cha aldian arina diare phbs sokaraja1

89
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Hasil penelitian di berbagai negara di Asia, diare memberikan kontribusi sebagai penyebab kematian balita sebanyak 15%. Oleh karena itu pada penyakit diare perlu adanya diagnosis dini dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat (Depkes RI, 2002). Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien

Upload: awansunset

Post on 26-Sep-2015

27 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

CHA ALDIAN ARINA Diare Phbs Sokaraja1

TRANSCRIPT

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Hasil penelitian di berbagai negara di Asia, diare memberikan kontribusi sebagai penyebab kematian balita sebanyak 15%. Oleh karena itu pada penyakit diare perlu adanya diagnosis dini dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat (Depkes RI, 2002).

Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit (Depkes RI, 2002).

Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92%.2 Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia (Depkes RI, 2003). Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah (Depkes RI, 2003).

Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas (Depkes RI, 2003).

Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengenai status pencapaian Tujuan Pembangunan Manusia atau MDG di Indonesia mengalami kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 persen penduduk Indonesia dapat mengakses air minum yang layak dan 72,5 persen memperoleh layanan sanitasi yang memadai. Faktanya, hanya 18 persen penduduk yang memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 persen mengakses sarana sanitasi yang memadai (Depkes RI, 2003).

Dari data Puskesmas 1 Sokaraja, selama bulan Februari 2013 terdapat 98 kasus diare dengan 76 kasus terjadi pada usia 0-5 tahun. Jumlah tersebut cukup mencemaskan mengingat angka kematian akibat diare pada anak masih cukup tinggi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan analisis terhadap kasus tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja.

2. Tujuan khusus

a. Mengenali permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi di kawasan kerja Puskesmas 1 Sokaraja.

b. Menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di kawasan kerja Puskesmas 1 Soakaraja.

c. Mencari faktor-faktor penyebab terjadinya diare.

d. Mencari alternatif pemecahan masalah kesehatan di desa yang menjadi tempat penelitian

e. Melakukan intervensi terhadap penyebab masalah kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan di desa yang menjadi tempat penelitian.

C. Manfaat

1. Memberikan informasi pada warga masyarakat di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja khususnya tentang masalah kesehatan yang telah dianalisis beserta solusinya

2. Membantu Puskesmas dalam menjalankan salah satu dari enam program pokok yang ada ke masyarakat.

3. Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja.

II. ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi situasi dan kondisi puskesmas dan wilayah kerja

1. Keadaan geografis

Puskesmas 1 Sokaraja berada diwilayah kecamatan Sokaraja. Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja meliputi 10 desa dari sejumlah 18 desa yang ada di Kecamatan Sokaraja. Luas wilayah Kecamatan Sokaraja 29.92 km2 dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 140-600 M.

Sedangkan wilayah kecamatan Sokaraja dibatasi oleh:

Disebelah utara: Kembaran

Disebelah Selatan : Kecamatan Kalibagor

Disebelah Timur : Kabupaten Purbalingga

Disebelah Barat : Kecamatan Purwokerto Timur.

Penggunaan Lahan di wilayah Kecamatann Sokaraja dapat dirinci sebagai berikut:

Tanah sawah 3.129,871 Ha

Tanah Pekarangan 1.317,227 Ha

Tanah perkebunan 733.752 Ha

Kolam 28.484 Ha

Lain-lain 73 Ha

2. Keadaan demografis

a. Pertumbuhan penduduk

Berdasarkan data dari Kecamatan Sokaraja pada akhir tahun 2012, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja 52.023 Jiwa yang terdiri dari 25.701 laki-laki (49,4%) dan 26.322 perempuan (49,4%) tergabung dalem 14.512 rumah tangga/KK.

Jumlah penduduk tertinggi di desa Sokaraja Kulon sebesar 7.599 jiwa, sedangkan terendah di Desa Karang Kedawung sebesar 2.698 jiwa.

b. Jumlah penduduk menurut golongan umur

Jumlah Penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk menurut golongan umur di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2011

No

Golongan Umur

Jumlah penduduk

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

1

0-4

1316

1562

2878

2

5-9

2158

2156

4314

3

10-14

2160

2290

4450

4

15-19

2011

2112

4123

5

20-24

2062

2117

4179

6

25-29

2014

2099

4113

7

30-34

2011

2119

4130

8

35-39

2031

2120

4151

9

40-44

2002

2111

4113

10

45-49

2192

2059

4251

11

50-54

1419

1432

2851

12

55-59

1390

1344

2734

13

60-64

1198

1198

2396

14

65-69

903

788

1691

15

70-74

601

481

1082

16

75+

233

334

567

Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur pada tabel diatas, maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 10-14 tahun adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 4450 jiwa atau sebesar 8.5%.

c. Kepadatan penduduk

Penduduk diwilayah Puskesmas 1 Sokaraja adalah bervariasi kepadatanya. Desa terpadat penduduknya ialah desa Wiradadi dengan tingkat kepadatan sebesar 5.279 jiwa setiap kilometer persegi, sedangkan yang tingkat kepadatanya paling rendah adalah desa Karang Kedawung yaitu sebesar 1.665 jiwa setiap kilometer persegi.

3. Keadaan sosial ekonomi

a. Tingkat Pendidikan

Data pendidikan penduduk diwilayah Puskesmas 1 Sokaraja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Data pendidikan penduduk Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2012 (10 tahun keatas)

No

Jenis pendidikan

Desa

Jumlah

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

1

Tidak sekolah

263

213

69

127

88

248

183

107

261

159

1723

2

Belum tamat SD

546

1259

297

540

318

1050

1338

967

1010

572

7897

3

Tamat SD/MI

1056

2520

1195

1291

692

1166

1376

926

1202

531

11955

4

Tamat SMP/MTS

536

1256

1227

1162

490

1386

1174

1064

721

707

9723

5

Tamat SMU/SMA

/MA

989

1008

1037

1122

499

1164

1592

925

646

727

9709

6

AK/Diploma

43

132

183

233

75

433

492

165

158

134

2058

7

Universitas

118

222

104

172

129

226

291

136

144

162

1704

Keterangan Desa: 01. Karangrauh, 02. Karangnanas, 03. Kalikidang, 04. Wiradadi, 05. Karang Kedawung, 06. Sokaraja Tengah, 07. Sokaraja Kulon, 08. Sokaraja Kidul, 09. Sokaraja Tengah, 10. Pamijen

Berdasarkan data diatas, pendidikan penduduk tertinggi adalah pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 11.955 sedangkan pada pendidikan tinggi (Diploma & Universitas) Sebanyak 3.762 orang.

B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyumas pada umumnya, dan diwilayah Puskesmas 1 Sokaraja khususnya diarahkan pada masi rendahnya derajat kesehatan, status gizi, dan kesejahteraan sosial. Maka pembangunan kesehatan diarahkan dalam upaya perbaikan kesehatan masyarakat melalui perbaikan gizi, kebersihan lingkungan, pemberantasan penyakir menular, penyediaan air bersih, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Pembangunan kesehatan diwilayah Puskesmas 1 Sokaraja yang telah dilaksanakan sampai saat ini sebagian besar dapat dikatakan berhasil yang ditandai dengan menurunya angka kematian bayi, angka kematian ibu, serta makin sadarnya masyarakat sokaraja akan arti pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Hasil-hasil yang dicapai pada pembangunan kesehatan di wilayah Puskesma 1 Sokaraja dapat dilihat dari indikator dibidang derajat kesehatan, perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan.

1. Derajat Kesehatan masyarakat

a. Angka kesakitan

i. DBD

Jumlah kasus yang ditemukan di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak 12 kasus (terdiri dari laki-laki 4 kasus dan perempuan 8 kasus) atau sebesar 23,1 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2011 kasus DBD yang ditemukan di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja adalah sebanyak 20 kasus, dengan demikian maka terjadi penurunan angka kejadian.

a.) Penderita DBD yang ditangani

Jumlah penderita DBD yang ditangani Puskesmas 1 Sokaraja adalah sebanyak 12 kasus atau sebesar 100%. Target IS 2010 adalah 100%.

b.) Angka Kematian DBD/CFR

Tidak ada kematian karena DBD di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja

ii. Malaria

a.) Malaria positif

Tidak ditemukan kasus malaria positif yang ditemukan di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2012, sedangkan kasus malaria positif tahun 2011 sebanyak 3 kasus, dengan demikian terjadi penurunan kasus.

b.) Malaria Klinis

Tidak ditemukan kasus malaria klinis yang ditemukan di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja.

c.) Penderita Malaria yang diobati

iii. TB Paru

Jumlah kasus penderita TB paru positif (BTA positif) baru di Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 25 kasus (terdiri dari 16 kasus pada laki-laki dan 13 kasus pada perempuan) dan 1 kasus TB paru lama (kambuhan). Sedangkan pada tahun 2011 kasus TB paru positif adalah 30 kasus.

Adapun target penemuan penderita baru TB paru dengan BTA positif adalah 80% dari perkiraan jumlah penderita TB Paru BTA positif yaitu sebanyak 40 kasus . Dengan demikian, bila dibandingkan dengan target IS 2008 maka CDR untuk Puskesmas 1 Sokaraja = 62,5%, masih belum memenuhi target penemuan, hal ini terjadi karena masih belum maksimalnya pelaksanaan program P2 Tb paru khususnya karena belum dioptimalkannya jejaring P2 TB untuk dapat meningkatkan jangkauan penemuan penderita baru TB paru positif khususnya dengan bidan desa dan yang lain dan juga banyak penderita TB yang memilih berobatke RS atau sarana kesehatan lainnya.

Untuk itu dalam waktu dekat perlu segera dioptimalkan jejaring program P2 TB paru dengan melibatkan seluruh bidan desa yang ada dan BP serta dokter praktek swasta dalam Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja.

iv. Hepatitis

Kasus hepatitis tidak ditemukan di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2011.

b. Angka kematian

i. Angka kematian bayi

Jumlah bayi lahir mati di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2012 = 20 terdiri dari 7 bayi laki-laki dan 13 bayi perempuan (angka lahir mati =16,6) sedangkan jumlah lahir mati pada tahun 2011 = 9, ini berarti kenaikan, sedangkan target Indonesia sehat 2010 sebesar 40 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah bayi lahir hidup pada tahun 2012 sebanyak 1182 bayi. Sedangkan jumalh lahir hidup pada tahun 2012 sebanyak 1224 bayi, ini berarti terjadi penurunan angka kelahiran sebanyak 42 bayi.

ii. Angka kematian ibu melahirkan maternal

Jumlah angka kematia ibu melahirkan maternal di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2012 sebanyak 1 orang atau sebesar dan pada tahun 2011 tidak ditemukan kematian ibu melahirkan.

c. Status Gizi

i. Status gizi bayi baru lahir

Dari jumlah bayi yang lahir hidup pada tahun 2012 sebanyak 1182 dan ditemukan bayi lahir hidup dengan berat badan lahir rendah 67 bayi. Sedangkan bayi lahir hidup dengan BBLR pada tahun 2011 sebanyak 38 bayi, ini berarti ada peningkatan yang cukup signifikan. Ini disebabkan karenan resti, gizi buruk, KEK (Kekurangan Energi Kronik).

ii. Status gizi balita

Pada tahun 2011 jumlah balita yang ada di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak 3.974 balita dengan perincian sebagai berikut.

a.) Balita datang ditimbang D/S

Di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2011 balita yang datang ditimbang adalah sebanyak 2.434 orang atau sebesar 61.2%. Adapun target IS 2010 adalah 80%.

b.) Balita yang naik berat badannya atau N/D

Pada tahun 2011 Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja balita yang naik berat badannya adalah sebanyak 1.451 orang sebesar 59,6% dari balita yang ditimbang. Sedangkan target IS 2010 adalah 80%.

c.) Balita bawah garis merah / BGM

Di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2011 balita yang status gizinya dibawah garis merah adalah sebanyak 47 orang atau sebesar 1,9%. Sedangkan IS tahun 2010 adalah 38,5o C diare > 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian luar biasa (KLB). Nyeri perut hebat pada penderita berusia > 50 tahun, penderita usia lanjut > 70 tahun, dan pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah.

g. Manifestasi Klinis

Diare karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri dan kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis maka akan menyebabkan terjadinya kematian akibat kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.

Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik dapat berupa rejatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah yang menurun sampai sulit untuk diukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti pada saat itu kita menghadapi gagal ginjal akut (Zein et al., 2004).

h. Pemeriksaan penunjang

1) Darah

Darah perifer lengkap

Ureum, kreatinin

Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-

Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa (pernafasan Kussmaull)

Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E. histolytica)

2) Feses

Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit)

Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif.

i. Penatalaksanaan

1) Rehidrasi

Bila pasien keadaan umum baik tidak rehidrasi maka asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan yang lainnya. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula. Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien kehilangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan cairan 8-10% dari berat badan. Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang nasogastrik atau intravena (Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

2) Diet

Pasien diare tidak dianjurkan untuk berpuasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien justru dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi atau sup (Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

3) Obat anti diare

a) Kelompok opioat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Efek kelompok obat tersebut adalah menghambat propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila digunakan secara benar maka obat ini mampu mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

b) Kelompok absorbent

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

c) Zat Hidrofilik

Ekstrak tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekuensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.

d) Probiotik

Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria bila mengalami peningkatan jumlahnya do dalam saluran cerna maka akan memiliki efek positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

a. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes, 2006).

b. Pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1) Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak mengatakan bahwa Sehat memang bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak.

2) Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga

3) Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud apabila ada keinginan, kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan lintas sektor terkait agar PHBS menjadi program prioritas dan menjadi salah satu agenda pembangunan di Kabupaten/Kota, serta didukung oleh masyarakat (Depkes, 2006).

c. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1) Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2) Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja

(Depkes, 2006).

d. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator lingkungan. Dengan rincian sebagai berikut :

1) Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan

2) Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya

3) Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM)

4) Anggota keluarga tidak merokok

5) Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur

6) Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari)

7) Tersedia air bersih

8) Tersedia Jamban

9) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni

10) Lantai rumah bukan dari tanah (Depkes, 2006).

B. Kerangka Konsep

Gambar 4.1. Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan terjadinya diare pada anak di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja.

V. METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional karena variabel penelitian hanya dilakukan satu kali pemeriksaan tanpa dilakukan intervensi (Sastroasmoro, 2008).

B. Ruang Lingkup Kerja

Ruang lingkup kerja dilakukan di Desa Karang Nanas, Kecamatan Sokaraja.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi target

Semua balita yang tinggal di Kecamatan Sokaraja.

b. Populasi Terjangkau

Semua balita yang bertempat tinggal di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja yang datang ke posyandu pada 8 Maret 2013.

2. Sampel

a. Cara pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dengan total sampling yaitu seluruh balita yang tinggal di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja yang datang ke posyandu pada 8 Maret 2013.

b. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi :

1. Balita yang bertempat tinggal di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja

2. Ibu balita yang bersedia mengikuti penelitian dengan penandatanganan informed consent.

3. Hadir saat Posyandu di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja

Kriteria Eksklusi : Ibu balita yang menolak berpartisipasi dalam penelitian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Variabel Terikat

Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada anak.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang di praktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri atau mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan (Depkes RI, 2004).

2. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Zein et al., 2004).

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data sekunder

Data yang diperoleh dari data pencatatan dan pelaporan yang ada di tingkat Puskesmas (Penderita Diare) dan posyandu.

2. Data primer

Data primer berupa perilaku hidup bersih dan sehat yang didapatkan langsung dari responden melalui pengisian kuisioner, dan kejadian diare yang diperoleh dengan pengisian kuesioner.

G. Instrumen Pengambilan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang merupakan jenis data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

H. Tata Urutan Kerja

1. Persiapan penelitian

a. Mengurus surat ijin penelitian

b. Survei pendahuluan ke Desa Karang Nanas

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan pemilihan sampel dengan total sampling

b. Melakukan pendataan sampel sesuai dengan database posyandu

c. Melakukan informed consent untuk mengetahui kesediaan sampel dalam mengikuti penelitian.

d. Melakukan wawancara untuk pengisian kuisioner saat pelaksaanaan posyandu kepada responden untuk diisi.

3. Tahap tabulasi data

Melakukan tabulasi data

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan tiap variabel hasil penelitian, kemudian dihitung frekuensi dan presentasinya.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menyatakan hubungan analisis terhadap dua variabel. Sebelum data dianalisis, dilakukan uji normalitas data. Data terdistribusi normal maka menggunakan uji chi-square sebagai uji statistik. Namun apabila data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan transformasi data terlebih dahulu, kemudian dilakukan uji normalitas data ulang. Chi-square dapat dilakukan bila setelah transformasi data, dan data terdistribusi normal. Namun apabila setelah transformasi data, tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji keofisien kontingensi. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan cara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS 18.0 (Sugiyono, 2003).

VI. HASIL DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH

A. Hasil

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini menggambarkan karakeristik responden penelitian. Responden penelitian berjumlah 32 responden. Data responden diambil melalui kuesioner yang dilakukan dengan tehnik wawancara pada saat dilakukan posyandu anak di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja. Karakteristik responden yang diteliti meliputi usia, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan keluarga. Karakteristik indikator PHBS yang diteliti terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator lingkungan.

Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Responden

Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

Usia :

35 tahun

-

16

14

2

-

50

43,8

6,2

Pendidikan :

SD

SLTP

SLTA

S1

17

5

9

1

53,1

15,7

28,1

3,1

Pekerjaan :

PNS

SWASTA

BURUH

IRT

1

4

3

24

3,1

12,5

9,3

75

Penghasilan Keluarga :

3.000.000

-

17

13

2

-

53,1

40,7

6,2

Jumlah

32

100%

Berdasarkan tabel 6.1 didapatkan 16 responden (50%) berusia 15-25 tahun, 14 responden (43,8%) berusia 26-35 tahun dan 2 responden (6,2%) berusia diatas 35 tahun. Sebagian besar responden sekitar 17 responden (53,1%) berpendidikan sampai sekolah dasar, 5 responden (15,7%) berpendidikan sampai sekolah lanjutan tingkat pertama, 9 responden (28,1%) berpendidikan sampai sekolah lanjutan tingkat akhir dan 1 responden (3,1%) berpendidikan sampai sarjana. Pada pekerjaan didapatkan 1 responden (3,1%) sebagai pegawai negeri sipil, 4 responden (12,5%) sebagai pegawai swasta, 3 responden (9,3%) sebagai buruh dan 24 responden (75%) sebagai ibu rumah tangga. Pada penghasilan keluarga didapatkan 17 responden memiliki penghasilan Rp. 750.000-1.500.000, 13 responden (40,7%) memiliki penghasilan Rp. 1.500.000-3.000.000 dan 2 responden (6,2%) memiliki penghasilan diatas Rp 3.000.000.

Tabel 6.2 Distribusi Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

Bersalin dengan tenaga kesehatan :

YA

TIDAK

32

-

100

ASI Eksklusif :

YA

TIDAK

13

19

40,6

59,4

Anggota keluarga yang merokok :

YA

TIDAK

26

6

81,2

18,8

Olahraga atau aktivitas fisik teratur :

YA

TIDAK

16

16

50

50

Makan dengan gizi seimbang :

YA

TIDAK

31

1

97

3

Tersedia air bersih :

YA

TIDAK

31

1

97

3

Tersedia jamban :

YA

TIDAK

32

-

100

Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni :

YA

TIDAK

21

11

65,7

34,3

Lantai rumah bukan dari tanah :

YATIDAK

27

5

84,3

15,7

Keluarga JPKM :

YA

TIDAK

13

19

40,7

59,3

Jumlah

32

100 %

Berdasarkan tabel 6.1 didapatkan hasil bahwa seluruh responden memiliki riwayat bersalin dengan tenaga kesehatan. Pada riwayat pemberian asi ekslusif didapatkan hasil 13 responden (40,6%) memberikan asi eksklusif dan 19 responden (59,4%) tidak memberikan asi ekslusif. Pada anggota keluarga yang merokok didapatkan 26 responden (81,2%) memiliki anggota keluarga yang merokok dan 6 responden (18,8%) tidak memiliki anggota keluarga yang merokok. Pada olahraga dan aktivitas fisik teratur didapatkan 16 responden (50%) memiliki kebiasaan berolahraga atau beraktivitas fisik yang teratur sedangkan 16 responden lainnya tidak memiliki kebiasaan berolahraga dan aktivitas fisik yang teratur. Pada responden yang makan dengan gizi seimbang didapatkan 31 responden (97%) sedangkan yang tidak makan dengan gizi seimbang hanya di dapatkan 1 responden (3%). Pada ketersediaan air bersih didapatkan 31 responden (97%) memiliki kebiasaan menggunakan air bersih dan 1 responden (3%) tidak memiliki kebiasaan menggunakan air yang bersih. Pada masalah ketersediaan jamban didapatkan seluruh responden (100%) memiliki ketersediaan jamban di rumah. Pada kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni didapatkan hasil 21 responden (65,7%) memiliki rumah dengan kesesuaian antara luas lantai dengan jumlah penghuni sedangkan 5 responden (15,7%) tidak memiliki rumah dengan kesesuaian antara luas lantai dengan jumlah penghuni. Pada keadaan lantai rumah dari tanah didapatkan hasil 27 responden (84,3%) tidak memiliki keadaan lantai rumah dari tanah dan 5 responden (15,7%) memiliki keadaan lantai rumah dari tanah. Pada keluarga yang memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan didapatkan hasil 13 responden (40,7%) merupakan keluarga yang memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan dan 19 responden (59,3%) bukan merupakan keluarga yang memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan.

Tabel 6.3 Distribusi klasifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kejadian diare dan tidak diare pada anak

Variabel

Klasifikasi I

( Nilai 1-3)

Klasifikasi II

(Nilai 4-6)

Klasifikasi III

(Nilai 7-9)

Klasifikasi IV

(Nilai 7-9+JPKM)

Diare

-

5

5

9

Tidak

Diare

-

4

6

3

Berdasarkan tabel 6.3 tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare anak di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja didapatkan hasil 19 responden mengaku anak mereka pernah mengalami diare selama 3 bulan terakhir yang terdiri dari 5 orang responden dengan klasifikasi PHBS II, 5 orang responden dengan klasifikasi PHBS III dan 9 responden dengan klasifikasi PHBS IV sedangkan 13 responden mengaku anak mereka tidak mengalami diare selama 3 bulan terakhir dengan 4 responden pada klasifikasi PHBS II, 6 responden pada klasifikasi PHBS III dan 3 responden pada klasifikasi PHBS IV.

2. Analisis Bivariat

A. Hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada anak.

Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini awalnya adalah Uji Chi-Square, namun karena syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi (terdapat 3 sel yang nilai expected countnya kurang dari 5), dan data tidak terdistribusi normal sehingga dilakukan uji alternative yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 6.4 Analisis Uji Chi-Square

Diare

Total

Diare

Tidak Diare

PHBS

klasifikasi 2

Count

5

4

9

Expected Count

5.3

3.7

9.0

klasifikasi 3

Count

5

6

11

Expected Count

6.5

4.5

11.0

klasifikasi 4

Count

9

3

12

Expected Count

7.1

4.9

12.0

Total

Count

19

13

32

Expected Count

19.0

13.0

32.0

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square

2.153a

2

.341

Likelihood Ratio

2.210

2

.331

Linear-by-Linear Association

.954

1

.329

N of Valid Cases

32

Tabel 6.5 Analisis Uji Mann Whitney

Diare

N

Mean Rank

Sum of Ranks

PHBS

Diare

19

17.82

338.50

Tidak Diare

13

14.58

189.50

Total

32

Tabel 6.6 Analisis Uji Kolmogorov Smirnov

PHBS

Most Extreme Differences

Absolute

.243

Positive

.000

Negative

-.243

Kolmogorov-Smirnov Z

.675

Asymp. Sig. (2-tailed)

.753

B. Pembahasan

Data mengenai karakteristik responden diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuisioner. Penelitian ini menggunakan kuisioner perilaku hidup bersih dan sehat yang berisi 10 indikator dari perilaku hidup bersih dan sehat. Dari 10 pertanyaan tersebut masing-masing diberikan nilai 1 dan jumlah dari nilai responden dimasukan dalam klasifikasi perilaku hidup bersih dan sehat yang terdiri dari 4 klasifikasi. Klasifikasi I bila nilai dari kuisioner didapatkan nilai 1-3, klasifikasi II bila nilai dari kuisioner didapatkan nilai 4-6, klasifikasi III didapatkan bila nilai dari kuisioner didapatkan 7-9 dan klasifikasi IV didapatkan bila nilai dari kuisioner 7-9 dan merupakan pasien jaminan pelayanan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan analisis bivariat didapatkan hasil yang tidak signifikan dimana nilai p>0,05, hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare anak di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja. Ketidaksignifikan hasil penelitian ini bisa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya seperti keterbatasan jumlah sampel. Kemungkinan lain ketidaksignifikan hasil penelitian ini adalah karena kecenderungan responden untuk menjawab sesuai dengan prinsip kebersihan, yaitu ketika ditanyakan mengenai perilaku yang menuju ke kesehatan, responden lebih cenderung mengiyakan. Selain itu faktor-faktor lainnya yang mungkin berpengaruh dalam ketidaksignifikan penelitian ini masih belum diketahui karena peneliti hanya meneliti ada atau tidaknya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada anak di desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja.

Hasil penelitian yang terkait dengan kebersihan pada penelitian ini tidak sesuai dengan berbagai referensi yang menyatakan hal yang sebaliknya. Hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Fatmawati (2008) yang meneliti hubungan antara kejadian diare dengan hygiene perorangan pada anak usia 1 3 tahun di Puskesmas Purwosari Kudus. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi bayi di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kudus adalah 473, kemudian diambil sampel sebanyak 79 yaitu anak umur 1-3 tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kudus. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dan untuk mengetahui keeratan hubungan menggunakan koefisien kontingensi. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian diare dengan hygiene perorangan.

C. Analisis Penyebab Masalah

Berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare anak di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja. Kemungkinan penyebab lain yang menyebabkan tingginya angka diare pada anak di desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja adalah mayoritas responden hanya sampai sekolah dasar sehingga kemungkinan kalau tingkat pengetahuan yang responden miliki masih sangat minim. Menurut Chadijah (1997) pendidikan orang tua, terutama ibu merupakan salah satu kunci perubahan sosial budaya. Pendidikan yang relatif tinggi akan memiliki praktek yang lebih baik terhadap pemeliharaan kesehatan keluarga terutama anak-anak. Artinya jika pengetahuan ibu dapat ditingkatkan maka angka kejadian diare pada anak ini dapat segera diturunkan. Selain itu tingkat pendapatan keluarga yang mayoritas tergolong rendah kemungkinan dapat berhubungan dengan kemampuan keluarga yang kurang dalam pemberian gizi kepada anaknya.

VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas tentang perilaku hidup bersih dan sehat tidak berpengaruh terhadap kejadian diare anak di desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja namun dari data yang di dapatkan dari Puskesmas 1 Sokaraja, selama bulan Februari 2013 terdapat 98 kasus diare dengan 76 kasus terjadi pada usia 0-5 tahun. Maka melihat hal ini, dibuat beberapa alternatif pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Diskusi dengan responden dan kader tentang diare.

2. Penyuluhan tentang diare dan melakukan evaluasi hasil penyuluhan dengan melakukan sesi tanya jawab.

3. Pembagian oralit kemasan dan leaflet tentang diare.

4. Mengajarkan bagaimana cara pembuatan larutan gula garam

5. Mengajarkan bagaimana cara melakukan pencucian botol susu pada anak yang baik dan benar.

Prioritas pemecahan masalah

Alternatif pemecahan masalah yang telah disusun tersebut, diperlukan langkah pemilihan prioritas peemecahan masalah dengan menggunakan metode Reinke untuk menentukan penyebab utama prevalensi diare pada penelitian ini. Metode ini menggunakan dua kriteria yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar. Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi, pentingnya jalan keluar dan sensitivitas jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang diperlukan untuk melakukan jalan keluar.

Kriteria efektifitas jalan keluar :

a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) :

1. Masalah yang dapat diatasi sangat kecil

2. Masalah yang dapat diatasi kecil

3. Masalah yang dapat diatasi cukup besar

4. Masalah yang dapat diatasi besar

5. Masalah yang dapat diatasi sangat besar

b. I (pentingnya jalan keluar) yang dikaitkan dengan kelanggengan selesainya masalah :

1. Sangat tidak langgeng

2. Tidak langgeng

3. Cukup langgeng

4. Langgeng

5. Sangat langgeng

c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan penyelesaian masalah) :

1. Penyelesaian masalah sangat lambat

2. Penyelesaian masalah lambat

3. Penyelesaian cukup cepat

4. Penyelesaian masalah cepat

5. Penyelesaian masalah sangat cepat

Kriteria efeisiensi jalan keluar yang dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah (C) :

1. Biaya sangat mahal

2. Biaya mahal

3. Biaya cukup mahal

4. Biaya murah

5. Biaya sangat murah

Prioritas pemecahan masalah pada kasus Diare di desa Karang Nanas, kecamatan Sokaraja dengan menggunakan metode Reinke.

B. Penentuan Alternatif Terpilih

Alternatif pemecahan masalah yang telah disusun dalam plan of action tidak semua dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan baik sarana, tenaga, dana, dan waktu yang terbatas. Oleh sebab itu, dilakukan langkah pemilihan prioritas alternatif pemecahan masalah dalam memilih program yang akan dilaksanakan langsung ke masyarakat. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pemilihan prioritas pemecahan masalah adalah metode Reinke. Metode ini menggunakan dua kriteria yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar.

Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi, pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang diperlukan untuk melakukan jalan keluar.

1. Kriteria efektifitas jalan keluar

a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) :

1. Masalah yang dapat diatasi sangat kecil

2. Masalah yang dapat diatasi kecil

3. Masalah yang dapat diatasi cukup besar

4. Masalah yang diatasi besar

5. Masalah yang diatasi dapat sangat besar

b. I (pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan kelanggengan selesainya masalah):

1.Sangat tidak langgeng

2. Tidak langgeng

3. Cukup langgeng

4. Langgeng

5. Sangat langgeng

c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan penyelesaian masalah):

1. Penyelesaian masalah sangat lambat

2. Penyelesaian masalah lambat

3. Penyelesaian cukup cepat

4. Penyelesaian masalah cepat

5. Penyelesaian masalah sangat cepat

2. Kriteria efisiensi jalan keluar yang dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah (C):

1. Biaya sangat murah

2. Biaya murah

3. Biaya cukup murah

4. Biaya mahal

5. Biaya sangat mahal

Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Reinke untuk masalah kejadian diare di Desa Karang Nanas adalah sebagai berikut:

Tabel 7.1 Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode Rinke

No

Daftar Alternatif Jalan Keluar

Efektivitas

Efisiensi

C

MxIxV

C

Urutan Prioritas Masalah

M

I

V

1

Penyuluhan tentang diare pada anak kepada para responden yang hadir di Posyandu Desa Karang Nanas

4

4

4

2

32

I

2

Pembagian leaflet tentang diare pada anak kepada responden yang hadir di Posyandu Karang Nanas.

4

3

4

2

24

II

3

Pembagian bubuk oralit dan mempraktikan cara pembuatan oralit kepada responden yang hadir di Posyandu Karang Nanas.

3

3

4

2

18

III

4

Mempraktikan bagaimana cara mencuci botol susu anak yang baik dan benar kepada responden yang hadir di Posyandu Karang Nanas.

3

4

3

3

12

IV

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah menggunakan metode Rinke, maka didapat empat urutan prioritas pemecahan masalah, yaitu:

1. Penyuluhan tentang diare pada anak kepada para responden yang hadir di Posyandu Desa Karang Nanas

2. Pembagian leaflet tentang diare pada anak kepada responden yang hadir di Posyandu Karang Nanas.

3. Pembagian bubuk oralit dan mempraktikan cara pembuatan oralit kepada responden yang hadir di Posyandu Karang Nanas.

4. Mempraktikan bagaimana cara mencuci botol susu anak yang baik dan benar kepada responden yang hadir di Posyandu Karang Nanas.

VIII. RENCANA KEGIATAN

A. Latar Belakang

Dari data Puskesmas 1 Sokaraja, selama bulan Februari 2013 terdapat 98 kasus diare dengan 76 kasus terjadi pada usia 0-5 tahun. Jumlah tersebut cukup mencemaskan mengingat angka kematian akibat diare pada anak masih cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja merupakan desa dengan insidensi diare pada anak yang tertinggi sehingga dilakukan upaya yang dilaksanakan sesuai dengan penentuan prioritas pemecahan masalah yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang diare, pembagian oralit kemasan dan leaflet tentang diare, mengajarkan cara pembuatan larutan gula garam dan mengajarkan cara melakukan pencucian botol susu pada anak yang baik dan benar.

D. Tujuan

Tujuan plan of action ini adalah penyuluhan di Posyandu desa Karang Nanas kecamatan Sokaraja sesuai dengan jadwal yang sudah disesuaikan, yang berisi pemberian penyuluhan, pembagian leaflet tentang diare pada anak dan pembagian bubuk oralit, serta mengajarkan cara pembuatan larutan gula garam dan mengajarkan cara melakukan pencucian botol susu pada anak yang baik dan benar sehingga diharapkan terjadi penurunan angka kejadian diare pada anak di desa Karang Nanas. Pada plan of action tersebut diharapkan dapat mencapai hasil yang diharapkan dalam waktu 12 bulan ke depan berupa penurunan angka kejadian diare pada balita di desa Karang Nanas kecamatan Sokaraja .

E. Bentuk Kegiatan

Kegiatan yang akan dilaksanakan disajikan dalam bentuk penyuluhan secara interaktif tentang diare pada anak di desa Karang Nanas.

D. Sasaran

1. Ibu yang hadir di posyandu desa Karang Nanas

2. Kader Posyandu yang ada desa Karang Nanas

E. Pelaksanaan

1. Personil

a) Penanggung jawab: dr. Sugeng Rahadi (Kepala Puskesmas I Sokaraja).

b) Pembimbing : dr. Diah Krisnansari, M.Si

c) Pelaksana: Arina Cynthia, S.Ked

Aldian Indirawaty, S.Ked

2. Waktu dan Tempat

a) Hari: Senin

b) Tanggal : 08 April 2013

c) Tempat : Posyandu Desa Karang Nanas

d) Waktu : 09:00-11:00 WIB

e) Narasumber : Arina Cynthia, S.Ked

Aldian Indirawaty, S.Ked

F. Rencana Anggaran

Fotokopi= Rp. 55.000

Bubuk Oralit = Rp. 25.000

Total = Rp. 80.000

G. Evaluasi

Setelah diberikan penyuluhan tentang diare, Dilakukan evaluasi. Evaluasi berupa tanya jawab tentang pengertian diare, pencegahan serta pengobatan diare pada anak.

IX. LAPORAN HASIL PELAKSANAAN

A. Evaluasi Hasil Pelaksanaan

1. Kegiatan

Kegiatan penyuluhan ini dilakukan di Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Kegiatan ini dilakukan di Posyandu pada hari Senin 8 April 2013 yang dimulai dari pukul 09.00-11.00. Para responden cukup antusias untuk mendengarkan penjelasan yang disampaikan. Respon peserta terhadap acara penyuluhan cukup baik dibuktikan dengan banyak pertanyaan yang muncul sehingga mengakibatkan terjadinya tanya jawab. Setelah itu dilakukan pengisian kuesiner dengan cara tanya jawab langsung dengan responden.

2. Evaluasi

a. Evaluasi Formatif

Pembinaan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan. Tujuan pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit diare pada anak. Tingkat pengetahuan yang meningkat akan berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat sehingga mengurangi angka kejadian diare pada anak.

b. Evaluasi Preventiv

Penyuluhan ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Para responden mendengarkan apa isi dari penyuluhan tersebut sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk membuat responden mengerti dan memahami isi dari penyuluhan.

c. Evaluasi Sumatif

Pada kegiatan ini tidak dilakukan evaluasi karena peneliti tidak dapat mengevaluasi perubahan sikap dan perilaku dikarenakan memerlukan waktu yang cukup lama utuk melihat respon dari responden.

Peneliti tidak dapat melakukan evaluasi keberlanjutan, akan tetapi diharapkan dapat dilakukan penyuluhan tentang diare pada anak dapat menurunkan angka kejadian diare di desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja.

B. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada anak di desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja.

b. Ketidaksignifikan hasil penelitian ini bisa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya seperti keterbatasan jumlah sampel dan kecenderungan responden untuk menjawab sesuai dengan prinsip kebersihan, yaitu ketika ditanyakan mengenai perilaku yang menuju ke kesehatan, responden lebih cenderung mengiyakan.

c. Aternatif pemecahan masalah pada penelitian ini adalah penyuluhan tentang diare pada anak, pembagian leaflet tentang diare pada anak, pembagian bubuk oralit kemasan dan praktik tentang cara pembuatan larutan gula dan garam serta praktik cara pencucian botol susu anak yang baik dan benar kepada ibu yang datang ke Posyandu Desa Karang Nanas Kecamatan Sokaraja.

2. Saran

1. Bagi masyarakat

Meningkatkan pengetahuan dan perilaku hidup bersih sehat sehingga dapat mencegah terjadinya diare pada anak.

2. Bagi puskesmas

Memberikan skala prioritas kegiatan program setiap tahun, guna peningkatan pengetahuan masyarakat dalam upaya penangulanggan terjadinya diare pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Profil Kesehatan Kecamatan Puskesmas. 2012. Profil Kesehatan Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas I Sokaraja Kabupaten Banyumas. Diterbitkan oleh Puskesmas I Sokaraja.

2. Departemen Kesehatan RI. 2002. Profil Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta: Depkes RI 2002.

3. Departemen Kesehatan RI.2003. Profil Kesehatan Indonesia 2003. Jakarta: Depkes RI 2003.

4. Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.

5. Fatmawati, H. 2008. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, MP ASI, Hygiene perorangan dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Anak 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Kudus. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; Semarang.

6. Frye, Richard E. 2005. Diarrhea. Available at : http://www.emedicine.com/ downdoaled 20 januari 2013

7. Karras, David. 2005. Diarrhea. Available at : http://www.emedicinehealth.com/articles/5917-10.asp downloaded 22 januari 2013

8. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. 2006. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

9. Simandibrata, K dan Daldiyono. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia. Jakarta.

LAMPIRAN

A. Kuisioner Penelitian

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Kampus Unsoed RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Jl. Gumbreg no. 1 ( (0281) 641522 Fax (0281) 635208 Purwokekeluargao 53123

INFORM CONSENT

Berdasarkan maksud dan tujuan sebagaimana diinformasikan pada bagian latar belakang tersebut, maka saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama:

Alamat:

Dengan penuh kesadaran menyatakan bersedia untuk menjadi responden guna pengumpulan data mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dan kejadian diare pada anak.

Purwokerto, April 2013

()

KUESIONER PHBS DAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK

I. PHBS

Petunjuk : berilah tanda contreng () pada kolom sesuai jawaban responden

NO

PERTAANYAAN INDIKATOR

YA

TIDAK

1

a. Jika mempunyai bayi, apakah pada waktu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan ?

b. Apakah sudah diimunisasi ?

c. Untuk ibu hamil : Apakah ibu memeriksakan pada petugas kesehatan ?

d. Untuk ibu yang tidak hamil : Apakah ibu pada saat ini ber KB ?

2

Jika mempunyai bayi (usia kurang dari 6 bulan) apakah hanya diberikan ASI saja ?

3

Apakah ada anggota keluarga ibu yang merokok ?

4

Apakah anggota keluarga ibu melakukan aktifitas fisik atau olah raga secara teratur ? (olah raga atau aktifitas fisik secara teratur minimal 2 kali seminggu)

5

Apakah keluarga ibu biasanya makan makanan yang beraneka ragam ? (mengkonsumsi sayuran dan buah setiap harinya)

6

a. Apakah keluarga ibu selalu menggunakan air bersih ?

b. Apakah mempunyai bak penampungan air bersih yang bebas lumpur, jentik dan lumut?

7

Apakah keluarga ibu buang air besar di jamban ?

8

Apakah jumlah penghuni sesuai dengan luas lantai rumah ?

(kamar memenuhi syarat apabila tiap 8 M2 dihuni tidak lebih dari 2 orang dewasa + 1 balita)

9

Apakah lantai rumah bukan dari tanah dan sekeliling rumah/pekarangan dalam keadaan bersih ?

10

Apakah keluarga ibu menjadi anggota dana sehat (JPKM) ? (Askes, Askeskin, Astek, Jamkesmas atau dana sehat/JPKM)

II. KUESIONER KEJADIAN DIARE PADA BALITA

1. Apakah bayi/balita anda pernah mengalami diare dalam 3 bulan terakhir?

a. Ya

b. Tidak

2. Jika Ya, Sudah berapa kali bayi/ balita anda mengalami diare selama 3 bulan ini?

3. Apakah dilakukan pengobatan ke pelayanan kesehatan?

a. YA

b. TIDAK

4. Apakah bayi/ balita anda pernah dirawat di RS/ Puskesmas karena diare dalam 3 bulan terakhir?

a. YA

b. TIDAK

5. Apakah anda mengetahui cara pertolongan pertama yang diberikan pada anak yang diare?

a. YA

b. TIDAK

6. Jika Ya, Terapi apa yang harus diberikan?

B. Data Hasil SPSS

Uji Chi-Square

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square

2.153a

2

.341

Likelihood Ratio

2.210

2

.331

Linear-by-Linear Association

.954

1

.329

N of Valid Cases

32

Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

Diare

.386

32

.000

.625

32

.000

Uji Mann Whitney

Ranks

Diare

N

Mean Rank

Sum of Ranks

PHBS

Diare

19

17.82

338.50

Tidak Diare

13

14.58

189.50

Total

32

Uji Kolmogorov Smirnov

Test Statisticsa

PHBS

Most Extreme Differences

Absolute

.243

Positive

.000

Negative

-.243

Kolmogorov-Smirnov Z

.675

Asymp. Sig. (2-tailed)

.753

C. Dokumentasi Kegiatan

Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang

Bakteri

Pengetahuan yang kurang

Infeksi

Virus

Diare

Parasit