contoh skripsi
TRANSCRIPT
x
PERUMUSAN STRATEGI COST EFFECTIVENESS MELALUI PENERAPAN KONSEP BISNIS TOYOTA PRODUCTION SYSTEM ( TPS )
( STUDI KASUS PT IRC INOAC INDONESIA )
KARYA AKHIR
OLEH MAMAN SUPRIATMAN
NIM : 55106120029
UNIVERSITAS MERCU BUANA PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN 2010
1
PERUMUSAN STRATEGI COST EFFECTIVENESS MELALUI PENERAPAN KONSEP BISNIS TOYOTA PRODUCTION SYSTEM ( TPS )
( STUDI KASUS PT IRC INOAC INDONESIA )
KARYA AKHIR DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
OLEH MAMAN SUPRIATMAN
55106120029 UNIVERSITAS MERCU BUANA
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
2010
2
ABSTRACT
Indonesian otomotive industry last five years has significantly growth and very prospective of business, due to big absorption of domestic market and export market through Free Trade zone, this condition also encourage to grow up more domestic spare part industry, and automatically has generate though competition.
Pricing strategy become critical competition beside quality and delivery and become a success barometers of company. To get high quality product with low price need effort and commitment from the whole organization in accordance to get better cost effectiveness.
Pricing concept of Toyota Production System ( TPS ) trusted has generate inspiration of spare part maker to develop continuous improvement activity consisting of layout, flow process, minimize stock, reducing cycle time, reject and waste. Inoac as a business partner of Toyota for supply interior and plastic fuction part has not state cost effectiveness as a strategic of competition, This research focus to arrange cost effectiveness strategy through Toyota Production System business concept. Four perspectives, finance, customer, internal process,learning and growth, is used as a framework for performance measurement company. In the four perspective of performance indicators applied to the next company that formulated several alternative strategies that aim to achive cost effectiveness.
3
ABSTRAK
Industri otomotif Indonesia baik roda dua maupun roda empat mengalami pertumbuhan yang pesat khususnya lima tahun terakhir ini, mengingat pasar domestik yang besar dan terbukanya potensi ekspor produk otomotif melalui kerja sama kawasan, hal ini juga turut mendorong tumbuhnya industri komponen sebagai suku cadang di dalam negeri, maka tidaklah heran saat ini tumbuh ratusan perusahaan industri suku cadang otomotif dan secara langsung juga menumbuhkan persaingan yang luar biasa.
Konsep harga dalam Toyota Production System ( TPS ) telah menginspirasi perusahaan industri komponen /suku cadang mitra Toyota untuk memperbaiki kinerja operasi melalui perbaikan berkesinambungan seperti berbaikan tata letak, aliran proses, meminimalisir stok, memperpendek proses dan menghilangkan pemborosan telah menjadi acuan dalam persaingan usaha.
PT IRC INOAC INDONESIA sebagai perusahaan rekanan Toyota untuk mensuply komponen/ suku cadang interior dan plastik belum mempunyai rumusan strategi bersaing yang berorientasi pada efektivitas cost. Karya Akhir ini fokus pada perumusan strategi cost effectiveness melalui penerapan konsep bisnis Toyota Production System (TPS ). Empat perspektif, keuangan,pelanggan,internal proses, pembelajaran dan pertumbuhan digunakan sebagai kerangka pengukuran kinerja perusahaan. Dalam keempat perspektif tersebut diterapkan indikator kinerja perusahaan yang selanjutnya dirumuskan beberapa alternatif strategi yang bertujuan untuk mencapai cost effectiveness.
4
PENGESAHAN KARYA AKHIR
Judul : Perumusan Strategi Cost Effectiveness Melalui
Penerapan Konsep Bisnis
Toyota Production System( TPS )
( Studi Kasus PT IRC INOAC INDONESIA)
Bentuk Karya Akhir : Perancangan Strategi
Nama : Maman Supriatman
NIM : 55106120029
Program : Pascasarjana Program Magister Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Produksi /Operasi
Tanggal : 17 April 2010
Mengesahkan
Ketua Program Studi Magister Manajemen
Ir. Har Adi Basri, M.Ec., Ph.D.
Pembimbing
Ir. Dana Santoso, M.Eng.Sc., Ph.D.
5
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sebenar-benarnya
bahwa semua pernyataan dalam karya akhir ini :
Judul : Perumusan Strategi Cost Effectiveness Melalui
Penerapan Konsep Bisnis Toyota Production System
( TPS ) Studi Kasus PT IRC INOAC INDONESIA.
Bentuk Karya Akhir : Perancangan Strategi
N a m a : Maman Supriatman
NIM : 55106120029
Program : Pascasarjana Program Magister Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Operasi
Merupakan hasil studi pustaka, penelitian lapangan, dan karya saya sendiri dengan
bimbingan Dosen Pembimbing yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua
Program Studi Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta.
Karya ilmiah ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua informasi, data, dan hasil
pengolahan yang digunakan, telah secara jelas sumbernya dan dapat diperiksa
kebenarannya.
Jakarta, 17 April 2010
Maman Supriatman
6
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah penguasa bumi dan segala isinya shalawat dan salam
semoga tercurah pada rasulullah SAW ,sahabat, keluarga dan para pengikutnya
sampai akhir zaman.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa, karena dalam
kesibukan bekerja, keluarga, dan mengajar akhirnya penulis dapat menyelesaikan
karya akhir sebagai salah satu syarat kelulusan program Magister Manajemen
Universitas Mercu Buana Jakarta .
Karya Akhir ini berupa rancangan strategi dengan tema Rumusan Strategi Cost
Effectiveness Melalui Penerapan Konsep Bisnis Toyota Production System ( TPS )
Studi Kasus PT IRC INOAC INDONESIA, tema ini diambil dengan harapan hasil
analisisnya dapat dijadikan acuan perusahaan tempat penulis mengabdi dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan, untuk menetapkan strategi bisnis perusahaan
dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat .
Dalam kesempatan ini pula penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah andil dalam penyusunan karya akhir ini baik
langsung maupun tidak langsung, diantaranya :
1. Bapak Ir. Dana Santoso, MEng.Sc.,Ph.D. yang telah dengan sabar memberi
arahan dan bimbingan selama penyususnan karya akhir ini. 7
2. Bapak Ir. Har Adi Basri, M.Ec.,Ph.D. Selaku Ketua Program Studi Magister
Manajemen yang banyak memberi masukan berharga.
3. Para Dosen Program Pascasarjana Program Magister Manajemen Universitas
Mercu Buana Jakarta yang banyak memberi inspirasi pada penulis.
4. Jajaran Manajemen Puncak PT IRC INOAC INDONESIA yang banyak
memberi keleluasaan penulis dalam pengumpulan data dan diskusi.
5. Jajaran Executive Coordinator Mr. Satoru Hayashi, Mr. Takaaki Hirao,
Mr. Yakuhiko Takagi yang banyak memberi dukungan.
6. Rekan-rekan para Plant Manager dan Manager PT IRC INOAC INDONESIA
7. Ibunda yang selalu memberikan dorongan agar penulis terus belajar dan
meraih jenjang pendidikan tinggi.
8. Istri tercinta Ani Nuraeni, serta anak-anak tersayang Syifa Rizqia, Syafira
Puspita Dewi, dan Sasqia Zahara Putri, atas peranserta, pengertian, kesabaran
dan dukungan semangatnya sampai akhirnya karya akhir ini dapat diselesaikan
sesuai rencana.
Akhir kata Karya Akhir ini memang masih jauh dari sempurna namun
harapan penulis semoga dapat bermanfaat untuk semua pihak dan dapat dijadikan
dasar penelitian berikutnya.
Tangerang, April 2010
Penulis
Maman Supriatman 8
DAFTAR ISI ABSTRACT.............................................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
PENGESAHAN.....................................................................................................iii
PERNYATAAN.....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah...................................................1
1.1.1 Determinasi tujuan perusahaan.............................5
1.1.2 Meraih keuntungan melalui efisiensi..................6
1.1.3 Industri Otomotif tantangan dan peluang.........8
1.1.4 Pertumbuhan pasar industri otomotif .............10
1.2. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah...................17
1.2.1 Identifikasi masalah...............................................17
1.2.2 Batasan Masalah....................................................19
1.3. Maksud Dan Tujuan......................................................20
1.3.1 Maksud....................................................................20
9
1.3.2 Tujuan....................................................................20
1.4. Manfaat Dan Kegunaan...............................................21
1.4.1 Manfaat..................................................................21
1.4.2 Kegunaan...............................................................22
1.5. Sistematika Penulisan....................................................23
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ........................................27
2.2. Lingkup Bidang Usaha..................................................28
2.2.1 Produk...................................................................29
2.3. Sumber Daya..................................................................32
2.3.1. Pemasaran............................................................33
2.3.2. Keuangan ( Financial )......................................34
2.3.3 Pemegang saham..................................................36
2.4. Tantangan Bisnis...........................................................36
2.4.1. Penguasaan peluang dan kompetisi ..................39
2.5. Proses Bisnis..................................................................41
BAB III KONSEP STRATEGI
3.1. Kondisi Ekonomi Indonesia........................................42
3.2. Konsep Manajemen Strategi.........................................44
3.3. Manajemen Strategi Di era Globalisasi....................48
3.4. Strategi Dan Persaingan Pasar..................................49
3.5. Model Manajemen Strategi.........................................50
10
3.5.1 Pengamatan lingkungan bisnis...........................51
3.5.1.1 Analisis eksternal...................................51
3.5.1.2 Analisis internal.......................................53
3.5.2 Perumusan Strategi..............................................56
3.5.2.1 Visi dan misi ............................................57
3.5.2.2 Tujuan perusahaan ( Goal )..................59
3.6. Tinjauan Tentang Sistem Perbaikan............................61
3.7. Tinjauan Konsep Toyota Production System (TPS)...62
3.7.1 TPS- jishuken......................................................73
3.7.2 Konsep dasar TPS.............................................74
3.7.3 Konsep biaya dalam TPS..................................75
3.7.3.1 Karakteristik industri otomotif..........75
3.7.3.2 Konsep biaya..........................................76
3.7.4 Implementasi TPS.............................................77
3.7.5 Tahapan dalam TPS kaizen............................78
3.8. Tinjauan Tentang Cost Effectiveness........................83
3.8.1 Ukuran kenerja efisiensi dan produktivitas....84
3.8.2 Ukuran kinerja cost effectiveness.....................85
3.8.3 Mengukur cost effectiveness suatu proses......86
3.8.4 Keunggulan pengukuran kinerja cost..............89
3.9. Manfaat Pengukuran Kinerja.....................................90
3.9.1 Aspek yang diukur dalam cost effectivenes......91 11
3.9.1.1 Kinerja perspektif keuangan..............91
3.9.1.2 Kinerja perspektif pelanggan..............92
3.9.1.3 Kinerja perspektif internal proses.....93
3.9.1.4 Kinerja perspektif pembelajaran.......94
3.10. Analisis Hubungan TPS dan Balance Scorecard......95
3.11. Kerangka Pemikiran......................................................96
BAB IV PENDEKATAN PERENCANAAN STRATEGI
4.1. Pengumpulan Informasi.............................................100
4.1.1 Tempat penelitian..............................................100
4.1.2 Jadwal penelitian...............................................100
4.1.3 Metode penelitian..............................................101
4.1.4 Metode pengumpulan informasi......................102
4.1.4.1 Jenis Informasi.....................................102
4.1.4.2 Sumber informasi.................................103
4.1.4.3 Teknik pengumpulan informasi.........104
4.1.5 Metode analisis informasi..................................105
4.2. Pendekatan Perencanaan Sttrategis.........................106
4.2.1 Identifikasi dan analisis stake holder...............106
4.2.2 Pendekatan analisis eksternal dan internal ...108
4.2.3 Proses ( alur ) perumusan strategi...................108
BAB V ANALISIS DATA COST EFFECTIVENESS
5.1. Kinerja Perspektif Keuangan...................................111 12
5.1.1 Indikator inventory cost....................................114
5.1.2 Indikator material turnover ( IMT )...............114
5.2. Kinerja Perspektif Pelanggan....................................115
5.2.1 Kepuasan pelanggan..........................................115
5.2.2 On time delivery.................................................116
5.3. Kinerja Perspektif Internal Proses............................117
5.3.1 Efisiensi proses...................................................117
5.3.2 Penyederhanaan proses.....................................120
5.4. Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Tumbuh.......122
5.4.1 Indikator produktivitas karyawan...................122
5.4.2 Indikator reject part..........................................123
5.4.3 Indikator reliability............................................124
5.4.4 Indikator retensi karyawan...............................125
BAB VI PERUMUSAN STRATEGI
6.1. Inventarisasi Dan Matrikulasi..................................126
6.2. Matrikulasi Strategi Berdasarkan Potensi..............129
6.3. Perumusan Strategi.....................................................130
6.3.1 Visi dan misi........................................................130
6.3.2 Tujuan.................................................................130
6.3.3 Strategi................................................................131
6.3.3.1 Strategi SO.............................................131
6.3.3.2 Strategi WO...........................................131 13
6.3.3.3 Strategi ST.............................................132
6.3.3.4 Strategi WT............................................133
6.3.3.5 Rencana tindakan strategi...................133 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1. Kesimpulan....................................................................136
7.2. Rekomendasi..................................................................138
7.3. Saran Pada Penelitian Berikutnya.............................138
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................140
LAMPIRAN........................................................................................................144
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................150
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Sistem Produksi………………………………….........4 Gambar 1.2 Cara Kualitas Meningkatkan Keuntungan……….….…....…...7
Gambar 2.1 Produk Interior PT IRC INOAC…….....…………...…….......30
Gambar 2.2 Penggunaan komponen interior dalam kendaraan……......…31
Gambar 2.3 Proses Bisnis.................................................................................41
Gambar 3.1 Porters 5 Forces Model…………………......…...……..…........47
Gambar 3.2 Process Manajemen Strategi……………………..……..…......50
Gambar 3.3 Variabel – variable Lingkungan……………..........…….……..53
Gambar 3.4 Analisis strategi dengan pendekatan sumber daya….............56
Gambar 3.5 Hubungan antara Visi, Tujuan Dengan Sasaran………..…....60
Gambar 3.6 The ‘4P’ Model of Toyota Way….…………………....……......65
Gambar 3.7 Perbandingan Produksi Sistem Tarik Dan Sistem Dorong…..67
Gambar 3.8 Just In Time Production…………….....……..…………..……..68
Gambar 3.9 Ilustrasi Konsep Jidoka Dalam Toyota Production System....70
Gambar 3.10 Implementasi Konsep Jidoka Dalam Alat Kerja……………...71
Gambar 3.11 Toyota House….....………………………………....………........75
Gambar 3.12 Metode Peningkatan Profit Pendekatan Filsofi Toyota….…...77
Gambar 3.13 Peran TPS Dalam Manufacturing……….………..…………...78
Gambar 3.14 Tahapan Implementasi TPS…………..……………...…....…...79
Gambar 3.15 Konsep Cost Effectiveness Dalam Komponen Kegiatan..........86
15
Gambar 3.16 Unsur Waktu Yang Membentuk Throughput Time…………87
Gambar 3.17 Strategi Untuk Menurunkan Process Time…………………..88
Gambar 3.18 Ukuran Kinerja Dari Perspektif Keuangan……………….…92
Gambar 3.19 Hubungan TPS dan Balance Scorecard Sebagai Dasar Cost.96
Gambar 3.20 Langkah Perumusan Strategi Cost Effectiveness...................97
Gambar 3.21 Alur Pemikiran Strategi Cost Effectiveness.............................99
Gambar 6.1 Langkah – Langkah Dalam Analisis SWOT..........................126
Gambar 6.2 Pengelompokan Strategi Berdasarkan Perspektif.................134
Gambar 6.3 Mapping Strategi dan Keterkaitan Antar Strategi...............135
Gambar 7.1 Flow Chart Produksi Sebelum Dan Sesudah TPS..................137 16
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan pasar Industri otomotif di Asia Tenggara……...9
Tabel 1.2 Pertumbuhan pasar otomotif di pasar global………...……….13
Tabel 1.3 Proyeksi pasar Itomotif Indonesia sampai tahun 2012............14
Tabel 1.4 Kondisi pasar Otomotif Indonesia berdasarkan merek..........15
Tabel 2.1 Laporan Penjualan Inoac empat tahun terakhir……….........33
Tabel 2.2 Grafik penjualan berdasakan kategori produk…………...….34
Tabel 2.3 Grafik penjualan PT IRC Inoac Indonesia tahun 2005-2009..35
Tabel 2.4 Grafik penjualan berdasarkan wilayah………..............……..37
Tabel 2.5 Market share produk komponen Rubber………….......…...…38
Tabel 2.6 Grafik Market Produk interior PU…………………..………..39
Tabel 2.7 Grafik Market Share komponen sepeda motor……….….........40
Tabel 3.1 GDP Indonesia sampai tahun 2009……………………………43
Tabel 3.2 Grafik pertumbuhan ekonomi dan investasi Indonesia….......44
Tabel 4.1 Jadwal kegiatan Penelitian……………………….……….…..101
Tabel 4.2 Teknik Pengumpulan Informasi...…………………….….......105
Tabel 4.3 Tabel Board Of director Continum...……….……………......107
Tabel 4.4 Tabel Metode Pengukuran Karya Akhir.................................109
Tabel 5.1 Laporan performance Report ( Summary Report )…………112
Tabel 5.2 Process Capability Six Sigma………………………....………116 17
Tabel 5.3 Grafik penjualan otomotif empat roda 2009………………...118
Tabel 6.1 Analisis SWOT Inoac………………………………….............127
Tabel 6.2 Matrikulasi Strategi Berdasarkan Potensi Inoac.....................129
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Executive Summary....................................................................146
Lampiran 2 Customer Survey..........................................................................147
Lampiran 3 Kondisi Proses sebelum TPS dan Setelah Aktivitas TPS........151
19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Globalisasi ekonomi yang pertama kali didengungkan oleh Negara - Negara
maju merupakan liberalisasi perdagangan antar negara yang sangat sulit untuk di
bendung, dan saat ini telah merambah ke berbagai sektor baik industri manufaktur
maupun sektor jasa, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah
mendorong dan makin menguatnya efek globalisasi, hal ini telah banyak merubah
pasar-pasar, dan memaksa para pelaku bisnis untuk berusaha meningkatkan
performa bisnisnya untuk memenangkan persaingan usaha yang hiperkompetitif.
Bila kita melihat sejarah sebenarnya pemerintah Indonesia telah dapat
menangkap gejala globalisasi ini jauh sebelum era 2000 ini, terbukti dengan
terbitnya TAP MPR No XXII / MPRS / 1966 yang berisikan : usaha menuju
perbaikan ekonomi adalah penilaian kembali dari semua landasan kebijakan
ekonomi,keuangan dan pembangunan dengan maksud untuk memperoleh
keseimbangan yang tepat antara upaya yang diusahakan dan tujuan yang akan
dicapai , hal ini juga tercermin dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis
- Garis Besar Haluan Negara ( GBHN ) dengan petunjuk pelaksanaan melalui
20
Undang - undang No.25 tahun 2000 yaitu program pembangunan Nasional
( Propenas ).
Sektor ekonomi di Indonesia mendapatkan porsi yang besar, diberikan
keleluasaan yang begitu besar, maka tidak heran kalau sektor ini berkembang
begitu pesat, peran swasta menempati posisi jauh lebih besar dibanding peran
pemerintah, hal ini telah memicu pertumbuhan yang luar biasa sejak 20 tahun
terakhir.
Tahun 2000 merupakan tahun Millenium kedua, perekonomian dunia
semakin gencar tidak ketinggalan juga di negeri ini, era ini menandai dimulainya
perdagangan bebas antar negara yang akrab disebut Globalisasi yaitu era makin
menipisnya batas antar negara karena perkembangan / kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, ditinjau dari sisi konsumen era ini menguntungkn
karena konsumen mempunyai keluasan untuk memilih produk yang diinginkan.
Keleluasaan konsumen untuk memilih produk yang diinginkan disesuaikan
dengan harga atau budget yang tersedia namun bagi produsen itu menjadi
tantangan karena era ini menjadi media persaingan dalam ekonomi, factor kualitas
dan kinerja efisiensi menjadi keharusan untuk dimiliki agar keluar sebagai
pemenang dalam persaingan yang hiperkompetitif.
Produk yang berkualitas baik dengan harga relatif rendah bukan hanya
menjadi cermin keberhasilan perusahaan dalam memenuhi harapan konsumen dan
pada akhirnya akan membawa citra positif bagi perusahaan itu sendiri, namun
untuk menuju kearah ini tidaklah mudah diperlukan seperangkat alat dan sistem 21
yang memadai, serta diperlukan komitmen yang tinggi dari seluruh tingkatan
organisasi mulai dari manajemen puncak sampai level operasional.
William Edward Deming seorang guru Manajemen Kualitas dari Amerika
Serikat menyampaikan pendapatnya dalam suatu konferensi para manajemen
puncak perusahaan Jepang tahun 1950, bahwa suatu industri harus dipandang
sebagai suatu sistem seperti digambarkan dalam diagram pada Gambar 1.1 ,
industri membutuhkan sistem perbaikan berkesinambungan yang tidak pernah
berhenti, yang meliputi orang, peralatan, pemasok, bahan baku, dan prosedur.
Dasar filosofi ini adalah bahwa setiap aspek operasi dapat diperbaiki, dan tujuan
akhirnya adalah kesempurnaan, yang tidak akan pernah dicapai, tetapi selalu
dicari.
Maka Edward Deming dalam menerapkan TQM menggunakan pendekatan
yang disebut 14 poin Deming, dan dikembangkan menjadi enam konsep program
TQM yang efektif meliputi : (1) perbaikan terus-menerus, (2) pemberdayaan
karyawan, (3) benchmarking, (4) just in time ( JIT ), (5) konsep Taguchi dan (6)
pengetahuan alat TQM menurut Heizer dan Render ( 2005 : 257 ). Dan sistem
produksi merupakan sisklus dari beberapa aktivitas proses yang secara umum
saling berkaitan dalam hal ini Gaspersz ( 1998 : 2 ) menggambarkan sistem
produksi dalam Diagram Sistem Produksi.
22
Pemasok material dan peralatan
A
Gambar 1.1 Diagram Sistem Produksi
Desain dan desain ulang
Penerimaan dan Produksi pengujian peralatan
Riset Pasar
Konsumen
B C
material
Pengujian proses,mesin
inspeksi Distribusi
D Sumber : Gaspersz ( 1998 : 2 )
Metode, Biaya dll
Dalam tahap selanjutnya Deming mengembangkan konsep tersebut menjadi
konsep sistem industri yang terkenal dengan istilah Roda Deming
( Deming Wheel ).
23
Dalam industri moderen, proses industri harus dipandang sebagai suatu
sistem perbaikan berkesinambungan ( Continuous Improvement ) yang bertujuan
untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan biaya yang kompetitif,
melalui efisiensi dan efektivitas sistem produksi, hal ini dilakukan mulai dari
sederet siklus sejak dari ide –ide untuk menghasilkan suatu produk,
pengembangan produk, proses produksi sampai distribusi kepada konsumen
serta umpan balik dari pasar ( pelanggan ) dengan tujuan utama menghasilkan
produk yang dapat di terima pasar melalui proses yang efisien.
Kondisi ekonomi saat ini telah menuntut kegiatan produksi / operasi harus
memperhatikan prinsif efisiensi dan memenuhi keinginan konsumen sebagai
pemakai produk sehingga manajemen operasi berfungsi tidak saja sebagai alat
untuk mengendalikan urusan input – output sebagai hubungan yang dinamis,
tetapi merupakan keseluruhan sistem yang berlandaskan pada konsep pendekatan
sistem yang terintegrasi secara dinamis.
1.1.1 Determinasi tujuan perusahaan
Secara umum perusahaan didirikan dengan berbagai tujuan pokok yaitu
memperoleh laba, meningkatkan harga saham dan meninggikan volume
penjualan, melalui penciptaan konsumen ( Creating the Customer ) dan
berkelanjutan, untuk mencapai semua ini memang tidak mudah terlebih lagi dalam
iklim ekonomi seperti sekarang ini, dimana persaingan usaha yang semakin ketat
dengan celah pasar yang semakin sempit.
24
Dengan kata lain, perusahaan akan mampu merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan, ketika kekuatan perusahaan melebihi kelemahan yang dimiliki, dengan
demikian perusahaan akan mampu mengeksploitasi peluang bisnis yang ada dan
mengelimanasi ancaman bisnis yang ada disekitarnya.
1.1.2 Meraih keuntungan melalui efisiensi dan kualitas
Persaingan dalam ekonomi saat ini semakin ketat, sejalan dengan sistem
perekonomian dunia yang mengarah pada pernyataan ekonomi antar kawasan
yang disebut ekonomi global, hal ini sekaligus juga membuka peluang untuk
menambah pasar baru, untuk produk yang bersifat umum, seperti industri
otomotif, suku cadang, elektronika dan lain-lain.
Peningkatan efisiensi proses produksi dan kualitas produk membantu
perusahaan meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya, serta akan
meningkatkan keuntungan perusahaan, dari berbagai kasus ditunjukan,
peningkatan volume penjualan sering terjadi saat perusahaan mempercepat
respon, merendahkan harga jual sebagai hasil dari skala ekonomis dan efisiensi,
dan memperbaiki reputasi mereka akan produk berkualitas, artinya dengan
memperbaiki efisiensi proses dan kualitas akan mengakibatkan penurunan biaya,
karena efek dari perbaikan akan berakibat pada peningkatan produktivitas,
menurunkan pengerjaan ulang ( rework ) mengurangi sampah ( scrap ), dan biaya
garansi ( warranty cost ) menurut Santoso ( 2008 ).
25
Kondisi di atas sejalan dengan pemikiran penulis buku dari Amerika
Serikat dan menjadi buku rujukan untuk program MBA dan MM di sejumlah
Perguruan Tinggi seluruh dunia termasuk Indonesia yaitu Jay Heizer dalam buku
yang berjudul Operation Management " Peningkatan kualitas dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan hal ini muncul karena dengan peningkatan kualitas dan
perbaikan efisiensi secara langsung akan berefek pada penurunan biaya,
peningkatan produktivitas, pengurangan biaya dan perbaikan reputasi perusahaan
di mata pelanggan, seperti digambarkan dalam diagram pada Gambar 1.2 .
Perbaikan yang berkesinambungan dalam bahasa Jepang disebut Kaizen
menjelaskan proses dari suatu perbaikan yang tidak pernah berhenti, penerapan
dan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.
Gambar 1.2 Cara Kualitas Meningkatkan Keuntungan
Keuntungan Penjualan
Perbaikan respons Harga yg lebih rendah Perbaikan reputasi
Peningkatan Efisiensi dan kualitas
Penurunan biaya
Peningkatan produktivitas Pengurangan rework/srap Pengurangan biaya garansi
Peningkatan Keuntungan
Sumber : Heizer dan Render ( 2005 : 253 )
26
Aktifitas perbaikan tersebut harus dilakukan secara terus menerus dan
bersifat berkesinambungan agar didapat skala produksi yang efektif dan
ekonomis, dengan demikian peran seluruh bagian dalam suatu perusahaan begitu
penting.
1.1.3. Industri otomotif tantangan dan peluang
Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 220 juta jiwa merupakan
pasar potensial untuk berbagai macam produk tidak terkecuali produk otomotif
dan Indonesia merupakan lahan investasi yang sangat potensial mengingat jumlah
penduduk yang besar dan juga wilayah yang luas hal ini terbukti dengan
ditetapkan Indonesia sebagai basis produksi industri otomotif dengan kategori
Original ( Original Equipment Manufacturers / OEM ) pabrikan otomotif ternama
baik roda empat maupun roda dua.
Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( TMMIN ) merupakan produsen
mobil Innovation of International Multipurpose Vehicle ( IMV ) kategori 4 dan
5 yaitu Kijang Innova dan Fortuner, Astra Daihatsu Motor ( ADM ) sebagai
produsen utama mobil Daihatsu melalui Xenia / Avanza , Gran Max dan Rush /
Terios, Suzuki Indomobil Motors ( SIM ) yang memproduksi Suzuki APV, Grand
Vitara,dan SX4 untuk kendaraan empat roda dan dua roda, serta dua industri
kendaraan dua roda terbesar di Indonesia yaitu Astra Honda Motor ( AHM )
produsen sepeda motor merek Honda, Yamaha Motor Manufacturing Indonesia
( YMMI ) Produsen sepeda motor merek Yamaha, Kawasaki Motor Indonesia
27
produsen sepera motor Kawasaki dan Kanzen Indonesia produsen sepeda motor
Kanzen dan lain-lain.
Potensi pengembangan industri otomotif di Indonesia khusunya mobil
sangat besar mengingat industri otomotif di Indonesia secara volume masih kecil
yaitu hanya 433.341 unit di tahan 2007, jumlah itu hanya menempatkan Indonesia
pada urutan ketiga produsen otomotif di kawasan Asia Tenggara dengan total
penjualan dalam kawasan di tahun 2007 sebesar 1.872.317 unit dan penjualan
terbesar masih ditempati Thailand dengan 631.251 unit seperti yang dirilis oleh
Gaikindo yaitu Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia akhir tahun
2008 lalu di Jakarta.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Pasar Industri Otomotif di Asia Tenggara ASEAN AUTOMOTIVE MARKET
2000 - 2007 2.500.000
4
2.000.000
▲7.7% ▲15.2% ▲13.0% ▲21.4% ▲11.6% ▼13.7%
2.052
▲5.8%
1.500.000
1.000.000
500.000
-
1.080
2000
1.163
2001
1.340
2002
1.514
2003
1.838
2004
2005
1.770
2006
1.872
2007
THAILAND 262.189 297.052 409.242 533.176 626.026 703.432 682.161 631.251 MALAYSIA 343.173 396.381 434.954 405.101 487.605 552.316 490.768 487.176 INDONESIA 300.965 299.599 317.748 354.629 483.148 533.917 318.904 433.341 SINGAPORE 76.121 74.277 65.612 86.212 113.157 130.237 137.564 122.254 PHILIPPINES 83.949 76.670 85.587 92.336 88.075 97.063 99.541 117.903 VIETNAM TOTAL
Source : AAF
13.954 19.554 26.873 42.557 40.141 35.266 41.113 80.392 1.080.351 1.163.533 1.340.016 1.514.011 1.838.152 2.052.231 1.770.051 1.872.317
BTR/BPS/BDW-GAIKINDO
Sum
ber :
Gaik
indo
(
2
0
0
8
)
G
I
K
B
I
T A
I
A
I abun gan nd us t r i end ar aan er mot o r n do n es ia/ h e ss o c iat i on o f n do n es ian ut o mot iv e nd us t r ies
28
(X
1 00 0
U N
I
T
)
1.1.4. Pertumbuhan pasar industri otomotif empat roda di
Indonesia
Pertumbuhan pasar untuk produk Kendaraan Bermotor Roda Empat di
Indonesia sejak tahun 1976 secara umum menunjukan pertumbuhan yang terus
meningkat meskipun juga dilanda krisis moneter yang sangat dahsyat ditahun
1998 lalu, bila kita cermati data pertumbuhan pasar kendaraan bermotor roda
empat ( 4W ) yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
data Gaikindo ( 2008 ) lalu tampak jelas bahwa pasca krisis moneter tahun 1998,
tepatnya sejak tahun 2000 sampai 2008 pertumbuhan pasar otomotif roda empat
nasional tumbuh sekitar 17 % , hal ini telah menempatkan Indonesia menjadi
pasar kendaraan bermotor roda empat terbesar ketiga di Asia Tenggara dengan
total 433.341 unit ditahun 2007 setelah Thailand dan Malaysia serta urutan ke 12
dunia.
Total penjualan otomotif roda empat di seluruh dunia di tahun 2007
tercatat sebesar 64.902.313 unit, market terbesar berada di kawasan Amerika
Utara dengan total penjualan 22.809.204 unit atau setara 35,1 % sementara posisi
Indonesia dengan penjualan sebesar 433.341 unit setara dengan 0,7 %, dan
sebagian besar penjualan kendaraan roda empat Indonesia didomonasi oleh
produsen dari negara Jepang.
Pertumbuhan pasar sektor otomotif roda empat nasional di tahun 2008
diperkirakan mencapai 630.000 unit atau tumbuh sekitar 45,4 %. Hal ini juga
menumbuhkan minat investor sektor otomotif untuk menanamkan saham di
29
Indonesia bahkan beberapa prinsipal industri otomotif terkenal menetapkan
Indonesia sebagai basis industri mereka sebut saja Toyota dengan Kijang Innova
dan Fortuner, Daihatsu dengan Avanza /Xenia, Rush/ Terios serta Gran Max serta
Suzuki dengan APV . Namun krisis keuangan global yang melanda sebagian
negara di dunia juga dirasakan dampaknya di Indonesia, terlebih sektor otomotif
krisis tersebut berdampak sangat besar karena pertumbuhan industri ini menurun
tajam dibandingkan tahun 2008, dan tahun 2009 dipredikasi pasar otomotif
Indonesia sekitar 450.000 unit ( Gaikindo : 2008).
Pasar Otomotif Indonesia masih didominasi oleh merek-merek terkenal
Jepang seperti Toyota, Mitsubishi, Suzuki, Daihatsu, Honda, Nissan, Isuzu, dan
Hino, sementara pabrikan mobil Amerika Serikat Ford berada di posisi 9 dan
KIA pabrikan Korea Selatan di posisi 10.
Toyota sebagai pabrikan otomotif terbesar di dunia sejak tahun 2007 telah
menempatkan Toyota Motor Corporation menjadi produsen otomotif paling
efisien dan menjadi perusahaan meraih keuntungan terbesar, bahkan saat terjadi
krisis sekalipun, Toyota merupakan perusahaan yang mengalami kerugian
terkecil dibanding produsen yang lainnya seperti The Big Three yaitu General
Motors, Ford Motors dan Crysler yang menjadi imperium otomotif dua dasa
warsa terakhir.
Pertumbuhan pasar otomotif Indonesia tumbuh rata-rata 15 % sampai tahun
2002 telah membuat manajemen Toyota untuk memperkuat posisinya di
Indonesia dengan peningkatan Brand Image melalui produk yang inovatif dan 30
efisien, hal ini dilakukan dengan cara membina dan melatih para supplier untuk
menghasilkan produk bermutu dengan biaya yang efisien melalui program
pengembangan TPS untuk supplier yang disebut “Jishuken Activity” yaitu
implementasi dari konsep manajemen jangka panjang Toyota yang terkenal
dengan Toyota Production System yang diperkenalkan secara luas melalui
“Toyota Way”. Efektivitas sistem produksi Toyota telah terbukti dan banyak
dikembangkan bukan saja di negeri asalnya Jepang tetapi juga di negara-negara
lain seperti Amerika, Eropa, Asia dan Australia. Penggunaan konsep Just In Time
( JIT ) yaitu salah satu bagian dari Toyota Production System ( TPS ) yang
diperkenalkan Toyota telah dipakai secara luas di Amerika Serikat baik dalam
industri manufaktur maupun industri jasa seperti perusahaan sepeda Green Gear
yang menerapkan JIT untuk meraih keunggulan bersaing menurut Heizer dan
Render ( 2005 : 256 ).
Kondisi pasar otomotif ini telah menginspirasi para pelaku industri otomotif
di seluruh dunia untuk memasuki pasar Indonesia, berbagai strategi bisnispun
dipasang untuk menarik minat konsumen dalam negeri. Kondisi ini pun turut
memicu pertumbuhan industri suku cadang otomotif dan tidak pelak lagi akan
memicu persaingan diantara sesama pemasok suku cadang, sehingga diperlukan
rumusan strategi untuk memenangkan persaingan yang mengarah pada
peningkatan profitabilitas, peningkatan volume penjualan perusahaan agar
perusahaan terus berkembang.
31
Ditinjau dari sisi global, volume penjualan otomotif Indonesia masih berada
di urutan 12 dunia dengan kontribusi 0,7 % dari total pasar dunia sebesar
64.902.313 unit ,seperti diperlihatkan dalam Tabel 1.2
Tabel 1.2 Pertumbuhan Pasar Otomotif di Pasar Global.
GLOBAL AUTOMOTIVE MARKET 2003 - 2007
2
NO. COUNTRY
2003
2004
2005
2006
2007
Units M/S Units M/S Units M/S Units M/S Units M/S 1 NORTH AMERICA 19,591,652 34.8% 19,983,999 33.7% 20,233,472 33.2% 19,893,670 31.8% 19,289,646 29.7%
2 SOUTH AMERICA 1,647,824 2.9% 2,025,096 3.4% 2,345,368 3.8% 2,742,335 4.4% 3,519,558 5.4%
3 WEST EUROPE 16,320,043 29.0% 16,810,816 28.4% 16,852,692 27.6% 17,089,945 27.3% 17,238,612 26.6%
4 EAST EUROPE 2,704,890 4.8% 3,146,164 5.3% 3,141,981 5.2% 3,229,329 5.2% 3,531,718 5.4%
5 6 7 8 9 10 11
JAPAN
KOREA
CHINA
INDIA
TAIWAN
THAILAND
MALAYSIA
5,828,178 10.3% 5,853,382 9.9% 5,852,067 9.6% 5,739,506 9.2% 5,352,931 8.2%
1,337,793 2.4% 1,117,976 1.9% 1,173,403 1.9% 1,164,254 1.9% 1,219,335 1.9%
4,525,439 8.0% 5,151,618 8.7% 5,724,569 9.4% 7,183,558 11.5% 8,784,791 13.5%
1,076,525 1.9% 1,344,371 2.3% 1,439,613 2.4% 1,754,372 2.8% 1,988,996 3.1%
413,762 0.7% 484,282 0.8% 514,627 0.8% 311,214 0.5% 274,368 0.4%
533,176 0.9% 626,026 1.1% 703,432 1.2% 682,161 1.1% 631,251 1.0%
405,101 0.7% 487,605 0.8% 552,316 0.9% 490,768 0.8% 487,176 0.8%
12 INDONESIA
13 SINGAPORE
14 PHILIPPINES
354,629 0.6% 483,148 0.8% 533,917 0.9% 318,904 0.5% 433,341 0.7%
86,212 0.2% 113,157 0.2% 130,237 0.2% 137,564 0.2% 122,254 0.2%
92,336 0.2% 88,075 0.1% 97,063 0.2% 99,541 0.2% 117,903 0.2%
15 VIETNAM 42,557 0.1% 40,141 0.1% 35,266 0.1% 41,113 0.1% 80,392 0.1%
17 AUSTRALIA
18 NEW ZEALAND
19 SOUTH AFRICA
TOTAL
Source : FOURIN
909,811 1.6% 955,229 1.6% 986,818 1.6% 962,666 1.5% 1,049,982 1.6%
91,521 0.2% 98,104 0.2% 102,547 0.2% 99,460 0.2% 102,449 0.2%
368,549 0.7% 449,603 0.8% 565,147 0.9% 646,987 1.0% 677,610 1.0%
56,329,998 100% 59,258,792 100% 60,984,535 100% 62,587,347 100% 64,902,313 100%
BTR/BPS/BDW-GAIKINDO
Sumber : Gaikindo ( 2008 )
G I K
B
I
T A
I
A
I
abun gan nd us t r i end ar aan er mot o r n do n es ia/ h e ss o c iat ion o f n do n es ian ut o mot iv e nd us t r ies
Penjualan otomotif roda empat ( mobil ) tahun 2008 di pasar otomotif Indonesia mencapai 630.000 unit. Masih menurut prediksi dan data Gaikindo
bahwa penjualan otomotif Indonesia terus mengalami kenaikan secara simultan
akan mendekati angka 1000.000 unit ditahun 2012 nanti, meskipun ditahun 2009
32
mengalami koreksi cukup tajam karena efek krisis ekonomi global negara-negara
maju.
Tabel 1.3 Proyeksi Pasar Otomotif Indonesia Sampai Tahun 2012 6
GRAPH OF DOMESTIC MARKET & FORECAST DATA 1997 - 2010
(X 1000 unit)
1000
900 800 700
740
820
740
940
820
740
Optimis Normal Pesimis
600 500
534
540
520
620 620 580
620
400 300 200 100
0
387 58
301 94
300
318
354
483 433 319
480 520 540
'97 '98 '99 '00 '01 '02 '03 '04 '05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12
2008-2012 : FORECAST DATA
Sumber : Gaikindo 2008.
BTR/BPS/BDW-GAIKINDO
.
G I K B I T A I A I abun gan nd us t r i end ar aan er mot o r n do n es ia/ h e ss o c iat ion o f n do n es ian ut o mot iv e nd us t r ies
Penjualan otomotif Indonesia memang masih didominasi oleh produsen
terkenal dan sudah cukup lama ada khususnya pabrikan Jepang, sehingga
pendatang baru yang brand imagenya masih rendah akan sulit masuk pasaran
Indonesia, hal ini bisa dimaklumi karena untuk membangun brand diperlukan
waktu cukup lama dan harus konsisten. Kontribusi penjualan otomotif domestik
selama 7 tahun terakhir ditunjukan dalam Tabel 1.4.
33
Tabel 1.4 Kondisi Pasar Otomotif Indonesia Berdasarkan Merek DOMESTIC AUTOMOTIVE MARKET & EXPORT IMPORT
BY BRAND 2001 - 2007
YEAR
8
NO. BRAND 1 TOYOTA
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 80,069 84,297 100,860 141,940 182,765 123,703 150,631 2 MITSUBISHI 66,105 75,390 77,104 89,590 89,158 47,023 61,547 3 SUZUKI 53,187 63,515 70,154 82,242 87,274 44,760 58,095
4 DAIHATSU 20,592 20,288 21,698 47,621 48,762 33,021 51,957 5 HONDA 11,510 13,113 21,650 46,500 53,750 30,000 40,000 6 NISSAN 2,863 3,559 6,720 12,201 10,551 4,006 19,030 7 8 9 10
ISUZU HINO FORD K I A
31,301 26,335 19,779 23,452 25,010 16,605 18,270 3,035 3,436 4,366 6,401 6,145 4,193 8,224
54 1,587 4,046 6,097 5,727 3,515 6,405 6,534 5,504 5,217 6,211 8,668 3,852 4,039
11 HYUNDAI 8,855 8,252 9,097 7,745 6,391 3,003 4,020 12 NISSAN DIESEL 1,207 1,100 1,306 1,692 1,867 1,380 2,115 13 MERCEDES BENZ 3,120 2,874 2,726 2,513 2,443 914 2,022 14 PROTON - - - 305 1,584 15 CHEVROLET 2,384 2,602 4,004 4,378 2,085 825 1,396 16 MAZDA 243 249 550 365 652 203 1,336 17 B M W 2,893 1,996 2,041 2,053 1,257 600 1,000 18 CHERY - - - 269 759 19 TIMOR 20 VOLKSWAGEN
2,045 395 306 276 239 170 242 111 194 234 96 228 150 208
21 AUDI 215 198 157 159 120 90 110 22 PEUGEOT 23 LAND ROVER 24 VOLVO
2,205 1,690 1,513 821 486 118 85 29 56 94 110 85 54 77
131 289 346 337 143 69 60 25 LEXUS - - - 46 26 SUBARU - - - 24 38 27 JAGUAR 110 159 203 133 61 27 32 28 RENAULT 45 202 209 139 49 19 8 29 SSANGYONG 29 154 126 76 1 6 5 30 DAEWOO 31 PERKASA
606 182 86 121 132 37
- - - - - - - - DOMESTIC SALES
Sumber : Gaikindo 2008.
299,599 317,748 354,629 483,148 533,917 318,904 433,341 ©GAIKINDO BTR/BPS/BDW-GAIKINDO
G
I
K
B
I
T A
I
A
I
abun gan nd us t r i end ar aan er mot o r n do n es ia/ h e ss o c iat ion o f n do n es ian ut o mot iv e nd us t r ies
Industri otomotif telah membuka kesempatan untuk tumbuhnya perusahaan pemasok suku cadang, hal ini bisa di maklumi bahwa satu unit
kendaraan terdiri dari ratusan jenis suku cadang yang tergolong dalam kategori 1
( tier 1 ) dan juga ratusan supplier kategori 2 dan 3, yang telah menyerap ratusan
bahkan puluhan ribu tenaga kerja Indonesia, bahkan menurut para pakar ekonomi
saat di belahan dunia mengalami krisis ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi
yang stagnan, justru ekonomi Indonesia masih menunjukan potensi pertumbuhan
( Growth ) sekitar 4% di tahun 2009 dan perkiran di tahun 2010 mencapai 5%
34
tergolong lebih baik dibanding negara - negara maju seperti Amerika Serikat,
Eropa dan Jepang yang menunjukan pertumbuhan minus atau di bawah nol.
Kondisi ini telah memacu pertumbuhan investasi yang terus meningkat
menurut Basri ( 2008 ) dalam materi Seminar Ekonomi Indonesia pasca kenaikan
harga bahan bakar minyak di hadapan para pelaku ekonomi yang tergabung dalam
Toyota Manufacturers Club ( TMC ) di Jakarta.
Memasuki Industri otomotif memang tidaklah mudah, karena industri ini
merupakan industri yang memerlukan tingkat keamanan ( safety ) dan
kenyamanan ( Comfortable ) yang tinggi sehingga diperlukan serangkaian
sistem dan pengawasan yang sangat ketat dan konsisten yang berlaku secara
umum serta berkesinambungan , hal ini juga telah memacu persaingan yang
sangat ketat yang datang bukan hanya dari produsen dalam negeri saja tetapi juga
dari luar negeri, sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat diterima baik oleh
pemasok ( supplier ) maupun oleh pelanggan ( Customer ) maka di kenallah
sistem manajemen mutu ISO/TS 16949 yaitu suatu sistem Manajemen Mutu yang
diperkenalkan oleh Badan Internasional “The International Organization for
Standardization ( ISO )”, dan direkomendasikan oleh Badan dunia yang bergerak
dalam Industri otomotif.
PT IRC Inoac Indonesia merupakan supplier utama Toyota untuk
produk interior, plastik dan rubber goods ikut terlibat dalam aktifitas TPS namun
tidak menjadikan sistem ini sebagai strategi bersaing dalam industrinya sehingga
terkesan hanya bersifat seremonial saja, dengan melihat efek positif TPS terhadap 35
peningkatan kinerja perusahaan, kiranya perlu mengadopsi konsep TPS sebagai
strategi bisnis ke depan khususnya yang berkenaan dengan efektivitas cost.
Pada beberapa Line produksi PT IRC Inoac Indonesia sebenarnya telah
diterapkan konsep TPS meskipun secara sederhana melalui Inoac Total
Production System yaitu sistem yang mengadopsi prinsif dasar TPS, namun
penerapannya masih bersifat parsial di beberapa line tertentu saja, dan tidak
menyeluruh, masih banyak instruksi kerja yang menggunakan jadwal produksi,
sehingga masih ditemukan stok-stok produk di areal produksi dan gudang, hal ini
akan menjadi hambatan dan juga akan menjadi beban biaya produksi.
Fenomena seperti itu sangat bertentangan dengan konsep bisnis TPS
terlebih lagi kalau ditinjau dari segi konsep biaya menurut Toyota, dimana Toyota
memandang bahwa untuk menaikkan profit haruslah mengurangi beban biaya.
1.2. Identifikasi Dan Batasan Masalah
1.2.1 Identifikasi masalah
Penerapan konsep Global Sourcing oleh hampir seluruh produsen otomotif
dunia sebagai bentuk ril dari internasionalisasi perdagangan termasuk juga
industri pemasok suku cadang, telah menciptakan persaingan yang sangat ketat
bukan saja di dalam negeri tapi juga lintas negara, untuk menyikapi kondisi ini
diperlukan suatu rumusan strategi bersaing yang adaptif bagi perusahan yang
bersangkutan yang mengarah pada efisiensi penggunaan sumber daya, namun
tidak melepaskan tanggung jawabyanya untuk menghasilkan produk berkualitas
36
tinggi namun dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing sehingga
didapat harga yang konpetitif di pasaran.
Pelaksaaan aktivitas perbaikan berkesinambungan sesuai persyaratan
ISO/TS 16949 : 2002 di PT IRC Inoac Indonesia dilakukan dengan berbagai cara
yang fokus pada kepentingan internal perusahaan sehingga tidak bersifat strategik,
sementara rumusan strategi yang perbaikan kinerja yang mengarah pada
peningkatan efisiensi dan produktivitas serta cost effectiveness yang bermanfaat
bagi produsen juga customer belum ditetapkan. Perumusan strategi cost
effectiveness melalui penerapan konsep bisnis Toyota Production System ( TPS )
ini ditujukan untuk melakukan perbaikan berkesinambungan ( Continuous
Improvement ) melalui penerapan konsep applikatif Toyota Production System
guna meningkatkan efisiensi proses produksi, peningkatan produktivitas, menekan
reject ratio dan penyederhanaan proses produksi melalui shortening lead time,
fokus pada persyaratan dan kepuasan pelanggan, yang juga ditinjau dari
Kesesuaiannya terhadap persyaratan formal sistem manajemen mutu ISO/ TS
16949 : 2002 yaitu persyaratan sistem manajemen Mutu untuk industri otomotif. “
Top Management shall review the product realization process and the support
processes to ensure their effectiveness and efficiency ( Technical Specification,
Klausul 5.1.1 : 6 ). Oleh karena itu penelitian ini merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan oleh perusahaan
yang akan menerapkan TPS dalam proses produksi. 37
Bagaimana pengaruh Perbaikan berkesinambungan melalui TPS
terhadap efisiensi proses produksi dan cost effectiness untuk
kepentingan internal dan customer.
Seberapa besar efek penerapan TPS terhadap cost effectiveness
Bagaimana perusahaan mengidentifikasi dan menerapkan
persyaratan perbaikan berkesinambungan dari ISO/TS 16949 :
2002, ditinjau dari perspektif cost effectiveness pada proses
produksi.
1.2.2. Batasan masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan yang ada sehingga diperlukan
pembatasan masalah yang akan dibahas dalam penulisan Karya Akhir ini, kalau
kita memperhatikan diagram elemen dasar dari proses manajemen strategis yang
ditulis Hunger and Wheelen ( 2003 : 15 ), bahwa dalam strategi manajemen
terdiri dari :
1. Pengamatan Lingkungan Bisnis
2. Perumusan strategi
3. Implementasi strategi dan
4. Evaluasi dan Pengendalian strategi.
Dalam penulisan Karya Akhir ini penulis membatasi pembahasan pada sisi
pengamatan lingkungan bisnis, perumusan strategi dan evaluasi hasil penerapan
strategi sebagai bahan rekomendasi. 38
Maksud dan tujuan dari penelitian karya akhir ini adalah :
Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan perusahaan dalam menerapkan konsep TPS.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerapan TPS terhadap
efisiensi proses produksi yang mengarah pada cost effectiveness.
Untuk mengetahui pengaruh efisiensi proses produksi dan cost
effectiveness yang ditimbulkan terhadap kepuasan pelanggan industri
otomotif yang menerapkan QCDSMP yang begitu ketat.
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud
Penulisan Karya Akhir ini dimaksudkan untuk mendorong perusahaan agar
menetapkan rumusan strategi bersaing dan memandang begitu pentingnya strategi
bersaing di era globalisasi ekonomi yang sangat kompleks dan hiperkompetitif
seperti saat ini, memenangkan persaingan melalui keunggulan efisiensi dan
efektivitas proses produksi, dan cost effectiveness dipercaya telah membawa
perusahaan besar dunia meraih keuntungan melalui penciptaan kepercayaan
pelanggan.
1.3.2. Tujuan
Berdasarkan identifikasi masalah yang di atas, maka tujuan dari penelitian
karya akhir ini adalah : 39
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerapan TPS terhadap
efisiensi proses produksi dan cost effectiveness yang fokus pada
kepentingan customer.
Untuk mengetahui pengaruh efisiensi yang ditimbulkan terhadap
kepuasan pelanggan industri otomotif dan keuntungan finansial
perusahaan melalui profit and loss jangka panjang.
Mendapatkan rumusan strategi bersaing yang efektif yang dapat
dijadikan acuan dalam sistem produksi yang efisien, sehingga akan
meningkatkan citra positif perusahaan melalui penciptaan kepercayaan
pelanggan.
1.4. Manfaat Dan Kegunaan
1.4.1. Manfaat
Karya Akhir berupa rumusan strategi cost effectiveness diharapkan dapat
memberikan manfaat positif bagi perusahaan sebagai sarana untuk
mempertahankan eksistensi dan kepercayaan customer serta meningkatkan kinerja
perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis ke depan, dan manfaat ini dapat
berupa :
Informasi tentang penerapan konsep TPS dalam aktifitas proses produksi
serta efeknya terhadap peningkatan cost effectiveness pada produk yang
dihasilkan.
40
Informasi mengenai cara Toyota dan Supplier dalam meningkatkan
keuntungan perusahaan melalui efisiensi proses produksi, dan cost
effectiveness yang bermanfaat untuk kedua belah pihak.
Kegunaan penelitian karya akhir yang ingin dicapai adalah :
Untuk mengetahui aspek teoritis dan implementatif dari penerapan
konsep bisnis TPS pada industri komponen otomotif yang ada di
Indonesia dan komitmennya terhadap konsumen.
Mengetahui aspek praktis penerapan program efisiensi, dan penciptaan
kepuasan konsumen ( customer satisfaction ) dan pencitraan positif
melalui produk berkualitas dengan harga kompetitif sesuai persyaratan
konsumen ( customer requirement )
1.4.2. Kegunaan
Karya Akhir ini dilakukan pada industri suku cadang otomotif PT IRC
INOAC INDONESIA dan diharapkan akan berguna khususnya dalam
pengembangan ilmu pengetahuan maupun untuk perusahaan tempat atau objek
penelitian ini dilakukan :
1. Pengembangan ilmu pengetahuan bidang aplikasi manajemen produksi dan
operasi.
2. Dasar pengembangan aplikasi teori ilmu manajemen strategik dalam aktifitas
bisnis.
3. Penerapan dasar Toyota Production System dalam proses produksi komponen
suku cadang industri otomotif.
41
4. Untuk PT IRC INOAC INDONESIA, penelitian ini diharapkan akan menjadi
masukan yang efektif dalam merumuskan strategi cost effectiveness, dan
menjadi bahan efektif dalam menerapkan persyaratan continuous improvement
ISO/TS 16949 : 2002.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan Karya Akhir ini menggunakan sistematika penulisan sesuai
dengan buku panduan baku dan standar civitas akademika Universitas Mercu
Buana Jakarta sebagaiman dibakukan dalam buku bimbingan , Pedoman dan
Prosedur Penyusunan Karya Akhir, Program Pascasarjana edisi 3 sebagai berikut.
BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang permasalahan, yang berisi kondisi dan keadaaan
yang terjadi pada objek dan sekitar tempat penelitian .
Identifikasi dan batasan masalah, yang berisi penjelasan tentang apa yang
akan dibahas serta batasan permasalahannya dengan tujuan agar bahasan
lebih fokus dan tidak terlalu melebar.
Maksud dan Tujuan dilakukannya penelitian, yang berisikan mengenai
penjabaran disusunnya karya akhir ini.
Manfaat dan Kegunaan, berisikan tentang peran dan kontribusi penulis
dalam objek penelitian serta kegunaan karya akhir ini secara teoritis praktis
dalam industri.
42
Metodologi penelitian dan sistematika penulisan berisi tentang gambaran
singkat dari isi tiap-tiap bab pada karya akhir ini.
BAB II. DESKRIPSI PERUSAHAAN
Bab ini terdiri dari beberapa bahasan diantaranya :
Sejarah singkat perusahaaan tempat dilakukannya penelitian, berisikan
tentang tinjauan ringkas perusahaan dari mulai didirikan sampai kondisi saat
ini.
Lingkup bidang usaha , berisi tentang klasifikasi industri, jenis produk,
pemasaran dan pangsa pasar.
Sumber daya, berisi tentang sumber daya manusia, organisasi, karyawan dan
manjemen serta keuangan perusahaan.
Tantangan bisnis industri komponen berisikan tentang persaingan usaha,
peluang dan perkembangan bisnis dimasa depan dan cara perusahaan
merespon dan menghadapi persaingan dan tantangan bisnis.
Proses Bisnis berupa penjelasan tentang proses produksi dan aplikasi sistem
dalam aktifitas produksi. BAB III. KONSEP STRATEGI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang melandasi penulisan karya akhir ini
diantaranya adalah :
Gambaran tentang kondisi ekonomi Indonesia 43
Perkembangan industri Kendaraan roda empat di Indonesia
Tinjauan konsep yang mendasari perencanaan strategi
Pengenalan tentang persyaratan ISO/TS 16949 : 2002.
Tinjauan tentang Toyota Production System
Tinjauan tentang Jishuken.
Kerangka pemikiran, yang menjelaskan rangkaian penalaran penyusunan
karya akhir.
BAB IV PENDEKATAN PERENCANAAN STRATEGI
Bab ini terdiri dari beberapa bahasan antara lain :
Pengumpulan informasi, terdiri dari penjelasan mengenai jenis, sumber,
tempat dan metode pengumpulan informasi yang diperlukan dalam
perumusan strategi.
Pendekatan perencanaan strategis yang memuat penjelasan mengenai
pendekatan yang digunakan untuk merumuskan strategi berupa :
- Proses identifikasi dan permasalahan yang ada di perusahaan.
- Pendekatan analisis internal dan eksternal
- Proses perumusan strategi yang berisi tentang pengukuran kinerja.
BAB V ANALISIS DATA COST EFFECTIVENESS
Bab ini berisikan tentang uraian analitis mengenai pengukuran kinerja perusahaan
melalui penerapan konsep bisnis Toyota Production System ( TPS ) yang ditinjau
dari :
44
Kinerja perspektif Keuangan melalui Indikator Inventory Cost, dan
Indikator Material Turnover,
Kinerja Perspektif Pelanggan ( Customer Perspective ) melalui pengukuran
Kepuasan Pelanggan, dan On Time Delivery,
Kinerja Perspektif Proses Internal Proses melalui pengukuran kinerja
efisiensi proses dan penyederhanaan proses.
Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan melalui pengukuran
kinerja produktivitas karyawan, ratio rejek, reliability dan retensi karyawan.
BAB VI PERUMUSAN STRATEGI
Bab ini berisikan bahasan :
Proses perumusan strategi cost effectiveness
Inventarisasi dan matrikulasi strategi melalui analisis SWOT
Perumusan strategi
BAB VII REKOMENDASI BAGI PERUSAHAAN
Bab ini menampilkan saran dan rekomendasi bagi perusahaan tempat penelitian
dilakukan, untuk menerapkan strategi cost effectiveness melalui penerapan konsep
bisnis Toyota Production System ( TPS ), sesuai analisis pengukuran kinerja
perspektif beberapa indikator untuk menghadapi persaingan bisnis yang
kompetitif. 45
BAB II
DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Penelitian mengenai Perumusan Strategi Cost Effectiveness Melalui Konsep
Bisnis Toyota Production System ( TPS ) dilakukan di PT IRC INOAC
INDONESIA Divisi PU Automotive Plant yaitu perusahaan industri komponen
interior dan plastik otomotif yang berlokasi di Jln. Agarindo Raya KM 6
Sukamantri Pasar Kemis Tangerang Banten dan Karawang .
PT IRC INOAC INDONESIA selanjutnya disebut Inoac adalah perusahaan
Penanaman Modal Asing ( Foreign Invesment Company ) kerja sama antara Grup
Gajah Tunggal sebagai produsen ban dan pemegang merek GT Radial dari
Indonesia dan Inoac Corporation dari Jepang sebagai pionir dalam industri ban
sepeda motor merek IRC, komponen otomotif dan industri dari Polyurethane,
plastik dan rubber dan material komposit terbesar di Jepang. Inoac merupakan
perusahaan industri komponen otomotif dengan bahan dasar polyurethane, plastik
dan karet terbesar di Indonesia, serta flexible foam dan furniture, berdiri sejak
tahun 1975 dan terbagi ke dalam dua Divisi yaitu Divisi Polyurethane yang
terdiri dari 4 Plant dan Divisi Rubber Goods yang terdiri dari 2 Plant.
Keberadaan PTI tidak bisa dilepaskan dengan perusahaan induk yaitu Inoac
Corporation Jepang yang didirikan tahun 1926 dengan nama Inoue Rubber
Co.Ltd, sebagai perusahaan pionir dalam memproduksi komponen karet, ban ,
46
plastik, produk-produk polyurethane dan interior untuk industri otomotif, yang
saat ini merupakan perusahaan terbesar di Jepang yang berorientasi global dan
telah beroperasi di 5 benua baik joint venture maupun kerja sama teknik
( technical assistant ), dan aliansi global dengan perusahaan besar dunia seperti di
Eropa : British Vita, Recticel, Carcautics, Faurecia, Benecke-Kaliko, Rehau,
Novem, BASF dan Tramico, di Amerika Utara beraliansi dengan : The
Woodbridge Group, Netshape dan Johnson Control.
Sejak tahun 2000 Inoac sudah menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001: 2000, ISO/TS 16949 : 2002 dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 :
2004 dan telah diakreditasi oleh badan sertifikasi terbesar di dunia yaitu SGS dan
telah diakui oleh The International Automotive Task Force ( IATF ) yang
bermarkas di Amerika Serikat, dan menjadi produsen komponen otomotif orisinil
( Original Equipment Manufacturers /OEM ) untuk seluruh industri otomotif
dunia.
2.2. Lingkup Bidang Usaha
Orientasi bisnis perusahaan disamping memenuhi kebutuhan industri otomotif
nasional juga berorientasi ekspor. Produk Inoac saat ini diserap oleh hampir
semua industri otomotif di Indonesia baik untuk 4 roda maupun 2 roda sebagai
komponen original ( Original Equipment Manufacturers/ OEM ), meliputi :
1. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( PT TMMIN ) produsen
kendaraan bermotor dan pemegang merek Toyota di Indonesia.
47
2. PT. Astra Daihatsu Motor pemegang merek Daihatsu
3. PT. Suzuki Indomobil Motors Indonesia pemegang merek Suzuki
4. PT. Honda Prospek Motor pemegang merek Honda
5. PT. Nissan Motor Indonesia pemegang merek Nissan dan Renault
6. PT. Hyunday Motor Indonesia pemegang merek Hyundai dan Kia
7. PT. General Motors Indonesia pemegang merek
8.PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing pemegang merek motor Yamaha
9. PT Kawasaki Motor Indonesia pemegang merek motor Kawasaki
10. PT. Kanzen Indonesia pemegang merek Kanzen
11. PT. Denso Indonesia part maker
12. PT Sugity Creative assembling Toyota Dyna/Dutro.
13. PT Asmo
2.2.1. Produk
Produk komponen otomotif Inoac dikelompokan ke dalam 3 kelompok
besar yang digunakan pada industri otomotif dua roda dan empat roda serta part
maker :
1. Interior Part
- Head Lining yaitu komponen interior berupa plafon mobil
- Floor Carpet
- Dash Panel yaitu alat peredam panas antara bonet dan ruang kabin
- Luguage trunk yaitu carpet yang dipasang pada bagasi.
48
- Sunvisor interior berupa alat untuk menahan sinar dari luar
Gambar 2.1 Produk Interior PT IRC Inoac Indonesia Head Lining & Sunvisor
Pillar Grnish
Headrest & Seat Pad
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2008 ) 2. Seat Pad dan Head Rest berupa foam/ busa untuk industri seat mobil dan motor.
- Automotive Seat Pad and Cushion
- Motorcycle Seat Pad
- Head Rest
- Arm Rest
3. Plastic Function Part
- Car Air Conditioning Duct Heater dan Hose Air Cleaner
- Reserve tank and washer tank
49
- Tank cap
- Tank storage
- Duct Belt Cooling
- Pillar Garnish
- Fender Liner
- Bumper.
Gambar 2.2 Penggunaan komponen interior dalam kendaraan
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2008 )
50
2.3. Sumber Daya
Teknologi yang digunakan dalam produksi dan pengujian berdasarkan
rekomendasi dari perusahaan induk Inoac Corporation Jepang yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi pemakaian di Indonesia.
Manajemen dan Karyawan Inoac seluruhnya berjumlah 3600 orang terbagi
menjadi Rubber Goods Plant 2000 orang dan PU Plant 1600 orang. Jajaran
manajemen sebagian besar didominasi oleh manajemen lokal dan sebagian lagi
dari partner Jepang, dengan susunan manajemen puncak :
1. Presiden Direktur : Itjih Syamsul Nursalim
2. Wakil Presiden Direktur : Nobuo Ishikawa
3. Direktur Eksekutif : Paul Himawan
4. Direktur : Agus Mochtar Salim
5. Direktur : Yoshida
6. Direktur : T. Yamashita
7. Plant Manager Otomotif : Maman Supriatman
8.Plant Manager Flexible : Agus Suhartono
9. Plant Manager Furnitur : Muchlis Amrullah
10. Plant Manager Seal/ Mold : Michel Kamaludin
11. Plant Manager Hose Part : Agus Suroto
12. Business Management : Tirta T. Ongkowijaya
13. HRD Group Management : Harlim Sunardi
14. Tooling Plant Manager : Johny Whan.
51
2.3.1. Pemasaran
Pemasaran produk berdasarkan kategori roda empat ( mobil ), roda dua
( sepeda motor ), dan non OEM seperti industrial dan ekspor. Berdasarkan laporan
resmi yang dirilis Business Management Group Inoac penjualan dari tahun 2005
sampai 2008 mengalami pasang surut, penurunan terbesar dialami tahun 2006,
dikarenakan penurunan produksi kendaraan bermotor secara nasional karena efek
kenaikan harga bahan bakar minyak, dan kembali naik secaara signifikan di tahun
2008, dan diprediksi kembali turun di tahun 2009 karena efek krisis global seperti
ditampilkan dibawah ini. Tabel : 2.1 Laporan Penjualan Inoac Empat tahun terakhir dan target 2009.
600.000 500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
-
429.225 369.838
2005
373.889 292.872
2006
443.920
350.094 2007
539.022 477.081 2008
458.053
388.452 2009
1.200.000
1.000.000 800.000
600.000 400.000 200.000 -
1/14/2009
Business Management Group
7
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2009 )
52
1.0
55 .
3 25
1.0
25 .4
23
82 5
.1 30
82 4
.1 97
85 7
.0 42
Berdasarkan kontribusi kategori part, penjualan terbesar di tahun 2008
ditempati oleh Rubber Goods Automotive 41 %, PU automotive 34 %, PU non
Auto/Non OEM 19 % dan Rubber Goods non OEM sebesar 6 %. Dengan
demikian penjualan terbesar masih didominasi oleh otomotif, seperti
digamabarkan dalam laporan berikut :
Tabel 2.2 Grafik penjualan berdasarkan ketegori produk
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2009 )
2.3.2. Keuangan ( Financial )
Tahun 2007 yang lalu perusahaan membukukan penjualan total ( PU dan
Rubber ) sebesar Rp. 824,2 Milyar dan penjualan tahun 2008 meningkat pesat
mencapai Rp. 1,25 Triliyun, atau naik sekitar 50 %, namun diprediksi turun secara
53
signifikan di tahun 2009 dengan perkiraan penjualan sekitar Rp. 857 Milyar
karena efek resesi ekonomi global yaitu menurunnya ekspor otomotif dan suku
cadang .
Tabel 2.3 Grafik Penjualan PT IRC Inoac Indonesia tahun 2005 sampai
2009 450.000
420.405
400.000
RG Auto 350.000
327.498
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
-
113.757
2005
245.756
48.432
2006
2007
146.548
56.676
49.146
2008
PU Auto
PU FLEX
173.130
RG non OEM
7,5% 60.953
56.862
PU FURN 2009
1/14/2009
Business Management Group
6
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2008 )
54
Mi o
. R p
.
2.3.3. Pemegang saham
Saham PT IRC INOAC INDONESIA terbagi ke dalam 3 pemegang saham
yaitu :
- Gajah Tunggal : 49,36 %
- Inoac Corp. : 49,36 % - Lain-lain ( Japaness Origin Banking ) : 1,28 %
2.4. Tantangan Bisnis
PT IRC Inoac Indonesia merupakan perusahaan berbentuk perseroan terbatas
dibawah hukum negara Republik Indonesia dengan status Penanaman Modal
Asing ( PMA ) bergerak dalam bidang industri manufaktur dan distribusi
komponen karet, Polyurethane, Plastik dan Furniture yang dipasarkan langsung
secara nasional kepada industri otomotif, dealer, after market dan pasar ekspor.
Berdasarkan penjualan empat tahun terakhir penjualan PTI masih didominasi
pasar dalam negeri sekitar 90 % dan ekspor sekitar 10 %, dan sebagian besar
pasar merupakan pasar komponen otomotif dan diserap langsung oleh produsen
atau assembler otomotif ternama di Indonesia. 55
Tabel 2.4 Grafik Penjualan Berdasarkan Wilayah
EUROPE;
2.822 ; 16%
AMERICA
6% AUSTRALIA
11% Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2009 )
AFRICA
1%
ASIA;
11.978 ; 66%
2.4.1. Penguasaan Peluang dan kompetisi
Penguasaan pasar komponen rubber otomotif empat roda ( 4 Wheels )
Inoac menguasai sekitar 74 % dan menjadi penetrasi pasar industri komponen
otomotif empat roda di Indonesia ( Data hasil market survey tahun 2005 ), dan
produk yang dihasilkan diserap oleh hampir seluruh produsen mobil di Indonesia.
56
Tabel 2.5 Marker Share Produk Komponen Rubber
OEM RG Market Share 4 Wheels
Market Share IRC
Fukoku 7,16%
Caturindo
Budi Karya 5,46% 6,40%
Indokarlo 3,01%
Customer :
2005
Hing Ress
1,13%
Marutex 1,13%
RCA Putra Jaya 0,75%
74,01%
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2006 )
TOYOTA SUZUKI MITSUBISHI
October 2006
Sugity 0,94%
7
Sementara untuk produk Polyurethane Seat Pad mendominasi pasar dengan
76 % dan karpet sebesar 44 %, seperti diilustrasikan dalam grafik hasil analisis
pasar yang dilakukan oleh tim marketing PT IRC Inoac Indonesia tahun 2005
lalu, hal ini menggambarkan peran dominan produk komponen PT IRC Inoac
Indonesia dalam industri nasioanl.
57
Tabel 2.6 Grafik Market Share Produk Interior Polyurethane ( PU )
OEM PU Market Share (4 Wheels) SEAT PAD
DWA KICI 41%
CKD 4%
CARPET (Press Mold)
PTI
44%
KBB 12%
HEADLINING(Prss Mld)
12% PTI
PTI
76%
M E I W A 11%
SUNVISOR
PTI
CKD 68%
11% DWA 5%
T.HING
16%
CKD 52%
3%
M E I W A 45%
October 2006
CKD 35%
FLEXIBLE (Punch)
PTI 65%
14
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2006 )
Dan dalam pasar industri komponen otomotif dua roda ( 2 Wheels ) yaitu
komponen untuk kebutuhan industri sepeda motor untuk produk Polyurethane
seperti Seat Pad, Saddle Assy dan komponen plastik Inoac menempati posisi
kedua dengan market share 24 % sementara posisi tertingi ditempati PT Meiwa
dengan market share 41 % dan ini merupakan tantangan pasar yang potensial
untuk PT IRC Inoac Indonesia ke depan, mengingat pertumbuhan industri ini 58
terus berkembang setiap tahun, dan sudah mencapai angka produksi di atas 6,2
juta unit di tahun 2008 lalu.
Tabel 2.7 Grafik Market Share Komponen Sepeda Motor.
OEM PU Market Share (2 Wheels) CKD
AOP INOAC
T.Hine 23%
5% 7% PTI 24%
Meiwa 41%
October 2006
15
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2006 )
Sedangkan pasar sangat terbuka lebar untuk produk komponen rubber,
mengingat kebutuhan komponen dari rubber dalam industri sepeda motor sangat
beragam, mulai dari handle grip, tromol, fuel tube, dan lain-lain. Berdasarkan
survey yang sama dari tim marketing PT IRC Inoac Indonesia posisi sebagai
Original Equipment Manufacturers ( OEM ) teratas dengan market share sebesar
47 %, diikuti oleh Yasufuku diurutan kedua dan Indo Karlo anak perusahaan
Astra Otopart diurutan ke tiga. 59
2.5. Proses Bisnis
Proses bisnis di Inoac dibagi ke dalam dua proses utama yaitu proses Inti dan
proses pendukung, dalam hal ini proses inti merupakan proses realisasi produk
baik itu produk yang sudah berjalan maupun produk baru yang dikenal dengan
istilah New Item, pada proses berjalan Customer memberikan order kepada
Marketin/Sales Inoac selanjutnya Sales membuat Sales Order yang ditujukan
kepada Production Planning and Inventory Control selanjunya ke Produksi untuk
realisasi produk sesuai pesanan customer, dan produk akan diperiksa oleh bagian
inspeksi sebelum diserahkan pada customer, sedangkan untuk produk baru akan
ditangani oleh Tim Feasibility dan Departemen Riset dan Pengembangan sebelum
tahapan realisasi produk, gambaran proses bisnis dapat dilihat pada Gambar 2.8
Gambar 2.3 Proses Bisnis PT IRC INOAC INDONESIA. Accounting & Costing
Sales Admin
Finance Management Information Sys
REGULER
PPIC
CUSTOMER
MARKETING / SALES
PRODUKSI
INSPEKSI / QA
PACKING
DELIVERY
PROSES INTI
NEW ITEM
TEAM FEASIBILITY
R&D and Tooling Shop
CUSTOMER FEED BACK
PROSES PENDUKUNG
Training
Penerimaan Karyawan
Engineering
Maintenance Purchasing
CUSTOMER AND AFTER SALES SERVICE
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2009)
2
60
BAB III
KONSEP STRATEGI
3.1. Kondisi Ekonomi Indonesia
Kondisi ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir mengalami pasang
surut dan pertumbuhan tampak mulai stabil mulai tiga tahun terakhir yaitu sejak
tahun 2005, dengan tingkat pertumbuhan antara 5,48 % sampai 6,3 % namun
diprediksi menurun di tahun 2009 dikarenakan dampak krisis ekonomi global di
negara-negara maju dan jika berdasarkan asumsi pemerintah bahwa pertumbuhan
ekonomi nasional sekitar 4 %, namun Departemen Perindustrian Republik
Indonesia merilis perkiraan pertumbuhan ekonomi antara 3,6 % sampai 4,6 %
( Kompas, Desember 2008 ).
Pertumbuhan ini termasuk lebih baik dibandingkan dengan negara-negara
lainnya di dunia, dan hanya Cina yang mempunyai pertumbuhan di atas 9 %
( Basri, 2008 ). Peluang pasar Indonesia termasuk otomotif sebenarnya masih
besar, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia melaju positif di atas
pertumbuhan rata-rata dunia yang tumbuh hanya 3,7 % seperti ditampilkan dalam
tabel berikut yang dirilis pengamat ekonomi Universitas Indonesia Basri ( 2008 )
pertengahan tahun 2008 lalu dihadapan para Presiden Direktur perusahaan
produsen komponen otomotif yang tergabung dalam wadah organisasi nirlaba
Toyota Manufacturers Club ( TMC ) di Jakarta. 61
Tabel 3.1 GDP Dunia Sampai Tahun 2009
USA
European Japan China
World
2006
2.9
2.8 2.4 11.1
5.0
2007
2.2
2.6 2.1 11.4
4.9
2008
0.5
1.3 1.4 9.3
3.7
2009
0.6
1.1
1.5 9.5
3.7 Source:WEO, March 2008
Sumber : Basri ( 2008 ).
3
Pertumbuhan investasi dan pertumbuhan konsumsi secara nasional dan
ditopang dengan penguatan stabilitas politik turut memperkuat basis ekonomi
Indonesia, hal ini menjadikan Indonesia menjadi lahan investasi menjanjikan
dalam jangka panjang, tabel berikut menggambarkan pertumbuhan investasi dan
GDP Indonesia sejak tahun 2005 yang diambil dari jurnal Departemen Keuangan
Republik Indonesia pada kuartal pertama tahun 2008.
62
Tabel 3.2. Grafik Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Indonesia Sumber : Basri ( 2008 )
3.2. Konsep Manajemen Strategi
Istilah strategi adalah berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ Strategos”
dan pada awalnya digunakan dalam kemiliteran, dan strategi diartikan sebagai
taktik dalam berperang untuk mengalahkan musuh, dengan kata lain strategi
merupakan penerapan seni dari ilmu berperang dengan cara mengerahkan
kekuatan militer untuk mengalahkan musuh dan memperkecil efek kekalahan,
namun dalam era bisnis seperti sekarang ini strategi merupakan suatu cara atau 63
taktik bagaimana memenangkan suatu persaingan dan melumpuhkan pesaing
bisnis.
Strategi perusahaan pada hakekatnya adalah upaya mempertahankan diri
dengan membentuk keunggulan bersaing melalui berbagai cara. Manajemen
strategi dapat dikatakan sebagai manajemen keseluruan organisasi yang
menyangkut arah perusahaan ke masa yang akan datang. Manajemen ini akan
memberikan kerangka untuk menejemen operasional. Manajemen strategi
berorientasi kepada lingkungan bisnis yang komplek, berpedoman pada tujuan
yang jelas, dengan memanfaatkan cara atau sarana yang dikembangkan secara
baik, sambil memanfaatkan kesempatan yang terbuka. Manajemen strategi
bertalian dengan pengambilan keputusaan tentang strategi yang di ambil dan
perencanaan bagaimana strategi tersebut akan dilaksanakan. Kegiatan manajemen
strategi dapat dibagi ke dalam tiga bidang :
1. Analisa strategi : untuk mengetahui posisi pada saat ini.
2. Pemilihan strategi berhubungan dengan formulasi dan evaluasi dari berbagai
alternatif strategi serta pengambilan keputusan tentang strategi yang dipilih.
3. Strategi implementasi ditujukan untuk melaksanakan strategi yang dipilih.
Manajemen strategi (Strategic Management) dapat dipahami sebagai proses
pemilihan dan penerapan strategi-strategi. Sedangkan strategi adalah pola alokasi
sumber daya yang memungkinkan organisasi-organisasi dapat mempertahankan
kinerjanya menurut Barney ( 1997 : 27). Strategi juga dapat diartikan sebagai
keseluruhan rencana mengenai penggunaan sumber daya - sumber daya untuk 64
menciptakan suatu posisi menguntungkan menurut pendapat Grant ( 1995 : 10).
Dengan kata lain, manajamen strategi terlibat dengan pengembangan dan
implementasi strategi-strategi dalam kerangka pengembangan keunggulan
bersaing.
Manajemen strategi dalam beberapa literature diartikan sebagai usaha
manajerial untuk mengembangkan kekuatan perusahaan, mengeksploitasi peluang
bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai
misi yang telah ditentukan ( Suwarsono, 1996 ). Dengan demikian manajemen
strategi mempunyai implikasi bahwa perusahaan berusaha mengurangi
kelemahannya, dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungan bisnisnya
serta mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh ancaman bisnis.
Pada awal diperkenalkannya istilah manajemen strategi secara formal pada
dasa warsa 1960-an, manajemen strategi mendapat sambutan yang luar biasa,
konsep dan teknik analisisnya diperlukan sebagai alat bantu utama pengambilan
keputusan manajerial, dipercaya bahwa manajemen strategi mampu mengurangi
ketidakpastian dan kompleksitas bisnis.
Namun di awal tahun 1980-an manajemen strategi mulai ditinggalkan, hal ini
diakibatkan efek dari banyaknya pihak yang mulai meragukan kontribusi riil,
mulai dikeluhkan tentang fungsi dan efektivitas perencanaan manajerial, dirasa
sulitnya melakukan eksekusi strategi seperti yang telah direncanakan.
Pada pertengahan kedua dasa warsa 1980-an manajemen strategi mendapat
tempat terhormat seperti pada saat awal diperkenalkan, dengan perubahan dari 65
aspek konsep, asumsi, proses, dan teknik analisis dengan tujuan untuk
meneguhkan peran sebagai alat bantu pengambilan keputusan manajerial yang
handal, dan telah digunakan secara luas di dunia bisnis saat ini. Di era 90-an
sebenarnya mulai diperkenalkan teori Strategi Bersaing ( Competitive Strategy )
oleh Porter ( 1997 ) yang dikenal dengan Five Forces Model. Dalam teori ini
Porter menggambarkan bahwa persaingan terjadi dari 5 arah terdiri dari
persaingan diantara pesaing sejenis, pendatang baru yang potensial, pelanggan,
supplier, produk pengganti bahkan datang dari pemegang kepentingan lainnya
seperti pemerintah, dan unit kerja.
Gambar 3.1 Porter’s 5-Forces Model Sumber : Porter ( 1997 )
Diakhir tahun 90an Konsep Porter (1997 ) mulai mendapat kritik karena
dianggap kurang operasional, maka muncul Hamel dan Prahalad ( 1999 ) yang
66
menekankan bahwa strategi bisnis harus didasarkan pada sumberdaya dan
lingkungan bisnis "nanti" atau yang diantisipasi, bukan "sekarang".
Strategi juga merupakan cara yang dipilih oleh manajemen puncak untuk
mewujudkan visi, melalui misi. Oleh karena manajemen strategi merupakan
proses berkelanjutan, sekali strategi yang telah dirumuskan diimplementasikan,
sering kali diperlukan modifikasi atas strategi tersebut, disesuaikan dengan
perubahan lingkungan atau kondisi organisasi.
3.3. Manajemen Strategi Di Era Globalisasi Ekonomi
Globalisasi ekonomi pada dasarnya adalah penyebaran inovasi ekonomi ke
seluruh dunia serta diikuti dengan penyesuaian- penyesuaian politis dan budaya,
untuk itu penting artinya bagi perusahaan –perusahaan untuk menyusun
manajemen strategi dalam era globalisai ekonomi.
Kondisi ekonomi di era global ini mengalami turbulensi yang luar biasa,
yakni segala sesuatu bergerak dalam hitungan detik, pasar diwarnai dengan
persaingan yang luar biasa hebat, teknologi yang perkembangannya sulit ditebak,
dan dunia bisnis harus menyesuaikan diri dengan konsumen yang lebih
memegang peranan. Dalam perekonomian global, globalisasi ekonomi juga
diikuti oleh revolusi komunikasi dan informasi . Informasi memiliki sejumlah
sifat, dapat didiferensiasikan (dibuat tampak berbeda) tanpa batas, disesuaikan
dengan kebutuhan, Informasi dapat disampaikan kepada banyak pihak yang
berbeda-beda melalui berbagai media termasuk jaringan internet dan dapat
67
menjangkau mereka dengan kecepatan tinggi. Munculnya internet telah sangat
meningkatkan kemampuan perusahaan menjalankan bisnis dengan lebih cepat,
lebih akurat, mencakup kisaran waktu dan ruang yang lebih luas, dengan biaya
yang relatif lebih murah , dan dengan kemampuan menyesuaikan tawaran dengan
kebutuhan pelanggan dan menumbuhkan tawaran menjadi lebih pribadi.
3.4. Strategi Dan Persaingan Pasar
Para pesaing ( competitor ) adalah perusahaan-perusahaan yang memuaskan
kebutuhan pelangan yang sama. Konsep persaingan pasar telah membuka mata
perusahaan terhadap kumpulan pesaing aktual dan potensial yang lebih luas.
Perhatian utama perusahaan dalam menghadapi persaingan ialah mengenali
bisnis di mana perusahaan harus memusatkan perhatian untuk beroperasi dan
bersaing untuk memaksimalkan profit dalam jangka panjang, antara lain
perusahaan harus memusatkan perhatian pada peluang dan ancaman yang ada
serta terus memupuk keunggulan dan berusaha menutupi semua kelemahan yang
dimiliki.
Kinerja perusahaan ditentukan oleh keunggulan kapabilitas sosio-kognitif
perusahaan, khususnya dalam berbagai tim pengembangan dan implementasi
strategi menurut Ginsberg dan Venkatraman ( 1994 : 20 ). Dua dimensi pokok
dari kapabilitas sosio-kognitif adalah sumber daya manusia ( kemampuan
kognitif dan kompetensi-kompetensi sosial ) dan sumber daya organisasi ( teknik
pemetaan dan pemodelan, serta desain struktur organisasi dan insentif ).
68
Kapabilitas sosio-kognitif organisasi menentukan pengembangan strategi.
Keberhasilan perusaahaan ditentukan oleh inteligensi tim mulai dari tahap
penilaian atas situasi, pemikiran strategis, pengambilan keputusan hingga
implementasi strategi menurut Harrison ( 2002 : 21 ).
3.5. Model Manajemen Strategi
Secara umum proses manajemen strategi meliputi elemen utama : ( 1 )
Pengamatan lingkungan, ( 2 ) Perumusan strategi ( 3 ) Implementasi Strategi dan
( 4 ) Evaluasi dan pengendalian strategi. Gambar 3.2 Proses Manajemen Strategi
Sumber : Trisuwarni ( 2008 : 11 )
Aktivitas manajemen strategi meliputi aktivitas pengamatan lingkungan
sampai pada evaluasi kinerja, pengamatan lingkungan eksternal dilakukan untuk
melihat kesempatan dan ancaman serta pengamatan lingkungan internal bertujuan
untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi, analisis ini
sering disebut sebagai analisis SWOT yang berarti Strengths
69
( kekuatan ), Weakness ( kelemahan ), Opportunities ( kesempatan /peluang ),
dan Threats ( ancaman ).
Melalui analisis ini manajemen akan mudah mengidentifikasi dan
mengevaluasi kondisi dan dapat menentukan misi kedepan dan merupakan
langkah pertama dalam merumuskan strategi perusahaan.
Misi berperan penting dalam menentukan arah atau tujuan, strategi dan kebijakan
perusahaan, karena darinya akan muncul program, anggaran, dan prosedur
pengendalian aktivitas perusahaan. 3.5.1. Pengamatan lingkungan bisnis
3.5.1.1. Analisis eksternal
Pengamatan lingkungan bisnis melalui analisis eksternal dimaksudkan untuk
mencoba mengidentifikasi peluang ( opportunities ) bisnis yang perlu dengan
segera mendapat perhatian, dan disaat yang sama diarahkan untuk mengetahui
ancaman ( threats ) bisnis yang perlu mendapatkan antisipasi. Dalam pengamatan
tersebut akan mengidentifikasi sejumlah variabel pokok yang berada diluar
kendali perusahaan yang diperkirakan memiliki pengaruh nyata, pengamatan
lingkungan ini juga bertujuan sebagai usaha untuk mengetahui implikasi
manajemen yang ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai
faktor eksternal yang telah diidentifikasi dan pengaruhnya terhadap perusahaan .
Dari langkah ini diharapkan manajemen perusahaan akan memiliki gambaran
70
yang lebih jelas dalam menyiapkan strategi bisnis yang diperlukan untuk
mengantisipasi implikasi manajerial yang ditimbulkan oleh lingkungan bisnis.
Analisis lingkungan bisnis terdiri dari dua komponen pokok, yakni analisis
lingkungan makro dan lingkungan industri ( competitive environment ). Jenis
lingkungan makro terdiri dari lingkungan ekonomi, teknologi, politik termasuk
pemerintah, hukum sosial budaya dan kependudukan . Keseluruhan jenis
lingkungan yang termasuk kategori pertama ini memiliki pengaruh yang langsung
terhadap prospek perusahaan, akan tetapi disaat yang sama juga mempunyai
pengaruh tidak langsung melalui lingkungan industri. Lingkungan makro
diperlukan sebagai variabel bebas ( independent variable ), sedangkan prospek
perusahaan diperlukan sebagai variabel terikat ( dependent variable ). Lingkungan
industri diletakan diantara keduanya , dan secara metodologis disebut sebagai
variabel antara ( intervening variable ) akan tetapi secara tersendiri, tanpa terlebih
dahulu dipengaruhi lingkungan makro, lingkungan industri juga dapat berdiri
sebagai variabel bebas yang langsung mempengaruhi pencapaian tujuan
perusahaan. Menurut Dees, Lumkin, dan Taylor ( 2009 : 5 ) dalam Review of
Strategic Management menggambarkan bahwa lingkungan terdiri dari
lingkungan internal ( internal environment ), lingkungan industri ( task
environment/industry ) dan lingkungan sosial ( societal environment ).
71
Gambar 3.3 Variabel-variabel Lingkungan
Sumber : Dees, Lumkin, and Taylor ( 2009 : 5 ) 3.5.1.2. Analisis internal
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel yang menggambarkan
kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi dan analisis lingkungan
internal mempunyai tujuan untuk menilai atau mengidentifikasikan kekuatan dan
kelemahan sumber daya dari masing-masing divisi seperti : Produksi, Riset dan
Pengembangan (R & D), Pemasaran, Distribusi, Perencanaan, Keuangan,
Administrasi, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
72
Pelaksanaan analisis lingkungan internal dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan strategi diantaranya :
1. Pendekatan berdasarkan Profit Impact of Market Strategic
• Intensitas investasi ( modal tetap : modal kerja )
• Pangsa pasar
• Kualitas Produk
• Pemanfaatan sumber daya
• Efektivitas operasi
• Biaya langsung per unit relatif terhadap pesaing.
2. Berdasarkan rantai pasok
• Kegiatan Utama ( bahan mentah, operasi, barang jadi,
pemasaran, layanan konsumen).
• Kegiatan Penunjang (pembelian, perkembangan teknologi,
MSDM, dan infrastruktur)
3. Berdasarkan fungsi
• Pemasaran
• Keuangan
• Penelitian dan Pengembangan
• Sumber daya manusia
• Produksi.
73
Tujuan utama dalam manajemen strategi adalah memadukan variabel-variabel
internal perusahaan untuk menghasilkan keunggulan kompetitif perusahaan
secara berkesinambungan sehingga menambah kekuatan perusahaan untuk meraih
keuntungan atau laba.
Trisuwarni ( 2008 : 3 ) mendefinisikan analisis internal ke dalam analisis
strategi dengan pendekatan sumber daya menjadi 5 langkah utama utama yaitu :
1. Identifikasi dan kelompokan sumber daya perusahaan. Nilailah kekuatan dan
kelemahan relatif terhadap pesaing, identifikasi peluang untuk
pemanfaatansumber daya yang lebih baik,
2. Identifikasi kapabilitas perusahaan . Apa yang bisa dilakukan perusahaan
dengan lebih baik dari pesaingnya?, Identifikasi input sumberdaya pada tiap
kapabilitas dan kompleksitas masing-masing.
3. Menilai posisi dan kapabilitas perusahaan dari segi potensi keunggulan
bersaing yang berkesinambungan dan kelayakan hasil pengembaliannya seperti
Return of Invesment ( ROI ).
4. Pilih strategi yang mengeksploitasi sumber daya dan kapabilitas relatif
perusahaan terhadap peluang-peluang eksternal.
5. Identifikasi kesenjangan sumber daya yang harus dipenuhi, investasi untuk
perbaikan, penambahan dan peningkatan semberdaya
Secara skematis dapat digambarkam seperti pada Gambar 3.4 berikut ini :
74
Gambar 3.4 Analisis Strategi Dengan Pendekatan Sumber Daya Analisis strategi dengan pendekatan sumberdaya
4. Pilih satu strategi yang
mengeksploitasi sumberdaya dan kapabilitas relatif perusahaan terhadap peluang-peluang eksternal
3. Nilai posisi sumberdaya dan kapabilitas
dari segi:
a) Potensi keunggulan bersaing yang berkesinambungan
b) Kelayakan hasil kembaliannya
(ROA, dan ROI) 2. Identifikasi kapabilitas perusahaan.
Apa yang bisa dilakukan perusahaan dengan lebih baik dari pesaingnya? Identifikasi input sumberdaya pada tiap kapabilitas dan kompleksitas masing-masing
1. Identifikasi dan kelompokkan
sumberdaya perusahaan. Nilailah S dan W relatif terhadap pesaing identifikasi peluang untuk pemanfaatan sumberdaya yang lebih baik
Sumber : Trisuwarni ( 2008 : 3 ) 3.5.2. Perumusan strategi
Strategi
Keunggulan
bersaing
kapabilitas
Sumberdaya
5. Identifikasi kesenjangan
sumberdaya yang harus dipenuhi. Investasi pada perbaikan, penambahan, dan peningkatan sumbedaya
Perumusan strategi adalah pemilihan tujuan jangka panjang, dan strategi
sering dipengaruhi oleh kinerja sekarang yang dihasilkan dan dengan strategi
masa lalu,nilai dan sikap manajemen puncak, terhadap resiko dan investasi,
struktur dan kultur organisasi.
75
Setelah strategi dirumuskan dalam tahap perumusan strategi langkah
selanjutnya adalah melakukan perencanaan strategi yaitu menjabarkan semua
strategis menjadi berbagai sasaran strategi ( strategic objective ) .
Ada tiga dokumen penting yang dihasilkan dari perumusan strategi ini (1)
visi, misi, keyakinan dasar, dan nilai dasar organisasi, (2) penentuan tujuan
( goal ) organisasi, dan (3) strategi yang dipilih oleh organisasi untuk
mewujudkan tujuan organisasi ( sasaran/objective ).
David ( 2006 : 16 ) dalam buku Strategic Management yang mengatakan
bahwa perumusan strategi (strategic formulation ) terdiri dari pengembangan
visi, misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan,
menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka
panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan. Dengan demikian maka perumusan strategi mencakup bidang bisnis
apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang akan ditinggalkan, sumberdaya apa yang
harus dialokasikan, apakah perlu ekspansi bisnis atau diversifikasi, aliansi
strategis atau merger dengan perusahaan lebih mapan. 3.5.2.1 Visi dan misi
Sebagaimana disebutkan di atas, langkah penting awal yang perlu
dilakukan oleh manajemen dalam perumusan strategi adalah merumuskan misi
dan visi organisasi seperti halnya dengan manusia, organisasi berjalan di dunia
yang tidak terpeta. Oleh karena itu, dalam perjalanan ke masa depan, organisasi
76
membutuhkan peta untuk menjadikan perjalanannya efektif, dan untuk
menyalurkan energinya secara efisien ke tujuan perjalanan yang telah ditetapkan.
Di masa sekarang, peta yang seharusnya dimiliki dalam menjalani kehidupan
organisasi diberi nama visi dan misi. Dengan demikian visi dan misi merupakan
perlengkapan baku yang harus dimiliki oleh organisasi.
Visi adalah suatu pikiran yang melampaui realita sekarang, sesuatu yang
kita ciptakan yang belum pernah ada sebelumnya, suatu keadaan yang akan kita
wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya, sedangkan misi adalah jalan
pilihan ( the choosen track ) suatu organisasi untuk menyediakan produk / jasa
bagi pelanggannya. Rumusan misi adalah suatu usaha untuk menyusun peta
perjalanan, setiap organisasi menjalankan kehidupan organisasi di dunia yang
tidak berpeta, oleh karena itu kemampuan organisasi untuk membuat peta yang
secara akurat menggambarkan dunia yang dimasuki, memberikan kesempatan
bagi organisasi tersebut untuk menyediakan produk / jasa yang memenuhi
kebutuhan pelanggannya sehingga kelangsungan hidup dan perkembangan
organisasi terjamin.
Menurut Hunger dan Wheelen ( 2003 : 10 ) mendefinisikan bahwa misi
organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi itu hidup. Misi yang
disusun dengan baik mendefinisikan tujuan mendasar dan unik yang membedakan
perusahaan dengan perusahaan lainnya dan mengidentifikasi jangkauan operasi
perusahaan dalam menyediakan produk dan layanan kepada pelanggannya, dan
misi mengembangkan harapan kepada karyawan dan mengkomunikasikan 77
pandangan umum kelompok pemegang saham dan lingkungan kerja perusahaan.
Visi dan misi keyakinan dasar dan nilai dasar memfokuskan semua kegiatan
organisasi, sehingga menjadikan organisasi tersebut efektif. Visi diperlukan oleh
organisasi untuk memfokuskan aktivitas organisasi, karena perusahaan
memerlukan arah yang jelas yang akan dituju oleh organisasi di masa depan. Visi
organisasi memberikan gambaran kondisi yang akan dicapai oleh organisasi di
masa depan melalui misi yang telah dipilih, dengan visi masing- masing anggota
organisasi dapat memberikan kontribusinya sesuai dengan spesialisasinya masing-
masing dalam mewujudkan apa yang digambarkan dalam visi organisasi.
Misi diperlukan oleh organisasi untuk mewujudkan visi yang telah
ditetapkan, pernyataan misi adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang
membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, pernyataan misi
mengindikasikan cakupan operasi perusahaan dalam definisi produk dan
pelayanan kepada pelanggan.
3.5.2.2 Tujuan perusahaan ( Goal )
Tujuan perusahaan merupakan penjabaran dari visi dan misi perusahaan yang
telah ditetapkan, tujuan perusahaan ( goal ) adalah pernyataan luas tentang apa
yang akan diwujudkan oleh perusahaan, tujuan ini menunjukan arah menyeluruh
yang akan dituju oleh perusahaan seperti peningkatan penjualan atau laba,
melindungi pangsa pasar, peningkatan kualitas atau efektivitas proses.
78
Sasaran adalah target jangka panjang yang secara spesifik diharapkan oleh
organisasi, dan kinerja organisasi akan meningkat jika tujuan atau goal konsisten
dan jelas. Manajemen strategi membedakan antara tujuan dan sasaran, tujuan
adalah pernyataan luas tentang apa yang akan diwujudkan oleh organisasi seperti
meningkatkan pendapatan penjualan atau laba, melindungi pangsa pasar,
diversifikasi atau meningkatkan kualitas. Sasaran adalah target jangka panjang
yang secara spesifik diharapkan oleh organisasi untuk dicapai dalam jangka waktu
tertentu. Gambar 3.5 menggambarkan hubungan konsep visi, tujuan ( goal )
dengan sasaran ( objective ) . Sasaran hanya merupakan tonggak ( milestone )
yang harus dilalui dalam mencapai visi organisasi menurut pendapat Mulyadi dan
Setyawan ( 1999 : 273 ).
Gambar 3.5 Hubungan antara Visi, Tujuan dan Sasaran
Ditentukan pada tahap
Perumusan strategi
( strategy formulation )
Ditentukan pada tahap
Perencanaan strategik
( strategic Planning )
Sumber : Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 272 )
VISI
TUJUAN ( GOAL ) SASARAN
(OBJECTIVE)
79
3.6. Tinjauan Tentang Sistem Perbaikan Berkesinambungan
( Continuous Improvement ) Globalisasi ekonomi yang terjadi saat ini telah memicu persaingan yang
sangat ketat dihampir segala bidang, tidak terkecuali industri otomotif dan telah
terbukti bahwa perusahaan yang mampu bertahan bahkan berkembang adalah
perusahaan yang mampu menampilkan kinerja terbaik melalui keunggulan mutu
produk, produktivitas dan efisiensi yang tinggi, sehingga hal ini telah menjadi
acuan kinerja suatu industri ( Key Performance Indicator ) yang bersifat terus
menerus dan berkesinambungan.
Dalam era ini manajemen puncak suatu industri berpendapat bahwa tugas
perbaikan mutu, peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan prioritas
utama mereka, maka tidak heran banyak perusahaan yang berlomba untuk
menerapkan berbagai sistem yang mengacu pada perbaikan mutu produk,
peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam perusahaannya, maka muncullah
Total Quality Management ( TQM ), Sistem Manajemen Mutu ISO 9000, ISO/TS
16949 dan lain sebagainya, yang secara umum semua itu diarahkan untuk
memacu bahkan memenangkan persaingan melalui keunggulan produk yang
dihasilkan, penciptaan pelanggan yang loyal dan mau membeli kembali produk
yang dihasilkan untuk jangka panjang.
Menurut hasil survei di Amerika Serikat sekitar 80 % manajer di Amerika
Serikat percaya bahwa keunggulan mutu akan merupakan sumber fundamental
80
untuk keunggulan bersaing di era globalisasi ekonomi, bahkan perusahaan Jepang
mampu bersaing secara global melalui keunggulan mutu produk dengan harga
sangat bersaing,
karena perusahaan-perusahaan
Jepang mampu
mengimplementasikan sistem perbaikan berkesinambungan dengan baik sehingga
dicapai sekala ekonomi yang efisien dan pada akhirya akan memotong biaya
produksi dan dapat menjual produk dengan harga lebih murah dibanding
pesaingnya.
3.7. Tinjauan Konsep Toyota Production System ( TPS )
Toyota Production System ( TPS ) pada awalnya diciptakan oleh Taichi
Ohno dan merupakan sistem produksi yang dikembangkan oleh Toyota Motor
Corporation Jepang bertujuan untuk melakukan perbaikan berkesinambungan
dengan melibatkan seluruh anggota organisasi yang disebut Kaizen.
Melalui aktifitas kaizen ini Toyota menerapkan teknik-teknik perbaikan
berkesinambungan untuk meningkatkan produktifitas, kualitas produk dan
efektititas proses produksi serta menekan biaya terus menerus, tanpa harus
melakukan investasi yang besar, dan pada gilirannya akan meningkatkan daya
saing perusahaan. Dan sebagai penghargaan atas keberhasilan manajemen Toyota
dalam mengembangkan sistem produksi, pada tahun 2006 lalu masyarakat bisnis
Amerika Serikat menobatkan Toyota sebagai perusahan terpuji 2 dalam “ The
American Top Admired Companies “.
81
Teknik-teknik perbaikan berkesinambungan ini pada prinsifnya adalah
teknik-teknik manajemen yang sederhana dan didasari “ common sense “
sehingga mudah dipahami dan diterapkan oleh seluruh tingkatan karyawan dalam
organisasi.
Sebenarnya kaizen itu hanya salah satu dari keberhasilan Toyota dalam
mengembangkan industrinya seperti dalam buku laris Toyota Way yang ditulis
Liker ( 2006 : 85 ) yaitu ada 14 prinsif Toyota :
1. Keputusan Manajemen berdasarkan filosofi jangka panjang meskipun pada
sasaran biaya finansial jangka pendek.
2. Menciptakan aliran proses kontinyu yang membawa masalah kepermukaan.
3. Menggunakan sistem tarik ( pull system ) untuk menghindari kelebihan
produksi.
4. Menciptakan keseimbangan beban kerja ( heijunka )
5. Menciptakan kebiasaan menghentikan pekerjaan apabila ditemukan masalah
kemudian menyelesaikan agar memeperoleh kualitas yang tepat sejak awal
( Jidoka ).
6. Menstandarisasikan tugas-tugas sebagai landasan untuk peningkatan terus
menerus dan pemberdayaan karyawan.
7. Menggunakan visual kontrol sehingga tidak ada masalah yang tersembunyi.
8. Hanya menggunakan teknologi yang telah teruji secara seksama dan handal
untuk melayani orang-orang dan proses.
9. Menumbuhkembangkan pemimpin-pemimpin yang memahami secara 82
seksama terhadap pekerajaan dan mampu mengajarkannya pada orang lain.
10. Mengembangkan orang-orang dan tim yang mengikuti filosofi perusahaan
11. Menghormati jaringan kerja dari partner dan supplier melalui “ Challenging “
mereka dan membantu mereka untuk meningkatkan kinerjanya.
12. Pergi dan lihat sendiri untuk memahami situasi secara seksama
( genchi - genbutsu ).
13. Membuat keputusan secara hati-hati ( meskipun lambat ) melalui konsensus,
secara seksama mempertimbangkan semua pilihan ( options ) dan
menerapkan keputusan itu secara cepat ( nemawashi ).
14. Menjadi organisasi pembelajar melalui “ relentless reflection ( hansei ) dan
continuous improvement ( kaizen ).
Dari ke-14 prinsip di atas, kemudian dikelompokan menjadi 4P dari Toyota
Way yang dikemas secara sederhana agar mudah dipahami oleh semua tingkatan
organisasi, mulai dari manajemen puncak sampai pada karyawan operasional
kemudian digambarkan dalam bentuk segitiga selanjutnya dikenal dengan
sebutan “ The 4P Model “.
83
Gambar 3.6 The 4P Model of Toyota Way
The “4P” Model at Toyota way
The Toyota Way
Toyota’s Term
PROBLEM SOLVING
(Continuous Improvement &
Learning)
PEOPLE & PARTNERS (Respect and grow them)
PROCESS
(Eliminate waste) PHILOSOPHY
(Long-Term Thinking)
Respect to People ~ Respect ~ Team Work
Continuous Improvement ~ Challenge ~ Kaizen ~ Genchi Genbutsu
P.T. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA 15
Sumber : Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( 2008: 15 )
Keempat Kelompok tersebut adalah :
1. Philosophy : Pemikiran jangka panjang ( long term thinking ) mencakup
prinsip 1
2. Process : Eliminasi pemborosan ( eliminate waste ) mencakup
prinsip 2,3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
3. People and Partner : ( recpect, challenge and growth them) mencakup prinsip
9, 10, dan 11.
84
4. Problem Solving : ( continuous improvement and learning ) mencakup
Prinsip 12, 13 dan 14.
Dalam aplikasi prinsip-prinsip ini, Toyota membangun Toyota Production
System ( TPS ) yang juga sering disebut Toyota House. Secara simpel Toyota
House terdiri dari 2 pilar utama yaitu Just In time dan Jidoka, dilandasi dengan
fondasi standar kerja dan Kaizen serta atap berupa sasaran yang ingin dicapai
yaitu kualitas terbaik, harga pantas dengan lead time sesingkat mungkin.
Just In time ( JIT ) diterapkan melalui sistem produksi menggunakan
konveyor, atau sistem kerja konveyor, perencanaan produksi berdasarkan
pesanan, takt time dan sistem tarik dan mengalir dengan menggunakan perintah
kerja berupa kartu ( Kanban ), dan proses produksi dibuat rata di setiap lini,
proses dan operator yang dikenal dengan istilah heijunka. Gambaran mengenai
implementasi just in time seperti pasar swalayan dimana pembeli melakukan
langsung pengambilan barang ke rak - rak yang tersedia dimana di tiap rak
terdapat nama barang , terkemas dalam jumlah yang jelas , dan sesuai dengan
kebutuhan pembeli pada saat itu, sejumlah yang diinginkannya, sehingga tampak
effisien, dan ketepatan waktu yang di terapkan pada konsep supply produk. Di
setiap jalur produksi memiliki rak - rak khusus seperti di supermarket ( biasanya
di letakkan di akhir jalur produksi ) ini merupakan konsep dimana proses di depan
menjadi pelaggan/customer (pembeli dalam konsep supermarket ) terhadap proses
sebelumnya, dan proses sebelumnya menjadi supermarket bagi proses di 85
depannya karena menyediakan kebutuhan proses didepannya, ilustrasi sistem tarik
( pull system ) dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut ini :
Gambar 3.7. Perbandingan Produksi Sistem Tarik dan Sistem Dorong
Sumber : Liker ( 2006 : 114 )
Konsep ini selanjutnya lebih dikenal dengan "PULL SYSTEM" atau sistem
tarik yang berlawanan dengan konsep sistem dorong " PUSH SYSTEM" yang
umum dilakukan pada perusahaan lain. jadi proses paling akhir adalah lokomotif
dari proses awal .Sehingga nantinya kecepatan penjualan akan menjadi patokan
dari kecepatan produksi . Ada beberapa alat bantu yang kemudian diciptakan oleh
TAIICHI OHNO untuk mendukung implementasi dari PULL SISTEM ini, yang
paling terkenal adalah kartu order barang yang di kenal dengan sebutan "
KANBAN" yang berisi berbagai jenis informasi penting yang merupakan
86
instruksi kerja di dalam proses maupun antar proses, dari sinilah konsep JUST IN
TIME mulai memiliki gambaran dan struktur yang jelas sebagai sebuah sistem
produksi.
Genba Research ( 2002 ) dalam materi Just In Time Production
menggambarkan bahwa just in time menerapkan konsep memproduksi barang
hanya apa yang diperlukan oleh pelanggan, dalam waktu yang sesuai, dan dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dengan menggunakan
sumberdaya seperti manusia dan mesin seminimal mungkin, melalui proses
produksi yang mengalir, takt time dan sistem tarik. Sehingga keberadaan barang
setengah jadi atau work in process ( WIP ) akan dapat dihilangkan atau
diminimalisir dan akhirnya tercipta proses produksi yang efisien.
Gambar 3.8 Just In Time Production Sumber : Gemba Research ( 2002 )
87
Sedangkan Jidoka yang merupakan pilar kedua dari Toyota Production
System ( TPS ) . berarti otomasi ( automation ). Tapi kalau dilihat dari tulisan "
kanjinya" ternyata artinya lebih dari sekedar otomatisasi karena mengandung
beberapa makna didalamnya yang kurang lebih mesin yang memiliki kecerdasan
manusia. Prinsip JIDOKA di mulai ketika ditemukannya mesin pintal otomatis
oleh SAKICHI TOYODA , dimana alat ini akan berhenti bekerja secara
otomatis bila ada produk yang tidak sesuai atau cacat, sebuah alat khusus yang di
pasang sebagai " sensor " akan terjatuh dan menghentikan mesin secara otomatis.
Jadi Prinsip dari jidoka adalah proses akan terhenti dengan segera ketika terjadi
masalah akibat ketidaknormalan ( abnormality ) dan menghindari untuk
"membuat dan mengalirkan" produk NG ( No Good) kepada proses berikutnya,
alat ini merupakan alat anti salah ( pokayoke ). Dalam perkembangannya proses
juga akan berhenti setelah seluruh proses selesai dikerjakan dan kemudian
memberikan peringatan atau " nada panggil”.
88
Gambar 3.9 Ilustrasi Konsep Jidoka Dalam Toyota Production System Sumber: Suzaki ( 1991 : 98 )
Aktivitas berjalan tidak dengan semestinya bisa di ketahui bila segala
sesuatunya sudah dibakukan sebagai standar. jadi itulah fungsi utama dari
standarisasi, yaitu untuk mengetahui apakah ada penyimpangan yang terjadi bila
proses dilakukan sesuai standar, sehingga nantinya standar operasi yang sudah
dibuat merupakan referensi dari sebuah perbaikan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kualitas atau menurunkan biaya, mencapai tingkat efisiensi yang
lebih baik secara berkelanjutan (KAIZEN) . Karena dengan adanya standar
operasi maka kita akan mudah menemukan apa yang dikenal dengan "MUDA"
atau pemborosan yang terjadi dalam proses .Jadi jidoka pada dasarnya
menekankan kepada sebuah kerja mesin yang otonom atau mandiri dikarenakan 89
memiliki "kecerdasan" dalam menghasilka produk berkualitas sesuai standar dan
menghindari membuat produk yang mengalami penyimpangan ( abnormal /
reject), Jidoka dalam pelaksanaanya berpengaruh pada peningkatan kualitas
produk, dan dari konsep ini juga lahir konsep yang progresif saat ini yaitu Build
In Quality.
Selain Pokayoke pada saat proses produksi pada sistem konveyor/ ban
berjalan juga di kenal "ANDON" yaitu sebuah alat yang memberikan otoritas
besar pada operator untuk menghentikan proses bila terjadi ketidak normalan,
sehingga timbul metode "STOP, CALL, WAIT" dimana operator akan menarik
andon untuk menghentikan proses. Andon otomatis akan menginformasikan
kepada kepala regu atau atasan terkait untuk datang ke area bermasalah
sementara Operator akan menunggu perintah selanjutnya dari atasannya.
Gambar 3.10 Implementasi Konsep Jidoka Dalam Alat Kerja
Sumber : Suzaki ( 1991 : 100 ) 90
Dan untuk mengembangkan rasa memiliki dari operator maka operator di beri
arahan yang jelas mengenai sebuah prinsip dari proses produksi, dimana setiap
operator adalah supplier dari proses di depannya tetapi juga merupakan pelanggan
dari proses sebelumnya sehingga di kenal istilah "Next process is Customer" dan
juga prinsip bahwa "Every operator is inspector" sehingga kualitas setiap produk
yang akan dibuat merupakan tanggung jawab si operator sendiri, sehingga untuk
mensosialisasikan prinsip- prinsip diatas sangat mudah dijumpai di perusahaan
Jepang di Indonesia.
Konsep Jidoka telah berkembang begitu pesat karena dapat diterapkan
dimana saja dan dalam produksi apa saja termasuk industri jasa, dari konsep inilah
muncul semboyan “ Tidak menerima barang jelek, tidak membuat barang jelek
dan tidak meneruskan barang jelek “. Semua metode dan segala bentuk usaha di
atas akan mengalir dan bermuara pada prinsip yang merupakan penunjang utama
dari JIDOKA yaitu " Build In Quality”, untuk menuju "High quality product with
low production cost “. Serta pemisahan antara kerja orang dengan kerja mesin
maka dikenal istilah Tabel Standar Kerja ( TSK ) dan Tabel Standar Kerja
Kombinasi ( TSKK ), yaitu tabel penggabungan antara kerja manusia dengan
kerja mesin.
91
3.7.1. TPS- jishuken
Jishuken merupakan penjabaran dari Toyota Production System ( TPS ) yang
telah dikembangkan sebelumnya yaitu P yang ke-3 dari 4P Model Toyota Way
( People and Partner ).
Jishuken diambil dari bahasa asalnya Jishu (自主) yang artinya independen /
sendiri dan Kenkyu (研究) yang artinya investigasi masalah, dengan demikian
Jishuken artinya investigasi masalah secara independen dan mandiri, konsep ini
dikembangkan secara agresif oleh Toyota dalam rangka memacu peningkatan
kualitas (Quality ), penurunan harga atau biaya melalui efisiensi ( Cost
Reduction ), mempercepat penyampaian produk kepada pelanggan (Delivery ),
produk yang dihasilkan aman untuk dipakai ( Safety ), Pelayanan purna jual
yang cepat ( Moral ), produk dihasilkan dengan cepat dan waktu tunggu
yang relatif pendek ( Productivity ), dan produk yang ditawarkan kepada
pelanggan ramah lingkungan sehinga tidak sulit saat pembuangan akhir dari
produk ( Environmental Friendly ). Baik di internal Toyota maupun di mitra-
mitranya sebagai vendor yaitu para pemasok komponen Toyota, hal ini bertujuan
untuk meningkatkan akselerasi persaingan industri yang semakin ketat, meliputi
kualitas, sistem, dan metode proses. Dengan demikian penerapan konsep yang
setara diantara pemasok dengan pemasok maupun Toyota itu sendiri diharapkan
akan memuluskan sistem produksi, sehingga tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu
produk berkualitas tinggi, dengan biaya rendah dibanding pesaing dan waktu
tunggu yang relatif pendek akan mudah dicapai. 92
3.7.2. Konsep dasar TPS
Konsep dasar TPS mengacu pada sasaran sesuai rumah Toyota ( Toyota
House ) yaitu membuat kendaraan dengan kualitas terbaik, harga lebih murah,
dengan penyerahan produk tepat waktu kepada lebih banyak orang.
TPS merupakan aktivitas keseluruhan perusahaan, berdasarkan pada
kesadaran untuk menghilangkan pemborosan 3M ( Muda, Mura, dan Muri ) ,
mencari rasionalitas cara manufaktur dan mengembangkan teknik manufaktur
yang lebih baik TMMIN ( 2008 )
TPS mengenal 8 jenis muda dalam bahasa Indonesia Mubazir dan ini
merupakan pemborosan dan tidak mempunyai nilai tambah, dan harus dihilangkan
atau diminimalisir :
1. Muda karena produksi berlebih ( Over Production )
2. Muda karena menunggu ( Waiting )
3. Muda karena pengangkutan ( Conveyance )
4.Muda karena proses ( Process )
5. Muda karena inventory/stok ( Inventory/Stock )
6. Muda karena gerakan ( Motion )
7. Muda karena perbaikan,rework atau repair ( Rework/Repair/Correction )
8. Muda karena ketidakpedulian terhadap masukan anak buah (Unawareness).
Goal yang akan dicapai dalam konsep bisnis Toyota di gambarkan dalam
Toyota House Gambar 3.11.
93
Gambar 3.11 Toyota House
Toyota House Goal: Kualitas terbaik, Harga pantas, Lead Time sesingkat mungkin
Just-In-Time
• Sistem
konveyor • Takt Time • Sistem tarik • Heijunka
Standardized Work
Jidoka
• Stop ketidaknormalan
• Memisahkan kerja manusia dan kerja mesin
Kaizen
P.T. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA 77
Sumber : Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( 2008 : 77 )
3.7.3 Konsep biaya dalam TPS
3.7.3.1 Karakteristik industri otomotif dan implikasinya
Dalam perencanaan biaya dalam industri otomotif harus didesain sedemikian
rupa agar didapat rumusan harga produk yang kompetitif di pasaran, hal ini
menjadi penting karena akan secara langsung membentuk pencitraan perusahan
dimata customer namun demikian industri otomotif termasuk komoditas
internasional dan harganya mahal, produk tahan lama dan memerlukan investasi
yang sangat besar dan pengembangan jangka panjang ( long term development ),
94
tapi selalu berhadapan dengan kompetisi pasar yang selalu ketat, sehingga cost
management sangat berperan dalam mempertahankan stabilitas pertumbuhan dan
untuk mencapai sukses dalam bisnis otomotif. 3.7.3.2 Konsep biaya
(1) Pendekatan Tradisional :
Harga Jual = Biaya + Untung
(2) Filosofi Toyota Production System
Untung = Harga Jual - Biaya
Konsep biaya dalam pendekatan tradisional bahwa Harga ditentukan oleh
produsen hal ini sangat bertentangan dengan konsep global, sementara konsep
biaya pendekatan filosofi TPS, Customer yang menentukan harga ( selling price )
sehingga konsepnya adalah : Keuntungan didapat karena adanya selisih dari harga
dan biaya, dengan konsep ini akan memunculkan pemikiran yang bersifat
strategik yaitu untuk menaikan keuntungan diperlukan pengeluaran biaya yang
efisien. 95
Gambar 3.12 Metode Peningkatan Profit Pendekatan Filosofi Toyota
Metode Meningkatkan Profit
(1) Naikkan Harga Jual Profit
(2) Pengurangan Biaya (Cost Reduction)
Profit Selling Price
Cost Cost
Selling Price Cost
Profit Cost
Selling Price
Metode untuk Meningkatkan Profit
Naikkan Harga Jual Demand > Supply Turunkan biaya Demand < Supply
TOYOTA
P.T. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA 9
Sumber : Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( 2008 : 9 )
3.7.4 Implementasi TPS
Dalam implementasinya TPS terbagi ke dalam 2 kategori yaitu kategori
sistem produksi meliputi Just in Time, Flow process, dan improvement ( Kaizen )
dan kategori Kualitas ( Quality Assurance Chain / QAC ). 96
Gambar 3.13 Peran TPS Dalam Manufakturing
PERAN TPS DALAM MANUFACTURING MAN
(Labor Productivity) MATERIAL
QUALITY
(Must meet standards)
QUANTITY (Material Productivity)
MACHINERY
(Machine Productivity)
METHODS (TPS)
(Must produce require volume)
COST (Able to lower as much as possible)
SAFETY Importance of labor Productivity in performing cost reduction
Bagaimana enerapkan metoda terbaik Bagaimana memproduksi dengan cara efisien
P.T. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA 12
Sumber : Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( 2008: 12 )
3.7.5. Tahapan dalam TPS kaizen
Aktivitas Kaizen dalam TPS terdiri dari 17 step yang berjalan secara terus
menerus atau berkesinambungan diawali dengan pengecekan safety dan diakhiri
dengan rencana aktivitas berikutnya, dengan demikian hal itu menggambarkan
bahwa TPS harus dilakukan tanpa henti untuk mencapai hasil yang optimal,
proses yang terus berlanjut ini disebut “ Yokoten “
97
Gambar 3.14 Tahapan Implementasi TPS 1. SAFETY ASSURANCE 1. Patrol Check Base On “ STOP 6 “ by Jishuken Team 2. Making rank criteria by company management 3. Confirm Actual Patrol Check by Company Management 4. Company Decision ( Ranking Category) 5. 4M Analysis 6. Countermeasure for Safety Assurance (Permanent & Temporary base on 4 M) 7. Company Standardization ( Linked to Productivity & Quality)
1.1. Patrol check & Mapping worksite (all Areas) by Jishuken Team 1.2. Identify hazard (danger point) of each process base on "STOP 6" criteria 1.3. Confirmation patrol & Mapping result with Supplier Management 1.4. Risk assessment and rank down (company decision) the result base on "STOP 6" 1.5. Analyze with 4M 1.6. Improvement / kaizen to prevent accident at workplace (permanent /temporary
countermeasure base on 4M) 1.7. Standarized work for company wide (linked to productivity & Quality)
2. THEME SELECTION 8. Data Collection 9. Discuss With Supplier ( host Plant ) 10. Theme Selection
2.1 Summary Order Last 6 Months Vs Actual Delivery data 2.2 Forecast Order for Next 3 Months 2.3 Rejection data for last 6 month (internal and claim) 2.4 Stock Qty and Process L/T 2.5 Company Organization
3. Make Part Flow chart ( PFC ) “ Before “ 11. Make Proces Flow Table 12. Draw PFC
3.1. Process map (Total)
3.2. Process map by group (Welding,Assy,etc) related to model line 3.3. Machine List 3.4. Loading machine per day (before) 3.5. PQ Chart machine 3.6. Down time machine 3.7. Part name & Material List
4. ARRANGE SMOOTH FLOW (SEIRYUKA) 13. Check Machine Loading Capacity 14. Sep Up Fix Part on Each Machine (Temporary Standard for Material & Machine)
15. Set up PFC Target Image 16. Arrange Smooth Flow
4.1. PFC target 4.2. Loading per day ( Target ) 4.3. PQ Chart Machine ( Target)
5. SET TEMPORARY STANDARD 17. Training and Simulation game
98
18. Make Store 19. Make Temporary Standard Job ( Man & Methode) 20. Keep Temporary Standard
5.1. T S K K 5.2. Standard work Chart 5.3. Yamazumi chart 5.4. Model Line standard work type (type 1,2,3) 5.5. Working Instruction 5.6. MP calculation 5.7. Skill Matrix 5.8. Lay Out (before) 5.9. Delivery Route
5.10. Current delivery Pattern 5.11. Shipping Operation Diagram (SOD) 5.12. Ware House Lay Out
6. CONFIRMATION TRIAL 21. Confirm Implementation from "PUSH" to "PULL" System for Several Days (Maximum 1 week trial)
Change information issue methods Use "Temporary internal kanban"
Current Stagnation condition
6.1. Set Temporaary Standard by 4M 6.2. Time & Volume confirmation 6.3. Yamazumi chart 6.4. PQ Chart machine (target)
7. MAKE PART AND INFORMATION FLOW CHART (PIFC) “BEFORE” 22. Add information Flow on PFC 23. Grasph current condition/ information ( With 5W2H) 24. Lead Time Calculation (“Before” means that the condition was after setting temporary standard)
7.1. PIFC before condition 7.2. 5W2H information flow kaizen direction 7.3. Order Method 7.4. Truck data 7.5. Delivery data ( Plan Vs Actual ) 7.6. Truck loading Volume 7.7. Truck Loading effeciency 7.8. Part Lay out at truck
8. MAKE PART AND INFORMATION FLOW CHART (PIFC) “IDEAL” 25. Draw PIFC without any Stagnation on Part & Information 26. Lead Time Calculation
8.1. PIFC ideal condition 8.2. 5W2H information flow kaizen direction
9. GAP / PROBLEM ANALYSIS 27. To Compare “Before” and Ideal Condition 28. List Up Gap/Problem 29. Setting Priority of problem to be improved
99
30. Problem Analysis by 4 M 9.1. Gap analysis (Part & Information at shipping, production,procurement) 9.2. Gap & Problem analysis by 4M
10. SET UP JISHUKEN TARGET 31. Decide Kaizen Direction Base on Priority for Each Process 32. Set up Target Condition
Decide Control Point for : - Process Performance Target - Result Performance Target
10.1. Jishuken Target by 4M 10.2. Way of Thinking ( PIFC )
11. MAKE PART AND INFORMATION FLOW CHART (PIFC) “TARGET” 33. Draw PIFC Target 34. Decide What Supporting Tools Should be Made 35. Lead Time Calculation Base on Target 36. Get Supplier's Top Management Commitment
11.1. PIFC Target 11.2. 5W2H information flow kaizen direction
12. SET JISHUKEN GROUP AND SCHEDULE 37. Decide Group Base on necesarry kaizen to be done (Set Role and Responsibility of member)
38. Decide Daily Schedule Activity & Follow Up System (Periodic Discussion with Supplier's Top Management)
12.1. Jishuken organization structure 12.2. Activity Planning 12.3. Yamazumi chart
13. KAIZEN ACTIVITY 39. 'Nemawasi' to Related Shop Floor to Get Request & Support (Self Introduction,explain the purpose & ask for Request)
40. Data Processing & Temporary Tools Making 41. Self Simulation 42. Formal Tools Making 43. Make S/W,Supervisory Role & Abnormality Rule
13.1. T S K 13.2. T S K K 13.3. MP Loading 13.4. Abnormality Rules 13.5. Supervisory Rules
13.6. Standarized work availability (Old + New Total ) 13.7. Truck Route 13.8. Shipping Operation Diagram (SOD) 13.9. Delivery Pattern 13.10. # of Kanban 13.11. Kaizen activity
- Shortening L/T - Pallet Stock reduction
100
- Process combining 13.12. T S K K 14. TRAINING AND TRIAL 44. Conduct Training to Related Operator / Leader 45. Trial New System 46. Monitoring & Follow Up ( Using Check Sheet)
14.1. Training & trial 14.2. Downtime machine data ( Problem) 14.3. Machine Efficiency 14.4. Skill Matrix 14.5. Check Sheet of Supervisory rules 14.6. Reject part monitoring sheet 14.7. Daily equipment Checklist
15. TRIAL RESULTS EVALUATION 47. Analyze Actual Result vs Target / Standard - Check Fluctuation of Actual with Standard for each Control Point - Run This Step for Several Times - Check Operator walking, Motion and Feeling ( Eyesight,hearing,touch,smell,etc)
15.1. Truck Delivery efficiency 15.2. Improvement activity image 15.3. Mid Review problem finding 15.4. Line balancing 15.5. Productivity 15.6. Remaining & Next target planning 15.7. 5W2H information flow kaizen direction
16. MAKE STANDARDIZED WORK 48. Make Visualization Control for 4M 49. Set Supervisory Role 50. Daily Maintenance by Management Refer to Decided Control Ponit
16.1. Part Delivery Preparation graph 16.2. Part Loading Graph 16.3. Departure & Arrival of Truck graph 16.4. Productivity Progress Analysis 16.5. Absence Progress Analysis 16.6. Quality Progress Analysis 16.7. T S K 16.8. T S K K 16.9. Work Instruction
16.10. Visual Control (Addresing,delay,advance,safety) 16.11. Gentan-I Process
17. SET NEXT STEP KAIZEN TARGET 51. Suggest Kaizen Recommendation to Supplier for Level Up Activity 52. Continue Remaining Kaizen
17.1 Next Kaizen direction 17.2. Improvement activity Planning
Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2008 )
101
3.8. Tinjauan Tentang Cost Effectiveness
Efisiensi dan produktivitas pernah menjadi ukuran kinerja yang terkenal
dalam manajemen tradisional , pada waktu manajemen lebih memfokuskan
perhatian kepada masalah-masalah intern perusahaan, efisiensi dan produktivitas
merupakan ukuran kinerja yang pas dengan prinsif-prinsif manajemen pada waktu
itu. Suatu perusahaan dipandang sukses jika mampu mengkonsumsi masukan
secara efisien atau menghasilkan keluaran ( output ) secara produktif. Prinsif
manajemen seperti ini cocok diterapkan pada lingkungan bisnis dimana produsen
sebagai pemegang kendali bisnis menurut Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 244 ).
Untuk mewujudkan tujuan perusahaan sebagai institusi pencipta kekayaan,
ada tiga kegiatan utama yang harus ditempuh : (1) mendesain produk dan jasa
yang menghasilkan value terbaik bagi customer, (2) memproduksi produk dan jasa
secara cost effective, (3) memasarkan produk dan jasa secara efektif kepada
customer.
Di lingkungan bisnis global, produsen tidak lagi mengendalikan bisnis,
namun customerlah yang memegang kendali . Kompetisi yang dihadapi oleh
perusahaan sekarang jauh lebih tajam, kemampuan perusahaan untuk melakukan
improvement berkelanjutan terhadap proses yang digunakan untuk menghasilkan
produk dan jasa bagi customer menentukan kelangsungan hidup perusahaan.
Di dalam lingkungan bisnis seperti itu, fokus perhatian manajemen tidak lagi
cukup diarahkan pada masalah-masalah internal perusahaan, namun perlu
102
difokuskan pada pihak eksternal yaitu customer. Dengan demikian ukuran kinerja
harus didesain untuk membentuk perilaku manajemen yang sesuai dengan
tuntutan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan. Fokus perhatian
manajemen yang salah akan membahayakan kelangsungan hidup perusahaan,
maka untuk itu diperlukan pergeseran ukuran kinerja dari yang hanya efisiensi
dan produktivitas ke arah cost effectiveness. 3.8.1 Ukuran kinerja efisiensi dan produktivitas
Konsep efisiensi berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses mengkonsumsi
masukan untuk menghasilkan keluaran tertentu, konsep produktivitas berkaitan
dengan seberapa jauh suatu proses menghasilkan keluaran dengan mengkonsumsi
masukan tertentu. Efisiensi dan produktivitas merupakan suatu ukuran tentang
seberapa efisien suatu proses mengkonsumsi masukan dan seberapa produktif
suatu proses menghasilkan keluaran. Efisiensi merupakan ratio antara keluaran
dan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada keluaran yang dihasilkan
oleh suatu proses.
Efisiensi dan produktivitas hanya memfokuskan hubungan antara masukan
dengan keluaran. Proses sama sekali tidak dipertimbangkan dalam perhitungan
ratio masukan dengan keluaran. Jika terjadi penyimpangan dalam efisiensi atau
produktivitas, tidak ada usaha untuk mencari penyebabnya dalam proses , oleh
karenanya ukuran efisiensi dan produktivitas tidak mengarahkan perhatian
manjemen kepada improvement proses.
103
3.8.2. Ukuran kinerja cost effectiveness
Konsep Cost Effectiveness dilandasi oleh customer value minset. Mind set ini
memfokuskan usaha manajemen untuk menghasilkan keluaran memuaskan
kebutuhan customer. Konsep cost effectiveness memasukan komponen customer
dalam hubungan antara masukan, proses dan keluaran, disamping itu cost
effectiveness juga dilandasi oleh continuous improvement mindset.
Dalam konsep cost effectiveness fokus perhatian manajemen ditujukan untuk
mengarahkan konsumsi masukan ke aktivitas penambah nilai dengan cara
mengurangi dan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah .Gambar
3.15 mengilustrasikan konsep cost effectiveness dalam komponen kegiatan bisnis
customer value mindset, dari skema tersebut dapat terlihat mana faktor yang
memberi nilai tambah dan mana yang tidak memberi nilai tambah, bahwa setiap
aktivitas harus mempunyai nilai cost effectiveness dan mengeliminasi kegiatan
yang tidak memberi nilai tambah ( cost ineffectiveness ).
104
Gambar 3.15 Konsep Cost Effectiveness Dalam Komponen Kegiatan Bisnis Menurut Customer Value Mindset
Cost effectiveness
Proses
Cost effectiveness
Masukan
Aktivitas penambah nilai
Aktivitas bukan penambah nilai
Keluaran
Customer
Sumber : Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 274 ) Cost ineffectiveness
Cost ineffectiveness
3.8.3. Mengukur cost effectiveness suatu proses
Dalam proses pembuatan produk diperlukan troughput time yang
merupakan keseluruhan waktu yang diperlukan untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi. Troughput time dibagi menjadi 4 komponen seperti disajikan
dalam gambar berikut. Pada gambar tersebut dilukiskan berbagai jenis waktu yang
membentuk troughput time dan dua jenis aktivitas yang mengkonsumsi waktu
tersebut : aktivitas penambahan nilai dan aktivitas penambahan nilai. Proses
produksi yang ideal akan menghasilkan troughput time sama dengan processing
time. Ukuran efisiensi proses produksi dihitung dengan membandingkan
105
processing time dengan troughput time yang dikenal dengan istilah cycle
effectiveness, seberapa besar aktivitas bukan penambah nilai dikurangi dengan
dihilangkan dari proses pembuatan produk dapat diukur melalui CE dengan
formula :
Jika proses pembuatan produk menghasilkan produk sebesar 100% maka
aktivitas bukan penambah nilai telah dapat dihilangkan dalam proses pengolahan
produk, sehingga customer tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas
bukan penambah nilai bagi mereka, sebaliknya jika proses pembuatan produk
menghasilakan CE kurang dari 100 % berarti proses pengolahan produk masih
mengandung aktivitas bukan penambah nilai bagi customer.
Gambar 3.16 Unsur waktu yang membentuk throughput time
dan jenis aktivitas yang mengkonsumsi waktu tersebut
Value-added activities
Throughput time = Processing + Inspection + Moving + Waiting / Storage Time Time Time Time
Non-value added acctivities
Sumber : Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 369 )
106
Cost Effectiveness proses dihitung dengan persamaan :
CE = Processing Time
Throughput Time
Ukuran CE tersebut dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan
program pengurangan dan penghilangan aktivitas bukan penambah nilai dan
improvement terhadap aktivitas penambah nilai melalui activity selection dan
activitiy sharing seperti diilustrasikan pada gambar berikut :
Gambar 3.17 Strategi Untuk Menurunkan Processing Time dan
Mengurangi Aktrivitas Bukan Penambah Nilai JIT Manufacturing
TQC
Cellular
JIT
Zero Defect Manufacturing Zero Inventory Throughput = Processing + Inspection + Moving + Waiting/Storage Time Time
Value-added activities
Time Time Time Non-value added activities
Sumber : Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 370 )
107
3.8.4 Keunggulan pengukuran kinerja cost effectiveness
Dari uraian diatas dapat dilihat keunggulan konsep cost effectiveness
sebagai pengukur kinerja dibandingkan dengan konsep cost efficiency dan
produktivitas :
1) Konsep cost effectiveness memasukkan customer ke dalam model pengukuran
kinerja, sehingga memungkinkan manajemen memfokuskan usahanya untuk
melakukan improvement terhadap proses berdasarkan sudut pandang
customer. Konsep efisiensi dan produktivitas berfokus ke kepentingan intern
organisasi, tanpa memperhatikan manfaat peningkatan efisiensi dan
produktivitas tersebut bagi customer. Suatu usaha yang tidak bermanfaat bagi
customer mamiliki resiko tidak akan didukung oleh customer, dan pada
gilirannya tidak akan ada yang menyediakan dana untuk membiayai usaha
tersebut.
2) Konsep cost effectiveness menganalisis proses menjadi aktivitas penambahan
nilai dan aktivitas bukan penambah nilai, sehingga memungkinkan
manajemen melakukan pengelolaan aktivitas (activity management) untuk
menghasilkan pengurangan biaya secara signifikan bagi kepentingan
customer. Konsep efisiensi dan produktivitas berhenti setelah ratio masukan
dengan keluaran selesai dihitung. Konsep terakhir ini tidak memberikan arah
strategi yang harus ditempuh oleh managemen didalam meningkatkan
efisiensi dan produktivitas.
108
3) CE sebagai ukuran kinerja lebih halus dan rinci untuk mencerminkan
aktivitas konsumsi masukan yang digunakan untuk menghasilkan keluaran.
Dari ukuran ini dapat diketahui berapa persen aktivitas bukan penambah nilai
bagi customer. Dengan informasi ini fokus usaha managemen dapat
diarahkan ke pengurangan dan penghilangan aktivitas bukan penambah nilai
bagi customer. Konsep efisiensi dan produktivitas merupakan ukuran kasar
yang hanya mencerminkan hubungan antara masukan dan keluaran, tanpa
dapat menjelaskan untuk aktivitas macam apa masukan tersebut dikonsumsi,
dengan demikian efisiensi dan produktivitas tidak mengarahkan usaha
managemen untuk secara efektif mangkonsumsi masukan.
3.9. Manfaat Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja mempunyai nilai manfaat diantaranya :
a) Menelusuri kinerja terhadap harapan customer sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat pada customer dan membuat semua orang dalam
organisasi terlibat dalam upaya pemenuhan terhadap kepuasan customer.
b) Dapat memotivasi karyawan untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari
mata rantai pelanggan dan pemasok secara internal.
c) Mengidentifikasi berbagai pemborosan dan mendorong upaya-upaya
mengeliminasi permborosan.
d) Membuat suatu tujuan menjadi lebih kongkrit sehingga mempercepat
pembelajaran organisasi.
109
3.9.1. Aspek yang diukur dalam cost effectiveness
Melalui pengukuran kinerja berdasarkanikan pendekatan cost effectiveness
akan mendorong manajemen agar tidak hanya memberikan perhatian pada
kepentingan internal perusahaan tapi juga akan mendorong manajemen untuk
mencari solusi dalam bentuk improvement yang mempunyai nilai tambah bagi
customer. 3.9.1.1 Kinerja perspektif keuangan
Ukuran kinerja keuangan menunjukan apakah strategi, sasaran strategi,
inisiatif strategi dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam
menghasilkan laba perusahaan, ukuran kinerja perspektif keuangan umumnya
diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan stakeholders value.
Dalam penerapan cost effectiveness untuk mengukur kinerja dari perspektif
keuangan, perusahaan perlu menentukan sasaran strategik yang berkaitan dengan
kemampuan perusahaan di bidang keuangan untuk bertahan hidup, berhasil, dan
sejahtera, dan kemudian menentukan ukuran hasi ( outcome measure ) untuk
sassaran strategi tersebut. Di bawah ini contoh penentuan sasaran strategi dan
ukuran hasil dari perspektif keuangan :
110
Gambar 3.18 Ukuran Kinerja Dari Perspektif Keuangan Sasaran Strategi
Bertahan hidup ( Survive ) Berhasil ( Success )
Sejahtera ( prosper )
Sumber : Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 372 )
3.9.1.2 Kinerja perspektif pelanggan
Ukuran Hasil
Arus Kas Pertumbuhan penjualan, pendapatan,pertumbuhan laba operasi. Kenaikan pangsa pasar dan ROE
Dalam lingkungan bisnis dimana customer yang memegang kendali,
manajemen puncak mulai berkepentingan untuk mengukur kinerja perusahaan
dari perspektif customer. Konsep cost effectiveness menuntut manajemen untuk
menterjemahkan visi organisasi ke dalam sasaran-sasaran strategik yang benar-
benar ditujukan untuk memuaskan kebutuhan customer.
Kepentingan customer pada umumnya dapat dikelompokan ke dalam empat
golongan: waktu, kualitas, kinerja dan pelayanan serta biaya. Waktu yang menjadi
kepentingan customer adalah lead time- waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan customer. Kualitas bagi customer diukur dari tingkat produk
cacat yang dikembalikan oleh customer ( customer claim ), kualitas juga diukur
dari ketepatan waktu penyerahan produk ( on time delivery ), keakuratan prakiraan 111
penyerahan produk yang dilakukan oleh perusahaan. Kombinasi kinerja dan
layanan mencerminkan kemampuan produk untuk menciptakan value bagi
customer.disamping waktu, kualitas, kinerja dan pelayanan, perusahaan masih
berkepentingan terhadap biaya produk yang dihasilkan, bagi customer, biaya
produk yang dikeluarkan oleh produsen merupakan harga yang harus dibayar
kepada penjual, dan harga ini hanya merupakan salah satu komponen biaya bagi
customer. Disamping harga customer masih harus mengeluarkan biaya order,
penerimaan, pembayaran, inspeksi, handling, scap, rusak atau susut dalam
penyimpanan,pengerjaan kembali ( rework ).
Dalam penerapan cost effectiveness untuyk pengukuran kinerja perspektif
customer, perusahaan harus menentukan sasaran strategik yang berkaitan dengan
waktu, kualitas, kinerja dan layanan disamping biaya, dan kemudian menentukan
ukuran hasil ( outcome measure ). 3.9.1.3 Kinerja perspektif internal proses
Kinerja perusahaan dari perspektif customer didapat dari proses bisnis intern,
manajemen harus memfokuskan perhatian pada proses bisnis intern yang menjadi
penentu kepuasan customer. Perusahaanharus memilih proses dan kompetensi
yang menjadi unggulannya dan menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja
dan kompetensi misalnya memilih proses inovasi dan proses operasi menjadsi
unggulannya. Proses inovasi diukur lead timenya untuk mendapatkan kecepatan
waktu yang dibutuhkan perusahaan, proses operasi diukur dari cycle
112
effectivenessnya, untuk mendapatkan keunggulan perusahaan dalam menghasilkan
produk dengan hanya menggunakan value added activities. Sebagai perusahaan
yang inovatif, secara cepat menghadirkan produk-produk yang memenuhi
kebutuhan customer. Perusahaan akan terkenal sebagai produsen yang cost
effectiveness karena mampu menghilangkan non value addaed activities dari
aktivitas proses operasinya, sehingga produk yang hasilkan berbiaya rendah
menyaingi produk serupa yang dihasilkan pesainnya.
Dalam menerapkan konsep cost effectiveness untuk pengukuran perspektif
intern bisnis ,perusahaan perlu menentukan sasaran strategik yang berkaitan
dengan cycle time , kualitas, keterampilan karyawan, produktivitas, dan kemudian
menentukan ukuran hasil ( outcome measure ) untuk setiap sasaran strategik
tersebut.
3.9.1.4 Kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Dengan kinerja perspektif customer, karyawan perusahaan dimotivasi untuk
menghasilkan value terbaik bagi customer. Dengan ukuran kinerja dari perspektif
prosen intern bisnis, personel perusahaan termotivasi untuk senantiasa melakukan
improvement terhadap proses yang digunakan untuk menghasilkan value bagi
customer. Ukuran kinerja dari kedua perspektif tersebut secara bersama-sama
memotivasi personel perusahaan untuk berhasil dalam memenangkan persaingan..
Persaingan yang tajam dalam lingkungan bisnis global mednuntut perusahaan
untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap produk dan proses .
113
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, kemampuan perusahaan dalam
meluncurkan produk baru, menciptakan lebih banyak value bagi customer, dan
kemampuan untuk melakukan improvement terhadap cost effectiveness proses
yang digunakan untuk menghasilkan value bagi customer merupakan penentu
keberhasilan perusahaan dalam pertumbuh dalam lingkugan bisnis. Kemampuan
perusahaan tersebut sangat ditentukan oleh kompetensi dan komitmen sumber
daya manusia dan ketersediaan prasarana, sarana dan teknologi.Oleh karena itu
manajemen perlu menentukan ukuran kinerja untuk memotivasi peningkatan
kompetensi dan komitmen sumberdaya manusia dan ketersediaan prasarana,
sarana,dan teknologi yang tersedia.
Dalam penerapan cost effectiveness untuk pengukuran kinerja dari perspektif
pembelajar dan pertumbuhan perusahaan perlu menentukan sasaran strategik yang
berkaitan dengan strategi kompetensi dan komitmen, kemudian menentukan
ukuran hasil ( outcome measure ) untuk setiap sasaran strategik tersebut.
3.10. Analisis Hubungan TPS dan Balance Scorecard Sebagai
Dasar Cost Effectiveness
Balance Scorecard merupakan alat manajemen yang digunakan untuk
mengukur strategi secara komprehensif dengan pola manajemen strategis
menurut Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 307 ) dan juga merupakan perangkat
manajemen kontemporer untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam
melipatgandakan keuntungan,
114
sementara TPS merupakan metode produksi terapan yang berorientasi
penyederhanaan proses untuk mengurangi cost, maka hubungan antara
implementasi TPS dan Balance Scorecard sebagai dasar cost effectiveness dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 3.19 Hubungan TPS dan Balance Scorecard Sebagai Dasar
Cost Effectiveness. 3.11 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang menjadi latar belakang ditulisnya karya akhir ini,
mulai dari fenomena, identifikasi masalah, judul, daftar pustaka, landasan teori,
hingga rencana strateginya tersaji dalam bentuk gambar berikut ini: 115
LATAR
Gambar 3.20 Langkah Perumusan Strategi Cost Effectiveness
INPUT
LATAR BELAKANG Implementasi
Global Sourcing, meningkatkan
jumlah kompetitor
(PERMASALAHAN) 1. INOAC tidak memiliki rumusan strategi
yang mengarah pada cost dan orientasi customer.
2. Belum ada analisis potensi 3. Belum pernah dilakukan pengukuran
kinerja Perspektif Nonfinansial yang fokus
pada customer PROCESS
1. Pengukuran Kinerja 2. Analisa Faktor Strategis
(SWOT)
OUTPUT Rumusan Strategi Cost
Effectiveness OUT COME
Pendapatan Perusahaan Meningkat profit
meningkat Kepercayaan pelanggan
meningkat Terciptanya loyalitas
pelanggan
BELAKANG Tuntutan
pelanggan kualitas baik harga lebih
rendah waktu penyerahan
pendek
Dengan melihat kondisi seperti di atas maka dapat dirumuskan strategi obyektif
Cost Effectiveness yang akan dicapai melalui penerapan kosep Toyota Production
System ( TPS ) yang diidentifikasi “ Dua Tema Strategik yaitu : 116
1). Menaikan Produktivitas Karyawan untuk menurunkan biaya produksi
melalui penurunan Cost Of Goods Manufacturing dan Cost Of Goods Sold,
menurunkan inventory, meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan melalui
pengiriman tepat waktu, meningkatkan efisiensi proses melalui
penyederhanaan proses dan meningkatkan kapabilitas proses serta penggunaan
seluruh sumberdaya.
2). Menurunkan Lead Time Produksi dengan memperpendek proses dan
mengurangi biaya inventory diukur menggunakan Indicator Inventory Cost
( IIC ) dan Indicator Material Turnover ( IMT ), visualisasi keberadaan stok
untuk mempermudah pengontrolan, memperkecil penggunaan areal
penyimpanan dan menetapkan sistem tarik atau pull sytem melalui penerapan
Kanban, secara skematis dapat dilihat pada gambar 3.21. 117
Gambar 3.21 Alur Pemikiran Strategi Cost Effectiveness Melalui
Business Mapping Strategy ,
Sumber : Hasil penelusuran improvement di PT IRC Inoac Indonesia
118
BAB IV
PENDEKATAN PERENCANAAN STRATEGI
4.1 Pengumpulan Informasi
4.1.1 Tempat penelitian
Aktivitas penelitian mengenai perumusan strategi cost effectiveness
melalui konsep bisnis Toyota Production System ( TPS ) merupakan studi kasus
dari PT. IRC INOAC INDONESIA yang beralamat jalan Agarindo Raya KM 6
Desa Sukamantri Pasar Kemis Tangerang.
4.1.2 Jadwal penelitian
Aktivitas penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 8 ( delapan ) bulan
dengan rincian kegiatan sebagai berikut.
1. Persiapan dan aktivitas TPS
2. Pengolahan data
3. Penulisan thesis
: 3 bulan
: 2 bulan
: 3 bulan
119
Fase
N o
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
JADUAL KEGIATAN Bulan Tahun 2009 - 2010
Kegiatan 9 10 11 12 1 2
3
4 1 Identifikasi Masalah
Persiapan
2 3
Pengumpulan Literatur
Proposal dan
Seminar
Pengolahan
data
Penulisan
4 Pengumpulan Data
Lapangan
5 Pengolahan Data dan
Analisis
6 Penyusunan Thesis
Thesis 7 Sidang Thesis
8 Perbaikan Thesis
4.1.3 Metode penelitian
Metode penelitian dalam karya akhir ini bersifat deskriptif, karena penulis
ingin memberikan gambaran secara detail tentang rumusan strategi bagi PT. IRC
INOAC INDONESIA melalui perumusan strategi yang bersifat aplikatif, yaitu
strategi cost efectiveness melalui konsep bisnis Toyota Production System ( TPS )
120
yang terbukti effektif diterapkan oleh Toyota, sehingga perusahaan dapat
bersaing dan mendapat kepercayaan para pelanggannya.
4.1.4 Metode pengumpulan informasi
4.1.4.1 Jenis informasi
Toyota Production System ( TPS ) merupakan sistem produksi terapan
yang diciptakan oleh Toyota dalam upaya menghasilkan produk berkualitas tinggi
dengan harga yang lebih rendah dibanding para pesaingnya (Toyota House).
Dalam aktivitasnya TPS tidak saja diterapkan dalam lingkungan Toyota itu sendiri
tapi juga para mitranya diseluruh dunia, melalui institusi yang tergabung dalam
Toyota Supplier Club seperti di Indonesia ada Toyota Manufacturers Club
(TMC), di Thailand ada Toyota Cooperation Club ( TCC ), dan ini menjadi Policy
Global Toyota ( “Toyota Way at first, Toyota tried to implement only in its
factories (Toyota Plant) since 2001, this activity has been promoted to supplier,
TPS was developed by Taichi Ohno and was applied not only to the shop floor of
Toyota Plants but also spread to supplier ( Liker, 2006 : 32 ). TPS consists of
many sub-activities under three main activities.
(1) Just In Time (JIT) : Produce right part, right amount, at the right time.
(2) Jidoka
: In-station quality control. Making problem visible and
never letting, a defect pass into the next station.
121
(3) Kaizen
: Continuous improvement that encourage employee
to suggest new ideas to reduce waste and improve
productivity.
Sehingga dalam penyusunan karya akhir ini penulis menggunakan informasi
jenis finansial yaitu informasi jenis keuangan perusahaan melalui laporan
Performance result berupa Summary Report dan informasi jenis non finansial
yaitu informasi dalam perspektif internal bisnis seperti reject ratio, customer
claim, productivity, material turn over dan shortening lead time. 4.1.4.2 Sumber informasi
Secara umum sumber informasi dalam sebuah karya akhir terbagi ke dalam:
- Data primer yakni sumber informasi yang langsung memberikan data pada
penulis.
- Data sekunder yakni sumber informasi yang didapat dari dokumen dan
studi kepustakaan.
Untuk memperoleh jenis-jenis informasi dan berbagai perspektif seperti
tersebut di atas, penulis tidak hanya menjadikan PT. IRC INOAC INDONESIA
sebagai salah satunya sumber informasi, melainkan juga pada perusahaan
pelanggan utamanya yakni:
(a). PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA (TMMIN),
beralamat di Jl. Laksamana Yos Sudarso, Sunter II Jakarta Utara.
122
(b). PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR (ADM), beralamat di Jl. Gaya Motor III
No.5 Sunter II Sungai Bambu Tanjung Priok Jakarta Utara.
(c). PT ABADI BARINDO AUTOTECH DAN TS TECH. INDONESIA
(d). PT. NISSAN MOTOR INDONESIA (NMI), beralamat di Bukit Indah City
Blok A III Lot 1 s.d 13, Dangdeur-Campaka Purwakarta
Adapun media internet dan data Gaikindo penulis gunakan sebagai sumber
informasi dalam mendapatkan angka penjualan mobil berbagai merk di Indonesia.
4.1.4.3 Teknik pengumpulan informasi
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, teknik pengumpulan informasi
dalam karya akhir ini dilakukan sebagai berikut :
(a). Observasi (pengamatan langsung), dilakukan dengan cara terjun langsung
pada objek penelitian untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data
tertulis perusahaan. Metode pengumpulan informasi ini akan lebih mudah
dipahami dalam tabel berikut :
(b). Analisa data – data baik yang ada di internal PT IRC INOAC INDONESIA
maupun dari Customer, berupa penilaian kinerja kualitas dan delivery
supplier. 123
Tabel 4.2 Teknik Pengumpulan Informasi
Teknik Pengumpulan Jenis Informasi Sumber Data
Laporan Profit and Loss
Informasi
Finansial Keuangan
Summary Report Inoac Data dan Observasi ( Performance Result )
Pelanggan
Toyota,Daihatsu, Nissan, Abadi Barindo, TS TECH.
Data Penilaian Supplier dan Survey Customer.
Internal Bisnis
Data
:
Customer
Data dan Observasi
Non
claim,rejection
ratio,
Finansial
Belajar & Tumbuh
delivery performance, productivitas,meterial dan finished goods turn over Karyawan
Observasi
4.1.5 Metode analisis informasi
Sebagaimana tersurat dalam judul karya akhir ini, bahwa metode analisis
yang akan dipakai adalah Perumusan Strategi Cost Effectiveness Melalui
Penerapan Konsep Bisnis Toyota Production System ( TPS ) . Adapun alat
analisis lainnya adalah SWOT Analysis yang terbukti masih relevan dan banyak
digunakan oleh para ahli penyusun strategi masa kini.
124
4.2. Pendekatan Perencanaan Strategis
4.2.1 Identifikasi dan analisis stakeholder
Pada umumnya para pemegang saham dan berbagai kelompok
kepentingan (stakeholder), mempunyai pertanyaan serius mengenai peran dewan
komisaris dalam proses mengelola perusahaan. Manajemen puncak khususnya
Dewan Direksi bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris untuk keseluruhan
manajemen perusahaan. Tugas direksi adalah menyelesaikan persoalan-persoalan
dengan dan melalui berbagai hal untuk mencapai tujuan perusahaan.
Secara umum, manajemen puncak yang efektif adalah orang yang melihat
bisnis secara keseluruhan, orang yang dapat menyeimbangkan kebutuhan
perusahaan sekarang dengan kebutuhan yang akan datang, dan orang yang dapat
membuat keputusan logis secara tepat waktu.
Sebagai pemegang saham PT. IRC INOAC INDONESIA adalah dua
perusahaan besar yakni Gajah Tunggal Group dari Indonesia dan Inoac
Corporation dari Jepang, dimana masing-masing mempunyai utusan sebagai
komisaris, dan sebagai direksi. Dalam operasionalnya perusahaan dipimpin oleh
seorang utusan Inoac sebagai Vice President dan utusan Gajah Tunggal sebagai
Executive Director, dan dibantu oleh tiga orang sebagai Direktur.
Jika kita rujuk kedalam tabel “Board of Director Continum” yang tersaji
pada halaman berikut, tingkat keterlibatan top manajemen Inoac berdasarkan
penilaian relatif karyawan, hanya berada level Tinjauan Minimal,
125
Rendah
Pasif
Tabel 4.3 Board Of Director Continum
Tingkat Keterlibatan dalam Manajemen Strategis
Tinggi
Aktif
Phantom
Tidak pernah
tahu apa
yangdilakukan
; tidak ada
tingkat
keterlibatan
Menanda-
tangani Mengijinkan
karyawan untuk
membuat semua
keputusan.
Diputuskan sesuai
rekomendasi
karyawan pada isu
tindakan
Tinjauan
Minimal Secara formal
meninjau
dengan
menyeleksi isu-
isu yang
disampaikan
oleh karyawan
untuk
diperhatikan
Partisipasi
Nominal Terlibat
dengan tingkat
terbatas dalam
kinerja atau
tinjauan
terhadap
keputusan
kunci,
indikator yang
diseleksi atau
program
manajemen
Partisipasi
Aktif Menyetujui,
menanyai dan
membuat
keputusan akhir
pada misi,
strategi,
kebijakan, dan
tujuan. Menjadi
anggota dewan
komisaris yang
aktif. Tingkat
ini melakukan
fiskal dan pemeriksaan
manajemen
Katalis
Mengambil peran
kepemimpinan
dalam membuat
dan memodifikasi
misi, tujuan,
strategi daan
kebijakan. Tingkat
ini memiliki
komite strategi
yang aktif
Karena itulah penulis sebagai bagian dari perusahaan termotivasi untuk membantu
manajemen dalam merumuskan strategi bisnis objective cost effectiveness
perusahaan melalui penerapan konsep bisnis Toyota Production System ( TPS ),
agar perusahaan memiliki arah yang jelas dalam meraih kemenangan dalam
kompetisi bisnis yang semakin berat. 126
4.2.2 Pendekatan Analisis eksternal dan internal
Pada tahap awal, manajemen strategis selalu dimulai dari analisa terhadap
lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan. Pada
karya akhir ini penulis membatasi analisa terhadap lingkungan, dengan
pendekatan seperti yang terdapat dalam sistem manajemen strategi, yakni :
- Analisis Eksternalnya adalah kepuasan pelanggan, kepercayaan dan
kelangsungan order
- Analisis Internalnya, meliputi : Keuangan, Internal Proses, Pembelajaran dan
Pertumbuhan.
4.2.3 Proses ( alur ) perumusan strategi
Agar tujuan penulisan karya akhir ini tercapai, diperlukan satu alur
penyelesaian yang jelas dan terstruktur dengan mengkombinasikan berbagai
kajian pustaka yang telah dipaparkan sebelumnya, alur aktivitas pemecahan
masalah disajikan dalam Tabel 4.4. 127
Perspektif
Tabel 4.4 Metode Pengukuran Karya Akhir
Variable Parameter Metode Pengukuran Keuangan
1. Indikator
Inventory Cost
2. Indikator
Material Turnover
Jumlah Finished Goods Jumlah Material Stock yang tersedia
Perbandingan antara Finished Goods stock terhadap total sales Perbandingan antara Material Stock dengan total Sales
Pelanggan
1. Kepuasan
Pelanggan
2. On Time
delivery
Jumlah Claim Customer Perbandingan Cost of Poor Quality
terhadap Total Sales
Ketepatan Waktu Presentase perbandingan antara Pengiriman kepada total tepat waktu terhadap jadwal Customer yang telah ditentukan Customer
Internal Proses 1. Efisiensi
Proses ( OEE )
Jumlah Waktu yang efektif Perkalian antara waktu tersedia,
Performance Efficiency dan Rate of Quality
2.
Penyederhana an Proses
Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi
Perbandingan waktu yang tersedia dibagi dengan total order per hari ( Takt time )
Pembelajaran dan Pertumbuhan
1. Produktivitas
karyawan
2. Rejection
Ratio
3. Reliability
Tingkat produktivitas karyawan Jumlah barang rejek Lamanya waktu yang diperlikan dalam
Perbandingan total sales terhadap jumlah jam kerja karyawan Perbandingan Barang rejek terhadap total produksi MTTR: Perbandingan antara Total Waktu Break Down di bagi
128
penanganan kerusakan dan waktu kerusakan dengan kerusakan berikutnya
Frekuensi Break Down MTBF: Perbandingan antara waktu Operasional dibagi denhan Frekuensi terjadinya Break Down.
4. Retensi
karyawan
Tingkat loyalitas karyawan Perbandingan jumlah karyawan
keluar (resign) terhadap total karyawan.
129
BAB V
ANALISIS DATA COST EFFECTIVENESS
Dalam merumuskan Cost Effectiveness Strategy pada karya akhir ini
penulis menggunakan data dua tahun terakhir sebagai acara dan untuk
memperoleh gambaran yang jelas melalui metode komperatif, dan tema strategi
untuk menuju Cost Effectiveness, penulis bagi ke dalam dua strategik tema yaitu:
Peningkatan Productivitas ( Increase Productivity ) dan mengurangi waktu tunggu
( Reduce Lead Time ) mengggunakan pengukuran kinerja .
5.1. Kinerja Perspektif Keuangan ( Financial Perspective )
Sebagaimana disebutkan dalam BAB III mengenai Aspek yang di ukur
dalam Cost Effectiveness poin 1 Perspektif keuangan bahwa ukuran kinerja
keuangan menunjukan apakah strategi, sasaran strategi inisiatif strategi, dan
implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba
perusahaan.
Pada perspektif ini terdapat beberapa indikator yang dijadikan pengukuran
kinerja perspektif keuangan dan telah di audit oleh Anditor Independen ORS -
Deloitte tahun 2007 ~ 2008
130
NO
Tabel 5.1 Laporan Performance Report ( Summary Report ) DESCRIPTION UNIT TOTAL
2008 JAN ~
DES
TOTAL 2007
JAN ~ DES
1 PRODUCTION FLEXIBLE
FURNITURE AUTOMOTIVE
2 TOTAL PRODUCTION
COST OF POOR QUALITY FLEXIBLE FURNITURE AUTOMOTIVE TOTAL REJECT
3 NET PRODUCTION FLEXIBLE
FURNICURE AUTOMOTIVE TOTAL NET PRODUCTION
4 MATERIAL CONS FLEXIBLE
FURNICURE AUTOMOTIVE TOTAL MATERIAL CONSUMPTION RATIO
5 NUMBER OF EMPLOYES FLEXIBLE
FURNITURE
AUTOMOTIVE
RP IN MIO RP IN MIO RP IM MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO
%
ppm
RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO
%
PERSON PERSON PERSON
224.237,43 46.045,68
283.722,26 554.005,37
6.467,28
32.68
2.771,30 9.271,26
1,67% 16.700
217.770,15 46.013,00
280.950,00 544.734,10 183.066,11 16.419,11
187.078,11 387.078,11
71.06% 4.185,74 3.947,91 11.046
190.372,74 59.226,35
204.630,40 454.229,49
5.285,40
20.82
1.889,88 7.195,90
1,58% 15.800
185.087,34 59.205,73
202.740,52
447.033,60 162.132,80 23.074,55
125.308,25 310.515,60
69.46% 5.083,00 4.925,00
11.816,00
131
TOTAL 6 PRODUCTIVITY BY MAN POWER
BY WORKING HOUR
7 NORMAL WORKING TIME HOUR
OVER TIME HOUR % OVERTIME
8 FINISHED GOOD STOCK
TURN OVER
9 TOTAL SALES CUST
RAW MATERIAL STOCK FLEXIBLE FURNITURE AUTOMOTIVE TOTAL STOCK TURN OVER
10 GROSS PROFIT 11 PROCESS EFFICIENCY ( OEE ) 12 ON TIME DELIVERY 13 DOWN TIME 14 LEAD TIME 15 CYCLE TIME 16 MTBF 17 MTTR
Sumber : PT IRC INOAC INDONESIA ( 2008 )
PERSON RP IN MIO RP IN MIO
HOUR HOUR
%
RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO RP IN MIO
MONTH
Rp.in Billion
% % %
Days
Second Minute Minute
19.810,00 27,50 0,189
2.383,527
501.37 21.03%
116.571,40
0.21
545.865,81 257.865,81 75.399,98
238.644,19 572.011,99
1.48
29.132 81,4% 99,9%
3% 14,6 120
11.346
140
21.824,00 20,48 0,232
1.762.425,09 167.472,75
9.50%
109.765,87
0.25
444.639,93 196.162,83 68.258,14
190.812,32 455.233,29
1.47
18.057 75,6% 99,7%
3% 15,2 120
9.675 166
132
5.1.1 Indikator nventory cost ( IIC )
Indikator ini diperlukan untuk mengukur seberapa besar Cost Inventory
Perusahaan dan di definisikan sebagai prosentase Cost inventory finished goods
terhadap total penjualan
IIC TAHUN 2008 IIC TAHUN 2007 IIC = Rp. 109.765.870.000 X 100% IIC = Rp. 116.571.400.000 X 100% Rp. 545.865.810.000 Rp. 444.639.930.000 IIC = 20.1% IIC = 26.2% Dari data Indikator Inventory Cost ( IIC ) diatas tampak bahwa porsi Cost
Inventory tahun 2008 sebesar 20.1% ada penurunan 6.1% dibanding tahun 2007,
namun demikian ditinjau dari segi finansial masih terlalu besar, bahkan kalau
mengacu pada trend inventory industri otomotif yaitu Zero Inventory karena
inventory 20% sama dengan 4 hari produksi, yang berarti Inoac setiap hari
menyimpan stok Finished Goods untuk kebutuhan 4 hari delivery masih terlalu
besar dan diperlukan analisa mendalam seperti perbaikan konsep Inventory
menuju Zero Inventory, salah satu konsep TPS Just In Time ( Kanban ) sangat
direkomendasikan ( Lihat lampiran 2 dan 3 ).
5.1.2 Indikator material turnover ( IMT )
Material Turnover 2008 Material Turnover 2007
IMT = Rp. 572.011.490.000 X 100 % IMT = Rp. 455.233.290.000 X 100 %
Rp. 545.865.810.000 Rp. 444.639.930.000
= 104,8 % = 102,4% 133
Dari data diatas terlihat bahwa selama tahun 2008 Material Turnover naik
sebesar 2,4% atau senilai Rp. 13,1 Milyar, kenaikan ini sebenarnya tidak
sederastis yang terlihat dalam laporan keuangan, hal ini dipicu oleh adanya
kenaikan pejualan sebesar 22,8%, namun demikian kondisi seperti masih perlu
perbaikan, karena akan mempengaruhi struktur cost produk yang dihasilkan dan
secara langsung akan berdampak pada harga produk ,tapi kalau dilihat dari standar
atau target yang ditetapkan oleh manajemen kondisi stok masih di bawah target
yaitu 1,5 bulan produksi atau 150%. 5.2. Kinenja Perspektif Pelanggan ( Customer Satisfaction
Perspective )
5.2.1 Kepuasan pelanggan ( Customer satisfaction )
Kepuasan pelanggan diukur berdasarkan seberapa besar jumlah claim atau
pengembalian barang dari pelanggan yang diintenfikasi berupa Cost of poor
Quality ( COPQ ), karena ini menggambarkan tingkat kepuasan terhadap produk
yang disupply, CS merupakan perbandingan antara COPQ terhadap total sales dan
dikalikan 1000.000.
CS Tahun 2008 CS Tahun 2007
CS = Rp. 9.271.260 X 1000.000 CS = Rp. 7.195.900 x 1000.000
Rp. 545.865.810.000 Rp. 444.639.930.000
CS = 17 PPM = 16 PPM
134
Berdasarkan data CS diatas tampak indek COPQ dua tahun terakhir dengan
COPQ sebesar 1,7% 17 PPM, customer claim sebesar 17 ppm relatif kecil
dibanding rata-rata industri yaitu 4 Sigma dengan acuan SIX Sigma atau 6200
Defect Per Million Opportunity ( DPMO ) dengan COPQ sebesar 15% - 20%
dari total sales, hal ini bisa disimpulkan kinerja perusahaan berada dalam
kapabilitas Wolrd Class Company.
Tabel 5.2 Six Sigma Process Capability
Six Sigma Process Capability SIGMA DPMO COPQ
CAPABILITY
6 sigma 3.4 <10% of sales World Class 5 sigma 230 10 to 15% of sales 4 sigma
3 sigma 2 sigma
1 sigma
6200 15 to 20% of sales Industry average 67,000 20 to 30% of sales 310,000 30 to 40% of sales Noncompetitive 700,000
Sumber : Mackay ( 2000 : 6 )
5.2.2 On time delivery ( OTD )
On time delivery atau Pengiriman tepat waktu merupakan hal yang sangat
penting dalam industri otomotif, OTD juga merupakan gambaran kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh pesanan / order customer sesuai dengan
jadwal dan jumlah yang telah ditetapkan, hal ini bukan saja perusahaan harus
135
menyediakan barang sesuai permintaan tetapi juga kemampuan armada
transfortasi baik internal maupun logistik partner perusahaan melalui sistem
delivery milkrun.
Pengukuran kinerja dalam ketepatan waktu pengiriman barang definisikan
sebagai rasio pemenuhan order yakni prosentase perbandingan antara total waktu
delay terhadap total waktu supply. Data On Time Delivery dari laporan
Departemen PPIC, kinerjanya masih belum mencapai 100% yaitu tahun 2007
adalah 99,7% dan tahun 2008 adalah 99,9%. 5.3 Kinerja Perspektif Internal Proses
Kinerja perspektif internal proses bertujuan untuk melihat seberapa besar
keunggulan proses perusahaan di bandingkan standar industri atau pesainnya, dan
perspektif ini dibagi ke dalam tiga kategori: 5.3.1 Efisiensi proses ( Process efficiency )
Proses Produksi yang efisien terbukti telah banyak mengantarkan
perusahaan besar menuju puncak kejayaan, Toyota Grup contohnya merupakan
yang berhasil mengimplementasikan cost effectiveness melalui program TPS
diseluruh line produksi Toyota dan menjadi produsen mobil terbesar khususnya di
Indonesia, keberhasilan ini patut dijadikan acuan dalam bisnis industri komponen
Indonesia mengingat Toyota merupakan market leader dalam industri kendaraan
roda empat di Indonesia.
136
Tabel 5.3 Grafik Penjualan Otomotif Empat Roda tahun 2009 Business Management Group
Sumber : PT IRC Inoac indonesia ( 2009 ) Dalam Sistem Produksi Toyota ( TPS ) di kenal 8 jenis pemborosan yang di
alokasikan sebagai sampah ( Waste Muda dalam bahasa Jepang ) yaitu
pemborosan karena over produksi, waktu tunggu, transportasi yang tidak
efisien,persediaan berlebih, gerakan yang tidak mempunyai nilai tambah
( conveyence ), pemborosan karena proses, pemborosan karena persediaan,dan
cacat produksi.
Efisiensi proses dalam proses produksi dinotasikan sebagai Overall
Equipment Effectiveness ( OEE ) yaitu hasil perkalian antara waktu yang tersedia
( ATE ) dengan Performance Efficiency ( PE ) dan Rate of Quality ( RQ )
menurut Locks ( 1996 : 20 ). 137
OEE = ATE x PE x RQ
dimana :
ATE merupakan waktu yang tersedia dengan notasi
ATE = Operating TIme
Loading Time
ATE = Loading Time - Break Down Time
Loading Time
Menurut standar Japan Industrial Production Management ( JIPM ) ATE
ideal 90% (0,9 )
PE = Waktu proses ( Cycle Time ) x Jumlah yang diproses
Operating Time
Standar PE menurut JIPM ~ 95% ( 0.95 )
RQ [ Rate of Quality ] = Total Produksi - Total barang cacat
Total Produk
Standar RQ menurut JIPM ~ 99% ( 0.99 )
Dengan demikian menurut standar JIPM maka OEE ideal atau standar
adalah :
OEE = 0,9 x 0,95 x 0,99
= 0,846 = 0,85
138
= 85 %
Bila kita mengacu pada laporan Performance Result OEE tahun 2007 adalah
75,6% dan 2008 adalah 81,4%, maka efisiensi proses di PT IRC Inoac Indonesia
masih di bawah standar umum produksi , hal ini menggambarkan perlunya
peningkatan efisiensi proses.
5.3.2 Penyederhanaan proses ( Simplification Of process )
Proses yang berulang tidak mengalir akan menyebkan lamanya proses
produksi suatu barang atau part, dalam jangka panjang akan mengakibatkan
inefesiensinya suatu proses, dalam aplikasinya penyederhanaan proses
menggunakan 2 indikator yaitu Takt Time dan Cycle Time , Takt time adalah
waktu yang telah ditentukan untuk menyelesaikan satu produk dengan formula
Takt time = Waktu kerja murni
Jumlah rencana Produksi
Berdasarkan Data penjualan selama tahun 2007 dan 2008 produk Toyota
yang merupakan produk dominan jenis Head Lining Roof :
Tahun 2007 Tahun 2008
Produksi / Sales = 71.400 / Tahun Produksi = 88.800/ tahun
= 298 unit / hari = 370 unit / hari
139
Artinya selama tahun 2007 Inoac diharuskan memasok komponen sebanyak 298
unit per hari dan selama tahun 2008 diharuskan memasok sebanyak 370 unit per
hari, dengan waktu operasional 2 shift, dandory ( waktu set up ) rata-rata 25%.
Dalam aktivitasnya bahwa waktu operasi mesin Headlining Roof
ditetapkan sebagai berikut :
Waktu operasi per hari : 8 jam x 60 menit x 2 shift x60 detik = 57.600 detik
jumlah produksi perhari = 370 unit
maka Takt time = 57.600 detik x 75%
370 unit
= 116 detik
artinya 1 unit produk harus dikerjakan dengan waktu 116 detik Dengan melihat data laporan produksi pada performance result tahun
2008 di atas bahwa cycle time 120 detik, ini artinya 1 unit produk dikerjakan
dalam kurun waktu 120 detik atau dalam satu hari PT IRC Inoac Indonesia hanya
menghasilkan :
Produksi = 480 menit x 2 shift x 60 detik x 0,75
120 detik / unit
= 360 unit / hari
maka setiap hari akan selalu ada kekurangan part sebanyak 10 unit /hari atau
sekitar 2,7% ( 370 unit - 360 unit ), dan harus dikerjakan dengan overtime yang
tentunya ongkos yang dibutuhkan akan lebih besar dibandingkan waktu kerja
normal. 140
Berdasarkan perhitungan dan perbandingan data di atas diperlukan
improvement yang signifikan dengan cara penyederhanaan proses, mengalir dan
meminimalisir muda, untuk menekan atau memperpendek waktu proses ( cycle
time ), serta menerapkan Just in Time pada jalur produksi dan inventory.
5.4 .Kinerja Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan
( Learning and Growth )
Pengukuran kinerja pespektif pembelajaran dan pertumbuhan di ukur
dengan menggunakan tiga indikator yaitu: produktivitas karyawan, retensi
karyawan dan kepuasaan karyawan. Produktivitas karyawan lebih banyak
ditentukan oleh kompetensi dan ketersediaan saranan dan prasasana untuk
melaksanakan aktivitas, sistem manajemen mutu ISO/TS 16949:2002 mengatur
mengenai kompetensi yang terdiri dari : Ilmu pengetahuan ( knowledge ) yang
didapat dari pendidikan formal dan no formal, skill atau keterampilan yang
didapat dari pengalaman dan pelatihan serta tingkah laku ( attitute ).
5.4.1 Indikator produktivitas karyawan
Indikator Produktivitas karyawan bertujuan untuk mengukur tingkat
efisiensi berdasakan prodak yang di hasilkan tiap karyawan, pengukuran
dilakukan dengan membandingkan total sales dengan jam kerja karyawan 141
Produktivitas tahun 2007 Produktivitas tahun 2008
= Rp. 444,64 Milyar = Rp. 545. 87 Milyar
1.762.425 jam 2.383.527 jam
= Rp. 252.289,- / jam = Rp. 229.018,- / jam
Berdasarkan data perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai produktivitas
karyawan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar Rp. 23.271,- / jam
( Rp. 252.289 - Rp. 229.018 ), masih di bawah target manajemen yaitu 0,24 Man
Hour yaitu Rp. 240.000,- / jam, diperlukan perbaikan yang mengarah pada
peningkatan produktivitas dan perusahaan pernah mencapai kinerja produktivitas
terbaik selama tahun 2007 yaitu Rp. 252.289,-/jam.
5.4.2 Indikator rejek part
Untuk menilai kinerja kualitas produk yang dihasilkan , perusahaan otomotif
di Indonesia pada umumya menerapkan sistem mutu yang dinyatakan dalam ppm
( part per million ) artinya batas toleransi barang reject yang timbul hasil produksi
tidak boleh melebihi ppm yang ditetapkan.
Ratio barang reject didefinisikan sebagai prosentase perbandingan barang
rejek yang ditimbulkan terhadap total barang yang diproduksi dikalikan satu juta.
Rejection Ratio = Number of Rejected Part x 1.000.000 ppm
Number of Part Procesed
142
Dari data Performance Result didapat rejek tahun 2007 sebesar 1,58% atau
15.800 ppm dan tahun 2008 sebesa 1,67% atau 16.700 ppm menunjukan angka
yang cukup besar karena masih di atas rata-rata industri yaitu 6200 ppm atau
Defect Per Million Opprtunity (DPMO) dan Tabel Six Sigma.
5.4.3 Indikator reliability
Reliability atau kehandalan mesin produksi merupakan salah satu faktor
keberhasilan perusahaan dalam memenuhi seluruh pesanan dari customer, karena
akan mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan, indikator reliability dalam
karya akhir ini digambarkan sebagai Mean Time Between Failure ( MTBF )
yaitu waktu rata-rata break down dengan break down berikutnya dan Mean Time
To Repair ( MTTR ) yaitu waktu rata-rata antara yang digunakan untuk
memperbaiki kerusakan suatu mesin.
MTBF = Total Operating Time dan
Frekuensi terjadinya Break Down
MTTR = Total Waktu Break Down
Frekuensi Break Down
Dari data laporan Performance Result didapatkan data bahwa MTBF tahun
2007 sebesar 9.675 menit, tahun 2008 sebesar 11.346 menit, dan MTTR 2007 :
166 menit/ kasus dan 2008 : 140 menit/ kasus. Dari data tesebut dapat
disimpulkan bahwa kerusakan mesin jarang terjadi, dan perbaikan dapat
143
diselesaikan dalam waktu 140 menit, MTTR makin rendah menggambarkan
tingkat keterampilan ( Skill ) maintenace yang tinggi dan juga dapat diartikan
sebagai efektivitas sistem pelatihan yang dijalankan suatu perusahaan, namun
sebaliknya MTTR makin besar menggambarkan tingkat keterampilan
maintenance yang rendah.
5.4.4 Indikator retensi karyawan
Indikator ini ditujukan untuk mengukur tingkat loyalitas karyawan terhadap
perusahaan, turn over yang tinggi mencerminkan adanya ketidakpuasan karyawan
hal ini juga akan berakibat pada keefektivan pelatihan karyawan , dan tentunya
juga akan menambah biaya perusahaan untuk training yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas karyawan
Retensi karyawan tahun 2007 Retensi karyaan tahun 2009
= karyawan keluar x 100 % karyawan keluar x 100%
Total Karyawan Total Karyawan
= 50 x 100% = 50
1714 1617
= 2,9 % = 3,1 %
X 100%
Dari data retensi diatas terlihat bahwa retensi karyawan tahun 2008 relatif
sama yaitu sekitar 3% hal ini disinyalir meningkatnya ketidakpuasan karyawan
dan diperlukan penanganan yang komprehensif agar tidak menggangu aktivitas
operasional perusahan.
144
BAB VI
PERUMUSAN STRATEGI Bab ini akan menguraikan proses perumusan strategi Cost
Effectiveness melalui konsep bisnis Toyota Production System ( TPS )
berdasarkan hasil pengukuran kinerja beberapa indikator, dan latar belakang
penelitian karya akhir ini, dalam perumusan strategi ini penulis menggunakan
analisis SWOT dengan alur sebagai berikut :
Gambar 6.1 Langkah-langkah dalam analisis SWOT
Pengukuran Kinerja, Latar Belakang Karya Akhir
Analisis SWOT Rumusan Strategi
Applikasi TPS, data survey customer
6.1 Inventarisasi Dan Matrikulasi
Salah satu model perencanaan strategi yang sering digunakan dalam
strategi bersaing bisnis adalah analisis SWOT ( Strength, Weakness,Opportunity
dan threats ). Strength dan Weakness mengindikasikan kekuatan dan kelemahan 145
PT. IRC INOAC INDONESIA dalam hal ini berkaitan dengan fungsi manajemen
dan fungsi bisnis dalam hal : merancang pemasaran produk, produksi, peranan
sumber-sumber daya, sumber daya manusia dan keuangan.
Opportunity dan Threats merupakan analisis eksternal perusahaan
berupa peluang dan ancaman yang meliputi aspek sosial,teknologi, ekonomi,
politik, hukum, lingkungan, demogratif dan pesaing, potensi PT IRC INOAC
INDONESIA dalam analisis SWOT di tampilkan dalam table di bawah ini
Tabel 6.1 Analisis SWOT Inoac
PERSPEKTIF
A
STRENGTH
SWOT
1 2
3
4
5
B 1
2
3
4
5
Indikator Inventory Cost cenderung menurun Pergerakan Material turn over lebih rendah dari target manajemen dan lebih rendah dibandingkan kenaikan produksi yaitu 22,8%. Indikator Mean Time Between Failur ( MTBF ) baik yaitu 11.346 menit dan kemampuan repair perbaikan mesin dilakukan Sendiri dengan MTTR 140 menit. Claim Customer ( COPQ ) rendah hanya 1,7% berada di bawah rata –rata industri yaitu 15%-20% On Time delivery ratio mendekati 100% ( OTD )
WEAKNESS Rumusan strategi cost effectiveness belum ditetapkan secara jelas. Efisiensi proses dengan OEE 81,4% yang masih dibawah standar JIPM yaitu 85% Cycle time proses yang masih 120 detik/unit diatas takt time 116 detik. Produktivitas karyawan masih rendah dibawah target manajemen. Rejection Ratio masih di atas rata-rata
146
IN
TER
N A
L
K eu a
n gan
I n
te rn a
l P r
os es ,
P
em
b el
aja
r an
D an
P er t
u mb u
h an
6
7 C 1
2
3
4
5
D 1
2
3.
Industri. Retensi karyawan resign masih tinggi yaitu 3% Masih banyaknya material impor OPPORTUNITY Perkembangan industri terus mengalami kenaikan sehingga terbuka peluang bisnis yg besar Penguasaan pasar yg dominan Seat Pad:76%, PU:44% Pasar produk Headlining yang sangat besar karena 68% dari pasar yang ada masih di dominasi komponen impor ( CKD ) Kemampuan personnel Perusahaan dalam membantu pemecahan masalah di customer baik Adanya kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan PT IRC INOAC kepada perusahaan lain. THREATS Munculnya konsep Global Sourcing memicu munculnya persaingan yang sangat ketat. Harga produk PTI masih tinggi di bandingkan pesaing
Mulai berkembangnya new technology Headlining yaitu acoustic sound absorption.
147
EK
STE
R N
A L
P el
an g
gan
( C u
s tom
e r )
6.2 Matrikulasi Strategi Berdasarkan Potensi
Tabel 6.2 Matrikulasi strategi berdasarkan potensi Inoac INTERN AL
STRATEGI 1. Peluang Pasar yg besar
2. Dominasi pasar/akuisisi Pasar
3. Peluang menggantikan Posisi produk impor
4 Skill karyawan dalam Problem solving tinggi
5 Rekomendasi dari pelanggan
STRENGTH Strategi SO di lakukan dengan cara menggunakan kekuatan perusahaan
untuk meraih kesempatan ( Opportunity )
WEAKNESS Strategi WO di lakukan dengan cara meminimalisir kelemahan perusahaan untuk meraih peluang yang ada
1 Bertambah pesaing Strategi ST adalah strategi
yang
Strategi WT merupakan strategi dengan cara
baru
2 Harga pesaing yg lebih Murah
3 Perkembangan tekno –
menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman
meminimalisir Kelemahan perusahaan untuk Menghindari ancaman
Logi & requirement customer
148
E K
ST E
RN
A
L
1 C
o st In
ven
to ry
re n
d ah
2 T
ur n
ov
er m
at eri a
l re
n dah
3 K e
t er s
ed iaa
n d a
n k e
s ia p
an m
e si n
ti n
g gi
4
C
l ai m
Cu s
t om
e r r
en d
a h
5 O
n ti m
e de l
i ver
y ra
t io
ti ng g
i
6 K
em
amp
uan
mer
aw a
t m
es in
s eca
ra i
n h
o us e
1 R
u mu s
a n s
t rat
eg i
c o
s t e
ffect
b e
l um
d
i tet
ap k
a n
2 E
fi s
i en s
i p r
o se s
yg
re n
d ah
3 C
y cl e
ti m
e pr o
s es
y an
g ti n
g gi
4 P
ro d
u kt i
v it a
s k a
ry aw
an
y g r
en d
ah
5 R
ej ek
Par t
mas
ih
ti ng g
i (P
PM ti n
g gi )
6. R
et e
n si K
ar yaw
an
R es
ig
n ti n
g gi
~ 3 %
7 P
en g
g un a
an M
a ter
i al Im
p or
ma s
i h ti g
g i
O P
P O R
T U
N I
T Y
T
H R
E A
T S
6.3. Perumusan Strategi
Berdasarkan Business Plan tahun 2007 ~ 2012 strategi sebenarnya
sudah di cantumkan dalam kolom ringkasan eksekutif ( executive summary ),
namun masih bersifat umum dan memerlukan analisis baik kuantitatif maupun
kualitatif “ The Company’s strategy has been to increase its market share in
domestic OEM and replacement market as well as penetration of international
market to achive this strategy, it is important for the company to maintain high
quality standard and reduce manufacturing cost through increasing in its
efficiency”(detil strategi dapat dilihat pada lampiran 1, executive summary ) 6.3.1 Visi dan misi
Visi : Menjadi produsen Polyurethane, Plastic, Furniture dan Rubber
terbaik dan ramah lingkungan di kawasan Asia Tenggara
Misi : PT IRC INOAC INDONESIA menyediakan produk
alternative, melalui desain kualitas tinggi dengan harga yang
kompetitif dan tidak menghasilkan pencemaran industri
6.3.2 Tujuan
- Menaikan penjualan secara simultan rata- rata 50% sampai 2014
- Menjadi pemenang Major Change Avanza/Xenia tahun 2011 dan
Innova 2012 149
- Pemenang tender project PM 7 General Motors dan Geelee China
tahun 2010-2011
- Pemenang tender proyek New Vega Yamaha dan Mio tahun 2011
6.3.3 Strategi
6.3.3.1 Strategi SO
- Memasuki peluang pasar melalui keunggulan harga yang kompetitif,
kualitas terbaik, pengembangan produk baru, customer baru dan
applikasi/ teknologi baru.
- Menambah pasar baru untuk menggantikan produk impor melalui penambahan frekuensi kunjungan marketing kepada customer, respon
yang cepat, pembuatan catalog baru yang innovatif and informatif serta
pameran produk.
- Pemanfaatan rekomendasi para pelanggan untuk memperkuat brand image perusahaan.
6.3.3.2 Strategi WO
- Menetapkan konsep bisnis Toyota melalui TPS yang agresif di setiap Lini produksi agar di dapat cost produk yang efisien.
- Lakukan penyederhanaan proses melalui proses yang
mengalir,mengurangi gerakan dan pengangkutan improve kapabilitas
150
mesin produksi untuk memperpendek waktu proses dan menaikan
produktivitas.
- Memberikan pelatihan karyawan level operasional untuk menekan
rejek dan rework
- Memperbaiki hubungan dengan karyawan melalui peningkatan
kesejahteraan dan jenjang karir untuk menumbuhkan loyalitas
karyawan pada perusahaan.
- Mengembangkan Build in Quality dan menanamkan prinsif tidak meneruskan barang rejek kepada customer ( proses berikut ).
- Pemasangan andon pada mesin untuk menghindari produk rejek terus
di produksi
6.3.3.3 Strategi ST
- Restrukturisasi cost produk melalui aktual cost, material turnover yang rendah.
- Tingkatkan performa delivery produk, dan pelayanan purna jual.
- Perkenalkan keunggulan teknologi, kemampuan fasilitas dan
kemampuan perawatan in house untuk menaikan bargaining power
perusahaan di mata para customer.
- Mengembangkan R&D dalam mencari produk alternative, substitusi
atau teknologi untuk penetrasi terhadap pesaing baru. 151
- Maintain customer melalui pemenuhan seluruh persyaratan, perbaikan
delivery dan peningkatan kualitas produk.
6.3.3.4 Strategi WT
- Membuat komitmen untuk lokalisasi untuk menambah kandungan
material local.
-Transfer teknologi dari induk perusahaan di Jepang untuk
memperbaiki efisiensi, meningkatkan produktivitas dan mengurangi
rejek
-Buat komitmen untuk improvement fasilitas dan sistem untuk
mendapatkan harga produk yang kompetitif.
6.3.3.5 Rencana tindakan strategi
Rencana strategi yang akan dilakukan dibagi ke dalam Tiga tahapan
1. Mengidentifikasi Kekuatan dan kelemahan yang ada saat ini dengan
memadukan analisa SWOT dan Perspektif Balance Scorecard
2. Melakukan pemetaan yang akan dicapai berdasarkan empat
perspektif Balance Scorecard.
3. Identifikasi flow proses yang sedang dijalankan dan implementasi
Konsep TPS sesuai analisis SWOT dan Balance Scorecard.
Langkah aktivitasnya dapat dilihat pada Gambar 6.3 dan Gambar 6.4 152
Gambar 6.2 Pengelompokan Strategi Berdasarkan Perspektif
STRATEGI COST EFFECTIVENESS
1. Memasuki peluang / menambah baru keunggulan harga kompetitif kualitas terbaik ( SO )
2. Menggantikan posisi produk impor ( WO )
1. Maintain pelanggan melalui peningkatan delivery & pelayanan purna jual ( ST )
2. Memasuki pasar melalui harga kompetitif,kualitas terbaik produk baru ( SO )
3. Pemanfaatan rekomendasi pelanggan untuk memperkuat brand image ( SO )
4. Restukturisasi cost produk melalui actual cost ( ST ) 5. Lokalisasi material ( WO )
1. Menetapkan konsep TPS di setiap line produksi untuk mendapatkan skala produksi yang ekonomis ( WO )
2. Lakukan penyederhanaan proses mengalir reduksi gerakan ( WO )
3. Transfer teknologi dari induk perusahaan di Jepang ( WT )
4. Mengembangkan build in quality ( WO ) 5. Pemasangan andon pada mesin ( WO )
1. Pengembangan R&D untuk produk alternative ( ST ) 2. Improvemen fasilitas ( WT ) 3. Memnperkenalkan keunggulan teknologi ( ST ) 4. Memberikan pelatihan karyawan/ training ( WO ) 5. Memperbaiki hubungan dengan karyawan peningkatan
kesehjahteraan ( WO )
153
Keu
an gan
P e
l an g
gan
In t
e rn
al P
ros
es
P e
m b
ela
j ar a
n &
P
er t
u m b
uh a
n
Gambar 6.3 Mapping Strategi dan Keterkaitan Antar Strategi COST
EFFECTIVENESS Increase Productivity
10% per tahun Reduce COGS
Mengurangi Inventory Cost
Tambah
pasar baru
Menggantikan produk impor
Reduce lead time Menurunkan cycle time ~ 5% dan menurunkan dandori sampai 5%
Mengurangi material turn over <150%
PENGAKUAN PELANGGAN
Brand imag e
Kepuasan Pelanggan
Customer Claim
Efisiensi Proses Overall Equipment
Effectiveness
Penyederhanaa
n Proses Takt Time & Cycle
Time
On Time Delivery
On Time Delivery
TPS
Pameran produk
New Teknologi
Build in Quality
Proses yg mengalir
Ando n
Produktivitas
Pengembangan
Reject Part
Reliability
Retensi Karyawan
R&D Training Improve fasilitas
Training Perbaikan Hubungan
154
Pe r
s p ek
ti f K
eu a
n g a
n P
e rs p
ek
ti f P
e la n
g g
an
In t
e rn a
l Pr
o se
s P
e m b
el a
j ar a
n d
an
tu m
b u
h
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
1. Pertimbangan penerapan TPS dalam aktifitas produksi teridentifikasi
melalui penerapan sistem yang mengalir, tervisualisasi melalui Part
Information Flow Chart ( PIFC ) dan tabel-tabel standar kerja mesin dan
standar kerja orang ( TSK dan TSKK ).
2. Peranan TPS dalam efisiensi proses produksi dan cost effectiveness
teridentifikasi melalui indikator inventory cost mengarah pada “ Zero
Inventory” sesuai konsep TPS, material turnover antara 2% sampai dengan
4% jauh dibawah kenaikan penjualan bulan berjalan, efisiensi proses
mengarah pada OEE secara simultan sesuai standar industri JPIM yaitu
85%, serta rejection ratio harus dikendalikan dibawah rata-rata industri
yaitu 6.200 PPM, sedangkan bagi kepuasan pelanggan teridentifikasi
melalui indikator kepuasan pelanggan dan on time delivery dengan
Indicator OTD sebesar 99,9 % masih berpotensi untuk ditingkatkan
menjadi 100%.
3. Pengaruh efisiensi yang ditimbulkan terhadap kepuasan pelanggan dan
keuntungan finansial perusahaan melalui profit and lost jangka panjang
teridentifikasi melalui indikator Overall Equipment Effectiveness ( OEE ),
sebesar 85%, penyederhanaan proses, takt time, dan cycle time, 155
produktivitas karyawan, reliability peralatan produksi dan retensi
karyawan ditekan di bawah 3%.
4. Tujuan untuk mengukur potensi perusahaan melalui penerapan konsep
bisis Toyota Production System ( TPS ) teridentifikasi melalui rumusan
strategi analisis SWOT yang ditinjau dari Empat perspektif .
5. Strategi dapat dirumuskan dalam bentuk mapping strategy yang
menggambarkan keterkaitan antar variabel yang ada dalam empat
perspektif yaitu : Keuangan, Pelanggan, Internal Proses serta Pembelajaran
dan Pertumbuhan.
Gambar 7.1 Flow Chart Produksi Sebelum dan Sesudah TPS FLOW CHART PROSES PRODUKSI
SAD
MATERIAL
SEBELUM TPS
CUSTOMER
SALES
PPIC
PLANNING
INVENTORY
WIP
PRODUKSI
FINAL
INSPECTION
PACKING
SALES
PPIC
INFORMATION FLOW
MATERIAL
SETELAH TPS
CUSTOMER
E - KANBAN
INVENTORY
PRODUKSI
PACKING
156
7.2 Rekomendasi
Pada hubungan business to business khususnya industri otomotif yang
lebih menonjolkan kualitas hubungan yang rasional di dalamnya terkait dengan
kepuasan akan produk melalui kualitas, harga yang kompetitif, delivery tepat
waktu dan tepat jumlah, pelayanan purna jual, , dan kepuasan dalam penanganan
setiap masalah yang dihadapi, akan berdampak pada loyalitas customer akan
produk yang disupply. Hal ini bisa dilihat dari hasil Customer Survey yang masih
terdapat ketidakpuasan hubungan, ketidakpercayaan, Untuk itu strategi bersaing
dalam bisnis harus dipetakan melalui konsep bisnis strategis dalam waktu yang
relatif panjang dan berkesinambungan, sehingga akan tercipta hubungan harmonis
antara produsen dan konsumen melalui penciptaan produk yang :
Berkualitas terbaik
Harga yang pantas atau kompetitif
Delivery tepat waktu dan tepat jumlah
Pelayanan purna jual yang responsif.
7.3 Saran Pada Penelitian Berikutnya
1. Konsep harga melalui cost effectiveness baru merupakan salah satu
indikator kepuasan pelanggan, untuk itu perlu diteliti lebih lanjut
mengenai faktor lain seperti kualitas produk, pemenuhan terhadap
spesifikasi produk atau faktor lain yang harus dipenuhi suplier dalam
157
rangka membangun kepercayaan pelanggan, dan bagaimana proses
terjadinya kepercayaan oleh pelanggan pada lingkup business to business
2. Toyota Production System ( TPS ) merupakan sistem yang komprehensif
dan telah diterapkan di berbagai negara, bahkan dalam aktivitasnya telah
melibatkan para supplier melalui Jishuken akan tetapi komitmen para
suplier untuk menetapkan konsep ini masih rendah, hal ini perlu dilakukan
penelitian mendalam dan menjadi saran untuk menelitian berikutnya.
3. Sustainable Competitive Advantage perlu dikembangkan oleh supplier
untuk memelihara retensi pembelian pada business to business. Bagaimana
pengaruh produk dan kualitas, inovasi, pelayanan yang responsif,
terhadap retensi pembelian merupakan saran pada penelitian berikutnya. 158
DAFTAR PUSAKA
Ahyari, A. 1986. Edisi Empat. Manajemen Produksi. Pengendalian
Produksi. BPFE Yogyakarta.
Barney, J.B. 1997. Strategic Management.The Ohio
State University.Ohiyo USA.
Basri, M.Ch. 2008. Seminar Ekonomi Indonesia Pasca Kenaikan Harga
Bahan Bakar Minyak. Toyota Manufacturers Club Jakarta.
David, F. R. Edisi Sepuluh. 2006. Manajemen Strategik. Terjemahan
Ichsan Setyo Budi, Salemba Empat. Jakarta.
Dess, G.G., G.T. Lumkin, dan M.L. Taylor. 2009. Review Management
Strategic. Melalui <
http://web.mit.edu/2.810/www/lecture09/14.pdf >
Faure,L.M. and M.M. Faure. 1996. Implementing Total
Quality Management. Elexmedia Komputindo. Jakarta.
Gaikindo. 2008. Seminar Pertumbuhan Pasar Industri Otomotif.
Toyota Manufacturers Club. Jakarta.
Gasperz,V. 1998. Production Planning And Inventory Control.
Gramedia Pustaka Utama . Jakarta.
Genba Research. 2002. Jus In Time Production. Melalui
<www.genba.com>
Ginsberg, A and N. Venkatraman. 1994. Strategy Management Journal.
Volume 13. Published by John Wiley & Sons. Melalui
< http://www.jstor.org/stable/2486351>.
Grant, R.M. 1995.Strategic Management Journal. School of Business
Georgetown University.Washington, DC, USA.
Hamel, G. And C.K. Prahalad. 1999. The Core Competence of The
Corporation. Harvard Business Review. 159
Harrison, N. and D.Samson. 2002. International Edition.
Technology Management. Mc. Grow-Hill Higher Education.
New York. USA.
Heizer J.dan B. Render. Edisi Tujuh 2005. Operation Management.
Salemba Empat . Jakarta.
Hunger J. D. and T.Wheelen . Edisi Dua. 2003. Strategic Management.
terjemahan Julianto Agung, Andi Yogyakarta.
Inoac, IRC Indonesia PT. 2006. dan Review 2008. Business Plan 2007-
2012. Business Management Group. Jakarta.
-------.2009 Penjualan Otomotif Empat Roda.
Business Management Group.
ISO/TS 16949 : 2002. Particular requirement for the application of ISO
9000 : 2000 for automotive production and relevant service part
Organization. IATF. USA.
Kaplan, R. S. And D.P. Norton. 2001. The Strategy Focused
Organization. Harvard Business School Press.USA
-------.1996. copyright 2000 Putting Balance
Scorecard to Work. Harvard Business Review.
Kompas, Desember 2008. Kondisi Ekonomi Indonesia Asumsi Pemerintah.
Kompas Gramedia Grup Jakarta.
Liker, J.K. 2006. The Toyota Way 14 Prinsip Manajemen. Erlangga
Jakarta
Locks, M. O. Edisi Dua. 1996. Reliability, Maintainability And
Availability. Toppan Company ( S ) Pte.Ltd.
Mackay, D. 2000. An Introduction to Six Sigma Quality. Melalui
< www.adamsixsigma.com/sample_project/six_sigma_project.htm>
Mulyadi dan J. Setyawan. 1999. Sistem Perencanaan Dan Pengendalian
Manajemen.Aditya Media Yogyakarta. 160
Porter, M. Copyright 1997-2007 Quick MBA.com.
Strategic Management. Internet Center for Management and
Business Administration Inc. Melalui
< www.quickmba.com/strategy/ >
Prasetya, K.T.2006. Manajemen Strategi Dalam Menghadapi Era
Globalisasi Abad 21. STIE Kampus Ungu. Jakarta.
Santoso, D. 2008. Manajemen Mutu. Materi Kuliah
Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta.
Suwarsono, Edisi revisi. 1996. Manajemen Strategik Konsep Dan
Kasus. Penerbit Akademi Manajemen Perusahaan YKPN
Yogyakarta.
Suzaki, K. 1991. Tantangan Industri Manufaktur. Penerapan Perbaikan
Berkesinambungan. Terjemahan Kristianto Jahja.
PQM Consulting.Temprint Jakarta.
Syamil, A. Just In Time Lean Manufacturing Melalui
<http://www.clt.astate.edu/asyamil/asyamil AT yahoo
DOT COM>.
Techakanont K. 2007. Roles of Japanesse Assemblers in Tranferring
and Production Management Capabilities to Production
Network in Thailand. Discussion Paper NO. 002 PDF. FE
Thammasat University Thailand.
Toyota Motor Manufacturing Indonesia. 2008. Kaizen Standar Kerja. Teks
untuk trainee. Toyota Production System ( TPS ). Human
Resources Development Division.
Trisuwarni, A. 2008 Manajemen strategik. Materi Kuliah Magister
Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta
Tunggal, A.W. 1994.Manajemen Strategik Suatu Pengantar.
Harvarindo. Jakarta 161
LAMPIRAN
162
Lampiran 1 1. Overview
Executive Summary
PT. IRC INOAC INDONESIA is a leading Indonesian manufacturer and sales of automotive and industrial rubber parts, automotive interior and plastic functional products, flexible foam and furniture. Consolidated net sales of the Company were Rp 651,3 billion for 2006 (Exclude Tire Sales) and expected to increase to reach Rp 1,073 billion in 2007. The Company is the dominant supplier of automotive rubber parts, automotive interior products and plastic functional part to Indonesia OEMs and for replacement market and is the leading seller of flexible foam in the domestic market. A significant portion of the Company’s Furniture sales went to export market. 2. Company Policy And Objective
PT IRC INOAC INDONESIA shall be the world’s Rubber, Polyurethane and plastic, and Furniture and Flexible manufacturer, which contributes more values to human life through creative and aggressive development, In order to be the top Rubber, Polyurethane Furniture and Flexible manufacturer in the region, the Company has committed to increase its sales by more than the GDP growth through development of new customers, new market, new products and improvement of its product Quality according to International Standards through ISO 9001:2000, ISO 14001:2004 and ISO/TS 16949:2002 3. Strategy
The Company’s strategy has been to increase its market share in domestic OEM and replacement market as well as penetration of international market. To achieve this strategy, it is important for the Company to maintain high Quality standards and reduce manufacturing costs through increasing in its efficiency.
Initially, the company focused on dominating the automotive, furniture and
Flexible foam market and maintaining a large market share of replacement market, in which margins traditionally are highest.
The Company believes that increasing deregulation and the trend towards
increased free trade in Asia offer promising opportunities for the Company . Plans for future regional economic integration, such as AFTA and APEC, will have a significant impaction both countries and individual companies in Asia. The major impact on the Company will be in relation to the reduction of import tariffs, both in Indonesia and in neighboring Asian countries. The Company has prepared for future import tariff reductions in Indonesia with a strategy that focuses on reducing costs, through economies of scale and increasing exports. The Company believes that this will enable it to maintain its market share in Indonesia while strengthening its position in the international market.
163
Lampiran 2 Customer Survey Customer Satisfaction Survey data's For OEM & Non OEM Market [A] PT. IRC INOAC INDONESIA Capabilities compare to other supplier in :
~ Completeness of Variant Product ~ On time Delivery ~ The accuracy of Product Quality concerning to the spec requirement
IRC INOAC Fair Poor Fair
Competitor Fair
Excel ent Excel ent
[B] PT. IRC INOAC INDONESIA Marketing department capability in : IRC INOAC
~ Product Knowledge ~ Product Explanation capability ~ sales Tool Facilities ( Catalog/price list etc ) ~ Sales Performance ~ Sales Personality ~ Frequency of Customer visit ~ Problem Solving capability ~ Supplier Suggestion
Good Good Fair
Good Good Fair
Good Fair
[C] PT. IRC INOAC INDONESIA in receiving customer requirement
IRC INOAC ~ Quotation ~ Purchase Order ~ Delivery ~ Servicing / Quality ~ Customer Claim / Complaint
[D] PT. IRC INOAC INDONESIA Price to market
Fair Good Fair Fair Fair
High Price [E] Feed back to Customer if there is no stock for the customer requirement :
Sometimes Information
[F] Customer Purchase method to PT.IRC INOAC INDONESIA
By Facsimile [G] PT IRC INOAC INDONESIA servicing when customer make phone cal :
Transfer to some one else
[H] Telephone operator service to IRC INOAC Indonesia's Customer : Fair
164
Customer Survey
Section G-2 [ I ] Communication/ information tool to Customer from IRC INOAC Indonesia's :
Company Profile [ J ] The reason why Customer purchased product to IRC INOAC INDONESIA :
~ Completeness of Variant product ~ Product Quality ~ Price ~ On Time Delivery ~ After Sales
IRC INOAC A1 A3 E
A2
PRIORITY V 1
11 111 1V
[ K ] Will Customer recommended PT. IRC INOAC INDONESIA, to their client, if some customer Looking for INOAC OEM/Non -OEM Product?
If Possible
Conclusion : At the present Market Survey, the priority will be focusing to the point < 3 for the following Corrective action : 1. On Time Delivery ( 100 % ) 2. Pricing Note : Especially for the customer less judgment for our performance will be repeatedly survey after corrective action was made, before annually Market survey was issued for the end of year 2001.
Jakarta, 02 October 2007
Acknowledgement by
( Agus Ms / Director )
Report by
( Leman Latief/ Sales Mgr )
165
Customer Survey
Section G-3 KESIMPULAN : HASIL EVALUASI SURVEY
[A] Kemampuan PT. IRC INOAC INDONESIA terhadap Supplier lain dalam hal :
~ Kelengkapan Jenis Produk ~ Ketepatan Delivery ~ Ketepatan Kualitas terhadap spec yang disepakati
IRC Cukup Kurang Cukup
Competitor Cukup
Lebih baik Lebih baik
[B] Kemampuan Marketing IRC INOAC INDONESIA dalam hal :
~ Pengetahuan Produk ~ Kemampuan menjelaskan Produk ~ Sarana Jual ( Katalog : Prices
list:dll ) ~ Performance / Penampilan ~ Kepribadian ~ Frequensi kunjungan ke
Customer ~ Kemampuan untuk membantu memecahkan masalah
Customer ~ Saran / solusi yang di berikan
IRC Baik Baik
Cukup Baik Baik
Cukup Baik
Cukup
[C] Kemampuan PT. IRC INOAC INDONESIA Dalam menanggapi Permintaan Customer :
IRC ~ Penawaran Harga ~ Order barang ~ Pengiriman barang ~ Service barang / Qualitas ~ Claim / Keluhan
Cukup Baik
Cukup Cukup Cukup
[D] Harga PT. IRC INOAC INDONESIA Terhadap pasar :
Tinggi
166
Customer Survey
Section G-4
KESIMPULAN : HASIL EVALUASI SURVEY
[E] Tanggapan / Feed back terhadap Customer, apabila produk yang di pesan tidak ada :
" Kadang Di Informasikan "
[F] Cara pembelian barang Customer ke PT.IRC INOAC INDONESIA :
" Melalui Fax "
[G] Pelayanan Operator PT IRC INOAC INDONESIA saat Customer menelepon :
" Ditransfer beberapa kali "
[H] Pelayanan Operator PT. IRC INOAC INDONESIA pada Customer :
" Biasa "
[I] Sarana komunikasi / informasi yang di peroleh dari PT. IRC INOAC INDONESIA :
" Company profile "
[J] Alasan membeli produk PT. IRC INOAC INDONESIA
~ Kelengkapan jenis Produk ~ Qualitas Produk ~ Harga ~ Ketepatan delivery
Lihat A1 A3 E A2
Priority 11 1
1V 111
[K] Apakah customer akan merekomendasikan PT. IRC INOAC INDONESIA Terhadap relasinya bila ada yang mencari produk OEM / Non OEM :
" Bila Memungkinkan "
167
Lampiran 3 Kondisi Proses Sebelum dan Sesudah Aktivitas TPS
KONDISI PROSES SEBELUM TPS Prio rity Action
Total L/T = 89,74 hour (6,43 days)
V=625 kg Lot Making V= 252 pcs (14 kbn)
T= 13.00 T= 11.30 T= 11.00 900" Eve ry Lot Visual Order
Making Every Lot Making
5
Lot Making V=90 pcs
DN 3
Waiting Post V=90 pcs Every Day
DN
V=90 pcs
PPC
9 8
V=100 pcs Kbn by Kbn
KB
7 Fix time control
6
Chutter V= 162 pcs Eve ry Delv
KB
4
Heijunka Board 2
1 DN
By Em ail Every Day
1
240"
MIXING
2
PROGRES PRODUK SI
BLOW COOLING /
MOLDING LEAK TEST
4
246,2"
Prepare
6
C/T = 0,46"
17" No.6 (per 8 pcs) DRILL PACKING ASSY
Area 26,06" INOAC
PP As 164 = 750 kg
1,86" PV02R=100 kg = 500 pcs 62" 528" 66''
59'' Line Store 0,31'' Berangkat
Delivery jam 06.00
ASMO CYCLE : 1 - 1 - 1
u/ ND-010=47,13 kg = 235 pcs
10 T. 900" Every Day V. 126 pcs
KB
ND-010 = 360 pcs (20 kbn)
1. Karton C = - pcs
Still discuss
std. 14.00 - 15.00
0,10'' 900" 3 2. Plug Ban = - pcs (Common Use) (layout)
Days
0,6 PIFC IDEAL
LEAD TIME L/T = 0,62 DAYS 1,29 DAYS
0,0167 DAYS
4,45 DAYS
(DAYS) L/T = 0,91 DAYS DAYS DAYS DAYS 7,04
17,27
6,43
62,77
%
Lead time
59,24
%
PIFC Jishuken Target
PIFC Jishuken Current
PIFC Jishuken Before
KONDISI PROSES SETELAH AKTIVITAS TPS
SIMULASI JUST IN TIME ( PULL SYSTEM ) PI
Production
Heijunka Post Heijunka Post
Collecting Box
PW
PW
customer kanban
Waiting Post
Shipping
customer
kanban
Customer
Line Store
Just In Time PENYEDERHANAAN PROSES YANG
DIUSULKAN SISTEM TARIK Mengalir, gerakan simpel dan
Tervisualisasi dengan baik
PC Store Preparation Area
32
168
W H
M A T
RI A L
VIS UA L
RIWAYAT HIDUP
Maman Supriatman dilahirkan di Desa Bantar gadung
Kecamatan Warung kiara tanggal 6 April 1967 pasangan
Utji Bin Marhadi pensiunan Tentara Pejuang Kemerdekaan
RI dengan Ny. Rukmanah, Menyelesaikan pendidikan
dasar pada Madrasah Ibtidaiyah Cicareuh Warung kiara
tahun 1980 sempat vacum selama satu tahun, kemudian Sekolah Menengah
Pertama di SMP PGRI Palabuhan ratu tahun 1984 dan Sekolah Menengah Atas
pada jurusan Mesin STM Negeri Sukabumi pada tahun 1987. Menempuh
perguruan tinggi Diploma III melalui ikatan dinas Perguruan tinggi swasta pada
Pendidikan Ahli Teknik Industri Gajah Tunggal ( PATIGAT ) tahun 1990,
selanjutnya menunaikan tugas ikatan dinas di PT IRC INOAC INDONESIA,
Divisi Rubber Goods yaitu perusahaan Penanaman Modal Asing ( PMA ) joint
venture antara Inoac Corp. Jepang dengan Gajah Tunggal Grup dari Indonesia
selama kurang lebih 18 tahun.
Disamping kesibukan bekerja sebagai Manager Quality Assurance dan
jabatan strategis lainnya seperti wakil Manajemen bidang Mutu dan Lingkungan
ISO/TS 16949 dan ISO 14000, berhasil menyelesaikan pendidikan Sarjana strata
satu ( S1 ) pada Sekolah Tinggi Teknologi Mutu Muhammadiyah ( STTM )
pada jurusan Teknik Industri tahun 2002, dan setelah lulus juga dipercaya untuk
menjadi dosen tetap mata kuliah Manajemen Produksi dan Sistem Manajemen
Mutu dan sebagai Ketua Lembaga Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat
( LPPM ) pada almamaternya. Dan pendidikan Pascasarjana Magister Manajemen
konsentrasi Manajemen Operasi diselesaikan tahun 2009 dari Universitas Mercu
Buana Jakarta . Maman Supriatman yang juga alumni Association of Overseas
Technical Schoolarship ( AOTS ) Jepang juga pernah mengikuti pendidikan
profesional baik di dalam maupun luar negeri seperti : Jepang, Thailand, China,
dan Vietnam juga meraih sertifikat profesional dalam sistem mutu ISO 9000 dari
169
NQS Singapura, ISO/TS dari Plexus Australia dan ISO 14000 dari Premysis dan
KEMA Indonesia, dan Manajemen Produksi Unika Atma Jaya Jakarta.
Saat ini bekerja sebagai Factory Manager pada industri komponen interior
dan plastik otomotif PT IRC INOAC INDONESIA Divisi Polyurethane
Automotive di Tangerang dan Karawang Plant dan anggota organisasi nirlaba
Toyota Manufacturers Club ( TMC ) Jakarta. Saat ini hidup bahagia bersama
keluarga dan tinggal di Perumahan Taman Royal 2 Jln. Parahyangan 2 /28 Kota
Tangerang Tlp. ( 021 ) 55744404 E-mail [email protected] bersama istri
Ani Nuraeni seorang guru SMA Negeri 5 Kota Tangerang dan tiga orang putri :
Syifa Rizqia ( 16 ), Syafira Puspita Dewi ( 9 ), dan Sasqia Zahara Putri ( 6 ). 170