cse report 2 had & toxo

31
Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB Virza Ch Latuconsina - 07120090054 BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS No.Rekam Medis : RSUS. 00-63-49-02 Nama : Tn. J Jenis Kelamin : Laki - laki Tanggal Lahir : 13 Mei 1978 Umur : 36 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Kristen Pekerjaan : Pekerja swasta Alamat : Link. Gardu Iman 002/002 Cilegon II. ANAMNESA Secara Alloanamnesa dengan kakak pasien, 10 Februari 2015 pada pukul 06.45 WIB di Bangsal Neurologi Rumah Sakit Umum Siloam (RSUS) Tanggal Masuk : 9 Februari 2015 a. KELUHAN UTAMA Penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS. b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien dibawa ke IGD SHLV dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS. Awalnya saat 1

Upload: virza-chairunnisa-latuconsina

Post on 25-Dec-2015

246 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

cv

TRANSCRIPT

Page 1: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

No.Rekam Medis : RSUS. 00-63-49-02

Nama : Tn. J

Jenis Kelamin : Laki - laki

Tanggal Lahir : 13 Mei 1978

Umur : 36 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Kristen

Pekerjaan : Pekerja swasta

Alamat : Link. Gardu Iman 002/002 Cilegon

II. ANAMNESA

Secara Alloanamnesa dengan kakak pasien, 10 Februari 2015 pada pukul

06.45 WIB di Bangsal Neurologi Rumah Sakit Umum Siloam (RSUS)

Tanggal Masuk : 9 Februari 2015

a. KELUHAN UTAMA

Penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS.

b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien dibawa ke IGD SHLV dengan keluhan penurunan kesadaran

sejak 4 hari SMRS. Awalnya saat 5 hari SMRS pasien dirawat di RS. Mutiara

Bunda dikarenakan ia mengeluh nyeri kepala yang sudah dirasakan sejak 2

minggu SMRS saat di Sulawesi. Saat 1 hari perawatan di RS. Mutiara Bunda,

kesadaran pasien mulai menurun dan sulit untuk diajak berkomunikasi. Karena

tidak ada perbaikan tersebut maka pasien di rujuk ke SHLV. Menurut keluarga

pasien, pasien sudah pernah dirawat saat di Sulawesi karena nyeri kepala

tersebut. Pasien juga demam yang sudah dirasakan sejak 1 minggu SMRS,

kelemahan pada anggota gerak sehingga sulit untuk berjalan & berbicara yang

menjadi tidak jelas. Namun keluhan tersebut tidak membaik sehingga pasien

1

Page 2: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

ke Tangerang untuk berobat. Mual, muntah, kejang disangkal. BAK & BAB

tidak ada keluhan.

c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, batuk kronik, alergi baik

makanan maupun obat disangkal.

d. RIWAYAT KELUARGA

Tidak ada yang menderita hal serupa di keluarga pasien. Sedangkan

riwayat hipertensi, diabetes mellitus, batuk kronik, asma, atau alergi disangkal

oleh pasien.

e. RIWAYAT SOSIAL, KEBIASAAN, POLA HIDUP

Pasien merokok 1 bungkus/ hari & juga minum alcohol. Tidak dalam

pengobatan apapun. Nafsu makan normal seperti biasanya. Riwayat

memeliharan hewan seperti kucing ataupun anjing disangkal oleh kakak

pasien. Kebersihan makanan menurut kakak pasien baik. Riwayat transfuse

darah sebelumnya disangkal.

III.PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis

o Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat

o Kesadaran : Sopor

o Tekanan Darah : 125/67 mmHg

o Denyut Jantung : 62 x/menit

o Laju Pernapasan : 18 x/menit

o Suhu : 370C

o Kepala : Normosefali

o Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflex

cahaya langsung +/+

o THT : T1T1, tidak hiperemis, faring tenang

o Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada

pembesaranTiroid, tidak ada deviasi trakea.

2

Page 3: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

o Thorax :

a. Jantung : S1 S2 regular, gallop (-), murmur (-)

b. Paru : Suara Nafas Vesikular, Ronchi -/-, wheezing

-/-

o Abdomen : Datar, supel, BU (+) Nornal, NT (-), timpani

o Punggung : Tidak ada deformitas

o Ekstremitas : akral hangat, capillary refill < 2 detik, edema

(-)

b. Status Neurologis

GCS : E3M4V1

Tanda Rangsang Meningeal :

a. Kaku kuduk : +

b. Tanda Lasegue : >700 / >700

c. Tanda Kernig : >1350 / >1350

d. Brudzinski I : -

e. Brudzinski II : -

Saraf Kranialis :

a. Nervus I

Gangguan menghidu : sulit dinilai

b. Nervus II

Visus : sulit dinilai

Lapang pandang : sulit dinilai

Warna : tidak dilakukan

Fundus : tidak dilakukan

c. Nervus III, IV, VI

Sikap bola mata : ortoposisi

Celah palpebra : sulit dinilai

Pupil : pupil bulat isokor 2mm/2mm

Refleks cahaya langsung : +/+

3

Page 4: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

Refleks cahaya tidak langsung : +/+

Refleks konvergensi :

Nistagmus : -/-

Pergerakan bola mata : Kesan parese Nervus VI bilateral

d. Nervus V

Motorik

Inspeksi : simetris, atrofi (-)

Palpasi : baik, tidak ada yang tertinggal

Membuka mulut : sulit dinilai

Gerakan rahang : sulit dinilai

Sensorik

Sensibilitas V1 : sulit dinilai

Sensibilitas V2 : sulit dinilai

Sensibilitas V3 : sulit dinilai

e. Nervus VII

Sikap mulut istirahat : normal

Angkat alis, kerut dakit, tutup mata dengan kuat/kembung pipi :

sulit dinilai

Menyeringai : sulit dinilai

Rasa kecap 2/3 anterior lidah : sulit dinilai

f. Nervus VIII

Nervus cochlearis

Suara bisikan/ gesekan jari : sulit dinilai

Rinne : tidak dilakukan

Weber : tidak dilakukan

Schwabach : tidak dilakukan

Nervus vestibularis

Nistagmus : -/-

4

Page 5: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

Berdiri dengan 1 kaki

Mata tertutup : tidak dilakukan

Mata terbuka : tidak dilakukan

Berdiri dengan 2 kaki

Mata tertutup : tidak dilakukan

Mata terbuka : tidak dilakukan

Berjalan tandem : tidak dilakukan

Fukuda stepping test : tidak dilakukan

Past pointing test : tidak dilakukan

g. Nervus IX, X

Arkus faring : tidak ada deviasi

Uvula : tidak ada deviasi

Disfoni : sulit dinilai

DIsfagia : sulit dinilai

Refleks faring : tidak dilakukan

h. Nervus XI

Sternocleidomastoid : sulit dinilai

Trapezius : sulit dinilai

i. Nervus XII

Sikap lidah dalam mulut

Deviasi : -

Atrofi : -

Fasikulasi : -

Tremor : -

Menjulurkan lidah : sulit dinilai

Kekuatan lidah : sulit dinilai

Motorik :

Ekstremitas atas

5

Page 6: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

Inspeksi

Atrofi : -/-

Fasikulasi : -/-

Palpasi (tonus) : normotonus

Kekuatan

Sendi bahu : sulit dinilai

Biceps : sulit dinilai

Triceps : sulit dinilai

Pergelangan tangan : sulit dinilai

Ekstensi jari : sulit dinilai

Menggenggam jari : sulit dinilai

Gerakan involunter : -/-

Ekstremitas bawah

Inspeksi

Atrofi : -/-

Fasikulasi : -/-

Palpasi (tonus) : normotonus

Kekuatan

Gluteus : sulit dinilai

Hip flexor : sulit dinilai

Quadriceps hamstring : sulit dinilai

Ankle dorsi flexi : sulit dinilai

Gastrocnemius : sulit dinilai

Kesan : Hemiparesis dekstra

Gerakan involunter : -/-

6

Page 7: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

Refleks fisiologis

Biceps : +/++

Triceps :+/++

KPR :++/++

APR :++/++

Refleks patologis

Babinski : -/-

Chaddock : -/-

Oppenheim : -/-

Gordon : -/-

Schaffer : -/-

Rossolimo :-/-

Mendel Becthre : -/-

Hoffman Trommer : -/-

Sensorik :

Eksteroseptif

Raba : sulit dinilai

Nyeri : sulit dinilai

Suhu : tidak dilakukan

Proprioseptif

Posisi sendi : normal

Getar : tidak dilakukan

Koordinasi

Tes tunjuk – hidung : tidak dilakukan

Tes tumit – lutut : tidak dilakukan

Disdiadokinesis : tidak dilakukan

Otonom

Miksi : Normal

7

Page 8: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

Defekasi : Normal

Sekresi keringat : Normal

IV. RESUME

Pasien Tn. J berumur 36 tahun dating dengan keluhan penurunan

kesadaran 4 hari SMRS. Awalnya telah dirawat 5 hari SMRS dengan adanya

sefalgian selama 2 minggu SMRS saat di Sulawesi. Terdapat demam,

kelemahan anggota gerak & disartria sejak 1 minggu SMRS. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan kadaan umum sakit berat, kesadaran stupor,

sedangkan pada temuan status neurologis didapatkan GCS E3M4V1, Tanda

rangsang meningeal (kaku kuduk positif), kesan parese nervus VI bilateral,

kesan hemiparesis dekstra.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. EKG

Kesan : Normal Sinus Rhythm, Non-specific T-wave abnormality

b. LABORATORIUM DARAH

o 9-2-2015

TES HASIL NILAI NORMAL

Complete Blood Count

Hemoglobin 15.20 11.70 – 15.50 g/dL

Hematokrit 46.29 35.00 – 47.00 %

RBC 5.370 3.800 – 5.200 μL

WBC 3.590 3.600 – 11.000 / μL

Platelet 210.900 150.000 – 440.000 / μL

ESR 8 0 15 mm/hours

MCV, MCH, MCHC

8

Page 9: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

MCV 86.25 80.00 – 100.00 fL

MCH 28.33 26.00 – 34.00 pg

MCHC 32.85 32.00 – 36.00 g/dL

Biochemistry

SGOT 25 5 – 34 u/L

SGPT 24 0 – 55 u/L

Ureum 33.0 < 50.00 mg/dL

Creatinine 0.81 0.6 – 1.1 mg/dL

eGFR 114.6

GDS 80 < 200.0 mg/dL

Elektrolit

Natrium (Na) 145 137 – 145 mmol/L

Potasium (K) 4.1 3.6 – 5.0 mmol/L

Chloride (Cl) 105 98 – 107 mmol/L

o 9-2-2015

TES HASIL NILAI NORMAL

Immunology / Serology

Anti HIV (Eclia) 180.80

(reactive)

Non reactive : < 0.90

Borderline : >= 0.90 - < 1.0

Reactive : >= 1.0

Anti HIV (Rapid) Reactive Non reactive

Anti HIV 578.32 Non reactive : < 0.90

9

Page 10: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

(Combo/ELISA) (reactive) Borderline : 0.90 – 0.99

Reactive : >= 1.00

o 11-2-2015

TES HASIL NILAI NORMAL

Analisa Cairan Otak

Macroscopic

Color Colorless Colorless

Clarity Clear Clear

Clot Negative Negative

Sediment Negative Negative

Microscopic

Cell count 7 < 10

Differential Count

PMN 57

MN 43

Chemicals

Nonne Positive Negative

Pandy Positive Negative

Glucose 69.8 40.0 – 76.0

Chloride (Cl) 127 115 – 130 mg/dL

Protein

(Quantitative)

1.26 0.15 – 0.45 g/L

10

Page 11: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

o 11-2-2015

TES HASIL

Fungus Direct Smear

Specimen CSF

Procedure With Ink India

Result Cryptococcus not found

AFB Direct Smear

Specimen CSF

Procedure Z. Neelsen Stain

Result Leukosit: 0 – 1/lpf

Epitel : 0 – 1/lpf

Acid Fast Bacillus not found

b. XRAY THORAX AP/PA (9-2-2015)

Kesan : Tidak tampak proses spesifik aktif pada pulmo, CTR 51%.

11

Page 12: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

c. MRI HEAD - COTRAST (9-2-2015)

Kesan :

o Multiple nodus ring enhanced (diameter +/- 0.5 – 2.7 cm) tersebar

di seluruh lobus kedua hemisfer cerebri, basal ganglia sinistra,

thalamus bilateral, pons sinistra, medulla oblongata, pedunculus

cerebri sinistra dan kedua hemisfer cerebelli sugestif

toxoplasmosis.

o TIdak ada infark akut, perdarahan, malformasi vascular/SOL

intrakranial.

o pansinusitis dengan kista retensi kecil di sinus sphenoid bilateral

maxilla bilateral.

o mastoiditis sinistra.

12

Page 13: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

VI. DIAGNOSIS

a. Diagnosis klinis : Penurunan kesadaran, Tanda rangsan

meningeal (kaku kuduk positif), kesan hemiparesis dekstra, kesan parese

nervus VI bilateral.

b. Diagnosis topis : hemisfer sinistra

c. Diagnosis etiologi : infeksi

d. Diagnosis patologi : infeksi SSP

VII. DIAGNOSIS KERJA

Suspek HIV

Suspek Tokoplasma Cerebri

Suspek Meningitis TB

VIII. DIGNOSIS BANDING

Cryptococcus meningitis

IX. PENATALAKSANAAN

o Non – Medikamentosa

Rawat Inap

Fisioterapi

Menjaga kebersihan makanan

o Medikamentosa

O2 nasal canul 4 liter/menit

NGT

Urine catheter

IVFD Asering 1000 ml/24 jam

Kalmetason 1 x 5 mg (IV) saat di AE 4 x 1 ampul (IV)

Clindamycin 4 x 600 mg (PO)

Pyrimethamine

o Hari I : 1 x 4 tab

o Hari II : 1 x 3 tab

Rantin 2 x 50 mg (IV)

13

Page 14: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

Ceftriaxone 1 x 2 gr (IV)

Rifampicin 1 x 600 mg (PO)

INH 1 x 400 mg (PO)

Pirazinamid 1 x 1500 mg (PO)

Ethambutol 1 x 1000 mg (PO)

Vitamin B6 3 x 1 tablet

Dexamethason 4 x 5 mg (IV)

Omeprazole 1 x 40 mg IV)

Inpepsa 3 x CI

X. RESUME FOLLOW UP

Perkembangan pasien pada keesokan hari (10/2) kontaknya masih

kurang dimana GCSnya masih sama seperti saat masuk. Pada pemeriksaan

Anti HIV yang dilakukan saat awal masuk didapatkan reaktif pada ketiga

pmeriksaan anti HIV. Perkembangan keesokan harinya kontaknya terdapat

perbaikan dengan GCS E3M5V2, sedangkan untuk motoric masih terkesan

hemiparesis dekstra. Pada tgl (11/2) pasien direncanakan untuk dilakukan

Lumbal Puncture. Didapatkan hasil yaitu none, & pandy positif, glucose 69.8

mg/dL & protein yang meningkat 1.26 g/L. selain itu pada hasil fungus direct

smear dengan menggunakan tinta India tidak ditemukan Cryptococcus & pada

pemeriksaan AFB direct smear juga tidak ditemukan AFB. Kesadaran pasien

hingga (16/2) masih tetap menurun dimana E1M4 V1 dengan kekuatan

motoric yang juga masih sama yaitu kesan hemiparesis dekstra. Hasil BTA

pasien negative namun tetapi diberikan OAT, dan setelah diberikan OAT

terdapat peningkatan dari kesadaran pasien dimana pada tanggal 18/2 GCS

pasien meningkat menjadi E4M6V1.

XI. PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : dubia

Quo Ad Sanationam : dubia ad malam

Quo Ad fungsionam : dubia ad malam

14

Page 15: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

BAB II

ANALISA KASUS

Ensefalitis toksoplasma merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh

Toxopasma gondii & mengenai jaringan otak.1 Toxoplasma gondii merupakan

parasite intraselular yang obligat.1 Di Amerika Serikat dan negara-negara

Eropa angka prevalensi meningkat sesuai dengan usia dan kontak yang ada

yaitu pada umur sekitar 10-19 tahun berkisar 5-30% dan pada usia diatas 50

tahun berkisar 10-67% dan diperkirakan akan meningkat sekitar 1% setiap

tahunnya. Sedangkan Indonesia, berdasarkan penelitian dibagian neuroinfeksi

RSUPNCM angka kejadian 31%.1

Toxoplasma ini mempunyai hospes definitf pada kucing. Penularan ke

manusia dapat melalui kontak langsung dengan tinja kucing atau kista yang

tertelan bersama makanan yang tidk dimasak dengan baik. Seringkali infeksi

tokxoplasma disebabkan oleh reaktivasi dari penyakit yang telah ada

sebelumnya.1 Ensefalitis toksoplama muncul pada kurang lebih 10% pasien

AIDS yang tidak diobati.1 Pada pasien ini kemungkinan penyebabnya yaitu

oleh karena reaktivasi dari penyakit lain. Dimana kemungkinan pada pasien

ini yaitu dikarenakan oleh HIV/AIDS (infeksi oportunistik). Infeksi

oportunistik adalah infeksi oleh bakter, virus, jamur atau parasir yang terjadi

pada saat system ikun tubuh sedang menurun (immunocompormised)1

Gejala klinis infeksi Toxoplasma bergantung pada system imun

penderita. 80% kasus primer tanpa gejala (asimptomatik).2 Masa inkubasi

periode ini berlangsung sekitar 1 – 2 minggu, yang selanjutnya baik yang

timbul gejala ataupun tanpa gejala akan berlanjut ke fase kronis. Biasanya

gejala klinis fase akut tersering adalah limfadenopati servikal, adang

didapatkan sedikit peningkatan suhu tubuh, nyeri otot, nyeri telan, sakit

kepala, urtika, kemerahan dan hepatosplenomegali.1 Pada penderita yang

simptomatis biasanya gejala menghilang dalam beberapa bulan. Reaktivasi

penyakit akan menimbulkan berbagai gejala dan diperkirakan sekitar 50% dari

penderita ini menderita ensefalitis toksoplasma dengan gejala berupa

ensefalitis, meningoensefalitis atau suatu lesi massa di otak. 1

15

Page 16: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

Gejala klinis dari ensefalitis toksoplasma dapat berupa gangguan status

mental, demam yang dapat terus-meneris atau hilang timbul, sakit kepala,

deficit neurologis fokal, gelisah hingga penurunan kesadaran, kadang dapat

kejang, gangguna penglihatan, atau bisa saja didapatkan tanda iritasi selaput

otak.1

Dikarenakan kemungkinan pada pasien ini diakibatkan oleh reaktivasi

maka penderita ini dapat diduga menderita ensefalitis toksoplasma dengan

gejala yang ada pada pasien yaitu demam, sakit kepala, deficit neurologis

fokal & penurunan kesadaran. Hal ini dapat menjelaskan bahwa gejala yang

terjadi pasien dapat merupakan akibat dari infeksi toksoplasma yang

diakibatkan oleh reaktivasi dari penyakit lain yakni HIV/AIDS.

Manifestasi klinis toksoplasmosis yang timbul pada penderita

HIV/AIDS biasanya bersifat subakut yang dapat mengenai SSP dengan gejala

lesi fokal (58-89%) atau bukan lesi fokal. Gejala yang sering tampak berupa

nyeri kepala, defisit neurologis fokal berupa kelemahan satu sisi dan gangguan

bicara dan dapat disertai demam atau tanpa demam. Pada pasien ini gejala-

gejala tersebut ada. Sehingga tidak menutup kemungkinan dugaan penyebab

terhadap HIV/AIDS.1

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan dimana pada pemeriksaan

status neurologis ditemukan penurunan kesadaran, kesan parese nervus VI

bilateral & pada motorik kesan hemiparesis dekstra. Dengan hasil ini dapat

menjelaskan adanya deficit neurologis fokal, gangguan saraf kranialis dimana

sesuai dengan teori yang ditemukan pada toksoplasmosis yang dapat timbul

pada pasien dengan HIV/AIDS. Untuk parse nervus VI bilateral kemungkinan

yang terjadi yaitu lesi yang terdapat pada batang otak sehingga menimbulkan

gejala tersebut. Sedangkan untuk menjelaskan pada pasien terdapat kaku

kuduk yaitu dicurigai pasien juga mengalami meningitis. Sehingga untuk

membuktikan hal ini makan dilakukan tindakan pemeriksaan lanjutan yaitu

pungsi lumbal pada pasien.

Diagnosis pasti adalah dengan ditemukannya Toxoplasma gondii

dalam darah, jaringan, atua cairan tubuh.1 Pemeriksaan antibody terhadap

16

Page 17: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

keberadaan protozoa ini adalah pemeriksaan IgM dimana untuk mendeteksi

adanya infeksi akut pada minggu pertama, dan titer IgM toksoplasma ini akan

menurun setelah minggu pertama. pemeriksaan kedua yang dapat dilakukan

adalah pemeriksaan pungsi lumbal pada fase akut dengan pasien

meningoensefalitis atau ensefalitis toksoplasma. Pada pemeriksaan tersebut

akan didapatkan pleiositosis mononuclear (10-50 sel/mL), sedikit adanya

peningkatan kadar protein, kadar glukosa normal, & PCR Toxoplasma gondii

yang positif. Akan tetapi pada fase kronik pemeriksaan pungsi lumbal tidak

memberikan diagnostic yang berarti.1

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan serologi Anti HIV dan

diapatkan reaktif pada ketiga cara pemeriksaan yaitu Eclia, Rapid & ELISA.

Sehingga dengan hasil tersebut dapat di diagnosis pasien ini dengan HIV.

Pasien juga dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan pungsi

lumbal yang digunakan untuk mencari sumber infeksi oportunistik system

saraf pusat yang terjadi pada keadaan pasien yang menurun sekarnag ini (HIV)

dimana ditemukan positif none-pandy, penigkatan jumlah protein (1.26 g/L)

dengan kadar glukosa rendah & sel PMN > MN dapat dipertimbangkan hal ini

karena meningitis atau ensefalitis. Selain itu pula dengan specimen CSF yang

diambil melalui pungsi lumbal dilakukan pemeriksaan fungus direct smear

guna menyingkirkan kemungkinan Cryptococcosis pada pasien ini. Namun

berdasarkan hasil pemeriksaan yang melakukan porsedur menggunakan tinta

india tidak didapatkan Cryptococcus pada pemeriksaan tersebut. Sehingga

dengan hasil ini dapat menyingkirkan penyebab Cryptococcosis pada pasien.

Selain itu itu juga dilakukan pemeriksaan Z. neelsen stain guna menyingkirkan

penyebab tuberculosis pada pasien. Namun berdasarkan hasil pemeriksaan

tersebut tidak ditemukan adanya pertumbuhan Acid Fast bacillus.

Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan didapatkan

hasil yang tidak terlalu bermakna. Untuk pemeriksaan radiologis yang

dianjurkan adalah CT SCAN dengan kontras atau MRI. Pemeriksaan dengan

MRI memberikan hasil yang lebih baik dabih sensitive dibandingkan dengan

CT-SCAN. Pada pemeriksaan CT-SCAN kepala tanpa kontras didapatkan

gambaran isodens atau hipodens area di beberapa tempat dengan predileksi

17

Page 18: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

pada basal ganglia atai pada corticomedullary junction disertai edema yang

memberikan efek massa (vasogenic oedema). MRI kepala tanpa atau dengan

kontras dapat memberikan gambaran yang lebih jelas daripada CT-SCAN.

Seringkali didapatkan gambaran lesi ini bervariasi dari 1 cm dan dapat sampai

lebih dari 3 cm.1,3 Gambaran MRI tampak adanya lesi dengan gambaran cincin

yang multiple, walaupun pada beberapa kasus didapatkan lesi tunggal. Pada

penambahan kontras didapatkan gmbaran cincin, padat atau bentukan nodul

yang jelas (menangkap kontras).1,3 Pada pasien dilakukan pemeriksaan MRI

kepala dengan kontras dan didapatkan gambaran multiple nodus ring

enhanced (diameter +/- 0.5 – 2.7 cm) tersebar di seluruh lobus kedua hemisfer

cerebri, basal ganglia sinistra, thalamus bilateral, pons sinistra, medulla

oblongata, pedunculus cerebri sinistra dan kedua hemisfer cerebelli, sugestif

toxoplasmosis.

Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu pemberian oksigen nasal canul 4

liter/menit. Hal ini guna penangan peertama pasien dengan penurunan

kesadaran. Pasien dipasang NGT & urine catheter dikarenakan pasien

mengalami penurunan kesadaran. Pasien diberikan terapi kortikosteroid

(kalmetason) 1 x 5 mg (IV) saat di IGD dan diikuti maintenance 4 x 1 ampul

guna sebagai terapi dalam mengatasi edema otak. Pemberian terapi

kortikosteroid diteruskan dikarenakan infeksi toksoplasmosis yang terjadi

pada pasien ini merupakan infeksi oportunistik. Pemberian kortikosteroid

sebaiknya hanya diberikan untuk jangka pendek agar tidak mengurangi

imunitas pasien.1 Pasien diberikan pengobatan lain seperti clindamycin 4 x

600 mg & pyrimethamine (1 x 4 tablet saat hari pertama) & dilanjutkan mulai

hari kedua 1 x 3 tablet. Kedua pengobatan tersebut merupakan pengobatan

yang diberikan sebagai terapi fase akut pada toksoplasmosis. Dimana dosis

awal untuk pyrimethamine yaitu 200 mg/oral & dosis lanjutannya yaitu 75 –

100 mg/oral.1 Sedangkan tatalksanan non – medikamentosa yaitu perlu

dilakukan fisioterapi guna melatih kelemahan anggota gerak yang ada pada

pasien.

18

Page 19: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

Terapi untuk toksoplasma serebri ini diberi minimal 6 bulan dan dibagi

dalam 2bagia, yaitu terapi fase akut yang diberikan selama 4 – 6 minggu lalu

dilanjutkan dengan fase perawatan. 1

Saat ini pasien ini sedang diberi terapi akut. Nantinya selama 2 minggu

pertama perlu dinilai respon klinis dan radiologis dari pasien. Respon secara

radiolois diartikan sebagai holangnya seluruh lesi awal & absennya semua lesi

yang baru dan diklasifikasikan sebagai respon yang sempurna (hilangnya

seluruh lesi awal dan lesi yang baru), respon sebagian (>50% penurunan pada

jumlah dan atau ukuran dari lesi awal dengan absennya semua lesi baru), atau

tanpa respon (<50% penurunan atau peningkatan jumlah dan atau ukuran lesi

dari semua lesi awal). Pasien yang menunjukkan respon klinis, abnormalitas

dari neuroradiografinya juga mengalami perbaikan dalam 2 – 6 minggu pada

91% pasien. Pada pasien yang tidak berespon terhadap terapi dalam 10 – 14

hari atau tidak menunjukkan perubahan klinis pada hari ke-3, biopsy

sebaiknya dipertimbangkan untuk menyingkirkan limfoma. Selanjutnya saat

fase perawatan (profilaksis sekunder) nantinya akan diberikan pyrimethamin

25 – 50 mg/hari ditambah dengan sulfadiazine 500 -1000 mg/hari diberikan

sebanyak 4 kali perhari dan juga diberi asam folat bersamaan. Apabila pasien

alergi pada sulfadiazine maka dapat diganti dengan clindamycin 1200 mg

diberikan 3 kali perhari. Pada penderita yang mendapat terapi HAART

(Highly Active Anti-Retroviral Therapy) terapi perawatan dapat diberikan

apabila kadar CD4 lebih 200/dl selama 3 bulan pada pencegahan primer dan

selama 6 bulan pada pencegahan sekunder.1

Sedangkan pada profilaksis primer direkomendasikan pada pasien

dengan CD4 < 200 sel/mm3 & seropositive untuk antibody anti T.gondii.

Profilaksis melawan T.gondii dengan TMP –SMX telah menunjukkan

pengurangan resiko toksoplasmosis sebanyak 73%. TMP-SMX merupakan

agen yang lebih disukai untuk profilaksis primer, namun selalu ada regiman

alternative untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi profilaksis standar.

Terapi alternative adalah dapson 50 mg/hari dengan pyrimethamine 50-100

mg/hari.4

19

Page 20: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

Penghentian profilaksis primer nampaknya aman jika terdapat respon

yang menetap terhadap HAART dengan CD4 diatas 200 sel/mm3 selama

kurang lebih 3 bulan dan viral load HIV kurang dari 500 salinan/ml.4 Menurut

guidelines terkini, profilaksis sekunder dapat dihentikan jika CD4 lebih besar

dari 200 sel/mm3 dan dipertahankan untuk lebih dari 6 bulan.5 Profilaksis

primer atau sekunder harus diberikan kembali jika CD4 turun dibawah 200

sel/mm3. 1

Dikarenakan pada pasien saat dilakukan pemeriksaan untuk

membuktikan adanya infeksi tuberkulosa tidak terbukti terdapat kuman. Selain

itu pula juga dengan pemberian obat yang beberapa hari sejak awal pasien

masuk rumah sakit belum ada kemajuan, maka pasien diberi obat anti

tuberkulosa (OAT) dikarenakan dugaan terhadapa meningitis TB pada pasien

masih sangat kuat. Sehingga pada pasien diberikan OAT (Rifampicin 600 mg,

INH 400 mg, Pirazinamid 1500 mg & Ethambutol 1000 mg) yang masing-

masingnya diberi sekali dalam sehari. Dengan pemberian obat ini terdapat

kemajuan pada pasien beberapa hari terakhir ini. Nantinya pemberian OAT ini

dapat diberi selama 9 bulan. Ditambah dengan pemberian deksametason 4 x 5

mg (IV) yang berguna suntuk mengurangi edema otak & mennghambat

terjadinya inflamasi.1

20

Page 21: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Cse Report 2 Had & Toxo

Case Report – Suspek HIV, Tokoplasmosis Cerebri & Meningitis TB

Virza Ch Latuconsina - 07120090054

1. Sugianto P. Infeksi Toksoplasmosis Pada Sistem Saraf Pusat. In: Sudewi

A, Sugianto P, Ritarwan K, ed. by. Infeksi pada sistem saraf. 1st ed.

Surabaya: Pusat penerbitan & percetakan Unair; 2011. p. 91-101.

2. Kasper L. Toxoplasma infections. In: Fauci A, Braunwald D, Kasper L, ed.

by. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York:

McGraw-Hill; 2008. p. 1305 - 1311.

3. Greenberg D, Michael J. Infection. In: Greenberg D, ed. by. CLinical

Neurology. 5th ed. New York: McGraw-Hill; 2002. p. 176-177.

4. Clezy K. Toxoplasmosis. In: Hoy Jennifer, Lewin Sharon, Post JJ, Street

Alan, editors. HIV Management in Australasia a Guide for Clinical Care.

Australasian Society for HIV Medicine; 2009: p 154–155

5. Jayawardena S, Singh S, Burzyantseva O, Clarke H, In: Perazella MA,

editors. Cerebral toxoplasmosis in adult patients with HIV infection. New

York: Hospital Physician; July 2008: p 17–24.

22