contoh skripsi
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT KETERPAAN MEDIA MASSA DENGAN
PERAN SERTA SISWA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PADA SISWA KELAS II SMP NEGERI 1 TERAS BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2005/ 2006
SKRIPSI
Oleh :
Damis Sriharti
K 5401012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2007
i
HUBUNGAN TINGKAT KETERPAAN MEDIA MASSA DENGAN
PERAN SERTA SISWA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PADA SISWA KELAS II SMP NEGERI 1 TERAS BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2005/ 2006
Oleh :
Damis Sriharti
K 5401012
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2007
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sarwono, M.Pd. Setya Nugraha, S.Si. M.Si. NIP. 131 842 674 NIP. 132 206 721
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 22 Juni 2007
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si ……………………
Sekretaris : Rahning Utomowati, S.Si. ...………………….
Anggota I : Drs. Sarwono, M.Pd ……………………
Anggota II : Setya Nugraha, S.Si. M.Si. ……………………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.NIP 131 658 563
iv
ABSTRAK
Damis Sriharti, HUBUNGAN TINGKAT KETERPAAN MEDIA MASSA DENGAN PERAN SERTA SISWA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA SISWA KELAS II SMP NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN AJARAN 2005/ 2006. Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Juni 2007.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup pada siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun ajaran 2005/2006.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional. Populasi penelitian adalah siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun ajaran 2005/2006 berjumlah 213 siswa. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling berdasarkan kelompok kelas yang ada. Jumlah sampel sebanyak 65 siswa atau sebesar 30% dari jumlah siswa masing-masing kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis regresi-korelasi sederhana.
Kesimpulan penelitian adalah hubungan antara variabel X yaitu tingkat keterpaan media massa dengan variabel Y yaitu peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup dapat digambarkan melalui persamaan regresi Y¿̂
¿=59,83 + 0,43 X yang berarti dan linier. Ada korelasi positif antara tingkat keterpaan media massa (X) dengan peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup (Y) pada siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2005/2006 (r hitung 0,67 ). Artinya semakin tinggi tingkat keterpaan media massa akan meningkatkan pula peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Besar hubungannya ditentukan oleh koefisien determinasi r 2 = 0,448 atau sebesar 44,8 %, sehingga meningkatnya atau menurunnya variabel peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup 44,8% dapat dijelaskan oleh variabel tingkat keterpaan media massa. Sisanya ditentukan oleh keadaan atau faktor– faktor lain.
v
MOTTO
“Kalau ada yang ingin kamu gapai dalam hidup ini,
kamu harus mengejarnya.
Tak ada seorangpun yang bisa menghentikanmu kecuali dirimu
sendiri.”
Kabe Bryant
“Sebuah kesuksesan dapat dihasilkan di atas 99 persen
kegagalan.”
Soichiro Honda
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan
kepada :
Bapak & Ibu
“Atas segala cinta tanpa ujung”
Mbah putri
“Terimakasih atas do’a dan sayang”
My Sister’s : Mba’ Garyan, Mba’
Nyar &
De Nyadang
“Kasih mengikat yang takkan putus”
vii
viii
Ponakanku sayang : Zia, Fahru &
Kanza.
Almamater.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis selesaikan, untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, kami
sampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Wakino, M.S. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi yang telah memberikan ijin rekomendasi untuk melakukan
penelitian.
4. Bapak Drs. Sarwono, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan, saran, kritik, serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Setya Nugraha, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan, saran, kritik, serta bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi atas bekal ilmu
pengetahuan yang telah diberikan kepada kami.
7. Semua sahabat-sahabatku di Geografi angkatan 2001, terimakasih atas segala
doa dan dukungannya.
8. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Teras yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis melaksanakan penelitian ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapat imbalan
dari Allah SWT.
viii
Walaupun disadari dalam skripsi ini masih adanya kekurangan, namun
diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Surakarta, Juni 2007
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………...………….... i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………..……..... iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………..………… iv
ABSTRAK ………………………………………………..…………… v
MOTTO ………………………………………………. …………… vi
PERSEMBAHAN ……………….…………………….……………… vii
KATA PENGANTAR …………………..………………………… ix
DAFTAR ISI ………………………………………………….…………. x
DAFTAR TABEL …………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………...... xiv
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………….. 7
C. Pembatasan Masalah …………………………………….. 8
D. Perumusan Masalah …………………………………….. 8
E. Tujuan Penelitian …………………………………….. 8
F. Manfaat Penelitian ………………………………….…. 9
BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………….. 10
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………….. 10
1. Pengertian Keterpaan .………….…………………...…… 10
2. Pengertian Media Massa …………………………….. 10
3. Pengertian Peran Serta Siswa ....………………………….. 11
4. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup …………….. 15
B. Penelitian yang Relevan ...…………………………………... 21
C. Kerangka Pemikiran …………………………………….. 22
D. Perumusan Hipotesis …………………………………….. 24
x
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………….. 22
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….. 25
A. Metode Penelitian …………………………………….............. 27
B. Populasi dan Sampel …………………………………….. 28
C. Teknik Pengumpulan Data …………………………….. 29
D. Teknik Analisis Data …………………………………….. 40
1. Uji Persyaratan Analisis …………………………….. 40
2. Pengujian Hipotesis …………………………………….. 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN …………………………………….. 47
A. Deskripsi Tempat Penelitian …………………………….. 47
B. Deskripsi Data …………………………………………….. 47
1. Skor Tingkat Keterpaan Media Massa …………….. 48
2. Skor Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup ……..……………………………………………… 50
C. Pengujian Hipotesis …………………………………….. 48
1. Pengujian Prasyarat Analisis
…………………………….. 52
2. Pengujian Regresi Sederhana ..…………………………… 53
a. Mencari Persamaan Regresi …………..………… 43
b. Pengujian Keberartian Regresi dan Pengujian
Linieritas Regresi …………………..……………….... 53
3. Pengujian Korelasi Sederhana …………………….. 55
4. Pengujian Keberartian Regresi …………………….. 56
D. Pembahasan Hasil Analisis Data …………………………….. 56
BAB V. PENUTUP …………………………………………………….. 61
A. Kesimpulan …………………………………………….. 61
B. Implikasi …………………………………………………….. 61
C. Saran …………………………………………………….. 62
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 63
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 65
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian yang Relevan……... 22
Tabel 2. Waktu Pelaksanaan Penelitian ……………………………... 27
Tabel 3. Kisi-Kisi Angket Variabel Tingkat Keterpaan Media Massa….….33
Tabel 4. Kisi-Kisi Angket Variabel Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup …………………………………………….... 34
Tabel 5. Validitas untuk Variabel Tingkat Keterpaan Media Massa ...…...37
Tabel 6. Validitas untuk Variabel Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup ……………………………………………... 38
Tabel 7. Tabel Rumus Analisis Varians Regresi Linear Sederhana ..……. 43
Tabel 8. Kondisi Guru SMP Negeri 1 Teras ……………………………... 48
Tabel 9. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Teras ……………………………. 48
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tingkat Keterpaan Media Massa (X)…….. 50
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Y) …...…………………………….…... 51
Tabel 12. Tabel Analisis Varians Regresi Y¿̂
¿= 59,825 + 0,434 X ……... 54
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema dari Latar Belakang Masalah …………………… 4
Gambar 2. Bagan Kerangka Alur Pemikiran …………………………… 24
Gambar 3. Peta Administrasi Daerah Penelitian Skala 1 : 50.000 ….... 26
Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Keterpaan Media Massa 50
Gambar 5. Grafik Distribusi Frekuensi Peran Serta Siswa dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup …………………………… 52
Gambar 6. Diagram Pencar Persamaan Regresi Y¿̂
¿= 59,825 + 0,434 X…. 59
xiii
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Siswa sebagai Responden untuk Try out……………... 65
Lampiran 2. Tabel Skor Jawaban Try out Variabel X ……………... 66
Lampiran 3. Contoh Perhitungan Validitas X ……………………... 67
Lampiran 4. Contoh Perhitungan Reliabilitas X ……………………... 68
Lampiran 5. Tabel Skor Jawaban Try out Variabel Y ……………... 69
Lampiran 6. Contoh Perhitungan Validitas Y …………………....... 70
Lampiran 7. Contoh Perhitungan Reliabilitas Y ……………………... 71
Lampiran 8. Kisi –Kisi Angket Penelitian Setelah Try out ……………... 72
Lampiran 9. Angket Penelitian ……………………………………... 73
Lampiran 10. Daftar Siswa sebagai Responden untuk Penelitian ……... 80
Lampiran 11. Tabel Skor Jawaban Penelitian Variabel X ……………... 82
Lampiran 12. Tabel Skor Jawaban Penelitian Variabel Y ……………... 83
Lampiran 13. Perhitungan Sturges Variabel X ……………………... 84
Lampiran 14. Perhitungan Sturges Variabel Y ……………………... 85
Lampiran 15. Uji Normalitas dengan Kolmogorov-smirnov ……………... 86
Lampiran 16. Tabel Kerja Analisis Regresi dan Korelasi Sederhana……... 87
Lampiran 17. Perhitungan Regresi Sederhana ……………………... 89
Lampiran 18. Tabel Kerja Pengujian Linieritas dan Keberartian Regresi... 90
Lampiran 19. Perhitungan Pengujian Linieritas dan Keberartian Regresi… 92
Lampiran 20. Pengujian Hipotesis Regresi Sederhana ………….….. 94
Lampiran 21. Perhitungan Analisis Korelasi …………………………….. 95
Lampiran 22. Pengujian Hipotesis Korelasi Sederhana …………….. 96
Lampiran 23. Perijinan ……………….……………………………. 97
Lampiran 24. Keadaan Sekolah Tempat Penelitian …………………….. 107
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas lingkungan berhubungan erat dengan kualitas hidup. Semakin
baik kualitas lingkungan hidup maka semakin baik pula pengaruhnya bagi
kehidupan manusia. Dijelaskan pada bagian umum 1 penjelasan Undang-Undang
tentang pengelolaan lingkungan hidup berikut ini:
Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. (Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 31)
Pengertian lingkungan hidup merujuk pada pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup (2006: 3) yaitu
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.” Berdasarkan pengertian tersebut lingkungan hidup bukanlah sekedar
lingkungan biotik atau makhluk hidup yang hadir di sekitar manusia seperti flora
dan fauna, akan tetapi semua benda fisik, dan juga makhluk hidup termasuk
tumbuhan, hewan, dan manusia yang semuanya saling mempengaruhi dan
dipengaruhi demi kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia dan makhluk
hidup itu sendiri.
Komponen lingkungan hidup ialah lingkungan di mana manusia tinggal
yang mencakup lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial.
Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya sering terjadi
masalah, diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk dan usaha-usaha manusia untuk
dapat mencukupi kebutuhan mencapai kesejahteraan. Permasalahan lingkungan
hidup yang timbul seperti pencemaran lingkungan, limbah, bahan berbahaya dan
1
2
beracun, limbah bahan berbahaya dan beracun, pengrusakan lingkungan hidup,
serta sengketa lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup yang ada perlu
dicarikan solusi secepatnya. Pentingnya lingkungan hidup yang nyaman bagi
kehidupan manusia, maka perlu adanya pengelolaan lingkungan hidup agar
dicapai hubungan yang selaras dan dinamis bagi manusia dan makhluk hidup
lainnya di lingkungannya.
Tanggung jawab akan pengelolaan lingkungan hidup merupakan
tanggung jawab semua pihak secara bersama-sama seperti dijelaskan pada pasal 9
ayat 2 bahwa:
Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing, masyarakat, serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup. (Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 10)
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (2003: 3) istilah siswa sebagai peserta didik disebutkan pada pasal 1 ayat
4 “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu”.
Siswa merupakan anggota masyarakat yang kewajiban utamanya adalah
belajar, jika dihubungkan dengan penelitian ini siswa sebagai anggota masyarakat
mempunyai hak, kewajiban dan peran yang sama terhadap pengelolaan
lingkungan hidup. Pada pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997
tentang pengelolaan lingkungan hidup (2006: 7) dijelaskan “Setiap orang
mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dijelaskan setiap orang tidak dibedakan
usia dan kelas sosial, mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat, termasuk juga siswa atau peserta didik, sedangkan kewajiban atas
lingkungan tercantum dalam pasal 6 ayat 1, “Setiap orang berkewajiban
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup” (Undang-
3
Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 8). Siswa juga memiliki kewajiban dalam
memelihara kelestarian lingkungan hidup dan mencegah kerusakan lingkungan
hidup.
Siswa sebagai anggota masyarakat mempunyai kesempatan berperan
dalam pengelolaan lingkungan hidup dan juga hak atas informasi lingkungan
hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup seperti
yang diatur dalam Undang-Undang. Pada pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup (2006: 8) dijelaskan “Setiap
orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan
peran dalam pengelolaan lingkungan hidup”. Segala informasi dapat diperoleh
dari media massa termasuk informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan
peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup terdapat 7 (tujuh) upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidupnya. Berikut ini adalah pengertian
pengelolaan lingkungan hidup didasarkan pada pasal 1 ayat 2 Undang-Undang
No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup (2006: 3) “Pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup”.
Siswa dalam berperan serta pada pengelolaan lingkungan hidup dalam penelitian
ini disesuaikan dengan kemampuannya. Peran serta siswa dalam pengelolaan
lingkungan hidup dalam penelitian ini dibatasi 4 upaya didasarkan dari pasal 1
ayat 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
yang sekiranya bisa dilakukan oleh siswa sekolah menengah pertama meliputi : 1.
pemanfaatan, 2. pemeliharaan, 3. pemulihan, dan 4. pengawasan. Ketiga upaya
lainnya seperti kebijaksanaan penataan, pengembangan dan pengendalian
lingkungan lebih tepat dan mampu dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah yang dibantu instansi yang menangani lingkungan hidup serta LSM,
sedangkan masyarakat tinggal mendukung upaya tersebut.
LINGKUNGAN HIDUP
KOMPONEN LINGKUNGAN HIDUP
PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP
FISIK SOSIAL BIOLOGIS
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUPKebijaksanaan PenataanPemanfaatanPengembanganPemeliharaanPemulihanPengawasanPengendalian Lingkungan hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Tanggung Jawab setiap orang termasuk
siswa.
SISWA
KETERPAAN MEDIA MASSA
Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup:Pemanfaatan PemeliharaanPemulihanPengawasan
4
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan skema praktis latar
belakang masalah yang dijadikan dasar penelitian ini, seperti pada Gambar 1
berikut:
Gambar 1. Skema dari Latar Belakang Masalah
5
Media massa merupakan faktor yang berpengaruh kuat pada pola pikir
para siswa di era informasi yang berkembang pesat saat ini. Menurut Kuswandi
(1996: 69) “Dengan hadirnya media massa, baik cetak (surat kabar, majalah)
maupun elektronik (radio, TV, Film) dalam berbagai sajian isi atau pola acaranya,
otomatis menghembuskan era baru yang secara perlahan memasuki dan
merambah tata nilai dan norma masyarakat perkotaan sekaligus pedesaan yang
terpencil sekalipun.” Manfaat yang umumnya dirasakan oleh banyak orang dari
keberadaan media massa antara lain mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan pendidikan, pengetahuan, lingkungan hidup dan hiburan. Keterpaan media
massa menjangkau dengan cepat lapisan masyarakat baik perkotaan maupun
pedesaan. Perkembangan media massa yang semakin gencar diharapkan bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan
lingkungan hidup dari media massa, tetapi sajian/acara tentang lingkungan hidup
harus bersaing ketat dengan sajian/acara hiburan dan informasi lain yang mungkin
lebih menarik bagi pemirsa.
Arus komunikasi dan informasi di era globalisasi saat ini semakin pesat.
Hal ini berpengaruh besar pada pola pikir dan juga perilaku masyarakat. Pada
siswa sekolah menengah pertama yang kondisi kepribadiannya masih labil
penerimaan keterpaan media massa bisa berdampak positif maupun negatif. Siswa
sekolah menengah pertama, merupakan remaja yang dalam masa transisi,
sehingga kejiwaannya masih labil. Keterpaan media massa yang begitu gencar
bisa berdampak positif dan juga bisa berdampak negatif bila salah dalam
memanfaatkannya.
Siswa yang berada di daerah perkotaan dan pedesaan, pastilah
mempunyai perbedaan dalam banyaknya keterpaan media massa, walaupun
seiring era baru perkembangan informasi telah merambah menjangkau daerah
pedesaan. Siswa di daerah perkotaan cenderung lebih banyak intensitasnya dan
lebih mudah dalam memperoleh informasi media massa. Di daerah pedesaan
media massa bisa diterima siswa tetapi terbatas variasi dan keseringannya
dibandingkan siswa di daerah perkotaan. Agen atau penjual media cetak seperti
koran dan majalah di setiap sudut kota mudah dijumpai, sedangkan di desa hanya
6
tempat –tempat tertentu saja. Fasilitas internet seperti warnet banyak dijumpai di
kota sedangkan di daerah pedesaan sulit dijumpai bahkan belum ada. Media
internet di daerah pedesaan biasanya dimanfaatkan oleh orang ataupun instansi
dengan cara instant melalui jasa telepon. Media massa yang bisa menjangkau
siswa di daerah pedesaan secara mayoritas atau kebanyakan siswa adalah media
televisi dan radio.
Sejauh mana tingkat keterpaan media massa siswa sekolah menengah
pertama di daerah pedesaan yang menarik dilakukannya penelitian ini. Bagaimana
dengan keterpaan media massa siswa sekolah menengah pertama di daerah
pedesaan dengan keterpaan media massa yang lebih terbatas dibandingkan siswa
di daerah perkotaan dan bagaimana hubungannya dengan peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Kecamatan Teras sebagian besar wilayahnya
masih pedesaan dengan akses ke kota Boyolali dan Surakarta sangat mudah. SMP
Negeri 1 Teras sebagai tempat penelitian untuk mengetahui tingkat keterpaan
media massa pada siswa di daerah pedesaan karena penelitian yang relevan
sebelumnya di daerah perkotaan dengan sampel bukan siswa tetapi Kepala
Keluarga. Penelitian yang relevan sebelumnya oleh Suwarno (2001: 95) “Terdapat
korelasi antara perolehan informasi media massa dengan sikap dan tindakan
masyarakat terhadap lingkungan hidup di kota Madiun”. Terlepas dari tempat
penelitian dan sampel, dalam penelitian ini meneliti banyaknya keterpaan media
massa hubungannya dengan peran serta dalam pengelolaaan lingkungan hidup.
Lingkungan hidup di Kecamatan Teras, jika dilihat dari lingkungan fisik
daerah cenderung heterogen. Kecamatan Teras terdiri atas 13 (tiga belas desa),
dan dapat dibatasi atas tiga zona berdasarkan letaknya dan ciri-ciri fisiknya. Di
bagian utara kondisi fisik wilayah ini lebih berkontur lebih tajam dan merupakan
daerah tadah hujan. Bagian tengah merupakan daerah tegalan, dan bagian tengah
sebelah barat adalah wilayah industri dengan beberapa pabrik tekstil. Bagian
selatan Kecamatan Teras merupakan daerah pertanian persawahan, dan bagian
selatan sebelah barat wilayah industri dengan beberapa pabrik tekstil serta di
bagian paling selatan merupakan daerah industri rumah tangga rambak (kerupuk
dari terigu dan kanji) dan industri batu bata secara konvensional. Perbedaan
7
lingkungan fisik ini kemungkinan bisa mempengaruhi perbedaan keterjangkauan
siswa terhadap keterpaan media massa.
Siswa di SMP Negeri 1 Teras, mayoritas berasal dari daerah yang masih
berada di wilayah Kecamatan Teras. Lingkungan biologis siswa relatif homogen
karena secara keseluruhan merupakan daerah pedesaan dan tidak ada daerah
sekitar hutan yang memungkinkan siswa berhubungan dengan flora dan fauna
yang lebih beragam. Hubungan kekerabatan, tata nilai pergaulan, lingkungan
sosial siswa relatif homogen dengan kondisi masyarakat pedesaan yang terbuka
dengan lingkungan luar. Kesamaan lain dari siswa SMP Negeri 1 Teras ialah
dalam rata-rata umur dan kondisi lingkungan sekolah. Atas dasar heterogenitas
dan homogenitas yang ada, maka dipilihlah SMP Negeri 1 Teras Boyolali sebagai
tempat penelitian. Kelas II dipilih sebagai sampel penelitian karena berdasarkan
pengalaman dan teori pertumbuhan siswa kelas II cenderung paling mudah
terpengaruh dengan keadaan luar dan pada massa remaja ini siswa berada titik
tertinggi massa pencarian jati, sehingga kejiwaanya labil. Siswa kelas I cenderung
masih terbawa sifat kanak-kanak, sedangkan siswa kelas III, mulai berpikir
dewasa dengan gejolak remaja sedikit mereda dan cenderung lebih serius belajar.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dari itu peneliti ingin
mengetahui “Apakah ada korelasi positif antara tingkat keterpaan media massa
dengan peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup pada siswa kelas II
SMP Negeri 1 Teras Boyolali?“
Judul penelitian ini ialah: “Hubungan tingkat keterpaan media massa
dengan peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup pada siswa kelas II
SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2005/2006.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kualitas lingkungan hidup berhubungan erat dengan kualitas hidup tetapi
kadang lingkungan hidup terjadi pencemaran oleh limbah, bahan berbahaya
8
dan beracun serta perusakkan oleh perilaku manusia sendiri yang
mengakibatkan menurunnya kualitas hidup manusia.
2. Siswa juga merupakan anggota masyarakat yang berkewajiban berperan serta
dalam pengelolaan lingkungan hidup dan peran serta dalam pengelolaan
lingkungan hidup bukan hanya kewajiban orang tua (kepala keluarga).
3. Arus komunikasi dan informasi di era globalisasi saat ini semakin pesat
diharapkan bisa menambah pengetahuan siswa tentang pengelolaan
lingkungan hidup, tetapi pengaruh negatif atas demikian terbukanya informasi
perlu diwaspadai.
4. Diharapkan masyarakat mendapatkan informasi tentang pengelolaan
lingkungan hidup dari media massa akan tetapi sajian/acara tentang
lingkungan hidup harus bersaing ketat dengan sajian/acara lain yang mungkin
lebih menarik.
5. Setiap orang termasuk siswa mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup,
keterpaan media massa siswa di daerah pedesaan terbatas dalam variasi dan
keseringannya dibandingkan siswa di daerah perkotaan. Apakah ada korelasi
antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji
dapat terarah dan secara mendalam maka masalah tersebut dibatasi sebagai
berikut:
“Tingkat keterpaan media massa pada siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras
hubungannya dengan peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.”
9
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
Apakah ada hubungan antara tingkat keterpaan media massa dengan peran
serta siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras Boyolali dalam pengelolaaan lingkungan
hidup Tahun Ajaran 2005/2006?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa dalam pengelolaan
lingkungan hidup pada siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran
2005/2006.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam hal
ilmu pengetahuan pada umumnya dan pada ilmu pendidikan Geografi
lingkungan khususnya.
2. Manfaat praktis yaitu untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
perencanaan kebijaksanaan pendidikan khususnya dalam aspek pengetahuan
lingkungan di kalangan siswa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Keterpaan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat keterpaan media massa.
Untuk memahami variabel ini, perlu didefinisikan pengertian keterpaan terlebih
dahulu. Istilah keterpaan berasal dari kata dasar terpa yang dalam Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia diartikan “Terpa, menerpa kk; melompati dan menerkam,
mengejar hendak menyergap; menimpa, menghembus (tentang angin dsb)” (Fajri
& Senja, 2003: 812). Keterpaan ialah kata benda, arti yang paling tepat dari yang
ada di Kamus adalah serangan/terkaman, timpaan atau hembusan tentang media
massa (dari kata kerja di kamus menerkam, menimpa atau menghembus).
Media massa mempunyai sajian dan jenis yang beragam, sehingga bisa
diartikan keterpaan media massa adalah serangan, timpaan, atau hembusan dari
berbagai sajian dan menu informasi media massa yang diterima oleh orang
sengaja maupun tidak sengaja. Keterpaan media massa pada setiap orang tidaklah
sama, sehingga dalam penelitian ini dirumuskan konsep tingkat keterpaan media
massa.
2. Pengertian Media Massa
Media massa dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia diartikan sebagai
berikut:
Media kb. sarana, alat ; sarana komunikasi bagi masyarakat bisa berupa koran, majalah, tv, radio siaran, telepon, internet, dsb; Media cetak kb. alat komunikasi massa yang diterbitkan dalam bentuk cetakan seperti koran, majalah dsb. Media elektronik kb. Sarana atau media yang berupa elektronik seperti radio dan televisi. (Fajri & Senja, 2003: 557).
Komunikasi massa menurut Wahyudi (1992: 8) memiliki dua makna yaitu
“Proses komunikasi dengan massa dapat dilakukan secara langsung seperti dalam
pidato (retorika), dapat juga dengan sarana media massa. dan proses komunikasi
dengan penggunaan media massa”. Informasi mengenai pengelolaan lingkungan
10
11
hidup bisa melalui pidato, ceramah atau melalui media massa, sedangkan media
massa sendiri ada yang periodik seperti surat kabar atau majalah (tercetak), radio,
film, televisi (elektronika), dan ada yang non periodik seperti buku, leaflet,
selebaran, spanduk dan sebagainya.
Efek komunikasi massa menurut Jahi (1988: 17) mencakup tiga dimensi
yaitu sebagai berikut:
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa yaitu: Kognitif, afektif, dan konatif. Efek Kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan ilmu pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. Efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.
Sifat dari media massa menurut Effendy (1986: 79) adalah serempak cepat
yaitu “Yang dimaksudkan dengan keserampakan (simultaneilty) di sini ialah
keserempakan kontak antara komunikator dengan komunikan yang demikian
besar jumlahnya”. Kemampuannya untuk menimbulkan pada pihak khalayak yang
besar jumlahnya secara serempak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
Hal inilah yang merupakan ciri paling hakiki media massa dibandingkan dengan
media komunikasi lainnya. Media massa berdasarkan pendapat tersebut dapat
diartikan media yang mampu menimbulkan keserampakan diantara khalayak yang
sedang memperhatikan pesan yang dilancarkan oleh media massa tersebut.
Penelitian ini untuk mengetahui tingkat keterpaan media massa pada
siswa. Keterpaan media massa dalam penelitian ini didasarkan pada keseringan
siswa untuk menerima sajian media massa tentang informasi/berita lingkungan
hidup. Indikator untuk mengukur tingkat keterpaan terhadap media massa dengan
rincian sebagai berikut:
a. Keterpaan Media Cetak
1) Keseringan membaca surat kabar
2) Keseringan membaca majalah
3) Keseringan membaca selebaran
b. Keterpaan Media Elektronik
1) Keseringan menonton televisi
2) Keseringan mendengar radio
12
3. Pengertian Peran Serta Siswa
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Istilah peran serta digunakan cukup luas, hampir
dalam berbagai kegiatan seperti perkumpulan, rapat, organisasi, diskusi, maupun
kegiatan kemasyarakatan. Banyak muncul kata berperan serta dalam kegiatan-
kegiatan tersebut. Peran serta mempunyai persamaan kata dengan partisipasi yang
berasal dari kata bahasa asing (Inggris) “participate” yang artinya mengambil
bagian, berperan serta. Pengertian peran serta dalam hal ini didasarkan sama
artinya dengan pengertian partisipasi. Pengertian partisipasi dalam Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia diartikan “Partisipasi kb. hal ikut serta dalam suatu
kegiatan; berpartisipasi kk. melakukan partisipasi, ikut berperan serta dalam suatu
kegiatan” (Fajri & Senja, 2003: 624). Menurut Encylopedia of Social Science,
pengertian partisipasi adalah “Ikut sertanya suatu kesatuan untuk mengambil
bagian dalam aktivitas yang dilaksanakannya oleh susunan kesatuan yang lebih
besar”. (Sumardi, 1982: 3). Dengan demikian peran serta atau partisipasi dapat
diartikan bahwa:
Pada hakekatnya peran serta atau partisipasi sama artinya dengan gotong royong. Gotong royong terdiri dari dua kata yaitu gotong yang berarti semangat untuk mengerjakan serta menanggung akibat dari semua karya secara bersama-sama. Sedangkan royong berarti membagi hasil karya masing-masing dan menerima bagian-bagiannya sendiri sesuai dengan sumbangan karyanya. (Sumardi, 1982: 4)
Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan seperti
dijelaskan oleh Conyers (1991: 154) bahwa “Partisipasi masyarakat merupakan
suatu saat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap
masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan
proyek-proyek akan gagal”. Masyarakat akan lebih mempercayai progam
pembangunan jika mereka dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaan,
karena mereka akan lebih mengetahui program pembangunan tersebut sehingga
mempunyai rasa memiliki. Selain itu juga dapat mendorong adanya peran serta
umum karena adanya anggapan bahwa peran serta merupakan suatu hak
demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.
13
Peran serta mengandung makna strategi dan nilai. Peran serta sebagai
strategi berarti turut serta menentukan perencanaan, arah dan pencapaian suatu
tujuan. Peran serta sebagai nilai merupakan sarana untuk mencapai tujuan dan
sekaligus sebagai tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan pelaksanaan demokrasi
yang memberikan kebebasan rakyat untuk berperan serta. Dihubungkan dengan
pengelolaan lingkungan hidup, diikutsertakannya masyarakat dalam program dan
kebijaksanaan tentang lingkungan hidup, maka program tersebut akan lebih
berhasil.
Sesuai dengan pendapat di atas, disebutkan oleh Koentjaraningrat (1984:
79) ada dua pola peran serta masyarakat pedesaan yang berbeda, yaitu “1.
Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek pembangunan yang
khusus; 2. Partisipasi sebagai individu di luar aktivitas-aktivitas bersama dalam
pembangunan”.
Pada pola yang pertama, masyarakat diajak, dibujuk dan diperintahkan
untuk dipaksa oleh berbagai kalangan pemerintah supaya menyumbangkan tenaga
atau hartanya bagi proyek-proyek pembangunan. Kalau masyarakat ikut serta
dalam suatu aktivitas berdasarkan atas keyakinan bahwa proyek itu akan
bermanfaat baginya, maka mereka akan berperan serta dengan semangat dan
spontanitas tanpa mengharapkan upah. Sebaliknya kalau mereka diperintah dan
dipaksa untuk ikut menyumbangkan tenaga, harga dan pikiran mereka, maka
mereka akan berperan serta seperti kerja rodi. Pada pola yang kedua, peran serta
berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang lebih memerlukan kesadaran, seperti
misalnya keluarga berencana. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan lebih ditekankan pada pola peran serta yang kedua, yaitu peran serta
sebagai individu atau peran serta swakarsa. Dengan peran serta pola ini
kelestarian lingkungan yang mempunyai nilai penting bagi manusia akan terjamin.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan peran serta
ialah ikut serta masyarakat dalam suatu kegiatan melibatkan pengetahuan,
tanggung jawab, sikap, mental, tekad yang kuat mendukung suksesnya kegiatan
bersama. Peran serta dalam penelitian ini dikaitkan dengan pengelolaan
lingkungan hidup oleh siswa sekolah menengah pertama. Jadi bisa disimpulkan
14
bahwa peran serta disini ialah ikut-sertanya siswa sekolah mengah pertama dalam
suatu kegiatan yaitu pengelolaan lingkungan hidup.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(2003: 3) pada pasal 4 ayat 1 disebutkan istilah siswa sebagai peserta didik yang
dijelaskan bahwa “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.
Siswa merupakan anggota masyarakat yang kewajiban utamanya adalah
belajar, jika dihubungkan dengan penelitian ini siswa sebagai anggota masyarakat
mempunyai hak, kewajiban dan peran yang sama terhadap pengelolaan
lingkungan hidup. Seperti dijelaskan dalam pasal 5 ayat 1 Undang-undang No. 23
Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup (2006: 7) yaitu “Setiap orang
mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”.
Pengertian tersebut setiap orang tidak dibedakan usia dan kelas sosial, mempunyai
hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, termasuk juga
siswa atau peserta didik, sedangkan kewajiban atas lingkungan tercantum dalam
pasal 6 ayat 1 yang menyatakan “Setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup” (Undang-Undang No. 23 Tahun
1997, 2006: 8). Siswa juga memiliki kewajiban dalam memelihara kelestarian
lingkungan hidup dan mencegah kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan
kemampuannya.
Peran serta atau partisipasi dalam penelitian ini mempunyai hubungan
dengan kepekaan siswa yakni peran serta siswa dalam kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup. Peran ini misalnya diwujudkan dalam bentuk membuang
sampah pada tempatnya, membersihkan saluran air dan lingkungan sekitar yang
kotor, ikut kerja bakti, dan tidak melakukan hal-hal yang mengakibatkan
kerusakan lingkungan hidup.
Siswa sekolah menengah pertama berada pada masa-masa transisi dari
anak-anak ke dewasa, jadi bisa disebut dengan masa remaja. Masa remaja ini
15
terbagi tiga periode yaitu masa peural, masa pubertas, dan masa adolesen, seperti
yang diuraikan berikut ini:
Masa peural atau praremaja berlangsung dari umur 12 tahun sampai 14 tahun, masa ini ditandai dengan adanya sifat suka menentang dan suka berkelompok. Masa pubertas remaja berlangsung dari umur 14 tahun sampai 18 tahun. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah suka memuja dan merindukan sesuatu, sehingga masa ini dinamakan masa merindu puja yang tujuannya untuk kegembiraan dan kepuasan. Masa adolesensi atau remaja akhir berlangsung dari umur 18 tahun sampai 21 tahun, pada masa ini kepribadian anak mulai terbentuk sehingga tidak banyak kegoncangan. (Warkitri. Chasiyah & Mardiyati, 2002: 15).
Siswa sekolah menengah pertama rata-rata berumur 12-16 tahun,
sehingga termasuk dalam kategori masa praremaja dan awal pubertas. Siswa kelas
II sekolah menengah pertama, sebagai sampel penelitian ini termasuk pada masa
peural atau praremaja.
Kondisi remaja awal (pubertas) ditandai dengan “Terjadi perubahan
biologis yang mengakibatkan pertumbuhan fisik yang pesat diikuti
berkembangnya pikiran-pikiran dan fantasi baru, cepat tertarik pada lawan jenis,
berfantasi erotik, kepekaan berlebihan, serta berkurangnya kendali ego sehingga
remaja awal sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa” (Warkitri. Chasiyah &
Mardiyati, 2002: 17).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan kondisi siswa
sekolah menengah pertama memiliki jiwa atau kepribadian yang masih labil atau
dalam fase pencarian jati diri menuju kedewasaan. Oleh karena itu dalam masa-
masa itu pengaruh dari luar bisa berdampak negatif kalau tidak bisa menerima dan
menyaring dengan baik. Kaitannya dengan penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh positif yang bisa diambil siswa dari menu media massa, dalam hal ini
ialah informasi tentang lingkungan hidup yang berpengaruh pada peran serta
siswa terhadap pengelolaan lingkungan hidup.
4. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sebelum didefinisikan pengertian dari pengelolaan lingkungan hidup,
perlu dijelaskan dahulu pengertian lingkungan hidup. Pengertian lingkungan
16
hidup merujuk pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup (2006: 3) yaitu “Lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.
Berdasarkan pengertian tersebut lingkungan bukanlah sekedar apa yang
hadir di sekitar manusia, tetapi yang hadir dan berpengaruh terhadap
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Oleh karena itu pembinaan lingkungan hidup sangat penting, karena
hanya dalam lingkungan yang baik manusia dapat hidup dengan nyaman dan
sejahtera. Dengan pemeliharaan oleh manusia yang baik, lingkungan hidup tetap
terjaga kelestariannya dan dapat dimanfaatkan serta dikembangkan secara
optimal.
Kualitas lingkungan berhubungan erat dengan kualitas hidup. Semakin
baik kualitas lingkungan hidup maka semakin baik pula pengaruhnya bagi
kehidupan manusia. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan lingkungan hidup
agar dicapai yang selaras dan dinamis bagi manusia dan makhluk hidup lain di
lingkungannya. Pengelolaan lingkungan hidup didasarkan pada pasal 1 ayat 2
Undang-Undang tentang pengelolaan lingkungan hidup yaitu “Pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidupnya yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan” (Undang-
Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 3).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dijelaskan pengelolaan
lingkungan hidup mencakup 7 (tujuh) langkah upaya yang dilakukan secara
terpadu yaitu:
1) Kebijaksanaan penataan
2) Pemanfaatan
3) Pengembangan
4) Pemeliharaan
5) Pemulihan
17
6) Pengawasan
7) Pengendalian lingkungan
Siswa berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup pada penelitian ini
disesuaikan dengan kemampuannya. Peran serta siswa dalam pengelolaan
lingkungan hidup dalam penelitian ini dibatasi 4 (empat) upaya dari 7 (tujuh)
upaya terpadu di atas, yang sekiranya dapat dilakukan oleh siswa sekolah
menengah pertama meliputi : 1. pemanfaatan, 2. pemeliharaan, 3. pemulihan, dan
4. pengawasan. Ketiga upaya lainnya seperti kebijaksanaan penataan,
pengembangan dan pengendalian lingkungan lebih tepat dan mampu dilakukan
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah yang dibantu instansi yang menangani
lingkungan hidup serta LSM, sedangkan masyarakat tinggal mendukung upaya
tersebut.
Pengelolaan lingkungan pada dasarnya bertujuan tercapainya hubungan
keselarasan antara manusia dengan lingkungannya dalam jangka panjang dan
terkendalinya permintaan masyarakat terhadap sumber daya lingkungan yang
diperkirakan semakin langka dimasa depan, sementara jumlah penduduk semakin
meningkat.
Pengelolaan lingkungan dapatlah kita artikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat memenuhi dengan sebaik-baiknya. Karena persepsi tentang kebutuan dasar, terutama untuk kelangsungan hidup yang manusiawi, tidak sama untuk semua golongan masyarakat dan berubah-ubah dari waktu ke waktu, pengelolaan lingkungan haruslah bersifat lentur. (Soemarwoto, 1997: 76).
Kemudian dijelaskan dengan kelenturan itu seseorang berusaha untuk
tidak menutup pilihan golongan masyarakat tertentu untuk mendapatkan
kebutuhan dasarnya. Kelenturan dalam pengelolaan lingkungan haruslah dapat
memberikan akomodasi pada penyesuaian diri yang tidak sehat, meskipun
adaptasi demikian mempunyai nilai dalam mempertahankan kelangsungan hidup,
misalnya hidup dengan air yang tercemar itu haruslah dianggap manusiawi.
Mutu lingkungan yang baik didapatkan lewat usaha antara lain dengan
memperbesar manfaat lingkungan atau memperkecil resiko lingkungan serta
18
dilaksanakan berdasarkan pada kebijaksanaan pembangunan berwawasan
lingkungan.
Unsur-unsur yang diperlukan manusia dalam hidupnya didapatkan dari
lingkungan. Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki
daya pikir dan daya nalar tertinggi dibandingkan makhluk lainnya, sehingga
manusia dapat secara aktif mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa
yang dikehendaki.
Manusia memiliki kemampuan mengubah lingkungan sehingga menimbulkan lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial. Hubungan timbal balik antara masing-masing lingkungan ini dengan manusia berbeda-beda sesuai dengan hukum yang berlaku dalam masing-masing lingkungan. (Salim, 1982: 104).
Komponen lingkungan hidup berdasarkan kutipan di atas yang dijadikan
sasaran pengelolaan lingkungan. Komponen lingkungan hidup ialah lingkungan di
mana manusia tinggal yaitu mencakup lingkungan fisik, lingkungan biologis dan
lingkungan sosial.
Lingkungan fisik terdiri atas zat dan benda abiotik, seperti air, udara, sungai, pegunungan, benda-benda ciptaan manusia seperti gedung, kendaraan dan lain-lain. Dalam lingkungan biologis terdapat berbagai organisme hidup seperti tumbuhan, hewan, jasad renik, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan sosial dipengaruhi oleh sikap kemasyarakatan, sikap kerohanian, sikap kelakuan masyarakat dan lain-lain. (Salim, 1982: 104).
Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya kadang
dan bahkan sering terjadi masalah seperti yang diuraikan berikut ini:
Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan ialah besarnya populasi manusia. Dengan pertumbuhan populasi manusia yang cepat, kebutuhan akan pangan, bahan bakar, tempat permukiman dan lain kebutuhan serta limbah domestik juga bertambah dengan cepat. Pertumbuhan populasi ini telah mengakibatkan perubahan yang besar dalam lingkungan hidup. Di negara yang sedang berkembang yang tingkat ekonomi dan teknologinya masih rendah, kerusakan hutan dan tata air yang disertai kepunahan tumbuhan dan hewan, dan erosi tanah, serta sanitasi yang buruk yang menyebabkan berkecambuknya penyakit infeksi dan parasit, merupakan masalah lingkungan yang mencekam di daerah itu. (Soemarwoto, 1997: 9).
19
Permasalahan lingkungan hidup diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk
dan bagaimana manusia tersebut menyesuaikan diri antara kebutuhan dan
lingkungannya. Permasalahan lingkungan hidup yang timbul seperti pencemaran
lingkungan, limbah, bahan berbahaya dan beracun, limbah bahan berbahaya dan
beracun, pengrusakan lingkungan hidup, serta sengketa lingkungan hidup. Semua
permasalahan lingkungan tersebut dijelaskan pada Undang-Undang No. 23 Tahun
1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan dijelaskan
pasal 1 ayat 12 bahwa:
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya. ( Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 4).
Masalah limbah dijelaskan pada pasal 1 ayat 16 bahwa “Limbah adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan” (Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 5). Bahan
berbahaya dan beracun dijelaskan pada pasal 1 ayat 17 bahwa “Bahan berbahaya
dan beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya,
baik langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya”. (Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 5). Pada pasal 1 ayat 18
dijelaskan tentang limbah bahan berbahaya dan beracun yaitu:
Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.(Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 5).
Pengrusakan lingkungan dijelaskan pada pasal 1 ayat 14 bahwa
“Pengrusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan” (Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 5).
20
Sengketa lingkungan hidup dijelaskan pada pasal 1 ayat 19 bahwa “Sengketa
lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang
ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup” (Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, 2006: 6).
Permasalahan lingkungan hidup yang ada perlu dicarikan solusi
secepatnya. Pentingnya lingkungan hidup yang nyaman bagi kehidupan manusia,
maka perlu adanya pengelolaan lingkungan hidup agar dicapai hubungan yang
selaras dan dinamis bagi manusia dan makhluk hidup lainnya di lingkungannya.
Materi, energi dan informasi merupakan hal penting bagi permasalahan
lingkungan hidup. Soemarwoto (1997: 22) mengungkapkan bahwa: “Arus materi,
energi dan informasi dalam suatu komunikasi antara beberapa komunitas
mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti halnya arus uang dalam
ekonomi”. Ekologi merupakan inti dari permasalahan lingkungan hidup.
Inti permasalahan lingkungan hidup adalah makhluk hidup, khususnya manusia, dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi. (Soemarwoto, 1997: 22).
Pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
lingkungan hidup ditentukan oleh besarnya informasi yang didapat individu
maupun masyarakat dalam penelitian ini siswa sekolah menengah pertama.
Menurut John Locke dalam Warkitri. Chasiyah & Mardiyati (2002: 11)
mengemukakan “Anak lahir seperti kertas putih yang belum ada coretannya dan
pendidik bisa menulis kertas tersebut menurut seleranya”. Pendapat tersebut
merupakan teori empirisme atau dinamakan teori tabula rasa yang optimis
terhadap pendidikan yaitu “Menurut teori ini manusia tidak memiliki pembawaan,
sehingga seluruh perkembangan hidupnya ditentuan oleh lingkungan hidup dan
pendidikan” (Warkitri. Chasiyah & Mardiyati, 2002: 11). Lingkungan siswa
diartikan sebagai berikut:
21
Yang bermaksud lingkungan adalah keadaan sekeliling anak, lingkungan dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan person dan nonperson. Lingkungan person adalah berupa pergaulan dengan manusia lain, sedangkan lingkungan nonperson adalah meliputi keadaan iklim letak rumah, ekonomi, film bacaan dsb. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak secara individual tidak selalu sama, tetapi secara umum lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan anak. (Warkitri. Chasiyah & Mardiyati, 2002: 9).
Remaja mengalami perkembangan sosial, sehingga ini mengakibatkan
lingkungan pergaulan remaja yang lebih luas baginya seperti dikemukakan berikut
ini:
Pada masa kanak-kanak pergaulan sosialnya dimulai dengan terbatas pada lingkungan keluarga, kemudian dilanjutkan dengan pergaulan antar keluarga di lingkungan tetangga. Setelah menginjak masa remaja pergaulan sosial tersebut bertambah luas, yakni mulai memasuki lingkungan masyarakat. (Warkitri. Chasiyah & Mardiyati, 2002: 28).
Berpijak pada pendapat tersebut, kaitannya dengan penelitian ini, peran
serta siswa pada pengelolaan lingkungan hidup sebatas pada lingkungan pergaulan
siswa yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat
sekitar tempat tinggal.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini ialah penelitian oleh
Suwarno (2001), dengan judul “Hubungan Perolehan Informasi Media Massa
dengan Sikap dan Tindakan Masyarakat Terhadap Lingkungan Hidup di Kota
Madiun”. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa komponen-
komponen komunikasi yakni: komunikator, pesan, media amat perkasa dalam
mempengaruhi komunikan. Perolehan informasi lingkungan hidup di media massa
dapat mempengaruhi sikap dan tindakan masyarakat pada lingkungan hidup.
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian oleh Suwarno (2001)
disajikan pada Tabel 1 berikut ini:
22
Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian yang Relevan
PERSAMAAN Suwarno (2001) Damis Sriharti (2007)
Tema Hubungan perolehan
informasi media massa
dengan sikap dan tindakan
masyarakat terhadap
lingkungan hidup
Hubungan tingkat keterpaan
media massa dengan peran
serta dalam pengelolaan
lingkungan hidup
Metode Korelasional korelasional
PERBEDAAN Suwarno (2001) Damis Sriharti (2007)
Tempat Kota Madiun SMP Negeri 1 Teras
Boyolali
Responden Kepala keluarga di daerah
Kota Madiun
Siswa kelas II SMP Negeri 1
Teras Boyolali tahun ajaran
2005/2006
Teknik
pengambilan
sampel
Stratified random sampling
atau sampl acak bertingkat
Cluster random sampling
atau sampel acak
berkelompok
Teknik analisis
data
Korelasi Ranking Kendall (T) Regresi-korelasi sederhana
C. Kerangka Pemikiran
Manusia dan lingkungannya merupakan bagian yang penting bagi
berlangsungnya kualitas kehidupan bumi. Manusia merupakan pengelola,
sedangkan lingkungan adalah sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk
kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Hubungan antara manusia dan
lingkungan adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi. Sumberdaya manusia yang rendah dalam segi moral dan
pengetahuan akan mengakibatkan kerusakan bagi lingkungan serta makhluk hidup
lain yang tinggal di bumi. Hubungan antara manusia dan lingkungan yang buruk
23
akan mengakibatkan masalah bagi manusia dan lingkungannya, sehingga perlu
cara yang baik agar terjadi keseimbangan yaitu pengelolaan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan berkelanjutan bisa
memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan. Permasalahan lingkungan hidup
yang ada, pada prinsipnya memerlukan saluran komunikasi untuk disosialisasikan
kepada masyarakat. Salah satu saluran komunikasi yang ada dalam masyarakat
adalah media massa yang memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat.
Sejauh mana masyarakat bisa menerima informasi tentang pengelolaan
lingkungan hidup dari media massa perlu diteliti lebih lanjut.
Di era informasi saat ini kebutuhan manusia yang paling mendasar, baik
individu maupun masyarakat adalah kebutuhan akan informasi. Ketergantungan
manusia akan informasi sudah merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat
dibantah lagi. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan esensial bagi
pengembangan hidupnya. Kebutuhan akan informasi itu didorong oleh keinginan
manusia untuk mengembangkan diri dari perikehidupannya yang lebih baik.
Informasi tersebut bisa didapatkan dari media massa. Pesatnya perkembangan
media massa baik cetak maupun elektronik memberikan pengaruh yang besar bagi
pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Media massa dengan berbagai menu
sajiannya mengakibatkan dampak positif dan juga negatif bagi masyarakat.
Peserta didik atau siswa yang kondisi kepribadiannya masih labil, rentan
akan pengaruh negatif media massa. Penelitian ini berusaha mencari hubungan
positif keterpaan media massa terhadap siswa, khususnya siswa sekolah
menengah pertama. Media massa mempunyai fungsi sebagai sumber informasi,
pendidikan dan hiburan. Informasi dan pengetahuan tentang masalah dan
pengelolaan lingkungan hidup disajikan melalui media massa. Keterpaan media
massa terhadap siswa akan berpengaruh terhadap peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Semakin banyak siswa menerima keterpaan media
massa maka pengetahuan mengenai masalah lingkungan hidup semakin baik.
Wujud nyata pada siswa adalah peran sertanya terhadap pengelolaan
lingkungan hidup tersebut meliputi pemanfaatan, pemeliharaan, pemulihan, dan
pengawasan yang dilakukan pada lingkungan siswa yaitu lingkungan sekolah,
Tingkat keterpaanmedia massa
Peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan
Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)
24
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Komponen lingkungan hidup
dijadikan sebagai sasaran pengelolaan lingkungan hidup, meliputi lingkungan
fisik/abiotik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial agar dicapai kehidupan
yang selaras dan dinamis dengan terwujudnya lingkungan yang baik dan sehat.
Bagan kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Bagan Kerangka Alur Pemikiran
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan
maka dapatlah dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut:
“Ada korelasi antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa
dalam pengelolaan lingkungan hidup”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Teras. Sekolah ini terletak di
Kecamatan Teras yang termasuk dalam Kabupaten Boyolali, yang daerahnya
masih pedesaan. Lingkungan hidup di Kecamatan Teras, jika dilihat dari
lingkungan fisik daerah cenderung heterogen. Kecamatan Teras terdiri atas 13
(tiga belas desa), dan dapat terbagi atas tiga zona berdasarkan letak dan ciri-ciri
fisiknya.
Di bagian utara kondisi fisik wilayah ini lebih berkontur lebih tajam dan
merupakan daerah tadah hujan yaitu Desa Krasak, Desa Gumukrejo, dan Desa
Tawangsari. Bagian tengah merupakan daerah tegalan yaitu Desa Mojolegi, Desa
Teras dan Desa Randusari, dan daerah barat bagian tengah ini adalah wilayah
industri dengan adanya beberapa pabrik tekstil yaitu di Desa Randusari. Bagian
selatan Kecamatan Teras merupakan daerah pertanian persawahan yaitu Desa
Sudimoro, Desa Bangsalan, Desa Salakan, Desa Nepen, Desa Kopen, Desa
Kadireso, dan Desa Doplang, tetapi di Desa Sudimoro sebagian daerahnya
merupakan tegalan. Di Desa Nepen terdapat satu pabrik tekstil, dan bagian selatan
paling ujung merupakan daerah industri rumah tangga rambak (kerupuk dari
terigu dan kanji) dan industri batu bata secara konvensional yaitu Desa Kopen dan
Desa Doplang. Di Desa Doplang juga merupakan daerah usaha perikanan jenis
lele yang cukup maju.
SMP Negeri 1 Teras berada di wilayah Desa Teras, dan terletak di Jl. Raya
Solo-Semarang km 10. Letak gedung sekolah ini berada di sebelah selatannya
lapangan Teras. Lokasi sekolah ini dapat dilihat pada peta lokasi penelitian pada
Gambar 3, berikut ini:
25
26
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
27
2. Waktu Pelaksaaan
Waktu penelitian dilaksanakan secara keseluruhan pada Bulan Januari
2006 yang dimulai dengan tahap persiapan yaitu penyusunan proposal penelitian.
Kemudian penulisan laporan penelitian ini selesai pada Bulan Juni 2007. Waktu
pelaksanaan penelitian ini secara rinci dibagi dalam tahap-tahap seperti Tabel 2
berikut ini:
Tabel 2. Waktu Pelaksanaan Penelitian
No. KegiatanTahun 2006 Tahun 2007
Jan Feb Mar Apr Mei Juni - Des Jan - Juni 1 Persiapan
2 Penyusunan Instrumen
3 Pengumpulan Data
4 Tabulasi dan Analisa Data
5 Penulisan Laporan
B. Metode Penelitian
Menurut Arikunto (2002: 136) “Metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Desain
penelitian yang digunakan ialah deskriptif korelasional. Sugiyanto (2003: 54)
menyatakan “Desain penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan
deskripsi tentang suatu kenyataan atau menguji hubungan antar kenyataan yang
telah ada atau telah terjadi pada subjek”.
Alasan digunakannya metode deskriptif karena penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Lebih lanjut Sugiyanto (2003: 54) menjelaskan mengenai
deskriptif korelasional yakni “Fokus dalam desain ini adalah pengukuran terhadap
hubungan antar dua fenomena atau lebih”.
28
Metode deskriptif korelasional berkelanjutan dari metode deskriptif. Adapun langkah-langkah dalam desain penelitian deskripsi korelasional adalah sebagai berikut:1. Menentukan masalah
Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola fenomena yang kompleks yang memerlukan pemeliharaan. Variabel dan hubungan variabel harus didasarkan pada teori yang dibuat dan nalar rasional.
2. Penentuan subjek Subjek harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian, serta homogen dalam faktor diluar variabel yang diteliti. Jika kurang homogen perlu diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok tertentu.
3. Pengumpulan data Instrumen penelitian yang dapat digunakan antara lain: angket, tes pedoman interview.
4. Analisis data.(Sugiyanto, 2002: 55).
Menurut Suryabrata (1997: 24) “Tujuan penelitian korelasional adalah
untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien
korelasi”.
C. Populasi dan Sampel
1. Penetapan Populasi
Arikunto (2002: 108) mendefinisikan “Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa SMP Negeri 1
Teras Kabupaten Boyolali. Selanjutnya sebagai populasi sasaran yang dijadikan
subyek penelitian adalah siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras. Jumlah siswa kelas
II berjumlah 213 siswa yang terbagi menjadi 5 kelas.
2. Teknik Pengambilan Sampel
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto,
2002: 109). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Cluster
Random Sampling atau penarikan sampel secara berkelompok. Sugiyanto (2003:
29
24) menjelaskan “Cluster Random Sampling (CRS) adalah penarikan sampel yang
dilakukan berdasarkan unit kelompok”. Dalam penelitian ini populasi tersebar
secara merata dalam 5 unit kelas, yang masing-masing mempunyai ciri yang sama
(mirip) atau homogen.
Sampel berjumlah 65 siswa yang diambil 30% dari jumlah siswa masing-
masing kelompok kelas dan diambil secara acak dengan cara undian. Kelompok
kelas ada 5, yaitu terdiri atas kelas IIA, IIB, IIC, IID, dan IIE. Sampel kelas IIA
diambil sebanyak 12 siswa. Kelas IIB, IIC, dan IID masing-masing diambil
sebanyak 13 siswa. Sedangkan kelas IIE diambil sampel sebanyak 14 siswa. Ada
perbedaan jumlah sampel untuk masing-masing kelas karena jumlah siswa tiap
kelas tidak sama.
Kelas IIA berjumlah 41, sehingga sampel yang diambil 12 siswa (dari
perhitungan 30% x 41 = 12,3 dibulatkan menjadi 12). Kelas IIB dan IIC jumlah
siswanya 42, sehingga sampel yang diambil 13 siswa (dari perhitungan 30% x 42
= 12,6 dibulatkan menjadi 13). Kelas IID berjumlah 43 siswa, sehingga sampel
yang diambil 13 siswa (dari perhitungan 30% x 43 = 12,9 dibulatkan menjadi 13).
Sampel kelas IIE diambil sampel sebanyak 14 siswa dari jumlah siswa sebanyak
45 (perhitungannya 30% x 45 = 13,5 dibulatkan menjadi 14).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
teknik kuesioner. Arti kuesioner menurut Arikunto (2002: 128) “Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam artian laporan pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Sumber
data dari teknik kuesioner ini ialah responden dan data yang diperoleh berupa data
primer. Data primer yang diperoleh dari penelitian ini ialah:
1. Data Tentang Tingkat Keterpaan Media Massa
Data ini ialah data variabel bebas dari penelitian. Skala penelitian yang
digunakan ialah skala interval. Skala pengukuran operasionalnya digunakan skala
30
likert yang dimodifikasi. Agar data yang diperoleh sesuai yang dibutuhkan, maka
perlu di ketahui definisi operasional variabel bebas penelitian sebagai berikut:
Variabel bebas penelitian ini ialah tingkat keterpaan media massa yaitu
keseringan siswa dalam menerima informasi tentang lingkungan hidup dari media
massa baik cetak maupun elektronik.
Dimensi variabel bebas yaitu keseringan keterpaan siswa terhadap sajian/acara,
informasi dan berita tentang lingkungan hidup dari media massa, indikatornya
adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Keterpaan Media Cetak
Sebagai indikatornya adalah:
1) Keseringan membaca surat kabar
2) Keseringan membaca majalah
3) Keseringan membaca selebaran
b. Tingkat Keterpaan Media Elektronik
Sebagai indikatornya adalah:
1) Keseringan melihat televisi
2) Keseringan mendengarkan radio
2. Data Tentang Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Data ini ialah data variabel terikat dari penelitian. Skala penelitian yang
digunakan ialah skala interval dan skala pengukuran operasionalnya digunakan
skala likert yang dimodifikasi. Agar data yang diperoleh sesuai yang dibutuhkan,
maka perlu di ketahui definisi operasional variabel bebas penelitian sebagai
berikut:
Variabel terikat penelitian ini adalah peran serta siswa dalam pengelolaan
lingkungan hidup yaitu keseringan keikutsertaan atau kontribusi tindakan yang
diberikan siswa untuk menjaga atau memperbaiki keadaan lingkungannya baik
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tempat
tinggal.
31
Dimensi variabel terikat berdasarkan komponen lingkungan hidup yaitu:
keseringan peran serta siswa pada lingkungan fisik/abiotik, lingkungan biologis
dan lingkungan sosial.
a. Dimensi Peran Serta pada Lingkungan Fisik/abiotik
Sebagai indikatornya adalah:
1) Membuang sampah
2) Membersihkan lingkungan
b. Peran Serta pada Lingkungan Biologis
Sebagai indikatornya adalah:
1) Penghijauan
2) Tidak mengganggu/memusnahkan kehidupan fauna dan jazad renik
c. Peran Serta pada Lingkungan Sosial
Sebagai indikatornya adalah:
1) Melapor jika terjadi pengrusakan lingkungan
2) Membantu moril/materiil pada korban bencana alam dan wabah
penyakit.
3) Bakti sosial
Ruang lingkup kajian pengelolaan lingkungan hidup pada penelitian ini
didasarkan pada pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup (2006: 3), dijelaskan bahwa pengelolaan
lingkungan hidup mencakup 7 (tujuh) langkah upaya yang dilakukan secara
terpadu yaitu:
1) Kebijaksanaan penataan
2) Pemanfaatan
3) Pengembangan
4) Pemeliharaan
5) Pemulihan
6) Pengawasan
7) Pengendalian lingkungan
Peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup, pada penelitian ini
disesuaikan dengan kemampuan yang bisa dilakukan oleh siswa sekolah
32
menengah pertama. Pengelolaan lingkungan hidup dalam penelitian ini dibatasi 4
upaya dari 7 upaya di atas yang sekiranya bisa dilakukan oleh siswa sekolah
menengah pertama meliputi:
1) Pemanfaatan
2) Pemeliharaan
3) Pemulihan
4) Pengawasan.
Ketiga upaya lainnya seperti kebijaksanaan penataan, pengembangan dan
pengendalian lingkungan lebih tepat dan mampu dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah yang dibantu instansi yang menangani lingkungan hidup serta
LSM, sedangkan masyarakat tinggal mendukung upaya tersebut.
3. Menyusun Angket Penelitian
Langkah-langkah penyusunan angket dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Menyusun Kisi-Kisi Angket
Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur
yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Konsep alat ukur ini berupa
kisi-kisi angket. Kisi-kisi angket yang dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3 untuk variabel tingkat keterpaan media massa dan Tabel 4 untuk
variabel peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kisi-kisi
angket tersebut selanjutnya dijadikan pedoman menyusun butir-butir
pertanyaan sebagai instrumen penelitian.
33
Tabel 3. Kisi-Kisi Angket Variabel Tingkat Keterpaan Media Massa
Variabel
Penelitia
n
Aspek Indikator
No Item Pertanyaan
+ - E
Tingkat
keterpaan
media
massa
a.Keterpaan
media
cetak
1) Keseringan
membaca surat
kabar
2) Keseringan
membaca
majalah
3) Keseringan
membaca
selebaran
1,2,3,4,5
6,7,8,9,10
11,12,13,14,15
5
5
5
b.Keterpaan
media
elektronik
1) Keseringan
melihat dan
mendengarkan
televisi
2) Keseringan
mendengarkan
radio
16,17,18,19,20
21,22,23,24,25
5
5
Jumlah 25
Keterangan Tabel 3: ( + ) = soal yang penafsiran jawabannya positif. ( - ) = soal yang penafsiran jawabannya negatif. E = jumlah soal.
34
Tabel 4. Kisi-Kisi Angket Variabel Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Komponen Lingkungan HidupEFisik/Abiotik Biologis Sosial
+ - + - + -
1. Pemanfaatan 23 27 2
2. Pemeliharaan 4,5, 6, 8,
16
1, 2, 3,
7, 17, 30
32 25, 31
14
3. Pemulihan 9,12,
26
14, 15, 28
13, 20, 22
9
4. Pengawasan 19 11,
29
10, 18, 21
24 7
Jumlah 6 6 4 4 8 4 32
Keterangan Tabel 4: ( + ) = soal yang penafsiran jawabannya positif. ( - ) = soal yang penafsiran jawabannya negatif. E = jumlah soal.
b. Pembuatan Butir Soal
Item atau butir soal angket tingkat keterpaan media massa dan peran
serta siswa dalam pengelolaan lingkungan dibuat berdasarkan kisi-kisi angket
yang telah disusun sebelumnya. Langkah-langkah pembuatan angket sebagai
berikut:
1) Membuat surat pengantar yang berfungsi mengantar angket yang dikirim
kepada responden sehingga mereka tahu siapa pengirim angket tersebut
dan tujuan angket.
2) Membuat pedoman atau petunjuk pengisian angket.
3) Membuat item pertanyaan yang akan diberikan dan sekaligus disertai
alternatif jawabannya.
4) Membuat skoring atau penilaian angket. Penilaian angket dalam penelitian
ini menggunakan skala Likert yang dimodifikasi dengan soal disertai
35
empat pilihan tindakan yang memiliki kemungkinan jawaban sebagai
berikut:
1) Pertanyaan positif (+) skornya adalah:
Selalu = 4, Sering = 3, Jarang = 2, Tidak Pernah = 1.
2) Pertanyaan negatif (-) skornya adalah:
Selalu = 1, Sering = 2, Jarang = 3, Tidak Pernah = 4.
Angket penelitian yang dibuat berdasarkan kisi-kisi angket terdiri dari 25
butir soal untuk variabel tingkat keterpaan media massa dan 32 soal untuk
variabel peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.
c. Uji Coba Angket
Data merupakan hal yang sangat penting guna membuktikan
kebenaran hipotesis yang dirumuskan. Maka data dalam setiap penelitian
adalah data yang benar-benar dapat dipercaya dan obyektif. Instrumen
penelitian yang digunakan haruslah merupakan instrumen yang baik,
“Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan
reliabel” (Arikunto, 2002: 144). Menurut Mueller (1992: 67) “Reliabilitas dan
validitas adalah kriteria tempat kedudukan untuk menilai kualitas semua alat
dan prosedur pengukuran. Jika instrumen penelitian adalah valid (sah) ini
berarti mengukur benda dengan tepat-apa yang hendak diukur”.
Sebelum angket diberikan kepada responden yang sebenarnya, perlu
diujicobakan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar angket yang digunakan
dalam penelitian memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya. Dalam
penelitian ini uji coba dilakukan terhadap siswa dalam satu populasi tetapi
tidak dimasukkan sebagai sampel penelitian. Uji coba angket dilakukan pada
20 siswa yang termasuk anggota populasi tetapi bukan anggota sampel. Daftar
siswa untuk uji coba angket dapat dilihat pada lampiran 1. Uji validitas dan
reliabilitas dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:
1) Uji Validitas
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan instrument” (Arikunto, 2002: 144). Uji validitas
36
digunakan untuk menguji apakah butir-butir soal yang diujikan dapat
mengukur keadaan respondan yang sebenarnya. Uji validitas ini mengukur
validitas butir-butir soal tersebut. Menurut Arikunto (2002: 145) “Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat”.
Langkah pertama sebelum dilakukan perhitungan validitas adalah
dengan membuat tabel skor variabel X (dapat dilihat pada lampiran 2) dan
tabel skor variabel Y (dapat dilihat pada lampiran 5). Kemudian setelah itu
dilakukan perhitungan harga-harga untuk mencari validitas yaitu
∑ X ,∑ X2 ,∑ XY , dan r hitung. Contoh perhitungan uji validitas
variabel tingkat keterpaan media massa dapat dilihat pada lampiran 3, dan
untuk perhitungan uji validitas variabel peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat pada lampiran 6. Setelah
dikonsultasikan dengan rtabel ternyata terdapat 2 butir soal variabel X yang
tidak valid yaitu no item soal 16 dan 25 dan 3 butir soal pada variabel Y
yaitu no item soal 14, 25 dan 30.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan rumus Product
Moment dari Pearson yaitu:
r xy =N∑ XY - (∑ X ) (∑Y )
√ {N ∑ X 2 - (∑ X )2} {N ∑Y 2 - (∑Y )2}(Arikunto, 2002: 146)
Setelah perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan
angka kritik dari tabel korelasi nilai r dengan tarif signifikan 5 %, kriteria
pengujian valid apabila rhitung > ttabel atau tidak valid apabila rhitung < ttabel
Validitas untuk variabel tingkat terpaan media massa (X) secara
ringkas dapat dilihat dari Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Validitas untuk Variabel Tingkat Keterpaan Media Massa (X)
37
No r hit Keterangan No r hit Keterangan
1. 0.667** Valid 14. 0,587** Valid
2. 0,672** Valid 15. 0,798** Valid
3. 0,598** Valid 16. -0,426* Tidak valid
4. 0,778** Valid 17. 0,866** Valid
5. 0,694** Valid 18. 0,838** Valid
6. 0,567** Valid 19. 0,779** Valid
7. 0,581** Valid 20. 0,892** Valid
8. 0,831** Valid 21. 0,735** Valid
9. 0,572** Valid 22. 0,836** Valid
10. 0,725** Valid 23. 0,822** Valid
11. 0,565** Valid 24. 0,827** Valid
12. 0,892** Valid 25. 0,199* Tidak valid
13. 0,796** Valid
Keterangan Tabel 5: * r hit < r tabel 0,444** r hit > r tabel 0,444
Validitas untuk variabel peran serta siswa dalam pengelolaan
lingkungan hidup (Y) secara ringkas dapat dilihat dari Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Validitas untuk Variabel Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Y)
38
No r hit Keterangan No r hit Keterangan
1. 0,866** Valid 17. 0,517** Valid
2. 0,905 ** Valid 18. 0,593** Valid
3. 0,667** Valid 19. 0,772** Valid
4. 0,753** Valid 20. 0,524** Valid
5. 0,767** Valid 21. 0,488* Valid
6. 0,900** Valid 22. 0,743** Valid
7. 0,644** Valid 23. 0,887** Valid
8. 0,667** Valid 24. 0,667** Valid
9. 0,926** Valid 25. 0,413* Tidak valid
10. 0,761** Valid 26. 0,929** Valid
11. 0,900** Valid 27. 0,900** Valid
12. 0,805** Valid 28. 0,497* Valid
13. 0,587** Valid 29. 0,639** Valid
14. 0,165* Tidak valid 30. 0,259* Tidak valid
15. 0,635** Valid 31. 0,911** Valid
39
16. 0,945** Valid 32. 0,527** Valid
Keterangan Tabel 6: * r hit < r tabel 0,444** r hit > r tabel 0,444
2) Uji Reliabilitas
Di samping aspek validitas yang perlu dipenuhi dari suatu angket
adalah tingkat reliabilitasnya. Arikunto (2002: 154) menyatakan
“Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik”.
Suatu alat ukur dikatakan reliabel manakala memenuhi syarat
reliabilitas tinggi artinya jika dikenakan pada kelompok yang berbeda akan
memberikan hasil yang sama walaupun dalam waktu yang berlainan.
Penelitian ini digunakan rumus Alpha, karena skor instrumen angket yang
digunakan adalah skala bertingkat mulai 1 sampai dengan 4 seperti yang
diungkapkan oleh Arikunto (2002: 171) “Rumus Alpha digunakan untuk
mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya
angket atau soal bentuk uraian”. Untuk mengukur tingkat reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:
r11={ kk−1 }{1−∑ δb
2
δt2 }
(Arikunto, 2002: 171)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ δb2
= jumlah varians butir
δ t2
= varians total
40
Setelah harga rhitung diperoleh kemudian dibandingkan dengan rtabel.
Jika rhitung > ttabel maka instrumen atau angket tersebut reliabel dan
sebaliknya jika rhitung < ttabel maka instrumen atau angket tersebut tidak
reliabel.
Reliabilitas dari variabel tingkat keterpaan media massa (X)
diperoleh r11 0,9499. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel 0,444
sehingga r11 0,9499 > rtabel 0,444 maka dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas angket diterima atau angket tersebut reliabel (dapat dilihat pada
lampiran 4). Variabel peran serta siswa dalam pengelolalaan lingkungan
hidup (Y) diperoleh angka reliabilitas sebesar r11 0,9662. Karena rhitung >
rtabel atau 0,9662 > 0,444 maka reliabilitas angket diterima atau angket
tersebut reliabel (dapat dilihat pada lampiran 7).
d. Memperbanyak dan Menyebarluaskan Angket Kepada Sejumlah Responden.
Setelah hasil uji validitas dan reliabilitas angket diketahui maka
penulis dapat mengganti atau memperbaiki item soal yang tidak valid. Item
tersebut dapat juga didrop atau tidak dipakai. Angket dalam penelitian ini
hanya digunakan item soal yang valid untuk mengukur. Item soal yang tidak
valid didrop atau tidak dipakai dalam angket penelitian yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil uji coba angket maka terdapat lima butir soal yang
dihilangkan untuk penelitian selanjutnya karena tidak valid. Angket variabel
X, tingkat keterpaan media massa terdapat dua butir soal yang tidak valid
yaitu item no 16 dan 25 sedangkan variabel Y peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup, terdapat tiga item soal yang tidak valid yaitu
item no 14, 25 dan 30. Angket penelitian yang dibagikan kepada responden
menjadi terdiri atas 23 butir soal untuk variabel tingkat keterpaan media massa
(X) (yang semula 25 butir soal pada waktu try out) dan 29 soal untuk variabel
peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup (Y) (yang semula
berjumlah 32 butir soal pada waktu try out). No item soal berubah karena ada
41
beberapa item soal yang didrop atau dihilangkan karena tidak valid, sehingga
kisi-kisi angket penelitian berubah karena no item soal ada yang bergeser.
Kisi-kisi angket untuk penelitian yang sudah disesuaikan dengan item soal
yang valid dapat dilihat pada lampiran 8. Angket penelitian yang telah direvisi
setelah try out dapat dilihat pada lampiran 9. Angket diperbanyak dan
dibagikan kepada responden sesuai dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 65.
Daftar siswa untuk sampel penelitian dapat dilihat pada lampiran 10.
E. Teknik Analisis Data
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa kelas II SMP Negeri 1
Teras dalam pengelolaan lingkungan hidup, maka ditempuh kerunutan analisisnya
dengan analisis regresi-korelasi sederhana karena menentukan model hubungan
antara satu variabel terikat dengan satu variabel bebas. Langkah-langkah untuk
mencapai tujuan penelitian dengan analisis regresi-korelasi sederhana ini ialah 1.
pengujian normalitas data, 2. mencari persamaan regresi sederhana, 3. pengujian
keberartian regresi, 4. pengujian linearitas regresi,5. pengujian korelasi, dan 6.
pengujian keberartian korelasi. Langkah-langkah tersebut didasarkan pada syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh regresi-korelasi linear sederhana.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam regresi linear sederhana menurut
Sudjana (2001: 33) “Dalam regresi linear sederhana itu telah kita lihat bahwa
syarat-syarat berikut perlu dipenuhi, ialah (i) bentuk regresi apakah linear atau
tidak, dan (ii) keberartian regresi, khususnya mengenai koefisien arah regresi”.
Syarat-syarat tersebut dapat dipenuhi dengan pengujian kelinearan regresi dan
keberartian regresi. Tapi sebelum itu harus dipenuhi prasyarat analisis dengan uji
normalitas. Sudjana (2001: 33) mengatakan “Sampel yang berupa data
berpasangan X dan Y diambil memenuhi ketentuan-ketentuan, misalnya berupa
acak dan ditentukan berdasarkan ukuran sampel n minimum”.
1. Pengujian Prasyarat Analisis
42
Uji prasarat analisis yang digunakan adalah uji normalitas data. Uji
normalitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang akan
dianalisis mempunyai sebaran yang normal atau tidak. Uji normalitas data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji Kolmogorov- Smirnov karena
data X dan Y berasal dari satu sampel dan skala pengukurannya ialah interval. Hal
ini sesuai dengan yang disampaikan Santoso (2004: 389) “Jika uji
keselarasan/goodness of fite test chi square digunakan untuk menguji data dengan
skala nominal, maka uji kolmogorov dapat dipakai untuk uji keselasaran data
yang berskala minimal ordinal”.
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan bantuan program
SPSS. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut ; H0 = Sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Melawan hipotesis tandingan H1 = Sampel
berasal dari populasi yang tidak berdistribusikan normal.
2. Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat telah dipenuhi maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis yang telah diajukan. Untuk membuktikan hipotesis yang telah
dikemukakan maka diperlukan adanya pengolahan data selama penelitian, dalam
penelitian ini digunakan teknik analisis regresi dan korelasi sederhana. Analisis
regresi dan korelasi sederhana dalam penelitian ini dilakukan secara manual
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari persamaan garis regresi linear sederhana.
b. Menguji keberartian regresi dan kelinearan regresi.
c. Mencari koefisien korelasi.
d. Menguji keberartian korelasi
Penjelasan dari masing-masing langkah diatas adalah sebagai berikut:
a. Mencari Persamaan Regresi Sederhana
Persamaan regresi dicari untuk menggambarkan bagaimana hubungan
variabel bebas tingkat keterpaan media massa dengan variabel terikat peran
43
serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Persamaan regresi tersebut
dicari dengan rumus:
Y¿̂
¿ = a + bX
(Sudjana, 2001: 6)
Keterangan: Y¿̂
¿ = Respon yang didapat dari regresi (baca Y topi)a = Konstanta b = Koefisien arah
Harga a dan b diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat terkecil.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
a =
(∑Y ) (∑ X2 ) − (∑ X ) (∑ XY )n∑ X 2− (∑ X )2
b =
n∑ XY− (∑ X ) (∑Y )n∑ X2−(∑ X )2 (Sudjana, 2001: 8).
b. Uji Keberartian Regresi dan Uji Linearitas Regresi
Pengujian keberartian regresi untuk mengetahui apakah bentuk
persamaan regresi antara tingkat keterpaaan media massa dengan peran serta
siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup yang didapatkan berarti atau tidak.
Pengujian linearitas dimaksudkan untuk mengetahui model hubungan antara
variabel bebas tingkat keterpaaan media massa dengan variabel terikat peran
serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengujian keberartian
regresi dan linearitas regresi dilakukan dengan perhitungan pada tabel analisis
varian regresi linear Tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7. Tabel Analisis Varians Regresi Linear
SumberVarian
dk JK KT F
Total n ΣY 2 ΣY 2 -Koefisien (a)
Regresi (b/a)
1
1
JK(a) =
(∑ X )2
n
JKb/a
JK(a) =
(∑ X )2
n
S2reg = JKb/a
S2reg
S2
sis
44
Sisa / Residu n-2JK(S)=JK(T)–JK(a)-JK(b/a)
S2sis =
JK (S)
n−2Tuna Cocok Galat/ Kekeliruan
k-2
n-l
JK(TC)
JK(G)S2
TC =
JK (TC )
k−2
S2G =
JK (G )
n−k
S2
TC
S2G
Keterangan Tabel 7:dk = derajat kebebasann = jumlah sampelk = banyaknya kelompokJK = jumlah kuadratJK(a) = jumlah kuadrat koefisien (a)JKb/a = jumlah kuadrat regresi (b/a)JK(S) = jumlah kuadrat sisa/residuJK(TC) = jumlah kuadrat tuna cocokJK(G) = jumlah kuadrat galat/kekeliruanKT = kuadrat total
S2reg = varians regresi
S2sis = varians sisa/residu
S2TC = varians tuna cocok
S2G = varians galat/
kekeliruanF = Harga F hitung
Langkah-langkah:
1) Membuat pengelompokan data-data yang berharga sama berpasangan
dengan data Y.
2) Menghitung JK(b/a) dan dengan rumus:
JK(b/a) = b {∑ XY−
(∑ X ) (∑Y )n }
, dimana b =
n∑ XY− (∑ X ) (∑Y )n∑ X2−(∑ X )2
3) Menghitung harga JK(TC) dan JK(G) dengan rumus:
JKTC = JK(S) - JK (G), dan JK (G) = ∑
xi{Σ Y2 -
( Σ Y )2
ni }4) Mencari harga S2
TC dan S2G dengan rumus:
S2TC =
JK (TC )
k−2 dan S2G =
JK (G )
n−k
5) Menentukan harga F uji kelinearan regresi, dengan rumus: F =
S2
TC
S2G
45
6) Menentukan harga F uji keberartian regresi, dengan rumus: F =
S2reg
S2
sis
Lebih lanjut dijelaskan oleh Sudjana (2001: 15) “Keberartian regresi
diperiksa melalui pengujian hipotesis nol bahwa koefisien-koefisien regresi
khususnya koefisien arah b sama dengan nol (tidak berarti) melawan hipotesis
tandingan bahwa koefisien arah regresi tidak sama dengan nol”. Hipotesis
yang diajukan untuk uji keberartian ini adalah:
H0 : θ 2 = 0 (Koefisien arah regresi tidak berarti).
H1 : θ 2 ≠ 0 (Koefisien arah regresi berarti).
Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada pendapat Sudjana
(2001: 18) yaitu “Untuk menguji hipotesis nol (i) kriterianya adalah, tolak
hipotesis nol bahwa koefisien arah regresi tidak berarti jika statistik F yang
diperoleh dari penelitian lebih besar dari harga F tabel berdasarkan taraf nyata
yang dipilih dan dk yang bersesuaian”. Kriteria pengambilan keputusan ialah:
Jika F Hitung > F tabel maka H0 ditolak
Jika F Hitung < F tabel maka H0 diterima
Maka kesimpulannya jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan H1
diterima atau koefisien arah regresi berarti, dan jika Fhitung < Ftabel maka Ho
diterima dan H1 ditolak atau koefisien arah regresi tidak berarti.
Menurut Sudjana (2001: 15) “Pemeriksaan kelinieran regresi
dilakukan melalui pengujian hipotesis nol bahwa regresi linier melawan
hipotesis tandingan bahwa regresi non linier”. Hipotesis yang diajukan untuk
menguji kelinieran ialah:
H0 = Regresi linier
H1 = Regresi non linier
Cara pengujian hipotesis nol oleh Sudjana (2001: 15) yaitu “Untuk
menguji hipotesis nol (ii) dipakai statistik F = S2TC/S2
G yang selanjutnya juga
digunakan distribusi F beserta tabelnya dengan dk pembilang (k-2) dan dk
penyebut (n-k)”. Untuk uji keberartian regresi menurut Sudjana (2001: 18)
46
menyatakan “Ternyata bahwa untuk menguji hipotesis nol (i) dipakai statistik
F = S2reg/S2
sis yang selanjutnya gunakan distribusi F beserta tabelnya dengan dk
pembilang satu dan dk penyebut (n-2)”.Kriteria pengambilan keputusan dalam
pengujian linieritas ialah sebagai berikut:
Untuk menguji hipotesis nol (ii), tolak hipotesis bahwa regresi linier jika statistik F untuk tuna cocok yang diperoleh dari penelitian lebih besar dari harga F dari tabel menggunakan taraf nyata yang dipilih dan dk yang bersesuaian. Dalam hal lainnya hipotesis-hipotesis yang nol yang disebutkan di atas, diterima. (Sudjana 2001: 19).
Jadi keputusan diambil dengan mengkonsultasikan dengan F tabel yaitu:
Jika F Hitung > F tabel maka H0 ditolak
Jika F Hitung < F tabel maka H0 diterima
Rumus diatas akan digunakan untuk mengambil kesimpulan pengujian tuna
cocok regresi linear. Distribusi F yang digunakan diambil dari dk pembilang
(k-2) dan dk penyebut (n-k). Apabila Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan
bahwa model linear.
c. Menentukan Kofisien Korelasi
Pengujian korelasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan tingkat keterpaan media massa dengan peran serta
siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Menentukan kofisien korelasi
sederhana antara X dengan Y, digunakan rumus Product Moment dari
Pearson sebagai berikut:
r xy =n∑ XY - (∑ X )(∑Y )
√ {n∑ X2 - (∑ X )2} {n∑Y 2 - (∑ Y )2 } (Sudjana, 1996: 369).
Keterangan: rxy = Koefisien korelasi antar variabel X dan YXY = Jumlah perkalian X dan YX = Skor masing-masing itemY = Skor totaln = Jumlah subjek yang diselidikiX2 = Jumlah kuadrat dari X
47
Y2 = Jumlah kuadrat dari Y
d. Menguji Keberartian Korelasi
Pengujian korelasi sederhana untuk mengetahui indeks hubungan
antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Hipotesis yang diajukan dalam pengujian
keberartian korelasi ini ialah:
Ho: ρ = 0
H1 : ρ¿ 0
Untuk menguji Ho: ρ = 0 melawan H1 : ρ¿ 0 digunakan statistik t seperti
yang dicantumkan dalam rumus:
“t =
r √n−2
√1−r2, selanjutnya untuk taraf nyata =α maka hipotesis kita terima
jika – t (1 - 1/2 α )< t < t (1 - 1/2 α ), di mana distribusi t yang digunakan mempunyai
dk = (n-2). Dalam hal lainnya Ho ditolak.”. (Sudjana, 1996: 380).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Tempat Penelitian
Tempat penelitian yaitu SMP Negeri 1 Teras Boyolali yang terletak di
Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Sekolah ini berstatus negeri dan resmi
bernama SMP Negeri 1 Teras pada tanggal 30 Juni 1977. Awal didirikannya
sekolah ini pada tahun 1967 dengan status sekolah swasta yang baru terdaftar.
Mulai berdiri tahun 1967 sampai dengan tahun 1976, nama sekolah ini ialah SMP
Slamet Riyadi.
2. Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan perencanaan pengaturan tentang bahan pelajaran
yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses belajar
mengajar. Isi kurikulum setiap saat akan diadakan perubahan yang disesuaikan
dengan kebijakan pemerintah dan kesiapan sekolah. Ketika penelitian kurikulum
yang digunakan SMP Negeri 1 Teras untuk kelas II dan III, masih menggunakan
kurikulum 1994 yang disempurnakan. Penggunaan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) baru diterapkan pada siswa kelas VII (atau kelas I).
3. Kondisi Fisik Sekolah
Luas lahan SMP Negeri 1 Teras ialah 10.934 m2, sedangkan luas
bangunannya adalah 4.658 m2. Bangunan fisik secara keseluruhan terbagi menjadi
45 ruang, yang terdiri 15 ruang untuk ruang kelas dan ruang-ruang lain sebagai
penunjang kegiatan belajar mengajar. Perincian secara detail untuk masing-
masing ruang dapat dilihat pada lampiran 24.
Sarana yang dapat dimanfaatkan sebagai mendukung keterpaan siswa
terhadap media massa yaitu ruang perpustakaan seluas 169m2 dengan kondisi
baik. Ruang komputer seluas 56m2 dengan 17 unit komputer dengan kondisi baik,
dapat dimanfaatkan sebagai penunjang keterpaan siswa terhadap media massa,
apabila sekolah melengkapi dengan fasilitas internet.
48
49
4. Kondisi Guru dan Siswa
a. Kondisi Guru
Struktur organisasi SMP Negeri 1 Teras dapat dilihat pada lampiran
24, sedangkan kondisi guru sekolah ini dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Kondisi Guru SMP Negeri 1 Teras
No Status Guru Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 38
2 Guru Tidak Tetap (GTT) 5
3 Guru Bantu (GB) 4
Jumlah Total 47
Sumber: Data Sekunder Tahun 2006
b. Kondisi Siswa
Siswa SMP Negeri 1 Teras keseluruhan pada saat penelitian berjumlah
627 siswa, yang terbagi dalam tiga tingkat kelas dan terdiri dari 5 kelas untuk
masing-masing tingkat. Secara rinci jumlah siswa dapat dilihat pada Tabel 9
berikut ini:
Tabel 9. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Teras
No Kelas Jumlah Kelas Jumlah
1 VII atau I 5 208
2 II 5 213
3 III 5 206
Jumlah Total 15 627
Sumber: Data Sekunder Tahun 2006
B. Deskripsi Data
Variabel penelitian yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu satu variabel
bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah tingkat keterpaan media
massa (X) dan variabel terikatnya adalah peran serta siswa dalam pengelolaan
lingkungan hidup (Y). Subyek penelitiannya ialah siswa kelas II (dua) SMP
50
Negeri 1 Teras dengan populasinya sebanyak 213 siswa. Deskripsi data penelitian
variabel X dan Y dijelaskan sebagai berikut ini:
1. Skor Tingkat Keterpaan Media Massa
Tingkat keterpaan media massa dalam penelitian ini, sebagai variabel
bebas atau variabel prediktor. Tabel skor hasil penelitian tingkat keterpaan media
massa dapat dilihat pada lampiran 11. Skor tertinggi variabel X secara empiris
dalam penelitian ini 68 dan skor terendahnya 30. Tapi jika secara teoritis skor
tertinggi untuk variabel X ialah 92 (dari perhitungan 23 soal x 4 = 92) dan skor
terendahnya adalah 23 (dari perhitungan 23 soal x 1 = 23).
Besarnya mean (X ) atau rata-rata hitung variabel X yaitu sebesar 50,70.
Median atau skor tengah-tengah yaitu sebesar 46, sedangkan modusnya atau skor
yang kali sering muncul yaitu sebesar 59. Perhitungan selanjutnya dapat diketahui
besarnya standar deviasi (simpangan baku) sebesar 7,71. Perhitungan standar
deviasi (SD) dapat dilihat pada lampiran 13 dan deskripsi data keseluruhan dapat
dilihat pada tabel Descriptive Statistics lampiran 15. Posisi mean (X ) atau rata-
rata hitung dari skor teoritis terletak pada 55,10 % (dari perhitungan 50,70 / 92 x
100%). Mean terletak pada posisi 55,10 % dari skor teoretis, ini berarti bahwa
rata-rata tingkat keterpaan media massa siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras
Boyolali tidak tinggi atau hanya sedang.
Penyajian data distribusi frekuensi bergolong didasarkan pada aturan
sturges (Sudjana, 1996: 47) dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13.
Kelas interval dari perhitungan tersebut diperoleh 7 dan panjang kelas diperoleh 6
maka bisa dibuat distribusi frekuensi variabel tingkat keterpaan media massa
seperti pada Tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tingkat Keterpaan Media Massa
51
Interval Nilai tengah (x)
Frekuensi (f)
Frekuensi dalam persen (%)
Frekuensi kumulatif (fk)
65-70 67,5 6 9,1 659-64 61,5 9 13,8 1553-58 55,5 15 23,1 3047-52 49,5 12 18,5 4241-46 43,5 12 18,5 5435-40 37,5 7 10,8 6129-34 31,5 4 6,2 65
Jumlah 65 100 65Sumber: Data Primer 2006
Tabel 10 di atas dapat pula dibuat histogram dimana sumbu X menunjukkan
panjang interval kelas dan sumbu Y menunjukkan besarnya frekuensi. Histogram
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 grafik tingkat keterpaan media massa berikut
ini:
0
5
10
15
Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Keterpaan Media Massa
29-34
35-40
41-46
47-52
53-58
59-64
65-70Interval
Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Keterpaan Media Massa
2. Skor Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam penelitian
ini, sebagai variabel terikat atau variabel respon, atau variabel Y. Tabel skor hasil
penelitian peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat
pada lampiran 11. Skor tertinggi variabel Y secara empiris dalam penelitian ini
102 dan skor terendahnya 68. Tapi jika secara teoritis, skor tertinggi untuk
52
variabel Y sebesar 116 (dari perhitungan 29 soal x 4 = 116) dan skor terendahnya
sebesar 29 (dari perhitungan 29 soal x 1).
Mean X atau rata-rata hitung variabel peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup adalah sebesar 81,69. Median atau skor tengah-
tengah sebesar 81, sedangkan modusnya atau skor yang kali sering muncul
sebesar 79. Perhitungan selanjutnya dapat diketahui besarnya standar deviasi atau
simpangan baku sebesar 8,35. Perhitungan standar deviasi (SD) dapat dilihat pada
lampiran 14 dan deskripsi data keseluruhan dapat dilihat pada tabel Descriptive
Statistics lampiran 15. Posisi mean X atau rata-rata hitung dari skor teoritis
terletak pada 70,42 % (dari perhitungan 81,69 / 116 x 100%). Mean terletak pada
posisi 70,42 % dari skor teoretis, ini berarti bahwa rata-rata tingkat peran serta
siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup pada siswa kelas II SMP Negeri 1
Teras Boyolali cukup tinggi.
Penyajian data distribusi frekuensi bergolong didasarkan pada aturan
sturges (Sudjana, 1996: 47) dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 14.
Kelas interval dari perhitungan tersebut diperoleh 7 dan panjang kelas diperoleh 5
maka bisa dibuat distribusi frekuensi seperti pada Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Interval Nilai tengah (x)
Frekuensi (f)
Frekuensi dalam persen (%)
Frekuensi kumulatif (fk)
98-102 100 2 3,08 293-97 95 0 0 288-92 90 7 10,8 983-87 85 18 27,69 2778-82 80 22 33,85 4973-77 75 14 21,54 6368-72 70 2 3,08 65
Jumlah 65 100 65Sumber: Data Primer 2006
Tabel 11 di atas dapat pula dibuat sebuah histogram dimana sumbu X
menunjukkan panjang interval dan sumbu Y menunjukkan besarnya frekuensi.
53
Histogram tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 grafik distribusi frekuensi peran
serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup berikut ini:
0
5
10
15
20
25
Grafik Distribusi Frekuensi Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
68-72
73-77
78-82
83-87
88-92
93-97
99-102interval
Gambar 5. Grafik Distribusi Frekuensi Peran Serta Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa kelas II SMP Negeri 1
Teras dalam pengelolaan lingkungan hidup, maka untuk mencapai tujuan tersebut
ditempuh kerunutan pengujian analisisnya dengan pengujian analisis regresi-
korelasi sederhana. Langkah-langkah analisis regresi-korelasi sederhana ialah 1.
pengujian normalitas data, 2. mencari persamaan regresi sederhana, 3. pengujian
keberartian regresi, 4. pengujian linearitas regresi, 5. pengujian korelasi, dan 6.
pengujian keberartian korelasi. Langkah-langkah pengujian analisis tersebut
diuraikan secara rinci pada pembahasan berikut:
1. Pengujian Prasyarat Analisis
Pengujian persyaratan analisis yaitu pengujian normalias data dengan
tujuan agar data penelitian yang diperoleh tentang tingkat keterpaan media massa
dan tentang peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup, untuk
54
memenuhi syarat sampel yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
Hipotesis yang diajukan pada pengujian normalitas data ialah:
H0 : F(x) = F0 (x) dengan F(x) adalah fungsi distribusi populasi yang diwakili oleh sampel, dan F(x) adalah fungsi distribusi suatu populasi berdistribusi normal.
H1 : F(x) ≠ F0 (x) atau distribusi populasi tidak normal.Pengambilan keputusan berdasarkan:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.(Santoso, 2004: 393).
Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kolmogorov smirnov, karena data berasal dari satu sampel dan skala pengukuran
yang digunakan ialah interval. Santoso (2004: 389) mengatakan bahwa “ Jika uji
keselarasan atau goodness of fit chi square digunakan untuk menguji data minimal
nominal maka uji kolmogorov dapat dipakai untuk uji keselarasan data yang
berskala minimal ordinal”.
Berdasarkan hasil pengujian normalitas data dengan program SPSS
(dapat dilihat pada lampiran 15), terlihat bahwa dalam kolom asymp.Sig.(2 tailed)
adalah 0,862 untuk data X dan 0,779 untuk data Y. Maka dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima atau distribusi populasi normal, karena probabilitas untuk data
X adalah 0,862 > 0,05 dan data Y adalah 0,779 > 0,05.
2. Pengujian Regresi Sederhana
Pengujian regresi sederhana dilakukan untuk mengetahui bentuk
hubungan antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Langkah yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mencari Persamaan Regresi
Langkah pertama yang dilakukan untuk mencari persamaan regresi
adalah dengan membuat tabel analisis regresi seperti pada lampiran 16.
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan harga-harga untuk perhitungan mencari
55
persamaan regresi (dapat dilihat pada lampiran 17). Perhitungan regresi dilihat
pada lampiran 17 diperoleh Y¿̂
¿= 59,825 + 0,434 X. Persamaan regresi ini bisa
ditafsirkan bahwa setiap perubahan satu satuan tingkat keterpaan media massa
maka tingkat peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup akan
bertambah sebesar 0,434. Penafsiran persamaan regresi ini dapat digunakan jika
regresi ini berarti dan linear, maka perlu dilakukan pengujian kelinearan dan
keberartian regresi.
b. Pengujian Keberartian Regresi dan Linearitas Regresi
Fungsi persamaan regresi antara tingkat keterpaan media massa
dengan peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup yaitu Y¿̂
¿= 59,825
+ 0,434 X, perlu diuji agar dapat digunakan dengan pengujian keberartian
regresi dan linearitas regresi. Langkah pertama keberartian regresi dan uji
linearitas dibuat tabel kerja linearitas X1 terhadap Y (dapat dilihat pada
lampiran 18), setelah itu dilakukan perhitungan.
Perhitungan harga-harga untuk uji keberartian regresi dan kelinearan
regresi dapat dilihat pada lampiran 19, adapun hasil yang diperoleh disajikan
pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Tabel Anava untuk Regresi Linear Y¿̂=59 , 83+0 , 43 X
¿
Sumber Variansi dk A. JK KT F
Total 65 435546
Regresi (a) 1 433132.9
Regresi (b/a) 1 1080.641 1080.641 51.09233
Sisa 63 1332.497 21.15075
Tuna cocok 30 688.45 22.94833 1.175833
Galat 33 644.05 19.51667
Perhitungan pengujian keberartian regresi dapat dilihat pada lampiran
19. Menentukan harga F untuk uji keberartian regresi (kolom F, baris Regresi
b/a pada Tabel. 12), dicari dengan rumus:
56
F =
S2reg
S2
sis
Hipotesis yang diajukan untuk uji keberartian ini adalah:
H0 : θ 2 = 0 (Koefisien arah regresi tidak berarti).
H1 : θ 2 ≠ 0 (Koefisien arah regresi berarti).
Kriteria pengambilan keputusan ialah:
Jika F Hitung > F tabel maka H0 ditolak
Jika F Hitung < F tabel maka H0 diterima
Jika diambil taraf nyata 0,05 maka untuk menguji hipotesis nol dari
daftar distribusi F dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 63 diperoleh Ft =
4,00. Keputusan tampak harga F hitung berada di luar daerah kritik atau F
hitung lebih besar dari F tabel atau 51,09233 > 4,00 (dapat dilihat pada
lampiran 20), hipotesis nol ditolak dan H1 : θ 2 ≠ 0 (Koefisien arah regresi
berarti) diterima. Dapat disimpulkan koefisien arah regresi nyata sifatnya dari
segi ini regresi yang diperoleh adalah berarti.
Menentukan harga F untuk uji kelinearan regresi (kolom F, baris Tuna
Cocok pada Tabel. 12), dicari dengan rumus:
F =
S2
TC
S2G
Hipotesis yang diajukan untuk menguji kelinearan ialah:
H0 = Regresi linear
H1 = Regresi non linear
Jadi keputusan diambil dengan mengkonsultasikan dengan F tabel yaitu:
Jika F Hitung > F tabel maka H0 ditolak
Jika F Hitung < F tabel maka H0 diterima
Pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang = 30 dan db penyebut
33 diperoleh F tabel = 1,80. Berdasarkan perhitungan (dapat dilihat pada
57
lampiran 19) didapat harga F hitung = 1,1758. Harga ini lebih kecil dari 1,80
maka hipotesis nol diterima, maka dinyatakan bahwa model regresi linear.
3. Pengujian Korelasi Sederhana
Pengujian korelasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Menentukan kofisien korelasi sederhana
antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup, digunakan rumus Product Moment dari
Pearson diperoleh nilai r = 0,6692. Perhitungan mencari koefisien korelasi
dapat dilihat pada lampiran 21.
Besar hubungan antara variabel tingkat keterpaan media massa dengan
peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup ditentukan oleh
koefisien korelasi 0,6692. Hal ini menunjukkan hubungan yang cukup erat
(0,67 > 0,5) diantara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Arah hubungan positif (tidak ada tanda –
pada angka 0,6692) menunjukkan semakin besar tingkat keterpaan media massa
akan membuat peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup
cenderung meningkat, demikian pula sebaliknya.
Indeks determinasi ( r2 ) sebesar 0,448 sehingga besarnya sumbangan
efektif variabel bebas yaitu tingkat keterpaan media massa sebesar 44,8%. Hal
ini menunjukkan masih ada faktor – faktor lain sebesar 55,2% yang
mempengaruhi peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup yang
belum diteliti.
4. Pengujian Keberartian Korelasi Sederhana
Pengujian korelasi sederhana untuk mengetahui indeks hubungan
antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : ρ = 0 Tidak ada hubungan antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.
58
H1 : ρ ¿ 0 Ada hubungan antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Menguji H0 : ρ = 0 melawan H1 : ρ ¿ 0, jika sampel acak yang diambil dari
populasi normal itu berukuran n = 65, memiliki koefisien r = 0,6692, maka
dapat digunakan statistik t seperti dicantumkan dalam Rumus yaitu:
t =
r √n−2√1−r =
0 ,6692√65−2√1−0 ,6692 = 9,2352
Selanjutnya, untuk taraf nyata α = 0,05, maka dengan dk = 63, dari
distribusi t didapat angka 2, untuk uji dua pihak. Mudah dilihat bahwa t =
9,2352 berada diluar daerah kritik -2 dan 2 (dapat dilihat pada lampiran 22).
Dapat disimpulkan dengan kata lain H1 : ρ ¿ 0 diterima sehingga ada
hubungan antara tingkat keterpaan media massa dengan peran serta siswa
dalam pengelolaan lingkungan hidup.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis, selanjutnya dilakukan penafsiran terhadap
pengujian hipotesis. Memperhatikan hasil perhitungan yang telah ditemukan
dalam uji hipotesis dapat ditafsirkan sebagai berikut:
a. Untuk hubungan variabel tingkat keterpaan media massa (X) dan peran
serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup (Y) diperoleh
persamaan regresi Y¿̂
¿= 59,825 + 0,434 X.
b. Koefisien arah regresi nyata sifatnya sehingga dari segi ini regresi
yang diperoleh adalah berarti. Pengujian keberartian regresi yang
dilakukan didapatkan kesimpulan pada taraf nyata 0,05 maka untuk
menguji hipotesis nol dari daftar distribusi F dengan dk pembilang 1
dan dk penyebut 63 diperoleh Ft = 4,00. Keputusan tampak hipotesis
nol ditolak (karena F hitung lebih besar dari F tabel atau 51,09233 >
4,00). Mudah dilihat bahwa F hitung 51.09233 berada diluar daerah
59
kritik 4 (dapat dilihat pada lampiran 20). Dapat disimpulkan dengan
kata lain H0 : θ 2 = 0 ditolak dan H1 : ρ ¿ 0 diterima.
c. Model regresi Y¿̂
¿= 59,825 + 0,434 X terbukti linear pada pengujian
linearitas, taraf signifikansi 5% dengan db pembilang 30 dan db
penyebut 33 diperoleh F tabel = 1,80. Berdasarkan perhitungan (dapat
dilihat pada lampiran 19) didapat harga F hitung = 1,1758. Harga ini
lebih kecil dari 1,80 maka hipotesis nol diterima, maka dinyatakan
bahwa model regresi linear.
d. Ada hubungan antara tingkat keterpaan media massa dengan peran
serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini didasarkan
pada pengujian hipotesis korelasi yang telah dilakukan. Pada taraf
nyata α = 0,05, maka dengan dk = 63, dari distribusi t didapat, untuk
uji dua pihak, 2. Mudah dilihat bahwa t = 9,2352 berada diluar daerah
kritik -2 dan 2. Dapat disimpulkan dengan kata lain H1 : ρ ¿ 0
diterima.
e. Besarnya sumbangan efektif variabel bebas yaitu tingkat keterpaan
media massa sebesar 44,8%. Hal ini menunjukkan masih ada faktor –
faktor lain sebesar 55,2% yang mempengaruhi peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup yang belum diteliti.
Memperhitungkan uraian pengujian hasil analisis data dan penafsiran
hipotesis tersebut, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai
berikut:
Hubungan antara variabel X yaitu tingkat keterpaan media massa dengan
variabel Y yaitu peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat
digambarkan melalui persamaan regresi Y¿̂
¿= 59,825 + 0,434 X yang linear dan
berarti. Dengan uji korelasi diperoleh ada korelasi positif antara tingkat keterpaan
media massa (X) dengan peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup
(Y) pada siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2005/2006 (r
hitung 0,6692 ). Berarti meningkatnya tingkat keterpaan media massa akan
706050403020
Y 110
100
90
80
70
60
^
Y
X
60
meningkatkan pula peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Besar
hubungannya ditentukan oleh koefisien determinasi r2 = 0,448 atau sebesar 44,8%.
Artinya bahwa meningkatnya atau menurunnya peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup 44,8% dapat dijelaskan oleh tingkat keterpaan
media massa. Sisanya ditentukan oleh keadaan atau faktor – faktor lain sebesar
55,2%.
Hubungan variabel tingkat keterpaan media massa (X) dan peran serta
siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup (Y) dapat diinterpretasikan dengan
Gambar 6 diagram pencar dari persamaan regresi Y¿̂
¿= 59,825 + 0,434 X yang
berarti dan linear berikut ini:
Gambar 6. Diagram Pencar Persamaan Regresi Y¿̂
¿= 59,825 + 0,434 X
Keterangan Gambar 6:X = variabel X yaitu tingkat keterpaan media massa. Y = variabel Y yaitu peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Berdasarkan pengujian hipotesis, maka hipotesis yang diajukan dapat
diterima. Tingkat keterpaan media massa mempunyai hubungan dengan peran
peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Karena semakin tinggi
keterpaan media massa yang diperoleh siswa akan semakin luas pandangan
hidupnya.
61
Informasi yang diterima dari media massa (dalam hal ini informasi atau
berita lingkungan hidup), maka siswa tersebut akan bertambah pengetahuan dan
kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan manusia. Sebaliknya
jika sangat rendah tentang pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
lingkungan hidup bagi kehidupan sebagai tempat hidup maka seseorang atau
dalam hal ini siswa kurang peduli akan tanggung jawabnya sebagai manusia untuk
turut menjaga lingkungan hidup. Siswa yang rendah tingkat keterpaan media
massa akan berdampak pula pada rendahnya peran sertanya pada pengelolaan
lingkungan hidup.
Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata tingkat keterpaan media massa
siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras Boyolali tahun ajaran 2005/2006, cenderung
sedang atau tidak tinggi. Ini bisa dilihat dari posisi mean skor dari skor teoretis
sebesar 55,10%. Rata-rata tingkat peran serta dalam pengelolaan lingkungan
hidup siswa kelas II SMP Negeri 1 Teras Boyolali tahun ajaran 2005/2006
cenderung tinggi, dengan posisi mean skor dari skor teoretis sebesar 70,42%.
Hubungan antara variabel X dan Y, walaupun terdapat hubungan positif
dan linear tetapi tingkat keterpaan media massa (X) tidak berpengaruh secara
mutlak terhadap peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup (Y). Hal
ini dapat diketahui dari membandingkan dari rata-rata tingkat keterpaan siswa
terhadap media massa yang cenderung hanya sedang atau tidak tinggi yaitu
sebesar 55,10%, tetapi rata-rata tingkat peran serta siswa dalam pengelolaan
lingkungan hidup sudah cenderung tinggi yaitu sebesar 70,42%. Berdasarkan hasil
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada faktor-faktor lain yang berpengaruh
pada peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup (Y) selain tingkat
keterpaan media massa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Hubungan antara variabel X yaitu tingkat keterpaan media massa dengan
variabel Y yaitu peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat
digambarkan melalui persamaan regresi Y¿̂
¿= 59,83 + 0,43 X yang berarti dan
linear. Ada korelasi positif antara tingkat keterpaan media massa (X) dengan
peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup (Y) pada siswa kelas II
SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2005/2006 (r hitung 0,67 ). Artinya
meningkatnya tingkat keterpaan media massa akan meningkatkan pula peran serta
siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Besar hubungannya ditentukan oleh
koefisien determinasi r2 = 0,448 atau sebesar 44,8%, sehingga meningkatnya atau
menurunnya variabel peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup
44,8% dapat dijelaskan oleh variabel tingkat keterpaan media massa. Sisanya
ditentukan oleh keadaan atau faktor – faktor lain.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat diajukan implikasi
sebagai berikut:
1. Media massa sangat menentukan peran serta siswa dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Semakin tinggi keterpaan media massa yang diterima
oleh siswa diharapkan akan semakin luas pengetahuan dan pandangan
hidupnya tentang lingkungan hidup, sehingga berdampak semakin tinggi
pula peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2. Media massa diperlukan untuk meningkatkan peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
62
63
3. Rata-rata tingkat peran serta siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup
dari hasil penelitian ini cukup tinggi, sedangkan rata-rata tingkat keterpaan
siswa terhadap media massa hanya sedang atau tidak tinggi. Artinya ada
faktor-faktor lain yang mempengaruhi peran serta siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi hasil penelitian yang telah
diuraikan dapat diajukan saran –saran sebagai berikut:
1. Kepada instansi sekolah hendaknya meningkatkan akses siswa terhadap
media massa dengan cara menyediakan fasilitas media massa (surat kabar,
majalah, radio, televisi dan internet) di lingkungan sekolah khususnya
pada waktu istirahat dan jam-jam kosong. Secara praktis perpustakaan,
laboratorium komputer dan ruang audio visual bisa dimanfaatkan secara
optimal agar seluruh siswa dapat mengakses media massa di tempat–
tempat tersebut.
2. Kepada guru hendaknya memacu siswa agar dapat menerima informasi
positif dari media massa yaitu dengan cara memberikan tugas pengayaan
diri dari media massa yang relevan dengan materi pelajaran.
3. Penelitian yang sejenis perlu dilakukan dengan variabel-variabel bebas
lain yang berbeda.
64
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penolakan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Conyers, D. (1991). Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar Penerjemah: Susetiawan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Fajri, Em Zul. & Senja, Ratu Aprilia. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Diva Publisher.
Jahi, Amri. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analiss Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Mueller, Daniel J. 1992. Mengukur Skala Sikap, Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi. Penerjemah: Eddy Soewardi Kartawidjaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Salim, Emil. 1982. Pembangunan Perencanaan dan Pemerataan Pendapatan. Jakarta: Yayasan Idayu.
Santoso, Singgih. 2004. SPSS Versi 10. Jakarta: Gramedia.
Soemarwoto, Otto. 1997. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung: Djambatan.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
_______ . 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.
Sugiyanto. 2003. Pelatihan Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang: Diklat Fungsional Penulisan Karya Ilmiah Guru Sekolah Dasar Kota Semarang.
Sumardi, Mulyanto. 1982. Sumber Pendapatan dan Perilaku Menyimpang. Jakarta: CV. Rajawali.
Suryabrata, Sumadi. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suwarno. 2004. Hubungan Perolehan Informasi Media Massa dengan Sikap dan Tindakan Masyarakat Terhadap Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota
65
Madiun. Thesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997. tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Surabaya: Srikandi.
Wahyudi, JB. 1992. Teknologi Informasi dan Reproduksi Citra Bergerak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Warkitri. Chasiyah. & Mardiyati, Siti. 2002. Perkembangan Peserta Didik. BPK. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
66