan penunjang)
ii. Menjelaskan perawatan yang akan diberikan (obat
antiviral)
iii. Menjelaskan prognosis perawatan yang diberikan
2
PEMBAHASAN
A. KLASIFIKASI VIRUS
Virus Family Disease
a. Herpesvirus
HSV 1 Primary Herpes Gingivostomatitis
Secondary Herpes Infections
HSV 2 Genital Herpes
Varicella-Zoster Varicella (Chickenpox)
Zoster (Shingles)
Epstein-Barr Mononucleosis
Burkitt’s Lymphoma
Nasopharingeal Carcinoma
Hairy Leukoplakia
Cytomegalovirus Salivary Gland Inclusion Disease
HHV 6 Roseola Infantum
HHV 8 Kaposi’s Sarcoma
b. Papillomaviruses Oral Papillomas / warts
Condyloma Acuminatum
Focal Epitheal Hyperplasia
Some Carcinomas
c. Coxsackieviruses Herpangina
Hand-Foot-and-Mouth Disease
d. Measles Viruses Measles
e. Mumps Viruses Mumps Parotis
I. Herpesvirus Infections
A. PRIMARY HERPETIC GINGIVOSTOMATITIS
1. DEFINISI
Infeksi primer yang terjadi pada kavitas oral,sering
terjadi pada remaja dan anak-anak usia dibawah 6 tahun
-> insiden laki-laki dan perempuan sama
3
2. ETIOLOGI
Disebabkan herpes simplek tipe 1
Setelah infeksi primer virus masuk ke saraf sensorik
atau autonom dan terus berlangsung di neural
ginggiva yang menginervasi tempat selama HSV
bersembunyi
3. TANDA KLINIS
Difus,eritema,licin pada gingival dan mukosa oral
yang berdekatan dengan derajat edema dan
perdarahan gingival bermacam-macam
Taha awal: lesi berwarna abu-abu pada gingiva,
mukosa sub lingual,paltum lunak
Setelah 24 jam vesikel pecah dan berbentuk ulcer
kecil yang sangat sakit dan merah tinggi dan lingkaran
berwarna kuning atau putih keabu-abuan pada bagian
tengahnya
Durasi 7-11 hari,difus gingiva,eritema ,dan edema
yang muncul lebih dulu bertahan selama beberapa
hari setelah lesi ulcerative dihilangkan
30 % pasien yang pernah mendapat infeksi herpes
pada awal masa kehidupannya akan cenderung
mendapat infeksi rekuren setelah beberapa tahun
kemudian
4. GEJALA
Demam ringan/tinggi , temperattur tubuh meningkat
sampai 39,4o C
Pembesaran glandula limfa dan malaise,rongga
mulut,dan tenggorokan terasa sangat sakit
Pada anak infeksi mentyebabkan anak gelisah,saliva
mengalir terus dan tidak mau makan
4
Simptom akan reda dalam waktu 10-21 hari bila titer
antibodi pelindung meningkat
5. PATOGENESIS
Virus ditemukan melalui saliva yang terinfeksi atau
kontal lesi kulit
Infeksi pada bayi menimbulkan ensefalitis atau
meningitis,opada anak-anak atau orang dewasa
infeksi menimbulkan penyakit yang febril atau infeksi
sub klinis
Periode inkubasi adalah sekitar 5 hari
6. HPA
Hasil dari ruptur vesikel memilki bagian sentral dari
inflamasi akut dengan ulserasi dan tingkat purulen
eksudat yang bervariasi
Sitoplasma sel tampak mencair dam membran sel
dan nukleus berada di luar relief
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan akut herpetik gingivostomatitis
a. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kultur virus
Test imunologi menggunakan antibodi monoklonal
atau teknik hibridisasi DNA
TZANC test
Jika vesikel utuh -> ujungnya diremove dan
fluid keluar
Dasar lesi dipotong dengan instrument panjang
Jaringan di smear,di slide kaca dan dikeringkan
Di stain dengan polikrom stain -> seperti wringt
or giesma
Karakteristik multinuklear giant cel tidak
ditemukan di penyakit lain
PAUL test
5
Herpes simplek virus menghasilkan encapalitis pada
48 -72 jam, dan 24 jam
Biopsi
Positif diagnostik ditemukan pada mikroskopo]ik
finding tipikal intranuclear invasion pada potongan tepi
dari vesikel
Hema tologi studies-> melihat adanya sel datia
karakteristik atau dengan persamaan antisera
fluorescent khusus HSV, kenaikan titer antibodi
sebagai indikasi
b. PERAWATAN
Variasi obat –obatan yag digunakan untuk herpes
gingivo stomatitis dengan sedikit keberhasilan :
lokal aplikasi dari eskarotik,vitamin,radiasi dan
antibiotik
Keberhasilan lebih di dapatkan dengan memakai
obat spesifik virus herpes seperti salep acyclovir
Laporan klinis baru ini mendapat hasil yang bagus
dengan menggunakan acyclovir systemik untuk
menjaga infeksi virus herpes kambuhan yang
berhubungan dengan perwatan gigi -> pasien
yang diketahui memilki infaksi kambuhan setelah
perwatan gigi tidak menampakkkan kekambuhan
ketika di obati dengan acyclovir -> banyak virus
herpes ampuh dengan acyclovir -> aplikasi topikal
acyclovir untuk menurunkan penyebaran dan
keparahan infeksi
Perawatan terdiri dari tindakanm ringan untuk
membuatb pasien nyaman selama berjalannya
penyakit-> plak ,sisa makanan dan kalkulus
superfisial dibersihkan untuk mengurangi inflamasi
6
giingiva yang mengkomplikasi keterlibatan herpes
akut
Perpanjangan terapi periodontal harus ditunda
sampai gejala akut mereda untuk mencegah
kemungkinan eksaserbasi
Untuk bentuk yang tanpa gejala,khususnya
sebelum makan -> anastesi lokal topikal (lidokain
hydrocholride viscous solution)-> aplikasi untuk
area yang terinfeksi,sebelum makan pasien
berkumur dengan 1 sendok makan untuk solusi ini
Jika pasien mengalami nyeri dengan durasi yang
lebih panjang, aspirin atau nonsteroid anti
inflamasi agent dapat diberikan secara sistemik
Aplikasi lokal atau sistemik dari antibiotik kadang
disarankan untuk mencegah infeksi oportunistik
dari ulcerasi-> khususnya pada individu yang
imunya berkompromi -> bila kondisi tidak
membaik setelah 2 minggu -> rujuk ke dokter
untuk konsultasi medis
Pasien di informasikan bahwa penyakit menular
pada tahap yahg pasti seperti ketika vesikula
terjadi
c. SUPPORTIVE TREATMENT
Banyak minum air
Antibiotik sistemik untuk mencegah komplikasi
sistemik
Untuk mengurangi nyeri -> aspirin 325 mg – 4000
mg setiap 4 jamn pada orang dewasa dan dosis
lebih kecil pada anak-anak
Istirahat di tempat tidur
Makan dingin dan lunak
7
Pada bayi berikan larutan susu magnesia /
dequadin 5% di ulaskan perlahan pada daerah lesi
B. RECURRENT HERPETIC GINGIVOSTOMATITIS
a. Definisi
Infeksi kambuhan yang hanya terjadi pada
pasien yang telah mengalami infeksi HSV 1
sebelumnya dan mempunyai proteksi serum antibodi
terhadap infeksi primer eksogen
b. Etiologi & Patogenesis
Herpes kambuhan bukanlah sebuah re-infeksi,
tetapi reaktivasi virus yang masih laten dalam jaringan
saraf dalam keadaan tidak replikasi. Herpes simpleks
telah dikultur dari ganglion trigeminal dari mayat
manusia, dan lesi herpes kambuhan biasanya muncul
setelah operasi yang melibatkan ganglion. Herpes
kambuhan juga dapat diaktifkan oleh trauma bibir,
demam, kulit terbakar, imunosupresi, dan menstruasi.
Perjalanan virus menuruni batang saraf menginfeksi
sel epitel, menyebar dari sel ke sel untuk
menyebabkan lesi.
Reaktivasi virus
- Reaktivasi virus akan timbul setelah “sembuh”.
Virus akan berkumpul pada simpul-simpul saraf
trigrminus pada tulang belakang (ganglia) dalam
bentuk laten untuk seumur hidup. Bila sewaktu-waktu
mendapat rangsangan tertentu, virus dapat aktif
kembali dan menyebabkan infeksi sekunder.
- Individu dengan defisiensi T-limfosit karena
AIDS atau transplantasi atau kemoterapi kanker dapat
8
terbentuk lesi kronis yang besar, jarang, &
disebarluaskan oleh Infeksi HSV.
Primary Herpetik Gingivostomatitis
Virus migarsi melalui periaxon nervus trigeminus
Trigeminal ganglion
Masa laten ( tidak terlihat infeksi virus, tidak diproduksi sel T )
Reaktivasi oleh faktor predisposisi
Diikuti fever blister, trauma, demam, stres, menurunnya sistem imun
Infeksi berat
Recurrent Herpetic Gingivostomatitis
c. Manifestasi Klinis
i. RHL ( Recurrent Herpes Labialis )
didahului periode prodromal berupa rasa
gatal,terbakar diikuti edema pada lokasi
lesi
timbul kumpulan vesikel-vesikel kecil
diameter 1-3 mm
immunocompromised ; lesi mencapai
beberapa cm dan mengakibatkan rasa
tidak nyaman
ii. RIH ( Recurrent Intraoral herpes )
Lesi sama dengan RHL
9
Vesikel pecah dengan cepat dan
membentuk ulser
lesi berupa kumpulan vesikel / ulser
kecil diameter 1-2 mm pada sebagian
kecil mukosa berkeratin digingiva,
palatum, alveolar ridge
d. Sign & Symptom
Mulut , gingiva, lidah, bibir bengkak dan melepuh.
Demam tinggi.
Kelelahan.
Mulut dan tenggorokan terasa sakit.
Ketidaknyamanan dan rasa sakit ketika
mengunyah maupun menelan makanan.
Nafsu makan turun.
Komplikasi yang muncul bisa berupa dehidrasi dan demam yang
sangat tinggi.
e. Diagnosis
Jika tes laboratorium diinginkan, RIH dapat
dibedakan dari RAS oleh sitologi smear diambil dari
dasar lesi segar. Smear dari lesi herpes menunjukkan
sel-sel dengan balon degenerasi dan sel raksasa
multinuklear; kalau dari lesi RAS tidak. Untuk hasil
lebih akurat, sitologi smear mungkin juga diuji untuk
HSV fluorescein-label menggunakan antigen HSV.
Kultur virus juga digunakan untuk membedakan
herpes simpleks dari lesi virus lainnya, khususnya
infeksi varicella-zoster.
f. Perawatan
10
Pasien yang mengalami lesi sering, besar,
menyakitkan, atau menodai dapat meminta konsultasi
profesional. Dokter pertama harus berusaha
meminimalkan pemicu. Beberapa kekambuhan dapat
diatasi dengan mengenakan tabir surya selama
paparan sinar matahari yang intens.
Obat-obatan yang tersedia yang menekan
pembentukan dan mempersingkat waktu
penyembuhan lesi kambuhan baru. Acyclovir, obat
antiherpes asli, telah terbukti baik, aman dan efektif.
Obat-obat antivirus yang baru seperti valacyclovir,
sebuah prodrug dari acyclovir, dan famcylovir, sebuah
prodrug dari pencyclovir, memiliki bioavailabilitas lebih
besar daripada acyclovir, tapi mereka tidak
menghilangkan laten HSV. Acyclovir 400 mg dua kali
sehari, valacyclovir 250 mg dua kali sehari, dan
famcyclovir 250 mg masing-masing sangat efektif
dalam mencegah kekambuhan. Penggunaan
antiherpes analog nukleosida untuk mencegah dan
mengobati RHL di individu normal adalah
kontroversial.
Terapi sistemik tidak boleh digunakan untuk
mengobati sesekali atau sepele RHL pada individu
sehat, tetapi digunakan untuk mencegah lesi pada
pasien rentan sebelum kegiatan beresiko tinggi
seperti ski pada ketinggian tinggi atau sebelum
menjalani prosedur seperti dermabrasi atau operasi
yang melibatkan saraf trigeminal adalah dibenarkan.
Beberapa klinisi menganjurkan penggunaan terapi
antiherpes untuk persentase kecil pasien RHL yang
mengalami sering pembentukan episode RHL.
Acycllovir 400 mg dua kali sehari telah terbukti
11
mengurangi frekuensi dan keparahan RHL di
kelompok pasien ini. Acyclovir kedua dan penciclovir
tersedia dalam formulasi topikal, namun penggunaan
ini persiapan mempersingkat waktu penyembuhan
RHL kurang dari 2 hari.
Acyclofir
Merupakan obat dari derivate guanosin yang
berkerja spesifik pada virus HSV karena tidak
mengganggu sel-sel tuan rumah. Asikloguanosin
berkerja setelah diaktivasi oleh enzim timidinkinase
(yaitu enzim yang dihasilkan oleh sel-sel yang
terinfeksi oleh virus HSV). Setelah mengalami
difosforilasi, asiklofit tripospat akan di gunakan oleh
virus untuk membentuk DNAnya. Degan demikian
pembentukan DNA virus akan kacau dan terhenti.
Dosis yang digunakan 15mg/ berat badan atau dosis
dewasa 400mg 2x sehari.
g. Penatalaksanaan
i. Diagnosis (pemeriksaan penunjang)
RIH (Reccuren intraoral HSV infection) dapat
dibedakan dari RAS (reccurent apthosa
stomatitis) oleh sitologi smear diambil dari
dasart lesi segar -> smear dari herpes
menunjukkazn sel-sel dengazn balon
degenerasi dan sel raksasa multinuklear,test
RAS tidak
Untuk hasil lebih akurat,sitologi smear mungkin
juga di uji dengan HSV fluorescent garis tabel
menunjukkan antigen HSV
12
Kultur virus juga digunakan untuk
membedakan herpes simplek dari lesi virus
lainnya khususnya infeksi varicellla zoster
(VCV)
ii. Perawatan
Pasien yang mengalami resi sering ,besar
menyakitkan dapat meminta konsultasi
perofesional dengan meminimalkan pemicu
Obat-obatan yang tersedia -> menekan
pembentukan dan mempersingkat
penyembuhan lesi kambuhan
PERBEDAAN STOMATITIS HERPETIKA PRIMER DAN SEKUNDER
Primer Recurrent
o Terjadi infeksi HSV 1
o Terjadi pada orang yang belum
pernah terinfeksi HSV 1
sebelumnya sehingga belum
mempunyai antibodi serum
o Terdapat gejala prodromal
sistemik
o Terdapat gingivitis marginalis
yang menyeluruh dan akut
o Tidak mempunyai faktor
predisposisi
o Pasien dapat mengalami
kesulitan makan dan bicara
akibat lesi. Bila disertai demam
dapat mengakibatkan dehidrasi
o Terjadi pada anak-anak
o Terapi dengan acyclovir.
Diberikan dengan sistemik parah.
o Terjadi reaktivasi virus
o Terjadi pada orang yang sudah
terinfeksi HSV 1 sebelumnya
sehingga sudah mempunyai
antibodi serum
o Terdapat gejala prodromal pada
lokasi lesi
o Tidak terdapat gingivitis
menyeluruh
o Mempunyai faktor presdiposisi
o Pasien hanya merasakan rasa
tidak enak sementara
o Terjadi pada orang dewasa
o Terapi hanya simtomatis dan
berusaha meminimalkan faktor
13
Pada kasus ringan hanya terapi
suportif
pemicu
B. HERPETIC WHITLOW
terjadi pada primary maupun secondary HSV infection
terjadi pada jari
terjadi pada praktisis yang berkontak langsung dengan
pasien yang terinfeksi
pada praktisi yang seronegative kontak dengan pasien
mengakibatkan vesiculoulcerative eruption pada jari yang
kemudian diikuti munculnya tanda dan gejala penyakit
sistemik primer
pada praktisi yang seropositive jarang terjadi karena
telah ada reaksi imun terhadap HSV
lesi merah, membengkak, dan nyeri
terdapat vesicles atau pustules yang dapat pecah dan
menjadi ulcer
terjadi lymphadenophaty axillary atau epitrochlear
durasi penyakit terjadi dalam rentang 4-6 minggu
II. Coxsackievirus Infections
Coxsackievirus merupakan RNA enterovirus, yang dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan Grup B. Masing-masing
grup terdiri dari 24 jenis coxsackievirus dan 6 jenis coxsackievirus.
Virus ini dapat menyebabkan hepatitis, meningitis, myocarditis,
pericarditis, dan penyakit respiratory akut.
Virus yang menginfeksi oral adalah coxsackievirus-grup A,
dapat mengakibatkan herpangina, hand-foot-and-mouth disease,
dan acute lymphonodular pharingitis. Juga dapat menyebabkan
mumpslike form parotitis.
A. HERPANGINA
14
1. DEFINISI
Herpangina: Herpangina (lepuh mulut)
merupakan infeksi mulut yang disebabkan oleh virus
coxsackie. Biasanya, herpangina dihasilkan oleh satu
strain tertentu virus coxsackie tipe A, tetapi juga dapat
disebabkan oleh virus coxsackie tipe B atau echoviruses
dan paling sering terjadi pada anak-anak. Meskipun
herpangina terkadang tanpa gejala, namun juga bisa
menimbulkan demam tinggi dan sakit tenggorokan.
Herpangina adalah penyakit akut yang sembuh
sendiri tanpa pengobatan, penyakit virus yang ditandai
dengan serangan tiba-tiba, berupa demam, sakit
tenggorokan disertai lesi pada faring berukuran 1 – 2 mm
berbentuk papulovesikuler berwarna abu-abu dengan
dasar eritematus dan berkembang secara perlahan
menjadi lesi yang sedikit lebih besar. Lesi ini yang
biasanya muncul pada dinding anterior faucium dari
tonsil, palatum molle, uvula dan tonsilnya sendiri, muncul
sekitar 4 – 6 hari sesudah mulai sakit. Penyakit ini tidak
fatal.
Herpangina adalah suatu infeksi yang
sembuh dengan sendirinya yangmengenai rongga
mulut. Penyakit ini disebabkan oleh virus
Coxsackie grup A,biasanya dijumpai pada anak-
anak selama musim panas dan sangat menular.
Kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa
muda (Heerden, 2006).
2. GAMBARAN KLINIS
Vesikel berpapil abu-abu muda yang pecah
membentuk ulkus-ulkus yang dangkal, besar, dan
Multipel.
15
Lesi ini mempunyai tepi erithematous dan berbatas
pada pilar-pilaranterior, palatum lunak, uvula, dan
tonsil.
3. GEJALA PRODROMAL
Gejala prodormal antara lain demam,
malaise, sakit kepala, limfadenitis, disfagia,sakit
tenggorokan, eritema faringeal difus. Perawatan
penyakit ini paliatif danpenyembuhanspontan dapat
terjadi dalam 1-2 minggu
B. HAND-FOOT-AND-MOUTH DISEASE
1. GAMBARAN UMUM
Diakibatkan oleh infeksi virus Coxsackie A16
pada banyak kasus, meskipun A5, A7, A9,A10, B2,
B5, serta enterovirus 71 telah terisolasi juga.
Karakteristik HFM adalah demam ringan, oral vesicles
dan ulser, nonpruritic macules, papules, dan vesicles
sebagian besar pada permukaan tangan dan kaki.
Lesi pada oral lebih ekstensif daripada herpangina.
Lesi terdapat pada pallatum durum, lidah, dan
mukosa bukal. Dari pasien 8 bulan-33 tahun, 75%
kasus terjadi pada anak di bawah 4 tahun. Manifestasi
klinis sekitar 3-7 hari. Pasien mengeluhkan sore
mouth, dan klinis menunjukkan lesi pada oral. Dokter
lebih sering melihat kasus ini daripada herpangina.
Perawatannya supportive care.
2. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyakit HFM adalah infeksi virus yang sangat
menular diaibatkan Coxsackie tipe A16, meskipun
serologi tipe A5, A9, A10, B2, dan B5 serta
enterovirus 71 telah terisolasi. Metode transfer dari
satu individu ke individu yang lain menyebar melalui
udara ato fecal-oral contamination. Dengan
16
subsequent viremia, virus bertempat/menyerang pada
membran mukosa mulut dan regio cutaneous pada
tangan dan kaki.
3. GAMBARAN KLINIS
Infeksi virus biasanya terjadi pada epidemic
atau endemic dan didominasi anak-anak lebih muda
dari 5 tahun. Setelah masa inkubasi yang singkat.
Kondisi kembali secara spontan selama 1-2 minggu.
Tanda dan gejala biasanya ringan sampai
moderate dan disertai demam ringan, malaise,
lymphodenopathy, dan sakit mulut. Nyeri dari lesi oral
adalah keluhan utama pasien. Lesi oral muncul
sebagai vesikel yang cepat menjadi pecah dan
berubah menjadi ulcer yang ditutupi membran fibrous
berwarna kuning dikelilingi an erythematosus halo.
Lesi banyak dan dapat terjadi dimana saja di dalam
mulut, tetapi tempat yang biasa terjadi di palatum
durum, lidah, dan mukosa bukal. Beberapa lesi
maculopapular biasa terdapat pada jari2 tangan dan
kaki bersamaan atau tidak lama setelah lesi oral.
4. HISTOPATHOLOGY
Vesikel pada kondisi ini ditemukan dalam
epitelium karena obligate viral replication dalam
keratinocyte. Eosinofilic inclusions dapat terlihat
dalam beberapa sel epitel yang terinfeksi. Sebagai
keratinocyte yang dihancurkan oleh virus, vesikel
membesar dan menjadi penuh berisi debris
proteinaceous dan sel inflammatory.
5. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Karena penyakit ini timbul itself primarily dalam
rongga mulut, diferensial diagnosis mencakup primary
herpes gingivostomatitis dan mungkin varicella.
17
Gejala ringan, distribusi cutaneous, dan penyebaran
secara epidemic dapat membedakan kasus ini
dengan kasus lainnya.
6. TREATMENT
Karena durasi yang relatif pendek dan dapat
pulih dengan sendirinya (self-limiting), terapi yang
biasa dilakukan adalah symptomatic. Bisa dengan
berkumur Sodium bicarbonate dan air hangat untuk
meringankan rasa tidak nyaman pada mulut.
C. ACUTE LYMPHONODULAR PHARINGITIS
Acute Lymphonodular Pharingitis terjadi karena
serangan coxsackievirus A10. Distribusi penyakit ini sama
dengan herpangina. Terlihat yellow-white nodules yang tidak
berkembang menjadi vesicle atau ulcer. Penyakit ini bersifat
self-limiting, dan hanya memerlukan perawatan pendukung
(supporting care)
III. Varicella-Zoster Virus Infections
A. GAMBARAN KLINIK
Varicella zoster (VZV) adalah sebuah herpesvirus dan
seperti herpes virus lain, virus ini menyebabkan infeksi
primer dan rekuren. Dan bisa juga berbentuk laten di neuron
dan gangloia sensory. VZV bertanggunng jawab terhadap
dua infeksi klinis mayor pada manusia. Chikenpox dan
(Varicella) dan shingles (herpes Zoster)
Chiken pox secara umum merupakan infeksi primer
yang terjadi pertama kali pada saat Virus berkontak dengan
manusia. Beranalog denagn acute herpetic gingivostomatitis
padaa herpes simplex virus. Setelah primer disease sembuh
VXV menjadi laten di dorsal root ganglia pada spinal nerve
atau exta medular ganglia pada syaraf cranial. . seorang
18
anak tanpa prior conktak dengan VZV dapat
mengembangkan cikenpox setelah kontak dengan individu
dengan HZ.
VXV menjadi reaktif menjadi penyebab lesi localized
herpes zoster. Insiden HZ meningkat dengan semakin
bertambahnya usia dan imunosupresi.
Pasien immunokonpromise terhadap HIV,
Chemoterapi kanker, terapi obat imunosupresif, atau
hematologic malignancy mempunyai suspectbilitas yang
tinnggi terhadap severe dan potensial fatal HZ. Dengan
tingkat parah HZ menyebabkan pneumonia,
meningocepalitis, dan hepatitis ; bagaimanpun di pasien
yang terkena HZ tidak mempunyai insiden yang significant
pada tingkat keganasan.
B. MANIFESTASI KLINIS
Temuan Umum. Chikenpox adalah sebuah penyakit
yang mempunya karakter terjadi pada anak-anak, dengan
tanda-tanda sistemik ringan dan secara umum dan sebuah
pruritic erupsi pada maculopapular lesi yang secara cepat
berkembang menjadi vesikel pada base erythematous. Oral
vesicle yang secara cepat menjadi ulcer kadang terlihat, tapi
lesi oral bukan merupakan tanda-tanda penting, diagnostic,
atau management permasalahan. HZ secara umum
mempunyai periode prodromal 2-4 hari, ketika sakit
menyerang, parestesia, rasa terbakar, dan kelunakan terlihat
sepanjang jalur syaraf yang dia lalui.
Ketika gambaran klinik pnuh pada HZ terlahat
bersama sakitnya dan vesikel unilateral, diagnose tidak
terlalu sulit. Diagnosis masalah terlihat sepanjang periode
prodromal, ketika sakit terliat tanpa lesi.
19
Diagnosis kasus ini berdasarkan tanda-tanda klinis
dan serology terhadap meningkatnya titer antibody. HZ
mungkin berasosiasi berefek pada motor syaraf. HZ region
sacralis menyebabkan paralysis of the bladder. Ektrimitas
dan diaoragma sudah juga berparalisis sepanjang perjalanan
penyakit HZ.
Komplikasi umum dari HZ adalah postherpetic
neuralgi, yang didefinisikan sebagai sakit yang berbulan-
bulan setelah lesi mukokutaneus sudah tersembuhkan.
Temuan oral. Herpes zoster menyerang satu dari
beberapa bagian dari nervus trigeminal dalan 18-20% kasus,
tapi cabang optalmatik terefek beberapa waktu lebih sering
dari pada bagian kedua atau ketiga. HZ di bagian pertama
dapat menyebabkan kebutaan sekunder dengan corneal
scarring dan seharusnya oleh ophthalmologist. Lesi fasial
dan intraoral adalah karakteristik dari serangan HZ yang
mempengaruhi bagian pertama dan kedua di nervus
trigeminal. HZ berasosiasi dengan dental anomaly, necrotic
pulpa, dan resorpsi internal akar.
C. LABORATORY FINDINGS
Cytology is a rapid method of evaluation that can be
used in cases in which the diagnosis is uncertain.
Fluorescent-antibody stained smears using fluorescein
conjugated monoclonal antibodies is more reliable than is
routine cytology and is positive in over 80% of cases. The
most accurate method of diagnosis is viral isolation in tissue
culture, but this test is more expensive and the results take
days rather than hours. Demonstration of a rising antibody
titer is rarely necessary for diagnosis except in cases of
zoster sine eruptione, when it is the only means of confirming
suspected cases.
20
D. TREATMENT
Management should be directed toward shortening
the course of the disease, preventing postherpetic neuralgia
in patients over 50 years of age, and preventing
dissemination in immunocompromised patients. Acyclovir or
the newer antiherpes drugs valacyclovir or famciclovir
accelerate healing and reduce acute pain, but they do not
reduce the incidence of postherpetic neuralgia.35 The newer
drugs have greater bioavailability and are more effective in
the treatment of HZ.
The use of systemic corticosteroids to prevent
postherpetic neuralgia in patients over 50 years of age is
controversial; a recent review of the data indicated a
reduction of pain and disability during the first 2 weeks but no
effect on the incidence or severity of post-herpetic
neuralgia.33,34 Some clinicians advocate the use of a
combination of intralesional steroids and local anesthetics to
decrease healing time and prevent postherpetic neuralgia,
but a controlled study of this therapy has not been
performed. Effective therapy for postherpetic neuralgia
includes application of capsaicin, a substance extracted from
hot chili peppers. Topical capsaicin is safe but must be used
for a prolonged period to be effective and may cause a
burning sensation of the skin.When topical capsaicin therapy
is ineffective, use of a tricyclic antidepressant or gabapentin
is indicated.. Chemical or surgical neurolysis may be
necessary in refractory cases
IV. Measles (Rubeola, Campak)
Measles merupakan penyakit yang sangat menular.
Disesbabkan oelh paramyxovirus yang merupakan virus DNA.
21
Penyakit ini tersebar melalui udara dan pernapasan. Tanda dan
gejala penyakit ini antara lain demam, gejala pernapasan dan ruam.
Campak jerman atau rubeola merupakan penyakit menular
juga.Arti penting dariVirus campak Jerman terletak pada
kemampuannya untuk menyebabkan bawaan
cacat pada janin berkembang. Kelainan yang dihasilkan adalah
bervariasi dan bisa berat, terutama
jika infeksi inlrauterine terjadi selama yang trimester pertama
kehamilan.
Penaykit ini sering muncul pada musim dingin dan semi.
Measles sangat dominan terjadi apda anak anak. Setelah ams
inkubasi selama 7- 10 hari muncul gejala prodomal yaitu demam,
malaise coryza, conjunctivitis,photophobia and batuk. Dalam 1
sampai 2 hari, pathognomonic makula eritematosa kecil dengan
pusat nekrotik putih muncul di mukosa buccal. Bintik Koplik secara
umum mendahului ruam kulit selama 1 sampai 2 hari. Ruam
awalnya mempengaruhikepala dan leher, diikuti dengan trunk dan
mata kaki
Histopatologi : Sel epitel terinfeksi dan akhirnya menjadi
nekrotik.jarinagn ikat yang berisi pembuluh darah meradang dans
aluran melebar itu emrupakan respon inflamasi.
Tidak terdapat pengobatan khusus pada penyakit ini ahnya
butuh supportive therapy sperti istirtahat yang cukup, fluid,
adequate diet dan analgesic.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Greenberg S. Martin dan Glick Michael. 2003. Burkett’s Oral Medicine
Diagnosis and Treatment Tenth Edition. BC Decker Inc.
2. Regezi, Sciubba, Jordan. 2003. Oral Phatologhy Clinical Pathologic
Correlations Fourth Edition. Saunders Elsevier.