contoh case ckr

33
LAPORAN KASUS TRAUMA KAPITIS PEMBIMBING : DR. YUNIARTI, SP.S PENYUSUN : AZMAN HAKIM HASSANUDDIN 030.08.270 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PERIODE 6 MEI 2103-8 JUNI 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 1

Upload: giscaamilia

Post on 15-Apr-2016

63 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

CONTOH

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Case CKR

LAPORAN KASUS

TRAUMA KAPITIS

PEMBIMBING :

DR. YUNIARTI, SP.S

PENYUSUN :

AZMAN HAKIM HASSANUDDIN

030.08.270

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PERIODE 6 MEI 2103-8 JUNI 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

1

Page 2: Contoh Case CKR

BAB I

STATUS NEUROLOGIS

I. IDENTITAS

a. Nama : Tn. B

b. Jenis kelamin : Laki-laki

c. Umur : 43 Tahun

d. Pekerjaan : Pekerja Swasta

e. Pendidikan : Tamat SLTA

f. Agama : Islam

g. Status perkawinan : Menikah

h. Suku bangsa : Betawi

i. Alamat : Jl Parkit II, Kampung Sawah, Ciputat

j. Tanggal masuk RS : 14 Mei 2013

II. ANAMNESIS

Dilakukan auto dan allo-anamnesis pada tanggal 16 Mei 2013

a. Keluhan Utama :

Pingsan setelah kecelakaan motor kira-kira 1 jam SMRS.

b. Keluhan Tambahan :

Pusing berputar setelah kecelakaan motor

c. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUP Fatmawati setelah terjadi kecelakaan lalu

lintas di rumahnya di Kampung Sawah kurang lebih 1 jam SMRS. Pada

awalnya pasien sedang mengendarai motor bersendirian dengan kecepatan

sedang pada sekitar jam 1700, pasien mengakui dalam kondisi mengantuk dan

dengan kondisi jalan yang licin setelah hujan, pasien kemudian terjatuh dari

motornya lalu tidak sadarkan diri. Pasien tidak bisa mengingat secara tepat

kronologis kejadian atau posisi pasien saat jatuh. Pasien mengakui pada saat

itu pasien tidak menggunakan helm. Setelah itu pasien dibantu oleh tetangga

yang menemukan pasien tergeletak di aspal dan dibawa ke rumah sakit.

Menurut istri pasien, pasien sempat pingsan selama kurang lebih 5-10menit.

Saat sadar, pasien tidak bisa langsung mengingat peristiwa kecelakaan yang

2

Page 3: Contoh Case CKR

menimpanya. Pasien juga berada dalam keadaan bingung selama 10 menit

sebelum ingatannya kembali saat dalam perjalanan ke rumah sakit.

Pasien mengeluh kepalanya terasa nyeri terutama di bagian luka di

dahi sebelah kanan. Pasien juga mengeluh sakit di bagian luka di jari-jari

sebelah kiri. Pasien mengeluh pusing setelah kecelakaan terjadi, terutama pada

saat pasien ingin duduk atau berjalan. Pusing dirasakan seperti ruangan yang

berputar-putar. Pasien mengeluh bahu kanan tidak dapat digerakkan dan nyeri

sekali. Pasien menyangkal keluarnya darah atau cairan dari kedua telinga dan

hidung. Pasien mengatakan tidak kejang setelah kecelakaan. Pasien

menyangkal adanya keluhan mual, muntah, penglihatan dobel, kelemahan

tubuh sesisi, cadel, gangguan menelan, mulut mencong dan baal. Pasien

menyangkal sebelum pergi minum obat-obatan atau alkohol.

d. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengaku sebelumnya pernah terjatuh dari motor kira-kira 12 tahun

yang lalu, namun tidak pernah terbentur kepala. Saat itu pasien Cuma

mengalami luka-luka lecet dan tidak dirawat di rumah sakit. Pasien

menyangkal adanya riwayat kencing manis, darah tinggi, stroke atau kejang.

e. Riwayat Penyakit Keluarga :

Darah tinggi (-), kencing manis (-), stroke (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4M6V5

Sikap : Duduk- Berbaring

Koperasi : Kooperatif

Keadaan Gizi : Cukup

Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg

Nadi : 84 x/mnt

Suhu : 36,7 0C

Pernafasan : 20 x/mnt

b. Keadaan Lokal

Trauma Stigmata : luka lecet di atas alis kanan, luka lecet di dahi sebelah

kanan, luka lecet di jari ke-2 dan ke-5 sebelah kanan, bahu kiri nyeri dan tidak

dapat digerakkan.

3

Page 4: Contoh Case CKR

Pulsasi A.Carotis : Teraba, kanan = kiri, reguler

Perdarahan Perifer : capilary refil < 2 detik

Columna Vertebralis : letak ditengah, skoliosis (-), lordosis (-)

Kulit :Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-), ekskoriasi di atas

alis kiri, tato di lengan kanan (+)

Kepala :Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah

dicabut, tidak ada alopesia, nyeri tekan (+)

Mata :Hematoma kacamata (Brill's Konjungtiva anemis -/-, ptosis -/-,

lagoftalmus -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung

+/+, refleks cahaya tidak langsung +/+.

Telinga :Normotia +/+, hematoma retroaurikuler (Battle’s sign) -/-,

perdarahan -/-

Hidung :Deviasi septum -/-, perdarahan -/-

Mulut :Perdarahan (-)

Tenggorok :Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1.

Leher :Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba

pembesaran KGB dan tiroid.

Pemeriksaan Jantung

Inspeksi :ictus cordis tidak tampak

Palpasi :ictus cordis teraba di ICS 5, 1 jari medial linea

midklavikula sinistra.

Perkusi :batas kanan jantung di linea sternalis dextra ics 4, batas

kiri jantung di 1 jari medial linea midklavikula sinistra

ics 5, pinggang jantung di ICS 2 linea para sternalis

sinistra.

Auskultasi : S1-S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pemeriksaan Paru

Inspeksi : pergerakkan naik-turun dada simetris kanan=kiri

Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri, tidak ada benjolan.

Perkusi : perkusi di seluruh lapang paru sonor

Auskultasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-.

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : datar, massa (-)

4

Page 5: Contoh Case CKR

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba membesar

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising Usus (+) normal

Pemeriksaan Ekstremitas

Atas : akral hangat + / +, edema - / -, bahu kanan sakit dan

tidak dapat digerakkan, jari ke-2 dan ke-5 kiri luka lecet

Bawah : akral hangat + / +, edema - / -

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

a. Rangsang Selaput Otak

Kaku kuduk : -

Laseque : >700 / >700

Kerniq : > 1350 / > 1350

Brudzinsky I : -

Brudzinsky II : - / -

b. Peningkatan Tekanan Intrakranial : -

c. Saraf-saraf Kranialis

N.I (olfaktorius) : normosmia + / +

N.II (optikus)

Acies visus : dengan menghitung jari 4/60 kanan dan kiri

Visus campus : baik / baik

Lihat warna : baik / baik

Funduskopi : tidak dilakukan

N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen)

Kedudukkan bola mata : ortoposisi + / +

Pergerakkan bola mata : baik ke segala arah +/+ (nasal,

temporal, superior, inferior, nasal atas dan bawah, temporal atas dan

bawah)

Exopthalmus : - / -

Nystagmus : - / -

Pupil

Bentuk : bulat, isokor, 3mm/3mm

5

Page 6: Contoh Case CKR

Reflek cahaya langsung : +/+

Reflek cahaya tidak langsung : +/+

Reflek akomodasi : +/+

Reflek konvergensi : +/+

N.V (Trigeminus)

Cabang Motorik : baik / baik

Cabang sensorik

Ophtalmikus : baik / baik

Maksilaris : baik / baik

Mandibularis : baik / baik

N.VII (Fasialis)

Motorik orbitofrontalis : baik / baik

Motorik orbikularis : baik / baik

Pengecapan lidah : baik / baik

N.VIII (Vestibulocochlearis)

Vestibular : Vertigo : +

Nistagmus : - / -

Koklearis : Tuli Konduktif : - / -

Tuli Perseptif : - / -

N.IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)

Motorik : baik / baik

Sensorik : baik / baik

N.XI (Accesorius)

Mengangkat bahu : TVD / baik

Menoleh : baik / baik

N.XII (Hypoglossus)

Pergerakkan lidah : baik

Atrofi : -

Fasikulasi : -

Tremor : -

d. Sistem Motorik

Ekstremitas atas proksimal – distal : TVD/5555

6

Page 7: Contoh Case CKR

Ekstremitas bawah proksimal – distal : 5555/5555

e. Gerakkan Involunter

Tremor : - / -

Chorea : - / -

Atetose : - / -

Miokloni : - / -

Tics : - / -

f. Trofik : eutrofik + / +

g. Tonus : normotonus + / +

h. Sistem Sensorik : Propioseptif : baik / baik

Eksteroseptif : baik / baik

i. Fungsi Serebelar

Ataxia : -

Tes Romberg : -

Disdiadokokinesia : - / -

Jari-jari : baik / baik

Jari-hidung : baik / baik

Tumit-lutut : baik / baik

Rebound phenomenon : - / -

Hipotoni : - / -

j. Fungsi Luhur

Astereognosia : -

Apraxia : -

Afasia : -

k. Fungsi Otonom

Miksi : baik

Defekasi : baik

Sekresi keringat : baik

l. Refleks Fisiologis

Kornea : + / +

Biceps : +2 / +2

Triceps : +2 / +2

Radius : +2 / +2

Dinding perut : +

7

Page 8: Contoh Case CKR

Lutut : +2 / +2

Tumit : +2 / +2

Kremaster : (tidak dilakukan)

m. Refleks Patologis

Hoffman Tromer : - / -

Babinsky : - / -

Chaddok : - / -

Gordon : - / -

Schaefer : - / -

Klonus lutut : - / -

Klonus tumit : - / -

n. Keadaan Psikis

Intelegensia : baik

Tanda regresi : -

Demensia : -

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil

HEMATOLOGI

Hemoglobin 13.2–17.3 g/dl 15.3 g/dl

Hematokrit 33-45% 47%

Leukosit 5.0-10.0 ribu/ul 16.0 ribu

Trombosit 150-440 ribu/ul 328 ribu/ul

Eritrosit 4.40-5.90 juta/ul 4.89 juta/ul

VER/HER/KHER/RDW

VER 80.0-100.0 fl 96.0 fl

HER 26.0-34.0 pg 31.4 pg

KHER 32.0-36.0 g/dl 32.7 g/dl

RDW 11.5-14.5% 13.0 %

FUNGSI HATI

8

Page 9: Contoh Case CKR

SGOT 0 – 34 U/l 47 U/l

SGPT 0 – 40 U/l 33 U/l

FUNGSI GINJAL

Ureum 20 – 40 mg / dl 21 mg/dl

Creatinin 0.6 – 1.5 mg/dl 0.7 mg/dl

GLUKOSA DARAH

GDS 70 – 140 mg/dl 111 mg/dl

ELEKTROLIT DARAH

Natrium 135 – 147 mmol/l 147 mmol/l

Kalium 3.10 – 5.10 mmol/l 3.14 mmol/l

Clorida 95 – 108 mmol/l 114 mmol/l

SERO-IMMUNOLOGI

Golongan Daran O/Rh+

VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Kesan :

Tidak tampak tanda-tanda fraktur pada foto manus AP/Lateral kiri

Defek jaringan lunak regio distal phalang distal digiti II

9

Page 10: Contoh Case CKR

Kesan :

Infiltrat di lapangan tengah paru kiri dan parahiler kanan

Aorta elongasi

Cor dalam batas normal

Fraktur os klavikula kanan

10

Page 11: Contoh Case CKR

Kesan :

Tidak tampak hematom epidural, subdural, maupun intra serebri saat ini

Hematosinus ethmoidalis bilateral

RESUME

Pasien, laki-laki, 43 tahun dibawa ke RSUP Fatmawati karena pingsan akibat

kecelakaan bermotor di Kampung Sawah, pada tanggal 14 Mei 2013. Pasien terjatuh

dari motor dengan sendiri akibat mengantuk dan kondisi jalan yang licin. Pasien tidak

memakai helm SNI. Pasien pingsan (+) 5-10 menit setelah kecelakaan, hilang ingatan

(+), nyeri kepala (+), pusing berputar setelah kecelakaan. Pasien tidak dapat

mengingat secara tepat kronologis kejadian kecelakaannya. Pasien mengeluh tangan

kanannya nyeri dan tidak bisa digerakkan.

11

Page 12: Contoh Case CKR

Pada pemeriksaan fisik didapat luka lecet diatas alis kanan, luka lecet di dahi

sebelah kiri, luka lecet di jari ke-2 dan ke-5 sebelah kiri, bahu kanan nyeri dan tidak

dapat digerakkan. Defisit neurologis (-). Dari rontgen tampak adanya fraktur os

clavicula kanan dan pada ct-scan tidak tampak adanya kelainan.

Pemeriksaan fisik

Kesadaran : compos mentis, GCS: E4M6V5

Tanda vital baik

Trauma stigmata: luka lecet di atas alis kanan, luka lecet di dahi sebelah

kanan, luka di jari ke-2 dan ke-5 sebelah kanan, bahu kiri nyeri dan tidak dapat

digerakkan

Kepala: benjolan (-)

Perdarahan THT (-)

Mata: brill’s hematoma -/-

Telinga : battle’s signs

Kulit: ekskoriasi pada atas alis mata dan dahi sebelah kanan, di jari ke2 dan

ke5 tangan kanan

Pemeriksaan neurologis

Tanda rangsang meningeal : -

N. Kranialis : parese (-)

Motorik

Ekstremitas atas proksimal-distal : tvd karena nyeri/5555

Ekstremitas bawag proksimal-distal : 5555/5555

Reflek fisiologis : +/+

Reflek patologis : -/-

Sensorik : baik

Autonom : baik

Pemeriksaan radiologis

• CT-Scan tanpa kontras

• Tidak tampak hematom epidural, subdural, maupun intra serebri saat

ini

• Hematosinus ethmoidalis bilateral

• Foto thoraks

12

Page 13: Contoh Case CKR

• Infiltrat di lapangan tengah paru kiri dan parahiler kanan

• Aorta elongasi

• Cor dalam batas normal

• Fraktur os klavikula kanan

VII. DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis klinis: riwayat penurunan kesadaran, cedera kepala ringan, closed

fracture clavicula dextra, multiple vulnus laceratum regio frontalis dextra, vertigo

post trauma, leukositosi

Diagnosis etiologi: cedera kepala ringan

Diagnosis topis: (-)

VIII. PENATALAKSANAAN

Non-medikamentosa

- ABC

- posisi tidur, bagian kepala ditinggikan sekitar 300

- perawatan luka

Medikamentosa

- IVFD Nacl 0,9% 500cc/12 jam

- Nonflamin 3 x 1 tab po

- Ceftriaxon 2 x 1 gr IV

- Piracetam 2 x 12gr IV

- Ketorolac 2 x 30 mg IV drip

- Mertigo 3 x 1 tab PO

IX. RENCANA PEMERIKSAAN

Konsul ortopedi

X. PROGNOSA

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

Ad sanationam : bonam

BAB II

13

Page 14: Contoh Case CKR

TINJAUAN PUSTAKA

TRAUMA KAPITIS

Trauma kapitis atau cedera kepala adalah kerusakan otak akibat trauma

mekanik yang terjadi langsung saat trauma (primer) maupun tidak langsung, sesaat

sesudah trauma (sekunder). Tulang tengkorak yang tebal dan keras membantu

melindungi otak. Tetapi meskipun memiliki helm alami, otak sangat peka terhadap

berbagai jenis cedera. Otak bisa terluka meskipun tidak terdapat luka yang menembus

tengkorak. Cedera kepala paling sering disebabkan oleh kecelakaan bermotor

bermotor sering dihubungkan dengan konsumsi alkohol yang berlebihan.

Patofisiologi

14

Page 15: Contoh Case CKR

Trauma secara langsung akan menyebabkan cedera yang disebut lesi primer.

Lesi primer ini dapat dijumpai pada kulit dan jaringan subkutan, tulang tengkorak,

jaringan otak, saraf otak maupun pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di sekitar

otak. Pada tulang tengkorak dapat terjadi fraktur linier (±70% dari fraktur tengkorak),

fraktur impresi maupun perforasi. Fraktur linier pada daerah temporal dapat merobek

atau menimbulkan aneurisma pada arteria meningea media dan cabang-cabangnya;

pada dasar tengkorak dapat merobek atau menimbulkan aneurisma a. karotis interna

dan terjadi perdarahan lewat hidung, mulut dan telinga. Fraktur yang mengenai

lamina kribriform dan daerah telinga tengah dapat menimbulkan rinoroe dan otoroe

(keluarnya cairan serebro spinal lewat hidung atau telinga).

Trauma kepala dapat menyebabkan cedera pada otak karena adanya aselerasi,

deselerasi dan rotasi dari kepala dan isinya. Karena perbedaan densitas antara

tengkorak dan isinya, bila ada aselerasi, gerakan cepat yang mendadak dari tulang

tengkorak diikuti dengan lebih lambat oleh otak. Ini mengakibatkan benturan dan

goresan antara otak dengan bagian-bagian dalam tengkorak yang menonjol atau

dengan sekat-sekat duramater. Bila terjadi deselerasi (pelambatan gerak), terjadi

benturan karena otak masih bergerak cepat pada saat tengkorak sudah bergerak

lambat atau berhenti. Mekanisme yang sama terjadi bila ada rotasi kepala yang

mendadak. Tenaga gerakan ini menyebabkan cedera pada otak karena kompresi

(penekanan) jaringan, peregangan maupun penggelinciran suatu bagian jaringan di

atas jaringan yang lain. Ketiga hal ini biasanya terjadi bersama-sama atau berturutan.

Kerusakan jaringan otak dapat terjadi di tempat benturan (coup), maupun di

tempat yang berlawanan (countre coup). Diduga countre coup terjadi karena

gelombang tekanan dari sisi benturan (sisi coup) dijalarkan di dalam jaringan otak ke

arah yang berlawanan; teoritis pada sisi countre coup ini terjadi tekanan yang paling

rendah, bahkan sering kali negatif hingga timbul kavitasi dengan robekan jaringan.

Selain itu, kemungkinan gerakan rotasi isi tengkorak pada setiap trauma merupakan

penyebab utama terjadinya countre coup, akibat benturan-benturan otak dengan

bagian dalam tengkorak maupun tarikan dan pergeseran antar jaringan dalam

tengkorak. Yang seringkali menderita kerusakan-kerusakan ini adalah daerah lobus

temporalis, frontalis dan oksipitalis.

15

Page 16: Contoh Case CKR

Fraktur impresi dapat menyebabkan peningkatan volume dalam tengkorak,

hingga menimbulkan herniasi batang otak lewat foramen magnum. Juga secara

langsung menyebabkan kerusakan pada meningen dan jaringan otak di bawahnya

akibat penekanan. Pada jaringan otak akan terdapat kerusakan-kerusakan yang

hemoragik pada daerah coup dan countre coup. Kontusio yang berat di daerah frontal

dan temporal sering kali disertai adanya perdarahan subdural dan intra serebral yang

akut. Tekanan dan trauma pada kepala akan menjalar lewat batang otak kearah kanalis

spinalis; karena adanya foramen magnum, gelombang tekanan ini akan disebarkan ke

dalam kanalis spinalis. Akibatnya terjadi gerakan ke bawah dari batang otak secara

mendadak, hingga mengakibatkan kerusakan kerusakan di batang otak. Saraf otak

dapat terganggu akibat trauma langsung pada saraf, kerusakan pada batang otak,

ataupun sekunder akibat meningitis atau kenaikan tekanan intrakranial.

Kerusakan pada saraf otak I kebanyakan disebabkan oleh fraktur lamina

kribriform di dasar fosa anterior maupun countre coup dari trauma di daerah oksipital.

Pada gangguan yang ringan dapat sembuh dalam waktu 3 bulan. Dinyatakan bahwa ±

5% penderita tauma kapitis menderita gangguan ini. Gangguan pada saraf otak II

biasanya akibat trauma di daerah frontal. Mungkin traumanya hanya ringan saja

(terutama pada anak-anak), dan tidak banyak yang mengalami fraktur di orbita

maupun foramen optikum. Dari saraf-saraf penggerak otot mata, yang sering terkena

adalah saraf VI karena letaknya di dasar tengkorak. Ini menyebabkan diplopia yang

dapat segera timbul akibat trauma, atau sesudah beberapa hari akibat dari edema otak.

Gangguan saraf III yang biasanya menyebabkan ptosis, midriasis dan refleks

cahaya negatif sering kali diakibatkan hernia tentorii. Gangguan pada saraf V

biasanya hanya pada cabang supraorbitalnya, tapi sering kali gejalanya hanya berupa

anestesi daerah dahi hingga terlewatkan pada pemeriksaan. Saraf VII dapat segera

16

Page 17: Contoh Case CKR

memperlihatkan gejala, atau sesudah beberapa hari kemudian. Yang timbulnya lambat

biasanya cepat dapat pulih kembali, karena penyebabnya adalah edema.

Kerusakannya terjadi di kanalis fasialis, dan seringkali disertai perdarahan lewat

lubang telinga. Banyak didapatkan gangguan saraf VIII pada. trauma kepala, misalnya

gangguan pendengaran maupun keseimbangan. Edema juga merupakan salah satu

penyebab gangguan. Gangguan pada saraf IX, X dan XI jarang didapatkan, mungkin

karena kebanyakan penderitanya meninggal bila trauma sampai dapat menimbulkan

gangguan pada saraf-saraf tersebut. Akibat dari trauma pada pembuluh darah, selain

robekan terbuka yang dapat langsung terjadi karena benturan atau tarikan, dapat juga

timbul kelemahan dinding arteri. Bagian ini kemudian berkembang menjadi

aneurisma.

Tipe trauma kepala:

1. Trauma kepala terbuka

Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi

duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak.

Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus

interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak battle

sign (warna biru dibelakang telinga diatas os mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar

dari telinga). Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu

disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak. Fraktur basis tengkorak tidak selalu

dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik

yang dapat membantu mendiagnosa adalah :

a. Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid )

b. Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga )

c. Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung )

d. Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )

e. Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)

Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis dan

perdarahan.

2. Trauma kepala tertutup

a. Komusio serebri ( Gegar otak )

17

Page 18: Contoh Case CKR

Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan

(kurang dari 10 menit ). Gejala lain mungkin termasuk pusing, noda-noda

didepan mata dan linglung. Konkusio adalah hilangnya kesadaran (dan kadang

ingatan) sekejap, setelah terjadinya cedera pada otak yang tidak menyebabkan

kerusakan fisik yang nyata. Konkusio menyebabkan kelainan fungsi otak

tetapi tidak menyebabkan kerusakan struktural yang nyata. Hal ini bahkan bisa

terjadi setelah cedera kepala yang ringan, tergantung kepada goncangan yang

menimpa otak di dalam tulang tengkorak. Konkusio bisa menyebabkan

kebingungan, sakit kepala dan rasa mengantuk yang abnormal; sebagian besar

penderita mengalami penyembuhan total dalam beberapa jam atau hari.

Beberapa penderita merasakan pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi,

menjadi pelupa, depresi, emosi atau perasaannya berkurang dan kecemasan.

Gejala-gejala ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa

minggu, jarang lebih dari beberapa minggu.

Penderita bisa mengalami kesulitan dalam bekerja, belajar dan

bersosialisasi. Keadaan ini disebut sindroma pasca konkusio. Sindroma pasca

konkusio masih merupakan suatu teka-teki; tidak diketahui mengapa sindroma

ini biasanya terjadi setelah suatu cedera kepala yang ringan. Para ahli belum

sepakat, apakah penyebabkan adalah cedera mikroskopi atau faktor psikis.

Pemberian obat-obatan dan terapi psikis bisa membantu beberapa penderita

sindroma ini. Yang lebih perlu dikhawatirkan selain sindroma pasca konkusio

adalah gejala-gejala yang lebih serius yang bisa timbul dalam beberapa jam

atau kadang beberapa hari setelah terjadinya cedera. Jika sakit kepala,

kebingungan dan rasa mengantuk bertambah parah, sebaiknya segera mencari

pertolongan medis. Biasanya, jika terbukti tidak terdapat kerusakan yang lebih

berat, maka tidak diperlukan pengobatan. Setiap orang yang mengalami cedera

kepala diberitahu mengenai pertanda memburuknya fungsi otak. Selama

gejalanya tidak semakin parah, biasanya untuk meredakan nyeri diberikan

asetaminofen. Jika cederanya tidak parah, aspirin bisa digunakan setelah 3-4

hari pertama.

18

Page 19: Contoh Case CKR

b. Kontusio serebri (Memar otak )

Merupakan perdarahan kecil / petechie pada jaringan otak akibat

pecahnya pembuluh darah kapiler. Kontusio yang berat di daerah frontal dan

temporal sering kali disertai adanya perdarahan subdural dan intra serebral

yang akut. Sebagai kelanjutan dari kontusio akan terjadi edema otak.

Penyebab utamanya adalah vasogenik, yaitu akibat kerusakan B.B.B. (blood

brain barrier). Disini dinding kapiler mengalami kerusakan ataupun

peregangan pada sel-sel endotelnya. Cairan akan keluar dari pembuluh darah

ke dalam jaringan otak karena beda tekanan intra vaskuler dan interstisial yang

disebut ekanan perfusi. Bila tekanan arterial meningkat akan mempercepat

terjadinya edema dan sebaliknya bila turun akan memperlambat. Edema

jaringan menyebabkan penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang

mengakibatkan aliran darah berkurang. Akibatnya terjadi iskemia dan

hipoksia. Asidosis yang terjadi akibat hipoksia ini selanjutnya menimbulkan

vasodilatasi dan hilangnya auto regulasi aliran darah, sehingga edema semakin

hebat. Hipoksia karena sebab-sebab lain juga memberikan akibat yang sama.

Jika otak membengkak, maka bisa terjadi kerusakan lebih lanjut pada jaringan

otak; pembengkakan yang sangat hebat bisa menyebabkan herniasi otak.

Gejala dari kontusio adalah pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi,

menjadi pelupa, depresi, emosi atau perasaannya berkurang dan kecemasan.

Biasanya gejala berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu.

Sindroma pasca konkusio yaitu kesulitan dalam bekerja, belajar dan

bersosialisasi. Kontusio serebri dan robekan otak lebih serius daripada

konkusio. MRI menunjukkan kerusakan fisik pada otak yang bisa ringan atau

19

Page 20: Contoh Case CKR

bisa menyebabkan kelemahan pada satu sisi tubuh yang diserati dengan

kebingungan atau bahkan koma.

c. Perdarahan intrakranial

Merupakan penimbunan darah di dalam otak atau diantara otak dengan tulang

tengkorak. Hematoma intrakranial bisa terjadi karena cedera atau stroke.

Perdarahan karena cedera biasanya terbentuk di dalam pembungkus otak

sebelah luar (hematoma subdural) atau diantara pembungkus otak sebelah luar

dengan tulang tengkorak (hematoma epidural). Kedua jenis perdarahan diatas

biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI. Sebagian besar perdarahan

terjadi dengan cepat dan menimbulkan gejala dalam beberapa menit.

Perdarahan menahun (hematoma kronis) lebih sering terjadi pada usia lanjut

dan membesar secara perlahan serta menimbulkan gejala setelah beberapa jam

atau hari. Hematoma yang luas akan menekan otak, menyebabkan

pembengkakan dan pada akhirnya menghancurkan jaringan otak. Hematoma

yang luas juga akan menyebabkan otak bagian atas atau batang otak

mengalami herniasi. Pada perdarahan intrakranial bisa terjadi penurunan

kesadaran sampai koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh,

gangguan pernafasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga

terjadi kebingungan dan hilang ingatan, terutama pada usia lanjut.

o Hematoma epidural

Hematoma epidural berasal dari perdarahan di arteri yang terletak

diantara meningens dan tulang tengkorak, yaitu arteri meningea media. Hal

ini terjadi karena patah tulang tengkorak telah merobek arteri. Darah di

dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi sehingga lebih cepat memancar.

Gejala berupa sakit kepala hebat bisa segera timbul tetapi bisa juga baru

muncul beberapa jam kemudian. Sakit kepala kadang menghilang, tetapi

beberapa jam kemudian muncul lagi dan lebih parah dari sebelumnya.

Selanjutnya bisa terjadi peningkatan kebingungan, rasa ngantuk,

kelumpuhan, pingsan dan koma. Diagnosis dini sangat penting dan

biasanya tergantung kepada CT scan darurat. Hematoma epidural diatasi

sesegera mungkin dengan membuat lubang di dalam tulang tengkorak

20

Page 21: Contoh Case CKR

untuk mengalirkan kelebihan darah, juga dilakukan pencarian dan

penyumbatan sumber perdarahan.

o Hematoma subdural

Hematoma subdural berasal dari perdarahan pada vena di sekeliling

otak. Perdarahan bisa terjadi segera setelah terjadinya cedera kepala berat

atau beberapa saat kemudian setelah terjadinya cedera kepala yang lebih

ringan. Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling

sering terjadi pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik.

Pada kedua keadaan ini, cedera tampaknya ringan; selama beberapa

minggu gejalanya tidak dihiraukan. Hasil pemeriksaan CT scan dan MRI

bisa menunjukkan adanya genangan darah. Hematoma subdural pada bayi

bisa menyebabkan kepala bertambah besar karena tulang tengkoraknya

masih lembut dan lunak. Hematoma subdural yang kecil pada dewasa

seringkali diserap secara spontan. Hematoma subdural yang besar, yang

menyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui

pembedahan. Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah:

1). Sakit kepala yang menetap

2). Rasa mengantuk yang hilang-timbul

3). Linglung

4). Perubahan ingatan

5). Kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan.

EPIDURAL HEMATOM SUBDURAL HEMATOM

Robek Robeknya A. Meningia media Robeknya “Bridging vein”

Gejala

klinik

Interval lucid, hemiparese/plegia

yang terjadi kemudian, pupil

anisokor, serangan kejang fokal,

TIK meningkat, refleks babinski

yang terjadi kemudian.

Sefalgia kronik progresif, penurunan

kesadaran yang semakin memburuk

hemiparesis, hemihipestesia, epilepsi

fokal, papil edema, Hiperrefleks,

Babinski +, TIK meningkat

Letak lesi Letaknya diantara os. Kranii-

duramater

Letaknya antara arachnoid-duramater.

21

Page 22: Contoh Case CKR

Gambaran

Ct-Scan

Hiperdens Biconveks Hiperdens Lesi bulan sabit.

Kriteria cedera kepala yang digunakan untuk diagnosis, bergantung berat-

ringannya cedera otak yang terjadi, oleh sebab itu terbagai menjadi :

1. minimal = simple head injury

- GCS = 15 (normal)

- Kesadaran baik

- Tidak ada amnesia

- Dapat disertai gejala : mual,muntah, sakit kepala, vertigo.

- Defisit neurologis (-)

- CT-Scan normal

2. cedera kepala ringan

- GCS = 13 - 15

- Penurunan kesadaran ≤ 10 menit

- Amnesia pasca cedera kepala kurang dari 1 jam

- Dapat disertai gejala : mual,muntah, sakit kepala, vertigo.

- Defisit neurologis (-)

- CT-Scan normal

3. cedera kepala sedang

- GCS = 9 – 12

- Penurunan kesadaran >10 menit tetapi ≤ 6 jam

- Dapat/tidak disertai oleh defisit neurologis

- Amnesia pasca cedera selama 1 – 24 jam

- CT-Scan abnormal

4. cedera kepala berat

- GCS = 5 – 8

- Penurunan kesadaran > 6 jam

- Terdapat defisit neurologi

- Amnesia pasca cedera > 24 hari

- CT-Scan abnormal

22

Page 23: Contoh Case CKR

Tatalaksana cedera kepala, berdasarkan kriteria untuk diagnosis, sebagai berikut:

1. minimal

- tirah baring, kepala ditinggikan 300

- istirahat dirumah

- kontrol ke rumah sakit bila ada tanda-tanda perdarahan

epidural

2. cedera otak ringan

- tirah baring, kepala ditinggikan 300

- observasi di rumah sakit selama 2 hari

- beri obat simptomatis

- antibiotik (dengan indikasi)

3. cedera otak sedang dan berat

- terapi umum : ABC, terapi cairan, jaga keseimbangan gas

darah

- terapi khusus: medikamentosa, atasi peningkatan TIK,

simptomatis,antibiotik, antiepilepsi, operasi (dengan indikasi)

- rehabilitasi

Prognosis

Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami

penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan

beratnya kerusakan otak yang terjadi. Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh

beberapa area, sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan

fungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. Tetapi semakin tua umur

penderita, maka kemampuan otak untuk menggantikan fungsi satu sama lainnya,

semakin berkurang. Kemampuan berbahasa pada anak kecil dijalankan oleh beberapa

area di otak, sedangkan pada dewasa sudah dipusatkan pada satu area. Jika hemisfer

kiri mengalami kerusakan hebat sebelum usia 8 tahun, maka hemisfer kanan bisa

mengambil alih fungsi bahasa.

Kerusakan area bahasa pada masa dewasa lebih cenderung menyebabkan

kelainan yang menetap. Beberapa fungsi (misalnya penglihatan serta pergerakan

lengan dan tungkai) dikendalikan oleh area khusus pada salah satu sisi otak.

Kerusakan pada area ini biasanya menyebabkan kelainan yang menetap. Dampak dari

kerusakan ini bisa diminimalkan dengan menjalani terapi rehabilitasi. Penderita

23

Page 24: Contoh Case CKR

cedera kepala berat kadang mengalami amnesia dan tidak dapat mengingat peristiwa

sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kesadaran. Jika kesadaran telah

kembali pada minggu pertama, maka biasanya ingatan penderita akan pulih kembali.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lenzlinger PM, Saatman K, Raghupati R. Overview of basic mechanism

underlying neuropathological consequences of head trauma. In: Miller LP, Hayer

RL, editors. Head trauma basic, preclinical and clinical directions. New York:

Wiley-Liss; 2001. p. 3-23.

2. Mardjono mahar, Sidharta priguna. Neurologi Klinis Dasar.Cetakan ke 9. Dian

Rakyat.2003.Bab.VIII Mekanisme trauma susunan saraf. Hal 248-63.

3. Buku Pedoman SPM dan SPO NEUROLOGI. PERDOSSI. Bab. IX.

Neurotrauma. Hal.147-58.

4. Proceeding Updates In Neuroemergencies II. Hotel Aston Atrium. 28 Februari.

FKUI. Penatalaksanaan kedaruratan cedera kranio serebral. Hal 51-72.

5. Penatalaksanaan fase akut cedera kepala, Cermin Dunia Kedokteran No. 77, 1992

24